laporan akhir praktikum metode penelitian …yang dilakukan nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan...

38
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN KUALITATIF I FENOMENA MENONGKRONG DI GERAI MAKANAN CEPAT SAJI HALAMAN JUDUL KELOMPOK 14 Crystian Vieri P. 17/409919/SP/27764 Fadel Ikram 17/409923/SP/27768 Indah Muliana 17/409926/SP/27771 Esa Sang Bhagaskara 17/413249/SP/27966 Nurhaida Kusumawati 17/413261/SP/27978 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018

Upload: others

Post on 05-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

ii

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

METODE PENELITIAN KUALITATIF I

FENOMENA MENONGKRONG DI GERAI MAKANAN CEPAT SAJI

HALAMAN JUDUL

KELOMPOK 14

Crystian Vieri P. 17/409919/SP/27764

Fadel Ikram 17/409923/SP/27768

Indah Muliana 17/409926/SP/27771

Esa Sang Bhagaskara 17/413249/SP/27966

Nurhaida Kusumawati 17/413261/SP/27978

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018

Page 2: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

ii

KATA PENGANTAR

Fenomena nongkrong merupakan hal yang menarik minat peneliti untuk diteliti lebih

dalam karena menongkrong sendiri sudah ada sejak zaman dahulu. Perbedaannya dengan

menongkrong zaman sekarang, yakni menongkrong zaman dahulu berada di warung kopi,

angkringan, dan warteg. Sedangkan kini remaja makin giat berlomba-lomba untuk menongkrong

di gerai fast food yang dianggap sebagai suatu trend. Berangkat dari hal ini lah peneliti tergerak

untuk meneliti fenomena menongkrong di gerai fast food ini, untuk kemudian diharapkan bisa

menajdi referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi

bacaan yang dapat memicu kegelisahan para pembacanya sehingga dapat diambil kesimpulan dan

hikmahnya.

Kemudian atas tersusunnya penyusunan laporan penelitian ini, tak lupa kami panjatkan

puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Swt. atas limpahan rahmatnya sehingga kami dapat lancar

melalukan penelitian dan penyusunan laporan ini.

Tak luput kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Tadjuddin Noor

Efendi, Bapak Dr. Suharko, dan Mas Fuji Riang Prastowo, S.Sos., M.Sc. atas bimbingannya

sehingga kami dapat lancar melakukan penelitian dan menyusun laporan ini.

Begitu pula kepada segenap civitas akademika Universitas Gadjah Mada yang telah

memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan praktikum lapangan ini.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada para pejabat dan para warga Pedukuhan

Nologaten yang bersedia mengizinkan kami untuk melakukan penelitian guna untuk melengkapi

kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Tentunya kami menyadari bahwa laporan praktikum lapangan ini banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan praktikum ini, kami dengan terbuka

menerima kritik dan saran.

Dengan Hormat,

Penulis

i

Page 3: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................................2

1.4 Metodologi Penelitian ............................................................................................................2

BAB II Latar Sosial .......................................................................................................................4

BAB III Pembahasan .....................................................................................................................6

3.1 Nongkrong, apa itu? ...............................................................................................................6

3.2 Lokasi dan Kebiasaan Menongkrong ...................................................................................10

3.3 Uang Saku dan Menu ...........................................................................................................13

3.4 Nugas ....................................................................................................................................15

3.5 Pertemanan dan Nongkrong .................................................................................................17

BAB IV Kesimpulan ....................................................................................................................20

Daftar Pustaka .............................................................................................................................21

Lampiran ......................................................................................................................................22

Page 4: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga saat ini, pengonsumsi makanan cepat saji pada masyarakat kota berdasarkan survei

yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan

sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan makanan selingan dan 2% memilih

untuk makan pagi. Penelitian yang dilakukan Heryanti tahun 2009 didapatkan hasil tingkat

konsumsi makanan cepat saji tertinggi adalah golongan pelajar, yakni sebesar 83, 3%.

Tingginya jumlah konsumsi tentunya tidak dapat terjadi dengan sendirinya, tentunya ada faktor-

faktor yang mendorong konsumsi makanan cepat saji, salah satunya jumlah gerai. Di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, total telah terdapat 24 gerai makanan cepat saji, dengan

proporsi sepuluh gerai KFC, enam gerai McDonald’s, dan delapan gerai Pizza Hut. Gerai-gerai

tersebut tersebar di sembilan desa, antara lain desa Tridadi, Sosromenduran, Terban, Kotabaru,

Sendangadi, Sinduadi, Wirogunan, Tegalrejo, dan Caturtunggal. Sampai saat ini desa dengan

jumlah gerai makanan cepat saji terbanyak adalah Desa Caturtunggal dengan jumlah sembilan

gerai, antara lain tiga gerai KFC, tiga gerai McDonald’s, dan tiga gerai Pizza Hut.

Meskipun pada umumnya restoran dan tempat makan lainnya penuh pada jam makan,

sudah menjadi rahasia publik bahwa gerai makanan cepat saji adalah salah satu dari beberapa

tempat makan yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Gerai makanan cepat saji selalu dipenuhi

oleh pelanggan, jam makan seolah-olah tidak relevan bagi gerai makanan cepat saji. Tidak

hanya itu, dengan waktu operasional 24 jam, bahkan gerai makanan cepat saji masih terbilang

sangat padat hingga melewati tengah malam. Sering kita temui, banyak remaja – bahkan banyak

yang masih mengenakan seragam – berkumpul dan menghabiskan waktu tidak hanya satu jam

atau dua jam; bisa dibilang mereka menghabiskan waktu hingga berjam-jam. Mereka tidak

hanya datang dan mengonsumsi makanan cepat saji dan kemudian pergi; mereka mengerjakan

tugas, mengobrol, hingga mengadakan diskusi atau rapat.

Menongkrong merupakan sebuah kegiatan yang sangat esensial yang sudah membuadya

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia; setiap orang pasti pernah menongkrong,

entah karena alasan apapun. Berdirinya banyak gerai makanan cepat saji ala barat kemudian

mentransformasikan kebiasaan menongkrong; gerai makanan cepat saji ala barat perlahan-

lahan muncul sebagai pilihan utama tempat menongkrong. Akan tetapi, definisi dari kegiatan

Page 5: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

2

menongkrong itu sendiri masih sangat kabur, sehingga alasan orang-orang menongkrong di

gerai makanan cepat saji tidak dapat dieksplorasi lebih lanjut. Selain itu, belum banyak pula

hasil penelitian yang berhasil mengungkap fakta-fakta tak terlihat pada kegiatan menongkrong

di gerai makanan cepat saji ala barat seperti alasan-alasan dan bentuk fenomena menongkrong

di gerai makanan cepat saji ala barat itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis sampai kepada suatu rumusan

masalah, yaitu:

“Bagaimana bentuk fenomena menongkrong yang terjadi di gerai makanan cepat saji?"

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bentuk fenomena menongkrong yang terjadi di gerai makanan cepat saji.

1.4 Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma grounded theory, dengan membangun teori

berdasarkan analisa pola-pola, tema, dan kategori umum yang ditemukan dari data

observasi (Babbie, 2014). Setelah melakukan observasi di berbagai tempat, peneliti

akan membandingkan berbagai sudut panjang subjek untuk membangun teori.

Informan merupakan orang yang menongkrong baik di gerai makanan cepat saji

atau tempat menongkrong lainnya. Pengambilan data dilakukan pada saat observasi di

Padukuhan Nologaten pada tanggal 14-15 April 2018 dan di KFC Sudirman pada

tanggal 17 dan 19 April 2018. Informan di Padukuhan Nologaten dipilih dengan acuan

data kependudukan, sementara informan di KFC Sudirman dipilih secara acak. Peneliti

akan melakukan pengambilan data dengan wawancara yang direkam dengan alat

perekam. Rekaman hasil wawancara kemudian akan melewati proses transcribing,

indexing, dan coding.

Analisa data kualitatif akan dilakukan sesuai dengan paradigma grounded theory,

yaitu dengan terus-menerus melakukan komparasi dari fenomena yang ditemui,

mengintegrasikan kategori dan ciri-ciri khususnya untuk mengetahui hubungan antar

konsep, membatasi teori dengan mengekslusikan konsep yang terbukti tidak relevan,

dan kemudian menulis teori tersebut.

Page 6: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

3

b. Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer :Data primer diambil dari hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan di Padukuhan Nologaten pada tanggal 14-15 April 2018 dan di KFC

Sudirman pada tanggal 17 dan 19 April 2018.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara Semi Terstruktur: Peneliti melakukan wawancara semi terstruktur

dengan informan. Interview guide telah dibuat sebelumya untuk memastikan

bahwa informasi yang akan didapatkan sesuai dengan arah penelitian. Selain

itu, peneliti menanyakan beberapa pertanyaan spontan untuk menggali

informasi secara lebih dalam untuk memperkaya hasil penelitian.

2. Observasi: Peneliti melakukan observasi sistematik dimana observation point

telah dibuat sebelumnya. Peneliti mengamati lama menongkrong serta aktifitas

yang dilakukan oleh objek penelitian selama menongkrong. Observasi

dilakukan di beberapa warung di Padukuhan Nologaten serta di KFC Sudirman.

3. Dokumentasi: Peneliti juga mengumpulkan data visual berupa foto yang

diambil pada saat observasi di Padukuhan Nologaten dan KFC Sudirman serta

rekaman wawancara yang dilakukan pada saat observasi.

Page 7: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

4

BAB II

LATAR SOSIAL

Padukuhan Nologaten merupakan wilayah yang secara administratif berada dibawah desa

Caturtunggal, Kecamatan Depok yang mana termasuk dalam wilayah sub-urban. Secara fisik

Padukuhan Nologaten merupakan daerah yang memiliki infrastruktur yang cukup baik, tampak

dengan jalan yang sudah di konblok, adanya sistem irigasi dan daerah bantaran kali yang tertata

rapi, taman bacaan, taman bermain di pinggir waduk, dan lainnya. Rumah-rumah sudah terbuat

secara permanen, meskipun ada beberapa di daerah yang terpencil masih berupa gubuk dari

anyaman bambu.

Gambar 2.1. Bantaran Kali di Padukuhan Nologaten yang telah ditata, Gambar 2.2. Taman

Bacaan. Gambar 2.3. Waduk Padukuhan Nologaten

Jarak Padukuhan Nologaten yang dekat dengan berbagai gerai makanan cepat saji – baik

ala barat yang terdapat di Ambarukmo Plaza maupun gerai makanan cepat saji lokal – membuat

penduduk Padukuhan Nologaten tentunya memiliki akses yang lebih mudah terhadap gerai

makanan cepat saji, baik ala barat maupun lokal.

Page 8: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

5

Gambar 2.5, 2.6, 2.7, 2.8. Gerai Makanan Cepat Saji (lokal)di sekitar Padukuhan Nologaten

Penduduk Nologaten memiliki banyak kegiatan yang secara rutin dilaksanakan, beberapa

diantaranya adalah senam massal setiap minggu pertama dan minggu ketiga, Poswindu setiap

tanggal 15 di setiap bulan, hingga piknik satu RT.

Selain itu, penduduk padukuhan Nologaten memiliki latar belakang sosio-ekonomi yang

beragam pula. Terdapat wilayah penduduk asli hingga wilayah penduduk pendatang yang

dicirikan dengan adanya beberapa asrama mahasiswa luar Jawa. Dari sekian banyak informan

yang kami temui, terdapat penduduk Nologaten yang masih hidup dibawah garis kemiskinan,

beberapa memiliki pekerjaan yang tidak tetap penghasilannya, seperti ibu Suratmi yang

berangkat membatik hanya tiga kali seminggu dan jika hanya ada pesanan. Bapak Bono juga

merupakan salah satu penduduk yang bekerja jika ada pekerjaan, yaitu apabila ada pesanan

mencuci mobil dari tetangga.

Selain dilakukan di padukuhan Nologaten, observasi juga dilakukan di beberapa gerai

makanan cepat saji, seperti KFC Sudirman yang secara strategis terletak di pusat kota. KFC

Sudirman juga terletak di antara dua sekolah ternama, yaitu SMP N 8 Yogyakarta dan SMA N

6 Yogyakarta.

Page 9: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Nongkrong, apa itu?

Nongkrong merupakan suatu terminologi yang tidak terdefinisikan dengan jelas. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tongkrong” – yang kemudian menjadi “menongkrong”

– merupakan sebuah kata kerja yang berarti berjongkok; duduk-duduk saja karena tidak bekerja

(KBBI, 2016). Kata “nongkrong” disini tidak memiliki asosiasi yang jelas dengan kegiatan

mengonsumsi; akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa istilah ini memiliki artian yang jauh

lebih kaya apabila kita melihat apa yang terjadi di masyarakat kita saat ini.

Istilah nongkrong dapat digunakan dalam setiap situasi. Nongkrong dapat dilakukan

sendirian maupun berkelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan dimana saja, dan kegiatan yang

dilakukan ketika menongkrong dapat berupa apa saja. Ketika seseorang berbincang-bincang

dan bergosip, maka ia dapat disebut sebagai sedang menongkrong; ketika seseorang duduk

sendiri entah itu mengerjakan tugas atau hanya duduk termenung, orang itu juga dapat disebut

sebagai orang yang sedang menongkrong.

Studi yang dilakukan Wallach (2008) tentang komunalitas dan budaya menongkrong dalam

komunitas penggemar musik metal di Indonesia mengutip tulisan dari Tasa Nugraza Barley

(2009) dalam The Jakarta Post tentang definisi menongkrong.

“What is nongkrong anyway? It’s pretty hard to explain, really. It’s so hard that I

don’t think Oxford English Dictionary has that word in English. “To hang around” might

be the right expression in English for nongkrong, while a friend of mine thinks that “to

chill out”is the right translation. For Indonesians, nongkrong simply means “to meet and

talk, and smoke for some.” But nongkrong is basically about talking, specifically talking

with people we’re close to… Yes, we talk and talk for hours about things that aren’t really

important.”(2009, n.p.)

Nongkrong merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang sangat sentral di Indonesia.

Antropologis lain menekankan betapa pentingnya menongkrong pada remaja Indonesia.

Temuan ini dipaparkan pada hasil penelitian Brent Luvaaz tentang studi yang ia lakukan pada

tahun 2012 di Yogyakarta. Ia menemukan bahwa menongkrong sangatlah penting;

menghabiskan waktu bersama mereka yang memiliki kesamaan; komunalitas.

Page 10: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

7

“They had little sense of a personal or private life apart from the group…often

complaining about having to go home”(Luvaas, 2012)

Salah satu informan bernama Warkham yang diwawancarai di Nologaten menyatakan

bahwa ia sangat sering melakukan aktifitas nongkrong terutama di masa-masa kuliah. Ia sering

pergi menongkrong bersama teman-teman kuliahnya, bahkan hampir setiap malam ia pergi

menongkrong. Ia biasa menghabiskan waktu berjam-jam menongkrong, dan biasanya ia

mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ia menyatakan bahwa ketersediaan wifi dan fasilitas

penunjang lainnya merupakan pendorong mengapa ia memilih mengerjakan tugas di gerai fast

food. Selain itu, Warkham juga menyatakan bahwa harga yang cukup terjangkau – apabila

fasilitas yang didapatkan juga dipertimbangkan, ketersediaan AC yang tidak biasa ditemui di

warung burjo, suasana yang tidak terlalu ramai, dan waktu buka 24 jam lah yang menjadi alasan

mengapa ia menongkrong di gerai fast food.

Gambar 1.1. Seorang siswa belajar di gerai makanan cepat saji bersama teman-

temannya.

Informan lain yang bernama Sri mengutarakan alasan ia memilih menongkrong di gerai

fast food adalah kebosanannya akan makanan yang tersedia di kantin. Merupakan mahasiswi

tahun kedua, Sri selalu dihadapkan dengan dilema memilih menu makan siang yang hanya ia

bisa lakukan di luar rumah di hari ia menjalani kegiatan berkuliah, sehingga ia lebih memilih

untuk makan di gerai fast food ketika ia mulai bosan makan di kantin yang tersedia di

kampusnya.

Page 11: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

8

Lain pula dengan serombongan informan yang berasal dari SMP N 6 Yogyakarta yang saat

ditemui di KFC Sudirman sedang merayakan ulang tahun salah seorang temannya. Berbeda

dengan informan sebelumnya, mereka menongkrong sembari merayakan sesuatu, seperti ulang

tahun salah satu anggota dari kelompok pertemanan mereka. Meskipun menolak disebut

sebagai geng-geng an, mereka mengakui aktifitas menongkrong cenderung dilakukan dengan

teman-teman tertentu saja, dan dilakukan pada saat ada sesuatu untuk dirayakan. Mereka

membawa kue dari luar, membawa bunga, kemudian berswafoto dan boomerang untuk

mengabadikan momen sekaligus memperkuat/mengsolidifikasikan kelompok pertemanan

mereka dengan melakukan update bersama di media sosial. Melalui kelompok informan ini

peneliti berhasil mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai kegiatan menongkrong dan

signifikansinya terhadap pertemanan dan relasi sosial.

Dari kiri searah jarum jam: Gambar 1.2. Rombongan Siswi SMP berfoto sambil

membawa kue ulangtahun. Gambar 1.3 & 1.4. Perayaan Ulangtahun

Salah seorang informan yang berasal dari MAN 4 Yogyakarta sedang menongkrong

bersama teman-temannya saat ditemui di KFC Sudirman. Ia dan rombongannya nampak tidak

melakukan apa-apa selama menongkrong, mereka tidak mengerjakan tugas maupun merayakan

apapun. Bahkan ketika ditanya, mereka tidak sedang menunggu sesuatu atau hendak melakukan

sesuatu, mereka sekedar ingin duduk-duduk dan membuang waktu. Dengan tidak adanya alasan

menongkrong yang jelas, hal ini menunjukkan bahwa menongkrong di gerai makanan cepat saji

tidak harus selalu dipicu oleh kejadian tertentu.

Page 12: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

9

Gambar 1.5. Rombongan siswa-siswi MAN 4 Yogyakarta yang menongkrong tanpa ada

tujuan apapun.

Akan tetapi, nongkrong tidak selalu berasosiasi dengan gerai makanan cepat saji. Salah

satu informan yang bernama Yuganta menyatakan bahwa nongkrong bisa dilakukan dimana

saja. Justru, yang terpenting adalah dapat berkumpul bersama teman-teman. Sudah menjadi

kebiasaan bahwa ia dan rombongan teman-temannya selalu menongkrong setiap sore, cukup

dengan duduk-duduk dan mengobrol. Oleh karena itu, ia dan rombongan teman-temannya lebih

memilih menongkrong di warung burjo karena harga yang murah.

Gambar 1.6 & 1.7. Informan dari Padukuhan Nologaten yang menongkrong di warung burjo

Berdasarkan beragam hasil observasi yang telah peneliti dapatkan, pada akhirnya

menongkrong dipicu oleh berbagai macam hal, mulai dari mengerjakan tugas hingga sebagai

bentuk penguatan solidaritas. Memang, gerai makanan cepat saji menyediakan fasilitas-fasilitas

pendukung seperti lokasi yang strategis, tempat yang didesain untuk menunjang kenyamanan,

Wi-fi untuk mengerjakan tugas, akan tetapi yang terpenting adalah tujuan dari kegiatan

menongkrong itu sendiri.

Page 13: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

10

3.2 Lokasi dan Kebiasaan Menongkrong

Nongkrong merupakan suatu fenomena yang tak asing lagi dalam keseharian setiap orang

khususnya dikalangan remaja. Apalagi dengan didukungnya akses dan lokasi dapat dengan

mudah dijumpai fenomena ini. Mulai dari tempat yang tradisional sampai yang modern, seperti

angkringan dipinggir jalan, cafe maupun gerai-gerai makanan cepat saji. Fenomena nongkrong

ini seperti yang terjadi di gera-gerai makanan cepat saji ala barat, dimana beberapa orang

memilih lokasi tersebut sebagai wadah mereka untuk melakukan aktivitas nongkrong. Misalnya

hanya sebatas makan bersama, ngobrol dan berkumpul (sosisalisasi) bersama teman, maupun

melakukan kegiatan lain seperti mengerjakan tugas.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, terdapat beberapa informan melakukan

kegiatan nongkrong dikarenakan lokasi gerai makanan cepat saji dengan jarak rumah yang

sangat mudah di akses. Lokasi yang dipilih juga berkaitan dengan jenis (franchise) gerai

tersebut serta fasilitas yang diberikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Krolnel, akses

fisik berpengaruh terhadap penjelasan konsumsi makanan cepat saji ala barat serta letak lokasi

gerai tersebut dimana keterjangkauannya dengan lokasi tempat tinggal, sekolah dan aktivitas

lainnya (Krolnel, 2016).

Salah satu informan bernama Yuganta menyatakan pernah melakukan nongkrong di gerai

makanan cepat saji yang terdapat di Ambarukmo Plaza. Ia memilih nongkrong ditempat

tersebut hanya untuk menikmati fasilitas yang disediakan seperti Wifi. Hal ini lah yang

kemudian mendorongnya untuk kegiatan nongkrong di gerai makanan cepat saji ala barat

sebagai wadah berkumpul bersama teman-temannya. Serta memanfaatkan fasilitas yang ada

untuk mengerjakan tugas sekolah.

Story Box

Yuganta merupakan siswa kelas tujuh SMP Muhammadiyah 3 Depok. Pada saat

kami wawancarai ia sedang nongkrong bersama teman-temannya disalah satu Burjo

(Warmindo) Padukuhan Nologaten. Ia menyatakan pernah melakukan nongkrong di

gerai makanan cepat saji ala barat. Akan tetapi ia sudah jarang nongkrong di tempat

tersebut dan lebih suka nongkrong di Burjo sekitar rumahnya bersama teman-temannya.

Hal ini dikarenakan menurutnya makanan cepat saji ala barat lebih mahal dibandingkan

dengan Burjo.

Page 14: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

11

Berdasar story box 1 diketahui bahwa informan tersebut lebih memilih nongkrong di Burjo

atau warmindo dekat rumahnya. Hal tersebut dikarenakan lebih terjangkau dari segi ekonomi

dibandingkan nongkrong di gerai makanan cepat saji ala barat. Bahkan ia menanggap burjo

seperti rumahnya sendiri, seperti apa yang dikatakannya pada saat wawancara.

“Karena burjo itu kayak rumah sendiri. kehujanan nginep di burjo, laper di burjo, gabut

(re: tidak ada kerjaan) di burjo.” Yuganta, 15 April 2018

Gambar 1.8. Informan bernama Yuganta saat diwawancarai di burjo

Selain itu menurut Warkham, ia juga sering melakukan nongkrong di gerai makanan cepat

saji ala barat. Lokasi yang dipilih yaitu gerai McD dan KFC. Akan tetapi ia menyatakan lebih

sering melakukan nongkrong di gerai McD dikarenakan akses lokasi ke gerai tersebut. Dimana

lokasi gerai McD jaraknya lebih dekat dengan tempat tinggalnya.

V : “Menurut mas bedanya nongkrong di burjo sama di gerai fastfood”

W : “Yaa lebih bergengsi aja sih.” (Warkham, 14 April 2018)

Dari petikan wawancara diatas diketahui juga informan yang bernama Warkham ini

memilih lokasi nongkrong di gerai makanan cepat saji karena gengsi. Hal ini berkaitan dengan

prestise atau konsumsi simbol.

Berbeda dengan Warkham, menurut informan pada gerombolan anak SMP yang ditemui

disalah satu gerai makanan cepat saji. Mereka lebih memilih ke KFC karena tempat yang

strategis, dekat dengan sekolah serta lokasinya yang nyaman. Terutama dalam kegiatan

nongkrong bersama teman maupun mengadakan acara seperti perayaan ulang tahun. Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Coffee, dimana akses makanan cepat saji sering

dijumpai dekat sekolah (Coffee, 2016).

Page 15: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

12

Gambar 1.9. Informan: gerombolan anak SMP disalah satu gerai makanan cepat saji.

Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan juga ditemukan bahwa lokasi gerai

makanan cepat saji ala barat mengenai jauh tidaknya- tidak masalah. Seperti informan yang

ditemui peneliti mengatakan sudah menjajaki gerai fastfood yang ada di Yogyakarta khususnya

McD. Selain itu informan F juga menuturkan sering melakukan nongkrong di gerai KFC.

E : “Itu kenapa milih di nongkrong-nongkrong gitu, di KFC gitu, misalnya kalau

kayak sekarang nih KFC, kenapa milih KFC?”

F : “Yaa soalnya kita suka menunya, hahaha” (informan F, 19 April 2018)

Berdasar kutipan diatas dapat diketahui bahwa Informan F memilih tempat tersebut karena

menu yang disajikan. Bukan sekedar nongkrong, melainkan menjajak kuliner atau wisata

kuliner. Mereka ingin mengetahui sensasi dari gerai yang satu dengan lainnya, sehingga tidak

masalah mengenai lokasi gerai makanan cepat saji ala barat.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kecenderungan lokasi yang dipilih oleh beberapa

infirman untuk kegiatan nongkrong dilakukan di gerai KFC dan McD dari berbagai jenis gerai

makanan cepat saji yang ada. Lokasi yang dipilih juga berdasarkan akses, jarak yang strategis

dan keterjangkauan dari tempat tinggal maupun kegiatan sehari-hari informan. Fasilitas yang

diberikan oleh gerai makanan cepat saji ala barat dan menu yang ditawarkan juga berasosiasi

dengan tempat yang dipilih. Hal ini tentunya menjadi alasan beberapa informan melakukan

kegiatan nongkrong guna menikmati fasilitas yang ada.

Konsep kenyamanan yang ditawarkan juga berpengaruh terhadap lokasi yang dipilih

sebagai tempai nongkrong. Dapat dilihat dari konsep maupun pola bangunan gerai makanan

cepat saji. Dimana menawarkan tempat yang nyaman dan ideal untuk menongkrong bagi para

Page 16: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

13

konsumen. Yang mana memberikan suasana sejuk dengan fasilitas ruang ber-AC, arsitektur

gerai makanan cepat saji dengan berbagai ornamen dan ciri khasnya, serta menyediakan ruang

in-door maupun out-door dan jendela yang besar-besar. Dengan demikian, meskipun

pengunjung didalam ruang masih dapat melihat dan mengamati kondisi diluar.

3.3 Uang Saku dan Menu

Pengertian uang saku sendiri, yakni uang yang diberikan untuk keperluan sewaktu-waktu;

uang jajan (biasanya untuk anak-anak yang belum memiliki penghasilan dan jumlah tidak

terlalu besar) (Departemen Pendidikan, 2008:1513). Tujuan dari uang saku sendiri adalah

sebagai media pembelajaran anak supaya ia dapat mengelola keuangan dengan benar.

Selain itu, faktor pendukung lainnya masyarakat mengonsumsi makanan cepat saji, yakni

pilihan menu. menu berasal dari bahasa Prancis “Le Menu” yang berarti daftar makanan yang

disajikan kepada tamu. Fungsi dari menu sendiri, yakni sebagai media komunikasi antara pihak

tamu dengan pihak perusahaan dengan mencantumkan nama makanan dan menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti oleh tamu.

Dari gerombolan informan anak SMP Negeri 6 Yogyakarta yang sedang merayakan ulang

tahun di Restaurant fast food KFC yang diperoleh dari Fadel, terdapat salah satu informan yang

uang sakunya berjumlah Rp300.000,00 yang diberikan setiap bulannya. Uang saku tersebut

tergantung ketertiban dari aturan yang dibentuk oleh orangtuanya, seperti rajin sholat,

mandinya cepat atau tidak, bermain gawainya lama atau sebentar, belajar atau tidak, dan les

atau tidak. Sedangkan jika informan dianggap tidak tertib oleh orangtuanya, uang saku hanya

diberikan sejumlah Rp200.000,00. Mengingat bahwa harga menu di gerai fast food tergolong

tidak murah, maka mereka cenderung menyisihkan uang saku tersebut untuk membelinya.

Dengan uang saku tersebut, informan biasanya menghabiskan uang sejumlah Rp40.000,00

dan menu yang dibeli adalah slushie. Mereka pun cenderung lebih menyukai minumannya.

Informan pun jarang membeli makanan di KFC walaupun mereka menganggap menu di KFC

lebih murah daripada gerai fast food lainnya, seperti McD dan Papa Rons Pizza. Memang sering

terlihat di gerai fast food adanya sekumpulan remaja yang menongkrong namun yang dibeli

hanya minumannya saja tanpa makanan. Hal ini dikarenakan tujuan utama mereka bukanlah

mengonsumsi tetapi hanya sekadar menongkrong.

Salah satu dari gerombolan mereka ada yang menganggap bahwa ayam yang paling enak

terdapat di Olive dan tentu yang harganya jauh lebih murah. Setelah Olive baru KFC prioritas

Page 17: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

14

kelezatan menunya. Berbeda dengan informan yang lain, yang berpendapat bahwa lebih tertarik

dengan KFC karena minuman dan rice boxnya bervariasi. Lain lagi dengan informan

gerombolan siswi MAN 4 Yogyakarta yang sedang menongkrong selepas pulang sekolah,

biasanya menghabiskan uang sebesar Rp6.000,00 dan ada pula yang tergantung memesan menu

apa di gerai KFC. Dari informan yang diperoleh Indah bernama Aulia, siswi kelas satu MtS

Negeri 9 Sleman, biasanya menghabiskan uang di gerai KFC sejumlah Rp50.000,00.

Informan kedua yang diperoleh Indah adalah siswa kelas tujuh SMP Muhammadiyah 3

Depok (Mugadeta) yang sering menongkrong di kedai Warmindo dan jarang di KFC karena

menurutnya Warmindo adalah tempat makan cepat saji yang menunya murah. Suasanya yang

nyaman juga menjadi alasan pendukung ia lebih memilih nongkrong di tempat tersebut. Bahkan

saking nyamannya, dia sudah menganggap warmindo sebagai rumah kedua.

Informan yang diperoleh Viery merupakan mahasiswa yang mengaku setiap malam

menongkrong di gerai fast food, yakni Mc’D setiap malam bahkan sejak dulu ketika masih

mengerjakan skripsi. Menurut dia harga pada menu Mc’D tergolong murah terutama es krim,

maka dari itu es krim adalah menu favoritnya. Selain itu, burger dan sandwich juga menu

andalan yang dinilai masih terjangkau harganya. Banyak remaja yang menganggap bahwa

sandwich dan burger Mc’D adalah yang terlezat dibandingkan gerai-gerai yang lain walapun

menu ayamnya dirasa kurang lezat.

Selain itu, informan yang didapatkan oleh Esa memilih menongkrong di gerai makanan

cepat saji, KFC, pada awal bulan karena uang saku “turun” ketika awal bulan. Dia jauh memilih

KFC sebagai tempat nongkrongnya dibandingkan dengan cafe karena harganya yang sangat

terjangkau, tidak sampai Rp10.000,00 sudah bisa mendapatkan minuman. Hanya dengan

Rp8.000,00 sudah bisa mendapatkan tropical float berbeda dengan minuman cafe yang harga

minumannya kisaran Rp15.000,00 ke atas.

Selanjutnya, informan yang didapatkan oleh Nurhaida yang bernama Sri, cenderung

menyukai pilihan menu di KFC karena harganya yang murah sudah bisa mendapatkan ayam

berbumbu dan nasi. Minuman favorit Sri, yakni float. Dengan uang sebesar Rp7.000,00 sudah

bisa mendapatkan minuman yang enak, katanya. Menurutnya, restaurant cepat saji lainnya tidak

ada yang menawarkan menu dengan harga yang terjangkau seperti KFC. Dari pemamaran yang

telah disebutkan, menu dan harga ternyata juga merupakan pertimbangan untuk memilih tempat

tongkrongan bagi remaja.

Page 18: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

15

“Aku biasanya beli rice box sama mocca float sih. Murah itu dibanding harus ke McD.

Aku mah carinya yang murah, mbak. Trus kapan itu aku kena survei sih, jadi disuruh

ngicipi menu baru KFC. Lumayan dapat gratisan.”—Sri Eko Purwanti (20) Sleman, 15

April 2018

Literatur jurnal dari Journal of Nutrition College oleh Titis, dkk (2013) menunjukkan

bahwa uang saku berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji, yaitu semakin

tinggi jumlah uang saku maka semakin tinggi pula frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal

ini senada dengan penelitian kuantitatif yang peneliti lakukan di Padukuhan Nologaten yang

menunjukkan bahwa semakin besar jumlah uang saku maka semakin besar pula frekuensi

pembelian makanan cepat saji dengan kriteria responden anak hingga remaja rentang usia 7 -

18 tahun.

3.4 Nugas di Gerai Makanan Cepat Saji Ala Barat

Gambar 1.10 Seorang pelanggan yang sedang menongkrong di gerai makanan cepat saji

ala barat sembari mengerjakan tugas

Story Box

Ketika Mbak Sri saya temui di rumahnya dan kemudian saya wawancarai (15/04/18), dia

bercerita bahwa pergi ke KFC hanya karena ajakan teman kuliahnya dan tidak pernah inisiatif

sendiri. Gerai fast food di dekat kampus UGM memang banyak, tapi dari sekian banyak itu

hanya KFC yang paling sering ia kunjungi karena KFC harganya lebih terjangkau. Terlebih

temen-temannya adalah anak rantau semua yang harus menghemat demi kebutuhan sehari-hari.

Page 19: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

16

Nongkrong merupakan suatu aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan

khususnya oleh remaja. Nongkrong dapat didefinisikan sebagai memilih satu tempat yang

dirasa nyaman bagi seseorang atau sekelompok orang kemudian menempati tempat tersebut

dan melakukan kegiatan lain seperti berbincang-bincang, mengerjakan tugas, membaca buku,

atau berbagai kegiatan lain untuk menghabiskan waktu di tempat tersebut. Gerai makanan cepat

saji ala barat menjadi salah satu pilihan untuk melakukan aktivitas nongkrong. Dalam

perkembangannya, gerai makanan cepat saji ala barat tidak hanya menyediakan tempat yang

nyaman untuk makan tetapi juga menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan aktivitas

nongkrong. Fasilitas seperti ruang ber-AC, free Wi-Fi hotspot, dan berbagai fasilitas lain

menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk nongkrong dan menghabiskan waktu.

Menganalisis fenomena yang berfokus pada usia remaja, tidak akan lepas dari dunia

pendidikan. Dalam menempuh pendidikan, tugas merupakan bagian dari proses pendidikan

bagi pelajar—utamanya remaja. Bagi pelajar, mengerjakan tugas memerlukan lingkungan yang

mendukung mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Misalnya, informan yang

merupakan mahasiswa, mengerjakan skripsi merupakan hal yang wajib untuk dikerjakan.

Meskipun tidak terdapat literatur yang menyatakan secara pasti, tetapi penulis mencoba

melakukan pencarian daring dengan kata kunci mengerjakan tugas. Banyak artikel-artikel

daring yang menyebutkan bahwa dalam mengerjakan tugas, fasilitas yang dicari dan ditawarkan

adalah akses internet dan suasana yang nyaman. Maka dari itu, memang dikembangkan

kemudian bisnis yang menyediakan tempat dengan berbagai fasilitas yang menunjang untuk

mengerjakan tugas. Pada dasarnya, instansi-instansi pendidikan sudah menyediakan fasilitas

Story Box

Gerai KFC Sudirman merupakan salah satu lokasi yang dipilih orang untuk nongkrong,

tak terkecuali F dan C. Keduanya adalah mahasiswi di salah satu universitas swasta di

Yogyakarta. Siang itu mereka memutuskan untuk singgah di KFC sudirman setelah mereka

mngurusi suatu hal. Waktu itu, saya memutuskan untuk mencoba menghampiri mereka karena

saya melihat bahwa mereka merupakan orang-orang yang enak untuk diajak ngobrol tentang

apa yang sedang saya kerjakan untuk tugas ini. Singkat cerita, kami berbincang selama sepuluh

menit. Melalui perbincangan tersebut saya mendapatkan berbagai informasi, salah satunya

adalah informasi bahwa kedai makanan cepat saji merupakan salah satu pilihan untuk

mengerjakan tugas.

Page 20: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

17

yang menunjang keperluan pelajar atau mahasiswanya untuk mengerjakan tugas dengan lebih

mudah. Misalnya perpustakaan, setiap sekolah maupun universitas sudah menyediakan

perpustakan dan tempat-tempat bagi pelajar atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas. Tak

jarang, instansi-instansi pendidikan juga sudah menyediakan akses internet di setiap sudutnya.

Bagaimana kemudian gerai makanan cepat saji ala barat dipilih sebagai tempat untuk

mengerjakan tugas?

“Kalau KFC bagus gak terlalu ini (banyak distraksi), kan kalau tempat nongkrong

lain kan mungkin karena ada live music dan gitu-gitu yaa jadi sedikit terganggu, tapi kalau

ini kan yaa masih ini (tenang) lah” —F (Informan 1). Yogyakarta, 19 April 2018

Mengerjakan tugas di gerai makanan cepat saji ala barat sudah menjadi salah satu aktivitas

yang dilakukan oleh remaja di berbagai level pendidikan. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, gerai makanan cepat saji ala barat menawarkan berbagai fasilitas yang menunjang

aktivitas tersebut. Suasana yang tenang, akses informasi seperti jaringan internet gratis, dan

menu dengan harga terjangkau menjadi alasan remaja untuk menghabiskan waktunya untuk

mengerjakan tugas di gerai makanan cepat saji ala barat. Pada dasarnya, terdapat pilihan lain

selain gerai makanan cepat saji ala barat untuk nongkrong dan mengerjakan tugas seperti café.

Meskipun begitu, ada yang berpendapat bahwa faktor-faktor yang sudah disebutkan

sebelumnya menjadi kelebihan yang hanya dimiliki gerai makanan cepat saji ala barat. Salah

satu narasumber misalnya, berpendapat bahwa mengerjakan tugas di gerai makanan cepat saji

ala barat karena suasananya lebih tenang—dimana distraksi maupun gangguan seperti keriuhan

jarang muncul di gerai makanan cepat saji ala barat. Selain itu, hanya dengan memesan menu

yang murah, ia dapat menikmati suasana yang mendukungnya untuk mengerjakan tugas.

3.5 Pertemanan dan Nongkrong

Pertemanan memang tidak bisa lepas dari kata nongkrong, kebanyakan orang yang

memiliki teman pasti pernah nongkrong. Kegiatan nongkrong sudah menjadi tradisi atau hal

yang wajib dalam pertemenan, karena dalam nongkrong ada banyak hal yang bisa dilakukan,

mulai dari ngobrol biasa, diskusi, main game, dan hal lainnya yang biasa dilakukan saat

nongkrong. Nongkrong dan teman merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena

keduanya saling berkaitan. Teman sangat berelasi dengan intensitas nongkrong, dan nongkrong

tergantung dari teman itu sendiri. Teman biasanya akan memberi usulan tentang kemana

mereka akan nongkrong, karena biasanya sebelum nongkrong akan ada diskusi kecil untuk

Page 21: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

18

menentukan tempat mana yang akan dijadikan tongkrongan. Dari hasil wawancara dengan

Warkham, untuk menentukan tempat tongkrongan dilihat dari kondisi keuangan, jika baru dapat

kiriman dari orangtua maka biasanya mereka akan nongkrong di McD, jika tidak ada uang atau

belum dapat kiriman maka mereka akan nongkrong di burjo.

Story Box

Sore hari telah menjelang, saatnya untuk main. Warkham duduk di mangkok putar

sambil melihat teman temannya yang sedang bermain bola takraw. Warkham sepertinya

menjadi pemain cadangan, karena Warkham juga bersama dengan teman-temannya. Ada

temannya yang tidak memakai baju, ada yang lagi pemanasan. Warkham tampak santai

menikmati angin yang berhembus kencang, sambil melihat ke kiri dan ke kanan, tampak

senyum yang indah dari wajah Warkham. Dengan setelan yang biasa untuk berolahraga,

Warkham bersiap untuk bermain. Senyum yang khas membuat Warkham semakin

berkharisma, seperti seorang leader dari orang-orang yang ada di lapangan itu.

Warkham dan teman-temannya biasa main atau olahraga pada sore hari, lalu malamnya

mereka akan pergi nongkrong ke gerai fastfood tepatnya di McD.

Gambar 11 & 12. Warkham dan teman-temannya sedang berolahraga di lapangan yang ada

di RT 02

Nongkrong juga menjadi ajang untuk menunjukkan solidaritas antar teman, dapat dilihat

dari diskusi tentang kemana akan pergi atau tempat mana yang akan dijadikan tongkrongan.

Dalam diskusi diperlukan musyawarah, tidak egois, disitulah solidaritas teman di uji, apakah

akan mengikuti keinginannya atau mengikuti keinginan kelompoknya. Dari hasil wawancara

ada yang mengatakan bahwa jika salah satu dari teman tidak dapat ikut pergi nongkrong maka

Page 22: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

19

nongkrong akan dibatalkan. Hal tersebut menjadi gambaran solidaritas dalam hal nongkrong.

Lebih menariknya lagi hal tersebut dikatakan oleh anak yang masih SMP.

Story Box

Warkham dan teman-temannya lebih memilih nongkrong di McD dan memilih waktu

malam hari. Warkham dan teman-temannya sering bermain game Mobile Legend kalau

mereka pergi ke McD karena ada Wi-Fi. Mereka main game mobile legend juga karna

game tersebut sedang naik daun.

Begitu juga dengan Warkham dan teman-temannya, dalam wawancara Warkham

mengatakan bahwa ketika mereka pergi ke gerai fastfood mereka biasanya akan pisah tempat,

ada yang di ruangan ber-AC dan yang tidak. Mereka pisah karena ada yang merokok dan ada

yang tidak, jadi mereka menunjukkan solidaritas tanpa mengedepankan ego mereka.

Ketika memilih tempat tongkrongan tentu banyak yang menjadi pertimbangan, mulai dari

fasilitas yang ada dan suasana dari tempat tersebut. Kebanyakan orang sekarang lebih memilih

gerai fastfood sebagai tempat tongkrongannya, terutama McD. McD menyediakan fasilitas

berupa Wi-Fi, tempat yang ber-AC dan non AC, sehingga cocok menjadi tempat tongkrongan.

Suasana yang ramai namun tenang pun menjadi salah satu alasan orang memilih McD menjadi

tempat tongkrongannya.

“Lebih enak nongkrong di McD pada malam hari, karena suasananya yang sepi, damai,

dan tenang. Pada malam hari suasana sepi dan tenang membuat kita lebih fokus untuk

mengerjakan tugas atau skripsi.” – Warkham S.Kom, Sleman 14 April 2018.

Kebanyakan orang akan selalu nongkrong bersama dengan temannya, dan kebanyakan

orang yang ada di McD nongkrong sambil mengerjakan tugas, baik tugas sekolah maupun tugas

skripsi. Intinya teman menjadi faktor utama dan faktor pendukung terjadinya nongkrong, jika

tidak ada teman, maka tongkrongan akan terasa sepi dan tidak ada rasa yang spesial.

Pertemanan memang tidak akan pernah lepas dari tongkrongan, walaupun berbeda-beda tempat,

tetapi isi dari tongkrongan itu selalu sama. Pemilihan tempat hanya menjadi sebatas selera, dari

hasil wawancara dengan Warkham, mereka memilih McD sebagai tempat tongkrongannya

karena modern dan biar tidak ketinggalan jaman.

Page 23: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

20

BAB IV

SIMPULAN

Setelah menjalani proses penelitian ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan

menongkrong ditemukan sebagai fenomena yang terlekat dalam kehidupan setiap orang dari

berbagai kalangan; mulai dari siswa-siswi SMP, SMA, hingga mereka yang sudah berstatus

mahasiswa. Mulai dari mereka yang tinggal di kawasan sub-urban Nologaten – dimana warung

burjo menjadi pilihan utama untuk menongkrong – hingga mereka yang beraktivitas di pusat

kota dan menongkrong di gerai makanan cepat saji.

Gerai makanan cepat saji – berdasarkan data yang telah kami kumpulkan dari observasi

maupun wawancara dengan informan – menjadi pilihan utama tempat menongkrong karena

fasilitas yang gerai tersebut sediakan; ketersediaan Wi-fi, lokasi yang mudah diakses dan

strategis, tata ruang gerai yang didesain sedemikian rupa untuk menunjang kenyamanan

pengunjung, dan menu makanan yang bervariasi dengan harga yang sepadan; banyaknya uang

yang dikeluarkan sebanding dengan fasilitas yang didapatkan.

Gerai makanan cepat saji dengan demikian menjadi tempat ideal untuk menongkrong

dengan menyediakan segala fasilitas yang menunjang segala jenis aktivitas; mulai dari

mengerjakan tugas, merayakan ulang tahun teman, hingga sekedar duduk-duduk membuang

waktu. Akan tetapi, kebiasaan menongkrong jauh lebih luas daripada sekedar mencari tempat

yang memiliki fasilitas yang baik dan menggunakan fasilitasnya.

Beberapa informan memberikan sisi lain dari kebiasaan menongkrong. Salah seorang

informan menyatakan bahwa yang terpenting dari menongkrong adalah fungsi sosial dari

menongkrong itu sendiri; berkumpul bersama teman-teman dekat dan mempererat hubungan

pertemanan. Kebiasaan menongkrong tidak mempedulikan tempat atau fasilitas yang tempat

tersebut dapat berikan, yang terpenting adalah tersedianya ruang untuk bersosialisasi.

Page 24: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

21

DAFTAR PUSTAKA

Barley, Taza N. 2009. View point: how ‘nongkrong’ is part of our culture. Jakarta: The

Jakarta Post. http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/20/view-point-how-

E2%80%98 nongkrong %E2%80%99-part-our-culture.html

Clinton, E., & Wallach, J. (2016). The Social Phenomenology of Hanging Out. Heavy Metal

Music and the Communal Experience, 37.

Garza, Kimberly B., Meng Ding, Justin K. Owensby, and Claire A. Zizza. 2016. “Impulsivity

and Fast-Food Consumption: A Cross-Sectional Study among Working Adults.”

Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics 116 (1). Elsevier Inc: 61–68.

https://doi.org/10.1016/j.jand.2015.05.003.

Janssen, Hayley G., Ian G. Davies, Lucinda D. Richardson, and Leonard Stevenson. 2017.

“Determinants of Takeaway and Fast Food Consumption: A Narrative Review.”

Nutrition Research Reviews, no. 8: 1–19.

https://doi.org/10.1017/S0954422417000178.

Rashid, dkk (2016) Impact Of Service And Food Quality On Customer Satisfaction Among

Generation Y For The Fast Food Restaurant In Malaysia, International Journal of

Information, Business and Management, Vol. 8, No.1, Kuala Lumpur: Elite Hall

Publishing House pp.51-66

Titis Rakhma Imtihani, Etika Ratna Noer. “Hubungan Pengetahuan, Uang Saku, Dan Peer

Group Dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji Pada Remaja Putri”Journal

of Nutrition College Vol 2, No 1 (2013)

Wallach, J. (2008). Living the punk lifestyle in Jakarta. Ethnomusicology, 52(1), 98-116.

Page 25: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

22

LAMPIRAN

A. Daftar Informan

1. Nama Informan : Sekelompok Siswi SMP N 6 Yogyakarta

Waktu Wawancara : 18 April 2018, 15.37 WIB

Lokasi Wawancara : KFC Sudirman

Pewawancara : Fadel Ikram (17/409923/SP/27768)

Aulia Rahmawati (17/409918/SP/27763)

2. Nama Informan : Sekelompok Siswa MAN 4 Yogyakarta

Waktu Wawancara : 18 April 2018, 14.12 WIB

Lokasi Wawancara : KFC Sudirman

Pewawancara : Fadel Ikram (17/409923/SP/27768)

Khoirul Rahman (17/414956/SP/28083)

3. Nama Informan : Yuganta

Waktu Wawancara :15 April 2018, 14.44 WIB

Lokasi Wawancara : Warmindo di RW 3 Padukuhan Nologaten

Pewawancara : Indah Muliana (17/409926/SP/27771)

Fadel Ikram (17/409923/SP/27768)

4. Nama Informan : Tabitha Aulia

Waktu Wawancara :14 April 2018, 14.38 WIB

Lokasi Wawancara : Warung Barokah di RT 01 RW 04 Padukuhan Nologaten

Pewawancara : Indah Muliana (17/409926/SP/27771)

5. Nama Informan : Fiska dan Cici

Waktu Wawancara :19 April 2018

Lokasi Wawancara :KFC Sudirman

Pewawancara : Esa Sang Bhagaskara (17/413249/SP/27966)

6. Nama Informan : Warkham S.Kom,

Waktu Wawancara :14 April 2018, 17.00 WIB

Lokasi Wawancara : Padukuhan Nologaten

Pewawancara :Crystian Vieri Panjaitan (17/409919/SP/27764)

7. Nama Informan : Sri

Waktu Wawancara :15 April 2018, 11.47 WIB

Lokasi Wawancara : RW 4 Padukuhan Nologaten

Pewawancara : Nurhaida Kusumawati (17/413261/SP/27978)

Page 26: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

23

B. POSTER

Page 27: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

24

C. DATA NETWORKING KELOMPOK

Page 28: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

25

D. DATA NETWORKING INDIVIDU

1. Crystian Vieri P. 17/409919/SP/27764

2. Fadel Ikram 17/409923/SP/27768

Page 29: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

26

3. Esa Sang Bhagaskara 17/413249/SP/27966

4. Nurhaida Kusumawati 17/413261/SP/27978

Page 30: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

27

5. Indah Muliana 17/409926/SP/27771

Page 31: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

28

E. DAFTAR DATA KOMPILASI TUGAS INDIVIDU

NAMA

Crystian Vieri

Verbatim Transcript √

Indexing √

Coding √

Data Networking √

Reflection Diary √

Fadel Ikram

Verbatim Transcript √

Indexing √

Coding √

Data Networking √

Reflection Diary √

Indah Muliana

Verbatim Transcript √

Indexing √

Coding √

Data Networking √

Reflection Diary √

Esa Sang Bhagaskara

Verbatim Transcript √

Indexing √

Coding √

Data Networking √

Reflection Diary √

Nurhaida K. Dida

Verbatim Transcript √

Indexing √

Coding √

Data Networking √

Reflection Diary √

Page 32: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

29

LAMPIRAN FOTO

Page 33: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

30

Page 34: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

31

Page 35: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

32

Page 36: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

33

Page 37: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

34

Page 38: LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM METODE PENELITIAN …yang dilakukan Nilsen tahun 2008 mencapai 69% dengan rincian sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan

35