laporan akhir tahun anggaran 2015sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/laa.pdf · bersinergi...

55
LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI SUMATERA BARAT Tim Pendamping: Buharman B. Rifda Roswita Ermidias Sumilah Kasma Iswari Khaidir Ahmadi US BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Upload: truongduong

Post on 14-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015

PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Tim Pendamping: Buharman B. Rifda Roswita

Ermidias Sumilah

Kasma Iswari

Khaidir Ahmadi US

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan

Lestari di Sumatera Barat

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat

3. Alamat Unit Kerja : Jalan Raya Padang-Solok, Km-40 Sukarami

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Sumbar TA 2015

5. Status Kegiatan : Lanjutan

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Ir. Buharman B., MS.

b. Pangkat /Golongan : Pembina Utama /IV/e

c. Jabatan : Peneliti Utama

7. Lokasi : Provinsi Sumatera Barat

8. Agroekosistem : Lahan kering (pekarangan)

9. Tahun Mulai : 2011

10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : Terlaksananya pendampingan dan pengembangan KRPL pada beberapa lokasi di Sumatera Barat

12. Output Akhir : Diadopsi dan berkembangnya RPL di Sumatera Barat

13. Biaya Tahun 2015 :

:

Rp 176.500.000

(Seratus tujuh puluh enam juta limaratus ribu rupiah).

Sukarami, 31 Desember 2015 Mengetahui:

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Penanggung Jawab RDHP,

Sumatera Barat

Dr. Ir. Hardiyanto, MSc Ir. Buharman B., MS NIP. 19600503 198603 1 001 NIP. 19530812 198303 1 001

KATA PENGANTAR

Kegiatan berjudul “Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Sumatera

Barat” tahun 2015 merupakan tahun akhir setelah implementasi yang dimulai akhir

tahun 2015. Berbeda dengan kegiatan implementasi yang lebih intensif pembinaan

terhadap kelompok sasaran kelompok wanita tani (KWT) dan Dasawisma, maka

pendampingan ini lebih ditujukan untuk kelompok sasaran yang didanai melalui

kegiatan Badan atau Kantor Ketahanan Pangan Provinsi atau kabupaten/kota,

bersinergi dengan kegiatan P2KP dalam bentuk batuan narasumber ataupun publikasi.

Khusus untuk publikasi, diakhir kegiatan ini disusun dalam bentuk Buku Bunga Rampai

yang dapat digunakan sebagai acuan bagi stakeholder dalam pengembangan KRPL

selanjutnya.

Disamping itu juga pembinaan lanjutan terhadap kegiatan m-KRPL yang dibina

sebelumnya dengan harapan bahwa KWT/Dasawisma tersebut bisa menjadi objek

studi banding dan pembelajaran bagi kelompok sasaran lain yang ingin membangun

atau mengembangan KRPL di daerahnya. KWT/dasawisma yang pembinaannya

berlanjut tahun 2015 ini terdapat pada lima kabupaten/kota, yakni Kota Padang,

Payakumbuh, Sawahlunto, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Pasaman. Setiap

penanggung jawab kegiatan membuat laporan akhir tahun RODHP masing-masing,

sedangkan laporan akhir RDHP ini merupakan rekapitulasi dari laporan RODHP

tersebut.

Tersusunnya laporan akhir tahun ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak

mulai dari perencanaan di tingkat Balai, kerjasama tim dan dukungan SKPD terkait.

Untuk itu semua, pada kesempatan ini sebagai penanggung jawab RDHP mewakili tim

pelaksana mengucapkan banyak terima kasih. Tanpa fasilitas Balai dan bantuan serta

dukungan semua pihak, mustahil laporan akhir tahun ini dapat direalisasikan.

Disadari sepenuhnya bahwa pembahasan dan intepretasi data dalam laporan

ini masih belum optimal. Karenanya kami mengharapkan koreksi dan sumbang saran

dari Bapak/ibu agar laporan ini menjadi lebih baik dan dapat dimanfaatkan oleh para

pihak yang membutuhkan.

Terima Kasih.

Sukarami, 31 Desember 2015

Penanggung Jawab RDHP

Ir. Buharman B., MS

DAFTAR ISI

Isi

Halaman

KATA PENGATAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

RINGKASAN vii

SUMMARY

viii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Dasar Pertimbangan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Keluaran 4

1.5 Hasil yang diharapkan 4

1.6 Manfaat yang diharapkan 4

1.7 Dampak yang diharapkan 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

5

BAB III. METODOLOGI DISEMINASI 10

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 10

3.2 Prosedur Pelaksanaan 10

3.3 Parameter yang diamati 11

3.4 Analisis Data

13

BAB IV. HASILDAN PEMBAHASAN 14

4.1 Kegiatan Pendampingan 14

4.2 Kota Padang 16

4.3 Kota Payakumbuh 22

4.4 Kota Sawahlunto 27

4.5 Kabupaten Pesisir Selatan 30

4.6 Kabupaten Pasaman

37

BAB V. KESIMPULAN

39

BAB VI. ANALISIS PENANGANAN RESIKO

40

BAB VII. KINERJA KEGIATAN 41

7.1 Keluaran (output) yang dicapai 41

7.2 Hasil (outcome) yang dicapai 41

7.3 Manfaat (benefit) yang dicapai 41

7.4 Dampak (impact) yang dicapai 41

7.5 Kisah sukses (success story)

41

DAFTAR PUSTAKA 43

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi sub kegiatan, lokasi,dan penanggung jawab pendampingan m-KRPL Sumatera Barat, tahun 2015.

14

2. Workshop, bantuan narasumber, materi dan stakeholder terkait KRPL,

2015.

15

3. Kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakan di Kota Padang sampai Desember 2015.

17

4. Pengetahuan petani tentang budidaya pekarangan, sebelum dan setelah kegiatan diseminasi (%).

18

5. Keterampilan petani dalam budidaya pekarangan, sebelum dan setelah

kegiatan disemnasi (%).

18

6. Tanggap anggota terhadap program m-KRPL 91

7. Karakteristik peserta pendampingan KWT Mawar Kelurahan Balai Nan Tuo

Kota Payakumbuh, 2015.

22

8. Luas pekarangan peserta KWT Mawar kegiatan pendampingan KRPL di Kelurahan Balai Nan Tuo Kota Payakumbuh, 2015.

23

9. Karakteristik peserta pendampingan KRPL KWT Flamboyan Kelurahan Sawah Padang, Kecamatan Payakumbuh Selatn, 2015.

24

10. Luas pekarangan peserta KWT Flamboyan kegiatan pendampingan KRPL Kelurahan Sawah Padang Kecamatan Payakumbuh Selatan Kota

Payakumbuh, 2015

24

11. Luas pekarangan peserta pendampingan KRPL di tiga kecamatan Kota Sawahlunto, 2015.

27

12. Luas, jumlah penduduk dan jumlah Kepala Keluarga, Nagari Kambang, 2015.

32

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peran Litbang dan BKP dalam sinkronisasi pengembangan KRPL 12

1. Jenis sayuran yang ditanam anggota KRPL Kota Padang, 2015. 20

2. Narasumber pada sosialisasi program dan kegiatan ketahanan pangan Kota Padang, 2015.

20

3. Revitalisasi kelompok Dasawisma Melati (KRPL) Rawang Kota Padang,

2015

20

4. Keragaan KBD Dasawisma Korong Gadang Kota Padang, 2015. 21

5. Keragaan KBD Rawang Kota Padang, 2015. 21

6. Keragaan pekarangan anggota yang ditanami sayuran, 2015. 21

7. Pemantauan persemaian di dalam KBD, pembagian semai, polibagdan bahan tanam lainnya.

28

8. KBD di Santur Kecamatan Berangin Lunto Timur, Kecamatan Lembah Segar, 2015.

28

9. Hasil design penanaman sayuran di polibag, rak dan bedengan 28

10. Kegiatan pelatihan KWT Cempaka dan KWT Melati, Kota Sawahlunto, 2015.

29

11. Kegiatan penilaian kompetensi kepala desa tingkat Provinsi Sumatera

Barat dalam bidang ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan melalui kegiatan KRPL.

30

12. Sosialisasi m-KRPL bersama Badan Ketahanan Pangan & Penyuluhan di kelompok Melinjo Indah dan Mawar Indah, 2015.

31

13. Sosialisasi di Kelompok Karya Wanita Mandiri, Pasar Gompong, 2015. 31

14. Pemanfaatan pekarangan di KWT Mawar Indah, Rangeh, 2015. 33

RINGKASAN

Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Sumatera Barat tahun 2015 merupakan kegiatan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya yang dimulai sejak akhir tahun 2011. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan fungsi lahan pekarangan dalam

menghasilkan berbagai produk pertanian yang mungkin dikembangkan guna menghasilkan kebutuhan pangan dan perbaikan gizi masyarakat, khususnya kelompok sasaran yang aktif sebagai peserta kegiatan KRPL. Kegiatan pendampingan yang

dilakukan adalah berupa bantuan narasumber terhadap penyuluh pendamping maupun kelompok sasaran baru ataupun lanjutan sebelumnya. Pendampingan tersebut bersinergi dengan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

pada Badan/Kantor Ketahanan Pangan atau Dinas Pertanian kabupaten/kota yang mengelola P2KP melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Selain itu pembinaan lanjutan juga dilakukan terhadap KWT/Dasawisma yang mengikuti kegiatan m-KRPL

tahun sebelumnya yang termasuk cluster hijau dan kuning. Semua KWT/Dasawisma ini diharapkan dapat menjadi wadah pembelajaran dan objek studi banding oleh kelompok sasaran lainnya dalam membentuk dan pengembangkan KRPL di lokasi

masing-masing. KWT/Dasawisma tersebut adalah: (i) KWT Toruko Indah dan Dasawisma Melati Kota Padang; (ii) KWT Flamboyan dan Mawar Kota Payakumbuh; (iii) KWT Cempaka dan Melati Kota Sawahlunto; (iv) KWT Melinjo Indah dan KWT

Mawar Indah, Pesisir Selatan; dan (v) KWT Usaha Sepakat dan Tuah Sakato Kabupaten Pasaman. Pembinaan lanjutan dilakukan berupa pelatihan peserta sesuai dengan materi yang dibutuhkan baik budidaya maupun pasca panen, dan

kelembagaan. Variabel pengamatan terdiri penguatan peran kebun bibit, penghematan biaya konsumsi rumahtangga, tambahan pendapatan, respon peserta pelatiahn, dan pengukuran PPH. Secara parsial, terjadi perubahan PPH dari 74,65 tahun 2014 menjadi

80,25 tahun 2015. Demikian juga dengan respon peserta pendampingan atau pelatihan untuk Kota Padang, dari enam komponen teknologi yang dilatihkan sebanyak 49,17% responden menjadi sangat tahu; ketrampilan 31,67% sangat tahu, 70% responden menilai program sangat sesuai; materi 55% sangat sesuai dan metoda pelatihan 40%

responden sangat sesuai. Penghematan belanja rumahtangga Rp 119.500 s/d Rp 211.500/bulan. Penerimaan kelompok dari pengelolaan KBD Rp 2.350.000 tahun 2014 menjadi Rp 3.175.000 tahun 2015. Tambahan penerimaan dari usaha lahan

pekarangan dari Rp 160.230 tahun 2014 menjadi Rp 327.870 tahun 2015. Replikasi KWT secara swadana 2-3 KWT dengan jumlah anggota 12 s/d 21 orang. Terjalinnya sinergi kegiatan antara BPTP Sumbar dengan BKP/KKP melalui kegiatan P2KP dan

stakeholder lainnya dalam menfasilitasi dan membina kelompok sasaran, telah berhasil memenangkan dan mendapat peringkat bergensi baik tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional, diantaranya: KWT Flamboyan, peringkat 1 Kota Payakumbuh 2015,

KWT Emansipasi peringkat 1 tingkat Kabupaten Pesisir Selatan 2015, KWT Melinjo Indah Pesisir Selatan peringkat 1 nasional Adhi Karya Pangan Nusantara 2014, KWT Melati Rawang peringkat 1 Dasawisma kota Padang 2013, KWT Melati Lunto Timur

Sawahlunto peringkat 1 HATINYA PKK tingkat provinsi 2014. Keberhasilan ini merupakan success story dalam implementasi dan pengembangan m-KRPL di Sumatera Barat. Keberhasilan tersebut dapat menjadi modal dasar dan aset bagi

stakeholder, khususnya Badan Ketahanan Pangan dalam memperluas cakupan kegiatan KRPL ke depan, pasca pendampingan dari BPTP Sumatera Barat.

SUMMARY

Sustainable food Reserved Garden (SFRG) assistance in West Sumatra in 2015 is a continuation of activities from previous years which started at the end of 2011. The project aims to preserve the function of yards in producing a variety of

agricultural products that may be developed in order to produce the food and nutrition needs of the community, especially the target groups are active as participants in SFRG. Assistance activities undertaken in the form of assistance is a resource for

companion extension and new target groups as well as advanced earlier. Mentoring is synergy with the activities accelerated diversification of food consumption (A2DFC)) Agency / Office or the Department of Agriculture Food Security District / City that

manages A2DFC through optimizing the utilization of the yard. In addition further guidance is also made to the KWT / dasawisma who participated in the m-KRPL previous year which included a cluster of green and yellow. All KWT / dasawisma is

expected to be an object of learning and comparative studies by other target groups in the shaping and development of KRPL at each location. KWT / dasawisma are: (1) KWT Taruko and dasawisma beautiful jasmine Padang City; (ii) KWT Flamboyan and

Rose Payakumbuh; (iii) KWT Cempaka and Jasmine Sawahlunto, (iv) and KWT Melinjo Beautiful and KWT beautiful rose, South Coast; and (v) KWT Business agrement and Tuah Sekato Pasaman. Development advanced form of training participants is done in

accordance with the materials needed both cultivation and post-harvest and institutional. Variable observation consists strengthening the role of nurseries, household consumption, cost savings, additional revenue, the response of participants to the training and measurement of PPH. Partially, changes PPH from 76.65 in 2014 to

80, 25, 2015. Similarly, the response of participants mentoring or training for the city of Padang on the six component technologies drilled as much as 49.17% of respondents strongly know; 31.67% skills do know, 70% of respondents rate the

program highly appropriate; 55% very appropriate material and method of training 40% of respondents are very appropriate. Household expenditure savings of Rp. 119 500 s / d Rp. 211 500, - / month. Acceptance group of managers KBD Rp. 2,350,000 in

2014 to Rp. 3.175 million in 2015. Additional revenues from businesses yards from Rp. 160 230 in 2014 to Rp. 327 870 2015. KWT 2-3 Replication KWT in self-financing with a membership of 12 s / d 21. Synergy of activities between the Ministry of Agriculture

of West Sumatra with BKP / CTF through A2DFC and other stakeholders to facilitate and foster target group, has managed to win and ranking coveted both the District / Municipal, provincial and national levels, including: KWT Flamboyan, rank 1

Payakumbuh 2015 , KWT rank 1 level Emancipation South Coastal District 2015, KWT Melinjo Beautiful South Coast 1 national ranking Adhikarya Food Nusantara 2014, Rawang Budget KWT rank 1 dasawisma city of Padang, 2013, KWT Jasmine

Sawahlunto East Lunto ranked 1st HIS HEART provincial level PKK 2014. This success is success story in the implementation and development of m-KRPL in West Sumatra. This success can be authorized and assets for stakeholders, especially the Food

Security Agency in expanding the scope of activities SFRG forward, after assistance from the Ministry of Agriculture of West Sumatra

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konsep m-KRPL, gerakan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai salah

satu upaya pemenuhan kebutuhan pangan berawal dari ajakan Presiden RI kepada

masyarakat di Sidoarjo tanggal 14 Januari 2011 yang menyatakan bahwa “Ketahanan

Pangan keluarga dapat ditingkatkan melalui rumah hijau atau mungkin tepatnya rumah

pekarangan pangan”. Ajakan tersebut diperkuat lagi pada saat peluncuran (grand

launching) kawasan rumah pangan lestari (KRPL) di Pacitan tanggal 13 Januari 2012

bahwa KRPL harus dikembangkan di seluruh Indonesia. Implementasi lebih lanjut,

Menteri Pertanian RI mengintruksikan agar: (i) KRPL dikembangkan di seluruh

kabupaten/kota; (ii) Badan Litbang Pertanian mengembangkan m-KRPL; dan (iii)

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) disinergikan dengan konsep

m-KRPL (BBP2TP, 2013).

Secara nasional, tahun 2013 kegiatan P2KP untuk optimalisasi pemanfaatan

pekarangan menggunakan konsep KRPL mencakup 5.000 desa baru pada 497

kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2012 telah dimulai pada 1.280 desa di 149

kabupaten/kota (Sri Sulihanti, 2013). Pendanaan melalui bantuan sosial untuk

kegiatan tahun 2013 sebesar Rp 47 juta/unit yang dialokasikan untuk pengembangan

pekarangan anggota dan demplot, pembuatan kebun bibit, pengembangan kebun bibit

sekolah, dan pengembangan menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) dari

hasil pekarangan dan atau usaha olahan pangan skala UMKM. Lanjutan kegiatan 2012

dialokasi untuk pengadaan kebun bibit sebesar Rp 3 juta/unit. Khusus untuk Sumatera

Barat (Sumbar), tahun 2013 melalui kegiatan Badan Ketahanan Pangan Provinsi

Sumbar terdapat 211 dan tahun 2014 sebanyak 97 unit KRPL dana APBN. Sementara

itu masih ada kegiatan KRPL lainnya yang sumber dananya berasal dari APBD provinsi

dan APBD kabupaten/kota. Di Sumbar, BPTP Sumatera Barat telah mengimplementasi

m-KRPL sebagai percontohan mulai tahun 2011 pada tiga lokasi dan dilanjutkan

menjadi 14 lokasi tahun 2012. Pada tahun 2013 dikembangkan sebanyak 2 unit pada

18 kabupaten/kota di Sumbar. Sementara tahun 2014 pendampingan diarahkan pada

lokasi yang tergolong cluster hijau pada sembilan kabupaten/kota. Data statistik

mengemukakan luas lahan pekarangan di Sumatera Barat tercatat sekitar 84.000 ha,

sebagian diantaranya berpotensi dimanfaatan sebagai area KRPL (Bappeda Sumbar,

2011).

Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian

rumahtangga terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga

pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak

berkembang. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman

pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi

kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan

rumah tangga, apabila dirancang, direncanakan, dan dimanfaatkan secara optimal

(BBP2TP, 2011).

Karena itu melalui sebuah kegiatan pengembangan “Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari” sebuah contoh sebagai upaya peningkatan kecukupan pangan

rumahtangga secara mandiri dan berkelanjutan, mengurangi biaya konsumsi

rumahtangga, dan sekaligus diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

KRPL diharapkan dapat diwujudkan menjadi sebuah model yang mampu mencarikan

solusi ketahanan pangan rumahtangga secara berkelanjutan, baik di perkotaan

maupun di perdesaan. Badan Litbang Pertanian melalui 65 Unit Kerja dan Unit

Pelaksana Teknis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia siap mendukung upaya

optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan

bimbingan teknis (BBP2TP, 2011).

Rumahtangga pelaksana m-KRPL ini selanjutnya dijadikan sebagai contoh

untuk dikembangkan oleh rumahtangga lain dalam kawasan pengembangan yang

sudah ditetapkan. m-KRPL diharapkan dilaksanakan secara berkelanjutan, pada

gilirannya mampu meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga, mengurangi biaya

konsumsi pangan dan meningkatkan pendapatan keluarga.

1.2 Dasar Pertimbangan

Daya beli sebagian golongan masyarakat yang terbatas, khususnya untuk

alokasi kebutuhan pangan merupakan penyebab tidak terpenuhinya kecukupan gizi

pangan secara seimbang. Dilain pihak, peluang untuk menghasilkan sumber pangan

tertentu secara mandiri oleh rumahtangga cukup tersedia. Pemanfaatan potensi lahan

pekarangan dengan budidaya pertanian secara optimal merupakan salah satu alternatif

bagi rumahtangga untuk mendapatkan kecukupan pangan, perbaikan gizi,

meningkatkan curahan tenaga kerja produktif, perbaikan lingkungan pemukiman dan

kesehatan yang kesemuanya akan bermuara kepada peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat suatu kawasan. Kenyataan menunjukkan bahwa, tanpa

adanya dorongan dan fasilitasi dari pihak luar perbaikan tingkat hidup bersumber dari

optimasi pemanfaatan potensi lahan pekarangan akan sangat sulit dicapai. Setiap unit

rumah baik tanpa pekarangan, pekarangan sempit sampai pekarangan luas di

perkotaan maupun di perdesaan berpeluang untuk dimanfaatkan dengan berbagai

jenis tanaman dan ternak maupun perikanan. Oleh sebab itu, kegiatan percontohan

RPL sebagai langkah awal dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menata

dan memanfaatkan lahan pekarangan dengan berbagai komoditas pertanian perlu

dipromosikan.

Tahun 2011 implementasi m-KRPL dilaksanakan pada 3 lokasi kelurahan yaitu

Tarantang Kota Padang, Payobasung Payakumbuh dan Talawi Mudik Sawahlunto. Pada

ketiga lokasi ini, selain hasil tanaman pekarangan dapat memenuhi kebutuhan

keluarga, sehingga dapat menekan pengeluaran rumahtangga sampai Rp

300.000/bulan, sebagian hasilnya juga dapat dijual. Hasil tahun 2012 pada 11 lokasi

telah diadopsi petani dan masyarakat. Hal ini terlihat dari kunjungan warga ke lokasi,

dan keinginan pengunjung untuk mendapatkan bibit sayuran dari KBD yang akan

mereka tanam sendiri di pekarangan masing-masing, sehingga jumlah rumahtangga

peserta meningkat. Selain itu dukungan SKPD terkait dalam mereplikasi kegiatan

seperti di Kota Padang dan Sawahlunto juga terlihat positif. Tahun 2013 cakupan lokasi

meningkat pada 18 kabupaten/kota dengan jumlah unit 1 - 2 lokasi di setiap

kabupaten/kota. Pada saat yang sama, sinergi dalam bentuk pendampingan terhadap

kegiatan Badan Ketahanan Pangan melalui kegiatan P2KP juga mulai dilakukan.

Pemdampingan tahun 2013 dilakukan dalam bentuk pelatihan/atau narasumber

terhadap penyuluh pendamping kabupaten/kota yang membutuhkan. Selain itu

pendampingan juga dilakukan kepada beberapa KWT pelaksana KRPL yang dikelola

oleh Badan atau Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan yang dibiayai dana bansos

APBN. Pada waktu pendampingan juga diberikan beberapa publikasi terkait seperti

Petunjuk Teknis Implementasi m-KRPL di Sumatera Barat dan Berita Litkaji yang materi

utamanya m-KRPL. Disamping itu, kunjungan tamu untuk studi banding tentang

kinerja percontohan m-KRPL di lingkungan perkantoran dan Kebun Bibit Inti ke BPTP

Sumbar dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pendampingan secara faktual.

Pengunjung selain menyaksikan langsung aneka tanaman dalam berbagai media

tanam, sebelumnya juga menerima penjelasan melalui ekspose dari penanggung

jawab.

1.3 Tujuan

Secara umum, tujuan kegiatan tahun 2015 adalah terlaksananya pendampingan

dalam bentuk dukungan inovasi teknologi, pengolahan hasil, dan kelembagaan serta

efektifnya implementasi kegiatan KRPL secara berkelanjutan pada setiap

lokasi/kawasan terpilih di Sumatera Barat.

Secara khusus, pendampingan bertujuan untuk: (i) Meningkatkan kemampuan

stakeholder, tenaga pendamping dan kelompok sasaran dan (2) Meningkatkan adopsi,

berkembangnya dan lestarinya kegiatan dan meningkatnya dukunagn stakeholder.

1.4 Keluaran Yang Diharapkan

Terimplementasi, terlaksananya pendampingan dan replikasi Kawasan Rumah

Pangan Lestari pada beberapa kawasan di Sumatera Barat, dengan beberapa

komoditas, meliputi tanaman pangan, hortikultura, toga, ternak dan ikan diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengurangi pengeluaran konsumsi pangan.

Kombinasi usaha secara terintegrasi diharapkan pula dapat meningkatkan nilai tambah

melalui pengolahan hasil dan pengolahan limbah.

1.5 Hasil Yang Diharapkan

Meningkatnya pemahaman dan kapasitas stakeholder, penyuluh pendamping,

serta kelompok sasaran dalam adopsi dan implementasi KRPL serta perkembangannya

menuju kawasan produktif, hijau dan lestari.

1.6 Manfaat Yang Diharapkan

Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari, dapat meningkatkan

ketahanan pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan, meningkatnya produktivitas

usaha, optimalisasi penggunaan jam kerja keluarga dan meningkatkan pendapatan

rumahtangga keluarga 20-30%. Terciptanya usaha pertanian tanpa limbah serta

pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal oleh

masyarakat setempat.

1.7 Dampak Yang Diharapkan

Berobahnya fungsi lahan pekarangan menjadi salah satu kegiatan produktif dan

berfungsi ekonomi melalui peningkatan alokasi jam kerja keluarga produktif,

meningkatkan ketahanan pangan, kualitas gizi, kesehatan dan pendapatan keluarga

yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan

tersebut serta terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan indah serta

terlestarikannya sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal secara mandiri.

Berkembangnya usaha yang sama ke rumahtangga lainnya dalam kawasan, menuju

usaha komersial.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Secara makro Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati spesifik lokasi

yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan, seperti padi-padian, umbi-

umbian, kacang-kacangan, sayur buah dan sumber pangan hewani. Demikian pula

berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang

dengan mudah di wilayah nusantara ini. Namun potensi yang besar tersebut bertolak

belakang dengan realisasi konsumsi pangan masyarakat yang masih dibawah anjuran

pemenuhan gizi dan upaya program diversifikasi yang digalakkan pemerintah sejak

lama. Hal ini ditunjukkan dengan indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH) nasional

yang relatif masih rendah. Tahun 2009, PPH nasional baru mencapai 75,7 dan tahun

2014 diharapkan mencapai 95,0 (Arifinasi, M. 2012). Di Sumatera Barat tahun 2011,

skor PPH bervariasi antara 63,8 (Kabupaten Limapuluh Kota) s/d 89,3 (Kota Solok).

Dalam upaya untuk mencapai sasaran PPH tahun 2014 sebesar 95,0 dan

menjaga keberlanjutannya, perlu dilakukan pembaruan rancangan pemanfaatan

pekarangan dengan memperhatikan berbagai program yang telah berjalan seperti

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), dan Gerakan Perempuan

Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Di sisi lain, komitmen pemerintah untuk melibatkan

rumahtangga dalam mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis

sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu

diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik

di perkotaan maupun di perdesaan.

Untuk itu, Kementerian Pertanian awal tahun 2011 menyusun konsep yang

disebut “Kawasan Rumah Pangan Lestari”, sementara Badan Litbang Pertanian melalui

BBP2TP diberi mandat mengembangkan Model-KRPL di seluruh Provinsi (32 BPTP).

Prinsip dari M-KRPL yaitu dibangun dari kumpulan rumahtangga yang mampu

mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan, dapat melakukan

upaya diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal dan sekaligus pelestarian

tanaman pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya peningkatan

kesejahteraan (Badan Litbang 2011).

M-KRPL dalam jangka pendek bertujuan untuk: (i) memenuhi kebutuhan

pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari, (ii) meningkatkan kemampuan

keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun

perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat

keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan

limbah rumahtangga menjadi kompos, (iii) mengembangkan sumber benih/bibit untuk

menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman

pangan lokal untuk masa depan, (iv) mengembangkan kegiatan ekonomi produktif

keluarga, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan

lingkungan hijau, bersih, dan sehat secara mandiri. Sementara tujuan jangka panjang

yang ingin dicapai adalah: (i) kemandirian pangan keluarga, (ii) diversifikasi pangan

berbasis sumberdaya lokal, (iii) pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, dan

(iv) peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Sasaran M-KRPL adalah

meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat

yang sejahtera serta terwujudnya diversifikasi pangan dan pelestarian tanaman pangan

lokal (BBP2TP, 2011).

Kebijakan pengembangan KRPL tahun 2013 di tanah air mencakup: (i)

Implemetasi M-KRPL dan penumbuhan KBD masing-masing dua unit setiap

kabupaten/kota; (ii) Penguatan dan pendampingan KBD tahun 2012 dan

pengembangan kebun bibit inti si setiap lokasi; (iii) Sinergi program KRPL-P2KP, dan

(iv) Pengembangan jejaring kerjasama stakeholders seperti: SIKIB, Salimah, TNI AD,

dsb (BBP2TP, 2013).

2.2 Hasil-hasil Kegiatan Terkait

Sejalan dengan kebijakan nasional bahwa tahun 2013 KRPL yang didanai

melalui APBN dilaksanakan sebanyak 5.000 lokasi/desa pada 497 kabupaten/kota.

Selain itu juga terdapat 1.280 desa pada 149 kabupaten/kota tahun 2012 yang perlu

dilanjutkan (BBP2TP, 2013). Khusus untuk Sumatera Barat melalui kegiatan Badan

Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Sumatera Barat dialokasikan sebanyak 211 unit pada

19 kabupaten/kota. Selain itu, melalui dana APBD I dan II juga dialokasikan beberapa

kegiatan KRPL yang pada prinsipnya memerlukan pendampingan inovasi teknologi

termasuk juga suplay penyediaan benih/bibit berkualitas yang diharapkan bisa

dihasilkan melalui KBI di KP Sukarami dan KBD pada masing-masing kabupaten/kota.

Replikasi dan pendampingan akan berjalan baik apabila mendapat dukungan

dan respon positif dari pemda setempat. Sebagai contoh dapat dilihat pada M-KRPL

Tarantang Kota Padang dan KWT Lansek Manih Kota Sawahlunto yang awal

kegiatannya dimulai akhir tahun 2011.

Selama satu tahun pelaksanaan kegiatan M-KRPL di Kelurahan Tarantang Kota

Padang yang dimulai tahun 2011, ternyata dari 15 rumahtangga kelompok sasaran

meningkat menjadi 47 rumahtangga. Selain itu, M-KRPL juga direplikasi oleh Kantor

Ketahanan Pangan Kota Padang di Kelurahan Batipuh Panjang terhadap 5 KWT (95

peserta), dan Kelurahan Batu Gadang. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari

dukungan SKPD terkait yang dilakukan dalam bentuk: workshop, bantuan bibit, dan

bentuk pengembangan lainnya, sebagai berikut:

a) Fasilitasi workshop Pemko terhadap M-KRPL Padang:

1. Workshop M-KRPL tingkat kota Padang yang dihadiri oleh Wawako dan SKPD

terkait yang pelaksanaaannya didanai oleh Dispernakbunhut Kota Padang.

2. Sosialisasi kepada anggota Tim Penggerak PKK Batu Gadang Kecamatan Lubuk

Kilangan, 4 Mei 2012 yang difasilitasi oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat

Kota Padang

3. Sosialisasi kepada kader UPPKS Kota Padang, 13 Juni 2012, difasilitasi oleh

Kantor Pemberdayaan Masyarakat.

b) Bantuan Bibit:

1. Bibit sukun untuk peserta m-KRPL Tarantang dari Dipernakbunhut Kota Padang

2. Bantuan bibit ikan kepada 13 peserta yang memiliki kolam M-KRPL Tarantang

dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang

c) Perkembangan m-KRPL:

1. Membuat M-KRPL di pekarangan Gedung Pertemuan (Palanta) Rumah Dinas

Walikota Padang

2. Menganjurkan kepada semua SKPD di Kota Padang untuk membuat Model RPL

di pekarangan kantor masing-masing

3. Menganggarkan pada APBN Perubahan sebesar Rp 50 juta, untuk membuat

Model RPL di rumah dinas Wawako dan Kantor Dipernakbunhut Kota Padang.

Selanjutnya, pespon Pemko Sawahlunto terlihat dari: (i) Membangun replikasi

KBD pada KWT Lansek Manih oleh Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. (ii)

membangun KBD pada 37 kelurahan. Walikota Sawahlunto merespon dengan positif

serta memutuskan untuk memberikan bantuan kepada seluruh desa di Kota

Sawahlunto (37 desa/kelurahan) masing-masing sebesar Rp. 5.000.000,- untuk

pembuatan KBD, sehingga diharapkan seluruh desa pada wilayah Kota Sawahlunto

bisa mereplikasi program M-KRPL yang sudah berjalan di Desa Talawi Mudik. Untuk

pelaksanaan program bantuan tersebut, maka Dinas Pertanian Kota Sawahlunto akan

berkoordinasi dengan BPTP Sumbar (Buharman et. al. 2013). Respon dan dukungan

tersebut dapat dipandang sebagai salah satu indikasi untuk keberlanjutan (Sudana,

2012).

Kegiatan pendampingan dalam bentuk narasumber ataupun sosialisasi kepada

penyuluh pendamping lingkup Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan pada tingkat

provinsi dan kabupaten/kota periode 2013-2014 sering dilakukan. Selain itu, bantuan

narasumber juga langsung kepada kelompok sasaran dengan topik khusus yang

diinginkan. Sebagai narasumber, tim M-KRPL diminta oleh Badan Ketahanan Pangan

Pusat dalam kegiatan Apresiasi Pendamping P2KP Kabupaten/kota tanggal 24-28

Februari 2014 untuk memberikan materi: (i) pengelolaan kebun bibit KRPL, penyediaan

media tanam dan budidaya; (ii) teknologi budidaya ternak ayam, itik, dan kelinci; (iii)

penanganan pasca panen segar dan pengolahan hasil produk KRPL, serta praktek

budidaya dan pengolahan hasil di Kebun Percobaan Sukarami dan rumah produksi

pasca panen BPTP Sumatera Barat. Peserta pelatihan adalah penyuluh pendamping

sebanyak 130 kabupaten/kota pada 17 Provinsi wilayah Indonesia Barat.

Dalam kaitan kerjasama pembinaan dan pendampingan antara BPTP Sumbar

dengan Badan Ketahanan Pangan, KWT dan Dasawisma pelaksana m-KRPL sering

dilombakan untuk mendapatkan peringkat tingkat provinsi dalam lomba Adikarya

Pangan Nusantara ataupun PKK tingkat kabupaten/kota. Tahun 2014 ini, KWT Melinjo

Indah Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan mendapat peringkat pertama

tingkat Sumbar. Terwujudnya replikasi untuk dua Kelompok lainnya, berkembangnya

jumlah rumahtangga peserta dan diadopsinya RPL oleh Sekolah Datar setempat

menjadi butir penilaian tersendiri dalam mendapatkan posisi peringkat pertama

dimaksud.

Pendampingan oleh BPTP dalam implementasi m-KRPL di daerah disesuaikan

dengan kesepakatan dan sinergi dengan instansi lain, yaitu Badan Ketahanan Pangan

(BKP). Pengalaman menunjukkan bahwa pasca pendampingan beberapa kegiatan

tidak berlanjut, apalagi lestari, karena kelompok sasaran kesulitan mengembangkan

diri atau usaha secara mandiri. Purwantini et al (2012), mengemukakan bahwa untuk

menjaga agar Program KRPL berjalan dan dapat diaplikasikan ke tempat lain, serta

dapat terus lestari maka diperlukan beberapa hal pokok berikut: (i) Adanya keyakinan

di antara tokoh masyarakat petani, tokoh desa (kepala desa, pamong desa, kepala

dusun. TP PKK), serta pengurus kelompok tani/Gapoktan dan kelompok Dasa Wisma

bahwa Program KRPL adalah program yang baik dan berguna, sehingga berkemauan

kuat untuk melestarikannya; (ii) Adanya reorientasi Program KRPL dan antisipasi

aplikasi ke wilayah lain melalui tahapan dan proses sosial yang matang; (iii) Dukungan

dana yang memadai baik dari pusat melalui APBN maupun pemerintah daerah melalui

APBD I dan II melalui pendanaan yang bersifat multi years; (iv) Perlu ditempuh

tahapan-tahapan dalam pelaksanaan program, yaitu meliputi: Tahap persiapan (1

tahun), Tahap penumbuhan (1 tahun), Tahap pengembangan (1 tahunJ, dan Tahap

kemandirian (1 tahun); (v) Perlunya ada penggerak atau motivator (Tokoh

masyarakat, Penyuluh Pertanian, TP PKK, Sarjana Desa) dalam pengembangan KRPL di

tingkat desa yang bertugas menggerakkan individu-induvidu dan kelompok-kelompok

yang ada dalam KRPL; (vi) Peran dan koordinasi Tim Pembina/Tim Teknis yang harus

lebih dioptimalkan sesuai dengan tupoksinya masing-masing; (vii) Diperlukan rekayasa

kelembagaan dan pengorganisasian yang melibatkan peran petani/masyarakat dan

kelembagaan lokal (Dasa Wisma, TP PKK, Keltan/Gapoktan) yang ada dalam

implementasi pengembangan program m-KRPL ke depan; (viii) Kontinyuitas

pembinaan, pendampingan dan pengawalan teknologi tepat guna dalam implementasi

pengembangan program MKRPL; (ix) Memberikan peran kepada kelembagaan ekonomi

desa (keltan/Gapoktan, Koperasi Tani, Koperasi Wanita Tani) dalam pengadaan sarana

produksi dan pemasaran hasil secara bersama-sama; dan (x) Melalui kelembagaan

ekonomi menjalin kemitraan untuk menampung dan memasarkan hasil produksi dalam

rangka stabilitas harga di tingkat petani.

BAB III. METODOLOGI DISEMINASI

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Tempat atau lokasi pelaksanaan adalah lima kabupaten/kota kawasan potensial

untuk pengembangan kawasan rumah pangan lestari yaitu: di Kota Padang,

Sawahlunto, Payakumbuh, Kabupaten Pesisir Selatan dan Pasaman. Dalam setiap

kabupaten/kota terdapat satu sampai dua lokasi/kawasan serbagai percontohan

berupa kegiatan lanjutan dari tahun 2014.

Waktu pelaksanaan kegiatan pendampingan mulai dari perencanaan,

implementasi sampai dengan pelaporan adalah bulan Januari 2015 dan berakhir

Desember 2015.

3.2 Prosedur Pelaksanaan

Operasionalisasi pendampingan mencakup:

Secara garis besar sesuai dengan Juklak Pengembangan m-KRPL dan Sinergi

Program TA 2013, kegiatan pendampingan yang dapat dilakukan oleh BPTP mencakup

(Badan Litbang Pertanian, 2013):

1. Mengkoordinasikan Struktur Tim Pendampingan M-KRPL, berkoordinasi dengan

Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan.

2. Membentuk Tim Penanggung jawab M-KRPL di tingkat BPTP; yang bertugas:

Menyusun petunjuk teknis,

Melakukan koordinasi dengan tingkat pusat dan daerah.

Mengawal implementasi M-KRPL

3. Menyelenggarakan Training of Trainer (TOT) di tingkat provinsi.

4. Penguatan Kebun Bibit Desa (KBD) di lokasi M-KRPL.

5. Pengawalan dan pendampingan teknologi bagi terwujudnya aspek lestari dalam

implementasi M-KRPL.

6. Monitoring secara berkala yang juga digunakan sebagai ajang pertemuan untuk

membangun komitmen pelaksana (RPL).

7. Menjalin koordinasi yang komunikatif dengan instansi terkait.

Sinkronisasi P2KP

Dalam kaitannya dengan program P2KP, operasionalisasi bentuk Pendampingan

BPTP antara lain:

• Mensinergikan M-KRPL BPTP dengan P2KP

• Pelatihan inovasi teknologi mendukung KRPL – P2KP

• Menyusun materi penyuluhan terkait kegiatan KRPL – P2KP

• Menyediakan inovasi teknologi spesifik lokasi

• Supervisi inovasi teknologi

Pendampingan oleh tenaga penyuluh pendamping yang ada di daerah juga

diperlukan dalam kegiatan ini, antara lain melalui:

• Pengawalan teknologi di lapangan

• Bimbingan lapangan kepada kelompok KRPL - P2KP

• Penyiapan programa penyuluhan oleh penyuluh pendamping di daerah tentang

KRPL - P2KP dengan dukungan dari Badan Litbang Pertanian

• Recording perkembangan adopsi inovasi teknologi di KRPL-P2KP

Selain itu, penyuluh lapang dari dinas terkait perlu juga untuk diberdayakan

dalam upaya mendampingi pelaksanaan di tingkat RPL. Untuk itu, perlu dibentuk Tim

Pendamping di tingkat lapang, berdasarkan surat penugasan atau penunjukkan dari

pejabat di dinas terkait.

3.3 Parameter yang diamati

Diseminasi hasil pengkajian dalam kegiatan m-KRPL dilakukan melalui

beberapa tahapan, yaitu: (a) Koordinasi dan Sosialisasi pada UK/UPT terkait dan

kelompok sasaran; (b) Karakterisasi kawasan pengembangan model pangan lestari

yang dilakukan melalui desk study, survai lapang dengan metoda PRA (Participatory

Rural Appraisal) dan survai terstruktur; (c) Implementasi Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari di setiap lokasi terpilih dengan cara membangun KBI dan KBD sebagai

sumber benih/bibit, pelatihan dan pendampingan kelompok rumahtangga peserta; (d)

Monitoring dan Evaluasi; serta (e) Pelaporan.

Tahun 2015 adalah tahun kelima dari pelaksanaan m-KRPL di Sumatera Barat,

difokuskan pada: (i) penguatan KBI untuk memenuhi kebutuhan KBD, (ii) penguatan

fungsi KBD, dan (iii) pendampingan terhadap KRPL replikasi. Pendampingan KRPL

replikasi yang dilakukan oleh SKPD terkait di daerah, seperti KRPL oleh Badan

Ketahanan Pangan (BKP) ataupun oleh Pemda setempat maupun LSM.

Gambar 1. Peran Litbang dan BKP dalam sinkronisasi pengembangan KRPL

Pendampingan dimaksud diutamakan untuk koordinasi dan sosialisasi antar

SKPD terkait, dukungan inovasi teknologi, pelatihan dan pengawalan teknologi, serta

pendanaan untuk sarana dan prasarana dalam mendukung implementasi (Gambar 1).

Peningkatan kapasitas penyuluh pendamping di lapangan dilakukan melalui bantuan

narasumber dan publikasi teknis serta penyediaan benih.

Rencana kegiatan yang digagas dalam koridor pendampingan dan sinkronisasi

program KRPL 2013 juga menjadi acuan untuk tahun 2015 yakni melibatkan Badan

Ketahanan Pangan (sinergi dengan program P2KP). Sinergi M-KRPL dengan P2KP

seperti terlihat pada gambar 1.

Peran BPTP dalam pelaksanaan m-KRPL/KRPL yang kegiatannya sinergis dan

integrasi dengan program/kegiatan berbagai kelembagaan, mengacu pada hal-hal

berikut (Sri Sulihanti, 2013; Gayatri, 2012):

Lokasi m-KRPL diharapkan sebagai percontohan, sehingga lokasi yang dipilih

yang strategis agar mudah untuk diakses oleh calon lokasi kegiatan KRPL

lembaga terkait.

Sinergitas kegiatan m-KRPL/KRPL dengan BKP melalui program pengembangan

RPL dalam kawasan P2KP dan kampanye diversifikasi pangan.

Pendampingan m-KRPL tahun 2015 merupakan tahap lanjut dari implementasi

tahun sebelumnya, tetapi bisa juga tahap awal kegiatan replikasi KRPL, khususnya

dalam upaya peningkatan kapasitas tenaga penyuluh pendamping di lapang. Pada

tahap awal, teknik diseminasi dilakukan melalui penyediaan fasilitasi bahan, peralatan

dan pendampingan. Perancangan pemanfaatan pekarangan sesuai dengan stata lahan.

Secara khusus, parameter yang diamati adalah: karakteristik rumahtangga

peserta (antara lain: strata luas lahan, usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga,

PPH), komoditas yang telah dikembangkan di lahan pekarangan, komoditas yang ingin

dikembangkan, jumlah pengeluaran pangan keluarga per bulan sebelum dan sesudah

menerapkan m-KRPL, pertumbuhan tanaman/ternak/ikan yang diintroduksikan, serta

perkembangan jumlah KK yang menerapkan, jumlah dan jenis bibit yang dihasilkan

KBD serta distribusinya, dan lain-lain.

3.4 Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif, tabulasi (%, nisbah, rata-rata), terutama untuk

melihat capaian kinerja implementasi dengan cara komparasi kondisi sebelum dan

sesudah (before and after) kegiatan atau with and without aspek sosial ekonomi

lainnya. Beberapa indikator keberhasilan dan keberlanjutan akan dilihat dari: (i)

perkembangan jumlah RPL dan KRPL; (ii) peningkatan skor pola pangan harapan

(PPH); (iii) penghematan pengeluaran rumahtangga sasaran; (iv) peningkatan

pendapatan; (v) perkembangan jumlah produksi yang dijual dalam satu periode; (vi)

dukungan pemda dan stakeholders lain dan (vii) pengelolaan KBD dan kinerjanya

ekonominya.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Rencana Diseminasi Hasil Pengkajian (RDHP) Pendampingan KRPL

tahun 2015 dibagi menjadi enam sub kegiatan dengan penanggung jawab masing-

masing. Kecuali sub kegiatan sekretariat, sub kegiatan m-KRPL merupakan lanjutan

dari kegiatan tahun sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar kinerjanya mampu menjadi

model percontohan untuk replikasi, objek kunjungan dan tempat pembelajaran bagi

kelompok sasaran, dan juga bisa menyediaan bahan yang dibutuhkan untuk

pengembangan seperti aneka jenis benih/bibit, media tanam dan lainnya. Tabel 1,

menampilkan lokasi, penanggung jawab, nama KWT/Dasawisma dan tahun mulai

pelaksanaan implementasi dan pendampingan m-KRPL pada lima kabupaten/kota di

Sumatera Barat.

Tabel 1. Distribusi sub kegiatan, lokasi, dan penanggung jawab pendampingan m-KRPL Sumatera Barat, tahun 2015.

No. Lokasi Penanggung

Jawab KWT/Dasawisma

Tahun mulai

1. Sekretariat Buharman B. Sinergi BPK/replikasi 2011

2. Padang Rifda Roswita Taruko Indah dan Melati 2013

3. Payakumbuh Ermidias Mawar dan Flamboyan 2013

4. Sawahlunto Sumilah Cempaka & Melati 2013

5. Pesisir Selatan Kasma Iswari Melinjo Indah, Mawar Indah 2013

6. Pasaman Khaidir Ahmadi Usaha Sepakat & Tuah Sakato 2013

Hasil dan pembahasan capaian kinerja keenam sub-kegiatan tahun 2015 ini

disajikan sebagai berikut:

4.1 Kegiatan Pendampingan

Pendampingan kegiatan KRPL dilakukan dalam bentuk bantuan nara sumber,

penyediaan materi publikasi, pelatihan dan pendampingan teknologi budidaya, pasca

panen, dan kelembagaan baik terhadap kelompok sasaran atau stakeholder terkait

lanjutan atau kelompok sasaran replikasi baru.

Khusus untuk bantuan narasumber, tahun 2015 ini sesuai permintaan

stakeholder terutama dari Kantor Ketahanan Pangan kabupaten/kota, dikemukakan

pada Tabel 2 sebagai berikut

Tabel 2. Workshop, bantuan narasumber, materi dan stakeholder terkait KRPL, 2015.

Instansi Materi, Narasumber dan Audien

BBP2TP, BPTP Jatim

Workshop koordinasi dan strategi KRPL dengan Taman Agro Inovasi dan Agri Mart. Peserta Penjab KRPL dan Taman Agro Inovasi (Tagrinov) BPTP, BBP2TP dan Balai Alih Teknologi Pertanian.

KKP Tanah Datar

Manajemen kebun bibit mendukung keberlanjutan KRPL. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan kegiatan P2KP-KRPL Tanah Datar

(Buharman B.); Audien, Penyuluh Pendamping dan Pengurus KWT KRPL Tanah Datar

Distan

Sawahlunto

1. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan (Buharman B.); Audien,

Penyuluh Pendamping dan Pengurus KWT/Dasawisma

2. Keamanan pangan (Kasma Iswari)

3. Pengembangan menu B2SA berbasis pangan lokal (Kasma Iswari)

4. Teknis budidaya sayuran (Sumilah)

SMK PP

Padang

MKRPL konsep dan implementasi. Materi workshop penyusunan silabus dan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK-PP Padang (Buharman B.); Audien Majelis Guru dan Pengawas

KKP Padang

1. Teknis pelaksanaan kegiatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dengan konsep KRPL (Rifda Roswita)

2. Praktek pengelolaan kebun bibit

KKP Solok Pengertian tipe-tipe dan tata kelola pekarangan. Pelatihan Penyuluh Pendamping KRPL Kota Solok (Sumilah)

KKP Solok Teknik budidaya dan pengemdalian hama/penyakit sayuran dalam polibag. Pelatihan terhadap 16 kelompok sasaran penerima Bansos, P2KP - KRPL 2015 (Sumilah)

DKP Solok Mempercepat capaian PPH ideal melalui scalling up KRPL Kota Solok (Buharman B, Pokja Ahli Dewan Ketahan Pangan Kota Solok)

Penulisan Buku Bunga Rampai KRPL

Buku Bunga Rampai Implementasi dan Replikasi KRPL di Sumatera Barat,

sebagai karya tulis ilmiah semi populer dalam proses penyusunannya diawali dengan

inventarisasi judul dan penulisnya. Selanjutnya mendiskusikan materi, kemudiaan

disusun sesuai format penulisan. Format penulisan dan referensi yang relevan di

konsultasikan ke Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian dan BPTP

DKI untuk pengkayaan materi, terutama untuk KRPL perkotaan.

4.2 Kota Padang (KWT Melati dan Dasawisma Taruko Indah)

4.2.1 Pendampingan

Kegiatan pendampingan pada m-KRPL Kota Padang yang dilakukan

sampai akhir tahun 2015 adalah:

1) Menjadi narasumber pada Sosialisasai Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan

Kota Padang tahun 2015 di Ruang Serba Guna Balai Kota Padang yag

dilaksaanakan oleh Kantor Katahanan Pangan Kota Padang pada tanggal 16 April

2015. Acara dihadiri oleh Asisten Ekbang Dr. Ir. Eyviet Nazmar, M.Si, Kepala

Kantor Ketahanan Pangan Kota Padang, Lurah se Kota padang, Kepala Seksi

Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan se Kota Padang, dan Kepala UPT seluruh

kecamatan di Kota Padang. Materi yang disampaikan adalah OPTIMALISASI

PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN

KELUARGA. Acara bertujuan untuk mengkomunikasikan program dan kegiatan

kepada pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan dan

keberlanjutan program oleh aparat terkait. Pada pertemuan tersebut juga

disebarkan media cetak folder dengan judul TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN DI

PEKARANGAN PERKOTAAN. Folder ini secara ringkas dan praktis menjelaskan

tentang cara melakukan budidaya sayuran di pekarangan, terutama untuk

pekarangan sempit dan sangat sempit yang umumnya terdapat di perkotaan.

2) Narasumber pada KWT Kelurahan Dadok Tunggul Hitam yang dihadiri 20 orang

anggota KWT dengan materi Pemanfaatan pekarangan

3) Narasumber pada kelompok Dasa Wisma

4) Pendampingan juga telah dilakukan melalui jasa pelayanan konsultasi kepada

penyuluh pendamping KRPL. Materi yang dikonsultasikan tentang budidaya dan

pemeliharaan tanaman di pekarangan, antara lain budidaya cabe merah, bawang

merah serta cara pembibitan. Konsultasi dilakukan secara langsung dan melalui

media elektronik.

5) Pendampingan dilakukan juga dengan memberikan motivasi dan advokasi kepada

pengelola KBD, Ketua, RT dan anggota KRPL dengan mendatangi kelompok dan

anggota secara perorangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memacu semangat

anggota agar tetap menerapkan KRPL. Karena berdasarkan pengamatan, akhir-

akhir ini partisipasi anggota agak kurang dalam menerapkan KRPL.

Pendampingan tersebut disederhakan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakan di Kota Padang

sampai Desember 2015

No. Kegiatan Prosedur Pendampingan Uraian/Materi

1. Narasumber - Narasumber pada Sosialisasai Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan Kota Padang tahun 2015

- Peserta: Lurah se Kota padang, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan se Kota Padang, dan Ka UPT seluruh kecamatan di Kota Padang

- Materi: OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA

- Narasumber pada KWT kelurahan Dadok Tunggul Hitam

- Peserta: 20 orang anggota KWT, PPL - Materi: Budidaya Sayuran di

Pekarangan

- Narasumber pada kelompok Dasa Wisma Vilaku Indah IV

- Peserta: 20 orang - Materi: Pemanfaatan Pekarangan

2. Penyebaran media cetak

- Menyebarkan media cetak (Folder) kepada Lurah se Kota padang, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan se Kota Padang, dan Ka UPT seluruh kecamatan di Kota Padang

- Folder Teknologi Budidaya Sayuran di Pekarangan Perkotaan

3. Pelayanan konsultasi

- Memberikan pelayanan konsultasi melalui

- Penyuluh pendamping KRPL - Materi: budidaya dan pemeliharaan

tanaman di pekarangan

4. - Pemberian motivasi dan advokasi secara

perorangan

- Memberikan semangat untuk meningkatkan partisipasi anggota

- Mendiseminasikan konsep KRPL dan

5. Survey akhir

- Survey akhir dengan melakukan wawancara perorangan, sebanyak 20 orang anggota

- Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota setelah pendampingan tahun 2015

4.2.2 Pengaruh pendampingan terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan tanggapan peserta terhadap program, metode dan

materi

Pengukuran peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota dilakukan

terhadap komponen teknologi m-KRPL, yang terdiri dari penyiapan media, pembibitan,

penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta panen.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa rata-rata terjadi peningkatan pengetahuan anggota dari

semula (2013) berada pada tidak tahu (32,50%), kurang tahu (40,83%), dan ragu-

ragu (26,67%), setelah pendampingan terjadi peningkatan pengetahuan menjadi

sangat tahu (49,17%) dan tahu (44,16%) serta sebagian kecil ragu-ragu (5,84%) dan

kurang tahu (0,83%). Anggota yang pengetahuannya masih berada pada kategori

tidak tahu adalah anggota yang partisipasinya rendah dalam pelaksanaan KRPL ini.

Tabel 4. Pengetahuan petani tentang budidaya pekarangan, sebelum dan setelah

kegiatan diseminasi (%).

Komponen teknologi Keterangan Pengetahuan petani (%) Total

ST T R KT TT

1. Penyiapan media 2013 0,00 0,00 30,00 40,00 30,00 100,0

2014 45,00 45,00 10,00 0,00 0,00 100,0

2015 55,00 40,00 5,00 0,00 0,00 100,0

2. Pembibitan 2013 0,00 0,00 20,00 50,00 30,00 100,0

2014 20,00 65,00 10,00 0,00 0,00 100,0

2015 40,00 55,00 5,00 0,00 0,00 100,0

3. Penanaman 2013 0,00 0,00 40,00 35,00 25,00 100,0

2014 35,00 65,00 0,00 0,00 0,00 100,0

2015 65,00 35,00 0,00 0,00 0,00 100,0

4. Pemupukan 2013 0,00 0,00 25,00 35,00 40,00 100,0

2014 45,00 45,00 5,00 0,00 0,00 100,0

2015 60,00 35,00 5,00 0,00 0,00 100,0

5. PHT 2013 0,00 0,00 15,00 45,00 40,00 100,0

2014 20,00 50,00 25,00 5,00 0,00 100,0

2015 20,00 55,00 20,00 5,00 0,00 100,0

6. Panen 2013 0,00 0,00 30,00 40,00 30,00 100,0

2014 35,00 60,00 5,00 0,00 0,00 100,0

2015 55,00 45,00 0,00 0,00 0,00 100,0

Rata-rata

2013 0,00 0,00 26,67 40,83 32,50 100,0

2014 33,33 55,00 10,84 0,83 0,00 100,0

2015 49,17 44,16 5,84 0,83 0,00 100,0

Keterangan: ST = Sangat tahu, T= Tahu, R= Ragu-ragu, KT= Kurang tahu, TT = Tidak tahu

Pada Tabel 5 terlihat bahwa keterampilan anggota setelah pelaksanaan

pendampingan juga meningkat dari tidak terampil (20,00%), kurang terampil

(70,00%) dan ragu-ragu (10,00%) menjadi sangat terampil (31,67%), terampil

(60,00%), rahu-ragu (7,50%) dan kurang tahu (0,83%).

Tabel 5. Keterampilan petani dalam budidaya pekarangan, sebelum dan setelah kegiatan diseminasi (persentase)

Komponen teknologi Keterangan Keterampilan petani (%)

Skor ST T R KT TT

1. Penyiapan media 2013 0,00 0,00 10,00 75,00 15,00 100,0

2014 20,00 70,00 10,00 0,00 0,00 100,0

2015 25,00 70,00 5,00 0,00 0,00 100,0

2. Pembibitan 2013 0,00 0,00 20,00 65,00 15,00 100,0

2014 20,00 65,00 10,00 5,00 0,00 100,0

2015 20,00 70,00 10,00 0,00 0,00 100,0

3. Penanaman 2013 0,00 0,00 5,00 75,00 20,00 100,0

2014 30,00 65,00 5,00 0,00 0,00 100,0

2015 50,00 50,00 0,00 0,00 0,00 100,0

4. Pemupukan 2013 0,00 0,00 0,00 80,00 33,33 100,0

2014 30,00 60,00 10,00 0,00 0,00 100,0

2015 30,00 65,00 5,00 0,00 0,00 100,0

5. PHT 2013 0,00 0,00 0,00 65,00 35,00 100,0

2014 20,00 50,00 25,00 5,00 0,00 100,0

2015 20,00 55,00 20,00 5,00 0,00 100,0

6. Panen 2013 0,00 0,00 25,00 60,00 15,00 100,0

2014 20,00 65,00 15,00 0,00 0,00 100,0

2015 45,00 50,00 5,00 0,00 0,00 100,0

Rata-rata 2013 0,00 0,00 10,00 70,00 20,00 100,0

2014 23,33 62,50 12,50 1,67 0,00 100,0

2015 31,67 60,00 7,50 0,83 0,00 100,0

Keterangan: ST = Sangat Terampil, T= Terampil, R= Ragu-ragu, KT= Kurang Terampil, TT= Tidak Terampil

4.2.3 Tanggapan anggota terhadap pendampingan

Dari hasil wawancara dengan anggota (Tabel 6), ternyata sebagian besar

anggota (70,00%) merasa bahwa program m-KRPL sangat bermanfaat bagi mereka

dan 30,00% menyatakan bermanfaat. Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan

kegiatan m-KRPL diapresiasi sangat sesuai oleh 55,00% anggota dan sesuai (55,00%).

Materi yang disampaikan pada pelatihan maupun pendampingan dinyatakan sangat

sesuai oleh 40,00% anggota dan sesuai oleh 60,00% anggota.

Tabel 6. Tangapan anggota terhadap program m-KRPL

Komponen teknologi Keterampilan petani (%)

Total SS S R KS TS

1. Manfaat KRPL 70,00 30,00 0,00 0,00 0,00 100,0

2. Kesesuaian metode 55,00 45,00 0,00 0,00 0,00 100,0

3. Kesesuaian materi 40,00 60,00 0,00 0,00 0,00 100,0

Keterangan: SS= Sangat bermanfaat/sesuai, S= Bermanfaat/sesuai R= Ragu-ragu, KS= Kurang bermanfaat/ sesuai, TS= Tidak bermanfaat/sesuai

4.2.4 Jenis tanaman anggota m-KRPL Kota Padang

Jenis tanaman yang ditanam di lahan pekarangan anggota bervariasi,

tergantung kebutuhan dan luas lahannya, diantaranya adalah tomat (85%), cabe

(75%), caisin 75%, seledri 75%, terung 70%, kangkung 65%, bawang daun 65%,

bayam 55%, slada 50%, bawang merah 50%, bumbu dapur 45%, kol 30%, brokoli

20%, kacang panjang 15%, mentimun 10%, pare 10%, gambas 5% (Gambar 1).

Gambar 1. Jenis sayuran yang ditanaman anggota KRPL Kota Padang

Gambar 2. Narasumber pada Sosialisasai Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan Kota Padang tahun 2015

Gambar 3. Revitalissai kelompok dasa Wisma Melati (KRPL) Rawang Kota Padang

Gambar 4. Keragaan KBD Dasawisma Korong Gadang Kota Padang

Gabar 5. Keragaan KBD KWT Rawang Kota Padang

Gambar 6 Keragaan pekarangan anggota yang ditanami sayuran

4.3 Kota Payakumbuh (KWT Mawar dan Flamboyan)

4.3.1 Koordinasi dan Sosialisasi.

Mengawali kegiatan dilakukan koordinasi dan sosialisasi yang dimaksudkan

untuk membuat kesepakan rencana tindak lanjut kegiatan yang akan dilaksanakan.

Koordinasi dilaksanakan dengan Kantor Ketahanan Pangan dan BPK (Balai Penyuluhan

Kecamatan). Kegiatan ini mulai dilaksanakan bulan Januari 2015. Koordinasi juga

merupakan sosialisasi program kepada pengambil kebijakan Dari hasil diskusi serta

berbagai pertimbangan disepakati untuk melanjutkan kegiatan di Kecamatan

Payakumbuh Timur tepatnya di KWT Mawar Kelurahan Balai Nan Tuo dan Kecamatan

Payakumbuh Selatan di KWT Flamboyan dengan jumlah peserta masing-masing 20

orang.

4.3.2 Karakterisasi KWT

Karakterisasi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dilakukan pada kegiatan

Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari tahun 2012 melalui desk study, survai

lapang dengan metoda PRA (Participatory Rural Appraisal) dan survai terstruktur.

KWT MAWAR, Kelurahan Balai Nan Tuo Kecamatan Payakumbuh Timur

Kelurahan Balai Nan Tuo termasuk ke dalam Kecamatan Payakumbuh Timur

memiliki luas 61, 97 ha terbagi ke dalam 2 Rukun Warga (RW) dan 7 Rukun Tetangga

(RT). Luas lahan pemukiman 30% dengan lahan pekarangan 16.07%. Jumlah

penduduk 284 KK atau 2.208 orang (Tabel 7).

Tabel 7. Karakteristik peserta pendampingan KWT Mawar Kelurahan Balai Nan Tuo Kota Payakumbuh, 2015

No Nama Umur

(Tahun) Pekerjaan Pendidikan

Jumlah Tanggungan

Luas Pekarangan

(m2)

1 TITIN SUMARNI 44 Rmh Tngga SLTA 3 25

2 ERMAYULIS 53 PETANI SD 6 150

3 ROSNINI 44 Rmh Tngga SLTA 5 110

4 NETIYARTI 55 Rmh Tngga SLTA 5 52

5 SYAFRIDA 48 PETANI SD 5 100

6 WILDA HUSNI 42 Rmh Tngga SLTA 4 7,5

7 EVANILWATI 41 Rmh Tngga SMP 4 66

8 RINA 33 Rmh Tngga SLTA 3 10

9 RAWINAS 42 Rmh Tngga SLTP 5 68

10 KHAIRANI 35 Rmh Tngga SD 4 235

11 MAIYARLIS 40 Rmh Tngga SLTP 4 44

12 MISDAWARNI 48 Rmh Tngga SLTA 4 100

13 TIGU 50 Rmh Tngga SD 5 45

14 ELI 56 Rmh Tngga SLTA 5 104

15 HEIDY 42 Rmh Tngga SLTA 5 59

16 ROSNA 40 Rmh Tngga SLTA 5 78 17 NENI YULITA 38 Rmh Tngga SLTA 5 66

18 WITRA 36 Rmh Tngga SLTP 5 5

19 YARMIS 58 Rmh Tngga SD 4 40

20 YARTIMAS 50 Rmh Tngga SLTP 4 66

Bila dikelompokkan berdasarkan strata, luas pekarangan masyarakat pelaksana

kegiatan Pendampingan KRPL di KWT Mawar Kota Payakumbuh terdiri dari pekarangan

sangat sempit (tanpa pekarangan) berjumlah 3 KK, pekarangan sempit (luas<120 m2)

berjumlah 15 KK, pekarangan sedang (luas 120-400 m2) berjumlah 2 KK dan tidak ada

yang memiliki pekarangan luas (luas > 400 m2), seperti dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas pekarangan peserta KWT Mawar kegiatan Pendampingan KRPL

di Kelurahan Balai Nan Tuo Kecamatan Payakumbuh Timur, 2015

No. Strata lahan Jumlah KK

1. Pekarangan sangat sempit (tanpa pekarangan) 3 (15 %)

2. Pekarangan sempit (<120 m2) 15 (75 %)

3. Pekarangan sedang (120-400 m2) 2 (10 %)

4. Pekarangan luas (>400 m2) 0

Masyarakat telah memanfaatkan pekarangan. Komoditas yang ditanam oleh

masyarakat antara lain cabe, terung, kangkung, serai, kunyit, tomat, bawang daun,

seledri, selada dan caisin. Pertumbuhan tanaman cukup baik, bibit yang ditanam

berasal berasal dari kebun bibit

KWT FLAMBOYAN Kelurahan Sawah Padang Kecamatan Payakumbuh Selatan

Kelurahan Sawah Padang salah satu kelurahan dari Kecamatan Payakumbuh

Selatan memiliki luas 43, 30 ha terbagi ke dalam 2 Rukun Warga (RW) dan 5 Rukun

Tetangga (RT). Luas lahan pemukiman 47% dengan lahan pekarangan 11.07%.

Jumlah penduduk 271 KK atau 1.006 orang. Dilalui oleh jalur alternatif lingkar selatan.

Hasil karakterisasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada (Tabel 9).

Tabel 9. Karakteristik peserta Pendampingan KRPL KWT Flamboyan Kelurahan Sawah

Padang Kecamatan Payakumbuh Selatan, 2015

No Nama Umur

(Tahun) Pekerjaan Pendidikan

Jumlah Tang-

gungan

Luas Pekarangan

(m2)

1 LENI 38 Rmh Tngga SLTA 4 25

2 LINDA HENDRAWATI 42 Rmh Tngga SLTA 6 100

3 DEWI KURNIA 48 WIRASWAST

A SLTA 3 120

4 YANTI COMALA 45 Rmh Tngga SLTA 4 120

5 YANTI MARLINDA 39 Rmh Tngga SLTA 5 105

6 JALINAR 52 PETANI SD 6 120

7 ERMAWATI 43 Rmh Tngga SMP 6 63

8 SYAFRIDA 48 Rmh Tngga SLTA 6 25

9 YUNELDA 49 Rmh Tngga SD 4 100

10 YULNIDA 45 Rmh Tngga SD 4 63

11 NOFRIYENTI 40 Rmh Tngga SLTA 6 55

12 ADRIMAI 42 Rmh Tngga SLTA 4 175

13 ARMANI 44 Rmh Tngga SLTA 5 180

14 INDAH PERMATA SARI 24 Rmh Tngga SD 4 25

15 SITI AMINAH 36 Rmh Tngga SLTA 3 5

16 BIMAS 48 Rmh Tngga SLTA 4 125

17 LOLALASRI DEWI 32 Rmh Tngga SD 4 100

18 NETTY ILYAS 46 Rmh Tngga SLTA 5 55

19 YENITA FITRI 45 Rmh Tngga SLTA 5 15

20 ULYANI 43 Rmh Tngga SLTA 6 30

Berdasarkan strata, luas pekarangan masyarakat pelaksana kegiatan

Pendampingan KRPL di KWT Flamboyan terdiri dari pekarangan sangat sempit (tanpa

pekarangan) berjumlah 1 KK, pekarangan sempit (luas<120 m2) berjumlah 17 KK,

pekarangan sedang (luas 120-400 m2) berjumlah 2 KK dan tidak ada yang memiliki

pekarangan luas (luas > 400m2), seperti dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas pekarangan peserta KWT Flamboyan kegiatan Pendampingan KRPL Kelurahan Sawah Padang Kec Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh

No. Strata lahan Jumlah KK

1. Pekarangan sangat sempit (tanpa pekarangan) 1 (5 %)

2. Pekarangan sempit (<120 m2) 17 (85 %)

3. Pekarangan sedang (120-400 m2) 2 (10 %)

4. Pekarangan luas (>400 m2) 0

Anggota KWT Flamboyan sudah memanfaatkan pekarangan mulai dari

kegiatan Pengembangan m-KRPL tahun 2013. Tanaman yang ditanam di pekarangan

rumah terdiri dari caisin, selada, seledri, bawang daun, terung cabe, cabe rawit,

bawang, kangkung, bayam, lobak dll.

4.3.3 Penguatan Kebun Bibit Desa

Adapun jenis-jenis tanaman yang dikembangkan di kebun bibit dan rumah

tangga pelaksana KRPL Kota Payakumbuh adalah: terung, cabe, cabe rawit, selada,

seledri, caisin dll. Selain itu di pekarangan kebun bibit juga ditanami tanaman

kangkung, bayam, bawang merah, bawang daun, jagung manis, jahe, kunyit, stroberi,

sirih merah dll.

Keberadaan dan fungsi KBD dalam penyediaan benih/bibit menjadi kunci

keberlanjutan kegiatan KRPL. Bibit yang dihasilkan oleh kelompok dari KBD tidak hanya

untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga peserta, lebih jauh juga bisa dipersiapkan

untuk mengantisipasi permintaan untuk pengembangan. Khusus untuk pengembangan

pada tahun 2015 ini telah disalurkan bantuan beberapa jenis bibit tanaman sayuran ke

kelompok replikasi di KWT Tertai dan Kemuning.

Kebun bibit selain untuk menanam bibit yang akan disebarkan pada anggota

juga berfungsi sebagai tempat pelatihan dan percontohan. Mengingat kondisi lahan

dimasing-masing rumah tangga peserta umumnya pada strata 2 (sempit) maka dilahan

kebun bibit pada 2 lokasi pelaksana dilaksanakan demplot yaitu demplot kangkung dan

caisin dengan sistim bedengan. Hasil dari demplot dijadikan tambahan Kas kelompok

untuk biaya operasional kebun bibit (bibit, media tanam, dll).

Pemeliharaan Kebun Bibit Kelompok dilaksanakan bersama secara gotong

royong pada pertemuan kelompok yang dijadwalkan setiap hari Jum’at untuk KWT

Mawar dan Selasa di KWT Flamboyan, namun demikian tetap ditunjuk satu orang

sebagai pengelola tatap.

4.3.4 Pendampingan

Pendampingan dilaksanakan dengan mengunjungi rumah masing-masing

anggota kelompok untuk melihat perkembangan pelaksanaan dari segi pemeliharaan

tanaman berupa: penyiraman, pemupukan, penyiangan dan pengendalian

hama/penyakit. serta melihat permasalahan yang mungkin timbul. Dari kegiatan

pendampingan dan pengamatan lapangan, disusun materi pelatihan yang diperlukan.

Pendampingan selain tim BPTP juga dilaksanakan bersama dengan Penyuluh

Lapangan.

Sebagai langkah awal setelah pembagian sarana dan prasarana kepada

anggota serta rumah bibit dilaksanakan penyemaian bibit di Kebun bibit. Materi

Pelatihan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dari hasil kegiatan pendampingan

dilapangan. Pelatihan dilaksanakan di kebun bibit, kebun kelompok dan dirumah

anggota dengan metode Sekolah Lapang dimana para anggota selain menerima teori

dapat mempraktekkan langsung. Nara sumber berasal dari anggota Tim KRPL

(peneliti/penyuluh) BPTP Sumatera Barat.

Adapun materi-materi pelatihan yang telah diberikan adalah:

1. Teknologi Budidaya Bawang Merah di Pekarangan

2. Pembuatan Kompos dari Limbah Rumah Tangga

3. Penataan pekarangan

Pendampingan pelaksanaan kegiatan juga dilakukan dengan membuat leaflet

yang disebarkan kepada anggota pada waktu pelatihan, materi leaflet yang dibuat

adalah:

1. Teknologi Budidaya Bawang Merah di Pekarangan

2. Pembuatan Kompos dari Limbah Rumahtangga

4.3.5 Penghematan dan Tambahan Pendapatan

Dari data harian yang dikumpulkan dari masing-masing rumah tangga

pelaksana, dengan melaksanakan kegiatan KRPL maka sudah dapat mengurangi

pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga antara Rp 119.500 sampai

Rp 211.500/bulan.

4.3.6 Skor Pola Pangan Harapan

Salah satu sasaran dari KRPL adalah Mendukung terwujudnya diversifikasi/

penganekaragaman konsumsi pangan. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan

pengukuruan skor pola pangan harapan. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah jenis dan

jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

berdasarkan kontribusi zat gizi energi masing-masing kelompok pangan.

Skor pola pangan harapan Kota Payakumbuh pada tahun tahun 2010 adalah

83.7, tahun 2011 nilai skor 85.11. Hasil pengukuran pada kelompok KWT pelaksana

pada tahun 2014 didapatkan 74,62. Selanjutnya pada tahun 2015, dari hasil

pengukuran yang dilakukan skor PPHnya meningkat menjadi 80,54. Berarti terjadi

peningkatan 5,92 dalam waktu satu tahun.

4.4 Kota Sawahlunto (KWT Cempaka dan Melati)

4.4.1 Karakterisasi kawasan Pendampingan KRPL

Karakterisasi kawasan pendampingan KRPL dilakukan melalui desk study, survai

lapang dengan metoda PRA (Participatory Rural Appraisal). Berdasarkan strata, luas

pekarangan masyarakat pelaksana kegiatan pendampingan KRPL di Kota Sawahlunto

dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa

pekarangan atau 1- 10 m); (2) pekarangan sempit (luas <120 m2); (3) pekarangan

sedang (luas 120-400 m2); dan (4) pekarangan luas (luas > 400 m2) (Tabel 11).

Tabel 11. Luas pekarangan peserta pendampingan KRPL di tiga kecamatan,

Sawahlunto, 2015

No. Strata

Kecamatan (%)

Talawi Berangin Lembah Segar

1. Pekarangan sangat sempit (tanpa pekarangan dan 1-10 m2))

20 12 61,1

2. Pekarangan sempit (<120 m2) 20 52 33,3

3. Pekarangan sedang (120-400 m2) 20 28 0

4. Pekarangan luas (>400 m2) 40 8 5,6

Pelaksanaan pendampingan KRPL di Desa Talawi Mudik Kecamatan Talawi

dilaksanakan oleh Dasa Wisma Lansek Manih dengan jumlah anggota 33 orang yang

dalam perkembangannya di replikasi oleh masyarakat sekitar dan Kelompok Arai

Pinang Desa Talawi Hilir. Desa Santur kecamatan Berangin dilaksanakan oleh

Dasawisma Cempaka, terletak pada posisi S 000 39’ 426” dan E 1000 45’059” dengan

elevasi 432 m dpl, dengan jumlah anggota adalah 27 orang. Sedangkan pelaksana di

Desa Lunto Timur, Kecamatan Berangin dilakukan oleh Dasa Wisma Melati 1 Dusun

Tigo, terletak pada pada lintang S 00042’442” dan E 100044’610” dengan elevasi 447 m

dpl dengan jumlah anggota 24 orang.

4.4.2 Pelaksanaan Pendampingan KRPL

Pendampingan KRPL di Kecamatan Lembah Segar dan Berangin

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan kelompok sasaran dan

pendampingan teknologi oleh Peneliti, Penyuluh dan Dinas terkait. Pelaksanaan

kegiatan di lapang dimulai dengan pemantauan persemaian di dalam KBD, pembagian

semai, polibag dan bahan tanam lainnya (Gambar 7).

Gambar 7. Pemantauan persemaian di dalam KBD, pembagian semai, polibag dan bahan tanam lainnya KWT Cempaka, 2015

Gambar 8. KBD di Santur, Kec. Berangin dan Lunto Timur, Kec. Lembah Segar, Sawahlunto, 2015

Disign yang umum diaplikasikan adalah penanaman sayur di rak, polibag

serta bedengan untuk masing-masing tanaman yang mempunyai morfologi pendek

dan tinggi (Gambar 8).

Gambar 9. Hasil design penanaman sayur di polibag, rak dan bedengan, KWT Cempaka,2015

4.4.3 Pelatihan

Pelatihan terhadap kelompok sasaran di Sawahlunto diutamakan untuk materi

dasar dalam implementasi KRPL. Materi yang diberikan adalah: 1. Pembuatan kompos;

2. Pengelolaan limbah rumah tangga; 3. Teknik budidaya tanaman sayuran dan

pengendalian OPT; 4. Teknik Penataan lahan pekarangan; 5. Manajemen Perbenihan

KRPL di KBD; dan 6. Teknik Pemanfaatan lahan pekarangan.

Gambar 10. Kegiatan pelatihan KWT Cempaka dan Melati, Sawahlunto, 2015

Salah satu kegiatan pendampingan implementasi KRPL Sawahlunto di Desa

Lunto Timur ialah ikut berpartisapasi dalam kegiatan penilaian kompetensi kepala desa

tingkat provinsi Sumatera Barat dalam bidang ekonomi kerakyatan dan pengentasan

kemiskinan melalui kegiatan KRPL (Gambar 11).

Gambar 11. Kegiatan penilaian kompetensi kepala desa tingkat provinsi Sumatera Barat

dalam bidang ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan melalui kegiatan KRPL

Pelaksanaan kegiatan pendampingan implementasi KRPL Sawahlunto di Desa

Santur Kecamatan Barangin menggandeng PPL dan dari Dinas Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan Kota Sawahlunto. Pemerintah Kota Sawahlunto dan Dinas merangsang

dan memberi apresiasi positif terhadap kegiatan KRPL. Ada reward, baik untuk

kelompok maupun perorangan yang sungguh-sungguh dalam kegiatan. Salah satunya

dengan memberikan dana untuk juara pertama sebesar tiga juta rupiah. Selain itu,

Bapak walikota mengintruksikan agar semua SKPD langsung menerapkan KRPL

dirumah masing-masing. Evaluasi pelaksanaannya langsung dipantau oleh Bapak

Walikota.

4.5 Pesisir Selatan (KWT Melinjo Indah dan KT Mawar)

4.5.1 Koordinasi dan sosialisasi

Koordinasi bertujuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan

membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.

Disamping itu juga menentukan lokasi dan kelompok sasaran yang akan menerima

program. Berdasarkan penilaian tim Monev Badan Litbang Pertanian, kawasan m-KRPL

Ujung Padang mendapatkan klaster hijau yang artinya kawasan yang dibangun

memberikan manfaat dan dampak bagi kawasan sekitarnya, dan mampu

mempertahankan diri atau mejadi lestari.

Berdasarkan penilaian tersebut pendampingan dan penbinaan hanya dilakukan

pada m-KRPL Ujung Padang Kambang beserta kelompok pengembangannya yaitu

Kelompok Mawar Indah, SD N. 13 Pasar kambang, dan SD N. 36 Rangeh. Pada saat

koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Pesisir Selatan, diminta BPTP

untuk tidak membatasi pembinaan tetapi lebih meluas ke kelompok lainnya.

Sosialisasi dimaksudkan untuk menyampaikan program yang akan dilakukan baik

dalam hal tata cara pelaksanaan fisik, biaya dan pembinaan kelompok sasaran, serta

pembagian tugas dan tanggung jawab dari setiap lini. Sosialisasi dilakukan di tingkat

pemerintah kabupaten yaitu di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten

Selatan (Painan), untuk tingkat kecamatan (Camat, BPK, Penyuluh setempat dan

Kelompok sasaran) dilaksanakan di Kambang pada KWT Melinjo Indah dan Mawar

Indah Nagari Ujung Padang.

Gambar 12. Sosialisasi MKRPL bersama Badan Ketahahan Pangan dan Penyuluhan di kelompok Melinjo Indah dan Mawar Indah

Kambang, 2015

Gambar 13. Sosialisasi di kelompok Karya Wanita Mandiri di Pasar Gompong, Kambang 2015.

Dalam pelaksanaan sosialisasi dijelaskan bahwa BPTP Sumbar membina teknologi

pemanfaatan pekarangan dan KBD (budidaya & pascapanen), penyusunan model

pekarangan, dan teknik pemasaran. Dari segi fisik BPTP Sumbar hanya memberikan

sarana produksi (bangunan KBD, bibit, wadah penanaman, media tanam, pupuk,

gembor, slang, bambu, dan lain-lain). Sedangkan Badan Ketahanan Pangan membina

dalam hal kelembagaan dan pengadministrasian kelompok sasaran.

4.5.2 Karakterisasi kawasan pengembangan

Kambang Barat Kecamatan Lengayang

Nagari Kambang adalah salah satu nagari dalam Kecamatan Lengayang

Kabupaten Pesisir Selatan. Secara geografis kecamatan Lengayang terletak pada

lintang 1⁰ 23,5’ – 1⁰ 46’. Nagari Kambang terdiri dari lima kampong dengan total luas

5.895 ha. Lokasi m-KRPL terletak di Kampung Pasar Kambang dengan jumlah

penduduk 3.231 jiwa, jumlah KK 808, nomor dua terbanyak dari seluruh wilayah

Nagari Kambang (Tabel 12).

Tabel 12. Luas, jumlah penduduk dan jumlah Kepala Keluarga (KK) Kambang

No. Kampung Luas (Ha) Penduduk (jiwa)

Jumlah KK

1 Pasar Kambang 963 3.231 808

2 Pasar Gompong 907 3.978 849

3 Talang 1.055 988 234

4 Tebing Tinggi 1.900 1.232 292

5 Rangeh 1.070 1.838 424

Jumlah 5.895 11.267 2.607

4.5.3 ImplemeNtasi m-KRPL

Profil Kelompok Melinjo Indah 2015

Peserta MKRPL Kambang pada tahun 2013 berjumlah 21 orang.Pada Tahun

2014 sudah meningkat menjadi 40 orang, dan pada tahun 2015 ini masih berjumlah 40

orang. Jika dikelompokkan berdasarkan umur, ≤ 30 tahun sebanyak 7,5%, 32- 41

tahun sebanyak 12,50%, peserta yang berumur 41-50 tahun sebanyak 50% dan lebih

dari 50 tahun sebanyak 30%. Data ini menggambarkan bahwa sebagian besar peserta

berusia 41-50 tahun, dan hanya sebagian kecil saja yang berumur dibawah atau 30

tahun. Ditinjau dari segi pendidikan, 52,5% berpendidikan SMA sederajat, 17.5%

berpendidikan SMP, dan 30% lainnya berpendidikan SD.

Luas pekarangan peserta pada umumnya tergolong pekarangan sempit yaitu <

120 m2 atau strata 2. Sebagian peserta telah memanfaatkan pekarangannya dengan

menanam sayur-sayuran, dan tertata dengan baik. Ditinjau dari segi pekerjaan,

sebahagian besar (87,5%) peserta adalah ibu rumah tangga (RT) ataupun petani,dan

hanya 5 orang bekerja sebagai PNS.

Pengeluaran kebutuhan pangan peserta pada tahun 2014 berkisar Rp.709.000

s/d Rp. 1.500.000/bulan dengan jumlah anggota keluarga 2-6 orang. Jika dihitung

biaya pengeluaran rata-rata per KK per bulan adalah sebesar Rp. 1.087.563/bulan

Tahun 2015 terjadi peningkatan pengeluaran kebutuhan pangan yaitu Rp. 800.000 s/d

Rp 1.700.250. Rata-rata per KK Rp 1.200.431/bulan (10,38%). Peningkatan ini

disebabkan naiknya harga dan jumlah kebutuhan bahan pokok.

Profil KWT Mawar Indah

KWT Mawar Indah merupakan replikasi dari kelompok Melinjo Indah yang

berdiri sejak tahun 2013 secara swadaya. KWT Mawar Indah mempunyai anggota

sebanyak 20 orang telah memanfaatkan pekarangan mereka dengan tanaman sayuran

dan ternak (Gambar 14).

Gambar 14. Pemanfaatan pekarangan di KWT Mawar Indah Rangeh,2015

Pada awal pendiriannya KWT Mawar Indah tidak ada menerima bantuan

sarana produksi dari pihak manapun, mereka hanya belajar di Kelompok Melinjo Indah

baik dari anggota, punyuluh dan peneliti dari BPTP Sumbar. Sebagai sumber bibit,

mereka membeli di KBD Melinjo Indah Ujung Padang. Melihat perkembangannya

semakin meningkat maka pada tahun 2014 sampai saat ini tahun 2015, BPTP telah

memberi bantuan bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya kepada KWT Mawar Indah.

Disamping itu juga telah intensif melakukan pembinaan dalam hal bubidaya sayuran,

dan pengolahan hasil.

4.5.4 Pemeliharaan Kebun Bibit Desa

Pengadaan bibit dan sarana lainnya seperti paranet di KBD pada tahun 2015

ini masih dibantu BPTP Sumbar, dan sebagian bibit –bibit lokal disediakan sendiri oleh

anggota KWT. KBD sudah berfungsi menurut semestinya yaitu sebagai sumber bibit

bagi anggota dan masyarakat sekitarnya. Untuk keberlanjutan persediaan bibit,

anggota sudah mampu membuat bibit sendiri seperti bibit cabai, kangkung, oyong,

ketimun dari bibit awal penanaman.

Saat ini, KBD di KWT Melinjo Indah sudah mampu melayani permintaan bibit

dari kelompok KWT lainnya dan selain itu juga ada terjadi pertukaran (barter) bibit

antara kelompok pelaksana m-KRPL replikasi dengan m-KRPL Melinjo Indah sebagai m-

KRPL induk.

4.5.5 Keuntungan Pemanfaatan Pekarangan KWT Melinjo Indah

tahun 2015

Berdasarkan buku panen peserta KWT Melinjo Indah, dan pengamatan

dilapang, tanaman yang ditanam di masing-masing pekarangan peserta ada yang

dikonsumsi langsung dan ada yang dijual. Pada kegiatan tahun 2014 terlihat bahwa

pengeluaran peserta m-KRPL rata-rata Rp 1.087.563/bulan, diperoleh penerimaan

dari kegiatan m-KRPL untuk masing-masing peserta rata-rata Rp. 160,230/bulan,

sehingga biaya pengeluaran keluarga berkurang menjadi Rp 927.333/bulan atau

berkurang 14,73% dengan memanfaatkan pekarangan. Sedangkan pada tahun 2015,

terjadi peningkatan penerimaan dari kegiatan pemanfaatan pekarangan ini yaitu dari

rata-rata Rp 160.230/bulan pada tahun 2014 menjadi Rp 327.870 pada tahun 2015

(meningkat 48,87%).

Peningkatan pendapatan dari pemanfaatan m-KRPL disebabkan karena semua

peserta merancang dan mengelola dengan baik dan selalu memanfaatkan

pekarangannya sebaik-baiknya. Menurut Kementerian Pertanian, (2012) pemanfaatan

lahan pekarangan selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila

dirancang dan direncanakan dengan baik

4.5.6 Keuntungan Pemanfaatan Lahan Pekarangan di KWT Mawar Indah

Pada tahun 2015 pada KWT Mawar Indah terjadi peningkatan pengeluaran

kebutuhan keluarga dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 13,83%.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga bahan pangan pada tahun

2015. Walaupun terjadi peningkatan kebutuhan keluarga, tetapi juga terjadi

peningkatan peneriman dari pemanfaatan lahan pekarangan oleh KWT Mawar Indah

yaitu sebesar 58,70% dibanding penerimaan tahun 2014. Dengan terjadinya

peningkatan penerimaan dari pemanfatan pekarangan, maka biaya kebutuhan

keluarga dapat dikurangi, sehingga biaya yang perlu diusahakan hanya sebesar

65,06%. Pemanfaatan lahan pekarangan dilakukan dengan menanam sayuran seperti

caisin, kangkung, bayam, cabai merah dan cabai rawit, serta tanamaan toga seperti

kunyit, jahe, lengkuas, dan serai.

KWT Mawar Indah sebelumnya mereka sudah mempunyai pola penanaman

untuk pemanfaatan pekarangan. Tanaman yang selalu ada di lapangan adalah

tanaman caisin, karena tanaman tersebut sudah ada pasar yang jelas yaitu pedagang

baso, mie goreng, mie rebus dan nasi goreng. Pedagang langsung menjemput ke

lokasi 2 x dalam semiggu. Selanjutnya tanaman kangkung dan bayam. Pasar tanaman

tersebut adalah tetangga desa yang datang membeli 1 x dalam seminggu. Oleh karena

itu KWT Mawar Indah ini menerima pendapatan dari m-KRPL ini jauh lebih besar

dibandingkan KWT Melinjo Indah yaitu rata-rata Rp 327.870/bulan, sedangkan KWT

Mawar Indah rata-rata mencapai Rp 527.650.

Demplot KWT Mawar Indah

KWT Mawar Indah mempunyai demplot seluas ± 700 m2 (Gambar 14).

Penanaman dan pemeliharaan demplot dilakukan secara bergotong royong 2 x dalam

seminggu. Hasil yang diperoleh dari demplot ini mencapai Rp. 300.000/minggu atau

Rp.1.200.000/bulan setelah dikurangi biaya pupuk dan bibit. Tanaman sayuran yang

ditaman diantaranya adalah terung, caisin, kangkung, bayam dan cbai merah keriting.

Gambar 15. Demplot KWT Mawar Indah, 2015

4.5.7 Pelatihan

Pelatihan dilakukan pada kelompok KWT Melinjo Indah dan KWT Mawar Indah

serta KWT Wanita Karya Mandiri. Pada saat pelatihan, tidak saja diikuti oleh ketiga

kelompok tersebut, tetapi juga diikuti oleh kelompok lain yang sekarang menjadi

kelompok replikasi/kelompok pengembangan. Selama tahun 2015 pelatihan sudah

dilakukan sebanyak enam kali dengan rincian kegiatan sebagai berikut;

1. Pelatihan persiapan media tanam sayuran/tanaman pangan sekaligus

penanaman di dalam polibag dan bedengan

2. Pelatihan pemeliharaan tanaman dan penataan pekarangan serta KBD di

KWT Wanita Karya Mandiri

3. Pelatihan pemeliharaan tanaman di demplot KWT Mawar Indah

4. Pelatihan Pemeliharaan bibit di KBD KWT Mawar Indah

5. Pelatihan pengolahan ubijalar ungu dan labu kuning

6. Pelatihan Kelengkapan dokumen kelembagaan

Gambar 16. Pelatihan pemeliharaan tanaman dan penataan pekarangan serta KBD di KWT Wanita Karya Mandiri, 2015

Gambar 17. Pelatihan Kelengkapan dokumen kelembagaan

4.6 Kabupaten Pasaman (KWT Tuah Sakato dan Usaha Sepakat)

Implementasi m-KRPL Kabupaten Pasaman mendapat dukungan penuh baik

dari unsur pemerintahan seperti Bupati, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan

Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Wali Nagari, Wali Jorong serta tokoh

masyarakat dan masyarakat setempat. KWT Tuah Sakato di Jorong Induak Gadang,

Nagari Jambak, Kecamatan Lubuk Sikaping mewakili perumahan perkotaan sejak

mulai dikembangkan pada tahun 2013 sampai saat ini telah mampu memenuhi

kebutuhan sayur-sayuran harian untuk para anggotanya. Selain itu, KBD yang

dikembangkan juga telah memperoleh pendapatan sebesar Rp. 1.745.000,00 untuk

tahun 2013, Rp. 2.350.000,00 pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 mampu

menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 3.175.000,00. Dari hasil penjualan ini sebagian

telah dibelanjakan untuk pembelian bibit sayuran guna memproduksi kembali bibit

sayuran pada baik untuk keperluan anggota maupun masyarakat sekitar yang berminat

membeli dan membudidayakannya. Jumlah warga masyarakat yang mendaftar

sebagai anggota KWT juga terus meningkat.

Pada awal sampai peretengahan tahun 2014, melihat keberhasilan yang telah

dicapai oleh KWT Tuah Sakato, di Nagari Jambak, Kecamatan Lubuk Sikaping berdiri

secara swadaya 3 KWT baru yang mereplikasi secara spontan KRPL. Ketiga KWT ini

adalah Bina Saiyo dengan jumlah anggota 12 orang, KWT Usahatani dengan jumlah

anggota 21 orang dan KWT Bahagia dengan jumlah anggota 15 orang.

Ketiga KWT yang baru KWT Bahagia, KWT Usahatani dan KWT Bina Saiyo

beserta KWT yang telah dibina sejak tahun 2013 yaitu KWT Tuah Sakato dengan KBD

dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan tahun 2015 tetap diberi dukungan berupa

bantuan benih sayuran, pupuk organik, pupuk anorganik serta tanah humus. Khusus

untuk ketiga KWT yang baru berdasarkan kesepakatan para anggota jenis tanaman

utama yang akan dikembangkan adalah Strawbery. Untuk itu, ketiga KWT ini

mendapat bantuan berupa indukan tanaman strawbery untuk dikembangkan lebih

lanjut. Selain itu juga telah dilakukan pelatihan cara penanaman, pemeliharaan dan

pembenihan strawbery.

Gambar 18. Bantuan Induk Strawberry diberikan kepada KWT Bahagia, KWT Bina Saiyo dan KWT Usahatani, 2015.

BAB V. KESIMPULAN

1. Pendampingan KRPL pada lima kabupaten/kota di Sumatera Barat tahun 2015

dinilai cukup berhasil. Hal ini didasarkan atas kinerja m-KRPL secara umum terlihat

dari terjadinya peningkatan jumlah rumahtangga peserta replikasi secara spontan

sebagai dampak dari KWT yang telah berhasil dan berfungsi sebagai tempat

pembelajaran dan studi banding. Terjadinya peningkatan skor PPH KWT pelaksana

untuk Payakumbuh misalnya, dari 74,62 tahun 2014 menjadi 80,54 tahun 2015.

2. Sinergi antara BPTP dengan BKP dalam kegiatan pendampingan melalui bantuan

narasumber, publikasi dan pelatihan penyuluh pendamping ataupun kelompok

sasaran berjalan baik dan dilakukan cukup intensif. Data untuk Kota Padang

Padang misalnya, memperlhatkan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan

peserta (dari 6 komponen teknologi yang disampaikan, 49,17% responden

menjadi sangat tahu), ketrampilan peserta (31,67% sangat tahu), tanggap

terhadap program (70% sangat sesuai), materi (55% sangat sesuai) dan metoda

pelatihan (40% sangat sesuai).

3. Kebun Bibit Desa (KBD) sebagai salah satu sumber penghasilan bagi anggota KWT

selain sebagai sumber benih/bibit untuk anggota yang dikelola secara gotong

royong, juga mampu menghasilkan pendapatan kelompok dengan nilai terus

meningkat. Kasus KWT pelaksana di Pasaman menghasilkan penerimaan dari Rp

2.350.000 tahun 2014 naik menjadi Rp 3.17.000 tahujn 2015.

4. Hasil dari tanaman pekarangan dapat meningkatkan penerimaan dan sekaligus

menghemat pengeluaran untuk pangan. Untuk Kota Payakumbuh, dapat

mengurangi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga antara Rp

119.500 s/d Rp 211.500/bulan. Seterusnya, di Pesisir Selatan KWT Melinjo Indah

terjadi peningkatan penerimaan dari Rp 160.230/KK/bulan tahun2014 meningkat

pada tahun 2015 menjadi Rp 327.870/KK/bulan (58,7%). Pada KWT Mawar

Indah penerimaan dari pekarangan jauh lebih besar dibandingkan Melinjo Indah

yakni Rp 527.650/KK/bulan, sehingga dapat menghemat biaya rumah tangga

sebesar 34%.

5. Kelompok Emansipasi yang merupakan kelompok replikasi berhasil meraih

penghargaan ”Adikarya Pangan Nusantara” Tingkat Kabupaten Pesisir Selatan

tahun 2015. Sementara itu KWT Flamboyan juga berhasil memperoleh peringkat

pertama lomba KWT KRPL tingkat Kota Payakumbuh tahun 2015.

BAB VI. ANALISIS PENANGANAN RESIKO

6.1 Daftar Resiko

No. Resiko Penyebab Dampak

1. Implementasi tertunda

Mulai kegiatan, kesiapan kelompok dan penyediaan

sarana tidak tepat waktu

Sasaran kurang tercapai

2. Kegiatan kurang

berkembang

- Partisipasi peserta dan

dukungan SKPD terkait kurang, serta kondisi/lokasi ideal tidak tersedia

- Sarana produksi tidak tersedia sesuai kebutuhan

Sasaran kurang tercapai

3. Sasaran tidak

tercapai

Pemilihan lokasi, kelompok

dan rumahtangga peserta yang kurang akurat, pendampingan tidak

berkelanjutan (ketergantungan kelompok sasaran terhadap bantuan)

Model percontohan kurang

berkembang

4. Pendampingan tidak efektif

Permintaan pendampingan dari kelompok sasaran terbatas

Replikasi kurang berhasil, adopsi kelompok sasaran terbatas

6.2 Daftar Penanganan Resiko

No. Resiko Penyebab Penangan Resiko

1.

Implementasi tertunda

Mulai kegiatan, kesiapan kelompok dan penyediaan

sarana tidak tepat waktu

Koordinasi dan sinergi kegiatan antar instansi

secara intensif

2.

Kegiatan kurang berkembang

Partisipasi peserta dan dukungan SKPD terkait

kurang, serta kondisi/lokasi ideal tidak tersedia

Meningkatkan koordinasi dan dukungan eksternal

3.

Sasaran tidak tercapai

Pemilihan lokasi, kelompok dan rumahtangga peserta yang kurang akurat

Penetapan CP/CL secara selektif dengan kriteria kelompok sasaran yang

tingkat partisipasinya tinggi

4. Pendampingan

tidak efektif

Permintaan pendampingan

dari kelompok sasaran terbatas

Koordinasi, sosialisasi, dan

pendampingan inovasi lebih intensif, dengan lingkup kegiatan lebih luas

BAB VII. KINERJA KEGIATAN

6.1. Keluaran (Output) yang dicapai

Melalui kegiatan pendampingan terjadi peningkatan signifikan terhadap

pengetahuan dan ketramiplan peserta, respon terhadap program, metoda dan materi

pelatihan enam komponen teknologi budidaya sayuran di lahan pekarangan. Secara fisik

hal ini terlihat dari peningkatan peran KBD, perubahan PPH, penghematan biaya konsumsi

pangan dan nilai penerimaan dari hasil tanaman pekarangan.

6.2 Hasil (Outcome) yang dicapai

Terimplementasikan pendampingan model Kawasan Rumah Pangan Lestari di

lima kabupaten/kota yakni Kota Padang, Payakumbuh, sawahlunto, Kabupaten Pesisir

Selatan, dan Pasaman dalam bentuk pemanfaatan lahan pekarangan meliputi tanaman

hortikultura, rempah, obat-obatan, dan umbi-umbian. Setelah melakukan kegiatan

pendampingan terjadi penghematan biaya rumah tangga, pendapatan kelompok dari

pengelolaan KBD, dan perubahan PPH.

6.3. Manfaat (Benefit) yang dicapai

Pengembangan model Kawasan Rumah Pangan Lestari akan meningkatkan

ketahanan pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan, meningkatnya produktivitas

usaha, optimalisasi penggunaan jam kerja keluarga dan mengurangi belaja keluarga.

Terciptanya usaha pertanian dan pemeliharaan sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal

oleh masyarakat setempat.

6.4. Dampak (Impact) yang dicapai

Meningkatnya pemahaman, dukungan dan peran serta stakeholder. Adanya

respon positif dari kelompok sasaran terlihat dari bertambahnya jumlah rumahtangga

peserta, dan terbentuknya kelompok baru secara spontan. Meningkatnya alokasi jam

kerja keluarga, meningkatkan ketahanan pangan, kualitas gizi dan pendapatan keluarga

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan tersebut serta terciptanya

lingkungan yang bersih, sehat dan indah serta terlestarikannya sumberdaya

genetik/plasma nutfah lokal secara mandiri.

6.5. Kisah Sukses (Success Story) Kisah sukses implementasi dan pendampingan KRPL di Sumatera Barat dapat

dilihat dari prestasi yang diperoleh melalui berbagai lomba pemanfaatan lahan

pekarangan pada setiap kabupaten/kota. Kelima kabupaten/kota yang mendapat

pendampingan tahun 2015 ini umumnya telah mendapat prediket juara baik di tingkat

kabupaten/kota, provinsi maupun nasional. Tim penilai dari BKP Pusat dan Provinsi

setelah melakukan penilaian secara objektif dalam lima tahun terakhir, menetapkan

bebrapa KWT/Dasawisan pelaksana KRPL berprestasi. KWT/Dasawisma tersebut adalah:

(1) KWT Lansek Manih Talawi Mudik, Kota Sawahlunto, Peringkat 3 nasional APN tahun

2012; (2) KWT Taruko Indah, Kecamatan Kuranji Kota Padang, perinkat 1 lomba PKK

Tingkat Provinsi Sumbar 2013; (3) KWT Melati, Rawang Padang Selatan, peringkat 1

lomba Dasawisma tingkat Kota Padang tahun 2013; (4) KWT Mellinjo Indah Kambang

Pesisir Selatan, juara 1 nasional APN tahun 2014; (5) KWT Melati Lunto Timur,

Sawahlunto juara 1 HATINYA PKK tingkat Provinsi Sumbar tahun 2014; (6) KWT

Flamboyan Kota Payakumbuh, peringkat 1, pelaksana KRPL Kota Payakumbuh tahun

2015; dan (7) Emansipasi Kambang Pesisir Selatan mendapat peringkat 1 tingkat

Kabupaten tahun 2015. Badan Ketahanan Pangan Pusat atau BKP Provinsi memberi

apresiasi dan hadiah berupa uang tunai, tropi dan piagam. Hadiah ini digunakan sebagai

tambahan modal kerja pengembagan usaha dan sekaligus memberi motivasi kepada

semua anggota untuk melestarikan kegiatan.

Respon positif masyarakat dapat dipandang sebagai kisah sukses di sisi lain,

terlihat dari replikasi spontan secara swadana, diantaranya: (1) KWT Emansipasi 18

anggota, KWT Mawar Indah 20 anggota, KWT Gadih Caniago 20 anggota, KWT Karya

Mandiri 17 anggota, SD N 13 dan SD N 36, Kabupaten Pesisir Selatan (2) KWT Bahagia 15

anggota, KWT Usahaitani 21 anggota , dan KWT Bina Saiyo Kabupaten Pasaman 12

anggota, dan (3) KWT Kemuning dan KWT Teratai, Kota Payakumbuh.

DAFTAR PUSTAKA

Andhika J., 2009. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Optimal. http://www.kulinet.com/baca/pemanfaatan-lahan-pekarangan-secara-

optimal/691, 2-01-2012

Anonimous, 2012. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2012 dengan tema: “Pemantapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat Berbasis

Kemandirian dan Kearifan Lokal”. www.wnpg.org

Ariani, M. 2010. Analisis konsumsi pangan tingkat masyarakat mendukung pencapaian diversifikasi pangan. Gizi Indon 33(1):20-28

Ariani, M. 2012. Metode perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) dan tingkat kecukupan

energy dalam rangka percepatan dan perluasan M-KRPL mendukung ketahanan pangan keluarga. Makalah workshop konsolidasi M-KRPL 2012, Jakarta 25 -27 April 2012.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Rumah Pangan Lestari. Badan Litbang Pertanian Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Rumah

Pangan Lestari dan Sinergi Program TA 2013. Badan Litbang Pertanian Jakarta.

Bappeda Sumbar 2011. Sumatera Barat Dalam Angka. Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat.

BBP2TP. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Rumah Pangan Lestari. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

BBP2TP. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Rumah Pangan Lestari dan

Sinergi Program TA 2013. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

BBP2TP. 2013a. Rancangan Manajemen Kebun benih/bibit inti (KBI). Bahan Raker BBP2TP “Konsolidasi Manajemen Litkajibangdikiatluhrap Mendukung Penuntasan Program Pengkajian dan Diseminasi Pertanian Spesifik Lokasi 2014”. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Buharman B., Rifda Roswita dan Nirmala. 2013. Respon stakeholders terhadap kegiatan

M-KRPL di Sumatera Barat: Kasus Kelurahan Tarantang Kota Padang dan Talawi Mudik Kota Sawahlunto. dalam Agus Hermawan et al (Eds) Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Lahan Pekarangan untuk Peningkatan Perekonomian

Masyarakat dan Pengembangan Agribisnis. Penerbit UPT Undip Press Semarang. Hal 206-213.

Bappeda dan BPS Sumbar, 2011. Sumatera Barat dalam angka tahun 2011. Bappeda

dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Padang.

Barthel, S. and C. Isendahl. 2013. Urban gardens, agriculture, and water management: Sources of resilience for long-term food security in cities. Ecological Economics

86: 224-234

Calvet-Mir, L., E. Gómez-Baggethun and V. Reyes-García. 2012. Analysis Beyond food production: Ecosystem services provided by home gardens. A case study in Vall

Fosca, Catalan Pyrenees, Northeastern Spain. Ecological Economics 74 : 153-160

Davies, Z.G. , R. A. Fuller,, A. Loram, , K. N. Irvine , V. Sims and K. J. Gaston. 2009. A

national scale inventory of resource provision for biodiversity within domestic gardens. BIOLOGICAL CONSERVATION 142 : 761–771.

Dewan Ketahanan Pangan, 2009. Draft-4. Indonesia tahan pangan dan gizi. 55 pp

Gayatri, K.R. 2012. Program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) dan

sinerginya dengan KRPL. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan. Makalah workshop konsolidasi M-KRPL 2012, Jakarta 25 -27 April 2012.

Hosen, N., Buharman B., Z. lamid. 2004. Analisis komoditas unggulan di

Sumatera Barat. Proseding Seminar Nasional BPTP Sumatera Barat. Padang.

Indriani, R. 2013. Indonesia tidak akan kekurangan pangan. Diambil dari http://www.beritasatu.com/nusantara/121383

Kristanti, I. 2011. Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman Sayuran yang Produktif.

http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/08/Optimalisasi, 02-01-2012

Mazumdar, S. and Sanjoy Mazumdar. 2012. Immigrant home gardens: Places of religion,

culture, ecology, and family. Landscape and Urban Planning 105: 258–265

Nainggolan, K. 2005. Program Akselerasi Pemantapan Ketahanan Pangan Berbasis Pedesaan. http://bkpd.jabarprov.go.id/data/arsip/Pros_Kaman_06. pdf,

02-01-2012.

Prapanca., 2005. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwanti, Tri Bastuti, Saptana, dan Sri Suharyono. 2012. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kabupaten Pacitan: Analisis dampak dan antisipasi ke depan. Analisis Kebijakan Pertanian Vol 10(3):239-256. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Saliem, H.P. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Sebagai Solusi Pemantapan

Ketahanan Pangan. http://www.opi.lipi.go.id/data/ 1228964432/ data/ 13806710321319802404. makalah pdf, 02-01-2012

Sri Sulihanti. 2013. Sinergi Program Badan Ketahanan Pangan dan Badan Litbang Pertanian dalam Pengembangan KRPL. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan.

Sudana, W. 2012. Keberlanjutan program KRPL. Makalah workshop konsolidasi M-KRPL 2012, Jakarta 25 -27 April 2012. Badan Litbang Pertanian.

Sudarmadji. 2012. Panduan operasional kebun bibit/benih inti (KBI) dan pengelolaan kebun bibit desa. Makalah workshop konsolidasi M-KRPL 2012, Jakarta 25-27 April 2012. Badan Litbang Pertanian.

Supriati, Y., Y. Yulia dan I. Nurlela, 2008. Taman Sayur + 19 Desain Menarik. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Trinh, L.N., , J.W. Watson, N.N. Hue, N.N. De, N.V. Minh, P. Chu, , B.R. Sthapit and P.B.

Eyzaguirre. 2003. Agrobiodiversity conservation and development in Vietnamese home gardens. Agriculture, Ecosystems and Environment 97: 317–344