laporan penelitian hibah kompetitif sesuai …eprints.ulm.ac.id/345/1/rekayasa kepiting bakau di...

53
PERTANIAN LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI PRIORITAS NASIONAL BATCH II TAHUN 2009 TEMA PENGENTASAN KEMISKINAN JUDUL PENELITIAN REKAYASA TEKNOLOGI PEMBESARAN KEPITING BAKAU (Scylla spp) DI TAMBAK UNTUK MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT Ir. Rukmini, MP. (Peneliti Utama) Siti Aisiah, SPi., MP. (Anggota) Noor Arida Fauzana, SPi., MSi. (Anggota) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN NOPEMBER 2009

Upload: phungkhuong

Post on 02-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

Halaman Peng

PERTANIAN

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH KOMPETITIF SESUAI PRIORITAS NASIONALBATCH II TAHUN 2009

TEMAPENGENTASAN KEMISKINAN

JUDUL PENELITIANREKAYASA TEKNOLOGI PEMBESARAN

KEPITING BAKAU (Scylla spp) DI TAMBAK UNTUKMENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT

Ir. Rukmini, MP. (Peneliti Utama)Siti Aisiah, SPi., MP. (Anggota)

Noor Arida Fauzana, SPi., MSi. (Anggota)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARMASIN

NOPEMBER 2009

Page 2: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

2

Halaman Pengesahan

RINGKASAN

Pengembangan Silvofisheries Budidaya Air Payau Pada Kegiatan PengembanganKawasan Budidaya Air Payau Dalam Rangka Pembinaan Dan PengembanganPerikanan Budidaya Propinsi Kalimantan Selatan, 2006. Rukmini, SyachradjadFrans, Hj. Mariatul Asiah, dan Abdullah Sani. 66 halaman

1. Judul Penelitian : Rekayasa Teknologi Pembesaran Kepiting Bakau(Scylla spp) Di Tambak Untuk Meningkatkan TarafHidup Masyarakat.

2. Bidang Ilmu : Pertanian3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ir. Rukmini, MP.b. Jenis Kelamin : Pc. NIP : 19650407 199203 2 002d. Jabatan Struktural : -e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepalaf. Fakultas/Jurusan : Perikanan/Budidaya Perairang. Alamat : Jl. A.Yani Km 36 Simpang Empat Banjarbarui. Telpon/Faks : (0511)4772124/ (0511)4772124j. Alamat Rumah : Jl. Sekumpul Gg. Cempaka RT.01 No. 33 Martapurak. Telpon/Faks/E-mail : (0511)7715121

4. Jangka Waktu Penelitian : 2 tahun (seluruhnya)5. Pembiayaan

- Jumlah biaya disetujui : Rp. 97.500.000,- (Tahun 1)6. Nomor Surat Perjanjian : 360/SP2H/PP/DP2M/VI/2009

Banjarbaru, 20 Nopember 2009

Mengetahui,Dekan Fakultas Perikanan Unlam Ketua Peneliti

Ir.H.Achmad Riswandi Bandung, MS. Ir. Rukmini, MP.NIP. 19530223 198003 1 002 NIP. 19650407 199203 2 002

MenyetujuiKetua Lembaga Penelitian Unlam

Dr. Ir. Ahmad Kurnain, MSc.NIP. 19630407 199103 1 003

Page 3: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

3

RINGKASAN

REKAYASA TEKNOLOGI PEMBESARAN KEPITING BAKAU (Scylla spp) DITAMBAK UNTUK MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKATRukmini, Siti Aisiah, dan Noor Arida Fauzana. 73 halaman.

Permasalahan yang sangat mendasar dari petambak ikan dan udang tradision

di desa Kuala Lupak Kalimantan Selatan adalah keterbatasan modal dan panen sering

gagal. Gagal panen disebabkan sering terjadi adanya pasang yang sangat tinggi.

Tambak ikut tenggelam, sehingga ikan dan udang yang dipelihara keluar dan juga

adanya penyakit yang menyerang ikan dan udang. Akibat sering gagal panen tersebut

banyak tambak yang tidak diusahakan lagi. Mereka hanya pasrah dan tidak mampu

bertahan lagi. Data tambak yang sekarang tidak diusahakan/produktif sekitar 2.652 ha

(80 % dari seluruh luas tambak 3.315 ha) (Pemda Kab. Batola, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menemukan teknologi aplikatif yaitu

berupa teknologi pembesaran kepiting bakau guna memanfaatkan lahan tambak yang

tidak produktif dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (2) Mengetahui metode

pembesaran kepiting bakau di tambak yang terbaik untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidupnya. (3) Mengetahui berat bibit, padat tebar, dan dosis pakan

optimal dari kepiting bakau untuk memacu pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya..

Tempat penelitian adalah di tambak di desa Kuala Lupak Kecamatan

Tabunganen Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan. Waktu penelitian

berlangsung selama 12 minggu (3 bulan) dari September - Nopember 2009. Penelitian

ini merupakan penelitian eksprimen di mana rancangan yang digunakan adalah RAL

Faktorial pola 3 x 3 x 3 dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama adalah Faktor U yaitu

ukuran bibit kepiting bakau, terdiri dari tiga taraf, yaitu: U1 = Ukuran kepiting ± 100

gram/ekor , U 2 = Ukuran kepiting ± 150 gram/ekor, dan U3 = Ukuran kepiting ± 200

gram/ekor.

Page 4: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

4

Faktor kedua adalah Faktor P yaitu padat tebar kepiting terdiri dari tiga taraf,

yaitu: P1 = Padat tebar kepiting 5 ekor/m2, P2 = Padat tebar kepiting 7 ekor/m2, dan

P3 = Padat tebar kepiting 9 ekor/m2. Faktor ketiga adalah Faktor D yaitu dosis pakan

terdiri dari tiga taraf, yaitu: D1 = Dosis pakan 5 % BB, D2 = Dosis pakan 10 % BB,

dan D3 = Dosis pakan 15 % BB.

Parameter diukur dengan interval waktu setiap 2 minggu sekali. Parameter

utama berupa kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) kepiting bakau dan tingkat

kelangsungan hidup / survival rate kepiting bakau (%). Selanjutnya dilakukan pula

pengamatan dan pengukuran beberapa parameter kualitas air dan kualitas tanah lokasi

sebagai media pemeliharaan. Data-data dilakukan pengujian hipotesis dengan Analysis

of Variance (Anova), tetapi sebelumnya data-data terlebih dahulu dilakukan prosedur uji

Normalitas Lilliefors.

Hasil penelitian adalah : (1) kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) mencapai

nilai paling rendah terjadi pada perlakuan U3P1D1 sebesar 40,119 % dan nilai paling

tinggi terjadi pada perlakuan U1P2D3 yaitu sebesar 113,015 %, termasuk dalam

katagori yang cukup pesat (2) Survival rate kepiting bakau 100 %; (3) Hasil analisis

statistik, faktor ukuran bibit berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif

kepiting bakau, di mana ukuran bibit 100 gram/ekor lebih baik pertumbuhannya

dibanding ukuran bibit 150 gram/ekor dan 200 gram/ekor, tetapi tidak berpengaruh

terhadap survival rate kepiting bakau (4) Faktor padat tebar kepiting bakau

berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif kepiting bakau, di mana

padat tebar 7 ekor/m2 lebih baik pertumbuhannya dibanding padat tebar 5 ekor/m2 dan

9 ekor/m, tetapi tidak berpengaruh terhadap survival rate kepiting bakau (5) Faktor

dosis pakan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif kepiting bakau,

di mana dosis 15 % BB lebih baik pertumbuhannya dibanding dosis 5 % BB dan 10 %

BB, tetapi tidak berpengaruh terhadap survival rate kepiting bakau (6) Hasil analisis

parameter kualitas air dan kualitas tanah lokasi penelitian desa Kuala Lupak Kabupaten

Barito Kuala cukup ideal bagi pengembangan pemeliharaan kepiting bakau.

Page 5: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

5

Dari hasil penelitian ini disarankan : (1) Oleh karena terbukti sangat

menguntungkan, maka di wilayah Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala perlu

dikembangkan usaha pemeliharaan kepiting bakau, sebagai diversifikasi komoditi bagi

petani bandeng dan udang windu setempat

(Jurusan / Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan UniversitasLambung Mangkurat Banjarbaru, Dibiayai oleh Direktorat Jenderal PendidikanTinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat PerjanjianPelaksanaan Penelitian Nomor: 306/SP2H/PP/DP2M/VI/2009, tanggal 30 Juli2009).

Page 6: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

6

SUMMARY

APPLIED TECHNOLOGY OF MUD CRAB (Scylla spp) CULTURE IN PONDTO INCREASE FARMERS INCOMERukmini, Siti Aisiah and Noor Arida Fauzana. 73 pages.

The main problem of the fish and prawn traditional farmers in Kuala Lupak

South Kalimantan are less of capital and unsuccessfully harvest. Unsuccesfully harvest

caused by overflooded of the highest tide in ponds. The consequences of fish and tiger

prawn cultured were get out of the ponds and also the fish and prawn were attacked by

diseases. So the ponds are not productif anymore. Therfose, the farmers just leave then

and can not be used anymore. The data of now productive ponds are about 2.652 ha (80

% of the total 3..315 ha ponds) (Pemda Kabupaten Batola, 2008).

The objective of this research are : (1) To find out the apllied technology for

culturing of the mud crab by using the non productive ponds , that can increase of the

farmers income. (2) To know the best culture method of mud crab in ponds for its

growth and survival rates. (3) To know the weight, density, and optimalize doses of

feed for mud crab which is given the best growth and survival rates.

Location of the research is in Kuala Lupak village, Tabunganen, Barito Kuala

district, South of Kalimantan Province. The research was carried out in 12 weeks (3

moths), from September to Nopember 2009. The research applied Factorial

Experimental Design of Completely Random Design (CRD) in which 3 x 3 x 3

treatments with 3 replications each. The first factor is the individual size of the mud

crab (U) with 3 degree size in which U1 = ± 100 gram, U2 = ± 150 gram, and U3 = ±

200 gram, and the second factor is mud crab density (P) in which P1 = 5 ind/m2, P2= 7

ind/m2, and P3 = 9 ind/m2. and third factor is the doses of feed given (D) with 3 degree

in which D1 = 5 % BW, D2= 10 BW, and D3 = 15 % BW.

Each parameter of this research was measured for 2 week time interval. Main

parameter were the relative weight growth (%) and survival rate (%) of the mud crab,

while other parameter was water quality and site location quality as culture media. All

Page 7: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

7

the data and hyphotesis were analized with Analysis of Variance (Anova), but before

the data were analized with Normally Lilliefors procedure .

The research results was : (1) The lowest relatif growth weight of the mud crab

was U3P1D1= 40,119 % and the highest was U1P2D3 = 113,015 %. (2) Survival rates

was 100 % for all treatments. (3) Statistical analyze showed that the size of seed factor

was significantly different to growth of the mud crab, in which the lower size (±100

gram) was better than the langer size of ±150 gram and ± 200 gram each. (4) The

density factor was significantly different to growth of the mud crab in which the

density of 7 ind/m2 was better than the density of 5 and 9 ind/m2. (5) Doses of food

factor was significantly different of to growth of the mud crab, in which the doses of 15

% BW was better than doses of 5 % BW and 10 % BW. (6) Water quality and site

location quality in Kuala Lupak Barito Kuala was good and ideal for culturing of the

mud crab.

Recomendation of the research was in Kuala Lupak village in Barito Kuala,

must be developed to mud crab culture as diversification comodity for local

aquaculturist of milk fish and tigger prawn to increase the farmers income.

(Study Program : Aquaculture Faculty of Fisheries, Lambung MangkuratUniversity, Banjarbaru, Budget from Directorate General of Higher Education,Department of National Education : Fit with Promised Letter Conducted ResearchNumber : 306/SP2H/PP/DP2M/VI/2009, dated July, 30, 2009).

Page 8: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

8

PRAKATA

Permasalahan yang sangat mendasar dari masyarakat petambak ikan dan udang,

umumnya dan khususnya di desa Kuala Lupak Batola Kalimantan Selatan adalah

masalah keterbatasan modal dan budidaya di tambak yang sering gagal. Kegagalan

disebabkan pasang yang sangat tinggi sehingga ikan dan udang keluar dan adanya

penyakit menyerang ikan dan udang. Akibatnya sekarang ini banyak tambak tidak

produktif lagi dibiarkan begitu saja. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini perlu

adanya alternatif komoditas yang dapat diusahakan di tambak.

Dalam rangka mengatasi permasalahan ini, salah satu alternatif yang ditawarkan

adalah rekayasa teknologi pembesaran kepiting bakau (Scylla spp) di tambak. Sudah

waktunya petani mengalihkan usahanya dengan komoditi selain ikan bandeng dan

udang windu. Hal ini karena kepiting bakau merupakan komoditi ekspor dengan harga

mahal, di mana jika diusahakan dengan baik akan mendatangkan keuntungan besar.

Ditambah lagi di desa Kuala Lupak benih kepiting bakau sangat banyak. Dari hal inilah

dicoba suatu penelitian dengan rekayasa teknologi pembesaran kepiting bakau dalam

karamba, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pada kesempatan ini Tim Peneliti, mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Rasa terima kasih ini

terutama ditujukan kepada:

1. Ditbinlitabmas – Dikti Jakarta sebagai penyandang dana

2. Ketua Lembaga Penelitian Unlam Banjarmasin

3. Dekan Fakultas Perikanan Unlam Banjarbaru

4. Ketua Jurusan / Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Unlam.

5. Kepala Desa Kuala Lupak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan beserta

masyarakat petani tambak.

6. Teman-teman sejawat di Jurusan Budidaya Perairan yang telah memberikan

motivasi dalam penelitian ini.

Page 9: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

9

Kegiatan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu

dimohon untuk saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan di masa-masa akan

datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, 20 Nopember 2009

Tim Peneliti,

Page 10: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… i

RINGKASAN ……………………………………………………………… ii

SUMMARY ................................................................................................... iii

PRAKATA ………………………………………………………………….... iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. v

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. vii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………... 1

1. Latar Belakang ………………………………………………. 1

2. Tujuan Khusus .......................................................................... 2

3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian ................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................…………………………… 7

1. Potensi Lahan Tambak..………………………………………. 7

2. Kepiting Bakau ......................................................................... 7

3. Teknologi Bertambak Kepiting Bakau...…………………...... 9

4. Studi Pendahuluan Yang Sudah Dilaksanakan ..…………...... 11

BAB III. METODE PENELITIAN.............………………………………... 13

1. Tempat dan Waktu Penelitian …………………....................... 13

2. Bahan dan Peralatan ................................................................ 14

3. Konstruksi Karamba …............................................................. 14

4. Rancangan dan Parameter ......................................................... 15

5. Hipotesis Statistik dan Analisis Data ........................................ 18

Page 11: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 21

1. Pertumbuhan Kepiting Bakau .………………………………... 21

2. Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau …………………………. 32

3. Kualitas Air dan Tanah .……………………………………... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................………... 39

1. Kesimpulan...............…..............…………………………….. 39

2. Saran..................................................………………………… 39

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 40

LAMPIRAN…………………………………………………………………… 42

Page 12: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

12

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Permasalahan yang sangat mendasar dari petambak ikan dan udang tradisional

di desa Kuala Lupak Kalimantan Selatan adalah keterbatasan modal dan panen sering

gagal. Gagal panen disebabkan sering terjadi adanya pasang yang sangat tinggi.

Tambak ikut tenggelam, sehingga ikan dan udang yang dipelihara keluar dan juga

adanya penyakit yang menyerang ikan dan udang. Akibat sering gagal panen tersebut

banyak tambak yang tidak diusahakan lagi. Mereka hanya pasrah dan tidak mampu

bertahan lagi. Data tambak yang sekarang tidak diusahakan/produktif sekitar 2.652 ha

(80 % dari seluruh luas tambak 3.315 ha) (Pemda Kab. Batola, 2008).

Disisi lain, mata pencaharian mereka sebagai nelayan di laut juga hasil

tangkapannya semakin menurun. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Batola

(2008), hasil tangkapan ikan dilaut pada tahun 2006 sebesar 3.035,9 ton, 2007 sebesar

2.863,7 ton sedangkan 2008 hanya sebesar 1.246,7 ton. Sedangkan biaya operasional

ke laut meningkat, karena harga bahan bakar yang mahal. Ditambah lagi akhir-akhir ini

keadaan cuaca dilaut yang sering badai dan angin topan. Sehingga nelayan sering tidak

dapat melaut untuk menangkap ikan. Pendapatan keluarga sangat rendah padahal

keperluan sehari-hari mahal, sehingga masyarakat desa ini miskin.

Dari permasalahan tersebut di atas, maka sangat perlu dilakukan uji coba suatu

usaha pertambakan dengan teknologi pembesaran kepiting bakau.. Dengan

pertimbangan bahwa pembesaran kepiting bakau tidak memerlukan modal yang besar,

Page 13: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

13

bibit kepiting banyak, paling mudah dipelihara, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan

sangat laku dipasaran. Menurut Fujaya (2007), harga kepiting bakau. hidup ditingkat

pedagang pengumpul dapat mencapai Rp.100.000,- per kg untuk grade CB (betina besar

berisi/bertelur, ukuran > 200 g/ekor) dan Rp.30.000,- untuk LB (jantan besar berisi,

ukuran > 500g- 1000g/ekor). Kepiting lunak/soka harganya dua kali lipat lebih tinggi.

Di luar negeri, harga kepiting bakau grade CB dapat mencapai 8.40 U$ - 9.70 U$ per kg

sedangkan LB dihargai 6.10 U$ - 9.00 U$ per kg. Ukuran >1000g (Super crab)

harganya 10.5 U$ per kg.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Menemukan teknologi aplikatif yaitu berupa teknologi pembesaran kepiting bakau

guna memanfaatkan lahan tambak yang tidak produktif dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

b. Mengetahui metode pembesaran kepiting bakau di tambak yang terbaik untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.

c. Mengetahui berat bibit, padat tebar, dan dosis pakan optimal dari kepiting bakau

untuk memacu pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.

d. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara berat bibit, padat tebar, dan dosis pakan

yang diberikan.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

14

e. Mengetahui apakah teknologi pembesaran kepiting bakau di tambak dapat

diterapkan di desa Kuala Lupak Batola dan memberikan keuntungan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Batola Kalimantan Selatan yang

didukung hasil pengamatan dan penelitian di beberapa daerah pertambakan khususnya

menunjukkan banyak lahan tambak tidak produktif. Petambak tidak memelihara ikan

bandeng dan udang windu. lagi. Data terakhir menunjukkan tambak yang tidak

diusahakan/produktif sekitar 5.052 ha (80 % dari seluruh luas tambak 6.315 ha)..

Permasalahan yang sangat mendasar dari petambak ikan dan udang tradisional

ini adalah keterbatasan modal, pengetahuan/keterampilan, dan sering gagal panen.

Kegagalan panen disebabkan sering terjadi adanya pasang yang sangat tinggi dan

mendadak. Tambak tenggelam, sehingga ikan dan udang yang dipelihara keluar dan

juga adanya penyakit yang menyerang ikan dan udang seperti White spots dan insang

hitam. Akibat sering gagal panen tersebut banyak tambak yang tidak produktif lagi.

Mereka hanya pasrah dan tidak mampu bertahan lagi.

Disisi lain, mata pencaharian utama mereka sebagai nelayan di laut juga hasil

tangkapannya semakin menurun. Menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Batola

(2008), hasil tangkapan ikan dilaut pada tahun 2006 sebesar 3.035,9 ton, 2007 sebesar

2.863,7 ton sedangkan 2008 hanya sebesar 1.246,7 ton. Sedangkan biaya operasional

ke laut meningkat. Ditambah lagi akhir-akhir ini keadaan cuaca dilaut yang sering badai

Page 15: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

15

dan angin topan. Nelayan sering tidak dapat melaut untuk menangkap ikan.

Pendapatan keluarga sangat rendah, tidak dapat mencukup keperluan hidup akibatnya

masyarakat desa ini miskin.

Dari permasalahan tersebut di atas, sangat diperlukan uji coba suatu usaha

pertambakan dengan teknologi pembesaran kepiting bakau.. Dengan pertimbangan

bahwa pembesaran kepiting bakau tidak memerlukan modal yang besar, bibit kepiting

banyak terdapat di desa, paling mudah dipelihara, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan

sangat laku dipasaran lokal., nasional dan internasional. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Aisiah (2007), bibit kepiting bakau hijau (Syclla spp) sangat banyak

terdapat di desa Kuala Lupak, kepiting ini keluar dari lubang-lubang tanah dibawah

hutan bakau/mangrove untuk mencari makan pada saat menjelang malam hari. Hal ini

berarti sekaligus menunjukkan bahwa di desa ini cocok untuk budidaya kepiting bakau.

Menurut Fujaya (2007), harga kepiting bakau. hidup ditingkat pedagang

pengumpul dapat mencapai Rp.100.000,- per kg untuk grade CB (betina besar

berisi/bertelur, ukuran > 200 g/ekor) dan Rp.30.000,- untuk LB (jantan besar berisi,

ukuran > 500g- 1000g/ekor). Kepiting lunak/soka harganya dua kali lipat lebih tinggi.

Di luar negeri, harga kepiting bakau grade CB dapat mencapai 8.40 U$ - 9.70 U$ per kg

sedangkan LB dihargai 6.10 U$ - 9.00 U$ per kg. Ukuran >1000g (Super crab)

harganya 10.5 U$ per kg.

Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan,

permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat

mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena

Page 16: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

16

keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim.

Padahal, negara yang menjadi tujuan ekspor kepiting bukan hanya Amerika tetapi juga

Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah negara di

kawasan Eropa. Sebuah perusahaan di Tarakan yang menjadi pengumpul sekaligus

eksportir kepiting mengaku hanya sanggup mengirim 20 ton kepiting per bulan ke

Korea, padahal permintaan mencapai 80 ton per bulan.

Kepiting tersebut diekspor dalam bentuk segar/hidup, beku, maupun dalam

kaleng. Di luar negeri, kepiting merupakan menu restoran yang cukup bergengsi. Dan

pada musim-musim tertentu harga kepiting melonjak karena permintaan yang juga

meningkat terutama pada perayaan-perayaan penting seperti imlek dan lain-lain.

Daging kepiting, tidak saja lezat tetapi juga menyehatkan. Daging kepiting

mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan kesehatan. Meskipun mengandung

kholesterol, makanan ini rendah kandungan lemak jenuh, merupakan sumber Niacin,

Folate, dan Potassium yang baik, dan merupakan sumber protein, Vitamin B12,

Phosphorous, Zinc, Copper, dan Selenium yang sangat baik. Selenium diyakini

berperan dalam mencegah kanker dan pengrusakan kromosom, juga meningkatkan daya

tahan terhadap infeksi virus dan bakteri. Selain itu, Fisheries Research and

Development Corporation di Australia melaporkan bahwa dalam 100 gram daging

kepiting bakau mengandung 22 mg Omega-3 (EPA), 58 mg Omega-3 (DHA), dan 15

mg Omega-6 (AA) yang begitu penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Bahkan kandungan asam lemak penting ini pada rajungan lebih tinggi lagi. Dalam 100

gram daging rajungan mengandung 137 mg Omega-3 (EPA), 90 mg Omega-3 (DHA),

Page 17: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

17

dan 86 mg Omega-6 (AA). Untuk kepiting lunak/soka, selain tidak repot memakannya

karena kulitnya tidak perlu disisihkan, nilai nutrisinya juga lebih tinggi, terutama

kandungan chitosan dan karotenoid yang biasanya banyak terdapat pada kulit.

Bukan hanya dagingnya yang mempunyai nilai komersil, kulitnyapun dapat

ditukar dengan dollar. Kulit kepiting diekspor dalam bentuk kering sebagai sumber

chitin, chitosan dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan

baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut memegang peran

sebagai anti virus dan anti bakteri dan juga digunakan sebagai obat untuk meringankan

dan mengobati luka bakar. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet

makanan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu adanya suatu penelitian

pembesaran kepiting bakau di tambak. Hal ini sangat penting dan utama dalam rangka

memanfaatkan lahan tambak yang tidak produktif untuk meningkatkan pendapatan dan

taraf hidup masyarakat.. Hasil penelitian ini diharapkan ditemukannya suatu teknologi

pembesaran kepiting bakau yang mapan (well proven), sehingga dapat diterapkan dan

dapat memecahkan masalah masyarakat di desa Kuala Lupak secara komprehensif.

Page 18: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Potensi Lahan Tambak

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan

luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 5.8 juta

kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah laut tersebut ditaburi

lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang

merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai tersebut, yang

potensil sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha. Yang digunakan sebagai tambak udang

baru 300.000 Ha. (Dahuri, 2005). Sisanya masih tidur atau tidak produktif. Artinya,

peluang membangunkan potensi tambak tidak produktif tersebut untuk budidaya

kepiting masih terbuka.

2. Kepiting Bakau

Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis

kepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan. Di dunia,

kepiting bakau sendiri terdiri atas 4 spesies dan keempatnya ditemukan di

Indonesia, yakni: kepiting bakau merah (Scylla olivacea) atau di dunia internasional

dikenal dengan nama“red/orange mud crab”, kepiting bakau hijau (S .serrata) yang

dikenal sebagai “giant mud crab” karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg per

ekor, S. tranquebarica (Kepiting bakau ungu) juga dapat mencapai ukuran besar dan

S. paramamosain (kepiting bakau putih) (Fujaya, 2007).

Page 19: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

19

Potensi kepiting bakau yang melimpah di desa Kuala Lupak ini, terlihat ketika

peneliti berada di desa. Hanya dalam hitungan beberapa waktu, ratusan kepiting bakau

dari berbagai ukuran konsumsi ada disana. Ternyata, pengumpul kepiting dari desa ini

telah menunggu dan segera mensortir kepiting bakau layak ekspor untuk dijual ke

coldstorage, sisanya (Grade BS/rejected live mud crab) dijual kepada pedagang lokal.

Menurut pengumpul tersebut, setiap harinya didapatkan sekitar 80-100 kg kepiting dan

langsung habis terjual. Masyarakat desa sekarang ini hanya mencari dan menangkap

kepiting bakau ukuran konsumsi untuk kemudian dijual kepedang pengumpul dengan

harga Rp. 40.000 – Rp.50.000,- per kg.

Bila ingin menjadikan kepiting sebagai komoditas andalan maka penangkapan

dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang berlebihan dapat mengancam

kelestarian hewan ini. Karena itu, budidaya adalah pilihan yang tepat. Ada beberapa

teknologi yang mendukung kegiatan budidaya tersebut, yakni: pembenihan,

pembesaran, penggemukan, produksi kepiting bertelur, dan produksi kepiting

lunak/soka.

Pembesaran kepiting bakau umumnya dilakukan di dalam tambak baik dengan

maupun tanpa pagar bambu atau waring, juga dapat ditumpangsarikan dengan rumput

laut. Penggemukan dan produksi kepiting bertelur dilakukan dalam kurungan yang

terbuat dari bambu atau dalam keramba apung, dan kepiting lunak dipelihara dalam

keranjang secara individu. Ukuran keramba dapat dimodifikasi, tergantung pada target

produksi, kemampuan dan permodalan. Keramba diberi pelampung pada setiap sisinya,

Page 20: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

20

kemudian dapat diletakkan dalam tambak, saluran pemasukan air, atau daerah pinggiran

sungai.

Pemilihan spesies dan teknik budidaya perlu dilakukan dengan cermat agar

usaha ini lebih menguntungkan. Untuk tujuan produksi daging, budidaya sebaiknya di

arahkan ke kultur monoseks jantan terutama spesies S. serrata dan S. transquebarica

(kepiting bakau hijau dan ungu/hitam) karena lebih cepat besar sehingga waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai ukuran ekspor lebih singkat. Untuk produksi kepiting

bertelur, sebaiknya menggunakan spesies S. olivacea (kepiting bakau merah/orange)

karena lebih cepat bertelur. Untuk produksi kepiting lunak/soka kepiting yang dijadikan

bahan baku dapat dari semua spesies dengan ukuran lebar karapas 5-7 cm. Setelah

molting atau berganti kulit, ukuran kepiting akan bertambah sekitar 30 %.

3. Teknologi Bertambak Kepiting Bakau

a. Memilih Metode Tambak

Metode budidaya kepiting bakau yang sesuai dengan kondisi lahan adalah

menggunakan sistem hamparan tambak dalam ukuran luas tertentu, dengan penebaran 5

- 9 ekor bibit kepiting bakau/m2. Namun untuk mencari bibit yang jumlahnya sampai

ribuan ekor sekaligus, sesuai dengan ukuran luas tambak, rasanya tidak mungkin. Maka

untuk mencapai jumlah penebaran bibit itu dilakukan secara bertahap.

Page 21: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

21

b. Bibit

Keberhasilan suatu budidaya kepiting bakau di samping ditunjang teknik

budidaya yang handal, tersedianya bibit juga sangat menentukan. Untuk usaha budidaya

penggemukan kepiting ada cara untuk memperoleh bibit, yaitu: Para pencari bibit

menjual kepada pedagang pengumpul, yang kemudian oleh pedagang pengumpil

diseleksi sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Untuk ukuran keci-kecil

langsung dijual kepada petani pembudidaya. Biasanya ukuran bibit kepiting berkisar

antara antara 100 – 200 gr.

c. Pemberian Pakan

Menurut Fathullah (2006), kepiting bakau termasuk hewan Carnivora (pemakan

daging). Bahan pakan untuk kepiting mudah didapat. Pakan kepiting bakau berupa ikan

rucah, siput, gondang, dan lain-lain. Pemberian pakan dilakukan 2-3 kali sehari, yaitu:

pagi, sore dan malam hari. Adapun dosis pemberian pakan antara 5 – 15% dari

perkiraan berat badan kepiting bakau yang dipelihara.

d. Pemanenan dan Cara Pengemasan

Masa pemeliharaan penggemukan kepiting bakau relatif singkat atau juga

tergantung dari awal penebaran bibit. Untuk bibit ukuran 100 gram dalam masa

pemeliharaan 1,5 – 2 bulan sudah bisa mencapai ukuran konsumsi (3–4 ekor/kg).

Namun apabila awal sudah mempunyai berat lebih dari 200 gram, maka masa

pemeliharaan bisa lebih singkat. Petani memanen kepiting bakau dilakukan secara

Page 22: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

22

selektif yaitu dengan cara memancing dan memisahkannya antara kepiting bakau

yang sangat gemuk dan yang telah mengalami matang gonad atau matang telur.

Kepiting bakau yang sedang matang telur mempunyai harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang lain. Kepiting bakau sebelum diikat diletakkan ke dalam air

bersih beberapa saat. Setelah itu kepiting bakau baru diikat kakinya dengan tali raffia

atau karet, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang atau tempat lainnya yang diberi

alas bawah dan penutup atasnya dari handuk atau kain basah sebagai pelembab.

Sehingga dengan demikian, kulit kepiting bakau tidak dapat mengeras kembali sampai

dikonsumsi (Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo, 2009).

4. Studi Pendahuluan Yang Sudah Dilaksanakan

Hasil penelitian Rukmini dan Olga (2000), didapat bahwa kepiting bakau yang

dipelihara dalam bak beton selama 2 bulan dengan diberi pakan udang-udang kecil dan

bekicot kecepatan pertumbuhannya sekitar 50 %. Rata-rata berat bibit yang ditebar 100

gram menjadi 150 gram.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rukmini dan Fauzana (2001), hasilnya

intermoulting kepiting bakau lebih cepat terjadi dengan pemberian pakan ikan rucah

dari pada pakan bekicot dan gondang.

Selajutnya menurut Aisiah (2007), bibit kepiting bakau yang banyak terdapat di

desa Kuala Lupak adalah kepiting bakau hijau (S .serrata ). Kepiting tersebut keluar

dari lubang-lubang tanah dibawah hutan bakau/mangrove dan dipinggir sungai untuk

Page 23: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

23

mencari makan pada saat menjelang malam hari. Hal ini berarti sekaligus menunjukkan

bahwa di desa ini kondisi alamnya sangat cocok untuk budidaya kepiting bakau.

Page 24: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

24

BAB III. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tambak di desa Kuala Lupak Kecamatan Tabunganen

Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan. Desa Kuala Lupak merupakan

lokasi pertambakan di wilayah Kalimantan Selatan, karena terletak di pantai. Waktu

penelitian direncanakan berlangsung selama 3 bulan, dengan rincian jadwal seperti

tersaji pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

NoBulan

1 2 3

1. Persiapan xx2. Pelaksanaan

a. Penebaran bibit kepitingbakau

x

b. Pengamatan danpenimbangan berat

xx xxxx xx

c. Pengukuran dan analisakualitas air

xx xxxx xx

3. Pengolahan dan analisisdata

x

4. Pelaporan xa. Draf Laporan xb. Seminar Hasil xc. Laporan akhir xd. Penggandaan dan

distribusi laporanx

x = 1 minggu

Page 25: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

25

2. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Bibit kepiting bakau (Scylla spp) berat 100 – 200 gram/ekor

b. Pakan berupa udang-udang kecil, ikan rucah, bekicot, dan gondang.

c. Bahan-bahan kimia untuk pengawet specimen dan analisa kadar NH3-N di perairan

Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi:

a. Wadah karamba 81 buah, masing-masing berukuran 1 m x 1 m x 1 m.

b. Peralatan sampling (timbangan, scop net kawat dll)

c. Peralatan pengukur kualitas air in situ (thermometer, hand refraktometer, pH-meter,

DO-meter, dan Organic meter).

3. Konstruksi Karamba

Wadah pemeliharaan berupa karamba terbuat dari bahan bambu yang diletakkan

ke dalam tambak. Penempatan karamba ½ bagian didalam air, ½ bagian dipermukaan

air tambak. Didalam karamba juga diberi pelampung kayu untuk kepiting menempel.

Kisi-kisi karamba lebih kecil disesuaikan dengan ukuran bibit kepiting, sehingga untuk

mencegah lolosnya bibit keluar. Bentuk dan ukuran karamba persegi empat dengan

ukuran 1 m x 1 m x 1 m.

Setelah karamba selesai dilakukan penebaran bibit kepiting sesuai dengan

perlakuan penelitian. Sebelumnya dilakukan penimbangan berat bibit kepiting dengan

sampel secara acak sebanyak 70 % dari jumlah seluruhnya. Bibit kepiting berasal dari

hasil penangkapan di alam di sekitar lokasi pembesaran. Penebaran dilakukan pagi

Page 26: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

26

atau sore hari agar terhindar dari stress. Pakan diberikan sesuai dosis perlakuan setiap

hari pada pagi dan sore hari. Pengukuran kualitas air tambak dilakukan selama masa

pemeliharaan. Pada saat panen dilakukan penimbangan kepiting dan perhitungan

kepiting yang masih hidup.

4. Rancangan dan Parameter

Penelitian ini merupakan penelitian eksprimen di mana rancangan yang

digunakan adalah RAL Faktorial pola 3 x 3 x 3 dengan ulangan 3 kali.

Faktor pertama adalah Faktor U yaitu ukuran bibit kepiting, terdiri dari tiga taraf, yaitu:

U1 = Ukuran bibit kepiting ± 100 gram/ekor

U 2 = Ukuran bibit kepiting ± 150 gram/ekor

U3 = Ukuran bibit kepiting ± 200 gram/ekor

Faktor kedua adalah Faktor P yaitu padat tebar bibit kepiting terdiri dari tiga taraf,

yaitu:

P1 = Padat tebar bibit kepiting 5 ekor/m2

P2 = Padat tebar bibit kepiting 7 ekor/m2

P3 = Padat tebar bibit kepiting 9 ekor/m2

Faktor ketiga adalah Faktor D yaitu dosis pakan yang diberikan terdiri dari tiga taraf,

yaitu:

D1 = Dosis pakan yang diberikan 5 % BB

D2 = Dosis pakan yang diberikan 10 % BB

D3 = Dosis pakan yang diberikan 15 % BB

Page 27: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

27

Kombinasi jumlah faktor dan jumlah taraf di atas dengan pengulangan 3 kali

menghasilkan 81 unit percobaan. Denah dari unit-unit percobaan pada penelitian ini

disusun secara acak menurut Gaspersz, (1991).

Lama waktu percobaan direncanakan kurang lebih 8 minggu (60 hari) dari tebar

sampai panen. Parameter utama yang diukur dalam penelitian ini meliputi:

1. Kecepatan pertumbuhan berat kepiting bakau, dengan persamaan sebagai berikut:

%1000

0x

W

WWtP

di mana: P = Kecepatan pertumbuhan berat (%)

Wt = Berat akhir (gram)

W0 = Berat awal (gram)

2. Tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau, dengan persamaan

%1000

xN

NtTKH

di mana: TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah akhir (ekor)

N0 = Jumlah awal (ekor)

Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran parameter kualitas air meliputi

parameter fisik, kimia dan biologis perairan dalam tambak serta pengukuran bahan

organik tanah dasar perairan yang diukur dengan cara seperti disajikan pada Tabel 2

berikut:

Page 28: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

28

Tabel 2. Parameter kualitas air dan tanah dasar yang diukur dalam penelitian beserta

cara pengukurannya.

No. Parameter Satuan MetodePengukuran

Alat ukur Kete-rangan

1. Suhu perairan oC Pemuaian Thermo-meter

In situ

2. Kadar oksigenterlarut

Ppm Potensiometrik DO-meter In situ

3. Salinitas o/oo Argentometrik Handrefrak-tometer

In situ

4. pH perairan - Potensiometrik pH-meter In situ

5. Bahan organiktanah dasarperairan tambak

%Metode WhaleKley and Black

Organicmeter

Eks situ

6. Makro mikrozoo-benthos

Indekskeragaman

Penghitunganlangsung --

AnalisaKualitatif

Ind/m2 Penghitunganlangsung

AnalisaKuantitatif

Analisis kualitatif makro mikro zoobenthos dilakukan dengan menghitung

Indeks keanekaragaman makro mikro zoobenthos dengan persamaan sebagai berikut:

S - 1

= ------------

Ln N

Di mana: = Indeks keanekaragaman

S = Jumlah species

N = Jumlah individu

Sedangkan analisa kuantitatif makro mikro zoobenthos dilakukan dengan

persamaan sebagai berikut:

Page 29: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

29

I

D = --------- x C

A

Di mana: D = Densitas atau kepadatan makro mikro zoobenthos per m2

I = Jumlah individu makro mikro zoobenthos pada

A = Luas area dari Ponar Grab

C = Konstanta (ditentukan oleh luas Ponar Grab)

Parameter fisik, kimia, dan biologi tersebut diukur dengan interval waktu setiap

15 hari sekali. Parameter utama berupa kecepatan pertumbuhan berat kepiting bakau

(%) dan tingkat kelangsungan hidup /survival rate (%). Penimbangan kepiting bakau

pada saat panen dilakukan dengan sensus lengkap yaitu mengambil seluruh populasi,

kemudian menghitung jumlah populasi untuk mendapatkan data kelangsungan hidup

atau survival rate.

5. Hipotesis Statistik dan Analisis Data

Hipotesis statistik yang diuji pada penelitian ini adalah:

Faktor ukuran bibit kepiting bakau (U) :

H0 : Ukuran yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat

dan kelangsungan hidup kepiting bakau

H1: Ukuran yang berbeda berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat dan

kelangsungan hidup kepiting bakau

Page 30: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

30

Faktor padat penebaran kepiting bakau (P):

H0: Padat penebaran yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan

berat dan kelangsungan hidup kepiting bakau

H1: Padat penebaran yang berbeda berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan

berat dan kelangsungan hidup kepiting bakau

Faktor dosis pakan yang diberikan (D) :

H0: Dosis pakan yang diberikan berbeda tidak berpengaruh terhadap kecepatan

pertumbuhan berat dan kelangsungan hidup kepiting bakau

H1: Dosis pakan yang diberikan berbeda berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan

berat dan kelangsungan hidup kepiting bakau

Sedangkan faktor interaksi (U x P x D) dengan hipotesis statistik berikut:

H0: Terdapat pengaruh interaksi antara berbagai ukuran bibit kepiting bakau dengan

berbagai padat penebaran dan berbagai dosis pakan yang diberikan.

H1: Tidak terdapat pengaruh interaksi antara berbagai ukuran bibit kepiting bakau

dengan berbagai padat penebaran dan berbagai dosis pakan yang diberikan.

Untuk pengujian hipotesis, dilakukan uji Analysis of Variance (Anova). Agar

kesalahan pengujian tersebut dapat ditekan sekecil mungkin, sebelum dilakukan Anova,

harus terlebih dahulu memenuhi asumsi dasar, yaitu: (1) Error percobaan bersifat

menyebar normal di sekitar nilai tengah nol dan ragam yang homogen dan (2) pengaruh

Page 31: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

31

perlakuan dan lingkungan aditif. Prosedur uji Normalitas adalah dengan prosedur

Lilliefors (Sudjana, 1989).

Setelah asumsi di atas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji F dengan

membuat daftar sidik ragam (Dasira). Dari hasil tersebut diperoleh nilai F hitung.

Selanjutnya dibandingkan dengan nilai F tabel 5 % dan 1 %. Jika F tabel lebih kecil,

maka terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka tolak H0. Jika

dalam daftar sidik ragam menunjukkan hasil perbedaan nyata atau sangat nyata, maka

dilanjutkan dengan uji lanjutan berupa uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Page 32: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pertumbuhan Kepiting Bakau

Hasil penimbangan berat rata-rata kepiting bakau setiap periode 2 minggu sekali

(minggu ke 0 – 8) disajikan pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil penimbangan berat rata-rata (gram) kepiting bakau setiap periode 2

minggu selama penelitian

Perlakuan Minggu ke0

(gram)2

(gram)4

(gram)6

(gram)8

(gram)U1P1D1 561,6667 591,6667 673,6667 750,3333 828,3333

U1P2D1 729,000 782,3333 864,6667 939,6667 1062,667

U1P3D1 923,3333 981,3333 1042,667 1284,000 1361,333

U2P1D1 751,3333 817,6667 856,3333 1082,000 1259,667

U2P2D1 1190,000 1300,667 1411,667 1589,667 1766,333

U2P3D1 1388,000 1456,000 1701,667 1883,333 2176,333

U3P1D1 1175,667 1337,667 1465,667 1553,000 1647,333

U3P2D1 1499,667 1621,667 1875,000 2038,000 2246,000

U3P3D1 1826,667 1924,000 2406,667 2631,333 2894,000

U1P1D2 563,3333 600,6667 767,3333 955,6667 1057,667

U1P2D2 722,3333 760,6667 974,3333 1219,667 1277,333

U1P3D2 919,6667 972,000 1338,333 1579,000 1693,000

U2P1D2 762,000 792,000 845,000 1172,667 1332,333

U2P2D2 1107,000 1199,333 1368,667 1621,667 1866,000

U2P3D2 1397,333 1537,333 1854,667 2041,333 2362,333

U3P1D2 1186,000 1299,000 1432,333 1614,667 2048,333

Page 33: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

33

U3P2D2 1518,667 1659,667 1878,667 2042,333 2628,667

U3P3D2 1820,667 1925,000 2440,667 2730,333 3077,000

U1P1D3 561,6667 592,6667 791,000 974,000 1150,000

U1P2D3 727,3333 741,6667 1038,333 1334,000 1549,333

U1P3D3 922,3333 948,3333 1340,667 1584,000 1962,667

U2P1D3 760,3333 769,000 1146,000 1364,333 1586,667

U2P2D3 1156,667 1274,000 1443,000 1745,333 2376,667

U2P3D3 1383,000 1454,333 1941,000 2326,333 2835,667

U3P1D3 1155,667 1162,333 1444,333 1612,333 2366,667

U3P2D3 1442,667 1497,000 1843,000 2130,667 2914,000

U3P3D3 1824,667 1897,667 2451,667 2733,000 3670,667

Berat kepiting bakau yang ditimbang dalam setiap periode 2 minggu di atas,

menunjukkan pertumbuhan dalam kondisi normal. Semua perlakuan yang dilakukan

pada penelitian, mulai dari perlakuan U1P1D1 sampai U3P3D3 mengalami peningkatan

berat, walaupun peningkatan untuk setiap perlakuan berbeda-beda.

Jika hasil tersebut di atas disajikan dalam bentuk grafik, maka dapat dilihat

seperti pada Gambar 1 berikut ini:

Page 34: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

34

P e r t u m b u h a n B e r a t R a t a - r a t a ( g r a m ) K e p i t i n gB a k a u

0

2 0 0 0

4 0 0 0

6 0 0 0

8 0 0 0

1 0 0 0 0

1 2 0 0 0

1 4 0 0 0

U1 P

1D

1

U2 P

2D

1

U3 P

3D

1

U2 P

1D

2

U3 P

2D

2

U1 P

3D

3

U3 P

1D

3

P e r l a k u a n

Be

rat

(gra

m)

8

6

4

2

0

Gambar 1 Grafik pertumbuhan berat (gram) rata-rata kepiting bakau 8 minggu masapemeliharaan.

Dari data pada Tabel 3 dan Grafik 1 ini terlihat, bahwa peningkatan

pertumbuhan berat kepiting bakau terjadi pada semua perlakuan mulai pada sampling

minggu ke 2 sampai saat panen (minggu ke 8). Pada semua perlakuan peningkatan

pertumbuhan berat tidak terlalu besar pada minggu ke 2. Hal ini terjadi karena benih-

benih kepiting bakau yang dimasukkan dalam karamba masih beradaptasi dengan

lingkungan baru. Akan tetapi setelah sampling minggu ke 4, peningkatan pertumbuhan

berat cukup besar, dan peningkatan pertumbuhan berat sangat besar terjadi pada

sampling minggu ke 6 sampai panen.

Pada perlakuan U1P1D1, U1P2D1, U1P3D1, U2P1D1, U2P2D1, U2P3D1,

U3P1D1, U3P2D1, dan U3P3D1 peningkatan pertumbuhan berat kepiting bakau

selama pemeliharaan mulai dari minggu ke 0 (tebar) sampai minggu ke 8 (panen)

berkisar antara 266,667 gram sampai dengan 1076,333 gram. Pada perlakuan U1P1D2,

U1P2D2, U1P3D2, U2P1D2, U2P2D2, U2P3D2, U3P1D2, U3P2D2, dan U3P3D2

Page 35: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

35

peningkatan pertumbuhan berat kepiting bakau berkisar antara 494,333 gram sampai

dengan 1256,333 gram. Sedangkan pada perlakuan U1P1D3, U1P2D3, U1P3D3,

U2P1D3, U2P2D3, U2P3D3, U3P1D3, U3P2D3, dan U3P3D3 peningkatan

pertumbuhan berat kepiting bakau berkisar antara 588,333 gram sampai dengan

1846,000 gram.

Tingginya peningkatan pertumbuhan berat kepiting bakau yang dipelihara dalam

karamba di dalam tambak, karena pakan yang diberikan berupa ikan rucah/kecil, udang

kecil, gondang, dan bekicot sangat disukai kepiting dan habis termakan. Disamping itu

kandungan gizi dari masing-masing pakan yang diberikan cukup tinggi untuk

memenuhi keperluan kepiting bakau.

Ikan rucah memiliki lemak/asam lemak ikatan rangkap yang cukup tinggi

sehingga mudah teroksidasi dan mudah tengik. Lemak dalam pakan berfungsi sebagai

sumber energi bagi ikan dan sumber asam lemak esensial. Asam lemak esensial bagi

ikan-ikan laut maupun payau adalah kelompok n-3 HUFA. Vitamin yang terdapat

dalam tubuh ikan dibutuhkan untuk meningkatkan metabolisme, daya tahan terhadap

perubahan lingkungan dan penyakit. Oleh karena itu penggunaan ikan rucah dalam

budidaya perlu ditambah dengan vitamin mix agar ikan yang dibudidayakan tidak

menunjukkan gejala-gejala kekurangan vitamin (Ketut, dkk. 2005). Secara umum ikan

rucah mengandung zat-zat gizi yang penting sebagai berikut ini ; protein 22,65 -

47,27%. (Salim dalam Rizky, 2009).

Page 36: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

36

Kandungan nutrisi udang – udang kecil per 100 gr adalah sebagai berikut Air

(75.86 gr), Energi (106 kcal), Protein (20.31 gr), Total Lemak (1.73 gr), Karbohidrat

(0.91 gr), Serat (0 gr), Ampas (1.2 gr) (Apit, 2009).

Selain itu menurut Anonim (2009a), nilai protein udang dikategorikan complete

protein karena kadar asam amino yang tinggi, berprofil lengkap dan sekitar 85-95

persennya mudah dicerna tubuh. 100 gr udang mentah mengandung 20,3 gr protein atau

cukup untuk memenuhi kebutuhan protein harian sebanyak 41 %. Profil asam amino

udang (per 100 gr) berturut-turut yang termasuk tinggi adalah asam gulamat (3465 mg),

asam aspartat (2100 mg), arginine (1775 mg), lysine (1768 mg), leucine (1612 mg),

glycine (1225 mg), isoleucine (985 mg), dan valine (956 mg).

Siput gondang (Pila scutata) termasuk dalam jenis makrozoobentos yaitu hewan

yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup di dasar endapan. Siput Gondang

(Pila scutata) juga merupakan jenis Gastropoda yang ditemukan menempel pada

tumbuhan. Mereka mengambil kalsium yang terdapat dalam tumbuhan tersebut dengan

memakan daun-daunan. Kalsium berguna dalam pertumbuhan cangkang Gastropoda.

Tumbuhan sendiri memperoleh kalsium dari tanah dalam bentuk Ca++

yang terkandung

dalam mineral-mineral primer, karbonat, dan garam-garam sederhana. Bentuk adaptasi

Gastropoda yaitu merendamkan diri dalam lumpur dengan menyembunyikan badannya

dalam cangkang dan menutup rapat operkulum (Yuyun, 2005).

Berdasarkan pengamatan di Balai Industri Bajarbaru diketahui bahwa

kandungan protein yang terdapat dalam tepung gondang adalah 38,08 - 54% protein.

(Rasidi dalam Rizky, 2009).

Page 37: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

37

Nutrisi daging Bekicot per 100 gr mengandung daging: protein (12%), lemak

(1%), hidrat arang (2%), kalsium (237 mg), fospor (78 mg), Fe 1,7 (mg) serta vitamin B

komplek (terutama vit B2). Juga asam amino yakni leusin (4,62 gr), lisin (4,35 gr),

arginin (4,88 gr), asam aspartat (5,98 gr) dan asam glutamate (8,16 gr) (Anonim, 2009).

Peningkatan pertumbuhan berat kepiting bakau yang paling tinggi terjadi pada

semua perlakuan dengan pemberian makanan sebanyak 15 % berat badan per hari, baik

pada perlakuan penebaran benih dengan ukuran 100 gram/ekor, 150 gram/ekor, atau

200 gram/ekor. Peningkatan pertumbuhan berat kepiting bakau yang paling tinggi juga

terjadi pada semua perlakuan dengan pemberian makanan sebanyak 15 % berat badan

per hari, baik pada perlakuan penebaran benih dengan padat tebar 5 ekor/m2, 7

ekor/m2, ataupun 9 ekor/m2.

Berikut ini disajikan berat awal, berat akhir, pertumbuhan berat dan kecepatan

pertumbuhan berat relatif (%) rerata kepiting bakau yang dipelihara di karamba di

tambak penelitian dan disajikan dalam bentuk Tabel 4.

Tabel 4. Kecepatan Pertumbuhan Berat Relatif (%) Rerata Kepiting Bakau yang

dipelihara selama 8 minggu

Perlakuan Berat Awal(gram)

Berat Akhir(gram)

PertumbuhanBerat (gram)

KecepatanPertumbuhanBerat Relatif

Rerata(%)

U1P1D1 561,667 828,333 266,667 47,477

U1P2D1 729,000 1062,667 333,667 45,770

U1P3D1 923,333 1361,333 437,000 47,277

U2P1D1 751,333 1259,667 508,333 67,657

Page 38: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

38

U2P2D1 1190,000 1766,333 576,333 48,431

U2P3D1 1388,000 2176,333 868,667 62,584

U3P1D1 1175,667 1647,333 471,667 40,119

U3P2D1 1499,667 2246,000 746,333 49,766

U3P3D1 1826,667 2894,000 1076,333 58,430

U1P1D2 563,3333 1057,667 494,333 87,857

U1P2D2 722,3333 1277,333 555,000 76,834

U1P3D2 919,6667 1693,000 773,333 84,088

U2P1D2 762,000 1332,333 570,333 74,846

U2P2D2 1107,000 1866,000 759,000 69,563

U2P3D2 1397,333 2362,333 965,000 69,060

U3P1D2 1186,000 2048,333 862,333 72,709

U3P2D2 1518,667 2628,667 1110,000 73,090

U3P3D2 1820,667 3077,000 1256,333 69,004

U1P1D3 561,6667 1150,000 588,333 104,747

U1P2D3 727,3333 1549,333 822,000 113,015

U1P3D3 922,3333 1962,667 1040,333 112,793

U2P1D3 760,3333 1586,667 826,333 108,680

U2P2D3 1156,667 2376,667 1220,000 105,475

U2P3D3 1383,000 2835,667 1452,667 105,037

U3P1D3 1155,667 2366,667 1211,000 104,788

U3P2D3 1442,667 2914,000 1471,333 101,987

U3P3D3 1824,667 3670,667 1846,000 101,169

Dari Tabel 4 tersebut di atas, memperlihatkan bahwa kecepatan pertumbuhan

berat relatif (%) rerata kepiting bakau yang dipelihara di karamba di dalam tambak yang

mempunyai nilai paling rendah terjadi pada perlakuan U3P1D1 sebesar 40,119 %.

Kemudian perlakuan U1P2D1 sebesar 45,770 %, U1P3D1 sebesar 47,277 %, U1P1D1

Page 39: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

39

sebesar 47,477 %, U2P2D1 sebesar 48,431 %, U3P2D1 sebesar 49,766 %, U3P3D1

sebesar 58,430 %, U2P3D1 sebesar 62,584 %, U2P1D1 sebesar 67,657 %, U3P3D2

sebesar 69,004 %, U2P3D2 sebesar 69,060 %, U2P2D2 sebesar 69,563 %, U3P1D2

sebesar 72,709 %, U3P2D2 sebesar 73,090 %, U2P1D2 sebesar 74,846 %, U1P3D2

sebesar 84,088 %, U1P1D2 sebesar 87,857 %, U3P3D3 sebesar 101,169 %, U3P2D3

sebesar 101,982 %, U1P1D3 sebesar 104,747 %, U3P1D3 sebesar 104,788 %, U2P3D3

sebesar 105,037 %, U2P2D3 sebesar 105,475 %, U2P1D3 sebesar 108,680 %, U1P3D3

sebesar 112,793 %, dan yang paling tinggi terjadi pada perlakuan U1P2D3 yaitu

sebesar 113,015 %.

Grafik kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) rerata kepiting bakau yang

dipelihara selama 8 minggu dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

0

20

40

60

80

100

120

(%)

1P e rla kua n

K e ce patan Pe rtumbuhan R e latif B e rat (% )R e rata K e piting B akau

U 1 P1 D 1U 1 P2 D 1U 1 P3 D 1U 2 P1 D 1U 2 P2 D 1U 2 P3 D 1U 3 P1 D 1U 3 P2 D 1U 3 P3 D 1U 1 P1 D 2U 1 P2 D 2U 1 P3 D 2U 2 P1 D 2U 2 P2 D 2U 2 P3 D 2U 3 P1 D 2U 3 P2 D 2U 3 P3 D 2U 1 P1 D 3U 1 P2 D 3U 1 P3 D 3U 2 P1 D 3U 2 P2 D 3U 2 P3 D 3U 3 P1 D 3U 3 P2 D 3U 3 P3 D 3

Gambar 2. Grafik kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) rata-rata kepiting bakau 8

minggu masa pemeliharaan.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

40

Dalam rangka menentukan perlakuan terbaik terhadap kecepatan pertumbuhan

berat relatif (%) rerata kepiting bakau yang dipelihara, telah dilakukan prosedur statistik

yang dimulai dari uji Normalitas Lilliefors dan selanjutnya Analisis Sidik Ragam atau

Anova terhadap data kecepatan pertumbuhan berat relatif (%).

Hasil uji Normalitas Lilliefors didapat L hitung = 0.843909 L tabel (5 %) =

0.886, yang berarti data menyebar normal. Dengan demikian dapat dilanjutkan dengan

uji Anova. Hasil uji Anova didapat pada sumber keragaman Ukuran (U) didapat F

hitung = 2447,49 > F tabel (5 %) = 19,47 dan F tabel (1 %) = 6,302, berarti terdapat

perbedaan yang sangat nyata. Pada sumber keragaman Padat Tebar (P) juga didapat F

hitung = 2289.3912 > F tabel (5 %) = 19,47 dan F tabel (1 %) = 6,302, berarti terdapat

perbedaan yang sangat nyata. Begitu juga pada sumber keragaman Dosis (D) didapat F

hitung = 4329.0243 > F tabel (5 %) = 19,47 dan F tabel (1 %) = 6,302, berarti terdapat

perbedaan yang sangat nyata. Sedangkan pada sumber keragaman interaksi (UPD)

didapat F hitung = - 2207.324 F tabel (5 %) = 19,47 dan F tabel (1 %) = 6,302,

berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata (pengaruh interaksi tidak nyata).

Hal ini berarti yang berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan pertumbuhan

berat relatif rata-rata kepiting bakau selama pemeliharaan adalah faktor U (perbedaan

ukuran benih), faktor P (perbedaan padat tebar), dan faktor D (perbedaan dosis pakan).

Sedangkan antara faktor U (perbedaan ukuran benih), faktor P (perbedaan padat tebar),

dan faktor D (perbedaan dosis pakan), tidak ada interaksi.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

41

Hasil uji BNT didapatkan selisih nilai tengah > dari nilai BNT 5 % (44.9421)

dan < dari BNT 1 % (59.0666), yang berarti terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan

relatif berat yang nyata antara perlakuan U1P2D3 dan U2P1D1, antara U1P2D3 dan

U2P3D1, antara U1P2D3 dan U3P3D1. Antara perlakuan U1P3D3 dan U2P1D1,

antara U1P3D3 dan U2P3D1, antara U1P3D3 dan U3P3D1. Antara perlakuan U2P1D3

dan U2P2D1, antara U2P1D3 dan U1P1D1, antara U2P1D3 dan U1P3D1, antara

U2P1D3 dan U1P2D1, antara U2P1D3 dan U3P1D1. Antara perlakuan U2P2D3 dan

U1P2D1, antara U2P2D3 dan U3P1D1. Antara perlakuan U2P3D3 dan U3P3D1, antara

U2P3D3 dan U3P2D1. Antara perlakuan U3P1D3 dan U3P3D1, antara U3P1D3 dan

U3P2D1, antara U3P1D3 dan U2P2D1, antara U3P1D3 dan U1P1D1, antara U3P1D3

dan U1P3D1. Antara perlakuan U1P1D3 dan U3P3D1, antara U1P1D3 dan U3P2D1,

antara U1P1D3 dan U2P2D1, antara U1P1D3 dan U1P1D1 dan U1P3D1, antara

U1P1D3 dan U1P2D1. Antara perlakuan U1P1D2 dan U3P1D1.

Hasil uji BNT didapatkan selisih nilai tengah > dari nilai BNT 1 % (59.0666)

dan 5 % (44.9421), yang berarti terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan berat relatif

yang sangat nyata antara perlakuan U1P2D3 dan U3P2D1, antara U1P2D3 dan

U2P2D1, antara U1P2D3 dan U1P1D1, antara U1P2D3 dan U1P3D1, antara U1P2D3

dan U1P2D1, antara U1P2D3 dan U3P1D1.

Begitu juga terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan berat relatif yang sangat

nyata antara perlakuan U1P3D3 dan U3P2D1, antara U1P3D3 dan U2P2D1, antara

U1P3D3 dan U1P1D1, antara U1P3D3 dan U1P3D1, antara U1P3D3 dan U1P2D1,

antara U1P3D3 dan U3P1D1. Antara perlakuan U2P1D3 dan U2P2D1, antara U2P1D3

Page 42: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

42

dan U3P1D2, antara U2P1D3 dan U3P1D1. Antara perlakuan U2P2D3 dan U1P2D1,

antara U2P2D3 dan U3P1D1. Antara perlakuan U2P3D3 dan U1P2D1, antara U2P3D3

dan U3P1D1. Selanjutnya antara perlakuan U3P1D3 dan U3P1D1, antara U1P1D3 dan

U3P1D1, antara U3P2D3 dan U3P1D1, serta antara U3P3D3 dan U3P1D1.

Dengan demikian kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) kepiting bakau yang

paling baik diantara semua perlakuan yang diujikan pada penelitian adalah perlakuan

U1P2D3 (benih 100 gram/ekor, padat tebar 7 ekor/m2, pakan 15 % BB), kemudian

disusul oleh perlakuan U1P3D3 (benih 100 gram/ekor, padat tebar 9 ekor/m2, pakan 15

% BB), U2P1D3 (benih 150 gram/ekor, padat tebar 5 ekor/m2, pakan 15 % BB),

U2P2D3 (benih 150 gram/ekor, padat tebar 7 ekor/m2, pakan 15 % BB), U2P3D3

(benih 150 gram/ekor, padat tebar 9 ekor/m2, pakan 15 % BB), U3P1D3 (benih 200

gram/ekor, padat tebar 5 ekor/m2, pakan 15 % BB), U1P1D3 (benih 100 gram/ekor,

padat tebar 5 ekor/m2, pakan 15 % BB), U3P2D3 (benih 200 gram/ekor, padat tebar 7

ekor/m2, pakan 15 % BB), dan U3P3D3 (benih 200 gram/ekor, padat tebar 9 ekor/m2,

pakan 15 % BB).

Kalau dilihat dari perlakuan yang paling baik seperti tersebut diatas, kita dapat

melakukan penebaran benih kepiting bakau dengan ukuran 100 gram/ekor, padat tebar 7

ekor/m2, dan pemberian pakan 15 % berat badan per hari. Atau dapat juga menebar

benih 150 gram/ekor atau 200 gram/ekor, dengan padat tebar 5 ekor/m2 atau 7 ekor/m2

atau 9 ekor/m2, dengan pemberian pakan sebanyak 15 % berat badan per hari.

Penelitian ini hasilnya lebih baik dari penelitian yang dilakukan oleh Fathullah (2006),

dimana pada penelitian Fathullah dari benih kepiting bakau yang ditebar ukuran 100 -

Page 43: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

43

200 gram dengan diberi pakan 5 – 15 % dari berat badan kepiting per hari, dengan masa

pemeliharaan 1,5 – 2 bulan menghasilkan kepiting ukuran 3 – 4 ekor/kg atau 250 – 333

gram per ekor. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan ini, dengan penebaran benih

kepiting bakau 100 – 200 gram dengan diberi pakan 5 – 15 % dari berat badan kepiting

per hari, dengan pemeliharaan 8 minggu (± 2 bulan) menghasilkan kepiting ukuran 341

– 407 gram per ekor.

2. Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau

Selama masa pemeliharaan 8 minggu (sekitar 60 hari) kepiting bakau di

karamba di tambak pada semua perlakuan tidak ada mortalitas. Dengan demikian

berarti kelangsungan hidup kepiting bakau 100 % untuk semua perlakuan. Hal ini

terjadi karena benih kepiting bakau yang ditebar di dapat dari alam di daerah sekitar

desa tempat penelitian dilaksanakan yaitu desa Kuala Lupak kecamatan Tabunganen

Kalimantan Selatan. Sehingga benih dapat langsung beradaptasi di dalam karamba

yang ditempatkan dalam tambak yang digunakan.

3. Kualitas Air dan Tanah

Kualitas air merupakan faktor penunjang pertambakan kepiting bakau selain

pakan dan faktor lainnya, karena air dan tanah merupakan media hidup kepiting bakau

itu sendiri. Perairan yang dikatakan sebagai lingkungan hidup yang baik adalah mampu

mendukung pertambakan dan menekan sekecil-kecilnya mortalitas.

Page 44: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

44

Baik tidaknya perairan sebagai lingkungan hidup tergantung dari sifat fisika,

kimia, dan biologi perairan. Parameter kualitas air media pemeliharaan masih berada

pada batas-batas yang dapat ditolerir oleh kepiting bakau meliputi suhu, salinitas, pH,

oksigen terlarut (DO), dan amoniak terlarut (NH3-N) (Tabel 5).

Tabel 5. Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air Selama Percobaan dan Kisaran Nilai

Optimumnya Bagi Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau

Menurut Pustaka

a. Suhu

Kisaran suhu air selama pengamatan menunjukkan fluktuasi yang relatif kecil

yaitu berkisar antara 27 – 32 oC. Perbedaan tersebut lebih disebabkan oleh waktu

pengukuran dan suhu udara setempat. Menurut Susanto (2008), suhu air optimum

ParameterKualitas Air

Nilai Kualitas Air

HasilPengukuran

Kisaran Optimum Menurut

Pustaka

Suhu Air (ºC) 27 – 28 (pagi)

29 – 32 (sore)

23 ºC – 32 ºC (Susanto, 2008)

Salinitas (ppt) 26,30 – 28,50 15 – 30 (Iskandar, 2002)

15 – 30 (Susanto, 2008)

Derajat Keasaman(pH)

6,80 – 8,35 7,2 - 7,8 (Iskandar, 2002)

6,5 – 8,5 (Susanto, 2008)

Oksigen Terlarut(ppm)

5,64 – 6,20 > 3 (Soetomo ,1990)

(Manik dan Mintardjo, 1980)

Amoniak (ppm) 0,035 – 0,09 < 0,1 (Sumeru dan Anna, 1997)

Page 45: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

45

untuk pertumbuhan kepiting bakau berkisar antara 23 ºC – 32 ºC, namun demikian pada

suhu air 14 oC – 40 oC kepiting bakau masih dapat hidup. Bila hasil pengukuran tersebut

dikaitkan dengan kajian kelayakan untuk pengembangan tambak kepiting, maka lokasi

yang diamati tergolong layak.

b. Salinitas

Hasil pengukuran terhadap salinitasair tambak menunjukkan nilai 26,30 - 28,50

promil. Menurut Iskandar, (2002) dan Susanto (2008), nilai salinitas yang ideal untuk

air tambak berkisar antara 15 o/oo – 30 o/oo. Sedangkan untuk pertumbuhan optimal

kepiting ditambak diperlukan salinitas sebesar 15 o/oo – 26 o/oo, meskipun salinitas 3 o/oo

– 45 o/oo kepiting masih mampu beradaptasi. Karena air tambak bersumber dari air laut

dan air tawar, maka ketersediaan kedua sumber air tersebut akan menentukan kelayakan

nilai salinitas untuk tambak.

c. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman air atau sering dinyatakan dengan pH dapat berpengaruh

langsung terhadap kepiting yang kita pelihara dalam tambak. Kisaran pH untuk tambak

6,5 – 8,5 (Susanto, 2008), 7,2 - 7,8 (Iskandar, 2002) dan berkisar antara 7,5 – 8,7

(Dit.Jen Perikanan, 1991). Pada kadar pH yang kelewat rendah dapat menghambat

proses chitinisasi (pergantian kulit baru) karena kulit kepiting bakau menjadi kropos

dan lembek. Hasil pengukuran pada lokasi pengamatan berada pada nilai pH 6,80 – 8,35

untuk lokasi penelitian di Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala. Kondisi demikian

Page 46: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

46

umum terjadi pada berbagai lokasi di Kalimantan Selatan, karena sebagian besar lahan

mengandung tanah sulfat masam.

d. Oksigen Terlarut

Oksigen merupakan gas yang sangat vital untuk kelangsungan kepiting bakau

yang dipelihara di tambak dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kadar unsur

atau senyawa lain dalam ekosistem perairan. Kelarutan oksigen di dalam air dalam

jumlah tertentu mutlak diperlukan agar kelangsungan hidup kepiting bakau yang

dipelihara dapat dipertahankan. Hasil pengukuran pada lokasi penelitian terhadap kadar

oksigen terlarut di berbagai lokasi pengamatan menunjukkan nilai 5,64 - 6,20 ppm.

Menurut Soetomo (1990), Manik dan Mintardjo (1980) kriteria kadar oksigen terlarut

untuk tambak > 3 ppm.

e. Amoniak

Kadar gas yang cukup berbahaya bagi kehidupan organisme akuatik bila

kelarutannya melampaui ambang batas adalah amoniak. Senyawa ini merupakan hasil

dekomposisi bahan organik yang tidak berlangsung sempurna. Bahan-bahan organik

yang terdekomposisi tersebut umumnya berasal dari sisa-sisa pakan yang tidak

termanfaatkan. Hasil pengukuran kadar amoniak lokasi tambak pengamatan

menunjukkan kisaran 0,035 – 0,09 ppm NH3-N. Menurut Sumeru dan Anna (1997)

kriteria kelayakan kualitas air untuk tambak berdasarkan parameter amoniak < 0,1 ppm

Page 47: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

47

NH3-N. Berdasarkan nilai kriteria kelayakan kualitas air lokasi tambak kepiting

penelitian berada dalam kisaran kriteria kelayakan untuk kehidupan kepiting bakau .

f. Bahan Organik Tanah

Hasil analisa dari Laboratorium Kimia, Fisika, dan Biologi Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru terhadap sampel tanah tambak

tempat dilaksanakannya penelitian pemeliharaan kepiting bakau didapatkan bahwa

kandungan N-total 0,29, C-organik 6,21 dan pH H20 6,53. Dengan nilai N-total 0,29

dan C-organik 6,21 tersebut menunjukkan bahwa tanah pada tambak itu tergolong subur

atau kaya akan bahan organik (zat hara)(Sarwono, 1993).

Kepiting bakau juga suka memakan detritus hasil dari serasah pohon magrove

yang ada di dalam tambak. Menurut Arief (2003) , sebagian serasah mangrove

langsung didekomposisi oleh bakteri dan jamur menjadi zat hara (nutrient) terlarut yang

dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton, alga ataupun tumbuhan mangrove itu

sendiri dalam proses fotosintesis. Sebagian dijadikan makanan oleh fauna

makrobenthos, sehingga serasah tersebut menjadi partikel-partikel kecil (detritus).

Detritus tersebut dapat dimanfaatkan langsung oleh ikan pemakan detritus (detritivor) ,

udang, kepiting, kerang dan lain-lain sebagai makanannya.

Dengan demikian selain kepiting bakau setiap hari memakan pakan yang

diberikan, ia juga memakan detritus yang sudah ada di dalam tambak tempat

pemeliharaan, sehingga kecepatan pertumbuhannya sangat baik.

Page 48: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

48

g. Makro Mikrozoobenthos

Hasil analisa dari Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan Universitas

Lambung Mangkurat terhadap sampel tanah tambak tempat pemeliharaan kepiting

bakau dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Makro mikrozoobenthos hasil analisa tanah tambak tempat penelitian kepiting

bakau

Kehidupan berbagai jenis fauna ini sangat menunjang keberadaan unsur hara.

Proses makan memakan dalam berbagai katagori dan tingkatan biota membentuk rantai

makanan dapat dilihat pada Gambar 3.

Dalam subsistem dekomposisi, organisme middle berperan sebagai organisme

perombak awal bahan makanan, serasah dan bahan organik lainnya (misalnya kayu dan

akar). Makrobenthos mengkonsumsi bahan-bahan dengan cara melumat dan

mengunyah (ingested) serta mencampurnya dengan sisa-sisa bahan organik sehingga

Page 49: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

49

menjadi fragmen berukuran kecil yang siap didekomposisi oleh mikroba tanah

(Handayanto, 1996 di dalam Arief, 2003).

Gambar 3. Gambaran Rantai Makanan (Aliran Energi) Pada EkosistemMangrove (Bengen, 2001)

Serasah, daun, ranting,bunga,buah, kulit batang dll

Sebagian didekomposisiAwal oleh faunamakrobenthos

Sebagian langsung didekomposisioleh bakteri dan jamur

Detritus

Hewan perairan pemakandetritus (Detritivor), jenis ikan,

udang, kepiting dan kerang

KarnivoraKecil

Karnivora Besar

MANUSIA

Sisa

Pohon Mangrove

Page 50: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Faktor ukuran benih kepiting bakau (5 ekor/m2, 7 ekor/m2 dan 9 ekor/m2)

berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif kepiting bakau, tetapi

tidak berpengaruh terhadap survival rate kepiting bakau. Hasil analisis didapat

penebaran ukuran benih benih 100 gram/ekor lebih baik pertumbuhannya dibanding

ukuran benih benih 150 gram/ekor dan 200 gram/ekor.

b. Faktor padat penebaran kepiting bakau berpengaruh terhadap pertumbuhan kepiting

bakau, tetapi tidak berpengaruh terhadap survival rate kepiting bakau.

c. Faktor dosis pakan yang diberikan kepada kepiting bakau berpengaruh terhadap

pertumbuhan kepiting bakau, tetapi tidak berpengaruh terhadap survival rate

kepiting bakau. Hasil analisis didapat pemberian pakan dosis 15 % dari berat badan

lebih baik pertumbuhannya dibanding dosis 5 % dan 10 %.

d. Hasil analisis parameter kualitas air dan tanah lokasi penelitian desa Kuala Lupak

Kabupaten Barito Kuala cukup ideal bagi pengembangan pemeliharaan kepiting

bakau di keramba di tambak.

2. Saran

Oleh karena terbukti sangat menguntungkan, maka di wilayah tambak desa Kuala

Lupak Kabupaten Barito Kuala perlu dikembangkan usaha pemeliharaan kepiting

bakau, sebagai diversifikasi komoditi bagi petani tambak bandeng dan udang windu

setempat.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

51

DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 2009. Resep Buat Daging Bekicot. Asosiasi Bekicot Indonesia (ABI). I :/ bekicot/Asosiasi Bekicot Indonesia (ABI)_resep buat daging bekicot.htm.acced tanggal 05 September 2009.

, 2009a. Udang : Kaya Protein dan Rendah Kalori. Ultimate Nutrition. I :/ udang / Udang_Kaya Protein dan Rendah Kalori - Ultimate NutritionIndonesia, Sportindo.com.htm. acced tanggal 05 September 2009.

Arief, A. 2003. Hutan magrove : Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Jakarta.63 halaman.

Aisiah, 2007. Identifikasi jenis-jenis kepiting bakau yang terdapat di desa Kuala Lupakkabupaten Batola Kalimantan Selatan. Jurnal Borneensis, 10 (1) : 10 – 14.

Apit Riana, 2009. Nutrisi Udang Mentah. PT. Asia Maya Dotcom Indonesia. Jakarta. I :/ Asiamaya.com_Nutrisi_Udang mentah. htm. acced tanggal 05 September 2009

Bengen, D. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. 62 halaman.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Barito Kuala Kal-Sel, 2007. Hasilpenangkapan di laut. acced 18 Maret 2009.

Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo, 2009. Pembesaran kepiting bakau. acced 5Maret 2009.

Dahuri. R. 2005. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan BerkelanjutanIndonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fathullah, 2006. Prospek bertambak kepiting bakau di kabupaten Tanjab Barat Jambiacced 15 Maret 2009.

Fujaya, Yushinta, 2007. Mempersiapkan kepiting menjadi komoditas andalan. acced11 Maret 2009

Gaspersz, Vincent, 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico Bandung. 472halaman.

Page 52: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

52

Manik, R. dan Kisto Mintardjo. 1980. Kolam Ipukan di dalam Pedoman PembenihanUdang Penaeid BBAP. Jepara. Halaman 117 – 124.

Iskandar Kana, 2002. Budidaya Kepiting Bakau. Cetakan ke-5. Penerbit Kanisius.Yogyakatra. 79 halaman.

Pemerintah Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan, 2008. Keadaan potensi dansumberdaya alam daerah acced 18 Maret 2009.

Ketut Suwirya, Marzuqi, dan Nyoman Adiasmara Giri,. 2005. Informasi Nutrisi Ikanuntuk Menunjang Pengembangan Budidaya Laut. Balai Basar Riset PerikananBudidaya Laut Gondol. Jurnal. Singaraja. 6 halaman.

Rukmini dan Olga, 2000. Pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadappertumbuhan kepiting bakau di dalam bak. Jurnal Borneensis, 1 (1) : 10 – 15.

Rukmini dan Fauzana, 2001. Lama intermoulting kepiting bakau dengan variasipemberian pakan yang berbeda. Jurnal Borneensis, 5 (2) : 25 – 28.

Rizky masmahardhie, 2009. Penggunaan Tepung Kacang Nagara (Vigna Sp) DanTepung Gondang (Pilla Ampulacea) Sebagai Substitusi Tepung Kedelai(Glycine Max) Dan Tepung Ikan Untuk Pertumbuhan Udang Galah(Macrobachium Rosenbergii De Man). Skripsi. Fakultas Perikanan UniversitasLambung Mangkurat. Banjarbaru. 61 halaman.

Sudjana, M. 1989. Metode Statistika. Edisi 5. Tarsito Bandung. 154 halaman.

Sutomo, Much. 1990. Teknik Budidaya Kepiting di Tambak. Sinar Baru, Jakarta. 180halaman.

Sumeru dan Suzy Anna, 1991. Pakan Udang Windu (Penaeus monodon). YayasanKanisius. Yogyakarta. 29 halaman.

Sarwono, H. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo, Jakarta.274 halaman.

Yuyun Darojah, 2005. Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di ekosistem PerairanRawapening Kabupaten Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.Semarang. 44 halaman.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF SESUAI …eprints.ulm.ac.id/345/1/Rekayasa Kepiting Bakau di karamba.pdfhalaman peng pertanian laporan penelitian hibah kompetitif sesuai prioritas

53

LAMPIRAN