potensi sumber daya hutan provinsi...

25
POTENSI SUMBER DAYA HUTAN PROVINSI BALI BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VIII TAHUN 2018 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VIII Jl. Kapten Tantular No. 1 Kompleks Niti Mandala Renon Denpasar 80234

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

POTENSI SUMBER DAYA HUTAN PROVINSI BALI

BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VIII

TAHUN 2018

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

DAN TATA LINGKUNGAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN

WILAYAH VIII Jl. Kapten Tantular No. 1 Kompleks Niti Mandala Renon

Denpasar 80234

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam alam persekutuan

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki

fungsi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan bagi kehidupan

manusia. Hutan juga memiliki manfaaat yang nyata bagi kehidupan dan

penghidupan bangsa Indonesia, baik dari segi ekologi, sosial dan ekonomi. Untuk

itu dibutuhkan penyeleggaraan kehutanan yang bertujuan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Pengelolaan hutan yang berkelanjutan memerlukan data potensi sumber daya

hutan. Kegiatan inventarisasi hutan diperlukan untuk mengetahui potensi sumber

daya hutan. Balai Pemantapan Kawasan Hutan merupakan instansi di bawah

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan salah satu tugas dan fungsinya

melaksanakan Inventarisasi Hutan skala Nasional di wilayah, mengumpulkan dan

mengolah data informasi sumber daya hutan (SDH) dan sumber daya alam untuk

neraca sumber daya hutan (NSDH) dan neraca sumber daya alam. Salah satu

komponen IHN pengumpulan data lapangan melalui pembuatan Temporary

Sample Plots / Permanent Sample Plots (TSP/PSP) yang biasa disebut dengan

kegiatan enumerasi/re-enumerasi. Pada wilayah hutan Provinsi Bali jarak grid yang

digunakan untuk kegiatan (TSP/PSP) sejauh 5 km x 5 km. Kegiatan inventarisasi

hutan ini hanya dilakukan pada jenis hutan alam sehingga plot contoh tidak dibuat

pada hutan tanaman dan konsesi lainnya.

Sejak 1991 sampai dengan tahun 2017 Balai Pemantapan Kawasan Hutan VIII

Denpasar telah melakukan pengukuran sebanyak 41 klaster di Provinsi Bali.

Pengukuran pertama kali dilakukan pada Hutan Lindung di Kawasan Pengelolaan

Hutan Bali Barat. Data Potensi Sumber Daya Hutan dihitung dalam skala nasional

yang dibagi ke dalam tujuh pulau besar belum dihitung per wilayah. Untuk itu

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 2

diperlukan perhitungan potensi sumber daya hutan di wilayah agar dapat

menyajikan informasi potensi sumber daya hutan di wilayah tersebut.

B. Tujuan

Kegiatan pengolahan dan analisa data hasil re-enumerasi di Provinsi Bali

bertujuan untuk menyajikan informasi potensi sumber daya hutan di Provinsi Bali

sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan pengelolaan hutan.

C. Ruang Lingkup

Potensi sumber daya hutan yang disajikan meliputi kerapatan jenis pohon, luas

bidang dasar dan volume pohon dalam satu hektar serta jenis vegetasi (semai,

pancang, tiang dan pohon) pada berbagai penutupan lahan di Provinsi Bali secara

spasial dan non spasial. Kelas tutupan lahan yang terdapat plot PSP yaitu Hutan

Lahan Kering Primer dan Hutan Lahan Kering Sekunder.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 3

II. METODOLOGI

A. Deskripsi plot PSP/TSP

Setiap Permanent Sample Plot (PSP) dibagi menjadi 16 recording unit yang

berukuran 25 m x 25 m dimana setiap pohon diukur (sensus) pada areal PSP dan

diberi nomor. Pohon dalam recording unit (RU) dicatat posisinya dengan

menggunakan azimuth dan jarak datar dari titik pusat RU, sehinggga pada

pengukuran ulang posisi pohon dapat diketahui letaknya. Pohon dengan diameter

minimal 5 cm diukur dan dicatat diameter setinggi dada (DBH), tetapi hanya pohon

dengan diameter minimal 20 cm yang diukur tinggi bebas cabang dan diameter

setinggi dadanya (DBH).

B. Kerangka Klaster TSP/PSP

Klaster terletak di seluruh fungsi kawasan hutan dengan prioritas pada

ketinggian < 1.000 mdpl.

Klaster tersebar secara sistematikdalam grid 5 km x 5 km.

Klaster TSP/PSP mempertimbangkan kondisi kawasan hutan dan keterwakilan

strata terhadap seluruh areal hutan.

Gambar 1. Kerangka klaster TSP/PSP (sumber : Potensi Sumber Daya Hutan dari

Plot Inventarisasi Nasional, Dirjen Planologi Kehutanan 2014)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 4

Gambar 2. Track untuk temporary sample plot (TSP track No.1 – 9)

(sumber : Potensi Sumber Daya Hutan dari Plot Inventarisasi Nasional, Dirjen

Planologi Kehutanan 2014)

Gambar 3. Track untuk permanent sample plot (PSP track No.5)

(sumber : Potensi Sumber Daya Hutan dari Plot Inventarisasi Nasional, Dirjen

Planologi Kehutanan 2014)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 5

Gambar 4. Pengukuran temporary sample plot (TSP)

(sumber : Potensi Sumber Daya Hutan dari Plot Inventarisasi Nasional, Dirjen

Planologi Kehutanan 2014)

Gambar 5. Pengukuran permanent sample plot (PSP)

(sumber : Potensi Sumber Daya Hutan dari Plot Inventarisasi Nasional, Dirjen

Planologi Kehutanan 2014)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 6

C. Pengumpulan Data

Data TSP/PSP diperoleh dari hasil pengukuran enumerasi dan re-enumerasi

dimana BPKH Wilayah VIII Denpasar sejak tahun 1991 – 2017 sudah melakukan

pengukuran sebanyak 41 kali di Provinsi Bali. Klaster pengukuran tersebar di 16

lokasi, dimana 8 lokasi klaster berada di hutan lahan kering primer dan 8 lokasi

lainnya berada di hutan lahan kering sekunder yang berada di Provinsi Bali.

D. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengumpulan data dan laporan hasil re-enumerasi Provinsi Bali, dimana diambil

data terakhir dari 16 lokasi PSP yang berada di Provinsi Bali.

2. Overlay lokasi plot dengan peta penutupan lahan.

3. Validasi data

Validasi data dimaksudkan untuk melakukan screening awal terhadap

data yang akan diolah. Parameter yang divalidasi :

a. Jumlah Record Unit (RU)

Permanent Sample Plot (PSP) memiliki luas 1 hektar (100m x 100m)

dimana terbagi atas 16 Record Unit dengan masing-masing luasan 0.0625

hektar dengan ukuran 25m x 25m.

b. Diameter Pohon

Pengukuran diameter pohon hanya dilakukan pada tingkat vegetasi yang

disebut tiang (5≤D<20 cm), sedangkan untuk pohon (≥20 cm) diukur dan

diambil data diameter dan tinggi. Individu pada tingkat tiang memiliki

subplot dengan radius plot yang berukuran jari-jari sebesar 5m. Pada

tingkat pohon subplot berbentuk persegi dengan ukuran 25m x 25m.

Pengecekan kelogisan data diameter dilakukan dimana seharusnya tidak

terdapat vegetasi dengan ukuran diameter <5cm.

c. Kondisi Pohon

Kondisi pohon hasil pengukuran di lapangan harus diperhatikan. Pada

pohon yang kondisinya patah, tumbang dan mati tidak disertakan dalam

pengolahan data.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 7

d. Perhitungan Kerapatan Individu, LBDS dan Volume Pohon (20 cm

up)

d.1. Kerapatan jenis

Kerapatan individu pohon dalam plot dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Kerapatan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

d.1.1. Kerapatan jenis 5 cm up

Kerapatan jenis 5 cm up merupakan penjumlahan individu

vegetasi jenis tiang dan pohon dalam satu hektar. Tiang

merupakan vegetasi yang memiliki ukuran diameter 5 – <20

cm. Sedangkan vegetasi tingkat pohon memiliki diameter

setidaknya 20 cm atau lebih.

d.1.2. Kerapatan jenis 20 cm up

Kerapatan jenis 20 cm up merupakan kerapatan vegetasi

tingkat pohon. Pohon dengan diameter ≥ 20 cm. Pohon

tersebut diukur pada ketinggian 1,3 m dari atas tanah (Diameter

Breast Height) yang sering disingkat dengan DBH. Pengukuran

dilakukan secara sensus seluas permanent sample plot (PSP)

berbentuk persegi berberukuran 100m x 100m (1 ha) yang

terbagi menjadi 16 record unit (RU).

d.1.3. Kerapatan jenis tiang

Perhitungan kerapatan jenis tiang dimana luasan subplot

pengukurannya dalam permanent sample plot (PSP) dengan

bentuk lingkaran berdiameter 10 m dalam satu subplot, dimana

dalam satu PSP terdapat 16 subplot atu record unit (RU).

Luasan total plot pengukuran vegetasi tingkat tiang dalam 1 PSP

sama dengan 16 dikali 14⁄ 𝜋(10)2 atau sama dengan 1257,14

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 8

m2. Untuk mendapatkan jumlah individu tiang dalam satu

hektar, jumlah individu vegetasi tingkat tiang hasil pengukuran

dalam 1 PSP dibagi 1.257,14 m2 lalu dikalikan 10.000 m2 (1 ha).

Hasil dari perhitungan tersebut menghasilkan jumlah individu

tiang dalam 1 hektar.

d.1.4. Kerapatan jenis pancang

Kerapatan tingkat pancang diukur dalam plot berbentuk

lingkaran berdiameter 4 m dalam satu record unit (RU) yang

berjumlah 16 pada permanent sample plot (PSP). Luasan total

plot pengukuran vegetasi tingkat pancang dalam 1 PSP sama

dengan 16 dikali 1 4⁄ 𝜋(4)2 atau sama dengan 201,14 m2. Untuk

mendapatkan jumlah individu pancang dalam satu hektar,

jumlah individu vegetasi tingkat pancang hasil pengukuran

dalam 1 PSP dibagi 201,14 m2 lalu dikalikan 10.000 m2 (1 ha).

Hasil dari perhitungan tersebut menghasilkan jumlah individu

pancang dalam 1 hektar.

d.1.5. Kerapatan jenis semai

Kerapatan tingkat semai diukur dalam plot berbentuk

lingkaran berdiameter 3 m dalam satu record unit (RU) yang

berjumlah 16 pada permanent sample plot (PSP). Luasan total

plot pengukuran vegetasi tingkat semai dalam 1 PSP sama

dengan 16 dikali 1 4⁄ 𝜋(3)2 atau sama dengan 113,14 m2. Untuk

mendapatkan jumlah individu semai dalam satu hektar, jumlah

individu vegetasi tingkat semai hasil pengukuran dalam 1 PSP

dibagi 201,14 m2 lalu dikalikan 10.000 m2 (1 ha). Hasil dari

perhitungan tersebut menghasilkan jumlah individu semai

dalam 1 hektar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 9

d.2. Luas bidang dasar pohon

Luas bidang dasar individu pohon dalam plot dihitung dengan

menggunakan rumus :

Lbdspohon = 1

4𝜋(D2)

Luas bidang dasar batang pohon merupakan luas batang pohon

yang dianggap berbentuk lingkaran sempurna dimana rumus lbdspohon

sama dengan rumus lingkaran 1 4⁄ 𝜋(d)2. Dimana diameter (d) diambil

setinggi dada (dbh) dengan jarak 1,5 m di atas permukaan tanah.

Pohon yang dihitung pada tabel di atas merupakan pohon yang

memiliki diameter ≥20 cm.

d.3. Volume

Volume individu pohon dalam plot dihitung dengan menggunakan

rumus :

V = Lbdspohon x Tinggibebascabang x 0,7

Volume yang dihitung merupakan volume dari pohon dengan

diameter ≥20 cm. Hal ini dikarenakan pada kegiatan re-enumerasi

hanya pohon dengan ukuran diameter ≥20 cm yang dihitung

tingginya. Variabel tinggi diperlukan dalam menghitung volume

dengan menggunakan rumus dasar silinder dikalikan angka bentuk.

d.4. Vegetasi

Pengecekan vegetasi pada kegiatan enumerasi/re-enumerasi di

permanent sample plot (PSP) dilakukan pada setiap record unit (RU).

Mulai dari RU1 hingga RU16. Pada saat pencatatan dibedakan menjadi

tingkat vegetasi semai, pancang, tiang dan pohon.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 10

III. HASIL ANALISA

Data yang dianalisa adalah data kegiatan Re-Enumerasi pada Permanent

Sample Plot, hasil sensus pohon pada plot berukuran 100m x 100m (1 ha).

Total 16 data pengukuran PSP yang tersebar di kawasan hutan Provinsi Bali

pada jangka waktu pengukuran 1998 – 2015 telah dilakukan validasi dan pengolahan

datanya yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Perkembangan klaster enumerasi/re-enumerasi di Provinsi Bali

No Klaster Koordinat

Enumerasi Re-enumerasi E N

2209090 220 9090 2000 2004

2209095 220 9095 2000 2010, 2015

2209100 220 9100 1992 1999, 2008, 2013

2259090 225 9090 2000 2010, 2015

2259095 225 9095 1999 2004, 2010

2309095 230 9095 1999 2004, 2010

2409085 240 9085 2008 2014

2409090 240 9090 2000 2008, 2013

2509080 250 9080 2000 2014

2509085 250 9085 2008 2014

2509090 250 9090 2000 2008, 2013

2609080 260 9080 1991 1998, 2010

2909075 290 9075 2000 2008, 2013

2909080 290 9080 2009 2015

3309085 330 9085 2000 2008, 2013

3409080 340 9080 1992 2000

Berdasarkan database kegiatan enumerasi/re-enumerasi BPKH Wilayah VIII

Denpasar, terdapat 6 lokasi klaster yang dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali

(37,5%), 9 klaster diukur sebanyak 3 kali (56,25%) dan 1 klaster yang diukur 4 kali

(6,25%). Pengukuran ulang tiap klaster TSP/PSP masih terus dilakukan.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 11

Tabel 2. Kerapatan jenis 5 cm up pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan

Lahan Hutan

N data

pengukuran klaster

Kerapatan 5 cm up (Ind/ha)

Mean Std Dev

Mean

Std Error

Mean

Lower (95%)

Mean

Upper (95%)

Mean

Hutan Lahan

Kering Primer 8 840 228 81 649 1031

Hutan Lahan

Kering Sekunder 8 762 315 111 499 1025

Pada tabel 2 nilai rata-rata kerapatan individu pohon pada hutan lahan kering

primer dengan diameter setinggi dada ≥5cm berjumlah 840 individu/ha. Sedangkan,

nilai rata-rata individu pohon pada hutan lahan kering sekunder dengan diameter

setinggi dada ≥5 cm berjumlah 762 individu/ha.

Tabel 3. Kerapatan jenis 20 cm up pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan Lahan Hutan

N data

pengukuran klaster

Kerapatan 20 cm up (Ind/ha)

Mean Std Dev

Mean

Std Error

Mean

Lower (95%)

Mean

Upper (95%)

Mean

Hutan Lahan

Kering Primer 8 127 39 14 95 160

Hutan Lahan Kering Sekunder

8 64 21 7 47 81

Pada tabel 3 di hutan lahan kering primer dalam satu hektar ditemukan rata-

rata 127 pohon dengan diameter ≥20 cm. Sedangkan, pada hutan lahan kering

sekunder ditemukan sekitar 64 pohon berdiameter ≥20 cm.

Tabel 4. Kerapatan jenis tiang pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan

Lahan Hutan

N data

pengukuran klaster

Kerapatan Tiang (Ind/ha)

Mean Std Dev

Mean Std Error

Mean

Lower (95%)

Mean

Upper (95%)

Mean

Hutan Lahan

Kering Primer 8 713 214 76 534 892

Hutan Lahan Kering Sekunder

8 698 321 114 429 967

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 12

Pada tabel 4 kerapatan jenis tiang rata-rata pada hutan lahan kering primer

sebesar 713 individu/ha. Sedangkan pada hutan lahan kering sekunder kerapatan

jenis rara-rata tiang sebesar 698 individu/ha.

Tabel 5. Kerapatan jenis pancang pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan

Lahan Hutan

N data

pengukuran klaster

Kerapatan Pancang (Ind/ha)

Mean Std Dev

Mean Std Error

Mean

Lower (95%)

Mean

Upper (95%)

Mean

Hutan Lahan Kering Primer

8 3499 2222 786 1641 5357

Hutan Lahan Kering Sekunder

8 3039 2899 1025 615 5462

Pada tabel 5 dapat dilihat jangkauan nilai bawah dan atas pada kelas penutupan

lahan hutan lahan kering sekunder tinggi dimana nilai batas bawahnya 615 sedangkan

nilai atasnya 5462. Hal ini disebabkan pada kluster 2509080 ditemukan tingkat

pancang sebanyak 6 pohon (447 pohon/ha) sedangkan pada kluster 2309095

ditemukan tingkat pancang sebanyak 166 pohon (8253 pohon/ha), perbedaan jumlah

yang tinggi ini yang menyebabkan nilai simpangan baku (standar deviasi) menjadi

tinggi sehingga jangkauan nilai bawah dan atas pada selang kepercayaan (95%)

menjadi tinggi.

Tabel 6. Kerapatan jenis semai pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan Lahan Hutan

N data pengukuran

klaster

Kerapatan Semai (Ind/ha)

Mean Std Dev

Mean Std Error

Mean

Lower (95%) Mean

Upper (95%) Mean

Hutan Lahan Kering Primer

8 11291 7006 2477 5433 17149

Hutan Lahan Kering Sekunder

8 9336 7797 2757 2817 15854

Pada tabel 6 kerapatan jenis semai memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan

kerapatan jenis vegetasi lainnya (pancang, tiang, atau pohon) dimana kerapatan jenis

rata-rata semai pada hutan lahan kering primer sebesar 11.291 individu/ha.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 13

Sedangkan, pada hutan lahan kering sekunder kerapatan jenis rata-rata semai sebesar

9.336 individu/ha.

Tabel 7. Luas bidang dasar pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan Lahan Hutan

N data pengukuran

klaster

Basal area 20 cm up (m2/ha)

Mean Std Dev

Mean Std Error

Mean

Lower (95%) Mean

Upper (95%) Mean

Hutan Lahan Kering Primer

8 21.91 8.47 3 14.83 29

Hutan Lahan

Kering Sekunder 8 7.52 3.77 1.33 4.36 10.67

Luas bidang dasar pada tabel 7 menunjukan bahwa nilai lbds pada hutan lahan

kering primer lebih tinggi dibandingkan dengan lbds pada hutan lahan kering sekuder.

Dimana lbds hutan lahan kering primer sebesar 21,91 m2/ha sedangkan hutan lahan

kering sekunder sebesar 7,52 m2/ha. Luas bidang tersebut dihitung berdasarkan lbds

pohon yaitu vegetasi dengan memiliki diameter ≥20 cm.

Tabel 8. Rata-rata potensi volume pada penutupan lahan hutan Provinsi Bali

berdasarkan data PSP

Penutupan Lahan Hutan

N data pengukuran

klaster

Volume 20 cm up (m3/ha)

Mean Std Dev

Mean Std Error

Mean

Lower (95%) Mean

Upper (95%) Mean

Hutan Lahan Kering Primer

8 161.98 71.96 25.44 101.82 222.15

Hutan Lahan

Kering Sekunder 8 44.52 39.63 14.01 11.39 77.65

Menurut BSN tahun 2010, “Hutan lahan kering primer adalah hutan alam atau

hutan yang tumbuh dan berkembang secara alami, stabil dan belum pernah

mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia, yang lantai hutannya tidak pernah

terendam air baik secara periodik atau sepanjang tahun” sedangkan “hutan lahan

kering sekunder adalah hutan yang tumbuh secara alami sesudah terjadinya

kerusakan/perubahan pada tumbuhan hutan yang pertama. Hutan yang telah

mengalami gangguan eksplotasi oleh manusia, biasanya ditandai dengan adanya

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 14

jaringan jalan ataupun jaringan sistem eksploitasi lainnya. Kenampakan berhutan

bekas tebas bakar yang ditinggalkan, bekas kebakaran atau yang tumbuh kembali dari

bekas tanah terdegradasi juga dimasukkan dalam kelas ini”. Faktor gangguan

eksploitasi dari manusia maupun bencana alam mempengaruhi kondisi dan penutupan

lahan hutan.

Tabel 9. Jenis vegetasi pada hutan lahan kering primer Provinsi Bali

Kondisi Vegetasi Hutan Lahan Kering Primer

Adis (Lindera polyanta Boer) Butuh lubak

Ae (Ficus veregata) Cemara gunung (Casuarina junghuniana)

Amplas (Ficus ampelas Burm.F) Cempaga (Dysoxylum densifolium)

Anjering (Drypetes sp) Cempagosari (Dysoxylum densiflorum)

Api-api (Avicennia marina Vierth) Dadem (Ficus fitulosa)

Apit yeh (Laplacea) Dau Mulih (Dracontomelum mangiferum)

Balang-balang (Pterospermum javanicum) Dea medandan

Banci-banci (Maranthes corymbasa) Demulih (Aglaia argantea)

Base-base (Michelia montana) Duren-duren (Aglaria argentea)

Basih (Michelia montana) Ehe (Ficus cuspidata)

Batako Empak (Evodia amboinensis)

Batu (Eugenia polyantha Wight) Ganitri (Eleocarpus sp)

Bawang (Melia exelsa Jack) Garu (Cantleya corniculata)

Bayam (Asaranthus hibridus Linn) Gelumpang (Sterculia foetida L)

Bayur (Pterospermum diversifolium BL) Gentimun (Grynepsis sumungiana)

Belantih Gintungan (Bischoffia javanica)

Belide (Cassia javanica L) Gula-gula (Glocidion sp)

Belimbing (Aleocarpus apposilifolia Miq) Iseh (Pometia tomentosa)

Bengkatak (Hernandia peltata meissn) Jabon (Anthocephalus cadamba)

Bentawas Jae (Terminalia balerica Rob)

Bengkel (Nanclea orientalis L) Jambu (Platea latifolia)

Bongkak (Ervatamia macrocarpa) Jangan ulum (Eugenia polyantha)

Bongol Janglot (Metrephora reticulata)

Brawo Juwet (Eugenia cumuni)

Brungut (Vitex pubescens) Juwet manting (Crypteronia paniculata)

Buapuin (Dysoxylum caulostachyum) Kaharen

Bulu buah Kakul (Eugenia densiflora)

Buluh (Parinari carymbosum Miq) Kalakan (Cyathocalyx sumantranus)

Bulu lutung (Painari corymposum Mig) Kaliambo

Buni (Antidesma bunius Spreng) Kalijo

Bungkak (Callophyllum inophyllum) Katulampa (Elaeocarpus floribundus) Bunguh Kayu batu (Eugenia opeculata)

Bunut (Ficus benyamina) Kayu bawang (Melia exelsa) Buoak (Dysoxylum sp) Kayu sambuk (Sloanea javanica) Kendung (Memecylon edule) Nyanglot

Kenyamanan Nyantuh (Palaquium obtusifolium) Kepelan (Magrotia blumei Prantl) Ombo

Kepoh-poh (Bhechannania arberescens L) Pacar gunung (Diospyros buxifolia)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 15

Kepundung (Baccaurea racemosa) Palit semal (Polysma integrifolia)

Kesia Pamor (Symplocos sp)

Kesumba (Bica orellana Linn) Penyaitan

Kesuna (Dysoxylum arborescens) Peradah (Garcinia celebica)

Ketan (Planchonella amboinensis) Pitik

Ketapean Plameran

Ketenggeng Poh kedis (Mangifera gedebe)

Ketipat Puler (Alstonia angustifolia)

Kewanitan (Dysoxylum sp) Pullet (Chrysophyllum rox)

Klampoak (Eugenia densiflora) Pupuan

Klawasan Putat (Planconia valida)

Klecung (Palaqium sp) Rejuna

Klesit (Gironniera cuspidae Kursz) Sambuk (Sloanea javanica)

Kopi-kopi (Plectronia lucidula Val) Sampi-sampi

Kuanitan (Dysoxylum sp) Samuk-samuk

Kukin (Schoutenia ovata) Sari (Celebica sp)

Kunyit (Curcuma domestica Val) Sekelawah

Kutat (Planchonia valida BI) Sembung

Laban (Vitex pubescens Vahl) Serut (Albizzia acle)

Langsat (Aglaia eusideraxylum) Sidem (Diospyros ebenum Koen)

Lateng (Laportea peltata) Sidi

Lempeni (Ardisia humilis) Sompang (Laplaceae sp)

Lengguwung (Grewia sp) Sulatri (Calophylum soulatri)

Lima gunung Suren (Toona sureni)

Majegau Susuh (Cebera manghas L)

Melancita (Glaia odoratissim) Talan

Melosa Talok (Grewia ariocarpus)

Mlanting Taluh-taluh

Mundeh (Garcinia duleis) Tanah (Zyzyphus celtidifolia DC)

Naga sari Tangi (Largerstoemia speciosa)

Kejimas (Duabanga moluccana) Tapis-tapis (Malletus philipinensis)

Kejiwang (Duabanga moluccana) Teep (Artocarpus elasticus)

Kejuang (Anacardiaceae cortatum BL) Tingkih-tingkih (Aleurites moluccana)

Keleci (Glaia odoratissim) Tulak

Kelesi (Palaquium javense Burck) Tulang (Wrighti calycina DC)

Kemancitan (Aglaia odoratissima) Tungtung

Kemasan Tutup

Kembang sari Udu (Eugenia sp)

Kemelsa Walikukun (Shoutenia ovate)

Kemuning (Murraya paniculata) Waru (Hibiscus similis)

Naga sompang (Laplacea sp) Yeh-yeh (Saurania nudiflora DC)

Nyalian (Elaecarpus sp)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 16

Tabel 10. Jenis vegetasi pada hutan lahan kering sekunder Provinsi Bali

Kondisi Vegetasi Hutan Lahan Kering Sekunder

Amplas (Ficus ampelas Burm.F) Kayu putih (Melaleuca leucadendron)

Anjering (Drypetes sp) Kayu tanduk (Hopea beccariana Burek)

Asam selong (Eugenia uneflora) Kedapa (Durio zilethinus Murr)

Awar-awar (Ficus septica Burm) Kejiwang (Duabanga moluccana)

Balang-balang (Pterospermum javanicum) Kemancitan (Aglaia odoratissima)

Bas-basan (Eugenia clavimirtus) Kemedangan

Base-base (Michelia montana) Kemuning (Murraya paniculata)

Batu (Eugenia opereulata) Kendal (Cordia dichotoma)

Bawang (Melia exelsa Jack) Kendung (Memecylon edule)

Bayur (Pterospermum diversifolium BL) Keneli (Cassia fistula)

Belimbing (Aglaia eusideroxylon) Kengkeng (Feronia limonia)

Bengkel (Nanclea orientalis L) Kepelan (Hoya latifolia)

Besi-besi (Maranthes corymbasa) Kepoh

Blantih Kepundung (Baccaurea racemosa)

Book (Psysoxylum sp) Kesambi (Schleichera oleossa)

Boni (Antidesma bunius Spreng) Ketan (Planchonella amboinensis)

Bukak (Avicennia alba BL) Klamer

Bukeng Klampoak (Eugenia densiflora)

Buni Klipa (Melia exelsa)

Bunut (Ficus benyamina) Kopi-kopi (Plectronia uicida)

Campaka (Dysoxylum densiflorum) Kresek (Vicus timorensis)

Cempaga (Dysoxylum densifolium) Kuang (Schoutenia kunsteleri)

Dadap (Erythrina subunbrans) Laban (Vitex pubescens Vahl)

Dagol-dangol (Myristica afrinis) Langsat (Aglaia eusideraxylum)

Demulih (Aglaria argantea) Lateng (Laportea peltata)

Eaa (Ficus cusfidata) Lilar (Albizia acle Merr)

Gamal (Glyricida sepium) Manggis

Gempinis (Melia azedarach L) Munduh (Palaquium bataanense Mer)

Genitri (Elaeocarpus) Miing (Pormetia sp)

Gula (Knema glanca) Nyambu (Eugenia sp)

Isip (Gironniera cuspidaia) Nyantuh (Palaquium obtusifolium)

Jaran (Dolichandrone spatochen) Pacar gunung (Diospyros buxifolia)

Jati alas (Dollchandrone spatochea) Palabuah (Dipterocarpus hasselti)

Jati Pangkal buaya (Zanthoxylum budrunga)

Jelulut Pulai (Alstonia spectabilis)

Juwet (Eugenia cumuni Merr) Putihan (Palaquium sp)

Kalakan (Cyathocalyx sumantranus) Sambuk (Sloanea javanica)

Kalot Sampat (Plachonella amboinensis HJL)

Kapasan (Hormalanthus popul) Satra

Kapur-kapur Sawokecik (Manilkara kauki)

Katibibi (Eugenia clavimirtus) Seming (Pometia sp)

Katik semal (Memecylum celebicum Bakh F) Serut (Albizzia acle) Katulampa (Elaeocarpus floribundus) Sinduk (Cinnamomum) Kayu babi (Ficus variegate) Sonokeling

Kayu batu (Eugenia sp) Tahlan (Leea angulata Korth)

Kayu padi (Drypetes ovalispaxet Hoffin) Talok (Grewia ariocarpus)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 17

Tanggayamin Trembesi

Tangi (Largerstoemia speciosa) Trenggayungan

Tai-tai (Anisoptera costata Korth) Trenggulun (Protium javanicum)

Tapis-tapis (Malletus philipinensis) Udu (Eugenia sp)

Teep (Artocarpus elasticus) Unyah-unyah

Tekik (Stemonurus australiana) Walikukun (Shoutenia ovate)

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 18

IV. PERMASALAHAN

Balai Pemantapan Kawasan Hutan merupakan unit pelaksana UPT Direktorat

Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan di daerah yang salah satu

tugasnya ialah melakukan pengukuran lapangan dan mengolah data pada kegiatan

inventarisasi hutan. Salah satu jenis inventarisasi ialah National Forest Inventory (NFI)

atau inventarisasi hutan tingkat nasional. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah

VIII Denpasar merupakan UPT dengan wilayah kerja di Provinsi Bali dan Nusa

Tenggara Barat (NTB). Pada inventarisasi hutan nasional dibuat pengukuran

temporary sample plot (TSP) / pemanent sample plot (PSP) dalam kegiatan

enumerasi/re-enumerasi. Laporan enumerasi/re-enumerasi dibuat per klaster oleh

Balai Pemantapan Kawasan Hutan.

Pengumpulan data dilakukan pada 16 lokasi klaster di Provinsi Bali dimana

data yang diambil merupakan data re-enumerasi terakhir yang dilakukan pada setiap

titik. Data yang diambil dari tiap titik klaster tersebut memiliki rentang waktu 15 tahun

dimulai pada Tahun 2000 – 2015. Dalam pengumpulan data yang terdapat di database

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar hanya terdapat 10 data

klaster yang memiliki data yang lengkap. Enam data klaster lainnya tidak ada data

volumenya sehingga harus dilakukan perhitungan volume menggunakan data

diameter yang tersedia. Data tersebut merupakan data laporan kegiatan re-enumerasi

di bawah Tahun 2010. Pada klaster nomor 3409080 yang berada pada Kelompok

Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8), Kawasan Hutan KPHL Bali Timur, Kabupaten

Karang Asem, kegiatan re-enumerasi terakhir dilakukan pada Tahun 2000. Laporan

kegiatan re-enumerasi tersebut belum tersedia di database tetapi dalam bentuk

hardcopy berbentuk buku lalu menginput datanya secara manual ke komputer.

Pada laporan kegiatan re-enumerasi keanekarakaman jenis vegetasi

dicantumkan mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Keanekaragaman

jenis vegetasi tersebut diambil pada setiap recording unit (RU) dalam permanent

sample plot (PSP). Pada tiap klaster di dalam penutupan lahan yang sama terdapat

jenis vegetasi yang berbeda-beda apalagi dibandingkan dengan klaster yang memiliki

penutupan lahan yang berbeda. Keanekaragaman jenis vegetasi setiap recording unit

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 19

(RU) pada permanent sample plot (PSP) dikelaskan dalam tiap penutupan lahan hutan.

Pada data vegetasi terdapat nama lokal yang tumpang tindih dimana nama lokal yang

berbeda ataupun yang mirip memiliki nama latin yang sama. Begitupun sebaliknya,

ada nama lokal yang sama tetapi memiliki nama latin berbeda. Permasalahan lainnya

yang ditemui adalah sulit ditemukannya nama latin pada jenis-jenis lokal tertentu yang

didapatkan di lapangan.

Saat ini belum lengkapnya laporan dan data berbentuk softfile di database. Hal

tersebut harus didukung dengan digitalisasi laporan dan data enumerasi/re-

enumerasi. Pada Tahun 2010 ke bawah laporan enumerasi/re-enumerasi belum

tersedia softfilenya di database, hanya tersedia dalam bentuk buku (hardfile) yang

diarsipkan di perpustakaan seksi inventarisasi sumber daya hutan dan lingkungan.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 20

V. KESIMPULAN

1. Jumlah klaster yang sudah diukur selama kurun waktu 1998 – 2015 sebanyak

16 klaster dengan pengukuran data sebanyak 41 pengukuran pada permanent

sample plot (PSP) yang tersebar secara sistematik di wilayah hutan Provinsi

Bali.

2. Analisa data hasil pengukuran PSP dilakukan dengan overlay lokasi plot dengan

citra penutupan lahan yang diberikan Direktorat Inventarisasi dan Pemantuan

Sumbaer Daya Hutan tiap tahun ke setiap Balai Pemantapan Kawasan Hutan.

Kegiatan analisa data juga mencakup validasi parameter-parameter hasil

pengukuran di lapangan dan validasi pada tingkat plot, yaitu dengan melihat

kelogisan data pada tingkat plot berdasarkan parameter.

3. Hasil analisa data yang dilaporkan pada buku ini berupa data potensi volume

dan lbds tegakan (20 cm up), kerapatan tegakan dan keanekaragaman jenis

vegetasi yang meliputi 2 kelas penutupan lahan, yaitu Hutan Lahan Kering

Primer dan Hutan Lahan Kering Sekunder.

4. Untuk penghitungan volume menggunakan rumus umum dengan memakai

rumus silinder dikalikan angka bentuk, sedangkan untuk luas bidang dasar

dihitung menggunakan rumus lingkaran dimana diambil diameter pohon

setinggi dada.

5. Hasil pengolahan dan analisa data potensi sumber daya hutan Provinsi Bali

memberikan gambaran umum rata-rata potensi volume hutan Provinsi Bali

pada hutan lahan kering primer diameter 20 cm up diperoleh rentang angka

101,82 – 222,15 m3/ha sedangkan pada hutan lahan kering sekunder berkisar

11,39 – 77,65 m3/ha. 6. Digitalisasi seluruh laporan dan data enumerasi/re-enumerasi diperlukan untuk

pengarsipan yang lebih baik serta memudahkan dalam pengolahan data.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 21

GLOSARY

Basal Area factor (BAF) : Besaran faktor luas bidang dasar tegakan Hutan.

Diameter breast height (Dbh) : Tinggi pengukuran diameter pohon / tiang di atas

permukaan tanah, untuk pohon normal adalah 1,3

meter di atas permukaan tanah sedangkan untuk

pohon berbanir diukur pada 20 cm di atas ujung

banir.

Enumerasi : Pembuatan, pengukuran dan pencatatan parameter

parameter biofisik tegakan hutan pada plot contoh

(TSP/PSP).

Klaster : Sekumpulan unit contoh di lapangan yang mewakili

suatu strata. Klaster plot IHN adalah satu seri plot

contoh IHN pada suatu grid 20 km x 20 km atau 10

x 10 km (grid 5 km x 5 km untuk wilayah-wilayah

tertentu), yang terdiri dari 9 tract. Tract nomor 5

digunakan baik sebagai TSP maupun PSP. Dengan

demikian, dalam satu klaster terdapat 9 tract TSP

dan 1 PSP. PSP akan diukur ulang secara periodik

setiap 5 tahun sedangkan TSP hanya diukur sekali.

National Forest Invetory (NFI) : Inventarisasi hutan nasional yang diselenggarakan

pada tahun 1990 - 1996, dilaksanakan oleh

pemerintah Indonesia (Departemen Kehutanan)

dengan dukungan dana dari Bank Dunia dan

dukungan teknis dari Food and Agriculture

Organitation of the United Nations (FAO).

Pancang : Tumbuhan berkayu dengan tinggi lebih dari 1,5 m

dan memiliki diameter kuarang dari 5 cm.

Permanent Sample Plot (PSP) : Unit contoh permanen yang dibuat untuk mengum-

pulkan data lapangan berupa parameter parameter

biofisik tegakan hutan terutama kondisi

pertumbuhan tegakan dalam rangka IHN. PSP

adalah tract nomor 5 dari klaster plot IHN, yang

berupa fixed plot berukuran 100 m x 100 m. PSP

ini dibagi kedalam 16 unit pencatatan (recording

unit), masing masing berukuran 25 m x 25 m.

Pohon : Tumbuhan berkayu, dengan Dbh lebih dari atau sa-

ma dengan 20 cm.

Record Unit (RU) : Satuan catatan/pengukuran atau satuan pencatatan

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 22

Parameter-parameter b iofisik m erupakan sub-plot

berukuran 25 m x 25 m di dalam plot contoh/PSP

IHN, dimana pengukuran semai, pancang, tiang

dan pohon dilakukan.

Re-enumerasi : Pengukuran ulang (ke-2, ke-3 dst) dan pencatatan

parameter-parameter biofisik tegakan hutan pada

plot contoh permanen (PSP).

Semai : Tumbuhan berkayu dengan tinggi kurang dari 1,5 m

Subplot : Satuan unit contoh terkecil di lapangan dalam pe-

ngumpulan data lapangan.

Temporary Sample Plot (TSP) : Plot contoh (sample plot) berupa point sampling

(plotless), yang digunakan untuk mendapatkan

data stok sumber daya hutan, khususnya kayu,

pada satu titik waktu. Dalam satu klaster plot

terdapat 9 tract dan masing-masing tract terdiri

dari 8 subplot dengan demikian, setiap klaster

berjumlah 72 subplot.

Tiang : Tumbuhan berkayu, dengan dbh lebih dari atau

sama dengan diameter 5 cm tetapi kurang dari 20

cm.

Tract (plot) : Satuan unit contoh di dalam klaster yang terdiri

dari 8 subplot.

Validasi : Sistem penyaringan data ( filterisasi ) antara lain

atas jumlah RU, species, diameter, kondisi pohon,

lokasi plot berdasarkan penutupan lahan dan

berdasarkan luas bidang dasar untuk memperkecil

kesalahan pendugaan/perhitungan volume pohon.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 23

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2010. Kelas Peuntupan Lahan dalam Penafsiran Citra

Optis Resolusi Sedang. RSNI-1.

Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2000. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Gunung Abang

Agung (RTK.8) Propinsi Bali, W - E : 340 Km; S - N : 9080 Km; Zone : 50.

Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2004. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 220 Km; S - N : 9090 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2010. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 225 Km; S - N : 9095 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2010. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 230 Km; S - N : 9095 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2010. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 260 Km; S - N : 9080 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2013. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 220 Km; S - N : 9100 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2013. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 240 Km; S - N : 9090 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2013. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 250 Km; S - N : 9090 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2013. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 330 Km; S - N : 9085 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2013. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Gunung Abang

Agung (RTK.8) Propinsi Bali, W - E : 290 Km; S - N : 9075 Km; Zone : 50.

Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar | 24

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2014. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 240 Km; S - N : 9085 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2014. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 250 Km; S - N : 9080 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2014. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 250 Km; S - N : 9085 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2015. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 220 Km; S - N : 9095 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2015. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Bali Barat

(RTK.19) Propinsi Bali, W - E : 225 Km; S - N : 9090 Km; Zone : 50. Denpasar.

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar. 2015. Laporan Re-

Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) di Kelompok Hutan Gunung Batu Kau

(RTK.4) Propinsi Bali, W - E : 290 Km; S - N : 9080 Km; Zone : 50. Denpasar.

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan. Sekretariat Negara RI. Jakarta.