laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah...

97
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPTP JAWA BARAT TAHUN 2015 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Upload: doanphuc

Post on 15-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

LLAAKKIIPP BBPPTTPP JJAABBAARR 22001155 || ii

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BPTP JAWA BARAT TAHUN 2015

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 2: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

i

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala pemberiannya yang

telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas penyusunan LAKIP BPTP Jawa Barat Tahun 2015. LAKIP ini disusun sebagai salah satu pertanggung jawaban BPTP Jawa Barat atas penggunaan anggaran negara dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengkajian,

diseminasi dan pelaksanaan manajemen.

LAKIP BPTP Jawa Barat Tahun 2015 disusun dengan mengapresiasi format penyusunan LAKIP sebagaimana yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) No. 53 Tahun 2014. LAKIP ini menyajikan profil berikut keunggulan yang dimiliki BPTP Jawa Barat, indikator capaian kinerja dari masing-masing sasaran, keberhasilan serta kendala yang semuanya dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan feedback untuk perbaikan perencanaan pada

tahun berikutnya.

Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu dan berperan secara aktif dalam penyusunan LAKIP ini.

Lembang, Desember 2015 Kepala Balai,

Dr. Liferdi, SP, MSi. NIP. 19701007 199803 1 001

Page 3: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

ii

RINGKASAN

• Renstra BPTP Jawa Barat 2015-2019 menetapkan bahwa tujuan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian BPTP Jawa Barat, adalah sebagai berikut:1) Menghasilkan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri spesifik lokasi, 2) Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional dan daerah, 3) Mengoptimalkan jejaring kerja atau kerjasama/kemitraan untuk menghasilkan dan mneyebarluaskan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional dan daerah, dan 4) Mengoptimalkan manajemen pengkajian dan diseminasi yang akuntable.

• Kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan daan sasaran utama adalah terbatasnya SDM peneliti dan penyuluh serta teknisi litkayasa. Keterbatasan tenaga fungsional tersebut akan nampak jelas bilamana dikaitkan rasio antara SDM fungsional BPTP Jawa Barat dengan luasan wilayah binaan Provinsi Jawa Barat.

• Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan luas wilayah sebesar 3.584.644,92 ha. Jawa Barat memiliki kondisi topografis beragam. Dengan ketinggian 0-25 m dpl hingga ketinggian 500-1000 m dpl. Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, ternak,ikan, dan hutan). Jawa Barat sebagai produsen 40 (empat puluh) komoditas agribisnis terbesar di Indonesia, khususnya komoditas padi yang memberikan kontribusi 18% terhadap produksi padi nasional.

• Sementara itu BPTP Jawa Barat hanya mempunyai SDM PNS sebanyak 136 orang. Dari 136 orang tersebutterdapat60 orang adalah PNS dengan jabatan fungsional peneliti, penyuluh, litkayasa, arsiparis, dan pustakawan.

• Dengan jumlah pejabat fungsional peneliti dan penyuluh sebanyak 53 orang, maka kemampuan BPTP Jawa Barat hanya bisa dengan menempatkan 2 orang Laison Officer (LO) per Kabupaten/Kota sebagai. Belum lagi jika jumlah pejabat fungsional peneliti dan penyuluh tersebut dikaitkan dengan seluruh aktivitas kegiatan kegiatan BPTP Jawa Barat yang harus dtangani setiap tahunnya, maka akan semakin terlihat keterbatasan jumlah SDM peneliti dan penyuluh dibanding dengan cakupan wilayah pelayanan. Keterbatasan SDM peneliti dan penyuluh tersebut kedepan akan semakin

Page 4: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

iii

nampak dikarenakan terdapat 22 orang PNS yang memasuki masa pensiun dan tidak sedikit jumlahnya PNS BPTP Jawa Barat yang memiliki usia 51-55 tahun (22,79%).

• Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan keterbatasan SDM fungsinal tersebut adalah meningkatkan akses komunikasi antar pejabat fungsional maupun antar manajemen dan pejabat fungsional.

• Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan diseminasi BPTP Jawa Barat pada TA. 2015 didukung oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN. Anggaran Satker berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Anggaran (DIPA) BPTP Jawa Barat TA. 2015 sebesar Rp 42,615,293,000,- Dana tersebut dialokasikan untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Program Kementerian Pertanian. Capaian kinerja keuangan berdasarkan belanja secara kumulatif mencapai 95,09% atau sebesar Rp. 40,512,752,303.

• Berdasarkan perbandingan capaian kinerja BPTP Jawa Barat tahun 2014 dan 2015, menunjukkan bahwa beberapa target pada tahun 2015 menurun dari target tahun 2014. Beberapa target tersebut adalah Jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi, Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna, dan Jumlah produksi benih sumber. Namun terdapat capaian target pada tahun 2015 yang mengalami capaian di atas dari target yang ditetapkan yaitu jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi dari 4 teknologi (100%) yang ditetapkan dihasilkan 7 teknologi (175%), yaitu: 1) Teknologi pengeringan store drying dapat menghasilkan mutu lebih baik dibandingkan dengan pengeringan cara petani dengan nilai susut bobot lebih rendah (29,24%) pada kadar air 82%; 2) Teknologi penyimpanan bawang merah dengan instore drying mampu meningkatkan mutu (menekan susut bobot pengeringan sebesar 6% dan menjaga mutu TSS bawang merah dan memperpanjang daya simpan dengan menekan susut bobot penyimpanan sebesar 12% dan kerusakan sebesar 5% dibandingkan cara petani; 3) Teknologi Produksi Benih Biji (G0) tanpa naungan pada Varietas Bima Juna menghasilkan bobot biji paling berat dengan bobot per petak 42,00 g dan menggunakan media tanam mulsa 39,89 g, 4) Pengujian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada Varietas Bima Curut menunjukkan bobot kering biji paling berat (24,75 g) dan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) 200 ppm GA3 + 50 ppm NAA memberikan bobot biji kering bawang merah 16,47 g; 5) Jarak tanam legowo 2:1 spesifik lokasi dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 25 x 15 x 40

Page 5: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

iv

cm, 6) Jarak tanam legowo 2:1 yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm dan 7) Sistem irigasi berselang spesifik lokasi yang dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 3:3 namun tidak berbeda nyata dengan 5:3, sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah irigasi berselang 5:3.

• Selain diperolehnya keberhasilan capaian target jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut target kinerja salah satu kegiatan BPTP Jawa Barat mengalami capaian yang menurun dari target yang ditetapkan yaitu Jumlah produksi benih sumber padi dari 223,90 ton yang ditetapkan hanya dicapai sekitar 125,32 ton atau sekitar 55,97%. Demikian juga produksi benih sumber kedelai dari target 128,99 ton hanya tercapai 77,92 ton atau sekitar 61%. Penurunan volume produksi benih sumber padi dan kedelai tersebut dikarenakan kegiatan produksi/perbanyakan benih terkendala musim kemarau yang cukup panjang di tahun 2015.

• Berikut capaian indicator kinerja BPTP Jawa Barat Tahun 2015 seperti tersebut pada tabel berikut ini.

No. Sasaran Indikator Kinerja Uraian 2015 Target Capaian %

1 Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi teknologi 4 7 175

2 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian kepada pengguna

Jumlah rekomendasi kebijakan rekomendasi

kebijakan 2 2 100

3 Terdiseminasinya inovasi teknologi pertanian kepada pengguna

Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna

teknologi 9 4 44.4

4 Terlaksanannya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan laporan 5 5 100

5 Tersedianya benih sumber untuk mendukung system perbenihan

Jumlah produksi benih sumber Benih padi ton 223,90 125,32 55,97

Jumlah produksi benih sumber Benih kedelai ton 128,99 77,92 61.00

6 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi

Jumlah model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri

model 3 3 100

7 Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percetakan diseminasi inovasi tek pertanian bulan 12 12 100

Page 6: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................………………………………....................... i RINGKASAN ............................................................................................... ii DAFTAR ISI ..........................…………………… …………………………......... v DAFTAR TABEL .......................…………………… …………………………......... vi DAFTAR GAMBAR .......................…………………… ………………………….... vii I. PENDAHULUAN .......................………………………………………....... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Tugas dan Fungsi ................................................................................... 2 1.3. Organisasi .............................................................................................. 2 II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ......................……........ 12 2.1. Visi ....................................................................…..…………………….......... 12 2.2. Misi ....................................................................................................... 12 2.3. Tujuan dan Sasaran ................................................................................. 14 III. AKUNTABILITAS KINERJA ....…………………………………………....... 16 3.1. Akuntabilitas Kinerja BPTP .............................................................……… 16 3.2. Pengukuran ........................................................................................... 17 3.3. Analisis Capaian Kinerja ........................................................................... 19 IV. AKUNTABILITAS KEUANGAN .......................................................... 82 4.1. Anggaran dan Realisasi ...................................................................……… 82 V. PENUTUP …..……………………………………………………………........... 86 VI. LAMPIRAN ..………………………………………………………………......... 87

Page 7: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

vi

DAFTAR TABEL TABEL Hal.

1. Jumlah Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan, 2011-2015 ....... 1 2. Perkembangan PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan, 2010-2014 .. 7 3. Jabatan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2011-2015 .................................... 7 4. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2014-2015 ....... 9 5. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang, 2010-2015 .............. 10 6. Anggaran BPTP Jawa Barat, Tahun Anggaran, 2015 .............................. 11 7. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Target BPTP Jawa Barat, 2015 ... 18 8. Rata-rata Produksi Komoditas Pertanian Provinsi Jawa Barat dan Lokasi

Pengkajian, 2010-2014 ........................................................................ 27 9. Potensi Limbah Pertanian Jawa Barat ..................................................... 27 10. Hasil Analisis Potensi Hijauan Dari Luasan Lahan Bukan Sawah Di Masing-

Masing Lokasi Kajian ........................................................................... 27 11. Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan

dan Presepsi Petani dalam penangkaran benih Padi .............................. 32 12. Materi pendampingan/Pelatihan Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk

Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015 ............................................................................................ 32

13. Hasil Produksi Benih di Tingkat Kelompok ............................................. 33 14. Pemasaran Benih Padi yang dihasilkan oleh Kelompok Penangkar kegiatan

Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015. ............................................... 33

15. Hasil Display Varietas padi pada Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015 ........................................................................................... 34

16. Preferensi Petani terhadap VUB Padi di Wilayah Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015 ........................................................................... 34

17. Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Presepsi Petani dalam penangkaran benih Kedelai. 2015 ................... 35

18. Materi pendampingan/Pelatihan Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. ................................................................................................ 36

19. Pelaksanaan Tanam dan Produksi Benih diwilayah Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. 2015. ..................................................................... 37

20. Pemasaran Benih Kedelai yang Dihasilkan oleh Kelompok Pemuda Tani, 2015 .................................................................................................. 37

Page 8: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

vii

21. Hasil Display Varietas kedelai pada Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. 2015. ...................................................................................... 38

22. Preferensi Petani terhadap VUB Kedelai di Wilayah Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. 2015 .......................................... 38

23. Kelompoktani Penerima Program GP-PTT Ubi Kayu di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung Tahun 2015 .......................................... 39

24. Penggunaan Saprodi Pada Kegiatan GP-PTT di Kabupaten Bandung ........... 40 25. Alternatif Paket Teknologi Yang Digunakan Pada Demplot Budidaya

Ubikayu 41 26. Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu ......................................................... 42 27. Tingkat penerapan teknologi pada poktan yang didampingi di Kecamatan

Ciracap .............................................................................................. 43 28. Data Agronomis dan Produktivitas Gelar Teknologi Padi di Kecamatan

Ciracap Tahun 2015 ............................................................................. 44 29. Data Agronomis dan Produktivitas Display Varietas Padi di Kecamatan

Ciracap Tahun 2015 ............................................................................ 45 30. Data agronomis empat varietas kedelai di lokasi pendampingan Kawasan

Kedelai pada musim tanam MK I 2015 ................................................... 47 31. Deskripsi Varietas yang ditanam untuk penangkaran di Kab. Cirebon. ....... 49 32. Banyaknya umbi/siung yang ditanam dari 50 kg bibit dan jumlah bedengan 49 33. Bibit Bawang Merah yang Dihasilkan (berat kering) ................................... 50 34. Rata-rata Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Berat/Diameter Tanaman dan

Kadar Air. .......................................................................................... 50 35. Persepsi petani bawang merah terhadap 4 varietas di Kelompok Tani

Cukang Akar berdasarkan persentase kesukaan .................................. 50 36. Varietas bawang merah yang ditanam pada musim kedua, hasil dan

penyebarannya .................................................................................... 52 37. Analisis ekonomi penangkaran bibit bawang merah satu musim tanam

dengan luas 0,7 Ha ............................................................................... 52 38. Rendemen, Produksi dan hasil Taksasi Tebu di Lokasi Demplot

Pendampingan Tanaman Tebu, Kabupaten Majalengka ............................. 57 39. Lokasi Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional

Peternakan .......................................................................................... 58 40. Kabupaten/Kota danSebaran Kecamatan dan Desa Kegiatan KRPL ............ 60 41. Kegiatan Pelatihan Sayuran .................................................................. 63 42. Kegiatan Pelatihan Peternakan ............................................................... 63 43. Pelatihan Teknis Pengolahan Hasil ......................................................... 63 44. Deplot Padi Sawah dan Demplot Mangga di TTP Kab. Cirebon ................. 64

Page 9: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

viii

45. Demplot Domba Garut Dan Agrinak : 4 Desa .............................. 64 46. Pelaksnaan Pelatihan PTT Padi di Wilayah Kecamatan Sedong, 2015 .. 64 47. Materi Pembinaan yang dilaksanakana di lokasi Taman Teknologi

Pertanian (TTP) Kecamatan Sedong – Kabupaten Cirebon. 2015 ...... 65 48. Jenis Pelatihan komoditas mangga yang dilakukan pada TTP

Sedong, Cirebon 2015 ................................................................ 65 49. Hasil Gabah Kering Panen, Gabah Kering Giling, dan Gabah Kering

Simpan/Benih .............................................................................. 68 50. Target dan Realisasi Produksi Benih Sumber Padi Tahun 2015 ................ 69 51. Lokasi dan Luas Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Padi yang Mengalami

Kekeringan .......................................................................................... 70 52. Rata-rata Jumlah Polong Isi, Jumlah Polong Hampa, dan Bobot 100 Butir ... 71 53. Hasil Kedelai Kering Panen, Kedelai Kering Simpan, dan Benih yang

Dihasilkan ........................................................................................... 72 54. Target dan Realisasi Produksi Benih Sumber Kedelai, 2015 ..................... 72 55. Lokasi dan Luas Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Kedelai yang

Mengalami Kekeringan ......................................................................... 72 56. Kinerja Kegiatan Pengelolaan Manajemen Satker BPTP Jawa Barat, 2015 ... 78 57. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian BPTP Jawa Barat, 2014-

2015 ................................................................................................... 80 58. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja TA. 2015 ....................... 82 59. Rekapitulasi Jenis Belanja Pagu DIPA TA.2015 ....................................... 83 60. Realisasi SP2D DIPA BPTP Jawa Barat Tahun 215 (Per Bulan) ................. 85

Page 10: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

ix

DAFTAR GAMBAR GAMBAR Hal.

1. Struktur Organisasi BPTP Jawa Barat (Berasarkan Permentan No. 20/Permentan/OT.140/3/2013). ............................................................. 3

2. Struktur Organisasi BPTP Jawa Barat ..................................................... 3 3. Komposisi PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan ....................... 6 4. Komposisi PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan dan Golongan ... 6 5. Perkembangan Jabatan Fungsional Peneliti BPTP Jawa Barat, 2015 .......... 8 6. Perkembangan Jabatan Fungsional Penyuluh BPTP Jawa Barat, 2015 ..... 8 7. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2015 .............. 9 8. Proporsi Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat, 2015 .................................. 11 9. Perkembangan PaguAnggaran BPTP Jawa Barat, 2011-2015 ................. 11 10. Tren Rekapitulasi Jenis Belanja Pagu DIPA TA.2015 .............................. 83

Page 11: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

BPTP Jawa Barat menyadari bahwa dinamika pembangunan pertanian yang begitu pesat diiringi dengan berbagai permasalahan seperti perubahan iklim yang dinamis, konversi sumber daya lahan pertanian ke non pertanian, pelarian tenaga kerja pertanian kepada lapangan pekerjaan lain, penguasaan lahan pertanian yang semakin sempit serta kurang responnya petani kepada inovasi yang diintroduksikan, menuntut BPTP Jawa Barat untuk lebih banyak lagi berupaya menghasilkan rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dibutuhkan oleh petani.

Disamping itu, sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan ujung tombak Kementerian Pertanian di daerah, BPTP Jawa Barat harus lebih berperan dalam menyukseskan visi dan misi Kementerian Pertanian di daerah, tidak hanya melalui rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan namun juga melalui peran kelembagaan yaitu sebagai intermediator kelembagaan lain dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

LAKIP BPTP Jawa Barat disusun berdasarkan beberapa peraturan perundang-undangan, seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

BPTP Jawa Barat sebagai Instansi Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyusun LAKIP sebagai bagian dari pertanggungjawaban atas kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang dilakukan sebagaimana yang diamanatkan peraturan perundang-undangan.

Page 12: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

2

1.2. Tugas dan Fungsi

BPTP Jawa Barat adalah unit pelaksana teknis di bidang pengkajian dan diseminasi pertanian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

BPTP Jawa Barat dipimpin oleh seorang Kepala, yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Jawa Barat menyelenggarakan fungsi: 1. pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan

pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

2. pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

3. pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

4. pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan;

5. penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

6. pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan

7. pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP

1.3. Organisasi 1.3.1. Kelembagaan

Organisasi BPTP Jawa Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 terdiri atas : (a) Kepala; (b) Subbagian Tata Usaha; (c) Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian; (d) Kelompok Jabatan Fungsional.

Page 13: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

3

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Jawa Barat (Berasarkan Permentan No.

20/Permentan/OT.140/3/2013).

Namun sesuai dengan kubutuhan kelembagaan internal kelembagaan tersebut dikembangkan dengan menambahkan beberapa struktur yang diperlukan dalam menunjang kinerja Balai. Adapun struktur organisasi BPTP Jawa Barat adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi BPTP Jawa Barat

Kepala Balai

Sub Bag Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Budidaya Sumberdaya Sosial Ekonomi

MTHP Arsiparis & Pustakawan

Program UPBS

Kebun Percobaan

Laboratorium

Pelayanan Pengkajian

Kerjasama Keuangan

Rumah Tangga & Perlengkapan

Kepegawaian

Seksi Kerjasama & Pelayanan Pengkajian

Kepala Balai

Sub Bag Tata Usaha

Seksi Kerjasama & Pelayanan Pengkajian

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 14: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

4

Kepala BPTP Jawa Barat adalah jabatan struktural eselon III a dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Kepala Subbagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian dengan jabatan struktural eselon IV a. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan rumah tangga. Sedangkan Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, pemantauan, evaluasi dan laporan serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Jabatan Fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti mempunyai tugas: (a) melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi; (b) melakukan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi; (c) melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundangan-

perundangan yang berlaku.

Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanianmempunyai tugas: (a) melakukan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta

perakitan materi penyuluhan; (b) melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Kelompok Jabatan Fungsional lainnya yang ada di BPTP Jawa Barat adalah Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Keputusan Kepala Balitbangtan No. OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Pembentukan Kelembagaan Internal pada Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkup Balitbangtan, bahwa di lingkup BPTP terdapat kegiatan penelitian dalam bentuk pengkajian dan diseminasi hasil penelitian. Dengan demikian diperlukan adanya kelompok fungsional peneliti dan penyuluh dalam satu wadah

Page 15: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

5

berdasarkan bidang kegiatan dan disiplin ilmu yang disebut sebagai Kelompok Pengkaji (Kelji). Kelji BPTP Jawa Barat meliputi : (1) Sumber Daya Pertanian, (2) Budidaya, (3) Sosial Ekonomi Pertanian (Sosek), dan (4) Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP).

1.3.2. Sumberdaya Manusia

BPTP Jawa Barat pada tahun 2015 memiliki pegawai sebanyak 132 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah PNS tersebut menurun dari jumlah PNS pada tahun sebelumnya. Menurunnya jumlah PNS tersebut dikarenakan adanya mutasi/alih tugas PNS ke instansi lain baik di lingkup Balitbangtan maupun ke instansi di luar Balitbangtan.

Berdasarkan golongan PNS BPTP Jawa Barat pada tahun 2015 terdiri atas PNS Golongan I sebanyak 7 orang (5.30%), Golongan II sebanyak 25 orang (18.94%), Golongan III sebanyak 77 orang (58.33%), dan Golongan IV sebanyak 23 orang

(17.42%).

Tabel 1. Jumlah Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan, 2011-2015

Golongan Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Golongan (orang) I 11 10 9 8 7 II 34 31 27 25 25 III 81 79 80 79 77 IV 22 21 24 24 23

Jumlah 148 141 140 136 132 Golongan (%)

I 7.43 7.09 6.43 5.88 5.30 II 22.97 21.99 19.29 18.38 18.94 III 54.73 56.03 57.14 58.09 58.33 IV 14.86 14.89 17.14 17.65 17.42

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2011-2015

Berdasarkan pendidikan, PNS BPTP Jawa Barat terdiri atas PNS dengan

pendidikan SD, SLTP, SLTA, D3, S1, S2, dan S3. PNS yang paling banyak adalah PNS dengan pendidikan S1 yaitu sebanyak 44 orang (33%). Selain itu, PNS yang cukup banyak juga jumlahnya adalah PNS dengan pendidikan SLTA yaitu sebesar 30%. Komposisi tersebut akan terus dikembangkan mengingat kebutuhan pelayanan pengkajian dan diseminasi juga terus berkembang.

Page 16: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

6

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2015

Gambar 3. Komposisi PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan

Beradasarkan golongan, PNS BPTP Jawa Barat terbanyak adalah PNS dengan

pendidikan setingkat S1 dengan pangkat golongan III. Selain itu, PNS dengan pendidikan SLTA dengan pangkat golongan III jumlahnya juga cukup banyak yaitu sebanyak 25 orang.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2015

Gambar 4. Komposisi PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan dan Golongan

Page 17: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

7

Dilihat dari perkembangan jumlahnya, PNS BPTP Jawa Barat dari tahun ke tahun jumlahnya semakin menurun. Pada tahun 2011 PNS BPTP Jawa Barat berjumlah 147 orang, menurun kemudian menjadi 141 orang (2012-2013) dan terakhir hanya berjumlah 132 orang.

Tabel 2 . Perkembangan PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan, 2010-2014 No Pendidikan Akhir Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 1 S3 4 5 6 7 6 2 S2 24 23 25 22 23 3 S1 46 45 47 45 44 4 D4 0 1 1 1 0 5 SM 3 1 1 1 1 6 D3 13 13 10 10 8 7 SLTA 44 42 41 41 40 8 SLTP 3 4 3 3 3 9 SD 10 7 7 7 7

Jumlah 147 141 141 137 132 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2011-2015

Sebagai UPT Balitbangtan di daerah, BPTP Jawa Barat yang memiliki fungsi di

bidang pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, oleh karenanya didalamnya terdapat PNS dengan jabatan fungsionalPeneliti dan Penyuluh Pertanian. Hingga saat ini BPTP Jawa Barat selain memiliki PNS dengan jabatan fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian, juga memiliki PNS dengan jabatan Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis.

Tabel 3. Jabatan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2011-2015

No Nama Fungsional Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

1 Peneliti 25 40 32 33 34 2 Pustakawan 1 1 1 2 1 3 Teknisi Litkayasa 4 20 4 4 5 4 Arsiparis 1 - - 1 1 5 Penyuluh Pertanian 17 19 20 20 21

Jumlah 48 80 57 60 62

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2011-2014

Berdasarkan jenjangnya Jabatan Fungsional Peneliti terdiri atas Peneliti Utama,

Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Pertama, Peneliti Non Klasifikasi. Jumlah antara Fungsional Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Pertama cukup seimbang. Namun demikian jumlah jabatan fungsional peneliti tersebut tidak banyak berkembang sejak tahun 2010.

Page 18: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

8

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2015

Gambar 5. Perkembangan Jabatan Fungsional Peneliti BPTP Jawa Barat, 2015

Jabatan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Jawa Barat, adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian. Penyuluh Pertanian BPTP Jawa Barat adalah Penyuluh Pertanian Ahli yang berdasarkan jenjangnya meliputi: 1) Penyuluh Pertanian Utama, 2) Penyuluh Pertanian Madya, 3) Penyuluh Pertanian Muda, 4) Penyuluh Pertanian Pertama, dan 5) Penyuluh Non Klas.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2015

Gambar 6. Perkembangan Jabatan Fungsional Penyuluh BPTP Jawa Barat, 2015 Dari sejumlah jabatan fungsional penyuluh pertanian tersebut, PNS dengan

Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Madya adalah yang terbanyak yaitu berjumlah 10 orang. Jumlah jabatan fungsional penyuluh pertanian tersebut tidak banyak berkembang sejak tahun 2010.

Berdasarkan kelompok umur, PNS BPTP Jawa Barat merupakan PNS pada kelompok umur > 26 tahun s/d > 60 tahun. Jumlah pegawai yang memasuki masa

Page 19: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

9

pensiun sebesar 33 orang (25%) dan juga tidak sedikit jumlah PNS BPTP Jawa Barat yang memiliki usia 51-65 tahun yaitu sebanyak 54 orang (46,97%). Kondisi tersebut perlu diperhitungkan mengingat rekrutmen CPNS/PNS pada saat ini ditetapkan dengan status zero growth atau tanpa rekrutmen.

Tabel 4. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2014-2015

Kelompok Umur (Tahun) Tahun (orang) Tahun (%)

2014 2015 2014 2015 26-30 6 3 4.41 2.27 31-35 16 9 11.76 6.82 36-40 16 21 11.76 15.91 41-45 23 18 16.91 13.64 46-50 21 19 15.44 14.39 51-55 31 29 22.79 21.97 56-60 22 31 16.18 23.48 61-65 1 2 0.74 1.52

Jumlah 136 132 100.00 100.00 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2014-2015

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2015

Gambar 7. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2015 1.3.3. Sumberdaya Prasarana dan Sarana

Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat terdiri atas Bangun Gedung (Kantor, Laboratorium, Workshop, Gudang, UPBS) Kendaraan (Roda 4 dan Roda 2), dan alat dan peralatan (Kantor, Laboratorium, Workshop, Gudang, dan UPBS). Selain terletak di Kantor Lembang, prarasarana dan sarana tersebut terletak di Kebun Percobaan (KP) Cipaku.

Page 20: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

10

Tabel 5. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang, 2010-2015 No Sarana dan Prasarana Tahun Keberadaan Keterangan 2010 2015 1 Bangunan Kantor 3 unit 3 unit 2 Rumah Dinas 14 unit 14 unit - 3 Gudang 2 unit 3 unit 1 unit di KP Cipaku 4 Kebun Koleksi Plasma Nutfah 35,720 m2 35,720 m2 - 6 Hand Tractor 2 unit 7 unit 1 unit rusak 7 Meja kerja 152 unit 178 unit 15 unit rusak berat 8 Kursi 370 buah 436 buah 7 unit di KP Cipaku 9 Lemari kayu 71 unit 71 unit 1 unit di KP Cipaku 10 Lemari besi 30 unit 57 unit 11 Computer PC. unit 64 unit 92 unit 33 unit rusak 12 Laptop 3 unit 26 unit 7 unit rusak berat 13 Kendaraan roda 4 (mobil) 5 unit 10 unit 14 Kendaraan roda 3 - 3 unit 15 Kendaraan roda 2 (motor) 33 unit 34 unit 13 unit rusak ringan 16 Bangunan kantor KP Cipaku 1 unit 1 unit - 17 Meja komputer 35 buah 46 buah - 18 Bangunan Kantor (Ha) 3 unit 3 unit - 19 Mess (Unit) 2 unit 3 unit - 20 Guest House (Unit) 1 unit 1 unit - 21 Laboratorium (Unit) 4 unit 4 unit - 22 Aula (Unit) 1 unit 1 unit - 23 Lantai Jemur (M2) 135 m2 135 - 24 Kandang Ternak (Unit) 1 unit 3 unit Kandang koleksi 25 Laboratorium Multimedia (Unit) 1 unit 1 unit - 26 Work Shop (Unit) 1 unit 1 unit -

1.3.4. Anggaran

Anggaran BPTP Jawa Barat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Kerja Sama. Anggaran BPTP Jawa Barat bersumber dari APBN, yang dialokasikan untuk anggaran Belanja Pegawai, Barang Rutin, Barang Non, dan Modal. Pada tahun 2015 anggaran BPTP Jawa Barat sebesar Rp. 42,615,293,000 meningkat sebesar 53,41% dari anggaran tahun 2014 (Rp. 22,761,085,000). Dari nilai pagu tersebut 23,94% anggaran masih digunakan untuk belanja pegawai dan 67,54% untuk belanja Barang Non.

Page 21: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

11

Tabel 6. Anggaran BPTP Jawa Barat, Tahun Anggaran, 2015

Jenis Belanja Pagu Realisasi (Rp) (%) (Rp) (%)

Pegawai 10,202,851,000 23.94 9,221,658,907 90.38 Barang Rutin 1,814,800,000 4.26 1,758,182,656 96.88 Barang Non 28,781,567,000 67.54 27,978,843,584 97.21 Modal 1,816,075,000 4.26 1,563,282,361 86.08

Jumlah 42,615,293,000 100.00 40,521,967,508 95.09

Gambar 8. Proporsi Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat, 2015 Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat sejak tahun 2011-2015 terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan BPTP Jawa Barat. Peningkatan pagu anggran yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu dari Rp. 22,761,085,000 (2014) menjadi Rp. 42,615,293,000 (2015) yaitu meningkat sebesar Rp. 19,854,208,000.

Gambar 9. Perkembangan PaguAnggaran BPTP Jawa Barat, 2011-2015

Page 22: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

12

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. Visi

Visi BPTP Jawa Barat dirumuskan dengan mengacu pada Visi Pembangunan Pertanian Indonesia 2015-2045, Visi Balitbangtan 2015-2019 dan Visi Jangka Panjang Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2005-2025 dan Visi Jangka Menengah Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013-2018, sebagai berikut: 1. Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Indonesia 2015-2045: “Terwujudnya

sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dari sumberdaya hayati pertanian dan kelautan tropika”.

2. Visi Balitbangtan 2015-2019: “Menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian Terkemuka di Dunia dalam Mewujudkan Sistem Pertanian Bio-Industri Tropika Berkelanjutan”.

3. Visi Jangka Panjang Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada RPJP 2005-2025, yaitu: “ Dengan Iman dan Takwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”.

4. Visi Jangka Menengah sebagaimana pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018, yaitu: "Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua"

Mengacu pada Visi-visi tersebut maka Visi BPTP Jawa Barat dirumuskan sebagai

berkut: “Menjadi lembaga pengkajian pertanian terkemuka dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri berkelanjutan spesifik lokasi mendukung Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua" 2.2. Misi

Misi BPTP Jawa Barat dirumuskan dengan mengacu pada Misi Pembangunan Pertanian Indonesia 2015-2045, Misi Balitbangtan 2015-2019 dan Misi Jangka Panjang Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2005-2025 dan Misi Jangka Menengah Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013-2018, sebagai berikut:

Page 23: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

13

MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN

2015-2045 MISI BALITBANGTANG

2015-2019 1. Mengembangkan penataan ruang dan reforma

agraria sebagai landasan pembangunan Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan;

2. Mengembangkan sistem usahatani pertanian tropika agroekologi terpadu bioindustri;

3. Mengembangkan kegiatan ekonomi input produksi, informasi, dan teknologi dalam Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan;

4. Memperluas dan memperdalam pasca panen, agro-energi dan bioindustri berbasis perdesaan;

5. Mengembangkan sistem pemasaran dan pengelolaan rantai nilai produk-produk pertanian;

6. Membangun sistem pembiayaan pertanian; 7. Mengembangkan sistem penelitian untuk

pembangunan pertanian-bioindustri berorientasi inovasi pertanian spesifik lokasi, pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas, peningkatan entrepreneur pertanian dan penguatan modal sosial;

8. Membangun dan memelihara infrastruktur pertanian dan perdesaan untuk memperlancar proses transformasi pertanian dan perekonomian;

9. Menyelenggarakan program legislasi, regulasi dan manajemen yang imperatif dalam pembangunan Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan.

1. Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri

2. Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific recognition dan impact recognition.

MISI JANGKA PANJANG (2005-2025)

MISI JANGKA MENENGAH (2013-2018)

1. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bermutu (Beyond The Expectation), Akuntabel dan Berbasis Ilmu Pengetahuan.

2. Masyarakat Yang Cerdas, Produktif dan Berdaya Saing Tinggi.

3. Pengelolaan Pertanian dan Kelautan. 4. Energi Baru dan Terbaharukan Serta

Pengelolaan Sumber Daya Air. 5. Industri Manufaktur, Industri Jasa dan Industri

Kreatif. 6. Infrastruktur Yang Handal dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Yang Berimbang Untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan.

7. Pengembangan Budaya Lokal dan Menjadi Destinasi Wisata Dunia.

1. Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing.

2. Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan.

3. Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik.

4. Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan.

5. Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal.

Berdasarkan uraian Misi Pembangunan Pertanian Indonesia 2015-2045, Misi

Balitbangtan 2015-2019 dan Misi Jangka Panjang Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2005-2025 serta Misi Jangka Menengah Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013-2018, maka Misi BPTP Jawa Barat ditetapkan sebagai berikut: 1. Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian unggul berdaya saing

mendukung pertanian bio-industri spesifik lokasi.

Page 24: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

14

2. Mendiseminasikan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri spesifik lokasi dalam rangka peningkatan scientific recognition dan impact recognition.

3. Membangun jejaring kerja atau kerjasama/kemitraan dalam merakit, menguji, mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri spesifik lokasi.

4. Membangun manajemen pengkajian dan diseminasi yang akuntable. 2.3. Tujuan dan Sasaran

Dalam rangka pelaksanaan Visi dan Misi ditetapkan tujuan dan sasaran sebagai landasan operasional untuk menghasilkan output kinerja BPTP Jawa Barat. Adapaun rumusan tujuan dan sasaran, sebagai berikut: 2.3.1. Tujuan 1. Menghasilkan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-

industri spesifik lokasi. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung

pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional dan daerah. 3. Mengoptimalkan jejaring kerja atau kerjasama/kemitraan untuk menghasilkan dan

mneyebarluaskan inovasi pertanian unggul berdaya saing mendukung mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional dan daerah.

4. Mengoptimalkan manajemen pengkajian dan diseminasi yang akuntable.

2.3.2. Sasaran Mengacu pada Sasaran Strategis Balitbangtan 20015-2019 dan tugas dan fungsi

BPTP, maka Sasaran BPTP yaitu mengarahkan kinerjanya untuk menghasilkan produk-produk teknologi pertanian tepat guna yang spesifik lokasi Jawa Barat. Sasaran BPTP yang dimaksud adalah: 1. Tersedianya varietas unggul baru yang adaptif spesifik lokasi dan berdaya saing. 2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, dan alsintan berbasis

bioscience dan bioenjinering yang adaptif spesifik lokasi. 3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan

sumberdaya genetik) berbasis bio-informatika dan geo-spasial dengan dukungan IT. 4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan, dan

rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian spesifik lokasi.

Page 25: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

15

5. Tersedianya dan terditribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, alsintan, peta, data, dan informasi) spesifik lokasi dan materi transfer teknologi spesifik lokasi.

6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga BPTP yang handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI.

Page 26: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

16

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Akuntabilitas Kinerja BPTP

Dalam tahun anggaran 2015, BPTP Jawa Barat telah menetapkan tujuh sasaran strategis yang akan dicapai yaitu: 1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian kepada

pengguna 3. Terdiseminasiya inovasi teknologi pertanian kepada pengguna 4. Terlaksanannya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis

nasional 5. Tersedianya benih sumber untuk mendukung system perbenihan 6. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan

spesifik lokasi 7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan

pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Ketujuh sasaran strategis tersebut dicapai melalui satu kegiatan prioritas, yaitu

Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Balitbangtan yaitu Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bioindustri Berkelanjutan. Selanjutnya, Ketujuh sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan tujuh indikator kinerja output berupa: 1. Jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi 2. Jumlag rekomendasi kebijakan 3. Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna 4. Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan 5. Jumlah produksi benih sumber 6. Jumlah model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri 7. Dukungan pengkajian dan perceatan diseminasi inovasi tek pertanian

Page 27: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

17

3.2. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan

dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan kinerja suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran. Pengertian indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (5) harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan (2) membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Jawa Barat diawali dengan perencanaan dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.

Pengukuran tingkat capaian kinerja BPTP Jawa Barat dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran pada Tahun 2015 dengan realisasinya melalui survey yang dilakukan di akhir tahun. Realisasi yang dibandingkan terhadap target indikator kinerja sasaran sampai akhir tahun 2014 menunjukkan bahwa target sasaran kegiatan tahun 2015 telah dapat dicapai dengan hasil baik. Hasil ini diperkuat oleh adanya dokumen pendukung yang disampaikan setiap kegiatan ke BPTP Jawa Barat terkait perkembangan capaian IKU disertai hasil monitoring dan evaluasi tim Monev BPTP Jawa Barat di beberapa kegiatan secara selektif untuk memastikan seberapa jauh tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan untuk

Page 28: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

18

memantau capaian output adalah melalui pelaporan berkala capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut terangkum sebagaimana tabel berikut: Tabel 7. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Target BPTP Jawa Barat, 2015

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 Tersedianya teknologi pertanian

spesifik lokasi Jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi

4 teknologi

2 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian kepada pengguna

Jumlag rek kebijakan 2 rekomendasi kebijkan

3 Terdiseminasiya inovasi teknologi pertanian kepada pengguna

Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna

9 teknologi

4 Terlaksanannya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan

5 laporan

5 Tersedianya benih sumber untuk mendukung system perbenihan

Jumlah produksi benih sumber Padi

223,9 ton

Jumlah produksi benih sumber Kedelai

128,99 ton

6 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi

Jumlah model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri

3 model

7 Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan perceatan diseminasi inovasi tek pertanian

12 bulan

Jumlah Teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BPTP Jawa Barat selama

tahun 2015 tersebut untuk mendukung terciptanya Scientific Base Badan Litbang. Demikian pula halnya untuk output teknologi yang didiseminasikan kepada stakeholder merupakan Impact Base dari hasil kegiatan pengkajian yang telah dilakukan. Dengan demikian capaian kinerja yang telah dihasilkan oleh BB Pengkajian selama Tahun 2015 tersebut mengarah kepada spirit Badan Litbang yaitu “Science.Innovation.Network.” Disamping itu, keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah diterapkannya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) lingkup BB Pengkajian. Mekanisme monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat mingguan

Page 29: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

19

penanggung jawab kegiatan, pelaporan bulanan masing-masing kegiatan, seminar tengah tahun/evaluasi tengah tahun dan uji petik kegiatan ke lokasi, serta seminar akhir tahun. Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-monev berbasis web yang diupdate setiap minggu serta penerapan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.249/2011 setiap bulannya untuk seluruh Satker lingkup Balai Besar Pengkajian. 3.3. Analisis Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015BPTP Jawa Barat dapat

dijelaskan sebagai berikut :

3.3.1. Capaian Kinerja 2015 Sasaran Strategis 1: Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Sasaran Strategis 1 akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan, sebagai berikut: 1) Kajian Pengaruh Tingkat Keterampilan Kelompok Jasa Tanam Legowo Terhadap

Implementasi Teknologi Tanam Jajar Legowo 2:1; 2) Pengkajian Teknologi Pengeringan

Bawang Merah untuk Memperpanjang Daya Simpan dan Meningkatkan Mutu (Tek.

Pengeringan Dan Penyimpanan Bawang Merah Spesifik Lokasi); 3) Pengkajian Produksi

Benih Biji Botani Bawang Merah di Jawa Barat (Tek. Prod. Benih Biji Botani Bawang

Merah); 4) Modifikasi Jarak Tanam dan Irigasi Padi Sawah Untuk Menurunkan Emisi Gas

Rumah Kaca (Tek. Penurunan Gas GRK); 5) Pewilayahan Komoditas Pertanian

Berdasarkan AEZ Skala 1 : 50.000 Mendukung Program P2BNdi Wilayah Provinsi Jawa

Barat (4 Peta); dan 6) Pengelolaan Sumberdaya Genetik

1) Kajian Pengaruh Tingkat Keterampilan Kelompok Jasa Tanam Legowo

Kajian Pengaruh Tingkat Keterampilan Kelompok Jasa Tanam Legowo

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

151,525,000 151,456,325 99.95 Kajian bertujuan: 1) Mengidentifikasi dan Menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keterampilan kelompok jasa tanam jarwo 2:1; 2) Meningkatkan pengetahuan jasa tanam melalui pelatihan penerapan tanam jarwo 2:1; dan 3) Mengkaji kelayakan implementasi teknologi tanam jarwo 2:1 manual dan cara mekanis.Sumber teknologi berasal dari BPTP dan BB Mektan. Kegiatan dilaksanakan dengan metode Survey dan On-Farm pada lahan seluas 140/8,5 ha di Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi, dan Subang. Target kegiatan ini adalah 1) Diketahuinya karakteristik dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan jasa tanam jarwo 2:1; 2)

Page 30: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

20

Meningkatnya pengetahuan jasa tanam jarwo 2:1; dan 3) Diketahuinya perbandingan kinerja teknologi tanam jarwo 2:1 cara manual dengan cara mekanis(rice transplanter).

Hasil identifikasi menunjukkan ada delapan faktor sosial ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi tingkat keterampilan petani buruh/jasa dalam pengerjaan sistem tanam jajar legowo di tiga lokasi kabupaten contoh, yakni : (1) Umur Petani, (2) Jumlah Anggota keluarga, (3) Tingkat Pendidikan, (4) Pengalaman berburuh tani, (5) Mengikuti pelatihan Jarwo, (6) Mengikuti penyuluhan, (7) Luas garapan sawah, dan (8) Tingkat upah buruhtani.

Hampir semua peubah faktor sosial ekonomi rumah tangga (Xi) menunjukkan hubungan yang lemah dengan tingkat keterampilan kerja tanam padi petani (Y), kecuali dua variabel saja, yaitu Frekuensi penyuluhan (X6) dan tingkat Upah tanam (X7)dengan nilai koefisien korelasi masing-masing 0,555 dan -0,809.

Terdapat empat faktor variabel sosial ekonomi yang berpengaruh positif terhadap tingkat keterampilan petani buruh/jasa tanam di lokasi penelitian, yaitu: Upah buruh/jasa tanam (X7), Pengalaman berburuh tani (X4), Jumlah anggotan keluarga (X3), dan Luas garapan sawah (X8). Sedangkan empat faktor lainnya dan satu variabel boneka berpengaruh negatif, yakni : Umur Petani (X1), lama pendidikan petani (X2), Mengikuti pelatihan Jarwo (X5), Frekuensi mengikuti penyuluhan (X6), Luas garapan sawah (X8), dan Lokasi kabupaten (D1).

Kinerja mesin tanam rice transplanter secara teknis hanya layak diimplementasikan pada lahan sawah datar, relatif dangkal (< 30 cm), dan genangan air 3-5 cm. Tetapi belum layak untuk dikembangkan/sosialisasikan, karena masih diperlukan penyempurnaan beberapa komponen alat.

Saran dan kebijakan untuk BBP Mektan dan lembaga produsen mesin rice transplanter Indo Jarwo, berdasarkan kelemahan-kelemahan implementasi di lapangan, sehingga diperlukan perbaikan dan penyempurnaan pada beberapa bagian/komponen, sebelum mesin rice transplanter Indo Jarwo dikembangkan/ dipasarkan ke masyarakat. Diantaranya tenaga motor harus lebih besar, jari-jari roda dibuat lurus dengan roda dan panel pengatur jumlah benih, untuk mencapai kedalaman lumpur > 30 cm.

Untuk meningkatkan efisiensi biaya penanaman padi legowo 2:1 dengan mesin rice transplanter Indo Jarwo, perlu diadakan pelatihan teknis operasional secara intensif bagi petani/anggota/pengurus Poktan-Poktan yang telah menerima bantuan bantuan mesin tersebut.

Page 31: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

21

2) Pengkajian Teknologi Pengeringan Bawang Merah untuk Memperpanjang

Daya Simpan dan Meningkatkan Mutu (Tek. Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah Spesifik Lokasi)

Pengkajian Teknologi Pengeringan Bawang Merah untuk Memperpanjang Daya Simpan dan Meningkatkan Mutu (Tek. Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah Spesifik

Lokasi)

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

115,575,000 115,532,150 99.96

Kegiatan ini dilatarbelakangi kondisi pada saat panen raya, produksi bawang

merah sangat melimpah sehingga harga jual yang diterima petani sangat rendah, bahkan kadang-kadang tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga pemanen. Hal ini disebabkan karena kualitas bawang merah pada saat musim penghujan tidak terlalu baik (belum kering askep), sehingga harganya mengalami penurunan sebesar 10-15%. Pengkajian teknologi Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah Spesifik Lokasi betujuan 1) Mendapatkan teknologi pengeringan bawang merah spesifik lokasi yang dapat memperpanjang daya simpan dan meningkatkan mutu dan 2) Mengetahui kinerja alat pengering dan daya simpan bawang merah. Kegiatan dilaksanakan di sentra bawang merah di Jawa Barat yaitu Poktan Subur Tani di Desa Bojongnegar, Kecamatan Cileduk, Kabupaten Cirebon dengan Metode yang digunakan yaitu dengan eksperimen dan Perlakuan 1) Pengeringan cara petani dan Pengering buatan (in store drying) dengan bahan bakar kayu dengan sumber teknologi Balai Besar Pascapanen dan BB Mektan. Kesimpulan dari kegiatan ini 1) Teknologi pengeringan dengan in store drying dapat menghasilkan mutu lebih baik dibandingkan dengan pengeringan cara petani dengan nilai susut bobot lebih rendah (29,24%) pada kadar air 82%; 2) Teknologi penyimpanan bawang merah dengan instore drying mampu meningkatkan mutu (menekan susut bobot pengeringan sebesar 6% dan menjaga mutu TSS bawang merah ) dan memperpanjang daya simpan dengan menekan susut bobot penyimpanan sebesar 12% dan kerusakan sebesar 5% dibandingkan cara petani; dan 3) Kinerja pengeringan instore drying menunjukkan efisiensi yang cukup baik sebesar 58,26% dan layak secara finansial (R/C 1.27, BEP 200.92, PBP 4.8 bulan dan net B/C 1.85) dan lebih baik dibandingkan cara petani.

Page 32: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

22

3) Pengkajian Produksi Benih Biji Botani Bawang Merah di Jawa Barat (Tek.

Prod. Benih Biji Botani Bawang Merah)

Pengkajian Produksi Benih Biji Botani Bawang Merah di Jawa Barat (Tek. Prod. Benih Biji

Botani Bawang Merah) Pagu (Rp) Realisasi

(Rp) (%) 127,875,000 127,875,000 100.00

Tujuan kegiatan ini adalah 1) Merancang sistem perbenihan bawang merah

berbasis generasi dengan memasukkan peran benih biji botani bawang merah berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada; 2) Mendapatkan teknologi produksi benih biji G0 dan benih umbi G1 bawang merah spesifik lokasi; dan 3) Menumbuhkan petani penangkar benih biji G0 dan benih umbi G1 bawang merah. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Bandung dan Cirebon dengan metode Partisipatif (On-Farm Participatory

ResearchAssessment).. Hasil kegiatan ini yaitu 1) Diperoleh satu rancangan model

sistem perbenihan bawang merah untuk produksi benih biji botani di dataran tinggi

Kabupaten Bandung dan produksi umbi mini di dataran rendah Kabupaten Cirebon; 2)

Teknologi Produksi Benih Biji (G0) tanpa naungan pada Varietas Bima Juna

menghasilkan bobot biji paling berat dengan bobot per petak 42,00 g dan menggunakan

media tanam mulsa 39,89 g. Pengujian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada Varietas Bima

Curut menunjukkan bobot kering biji paling berat (24,75 g) dan pemberian zat pengatur

tumbuh (ZPT) 200 ppm GA3 + 50 ppm NAA memberikan bobot biji kering bawang merah

16,47 g; dan 3) Calon petani penangkar benih biji botani bawang merah (G0) di Pondok

Pesantren Al-Ittifaq, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung dan

petani penangkar benih umbi (G1) di Kelompoktani Cukang Akar, Desa Silih Asih,

Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon.

4) Modifikasi Jarak Tanam dan Irigasi Padi Sawah Untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (Tek. Penurunan Gas GRK)

Modifikasi Jarak Tanam dan Irigasi Padi Sawah Untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah

Kaca (Tek. Penurunan Gas GRK) Pagu (Rp) Realisasi

(Rp) (%) 120,750,000 118,832,600 98.41

Sistem budidaya padi yang intensif memberikan dampak negatif terhadap

peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) (Sumarno, 2006). Posisi Indonesia (Gas Rumah Kaca/GRK) menempati urutan ke-18 di Dunia dan sekitar 70% emisi GRK berasal dari sektor pertanian terutama dari lahan sawah dalam bentuk gas metan (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O) (Las et al., 2011).Kondisi tanah basah-kering silih berganti

Page 33: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

23

mengubah kondisi iklim global, regional, dan loka sekitar 0,2 oC setiap 10 tahun. Kondisi tersebut berdampak pada Pertanian, Banjir, Kekeringan, OPT dan peningkatan suhu 1 oC akan menurunkan hasil padi 0,5 t/ha. Tujuan kegiatan ini memperoleh jarak tanam

legowo 2:1 dan sistem irigasi berselang spesifik Lokasi yang dapat menurunkan emisi

gas metan (CH4) dan meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah irigasi teknis.

Adapun keluarannya adalah Jarak tanam legowo 2:1 dan sistem irigasi berselang spesifik

lokasi yang dapat menurunkan emisi gas metan (CH4) dan meningkatkan produktivitas

padi pada lahan sawah irigasi teknis. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Desa

Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Hasil kegiatan ini yaitu 1)

Jarak tanam legowo 2:1 spesifik lokasi yang dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 25 x 15 x 40 cm sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm dan 2) Sistem irigasi berselang spesifik lokasi yang dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 3:3 namun tidak berbeda nyata dengan 5:3, sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah irigasi berselang 5:3.

5) Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ Skala 1 : 50.000

Mendukung Program P2BN di Wilayah Provinsi Jawa Barat

Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ Skala 1 : 50.000 Mendukung Program P2BN di Wilayah Provinsi Jawa Barat

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

328,475,000 327,103,954 99.58 Kegiatan bertujuan 1) Membuat peta pewilayahan komoditas Pertanian

berdasarkan AEZ II skala 1:50.000 mendukung P2BN di wilayah Kabupaten Purwakarta, Sukabumi, Bandung Barat, dan Kuningan dan 2) Membuat arahan rekomendasi kebijakan pengembangan sistem dan usaha agribisnis komoditas unggul komparatif pertanian spesifik lokasi berbasis AEZ II skala 1:50.000 mendukung program P2BN di wilayah kabupaten Purwakarta, Sukabumi, Bandung Barat, dan Kuningan. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta, Kuningan, Sukabumi, dan Bandung Barat, dengan sumber teknologi Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Kesimpulan dari kegiatan ini bahwa 1) peta pewilayahan komoditas Pertanian berdasarkan AEZ II skala 1:50.000 mendukung program P2BN spesfik lokasi di wilayah Kabupaten Purwakarta, Sukabumi, Bandung Barat, dan Kuningan dapat sebagai landasan penetapan lokasi berdasarkan evaluasi lahan spesifik lokasi dan 2) dokumen arahan rekomendasi kebijakan pengembangan sistem dan usahatani padi spesfik lokasi mendukung program P2BN berbasis AEZ II skala 1:50.000 dapat lebih terukur dan jelas lokasi pengembangan kawasan program P2BN pada kondisi lahan kalas S1, S2, S3di wilayah Kabupaten Purwakarta, Sukabumi,

Page 34: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

24

Bandung Barat, dan Kuningan dengan malekukan display varietas padi, jagung kedelai spesifik lokasi.

6) Pengelolaan Sumberdaya Genetik

Pengelolaan Sumberdaya Genetik Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

161,900,000 161,194,473 99.56 Sumberdaya genetik merupakan substansi sebagai sumber sifat keturunan yang

terdapat di dalam setiap kelompok organisme yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit agar tercipta suatu galur/varietas/kultivar unggul. Hal yang paling dikhawatirkan adalah hilangnya sumberdaya genetik tersebut akibat berbagai factor seperti bencana alam, pembalakan liar, dan faktor abiotik lainnya. Oleh sebab itu pelestarian sumberdaya genetik merupakan langkah yang sangat penting dilakukan mengingat besarnya manfaat dari sumberdaya genetik. Kegiatan ini bertujuan 1) Melakukan rejuvenasi koleksi padi lokal spesifik Jawa Barat; 2) Melakukan pemeliharaan koleksi tanaman buah-buahan spesifik Jawa Barat; 3) Melakukan koleksi dan eksplorasi sumberdaya genetik tanaman yang belum dilakukan sebelumnya; 4) Pertemuan Komisi Daerah (Komda) Sumberdaya Genetik Provinsi Jawa Barat; dan 5) Melakukan karakterisasi ex-situ tanaman padi lokal, karakterisasi in-situ tanaman padi lokal dataran tinggi, tanaman ubi jalar, durian, pisang, dan sapi spesifik Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan yang digunakan dalam pengkajian ini melalui beberapa pendekatan yaitu on farm participatory research assessment, desk study, dan on station research.

Hasil kegiatan ini 1) Kegiatan Pengelolaan SDG di Jawa Barat tahun 2015 mencakup (a) pemeliharaan (konservasi) koleksi SDG tan. Buah hasil eksplorasi dan koleksi tahun 2013, 2014 dan tahun 2015, (b) peremajaan (rejuvenasi) dan karakterisasi ex-situ tanaman pangan (serealia, kacang-kacangan) hasil eksplorasi dan koleksi tahun 2013, 2014, dan tahun 2015 (c) eksplorasi tanaman pangan dan tanaman buah serta karakterisasi in-situ tanaman pangan, tanaman buah, ternak sapi, dan (d) pertemuan pengurus Komda SDG Provinsi Jawa Barat; 2) Rejuvenasi merupakan upaya mempertahankan daya tumbuh dan viabilitas tumbuh koleksi sumberdaya genetik tanaman, terutama yang dapat disimpan dalam bentuk biji, seperti benih padi. Sebagai upaya konservasi sumberdaya genetik tanaman padi spesifik Jawa Barat; 3) Hasil karakterisasi padi sawah lokal, baik berasal dari dataran rendah maupun dataran tinggi, ubi jalar, dan sapi potong akan disusun menjadi deskripsi yang akan dikompilasi menjadi

Page 35: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

25

buku; 4) Operasionalisasi komisi daerah (Komda) Sumberdaya Genetik Provinsi Jawa Barat akan berjalan lebih baik bila terdapat dukungan anggaran khusus yang memadai dari Pemda Provinsi Jawa Barat; 5) Pengelolaan SDG menghadapi masalah, diantaranya keberlangsungan upaya konservasi koleksi SDG yang semakin terbatas, baik lahan maupun anggaran; dan 6) Kegiatan pengelolaan SDG tahun 2016 hampir sama dengan tahun 2015 tetapi berbeda materialnya disamping evaluasi karakter fisiko-kimia pada SDG buah (pisang ranggap) dan/atau pemurnian padi lokal dataran tinggi. 7) Ringkasan Teknologi/Rekomendasi yang Dihasilkan

No. Kegiatan Teknologi/Rekomendasi Jumlah Teknologi/ Rekomendasi

1 Kajian Pengaruh Tingkat Keterampilan Kelompok Jasa Tanam Legowo

Terdapat empat faktor variabel sosial ekonomi yang berpengaruh positif terhadap tingkat keterampilan petani buruh/jasa tanam di lokasi penelitian, yaitu: Upah buruh/jasa tanam (X7), Pengalaman berburuh tani (X4), Jumlah anggotan keluarga (X3), dan Luas garapan sawah (X8).

1 rekomendasi

2 Pengkajian Teknologi Pengeringan Bawang Merah untuk Memperpanjang Daya Simpan dan Meningkatkan Mutu (Tek. Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah Spesifik Lokasi);

Teknologi pengeringan store drying dapat menghasilkan mutu lebih baik dibandingkan dengan pengeringan cara petani dengan nilai susut bobot lebih rendah (29,24%) pada kadar air 82%;

Teknologi penyimpanan bawang merah dengan instore drying mampu meningkatkan mutu (menekan susut bobot pengeringan sebesar 6% dan menjaga mutu TSS bawang merah ) dan memperpanjang daya simpan dengan menekan susut bobot penyimpanan sebesar 12% dan kerusakan sebesar 5% dibandingkan cara petani;

Kinerja pengeringan instore drying menunjukkan efisiensi yang cukup baik sebesar 58,26% dan layak secara finansial (R/C 1.27, BEP 200.92, PBP 4.8 bulan dan net B/C 1.85) dan lebih baik dibandingkan cara petani.

2 teknologi, 1 rekomendasi

3 Pengkajian Produksi Benih Biji Botani Bawang Merah di Jawa Barat (Tek. Prod. Benih Biji Botani Bawang Merah)

Teknologi Produksi Benih Biji (G0) tanpa naungan pada Varietas Bima Juna menghasilkan bobot biji paling berat dengan bobot per petak 42,00 g dan menggunakan media tanam mulsa 39,89 g.

Pengujian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada Varietas Bima Curut menunjukkan bobot kering biji paling berat (24,75 g) dan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) 200 ppm GA3 + 50 ppm NAA memberikan bobot biji kering bawang merah 16,47 g;

2 teknologi

4 Modifikasi Jarak Tanam dan Irigasi Padi Sawah Untuk Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (Tek. Penurunan Gas GRK)

Jarak tanam legowo 2:1 spesifik lokasi dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 25 x 15 x 40 cm

Jarak tanam legowo 2:1 yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm dan

Sistem irigasi berselang spesifik lokasi yang dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 3:3 namun tidak berbeda nyata dengan 5:3, sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah irigasi berselang 5:3.

3 teknologi

Page 36: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

26

No. Kegiatan Teknologi/Rekomendasi Jumlah Teknologi/ Rekomendasi

5 Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ Skala 1 : 50.000 Mendukung Program P2BN di Wilayah Provinsi Jawa Barat

Peta kesesuaian lahan AEZ II skala 1:50.000 mendukung program P2BN kabupaten Purwakarta, Sukabumi, Bandung Barat, dan Kuningan.

4 peta

6 Pengelolaan Sumberdaya Genetik

Karakterisasi padi sawah local (dataran rendah dan dataran tinggi), ubi jalar, dan sapi potong

3 SDG

Sasaran Strategis 2: Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian kepada pengguna

Sasaran Strategis 2 dilaksanakan melalui kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Jawa Barat. 1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Jawa Barat

Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Jawa Barat

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

151,225,000 150,537,515 99.55

Kegiatan ini bertujuan 1) Mengkaji peluang pengembangan bio industri pertanian di perdesaan di Jawa Barat dengan sistem integrasi tanaman dan ternak dan 2) Menyusun rumusan alternatif kebijakan pengembangan pertanian bio industri pertanian sistem integrasi tanaman dan ternak di Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Purwakarta dan Karawang dengan analisis SWOT : Strength, Weakness, Opportunities, Threats (kekuatan, kelemahan, peluang, Ancaman). Rekomendasi kegiatan ini adalah: a. Daya dukung lahan pertanian

Daya dukung lahan pertanian di Jawa Barat untuk pengembangan Bioindustri integrasi tanaman-ternak yang dihitung dari potensi luas lahan sawah dan luas lahan bukan sawah “Masih Memadai”. Potensi produksi beberapa komoditas tanaman pangan, seperti Padi sawah, Padi Ladang, Jagung, Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah, Ubijalar, dan Ubikayu mengandung potensi limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yaitu sebesar 6,746,519.72 ton per tahun. Potensi limbah pertanian dimiliki juga Kabupaten-Kabupaten lokasi pengkajian (Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Purwakarta, dan Karawang). Seperti halnya provinsi potensi produksi komoditas pertanian di lokasi pengkajian yang terbesar adalah potensi produksi padi, yaitu sebesar 3,7 juta ton per tahun.

Page 37: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

27

Tabel 8. Rata-rata Produksi Komoditas Pertanian Provinsi Jawa Barat dan Lokasi

Pengkajian, 2010-2014

Kabupaten *) Produksi (ton)

Padi sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang

Hijau Kacang Tanah Ubijalar Ubikayu

Jawa Barat 11,133,661 476,071 959,173 54,947 13,218 67,351 444,829 2,096,928 Bandung 459,122 27,032 63,898 285 19 2,128 26,609 135,370 Garut 780,456 105,409 450,218 17,668 2,102 28,624 105,889 548,963 Tasikmalaya 760,769 27,470 55,059 2,754 106 5,305 17,979 318,868 Sumedang 430,175 30,258 68,865 5,005 1,526 6,448 17,634 174,372 Purwakarta 201,075 16,092 19,304 555 663 1,785 18,649 126,476 Karawang 1,098,891 9,271 1,433 430 1,214 439 389 8,041 Jumlah 3,730,487 215,533 658,777 26,697 5,630 44,728 187,150 1,312,090

*) rata-rata produksi 2010-2014

Sumber BPS Jawa Barat, 2010-2014 Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi limbah pertanian dari beberapa

kabupaten lokasi pengkajian adalah sebesar 2,899,544.78 t dan terbesar berada di

Kabupaten Garut yaitu sebesar 1,203,664.16 t.

Tabel 9. Potensi Limbah Pertanian Jawa Barat No. Kabupaten Potensi Limbah (ton) % 1 Bandung 321,373.27 11.08 2 Garut 1,203,664.16 41.51 3 Tasikmalaya 444,058.35 15.31 4 Sumedang 336,524.69 11.61 5 Purwakarta 138,221.32 4.77 6 Karawang 455,702.98 15.72 Jumlah 2,899,544.78 100.00

Sementara itu, hasil analisis potensi hijauan dari luasan lahan bukan sawah yang

dimiliki Jawa Barat tersebut memiliki potensi hijauan sebesar 5,542,583.72 ton. Sedangkan hasil analisis potensi hijauan dari luasan lahan bukan sawah di masing-masing lokasi kajian menghasilkan Potensi Hijauan Alami1,701,004.55 ton dan terbesar tersedia di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 650,525.76 (38,24%). Adapun rincian hasil analisis potensi hijauan dari luasan lahan bukan sawah tersebut seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Hasil Analisis Potensi Hijauan Dari Luasan Lahan Bukan Sawah Di Masing-

Masing Lokasi Kajian Kabupaten Potensi Hijauan Alami %

Bandung 181,552.11 10.67323 Garut 467,041.19 27.45679 Tasikmalaya 650,525.76 38.24362 Sumedang 205,382.45 12.07419 Purwakarta 110,400.08 6.490287 Karawang 86,102.97 5.061889 Jumlah 1,701,004.55 100.00

Page 38: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

28

b. Pemanfaatan teknologi dan pengembangan bioindustri integrasi tanaman-ternak

Pemanfaatan teknologi khususnya teknologi pengolahan limbah pertanian menjadi

pakan ternak dan pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organic kebanyakan belum digunakan petani/peternak karena keterbatasan lahan, modal dan rendahnya pendapatan.Untuk Pengembangan Bioindustri integrasi tanaman-ternak dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu: 1) teknologi yang akan diterapkan adalah teknologi yang mudah dilakukan, murah dan dapat memberikan nilai tambah dan 2) terbentuknya kelembagaan yang dapat memfasilitasi modal, teknologi, dan pemasaran.

No. Kegiatan Teknologi/Rekomendasi Jumlah Teknologi/ Rekomendasi

1 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Jawa Barat

Potensi limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yaitu sebesar 6,746,519.72 ton per tahun

Pengembangan Bioindustri integrasi tanaman-ternak dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu: 1) teknologi yang akan diterapkan adalah teknologi yang mudah dilakukan, murah dan dapat memberikan nilai tambah dan 2) terbentuknya kelembagaan yang dapat memfasilitasi modal, teknologi, dan pemasaran

2 rekomendasi

Sasaran Strategis 3:Terdiseminasinya inovasi teknologi pertanian kepada pengguna

Sasaran Strategis 3 ini akan dilaksanakan melalui kegiatan 1)Peningkatan

Kapasitas Komunikasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa Barat TA. 2015 dan 2)

Pendayagunaan Hasil Litkaji.

(1) Peningkatan Kapasitas Komunikasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa Barat TA. 2015 (Tek. VUB padi, 2 Tek. Jarwo 3. Tek. Pemupukan hara Spelok , 4 Tek. Pengairan Berselang)

Peningkatan Kapasitas Komunikasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa Barat TA. 2015

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

1,475,047,000 1,445,184,834 97.98 Kegiatan ini bertujuan 1) Meningkatkan diseminasi materi inovasi hasil

Balitbangtan (VUB, Jajar Legowo, pemupukan spesifik lokasi dan pengairan berselang) yang digunakan sebagai bahan materi penyuluhan dan usahatani oleh stakeholder dan 2) Mengetahui permasalahan dan solusi dalam percepatan diseminasi inovasi teknologi PTT

Page 39: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

29

padi (VUB, Jajar Legowo, pemupukan spesifik lokasi dan pengairan berselang). Kegiatan peningkatan kapasitas komunikasi inovasi teknologi pertanian dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya : 1) Partisipatif, artinya dalam setiap proses diharapkan adanya partisipasi, keterlibatan dan peran serta secara aktif dari semua pemangku kepentingan (stakeholders), baik sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi dan perumusan teknologi dan 2) multimetoda, dan multisarana, artinya dalam proses pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan multi metoda dan multi sarana ataubbiasa disebut Spectrum Diseminasi Multy Channel (SDMC). Hal ini dilakukan mengingat tidak ada satu media, metoda atau sarana yang paling efektif untuk seluruh sasaran dan tujuan. Melalui pendekatan ini diharapkan kelemahan suatu media ataupun metoda dalam menyampaikan suatu pesan dapat ditutupi oleh media maupun metoda lainnya. Adapun hasil kegiatan ini adalah 1) Melalui kegiatan Sosialisasi mampu mempercepat sampainya inovasi teknologi PTT padi kepada Petani kepada 200 orang pendukung UPSUS (Penyuluh/Petugas Pertanian, Babinsa, dan Petani) Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2) Banyak permasalahan yang mempengaruhi terjadinya adopsi inovasi PTT terutama cara tanam jajar legowo 2 : 1, namun yang paling mendasar adalah peran sumberdaya manusia baik agen pembawa inovasinya (penyuluh) maupun pelakunya (petani). Oleh karena itu agar terjadi adopsi yang lebih cepat diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi semua yang akan terlibat langsung dalam peningkatan produktivitas padi, dan 3) Walaupun alat bantu presentasi sudah banyak kemajuan, namun Media Flipchar masih dianggap relevan dan sangat membantu bagi para penyuluh dalam melakukannya penyuluhannya kepada petani. Terutama di

lokasi-lokasi yang tidak memungkinkan menggunakan media elektronik.

No. Kegiatan Teknologi/Rekomendasi Jumlah Teknologi/ Rekomendasi

1 Peningkatan Kapasitas Komunikasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa Barat TA. 2015

Kegiatan Sosialisasi mampu mempercepat sampainya inovasi teknologi PTT padi kepada Petani kepada 200 orang pendukung UPSUS (Penyuluh/Petugas Pertanian, Babinsa, dan Petani) Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

Banyak permasalahan yang mempengaruhi terjadinya adopsi inovasi PTT terutama cara tanam jajar legowo 2 : 1, namun yang paling mendasar adalah peran sumberdaya manusia baik agen pembawa inovasinya (penyuluh) maupun pelakunya (petani).

1.Tek. VUB padi, 2. Tek. Jarwo, 3. Tek. Pemupukan hara Spelok, dan 4 Tek. Pengairan Berselang

Page 40: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

30

(2) Pendayagunaan Hasil Litkaji( 5 Teknologi: 1) Tek. Pembibitan Jamu Merang, 2) Tek. Pemurnian Gas Metan Biogas, 3. Tek. Penyimpanan Biogas pada Tabung. 4 Tek. Pakan Lokal pada Kelinci. 5 Tek. Pemupukan)

Pendayagunaan Hasil Litkaji Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

657,172,000 641,821,556 97.66 Tujuan kegiatan Pendayagunaan Hasil Litkajiadalah 1) Menghasilkan rekomendasi

teknologi pertanian spesifik lokasi berdasarkan hasil Litkaji, 2) Menghasilkan materi informasi teknologi pertanian spesifik lokasi, 3) Mempercepat penyampaian hasil Litkaji kepada pengguna melalui beberapa media: a) Cetak (leaflet, brosur, buletin, poster, dll), b) Elektronik (website, VCD, DVD, dll.), dan c) Peragaan, display, demplot (melalui kegiatan: pameran Hari Pangan Sedunia (HPS), Pesta Patok, Hari Krida Pertanian (HKP) dan Showroom Teknologi. Kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan: 1) Kolekting: Mengumpulkan materi hasil Litkaji Peneliti/penyuluh (RPTP/ROPP dan RDHP/RODHP), 2) Editing: Menyempurnakan materi hasil Litkaji (Peneliti/Penyuluh), 3) Workshop: Komisi teknologi, menghasilkan rekomendasi teknologi spesifik lokasi, 4) Peragaan: Inovasi teknologi yang sudah siap dikomersilkan dan di sampaikan melalui pameran, 5) Demontrasi:Menunjukkan kinerja inovasi teknologi (Visitor) kepada pengguna, dan 6) Display: Pameran dan Showroom teknologi. Hasil kegiatan yaitu: 1) Telah dihasilkan media informasi teknologi pertanian spesifik lokasi berdasarkan hasil idetifikasi kebutuhan teknologi. Media tersebut disajikan pada website mengisi salah satu muatan informasi teknologi, 2) Kegiatan “Visitor Ternak” sebagai wahana penerapan inovasi teknologi dan pembelajaran bagi stakeholder memberikan peranan yang cukup baik dalam diseminasi inovasi teknologi pemeliharaan ternak. Akan tetapi, pengelolaan kegiatan masih memerlukan perbaikan dalam berbagai aspek agar dapat menampilkan informasi teknologi secara lebih optimal, dan 3) Sudah disusun publikasi hasil pengengkajian dan diseminasidalam bentuk media cetak, yaitu Buletin Hasil Kajian dan Diseminora.

Selain kegiatan di atas teknologi yang didiseminasikan lainnya meliputi: 1) irigasi berselang jarak tanam Legowo 2 (25x15x40 Cm), 2) Irigasi berselang 5 kering dan 3 hari genang, 3) budidaya padi organic, 4) hidroponik tanaman sayuran, dan 5) Pemanfaatan solar sel untuk hidroponik.

Page 41: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

31

(3) Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi (beras) terbesar dengan kontribusi rata-rata sebesar 17% dari total produksi nasional dengan produktivitas diatas produktivitas nasional. Produksi kedelai Jawa Barat pada tahun 2012 sebesar 47.426 ton dari luas panen 30.345 ha atau produktivitas rata-rata sebesar 1,56 t/ha (BPS 2013). Pada tahun-tahun berikutnya diharapkan terjadi peningkatan produktivitas yang lebih tinggi disertai perluasan areal tanam sehingga produksi dapat ditingkatkan. Salah satu usaha yang mampu mendorong peningkatan produksi beras dan kedelail adalah penggunaan benih bermutu dari varietas unggul. Kegiatan dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif (On-Farm Participatory Research/Assessment) dan didukung dengan tujuan: 1) Karakterisasi biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan, pelaku dan pola uahatani di wilayah pengembangan padi dan kedelai, 2) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam hal teknik produksi benih bermutu padi dan kedelai, 3) Inisiasi penumbuhan petani penangkar padi dan kedelai di wilayah pengembangan padi dan kedelai, dan 4) Memproduksi benih sumber SS untuk dikembangkan menjadi benih kelas ES oleh petani penangkar. a. Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya

melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi

Pelaksanaan Pendampingan/Pelatihan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi dilkukan melalui beberapa kegiatan, yaitu: 1) Pengukuran Tingkat Pengetahuan, 2) Pendampingan Produksi Benih, 3) Bimbingan dan pelatihan teknis perbenihan berupa praktek langsung dalam produksi benih, 4) Pendampingan dan fasilitasi petani calon penangkar dalam proses sertifikasi benih, 5) pendampingan pemsaran benih, dan 6) Pelaksanaan Display Varietas.

Pengukuran Tingkat Pengetahuan diperolah terhadap tengtang kondisi peningkatan pengetahuan dan presepsi petani terhadap teknologi produksi benih bermutu dan penangkaran benih, seperti pada Tabel berikut ini.

Page 42: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

32

Tabel 11. Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Presepsi Petani dalam penangkaran benih Padi

No. Lokasi Rataan Nilai Test (%)

Pengetahuan Presepsi Pre test Post test Pre test Post test

1. Ds. Cipinang Kec. Rajagaluh Kab. Majalengka

58,72 86,54 48,51 61,54

2. Ds. Karangampel Kec. Karangampel Kab.Indramayu

73,30 91,50 70,50 96,30

3. Ds.Cangkuang Kec. Leles Kab. Garut

77.14 82.69 83.30 97,21

Rataan 69,72 86,58 66,43 85,02 % Peningkatan 15,86 18,59

Pendampingan Produksi Benih, dilakukan selama 2 musim tanam. Pada setiap musim tanam dilakukan pendampingan dengan kegiatan, sebagai berikut: 1) Bimbingan dan pelatihan teknis perbenihan berupa praktek langsung dalam produksi benih dan 2) Pendampingan dan fasilitasi petani calon penangkar dalam proses sertifikasi benih.

Tabel 12. Materi pendampingan/Pelatihan Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015

No. Materi Narasumber/Pendamping 1. Budidaya Tanaman Padi Model PTT (VUB, jajar Legowo

2, Pemupukan spesifik lokasi berdasarkan PUTS, Pengendalian OPT)

Tim BPTP, PPL, UPTD

2. Prosedur dan Proses penangkaran benih dan pendaftaran menjadi penangkar, serta sertifikasi benih padi

BPSB TPH

3. Praktek pengisian formuli/balnkko untuk proses sertifikasi benih (al: pengajuan pemeriksaan lapang 3 kali, pengajuan uji lab, pengajuan legalisasi label)

BPSB TPH, Tim BPTP, PPL, UPTD

4. Pemeriksaan lapang (3 kali) BPSB TPH 4. Praktek Rouging/seleksi tanaman (4 kali) BPSB TPH, Tim BPTP, PPL,

UPTD 5. Prosesing, pengemasan dan penyimpanan benih Tim BPTP, PPL, UPTD

Hasil Produksi Benih di Tingkat Kelompok dari luasan 2 ha dimasing-masing

wilayah, benih yang dihasilkan dan didaftarkan ke BPSB TPH untuk disertifikat volumenya berbeda. Varietas INPARI 30 dipilih untuk diproduksi berdasarkan minat petani di wilayah tersebut, dan peluang pemasaran ke wilayah lain cukup bagus.

Page 43: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

33

Tabel 13. Hasil Produksi Benih di Tingkat Kelompok

No. Lokasi Waktu Tanam

Luas tanam (ha)

Panen Produksi benih bersertifikat

Waktu keluar label

Jumlah (ton)

Kelas benih Varietas

1. Poktan Bakung Ds. Cipinang, Kec. Rajagaluh, Kab. Majalengka

Minggu III Maret 2 Minggu I

Juli Minggu II Agustus 5,0 SS INPARI

30

2. Poktan Makmur Ds. Karangampel Kec. Karangampel Kab. Indramayu

Minggu II Mei 2 Minggu IV

Agustus Minggu I

Nopember 3,0 ES INPARI 30

3. Poktan Mekarsari Ds. Cangkuang Kec. Leles Kab. Garut

Minggu II Agustus 2 Minggu I

Desember Dalam Proses Target3,0 ES INPARI

30

Pendampingan pemasaran dilakukan bersama dengan Petugas lapang (PPL),

UPTD, dan BPSB yang diarahkanmencari peluang pasar dengan cara benih disalurkan: 1) untuk pemenuhan petani satu kelompok dan kelompok lain dalam satu desa, 2) kepada anggota kelompok di luar desa masih dalam satu kecamatan, 3) bekerjasama dengan kios saprodi dengan cara konsinyasi, dan 4) fasilitasi kepada dinas teknis terkait untuk pemenuhan program. Harga penjualan benih bervariasi, yaitu antara 8.500-9.500/kg.. Berdasarkan jumlah benih yang dihasilkan dan dipasarkan, dan diambil harga rata-rata Rp. 8.500,- /kg, maka dapat dihitung analisa usahatani penangkaran.

Tabel 14. Pemasaran Benih Padi yang dihasilkan oleh Kelompok Penangkar kegiatan

Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015.

No. Lokasi Lokasi penjualan/Penyaluran Hasil MT I Hasil MT II

1. Poktan Bakung Ds. Cipinang, Kec. Rajagaluh, Kab. Majalengka

Petani Desa Cipinag Petani Desa Cipinag 10 Desa di Kec Maja (Prog SRI)

Rencana akan disalurkan oleh Dinas Pertanian untuk Program GPPTT

3 Desa di Kec. Cigasong (Prog.SRI) Ds. Ujungjaya Sumedang (Prog. Mitigasi) Kel. Cisurupan Kota Bandung 10 Desa di Kec. Sedong, Kab Cirebon (Prog.

TTP)

2. Poktan Makmur Ds. Karangampel Kec. Karangampel Kab. Indramayu

Poktan wilayag Desa Karang Ampel

Belum tanam Poktan Gantar, Kec. Gantar 11 desa di wilayah Kec. Karangampel 2 Poktan di Desa Sendang Kuningan (BPSB)

3. Poktan Mekarsari Ds. Cangkuang Kec. Leles Kab. Garut

Baru tahap prosesing benih Belum tanam

Pelaksanaan Display sebagai upaya mendiseminasikan dan meningkatkan adopsi Varietas Unggul Baru (VUB) yang dihasilkan oleh Balai Besar Tanaman Padi (BB Padi),

Page 44: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

34

Varietas terdiri dar INPARI 30, INPARI 31, INPARI 32, dan INPARI 33, benih untuk display merupakan bantuan dari BB Padi.

Tabel 15. Hasil Display Varietas padi pada Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk

Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015.

No. Lokasi Hasil

(GKP ton/ha) INPARI 31 INPARI 32 INPARI 33

1. Poktan Bakung, Ds.Cipinang, Kec. Rajagaluh, Kab. Majalengka 7,44 8,79 8,49

2. Poktan Mekarsari, Ds. Cangkuang Kec. Leles. Kab. Garut 12,6 10,8 9,6

3. Poktan Makmur, Ds. Karangampel Kec. Karangampel, Kab. Indramayu

Belum ditanam, rencana pada bulan Desember (MH 2015)

Untuk mengetahui tingkat kesukaaan (preferensi) petani terhadap VUB yang telah diperagakan, maka dilakukan pengukuran preferensi dengan menggunakan kuesioner. Karakter yang diukur yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, bentuk bulir, ketahanan terhadap hama penyakit, umur panen dan hasil produksi (panen).

Tabel 16. Preferensi Petani terhadap VUB Padi di Wilayah Kegiatan Model Penyediaan

Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Padi. 2015.

No. Karakteristik INPARI 30 INPARI 31 INPARI 32 INPARI 33 1. Tinggi tanaman 4.4 4.7 3.7 4.3 2. Jumlah anakan 4 4.3 4.3 3.7 3. Bentuk bulir 4,2 4.4 4 4.3

4. Ketahanan terhadap hama penyakit 2.7 2.7 2.7 2.7

5. Umur Panen 4.3 4.3 4 4 6. Hasil produksi 4.3 4.4 4 4 7. Rata-rata 4 4.2 3.8 3.8

*) parameter penilaian kesukaan tersebut antara lain : 5 = sangat suka, 4 = suka, 3= biasa, 2 = tidak suka, 1 = sangat tidak suka. b. Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya

melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai

Pelaksanaan Pendampingan/Pelatihan, meliputi: 1) Pengukuran Tingkat Pengetahuan, 2) Implementasi ditingkat lapangan, 3) Bimbingan dan pelatihan teknis perbenihan berupa praktek langsung dalam produksi benih Kedelai, 4) Pendampingan dan fasilitasi petani calon penangkar dalam proses sertifikasi benih Kedelai, 5) pendampingan Pemasaran Benih, dan 6) Pelaksanaan Display Varietas.

Pengukuran Tingkat Pengetahuan dan presepsi petani terhadap teknologi produksi benih bermutu dan penangkaran benih, dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Page 45: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

35

Tabel 17. Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Presepsi Petani dalam penangkaran benih Kedelai. 2015

No. Kriteria Rataan Nilai Test (%) Pre test Post test

1. Pengetahuan 65,0 73,68 2. Presepsi 83,3 93,3

Tingkat Pengetahuan : Dari hasil analisa pre test yang telah dilakukan sebanyak sebanyak 65% petani mempunyai pengetahuan baik terhadap teknologi penangkaran benih kedelai, dan pada post test, 73,68 % petani mempunyai pengetahuan baik dan 26,31% petani mempunyai pengetahuan sangat baik terhadap teknologi penangkaran benih kedelai. Meningkatnya pengetahuan petani, karena kegiatan mandiri benih melakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani secara intensif. Pendampingan dilakukan pada setiap tahapan penangkaran benih kedelai, yaitu mulai dari prosedur menjadi penangkar, pengolahan lahan, pengemasan, sampai pada strategi pemasaran. Pelatihan juga menghadirkan nara sumber dari Balitkabi, BPSB, Dinas Pertanian, Penyuluh, BPTP Jawa Barat sendiri, serta dari petani lain yang berpengalaman dalam penangkaran benih.

Persepsi dan Minat Petani : Dari hasil pre test mayoritas petani (83,3%) sudah memiliki persepsi yang positif terhadap teknologi penangkaran benih. Saat post test terjadi peningkatan 10% (93,3%) petani yang mempunyai persepsi bahwa menangkarkan benih kedelai tidak lebih sulit dibanding menanam kedelai asalkan petani mempunyai niat dan pengetahuan yang kuat. Sebanyak 90% responden menyatakan bahwa teknik penangkaran benih mudah dilakukan oleh petani. Jumlah ini lebih besar dibandingkan awal pendampingan dimana petani yang menganggap sulit penangkaran benih mencapai 54% petani. Persepsi petani yang positif ini sejalan dengan minat petani dalam melakukan penangkaran benih. Sebanyak 91,7% petani berminat untuk mengembangkan usaha penangkaran kedelai. Alasan petani berminat melakukan penangkaran karena penakaran menguntungkan, dan mereka berniat membantu sesama petani dalam mendapatkan benih kedelai yang bermutu.

Bimbingan dan pelatihan teknis perbenihan berupa praktek langsung dalam produksi benih Kedelai, secara umum materi yang disampaikan secara bertahap kepada peserta pendampingan/pelatihan dan dilakukan dengan memberikan teori/pengantar, dan praktek langsung.

Page 46: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

36

Tabel 18. Materi pendampingan/Pelatihan Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai.

No. Materi Narasumber/Pendamping

1. Budidaya Tanaman Kedelai Model PTT (VUB, jarak tanam, Pemupukan spesifik lokasi berdasarkan, penggunaan bahan organik dan mulsa jerami, , pengendalian OPT)

Tim BPTP, PPL, UPTD

2. Prosedur dan Proses penangkaran benih dan pendaftaran menjadi penangkar, serta sertifikasi benih padi BPSB TPH

3. Praktek pengisian formuli/balnkko untuk proses sertifikasi benih (al: pengajuan pemeriksaan lapang 3 kali, pengajuan uji lab, pengajuan legalisasi label)

BPSB TPH, Tim BPTP, PPL, UPTD

4. Pemeriksaan lapang BPSB TPH 4. Praktek Rouging/seleksi tanaman (untuk menjaga mutu benih) BPSB TPH, Tim BPTP, PPL, UPTD 5. Prosesing, pengemasan dan penyimpanan benih Tim BPTP, PPL, UPTD

Pendampingan dan fasilitasi petani calon penangkar dalam proses sertifikasi benih

Kedelai. Pendaftaran sebagai penangkar benih dilakukan ke Dinas Pertanian Kabupaten wilayah setempat, yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu. Petani calon penangkar didampingi dalam hal-hal sebagai berikut: 1) Mengajukan permohonan 10 hari sebelum tanam, dengan melampirkan label benih, sketsa peta lapangan, tanda pembayaran PNBP/PAD dan mengisi formulir pendaftaran, 2) Melakukan seleksi/roguing pada ketiga fase, yaitu: 1) fase muda (Juvenil) umur 10-20 hst, 2) fase berbunga, dan 3) fase masak, 3) Mengajukan permohonan kesiapan pemeriksaan lapangan pada ketiga fase, 4) Mengajukan permohonan kesiapan pemeriksaan alat panen dan prosesing, 5) Melakukan pengolahan benih, 6) Mengelompokkan benih berdasarkan lapangan dan nomor induk, 7) Mengajukan permohonan kesediaan diambil sampel, 8) Jika lulus sertifikasi, dilakukan pencetakan label, 9) Mengajukan permohonan nomor seri dan legalisasi label, dan 10) Mengajukan permohonan pengawasan pemasangan label.

Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai di Kelompok Pemuda Tani, Desa Bantarwaru, Kecamatan Gantar dilaksanakan sebayak 2 musim. Pada musim pertama yang dilaksanakan bulan telah menghasilkan benih kedelai berserifikat dengan kelas SS (BP, Stock Seed). Varietas yang diproduksi yaitu varietas Burangrang dan Gema.

Page 47: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

37

Tabel 19. Pelaksanaan Tanam dan Produksi Benih diwilayah Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. 2015

No. Waktu Tanam Varietas Luas tanam (ha)

Waktu Panen

Hasil Biji Ton/ha

Produksi benih bersertifikat Waktu keluar label

Jumlah (ton)

Kelas benih

1. MT I Minggu I Juli

Burangrang 1 Minggu II September

1, 6 Minggu III Okt

1 SS (BP) SS (BP) Gema 1 1,7 1

2. MT II Minggu I Des

Burangrang 1 - - - - -

Anjasmoro 1 - - - - -

Dari masing-masing varietas yang ditanam seluas 1 ha, telah menghasilkan

benih yang diserifikat masing-masing 1 ton. Benih akan disalurkan kepada kelompok tani dan petani yag mendapat manfaat program PAT Dinas Pertanian.

Pendampingan Pemasaran Benih. Benih yang dihasilkan dapat tersalurkan dengan cepat, karena sebagian besar dibeli oleh kelompok yang mendapat Program Penambahan Areal Tanam (PAT), yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia, dan KWT Parikesit di Kecamatan Gantar. Benih dijual dengan harga Rp. 9.000/kg. Dari benih yang dihasilkan, maka dapat dihitung analisa usahatani penangkaran.

Tabel 20. Pemasaran Benih Kedelai yang Dihasilkan oleh Kelompok Pemuda Tani, 2015.

No. Lokasi Penyaluran Keterangan 1. Sebagian anggota kelompok Pemuda Tani Dalam satu desa 2. KWT Dahlia, Desa Bantarwaru, Kecamatan Ggantar Penerima program PAT 3. KWT Parikesit, Desa Mekarwaru, Kecamatan Gantar Penerima program PAT

Pelaksanaan Display VUB kedelai dilakukan sebagai upaya mendiseminasikan dan

meningkatkan adopsi hasil Badanlitbang Pertanian, dalam hal ini yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Aneka kacang dan Umbi (Balitkabi). Varietas yang diperagakan dalam kegiatan display terdiri dari 10 jenis varietas bantuan dari Balitkabi. Hasil kegiatan Display menunjukkan bahwa varietas Tanggamus, dan Panderman menghasilkan biji yag paling tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini memberikan pengetahuan dan wawasan baryu untuk petani kedelai di wilayah Gantar, yang selama ini selalu menggunakan Anjasmoro.

Page 48: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

38

Tabel 21. Hasil Display Varietas kedelai pada Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. 2015.

No. Varietas Hasil biji kering (ton/ha)

1. Anjasmoro 1,7 2. Grobogan 1,6 3. Argomulyo 1,7 4. Burangrang 1,6 5. Dering 1 1,2 6. Wilis 1,7 7. Gema 1,7 8. Panderman 2,8 9. Sinabung 1,8

10. Tanggamus 3,3

Dari kegiatan display ini dilakukan pengukuran preferensi dengan menggunakan

kuesioner, bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaaan (preferensi) petani. Hanya 2 karakter yang diukur yaitu Ukuran biji dan Produksi. Menurut petani 2 karakter ini yang paling menentukan terhadap pasar.

Tabel 22. Preferensi Petani terhadap VUB Kedelai di Wilayah Kegiatan Model Penyediaan

Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Calon Penangkar Kedelai. 2015.

No. Nama Varietas Ukuran biji Produksi 1. Anjasmoro 4 4,7 2. Grobogan 4,4 4,3 3. Argomulyo 4,2 4,4 4. Burangrang 3,7 4 5. Dering 1 3,3 4,3 6. Wilis 3,7 4,4 7. Gema 4 4,4 8. Panderman 4,7 4 9. Sinabung 3,3 4,7

10. Tanggamus 3,7 4,7

Sasaran Strategis 4:Terlaksanannya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional (1) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Pangan

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

359,425,000 317,047,582 88.21

Page 49: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

39

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan meliputi 3 (tiga) kegiatan, yaitu: 1) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Padi (1 Lokasi), 2) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Kedelai (1 Lokasi), dan 3) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan Komoditas Ubi Kayu (1 Lokasi). Adapun latar belakang kegiatan mengacu pada Permentan No. 50 Tahun 2012 yaitu rancang bangun pengembangan kawasan komoditas strategis : Padi, Kedelai, dan Ubikayu yang diharapkan mampu mendorong terciptanya kerjasama antar daerah dalam satu kawasan guna menjamin terpenuhinya ketersediaan pasokan produksi dengan tetap memberikan keuntungan yang memadai. Untuk mengembangkan komoditas strategis secara berkelanjutan, perencanaan komoditas harus dapat mengakselerasi potensi daya saing komoditas dan wilayah melalui optimalisasi sinergitas pengembangan komoditas, secara vertikal dan horizontal maupun dari hulu hingga hilir dengan tahapan pengembangan kawasan meliputi: a) Tahap penumbuhan kawasan; b) Tahap pengembangan kawasan; c) Tahap pemantapan kawasan; d) Tahap integrasi kawasan dan e) Tahap replikasi kawasan. Kegiatan bertujuan: 1) Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi biofisik serta sosial ekonomi di lokasi pengembangan kawasan padi, kedelai dan ubi kayu, 2) Melakukan advokasi untuk mensinergiskan peran badan litbang pertanian dan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten dalam menumbuhkan pengembangan kawasan padi, kedelai dan ubi kayu, dan 3) Melakukan pembinaan sumberdaya manusia dengan sasaran pelaku utama usahatani (padi, kedelai dan ubi kayu), petugas dan semua stakeholder dari hulu sampai hilir.

a. Pendampingan Ubikayu

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

Komoditas Ubi Kayu (1 Lokasi) Pagu (Rp) Realisasi

(Rp) (%) 46,300,000 44,830,000 96.83

Program GP-PTT Ubi kayu di Kecamatan Cimenyan meliputi 3 desa sentra

produksi ubikayu yaitu, Desa Cimenyan, Mandala Mekar dan Cikadut melibatkan 8 kelompoktani dengan luas arel 200 ha. Daftar kelompoktani peserta program Gerakan Pengembangan-PTT Ubikayu di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 50: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

40

Tabel 23. Kelompoktani Penerima Program GP-PTT Ubi Kayu di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung Tahun 2015.

Setiap kelompoktani peserta GP-PTT mendapatkan bantuan berupa sarana

produksi berupa pupuk, dan pestisida untuk luasan 25 Ha per poktan dengan luas areal keseluruhan mencapai 200 ha.

Tabel 24. Penggunaan Saprodi Pada Kegiatan GP-PTT di Kabupaten Bandung

SAPRODI LUAS LAHAN (ha) DOSIS (kg) JUMLAH (kg) Urea 25 200 500 ZA 25 100 2.500 SP-36 25 100 2.500 NPK 25 300 7.500 Pupuk Organik 25 2,74 68.500 Pestisida 25 2 lt 50 lt

Demplot budidaya ubi kayu

Demplot budidaya ubi kayu seluas 1 ha dilaksanakan di kelompoktani Ciparungpung, Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Kelompoktani Ciparungpung memiliki lahan seluas 25 Ha dan ± 60% dari lahan tersebut ditanami komoditas ubi kayu yang ditanam secara tumpangsari dengan sayuran. Hamparan kelompoktani Ciparungpung yang dijadikan lokasi demplot berdampingan dengan lokasi program GP-PTT ubi kayu dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi kelompoktani lainnya pada kegiatan GP-PTT.

Demplot teknologi budidaya ubi kayu dititikberatkan pada perbaikan teknologi yang selama ini belum dilakukan oleh petani seperti: teknik konservasi (perbaikan teras), penggunaan varietas dan pemupukan. Perbaikan teras dirasakan perlu untuk dilakukan mengingat ubikayu di lokasi pendampingan ditanam pada lahan berlereng secara

No Desa Kelompoktani Nama Ketua Kelompoktani Luas Tanam (Ha)

1 Cimenyan Ciparumpung 2 Dadang 25 2 Cimenyan Harapan Jaya Nana S 25 3 Mandala Mekar Bina Laksana Atim 25 4 Mandala Mekar Mandala Mukti 2 Rohanda 25 5 Cikadut Motekar 2 Oman 25 6 Cikadut Subur Uca 25 7 Cikadut Cikaso Komar 25 8 Cikadut Taman Melati Enok 25

Total Areal Pengembangan 200

Page 51: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

41

tumpangsari dengan sayuran. Demikian hal nya dengan perlakuan pupuk organik dan penggunaan varietas perlu dilakukan karena selama ini petani hanya menanam ubikayu varietas lokal jenis mentega dan ubikayu kulit merah. Teknik konservasi khususnya pembuatan teras belum dilakukan secara baik sesuai anjuran. Pada umumnya petani membuat guludan ataupun guludan searah lereng. Kondisi ini disebabkan petani menanam ubikayu dengan sistem tumpangsari denga sayuan. Petani beranggapan kalau bedengan atau guludan dibuat memotong lereng atau searah kontur menyebabkan tingginya serangan penyakit pada tanaman sayuran karena kelembaban tanah terutama pada saat musim hujan. Alternatif teknologi teknologi budidaya yang digunakan pada demplot ubikayu disajikan pada Tabel 25. Tabel 15. Alternatif Paket Teknologi Yang Digunakan Pada Demplot Budidaya Ubikayu

Jenis Teknologi Teknologi Anjuran Teknologi Eksisting Petani Penggunaan varietas Kadapo Lokal petani Jarak tanam 100 x 70 cm Pupuk Urea 200 kg/ha Pupuk SP-36 100 kg/ha Pupuk KCl 100 kg/ha Pemupukan organik 5 ton/ha 4 ton/ha (pada tanaman

sayuran) Konservasi (perbaikan

teras dan bedengan) Searah kontur/memotong

lereng Memotong kontur/searah lereng

Padasaat pengolahan tanah sampai dengan umur tanaman 15 hari setelah tanam

(HST), pertumbuhan tanaman ubi kayu relatif baik dan subur. Selanjutnya, mulai tanaman umur 30 HST terjadi terjadinya kemarau yang berkepanjangan. Pada saat laporan ini disusun tanaman ubi kayu di lokasi demplot baru ber umur 7 bulan setelah tanam (BST) dengan kondisi pertumbuhan tanaman yang kurang optimal karena kemarau berkepanjangan (tidak terjadi hujan sama sekali) yang terjadi sejak tanaman ber umur 2 BST.

Pelatihan

Pelatihan yang dilaksanakan meliputi: 1) pelatihan bagi peserta wilayah pengembangan kawasanan ubikayu Kabupaten Bandung dan 2) pelatihan Bagi Petani Ubikayu Peserta Kegiatan Pendampingan Yang Dilaksanakan Oleh BPTP Jawa Barat.

Pelatihan bagi peserta wilayah pengembangan kawasanan ubikayu Kabupaten Bandung dengan materi: a) Teknologi Budidaya Ubikayu (Persiapan lahan, varietas, pemeliharaan, panen dan pasca panen), b) Pertanian Bioindustri Berbasis Ubikayu

Page 52: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

42

Berkelanjutan (Pemanfaatan produk ubi kayu dan turunannya serta pemanfaatan limbah ubikayu) dengan konsep Zero Waste, c) Teknologi Proses Produksi Produk Pangan Berbasis Ubikayu (Berbagai produk olahan berbahan baku ubi kayu), dan d) Dinamika Kelompok.

Pelatihan Bagi Petani Ubikayu Peserta Kegiatan Pendampingan Yang Dilaksanakan Oleh BPTP Jawa Barat.Kegiatan dilaksanakan di Aula Kantor Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan beberapa anggota kelompoktani dan kelompok wanita tani (KWT) yang ada di wilayah Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung serta penyuluh pertanian lapang (PPL) yang membina petani di Kecamatan Cimenyan.

Materi pelatihan yang disampaikan yaitu, teknologi pembuatan tepung kasava termodifikasi atau yang dikenal sebagai mocaf (modified cassava flour) dan beberapa produk olahan berbasis tepung kasava. Produk olahan berbasis tepung kasava yang diberikan yaitu: brownies, kue kering kastangel, mie, rasi (beras singkong) dan kerupuk kasava.

Tabel 26. Nilai Tambah Pengolahan Ubikayu

No. Jenis Harga Awal

(Rp/kg)

Output Produk per kg Bahan Baku

Ubikayu Harga Jual

Produk/ Satuan (Rp)

Harga Akhir (Rp)

Nilai Tambah

(%) Jumlah Satuan

1. Tepung kasava

800 0,3 kg 8.000 2.400 300

2. Mie tepung kasava

8.000 1.5 kg 12.000 18.000 225

3. Rasi (beras singkong)

800 0.3 kg 6.000 1.800 225

4. Kerupuk kasava

8.000 0.5 kg 40.000 20.000 250

5. Brownies kasava

8.000 5 buah 25.000 125.000 1.562

6. Kastangel kasava

8.000 1 kg 100.000 100.000 1.250

b. Pendampingan tanaman pangan padi

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

Komoditas Padi ( 1 Lokasi ) Pagu (Rp) Realisasi

(Rp) (%) 163,125,000 160,792,382 98.57

Page 53: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

43

Kegiatan pendampingan kawasan pertanian nasional tanaman pangan komoditas padi di Jawa Barat dilaksanakan di Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi.Kecamatan Ciracap telah ditetapkan sebagai salah satu daerah pengembangan kawasan padi secara nasional.Masing-masing instansi yang terkait dalam kegiatan mulai dari tingkat pusat hingga daerah ikut terlibat dalam melaksanakan pengawalan dan pendampingan kegiatan. Khusus untuk instansi di daerah yang terlibat secara langsung diantaranya adalah Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Babinsa, BP3K Kecamatan Ciracap dan BP4k Kabupaten Sukabumi menghasilkan kesepakatan untuk secara bersama-sama melaksanakan pengawalan pelaksanaan kegiatan GPPTT Padi di Kecamatan Ciracap.

Tabel 27. Tingkat penerapan teknologi pada poktan yang didampingi di Kecamatan Ciracap

No Komponen Teknologi Jumlah poktan yang didampingi

(….poktan)

Jumlah poktan yang menerapkan

teknologi (….poktan)

Persentasi yang menerapkan teknologi (%)

Komponen Dasar

1 Varietas unggul baru 67 67 100

2 Benih bermutu dan berlabel 67 67 100

3 Pemberian bahan organik 67 100

4 Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya) 67 67 100

5 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 67 67 100

6 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 67 67 100

Komponen Pilihan

7 Pengolahan lahan yang baik 67 67 100

8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 67 67 100

9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 67 67 100

10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten) 67 67 100

11 Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll) 67 67 100

12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan 67 67 100

Page 54: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

44

GPPTT Padi di Kecamatan Ciracap

BPTP Jawa Barat diberi mandat untuk mendampingi pelaksanaan kegiatan pendampingan kawasan pertanian nasional tanaman pangan komoditas padi di Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi melalui kegiatan gelar teknologi PTT Padi, display varietas unggul Baru (VUB) dan Pelatihan Teknis. Gelar teknologi PTT Padi dilaksnakan sebanyak 5 unit dan display varietas sebanyak 5 unit.

Kegiatan Gelar teknologi PTT diawali dengan penetuan calon petani dan calon lokasi di 5 desa.Penentuan lokasi dilaksanakan bersama-sama dengan petugas penyuluh lapangan.

Penanaman pertama telah dilaksanakan di Desa Pasir Panjang pada tanggal 24-25 Maret 2015.Penanaman yang kedua dilaksanakan di Desa Gunung Batu pada tanggal 1-2 April 2015. Penanaman ketiga dilaksanakan di Desa Mekar Sari pada tanggal 7-8 April 2015 dan penanaman keempat dilaksanakan pada tanggal 10 di Desa Cikangkung dan penanaman terkahir pada tanggal 11 April di Desa Ciracap. Selama masa pertumbuhan untuk Gelar teknologi di Poktan Poktan Sinar Baru Desa Pasirpanjang mendapatkan suplai air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu Inpari 19 yang ditanam di desa Pasir panjang lebih genjah sehingga sudah bisa dipanen pada akhir Juni. Sementara gelar teknologi di Desa Mekarsari, Cikangkung dan Gunungbatu sampai laporan ini dibuat belum melaksanakan panen. Bahkan di beberapa lokasi mengalami kekeringan. Hasil panen ubinan gelar teknologi dapat dilihat pada tabel 28 berikut :

Tabel 28. Data Agronomis dan Produktivitas Gelar Teknologi Padi di Kecamatan Ciracap Tahun 2015

No. Poktan

pelaksana Demplot

Tinggi Tanaman

(cm)

Jumlah anakan

produktif

Produktivitas Koperator

Produktivitas Non koperator

(ku/ha) Varietas (ku/ha)

1 Kalapa Satangkal Ds. Ciracap,. 106 28 Belum panen Mekongga Belum

panen

2 Sinar Baru Ds. Pasirpanjang,

107

74,2 Mekongga 56

30 Ciherang 58

Sintanur 50

3 Mardhotilah Ds. Mekarsari,

104 27 Belum panen Ciherang Belum panen

4 Pananggapan Ds. Cikangkung, 101 23 Belum panen Ciherang Belum

panen

5 Margaluyu Ds. Gunung Batu 103 20 Belum panen Ciherang Belum

panen

Page 55: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

45

Display Varietas Unggul Baru Padi

Tabel 29. Data Agronomis dan Produktivitas Display Varietas Padi di Kecamatan Ciracap Tahun 2015

No. Kelompok

tani/kooperator Varietas Tinggi (cm) Jumlah anakan

produktif Produktivitas

(ku/ha)

1 Kalapa Satangkal Ds. Ciracap,.

Inpari 24 106 28 Belum Inpari 31 104 27 panen Inpari 32 108 26 Inpari 33 105 29

2 Sinar Baru Ds. Pasirpanjang,

Inpari 24 110 33 96,00 Inpari 31 106 29 74,80 Inpari 32 111 27 88,00 Inpari 33 108 26 76,19

3 Mardhotilah Ds. Mekarsari,

Inpari 24 107 26 Belum Inpari 31 105 29 panen Inpari 32 108 27 Inpari 33 101 30

4 Pananggapan Ds. Cikangkung,

Inpari 24 101 24 Belum Inpari 31 97 25 panen Inpari 32 103 22 Inpari 33 98 20

5 Margaluyu Ds. Gunung Batu

Inpari 24 99 27 Belum Inpari 31 98 25 panen Inpari 32 101 28 Inpari 33 99 22

c. Pendampingan tanaman pangan kedelai

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

Komoditas Kedelai ( 1 Lokasi )

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

150,000,000 111,425,200 74.28 Pendampingan kawasan kedelai dilaksanakan di Desa Sanca Kecamatan Gantar

Indramayu khususnya pada kelompoktani Bantar Jaya dan Tegal Kerak, Gapoktan Sanca Jaya. Kecamatan Gantar terdiri dari tujuh desa yaitu Bantarwaru, Mekarwaru, Sanca, Mekarjaya, Gantar, Situraja dan Baleraja. Kecamatan Gantar mempunyai luas wilayah 20.625 ha yang terdiri dari tanah sawah 4.643 ha dan tanah darat seluas 15.982 ha. Lahan sawah terbagi menjadi sawah irigasi setengah teknis dan sawah tadah hujan dengan luas masing-masing 1.484 ha (7,20%) dan 3.159 ha (15,32%). Sedangkan tanah darat terbagi atas pekarangan dan perumahan (4.612 ha atau 22,36%), tegalan/ladang/kebun (292 ha atau 1,42%), hutan negara (10.599 ha atau 51,39%) dan lainnya (479 ha atau 2,32%). Komoditas unggulan di Kecamatan Gantar adalah padi, palawija dan sayuran yang diusahakan di lahan sawah. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian dalam bidang pertanian, yaitu bidang pertanian tanaman

Page 56: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

46

pangan 14.909 orang (24,25%), buruh tani 14.073 orang (22,89%), pedagang 1.214 orang (1,97%), wiraswasta 1.213 orang (1,97%), PNS 276 orang (0,45%), TNI/POLRI 26 orang (0,04%), industri kecil 131 orang (0,21%), pensiunan 131 orang (0,21%), pelajar 12.048 orang (19,59%), mahasiswa 686 orang (1,12%), belum bekerja 7655 orang (12,45%) dan lainnya 9.124 orang (14,84%).

Kegiatan demplot/displayyang terealisasi sebanyak 3 unit dengan luasan demplot 5.000 m2 dan display 2.000 m2. Perencanaan awal demplot pada MK I adalah Demplot menggunakan varietas Grobogan dilaksanakan di Blok Tegal Kerak oleh Kelompok Bantar Jaya dan demplot mandiri juga di Blok Tegal Kerak oleh kelompok Tegal Kerak menggunakan varietas Kaba. Sedangkan display varietas dilaksanakan di lokasi PAT-PIP yaitu di Desa Puntang Kecamatan Losarang. Komponen teknologi yang dilaksanakan pada kegiatan demplot/display adalah : a. Varietas unggul baru; b. Benih bersertifikat; c. Pengaturan populasi tanam dengan penggunaan jarak tanam teratur 40 cm x 15-20

cm; d. Penambahan bahan organik; e. Penggunaan bakteri Rhizobium; f. Pengelolaan hara dengan pemupukan; g. Pengairan pada saat diperlukan; h. Pengendalian OPT sesuai PHT;

Kegiatan tanam demplot varietas Grobogan dan Kabadi Blok Tegal Kerak

dilaksanakan akhir bulan April meskipun benih telah tersedia pada awal April. Benih varietas Grobogan berasal dari UPBS Balitkabi dan benih varietas Kaba berasal dari hasil panen pada kegiatan Pendampingan SL-PTT Kedelai oleh Badan Litbang Pertanian tahun2014. Sementara petani lain di lokasi yang sama menanam kedelai pada bulan Februari, Maret dan April. Varietas yang ditanam petani pada lokasi tersebut adalah Wilis dan Anjasmoro.

Jumlah tanaman yang tumbuh pada Varietas Grobogan terlihat paling rendah (55.65%) dibanding Varietas Kaba (90.80%), Wilis (84.12% dan 97.48%) serta Anjasmoro (93.12%). Demikian juga tinggi tanaman pada Varietas Grobogan paling rendah dibanding varietas yang lain. Namunproduktivitas varietas Grobogan dan Kaba lebih tinggi daripada produktivitas Wilis.Secara umum rendahnya produktivitas pada

Page 57: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

47

varietas-varietas kedelai yang ditanam pada bulan Maret – April disebabkan oleh faktor kekurangan air mengingat sejak akhir bulan Maret tidak mendapatkan air dari hujan (data curah hujan akan dilampirkan pada laporan akhir tahun). Pengairan yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang nyata karena cepatnya penguapan.

Tabel 30. Data agronomis empat varietas kedelai di lokasi pendampingan Kawasan Kedelai pada musim tanam MK I 2015.

Grobogan Wilis* Anjasmoro* Kaba**

% jml tanaman per 20 m2

55,65 84,12 93,12 90,80

Tinggi tanaman (cm) 28.28 36.78 31.79 36.34

Jumlah polong per tanaman

63.00 97.17 133.33 72.20

Jumlah biji per tanaman

76.80 173.67 229.33 103.00

Bobot 100 butir (g) 13.98 8.92 12.05 16.76

Produktivitas (t/ha) 0.20 0.18 0.25 0.31

Keterangan : * Pertanaman petani, **demplot mandiri petani

Varietas Wilis dan Anjasmoro merupakan varietas yang sudah beradaptasi di Desa Sanca. Varietas Grobogan ditanam pada demplot atas permintaan kelompok tani untuk mengenal varietas kedelai yang lain yang berbiji besar. Sedangkan varietas Kaba diminati oleh ketua kelompok Tegal Kerak karena pada musim hujan menunjukkan produktivitas yang cukup tinggi (2.1 t/ha). Produktivitas varietas Grobogan dan Kaba yang lebih tinggi daripada Wilis diduga disebabkan oleh jumlah populasi yang lebih besar karena menggunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm, sedangkan Wilis dan Anjasmoro menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Produktivitas Anjasmoro cukup tinggi mengindikasikan bahwa varietas Anjasmoro lebih adaptif di lokasi Tegal Kerak dibandingkan Wilis.

Berdasarkan laporan Gapoktan Sanca Jaya, kedelai yang ditanam pada bulan Februari memberikan produktivitas yang tinggi. Hasil panen varietas Wilis di blok Pilang Jaya tercatat produktivitas mencapai 2.6 t/ha dan varietas Anjasmoro di blok Tegal Kerak mencapai 2.1 t/ha. Untuk memenuhi rasa “penasaran” petani, kegiatan demplot akan dilaksanakan kembali pada lokasi yang sama pada musim hujan 2015/2016 dengan

Page 58: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

48

varietas Wilis, sesuai dengan permintaan petani karena produktivitas di kelompok Pilang Jaya mencapai 2.6 t/ha.

Sedangkan kegiatan gelar teknologi yang direncanakan dilaksanakan di Desa Gantar belum dapat dilaksanakan mengingat tidak adanya ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Rencananya pelaksanaan gelar teknologi diundur menjadi musim hujan 2015/2016. Pada musim hujan 2015/2016 juga akan dilaksanakan gelar teknologi di Desa Sanca menggunakan varietas Wilis.

Display varietas bertujuan untuk memperkenalkan berbagai varietas kedelai serta komponen teknologi dalam PTT kedelai. Display varietas kedelai dilakukan di Desa Puntang Kecamatan Losarang, Indramayu. Kegiatan tersebut dilakukan atas permintaan kepala desa, UPTD dan petani di Blok Darim Desa Puntang. Blok Darim Desa Puntang merupakan wilayah dengan ketersediaan air terbatas. Panen padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun, kecuali masih terdapat banyak hujan sampai bulan Juni. Oleh karena itu, kepala desa berinisiatif untuk mengubah pola tanam padi-padi-bera menjadi padi-kedelai-bera. Dengan ketersediaan air yang terbatas pada MK I, maka penanaman padi yang “hampir selalu” gagal diharapkan dapat diganti dengan penanaman kedelai yang memerlukan air dengan jumlah yang lebih sedikit. Oleh karena itu, Desa Puntang masuk ke dalam program PAT-PIP kedelai tahun 2015 dengan luasan 60 ha. Kelompok tani yang turut berinisitif untuk mengubah pola tanam adalah kelompok Pulung Pari.

Display yang direncanakan dilaksanakan di Desa Gantar belum dapat dilaksanakan mengingat tidak adanya ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Rencananya pelaksanaan display diundur menjadi musim hujan 2015/2016.

(2) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura (Komoditas Cabe Merah, Bawang Merah, Jeruk ; 19 Lokasi)

Pendampingan Pengembangan Kawasan

Pertanian Nasional Hortikultura (Komoditas Cabe Merah, Bawang Merah,

Jeruk ; 19 Lokasi)

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

549,950,000 468,216,927 85.14

Pembibitan Bawang Merah

Penangkaran bibit bawang merah yang merupakan display varietas bawang merah dilaksanakan 2 tahap yaitu tahap pertama display varietas bawang terdiri 4 varietas, yaitu Bima, Mentes, Katumi dan Pikatan masing-masing 50 kg; sedangkan tahap 2 adalah display varietas bawang merah sebanyak 2 varietas tambahan dari Balitsa yaitu varietas

Page 59: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

49

Pancasona dan varietas Maja. Ke-enam varietas bawang merah tersebut merupakan hasil breeding Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Badan Litbang Pertanian. Deskripsi ke-6

varietas bawang merah tertera dalam Tabel 31.

Tabel 31. Deskripsi Varietas yang ditanam untuk penangkaran di Kab. Cirebon.

Deskripsi VARIETAS

Bima Mentes Katumi Pikatan Pancasona Maja Potensi Hasil 9,9 - 28

t/ha 7,10-27,58

t/ha 24,1 t/ha 6,20-23,31

t/ha 6,9-23,7 t/ha 10,9 t/ha

Umur Panen 55-60 hari

58 hari 53-56 hari 58 hari - 60 hari

Ketahanan simpan dalam kondisi normal

Tahan 3-4 bln

Tahan 6 bulan

Tahan 3-4 bulan

Bentuk lonjong bulat Bulat Bulat keriput Bulat Bulat Jumlah anakan 7-12

umbi/rumpun

- 9-11 umbi/rum

pun

- -

Susut bobot 21,50% 32,20% 30,85% 42,01% 28,11% Warna umbi Merah

tua pucat merah merah Merah

keunguan Merah muda

Berat umbi 5 - 10 gram 5-20 gram

5-30 gram 5-32 gram

Diameter umbi 1 - 2,27 cm 2-2,5 cm 1,69-3 cm 1,5-2,65 cm Dirilis tahun 1984 2011 2007 2011 1984

Pelaksana penangkaran benih bawang merah dilakukan oleh ketua kelompok tani Cukang Akar desa Silih Asih, kecamatan Pabedilan, yang sudah terbiasa melakukan penangkaran bawang merah. Proses sertifiaksi benih dilakukan oleh petugas BPSB yang ada di Dinas Pertanian yaitu diwali sejak pengolahan lahan hingga panen.

Jumlah umbi/siung dari masing-masing varietas berbeda jumlahnya, variets Bima dan Mentes umbinya cukup besar dan masif sehingga dalam 50 kg bibit jumlah umbinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan Katumi dan Pikatan yang ukuran umbinya lebih kecil ukurannya.

Tabel 32. Banyaknya umbi/siung yang ditanam dari 50 kg bibit dan jumlah bedengan Varietas Jumlah awal (kg) Jumlah umbi/siung yang

ditanam(bh) Jumlah bedengan (Bh)

Bima 50 8.148 7 Mentes 50 9.150 9 Katumi 50 1.040 11 Pikatan 50 9.920 9 Pancasona 100 180 - Maja 40 50 -

Page 60: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

50

Hasil panen benih bawang merah setelah dikeringkan disajikan pada Tabel 11. Dari rata-rata 50 kg bibit yang ditanam menghasillkan bibit bawang untuk Bima menjadi 200 kg kering, Mentes 250 kg, katumi 200 kg dan Pikatan 200 kg. Sedangkan untuk varietas pancasona dari 100kg menghasilkan benih bawang merah kering sebesar 180kg dan Maja dari 40 kg menjadi 50 kg.

Tabel 33. Bibit Bawang Merah yang Dihasilkan (berat kering) No Varietas Berat awal (kg) Produksi (kg)(kering)

1. Bima 50 200 2. Mentes 50 250 3. Katumi 50 200 4. Pikatan 50 150 5. Pancasona 100 180 6 Maja 50 60

Varietas Pikatan produksinya lebih kecil, berdasarkan keterangan dari Balitsa ternyata varietas tersebut masa dormasinya belum selesai sehingga pertumbuhannya tertinggal dari varietas lainnya.

Tabel 34. Rata-rata Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Berat/Diameter Tanaman dan Kadar Air.

Parameter pengamatan Varietas Bima

Varietas Mentes

Varietas Katumi

Varietas Pikatan

Rata-rata tinggi tanaman maksimal (cm) 33,42 29,77 24,89 - Rata-rata jumlah umbi (buah) 7,40 9,41 8,53 9,33 Rata- rata berat umbi/rumpun basah (gr) 51,80 53,04 35,34 35,04

Rata-rata panjang umbi (mm) 24,00 27,85 23,55 27,40 Rata-rata lebar umbi (mm) 19,00 21,55 17,09 18,04

Tabel 35. Persepsi petani bawang merah terhadap 4 varietas di Kelompok Tani Cukang Akar berdasarkan persentase kesukaan.

Uraian Varietas Bima

Varietas Mentes

Varietas Katumi

Varietas Pikatan

Bima Curut

1. Pertumbuhan vegetatif

94,11% suka

82,35% suka 17,65% suka 0% suka 94,11% suka

2. Bentuk umbi 100% suka 76,47% suka 11,76% suka 0% suka 100% suka 3. Ukuran umbi 100% suka 100% suka 5,88% suka 0% suka 100% suka 4. Warna umbi 100% suka 82,35% suka 5,88% suka 0% suka 100% suka 5. Banyak anakan 88,23% suka 94,11% suka 35,28% suka 5,88% suka 94,11% suka

Petani bawang merah di kelompok tani Cukang Akar yang merupakan sentra

produksi bawang merah yang saat ini masih mengalami kendala sulitnya mendapatkan bibit bermutu. Berdasarkan hasil wawancara dengan 17 orang petani responden

Page 61: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

51

menyatakan hampir seluruhnya menyukai bawang merah varietas Bima. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan vegetatifnya sangat kokoh, bentuk umbi menyerupai, bahkan lebih baik dari Bima Curut yang biasa petani tanam, ukuran umbi cukup besar (produktivitas tinggi), dan warna umbi merah tua. Namun, hanya 88,23% menyukai anakannya karena petani menganggap kalau ukuran umbinya besar akan berpengaruh terhadap banyaknya anakan. Sebanyak 11,77% masih menganggap akan lebih baik dan lebih disukai apabila anakannya lebih banyak lagi. Maka dari itu dimusim yang akan datang, musim tanam bulan Oktober 2014 setelah selesai masa dormansinya akan menanam kembali varietas Bima di Desa tersebut. Bila bibit varietas Bima selalu tersedia, mungkin kedepan dapat menggantikan Bima Curut. Berdasarkan informasi dari ketua kelompok tani, bahwa varietas Bima ini merupakan cikal bakal pengganti Bima Curut, bahkan bila dilihat secara fisik varietas Bima ini cenderung lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian Balitsa (2011), Varietas Bima memang sesuai bila ditanam di sawah dataran rendah karena ukuran umbinya besar, warna umbi merah tua, umur genjah dan produktivitasnya/potensi hasilnya tinggi sekitar 28 ton/ha. Sedangkan Mentes, potensi hasilnya 27,58 ton/ha namun mempunyai keunggulan tahan simpan 3-4 bulan. Petani tidak menyukai varietas Katumi dan Pikatan, dengan alasan pertumbuhan di lapang tidak kokoh, dan warna daun agak pucat, namun alasan yang paling utama adalah bentuk dan ukuran umbi kecil serta warnanya merah pucat. Varietas Katumi kurang disukai di Desa Silih Asih, karena disamping warnanya merah pucat bentuknya sangat bulat. Untuk varietas lokal Bima Curut, masih disukai dan dalam angket ini merupakan peringkat pertama, alasan utamanya adalah pasar sudah mengenal varietas ini. Disamping varietas Bima Curut ini sudah lama digunakan oleh sebagian besar petani dan selama ini tidak ada alternatif untuk memilih varietas lainnya.

Pada musim tanam kedua, ditanam 3 varietas yaitu 153 kg varietas Bima, 100 kg varietas Pacasona dan 30 kg varietas Maja. Dari penanaman tersebut dihasilkan sebanyak 300 kg Bima, 180 kg varietas Pancasona dan 50 kg Maja. Pada penanaman kedua ini kondisi di lapangan sangat kesulitan air, dan petani di sekitar jarang yang berani menanam karena sangat beriko.

Page 62: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

52

Tabel 36. Varietas bawang merah yang ditanam pada musim kedua, hasil dan penyebarannya.

Varietas Berat awal (kg)

Produksi (kg/kering Tingkat kesukaan Keterangan

Bima 153 300 Sangat disukai Penyebaran 200 kg ke Brebes dan 100 kg ditanam kembali

Pancasona 100 180 Tidak disukai Warna umbi pucat

Ada serangan OPT, karena banyak petani yang tidak tanam

Maja 40 50 Tidak disukai bentuk kecil dan warna pucat

Ada serangan OPT, karena banyak petani yang tidak tanam

Berdasarkan hasil analisis ekonomi, bahwa sebenarnya pembibitan bawang merah

mempunyai potensi keuntungan yang cukup besar. Hal ini karena harga penjualan dalam bentuk benih bawang merah harganya cukup tinggi. Sebagai contoh apabila produk bawang merah dijual sebagai konsumsi harganya normalnya hanya berkisar antara Rp.12.000-Rp.14.000, namun apabila dipasarkan berupa bibit untuk ditanam kembali harganya meningkat menjadi Rp.23.000-Rp.25.000. Bawang merah untuk dijadikan bibit memang perlu perlakuan khusus dan seleksi yang lebih intensif, untuk mendapatkan bibit yang baik dan seragam serta perlu disimpan di gudang selama 3-4 bulan untuk menyelesaikan masa dormansinya. Hal inilah yang menjadi kendala, karena petani tidak langsung mendapatkan uang, sementara petani membutuhkan uang segera untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya serta membayar hutang-hutang saprotan ke kios-kios. Bila melihat hasil analisis ekonomi di atas, maka keuntungannya cukup besar yaitu Rp.157.610.000 dengan tingkat R/C 3,008.

Tabel 37. Analisis ekonomi penangkaran bibit bawang merah satu musim tanam dengan

luas 0,7 Ha No Uraian Banyaknya Harga satuan

(Rp) Jumlah

(Rp) 1 Sewa tanah 1 musim 4.000.000 4.000.000 Tenaga kerja 1. Pengolahan tanah 4 orang x 3 HOK 50.000 600.000 2. Perbaikan selokan borongan 1.250.000 3. Penyiangan 6 org x 1 HOK 25.000 150.000 4. Pemberian pupuk organik borongan 60.000 6. Pengolahan tanah II borongan 600.000 7. Menghaluskan tanah/getak 4 org x 1 HOK 25.000 100.000 8. Tanam 12 or x 1 HOK 300.000 9. Moges/pemotongan bibit borongan 60.000 10. Pemupukan I 1 org x 1 HOK 50.000 50.000 3 org x 1 HOK 25.000 25.000 11. Pemupukan II 75.000 12. Pemupukan III 75.000 13. Pemasangan Feromon 1 org x1 HOK 50.000 50.000 14. Penyemprotan 1 org x 1 HOK 50.000 50.000 15. Penyiraman Borongan 600.000

Page 63: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

53

No Uraian Banyaknya Harga satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

16. Panen 3 org x 1 HOK 3 org x 1 HOK

50.000 25.000

150.000 75.000

17. Jemur 4 org x 1 HOK 50.000 200.000 18. Gedeng/ngikat borongan 720.000 19. Membersihkan benih 6 org x 1 HOK 25.000 150.000 Jumlah I 9.340.000 Kebutuhan sarana produksi 1. Pupuk organik 1000 kg 500 500.000 2. Urea 1000 kg 1200 1.200.000 3. SP-36 40 kg 2000 80.000 4. NPK 300 kg 8.000 2.400.000 5. Phonska 200 kg 2.200 440.000 6. ZA 150 kg 1.400 210.000 7. KCL 150 kg 4.800 720.000 8. NPK.16 300 kg 8.000 2.400.000 9. Bibit bawang 1.050 kg 22.000 23.100.000 10. Pestisida Berbagai jenis 12.000.000 Jumlah II 43.050.000 Produksi bibit Hasil panen 8.400 kg 25.000 210.000.000 Keuntungan 157.610.000 R/C 3,008

Berdasarkan tingkat kesukaan terhadap bibit yang dihasilkan, bibit bawang merah Varietas Bima sudah diadopsi oleh petani bawang merah dari Kabupaten Brebes Jawa Tengah sebanyak 200 kg kelas ES dari hasil panen bawang merah varietas Bima pada pertanaman kedua yang menghasilkan 300 kg benih kelas ES dari 154 kg benih kelas SS yang ditanam. 100 kg benih kelas ES ditanam kembali di Kelompok Tani Cukang Akar, Desa Silihasih, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon yang merupakan lokasi pertama penangkaran. Tingkat kesukaan terhadap Varietas Bima, dilandasi karena menurut petani sebagai pengguna varietas Bima mempunyai beberapa kelebihan dan sesuai keinginan pasar. Varietas Bima disukai karena mempunyai warna merah mencolok, ukuran umbi cukup besar dan anakan banyak. Persepsi petani di Desa tersebut, bahwa varietas Bima mirip dengan Bima Curut yang sudah terbiasa dijadikan bibit oleh petani di Kabupaten Cirebon. Selain varietas Bima, varietas lain yang juga cukup diminati oleh petani dan ditanam kembali untuk melihat tingkat adaptasinya terhadap lingkungan setempat adalah varietas Mentes dan Pikatan. Sedangkan untuk varietas Pancasona dan Maja, tidak disukai oleh petani di wilayah Kecamatan Pabedilan, karena warnanya yang pucat dan ukuran siungnya terlalu kecil dan pertumbuhannya juga tidak bagus.

Page 64: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

54

a. Display varietas cabai Display varietas cabai diterapkan dengan teknologi PTT Cabai dengan varietas

Hibrida (PM 99, Reshable) dan OP (Kencana, Tanjung) dengan hasil sementara tinggi tanaman pada umur 10 hst, sebagai berikut:

No. Varietas Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Keterangan

1. Reshable 51,5 Sudah terlihat perbedaan tinggi tanaman sejak di persemaian Keadaan tanamanSangat baik

2. PM 99 55,6 3. Kencana 53,2 4. Tanjung 2 51,5

b. Demplot pendampingan kawasan jeruk Kegiatan demplot pendampingan kawasan jeruk pada kawasan populasi seluruh

tanaman jeruk ± 10.000 pohon di Kelompoktani Garohgol,Desa Pada Asih, Kecamatan

Pasirwangi Kabupaten Garut mengintroduksikan teknologi 1) teknik pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan melakukan analisis tanah, 2) pemeliharaan tanaman yang baik guna meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, 3) teknik pembuatan bibit secara vegetative, dan 4) pengendalian hama terpadu, penerapan konsep PTKJS untuk perbaikan teknologi budidaya tanaman jeruk di lokasi display teknologi sebagai demonstrasi dan tempat pembelajaran petani. Hasil kegiatan belum dapat dilaporkan.

c. Pembinaan Teknis Untuk Komoditas Cabai Merah, Bawang Merah dan Jeruk No. Kabupaten/Kota Komoditas Tema Tempat Permasalahan

1 Kab. Cirebon Bawang merah Budidaya bawang merah semiorganik

Poktan Cukang Akar, Desa SilihAsih, Kec. Pabedilan

Penggunaan pestisida sintetik terlalu berlebihan Kesulitan benih

2 Kab. Purwakarta Cabai Merah Budidaya cabai merah ramah lingkungan

Desa Bojong Timur, Kec. Bojong

Serangan OPT/antraknosa/patek

3 Kab. Bandung Barat Cabai Merah, Sosialisasi berbagai macam teknologi cabe dan jeruk mendukung kawasan pendampingan pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Bandung Barat

Desa Kertawangi, Kec. Cisarua (Cabai Merah)

OPT dan penggunaan pestisida sitetis ysng terlalu berlebihan

Jeruk Kelompok Tani AlBarokah, Desa Tugu Mukti, Kec. Cisarua (Jeruk)

OPT dan Pemangkasan dan pembentukan tajuk tanaman jeruk.

4 Kab. Bandung Cabai Merah, Jeruk

Pelatihan Teknologi Badan Litbang Pertanian Untuk Komoditas Cabai Merah dan Jeruk di Kabupaten Bandung

Kelompok Tani Cisagatan, Desa Mekarlaksana, Kec. Cikancung

OPT/antraknose (patek)

Varietas cabai merah unggul.

Page 65: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

55

No. Kabupaten/Kota Komoditas Tema Tempat Permasalahan

5 Kab. Ciamis Cabai Merah Pengendalian OPT Cabai merah ramah lingkungan

Desa Cibeureum, Kec. Sukamantri

Serangan OPT dan penggunaan pupuk yang berlebihan

6 Kab. Sumedang Jeruk Pembinaan mengenai Teknologi Komoditas jeruk

Desa Bantarmara, Kec. Cisarua (Jeruk)

Harga cabai merah yang saat ini rendah Serangan OPT

Cabai Merah Pembinaan mengenai Teknologi Komoditas Cabai Merah

Kelompok Tani Mukti, Desa Sukawangi, Kec. Pamulihan (Cabai Merah)

7 Kab. Sukabumi Cabai Merah Pembinaan teknis budidaya cabai merah

Desa Ciangsana, Kecamatan Nyalindung

Harga cabai merah yang berfluktuatif, pola tanam Serangan OPT

8 Kab. Tasikmalaya Cabai Merah Penggunaan varietas Badan Litbang Pertnian

Desa Karyamukti, Kec. Leuwisari

Serangan OPT Varietas unggul

9 Kab. Tasikmalaya Cabai Merah Penggunaan varietas Badan Litbang Pertnian

Desa Karyamukti, Kec. Leuwisari

Serangan OPT Varietas unggul

10 Kota Tasikmalaya Cabai Merah Penggunaan varietas Badan Litbang Pertanian

Desa Cibeureum, Kec. Cibeureum

Serangan OPT Varietas Unggul murah

11 Kab. Garut Cabai Merah, Jeruk

Budidaya cabai merah Sosiliasiasi PTKJS

Desa Bagendit, Kec. Banyuresmi (Cabai Merah) Desa Mekarwangi, Kec. Pasirwangi (Jeruk)

Permasalahan harga cabai yang berfluktuatif Serangan OPT Serangan CPVD pada jeruk

12 Kab. Cianjur Cabai Merah Sosilisai Teknologi Cabai Merah

Kelompok Tani Muktitani Jayagiri, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet

OPT terutama antraknose dan virus

13 Kab. Cirebon Bawang Merah Pemantapan kelembagaan perbenihan dan evaluasi teknologi bawang merah di Kecamatan Pabedilan dan Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon

Desa Gebang, Kec. Gebang

Pascapanen Kelembagaan masih lemah Permodalan yang masih lemah

14 Kab. Kuningan Bawang Merah Pelatihan Teknologi Badan Litbang Pertanian serta Sosialisasi Kegiatan Kawasan Hortikultura Untuk Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Kuningan

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3)

OPT pada musim penghujan.

(3) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Perkebunan (Komoditas Teh 2 Lokasi dan Tebu 1 Lokasi)

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Perkebunan (Komoditas

Teh 2 Lokasi dan Tebu 1 Lokasi) Pagu (Rp) Realisasi

(Rp) (%) 107,025,000 96,536,638 90.20

Page 66: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

56

Kegiatan bertujuan 1) Memperagakan secara visual teknologi budidaya dan pasca panen teh dan tebu rakyat sesuai anjuran dan 2) Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dalam penerapan inovasi teknologi budidaya dan pasca panen teh dan tebu rakyat meningkat.Pendekatan yang digunakan Agroekosistem,Sistem agribisnis, Terpadu dan terintegrasi, Partisipatif dan Diversifikasi integrative. Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Perkebunan Komoditas Teh dilaksanakan diDesa Sukarame, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur dan Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut dan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Perkebunan Komoditas Tebu dilaksanakan di Desa Palasah,

Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Adapun hasil kegiatan ini, sebagai berikut:

a. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Perkebunan Komoditas Teh

Kegiatan Demplot teh didahului dengan kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di Desa Sukarame, Kecamatan Sukanagara yang diikuti oleh 33 orang peserta terdiri atas: 1) Pengurus dan anggota Kelompok Sukaresmi II,2) Kepala Seksi Perkebunan dari Dishutbun Kab. Cianjur, 3) Penyuluh pendamping Hutbun Kecamatan Sukanagara, 4) Penyuluh Swadaya, 5) Kepala Desa Sukarame, dan 6) BPTP Jawa Barat dan Sosialisasi yang dilaksanakan di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut dan dihadiri oleh: (1) Pengurus dan anggota Kelompok Tani Wangi Tani, (2) Dinas Perkebunan Kabupaten Garur, (3) UPTD dan (4) Kordinator Penyuluh Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut. Kelompok tani sasaran di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut adalah Kelompok Tani Wangi Tani dengan jumlah anggota sebanyak 26 orangdengan rata-rata luas garapan lahan per petani lebih kurang 4.000m².Mayoritas petani belum mendapat sentuhan teknologi dalam budidaya the dan teknik budidaya yang diterapkan berdasarkan pengalaman yang didapat secara turun temurun serta belum ada petani yang melakukan pengolahan pucuk teh karena langsung dijual ke pabrik.

Di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut terdapat ±80 ha tanaman teh rakyat dengan varietas yang ditanam bervariasi (TRI 25, Gambung dan Kiara); jarak tanam 70x110 cm; Produktivitas teh rakyat relatif masih rendah yaitu, 0,58-0,78 ton/ha/tahun sedang PTPN mencapai 1,5 – 2,0 ton/ha/tahun. Harga jual pucuk daun teh tak sebanding dengan ongkos produksi dengan harga jual pucuk teh sebesar Rp. 1.800- 2.000/kg dan petani kebanyakan beralih ke komoditas lain.Ongkos produksi mencapai Rp 1.700 per kg ditambah ongkos petik dan angkut Rp. 500 per kg.OPT yang

Page 67: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

57

banyak dijumpai yaitu OPT kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp). Kesimpulan dari kegiatan ini, yaitu Petani masih membutuhkan bimbingan/pelatihan teknologi sebagai berikut: 1) Pembuatan pupuk organik (Bokashi), 2) Pestisida nabati dari bahan baku lokal yang ada disekitar lokasi,3)Bimbingan teknis tentang pemupukan, pemangkasan dan pemetikan, dan 4) Pengendalian hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman teh di lokasi pendampingan.Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal sesudah tanaman dipangkas dengan tujuan membentuk bidang petik agar tanaman menghasilkan produksi yang tinggi dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup. tinggi bidang petik 15-20 cm dari bidang pangkas. Selanjutnya dibiarkan

sampai tinggi sekitar 100 - 110 cm, dipangkas kembali setinggi 90 cm, dilakukan sampai 4 kali pemangkasan sampai terakhir dipangkas pada tinggi 110 cm. Dengan pola ini kualitas tanaman akan lebih sehat dan daun teh menjadi matang fisiologis, sehingga mutu daun teh akan lebih baik. b. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Perkebunan

Komoditas Tebu Rakyat Demplot tebu dilaksanakan pada kawasan perkebunan tebu rakyat seluas± 0,25

hadengan Varietas tebu yang ditanam: Bulu Lawang, PS 864, dan PSJT 941. Perlakuan yang diterapkan meliputi: 1) Pemangkasan/pembentukan bidang petik, 2) Pemupukan bahan organik 5 ton/ha, 3) Gosok lumut, 4) Pengendalian OPT, 5) Sanitasi kebun, 6) Dititikberatkan pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dengan pola recovery atau intensifikasi, 7) Tanaman yang dijadikan sebagai demplot kabupaten berumur di atas 10 tahun, 8) pemangkasan setinggi sekitar 45dengan meninggalkan jambul agar tanaman tetap dapat makanan dari tanaman yang tersisa, 9) kemudian tanaman dibiarkan selama 5 bulan sampai tinggi mencapai 110 – 120 cm, dan 10) dipangkas sampai tinggi 80 cm (pembukaan jedangan awal). Tabel 38. Rendemen, Produksi dan hasil Taksasi Tebu di Lokasi Demplot Pendampingan

Tanaman Tebu, Kabupaten Majalengka

Varietas Perlakuan

Rendemen (Brix) Taksasi

Bawah Tengah Atas Produksi (t/ha)

Rendemen (%)

Hablur gula

(t/ha) PS 864 Juring Ganda-PC 18 17 15 139.7 6.3 8.8 PSJT Juring Ganda-PC 21 20 18 92.1 7.9 7.3 BL Juring Ganda-PC 18 17 16 115.8 6.6 7.7 BL Juring Tunggal-PC 19 18 17 63.5 6.9 4.8

BL Petani Juring Tunggal-PC 19 18 17 60.6 7.0 4.2

Page 68: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

58

(4) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Komoditas Sapi Perah, Sapi Potong, Domba : 11 Lokasi)

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan (Komoditas

Sapi Perah, Sapi Potong, Domba : 11 Lokasi)

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

378,250,000 371,905,525 98.32

Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan bertujuan 1) Identifikasi

teknologi eksisting pada lokasi pengembangan kawasan usahaternak sapi potong, sapi perah dan domba, 2) Mensinergiskan peran BPTP dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan kabupaten dalam menumbuhkembangkan kawasan usaha ternak sapi potong, sapi perah dan domba, 3) Penguatan kualitas sumberdaya manusia dengan sasaran pelaku utama usahatani, petugas dan semua stakeholder yang berkaitan dengan usahaternak sapi potong, sapi perah dan domba dari hulu sampai hilir, dan 4) Mengadaptasikan inovasi terknologi usahaternak sapi potong, sapi perah dan domba. Metodologi pendampingan dilakukang dengan pendekatan kawasan (sesuai Kepmentan No. 43/2015), inovasi teknologi melalui metode Diseminasi (Demplot atau Demfarm), dan Percepatan atau perluasan inovasi teknologi melalui temu lapang ke pengguna (Pemangku kebijakan, petani dan swasta). Adapun lokasi pendampingan seperti pada

table berikut ini.

Tabel 39. Lokasi Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan No. Komoditas

Kabupaten/ Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Kelompoktani Ternak

A. Sapi potong 1 Kuningan Cibeureum Cibeureum Wana Tani Makmur 2 Cirebon Sumber Kidul Babakan KTTS Sumber Jaya 3 Majalengka Majalengka Babakan Jawa Marga Mukti II 4 Indramayu Anjatan Mangunjaya Guna Nusa Mitra Abadi 5 Subang Cipunagara Wanasari Bina Insani 6 Kota Cirebon Harjamukti Argasunya Mekar Jaya B. Sapi perah 1 Bandung Pasirjambu Mekarsari Pangais Bungsu 2 Bandung Barat Cisarua Pasirhalang Mekar Sari II C. Domba 1 Garut Leles Dano Lembur Sauyunan 2 Tasikmalaya Padakembang Cilampunghilir Cangkudu 3 Ciamis Sukamantri Sindanglaya dan

Cibeureum Kembar Mulya dan Cinta Mekar

Page 69: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

59

Kegiatan menghasilkan beberapa kesimpulan bahwa 1) Karakteristik kondisi eksisting di lokasi pendampingan memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan sapi potong, sapi perah, dan domba namun perlu dukungan penerapan teknologi dan pembinaan yang lebih intensif, 2) Demplot pakan di Kabupaten Subang menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ternak sapi potong jantan dengan perlakuan pakan silase-complete feed menunjukkan nilai 28,33 kg dengan PBBH 0,63 kg/ekor/hari, sedangkan perlakuan jerami fermentasi-complete feed memberikan nilai pertambahan berat badan 32,83 kg dengan PBBH 0,73 kg/ekor/hari, 3) Demplot pakan di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa produksi dan berat jenis susu yang dihasilkan dari induk laktasi sapi perah yang diberi perlakuan complete feed mengalami peningkatan. Untuk pakan A rata-rata produksi meningkat dari 10,25 liter/ekor/hari menjadi 11,25 liter/ekor/hari. Perlakuan pakan B memiliki berat jenis sebesar 1,0263 lebih tinggi dari ternak yang diberi perlakuan A dengan berat jenis sebesar 1,0258, 4) Demplot pakan di Kabupaten Garut menunjukkan bahwa tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara perlakuan pakan A dan perlakuan B, demikian halnya antara perlakuan B dan C tidak terdapat perbedaan yang nyata, namun jika dibandingkan dengan perlakuan E (kontrol) dengan pakan yang diberikan hanya menggunakan pakan konvensional berupa rumput lapangan saja tanpa penambahan complete feed silase jerami menunjukkan perbedaan yang nyata, dan 5) Kinerja kelembagaan dapat lebih ditingkatkan untuk menunjukkan hasil yang lebih optimal bagi perkembangan usahaternak yang lebih maju. Pembinaan kelembagaan kelompoktani ternak di lokasi pendampingan pada tahun pertama diarahkan kepada dinamika kelompok.

(5) Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Jawa Barat

Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Jawa Barat

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

213,825,000 213,699,189 99.94

Kegiatan ini bertujuan a) Melaksanakan kegiatan pendampingan

optimaLisasi pemanfaatan lahan pekarangan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada lokasi P2KP dan 2) Meningkatkan Kebun Bibit Induk (KBI)

sebagai sumber benih/bibituntuk keberlanjutan dan kelestarian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui pemeliharaan di Jawa Barat. Kegiatan menggunakan pendekatan

Page 70: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

60

kerjasama dan partisipasi aktif dinas/instansi terkait sangat ditekankan dalam kegiatan ini. Baik ditingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Jawa Barat pada tahun 2015 di laksanakan di 6 kabupaten/kota dengan sebaran kecamatan dan desa sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 40. Kabupaten/Kota danSebaran Kecamatan dan Desa Kegiatan KRPL

No. Kabupaten/Kota Lokasi Pendampingan

KRPL-P2KP Lokasi Pembinaan KBD

Desa/Kelurahan Kecamatan Dse/Kelurahan Kecamatan 1 Bogor Babakan Darmaga Bantarjati Klapanunggal 2 Bandung Barat Tugumukti Cisarua Batujajar Barat Batujajar Barat 3 Karawang Tanjung Banyusari Mulyasari Ciampel 4 Kuningan Japara Japara Babakanmulya Jalaksana 5 Sukabumi Panumbangan Jampang Tengah Nagrak Selatan Nagrak 6 Kota Bandung Neglasari Cibeunying Kaler Kebon Lega Bojongloa Kidul

Hasil kegiatan yaitu: 1) 6 KWT pelaksana program KRPL-P2KP di Jawa Barat mulai mengelola lahan pekarangan secara optimal dengan menerapkan prinsip KRPL, 2) Kebun Bibit Induk (KBI) sudah berjalan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai penyedia benih sumber untuk kebutuhan wilayah program pengembangan KRPL, dan juga memenuhi kebutuhan instansi/lembaga pemerintah, organisasi kemasyarakatan, kelompok tani, dan perorangan, dan 3) Di setiap wilayah pengembangan KRPL, Kebun Bibit Desa dapat dipelihara dengan baik, sehingga dapat berfungsi sebagai penyedia benih/bibit untuk kebutuhan wilayahnya, bahkan memenuhi kebutuhan di luar wilayah yang memerlukan, khususnya yang mengembangkan RPL, serta sudah dapat memberikan nilai ekonomi bagi kelompok.

(6) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi

UPSUS, PJK, ATP dan Koordinasi Utama Kementan

Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan Dan Dukungan Teknologi

UPSUS, PJK, ATP Dan Koordinasi Utama Kementan

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

1,600,000,000 1,595,849,463 99.74

Tujuan kegiatan ini 1) Identifikasi dan Karakterisasi Lokasi kegiatan Program

strategis (UPSUS, PJK, ATP) dan Komoditas Utama Kementeriaan Pertanian, 2) Meningkatkan koordinasi dan sinergisme Program strategis dan pengembangan Komoditas

Page 71: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

61

Utama Kementerian Pertanian di setiap wilayah di Jawa Barat, dan 3) Pendampingandan bimbingan penerapan inovasi teknologi pada program strategis dan pengembangan komoditas utama Kementerian Pertanian disetiap wilayah di Jawa Barat. Kegiatan Identifikasi calon lokasi, koordinasi, bimbingan dan dukungan teknologi Upaya Khusus (UPSUS), Padi, Jagung, Kedelai (PJK), Agro Techno Park (ATP), dan komoditas utama Kementeriaan Pertanian (sapi, tebu, bawang merah, dan jabe merah) merupakan sinergi program antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dengan pemangku kepentingan (instansi, dan organisasi kemasyarakatan) lainnya. Sinergi antar lembaga dilaksanakan berdasarkan program atau kegiatan masing-masing lembaga yang tujuan akhir (goal) nya yaitu menuju Ketahanan dan swasembada Pangan (Balitbangtan, 2013). Pelaksanaan di tingkat lapangan dilakukan melalui pendekatan: a) Partisipatif; dalam setiap proses diharapkan adanya partisipasi, keterlibatan dan peran serta secara aktif dari semua pemangku kepentingan (stakeholders), baik sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi. Partisipasi aktif dinas/instansi terkait sangat ditekankan dalam kegiatan ini, baik ditingkat provinsi, Kabupaten/Kota maupun tingkat Kecamatan dan b)Multimetoda, dan multisarana; dalam proses pelaksanaan kegiatan pendampingan dan pengawalan dilakukan dengan multi metoda dan multi sarana disebut Spektrum Diseminasi Multy Channel (SDMC), diantaranya melalui pertemuan, penyebaran media informasi, dan pendampingan langsung ditingkat lapangan. Hal ini dilakukan mengingat tidak ada satu media, metoda atau sarana yang paling efektif untuk seluruh sasaran dan tujuan. Melalui pendekatan ini diharapkan kelemahan suatu media ataupun metoda dalam menyampaikan suatu pesan dapat ditutupi oleh media maupun metoda lainnya.

a. UPSUS PAJALE

Kegiatan menghasilkan: 1)Lokasi kegiatan Program UPSUS PAJALE telah teridentifikasi dan terkarakterisasi di lima kabupaten (Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang dan Indramayu) Propinsi Jawa Barat, 2) Sudah terjalin Koordinasi dan Sinergisme Program UPSUS PAJALE di berbagai tingkatan baik propinsi maupun kabupaten, 3) Peningkatan penerapan inovasi teknologi PTT Padi yang telah ditunjukkan dengan kenaikan produksi padi sebesar1,73-15%, 4) Peningkatan penerapan inovasi teknologi PTT Jagung yang telah ditunjukkan dengan kenaikan produktivitas sebesar 1,253 t/ha (18,41%), 5) Peningkatan penerapan inovasi teknologi PTT Kedelai yang telah ditunjukkan dengan produksi sebesar 1,7 t/ha, 6) Pelaksanaan tanam dengan jajar legowo

Page 72: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

62

berkisar antara 25,39 – 42,26%, dan 7) Pengembangan rehabilitasi jaringan irigasi tersier meningkatkan luas tanam dan IP 200-300.

b. Taman Agro Inovasi

Agenda “Nawa Cita”dalam RPJMN 2015-2019 Prioritas C6 dan Prioritas C7 adalah Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional melalui Peningkatan Agroindustri dan Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestic melalui peningkatan Kedaulatan Pangan. Taman Sain Pertanian adalah a) Tempat pengemb. invensi bidang pertanian & peternakan serta berwawasan agribisnis dengan menerapkan teknologi dari pra-produksi s/d pemasaran, b) Tempat pengkajian untuk inovasi teknologi & rekayasa kelembagaan, c) Tempat penciptaan iptek oleh akademisi dan peneliti sebagaiincubator, d) Penyedia teknologi solutif TTP, dan e) Pusat pengembangan aplikasi teknologi pertanian tingkat lanjut bagi perekonomian local. Sedangkan Taman Teknologi Pertanian adalah 1) Tempat pengemb. & penerapan inovasi teknologi berwawasan agribisnis, 2) Tempat pengembangan Dan penerapan inovasi teknologi yang telah teruji di TSP untuk diterapkan dalam skala ekonomi, dan 3) Tempat pelatihan, pemagangan, kemitraan

usaha, pusat diseminasi teknologi dan advokasi bisnis.

Pembangunan Agro Tekno Park ( ATP ) Di Kabupaten Garut

Pembangunan Agro Tekno Park ( ATP ) Di Kabupaten Garut

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

7,500,000,000 7,279,438,143 97.06 Kegiatan TTP di Kabupaten Garut bertujuan 1) Membangun sarana dan prasarana

pendukung kegiatan Taman Teknologi Pertanian di Desa Cikandang Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, 2) Mengidentifikasipotensi, masalah, dan peluang pengembangan komoditas terpilih dengan model integrasi tanaman ternak di kawasan Taman Teknologi Pertanian dataran tinggi beriklim basah di Desa Cikandang, 3) Menyusun rancangan inovasi teknologi komoditas unggulan di Kawasan Taman Teknologi Pertanian dataran tinggi beriklim basah di Jawa Barat, dan 4) Menyusun rancangan inovasi kelembagaan integrasi tanaman ternak di kawasan Taman Teknologi Pertanian dataran tinggi beriklim basah di Jawa Barat. Pendekatan (kerangka pemikiran) yang digunakan adalah 1) Pendekatan agroekosistem, 2) Pendekatan sistem agribisnis, 3) Pendekatan terpadu dan terintegrasi, 4) Pendekatan partisipatif, dan 5) Pendekatan diversifikasi integrative. Kegiatan meliputi penerapan inovasi teknologi: 1) Display pengendalian Nematoda, 2)

Page 73: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

63

Display pupuk organik, 3) penerapan Jagung sebagai border, 4) Display Varietas Kentang, 5) Display Kubis, dan 6) kegiatan pelatihan. Tabel 41. Kegiatan Pelatihan Sayuran

NO JUDUL PELATIHAN NARA SUMBER NAMA INSTANSI

1. Pengenalan OPT pada kentang Dr.Laksminiwati dan Ir, Toni

Balitsa

2. Budidaya kentang tanaman sehat Dr. Nikardi Balitsa 3. Produksi benih kentang Ir. Undang BPSB

Bp. Diaz Penangkar benih 4. Pelatihan dan praktek cara pengendalian penyakit

menggunakan pestisida Dr. Laksminiwati dan Ir, Toni

Balitsa

Tabel 42. Kegiatan Pelatihan Peternakan

No Judul Materi Pelatihan Asal Narasumber 1 Penguatan kelembagaan kelompok BP4K 2 Manajemen Reproduksi domba Dinas Peternakan 3 Manajemen kesehatan ternak Dinas Peternakan 4 Manajemen pengelolaan pakan Dinas Peternakan 5 Evaluasi dampak pelatihan terhadap PSK peternak dalam

usaha ternak domba Dinas Peternakan

Tabel 43. Pelatihan Teknis Pengolahan Hasil

Materi Pelatihan Balitsa FTIP-UNPAD

Penanganan Pasca Panen dan Olahan Kentang Penanganan pasca panen dan pengolahan susu Indeks Panen Pembuatan susu pasteurisasi Cara dan Waktu Panen Pembuatan youghurt Curing Pembuatan eskrim Sortasi dan Grading Pembuatan permen susu Pengepakan dan Pemasaran pembuatan tahu susu Cara Penyimpanan Kentang Bibit - Teknologi Pengolahan Mashed Potato - Teknologi Pengolahan Chips kentang dan Potato

Flakes -

Teknologi Pengolahan keripik Kentang putih - Teknologi Pengolahan French Fries Beku -

Kesimpulan kegiatan ini 1)Bangunan dan sarana prasarana pendukung kegiatan

TTP sudah selesai dan siap untuk digunakan, walaupun masih ada beberapa yang perlu dirapihkan, 2) Dari permasalahan dan potensi yang berhasil di himpun pada saat PRA, maka bisa disusun rancangan kegiatan penerapan teknologi yang bisa dilakukan dt TTP Cikajang, 3) Melalui revitalisasi dan benah kelompok yang dilakukan di desa Cikandang, maka diperoleh kelembagaan petani yang diharapkan mampu menjadi pengelola dari TTP Cikajang, 4)Taman Teknologi Pertanian bisa diterima oleh masyarakat Cikandang asal

Page 74: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

64

bisa member nilai manfaat untuk masyarakat setempat, 5) Guna memberikan nilai tambah dari kegiatan usahatni yang sudah biasa mereka lakukan perlunya

pengembangan industry hilir dan perluasan jaringan pemasaran.

Pembangunan Agro Tekno Park (ATP) di Kabupaten Cirebon

Pembangunan Agro Tekno Park (ATP) di Kabupaten Cirebon

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

7,500,000,000 7,257,608,762 96.77 Tujuan TTP Kabupaten Cirebonadalah 1) Memberikan dukungan/advokasi

teknologi kpd Stakeholders, 2)Pemberdayaan masyarakat, dan 3) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk demplot padi sawah, demplot manga, demplot ternak domba, dan pelatihan. Tabel 44. Deplot Padi Sawah dan Demplot Mangga di TTP Kab. Cirebon

No. Kegiatan Keterangan

1 Demplot Tanaman Padi Sawah Luas demplot 60 ha tersebar di 10 Desa, melibatkan 96 orang petani koperator.

Teknologi: Pupuk kandang : 2 ton/ha, Pupuk NPK Kujang : 3kw/ha

2 Demplot Mangga

Demplot Mangga Gedong : seluas 40 ha (4000 pohon). Teknologi: a) Pemupukan : NPK Mutiara 16.16.16 : 3

kg/pohon, b) Pupuk kandang : 35 kg/pohon, dan c) Kaptan : 5 kg/pohon

Tabel 45. Demplot Domba Garut Dan Agrinak : 4 Desa

No Jenis Ternak Domba Tujuan Pemeliharaan Lokasi Jumlah

1. Domba Garut

Penggemukkan Desa Windujaya (Pusat TTP)

39 ekor

Pembibitan/Budidaya Desa Windujaya (Pusat TTP)

10 ekor (Jantan 1 ; betina 9)

2. Domba Compass Agrinak

Pembibitan/Budidaya 4 Kelompok di 4 Desa

25 ekor (Jantan 4 ; betina 21)

Tabel 46. Pelaksnaan Pelatihan PTT Padi di Wilayah Kecamatan Sedong, 2015

No Desa Tempat 1. Sedong Kidul Balai Desa Karangwuni 2. Karangwuni 3. Sedong Lor Balai Desa Panongan 4. Panongan 5. Panongan Lor Balai Desa Putat 6. Putat 7. Panambangan Balai Desa Kertawangun 8. Kertawangun 9. Windujaya Balai Windujaya 10. Winduhaji

Page 75: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

65

Tabel 47. Materi Pembinaan yang dilaksanakana di lokasi Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kecamatan Sedong – Kabupaten Cirebon. 2015

No Materi pembinaan/pertemuan/ pelatihan

Lokasi Peserta

1. Budidaya Ternak Domba Kantor Kecamatan Pengelola ternak domba di 5 Desa (Kooperator)

2. Kesehatan Hewan Kantor Kecamatan Peternak domba, sapi , ungas se Kecamatan Sedong

3. Karantina Ternak Kantor Kecamatan Pengelola ternak domba di 5 Desa (Kooperator)

4. Pelatihan Teknologi Pembuatan Urea Molases Serbuk

Kelompok Ternak Putra Karya Bersama Desa Putat

Pengelola ternak domba di 5 Desa (Kooperator)

5. Pelatihan Teknologi Pengelolaan Limbah Kotoran Ternak

Kelompok Ternak Putra Karya Bersama Desa Putat

Pengelola ternak domba di 5 Desa (Kooperator)

Tabel 48. Jenis Pelatihan komoditas mangga yang dilakukan pada TTP Sedong, Cirebon

2015 No Materi Narasumber Output yang diharapkan 1 Sosialisasi hasil PRA dan rancang Bangun TTP

Sedong BPTP/Veteriner Petani, Tokoh masyarakat dan

staekholders dapat memahami tentang program TTP dan implementasinya

2 Teknologipembuahan di luarmusim (off-season)

Unpad Petani mangga dapat mengaplikasikan teknologi off-season

3 TeknologipemangkasanuntukMerangsangpembuahan dan Pembentukanpohon mangga.

Balitbu Petani kooperator TTP dapat mengerti dan mengaplikasikan teknologi pemangkasan

4 Teknologi pengendalian OPT mangga terpadu

Balitbu/BPTP Petani dapat mengendalikan OPT sesuai konsep PHT

5 Teknologi pemupukan berimbang tanaman mangga

Balitbu/BPTP Petani dapat memahami cara pemupukan yang efisien

6 Teknologi pembuatan sirup mangga BB Pasca panen/BPTP

Petani/KWT dapat memanfaatkan mangga curah

7 Teknologi pengolahan berbahan Baku mangga (mangga kering, juice dodol, dll)

BPTP/BB Pasca Panen

KWT dapat memanfaatkan mangga curah, diversifikasi produk dapat menambah penghasilan

8 Merevitalisasi kelompok tani dan Gabungan kelompok Tani

BPTP/BKP5K Revitalisasi poktan, penyegaran penguus Poktan

9 Teknologi pencegahan jamur Diplodia yang menyerang batang

BPTP/Balitbu Petani dapat melakukan pencegahan penyakit Diplodia

10 Sosialisasi manfaat AD/ART serta aturan main di Poktan

BPTP/BP3K Petani dan pengurus dapat mengetahui pentingnya bergabung dalam Poktan.

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: 1) Program TTP di Kecamatan Sedong

memberikan dukungan kepada staekholder, walaupun masih belum optimal, 2) Program TTP Sedong, dapat meningkatkan perberdayaan masyarakat khususnya petani, dan 3)

Karena bisnisnya belum berjalan, belum terlihat meningkatan pendapatan.

Page 76: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

66

(7) Pendampingan KATAM SLPTT di Provinsi Jawa Barat

Pendampingan KATAM SLPTT di Provinsi Jawa Barat

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

81,625,000 80,169,150 98.22 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian

Pertanian meluncurkan Sistem Katam Terpadu yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan (padi dan palawija) yang disusun berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan ketersediaan air. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi spasial dan tabular pola tanam dan potensi luas areal tanam pada tanaman pangan di lahan sawah berdasarkan variabilitas dan perubahan iklim sampai ke wilayah kecamatan.

Untuk mengantisipasi perubahan iklim yang tidak menentu dan tak mudah diprediksi, maka kalender tanam tidak hanya disusun berdasarkan kondisi periode tanam yang dilakukan oleh petani saat ini, tapi juga berdasarkan tiga kejadian iklim, yaitu tahun basah (TB), tahun normal (TN) dan tahun kering (TK). Dengan demikian kalender dan pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan masing-masing kondisi iklim tersebut. Kegiatan Pendampingan Katam SLPTT bertujuan 1) Mensosialisasikan Katam Terpadu tahun 2015 per kabupaten/kota di Jawa Barat, 2) Menginventarisasi varietas, kebutuhan benih unggul padi, luas dan potensi lahan, kebutuhan pupuk, data iklim, serta organisme pengganggu tumbuhan (OPT) per kecamatan di Jawa Barat, dan 3) Melakukan validasi/verifikasi data Katam Terpadu di beberapa kabupaten/ kota di Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif kepada para petugas lapangan dalam rangka mendiseminasikan Katam Terpadu kepada para petani di setiap kabupaten/kota di Jawa Barat. Kegiatan ini melibatkan seluruh LO Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Hasil kegiatan 1) Telah dilakukan koordinasi, sosialisasi, dan diseminasi Katam Terpadu MK 2015 dan MH 2015/2016 di beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat, 2) Telah dilakukan inventarisasi varietas, kebutuhan benih unggul padi, luas dan potensi lahan, kebutuhan pupuk, data iklim, serta organisme pengganggu tumbuhan (OPT) per kecamatan di Jawa Barat, dan 3) Telah dilakukan verifikasi data Katam Terpadu (standing crop tanaman padi sawah) di beberapa kabupaten di Jawa Barat dan secara umum bahwa standing crop tanaman padi sawah yang terdapat dalam Katam Terpadu sudah menunjukkan data yang cukup akurat.

Page 77: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

67

(8) Pendampingan PUAP

Pendampingan PUAP Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

150,000,000 146,673,104 97.78 Pendampingan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) bertujuanm

melaksanakan 1) Pendampingan tatacara adiministrasi pelaksanaan Program PUAP, verifikasi dan pengusulan berkas gapoktan calon penerima dana BLM-PUAP dan 2) Pendampingan penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP. Kegiatan dilaksanakan di 25 Kabupaten/Kota, dengan cara pendampingan tatacara adiministrasi pelaksanaan Program PUAP melalui koordinasi, konsultasi, sosialisasi dan verifikasi dokumen gapoktan calon penerima serta monitoring penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP. Sampai dengan akhir bulan Desember 2015 untuk provinsi Jawa Barat telah ditetapkan calon PUAP dalam Daftar Nominasi Sementara (DNS) sebanyak 318 gapoktan yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Jumlah dokumen yang masuk dan lolos verifikasi di tingkat provinsi sebanyak 221 gapoktan, sebanyak 97 gapoktan tidak dapat diproses karena status dan kepengurusan gapoktan tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Pedum dan Juknis Verifikasi. Sebanyak 11 gapoktan tidak lolos verifikasi di tingkat Pusat, sehingga yang dapat penyaluran dana BLM-PUAP hanya 210 gapoktan. Sasaran Strategis 5:Tersedianya benih sumber untuk mendukung system perbenihan

Sasaran Strategis 5 ini dilaksanakan melalui kegiatan Perbanyakan Benih Sumber dengan teknologi yang didiseminasikan meliputi: 1) teknologi Produksi Benih Padi dan 2) teknologi Produksi Benih Kedelai. Teknologi Produksi Benih Padi berasal dari BB Padi dan teknologi Produksi Benih Kedelai berasal dari Balitkabi. Bentuk diseminasi berupa Leaflet, Demplot, Pelatihan, Tatap muka, Pertemuan kelompok, Workshop, dengan sasaran diseminasi Kelompok tani, Penyuluh/petugas. (1) Perbanyakan Benih Sumber Padi (36 TON FS, 187,9 TON SS)

Perbanyakan Benih Sumber Padi (36 TON FS, 187,9 TON SS)

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

3,314,399,000 3,206,867,168 96.76

Kegiatan produksi benih padi dilaksanakan di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Bandung, Majalengka, Ciamis dan Pangandaran. Lokasi tersebut dipilih karena petani kooperatornya respon, salah satu sentra padi, dan cukup air. Benih sumber yang

Page 78: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

68

ditanam meliputi benih kelas BS untuk menghasilkan benih dasar (BD/FS) dan FS untuk memperoleh benih pokok (BP/SS). Produksi benih kelas FS (penanaman benih sumber kelas BS) dilaksanakan di Kab. Cianjur dan Kab. Bandung sedangkan produksi benih kelas SS (penanaman benih sumber kelas FS) dilaksanakan di lima kabupaten tersebut.

Luas kegiatan perbanyakan benih sumber padi kelas benih BS yaitu 12 ha dengan rincian Kabupaten Cianjur seluas 8 ha dan Kabupaten Bandung seluas 4 ha. Sedangkan untuk kelas benih FS seluas 65,5 ha dengan rincian Kabupaten Cianjur 8 ha, Kabupaten Bandung 12,5 ha, Kabupaten Majalengka 10 ha, Kabupaten Ciamis 30 ha dan Kabupaten Pangandaran 5 ha. Varietas yang ditanam terdiri dari Inpari 28, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33, Inpago 9, Mekongga, Sarinah, dan Sintanur untuk kelas benih BS serta Inpari 9, Inpari 10, Inpari 14, Inpari 20, Inpari 26, Inpari 31, Ciherang, Mekongga, Sarinah, dan Situ Bagendit untuk kelas benih FS. Varietas tersebut dipilih berdasarkan kesukaan petani/mudah dipasarkan untuk varietas komersil dan diseminasi untuk varietas unggul baru.Pelaksanaan tanam disesuaikan dengan kesiapan lahan produksi sehingga penanaman benih sumber dilaksanakan tidak dalam waktu yang bersamaan. Pelaksanaan tanam benih sumber kelas BS dilakukan pada bulan April dan Juni sedangkan penanaman benih sumber kelas FS dilaksanakan pada bulan April – Juli. Waktu panen untuk kelas benih BS (menghasilkan calon benih FS) yaitu pada bulan Agustus dan Oktober sedangkan untuk kelas benih FS (menghasilkan kelas benih SS) yaitu pada bulan Juli – Oktober.

Setelah melalui prosesing, gabah calon benih diambil sampelnya oleh BPSBTPH untuk diuji tingkat campuran varietas lain, kotoran benih dan daya berkecambahnya. Hasil pengujian menentukan kelulusan gabah calon benih menjadi benih. Setelah hasil uji laboratorium disahkan, selanjutnya dilakukan pencetakan label dan benih dapat

didistribusikan.

Tabel 49. Hasil Gabah Kering Panen, Gabah Kering Giling, dan Gabah Kering Simpan/Benih

No Kabupaten Varietas Hasil (kg)

Kelas Benih Gabah Kering

Panen (GKP) Gabah Kering

Giling (GKG)

Benih/ Gabah Kering Simpan (GKS)

1 Kab. Cianjur

Inpari 28 845 700 690 FS Inpari 30 4.161 2.800 2.765 FS Inpari 31 972 705 695 FS Inpari 33 1.221 840 815 FS Inpago 9 1.955 1.522 980 FS Mekongga 1.750 1.260 1.250 FS Sintanur 2.317 1.680 1.605 FS

2 Kab. Bandung Inpari 31 6.000 5.400 5.115 FS Sarinah 3.059 2.660 2.000 FS

Jumlah kelas benih FS 22.280 17.567 15.915

Page 79: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

69

No Kabupaten Varietas Hasil (kg)

Kelas Benih Gabah Kering

Panen (GKP) Gabah Kering

Giling (GKG)

Benih/ Gabah Kering Simpan (GKS)

3 Kab. Cianjur

Inpari 14 2.835 2.400 2.000 SS Inpari 20 2.919 2.042 2.125 SS Inpari 31 2.898 1.534 2.050 SS Mekongga 8.956 8.142 7.080 SS

4 Kab. Bandung Inpari 20 7.000 6.160 5.200 SS Mekongga 17.000 15.300 14.975 SS Sarinah 12.226 10.392 9.168 SS

5 Kab. Majalengka Inpari 9 792 745 660 SS Inpari 10 1,188 1,120 990 SS Inpari 20 12,866 11,750 10,555 SS

6 Kab. Ciamis Inpari 9 2,440 2,140 1,945 SS Inpari 10 3,180 2,650 2,515 SS Inpari 20 725 610 505 SS Inpari 26 8,120 7,230 6,845 SS Ciherang 49,150 38,500 33,540 SS Situ Bagendit 1,767 1,650 1,500 SS

7 Kab. Pangandaran Inpari 26 11,300 9,040 7,750 SS Jumlah kelas benih SS 145.362 121.405 109.403 Jumlah kelas benih FS + SS 167.642 138.972 125.318

Sumber : Data Primer (diolah)

Realisasi produksi benih padi secara keseluruhan yaitu sebesar 55,971% dengan rincian kelas FS hanya mencapai 44,21% sedangkan untuk kelas benih SS hanya dapat memenuhi target sebesar 58,19%.

Tabel 50. Target dan Realisasi Produksi Benih Sumber Padi Tahun 2015

No Kelas Benih Target Produksi Benih (ton)

Realisasi Produksi Benih/KKS

(ton)

Persentase Realisasi terhadap Target

Produksi (%) 1 FS 36 15,915 44,21 2 SS 187,99 109,403 58,19 Jumlah 223,9 125,318 55,97

Permasalahan yang terjadi pada kegiatan perbanyakan benih sumber padi yaitu

kemarau panjang akibat tidak adanya hujan ataupun curah hujan yang sangat rendah yang menyebabkan kekeringan pada lahan kegiatan perbanyakan benih sumber padi berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan per tanaman padi yang tidak optimal dan bahkan ada sebagian yang mengalami fuso. Sehingga dampak selanjutnya mengakibatkan realisasi produksi benih padi tidak tercapai. Upaya yang dilakukan adalah mengambil air dengan menggunakan pompa air dari sungai yang masih terdapat airnya walaupun tidak optimal karena jumlah air yang terbatas.

Page 80: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

70

Tabel 51. Lokasi dan Luas Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Padi yang Mengalami Kekeringan

No Lokasi Luas (ha)

Luas Kekeringan

(ha)

Tingkat Kekeringan

(%) Keterangan

1 Kab. Cianjur 16 16 15-100 Fuso dan produksi tidak optimal

2 Kab. Bandung 16,5 16,5 15-70 Produksi tidak optimal 3 Kab. Majalengka 10 10 50-85 Produksi tidak optimal 4 Kab. Ciamis 30 30 10-85 Produksi tidak optimal 5 Kab. Pangandaran 5 5 45 Produksi tidak optimal

Mengingat rendahnya capaian produksi, maka dilakukan penanaman ulang seluas 7,5 ha, di Kabupaten Cianjur. Varietas padi yang ditanam adalah Mekongga kelas BS, diharapkan dapat diperoleh benih kelas FS. Saat ini, pertanaman telah memasuki periode vegetatif. Panen diperkirakan pada bulan Maret-April 2016, sehingga hasil benih diharapkan siap dipasarkan pada bulan Mei-Juni 2016.

(2) Perbanyakan Benih Sumber Kedelai(7 Ton FS dan 121,99 Benih SS)

Perbanyakan Benih Sumber Kedelai (7 Ton FS dan 121,99 Benih SS)

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

1,871,189,000 1,852,306,791 98.99

Kegiatan produksi benih sumber kedelai dilaksanakan di dua kabupaten, yaitu Majalengka dan Indramayu. Lokasi tersebut dipilih karena petani kooperatornya respon, salah satu lokasi sentra kedelai, dan cukup air. Benih sumber kedelai yang ditanam meliputi benih kelas BS untuk menghasilkan benih dasar (BD/FS) dan FS untuk memperoleh benih pokok (BP/ SS). Total luas pertanaman produksi benih kedelai adalah 107,5 ha dengan rincian kelas benih BS seluas 7 ha di Kab. Majalengka dan kelas benih FS seluas 100,5 ha di Kab. Majalengka dan Indramayu. Varietas yang ditanam terdiri dari lima varietas yaitu Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Grobogan, dan Panderman dengan kelas benih BS dan FS. Varietas tersebut dipilih karena kesukaan petani khususnya di Jawa Barat terhadap kedelai berbiji besar.

Pelaksanaan tanam disesuaikan dengan kesiapan lahan produksi sehingga penanaman benih sumber dilaksanakan tidak dalam waktu yang bersamaan. Pelaksanaan tanam benih sumber kelas BS dilakukan pada bulan Maret, April, dan Juli sedangkan penanaman benih sumber kelas FS dilaksanakan pada bulan Maret dan April. Panen dilakukan pada bulan Juni, Juli, dan Oktober untuk kelas benih BS dan pada bulan Juni

Page 81: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

71

dan Juli untuk kelas benih FS.Komponen hasil yang diamati meliputi jumlah polong isi, jumlah polong hampa, dan bobot 100 butir. Jumlah polong isi, polong hampa, dan bobot 100 butir biji kedelai diamati setelah panen dan brangkasannya dikeringkan terlebih

dahulu.

Tabel 52. Rata-rata Jumlah Polong Isi, Jumlah Polong Hampa, dan Bobot 100 Butir

No Kabupaten Varietas Kelas Benih

Jumlah polong isi

(butir)

Jumlah polong hampa (butir)

Bobot 100 butir (gr)

1 Kab. Majalengka

Anjasmoro BS 37 9,2 13,8 Argomulyo BS 27 3 12,6 Burangrang BS 32 11 16,2 Grobogan BS 39,4 5,6 18 Panderman BS 63,8 4,8 18,2

2

Kab. Majalengka

Anjasmoro FS 46 13,2 14,8 Argomulyo FS 27,4 7,8 14,2 Burangrang FS 34,8 8,8 16,6 Grobogan FS 33,8 4,2 17,8

3 Kab. Indramayu Grobogan FS 26,2 6 17,3

Sumber : Data Primer (diolah)

Produksi terdiri dari produksi calon benih (Kedelai Kering Panen/KKP) dan benih (kedelai kering simpan/KKS). Produksi calon benih merupakan hasil produksi kotor (Kedelai Kering Panen) dengan kadar air 12-17% yang belum mengalami penyusutan akibat penurunan kadar air dan prosesing. Sedangkan produksi benih merupakan hasil produksi benih (Kedelai Kering Simpan) dengan kadar air 9-10% yang telah mengalami penyusutan. Hasil benih yang didapat seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 53. Hasil Kedelai Kering Panen, Kedelai Kering Simpan, dan Benih yang Dihasilkan

No Kabupaten Varietas Hasil (kg) Kelas Benih

yang Dihasilkan

Kedelai Kering Panen (KKP)

Benih/Kedelai Kering Simpan (KKS)

1 Kab. Majalengka

Anjasmoro 659 540 FS Argomulyo 677 580 FS Burangrang 756 620 FS Grobogan 634 520 FS Panderman 1.251 1.240 FS

Jumlah FS 4.214 3.500

2

Kab. Majalengka

Anjasmoro 12.326 10.100 SS Argomulyo 28.298 23.300 SS Burangrang 16.291 13.360 SS Grobogan 34.062 27.680 SS

3 Kab. Indramayu Grobogan 7.756 6.360 SS Jumlah SS 90.977 74.440 Jumla FS dan SS 95.191 77.940

Sumber : Data Primer (diolah)

Page 82: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

72

Realisasi produksi benih kedelai secara keseluruhan yaitu sebesar 61% dengan rincian kelas FS hanya mencapai 50% sedangkan untuk kelas benih SS hanya dapat

memenuhi target sebesar 44,18%.

Tabel 54. Target dan Realisasi Produksi Benih Sumber Kedelai, 2015

No Kelas Benih Target Produksi Benih (ton)

Realisasi Produksi Benih/KKS

(ton)

Persentase Realisasi terhadap Target

Produksi (%)

1 FS 7 3,5 50 2 SS 121,99 74,42 44,18

128,99 77,92 61

Permasalahan yang terjadi pada kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai yaitu

terjadinya kemarau panjang akibat tidak adanya hujan ataupun curah hujan yang sangat rendah yang menyebabkan kekeringan pada lahan perbanyakan benih kedelai berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan per tanaman kedelai yang tidak optimal dan bahkan ada sebagian yang mengalami fuso (Tabel 19). Sehingga dampak selanjutnya mengakibatkan realisasi produksi benih kedelai tidak tercapai. Upaya yang dilakukan adalah mengambil air dengan menggunakan pompa air dari sungai yang masih terdapat airnya walaupun tidak optimal karena jumlah air yang terbatas. Selain itu memanfaatkan sumur pantek walaupun jumlah airnya terbatas.

Tabel 55. Lokasi dan Luas Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Kedelai yang Mengalami Kekeringan

No Lokasi Luas (ha)

Luas Kekeringan (ha)

Tingkat Kekeringan (%) Keterangan

1 Kab. Majalengka

97,5 40 25-50 Fuso dan produksi tidak optimal

2 Kab. Indramayu

10 5 40-50 Fuso dan Produksi tidak optimal

(3) Pembinaan Penangkar Dan Penguatan Sapras UPBS

Pembinaan Penangkar Dan Penguatan Sapras UPBS

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

303,724,000 298,240,500 98.19 (a) Pembinaan Penangkar

Kegiatan pembinaan penangkar diantaranya dilakukan baik secara individu, kelompok, maupun dalam bentuk kegiatan workshop. Pembinaan penangkar secara individu maupun kelompok dilakukan secara langsung di lapangan. Kegiatan workshop

Page 83: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

73

dilaksanakan di Kabupaten Garut dengan tema Pembinaan Penangkar Benih dan Penguatan Sapras UPBS Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Jawa Barat. Peserta workshop terdiri dari BPTP Jawa Barat (panitia), petani penangkar dan petugas/penyuluh yang terlibat di dalam proses produksi benih padi dan kedelai UPBS BPTP Jawa Barat tahun 2015 (Kab. Indramayu, Majalengka, Cianjur, Ciamis, Pangandaran, Bandung). Tujuan dilaksanakan acara workshop tersebut adalah dalam rangka sosialisasi perkembangan perbenihan terkini, sinergisme program perbenihan 2015 melalui penguatan jaringan komunikasi dan informasi perbenihan di Provinsi Jawa Barat, memperoleh informasi/data terkini sebagai bahan penyusunan database perbenihan tanaman pangan di Jawa Barat dan rencana aksi UPBS BPTP Jawa Barat, dan meningkatkan kapasitas petugas dan penangkar benih dalam rangka mendukung percepatan swasembada padi dan kedelai di Jawa Barat. Penyampaian materi dari berbagai narasumber yaitu Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, BB Padi, Balitkabi,

BPSPTPH Provinsi Jawa Barat, BPTP Jawa Barat, dan petani penangkar padi dan kedelai.

Hasil rumusan workshop diantaranya adalah :

1. Tanggung jawab perbenihan sesuai kebijakan teknis Rencana Kerja Kementan tahun 2016, bahwa alur penyediaan benih sesuai kelas benih sebagai berikut : BS dilakukan oleh Badan Litbang (BB Padi/Balitsereal/Balitkabi) BS ke FS dilakukan oleh BPTP, bisa dilakukan juga oleh BBI FS ke SS dilakukan oleh penangkar, BBU, BBP

SS ke ES oleh penangkar atau perusahaan (BUMN, BUMD, swasta)

2. Balai Besar Penelitian Padi di Sukamandi dan Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi di Malang telah banyak menghasilkan beberapa VUB padi dan kedelai dan mampu menyediakan benih sumber BS dan FS yang dapat mencukupi kebutuhan Balai Benih atau penangkar di seluruh Indonesia.

3. Adanya program intensifikasi yang akan dilaksanakan oleh propinsi Jawa Barat untuk padi seluas 2.000.000 juta ha areal tanam, kedelai 50.000 ha areal tanam merupakan peluang bagi penangkar benih untuk memenuhi dan menyediakan benih yang bermutu.

4. Permasalahan perbenihan sangat kompleks, namun yang sangat prinsipil adalah 1) kelembagaan alur perbanyakan benih di setiap UK/UPT dan Satker di daerah belum berfungsi secara optimal; 2) program pemerintah yang terkait intensifikasi atau

Page 84: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

74

UPSUS peningkatan produksi pangan belum mengoptimalkan penangkar benih sebagai penyediaan logistik benih; 3) perubahan kebijakan yang direncanakan oleh Badan Litbang terkait produksi benih sumber bukan menjadi tupoksi Balai Pengkajian, maka perlu adanya keharmonisan antara BPTP dengan BBI yang ada di daerah sehingga BBI diharapkan dapat memperbanyak benih sumber FS yang diproduksi oleh BPTP; 4) kaitan dengan sapras UPBS di setiap penangkar benih masih kurang mendukung untuk menghasilkan benih yang berkualitas sesuai standar yang telah ditetapkan; 5) produksi benih seringkali tidak tersedia dengan jadwal tanam dan jenis varietas yang diinginkan petani; 6) benih bersertifikat dirasakan mahal dan cenderung rawan terhadap fluktuasi harga, sehingga kemampuan beli petani menjadi pengahambat; 7) khusus benih kedelai yang memiliki masa simpan benih yang singkat mengakibatkan ketersediaan benih di setiap musim tanam kurang terpenuhi.

5. Khusus kegiatan perbenihan BPTP Jawa Barat untuk meningkatkan kinerjanya diperlukan hal-hal sebagai berikut : penambahan biaya produksi benih, perlu klausul yang jelas tentang kerjasama perbenihan dengan BPTP.

6. Perlu tindak lanjut hasil workshop terkait : 1) sistem kerjasama untuk menghasilkan benih yang berkesinambungan dari BS-ES; 2) perlu klausul aturan main yang jelas dalam memproduksi benih yang dikerjasamakan dengan BPTP; 3) Perlu ada ketegasan dari Dinas terkait mengenai keterlibatan penangkar sebagai penyedia benih program intensifikasi padi dan kedelai; 4) perlu ada jaminan pasar terhadap benih yang dihasilkan oleh penangkar baik harga maupun distribusi (perlu ada regulasi).

(b) Studi Banding Kunjungan yang dilakukan oleh tim UPBS BPTP Jawa Barat ke UPBS BPTP Nusa

Tenggara Barat (NTB) adalah dalam rangka studi banding tentang pengelolaan dan manajemen serta kegiatan perbanyakan benih sumber khususnya padi dan kedelai UPBS BPTP NTB mulai dari produksi, prosesing sampai pemasaran.

Fasilitas yang dimiliki UPBS BPTP NTB yaitu gudang penyimpanan calon benih, gudang prosesing dan pengemasan, gudang alsintan, gudang penyimpanan benih, dan lantai jemur yang mampu mendukung kegiatan perbanyakan benih sumber.Kegiatan perbanyakan benih sumber di UPBS BPTP NTB terdiri dari 3 komoditas yaitu padi, kedelai, dan jagung. Pelaksanaan di lapangan, UPBS BPTP NTB bekerjasama dengan petani

Page 85: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

75

penangkar baik sistem sewa lahan maupun bagi hasil karena tidak memiliki lahan produksi. Salah satu bentuk sistem kerjasama bagi hasil dengan petani penangkar/kooperator yaitu menggunakan kemasan merk kelompok tani selain kemasan dari UPBS BPTP NTB. Selain itu, dalam hal pemasaran UPBS BPTP NTB menjalin

kerjasama dengan petani penangkar maupun kios-kios pertanian swasta.

Sasaran Strategis 6:Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Spesifik Lokasi

Sasaran Strategis 6 akan dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan, yaitu: 1) Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Padi di Jawa Barat, 2) Model Pengembangan Bioindustri Sapi Perah Berkelanjutan Berbasis Inovasi Teknologi di Jawa Barat, dan 3) Model Pengembangan Bioindustri Berbasis Tanaman Hias. (1) Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Padi di Jawa Barat

Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Padi di Jawa Barat

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

321,327,000 318,965,900 99.27 Karakteristik lahan sawah di Provinsi Jawa Barat terutama di bagian tengah dan

selatan sebagian besar bertopografi bergelombang dan berbukit dengan kepemilikan lahan petani < 0,5 ha (rata-rata 0,2 ha). Program Pemerintah terus digulirkan untuk meningkatkan produktivitas padi, agar produksi meningkat, sehingga dapat memenuhi permintaan beras yang setiap tahun terus meningkat. Program yang digulirkan berhasil meningkatkan produksi padi, namun manfaat dan dampaknya terhadap ekonomi rumah tangga kurang dirasakan sepenuhnya oleh petani. Oleh karena itu perlu inovasi yang dapat membantu petani selain meningkatkan produktivitas padi juga pendapatan, antara lain: “Pengembangan Pertanian Bioindustri”. Kegiatan bertujuan 1) Mendapatkan model pertanian bioindustri berbasis padi dan 2) Menghasilkan komponen teknologi penyusun model pertanian bioindustri berbasis padi yang sesuai dengan kondisi agroekosistem sawah irigasi sederhana/desa. Lokasi kegiatan terletak diDesa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Sedangkan pendekatan kegiatan yaitu: PRA, Survei, dan Penelitian adaptif /display: a) Padi organic, b) Ubi Cilembu Organik, dan c) Pembibitan ternak sapi.

Page 86: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

76

(2) Model Pengembangan Bioindustri Sapi Perah Berkelanjutan Berbasis Inovasi Teknologi di Jawa Barat

Model Pengembangan Pertanian

Bioindustri Berbasis Sapi Perah di Jawa Barat

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

319,452,000 318,620,475 99.74 Tujuan kegiatan ini adalah 1) Mengidentifikasi karakteristik usahatani, biofisik,

sosial ekonomi, kelembagaan pendukung, dan peluang industri di wilayah pengkajian, 2) Merancang model bioindustri pertanian berkelanjutan berbasis sapi perah, dan 3) Mengimplementasikan inovasi teknologi pada rancangan model bioindustri pertanian berkelanjutan berbasis sapi perah. Kegiatan dilaksanakan di Desa Haurngombong dan Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Kab. Sumedang dengan pendekatan On Farm Participatory Research, yaitu 1) pendekatan agroekosistem, 2) pendekatan SDM, 3) pendekatan sistem agribisnis, 4) pendekatan partisipatif, 5) pendekatan wilayah, dan 6) pendekatan kelembagaan. Hasil kegiatan yaitu: 1) Karakteristik usaha tani kelompoktani ternak Wargi Saluyu, Desa Haurngombong dan kelompoktani ternak Tunas Mekar, Desa Mekar Bakti adalah beternak sapi perah jenis Fries Holland (FH). Rata-rata pemilikan sapi perah 4 ekor/KK. Produksi air susu dari kedua kelompoktani ternak sebanyak 2278 l/hari. Air susu dijual ke KSU Tandangsari, Tanjungsari, berjarak kurang lebih 5 km, 2) Pemberian probiotik pada pakan sapi perak laktasi, meningkatkan produksi air susu sebesar 22% dan kadar lemak menjadi 5%. Sedangkan pemberian konsentrat mako sebanyak 2 kg/ekor/hari dan bungkil inti sawit sebanyak 1 kg/ekor/hari kepada sapi dara, meningkatkan pertambahan berat badan harian 664 g/ekor/hari, 3) Untuk meningkatkan kualitas (protein) hijauan, dibuat kebun Indigofera. Kebun Indigofera dibuat untuk sumber hijauan berkualitas tinggi dan benih untuk pengembangan tanaman Indigofera, dan 4) Untuk penyediaaan pupuk organik dan energi, dibuat digunit biogas tipe kubah beton. Biogas digunakan sebagai energi kompor dan lampu serta limbah biogas (slurry)

untuk pupuk organik.

(3) Model Pengembangan Bioindustri Berbasis Tanaman Hias

Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Hias

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

314,577,000 312,927,720 99.48

Kegiatan ini bertujuan 1) Mengidentifikasi karakteristik usahatani, biofisik, sosial ekonomi, kelembagaan pendukung dan peluang industri di wilayah pengkajian, 2)

Page 87: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

77

Memperoleh konsep rancangan model bioindustri pertanian berkelanjutan berbasis tanaman hias, dan 3) Mengimplementasikan inovasi teknologi pada rancangan konsep Bioindustri berbasis tanaman hias. Kegiatan dilaksanakan di Desa Langensari dan Desa Limbangan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi dengan pendekatan agroekosistem, sumberdaya manusia,sistem agribisnis, kelembagaan dan pendekatan wilayah dengan sumber teknologi Balai Penelitian Tanaman Hias.

Hasil kegiatan bahwa 1) Karakteristik UT petani yang tergabung dalam Gapoktan Sari Tani Jaya bergerak dalam bidang usahatani tanaman hias, sayuran dan ternak dengan jumlah unit GH sekitar 270 unit dengan rata-rata per GH 500 - 800 m2 (luas lahan 247,5ha). Rata-rata produksi per musim tanam sebesar 12.880.000 tangkal. Jenis varietas krisan yang ditanam dan disukai oleh konsumen yaitu krisan lokal (Salju), Puspita Nusantara, dan Pasopati, selain krisan jenis tanaman hias lainnya yang dikembangkan adalah sedap malam, gladiol, mawar, pikok, pilo dan garbera). Rata-rata kepemilikan GH petani sebanyak 3 GH (64,71%), < 2 GH (35,29%). Kelembagaan pendukung terdiri dari 15 poktan dan 3 KWT yang tergabung dalam Gapoktan Sari Tani Jaya, pengumpul, dan asosiasi bunga; 2) Permasalahan dalam budidaya tanaman hias krisan adalah serangan hama White FL4, thrip, virus penyakit layu, dan karat. Serangan virus mencapai 30% dan penyakit layu mencapai 30% dan tanam mati hingga 50%. Benih yang dihasilkan sebanyak 50% masih mempunyai kualitas yang rendah; dan 3) Konsep model biondustri berbasis tanaman hias menitikberatkan pada peningkatan kualitas bibit dan bunga potong, optimalisasi pemanfaatan limbah untuk pakan ternak dan kompos. Selanjunya untuk meningkatkan nilai tambah dilakukan diversifikasi vertikal dari tanaman hias yaitu minyak atsiri, minuman herbal teh krisan, dll; 4) Hasil demplot teknis: (a) Krisan hingga panen setek ke-9 menghasilkan jumlah bibit varietas Limeron 62.300 setek, varietas Kineta 54.900 setek, solinda Pelangi 66.900 setek, varietas Ririh 36.733 setek, Varietas Kulo 47.600 setek dan Pasopati sebanyak 67.900 setek, (b) Varietas Krisan Baru seperti Arosuka, Puspita Nusantara, Kusumaswasti, Kineta, Velma dan Azzura mempunyai tinggi tanaman > 70 cm batang kokoh dengan diameter 1,9-2,1 cm. Termasuk jenis bunga spray dengan jumlah bunga antara 11 – 20 kuntum dan diameter bunga terbesar adalah varietas Kineta, (c) Pupuk hayati memberikan efek positif terhadap pertumbuhan krisan dan dapat digunakan sebagai alternatif teknologi krisan organik tanpa menurunkan kualitas krisan atau hasilnya sama dengan yang tanpa penggunaan pupuk hayati atau cara petani/bahan kimia, (d) Bunga sedap malam yang berasal dari Sukabumi mempunyai tingkat hidup 95% dan menghasilkan bunga,

Page 88: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

78

sementara sedap malam dari Tenggamus tingkat kematian mencapai 15%, (e) Pembuatan pupuk organik menggunakan bioaktivator menghasilkan pupuk organik yang memiliki sifat fisik dan kandungan kimia pupuk (termasuk perbandingan C/N) sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI-13-7030-2004), dan (f) Peningkatan nilai tambah krisan dapat dilakukan melalui pengembangan teh

krisan. Teh krisan yang dihasilkan memiliki rendemen 10-12%.

Sasaran Strategis 7:Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Untuk mencapai Sasaran Strategis 7 dilakukan melalui kegiatan manajemen yang meliputi kegiatan 1) Laporan Pengelolaan Satker, 2) Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang, 3) Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Satker, dan 4) Pengelolaan Instalasi Pengkajian /Lab Kebun ( 1. Koleksi Tanam Plasma Nutfah ) 2 Varietas Unggul: 3 Pohon Induk). Kegiatan Laporan Pengelolaan Satker terdiri atas a) Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan, b) Pengelolaan Kepegawaian dan Rumah Tangga, c) Peningkatan Kapasitas SDM, d) Pengelolaan Website, e) Pengelolaan Data Base, f) Pengelolaan Perpustakaan, g) Percetakan Media Publikasi (Leaflet, Brosur /Panduan Keg), h) Pengelolaan Instalasi Pengkajian (Rumah Kaca dan Laboratorium Diseminasi), i) Peningkatan Mutu Managemen Satker ( WBK-ISO ), j) Sistem Pengendalian Internal, k) Manajemen dan Penguatan UPBS, l) Penyusunan Rencana Kegiatan dan Program, m) Evaluasi dan Pelaporan, dan n) SAI pada Sekretariat UAPPA/B-W TA.2015.

Adapun kinerja masing-masing kegiatan seperti pada tabel berikut ini. Tabel 56. Kinerja Kegiatan Pengelolaan Manajemen Satker BPTP Jawa Barat, 2015.

N0 Program/Kegiatan Pagu (Rp) Relaisasi (Rp) %

A LAPORAN PENGELOLAAN SATKER 1,399,574,000 1,381,308,770 98.69 1 Pengelolaan Keuangan Dan Perlengkapan 92,185,000 90,865,550 98.57 2 Pengelolaan Kepegawaian Dan Rumah Tangga 67,898,000 66,134,560 97.40 3 Peningkatan Kapasitas SDM 47,463,000 46,524,250 98.02 4 Pengelolaan Website 19,597,000 18,365,844 93.72 5 Pengelolaan Data Base 23,155,000 23,001,050 99.34 6 Pengelolaan Perpustakaan 58,017,000 56,582,150 97.53 7 Percetakan Media Publikasi ( Leaflet, Brosur /Panduan Keg) 42,230,000 42,151,500 99.81 8 Pengelolaan Instalasi Pengkajian ( Rumah Kaca Dan

Laboratorium Diseminasi ) 20,080,000 20,075,500 99.98

9 Peningkatan Mutu Managemen Satker ( WBK-ISO ) 27,825,000 24,117,125 86.67 10 Sistem Pengendalian Internal 23,800,000 22,490,600 94.50 11 Manajemen Dan Penguatan UPBS 48,700,000 47,049,316 96.61 12 Penyusunan Rencana Kegiatan Dan Program 108,560,000 107,724,250 99.23 13 Evaluasi Dan Pelaporan 83,364,000 80,620,850 96.71 14 SAI pada Sekretariat UAPPA/B-W TA.2015 736,700,000 735,606,225 99.85

B LAPORAN KERJASAMA, PENGKAJIAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG 47,525,000 46,177,274 97.16

Page 89: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

79

C LAPORAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI KEGIATAN SATKER 147,602,000 144,343,853 97.79

D PENGELOLAAN INSTALASI PENGKAJIAN /LAB KEBUN ( 1. Koleksi Tanam Plasma Nutfah ) 2 Varietas Unggul: 3 Pohon Induk)

116,950,000 114,710,000 98.08

3.3.2. Perbandingan Capaian Kinerja

Perbandingan capaian kinerja BPTP Jawa Barat tahun 2014 dan 2015, menunjukan bahwa beberapa target pada tahun 2015 menurun dari target tahun 2014. Beberapa target tersebut adalah Jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi, Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna, dan Jumlah produksi benih sumber. Namun diantara target yang menurun tersebut terdapat sasaran pada tahun 2015 yang mengalami capaian di atas dari target yang ditetapkan yaitu jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi dari 4 teknologi (100%) yang ditetapkan dihasilkan 7 teknologi (175%) , yaitu: 1) Teknologi pengeringan store drying dapat menghasilkan mutu lebih baik dibandingkan dengan pengeringan cara petani dengan nilai susut bobot lebih rendah (29,24%) pada kadar air 82%; 2) Teknologi penyimpanan bawang merah dengan instore drying mampu meningkatkan mutu (menekan susut bobot pengeringan sebesar 6% dan menjaga mutu TSS bawang merah dan memperpanjang daya simpan dengan menekan susut bobot penyimpanan sebesar 12% dan kerusakan sebesar 5% dibandingkan cara petani; 3) Teknologi Produksi Benih Biji (G0) tanpa naungan pada Varietas Bima Juna menghasilkan bobot biji paling berat dengan bobot per petak 42,00 g dan menggunakan media tanam mulsa 39,89 g, 4) Pengujian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada Varietas Bima Curut menunjukkan bobot kering biji paling berat (24,75 g) dan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) 200 ppm GA3 + 50 ppm NAA memberikan bobot biji kering bawang merah 16,47 g; 5) Jarak tanam legowo 2:1 spesifik lokasi dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 25 x 15 x 40 cm, 6) Jarak tanam legowo 2:1 yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah 25 x 12,5 x 40 cm dan 7) Sistem irigasi berselang spesifik lokasi yang dapat menurunkan emisi GRK (CH4) adalah 3:3 namun tidak berbeda nyata dengan 5:3, sedangkan yang dapat meningkatkan produktivitas padi adalah irigasi berselang 5:3.

Selain diperolehnya keberhasilan capaian target jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut target kinerja salah satu kegiatan BPTP Jawa Barat mengalami capaian yang menurun dari target yang ditetapkan yaitu Jumlah produksi benih sumber dari 353 yang ditetapkan hanya dicapai sekitar 345 ton atau sekitar 97,7%. Penurunan volume produksi benih sumber tersebut karena perbanyakan benih terkendala musim kemarau.

Page 90: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

80

Tabel 57. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian BPTP Jawa Barat, 2014-2015 No. Sasaran Indikator Kinerja Uraian 2014 2015

Target Capaian % Target Capaian % 1 Tersedianya

teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi

teknologi 9 9 100 4 7 175

2 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian kepada pengguna

Jumlah rekomendasi kebijakan

rekomendasi kebijakan 3 2 66,67 2 2 100

3 Terdiseminasinya inovasi teknologi pertanian kepada pengguna

Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna

teknologi 12 12 100 9 9 100

4 Terlaksanannya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan laporan 5 5 100 5 5 100

5 Tersedianya benih sumber untuk mendukung system perbenihan

Jumlah produksi benih sumber Benih padi

ton - - - 223,90 125,32 55,97

Jumlah produksi benih sumber Benih kedelai

ton - - - 128,99 77,92 61.00

6 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi

Jumlah model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri model - - - 3 3 100

Page 91: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

81

No. Sasaran Indikator Kinerja Uraian 2014 2015 Target Capaian % Target Capaian %

7 Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percetakan diseminasi inovasi tek pertanian bulan 12 12 100 12 12 100

Page 92: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

82

IV. AKUNTABILITAS KEUANGAN

4.1. Anggaran dan Realisasi

Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan pengembangan BPTP Jawa Barat pada TA. 2015 didukung oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN. Anggaran Satker berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Anggaran (DIPA) BPTP Jawa Barat TA. 2015 sebesar Rp 42,615,293,000,- Dana tersebut dialokasikan untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Program Kementerian Pertanian. Capaian kinerja keuangan berdasarkan belanja secara kumulatif mencapai 95,09% atau sebesar Rp. 40,512,752,303.

Tabel 58. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja TA. 2015

Kegiatan Pagu anggaran Target Volume Realisasi

Keuangan Kumulatif

% Keuangan

Laporan Pengelolaan Satker 1,399,574,000 9 Laporan 1,381,308,770 98.69 Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang

47,525,000 1 Laporan 46,177,274 97.16

Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Satker

147,602,000 1 Laporan 144,343,853 97.79

Teknologi spesifik lokasi 1,006,100,000 4 Teknologi 1,001,994,502 99.59 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian

151,225,000 2 Rekomendasi 150,537,515 99.55

Pengelolaan Instalasi Pengkajian 116,950,000 1 Unit 114,710,000 98.08 Teknologi yang Terdiseminasi ke Pengguna

1,475,047,000 9 Teknologi 1,445,184,834 97.98

Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional/

18,440,100,000 5 Laporan 17,827,144,483 96.68

Peralatan 882,825,000 61 unit 658,662,495 74.61 Produksi Benih 5,185,588,000 353 ton 5,059,173,959 97.56 Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Spesifik Lokasi

955,356,000 3 model 950,368,394 99.48

Layanan Perkantoran 12,017,651,000 12 bulan layanan 10,970,626,358 91.29 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

39,000,000 7 unit 37,600,000 96.41

Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 319,450,000 45 unit 311,271,700 97.44 Gedung/Bangunan 431,300,000 448 M2 413,648,166 95.91 Total pagu 42,615,293,000 40,512,752,303 95.09

Page 93: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

83

Berdasarkan Jenis Belanja maka realisasi kumulatif masing-masing adalah Belanja pegawai 90,38%, Belanja Barang/Rutin 96,88%, Belanja Barang Non 97,21%, dan Belanja Modal 86,08% dengan total keseluruhan capaian mencapai 95,09%. Tabel 59. Rekapitulasi Jenis Belanja Pagu DIPA TA.2015 Jenis Belanja Pagu Realisasi % Sisa Pagu Pegawai 10,202,851,000 9,221,658,907 90.38 981,192,093 Barang/Rutin 1,814,800,000 1,758,182,656 96.88 56,617,344 Barang Non 28,781,567,000 27,978,843,584 97.21 802,723,416 Modal 1,816,075,000 1,563,282,361 86.08 252,792,639 Jumlah Total 42,615,293,000 40,521,967,508 95.09 2,093,325,492

Gambar 10. Tren Rekapitulasi Jenis Belanja Pagu DIPA TA.2015

Tabel dan Gambar diatas menunjukkan bahwa kinerja BPTP Jawa Barat selama

periode Renstra 2010-2014 dan tahun pertama (2015) dari Renstra 2015-2019 secara umum menunjukkan keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun-tahun tersebut. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Demikian pula halnya untuk kegiatan penyediaan teknologi spesifik lokasi yang target serta realisasinya lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini didukung oleh makin meningkatnya kebutuhan teknologi spesifik lokasi dalam rangka mendukung kebutuhan pembangunan di daerah. Selain itu, kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu, intensifnya kegiatan pertemuan Tim Penanggung Jawab Kegiatan untuk memantau capaian pelaksanaan kegiatan, Input substansi teknis dari para narasumber dalam pertemuan yang relevan dengan sifat dan jenis kegiatan,

PEGAWAI BARANG/RUTIN BARANG NON MODAL JUMLAH TOTALPAGU 10.202.851.000 1.814.800.000 28.781.567.000 1.816.075.000 42.615.293.000

REALISASI 9.221.658.907 1.758.182.656 27.978.843.584 1.563.282.361 40.521.967.508

Page 94: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

84

Kesiapan dan kerjasama yang sinergis antara sumberdaya manusia (peneliti, penyuluh, litkayasa, dan tenaga administrasi), dan dukungan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai turut mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan.

Page 95: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

85

Tabel 60. Realisasi SP2D DIPA BPTP Jawa Barat Tahun 215 (Per Bulan) JENIS BELANJA PAGU DIPA Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli

PEGAWAI (51) 10,202,851,000 612,752,546 722,132,027 692,824,926 697,716,417 699,181,781 692,207,338 1,528,923,403 BARANG /RUTIN/OP (52) 1,814,800,000 - - 224,304,780 190,889,166 166,466,158 94,567,425 195,516,163 BARANG NON (52) 28,781,567,000 185,400,000 - 1,259,841,825 1,292,360,629 1,609,892,568 661,699,686 1,547,500,330 MODAL (53) 1,816,075,000 - - - 143,733,200 6,025,000 242,862,500 410,570,000 LAIN-LAIN (58) - - - - - - - -

JUMLAH PAGU DIPA 42,615,293,000 798,152,546 722,132,027 2,176,971,531 2,324,699,412 2,481,565,507 1,691,336,949 3,682,509,896 JENIS BELANJA PAGU DIPA Agustus September Oktober November Desember Jumlah SALDO DIPA %

PEGAWAI (51) 10,202,851,000 704,229,144 691,740,028 724,124,043 688,621,486 767,205,768 9,221,658,907 81,192,093 90.38

BARANG /RUTIN/OP (52) 1,814,800,000 294,965,024 - 159,508,220 155,726,484 276,239,236 1,758,182,656 56,617,344 96.88

BARANG NON (52) 28,781,567,000 1,791,393,410 95,064,100 3,749,480,259 4,158,869,001 11,627,341,776 27,978,843,584 802,723,416 97.21

MODAL (53) 1,816,075,000 76,900,000 424,000,000 - 62,227,495 196,964,166 1,563,282,361 252,792,639 86.08

LAIN-LAIN (58) - - - - - - - -

JUMLAH PAGU DIPA 42,615,293,000 2,867,487,578 1,210,804,128 4,633,112,522 5,065,444,466 12,867,750,946 40,521,967,508 2,093,325,492 95.09

Page 96: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

86

PENUTUP

Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja kegiatan BPTP Jawa Barat Tahun 2015 secara kumulatif telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian indikator kinerja kegiatan pengkajian dan diseminasi BPTP Jawa Barat tahun 2015 yang mencapai 95,09%. Baik indikator masukan (input) hingga keluaran (output), umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya hal tersebut nampak dari realisasi keuangan Satker BPTP Jawa Barat sampai dengan akhir TA. 2015 atas dasar SP2D, mencapai Rp. 40,521,967,508,- (95,09%). Sejalan dengan keberhasilan tersebut, maka segenap pengkaji dan manajemen BPTP Jawa Barat untuk terus bahu-membahu mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan kinerja tersebut sekaligus dapat meningkatkan kinerja bidang-bidang yang masih dianggap rendah dengan tetap mempertimbangkan prinsip-

prinsip penghematan dan efisiensi dalam penyelenggaraan keuangan negara.

Page 97: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2015.pdf · • Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan

87

LAMPIRAN