laporan akhir tahun ii penelitian kompetitif penelitian …

53
LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian Dasar Optimasi Perlakuan Awal Menggunakan Asam dan Proses Thermal terhadap Karakteristik Abu Sekam Padi Dr.rer.nat. Lanny Sapei, S.T., M.Sc. (212021/ 0425017801) UNIVERSITAS SURABAYA MARET, 2017 Green Technology/ Material Science and Engineering

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

LAPORAN AKHIR TAHUN II

PENELITIAN KOMPETITIF

Penelitian Dasar

Optimasi Perlakuan Awal Menggunakan Asam dan Proses Thermal

terhadap Karakteristik Abu Sekam Padi

Dr.rer.nat. Lanny Sapei, S.T., M.Sc. (212021/ 0425017801)

UNIVERSITAS SURABAYA

MARET, 2017

Green Technology/ Material Science and Engineering

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

Na.a ..........

Ke&uPeMiiti

a. Nama Lengbp

b.NPJUNIDN

: Teknik Kimia

: Dr.rer.DIIll..amly Sapci. S.T .• M.Sc.

: 212021/425017801

. •'

c. Jabmn Fuapional : doseD tetap

d. FalcullaiProtPm Studil : Teblik/ Tcbik Kimia

e.HP

f. A1amat e-mail

Aqaota PeeeiJti (1)

a. Nama Lengbp

b.NPJUNIDN

: 08S62334496

: lp!!U!f!ji@uh!YJLW:.id

c:. FakuhasiPJosram Studi : Telmik/ Teknit Kimia

Penelitia Tabun te

Biaya yang di..wbn

: 2 dari 2 tabuD

: Rp. 15.000.000

Sunlbaya. IS Obober 201S

IDr.rer.nal Lanny Sapei. S.T .. M.Sc.l NPK: 212021

··~·~,--

Laporan Pcne!itian ini t~lahdid-;ku-;entr.;il·~ di Perpu:·takaan U3A y A

:b. Rc3. Comp : kf.. ::: ... ~ .7.)~ . .?,-: .. , ......

ii

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

iii

RINGKASAN

Indonesia merupakan negara produsen padi terbesar ketiga di dunia yang berpotensi

menghasilkan limbah sekam padi yang melimpah. Limbah sekam padi dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu alternative sumber bio-silika yang banyak dimanfaatkan seperti adsorben,

filler, zeolit, dan campuran detergen. Kandungan silika dalam sekam padi tergolong cukup

tinggi yaitu18-22%. Silika yang diisolasi dari sekam padi perlu diberikan perlakuan awal

menggunakan asam sebelum diikuti dengan perlakuan thermal agar didapatkan kemurnian

silika yang tinggi dan karakteristik silika yang diharapkan. Tahap awal pengisolasian silika

adalah dengan menyiapkan sekam padi di mana sekam harus dibersihkan, dicuci dan

dikeringkan di dalam oven. Proses leaching menggunakan beberapa variasi konsentrasi HNO3

(0,01 M; 0,05 M; 0,1 M dan 1 M) dan H2C2O4 (0,01 M; 0,1 M; 0,5 M; dan 1 M) serta

temperature leaching (25C, 50C, 75C, dan 100C) untuk menghilangkan pengotor-

pengotor inorganik. Lalu, sekam padi diberi perlakuan thermal pada temperatur 750C selama

5 jam dan lajupemanasan 10C/menit untuk penghilangan senyawa organik. Abu sekam padi

yang didapat selanjutnya dikarakterisasi dengan menggunakan metode XRF (X-Ray

Fluorescence), XRD (X-Ray Diffraction), FTIR (Fourier Transform Infra-Red) dan BET-

SAA (Surface Area Analyzer).

Berdasarkan hasil uji XRF, didapatkan kemurnian silika yang sangat tinggi yaitu

95,5 - 97,7% yang ditandai dengan warna putih dari abu sekam padi. Dari hasil uji XRD

diketahui bahwa silika memiliki struktur amorf ditandai dengan puncak landai pada 2 = 22.

Dari uji FTIR ditemukan adanya gugus silanol pada bilangan gelombang 980-962 cm-1

dan

gugus siloksan pada bilangan gelombang 490-458 cm-1

, 830-800 cm-1

dan 1100-1050 cm-

1. Silika yang dihasilkan dari asam nitrat dan asam oksalat dengan konsentrasi 1 M serta suhu

leaching 100C secara berturut-turut memiliki luas permukaan spesifik yaitu 227,605 m2/g

dan 259,209 m2/g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan awal baik menggunakan

asam nitrat maupun asam oksalat pada sekam padi efektif dalam menghasilkan silika amorf

dengan kemurnian yang tinggi pada konsentrasi asam optimum 1 M dan suhu leaching

optimum 100C. Pada studi awal penggunaan silika sekam padi sebagai pengemulsi tambahan

pada campuran emulsi O/W dengan penambahan lecithin menunjukkan potensi silika dalam

peningkatan kestabilan emulsi.

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

iv

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan dan berkat-Nya

yang melimpah maka laporan akhir penelitian dengan judul ―Optimasi Perlakuan Awal

Menggunakan Asam dan Proses Thermal terhadap Karakterisasi Abu Sekam Padi‖ dapat

terselesaikan dengan baik.

Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti terhadap pendanaan

hibah kompetitif internal LPPM Universitas Surabaya. Selama penyelesaian laporan

penelitian ini, banyak sekali pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Bantuan

tersebut berupa sarana-prasarana dan dukungan moral dan material. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Emma Savitri, S.T., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Surabaya.

2. Devitha Peksirahardjo dan Cindy Kusmono yang telah membantu melakukan

eksperimen di dalam laboratorium Polimer dan Membran.

3. Dyah Ayu Ambarsari, ST., selaku laboran dari Laboratorium Polimer dan Membran

yang telah membantu analisis sampel menggunakan alat FTIR.

4. Laboran Laboratorium Fisika Universitas Negeri Malang yang telah membantu

karakterisasi sampel menggunakan alat XRF.

5. Ninit dan beberapa laboran Laboratorium Energi ITS, yang telah membantu

karakterisasi sampel menggunakan alat XRD dan BET.

6. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian laporan akhir penelitian

ini.

Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para kalangan peneliti dan

masyarakat yang membutuhkan pengetahuan mengenai metode isolasi silika dari sekam padi.

Penulis menerima dengan ikhlas kritik dan masukan yang bersifat membangun agar dapat

menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik. Terima kasih.

Surabaya, 29 Maret 2017

Penulis

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. ii

RINGKASAN ...................................................................................................................... iii

PRAKATA .......................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... ix

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 2

1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian ............................................................................. 2

1.3.1 Keutamaan Penelitian dari Segi Bahan baku ................................................. 2

1.3.2 Keutamaan Penelitian dari Segi Produk ........................................................ 3

1.3.3 Keutamaan Penelitian dari Segi Teknologi ................................................... 4

1.3.4 Penerapan Hasil Penelitian ............................................................................ 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5

2.1 Sekam Padi................................................................................................... 5

2.2 Silika ........................................................................................................... 6

2.3 Metode Isolasi Silika.................................................................................... 7

2.3.1 Metode Non Termal ..................................................................................... 7

2.3.1.1 Penghilangan Senyawa Inorganik ................................................................ 7

2.3.1.2 Hidrolisis Senyawa Organik oleh Larutan Asam ........................................ 9

2.3.2 Metode Thermal/ Pembakaran ..................................................................... 10

2.4 Karakterisasi Silika ...................................................................................... 12

2.4.1 Analisis Morfologi ....................................................................................... 12

2.4.2 Analisis Karakteristik Silika ........................................................................ 12

BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 13

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

vi

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 16

4.1 Hasil pengamatan abu sekam padi .......................................................................... 16

4.2 Hasil pengukuran konduktivitas ............................................................................. 18

4.3 Hasil uji XRF abu sekam padi ................................................................................ 19

4.4 Hasil uji FTIR abu sekam padi ............................................................................... 22

4.5 Hasil uji XRD abu sekam padi ............................................................................... 26

4.6 Hasil uji BET-SAA abu sekam padi ....................................................................... 26

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 29

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 29

5.2 Saran ....................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 30

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 34

L.1 Instrumen ................................................................................................................ 34

L.2 Hasil Penelitian ....................................................................................................... 36

L.3 Personalia Tenaga Peneliti ...................................................................................... 39

L.4 HKI dan Publikasi ................................................................................................... 44

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

vii

DAFTAR TABEL

2.1 Komposisi sekam padi beserta zat organiknya ....................................................... 6

2.2 Kandungan logam dalam larutan asam setelah dilakukan hidrolisis ...................... 9

2.3 Komposisi kimia dari sekam padi pada pembakaran 800oCdengan

berbagai perlakuan .................................................................................................. 10

2.4 Temperatur pembakaran dan warna abu sekam padi .............................................. 12

4.1 Warna abu sekam padi ............................................................................................ 17

4.2 Hasil uji XRF abu sekam padi ................................................................................ 20

4.3 Hasil uji BET-SAA pada abu sekam padi .............................................................. 27

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

viii

DAFTAR GAMBAR

2.1 AnalisisSEM untuk lapisan epidermis (a) sekam padi, (b) sekam yang

terbakar, dan (c) abu putih sekam padi ................................................................... 7

4.1 Warna abu pada sampel kontrol, 1 NO 100 dan 1 Ox 100 ...................................... 17

4.2 Hasil pengukuran beda konduktivitas pada proses leaching menggunakan asam nitrat

berdasarkan (a) variasi konsentrasi asam dan (b) variasi suhu leaching ................ 19

4.3 Hasil pengukuran beda konduktivitas pada proses leaching menggunakan asam

oksalat berdasarkan (a) variasi konsentrasi asam dan (b) variasi suhu leaching .... 19

4.4 Pembentukan senyawa kompleks [Fe(C2O4)3]3-

...................................................... 21

4.5 Struktur silika .......................................................................................................... 22

4.6 Spektra FTIR abu sekam padi tanpa perlakuan awal (kontrol) dan sekam padi ..... 23

4.7 Hasil uji FTIR abu sekam padi dengan perlakuan awal menggunakan asam nitrat pada

(a) variasi konsentrasi asam (b) variasi temperatur leaching .................................. 24

4.8 Hasil uji FTIR abu sekam padi dengan perlakuan awal menggunakan asam oksalat

pada (a) variasi konsentrasi asam (b) variasi temperatur leaching .......................... 25

4.9 Hasil uji XRD untuk kontrol, 1 Ox 100, 1 NO 100 ................................................. 26

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

L.1 Instrumen

L.2 Hasil Abu Sekam Padi

L.3 Personalia Tenaga Peneliti

L.4 HKI dan Publikasi

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris merupakan negara produsen padi terbesar ketiga di

dunia setelah Republik Rakyat Cina dan India (FAOSTAT, 2012). Produksi padi mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 Indonesia memproduksi 64 juta metrik ton

padi dan terus meningkat hingga mencapai 70 juta ton pada tahun 2013 yang (BPS, 2014).

Hingga saat ini hasil samping pengolahan padi serta limbahnya belum dimanfaatkan secara

maksimal. Sekam merupakan salah satu hasil samping proses penggilingan padi dan

menghasilkan limbah yang cukup banyak, yakni sebesar 20% dari berat gabah (Somaatmadja,

1980). Pemanfaatan sekam padi secara komersial masih relatif rendah. Hal ini disebabkan

oleh karakteristik sekam padi antara lain bersifat kasar, bernilai gizi rendah, memiliki

kerapatan yang rendah, dan kandungan abu yang cukup tinggi (Houston, 1972). Sekam padi

secara umum digunakan sebagai media bercocok tanam, sebagai sumber energi dalam bentuk

briket arang sekam, alas pakan ternak, atau dibakar di udara terbuka.

Sekam padi memiliki kandungan silika yang cukup tinggi yaitu sebesar 18-22% (Luh,

1991). Oleh sebab itu sekam padi merupakan bahan baku yang cukup potensial sebagai

sumber bio-silika dari sumber terbarukan dan sekaligus mampu meningkatkan nilai tambah

sekam padi. Silika banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai ukuran

tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen, beton,

keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, adsorben, dan lain-lain

(Kirk-Othmer, 1984; Sun, 2001). Silika yang terdapat di dalam sekam padi memiliki sifat

amorf, memiliki ukuran ultra fine, dan sangat reaktif (Chandrasekhar, 2003). Penambahan

silika amorf ke dalam adonan keramik mampu memberikan kekuatan keramik yang lebih baik

dibandingkan dengan penambahan silika kristalin (Hanafi, 2010).

Pada penelitian ini akan dikaji proses optimasi perlakuan awal sekam padi

menggunakan asam dan optimasi proses thermal untuk menghasilkan abu silika dengan

kemurnian yang tinggi. Proses thermal akan dikaji pada beberapa temperatur dengan beberapa

variasi holding time untuk melihat efeknya terhadap karakteristik silika yang dihasilkan.

Metode XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (X-ray Diffraction), FTIR (Fourier-Transform

Infra Red Spectroscopy), SEM (Scanning Electron Microscope), serta BET (Brunauer,

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

2

Emmet, Teller) surface area analyser akan digunakan untuk pengujian karakteristik silika

yang diisolasi dari sekam padi.

1.2 Tujuan Khusus

1. Mempelajari pengaruh perlakuan awal (pretreatment) menggunakan berbagai jenis asam,

yaitu asam nitrat (HNO3) dan asam oksalat pada sekam padi terhadap kemurnian dan

karakteristik abu silika yang dihasilkan.

2. Mempelajari pengaruh konsentrasi asam dan temperatur leaching terhadap morphologi

dan karakteristik silika yang dihasilkan.

3. Mempelajari karakteristik silika (komposisi, sifat amorf, luas permukaan spesifik) yang

dapat diperoleh dari sekam padi untuk penggunaan lebih lanjut di bidang-bidang aplikasi

tertentu.

1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

1.3.1 Keutamaan Penelitian dari Segi Bahan Baku

Limbah sekam padi banyak sekali terdapat di daerah pedesaan sebagai hasil produk

samping penggilingan padi, dengan potensi yang melimpah. Sekam yang tidak terpakai akan

menumpuk dan proses degradasinya berlangsung lambat, sehingga tumpukan limbah tsb dapat

mengganggu lingkungan sekitarnya dan berdampak terhadap kesehatan manusia. Sekam

seringkali dimusnahkan dengan cara dibakar pada temperatur tinggi yang tidak dikontrol

sehingga menimbulkan polusi pada lingkungan di samping menghasilkan abu sisa

pembakaran yang umumnya mengandung silika kristalin yang bersifat karsinogenik.

Penggunaan sekam padi masih terbatas sebagai media tumbuh, pakan ternak, dan biomassa/

sumber energi. Beberapa kendala yang menyebabkan sekam padi belum dapat digunakan

secara komersil antara lain (Rice Knowledge Bank, 2009):

1. Biaya transportasi dan volume penyimpanan tinggi karena sekam sangat ringan

(low bulk density) yaitu sebesar 70-110 kg/m3

2. Sekam padi sulit untuk dibakar dengan api pada ruang terbuka kecuali udara

ditiupkan melalui sekam

3. Pembakaran sekam padi dengan api pada ruang terbuka kurang dianjurkan karena

kandungan abu dalam sekam padi cukup tinggi (17-26%) sehingga dapat

menyebabkan polusi udara

4. Karena kandungan silika yang tinggi, sekam padi menjadi sulit untuk

terdekomposisi

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

3

Kandungan silika dalam sekam padi yang cukup tinggi sangat prospektif untuk

pengembangan produk-produk berbasiskan silika. Silika banyak digunakan sebagai bahan

dasar pembuatan gelas, keramik, industri refraktori, soluble silicate, silikon karbida, dan

bahan-bahan kimia lainnya berbasiskan silikon (Kirk-Othmer, 1984; Sun, 2001). Abu sekam

padi yang mengandung > 90% silika banyak digunakan sebagai adsorben, abu gosok, filler,

dan bahan tambahan dalam pembuatan bahan bangunan seperti semen dan beton (Sun, 2001;

Chandrasekhar, 2003; Chandrasekhar, 2006; Hanafi, 2010). Bagian organik dari sekam padi

dapat diolah lebih lanjut menghasilkan bahan-bahan kimia seperti xylose, furfural, xylitol,

ethanol, asam asetat, asam lignosulfonat (Chandrasekhar, 2003). Sebagai sumber energi,

sekam padi biasanya digunakan sebagai biomassa atau dibuat dalam bentuk arang/briket,

namun penggunaannya masih sangat terbatas.

1.3.2 Keutamaan Penelitian dari Segi Produk

Sekam padi dapat ditingkatkan nilai komersilnya dengan menggunakannya sebagai

bahan baku berbasis limbah untuk berbagai macam industri berbasis silika amorf. Silika

amorf yang terdapat di dalam sekam padi memiliki memiliki karakteristik yang lebih baik

dibandingkan dengan silika kristalin. Berikut ini adalah beberapa efek buruk yang dapat

ditimbulkan oleh silika kristalin terhadap kesehatan (MSDS, 2006; MSDS U.S. Silica, 2006):

1. Silika kristalin jenis kuarsa menyebabkan silikosis, fibrosis (jaringan parut) paru-paru

dan komplikasinya berujung pada kecacatan dan kematian.

2. Silika kristalin yang terhisap bersifat karsinogenik. Menurut IARC (International

Agency for Research on Cancer) yang merupakan bagian dari WHO (World Health

Organization) silika dengan struktur kristalin memiliki resiko karsinogenik bagi

manusia.

3. Meningkatkan risiko terkena tuberkulosis (TBC), silikosis, bronchitis kronik dan

emfisema.

4. Silika kristalin yang terhirup dalam jumlah berlebihan menyebabkan lupus,

rheumatoid arthritis, penyakit ginjal kronis dan akut.

5. Menyebabkan abrasi kornea jika terkena mata.

Pada penelitian ini akan dikaji proses isolasi silika dari sekam padi dengan kemurnian

yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai sumber bahan baku silika untuk

pembuatan senyawa-senyawa lain berbasiskan silikon.

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

4

1.3.3 Keutamaan Penelitian dari Segi Teknologi

Melalui pendekatan teknologi, sekam padi yang merupakan limbah penggilingan padi

dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. Proses pengambilan atau

ekstraksi silika dari sekam padi sudah banyak dikaji sejak empat dekade, namun pengetahuan

mengenai metode isolasi silika dari sekam padi serta karakterisasinya masih sangat minim.

Pada sebagian besar penelitian, hanya dilakukan pembakaran langsung sekam padi tanpa

melakukan pengontrolan temperatur sehingga kebanyakan silika yang dihasilkan adalah silika

yang memiliki struktur kristalin, seperti kristobalit dan tridimit (Chandrasekhar, 2003).

Penggunaan perlakuan kimia menggunakan asam sebelum pembakaran mampu menghasilkan

silika dengan kemurnian yang cukup tinggi tanpa mengubah karakteristik sifat amorf dari

silika (Chandrasekhar, 2003). Lebih lanjut lagi, sekam padi yang mengalami perlakuan awal

menggunakan asam klorida memiliki kemurnian yang jauh lebih baik dibandingkan dengan

penggunaan asam-asam inorganik lainnya seperti asam sulfat dan asam nitrat (Chakraverty,

1988). Asam klorida mampu melarutkan senyawa-senyawa pengotor inorganik lain selain

silika yang terdapat di dalam sekam padi secara efektif. Baru-baru ini mulai dikaji

penggunaan asam organik seperti asam sitrat untuk perlakuan awal sekam padi dan silika

yang dihasilkan memiliki kemurnian yang masih tinggi (Umeda, 2008). Penggunaan asam

organik lebih dikehendaki dibandingkan dengan asam inorganik seperti asam klorida pekat

yang sifatnya pekat dan korosif. Oleh sebab itu pada penelitian ini akan dikaji pengaruh

perlakuan awal sekam padi baik dengan asam inorganik seperti HNO3 serta penggunaan asam

organik seperti asam oksalat terhadap sifat amorf silika dan kemurniannya.

1.3.4 Penerapan hasil penelitian

Melalui proses optimasi perlakuan asam dan termal, akan dipelajari kondisi optimum

yang diperlukan untuk mendapatkan abu silika dengan kemurnian yang tinggi. Hasil

penelitian ini akan sangat mendukung perkembangan iptek dan mendorong pertumbuhan

teknologi yang tepat dalam pengolahan limbah sekam padi. Silika high grade ini memiliki

memiliki nilai tambah dan nilai komersil yang tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan

baku di bidang industri dari sumber daya terbarukan. Di samping itu pengolahan limbah

sekam padi mampu mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Dengan demikian

penerapan hasil penelitan ini akan mendorong pembangunan ekonomi rakyat desa diiringi

dengan peningkatan nilai sosial dan budaya masyarakat.

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekam Padi

Sekam padi (rice husk/ rice hull) atau kulit gabah adalah bagian terluar dari bulir padi

dan memiliki kandungan silika cukup tinggi seperti dapat dilihat di Tabel 2.1., sekam padi

memiliki komposisi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Komposisi sekam padi beserta zat organiknya

Komponen Kandungan (%)

Menurut Suharno (1979):

Air 9,02

Protein kasar 3,03

Lemak 1,18

Serat Kasar 35,68

Abu 17,71

Karbohidrat kasar 33,71

Menurut DTC-ITB:

Karbon (zat arang) 1,33

Hidrogen 1,54

Oksigen 33,64

Silika 16,98

Sumber: Balitbang (2006)

Morfologi permukaan luar sekam padi beserta abu yang dihasilkan setelah proses

termal yang dipelajari menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) dapat dilihat pada

Gambar 2.1. Struktur sekam padi dengan bulu halus pada bagian luar dapat dilihat pada

Gambar 2.1(a) dimana butiran dalam jumlah besar tersebar di seluruh epidermis. Setelah

pembakaran, sekam padi terlihat menyusut dan permukaannya menjadi lebih halus (Gambar

2.1(b)). Butiran kecil dan bulu pada bagian luar epidermis juga terlihat mengecil ukurannya.

Pada abu putih sekam padi, walau sangat rapuh, tapi masih memiliki struktur aslinya (Gambar

2.1(c)). Butiran kecil yang terlihat pada Gambar 2.1(a) untuk sekam padi hampir menghilang

sementara bulunya ditemukan retak.

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

6

Gambar 2.1 AnalisisSEM untuk lapisan epidermis (a) sekam padi, (b) sekam yang terbakar, dan (c) abu putih

sekam padi (Krihnarao, 1992)

2.2 Silika

Silika sebagai komponen utama abu sekam padi (~90%), merupakan salah satu

senyawa yang paling banyak terdapat di alam. Silika yang terakumulasi di dalam makhluk

hidup banyak terdapat dalam bentuk phytolite yang merupakan bentuk primer dari silika

amorf (SiO2 dengan 5-15% H2O). Berbagai jenis tanaman baik dikotil maupun monokotil

memproduksi phytolite. Jenis tanaman dikotil yang memproduksi phytolite diantaranya

Mytaceae, Causarinaceae, Proteaceae, Xantorhoeceae, dan Mimosceae, jenis tanaman

monokotil yang memproduksi phytolite adalah Equistaceae dan Gramineae. Silika berada di

dalam tanah berbentuk silika larut air (H4SiO4). Tanaman menyerap silika, dipolimerisasi dan

dipresipitasi menjadi bentuk silika amorf. Beberapa karbohidrat dan protein tanaman

diketahui memiliki peran dalam polimerisasi biosilika menjadi bentuk silika amorf. Silika non

kristalin atau amorf memiliki susunan atom dan molekul berbentuk pola acak dan tidak

beraturan. Akibat pola acak dan tidak beraturan tersebut, silika amorf memiliki struktur

spherikal yang rumit. Struktur rumit tersebut menyebabkan luas area permukaan yang tinggi,

biasanya diatas 3 m2/g (Kirk-Othmer, 1984). Silika amorf dalam berbagai kondisi dianggap

lebih reaktif dibanding silika kristalin. Tingkat kereaktifan dari silika amorf disebabkan

karena adanya gugus hidroksil (silanol) yang didapat setelah pemanasan mencapai temperatur

400oC. Gugus silanol (-SiOH) ini dapat ditemukan di atas permukaan dari sampel silika yang

menyebabkan terbentuknya daerah yang reaktif (Kirk-Othmer, 1984).

Silika amorf dapat dibuat menjadi berbagai macam produk komersil. Berdasarkan cara

memproduksinya dan cara partikelnya membentuk agregat, silika amorf dapat dibuat menjadi

silika sol, silika gel, silika endapan, dan silika pirogenik. 40% silika amorf sintetik diproduksi

di Eropa, 30% di Amerika Utara, dan 12% diproduksi di Jepang. Walaupun deposit dari silika

amorf alami dapat ditemukan di banyak area di dunia, akan tetapi eksploitasi komersial yang

paling banyak digunakan untuk perindustrian adalah tanah diatom. Tanah diatom adalah sisa-

sisa cangkang dari ganggang diatom yang telah mati dan hancur membentuk tanah. Tanah

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

7

diatom dapaat dimanfaatkan sebagai bahan peledak, campuran semen, bahan isolasi, dan lain-

lain (Kirk-Othmer, 1984).

2.3 Metode Isolasi Silika

Sekam padi memiliki banyak senyawa organik dan inorganik yang cukup kompleks.

Senyawa organik memiliki ikatan karbon dan hidrogen atau disebut pula sebagai hidrokarbon.

Senyawa organik banyak terdapat di alam dan makhluk hidup sebagai karbohidrat, protein,

lemak, asam amino, dan lain-lain. Senyawa inorganik tersusun oleh atom utama berupa

logam, banyak dijumpai pada zat yang tak hidup seperti pada tanah, batu-batuan, air laut, dan

sebagainya. Di dalam sekam padi terdapat senyawa-senyawa inorganik yang mengandung

kalium, natrium, fosfor, dalam jumlah yang sedikit dan juga silika dalam jumlah yang lebih

banyak. Untuk memperoleh silika murni, senyawa-senyawa organik dan inorganik selain

silika harus dihilangkan baik secara thermal maupun non-thermal.

2.3.1 Metode Non Thermal

Isolasi silika dalam sekam padi dapat dilakukan secara non thermal, yaitu dengan

menggunakan oksidator kuat seperti hidrogen peroksida atau asam kuat seperti asam sulfat.

Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat yang bersifat reaktif dan mampu mengoksidasi

bermacam-macam senyawa organik dan logam. Hidrogen peroksida dapat terdekomposisi

secara eksotermal menjadi air dan oksigen secara spontan. Kecepatan reaksi hidrogen

peroksida bergantung pada temperatur, konsentrasi dari hidrogen peroksida, dan juga

keasaman (pH) (Kirk-Othmer, 1984). Asam sulfat (H2SO4) dapat melarutkan senyawa organik

dan sebagian besar logam. Asam sulfat pekat memiliki kemampuan untuk mendehidrasi yang

sangat kuat sehingga dapat memisahkan air dari senyawa termasuk gula dan karbohidrat

lainnya dan menghasilkan karbon, panas, uap, dan campuran asam sulfat-air. Karbon yang

terbentuk oleh asam sulfat menyebabkan senyawa yang terdehidrasi olehnya menjadi

berwarna coklat kehitaman. Metode non thermal sangat jarang dipergunakan karena proses

penghilangan senyawa organik dan inorganik pengotor biasanya berlangsung relatif lama

sehingga menjadi kurang ekonomis dibandingkan dengan metoda secara thermal.

2.3.1.1 Penghilangan Senyawa Inorganik

Proses non-thermal menggunakan asam dapat dilakukan sebagai perlakuan awal

sekam padi yang akan sangat membantu menghasilkan silika dengan kemurnian yang tinggi.

Menurut Chakraverti (1988), zat-zat inorganik pengotor dalam sekam padi seperti mineral-

mineral dalam jumlah yang sedikit dapat dihilangkan melalui perlakuan dengan asam

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

8

menggunakan H2SO4, HCl, atau HNO3. Senyawa-senyawa inorganik ini harus dihilangkan

sebelum pembakaran dilakukan karena dapat menghambat pembentukan silika yang memiliki

struktur amorf (Chandrasekhar, 2003; Umeda, 2008; Umeda, 2010). Pengaruh perlakuan

dengan beberapa jenis asam (Chakraverty, 1988) untuk menghilangkan bahan logam dari

sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kandungan logam dalam larutan asam setelah dilakukan hidrolisis

Perlakuan Kandungan logam (ppm)

Na K Ca Fe Mg Mn Zn Cu Total

HCl 1N 5125 11750 7042 946 2562 1192 179 31 28827

HCl 3N 46 50 58 362 187 19 19 6 747

HCl 5N 33 33 46 262 146 7 19 6 552

HCl 11,3N 252 HD 25 146 125 3 19 6 349

H2SO4 1N 12 HD 8 129 125 3 17 6 300

H2SO4 4,5N 87 25 2500 233 729 25 102 12 3713

H2SO4 9N 92 25 2417 225 646 25 98 6 3534

H2SO4 18N 75 25 2500 229 625 19 85 6 3564

H2SO4 36N 75 50 2667 217 625 24 83 6 3747

HNO3 4,5N 117 100 3333 221 437 171 98 6 4483

HNO3 9N 17 25 19 500 83 19 17 8 688

HNO3 18N 8 25 11 442 83 12 12 6 599

Perlakuan dengan asam H2SO4, HCl, dan HNO3 terbukti efektif untuk menghilangkan

mineral yang terdapat dalam sekam padi. Jumlah total logam yang terkandung dalam larutan

asam hasil hidrolisis dengan H2SO4 lebih rendah dibandingkan larutan asam hasil hidrolisis

dengan HCl, dan HNO3. Hal ini menunjukkan bahwa H2SO4 tidak cocok untuk

menghilangkan beberapa jenis logam yang terdapat dalam sekam padi. Hal ini dapat

disebabkan logamik sulfat yang terbentuk tidak mudah larut dalam air. Perlakuan dengan

HNO3 cenderung menghilangkan besi (Fe) namun tidak dapat menghilangkan semua logam

yang terkandung dalam sekam padi. Berdasarkan hasil uji perlakuan dengan berbagai macam

asam di atas, perlakuan dengan HCl terbukti paling efektif menghilangkan logam dalam

sekam padi (Chakraverty, 1988). H2SO4, HCl, dan HNO3 secara umum digunakan untuk

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

9

menghilangkan logam dari sekam padi, akan tetapi zat-zat tersebut terbilang cukup berbahaya

bagi lingkungan dan manusia. Penggunaan asam kuat juga membutuhkan biaya yang cukup

tinggi untuk peralatan anti korosi, penggunaan air yang banyak untuk membilas sekam padi,

dan perlakuan khusus untuk pembuangan limbah. Untuk menghindari hal tersebut,

penggunaan asam organik, seperti asam sitrat yang lebih ramah lingkungan, tidak berbahaya

bagi manusia, dan lebih ekonomis mulai dikaji (Umeda, 2008). Perbandingan kandungan

logam dalam abu sekam padi yang dihasilkan tanpa perlakuan dengan asam, dengan

perlakuan dengan asam sitrat, dan perlakuan dengan asam sulfat dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Komposisi kimia dari sekam padi pada pembakaran 800oCdengan berbagai perlakuan

(wt%) SiO2 Al2O3 MgO Na2O P2O5 SO2 K2O CaO MgO Fe2O3 BaO Carbon

Without

leaching

Citric acid

leaching

Sulfuric acid

leaching

94.58

99.14

99.09

0.02

0.03

0.01

0.31

0.08

0.06

0.11

0.06

0.07

0.41

0.29

0.31

0.11

0.03

0.05

3.69

0.12

0.11

0.56

0.16

0.37

0.08

0.01

0.01

0.04

0.03

0.02

0.04

0.03

0.03

0.61

0.09

0.12

Berdasarkan Tabel 2.3, pencucian dengan asam sitrat dapat dibilang efektif dan

hasilnya hampir menyerupai pencucian dengan H2SO4. Pencucian dengan asam sitrat ini dapat

mengurangi kadar K2O sebanyak 1/30 abu sekam dan mengurangi kadar CaO sebesar kurang

lebih 50% (Umeda, 2008).

2.3.1.2 Hidrolisis Senyawa Organik oleh Larutan Asam

Pada proses non-thermal berupa perlakuan awal sekam padi menggunakan larutan

asam, tidak hanya terjadi penghilangan logam-logam pengotor saja, namun senyawa-senyawa

organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin akan turut terhidrolisis. Hidrolisis adalah

proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pelarut untuk memecahkan ikatan kimia dari

substansinya.

Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4‘-β-D-glukosa.

Hidrolisis lengkap dalam HCl 40% dalam air dapat menghasilkan D-glukosa. Disakarida yang

terisolasi dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah selobiosa yang dapat terhidrolisis

lebih lanjut menjadi glukosa dengan katalis asam atau dengan emulsin enzim (Ralp J.

Fessenden, 1986). Dalam larutan asam sitrat, selulosa akan berubah menjadi levoglucosan

(Umeda, 2010)

Hemiselulosa adalah polisakarida yang terdiri dari molekul-molekul monosakarida

yang disatukan dengan ikatan glukosida. Hemiselulosa dapat terhidrolisis sempurna dalam

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

10

larutan asam membentuk xilosa (50-70% w/w) dan arabinose (5-15% w/w) (Pessoa et. al.,

1997). Hemiselulosa akan menjadi furfural dalam larutan asam sitrat (Umeda, 2010).

Lignin terbentuk dari gugus aromatik yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik

yang terdiri dari 2-3 karbon. Lignin terdapat diantara sel-sel dan dalam dinding sel serta

berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel agar tetap bersama. Keberadaan lignin

sangat erat hubungannya dengan selulosa yang berfungsi untuk memberi ketegaran pada sel

dan mengurangi degradasi terhadap selulosa. Pada suasana asam, berat molekul lignin akan

bertambah dan akan mengendap pada suasana yang sangat asam. Pada saat hidrolisa

dilakukan, lignin akan terlarut sebagian di dalam asam (Oktaveni, 2009). Hidrolisis senyawa-

senyawa organik ini akan sangat membantu proses penghilangan senyawa organik selanjutnya

melalui proses thermal.

2.3.2 Metode Thermal/ Pembakaran

Abu yang dihasilkan dari hasil pembakaran sekam padi adalah sebesar ~20% dan lebih

dari 90%-nya merupakan silika (Houston, 1972). Temperatur yang dikontrol dengan baik dan

lingkungan yang sesuai saat pembakaran dapat menghasilkan kualitas abu sekam padi yang

lebih baik karena ukuran partikel dan luas spesifik permukaannya dipengaruhi oleh kondisi

pembakaran. Sekam padi yang terbakar sempurna akan berwarna abu hingga putih, sementara

abu sekam padi yang tidak terbakar sempurna akan berwarna kehitaman (Chakraverty, 1988).

Harsono (2002) melakukan penelitian pembuatan silika amorf dengan melakukan

pembakaran sekam padi dalam tangki. Menurutnya untuk mendapatkan silika yang reaktif

temperatur pembakaran harus terkontrol. Pembuatan silika amorf ini dilakukan dengan

terlebih dahulu melalui proses pengeringan yang bertujuan untuk mengeliminasi kandungan

air dalam bahan dengan menguapkan air dalam dari permukaan bahan. Adanya sisa

kandungan air dalam abu sekam padi dapat menghalangi proses difusi komponen kimia yang

terkandung dalam sekam padi saat dipanaskan pada kemurnian sekam.

Pembakaran sekam padi di tempat terbuka tidak hanya menghasilkan kualitas abu

yang buruk tetapi juga dilarang di banyak negara karena menyebabkan polusi. Pembakaran

yang tidak terkontrol menghasilkan struktur yang kristalin yang memiliki tingkat kereaktifan

rendah.

Pembakaran dengan industrial tungku pembakaran sering kali dilakukan dalam

industri demi kepentingan ekonomi. Pembakaran dalam industrial tungku pembakaran lebih

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

11

mudah dikendalikan dan lebih mudah menghasilkan silika dalam bentuk yang amorf dengan

kemurnian yang tinggi.

Chakraverty (1988) melakukan analisis terhadap sekam padi yang dipanaskan dalam

tungku pembakaran yang sudah diatur temperatur pembakarannya untuk dibandingkan warna

abu yang terbentuk. Hasil pembakaran sekam padi dalam tungku pembakaran dalam

temperatur dan waktu tertentu beserta warna abu sekam padi yang dihasilkan dapat dilihat

pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Temperatur pembakaran dan warna abu sekam padi

Berdasarkan Tabel 2.4, semakin rendah temperatur pembakaran maka waktu yang

diperlukan untuk menghasilkan abu sekam padi berwarna keputih-putihan menjadi lebih lama.

Hal ini dikarenakan pembakaran pada karbon dalam sekam padi pada temperatur yang rendah

memiliki kecepatan pembakaran yang rendah (Chakraverty, 1988).

Pembakaran sekam padi yang didahului dengan hidrolisis menggunakan HCl

menghasilkan warna abu sekam padi yang lebih putih. Hal ini dikarenakan saat sekam padi

direndam dalam HCl, kandungan logam dalam sekam padi yang sangat sedikit dapat larut

sehingga sekam padi bebeas dari senyawa logam. Selain itu dengan hidrolisis, selulosa dalam

sekam padi dipotong menjadi rantai-rantai yang lebih kecil dan membentuk D-glukosa.

Hemiselulosa dalam sekam padi dapat dihidrolisis menjadi gula pentosa dan heksosa.

Menurut Umeda dan Kondoh (2008), pembakaran sekam padi yang didahului dengan

perlakuan dengan asam sitrat dengan konsentrasi 5% terbukti dapat menghasilkan silika

dengan kemurnian yang tinggi dan bersifat amorf walau dibakar hingga temperatur 1000oC.

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

12

2.4 Karakterisasi silika

2.4.1 Analisis Morfologi

Silika pada tumbuhan pada umumnya terdapat pada dinding sel tumbuhan berupa

barisan silika seperti kristal yang saling berdekatan. Ukuran dari kristal silika yang barada

pada dinding sel adalah 20 μm. Silikon diserap melalui akar dari tanah dan sebagian besar

disimpan dalam dinding sel, namun ada juga yang berada pada sel lumina. Golongan

graminae seperti padi, jagung, gandum dan tebu, merupakan contoh kelompok tanaman yang

memilki kandungan silika yang banyak baik di dinding sel dan sel lumina (Evert, 2006).

Struktur silika akan turut mempengaruhi sifat-sifat fisis dan kimia. Uji morphologi dapat

dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik atau mikroskop elektron/ SEM (Scanning

Electron Microscopy).

2.4.2 Analisis Karakteristik Silika

Jenis silika seperti silika amorf atau kristalin dapat ditentukan menggunakan uji FTIR

(Fourier Transform Infra Red Spectroscopy) melalui pengujian gugus fungsional silika dan

XRD (X-ray Diffraction) melalui pengujian struktur kristal silika. Kemurnian silika juga dapat

dianalisis secara kualitatif melalui uji FTIR dan XRD atau secara kuantitatif menggunakan

XRF (X-ray Fluorescence). Analisis mengenai luas permukaan spesifik partikel silika yang

dihasilkan dapat dilakukan dengan menggunakan BET (Brunauer, Emmet, Teller) surface

area analyser.

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

13

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dengan mengacu pada RIP (Rencana Induk Penelitian) Ubaya dengan peta jalan

penelitian universitas klaster Green Technology, bidang Material Science and Engineering,

maka peta jalan penelitian yang telah dilakukan, yang direncanakan berdasarkan proposal,

serta arah penelitian setelah kegiatan adalah sebagai berikut:,

Transformasi silika dari sekam padi menjadi silicon carbide

(Krishnarao, 1992)

Isolasi dan karakterisasi silika dari sekam padi dengan

perlakuan awal asam (Sapei, 2012)

Penggunaan abu sekam padi sebagai supporting catalyst

pada pembuatan biodiesel (Riadi dan Sapei, 2014)

Pengolahan limbah sekam padi untuk menghasilkan abu

dengan kemurnian silika yang tinggi dengan menggunakan

perlakuan awal menggunalan HNO3 dan asam oksalat.

Studi awal biosilika sekam padi sebagai pengemulsi dalam

campuran emulsi minyak dalam air (O/W).

Mencari kondisi optimum berupa konsentrasi asam dan

temperatur leaching pada proses leaching.

Aplikasi abu sekam padi sebagai adsorben atau katalis/

katalis support.

Penggunaan abu sekam padi sebagai precursor silica-based

products lainnya, seperti SiC, silicon nitride.

Yang akan diajukan dalam

proposal ini.

Yang akan dilakukan untuk masa

mendatang.

Isolasi silika dari sekam padi menggunakan perlakuan

asam sudah dilakukan oleh beberapa peneliti menggunakan

asam sitrat, HCl, HNO3, H2SO4 (Chakraverty, 1988;

Chandrasekhar, 2003; Umeda, 2008)

Proses isolasi silika murni dari

sekam padi melalui perlakuan

asam dan proses thermal sudah

banyak dikaji, namun belum

maksimal. Penelitian yang sudah

dilakukan oleh peneliti utama

adalah penggunaan HCl dan

asam sitrat serta aplikasi abu

sekam padi sebagai katalis.

Semua penelitian ini mengacu

pada green process,

meningkatkan nilai tambah dari

limbah pertanian serta

mengurangi dampak negatif

limbah terhadap lingkungan.

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

14

Secara garis besar peta jalan penelitian dan kontribusi terhadap permasalahan nasional

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

ARAH

Metode penelitian yang akan dilaksanakan pada tahun ke-2. Secara keseluruhan

digambarkan dalam bentuk diagram sederhana sebagai berikut:

Tahap I:

Penyiapan sampel dan analisis bahan baku

Penyiapan bahan baku mencakup proses pencucian dan pengeringan

Analisis bahan baku mencakup uji morphologi, uji kadar air, dan uji kadar abu

Tahap II:

Optimasi perlakuan awal sekam padi menggunakan larutan asam dan proses thermal.

Ekstraksi pengotor logam pada sekam padi menggunakan larutan asam: HNO3 dan

asam oksalat pada berbagai konsentrasi (0,01-1 M) serta optimasi temperatur (25-

100oC).

Karakterisasi kemurnian dan karakteristik silika yang diperoleh menggunakan FTIR,

XRD, XRF, dan BET-SAA.

Analisa kondisi optimum yang diperoleh untuk mendapatkan silika dengan

kemurnian yang tinggi dan karakteristik yang diharapkan dari proses leaching

menggunakan berbagai jenis asam dan kondisi leaching yang telah dilakukan

sebelumnya (tahun ke-1).

Pengolahan limbah hasil pertanian berupa sekam padi akan

mengurangi polusi terhadap lingkungan.

Isolasi high-grade silika yang memiliki nilai ekonomis

yang lebih tinggi dari limbah pertanian yang murah,

melimpah, dan dapat diperbaharui.

Aplikasi abu silika dalam proses kimia (adsorben, katalis)

termasuk pembuatan produk silicon-based lainnya dengan

menggunakan abu sekam padi sebagai bahan baku yang

sifatnya lebih reaktif, ramah lingkungan, dan dapat

diperbaharui.

Pollution prevention,

sustainable environment,

and economic advantage

Renewable products,

sustainable environment,

and economic advantage

Aplikasi green technology

untuk menghasilkan bio-

based materials yang

sifatnya renewable dan

eco-friendly.

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

15

Luaran

Luaran yang diharapkan pada tahap I:

1. Didapatkan bahan baku yang sudah siap untuk perlakuan selanjutnya.

2. Didapat data-data mengenai kandungan awal air dan abu yang akan dipergunakan

pada tahap selanjutnya untuk perhitungan perolehan silika.

Luaran yang diharapkan pada tahap II:

Didapatkan kondisi proses terbaik berupa konsentrasi asam dan temperatur leaching

pada proses leaching menggunakan pelbagai jenis asam yang dapat menghasilkan silika amorf

dengan kadar kemurnian yang tinggi.

Indikator capaian

1. Didapatkan pengaruh yang cukup signifikan terhadap karakteristik dan kemurnian

silika yang dihasilkan melalui perlakuan asam menggunakan berbagai jenis asam.

2. Didapatkan kondisi optimum leaching baik konsentrasi asam maupun temperature

pada proses leaching yang untuk dapat menghasilkan silika dengan kemurnian yang

tinggi.

3. Telah disusun draft publikasi untuk minimal 2 artikel dalam jurnal nasional

terakreditasi atau jurnal internasional.

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

16

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, silika yang berasal dari sekam padi hendak diisolasi. Sekam padi

pertama-tama dibersihkan dan dipisahkan dari pengotornya seperti jerami, kerikil, dll.

Kemudian sekam padi tersebut dicuci 2-3 kali menggunakan aquades dan dikeringkan dalam

oven pada suhu 105C selama 1,5 jam. Sekam yang telah kering ditimbang sebanyak 30 gram

yang selanjutnya mengalami perlakuan awal menggunakan asam melalui proses leaching

untuk penghilangan logam-logam pengotor sebelum dilakukan proses thermal. Pada proses

leaching ini digunakan 2 variasi jenis asam yaitu asam nitrat (HNO3) dengan variasi

konsentrasi 0,01 M; 0,05 M; 0,1 M dan 1 M dan asam oksalat (H2C2O4) dengan variasi

konsentrasi 0,01 M; 0,1 M; 0,5 M dan 1 M. Proses leaching tersebut dilakukan pada berbagai

variasi suhu yaitu suhu ruang, 50C, 75C, 100C selama 1 jam.

Sekam hasil leaching tersebut kemudian dicuci dengan aquades untuk penghilangan

sisa asam dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 105C selama 1,5

jam. Proses thermal dilakukan di dalam furnace pada suhu 750C selama 5 jam dan laju

pemanasan 10C/menit. Pembakaran ini ditujukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa

organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Abu yang diperoleh dari hasil pembakaran

tersebut diharapkan merupakan silika yang memiliki kemurnian tinggi dan bersifat amorf.

Pada penelitian ini, didapatkan abu sekam padi yang bertindak sebagai kontrol atau tanpa

perlakuan awal asam sebesar 22,087% sedangkan abu sekam padi yang diberi perlakuan awal

asam sebesar 19-21%.

Selanjutnya dilakukan pengamatan warna abu silika yang dihasilkan diikuti dengan

beberapa metode karakterisasi seperti FTIR, XRD, BET-SAA, dan XRF yang akan dijabarkan

pada subbab-subbab berikut di bawah ini.

4.1 Hasil Pengamatan Abu Sekam Padi

Sekam hasil proses leaching dibakar dalam furnace (Ney Vulcan D-550, United

States) pada suhu 750C dalam waktu 5 jam dengan waktu pembakaran 10C/menit. Selain

itu, pada sekam padi tanpa perlakuan awal juga dilakukan pembakaran yang selanjutnya akan

digunakan sebagai kontrol. Berikut merupakan hasil pengamatan warna pada abu sekam padi.

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

17

Tabel 4.1 Warna Abu Sekam Padi

Sampel Warna Sampel Warna

Kontrol Abu-abu Kontrol Abu-abu

0,01 NO 25 Putih sedikit abu-abu 0,01 Ox 25 Putih keabu-abuan

0,05 NO 25 Putih sedikit abu-abu 0,1 Ox 25 Putih keabu-abuan

0,1 NO 25 Putih sedikit abu-abu 0,5 Ox 25 Putih keabu-abuan

1 NO 25 Putih 1 Ox 25 Putih sedikit abu

0,01 NO 50 Putih sedikit abu-abu 0,01 Ox 50 Putih sedikit abu

0,05 NO 50 Putih sedikit abu-abu 0,1 Ox 50 Putih krem

0,1 NO 50 Putih 0,5 Ox 50 Putih krem

1 NO 50 Putih 1 Ox 50 Putih krem

0,01 NO 75 Putih sedikit krem 0,01 Ox 75 Putih sedikit abu-abu

0,05 NO 75 Putih 0,1 Ox 75 Putih sedikit abu-abu

0,1 NO 75 Putih 0,5 Ox 75 Putih tulang

1 NO 75 Putih 1 Ox 75 Putih tulang

0,01 NO 100 Putih sedikit abu-abu 0,01 Ox 100 Putih sedikit abu-abu

0,05 NO 100 Putih 0,1 Ox 100 Putih krem

0,1 NO 100 Putih 0,5 Ox 100 Putih krem

1 NO 100 Putih sedikit krem 1 Ox 100 Putih krem

Keterangan sampel: angka di depan menunjukan variasi konsentrasi dalam Molar, kemudian dilanjutkan

dengan nama jenis asam yaitu NO melambangkan asam nitrat sedangkan Ox melambangkan asam oksalat, dan

diikuti angka terakhir yang menunjukan variasi suhu dalam C.

Gambar 4.1 Warna Abu Pada Sampel Kontrol, 1 NO 100 dan 1 Ox 100

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa terjadi perubahan warna mulai dari abu-abu, putih

sedikit abu-abu, putih krem hingga putih. Warna abu sekam padi yang berwarna abu-abu

menunjukkan pengotor inorganik. Secara kasar, dapat diperkirakan bahwa abu yang berwarna

putih memiliki kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Berdasarkan tabel

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

18

tersebut, dapat dilihat bahwa abu sekam padi yang telah mengalami proses leaching berwarna

lebih putih dibandingkan kontrol. Secara umum, semakin tinggi konsentrasi dan temperatur

maka semakin putih warna abu sekam padi yang dihasilkan. Warna semakin putih

menandakan bahwa kandungan silika yang dihasilkan semakin tinggi. Warna abu-abu pada

kontrol disebabkan karena adanya ikatan antara ion pengotor inorganik dengan karbon pada

abu sekam padi sehingga menyebabkan karbon tidak dapat teroksidasi sempurna oleh udara

(Krishnarao, 2001).

Abu yang dihasilkan melalui leaching dengan asam nitrat memiliki warna lebih putih

dibandingkan dengan abu dari leaching asam oksalat. Hal ini menunjukkan bahwa asam nitrat

merupakan asam kuat yang lebih efektif untuk menghilangkan zat-zat inorganik dalam sekam

daripada asam oksalat. Walaupun demikian, kemurnian silika yang terkandung pada abu

sekam padi tetap harus dianalisa secara kuantitatif menggunakan metode yang lain seperti

XRF.

4.2 Hasil Pengukuran Konduktivitas

Konduktivitas pelarut sebelum dan sesudah proses leaching diukur menggunakan alat

konduktivitimeter (Schott InstrumentsKonduktometer, Germany). Pengukuran ini ditujukan

untuk memperkirakan jumlah pengotor-pengotor inorganik yang berpindah dari sekam padi

ke fasa pelarut secara semi-kuantitatif. Secara umum konduktivitas pelarut setelah proses

leaching lebihbesar dibandingkan sebelum leaching baik menggunakan asam nitrat maupun

asam oksalat. Hal ini menunjukkan apabila konduktivitas meningkat maka kemurnian silika

yang dihasilkan juga tinggi. Berikut adalah hasil pengukuran konduktivitas larutan asam nitrat

(Gambar 4.2.) dan asam oksalat (Gambar 4.3).

Dari Gambar 4.2a., dapat dilihat bahwa pada temperatur leaching yang sama,

konduktivitas meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam nitrat (HNO3), di

mana peningkatan konduktivitas yang paling signifikan terjadi pada konsentrasi pelarut yang

paling tinggi yaitu 1 M. Namun, pada Gambar 4.3a. meningkatnya konsentrasi pelarut asam

oksalat (H2C2O4) tidak memiliki pengaruh terhadap konduktivitas yang diukur.

Peningkatan suhu leaching berpengaruh pada peningkatan konduktivitas baik pada

HNO3 maupun H2C2O4 (Gambar 4.2b dan 4.3b). Tampak bahwa kenaikan suhu berpengaruh

secara signifikan terutama pada konsentrasi HNO3 dan H2C2O4 yang tinggi. Hal ini

dikarenakan proses difusi logam-logam dari padatan ke pelarut akan meningkat seiring

dengan kenaikan temperatur sehingga konduktivitas meningkat yang menandakan bahwa

banyak pengotor logam yang terlucuti (Agustina N. dkk, 2013)

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

19

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Beda Konduktivitas Pada Proses Leaching Menggunakan

Asam Nitrat Berdasarkan (a) Variasi Konsentrasi Asam dan

(b) Variasi Suhu Leaching

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Beda Konduktivitas Pada Proses Leaching Menggunakan

Asam Oksalat Berdasarkan (a) Variasi Konsentrasi Asam dan

(b) Variasi Suhu Leaching

Dari hasil pengukuran konduktivitas didapatkan bahwa asam nitrat merupakan asam

yang lebih efektif dengan suhu optimum 100°C dan konsentrasi optimum 1 M. Pengukuran

konduktivitas ini hanya sebagai analisa kasar dan tidak bisa menjadi satu-satunya tolok ukur

dalam menganalisa kemurnian silika yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk mengetahui

kemurnian silika dilakukan karakterisasi XRF.

4.3 Hasil Uji XRF Abu Sekam Padi

Tujuan dari analisa XRF (X-Ray Fluorescence) pada abu sekam padi adalah untuk

mengetahui kandungan elemen-elemen yang terdapat dalam abu sekam padi dan mengetahui

(a) (b)

(a) (b)

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

20

kemurnian kandungan silika yang diperoleh. Berikut adalah hasil uji XRF pada beberapa

sampel abu sekam padi.

Tabel 4.2. Hasil Uji XRF Abu Sekam Padi

Elemen Kandungan (%)

Kontrol 0,05 NO 50 1 Ox 50 0,1 Ox 100 1 Ox 100

Si 84,7 97,5 0,05 95,5 0,01 96,4 0,007 97,7 0,006

K 4,68 0,25 0,05 0,20 0,02 - -

Ca 5,83 1,45 0,06 3,23 0,01 2,22 0,0005 1,2 0,01

Ti 0,23 - - - -

Cr 0,079 0,071 0,007 0,080 0,004 0,15 0,0004 0,15 0,005

Mn 0,92 0,11 0,003 0,13 0,005 0,14 0,002 0,078 0,003

Fe 1,22 0,27 0,004 0,33 0,01 0,703 0,0095 0,48 0,001

Ni 1,56 0,23 0,02 0,20 0,0003 0,21 0,004 0,20 0,0003

Cu 0,22 0,091 0,008 0,11 0,0007 0,13 0,005 0,15 0,002

Zn 0,13 - - - -

Re 0,29 - - - -

Eu 0,11 - 0,2 0,01 - -

Yb - 0,07 0,007 - - -

Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa abu sekam padi yang diberi perlakuan

awal asam memiliki kemurnian yang jauh lebih tinggi (> 95%) dibandingkan dengan abu

sekam padi yang tidak diberi perlakuan awal asam / kontrol (84,7%). Sampel 1 Ox 100

memiliki kemurnian yang paling tinggi yaitu 97,7% dan kemudian diikuti oleh 0,05 NO 50

(97,5%), 0,1 Ox 100 (96,4%), dan 1 Ox 50 (95,5%). Kemurnian silika akan meningkat seiring

dengan hilangnya pengotor-pengotor inorganik yang terdapat dalam sekam padi. Pengotor-

pengotor inorganik tersebut berupa logam-logam terutama K, Ca, Fe, Mn, Cu, Zn, dan lain-

lain seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Kemurnian silika pada sampel 1 Ox 100 lebih tinggi dibandingkan 1 Ox 50. Selain itu,

dapat dilihat pula bahwa sampel 1 Ox 100 tidak ditemukan adanya senyawa K sedangkan

sampel 1 Ox 50 masih memiliki senyawa K yang dapat mengganggu pada saat proses thermal.

Semakin tinggi temperatur leaching, maka semakin banyak pengotor-pengotor inorganik yang

berdifusi ke dalam pelarut. Adanya kalor menyebabkan jarak antar partikel zat padat semakin

renggang sehingga kekuatan gaya antar pertikel-partikel menjadi lemah dan partikel tersebut

akan mudah terlepas oleh karena adanya gaya tarik molekul-molekul pelarut.

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

21

Sampel 1 Ox 100 memiliki kemurnian yang lebih tinggi daripada 0,1 Ox 100. Dari

hasil tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi optimum untuk proses leaching silika ini

adalah 1 M. Hal ini juga dapat dilihat pada data konduktivitasnya (Tabel 4.1) di mana

konduktivitas untuk 1 Ox 100 jauh lebih tinggi dibandingkan konduktivitas untuk 0,1 Ox 100.

Dari hasil penelitian ini terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka

kelarutan logam-logam pengotor terhadap pelarut juga semakin besar meskipun masih

diperlukan kajian lebih lanjut.

Proses pelarutan tersebut secara umum merupakan reaksi penggaraman di mana terjadi

pertukaran kation dan anion antara logam pengotor (kation) dengan sisa asam (anion). Berikut

adalah reaksi pelarutan beberapa logam pengotor dengan asam nitrat, di mana reaksi ini

menghasilkan garam-garam terlarut.

K+ + 2HNO3(aq)2KNO3(aq) + H2O(l)

Ca2+

+ 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l)

Fe3+

+ 6HNO3(aq)2Fe(NO3)3(aq) + 3H2O(l)

Sedangkan pada proses leaching menggunakan asam oksalat, pengotor-pengotor

logam tidak mengalami reaksi penggaraman. Asam oksalat merupakan asam organik yang

dapat berinteraksi dengan logam-logam dan membentuk senyawa kompleks. Dari beberapa

penelitian telah dilaporkan bahwa senyawa kompleks memiliki peranan penting pada proses

katalitik, yaitu sebagai active site katalis. Senyawa kompleks ini mempunyai rumus umum

[M(L)n]x di mana M adalah atom pusat berupa logam-logam transisi dan L adalah ligan (Sari

dkk, 2013). Asam oksalat yang digunakan pada proses leaching akan bertindak sebagai ligan

bidentat dan merupakan senyawa basa Lewis yang mendonorkan pasangan elektron bebasnya

untuk berikatan dengan logam-logam membentuk senyawa kompleks. Berikut adalah contoh

reaksi pembentukan kompleks dengan logam Fe.

Fe3+

+ 3

Gambar 4.4. Pembentukan Senyawa Kompleks [Fe(C2O4)3]3-

C

C

O

O

O

O O

O

O O

Fe

O C

C

O

C

O O

C

3-

O O

O O

C C

2-

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

22

Oleh karena itu, dengan adanya kompleks yang terbentuk ini maka logam-logam pengotor di

dalam sekam padi semakin berkurang sehingga dapat meningkatkan kemurnian dari silika.

Berikut adalah contoh struktur silika.

Gambar 4.5. Struktur Silika (Sulastri S. dan Susila, 2010)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa asam nitrat dengan konsentrasi 0,05 M dengan

suhu leaching 50C memiliki kemurnian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan asam

oksalat dengan konsentrasi 1 M dengan suhu leaching 50C. Hal ini disebabkan karena semua

garam yang terbentuk dari asam nitrat dapat larut dengan sempurna.

Hasil analisa XRF tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin tinggi

konsentrasi asam dan suhu leaching yang digunakan pada proses leaching akan meningkatkan

kemurnian silika yang diinginkan. Secara umum tampak bahwa penggunaan asam oksalat

sebagai asam organik memiliki keefektifan yang relatif sama dengan asam nitrat dalam

penghilangan pengotor-pengotor inorganik selama proses leaching.

4.4 Hasil Uji FTIR Abu Sekam Padi

Pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscop) pada abu sekam padi

ditujukan untuk mengetahui gugus kimia yang terkandung dalam abu sekam padi. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan instrumen Bruker Tensor 27, Germany. Berikut adalah hasil

uji FTIR dari abu sekam padi tanpa perlakuan awal / kontrol dan sekam padi.

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

23

Gambar V.6. Spektra FTIR Abu Sekam Padi Tanpa Perlakuan Awal (Kontrol) dan Sekam

Padi

Dari Gambar V.6.terlihat bahwa abu sekam padi (kontrol) maupun sekam padi

memiliki gugus Si-O-Si pada bilangan gelombang 1089 cm-1

, 802 cm-1

dan 470 cm-1

(Umeda,

2009 dan Yusmaniar, 2007). Selain itu juga terdapat gugus –OH pada bilangan gelombang

3381 cm-1

dan 1625 cm-1

(Yusmaniar, 2007).

Pada sekam padi terdapat beberapa puncak yang menunjukkan adanya kandungan zat-

zat organik, seperti hemiselulosa dan lignin yang memiliki gugus C=O pada bilangan

gelombang 1714 cm-1

(Chuai et al., 2001 dan Khali et al., 2001), selulosa pada bilangan

gelombang 1359 cm-1

(Liu, 2006). Selain itu, juga ditemukan keberadaan gugus-gugus

organik lainnya pada rentang bilangan gelombang 1500-1300 cm-1

serta pada rentang 2900-

2800 cm-1

.

Dapat ditinjau dari Gambar 4.6. bahwa abu sekam padi (kontrol) tidak mengandung

senyawa-senyawa organik seperti yang terdapat pada sekam padi. Hal ini menunjukkan

bahwa semua senyawa organik yang terkandung dalam sekam padi hampir seluruhnya

terbakar pada temperatur 750C. Namun, dimungkinkan ada sedikit sisa karbon yang tidak

terbakar dan menghasilkan abu yang berwarna abu-abu (Tabel 4.1.).

Secara keseluruhan, dari Gambar 4.7. dan Gambar 4.8., spektra FTIR untuk silika baik

dengan perlakuan awal menggunakan asam nitrat maupun asam oksalat tidak terlalu berbeda.

Ditinjau dari variasi konsentrasi yang digunakan, hasil FTIR abu sekam padi juga

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada Gambar 4.7. dan Gambar 4.8., puncak-

puncak yang ada memiliki kemiripan dengan kontrol.

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

24

Gugus Si-O-Sibending vibration dapat ditemukan pada rentang bilangan gelombang

490-458 cm-1

sedangkan tipe stretching pada rentang bilangan gelombang 830-800 cm-1

dan

1100-1050 cm-1

. Gugus –OH terdapat pada bilangan gelombang 3471-3460 cm-1

. Puncak

pada bilangan gelombang 1658-1635 cm-1

disebabkan oleh adanya air (H2O teradsorpsi).

Selain itu, terdapat juga puncak yang menunjukkan gugus silanol pada bilangan gelombang

980-962 cm-1

. Dengan adanya gugus silanol, dapat dikatakan bahwa silika yang diperoleh

bersifat amorf dan reaktif. (Kirk-Othmer, 1984)

Gambar 4.7 Hasil Uji FTIR Abu Sekam Padi Dengan Perlakuan Awal Menggunakan Asam

Nitrat Pada (a) Variasi Konsentrasi Asam

(b) Variasi Temperatur Leaching

(a)

(b)

Page 34: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

25

Gambar 4.8 Hasil Uji FTIR Abu Sekam Padi Dengan Perlakuan Awal Menggunakan Asam

Oksalat Pada (a) Variasi Konsentrasi Asam

(b) Variasi Temperatur Leaching

Hasil FTIR dari penelitian ini memiliki kemiripan dengan jurnal acuan penelitian kami

yang dilakukan oleh Chandrasekhar (2005). Pada penelitian Chandrasekhar, terdeteksi sampel

abu silika yang diuji memiliki gugus Si-O-Sistretching (pada bilangan gelombang 1096 cm-

1dan 798 cm

-1) dan bending vibration (pada bilangan gelombang 466 cm

-1). Ditemukan pula

gugus –OH vibration pada bilangan gelombang 3437 cm-1

dan 1633 cm-1

. Pada kedua sampel

abu silika pada penelitian Chandrasekhar yang diuji memiliki bentuk yang mirip dan tidak

ditemukan adanya komponen karbon.

(a)

(b)

Page 35: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

26

4.5 Hasil Uji XRD Abu Sekam Padi

Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) ini bertujuan untuk menentukan sifat amorf dari

silika yang terkandung pada abu sekam padi. Berikut adalah hasil uji XRD untuk sampel

kontrol (tanpa perlakuan awal asam), 1 Ox 100 dan 1 NO 100.

Gambar 4.9 Hasil Uji XRD Untuk Kontrol, 1 Ox 100 dan 1 NO 100

Pada Gambar 4.9. terlihat bukit yang landai pada 2 = 22 baik pada sampel 1 Ox 100

dan 1 NO 100 yang merupakan karakteristik dari silika amorf. Hal ini membuktikan bahwa

silika yang didapatkan dari abu sekam padi yang mengalami perlakuan awal asam memiliki

sifat amorf (Kalapathy, 2000).

Namun, dari Gambar 4.9 juga bisa dilihat bahwa bukit yang dibentuk oleh sampel

kontrol yang tidak mengalami perlakuan awal asam berbentuk sedikit lebih tajam

dibandingkan dengan sampel 1 Ox 100 dan 1 NO 100. Bukit yang tidak landai tersebut

disebabkan karena adanya senyawa-senyawa inorganik yang masih terdapat dalam sekam

padi. (Umeda, 2008).

4.6 Hasil Uji BET-SAA Abu Sekam Padi

Analisa surface area / luas permukaan sampel abu sekam padi dilakukan di

Laboratorium Energi ITS Surabaya menggunakan instrumen Quantachrome. Metode yang

digunakan adalah metode serapan gas nitrogen pada monolayer dengan model BET

(Brunauer, Emmett, Teller). Berikut adalah hasil uji BET abu sekam padi.

Page 36: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

27

Tabel 4.3 Hasil Uji BET-SAA Pada Abu Sekam Padi

Sampel Luas Permukaan Spesifik BET (m2/g)

Kontrol 17,909

1 NO 100 227,605

1 Ox 100 259,209

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa perlakuan awal sekam padi menggunakan asam

terbukti mampu meningkatkan luas permukaan spesifik abu secara signifikan, yaitu sekitar

14x lipat, dibandingkan dengan abu sekam padi yang tidak mendapat perlakuan awal asam

(kontrol).

Pada abu sekam padi yang diberi perlakuan awal asam menggunakan konsentrasi 1 M

baik HNO3 maupun H2C2O4 dengan suhu leaching sebesar 100°C, memiliki luas permukaan

yang tergolong tinggi karena luas permukaannya berada di antara 200-500 m2/g (Lubis,

2009). Luas permukaan yang tinggi menunjukkan bahwa tidak adanya pengotor-pengotor

logam di dalam abu sekam padi sehingga tidak terjadi reaksi yang dapat menyebabkan

tertutupnya pori permukaan akibat pembentukan senyawa silikat yang dapat menurunkan luas

permukaan seperti yang terjadi pada sampel kontrol. Besarnya luas permukaan tersebut

mengindikasikan bahwa silika yang diperoleh dapat digunakan sebagai adsorben, filler, dll.

Luas permukaan yang dihasilkan oleh sampel 1 Ox 100 lebih besar daripada 1 NO

100. Hasil tersebut sangat mirip bila dibandingkan dengan hasil pada penelitian

Chandrasekhar (2005) yang menggunakan asam oksalat dan asam nitrat sebagai larutan

leaching, di mana luas permukaan abu sekam padi yang diberi perlakuan awal asam oksalat

(270,50 m2/g) lebih besar dibandingkan dengan menggunakan asam nitrat (216,62 m

2/g) dan

asam klorida (259,50 m2/g). Leaching dengan menggunakan asam oksalat dapat

meningkatkan jumlah logam yang terlucuti, sehingga jumlah logam tersisa pada sekam padi

menjadi lebih sedikit. Jumlah logam yang kecil pada sekam mempengaruhi proses

pembentukan abu sekam padi di mana jumlah oksida logam yang terbentuk lebih kecil.

Logam yang banyak dapat menyebabkan adanya reaksi dengan karbon yang dapat menutup

pori sehingga luas permukan menjadi kecil dan memungkinkan terbentuknya kristal kuarsa.

Dari hasil analisa didapatkan bahwa kemurnian silika yang diperoleh dari hasil

leaching menggunakan asam oksalat hampir sama dengan kemurnian silika menggunakan

asam nitrat. Dengan demikian, asam oksalat memiliki keefektifan yang mirip dengan asam

nitrat dalam penghilangan pengotor-pengotor inorganik. Asam oksalat yang merupakan asam

organik dapat digunakan lebih luas karena sifatnya yang tidak terlalu korosif jika

dibandingkan dengan asam nitrat.

Page 37: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

28

Pada studi awal penggunaan silika sekam padi sebagai pengemulsi pada campuran

emulsi minyak dalam air/ oil-in-water (O/W), variasi konsentrasi biosilika yang digunakan

berkisar antara 0,5-3% dan konsentrasi lecithin yang digunakan berada dalam rentang 0,05-

1,5%. Laju destabilisasi emulsi dengan campuran lecithin dan biosilika 10% lebih rendah

dibandingkan laju destabilisasi tanpa penambahan pengemulsi. Tidak ada pengaruh signifikan

dari variasi konsentrasi biosilika maupun lecithin. Laju destabilisasi emulsi yang disimpan

dalam refrigerator 20% lebih rendah dibandingkan dengan laju destabilisasi emulsi yang

disimpan pada suhu ruang. Biosilika berpotensi digunakan sebagai pengganti pengemulsi

sintetik untuk peningkatan kestabilan emulsi pada jangka pendek maupun jangka panjang.

Formulasi campuran emulsi serta kondisi operasi saat emulsifikasi masih perlu dikaji lebih

lanjut.

Page 38: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

29

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perlakuan awal yang dilakukan untuk mengisolasi silika dalam sekam padi

menggunakan asam nitrat maupun asam oksalat terbukti efektif dalam menghasilkan

silika yang bersifat amorf dengan kemurnian yang cukup tinggi yang dihasilkan

setelah pembakaran pada 750°C dalam waktu 5 jam.

2. Karakterisasi XRD pada abu dengan perlakuan awal menggunakan asam nitrat 1 M

dan asam oksalat 1M serta suhu leaching 100°C didapatkan puncak yang landai yang

merupakan karakteristik dari silika amorf.

3. Dari hasil analisa BET-SAA dihasilkan luas permukaan spesifik silika masing-masing

sebesar 227,605 m2/g untuk sampel 1 NO 100 dan 259,209 m

2/g untuk sampel 1 Ox

100.

4. Pada karakterisasi XRF didapatkan kemurnian silika yang tinggi pada sampel 1 Ox 50;

0,1 Ox 100; 1 Ox 100 dan 0,05 NO 50 berturut-turut adalah 95,5%; 96,4%; 97,7% dan

97,5%.

5. Konsentrasi asam dan suhu leaching optimum yang dapat menghasilkan kemurnian

silika tinggi adalah pada konsentrasi 1 M dan suhu leaching 100°C.

5.2 Saran

1. Pada saat pengambilan abu sekam padi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar

hasil abu yang dihasilkan lebih maksimal dan abu yang dihasilkan masih menyerupai

bentuk asli sekam sehingga dapat dilakukan karakterisasi Scanning Electron

Microscopy (SEM).

2. Di samping itu proses optimasi baik pada proses perlakuan asam (non-thermal)

maupun pada proses thermal (pembakaran) masih perlu ditingkatkan untuk

memperoleh silika dengan karakteristik dan kemurnian yang diharapkan.

3. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut pada variasi percobaan lainnya.

Page 39: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Agustina, N., Sri Waluyo, Warji dan Tamrin (2013), Pengaruh Suhu Perendaman

Terhadap Koefisien Difusi dan Sifat Fisik Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.),

Jurnal Teknik Pertanian Lampung, Vol.2 No. 1, 35-42.

2. Anonim A, 2006, Material Safety Data Sheet Crystalline Silica in The Form of Quartz,

The Rot Doctor: United States.

3. Anonim B, 2006, MSDS - Material Safety Data Sheet, U.S Silica Company.

4. Anonim, 2009, Rice Knowedge Bank, International Rice Research Institute. Available

from: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/index.php/rice-milling/byproducts-and-

their-utilization/rice-husk. Diakses tanggal 24 Maret 2012.

5. Anonim, 2012, FAOSTAT, ‗Food and Agricultural commodities production‘.

Available from: http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx. Diakses tanggal 21 April

2012.

6. Anonim, Badan Pusat Statistik, Agustus 2011, ‗Perkembangan Beberapa Indikator

Utama Sosial-Ekonomi Indonesia‘. Available from: www.bps.go.id. Diakses tanggal

21 April 2012.

7. Anonim, Badan Pusat Statistik, Mei 2010, ‘ Perkembangan Beberapa Indikator Utama

Sosial-Ekonomi Indonesia‘. Available from: www.bps.go.id. Diakses tanggal 21 April

2012.

8. Chakraverty, A., Mishra, P., and Banerjee, D. (1988) ‗Investigation of Combustion of

Raw and Acid-Leached Rice Husk for Production of Pure Amorphous White Silica‘,

Journal of Materials Science, Vol. 23, pp. 21-24.

9. Chandrasekhar, S., Pramada, P.N., and Majeed, J. (2006) ‗Effect of calcination

temperature and heating rate on the optical properties and reactivity of rice husk ash‘,

Journal of Materials Science, Vol. 41, pp. 7926-7933.

10. Chandrasekhar,S., Satyanarayana. K. G., Pramada, P.N., and Raghavan,P. (2003)

‗Review Processing, Properties and Applications of Reactive Silica from Rice

Husk—An Overview‘, Journal of Materials Science.Vol. 38,pp. 3159 – 3168.

11. Chandrasekhar, S., Pramada, P.N.,Praveen, L. (2005), Effect of Organic Acid

Treatment on The Properties of Rice Husk Silica, Journal of Materials Science 40,

6353-6544.

Page 40: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

31

12. Chuai, C., Almdal, K., Poulsen, L. and Plackett, D. (2001) ‗Conifer Fibres as

Reinforcing Materials for Polypropylene Based Composites‘, J. Appl. Polym. Sci., 80

(14), pp. 2833-2841.

13. Evert, R.F. (2006) ‗Esau's Plant Anatomy: Meristems, Cells, and Tissues of the Plant

Body: Their Structure, Function, and Development‘, third Edition, John Wiley &

Sons, USA.

14. Fessenden, R.J.J.S.F. (1986) ‗Organic Chemistry‘, third edition, California:

Wadsworth Inc., California.

15. Hanafi S., A. dan Nandang R.A. (2010) ‗Studi Pengaruh Bentuk Silika dari Abu

Ampas Tebu terhadap Kekuatan Produk Keramik‘, Jurnal Kimia Indonesia, Vol. 5,

hal. 35-38.

16. Harsono, H. (2002) ‗Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi‘, Jurnal Ilmu

Dasar, Vol. 3, hal. 98-103.

17. Houston, D.F. (1972) ‗Rice Chemistry and Technology‘, Vol. IV, American

Association of Cereal Chemist, Inc., St. Paul, Minnesota, USA.

18. Husnain (2010) ‗Mengenal Silika sebagai Unsur Hara‘, Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

19. Jones, T.S.(2000) ‗Silicon‘, U.S. Geological Survey Minerals Yearbook.

20. Kalapathy U., Proctor A., Shultz J. (2000), A Simple Method For Production of Pure

Silica From Rice Hull Ash, Bioresource Technology 73, 257-262.

21. Khali, H.P.S.A., Ismail, H., Rozman, H.D. and Ahmad, M.N. (2001) ‗The effect of

acetylation on interfacial shear strength between plant fibres and various matrices‘,

Euro. Polym. J., Vol. 37, pp. 1037-1045.

22. Kirk, R.E., and Othmer (1984) ‗Encyclopedia of Chemical Technology‘, Fouth

Edition, Vol. 21, John Wiley and Sons, Inc., New York.

23. Krishnarao, R.V, Subrahmanyam, J., and Kumar, T.J (2001) ‗Studies on The

Formation of Black Particles in Rice Husk Silica Ash‘, Journal of the European

Ceramic Society, Vol. 21, pp. 99-104.

24. Krishnarao, R.V. and Godkhindi, M.M. (1992), ‗Distribution of Silica in Rice Husks

and its Effect on the Formation of Silicon Carbide‘, Ceramics International, Vol. 18,

pp. 243-249.

25. Liu, C.-F., Ren, J.-L., Xu, F., Liu, J.-J., Sun, J.-X., andSun, R.-C. (2006) ‗Isolation and

Characterization of Cellulose Obtained from Ultrasonic Irradiated Sugarcane

Bagasse‘. J. Agric. Food Chem. Vol. 54, pp. 5742-5748.

Page 41: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

32

26. Lubis, S. (2009) ‗Preparasi Katalis Cu/Silika Gel dari Kristobalit Alam Sabang serta

Uji Aktivitasnya pada Reaksi Dehidrogenasi Etanol‘, Jurnal Rekayasa Kimia dan

Lingkungan, Vol. 7 No. 1, hal. 29-35.

27. Luh, B.S. (1991) ‗Rice Utilization‘, Second Edition, Vol. 2, Van Nostrand Reinhold,

USA.

28. Nakata, Y., Suzuki, M., and Okutami, T. (1989) ‗Preparation and Properties os SiO2

from Rice Hulls‘, Nippon Seramikkusu Kyokai Gakujutsu Ronbunshi, Vol. 97, pp.

842-849.

29. Narayanan, T. N., Liu, Z., Lakshmy, P.R., Gao, W., Nagaoka, Y., Kumar, D. S., Lou,

J., Vajtai, R., and Ajayan, P.M. (2012) ‗Synthesis of Reduced Graphene Oxide–Fe3O4

Multifunctional Freestanding Membranes and Their Temperature Dependent

Electronic Transport Properties‘. Carbon. Vol. 50, pp. 1338 –1345.

30. Oktaveni, D. (2009) ‗Lignin Terlarut Asam dan Delignifikasi pada Tahap Awal Proses

Pulping Alkali‘, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor.

31. Onggo, H., Indiarti, L., dan Martosudirjo, S. (1988) ‗Suhu Optimal Pengarangan dan

Pembakaran Sekam Padi‘, Telaah, Vol. XI (1 dan 2), hal. 34-41.

32. Pessoa, A. Jr., I.M.Mancilha, Sato, S. (2003) ‗Acid Hydrolysis of Hemicellulose from

Sugarcane Bagasse‘, Brazillian Journal of Chemical Engineering, Vol. 14 (3).

33. Sapei, L, Robert Noeske, Peter Strauch, Oskar Paris (2008) ‗Isolation of Mesoporous

Biogenic Silica from the Perennial Plant Equisetum hyemale‘, Chem. Mater., Vol 20,

pp. 2020-2025.

34. Sari, R.M., Syukri Darajat, Syukri Arief dan Admi (2013), Penentuan Kondisi

Optimum Aktifitas Katalitik Ni (II) - Asetonitril yang Diamobilisasi Pada Silika

Modifikasi Untuk Reaksi Transesterifikasi, Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-

3401), Vol. 2 No. 1, 59-67.

35. Socrates, G. (2001) ‗Infrared and Raman Characteristic Group Frequencies, Tables

and Charts’, 3rd

ed., pp. 241-247, John Wiley and Sons Ltd, England.

36. Somaatmadja, D. (1980) ‗Sekam Gabah sebagai Bahan Industri‘, Badan Penelitian dan

Pengembangan Industri.

37. Sulastri, S. dan Susila Kristianingrum (2010), Berbagai Macam Senyawa Silika:

Sintesis, Karakterisasi dan Pemanfaatan, Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pendidikan dan Penerapan MIPA, 211-215.

38. Sun, L., Gong, K. (2001) ‗Silicon-based Materials from Rice Husks and Their

Applications‘ Ind. Eng. Chem. Res., Vol. 40, pp. 5861-5877.

Page 42: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

33

39. Sunardi, S.P. (2006) ‗116 Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya‘, Yrama

Widya.

40. Tangendjaja, B. (1991) ‗Padi: Pemanfaatan Limbah Padi untuk Pakan‘. Buku 3.

Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

41. Umeda, J. and Kondoh, K. (2008) ‗High-Purity Amorphous Silica Originated in Rice

Husks via Carboxylic Acid Leaching Process‘, Journal of Materials Science, Vol.

43(22), pp. 7084-7090.

42. Umeda,J., I. Hisashi, et al. (2009). ‗Polysaccharide Hydrolysis and Metallic Impurities

Removal Behavior of Rice Husks in Citric Acid Leaching Treatment‘. Transactions of

JWRI, Vol 38 (2), pp. 13-18.

43. Yusmaniar, S. B. (2007) ‗Pengaruh Suhu Pemanasan Pada Sintesis Silika dari Abu

Sekam Padi‘, Jurnal Sains Materi Indonesia, Edisi Khusus Desember 2009, hal. 115-

117.

Page 43: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

34

LAMPIRAN

L.1 Instrumen

Gambar L.1 Spektrofotometri infra merah (FTIR) Brucker

Gambar L.2 Difraksi sinar-X (X’Pert Pro PACAnalytical)

Gambar L.3 Brunauer, Emmett and Teller (BET)

Page 44: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

35

Gambar L.4 X-rays fluorescence spectrometry (XRF)

Gambar L.5 Scanning electron microscopy (SEM)

Gambar L.6 Oven Memmert

Page 45: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

36

L. 2 Hasil Abu Sekam Padi

Page 46: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

37

Page 47: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

38

Page 48: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

39

L.3 Personalia Tenaga Peneliti

CURRICULUM VITAE KETUA PENGUSUL

A. Identitas Diri

Nama Lengkap (dengan gelar) Dr.rer.nat. Lanny Sapei, S.T., M.Sc.

Jenis Kelamin L/P

Jabatan Fungsional Lektor 200

NIP/NIK/Identitas lainnya 212021

NIDN 0425017801

Tempat, Tanggal Lahir Bandung, 25 Januari 1978

E-mail [email protected]

Nomor Telepon/ Hp 08562334496

Alamat Kantor Jurusan Teknik Kimia-Universitas

Surabaya gedung TG lt 5

Jl. Raya Kalirungkut Surabaya 60292

Nomor Telepon/ Faks 031-2981158/ 031-2981178

Lulusan yang telah dihasilkan S-1 = 25 orang

Mata Kuliah yang Diampu

1. Neraca Massa dan Energi

2. Teknologi Pemrosesan Pangan

3. Mikrobiologi Pangan

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi

Institut Teknologi

Bandung

University of Applied

Sciences Reutlingen,

Germany

Potsdam University/

Max-Planck Institute

of Colloids and

Interfaces, Germany

Bidang Ilmu Teknik Kimia Kimia terapan

(Biobased Materials)

Kimia Inorganik

(Biomaterials)

Tahun Masuk-Lulus 1996-2000 2001-2004 2004-2007

Judul Skripsi/ Tesis/ Ultrafiltration for Effect of PLDLA Characterisation of

Page 49: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

40

Disertasi reducing water

from crude palm oil

(CPO) wastewater

using hollow-fiber

membranes

scaffold geometries on

cartilage like tissue

formation

Silica in Equisetum

hyemale and its

transformation into

biomorphous

ceramics

Nama Pembimbing/

Promotor

Dr. Ir. IG Wenten Dr.rer.nat. Reinout

Stoop

Prof. Gunter

Grüninger

Dr.habil. Oskar Paris

Prof. Peter Strauch

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun

Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber

Jumlah

(juta Rp.)

1 2011 Ekstraksi antioksidan dari kulit buah

manggis

LPPM Unpar 12

2 2012 Isolasi dan karakterisasi silika dari

sekam padi

LPPM Unpar 12

3 2014 Optimasi perlakuan awal

menggunakan asam dan proses

thermal terhadap karakteristik abu

sekam padi (Tahun I)

LPPM Ubaya 15

4 2015 Optimasi perlakuan awal

menggunakan asam dan proses

thermal terhadap karakteristik abu

sekam padi (Tahun I)

LPPM Ubaya 15

5 2016 Pengolahan limbah berwarna

berwarna dengan teknologi ―hybrid

electrocoagulation-fenton‖ pada

sistem batch dan kontinyu

DIKTI 55

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber

Jumlah

(juta Rp.)

Page 50: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

41

1 2013 Treatability study dan perbaikan

proses unit pengolahan limbah cair

untuk CV.Bintang Apollo

Industri 11

2 2013 Penyelesaian masalah pemurnian

gliserol sebagai hasil samping

biodiesel

Industri 10

3 2014 ibM Petani buah di desa Duyung,

kecamatan Trawas, kabupaten

Mojokerto

DIKTI 45

4 2016 ibM Petani pembudidaya ikan desa

Pungpungan, Bojonegoro

DIKTI 47

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/ No./ th Nama Jurnal

1 Stability and Release Properties of

Double Emulsions for Food

Applications

27/-/2012 Food Hydrocolloids

2 Stability and Microstructure of Food-

Grade Double Emulsions

5/1/2/3/2012 International Journal

of Food, Nutrition &

Public Health

3 Pemanfaatan Abu Sekam Padi pada

Ozonisasi Minyak Goreng Bekas

untuk Menghasilkan Biodiesel

8/1/2014 Jurnal Rekayasa

Proses

4 Study on the Kinetics of Vitamin C

Degradation in Fresh Strawberry

Juices

9/-/2014 Procedia Chemistry

5 Improving Shelf-life of Cavendish

Banana Using Chitosan Edible

Coating

9/-/2014 Procedia Chemistry

6 Karakterisasi Silika Sekam Padi

dengan Variasi Temperatur Leaching

Menggunakan Asam Asetat

9/2/2015 Jurnal Teknik Kimia

7 The effect of banana starch

concentration on the properties of

chitosan-starch bioplastics

7/9S/2015 Journal of Chemical

and Pharmaceutical

Research

Page 51: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

42

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar Judul Makalah Ilmiah Waktu dan tempat

1 Seminar Nasional Teknik Kimia

Soebardjo Brotohardjono XII, Teknik

Kimia UPN ―Veteran‖ Jawa Timur

Pengaruh Aditif

terhadap Sifat

Mekanik dan Fisik

Kertas Daur Ulang

1 Juni 2016,

Surabaya

2 4th

International Conference on

Chemical Sciences (ICCS), Andalas

University,.

The effect of banana

starch concentration

on the properties of

chitosan-starch

bioplastics.

16-17 September

2015, Padang

3 Bali International Seminar on Science

and Technology (Bisstech) II,

Fakultas Teknik UPN ―Veteran‖ Jawa

Timur

Two-step Soda

Pulping Process of

Rice Straw for the

Recycle Papermaking

2-4 September

2014,

Sanur-Bali

4 International Conference and

Workshop on Chemical Engineering

UNPAR

Study on the Kinetics

of Vitamin C

Degradation in Fresh

Strawberry Juices

4-5 Desember

2013,

Kuta-Bali

5 The First Symposium in Industrial

Technology

Isolasi dan

karakterisasi silika

dari sekam padi

dengan perlakuan awal

menggunakan asam

klorida

17 November

2012, Yogyakarta

6 The International Food Conference Stability and

Microstructure of

Food-Grade Double

Emulsions

28-29 Oktober

2011, Surabaya

7 The International Conference on

Natural Sciences (ICONS)

Transformation of

Silica in Equisetum

hyemale into Bio-

morphous Ceramics

9-11 July 2011,

Batu-Malang

Page 52: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

43

G. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi

lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 Travel grant ACS 2014

2 Post Doctoral Fellowship Ryerson University and

AFMnet (Advanced Foods

and Materials Network),

Canada

2008-2010

3 PhD Scholarship Max-Planck Society,

Germany

2004-2007

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Surabaya, 29 Maret 2017

Peneliti,

(Dr.rer.nat. Lanny Sapei, S.T., M.Sc.)

Page 53: LAPORAN AKHIR TAHUN II PENELITIAN KOMPETITIF Penelitian …

44

L.4 HKI dan Publikasi

Ketua : Dr.rer.nat. Lanny Sapei, S.T., M.Sc.

Fakultas/Program Studi : Teknik / Teknik Kimia

Judul : Optimasi Perlakuan Awal Menggunakan Asam dan Proses Thermal terhadap

Karakteristik Abu Sekam Padi

Waktu Kegiatan : tahun ke – 2 dari rencana 2 tahun

Luaran yang direncanakan dan capaian tertulis dalam proposal awal:

No Luaran yang Direncanakan Capaian

1. Didapatkan bahan baku yang sudah siap untuk

perlakuan selanjutnya.

Bahan baku telah tersedia

2. Didapat data-data mengenai kandungan awal air

dan abu yang akan dipergunakan pada tahap

selanjutnya untuk perhitungan perolehan silika

Sudah dikarakterisasi kadar air

dan kadar abu silika dari sekam

padi

3. Publikasi ilmiah minimal 1 seminar nasional atau

internasional

1 prosiding internasional yang

sedang dalam proses untuk

dimuat dalam jurnal

internasional

PUBLIKASI ILMIAH

Keterangan

Artikel Jurnal

Nama jurnal yang dituju AJChe (ASEAN Journal of Chemical

Engineering)

Klasifikasi jurnal Scopus indexed

Judul artikel Kinetics of Oil-in-Water Emulsion

Stabilization using Lecithin and Biosilica

- Draft artikel

- sudah dikirim ke jurnal

- Sedang ditelaah v

- Sedang direvisi

- Revisi sudah dikirim ulang

- Sudah diterima

- Sudah terbit

Surabaya, 29 Maret 2017

Ketua,

(Dr.rer.nat. Lanny Sapei, S.T., M.S