laporan akuntabilitas kinerja puslitbang perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakin...

91

Upload: vanthu

Post on 07-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii

Laporan Kinerja

Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan

2016

Penyusun

Dr. Rustan Massinai

Ir. Esti Sulistiyani, M.Si

Jumari, S.IP

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang

Maha Esa atas karunianya sehingga Laporan Kinerja

(LAKIN) Puslitbang Perkebunan tahun anggaran 2016

dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Laporan

Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan

anggaran yang didasarkan pada perencanaan strategis

yang telah ditetapkan oleh Puslitbang Perkebunan.

Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2016

berdasarkan tingkat pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Ungkapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukannya terutama dalam perbaikan maupun

peningkatan kinerja di masa yang akan datang.

Bogor, 31 Januari 2017

Kepala Pusat,

Dr. Ir. Fadjry Djufry, M. Si

Nip.19690314 199403 1 001

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv

DAFTAR ISI

Halaman

Kata pengantar ........................................................................ iii

Daftar Isi ......................................................................... iv

Daftar Tabel ......................................................................... v

Daftar Gambar ........................................................................ vi

Daftar Lampiran ............................................................................ ix

Ikhtisar Eksekutif ......................................................................... x

Bab I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

Bab II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ........................ 7

2.1. Perencanaan Strategis ............................................... 7

2.2. Indikator Kinerja Utama ............................................. 10

2.3. Rencana Kinerja Tahunan TA 2016 ............................. 11

2.4. Penetapan Kinerja TA 2016 ........................................ 12

Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................ 13

3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ....................................... 13

3.2. Analisis Capaian Kinerja ............................................. 15

3.3. Akuntabilitas Keuangan ............................................. 63

Bab IV. PENUTUP ........................................................................ 69

Lampiran ........................................................................................ 72

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v

DAFTAR TABEL

Tabel Uraian Halaman 1 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut

Pendidikan pada tahun 2016......................................... 3 2 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan jabatannya pada tahun 2016.................... 3 3 Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu

lingkup Puslitbang Perkebunan 2016.............................. 4 4 Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2011-2016

(Dalam Juta Rupiah)............................................ 5 5 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Program

Puslitbang Perkebunan Tahun 2015-2019....................... 9 6 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang

Perkebunan 2015-2019 ............................... 10 7 RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2016........................ 11 8 Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun

2016............................................................................ 12 9 Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2016....... 13

10 Karakter pembeda Xanthorina 1, Xanthorina 2 dan

Cursina 3 24 11 Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan

2016.............................................................................. 26 12 Realisasi Indikator Benih Sumber TA 2016....................... 48 13 Sebaran VUB Kelapa DMT............................................... 60 14 Sebaran VUB Kelapa Kapas............................................. 60 15 Sebaran VUB Kelapa Tembakau...................................... 60 16 Sebaran VUB Kelapa Lada............................................... 61 17 Sebaran VUB Seraiwangi........................................ 61 18 Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Sasaran Output Utama TA 2016................... 67

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman 1 Penampilan Varietas Unggul Tebu Lokal Kerinci.................. 16

2 Varietas KENAFINDO 1 AGRIBUN...................................... 17

3 Varietas KENAFINDO 2 AGRIBUN...................................... 18

4 Jet 1 Agribun (kiri) dan Jet 2 Agribun(kanan)..................... 19

5 Tanaman sisal (atas), ujung daun(kiri bawah), helaian

daun (tengah bawah), irisan melintang daun (kanan

bawah)........................................................................... 20

6 Kelapa Dalam Sri Gemilang............................................... 21

7 (A) Populasi Kelapa Puan Kalianda, (B) Tanaman Kelapa

Puan Kalianda, (C) Keragaman warna buah KelapaPuan

Kalianda dan (D). Endosperm Kelapa Puan Kalianda ........ 22

8 Daun, buah, biji dan fuli pala Fak-fak (atas), daun, buah

dan biji pala banda (bawah)............................................. 23

9 Serai dapur Sitranila Agribun............................................ 24

10 Penampilan pertanaman Kakao BL 50 (A & B), bentuk buah

kakao RCL (C ), bentuk buah kakao unggul lokal (D),

bentuk buah kakao ......................................................... 25

11 Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA

2012-2016...................................................................... 27

12 Panen benih tebu umur 5 bulan (kiri), pembersihan

pelepah tebu (tengah), pengambilan mata tebu dengan

bor bud chip (kanan)....................................................... 28

13 Proses HWT pada 52ºC selama 30 menit (kiri), pesemaian

benih bud chip pada pengujian daya mengecambah........... 28

14 Keragaan tanaman tebu sebelum tebang ......................... 29

15 Tanaman Crotalaria juncea (kiri) dan Bintil akar C. juncea

dan koloni Rhizobia juncea (kanan).................................. 30

16 (A) Perlakuan penutupan mulsa plastik 100% (Produksi

91,83 ton/ha); (B) Penutupan mulsa plastik 50% (produksi

56,28 ton/ha); (C) Kontrol (tidak ditutup

mulsa plastik) (Produksi 47,80 ton/ha).............................. 30

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vii

Gambar Uraian Halaman

17 Sortasi biji kakao asalan untuk memisahkan kotoran dan

biji kakao yang tidak sehat (kiri), penambahan agens

fermentasi pada biji kakao yang telah direhidrasi (tengah),

dan biji kakao yang telah diberi agens fermentasi sesuai

perlakuan dan siap untuk difermentasi..............................

31

18 Gejala serangan (A), kerusakan (B) dan larva (C) PBK,

Morfologi kulit buah kakao yang tahan terhadap PBK (D).... 32

19 (A) Proses pembuatan pupuk organik dari limbah kebun

kakao ); (B) pemangkasan pemeliharaan secara rutin;

dan (C), penyarungan buah kakao dengan plastik ............. 33

20 (A) Gejala serangan Phytophthora palmivora pada buah

kakao ; dan (B) produk biofungisida berbahan aktif spora

jamur antagonis Trichoderma viride ................................. 33

21 (A) Penambahan agens fermentasi pada kopi pulper basah

sebelum di fermentasi; (B) dan pengukuran pH dan suhu

awal sebelum biji kopi difermentasi .................................. 34

22 Beberapa Telur Dasynus piperis yang terparasit oleh

Anastatus dasyni pada pertanaman lada di Bangka............ 35

23 Kelapa terserang penyakit layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2

dari kiri), pembakaran batang kelapa yang baru ditebang... 38

24 Penyakit Busuk Kelapa..................................................... 39

25 Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2012-2016.... 40

26 Keterkaitan alokasi anggaran dengan jumlah teknologi

peningkatan produktivitas yang dihasilkan ........................ 41

27 Aplikasi formula pupuk hayati pada tanaman kopi (kiri),

Keragaan tanaman kopi pada umur 20 bulan setelah

aplikasi (tengah dan kanan).............................................. 42

28 (A) Bahan baku bioselulosa , (B) proses pembuatan slurry

bioselulosa dan (C) proses pembuatan edible coating dari

slurry ......................................................... 42

29 (A) Prosescoatingdaging buah kelapa; (B) pengemasan

vacuum; (C) dan daging buah kelapa sudah dicoating dan

dikemas siap disimpan .................................................... 43

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian viii

Gambar Uraian Halaman

30 (A) Irisan daging buah kelapa direndam dalam larutan

CaCl2; (B) perebusan dalam larutan gula dan garam;

dan (C) produk coconut chip............................................ 43

31 (A) Uret terinfeksi jamur M. anisopliaedi laboratorium; (B)

Uret yang terserang jamur M. anisopliae (mikosis); (C)

Pengujian formula jamur M.anisopliae di rumah kasa ........ 45

32 Formula Pupuk K Slow Release,........................................ 45

33 Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya

saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2012-2016.. 46

34 Keterkaitan alokasi anggaran dengan output Produk

Olahan/Teknologi Peningkatan Diversifikasi dan nilai

tambah ................................................................... 47

35 Diagram Curah Hujan dan Suhu Udara di Manado, tahun

2013 – 2015.................................................................. 49

36 Kondisi Kelapa Akibat Kekeringan di KP Kima Atas.............. 49

37 Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA

2012-2016...................................................................... 55

38 Sertifikat PUI Kelapa........................................................ 55

39 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan jenis Belanja TA 2016.................................. 63

40 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Satker TA 2016............................................. 64

41 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Output (diluar Layanan Perkantoran) TA 2016 64

42 Prosentase Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA

2010-2016 ..................................................................... 65

43 Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Satker TA 2016 (dalam juta rupiah) 65

44 Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2016

(dalam juta rupiah).......................................................... 66

45 Target dan Realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang

Perkebunan TA 2016........................................................ 68

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Uraian Halaman

1 Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan..................... 72

2 Rencana Stratejik 2012 – 2016...................................... 73

3 Rencana Kinerja Tahunan 2016.................................... 74

4 Penetapan Kinerja Tahun2016....................................... 75

5 Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2016.......... 78

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian x

IKHTISAR EKSEKUTIF

Visi dan Misi Puslitbang Perkebunan selaras dengan Visi dan Misi

Balitbangtan 2015-2019 yang mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian,

dengan memperhatikan dinamika lingkungan strategis, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta kondisi yang diharapkan pada tahun 2019. Visi

Puslitbang Perkebunan adalah “Menjadi lembaga penelitian terkemuka

penghasil teknologi dan inovasi perkebunan untuk mewujudkan

pertanian berkelanjutan dan kesejahteraan petani”

Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun misi sebagai

berikut : (1) Menghasilkan dan mengembangkan teknologi perkebunan modern

yang memiliki scientific recogniton dengan produktvitas, mutu dan efisiensi

tinggi ; (2) Hilirisasi dan masalisasi teknologi perkebunan modern sebagai

solusi menyeluruh permasalahan perkebunan yang memiliki impact recogniton

untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2015-2019 adalah : (1)

Menyediakan varietas unggul tanaman perkebunan adaptif, memiliki

produktivitas dan kualitas tinggi sesuai kebutuhan pengguna; (2) Menyediakan

teknologi yang lebih produktif dan efisien serta ramah lingkungan; dan (3)

Mempercepat dan meningkatkan diseminasi inovasi dan teknologi di tingkat

pengguna. Dan sasaran dari tujuan tersebut adalah tersedianya :(1)varietas

unggul baru; (2) teknologi dan inovasi unggul Perkebunan; (3) model

pengembangan inovasi perkebunan yang terintegrasi; (4)rekomendasi kebijakan

pembangunan Pertanian; (5) Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi

pertanian

Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu pada Renstra

Litbang Pertanian 2015-2019 dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan

pertanian 2015 – 2019 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan

mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek.

Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya penelitian

yang ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain

baik nasional maupun internasional. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xi

pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang Perkebunan

didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas perkebunan.

Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2016, secara umum

dapat dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja

sasarannya. Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, dari 13

indikator kinerja sasaran Puslitbang Perkebunan, 11 indikator mencapai dan

melebihi target yang telah ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil); 1 (satu

indikator) yaitu jumlah benih sumber Jahe, kunyit, kencur mencapai kriteria

berhasil; dan 1 (satu indikator) yaitu jumlah benih sumber kelapa mencapai

kriteria tidak berhasil.

Indikator kinerja yang sangat berhasil yaitu: 1) jumlah varietas; 2)

Jumlah teknologi budidaya; 3) Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan

diversivikasi dan nilai tambah; 4) Jumlah benih Tembakau, kapas, wijen, jarak

kepyar, jarak pagar, kenaf dan rosela; 5) Jumlah benih sumber Lada, nilam, teh,

seraiwangi; 6) Jumlah Benih Sumber Cengkeh, Jambumete dan Pala: 7) Jumlah

benih sumber Kopi Robusta dan karet; 8) Jumlah benih sumber Kopi dan Kakao; 9)

Jumlah benih sumber Rami; 10) Jumlah benih sumber tebu; 11) Jumlah

rekomendasi kebijakan. Indikator kinerja yang berhasil adalah Jumlah benih Jahe,

kunyit, kencur, temulawak. Indikator kinerja yang tidak berhasil adalah benih

sumber kelapa.

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja

diantaranya adalah : 1) Ketersediaan Sumberdaya Manusia, baik tenaga

fungsional peneliti, teknisi Litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai; 2)

Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Pelaksanaan kegiatan 3) Monitoring dan

evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang akuntabel ; dan 5)

Dukungan Sarana dan prasarana penelitian;

Ketidaberhasilan capaian indikator benih sumber kelapa disebabkan karena

faktor alam, yaitu musim kemarau yang panjang selama tahun 2015 yang

menyebabkan banyak tanaman kelapa yang mengalami kerusakan. Kondisi

tersebut membuat buah kelapa banyak yang tidak memenuhi syarat untuk

dijadikan benih.

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xii

Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi

hambatan dan permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang adalah: (1)

Perencanaan kegiatan secara cermat dan realistis, (2) Persiapan pelaksanaan

kegiatan secara matang; (3) Merevisi dokumen perencanaannya secara cepat jika

menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah direncanakan,

memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang sedng berjalan; (4)

Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdaya finansial.

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tugas dan fungsi Puslitbang Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian No. 43/Permentan/OT.110/10/2015 adalah melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan dan program, serta pelaksanaan penelitian dan

pengembangan perkebunan, sedangkan fungsinya adalah :

1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pemantauan dan

evaluasi dibidang penelitian dan pengembangan perkebunan

2. Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian dan

pengembangan perkebunan

3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dan inovasi dibidang

perkebunan

4. Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan

Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit kerja Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki dua bidang yaitu Bidang Program

dan Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, dan satu

bagian yaitu Bagian Tata Usaha, Kelompok Fungsional Peneliti, serta didukung

oleh empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani komoditas yang

menjadi mandatnya, yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro),

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman

Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar

(Balittri).

Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian Nomor 62-65/ Permentan/

OT.140/10/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Lingkup

Puslitbangbun, tugas dari masing-masing UPT tersebut adalah melaksanakan

penelitian tanaman rempah dan obat, tanaman palma, tanaman pemanis dan

serat, serta tanaman industri dan penyegar. Masing-masing Balai

menyelenggarakan fungsi sesuai komoditas penelitiannya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan

plasma nutfah

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

2. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan

fitopatologi

3. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis;

4. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian

5. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil penelitian

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung

dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan

persyaratan kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak

bagi SDM Balitbangtan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan

pengembangan yang berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas

tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya

tenaga handal dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan

sumber daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2016, disajikan pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Sampai dengan TA 2016 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 710 pegawai

yang terdiri dari 61 orang S3, 72 orang S2 dan 180 orang S1, 24 orang

SM/D3, 6 orang D2, 2 orang D1 serta 358 orang SLTA ke bawah. Berdasarkan

jabatannya sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan

diklasifikasikan menjadi 8 (delapan) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa, (3)

Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, (6) Pranata Humas, (7) Analisis

Kepegawaian, dan (8) Fungsional Umum.

Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 369 orang. Jumlah tersebut

cukup besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup

Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi litkayasa dan fungsional lainnya).

Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai motor penggerak untuk

mencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan dengan tenaga

penunjangnya sehingga perencanaan SDM sebaiknya mempertimbangkan

komposisi tersebut.

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

Tabel 1. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Menurut Pendidikan Pada Tahun 2016

Tabel 2. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan

Jabatannya Pada Tahun 2016

Keragaan peneliti berdasarkan bidang kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang

Perkebunan TA 2016 disajikan pada Tabel 3. Bidang keahlian yang terbanyak di

lingkup Puslitbang Perkebunan adalah hama dan penyakit tanaman (58), disusul

oleh pemuliaan dan genetika tanaman (52), budidaya tanaman (48), teknologi

pasca panen (18), ekonomi pertanian (12) dan fisiologi tanaman (6). Bidang

kepakaran yang paling sedikit adalah mektan (3), sistem usahatani pertanian (2)

serta pangan, hortikultura dan perkebunan dan hidrologi (masing-masing 1).

Kedepan pengusulan sekolah (S2 dan S3) pada masa yang akan datang

hendaknya mengikuti bidang kepakaran yang diperlukan di masing-masing Balai

Penelitian.

Unit Kerja S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah

Kantor Pusat 12 2 17 7 3 1 37 79

Balittro 20 15 61 9 2 - 151 258

Balittas 10 23 54 7 - - 73 167

Balit Palma 10 13 18 4 1 - 53 99

Balittri 9 15 22 4 - 1 44 95

Jumlah 61 68 172 31 6 2 358 698

Kantor Pusat 15 2 4 1 3 - 2 52 79

Balittro 63 46 6 - 1 1 - 141 258

Balittas 53 23 2 - 2 1 1 85 167

Balit Palma 31 10 1 - - - - 57 99

Balittri 39 20 - 1 - 1 34 95

Jumlah  201 101 13 1 7 2 4 369 698

Ana-lisis

Kepe-

gawai-an

fungsional

umumJumlah

 Pra-

nata

Kompu-

ter

Unit Kerja PenelitiTek. Lit-

kayasa

 Pusta-

kawan

Arsi-

paris

Pra-nata

hu-mas

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup Puslitbang Perkebunan 2016

Pada tahun 2016, peneliti yang masih sekolah berjumlah 35 orang dengan

bidang ilmu: Manajemen Sumberdaya Lahan Dan Lingkungan; Entomologi;

Bioteknologi Mikroba; Fitopatologi; Pemuliaan Tanaman; Ilmu Tanah; Teknologi

Hasil Penelitian; Bioteknologi Tanaman; Energi Lingkungan Sosial, Teknologi

Benih; Dan Agro Teknologi, sehingga apabila telah selesai mengikuti tugas

belajar akan dapat memenuhi kebutuhan kepakaran.

1.2. Sumberdaya Sarana dan Prasarana.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, Puslitbang

Perkebunan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana yang

digunakan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga penelitian

adalah Kebun Percobaan, Laboratorium, dan Rumah Kaca.

Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium sudah

terakreditasi.

Selain itu, Puslitbang Perkebunan memiliki Kebun percobaan yang tersebar di 18

lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan tersebut,

terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut yaitu KP

Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani, yaitu KP

No Bidang Keahlian Kantor Pusat Balittro Balittas Balit Palma Balittri JML

1 Budidaya Tanaman 3 15 12 6 12 48

2 Ekonomi Pertanian 3 2 4 1 2 12

3 Fisiologi Tanaman - 3 2 - 1 6

4 Hama dan Penyakit Tanaman 4 25 14 8 7 58

5 Pemuliaan dan Genetika Tanaman 2 15 14 10 11 52

6 Teknologi Pasca Panen - 3 6 5 4 18

7 Teknologi Pertanian dan Mekanisasi 2 - 1 - - 3

8 Sistem Usaha Pertanian - - - 1 1 2

9 Ekonomi Sumber Daya - - - - - 0

10 Tan. Pangan, Hortikultura dan Perkebunan 1 - - - - 1

11 Hidrologi dan Konservasi Tanah - - - - 1 1

Jumlah 15 63 53 31 39 201

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas). Status

kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP yang

pinjam pakai.

Puslitbangbun juga mempunyai 37 Rumah Kaca (Masing-masing 15 RK di Balitro,

Balittas 7, Balit Palma 3, dan 12 RK di Balitri).

1.3. Sumber Daya Keuangan.

Anggaran pembangunan Badan Litbang Pertanian terus meningkat dari tahun ke

tahun. Hal ini menunjukkan adanya dukungan positif pemerintah terhadap

kegiatan Litbang yang dituntut untuk menghasilkan inovasi teknologi yang lebih

berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun demikian, masih diperlukan

dukungan pendanaan yang lebih besar untuk peningkatan hasil penelitian berupa

inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing yang bersifat untuk

kepentingan petani. Perkembangan penganggaran lingkup Puslitbang

Perkebunan lima tahun terakhir seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2011-2016 (Juta

Rupiah)

Tahun

Anggaran

Jenis Belanja Total

Pegawai Barang Modal

2011 39.830 41.681 38.657 120.168

2012 43.630 48.849 5.209 98.688

2013 48.771 51.242 33.660 135.674

2014 49.891 47.034 14.311 111.236

2015 54.152 49.310 13.512 117.847

2016 55.274 46.775 39.277 141.326

1.4. Tata Kelola.

Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi

pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan

kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang

berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek

berupa: (1) unified budgeting, (2)performance based budgeting, dan (3) medium

term expenditure frame work.

Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang

Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah

operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Tim Satuan Pelaksana

Pengendalian Intern (Tim Satlak PI), (2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI (3) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI,

dan (4) Penyusunan Laporan Pelaksanaan SPI.

Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan

anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan monitoring dan evaluasi secara

berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses

pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang

dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi

dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan

pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien.

Dokumen pelaksanaan monev dituangkan dalam LAKIN, PMK 249 dan Laporan

Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2015-2019

mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan

Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat

UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3)

Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur

Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan setiap

UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama

serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap

triwulan.

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

2. 1. Perencanaan Strategis 2015-2019

Upaya mengantisipasi perubahan paradigma dan dinamika lingkungan strategis

yang dihadapi Puslitbang Perkebunan di masa mendatang, khususnya periode

2015-2019, Puslibang Perkebunan membutuhkan strategi khusus agar kiprah dan

eksistensinya sebagai lembaga penelitian di bidang perkebunan dapat terwujud,

terutama dalam mendukung pembangunan pertanian. Dengan penetapan

Rencana Strategis (Renstra) Puslitbang Perkebunan TA 2015-2019 sebagai

pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatannya,

diharapkan kegiatan penelitian perkebunan dapat dilakukan secara efektif dan

efisien,menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif, sesuai kebutuhan

pengguna, dan berkelanjutan.

Sesuai dengan tugas dan fungsi Puslitbang Perkebunan, maka Visi dan Misi

sebagai berikut:

Visi Puslitbang Perkebunan adalah “Menjadi lembaga penelitian

terkemuka penghasil teknologi dan inovasi perkebunan untuk

mewujudkan pertanian berkelanjutan dan kesejahteraan petani”.

Makna dari Visi adalah :

1. Lembaga Penelitan Perkebunan Terkemuka artinya lembaga

penelitian perkebunan yang dinamis dan tumbuh sebagai fast learning

organizaton yang memimpin kegiatan riset pertanian di Indonesia

dalam mengantsipasi perkembangan lingkungan strategis yang ada.

2. Teknologi Perkebunan adalah cara atau metode, serta proses atau produk

yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan,

kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

3. Inovasi adalah penerapan praktis nilai dan konteks ilmu

pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses

produksi.

4. Perkebunan Modern adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengoptmalkan pemanfaatan input dan sumberdaya perkebunan melalui

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

proses yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan, untuk

menghasilkan Produk Perkebunan yang mempunyai nilai tambah tinggi

serta aman dan sehat untuk dikonsumsi, dengan memanfaatkan kegiatan

riset dan pengembangan teknologi.

5. Pertanian berkelanjutan adalah pertanian ramah lingkungan yang dapat

mendukung usaha perkebunan dengan produktivitas tinggi, adaftif,

kualitas tinggi dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara

berkesinambungan;

6. Kesejahteraan Petani merupakan kondisi hidup layak bagi petani dan

keluarganya sebagai aktor utama pelaku usaha pertanian yang diperoleh dari

kegiatan usaha perkebunannya

Misi yang diemban Puslitbang Perkebunan adalah:

1. Menghasilkan dan mengembangkan teknologi perkebunan modern yang

memiliki scientific recogniton dengan produktvitas, mutu dan efisiensi

tinggi

2. Hilirisasi dan masalisasi teknologi perkebunan modern sebagai solusi

menyeluruh permasalahan perkebunan yang memiliki impact recogniton

untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Makna dari misi adalah sebagai berikut:

1. Teknologi perkebunan modern adalah teknologi yang memiliki

keunggulan baik secara ilmiah maupun teknis dengan produktivitas,

kualitas dan efisiensi tinggi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan

terkini dan kearifan lokal yang ada yang dapat diterapkan sesuai

kebutuhan pengguna pada berbagai lingkungan strategis, serta

mendukung upaya Kementerian Pertanian mewujudkan visi dan misinya .

2. Hilirisasi dan masalisasi teknologi perkebunan modern adalah

melaksanakan pengembangan hasil penelitan sejalan dengan sasaran

strategis Kementerian Pertanian, sehingga mempercepat proses

pelaksanaan pembangunan pertanian dalam mendukung terwujudnya

usaha perkebunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan petani.

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

Tujuan

1. Menyediakan varietas unggul tanaman perkebunan adaptif, memiliki

produktivitas dan kualitas tinggi sesuai kebutuhan pengguna;

2. Menyediakan teknologi yang lebih produktif dan efisien serta ramah

lingkungan

3. Mempercepat dan meningkatkan diseminasi inovasi dan teknologi

di tingkat pengguna.

Sasaran Kegiatan Puslitbang Perkebunan adalah:

1. Tersedianya varietas unggul baru;

2. Tersedianya teknologi dan inovasi unggul Perkebunan;

3. Tersedianya model pengembangan inovasi perkebunan yang terintegrasi

4. Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan Pertanian

5. Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian

Keterkaitan Visi, Misi dan sasaran program disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Program Puslitbang

Perkebunan Tahun 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

Menjadi lembaga

penelitian

terkemuka

penghasil

teknologi dan

inovasi

perkebunan

untuk

mewujudkan

1.Menghasilkan dan

mengembangkan

teknologi perkebunan

modern yang memiliki

scientific recogniton

dengan produktvitas,

mutu dan efisiensi

tinggi

1. Menyediakan

varietas unggul

tanaman

perkebunan

adaptif, memiliki

produktivitas dan

kualitas tinggi

sesuai kebutuhan

pengguna;

1. Tersedianya varietas

unggul baru;

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

pertanian

berkelanjutan

dan

kesejahteraan

petani

2. Menyediakan

teknologi yang

lebih produktif

dan efisien serta

ramah lingkungan;

2. Tersedianya teknologi

dan inovasi unggul

Perkebunan;

3. Tersedianya model

pengembangan

inovasi perkebunan

yang terintegrasi;

4. Tersedianya

rekomendasi

kebijakan

pembangunan

perkebunan;

2.Hilirisasi dan

masalisasi teknologi

perkebunan modern

sebagai solusi

menyeluruh

permasalahan

perkebunan yang

memiliki impact

recogniton untuk

meningkatkan

kesejahteraan petani

3. Mempercepat dan

meningkatkan

diseminasi inovasi

dan teknologi

di tingkat

pengguna

5. Tersedia dan

terdistribusinya

produk inovasi

perkebunan

2.2. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Sasaran dan indikator kinerja utama Puslitbangbun 2015-2019 dapat dilihat

pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan

2015-2019

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

1. Tersedianya varietas unggul baru Jumlah varietas unggul baru

2. Tersedianya teknologi dan inovasi

unggul Perkebunan

1. Jumlah teknologi budidaya

2. Jumlah teknologi peningkatan diversifikasi

dan nilai tambah atau produk Olahan

pengolahan 3. Tersedianya model pengembangan

inovasi perkebunan yang

terintegrasi

Jumlah Taman Sains Pertanian (TSP)

4. Tersedianya rekomendasi kebijakan

pembangunan Pertanian

Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan

tanaman perkebunan

5. Tersedia dan terdistribusinya

produk inovasi pertani

Jumlah benih sumber Tanaman perkebunan

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

2.3. Rencana Kinerja Tahunan T.A. 2016

Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Puslitbang Perkebunan Tahun

Anggaran 2016, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target

yang akan dicapai pada TA 2016, sebagai berikut:

Tabel 7. RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2016

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1 Tersedianya Varietas Unggul Tanaman Perkebunan

Jumlah varietas unggul tanaman perkebunan

8 Varietas

2 Tersedianya Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan

Jumlah teknologi budidaya tanaman perkebunan

23 Teknologi

3 Tersedianya Teknologi Diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah / Produk Olahan

Jumlah produk / formula 9 Produk

4 Tersedianya dan tersalurkanya benih sumber

Jumlah benih sumber:

Kelapa 375 butir

Jahe, kunyit, kencur, temulawak, Tembakau, kapas, wijen, jarak kepyar, jarak pagar, kenaf dan rosela

35.400 Kg

Lada, nilam, seraiwangi, teh 405.000 Setek

Cengkeh, jambu mete, pala 60.000 Pohon

Kopi Arabika 750.000 Biji

Kopi Robusta dan karet 100.000 Entres

Benih Tebu (G2) 3.000.000 Budset

Rami 100.000 Rizhome

5 Rekomendasi kebijakan

Rekomendasi kebijakan 6 Rekomendasi

6 Model Bioindustri Model Bioindustri Berbasis Perkebunan

5 Model teknologi

Konsorsium Sawit 5 teknologi

7 Dukungan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan

Dukungan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan

12 Bulan

2.4. Penetapan Kinerja TA 2016

Dalam dokumen Penetapan Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2016 revisi

terakhir, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

akan dicapai Puslitbang Perkebunan sebagaimana disajikan pada Tabel 8

berikut:

Tabel 8. Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2016

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

1 Tersedianya Varietas Unggul Tanaman Perkebunan

Jumlah varietas unggul tanaman perkebunan

7 Varietas

2 Tersedianya Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan

Jumlah teknologi budidaya tanaman perkebunan

16 Teknologi

3 Tersedianya Teknologi Diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah / Produk Olahan

Jumlah produk / formula 5 Produk

4 Tersedianya dan tersalurkanya benih sumber

Jumlah benih sumber:

Kelapa 375 butir

Jahe, kunyit, kencur, temulawak,

24.000 Kg

Tembakau, kapas, wijen, jarak kepyar, jarak pagar, kenaf dan rosela

6.350 kg

Lada, nilam, seraiwangi, teh 405.000 Setek

Cengkeh, jambu mete, pala 60.000 Pohon

Kopi Arabika dan kakao 25.000 Batang

Kopi Robusta dan karet 100.000 Entres

Benih Tebu (G2) 3.000.000 Budset

Rami 100.000 Rizhome

5 Rekomendasi kebijakan

Rekomendasi kebijakan 6 Rekomendasi

Jumlah anggaran yang tercantum didalam PK Puslitbang Perkebunan revisi

terakhir yang telah ditandatangani pada November 2016 adalah sebesar Rp.

129.358.667.000,- (termasuk anggaran blokir sebesar Rp. 2.800.000.000,-).

Setelah mengalami revisi, pada akhir Tahun Anggaran 2016, anggaran Puslitbang

Perkebunan menjadi Rp. 144.126.346.000,- (dari anggaran terakhir ini, diblokir

penggunaannya sebesar Rp. 2.800.000.000,-). Jadi Pagu anggaran Riil pada

akhir TA 2016 sebesar Rp. 141.326.346.000,-

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadaptarget), sasaran

kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.

Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 kategori keberhasilan, yaitu

(1) sangat berhasil :> 100 persen, (2) berhasil : 80 – 100 persen, (3) cukup

berhasil : 60 – 79 persen, dan tidak berhasil : 0 – 59 persen.

3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Pada TA 2016, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah

menetapkan 5 sasaran yang akan dicapai. Kedelapan sasaran tersebut

selanjutnya diukur dengan 13 indikator kinerja. Secara rinci pencapaian sasaran

tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 9 dan uraian berikut:

Tabel 9. Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2016

No

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET REALISASI %

1 Tersedianya varietas unggul

jumlah varietas 7 varietas 13 varietas 185,71

2 Tersedianya Teknologi budidaya

Jumlah teknologi budidaya

16 teknologi 19 teknologi 118,75

3 Tersedianya teknologi diversifikasi

dan peningkatan nilai tambah/produk olahan

Jumlah teknologi olahan

5 Produk/ formula

7 Produk/ formula

140,00

4 Tersedianya Benih Sumber

Jumlah Benih 1. Kelapa

2. Jahe, kunyit, kencur, temulawak,

3. Tembakau, kapas, wijen, jarakkepyar,

jarakpagar, kenafdanrosela

4. Lada, nilam, teh,

seraiwangi 5. Cengkeh,

jambumete, pala 6. Kopi dan Kakao 7. Kopi Robusta dan

karet 8. Rami

250.000

24.000

6.350

405.000

60.000

25.000

100.000

100.000

butir

kg

kg

setek

pohon

batang entress

rhyzome

83.060

18.000

8770

424.650

65.372

25.000

100.126

200.000

butir

kg

kg

setek

pohon

batang entress

rhyzome

27,22

75,00

138,77

104,85

108,95

100,00 100,13

200,00

9. tebu 3

Juta budset

3

Juta budset

100,00

5 Tersedianya reko-

mendasi kebijakan

Jumlah kebijakan 6 kebijakan 6 kebijakan 100,00

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

Berdasarkan tabel diatas, hasil pengukuran keberhasilan indikator kinerja sasaran

Puslitbang Perkebunan adalah sebagai berikut: Dari 13 indikator kinerja sasaran

Puslitbang Perkebunan, 11 indikator mencapai dan melebihi target yang telah

ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil), 1 (satu indikator) yaitu jumlah benih

sumber Jahe, kunyit, kencur mencapai kriteria berhasil, dan 1 (satu indikator)

yaitu jumlah benih sumber kelapa mencapai kriteria tidak berhasil.

Indikator kinerja yang sangat berhasil yaitu: 1) jumlah varietas, 2) Jumlah

teknologi budidaya, 3) Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan diversivikasi

dan nilai tambah, 4) Jumlah benih Tembakau, kapas, wijen, jarak kepyar, jarak

pagar, kenaf dan rosela, 5) Jumlah benih sumber Lada, nilam, teh, seraiwangi,

6) Jumlah Benih Sumber Cengkeh, Jambumete dan Pala, 7) Jumlah benih

sumber Kopi Robusta dan karet; 8) Jumlah benih sumber Kopi dan Kakao, 9)

Jumlah benih sumber Rami, 10) Jumlah benih sumber tebu, 11) Jumlah

rekomendasi kebijakan. Indikator kinerja yang berhasil adalah Jumlah benih

Jahe, kunyit, kencur, temulawak. Dan indikator kinerja yang tidak berhasil

adalah benih sumber kelapa.

Dalam upaya pencapaian sasaran, pengukuran kinerja dilakukan melalui

pemantauan dan evaluasi yang rutin dan intensif dengan mekanisme sebagai

berikut:

1. Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga

output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai dengan

melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan maupun dari

luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup Badan Litbang

Pertanian seperti Perguruan Tinggi,

2. Mewajibkan kepada seluruh penanggung jawab kegiatan untuk

menyampaikan laporan secara berkala melalui laporan bulanan, triwulan,

semester dan laporan akhir kegiatan sehingga dapat diketahui kemajuan

setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta masalah-masalah

yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Jika ditemukan

ada permasalahan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran, dapat

langsung dicari upaya-upaya penyelesaian agar pencapaian tujuan dan

sasaran tidak terganggu.

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

3. Melakukan monitoring dan evaluasi langsung pelaksanaan kegiatan untuk

memastikan bahwa kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan.

4. Melakukan seminar proposal dan laporan hasil kegiatan sehingga terjadi

proses cek dan ricek terhadap dokumen perencanaan dan pelaporan.

5. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup Puslitbang

Perkebunan, disusun laporan kegiatan utama, laporan output penting,

laporan Pelaksanaan Rencana Aksi yang selanjutnya disampaikan ke Badan

Litbang Pertanian setiap triwulan.

6. Pemantauan dan evaluasi secara intensif juga dilakukan terhadap realisasi

anggaran secara mingguan melalui I-Monev dan secara bulanan melalui PMK

249 (memfasilitasi kewajiban laporan kinerja yang diamanatkan PP 39 Tahun

2009)

7. Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga

output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai dengan

melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan maupun dari

luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup Badan Litbang

Pertanian seperti Perguruan Tinggi,

8. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) juga dilakukan sebagai suatu

sistem untuk menjamin/memberi keyakinan memadai agar penyelenggaraan

kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapatmencapai tujuannya secara

efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara handal,

mengamankan asset negara mendorong ketaatan terhadap peraturan

peraturan perundang-undangan.

1.1. 3.2. Analisis Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan adalah sebagai berikut :

Sasaran 1 :Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang

berdaya saing

Pada TA 2016, Puslitbang Perkebunan mentargetkan dapat melepaskan 7

varietas unggul baru tanaman perkebunan. Sampai dengan akhir TA 2016 telah

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

terealisasi pelepasan 13 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 185,71

%). Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2016 beserta keunggulannya

adalah sebagai berikut:

TEBU

1. POJ Agribun Kerinci

Varietas POJ Agribun Kerinci merupakan hasil seleksi dan evaluasi tebu lokal

Kerinci berdasarkan penilaian daya kepras (jumlah anakan), produksi, rendemen,

sifat lepas pada pelepah daun (klenthek), preferensi petani dan luasan areal

penanaman. Tidak seperti di daerah lain, tebu di kabupaten Kerinci mempunyai

nilai ekonomi bagi masyarakat lokal kabupaten Kerinci untuk menghasilkan gula

merah. Potensi produksi mencapai 109 ton/ha/tahun, potensi hasil gula merah

rata-rata 12,03 ton gula merah/ha/tahun, dan rendemen 11-12%. Berbeda

dengan di Jawa, tebu dataran tinggi di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi dipanen

secara selektif.Dengan sistim panen tebang pilih petani tidak perlu melakukan

bongkar ratun.Varietas ini toleran terhadap penyakit mosaik dan cocok untuk

dataran tinggi di Propinsi Jambi, Sumatera dan Aceh.

Gambar 1. Penampilan Varietas Unggul Tebu Lokal Kerinci

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

KENAF

2. Kenafindo 1 Agribun

Kenafindo 1 Agribun mempunyai potensi produksi serat 3,727 ton per ha,

18,2 % lebih tinggi dibandingkan KR15; beradaptasi luas, duri pada batang

relatif sangat sedikit, moderat tahan terhadap kekeringan, moderat tahan

terhadap keracunan Aluminium, rentan terhadap hama Amrasca biguttula

Ishida, dan rentan terhadap serangan nematoda puru akar.

Gambar 2.Varietas Kenafindo 1 Agribun

3. Kenafindo 2 Agribun

Kenafindo 2 Agribun mempunyai potensi produksi serat 3,521 ton per

hektar, 11,7 % lebih tinggi dibanding KR 15; beradaptasi luas, moderat tahan

terhadap kekeringan, tahan terhadap keracunan Aluminium, rentan terhadap

hama Amrasca biguttula Ishida, dan rentan terhadap serangan nematoda puru

akar.

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

Gambar 3.Varietas Kenafindo 2 Agribun

JARAK PAGAR

4. Jet 1 AGribun

Jet 1 Agribun mempunyai potensi produksi biji kering 2.331,35 kgdengan

rata-rata 1.085,87 kg/ha/th (37,91% lebih tinggi dibandingkan IP-3A), kadar

minyakbiji 37,44%, sesuai dikembangkan di wilayah beriklim kering.

5. Jet 2 Agribun

Jet 2 Agribun mempunyai mempunyai potensi produksi biji kering2.636,30

kgdengan rata-rata 1.078,70 kg/ha/th (37,00 persen lebih tinggi dibandingkan

IP-3A) berkadar minyak 35,80%, sesuai dikembangkan di wilayah beriklim

kering.

Dengan keunggulan minyak bijinya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

baku Biofuel dan kemampuannya untuk dikembangkan di wilayah beriklim

kering, maka kedua varietas unggul jarak pagar ini berpotensi untuk

dikembangkan di wilayah Indonesia Timur yang beriklim kering, khususnya

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

daerah-daerah yang masih kekurangan pasokan listrik, karena biofuelnya dapat

dimanfaatkan untuk mesin pembangkit listrik.

Gambar 4. Jet 1 Agribun (kiri) dan Jet 2 Agribun(kanan)

SISAL

6. H 11648

Varietas ini mempunyai potensi produksi serat kering per ha per tahun4.728 –

5.964,763 kg, peka terhadap penyakit Fusarium sp. Varietas ini dapat

dikembangkan pada berbagai jenis lahan.

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

Gambar 5. Tanaman sisal (atas), ujung daun(kiri bawah), helaian daun (tengah bawah), irisan melintang daun (kanan bawah)

KELAPA

7. Kelapa Dalam Sri Gemilang

Kelapa Dalam Sri Gemilang berasal dari Kabupaten Indragiri Hilir, adaptif

pada lahan pasang surut. Potensi produksi kopra > 3 ton/hektar/tahun, kadar

minyak 65,19%, protein 8,96%, galaktomanan 1,7%, fosfolipid 0.04%. Kadar

minyak, protein dan galaktoman relatif lebih tinggi dari varietas yang telah

dilepas sedangkan kadar fosfolipid lebih rendah atau sama dengan varietas

unggul lainnya. Hasil observasi menunjukkan tidak ditemukan serangan

hamaSexava sp dan Brontispa sp, terdapat serangan hama Oryctes sp dan

Acerya sp dengan tingkat serangan rendah/ringan. Tidak ditemukan gejala

serangan penyakit utama gugur buah dan busuk pucuk serta Steem

Bleeding.Potensi benih untuk pengembangan atau peremajaan + 39.200 butir

per tahun. Varietas ini telah menyebar di daerah Parit Sialang Krubuk, Desa

Hidayah, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

Gambar 6. Kelapa dalam Sri Gemilang

8. Kelapa Puan Kalianda

Kelapa Puan Kalianda termasuk tipe kelapa Dalam dengan karakteristik

morfologi yang lebih besar dibandingkan kelapa kopyor tipe Genjah asal Pati,

Jawa Tengah.Ukuran buah relatif besar dan kuantitas endosperm lebih banyak

dibanding buah kelapa Genjah kopyor Pati.Kandungan lemak tak jenuh dan asam

laurat daging buahnya lebih tinggi dibanding kelapa Genjah kopyor Pati.Kuantitas

daging buah kelapa kopyor Kalianda bervariasi antara skor 1-9, lebih tinggi

dibanding kelapa Genjah Kopyor Pati yang hanya memiliki skor 1-6. Kadar gula

total berkisar dari 1.6-2.4 %, protein 0.24-2.55 % dan lemak total 12,12-16.46

%. Jumlah Pohon Induk Terpilih (PIT) sebanyak 123 pohon, memiliki potensi

benih sebanyak 6.657 butir. Jumlah total benih kopyor alami (heterozigot)

pertahun sebanyak 10.731 butir dapat digunakan untuk pengembangan pada

lahan seluas 53 ha. Varietas Kelapa Puan Kalianda sudah menyebar di wilayah

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

Provinsi Lampung dan sekitarnya. Potensi penyebaran pada sentra produksi

kelapa di wilayah Sumatera.

Gambar 7. (A) Populasi Kelapa Puan Kalianda, (B) Tanaman Kelapa Puan Kalianda, (C) Keragaman warna buah KelapaPuan Kalianda dan

(D). Endosperm Kelapa Puan Kalianda PALA

9. Pala Fak Fak

Pala Fak-fak memiliki habitus tanaman relatif lebih tinggi dan besar, daun

lebih panjang dan lebih lebar dibanding pala lainnya. Tinggi tanaman berkisar

15 - 23 meter, lingkar batang 90 - 150 cm., lebar kanopi 2.5m - 3.9m jumlah

lingkaran percabangan dalam batang tanaman 11 - 27 dan jumlah cabang dalam

satu lokus adalah 3 - 6 buah. Bentuk daun lonjong langsing sampai lonjong

agak lebar.

A

D C

B

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

Gambar 8. Daun, buah, biji dan fuli pala Fak-fak (atas), daun, buah dan biji pala banda (bawah).

Biji pala Fakfak berbentuk lonjong panjang dengan variasi lonjong agak

langsing atau agak gemuk. Bagian pangkal biji lebih lebar dari bagian ujung biji,

bobot biji basah per butir > 10 gram, jumlah biji basah per kg basah dari

berbagai PIT adalah 60 - 76 butir. Bunga (fuli) lebih tebal yang merupakan ciri

khas pala fakfak.Kandungan minyak atsiri biji pala tua 2,71 - 5,37%. Kadar

oleoresin biji 14 %, dan oleoresinfuli 13,0 - 15,2 %.

SERAI DAPUR

10. Sitralina Agribun

Varietas ini berasal dari aksesi Cyci 009 hasil seleksi serei dapur yang

berasal dari DIY. Produksi bobot kering 3.67 g, mutu (kadar minyak 0.31% dan

sitral 74.81%) dan memiliki dua karakter pembeda yaitu ujung batang daun

yang melengkung dan lebar daun yang sempit dan kaku. Habitus agak merumbai

pada ujung, panjang daun (cm) 52.42-78.58, lebar daun 0.95-1.25 cm, tebal

daun 0.34-0.42 cm, warna batang abu-abu keunguan/GPG 183 D, karakteristik

mutu 0.31 %, kadar cytrall 74.81 %. Bobot basah batang per rumpun 6.07 kg,

bobot kering batang per rumpun 3.67 g, produktivitas batang basah 2.74

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

ton/ha, produktivitas minyak 110 kg/ha. Beradaptasi baik di dataran rendah

sampai tinggi.

Gambar 9. Serai dapur Sitranila Agribun

TEMULAWAK

11. Xanthorina 1 dan 2

Potensi produksi Xanthoria 1 dan 2 mencapai 22-28 ton/ha. Sedangan

potensi produksi tiga varietas temulawak yang sudah dilepas adalah (13,7 – 33,1

ton/ha). Karakter pembeda Xanthoria 1 dan 2 dan Cursina 3 (variatas yang

sudah dilepas) disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 10. Karakter pembeda Xanthorina 1, Xanthorina 2 dan Cursina 3

URAIAN XANTHORINA 1 XANTHORINA 2 CURSINA 3

Kadar kurkuminoid

1,72% 1,87% 1,69%

Kadar xanthori zol

4,94% 4,83% 4,82%

Produksi ton/ha

29,28 – 39,90 27,63 – 40,69 27,46 – 38,53

Kestabilan produksi

Stabil Stabil Stabil

KAKAO

BL 50

Kakao unggul di Kabupaten Lima puluh Kota mempunyai karakter

bentuk buah berukuran cukup besar, lonjong, licin mengkilat agak beralur

samar,ujung buah runcing, leher botol tidak ada, pangkal buah membulat,

dengan panjang 30-35 cm, berdiamter 30-35 cm. Warna buah merah marun dan

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

berbuah sepanjang tahun dengan jumlah buah/pohon/tahun dapat mencapai

50-90 buah/tahun. Potensi produksi/hektar/tahun 2,67 kg/pohon atau 3,3733

kg/ha/thn dengan populasi 1100 pohon/ha. Pod Index 40-60 buah. Varietas ini

terlihat agak tahan Busuk Buah Kakao (BBK), Agak tahan Penyakit Buah Kakao

(PBK) dan agak tahan Vascular Steak Dieback (VSD)

Gambar 10. Penampilan pertanaman Kakao BL 50 (A & B), Bentuk Buah Kakao

RCL (C ), Bentuk Buah Kakao Unggul Lokal (D), Bentuk Buah Kakao

Keberhasilan pencapaian target indikator varietas ini tidak terlepas dari

perencanaan yang matang pelaksanaan kegiatan perakitan varietas yang

dilakukan oleh tim peneliti pemuliaan khususnya. Dalam perencanaan strategis,

Puslitbang Perkebunan telah menyusun roadmap kegiatan perakitan varietas

komoditas perkebunan, sehingga dapat diestimasi setiap tahunnya varietas yang

akan dilepaskan baik terkait jenis dan jumlahnya komoditas. Keberhasilan

pencapaian sasaran varietas disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan melalui

monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari tahap

awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut

A B

C D E

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan

keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan

tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan

memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang

dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target

suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Untuk mendukung kegiatan

pemulian tanaman, diperlukan materi genetik tanaman perkebunan. Selain itu,

keberhasilan pencapaian varietas juga karena dukungan dari koleksi plasma

nutfah tanaman perkebunan yang dimiliki dan dikonservasi. Sampai dengan TA

2016 Puslitbang Perkebunan telah memiliki sebanyak 10.799 aksesi yang secara

rinci berdasarkan komoditas disajikan pada Tabel 12.

Tabel 11. Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2016

No Komoditas Jumlah Aksesi Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kelapa 84 87 87 87 87 86

2 Pinang 38 38 38 38 38 38

3 Sagu 17 20 20 20 19 20

4 Aren 14 14 14 14 14 14

5 Kelapa Sawit 0 99 203 203 203 203

6 Kakao 0 230 235 235 236 236

7 Kopi 0 255 260 265 269 269

8 Karet 0 50 50 50 50 50

9 Teh 0 40 40 45 45 65

10 Tebu 485 485 600 750 792 1.060

11 Kapas 851 851 851 841 841 951

12 Tembakau 1.295 1.295 1.360 1.360 1.370 1.370

13 Bunga matahari 70 75 75 78 78 81

14 Agave 11 11 24 25 25 24

15 Cengkeh 13 18 22 78 127 234

16 Jambu mete 1 178 186 186 216 221

17 Pala 45 48 56 62 386 355

18 Lada 4 97 104 108 141 89

Jumlah 2.928 3.891 4.225 4.445 4.937 5.366

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

Trend capaian varietas unggul baru tanaman perkebunan berfluktuasi

selamaTA 2012-2016, berturut turut dari tahun 2012 sampai dengan 2016,

capaian varietas adalah 100%, 90%, 140%, 157% dan 186%, sebagaimana

disajikan pada Gambar 13.

Gambar 11. Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2012-2016

Tidak tercapainya target varietas pada TA 2013 dikarenakan tidak

lulusnya pelepasan varietas tembakau, karena terkendala kebijakan pemerintah

daerah untuk tidak menambah varietas unggul baru tanaman tembakau. Pada

TA 2014, 2015 dan 2016, capaian indikator jumlah varietas jauh diatas

targetnya. Hal ini pada umumnya disebabkan karena usulan pelepasan varietas

untuk satu komoditas tanaman lebih dari 1 calon varietas, sehingga jika lulus

lebih dari satu pada komoditas yang diusulkan tersebut, capaian indikator ini

menjadi melebihi targetnya. Disamping itu, capaian varietas yang lebih tinggi

dari targetnya juga dikarenakan adanya kegiatan kerjasama pelepasaan VUB

dengan pihak lain yang tidak direncanakan.

6

10 10

7 76

9

14

11

13

100%

90%

140%

157%

186%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Target Realisasi %tase

2012 2013 2014 2015 2016

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

Sasaran 2 : Tersedianya teknologi budidaya tanaman perkebunan

Pada TA 2016 Puslitbang Perkebunan mentargetkan untuk menghasilkan

teknologi budidaya tanaman perkebunan sebanyak 16 teknologi, dan telah

terealisasi sebanyak 19 teknologi (tingkat keberhasilan 119 %) sebagai berikut:

TEBU

1. Teknologi Protokol Perbenihan Tebu PC

Perlakuan Hot Water Treatment pada suhu 52 0C selama 30 menit, dapat

menghindarkan benih tebu dari serangan hama penggerek batang dan

penggerek pucuk. Dengan perlakuan HWT, tingkat serangan hama tersebut

dapat menurun dari 2,48 % menjadi 0,52 % pada varietas BL, dan dari 1,81 %

menjadi 1,09 % pada varietas PSJK 922, yaitu tingkat serangan yang masuk

kategori dibawah standar.

Gambar 12. A) Panen Benih Tebu Umur 5 Bulan, (B) Pembersihan Pelepah

Tebu, dan C) Pengambilan Mata Tebu Dengan Bor Bud Chip

Gambar 13. A) Proses HWT Pada 52ºc Selama 30 Menit, B) Pesemaian Benih Bud Chip Pada Pengujian Daya Mengecambah

A B

C A B

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

2. Pemupukan Tebu RC Juring Ganda

Pemberian pupuk sebanyak 9,6 Ku Phonska + 6,4 ku ZA/ha atau setara

dengan 1,6 x dosis pupuk normal pada sistem tanam juring ganda memberikan

hasil tebu sebesar 128,28 ton/ha

.

Gambar 14. Keragaan Tanaman Tebu Sebelum Tebang

3. Validasi kesesuaian tipe kemasakan varietas tebu dengan tipologi lahan

Lahan bertekstur berat pada lahan tadah hujan dengan drainase jelek

sampai lancar dapat ditanami varietas dengan tipe kemasakan awal tengah

sampai tengah lambat.Pada lahan tadah hujan dengan tekstur ringan dan

drainase jelek sampai lancar dapat ditanami varietas masak tengah lambat dan

apabila lahan dapat diairi maka dapat ditanami varietas masak awal

tengah.Pemilihan varietas yang sesuai yang mempunyai daya kepras yang tinggi

sangat dianjurkan.

4. Pupuk Hayati PC

Penggunaan pupuk hayati (dengan carrier biomassa Tithonia yang telah

dihaluskan dan dikeringkan, dan memiliki kandungan 30,82% C-organik; 53,32%

bahan organik; 4,15% N, rasio C/N 7 ; 0,62% P; 4,63% K; 1,68% Ca dan 0,84%

Mg) dikombinasikan dengan pupuk an-organik dapat meningkatkan rendemen

tebu. Formula pupuk hayati sampai 6 bulan penyimpanan masih memenuhi

persyaratan teknis pupuk hayati yaitu: populasi koloni≥ 107 cfu/g untuk formula

powder. Secara umum aplikasi pupuk hijau C. juncea dapat meningkatkan

rendemen tebu..

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

Gambar 15. A) Tanaman Crotalaria juncea, B) Bintil akar C. juncea, dan C) koloni Rhizobia juncea (kanan)

5. Pengendalian Hama Uret pada Tanaman Tebu

Hama uret pada tanaman tebu dapat dikendalikan dengan menggunakan mulsa

plastik.Mekanisme kerjanya adalah dengan menghalangi serangga dewasa untuk

terbang atau serangga dewasa betina meletakkan telur di lahan.Penggunaan

mulsa plastik sebagai penutup tanah dinilai paling efektif mengendalikan uret

selain memberikan dampak positif terhadap produktivitas tanaman tebu.

Dengan mengendalikan hama uret menggunakan mulsa plastik, produktivitas

tebu meningkat dari 47,80 ton/ha menjadi 91,83 ton/ha.

Gambar16. (A) Perlakuan penutupan mulsa plastik 100% (Produksi 91,83

ton/ha); (B) Penutupan mulsa plastik 50% (produksi 56,28 ton/ha);

(C) Kontrol (tidak ditutup mulsa plastik) (Produksi 47,80 ton/ha)

A

C B A

C B

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

6. Optimasi Proses Pembuatan Bioethanol Dari Molase Tebu

Penggunaan molase dengan kadar gula 40 % + katalis Urea 1 %,

denganwaktu proses 3 hari menghasilkan bioethanol sebesar 7,6 %, tertinggi

dibanding perlakuan lainnya.

KAKAO

7. Teknologi Fermentasi Biji Kakao Kering

Fermentasi biji kakao kering dapat dilakukan dengan merehidrasi biji

menggunakan air hangat bersuhu 40 °C selama ±10 menit, dilanjutkan proses

fermentasi selama 5 hari menggunakan Saccharomyces cerevisiae sebanyak

1,5% dari berat biji kakao. Fermentasi menghasilkan biji kakao dengan nilai

indeks fermentasi 1. Biji kakao kering yang diperoleh memiliki kadar air 7,4%,

dan jumlah biji per 100 gram sebanyak 82 biji sehingga dikategorikan ke dalam

mutu A sesuai SNI 01-2323-2008.

Gambar 17. (A) Sortasi biji kakao asalan untuk memisahkan kotoran dan biji

kakao yang tidak sehat; (B) penambahan agens fermentasi pada biji kakao yang telah direhidrasi, dan (C) biji kakao yang telah diberi

agens fermentasi sesuai perlakuan dan siap untuk difermentasi

8. Teknologi Pengendalian Terpadu Hama PBK Kakao

Pengendalian hama PBK kakao harus dilakukan secara terpadu

mengingat hama ini sangat sulit dikendalikan. Pengendalian dapat dilakukan

dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. menanam atau melakukan sambung samping dengan klon ICCRI 07 dan

Sulawesi 03

A B C

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

2. melakukan pemupukan berimbang dengan memadukan pupuk kimia dan

pupuk organik yang memanfaatkan serasah daun kakao, buah kakao

terinfeksi hama dan penyakit, kulit kakao dan limbah perkebunan kakao

lainnya.

3. melakukan pemangkasan secara periodik dengan membatasi tinggi tajuk

tanaman maksimum 3-4 meter

4. melakukan panen sering pada saat buah masak awal dengan rotasi 1

minggu diikuti dengan pemecahan buah pada hari itu juga, kemudian kulit

buah dikumpulkan dan dibenamkan ke dalam tanah serta ditimbun tanah

setebal 20 cm

5. melakukan sanitasi kebun dengan cara membersihkan areal kebun dari

daun-daun kering, tanaman tidak sehat, ranting kering, kulit buah maupun

gulma yang berada di sekitar tanaman

6. Melakukan penyarungan buah muda berukuran 5–8 cm dengan plastik -->

dapat menggunakan bekas mie instan atau bungkus makanan lainnya

7. memelihara predator PBK berupa semut hitam (Dolichoderus thoracicus),

yang sekaligus bermanfaat untuk mengendalikan hama Helopeltis spp. Cara

yang paling mudah untuk memelihara semut hitam adalah dengan

meletakkan sarang semut yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun

kakao, kemudian diberi larutan gula merah.

Gambar 18. Gejala serangan (A), kerusakan (B) dan larva (C) PBK, Morfologi kulit buah kakao yang tahan terhadap PBK (D)

A B C

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

Gambar 19 (A) Proses pembuatan pupuk organik dari limbah kebun kakao );

(B) pemangkasan pemeliharaan secara rutin; dan (C), penyarungan buah kakao dengan plastik

9. Teknologi Pengendalian Terpadu Penyakit Busuk Buah Kakao

Pengendalian penyakit busuk buah kakao dapat dilakukan dengan

menerapkan hal berikut:

1. Sanitasi kebun dengan menghilangkan sumber inokulum patogen dari kebun

berupa buah yang terinfeksi P. palmivora baik yang masih berada di pohon

atau yang jatuh ke permukaan tanah, kulit buah dari limbah panen, ranting

dan daun dari pemangkasan, dengan cara mengubur/membenamkan atau

mendekomposisikan untuk dijadikan pupuk organik.

2. Pemangkasan pemeliharaan

3. Pemanfaatan mikroorganisme antagonis berupa jamur antagonis Trichoderma

viride

4. Pemanfaatan fungisida nabati berupa minyak cengkeh dan serai wangi

5. Penggunaan asap cair dari tempurung kelapa dengan konsentrasi 0,1%

Gambar 20. (A) Gejala serangan Phytophthora palmivora pada buah kakao ;

dan (B) produk biofungisida berbahan aktif spora jamur antagonis

Trichoderma viride

A B

A B C

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

KOPI

10. Teknologi Pemanfaatan Mikroba Untuk Meningkatkan Cita Rasa

Kopi

Penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 200 gram pada 10 kg

kopi Arabika pulper basah dan difermentasi selama 10 jam menghasilkan kopi

citarasa tertinggi dengan skor mencapai 84,88 dengan citarasa khas berupa

caramelly, spicy, floral dan sweet. Secara fisik kopi yang dihasilkan dari

perlakuan ini menghasilkan biji kopi beras dengan kadar air 9,4% dengan nilai

cacat 11,80 dimana merujuk ke SNI 01-2907-2008 masuk ke dalam mutu 2.

Proses ini jauh lebih cepatt dibanding proses fermentasi konvensional yang

membuttuhkan waktu 12-36 jam.

Gambar 21. (A) Penambahan agens fermentasi pada kopi pulper basah sebelum di fermentasi; (B) dan pengukuran pH dan suhu awal

sebelum biji kopi difermentasi

LADA

11. Metode Blancing Untuk Pengolahan Lada Hitam

Perendaman terbaik untuk pengolahan lada hitam dilakukan selama 1,5-2,5

menit pada suhu 80-900C. Teknologi ini mempunyai keunggulan : 1) Lada

berwarna hitam lebih gelap, mengkilat dan merata; 2) Pengeringan lada lebih

cepat; 3) Menghasilkan lada beraroma lebih kuat/tajam dibandingkan lada hitam

yang diolah secara tradisional.

A B

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

12. Pengendalian Pengisap Buah Lada Dasynus piperis China dengan

Pestisida Nabati dan Parasitoid Telur Anastatus dasyni Ferr..

Pestisida nabati minyak mimba dan atau minyak cengkeh pada

pertanaman lada yang diaplikasikan dengan di semprot dengan konsentrasi 5

ml/liter dapat menurunkan populasi hama pengisah buah lada (D. piperis).

Aplikasi parasitoid A. dasyni pada pertanaman lada menurunkan populasi

pengisap buah lada. Keberlanjutan populasi parasitoid A dasyni ditentukan oleh

keberadaan inang penghasil nectar yaitu Asystatus gengetica

Gambar 22 Beberapa Telur Dasynus piperis yang terparasit oleh Anastatus dasyni pada pertanaman lada di Bangka

13. Formulasi Trichoderma sp. Untuk Pengendalian BPB Lada

Formulasi merupakan salah satu pendekatan agar mikroba yang

berpotensi dalam pengendalian BPB maupun memperbaiki pertumbuhan

tanaman lebih mudah diaplikasikan. Salah satunya adalah teknik formulasi

Trichoderma sp. dan jamur endofit untuk pengendalian patogen penyebab

penyakit. Formula dari Jagung, sukrosa dan larutan sodium alginate 1% dengan

perbandingan 2:0,02:2. Trichoderma dan jamur endofit efektif mengendalikan

penyakit BPB lada, baik untuk uji di rumah kaca dan lapang. Keunggulan formula

ini karena: 1) Bahan dasar yang digunakan mudah didapat (tepung jagung,

alginate dan gula (sukrosa); 2) Proses pembuatan granule dapat dilakukan di

laboratorium dengan persyaratan minimal; dan 3) jamur yang sudah dalam

bentuk terfomulasi akan lebih mudah untuk diaplikasikan, dibawa dan disimpan.

Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

14. Teknologi Praktis Konservasi Lengas Tanah Dengan Biopori Pada Pertanaman Lada

Fluktuasi lengas tanah merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi lada. Hal ini berhubungan dengan

karakteristik dasar lada yang perakarannya dominan di lapisan tanah atas <60

cm. Mengingat fenomena perubahan iklim yang semakin nyata dengan kejadian

El-nino dan La-nina yang semakin intens, maka diperlukan strategi inovasi yang

tepat untuk mendukung pengembangan lada di tanah air. Biopori merupakan

teknologi konservasi air yang telah lama dikenal oleh masyarakat perkotaan,

namun belum banyak dilirik dan dimanfaatkan di bidang pertanian.

Teknik konservasi lengas tanah dilakukan dengan pengaturan 6 titik

biopori per tanaman lada, berdiameter 15 cm dan kedalaman 100 cm, yang diisi

dengan material organik serasah daun yang ada dikebun. Dengan teknik ini

ternyata efektif meredam fluktuasi lengas tanah ekstrim pada tahun basah, dan

dapat meningkatkan performansi produksi lada pada tahun basah, dan

diharapkan lebih berdampak positif pada kondisi tahun kering.

PALA

15. Teknologi Penanganan Dan Penyimpanan Biji Pala.

Indonesia sebagi negara pengekspor pala terbesar di dunia, dari tahun ke

tahun mengalami penurunan akibat seringnya terjadi penolakan oleh negara-

negara importir karena tidak sesuai dengan persyaratan mutu yang mereka

tetapkan, terutama mengenai kandungan alfatoksin yang melebihi batas

maksimum. Penanganan yang baik dan benar pada biji pala perlu diperhatikan

untuk mengurangi cemaran aflatoksin.

Teknologi penanganan dan penyimpanan biji pala dengan cara: Pala

dijemur sampai kadar air 8-10%, kemudian dikemas dalam plastik jenis

polietilen, dan ditempatkan pada suhu 20-25oC. Dengan cara ini menghasilkan

lpala degan kandungan Alfatoksin jenis B1, B2, G1, dan G2 memenuhi standar,

kadar air dan kandungan minyak atsiri relative stabil.

Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

JAMBU METE

16. Teknologi Pemupukan Jambu Mete

Pemberian pupuk dalam jumlah (dosis) yang memadai memperbaiki

pertumbuhan dan produksi mete secara signifikan. Pada stadia TBM, dosis

pupuk anjuran adalah 200, 300, dan 600 g NPK 2:1:1/ph/th dalam bentuk N,

P2O5 dan K2O, masing-masing untuk tanaman berumur 2, 3 dan 4 tahun di

lapangan, yang diberikan dalam 2 kali agihan (split dosis). Pada tanaman dewasa

(TM), dosis pupuk anjuran adalah 500, 750 dan 1000 g NPK 1:1:2 /ph/th,

masing-masing untuk umur tanamaan 5, 6 dan 7 tahun. Contoh, pada dosis

pemupukan 1.0 kg NPK/ph menghasilkan rata-rata hasil gelondong mete 8.1

kg/pohon pada umur tanaman 6 tahun.

Penggunaan dosis pupuk tersebut berpotensi dapat diturunkan atau

bahkan dihilangkan samasekali (tidak perlu dipupuk) apabila ruang (space)

diantara tegakan jambu mete ditanami tanaman sela seperti jagung yang

dipelihara secara intensif. Karena tanaman jambu mete dapat memanfaatkan

sebagian pupuk yang tidak diserap/diambil tanaman jagung atau dikenal sebagai

residual effect.

Apabila tanaman jambu mete diusahakan secara polikultur dengan

tanaman sela seperti jagung atau padi lahan kering, maka ada potensi dosis

pupuk anjuran jumlahnya dapat dikurangi atau ditekan hingga 50% atau bahkan

lebih, tergantung jenis tanaman sela yang digunakan dan tingkat intensitas

pemeliharaannya.

CENGKEH

17. Sinergisme Insektisida Nabati Untuk Meningkatkan Efektifitas

Pengendalian Hama Nilaparvata Lugens Campuran 2 jenis minyak atsiri (minyak serai wangi + cengkeh dan minyak

serai dapur + cengkeh) dengan konsentrasi 10 ml/l dapat menekan peletakan

telur N. lugens 2 kali lebih baik dibandingkan secara tunggal di rumah kaca. Di

lapang campuran serai wangi + cengkeh dengan konsentrasi 10 ml/l yang

diaplikasikan 2 kali seminggu dapat meningkatkan efikasinya dengan nilai

efektivitas aplikasi sebesar 70,2%. Campuran tersebut relatif aman terhadap

musuh alami di lapang

Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

KELAPA

18. Teknologi Pengendalian Penyakit Layu Kalimantan

Pengendalian penyakit layu Kalimantan secara terpadu dengan kombinasi teknik

mekanis dengan cara bobokor dan pembersihan rerumputan dan secara

bersama dilakukan pemupukan untuk tanaman kelapa yang menunjukan gejala

serangan tingkat 3. Perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dengan

dosis pupuk 750 gram sampai dan dengan 1 kilogram NPK. Penyuntikan

antibiotika dapat dilakukan pada tanaman kelapa yang kena penyakit layu

dengan gejala tingkat 2. Kemudian melakukan penebangan pohon kelapa yang

kena serangan penyakit layu Kalimantan dan membakar batang kelapa hingga

habis.

Gambar 23. Kelapa terserang penyakit layu Kalimantan (ke-1 dan ke-2 dari

kiri), pembakaran batang kelapa yang baru ditebang

19. Teknologi Pengendalian Phytoptora (Penyakit Busuk Pucuk

Kelapa)

Pengendalian phythoptora dapat dilakukan dengan pengendalian mekanis

sebagai berikut:

1. menebang tanaman kelapa yang terserang busuk pucuk, dan

membakarnya hingga habis

2. memanen buah kelapa yang kena penyakit dan dimusnahkan dengan cara

membakar

Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

3. membersihkan tanaman sehat dan dipupuk dengan NPK 1 kg untuk

tanaman dewasa dan tanaman muda 0.25-0.5 gr per pohon dengan interval

6 bulan selama 1 tahun

Gambar 24. Penyakit Busuk Kelapa

Keberhasilan pencapaian target indikator jumlah teknologi peningkatan

Produktivitas ini tidak terlepas dari perencanaan yang matang pelaksanaan

kegiatan perakitan teknologi peningkatan Produktivitas yang dilakukan oleh tim

peneliti. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh dukungan

manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan data,

perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian. Monitoring dan evaluasi

Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap

kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau capaian kinerja

setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga

dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat

diantisipasi sejak awal.

Trend capaian teknologi budidaya tanaman perkebunan selama lima

tahun menunjukkan realisasi capaian teknologi berfluktuasi dari tahun ke tahun,

tetapi realisasi selalu mencapai target/100% atau bahkan melampaui

target(sangat berhasil)

Gambar 25. Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2012-2016

Melonjaknya capaian indikator teknologi peningkatan Produktivitas

tanaman perkebunan TA 2013, target dan capaian pada TA 2014 dikarenakan

ada tambahan anggaran penelitian komoditas sawit, tebu, kakao, kopi, teh, dan

karet yang pelaksanaannya dilelang dengan pihak ketiga (dilaksanakan oleh eks

LRPI, sebagai pemenang lelang). Adanya tambahan anggaran tersebut

berimplikasi pada meningkatnya output penelitian teknologi peningkatan

produktivitas ini. Pada TA 2015, anggaran tambahan tersebut dialihkan

pengelolaannya ke Sekretariat Balitbangtan. Adanya keterkaitan antara alokasi

anggaran dengan jumlah teknologi peningkatan produktivitas yang dihasilkan

digambarkan pada Gambar 26 Semakin tinggi alokasi anggaran pada kegiatan

19 17

45

231619

30

46

2319

100%

176%

102% 100%

119%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

0

10

20

30

40

50

Target Realisasi %tase

2012 2013 2014 2015 2016

Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

perakitan teknologi peningkatan produktivitas, jumlah teknologi yang dihasilkan

juga semakin meningkat

Gambar. 26. Keterkaitan alokasi anggaran dengan jumlah teknologi peningkatan

produktivitas yang dihasilkan

Sasaran 3: Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai

tambah/produk olahan

Teknologi diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman

perkebunan, pada TA 2016 ditargetkan sebanyak 5 produk/teknologi dan

terealisasi sebanyak 7 formula (realisasi fisikmencapai 140%). Rincian Teknologi

diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan

yaitu:

1. Formula Pupuk Hayati Untuk Efisiensi Pupuk Anorganik Pada

Tanaman Kopi

Penggunaan mikroba indigenous yang terdiri dari mikroba pelarut fosfat

(MPF) dan mikoriza meningkatkan asupan hara pada tanaman kopi robusta,

dengan peningkatan pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah cabang dan

diameter tajuk) sebesar 17% terhadap kontrol.

0

10

20

30

40

50

60

2012 2013 2014 2015 2016

Anggaran (Rp.100juta)

jumlah teknologi

Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

Gambar 27. A) Aplikasi Formula Pupuk Hayati Pada Tanaman Kopi,

B) dan C) Keragaan Tanaman Kopi Pada Umur 20 Bulan Setelah Aplikasi

2. Aplikasi edible coating pada daging kelapa muda terolah minimal

Untuk dapat mempertahankan kesegaran daging buah kelapa muda, diperlukan

teknologi penyimpanan yang baik. Penggunaan edible coating dari bioselulosa

yang berasal dari bahan baku air kelapa merupakan teknologi kemasan yang

cukup baik karena dapat melindungi produk dari pengaruh kontaminasi dan

mempertahankan produk tetap segar karena terhindar dari penguapan. Hasil

penelitian awal menunjukkan, kelapa muda yang disimpan selama 2 bulan di

refrigerator atau freezer dengan teknologi edible coating menunjukkan jumlah

mikroba hanya berkisar 0-80 cfu, pH 7,0 (netral), kadar air 84,11-87,15%

(masih seperti kadar air daging kelapa muda segar). Uji organoleptik pada

karakter warna dan aroma menunjukkan nilai 3 (normal), tetapi pada karakter

rasa mendapat nilai 2,5 (biasa sampai tidak suka). Masih diperlukan

penyempurnaan sebelum teknologi ini siap disebarkan.

Gambar 28. (A) Bahan Baku Bioselulosa , (B) Proses Pembuatan Slurry

Bioselulosa Dan (C) Proses Pembuatan Edible Coating Darislurry

A B C

C B A

Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43

Gambar 29. (A) Prosescoatingdaging Buah Kelapa; (B) Pengemasan Vacuum; (C) Dan Daging Buah Kelapa Sudah Dicoating Dan Dikemas Siap

Disimpan

3. Perbaikan Pengolahan Makanan Ringan Coconut Chip

Salah satu produk andalan dari daging buah kelapa adalah coconut chips yang

diproses dengan melakukan perendaman dalam CaCl2 0,5-2,0% sebelum

diproses. Hasil pengamatan nilai gizi coconut chip adalah sebagai berikut: kadar

air 2,30-2,48%, abu 2,40-2,55%, lemak 37,20-40,15%, protein 4,25-5,42% dan

serat kasar 4,98-5,45%. Uji organoleptik menunjukkan penambahan CaCl2

meningkatkan kerenyahan coconut chip.

Gambar 30. (A) Irisan daging buah kelapa direndam dalam larutan CaCl2;

(B) perebusan dalam larutan gula dan garam; dan (C) produk

coconut chip

4. Pemanfaatan biodegradablefilm pati sagu sebagai kemasan aktif

Biodegradable film yang dipreparasi menggunakan 1,0% Carboxy Methyl

Cellulose, 1,0% gliserol dan 0,3% Virgin Coconut Oil, telah digunakan sebagai

bahan pengemas primer pada produk permen kelapa. Sampai penyimpanan 40

A C B

A C B

Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

hari permen kelapa mengandung kadar air 6,71%, total mikroba 0 cfu, protein

2,79 %, lemak 14,58% dan kadarabu 1,44%. Hasil uji sensoris menggunakan

20 orang panelis sampai penyimpanan 20 hari permen kelapa memiliki aroma,

rasa dan warna yang disukai.

5. Formula Bio Insektisida Yang Prospektif Mengendalikan Wereng

Coklat

Penggunaan bio insektisida dengan formula piretrum pada konsentrasi

5ml/lt air yang diaplikasikan secara kontak menyebabkan mortalitas wereng

82,5% - 85% pada pengamatan jam pertama setelah aplikasi. Pada konsentrasi

lebih rendah 20ml/lt air mortalitas wereng berkisar 48,75% – 60%, jauh lebih

efektif dibanding penggunaan insektisida sintetis (kontrol positif) pada

konsentrasi 2ml/lt air yang hanya menimbulkan mortalitas sebesar 26,25%.

Aplikasi residu pada daun (leaf residu method) mengakibatkan mortalitas pada

hari pertama setelah penyemprotan sebesar 70% - 85%; pada hari kedua

sebesar 50% - 65%; pada ke tiga sebesar 40% - 42,5% dan pada hari ke empat

sebesar 30% - 40%. Sebagai pembanding, penggunaan formula mimba pada

hari pertama menimbulkan mortalitas sebesar 15% - 27,5%, pada hari kedua

sebesar 5% - 20%; pada hari ketiga sebesar 10% - 12,5% dan pada hari

keempat sebesar 10% - 12,5%; sementara pada insektisida sintetis pada hari

pertama mengakibatkan mortalitas 20%; hari kedua sebesar 12,5%; hari ketiga

sebesar 10% dan hari keempat sebesar 10%.

6. Pengujian Insektisida Hayati Terhadap Wereng Cokelat

Penggunaan insektisida hayati dari Beauveria dan Metarhizium mampu

mengendalikan wereng cokelat, dengan daya bunuh lambat, yaitu memerlukan

waktu sekitar 1 minggu. Penelitian menunjukkan sampai dengan hari keempat

mortalitas hanya berkisar antara 1,25% hingga 7,5%, pada hari ke 5 sebesar

13,75% hingga 20%, pada hari ke 6 sebesar 20% hingga 30%, dan pada hari ke

9 meningkat menjadi 51,25% hingga 66,25%.

Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

7. Formula/Produk Biopestisida untuk uret

Penggunaan formula jamur Metarhiziumanisopliae di laboratorium

menunjukkan formula jamurM. anisopliae yang dicampur dengan pupuk kandang

meningkatkan mortalitas hama uret hingga mencapai 90%.

Gambar 31. (A) Uret terinfeksi jamur M. anisopliaedi laboratorium; (B) Uret

yang terserang jamur M. anisopliae (mikosis); (C) Pengujian formula jamur M.anisopliae di rumah kasa

KSRG1 KSRG2

KSRT1 KSRT2

Gambar 32 . Formula Pupuk K Slow Release

Empat formula pupuk, yaitu KSRG1, KSRG2, KSRT1 dan KSRT2 (Gambar 1)

diuji lapang pada tanaman tebu PC varietas masak lambat BL dengan dosis

pupuk K optimal (180 kg K2O/ha) lebih tinggi dari paket pupuk K petani (90 kg

K2O/ha) pada tanah Inceptisols berpengairan teknis dengan status hara K tanah

rendah di KP Karangploso Malang. Hasilpengujian lapang menunjukkan bahwa

perlakuan paket pemupukan petani dengan penambahan 90 kg K2O/ha pupuk K

slow release berbahan baku finase baik berbentuk granul (KSRG2) maupun

tablet (KSRT2) serta berbahan baku KCl impor berbentuk tablet (KSRT1) mampu

A C B

Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

meningkatkan produksi tebu dan hablur serta keuntungan usahatani tebu

tertinggi

Keberhasilan pencapaian target indikator jumlah produk olahan/teknologi

peningkatan Diversifikasi dan Nilai Tambah tidak terlepas dari perencanaan yang

matang pelaksanaan kegiatan perakitan teknologi tersebut oleh tim peneliti.

Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh dukungan

manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan data,

perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian. Monitoring dan evaluasi

pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap

kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau capaian kinerja

setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga

dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat

diantisipasi sejak awal.

Trend capaian teknologi budidaya tanaman perkebunan selama lima

tahun menunjukkan realisasi capaian teknologi berfluktuasi dari tahun ke tahun,

tetapi realisasi selalu mencapai target/100% atau bahkan melampaui

target(sangat berhasil)

Trend capaian produk olahan/teknologi peningkatan diversifikasi dan nilai

tambah tanaman perkebunan selamaTA 2012-2016 menunjukkan capaian selalu

sama dengan atau diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana disajikan pada

Gambar 35.

Gambar 33. Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya

saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2012-2016

1114

7 4 5

18 20

7 7 7

164%143%

100%

175%

140%

0%

50%

100%

150%

0

5

10

15

20

25

Target Realisasi %tase2012 2013 2014 2015 2016

Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

Tingginya capaian indikator produk olahan/teknologi peningkatan diversifikasi

dan nilai tambah tanaman perkebunan pada TA 2012 dan 2013 dikarenakan

ada tambahan anggaran penelitian dari kegiatan kerjasama dengan DIKTI pada

tahun 2012 dan 2013. Adanya tambahan anggaran tersebut berimplikasi pada

meningkatnya output penelitian teknologi peningkatan produktivitas ini karena

kegiatan kemitraan dengan DIKTI ini sebagian besar menghasilkan output ini.

Adanya keterkaitan antara alokasi anggaran dengan output ini disajikan pada

Gambar 36. Semakin tinggi alokasi anggaran pada kegiatan perakitan teknologi

peningkatan produktivitas, jumlah produk olahan teknologi yang dihasilkan juga

semakin meningkat

Gambar 34. Keterkaitan alokasi anggaran dengan output Produk

Olahan/Teknologi Peningkatan Diversifikasi dan nilai tambah

Sasaran 4 : Tersedianya Benih Sumber

Sasaran ini memiliki 9 Indikator kinerja sasaran, yang capaiannya disajika pada

Tabel 12.

Dari 9 indikator sasaran terkait perbenihan diatas, 7 indikator

diantaranya sudah mencapai ukuran keberhasilan “ sangat berhasil”; 1 indikator

yaitu Jumlah benih Jahe, kunyit, kencur, dan temulawak mancapai kriteria “

berhasil” dan 1 indikator yaitu benih sumber kelapa mencapai ukuran “ tidak

berhasil”.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2012 2013 2014 2015 2016

Anggaran (Rp. 100 juta)

Realisasi Produk/teknologi

Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

Tabel 12. Realisasi Indikator Benih Sumber TA 2016

No Indikator Target Realisasi Persentase

(%)

Ukuran

Keberhasilan

1. Jumlah benih kelapa 250.000

butir

68.060

butir

27,22 Tidak berhasil

2. Jumlah benih sumber

Lada, nilam, teh,

seraiwangi

405.00

setek

424.650

setek

104,85 Sangat berhasil

3. Jumlah benih sumber

Kopi dan Kakao

25.000

batang

25.000

batang

100,00 Sangat berhasil

4. Jumlah benih Jahe,

kunyit, kencur, temulawak

(

24.000 kg 18.000 kg 75,00 Berhasil

5. Jumlah benih Tembakau,

kapas, wijen, jarakkepyar,

jarakpagar,

kenafdanrosela

6.350 kg 8.770 kg 138,77 Sangat berhasil

6. Jumlah benih Cengkeh,

jambumete, pala

60.000

pohon

65.372

pohon

108,95 Sangat berhasil

7. Jumlah benih Kopi

Robusta dan karet

100.000

entres

100.126

entres

100,13 Sangat berhasil

8. Jumlah benih sumber

Rami

100.000

rhyzome

200.000

rhyzome

200,00 Sangat berhasil

9. Jumlah benih sumber

Tebu

3.000.000

budset

3.000.000

budset

100,00 Sangat berhasil

Ketidak berhasilan capaian benih sumber kelapa akibat kekeringan yang

terjadi pada tahun 2015, yang mengakibatkan banyak tanaman kelapa

mengalami kerusakan akibat kekeringan (Gambar 10). Upaya mitigasi telah

dilakukan dengan penyiraman tanaman di Kebun Percobaan, namun usaha ini

kurang dapat menekan kerusakan yang ditimbulkan akibat kekeringan. Gambar

... disajikan Diagram Curah Hujan dan Suhu Udara di Manado, tahun 2013 –

2015 yang mana dapat dilihat terjadinya penurunan jumlah curah hujan serta

peningkatan suhu udara dalam kurun 3 tahun terakhir (tahun 2013 - 2015).

Sebagaimana diketahui bahwa tanaman kelapa sangat rentan terhadap cekaman

Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

2013 2014 2015

Curah Hujan

26,0

26,2

26,4

26,6

26,8

27,0

27,2

2013 2014 2015

Suhu Udara

kekeringan, sehingga target tersedianya dan tersalurkanya benih sumber tidak

dapat dicapai.

Sumber : Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, Tahun 2014, 2015 dan 2016.

Gambar 35. Diagram Curah Hujan dan Suhu Udara di Manado, tahun 2013 –

2015

Gambar 36. Kondisi Kelapa Akibat Kekeringan di KP Kima Atas

Sasaran 6 :Tersedianya Rekomendasi Kebijakan.

Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan”, dicapai melalui kegiatan

Analisa Kebijakan. Capaian kinerja Analisis Kebijakan per 31 Desember

2016dari target 6 rekomendasi telah terealisasi sebanyak 6 rekomendasi

kebijakan (100%). Judul Rekomendasi dan sinopsisnya adalah sebagai berikut:

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

1. Moratorium Perluasan Lahan Sawit:

a. Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

yang dimasukkan sebagai Industri strategis nasional menghasilkan

devisa negara senilai 250 T per tahun. Luas lahan kelapa sawit

Indonesia mencapai ± 10-12 juta Ha dimana 40-45% diantaranya

merupakan perkebunan rakyat.

b. Industri kelapa sawit dapat menyerap sekitar 50 juta tenaga kerja.

Dengan kondisi tersebut, laju peningkatkan perkebunan kelapa sawit

sangat cepat mencapai 10,39% per tahun.

c. Berbagai isuue negatif mencuat, antara lain deforestrasi konversi lahan

hutan primer menjadi perkebunan kelapa sawit dan issue lingkungan

terkait penggunaan lahan gambut yang dapat menyebabkan emisi gas

rumah kaca yang berdampak terhadap daya saing perdagangan sawit

Indonesia. Untuk itu pemerintah mengeluarkan InPres Nomor 8 tahun

2015 tentang penundaan pemberian ijin baru dan penyempurnaan tata

kelola hutan primer dan lahan gambut sebelum dikeluarkan Perpres

mengenai moratorium kelapa sawit.

d. Manfaat dari moratorium adalah menjaga stabilitas harga CPO di pasar

dunia, terdeteksinya ijin usaha perkebunan yang lebih rapih dan

terhindar dari konflik kawasan serta untuk restrukturisasi tata kelola,

meningkatkan produkvtivitas lahan sawit yang sudah ada dengan

replanting terutama masyarakat petani serta mendorong hilirisasi

produk sawit.

e. Kebijakan moratorium tersebut perlu didukung oleh semua pihak yang

terkait. Langkah tindak lanjut yang diperlukan adalah (1) melakukan

kajian berapa tahun moratorium dilaksanakan selama periode

pemerintahan saat ini, (2) bagaimana pelaksanaan moratorium dapat

mencapai target sasaran sesuai dengan perkiraan manfaatnya.

2. Pengembangan Kemiri Sunan Untuk Biodiesel :

a. Berdasarkan kondisi atau perkembangan kemiri sunan saat ini, kontribusi

kemiri sunan saat ini hanya akan mampu mengisi 0,3 % dari target

biodiesel B30 pada tahun 2025. Inipun jika tersedia luasan pertanaman

sekitar 270 ribu Ha. Oleh karena itu penetapan angka-angka dan

indikator pengembangan biodiesel dari bahan baku kemiri sunan

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

hendaknya segera dibuat termasuk roadmapnya yang definitive dan

kuantitatif, agar masyarakat luas termasuk swasta mengetahui peran

yang akan dilakukan.

b. Kementan perlu terus mengembangkan kesiapan tanaman bahan

bakunya termasuk kemiri sunan yang mampu mendukung program

pengembangan biodiesel tersebut. Kesiapan Kementan hendaknya

ditetapkan secara definitive dan terukur atau kuantitatif, yang meliputi

penyediaan bibit unggul, bahan tanaman dan partner penangkarnya,

disertai pohon risetnya

c. Sosialisasi kedua butir tersebut diatas sangat diperlukan agar

masyarakat dapat berperan serta, termasuk secara perlahan mendorong

tanaman kemiri sunan menjadi suatu komoditas yang bernilai ekonomi

dan dapat diperdagangkan

3. Implementasi Integrasi Tebu-Sapi, Mendorong Produktivitas Tebu Lahan

Kering :

a. Pemerintah mentargetkan laju pertumbuhan produksi gula sebesar

7,81 % per tahun, untuk meraih produksi gula sebesar 3,8 juta ton

pada tahun 2019. Tetapi produksi gula nasional selama 2013-2014

berlangsung stagnan, sekitar 2,5 juta ton, bahkan th 2015 produksi

gula nasional hanya mampu mencapai 2,3 juta ton. Salah satu

kemungkinan penyebabnya secara teknis adalah belum cukupnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pupuk organik untuk tebu

lahan kering. Padahal areal tebu lahan kering saat ini mencapai 65%

dari luas areal tebu, yakni sekitar 300 ribu ha.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik pada

tebu lahan kering mampu meningkatkan produktivitas 30-70%.

Diperkirakan tebu lahan kering saat ini, membutuhkan 1,5 juta ton

pupuk organik, dengan asumsi setiap ha butuh 5 ton pupuk. Model

integrasi tebu ternak sudah lama dikumandangkan, tetapi implementasi

di lapangan belum nyata, apalagi dalam bentuk sistim pertanian

modern.

c. Model pengembangan ini selain secara langsung untuk menyediakan

pupuk organik bagi tebu lahan kering dalam mendukung peningkatan

produksi gula, potensi dan manfaatnya sekaligus meningkatkan

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

produksi daging, pengurangan emisi GRK (terutama gas Methane dan

CO2) dan peningkatan nilai tambah serta kesejahteraan petani.

d. Kebutuhan pupuk organik tebu yang ditanam di lahan kering sangat

potensial untuk dipenuhi sendiri melalui pengembangan unit model

integrasi tebu-sapi, yang setiap unitnya meliputi pengelolaan 5 ha

pertanaman tebu dengan satu unit kandang 20 ternak sapi, yang

dilengkapi dengan 2 instalasi biogas. Pengelolaan model integrasi tebu-

sapi yang baik secara bisnis dapat meningkatkan nilai tambah dan daya

saing usaha tani tebu dan ternak.

e. Pengembangan model integrasi tebu sapi secara bertahap untuk

memenuhi kebutuhan pupuk organik 25% dari areal tebu yang ditanam

di lahan kering (75 ribu ha) diperkirakan melalui kegiatan pembibitan

dapat menambah paling sedikit 225 ribu anakan sapi dari hasil

pembibitan per tahun, dari hasil 1 unit sebanyak 15 anakan melalui

program nasional Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB). Setiap unit model

integrasi tebu sapi membutuhkan investasi awal sebesar 1,36 milyar

dan akan diperoleh break even poin (BEP) dengan total investasi

selama 3 tahun sebesar 2,36 milyar dan B/C Rasio sebesar 1,9.

4. Revitalisasi Agribisnis Jambu Mete Nasional :

a. Pemerintah Pusat (Kementerian Pertanian) agar segera mencanangkan

gerakan peremajaan dan rehabilitasi pertanaman jambu mete di

daerah penghasil utama disertai bimbingan dan pendampingan teknis

secara intensif.

b. Sinergi Pemerintah dan Industri Pengolahan untuk mengatasi

kelangkaan bahan baku ditengah dominasi ekspor gelondong mete

dengan melakukan Gerakan Serap Gelondong saat musim panen di

daerah penghasil utama jambu mete. Perlu diinisiasi Skim tataniaga

berupa pengaturan harga saat Gerakan Serap Gelondong. Penetapan

harga memperhatikan biaya pokok produksi (BPP) di tingkat petani.

Gerakan tersebut perlu didukung dengan regulasi Kementerian

Perdagangan yang membatasi ekspor gelondong mete, dengan

mewajibkan eksportir untuk melakukan ekspor gelondong dan kacang

mete dalam proporsi tertentu. Kementerian Perindustrian agar

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuh kembangnya industri

pengolahan mete nasional.

c. Sinergi Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam

mengimplementasikan Gerakan Peremajaan dan Rehabilitasi, serta

Gerakan Serap Gelondong.

d. Penugasan kepada Lembaga Penelitian dan/atau Perguruan Tinggi,

sesuai dengan tugas dan fungsinya menyediakan inovasi teknologi

yang diperlukan untuk gerakan peremajaan dan rehabilitasi, serta

keberlanjutan agribisnis jambu mete nasional, misalnya: sistem

perbenihan, varietas baru dengan kualitas CNSL tinggi, teknologi

rehabilitasi dan peremajaan jambu mete, alat mesin pengolah kacang

mete dan produk samping yang efisien.

5. Pengelolaan Tebu Terpadu Untuk Meningkatkan Produksi Gula :

a. Penerapan sistem tanam yang sesuai akan memberikan hasil optimal.

Pada beberapa wilayah seperti Cirebon, Pati, Klaten, Blora, Sidoarjo, dan

Gorontalo, sistem tanam juring ganda memberikan keuntungan yang

lebih tinggi dibanding sistem tanam juring tunggal. Dengan

pendampingan dan bimbingan dari penyuluh setempat, penerapan

sistem juring ganda sesuai SOP diharapkan akan memberikan hasil yang

optimal. Sementara itu, di wilayah lainnya, sistem juring tunggal yang

didukung dengan budidaya optimal dengan penambahan bahan organic,

memberikan hasil yang cukup menguntungkan.

b. Untuk daerah yang tenaga kerjanya terbatas, rekomendasi penerapan

sistem juring ganda harus dibarengi dengan tersedianya mesin-mesin

atau traktor untuk pengolahan tanah dan pembuatan juringan untuk

sistim juring ganda, serta bantuan subsidi benih dan pupuk, baik bahan

organik, maupun pupuk kimia.

c. Rencana tindak lanjut kebijakan ini adalah melakukan pilot project

teknologi P2T3, dan bila memungkinkan dipadukan dengan integrase

ternak – sapi. Kegiatan yang dilakukan adalah penanaman skala massal

50 Ha, di jawa dan atau luar Jawa, dengan menerapkan teknologi yang

dipilih dari kegiatan P2T3 (juring ganda, bahan organik, klentek dan

pemeliharaan optimal).

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

6. Komunikasi Inovasi Sistem Juring Ganda Mendukung Peningkatan Produksi

Tebu Nasional:

a. Dengan penerapan sistem juring ganda, produktivitas tebu meningkat

dari 70-90 ton/ha, menjadi 135-150 ton/ha. Potensi peningkatan

tersebut dapat menunjang peningkatan produksi tebu nasional apabila

terbangun sebuah sistem inovasi yang mendorong terjadinya adopsi di

tingkat petani.

b. Saat ini penerapan sistem juring ganda baru pada petani contoh dengan

bantuan pendampingan. Pada beberapa lokasi percontohan pernah

dilakukan gelar teknologi. Hasil penelitian juga disebarluaskan melalui

media komunikasi dalam bentuk publikasi ilmiah, ilmiah populer, dan

populer.

c. Proses adopsi teknologi sistem juring ganda di tingkat petani terdiri dari

tahapan: (1) pengetahuan (knowledge), (2) persuasi (persuasion), (3)

keputusan (decision), (4) pelaksanaan (implementation), dan (5)

konfirmasi (confirmation). Kegiatan komunikasi inovasi pada petani non

contoh diduga masih dalam tahap peningkatan pengetahuan. Untuk

mendorong adopsi pada wilayah yang lebih luas dan petani yang lebih

banyak maka pada tahapan selanjutnya maka perlu dilakukan

penderasan teknologi atau diseminasi teknologi kepada petani non

contoh dengan cakupan yang lebih luas.

d. Metode komunikasi inovasi yang dapat dipilih yaitu metode penyuluhan

masal, metode penyuluhan kelompok, dan metode penyuluhan individu.

Metode komunikasi massa ditujukan kepada khalayak petani umum

tanpa adanya hubungan personal antara penyuluh dengan audien.

Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain melalui

TV, radio, koran, pamflet, dan lain-lain. Metode komunikasi kelompok

ditujukan kepada kelompok tertentu dan memerlukan pertemuan tatap

muka antara penyuluh dengan para petani. Beberapa teknik yang

digunakan dalam metode ini antara lain ceramah, widyakarya, diskusi

kelompok, pelatihan, demontrasi atau peragaan teknologi.

e. Difusi teknologi merupakan langkah penyebaran teknologi yang pada

akhirnya akan mendorong terbangunnya sistem pertukaran

pengetahuan, dimana petani non contoh akan mendapatkan

pengetahuan, dan petani contoh akan mendapatkan penguatan adopsi.

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

Trend capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan selama TA

2012-2016 sesuai dengan target yang telah direncanakan (100%)

Gambar 37. Capaian Rekomendasi Kebijakan Tanaman Perkebunan TA 2012-

2016

Capaian Kinerja Lainnya

Capaian kinerja lain yang diperoleh Puslitbang Perkebunan pada TA 2016

adalah diperolehnya Sertifikat PUI bertema kelapa berdasarkan Keputusan

Menteri Riset, teknologi dan Pendidikan tinggi Republik Indonesia (tertanda

Prof. Dr. Mohamad Nasir, Msi, Akt, Ph.D) dengan Nomor. 365/M/KPT/2016

yang diterbitkan pada 22-12-2016.

Gambar 38. Sertifikat PUI Kelapa

6 6 6 6 66 6 6 6 6

100% 100% 100% 100% 100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

1

2

3

4

5

6

7

Target Realisasi %tase2012 2013 2014 2015 2016

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

Pusat Unggulan Iptek adalah suatu organisasi yang sudah terbentuk setidaknya

3 (tiga) tahun terakhir, baik berdiri sendiri maupun berkolaborasi dengan

organisasi lainnya (konsorsium) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan riset

bertaraf internasional pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin dengan

standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna

Iptek.

Tujuan pelaksanaan kegiatan pengembangan Pusat Unggulan Iptek adalah untuk

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan, sumber daya dan

jaringan iptek dari lembaga litbang dalam bidang prioritas spesifik agar

terjadi peningkatan relevansi dan produktivitas serta pendayagunaan iptek dalam

sektor produksi untuk menumbuhkan perekonomian nasional yang pada

gilirannya dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam masa pembinaannya, Pusat Unggulan Iptek akan mengembangkan 3

(tiga) kapasitas kelembagaan yang mencakup kapasitas lembaga mengakses

informasi (Sourcing Capacity), kapasitas riset (Research and Development

Capacity), dan kapasitas diseminasi (Disseminating capacity).

Capaian ke 13 indikator tersebut diatas masih bersifat output. karena

Puslitbang Perkebunan merupakan Unit Eselon II yang mempunyai tugas dan

fungsi yang menghasilkan output. Meskipun demikian, Puslitbang Perkebunan

juga mempunyai fungsi dalam mendiseminasikan hasil penelitian. Upaya untuk

merintis percepatan penyampaian inovasi hasil penelitian kepada pengguna,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah mengupayakan beberapa

kegiatan yang terdiri dari :

1. Publikasi Hasil Penelitian

Puslitbang Perkebunan beserta ke empat UPT-nya berusaha untuk

melakukan penyebaran informasi hasil penelitian dan pengembangan

perkebunan melalui terbitan publikasi ilmiah dan populer secara berkala.

Dalam upaya meningkatkan akses informasi hasil penelitian perkebunan,

selain publikasi konvensional juga diperlukan publikasi melalui media masa

baik cetak maupun elektronika.

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

2. Simposium/ Seminar/Pameran / Lokakarya

Selama TA 2016 Puslitbangbun telah menyelengarakan beberapa kegiatan

seminar/workshop, selain itu Puslitbangbun juga aktif berpartisipasi

mendukung beberapa kegiatan seminar/temu lapang yang dilaksanakan

oleh masing-masing satuan kerja lingkup Puslitbangbun.

3. Kerjasama Penelitian dan Pengembangan

Kerjasama yang telah dilakukan Puslitbangbun selama TA 2016 adalah

kerjasama dalam negeri, dan kerjasama dengan luar negeri. Kegiatan

kerjasama dalam negeri yang telah dilaksanakan oleh Puslitbangbun

mencakup kerjasama intern Badan Litbang Pertanian dan kerjasama dengan

pihak swasta maupun institusi pemerintah termasuk dengan perguruan

tinggi negeri maupun swasta.

Capaian Outcome Litbang Perkebunan

1. Percepatan Penerapan Teknologi Tebu Terpadu

Paket teknologi budidaya tebu telah diterapkan di 24 kabupaten sejak 2013

sampai dengan 2016, dengan menggunakan bahan tanaman berupa

varietas unggul yang sesuai lokasi, didukung dengan pemberian bahan

organik dan pupuk anorganik, diikuti pemeliharaan meliputi penyiangan,

pembumbunan dan klentek, panen yang diikuti tebang angkut tepat waktu,

dilanjutkan dengan kepras dan pedhot oyot setelah panen, secara nyata

dapat meningkatkan produktivitas tebu hingga melebihi rata-rata

produktivitas nasional. Produktivitas tebu pada panen pertama MTT

2013/2014 pada perlakuan bongkar ratoon (PC) dengan sistem tanam

juring ganda dan juring tunggal, dan tebu rawat ratoon (RC) yang telah

lebih dari 3 kali ratoon, rata-rata berturut-turut sebesar 94,08; 86,49; dan

72,94 ton/Ha dengan rendemen rata-rata sebesar 7,1, 7,1, dan 6,8 %.

Perlakuan bongkar ratoon lebih baik dari rawat ratoon. Pada perlakuan

bongkar ratoon, sebanyak 17 dari 25 lokasi menunjukkan produktivitas pada

sistem tanam juring ganda lebih tinggi dibanding juring tunggal. Pada

MTT tahun 2014/2015, produktivitas tebu yang merupakan panen kedua

pada tebu RC-1 dengan sistem juring ganda dan RC-1 juring tunggal, serta

tebu yang telah beberapa kali di ratoon, rata-rata berturut-turut 91,33;

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

82,10 dan 72,82 ton/Ha dengan rendemen rata-rata sebesar 7,4, 7,44, dan

7,3 %. Pada MTT 2015/2016, produktivitas tebu yang merupakan

panen ketiga pada perlakuan juring ganda dan juring tunggal, dan tebu

yang telah beberapa kali di ratoon, rata-rata berturut-turut sebesar 95,84,

87,71, dan 77,11 ton/Ha dengan rendemen rata-rata sebesar 6,54, 6,56,

dan 6,60 %. Semua perlakuan memberikan keuntungan bagi petani dengan

nilai B/C ratio > 1. Di kabupaten Deli Serdang, Langkat, Blora, Klaten,

Situbondo, Lamongan, dan Pasuruan, penerapan sistem tanam juring ganda

lebih menguntungkan dibanding sistem tanam juring tunggal. Di kabupaten

Tegal, Pekalongan, Sampang, Cirebon, Majalengka, Pati Jaken, Pati

Tambaharjo, Jember, Bone, dan Gorontalo, sistem tanam juring tunggal

lebih menguntungkan. Pada lokasi lainnya yaitu Ogan Komering Ilir,

Lampung, Bantul, Sidoarjo, dan Bangkalan, petani dapat

mempertimbangkan untuk menerapkan sistem tanam juring ganda karena

berpotensi memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibanding sistem

tanam juring tunggal.

2. Pembangunan model budidaya kemiri sunan

Pembangunan model budidaya kemiri sunan telah dilakukan Puslitbang

Perkebunan di lahan Penyangga Waduk Waduk gajahmungjkur (Jateng) dan

Waduk Jatigede (Jabar), dan di Pulau Buru. Pengembangan kemiri sunan

dilakukan dengan pemanfaatan lahan diantaranya dengan berbagai jenis

tanaman sela diharapkan tidak hanya untuk menambah pendapatan petani,

tetapi juga diharapkan mampu mencegah dan mengendalikan erosi dan

sedimentasi yang berlebihan. Hasil yang diperoleh dari pengembangan model

adalah sebagai berikut:

a. Gajahmungkur.

Pertumbuhan tanaman seperti kemiri sunan, kopi, seraiwangi, maupun

rumput pakan ternak dinilai cukup baik. Untuk tanaman padi, salah satu

tanaman sela yang cepat menghasilkan, diperoleh potensi produksi hingga 8 ton

per hektar dengan produksi biomass yang cukup tinggi akan sangat menunjang

untuk meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dari bahan organik yang

dihasilkannya.

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

b. Jatigede.

Tanaman sela jagung dan kacang tanah diantara kemiri sunan hingga

umur 42 bulan setelah tanam di lahan penyangga waduk Jatigede Kabupaten

Sumedang cukup memberikan peluang untuk dikembangkan sebagai pola

pengembangan kemiri sunan dengan memanfaatkan lahan diantara kemiri sunan

TBM dengan tanaman pangan dan memberikan kontribusi positif terhadap indeks

penggunaan lahan dan pendapatan. Pemupukan NPK sebesar 50-75% dari

takaran rekomendasi mampu memberikan pengaruh terhadap jumlah daun dan

panjang cabang kemiri sunan hingga 6 bulan setelah perlakuan atau pada umur

42 bulan setelah tanam.

c. Pulau Buru.

Hasil kegiatan yang telah diperoleh sampai tahun 2016 adalah telah

terbangunnya demfarm teknologi budidaya kemiri sunan seluas 45 hektar

dengan introduksi tanaman seraiwangi sebagai tanaman sela seluas 5 hektar.

Kondisi keragaan pertanaman secara umum yang cukup baik. Namun demikian,

penanganan ekstra, khususnya untuk tanaman seraiwangi diperlukan, mengingat

kondisi iklim yang kering dengan bulan basah yang terbatas. Introduksi tanaman

seraiwangi sebagai tanaman sela diantara kemiri sunan diharapkan tidak hanya

akan menambah penghasilan tetapi juga akan menambah indeks penggunaan

lahan.

3. Sebaran varietas yang dihasilkan Puslitbangbun

Bermanfaatnya inovasi perkebunan tercermin juga dari penyebaran

varietas Unggul yang dihasilkan Puslitbang Perkebunan. Berdasarkan catatan

penyebaran benih di UPBS lingkup Puslitbang Perkebunan, varietas unggul

tanaman perkebunan telah tersebar dibeberapa wilayah.

Unit pengelola benih sumber (UPBS) merupakan unit atau instalasi

UK/UPT yang berfungsi untuk menyiapkan logistik bagi diseminasi dan

pengembangan varietas unggul. UPBS menghasilkan benih varietas unggul

yang diperbanyak secara generatif (dalam bentuk biji), dan yang diperbanyak

secara vegetatif (dalam bentuk setek, rhyzome, anakan, entres, budset,

planlet/hasil kuljar)

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

Berdasarkan komoditasnya, bebarapa sebaran VUB tanaman

perkebunan adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Sebaran VUB Kelapa DMT

NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Sumatera Utara 1.700

2 Jawa Timur 5.900

3 Sulawesi Utara 6.000 25.000 81.300 4.100

4 Sulawesi Tengah 3.000

5 Sulawesi Tenggara 3.000

6 Kalimantan Tengah 1.000

7 Kalimantan Timur 500 5.000

8 Kalimantan Selatan 1.560

9 Maluku 1.000

10 Papua 126.620 153.150 22.780 6.600 1.600

11 Papua Barat 7.000 6.000 27.500 4.000

JUMLAH 143.120 159.150 76.280 89.600 26.160

Tabel 14. Sebaran VUB Kapas

NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Jawa Tengah 9 9

2 Yogyakarta 11 79

3 Jawa Timur 15 26 28 8 51

4 Bali 13

5 Nusa Tenggara Barat 11 31 1

6 Nusa Tenggara Timur 11 11 79 21 56

7 Sulawesi Selatan 44 75

JUMLAH 46 136 187 113 107

Tabel 15. Sebaran VUB Tembakau

NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Sumatera Barat 30

2 Lampung 200

3 Jawa Barat 60

4 Jawa Tengah 247 2.155 44.974 4.270 18.840

5 Yogyakarta 5 250 300 885 60

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

6 Jawa Timur 6.722 35.830 47.769 63.012 33.078

7 Bali 20

8 Nusa Tenggara Barat 24

9 Nusa Tenggara Timur 630 60 7.656

JUMLAH 6.974 38.319 93.673 68.247 59.864

Tabel 16. Sebaran VUB Lada

NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Aceh 1 2

2 Sumatera Utara 1 1 4

3 Jambi 1

4 Sumatera Selatan 1

5 Lampung 1 5

6 Jawa Barat 2 5 10 20

7 DKI Jakarta 0

8 Jawa Tengah 1 2 2 2

9 Yogyakarta

10 Jawa Timur 1

11 Sulawesi Tengah 2 3 6

12 Sulawesi Selatan 1 4

13 Sulawesi Tenggara 1

14 Kalimantan Tengah 1

15 Kalimantan Barat 2 2 7 4

16 Kalimantan Timur 5

17 Kalimantan Selatan 1 1

18 Bangka Belitung 1 1 2 1 2

19 Gorontalo 1

20 Papua Barat 1

JUMLAH 7 11 24 30 40,275

Tabel 17. Sebaran VUB Seraiwangi

NO. PROVINSI Jumlah Sebaran (Ha)

2012 2013 2014 2015 2016

1 Aceh 1

2 Sumatera Utara 1

3 Sumatera Barat 1

4 Bengkulu 1 2

5 Jambi 2

6 Sumatera Selatan 1

7 Lampung

8 Jawa Barat 1 1 2 5 6

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

9 DKI Jakarta 2 1

10 Jawa Tengah 1 1 1

11 Jawa Timur 1 1 2 2

12 Bali

13 Nusa Tenggara Barat 1 3

14 Kalimantan Barat 2 2

JUMLAH 3 5 10 14 15

Dari 13 indikator kinerja sasaran Puslitbang Perkebunan, 11 indikator

mencapai dan melebihi target yang telah ditetapkan/diatas 100% (sangat

berhasil); 1 (satu indikator) yaitu jumlah benih sumber Jahe, kunyit, kencur

mencapai kriteria berhasil; 1 (satu indikator) yaitu jumlah benih sumber Kopi

Robusta dan karet mencapai kriteria cukup berhasil; dan 1 (satu indikator)

yaitu jumlah benih sumber kelapa mencapai kriteria tidak berhasil.

Indikator kinerja yang sangat berhasil yaitu: 1) jumlah varietas; 2)

Jumlah teknologi budidaya; 3) Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan

diversivikasi dan nilai tambah; 4) Jumlah benih Tembakau, kapas, wijen, jarak

kepyar, jarak pagar, kenaf dan rosela; 5) Jumlah benih sumber Lada, nilam, teh,

seraiwangi; 6) Jumlah Benih Sumber Cengkeh, Jambumete dan Pala: 7) Jumlah

benih sumber Kopi Robusta dan karet; 8) Jumlah benih sumber Kopi dan Kakao;

9) Jumlah benih sumber Rami; 10) Jumlah benih sumber tebu; 11) Jumlah

rekomendasi kebijakan. Indikator kinerja yang berhasil adalah Jumlah benih Jahe,

kunyit, kencur, temulawak. Dan indikator kinerja yang tidak berhasil adalah

benih sumber kelapa.

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian

kinerja sasaran tersebut, diantaranya adalah : 1) Ketersediaan sumberdaya

manusia, baik tenaga fungsional peneliti, teknisi litkayasa dan tenaga

administrasi yang memadai; 2) Perencanaan kegiatan yang memadai; 3)

Pelaksanaan kegiatan 3) Monitoring dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan

keuangan yang akuntabel ; dan 5) Dukungan sarana dan prasarana penelitian.

Ketidaberhasilan capaian indikator benih sumber kelapa disebabkan

karena faktor alam, yaitu musim kemarau yang panjang selama tahun 2015 yang

menyebabkan banyak tanaman kelapa yang mengalami kerusakan. Kondisi

tersebut membuat buah kelapa banyak yang tidak memenuhi syarat untuk

dijadikan benih.

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi

hambatan dan permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang adalah:

(1) Perencanaan kegiatan secara cermat dan realistis, (2) Persiapan

pelaksanaan kegiatan secara matang; (3) Merevisi dokumen perencanaannya

secara cepat jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah

direncanakan; (4) Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdaya finansiial.

3.3. Akuntabilitas Keuangan

Pagu Anggaran Puslitbang Perkebunan beserta Unit Pelaksana Teknis

(Balittro, Balittas, Balit Palma dan Balittri) pada 31 Desember 2016 sebesar Rp.

144.126.346.000,-. Dari sejumlah anggaran tersebut, terdapat anggaran yang

diblokir sebesar Rp. 2.800.000.000,-, sehingga pagu anggaran riil (tanpa

anggaran yang diblokir) sebesar Rp 141.326.346.000,-.

Alokasi anggaran Jenis Belanja, satker dan output pada TA 2016 disajikan

pada gambar berikut:

Gambar 39. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jenis Belanja TA 2016

Pegawai39%

Barang Operasional

10%

Barang Non Operasional

23%

Modal28%

Page 76: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

Gambar 40. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkanSatker

TA 2016

Gambar 41. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Output (diluar Layanan Perkantoran) TA 2016

Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2016 sebesar

Rp. 138.066.412.526,- yang berarti mencapai 95,80 % atau 97,69% (jika

Puslitbangbun20%

Balittro23%

Balittas27%

Balit Palma15%

Balittri15%

Benih5%

Rekomendasi Kebijakan

1%

Varietas6%

Teknologi9%

Produk Olahan

1%

Model Bioindustri

4%

TSP8%

Diseminasi8%

Dukungan Manajemen

11%

Aset47%

Page 77: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

dihitung dari pagu riil/tanpa anggaran blokir). Realisasi anggaran pada tahun

2016 ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun anggaran

yang lalu.

Realisasi keuangan Puslitbang Perkebunan selama tujuh tahun terakhir

ditunjukkan dalam gambar 42.

Gambar 42. Persentase Realisasi Anggaran Puslibang Perkebunan TA 2010-2016

Serapan anggaran dari TA 2010 sampai dengan TA 2015 menunjukkan

peningkatan, TA 2016 menurun sedikit dari 98,39% pada tahun 2015 menjadi

97,62% pada TA 2016. Namun demikian realisasi anggaran TA 2016 masih

menunjukkan kinerja keuangan yang baik, karena masih diatas 95%. Realisasi

anggaran berdasarkan satker disajikan dalam Gambar 43 berikut:

Gambar 43. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan Berdasarkan Satker TA 2016 (Juta Rupiah)

Page 78: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

Realisasi keuangan berdasarkan UK/UPT pada TA 2016, berturut-turut dari

satker Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balit Palma adalah:

96,62%, 99,63%, 96,35%, 96,340% dan 94,81 (Gambar 43). Realisasi

keuangan tersebut cukup bagus (diatas 95%).

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang dan modal per 31

Desember 2016 berturut-turut mencapai 99,12%; 97,76%; dan 95,61%

(Gambar 44). Realisasi anggaran pegawai dan barang dan modal yang diatas

95% menunjukkan bahwa penyerapan anggaran sudah bagus, dan menunjukkan

juga pelaksanaan kegiatan sudah berjalan dengan lancar.

Gambar 44. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja TA 2016 ( Juta Rupiah)

Berdasarkan kontrak kinerja Puslitbang Perkebunan dengan Badan Litbang

Pertanian, ada 8 kegiatan utama di Puslitbang Perkebunan, yaitu kegiatan

perakitan varietas unggul baru, teknologi budidaya, teknologi diversifikasi/

produk olahan, pengelolaan benih sumber, rumusan kebijakan tanaman

perkebunan, diiseminasi melalui publikasi, dan kerjasama penelitian. Realisasi

anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan output utama sampai

dengan akhir tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

Page 79: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

Tabel 18. Realisasi Anggaran Lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan Sasaran Output Utama TA 2016

Output Pagu Realisasi %

Benih 3.473.721.000 3.304.732.707 95,14

Rekomendasi Kebijakan 650.550.000 646.944.494 99,45

Varietas 4.036.145.000 3.939.037.551 97,59

Teknologi 6.474.197.000 6.315.096.063 97,54

Produk Olahan 965.927.000 956.313.145 99,00

Model Bioindustri 3.084.000.000 3.079.765.181 99,86

TSP 4.806.000.000 4.785.428.782 99,57

Diseminasi 5.598.392.000 5.495.790.640 98,17

Dukungan Manajemen 7.895.358.000 7.606.197.656 96,34

Layanan Perkantoran 69.636.340.000 68.935.304.284 98,99

Aset 34.705.716.000 33.001.802.023 95,09

Total 141.126.346.000 138.066.412.526 97,69

Sampai dengan 31 Desember 2016, Realisasi Keuangan berdasarkan

kegiatan/output utamanya (Tabel 18) adalah sebagai berikut: varietas unggul

mencapai 97,59%, teknologi budidaya 97,54%, Produk olahan/teknologi

diversifikasi dan peningkatan nilai tambah mencapai 99,00%, benih sumber

mencapai 95,14%, rekomendasi kebijakan 95,45%; dan Diseminasi 96,34%,

Aset 95,09, dukungan manajemen 96,34% dan Layanan Pekantoran 98,99%.

Realisasi keuangan seluruh output kegiatan sudah diatas 95%, menunjukkan

kinerja keuangan yang baik .

Dari sisi pendapatan, Puslitbang Perkebunan menghasilkan penerimaan dari

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Target dan realisasi PNBP Fungsional

Puslitbang Perkebunan selama tahun Anggaran 2016 adalah sebagaimana

disajikan pada Gambar berikut.

Page 80: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68

Gambar 45. Target dan Realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan

TA 2016

Capaian Realisasi PNBP Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittas, Balitpalma dan

Balittri berturut turut adalah 1,79%, 113,86 %, 124, 12%, 97,67%, dan 67,90%.

Realisasi PNBP Puslitbang Perkebunan sangat sedikit karena mess sebagai

sumber PNBP Puslitbang Perkebunan ditiadakan/dibongkar untuk dibangun

menjadi bangunan pendukung TSP Nasional Cimanggu. Sedangkan tidak

tercapainya target PNBP di Balittri dikarenakan target yang tidak realistis/terlalu

tinggi dibandingkan kemampuannya.

Page 81: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69

IV. PENUTUP

4.1. Keberhasilan

Peran Puslitbang Perkebunan sebagai lembaga penelitian dan

pengembangan di bidang perkebunan menjadi semakin strategis karena sampai

saat ini pengembangan usahatani berbasis perkebunan masih menjadi andalan

untuk meningkatkan daya saing produk ekspor dan meningkatkan kesejahteraan

petani. Penanganan produk perkebunan yang lebih optimal akan meningkatkan

daya saing produk perkebunan Indonesia di pasar global. Disamping sebagai

sumber devisa, beberapa komoditas perkebunan merupakan bahan baku

sejumlah industri dalam negeri yang juga berorientasi ekspor dan banyak

menyerap tenaga kerja. Dengan peran tersebut, masalah kualitas dan

kontinyuitas penyediaan bahan baku menjadi sangat penting. Untuk itu

diperlukan dukungan inovasi teknologi, mulai dari teknologi hulu (penyediaan

bahan tanaman unggul) sampai teknologi prosesing untuk menghasilkan produk

yang berdaya saing tinggi.

Tradisi sebagai penghasil devisa negara Indonesia akan terus berlanjut,

karena sektor perkebunan mempunyai peluang yang besar untuk menyerap

teknologi yang banyak dihasilkan oleh Balai-Balai Penelitian lingkup Puslitbang

Perkebunan. Tanpa teknologi tersebut (dari hulu sampai hilir), sektor

perkebunan tidak akan mampu menghadapi pengaruh globalisasi ini yang

memaksa semua negara untuk melakukan perubahan-perubahan agar dapat

bersaing dengan negara lain.

Untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan, Puslitbang

Perkebunan, beserta ke empat UPT di bawahnya, akan terus berupaya

meningkatkan kinerja penelitian dan pengembangan perkebunan. Hal ini perlu

terus dilakukan mengingat tuntutan pasar global terhadap produksi perkebunan

Indonesia akan semakin besar.

Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2016, secara umum

dapat dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja

sasarannya. Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, dari

13 indikator kinerja sasaran Puslitbang Perkebunan, 11 indikator mencapai dan

melebihi target yang telah ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil); 1 (satu

Page 82: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70

indikator) yaitu jumlah benih sumber Jahe, kunyit, kencur mencapai kriteria

berhasil; dan 1 (satu indikator) yaitu jumlah benih sumber kelapa mencapai

kriteria tidak berhasil.

Indikator kinerja yang sangat berhasil yaitu: 1) jumlah varietas; 2)

Jumlah teknologi budidaya; 3) Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan

diversivikasi dan nilai tambah; 4) Jumlah benih Tembakau, kapas, wijen, jarak

kepyar, jarak pagar, kenaf dan rosela; 5) Jumlah benih sumber Lada, nilam, teh,

seraiwangi; 6) Jumlah Benih Sumber Cengkeh, Jambumete dan Pala: 7) Jumlah

benih sumber Kopi Robusta dan karet; 8) Jumlah benih sumber Kopi dan Kakao;

9) Jumlah benih sumber Rami; 10) Jumlah benih sumber tebu; 11) Jumlah

rekomendasi kebijakan. Indikator kinerja yang berhasil adalah Jumlah benih

Jahe, kunyit, kencur, temulawak. Dan indikator kinerja yang tidak berhasil

adalah benih sumber kelapa.

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian

kinerja diantaranya adalah : 1) Ketersediaan Sumberdaya Manusia, baik tenaga

fungsional peneliti, teknisi Litkayasa dan tenaga administrasi yang memadai; 2)

Perencanaan kegiatan yang memadai; 3) Pelaksanaan kegiatan 3) Monitoring

dan evaluasi yang intensif; 4) Pengelolaan keuangan yang akuntabel ; dan 5)

Dukungan Sarana dan prasarana penelitian;

4.2. Hambatan/Masalah

Dari semua target indikator kinerja utama yang telah ditetapkan, hanya

indikator benih sumber kelapa yang tidak berhasil, sedangkan capaian kinerja

dari sasaran lainnya (varietas, teknologi produktivitas, teknologi peningkatan nilai

tambah, benih sumber selain kelapa , plasma nutfah, rekomendasi kebijakan)

lebih dari 100%. Ketidaberhasilan capaian indikator benih sumber kelapa

disebabkan karena faktor alam, yaitu musim kemarau yang panjang selama

tahun 2015 yang menyebabkan banyak tanaman kelapa yang mengalami

kerusakan. Kondisi tersebut membuat buah kelapa banyak yang tidak

memenuhi syarat untuk dijadikan benih.

4.3. Pemecahan Masalah

Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi

hambatan dan permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang adalah:

Page 83: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71

(1) Perencanaan kegiatan secara cermat dan realistis, (2) Persiapan

pelaksanaan kegiatan secara matang; (3) Merevisi dokumen perencanaannya

secara cepat jika menemui perubahan pelaksanaan kegiatan dari yang sudah

direncanakan; (4) Meningkatkan kapasitas SDM, aset dan sumberdaya finansiial.

Page 84: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72

Lampiran 1. Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan

Page 85: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

73

Lampiran 2. Rencana Stratejik 2012 – 2016

Tujuan Sasaran Kebijaksanaan Kegiatan Keterangan

Uraian Indikator

1. Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan

1. tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan,

1. Jumlah varietas unggul baru

1. Mengembangkan kegiatan penelitian yang menunjang peningkatan produksi pertanian melalui peningkatan produktivitas, perluasan area pertanian, terutama pada lahan suboptimal, serta mendukung penyediaan sumber bahan pangan yang beragam.

2. Mendorong pengembangan dan penerapan advance technology untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya pertanian.

3. Mendorong terciptanya suasana keilmuan dan kehidupan ilmiah yang kondusif untuk mengoptimalkan sumberdaya manusia dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta diseminasi hasil penelitian.

4. Meningkatkan kerjasama dan sinergi yang saling menguatkan antara UK/UPT di lingkup Puslitbangbun dan antara Puslitbangbun dengan berbagai lembaga terkait di dalam dan luar negeri.

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan

2. teknologi budidaya tanaman perkebunan;

2. Jumlah teknologi budidaya

3. produk olahan dan teknologi peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan;

3. Jumlah teknologi peningkatan diversifikasi dan nilai tambah atau produk Olahan pengolahan

4. benih unggul tanaman perkebunan

4. Jumlah benih sumber

2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan Kebijakan Pertanian di bidang perkebunan

5. tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan

5. Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan

3. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna

6. meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna dan terjalinnya kerjasama dengan stake holder.

6. Jumlah kerja sama

7. Jumlah artikel dalam publikasi yang diterbitkan

Page 86: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

74

Lampiran 3. Rencana Kinerja Tahunan 2016

Page 87: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75

Lampiran 4. Penetapan Kinerja Tahunan 2016

Page 88: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76

Page 89: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77

Page 90: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78

Lampiran 5. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2016

No Komoditas Produksi benih sumber Target per indikator benih sumber

%tase

1 Kelapa 68.060 butir 250.000 butir 27,22

2 Tebu G2 500.000 mata 3.000.000 budset 3.000.000 budset 100,00

3 Kopi Robusta 17.771 entress

4 Karet 42.354 entress

60.125 entress 100.000 entress 60,125

5 Kakao 25.000 batang 25.000 batang 100,00

6 Rami 200.000 Rhyzome 100.000 Rhyzome 200,00

7 Nilam 68.420 setek 8 Seraiwangi 356.230 anakan

9 Akarwangi 5.645 anakan 430.295 setek 405000 setek 106,25

10 Kapas 2.000 kg

11 Wijen 2.100 kg

12 Jarak Kepyar 3.750 kg

13 Jarak Pagar 670 kg

14 Kenaf 250 kg

8.770 kg 6350 kg 138,11

15 Jahe merah 3.500 kg

16 Jahe Putih Kecil (JPK)

2.500 kg

17 Jahe Putih Besar (JPB)

4.000 kg

18 Kunyit 5.000 kg

19 Kencur 1.000 kg

20 Temulawak 4.000 kg

21 Lempuyang 300 kg

22 Lengkuas 400 kg

20.700 kg 24.000 kg 86,25

Page 91: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunansakip.pertanian.go.id/admin/data2/LAKIN PUSLITBANGBUN_2016 F.pdf · fermentasi pada biji kakao yang ... Proses pembuatan pupuk organik

Laporan Kinerja Puslitbang Perkebunan 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79