laporan akhir hibah kompetitif penelitian...

56
LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL PREVALENSI HAK LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA Oleh: Ir. Permadi Dr. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag Dra. Susilahati, M.Si Ir. Sudirman, M.si Ir. Helfi Gustia, M.Si Drs. Achmad Jayadipura, M.Si Drs. Alif Syifyani LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA (LPPM-UMJ) Jl. KH. Ahmad Dahlan Cirendeu-Ciputat-Kota Tangerang Selatan 15419 021-7424950 Fax 021-7430756 ; e-mail : [email protected] Tema 12 : Pembangunan Manusia dan Daya Saing Bangsa Bidang Ilmu: Pendidikan

Upload: vominh

Post on 06-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

LAPORAN AKHIR

HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN

SESUAI PRIORITAS NASIONAL

PREVALENSI HAK LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DAERAH

KHUSUS IBU KOTA JAKARTA

Oleh:

Ir. Permadi

Dr. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag

Dra. Susilahati, M.Si

Ir. Sudirman, M.si

Ir. Helfi Gustia, M.Si

Drs. Achmad Jayadipura, M.Si

Drs. Alif Syifyani

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH JAKARTA (LPPM-UMJ)

Jl. KH. Ahmad Dahlan Cirendeu-Ciputat-Kota Tangerang Selatan 15419

021-7424950 Fax 021-7430756 ; e-mail : [email protected]

Tema 12 : Pembangunan Manusia dan Daya Saing Bangsa Bidang Ilmu: Pendidikan

Page 2: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

ABSTRAK.

Pemenuhan hak pendidikan anak merupakan amanat UUD RI 1945 yang wajib

dilaksanakan oleh pemerintah. Besaran angka anak usia dini yang mendapatkan layanan

pendidikan antara formal dan non formal sangat penting untuk diteliti sabagai sarana untuk

mencari solusi dalam meningkatkan angka partisipasi pendidian anak usia dini. Fakta di

lapangan menunjukkan bahwa masalah kesulitan ekonomi menjadi salah satu factor bagi orang

tua untuk tidak memenuhi kebutuan layanan pendidikan bagi anak usia dini. Selain itu bagi

orang tua yang taraf ekonominya tinggi dan sedang cenderung memasukan anaknya ke PAUD

formal. Sedangkan kelompok orang tua yang ekonominya kurang cenderung lebih memilih

PAUD non formal. Untuk itu perlunya ada subsidi silang agar orang tua dengan tingkat ekonomi

tinggi bisa membantu biaya pendidikan anak anak yang kurang mampu. Tingkat partisipasi

masyarakat terhadap PAUD masih tergolong rendah, di DKI Jakarta tercatat 52,9 % per satu

anak, padahal pendapatan perkapita DKI Jakarta sangat tinggi dan akses dengan pemerintah

pusat sangat dekat. Sudah seharusnya DKI Jakarta menjadi contoh dan standart mutu nasional

bagi pemenuhan hak layanan pendidikan anak usia dini untuk daerah daerah diseluruh Indonesia.

Page 3: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji serta syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-

Nya penelitian tentang Prevalensi Hak Layanan Pendidikan Anak Usia Dini di lima wilayah

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dapat diselesaikan. Penelitian ini terselenggara atas

kerjasama antara Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan

Nasional Republik Indonesia dan Lembaga Penelitian dan pengabdian Masyarakat Universitas

Muhammadiyah Jakarta (LPPM-UMJ) untuk mengetahui motifasi orang tua dalam memenuhi

kebutuhan layanan Pendidikan Anak Usia Dini di daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Dengan selesainya penelitian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait

yang telah membantu dengan memberikan dana, bahan dan sarana penelitian serta data dan

informasi yang dibutuhkan, diantaranya :

1. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan Nasional

Republik Indonesia.

2. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Mutiara Bunda di RW VIII, Kelurahan

Kebon Nanas, Kecamatan Jatinegara Jakarta timur.

3. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Melati di RW IV. Kelurahan Johar

baru, Kecamatan Johar baru, Jakarta pusat.

4. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Kelompok Bermain Regina Pacis, Jl.

Palmerah Utara I, Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah, Kotamadya Jakarta Barat.

5. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Kiapang Jaya, di Gg. Kiapang

RT.008/RW.03, Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.

6. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Delima, di Jl. Andong Raya RT 0010/

RW. 06 Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

7. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini RA Al Ihsan di Jl. Apus II No. 35

Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta barat.

Page 4: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

8. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Green Garden di Kawasan Perumahan

Green Garden Blok A RT.008/RW. 01 Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara.

9. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini Holistik, di Kecamatan Kebon Jeruk,

Jakarta Barat.

10. Kepada Pengurus lembaga pendidikan Anak Usia Dini TPA Nurul Falah, di Jl. Kemang Raya

IB, RT.012/RW.005, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Penelitian ini tentu masih jauh dari sempurna oleh karena kami membuka kritik dan saran

sebagai upaya peningkatan dan penyempurnaan penelitian ini, maupun kegiatan penelitian

berikutnya yang lebih baik. Hasil penelitian ini merupakan sumbangsih Akademik Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan

Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (LPPM-

UMJ).

Demikian semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah, praktisi dan

masyarakat luas dalam mengimplementasikan Pendidikan Anak Usia Dini yang menjadi

tanggung jawab kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2010

Page 5: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR …………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...

i

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1

A. Dasar Pemikiran ………………………………………….

B. Identifikasi Masalah ...……………………………………

C. Perumusan Masalah …………………………………….

D. Tujuan dan Manfaat ……………………………………...

E. Ruang Lingkup …………………………………………...

1

4

4

5

6

BAB II STUDI PUSTAKA …………………………………………. 7

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ….………………

B. Pertumbuan dan Perkembangan Anak …………………...

C. Pentingnya PAUD ………………………………………..

D. Pembelajaran Melalui Bermain ………………………….

E. Hak Pendidikan Anak Usia Dini …………………………

7

8

10

12

13

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 17

A. Studi Dokumentasi ………………………………………

B. Survey Lapangan …………………………………………

C. Jadwal Kegiatan ………………………………………...

D. Tim Peneliti …………………………………………..…

17

17

18

18

BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………… 19

A. Deskripsi Data …………………………………………… 19

Page 6: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

1. Gambaran Lokasi Penelitian ……………….………….

2. Karakteristik Responden ………………………………

3. Hak Pelayanan Pendidikan ……………………………

B. Analisis Interprestasi Data ……………………………….

19

31

35

43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….. 47

A. Kesimpulan ………………………………………………

B. Saran ……………………………………………………..

47

48

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 49

Page 7: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 hasil amandemen

pasal 28B disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan. Selanjutnya,

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 9 ayat 1,

menyatakan setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pasal 7 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa orang tua

wajib memberikan pendidikan dasar pada anak. Di dunia internasional, hak anak juga

tercantum pada pasal 7 The Cairo Declaration on Human Rights in Islam bahwa sejak anak

dilahirkan ia mempunyai hak-hak dari orang tuanya, masyarakat, dan pemerintah seperti

untuk keperluan perawatan, pendidikan dan kebutuhannya, kesehatan dan kekuatan moral.

Ayah dan ibunya harus dilindungi untuk melakukan kewajiban-kewajiban tersebut. Jauh

sebelum semua undang-undang di atas, Nabi Muhammad saw. memerintahkan orang tua agar

memuliakan anak serta memberikan pendidikan akhlak bagi mereka (HR. Ibnu Majah) karena

anak adalah amanah bagi setiap orang tua.

Semua peraturan perundang-undangan serta ajaran agama tersebut mengamanatkan

perlunya pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini, sebagai jenjang awal pendidikan yang

diberikan kepada setiap anak. Hal ini juga menjadi komitmen internasional dalam pertemuan

Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal. Forum tersebut telah menghasilkan

enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua dan salah satu butirnya

adalah memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini,

terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah

satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen ini.

Kesepakatan tersebut bukanlah sesuatu tanpa alasan dan tujuan yang mulia karena

berdasarkan review High/Scope Perry Preschool Study setelah 40 tahun yang mengungkapkan

bahwa ada keuntungan bersih yang tidak tersaingi dari program anak usia dini. Dua puluh dua

orang anak yang masuk program pendidikan anak usia dini lebih siap untuk sekolah pada

Page 8: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

2

umur 5 ahun, lebih menjanjikan terhadap kerja sekolah pada usia 14 tahun. Kemungkinan

hasil sekolah yang lebih bagus pada usia 14 tahun, kemungkinan untuk tamat dari SMA lebih

banyak, kemungkinan mempunyai penghasilan lebih dari US$20,000 pada umur 40 tahun, dan

kemungkinan tidak banyak yang di penjara karena kriminal sampai umur 40 tahun. Jumlah

yang kembali US$13 dari setiap dollar yang dihabiskan untuk program anak usia dini.

Hasil review tersebut tentunya dapat mendorong bangsa Indonesia khususnya sebagai

negara yang ikut dalam konferensi Dakar, bangsa dengan jumlah penduduk mencapai lebih

dari 200 juta orang dimana 30% di bawah usia 15 tahun. Indonesia memiliki angka

pertumbuhan penduduk 11% untuk tahun 2002-2015. Sedangkan Gross Domestik Product

sekitar US$2200 dengan kepadatan penduduknya 2 juta km2. Jumlah penduduk usia dini di

Indonesia (2009) mencapai 30 juta orang1. Apabila melihat review dari High/Scope Perry

Preschool Study seharusnya pemerintah dan masyarakat berupaya sungguh-sungguh untuk

berinvestasi dengan menyediakan dana cukup besar bagi pemenuhan hak layanan pendidikan

anak usia dini.

Keberhasilan atau kegagalan Pendidikan Anak Usia Dini dapat dilihat berdasarkan

indikator tinggi atau rendahnya angka partisipasi Anak Usia Dini dalam pendidikan. Angka

Partisipasi Kasar (APK) PAUD tahun 2008 di Indonesia mencapai 50,6 persen, kemungkinan

akhir 2009 mencapai 53 %, target sampai 2014 kemungkinan mencapai 72%.

Menurut Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal Depdiknas, Hamid Muhammad,

bahwa hanya Pendidikan Anak Usia Dini yang formal yakni Taman Kanak-Kanak saja yang

sudah berstandar. “Yang nonformal, bisa dihitung yang memenuhi standar," tambah Hamid.

Departemen mengakui bahwa pendidikan nonformal semacam, Taman Pendidikan Alquran,

Sekolah Minggu, Kelompok Bermain masuk dalam pendidikan Anak Usia Dini yang

disediakan masyarakat.”2 Bahkan, dari 50% belum diketahui datanya. Padahal menurut pasal

10 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional Pemerintah berhak mengawasi

penyelenggaraan pendidikan. Adanya pengawasan pemerintah yang baik menghasilkan

akurasi data yang riil.

1http://www.diknas.go.id

2http://www.tempointeraktf.com

Page 9: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

3

Data yang tidak akurat menunjukkan kurang seriusnya pihak-pihak terkait dalam

pemenuhan layanan hak pendidikan anak usia dini. Selain itu, masalah yang terjadi dalam

pemerintah yaitu adanya dua payung yaitu Dirjen PNFI dan Dirjen Dikdasmen yang sama-

sama membawahi pendidikan anak usia dini yaitu Taman Kanak-kanak dan PAUD Non

Formal. Koordinasi antara dua direktorat jenderal terkait layanan pendidikan anak usia dini

sangat penting.

Untuk mendapatkan akurasi data tentu memerlukan penelitian yang lebih

komprehensif. Hal ini penting untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi PAUD yang riil

di lapangan. Dengan data akurat yang ada di lapangan, maka dapat diketahui pula besarnya

hak layanan anak yang sudah terpenuhi. Dengan kata lain, berapa banyak anak usia dini

yang telah mendapatkan hak layanannya dalam pendidikan. Selain itu, akan diketahui pula

latar belakang ekonomi orang tua anak tersebut serta alasan orang tua yang hak layanan

pendidikan bagi anak usia dini pada lembaga formal atau informal.

Besaran angka anak usia dini yang mendapatkan hak layanan pendidikan antara

formal dan non formal untuk diteliti sangat penting untul sebagai sarana untuk mencari

solusi meningkatkan angka partisipasi Anak Usia Dini dalam pendidikan. Juga mengetahui

kondisi ekonomi keluarga dari anak usia dini. Karena, masalah kesulitan ekonomi menjadi

salah satu faktor yang menjadi pemicu tingginya kejahatan penjualan anak yang nyaris tidak

tertangani dengan baik oleh pemerintah.

Oleh karena itu, dengan mengetahui data keluarga dari orang tua anak usia dini

baik formal maupun informal akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengambil

kebijakan tentang peningkatan pelayanan pendidikan anak usia dini. Pemenuhan hak

pendidikan anak merupakan salah satu kewajiban pemerintah sesuai dengan amanat Undang-

undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.

Demikian pula, peran serta masyarakat sangat penting dalam mendukung realisasi

pemenuhan hak anak dalam layanan pedidikan. Di satu sisi masyarakat memiliki tingkat

ekonomi beragam dan memiliki kecenderungan beragam pula dalam memberikan pelayanan

pendidikan pada AUD. Orang tua yang berpenghasilan tinggi mungkin cenderung

Page 10: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

4

memasukkan anak pada lembaga pendidikan AUD formal, atau bisa jadi memilih home

schooling. Di sisi lain ada pula kondisi ekonomi sedang memilih lembaga pendidikan AUD

formal, sementara kelompok ekonom cukup atau menengah memilih lembaga AUD non

formal. Semua merupakan masalah yang terjadi saat ini.

Tingkat partisipasi masyarakat terhadap PAUD beragam di Indonesia, dan masih

tergolong rendah. Bahkan di daerah Ibukota Jakarta baru mencapai 52,9% dari satu jiwa

anak. Padahal, pendapatan daerah Khusus Ibukota Jakarta sangat tinggi. Akses dengan

pemerintah pusat sangat dekat. Terlepas dari masalah tersebut, DKI Jakarta yang memiliki

luas wilayah kecil, tetapi memiliki kepadatan pendudukan sangat tinggi. Seharusnya, DKI

Jakarta menjadi contoh dan standar mutu nasional pemenuhan hak layanan pendidikan anak.

Dibandingkan tujuh daerah propinsi kaya di Inodnesia berdasarkan laporan UNESCO tahun

2005, partisipasi kasar DKI Jakarta dibawah Kalimantan Selatan. Atas dasar tersebut, tempat

penelitian difokuskan di wilayah DKI Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum semua anak usia dini mendapatkan hak layanan pendidikan

2. Keterbatasan Lembaga penyelenggara (Sekolah) PAUD.

3. Keterbatasan Sarana dan Prasarana PAUD.

4. Keterbatasan penyediaan tenaga pengajar PAUD.

5. Banyak orang tua belum mempunyai pemahaman perlunya pendidikan usia dini.

6. Pembiayaan pendidikan PAUD dari pemerintah.

7. Tingkat ekonomi keluarga masih rendah.

8. Koordinasi yang lemah antara lembaga terkait serta peran serta masyarakat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian

ini dibatasi dalam hal yang terkait dengan prevalensi PAUD yang dilaksanakan oleh

pemerintah DKI Jakarta. Adapun masalah penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 11: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

5

a. Bagaimana prevalensi antara orang tua dengan layanan hak pendidikan anak usia dini di

DKI Jakarta? Orang tua di sini memiliki beberapa kelompok berdasarkan tingkat

ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan.

1) Bagaimanakah kecenderungan orang tua yang berpenghasilan tinggi atau rendah

dalam memberikan hak layanan pendidikan bagi AUD?

2) Bagaimanakah kecenderungan orang tua yang berpendidikan Sarjana atau non sarjana

dalam memberikan hak layanan pendidikan bagi AUD?

3) Bagaimanakah kecenderungan masyarakat dengan profesi yang dimilikinya dalam

memberikan layanan pendidikan bagi AUD?

b. Faktor-faktor apa saja yang mendorong orang tua dalam memberikan hak layanan

pendidikan bagi anak usia dini di lembaga Formal atau Informal.

c. Bagaimana peran pemerintah dalam pemenuhan hak pendidikan anak usia dini di DKI

Jakarta? Dalam hal ini mencakup kebijakan dan regulasi pemerintah dalam hal pelayanan

pendidikan AUD

d. Bagaimankah peran pengelola PAUD Non Formal atau TK dalam memberikan layanan

hak pendidikan AUD?

e. Bagaimana koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan pengelola dalam pelayanan hak

pendidikan AUD?

B. Tujuan Dan Manfaat

1. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui prevalensi orang tua dan layanan hak pendidikan AUD.

b. Mengetahui alasan orang tua dalam memilih lembaga pendidikan bagi AUD.

c. Mengetahui koordinasi instansi terkait dalam hal layanan pendidikan AUD.

d. Mengetahui peran pengelola pendidikan AUD

2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Diharapkan, kajian yang digunakan dapat menghasilkan:

Page 12: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

6

a. Secara akademis, sebagai bahan studi untuk memahami permasalahan layanan

pendidikan anak usia dini.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan hak pendidikan

bagi semua anak usia dini.

c. Menyusun rekomendasi/bahan masukan untuk Pemda dalam membuat kebijakan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi lima kegiatan utama, yaitu:

Pertama, melakukan mapping anak usia dini di daerah DKI Jakarta

Kedua, melakukan observasi lapangan

Ketiga: mengumpulkan data melalui penyebaran kuisioner, studi dokumentasi dan

wawancara,

Keempat; melakukan analisis data

Kelima; memperoleh kesimpulan dan rekomendasi

Page 13: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

7

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pasal 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 berbunyi : “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan merupakan

sebuah proses dalam upaya tercapainya tujuan utama yaitu terbentuknya anak didik yang

memiliki beberapa aspek, yaitu: spiritualitas, intelektual, kepribadian dan akhlak mulia serta

keterampilan sebagai bekal membangun diri dan bangsanya.

Untuk tercapainya tujuan tersebut tentu membutuhkan usaha maksimal dari sleuruh

elemen masyarakat dan pemerintah. Sebagai penyelenggara pendidikan sesuai dengan amanat

Undang-Undang, pemerintah mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana serta semua yang

dibutuhkan dalam proses pendidikan untuk semua jenjang. Termasuk bagi pendidikan anak usia

dini.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Rentangan anak usia dini menurut

Pasal 28 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian

rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan

sejak usia 0-8 tahun.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik

(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,

kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,

sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

Page 14: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

8

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 tahun

2003, pendidikan anak usia dini merupakan langkah menuju pendidikan dasar, dan ditetapkan

bahwa ini dapat diorganisasi secara formal, non formal, dan informal. Walaupun di Indonesia

ada beberapa ketidakkonsistenan di dalam Undang-undang mengenai status pendidikan anak usia

dini dalam sistem pendidikan, jalannya telah disediakan dengan pondasi yang lebih kuat untuk

menjalankan Pendidikan Anak Usia Dini (Unesco, 2005).

Secara yuridis Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) pada pasal 1 butir 14 mendefenisikan PAUD sebagai suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, dilakukan

melalui pemberian rangsangan guna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

Selanjutnya, PAUD sebagai salah satu skala prioritas, mengingat kebijakan

Depdiknas tersebut eksistensinya, belum begitu optimal atau keberadaan PAUD di berbagai

daerah masih relatif baru. "Maka dari itu, pembinaan dan perluasan terhadap layanan PAUD di

Jawa Barat, agar lebih ditingkatkan supaya program yang mendukung suksesnya Wajib Belajar

Pendidikan Dasar Sembilan tahun tersebut diketahui banyak publik.

B.Pertumbuan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan merupakan hal yang berkaitan dengan masalah perubahan ukuran (berat

badan) dan jumlah (tinggi badan). Sedangkan, Perkembangan berkaitan dengan pematangan

individu dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosial emosional

dan kemandirian. Tahapan tumbuh kembang (developmental milestone) yaitu titik panduan untuk

memahami tahapan dimana anak berada, dan apakah ia sudah mengalami kemajuan belajar yang

semestinya.

Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan fase-fase yang dilewati oleh seorang

anak baik fisik maupun psikis. Bagi seorang anak perkembangan motorik dan fisiknya sangat

berhubungan dengan pertumbuhan psikisnya. Sehingga dalam psikologli perkembangan anak

usia dini antara pertumbuhan dan perkembangan merupakan satu kesatuan secara menyeluruh.

Page 15: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

9

Pada fase tumbuh dan kembangnya, setiap anak mengalami suatu periode yang

dinamakan sebagai masa keemasan anak (the golden age) saat dimana saat itu anak akan sangat

peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Laju perkembangan dan

pertumbuhan anak mempengaruhi masa keemasan dari masing-masing anak itu sendiri.

Saat masa keemasan, tingkat perkembangan seorang anak akan terjadi sangat drastis yang

dimulai dari pekembangan berfikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik,

perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Terjadinya laju perkembangan tersebut dialami

anak pada usia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode

selanjutnya. Masa keemasan dan perkembangan tersebut, orang tua harus memberikan perhatian

khusus, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan

datang.

Perkembangan anak meliputi :Perkembangan Kognitif, perkembnagan fisik,

perkembangan bahasa, dan perkembangan sosio-emosional. Perkembangan kognitif anak terbagi

ke dalam beberapa tahap:

1) Tahap Sensorimotor. Pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks,

mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang

menurutnya menarik. Anak mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna

mencapai tujuannya. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.

2) Tahapan Pra-operasional. Tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang

masih terbatas. Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya

masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak. Tahap pra-

operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.

3) Tahap konkret operasional. Tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan

berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Anak bisa menyusun, melipat, melakukan

pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak.

Tahap ini berlangsung pada usia 7-11 tahun.

4) Tahap Formal Operasional. Memasuki tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai

seorang remaja yang mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang

relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu

menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak,

sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti

matematika, agama dan lain-lain.

Tahapan yang masuk pada kategori untuk anak usia dini yaitu tahap sensorimotor dan

pra-operasional. Selanjutnya perkembangan Fisik Anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak bisa dilihat dari perkembangan motroik anak.

Page 16: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

10

Dalam perkembangan bahasa anak usia dini ada beberapa tahap, yaitu:

1) Periode prelingual, usia anak 0-1 tahun. Ciri utamanya adalah anak mengoceh untuk

berkomunikasi dengan orang tua. Pada fase ini anak masih bersifat pasif saat menerima

stimulus dari luar, tetapi ia akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan

senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal

bahkan tampak ketakutan.

2) Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun. dalam fase ini anak sudah mampu membuat

sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.

3) Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 tahun. Pada fase tersebut anak sudah memiliki

kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar.

Perbendaharaan kata yang dimilikinya sudang berkembang, baik dilihat dari segi

kuantitas dan kualitas.

Fase Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun. Pada tahap ini

anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang

menyenangkan. Namun, anak akan tumbuh rasa curiga jika mendapat pengalaman yang

tidak menyenangkan.

2) Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun. Pada fase ini

perasaan mandiri mulai muncul, anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya.

Sfat ragu dan malu akan muncul apabila lingkungan tidak memberinya sebuah

kepercayaan.

3) Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada

masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas

dan berhubungan dengan lingkungan. Fase ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri

anak, tetapi jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum

mampu berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada dirinya.

C. Pentingnya PAUD

Dari hasil studi terhadap anak-anak dalam periode tertentu, Waldrop dan Halyerson telah

menyimpulkan bahwa “sosialitas pada anak usia 2 ½ tahun dapat meramalkan sosiabilitas pada

anak usia 7 ½ tahun (Hurlock, 1998). Karena pola sikap dan perilaku cenderung menetap, maka

meletakkan dasar yang baik pada usia dini merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Sebaliknya,

apabila anak memulai kehidupan sosial dengan awal yang buruk, maka hal tersebut dapat

menjadikan seorang anak memperoleh reputasi sebagai anak yang tidak sosial. Apabila hal ini

terjadi, pengaruhnya sangat merusak penyesuaian pribadi dan sosialnya.

Page 17: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

11

Sejak usia 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-

orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan teman sebaya. Teman sebaya (peers) adalah

anak-anak yang usia dan tingkat kematangannya kurang lebih sama (Santrock,1999). Anak-anak

belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kegiatan bermain. Interaksi dengan sebaya

akan membentuk sikap dan perilaku sosial. Sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia

dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.

Sebagai salah satu upaya mengiringi tumbuh kembang anak yang baik, adanya

pendidikan anak usia dini dapat menjadi sarana peningkatan mutu manusia Indonesia ke depan

lebih baik. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu :

1) Tujuan utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang

tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki

kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan

di masa dewasa.

2) Tujuan penyerta yaitu untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar

(akademik) di sekolah.

Berdasarkan realita yang ada, banyak anak usia dini yang tidak dapat menjalani masa

tumbuh kembangnya dengan baik karena kondisi orang tua serta lingkungan tempat tinggalnya

yang kurang baik. Untuk itu keberadaan pendidikan anak usia dini sangatlah penting. Beberapa

hal yang menjadi pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu:

(1). Menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas.

(2). Mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya

produktivitas kerja dan daya tahan.

(3). Meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat.

(4). Menolong para orang tua dan anak-anak.

Page 18: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

12

Dengan adanya pendiidkan usia dini diharapkan mereka kelak menjadi manusia yang

berkualitas untuk mengisi pembangunan di masa yang akan datang. Selain itu, tujuan pendidikan

nasional dapat terwujud dengan baik yang dimulai dengan pendidikan anak usia dini.

D. Pembelajaran Melalui Bermain

Masa kanak-kanak merupakan masa dimana anak belajar bersosialisasi bersama teman

sebaya. Bermain bersama teman-teman seusianya di sekolah dapat melatih keterampilan sosial

anak. Dengan berteman, dharapkan anak mulai belajar berbagi, member dan menerima kasih

sayang dari orang lain, yang sebaya maupun dewasa. Menurut Tedjasaputra (2003) bahwa

bermain sangat bermanfaat bagi perkembangan aspek sosial anak, antara lain dengan teman

sepermainannya, anak akan belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergilir,

melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari

pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman mainnya. Anak juga belajar berkomunikasi

dengan sesama teman dengan mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami

apa yang diucapkan oleh temannya, sehingga terjadi hubungan dan dapat saling bertukar

informasi (pengetahuan).

Dengan demikian bermain merupakan hal yang menunjang pengembangan kemampuan

bersosialisasi bagi anak. Untuk itu, perlu menciptakan suasana / kondisi untuk mengembangkan

kemampuan bersosialisasi. Terdapat berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan

bersosialisasi anak, salah satunya melalui kegiatan bermain peran.

Kegiatan bermain peran merupakan suatu kegiatan yang terfokus pada memainkan peran

tertentu seakan-akan anak bermain seperti tokoh atau peran sesungguhnya yang terjadi antara

dirinya sendiri dengan benda di sekitarnya maupun bersama-sama dengan teman sebayanya.

Peran yang dimainkan terdapat dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjadi guru, orang tua,

dokter, dan sebagainya. Kegiatan bermain peran dapat menciptakan situasi khayalan di mana

anak-anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dengan suatu objek dan melakukan kegiatan

sesuai dengan karakter objek tersebut.

Kegiatan bermain peran memperkenankan anak untuk bereksperimen dengan berbagai

macam peran sosial. Dengan menempatkan dirinya sebagai orang lain, anak mulai memahami

dan berempati dengan perasaan orang lain.

Page 19: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

13

Menurut Jean Piaget sebagaimana dikutip TedjaSaputra (2003) bahwa bermain peran

yang disebut “symbolic play” atau ”make belive play” ditandai dengan bermain khayal dan

bermain pura-pura, di mana anak menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi

benda lain. Misalnya, mengunakan sapu sebagai kuda-kudaan, menganggap sobekan kertas

sebagai uang, dan lain-lain. Selanjutnya, Rubin, Fein, Vandenberg dan Smilansky menyatakan

bahwa dalam bermain anak pura-pura menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya

sehari-hari. Anak juga dapt melakukan peran imajinatif dengan memainkan peran tokoh yang

dikenalnya melalui film kartun atau dongeng.

Selain bermain peran, anak juga dapat bermain dengan menggunakan berbagai alat

permainan yang mendukung bagi pengembangan kecerdasan dan emosinya. Alat permainan

yang digunakan tidak harus dibeli, tetapi dapat berupa alat-alat keseharian yang berbahan baku

murah tetapi tidak membahayakan. Misalnya, telpon yang sudah tidak digunakan dapat dijadikan

sebagai media dalam pembelajaran bagi anak usia dini dalam ebrmain peran atau mengenal

perkakas.

E. Hak Pendidikan Anak Usia Dini

Secara konsep hak menunjukkan sesuatu yang menjadi kebalikan dari kewajiban.

Demikian pula hak yang dimiliki seorang anak sejak lahir. Hak anak sejak lahir yaitu tumbuh

kembang fisik, mental, dan psikososial. Semua itu di tahun-tahun pertama dapat menentukan hari

depan anak. Untuk itu tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat

penting dan kritis. Kelainan atau penyimpangan apa pun apabila tidak diintervensi secara dini

dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang

bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).

Bahkan dalam ajaran Islam pemenuhan kebutuhan spiritual pun dimulai sejak lahir yaitu

dengan kewajiban orang tua mengumandangkan suara adzan dan iqamah. Kewajiban tersebut

memiliki makna sangat dalam yaitu pelayanan hak pendidikan anak sejak lahir. Bahkan, syaria’at

Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu sejak buaian hingga akhir hayat. Oleh karena itu,

hak juga memiliki arti sebagai kewajiban. Hak layanan pendidikan anak sesungguhnya

kewajiban anak dalam menempuh pendidikan. Namun, karena anak belum memiliki kemampuan

Page 20: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

14

mandiri, orang tua bersama pemerintah berkewajiban yang memberikan atau menyediakan

layanan bagi pemenuhan hak anak tersebut.

Hak anak usia dini untuk mendapatkan layanan pendidikan sangat urgen. Pendidikan

anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar merupakan

suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.

Layanan pendidikan tersebut dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal,

dan informal.

Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara

lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini

jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan

tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan

Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh,

belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan

gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan

tumbuh kembang anak.

Pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional. Dalam

pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal menghasilkan enam

kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua dan salah satu butirnya adalah

memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama

bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah satu anggota

forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen ini.

Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar

kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak.

Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan

tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya,

pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi

manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang

Page 21: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

15

sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini (Wahyudi dan Damayanti, Dwi Retna.

2005).

Ada beberapa tantangan dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitui: Pertama, sebagai

akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997, dunia pendidikan dituntut

untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua,

untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga,

sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian

sistem pendidikan nasional, sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih

demokratis, memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta didik, dan mendorong

peningkatan partisipasi masyarakat.

Permasalahannya adalah ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan di

atas, disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusianya. Untuk menghadapi tantangan itu,

diperlukan upaya serius melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar

pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi diri dan dapat

mengembangkannya bagi kebutuhan diri, masyarakat dan bangsa sehingga dapat membentuk

masyarakat madani. Pendidikan anak usia dini merupakan hal paling mendasar yang dilakukan

sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan

yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu

mengandung arti layanan tidak saja diberikan pada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga

dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan.

Berdasarkan data Depdiknas, hingga akhir 2008, Angka Partisipasi Kasar (APK)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baru sekitar 50,03 persen dari 29,8 juta anak. Artinya

separuh dari jumlah anak usia dini yang ada di negeri ini belum memperoleh layanan pendidikan.

Target tahun 2009 adalah meningkatkan APK-PAUD dari 50% menjadi 54% dengan prioritas

anak usia 2-4 tahun dapat terlayani PAUD nonformal.

Data tersebut menunjukkan lebih dari 20 juta BALITA Indonesia tidak memiliki

kesempatan mengenyam PAUD. Padahal Pendidikan pra-sekolah adalah pondasi penting yang

harus dienyam balita Indonesia untuk memastikan kesiapan balita dalam memasuki sekolah

dasar dan tingkat lanjutannya. Hal ini diperkuat oleh data Unicef yang menunjukkan, bahwa

Page 22: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

16

hampir 70% anak yang putus sekolah dari Sekolah Dasar (SD) karena mereka tidak siap untuk

berinteraksi dan mengikuti pendidikan SD.

Disparitas Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Anak Usia Dini (APK-PAUD) antar-

wilayah di Indonesia bagaikan langit dan bumi, karena ada wilayah yang angkanya sangat tinggi,

sementara di wilayah lain sangat rendah. Menurut Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal

(PNFI) Depdiknas, Hamid Muhammad provinsi dan daerah kabupaten yang memiliki angka

APK-PAUD tertinggi adalah Provisni DI Yogyakarta yang mencapai 90 persen. Hal ini

disebabkan ada beberapa pemerintah daerah yang kurang memperhatikan pendidikan usia dini,

dan untuk mengetahui tingkat kepedulian pemerintah daerah, bisa dilihat dari rincian program

PAUD serta alokasi anggarannya melalui APBD. Namun demikian ada daerah yang menaruh

perhatian pada PAUD di antaranya Provinsi Riau, yang meningkatkan alokasikan dana melalui

APBD-nya dari Rp4 miliar menjadi Rp16 miliar.

Page 23: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

17

BAB. III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian atau kajian yang digunakan dalam partisipasi anak usia dini dalam

Pendidikan di DKI Jakarta ini dengan dua metode pendekatan: (1) Studi dekomentasi (library

reseach) dan (2) Survey lapangan terhadap layanan Pendidikan AnakUsia Dini.

a. Studi dokumentasi (library reseach)

Studi dekumentasi yang dilakukan diarahkan pada telaah/kajian yang berkaitan terhadap

data-data yang ada di masing-masing instansi pemerintah di lokus penelitian.

b. Survei lapangan.

Survei lapangan akan dilakukan pada 5 (lima) wilayah yang tepilih, yaitu: Jakarta

Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur.

c. Jadwal Kegiatan.

Kegiatan penelitian ini akan berlangsung selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Juni

2010 sampai dengan Nopember 2010 adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut

1 Menyusun rancangan, Instrumen dan pedoman kegiatan.

2. Pembahasan rancangan dan instrumen.

3. Penjajagan lokasi.

4. Pengumpulan data penelitian.

5. Pengolahan data dan analisa data.

6. Menyusun laporan hasil penelitian.

7. Pembahasan laporan.

Page 24: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

18

Tabel 1. Jadual Kegiatan

No.

Kegiatan

Tahun 2010

Juni Juli Agst Sept Okt Nop

1. Penyusunan rancangan,

instrumen dan pedoman

2. Pembahasan rancangan,

instrumen, pedoman

dan modul.

3. Penjajagan lokasi.

4. Pengumpulan data

penelitian.

5. Pengolahan dan analisis

data.

6. Penyusunan laporan.

7. Pembahasan hasil.

d. TIM PENELITI.

Ketua Tim : Ir. Permadi

Anggota : Dr. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag

Dra. Susilahati, M.Si

Ir. Sudirman, M.si

Ir. Helfi Gustia, M.Si

Drs. Achmad Jayadipura, M.Si

Drs. Alif Syifyani

Page 25: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. PAUD Mutiara Bunda (Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur)

PAUD Mutiara Bunda terletak di RW VIII, Kelurahan Kebon Nanas, Kecamatan

Jatinegara. Lembaga pendidikan ini memiliki tiga orang guru yang masing-masing

merangkap tugas sebagai kepala PAUD dan administrasi.

Pengurus PAUD ialah anggota PKK RW VIII. Awal berdirinya PAUD ini

disebabkan oleh keprihatinan akan pendidikan anak usia dini bagi warga yang kurang

mampu karena biaya untuk masuk ke taman kanak-kanak begitu tinggi, yaitu uang muka

sekitar Rp. 700.000,- ke atas. Bagi warga yang kurang mampu tentu memberatkan. Padahal

syarat untuk masuk ke sekolah dasar ialah anak bisa membaca, menulis, dan berhitung.

Warga yang kurang mampu ini juga tidak dapat mengajari anak-anaknya membaca,

menulis, dan berhitung sendiri karena mereka disibukkan untuk bekerja mencukupi

kebutuhan sehari-hari. Banyaknya anak-anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan sejak

usia dini membuat ibu-ibu PKK RW VIII ingin membuat PAUD swadaya agar anak-anak

didaerahnya bisa mendapatkan pendidikan sejak usia dini.

Untuk memperoleh dana untuk operasional maupun pembiayaan sarana dan prasarana

PAUD dikumpulkanlah sumbangan-sumbangan sukarela dari warga RW VIII. Sumbangan

berupa uang tunai maupun sarana dan prasarana PAUD seperti kursi, meja, papan tulis,

lemari, permainan, dan lain-lain. Maka pada awal Desember 2009 terbentuk PAUD Mutiara

Bunda yang mengambil tempat di Balai RW VIII. Balai RW ini digunakan karena tidak ada

tempat lain yang luas dan memadai. Balai ini pada pagi dan siang hari juga tidak terpakai

karena kegiatan RW dimulai pada malam hari saja.

PAUD Mutiara Bunda diikuti oleh 70 anak yang terbagi ke dalam dua kelas, yaitu

kelas A (usia 5 – 6 tahun) dan kelas B (usia 2 – 4 tahun). Kelas A dimulai pukul 08.00

sampai dengan pukul 10.00 dilengkapi dengan meja dan kursi. Sedangkan untuk kelas B

dimulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.00 hanya dilengkapi dengan tikar seadanya.

Untuk kelas A materi berupa membaca, menulis, dan berhitung diiringi dengan olahraga dan

Page 26: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

20

keterampilan. Waktu yang digunakan lebih lama karena kelas A dipersiapkan untuk

langsung masuk ke sekolah dasar, sehingga perlu agak serius. Di kelas B waktu yang

dialokasikan hanya satu jam karena anak-anak kelas B masih berusia sangat dini yaitu 2 – 4

tahun. Pada usia itu anak hanya diajarkan belajar sambil bermain, seperti mengenal huruf,

mengenal angka, mengenal warna, mengenal bentuk, dan lain-lain.

Iuran di PAUD Mutiara Bunda ditarik secara sukarela melalui kotak amal karena

keterbatasan ekonomi warga. Biasanya per kali datang orang tua mengisi seribu rupiah atau

lebih. PAUD ini diselenggarakan seminggu tiga kali, yaitu pada hari senin, rabu, dan jumat.

Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengajar dan dana operasional.

Namun, hal ini tidak mempengaruhi pendidikan yang diberikan dalam PAUD.

Dengan membayar seribu rupiah per datang maka warga tidak merasa berat untuk

mengikutsertakan anaknya pendidikan anak usia dini. Selain iuran setiap kali datang, biaya

lain yang ditarik ialah biaya untuk membeli buku kerja siswa yang terdiri dari buku huruf,

angka, mewarnai, menempel dan menggunting sebesar RP.3.000,-. Buku ini sebagiannya

disubsidi oleh sumbangan sukarela warga yang mampu melalui RW.

Untuk seragam, PAUD Mutiara Bunda baru mendesain dan mencari penjahit karena

pada awalnya memang pengurus tidak memaksa orang tua untuk membeli segaram, namun

sekarang diadakan seragam karena PAUD sering mengikuti lomba antar-PAUD. Seragam

pun dapat dicicil sesuai dengan kemampuan orang tua murid. Memang bantuan dari

Kelurahan Kebon Nanas pernah ada, yaitu berupa alat permainan edukatif. Namun

jumlahnya tidak seberapa. Kelurahan juga tidak mensubsidi pengelolaan PAUD.

Pengelolaan bersumber dari dana sumbangan sukarela masyarakat. di beberapa

PAUD di Kelurahan Kebon Nanas juga melakukan hal yang sama seperti PAUD di RW

VIII ini. Pengurus dan ibu-ibu PKK yang menggagas dan mengelola PAUD karena

pendidikan anak usia dini memang penting untuk dilakukan dan diperhatikan.

b. PAUD Melati (Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat)

PAUD Melati terletak di RW IV, Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru.

Lembaga pendidikan ini memiliki enam orang guru dengan masing-masing dua orang guru

per kelas. Pengurus PKK RW merangkap tugas sebagai kepala PAUD dan administrasi.

Page 27: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

21

Awal berdirinya PAUD ini sama dengan PAUD Mutiara Bunda, yaitu disebabkan oleh

keprihatinan akan pendidikan anak usia dini bagi warga yang kurang mampu karena biaya

untuk masuk ke taman kanak-kanak begitu tinggi, yaitu uang muka sekitar Rp. 700.000,- ke

atas. Bagi warga yang kurang mampu tentu memberatkan. Padahal syarat untuk masuk ke

sekolah dasar ialah anak bisa membaca, menulis, dan berhitung.

Warga yang kurang mampu ini juga tidak dapat mengajari anak-anaknya membaca,

menulis, dan berhitung sendiri karena mereka disibukkan untuk bekerja mencukupi

kebutuhan sehari-hari. Banyaknya anak-anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan sejak

usia dini membuat ibu-ibu PKK RW IV ingin membuat PAUD swadaya agar anak-anak

didaerahnya bisa mendapatkan pendidikan sejak usia dini.

Untuk memperoleh dana untuk operasional maupun pembiayaan sarana dan prasarana

PAUD dikumpulkanlah sumbangan-sumbangan sukarela dari warga RW IV dan Himpunan

Pendidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) tingkat kecamatan sebesar Rp.150.000,- per bulan.

Sumbangan masyarakat berupa uang tunai maupun sarana dan prasarana PAUD seperti kursi,

meja, papan tulis, lemari, permainan, dan lain-lain.

PAUD Melati yang terbentuk dua tahun lalu mengambil tempat di halaman rumah

ketua RW IV. Halaman ini digunakan karena tidak ada tempat lain yang luas dan memadai.

Balai RW tidak terlalu luas dan sedang diadakan renovasi. Ketua RW melalui dana

pribadinya telah membuatkan gedung baru untuk PAUD ini namun belum selesai karena

kekurangan dana. Oleh karena itu masyarakat membantunya dengan sumbangan sukarela

agar gedung PAUD yang baru dapat segera selesai agar anak-anak dapat belajar dengan

nyaman.

PAUD Melati diikuti oleh 66 anak yang terbagi ke dalam tiga kelas, yaitu kelas A1

dan A2 (usia 5 – 6 tahun) dan kelas B (usia 2 – 4 tahun). Kelas A1 dimulai pukul 08.00

sampai dengan pukul 09.00. Kelas B dimulai pukul 11.00 sampai dengan pukul 12.00. Untuk

kelas A2 dimulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 15.00. Materi untuk kelas A berupa

membaca, menulis, dan berhitung diiringi dengan olahraga dan keterampilan (mewarnai,

menggunting, melipat). Di kelas B waktu yang dialokasikan untuk belajar sambil bermain,

seperti mengenal huruf, mengenal angka, mengenal warna, mengenal bentuk, dan lain-lain.

Baik kelas A maupun kelas B sama-sama menggunakan meja dan kursi yang diatur menjadi

Page 28: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

22

beberapa lingkaran-lingkaran kecil. Sebelum masuk ke kelas, murid-murid di tes satu per

satu kemampuan membaca dan berhitung, sehingga dapat diketahui perkembangan kognitif

anak setiap harinya dan guru akan lebih membimbing murid yang kurang memahami dengan

lebih baik.

Ketika masuk pertama kali di PAUD setiap anak dikenakan biaya pendaftaran sebesar

Rp. 50.000,-, uang bulanan sebesar Rp. 15.000,- , uang majalah Rp. 5.000,- dan Rp. 3.000,-

untuk uang kas, sehingga total pengeluaran per bulan sebesar Rp. 23.000,-. Akan tetapi,

biaya pendaftaran sejak satu tahun yang lalu mengalami peningkatan dari Rp. 50.000,-

menjadi Rp. 300.000,-. Hal ini terkait biaya seragam bagi setiap peserta didik PAUD yang

meliputi seragam olahraga, batik, dan baju muslim.

PAUD RW IV merupakan swadaya dari masyarakat sekitarnya. PAUD ini belum

pernah mendapatkan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari pemerintah. PAUD

RW 4 juga aktif mengikuti lomba-lomba yang diadakan mulai dari tingkat keluarahan sampai

kotamadya, seperti lomba mewarnai.

c. Kelompok Bermain Regina Pacis (Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat)

KB Regina Pacis merupakan lembaga pendidikan bagi anak-anak usia dini yang berlokasi

di Jl. Palmerah Utara I Kelurahan Palmerah Kecamatan Palmerah Kotamadya Jakarta Barat. KB

Regina Pacis sebuah lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak Katolik yang berada dibawah

naungan Yayasan Adikara Niat.

Susunan Pengelola dan tenaga pengajar TK ReginaPacis adalah sebagai berikut: 1) Atik

Sunarmiati sebagai Kepala Sekolah dengan pendidikan Sarjana; 2) Lidwina Supadmi Rahayu

sebagai pengajar dengan kualifikasi pendidikan Diploma; 3) Paulinw Widya Nugraheni dengan

kualifikasi pendidikan Sarjana sebagai tenaga pengajar; dan 4) Uta sebagai pengasuh dengan

kualiafiaksi pendidikan SLTA.

Kegiatan belajar mengajar di KB Regina Pacis terbagi dua yaitu kelas pagi dan kelas

siang. Untuk tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa ada 31 orang terdiri atas 25 orang siswa laki-

laki dan 26 siswa perempuan. Orang tua siswa pada umumnya berkualifikasi pendidikan Sarjana.

KB Regina Pacis telah memiliki gedung permanen berlantai 2. Lantai bawah terdiri dari:

Ruang pegawai, WC. Guru, WC. Siswa, Gudang, Kelas Kelompok Bermain, Ruang Aula, Ruang

Page 29: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

23

Makan KB, Ruang Komputer (2 lokal). Sedangkan lantai atas terdiri dari: Ruang Guru, WC

guru, WC. Siswa, Dugang, Ruang UKS, Ruang Kepala Sekolah, Ruang tamu, Ruang kelas TK.

A.-Merah, T A-Ungu, TK B-Biru, TK B-Hijau, dan Ruang TK B-Ros. Selain ruangan yang

memeadai, KB Regina Pacis memiliki alat pengajaran edukatif (APE) cukup lengkap seperti

balok-balok, gambar-gambar tema, boneka anak-anak, boneka binatang, dan boneka batman.

Selain itu tersedia pula sarana bermain seperti prosotan, dan ayunan.

Kurikulum yang diberikan kepada siswa di TK Regina Pacis meliputi :1) Bidang

Pengembangan Pembiasaan Moral, dan Nilai Agama, Sosial-Emosional dan kemandirian; 2)

Bidang Pengembangan Kemampuan Bahasa; 3) Bidang Pengembangan Kognitif; 4) Bidang

Pengembangan Fisik dan Motorik; dan 5) Bidang Pengembangan Seni. Semua bidang tersebut

diberikan kepada siswa dalam satu tahun dengan system semesteran. Sebagai contoh tema untuk

semester I terdiri dari: Aku, Lingkunganku, Binatang, Tanaman, dan Transportasi. Bahan

semester II dengan tema: Alam semesta, Profesi, Alat Komunikasi, Negara, dan Benda Angkasa.

Guru telah mempersiapkan bahan ajar untuk satu mingguan dan semesteran. Adanya kurikulum

dan perencanaan pengajaran yang tersusun rapi memberikan kemudahan bagi guru serta dapat

mengukur keberhasilan proses pengajaran.

d. PAUD Kiapang Jaya (Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat)

PAUD Kiapang Jaya terletak di Gg Kiapang RT.008/RW.03 Kota Bambu Selatan

Kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Kegiatan belajar mengajar PAUD Kiapang diselenggarakan

di Musholla Nurul Iman.Tepatnya, Awal pendirian PAUD Kiapang Jaya berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) DKI Jakarta Nomor:

168/101/BPKB/MS/2000 pada bulan Juli tahun 2000 tentang Kelompok Bermain berdasarkan

hasil study lapangan BP3LS di RW 03 Kota Bambu Selatan. Dalam studi lapanga tersebut

dilakukan temu tokoh masyarakat mulai dari kepala Rukun Warga (RW), ketua Rukun Tetangga

(RT) serta tokoh masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan yang dibentuk oleh masyarakat PAUD Kiapang Jaya

memiliki Visi, Misi dan tujuan yang menjadi landasan dalam operasional penyelenggaraannya.

Adapun Visi PAUD Kiapang Jaya adalah meningkatkan pendidikan yang berkualitas dan Misi

untuk mencerdaskan anak bangsa. Sementara itu, tujuan dari penyelenggaraan PAUD Kiapang

Page 30: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

24

Jaya adalah mmeberikan pendidikan kepada anak usia dini yang berada di wilayah RW 03 Kota

Bambu Selatan agar dapat meningkatkan taraf kehidupannya di masa yang akan datang.

Untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut dibuatkan Surat Keputusan bagi para

pengelola Kelompok Bermain Kiapang Jaya dibawah binaan BPKB DKI Jakarta dengan Ketua

Ruslan Noto Pandoyo yang merangkap sebagai Pembina, Hasnah sebagai Kepala Sekolah/Tutor

yang merangkap sebagai bendahara, dan Dra. Yana sebagai Tutor yang merangkap sebagai

sekretaris.

Selanjutnya, melalui Keputusan Lurah Kotabambu Selatan No:22 Tahun 2009 ditetapkan

susunan Pengurus Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) PAUD Kiapang Jaya. Hal tersebut

dikeluarkan sebagai upaya memantapkan kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

terutama bagi anak usia 0-5 tahun. Susunan Pengurus Kelompok BKB terdiri dari Pembimbing,

Ketua, dan Tim Pengajar. Untuk pembimbing/Pembina diisi oleh Bapak RW 03, Winama Gayo,

dan Abdul Mukti. Sementara Ketuanya yaitu Hasnah, Sekretaris diduduki oleh Dra. Yanah,

bendahara dijabat oleh Zahrimaini, dan anggota Yuliati Sumarliyah. Semua orang yang menjabat

dalam struktur tersebut adalah para pengajar di PAUD Kiapang Jaya.

PAUD Kiapang Jaya selanjutnya memperoleh Izin Operasional dalam penyelenggaraan

Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal berdasarkan Keputusan Kepala Suku Dinas Pendidikan

Menengah Kota Administrasi Jakarta Barat Nomor:109/2010. Izin tersebut berlaku terhitung

mulai 25 Januari 2010 sampai dengan 25 Januari 2011.

Program kegiatan yang dilakukan oleh PAUD Kiapang Jaya meliputi kegiatan belajar

rutin dan kegiatan lain yang bersifat insidental. Setiap awal penerimaan siswa baru, pihak

penyelenggara PAUD Kiapang melakukan pertemuan dengan para wali murid sebagai upaya

mempererat hubungan dinatar pihak sekolah dengan orang tua serta memperkenalkan program

dan hal-hal lain terkait penyelenggaraan pendidikan di PAUD Kiapang Jaya. Kegiatan lain yang

bersifat insidental yaitu manasik haji, memperingati hari besar nasional seperti Peringatan Hari

Kemerdekaan Republik Indonesia, Hardiknas, Hari Kartini, serta hari besar Islam seperti Hari

Raya Idul Adha.

Page 31: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

25

e. PAUD Delima (Kecamatan Palmerah , Jakarta Barat)

PAUD DELIMA yang berlokasi di Jl. Andomg Raya RT 0010/RW 06 Kel. Kota Bambu

Selatan Kec. Palmerah Jakarta Barat berdiri pada tanggal 16 Juli 2008. Tujuan didirikannya

PAUD DELIMA adalah untuk menanamkan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat

menumbuhkan dasar-dasar membaca, menulis, dan berhitung bagi anak usia dini.

Dengan pendidikan yang diberikan di PAUD DELIMA diharapkan anak-anak nantinya

dapat memiliki kemampuan memecahkan masalah, memiliki sikap toleransi, rasa tanggung

jawab, dan mandiri. Oleh karena itu, PAUD DELIMA memiliki Visi yaitu :Jika ingin berhasil

jangan katakana “Tidak Bisa” tapi katakana “Aku Bisa”. Sedangkan misinya : Membangun dan

mencerdaskan anak bangsa.

Dalam upaya merealisasikan visi dan misinya, PAUD DELIMA melakukan strategi dan

langkah-langkah untuk memantapkan kedudukan lembaga. Hal ini terbukti dengan adanya SK

Susunan Pengurus dari Kelurahan Kotabambu Selatan No: 14 Tahun 2008 tentang susunan

pengurus dan Izin penyelenggaraan PAUD Non Formal dari Suku Dinas Pendidikan Menengah

Kota Administrasi Jakarta Barat Nomor: 172/2010 yang berlaku mulai tanggal 5 Februari 2010

sampai dengan 5 Februari 2011.

PAUD DELIMA merupakan lembaga PAUD swadaya masyarakat yang berada di

wilayah RT.06 Kelurahan Kotabambu Selatan. Dalam hal ini Ketua RW.06 dan Dewan

Kelurahan RW.06 merupakan pelindung PAUD DELIMA. Sementara itu, penasehat dipegang

oleh Suwarto, Ketua: Dwi Pratiwi, Sekretaris: Rumiyati, S.Ag, Bendahara: Dewi Nasvianti,

Anggota: Siti Budi Mulyati, dan pembantu umum Iis. Adapun tenaga pengajar adalah orang-

orang yang juga menjadi pengurus yaitu: Dwi Pratiwi, Rumiyati.S.Ag, Dewi Nasvianti, dan Siti

Budi Mulyati.

PAUD DELIMA menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 3 tahun sampai 6 tahun

tang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Kelompok Bermain (usia 3-4 tahun); 2. Kelompok

A (usia 4-5 tahun); 3. Kelompok B (usia 5-6 tahun). Kegiatan belajar dilakukan setiap hari yaitu

hari Senin sampai Jum’at mulai pukul 7.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Jam belajar

dibagi dua kelompok yaitu kelompok pagi pukul 7.30-9.30 WIB, dan kelompok siang mulai

pukul 9.30-11.30 WIB. Setiap kelompok mendapat giliran belajar masing-masing satu setengah

jam.

Page 32: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

26

Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan di PAUD DELIMA dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Jumlah siswa tahun ajaran 2008/2009 adalah 57 orang yang terdiri dari:

24 perempuan dan 33 laki-laki. Tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa meningkat menjadi 76

orang, terdiri atas 28 orang siswa laki-laki dan 48 orang siswa perempuan. Sementara itu pada

tahun ajaran 2010/2011 siswa di PAUD DELIMA berjumlah 103 orang terdiri atas 47 orang

siswa laki-laki dan 56 orang siswa perempuan.

Orang tua siswa PAUD DELIMA pada umumnya berprofesi wiraswasta, dengan

pendidikan antara SD sampai SMU dan sederajat. Oleh karena itu, untuk menopang biaya

opersional, PAUD DELIMA mengajukan biaya rintisan kepada Kasudin Dimen Kota

Adminsitrasi Provinsi DKI Jakarta.

f. RA Al Ihsan (Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat)

RA Al-Ihsan merupakan lembaga pendidikan yang terletak di Jl. Apus II No.35

Kotabambu Selatan Palmerah Jakarta Barat 11420. RA Al-Ihsan berada di bawah naungan

Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihsan. Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihsan berdiri pada tahun

1970 yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga

yang kurang mampu dan anak-anak yatim agar mereka nanti memiliki ilmu pengetahuan dan

berakhlak karimah. Lembaga pendiidkan formal pertama yang dibentuk dibawah naungan

Yayasan Pendidikan Islam Al-Ihsan adalah Madrasah Ibdtidaiyyah Al-Ihsan.

Pada tahun 1990 dibentuk kelas persiapan bagi anak-anak usia 4-5 tahun yang dinamakan

“kelas persiapan” sebagai lembaga untuk mempersiapkan anak-anak yang akan memasuki

jenjang sekolah dasar. “Kelas Persiapan” tersebut selanjutnya berubah nama menjadi “Raudhatul

Athfal” pada tahun 2005. Setelah berubah nama menjadi Raudhatul Athfal, banyak perubahan

yang dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar baik dari segi

materi, metode pengajaran maupun media yang tersedia.

Sejak tahun 2005 sampai tahun ajaran 2009/2010, RA Al-Ihsan telah meluluskan siswa

sebanyak 187 dari kelas B yang telah memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

Ketiga aspek tersebut merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki siswa untuk memasuki

jenjang sekolah dasar.

Page 33: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

27

Pada saat ini, RA Al-Ihsan dibawah kepemimpinan Evi Darmawati, S.Pd sebagai kepala

sekolah. Sementara itu, tenaga pengajarnya terdiri dari Dewi Ariani, Rina Rudiah, dan Nurul

Fardianingsih. Visi RA Al-Ihsan adalah membekali anak didik menjaid anak yang beragama,

berakhlaq karimah, cerdas, trampil, dan mandiri. Untuk melaksanakan visi tersebut disuusn

beberapa misi yaitu: (1) Mengembangkan potensi yanga da; (2) Meningkatkan kecerdasan

masyarakat terhadap pendidikan; (3) Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab.

Kegiatan belajar mengajar di RA Al-Ihsan tahun ajaran 2010/2011 dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu Kelas A dengan 11 orang siswa, Kelas B1 dengan 20 siswa, dan kelas B2

sebagnyak 14 siswa. Sebagai lembaga yang professional, RA Al-Ihsan telah memiliki status

Akreditas A pada tahun 2008 dengan Nomor Statistik Sekolah: 112317430103. RA Al-Ihsan

telah memiliki sarana dan parsarana yang memadai dimana bangunan permanen dengan luas

bangunan 400 m2. Kegiatan belajar mengajar di RA Al-Ihsan meliputi berbagai kegiatan yang

mempersiapkan siswa mampu membaca, menulis, dan berhitung serta memiliki akhlak karimah.

Selian itu terdapat kegiatan ekstra Kurikuler yaitu praktek shalat setiap hari Jum’at dan Bahasa

Inggris setiap hari Sabtu.

g. PAUD Green Garden (Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

PAUD Green Garden bernama BKB PAUD Green Garden merupakan sebuah lembaga

pendidikan bagi anak usia dini yang berada di kawasan Perumahan Green Garden Blok A

RT:008 RW.01 Rorortan Cilincing Jakarta Utara, Telp. 021 44852603/97178913. BKB PAUD

Green Garden didirikan pada tanggal 15 bulan Juni tahun 2007 untuk memberikan pelayanan

pendiidkan anak usia dini di wilayah perumahan Green Garden. Pembentukannya diprakarsai

oleh masyarakat di wilayah tersebut sehingga penyelenggaranya pun Lembaga Swadaya

Masyarakat. Merek aadalah ibu-ibu PKK.

Pengelola BKB PAUD Green Garden terdiri dari empat orang yang terdiri atas Ketua

PKK, Ketua PAUD, Sekretaris PAUD, dan Bendahara. Semua pengurus berpendidikan SMU,

baru satu orang yang telah mengikuti pelatihan pengelolaan PAUD. Sementara untuk

pendidiknya, BKB PAUD Green Garden memiliki enam orang guru dengan kualifikasi Sarjana

satu orang, Diploma satu orang dan lulusan SMU empat orang. Jumlah siswa yang dibina di

BKB PAUD Green Garden ada tiga kelompok, yaitu : usia 0 - <2 tahun ada 4 orang laki-laki dan

Page 34: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

28

2 orang perempuan, usia 2 -<4 tahun ada 7 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan,

usia 5 -<7 tahun terdiri atas 5 orang laki-laki dan 5 orang anak perempuan. Jumlah seluruhnya

ada 20 orang.

BKB PAUD Green Garden telah memiliki izin penyelenggaraan dari instansi yang

berwenang. Seluruh biaya operasional di BKB PAUD Green Garden berasal dari iuran siswa.

Dengab kata lain bahwa biaya operasional berasal dari orang tua yang pada umumnya berada

pada posisi kelas menengah ke atas. Saat ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Status

bangunan tempat kegiatan belajar mengajar masih berupa sewa belum dimiliki sendiri. Pengurus

BKB PAUD Green Garden sedang berusaha untuk memiliki gedung sendiri.

h. PAUD Holistik (Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat)

PAUD Holistik BPKP Kebon Jeruk merupakan lembaga pendidikan bagi anak usia dini.

PAUD Holistik didirikan atas inisiatif Bapak Hervy Hosfiar, S.Pd, sedangkan pembangunan

gedung sekolah berdiri atas bantuan instansi BPKP. Pada awalnya, PAUD Holistik bernama TK

BPKP Kebon Jeruk yang berdiri sejak tahun 1993. Selanjutnya, TK BPKP berkembang sesuai

dengan kebutuhan, sehingga tidak hanya berkosentrasi pada pendidikan Taman Kanak-Kanak

(TK), tetapi berkembang menjadi lebih lengkap yaitu sejak tahun 2004 dengan dibukanya

Tempat Penitipan Anak (TPA), Play Group (Kelompok Bermain), dan Taman Pendidikan al-

Qur’an. Selanjutnya, TK BPKP diubah namanya menjadi PAUD Holistik BPKP Kebun Jeruk.

Sampai tahun 2010, PAUD Holistik telah memiliki sarana kegiatan belajar yang lengkap

yaitu ada 3 gedung permanen dengan taman di bagian tengah serta aula tempat anak-anak

berlatih menari. Selain itu ada pula sarana bermain dan alat permainan edukatif (APE) yang

menunjang kegiatan belajar anak sehingga dapat merangsang kreatifitas anak didik. Kurikulum

yang digunakan di PAUD Holistik BPKP mengacu pada kurikulum Tahun 2009.

Untuk menunjang biaya operasional, pihak penyelenggara pendidikan PAUD Holistik

memungut biaya pendaftaran sebesar Rp. 1.200.000,00 dengan iuran bulanan sebesar Rp

150.000,00. Khusus untuk Taman Penitipan Anak (TPA), biaya yang dikenakan untuk tiap anak

sebesar Rp. 700.000,00 termasuk biaya snack, susu, serta makan siang. Selain itu, waktu TPA

mulai pukul 7.30 WIB sampai pukul 16.30 WIB. Semua biaya berasal dar iuran siswa, karena

PAUD Holistik BPKP merupakan lembaga pendidikan swadaya masyarakat.

Page 35: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

29

Pimpinan PAUD Holistik BPKP adalah Ibu Erna, S.Pd dengan dibantu oleh 12 orang

guru sebagai pembimbing. Pada umumnya, tenaga pengajar di PAUD Holistik memiliki

kualifikasi pendidikan sarjana dan dari PGTK, ada pula yang sedang menyelesaikan studi

program sarjana yaitu di Universitas Muhamamdiyah Jakarta (UMJ) dan Universitas Negeri

Jakarta (UNJ).

Untuk memelihara kualitas pengajaran, PAUD Holistik mendapatkan pengawasan dari

Pengawas Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Kecamatan Kebon Jeruk. Menurut

Pemangku Kewenangan Kecamatan Kebon Jeruk (Kasi Dikmen), Bapak U.D. Aba Udi, bahwa

kewenangan pengawas adalah memonitoring dan menghimbau agar lembaga pendidikan anak

Usia Dini (PAUD) tidak keluar dari rambu-rambu yang ada. Selain itu, setiap lembaga PAUD

melaporkan kegiatan yang dilaksanakan. Sementara itu, untuk pengembangan kelembagaan

diserahkan kepada pihak penyelenggara.

Dalam kesempatan lain, Pengawas Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI)

Kecamatan Kebon Jeruk, Bapak Setiono, S.Sos mengatakan bahwa PAUD pada asalnya

berangkat dari kegiatan ibu-ibu PKK. Setelah diterbitkan peraturan, keberadaan PAUD

selanjutnya berada di bawah naungan PNFI. Oleh karena itu, pihkanya selaku pengawas PNFI

kecamatan Kebon Jeruk harus memonitor dan mengawasi serta memberikan beimbingan untuk

kemajuan lembaga pendiidkan tersebut, dengan mengikutsertakan pengurus PAUD dalam rapat-

rapat gugus di kecamatan Kebun Jeruk.

PAUD Holistik tidak mendapatkan kendala dalam masalah biaya opersioan walaupun

keberadaannya sebagai PAUD yang dibentuk atas swadaya masyarakat. Karena, orang tua anak

didik PAUD Holistik dari segi ekonomi merupakan kelompok ekonomi m enegah ke atas, dan

mereka berkuulifikasi pendidikan sarjana, bahkan ada yang bergelar doctor.

i. TPA Nurul Falah (Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan)

TPA Nurul Falah merupakan lembaga pendidikan non formal yang berlokasi di Jl.

Kemang Raya IB, RT.012/RT 005. Kegiatan belajar mengajar TPA Nurul Falah berada di bagian

dasar (basemant) Masjid Nurul Falah. TPA Nurul Falah saat ini dipimpin oleh Ibu Makiyah.

Awal berdiri TPA Nurul Falah atas inisiatif Ibu Makiyah yang melihat anak-anak usi apra

sekolah sering main di sekitarnya dan juah dari lingkungan belajar. Bu Makiyah sebagai

Page 36: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

30

mahasiswa PGTK Darul Qalam memulai kegiatannya dengan merekrut kerabatnya. Maka, pada

tahun 1993 mulai memberanikan diri menyampaikan kepada masyarakat lingkungannya tentang

pendirian TAP yang dilaksanakan di rumah tempat tinggalnya. Pada tahun kedua, jumlah anak

yang belajar di TPA semakin banyak bahkan mencapai lebih dari seratus sehingga tidak dapat

tertampung di tempat tersebut.

Pada tahun ketiga, jumlah siswa semakin banyak, maka kegiatan belajar mengajar

dipindahkan ke Mesjid Nurul Falah setelah dilakuakn renovasi mesjid pada thaun 1996. Sejak

tahun tersebut, TPA Nurul Falah yang dikelola Ibu Makiyah semakin banyak sehingga merekrut

tenaga pengajar dari luar sampai sekarang jumlahnya mencapai 10 orang. Ibu Makiyah bertindak

sebagai kepala sekolah TPA. Tenaga penagjar sebanyak 3 orang berkualifikasi pendidikan

Sarjana Tarbiyah, 5 orang lulusan PGTK, selebihnya lulusan SMU atau sederajat. Seluruh tenaga

pengajar belum PNS dan belum menjadi guru bantu.

Saat ini, TPA Nurul Falah telah mendapat izin operasional dari Kementerian Departemen

Agama Republik Indonesia dengan registrasi KD.09.01/6/BA.011/232/2008. Namun, dengan

maraknya lembaga PAUD, siswa TPA Nurul Falah menjadi berkurang. Jumlah peserta didik saat

in berjumlah 85 orang. Waktu kegiatan belajar dilakukan pagi dan sore.

Setiap siswa yang mendaftar di TPA Nurul Falah dipungut biaya sebesar Rp. 150.000,00

sebagai uang sumbangan dan pembelian baju seragam beserta alat tulis. Untuk biaya

operasional, setiap siswa dipungut uang infak sebesar Rp. 20.000,00 setiap bulan.

TPA Nurul Falah yang berada di basement mesjid belum memiliki sarana yang lengkap,

khususnya terkait alat permainan. Ruangan basement mesjid dibagi empat ruangan yang

dilengkapi meja, kursi serta papan tulis.

Materi yang diberikan di TPA Nurul Falah belum mengacu pada kurikulum yang baku.

Hal ini dimungkinkan karena pihak penyelenggara memadukan kurikulum lembaga pendidikan

anak usia dini yang digabung dengan materi agama Islam.

Sebagaimana lembaga pendidikan yang mendidik anak usia dini, TPA Nurul Falah

mendapat pengawasan dan monitoring dari pihak berwenang. Dalam hal ini, petugas yang

berwenang adalah Kasi Dikmenti Kecamatan Mampang Selatan, Drs. Fajar H. Tobing yang

didampingi stafnya Siswanti mengatakan bahwa pihaknya hanya berwenang mengawasi dan

memonitoring seluruh kegiatan yang dilakukan lembaga pendidikan anak usia dini. Selain itu

Page 37: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

31

memberikan penyuluhan kepada seluruh penyelenggara PAUD di wilayah Kecamatan Mampang

Prapatan bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK Kecamatan. Pihak penyelenggara pun

diminta untuk melaporkan kegiatannya secara berkala kepada pihak Dikmenti.

2. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Responden dalam penelitian berjumlah 100 orang yang diambil secara acak (random)

sistematis di beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di wilayah DKI Jakarta. Dari 100

responden, 29 orang diantaranya ialah laki-laki, selebihnya adalah perempuan 71 orang. Jenis

kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut.

Tabel 1.

Jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 29 29

Perempuan 71 71

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Responden didominasi oleh perempuan, karena ibu yang lebih mengetahui tentang

tumbuh kembang anak-anaknya dan ketika dilakukan wawancara di lembaga pendidikan anak

usia dini, hampir semua anak-anak diantar atau pun ditunggu oleh ibunya. Sedangkan responden

laki-laki diwawancarai ketika berada di rumahnya.

b. Agama

Mayoritas responden beragama Islam, yaitu sebanyak 72 orang. Sebanyak 12 orang

responden beragama Kristen, dan 1 orang responden beragama Buddha. Untuk lebih mengetahui

tentang agama yang dianut responden dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.

Page 38: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

32

Tabel 2

Agama

Agama Jumlah %

Islam

87 87

Kristen

12 12

Buddha

1 1

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

c. Pekerjaan

Dari 100 orang responden, sebanyak 79 orang responden bekerja, dan selebihnya

sebanyak 21 orang responden tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja merupakan ibu rumah

tangga. Pekerjaan mayoritas responden ialah pegawai swasta, yaitu sebanyak 55 orang.

Responden lainnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, ABRI, Polri, wiraswasta, pedagang,

guru, dan pengasuh. Untuk lebih mengetahui pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 3

sebagai berikut.

Tabel 3

Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah %

PNS 12 12

Pegawai swasta 55 55

ABRI 3 3

Polri 2 2

Wiraswasta 10 10

Pedagang 9 9

Guru 8 8

Pengasuh 1 1

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Page 39: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

33

d. Penghasilan

Penghasilan responden mayoritas kurang dari Rp. 5.000.000,- atau bisa dikategorikan

masyarakat menengah ke bawah, yaitu sebanyak 53 orang. Responden yang masuk ke dalam

kategori masyarakat menengah sebanyak 31 orang dan hanya 16 orang responden yang masuk ke

dalam kategori masyarakat golongan atas. Meskipun mayoritas masyarakat berpenghasilan

rendah, mereka tetap menyekolahkan anaknya sejak usia dini. Hal ini disebabkan karena

pendidikan anak usia dini sudah dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari

ekonomi bawah, tengah, sampai atas.

Namun terdapat perbedaan lembaga pendidikan, biaya, fasilitas, dan kualitas dari

lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang ada. Untuk golongan ekonomi bawah dan

menengah, mereka cenderung menyekolahkan anaknya ke PAUD-PAUD nonformal yang berada

di lingkup RW yang diselenggarakan oleh ibu-ibu PKK RW. Sedangkan sebagian golongan

ekonomi menengah dan atas cenderung menyekolahkan anak-anak mereka ke lembaga PAUD

formal atau eksklusif.

Untuk PAUD yang diselenggarakan oleh ibu-ibu PKK RW lebih banyak mengandalkan

swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan operasional PAUD seperti gedung, sarana

belajar (papan tulis, lemari, kursi, meja, karpet, tikar), alat-alat tulis, permainan edukatif, dan

lain-lain. Orang tua murid hanya dibebankan biaya untuk pengajar, membeli majalah, buku, dan

seragam yang tentunya terjangkau dan tidak memberatkan orang tua. Contohnya pada PAUD

Mutiara Bunda di Kecamatan Jatinegara yang hanya menarik iuran seribu rupiah setiap anak

datang ke sekolah. Itupun berupa iuran sukarela, sehingga jika ada orang tua murid yang tidak

memiliki uang tetap dapat menyekolahkan anaknya. Banyaknya lembaga pendidikan anak usia

dini yang diselenggarakan secara swadaya oleh masyarakat membuat hampir seluruh anak di

lingkungan RW yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dapat mengkutinya.

Berbeda dengan lembaga pendidikan anak usia dini yang diikuti sebagian golongan

ekonomi menengah dan atas yang cenderung bersifat formal yang dilengkapi dengan fasilitas

lengkap. Dari segi pembiayaan juga berbeda dengan pendidikan anak usia dini yang

diselenggarakan oleh ibu-ibu PKK RW. Pada lembaga pendidikan ini terkelola secara

profesional dan masuk ke dalam lembaga profit.

Page 40: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

34

Hal ini dapat dilihat pada iuran yang dikenakan pada orang tua murid bisa mencapai

angka di atas 1 juta rupiah. Bagi responden yang berekonomi menengah dan atas, hal ini tidak

menjadi masalah karena mereka dapat memenuhi biaya tersebut. Untuk dapat mengetahui

penghasilan responden lebih lengkap, dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4

Penghasilan

Penghasilan Jumlah %

Rp. 11.000.000,- ke atas 16 16

Rp. 5.000.000,- - Rp. 10.000.000,- 31 31

kurang dari Rp. 5.000.000,- 53 53

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

e. Pendidikan

Pendidikan responden tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan mereka untuk

mengikutsertakan anak mereka ke dalam pendidikan anak usia dini. Dibuktikan dengan

meskipun mereka bukan sarjana, mereka tetap menyekolahkan anaknya ke pendidikan anak usia

dini.

Untuk golongan ekonomi menengah dan bawah biasanya diajak oleh ibu-ibu PKK RW

yang mengunjungi rumah-rumah warga yang memiliki balita yang belum mendapatkan

pendidikan anak usia dini, sehingga warga yang berpendidikan SD pun (bukan sarjana) dapat

menyekolahkan anaknya. Untuk lebih mengetahui tentang pendidikan responden, dapat dilihat

pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

Pendidikan

Pendidikan Jumlah %

Sarjana 54 54

Bukan sarjana 46 46

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Page 41: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

35

3. Hak Pelayanan Pendidikan

a. Pemahaman responden tentang PAUD

Pendidikan anak usia dini telah dipahami oleh hampir seluruh responden, yaitu sebanyak

93 orang. Responden menganggap bahwa pendidikan untuk anak dapat dimulai sejak usia 2

tahun, karena masa emas pertumbuhan otak anak dapat dimaksimalkan sejak dini. Hal ini mereka

ketahui melalui ibu-ibu PKK RW yang datang ke rumah (bagi golongan menengah ke bawah)

dan dari berbagai sumber informasi bagi golongan menengah ke atas.

Sebanyak 7 orang responden tidak mengerti tentang pendidikan anak usia dini bagi anak

mereka namun tetap menyekolahkan mereka ke lembaga pendidikan anak usia dini karena ikut-

ikutan tetangga mereka yang menyekolahkan anaknya. Selain itu mereka menganggap dengan

mengkikuti PAUD anak menjadi lebih pintar dan memiliki rutinitas. Untuk lebih mengetahui

tentang pemahamanan rensponden mengenai pendidikan anak usia dini dapat dilihat pada Tabel

6 sebagai berikut.

Tabel 6

Pemahaman tentang PAUD

Paham Jumlah %

Ya 93 93

Tidak 7 7

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Alasan mengikutsertakan anak dalam pendidikan anak usia dini terbagi menjadi beberapa

jawaban. Sebanyak 72 orang responden menjawab mengerti tujuan pendidikan anak usia dini,

sehingga mengikutsertakan anak mereka ke dalam pendidikan anak usia dini.

Tujuan PAUD yang mereka ketahui antara lain ialah anak berhak mendapatkan

pendidikan sedini mungkin, melatih tumbuh kembang anak, dan agar anak menjadi pintar.

Sebanyak 26 orang responden menyatakan bahwa mereka diajak tetangga maupun ibu-ibu

pengurus PKK RW agar mengikutsertakan anaknya ke dalam pendidikan anak usia dini.

Sedangkan 2 orang responden menyatakan tidak mengetahui mengapa mereka mengikutsertakan

anaknya ke dalam PAUD. Dari hasil wawancara, responden yang tidak memiliki alasan

mengemukakan bahwa mereka hanya ikut-ikutan “trend” di lingkungan RW yaitu

Page 42: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

36

mengikutsertakan anak ke dalam PAUD karena merupakan program dari PKK RW. Jika tidak

ikut PAUD mereka merasa “tertinggal”. Untuk mengetahui lebih jelas tentang alasan orang tua

mengikuti PAUD dapat dilihat dalam Tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7

Alasan mengikuti PAUD

Paham Jumlah %

Mengerti tujuan PAUD 72 72

Diajak orang lain 26 26

Tidak tahu 2 2

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

` Pemberitahuan tentang pendidikan anak usia dini didapatkan orang tua atau responden

melalui beberapa sumber, yaitu keluarga (41 orang), guru (23 orang), dan tetangga (36).

Pemberitahuan melalui keluarga dan tetangga lebih efektif dibandingkan dengan guru. Hal ini

dikarenakan keluarga merupakan lingkup terdekat dari orang tua (responden).

Selain itu tetangga juga efektif karena mereka dapat bertemu setiap hari dan saling

bertukar informasi. Seperti diketahui bahwa di lingkungan yang padat penduduknya, rumah-

rumah berdekatan, dan ibu-ibu sering duduk-duduk di luar rumah untuk mengawasi anaknya

bermain maupun menyuapi makan anaknya, sehingga hubungan yang terjalin cukup erat.

Berbeda dengan rumah-rumah yang kepadatan penduduknya rendah (biasanya

perumahan atau daerah elit) yang jarang atau bahkan tidak pernah kenal tetangga, pemberitahuan

tentang pendidikan anak usia dini ataupun lembaganya mereka dapatkan dari guru di lembaga

PAUD langsung dengan cara mendatangi PAUD tersebut pada saat ingin mendaftarkan anaknya.

Pemberitahuan tentang pendidikan anak usia dini dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut.

Tabel 8

Page 43: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

37

Pemberitahuan tentang PAUD

Melalui Jumlah %

Keluarga 41 41

Guru 23 23

Tetangga 36 36

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Responden mendapatkan informasi tentang pendidikan anak usia dini melalui berbagai

sumber, yaitu brosur, buku, koran/ majalah, internet, ketika posyandu, guru PAUD, maupun

ketika pengajian di masjid. Mayoritas responden mendapatkan informasi tentang pendidikan

anak usia dini melalui brosur yang dibagikan oleh lembaga PAUD baik formal maupun

nonformal. Brosur dianggap dapat membuat responden memahami tentang pendidikan anak usia

dini karena pada brosur terdapat penjelasan singkat yang dapat dipahami oleh semua lapisan

golongan masyarakat.

Dalam kegiatan Posyandu biasanya juga diselingi dengan pemberian informasi tentang

pendidikan anak usia dini di sela-sela mengantri untuk diperiksa atau diberi imunisasi.

Terkadang guru dari PAUD itu sendiri mengikuti Posyandu atau majelis taklim di masjid untuk

berbagi informasi tentang pendidikan anak usia dini kepada ibu-ibu. Meskipun dalam majelis

taklim jarang terdapat ibu-ibu yang memiliki anak balita, tetapi diharapkan informasi tersebut

dapat disampaikan oleh ibu-ibu majelis taklim kepada tetangganya yang memiliki balita yang

belum mengikuti pendidikan anak usia dini.

Memperoleh sumber informasi melalui internet dilakukan oleh 11 orang responden yang

merupakan golongan ekonomi menengah ke atas dan berpendidikan sarjana. Internet pada saat

ini merupakan kebutuhan dan responden memiliki kemampuan untuk mengakses internet. Koran

atau majalah juga beberapa kali memuat tentang artikel pendidikan anak usia dini. Memang tidak

banyak responden yang mendapatkan informasi melalui koran atau majalah, yaitu sebanyak 5

orang.

Responden yang mendapatkan informasi pendidikan anak usia dini melalui buku

sebanyak 6 orang, yang berasal dari golongan menengah, hal ini disebabkan oleh tingkat

membaca pada golongan bawah cenderung rendah. Masyarakat golongan bawah lebih memilih

Page 44: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

38

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk makan daripada membeli buku. Sumber

informasi tentang PAUD dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9

Sumber informasi tentang PAUD

Sumber Jumlah %

Brosur 64 64

Buku 6 6

Koran atau majalah 5 5

Internet 11 11

Lainnya (posyandu,

guru, masjid) 14 14

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Selain sumber informasi di atas, responden mendapatkan informasi tentang pendidikan

anak usia dini melalui penyuluhan yang dilakukan di sekolah (lembaga PAUD), kelurahan, dan

pos RW. Responden yang telah mengikutsertakan anaknya ke dalam PAUD perlu diberi

penyuluhan tambahan yang dilakukan oleh sekolah (lembaga PAUD) agar dapat lebih

memahami kegunaan PAUD, sehingga mereka dapat mengerti dan tidak hanya mengikutsertakan

anaknya karena “trend” ikut-ikutan tentangga maupun prestise jika mengikuti PAUD.

Penyuluhan pada tingkat kelurahan diikuti oleh perwakilan ibu-ibu PKK dari setiap RW

di suatu kelurahan. Diharapkan perwakilan ini akan meneruskan pesan penyuluhan yang

dilakukan di kelurahan kepada masyarakat di RW-nya. Begitu juga dengan penyuluhan yang

dilakukan di RW merupakan perwakilan ibu-ibu dari tiap RT yang juga mengharapkan agar

informasi tentang pendidikan anak usia dini dapat menyebar secara merata. Tempat penyuluhan

tentang PAUD dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut.

Page 45: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

39

Tabel 10

Penyuluhan tentang PAUD

Tempat Jumlah %

Sekolah 81 81

Kelurahan 15 15

Lainnya (pos RW) 4 4

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Seluruh responden menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini bermanfaat bagi anak

mereka. Anak bisa menjadi lebih pintar karena mendapat banyak pelajaran seperti dapat

membaca, menulis, berhitung, keterampilan, dan lain-lain. Manfaat PAUD menurut orang tua

dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11

Manfaat PAUD menurut orang tua

Manfaat Jumlah %

Bermanfaat 100 100,0

Tidak bermanfaat 0 0

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Manfaat pendidikan anak usia dini terhadap anak menurut responden (orang tua terbagi

menjadi tiga, yaitu sebagai persiapan masuk taman kanak-kanak, mengisi waktu daripada anak

bermain-main, dan mengajarkan anak berani bersosialisasi. Seperti yang telah diketahui bahwa

lulusan dari PAUD kelas B atau kelas besar dapat langsung melanjutkan ke sekolah dasar, karena

kelas B atau kelas besar setara dengan taman kanak-kanak. Anak sudah dapat membaca, menulis,

dan berhitung yang merupakan syarat masuk sekolah dasar selain umur lebih dari sama dengan 7

tahun.

Jika belum cukup 7 tahun, anak dapat tetap melanjutkan PAUD-nya atau masuk ke

taman kanak-kanak. Tetapi responden cenderung memilih untuk mengikutsertakan anaknya ke

dalam PAUD kemudian setelah selesai dan cukup umur langsung mendaftar ke sekolah dasar.

Page 46: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

40

Mereka beranggapan bahwa biaya yang dikeluarkan ketika anak berada di PAUD jauh lebih

murah daripada berada di taman kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada PAUD (non formal)

tidak memiliki mainan (ayunan, perosotan, jungkat-jungkit) seperti di taman kanak-kanak.

PAUD non formal hanya memiliki ruang belajar.

Namun kualitas dan kurikulum pelajaran sama, yaitu mengajarkan membaca, menulis,

dan berhitung. Tetapi bagi golongan menengah ke atas tidak menjadi masalah ketika harus

mengikutsertakan anaknya ke PAUD lalu ke taman kanak-kanak, kemudian ke sekolah dasar.

Responden juga menganggap dengan mengikutsertakan anaknya ke dalam PAUD, anak

menjadi memiliki kegiatan rutin yang mendidik dan bermanfaat daripada hanya sekedar

bermain-main di rumah maupun di luar rumah. Selain itu dengan mengikuti PAUD, anak

menjadi belajar untuk bersosialisasi karena di dalam PAUD terdapat sejumlah anak yang

ditempatkan di dalam satu kelas. Dalam suatu kegiatan di PAUD anak-anak diharuskan bekerja

sama satu dengan yang lainnya. Manfaat PAUD secara rinci terhadap anak dapat dilihat pada

Tabel 12 sebagai berikut.

Tabel 12

Manfaat PAUD terhadap anak

Manfaat Jumlah %

Persiapan masuk TK 10 10

Mengisi waktu daripada main-main 25 25

Mengajarkan anak berani bersosialisasi 65 65

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Menurut para responden (orang tua) pendidik di lembaga pendidikan anak usia dini

memadai baik jumlahnya (per kelas) maupun kualitasnya. Seorang pendidik PAUD dituntut

untuk memahami setiap anak muridnya karena anak murid kebanyakan berusia di bawah lima

tahun, sehingga membutuhkan perhatian ekstra.

Anak-anak tidak dapat diperintah atau diajarkan lebih dari 2 perintah atau ajaran.

Misalnya untuk mengenal warna, dikenalkan 2 warna per harinya, untuk mengenal huruf 1 huruf

per hari, dan sebagainya. Tetapi ada juga responden (orang tua) yang menganggap pendidik

Page 47: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

41

PAUD tidak memadai. Untuk lebih rinci mengetahui tentang pendidik PAUD dapat melihat

Tabel 13 sebagai berikut.

Tabel 13

Pendidik PAUD

Memadai Jumlah %

Ya 96 96

Tidak 4 4

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Berkesinambungan dengan Tabel 13 di atas, kelebihan pendidik PAUD menurut responden

terdapat pada kemampuan mengajar pada anak-anak. Pendidik dianggap mampu mencerdaskan

anak-anak dengan bahan ajar yang ada. Selain itu pendidik dianggap mampu menguasai teknik

dalam mengajar anak-anak dibawah lima tahun, yaitu dengan cara bermain sambil belajar.

Sedangkan 4 orang responden menganggap pendidik PAUD tidak memiliki kemampuan dalam

mengajar maupun penguasaan teknik. Pada Tabel 14 sebagai berikut dapat dilihat mengenai

kelebihan pendidik PAUD.

Tabel 14

Kelebihan pendidik PAUD

Kelebihan Jumlah %

Kemampuan mengajar 69 69

Penguasaan teknik 27 27

Tidak mampu 4 4

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

4. Harapan

Responden (orang tua) berharap anak-anak mereka memiliki masa depan yang lebih baik

dari pada orang tuanya sekarang, sehingga mereka termotivasi untuk mendidik anaknya sejak

usia dini. Sebanyak 25 orang responden berharapan dengan mengikuti PAUD anak menjadi

cepat pandai, selain itu sebanyak 22 orang responden berharap anak dapat memahami

lingkungan, dan sebanyak 38 orang responden berharap anak dapat berkembang sesuai

Page 48: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

42

kebutuhan. Harapan orang tua terhadap program PAUD secara rinci dapat dilihat pada Tabel 15

sebagai berikut.

Tabel 15

Harapan orang tua terhadap program PAUD

Harapan Jumlah %

Anak cepat pandai 28 28

Anak dapat memahami lingkungan 26 26

Anak berkembang sesuai kebutuhan 46 46

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Harapan orang tua tidak hanya seputar perkembangan anaknya, tetapi juga dengan

pengurus PAUD karena jika pengurus PAUD mengelola dengan baik, maka anak mereka pun

akan mendapatkan pendidikan yang baik juga. Sebanyak 46 orang responden berharap pengurus

PAUD terdiri dari orang-orang yang berpengalaman tentang pendidikan anak usia dini, sehingga

pendidikan anak mereka dapat terjamin.

Pengurus PAUD diharapkan mudah berdiskusi seperti yang diharapkan oleh 14 orang

responden. Selain itu diharapkan pengurus PAUD dan orang tua dapat saling mendukung

sehingga pendidikan dapat berjalan dengan lancar seperti harapan 25 orang responden. Harapan

orang tua terhadap pengurus PAUD dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut.

Tabel 16

Harapan orang tua terhadap pengurus PAUD

Harapan Jumlah %

Berpengalaman 46 46

Mudah berdiskusi 14 14

Saling mendukung 40 40

Total 400 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

Responden juga memiliki harapan terhadap pendidik PAUD seperti pendidik PAUD

diharapkan memiliki latar belakang pendidikan anak usia dini atau pun diploma 3 atau sarjana.

Page 49: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

43

Mereka beranggapan orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi tentunya memiliki kualitas

yang baik, sehingga dapat menjadikan anak-anak mereka lebih cerdas.

Sebanyak 81 orang responden menyatakan pendidik PAUD tempat anak mereka belajar

memiliki latar belakang pendidikan, sedangkan 4 orang responden menyatakan pendidik PAUD

tempat anak mereka belajar belum berpengalaman dalam mendidik anak pada usia dini. Harapan

orang tua terhadap pendidik PAUD dapat dilihat pada Tabel 17 sebagai berikut.

Tabel 17

Harapan orang tua terhadap pendidik PAUD

Harapan Jumlah %

Sesuai latar belakang pendidikan 96 96

Belum pengalaman 4 4

Total 100 100

Sumber: analisis data primer, 2010.

B. Analisis dan Interpretasi Data

1. Prevalensi orang tua dengan layanan hak pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui banyak orang tua yang berpenghasilan tinggi

memiliki kecenderungan untuk memasukkan anak pada lembaga Lembaga Pendidikan Anak

Usia Dini formal. Namun, dalam hal tertentu ada orang tua yang berpenghasilan tinggi

cenderung memilih Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini informal dengan kondisi lembaga yang

memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, seperti Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Holistik. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Sedangkan orang tua yang memiliki penghasilan rendah, memiliki kecenderungan

memasukkan anak pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini non formal. Dimaklumi bahwa

penyelenggaraan pendidikan Anak Usia Dini pada awalnya diadakan untuk melayani anak-anak

dari keluarga secara ekonomi tergolong tidak mampu, yang tidak dapat masuk ke Taman Kanak-

Kanak karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu, pengelolaan Lembaga Pendidikan Anak Usia

Dini di DKI Jakarta banyak dilakukan oleh pengurus PKK pada tingkat RW. Hal tersebut mereka

lakukan antara lain; prihatin melihat keluarga yang kurang mampu belum terpikir

memperhatikan anaknya untuk mengikuti pendidikan bagi anak-anak di bawah lima tahun

mengingat pentingnya pendidikan bagi Anak Usia Dini dan semangat untuk menyelenggarakan

Page 50: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

44

pendidikan di lingkungannya dan dapat membantu keluarga dari golongan ekonomi rendah.

Selain itu mencegah anak dari pengaruh pertemanan yang kurang baik.

Pendidikan memiliki pengaruh terhadap pemilihan pendidikan bagi Anak Usia Dini,

sehingga ada kecenderungan orang tua yang berpendidikan tinggi atau setingkat sarjana lebih

banyak memilih lembaga pendidikan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini formal sebagai

tempat pendidikan anaknya. Kecenderungan tersebut bisa dipahami karena tingakat pemahaman

orang tua terhadap pendidikan Anak Usia Dini memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan

anak (lihat Tabel 5).

Pemikiran lain, pendidikan Anak Usia Dini tidak dituntut terlalu tinggi seperti di Taman

Kanak-Kanak yang sudah mulai dewasa dan dipersiapkan untuk masuk ke SD. Sedangkan

mengikuti pendidikan Anak Usia Dini sekaligus melatih kecerdasan anak. Jika diketahui lincah

dan menunjukkan pengaruh terhadap kecerdasan anak, maka anaknya dianggap cepat memahami

pelajaran yang diberikan guru. Sebaliknya, jika anaknya belum ada pengaruhnya, maka untuk

dua tahun di pendidikan usia dini dianggap lebih baik. Dengan demikian ketika masuk SD orang

tua tidak perlu khawatir berkaitan dengan kepandaian anaknya. Sebenarnya hal ini perlu disadari

pendidikan Anak Usia Dini tergantung dari keinginan anak dan orang tua. Misalnya seorang

anak yang berumur empat tahun mempunyai kesempatan satu atau dua tahun untuk menyiapkan

diri masuk ke SD. Akan tetapi jika anak usia tiga tahun, maka akan menimbulkan masalah

nantinya karena anak terlalu lama berada di pendidikan Anak Usia Dini tersebut.

Namun, dalam hal tertentu ada kecenderungan masyarakat yang memilih lembaga

pendidikan Anak Usia Dini di lingkungan terdekat. (di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Green Cempaka). Hanya melihat fungsi pendidikan yang sifatnya sederhana, anak mengikuti

pendidikan usia dini akan mendapat pendidikan lebih awal. Oleh karena itu, pendidikan anak-

anak tersebut menjadi pilihan terbaik sehari-hari bagi anak.Apalagi bagi kedua orang tuanya

bekerja. Selain itu, jika bermain di rumah mungkin meraasa bosan karena bermain dengan

pembantu atau pengasuh yang hanya bersifat melayani kemauan si anak atau ,mengikuti jadwal

mandi, istirahat, makan dan minum.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hak layanan pendidikan Anak Usia Dini.

Penyelenggaraan pendidikan Anak Usia Dini dapat dilakukan apabila ada kerja sama

yang baik antara masyarakat dan pemerintah terutama orang tua. Masyarakat dengan

kemampuan yang dimiliki secara sederhana dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan

kemampuan sumber daya manusia, dana sarana dan prasarana. Apemerintah mengawasi

pelaksanaanya dan memberi perhatian dengan membantu memenuhi sarana dan prasarana yang

dianggap perlu. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan

Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak-Kanak, R.

Anak Usia Ditinjau Athfal, atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal

(Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau bentuk lain yang sederajat), dan/atau jalur

pendidikan informal yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan

oleh lingkungan.

Page 51: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

45

Khususnya orang tua memiliki peran penting dalam memberikan dorongan penuh

terhadap anak dalam memperoleh pendidikan. Hal itu harus disesuaikan juga dengan

perkembangan anak karena anak-anak harus diberi kesempatan bermain dalam usia dini,

sehingga tidak menimbulkan rasa bosan pada dirinya. Pendidikan mempunyai tuntutan yang

harus dipenuthi seperti permainan atau prakarya yang harus diselesaikan, kebersamaan dengan

teman yang belum tentu sebaya.

Pemahaman orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi Anak Usia Dini merupakan

pendorong utama hak layanan bagi Anak Usia Dini baik di lembaga formal maupun non formal

(lihat Tabel 6). Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode

emas bagi perkembangan anak dimana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pada usia 0 – 4

tahun, 30% berikutnya hingga usia delapan tahun. Periode emas ini sekaligus merupakan periode

kritis bagi anak dimana perkembanganyang didapatkan pada periode ini sangat berpengaruh

terhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasanya.Periode ini hanya

datang sekali dan tidak dapat ditunda kehadirannya, sehingga apabila terlewat berarti habislah

peluangnya.Hal inilah nampanya yang masih banyak disia-siakan oleh sebagian besar

masyarakat.Akibatnya, berdampak terhadap kesiapan anak memasuki jenjang persekolahan

(www.infodokterku.com, diakses 27 November 2010).

Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai asupan terutama yang mencangkup aspek

gizi, kesehatan dan pendidikan yang merupakan pilar utama pengembangan Anak Usia Dini,

mengingat ketiga aspek ini sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas aank di kemudian hari,

terutama dalam menunjang Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pendidikan

Nonformal.

3. Peran pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki pengaruh

besar bagi penyelenggaraan Anak Usia Dini. Terutama mencangkup kebijakan dan

regulasi pendidikan Anak Usia Dini yang memerlukan dasar hokum dalam

penyelenggaraanya. Selain itu harus dipikirkan dan dilaksanakan bantuan rintisan

penyelanggaraan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Kemudian peningkatan kualitas

penyelenggaraan pendidik Anak Usia Dini.

4. Peran pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini non formal. Pengelola Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini di DKI Jakarta telah memberikan peran yang baik bagi

terselenggaranya pendidikan Anak Usia Dini. Berdasarkan data yang diperoleh, para

penyelenggara Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini memiliki kompetensi yang cukup.

Walaupun ada beberapa Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini pendidikannya tidak

memiliki kualifikasi pendidikan di bidangnya atau sarjana. Pada umumnya mereka telah

mengikuti pelatihan-pelatihan bagi pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

Kurangnya pendidik yang tidak memiliki kualifikasi sebagaimana disyaratkan dalam

pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak, yaitu berpendidikan S1 atau

D4 jurusan Pendidikan/Psikologi Anak. Hal ini dapat berpengaruh terhadap

Page 52: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

46

penyelenggaraan Anak Usia Dini. Oleh karena itu perlu peningkatan kualifikasi dari para

pendidik. (lihat deskripsi pendidik).

5. Koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan pengelola Lembaga Pendidikan Anak

Usia Dini. Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan Anak Usia Dini dapat

terselenggara apabila adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pengelola

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Diantara peran pemerintah DKI Jakarta dalam

penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini antara lain mengeluarkan

kebijakan tentang pendidikan Anak Usia Dini tercantum dalam:

a. Pasal 28, Bagian Ketujuh Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

b. Koordinasi pemerintah, masyarakat dalam hal tanggung jawab pendanaan

penyelenggaraan pendidikan tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 48

Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Adanya dana bantuan rintisan pendidikan

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini non formal sebagai salah satu bentuk perhatian

pemerintah terhadap program Pendidikan Anak Usia Dini.

c. Adanya aturan legal formal dengan pemberian izin penyelenggaraan Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini non formal.

d. Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2003 Tentang Akreditasi Sekolah

Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama, Sekolah Menengah

Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Pendidikan Luar Biasa di Provinsi DKI

Jakarta.

e. Adanya ketentuan dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Nomor 1499/-

1.852.31 tanggal 30 Maret 2009 tentang Ketentuan Pendirian Pendidikan Anak Usia

Dini dan Pos Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PNFI.

f. Adanya kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) di tingkat kelurahan yang

diselenggarakan oleh BKKBN dan Posyandu.

Peran serta masyarakat dalam pendidikan Anak Usia Dini yaitu adanya kesadaran yang

tinggi untuk mendukung program pendidikan Anak Usia Dini dengan menyekolahkan anaknya.

Pada lingkup Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dengan meningkatkan layanan pendidikan

Anak Usia Dini dengan kualifikasi pendidik, guru pendamping, pengasuh dan pengelola.

Page 53: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Orang tua yang berpenghasilan tinggi memiliki kecenderungan untuk memasukkan anak

pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Formal. Namun, dalam hal tertentu ada orang tua

yang berpenghasilan tinggi cenderung memilih Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini informal

dengan kondisi lembaga yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, seperti pendidikan

Anak Usia Dini Holistik. (lihat Tabel 4).

Sedangkan orang tua yang memiliki penghasilan rendah, memiliki kecenderungan

memasukkan anak pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal. Di DKI Jakarta

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini banyak dikelola oleh pengurus PKK pada tingkat RW. Hal

tersebut mereka lakukan atas keprihatinannya terhadap anak-anak usia dini dari keluarga yang

kurang mampu serta mengingat pentingnya pendidikan bagi Anak Usia Dini. Namun, dalam hal

tertentu ada kecenderungan masyarakat yang memilih Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di

lingkungan terdekat seperti Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Green Cempaka.

Penyelenggara pendidikan Anak Usia Dini dapat dilakukan apabila ada kerja sama yang

baik antara masyarakat dan pemerintah terutama orang tua. Masyarakat dengan kemampuan

sederhana dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kemampuan sumber daya

manusia, dana, sarana dan prasarana. Pemerintah mengawasi pelaksanaannya dan memberi

perhatian dengan membantu memenuhi sarana dan prasarana yang dianggap perlu.

Pemahaman orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi Anak Usia Dini merupakan

pendorong utama hak layanan bagi Anak Usia Dini baik di lembaga formal maupun nonformal

(lihat Tabel 6).

Peran pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki pengaruh

besar bagi penyelenggaraan Anak Usia Dini. Terutama mencangkup kebijakan dan regulasi

pendidikan Anak Usia Dini yang memerlukan dasar hokum dalam penyelenggaraanya.

Peran pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal. Pengelola Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini DKI Jakarta telah memberikan peran yang baik bagi

terselenggaranya Pendidikan Anak Usia Dini. Berdasarkan data yang diperoleh, para

penyelenggara Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini memiliki kompetensi yang cukup.

Walaupun ada beberapa Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini pendidikannya tidak memiliki

Page 54: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

48

kualifikasi pendidikan di bidangnya atau sarjana. Pada umumnya mereka telah mengikuti

pelatihan-pelatihan bagi pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

Koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan pengelola Lembaga Pendidikan Anak

Usia Dini. Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

dapat terselenggara apabila adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan pengelola.

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal.

Peran serta masyarakat dalam pendidikan Anak Usia Dini yaitu adanya kesadaran yang

tinggi untuk mendukung program pendidikan Anak Usia Dini dengan menyekolahkan anaknya.

Pada lingkup Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dengan meningkatkan layanan pendidikan

Anak Usia Dini dengan kualfikasi pendidik, guru pendamping, pengasuh, dan pengelola.

B. Saran

1. Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Pemda DKI Jakarta agar melakukan

pendataan ke lapangan di wilayah yang menjadi kewenangannya, untuk melihat apakah

pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Tingkat Kecamatan sudah sesuai dengan peraturan

dan kebijakan yang sudah digariskan.

2. Pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini agar konsisten dalam

melaksanakan program pendidikan Anak Usia Dini dengan tetap memperhatikan anak-anak Usia

Dini terutama dari kalangan keluarga yang tidak mampu dan tidak menjadikan Lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini sebagai sarana komersial.

3. Untuk menghilangkan kesan diskriminatif bagi anak usia dini dari keluarga yang

kurang mampu, lembaga Pendidikan Anak Usia Dini perlu mengadakan subsidi silang dalam

pendanaan operasional pendidikan.

4. Untuk kepentingan pengembangan dan peningkatan kualitas Lembaga pendidikan

Anak Usia Dini perlu dilakukan pendataan yang lengkap dan valid baik ditingkat kelurahan,

kecamatan, kota, kabupaten, propinsi dan nasional.

5. Pengelola lembaga Pendidikan Anak Usia Dini perlu menyediakan sarana,

prasarana serta fasilitas yang memadai untuk menunjang tumbuh kembang anak didiknya.

Page 55: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

49

DAFTAR PUSAKA

Bungin Burhan, 2003. Analisis Data Penelitian Kwalitatif. Pemahaman Filosofis dan

Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

CHA, Wahyudi dan Damayanti, Dwi Retna. 2005. Program Pendidikan Untuk Anak Usia

Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo.

Faisal Sanapiah, 2003. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Hurlock. Elizabeth B Perkembangan Anak. Jilid I. Jakarta. Erlangga. 1998

Sangarimbun, Masri dan Sopian, 1985, Metode Penelitian Survey, LP31S, Jakarta.

Santrock, John W. Life-Span Developmen : Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5. Jilid I

Jakarta: Erlangga. 1999

Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Gramedia. 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Kepmendiknas Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional.

Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, 2010, Pedoman Teknis Penyelenggaraan

PAUD, Direktorat Jendral Pendidikan Non Formal dan Informal Kementrian Pendidikan

Nasional.

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak, 2010, Direktorat Pendidikan

Anak Usia Dini, Direktorat Jendral Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan Nasional.

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, Direktorat Pendidikan Anak Usia

Dini, Direktorat Jendral Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan

Pendidikan. 2010, Pustaka Timur, Jogjakarta.

Ketahanan Sosial Pada Komunitas Lokal Tinjauan Beberapa Demensi, 2010, Pusat

Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan

Sosial Kementrian Sosial Republik Indonesia.

Page 56: LAPORAN AKHIR HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34734/1/Oneng... · KHUSUS IBU KOTA JAKARTA . Oleh: ... Kecamatan Jatinegara Jakarta

50

Masyarakat Berketahuan Wujud Berfungsinya Pranata Sosial, 2008, Pusat

Pengambangan ketahanan Sosial Masyarakat Badan Pendidikan Dan Penelitian Kesejahteraan

Sosial Departemen Sosial RI.

Masalah Sosial di Indonesia Kondisi Dan Solusi, 2006, Badan pendidikan Dan Penelitian

Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Jakarta.

Model pemberdayaan Pranata Sosial Dalam Mewujudkan Desa Berketahanan Sosial,

2010, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat Badan Pendidikan Dan Penelitian

Kesejahteraan Sosial, Kementrian Sosial RI.

Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat Implementasi Pemberdayaan Pranata

Sosial, 2005, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat Badan Penelitian Dan

Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, Jakarta.

Web Site:

http://sadidadadila.Wordpress.com/2010/01/03/pentingnya-pendidik- an anak-usia-

dini-di-indonesia/

http://www.diknas.go.id

http://www.tempointeraktf.com

http://sadidadalia.Wordpress.com/2010/01/03/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini-di-

indonesia/

http://www.diknas.go.id

http://www.tepointeraktif.com

http://www.infodokterku.com