laporan akhir program ipteks bagi · pdf filelaporan akhir program ipteks bagi masyarakat...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIRPROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
INTENSIFIKASI USAHA PETERNAKAN ITIK DALAMRANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN
RUMAH TANGGA PINGGIR KOTA
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc 19640529 198903 2 001 Peneliti UtamaDr. Ir. Sumiati, M.Sc 19611017 198603 2 001 Peneliti AnggotaIr. Anita S. Tjakradidjaja, M.Rur.Sc 19610930 198603 2 003 Peneliti Anggota
Dibiayai olehDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian KepadaMasyarakat Mono Tahun Nomor: 187/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010,
tanggal 24 Agustus 2010
PUSAT STUDI HEWAN TROPIKA (CENTRAS)LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGORNovember 2010
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul : Intensifikasi Usaha Peternakan Itikdalam rangka Peningkatan Pendapatan RumahTangga Pinggir Kota
2. Unit Lembaga Pengusul : Pusat Studi Hewan Tropika (Centras), LPPM-IPB dengan Kelompok Tani Terpadu SETIAWARGI, Desa Muara Jaya, KecamatanCaringin. Kabupaten Bogor
3. Ketua Tim Pengusula. Nama Lengkapb. Jenis Kelaminc. NIPd. Pangkat/Golongane. Jabatanf. Alamat Kantor
g. Telp/Faksh. Alamat Rumah
i. Telp/Faks/E-mail
: Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc: Perempuan: 19640529 198903 2 001: Lektor kepala/IVa: Kepala Divisi Agribisnis dan Ekofarming: Pusat Studi Hewan Tropika (Centras), LPPM,
IPB, Baranangsiang, Bogor.: Tlp/fax (0251) 8350413: Jl Sholeh Iskandar, Gg 07
RT03/RW04, Kayumanis, Bogor: (0251) 7531237
[email protected]. Jumlah Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggotab. Nama Anggota I/bidang keahlianc. Nama Anggota II/bidang keahlian
: Dosen 2 orang,: Dr.Ir. Sumiati, MSc / Nutrisi Unggas: Ir. Anita Sardiana, MRurSc / Fisiologi Ternak
5. Rencana Belanja Totala. Diktib. Perguruan Tinggic. Kredit Usahad. Sumber lain
: Rp 48.000.000,-: -: -: -
6. Belanja Tahun Pertamaa. Diktib. Perguruan Tinggi
: Rp 48.000.000,-: -
7. Tahun Pelaksanaan 2010
Bogor, 23 November 2010Mengetahui,Kepala Centras
Dr. Ir. Suryahadi, DEANIP 19561124 198103 1 002
Ketua Tim Pengusul
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.ScNIP 19640529 198903 2 001
MenyetujuiKetua LPPM-IPB
Prof.Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.EngNIP.19500301 197603 1 001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i i
DAFTAR TABEL .................................................................................................... i i i
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
2.1. Usaha Peternakan Itik ............................................................................. 3
2.2. Peternakan Rakyat .................................................................................. 3
2.3. Deskripsi Itik di Indonesia ..................................................................... 4
2.4. Sistem Pemeliharaan Itik ........................................................................ 5
2.5. Itik Petelur .............................................................................................. 7
2.6. Itik Pedaging .......................................................................................... 8
2.7. Pakan Itik ................................................................................................ 9
2.8. Penyakit pada Itik dan Pengendaliannya ................................................ 11
III. TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................................... 17
IV. METODE PENELITIAN ................................................................................ 18
4.1. Desk Study dan Survey .......................................................................... 18
4.2. Formulasi dan Pembuatan Pakan ........................................................... 18
4.3. Pelatihan dan Pendampingan Peternak (Feeding Trial) ......................... 18
4.4. Analisis Data .......................................................................................... 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 21
5.1. Karakteristik Peternak Itik dan Potensi Pakan Itik di DesaMuara Jaya, Kecamatan Caringin, Bogor .............................................. 21
5.2. Formulasi Pakan Itik Komplit untuk Pemeliharaan Secara Intensif ...... 21
5.3. Transfer Teknologi Tentang: Penyusunan Ransum Itik,Manajemen Pemeliharaan Itik Secara Intensif ..................................... 23
5.4. Tingkat Kelayakan Usahaternak Itik Secara Intensif ............................. 24
5.4.1.Komponen dan Struktur Biaya ..................................................... 26
5.4.2.Pendapatan .................................................................................... 27
5.4.3.Aliran Laba-Rugi dan Arus Kas ................................................... 30
iii
5.4.4.Analisis Break Even Point ............................................................ 31
VI. KESIMPULAN .............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 33
LAMPIRAN ............................................................................................................. 34
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kelebihan dan kekurangan dari Sistem Pemeliharaan Sistem Ekstensif,Semi Intensif dan Intensif .................................................................................... 6
2. Produktivitas Itik Sampai Umur 48 Minggu ...................................................... 8
3. Kebutuhan Ransum Itik Berdasarkan Umur per Ekor per Hari .......................... 11
4. Karakteristik Peternak Itik Kelompok Tani Setia Wargi .................................... 21
5. Jumlah Itik yang Dipelihara dan Luas Kandang Peternak .................................. 22
6. Sistem Pemeliharaan dan Curahan Waktu dalam Usaha Peternakan Itik ........... 22
7. Jenis Pakan Itik yang Biasa Digunakan oleh Peternak KT Setia Wargi ............. 22
8. Kebutuhan Zat Makanan Itik Periode Bertelur ................................................... 23
9. Perkiraan Kasar Jumlah Bahan Pakan dalam Pakan Itik .................................... 24
10. Formulasi Ransum Itik Periode Layer ................................................................ 24
11. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari DOD (Kategori I) ............ 26
12. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari Dara (Kategori II) ............ 27
13. Rincian Biaya Investasi (Kategori I) .................................................................. 28
14. Biaya Operasi Per Periode (Kategori I) .............................................................. 28
15. Rincian Biaya Investasi (Kategori II) ................................................................. 29
16. Biaya Operasi Per Periode (Kategori II) ............................................................. 29
17. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Itik Petelur .................................................... 29
18. Evaluasi Profibilitas Rencana Investasi Usaha Ternak Itik Petelur .................... 31
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Materi Pelatihan “Analisis Kelayakan Finansial” .............................................. 31
2. Materi Pelatihan “Penyusunan Ransum Itik Komplit” ....................................... 41
3. Pelatihan Recording ............................................................................................ 49
1
I. PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan Kelompok Tani Terpadu SETIA WARGI di Desa Muara Jaya,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor adalah beternak itik. Bagi anggota kelompok,
beternak itik merupakan warisan dari generasi pendahulu, karena lingkungan sekitar
yang sesuai untuk memelihara unggas air. Beternak itik juga bisa dijadikan sebagai
usaha pokok keluarga. Usaha peternakan itik yang dilakukan selama ini oleh anggota
kelompok tani adalah dengan sistem semi intensif. Sepanjang siang hari itik
digembalakan di sawah, atau dilepas di pekarangan dan pada malam hari itik
dikandangkan.
Seiring dengan makin berkurangnya lahan sawah, peternak itik semakin terbatas
dalam mencari lokasi penggembalaan. Peternak itik yang selama ini sangat tergantung
dari pakan sisa-sisa panen padi di sawah, terpaksa mengurangi jumlah itik yang
dipelihara Sebagai ilustrasi pada tahun 2005 luas panen lahan sawah di Kecamatan
Caringin 2.642 ha. Tahun 2007 berkurang 2,16 persen menjadi 2.585 ha. Usaha
peternakan itik yang semula bisa dijadikan usaha pokok, kini hanya menjadi usaha
sampingan, atau sebagai usaha pokok namun dengan penghasilan yang semakin
menurun.
Berkurangnya lahan sawah, menyebabkan ketersediaan lahan penggembalaan itik
semakin terbatas, dan jumlah itik yang dipelihara peternak semakin berkurang. Bahkan
beberapa peternak itik, tidak bisa mempertahankan usahanya karena kesulitan mencari
pakan. Beberapa permasalahan yang dihadapi peternak itik yang hanya mengandalkan
pakan dari sawah antara lain: (1) berkurangnya lahan sawah mengakibatkan
ketersediaan pakan makin berkurang dan jumlah itik yang dipelihara semakin sedikit,
(2) Penggembalaan itik yang jaraknya jauh dari rumah bisa menyebabkan itik kelelahan,
dan menjadi lumpuh, (3) beberapa itik sering bertelur saat digembalakan (seharusnya
pagi hari), sehingga tercecer di lahan penggembalaan.
Permasalahan tersebut menyebabkan lokasi penggembalaan semakin jauh, waktu
yang diperlukan peternak untuk mencari lahan sawah semakin bertambah, jumlah itik
yang lumpuh akibat kelelahan semakin banyak, dan produksi telur akibat tercecer makin
banyak. Di sisi lain, permintaan akan produk peternakan itik, terutama itik potong,
semakin meningkat. Pemesanan itik potong oleh pedagang pengumpul sering tidak bisa
2
dipenuhi. Oleh karena itu diperlukan sumber pakan baru untuk menyelamatkan usaha
peternakan itik sebagai sumber pendapatan keluarga.
Kekurangan-kekurangan yang dihadapi peternak yang berusaha secara semi
intensif bisa diatasi melalui pemeliharaan itik secara intensif dengan peningkatan
managemen pemeliharaan, pemberian pakan, dan recording produksi yang baik. Pada
pemeliharaan itik secara intensif, terbatasnya lahan penggembalaan bisa diatasi melalui
menyusunan ransum itik sendiri. Manajemen pemeliharaan itik dibedakan antara itik
muda dengan itik dewasa petelur (layer). Itik muda dipelihara secara semi intensif dan
itik dewasa petelur dipelihara secara intensif. Pembedaan ini untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pakan dari sisa panen padi di lahan sawah dan meningkatkan
produksi itik petelur akibat berkurangnya stress perjalanan untuk mencapi pakan dan
tercecernya telur di lahan penggembalaan.
Pemeliharaan itik secara intensif memerlukan input yang harus dibeli dari luar,
sehingga diperlukan perhitungan kelayakan usaha. Kelayakan usaha hanya bisa
dianalisis bila peternak memiliki pencatatan (recording) yang lengkap mengenai
pemasukan dan pengeluaran. Pemasukan peternak berasal dari penjualan hasil produksi
usahanya berupa telur, itik potong, pullet dan itik afkir. Sedangkan pengeluaran usaha
adalah semua pengeluaran untuk membeli bahan pakan, obat dan vaksin.
Recording yang lengkap juga membantu peternak untuk meningkatkan kualitas
genetik populasi itiknya sehingga produktivitasnya bisa meningkat. Sedangkan analisis
kelayakan usaha bisa digunakan oleh peternak itik untuk menyusun proposal
pembiayaan usaha ke lembaga keuangan formal, seperti bank pertanian yang baru-baru
ini diluncurkan oleh IPB.
Melalui program transfer ilmu dan teknologi berbasis masyarakat (IbM),
diharapkan pemahaman peternak tentang usahaternak itik secara intesif bisa meningkat.
Melalui kegiatan pendampingan dalam melalukan intensifikasi usaha ternak itik,
peternak akan semakin paham dan memiliki experince yang selanjutnya bisa diterapkan
pada usahaternaknya, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin meningkat.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Itik
Usaha peternakan adalah suatu usaha produksi yang di dasarkan pada proses
biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia, maka
manusia melakukan campur tangan langsung untuk mengendalikan dan menguasai
pertumbuhan hewan ternak (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia. Mubyarto (1989)
mengklasifikasikannya menjadi 3 kelompok yaitu: (1) peternakan rakyat dengan cara
pemeliharaan yang tradisional. Pemeliharaan cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota
keluarga peternak diminta keterampilan peternak masih sederhana dan menggunakan
bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Tujuan utama pemeliharaan
sebagai heawan kerja dalam membajak sawah atau tegalan, (2) Peternakan rakyat
dengan cara pemeliharaan yang semi komersil. Keterampilan yang dimiliki peternak
dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat
cenderung meningkat. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor ternak besar dan 5-100 ekor
ternak kecil terutama ayam. Tujuan utama pemeliharaan untuk menambah pendapatan
keluarga dan konsumsi sendiri. (3) Peternak komersil, usaha ini dijalankan oleh
golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, saran produksi
dengan teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak
terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar.
2.2. Peternakan Rakyat.
Definisi peternakan dalam Undang-Undang No. 6 tahun 1967 disebutkan bahwa
peternakan adalah pengusahaan ternak. Menurut UU No 6 tahun 1967 usaha peternakan
terdiri dari usaha peternakan rakyat dan perusahaan peternakan. Peternakan rakyat
menurut UU No. 6 tahun1967 adalah peternakan yang dilakukan oleh rakyat, antara lain
petani disamping usaha pertaniannya. SK Menteri Pertanian No. 362/ 90 menetapkan
skala usaha budidaya itik Alabio adalah: (1) peternakan rakyat dengan skala maksimum
15.000 ekor campuran, sedangkan (2) perusahaan peternakan dinas 15.000 ekor
campuran. Peternakan rakyat tidak memerlukan izin tetapi cukup surat tanda daftar
oleh Dinas Peternakan Dati-II. Berdasarkan Sensus Pertanian batas minimal dan
4
maksimal usaha peternakan ternak unggas, khususnya itik Alabio, berturut-turut ialah >
50 ekor dan 15.000 ekor.
Dalam pembangunan peternakan nasional, peternakan rakyat ternyata masih
memegang peranan sebagai asset terbesar, tetapi sampai saat ini tipologinya masih
bersifat sambilan (tradisional) yang dibatasi oleh skala usaha kecil teknologi sederhana
dan produknya berkualitas rendah (Soehadji, 1995). Menurut Aziz (1993) peternakan
rakyat memiliki ciri-ciri (1) Skala usahanya relatif kecil, (2) merupakan usaha rumah
tangga, (3) dilakukan sebagai usaha sampingan, (4) menggunakan teknologi sederhana
sehingga produktifitas rendah dan mutu produk tidak seragam, serta (5) bersifat padat
karya dan basis organisasi kekeluargaan
2.3. Deskripsi Itik di Indonesia
Sejarah pemeliharaan atau keberadaan itik di Indonesia sudah ribuan tahun. Hal
ini ditunjukan ditemukannya fosil (carving depicting duck) disitus candi Hindu di Jawa
Tengah yang dibangun lebih dari 2000 tahun yang lalu. Berdasarkan catatan Robinson,
itik Indonesia kemungkinan terbentuk dari asal bangsa yang sekarang menghasilkan
bangsa yang berproduksi tinggi di Eropah seperti Indian Runner dan Khaki Campbell.
Itik yang kita kenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas mallard).
Dalam habitatnya itik liar lebih suka atau sering hidup berpasangan, tetapi setelah jinak
sifatnya berubah menjadi suka berganti pasangan. Sifat-sifat itik adalah bersifat aquatik.
Selain itu dalam hal makanan, itik bersifat omnivorus (pemakan segala). Itik dapat
menyebar ke kawasan yang luas karena dibanding dengan unggas jenis lainnya, itik
mempunyai keunggulan sebagai berikut :
6. Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan ayam.
7. Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik masih
mampu berproduksi dengan baik.
8. Tingkat kematian (mortalitas) itik umumnya kecil, dan itik dianggap lebih tahan
terhadap penyakit,
9. Itik selalu bertelur dipagi hari. Dengan demikian kegiatan pengambilan telur
hanya dilakukan sekali sehari sehingga peternak dapat melakukan kegiatan
lainnya.
10. Dengan pakan berkualitas rendah itik masih dapat berproduksi.
5
Secara anatomis kaki itik relatif pendek dibanding tubuhnya,sedang jari-jari kaki
antara satu dengan lainnya dihubungkan dengan selaput renang. Maka meskipun sudah
dijinakkan, itik cenderung lebih senang hidup dekat dengan air karena sifatnya yang
akuatik. Selain itu itik tergolong pemakan biji-bijian, umbi-umbian, serangga dan
binatang kecil. Paruhnya yang lebar tertutup selaput yang peka, dengan pinggiran paruh
yang merupakan plat bertanduk membuat itik mudah mencari makan di lingkungan
tanah sawah, rawa, dan sungai. Bulu itik berbentuk konkaf dan tebal menghadap ke
tubuh. Bulu itu berminyak sehingga bila itik sedang berada di air, bulu itu berminyak
sehingga bila itik sedang berada di air, bulu itu akan berdaya guna menghalangi
masuknya air dan menghambat rasa dingin.
2.4. Sistem Pemeliharaan Itik
Sistem perkandangan yang digunakan para peternak dalam memelihara ternak
itik umumnya adalah sistem litter (hamparan). Bahkan kandang yang digunakan juga
tampak seadanya tanpa mempertimbangkan lebih jauh tentang rasa aman, kebersihan
kandang agar terbebas dari penyakit. Pemberian alas berupa sisa-sisa penggergajian
kayu yang halus, sekam padi dan penambahan sedikit kapur merupakan hal yang sesuai
untuk kandang litter. Penggunaan kapur yang dicampurkan dalam bahan litter berfungsi
untuk menyerap amoniak yang berasal dari kotoran itik dan kapur tersebut juga dapat
membunuh bibit penyakit yang berasal dari kotoran yang bercampur dengan urine.
Sistem pemeliharaan itik dikategorikan kedalam tiga macam yaitu secara
ekstensif/ tradisional, semi intensif, dan intensif. Pada pemeliharaan ekstensif, tempat
pemeliharaan kelompok itik berpindah-pindah untuk mencari tempat penggembalaan
yang banyak tersedia pakannya. Pemeliharaan semi intensif adalah pemeliharaan
dengan cara mengurung itik pada saat-saat tertentu, biasanya pada malam hari sampai
pagi hari. Setelah itu dilepas disekitar halaman kandang atau digembalakan ditempat
penggembalan yang dekat.
6
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan dari Sistem Pemeliharaan Sistem Ekstensif,Semi Intensif dan Intensif
PertimbanganSistem pemeliharaan
Ekstensif Semi intensif Intensif1. Pengadaan pakan
itikSebagian besardari alam,selebihnyadisediakanpeternak
Sebagian besar olehpeternak, selebihnyaitik mencari sendiri
Seluruhnyadisediakan olehpeternak
2. Pengadaankandang
Tidak perlu Perlu Perlu
3. Pengawasanterhadap ternak
Sulit Cukup mudah Mudah
4. Penggunaanenergi pakan
Tidak efisien Kurang efisien Efisien
5. Produksi telur Rendah Cukup tinggi Tinggi6. Penyeleksian Sulit C ukup mudah Mudah7. Teknologi yang
dipakaiMudah Cukup sulit Sulit
8. Penanggulanganpenyakit
Sulit Cukup mudah mudah
9. Pengembanganusaha
Sulit Cukup mudah Mudah
10. Efisien lahan Rendah Cukup tinggi Tinggi11. Investasi yang
ditanamRendah Cukup tinggi Tinggi
* Sumber : Hardjosworo dan Rukmiasih (2003).
Sistem Pemeliharaan Intensif. Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan
secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Peternak menggunakan prinsip
mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin, dengan biaya dan resiko yang sekecil
mungkin. Memelihara itik secara intensif dengan dikandangkan ialah beternak tanpa air
(pemeliharaan itik sistem kering), seratus persen dikurung dan tidak diberi air untuk
berenang. Air disediakan hanya untuk air minum.
Keuntungan cara pemeliharaan intensif ini adalah lahan yang diperlukan relatif
kecil, dapat memelihara dalam jumlah yang banyak, penanganan dan pengawasan dapat
lebih mudah, tidak tergantung pada musim, produksi maksimal dapat mencapai 85 %,
kotorannya dapat dimanfaatkan dan memungkinkan peternak memilih lokasi yang lebih
dekat dengan daerah pemasaran. Walaupun biaya pakan cukup tinggi tetapi karena
7
jumlah pemeliharaan dan produksinya cukup tinggi pula maka peternak masih dapat
menikmati keuntungan.
Pemeliharaan Semi Intensif. Pemeliharaan semi intensif bisa juga disebut
pemeliharaan semi tradisional, tapi prinsip–prinsip modern juga sudah mulai dipakai.
Dalam pemeliharaan semi intensif, peternak sudah memakai perhitungan cermat untuk
mendapatkan hasil telur yang semaksimal mungkin. Prinsip peternakan moderen mulai
digunakan antara lain jenis itik yang dipelihara mulai diseleksi (warna bulu, bentuk
badan serta fisik lain). Makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan variasi usia
perkelompok sudah dilakukan, tetapi prinsip tradisional seperti lokasi dan tempat
(lanting, dirawa atau didanau), bahan makanan dan cara pemeliharaan yang dilepas
masih tetap dipertahankan pada pemeliharaan semi intensif, dengan sistem
pemeliharaan semi intensif ini produksi telur dapat mencapai 200 butir per ekor /tahun.
Disamping itu angka kematian itik bisa ditekan dan kontinuitas produksi bisa terjamin
serta kualitas telur bisa diperbaiki.
Pemeliharaan ekstensif atau tradisional. Itik yang dipelihara umumnya tidak
banyak, rasio jantan dan betina tidak diperhitungkan, juga perkandangan. Itik bebas
mencari makan sendiri. Makanan hanya diberikan kalau benar-benar keadaan
memungkinkan, misalnya ada limbah dapur atau sisa bahan lain. Peternak tidak pernah
mau ikut campur dalam kegiatan itik, kecuali telur yang dihasilkan dan peternak
memerlukan daging itik itu sendiri. Sistem pemeliharaan seperti ini tidak akan
memberikan keuntungan yang berarti dan peternak tidak pernah merasa rugi. Untuk
menjaga kelestariannya peternak menetaskan beberapa telur itik pada induk ayam atau
itik Manila (Entok).
Umumnya peternak memelihara itik setelah musim panen padi, dengan
memanfaatkan sisa-sisa hasil panen. Sistem ini akan diterapkan kembali seiring dengan
musim tanam berikutnya. Walaupun masa pemeliharaan sangat pendek dan produksinya
rendah, rata-rata 50% dari total produksi, tetapi keuntungan yang diperoleh peternak
cukup tinggi. Sistem ini sangat tergantung pada musim (panen), jumlah pemeliharaan
terbatas dan produksinya rendah.
2.5. Itik Petelur
Tujuan pemeliharaan itik dewasa petelur harus sudah mulai ditetapkan
sebelumnya. Apakah sebagai penghasil telur konsumsi atau sebagai penghasil telur
8
tetas atau anak itik. Bila tujuan pemeliharaan itik petelur hanya untuk memperoleh telur
konsumsi saja, tidaklah perlu untuk mencampurkan itik pejantan pada kelompok itik
petelur. Namun, penerapan yang dilakukan oleh para peternak itik yang masih
menggunakan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional biasanya masih tercampur
dengan itik jantan yang berfungsi untuk pemimpin dalam penggembalaan.
Masa dewasa itik betina pada umur enam bulan, dengan masa bertelur 8-10 bulan
per tahun sampai mencapai umur 3,5 tahun, setelah itu diafkir. Itik petelur yang baik,
produksi telurnya bisa mencapai 275 butir per ekor/tahun. Produksi telur dipengaruhi
oleh 2 faktor penting, yaitu genetik dan lingkungan. Selain itu, umur dari itik juga
menentukan jumlah produksi telur. Pada saat mencapai dewasa kelamin dan
selanjutnya, jumlah telur akan naik. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang
produktivitas itik sampai umur 48 minggu.
Tabel 2. Produktivitas Itik Sampai Umur 48 Minggu
Kriteria KeteranganUmur dewasa kelaminBobot telurClucthProduksi telur selama 6 bulanProduksi telur selama 12 bulanBobot badan saat bertelurKonsumsi pakan sampai umur 8 mingguKonversi ransum sampai umur 8 minggu
172 – 180 hari1
58,4 – 60 g2
14 - 20 butir1
128 butir / ekor2
248 butir / ekor2
1693,8 – 1520,1 g /ekor2
3560,5 kg / ekor2
4,01 kg / ekor2
Sumber : 1. Abdul (1992)2 . Prasetyo dan Susanti (2006)
2.6. Itik Pedaging
Daging itik merupakan salah satu sumber daging yang sudah diterima oleh
masyarakat. Salah satu bentuk bahwa daging itik dikenal adalah pemanfaatan sebagai
bahan baku masakan, yaitu sate daging itik dan daging itik bakar/panggang. Dengan
demikian, permintaan daging itik sebagai bahan untuk dikonsumsi masyarakat relatif
besar.
Itik yang sering dimanfaatkan sebagai penghasil daging biasanya bertipe jantan.
Namun, tipe betina juga bisa dijadikan sebagai itik pedaging, tetapi yang sudah
memasuki masa afkir (kurang berproduksi lagi). Berat badan yang dicapai oleh itik
jantan pada umur 0, 4, 8 dan 16 minggu, menurt Chaves dan Lasmini (1978), dapat
9
mencapai 37 gram, 623 gram, 1.405 gram dan 1.560 gram, sedangkan pada umur 6
bulan dapat mencapai bobot 1.750 gram.
Penyeleksian bibit sangat penting dalam menentukan ternak itik yang digunakan,
apakah jantan atau betina. Karena dengan menyeleksi bibit inilah, usaha peternakan
kita diarahkan ke petelur atau pedaging. Selain itu, tipe pemeliharaannya juga mesti
diperhatikan, apakah semi intensif, intensif maupun ekstensif. Penyeleksian bibit ini
bisa dikenal dengan istilah sexing (penentuan jenis kelamin).
Untuk mencapai keberhasilan dari suatu usaha budidaya peternakan itik, salah
satunya ditentukan faktor penyeleksian bibit yang baik. Bibit itik biasanya bisa
didapatkan dengan cara memelihara induk itik maupun dengan membeli bibit yang ada
di pasar hewan. Di tempat inilah, proses pembelian bibit dan penyeleksian bibit dapat
dilakukan oleh para peternak, apakah mereka memilih bibit untuk petelur atau pedaging.
2.7. Pakan Itik
Peternak umumnya menyusun ransum sendiri dengan menggunakan bahan pakan
lokal. Bahan-bahan tersebut mudah diperoleh dan murah dibanding bahan pakan lain
seperti tepung udang, bungkil kedelai, dan sebagainya. Masing-masing peternak
memilki kemampuan dalam menyusun ransum itiknya kemampuan ini tidak berdasar
kandungan nutrisi yang ada namun semata-mata karena pengalaman mereka yang cukup
lama. Menurut Setioko (1992), dalam menyusun ransum hendaknya menggunakan
bahan pakan yang bermutu, murah dan tersedia sepanjang waktu serta tidak bersaing
dengan manusia. Bahan pakan lokal yang umum digunakan oleh peternak itik antara
lain dedak, padi, keong air, bekicot, dan beberapa hijauan seperti ganggang dan azolla.
Untuk di daerah lahan kering seringkali diberikan gaplek (Rohaeni, 1996).
Amrullah (2004), menyatakan bahwa komponen bahan pakan yang dapat dicerna,
diserap, serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Zat makanan itu ada enam
jenis yaitu : air, karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.
Itik sebagaimana ternak lainnya tidak mampu untuk membuat atau memenuhi
kebutuhan gizinya sendiri, ia harus mengambilnya dari luar tubuhnya yaitu dari ransum.
Dari ransum yang dikonsumsi akan diperoleh energi, protein, lemak, dan asam –asam
amino, vitamin dan mineral. Kesemuanya itu dibutuhkan untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk produksi. Bila ransum yang dikonsumsi tidak mengandung
kebutuhan yang cukup untuk hidup pokok dan produksi, maka itik dengan nalurinya
10
akan menyelamatkan hidupnya terlebih dahulu. Unsur-unsur gizi yang diperoleh dari
ransum digunakan dahulu untuk mempertahankan hidup sehingga produksi terhenti
(Rasyaf, 1993).
Wahju (1997) menyatakan bahwa, selain didasarkan atas kandungan nilai gizi
juga diperhitungkan keseimbangan antara protein dan Energi Metabolis (EM) yang
mempunyai hubungan erat dalam menentukan pertumbuhan dan produksi itik.
Anggorodi (1995) menyatakan, protein adalah unsur pokok alat tubuh dan
jaringan lunak tubuh aneka ternak unggas. Zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan,
pengelolaan dan produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh dan
menurut Murtidjo (1998), fungsi protein bagi itik antara lain adalah metabolisme
kedalam fungsi tubuh yang normal, hormon-hormon reproduksi dan pertumbuhan.
Energi ransum yang dikonsumsi hewan dapat digunakan dalam 3 cara yang
berbeda yaitu dapat menyediakan energi untuk kerja, dapat dirubah menjadi panas atau
dapat disimpan sebagai jaringan tubuh. Energi ransum yang melebihi energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh
disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan energi metabolis tidak dapat dikeluarkan oleh
tubuh hewan. (Anggorodi, 1985).
Rasyaf (1993) menyatakan bahwa, unsur nutrisi kedua yang penting sekali adalah
energi. Energi dibutuhkan untuk segala aktifitas tubuh dan segala sesuatu yang
berjaitan dengan itu. Begitu pentingnya energi ini, sehingga protein akan diubah
menjadi energi bila energi yang dimakan kurang dan cadangan makanan berupa lemak
juga tidak ada lagi. Bahkan itik akan berhenti makan bila ia merasa kebutuhan
energinya telah terpenuhi.
Istilah ”kualitas Telur” semula hanya diartikan untuk menilai gizinya, penilaian
dari luar, dan sifat-sifat lain yang dapat menentukan bahwa telur ini lebih baik daripada
yang lain. Akan tetapi kalau sifat-sifat dari telur itu dihubungkan dengan kualitas
tinggi, maka ”kualitas telur” itu tidak dapat diberikan definisi dengan istilah yang
mudah. Kisaran luas antara sifat fisik dan kimia telur menentukan kualitas telur secara
keseluruhan (Wahyu, 2004).
Faktor makanan hanya sedikit berperanan terhadap komposisi kuning telur.
Umumnya defisiensi dari protein makanan cenderung menurunkan produksi telur, tetapi
tidak kualitas kuning telur. Kartadisastra (1994), menyatakan jumlah kebutuhan
11
ransum ternak harus disesuaikan dengan laju pertumbuhan dan perkembangan umur
ternak itu sendiri.
Tabel 3. Kebutuhan Ransum Itik Berdasarkan Umur per Ekor per Hari
Umur (minggu) Kebutuhan (gram) Umur (minggu) Kebutuhan (gram)1
2
3
4
8
15
25
35
5
6
7
40
50
60
2.8. Penyakit pada Itik dan Pengendaliannya
Pencegahan (pengendalian) penyakit adalah salah satu kewajiban yang
takterhindarkan apabila usaha ternak itik diharapkan memberi keuntungan. Berbagai
cara pengendalian dilakukan antara lain pemeliharaan kesehatan dan kebersihan
lingkungan peternakan maupun vaksinasi terhadap penyakit tertentu yang sulit diobati.
Penyakit itik pada dasarnya terbagi dua yaitu penyakit tidak menular dan penyakit
tidak menular. Penyakit tidak menular disebabkan oleh buruknya tata laksana
pemeliharaan, seperti keracunan, pemeliharaan kesehataan dan kebersihaan yang buruk,
kekurangan vitamin dan mineral, dan lain sebagainya.
Strees (Cekaman). Stress atau cekaman pada itik bisa disebabkan oleh berbagai
faktor pengganggu yang secara langsung mempengaruhi fisiologi tubuh itik, misalnya;
kebisingan, kurang kebebasan bermain dekat air, berpindah tempat, pertukaran pakan
dan lain-lain. Obat untuk menanggulangi “stress” tidak ada. Yang dapat dilakukan
peternak adalah menghindari segala gangguan yang mungkin menimbulkan “stress”
dengan cara memelihara lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan peternakan.
Kekurangan (defisiensi) Vitamin A. Makanan (pakan) yang tidak cukup
mengandung vitamin A dapat menyebabkan kekurangan vitamin A pada itik dan
akhirnya mengganggu pertumbuhan. Itik akan tampak selalu mengantuk, kondisi kaki
lemah, mata tertimbun lendir warna putih dan mudah terkena infeksi. Pada anak itik
umur sekitar 4 minggu yang kekurangan vitamin A terlihat selaput matanya menebal
dan kering, air mata keluar berlebihan, bagian bawah mata tertimbun cairan lendir.
Sedang pada itik dewasa, kekurangan vitamin A mengakibat-kan penurunan produksi
telur, tubuh mengurus dan lemah. Jagung kuning merupakan sumber vitamin A yang
12
sangat diperlukan dalam komposisi pakan itik. Penyakit kekurangan vitamin A
umumnya terjadi karena peternak mengganti jagung kuning dengan jagung putih yang
miskin vitamin A.
Brooder Pneumonia. Penyakit Brooder Pneumonia umumnya menyerang anak
itik yang masih memiliki bulu-bulu halus. Penyakit ini disebabkan oleh karena kotak
atau pelingkar triplek terlalu padat, lampu pemanas untuk induk buatan kurang panas
sehingga anak itik kedinginanan merasa pengap. Tanda-tanda anak itik terserang
penyakit ini adalah pembengkakan di kepala, pernafasan terlihat sulit dan mata selalu
mengeluarkan air. Pencegahan terhdap penyakit ini pada anak itik dapat dilakukan
dengan mengontrol kapasitas kotak atau pelingkar dan mengontrol panas induk buatan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian satu sendok teh baking soda dalam satu
quart (1,136 liter) air minum selama 12 jam untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Rickets Duck. Kekurangan vitamin D yang disertai kekurangan mineral Calsium
dan Fosfor menimbulkan penyakit tulang yang menyebabkan kelumpuhan pada itik.
Penyakit ini biasanya dinamakan “Rickets duck”. Itik yang terserang penyakit ini
mengalami penyimpangan dan kelainan pada persendian kakinya. Pencegahan hanya
bisa dengan memberikan pakan yang cukup mengundang minural Calsium, Fosfor dan
vitamin D. Ke dalam ransum (pakan) itik harus ditambahkan 2 % tepung tulang dan itik
harus mendapat sinar matahari langsung.
Antibiotika Dermatitis. Penyakit ini terjadi pada itik karena penggunaan obat-
obatan yang mengandung antibiotika secara berlebihan. Akibatnya kulit itik menjadi
kering, bulu rontok dan mudah patah, itik selalu gelisa karena gatal-gatal pada kulitnya.
Pencegahaan terhadap penyakit ini adalah dengan menggunakan antibiotika seperlunya.
Penghentian pemberian antibiotika serta pemberian “laxative” (obat pencahar) ringan
seperti “molasses” dapat memulihkan kondisi ternak itik yang menderita dalam 4-6 hari.
Mycosis. Penyakit “Mycosis” pada itik terjadi karena itik secara sengaja atau tak
sengaja mengkonsumsi pakan yang sudah basi atau jamur yang tumbuh di lantai (litter)
kandang itik. Itik yang keracunan jamur terlihat lesu, nafsu makan berkurang dan dalam
beberapa hari berat badan merosot tajam. Bila tidak diketahui, itik akan mati dalam
waktu seminggu. Pencegahaan hanya bisa dilakukan dengan pemeliharaan kesehatan
dan kebersihan kandang yang baik. Lantai (litter) kandang secara berkala dijemur,
diusahakan tidak lembab dan diberi kapur, terutama dimusim penghujan. Pengobatan
13
penyakit Mycosis karena jamur bisa dilakukan dengan memberi antibiotika yang
dicampurkan kedalam air minum atau pakan itik.
Botulism (Limberneck). Penyakit Botulism pada umumnya terjadi karena itik
makan bangkai. Misalnya pemberian makanan daging bekicot yang sudah layu. Bangkai
yang sudah berulat mengandung kuman yang berbahaya yaitu “Clastrididium
Botulinium”. Kuman tersebut memproduksi racun. Tanda-tanda itik yang terserang
penyakit ini adalah leher itik seperti tidak bertulang, tidak tegag atau lunglai setelah itik
memakan bangkai 1-3 hari.
Beberapa jam kemudian setelah leher lunglai mengakibatkan kematian.
Pencegahan dilakukan dengan memelihara kesehatan lingkungan yang baik dan tidak
memberi pakan yang sudah basi (bangkai). Bila masih mungkin ternak itik yang sakit
dapat diberikan obat–obatan pencahar agar itik menceret dan kuman beserta racunnya
dapat ikut keluar dari saluran pencernan. Pengobatan secara tradisional yang dapat
membantu menyembuhkan yaitu dengan memberi: minyak kelapa satu sendok makan
dan air minum yang bersih. Minyak kelapa yang menbuat itik haus dan ingin minum
sebanyak–banyaknya. Jika itik banyak minum, racun dalam darah itik akan encer dan
daya kerjanya berkurang, dengan demikian angka kematian akan menurun.
Keracunan Garam. Penyakit keracunan garam umumnya terjadi bila air itik atau
air kolam mengandung kadar garam yang tinggi, juga bila bahan baku pakan tertentu
berkadar garam tinggi. Keracunan garam pada itik lebih sering terjdi di lokasi
peternakan dekat pantai/tambak yang airnya tercemar garam. Ternak itik tidak begitu
tahan terhadap garam yang berlebihan, konsentrasi 2% saja dalam ransum (pakan) atau
4.000 ppm dalam air minum dapat menimbulkan kematian.
Penyakit menular pada itik merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri atau kuman yang bisa ditularkan melalui kontak langsung atau lewat udara.
Fowl Cholera (kolera itik). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri “Pasteurella
Avicia”. Kandang yang basah serta lembab mempercepat penularan. Penyakit yang
menyerang anak itik umur 4 minggu dapat menimbulkan kematian sampai 50%, sedang
pada itik dewasa menimbulkan kematian kurang dari 50%. Gejala penyakit ini adalah:
sesak nafas, pial bengkak, dan panas, jalan sempoyongan. Itik yang terserang penyakit
kolera yang akut akan meratap dan mengeluarkan suara yang nyaring dan keluar dari
kelompoknya. Keganasan penyakit ini dapat menyebabkan infeksi darah, dan itik akan
14
mati secara mendadak. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi Fowl Cholera.
Pengobatan bagi itik yang terserang pada tingkat awal dapat digunakan obat
Choramphenicol, Tetracycline atau Preparat-preparat Sulfat.
Fowl Pox (Cacar). Penyakit cacar ini menyerang itik semua umur yang
disebabkan oleh virus. Tanda-tanda penyakit ini adalah dengan munculnya benjolan-
benjolan pada bagian badan itik yang tidak tertutup bulu sepertikaki dan kepala.
Penyakit cacar basah menyerang rongga mulut dalam bentuk “diptherie” dan kematian
terjadi karena itik kesulitan makan dan minum. Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara vaksinasi yang disuntukan dibalik sayap itik. Pengobatan cacar kering berupa
benjolan-benjolan dapat dilakukan dengan jalan mengelupasi benjolan-benjolan itu
sampai berdarah kemudian mengolesinya dengan yodium tingture (6-10 %).
White Eye (Mata Memutih). Penyakit yang diduga disebabkan oleh virus ini
menyerang itik segala umur dan yang paling peka adalah itik umur kurang dari 2 bulan.
Biasanya itik yang kurang vitamin A mudah terserang penyakit ini. Kandang yang
lembab dan lantai (litter) yang basah juga memudahkan itik terserang penyakit ini.
Tanda-tanda anak itik yang terserang penyakit ini adalah: cairan putih bening keluar
dari mata dan paruh, kotoran yang bening dalam beberapa jam berubah menjadi
kekuning-kuningan, itik sulit bernafas, lemah dan akhirnya lumpuh. Bila sampai
kejang-kejang, kematian tak bisa dihindari. Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan
dengan antibiotika yang dicampur kedalam air minum atau pakan. Antibiotika yang
sering digunakan adalah Oxytetracycline (terramycin) atau Chlortetracycline
(aureomycin) dengan dosis 10 gram per 100 kg pakan atau 10 gram dalam 40 gallon air
minum akan membantu mengontrol penyakit White Eye.
Coccidiosis. Coccdiosis adalah penyakit berak darah yang juga menyarang itik.
Gejala itik yang diserang penyakit ini adalah kurang nafsu makan, berat badan menurun
drastis dan akhirnya lumpuh. Penularan melalui kotoran itik yang membawa coccidia
dan terjadi relatif cepat pada itik segala umur, tetapi yang banyak terserang adalah pada
anak itik.
Untuk pencegahan dan atau pengobatan penyakit C0ccidiosis dapat dipakai
obat-obatan seperti: “furazolidone, nitrofurazone atau nicardbazin”. Obat-obatan
tersebut dicampurkan kedalam pakan itik atau dilaturkan kedalam air minum. Untuk
membantu kontrol penyakit Coccidiosis, berikan vitamin A dengan konsentrasi tinggi.
15
Coryza. Penyakit Coryza disebut juga penyakit pilek menular. Penyebabnya
adalah semacam microorganisme. Penyakit ini biasanya terjadi pada awal pergantian
musim. Penularannya sangat cepat, melalui kontak langsung antara itik yang sakit
dengan itik yang sehat. Tanda-tanda itik yang terserang penyakit pilek menular ini
adalah keluarnya kotoran cair kental dari mata. Jadi penyakit ini mirip dengan penyakit
White Eye. Anak itik berumur 1 minggu sampai 2 bulan merupkan yang paling sering
menderita. Akan tetapi itik dewasa pun dapat pula terserang wabah penyakit Coryza ini.
Pengobatan yang paling efesien adalah dengan menyuntikan “Streptomycin Sulphat”
secara individual dengan disis 0,4 gram rendah dengan patokan berat badannya.
Penyuntikan dapat diulang sekali dalam sehari untuk selama beberapa hari, dengan
dosis Streptomycin setengah dari dosis diatas.
Salmonellosis. Penyakit Salmonellosis menyerang itik segala umur dan dapat
menyebabkan angkan kematian sampai 50%. Penyebabnya adalah kuman “Salmonella
Anatis”, melalui perantaraan lalat atau makanan atau minuman yang tercemar kuman
tersebut. Tanda-tanda itik yang terserang penyakit ini adalah: keluarnya kotoran dari
mata dan hidung dan menceret. Itik yang bisa sembuh sendiri cukup berbahaya cukup
berbahaya sebagai sumber penyakit, maka sebaiknya disingkirkan saja. Pencegahan
hanya bisa dilakukan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan. Secara berkala
dilakukan pembersihan kandang agar kandang bebas dari kuman Salmonella.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan “Furazolidone”.
Sinusitis. Penyakit Sinusitis menyerang itik dewasa sehingga menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit. Penyakit ini dikarenakan tata laksana pemeliharaan yang
buruk, kekurangan mineral dalam pakannya dan tidak tersedianya kolam untuk bermain.
Akibatnya itik menjadi renta mendapat infeksi sekunder. Tanda-tanda itik yang
terserang penyakit ini adalah: terjadi pembengkakan sinus, dari lubang hidung keluar
cairan jernih, sekresi mata menjadi berbuih, sinus yang membengkak menimbulkan
benjolan di bawah dan di depan mata. Pencegahan hanya bisa dilakukan dengan tata
laksana pemeliharaan yang baik. Pengobatan bagi itik yang sakit ada;lah disuntuk
dengan antibiotika (strepto-mycin) ke dalam sinus yang menderita. Dosis pada itik
dewasa adalah sebanyak 0,5 gram streptomycin yang dilarutkan ke dalam 20 cc
aquadest. Larutan ini disuntikan ke dalam sinus. Untuk pengobatan yang lebih muda,
16
dosisnya dikurangi. Pengobatan seperti ini dilakukan sekali dalam 48 jam sampai
sembuh.
Aflatoksikosis. Aflatoksikosis yang menyerang itik pada umumnya disebabkan
oleh “Aflatoksin” yang dihasilkan oleh “Asperqillus Flavus”. Aflatoksin menyerang
hati, sehingga itik yang terserang penyakit ini hatinya membesar. Tanda-tanda itik yang
terserang penyakit ini adalah : kondisi sangat lemah, terjadi pendarahan di bawah kulit
kaki dan jari, terhuyung-huyung, akhirnya mati dalam posisi terlentang. Anak itik lebih
muda terserang penyakit ini dibanding itik dewasa. Pencegahan bisa dilakukan dengan
pemeliharaan kebersihan lingkungan kandang, penaburan kapur di lantai kandang,
pembersihan kandang agar bebas dari serangga. Pengobatan hanya bisa diusahakan
dengan memberikan anti biotika yang dicampurkan dalam air minum atau pakannya.
17
III. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari kegiatan transfer ilmu dan teknologi berbasis (IbM) adalah:
1. Mengetahui karakteristik peternak itik dan potensi pakan itik di di Desa Muara
Jaya, Kecamatan Caringin, Bogor.
2. Menformulasi pakan itik komplit untuk pemeliharaan secara intensif.
3. Transfer teknologi tentang: penyusunan ransum itik, managemen pemeliharaan itik
secara intensif
4. Mengetahui tingkat kelayakan usahaternak itik secara intensif.
Manfaat utama ditujukan bagi peternak yaitu:
1. Peternak dapat menyusun ransum itik menggunakan bahan pakan yang ada di
lokasi, dengan kualitas yang memenuhi persyaratan kebutuhan nutrisi itik dan
dengan biaya yang minimum
2. peternak mampu membuat recording performance usahanya yang meliputi
performan reproduksi, performan produksi dan manajemen.
3. Berdasarkan recording tersebut, peternak mampu menganalisis kelayakan usaha
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh pembiayaan usaha dari lembaga
keuangan.
4. Berdasarkan recording peternak mampu meningkatkan genetik populasi itiknya
untuk meningkatkan produktivitas peternakannya, sehingga pendapatannya dapat
meningkat.
18
IV. METODE PENELITIAN
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat tentang Intensifikasi Usaha
Peternakan Itik dalam rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Pinggir Kota
adalah:
4.1. Desk Study dan Survey
- Desk study menelusuri dan mengevaluasi data sekunder dan studi yang terkait.
- Melaksanakan survey data lapangan untuk memperoleh data kondisi sosial ekonomi
peternak.
4.2. Formulasi dan Pembuatan Pakan
Dalam kegiatan ini dikaji tentang kandungan nutrien bahan pakan potensial,
formulasi dan pembuatan ransum itik, dan cara pembuatan pakan itik.
4.3. Pelatihan dan Pendampingan Peternak (Feeding Trial)
Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan peternak yang meliputi:
a. Manajemen pemeliharaan itik secara intensif yang meliputi feeding (pemberian
pakan), breeding (seleksi induk yang baik) dan manajemen (perkandangan dan
kesehatan ternak).
b. Pengetahuan bahan baku pakan itik, baik pakan sumber protein maupun pakan
sumber energi.
c. Formulasi dan pembuatan pakan itik
d. Recording usahaternak itik yang meliputi performan reproduksi (daya tetas, laying
period, rasio jantan betina); performan produks (hen day, feed convertion ratio) dan
performan managemen (mortalitas).
e. Analisis kelayakan usaha ternak itik
4.4. Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui tingkat
keuntungan usaha ternak itik dan formulasi ransum yang bisa meminimumkan biaya.
19
a. Analisis kelayakan Usaha Secara intensif
Kriteria kelayakan yang digunakan yaitu :
1. Nilai Manfaat Sekarang ( Net Present Value/ NPV)
NPV = ∑
Keterangan :
NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t
n = Periode usaha ( tahun)
t = Tahun
Bt = Penerimaan pada tahun ke-t
Ct = Biaya tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga/ tahun
Nilai NPV memiliki arti :
NPV > 0 maka usaha peternakan itik Alabio layak untuk dilaksanakan/
menguntungkan.
NPV < 0 maka usaha peternakan itik tidak layak untuk dilaksanakan/
merugikan.
NPV = 0 maka usaha peternakan itik Alabio impas antara biaya dan manfaat.
2. Tingkat Pengembalian Internal ( Internal Rate of Return/ IRR)
IRR = I1 + (I2 – I1) x
Keterangan
IRR = Internal Rate of Return
I1 = Suku bunga yang rendah
I2 = Suku bunga yang tinggi
NPV1 = Nilai NPV yang tinggi (positif)
NPV2 = Nilai NPV yang rendah (negatif)
NPV
NPV1 – NPV2
n
t-1
Bt – Ct
(1 + i)t
20
Nilai IRR memiliki arti :
IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan itik Alabio layak
dilaksanankan
IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan itik Alabio tidak layak
dilaksanakan
IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan itik Alabio impas tidak
untung atau rugi
b. Analisis program linier
Ransum yang dibuat dibedakan untuk itik layer (petelur) dan ransum untuk
pembesaran itik sari DOD (day old duck) sampai pulet (itik dara siap bertelur).
Bahan yang digunakan sesuai dengan potensi pakan di lokasi. Kendala
pembatasnya adalah kenutuhan energi, protein dan kalsium.
Persamaan program linier yang digunakan adalah sebagai berikut
Minimumkan C = C1X1 + C2X2 + ..... + cn Xn
Kendala pembatas:
E1X1 + E2X2 + ..............+ EnCn ≥ E
P1X1 + P2X2 + ..............+ PnCn ≥ P
K1X1 + K2X2 + ..............+ KnCn ≥ K
Dimana C = biaya ransum yang akan diminimumkan (Rp)
Ci = harga bahan baku pakan ke –i (Rp)
Xi = jumlah bahan baku pakan ke –i yang digunakan
Ei = kandungan energi bahan baku pakan ke –i (kkal)
Pi = kandungan protein bahan baku pakan ke –i (%)
Ki = kandungan kalsium bahan baku pakan ke –i (%)
E = kandungan energi minimum dalam ransum (kkal)
P = kandungan protein minimum dalam ransum (%)
K = kandungan kalsium minimum dalam ransum (%)
21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Peternak Itik dan Potensi Pakan Itik di Desa Muara Jaya,Kecamatan Caringin, BogorKarakteristik anggota KT Setia Wargi dilihat berdasarkan umur, pendidikan
formal dan lama beternak itik (pengalaman). Kisaran umur anggota KT Setia Wargi
antara 17 sampai 47 tahun. Kisaran tersebut masih berada pada usia produktif. Sebagian
besar anggota KT Setia Wargi berpendidikan SMP atau SMA dan pengalaman dalam
beternak itik antara 5 sampai 20 tahun. Secara rinci karakteristik anggota KT Setia
Wargi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Peternak Itik Kelompok Tani Setia Wargi
No Nama Umur(tahun)
PendidikanFormal
Lama Beternak(tahun)
1 Ade Sarifudin 30 SMA 102 Sarja 45 SD 153 Agus Candra 17 SMP 24 Damu 20 SMP 105 Wahyu Nurdin 33 SMA 56 Alam Saefudin 35 SMP 57 Ade Hasanudin 30 SMA 58 Endi Kusnadi 34 SMP 59 Arifin Suhendar 33 SMP 1010 Empung Sumitra 47 SMA 1511 Encep Sudarcep 35 SMP 1512 Munijar 43 SD 2013 Andi 40 SMA 514 Gandi 40 SMA 1015 Deni Iskandar 44 SD 20
Jumlah itik yang dipelihara oleh anggota KT Setia Wargi bervariasi. Sebagian
besar memelihara berkisar antara 1 sampai 10 ekor (60 %). Luas kandang yang dimiliki
peternak antara 10 sampai 20 m2. Pada Tabel 5 dapat dilihat persentase jumlah peternak
berdasarkan jumlah itik yang dipelihara dan luas kandang yang dimilikinya.
22
Tabel 5. Jumlah Itik yang Dipelihara dan Luas Kandang Peternak
No Uraian Jumlah Peternak (orang)Persentase
(%)1 Jumlah Itik (Ekor) 1-10 9 60
10-20 5 33>20 1 7
Total 15 1002 Luas Kandang (m2) <10 2 13
10-20 10 67>20 3 20
Total 15 100
Kegiatan ini dimaksudkan agar peternak dapat memelihara itik secara intensif.
Karena sebagian besar peternak masih memelihara secara ekstensif. Para peternak
masih mengangon itiknya ke sawah. Hal tersebut dapat menghabiskan waktu peternak
selama 1 sampai 9 jam per hari untuk mengangon. Sistem pemeliharaan dan curahan
waktu dalam usaha peternakan itik dapat dilihat pada Tabel 6 dan pada Tabel 7 dapat
dilihat beberapa jenis pakan yang biasa digunakan oleh anggota KT Setia Wargi.
Tabel 6. Sistem Pemeliharaan dan Curahan Waktu dalam Usaha Peternakan Itik
No Uraian Jumlah Peternak(orang)
Persentase(%)
1 Sistem Pemeliharaan Ekstensif 6 40Semi Intensif 9 60Intensif 0
Total 15 1002 Curahan Waktu
(Diangon)1-3 jam/hari 2 134-6 jam/hari 5 337-9 jam/hari 8 54
Total 15 100
Tabel 7. Jenis Pakan Itik yang Biasa Digunakan oleh Peternak KT Setia Wargi
No Jenis Pakan1 Dedak2 Gabah3 Keong sawah4 Limbah rumah tangga
23
5.2. Formulasi Pakan Itik Komplit untuk Pemeliharaan Secara Intensif
Berbagai jenis bahan pakan bisa digunakan untuk membuat formula pakan ternak
itik. Pengambilan keputusan bahan pakan mana yang akan digunakan untuk ternak itik
yang kita pelihara tergantung kepada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan,
diantaranya adalah ketersediaan bahan tersebut.
Saat ini, bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik di Indonesia sebagian
besar diimpor dari luar negeri. Padahal di Indonesia yang sebagian besar penduduknya
hidup dari pertanian dan perikanan, banyak bahan pakan yang dapat berasal dari
kegiatan pertanian dan perikanan tersebut, contohnya dedak padi, bungkil kelapa,
bungkil kacang tanah, tepung singkong, tepung daun singkong, tepung ikan, tepung
cangkang udang, tepung kerang, tepung cangkang telur, dan masih banyak lagi.
Kebutuhan zat makanan setiap jenis itik maupun setiap periode pemeliharaan
sangat penting diketahui, karena sangat diperlukan dalam membuat formula pakan itik.
Tanpa mengetahui kebutuhan zat makanan dari ternak itik yang mau kita buatkan
formula pakannya, tidak mungkin suatu formula pakan akan tersusun. Kebutuhan zat
makanan untuk itik periode bertelur disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Kebutuhan Zat Makanan Itik Periode Bertelur
Zat makanan JumlahEnergi (Kkal/kg) 2860,00Protein (%) 18,00Kalsium (%) 3,50Fosfor (%) 0,42Metionin (%) 0,34Lisin (%) 0,93
Sebelum menyusun ransum, selain kebutuhan zat makanan, yang penting
diperhatikan adalah batas penggunaan bahan-bahan makanan di dalam pakan. Dari
praktek sehari-hari dalam membuat formulasi pakan, perkiraan kasar jumlah bahan
pakan yang biasa digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Maka diperoleh formulasi
pakan itik komplit yang dapat dilihat pada Tabel 10.
24
Tabel 9. Perkiraan Kasar Jumlah Bahan Pakan dalam Pakan Itik
Bahan pakan Jumlah dalam pakan (%)Jagung kuning 50 – 60Tepung gaplek 30Dedak halus 20 – 30Bungkil-bungkilan 15 – 30Tepung ikan 5 – 15Minyak s/d 7Tepung daun 3 – 5Premiks 0,5
Tabel 10. Formulasi Ransum Itik Periode Layer
Bahan makanan Jumlah (%)Jagung kuning 56,00Dedak padi 13,00Meat Bone Meal (MBM) 1,85Bungkil kedelai 11,03Tepung ikan 7,00Minyak 4,20CaCO3 6,32L-lysin 0,00Dl-methionin 0,10Premix 0,50Jumlah 100,00
5.3. Transfer Teknologi Tentang: Penyusunan Ransum Itik, ManajemenPemeliharaan Itik Secara IntensifKegiatan edukasi dan pendampingan
peternak yang dilakukan terdiri atas dua
kegiatan, yaitu:
1. Pelatihan Recording, Kelayakan Usaha
dan Penyusunan Ransum Komplit.
2. Pendampingan Peternak dalam
Introduksi Teknologi Tepat Guna
Optimasi Pemberian Ransum Komplit.
Dalam kegiatan pelatihan peternak, materi yang diberikan meliputi recording,
analisis kelayakan usaha, penyediaan bahan baku ransum itik, pembuatan formulasi
25
ransum itik, pengenalan teknologi
pengolahan ransum itik dan penerapan
teknologi penyediaan ransum itik. Kegiatan
pendampingan peternak merupakan uji coba
lapang di tingkat peternak berupa materi
yang telah diberikan pada saat pelatihan
agar peternak dapat melihat dampak dari
teknologi ransum dan manipulasi nutrisi
yang telah disesuaikan dengan kondisi peternak.
Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 13-17 Oktober 2010 di Kelompok Tani
Setia Wargi (KT Setia Wargi), Desa Muara Jaya, Kecamatan caringin, Kabupaten
Bogor. Peserta kegiatan berasal dari anggota
KT Setia Wargi sebanyak 15 orang.
Materi pelatihan meliputi :
1. Penyusunan Recording
2. Analisis Kelayakan Usaha
3. Pembuatan Ransum Itik Komplit
Materi pelatihan secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Kegiatan pendampingan peternak dilakukan dari bulan 18 Oktober sampai 18
November 2010. Peternak yang didampingi merupakan peternak yang mengikuti
kegiatan pelatihan. Pendampingan peternak
dilakukan dengan pembuatan demonstrasi
penggunaan ransum (Feeding Trial) di
peternakan yang dapat ditinjau dan diamati
oleh peternak. Uji coba dilakukan pada tiga
orang anggota kelompok yaitu Ade
Saefudin, Empung Sumitra, dan Wahyu
Nurdin. Sebanyak 10 ekor betina dan satu
ekor jantan pada masing-masing peternak.
26
Dari hasil uji coba lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum
komplit dapat meningkatkan produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen.
5.4. Tingkat Kelayakan Usahaternak Itik Secara IntensifAnalisis keuntungan dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari
DOD (kategori I) dan pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II).
Tabel 11. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari DOD (Kategori I)No Asumsi Nilai Satuan1 Periode pemeliharaan DOD + Produksi 30 Bulan2 Bangunan (kandang) 2.000.000 Rp/1000 ekor itik3 Tenaga kerja 2 Orang4 Tenaga Ahli 1 Orang5 Harga jual
5.1. Telur per butir 1.0005.2. Pupuk kandang (karung/100kg) 250.0005.3. Itik tua per ekor 25.000
6 Pemeliharaan itik umur 1hari 1.000 DOD7 Itik mulai bertelur 6 bulan
- Itik 6-8 bulan 50% bertelur- Itik 8-24 bulan 75% bertelur- Itik 24-30 bulan 50% bertelur
8 PakanAlternatif I (Konsentrat: Dedak = 1:4) 2.500 Rp/kgAlternatif II (Konsentrat: Dedak = 1:5) 2.300 Rp/kgAlternatif III (Keong: Dedak = 2:3) 2000 Rp/kg
9 Mortalitas 7%10 Lama 1 bulan 30 hari
27
Tabel 12. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari Dara (Kategori II)No Asumsi Nilai Satuan1 Periode Produksi 24 Bulan2 Bangunan (kandang) 2.000.000 Rp/1000 ekor itik3 Tenaga kerja 2 Orang4 Tenaga Ahli 1 Orang5 Harga jual
5.1. Telur per butir 1.000 Rupiah5.2. Pupuk kandang (karung/100kg) 2.500 Rupiah5.3. Itik tua per ekor 12.500 Rupiah
6 Pemeliharaan itik umur 5 bulan 3minggu 1.000 Dara
7 Itik mulai bertelur 6 bulan- Itik 6-8 bulan 50% bertelur- Itik 8-24 bulan 75% bertelur- Itik 24-30 bulan 50% bertelur
8 PakanAlternatif I (Konsentrat: Dedak = 1:4) 2.500 Rp/kgAlternatif II (Konsentrat: Dedak = 1:5) 2.300 Rp/kgAlternatif III (Keong: Dedak = 2:3) 2.000 Rp/kg
9 Mortalitas 2%10 Lama 1 bulan 30 hari11 Itik Dara Betina (5 bulan 3 minggu) 40.000 Rp/ekor
5.4.1. Komponen dan Struktur Biaya
Komponen biaya investasi usaha itik petelur terdiri dari sewa tanah, biaya
pembuatan kandang, biaya infrastruktur air dan listrik, peralatan penunjang lainnya,
pembelian bibit itik DOD (Day Old Duck), sekop, wadah pakan, dan tempat
penampungan telur. Biaya operasi meliputi pembelian pakan dan obat-obatan. Porsi
biaya terbesar usaha itik petelur adalah untuk pakan.
28
Tabel 13. Rincian Biaya Investasi (Kategori I)
NoNo Uraian Spesifikasi
Teknis
JumlahSatuanFisik
HargapersatuanFisik (Rp
JumlahNilai (Rp)
UmurEkonomis
(th)
NilaiPenyusutan
(Rp)1 2 3 4 5 6 7
1 Sewa Tanah 1.000.0002 Kandang Paket 1.000 2000 2.000.000 5 400.0003 Sumber air dan
listrikUtk sejumlah
ekor 2.500.000 15 166.667
4 Peralatanpenunjanglainnya
1.000.000 15 66.667
5 DOD 100 % betinaumur 1 hari 1.000 4.500 4.500.000 2,50 1.800.000
6 Sekop 5 20.000 100.000 5,00 20.0007 Wadah pakan 10 21.000 210.000 5,00 42.0008 Tempat
penampungantelur
240.000 5,00 48.000
Jumlah Ekor 1.000 11.550.000 2.543.334
Tabel 14. Biaya Operasi Per Periode (Kategori I)
No. Uraian SpesifikasiTeknis
Jumlahsatuan
Harga persatuan Jumlah Nilai (Rp)
1 Pakan0-1 minggu gr/ekor/hr 20 2.500 350.0001 minggu -1 bln gr/ekor/hr 40 2.300 1.932.0001-6 bulan gr/ekor/hr 120 2.300 41.400.0006-30 bulan gr/ekor/hr 160 2.300 264.960.000
2 Obat dan vaksin Ekor 1.000 1.500 1.500.0003 Tenaga kerja Orang 2 900.000 54.000.0004 Tenaga Ahli (Koordinator) Orang 1 1.500.000 45.000.0005 Keranjang telur dan
transport Ekor 1.000 4.500 4.500.000
6 Air dan Listrik Bulan 30 90.000 2.700.0007 Penunjang Produksi Ekor 1.000 900 900.0008 Pemeliharaan dan
perbaikan Ekor 1.000 1.000 1.000.000
Jumlah Ekor 418.242.000Asumsi :1. Penjualan tiap hari tetapi pendapatan di peroleh tiap 10 hari sekali2. Modal Kerja = biaya operasi per 10 hari (= total biaya/360 x 10 )
29
Tabel 15. Rincian Biaya Investasi (Kategori II)
No Uraian SpesifikasiTeknis
JumlahSatuanFisik
Hargapersatuan
Fisik(Rp)
JumlahNilai (Rp)
UmurEkonomis
(th)
NilaiPenyusutan
(Rp)
1 Sewarumah/Tanah 1.000.000
2 Kandang Paket 1.000 2.000 2.000.000 5 400.0003 Sumber air
dan listrikUtk
sejumlahekor
2.500.000 15 166.667
4 Peralatanpenunjanglainnya
1.000.000 15 66.667
5 Itik dara 100 %betinaumur 5bulan
1.000 40.000 40.000.000 2 20.000.000
6 Sekop 5 20.000 100.000 5 20.0007 Wadah pakan 10 21.000 210.000 5 42.0008 Tempat
penampungantelur
240.000 5 48.000
JUMLAH Ekor 1.000 47.050.000 20.343.734.Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2001)
Tabel 16. Biaya Operasi Per Periode (Kategori II)
No Uraian Spesifikasi Teknis Jumlahsatuan
Hargaper
satuan
JumlahNilai (Rp)
1 Pakan6-30 bulan gr/ekor/hr 160 2.300 364.960
2 Obat dan vaksin Ekor 1.000 1.500 1.500.0003 Tenaga kerja Orang 2 900.000 43.200.0004 Tenaga Ahli
(Koordinator) Orang 1 500.000 36.000.000
5 Keranjang telur dantransport Ekor 1.000 4.500 4.500.000
6 Air dan Listrik Bulan 24 90.000 2.160.0007 Penunjang Produksi Ekor 1.000 900 900.0008 Pemeliharaan dan
perbaikan Ekor 1.000 1.000 1.000.000
JUMLAH Ekor 2.000 354.220.000Asumsi:1. Penjualan tiap hari tetapi pendapatan di peroleh tiap 10 hari sekali2. Modal Kerja = biaya operasi per 10 hari (= total biaya/360 x 10 )
30
5.4.2. Pendapatan
Pendapatan bersih yang dihasilkan dari usaha itik petelur dari tahun pertama
hingga berakhirnya masa proyek rinciannya dapat dilihat dalam Tabel 17. Pendapatan
bersih khusus pada tahun ke empat pada kategori I pendapatan bersih bernilai negative
karena adanya pembelian baru DOD.
Tabel 17. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Itik PetelurTahun Kategori I (DOD) Kategori II (Itik Dara)
Tahun Ke 1 -593.859.105 945.390.000Tahun Ke 2 504.055.455 982.342.200Tahun Ke 3 606.076.320 1.076.385.150Tahun Ke 4 -291.458.505 1.002.765.000Tahun Ke 5 460.180.455 606.802.200Tahun Ke 6 600.451.320 951.190.350Rata-rata per tahun 214.240.980 927.479.145
5.4.3. Aliran Laba-Rugi dan Arus Kas
Arus Kas dan Evaluasi Profitabilitas Rencana Investasi
1. Arus Kas
Arus kas untuk usaha itik petelur kategori I dan kategori II secara terperinci dapat
dilihat dalam lampiran.
2. Net B/C, IRR, NPV, dan Pay Back Periode.
Perhitungan net B/C, IRR dan NPV dan Pay Back Period untuk usaha itik petelur
kategori I dan kategori II menggunakan rumus dan cara perhitungan seperti yang
diuraikan pada lampiran
3. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha ternak itik petelur pada kategori II
lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengusahaan itik petelur pada kategori
I. Nilai IRR untuk Kategori I sebesar 35% berarti usaha itu masih layak secara
finansial untuk terus diusahakan sampai tingkat suku bunga yang berlaku masih
dibawah 35%. Demikian juga untuk Kategori II, usaha tersebut masih layak untuk
diusahakan secara finansial sampai tingkat suku bunga yang berlaku masih dibawah
159%. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Tabel 18.
31
Tabel 18. Evaluasi Profibilitas Rencana Investasi Usaha Ternak Itik Petelur
Kriteria Kategori I Kategori IINPV Rp. 19.695.093 Rp. 179.405.378
Net B/C 1,42 5,94IRR 34,76% 159%PBP 2 tahun 7 bulan 8 bulan
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2001)
5.4.4. Analisis Break Even Point
Analisis titik pulang pokok/impas atau Break Even Point dari usaha itik petelur
dengan mempertimbangkan besarnya biaya tetap, biaya variabel dan tingkat harga jual,
selama umur proyek didapatkan nilai rata-rata untuk skala usaha kategori I sebesar
Rp 31.003.288, atau sebesar 49.502 kg telur itik, sedangkan untuk skala usaha kategori
II sebesar Rp 45.022.355 atau sebesar 73.411 kg telur itik.
32
VI. KESIMPULAN
Karakteristik anggota KT Setia Wargi dilihat berdasarkan umur, pendidikan formal dan
lama beternak itik (pengalaman). Kisaran umur anggota KT Setia Wargi antara 17 sampai 47
tahun. Kisaran tersebut masih berada pada usia produktif. Sebagian besar anggota KT Setia
Wargi berpendidikan SMP atau SMA dan pengalaman dalam beternak itik antara 5 sampai 20
tahun. Jumlah itik yang dipelihara oleh anggota KT Setia Wargi bervariasi. Sebagian
besar memelihara berkisar antara 1 sampai 10 ekor (60 %).
Kegiatan edukasi dan pendampingan peternak yang dilakukan terdiri atas dua
kegiatan. Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 13-17 Oktober 2010 di Kelompok
Tani Setia Wargi (KT Setia Wargi), Desa Muara Jaya, Kecamatan caringin, Kabupaten
Bogor. Peserta kegiatan berasal dari anggota KT Setia Wargi sebanyak 15 orang.
Kegiatan pendampingan peternak dilakukan dari bulan 18 Oktober sampai 18 November 2010.
Peternak yang didampingi merupakan peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan.
Pendampingan peternak dilakukan dengan pembuatan demonstrasi penggunaan ransum
(Feeding Trial) di peternakan yang dapat ditinjau dan diamati oleh peternak. Uji coba dilakukan
pada tiga orang anggota kelompok yaitu Ade Saefudin, Empung Sumitra, dan Wahyu Nurdin.
Sebanyak 10 ekor betina dan satu ekor jantan pada masing-masing peternak. Dari hasil uji coba
lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum komplit dapat meningkatkan
produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen.
Analisis keuntungan dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari
DOD (kategori I) dan pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode
usaha 10 tahun dan dengan biaya investasi sebesar Rp. 11.550.000 (kategori I), Rp.
47.050.000 (kategori II), Net Present Value yang diperoleh sebesar Rp. 19.695.093
(kategori I), dan Rp. 179.405.378 (kategori II), dengan Net B/C, kategori I, 1,42, dan
kategori II, 5,94 . Nilai Internal Rate of Return pada periode usaha yang sama
(kategori I) adalah 34,76%, dan pada kategori II, sebesar 159%. Sedangkan PBP, pada
kategori I, 2 tahun 7 bulan, dan pada kategori II, 8 bulan. Secara umum usaha
peternakan itik Alabio “Bina Karya Ternak” layak untuk dilaksanakan karena nilai Net
Present Value positif dan nilai Internal Rate of Return lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku.
33
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Biro Pusat Statistik. 2001. Sensus Pertanian 2001. BPS. Jakarta.
Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gretinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta.
Kadariah, Karlina, L., dan Gray, C. 1999. Pengantar Evaluasi proyek. FE-UI. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Mengelola Itik. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Samosir, D. J. 1983. Ilmu Ternak Itik. Penerbit P.T. Gramedia, Jakarta.
Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan: Kumpulan Pemikiran. USESEFoundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB. Bogor.
Shane S. M. 1998. Buku Pedoman Penyakit Unggas. American Soybean Association.Singapore.
Soehadji. 1995. Membangun Peternakan Tangguh. Orasi Ilmiah. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Soekartawi, A. Sohardjo, John L.D., J.B. Hardake. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitianuntuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Materi Pelatihan “Analisis Kelayakan Finansial”
BAHAN PELATIHAN
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIALPADA USAHA ITIK PETELUR
DI KELOMPOK TANI TERPADU SETIA WARGI
DESA MUARA JAYA KECAMATAN CARINGINBOGOR
Oktober 2010
Oleh:
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc
PUSAT STUDI HEWAN TROPIKA (CENTRAS)LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010
36
Pengertian Analisis Finansial
Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan
penerimaan yang diperoleh, untuk menentukan apakah suatu usaha akan
menguntungkan. Analisis kelayakan finansial menggunakan arus kas (cashflow)
selama umur investasi (kandang, alat, itik produktif).
Penilaian kelayakan ada 2 cara, yaitu:
1. menggunakan discounted criteria (kriteria diskonto): NPV (net present value)
dan IRR (internal rate of return)
2. undiscounted criteria (kriteria non-diskonto), tidak memasukkan time value of
money (nilai waktu terhadap uang): R/C (revenue cost rasio), dan IFC (income
over feed cost)
I. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara present value dari pada benefit dan present value dari
biaya. Suatu usaha dinyatakan menguntungkan jika NPV nilainya lebih besar dari nol.
Nilai NPV sama dengan nol, berarti usaha tidak untung atau rugi. Jika NPV lebih kecil
dari nol, usaha rugi.
Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut:
NPV = ∑
Keterangan :
NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t
n = Periode usaha (tahun)
t = Tahun
Bt = Penerimaan pada tahun ke-t
Ct = Biaya tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga/ tahun
n
t-1
Bt – Ct
(1 + i)t
37
II. Internal Rate of Return (IRR)
IRR atau tingkat pengembalian internal, adalah tingkat diskonto pada saat NPV sama
dengan nol. Ni1ai IRR menunjukkan tingkat keuntungan dari suatu usaha tiap
tahunnya dan menunjukkan kemampuan usaha tersebut mengembalikan bunga
pinjaman. Jika IRR suatu usaha lebih besar atau sama besar dengan tingkat diskonto,
maka usaha tersebut dapat dikatakan layak. Jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto
yang berlaku, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus mencari
IRR adalah sebagai berikut:
IRR = I1 + (I2 – I1) x
Keterangan
IRR = Internal Rate of Return
I1 = Suku bunga yang rendah
I2 = Suku bunga yang tinggi
NPV1 = Nilai NPV yang tinggi (positif)
NPV2 = Nilai NPV yang rendah (negatif)
III. R/C (revenue cost rasio)
Revenue-cost ratio atau perbandingan penerimaan dan biaya suatu usaha
menunjukkan kemampuan modal yang ditanam untuk menghasilkan penerimaan.
Apabila nilai R/C lebih besar dari satu, menunjukkan bahwa usaha tersebut
menguntungkan. Apabila nilai R/C sama dengan 1, maka usaha tidak untung dan tidak
rugi, dan bilai nilai R/Ckurang dari 1, menunjukkan bahwa usaha rugi. Rumus mencari
R/C adalah sebagai berikut:
BiayapenerimaanCR /
NPV
NPV1 – NPV2
38
IV. PBP (Pay Back Period)
PBP adalah menghitung seberapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
investasi dan modal kerja yang ditanam dalam suatu usaha. Usaha dikatakan layak
apabila nilai PBP lebih pendek dari waktu yang disyaratkan. Sedangkan kalau PBP
lebih lama dari yang disyaratkan kegiatan tidak layak.
V. Cara Menghitung Kelayakan Finansial.Perhitungan kelayakan finansial dilakukan secara manual atau dengan bantuan
komputer yaitu menggunakan program Excel Window. Asumsi teknis diperlukan untuk
menghitung kelayakan finansial, seperti contoh pada Tabel 1.
Tabel 1. Contoh Asumsi dan Parameter Perhitungan usaha Itik dari DOD
No Asumsi Nilai Satuan
1 1 Periode Produksi 30 Bulan
2 Bangunan (kandang) 2.000.000 Rp/1000 ekor itik
3 Tenaga kerja 4 Orang
4 Tenaga Ahli 1 Orang
5 Harga jual
5.1. Telur per butir 600
5.2. Pupuk kandang (karung/100kg) 180000
5.3. Itik tua per ekor 12500
6 Pemeliharaan itik umur 1hari 1000 DOD
7 Itik mulai bertelur 6 bulan
- Itik 6-8 bulan 50% bertelur
- Itik 8-24 bulan 75% bertelur
- Itik 24-30 bulan 50% bertelur
8 Pakan
Alternatif I (Konsentrat: Dedak = 1:4) 1.150 Rp/kg
Alternatif II (Konsentrat: Dedak = 1:5) 1.040 Rp/kg
Alternatif III (Keong: Dedak = 2:3) 715 Rp/kg
9 Mortalitas 7%
10 Lama 1 bulan 30 hari
39
Komponen biaya investasi usaha itik petelur terdiri dari sewa tanah, biaya pembuatan
kandang, biaya pembelian air dan listrik, peralatan penunjang lainnya, pembelian bibit
itik DOD (Day Old Duck), sekop, wadah pakan, dan tempat penampungan telur. Biaya
operasi adalah untuk pembelian pakan dan obat-obatan. Porsi biaya terbesar usaha
itik petelur adalah untuk pakan (Contoh Tabel 2). Pendapatan bersih dari usaha itik
petelur dari tahun pertama hingga berakhirnya masa usaha seperti pada contoh Tabel
4.
Tabel 2. Rincian Biaya Investasi
NoUraian Satuan Jumlah
SatuanHarga
(Rp/sat) Nilai (Rp) Umur(th)
Penyusutan(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
1 Sewarumah/Tanah 375.000
2 Kandang Paket 1.000 250 2.000.000 5 400.000
3 Sumber air danlistrik Paket 250.000 15 16.667
4 Peralatanlainnya 250.000 15 16.667
5 DOD 100%betina 1.000 4.500 4.500.000 2,50 1.800.000
6 Sekop 5 20.000 100.000 5,00 20.000
7 Wadah pakan 10 21.000 210.000 5,00 42.000
8 Penampung telur 240.000 5,00 48.000
Jumlah Ekor 2.000 7.925.000 2.343.334
40
Tabel 3. Biaya Operasi Per Periode
No. Uraian Satuan Jumlahsatuan
HargaRp/sat
Nilai (Rp)
1 Pakan
0-1 minggu gr/ekor/hr 20 1.040 145.600
1 minggu -1 bln gr/ekor/hr 40 1.040 873.600
1-6 bulan gr/ekor/hr 120 1.040 18.720.000
6-30 bulan gr/ekor/hr 160 1.040 119.808.000
2 Obat dan vaksin Ekor 1.000 1.500 1.500.000
3 Tenaga kerja Orang 4 300.000 36.000.000
4 Tenaga Ahli Orang 1 500.000 15.000.000
5 Keranjang telur dantransport Ekor 1.000 4.500 4.500.000
6 Air dan Listrik Bulan 30 30.000 900.000
7 Penunjang Produksi Ekor 1.000 300 300.000
8 Pemeliharaan danperbaikan Ekor 1.000 1.000 1.000.000
JUMLAH Ekor 2.000 198.747.200
Tabel 4. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Itik Petelur
Tahun Kategori I (DOD)
Tahun Ke 1 - 39.590.607
Tahun Ke 2 33.603.697
Tahun Ke 3 40.405.088
Tahun Ke 4 - 19.430.567
Tahun Ke 5 30.678.697
Tahun Ke 6 40.030.088
Rata-rata per tahun 14.282.732
41
Lampiran 2. Materi Pelatihan “Penyusunan Ransum Itik Komplit”
BAHAN PELATIHAN
PEMBUATAN RANSUM ITIK PETELUR
DI KELOMPOK TANI TERPADU SETIA WARGI
DESA MUARA JAYA KECAMATAN CARINGINBOGOR
Oktober 2010
Oleh:
Dr. Ir. Sumiati, M.Sc
PUSAT STUDI HEWAN TROPIKA (CENTRAS)LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010
42
I. PENDAHULUAN
Saat ini peternakan itik mulai diminati oleh banyak peternak, bukan hanya sebagai
usaha sampingan, bahkan sudah banyak peternak menjadikan peternakan itik ini
menjadi suatu usaha yang utama. Perkembangan yang baik tersebut dipicu oleh
tingginya permintaan produk ternak itik, baik telur maupun daging, karena mulai
banyak konsumen yang menyukai produk tersebut.
Masalah utama yang dihadapi oleh peternak itik adalah harga ransum yang tinggi,
terutama jika peternak sangat tergantung pada ransum yang sudah jadi dari pabrik.
Disamping itu, ketidak tahuan peternak mengenai pembuatan ransum yang baik turut
menyumbang masalah yang dihadapi para peternak. Sebagian besar peternak itik di
Indonesia masih memelihara itiknya dalam skala kecil, sehingga usahanya tidak
efisien. Untuk mengatasi masalah tersebut, peternak itik perlu membentuk kelompok
supaya masalah-masalah yang ada bisa dihadapi bersama. Sebagai contoh dalam
pembuatan ransum, akan lebih efisien jika pembuatannya secara berkelompok,
sehingga harga ransum bisa ditekan sedemikian rupa, dibandingkan jika membuat
masing-masing dengan jumlah kecil.
Dalam membuat ransum itik ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi, yaitu: (1)
Pengetahuan mengenai bahan-bahan pakan yang bisa digunakan untuk menyusun
ransum itik; (2) Pengetahuan kebutuhan zat makanan untuk itik; (3)
Ketersediaan bahan pakan; (4) Mengetahui harga bahan pakan; (5) Mengetahui
pembatasan jumlah bahan pakan yang digunakan untuk membuat ransum; (6)
menguasai cara pembuatan ransum itik. Dengan demikian, dalam makalah pelatihan
ini akan dipaparkan syarat-syarat yang harus dikuasai atau diketahui tersebut.
43
II. BAHAN PAKAN UNTUK MEMBUAT RANSUM ITIK
Berbagai jenis bahan pakan bisa digunakan untuk membuat formula pakan ternak itik.
Pengambilan keputusan bahan pakan mana yang akan digunakan untuk ternak itik
yang kita pelihara tergantung kepada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan,
diantaranya adalah ketersediaan bahan tersebut (apakah selalu tersedia di sekitar
peternak?, atau apakah mudah untuk memperoleh bahan pakan tersebut?).
Disamping itu peternak harus mengetahui kandungan zat nutrisi serta harga dari bahan
pakan tersebut. Menurut sumbernya, bahan pakan untuk itik terdiri dari bahan pakan
asal hewan (disebut bahan pakan hewani) dan bahan pakan asal tanaman (disebut
bahan pakan nabati). Menurut kandungan nutrisinya, bahan pakan dapat digolongkan
menjadi 4 golongan, yaitu: bahan pakan sumber energi, bahan pakan sumber protein,
bahan pakan sumber mineral dan bahan pakan sumber vitamin. Selain bahan pakan
alami, sering juga ditambahkan tambahan pakan (feed additive) ke dalam formula
pakan ternak itik.
Saat ini, bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik di Indonesia sebagian besar
diimpor dari luar negeri, misalnya jagung kuning, tepung ikan, bungkil kedelai, tepung
daging dan tulang (meat bone meal atau disingkat MBM) dan tepung gluten jagung
(corn gluten meal atau disingkat CGM). Padahal di Indonesia yang sebagian besar
penduduknya hidup dari pertanian dan perikanan, banyak bahan pakan yang dapat
berasal dari kegiatan pertanian dan perikanan tersebut, contohnya dedak padi, bungkil
kelapa, bungkil kacang tanah, tepung singkong, tepung daun singkong, tepung ikan,
tepung cangkang udang, tepung kerang, tepung cangkang telur, dan masih banyak
lagi.
44
III. KEBUTUHAN ZAT MAKANAN DALAM PAKAN ITIK
Kebutuhan zat makanan setiap jenis itik maupun setiap periode pemeliharaan sangat
penting diketahui, karena sangat diperlukan dalam membuat formula pakan itik. Tanpa
mengetahui kebutuhan zat makanan dari ternak itik yang mau kita buatkan formula
pakannya, tidak mungkin suatu formula pakan akan tersusun. Kebutuhan zat makanan
untuk itik periode bertelur disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Zat Makanan Itik Periode Bertelur
Zat makanan Jumlah
Energi (Kkal/kg) 2860
Protein (%) 18
Kalsium (%) 3,5
Fosfor (%) 0,42
Metionin (%) 0,34
Lisin (%) 0,93
45
IV. PEMBATASAN PENGGUNAAN BAHAN PAKAN DALAMRANSUM
Sebelum menyusun ransum, selain hal tersebut di atas yang penting diperhatikan
adalah batas penggunaan bahan-bahan makanan di dalam pakan. Dari praktek sehari-
hari dalam membuat formulasi pakan, perkiraan kasar jumlah bahan pakan yang biasa
digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan Kasar Jumlah Bahan Pakan dalam Pakan Itik
Bahan pakan Jumlah dalam pakan (%)
Jagung kuning 50 – 60
Tepung gaplek 30
Dedak halus 20 – 30
Bungkil-bungkilan 15 – 30
Tepung ikan 5 – 15
Minyak s/d 7
Tepung daun 3 – 5
Premiks 0,5
46
V. METODE PEMBUATAN RANSUM
Untuk memenuhi berbagai macam zat makanan , pakan ternak harus dibuat dari
campuran berbagai bahan pakan, karena tidak ada satupun bahan pakan yang
sempurna yang bisa memasok semua kabutuhan ternak. Banyak sekali bahan pakan
yang bisa digunakan sebagai penyusun pakan (seperti yang sudah dipaparkan pada
bab Bahan Pakan Untuk Ternak Itik).
Kandungan zat-zat makanan dari bahan-bahan pakan tersebut beragam. Keragaman
tersebut harus kita padukan sedemikian rupa, sehingga pakan yang kita buat akan
memenuhi syarat kebutuhan terhadap zat-zat makanan. Memadukan bahan pakan
yang sangat beragam itu ternyata sulit bila dilakukan hanya berdasarkan perasaan
saja. Oleh karena itu dibutuhkan suatu cara atau metode tertentu. Dalam makalah ini
hanya akan dipaparkan satu metode saja yang mudah-mudahan dapat dipahami dan
diikuti oleh para peternak.
1. Metode Segi Empat (Square Methode) dari Pearson
Metode ini digunakan untuk menyususn sebuah ransum yang terdiri dari 2 bahan
makanan atau lebih untuk mendapatkan persentase zat makanan tertentu. Metode ini
praktis hanya untuk menentukan satu zat makanan dalam ransum tersebut.
Dibandingkan dengan metode lain, metode ini paling mudah dalam perhitungannya.
Cara ini mudah dilakukan, karena sekarang pabrik-pabrik makanan ternak membuat
konsentrat untuk ransum ayam. Konsentrat ini mengandung protein yang relatif tinggi
(lebih kurang 36 %) dan bermutu baik serta mengandung mineral Ca dan P yang
cukup tinggi. Keuntungan pemakaian konsentrat ini adalah dapat menolong harga
ransum yang relatif menjadi murah untuk daerah yang berlebihan salah satu dari
bahan-bahan makanan, misalnya jagung kuning atau dedak padi.
Contoh Pembuatan Ransum Menggunakan 2 macam bahan makanan
Suatu contoh kita akan mencampurkan konsentrat yang mengandung protein 36 %
dengan jagung kuning yang telah digiling dan mengandung protein 9 %, untuk menjadi
pakan itik dengan protein 16 %. Dari hasil perhitungan kita harus mengetahui berapa
bagian konsentrat dan berapa bagian jagung yang harus kita campurkan. Pertama kita
cantumkan nama konsentrat dan angka kandungan proteinnya (36), terus di bawahnya
47
kita cantumkan nama jagung dan angka kandungan proteinnya (9%). Angka yang di
tengah adalah kandungan protein pakan itik yang akan kita buat (16). Setelah itu,
kurangkan angka protein konsentrat dengan angka protein pakan ayam kampung,
yaitu 36-16= 20, kita simpan angka tersebut di sebelah kanan bawah (lurus dengan
nama jagung). Kemudian, kurangkan angka kebutuhan protein dengan angka protein
jagung, yaitu 16-9= 7, kita simpan angka tersebut di kanan atas (lurus dengan nama
konsentrat). Angka 7 berarti besaran konsentrat dan angka 20 berarti bagian jagung.
Untuk mengetahui berapa persentase konsentrat dan jagung harus kita campur, maka
angka bagian konsentrat (7) dan bagian jagung (20) harus kita jumlahkan, yaitu 7+20=
27 (jumlah ke bawah). Dengan demikian bagian konsentrat adalah 6 dibagi 27 dan
bagian jagung adalah 21 dibagi 27. Untuk lebih jelasnya perhatikan skema di bawah
ini:
Konsentrat 36 7 (15 – 9 = 7 bagian konsentrat)
16
Jagung 9 20 (36 – 15 = 20 bagian jagung)
Jumlah= 27
Persentase jagung dalam ransum = 20/27 x 100 % = 74 %
Persentase konsentrat dalam ransum = 7/27 x 100 % = 26 %
Jika kita ingin membuat pakan sebanyak 50 kg, maka pakan tersebut akan terdiri atas:
jagung = 74/100 x 50 kg = 37 kg
Konsentrat = 26/100 x 50kg = 13 kg
_________
Jumlah pakan 50 kg
48
VI. CONTOH-CONTOH FORMULA PAKAN ITIK
Tabel 3. Susunan Ransum Itik Periode Layer (contoh 1)
Bahan makanan Jumlah (%)
Jagung kuning 56,00
Dedak padi 13,00
Meat Bone Meal (MBM) 1,85
Bungkil kedelai 11,03
Tepung ikan 7,00
Minyak 4,20
CaCO3 6,32
L-lysin 0,00
Dl-methionin 0,10
Premix 0,50
Jumlah 100,00
Tabel 4. Susunan Ransum Itik Periode Layer (contoh 2)
Bahan makanan Jumlah (%)
Jagung kuning 42,10
Dedak padi 22,00
Bungkil kedelai 15,50
Tepung ikan 5,00
Minyak 7,00
CaCO3 8,00
Dl-methionin 0,20
Jumlah 100,00
49
Lampiran 3. Pelatihan Recording
RECORDINGUSAHA PETERNAKAN ITIK
PUSAT STUDI HEWAN TROPIKA (CENTRAS)LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010
50
No TanggalJumlah
Itik
Pembelian Pakan (kg) PemberianProduksi
TelurItik
Mati(ekor)
ItikDipotong
(ekor)
Itik Jual(ekor)
Gabah DedakPakanPabrik
LimbahDapur
Pecah Utuh Dara Afkir Dara Afkir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata