laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun...

45
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Upload: hanhu

Post on 21-Aug-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT

TAHUN 2014

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

Page 2: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala pemberiannya yang telah memudahkan kami dalam menyelesaikan tugas penyusunan LAKIP BPTP Jawa Barat Tahun 2014. LAKIP ini disusun dengan tujuan sebagai salah satu pertanggung jawaban BPTP Jawa Barat atas penggunaan anggaran negara dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengkajian, diseminasi dan pelaksanaan manajemen.

LAKIP BPTP Jawa Barat Tahun 2014 disusun dengan mengapresiasi format penyusunan LAKIP sebagaimana yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negra dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) No. 53 Tahun 2014 LAKIP BPTP Jawa Barat Tahun 2014 menyajikan profil berikut keunggulan yang dimiliki BPTP Jawa Barat, indikator capaian kinerja dari masing-masing sasaran, keberhasilan serta kendala yang semuanya dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan feedback untuk perbaikan perencanaan pada tahun berikutnya.

Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan secara aktif dalam penyusunan LAKIP ini.

Lembang, Desember 2014 Kepala Balai, Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP. NIP. 19680907 199403 1 002

Page 3: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

Ringkasan LAKIP BPTP Jabar 2014| i

RINGKASAN

• Renstra BPTP Jawa Barat 2010-2014 menetapkan bahwa tujuan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian BPTP Jawa Barat, adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan pendampingan dalam bentuk penyediaan dan pengembangan inovasi teknologi unggul berbasis sumberdaya lokal mendukung program strategis; 2) Menyempurnakan program penelitian, pengkajian dan diseminasi mendukung program strategis; 3) Mendayagunakan sumberdaya dan hasil penelitian, pengkajian, dan diseminasi melalui kerjasama; 4)Memberdayakan kelembagaan petani melalui penyediaan informasi teknologi unggul spesifik lokasi; dan 5) Mengembangkan kelembagaan agribisnis berbasis industrial perdesaan.

• Mengacu pada tujuan sebagaimana tersebut di atas, maka sasaran pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian BPTP Jawa Barat, adalah sebagai berikut:

1) Terdampinginya program strategis (SL-PTT, PSDS, dan pengembangan kawasan hortikultura) dalam bentuk: (a) materi pelatihan, (b) materi diseminasi dalam bentuk juknis dan lembar informasi teknologi pertanian lainnya, (c) fasilitasi teknologi PTT pada tanaman padi inbrida, padi gogo, kedelai, dan kacang tanah; (d) fasilitasi teknologi pengolahan pakan, manajemen pemeliharaan, teknologi reproduksi, pengolahan kompos, dan integrasi tanaman ternak pada program PSDS; dan (e) fasilitasi teknologi pengendalian getah kuning pada pada manggis, teknologi kemasan mangga kering, dan teknologi kumbung untuk jamur merang;

2) Tersusunnya program penelitian, pengkajian dan diseminasi mendukung program strategis sesuai kebutuhan dan tuntutan perubahan lingkungan strategis;

3) Meningkatnya optimalisasi pendayagunaan sumberdaya dan hasil penelitian, pengkajian, dan diseminasi melalui kerjasama;

4) Terwujudnya model pemberdayaan kelembagaan petani melalui penyediaan informasi teknologi unggul spesifik lokasi;

5) Terwujudnya model kelembagaan agribisnis berbasis industrial perdesaan;

Page 4: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

Ringkasan LAKIP BPTP Jabar 2014| ii

6) Terlaksanannya koordinasi yang sinergis dengan stakeholders.

• Hingga saat ini pencapaian tujuan dan sasaran utama tersebut berjalan dengan

baik dengan dukungan kegiatan dengan tenor waktu yang multi years. Pada tujuan satu dicapai melalui kegiatan pendampingan seperti Pendampingan Teknologi mendukung Swasembada Daging Sapi (PSDS), Pendampingan Teknologi Mendukung Kawasan Hortikultura (PKAH), Pendampingan Swasembada Gula Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Tebu Terpadu (P2T3), Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan Pendampingan KATAM SLPTT Di Provinsi Jawa Barat.

• Untuk memperkuat pencapaian tujuan kesatu tersebut telah dikembangkan beberapa model, seperti: 1) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) di Kabupaten Kuningan dan Garut Jawa Barat, 2) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Integrasi Tanaman Jagung - Sapi Potong di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat, 3) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) pada Agroekosistem Lahan Kering di Kabupaten Bandung Jawa Barat.

• Penyempurnaan program penelitian, pengkajian dan diseminasi mendukung program strategis terus dilakukan, seperti tersebut di atas pengembangan program tidak hanya terbatas kepada kegiatan pendampingan saja, namun dikembangkan juga model pengembangan pertanian perdesaan.

• Pendayagunaan sumberdaya dan hasil penelitian, pengkajian, dan diseminasi melalui kerjasama terus dikembangkan. Kerjasama dilakukan dengan Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kerjasama dengan formulator, kerjasama dengan perguruan tinggi dalam penyelenggaran seminar dan Praktek Kerja Lapang mahasiswa.

• Pemberdayaan kelembagaan petani melalui penyediaan informasi teknologi unggul spesifik lokasi terus dilakukan dengan menerbitkan dan menyebarkan informasi teknologi pertanian unggul spesifik lokasi melalui kelompok-kelompok kooperator dan non kooperator. Penyebaran informasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan menyampaikan infromasi tersebut melalui Dinas/Badan lingkup pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota.

Page 5: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

Ringkasan LAKIP BPTP Jabar 2014| iii

• Pengembangan kelembagaan agribisnis berbasis industrial perdesaan juga telah dilakukan melalui beberapa kegiatan pengembangan model pembangunan pertanian perdesaan melalui inovasi (MP3mI).

• Kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan daan sasaran utama adalah terbatasnya SDM peneliti dan penyuluh serta teknisi litkayasa. Keterbatasan tenaga fungsional tersebut akan nampak jelas bilamana dikaitkan rasio antara SDM fungsional BPTP Jawa Barat dengan luasan wilayah binaan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat saat ini terdiri atas 27 Kabupaten/Kota dengan luas wilayah sebesar 3.584.644,92 ha. Jawa Barat memiliki kondisi topografis beragam. Dengan ketinggian 0-25 m dpl hingga ketinggian 500-1000 m dpl. Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar dan

variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk

pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, ternak,ikan, dan hutan). Jawa Barat sebagai produsen 40 (empat puluh)

komoditas agribisnis terbesar di Indonesia, khususnya komoditas padi yang memberikan kontribusi 18% terhadap produksi padi nasional.

• Sementara itu BPTP Jawa Barat mempunyai SDM fungsional yang terbatas dengan jumlah PNS sebanyak 136 orang. Dari 136 orang

tersebut diantaranya sebanyak 60 orang adalah PNS dengan jabatan fungsional peneliti, penyuluh, litkayasa, arsiparis, dan pustakawan.

• Dilihat dari jumlah pejabat fungsional peneliti dan penyuluh BPTP Jawa Barat yang berjumlah 53 orang maka kemampuan BPTP Jawa Barat untuk mendampingi atau mendukung masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Barat hanya bisa dengan menempatkan 2 orang SDM per Kabupaten/Kota. Jumlah tersebut akan semakin berkurang bilamana dikaitkan dengan dinamika kegiatan BPTP Jawa Barat yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lainnya terdapat 22 orang PNS BPTP Jawa Barat pada yang memasuki masa pensiun dan tidak sedikit jumlahnya PNS BPTP Jawa Barat yang memiliki usia 51-55 tahun (22,79%).

Page 6: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

Ringkasan LAKIP BPTP Jabar 2014| iv

• Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan keterbatasan SDM fungsional tersebut adalah meningkatkan akses komunikasi antar pejabat fungsional maupun antar manajemen dan pejabat fungsional.

Page 7: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 1

BAB I PENDAHULAN

1.1. Dasar Hukum Pembentukkan Instansi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat didirikan pada

tanggal 1 April 1994 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 798/Kpts/OT.210/12/94. Pada waktu itu BPTP Jawa Barat disebut dengan nama BPTP Lembang dengan wilayah tugas meliputi Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan perkembangannya Keputusan Menteri Pertanian RI No. 798/Kpts/OT.210/12/94 telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu melalui Peraturan Menteri Pertanian RI No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, namanya berubah menjadi BPTP Jawa Barat dan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 20/Permentan/OT.140/3/2013.

Sejak tahun 1994 telah banyak yang dilakukan BPTP Jawa Barat, dan diantaranya telah banyak pula yang dimanfaatkan oleh stakeholders maupun petani. Namun demikian masih banyak pula masalah sepenuhnya belum tertangani pada periode waktu tersebut dan oleh karenanya diperlukan upaya untuk mengantisipasi masalah tersebut dan masalah yang akan timbul pada lima tahun berikutnya.

BPTP Jawa Barat menyadari bahwa dinamika pembangunan pertanian yang begitu pesat diiringi dengan berbagai permasalahan seperti perubahan iklim yang dinamis, konversi sumber daya lahan pertanian ke non pertanian, pelarian tenaga kerja pertanian kepada lapangan pekerjaan lain, penguasaan lahan pertanian yang semakin sempit serta kurang responnya petani kepada inovasi yang diintroduksikan menuntut BPTP Jawa Barat untuk lebih banyak lagi berupaya menghasilkan rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dibutuhkan oleh petani.

Disamping itu, sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan ujung tombak Kementerian Pertanian di daerah, BPTP Jawa Barat harus lebih berperan dalam menyukseskan visi dan misi Kementerian Pertanian di daerah, tidak hanya melalui rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan namun juga melalui peran kelembagaan yaitu sebagai intermediator kelembagaan lain dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Page 8: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 2

Peran sebagai intermediator kelembagaan diperlukan mengingat adanya peran kelembagaan lain dalam mendukung keberhasilan misi Kedaulatan Pangan. Kelembagaan lain tersebut sudah barang tentu memerlukan rujukan arah dan implementasi dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna. Kondisi inilah yang harus diisi oleh BPTP Jawa Barat untuk menjadikan kelembagaan tersebut menjadi lembaga yang memiliki akselerasi yang sama cepatnya dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

1.2. Struktur Organisasi Instansi

Susunan organisasi BPTP Jawa Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 terdiri atas : (a) Kepala; (b) Subbagian Tata Usaha; (c) Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian; (d) Kelompok Jabatan Fungsional. Namun sesuai dengan kubutuhan kelembagaan internal kelembagaan tersebut dikembangkan dengan menambahkan beberapa struktur yang diperlukan dalam menunjang kinerja Balai. Adapun struktur organisasi BPTP Jawa Barat adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Jawa Barat

Kepala Balai

Sub Bag Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Budidaya Sumberdaya Sosial Ekonomi

MTHP Arsiparis & Pustakawan

Program UPBS

Kebun Percobaan

Laboratorium

Pelayanan Pengkajian

Kerjasama Keuangan

Rumah Tangga & Perlengkapan

Kepegawaian

Seksi Kerjasama & Pelayanan Pengkajian

Page 9: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 3

Kepala BPTP Jawa Barat adalah jabatan struktural eselon III a dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Kepala Subbagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian dengan jabatan struktural eselon IV a.

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan rumah tangga. Sedangkan Seksi Kerja sama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, pemantauan, evaluasi dan laporan serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Jabatan Fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti dan Penyuluh Pertanian mempunyai tugas: (a) melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (b) melakukan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (c) melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh mempunyai tugas: (a) melakukan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; (b) melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional lainnya yang ada di BPTP Jawa Barat adalah Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Keputusan Kepala Balitbangtan No. OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Pembentukan Kelembagaan Internal pada Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkup Balitbangtan, bahwa di lingkup BPTP terdapat kegiatan penelitian dalam bentuk pengkajian dan diseminasi hasil penelitian. Oleh karena itu, kinerja/kebehasilan BPTP Jawa Barat disamping ditentukan oleh peneliti, juga sangat ditentukan oleh penyuluh. Dengan demikian diperlukan adanya kelompok fungsional peneliti dan penyuluh dalam satu wadah berdasarkan bidang kegiatan dan disiplin ilmu yang disebut sebagai Kelompok Pengkaji (Kelji). Kelji BPTP Jawa Barat meliputi : 1) Sumber Daya Pertanian, 2) Budidaya, 3) Sosial

Page 10: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 4

Ekonomi Pertanian (Sosek), dan 4) Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP).

1.3. Tugas dan Fungsi Instansi

BPTP Jawa Barat adalah unit pelaksana teknis di bidang pengkajian dan diseminasi pertanian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian.

BPTP Jawa Barat dipimpin oleh seorang Kepala, yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Jawa Barat menyelenggarakan fungsi : 1. pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan

laporan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

2. pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

3. pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

4. pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan;

5. penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

6. pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan

7. pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP

Page 11: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 5

1.4. Kondisi Geografis dan Demografi Instansi 1.4.1. Kondisi Geografis Sumber Daya Alam Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat memiliki luas sebesar 3.584.644,92 ha, dengan kondisi topografis beragam. Wilayah Provinsi Jawa Barat yang berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut (m dpl) adalah seluas 330.946,92 ha, 312.037,34 ha berada pada ketinggian 25-100 m dpl, 650.086,65 ha berada pada 100-500 meter dpl, 585.348,37 ha berada pada ketinggian 500-1000 m dpl dan 284.022,53 hektar berada pada ketinggian > 1000 m dpl. Secara administratif, pada tahun 2013 Provinsi Jawa Barat terdiri dari 27 kabupaten dan kota, yang terbagi dalam 18 kabupaten dan 9 kota, yaitu : Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu,Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Pangandaran, serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung,Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar.

Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, ternak,ikan, dan hutan). Jawa Barat sebagai produsen 40 (empat puluh) komoditas agribisnis terbesar di Indonesia, khususnya komoditas padi yang memberikan kontribusi 18% terhadap produksi padi nasional. Sektor pertanian juga memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi yaitu rata-rata sebesar 29,65% dari jumlah penduduk bekerja, meskipun presentase penyerapannya cenderung menurun. Namun hubungan antar subsistem pertanian dan sektor lain (linkages) belum sepenuhnya menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan nasional, hal ini tercermin dari pengembangan agroindustri yang belum optimal dalam pengolahan dan pemasarannya. Pengembangan yang bersifat sektoral pada sistem pertanian serta ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang masih dihadapi sektor pertanian. a. Luas Lahan Pertanian

Wilayah Jawa Barat memiliki lahan yang dikelompokan menjadi 2 Kelompok, yaitu Lahan Pertanian dan Lahan Bukan Pertanian. Karakteristik lahan pertanian inilah yang sangat menentukan naik turunnya produksi hasil pertanian dan juga

Page 12: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 6

keragamannya. Lahan pertanian terdiri dari Lahan sawah dan lahan bukan sawah (Tegal, Ladang, Hutan, Perkebunan, Kolam, dll).

Gambar 2. Proporsi lahan Sawah di Jawa Barat

Lahan sawah di Jawa Barat rata-rata seluas 942,912.17 ha, diantara itu

yang terluas lahan sawah dengan irigasi teknis dengan rata-rata 375,477.20 ha (40%). Selain lahan sawah dengan irigasi teknis Jawa Barat memiliki jenis lahan sawah lainnya yang memiliki potensi dan peran yang sama dengan lahan sawah dengan irigasi teknis, yaitu: 1) Irigasi Setengah Teknis; 2) Irigasi Sederhana / Desa; dan 3) Irigasi Bukan P U.

Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa tidak ada perkembangan yang signifikan luasan lahan sawah di Jawa Barat, bahkan pada tahun-tahun tertentu menunjukkan penuruan luasan yaitu pada tahun 2008, 2010 dan 2012. Tabel 1. Jenis dan Luasan Lahan Sawah di Jawa Barat, 2007-2012

Jenis Lahan Sawah 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Irigasi Teknis 378,856 374,850 374,156 371,145 378,379 756,757 Irigasi Setengah Teknis 121,004 128,465 131,674 134,958 133,131 - Irigasi Sederhana / Desa 105,144 108,583 104,077 101,945 101,305 - Irigasi Bukan P U 156,128 149,126 154,488 152,323 148,084 - Tadah Hujan 180,877 174,744 183,691 179,469 177,394 178,270 Lebak 577 33 6 613 613 2,733 Pasang Surut 13 471 246 229 2,311 298 Polder & Lainnya 2,289 2,956 1,576 1,729 1,757 -

Jumlah 944,888 939,228 949,914 942,411 942,974 938,058

Selain lahan sawah Jawa Barat memiliki lahan bukan sawah yang luasannya

pada tahun 2012 mencapai 1 526 834 ha. Proporsi lahan bukan sawah terluas adalah lahan hutan negara yang mencapai 538,417 ha. Luas lahan hutan negara tersebut hampir sama dengan luasan Tegal/Kebun yang mencapai 552,836 ha.

Page 13: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 7

Tabel 2. Keragaan Lahan Bukan Sawah di Jawa Barat, 2007-2011 Jenis Lahan 2007 2008 2009 2010 2011

1. Rumah Bangunan dan Pekarangan 213,314 227,038 370,544 387,360 399,348

2. Tegal/ Kebun 561,693 576,565 563,015 561,150 552,836 3. Ladang/ Huma 304,635 221,749 234,072 226,801 220,815 4. Kolam/Tebat/Empang 76,815 35,363 35,968 29,096 28,945 5. Padang rumput 71,249 31,586 35,844 27,153 27,076 6. sementara tidak diusahakan 62,733 12,487 12,957 8,932 10,566 7. Hutan Rakyat Tanaman

Kayu-kayuan 189,524 246,027 257,963 226,075 239,908 8. Hutan Negara 570,334 582,323 522,444 540,049 538,417 9. Perkebunan 263,127 291,669 313,623 301,591 294,153 10. Lain-lain 132,859 159,306 160,732 155,783 149,852

b. Padi dan Palawija

1) Padi Sawah Di Indonesia, padi diusahakan oleh sekitar 18 juta petani dan menyumbang

66% terhadap produk domestik bruto (PDB) tanaman pangan. Selain itu, usahatani padi telah memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah tangga dengan sumbangan pendapatan 25-35%. Oleh sebab itu, beras tetap menjadi komoditas strategis dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, sehingga menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan.

Berdasarkan angka tetap BPS tahun 2007 produksi padi Jawa Barat sebesar 9,9 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Tingkat konsumsi sebesar 105,65 kg beras per kapita per tahun dan jumlah penduduk Jawa Barat sebesar 41.670.282 jiwa, maka jumlah kebutuhan beras sebesar 4.402.465 kg, berarti pada tahun 2007 Jawa Barat surplus beras sebesar 1.854.335 kg dikurangi 772.000 kg (perdagangan keluar Jawa Barat 700.000 kg per tahun dan untuk kebutuhan benih serta industri makanan 72.000 kg) dan surplus tinggal 1.082.335 kg (Diperta Prov. Jawa Barat, 2013).

Di Jawa Barat padi sawah dibudidayakan di seluruh Kabupaten/Kota dengan rata-rata luas panen per tahun mencapai 1,812,674.80 ha, dan sekitar 29,590.80 ha panen padi sawah berada di wilayah Kota. Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Karawang merupakan 2 sentra produksi produksi padi sawah dengan masing-masing luas panen rata-rata per tahun yaitu mencapai 208,535.40 ha dan 182,807.40 ha.

Perkembangan padi sawah di Jawa Barat menunjukkan tren yang stagnan, kenaikan dan penuruan produksi dan produktivitas tidak berbeda jauh dalam setiap

Page 14: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 8

periodenya. Pada tahun 2009 produksi padi sawah 10,924,508.00 t dengan produktivitas sebesar 60.78 ku/ha. Pada tahun 2013 produksi jagung 11,538,472.00 t dengan produktivitas sebesar 72.06 ku/ha Berbeda dangan Padi Sawah, jagung mengalami pertumbuhan produksi dan produktivitas yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 produksi jagung 787,599 t dengan produktivitas sebesar 57.61 ku/ha. Pada tahun 2013 produksi jagung 1,101,998 t dengan produktivitas sebesar 72.06 ku/ha.

Salah satu sasaran program peningkatan ketahaan pangan di Jawa Barat adalah meningkatkan produksi padi secara berkelanjutan untuk memantapkan ketahanan pangan regional maupun kontribusinya pada tingkat nasional. Oleh sebab itu, padi tetap menjadi komoditas strategis. Stagnasi pengembangan dan peningkatan produksi padi akan mengancam stabilitas nasional. Walaupun daya saing padi terhadap beberapa komoditas lain cenderung turun, namun upaya pengembangan dan peningkatan produksinya mutlak diperlukan dengan sasaran utama pencapaian swasembada, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan petani.

Tabel 3. Perkembangan Padi Sawah, di Jawa Barat, 2009-2013 Tahun Luas tanam

(ha) Luas Panen

(ha) Produksi

(ton) Produktivitas

(ku/ha) 2009 1,911,839.00 1,825,346.00 10,924,508.00 59.85 2010 2,012,723.00 1,904,974.00 11,271,063.00 59.17 2011 1,921,739.00 1,849,205.00 11,180,652.00 60.46 2012 1,898,813.00 1,792,955.00 10,753,612.00 59.98 2013 1,914,025.00 1,898,455.00 11,538,472.00 60.78

Rata-rata 1,931,827.80 1,854,187.00 11,133,661.40 60.05

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Jabar, 2009-2013

2) Padi Gogo Selain padi sawah di Jawa barat terdapat padi gogo. Komoditas ini yang

banyak diusahakan di lahan tadah hujan. Konsentrasi produksi padi gogo terluas berada di kabupaten Garut (25.502 ha) Sukabumi (18.591 ha) dan Kabupaten Cianjur (18.281 ha). Hal tersebut sangat beralasan sebab lahan tadah hujan di 3 Kabupaten sangat luas.

Page 15: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 9

Tabel 4. Kabupaten/Kota Produsen Padi Gogo Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Luas Panen (ha)

1. Sukabumi 18,591.00 2. Cianjur 18,281.00 3. Bandung 6,771.60 4. Garut 25,502.20 5. Sumedang 7,935.60 6. Purwakarta 4,664.80 7. Bandung Barat 5,555.20 8. Kota Cirebon 46.80 Sumber: 1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2008-2012

3) Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras, disamping itu jagung berperan sebagai pakan ternak bahan baku industri dan rumah tangga.

Beberapa tahun terakhir kebutuhan jagung terus meningkat, hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan untuk pakan ternak. Meningkatnya permintaan jagung untuk pakan ternak karena dipacu oleh perkembangan produksi ayam ras yang akhir-akhir ini tingkat perkembangnya mencapai 10 persen setiap tahunnya. Dari 10 juta ton pipilan kering per tahun kebutuhan jagung, sebanyak 51 % dibutuhkan untuk bahan baku pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan.

Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan.

Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya.

Page 16: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 10

Komoditas jagung merupakan komoditas yang banyak diusahakan pada kabupaten-kabupaten yang disebut sebagai wilayah “Cornbelt Jagung” Jawa Barat, seperti di Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, dan Sumedang. Terdapat 7 Kabupaten dan 1 Kota yang produksi jagungnya melimpah sehingga tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya namun produksinya dapat diekspor ke luar wilayah. Konsentrasi produksi terluas jagung berada di kabupaten Garut (55.574 ha). Kabupaten Garut merupakan penghasil jagung terbesar di Jawa Barat (40% kebutuhan Jawa Barat dipasok oleh Garut). Setiap

tahunnya luas panen jagung di Garut tidak kurang dari 50 ribu ha.

Tabel 5. Kabupaten/Kota Produsen Jagung Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Luas Panen (ha)

1. Bandung 8,871.40 2. Garut 55,574.40 3. Tasikmalaya 8,643.20 4. Kuningan 7,048.00 5. Majalengka 4,411.60 6. Sumedang 12,084.15 7. Purwakarta 9,773.62 8. Kota Depok 116.20 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2008-2012

Pengembangan komoditi jagung dapat dilakukan pada industri hulu dan hilir. Selain itu dengan potensi peternakan di Jawa Barat dimungkinkan untuk menunjang dikembangkannya industri hilir pakan ternak yang lebih maju. Tabel 6. Perkembangan Jagung, di Jawa Barat, 2009-2013

Tahun Luas tanam (ha)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ku/ha)

2009 177,117.00 136,707.00 787,599.00 57.61 2010 191,961.00 153,778.00 923,962.00 60.08 2011 175,286.00 147,152.00 945,104.00 64.23 2012 174,324.00 148,601.00 1,028,653.00 69.22 2013 173,529.00 152,922.00 1,101,998.00 72.06

Rata-rata 178,443.40 147,832.00 957,463.20 64.64 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Jabar, 2009-2013

4) Kedelai Komoditas Palawija lainnya adalah kedelai. Kedelai menunjukkan

pertumbuhan produksi yang menurun dan produktivitas yang stagnan. Pada tahun 2009 produksi kedelai Jawa Barat sebesar 60,257.00 t dengan produktivitas

Page 17: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 11

sebesar 14.42 ku/ha. Pada tahun 2013 produksi kedelai Jawa Barat sebesar 51,172.00 t dengan produktivitas sebesar 14.34 ku/ha.

Kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Komoditas ini kaya protein nabati yang diperlukan untuk meningkatkan gizi masyarakat, aman dikonsumsi, dan harganya murah. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk bahan industri pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco dan snack.

Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan berpeluang pula sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya, panen, pengolahan pascapanen, transportasi, pasar hingga industri pengolahan pangan.

Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi kedelai di Indonesia, walaupun produksi yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi non farm atau petani yang beralih menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti jagung dan sayuran. Daerah yang berpotensi untuk pengembangan kedelai di Jawa Barat adalah Garut, Cianjur, Ciamis, Sukabumi, Indramayu, Tasikmalaya, Sumedang, Kuningan dan Majalengka. Konsentrasi kedelai terluas berada di kabupaten Kuningan (473 ha). Tabel 7. Kabupaten/Kota Produsen Komodutas Kedelai Jawa Barat, 2008-2012

Kabupaten/Kota Rata-rata Luas Panen (ha) 1. Sukabumi 298.64 2. Bandung 315.20 3. Kuningan 473.04 4. Cirebon 456.20 5. Purwakarta 324.20 6. Bandung Barat 76.00 7. Kota Tasik 162.60 8. Kota Banjar 116.20 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2008-2012

Page 18: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 12

Tabel 8. Perkembangan Kedelai, di Jawa Barat, 2009-2013

Tahun Luas tanam (ha)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ku/ha)

2009 49,766.00 41,775.00 60,257.00 14.42 2010 41,325.00 38,166.00 55,823.00 14.63 2011 42,013.00 35,674.00 56,166.00 15.74 2012 33,606.00 30,345.00 47,426.00 15.63 2013 38,109.00 35,680.00 51,172.00 14.34

Rata-rata 40,963.80 36,328.00 54,168.80 14.95 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Jabar, 2009-2013

5) Kacang Tanah Permintaan kacang tanah dalam negeri makin meningkat dari tahun ke

tahun dengan semakin beragamnya produk olahan yang berbahan baku kacang tanah yang dihasilkan oleh industri baik skala rumah tangga maupun industri besar. Kacang tanah memiliki peluang pengembangan agroindustri adanya kecenderungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi konsumsi langsung dan untuk memenuhi pasokan bahan baku industri hilirnya. Produk kacang tanah sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri.

Pada tahun 2009 produksi kacang tanah Jawa Barat sebesar 89,454.00 t dengan produktivitas sebesar 14.55 ku/ha. Pada tahun 2013 produksi kedelai Jawa Barat sebesar 91,573.00 t dengan produktivitas sebesar 16.85 ku/ha.

Tabel 9. Perkembangan Kacang Tanah, di Jawa Barat, 2009-2013

Tahun Luas tanam (ha)

Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ku/ha)

2009 65,763.00 61,498.00 89,454.00 14.55 2010 70,489.00 67,901.00 99,058.00 14.59 2011 47,439.00 48,640.00 73,705.00 15.15 2012 52,840.00 53,569.00 76,574.00 14.29 2013 54,428.00 54,346.00 91,573.00 16.85

Rata-rata 58,191.80 57,190.80 86,072.80 15.09 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Jabar, 2009-2013

c. Hortikultura Jawa Barat memiliki beragam tanaman buah-buahan, seperti Alpukat,

Durian, Jambu Biji, Jeruk, Jeruk Siam, Jeruk Siam, Manggis, Nangka/Cempedak, Nenas, Pepaya, Pisang, Rambutan, Salak, Melinjo, dan Petai. Tanaman buah-buahan tersebut memiliki populasi > 1 juta pohon. Namun demikian jumlah pohon dan produksinya relatif stagnan. Turun naik produksi tanaman buah-buahan pada setiap tahun tidaklah jauh berbeda.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2013), menetapkan beberapa komoditas hortikultura buah-buahan yang merupakan komoditas

Page 19: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 13

unggulan daerah dan Nasional. Komoditas buah-buahan sebagai komoditas unggulan Nasional, yaitu Jeruk, Mangga, Manggis, dan Durian. Komoditas buah-buahan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Jawa Barat.

Diantara tanaman buah-buahan terdapat beberapa komoditas yang memberikan produksi yang cukup besar, yaitu pisang, nanas, rambutan, mangga, alpukat dan salak. Tabel 10. Keragaan Rata-rata Jumlah Tanaman dan Produksi Tanaman Buah-

buahan, Jawa Barat Komoditas Jumlah Tanaman (Pohon) Produksi (ku) Rangking

Produksi 1. Alpukat 2,198,075.20 821,561.20 V 2. Durian 3,087,119.60 682,143.80 IX 3. Jambu Biji 1,986,703.60 618,635.40 X 4. Jeruk 1,724,238.40 290,010.40 XIII 5. Jeruk Siam 1,496,557.40 251,156.40 XIV 6. Mangga 7,739,097.80 3,127,454.00 IV 7. Manggis 1,352,845.40 419,055.40 XII 8. Nangka/Cempedak 1,752,884.80 777,320.80 VIII 9. Nenas 66,689,404.00 3,241,598.60 II 10. Pepaya 1,991,610.80 786,486.80 VII 11. Pisang 49,937,683.80 12,311,387.00 I 12. Salak 24,616,903.80 808,767.80 VI 13. Rambutan 4,450,167.20 1,534,628.00 III 14. Melinjo 2,662,106.20 248,412.20 XV 15. Petai 3,178,056.80 520,231.80 XI Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov. Jabar, 2009-2013

Tabel 11. Komoditas Buah-buahan Unggulan Daerah Provinsi Jawa Barat No. Komoditas Kabupaten/Kota Keterangan

1. Jeruk Garut, Majalengka, Bandung Barat, Sumedang Masuk unggulan Nasional

2. Mangga Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang

Masuk unggulan Nasional

3. Manggis Tasikmalaya, Bogor, Ciamis, Subang, Purwakarta, Sukabumi

Masuk unggulan Nasional

4. Durian Sukabumi, Majalengka, Bogor, Cianjur, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya

Masuk unggulan Nasional

5. Alpukat Garut, Bandung, Ciamis Unggulan daerah 6. Belimbing Kota Depok, Bogor Unggulan daerah 7. Duku Ciamis, Tasikmalaya, Cianjur Unggulan daerah 8. Jambu Biji Cirebon, Kota Bogor, Ciamis Unggulan daerah 9. Jambu Air Karawang, Indramayu, Cianjur, Bekasi,

Majalengka Unggulan daerah

10. Nangka Cianjur, Kuningan, Indramayu, Majalengka, Ciamis

Unggulan daerah

11. Nenas Subang dan Bogor Unggulan daerah 12. Papaya Sukabumi, Karawang, Bogor, Ciamis, Bekasi Unggulan daerah 13. Pisang Sukabumi, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya Masuk unggulan

nasional 14. Rambutan Subang, Purwakarta, Banjar, Ciamis, Bogor,

Sukabumi, Cianjur, Kuningan Unggulan daerah

15. Salak Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan, Bandung Barat

Unggulan daerah

Page 20: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 14

No. Komoditas Kabupaten/Kota Keterangan

1. Jeruk Garut, Majalengka, Bandung Barat, Sumedang Masuk unggulan Nasional

2. Mangga Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang

Masuk unggulan Nasional

3. Manggis Tasikmalaya, Bogor, Ciamis, Subang, Purwakarta, Sukabumi

Masuk unggulan Nasional

4. Durian Sukabumi, Majalengka, Bogor, Cianjur, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya

Masuk unggulan Nasional

5. Alpukat Garut, Bandung, Ciamis Unggulan daerah 6. Belimbing Kota Depok, Bogor Unggulan daerah 7. Duku Ciamis, Tasikmalaya, Cianjur Unggulan daerah 16. Sawo Sumaedang, Ciamis Unggulan daerah 17. Markisa Garut, Ciamis, Sukabumi, Bandung Unggulan daerah 18. Sirsak Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi Unggulan daerah 19. Sukun Indramayu, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan,

Bandung Unggulan daerah

20. Melinjo Majalengka, Kuningan, Subang, Indramayu Unggulan daerah Sumber : Disperta Prov. Jabar (2013)

1) Pisang Pisang merupakan komoditas dengan produksi yang paling besar

dibandingkan dengan komoditas buah-buahan lainnya. Populasi pisang di Jawa Barat selama 3 (tiga) tahun ini tidak mengalami perkembangan bahkan produksinya pun cenderung menglami penuruan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 produksi pisang sebesar 14,156,957.00 kuintal/tahun dan menurun produksinya hingga 10,962,357.00 kuintal/tahun.

2) Nenas Nenas adalah tanaman buah-buahan dengan populasi paling banyak di

Jawa Barat, yaitu sekitar 66,689,404.00 pohon. Dilihat dari perkembangan jumlah populasinya, komoditas ini pertumbuhannya dapat dikatakan stagnan yaitu pada kisaran sebanyak 66,689,404.00 pohon. Kondisi tersebut tidak diikuti perkembangan produksi. Selama periode 2009-1013 produksi nenas cenderung menurun. Pada tahun 2009 produksinya mencapai 4,658,039.00 kuintal dan menurun drastis produksinya menjadi sebesar 950,146.00 kuintal.

3) Manggis Komoditas manggis merupakan komoditas buah eksotik yang dijuluki sebagai

“Queen of the Fruit” karena memiliki warna dan rasa yang unik dibandingkan dengan komoditas buah-buahan lainnya. Berdasarkan data tahun 1991-2005, ekspor manggis Indonesia ke beberapa Negara di dunia cenderung mengalami peningkatan. Ekspor manggis tertinggi terjadi pada tahun 2000 yang mencapai

Page 21: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 15

7,18 ribu ton, sedangkan pada tahun 2002 ekspor manggis mencapai 6,51 ribu ton dengan nilai sebesar US $ 6.958.915 dan pada tahun 2005 mencapai 6,021 ribu ton dengan nilai sebesar US $ 6,385 juta (Kompas Cyber Media, 14 June 2007). Wilayah sentra manggis terbesar ada di kabupaten Purwakarta dan Tasikmalaya. Selanjutnya mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan penting di Jawa Barat, karena memiliki keunggulan baik keunggulan komparatif maupun kompetitif.Permintaan akan komoditas mangga baik dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat sesuai dengan peningkatan pengetahuan, pendidikan, dan pendapatan serta pengaruh globalisasi. Wilayah yang memiliki keunggulan komparatif tertinggi ada di wilayah kabupaten Cirebon dan Indramayu.

Tabel 12. Perkembangan Buah-buahan, di Jawa Barat, 2009-2013 Tahun Jumlah tanaman (Pohon) Produksi (ku)

A. Pisang 2009 48,003,622.00 14,156,957.00 2010 46,932,866.00 10,907,767.00 2011 51,894,057.00 13,601,252.00 2012 51,052,260.00 11,928,602.00 2013 51,805,614.00 10,962,357.00

Rata-rata (A) 49,937,683.80 12,311,387.00 B. Nenas

2009 56,772,755.00 4,658,039.00 2010 73,923,027.00 3,856,406.00 2011 67,659,889.00 4,998,892.00 2012 67,861,472.00 1,744,510.00 2013 67,229,877.00 950,146.00

Rata-rata (B) 66,689,404.00 3,241,598.60 C. Rambutan

2009 4,350,620.00 2,752,402.00 2010 4,446,176.00 833,158.00 2011 4,437,239.00 2,113,654.00 2012 4,511,919.00 1,319,426.00 2013 4,504,882.00 654,500.00

Rata-rata (C) 4,450,167.20 1,534,628.00 D. Mangga

2009 7,444,185.00 3,981,613.00 2010 7,613,234.00 1,371,042.00 201 7,668,569.00 3,571,868.00 2012 7,745,426.00 3,442,046.00 2013 8,224,075.00 3,270,701.00

Rata-rata (D) 7,739,097.80 3,127,454.00 E. Alpukat

2009 2,063,027.00 818,434.00 2010 2,154,236.00 610,947.00 2011 2,230,329.00 964,247.00 2012 2,276,693.00 897,980.00 2013 2,266,091.00 816,198.00

Rata-rata (E) 2,198,075.20 821,561.20 F. Salak

2009 23,377,357.00 1,492,302.00 2010 21,158,113.00 506,377.00 2011 38,780,803.00 685,956.00 2012 20,118,737.00 408,163.00 2013 19,649,509.00 951,041.00

Rata-rata (F) 24,616,903.80 808,767.80

Page 22: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 16

Komoditas sayuran Jawa Barat yang termasuk unggulan daerah/nasional yaitu komoditas bawang merah, cabe ,merah, kentang, kubis dan tomat. Diantara kelima komoditas tersebut yang termasuk komoditas unggulan nasional adalah bawang merah, cabe merah dan kentang dengan masing-masing wilayah pengembangan adalah: bawang merah ada di Kabupaten Cirebon; komoditas cabe merah ada di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis dan komoditas kentang ada di Kabupaten Bandung.

Bawang Merah, kentang dan cabe merah merupakan komoditas yang produksinya sangat dibutuhkan untuk menunjang pemenuhan Nasional. Dalam lima tahun terakhir rata-rata produksi bawang merah di Jawa Barat cenderung menurun serta lebih rendah dibanding dari produksi bawang merah pada tahun 2009, 2010, 20012, dan 2013. Rendahnya rata-rata produksi bawang merah tersebut disebabkan produksi kentang pada tahun 2011 sangat rendah yaitu sebesar 101,275.00 t. Sebaliknya rata-rata produksi kentang lebih tinggi dibanding produksi pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Tingginya rata-rata produksi kentang tersebut disebabkan karena pada tahun 2009 produksi kentang Jawa Barat sangat tinggi yaitu mencapai 323,543.00 t.

Berbeda dengan produksi bawang merah dan kentang, produksi cabe merah sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 terus meningkat. Peningkatan produksi cabe merah tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 250,914.00 t. sedangkan rata-rata produksi cabe merah selama periode tahun 2009-2013 yaitu sebesar 204,728.20 t.

Tabel 13. Perkembangan Sayuran, di Jawa Barat, 2009-2013 Tahun Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton)

A. Bawang Merah

2009 14,969.00 10,837.00 123,587.00

2010 14,106.00 12,168.00 116,397.00 2011 14,860.00 10,009.00 101,275.00 2012 12,857.00 11,438.00 115,896.00 2013 14,366.00 11,257.00 115,586.00

Rata-rata 14,231.60 11,141.80 114,548.20 B. Kentang

2009 12,655.00 15,344.00 323,543.00 2010 12,920.00 13,553.00 275,100.00 2011 13,093.00 11,327.00 220,155.00 2012 14,110.00 13,627.00 261,967.00 2013 14,652.00 13,820.00 258,717.00

Rata-rata 13,486.00 13,534.20 267,896.40 C. Cabe Besar

2009 14,720.00 16,106.00 209,267.00 2010 16,093.00 17,621.00 166,691.00

Page 23: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 17

Tahun Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) 2011 14,906.00 15,850.00 195,385.00 2012 14,828.00 16,043.00 201,384.00 2013 15,592.00 17,903.00 250,914.00

Rata-rata 15,227.80 11,141.80 204,728.20 Potensi pengembangan tanaman sayur unggulan tersebut tersebar di

bebebrapa kabupaten di Jawa Barat, dengan uraian seperti pada Tabel berikut ini. Tabel 14. Wilayah Pengembangan Komoditas Sayuran Unggulan di Jawa Barat No. Komoditas Kabupaten Kecamatan Utama 1. Bawang Merah Majalengka Argapura, Ligung, Kertajati

Cirebon Gebang, Pabedilan, Losari, dan Waled Kuningan Kramat Mulya, Garawangi, Jalaksana, dan

Cidahu Bandung Pangalengan, Pacet, Cimaung dan

Cimenyan 2. Cabai Merah Garut Cikajang, Bayongbong

Bandung Pangalengan, Cimenyan, dan Batujajar Cianjur Campaka, Cikalong Kulon, Cugenang da

Sukanagara Majalengka Ligung, Banjaran, Kertajati, Argapura dan

Lemahsugih Tasikmalaya Cigalontang dan Taraju

3. Kentang Garut Pasirwangi, Cikajang, Cisurupan, samarang dan Bayongbong

Bandung Pangalengan, Kertasari, Cimenyan 4. Kubis Bandung Lembang, Kertasari, dan Pangalengan

Garut Cikajang, Pasirwangi, Bayongbong, dan Samarang

5. Tomat Bandung Pangalengan, Cimenyan, Lembang Garut Cikajang,Cilawu, Bayongbong dan Cigedug Cianjur Takokak, Cugenang dan Cikalong Wetan

Sumber : Disperta Prov. Jabar (2013)

d. Perkebunan

Subsektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain sebagai sumber devisa negara, subsektor perkebunan memberikan kontribusi cukup besar dalam penyediaan lapangan kerja, dan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif (Susila dan Didiek. 2010). Terbukti pada saat terjadi krisis ekonomi, sektor perkebunan relatif stabil dibandingkan dengan subsektor lainnya, yaitu tanaman pangan, peternakan, dan perikanan.

Perkebunan di Jawa Barat terdiri atas Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR). Dilihat dari luasannya maka perkebunan Jawa Barat sebagian besar adalah perkebunan rakyat.

Page 24: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 18

Beberapa komoditas yang dibudidayakan merupakan komoditas prospektif seperti karet, kelapa sawit, teh, tebu, kelapa, kopi, kakao dan tembakau.

Pada PBN tanaman yang paling luas populasinya adalah teh yaitu seluas 22,862.000 ha. sampai dengan 25,653.000 ha. Tanaman teh pada tahun 2008 menghasilkan produksi sekitar 53,571.000 t dan 33,545.000 t pada tahun 2012. Demikian pada PBS tanaman teh adalah tanaman yang paling luas populasinya. Pada tahun 2008 tanaman teh pada PBS mencapai 9,508.000 ha dengan produksi mencapai 30,409.000 ton. Pada tahun 2012 tanaman teh pada PBS mencapai 19,350.000 ha dengan produksi mencapai 33,428.000 t.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki komoditas teh di Indonesia. dengan iklim yang sesuai dengan persyaratan tumbuh komoditas teh dapat tumbuh maksimal. Selain itu, Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki luas areal teh terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 76,4% luas areal perkebunan teh Indonesia berada di Jawa Barat. Walaupun perkembangan teh di Indonesia cenderung menurun Indonesia masih menjadi salah satu negara penghasil teh terbesar di dunia.

Industri teh merupakan industri yang pengembangannya cukup pesat sesuai dengan prospek pasar yang salama ini ada dan terus berkembang, selain itu dengan bermunculannya berbagai produsen teh lokal di Indonesia ikut andil dalam menguatkan industri tersebut.

Pada PR tanaman yang luas populasinya pada tahun 2012 adalah kelapa dalam (125,309.000 ha) Teh (32,199.000 ha), cengkeh (18,016.000 ha), kopi (16,428.000 ha), dan tebu (10,137.000 ha).

1) Kelapa Dalam Perkebunan kelapa selama ini berkembang sebagai perkebunan rakyat

karena sebagian besar dari lahan kelapa yang ada adalah perkebunan rakyat. Perkebunan kelapa rakyat umumnya kondisinya sama yakni luas lahan yang sempit, dan pemeliharaan seadanya atau tidak sama sekali, tidak berada pada skala komersial dan dikelola secara tradisional. Sebagian besar produksi kelapa di Indonesia dipakai untuk memenuhi kebutuhan domestik, sisanya diekspor dalam bentuk kelapa butir dan olahan. Pengolahan hasil produksi kelapa juga masih berupa produk dasar seperti kopra; yang memiliki nilai tambah rendah.

Page 25: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 19

Produk-produk berbasis kelapa yang memiliki prospek diantaranya: coconut milk powder, coconut jam, liquid coconut milk, coco chips, desiccated coconut, coconut pith, coconut vinegar, frozen coconut meat, nata de coco, virgin oil, fresh coconut dan coconut water concentrate. Sementara produk- produk berbasis kelapa lainnya yaitu minyak goreng dan coco chemicals harus bersaing dengan produk yang sama berbasis kelapa sawit dan minyak kedele.

Kelapa Dalam terdapat di 20 Kabupaten/Kota Jawa Barat. Wilayah yang banyak terdapat tanaman Kelapa Dalam yaitu Kota Banjar dengan rata-rata tanaman yang menghasilkan seluas 2.086,854 ha. Disamping itu terdapat 11 Kabupaten/Kota yang memiliki keunggulan dengan produksi yang melimpahyaitu: Bogor, Kota Sukabumi, Kuningan, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Kota Banjar. Rata-rata tanaman kelapa dalam yang menghasilkan terluas yaitu berada di Kabupaten Ciamis (51.749,89 ha), namun demikian konsentrasi terbesar komoditas kelapa dalam yaitu berada di Kota Sukabumi dan Kabupaten Bekasi.

2) Kelapa Hibrida Selain Kelapa Dalam, jenis tanaman kelapa yang diusahakan di Jawa Barat,

yaitu Kelapa Hibrida, namun hanya 5 (lima) Kabupaten yang mengusahakannya, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Majalengka, Sumedang, dan

Tasikmalaya. Tabel 15. Keragaan Tanaman Perkebunan pada PBN, PBS, dan PR di Jawa Barat,

2008

Komoditas

PBN PBS PR Tanaman yang Menghasilkan

(ha) Produksi (ton)

Tanaman yang Menghasilkan

(ha) Produksi (ton)

Tanaman yang Menghasilkan

(ha) Produksi (ton)

Karet 19,404.000 23,687.000 11,508.000 9,065.000 5,510.000 4,493.000 Kelapa Sawit 4,488.000 43,011.000 - - - - Teh 25,653.000 53,571.000 19,508.000 30,409.000 36,950.000 29,911.000 Kina 3,535.000 629.000 95.000 10.000 56.000 36.000 Tebu 11,694.000 54,344.000 - - 11,670.000 57,268.000 Cengkeh - - 1,075.000 212.000 20,612.000 5,201.000 Kakao 1,342.000 513.000 1,822.000 1,150.000 3,316.000 2,041.000 Kelapa Hibrida - - 572.000 800.000 4,677.000 3,416.000 Kopi - - 115.000 109.000 13,221.000 9,732.000 Kelapa dalam - - 485.000 207.000 135,024.000 146,656.000 Aren - - - - 8,233.000 6,384.000 Nilam - - - - 540.000 3,123.000 Tembakau - - - - 8,118.000 6,769.000 Serehwangi - - - - 982.000 283.000 Lada - - - - 1,792.000 816.000 Jumlah 66,116.000 175,755.000 35,180.000 41,962.000 250,701.000 276,129.000 Sumber: BPS, Jawa Barat Dalam Angka 2009

Page 26: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 20

Tabel 16. Keragaan Tanaman Perkebunan pada PBN, PBS, dan PR di Jawa Barat, 2012

Komoditas

PBN PBS PR Tanaman yang Menghasilkan

(ha) Produksi (ton)

Tanaman yang Menghasilkan

(ha) Produksi (ton)

Tanaman yang Menghasilkan

(ha) Produksi (ton)

Karet 14,112.000 15,038.000 13,290.000 12,822.000 5,832.000 5,194.000 Kelapa Sawit 8,150.000 111,855.000 2,264.000 47,996.000 50.000 600.000 Teh 22,862.000 33,545.000 19,350.000 33,428.000 32,199.000 42,341.000 Kina 537.000 484.000 105.000 258.000 69.000 51.000 Tebu 11,939.000 54,007.000 - - 10,137.000 50,772.000 Cengkeh - - 1,067.000 154.000 18,016.000 6,282.000 Kakao - - 2,023.000 1,553.000 3,380.000 1,043.000 Kelapa Hibrida - - 572.000 441.000 4,210.000 3,573.000 Kopi - - 279.000 92.000 16,428.000 15,475.000 Kelapa dalam - - 484.000 131.000 125,309.000 104,278.000 Aren - - - - 2,330.000 75.000 Nilam - - - - 1,286.000 241.000 Tembakau - - - - 10,325.000 9,195.000 Serehwangi - - - - 875.000 3,368.000 Lada - - - - 1,490.000 979.000 Jumlah 57,600.000 214,929.000 39,434.000 96,875.000 231,936.000 243,467.000 Sumber: BPS, Jawa Barat Dalam Angka, 2013

3) Karet

Dari beberapa komoditas perkebunan tersebut karet merupakan salah satu komoditas potensial dan unggulan nasional. Karet berperan penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet, dan pelestarian lingkungan terutama penyerapan CO2 dan penyediaan sumber mata air. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.

Di Jawa Barat Karet diusahakan di 9 Kabupaten, 5 Kabupaten diantaranya memiliki keunggulan komparatif dengan produksi yang melimpah yaitu Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat. Populasi Tanaman yang Menghasilkan terluas di Kabupaten Cianjur (1,494.57 ha), namun demikian konsentrasi terbesar komoditas Karet yaitu berada di Kabupaten Purwakarta.

4) Cengkeh Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada awalnya

merupakan komoditas ekspor posisinya telah berubah menjadi komoditas yang harus diimpor karena pesatnya perkembangan industri rokok kretek. Cengkeh merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup 80% produksi rokok nasional.

Saat ini Indonesia merupakan negara produsen, sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang total produksinya

Page 27: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 21

sekitar 20.000 – 27.000 ton/tahun. Disamping itu ada enam negara sebagai produsen kecil yaitu Comoros, Srilanka, Malaysia, Cina, Grenada, Kenya dan Togo dengan total produksi sekitar 5.000 – 7.000 ton/tahun.

Tabel 17. Kabupaten/Kota Basis Komoditas Cengkeh Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Tanaman yang Menghasilkan (ha)

1. Bogor 700.05 2. Sukabumi 5,633.40 3. Cianjur 1,059.90 4. Majalengka 864.05 5. Kuningan 1,118.91 6. Subang 743.64 7. Purwakarta 940.25 8. Sumedang 1,830.60 9. Garut 1,875.00 10. Bandung Barat 395.39

Sumber: Disbun Prov. Jawa Barat, 2008-2012

Cengkeh adalah komoditas perkebunan yang diusahakan di 17 Kabupaten/Kota, dari jumlah 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat hanya 9 Kabupaten/Kota yang tidak mengusahakan komoditas cengkeh dengan luasan tanaman yang menghasilkan mecapai 19,232.22 ha.

Terdapat 10 Kabupaten di Jawa Barat yang produksi cengkehnya melimpah, yaitu: Bogor, Sukabumi, Cianjur, Majalengka, Kuningan, Subang, Purwakarta, Sumedang, Garut, dan Bandung Sebagian besar komoditas cengkeh terkosentrasi di Kabupaten Sukabumi dengan luas tanaman cengkeh yang menghasilkan sebanyak 5,633.40 ha. Kabupaten lainnya yang memiliki konsentrasi tanaman cengkeh terbesar di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Sumedang, dengan luas tanaman cengkeh yang menghasilkan sebanyak 1,830.60 ha.

5) Kakao Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya

cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.

Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak.

Page 28: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 22

Kakao merupakan komoditas perkebunan di Jawa Barat terdapat di 7 Kabupaten/Kota dengan luasan yang relatif masih sedikit, kecuali di Kabupaten Ciamis. Tiga Kabupaten/Kota yang produksi Kakaonya melimpah yaitu: Karawang, Kota Tasikmalya dan Ciamis. Sebagian besar komoditas Kakao terkosentrasi di Kabupaten Ciamis dengan rata-rata luas tanaman yang menghasilkan seluas 2,020.08 ha. Kabupaten/Kota lainnya seperti di Kabupaten Karawang dan Tasikmalaya luas tanaman Kakao yang menghasilkan seluas 61.40 ha dan 30.02 ha.

Tabel 18. Kabupaten/Kota Basis Kakao di Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Tanaman yang Menghasilkan (ha)

1. Karawang 61.40 2. Kota Tasikmalaya 30.02 3. Ciamis 2,020.08 Sumber: Disbun Prov. Jawa Barat, 2008-2012

e. Peternakan

Besarnya potensi kontribusi sektor pertanian di Jawa Barat terhadap pembangunan ekonomi tidak terlepas dari potensi subsektor peternakan di dalam struktur perekonomian. Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat.

Komoditas peternakan ruminansia penting di Jawa Barat, yaitu Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau, Kuda , Kambing, dan Domba. Diantara ternak tersebut Domba merupakan ternak ruminansia dengan populasi terbanyak. Populasi Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, dan Domba terus berkembang. Sedangkan populasi Kerbau dan Kuda semakin menurun.

Tabel 19. Keragaan Komoditas Ternak Ruminansia di Jawa Barat, 2008-2009. Komoditas Tahun (ekor)

2008 2009 2010 2011 2012 1. Sapi Potong 295,554 310,981 327,750 422,989 429,637

2. Sapi Perah 111,250 117,839 120,475 139,970 136,054

3. Kerbau 145,847 142,502 139,730 130,157 121,854

4. Kuda 13,717 13,757 13,929 14,080 14,418

5. Kambing 1,431,012 1,615,002 1,801,320 2,016,867 2,303,256

6. Domba 5,311,836 5,817,834 6,275,299 7,041,437 8,249,844

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2008-2012

Page 29: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 23

Gambar 2. Perkembangan Populasi Komoditas Ternak

Ruminansia di Jawa Barat, 2008-2009. Sapi adalah jenis ternak yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Beternak

sapi mempunyai beberapa manfaat dan merupakan suatu usaha yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Sapi juga merupakan ternak yang paling berperan dalam memenuhi kebutuhan sumber protein hewani. Manfaat yang secara langsung dapat dirasakan bahwa ternak sapi sangat bermanfaat bagi manusia sebagai sumber protein hewani yang paling besar yaitu sebagai penghasil daging dan sebagai penghasil air susu.

Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global maupun dinamika nasional (Badan Litbang Pertanian, 2007).

1) Sapi Potong Secara nasional populasi sapi potong dari tahun ke tahun terus mengalami

penurunan sebesar 3,1% per tahun. Penurunan populasi ini lebih merisaukan karena terjadi pada wilayah sentra produksi yakni Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Lampung dan Bali. Sedangkan di beberapa daerah Jawa sebagai kawasan yang paling banyak memiliki sapi potong tidak bisa diandalkan lagi karena selain mengalami masalah serupa, di wilayah ini banyak terjadi

Page 30: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 24

pemotongan sapi betina produktif atau ternak muda/kecil. Diperkirakan penurunan ini masih akan terus berlangsung pada tahun-tahun mendatang apabila tidak ada terobosan dalam pembangunan peternakan sapi di Indonesia. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena dapat mengganggu upaya pencapaian ketahanan pangan, penghematan devisa, penyediaan bahan industri, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan petumbuhan ekonomi nasional (Badan Litbang Pertanian, 2007).

Tabel 20. Kabupaten/Kota Basis Sapi Potong Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor)

1. Cianjur 28.779 2. Bandung 21.998 3. Garut 19.054 4. Tasikmalaya 39.413 5. Kuningan 21.451 6. Majalengka 10.342 7. Sumedang 34.650 8. Subang 23.005 9. Purwakarta 16.520 10. Bekasi 20.461 11. Kota Bandung 708 12. Kota Cirebon 292 Sumber: Disnak Prov. Jawa Barat, 2008-2012

Pengembangan agribisnis ternak sapi potong di Jawa Barat dilakukan

diseluruh Kabupaten/Kota dengan dengan rata-rata populasi (2008-2012) mencapai 354,182 ekor (Disnak Prov. Jawa Barat, 2008-2012). Kabupaten yang memiliki populasi terbanyak yaitu Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Cianjur, Bogor, Subang, Bandung, Bekasi, Kuningan, Garut, Purwakarta, Karawang, dan Majalengka. Namun berdasarkan data populasi ternak sapi potong 2008-2012, populasi ternak sapi potong terbanyak terdapat di Kabupaten Tasikmalaya (39,413 ekor). Kabupaten Sumedang merupakan wilayah.

2) Sapi Perah Sapi perah adalah ternak penghasil susu yang dengan proses pasteurisasi

dan sterilisasi maka produk susu tersebut dapat langsung di konsumsi. Permintaan ternak sapi perah tergantung dari permintaan produk susunya itu sendiri. Saat ini menunjukkan bahwa hanya 13,5% susu dalam negeri yang mampu memenuhi permintaan konsumen dan kekurangan susu tersebut dipenuhi dari impor susu luar negeri. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan, maka konsumsi susu pun akan semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa terdapat prospek yang cukup cerah terhadap agribisnis sapi perah.

Page 31: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 25

Peningkatan jumlah populasi ternak sapi perah merupakan solusi yang harus ditempuh bila kebutuhan susu dalam negeri dapat dipenuhi oleh produksi domestik.

Berdasarkan catatan statistik Direktorat Jenderal Peternakan, tidak semua propinsi memiliki sapi perah. Konsentrasi tebesar dari populasi sapi perah terdapat di pulau jawa. Propinsi Jawa Timur mempunyai populasi sapi perah yang terbesar dibanding dengan propinsi lainnya, disusul oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bila dilihat dari data per propinsi, peningkatan produksi susu yang cukup signifikan terjadi di Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kualitas sapi perah yang berada di Jawa Barat lebih baik dibandingkan dengan propinsi lainnya.

Tabel 21. Kabupaten/Kota Basis Sapi Perah di Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor)

1. Bandung 30,636.00 2. Garut 18,837.00 3. Kuningan 5,942.00 4. Sumedang 9,014.00 5. Bandung Barat 34,404.00 6. Kota Bogor 898.00 7. Kota Bandung 911.00 8. Kota Cimahi 519.00 Sumber: Disnak Prov. Jawa Barat, 2008-2012

Populasi ternak sapi perah xdi Jawa Barat banyak terdapat di Kabupaten

Bogor, Sukabumi, Bandung, Garut, Kuningan, Sumedang, dan Bandung Barat, namun populasi terbanyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat (34,404 ekor). Selain Kabupaten Bandung Barat, Garut dan Bandung merupakan Kabupaten dengan konsentrasi sapi perah yang lumayan banyak jumlahnya.

3) Kerbau

Dengan harga sapi impor yang melonjak sangat tinggi, saat ini sebagian usaha penggemukan (feed lotter) mulai mengalihkan usahanya dengan memanfaatkan bakalan dari dalam negeri. Bahkan sebuah usaha feed lotter di Jawa Barat memanfaatkan kerbau lokal sebagai bakalan untuk memasok kebutuhan daging untuk pasar tradisional. Dengan harga daging yang relatif sangat tinggi, sebagian masyarakat kelas menengah bawah saat ini memilih daging kerbau yang harganya lebih terjangkau. Di sisi lainya dengan keberhasilan dalam penanggulangan daging ilegal, yang dibarengi dengan naiknya harga sapi impor telah merubah pola perdagangan sapi dan daging di Indonesia. Kondisi seperti

Page 32: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 26

saat ini telah mendorong para pengusaha penggemukan (feed lotter) untuk menjaring sapi lokal, bahkan kerbau, untuk digemukkan.

Tabel 22. Kabupaten/Kota Basis Kerbau Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor)

1. Bogor 21,283.00 2. Sukabumi 12,197.00 3. Cianjur 11,099.00 4. Garut 11,804.00 5. Tasikmalaya 15,932.00 6. Kuningan 6,259.00 7. Cirebon 4,146.00 8. Majalengka 3,896.00 9. Sumedang 4,390.00 10. Purwakarta 21,133.00

Sumber: Disnak Prov. Jawa Barat, 2008-2012

Kerbau dibudidayakan diseluruh Kabupaten/Kota di Jawa Barat, secara rata-rata populasi ternak kerbau Jawa Barat mencapai 136,020 ekor dan populasi terbanyak terdapat di Kabupaten Bogor dan Puwakarta, masing-masing 21,283

ekor dan 21,133 ekor.

4) Kambing dan Domba Agribisnis komoditas ternak kambing dan domba (kado) di Indonesia

mempunyai prospek yang sangat besar, mengingat dalam 10 tahun mendatang akan ada 5 juta kepala keluarga muslim yang masing-masing kepala keluarga akan menyembelih satu ekor ternak kambing ataupun domba untuk kurban, satu ekor untuk setiap anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki untuk akikah.Disamping itu untuk keperluan ibadah haji di tanah suci akan dibutuhkan 2,5 juta ekor kado untuk keperluan membayar dam ataupun untuk kurban para jemaah haji.

Profil usaha-ternak kado di sektor usaha primer menunjukkan bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan yang relatif baik, masing-masing dengan nilai B/C sebesar 1,17 dan 1,39 untuk usaha pembesaran dan penggemukan. Usaha peternakan kado termasuk salah satu jenis usaha yang harus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Pada saat ini kegiatan ekonomi yang berbasis ternak kado terpusat pada peternakan rakyat di daearah pedesaan dengan motif usaha subsistens. Beberapa ciri dari usaha seperti ini adalah skala usaha kecil, modal kecil, bibit lokal, pengetahuan teknis beternak rendah, usaha bersifat sampingan,

Page 33: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 27

pemanfaatan waktu luang, tenaga kerja keluarga, sebagai tabungan dan pelengkap kegiatan usahatani.

Di Jawa Barat agribisnis Kado terdapat diseluruh Kabupaten/Kota, rata-rata dengan populasi berjumlah 1,832,489 ekor. Populasi ternak kambing dan domba terbanyak di Kabupaten Karawang dengan rata-rata populasi masing-masing mencapai 797,410 ekor dan 1,313,426 ekor.

Tabel 23. Kabupaten/Kota Bais Kado di Jawa Barat, 2008-2012 Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor)

A. Kambing 1. Garut 79,856.00 2. Purwakarta 97,394.00 3. Karawang 797,410.00 4. Bekasi 109,568.00 5. Kota Tasik 2,410.00

B. Domba 1. Garut 728,249.00 2. Cirebon 188,069.00 3. Majalengka 355,105.00 4. Sumedang 145,142.00 5. Purwakarta 859,761.00 6. Karawang 1,313,426.00 7. Bekasi 206,200.00 8. Bandung Barat 330,827.00 9. Kota Bandung 20,884.00 10. Kota Cirebon 5,643.00 11. Kota Cimahi 11,858.00

Sumber: Disnak Prov. Jawa Barat, 2008-2012 Komoditas ternak domba menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Jawa

Barat. Lebih dari 50 persen ternak domba di Jawa Barat berperan sebagai tabungan dan sumber usaha masyarakat. Permintaan terhadap domba di dalam negeri cukup tinggi baik itu untuk konsumsi maupun untuk keperluan Aqikah dan akan menjadi sangat tinggi menjelang hari raya haji. Permintaan di luar negeri pun terus meningkat terutama untuk Negara-negara di Asia, Eropa dan Amerika.

Dibandingkan dengan sapi, babi, kuda dan kerbau sebagai sesama hewan ruminansia, hewan ternak domba lebih dulu memiliki nilai komersial sejak abad 7000 SM. Oleh karenanya tidak heran bila jumlah populasi domba jauh lebih banyak dibandingkan jenis ruminansia lainnya. Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, prosentase kebutuhan daging domba masyarakat Indonesia adalah masih jauh di bawah sub sektor usaha peternakan lainnya seperti ayam/ unggas (56%), sapi (23%) serta babi (13%). Konsumsi daging domba di masyarakat memang masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 5%.

Page 34: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 28

Namun bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 - 3 ekor tiap harinya, pertumbuhan populasi domba adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat. Potensi tersebut belum dihitung kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba. Di mana kebutuhan pasokan daging domba untuk kawasan Timur Tengah sampai saat ini masih dipenuhi oleh Australia dan Selandia Baru.

1.4.2. Kondisi Demografi Jawa Barat

Pada tahun 2012 penduduk di Kabupaten /Kota Jawa Barat yang terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4,9 juta jiwa dan diikuti oleh Kabupaten Bandung 3,3 juta jiwa. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi di tahun lalu. Sedangkan penduduk terkecil berada di kota Banjar yaitu sebanyak 0,18 juta jiwa.

Jumlah rumah tangga pada tahun 2011 di Jawa Barat mencapai 11 761 194 rumah tangga, dengan rata-rata per rumah tangga 4 anggota. Jumlah Rumah tangga tertinggi berada di Kabupaten Bogor, yaitu 1 192 895 rumah tangga, kabupaten Bandung sebesar 842 877 rumah tangga dan ketiga terbesar adalah kota Bandung sebesar 666 856 rumah tangga.

Rata-rata Jumlah Penduduk di Jawa Barat lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan, sehingga Sex rasio rara-rata diatas 100%. Sex rasio tertinggi adalah Kabupaten Cianjur 107,1% disusul oleh Kabupaten Karawang sebesar 106,39%.

Kepadatan Penduduk di Jawa Barat Pada tahun 2012 1.198 orang/km, dengan luas wilayah sebesar 37.116,54 km2. Diantara Kabupaten/kota se Jawa Barat kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota Bandung yaitu sebesar 14.634 orang/km2, disusul oleh Kota Cimahi 13.608 orang/km2 dan terendah di kabupaten Ciamis 569 orang/km2.

Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat tahun 2010 sebesar 4 716,00 ribu jiwa. Adapun penduduk miskin tertinggi berada di kabupaten Bogor yaitu 477,10 ribu jiwa atau 10,12 persen, dan terendah di Kota Banjar sebesar 14,80 ribu jiwa

Page 35: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 29

atau 0,31 persen. Persentase penduduk miskin di Jawa Barat sebesar 10,93%, tertinggi ada di Kota Tasikmalaya yaitu sebesar 20,71%, disusul oleh Kabupaten Cirebon sebesar 16,12%, terendah ada di Kota Depok 2,84%. Garis Kemiskinan di Jawa Barat tahun 2010 sebesar Rp. 230,445 per kapita per bulan, Tertinggi ada di kota Bekasi sebesar Rp. 332 849 per kapita / bulan dan terendah ada di Kota Banjar yaitu Rp. 193 305 per kapita per bulan.

Tabel 24. Penduduk Jawa barat berdasarkan Beberapa Indikator Indikator Jumlah

A. Penduduk (Jiwa) SP 1990 29,415,723 SP 2000 35,723,473 SP 2010 43,053,732

B. Pertumbuhan (%) 1990-2000 1.96 2000-2010 1.90

C. Kepadatan (orang/KM2) 2012 1,198

D. Jenis Kelamin 2012 (jiwa) Laki-laki 2,266,168 Perempuan 21,882,263 Rasio Jenis kelamin 103.58

E. Rumah tangga 1990 6,938,222 2000 9,805,064 2010 11,573,793 2012 11,908,513

Tabel 25. Tenaga Kerja Jawa Barat berdasarkan Beberapa Indikator

Indikator Jumlah A. Angkatan Kerja (Jiwa)

2010 18,893,835 2011 19,356,624 2012 20,150,094

B. Bekerja (Jiwa) 2010 16,942,444 2011 17,454,781 2012 18,321,108

C. Penganggur (Jiwa) 2010 1,951,391 2011 1,901,843 2012 1,828,986

D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 2010 89.67 2011 62.27 2012 63.78

E. Tingkat Pengangguran (%) 2010 10.33 2011 9.83 2012 9.08

1.4.3. Kondisi Geografi dan Sumber Daya Alam BPTP

BPTP Jawa Barat terletak di Jalan Kayuambon No. 80 Lembang. Lembang adalah salah satu Kecamatan di wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat dan merupakan kawasan dataran tinggi yang memiliki potensi hortikultura sayuran dan

Page 36: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 30

peternakan sapi perah dan memiliki potensi produksi dan produktivitas hasil uasahatani yang relatif tinggi. Sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang usaha pertanian, terdiri atas usaha komoditi hortikultura, peternakan, penjual hasil pertanian, dan pengolah hasil pertanian.

Kecamatan Lembang terletak di sebelah utara kota Bandung dengan luas wilayah 10.620.000 ha berada pada ketinggian antara 1.300 hingga 2.084 m dpl. Titik tertingginya ada di puncak Gunung Tangkuban Perahu. Sebagai daerah yang terletak di pegunungan, suhu rata-rata berkisar antara 17-27 0C dengan curah hujan sekitar 100-200 mm/bulan serta rata-rata kelembaban nisbi 84-89%.

1.4.4. Kondisi Demografi BPTP

BPTP Jawa Barat pada tahun 2014 memiliki pegawai sebanyak 136 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah PNS tersebut menurun dari jumlah PNS pada tahun sebelumnya. Menurunnya jumlah PNS tersebut dikarenakan adanya mutasi/alih tugas PNS ke instansi lain baik di lingkup Balitbangtan maupun ke instansi di luar Balitbangtan.

Berdasarkan golongan PNS BPTP Jawa Barat pada tahun 2014 terdiri atas PNS Golongan I sebanyak 8 orang (5.88%), Golongan II sebanyak 25 orang (18.38%), Golongan III sebanyak 79 orang (58.09%), dan Golongan IV sebanyak

24 orang (17.65%).

Tabel 27. Jumlah Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan, 2010-2014

Golongan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Golongan (orang) I 13 11 10 9 8 II 34 34 31 27 25 III 78 81 79 80 79 IV 22 22 21 24 24

Jumlah 147 148 141 140 136 Golongan (%)

I 8.84 7.43 7.09 6.43 5.88 II 23.13 22.97 21.99 19.29 18.38 III 53.06 54.73 56.03 57.14 58.09 IV 14.97 14.86 14.89 17.14 17.65

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Berdasarkan komposisinya PNS BPTP Jawa Barat terdiri atas PNS Golongan I, II, III, dan IV dan diantaranya yang paling banyak adalah PNS golongan III

dengan jumlah 79 orang (58,09%).

Page 37: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 31

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 3. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan, 2010-2014

Berdasarkan pendidikan, PNS BPTP Jawa Barat terdiri atas PNS dengan

pendidikan SD, SLTP, SLTA, D3, S1, S2, dan S3. PNS yang paling banyak adalah PNS dengan pendidikan SLTA yaitu sebanyak 41 orang (31%). Selain itu, PNS yang cukup banyak juga jumlahnya yaitu PNS dengan pendidikan S1 yaitu sebesar 30%. Komposisi tersebut akan terus dikembangkan mengingat kebutuhan pelayanan pengkajian dan diseminasi juga terus berkembang.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 4. Komposisi PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan

S34%

S215%

S130%

D40%

SM1%

D38%

SLTA31%

SLTP3%

SD8%

Page 38: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 32

Tabel 28. Perkembangan PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Pendidikan, 2010-2014 No Pendidikan Akhir Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 1 S3 6 4 5 6 7 2 S2 22 24 23 25 22 3 S1 44 46 45 47 45 4 D4 0 0 1 1 1 5 SM 2 3 1 1 1 6 D3 12 13 13 10 10 7 SLTA 45 44 42 41 41 8 SLTP 4 3 4 3 3 9 SD 11 10 7 7 7

Jumlah 146 147 141 141 137 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Sebagai UPT Balitbangtan di daerah, BPTP Jawa Barat yang memiliki fungsi

di bidang pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, oleh karenanya didalamnya terdapat PNS dengan jabatan fungsional. Hingga saat ini BPTP Jawa Barat memiliki PNS dengan jabatan fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis. Tabel 29. Jabatan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2010-2014

No Nama Fungsional Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

1 Peneliti 27 25 40 32 33 2 Pustakawan 1 1 1 1 2 3 Teknisi Litkayasa 4 4 20 4 4 4 Arsiparis 1 1 - - 1 5 Penyuluh Pertanian 14 17 19 20 20

Jumlah 47 48 80 57 60

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Berdasarkan jenjangnya Jabatan Fungsional Peneliti terdiri atas Peneliti

Utama, Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Pertama, Peneliti Non Klasifikasi. Jumlah antara Fungsional Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Pertama cukup seimbang. Namun demikian jumlah jabatan fungsional peneliti tersebut tidak banyak berkembang sejak tahun 2010.

Page 39: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 33

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 5. Perkembangan Jabatan Fungsional Peneliti BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Jabatan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi BPTP Jawa Barat, adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian. Penyuluh Pertanian BPTP adalah Penyuluh Pertanian Ahli yang berdasarkan jenjangnya meliputi: 1) Penyuluh Pertanian Utama, 2) Penyuluh Pertanian Madya, 3) Penyuluh Pertanian Muda, 4) Penyuluh Pertanian Pertama, dan 5) Penyuluh Non Klas.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 6. Perkembangan Jabatan Fungsional Penyuluh BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Dari sejumlah jabatan fungsional penyuluh pertanian tersebut, PNS dengan

Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Madya adalah yang terbanyak yaitu berjumlah 10 orang. Jumlah jabatan fungsional penyuluh pertanian tersebut tidak banyak berkembang sejak tahun 2010-2014.

Page 40: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 34

Berdasarkan kelompok umur, PNS BPTP Jawa Barat merupakan PNS pada kelompok umur > 26 tahun s/d > 60 tahun. Jumlah pegawai yang memasuki masa pensiun sebesar 22 orang (16,18%) dan juga tidak sedikit jumlahnya PNS BPTP Jawa Barat yang memiliki usia 51-55 tahun (22,79%). Kondisi tersebut perlu diperhitungkan mengingat rekrutmen CPNS/PNS pada saat ini ditetapkan dengan status zero growth atau tanpa rekrutmen.

Tabel 30. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2010-2014

Kelompok Umur Tahun Tahun 2010 2014 2010 2014

≤ 20 0 0 - - 21-25 5 0 3.40 - 26-30 11 6 7.48 4.41 31-35 20 16 13.61 11.76 36-40 18 16 12.24 11.76 41-45 22 23 14.97 16.91 46-50 32 21 21.77 15.44 51-55 35 31 23.81 22.79 56-60 4 22 2.72 16.18 > 60 0 1 - 0.74

Jumlah 147 136 100.00 100.00 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 7. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2014

1.4.5. Keunggulan BPTP a. Prarasarana dan Sarana BPTP

Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat terdiri atas Bangun Gedung (Kantor, Laboratorium, Workshop, Gudang, UPBS) Kendaraan (Roda 4 dan Roda 2),

≤ 20 th(0%)

21-25 th(0%)

26-30 th(4%) 31-35 th

(12%)

36-40 th(12%)

41-45 th(17%)

46-50 th(15%)

51-55 th(23%)

56-60 th(16%)

> 60 th(1%)

Page 41: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 35

dan alat dan peralatan (Kantor, Laboratorium, Workshop, Gudang, dan UPBS). Selain terletak di Kantor Lembang, Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat terletak di Kebun Cipaku.

Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang terdiri atas: a) Bangunan Kantor, b) Mess, c) Perumahan Karyawa, d) Guest House, e) Laboratorium, f) Aula, g) Lantai Jemur, h) Kandang Ternak, i) Laboratorium Multimedia, j) Work Shop, k) Gudang, dan l) Kendaraan Dinas.

Tabel 31. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang, 2009-2014 No Sarana Dan Prasarana Tahun Keberadaan Keterangan 2009 2014 1 Bangunan Kantor (Ha) 3 3 - 2 Mess (Unit) 2 2 - 3 Perumahan Karyawan (Unit) 14 14 - 4 Guest House (Unit) 1 1 - 6 Laboratorium (Unit) 4 4 - 7 Aula (Unit) 1 1 - 8 Lantai Jemur (M2) 135 135 - 9 Kandang Ternak (Unit) - 1 Kandang koleksi 10 Laboratorium Multimedia (Unit) - 1 - 11 Work Shop (Unit) 1 1 - 12 Gudang (Unit) 1 1 - 13 Kendaraan

a. Mobil/roda 4 (unit) 5 10 *) 3 unit dlm kondisi kurang layak pakai

b. Motor/roda 2 (unit) 33 40 c. Pick Up (unit) - 1 Alat angkut bahan pengkajian

lapang d. Mini bus (unit) - 3 Jemputan karyawan e. Mobil diseminasi - 1 f. Meja kerja 115 153 - g. Lemari Data 30 80 - h. Peralatan Laboratorium (unit) 4 8 - i. Digitiser/Ploter 1 1 -

Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Kebun Cipaku meliputi: a) Bangunan Kantor, b) Rumah Dinas, c) Gudang, d) Kebun Koleksi Plasma Nutfah, dan e) Alat dan peralatan. Prarasarana dan Sarana Kebun Cipaku terus dikembangkan dari tahun ke tahun mengingat fungsi Kebun Cipaku sebagai kebun plasma nutfah yang memerlukan dukungan prarasarana dan sarana yang memadai,

agar fungsi Kebun Cipaku dapat berjalan secara maksimal.

Page 42: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 36

Tabel 32. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Kebun Cipaku, 2009-2014

No Sarana dan Prasarana Tahun Keberadaan Keterangan 2009 2014 1 Bangunan Kantor 1 unit 1 unit Rehabilitasi 2 Rumah Dinas - - - 3 Gudang 1 unit 1 unit - 4 Kebun Koleksi Plasma Nutfah 2,5 ha 2,5 ha - 6 Hand Tractor 2 unit 2 unit - 7 Jet Sprayer 2 unit 4 unit - 8 Mesin potong rumput 3 unit 1 unit - 9 Lemari Data - - - 10 Komputer 1 unit 1 unit -

Tabel 33. Prarasarana dan Sarana UPBS BPTP Jawa Barat di Lembang, 2009-2014

No Sarana Prasarana Spesifikasi Volume Kondisi

1 Gudang Penyimpanan Benih 2 Lantai Jemur 3 Ruang kantor UPBS 4 Sealer Kecil 5 Vacum sealer 6 Rak penyimpanan benih Rangka kayu 7 Separator benih Rangka besi 8 Lemari benih 50 x 200 x 200 9

Dehumidifier

Elektrik 1 Ph, 220 V Kapasitas Dehidrasi: 5,6 liter/jam pada temp. 30oC, 80% Air Flow Rate 23 mm3/min

10 Air Conditioner (AC) 2 unit 1 unit rusak

11 Pengering (Dryer) 1 unit 12 Trolley Roda 4, kapasitas 100 kg 1 unit 13 Mechanical Seed Divider 1 unit 14 Meja Kerja Kemurnian Benih 1 unit 15 Mesin Jahit Karung 2 unit 1 rusak 16 Hand Pallet Truck 1 unit 17 Timbangan elektrik 5 kg 1 unit 18 Timbangan elektrik 10 kg 1 unit 19 Timbangan elektrik 100 kg 2 unit

20

Air Screen Cleaner

Dimensi: 1445 x 1130 x 2165 (LxWxH) mm 1 unit Kapasitas : 300-400 kg/jam Motor untuk blower: 1 HP, 3 Phase, 2800 rpm Operasi voltage: 220 V/AC, 50 Hz

21

Rice Milling Unit Mini

Dimensi: 64 cm x 39 cm x 107 cm Kapasitas: 10 kg/jam, Daya 1500 watt, 220 V Kecepatan 1600 rpm Berat : 66 kg

22

Seed Blower

Kapasitas: 1.000 kg/jam 1 unit Daya 90 W, 220 V, Berat 18 Kg

23 Seed Blower Manual 1 unit

Page 43: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 37

b. UPBS Peran BPTP Jawa Barat dalam perbanyakan benih sumber dan benih sebar

hasil penelitian Balitbangtan dilakukan melalui Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS). Produksi benih sumber dan benih sebar padi meliputi benih sumber dan benih sebar padi spesifik lokasi. c. KP Cipaku

Selain unit-unit kerja tersebut di atas, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/2006 sebagaimana telah diubah Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 48/Permentan/OT.140/6/2007, BPTP Jawa Barat mempunyai satu Kebun Percobaan (KP) terletak di Cipaku, Bogor yang dikoordinir oleh seorang Kepala Kebun. Kebun tersebut berisi koleksi plasma nutfah

jenis unggul dan langka serta klon/type hasil perakitan Balai Penelitian komoditas.

Sampai di Kebun Percobaan Cipaku terdapat 926 tanaman terdiri dari 48

komoditas dan 197 kultivar. Dari koleksi tanaman buah-buahan yang ada di Kebun

Percobaan Cipaku 375 pohon ditetapkan menjadi pohon induk (disertifikasi) terdiri

94 pohon durian 12 kulvivar, 16 pohon rambutan 5 kultivar, 24 pohon belimbing 3

kultivar, 6 pohon manggis 1 kultivar, 12 pohon nangka 1 kultivar ,2 7 pohon jambu

air 2 kultivar, 12 pohon sirsak 1 kultivar, 13 pohon jambu bol 1 kultivar, 37 pohon

Alpukat 2 kultivar, 4 pohon Lengkeng 1 kultivar, 30 pohon Mangga 5 kultivar, 15

pohon Jambu biji 1 kultivar, 75 rumpun pisang 1 kultivar, 10 pohon srikaya 1

kultivar.

Benih yang dihasilkan dari Kebun Percobaan Cipaku (bersertifikat) telah

menyebar ke berbagai wilayah untuk petani dan penangkar, misalnya BBI Pasir

Banteng (Sumedang), Bogor, Jakarta bahkan pengiriman ke Papua.

d. Teknologi Rekomendasi Selama periode 2010-2014 BPTP Jawa Barat telah menghasilkan teknologi

pertanian unggulan spesifik lokasi tanaman pangan, hortikultura, dan ternak. Teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi tanaman pangan dan hortikultura telah mengakomodasi upaya diversifikasi pangan melalui produk olahan sebagai upaya pengembangan ketahanan pangan di masyarakat. Dukungan kepada ketahanan pangan diberikan pula dengan perakitan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi perbenihan/perbibitan.

Page 44: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 38

Tabel 34. Teknologi Rekomendasi Sepsifik Lokasi BPTP Jawa Barat, 2010-2014.

TAHUN TEKNOLOGI

2010

a. Stimulasi hormon dan pemberian pakan lokal pada sapi berpotensi kembar

b. Diversifikasi produk olahan tepung pisang menjadi makanan bayi, biskuit rasa pisang, aneka snack dan bakery

c. Sistem penyediaan kebutuhan benih unggul bermutu (kentang, mangga, manggis)

d. Informasi Uji multilokasi galur harapan padi sawah, jagung, dan kedelai di Jawa Barat

e. IP Padi 400 pada lahan sawah irigasi teknis dengan pendekatan PTT

f. Sistem penyediaan kebutuhan benih unggul bermutu (padi, jagung, kedelai) yang lebih murah secara berkelanjutan untuk mendukung program strategis peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai di Jawa Barat

g. Percepatan adopsi varietas unggul baru (VUB) padi sebagai pengganti IR-64 di Jawa Barat

2011

a. Pemanfaatan dan Peningkatan Produksi Anak Sapi yang Dilahirkan Kembar Untuk Memperbaiki Berat Badan dan Peluang Beranak Kembar

b. Irigasi Tetes Spesifik Lokasi Untuk Meningkatkan Kualitas Manggis

c. Pengolahan Pakan Asal Limbah Pertanian Untuk Penggemukan Sapi Potong

d. Integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi potong untuk meningkatkan pendapatan petani pada lahan marginal di Jawa Barat

e. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit (BIS) Untuk Meningkatkan Produksi Susu Sapi Perah di Jawa Barat

f. Mikroba probiotik lokal dalam upaya peningkatan produktivitas lahan sawah teknis

g. Pola Pendampingan Inovasi pada Program Strategis Kementerian Pertanian di Provinsi Jawa Barat

h. Pola dan Faktor penentu Distribusi Penerapan Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi di Provinsi Jawa Barat

i. Kelembagaan Formal dan Informal dalam Pengembangan Inovasi Spesifik Lokasi untuk Mendukung Pembangunan di Provinsi Jawa Barat

j. Sistem Pemasyarakatan Alsintan mendukung Pengembangan Agribisnis di Provinsi Jawa Barat

k. Sistem Pemasyarakatan Teknologi Pascapanen UMKM Mendukung pengembangan Agribisnis di Provinsi Jawa Barat

l. Manajemen Pemeliharaan pada Usaha Peternakan Sapi Perah di Wilayah Pengembangan Baru di Jawa Barat

Page 45: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPTP JAWA BARAT TAHUN …jabar.litbang.pertanian.go.id/images/LAKIP/LAKIP-2014.pdf · laporan akuntabilitas kinerja bptp jawa barat tahun 2014 balai

LAKIP BPTP Jabar 2014 | 39

TAHUN TEKNOLOGI

2012

a. Teknologi pelapukan jerami padi dengan mikroba probiotik lokal : Agri Simba dan Agri Super

b. Teknologi Bungkil inti sawit dengan subsitusi pemberian sebanyak 30% dalam konsentrat sapi perah

c. Teknologi (Bioplus) mempercepat dan memperpendek sklus estrus pasa kelahiran

d. Sistem Usahatani di Lahan Kering di Jawa Barat e. Teknologi pengendalian OPT padi yang ramah lingkungan

dengan perangkap lampu (light traps). f. Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk

Peningkatan Produksi Padi 2013

a. Sistem Usahatani di Lahan Kering di Jawa Barat b. Teknologi pakan lokal untuk mempercepat dan

memperpendek sklus estrus pasa kelahiran c. Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk

Peningkatan Produksi Padi d. Pengembangan pangan alternatif untuk diversifikasi pangan e. Diversifikasi olahan t epung casava dan tepung ganyong f. Sistem usahatani integrasi tanaman sorgum dan ternak sapi

potong pada lahan suboptimal 2014

a. Teknologi sinkronisasi estrus pada Sapi potong b. Teknologi Complete Feed berbahan baku lokal pada Sapi

Potong c. Teknologi produksi tepung kasava dan tepung ganyong d. Teknologi peningkatan skala produksi tepung kasava dan

tepung ganyong e. Teknologi pengendalian OPT dengan biorasional f. Teknologi pengelolaan sumberdaya air berbasis energi surya

untuk tanaman padi pada MK-2 di lahan sawah berpengairan pedesaan spesifik lokas

g. Teknologi irigasi yang efisien untuk perluasan areal tanam padi pada MK-2 di lahan sawah berpengairan pedesaan spesifik lokasi

h. Teknologi pemanfaatan jerami yang dapat meningkatkan produktivitas padi dan Rendah emisi CH4 dan N2O

i. PTT Spesifik dan Konservasi Vegetatif