laporan akhir pengukuran sumber daya hutan
TRANSCRIPT
ACARA IPENGGUNAAN ALAT
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran mempunyai arti yang sangat penting dalam inventore atau
pengelolaan hutan pada umumnya. Pengukuran merupakan langkah yang menjadi
dasar untuk melakukan pengamatan secara obyektif. Dengan pengamatan, segala
sesuatu dapat berkembang, demikian pula untuk bidang inventore dan pengelolaan
hutan.
Setiap pengamatan selalu diiikuti dengan suatu variabel salah satunya dapat
diukur secara kuantitatif, sebagai contoh pengukuran diameter batang pohon, keliling
batang pohon dan tinggi pohon. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan alat-
alat yang berbeda, dalam pengukuran setiap alat memiliki keakuratn yang berbeda –
beda, dari hal tersebut dapat terlihat kekurangan dan kelebihan alat – alat tersebut.
Maka melalui praktikum ini, praktikan diperkenalkan alat – alat pengukuran hutan,
baik itu cara penggunaannya dan pengaplikasiannya di lapangan, yang nantinya hasil
dari pengukuran yang dilakukan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
pengelolaan hutan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengenal dan
menggunakan alat – alat pengukuran hutan untuk pengaplikasian di lapangan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam perencanaan pekerjaan lapangan, keputusan harus diambil terhadap
macam–macam instrumen yang akan digunakan untuk tiap pengukuran. Paling baik
keputusan diletakkan kepada seperangkat standar instrumen – instrumen dan
mengharuskan semua pengukuran lapangan dibuat dengan instrumen – instrumen
standar itu. Penggunaan beberapa macam instrumen untuk pengukuran yang sama harus
dihindari . Sebagai contoh untuk pengukuran – pengukuran diameter . Seorang pekerja
harus tidak menggunakan peta diameter, yang lain kaliper dan yang lain lagi suatu
garpu ( B. Husch , 1987).
Tinggi pohon diaktan sama panjang pohon itu jika dan hanya jika pohon itu
berdiri tegak lurus bentuk terhadap bidang datar ( Banyard , 1973 ).
Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting
dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Karena
keterbatasan alat yang tersedia, seringkali keperluan pengukuran keliling (K) lebih
banyak dilakukan, baru kemudian dikonversi ke diameter (D), dengan menggunakan
rumus yang berlaku untuk lingkaran D= K/π.
Dalam mengukur diameter yang lazim dipilih adalah diameter setinggi dada,
karena pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan
parameter yang lain, seperti luas bidang dasar dan volume batang. Pada umumnya
diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari permukaan tanah ,
tetapi sebenarnya tidak selalu harus demkian (Simon,H.1987).
Phiband adalah alat ukur dengan tipe sama dengan pita ukur, akan tetapi
memiliki alat ukur yang berebda yaitu phiband terdapat skala inchi dan skala diameter
(Markum , 2008 ).
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan dikelola
Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga
dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu diseluruh dunia tanpa
bergantung dengan waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS
sudah banyak digunakan orang diseluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang
menuntun informasi tenatng posisi, kecepatan percepatan ataupun waktu yang teliti
(Anonim , 2010).
BAB III. METODOLOGI
A. Alat – Alat
1. GPS
2. Haga meter
3. Christen meter
4. Suunto Compass (Kompas)
5. Pita ukur
6. Phi band
7. Tongkat pembantu 4 meter
B. Bahan – Bahan
5 tegakan di area lab Fakultas Pertanian Universitas Mataram
C. Cara Kerja
Pencarian titik menggunakan GPS
1. Dihidupkan GPS
2. Ditunggu layar hingga konfigurasi satelit muncul , tekan tombol find ,kemudian
tekan tombol enter untuk memilih waypoint .
3. Dipilih salah satu daftar waypoint .
4. Diberikan informasi arah dan jarak posisi yang akan dituju.
5. Menuju halaman peta dan akan ditampilkan posisi tujuan .
6. Menuju titik yang aka dituju sesuai dengan titik yang ditentukan .
Mengukur luas area menggunakan GPS
1. Dipilih menu pada halam track log
2. Dipilih area calculation.
3. Ditekan enter untuk memulai.
4. Berjalan sepanjang titik yang telah ditentukan hingga sampai pada posisi awal saat
akan menghitung luas area.
5. Ditekan enter , maka luas area akan terbaca pada layar GPS .
Pengukuran tinggi pohon
a. Christen meter
1. Diletakkan tongkat sepanjang 4 meter bersandar pada pohon.
2. Christen meter dipegang lurus ke arah pohon , seluruh bagian pohon harus
berada dalam skala pengukuran pada christen meter.
3. Dilihat ujung tongkat setinggi 4 meter sejajar pada skala christen meter setelah
seluruh bagian pohon berada dalam skala pengukuran christen meter.
4. Skala yang terbaca tersebut merupakan tinggi pohon .
5. Dilakukan pengukuran tersebut terhadap 5 pohon yang telah ditentukan.
b. Haga meter
1. Ditentukan jarak anatra pengukur dengan objek sasaran (phon ) , yaitu 15 m .
2. Diplih skala 15 m pada alat , dengan memutar knop skala .
3. Diarahkan pandangan ke tinggi bebas cabang , puncak tertinggi pohon dan
dasar pohon.
4. Diarahkan pandangan ke titik yang diperlukan , jika sudah pas tekan tombol
pengunci jarum .
5. Dicatat hasilnya , lakukan cara 3 adn 4 sebnyak 3 kali pada masing – masing
pohon .
Pengukuran diameter pohon
1. Pengukuran diameter yaitu setinggi dada atau sam dengan 1,3 m diukur dari
permukaan tanah .
2. Dilitkan pita ukur pada ketinggian tersebut .
3. Dicatat hasil pengukuran tersebut dan dihihtung diameter pohon tersebut
menggunakan rumus D=K/π .
4. Dilakukan pengukuran ulang mengguanakan phi band pada ketinggian yang
sama .
5. Dicatat hasil pengukuran diameter yang tertera pada skala phi band .
6. Dilakukan pengukuran terhadap 5 pohon yang telah ditentukan.
Penembakan sudut
1. Praktikan berdiri di suatu tempat
2. Dipegang kompas dengan jari telunjuk dan jempol pada posisi datar.
3. Diarahkan kompas pada benda yang telah ditentukan .
4. Dicatat sudut dan azimutnya .
5. Dilakukan penembakan sudut pada setiap titik yang tela ditentukan.
BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS DATA
Tabel . 1 Penentuan titik menggunakan GPS
NoLokasi titik
pada GPSPosisi titik
Koordinat dan
ketinggianKeterangan
1 GRB 1Gerbang unram
lama
S= 08˚34’53,2”
E=
116˚05’34,5”
H= 8 m dpl
Pintu gerbang ,
pohon ketapang,
pohon mahoni ,
jalan raya
2 BUD 3Masjid Babul
Hikmah unram
S= 08˚35’53,1”
E=
116˚05’32,0”
H= 148 m dpl
Jalan aspal ,
lapangan, pohon
sonokeling
3 KBK 2Kebun kehutanan
unram
S= 08˚34’59,6”
E=116˚05’35,5”
H= 204 m dpl
Pohon nangka,
jalan raya, pohon
sonokeling
Luas area
Dari masjid ke kebun 6488,8283 m² jarak 246 meter
Dari kebun ke lab 8215,2 m² jarak 331 meter
Tabel.2 Pengukuran diameter batang pohon
NoPhi band Pita ukur
Diameter Keliling cm Diameter
1 107 34,076
2 82 26,114
3 101 32,165
4 114 36,305
5 154 49,044
Menentukan diameter pohon berdasarkan hasil pengukuran keliling batang pohon
Pohon 1 : = d = k/π = 107/3,14 = 34,076 cm
Pohon 2 : = d = k/π = 83/3,14 = 26,114 cm
Pohon 3 : = d = k/π = 101/3,14 = 32,165 cm
Pohon 4 : = d = k/π = 114/3,14 = 36,305 cm
Pohon 5 : = d = k/π = 154/3,14 = 49,044 cm
Tabel. 3 Pengukuran tinggi pohon
No
Haga meter Christen meter
TBC m TT mTinggi m TBC m
I II III I II III
1 4,5 15 14 13,8 15 4
2 2 11 14 12,7 14 4 2 3,21
3 2 5,5 7,8 8 7 3,7
4 3,7 12,5 10 10,6 9,9 4,5
5 1 18 17 16,7 17,8 7
Tinggi pohon diukur dengan menggunakan Christen meter
Pohon I =14+13,8+15
3= 14,266 cm
Pohon II =14+12,7+14
3= 13,566 cm
Pohon III =7,8+8+7
3= 7,6 cm
Pohon IV =10+10,6+9,9
3= 10,166 cm
Pohon V =17+16,7+17,8
3= 17,166 cm
Tinggi bebas cabang
Pohon I = 4 m
Pohon II =4+2+3,21
3= 3,07 m
Pohon III = 3,7 m
Pohon IV = 4,5 m
Pohon V = 7 m
BAB V. PEMBAHASAN
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilaksaakan adalah sebagai
berikut :
1. GPS adalah alat untuk menentukan posisi , GPS dapat memberikan informasi
posisi dengan ketelitian yang bervariasi dari beberapa milimeter sanpai dengan
puluhan meter.
2. Alat yang digunakan untuk mngukur diameter pohon adalah pita ukur dan phi
band.
3. Selain diameter , tinggi pohon merupakan parameter lain yang memiliki arti
penting dalam penaksiran hasil hutan.
4. Alat untuk mengukur tinggi pohon adalah Christen meter dan Haga meter . Kedua
alat tersebut memiliki tingkat ketelitian yang berbeda namun sama –sama praktis
dalam penggunaannya.
5. Kesalahan – kesalahamn yang terjadi dalam pengukuran adalah faktor lingkungan,
alat dan pengukur.
\
B. Saran
Untuk kelanjutan praktikum pengukuran sumberdaya hutan ini dengan baik
diharapkan adanya kerjasama antara praktikan dengan Co.asst . Adapun untuk
mencapai tujuan dari praktikum tersebut , diperlukan keseriusan praktikan dalam
menjalani praktikum dan keseriusan bimbingan dari Co.asst.
ACARA IIPENGUKURAN DIAMETER DAN
TINGGI POHON
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran mempunyai arti yang sangat penting dalam inventore atau
pengelolaan hutan pada umumnya. Pengukuran merupakan langkah yang menjadi
dasar untuk melakukan pengamatan secara obyektif. Dengan pengamatan, segala
sesuatu dapat berkembang, demikian pula untuk bidang inventore dan pengelolaan
hutan.
Setiap pengamatan selalu diiikuti dengan suatu variabel salah satunya dapat
diukur secara kuantitatif, sebagai contoh pengukuran diameter batang pohon, keliling
batang pohon dan tinggi pohon. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan alat-
alat yang berbeda, dalam pengukuran setiap alat memiliki keakuratn yang berbeda –
beda, dari hal tersebut dapat terlihat kekurangan dan kelebihan alat – alat tersebut.
Maka melalui praktikum ini, praktikan diperkenalkan alat – alat pengukuran hutan,
baik itu cara penggunaannya dan pengaplikasiannya di lapangan, yang nantinya hasil
dari pengukuran yang dilakukan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
pengelolaan hutan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara – cara pengukuran diameter pohon menggunakan phi band dan
pita ukur.
2. Menengetahui cara pengukuran tinggipohon menggunakan haga dan christen
meter.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam perencanaan pekerjaan lapangan, keputusan harus diambil terhadap
macam – macam instrumen yang akan digunakan untuk tiap pengukuran. Paling baik
keputusan diteteapkan kepada seperangkat standar instrumen dan mengharuskan semua
pengukuran lapangan dibuat dengan instrumen – instrumen standar itu. Pengguanaan
beberapa macam instrumen untuk pengukuran yang sama harus dihindari. Sebagai
contoh untuk pengukuran diameter, seorang pekerja harus tidak menggunakan suatu
peta diameter yang lain kaliper dan yang lain lagi suatu garpu ( Husch , 1987 ).
Tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik proyeksinya opada bidang datar
atau bidang horizontal. Sebagai komponen untuk menentukan volume kayu, tinggi
pohon dibedakan atas duamacam yaitu (1) tinggi pohon seluruhnya, yaitu jarak anatra
titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal (2) tinggi
lepas cabang atau sampai batas permulaan tajuk dengan proyeksinya paa bidang dasar
atau horizontal ( Pariadi , 1978 ).
Diameter adalah sebuah dimensi datar dari sebuah lingkaran. Diameter batang
didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling
batang yang melalui titik pusat (http://hidayat.com/pps702_ipb/07134/muhdin.htm).
Phiband adalah alat ukur dengan tipe sama dengan pita ukur, akan tetapi memiliki
alat ukur yang berbeda yaitu phi band terdapat skala inchi dan skala diameter (Markum,
2007).
BAB III. METODOLOGI
A. Alat – Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Phi band
2. Pita ukur
3. Haga meter
4. Christen meter
5. Tongkat pembantu 4 meter
B. Bahan
20 tegakan di depan Fakultas Hukum Universitas Mataram
C. Cara Kerja
Pengukuran diameter pohon menggunakan phiband dan pita ukur
1. Ditentukan 20 pohon yang akan diukur diameternya.
2. Dipastikan alat – alat sudah lengkap ( phiband dan pita ukur ).
3. Dimulai pengukuran diameter dari pohon pertama.
4. Diukur diameter pohon setinggi dada atau setinggi 1,3 m apabila pohon yang
memiliki banir, ukurlah diameter setinggi dada atau 1,3m mulai dari banir
tersebut.
5. Dilingkarkan pita ukur dan phiband pada batang pohon tersebut.
6. Dimasukkan data / angaka yang teretera pada atbel pengukuran.
7. Diubah pengukuran kelililing yang diperoleh menggunakan pita ukur menjadi
diameter menggunakan rumus d= k/π.
8. Dilakukan cara pada nomor 4,5,6,7 hingga pada pohon ke 20.
Pengukuran tinggi pohon menggunakan Haga meter
1. Ditentukan 20 pohon yang aan diukur tingginya
2. Dipastika Haga meter siapa dipakai.
3. Diukur jarak antara pohon dengan pengukur sejauh 15 meter.
4. Dipilih skala 15 m pada alat dengan memutar klop skala
5. Diarahkan pandangan pengukur pada titik yang akan diukur pada pohon . Tunggu
sampai pointer diam lalu tekan tombol pengunci jarum penunjuk.
6. Dilakukan cara – cara diatas hingga pohon ke 20.
Pengukuran tinggi pohon menggunakan Christen meter
1. Ditentukan 20 pohon yang akan diukur tingginya .
2. Diletakkan tongkat sepanjang 4 meter besandar pada batang pohon.
3. Dipegang christen meter lurus kearah pohon, seluruh bagian pohon harus berada
pada skala christen meter.
4. Dilihat ujung tongkat setinggi 4 meter sejajar dengan skala christen meter, setelah
semua bagian pohon masuk.
5. Skala yang diukur tersebut merupakan tinggi pohon yang diukur, lalu ukur pula
tinggi bebas cabang pohon.
6. Dilakukan pengukuran hingga pohon ke 20.
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Pengukuran
Tabel 4. Hasil pengukuran diameter menggunakan phi band dan pita ukur
Pohon yang
diukur
Pita ukur Phi band
Keliling (cm) Diameter (cm) Diameter (cm)
Pohon 1 59 18,79 18,8
Pohon 2 48 1529 15,3
Pohon 3 95 30,25 30,4
Pohon 4 83 26,43 26,4
Pohon 5 61 19,43 19
Pohon 6 93 26,62 29,3
Pohon 7 48 15,29 15
Pohon 8 62 19,74 19,8
Pohon 9 58 18,47 18,7
Pohon 10 51 16,24 15,9
Pohon 11 58 18,47 18,1
Pohon 12 77 24,52 24,6
Pohon 13 51 16,24 16,3
Pohon 14 82 26,12 26,3
Pohon 15 37 11,78 11,8
Pohon 16 48 15,29 15,3
Pohon 17 54 17,20 17,1
Pohon 18 23 7,32 7,5
Pohon 19 33 10,51 10,7
Pohon 20 28 8,91 9,11
Tabel.5 Hasil pengukuran tinggi pohon menggunakan Haga meter
Pohon yang
diukur
Haga meter Christen meter
TBC TP TD TT TT TBC
Pohon 1 4,5 6,5 -0,5 7 6,25 4
Pohon 2 3,5 6 -0,5 6,5 5,22 4
Pohon 3 9 15 -1 1 15 7,4
Pohon 4 1,5 11 -0,7 11,7 13,5 2,5
Pohon 5 2 9 -0,7 9,7 14 3,6
Pohon 6 1,7 17 -1,5 18,5 15 3
Pohon 7 1,7 5,5 -1,5 7 12 2
Pohon 8 1,6 4 -1,5 5,5 6,9 2
Pohon 9 1,5 6 -1,5 7,5 4,9 3,2
Pohon 10 2 4,5 -1,5 6 6,8 3,95
Pohon 11 1,5 9 -1,5 10,5 6,3 3,2
Pohon 12 1,5 8 -1,3 9,3 10,9 2,7
Pohon 13 1,2 10 -1,4 15,4 14,8 2,5
Pohon 14 2 12 -1,7 13,7 10,9 3,7
Pohon 15 1,5 12 -1,5 13,5 14,8 2,7
Pohon 16 1,7 4 -1,3 5,3 5,2 3,2
Pohon 17 1 5 -1,7 6,7 5,9 1,9
Pohon 18 3 6 -1,9 7,9 8 -
Pohon 19 2,5 5,5 -1,5 7 6,2 -
Pohon 20 - 7 -1,5 8,5 8 -
Keterangan
TBC : Tinggi bebas cabang
TT : Tinggi total
TP : Tinggi puncak
TD : Dasar pohon
B. Analisis Data
1. Pengukuran diameter menggunakan phi band pada skalanyasudah tertera langsung
diameter pohon , data langsung dimasukkan ke dalam tabel .
BAB V. PEMBAHASAN
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengukuran tinggi pohon dan diameter pohon di lapangan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Alat ukur diameter pohon adalah phi band dan pita ukur sedangkan alat ukur
tinggi pohon adalah christen meter dan haga meter
2. Pengukuran diameter dimulai dari setinggi dada atau 1,3 m, dan jika pohon
tersebut terdapat banir, maka pengukuran diameter setinggi dada dimulai dari
banir tersebut.
3. Konversi hasil pengukuran keliling batang menggunakan pita ukur ke dalam
diameter menggunakan rumus d= k/π.
4. Cara pengukuran tinggi pohon
a. Prinsip geometris: prinsip pengukuran dengan menggunakan prinnsip segitiga
bangun.
b. Prinsip trigonometris: prinsip pengukuran dengan menggunakan sudut yang
terbentuk antara garis sejajar pandang pengukur dengan puncak / pangkal
pohon.
5. Pengukuran tinggi pohon diperlukan sebagai salah satu patrameter yang
diperlukan diperlukan dalam penaksiran volume pohon dan riap.
B. Saran
1. Kepada para praktikan diharapkan serius dalam melaksanakan praktikum
2. Diharapkan Co.asst membimbing praktikan agar proses praktukum berjalan
dengan lancar.
3. Agar praktikan dan co.asst menjalin kerja sama yang baik dalam praktikum , agar
tidak terjadi kesalahan pemahaman praktikan menangkap arahan yang diberikan
co.asst.
ACARA IIIPENGUKURAN VOLUME
(DIAMETER PER-SEKSI)
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan ekosistem yang didalamnya terdapat komponen hayati dan
non hayati, dan didominasinoleh pepohonan yang kesemuanya satu sama lain tidak
dapat terpisahkan. Sistem yang tidak terpisahkan ini merupakan suatu sistem
penyangga kehidupan, dan segala ekosistem yang berada di dalamnya merupakan
dari kestabilan alam ( Mangunjaya . 2005 : XVIII). Sehingga apabila sistem ini
terganggu maka tentu akan mengganggu kehidupan. Terganggunya sistem ini banyak
dipengaruhi oleh aktifitas manusia sebagai pengolah utama, dan kesemuanya akan
berujung pada krisis lingkungan ( limited environment) bahkan bencanapun tidak
bisa dihindari. Khususnya untuk pengelolaan hutan, sistem pengelolaan di Indonesia
masih banyak keliru seperti tidak adanya pengelolaaan yang khusus dengan satu pola
professional ( Sagala , 2002). Kemudian berbagai tindakan pengelolaan yang tidak
teratur dan terarah akan menyebabkan kerusakan hutan.
Terjadinya kerusakan, penurunan produksi perlu di ketahui secara kuantitatif
sehingga dengan hal tersebut bisa terbaca jelas seberapa besar yang harus diperbaiki
dan diidentifikasi kembali pengelolaannya, maka dilakukanlah pengukuran hutan
untuk keperluan itu. Maka dari itu perlu dilakukan praktium pengukuran sumber
daya hutan yang mempraktikkan tentang perhitungan volume dengan diameter per-
seksi. Sebagai data kuantitatif dalam skala yang lebih besar dan luas.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara pengukuran volume pohon
dengan metode diametr per-seksi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran mempunyai arti sangat penting dalam inventore atau pengelolaan
hutan pada umumnya. Pengukuran merupakan langkah awal yang menjadi dasar untuk
melakukan pengamatan secara objektif. Setiap pengamatan selalu diikuti dengan
pengukuran variabel. Namun demikian, tidak seluruhnya variabel yang ingin diketahui
dalam inventore atau penelolaan hutan dapat diukur dengan / secara kuantitatif.
Berdasarkan pengukuran tersebut kemudian interepetasi dapat dilakukan
(Hasanu,S.2007 ).
Parameter untuk menggambarkan kualitas kayu, keputusan harus dibuat pada
informasi kualitatif apa yang diperlukan mengenai hutan ( kayu, berat, banyaknya
pohon dan lain-lain ) dan karakteristik setiap parameter harus dipilih. Jadi spesifikasi –
spesifikasi untuk volume harus menyatakan apakah dengan menggunakan volume ini
atau tanpa kulitnya, apkah itu merupakan volume kasar atau berer dan seterusnya
(B. Husch , 1981 ).
Volume tegakan homogen adalah jumlah pohon x. Volume sebatang pohon
(Porkas, 2002 ).
Alasan untuk melakukan inventarisasi itu beragam, demikian juga pemanfaatan
hasil – hasilnya tetapi jika ada kesatuan pada perencanaan pelaksanaannya. Jadi
kebutuhan akan informasi inventarisasi dapat bervariasi mulai dari tingkat nasional
untuk perencanaan lengkap dan pengembangan kehutanan dan industri hutan sampai
data terinci mengenai lahan hutan, tetapi maksud kedua kasus untuk mnyediakan
pengetahuan mengenai sumber daya hutan. Untuk pemanfaatan yang bijak dan untuk
pengelolaan sumber daya hutan pada skala apapun memerlukan pengetahuan mengenai
lokasi areal hutan, taksiran kualitatif, kualitas dan tersedianya kayu dan tumbuh –
tumbuhan dan pemungutannya ( Setyarso, 1987).
BAB III. METODOLOGI
A. Alat –Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Phi band
2. Pita ukur
B. Bahan
20 tegakan di depan Fakultas Hukum Universitas Mataram
C. Cara Kerja
Cara kerja pengukuran diameter per-seksi
1. Diukur diameter pohon mulai dari pangkal pohon (20 cm dari tanah ) dengan
panjang setiap seksi 0,5 cm.
2. Diukur hingga tinggi bebas cabang.
3. Dicatat hasil pengukuran ke dalam tabel yang ada di buku praktikum.
4. Dilakukan perhitungan volume per-seksi menggunakan rumus Samalian
V= g1+g22
. L
5. Dijumlahkan volume pohon perseksi, agar dapat mengetahui volume suatu pohon
sesungguhnya.
BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS DATA
Pohon 1
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5 L6
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6 D6 D7
22,6 20,
9
20,9 19,2 19,2 18,2 18,
2
18 18 17,7 17,7 171
Pohon 2
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5
18,7 16,56 16,56 15,28 15,28 14,65 14,65 14,01
Pohon 3
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
38,2
1
34,07 34,0
7
35,7 35,7 28,66 28,66 28,6
6
28,66 28,03
L6 L7 L8 L9
D6 D7 D7 D8 D8 D9 D9 D10
28,03 27,0727,0
728,48
28,4
824,20
24,2
023
L5 L6
D5 D6 D6 D7
14,01 12,47 12,47 12,10
Pohon 4
Dbh
cm
L1 L2 L3
D1 D2 D2 D3 D3 D4
26 24,5 24,5 26,7 26,7 26,7
Pohon 5
Dbh
cm
L1 L2
D1 D2 D2 D3
19 17,
8
17,8 17
Pohon 6
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
35,67 31,21 31,21 29,30 29,30 27,0
7
27,07 26,43 26,43 25,15
Pohon 7
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
19,74 16,24 16,24 15,28 15,28 14,6
4
14,64 14,64 14,64 14,01
Pohon 8
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
24,20 70 70 23,30 23,30 19,11 19,1
1
18,47 18,47 17,52
Pohon 9
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
22,61 20,38 20,38 19,42 19,42 18,1
5
18,15 16,87 16,87 15,29
Pohon 10
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5 L6
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6 D6 D7
19,8 16,2 16,
2
16 16 15,4 15,4 14,3 14,
3
14 14 13,8
Pohon 11
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
23,88 21,02 21,02 18,79 18,79 17,8
3
17,83 15,92 15,92 14,65
Pohon 12
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5 L6
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6 D6 D7
30,24 28,3 28,3 25,
2
25,2 24,9 24,9 23 23 22,
8
22,8 15,2
L7
D7 D8
15,2 14,5
Pohon 13
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5
19,7
5
17,52 17,52 16,5
6
16,56 15,29 15,2
9
14,65
Pohon 14
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
32,16 29 29 26,75 26,75 25,1
6
25,16 23,8
8
23,88 22,30
L6
D6 D7
22,30 21,66
Pohon 15
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
15,28 12,74 12,74 12,0
2
12,02 11,15 11,15 10,5
1
10,51 9,55
Pohon 16
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
18,79 18,15 18,15 15,92 15,92 14,6
5
14,65 14,33 14,33 12,74
Pohon 17
Dbh
cm
L1 L2 L3
D1 D2 D2 D3 D3 D4
23 18,79 18,79 17,20 17,20 20,38
Pohon 18
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5 L6
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6 D6 D7
21,3 19,5 19,5 18,
6
18,6 18 18 17,9 17,
9
15 15 15,5
L7 L8
D7 D8 D8 D9
15,5 12,6 12,6 11,6
Pohon 19
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
8,28 7 7 6,3
7
6,37 5,7
3
5,73 5,4 5,4 4,77
Pohon 20
Dbh
cm
L1 L2 L3 L4 L5
D1 D2 D2 D3 D3 D4 D4 D5 D5 D6
10,51 8,2
8
8,28 7,3
2
7,32 7 7 6,37 6,3
7
5,73
B. Analisi Data
1. Pengukuran volume pohon menggunakan rumus Samalian V= g1+g22
. L
2. Volume sesungguhnya pohon dapat diketahui jika volume diameter perseksi
dijumlahkan.
Pohon 1
V L1 = 14
. π .0 ,226²+ 14
. π .0 ,209²
2.0,5
= 0,40+0,342
.0,5= 0,0185 m³
V L2 = 14
. π .0 ,209²+ 14
. π .0 ,192²
2.0,5
= 0,034+0,0292
.0,5= 0,0158 m³
V L3 = 14
. π .0 ,192²+ 14
. π .0 ,182²
2.0,5
= 0,029+0,0262
.0,5= 0,0138 m³
V L4 = 14
. π .0 ,182²+ 14
. π .0 ,18²
2.0,5
= 0,026+0,0252
.0,5= 0,0128 m³
V L5 = 14
. π .0 ,18²+ 14
. π .0 ,177²
2.0,5
= 0,025+0,0242
.0,5= 0,0123 m³
V L6 = 14
. π .0 ,177²+ 14
. π .0 ,171²
2.0,5
0,024+0,0232
.0,5= 0,0118 m³
Volume total
0,0185 + 0,0158 + 0,0138 + 0,0128 + 0,0123 + 0,0118 = 0,085 m³
Pohon 2
V L1 = 14
. π .0 ,1874²+ 14
. π .0 ,1656²
2.0,5
= 0,026+0,0212
.0,5= 0.0118 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1656²+ 14
. π .0 ,1528²
2.0,5
= 0,021+0,0182
.0,5= 0,0098 m³
V L3 = 14
. π .0 ,1528²+ 14
. π .0 ,1465²
2.0,5
= 0,018+0,0172
.0,5= 0,0088 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1465²+ 14
. π .0 ,1401²
2.0,5
= 0,017+0,0152
.0,5= 0,008 m³
V L5 = 14
. π .0 ,1401²+ 14
. π .0 ,1274²
2.0,5
= 0,015+0,0132
.0,5= 0,007 m³
V L6 = 14
. π .0 ,1274²+ 14
. π .0 ,1210²
2.0,5
0,013+0,0142
.0,5= 0,0063 m³
Volume total
0,0098 + 0,0088 + 0,008 + 0,007 + 0,0063 = 0,0399 m³
Pohon 3
V L1 = 14
. π .0 ,3821²+ 14
. π .0 ,3407²
2.0,5
= 0,115+0,0912
.0,5= 0.0118 m³
V L2 = 14
. π .0 ,3407²+ 14
. π .0 ,357²
2.0,5
= 0,091+0,1002
.0,5= 0,0478 m³
V L3 = 14
. π .0 ,357²+ 14
. π .0 ,2866²
2.0,5
= 0,100+0,0642
.0,5= 0,041 m³
V L4 = 14
. π .0 ,2866²+ 14
. π .0 ,2866²
2.0,5
= 0,064+0,0642
.0,5= 0,032 m³
V L5 = 14
. π .0 ,2866²+ 14
. π .0 ,2803²
2.0,5
= 0,064+0,0622
.0,5= 0,0315 m³
V L6 = 14
. π .0 ,2803²+ 14
. π .0 ,2707²
2.0,5
0,062+0,0562
.0,5= 0,0295 m³
V L7 = 14
. π .0 ,2707²+ 14
. π .0 ,2484²
2.0,5
= 0,056+0,0482
.0,5= 0,026 m³
V L8 = 14
. π .0 ,2484²+ 14
. π .0 ,2420²
2.0,5
= 0,048+0,0462
.0,5= 0,0253 m³
V L9 14
. π .0 ,2420²+ 14
. π .0 ,23²
2.0,5
0,046+0,0422
.0,5= 0,022 m³
Volume total
0,0515 + 0,0478 + 0,041 + 0,032 + 0,0315 + 0,0295 + 0,026 + 0,0235 + 0,0235 +
0,022 = 0,3048 m³
Pohon 4
V L1 = 14
. π .0 ,26²+ 14
. π .0 ,245²
2.0,5
= 0,053+0,0472
.0,5= 0.025 m³
V L2 = 14
. π .0 ,245²+ 14
. π .0 ,267²
2.0,5
= 0,047+0,0562
.0,5= 0,0258 m³
V L3 = 14
. π .0 ,267²+ 14
. π .0 ,17²
2.0,5
= 0,056+0,0562
.0,5= 0,28 m³
Volume total
0,025 + 0,0258 + 0,28 = 0,0788 m³
Pohon 5
V L1 = 14
. π .0 ,19²+ 14
. π .0 ,178²
2.0,5
= 0,028+0,0252
.0,5= 0.0133 m³
V L2 = 14
. π .0 ,178²+ 14
. π .0 ,17²
2.0,5
= 0,025+0,0232
.0,5= 0,012 m³
Volume total
0,0133 + 0,012 = 0,0253 m³
Pohon 6
V L1 = 14
. π .0 ,3567²+ 14
. π .0 ,3121²
2.0,5
= 0,099+0,0762
.0,5= 0.0438 m³
V L2 = 14
. π .0 ,3121²+ 14
. π .0 ,2930²
2.0,5
= 0,076+0,0672
.0,5= 0,0358 m³
V L3 = 14
. π .0 ,2930²+ 14
. π .0 ,2707²
2.0,5
= 0,067+0,0582
.0,5= 0,0313 m³
V L4 = 14
. π .0 ,2707²+ 14
. π .0 ,2643²
2.0,5
= 0,058+0,0552
.0,5= 0,0283 m³
V L5 = 14
. π .0 ,2643²+ 14
. π .0 ,2515²
2.0,5
= 0,055+0,0492
.0,5= 0,026 m³
Volume total
0,0438 + 0,0358 + 0,0313 + 0,0283 + 0,026 = 0,1652 m³
Pohon 7
V L1 = 14
. π .0 ,1974²+ 14
. π .0 ,1624²
2.0,5
= 0,030+0,0202
.0,5= 0.0125 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1624²+ 14
. π .0 ,1528²
2.0,5
= 0,020+0,0182
.0,5= 0,0095 m³
V L3 = 14
. π .0 ,1528²+ 14
. π .0 ,1464²
2.0,5
= 0,018+0,0172
.0,5= 0,0088 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1464²+ 14
. π .0 ,1464²
2.0,5
= 0,017+0,0172
.0,5= 0,0085 m³
V L5 = 14
. π .0 ,1464²+ 14
. π .0 ,1401²
2.0,5
= 0,017+0,0152
.0,5= 0,008 m³
Volume total
0,0125 + 0,0095 + 0,0088 + 0,0085 + 0,008 = 0,0473 m³
Pohon 8
V L1 = 14
. π .0 ,2420²+ 14
. π .0 ,70²
2.0,5
= 0,046+0,3852
.0,5= 0,1078 m³
V L2 = 14
. π .0 ,70²+ 14
. π .0 ,2230²
2.0,5
= 0,385+0,0392
.0,5= 0,106 m³
V L3 = 14
. π .0 ,2230²+ 14
. π .0 ,1911²
2.0,5
= 0,039+0,0292
.0,5= 0,017 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1911²+ 14
. π .0 , 1847²
2.0,5
= 0,029+0,0272
.0,5= 0,014 m³
V L5 = 14
. π .0 ,1874²+ 14
. π .0 ,1752²
2.0,5
= 0,027+0,0242
.0,5= 0,0128 m³
Volume total
0,1078 + 0,106 + 0,017 + 0,014 + 0,0128 = 0,2576 m³
Pohon 9
V L1 = 14
. π .0 ,2661²+ 14
. π .0 ,2038²
2.0,5
= 0,040+0,0332
.0,5= 0.0183 m³
V L2 = 14
. π .0 ,2038²+ 14
. π .0 ,1942²
2.0,5
= 0,033+0,0302
.0,5= 0,0158 m³
V L3 = 14
. π .0 ,1942²+ 14
. π .0 ,1815²
2.0,5
= 0,030+0,0262
.0,5= 0,014 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1815²+ 14
. π .0 ,1687²
2.0,5
= 0,026+0,0222
.0,5= 0,012 m³
V L5 = 14
. π .0 ,1687²+ 14
. π .0 ,1592²
2.0,5
= 0,064+0,0622
.0,5= 0,0125 m³
Volume total
0,0183 + 0,0158 + 0,014 + 0,012 + 0,0105 = 0,0548 m³
Pohon 10
V L1 = 14
. π .0 ,192²+ 14
. π .0 ,162²
2.0,5
= 0,030+0,0222
.0,5= 0.013 m³
V L2 = 14
. π .0 ,162²+ 14
. π .0 ,16²
2.0,5
= 0,022+0,0202
.0,50,0105 m³
V L3 = 14
. π .0 ,16²+ 14
. π .0 ,154²
2.0,5
= 0,020+0,0192
.0,5= 0,0098 m³
V L4 = 14
. π .0 ,154²+ 14
. π .0 ,143²
2.0,5
= 0,019+0,0162
.0,5= 0,0088 m³
V L5 = 14
. π .0 ,143²+ 14
. π .0 ,14²
2.0,5
= 0,016+0,0152
.0,5= 0,0078 m³
V L6 = 14
. π .0 ,14²+ 14
. π .0 ,13²
2.0,5
0,015+0,0152
.0,5= 0,0075 m³
Volume total
0,013 + 0,0105 + 0,0098 + 0,0088+ 0,0078 + 0,0075 = 0,0574 m³
Pohon 11
V L1 = 14
. π .0 ,2388²+ 14
. π .0 ,2102²
2.0,5
= 0,045+0,0352
.0,5= 0.02 m³
V L2 = 14
. π .0 ,2102²+ 14
. π .0 ,1879²
2.0,5
= 0,032+0,0282
.0,50,0158 m³
V L3 = 14
. π .0 ,1879²+ 14
. π .0 ,1783²
2.0,5
= 0,028+0,0252
.0,5= 0,0133 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1783²+ 14
. π .0 ,1592²
2.0,5
= 0,025+0,0202
.0,5= 0,0113 m³
V L5 = 14
. π .0 ,1592²+ 14
. π .0 ,1465²
2.0,5
= 0,020+0,0172
.0,5= 0,0098 m³
Volume total
0,02 + 0,0158 + 0,0133 + 0,0113 + 0,0098 = 0,0697 m³
Pohon 12
V L1 = 14
. π .0 ,3024²+ 14
. π .0 ,283²
2.0,5
= 0,072+0,0632
.0,5= 0.0338 m³
V L2 = 14
. π .0 ,283²+ 14
. π .0 ,252²
2.0,5
= 0,063+0,0502
.0,5= 0,0565m³
V L3 = 14
. π .0 ,252²+ 14
. π .0 ,249²
2.0,5
= 0,050+0,0492
.0,5= 0,0248 m³
V L4 = 14
. π .0 ,249²+ 14
. π .0 ,23²
2.0,5
= 0,049+0,0422
.0,5= 0,0228 m³
V L5 = 14
. π .0 ,23²+ 14
. π .0 ,228²
2.0,5
= 0,042+0,0412
.0,5= 0,0208 m³
V L6 = 14
. π .0 ,228²+ 14
. π .0 ,152²
2.0,5
0,041+0,0182
.0,5= 0,0148 m³
V L7 = 14
. π .0 ,152²+ 14
. π .0 ,145²
2.0,5
= 0,018+0,0172
.0,5= 0,0088 m³
Volume total
0,0338 + 0,0565 + 0,0248 + 0,0228 + 0,0208 + 0,0148 + 0,0088 = 0,1823 m³
Pohon 13
V L1 = 14
. π .0 ,1975²+ 14
. π .0 ,1752²
2.0,5
= 0,031+0,0242
.0,5= 0.0138 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1752²+ 14
. π .0 ,1656²
2.0,5
= 0,024+0,0222
.0,5= 0,0115m³
V L3 = 14
. π .0 ,1656²+ 14
. π .0 ,1592²
2.0,5
= 0,022+0,0182
.0,5= 0,01 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1592²+ 14
. π .0 ,1465²
2.0,5
= 0,018+0,0172
.0,5= 0,0088 m³
Volume total
0,0318 + 0,0115 + 0,01 + 0,0088 = 0,0441 m³
Pohon 14
V L1 = 14
. π .0 ,3216²+ 14
. π .0 ,29²
2.0,5
= 0,081+0,0662
.0,5= 0.0386 m³
V L2 = 14
. π .0 ,29²+ 14
. π .0 ,2675²
2.0,5
= 0,066+0,0562
.0,5= 0,0305m³
V L3 = 14
. π .0 ,2675²+ 14
. π .0 ,2516²
2.0,5
= 0,056+0,0502
.0,5= 0,0265 m³
V L4 = 14
. π .0 ,2516²+ 14
. π .0 ,2388²
2.0,5
= 0,050+0,0452
.0,5= 0,0238 m³
V L5 = 14
. π .0 ,2388²+ 14
. π .0 ,2230²
2.0,5
= 0,045+0,0402
.0,5= 0,0213 m³
V L6 = 14
. π .0 ,2230²+ 14
. π .0 ,2166²
2.0,5
0,040+0,0372
.0,5= 0,0193 m³
Volume total
0,0368 + 0,0305 + 0,0265 + 0,0238 + 0,0213 + 0,0193 = 0,1528 m³
Pohon 15
V L1 = 14
. π .0 ,1528²+ 14
. π .0 ,1274²
2.0,5
= 0,018+0,0162
.0,5= 0.0085 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1274²+ 14
. π .0 ,1202²
2.0,5
= 0,016+0,0112
.0,5= 0,0068m³
V L3 = 14
. π .0 ,1202²+ 14
. π .0 ,115²
2.0,5
= 0,011+0,0102
.0,5= 0,0053 m³
V L4 = 14
. π .0 ,115²+ 14
. π .0 , 1051²
2.0,5
= 0,010+0,0092
.0,5= 0,0048 m³
V L5 = 14
. π .0 ,1051²+ 14
. π .0 , 0955²
2.0,5
= 0,009+0,0072
.0,5= 0,004 m³
Volume total
0,0085 + 0,0068 + 0,0053 + 0,0048 + 0,004 = 0,0294 m³
Pohon 16
V L1 = 14
. π .0 ,1879²+ 14
. π .0 ,1815²
2.0,5
= 0,028+0,0262
.0,5= 0.0135 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1815²+ 14
. π .0 ,1592²
2.0,5
= 0,026+0,0202
.0,5= 0,0115m³
V L3 = 14
. π .0 ,1592²+ 14
. π .0 ,1465²
2.0,5
= 0,020+0,0172
.0,5= 0,0093 m³
V L4 = 14
. π .0 ,1465²+ 14
. π .0 ,1433²
2.0,5
= 0,017+0,0162
.0,5= 0,0083 m³
V L5 = 14
. π .1433²+ 14
. π .0 ,1274²
2.0,5
= 0,016+0,0132
.0,5= 0,0073 m³
Volume total
0,0135 + 0,0115 + 0,0093 + 0,0083 + 0,0073 = 0,0499 m³
Pohon 17
V L1 = 14
. π .0 ,23²+ 14
. π .0 ,1879²
2.0,5
= 0,042+0,0282
.0,5= 0.0175 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1879²+ 14
. π .0 ,1720²
2.0,5
= 0,028+0,0232
.0,5= 0,0128 m³
V L3 = 14
. π .0 ,1720²+ 14
. π .0 ,2038²
2.0,5
= 0,023+0,0332
.0,5= 0,014 m³
Volume total
0,0175 + 0,0128 + 0,014 = 0,0443 m³
Pohon 18
V L1 = 14
. π .0 ,213²+ 14
. π .0 ,1952²
2.0,5
= 0,036+0,0292
.0,5= 0.0163 m³
V L2 = 14
. π .0 ,1952²+ 14
. π .0 ,186²
2.0,5
= 0,029+0,0272
.0,5= 0,014 m³
V L3 = 14
. π .0 ,186²+ 14
. π .0 ,18²
2.0,5
= 0,027+0,0252
.0,5= 0,013 m³
V L4 = 14
. π .0 ,18²+ 14
. π .0 ,179²
2.0,5
= 0,025+0,0252
.0,5= 0,0125 m³
V L5 = 14
. π .0 ,179²+ 14
. π .0 ,15²
2.0,5
= 0,025+0,0182
.0,5= 0,0108 m³
Volume total
0,0163 + 0,014 + 1,013 + 0,0125 + 0,0108 + 0,0093 + 0,0078 + 0,058 = 0,0895 m³
Pohon 19
V L1 = 14
. π .0 ,0828²+ 14
. π .0 , 07²
2.0,5
= 0,0054+0,0042
.0,5= 0.0023 m³
V L2 = 14
. π .0 ,07²+ 14
. π .0 ,0637²
2.0,5
= 0,004+0,0032
.0,5= 0,0018 m³
V L3 = 14
. π .0 ,0637²+ 14
. π .0 , 573²
2.0,5
= 0,003+0,0032
.0,5= 0,0015 m³
V L4 = 14
. π .0 ,573²+ 14
. π .0 , 054²
2.0,5
= 0,003+0,0022
.0,5= 0,001 m³
Volume total
0,0023 + 0,0018 + 0,0015 + 0,0013 + 0,001 + = 0,0079 m³
Pohon 20
V L1 = 14
. π .0 ,1051²+ 14
. π .0 , 0828²
2.0,5
= 0,009+0,0052
.0,5= 0.0035 m³
V L2 = 14
. π .0 ,0828²+ 14
. π .0 , 0732²
2.0,5
= 0,005+0,0042
.0,5= 0,0023 m³
V L3 = 14
. π .0 ,0732²+ 14
. π .0 , 007²
2.0,5
= 0,004+0,0042
.0,5= 0,002 m³
V L4 = 14
. π .0 ,007²+ 14
. π .0 , 0637²
2.0,5
= 0,004+0,0032
.0,5= 0,017 m³
V L5 = 14
. π .0 ,637²+ 14
. π .0 ,573²
2.0,5
= 0,003+0,0022
.0,5= 0,0012 m³
Volume total
0,0035 + 0,0023 + 0,002 + 0,0017 + 0,0012 = 0,0107 m³
BAB V. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran volume terhadap 20 pohon . Masing -
masing pohon dibagi ke dalam beberapa bagian sortimen – sortimen yang memiliki
panjang 0,5 m . V pohon 1 = 0,085 mᵌ , V pohon 2 = 0,0399 mᵌ , V pohon 3 = 0,3048 mᵌ
, V pohon 4 = 0,0788 mᵌ , V pohon 5 = 0,0253 mᵌ , V pohon 6 = 0, 1652 mᵌ , V pohon 7
= 0,1238 mᵌ , V pohon 8 = 0,2576 , V pohon 9 = 0,0548 mᵌ , V pohon 10 = 0,0574 mᵌ ,
V pohon 11 = 0,0697 mᵌ , V pohon 12 = 0,1823 mᵌ , V pohon 13 = 0,0441 mᵌ , V pohon
14 = 0,1582 mᵌ , V pohon 15 = 0,0294 mᵌ , V pohon 16 = 0,0499 mᵌ , V pohon 17 =
0,0443 , V pohon 18 = 0,0078 mᵌ , V pohon 19 = 0,0079 mᵌ , V pohon 20 = 0,0107 mᵌ .
Berdasarkan pengukuran volume pohon terdapat berbagai variasi angka , semakin
mengukur diameter batang ke bagian atas diameternya akan semakin kecil begitu pula
dengan volumenya . Terdapat pengukuran diameter dimana diameter di bagian bawah
lebih kecil dari bagian yang atas . Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan :
1. Kesalahan pengukur dalam membaca phiband atau pita ukur.
2. Bagian batang yang atas lebih besar dari pada bagian yang bawahnya.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapt disimpulkan bahwa :
1. Tidak ada pohon yang mencapai V total = 1 mᵌ
2. Semakin lebar batng pohon , semakin besar diameternya maka volume pun akan
besar.
3. Rata – rata pohon yang diukur adalah pohon yang berbatang kurus lurus ke atas
sehingga dalam menentukan volume pohon per-sortimen hasilnya nol koma
begitupun volume totalnya.
B. Saran
Karena menggunakan alat –alat yangb sederhana dalam praktikum ini , maka
yang perludiperhatikan adalah saat perhitungan atau analisis data saat melkukan
konversi dari cm ke m.
ACARA IVPENGUKURAN KARBON
TERSIMPAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang merugikan terhadap kualitas
mahluk hidup. Karbon berada di atmosfer bumi dalam bentuk gas karbon dioksida
(CO₂). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang ada sangat kecil dari seluruh
gas yang ada di atmosfer (hanya s ekitar 0,04% dalam basis molar), namun ia memiliki
peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas – gas lain yang mengandung
karbon di atmosfer adalah CFC (Klorofourkarbon). CFC merupakan gas artifisial atau
buatan. Gas – gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah
meningkat dalam pemanasan global. Penyebab lain yang mempercepat pemanasan
global adalah berkurangnya vegetasi di permukaan bumi akibat konversi atau
penebangan hutan.
Menurut laporan IPCC ( 2000) dalam kurun waktu 150 tahun telah terjadi
peningkatan suhu bumi 0,5˚C, dibandingkan dengan massa pra-industri. Peningkatan
suhu atmosfer akan diikuti oleh peningkatan suhu di permukaan air laut, sehingga
volume meningkat maka tinggi permukaan air laut juga akan meningkat. Pemanasan
atmosfer akan mencairkan es di daerah kutub terutama di sekitar pulau Greenland,
sehingga akan meningkatkan volume air laut. Kejadian tersebut menyebabkan tinggi
permukaan air laut di seluruh permukaaan air dunia meningkat antara 10 – 25 cm
selama abad ke- 20.
Pada ekosistem daratan, hutan primer mempunyai cadangan karbon terbesar di
daratan terutama dalam biomassa dan miktomassa di bagian atas tanah, mikroba dan
bahan organik tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan karbon hutan
alami di Jambi sebesar 500Mg/na denganrincian 80% terdapat dalam biomassa pohon
10% pada nekromassa dan 10% dalam bahan organik tanah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa alih guna hutan menjadi lahan ubi kayu, mengakibatkan penurunan
cadangan C sebesar 72%.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara pengukuran karbon
tersimpan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Karbon pohon merupakan salah satu sumber karbon yang sangat penting bagi
ekosistem hutan, karena sebagian besar karbon hutan berasal dari biomassa pohon.
Tabel biomassa atau persamaan alometrik kabon yang sering digunakan di dalam
perhitungan karbon pohon. Hal ini diakrenakan sulitnya pengukuran tinggi pohon
selama inventarisasi hutan, sehingga menyebabkan kesalahan yang sangat besar jika
diugunakan untuk menghitung karbon. Karena itu, persamaan alometrik meningkatkan
akurasi penduga karbon dan memudahkan proses pelaksanaan inventarisasi hutan
(Murdiyarson, 2004).
Keuntungan menentukan plot secara sistematis adalah memudahkan regu di
lapangan di dalam pencarian plot. Namun teknik menentukan secara acak dapat
menghindari adanya penempatan plot dalam posisi tertentu. Seperti di hutan rawa
gambut bekas tebangan secara historis telah dieksploitasi mengikuti jalur lori (semacam
lokomotif kecil). Untuk pemantauan karbon hutan, secara umum metode stratifikasi
random sampling dapat menghasilkan pendugaan yang lebih teliti dibandingkan metode
lain (Adinugroho, 2006).
Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO₂) melalui proses
fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan, Sampai waktunya tumbuhan
tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu
dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak,
liana, dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Di bawah permukaan
tanah, akar tumbuhan juga merupakan penyimpanan karbon selain tanah itu sendiri.
Pada tanah gambut, jumlah simpanan karbon mungki lebih besar dibandingkan dengan
simpanan karbon yang berada diatas permukaan. Karbon juga masih tersimpan pada
bahan organik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti produk kayu baik
ketika masih dipergunakan maupun sudah berada di tempat pertumbuhan. Karbon dapat
tersimpan dalam kantong karbon pada waktu yang sama atau hanya sebentar (Sumardi,
2004).
Estimasi jumlah C tersimpan dalam akar tanaman sama halnya dengab biomassa
tajuk tanaman, biomassa akar juga dapat diestimasi menggunakan persamaan alometrik
berdasarkan diameter akar utama ( Husch , 1987).
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu volume
tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup diatas
permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan
luas (Arifin, 2001).
BAB III. METODOLOGI
A. Alat
1. Tali rafia
2. Kertas label
3. Bambu
4. Oven
5. Gunting
6. Amplop
7. Plastik
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah tumbuhan bawah
C. Adapun cara kerja dalam pengukuran karbon sebagai berikut:
1. Dibuat sub plot dengan ukuran 0,5m x 0,5m sebanyak 6 sub plot.
2. Dipotong semua tumbuhan bawah yang termasuk dalam sub plot tersebut
dipisahkan antara batang dan daun.
3. Dimasukkan ke dalam kantong kemudian di beri label
4. Ditimbang berat basah daun dan batang.
5. Di keringkan sampel dalam oven selama 2 x 24 jam.
6. Ditimbangkembali berat kering daun dan batang, kemudian catat
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran
Pohon yang
diukur
Phi band Haga meter
Diameter (m) Tinggi pohon (m)
Pohon 1 0,188 7
Pohon 2 0,153 6,5
Pohon 3 0,304 16
Pohon 4 0,264 11,7
Pohon 5 0,19 9,7
Pohon 6 0,293 18,5
Pohon 7 0,15 7
Pohon 8 0,198 5,5
Pohon 9 0,187 7,5
Pohon 10 0,159 6
Pohon 11 0,181 10,5
Pohon 12 0,246 9,3
Pohon 13 0,163 15,4
Pohon 14 0,263 13,7
Pohon 15 0,118 13,5
Pohon 16 0,153 5,3
Pohon 17 0,171 6,7
Pohon 18 0,075 7,9
Pohon 19 0,107 7
Pohon 20 0,091 8,5
Hasil pengukuran biomassa tumbuhan bawah
PlotBerat basah
Total BBBerat kering
Daun g Batang g Daun g Batang g
1 13,04 3,11 16,15 0,29 1,96
2 13,07 2,94 16,01 0,73 2,12
3 16,11 7,45 23,56 0,98 2,35
4 7,72 4,58 12,3 0,73 1,47
5 2,37 0,22 2,59 0,29 2,12
6 6,86 2,64 9,5 1,09 1,68
B. Analisis Data
Pengukuran Biomassa pohon
Pohon 1 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 7. 0.188²/40
= 0,009
Pohon 2 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,045. 6,5. 0,153²/40
= 0,005
Pohon 3 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 16. 0,304²/40
= 0,052
Pohon 4 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 11,7. 0,264²/40
= 0,029
Pohon 5 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 9,7. 0,19²/40
= 0,012
Pohon 6 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 18,5. 0,293²/40
= 0,056
Pohon 7 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 7. 0,15²/40
= 0,005
Pohon 8 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 5,5. 0,198²/40
= 0,008
Pohon 9 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 7,5. 0,187²/40
= 0,009
Pohon 10 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 6. 0,159²/40
= 0,005
Pohon 11 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 10,5. 0,181²/40
= 0,012
Pohon 12 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 9,3. 0,264²/40
= 0,020
Pohon 13 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 15,4. 0,163²/40
= 0,014
Pohon 14 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 13,7. 0,263²/40
= 0,033
Pohon 15 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 13,5. 0,118²/40
= 0,006
Pohon 16 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 5,3. 0,153²/40
= 0,004
Pohon 17 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 6,7. 0,171²/40
= 0,007
Pohon 18 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 7,9. 0,075²/40
= 0,001
Pohon 19 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 7. 0,107²/40
= 0,003
Pohon 20 = π.P.H.D²/40
= 3,14. 0,45. 8,5. 0,091²/40
= 0,002
Pengukuran biomassa tumbuhan bawah
BK = BK plot daun
BK plot batangx total BB plot 1
= 1,960,29
x 16,15=109,15
BK = BK plot daun
BK plot batangx total BB plot 2
= 2,120,73
x 16,01=46,49
BK = BK plot daun
BK plot batangx total BB plot 3
= 2,350,98
x 23,56=56,50
BK = BK plot daun
BK plot batangx total BB plot 4
= 1,470,73
x 12,3=24,77
BK = BK plot daun
BK plot batangx total BB plot 5
= 0,70,29
x 2,59=6,25
BK = BK plot daun
BK plot batangx total BB plot 6
= 1,681,09
x 9,5=14,64
BAB V. PEMBAHASAN
Pada kesempatan ini kita coba untuk mengukur karbon tersimpan pada biomassa
tumbuhan dan biomassa tumbuhan bawah, dimana biomassa tumbuhan atas digunakan
20 sampel pohon, biomassa tumbuhan bawah menggunakan sampel tumbuhan bawah
yang terdirir dari 6 sub plot dengan ukuran masing – masing 0,5 m. Hasil engukuran
karbon tersimpan ternyata : Biomassa pohon = proporsi penyimpanan karbon di daratan
umumnya terdapat pada komponen pepohonan, biomassa pohon dapat di estimasi
menggunakan persamaan yang didasarkan pada pengukuran diameter batang total =
0,293 gr/m³.
Biomassa tumbuhan bawah meliputi rerumputan. Estimasi biomassa tumbuhan
bawah dilakukan dengan mengabil bagian tanaman, dipisahkan antara batang dengan
daunnya total = 257,80 gram. Dari metode yang dilakukan maka didapatkan hasil
perhitungan C terbesar yang tersimpan pada kawasan untuk tumbuhan atas , pohon 3
yang mampu menyimpan karbon tertinggi sebanyak 0,052 g/cm³. Sedangkan untuk
biomassa tumbuhan bawah, tumbuhan pada sub plot 1 yang memiliki kemampuan
menyimpan karbon tertinggi sebanyak 109,15 gr.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut :
1. Karbon diserap tanaman melalui proses fotosintesis dan disimpan di dalam
tanaman.
2. Pengukuran karbon tersimpan pada pohon menggunakan persamaan alometrik.
3. Pengukuran karbon tersimpan pada suatu lahan meliputi karbon pada tajuk
tanaman dan tumbuhan baawah.
4. Perhitungan C terbesar yang tersimpan pada kawasan untuk tumbuhan atas
adalah pohon 3 sebanyak 0,052 g/cm³. Sedangkan untuk tumbuhan bawah
terdapat pada sub plot 1 sebanyak = 109,15 gram.
B. Saran
Karbon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh kegiatan mahluk hidup
(respirasi, perindustrian dll). Tumbuhan merupakan suatu alat yang secara alami
menyerap karbon, serta mampu merubahnya menjadi Oksigen (O₂) yang sangat
dibutuhkan oleh kelangsungan mahluk hidup. Dengan tetap menjaga kelestarian
hutan sekitar kita agar karbon – karbon yang ada di atmosfer terserap oleh
tumbuhan, karena karbon bersifat racun, tidak dibutuhkan oleh mahluk hidup dan
merupakan salah satu unsur yang menyumbang pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho , W. 2006. Pendugaan Karbon dalam Rangka Pemanfaatan Fungsi Hutan Sebagai Penyerap Karbon. Balai Penelitian Kehutanan: Kamboja.
Anonim.2011. Petunjuk Praktikum Pengukuran Hutan. Mataram: Tim Pengajar pengukuran Hutan Prodi Kehutanan
Anonim.2012.http: Jaganwahyu’s.weblog/pengertiangps.html.Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012.
Arifin, J. Estimasi Penyimpanan C Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Brawijaya Malang.
Banyard.1973.Pengukuran Hutan.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Husch,B.1987. Perencanaan Inventore Hutan. Jakrata: Universitas Indonesia.
.2007.Metode Inventore Hutan.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
.2007.Perencannaan Inventarisasi Hutan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mangunjaya, Fachrudin M.2005.Konversi Alam dalam Islam.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Markum.2008.Perencanaan Inventore Hutan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Murdiyarson, D.2004.Petunjuk Lapangan Cadangan Karbon Diatas dan Dibawah Permukaan Pada Lahan Gambut.
Sagala, Porkas.2002.Mengelola Lahan Kehutanan yang Benar.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Simon, Hasanu.1993.Metoda Inventore Hutan.Yogyakata: Aditya Media.
.2007.Manual Inventore Hutan.Jakarta: Universitas Indonesia.
http://id.shivoong.com/exsacc_sciences/2064347-pengukuran-timggi-pohon. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.
http://hidayat.com/pps702-ipb/07134/muhidin.htm. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.
http//iirc.ac.id/inventarisasihutan. Diakses pada tanggal 15 November 2012.
http: // membersmultimania.co/uk/nidhum/01-pendahuluan-ISDH-pdf. Diakses pada tanggal 15 Noevmber 2012.