laporan akhir penelitian hibah unggulan …

43
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI URGENSI PENGATURAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PENSIUNAN (RETIREMENT TOURISM) DI BALI TIM PENGUSUL Ketua : NI GUSTI AYU DYAH SATYAWATI,SH.,MKn.,LLM. Anggota : 1. IDA BAGUS ERWIN RANAWIJAYA,SH.,MH 2. I MADE BUDI ARSIKA,SH.,LLM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA OKTOBER 2015 Bidang Unggulan: Hukum Kepariwisataan Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

i

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

URGENSI PENGATURAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

PENSIUNAN (RETIREMENT TOURISM) DI BALI

TIM PENGUSUL

Ketua : NI GUSTI AYU DYAH SATYAWATI,SH.,MKn.,LLM.

Anggota : 1. IDA BAGUS ERWIN RANAWIJAYA,SH.,MH

2. I MADE BUDI ARSIKA,SH.,LLM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

OKTOBER 2015

Bidang Unggulan: Hukum Kepariwisataan

Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Urgensi Pengaturan Pengembangan

Pariwisata Pensiunan (Retirement

Tourism) Di Bali.

2. Ketua Peneliti a. Nama : Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, S.H.,M.Kn.,LLM.

b. Jenis Kelamin : P

c. NIP/NIDN : 198205162005012020 / 0016058202

a. Jabatan Struktural : -

b. Jabatan Fungsional : Lektor c. Fakultas/Jurusan : Hukum / Ilmu Hukum

d. Pusat Penelitian : Fakultas Hukum

e. Alamat : Jl. Pulau Bali No.1 Denpasar

f. Telepon/Faks : 0361222666

g. Alamat Rumah : Jl. Tukad Pancoran I / 18 Denpasar

h. Telp/Faks/Email : [email protected]

3. Jumlah Anggota Peneliti : 3 (tiga) orang

4. Jumlah Mahasiswa : 2 (dua) orang

5. Pembiayaan :

Jumlah biaya yang diajukan ke Fakultas : Rp. 25 .000.000,- (Dua Puluh Lima

Juta Rupiah)

Denpasar, 29 Oktober 2015

Mengetahui,

Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Ketua Peneliti

I Ketut Suardita, SH.,MH. Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati,SH.,MKn.,LLM

NIP 196902241997021001 NIP 198205162005012020

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Prof.Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,SH.,MH.

NIP: 19530401 198003 1 004

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNyalah

penelitian yang berjudul “Urgensi Pengaturan Pengembangan Pariwisata Pensiunan

(Retirement Tourism) Di Bali” dapat terselesaikan laporan akhir penelitian ini . Kami

menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan

banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kepada :

1. Rektor Universitas Udayana

2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Udayana beserta seluruh staff Lembaga

Penelitian Universitas Udayana

3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana beserta staff

4. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Kami menyadari dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu

saran dan kritik bagi penyempurnaan laporan penelitian ini sangat kami harapkan. Akhir kata

dengan segala kerendahan hati, kami berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum terutama terkait dengan

bidang hukum kepegawaian.

Denpasar, 29 Oktober 2015

Tim Peneliti

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv

RINGKASAN ..................................................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4

2.1 Konsep Pariwisata Pensiunan ...................................................................... 4

2.1.1 Definisi dan Ruang Lingkup .............................................................. 4

2.1.2 Karakteristik Wisatawan Pensiunan ................................................... 4

2.1.3 Karakteristik Lokasi Pariwisata Pensiunan ........................................ 5

2.2 Potensi Keuntungan Pengembangan Pariwisata Pensiunan ........................ 6

2.3 Model Pengembangan Pariwisata Pensiunan di Negara Asean ................... 7

2.3.1 Thailand .............................................................................................. 7

2.3.2 Malaysia ............................................................................................. 8

2.3.3 Filipina ............................................................................................... 8

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................................................... 10

3.1 Tujuan .......................................................................................................... 10

3.2 Manfaat ........................................................................................................ 10

BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................................... 11

4.1 Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan ..................................................... 11

4.2 Jenis dan Sumber Bahan Hukum ................................................................. 12

4.3 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ........................................................... 13

4.4 Metode Analisis Bahan Hukum ................................................................... 14

4.5 Bagan Alir Penelitian ................................................................................... 15

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16

5.1 Dasar Rasionalitas Pengaturan Pariwisata Pensiunan .................................. 16

5.1.1 Dasar Filosofis ................................................................................... 16

5.1.2 Dasar Sosiologis ................................................................................. 16

5.1.3 Dasar Yuridis ..................................................................................... 17

5.1.3.1 Dimensi Internasional .......................................................... 17

5.1.3.2 Dimensi Nasional ................................................................. 18

5.1.3.3 Dimensi Lokal ...................................................................... 22

5.2 Konstruksi Model Pengaturan Pariwisata Pensiunan di Bali ...................... 23

5.2.1 Model Pengaturan yang Memperhatikan Sifat dan Kebutuhan

Khusus Wisatawan Pensiunan ............................................................ 23

5.2.2 Model Pengaturan yang Mendukung Konsep Pariwisata

Berkelanjutan ..................................................................................... 25

5.2.3 Model Pengaturan yang Bersinergi dengan Model Pengaturan Lain

yang Terkait ....................................................................................... 27

5.3 Model Pengaturan Pariwisata Pensiunan di Negara Asean ......................... 27

5.3.1 Malaysia ............................................................................................. 27

5.3.2 Filipina ............................................................................................... 28

5.3.3 Philipine Retirement Authority dan Model Akreditasi Penyedia Jasa

Wisata Usia Lanjut ............................................................................. 29

BAB VI. PENUTUP .......................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

v

RINGKASAN

Pola pengembangan pariwisata konvensional yang eksploitatif-komersiil dengan pola

musiman yang tidak stabil telah mengancam keberlanjutan pariwisata Bali. Untuk itu,

pemerintah harus mulai mengembangkan model pariwisata yang lebih stabil dan

berkelanjutan. Pariwisata pensiunan (Retirement Tourism) menjadi salah satu alternatif solusi

mengingat sektor ini belumlah tersentuh secara maksimal.

Pada hakekatnya, wisatawan pensiunan dapat mendatangkan dampak positif yang

menguntungkan dari sisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan hidup. Kendatipun

demikian, belum terdapat pengaturan secara khususterkait pengembangan pariwisata

pensiunan ini. Rejim peraturan di bidang pariwisata saat ini masih mengkategorikan jasa

pariwisata pensiunan sebagai pasokan jasa biasa. Dengan demikian pola pengembangan

pariwisata pensiunan saat ini masih bersifat temporer dan sporadis. Dengan sifat, kebutuhan,

dan pelayanan yang bersifat khusus serta potensi keuntungan yang dihasilkan, sudah

selayaknya pariwisata pensiunan membutuhkan pengaturan yang sui generis.

Penelitian ini akan membahas dua permasalahan pokok yakni: mengapa peraturan

terkait pengembangan pariwisata pensiunan sangat dibutuhkan di Bali; dan (2) bagaimanakah

model peraturan yang tepat dalam mengatur pengembangan pariwisata pensiunan di Bali.

Dengan menggunakan metode penelitian normatif dengan pendekatan peraturan

(statue approach) dan pendekatan perbandingan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan

dasar rasionalitas perlunya pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan di Bali yang

mencakup dasar filosofis, sosiologis, dan yuridis. Selanjutnya, penelitian ini bertujuan

merumuskan peraturan yang tepat dalam ikhtiar mengembangkan pariwisata pensiunan di

Bali. Rumusan peraturan ini akan menjangkau para pemangku kepentingan seperti:

pemerintah, penyedia jasa, dan wisatawan pensiunan dan memiliki muatan substansi yang

berkaitan dengan proses sertifikasi dan akreditasi dalam industri, destinasi, pemasaran dan

kelembagaan pariwisata pensiunan. Tidak hanya itu, penelitian ini juga membandingkan

model peraturan yang telah lebih dulu dikembangkan oleh Negara ASEAN lainnya seperti

Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai ikon dan figurasi pariwisata Indonesia, Bali telah menjelma menjadi generator

penggerak pembangunan perekonomian di Bali. Kendati pun demikian, pariwisata

menyimpan sejumlah permasalahan. Pembangunan pariwisata yang melebihi daya dukungnya

(carrying capacity) berpotensi menjadikan Bali sebagai destinasi kenangan (the destination of

yesterday).1 Tidak hanya itu, pariwisata Bali masih mengenal musim ramai (high season)

dengan jumlah kedatangan wisatawan yang tinggi dan musim sepi (low season) dengan

jumlah wisatawan yang relatif rendah.2 Tentu realitas ini harus disikapi dengan serius karena

manfaat pariwisata Bali seharusnya bagaikan air yang terus mengalir tidak mengenal musim

sepi maupun ramai.

Pergeseran model pariwisata konvensional ke arah eksploitatif-komersiil dengan pola

musiman yang tidak stabil tentu kurang baik bagi keberlanjutan pariwisata Bali. Kenyataan

inilah yang selayaknya mendorong Bali untuk mengembangkan model pariwisata yang lebih

stabil, terencana dan berkelanjutan. Pariwisata pensiunan (Retirement Tourism) menjadi salah

satu alternatif solusi mengingat sektor ini belumlah tersentuh secara maksimal.3

Pada hakekatnya, pariwisata pensiunan dapat mendatangkan manfaat positif. Dengan

keberadaan mereka yang lebih menjanjikan secara finansial, pasar ini akan mendatangkan

devisa yang lebih besar ketimbang pasar pariwisata lainnya.Selanjutnya, peluang investasi

baik asing maupun dalam negeri akan terbuka lebar di sektor jasa akomodasi pariwisata.

Tidak hanya itu, penyerapan tenaga kerja yang tinggi, timbulnya sinergi antara pariwisata dan

pertanian serta dapat menjadi wahana bagi pelestarian budaya dan lingkungan hidup, menjadi

rangkaian manfaat positif berikutnya.

Kendatipun mendatangkan sejumlah manfaat, belum terdapat pengaturan secara

khusus terkait pengembangan pariwisata pensiunan ini. Rejim peraturan di bidang pariwisata

saat ini masih mengkategorikan jasa pariwisata pensiunan sebagai pasokan jasa biasa. Dengan

demikian pola pengembangan pariwisata pensiunan saat ini masih bersifat temporer dan

sporadis. Dengan sifat, kebutuhan, dan pelayanan yang bersifat khusus serta potensi

keuntungan yang dihasilkan, sudah selayaknya pariwisata pensiunan membutuhkan

1 Diilhami “Retirement Village di Australia dan Phiipina, Bali Tribune, 5 Desember 2013, hlm.15.

2 I Ketut Sukardika,Creating RetirementTourism in Bali; Retire In Paradise (the Way to a Productive &

Profitable Future), Makalah pada Diskusi Pariwisata Lansia, Badung, 19 Agustus 2014. 3 Ternyata Wisata Usia Lanjut Itu Menggiurkan,” http://www.weeklyline.net/pariwisata/20130905/

ternyata-wisata-usia-lanjut-itu-menggiurkan.htmldiakses pada 9 Februari 2015.

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

2

pengaturan yang sui generis. Karena itu, permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi:

(1) mengapa peraturan terkait pengembangan pariwisata pensiunan sangat dibutuhkan di Bali;

dan (2) bagaimanakah model peraturan yang tepat dalam mengatur pengembangan pariwisata

pensiunan di Bali.

Urgensi dan keutamaan penelitian ini dapat dilihat secara internal dan eksternal.

Secara internal, sifat dan karakter pengaturan pariwisata dapat diibaratkan sebagai mukjizat

pariwisata sebagai suatu industri. Para pengambil kebijakan tidak ubahnya seperti melempar

batu ke dalam suatu kolam. Pengaruhnya tidak hanya terjadi dimana batu dilemparkan tetapi

pengaruhnya juga terjadi di sepanjang riak gelombang yang ditimbulkannya.4 Dalam konteks

ini, pengaturan pariwisata pensiunan akan memberikan pengaruh positif bagi pengembangan

sektor-sektor lainnya. Meningkatnya jumlah wisatawan dan devisa akan menunjang sektor

ekonomi. Kemudian, karakter wisatawan pensiunan yang lebih tertarik pada atraksi budaya

akan menunjang program pariwisata budaya. Tidak hanya itu, sektor lingkungan hidup pun

juga merasakan pengaruh positif karena pasar wisatawan pensiunan ini tentu meginginkan

lingkungan tempat tinggal dan aktivitasnya yang nyaman dan asri. Bahkan, sektor pertanian

pun juga akan bangkit kembali mengingat kebutuhan para wisatawan pensiunan yang harus

mengkonsumsi makanan-makanan yang bersifat organik dan sehat.

Urgensi keutamaan penelitian yang bersifat internal lainnya adalah bagaimana melalui

pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan, penelitian ini memberikan alternatif pola

pengembangan pariwisata dan mempengaruhi konstruksi berpikir dan bertindak para

pengambil kebijakan saat ini. Sudah saatnya bahwa pengembangan pariwisata yang

eksploitatif-komersiil dihentikan. Pariwisata yang berkelanjutan secara ekonomi, sosial-

budaya, dan lingkungan hidup harus menjadi visi utama pengembangan pariwisata di Bali.

Keberadaan pariwisata pensiunan tentu menjadi sebuah misi konkrit yang dapat

merealisasikan visi utama tersebut.

Secara eksternal, pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan akan menjadi

sarana antisipatif dalam memasuki persaingan pasar pariwisata regional dan internasional.

Secara regional, keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 harus disikapi dengan serius.

Pengaturan ini akan menghindarkan ketertinggalan Indonesia dalam mengembangkan

pariwisata pensiunan. Hal ini mengingat negara-negara ASEAN lainnya ternyata telah lebih

dulu memiliki pengaturan yang integral dan komprehensif. Secara internasional, pengaturan

4 Yoeti, Oka A. Anatomi Pariwisata. (Bandung: Angkasa,1996) hlm. 130.

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

3

pengembangan pariwisata pensiunan akan menjadi sarana persiapan diri yang efektif dalam

mengantisipasi era pasar bebas pariwisata dunia di 2020.

Potensi hasil yang bisa didapat hingga akhir masa penelitian adalah draft naskah

peraturan terkait pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Draft ini nantinya akan memuat

landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan di

Bali. Terkait substansi peraturan, draft ini pada umumnya akan memuat rekomendasi program

standarisasi dan akreditasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan meliputi:

pemerintah, penyedia jasa, dan wisatawan pensiunan itu sendiri. Di samping itu, penelitian ini

akan memberikan gambaran pengembangan pariwisata pensiunan di negara ASEAN lainnya

sebagai bagian dari studi komparatif yang dilakukan. Selain memperkaya draft materi

substansi peraturan, proses ini akan semakin mendorong para pengambil kebijakan untuk

menyiapkan peraturan yang sui generis dan komprehensif dalam mengembangkan pariwisata

pensiunan di Indonesia, khususnya di Bali. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa

beberapa negara ASEAN telah mengembangkan program pariwisata pensiunan secara lebih

serius dan berkelanjutan.

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pariwisata Pensiunan

2.1.1 Definisi dan Ruang Lingkup

Dalam beberapa literatur, istilah pariwisata pensiunan memiliki korelasi yang erat

dengan pariwisata usia lanjut. Dasar asumsi sederhananya adalah bahwa wisatawan pensiunan

umumnya berusia lanjut dan tidak lagi produktif. Kendatipun demikian, harus diakui bahwa

tidak semua pensiunan adalah orang-orang yang berusia lanjut dan tidak semua orang berusia

lanjut adalah pensiunan. Dengan demikian istilah yang lebih tepat adalah pariwisata

pensiunan walaupun istilah usia lanjut bukan sepenuhnya salah. Hal ini didasarkan pada

beberapa pertimbangan;5

1. Pariwisata pensiunan lebih menggambarkan keselarasan dengan padanan istilah dalam

bahasa Inggris yang lebih umum digunakan, yakniretirement tourism;

2. Kumpulan manusia yang tergabung kedalam kelompok wisatawan ini umumnya adalah

mereka yang sudah tidak lagi aktif menjalankan profesi mereka alias pensiun.

3. Istilah usia lanjut memiliki kedekatan makna dengan usur atau renta yang secara

psikologis berpengaruh kurang baik terhadap sikap mental seseorang yang berada pada

usia itu

Pariwisata pensiunan merujuk pada wisatawan yang tidak lagi aktif bekerja dan yang

telah berusia di atas 60 (enam puluh) tahun yang melakukan perjalanan dengan memanfaatkan

layanan jasa yang diberikan oleh penyedia/pemasok jasa di bidang pariwisata.6

2.1.2 Karakteristik Wisatawan Pensiunan

Dalam menikmati pelayanan jasa pariwsata, terdapat beberapa karakteristik dari

wisatawan pensiunan yang dalam beberapa hal berpotensi mendatangkan keuntungan. Dari

sisi ekonomi, wisatawan pensiunan adalah segmen pariwisata terkaya. Mereka pada dasarnya

telah melakukan perencanaan finansial secara matang di waktu mereka produktif

bekerja.7Selanjutnya, wisatawan pensiunan tidak mengenal musim, mereka umunya akan

5 I Ketut Sukardika, op.cit., hlm.3

6 Bali Ready to Develop Retirement Tourism http://www.thebalitimes.com/2014/01/25/bali-ready-to-

develop-retirement-tourism/, diakses pada 13 Februari 2015. 7 I Ketut Sukardika, op.cit., hlm.4

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

5

tinggal di tempat tujuan dalam tempo waktu yang lama dengan melakukan pembelian atau

penyewaan property.8

Apabila telah memiliki kecocokan, wisatawan pensiunan akan sering berkunjung ke

tempat yang sama dan berulang. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki kedekatan

psikologis dan emosional dengan tempat tujuan.9 Dari sisi kesehatan, wisatawan pensiunan

tentunya memerlukan pelayanan medis berkesinambungan sehingga akan berpeluang untuk

pengembangan pelayanan rumah sakit, sumber daya manusia di bidang kesehatan dan

teknologi kesehatan.10

Tidak kalah penting, pantai, danau, pegunungan dan daerah pedesaan merupakan

lokasi ideal untuk pengembangan kawasan pensiunan yang menawarkan kedamaian, hijau,

bersih dan sehat. Karena itu, pola pengembangan pariwisata pensiunan bersinergi erat dengan

program pelestarian lingkungan hidup.

2.1.3 Karakteristik Lokasi Pariwisata Pensiunan

Pada prinsipnya, pariwisata pensiunan mensyaratkan adanya tempat menginap

berbentuk cottage yang disewakan kepada wisatawan usia lanjut, dengan lokasi yang

strategis, lingkungan asri dan nyaman serta memiliki fasilitas rumah sakit yang memiliki

petugas paramedis yang berkompeten.11

Mereka yang menetap di cottage itu diharapkan akan

menghabiskan masa tua dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, seperti

berkebun, berkesenian ataupun sekadar bersosialisasi dengan sesamanya.12

Terdapat dua jenis konsumen utama dari pasar pariwisata ini. Pertama, mereka yang

melakukan kunjungan singkat alias tur biasa, berdurasi sekitar seminggu seperti paket tur

umumnya. Kedua, warga pensiunan yang ingin tinggal dalam jangka waktu yang panjang

yang menghabiskan hari tua di destinasi wisata di luar negara mereka (long stay

living).13

Terkait dengan rencana lokasi pengembangan pariwisata pensiunan, terdapat tujuh

desa wisata yang disiapkan antara lain: Pinge di Tabanan, Blimbingsari di Jembrana,

8 Plots Alloted Senior Tourist Residenceshttp://www.thejakartapost.com/news/2014/01/16/plots-alloted-

senior-tourist-residences.html, diakses pada 13 Februari 2015 9 Ibid

10 Bali Siap Kembangkan Retirement Tourismhttp://www.baliprov.go.id/id/BALI-SIAP-Kembangkan-

Retirement-Tourism-, diakses pada 14 Februari 2015 11

Bali Tawarkan Investasi Lanjut Usia ke Hawai, http://bali.bisnis.com/m/read/20141029/14/47608/

bali-tawarkan-investasi-lanjut-usia-ke-hawaidiakses pada 12 Februari 2015 12

Ibid 13

Pemain Utama Pasar Wisata Lansia, Harian Bali Tribune 13 September 2013, hlm.15

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

6

Bedahulu di Gianyar, Penglipuran di Bangli, Pancasari di Buleleng, dan Budakeling dan Jasri

di Karangasem.14

2.2 Potensi Keuntungan Pengembangan Pariwisata Pensiunan

Keberadaan wisatawan pensiunan yang berusia lanjut sangatlah potensialmengingat di

dunia saat ini didominasi oleh kaum usia lanjut. Data PBB menyebutkan bahwa pada 2025

jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun mencapai sepertiga dari populasi dunia.Penduduk

berusia lanjut terbanyak berada di Jepang, Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Dari populasi

masyarakat Jepang yang mencapai 124.100.000 orang, sekitar 27,8 persen atau 34.499.800

orang berusia 65 tahun ke atas.15

Dari sisi pendapatan, Pembelajaan wisatawan pensiunan dapat berkisar 75 -100 dolar

AS per hari. Pembelanjaan mungkin lebih rendah dari wisatawan pada umumnya. Namun,

apabila dihitung dengan lama tinggalnya yangpanjang, tentu keuntungan yang didapat justru

jauh lebih besar.16

Dari sisi investasi, keberadaan kawasan wisata pensiunan yang akan dikembangkan

secara terstruktur dan berkelanjutan tentu membuka peluang investasi baik asing maupun

dalam negeri yang meliputi sektor-sektor property, operator retirement villages, hotel dan

resorts, fasilitas kesehatan, dan pertanian.17

Kemudian dari sisi tenaga kerja, wisatawan

pensiunan tentu membuka peluang kerja yang besar mengingat pada umumnya mereka

membutuhkan pelayanan yang khusus.18

Seorang wisatawan pensiunan sekurangnya

membutuhkan minimal dua tenaga medis dan satu pembantu selama tinggal di suatu kawasan

pariwisata.19

Bertolak belakang dengan pengembangan pariwisata konvensional yang cenderung

mengabaikan keberadaan sektor pertanian, pariwisata pensiunan akan bersinergi dengan

sektor pertanian. Hal ini mengingat kebutuhan khusus dari para wisatawan usia lanjut yang

mengharuskan mereka untuk mengkonsumsi makanan yang lebih segar dan sehat. Petani lokal

14

Wisata Lansia Perlu Digarap Serius, Harian Nusa Bali, 11 Oktober 2012,hlm.9 15

Mayumi Ono, Long-Stay Tourism and International Retirement Migration: Japanese Retirees in

Malaysia,http://ir.minpaku.ac.jp/dspace/bitstream/10502/2043/1/SER77_013.pdfdiakses pada 15 Februari 2015 16

Wisata Lansia di Bali Belum Tergarap, http://www.antaranews.com/berita/337046/wisata-lansia-di-

bali-belum-tergarapdiakses pada 12 Februari 2015. 17

Bali Segera Miliki Kampung Lansia Wisatawanhttp://beritadewata.com/Pemprov-Bali/Pemprov/Bali-

Segera-Miliki-Kampung-Lansia-Wisatawan.html, diakses pada 15 Februari 2015 18

Bali Siap Kembangkan Wisata Usia Lanjut, Metro Bali, 14 Januari 2014,

http://metrobali.com/2014/01/14/bali-siap-kembangkan-wisata-usia-lanjut/diakses pada 11 Februari 2015. 19

Didukung Konsul Jepang, Diminati Investor Abu Dhabi, Harian Bali Tribune, 8 November 2012,

hlm.5

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

7

akan didorong untuk bertani secara organic, sayur-sayuran, buah-buahan, telur, ikan dan

lainnya tentu sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan penghuni retirement village.20

2.3 Model Pengembangan Pariwisata Pensiunan di Negara Asean

2.3.1 Thailand

Thailand baru saja dinobatkan sebagai salah satu negara terbaik dalam pengembangan

pariwisata pensiunan. The Huffington Post, media online di Amerika Serikat menempatkan

Thailand di posisi 7 dunia. Hal ini dikarenakan Thailand memberikan kemudahan pemberian

Visa dan persyaratan keuangan atau finansial yang rendah.21

Thailand memberikan retirement

visa bagi mereka yang masih berusia 50 tahun dan tidak mensyaratkan keuangan tambahan

bagi pendamping mereka.Visa pensiun dikeluarkan ketika pelamar memberikan bukti

pendapatan sekitar 65.000 Baht Thailand (sekitar US $ 2.100) per bulan.22

Selain itu,

wisatawan internasional yang mengunjungi Thailand dapat memanfaatkan skema asuransi

online khusus yang dikenal sebagai "Thailand Travel Shield”yang memudahkan pelayanan

asuransi bagi wisatawan asing, termasuk usia lanjut di Thailand.23

Di samping pariwisata pensiunan, Thailand telah mempromosikan diri sebagai pusat

pariwisata medis di Asia Tenggara. Thailand telah membangun 185 rumah sakit dengan

pelayanan medis berstandar internasional, dengan fasilitas dan teknologi mutakhir.24

Hal ini

dilakukan untuk mendukung program pengembangan pariwisata pensiunan. Komite

Kesehatan menjadi lembaga yang memiliki otoritas dalam standarisasi dan akreditasi

pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan wisatawan usia lanjut.25

Di Thailand, dalam menangani wisatawan usia lanjut yang berasal dari Jepang, mereka

mendirikan sebuah organisasi yang bernama Jepang & Thailand International Relations

Organization (JTIRO). Organisasi ini mengorganisasi pelayanan jasa pariwisata pensiunan

yang meliputi penyewaan dan pembelian akomodasi wisata, pelayanan Visa, dan asuransi

kesehatan.26

Organisasi ini juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Jepang, dengan

20

Ibid. 21

Thailland Named Top International Nation for Retireses, http://www.tatnews.org/happy-golden-

years-%E2%80%93-thailand-named-top-international-nation-for-retirees/, diakses pada 10 Februari 2015 22

Ibid. 23

Ibid. 24

Ibid 25

Ayan Ismail Ali, Understanding The Drivers of Long Stay Retirement in Hua Hin http://www.

graduate.au.edu/gsbejournal/Journals/Dec2013/Ayan%20Ali.pdf Diakses Pada 11 Februari 2015. 26

Muthita Phiromyoo, Opportunities and Difficulties of Long Stay Accommodation in

Thailand,https://www.kth.se/polopoly_fs/1.280646!/Menu/general/columncontent/attachment/104%20Phiromyo

o%20M%20Opportunities%20and%20difficulties%20of%20longstay%20accommodation%20in%20Thailand.

pdf diakses pada 12 Februari 2015.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

8

jumlah populasi usia lanjut terbesar di dunia, untuk menempatkan warga usia lanjutnya ke

negara lain.27

2.3.2 Malaysia

Malaysia secara konsisten melakukan program promosi “Malaysia My Second

Home.” Untuk mensukseskan program ini, Malaysia mencantumkan Pariwisata Pensiunan

dan Kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Malaysia.28

Hal ini lantas dibarengi

dengan pembangunan fasilitas kesehatan dengan berbagai keunggulan seperti: biaya rawat

inap yang bersaing, dokter dan prawat yang terlatih, jaringan rumah sakit dan klinik

internasional.29

Di samping itu, Malaysia juga memberikan visa khusus (social visit pass) yang

berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang sepanjang wisatawan tersebut tetap tinggal di

Malaysia.30

Kemudian, izin kepemilikan property bagi orang asing yang ingin menikmati

masa pensiun di Malaysia. Harga minimum property yang bisa dibeli oleh wisatawan asing

ialah RM 500,000.31

2.3.3 Filipina

Filipina menempatkan pariwisata pensiunan sebagai sektor unggulan pengembangan

pariwisata. Strategi ini dilakukan karena Filipina telah kalah bersaing dengan negara ASEAN

lainnya seperti: Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia dalam mengembangkan

pariwisata.32

Karena itu, Filipina mendirikan Philipine Leisure and Retirement Authority

(PLRA) yang memiliki otoritas membangun dan memasarkan Filipina sebagai pariwisata

pensiunan. Badan ini langsung berada di bawah presiden dan mempunyai tugas utama dalam

investasi dan pemasaran terintegrasi dalam pariwisata pensiunan di Filipina.33

27

Ibid. 28

Kee Mun Wong, Ghazali Musa,Retirement motivation among „Malaysia My Second

Home‟Participants. http://repository.um.edu.my/21785/1/Retirement%20motivation.pdfdiakses pada 14 Februari

2015. 29

Ibid. 30

Visa Retirement in Malaysia, http://pra.gov.ph/dl_form/file_name/303/Malaysia.pdf diakses pada 15

Februari 2015. 31

Malaysia My Second Home Centre, http://www.mm2h.gov.my/index.php/en/home/programme/about-

mm2h-programme diakses pada 15 Februari 2015 32

Tourism, Medical Travel, and Retirement, http://www.investphilippines.info/arangkada/wp-

content/uploads/2011/06/17.-Part-3-Seven-Big-Winner-Sectors-Tourism-Medical-Travel-Retirement.pdf diakses

pada 14 Februari 2015. 33

Marc Daubenbuechel, Establishment of a retirement village in the Philippines as a response to

Global Ageinghttp://www.rhc.com.ph/wp-content/uploads/2013/07/Investmentstudy09.pdf diakses pada 15

Februari 2015.

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

9

Dalam mengembangkan pariwisata pensiunan, Filipina telah melatih dokter dan

perawat mereka sesuai dengan standar internasional. Hal ini dibarengi dengan proses

akreditasi fasilitas kesehatan yang dilakukan oleh PLRA.Filipina juga menawarkan biaya

terjangkau dalam pelayanan kesehatan untuk mengimbangi pelayanan kesehatan di Singapura

dan Thailand.34

Filipina juga menawarkan Special Resident Retirement Visa (SRRV) bagi

waisatawan asing yang berencana pensiun di Filipina dengan menawarkan sejumlah manfaat

seperti: hak istimewa berupa pembebasan dari pajak penghasilan atas pensiun.35

34

Tourism, Medical Travel, and Retirement, http://www.investphilippines.info/arangkada/wp-

content/uploads/2011/06/17.-Part-3-Seven-Big-Winner-Sectors-Tourism-Medical-Travel-Retirement.pdf diakses

pada 14 Februari 2015. 35

Ibid

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

10

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan

Penelitian ini bertujuan dalam memberikan dasar rasionalitas perlunya pengaturan

pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Dasar rasionalitas ini akan mencakup dasar

filosofis, sosiologis, dan yuridis. Dasar filosofis terkait dengan potensi pengembangan

pariwisata pensiunan sebagai sumber pendapatan baru yang selanjutnya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan pemerintah. Dasar sosiologis terkait dengan potensi perubahan

sosial yang positif bagi seluruh pemangku kepentingan di sector pariwisata yang dihasilkan

oleh pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Terkait dasar yuridis,

pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan telah mendapatkan justifikasi dalam

peraturan-peraturan Internasional, khususnya berkaitan dengan Hak Asasi Manusia dan

United Nations Principles for Older Persons. Sementara justifikasi secara nasional terlihat

dalam Undang-undang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Kepariwisataan.

Tujuan penelitian berikutnya adalah merumuskan konsep pengaturan yang tepat dalam

pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Daya jangkau pengaturan ini tentu harus

mencakup setiap pemangku kepentingan yang berinteraksi dalam transaksi jasa pariwisata

pensiunan yakni; pemerintah, penyedia/pemasok jasa, dan wisatawan pensiunan itu sendiri.

Sementara terkait substansi pengaturan itu sendiri, proses perumusan standarisasi dan

akreditasi menjadi elemen kunci bagi pengembangan pariwisata pensiunan. Proses ini tentu

harus mencakup aspek industri, destinasi, pemasaran, dan kelembagaan pariwisata pensiunan.

3.2 Manfaat

Penelitian ini akan bermanfaat dalam mendorong para pengambil kebijakan untuk

sesegera mungkin merumuskan peraturan terkait pengembangan pariwisata pensiunan di Bali.

Tidak hanya itu, penelitian ini juga akan membantu para pengambil kebijakan dengan

merumuskan seperti apa model pengaturan yang tepat dalam pengembangan pariwisata

pensiunan di Bali.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

11

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan

Secara umum penelitian yang diambil disini adalah penelitian hukum normatif

(normative legal research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan-

perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum

tertentu. Soerjono Soekanto mengidentikkan penelitian hukum normatif tersebut sebagai

penelitian hukum kepustakaan, yang mencakup penelitian terhadap asas- asas hukum,

sistematik hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan

hukum, serta sejarah hukum.36

Sementara itu, Peter Mahmud Marzuki merumuskan penelitian

hukum sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun

doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.37

Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis tata hukum positif untuk

memahami ius constitutum yang dalam konteks ini adalah pengaturan yang terkait dengan

pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Tidak hanya itu, penelitian ini juga merupakan

penelitian dalam asas-asas hukum untuk menemukan ius constituendum yang dalam

penelitian ini akan merekomendasikan pengaturan yang bersifat sui generis dalam

pengembangan pariwisata pensiunan di Bali.

Terkait dengan metode pendekatan, Peter Mahmud Marzuki menguraikan pendekatan-

pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum meliputi:38

a. Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani.

b. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang

berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan yang tetap.

c. Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan

perkembangan pengaturan mengenai isu yang dihadapi.

36

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.12. 37

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.2, (Jakarta : Kencana, 2008). hlm. 29 38

Ibid, hlm.93.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

12

d. Pendekatan komparatif pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan undang-

undang suatu negara dengan undang-undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal

yang sama.

e. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang di dalam ilmu hukum.

Penelitian ini akan menggunakan beberapa metode pendekatan. Pertama pendekatan

undang-undang dimana penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis pengaturan

yang terkait dengan pengembangan pariwisata pensiunan di Bali serta akan merumuskan

pengaturan yang bersifat spesifik dalam pengembangan pariwisata pensiunan.

Kemudian, penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif karena dalam

memformulasikan pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan, membandingkan dengan

pengaturan yang telah diterapkan di beberapa Negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan

Filipina.

4.2. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah jenis data

sekunder yang dalam penelitian ini dijadikan bahan utama.39

Data ini diperoleh dari sumber

kepustakaan. Macam data hukum dalam penelitian ini antara lain:

a. Bahan Hukum Primer : yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau

kaedah dasar, peraturan dasar, peraturan-peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang pengembangan pariwisata pensiunan meliputi:

1. Universal Declaration of Human Rights

2. International Covenant on Civil and Political Rights, 1966.

3. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights,1966.

4. United Nations Principles for Older Persons

5. Undang-undang Dasar 1945

6. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

7. Undang-undang

8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Otonomi daerah

9. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

39

Soejono dan H. Abdurahman, op.cit., h.57

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

13

b. Bahan hukum sekunder: yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer yang ada sehingga dapat dilakukan analisis dan

pemahaman yang lebih mendalam, yang terdiri atas:40

1. Penjelasan dari konvensi internasional dan peraturan perundang-undangan yang

digunakan sebagai bahan hukum primer;

2. Buku-buku literatur atau bacaan yang menjelaskan tentang pengaturan

pengembangan pariwisata pensiunan.

3. Hasil-hasil penelitian khususnya terkait pengembangan pariwisata pensiunan.

4. Pendapat ahli yang berkompeten dengan penelitian penulis;

5. Artikel atau tulisan dari para ahli;

6. Sarana elektronika (westlaw, bloomberg law dan lexisnexis) yang sangat membantu

proses pencarian bahan hukum primer dan sekunder.

c. Bahan hukum tersier: bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan tambahan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdapat dalam penelitian yaitu:41

1. Kamus Bahasa Indonesia

2. Kamus Hukum

3. Kamus Ilmiah Populer

4.3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah dengan cara menggali

kerangka normatif menggunakan buku-buku yang membahas tentang pengaturan

pengembangan pariwisata pensiunan.

a. Bahan Hukum Primer didapat dengan cara:

Mempelajari ketentuan-ketentuan hukum terkait pengaturan pengembangan pariwisata

pensiunan.

b. Bahan Hukum Sekunder didapat dengan cara:

1. Mengutip penjelasan dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan

2. Menelusuri pendapat para ahli hukum dan para ahli yang berkompeten dalam

penelitian penulis yang ada di buku-buku pustaka.

3. Melakukan akses di internet atau tulisan artikel yang berkaitan.

40

S. Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta :Raja

Grafindo Persada,2003) hlm.23 41

Ibid, hlm.56

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

14

4.4. Metode Analisis Bahan Hukum

Berbagai informasi dan bahan yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan

menggunakan metode analisis isi (content analysis).42

Metode ini menguraikan materi

peristiwa hukum atau produk hukum secara rinci guna memudahkan interpretasi dalam

pembahasan. Terdapat dua content analysis method, yaitu:43

1. Tinjauan Yuridis, yaitu suatu bentuk analisis dari berbagai aspek dan mengungkapkan

segi positif dan negatif suatu produk hukum dengan menitiberatkan pada penggunaan

data sekunder yakni produk hukum.

2. Analisis Yuridis, yaitu suatu bentuk analisis dari berbagai aspek dan mengungkapkan

segi positif dan negatif suatu produk hukum dengan menitiberatkan pada penggunaan

data primer yang bersumber dari para intelektual dan lapisan masyarakat bawah serta data

sekunder.

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada tinjauan yuridis dengan mengungkapkan sisi

negatif dalam suatu peraturan. Dalam konteks ini, potensi kekosongan norma terlihat dengan

belum adanya pengaturan sui generis terkait pengembangan pariwisata pensiunan.

42

Valerina JL Kriekhoff, Analisis Kontent Dalam Penelitian Hukum : Suatu Telaah Awal, Era Hukum

No.6 Tahun 2002.hlm. 27 43

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum,Cet.1 (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

2004), hlm. 52

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

15

4.5 Bagan Alir Penelitian (Roadmap)

Pariwisata

konvensional yg

eksplotatif

Tidak sesuai visi

pariwisata

berkelanjutan

Pariwisata

pensiunan sbg

alternative solusi

Manfaat Ekonomi,

Sosbud, dan

Lingkungan

Kebutuhan

Pengaturan Sui

Generis

Model Peraturan

1. Pemerintah

2. Penyedia

Jasa

3. Wisatawan

Pensiunan

1. Dasar Filosofis

2. Dasar Sosiologis

3. Dasar Yuridis

Dasar Rasionalitas

Kebutuhan

Peraturan

Substansi

1. Standarisasi

2. Akreditasi

Daya Jangkau Studi

Perbandingan

1. Model

Thailand

2. Model

Filipina

3. Model

Malaysia

1. Industri

2. Destinasi

3. Pemasaran

4. Kelemba

gaan

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

16

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dasar Rasionalitas Pengaturan Pariwisata Pensiunan

5.1.1 Dasar Filosofis

Adanya pengaturan tentang pariwisata usia lanjut atau pensiunan sesungguhnya tidak

dapat dilepaskan dari konsep Negara kesejahteraan (welfare state). Welfare State merupakan

fenomena penting di akhir abad ke-19 dengan gagasan bahwa Negara didorong untuk semakin

meningkatkan perannya dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat,

termasuk masalah-masalah perekonomian yang dalam tradisi liberalisme sebelumnya

cenderung dianggap sebagai urusan masyarakat sendiri.44

Ketika bangsa memasuki konsep

Welfare State, tuntutan terhadap intervensi pemerintah melalui pembentukan hukum yang

melindungi pihak yang lemah sangatlah kuat.45

Pada periode ini, negara mulai memperhatikan

antara lain kepentingan tenaga kerja, konsumen, usaha kecil dan lingkungan hidup.46

Pengaturan pariwisata pensiunan merupakan manifestasi konsep welfare state. Peran

Negara dalam hal ini terlihat melalui aplikasi norma yang dikeluarkan dan kebijakan hukum

yang harus mampu mengakomodiir dan melindungi kepentingan masyarakatnya khususnya

masyarakat usia lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyatnya.

5.1.2 Dasar Sosiologis

Urgensi adanya perubahan dan penciptaan norma hukum dan kebijakan yang

mengakomodiir kebutuhan dan kepentingan masyarakat usia lanjut merupakan wujud

pemerintah dalam menciptakan social engineering dalam masyarakat. Roscoe Pound dengan

teori law is a tool of sosial engineering menyatakan bahwa hukum harus dilihat atau

dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan social masyarakatnya.47

Ini berarti hukum harus dipandang bukan

44

Jimly Asshiddiqie,Pergeseran-pergeseran Kekuasaan Legislatif & Eksekutif, (Jakarta:Universitas

Indonesia, 2000),hlm.97. 45

Erman Rajagukguk,Peranan hokum di Indonesia: Menjaga Persatuan, Memulihkan Ekonomi dan

Memperluas Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:Universitas Indonesia, 2000), hlm.14. 46

Karen S. Fishman, An Overview of Consumer Law dalam Donald P. Rothschild & David W Carroll:

Consumer Protection Reporting Service, (US:Maryland,1986),hlm.7 47

Soekanto, Soejono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum,(Jakarta:Rajawali, 19800, hlm.37

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

17

sebagai keadaan tetapi suatu proses. Selanjutnya, bahwa hukum itu hendaknya dihubungkan

dengan fakta-fakta sosial dimana hukum itu dibuat dan ditujukan.48

Konstruksi inilah yang sering dikatakan sebagai sosial engineering dimana orientasi

hukum dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan-perubahan sosial dalam tingkah laku

anggota masyarakat. Terkait pariwisata pensiunan, adanya pengaturan yang bersifat sui

generis dan komprehensif akan menimbulkan perubahan-perubahan dan keadaan-keadaan

baru dalam pengembangan pariwisata pensiunan dengan menjangkau seluruh pemangku

kepentingan yang terlibat antara lain: pemerintah, operator, dan wisatawan pensiunan itu

sendiri.

5.1.3 Dasar Yuridis

5.1.3.1 Dimensi Internasional

Adanya urgensi pengaturan terhadap manusia yang telah pensiun dan berusia lanjut

tidak dapat dilepaskan dari sejarah pengakuan hak asasi manusia. Dalam Deklarasi Universal

Hak Asasi Manusia atau yang lazim disebut Universal Declaration of Human Rights (UDHR)

disebutkan bahwa „All human beings are born free and equal in dignityand rights‟.49

Sifat

universal hak asasi manusia mengindikasikan bahwa ia harus diberikan kepada seluruh

manusia tanpa memandang jenis kelamin, umur, agama, orientasi seksual, ketidakmampuan

ataupun jenis pembedaan lainnya. Terkait dengan keberadaan manusia usia lanjut, pasal 25

UDHR menyebutkan “everyone has the right to security and a „standard of livingadequate

for the health and well-being of himself and his family‟.50

Dalam Konvensi Internasional Hak-hak sipil dan politik atau yang lazim disebut

International Convention Civil and Political Rights (ICCPR), terdapat pasal yang memiliki

keterpihakan terhadap masyarakat usia lanjut. Sebagai contoh, pasal 26 yang menyatakan

setiap orang harus diperlakukan sama di depan hukum dan berhak atas perlakuan yang non-

diskriminatif. Pasal ini menyebutkan beberapa model diskriminasi berbasis kepada ras, warna

kulit, jenis kelamin, agama, dan bentuk pembedaan lainnya.51

Sementara itu dalam Konvensi Internasional Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

atau yang lazim dikenal sebagai International Convention Economic, Social, Culture Rights

48

Kusumah, Mulyana W., Beberapa Perkembangan& Masalah Dalam Sosiologi Hukum,

(Bandung:Alumni, 1981), hlm.3 49

Universal Declaration of Human Rights Article 1 50

Universal Declaration of Human Rights Article 25 51

International Covenant on Civil and Political Rights, G.A. Res. 2200 (XXI) A,

U.N.Doc.A/RES/220(XXI) (Dec. 16, 1966), Article 26.

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

18

(ICESCR), terdapat pula beberapa pasal yang mengindikasikan keterpihakan terhadap

masyarakat usia lanjut. Pasal-pasal ini antara lain: pasal 9 yang mengatur hak atas keamanan

social;52

pasal 11 tentang hak atas standar hidup yang layak;53

dan pasal 12 yang mengatur

tentang hak atas pencapaian maksimal atas kesehatan fisik dan mental.54

Pengakuan hak-hak asasi manusia kepada masyarakat usia lanjut secara eksplisit

terdapat dalam United Nations Principles for Older Persons. Disebutkan beberapa prinsip

penting diantaranya:55

1. Older persons should have access to adequate food, water, shelter, clothing and health

care through the provision of income, family and community support and self-help.

2. Older persons should have the opportunity to work or to have access to other income-

generating opportunities.

3. Older persons should have access to appropriate educational and training programmes.

4. Older persons should be able to live in environments that are safe and adaptable to

personal preferences and changing capacities.

5. Older persons should remain integrated in society, participate actively in the formulation

and implementation of policies that directly affect their well-being and share their

knowledge and skills with younger generations.

6. Older persons should have access to health care to help them to maintain or regain the

optimum level of physical, mental and emotional well-being and to prevent or delay the

onset of illness.

7. Older persons should have access to social and legal services to enhance their autonomy,

protection and care.

8. Older persons should have access to the educational, cultural, spiritual and recreational

resources of society.

9. Older persons should be treated fairly regardless of age, gender, racial or ethnic

background, disability or other status, and be valued independently of their economic

contribution.

5.1.3.2 Dimensi Nasional

Dalam dimensi nasional, cikal bakal pengakuan hak asasi manusia terhadap

masyarakat usia lanjut terdapat dalam Pasal 28 F Undang-undang Dasar 1945 yang

menyatakan bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasidenggan

menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.56

Di samping itu Pasal 28 H (1)

menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

52

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, G.A. Res. 2200 (XXI) A,

U.N.Doc.A/RES/220(XXI) (Dec. 16, 1966), Article 9 53

Ibid, article 11. 54

Ibid article 12. 55

United Nations Principles for Older Persons, A/RES/46/91, 74th plenary meeting,16 December 1991 56

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 F

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

19

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan.57

Dalam tingkatan Undang-undang, Pasal 42 Undang-undang No. 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa Setiap warga negara yang berusia lanjut,

cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan

bantuan khusus atau biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan

martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 58

Selanjutnya dalam Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

disebutkan hak dan Kewajiban Lansia. Pasal 5 menyebutkan bahwa lanjut usia mempunyai

hak yang sama dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selanjutnya,

sebagai penghonnatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial yang meliputi : a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b.

pelayanan kesehatan; c. pelayanan kesempatan kerja; d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;

e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; f. kemudahan dalam

layanan dan bantuan hukum; g. perlindungan sosial; dan h. bantuan sosial.59

Terkait dengan pariwisata pensiunan, memang harus diakui belum terdapat aturan

yang secara eksplisit mengatur sektor potensial ini. Dalam Pasal 21 Undang-undang No.10

Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan yang memiliki keterbatasan

fisik, anak-anak, dan lanjut usia berhak mendapatkan fasilitas khusus sesuai dengan

kebutuhannya. Perumusan pasal ini setidaknya mengindikasikan bahwa terhadap mereka yang

lanjut usia, membutuhkan perlakuan, pelayanan, dan fasilitas yang berbeda sejalan dengan

kebutuhan khusus mereka.

Dalam level peraturan dibawah undang-undang, Keputusan Presiden No. 52 Tahun

2004 tentang pembentukan Komisi Nasional Lanjut Usia menyebutkan bahwa komisi

inimempunyai tugas antara lain: a. membantu Presiden dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraansosial lanjut usia;b. memberikan saran dan

pertimbangan kepada Presiden dalam penyusunan kebijakan upayapeningkatan kesejahteraan

sosial lanjut usia.

Selanjutnya, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1998 tentang

Kemudahan Bagi Wisatawan Lanjut Usia Mancanegaramenyebutkan bahwa wisatawan lanjut

57

Ibid, pasal 28 H (1) 58

Undang-Undang 39 Tahun 1999 Pasal 42 59

Undang-undang No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia Pasal 5.

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

20

usia mancanegara adalah wisatawan warga negara asing yangmempunyai usia sekurang-

kurangnya 55 tahun. Pasal 2 lalu menyatakan bahwawisatawan lanjut usia mancanegara dapat

diberikan Izin Tinggal Terbatasselama satu tahun, dan diberikan jaminan perpanjangan untuk

paling banyaklima kali berturut-turut dengan persyaratan-persyaratan seperti:

a. Memiliki pernyataan dari Lembaga Dana Pensiun atau Bank di negara asalnyaataupu di

Indonesia, tentang tersedianya dana untuk memenuhi kebutuhanhidupnya selama di

Indonesia;

b. Memiliki asuransi kesehatan, kematian dan asuransi tanggung jawab hukumkepada pihak

ketiga di bidang perdata, baik di negara asalnya ataupun diIndonesia; dan

c. Menyampaikan pernyataan untuk tinggal di sarana akomodasi yang tersediaselama di

Indonesia, baik yang diperoleh dengan cara sewa, sewa beli ataupembelian.

Pasal 3 lalu menyebutkan bahwa Wisatawan lanjut usia mancanegara harus

mempekerjakan pramuwisma Warga Negara Indonesia selama berada di Indonesia.

Kemudian, Hal-hal yang berkaitan dengan administrasi kemudahan Izin Tinggal Terbatas

wisatawan lanjut usia mancanegara sejak kedatangan ke, perpanjangan tinggal di dan

kepulangannya dari Indonesia diurus oleh Biro Perjalanan Wisata Indonesia yang memenuhi

persyaratan.

Sebagai aturan pelaksana dari keputusan presiden di atas, Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.04.IZ.01.02 tahun 1998 tentang pemberian visa

dan izin keimigrasian bagi wisatawan lanjut usia mancanegara menyebutkan bahwa Kepala

Perwakilan RI di Luar Negeri dapat memberikan Visa Kunjungan atas kuasa sendiri kepada

Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara. Kemudian, Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri hanya

dapat memberikan Visa Tinggal Terbatas kepada Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara

setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Imigrasi.

Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Permohonan Visa diajukan oleh yang bersangkutan

melalui Biro Perjalanan yang ditunjuk kepada Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri dengan

mengisi formulir permohonan Visa yang telah ditetapkan. Selanjutnya, Izin Tinggal

Kunjungan yang diberikan kepada wisatawan lanjut usia mancanegara dapat dialihstatuskan

menjadi Izin Tinggal Terbatas.

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.07.IZ.01.02 tahun 2006 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia nomor: M.04 IZ.01.02 tahun 1998 tentang Pemberian Visa dan Izin Keimigrasian

bagi Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara menyebutkan sejumlah negara dari asal wisatawan

lanjut usia mancanegara yang dapat diberikan visa dan izin keimigrasian yakni; Afrika

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

21

Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Belanda, Brasilia,

Brunai Darussalam, Bulgaria, Cyprus, Denmark, Emirat Arab, Estonia, Finlandia, Hongaria,

India, Inggris, Irlandia, Iran, Islandia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Kuwait,

Liechtenstein, Luxemburg, Maladewa, Malaysia, Malta, Mesir, Monaco, Norwegia, Oman,

Perancis, Philipina, Polandia, Portugal, Qatar, Rusia, Saudi Arabia, Selandia Baru (New

Zealand), Singapura, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand dan Yunani.

Dalam Pasal 5 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:

M.04.IZ.01.02 tahun 1998 tentang pemberian visa dan izin keimigrasian bagi wisatawan

lanjut usia mancanegara disebutkan bahwa Permintaan alih status keimigrasian dari Izin

Kunjungan menjadi Izin Tinggal Terbatas diajukan oleh orang asing yang bersangkutan

melalui Biro Perjalanan Wisata Indonesia yang ditentukan kepada Kepala Kantor Imigrasi

dengan cara mengisi daftar isian yang telah ditentukan, dan selanjutnya diatur dalam

Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi.

Sesuai dengan bunyi pasal 5, Wisatawan Mananegara Lanjut Usia dapat diberikan Izin

Tinggal Terbatas selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 5 (lima) kali

dengan jangka waktu setiap kali perpanjangan selama 1 (satu) tahun. Lalu, istri yang sah dari

wisatawan lanjut usia pemegang Izin Tinggal Terbatas dapat diberikan status keimigrasian

yang sama dengan suaminya. Pasal 8 lalu meyebutkan bahwa wisatawan lanjut usia tidak

diperbolehkan bekerja melakukan kegiatan untuk mencari nafkah dan melakukan usaha.

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : F.492-UM.01.10 tahun 2002

tanggal : 18 april 2002 tentang petunjuk pelaksanaan pemberian visa dan izin keimigrasian

bagi wisatawan lanjut usia mancanegara. Dimana kebijakan yang bersifat umum meliputi:

1. Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara adalah wisatawan warganegara asing yang berusia

sekurang-kurangnya 55 tahun selanjutnya disebut Lansia;

2. Biro Perjalanan Wisata Lansia adalah badan usaha yang melakukan kegiatan membantu

pengurusan kemudahan bagi kepentingan wisatawan lanjut usia mancanegara yang

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ;

3. Permohonan visa dan izin keimigrasian diajukan oleh orang asing yang bersangkutan

melalui Biro Perjalanan Wisata Lansia Indonesia atau korespondennya di luar negeri ;

4. Pemberian Visa Kunjungan Lansia dapat diberikan atas kuasa sendiri Kepala Perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri ;

5. Perpanjangan Izin Kunjungan Lansia dan Izin Tinggal Terbatas Lansia diberikan oleh

Kepala Kantor Imigrasi atau pejabat yang ditunjuk yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal wisatawan lanjut usia mancanegara ;

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

22

2. Izin Kunjungan Lansia dapat dialihstatuskan menjadi Izin Tinggal Terbatas Lansia

dengan keputusan Direktur Jenderal Imigrasi atau pejabat yang ditunjuk ;

3. Izin Tinggal Terbatas Lansia dapat dialihstatuskan menjadi Izin Tinggal Tetap Lansia

dengan Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi atau pejabat yang ditunjuk.

5.1.3.3 Dimensi lokal

Peraturan Gubernur Bali No.20 Tahun 2012 tentang Lembaga Otoritas Wisata Usia

Lanjut Bali (Bali Retirement Tourism Authority/BRTA) memberikan pengaturan yang

komprehensif terkait pengelolaan wisata usia lanjut yang harus ditangani oleh lembaga

khusus. Lembaga Otoritas Wisata Usia Lanjut yang selanjutnya disebut Lembaga adalah

lembaga otoritas wisata usia lanjut (Bali Retirement Tourism Authorty/BRTA) yang

melaksanakan regulasi, akreditasi dan promosi wisata usia lanjut.

Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Pembentukan Lembaga Otoritas Wisata Usia Lanjut

Bali (Bali Retirement Tourism Authority) dimaksudkan sebagai katalisator menjembatani

seluruh kepentingan pemerintah, pelaku usaha, masyarakat sekitar dan wisatawan usia lanjut.

Pasal 3 menyebutkan tujuan pembentukan Lembaga ini meliputi:

a. menjamin kenyamanan dan keamanan para wisatawan Usia Lanjut melalui regulasi

hukum yang terpadu dengan kebijakan instansi terkait dengan instansi yang membidangi

kepariwisataan, kesehatan, penanaman modal, keimigrasian dan moneter;

b. mendukung keseimbangan pembangunan pariwisata di daerah bali;

b. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

c. menciptakan industri pariwisata yang berkelanjutan dan membuka luas lapangan kerja

diberbagai sektor.

Pasal 4 lalu memberikan ruang lingkup lembaga ini yang meliputi:

a. menyusun, mengusulkan dan mengkoordinasikan regulasi terkait dengan kebijakan

pemerintah tentang wisata Usia Lanjut.

b. melaksanakan akreditasi kawasan baik yang masih direncanakan maupun yang sedang

dalam tahap pembangunan;

c. melaksanakan akreditasi fasilitas yang telah ada meliputi 9 (sembilan) komponen yaitu:

kesehatan, gedung, keamanan, keselamatan, transportasi, hiburan, pengembangan SDM,

managemen, keuangan, dan asuransi; dan

d. mempromosikan Bali sebagai tujuan wisata Usia Lanjut

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

23

Perangkat Lembaga BRTA sendiri terdiri dari:

a. Pelindung;

b. Kepala Lembaga;

c. Wakil Kepala Lembaga;

d. Kepala Bidang terdiri dari:

1. Kepala Bidang Manajemen;

2. Kepala Bidang Hukum;

3. Kepala Bidang Akreditasi Pelayanan Wisatawan Usia Lanjut/Pensiunan;

4. Kepala Bidang Akreditasi Kawasan dan Fasilitas; dan

5. Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran.

5.2 Konstruksi Model Pengaturan Pariwisata Pensiunan di Bali

5.2.1 Model Pengaturan yang memperhatikan sifat dan kebutuhan khusus wisatawan

pensiunan

Penyelenggaraan pariwisata pensiunan yang masih bersifat sporadis dan belum

terorganisir membuat industri ini belum mampu memanfaatkan potensi pasar secara maksimal

dan belum mampu bersaing dengan negara-negara lainnya. Posisi Bali sebagai ikon dan

figurasi pariwisata Indonesia yang masih tertinggal dengan negara-negara lainnya, membuat

Bali belum mampu memanfaatkan potensi dan kebutuhan pasar pariwisata pensiunan global

untuk meningkatkan arus investasi asing dalam rangka memperluas lapangan pekerjaan,

meningkatkan pendapatan masyarakat, dan akhirnya kesejahteraan masyarakat Bali.

Mengantisiasi keberadaan wisatawan pensiunan, dibutuhkan model kebijakan yang memuat

standarisasi dan persyaratan dalam menyediakan jasa pariwisata untuk golongan wisatawan

ini meliputi:60

a. Standar kelembagaan Usaha Jasa Pariwisata

b. Standar Sumber daya Manusia

c. Standar transferring sistem dari tempat asal ke tempat tujuan, dari bandara ke lokasi

tujuan, dari lokasi tempat tinggal ke sekeliling tempat tinggal, dari tempat tinggal ke

tempat-tempat tujuan wisata, dari tempat tinggal ke tempat perawatan kesehatan, dari

tempat tinggal ke lokasi tempat tinggal wisatawan lainnya.

60

Ida Bagus Wyasa Putra, Konsep Regulasi Pengembangan Pariwisata Usia Lanjut, BRTA, 2013

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

24

d. Standar lokasi tempat tinggal selama berwisata; standar jarak dari pusat pelayanan

kesehatan, standar jarak dengan bandara dan angkutan umum lainnya, standar bentang

ruang, standar kesehatan udara, standar kesehatan lingkungan.

e. Standar infrastruktur

f. Standar sistem tempat; standar landscape, standar gedung dan bangunan, standar kamar

tempat tinggal, standar ruang bersama, standar fasilitas komunikasi, elektronik, standar

pelayanan kesehatan, standar fasilitas gawat darurat, standar tempat aktivitas

pemeliharaan kesehatan, dll.

g. Standar makanan dan minuman, serta standar penyediaan makanan.

h. Standar perawatan kesehatan

i. Standar atraksi pariwisata.

Sementara itu, beberapa persyaratan yang dibutuhkan meliputi persyaratan berkaitan

dengan sistem eksternal, calon wisatawan dan penyedia jasa pariwisata. Persyaratan yang

berkaitan dengan sistem eksternal antara lain:61

a. Persyaratan zonasi: kesehatan lingkungan, kesehatan udara, rasionalitas jarak dengan

pusat pelayanan kesehatan, transportasi, dan bandara.

b. Standar keamanan lingkungan usaha

c. Standar kesehatan lingkungan tempat usaha

d. Standar fasilitas pelayanan umum pada lingkungan usaha

e. Standar fasilitas umum pada lingkungan usaha.

Persyaratan bagi calon wisatawan meliputi:

a. Persyaratan administrasi perjalanan

b. Persyaratan status kesehatan

c. Persyaratan pembebasan dari tanggungjawab hukum

d. Persyaratan asuransi kesehatan

Persyaratan bagi penyedia jasa meliputi:

a. Penyelenggara jasa angkutan

b. Penyelenggara jasa perjalanan wisata

c. Penyelenggara jasa akomodasi

d. Penyelenggara jasa boga

e. Penyelenggara jasa atraksi

f. Penyelenggara jasa kesehatan

61

Ibid

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

25

5.2.2 Model Pengaturan yang mendukung konsep pariwisata berkelanjutan

Untuk memperkuat pengembangan pariwisata pensiunan, dibutuhkan suatu jalinan

sinergi yang kuat dengan konsep pembangunan berkelanjutan mengingat adanya kedekatan

persepsi, tujuan, dan harapan dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Sejak sepuluh tahun

terakhir, proses diskursif akan urgensi pembangunan berkelanjutan semakin kuat

dipromosikan berbagai kalangan. Pembangunan berkelanjutan sejatinya merupakan sebuah

proses pembangunan yang memperhatikan daya dukung (carrying capacity) dari sumber daya

alam dan sumber daya manusia yang tersedia. Berkelanjutan dapat berarti pemberian

lingkaran konsentrasi pada sinergisitas pelestarian yang meliputi dimensi ekonomi, sosial

budaya, dan lingkungan hidup. Secara singkat, alur konstruksi pengembangan pariwisata

berkelanjutan merupakan perpaduan kelayakan secara ekonomi, keadilan secara sosial

budaya, dan berkewajaran dari sisi lingkungan.

Sejatinya, pembangunan berkelanjutan merupakan konsep alternatifyang bersifat

kontradiktif bagi konsep pembangunan konservatif. Terdapat sederet persyaratan di dalamnya

seperti pemberian skala prioritas dari sisi ekologis, pemenuhan kebutuhan dasar manusia,

prinsip keadilan bagi generasi mendatang, dan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat

setempat. Menelusuri jejak sejarahnya, konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali

tercetus dalam konferensi di Stockholm pada tahun 1972 tentang “Stockholm Conference on

Human and Environment”. Secara singkat definisi pembangunan berkelanjutan adalah:

Sustainable development is defined as a process of meeting the present needs without

compromising the ability of the future generations to meet their own needs.

Dalam perkembangan selanjutnya, Pacific Ministers Conference on Tourism and

Environment di Maldivest tahun 1997 lantas menyebutkan prinsip-prinsip pariwisata

berkelanjutan yang meliputi kesejahteraan lokal, penciptaan lapangan kerja, konservasi

sumber daya alam, pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup, serta keseimbangan inter

dan antar generasi dalam distribusi kesejahteraan. Sebagai proses tindak lanjut, Konferensi

Dunia tentang Pariwisata Berkelanjutan pada tahun 1995 merumuskan secara elaboratif

Piagam Pariwisata Berkelanjutan yang isinya sebagai berikut:

1. Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan yang antara lain dapat

didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara

etika dan sosial bagi masyarakat setempat.

2. Pariwisata harus berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan dan diintegrasikan

dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia.

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

26

3. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat harus mengambil

tindakan reaktif untuk mengintegrasikan perencanaan pariwisata kedalam pembangunan

berkelanjutan.

4. Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat bantuan

terhadap proyek-proyek pariwisata yang berkontribusi bagi perbaikan kualitas

lingkungan.

5. Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di masa depan

harus diberi prioritas khusus dalam hal kerjasama teknis dan bantuan keuangan untuk

pembangunan pariwisata berkelanjutan.

2. Promosi atau dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif kegiatan pariwisata yang

sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

3. Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk

penelitian, diseminasi informasi, dan transfer pengetahuan tentang pariwisata dan

teknologi pariwisata berkelanjutan.

4. Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem

pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk transformasi

sektor, dan pelaksanaan berbagai proyek percontohan dan pengembangan program

kerjasama internasional.

Di tataran lokal, Pemerintah Daerah Bali telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda)

No. 3 Tahun 1974 tentang Pariwisata Budaya sebagai acuan pengembangan kepariwisataan

secara komprehensif. Perda tersebut dalam perjalanannya kemudian diperbaharui menjadi

Perda No 3 Tahun 1991 yang pada prinsipnya menyatakan bahwa kepariwisataan yang

dikembangkan di daerah Bali adalah pariwisata budaya yang dijiwai oleh agama Hindu.

Dengan demikian, kegiatan pariwisata diharapkan dapat berjalan secara selaras, serasi, dan

harmonis dengan kebudayaan setempat dan berakar pada nilai-nilai luhur agama Hindu.

Sederet kebijakan yang menyangkut konsep pengelolaan pariwisata berkelanjutan di

Bali antara lain:

a. Perda Tk.I Bali Nomor 3 Tahun 1974 juncto Perda Tk.I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang

Pariwisata Budaya.

b. Perda Prov. Bali Nomor 3 Tahun 2005 tentang RTRW Provinsi Bali yang di dalamnya

diatur tentang penetapan 15 kawasan pariwisata.

c. Perda Prov. Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan Hidup.

d. Perda Prov. Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung.

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

27

e. Perda Prov. Bali Nomor 7 Tahun 2007 tentang Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta.

f. Perda Prov. Bali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata.

Beranjak dari serangkaian konstruksi di atas, pengembangan pariwisata berkelanjutan

merupakan suatu serangkaian proses secara terukur dan terencana yang berikhtiar untuk

memenuhi kebutuhan di masa sekarang untuk selanjutnya diwariskan kepada generasi

mendatang. Selanjutnya, visi dan orientasi ini memiliki kedekatan makna dan tujuan yang erat

dengan tata kelola pengembangan pariwisata pensiunan.

5.2.3 Model Pengaturan yang bersinergi dengan model pengaturan lain yang terkait

Demi meningkatkan efektivitas perannya sebagai lembaga sertifikasi dan akreditasi

penyelenggaraan pariwisata pensiunan, Bali Retirement Tourism Authority (BRTA) perlu

bersinergi dengan instansi-instansi terkait seperti:

a. Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia. Sinergi ini dilakukan dengan

memberikan peran bagi BRTA dalam memberikan pengaturan terkait surat rekomendasi

bagi wisatawan asing yang ingin memperoleh visa retirement.

b. Bank Indonesia. Sinergi ini dilakukan melalui kerjasama BRTA dan Bank Indonesia

dalam membuat aturan agar para pensiunan asing sebelum memperoleh surat

rekomendasi untuk memperoleh visa retirement terlebih dahulu menempatkan uang

jaminan di bank yang ditunjuk, dimana uang jaminan tersebut tidak dapat dicairkan tanpa

persetujuan dari BRTA dan Bank Indonesia. Selain itu, para pensiunan asing harus

memiliki asuransi di negaranya sebelum memperoleh rekomendasi VISA dari BRTA.

c. Pemerintah Daerah Tk I dan TK II. Sinergi ini dilakukan ketika BRTA membuat regulasi

bersama pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota agar sebelum ijin pembangunan

kawasan retirement village dengan segala fasilitasnya,para developer/operator terlebih

dahulu harus mengajukan permohonan akreditasi kepada BRTA.

d. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sinergi ini dilakukan dalam menjaring

investor-investor asing yang berkeinginan membangun fasilitas-fasilitas pendukung

dalam pengembangan pariwisata usia lanjut yang lokasi-lokasinya telah

direkomendasikan oleh BRTA.

5.3 Model Pengaturan Pariwisata Pensiunan di Negara ASEAN

5.3.1 Malaysia

Pariwisata usia lanjut atau pensiunan (Retirement Tourism) dan Kesehatan (Health

Tourism) telah ditetapkan sebagai sektor utama yang masuk ke dalam Rencana Pembangunan

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

28

Malaysia Ke Delapan. Setiap program kesehatan yang meliputi perawatan medis, kesehatan

dan kebugaran termasuk dalam wisata kesehatan. Malaysia memiliki keunggulan pelayanan

kesehatan seperti: biaya rawat inap yang terjangkau, dokter spesialis yang sangat terlatih, staf

medis berbahasa inggris, serta jaringan rumah sakit dan klinik yang kompetitif.

Malaysia sejak tahun 1998 sangat gencar mempromosikan wisata pensiunan dan

wisata kesehatan dibawah program “Malaysia My Second Home”, dengan memberikan

fasilitas visa khusus yang berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang, serta

memperbolehkan kepemilikan property (free hold) bagi warga asing yang ingin menikmati

masa pension di Malaysia.62

Jepang dan Eropa adalah target utama pariwisata pensiunan ini,

dimana sampai saat ini telah berhasil menarik wisatawan pensiunan sekitar 57.000 orang.63

5.3.2 Filipina

Filipina memiliki lembaga khusus bernama Philipine Retirement Authority (PRA)

yang memiliki otoritas untuk mengembangkan dan mempromosikan Filipina sebagai surge

pensiunan.64

Lembaga otoritas ini berdiri berdasarkan Surat Keputusan Presiden (EO 1037)

pada tahun 1985 yang ketika itu masih dipimpin oleh Presiden Marcos. PRA langsung berada

di bawah Presiden dengan tujuan utama sebagai katalisator investasi dan promosi terpadu

program wisata pensiunan di Philipina.

Model Jaminan Visa di Filipina dan Malaysia

1. Age and Visa Deposit 35-49 years old – U$S 50,000.00

50 years old and above

- Without pension- U$S 20,000.00

- With Pension- U$S 10.000,00

Note: Additional Visa Deposit – U$S 15,000.oo per dependent

in excess of two (2)

Show proof of monthly pension remitted (USD 800,00 for single

applicant and USD 1,000.00 for merried couples.

62

Kee Mun Wong, Ghazali Musa,Retirement motivation among „Malaysia My Second

Home‟Participants. http://repository.um.edu.my/21785/1/Retirement%20motivation.pdfdiakses pada 14 Februari

2015. 63

Malaysia My Second Home Centre, http://www.mm2h.gov.my/index.php/en/home/programme/about-

mm2h-programme diakses pada 15 Februari 2015 64

Philippine Retirement Authority, http://www.pra.gov.ph/main/partners2/4?page=1#functional,

diakses pada 28 Juli 2015

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

29

2. Convertibility of Deposits 1. May be converted into investments

2. Total Amount of investments must be at least U$S 50,000.00

for conversion to be allowed

3. Application fee 1. U$S 400.00 for principal

2. U$S 300.00 for each spouse

Note: One-time payment only

4. Monetary obligations 1. U$S 360.00 annual fee for principal, spouse, and (1) Child

upon enrollment and every year therafter

2. U$S 100.00 for each dependent in excess of two (2)

5.3.3 Philipine Retirement Authority dan Model Akreditasi Penyedia Jasa Wisata Usia

Lanjut

5.3.3.1 Pengantar

“Smile at Life in the Filipina” merupakan slogan yang dibuat oleh pemerintah Filipina

untuk menarik warga negara asing agar memilih Filipina layaknya rumah kedua mereka.

Philipine Retirement Authority yang dalam penulisan selanjutnya disebut sebagai PRA,

menargetkan pencapaian nilai investasi sebesar US$ 44 miliar; membuka peluang kerja yang

dapat menyerap 4-6 juta pekerja; dan memberikan dukungan kepada tiga juta pengusaha

melalui masuknya 859.250 para pensiunan.65

Sejalan dengan target kebutuhan pasar pensiunan, PRA telah memilih untuk

memfokuskan usaha pada tiga sektor, yaitu perumahan, layanan gaya hidup, dan kesehatan.

PRA telah menetapkan accreditation standard yang mengadopsi model dari Amerika Serikat,

Australia, dan Kanada dalam mengevaluasi, menilai dan terus memantau fasilitas yang

melayani wisatawan usia lanjut. Pengesahan persetujuan akreditasi dilakukan oleh PRA

bekerjasama dengan the Foreign Chambers of Commerce. Terdapat dua jenis akreditasi yang

diwajibkan meliputi:66

1. Akreditasi terkait Approved Project

2. Accredited Facilty

5.3.3.2 Tugas dan Kewenangan PRA

Sudah menjadi kebijakan dari PRA bahwa semua fasilitas dan layanan yang akan

ditawarkan kepada wisatawan usia lanjut harus memenuhi standar yang diterima secara

65

Philipine Retirement Authority, http://www.pra.gov.ph/main/partners2/4?page=1#procedures, diakses

pada 28 Juli 2015 66

Ibid.

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

30

internasional meliputi kualitas kenyamanan, teknis perawatan medis, sanitasi, keselamatan,

keamanan, dan gaya hidup. Terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam proses akreditasi ini

meliputi: PRA, Philipine Retirement Incorporated (PRI), Department of Tourism (DOT), dan

Departement of Health (DOH).

Berikut merupakan beberapa tugas dan kewenangan PRA meliputi:67

1. PRA adalah otoritas tunggal yang menyetujui semua aplikasi baik untuk akreditasi

fasilitas yang sudah ada dan/atau fasilitas yang baru didirikan. Di sisi lain, PRI dapat

merekomendasikan tindakan yang tepat pada aplikasi yang baru pada proyek yang akan

dibangun untuk diakreditasi dimana PRA bisa mempertimbangkan komentar dan saran

dari PRI. Komentar PRI harus diserahkan ke PRA tidak lebih dari 10 hari kerja untuk

Approved Project dan tidak lebih dari 15 hari kerja untuk Accredited Project sejak

diterimanya rencana projek.

2. Untuk menjadikan fasilitas tersebut terakreditasi dibutuhkan fasilitas wisata usia lanjut

yang memenuhi standar dari PRA yang berkoordinasi dengan PRI.

3. Harus ada dua (2) jenis akreditasi yang disetujui yakni akreditasi proyek dan akreditasi

fasilitas. Proyek yang disetujui adalah mereka yang masih dalam taraf master plan, masih

dalam pembangunan atau dalam proses yang sesuai dengan standar akreditasi dan

didasarkan pada studi proyek formal. Fasilitas terakreditasi adalah proyek yang sudah ada

dan telah memenuhi standar akreditasi meliputi: kesehatan, perumahan, keamanan,

keselamatan, transportasi, gaya hidup/rekreasi, pengembangan SDM, manajemen,

keuangan, dan asuransi.

4. Menjadi anggota PRI bukan sebuah prasyarat bagi setiap pengembang atau pemilik

fasilitas sebelum proyek-proyek mereka dapat disetujui untuk diakreditasi oleh PRA.

5. Biaya untuk akreditasi sebesar U$S 250.00 (atau setara peso) dibebankan pada pemilik

fasilitas. Sementara proyek yang disetujui tidak diharuskan untuk membayar biaya

akreditasi. Biaya akan dibebankan sekali jika fasilitas tersebut sudah diklasifikasikan

sebagai terakreditasi. Pemilik fasilitas akan memiliki pilihan untuk mengajukan

permohonan pembaruan terhadap subjek akreditasi sesuai dengan persyaratan dari PRA.

6. Untuk hotel, condotel, kondominium untuk pengoperasian hotel kelas satu bagi para

wisatawan usia lanjut berorientasi pada standar minimum DOT di Filipina dan untuk

standar akreditasi fasilitas wisata usia lanjut harus mengacu pada PRA.

67

Ibid

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

31

7. PRA memiliki hak untuk mengunjungi dan memeriksa sesering mungkin fasilitas

pensiunan yang telah terakreditasi untuk menentukan apakah masih sesuai dengan standar

akreditasi dan persyaratan lainnya.

8. PRA berhak untuk mengeluarkan, menolak, menunda, menarik atau menolak setiap

akreditasi setelah melakukan evaluasi dari kemampuan dan integritas fasilitas pensiunan.

9. PRA berhak untuk merevisi/mengubah standar akreditasi dan sistem akreditasi yang

disetujui oleh Dewan Pengawas. Pedoman direvisi mulai berlaku setelah lewat waktu 60

hari.

10. Alasan untuk penarikan / pencabutan akreditasi antara lain: tidak dipenuhinya salah satu

atau semua persyaratan dan kondisi akreditasi; pencabutan, tidak ada perpanjangan atau

non-penerbitan lisensi fasilitas oleh instansi berwenang; penipuan; dan alasan lain yang

ditentukan oleh PRA.

11. Fasilitas pension harus menerima dan/atau semua tindakan korektif oleh PRA demi

memastikan kualitas layanan.

5.3.3.3 Kriteria Akreditasi bagi Penyedia Jasa Wisata Usia Lanjut68

1. Fasilitas ini harus sesuai dengan standar akreditasi yang disetujui oleh PRA

2. Hal yang dapat dipertimbangkan untuk akreditasi adalah:

a. Keselamatan yang mencakup kebijakan/ tindakan keselamatan terhadap kebakaran,

keamanan warga (kebijakan tentang penduduk hilang, kematian tak terduga),

keselamatan pembangunan, keamanan pangan, kesehatan, keselamatan kerja,

penanganan pada pertolongan pertama.

b. Pengendalian infeksi yang harus mencakup kebijakan tentang imunisasi, rencana

kontigensi wabah, isolasi, pengendalian infeksi, tempat cuci tangan, laporan inspeksi

kesehatan public.

c. Pelayanan resident yang mencakup pedoman tentang pembatasan penerimaan, lisensi

staf yang terdaftar, keuangan warga, perlindungan, kesehatan personal, penjabaran

posisi dan kegiatan rutin pekerjaan untuk staf, cek referensi, makanan, laundry, dan

jasa rumah tangga.

d. Pelatihan staf yang mencakup kebijakan tentang orientasi dan penataran program

tahunan staf, pencegahan terhadap hal yang membahayakan lansia.

68

Ibid

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

32

3. Untuk informasi Holiday Package, penyedia fasilitas harus membuatkan rincian yang

meliputi:

a. jenis akomodasi yang tersedia dan paket alternative perawatan layanan dan makan

b. jumlah total biaya untuk jenis akomodasi dengan paket

c. deskripsi biaya untuk layanan perawatan dan paket makan

d. peningkatan frekuensi

e. tambahan layanan dan makanan di luar paket

f. tingkat minimum staf dan kualifikasi staf

g. sistem darurat telpon

h. prosedur pengaduan

i. Informasi umum (opsional).

5.3.3.4 Prosedur Akreditasi dalam PRA

1. Pemohon harus memastikan tentang persyaratan aplikasi akreditasi dari PRA yang harus

mencakup berikut:69

a. permohonan formulir akreditasi

b. pernyataan pedoman kebijakan dan prosedur

c. standar akreditasi fasilitas pension

d. daftar periksa persyaratan dokumen

e. Contoh salinan informasi holiday package

f. Salinan hak pribadi warga

2. Pemohon menyerahkan formulir ke PRA yang sudah dilengkapi dengan penunjang

dokumen

3. Divisi Management Service Office (MSO) PRA secara resmi memberikan salinan dari

dokumen yang diserahkan kepada PRI dengan meminta komentar mereka diserahkan ke

PRA dalam waktu 10 hari dari diterimanya dokumen untuk proyek-proyek yang disetujui.

Sementara staf divisi Hubungan Pemasaran PRA akan melakukan hal yang sama dengan

meminta PRI untuk mengirimkan komentar dalam waktu 15 hari kerja untuk fasilitas

terakreditasi.

4. Staf PRA dapat meminta pelaksanaan pemeriksaan fasilitas dari property untuk dapat

menyiapkan evaluasi awal dari aplikasi dalam waktu 5 hari setelah melihat ke lapangan.

69

Ibid

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

33

5. Staf PRA harus menyampaikan kepada General Manager PRA untuk membuat evaluasi

dari laporan dan rekomendasi pada tindakan yang akan diambil oleh manajemen pada

aplikasi dengan menyertakan komentar dari PRI.

6. Untuk fasilitas pensiunan yang sudah ada, PRA memiliki opsi untuk memberikan waktu

pada pengembang fasilitas atau pemilik 6 bulan di mana mereka dapat mempersiapkan

evaluasi di tempatnya sebelum aplikasi untuk akreditasi mendapat persetujuan.

7. Untuk fasilitas pension dalam pembangunan, PRA memiliki waktu untuk melakukan

pemeriksaan fasilitas proyek dalam waktu 5 hari kerja sejak diterimanya permohonan.

8. Divisi bertindak memberitahukan kepada pemohon apa pun hasil putusan dari PRA dan

dapat mengambil aplikasi paling lambat 3 hari kerja sejak PRA merilis suatu tindakan.

9. Sertifikat akreditasi akan diberikan kepada pengembang fasilitas, segera setelah

permohonan akreditasi disetujui.

10. Biaya akreditasi harus dibayar sebelum rilis dan penerbitan Sertifikat Akreditasi

11. Sebuah proyek yang disetujui akan diperiksa setiap enam bulan untuk memantau tingkat

kepatuhannya terhadap kriteria akreditasi, sementara fasilitas terakreditasi akan diperiksa

setiap tahun oleh PRA.

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

34

BAB VI

PENUTUP

Dengan memperhatikan sederet permasalahan, baik yang bersifat ekonomi, social

budaya, dan lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh pola pengembangan pariwisata

konvensional, Bali sudah selayaknya mulai mengembangkan priwisata usia lanjut. Secara

filosofis, pengaturan pariwisata usia lanjut tidak dapat dilepaskan dari konsep Negara

kesejahteraan (welfare state). Urgensiadanya pembentukan hokum dan kebijakan pariwisata

usia lanjut merupakan wujud pemerintah dalam menciptakan social engineering dalam

masyarakat. Secara yuridis, dengan melihat pengaturan internasional, nasional, dan local,

pemerintah Bali memiliki dasar kewenangan untuk membuat dan mengembangkan kebijakan

pariwisata usia lanjut secara integral dan komprehensif.

Terkait dengan konstruksi model pengaturan pariwisata pensiunan di Bali, terdapat tiga

model pengaturan yang dapat dikembangkan meliputi: (1) model pengaturan yang

memperhatikan sifat dan kebutuhan khusus wisatawan pensiunan; (2) model pengaturan yang

mendukung konsep pariwisata berkelanjutan; dan (3) model pengaturan yang bersinergi

dengan model pengaturan lain yang terkait. Disamping itu, sebagai bentuk komparatif studi,

model pengaturan pariwisata pensiunan selayaknya mempertimbangkan model pengaturan

pariwisata pensiunan di Negara ASEAN lainnya terutama di negara yang lebih dulu dan lebih

terorganisir dalam mengelola pariwisata pensiunan.

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

35

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet.1.,Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 2004.

Asshiddiqie, Jimly, Pergeseran-pergeseran Kekuasaan Legislatif & Eksekutif, Universitas

Indonesia, Jakarta, 2000.

Darmayudha, Suasthawa I M., I W. Koti Cantika. 1991. Filsafat Adat Bali.Denpasar: PT.

Upada Sastra

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Inventori Warisan Budaya Bali, Volume 2, 2000.

Disain, Putu Atmika, 2008. Laporan Final Kajian Akademis Revisi Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Bali.

Kusumah, Mulyana W., Beberapa Perkembangan& Masalah Dalam Sosiologi Hukum,

Alumni, Bandung, 1981

Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

M. Philippus Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:Bina Ilmu,

Surabaya, 1988.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.2, Jakarta : Kencana, 2008

Rajagukguk, Erman Peranan hokum di Indonesia: Menjaga Persatuan, Memulihkan

Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia,

Jakarta, 2000.

Rothschild, Donald P& David W Carroll, Consumer Protection Reporting Service,

Maryland,1986.

Sukardika, Ketut, 2004. Menata Bali Ke Depan: Kebijakan Kultural, Pendidikan, Agama,

Denpasar: Bali Media.

-----------------------, Creating RetirementTourism in Bali; Retire In Paradise (the Way to a

Productive & Profitable Future), Makalah pada Diskusi Pariwisata Lansia,

Badung, 19 Agustus 2014

Sukandia, I Nyoman, 2011, Kedudukan dan Fungsi Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

sebagai Lembaga Perekonomian Komunitas dalam Msyarakat Hukum Adat di

Bali, Disertasi, Program Studi Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

36

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.

Soekanto, Soejono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali, Jakarta, 1980.

Yoeti, Oka A. Anatomi Pariwisata. (Bandung: Angkasa,1996)

Wyasa Putra, Ida Bagus, Konsep Regulasi Pengembangan Pariwisata Usia Lanjut, BRTA,

2013

Widiatedja, IGN Parikesit.2010. Liberalisasi Jasa dan Masa Depan Pariwisata Kita.

Denpasar: Udayana University Press

Peraturan Internasional

Universal Declaration of Human Rights

International Covenant on Civil and Political Rights, 1966.

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights,1966.

United Nations Principles for Older Persons

Peraturan Indonesia

Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Otonomi daerah

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Surat Kabar

Diilhami “Retirement Village di Australia dan Phiipina, Bali Tribune, 5 Desember 2013

Pemain Utama Pasar Wisata Lansia, Harian Bali Tribune 13 September 2013

Wisata Lansia Perlu Digarap Serius, Harian Nusa Bali, 11 Oktober 2012

Didukung Konsul Jepang, Diminati Investor Abu Dhabi, Harian Bali Tribune, 8 November

2012

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

37

Sumber Internet

Ayan Ismail Ali, UNDERSTANDING THE DRIVERS OF LONG STAY RETIREMENT IN

HUA HINi http://www.graduate.au.edu/gsbejournal/Journals/Dec2013/Ayan%

20Ali.pdf Diakses Pada 11 Februari 2015.

Bali Ready to Develop Retirement Tourism http://www.thebalitimes.com/2014/01/25/bali-

ready-to-develop-retirement-tourism/, diakses pada 13 Februari 2015.

Bali Segera Miliki Kampung Lansia Wisatawanhttp://beritadewata.com/Pemprov-Bali

/Pemprov/Bali-Segera-Miliki-Kampung-Lansia-Wisatawan.html, diakses pada 15

Februari 2015

Bali Siap Kembangkan Wisata Usia Lanjut, Metro Bali, 14 Januari 2014,

http://metrobali.com/2014/01/14/bali-siap-kembangkan-wisata-usia-lanjut/diakses

pada 11 Februari 2015.

Bali Siap Kembangkan Retirement Tourismhttp://www.baliprov.go.id/id/BALI-SIAP-

KEMBANGKAN-RETIREMENT-TOURISM-, diakses pada 14 Februari 2015

Bali Tawarkan Investasi Lanjut Usia ke Hawai, http://bali.bisnis.com/m/read/20141029/14/

47608/bali-tawarkan-investasi-lanjut-usia-ke-hawaidiakses pada 12 Februari 2015

Kee Mun Wong, Ghazali Musa,Retirement motivation among „Malaysia My Second Home‟

Participants. http://repository.um.edu.my/21785/1/Retirement%20motivation.

pdfdiakses pada 14 Februari 2015.

Muthita Phiromyoo, Opportunities and Difficulties of Long Stay Accommodation in

Thailand,https://www.kth.se/polopoly_fs/1.280646!/Menu/general/columncontent

/attachment/104%20Phiromyoo%20M%20Opportunities%20and%20difficulties%

20of%20longstay%20accommodation%20in%20Thailand.pdf diakses pada 12

Februari 2015.

Mayumi Ono, Long-Stay Tourism and International Retirement Migration: Japanese Retirees

in Malaysia,http://ir.minpaku.ac.jp/dspace/bitstream/10502/2043/1/SER77_013.

pdfdiakses pada 15 Februari 2015

Marc Daubenbuechel, Establishment of a retirement village in the Philippines as a response

to Global Ageinghttp://www.rhc.com.ph/wp-content/uploads/2013/07/

Investmentstudy09.pdf diakses pada 15 Februari 2015.

Malaysia My Second Home Centre, http://www.mm2h.gov.my/index.php/en/home/

programme/about-mm2h-programme diakses pada 15 Februari 2015

Plots Alloted Senior Tourist Residenceshttp://www.thejakartapost.com/news/2014/01/16

/plots-alloted-senior-tourist-residences.html, diakses pada 13 Februari 2015

Philippine Retirement Authority, http://www.pra.gov.ph/main/partners2/4?page=1#functional,

diakses pada 28 Juli 2015

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH UNGGULAN …

38

Thailland Named Top International Nation for Retireses, http://www.tatnews.org/happy-

golden-years-%E2%80%93-thailand-named-top-international-nation-for-retirees/,

diakses pada 10 Februari 2015

“Ternyata Wisata Usia Lanjut Itu Menggiurkan,” http://www.weeklyline.net/pariwisata

/20130905/ternyata-wisata-usia-lanjut-itu-menggiurkan.htmldiakses pada 9

Februari 2015.

Tourism, Medical Travel, and Retirement, http://www.investphilippines.info/arangkada/wp-

content/uploads/2011/06/17.-Part-3-Seven-Big-Winner-Sectors-Tourism-Medical-

Travel-Retirement.pdf diakses pada 14 Februari 2015.

Tourism, Medical Travel, and Retirement, http://www.investphilippines.info/arangkada/wp-

content/uploads/2011/06/17.-Part-3-Seven-Big-Winner-Sectors-Tourism-Medical-

Travel-Retirement.pdf diakses pada 14 Februari 2015.

Visa Retirement in Malaysia, http://pra.gov.ph/dl_form/file_name/303/Malaysia.pdf diakses

pada 15 Februari 2015.

Wisata Lansia di Bali Belum Tergarap, http://www.antaranews.com/berita/337046/wisata-

lansia-di-bali-belum-tergarapdiakses pada 12 Februari 2015.

Gubernur Apresiasi Pengembangan Wisata Lanjut Usia, http://www.baliprov.go.id/-small-

Untuk-Pariwisata-Berkelanjutan--small--br--Gubernur-Apresiasi Pengembangan-

Wisata-Lanjut-Usia

Bali Siap Kembangkan Wisata Usia Lanjut, http://metrobali.com/2014/01/14/bali-siap-

kembangkan-wisata-usia-lanjut/