laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah …kesjaor.kemkes.go.id/documents/lakip...

60
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2017 DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN 2017

Upload: others

Post on 12-Feb-2020

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORANAKUNTABILITASKINERJAINSTANSIPEMERINTAH(LAKIP)

DIREKTORATKESEHATANKERJADANOLAHRAGATAHUN2017

DIREKTORATKESEHATANKERJADANOLAHRAGADIREKTORATJENDERALKESEHATANMASYARAKAT

KEMENTERIANKESEHATAN2017

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2017 disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan No 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan serta peraturan-peraturan terkait lainnya. Laporan Akuntabilitas merupakan kewajiban unit Esselon II untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dengan melaporkan kegiatan dan pencapaian program kepada pimpinan dalam rangka penialaian kinerjanya.

Laporan ini menggambarkan Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam rangka mencapai sasaran Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 khususnya kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga.

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tidak terlepas dari hasil kerja keras dan kerja cerdas seluruh pegawai, unit-unit lintas program dan lintas sektor terkait. Ucapan terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang telah mendukung seluruh kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2017. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat memberikan informasi, evaluasi, dan masukan bagi pengembangan perencanaan masa yang akan datang.

Jakarta, Januari 2018

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olaharaga melaksanakan tupoksi melalui kegiatan pembinaan upaya kesehatan kerja dan dan olahraga dalam mendukung program kesehatan masyarakat dan program-program di Kementerian Kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut telah ditetapkan indikator yang harus dicapai dalam 5 tahun yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015 – 2019. Upaya pencapaian indikator tersebut dijabarkan dalam indikator kegiatan/ouput yag tertuang dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Indikator kinerja (Renstra) yang harus dicapai adalah : 1. persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar ; 2. jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI ; 3. persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar, dan ; 4. persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok

masyarakat di wilayah kerjanya.

Indikator Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang harus dicapai adalah : 1. Jumlah Pos UKK yang terbentuk di wilayah Puskesmas ; 2. Persentase jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani dan ; 3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD 4. Jumlah Perusahaan/tempat kerja melaksanakan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat

Produktif (GP2SP). 5. Jumlah Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKi yang Memenuhi Standar Pencapaian indikator kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2017 yaitu : 1. 62,56% Puskesmas menyelenggarakan kesehatan kerja dasar dari 60% yang telah

ditetapkan ; 2. Jumlah Pok UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI sebanyak 482 Pos UKK dari target

480 Pos UKK ; 3. Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar sebanyak 103

(100%) sarana kesehatan dari target sebanyak 103 (100%) sarana kesehatan ; dan 4. 49,86% Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya dari

target 40% Puskesmas. 5. 1038 Pos UKK yang terbentuk di wilayah Kerja Puskesmas dari 1020 yang ditergetkan; 6. 77,78% Puskesmas melaksanakan Kesehatan Olahraga bagi anak SD dari 75% yang

ditergetkan; 7. 48,66% Jamaah haji yang dilaksanakan pengukuran kebugaran dari 30% yang telah

ditetapkan; 8. 103 Sarkes TKI (100%) yang melaksanakan pemeriksaan sesuai standar; dan 9. 401 Perusahaan Melaksanakan GP2SP dari 486 yang telah ditargetkan.; Capaian tersebut diperoleh dari hasil kegiatan di pusat yang menunjang indikator sesuai target yang ada, sedangkan penambahan capaian diperoleh dari hasil kegiatan di daerah melalui dana dekonsentrasi dan dana APBD. Kegiatan pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga tahun 2017 dibiayai APBN sebesar Rp. 61,9 Milyard yang terdiri atas Rp. 26,8 Milyard di tingkat pusat dan 35,5 M melalui dana Dekonsentrasi. Dengan realisasi mencapai 96,67% untuk kantor pusat dan 89,53% untuk dekonsentrasi. Hasil kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2017 dapat dikategorikan baik dikarenakan capaian indikator yang tercapai seluruhnya realisasi anggaran juga mencapai 96,67%. Hal ini tidak terlepas dari adanya dukungan segenap sumber daya dan semua pihak terkait.

iii

Untuk meningkatkan kualitas pencapaian pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga pada tahun 2018-2019 diperlukan upaya : 1. Peningkatan kapasitas SDM 2. Pembinaan teknis untuk perbaikan perencanaan untuk pelaksanaan yang efektif dan

efisien

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Maksud dan Tujuan 3

C. Tugas Pokok dan Fungsi 3

D. Sistematika 4

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja 6

B. Perjanjian Kinerja 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi 10

B. Rencana Tindak Lanjut 44

C. Realisasi Anggaran 45

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 47

B. Saran 48

LAMPIRAN 1 Rencana Kinerja Tahunan Formulir RKT

2 Pengukuran Kinerja Formulir PK

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Undang-Undang nomor 36/2009 tentang Kesehatan pada Bab XII

mengenai Kesehatan Kerja Pasal 164-166 menyebutkan bahwa upaya

kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan

terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan

oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja dimaksud meliputi pekerja di sektor

formal dan informal, berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di

lingkungan tempat kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara

nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik

Indonesia.

Pada Bab VI Undang-Undang nomor 36/2009 tentang Kesehatan bagian

Sembilan pasal 80 dan 81 dinyatakan bahwa upaya kesehatan olahraga

ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.

Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai

upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi

olahraga. Upaya kesehatan olahraga melalui aktivitas fisik, latihan fisik, dan

olahraga lebih mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa

mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif diselenggarakan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga mendukung dalam pencapaian target

SDGs karena 50% penduduk Indonesia adalah pekerja pada usia produktif.

Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga mendukung pekerja sehat, bugar dan

produktif, sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Hal ini akan

berdampak pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan umur harapan

hidup. Kesehatan Kerja dan Olahraga peduli terhadap pekerja perempuan

mengingat pekerja perempuan yang sehat, bugar dan produktif sehingga

berdampak terhadap peningkatan kualitas kesehatan pekerja perempuan usia

muda, pekerja perempuan yang hamil dan pekerja perempuan yang

mempunyai anak. Peningkatan kesehatan ibu dan anak berdampak terhadap

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

1

menurunnya angka kematian ibu dan anak. Karena penurunan angka

kematian ibu dan anak dipengaruhi oleh keadaan perempuan mulai dari usia

muda sampai setelah memiliki anak. Program kesehatan kerja dan olahraga

mendukung hal tersebut dengan membina puskesmas untuk menjaga pola

hidup sehat dengan berolahraga, membina kebugaran jasmani ibu hamil,

membina program GP2SP sehingga pekerja perempuan mendapat hak

sebagai ibu hamil di tempat kerja dan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu

bekerja.

Gambar 1 Ilustrasi Pentingnya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Agar perencanaan program kesehatan kerja dan olahraga dapat diarahkan

sesuai target maka perlu diketahui besaran masalah kesehatan kerja dan

olahraga yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang

objektif dalam rangka peningkatan kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga. Berdasarkan Sensus Penduduk jumlah penduduk Indonesia

258.060.331 orang terdiri dari jumlah angkatan kerja 122.28 juta (47,5%) dan

jumlah pekerja 114.8 juta (44%) (BPS, 2016).

Pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2017 telah berakhir sehingga perlu

disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat

Kesehatan Kerja dan Olahraga, sebagai bentuk perwujudan

pertanggungjawaban keberhasilan atau kendala pelaksanaan misi,

pencapaian, target dan tujuan yang telah ditetapkan.

Keluarga Sehat, Pekerja Sehat =

Keluarga Bahagia

Keluarga Sakit, Pekerja Sehat = Beban Keluarga

Keluarga Sehat, Pekerja Sakit =

Masalah Keluarga

KeluargaSakit,PekerjaSakit

= Bencana Keluarga

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

2

B. MAKSUD DAN TUJUAN Tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga yang menggambarkan upaya pencapaian indikator Renstra

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dan memberikan informasi sasaran

dalam kurun waktu 1 tahun.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam melaksanakan kegiatan

tugas sehari-hari bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kesehatan

Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian

bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di

bidang kesehatan kerja dan olahraga sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Direktorat

Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai fungsi:

1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan

surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga;

2. penyiapan pelaksanaan kebijakan kesehatan okupasi dan surveilans,

kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga;

3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan

kesehatan olahraga;

4. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan

okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan

olahraga;

5. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang

kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan

kesehatan olahraga;

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

3

6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Susunan Organisasi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsia Nomor 64 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah sebagai

berikut:

1. Subdirektorat Kesehatan Okupasi dan Surveilans

2. Subdirektorat Kapasitas Kerja

3. Subdirektorat Lingkungan Kerja

4. Subdirektorat Kesehatan Olahraga

5. Subbagian Tata Usaha; dan

6. Kelompok Jabatan Fungsional

D. SISTEMATIKA Sistematika penulisan LAKIP Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah

sebagai berikut :

- Kata Pengantar

- Ringkasan Eksekutif

- Daftar Isi

- BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan uraian singkat mengenai latar belakang, maksud dan tujuan

penyusunan LAKIP serta penjelasan umum organisasi termasuk didalamnya

tugas pokok dan fungsi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga.

- BAB II PERENCANAAN KINERJA

Menjelaskan mengenai Rencana Strategis, Rencana Kerja Pemerintah dan

Rencana Penetapan Kinerja. Pada bab ini disampaikan gambaran singkat

sasaran yang ingin dicapai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun

2017.

- BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Menjelaskan pencapaian sasaran kinerja dengan mengungkapkan dan

menyajikan hasil-hasil yang telah dicapai, sebagai pertanggungjawaban kinerja.

Analisis tentang keberhasilan dan kegagalan capaian sasaran kinerja terkait

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

4

dengan sumber daya (tenaga dan biaya) yang digunakan, serta rencana tindak

lanjut sebagai rekomendasi dan solusi untuk masukan program peningkatan

kinerja pada tahun yang akan datang.

- BAB IV PENUTUP

Berisi kesimpulan atas laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Kesehatan Kerja

dan Olahraga sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan tahun 2017.

- LAMPIRAN

Formulir PK : Perjanjian Kinerja

Formulir RKT : Rencana Kinerja Tahunan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

5

A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari sistem

perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

nomor 25 tahun 2004, Rencana Pembangunan Jangka Panjang, dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional, telah ditetapkan oleh Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025

mengarahkan pada prioritas upaya promotif dan preventif, dengan isu strategis

RPJMN 2015-2019 adalah peningkatan status kesehatan ibu, bayi, balita, remaja,

usia produktif dan lanjut usia, peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat, pengembangan JKN, pemenuhan sumber daya manusia kesehatan,

peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang

berkualitas.

Visi Kabinet Indonesia Kerja 2015-2019 adalah Terwujudnya Indonesia yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, dengan

salah satu misi dalam Nawacita adalah mewujudkan kualitas hidup manusia

Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. Dalam Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019 terdapat Program Indonesia Sehat, yaitu Paradigma

Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional

sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia berperilaku sehat, hidup

dalam lingkungan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya bersifat promotif

dan preventif menjadi prioritas Program Indonesia Sehat melalui Gerakan

Masyarakat Sehat (Germas) dan pendekatan keluarga.

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga merupakan salah satu unit kerja yang

berada di bawah Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, oleh karena itu

sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga mengarah kepada tujuan pencapaian Program Kesehatan Masyarakat.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, secara operasional dalam

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

6

dokumen Penetapan Kinerja telah ditetapkan indikator dan target kinerja yang

menjadi ukuran keberhasilan.

Indikator dan target kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga disebut

sebagai Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dalam Rencana Aksi Kegiatan Direktorat

Kesehatan Kerja dan Olahraga yang mencakup tujuan, strategi, sasaran, indikator

kinerja dan masalah yang timbul dalam kurun waktu 1 tahun.

1. Tujuan

Terwujudnya pekerja dan masyarakat sehat, bugar dan produktif.

2. Kebijakan

Kebijakan pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga, yaitu:

a. Membangun pekerja dan masyarakat yang sehat bugar dan produktif

dengan menitikberatkan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan

pendekatan kuratif dan rehabilitatif.

b. Memperkuat kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan masyarakat.

c. Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga secara bertahap,

terpadu dan berkesinambungan.

d. Pengembangan program kesehatan kerja dan olahraga melibatkan LP/LS,

dunia usaha, swasta dan masyarakat.

e. Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga sesuai standar

profesi, standar pelayanan dan standar prosedur Operasional.

3. Strategi

Strategi pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga, mencakup:

a. Kemitraan dan pemberdayaan kesehatan pada kelompok pekerja dan

masyarakat berbasis masyarakat pekerja.

b. Advokasi dan sosialisasi kesehatan kerja dan olahraga.

c. Penguatan layanan kesehatan bagi pekerja dan masyarakat.

d. Penguatan kebijakan dan manajemen kesehatan kerja dan olahraga.

e. Penguatan sistem informasi kesehatan kerja dan olahraga.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

7

4. Sasaran Tercantum di Rencana Strategis (Renstra)

a. Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar memiliki target

60% Puskesmas dari jumlah seluruh Puskesmas pada awal tahun.

b. Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI memiliki target 480 Pos UKK

di wilayah Puskesmas.

c. Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar memiliki

target 100% dari jumlah fasilitas kesehatan TKI yang ditetapkan oleh Dirjen

terkait sebagai fasilitas pemeriksaan CTKI.

d. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada

kelompok masyarakat di wilayah kerjanya memiliki target 40% Puskesmas

dari jumlah seluruh Puskesmas pada awal tahun berjalan.

5. Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, antara lain:

a. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar;

b. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI dan di wilayah

Puskesmas;

c. Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar;

d. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.

B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga telah ditetapkan dalam

dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan

kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target

kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimilki.

Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan antar atasan dan bawahan

menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan

dipertanggungjawabkan sebagai upaya mendukung terwujudnya pelayanan

kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas. Perjanjian penetapan kinerja

sesuai dengan dokumen penetapan kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga tahun 2017 yang telah ditandatangani bersama oleh Direktur Jenderal

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

8

Kesehatan Masyarakat pada 28 Desember 2016. Indikator tersebut adalah sebagai

berikut:

Tabel 1 Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga

Tahun 2017

Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Target

1. Penyusunan Regulasi Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

2. Sosialisasi/Orientasi Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

3. Koordinasi Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

4. Monev/Bimtek/Fasilitasi Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

5. Surveilans Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

6. Dukungan Administrasi Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

7. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga

• Persentase Jamaah Haji yang Diperiksa Kebugaran Jasmani;

• Persentase Puskesmas Melaksanakan Kesehatan olahraga bagi anak SD;

• Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang terbentuk yang terbentuk di wilayah kerja Puskesmas

• Jumlah Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI yang Memenuhi Standar.

• Jumlah Perusahaan/Tempat Kerja Melaksanakan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif

30 %

75%

1020

99

456

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

9

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting dalam pelaksanaan

good governance untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan. Pengukuran

kinerja ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam

pencapaian kinerja organisasi. Pengukuran kinerja berhubungan dengan evaluasi

program seperti audit kinerja, perencanaan strategis dan analisis kebijakan.

Indikator kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga diukur melalui 4

indikator kinerja kegiatan (IKK) kesehatan kerja dan olahraga. Seperti yang

tertera di dalam Renstra Kementerian Kesehatan dan Rencana Kinerja

Pemerintah (RKP), serta dalam dokumen penetapan kinerja sesuai RKT

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2017 yang didukung oleh

segenap sumber daya, baik di pusat maupun daerah. Hal tersebut merupakan

kinerja bersama antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga

Puskesmas. Sampai sejauh ini pengukuran kinerja sebagai dasar penilaian

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program Pusat/Kementerian

Kesehatan RI merupakan data pencapaian kinerja di Provinsi, Kabupaten/Kota

dan/atau Puskesmas.

Pengukuran kinerja kegiatan kesehatan kerja dan olahraga yang mengarah pada

outcome atau dampak belum dilakukan karena diperlukan suatu metode khusus

seperti survei atau penelitian, sehingga perlu mekanisme evaluasi dan pelaporan

yang terintegrasi antara pusat dan daerah, lintas program atau penetapan ulang

terhadap indikator kinerja Kementerian sesuai tupoksi pemerintah tingkat pusat.

Pencapaian indikator Kesehatan Kerja dan Olahraga dihitung berdasarkan

persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar, jumlah

pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI, persentase fasilitas pemeriksaan

kesehatan TKI yang memenuhi standar, dan persentase Puskesmas yang

melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

10

wilayah kerjanya dan indikator RKP seperti yang tertuang dalam Perjanjian

Kinerja (PK) tahun 2017 Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga.

Indikator persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

dan persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya dibuktikan dengan adanya

laporan yang dicapai secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai ke pusat. Dinas

kesehatan provinsi menghitung dan melakukan rekapitulasi data jumlah

Puskesmas melapor kesehatan kerja dan olahraga dari Laporan Tahunan

Provinsi maupun dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kategori capaian

indikator kesehatan kerja dan olahraga adalah kategori baik jika nilai semakin

tinggi. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah Puskesmas yang melaksanakan,

maka dikatakan capaian indikator semakin baik yang tentunya dilakukan dengan

membandingkan antara capaian dengan target yang ada.

Indikator jumlah Pos UKK yang terbentuk di PPI/TPI dan yang terbentuk di

wilayah kerja puskesmas diperoleh melalui laporan dari dinas kesehatan

propinsi/kab/kota mengenai Pos UKK yang telah terbentuk di wilayah kerja

Puskesmas. Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang dari Dinkes Kab/Kota

sampai dengan pusat. Sedangkan untuk dan persentase fasilitas kesehatan TKI

yang memenuhi standar diperolah dari data Direktorat Jenderal Pelayananan

Kesehatan yang melakukan akreditasi terhadap fasilitas kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

berupa pemeriksaan kesehatan pra penempatan sampai dengan pasca

kepulangan.

Indikator Persentase Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani diperoleh

dari laporan propinsi dengan berkoordinasi dengan lintas sector dalam hal ini

Kementerian Agama. Sedangkan untuk indikator persentase Puskesmas yang

melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD diperoleh melalui integrasi

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

11

laporan dengan kegiatan kesehatan keluarga dan laporan puskesmas yang

melaksanakan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya.

Data capaian indikator Renstra 2015-2019 Kesehatan Kerja dan Olahraga

diperoleh dari laporan program yang diperoleh secara berjenjang mulai dari

Puskesmas ke Dinkes Kab/Kota, ke Dinkes Provinsi sampai ke Pusat. Instansi

sebagai sumber data adalah Puskesmas, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi.

Pengumpulan data capaian Renstra kesehatan kerja dan olahraga di pusat

dilakukan per triwulan pada awal April (periode Januari-Maret), Juli (periode April-

Juni), Oktober (periode Juli-September) dan akhir Desember (periode Oktober-

Desember).

1. Indikator Target Indikator kegiatan pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun

2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2015 – 2019 dan Indikator RKP yang tertera dalam Perjanjian Kinerja (PK)

tahun 2017

NO INDIKATOR TARGET 2015 2016 2017 2018 2019

1

Persentase Puskesmas

yang menyelenggarakan

kesehatan kerja dasar 40 50 60 70 80

2

Jumlah pos UKK yang

terbentuk di daerah PPI /

TPI 230 355 480 605 730

3

Persentase fasilitas

pemeriksaan kesehatan

TKI yang memenuhi

standar

100 100 100 100 100

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

12

4

Persentase Puskesmas

yang melaksanakan

kegiatan kesehatan

olahraga pada kelompok

masyarakat di wilayah

kerjanya

20 30

40 50 60

5 Terbentuknya Pos UKK di

Wilayah Kerja Puskesmas - - 1020 1820 2620

6

Persentase Puskesmas

melaksanakan kesehatan

olahraga bagi anak SD - - 75% 75% 75%

7

Persentase Jemaah Haji

yang diperiksa Kebugaran

Jasmani - - 30% 40% 50%

8

Jumlah Fasilitas

Pemeriksaan Kesehatan

TKI yang Memenuhi

Standar

- - 99 99 99

9

Jumlah

Perusahaan/Tempat Kerja

yang melaksanakan

GP2SP

- - 456 608 760

Target indikator tersebut diperjelas dengan definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3 Definisi Operasional Indikator Kinerja Direktorat

Kesehatan Kerja dan Olahraga

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan kerja dasar baik di dalam ruangan maupun diluar ruangan dan atau, memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja di wilayah kerjanya.

Jumlah pos UKK yang Jumlah pos UKK yang dibentuk dan difasilitasi

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

13

INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL terbentuk di daerah PPI / TPI

oleh Puskesmas

Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

Rumah Sakit atau klinik utama yang ditetapkan Menteri Kesehatan dan telah dibina oleh kementerian kesehatan yang dapat menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan calon TKI sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI.

Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

Puskemas yang menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga melalui pembinaan kelompok olahraga dan atau pelayanan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya.

Terbentuknya Pos UKK di Wilayah Kerja Puskesmas

Pos UKK yang dimaksud adalah Pos UKK yang dibentuk oleh Puskesmas pada pekerja sektor Informal di Wilayah Kerja Puskesmas .

Persentase Puskesmas melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD

Puskesmas yang melakukan penjarinagan dini atau pembinaan kebugaran jasmani anak sekolah melalui gerakan peregangan atau bermain pada jam istirahat

Persentase Jemaah Haji yang diperiksa Kebugaran Jasmani

Jemaah haji yang telah mendapatkan nomor urut keberangkatan yang diperiksa kesehatan dan diukur kebugaran jasmani sebelum berangkat ke tanah suci pada tahun berjalan

Jumlah fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

RS atau klinik utama yang ditetapkan keputusan Menteri Kesehatan dan telah dibina oleh Kemenkes dan dapat menyelenggarakan pemeriksaan TKI

Jumlah Perusahaan/Tempat Kerja yang melaksanakan GP2SP

Perusahaan yang telah melaksanakan salah satu (1) kegiatan berikut :

1. Menyediakan ruang ASI 2. Memberikan tablet Fe pada pekerja 3. Memberikan Kesempatan Memerah ASI 4. Pelayanan KB dan Kespro 5. Medikal Check UP

Pengukuran kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2017 dapat

dilihat dari capaian realisasi fisik dan keuangan per indikator kegiatan/output

sesuai dengan dokumen penetapan kinerja yang ditetapkan. Realisasi fisik

diukur pada setiap indikator kegiatan/output yang memiliki target dengan volume

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

14

satuan. Target yang ditetapkan dibandingkan dengan realisasi yang telah

dihasilkan dari setiap kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2017,

termasuk realisasi keuangan. Hasil capaian indikator di atas, sebagai berikut.

Tabel 4.

Indikator dan Realisasi Pencapaian Renstra dan PK Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2017

Sasaran Strategis

Indikator Target Realisasi

Meningkatnya Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

• Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

• Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI

• Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

• Persentase Pusk. yang

melaksanakan kegiatan kes. olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

• Terbentuknya Pos UKK di

Wilayah Kerja Puskesmas • Persentase Puskesmas

melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD

• Persentase Jemaah Haji yang

diperiksa Kebugaran Jasmani

• Jumlah Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI yang Memenuhi Standar

• Jumlah Perusahaan/Tempat

Kerja yang melaksanakan GP2SP

60%

480

100%

40%

1020

75%

30%

99

456

62,56%

482

100%

49,78%

1038

77,78%

48,66% (98,536)

103

401

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

15

2. Sumber Daya Pegawai di lingkungan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga pada akhir

Desember Tahun 2017 berjumlah 65 orang termasuk pegawai non ASN. Dari

jumlah tersebut pegawai dibagi ke dalam berbagai tingkatan umur, jenis kelamin,

pendidikan, status kepegawaian, golongan dan jabatan:

a. Jumlah pegawai berdasarkan tingkatan umur

Jumlah pegawai berdasarkan umur pada kelompok umur di bawah 30 tahun

sebanyak 24 orang (37%), kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 18 orang

(28%), kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 11 orang (17%), dan kelompok

umur diatas 50 tahun sebanyak 12 orang (18%) sebagaimana tergambar pada

grafik di bawah ini :

Grafik 1 Jumlah Pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Berdasarkan

Kelompok Umur Tahun 2017

b. Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin

Pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga terdiri dari 41 orang

perempuan dan 24 orang laki-laki. Berikut ini diagram yang menggambarkan

perbandingan pegawai laki-laki dan perempuan :

24

28

11

12

0 5 10 15 20 25 30

<=30

31-40

41-50

>50

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

16

Grafik 2

Jumlah Pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017

c. Jumlah pegawai berdasarkan Pendidikan

Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan dibagi menjadi 5 kategori yaitu S3

sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 20 orang, S1 sebanyak 38 orang, D3

sebanyak 5 orang dan SMA sebanyak 1 orang.

Grafik 3 Jumlah Pegawai Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Berdasarkan

tingkat pendidikan

d. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan dan Golongan

Jumlah pegawai yang sudah berstatus Golongan IV berjumlah 7 orang dan

yang berstatus Golongan III berjumlah 58 orang.

2. Indikator Renstra dan RKP Kesehatan Kerja dan Olahraga

Sesuai indikator Renstra kesehatan kerja dan olahraga, definisi operasional dan

target capaian hasil seluruh kegiatan kesehatan kerja dan olahraga diperoleh

hasil sebagai berikut:

63%37%

Perempuan Laki-laki

0

20

40

S3 S2 S1 D3 SMA

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

17

a. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

sebesar 62,56% dari seluruh jumlah Puskesmas.

Grafik 4 % Puskesmas menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

Tahun 2015-2017

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui capaian Indikator Persentase

Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar pada tahun

2015 – 2017 menunjukan trend kenaikan di setiap propinsinya. Begitu juga

capaian pada indikator nasional yang menunjukan trend kenaikan pada tahun

2015 – 2017.

Grafik 5 % Puskesmas menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

Tahun 2017 Per propinsi

2015 2016 2017target 40 50 60

capaian 29,71 35,95 62,56

010203040506070

target capaian

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

18

b. Jumlah Pos UKK Terbentuk di Wialayah TPI/PPI

Grafik 6 Jumlah Pos UKK Terbentuk di Wilayah PPI/TPI

Tahun 2015 - 2017

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui capaian Indikator jumlah Pos UKK

yang terbentuk pada pada tahun 2015-2017 menunjukan trend kenaikan di

setiap propinsinya, dengan total capaian nasional Pos UKK PPI/TPI yang

terbentuk di wilayah kerja Puskesmas sebanyak 482 Pos UKK.

c. Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

sebanyak 103 Sarkes (100%).

Gambar 2 Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

19

Pencapaian dalam upaya perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi TKI

antara lain didukung oleh Komite Perlindungan Kesehatan TKI yang memiliki

tugas mengkoordinasikan upaya kesehatan dalam rangka memberi

perlindungan dan penanganan masalah kesehatan bagi TKI mulai dari Pra

Penempatan, Penempatan dan Paska Penempatan. Dalam pemberian

layanan pemeriksaan kesehatan CTKI sesuai standar di fasilitas

pemeriksaan kesehatan CTKI yang merupakan indikator pencapaian kinerja,

Kementerian Kesehatan melalui Ditjen Pelayanan Kesehatan menetapkan

sarana pemeriksa kesehatan CTKI. Dukungan Sarana Kesehatan Pemeriksa

Kesehatan CTKI yang sudah ditetapkan Kementerian Kesehatan di tahun

2017 sebanyak 96 buah, yaitu Rumah Sakit Pemerintah (25 Rumah Sakit di

14 provinsi); Rumah Sakit Swasta (7 Rumah Sakit di 5 provinsi), 64 klinik di

11 Provinsi. Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dalam melakukan

pemeriksaan kesehatan CTKI sesuai standar sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan CTKI sehingga

pencapaian indikator ini sebesar 100%.

Untuk mendukung pencapai indikator ini dan dalam rangka upaya

perlindungan kesehatan TKI dilakukan kegiatan, yaitu pembinaan dan

pengawasan fasilitas pelayanan kesehatan pemeriksa CTKI,

penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan CTKI sesuai standar, pembinaan

dan pemantauan kesehatan di tempat penampungan calon TKI, peningkatan

koordinasi di antara lintas sektor dalam rangka perlindungan TKI, komitmen

kerja sama dengan negara penempatan TKI, dan dukungan terhadap program

desa migran produktif, kantor Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP).

Sedangkan upaya untuk mendorong pencegahan tindak pidana perdagangan

orang dengan modus pengiriman TKI dilakukan, antara lain melalui kegiatan-

kegiatan pada Komite Perlindungan Kesehatan TKI, Sertifikat Laik Kerja CTKI,

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

20

penetapan pola tarif pemeriksaan kesehatan CTKI, pelayanan kesehatan TKI

purna penempatan di KKP, dan juga Program Desmigratif bidang kesehatan.

d. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya sebesar 49.78%.

Grafik 7 Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan

olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya Tahun 2015 – 2017

Capaian Indikator program kesehatan olahraga juga telah mencapai 49.78%

dari target sebesar 40% Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan

olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. Provinsi dengan

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga terbanyak adalah Bangka

Belitung (Babel), Sulawesi Utara (Sulut), dan Gorontalo dengan seluruh

Puskesmas melapor (100%).

2015 2016 2017target 20 30 40

capaian 12,91 24,92 49,78

0102030405060

target capaian

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

21

Grafik 8 Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan

olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya per Propinsi Tahun 2017

e. Jumlah Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja Puskesmas sebanyak 1038

Pos UKK

Grafik 9 Jumlah Pos UKK terbentuk di Wilayah Kerja Puskesmas

Capaian Indikator jumlah pos ukk yang terbentuk mencapai 1038 unit dari

target sebesar 1020 Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja Psukesmas.

1020

1038

1010

1015

1020

1025

1030

1035

1040

Target Capaian

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

22

f. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan Olahraga bagi

anak SD sebesar 77.78

Gambar 2 Persentase Puskesmas menyelenggarakan Kesehatan Olahraga

bagi Anak SD

Capaian Indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan

kesehatan olahraga bagi anak SD sebesar 77,78 % di 34 propinsi dari 75%

yang ditargetkan.

g. Persentase Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani sebanyak

48,66%

Gambar 3 Hasil Pengukuran Kebugaran Jasmani Jamaah Haji

Pengukuran Kebugaran Jemaah Haji 2017

Jumlah Jemaah Haji yang diukur kebugaran jasmani

Jumlah Jemaah Haji

Hasil Pengukuran Kebugaran Jemaah Haji

berdasarkan Kriteria

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

23

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui capaian Indikator persentase

jamaah haji yang diukur kebugarannya sebesar 48,66% dari target yang

telah ditetapkan sebesar 30%.

h. Jumlah fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

sebanyak 103 Faskes

Grafik 10 Target dan capaian indikator fasilitas pemeriksaan TKI

Capaian Indikator jumlah fasilitas pemeriksaan TKI yang memenuhi standar

mencapai 103 faskes (RS/fasyankes) dari 99 yang ditargetkan.

i. Jumlah perusahaan/tempat kerja melaksanakan Gerakan Pekerja

Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) sebanyak 401 Perusahaan

99

103

97

98

99

100

101

102

103

104

Target Capaian

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

24

Gambar 4 Perusahaan yang melaksanakan GP2SP

Capaian Indikator jumlah perusahaan/tempat kerja melaksanakan GP2SP

mencapai 401 perusahaan dari 456 perusahaan yang telah ditargetkan.

3. Pencapaian target indikator kinerja Renstra dan RKP pembinaan Kesehatan

Kerja dan Olahraga di atas dilaksanakan melalui:

a. Penyusunan Norma, Standard, Prosedur, Kriterian (NSPK) Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga menghasilkan Ouput berupa NSPK

yang terdiri dari :

- Draft Racangan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja,

- Draft Permenkes : Pelaut, Medikal Check Up, K3 Fasyankes

- NSPK lainnya berupa : MoU Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan

Produktif (GP2SP), Pedoman, Instrumen, Naskah akademik, Perjanjian

Kerja Sama (PKS) terkait GP2SP, dan Kajian terkait Kesehatan Kerja dan

Olahraga.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

25

Gambar 5 Produk NSPK Kesehatan Kerja dan Olahraga

b. Koordinasi/Sosialisasi Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mengadakan Koordinasi dan

Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan nakes maupun non nakes

bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga. Kegiatan tersebut terdiri dari :

sosialisasi Kesjaor sebanyak 12 kali dan sosialisasi Germas sebanyak 10 kali,

termasuk pemeriksaan pada pengemudi, dan pelaksanaan program kesjaor

lainnya.

Gambar 6 Sosialisasi pembinaan kebugaran jasmani jemaah haji

c. Monitoring/Pembinaan Teknis Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga memiliki kegiatan

Monitoring/Evaluasi di Bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk

memastikan kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga dilaksanakan di

lapangan (Puskesmas). Kegiatan tersebut dilaksanakan di 34 Propinsi,

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

26

diantaranya yaitu : Pelaksanaan GP2SP, Termasuk pelaksanaan pengukuran

kebugaran jasmani terprogram di Kemenkes dan Latihan Fisik Terprogram di

Kementerian Kesehatan yang dilaksanakan setiap hari jumat. Selain itu di

daerah (34 propinsi) dilakukan pengukuran terhadap jamaah haji.

Gambar 7 Hasil Pemeriksaan Kesehatan Pada Pengemudi

d. Pengadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kerja dan Olahraga Dalam rangka pencapaian Indikator Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat

Kesehatan Kerja dan Olahraga mengadakan Sarana dan Prasaran untuk

mendukung hal tersebut yang terdiri dari 4 pengadaan langsung, 14

penunjukan langsung, 5 Lelang (ULP).

Gambar 8 Paket APD Nelayan dan KIT Kebugaran

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

27

e. Pelatihan Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga melakukan kegiatan pelatihan

kesehatan kerja dan olahraga untuk menjalankan salah satu tugas pokoknya

yaitu melaksanakan pembinaan bidang kesehatan kerja dan olahraga.

Kegiatan yang dilakukan yaitu :

- TOT Kesehatan Kerja (2 Ak), sebanyak 66 orang

- TOT Penyakit Akibat Kerja (2 Ak), sebanyak 70 orang

- Diklat Dasar Jabfung (2 Ak), sebanyak 63 orang

- TOT Kesehatan Olahraga (4 Ak), sebanyak 120 orang

- Orientasi Pos UKK (4 Ak), sebanyak 131 orang

- Orientasi Bahan Kimia (1 Ak), sebanyak 60 orang

- Pelatihan Tim Penilai Jabfung (1 Ak). Sebanyak 33 orang

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

28

Gambar 9 Kegiatan Pelatihan Kesehatan Kerja dan Olahraga

f. Dukungan Manajemen Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga memiliki kegiatan Dukungan

Manajemen untuk mendukung operasional kegiatan di Direktorat kesehatan

kerja dan Olahraga guna pencapaian target yang telah ditetapkan. Kegiatan

yang dilakukan yaitu : Honor-honor terkait Satker, Operasional Perkantoran,

dukungan LP/LS, dan Rapat untuk mendukung kegiatan Kesehatan Kerja dan

Olahraga

5. Analisis capaian indikator di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

Sasaran Puskesmas yang melaksanakan Kesehatan Kerja adalah Puskesmas

yang telah mendapatkan peningkatan kapasitas di bidang kesehatan kerja,

pembinaan, dan telah mengimplementasikan program kesehatan kerja.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, diketahui capaian Puskesmas yang

menyelenggarakan kesehatan kerja dasar sudah mencapai target yang telah

ditetapkan 62.56%. Capaian tersebut mengalami peningkatan signifikan dari

tahun 2016 yang hanya mencapai 35,3%. Hal tersebut dikarenakan program

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

29

kesehatan kerja semakin dibutuhkan dan menjadi program yang penting

dikarenakan dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

Sebanyak 62.56% Puskesmas yang telah melaksanakan kegiatan kesehatan

kerja tersebar di 34 provinsi. Puskesmas terbanyak yang menyelenggarakan

Kesehatan Kerja dasar berada pada Provinsi Jawa Timur yaitu 38

Kabupaten/Kota sebanyak 871 Puskesmas. Kegiatan kesehatan kerja yang

dilaksanakan di Puskesmas melalui pendekatan promotif dan preventif yang

strategis. Seperti kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala yang merupakan

rangkaian dari kegiatan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).

Kegiatan Kesehatan Kerja juga turut berperan dalam mendukung pencapaian

indikator program Kesehatan Masyarakat serta pendekatan keluarga sehat,

yaitu keluarga sehat pekerja sehat keluarga bahagia. Faktor pendukung

pelaksanaan kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga di lapangan diantaranya

yaitu dukungan pendanaan bersumber APBN di pusat dan daerah melalui

dana dekonsentrasi setiap tahun dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan

yang difokuskan pada pencapaian indikator Renstra kesehatan kerja dan

olahraga. Kegiatan tersebut antara lain: orientasi kesehatan kerja dan

olahraga, peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Bidang

Kesehatan Kerja, pendampingan dan pembinaan berjenjang ke dinas

kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas sasaran

yang dilaksanakan secara sistematis, berkesinambungan dan terprogram.

Selain itu, juga adanya dukungan dana yang berasal dari APBD di beberapa

provinsi dan kabupaten/kota. Serta sumber lain, seperti dana DAK non

fisik/BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

30

Gambar 10 Kegiatan Pelatihan Kesehatan Kerja dan Olahraga

Dalam rangka menunjang keberhasilan program kesehatan kerja beberapa

hal perlu dikembangkan, antara lain perlunya peningkatan dukungan

pengambil kebijakan di pusat maupun di daerah, pemantapan regulasi di

bidang kesehatan kerja. Pemahaman dan persepsi yang sama terhadap

program kesehatan kerja, peningkatan kompetensi SDM dan sumber daya,

peningkatan pemberdayaan masyarakat, peningkatan kerja sama lintas

program dan lintas sektor, pelayanan kesehatan kerja dan olahraga yang

mudah terakses serta ketersediaan data dan informasi kesehatan kerja dan

olahraga.

Capaian indikator meningkat secara signifikan juga di dukung oleh

penggunaan teknologi dalam pelaporan kesehatan kerja dan olahraga.

Penggunaan media sosial, email, dan lain sebagainya seringkali digunakan

oleh pelaksana di lapangan (Puskesmas, Dinkes Kab/Kota, dan Dinkes

Propinsi). Komunikasi cepat dan pelaporan yang tepat menjadi faktor yang

mendukung pencapaian indikator Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga.

b. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI dan Jumlah Pos UKK Terbentuk di Wilayah Kerja Puskesmas Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) merupakan wadah untuk upaya

kesehatan berbasis masyarakat pada pekerja sektor informal yang dikelola

dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat pekerja

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

31

melalui pemberian pelayanan kesehatan dengan pendekatan utama promotif

dan preventif, disertai kuratif dan rehabilitatif sederhana/terbatas.

Pos UKK dibentuk dengan kelompok dengan jenis pekerjaan yang sama

beranggotakan 10 - 50 orang. Tahun 2017, jumlah Pos UKK PPI/TPI yang

dibentuk di 34 provinsi sebanyak 482 pos UKK. Yang menjadi indikator

capaian Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah Pos UKK yang

dibentuk didaerah PPI/TPI. Sedangkan terkait dengan indikator capaian RKP

yaitu jumlah Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas sebanyak

1038 Pos UKK di 34 Propinsi.

Gambar 11 Kunjungan ke Pos UKK Matahari Kab. Lombok Barat

Sesuai dengan definisi operasional, jumlah Pos UKK yang terbentuk di

daerah PPI/TPI adalah jumlah pos UKK yang dibentuk dan dibina

masyarakat yang difasilitasi oleh Puskesmas. Hasil laporan tahunan provinsi

tahun 2017 didapatkan bahwa dari 34 provinsi yang membentuk atau

membina serta melaporkan jumlah pos UKK didaerahnya, seluruh provinsi

memiliki Pos UKK yang dibentuk di daerah PPI / TPI. Sejak tahun 2015,

pencapaian Pos UKK selalu memenuhi target (tahun 2015 mencapai 243 dari

target 230) dan tahun 2016 dari target 355 dapat dicapai dengan

pembentukan 374 pos UKK.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

32

Provinsi dengan jumlah Pos UKK yang terbentuk ataupun dibina di daerah

PPI / TPI terbanyak ada pada Provinsi Jawa Timur dengan jumlah Pos UKK

sebanyak 202 Pos UKK.

Pos UKK yang terbentuk tidak hanya di wilayah TPI/PPI tapi juga berada di

kelompok pekerja informal lainnya (petani, dan UMKM lainnya). Seperti pada

indikator RKP yang menjadi Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Kesehatan

Kerja dan Olahraga sebanyak 1020 Pos UKK tercapai 1038 Pos UKK.

Tercapainya target yang telah ditetapkan tidak lepas dri peran

propinsi/kab/kota dalam melakukan kegiatan yang bersifat turun langsung ke

bawah (puskesmas) seperti : orientasi terhadap kader Pos UKK dan

Pembinaan terhadap Pos UKK yang telah terbentuk sehingga kegiatan yang

telah dilaksanakan tidak vakum dan dapat bermanfaat bagi pekerja sektor

informal.

c. Persentase dan/atau jumlah fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar Sesuai dengan definisi operasional, persentase dan/atau jumlah fasilitas

pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar adalah Rumah Sakit

atau klinik utama yang ditetapkan Menteri Kesehatan RI dan telah dibina oleh

Kementerian Kesehatan RI yang dapat menyelenggarakan pemeriksaan

kesehatan calon TKI sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh

Peraturan Menteri Kesehatan RI. Tahun 2017 terdapat 103 sarana kesehatan

yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Dari

103 sarana kesehatan tersebut, seluruh sarana kesehatan tersebut telah

memenuhi standar sehingga capaian indikator ini yaitu 100% dan atau 103

Sarkes. Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI ini tersebar di 19 Provinsi.

Provinsi yang belum memiliki atau menjadi tidak memiliki karena tidak

memperpanjang izin fasilitas pemeriksaan TKI antara lain, Gorontalo, Riau,

Banten, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Bangka

Belitung, Sulawesi Utara, Maluku, Kalimantan Selatan, NAD, Bengkulu,

Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Papua.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

33

Tabel 5

Rekapitulasi Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar tahun 2017

No. Provinsi TKI No. Provinsi TKI

1 DKI Jakarta 33 18 Gorontalo 0 2 Jawa Tengah 12 19 Riau 0

3 Jawa Timur 16 20 Sumatera Selatan 1

4 NTB 8 21 Banten 0

5 Jawa Barat 7 22 Kalimantan Tengah 0

6 Sumatera Utara 4 23 Sulawesi Tengah 0

7 Bali 4 24 Maluku Utara 0

8 Sulawesi Selatan 1 25 Bangka Belitung 0

9 Lampung 2 26 Sulawesi Tenggara 1

10 DIY 4 27 Sulawesi Utara 0 11 Sumatera Barat 2 28 Maluku 0

12 Kalimantan Barat 3 29 Kalimantan Utara 1

13 Kalimantan Selatan 0 30 Papua Barat 0 14 NAD 0 31 Bengkulu 0 15 NTT 1 32 Jambi 1 16 Kepulauan Riau 1 33 Sulawesi Barat 0 17 Kalimantan Timur 1 34 Papua 0

d. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya menurut definisi

operasionalnya adalah Puskemas yang menyelenggarakan upaya kesehatan

olahraga melalui pembinaan kelompok olahraga dan atau pelayanan

kesehatan olahraga di wilayah kerjanya.

Kegiatan pembinaan Puskesmas diawali dengan pelatihan tenaga kesehatan,

bimbingan teknis dan manajemen kesehatan olahraga berjenjang yang

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

34

melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait. Peran dinas Kesehatan di

tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dalam membina Puskesmas yang

menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga didukung oleh dana APBN.

Adanya Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) di 11 provinsi sebagai

UPT Kesehatan Olahraga di tingkat provinsi/ kabupaten/ kota serta 1 BKOM

Bandung sebagai UPT Pusat, merupakan pusat rujukan kesehatan olahraga

yang membantu dalam melakukan pembinaan teknis terhadap Puskesmas

berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota.

Dari 49,6% Puskesmas yang telah melaksanakan kegiatan kesehatan

olahraga, Puskesmas tersebut tersebar 34 provinsi. Puskesmas tersebut

paling banyak berada di provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 536 Puskesmas

yang telah melaksanakan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya. Capaian

tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2016 dimana capaian puskesmas

yang melaksanakan kesehatan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok

masyarakat di wilayah kerjanya sebesar 24,92%.

Capaian tahun 2017 meningkat bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015

13,07% (target sebesar 20%) dan tahun 2016 sebesar 24,95% (target 30%).

Target pencapaian indikator jangka menengah pada tahun 2019 sebesar 60%

Puskesmas melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga diwilayah kerjanya

sebesar 60%. Dengan capaian saat ini sebesar 49,75% maka ada gap

sebesar 10,25%. Pencapian sebesar 10,25% puskesmas melaksanakan

kesehatan olahraga pada wilayah kerjanya akan dilakukan percepatan

pencapaian pada tahun 2018 – 2019 melalui kegiatan – kegiatan yang

mempunyai daya ungkit langsung terhadap pencapaian indikator seperti

Pelatihan dan Orientasi.

Selain itu dalam upaya melakukan advokasi terhadap pemangku kebijakan di

daerah dalam upaya melakukan penggerakan masyarakat melalui aktivitas

fisik perlu diketahui bahwa target WHO pada tahun 2030 adalah menurunkan

angka insufisiensi aktivitas fisik sebanyak 15%. Saat ini hasil Riskesdas tahun

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

35

2013 prevalensi ketidakaktifan masyarakat sebesar 26,1%. Angka tersebut

merupakan hasil dari pelaksanaan upaya kesehatan olahraga pada tahun

2010-2014. Artinya masih terdapat gap sebsar 11 – 12% yang perlu dilakukan

melaui percepatan pelaksanaan kegiatan kesehatan olahraga masyarakat

melalui: sosialisasi aktivitas fisik dan pelaksanaan aktivitas fisik terprogram di

daerah.

Keberhasilan peningkatan angka realisasi kegiatan kesehatan olahraga pada

tahun 2017 dipengaruhi oleh ketepatan waktu dinas kesehatan provinsi untuk

memberikan laporan. Sosialisasi, workshop dan pelatihan bagi pelatih (TOT)

pembinaan kebugaran jasmani dalam hal ini memberi dampak yang nyata

dalam capaian kegiatan kesehatan olahraga sesuai dengan target yang

diinginkan.

Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan pada kegiatan sosialisasi

pengukuran kebugaran jasmani bagi Jemaah haji. 2 kegiatan dilaksanakan

dengan menggunakan balai pelatihan kesehatan atau ruang serba guna.

Keberhasilan pencapaian indikator puskesmas melaksanakan kegiatan

kesehatan olahraga disebabkan antara lain:

1. Pelatihan untuk pelatih pembinaan kebugaran jasmani yang

diselenggarakan pada tahun 2017 sebanyak 4 angkatan.

2. Koordinasi pelaksanaan kegiatan kesehatan olahraga dengan provinsi.

3. Sosialisasi pengukuran kebugaran jasmani bagi Jemaah haji yang

dilakuakan di 8 provinsi prioritas dengan jumlah Jemaah haji terbesar.

(Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Sumut, DKI Jakarta, Riau, Sumsel,

Lampung, dan banten).

4. Pengadaan kit kebugaran sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan

kesehatan olahraga baik di sekolah, bagi Jemaah haji maupun pada

pekerja

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

36

Dalam pelaksanaan tugas teknisnya. Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga dibantu oleh 15 Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM)

yang sebagian merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD):

Tabel 6

Lokasi Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat

No Nama Lokasi Status

1 BKOM Bandung Kota Bandung UPT Pusat

2 BKOM Sumbar Kota Padang UPT Daerah

3 BKOKM Sumatera

Selatan

Kota Palembang UPT Daerah

4 PPKP DKI Jakarta Kota Jakarta

Pusat

UPT Daerah

5 BKOR Lumajang Kab. Lumajang UPT Daerah

6 PPKO Kota Malang Kota Malang UPT Daerah

7 JKMB Bali Kota Denpasar UPT Daerah

8 BKOM Kalimantan Barat Kota Pontianak UPT Daerah

9 BKOM Kalimantan

Selatan

Kota

Banjarmasin

UPT Daerah

10 BKOKM Kalimantan

Timur

Kota Samarinda UPT Daerah

11 BKOM Sulawesi Selatan Kota Makasar UPT Daerah

12 BKOM Sulawesi Utara Kota Manado UPT Daerah

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

37

Gambar 12 Pelaksanaan Senam Kebugaran Jasmani di lingkungan

Kementerian Kesehatan

e. Persentase Puskesmas melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

bagi anak SD menurut definisi operasionalnya adalah Puskemas yang

menyelenggarakan penjaringan dini atau pembinaan kebugaran jasmani anak

sekolah melalui gerakan peregangan atau bermain pada jam istirahat.

Kegiatan pembinaan Puskesmas diawali dengan pelatihan tenaga kesehatan,

bimbingan teknis dan manajemen kesehatan olahraga berjenjang yang

melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait. Peran dinas Kesehatan di

tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dalam membina Puskesmas yang

menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga khususnya bagi anak SD

didukung oleh dana APBN. Adanya Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat

(BKOM) di 11 provinsi sebagai UPT Kesehatan Olahraga di tingkat provinsi/

kabupaten/ kota serta 1 BKOM Bandung sebagai UPT Pusat, merupakan

pusat rujukan kesehatan olahraga yang membantu dalam melakukan

pembinaan teknis terhadap Puskesmas berkoordinasi dengan Dinas

Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

38

Dari 77,78% Puskesmas yang telah melaksanakan kegiatan kesehatan

olahraga bagi anak SD, Puskesmas tersebut tersebar 34 provinsi. Puskesmas

tersebut paling banyak berada di provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 960

Puskesmas yang telah melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD di

wilayah kerjanya.

Selain itu dalam upaya melakukan advokasi terhadap pemangku kebijakan di

daerah dalam upaya melakukan penggerakan masyarakat melalui aktivitas

fisik termasuk anak SD sebagai sasaran. Perlu diketahui bahwa target WHO

pada tahun 2030 adalah menurunkan angka insufisiensi aktivitas fisik

sebanyak 15%. Saat ini hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi ketidakaktifan

masyarakat sebesar 26,1%. Angka tersebut merupakan hasil dari

pelaksanaan upaya kesehatan olahraga pada tahun 2010-2014. Artinya masih

terdapat gap sebsar 11 – 12% yang perlu dilakukan melaui percepatan

pelaksanaan kegiatan kesehatan olahraga masyarakat melalui: sosialisasi

aktivitas fisik dan pelaksanaan aktivitas fisik terprogram di daerah.

Keberhasilan peningkatan angka realisasi kegiatan kesehatan olahraga bagi

anak SD pada tahun 2017 dipengaruhi oleh ketepatan waktu dinas kesehatan

provinsi untuk memberikan laporan. Sosialisasi, workshop dan pelatihan bagi

pelatih (TOT) pembinaan kebugaran jasmani dalam hal ini memberi dampak

yang nyata dalam capaian kegiatan kesehatan olahraga sesuai dengan target

yang diinginkan. Selain itu integrasi kegiatan kesehatan olahraga dengan

kegiatan kesehatan keluarga (Puskesmas yang melakukan penjaringan pada

anak didik kelas 1) juga dapat memberikan capaian yang signifikan terhadap

capaian indikator puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga bagi

anak SD.

Keberhasilan pencapaian indikator puskesmas melaksanakan kegiatan

kesehatan olahraga bagi ana SD disebabkan antara lain:

1. Pelatihan untuk pelatih pembinaan kebugaran jasmani yang

diselenggarakan pada tahun 2017 sebanyak 4 angkatan.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

39

2. Koordinasi pelaksanaan kegiatan kesehatan olahraga dengan provinsi.

3. Sosialisasi pengukuran kebugaran jasmani

f. Persentase jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani

Pengukuran Kebugaran Jasmani Jemaah Haji dilaksanakan di 34 provinsi.

Target pengukuran kebugaran jasmani jemaah haji Tahun 2017 yaitu

sebanyak 60.755 jemaah haji (30%) dari total quota jemaah haji yang

dikeluarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) sebanyak 202.518 jemaah

haji. Hasil pengukuran kebugaran jasmani jemaah haji melebihi target yang

telah ditetapkan dengan capaian sebesar 98.536 jemaah haji (48,66%).

Pengukuran Kebugaran jasmani jemaah haji idealnya dilakukan minimal 2

kali. pengukuran pertama bertujuan sebagai penilaian awal latihan yang

dibutuhkan bagi jemaah agar jemaah dapat melaksanakan ibadah dengan

optimal di tanah suci dan pengukuran kedua merupakan tindak lanjut dari

pengukuran pertama setelah diberikan rekomendasi latihan untuk jamaah haji.

Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani bagi jamaah haji dilakukan

dengan berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor. Untuk lintas

program direktorat kesehatan kerja dan olahraga berkoordinasi dengan Pusat

Kesehatan Haji dan Kementerian Agama sebagai Lintas Sektor.

Keberhasilan pencapaian indikator Jemaah haji yang diperiksa kebugaran

jasmani disebabkan antara lain:

1. Pelatihan untuk pelatih pembinaan kebugaran jasmani yang

diselenggarakan pada tahun 2017 sebanyak 4 angkatan.

2. Koordinasi pelaksanaan kegiatan kesehatan olahraga dengan provinsi.

3. Sosialisasi pengukuran kebugaran jasmani bagi jamaah haji

4. Kebutuhan bagi jamaah haji yang akan berangkat untuk tetap bugar dan

kembali dengan selamat ke tanah air.

g. Jumlah perusahaan/tempat kerja melaksanakan Gerakan Pekerja

Perempuan Sehat Produktif (GP2SP)

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

40

Gerakan pekerja perempuan sehat produktif merupakan salah satu bentuk

perlindungan kesehatan bagi pekerja. GP2SP dilaksanakan secara berjenjang

dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor. Pembinaan dan

penggerakan GP2SP dlaksanakan mulai dari pusat, pemerintah daerah

provinsi dan pemerntah daerah kabupaten/kota, sedangkan pelaksanaanya

berada di tingkat perusahaan. Target perusahaan/tempat kerja yang

melaksanakan GP2SP tahun 2017 yaitu sebanyak 456 perusahaan

sedangkan jumlah perusahaan/tempat kerja yang telah dibina dan

melaksanakan GP2SP sebanyak 401 perusahaan.

Keberhasilan pencapaian indikator jumlah perusahaan/tempat kerja

melaksanakan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif antara lain:

1. GP2SP dilaksanakan secara secara terintegrasi baik dengan lintas

program dan lintas sektor

2. Pemberian penghargaan bagi perusahaan/tempat kerja yang telah

melaksanakan GP2SP

3. Pembinaan secara berjenjang.

Kendala tidak tercapainya indikator jumlah perusahaan/tempat kerja

melaksanakan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif antara lain:

1. GP2SP belum tersosialisasi secara merata di kabupaten/kota yang

memiliki jumlah perusahaan/tempat kerja yang besar

2. Rendahnya komitmen pemerintah daerah terhadap GP2SP karena masih

dianggap bukan kegiatan prioritas di daerah.

Kendala, Hambatan, masalah dalam pelaksanaan Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2017

Kendala, hambatan, dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan

kesehatan kerja dan olahraga, diantaranya:

- Kurangnya pemahaman tenaga kesehatan tentang dan pentingnya aktifitas

fisik serta menjaga kebugaran jasmani yang dilakukan sesuai dengan kaidah

kesehatan: baik benar, terukur dan teratur bagi populasi rentan yaitu: lanjut

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

41

usia, anak sekolah ibu hamil di tempat kerja dan selama menunaikan ibadah

haji.

- Jumlah tenaga kesehatan yang mampu menegakkan diagnosis Penyakit

Akibat Kerja masih sedikit.

- Tingginya mobilitasi pegawai di daerah, sehingga banyak program kesja dan

olahraga yang tidak jalan setelah petugas yang telah dilatih di pindah tugas ke

tempat lain.

- SDM yang dilatih peningkatan kapasitas belum berani untuk masuk

perusahaan/ sektor formal khususnya PMA mengingat perusahaan tersebut

sudah menerapkan K3 dengan kualifikasi tinggi sesuai dengan buyer.

- SDM Puskesmas belum memahani kewenangannya sebagai penaggung jawab

kesehatan berdasarkan konsep kewilayahan termasuk bertanggung jawab

pada kesehatan pekerja di dalam perusahaan yang ada di wilayah kerja

Puskesmas.

- Banyaknya Puskesmas yang belum memahami peruntukan dana-dana di

Puskesmas dapat digunakan untuk mendukung kegiatan kesehatan kerja dan

olahraga seperti dana BOK.

- Sistem pencatatan dan pelaporan upaya kesehatan kerja dan olahraga yang

belum terintegrasi dengan SP2TP

- Masih kurangnya koordinasi LP/LS dengan instansi lain yang terkait seperti,

dinas tenaga kerja dan transmigrasi, klinik perusahaan dan bagian K3

perusahaan untuk kesehatan kerja dan program kesehatan ibu dan anak,

program penyakit tidak menular, program lanjut usia, program kesehatan

jemaah haji serta dinas tenaga kerja dan transmigrasi, dinas pemuda dan

olahraga, dinas pendidikan dan kebudayaan, Kanwil Kementerian Agama, dan

KBIH untuk terkait kesehatan olahraga.

- Kurangnya sosialisasi antara petugas yang sudah dilatih dengan petugas yang

lainnya di Puskesmas, sehingga apabila terjadi mutasi atau penugasan lain

untuk petugas tersebut tidak ada yang bisa melaksanakan kegiatan kesehatan

kerja dan olahraga.

- Belum adanya penghargaan bagi petugas kesehatan kerja dan olahraga di

Puskesmas.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

42

6. PENGHARGAAN Pada tahun 2017 ini Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga melaksanakan

berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh komponen Direktorat Kesehatan Kerja

dan Olahraga termasuk seluruh Ditjen kesmas maupun Kemenkes.

Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang ke-53 pada

tanggal 12 November 2017, Kementerian Kesehatan cq Ditjen Kesmas melakukan

pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) Indonesia yaitu “Senam

Peregangan Secara Serentak Dengan Peserta Terbanyak” dengan target minimal

20.000 orang melakukan senam. Dalam pelaksanaannya Kementerian Kesehatan

melibatkan seluruh unit utama di Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Vertikal

dan Dinas Kesehatan di 34 propinsi.

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan verifikasi penghitungan secara riil oleh

petugas dari MURI, diperoleh angka sebanyak 193.150 orang melakukan senam

peregangan serentak di 32 propinsi. Sebanyak 2 propinsi melakukan kegiatan ini

melalui cara yang berbeda yakni : melakukan senam serentak pada hari H-1 yang

telah ditetapkan dan melaksanakan melalui kegiatan jalan kaki serentak. Namun,

pada intinya seluruh propinsi berpartisipasi secara aktif untuk kegiatan ini

walaupun ada 2 propinsi yang dinyatakan tidak lolos verifikasi untuk dilanjutkan ke

MURI.

Gambar 13 Pelaksanaan Senam Peregangan Serantak Terbanyak

12 November 2017

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

43

B. RENCANA TINDAK LANJUT Dari beberapa masalah, kendala atau hambatan di atas, maka perlu dirumuskan

Rencana Tindak Lanjut upaya penyelesaian hal tersebut untuk meningkatkan

kualitas pelaksanaan kegiatan pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga di

pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun di Puskesmas. Tindak Lanjut tersebut

dalam bentuk :

- Perlunya konsolidasi dan koordinasi dalam perencanaan yang baik dan

perhitungan yang akurat, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja

dan olahraga.

- Perlunya menetapkan standar kegiatan dengan orientasi yang jelas.

- Perlunya Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Rencana

Penarikan Anggaran secara efektif dan efisien dengan mempertimbangkan

proporsionalitas alokasi waktu dan penyerapan anggaran.

- Perlunya penghitungan yang baik khusus untuk pencetakan buku, dengan

memperhitungkan jumlah buku, jumlah halaman, Harga Perkiraan Sendiri, dan

Sasaran yang akan dikirim

- Perlunya Menetapkan indikator output/kegiatan sesuai prinsip Spesific,

Measureable, Achieveble, Realistic, Timely (SMART) sehingga dapat lebih

menunjukkan dan meningkatkan nilai akuntabilitas kinerja secara akurat dan

jelas.

- Perlunya mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kesehatan kerja dan olahraga

ke dalam kegiatan pokok Puskesmas.

- Perlunya melakukan pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan berkaitan

dengan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga, karena faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan suatu program yaitu SDM yang tersedia

- Perlunya melakukan advokasi terhadap pimpinan Puskesmas melalui Dinas

Kesehatan yang belum paham mengenai masalah kesehatan kerja dan

olahraga secara detail.

- Perlunya melakukan koordinasi dengan dinas-dinas atau unit terkait yang

sama-sama melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga, sebagai sarana

untuk sharing, bertukar ilmu dan pengalaman mengenai kesehatan kerja dan

olahraga.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

44

- Perlunya meningkatkan koordinasi dengan UPT-UPT teknis yang ada di

daerah baik UPT pusat maupun UPT daerah, sehingga dapat bekerja

bersama bersinergi untuk mencapai indikator kegiatan lebih baik lagi.

- Perlunya mengoptimalkan fungsi bimbingan teknis bidang Kesehatan Kerja

dan Olahraga kepada Puskesmas berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan

dan UPTD.

- Perlunya mengupayakan integrasi pencacatan dan pelaporan kesehatan kerja

dan Olahraga di dalam sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas.

- Perlunya mensinergikan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga pada kegiatan

utama seperti gizi, kesehatan ibu dan kesehatan anak seperti gizi pada

pekerja, kesehatan pada ibu pekerja, latihan fisik bagi ibu hamil dan nifas,

kebugaran anak sekolah dll.

C. REALISASI ANGGARAN Di awal tahun 2017, sesuai dengan Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)

Satuan Kerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Nomor: DIPA -

024.03.1.466467/2017 tanggal 7 Desember 2016, pagu anggaran tahun 2017

untuk Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga telah ditetapkan sebesar Rp.

41.368.789.000,-.

Seiring dengan adanya efisiensi, pagu awal mengalami pemotongan menjadi Rp.

26.847.743.000,- sedangkan pada Dana Dekonsentrasi menjadi Rp.

35.151.098.000,- dari pagu awal sebesar Rp. 51.390.210.000,-.

Alokasi anggaran tahun 2017 Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dan

alokasi dana dekonsentrasi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 7

Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2017 Pusat dan Dekonsentrasi

Alokasi 2017 Pagu Akhir Penyerapan %

Pusat 26.847.743.000 26.220.774.822 96,67 Dekon 35.151.098.000 31,471,557,330 89,53

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

45

Diantara seluruh kegiatan yang dilaksanakan, pencapaian realisasi anggaran

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2017 mencapai 96,67%. Dengan

rerata realisasi 96% untuk kegiatan penyusunan NSPK, Peningkatan Kapasitas,

Dukungan Sarana dan Prasarana, Monev dan Bintek, serta surveilans Kesehatan

Kerja dan Olahraga.

Kegiatan dekonsentrasi hanya mampu terealisasi sebesar 89,53%, dikarenakan

beberapa hal, yaitu:

1. Banyak kegiatan yang tidak terserap secara maksimal karena banyaknya

peserta yang tidak dapat hadir.

2. Tidak terserapnya pengalokasian rapat, termasuk rapat diluar jam kantor dan

konsumsi rapat akibat dari waktu yang kurang Karena kegiatan diprioritaskan

pada yang lebih besar

3. Banyaknya kegiatan besar yang lebih diprioritaskan

Berdasarkan informasi tersebut maka secara formatif capaian realisasi anggaran

sangat berhasil karena realisasi mencapai angka maksimal sekitar 96,67%.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

46

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tahun 2017 Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga berhasil mencapai seluruh

indikator Renstra dan RKP yang telah ditetapkan, kecuali indikator Jumlah

Perusahaan/tempat kerja melaksanakan GP2SP. Keberhasilan pencapaian target

ini tidak terlepas dari adanya dukungan daerah melalui pengembangan

Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja dan Puskesmas yang

melaksanakan kesehatan olahraga melalui komitmen yang tinggi baik di tingkat

provinsi, kabupaten/kota maupun Puskesmas serta dengan adanya dukungan

dana dekonsentrasi dan APBD. Kegiatan yang bersifat peningkatan kapasitas

SDM Kesehatan Kerja dan Olahraga serta pembinaan sampai ke tingkat

Puskesmas juga dirasakan sangat penting dan diperlukan untuk mendukung

pencapain indikator Renstra tersebut. Terkait indikator Renstra dan RKP

Kesehatan Kerja dan Olahraga, di samping target secara kuantitas ke depan lebih

ditekankan peningkatan kualitas pelaksanaan kesehatan kerja dan olahraga di

lapangan atau di Puskesmas sehingga peningkatan target sesuai yang terdapat

dalam Renstra 2015 – 2019 tidak dilakukan.

Pada pencapaian indikator kegiatan/output pada RKT Kesehatan Kerja dan

Olahraga tahun 2017, pencapaian realisasi fisik sesuai dengan penetapan

indikator kinerja RKT. Dari kegiatan yang tidak dilakukan penghematan, capaian

realisasi fisik hampir seluruhnya mencapai 100%.

Pencapaian target upaya kesehatan kerja dan olahraga tahun 2017 pada indikator

output/kegiatan dalam RKT dengan realisasi fisik, dengan tidak menutupi

kekurangan yang ada, seluruhnya mencapai 100% dikecualikan pada indikator

jumlah perusahaan yang melaksanakan GP2SP. Indikator ini tidak tercapai

dikarenakan seluruh kab/kota masih belum tersosialiasi GP2SP. Selain itu dengan

realisasi keuangan yang mencapai 96,67% maka dapat dikatakan kinerja

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga baik. Hal ini tidak lepas dari dukungan

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

47

dari semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan Kesehatan Kerja dan

Olahraga baik di pusat maupun daerah.

B. SARAN Laporan ini merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas Direktorat Kesehatan

Kerja dan Olahraga dalam melaksanakan berbagai kewajibannya. Sangat disadari

bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi dan

akuntabilitas kinerja seperti yang diharapkan, namun setidaknya pihak yang

berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil kinerja yang telah

dilaksanakan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga.

Di masa yang akan datang direktorat akan melakukan langkah-langkah yang lebih

konkrit dengan:

1. Dalam jangka pendek dilakukan peningkatan kualitas pelaksanaan kesehatan

kerja dan olahraga di daerah melalui kegiatan pelatihan, orientasi dan

pembinaan secara terus menerus. Hal tersebut telah dialokasikan dalam DIPA

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2018.

2. Dalam jangka panjang perlu dilakukan pendalaman dan penyempurnaan

terhadap indikator renstra Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk tahun 2020-

2024. Sehingga lebih mudah terukur, konkrit dan tepat sasaran.

3. Untuk lebih meningkatkan realisasi anggaran perlu dilakukan peningkatan

konsolidasi dan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

kegiatan kesehatan kerja dan olahraga. Penyusunan Rencana Operasional

Kegiatan (ROK) dilakukan lebih spesifik dan selalu melakukan pemutakhiran

setiap ada perubahan.

4. Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kesehatan kerja dan olahraga ke dalam

kegiatan pokok Puskesmas.

5. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan kerja dan olahraga kepada

para pengelola program kesehatan kerja dan olahraga di tingkat Puskesmas,

dinkes kab/kota, dan dinkes provinsi dengan cara pelatihan/atau dengan

pemantapan serta pembinaan dan evaluasi yang periodik.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

48

6. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM Direktorat Kesehatan Kerja dan

Olahraga, seiring dengan bertambahnya sasaran yang menjadi indikator

keberhasilan program kesehatan kerja dan olahraga.

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

49

LAMPIRAN

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

50

Lampiran I

Indikator Kegiatan, Volume dan Anggaran

Berdasarkan Sasaran Strategis Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar Tahun 2017

Sasaran Strategis No Indikator Output / Kegiatan Volume Anggaran

(1) (2) (3) (4) Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar Tahun 2017

1 Menyusun/mereview NSPK kegiatan kesehatan kerja 11 NSPK 693,700,000

2 Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja 14 KL 3,770,770,000

3 Melakukan orientasi, pelatihan, dan TOT kegiatan kesehatan kerja 720 OR 3,454,694,000

4 Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja 8 KL 842,600,000

5 Menyediakan sistem informasi dan surveilans kegiatan kesehatan kerja 40 PKT 1,853,500,000

6 Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja termasuk GP2SP 7 KL 739,600,000

7 Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja termasuk GP2SP 7 KL 421,050,000

Sub Jumlah 11,775,914,000

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

51

Indikator Output/Kegiatan, Volume dan Anggaran

Berdasarkan Sasaran Strategis Jumlah pos UKK yang Terbentuk di Daerah PPI / TPI Tahun 2017

Indikator Output/Kegiatan, Volume dan Anggaran

Berdasarkan Sasaran Strategis Persentase Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI yang Memenuhi Standar Tahun 2017

Sasaran Strategis No Indikator Output / Kegiatan Volume

Anggaran

(1) (2) (3) (4) Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

1 Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja termasuk kesehatan TKI 6 KL 809,820,000

2 Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja termasuk kesehatan TKI

96 Sark

200,500,000

3 Menyediakan dukungan layanan manajemen 12 BLN 5,107,734,000 Sub Jumlah 6,117,754,000

Sasaran Strategis No Indikator Output / Kegiatan Volume Anggaran

(1) (2) (3) (4) Jumlah pos UKK yang Terbentuk di Daerah PPI / TPI

1 Pengadaan dan Distribusi APD untuk Pekerja Informal 1.235 Pkt 11,600,000,000

2 Pengadaan Kit Pos UKK 1.020 Pkt 3,315,000,000 Sub Jumlah 14,915,000,000

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

52

Indikator Output/Kegiatan, Volume dan Anggaran Berdasarkan Sasaran Strategis Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Olahraga

pada Kelompok Masyarakat di Wilayah Kerjanya Tahun 2017

Sasaran Startegis No Indikator Output / Kegiatan Volume Anggaran

(1) (2) (3) (4) Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Olahraga pada Kelompok Masyarakat di Wilayah Kerjanya

1 Menyusun/mereview NSPK kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jamaah haji

4 NSPK 69,050,000

2 Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan olahraga termasuk k ebugaran jasmani jemaah haji

6 KL 474,700,000

3 Melakukan orientasi, TOT, dan pelatihan kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jemaah haji

280 Or 1,731,181,000

4 Menyediakan dukungan sarana dan prasarana kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jemaah haji

1.000 PKT 289,500,000

5 Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jamaah haji

6 KL 995,390,000

6 Menyediakan dukungan sarana dan prasarana kegiatan kesehatan olahraga termasuk kesehatan olahraga bagi anak SD

1.000 PKT 5,000,000,000

Sub Jumlah 8,559,821,000

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

53

LAMPIRAN II

Pencapaian Indikator Output/Kegiatan, Volume dan Besarnya Anggaran Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga

Tahun 2017

% Anggaran %(1) (2) (4) (6) (7) (8)

1 Menyusun/mereview NSPK kegiatan kesehatan kerja

11 NSPK 401,181,000 11 NSPK 100.00396,904,369 98.93

2 Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja

14 KL 2,652,860,000 14 KL 100.002,626,340,192 99.00

3 Melakukan orientasi, pelatihan, dan TOT kegiatan kesehatan kerja 720 OR 3,361,813,000 720 OR 100.00 3,361,786,761 100.00

4 Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja

8 KL 720,828,000 8 KL 100.00720,525,984 99.96

5 Menyediakan sistem informasi dan surveilans kesgiatan kesehatan kerja

40 PKT 343,644,000 40 PKT 100.00343,308,800 99.90

6 Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja termasuk GP2SP

7 KL 611,305,000 7 KL 100.00607,717,325 99.41

7Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja termasuk GP2SP 6 KL 36,872,000 6 KL 100.00

36,871,089 100.008,128,503,000 8,093,454,520 99.57

Realisasi FisikVolume

(5)

Realisasi AnggaranSasaran Strategis No Indikator Output / Kegiatan Volume Pagu Akhir

(3)Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

Sub Jumlah

LaporanAkuntabilitasKinerjaInstansiPemerintahDirektoratKesehatanKerjadanOlahraga

54

% Anggaran %(1) (2) (4) (6) (7) (8)

1Menyusun/mereview NSPK kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jamaah haji

4 NSPK 45,311,000 4 NSPK 100.0045,108,200 99.55

2Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jemaah haji

6 KL306,546,000

6 KL 100.00305,257,150 99.58

3Melakukan orientasi, TOT, dan pelatihan kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jemaah haji

280 OR1,659,759,000

300 OR 107.141,651,063,219 99.48

4Menyediakan dukungan sarana dan prasarana kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jemaah haji

1000 PKT289,350,000

10 PKT 1.0019,350,000 6.69

5Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jamaah haji

6 KL932,912,000

6 KL 100.00932,889,550 100.00

6Menyediakan dukungan sarana dan prasarana kegiatan kesehatan olahraga termasuk kesehatan olahraga bagi anak SD

1068 PKT

4,831,365,000

1,068 PKT 100.00

4,831,365,000 100.008,065,243,000 7,785,033,119 96.53

Realisasi FisikVolume

(5)

Sub Jumlah

Realisasi AnggaranSasaran Strategis No Indikator Output / Kegiatan Volume Pagu Akhir

(3)Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

% Anggaran %(1) (2) (4) (6) (7) (8)

Pengadaan dan Distribusi APD untuk Pekerja Informal

575 Pkt5,000,000,000

575 PKT 100.004,942,891,250 98.86

Pengadaan Kit Pos UKK 0 pkt - 0 PKT5,000,000,000 4,942,891,250 98.86

Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja termasuk kesehatan TKI

6 KL456,610,000

6 KL 100.00455,614,874 99.78

Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja termasuk kesehatan TKI

4 KL116,401,000

4 KL 100.00116,274,200 99.89

Menyediakan dukungan layanan manajemen 12 BLN5,080,986,000

12 BLN 100.004,827,506,859 95.01

5,653,997,000 5,399,395,933 95.50

Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

Sub Jumlah

Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI / TPI

Realisasi AnggaranSasaran Strategis No Indikator Output / Kegiatan Volume Pagu Akhir

(3)

Realisasi FisikVolume

(5)