laporan akhir praktikum metode penelitian …yang dilakukan nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan...
TRANSCRIPT
ii
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
METODE PENELITIAN KUALITATIF I
FENOMENA MENONGKRONG DI GERAI MAKANAN CEPAT SAJI
HALAMAN JUDUL
KELOMPOK 14
Crystian Vieri P. 17/409919/SP/27764
Fadel Ikram 17/409923/SP/27768
Indah Muliana 17/409926/SP/27771
Esa Sang Bhagaskara 17/413249/SP/27966
Nurhaida Kusumawati 17/413261/SP/27978
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ii
KATA PENGANTAR
Fenomena nongkrong merupakan hal yang menarik minat peneliti untuk diteliti lebih
dalam karena menongkrong sendiri sudah ada sejak zaman dahulu. Perbedaannya dengan
menongkrong zaman sekarang, yakni menongkrong zaman dahulu berada di warung kopi,
angkringan, dan warteg. Sedangkan kini remaja makin giat berlomba-lomba untuk menongkrong
di gerai fast food yang dianggap sebagai suatu trend. Berangkat dari hal ini lah peneliti tergerak
untuk meneliti fenomena menongkrong di gerai fast food ini, untuk kemudian diharapkan bisa
menajdi referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi
bacaan yang dapat memicu kegelisahan para pembacanya sehingga dapat diambil kesimpulan dan
hikmahnya.
Kemudian atas tersusunnya penyusunan laporan penelitian ini, tak lupa kami panjatkan
puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Swt. atas limpahan rahmatnya sehingga kami dapat lancar
melalukan penelitian dan penyusunan laporan ini.
Tak luput kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Tadjuddin Noor
Efendi, Bapak Dr. Suharko, dan Mas Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc. atas bimbingannya
sehingga kami dapat lancar melakukan penelitian dan menyusun laporan ini.
Begitu pula kepada segenap civitas akademika Universitas Gadjah Mada yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan praktikum lapangan ini.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada para pejabat dan para warga Pedukuhan
Nologaten yang bersedia mengizinkan kami untuk melakukan penelitian guna untuk melengkapi
kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Tentunya kami menyadari bahwa laporan praktikum lapangan ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan praktikum ini, kami dengan terbuka
menerima kritik dan saran.
Dengan Hormat,
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................................2
1.4 Metodologi Penelitian ............................................................................................................2
BAB II Latar Sosial .......................................................................................................................4
BAB III Pembahasan .....................................................................................................................6
3.1 Nongkrong, apa itu? ...............................................................................................................6
3.2 Lokasi dan Kebiasaan Menongkrong ...................................................................................10
3.3 Uang Saku dan Menu ...........................................................................................................13
3.4 Nugas ....................................................................................................................................15
3.5 Pertemanan dan Nongkrong .................................................................................................17
BAB IV Kesimpulan ....................................................................................................................20
Daftar Pustaka .............................................................................................................................21
Lampiran ......................................................................................................................................22
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga saat ini, pengonsumsi makanan cepat saji pada masyarakat kota berdasarkan survei
yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan
sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan makanan selingan dan 2% memilih
untuk makan pagi. Penelitian yang dilakukan Heryanti tahun 2009 didapatkan hasil tingkat
konsumsi makanan cepat saji tertinggi adalah golongan pelajar, yakni sebesar 83, 3%.
Tingginya jumlah konsumsi tentunya tidak dapat terjadi dengan sendirinya, tentunya ada faktor-
faktor yang mendorong konsumsi makanan cepat saji, salah satunya jumlah gerai. Di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, total telah terdapat 24 gerai makanan cepat saji, dengan
proporsi sepuluh gerai KFC, enam gerai McDonald’s, dan delapan gerai Pizza Hut. Gerai-gerai
tersebut tersebar di sembilan desa, antara lain desa Tridadi, Sosromenduran, Terban, Kotabaru,
Sendangadi, Sinduadi, Wirogunan, Tegalrejo, dan Caturtunggal. Sampai saat ini desa dengan
jumlah gerai makanan cepat saji terbanyak adalah Desa Caturtunggal dengan jumlah sembilan
gerai, antara lain tiga gerai KFC, tiga gerai McDonald’s, dan tiga gerai Pizza Hut.
Meskipun pada umumnya restoran dan tempat makan lainnya penuh pada jam makan,
sudah menjadi rahasia publik bahwa gerai makanan cepat saji adalah salah satu dari beberapa
tempat makan yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Gerai makanan cepat saji selalu dipenuhi
oleh pelanggan, jam makan seolah-olah tidak relevan bagi gerai makanan cepat saji. Tidak
hanya itu, dengan waktu operasional 24 jam, bahkan gerai makanan cepat saji masih terbilang
sangat padat hingga melewati tengah malam. Sering kita temui, banyak remaja – bahkan banyak
yang masih mengenakan seragam – berkumpul dan menghabiskan waktu tidak hanya satu jam
atau dua jam; bisa dibilang mereka menghabiskan waktu hingga berjam-jam. Mereka tidak
hanya datang dan mengonsumsi makanan cepat saji dan kemudian pergi; mereka mengerjakan
tugas, mengobrol, hingga mengadakan diskusi atau rapat.
Menongkrong merupakan sebuah kegiatan yang sangat esensial yang sudah membuadya
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia; setiap orang pasti pernah menongkrong,
entah karena alasan apapun. Berdirinya banyak gerai makanan cepat saji ala barat kemudian
mentransformasikan kebiasaan menongkrong; gerai makanan cepat saji ala barat perlahan-
lahan muncul sebagai pilihan utama tempat menongkrong. Akan tetapi, definisi dari kegiatan
2
menongkrong itu sendiri masih sangat kabur, sehingga alasan orang-orang menongkrong di
gerai makanan cepat saji tidak dapat dieksplorasi lebih lanjut. Selain itu, belum banyak pula
hasil penelitian yang berhasil mengungkap fakta-fakta tak terlihat pada kegiatan menongkrong
di gerai makanan cepat saji ala barat seperti alasan-alasan dan bentuk fenomena menongkrong
di gerai makanan cepat saji ala barat itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis sampai kepada suatu rumusan
masalah, yaitu:
“Bagaimana bentuk fenomena menongkrong yang terjadi di gerai makanan cepat saji?"
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bentuk fenomena menongkrong yang terjadi di gerai makanan cepat saji.
1.4 Metodologi Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma grounded theory, dengan membangun teori
berdasarkan analisa pola-pola, tema, dan kategori umum yang ditemukan dari data
observasi (Babbie, 2014). Setelah melakukan observasi di berbagai tempat, peneliti
akan membandingkan berbagai sudut panjang subjek untuk membangun teori.
Informan merupakan orang yang menongkrong baik di gerai makanan cepat saji
atau tempat menongkrong lainnya. Pengambilan data dilakukan pada saat observasi di
Padukuhan Nologaten pada tanggal 14-15 April 2018 dan di KFC Sudirman pada
tanggal 17 dan 19 April 2018. Informan di Padukuhan Nologaten dipilih dengan acuan
data kependudukan, sementara informan di KFC Sudirman dipilih secara acak. Peneliti
akan melakukan pengambilan data dengan wawancara yang direkam dengan alat
perekam. Rekaman hasil wawancara kemudian akan melewati proses transcribing,
indexing, dan coding.
Analisa data kualitatif akan dilakukan sesuai dengan paradigma grounded theory,
yaitu dengan terus-menerus melakukan komparasi dari fenomena yang ditemui,
mengintegrasikan kategori dan ciri-ciri khususnya untuk mengetahui hubungan antar
konsep, membatasi teori dengan mengekslusikan konsep yang terbukti tidak relevan,
dan kemudian menulis teori tersebut.
3
b. Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer :Data primer diambil dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di Padukuhan Nologaten pada tanggal 14-15 April 2018 dan di KFC
Sudirman pada tanggal 17 dan 19 April 2018.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara Semi Terstruktur: Peneliti melakukan wawancara semi terstruktur
dengan informan. Interview guide telah dibuat sebelumya untuk memastikan
bahwa informasi yang akan didapatkan sesuai dengan arah penelitian. Selain
itu, peneliti menanyakan beberapa pertanyaan spontan untuk menggali
informasi secara lebih dalam untuk memperkaya hasil penelitian.
2. Observasi: Peneliti melakukan observasi sistematik dimana observation point
telah dibuat sebelumnya. Peneliti mengamati lama menongkrong serta aktifitas
yang dilakukan oleh objek penelitian selama menongkrong. Observasi
dilakukan di beberapa warung di Padukuhan Nologaten serta di KFC Sudirman.
3. Dokumentasi: Peneliti juga mengumpulkan data visual berupa foto yang
diambil pada saat observasi di Padukuhan Nologaten dan KFC Sudirman serta
rekaman wawancara yang dilakukan pada saat observasi.
4
BAB II
LATAR SOSIAL
Padukuhan Nologaten merupakan wilayah yang secara administratif berada dibawah desa
Caturtunggal, Kecamatan Depok yang mana termasuk dalam wilayah sub-urban. Secara fisik
Padukuhan Nologaten merupakan daerah yang memiliki infrastruktur yang cukup baik, tampak
dengan jalan yang sudah di konblok, adanya sistem irigasi dan daerah bantaran kali yang tertata
rapi, taman bacaan, taman bermain di pinggir waduk, dan lainnya. Rumah-rumah sudah terbuat
secara permanen, meskipun ada beberapa di daerah yang terpencil masih berupa gubuk dari
anyaman bambu.
Gambar 2.1. Bantaran Kali di Padukuhan Nologaten yang telah ditata, Gambar 2.2. Taman
Bacaan. Gambar 2.3. Waduk Padukuhan Nologaten
Jarak Padukuhan Nologaten yang dekat dengan berbagai gerai makanan cepat saji – baik
ala barat yang terdapat di Ambarukmo Plaza maupun gerai makanan cepat saji lokal – membuat
penduduk Padukuhan Nologaten tentunya memiliki akses yang lebih mudah terhadap gerai
makanan cepat saji, baik ala barat maupun lokal.
5
Gambar 2.5, 2.6, 2.7, 2.8. Gerai Makanan Cepat Saji (lokal)di sekitar Padukuhan Nologaten
Penduduk Nologaten memiliki banyak kegiatan yang secara rutin dilaksanakan, beberapa
diantaranya adalah senam massal setiap minggu pertama dan minggu ketiga, Poswindu setiap
tanggal 15 di setiap bulan, hingga piknik satu RT.
Selain itu, penduduk padukuhan Nologaten memiliki latar belakang sosio-ekonomi yang
beragam pula. Terdapat wilayah penduduk asli hingga wilayah penduduk pendatang yang
dicirikan dengan adanya beberapa asrama mahasiswa luar Jawa. Dari sekian banyak informan
yang kami temui, terdapat penduduk Nologaten yang masih hidup dibawah garis kemiskinan,
beberapa memiliki pekerjaan yang tidak tetap penghasilannya, seperti ibu Suratmi yang
berangkat membatik hanya tiga kali seminggu dan jika hanya ada pesanan. Bapak Bono juga
merupakan salah satu penduduk yang bekerja jika ada pekerjaan, yaitu apabila ada pesanan
mencuci mobil dari tetangga.
Selain dilakukan di padukuhan Nologaten, observasi juga dilakukan di beberapa gerai
makanan cepat saji, seperti KFC Sudirman yang secara strategis terletak di pusat kota. KFC
Sudirman juga terletak di antara dua sekolah ternama, yaitu SMP N 8 Yogyakarta dan SMA N
6 Yogyakarta.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Nongkrong, apa itu?
Nongkrong merupakan suatu terminologi yang tidak terdefinisikan dengan jelas. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tongkrong” – yang kemudian menjadi “menongkrong”
– merupakan sebuah kata kerja yang berarti berjongkok; duduk-duduk saja karena tidak bekerja
(KBBI, 2016). Kata “nongkrong” disini tidak memiliki asosiasi yang jelas dengan kegiatan
mengonsumsi; akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa istilah ini memiliki artian yang jauh
lebih kaya apabila kita melihat apa yang terjadi di masyarakat kita saat ini.
Istilah nongkrong dapat digunakan dalam setiap situasi. Nongkrong dapat dilakukan
sendirian maupun berkelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan dimana saja, dan kegiatan yang
dilakukan ketika menongkrong dapat berupa apa saja. Ketika seseorang berbincang-bincang
dan bergosip, maka ia dapat disebut sebagai sedang menongkrong; ketika seseorang duduk
sendiri entah itu mengerjakan tugas atau hanya duduk termenung, orang itu juga dapat disebut
sebagai orang yang sedang menongkrong.
Studi yang dilakukan Wallach (2008) tentang komunalitas dan budaya menongkrong dalam
komunitas penggemar musik metal di Indonesia mengutip tulisan dari Tasa Nugraza Barley
(2009) dalam The Jakarta Post tentang definisi menongkrong.
“What is nongkrong anyway? It’s pretty hard to explain, really. It’s so hard that I
don’t think Oxford English Dictionary has that word in English. “To hang around” might
be the right expression in English for nongkrong, while a friend of mine thinks that “to
chill out”is the right translation. For Indonesians, nongkrong simply means “to meet and
talk, and smoke for some.” But nongkrong is basically about talking, specifically talking
with people we’re close to… Yes, we talk and talk for hours about things that aren’t really
important.”(2009, n.p.)
Nongkrong merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang sangat sentral di Indonesia.
Antropologis lain menekankan betapa pentingnya menongkrong pada remaja Indonesia.
Temuan ini dipaparkan pada hasil penelitian Brent Luvaaz tentang studi yang ia lakukan pada
tahun 2012 di Yogyakarta. Ia menemukan bahwa menongkrong sangatlah penting;
menghabiskan waktu bersama mereka yang memiliki kesamaan; komunalitas.
7
“They had little sense of a personal or private life apart from the group…often
complaining about having to go home”(Luvaas, 2012)
Salah satu informan bernama Warkham yang diwawancarai di Nologaten menyatakan
bahwa ia sangat sering melakukan aktifitas nongkrong terutama di masa-masa kuliah. Ia sering
pergi menongkrong bersama teman-teman kuliahnya, bahkan hampir setiap malam ia pergi
menongkrong. Ia biasa menghabiskan waktu berjam-jam menongkrong, dan biasanya ia
mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ia menyatakan bahwa ketersediaan wifi dan fasilitas
penunjang lainnya merupakan pendorong mengapa ia memilih mengerjakan tugas di gerai fast
food. Selain itu, Warkham juga menyatakan bahwa harga yang cukup terjangkau – apabila
fasilitas yang didapatkan juga dipertimbangkan, ketersediaan AC yang tidak biasa ditemui di
warung burjo, suasana yang tidak terlalu ramai, dan waktu buka 24 jam lah yang menjadi alasan
mengapa ia menongkrong di gerai fast food.
Gambar 1.1. Seorang siswa belajar di gerai makanan cepat saji bersama teman-
temannya.
Informan lain yang bernama Sri mengutarakan alasan ia memilih menongkrong di gerai
fast food adalah kebosanannya akan makanan yang tersedia di kantin. Merupakan mahasiswi
tahun kedua, Sri selalu dihadapkan dengan dilema memilih menu makan siang yang hanya ia
bisa lakukan di luar rumah di hari ia menjalani kegiatan berkuliah, sehingga ia lebih memilih
untuk makan di gerai fast food ketika ia mulai bosan makan di kantin yang tersedia di
kampusnya.
8
Lain pula dengan serombongan informan yang berasal dari SMP N 6 Yogyakarta yang saat
ditemui di KFC Sudirman sedang merayakan ulang tahun salah seorang temannya. Berbeda
dengan informan sebelumnya, mereka menongkrong sembari merayakan sesuatu, seperti ulang
tahun salah satu anggota dari kelompok pertemanan mereka. Meskipun menolak disebut
sebagai geng-geng an, mereka mengakui aktifitas menongkrong cenderung dilakukan dengan
teman-teman tertentu saja, dan dilakukan pada saat ada sesuatu untuk dirayakan. Mereka
membawa kue dari luar, membawa bunga, kemudian berswafoto dan boomerang untuk
mengabadikan momen sekaligus memperkuat/mengsolidifikasikan kelompok pertemanan
mereka dengan melakukan update bersama di media sosial. Melalui kelompok informan ini
peneliti berhasil mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai kegiatan menongkrong dan
signifikansinya terhadap pertemanan dan relasi sosial.
Dari kiri searah jarum jam: Gambar 1.2. Rombongan Siswi SMP berfoto sambil
membawa kue ulangtahun. Gambar 1.3 & 1.4. Perayaan Ulangtahun
Salah seorang informan yang berasal dari MAN 4 Yogyakarta sedang menongkrong
bersama teman-temannya saat ditemui di KFC Sudirman. Ia dan rombongannya nampak tidak
melakukan apa-apa selama menongkrong, mereka tidak mengerjakan tugas maupun merayakan
apapun. Bahkan ketika ditanya, mereka tidak sedang menunggu sesuatu atau hendak melakukan
sesuatu, mereka sekedar ingin duduk-duduk dan membuang waktu. Dengan tidak adanya alasan
menongkrong yang jelas, hal ini menunjukkan bahwa menongkrong di gerai makanan cepat saji
tidak harus selalu dipicu oleh kejadian tertentu.
9
Gambar 1.5. Rombongan siswa-siswi MAN 4 Yogyakarta yang menongkrong tanpa ada
tujuan apapun.
Akan tetapi, nongkrong tidak selalu berasosiasi dengan gerai makanan cepat saji. Salah
satu informan yang bernama Yuganta menyatakan bahwa nongkrong bisa dilakukan dimana
saja. Justru, yang terpenting adalah dapat berkumpul bersama teman-teman. Sudah menjadi
kebiasaan bahwa ia dan rombongan teman-temannya selalu menongkrong setiap sore, cukup
dengan duduk-duduk dan mengobrol. Oleh karena itu, ia dan rombongan teman-temannya lebih
memilih menongkrong di warung burjo karena harga yang murah.
Gambar 1.6 & 1.7. Informan dari Padukuhan Nologaten yang menongkrong di warung burjo
Berdasarkan beragam hasil observasi yang telah peneliti dapatkan, pada akhirnya
menongkrong dipicu oleh berbagai macam hal, mulai dari mengerjakan tugas hingga sebagai
bentuk penguatan solidaritas. Memang, gerai makanan cepat saji menyediakan fasilitas-fasilitas
pendukung seperti lokasi yang strategis, tempat yang didesain untuk menunjang kenyamanan,
Wi-fi untuk mengerjakan tugas, akan tetapi yang terpenting adalah tujuan dari kegiatan
menongkrong itu sendiri.
10
3.2 Lokasi dan Kebiasaan Menongkrong
Nongkrong merupakan suatu fenomena yang tak asing lagi dalam keseharian setiap orang
khususnya dikalangan remaja. Apalagi dengan didukungnya akses dan lokasi dapat dengan
mudah dijumpai fenomena ini. Mulai dari tempat yang tradisional sampai yang modern, seperti
angkringan dipinggir jalan, cafe maupun gerai-gerai makanan cepat saji. Fenomena nongkrong
ini seperti yang terjadi di gera-gerai makanan cepat saji ala barat, dimana beberapa orang
memilih lokasi tersebut sebagai wadah mereka untuk melakukan aktivitas nongkrong. Misalnya
hanya sebatas makan bersama, ngobrol dan berkumpul (sosisalisasi) bersama teman, maupun
melakukan kegiatan lain seperti mengerjakan tugas.
Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, terdapat beberapa informan melakukan
kegiatan nongkrong dikarenakan lokasi gerai makanan cepat saji dengan jarak rumah yang
sangat mudah di akses. Lokasi yang dipilih juga berkaitan dengan jenis (franchise) gerai
tersebut serta fasilitas yang diberikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Krolnel, akses
fisik berpengaruh terhadap penjelasan konsumsi makanan cepat saji ala barat serta letak lokasi
gerai tersebut dimana keterjangkauannya dengan lokasi tempat tinggal, sekolah dan aktivitas
lainnya (Krolnel, 2016).
Salah satu informan bernama Yuganta menyatakan pernah melakukan nongkrong di gerai
makanan cepat saji yang terdapat di Ambarukmo Plaza. Ia memilih nongkrong ditempat
tersebut hanya untuk menikmati fasilitas yang disediakan seperti Wifi. Hal ini lah yang
kemudian mendorongnya untuk kegiatan nongkrong di gerai makanan cepat saji ala barat
sebagai wadah berkumpul bersama teman-temannya. Serta memanfaatkan fasilitas yang ada
untuk mengerjakan tugas sekolah.
Story Box
Yuganta merupakan siswa kelas tujuh SMP Muhammadiyah 3 Depok. Pada saat
kami wawancarai ia sedang nongkrong bersama teman-temannya disalah satu Burjo
(Warmindo) Padukuhan Nologaten. Ia menyatakan pernah melakukan nongkrong di
gerai makanan cepat saji ala barat. Akan tetapi ia sudah jarang nongkrong di tempat
tersebut dan lebih suka nongkrong di Burjo sekitar rumahnya bersama teman-temannya.
Hal ini dikarenakan menurutnya makanan cepat saji ala barat lebih mahal dibandingkan
dengan Burjo.
11
Berdasar story box 1 diketahui bahwa informan tersebut lebih memilih nongkrong di Burjo
atau warmindo dekat rumahnya. Hal tersebut dikarenakan lebih terjangkau dari segi ekonomi
dibandingkan nongkrong di gerai makanan cepat saji ala barat. Bahkan ia menanggap burjo
seperti rumahnya sendiri, seperti apa yang dikatakannya pada saat wawancara.
“Karena burjo itu kayak rumah sendiri. kehujanan nginep di burjo, laper di burjo, gabut
(re: tidak ada kerjaan) di burjo.” Yuganta, 15 April 2018
Gambar 1.8. Informan bernama Yuganta saat diwawancarai di burjo
Selain itu menurut Warkham, ia juga sering melakukan nongkrong di gerai makanan cepat
saji ala barat. Lokasi yang dipilih yaitu gerai McD dan KFC. Akan tetapi ia menyatakan lebih
sering melakukan nongkrong di gerai McD dikarenakan akses lokasi ke gerai tersebut. Dimana
lokasi gerai McD jaraknya lebih dekat dengan tempat tinggalnya.
V : “Menurut mas bedanya nongkrong di burjo sama di gerai fastfood”
W : “Yaa lebih bergengsi aja sih.” (Warkham, 14 April 2018)
Dari petikan wawancara diatas diketahui juga informan yang bernama Warkham ini
memilih lokasi nongkrong di gerai makanan cepat saji karena gengsi. Hal ini berkaitan dengan
prestise atau konsumsi simbol.
Berbeda dengan Warkham, menurut informan pada gerombolan anak SMP yang ditemui
disalah satu gerai makanan cepat saji. Mereka lebih memilih ke KFC karena tempat yang
strategis, dekat dengan sekolah serta lokasinya yang nyaman. Terutama dalam kegiatan
nongkrong bersama teman maupun mengadakan acara seperti perayaan ulang tahun. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Coffee, dimana akses makanan cepat saji sering
dijumpai dekat sekolah (Coffee, 2016).
12
Gambar 1.9. Informan: gerombolan anak SMP disalah satu gerai makanan cepat saji.
Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan juga ditemukan bahwa lokasi gerai
makanan cepat saji ala barat mengenai jauh tidaknya- tidak masalah. Seperti informan yang
ditemui peneliti mengatakan sudah menjajaki gerai fastfood yang ada di Yogyakarta khususnya
McD. Selain itu informan F juga menuturkan sering melakukan nongkrong di gerai KFC.
E : “Itu kenapa milih di nongkrong-nongkrong gitu, di KFC gitu, misalnya kalau
kayak sekarang nih KFC, kenapa milih KFC?”
F : “Yaa soalnya kita suka menunya, hahaha” (informan F, 19 April 2018)
Berdasar kutipan diatas dapat diketahui bahwa Informan F memilih tempat tersebut karena
menu yang disajikan. Bukan sekedar nongkrong, melainkan menjajak kuliner atau wisata
kuliner. Mereka ingin mengetahui sensasi dari gerai yang satu dengan lainnya, sehingga tidak
masalah mengenai lokasi gerai makanan cepat saji ala barat.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kecenderungan lokasi yang dipilih oleh beberapa
infirman untuk kegiatan nongkrong dilakukan di gerai KFC dan McD dari berbagai jenis gerai
makanan cepat saji yang ada. Lokasi yang dipilih juga berdasarkan akses, jarak yang strategis
dan keterjangkauan dari tempat tinggal maupun kegiatan sehari-hari informan. Fasilitas yang
diberikan oleh gerai makanan cepat saji ala barat dan menu yang ditawarkan juga berasosiasi
dengan tempat yang dipilih. Hal ini tentunya menjadi alasan beberapa informan melakukan
kegiatan nongkrong guna menikmati fasilitas yang ada.
Konsep kenyamanan yang ditawarkan juga berpengaruh terhadap lokasi yang dipilih
sebagai tempai nongkrong. Dapat dilihat dari konsep maupun pola bangunan gerai makanan
cepat saji. Dimana menawarkan tempat yang nyaman dan ideal untuk menongkrong bagi para
13
konsumen. Yang mana memberikan suasana sejuk dengan fasilitas ruang ber-AC, arsitektur
gerai makanan cepat saji dengan berbagai ornamen dan ciri khasnya, serta menyediakan ruang
in-door maupun out-door dan jendela yang besar-besar. Dengan demikian, meskipun
pengunjung didalam ruang masih dapat melihat dan mengamati kondisi diluar.
3.3 Uang Saku dan Menu
Pengertian uang saku sendiri, yakni uang yang diberikan untuk keperluan sewaktu-waktu;
uang jajan (biasanya untuk anak-anak yang belum memiliki penghasilan dan jumlah tidak
terlalu besar) (Departemen Pendidikan, 2008:1513). Tujuan dari uang saku sendiri adalah
sebagai media pembelajaran anak supaya ia dapat mengelola keuangan dengan benar.
Selain itu, faktor pendukung lainnya masyarakat mengonsumsi makanan cepat saji, yakni
pilihan menu. menu berasal dari bahasa Prancis “Le Menu” yang berarti daftar makanan yang
disajikan kepada tamu. Fungsi dari menu sendiri, yakni sebagai media komunikasi antara pihak
tamu dengan pihak perusahaan dengan mencantumkan nama makanan dan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh tamu.
Dari gerombolan informan anak SMP Negeri 6 Yogyakarta yang sedang merayakan ulang
tahun di Restaurant fast food KFC yang diperoleh dari Fadel, terdapat salah satu informan yang
uang sakunya berjumlah Rp300.000,00 yang diberikan setiap bulannya. Uang saku tersebut
tergantung ketertiban dari aturan yang dibentuk oleh orangtuanya, seperti rajin sholat,
mandinya cepat atau tidak, bermain gawainya lama atau sebentar, belajar atau tidak, dan les
atau tidak. Sedangkan jika informan dianggap tidak tertib oleh orangtuanya, uang saku hanya
diberikan sejumlah Rp200.000,00. Mengingat bahwa harga menu di gerai fast food tergolong
tidak murah, maka mereka cenderung menyisihkan uang saku tersebut untuk membelinya.
Dengan uang saku tersebut, informan biasanya menghabiskan uang sejumlah Rp40.000,00
dan menu yang dibeli adalah slushie. Mereka pun cenderung lebih menyukai minumannya.
Informan pun jarang membeli makanan di KFC walaupun mereka menganggap menu di KFC
lebih murah daripada gerai fast food lainnya, seperti McD dan Papa Rons Pizza. Memang sering
terlihat di gerai fast food adanya sekumpulan remaja yang menongkrong namun yang dibeli
hanya minumannya saja tanpa makanan. Hal ini dikarenakan tujuan utama mereka bukanlah
mengonsumsi tetapi hanya sekadar menongkrong.
Salah satu dari gerombolan mereka ada yang menganggap bahwa ayam yang paling enak
terdapat di Olive dan tentu yang harganya jauh lebih murah. Setelah Olive baru KFC prioritas
14
kelezatan menunya. Berbeda dengan informan yang lain, yang berpendapat bahwa lebih tertarik
dengan KFC karena minuman dan rice boxnya bervariasi. Lain lagi dengan informan
gerombolan siswi MAN 4 Yogyakarta yang sedang menongkrong selepas pulang sekolah,
biasanya menghabiskan uang sebesar Rp6.000,00 dan ada pula yang tergantung memesan menu
apa di gerai KFC. Dari informan yang diperoleh Indah bernama Aulia, siswi kelas satu MtS
Negeri 9 Sleman, biasanya menghabiskan uang di gerai KFC sejumlah Rp50.000,00.
Informan kedua yang diperoleh Indah adalah siswa kelas tujuh SMP Muhammadiyah 3
Depok (Mugadeta) yang sering menongkrong di kedai Warmindo dan jarang di KFC karena
menurutnya Warmindo adalah tempat makan cepat saji yang menunya murah. Suasanya yang
nyaman juga menjadi alasan pendukung ia lebih memilih nongkrong di tempat tersebut. Bahkan
saking nyamannya, dia sudah menganggap warmindo sebagai rumah kedua.
Informan yang diperoleh Viery merupakan mahasiswa yang mengaku setiap malam
menongkrong di gerai fast food, yakni Mc’D setiap malam bahkan sejak dulu ketika masih
mengerjakan skripsi. Menurut dia harga pada menu Mc’D tergolong murah terutama es krim,
maka dari itu es krim adalah menu favoritnya. Selain itu, burger dan sandwich juga menu
andalan yang dinilai masih terjangkau harganya. Banyak remaja yang menganggap bahwa
sandwich dan burger Mc’D adalah yang terlezat dibandingkan gerai-gerai yang lain walapun
menu ayamnya dirasa kurang lezat.
Selain itu, informan yang didapatkan oleh Esa memilih menongkrong di gerai makanan
cepat saji, KFC, pada awal bulan karena uang saku “turun” ketika awal bulan. Dia jauh memilih
KFC sebagai tempat nongkrongnya dibandingkan dengan cafe karena harganya yang sangat
terjangkau, tidak sampai Rp10.000,00 sudah bisa mendapatkan minuman. Hanya dengan
Rp8.000,00 sudah bisa mendapatkan tropical float berbeda dengan minuman cafe yang harga
minumannya kisaran Rp15.000,00 ke atas.
Selanjutnya, informan yang didapatkan oleh Nurhaida yang bernama Sri, cenderung
menyukai pilihan menu di KFC karena harganya yang murah sudah bisa mendapatkan ayam
berbumbu dan nasi. Minuman favorit Sri, yakni float. Dengan uang sebesar Rp7.000,00 sudah
bisa mendapatkan minuman yang enak, katanya. Menurutnya, restaurant cepat saji lainnya tidak
ada yang menawarkan menu dengan harga yang terjangkau seperti KFC. Dari pemamaran yang
telah disebutkan, menu dan harga ternyata juga merupakan pertimbangan untuk memilih tempat
tongkrongan bagi remaja.
15
“Aku biasanya beli rice box sama mocca float sih. Murah itu dibanding harus ke McD.
Aku mah carinya yang murah, mbak. Trus kapan itu aku kena survei sih, jadi disuruh
ngicipi menu baru KFC. Lumayan dapat gratisan.”—Sri Eko Purwanti (20) Sleman, 15
April 2018
Literatur jurnal dari Journal of Nutrition College oleh Titis, dkk (2013) menunjukkan
bahwa uang saku berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji, yaitu semakin
tinggi jumlah uang saku maka semakin tinggi pula frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal
ini senada dengan penelitian kuantitatif yang peneliti lakukan di Padukuhan Nologaten yang
menunjukkan bahwa semakin besar jumlah uang saku maka semakin besar pula frekuensi
pembelian makanan cepat saji dengan kriteria responden anak hingga remaja rentang usia 7 -
18 tahun.
3.4 Nugas di Gerai Makanan Cepat Saji Ala Barat
Gambar 1.10 Seorang pelanggan yang sedang menongkrong di gerai makanan cepat saji
ala barat sembari mengerjakan tugas
Story Box
Ketika Mbak Sri saya temui di rumahnya dan kemudian saya wawancarai (15/04/18), dia
bercerita bahwa pergi ke KFC hanya karena ajakan teman kuliahnya dan tidak pernah inisiatif
sendiri. Gerai fast food di dekat kampus UGM memang banyak, tapi dari sekian banyak itu
hanya KFC yang paling sering ia kunjungi karena KFC harganya lebih terjangkau. Terlebih
temen-temannya adalah anak rantau semua yang harus menghemat demi kebutuhan sehari-hari.
16
Nongkrong merupakan suatu aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan
khususnya oleh remaja. Nongkrong dapat didefinisikan sebagai memilih satu tempat yang
dirasa nyaman bagi seseorang atau sekelompok orang kemudian menempati tempat tersebut
dan melakukan kegiatan lain seperti berbincang-bincang, mengerjakan tugas, membaca buku,
atau berbagai kegiatan lain untuk menghabiskan waktu di tempat tersebut. Gerai makanan cepat
saji ala barat menjadi salah satu pilihan untuk melakukan aktivitas nongkrong. Dalam
perkembangannya, gerai makanan cepat saji ala barat tidak hanya menyediakan tempat yang
nyaman untuk makan tetapi juga menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan aktivitas
nongkrong. Fasilitas seperti ruang ber-AC, free Wi-Fi hotspot, dan berbagai fasilitas lain
menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk nongkrong dan menghabiskan waktu.
Menganalisis fenomena yang berfokus pada usia remaja, tidak akan lepas dari dunia
pendidikan. Dalam menempuh pendidikan, tugas merupakan bagian dari proses pendidikan
bagi pelajar—utamanya remaja. Bagi pelajar, mengerjakan tugas memerlukan lingkungan yang
mendukung mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Misalnya, informan yang
merupakan mahasiswa, mengerjakan skripsi merupakan hal yang wajib untuk dikerjakan.
Meskipun tidak terdapat literatur yang menyatakan secara pasti, tetapi penulis mencoba
melakukan pencarian daring dengan kata kunci mengerjakan tugas. Banyak artikel-artikel
daring yang menyebutkan bahwa dalam mengerjakan tugas, fasilitas yang dicari dan ditawarkan
adalah akses internet dan suasana yang nyaman. Maka dari itu, memang dikembangkan
kemudian bisnis yang menyediakan tempat dengan berbagai fasilitas yang menunjang untuk
mengerjakan tugas. Pada dasarnya, instansi-instansi pendidikan sudah menyediakan fasilitas
Story Box
Gerai KFC Sudirman merupakan salah satu lokasi yang dipilih orang untuk nongkrong,
tak terkecuali F dan C. Keduanya adalah mahasiswi di salah satu universitas swasta di
Yogyakarta. Siang itu mereka memutuskan untuk singgah di KFC sudirman setelah mereka
mngurusi suatu hal. Waktu itu, saya memutuskan untuk mencoba menghampiri mereka karena
saya melihat bahwa mereka merupakan orang-orang yang enak untuk diajak ngobrol tentang
apa yang sedang saya kerjakan untuk tugas ini. Singkat cerita, kami berbincang selama sepuluh
menit. Melalui perbincangan tersebut saya mendapatkan berbagai informasi, salah satunya
adalah informasi bahwa kedai makanan cepat saji merupakan salah satu pilihan untuk
mengerjakan tugas.
17
yang menunjang keperluan pelajar atau mahasiswanya untuk mengerjakan tugas dengan lebih
mudah. Misalnya perpustakaan, setiap sekolah maupun universitas sudah menyediakan
perpustakan dan tempat-tempat bagi pelajar atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas. Tak
jarang, instansi-instansi pendidikan juga sudah menyediakan akses internet di setiap sudutnya.
Bagaimana kemudian gerai makanan cepat saji ala barat dipilih sebagai tempat untuk
mengerjakan tugas?
“Kalau KFC bagus gak terlalu ini (banyak distraksi), kan kalau tempat nongkrong
lain kan mungkin karena ada live music dan gitu-gitu yaa jadi sedikit terganggu, tapi kalau
ini kan yaa masih ini (tenang) lah” —F (Informan 1). Yogyakarta, 19 April 2018
Mengerjakan tugas di gerai makanan cepat saji ala barat sudah menjadi salah satu aktivitas
yang dilakukan oleh remaja di berbagai level pendidikan. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, gerai makanan cepat saji ala barat menawarkan berbagai fasilitas yang menunjang
aktivitas tersebut. Suasana yang tenang, akses informasi seperti jaringan internet gratis, dan
menu dengan harga terjangkau menjadi alasan remaja untuk menghabiskan waktunya untuk
mengerjakan tugas di gerai makanan cepat saji ala barat. Pada dasarnya, terdapat pilihan lain
selain gerai makanan cepat saji ala barat untuk nongkrong dan mengerjakan tugas seperti café.
Meskipun begitu, ada yang berpendapat bahwa faktor-faktor yang sudah disebutkan
sebelumnya menjadi kelebihan yang hanya dimiliki gerai makanan cepat saji ala barat. Salah
satu narasumber misalnya, berpendapat bahwa mengerjakan tugas di gerai makanan cepat saji
ala barat karena suasananya lebih tenang—dimana distraksi maupun gangguan seperti keriuhan
jarang muncul di gerai makanan cepat saji ala barat. Selain itu, hanya dengan memesan menu
yang murah, ia dapat menikmati suasana yang mendukungnya untuk mengerjakan tugas.
3.5 Pertemanan dan Nongkrong
Pertemanan memang tidak bisa lepas dari kata nongkrong, kebanyakan orang yang
memiliki teman pasti pernah nongkrong. Kegiatan nongkrong sudah menjadi tradisi atau hal
yang wajib dalam pertemenan, karena dalam nongkrong ada banyak hal yang bisa dilakukan,
mulai dari ngobrol biasa, diskusi, main game, dan hal lainnya yang biasa dilakukan saat
nongkrong. Nongkrong dan teman merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya saling berkaitan. Teman sangat berelasi dengan intensitas nongkrong, dan nongkrong
tergantung dari teman itu sendiri. Teman biasanya akan memberi usulan tentang kemana
mereka akan nongkrong, karena biasanya sebelum nongkrong akan ada diskusi kecil untuk
18
menentukan tempat mana yang akan dijadikan tongkrongan. Dari hasil wawancara dengan
Warkham, untuk menentukan tempat tongkrongan dilihat dari kondisi keuangan, jika baru dapat
kiriman dari orangtua maka biasanya mereka akan nongkrong di McD, jika tidak ada uang atau
belum dapat kiriman maka mereka akan nongkrong di burjo.
Story Box
Sore hari telah menjelang, saatnya untuk main. Warkham duduk di mangkok putar
sambil melihat teman temannya yang sedang bermain bola takraw. Warkham sepertinya
menjadi pemain cadangan, karena Warkham juga bersama dengan teman-temannya. Ada
temannya yang tidak memakai baju, ada yang lagi pemanasan. Warkham tampak santai
menikmati angin yang berhembus kencang, sambil melihat ke kiri dan ke kanan, tampak
senyum yang indah dari wajah Warkham. Dengan setelan yang biasa untuk berolahraga,
Warkham bersiap untuk bermain. Senyum yang khas membuat Warkham semakin
berkharisma, seperti seorang leader dari orang-orang yang ada di lapangan itu.
Warkham dan teman-temannya biasa main atau olahraga pada sore hari, lalu malamnya
mereka akan pergi nongkrong ke gerai fastfood tepatnya di McD.
Gambar 11 & 12. Warkham dan teman-temannya sedang berolahraga di lapangan yang ada
di RT 02
Nongkrong juga menjadi ajang untuk menunjukkan solidaritas antar teman, dapat dilihat
dari diskusi tentang kemana akan pergi atau tempat mana yang akan dijadikan tongkrongan.
Dalam diskusi diperlukan musyawarah, tidak egois, disitulah solidaritas teman di uji, apakah
akan mengikuti keinginannya atau mengikuti keinginan kelompoknya. Dari hasil wawancara
ada yang mengatakan bahwa jika salah satu dari teman tidak dapat ikut pergi nongkrong maka
19
nongkrong akan dibatalkan. Hal tersebut menjadi gambaran solidaritas dalam hal nongkrong.
Lebih menariknya lagi hal tersebut dikatakan oleh anak yang masih SMP.
Story Box
Warkham dan teman-temannya lebih memilih nongkrong di McD dan memilih waktu
malam hari. Warkham dan teman-temannya sering bermain game Mobile Legend kalau
mereka pergi ke McD karena ada Wi-Fi. Mereka main game mobile legend juga karna
game tersebut sedang naik daun.
Begitu juga dengan Warkham dan teman-temannya, dalam wawancara Warkham
mengatakan bahwa ketika mereka pergi ke gerai fastfood mereka biasanya akan pisah tempat,
ada yang di ruangan ber-AC dan yang tidak. Mereka pisah karena ada yang merokok dan ada
yang tidak, jadi mereka menunjukkan solidaritas tanpa mengedepankan ego mereka.
Ketika memilih tempat tongkrongan tentu banyak yang menjadi pertimbangan, mulai dari
fasilitas yang ada dan suasana dari tempat tersebut. Kebanyakan orang sekarang lebih memilih
gerai fastfood sebagai tempat tongkrongannya, terutama McD. McD menyediakan fasilitas
berupa Wi-Fi, tempat yang ber-AC dan non AC, sehingga cocok menjadi tempat tongkrongan.
Suasana yang ramai namun tenang pun menjadi salah satu alasan orang memilih McD menjadi
tempat tongkrongannya.
“Lebih enak nongkrong di McD pada malam hari, karena suasananya yang sepi, damai,
dan tenang. Pada malam hari suasana sepi dan tenang membuat kita lebih fokus untuk
mengerjakan tugas atau skripsi.” – Warkham S.Kom, Sleman 14 April 2018.
Kebanyakan orang akan selalu nongkrong bersama dengan temannya, dan kebanyakan
orang yang ada di McD nongkrong sambil mengerjakan tugas, baik tugas sekolah maupun tugas
skripsi. Intinya teman menjadi faktor utama dan faktor pendukung terjadinya nongkrong, jika
tidak ada teman, maka tongkrongan akan terasa sepi dan tidak ada rasa yang spesial.
Pertemanan memang tidak akan pernah lepas dari tongkrongan, walaupun berbeda-beda tempat,
tetapi isi dari tongkrongan itu selalu sama. Pemilihan tempat hanya menjadi sebatas selera, dari
hasil wawancara dengan Warkham, mereka memilih McD sebagai tempat tongkrongannya
karena modern dan biar tidak ketinggalan jaman.
20
BAB IV
SIMPULAN
Setelah menjalani proses penelitian ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan
menongkrong ditemukan sebagai fenomena yang terlekat dalam kehidupan setiap orang dari
berbagai kalangan; mulai dari siswa-siswi SMP, SMA, hingga mereka yang sudah berstatus
mahasiswa. Mulai dari mereka yang tinggal di kawasan sub-urban Nologaten – dimana warung
burjo menjadi pilihan utama untuk menongkrong – hingga mereka yang beraktivitas di pusat
kota dan menongkrong di gerai makanan cepat saji.
Gerai makanan cepat saji – berdasarkan data yang telah kami kumpulkan dari observasi
maupun wawancara dengan informan – menjadi pilihan utama tempat menongkrong karena
fasilitas yang gerai tersebut sediakan; ketersediaan Wi-fi, lokasi yang mudah diakses dan
strategis, tata ruang gerai yang didesain sedemikian rupa untuk menunjang kenyamanan
pengunjung, dan menu makanan yang bervariasi dengan harga yang sepadan; banyaknya uang
yang dikeluarkan sebanding dengan fasilitas yang didapatkan.
Gerai makanan cepat saji dengan demikian menjadi tempat ideal untuk menongkrong
dengan menyediakan segala fasilitas yang menunjang segala jenis aktivitas; mulai dari
mengerjakan tugas, merayakan ulang tahun teman, hingga sekedar duduk-duduk membuang
waktu. Akan tetapi, kebiasaan menongkrong jauh lebih luas daripada sekedar mencari tempat
yang memiliki fasilitas yang baik dan menggunakan fasilitasnya.
Beberapa informan memberikan sisi lain dari kebiasaan menongkrong. Salah seorang
informan menyatakan bahwa yang terpenting dari menongkrong adalah fungsi sosial dari
menongkrong itu sendiri; berkumpul bersama teman-teman dekat dan mempererat hubungan
pertemanan. Kebiasaan menongkrong tidak mempedulikan tempat atau fasilitas yang tempat
tersebut dapat berikan, yang terpenting adalah tersedianya ruang untuk bersosialisasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Barley, Taza N. 2009. View point: how ‘nongkrong’ is part of our culture. Jakarta: The
Jakarta Post. http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/20/view-point-how-
E2%80%98 nongkrong %E2%80%99-part-our-culture.html
Clinton, E., & Wallach, J. (2016). The Social Phenomenology of Hanging Out. Heavy Metal
Music and the Communal Experience, 37.
Garza, Kimberly B., Meng Ding, Justin K. Owensby, and Claire A. Zizza. 2016. “Impulsivity
and Fast-Food Consumption: A Cross-Sectional Study among Working Adults.”
Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics 116 (1). Elsevier Inc: 61–68.
https://doi.org/10.1016/j.jand.2015.05.003.
Janssen, Hayley G., Ian G. Davies, Lucinda D. Richardson, and Leonard Stevenson. 2017.
“Determinants of Takeaway and Fast Food Consumption: A Narrative Review.”
Nutrition Research Reviews, no. 8: 1–19.
https://doi.org/10.1017/S0954422417000178.
Rashid, dkk (2016) Impact Of Service And Food Quality On Customer Satisfaction Among
Generation Y For The Fast Food Restaurant In Malaysia, International Journal of
Information, Business and Management, Vol. 8, No.1, Kuala Lumpur: Elite Hall
Publishing House pp.51-66
Titis Rakhma Imtihani, Etika Ratna Noer. “Hubungan Pengetahuan, Uang Saku, Dan Peer
Group Dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Pada Remaja Putri”Journal
of Nutrition College Vol 2, No 1 (2013)
Wallach, J. (2008). Living the punk lifestyle in Jakarta. Ethnomusicology, 52(1), 98-116.
22
LAMPIRAN
A. Daftar Informan
1. Nama Informan : Sekelompok Siswi SMP N 6 Yogyakarta
Waktu Wawancara : 18 April 2018, 15.37 WIB
Lokasi Wawancara : KFC Sudirman
Pewawancara : Fadel Ikram (17/409923/SP/27768)
Aulia Rahmawati (17/409918/SP/27763)
2. Nama Informan : Sekelompok Siswa MAN 4 Yogyakarta
Waktu Wawancara : 18 April 2018, 14.12 WIB
Lokasi Wawancara : KFC Sudirman
Pewawancara : Fadel Ikram (17/409923/SP/27768)
Khoirul Rahman (17/414956/SP/28083)
3. Nama Informan : Yuganta
Waktu Wawancara :15 April 2018, 14.44 WIB
Lokasi Wawancara : Warmindo di RW 3 Padukuhan Nologaten
Pewawancara : Indah Muliana (17/409926/SP/27771)
Fadel Ikram (17/409923/SP/27768)
4. Nama Informan : Tabitha Aulia
Waktu Wawancara :14 April 2018, 14.38 WIB
Lokasi Wawancara : Warung Barokah di RT 01 RW 04 Padukuhan Nologaten
Pewawancara : Indah Muliana (17/409926/SP/27771)
5. Nama Informan : Fiska dan Cici
Waktu Wawancara :19 April 2018
Lokasi Wawancara :KFC Sudirman
Pewawancara : Esa Sang Bhagaskara (17/413249/SP/27966)
6. Nama Informan : Warkham S.Kom,
Waktu Wawancara :14 April 2018, 17.00 WIB
Lokasi Wawancara : Padukuhan Nologaten
Pewawancara :Crystian Vieri Panjaitan (17/409919/SP/27764)
7. Nama Informan : Sri
Waktu Wawancara :15 April 2018, 11.47 WIB
Lokasi Wawancara : RW 4 Padukuhan Nologaten
Pewawancara : Nurhaida Kusumawati (17/413261/SP/27978)
23
B. POSTER
24
C. DATA NETWORKING KELOMPOK
25
D. DATA NETWORKING INDIVIDU
1. Crystian Vieri P. 17/409919/SP/27764
2. Fadel Ikram 17/409923/SP/27768
26
3. Esa Sang Bhagaskara 17/413249/SP/27966
4. Nurhaida Kusumawati 17/413261/SP/27978
27
5. Indah Muliana 17/409926/SP/27771
28
E. DAFTAR DATA KOMPILASI TUGAS INDIVIDU
NAMA
Crystian Vieri
Verbatim Transcript √
Indexing √
Coding √
Data Networking √
Reflection Diary √
Fadel Ikram
Verbatim Transcript √
Indexing √
Coding √
Data Networking √
Reflection Diary √
Indah Muliana
Verbatim Transcript √
Indexing √
Coding √
Data Networking √
Reflection Diary √
Esa Sang Bhagaskara
Verbatim Transcript √
Indexing √
Coding √
Data Networking √
Reflection Diary √
Nurhaida K. Dida
Verbatim Transcript √
Indexing √
Coding √
Data Networking √
Reflection Diary √
29
LAMPIRAN FOTO
30
31
32
33
34
35