laporan akhir program ipteks bagi masyarakat (ibm)

52
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M DESA SEMBUNG GEDE DALAM PENGEMBANGAN USAHA KRIPIK SINGKONG Oleh: Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja, STP., MP. NIDN : 0020037408 Dr. Ir. I Wayan Widia, MSIE. NIDN : 0019076201 Ir. I Made Nada, M.Erg. NIDN : 0001016134 Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor : 312.21/UN.14.2/PKM.08.00/2015, Tanggal 30 Maret 2015 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN/FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

(IbM)

IbM DESA SEMBUNG GEDE DALAM PENGEMBANGAN

USAHA KRIPIK SINGKONG

Oleh:

Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja, STP., MP. NIDN : 0020037408

Dr. Ir. I Wayan Widia, MSIE. NIDN : 0019076201

Ir. I Made Nada, M.Erg. NIDN : 0001016134

Dibiayai oleh

Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat

Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada

Masyarakat Nomor : 312.21/UN.14.2/PKM.08.00/2015, Tanggal 30 Maret 2015

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN/FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
Page 3: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

RINGKASAN

Desa Sembung Gede menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti padi,

jagung, singkong, kacang panjang, mentimun dan terong. Dari hasil komoditi tersebut,

tanaman singkong ditanam di tegalan penduduk ataupun ditanam dilahan kosong yang tidak

termanfaatkan. Singkong dikenal sebagai makanan rakyat dengan harga yang murah

berkisar Rp 1200 per kg di petani. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari singkong maka

singkong dapat diolah menjadi produk olahan misalnya tepung singkong, kripik singkong

dan krupuk singkong yang mempunyai potensi cukup menjanjikan. Sementara ini, di Desa

Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan terdapat usaha pengolahan

singkong menjadi kripik singkong yang dirintis oleh salah satu warga Banjar Sembung

Gede bernama Bapak I Wayan Tantra beserta istri. Hanya saja pengolahan kripik singkong

ini masih sangat sederhana dan sangat tradisional. Untuk itu, diperlukan pengembangan

usaha kripik singkong ini dengan suatu teknologi dari penerapan hasil penelitian yang telah

ada.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM untuk

mitra usaha adalah: survey lapangan dan wawancara; pemberian dan pelatihan alat slicer

(pengiris/pencacah) singkong; pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik

singkong dan pemberian ketrampilan pembukuan; pemberian dan pelatihan alat sealer

(perekat) kemasan plastik; penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik

singkong ke instansi terkait; penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas

menjadi sabun padat; monitoring dan pendampingan produksi; evaluasi keberlangsungan.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM untuk mitra

kelompok tani adalah : penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani

mitra; pemberian bibit singkong unggul.

Kegiatan untuk mendukung kemandirian mitra usaha kripik singkong adalah:

a. Pembentukan struktur organisasi usaha kripik singkong dan pemberian kemampuan

membuat administrasi berupa pembukuan sederhana

1) Pembentukan struktur organisasi mitra usaha kripik singkong

Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang akan dibentuk terdiri dari : Nama

Mitra Usaha, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-Seksi meliputi Bidang Bahan Baku,

Bidang Produksi, Bidang Mutu dan Bidang Pemasaran.

2) Pelatihan administrasi mitra usaha kripik singkong

Page 4: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

Pelatihan akan disselenggarakan untuk memberikan ketrampilan dalam melakukan

pembukuan sederhana yang berupa buku kas pemasukan, buku kas pengeluaran dan

buku besar.

b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong

Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang akan diberikan sebagai berikut :

Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang pemasukan bahan, alat diputar

dengan engkol pemutar dengan cara manual oleh operator, Setelah singkong yang

dimasukkan pada bagian pemasukan bahan akan habis teriris, bahan selanjutnya dapat

dimasukan lagi dan bahan yang akan diiris secara kontinu.

c. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik

Pengemasan kripik singkong digunakan kantong plastik yang disealer. Supaya

kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan pelabelan untuk membangun

suatu merek pada produk. Banyak jenis kemasan yang dapat digunakan untuk

mengemas produk olahan (Susanto dan Sucipta, 1994).

d. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan ke instansi terkait dengan pendampingan

proses perijinan ke instansi terkait

Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,

atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang

atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari

produk pesaing (Wilopo, 2007).

Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) sebagai pemberi identitas bagi

produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dan (2) Sebagai pembeda produk atau jasa

dalam bisnis yang dimiliki dengan para pesaing. Sedangkan manfaat merek bagi suatu

bisnis adalah : (1) dapat memberikan identitas, (2) dapat membedakan dengan pesaing,

(3) dapat meningkatkan penjualan, (4) dapat membangun loyalitas, (5) membuat

pelanggan tidak sensitif harga, (6) komunikasi pemasaran jadi lancar, (7) terbuka

peluang untuk waralaba, dan (8) sebagai magnet bagi para stakeholder (Wilopo,

2007).Fungsi-fungsi utama dari merek ini akan disosialisasikan kepada pengusaha

kripik singkong.

Proses perijinan dalam membangun sebuah merek dilakukan di Dinas

Kesehatan.

e. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun padat

Page 5: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun akan meliputi

dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan pembuatan sabun. Proses

pemurnian merupakan proses yang rumit dan melewati beberapa tahapan.

f. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dai kelompok tani

mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:

3.1.1. Penyuluhan tentang budidaya singkong

3.1.2. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar

3.1.3. Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot

g. Pemberian bibit singkong unggul

Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit singkong unggul

yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan produktivitas tinggi. Bibit

singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.

h. Monitoring dan pendampingan

Monitoring dan pendampingan produksi secara kontinyu dilaksanakan dalam

setiap 2 bulan selama 6 bulan untuk mendorong kelancaran proses produksi.

i. Evaluasi keberlangsungan

Rancangan evaluasi yang akan dilakukan:

1) Saat pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong dilakukan evaluasi

dengan melihat peran serta mitra usaha melalui aktivitas diskusi yang berkembang dan

volume produktivitas produk kripik pisang yang dihasilkan perhari.

2) Saat penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan proses pengolahan minyak goreng bekas

menggoreng kripik singkong menjadi sabun dilakukan evaluasi dengan melihat peran

serta mitra usaha selama ceramah melalui aktivitas diskusi yang berkembang.

3) Setelah pelatihan dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian melalui pendampingan dan

monitoring setiap 2 bulannya selama 6 bulan terhadap kesungguhan, minat dan

keberhasilan peserta dalam usaha pengembangan kripik singkong dan pemanfaatan

pengolahan minyak bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun.

4) Indikator dan tolak ukur yang digunakan untuk pencapaian keberhasilan pelaksanaan

kegiatan pengabdian dapat dilihat dari jumlah peningkatan produksi minimal 30 % lebih

produk kripik singkong yang dihasilkan dan minimal 10 % lebih menghasilkan produk

sabun dari pemanfaatan pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong.

Keberhasilan memberdayakan kelompok tani mitra akan terlihat dari peningkatan

produktivitas singkong menjadi 20% dari nilai awal.

Page 6: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
Page 7: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

rahmat-Nya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik.

Kegiatan ini berjudul “IbM Desa Sembung Gede dalam Pengembangan Usaha Kripik

Singkong” yang dilaksanakan sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

khususnya dharma yang ketiga yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat, dengan sumber dana

DIKTI Tahun Anggaran 2015.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tentunya

berkat kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu kami haturkan terima kasih kepada DIKTI

selakupenyandang dana, tim pelaksana, Ketua LPPM UNUD dan staf, mitra usaha dan

mitra kelompok tani, serta semua pihak yang juga ikut mendukung kegiatan ini.

Kami menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan ini masih

jauh dari sempurna. Namun demikian kami berharap bahwa pelaksanaan kegiatan dan

laporan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 30 Oktober 2015

Tim Pelaksana

Page 8: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Analisis Situasi ................................................................................................... 1

1.2. Permasalahan Mitra ............................................................................................ 4

1.3. Solusi Yang Ditawarkan ..................................................................................... 5

II. TARGET DAN LUARAN ........................................................................................ 9

III. METODE PELAKSANAAN .................................................................................... 10

3.1. Metode Pendekatan untuk mendukung realisasi program IbM ........................... 10

3.2. Rencana kegiatan melalui langkah-langkah solusi atas persoalan yang ada ...... 10

IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI .................................................................. 14

4.1. Kinerja LPM/LPPM/UPPM Dalam Kegiatan PPM ........................................... 14

4.2. Tim Pelaksana .................................................................................................... 15

V. HASIL YANG DICAPAI .......................................................................................... 17

VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA ...................................................................... 19

VII. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 20

7.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 20

7.2. Saran ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

LAMPIRAN .................................................................................................................... 12

Page 9: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Draf Artikel

2. Produk Kegiatan

Page 10: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. ANALISIS SITUASI

Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 kabupaten/kota dengan luas

wilayah 839,33 km2 atau 14,90% dari luas propinsi Bali. Sebagian besar lahan di

Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan

dikenal sebagai daerah agraris. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 kecamatan dan

salah satunya adalah Kecamatan Kerambitan (Anon., 2012a).

Kecamatan Kerambitan terletak kurang lebih 4 km di sebelah Barat Kota

Tabanan. Lokasi kecamatan ini sangat strategis karena merupakan salah satu

kecamatan penyangga lumbung beras Kabupaten Tabanan. Luas area Kecamatan

Kerambitan adalah sebesar 42,39 km2 atau sekitar 5,05% dari luas Kabupaten

Tabanan dengan ketinggian antara 0 - 196 m. Pusat pemerintahan Kecamatan

Kerambitan bertempat di Desa Kerambitan. Wilayah Kecamatan Kerambitan

didominasi sektor pertanian, terutama di pertanian sawah dan perkebunan, sisanya

digunakan untuk pemukiman dan pemanfaatan lainnya. Struktur perekonomian di

Kecamatan Kerambitan masih bercorak agraris dan sebagian besar penduduk masih

menggantungkan sumber kehidupannya di sektor pertanian. Jumlah penduduk di

Kecamatan Kerambitan Tahun 2009 sejumlah 39.336 jiwa. Penduduknya tersebar di

15 desa. Salah satu dari desa yang ada di kecamatan ini adalah Desa Sembung Gede

(Anon., 2012b).

Desa Sembung Gede memiliki luas daerah 6,83 km2 yang merupakan

16,11% dari kecamatan dan 0,81% dari luas kabupaten. Jumlah penduduk desa

sebanyak 3985 jiwa dengan sebagian besar bermata-pencaharian sebagai petani.

Sebagian kecil penduduknya mencari nafkah sebagai buruh di industri sedang dan

industri-industri kecil yang ada di desa. Disamping itu ada pula yang membuat

kerajinan rumah tangga (Anon., 2012b).

Desa Sembung Gede menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti

padi, jagung, singkong, kacang panjang, mentimun dan terong. Dari hasil komoditi

tersebut, tanaman singkong ditanam di tegalan penduduk ataupun ditanam dilahan

kosong yang tidak termanfaatkan. Singkong dikenal sebagai makanan rakyat dengan

harga yang murah berkisar Rp 1200 per kg di petani. Untuk meningkatkan nilai

Page 11: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

2

ekonomis dari singkong maka singkong dapat diolah menjadi produk olahan

misalnya tepung singkong, kripik singkong dan krupuk singkong yang mempunyai

potensi cukup menjanjikan. Sementara ini, di Desa Sembung Gede, Kecamatan

Kerambitan, Kabupaten Tabanan terdapat usaha pengolahan singkong menjadi

kripik singkong yang dirintis oleh salah satu warga Banjar Sembung Gede bernama

Bapak I Wayan Tantra. Hanya saja pengolahan kripik singkong ini masih sangat

sederhana dan sangat tradisional. Untuk itu, diperlukan pengembangan usaha kripik

singkong ini dengan suatu teknologi dari penerapan hasil penelitian yang telah ada.

Usaha kripik singkong yang dirintis Bapak I Wayan Tantra dari Banjar

Sembung Gede, Desa Sembung Gede ini setiap harinya mampu memproduksi 35 kg

kripik singkong dari 50 kg singkong yang diolah dan dikemas dengan plastik

menjadi 700 bungkus dengan berat per bungkus berkisar 5 gram yang dijual eceran

Rp. 500,- per bungkus. Tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan kapasitas

produksi tersebut sebanyak 3 orang dengan pendidikan tamatan sekolah dasar.

Kripik singkong yang dihasilkan telah mampu dipasarkan di pasar tradisional Desa

Sembung Gede, warung-warung di Desa Sembung Gede, di Sekolah Dasar No. 1

Sembung Gede dan bahkan telah mampu dipasarkan di Kota Tabanan yaitu di Pasar

Dauh Pala, Tabanan.

Persoalan lain yang dihadapi dalam pengembangan usaha kripik singkong

selama ini adalah terbatasnya volume produksi dan tidak dapatnya memenuhi

permintaan pelanggan. Umbi singkong yang menjadi bahan baku utama tidak mudah

diperoleh sepanjang tahun di desa ataupun di desa sekitarnya. Lebih lanjut, mutu

umbi singkong yang dibeli sering tidak baik sehingga banyak terbuang menjadi

limbah karena apabila diolah akan menghasilkan kripik bertekstur keras dan tidak

memenuhi tuntutan selera pelanggan.

Keterbatasan jumlah produksi juga dikarenakan oleh tidak efisiennya cara

kerja saat pengirisan singkong. Pengirisan umbi dilakukan dengan menggunakan

alat pemotong secara manual/tradisional dengan menggunakan pisau dapur,

sehingga waktu pengirisan singkong lama. Disamping itu, pengirisan secara manual

menghasilkan ketebalan pengirisan yang tidak seragam. Ketidakseragaman

ketebalan irisan singkong mempengaruhi hasil penggorengan kripik singkong.

Pengemasan kripik singkong juga masih tradisional yang hanya direkatkan dengan

nyala lilin tanpa dibantu alat sealer. Kemasan yang digunakan juga tidak ada merek

Page 12: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

3

ataupun pelabelan sehingga kripik yang dihasilkan tidak memberikan kesan pada

pelanggannya.

Penanganan limbah usaha sudah mulai membebani pengusaha. Minyak

bekas penggorengan dibuang tanpa diberikan perlakukan apapun, sehingga

mencemari tanah dan lingkungan. Selama ini limbah yang dihasilkan dari produksi

belum digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

Usaha kripik sangat potensial untuk dikembangkan karena usaha ini dapat

menyediakan lapangan kerja di desa. Akan tetapi, usaha ini akan berkembang sangat

lambat karena pengusaha kripik belum mampu mengakses permodalan dari bank.

Pengusaha selama ini tidak pernah melakukan administrasi sederhana secara rapi

dan secara terus-menerus. Manajemen usaha yang dilakukan oleh pengusaha kripik

singkong masih sangat sederhana. Pengusaha kripik singkong belum terbiasa untuk

membuat catatan baik catatan keuangan sederhana seperti catatan pengeluaran dan

pemasukan. Disamping itu, usaha kripik singkong belum memiliki struktur

organisasi sehingga belum ada pembagian pekerjaan berdasarkan deskripsi kerja.

Komposisi bumbu kripik, volume produksi dan volume penjualan belum

pernah ditulis dengan benar. Percampuran bumbu hampir selalu dilakukan

berdasarkan pada perkiraan dan ingatan. Cara kerja seperti ini menyebabkan citarasa

kripik singkong hasil olahannya tidak pernah seragam selama berproduksi.

Kelompok tani singkong yang terbentuk mempunyai peran sentral sebagai

penyedia bahan baku bagi pengusaha kripik. Disamping itu karena sifatnya sebagai

tanaman sela, singkong dapat diusahakan oleh kelompok tani tanpa mengganggu

usaha taninya. Jadi dengan adanya usaha pembuatan kripik singkong, pengusaha

kripik dan petani saling diuntungkan. Pengusaha mendapat pasokan bahan baku

secara berkesinambungan dan petani memperoleh penghasilan tambahan.

Walaupun penanaman singkong merupakan usaha sampingan yang

menjanjikan, tetapi kelompok tani belum tergerak untuk meningkatkan usaha

taninya. Hal ini disebabkan oleh sistem budidaya singkong belum diketahui dengan

baik. Disamping itu, bibit singkong yang ditanam bukan merupakan bibit singkong

unggul.

Prioritas permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kripik singkong dan

kelompok tani perlu dicarikan solusinya. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan

karena seperti tercantum dalam Anon. (2012a) bahwa pemerintah Kabupaten

Tabanan berkeinginkan menumbuh-kembangkan industri pedesaan yang berbasis

Page 13: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

4

pertanian. Industri pedesaan diharapkan mampu memacu perekonomian masyarakat

desa (petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan

dan pengolahan pascapanen.

1.2. PERMASALAHAN MITRA

Berdasarkan pada analisis situasi di atas, maka permasalahan yang dihadapi

oleh mitra usaha dapat diidentifikasi dan perlu dipriotitaskan, yaitu:

1. Mitra usaha dalam pengembangan usaha kripik singkong selama ini tidak dapat

memenuhi permintaan pelanggan dikarenakan masih terbatasnya volume

produksi yang disebabkan tidak efisiennya cara kerja saat pengirisan singkong

yang hanya menggunakan alat pemotong secara manual/tradisional yaitu

menggunakan pisau dapur sehingga waktu pengirisan singkong lama dan

menghasilkan ketebalan pengirisan yang tidak seragam. Ketebalan pengirisan

singkong yang tidak seragam ini mempengaruhi hasil penggorengan kripik

singkong yang tidak merata.

2. Struktur organisasi usaha kripik belum terbentuk dan ketrampilan dalam

pembuatan pembukuan juga sangat terbatas. Dengan kondisi seperti ini mitra

usaha kripik singkong belum memenuhi syarat minimal dalam upaya mengakses

sumber-sumber permodalan.

3. Pengemasan kripik singkong juga masih tradisional yang hanya direkatkan

dengan lilin tanpa dibantu alat sealer dan juga tanpa adanya merek ataupun

pelabelan pada kemasan kripik singkong. Padahal adanya pelabelan pada

kemasan sangat membantu dalam pemasaran produk dan adanya merek pada

kemasan akan membantu lebih dikenalnya produk kripik singkong yang

dipasarkan dimasyarakat.

4. Minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong oleh mitra usaha dibuang

begitu saja tanpa diolah lebih lanjut. Pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi

sabun padat serta pengemasannya dengan memanfaatkan hasil penelitian belum

diketahui oleh warga desa dan mitra usaha. Penyuluhan, pelatihan, dan

pengenalan proses pengolahan minyak bekas menjadi sabun padat dan cara

pengemasannya diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari minyak

goreng bekas dan untuk menambah penghasilan keluarga.

Page 14: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

5

5. Kelompok tani belum menguasai sistem budidaya singkong dengan baik

sehingga hasil budidayanya belum dapat memenuhi permintaan pengusaha

kripik singkong.

1.3. SOLUSI YANG DITAWARKAN

1. Metode Pendekatan untuk mendukung realisasi program IbM

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM

untuk mitra usaha adalah:

a. Survey Lapangan dan wawancara.

b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong.

c. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik singkong dan

pemberian ketrampilan pembukuan.

d. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.

e. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke

instansi terkait.

f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat.

g. Monitoring dan pendampingan produksi.

h. Evaluasi keberlangsungan.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM

untuk mitra kelompok tani adalah :

a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra.

b. Pelatihan pembuatan kompos.

c. Pemberian bibit singkong unggul

2. Pelaksanaan kegiatan melalui langkah-langkah solusi atas persoalan yang ada

Pelaksanaan kegiatan untuk mendukung kemandirian mitra usaha kripik

singkong adalah:

a. Pembentukan struktur organisasi usaha kripik singkong dan pemberian

kemampuan membuat administrasi berupa pembukuan sederhana

1) Pembentukan struktur organisasi mitra usaha kripik singkong

Page 15: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

6

Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang akan dibentuk

terdiri dari : Nama Mitra Usaha, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-

Seksi meliputi Bidang Bahan Baku, Bidang Produksi, Bidang Mutu dan

Bidang Pemasaran.

2) Pelatihan administrasi mitra usaha kripik singkong

Pelatihan akan disselenggarakan untuk memberikan ketrampilan dalam

melakukan pembukuan sederhana yang berupa buku kas pemasukan,

buku kas pengeluaran dan buku besar.

b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong

Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang akan diberikan sebagai

berikut :

Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang pemasukan bahan, alat

diputar dengan engkol pemutar dengan cara manual oleh operator, Setelah

singkong yang dimasukkan pada bagian pemasukan bahan akan habis teriris,

bahan selanjutnya dapat dimasukan lagi dan bahan yang akan diiris secara

kontinu.

c. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik

Pengemasan kripik singkong digunakan kantong plastik yang

disealer. Supaya kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan

pelabelan untuk membangun suatu merek pada produk. Banyak jenis

kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk olahan (Susanto

dan Sucipta, 1994).

d. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan ke instansi terkait dengan

pendampingan proses perijinan ke instansi terkait

Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau

rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok

penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Wilopo, 2007).

Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) sebagai pemberi

identitas bagi produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dan (2) Sebagai

pembeda produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dengan para pesaing.

Sedangkan manfaat merek bagi suatu bisnis adalah : (1) dapat memberikan

identitas, (2) dapat membedakan dengan pesaing, (3) dapat meningkatkan

penjualan, (4) dapat membangun loyalitas, (5) membuat pelanggan tidak

Page 16: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

7

sensitif harga, (6) komunikasi pemasaran jadi lancar, (7) terbuka peluang

untuk waralaba, dan (8) sebagai magnet bagi para stakeholder (Wilopo,

2007).Fungsi-fungsi utama dari merek ini akan disosialisasikan kepada

pengusaha kripik singkong.

Proses perijinan dalam membangun sebuah merek dilakukan di Dinas

Kesehatan.

e. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat

Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun

akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan

pembuatan sabun. Proses pemurnian merupakan proses yang rumit dan

melewati beberapa tahapan.

f. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dai

kelompok tani mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:

1) Penyuluhan tentang budidaya singkong

2) Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar

3) Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot

g. Pemberian bibit singkong unggul

Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit

singkong unggul yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan

produktivitas tinggi. Bibit singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan

milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.

h. Monitoring dan pendampingan

Monitoring dan pendampingan produksi secara kontinyu

dilaksanakan dalam setiap 2 bulan selama 6 bulan untuk mendorong

kelancaran proses produksi.

i. Evaluasi keberlangsungan

Rancangan evaluasi yang akan dilakukan:

1) Saat pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong

dilakukan evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha melalui

aktivitas diskusi yang berkembang dan volume produktivitas produk

kripik pisang yang dihasilkan perhari.

Page 17: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

8

2) Saat penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan proses pengolahan minyak

goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun dilakukan

evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha selama ceramah melalui

aktivitas diskusi yang berkembang.

3) Setelah pelatihan dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian melalui

pendampingan dan monitoring setiap 2 bulannya selama 6 bulan terhadap

kesungguhan, minat dan keberhasilan peserta dalam usaha

pengembangan kripik singkong dan pemanfaatan pengolahan minyak

bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun.

4) Indikator dan tolak ukur yang digunakan untuk pencapaian keberhasilan

pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat dilihat dari jumlah peningkatan

produksi minimal 30 % lebih produk kripik singkong yang dihasilkan

dan minimal 10 % lebih menghasilkan produk sabun dari pemanfaatan

pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong.

5) Keberhasilan memberdayakan kelompok tani mitra akan terlihat dari

peningkatan produktivitas singkong menjadi 20% dari nilai awal.

3. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program

Mitra usaha berpartisipasi secara langsung dalam hal :

a. Penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong secara kontinyu untuk

peningkatan volume produksi kripik singkong.

b. Pengemasan kripik singkong dengan plastik yang direkatkan dengan alat

sealer.

c. Pelabelan kemasan kripik singkong.

d. Pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi

sabun.

e. Mempertahankan keberlangsungan produksi dan pemasaran produk.

f. Memberi contoh dan meningkatkan pengetahuan bagi warga desa lain.

Mitra kelompok tani berperan serta dalam: Pembuatan pupuk organik

dan pembuatan dan pemeliharaan demplot.

Page 18: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

9

II. TARGET DAN LUARAN

Secara umum target dan luaran yang ingin dicapai berupa terciptanya

teknologi tepat guna yang dapat memberi manfaat kepada mitra dan alat yang sesuai

dengan kebutuhan mitra serta ijin berproduksi untuk mitra pengusaha. Target dan

luaran secara keseluruhan dari kegiatan ini adalah:

1. Terbentuknya struktur organisasi mitra usaha dan perangkat administrasi dari

mitra usaha,

2. Desain dan alat slicer (pengiris/pencacah) dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan

mitra usaha,

3. Mitra usaha mampu mengoperasikan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong

sehingga dapat meningkatkan volume produksi kripik singkong dan

menghasilkan kripik singkong dengan ketebalan seragam,

4. Mitra usaha mampu melakukan upaya pemanfaatan pengolahan minyak goreng

bekas menjadi sabun,

5. Produk kripik dari mitra usaha yang dikemas kantong plastik berlabel yang di-

seal sehingga produk lebih menarik dan dikenal di masyarakat serta memperluas

jangkauan pasar yang secara langsung dapat meningkatkan pendapatan mitra

usaha,

6. Mitra usaha memiliki ijin usaha dari Dinas Kesehatan setempat,

7. Mitra kelompok tani mampu membuat pupuk organik dan memiliki pengetahuan

dan ketrampilan yang cukup dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman

singkong.

8. Publikasikan hasil pengabdian dalam jurnal berskala nasional.

Page 19: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

10

III. METODE PELAKSANAAN

3.2. Metode Pendekatan untuk mendukung realisasi program IbM

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM

untuk mitra usaha adalah:

a. Survey Lapangan dan wawancara.

b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong.

c. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik singkong dan

pemberian ketrampilan pembukuan.

d. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.

e. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke

instansi terkait.

f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat.

g. Monitoring dan pendampingan produksi.

h. Evaluasi keberlangsungan.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM

untuk mitra kelompok tani adalah :

a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra.

b. Pelatihan pembuatan kompos.

3.3. Pelaksanaan kegiatan melalui langkah-langkah solusi atas persoalan yang

ada

Pelaksanaan kegiatan untuk mendukung kemandirian mitra usaha kripik

singkong adalah:

a. Pembentukan struktur organisasi usaha kripik singkong dan pemberian

kemampuan membuat administrasi berupa pembukuan sederhana

1) Pembentukan struktur organisasi mitra usaha kripik singkong

Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang akan dibentuk

terdiri dari : Nama Mitra Usaha, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-

Seksi meliputi Bidang Bahan Baku, Bidang Produksi, Bidang Mutu dan

Bidang Pemasaran.

2) Pelatihan administrasi mitra usaha kripik singkong

Page 20: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

11

Pelatihan akan diselenggarakan untuk memberikan ketrampilan dalam

melakukan pembukuan sederhana yang berupa buku kas pemasukan,

buku kas pengeluaran dan buku besar.

b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong

Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang akan diberikan sebagai

berikut :

Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang pemasukan bahan, alat

diputar dengan engkol pemutar dengan cara manual oleh operator, Setelah

singkong yang dimasukkan pada bagian pemasukan bahan akan habis teriris,

bahan selanjutnya dapat dimasukan lagi dan bahan yang akan diiris secara

kontinu.

c. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik

Pengemasan kripik singkong digunakan kantong plastik yang

disealer. Supaya kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan

pelabelan untuk membangun suatu merek pada produk. Banyak jenis

kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk olahan (Susanto

dan Sucipta, 1994).

d. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan ke instansi terkait dengan

pendampingan proses perijinan ke instansi terkait

Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau

rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok

penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Wilopo, 2007).

Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) sebagai pemberi

identitas bagi produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dan (2) Sebagai

pembeda produk atau jasa dalam bisnis yang dimiliki dengan para pesaing.

Sedangkan manfaat merek bagi suatu bisnis adalah : (1) dapat memberikan

identitas, (2) dapat membedakan dengan pesaing, (3) dapat meningkatkan

penjualan, (4) dapat membangun loyalitas, (5) membuat pelanggan tidak

sensitif harga, (6) komunikasi pemasaran jadi lancar, (7) terbuka peluang

untuk waralaba, dan (8) sebagai magnet bagi para stakeholder (Wilopo,

2007).Fungsi-fungsi utama dari merek ini akan disosialisasikan kepada

pengusaha kripik singkong.

Page 21: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

12

Proses perijinan dalam membangun sebuah merek dilakukan di Dinas

Kesehatan.

e. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat

Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun

akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan

pembuatan sabun. Proses pemurnian merupakan proses yang rumit dan

melewati beberapa tahapan.

f. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dan

kelompok tani mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:

3.3.1. Penyuluhan tentang budidaya singkong

3.3.2. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar

3.3.3. Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot

g. Pemberian bibit singkong unggul

Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit singkong

unggul yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan

produktivitas tinggi. Bibit singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan

milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.

h. Monitoring dan pendampingan

Monitoring dan pendampingan produksi secara kontinyu

dilaksanakan dalam setiap 2 bulan selama 6 bulan untuk mendorong

kelancaran proses produksi.

i. Evaluasi keberlangsungan

Rancangan evaluasi yang akan dilakukan:

1) Saat pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong

dilakukan evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha melalui

aktivitas diskusi yang berkembang dan volume produktivitas produk

kripik pisang yang dihasilkan perhari.

2) Saat penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan proses pengolahan minyak

goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun dilakukan

evaluasi dengan melihat peran serta mitra usaha selama ceramah melalui

aktivitas diskusi yang berkembang.

Page 22: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

13

3) Setelah pelatihan dilakukan evaluasi kegiatan pengabdian melalui

pendampingan dan monitoring setiap 2 bulannya selama 6 bulan terhadap

kesungguhan, minat dan keberhasilan peserta dalam usaha

pengembangan kripik singkong dan pemanfaatan pengolahan minyak

bekas menggoreng kripik singkong menjadi sabun.

4) Indikator dan tolak ukur yang digunakan untuk pencapaian keberhasilan

pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat dilihat dari jumlah peningkatan

produksi minimal 30 % lebih produk kripik singkong yang dihasilkan

dan minimal 10 % lebih menghasilkan produk sabun dari pemanfaatan

pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong.

5) Keberhasilan memberdayakan kelompok tani mitra akan terlihat dari

peningkatan produktivitas singkong menjadi 20% dari nilai awal.

3.4.Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan Program

Mitra usaha berpartisipasi secara langsung dalam hal :

a. Penggunaan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong secara kontinyu untuk

peningkatan volume produksi kripik singkong.

b. Pengemasan kripik singkong dengan plastik yang direkatkan dengan alat

sealer.

c. Pelabelan kemasan kripik singkong.

d. Pengolahan minyak goreng bekas menggoreng kripik singkong menjadi

sabun.

e. Mempertahankan keberlangsungan produksi dan pemasaran produk.

f. Memberi contoh dan meningkatkan pengetahuan bagi warga desa lain.

Mitra kelompok tani berperan serta dalam: Pembuatan pupuk organik dan

pembuatan dan pemeliharaan demplot.

Page 23: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

14

VIII. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1. Kinerja LPM/LPPM/UPPM dalam kegiatan PPM

PPM merupakan salah satu Tridarma Perguruan Tinggi yang merupakan

satu kesatuan dengan dua darma yang lain. PPM dapat diartikan sebagai respon

akademik masyarakat kampus atas kebutuhan, tantangan atau persoalan yang

dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. PPM tidak

harus diartikan sempit dengan fokus pada kegiatan yang mengarah kepada

masyarakat miskin semata. Oleh karena itu, arti dan makna PPM menjadi lebih

luas dengan meliputi seluruh strata sosial masyarakat.

Untuk mewujudkan pelaksanaan PPM ini, maka LPPM telah melakukan

kinerja yang sangat membantu dalam mempermudah pelaksanaan PPM bagi

para dosen selaku Tim pelaksana PPM. Kinerja yang telah dilakukan

diantaranya:

a. Menyusun dan menerbitkan buku panduan pembuatan proposal PPM.

b. Menyampaikan informasi melalui surat dan website segala hal yang terkait

dengan proposal dan pelaksanaan PPM.

c. Menyediakan jurnal PPM untuk publikasi pelaksanaan PPM yang telah

dilakukan.

4.2. Tim Pelaksana

Tim pelaksana dari perguruan tinggi terdiri dari satu orang Ketua

pelaksana kegiatan dan tiga (3) orang anggota pelaksana kegiatan. Tim

pelaksana kegiatan merupakan staf pengajar di Jurusan Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Dalam menyelenggarkan

kegiatan yang sangat teknis seperti penyuluhan dan pelatihan tentang budidaya

singkong dan pembuatan pupuk organik, tim pelaksana akan melibatkan baik

potensi yang ada di Universitas Udayana maupun pakar yang ada di luar

universitas. Tim pelaksana dari Universitas Udayana adalah:

a. Ketua Tim Pelaksana :

1) Nama : Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja,STP., MP.

2) Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.I/ IIId/19740320 200003 2 001

3) Jabatan Fungsional : Lektor

4) Bidang keahlian : Ilmu Keteknikan Pertanian

Page 24: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

15

5) Tugas Kepakaran : Mengorganisasikan pelaksanaan pengabdian secara

umum, membuat atau menyusun rencana kerja pengabdian,

mengarahkan/supervisi dan memberikan pelatihan singkat kepada

anggota tim pengabdian, mendesain alat slicer, memberikan pengarahan

dan terlibat langsung pada kegiatan pekerjaan laboratorium dan

lapangan, melakukan verifikasi data pengabdian untuk persiapan

pelaporan bersama dengan anggotan tim peneliti, merangkum dan

menyusun laporan hasil pelaksanaan pengabdian, mengembangkan bahan

naskah publikasi pelaksanaan pengabdian.

b. Anggota Tim Pelaksana :

1) Nama : Dr. Ir. I Wayan Widia, M.SIE

2) Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.I/ IIId/19620719 198512 1001

3) Jabatan Fungsional : Lektor

4) Bidang keahlian : Keteknikan Pertanian

5) Tugas Kepakaran : Bertanggungjawab terhadap penyelesaian alat

slicer singkong untuk mitra usaha. Ikut serta dalam pekerjaan

laboratorium untuk pembuatan sabun dari minyak bekas menggoreng dan

pelaksanaan lapangan. Melakukan diskusi dengan Ketua Tim Peneliti

secara kontinu terhadap pelaksanaan pengabdian. Membantu Ketua Tim

Pengabdian dalam penyusunan laporan penelitian dan penyusunan

naskah publikasi.

c. Anggota Tim Pelaksana :

1) Nama : Ir. I Made Nada, M.Erg.

2) Pangkat/Gol/NIP : Penata Tk.I/ IIId/19611231 199003 1 015

3) Jabatan Fungsional : Lektor

4) Bidang keahlian : Ergonomi

5) Tugas Kepakaran : Bertanggungjawab terhadap penyelesaian

pabrikasi alat slicer singkong untuk mitra usaha sesuai dengan

pengalaman dalam penelitian. Ikut serta bertanggungjawab dalam

pelabelan kripik singkong dan pelaksanaan lapangan. Melakukan diskusi

dengan Ketua Tim Peneliti secara kontinu terhadap pelaksanaan

pengabdian. Membantu Ketua Tim Pegabdian dalam penyusunan laporan

penelitian.

Page 25: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Sembung Gede,

Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan yang merupakan kegiatan dengan

mitra usaha Keripik singkong, bapak I Wayan Tantra. Pengabdian ini diawali

dengan pertemuan dengan mitra usaha, pembentukan struktur organisasi, penataan

administrasi dan pembukuan. Selanjutnya dilakukan pemberian dan pelatihan alat

slicer (alat pengiris) singkong, dan cara pengemasan kripik singkong dengan

merekatkan pengemasan plastik menggunakan alat sealer. Kemudian dilakukan

pelatihan pengolahan sabun padat dari minyak bekas menggoreng keripik singkong.

Kegiatan untuk mendukung kemandirian pengembangan usaha kripik

singkong, adalah :

5.1. Pertemuan Awal Dengan Mitra Usaha

Pada awal pelaksanaan dilakukan pertemuan dengan mitra usaha kripik

singkong untuk menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pengabdian

masyarakat ini. Disamping itu, dilakukan pula kesepakatan saat penyuluhan dan

demontrasi pembuatan sabun mandi padat, kegiatan ini tidak hanya didengarkan dan

dilihat oleh mitra usaha dan karyawannya, tetapi juga didengarkan dan dilihat oleh

ibu-ibu PKK, pemuda dan pemudi setempat. Selain dilakukan demonstrasi

pembuatan sabun padat juga disampaikan penyuluhan dan pelatihan pembuatan

kompos kepada kelompok tani Subur Taya. Pertemuan dengan mitra usaha

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertemuan dengan Mitra Usaha

Page 26: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

17

b. Pembuatan Sabun Mandi Padat di Laboratorium

Sebelum melakukan penyuluhan dan pelatihan pembuatan sabun mandi

padat kepada mitra usaha dan ibu-ibu PKK, pemuda dan pemudi di Desa Sembung

Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan terlebih dahulu dilakukan

praktek pembuatan sabun mandi padat di laboratorium Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Udayana oleh tim pengabdian Fakultas Teknologi Pertanian,

Universitas Udayana dengan tujuan memperoleh keberhasilan dalam pembuatan

sabun mandi padat.

c. Pemberian dan pelatihan alat slicer (alat pengiris) singkong

Perancangan dan pemberian alat slicer (alat pengiris) singkong telah

dilakukan. Telah diberikan pula pelatihan penggunaan alat slicer (alat pengiris)

singkong kepada mitra usaha keripik singkong. Prinsip pelatihan dan penggunaan

alat yang telah diberikan sangat sederhana yaitu : alat slicer menggunakan kekuatan

dinamo untuk menggerakan pisau pengiris singkong, sebelum digunakan untuk

mengiris terlebih dahulu alat dinyalakan dengan menekan tombol on. Setelah

dinyalakan alat siap digunakan untuk mengiris singkong melalui lubang yang sudah

dirancang pada alat pengiris. Singkong yang akan diiris dimasukkan pada lubang

pemasukan bahan. Setelah singkong yang dimasukkan pada bagian pemasukan

bahan akan habis teriris, selanjutnya dapat dimasukan lagi bahan yang akan diiris

secara kontinyu. Kapasitas mesin adalah 100 kg/jam. Sebelum diberikan kepada

mitra usaha, alat slicer (alat pengiris) singkong telah diuji coba terlebih dahulu. Alat

slicer yang diberikan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Alat slicer yang diberikan ke Mitra Usaha

Page 27: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

18

d. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha keripik singkong.

Struktur organisasi mitra usaha kripik singkong yang dibentuk terdiri dari :

Nama Mitra Usaha, Ketua, Bendahara, Seksi-Seksi meliputi Bidang Bahan Baku,

Bidang Produksi, Bidang Mutu dan Bidang Pemasaran. Struktur organisasi mitra

usaha disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi mitra usaha

e. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.

Pemberian alat sealer (perekat) kemasan plastik telah dilakukan. Telah

diberikan pula pelatihan penggunaan sealer (perekat) kemasan plastik keripik

singkong kepada mitra usaha keripik singkong. Sehingga diperoleh pengemasan

keripik singkok menggunakan kantong plastik yang disealer. Alat sealer dan produk

keripik singkong yang disealer disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Alat sealer dan produk keripik singkong yang disealer

Page 28: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

19

f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat.

Telah dilakukan penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas

menjadi sabun padat. Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi

sabun akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan

pembuatan sabun. Proses pemurnian minyak goreng bekas melewati beberapa

tahapan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sabun padat. Proses pembuatan

sabun mandi padat disajikan pada Gambar 5. Untuk jelasnya modul pembuatan

sabun mandi padat disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 5. Proses Pembuatan Sabun Mandi Padat

g. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos.

Telah dilakukan penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos dari kulit

singkong dengan cara membangun merk untuk mempermudah pemasaran dan

mencitrakan produk. Untuk jelasnya materi pelatihan pembuatan kompos disajikan

pada lampiran 4. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos disajikan pada

Gambar 6.

Page 29: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

20

Gambar 6. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos serta contoh produk sabun

mandi padat dengan merk

h. Penyuluhan Pelabelan.

Bagi suatu usaha, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,

atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan

barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya

dari produk pesaing (Wilopo, 2007). Pelabelan produk keripik singkong disajikan

pada Gambar 7.

Gambar 7. Pelabelan Produk Kripik singkong dan Sabun mandi padat

Untuk detail kegiatan pengabdian dapat dilihat pada instrument foto kegiatan

Lampiran 2.

Page 30: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

21

VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Tahapan berikutnya yang akan dikerjakan untuk mitra usaha adalah :

a. Proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke instansi terkait.

b. Monitoring dan pendampingan produksi.

c. Evaluasi keberlangsungan.

Tahapan berikutnya yang akan dikerjakan untuk mitra kelompok tani adalah :

a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani

mitra

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dai kelompok tani

mitra, akan dilakukan beberapa kegiatan seperti:

1) Penyuluhan tentang budidaya singkong

2) Pelatihan pembuatan pupuk organik yang baik dan benar

3) Pelatihan budidaya singkong dan pembuatan demplot

b. Pemberian bibit singkong unggul

Anggota kelompok tani mitra akan diberikan sumbangan bibit singkong

unggul yang dapat menghasilkan dalam waktu singkat dan dengan

produktivitas tinggi. Bibit singkong unggul akan dicari di Balai Pembibitan

milik Dinas Pertanian Provinsi Bali.

Page 31: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

22

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :

1. Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM

untuk mitra usaha adalah:

a. Survey Lapangan dan wawancara.

b. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris/pencacah) singkong.

c. Pembentukan struktur organisasi pada mitra usaha kripik singkong dan

pemberian ketrampilan pembukuan.

d. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik.

e. Penyuluhan pelabelan dan proses perijinan pada kemasan kripik singkong ke

instansi terkait.

f. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat.

g. Monitoring dan pendampingan produksi.

h. Evaluasi keberlangsungan.

2. Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM

untuk mitra kelompok tani adalah :

a. Penyuluhan, pelatihan dan pembuatan demplot untuk kelompok tani mitra.

b. Pemberian bibit singkong unggul

3. Kegiatan dapat dikatakan berhasil, karena dapat terlaksana dengan baik dan

respon masyarakat yang tinggi yang terlihat dari keaktifan peserta selama

diskusi berlangsung.

7.2. SARAN

Melihat respon mitra usaha yang tinggi terhadap pelaksanaan

pengabdian ini maka diperlukan kegiatan serupa di daerah-daerah lain yang

mempunyai potensi yang sama dan cukup besar. Kegiatan ini akan lebih

bermanfaat apabila dilakukan secara simultan dan berkelanjutan.

Page 32: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2012a. http://tabanankab.bps.go.id/index.php?option=com_ content

&view= article &id=59 &Itemid=71. Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Anonimus. 2012b. Selayang Pandang Kabupaten Tabanan 2012. Situs resmi

Kabupaten Tabanan. http://www.tabanankab.go.id/selayang-pandang.

Diakses tanggal 10 Mei 2012.

Dalimunthe, N. A. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi

Padat. Thesis. Program Studi Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Setiyo, Y., M.S. Utama, W. Tika dan I.B.P. Gunadnya. 2009. Pengembangan Model

Bioremidiasi Menggunakan Kompos pada Lahan Tercemar untuk

Meningkatkan Kualitas Produk Hortikultura (Studi Kasus: Kawasan

Agrowisata Bedugul – Bali). Laporan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai

Prioritas Nasional Batch II.

Susanto, T dan N. Sucipta. 1994. Teknologi Pengemasan Bahan Makanan. CV.

Family, Blitar.

Wirawan, I P.S. 1999. Perancangan Alat Pencacah Singkong Tipe Lima Pisau.

Skripsi tidak dipublikasikan. Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Wilopo, T. H. 2007. Jurus Jitu Membangun Merek Untuk UKM. Medpress (anggota

IKAPI, Yogyakarta.

Page 33: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Artikel Senastek 2015

IbM BUSINESS DEVELOPMENT OF CASSAVA CHIPS IN

SEMBUNG GEDE VILLAGE

Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja

1), I Wayan Widia

2), I Made Nada

4)

1Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit

Jimbaran, Badung, 80362

Telp/Fax : (0361) 701801, E-mail : [email protected] 2Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit

Jimbaran, Badung, 80362

3Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University, Bukit

Jimbaran, Badung, 80362

Abstract

The aims of the activities of community service was to increase the economic value

of cassava into cassava chips and to implement of appropriate technology in the

business development of cassava chips. The method of community service was field

surveys and interviews, given the right technology equipment for business

development of cassava chips, counseling and training of science and appropriate

technology. Implementation of community service was to a business partner of

cassava chips have been given slicer cassava, made a chart of work, given sealer

for plastic packaging, training for the labeling on the packaging of cassava chips,

training on the processing of edible oils into solid soap, monitoring and mentoring

of production. The conclusion from this community service was the implementation

of activities going on smoothly and there was a two-way discussion of the active

participants with questions and responses to the topic. Activities like this was very

useful for the people in the village. So, the same activities need to be carried out in

other villages that have the same agricultural commodities.

Keywords: slicer, sealer, chips, cassava, solid soap, business

1. PENDAHULUAN

Desa Sembung Gede memiliki luas daerah 6,83 km

2 yang merupakan 16,11% dari

kecamatan dan 0,81% dari luas kabupaten. Desa Sembung Gede terletak di Kecamatan

Kerambitan, Kabupaten tabanan, Povinsi Bali. Jumlah penduduk desa sebanyak 3985 jiwa

dengan sebagian besar bermata-pencaharian sebagai petani. Sebagian kecil penduduknya

mencari nafkah sebagai buruh di industri sedang dan industri-industri kecil yang ada di

desa. Disamping itu ada pula yang membuat kerajinan rumah tangga (Anon., 2012b).

Desa Sembung Gede menghasilkan beberapa komoditi pertanian seperti padi,

jagung, singkong, kacang panjang, mentimun dan terong. Dari hasil komoditi tersebut,

tanaman singkong ditanam di tegalan penduduk ataupun ditanam dilahan kosong yang tidak

termanfaatkan. Singkong dikenal sebagai makanan rakyat dengan harga yang murah

berkisar Rp 1200 per kg di petani. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari singkong maka

singkong dapat diolah menjadi produk olahan misalnya tepung singkong, kripik singkong

Page 34: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

25

dan krupuk singkong yang mempunyai potensi cukup menjanjikan. Sementara ini, di Desa

Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan terdapat usaha pengolahan

singkong menjadi kripik singkong yang dirintis oleh salah satu warga Banjar Sembung

Gede bernama Bapak I Wayan Tantra. Hanya saja pengolahan kripik singkong ini masih

sangat sederhana dan sangat tradisional. Untuk itu, diperlukan pengembangan usaha kripik

singkong ini dengan suatu teknologi dari penerapan hasil penelitian yang telah ada.

Usaha kripik singkong yang dirintis Bapak I Wayan Tantra dari Banjar Sembung

Gede, Desa Sembung Gede ini setiap harinya mampu memproduksi 35 kg kripik singkong

dari 50 kg singkong yang diolah dan dikemas dengan plastik menjadi 700 bungkus dengan

berat per bungkus berkisar 5 gram yang dijual eceran Rp. 500,- per bungkus. Tenaga kerja

yang digunakan untuk menghasilkan kapasitas produksi tersebut sebanyak 3 orang dengan

pendidikan tamatan sekolah dasar. Kripik singkong yang dihasilkan telah mampu

dipasarkan di pasar tradisional Desa Sembung Gede, warung-warung di Desa Sembung

Gede, di Sekolah Dasar No. 1 Sembung Gede dan bahkan telah mampu dipasarkan di Kota

Tabanan yaitu di Pasar Dauh Pala, Tabanan.

Persoalan lain yang dihadapi dalam pengembangan usaha kripik singkong selama

ini adalah terbatasnya volume produksi dan tidak dapatnya memenuhi permintaan

pelanggan. Umbi singkong yang menjadi bahan baku utama tidak mudah diperoleh

sepanjang tahun di desa ataupun di desa sekitarnya. Lebih lanjut, mutu umbi singkong yang

dibeli sering tidak baik sehingga banyak terbuang menjadi limbah karena apabila diolah

akan menghasilkan kripik bertekstur keras dan tidak memenuhi tuntutan selera pelanggan.

Keterbatasan jumlah produksi juga dikarenakan oleh tidak efisiennya cara kerja saat

pengirisan singkong. Pengirisan umbi dilakukan dengan menggunakan alat pemotong secara

manual/tradisional dengan menggunakan pisau dapur, sehingga waktu pengirisan singkong

lama. Disamping itu, pengirisan secara manual menghasilkan ketebalan pengirisan yang

tidak seragam. Ketidakseragaman ketebalan irisan singkong mempengaruhi hasil

penggorengan kripik singkong. Pengemasan kripik singkong juga masih tradisional yang

hanya direkatkan dengan nyala lilin tanpa dibantu alat sealer. Kemasan yang digunakan juga

tidak ada merek ataupun pelabelan sehingga kripik yang dihasilkan tidak memberikan kesan

pada pelanggannya.

Penanganan limbah usaha sudah mulai membebani pengusaha. Minyak bekas

penggorengan dibuang tanpa diberikan perlakukan apapun, sehingga mencemari tanah dan

lingkungan. Selama ini limbah yang dihasilkan dari produksi belum digunakan untuk hal-

hal yang lebih bermanfaat.

Usaha kripik sangat potensial untuk dikembangkan karena usaha ini dapat

menyediakan lapangan kerja di desa. Akan tetapi, usaha ini akan berkembang sangat lambat

karena pengusaha kripik belum mampu mengakses permodalan dari bank. Pengusaha

selama ini tidak pernah melakukan administrasi sederhana secara rapi dan secara terus-

menerus. Manajemen usaha yang dilakukan oleh pengusaha kripik singkong masih sangat

sederhana. Pengusaha kripik singkong belum terbiasa untuk membuat catatan baik catatan

keuangan sederhana seperti catatan pengeluaran dan pemasukan. Disamping itu, usaha

kripik singkong belum memiliki struktur organisasi sehingga belum ada pembagian

pekerjaan berdasarkan deskripsi kerja.

2. BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan dan Alat

Dalam pengabdian ini bahan yang digunakan adalah singkong, bumbu genep Bali,

minyak goreng, bahan untuk membuat sabun yaitu NaOH, pewarna, air. Peralatan yang

digunakan dalam pengabdian ini antara lain yang diberikan kepada mitra usaha berupa

slicer (alat pengiris singkong) dan sealer alat seal untuk pengemas kantong plastik, alat

untuk pembuatan sabun padat yaitu mixer, panci steinless steel, sendok steinless steel, gelas

kaca, gelas ukur, corong, saringan/kain saring.

Page 35: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

26

2.2. Metode Pengabdian

Metode pendekatan yang dilakukan dalam mendukung realisasi program IbM untuk

mitra usaha adalah: Survei Lapangan dan wawancara. Diberikan teknologi dan pelatihan

alat slicer (pengiris) singkong. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan

plastik. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun padat.

2.3. Parameter Pengabdian

Parameter pengabdian yang dilakukan meliputi:

2.3.1. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris) singkong

Alat slicer menggunakan kekuatan dinamo untuk menggerakan pisau pengiris

singkong, sebelum digunakan untuk mengiris terlebih dahulu alat dinyalakan dengan

menekan tombol on. Setelah dinyalakan alat siap digunakan untuk mengiris singkong

melalui lubang yang sudah dirancang pada alat pengiris. Singkong yang akan diiris

dimasukkan pada lubang pemasukan bahan. Setelah singkong yang dimasukkan pada bagian

pemasukan bahan akan habis teriris, selanjutnya dapat dimasukan lagi bahan yang akan

diiris secara kontinyu. Kapasitas mesin adalah 100 kg/jam.

2.3.2. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik

Pengemasan kripik singkong menggunakan kantong plastik yang disealer. Supaya

kemasan lebih menarik dan bisa dipasarkan dilakukan pelabelan untuk membangun suatu

merek pada produk. Banyak jenis kemasan yang dapat digunakan untuk mengemas produk

olahan (Susanto dan Sucipta, 1994).

2.3.3. Penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun

padat

Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun akan meliputi

dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan pembuatan sabun.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan pelaksanaan pengabdian yang telah dilakukan untuk mitra usaha berupa :

3.1. Survei lapangan dan wawancara

Survei lapangan dan wawancara dilakukan terhadap mitra usaha untuk ketersediaan waktu

dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian.

3.2. Pemberian dan pelatihan alat slicer (pengiris) singkong

Alat slicer (pengiris) singkong telah diberikan sebagai bantuan kepada mita usaha.

Telah diberikan pula pelatihan penggunaan alat slicer (pengiris) singkong kepada mitra

usaha keripik singkong. Prinsip pelatihan dan penggunaan alat yang telah diberikan sebagai

berikut: Alat slicer menggunakan kekuatan dinamo untuk menggerakan pisau pengiris

singkong, sebelum digunakan untuk mengiris terlebih dahulu alat dinyalakan dengan

menekan tombol on. Setelah dinyalakan alat siap digunakan untuk mengiris singkong

melalui lubang yang sudah dirancang pada alat pengiris. Singkong yang akan diiris

dimasukkan pada lubang pemasukan bahan. Setelah singkong yang dimasukkan pada bagian

pemasukan bahan akan habis teriris, selanjutnya dapat dimasukan lagi bahan yang akan

diiris secara kontinyu. Kapasitas mesin adalah 100 kg/jam. Alat slicer yang diberikan seperti

pada Gambar 1. dan pelatihan penggunaan alat slicer seperti Gambar 2.

Page 36: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

27

Gambar 1. Pemberian bantuan alat slicer

Gambar 2. Pelatihan penggunaan alat slicer

3.3. Pemberian dan pelatihan alat sealer (perekat) kemasan plastik

Pemberian bantuan alat sealer (perekat) kemasan plastik telah dilakukan. Telah

diberikan pula pelatihan penggunaan sealer (perekat) kemasan plastik singkong kepada

mitra usaha keripik singkong. Sehingga diperoleh pengemasan kripik singkong

menggunakan kantong plastik yang disealer. Alat sealer yang diberikan seperti pada

Gambar 3. dan pelatihan penggunaan alat sealer seperti Gambar 4. sedangkan produk kripik

yang dihasilkan seperti Gambar 5.

Page 37: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

28

Gambar 3. Pemberian bantuan alat sealer

Gambar 4. Pelatihan penggunaan alat sealer

Page 38: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

29

Gambar 5. Produk kripik singkong yang telah berlabel

3.4. Pelatihan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun padat

Telah dilakukan penyuluhan dan pelatihan pengolahan minyak goreng bekas

menjadi sabun padat. Pengolahan minyak goreng bekas untuk digunakan menjadi sabun

akan meliputi dua tahap proses, yaitu pemurnian minyak bekas dan pembuatan sabun.

Proses pemurnian minyak goreng bekas melewati beberapa tahapan kemudian dilanjutkan

dengan pembuatan sabun padat. Pelatihan pembuatan sabun padat seperti Gambar 6. dan

produk sabun yang dihasilkan seperti Gambar 7.

Gambar 6. Pelatihan pembuatan sabun padat

Page 39: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

30

Gambar 7. Produk sabun padat yang telah berlabel

3.5. Kesimpulan

Pelaksanaan pengabdian melalui pengembangan usaha kripik singkong ini dapat

memperkenalkan dan memberikan pengetahuan tambahan kepada karyawan mitra usaha

tentang penggunaan alat slicer (pengiris) singkong dan alat sealer (perekat) pengemas

kantong plastik dalam pembungkusan kripik singkong, serta teknologi pengolahan sabun

padat dari minyak bekas menggoreng kripik singkong, sehingga dapat diterapkan di-industri

rumah tangga dan dapat mempertahankan nilai ekonomis singkong dan minyak goreng.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kepada penyandang dana Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, Ketua LPPM UNUD dan staf, mitra usaha

keripik singkong, dan semua pihak yang juga ikut mendukung kelancaran pegabdian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. (2012a) Kabupaten Tabanan. Tersedia pada:

http://tabanankab.bps.go.id/index.php?option=com_ content &view= article &id=59

&Itemid=71[Diakses tanggal 10 Mei 2012].

Anonimus. (2012) Selayang Pandang Kabupaten Tabanan 2012. Situs resmi Kabupaten

Tabanan. Tersedia pada: http://www.tabanankab.go.id/selayang-pandang[Diakses

tanggal 10 Mei 2012].

Dalimunthe, N. A. (2009) Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi

Padat. Thesis, Program Studi Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Susanto, T dan Sucipta, N. (1994) Teknologi Pengemasan Bahan Makanan. CV. Family,

Blitar.

Wirawan, I P.S. (1999) Perancangan Alat Pencacah Singkong Tipe Lima Pisau. Skripsi

tidak dipublikasikan, Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

Udayana, Bukit Jimbaran.

Page 40: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

31

Lampiran 2. Produk Pengabdian

Uji Coba Alat

Proses Pembuatan Sabun

Page 41: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

32

Pemberian alat sealer

Pemberian Alat slicer

Page 42: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

33

Produk sabun

Pelatihan penggunaan alat slicer

Page 43: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

34

Produk kripik

Page 44: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

35

Lampiran 3. Modul Pelatihan Pembuatan Sabun Padat

PROSES PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT

Pengabdian Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

Udayana

j. Proses pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi padat.

4) Pemurnian minyak goreng bekas.

Pemurnian minyak goreng bekas dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

1. Proses penghilangan bumbu (despicing) minyak goreng bekas

a. Ditimbang 100 g minyak goreng bekas yang akan dimurnikan

kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml.

b. Dipisahkan minyak dan kotorannya dengan menggunakan

kain kasa.

2. Proses netralisasi

a. Larutan NaOH 15% dibuat (15 g NaOH dilarutkan di dalam

100 ml air).

b. Minyak goreng hasil penghilangan bumbu (despicing)

dipanaskaa pada suhu ± 40°C (hangat-hangat kuku),

dimasukkan larutan NaOH 15% dengan komposisi minyak

: NaOH = 100 g minyak :

5 ml NaOH.

c. Campuran diaduk dengan Mixer selama 10 menit, kemudian

disaring

dengan kain kasa untuk memisahkan kotoran.

Untuk lebih jelasnya diagram alir proses penghilangan bumbu

(despicing) minyak goreng bekas, proses netralisasi, ditunjukkan

pada Gambar 1 dan 2.

Page 45: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

36

Gambar 1. Diagram alir Proses Penghilangan bumbu (despicing)

minyak goreng bekas

Gambar 2. Diagram alir netralisasi minyak goreng hasil penghilangan

bumbu (despicing)

5) Proses pembuatan sabun mandi padat.

Pemanasan + 400C

Minyak goreng hasil penghilangan bumbu

(despicing)

Larutan NaOH 15 %

(minyak: NaOH = 100g : 5 ml)

Pengadukan dengan mixer

(10 menit)

Filtrasi

Minyak goreng hasil netralisasi

Minyak Goreng Bekas

Kain Kasa

Minyak goreng hasil penghilangan bumbu

(despicing)

Page 46: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

37

Pembuatan sabun mandi padat dapat dilaksanakan dalam skala

rumah tangga, karena tidak memerlukan dana yang relatif

besar.menggunakan peralatan sederhana,mudah membuatnya dan

menghasilkan keuntungan yang besar.

Secara rinci pembuatan sabun mandi padat adalah sebagai

berikut :

1. Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi 40 %.

2. Minyak goreng hasil pemurnian dipanaskan pada suhu proses 450C

3. Larutan NaOH dengan konsentrasi 40 % dan dipanaskan pada proses

450C kemudian dimasukkan dalam mixer dengan komposisi

minyak : NaOH = 1 : 0,5 (100 g minyak : 50 ml NaOH).

4. Campuran diaduk dengan Mixer selama 45 menit.

5. Parfum non alkohol apel (kadar alkohol 5 %) dimasukkan dalam

mixer (1 ml parfum per 100 g minyak) dan pewarna makanan

apple green extra nomor 2093 (kadar warna 14 %) (1 g pewarna

makanan per 100 g minyak) ke dalam campuran dan diaduk

dengan mixer selama 5 menit.

6. Larutan sabun yang telah mengental dimasukkan ke dalam cetakan

sabun dan ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama sehari agar

menjadi padat.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada diagram alir pembuatan sabun

mandi padat Gambar 3.

Page 47: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

38

Gambar 3. Diagram alir pembuatan sabun mandi padat (penyabunan)

Page 48: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

39

Lampiran 4. Modul Pelatihan Pembuatan Kompos

MEMBUAT KOMPOS Pelaksanaan IbM Universitas Udayana

Kompos adalah pupuk hasil dari suatu penguraian beraneka bahan organik

seperti limbah hasil pertanian. Untuk mempercepat proses penguraian digunakan

berbagai jenis bakteri, jamur dan jasad renik lainnya dalam kondisi suhu,

kelembaban, dan kandungan oksigen tertentu. Kompos digolongkan sebagai pupuk

yang baik karena terbuat dari bahan alami yakni berasal dari sisa bahan makhluk

hidup, terutama dari sisa tumbuhan dan hewan.

Kandungan gizi pada beberapa limbah hasil pertanian seperti jerami dan daun-

daunan dapat dilihat pada tabel di bawah. Secara umum kedua jenis limbah ini

mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi. Kandungan protein yang tinggi

akan menyebabkan kompos yang dihasilkan akan memiliki kandungan nitrogen

yang cukup tinggi pula.

Tabel 1. Kandungan gizi beberapa limbah hasil pertanian

No Jenis Bahan Potein

Kasar

Lemak

Kasar

1. Jerami Padi 5.21 1.17

2. Jerami Kacang Kedele 14.10 3.54

3. Jerami Kacang Tanah 11.31 3.32

4. Jerami Kacang Hijau 15.32 3.59

5. Jerami Kacang Panjang 6.94 3.33

6. Jerami Kacang Tunggak 16.06 3.93

7. Jerami kulit kedele 7.99 5.07

8. Jerami Jagung Segar 9.66 2.21

10. Daun Gamal 18.15 4.37

11. Daun Kaliandra 18.70 2.44

12. Daun Lamtoro 27.55 5.29

13. Daun Dadap 20.05 2.02

14. Daun Jaranan 18.50 1.34

15. Daun Nangka 14.95 2.20

16. Daun Sengon 24.46 4.37

17. Daun Singkong 26.98 8.58

18. Daun Ubi Jalar 15.00 2.73

19. Daun Pisang 14.63 2.72

20. Daun Mimba 12.08 3.13

Beberapa jenis ragi yang merupakan kumpulan dari jasad renik pengurai dapat

digunakan dalam pembuatan kompos. Ragi yang siap pakai sudah ada dipasaran,

misalnya Phoskko® (GP-1) dan Phoskko® (B) yang digunakan secara beurutan.

Kumpulan jasad renik yang juga sudah dijual di pasaran dan siap digunakan adalah

EM4 (Effective Microorganism 4). Dengan menambahkan sekumpulan jasad renik

ini maka lama proses pembuatan kompos dapat disingkat menjadi 2-7 minggu.

Page 49: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

40

Cara Membuat Kompos

Ada dua cara utama dalam membuat kompos. Kedua cara tersebut adalah

pembuatan kompos dengan cara dibuka dan satu cara lainnya adalah dengan cara

ditutup. Dalam kenyataannya, dikenal berbagai cara pembautan kompos seperti open

windrow, bokashi dll. yang pada prinsipnya cara pembuatannya adalah berpedoman

pada kedua cara tersebut.

1. Cara dibuka

Pembuatan kompos secara terbuka menyebabkan bahan kompos akan teraliri

udara selama proses pengomposannya. Jenis bahan baku yang sesuai untuk diolah

menjadi kompos seperti ini adalah bahan hasil pertanian seperti hijauan kacang-

kacangan, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas. Contoh bahan baku yang

disebutkan di atas salah satunya memiliki sifat mengandung protein kasar yang

kecil. Bahan-bahan limbah pertanian lainnya dapat pula diolah secara terbuka

dengan cara menambahkan bahan lain yang kaya akan senyawa karbon seperti arang

sekam. Secara umum, cara pembuatan kompos secara terbuka adalah sbb:

1) Siapkan tempat pengomposan yang teduh dan tidak terkena air hujan.

2) Buat cetakan dari papan kayu, misalnya dengan lebar 1 meter dan panjang

1,5 meter dan tinggi papan kayu 30-40 cm.

3) Hancurkan limbah hasil pertanian, semakin kecil ukuran cacahan limbah

semakin baik. Tetapi hancuran yang terlalu halus juga tidak baik karena

udara tidak akan dapat mengalir dalam hancuran limbah. Hancuran limbah

ini dapat dicampur dengan kotoran ternak.

4) Masukan adonan hancuran limbah pertanian tersebut dalam cetakan kayu,

padatkan secukupnya dan isi cetakan kayu sampai penuh.

5) Bila adonan hancuran limbah padat dalam cetakan kayu terlalu kering, maka

siram dengan air sehingga cukup lembab. Untuk mempercepat proses

pengomposan dapat ditambahkan starter mikroorganisme pengompos (ragi)

dengan cara menyiram secara merata pada adonan hancuran limbah padat

dalam cetakan kayu. Untuk membuat tumpukan bahan kompos, cetakan kayu

dinaikkan secara hati-hati sehingga permukaan cetakan kayu bergeser naik

dari padatan adonan hancuran limbah. Ulangi lagi langkah keempat (4) dan

langkah kelima (5) sehingga ketinggian bahan kompos sekitar 1,5 meter.

6) Setelah 24 jam, tumpukan bahan kompos akan terasa panas, biarkan keadaan

yang panas ini selama 2-4 hari. Bila tumpukan kompos menjadi panas akan

menyebabkan bakteri patogen, jamur dan gulma tidak bisa tumbuh. Tetapi

keadaan bahan kompos yang panas ini jangan dibiarkan sampai lebih dari 4

hari karena akan membunuh mikroorganisme pengompos (ragi). Bila ragi

mati, maka pengomposan akan berlangsung lebih lama.

7) Untuk mengurangi panas dari tumpukan bahan kompos maka setelah hari ke-

4, tumpukan kompos dibongkar dan ditumpuk kembali. Penambahan air

perlu dilakukan bila bahan kompos terlalu kering. Pada saat bahan kompos

menjadi panas, terjadi penguapan air dan untuk mencegahnya tumpukan

bahan kompos ditutup dengan plastik atau penutup lainnya.

8) Cara membongkar dan menumpuk kembali bahan kompos sebaiknya

dilakukan dengan cara bagian bahan kompos dari tumpukan paling atas

dimasukkan ke dalam cetakan kayu paling bawah seperti mengisi bahan

kompos di tahap awal. Bila dilakukan dengan benar maka tumpukan bagian

atas akan berupa tumpukan bahan kompos paling bawah. Dengan begitu,

Page 50: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

41

semua bahan kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan

sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai.

Atau balik bahan kompos bila panas terlalu berlebih.

9) Bila panas tumpukan bahan kompos sudah stabil dan warna kompos hitam

kecoklatan dan tinggi tumpukan bahan kompos menyusut hingga 50%, maka

proses pengomposan dihentikan. Proses selanjutnya berupa proses

pematangan selama 14 hari.

10) Secara teoritis, proses pengomposan akan selesai setelah 40-50 hari. Namun

pada kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari

pertumbuhan ragi dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah

matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya

gembur, dan tidak berbau.

11) Untuk memperbaiki penampilan dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya

kompos diayak dan dikemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat

kering dan teduh.

Keterangan gambar: Siapkan tempat pengomposan (1), buat cetakan

tumpukan kompos yang terbuat dari kayu (2), siapkan

bahan-bahan pembuat kompos (3), buat adonan

hancuran limbah pertanian sebagai bahan kompos dan

padatkan bahan kompos dalam cetakan kayu (4).

Selanjutnya padatan bahan kompos dalam cetakan

ditambahkan air bila terlalu kering dan dapat

ditambahkan ragi untuk mempercepat proses

pengomposan (5). Buat tumpukan bahan kompos

dengan cara menggeser cetakan kayu dan padatkan

bahan kompos dalam cetakan serta tambahkan air bila

1

1 2

1

3

1 4

1

Page 51: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

42

bahan kompos kering dan tambahkan ragi (6). Tumpuk

bahan kompos sampai mencapai tinggi tumpukan 1,5

meter (7). Lakukan pembalikan tumpukan (8).

Sumber: http://www.alamtani.com/cara-membuat-kompos.html.

2. Cara ditutup

Cara pembuatan kompos dengan ditutup pada intinya sama dengan cara

dibuka. Biasanya untuk cara ditutup memerlukan ragi untuk mempercepat proses

pengomposan. Ragi dari EM4 sangat baik digunakan untuk mempercepat

penguraian limbah hasil pertanian. Ragi yang berupa cairan siap pakai sudah ada di

pasaran dengan berbagai merek. Ragi ini dapat pula dibuat bila sudah dimiliki

misalnya stok EM4. Ragi dapat dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar tanpa

menggunakan stok EM4. Ragi yang dibuat seperti ini disebut sebagai MOL (jasad

renik lokal).

Bahan baku kompos yang akan dikompos secara ditutup sebaiknya berasal

dari limbah pertanian dengan kandungan portein yang lebih tinggi daripada bahan

kompos yang akan diproses secara dibuka. Contoh bahan limbah pertanian yang

memenuhi untuk diproses secara ditutup adalah serbuk gergaji, sekam padi dan

kotoran kambing. Waktu pengomposan untuk cara ditutup dapat mencapai 10-80

hari dan sangat ditentukan oleh ragi yang ditambahkan. Tahapan pengomposan

secara ditutup adalah:

1) Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Pilih bahan limbah

pertanian yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan kompos

yang dapat digunakan diantaranya hijauan tanaman, ampas tahu, limbah

organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing. Rajang bahan

tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.

5

1

6

1

7

1 8

1

Page 52: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

43

2) Siapkan ragi (EM4) yang akan mengurai bahan kompos. Cara menyiapkan

ragi: Campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula dan

campurkan dengan baik. Campuran didiamkan selama 1 hari.

3) Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang

halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk

menambah mutu kompos yang akan dihasilkan. Semprotkan ragi EM4 yang

sudah dibuat (tahap 2) dan aduk dengan bahan kompos sampai merata,

tambahkan air dengan cara disemprotkan bila bahan kompos agak kering.

4) Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah

dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari

untuk menjalani proses pengomposan. Keberhasilan pengomposan ditandai

oleh bahan kompos menjadi panas.

5) Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang

dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Ciri Kompos

Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah

Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat tercampur dengan air

Bila dianalisis secara kimia nisbah C/N dari kompos sebesar 10 – 20, tergantung

dari bahan baku dan kelembabannya

Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah

Setelah menjadi kompos, suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan

Kompos tidak berbau.