laporan akhir praktikum mikrofar - pembahasan lysol

Upload: nufus-dwianita

Post on 02-Mar-2016

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pembahasan lysol. Semoga pembahasan lysol utk praktikum mikrofar ini dapat berguna utk kalian yang membacanya :)

TRANSCRIPT

Salah satu desinfektan yang digunakan dalam praktikum koefisien fenol ini adalah Lysol, dengan konsentrasi 5% v/v. Sedangkan, untuk sampel bakteri yang akan dihambat pertumbuhannya adalah Staphylococcus aureus. Lysol merupakan desinfektan yang terbuat dari kresol 50% dan minyak nabati 50%. Percobaan diawali dengan mengencerkan Lysol dengan berbagai variasi konsentrasi (sebanyak 6 variasi) dengan menggunakan tabung besar. Pengenceran ini dilakukan agar kita dapat melihat pengaruh dari masing masing konsentrasi tersebut terhadap pertumbuhan bakteri. Pengenceran dilakukan secara bertingkat hingga akhirnya diperoleh konsentrasi tabung A = 1/20; tabung B = 1/30; tabung C = 1/40; tabung D = 1/50; tabung E = 1/60; dan tabung F = 1/70. Tabung yang telah berisi lysol dengan kadar yang berbeda-beda tersebut kemudian ditambahkan suspensi bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 0,2 ml dengan interval waktu 30 detik pada masing-masing tabung. Pada saat menambahkan suspensi bakteri, digunakan volume pipet dan dilakukan dalam keadaan aseptis untuk mencegah kontaminasi dari luar.Bakteri yang telah dimasukkan ke dalam 6 tabung besar berisi pengenceran Lysol tadi kemudian dipindahkan lagi dari tiap tabung besar tersebut ke dalam 6 tabung reaksi kecil yang berisi Nutrient Broth, sebanyak satu ose. Nutrient Broth (NB) digunakan sebagai media tumbuh yang dapat memberikan nutrisi bagi bakteri. Setiap tabung besar memiliki 6 tabung kecil sehingga jumlah tabung kecil yang berisi Nutrient Broth adalah sebanyak 36 tabung. Pemindahan suspensi bakteri dari tabung besar dilakukan dengan menggunakan ose yang sudah difiksasi sebelumnya. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas sehingga tidak menyebabkan bakteri mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak terkontaminasi dengan bakteri dari udara. Penanaman bakteri dilakukan pada interval 2,5 menit antar tabung kecil dengan sumber yang sama. Pengerjaan dilakukan dengan urutan tabung A1 hingga F1 dahulu, baru kemudian A2 hingga F2 dan seterusnya. Sehingga penanaman bakteri pada tabung besar E bersamaan dengan penanaman pada tabung kecil A1 dan penanaman bakteri pada tabung besar F bersamaan dengan tabung kecil B2. Interval waktu pada tiap tabung kecil digunakan untuk memperlihatkan perbandingan waktu kontak terhadap keefektifan Lysol dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Setelah pengerjaan tahap penanaman bakteri selesai hingga tabung terakhir. Tabung-tabung kemudian diinkubasikan dalam inkubator selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Proses inkubasi dilakukan pada suhu 37oC karena merupakan suhu tubuh manusia dan pada suhu tersebut juga pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam keadaan optimal.Setelah diinkubasikan, tabung-tabung diamati kekeruhannya. Jika hasil yang didapatkan pada tabung reaksi adalah keruh (positif) maka dapat diartikan bahwa dalam tabung tersebut terdapat pertumbuhan bakteri atau desinfektan tidak atau belum mampu untuk menghambat atau bahkan mematikan bakteri tersebut dalam keadaan waktu tertentu, Namun bila hasil yang didapatkan pada tabung reaksi adalah bening (negatif) maka dapat diartikan bahwa dalam tabung tersebut tidak terdapat pertumbuhan bakteri atau desinfektan mampu untuk menghambat atau bahkan mematikan bakteri tersebut dalam keadaan waktu tertentu.Hasil yang diperoleh pada setiap tabung tidak sesuai dengan teori. Dimana seharusnya semakin kecil konsentasi desinfektan yang digunakan maka daya untuk membunuh bakteri pun semakin kecil namun semakin lama waktu kontak desinfektan terhadap bakteri maka daya untuk membunuh bakteri pun semakin besar. Namun hasil pengamatan yang diperoleh pada konsentrasi terbesar, yakni 1/20 terjadi pertumbuhan bakteri namun pada konsentrasi yang lebih kecil, yakni 1/40, 1/50, 1/60 tidak terjadi pertumbuhan bakteri. Dan ketidaksesuaian juga terlihat pada tabung dengan konsentrasi 1/40 pada waktu kontak 2,5 hingga 5 menit desinfektan sudah mampu membunuh bakteri namun pada waktu yang lebih lama yakni 7,5 menit hingga 12,5 menit terjadi kembali pertumbuhan bakteri yang menandakan bahwa desinfektan belum mampu membunuh bakteri. Begitupun pada tabung dengan konsentrasi 1/50, dimana tidak terjadi pertumbuhan bakteri pada waktu kontak 2,5 menit namun pada waktu yang lebih lama yakni 5 menit hingga 12,5 menit terjadi kembali pertumbuhan bakteri. Dan ketidakteraturan juga terlihat pada beberapa konsentrasi lainnya seperti yang sudah dipaparkan pada tabel data pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan juga diperoleh koefisien fenol sebagai berikut: = Persyaratan koefesien fenol yaitu jika diperoleh koefisien fenol lebih kecil dari 0,05 maka sample yang diuji bukan termasuk desinfektan. Namun jika diperoleh koefisien fenol kurang dari 1 menandakan bahwa sample tersebut adalah sama atau kurang efektif daripada fenol. Dan jika diperoleh koefisien fenol lebih besar dari 1 berarti bahwa sample tersebut lebih efektif dari fenol di bawah kondisi yang sama, konsentrasi, perlakuan, dan perbandingan waktu yang sama.Dari hasil koefisien fenol yang diperoleh dan dibandingkan dengan literature yang seharusnya menandakan bahwa Lysol tidak lebih efektif dari fenol dikarenakan keefektifan Lysol sebagai desinfektan hanya setengah kalinya dari fenol. Ketidaksesuaian hasil data pengamatan pada masing-masing tabung yang diperoleh dengan yang seharusnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:1. Ketidakakuratan pengenceran desinfektan yang dibuat yang dapat menyebabkan konsentrasi desinfektan terlalu pekat atau bahkan kurang dari konsentrasi yang seharusnya telah ditetapkan2. Kesalahan dan ketidaktelitian praktikan dalam memasukkan sejumlah bakteri Staphylococcus aureus. Praktikan hanya memasukkan 1 ose bakteri, dimana prosedur yang seharusnya adalah dilakukkan penamana bakteri sejumlah 0,2 ml. Sehingga jumlah yang dimasukkan sangat lebih sedikit dari yang seharusnya3. Pada saat memfiksasi ose untuk mengambil suspensi dari tabung besar yang berisi bakteri dan desinfektan, ose yang dicelupkan masih dalam keadaan panas sehingga menyebabkan bakteri di dalamnya sudah mati terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tabng kecil4. Pada saat percobaan, pengerjaan tahap yang dilakukan bersifat kurang aseptis sehingga dapat menyebabkan kontaminan masuk ke dalam tabung uji5. Pada saat waktu kontak bakteri dengan desinfektan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kemungkinan terjadi keterlambatan atau terlalu cepat dalam pengerjaannya