laporan akhir penelitian dasar unggulan perguruan …

125
Bidang Ilmu* :521/LINGUISTIK Bidang Fokus : Ekolinguistik LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PDUPT) REKONSTRUKSI DAN REVITALISASI CERITA RAKYAT SEBAGAI PEWARIS BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN SITUS MITOS PADA MASYARAKAT BATAK TOBA (Kajian Ekolinguistik tentang Pelestarian Ekosistem Danau Toba) Tahun ke-1 dari Rencana 3 Tahun TIM PENGUSUL 1.Dr. Charles Butar-butar, M.Pd. (Ketua) (NIDN: 0022116605) 2. Dra. Syamsuyurnita, M.Pd. (Anggota 1) (NIDN: 00040667001) 3. Dr. Mhm. Isman, M.Hum (Anggota 2) (NIDN: 0023116502) Dibiayai oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor: 313/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018 Rp 136.500.000,- (Seratus Tiga Puluh Enam Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 2018

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

51 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

Bidang Ilmu* :521/LINGUISTIK

Bidang Fokus : Ekolinguistik

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PDUPT)

REKONSTRUKSI DAN REVITALISASI CERITA RAKYAT SEBAGAI

PEWARIS BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN

SITUS MITOS PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

(Kajian Ekolinguistik tentang Pelestarian Ekosistem Danau Toba)

Tahun ke-1 dari Rencana 3 Tahun

TIM PENGUSUL

1.Dr. Charles Butar-butar, M.Pd. (Ketua)

(NIDN: 0022116605)

2. Dra. Syamsuyurnita, M.Pd. (Anggota 1)

(NIDN: 00040667001)

3. Dr. Mhm. Isman, M.Hum (Anggota 2)

(NIDN: 0023116502)

Dibiayai oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Sesuai dengan Kontrak Penelitian

Nomor: 313/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018

Rp 136.500.000,- (Seratus Tiga Puluh Enam Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2018

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

i

HALAMAN PENGESAHAN H

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

ii

RINGKASAN Pemulihan kondisi Danau Toba sudah banyak dilakukan dan dikampanyekan, tetapi

keadaannya tidak berubah masih tetap rusak. Sesuai dengan RIP UMSU, Pembangunan

peradaban bangsa dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sumber daya

manusia dengan skala prioritas tahap pertama tahun 2016 – tahun 2021 isu-isu lokal daerah

pemberdayaan kualitas masyarakat, pengembangan budaya, dan komunikasi sosial

pembangunan. Oleh karena itu, penelitian ini menawarkan solusi kebijakan terhadap keadaan

tersebut, yaitu dengan pemanfaatan kearifan lokal dan budaya masyarakatnya sebagai

instrument natural. Masyarakat Batak Toba secara umum masih patuh terhadap norma budaya

yang diwariskan oleh leluhurnya misalnya pantangan perkawinan semarga dan pantangan

lainnya. Norma ini biasanya diwariskan dalam bentuk lisan dan cerita rakyat. Penelitian ini

menggali kearifan lokal yang diwariskan lewat cerita rakyat yang memiliki setting dan amanat

mitos. Tujuan penelitian ini untuk medeskripsikan hasil investigasi, dan merekonstruksi, serta

menganalisis cerita rakyat yang terdapat di lingkungan Danau Toba. Hasil analisis dapat

pembuktian motif dan kontribusi cerita rakyat sebagai kearifan lokal dapat melestarikan

ekosistem daerahnya.

Penelitian ini dilakukan di seputaran Pulau Samosir termasuk lingkar luarnya. Responden yang

terpilih adalah penduduk setempat, yaitu orang-orang yang masih mengetahui cerita tentang

situs yang sudah terindentifikasi. Pemilihan responden ini didasari teknik bola salju, yaitu

penentuan respondennya adalah hasil rekomendasi responden yang sudah ada sebelumnya.

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu data berupa verbal bersifat

naturalistik. Teknik alisis yang digunakan adalah teknik interpretatif, yaitu pemaknaan sesuai

dengan teori yang sudah dirujuk.

Hasil penelitian ini adalah menemukan 80 situs mitos dan sudah direkonstruksi pada tahun

pertama penelitian ini. Temuannya setiap situs mitos memiliki cerita rakyat sehingga dibuat

menjadi motif terjadinya situs tersebut. Setelah dilakukan FGD, Cerita rakyat tersebut dapat

dikategorikan kedalam 1. Cerita tentang harmoniasasi air; 2. Cerita tentang harmonisasi pohon

atau tumbuh-tuhan; 3. Cerita tentang harmonisasi tanah; 4. Cerita tentang harmonisasi batu.

Kata Kunci: Ekolinguistik, Kearifan Lokal, Budaya

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

iii

PRAKATA

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kontrak PPK Kopertis Wilayah I dengan Universitas

Muhammdiyah Sumatera Utara No. 205/K1.1/LT.1/2018 dan Kontrak penelitian Dasar (PD)

Tahun Anggaran 2018 No. 313/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2018. Tujuan penelitiantahun I ini

merekonstruksi, tahun II memaknai pesan cerita sebagai pewaris budaya dan kearifan lokal;

tahun III direncanakan merevitalisasi cerita rakyat bahasa Batak Toba yang bermuatan mitos

tentang pelestarian ekosistem.

Cerita rakyat tidak begitu saja lahir atau serta merta timbul melainkan suatu cara masyarakat

setempat untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Upaya adaptasi ini diwariskan lewat

cerita rakyat dengan berbagai mitos-mitos. Fenomena muatan cerita rakyat ini dipandang

perlu membangkitkan atau menggiatkan kembali yang dikenal dengan istilah revitalisasi

dalam penelitian ini.

Terima kasih disampaiakan kepada Dirjen DIKTI yang telah memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk meneliti kajian ekolinguistik ini semoga bermanfaat bagi nusa dan bangsa

khususnya kepada masyarakat Batak Toba yang tinggal di persekitaran Danau Toba.

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. .................. i

RINGKASAN ……………………………………………………………....... ii

PRAKATA .................................................................................. .................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ..... iv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... .... v

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………....... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………........ 6

2.1 Ekolinguistik .............................................................................. ..... 6

2.2 Mitos …………………………………………………................... 8

2.3 Hata Tona, Poda, Umpama sebagai Implementasi Mitos …….... 8

2.4 Ekosistem ............................................................................................ 9

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN............................................... 10

3.1 Tujuan Khusus Penelitian ........................................................................ 10

3.2 Urgensi Penelitian ................................................................................... 10

BAB IV METODOLOGI…………………………………………………........ 12

4.1 Lokasi Penelitan....................................................................................... 12

4.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................... 12

4.3 Alur/ Roadmap Penelitian ……………………………………….......... 13

4.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 14

4.5 Analisis Data ............................................................................................ 14

4.6 Alur Penelitian ........................................................................................ 15

4.7 Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................................. 15

BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ............................................ 16

5.1 Situs Mitos yang Berkaitan dengan Pelestarian Lingkungan......... ...... 20

5.2 Hasil Rekonstruksi Cerita Rakyat yang Mengandung

Pelestarian Ekosistem ............................................................................. 35

5.3 Luaran Penelitian (Draff Artikel) ............................................................ 70

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ......................................... 88

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 90

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Luaran Berupa Artikel................................................................... 98

Lampiran 2: Kontrak Penelitian ……………………………..................... 115

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang di lingkungan Danau Toba bergantung pada

eksistensi danau tersebut. Namun, faktanya keberadaan danau tersebut semakin lama

semakin parah kerusakannya. Kerusakan hutan dan lingkungan Danau Toba sudah pada

tingkat mengkhawatirkan dan mengancam eksistensi kehidupan semua makhluk hidup

yang berada di persekitarannya juga yang ada di luar Danau Toba. Hal ini disebabkan

kesadaran masyarakat yang rendah dan perilakunya cenderung mengabaikan prinsip-

prinsip kelestarian. Sebagai ujud keprihatinan, pernah dilaksanakan workshop

“Peningkatan kesadasaran Masyarakat Atas Fungsi Ekosistem Hutan” oleh Dinas

Kehutanan Kabupaten Simalungun dengan ITTO PD 396/04 Rev. 1 (F), di Prapat, 27-28

Maret 2009. Dalam acara tersebut, dibahas perencanaan skenario (scenario planning)

yang berkaitan erat dengan kondisi Danau Toba pada tingkat kesadaran masyarakat.

Perencanaan skenario workshop tersebut fokus di bidang kerusakan Danau Toba karena

tingkat kesadaran masyarakat rendah. Skenario ini dinamakan sebagai sebuah “neraka”

sehingga diperlukan upaya dan kerja keras untuk menghindari predikat neraka bagi

kondisi Danau Toba. Tanda-tanda sebagai “neraka” Danau Toba adalah pencemaran

limbah, kotor, banyak sampah, pendangkalan akibat sedimentasi dan erosi, banyak eceng

gondok, PH tinggi, hutan gundul, tata-ruang tidak sesuai peruntukan, lahan kritis semakin

luas, stabilitas permukaan air fluktuatif dan populasi ikan berkurang.

Regulasi penyelamatan Danau Toba sudah banyak digulirkan baik di tingkat tujuh pemkab

(Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo,

Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi/Papak

barat) yang berada di sekitar lingkungan Danau Toba, dan tingkat Provinsi Sumatera Utara

bahkan di tingkat pusat. Bentuk-bentuk penyelamatan sudah banyak ditawarkan yang

disajikan dalam bentuk workshop, seminar, maupun tindakan ilmiah lainnya. Namun,

usaha-usaha tersebut tidak berhasil karena fakta menunjukkan semakin hari kondisi danau

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

2

tersebut semakin memprihatinkan. Tuntutan workshop Kabupaten Simalungun, yaitu

menumbuhkan kesadaran manusia yang tinggal di sekitar Danau Toba untuk menjaga

keseimbangan ekosistem di sana maka tindakan ilmiah tidaklah cukup.

Pemanfaatan dan pemberdayaan potensi kekuatan diri masyarakat yang diwariskan secara

turun-temurun, yaitu dalam bentuk tradisi-tradisi perlu direvitalisasi. Tradisi bersahabat

dengan lingkungan merupakan jiwa masyarakat diasumsikan sudah mulai pudar. Upaya

menumbuhkembangkan kesadaran warga sesuai dengan Rencana Induk Penenlitian yang

sudah ditetapkan pihak UMSU, yaitu prioritas I kurun waktu 2016 – 2020 isu lokal/daerah

pemberdayaan masyarakat, pengembangan budaya, komunikasi sosial pembangunan. Oleh

karena itu, peneliti berkeiginan menggali tradisi yang disampaikan dalam bentuk lisan,

yaitu cerita rakyat yang dibalut dengan kepercayaan mitos sebagai media uapaya adaptasi

manusia dengan lingkungannya.

Bahasa komunitas etnik terbentuk dan dipengaruhi oleh hasil interaksi, interelasi, dan

inter-dependensi para leluhur dengan lingkungan. Kebutuhan manusia sebagai makhluk

sosial sebagaian besar terpenuhi dengan bahasa. Oleh karena itu, bahasa dapat

mencerminkan perilaku dan lingkungannya. Sebaliknya perilaku dan lingkungannya dapat

tercermin dari bahasa.

Proses leksikalisasi, gramatikalisasi, metaforik, dan kulturalisasi merupakan rekaman

simbolik verbal yang dimiliki komunitas pemakai bahasa. Hal ini dapat diwariskan secara

utuh jika terjadi harmonisasi. Harmonisasi relasi manusia dengan lingkungan yang

terekam dalam verbal adalah pilar kultural yang menjamin kehidupan bahasa, budaya, dan

komunitas etnik. Implikasi relasi ini menjamin keberlangsungan ekologi yang harmonis.

Artinya, selama bahasa etnik hidup dan tetap digunakan dalam konteks kelokalan, niscaya

pemanfaatan, pemeliharaan, dan pelestarian sumber daya alam dan budaya tetap

terkendali, terjamin, serta berkelanjutan. Sebaliknya, jika perubahan ekologi kebahasaan

dan dinamika lingkungan, bahasa-bahasa etnik tidak berfungsi lagi maka pengetahuan

dan tradisi lokal dalam merawat lingkungan pudar dan punah seiring dengan hilangnya

keanekaragaman hayati dalam kemasan verbal bahasa-bahasa lokal. Bahasa dengan

lingkungan pemakai adalah aspek yang tidak terpisahkan. Bahasa ada karena ada

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

3

pemakainya dan sebaliknya. Di sisi lain, kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk

hidup sangat tergantung pada keberadaan lingkungannya.

Kerusakan ini mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan ragawi lingkungan. Tekanan

terhadap lingkungan terus terjadi, salah satu di antara perubahan yang paling dirasakan

adalah terjadinya pergeseran nilai, norma, dan kultur masyarakat. Lebih spefesifik, terjadi

berbagai perubahan pada bahasa.

Sikap bersahabat dengan alam harus direvitalisasi dan digagas sehingga menjadi sebuah

paradigma baru di kawasan Danau Toba. Kepedulian terhadap lingkungan bukan sekadar

wacana-wacana besar dalam pidato politik ketua partai. Ia menjadi sesuatu “conditio sine

qua non” jika manusia ingin hidup tenang dan damai. Persahabatan dengan alam dan

lingkungan hendak menekankan sebuah hubungan yang tidak saling bermusuhan. Manusia

menerima alam sebagai sahabat dengan menjauhkan sikap egosentrisme dan

antroposentrisme.

Sikap dikotomis yang melihat sumberdaya alam semata sebuah objek yang harus

dieksploitasi harus ditinggalkan. Kesadaran menjinakkan bola liar penebangan hutan di

kawasan Danau Toba patut dimulai dari sebuah gerakan masyarakat ekonomi hijau (green

economy). Pembangunan industri kertas dan perkebunan yang berkelanjutan harus

menempatkan prinsip kelestarian lingkungan dalam setiap keputusan bisnisnya.

Persepsi ini merupakan faktor dalam yang mempengaruhi perilaku (attitude) individu

maupun kelompok sosial (Suparwa, 2007-xii). Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa

hubungan manusia dengan alam baik secara sosial, ideologikal maupun secara

organisasional perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan dalam menyusun

strategi pengelolaan sumber daya alam.

Keberadaan cerita rakyat kedanauan dapat berperan menjaga kelestarian keseimbangan

ekosistem Danau Toba. Hal ini disebabkan bahasa adalah sumber daya makna, termasuk

makna dan pemaknaan alam serta makna budaya. Lingkungan kebahasaan dan

penggunaan bahasa (bahasa lingkungan), yakni ekspressi verbal manusia dalam

memahami, menanggapi, dan menggunakan sumber daya lingkungan, baik alam sebagai

matra kesejagatan yang makrokosmos, maupun manusia (dengan tatanan dan sumber daya

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

4

sosial-budayanya) dalam cakupan yang mikrokosmos (jagat sempit), merupakan objek

formal dan objek material kajian ekolinguistik.

Penelitian terdahulu yang memberikan inspirasi dan dorongan terhadap penelitian ini

adalah sebagai berikut. Golar (2006) tentang adaptasi sosiokultural komunitas Adat Taro

dalam mempertahankan kelestarian hutan. Masyarakat tradisional Taro memiliki sikap

rela berkorban bagi konservasi karena mereka mempunyai falsafah hidup “Mhin Auwu

mampanimpu katuwua toiboli topeboi" „melindungi dengan memelihara bersama-sama

lingkungan hidup kita, seperti yang dianugrahkan Sang Pencipta‟. Shohibuddin (2003)

tentang artikulasi kearifan tradisional dalam pengelolaan sumber daya alam sebagai proses

reproduksi budaya. Penelitian ini menemukan hal yang sama dengan temuan Golar dalam

konservasi, yaitu falsafah hidup sebagai landasan pelestarian. Butar-butar (2017)

mengatakan “This folklore gives advice to people not to perform the following bad things,

such as, any action or behavior deviating from traditional norms, any magical acts, and

willing to have someone else's property by shifting parik. Those who break all these will

face difficulties in their life.”

Aspek sosial-ekologis sangat memengaruhi keterpeliharaan, keseimbangan, dan

keterwarisan lingkungan bagi generasi mendatang. Ekolinguistik, atau ekologi bahasa,

berusaha mewujudkan lingkungan yang sehat, dengan memasukkan kearifan-kearifan

ekologis lokal ke dalam bahasa tersebut (Mühlhäusler, 1995). Unsur-unsur bahasa yang

dimaksud adalah eko-fonologi, eko-morfologi, eko-sintaksis, dan eko-semantik, yang

menjadi bagian dari wacana lingkungan.

Kearifan-kearifan ekologis lokal ini perlu diturut-sertakan dalam wacana lingkungan yang

sehat dan hijau (greenspeak), mengingat jiwa (konsep-konsep ideologis, filosofis, sosio-

ekologis) masyarakat setempat tercermin dalam kearifan-kearifan lokal tersebut.

Upaya manusia sebagai makhluk yang berakal budi untuk menjaga keseimbangan alam

atau ekosistem terekam pada ekspresi verbalnya. Keengganan dalam berbuat merusak

lingkungan yang dicerminkan lewat perbendaharaan kata.

marparik „benteng perkampungan terbuat dari dari tanah‟

baringin „beringin‟

mangase taon „pola tanam mengikut siklus alam‟

hariara paraut-autan ni namartua pangingan ni huta „penanaman kayu pengganti

rumah para dewa yang terusik karena pembukaan hunian baru‟

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

5

Butar-butar (2014) menemukan upaya adaptasi manusia dengan lingkungannya

“Hubungan bahasa dengan ekosistem Danau Toba terlihat hubungan yang saling

ketergantungan. Hal ini disampaikan dengan ide atau pesan lewat bahasa yang dibalut

dalam mitos cerita rakyat atau wacana kedanauan.” Misalnya, tatacara penangkapan dan

alat tangkap ikan, keajiban menanam pohon di lingkaran luar perkampungan agar para

dewa memiliki rumah. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat sejauh mana peran cerita

rakyat dalam mengamanatkan pelestarian ekosistem di sekitar Danau Toba, yang

dirumuskan dalam judul Rekonstruksi dan Revitalisasi Cerita Rakyat Berdasarkan

Situs Mitos sebagai Pewaris Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat Batak Toba

(Kajian Ekolinguistik tentang Pelestarian Ekosistem Danau Toba).

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada:

1. Bagaimana bentuk cerita rakyat yang mencerminkan upaya meujudkan

harmonisasi ekosistem Danau Toba (2018)?

2. Bagaimana hubungan mitos dalam cerita rakyat dengan harmonisasi eksistem

Danau Toba (2019)?

3. Bagaimana model revitalisasi cerita rakyat mengandung mitos norma

persahabatan manusia dengan ekosistem di Danau Toba (2020)?

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekolinguistik

Kajian ini dikenal dengan istilah ekologi bahasa. Sebetulnya ada empat istilah yang

merujuk pada kajian ini, yaitu linguistic ecology, ecological linguistics, the ecology of

language/language ecology, dan ecolinguistics (Lechevrel, 2009: 5)

Crystal (2008: 161-162) menjelaskan bahwa …

ecolinguistics (n.) In linguistics, an emphasis – reflecting the notion of ecology in

biological studies – in which the interaction between language and the cultural

environment is seen as central; also called the ecology of language, ecological

linguistics, and sometimes green linguistics. An ecolinguistic approach highlights the

value of linguistic diversity in the world, the importance of individual and community

linguistic rights, and the role of language attitudes, language awareness, language

variety, and language change in fostering a culture of communicative peace.

ekolinguistik (nomina) dalam linguistik, sebuah perhatian– merefleksikan sifat ekologi

dalam studi biologis-interaksi antara bahasa dan lingkungan kultural dilihat sebagai inti:

disebut pula dengan ekologi bahasa, ekologi linguistik dan kadang-kadang linguistik hijau.

Pendekatan ekolinguistik menyoroti nilai keragaman linguistik di dunia, pentingnya hak

linguistik dari individu dan komunitas, peranan sikap, kesadaran, variasi, dan perubahan

bahasa dalam mengembangkan sebuah budaya perdamaian yang komunikatif. Sementara

itu, istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos, yang berarti house, man’s immediate

surroundings. Ricklefs (1976:1) mendefinisikan ekologi “Ecology is the study of plants

and animals, as individuals and together in populations and biological communities, in

relation to their environments-the physical, chemical, and biological characteristics of

their surroundings”

Ekologi merupakan studi yang mempelajari tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewanan

sebagai individu dan secara bersamaan dalam populasi dan komunitas biologis dalam

kaitannya dengan lingkungannya-fisik, kimia, dan karakteristik biologis lingkungannya.

Definisi lain dikemukakan oleh Haeckel (1870) dalam Ricklefs (1976:2)

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

7

“By ecology,” he wrote, “we mean the body of knowledge concerning the economy

of nature – the investigation of the total relations of the animal both to its organic

and to its inorganic environment; including above all, its friendly and inimcal

relation with those animals and plants with ehich it come directly or indirectly in

contact – in a word, ecology is the study of all the complex interrelations referred to

by Darwin as the conditions of the struggle for existence.”

Dengan demikian, kajian ekolinguistik lebih melihat tautan ekosistem yang merupakan

bagian dari sistem kehidupan manusia (ekologi) dengan bahasa yang dipakai manusia

dalam berkomunikasi dalam lingkungannya (linguistik). Lingkungan tersebut adalah

lingkungan ragawi berbahasa yang menghadirkan pelbagai bahasa dalam sebuah

masyarakat. Situasi dwi/multi bahasa inilah yang mendorong adanya interaksi bahasa.

Lingkungan ragawi dengan pelbagai kondisi sosial sangat memengaruhi penutur bahasa

secara psikologis dalam penggunaan bahasanya.

Kajian ini ini pertama kali dikenalkan Einar Haugen dalam tulisannya yang

bertajuk Ecology of Language tahun 1972. Haugen lebih memilih istilah ekologi bahasa

(ecology of language) dari istilah lain yang bertalian dengan kajian ini. Pemilihan tersebut

karena pencakupan yang luas di dalamnya karena para pakar bahasa dapat berkerjasama

dengan pelbagai jenis ilmu sosial lainnya dalam memahami interaksi antarbahasa (Haugen

dalam Fill& Mühlhäusler, 2001:57).

Lingkungan kebahasaan dan penggunaan bahasa (bahasa lingkungan, yakni ekspresi

verbal manusia dalam memahami, menanggapi, dan menggunakan sumber daya

lingkungan, baik alam sebagai matra kesejagatan yang makrokosnos, maupun manusia

(dengan tatanan dan sumber daya sosial-budayanya) dalam cakupan yang mikrokosmos

(jagat kecil), merupakan objek formal dan objek material kajian ekolinguistik. Bahasa

adalah sumber daya makna, termasuk makna dan pemaknaan alam dan makna budaya

dalam kemasan verbal sebagaimana terekam dalam bahasa-bahasa etnik khususnya, baik

khazanah leksikon maupun gramatikanya, sumber daya tekstual yang kontekstual masa

lalu dan masa kini, secara khusus misalnya gramatika metaforik sebagai khazanah

ekspresi verbal manusia yang alami, semuanya adalah tanda adanya keterkaitan dan

ketergantungan manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya.

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

8

2.2 Mitos

Mitos dalam konteks mitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentukan dari

masyarakat yang berorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis,

kekal. Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah/historis, bentukan masyarakat

pada masanya. Di sisi lain mitos (Roland Barthes) diartikan sebagai tuturan mitologis

bukan saja berbentuk tuturan oral, tetapi tuturan yang dapat berbentuk tulisan, fotografi,

film, laporan ilmiah, olah raga, pertunjukan, iklan, lukisan. Pada dasarnya mitos adalah

modus representasi dan mempunyai arti (meaning) yang belum tentu bisa ditangkap secara

langsung, misal untuk menangkap arti atau meaning sebuah lukisan diperlukan

interpretasi. Tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu proses

signifikasi sehingga dapat diterima oleh akal. Dalam hal ini mitos tidak dapatdikatakan

hanya sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus

signifikasi.

2.3 Hata Tona, Poda, Umpama sebagai Implementasi Mitos

Mitos dalam tradisi, adat dan budaya Batak selalu disampaikan lewat hata tona dohot

poda" (kata amanah dan nasihat), umpasa dohot umpama (pantun dan

peribahasa), berisikan tentang bagaimana membangun sistem “moral” yang “kini”

senantiasa diajarkan oleh agama-agama modern di seluruh dunia.

Hata tona dohot poda dapat disampaikan dalam bentuk umpasa dan umpama. Bahkan

segala pesan yang disampaikan dalam bentuk umpasa dan umpama "tertentu" bukan

hanya sekedar kata-kata bijak yang indah dan baik (hata na uli jala na denggan) tetapi

merupakan "ucapan berkat (pasu-pasu) dan doa (tangiang)" dari yang menyampaikan

kepada yang menerimanya. (Butar-butar, 2017).

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

9

Hata Tona dan Poda:

1. Hata Tona

Kata-kata yang berisi: amanah, pesan atau anjuran

Misal: Ingkon di toru do tangan na mangido

Artinya: "Harus di bawah posisi tangan meminta", maksudnya jika mengharapkan

atau memohon sesuatu hendaklah dengan kerendahan hati.

2. Hata Poda:

Kata-kata nasihat.

Misal : "Pantun do hangoluan, tois do hamagoan"

Artinya: Sopan santun sumber kehidupan, tetapi congkak alamat celaka.

2.4 Ekosistem

Ekosistem merupakan asosiasi berbagai jenis makhluk hidup (komunitas) dan lingkungan

fisiknya yang dihubungkan oleh aliran energi dan daur materi. Ekosistem danau terbagi

atas daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya

matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus

cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan

temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas

dengan daerah dingin di dasar.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

10

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menawarkan salah satu model pelestarian ekosistem lewat

bahasa yang di dalamnya terdapat kearifan lokal yang masih atau pernah dipercaya.

Sedangkan Tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1. Menggali dan menginventarisasi serta merekonstruksi cerita rakyat sebagai

pewaris budaya dan kearifan lokal yang mencerminkan harmonisasi ekosistem

Danau Toba (Capaian tahun 2018).

2. Memaknai cerita rakyat sebagai pewaris budaya dan kearifan lokal yang

menjaga harmonisasi ekosistem disesuaikan dengan situs sebagai settingnya

(Capaian tahun 2019).

3. Merevitalisasi cerita rakyat mengandung mitos norma dalam mewujdkan

harmonisasi manusia dengan ekosistem di Danau Toba (Capaian tahun 2010).

3.2 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Penelitian ini secara teoretis maupun secara praktis bermanfaat bagi masyarakat di

sekitar Danau Toba, Sumatera umumnnya . Manfaat dan dampak penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, social

humaniora, dan seni budaya

a. Dengan tersedianya buku yang memuat cerita rakyat dijadikan sebagai media

pewarisan budaya melestarikan ekosistem, misalnya menanam pohon dan

memeliharanya, menjaga keberlangsungan kehidupan ikan sebagai sumber

nabati bagi kehidupan manusia, dan bercocok tanam dengan adaptasi alam.

b. Penelitian ini menghasilkan produk berupa artikel sebagai sebagai konsep

dasar pelestarian ekosistem lewat bahasa.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

11

2. Penelitian ini bermanfaat bagi pemecahan masalah pembagunan

a. Membantu pemerintah untuk menjaga stabilitas dan kesinambungan bangsa

karena lewat pemahaman cerita rakyat ini dapat teratasi sifat egosentris

manusia dalam menguasai tanah dan hutan.

b. Penelitian ini juga bermanfaat menyadarkan masyarakat terhadap sikap

memelihara lingkungannya.

3. Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengendalian moral masyarakat sekitarnya.

a. Hasil penelitian ini mampu menggali kearifan lokal menjadi pedoman atau

norma nilai-nilai luhur dikandungnya dalam rangka mengeksploitasi alam.

b. Bagi pemerintah maupun masyarakat menjadi pedoman dalam rangka

membagun ekosistem Danau Toba berabasis bahasa dan budaya lokal.

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

12

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Danau Toba terletak di pusat suatu puncak topografi dengan panjang 300 km dengan beda

tinggi berkisar antara 100-1000 m dimuat dalam peta topografi Sumatra Utara. Luas badan

air Danau Toba 1.103 km2 yang menempati 3 area, Pulau Samosir di dalam danau

mempunyai luas daratan 647 km2

dan suatu Pulau Pardapur yang lebih kecil dengan luas

area 7 km2. Panjang danau adalah 87 km, dengan ukuran panjang keliling danau 294 km.

Area cekungan danau dikelilingi oleh batuan vulkanik, dengan tinggian yang berkisar

antara 400 hingga 1200 m di atas muka air danau. Danau ini terletak pada garis lintang

dan garis bujur antara 98030′ BT; 3005′ LS dan 99020 BT‟; 2040′ LS.

4.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif . Pendekatan

kualitatif suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi

yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini,

peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diawali

oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada peta alir penelitian

berikut ini:

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

13

4.3 Alur Penelitian/Roadmap Penelitian

PETA ALIR PENELITIAN

Pengembangan Bahan Ajar

Bhs. Indonesia Berdasar-

kan Analisis Kontrastif

(Tesis S-2)

Bahasa dan Manusia Bahasa dan Ekosistem

Pengaruh Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kemempuan Memahami Wacana (Skripsi S-1)

Bahasa Kedanauan (Kajian Ekolinguistik tentang Pe-lestarian Ekosistem) (Disertasi S-3)

Model Pembelajaran

Membaca Berdasarkan

Anakon

(Dosen Pemula)

Model Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Metode Umpan Balik (Dosen Pemula)

Analisis Nilai Wacana Kedanuan sebagai Model Pelesterian Eosistem (Hibah Bersaing)

Analisis Makna Re-gister Bahasa sebagai Model Pelacakan Fe-nomena Perilaku Sosial (Produk Terapan)

Analysis of Value and

Revitalization of Lakeness

Discourse in Batak Toba as A

Model for Ecosystem

Reservation – an

Antropolinguistic Study

Related to Lake Toba

Reservation

(Prosiding Internasional)

Transfer Budaya dalam Tindak Tutur (Bahtera) Preservation of Lake

Toba Ecosystem through

Batak Toba Folklore:

Ecolinguistic Study

Received 01 Jan, 2017;

Accepted 21 Jan, 2017©

The author(s) 2017.

Published with open

access at

www.questjournals.org

Tindak Tutur

“Speech Act”

(Bahtera)

Rekonstruksi Dan Revitalisasi Cerita Rakyat Sebagai Pewaris Budaya dan

Kearifan Lokal Dengan Pendekatan Situs Mitos Pada Masyarakat Batak Toba

(Kajian Ekolinguistik Tentang Pelestarian Ekosistem Danau Toba)

(Usulan Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi Tahun I)

Harmonisasi Bahasa, Manusia, Ekosistem

(Wilayah Penelitian Lanjutan)

Lingkungan dalam Perspektif Bahasa (Jala Bahasa Solo)

Modalitas dan Evidensial Bahasa Batak Toba (Bahtera)

Keterhubungan Usalan Peneli-

tian dengan Matakuliah

Semantik mengkaji makna

bahasa ditentukan oleh

Konteks

Sosiolinguistik: Bahasa dan

Pemakainya

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

14

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang terdiri atas:

1. Situs yang dianggap memiliki mitos

2. Penggalian legenda yang melekat pada situs .

Penetapan informan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bola salju.

Oleh karena itu, penentuan informan selanjutnya direkomendasikan oleh

informan awal.

2. Observasi

Observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian

atau peristiwa, waktu, dan perasaan masyarakat penutur sekitarnya

4. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya

dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan memastikan keakurasian data

cerita yang sudah diperoleh.

2 Pengujian Data

Data wacana yang sudah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pengujian data

dengan triangulasi. Teknik digunakan untuk memastikan apakah legenda itu

masih ada atau pernah ada.

4.5 Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis

transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti

dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian,

pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola apa yang dilaporkan.

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

15

4.6 Alur Penelitian

4.7 Pengecekan Keabsahan Temuan

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan

temuan cerita rakyat. Oleh karena itu, temuan ini perlu diteliti kredibilitasnya dengan

mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang

diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori),

pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan

anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain

(transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat-tidaknya

dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

16

BAB V

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Situs Mitos yang Berkaitan dengan Pelestarian Lingkungan

Situs-situs sebagai tanda atau simbol bermakna atau dimaknai oleh masyarakat sekitarnya

mengandung mitos terdata peneliti adalah sebagai berikut:

1. Batu Parbiusan

ujudnya Batu berlapis sehingga membentuk altar

Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

2. Harbangan

Ujudnya: Tembok Batu

Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

3. Batu Palangka

Ujudnya: Batu Berbentuk Mangkuk

Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

4. Batu Anduhur

Ujudnya: Batu berbentuk burung perkutut

Lokasi: Aek Baringin, Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

17

5. Batu Sopo

Ujud: Batu berbetuk rumah atau sopo

Lokasi: Lereng Gunung Buhit

Kec.: Sianju Mula-mula

6. Batu Kursi

Ujud: Batu menyerupai kursi

Lokasi: Sianjur Mula-mula

7. Batu Lage/Tikar

Ujud: Batu mirip tikar

Lokasi: Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

8. Batu Ijuk

Ujud: Batu yang ditumbuhi tanaman mirip ijuk

Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

9. Batu Tangga-tangga

Ujud: Batu mirip tangga menuju Pussuk Buhit

Lokasi: Sarimarihit

Kec.: Sianjur Mula-mula

10. Aek Baringin

Ujud: Mata air dari selah-selah batu

Lokasi: Aek Baringin/Sipitudai

Kec. Sianjur Mula-mula

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

18

11. Batu Gordang

Ujud: Batu yang ditopang akar-akar

Lokasi: Aek Baringin

Kec. Sianjur Mula-mula

12. Batu Hoda

Ujud: Batu

Lokasi: Boho

Kec.: Sianjur Mula-mula

13. Batu Hobon

Ujud: Batu berlapis atau bertindih-tindih

Lokasi: Sari Marihit

Kec.: Sianjur Mula-mula

14. Batu Pangasean

Ujud: Batu dan lapangan di atas bukit, yang diyakini sebagai tempat pemujaan

dahulu

Lokasi: Boho

Kec.: Sianjur Mula-mula

15. Harangan Rura Onan Aek Sitio-tio

Ujud: Hutan, batu, mata air

Lokasi: Boho

Kec.: Sianjur Mula-mula

16. Sijambur

Ujud: Mata air dan perkampuangn

Lokasi: Sijambur; Kec.: Pangururan

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

19

17. Harangan Nabolak

Ujud: Hutan lebat, yang diyakini kalau masuk ke hutan ini akan sesat tidak bisa

pulang

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

18. Harangan Etek-etek

Ujud: Hutan

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

19. Harangan Sihumonong (Pertapaan si Raja Batak)

Ujud: Hutan yang ditumbuhi dengan pohon-pohon tua dan langka serta berlumut

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

20. Tala-tala

Ujud: Rawa berair diperkirakan 5000 m persegi, yang diyakini tempat bidadari

nenek moyang orang Batak mandi/maarpangir

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

21. Batu Opputa Raja Isombaon

Ujud: Batu bulat, yang diyakini ujud Raja Isombaon

Lokasi: Sianjur Mula-mula

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

20

22. Batu ni Oppu Parimbulu Bosi

Ujud: Batu yang berujud unik, diyakini batu perubahan ujud Guru Parimbulu Bosi

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

23. Aek Sitapangi

Ujud: Rawa berair diperkirakan 5000 m persegi, diyakini sebagai tempat para

bidadari nenek moyang orang Batak

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

24. Batu Parpadanan

Ujud: Batu Bulat di tengahnya ada gua. Tempat Guru Tatea Bulan

menyembunyikan pakaian salah satu bidadari (Siboru Sakti). Mereka berjanji

menjadi suami istri

Lokasi: Sianjur Mula-mula

25. Batu Sopo

Ujud: Batu berbentuk rumah kecil, yang diyakini sebagai rumah pertama Guru

Tatea Bulan dengan Siboru Sakti.

Lokasi: Sianjur Mula-mula

26. Batu Naga

Ujud: Batu berujud mulut seekor naga, diyakini sebagai naga peliharaan Tatea

Bulan dan Siboru Sakti

Lokasi: Sianjur Mula-mula

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

21

27. Batu Gajah

Ujud: Batu menyerupai ujud gajah, diyakini gajah peliharaan Tatea Bulan berubah

menjadi Batu

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

28. Batu Parrapotan Siraja Batak

Ujud: Batu seperti mimbar tempat berkumpul

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

29. Aek Malum

Ujud: Mata Air yang sangat jernih dan dikelilingi oleh pohon-pohon, diyakini

sebagai bekas tancapan tongkst Guru Tatea Bulan dan disakralkan dapat

menyembuhkan berbagai penyakit.

Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula

30. Simangarambang

Ujud: Bukit yang ditumbuhi jabi-jabi, diyakini lokasi dapat mendeteksi niat baik

dan niat jahat. Kalau ada niat jahat disimpannya akan mati dengan sendirinya.

Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

22

31. Batu Rumah Bolon

Ujud: Batu yang menyerupai rumah adat batak yang berukir. Lokasi ini diyakini

sebagai persinggahan Mula Jadi Nabolon menuju Pussuk Buhit ketika menciptakan

Raja Geleng Gumeleng

Lokasi: Simarrihit

Kec.: Sianjur Mula-mula

32. Liang Sakti

Ujud: Gua Batu yang diyakini sebagai tempat penyempurnaan Raja Uti menjadi

manusia seutuhnya dan memiliki ilmu yang sangat sakti

Lokasi: Sarimarrihit

Kec.: Sianjut Mula-mula

33. Aek Bona-bona

Ujud: Air danau dan batu, diyakini sebagai tempat persinggahan si Raja Batak

sebelum menuju daerah Bonan Dolok, disakralkan, tumbuhannya jabi-jabi.

Lokasi: Tulas

Kec. Sianjur Mula-mula

34. Binanga Sitapigagan

Ujud: Air terjun dan Sungai berbatu, diyakini sebagai tempat berbasuh dan

manguras (mensucikan diri) Oppung Paribulu Bosi, disakralkan dan dikeramatkan.

Lokasi: Bonan Dolok

Kec.: Sianjur Mula-mula

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

23

35. Binanga Sitapigagan/Aek Sibontar

Ujud: Air Terjun dan Suangai Berbatu, diyakini bisa berubah warnanya tujuh kali

dalam sehari.

Lokasi: Bonan Dolok

Kec. Sianjur Mula-mula

36. Pulau Tulas

Ujud: Pulau di tengah Danau Toba tidak berpenghuni, diyakini sebagai bagaian

dari Gunung Pussuk Buhit (Kepala Gunung Pussit Buhit) yang kalah perang

dengan Gunung Dsianbung di Tanah Karo akhirnya jatuh ke tangah Danau Toba.

Lokasi: Tulas, Siboro

Kec.: Sianjur Mula-mula

37. Sianjur Mula-mula

Ujud: Perkampungan dan gua, diyakini sebagai pemukiman pertama orang Batak

(Si Raja Batak). Si Raja Batak membangun rumah pertama sekali di daerah ini,

terbuat dari batu. Ada juga gua sebagai tempat berbasuh dan sumber air minum.

Lokasi: Urat

Kec.: Sianjur Mula-mula

38. Inganan Partonggoan

Ujud: Batu berbentuk meja, diyakini sebagai wadah Si Raja Batak berdoa.

Lokasi: Urat

Kec.: Sianjur Mula-mula

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

24

39. Mual Siboru Pareme

Ujud: Sumur, diyakini sebagai tempat si Boru Pareme mengambil air

Lokasi: Sarimarrihit

Kec.: Sianjur Mula-mula

40. Batu Parhusipan

Ujud: Batu, diyakini situs pertemuan Sariburaja dengan Siboru Pareme dan

melakukan perjinahan

Lokasi: Sarri Marrihit

Kec.K Sianjur Mula-mula

41. Dolok Sibagot-bagot

Ujud: Dua bukit berbentuk buah dada, diyakini sebagai karya kesaktian Gunung

Pussuk Buhit

Lokasi: Desa Siarsam

Kec.: Sianjur Mula-mula

42. Mual Sitonggi-tonggi

Ujud: Pancuran Air, diyakakini sebagai air persinggahan Siboru Pareme dan Raja

Lontung menuju ke Banua Raja. Rasanya segar untuk pelepas dahaga dan bisa

saja berubah rasanya apabila pengunjungnya tidak sopan atau berbohong

Lokasi: Huta Lumban Tonga-tonga

Kec.: Sitio-tio

43. Huta ni Oppu Mosa

Ujud: Lesung, diyakini sebagai wadah menumbuk ramuan obat berhasiat berlipat

ganda.

Lokasi: Sabulan; Kec.: Sitio-tio

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

25

44. Mual ni Siboru Pareme

Ujud: Mata Air, diyakini sebagai tempat permandian Siboru Pareme. Mata air ini

dihormati penduduk setempat terutama ketrunan Raja Lontung berkhasiat dapat

menyembuhkan penyakit dan dapat membuat awet muda. Pada umumnya

penduduk menghormatinya dan memberikan sesajen dan memohon ingin

mendapat rezeki, serta tidak boleh berbicara tidak sopan.

Lokasi: Sabulan

Kec.: Sitio-tio

45. Mual ni Boru Saronding

Ujud: Mata Air, Monumen, diyakini sebagai tempat marpangir (mandi dengan

menggunakan jeruk purut). Sampai sekarang banyak orang mengunjungi untuk

tujuan menyucikan diri dan untuk meminta permohonan khusus.

Lokasi: Sabulan

Kec.: Sitio-sitio

46. Pantai Boru Sarunding

Ujud: Pantai, diyakini adalah lokasi tenggelamnya perahu Boru Sarinding karena

ingkar janji terhadap Raja Sudungdangon, suaminya. Daerah ini dianggap sakral,

para pendatang untum memujanya harus mengenakan kain sarung, sopan, tidak

boleh meludah

Lokasi: Rassang Bossi; Kec.: Sitio-tio

47. Mual Tamba Tua

Ujud: Mata Air, tempat pertemuan Tamba tua dengan Guru Sudungdangon

(Manusia Jadi-jadian) sebagai penguasa daerah Tamba. Mereka berjanji agar Guru

Sudungdangon pindah ke Bukit imbalannya Tamba Tua berkewajiban memberikan

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

26

sesajen setiap tahun. Perjanjian ini harus dilaksanakan kalau terlupakan akan

terjadi musim penyakit, tanaman tidak bagus.

Lokasi: Tamba Dolok

Kec.: Sitio-tio

48. Mual Datu Parmongongo

Ujud: Mata Air, diyakini tempat ini persembunyian Datu Parngongo ketika mau

dibunuh anak-anaknya. Khasiat air ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit

dan kecantikan. Pengunjung tidak diperbolehkan membuang sampah sembarang

dan berkata tidak sopan.

Lokasi: Tamba Nagodang

Kec.: Sitio-tio

49. Mual Si Sopak ni Musu

Ujud: Mata air yang sudah tidak terurus, diyakini sebagai penjaga perkampungan

Tamba sihingga tidak bisa dimasuki pencuri, pendengki.

Lokasi: Tamba

Kec.: Sitio-tio

50. Sampuran Bala

Ujud: Mata Air, diyakini Mual Bala iini dihuni seekor ular besar, ekornya berada

di bawah gunung dan kepalanya berada di atas gunung Nabolak dinamai dengan

Sibaganding Tua. Di area Sampuaran Bala ini tumbuh Pokki dan Jabi-jabi. Dahan

pohon ini tidak boleh ditebang lalu dibawa pulang. Jika ada orang yang bersikeras

maka ranting tadi akan berubah menjadi ular.

Lokasi: Dolok Raja

Kec. Harian

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

27

51. Mual Silimbat

Ujud: Mata Air, diyakini tempat pemberian pesugihan dengan sesajen. Seandainya

permohonan pengunjung terkabulkan maka akan datang ikan lele/limbat yang

berasal dari rongga batu. Sebaliknya jika permohonan itu tidak dikabulkan maka

iakan limbat itu tidak akan timbul. Tempat ini sangat sakral bersih.

Lokasi: Sampuran Toba

Kec.: Harian

52. Makam Sipisisomalim

Ujud: Makam, diyakini tempat pemakaman Sipisosomalim setelah kalah adu

kesaktian. Rumput dan pohonan yang tumbuh di sekitarnya tidak boleh dimakan

hewan. Siapa yang menentangnya akan mati.

Lokasi: Saomauli Hatoguan

Kec.: Palipi

53. Jabi-jabi Sihis?Sisangapan

Ujud: Pohon, diyakini pohon sebagai tanda persaudaraan Situmorang

Lokai: Urat

Kec.: Palipi

54. Batu Ratte

Ujud: Batu, diyakini dapat bergerak sehingga dirantai supaya tidak bergerak.

Lokasi: Mogang Pelabuhan

Kec.: Palipi

55. Hariara Siduatali (Hariara Maranak)

Ujud: Pohon Hariara, diyakini di bawah pohon ini adalah wadah rapat yang

menghasilkan keputusan penting dan damai. Keturunan Lontung sangat

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

28

menghormatinya dan memiliharannya dengan baik. Situasi sekitarnya sangat

gersang.

Lokasi: Urat

Kec.: Palipi

56. Namartua Limang

Ujud: Batu seperti cawan, diyakini sebagai tanda keturunan Pandiangan yang

mengeluh karena banyak rezeki panen yang tumpah ruah didapatnya sihingga

kewalahan mengangkatnya dan meyimpanya ke lumbung.

Lokasi: Urat

Kec.: Palipi

57. Binanga Bolon

Ujud: Sungai dengan Batu-batu kecil, diyakini sebagai tempat sakral. Masyarakat

sekitarnya mengakui pernah ada upaya untuk menimbun pertemuan dua sungai

dengan batu-batu besar, tetapi kenyataannya batu itu hancur berkeping-keping.

Serpihan batu tersebut tidak boleh dibawa pulang

58. Sampuran Pangaribuan

Ujud: Air terjun, diyakini sebagai tempat asal marga sinaga. Air terjun ini

dianggap sakral oleh keturunan marga sinaga sehingga mereka menjaga kebersihan

dan pohon-pohonnya.

Lokasi: Palipi

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

29

59. Parbatu Palhang

Ujud: Batu, sumur, pohon, diyakini sebagai makam salah satu marga siringo-ringo

yang terbunuh oleh saudaranya sendiri.

Lokasi: Parsaoran

Kec. Nainggolan.

60. Batu Guru

Ujud: Pantai dan Batu yang ditumbuhi beringin kecil dan rumput-rumput, diyakini

sebagai tempat Datu Parulas dan Datu Parultop mengadu kesaktian dalam

mempertahankan struktur batu yang mau terguling.

Lokasi: Pangaloan

Kec.: Nainggolan

61. Mual ni Raja Sonang

Ujud: Lima Mata Air yang berdekatan, diyakini sebagai makan Raja Sonang,

disekitarnya ditumbuhi bambu, nira, dan jabi-jabi. Tempat ini dianggap sakral

sehingga orang tidak boleh sembarangan di daerah tersebut.

Lokasi: Rianiate

Kec.: Onan Runggu

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

30

62. Hariara Nabolon

Ujud: Pohon Hariara, diyakini sebagai pohon tambatan kerbau ketika adat

kematian Raja Ampangarandang.

Lokasi: Sosor Pea

Kec.: Onan Runggu

63. Batu Ugan

Ujud: Batu berbentuk Oval terdiri dari 4 buah batu yang tidak boleh dipindah-

pindahkan. Batu ini diyakini sebagai peninggalan Raja Lontung ketika membuka

perkampungan di daerah tersebut. Masyarakat setempat menganggap lokasi

tersebut sakral dan tidak boleh dipindah-pindahkan.

Lokasi: Sosor Dame

Kec.: Simanindo

64. Aek Natonang

Ujud: Waduk berawa, diyakini sebagai tempat permandian Raja Lontung,

dilanjutkan dengan Ompu Palti sebagai jelmaan dari Raja Uti. Tempat ini

disakralkan dan dipuja.

Lokasi: Sosor Dame

Kec.: Simanindo

65. Batu Marhosa

Ujud: Batu ditumbuhi Dapdap, Sampilpil, Tanggiang, diyakini sebagai tempat

persembunyian Si Boru Langgatan Situmorang karena tidak mau kawin paksa.

Masyarakat meletakkan sirih dan rokok sebagai syarat mengujunginya.

Lokasi: Sigarantung

Kec.: Simanindo

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

31

66. Mual Si Boru Langgatan

Ujud: Mata Air, diyakini sebagai tempat menyampaikan permohonan dan biasanya

terkabul. Bentuk sesajen biasanya sirih diletakkan di atas batu altar.

67. Batu Suga

Ujud: Batu berbentuk mahkota, diyakini sebagai jelmaan dari keluarga menjadi

batu.

Lokasi: Sigarantung

Kec.: Simanindo

68. Bulu Turak Nan Tinjo

Ujud: Bambu di bawahnya tumbuh sanggar atau pingping, diyakini sebagai alat

tenun Nan Tinjo yang karam di tengah danau. Kisahnya dimulai dari adanya

syarat lamaran yang tidak mungkin disanggupi manusia, yaitu tujuh perahu emas.

Hal ini diajukan karena ayah dari Nan Tinjo dan Nan Tinjo sendiri menyadari

bahwa dia bukan wanita normal melainkan manuasia biseks (wanita, yang kelaki-

lakian). Raja Silalahi ternyata menyanggupi syarat itu sehingga dengan terpaksa

pihak Nan Tinjo menerimanya. Di Tengah Danau Nan Tinjo bermohon kepada

penguasa laut supaya dikutuk dan ditenggelamkan perahunya. Oleh karena itu,

penguasa mengabulakannya dan menenggelamkan perahu Silalahi dan Nan Tinjo.

Lokasi: Huta Malau

Kec.: Simanindo

69. Na Martua Sioma

Ujud: Pantai, diyakini sebagai kisah dua orang bersaudara kembar, yang lama

kelamaan timbul rasa saling memiliki. Orang tua dan huta keberatan melihat

kenyataan ini sehingga mereka menancakan potongan bambu di sepanjang pantai

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

32

yang bertindak sebagai ranjau. Tujuannya adalah agar perilaku mandi bersama

kedua bersaudara tersebut berhenti sehingga tidak ada lagi rasa saling mencintai.

Namun, mereka tetap melompat ke danau untuk mandi sehingga keduanya

tertancap ranjau tadi. Daerah ini sangat disakralkan.

Lokasi: Silima Lombu; Kec.: Simanindo

70. Bontean

Ujud: Batu, diyakini sebagai tempat tambatan/kaitan perahu raja-raja kalau

berlabuh.

Lokasi: Pagar Batu

Kec.: Simanindo

71. Parik Debata

Ujud:Benteng Batu, diyakini sebagai tempat permandian/paranggiran Si Boru

Nagojong. Masyarakat setempat menghormatinya, tidak boleh bicara tidak sopan

dan harus menjaga kebersihannya.

Lokasi: Huta Pagar Batu

Kec.: Simanindo

72. Pagar Batu

Ujud: Benteng Perkampungan, diyakini sebagai tempat yang sangat mistis

Lokasi: Huta Pagar Batu

Kec.: Simanindo

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

33

73. Aek Siguti-guti

Ujud: Waduk, diyakini sebagai sisa air perebusan manusia yang dijadikan menjadu

suruhan gaib/magis.

Lokasi: Huta Salaon

Kec.: Ronggur ni Huta

74. Aek Porohan

Ujud: Waduk, diyakini masih berhubungan dengan Aek Sidihoni. Hal ini

dibuktikan dengan jika Aek Sidihoni kering maka Aek Porohan penuh dan

sebaliknya. Legendanya, waduk ini disahkan sebagai tempat tenggelamnya

seorang laki-laki yang menyukai saudara kembarnya.

Lokasi: Salaon

Kec.: Ronggur ni Huta

75. Gua Simaliting

Ujud: Gua, diyakini sebagai istana seekor ular besar. Tempat ini disakralkan

masyarakat setempat.

Lokasi: Tanjungan

Kec.: Ronggur ni Huta

76. Aek Sihalisung

Ujud: Waduk, diyakini sebagai tempat tenggelamnya Mangait boru Simbolon yang

dipaksa menikah, tetapi lebih memilih mati tenggelam terbawa pusaran air.

Lokasi: Lumban Dugul

Kec.: Ronggur ni Huta

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

34

77. Sipaleonggang

Ujud: Liang, diyakini masyarakat sebagai tempat yang sakral

Lokasi: Huta Simanampang

Kec.: Ronggur ni Huta

78. Jeani Tano

Ujud: Lubang/Liang yang ditumbuhi Arsam, Pinus, sanggar. Tempat ini diyakini

sebagai penangkal niat jahat dan pemberi rejeki apabila diberi sesajen.

Lokasi: Huta Sitonggi-tonggi

Kec.: Ronggur ni Huta

79. Danau Sidihoni

Ujud: Danau, diyakini dapat memberikan tanda-tanda sosial di masyarakat

sekitarnya sehingga disakralkan.

Lokasi: Ronggur ni Huta

Kec.: Ronggur ni Huta

80. Mula ni Si Boru Na Etang (Naibaho)

Ujud: Pantai dan Pohon Beringin, diyakini sebagai tempat ditenggelamkannya si

Boru Naitang karena kawin sedarah dengan saudara kembarnya.

Lokasi: Tajur

Kec.: Pangururan.

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

35

5.2 Hasil Rekonstruksi Cerita Rakyat yang Mengandung Pelestarian

Ekosistem

Narasi yang dapat digali dan direkonstruksi dari situs mitos adalah sebagai

berikut:

Hasil Rekonstruksi Cerita Rakyat

PARIK NI HUTA

Narasumber: Simanjorang

Umur: 66 Tahun

Alamat: Desa Hasinggahan Kec. Limbong Mulana Kab. Samosir

Definisi: Parik merupakan bangunan pagar perkampuangan yang terbuat dari timbunan

tanahnatau batu yang tersusun dengan rapi.

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Parik manang lindung ni huta manang na di

hauma dibahen sian batu manang sian tano.

Di toru ni parik i suha ma goarna.Unang

dilatei, unang dibaen nasoadat na so uhum,

dibaen naso aji, unang dipaborhat begu

ganjang ido on nambahen parik on. Unang

ditahi di au artana, pantang manolbak parik,

parik ni juma naso boidiunsat on. Manang

na ise namangolat parik ingkon hassit

ngoluna. Batu sondi nasoboi gargaran on.

Manang na ise mangumpat parikna ingkon

hansit ngoluna alana hona uhum ni

Namulajadi Nabolon, ima poda ni natua-

tua. Bolo dituntun lomo na, di pudian ni ari

sungkun-sungkun ma rohana. Tona tu

pangaranto dang diboan tano alai marjabu

be do hamu. Idia do dosakku, burju do

omppuku happe nunga mardengkuki.

Parik atau perlindungan perkampungan atau

di sawah terbuat dari batu atau timbunan

batu. Di bawah parik ada irigasi namanya

suha. Jangan dengki jangan dilakukan di

luar adat dan norma, jangan melakukan

magis, jangan diberangkatkan “begu

ganjang”sehingga didirikanlah Parik.

Jangan menginginkan harta orang lain,

pantang meratakan atau menghancurkan

perbatasan/pagar. Parik/batas ladang/sawah

jangan digeser-geser. Barang siapa yang

menggeser-geser/melewati Parik/batas

dengan tujuan menguasai akan susah

hidupnya di kemudian hari. Kalau

bersikukuh maka di kemudian hari akan

terkutuk hidupnya. Oleh karena itu,

kadang-kadang setelah di kemudian hari

bertanya-tanya dalam hati. Apa dosaku,

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

36

Sonari on dipasahat tu naposo,

“Unang suda hosa alana ni tano tarlumobi

tu namarhahamaranggi. Parik balok

nasotupa tolbakkon.”

Disuan bulu di atas ni parik asa las huta.

Jala asa unang hona sitaban (martaban)

manangko jolma. Laho digadis.Ahu ma raja

di huta on martaban ma jo hamu borngin

on. Bolo Huta Dolok di ginjang di parik

ingkon suannon do bulu lao pagar ni huta.

Ai najolo asa lao jolma tu dolok-dolok

alana masa do sitaban jolma.

ayah/ibu, kakekku baik padahal tanpa

sepengetahuannya sudah melakukan

kecurangan. Sekarang dinasihatkan kepada

generasi muda, “Jangan sampai meregang

nyawa karena persoalan tanah, khususnya

kepada orang yang berkakak adik Parik

batas jangan sampai dirusak.”

Bambu ditanam di atas Parik supaya

hangat perkampungan. Selain itu, terhindar

dari penculikan manusia. Tetapi bagi

masyarakat Dolok tanaman bambu

merupakan pagar perkampungan.

AEK SITAPIGAGAN

SIMANJORANG HELA NI RAJA SAGALA

Narasumber: Dapot Simanjorang

Umur: 56 Tahun

Alamat: Desa Hasinggahan Kec. Limbong Mulana Kab. Samosir

Simanjorang adalah salah satu Marga Batak dari Puak Marga Sinaga

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Hatiha i mandonghon ompung nami

Simanjorang sian Pangaribuan.

Pangalahona jukat ido dibahen ma

goarna Simanjurang. Pitu ma halahon

namarhaha maranggi, Simanjorang ma

siampudan. Leleng diparlelengan

tolpusma tu son tu hasundutan manang

Sinaga Hasundutan. Si Manjorang si

Pardandi Parhasundutan. Ro ma

marlange Simanjorang sahat tu Bonan

Cerita itu/alkisah mengatakan moyang kami

Simanjorang bersal dari Pangaribuan.

Kelakuannya jahat/bandal sehingga diberi

nama Siamnjurang. Tujuh orang mereka ini

bersaudara, Simanjorang adalah anak yang

paling bungsu. Lama kelamaan

menyeberanglah ke Hasinggahan atau arah

Barat maka disebutlah dia Sinaga

Parhasundutan. Si Manjorang yang manja

suka merengek Parhasundutan. Simanjorang

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

37

Dolok Aek Sitapigagan binanga

nabolon ima binanga ni si Sagala.

Dungi jadi hatoban ni Raja Sagala ma

ompu on sidegeon ma ompu on laho tu

ginjang dohot tu toru ni rumah.

Partangisan manang na udean Raja

Sagala maruba-uba ukuranna olo balga

olo gelleng. Ompungna ta najolo

gelarna Ompu Bonan Dolok na hurang

alo on si Bolak mumbal-mumbal

omputa si unangbela ibana manampul

asu ibana i sulangi deba. Di hatiha i

mandonghon jadi ma porang mangalo

parbariba. Marporang manangko

mambuat jolma laho mambahen

hatoban. Bolo Nadihasomalhon di Aek

Sitapigagan batu dohot hau holan

marga Sagala do naboi mambuat hau i

(hayu tualang), ipe ingkon marsantabe

ingkon hohom unang margait-gait

pangalaho dohot pangkatai on.Bolo

dituntun lomo na laho tusi boi

gadamom manang gatal-gatal on.

Unang dibuat hau laho parhau. Di

tingki Simanjorang dibaen jadi

hatobanna bolo borngin dang diboan tu

jabu dibaen ma gabe sidege-dege on tu

ginjang dohot tu toru ni jabu. Ditingki

sadari di bereng Simanjorang ma Ompu

Bonan Dolok holan natalu di

parporangan. Hape di nalaho

marporang Ompu Raja Bonan Dolok tu

menyeberang dari sebelah dengan berenang

sampai di Bonan Dolok Sungai Sitapigagan,

yaitu Sungai Si Sagala. Setelah itu Raja

Simanjorang menjadi budak Raja Sagala,

fungsinya sebagai pijakan kaki kalau naik

turun rumah.

Kuburan Raja Sagala dapat berubah-ubah

ukurannya kadang besar dan kadang kecil.

Raja Sagala gelarnya Ompu Bonan Dolok

yang tidak bisa ditaklukkan . Cerita itu

mengatakan terjadilah perang antara

kekuasaan Sagala dengan negeri Seberang.

Peperangan bertujuan untuk menyandera

manusia/orang sebagai target perang, yang

akan dijadikan sebagai budak.

Kebiasaan yang diwariskan di Sungai

Sitapigagan batu dan kayu hanya marga

Sagala yang bisa menebang/mengambilnya.

Hal itupun terjadi harus disertai etika/ permisi

dan santun. Jangan menganggap remeh

perbuatan maupun perkataan. Jika aturan

yang dipercaya ini dilanggar bisa saja kena

gadam atau gatal-gatal yang kronis. Jangan

diambil kayu/pohon untuk dijadikan kayu

bakar.

Ketika Raja Simanjorang masih diberlakukan

sebagai budak dan fungsinya sebagai anak

tangga ke atas rumah dan turun ke bawah,

Ompu Bonan Dolok mengalami kekalahan

dalam perang. Sementara Raja Simanjorang

yang ditinggalkan di kampung juga

membunuh para pria kampungnya. Suatu

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

38

huta na asing, Raja Simanjorang

mamorangi (marbajo) angka jolma

natinggal di huta. Ditingki sahali raja

Bonan Dolok mulak tu huta, angka

jolma nadi huta sarita tu Raja Bonan

Dolok taringot tu pangalaho ni Raja

Simanjorang bolo ditinggalhon di huta.

Alani i Raja Bonan Dolok

marsangkapma mamboan Raja

Simanjorang tu parporangan.

“Oh Simanjorang olo do ho dohot tu

parporangan?” dialusi si Manjorang ma

“Boasa dang olo raja nami!

“Holan Paimahon hata ni Raja i do

nasaleleng on.”

“Bolo boti marsogot rap ma hita tu luat

parporangan.”.Dungi dialusi Raja

Simanjorang ma Raja Bonan Dolok,

“Raja nami! Unang pola dohot hamu,

holan au pe mangalo musuh ta i.”

“Bah...songon na teal ma ho tu au!”

“Daong songoni maksud hu Raja nami

asa unang hona mara do raja i.” Dungi

talu ma musu i jala monang ma sida.

Dung mulak manasida tu huta, marhata

ma Raja Bonan Dolok mangkatai ma

dohot inanta soripada, “Boha bolo hita

baen Simanjorang on gabe helanta asa

adong dongan mangalo

musunta?”“Denggan mai asa adong

mangurupi ho Rajanami!” alusni inanta

soripada.Disada tingki dijou Raja

ketika Raja Bonan Dolok pulang dari

peperangan membawa kekalahan, para

penduduk di kampung cerita tentang perilaku

Simanjorang kepada Raja Bonan Dolok

selama ditinggalkan. Oleh karenan itu, Raja

Bonan Dolok berencana membawa

Simajorang ke peperangan.

“Oh Simanjorang maukah Engkau ke

peperangan?” Dijawab si Manjorang,

“Kenapa tidak mau Raja kami!”

“Selama ini aku menunggu perintah, Raja!”

“Kalau begitu besok kita berangkat sama ke

area peperangan besok.” Kemudian

Simanjorang menjawab Raja Bonan Dolok,

“Raja kami! Biarkan aku sendiri yang

menghadapi musuh kita itu.”

“Bah...seperti sombong Kau sama aku!”

“Tidak Raja kami bukan begitu maksudku,

aku berharap Raja kami jangan kena celaka.”

Setelah berperang, mereka membawa

kemenangan dan mereka pulang. Raja Bonan

Dolok berunding dengan sang istri perihal

Simanjorang.

“Bagaimana kalau Simanjorang ini kita

jadikan menjadi menantu kita biar ada

membantu kita melawan musuh?” “Baik

Raja! biar ada yang membantu Raja melawan

musuh.” jawab istrinya. Suatu ketika Raja

Bonan Dolok memanggil Simanjorang lalu

ditanya,

“Simanjorang! Maukah menjadi menantuku

di rumah ini?”

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

39

Bonan Dolok ma Simanjorang jala

disungkun ma Simanjorang, “Si

Manjorang! Olo do ho jadi helakku

dongan di jabu on?” “Olo Raja nami!”

Dungi dipatudu Raja Bonan Dolok ma

napitu boruna on. “Pillit ma na dia do

diho?” Boru ni Raja Bonan Dolok on

uli-uli do holan sada do na humurang.

“Bolo diloas Raja i do ahu mamilih

boru ni Raja i, bolo boi suru raja i ma

angka boru ni raja i marsogot mardalan

tu Aek Sitapigagan an!” “Boasa

songoni hatam?”

“Daong Raja nami, ingkon songoni

tona ni dainang.”

“Bolo songoni, sogot pagi rade ma

nasida.”Manogot ni ari ditatap si

Manjorang ma na pitu boru ni Raja

Bonan Dolok i. Lima halak boru nai

mardalan di aek Sitapigagan i huhut

manintak paheanna tu ginjang asa

unang maraek, alai adong do sada boru

na i dang mangangkat paheanna

mardalan di aek i ima boruna

nahumurang rupana ima boruna si

nomor lima. Jala boru na humurang uli

on do dipillit Simanjorang alana nangpe

hurang uli rupana alai rohana tung

mansai uli do alana tarida do sian

pangalahona ima taringot tu marpahean

i na pantun. Alana dihasubanghon do

manait paheanna di tonga

“Mau Raja!” Kemudian Raja Bonan Dolok

menunjukkan ketujuh anak gadisnya.

“Pilihlah samamu?” Anak gadis Raja Bonan

Dolok cantik-cantik, tetapi ada seorang yang

agak kurang rupanya.

“Kalau Raja mempekenan aku memilih anak

gadisnya, kalau bisa tolong disuruh anak

gadisnya besok pagi berjalan di Sungai

Sitapigagan!”

“Kenapa seperti itu bicaramu?”

“Tidak Raja, Ibuku telah menasihatkan

seperti itu kepada kami.”

“Kalau begitu, mereka bersedia besok pagi.”

Pada pagi hari Simanjorang melihat pintu

Raja Bonan Dolok. Anak pertama, kedua,

ketiga, keempat, dan kelima anak gadisnya

keluar berjalan ke sungai Sitapigagan sambil

mengangkat kain sarungnya, tetapi anak

gadisnya yang kelima tidak mengangkat kain

sarungnya ketika berjalan, yaitu anak

gadisnya yang tidak begitu cantik rupanya.

Kemudian Simanjorang memilih anak gadis

yang kurang cantik itu karena walaupun

kurang parasnya tapi perilakunya baik karena

hal itu terlihat dari cara berpakaiannya. Anak

gadis Raja Sagala yang lain berwajah cantik

tetapi ketika melewati air mengangkat

bajunya supaya jangan basah. Hal ini

merupakan pantangan bagi kebiasaan

masyarakat Batak. Perilaku ini dapat

mencerminkan tinggi hati. “Bekerjalah

engkau menantuku!” kata Raja Bonan Dolok

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

40

mangajana.“Mangula ma hamu, Amang

Hela!” ninna Raja Bonan Dolok tu Si

Manjorang.

“Nion horbo, hoda, mas, ringgit!”

“Dang olo ahu Raja nami!” alus ni

Simanjorang.

“Jadi aha leanon tu ho Simanjorang?”

tanya Raja Sagala, lalu dia berpikir,

“Tano do haroha lehononhu tu ho”

ninna Raja Bonan Dolok.

“Ido Raja nami!” alus ni Simanjorang.

“Lehonon hu tu ho tano!” “Nauli Raja

Nami!” jawab Simanjorang. Dilehon

ma tano mulai sianSijagar-jagar ma

huleon tu ho sahat tuSimargantuk-

gantukSilalahi, ido turi-turian asa dapat

tano Simanjorang di Hasinggahan on.

Jala ima pardapotna leleng ni lelengna

dilean ma tanona. Pendek ceritana,

martubu-tubuan ma ibana manggora

pamoro, dilehon ma tano on. Alai bolo

Simanjorang parhutaan na di Dolok, di

san pe ibana dang boi berengon ni

jolma, alana na jolo maralo do angka

jolma na humaliangsa. Bolo dang togu

hadatuonna ingkon talu ma ibana tu

musu na. Dibaen ibana di dolok an

inganan asa bolo rope jolma alonagabe

boi ma dibaen songon tao dibereng

ibana hutaon asa dang boi jolma taripar

hutaon, di si ma ibana.

Alana najolo dang boi sembarangan

kepada Simanjorang.

“Ini kerbau, kuda, mas, ringgit!”

“Aku tidak mau, Raja!” jawab Simanjorang.

“Tidak katanya, jadi apa yang bisa kami

kasih?”

“Kemungkinan Perkampungan yang perlu?”

kata Raja Bonan Dolok.

“Ya Raja!” jawab Simanjorang. Raja Bonan

Dolok memberikan perkampungan mulai dari

Sijagar-jagar sampai ke Simargantuk-gantuk

Silalahi. Demikianlah kisah Simanjorang

memiliki tanah ulayat perkampungan di

Hasinggahan. Singkat cerita Raja

berketurunan dan sudah berregenerasi

mendiami sepanjang Hasinggahan sampai ke

Silalahi. Namun, Raja Simanjorang memilih

tinggal di Pegunungan agar dia tidak bisa

sembarang dilihat. Kekuatan ilmunya

membuat mata para musuhnya mejadi seperti

melihat lautan kalau ingin menyerangnya.

Simanjorang mendirikan rumahnya di

perbukitan, kalau datang musuh jadi seperti

lautan sehingga tidak bisa berhadapan

langsung dengan dia.

Dahulu kala manusia tidak sembarang

melewati perkampungan orang, harus sopan

dan beretika datang bisa ditangkap tidak

diizinkan pulang. Dipenjarakan dan diberi

makan dan diberitahukan kepada pihak

keluarganya supaya ditebus. Namun, kalau

tidak ditebus bisa-bisa dimakan karena pada

masa itu masih berlaku memakan daging

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

41

taripar jolma, ingkon pantun do jolma

ro tu huta on, olo gabe ditangkup dison

dang boi mulak.Dihurung jala dilean

mangan, jadi memang disuru paboahon,

bolo dang boi ditobus songon dia dang

diboto dibaen be on, ala na na jolo masa

do dialang ni jolma.

Tona ni Raja Bonan Dolok tu

pinomparna dohot tu jolma humalingsa.

“Bolo adong do jolma mambuat aek on

ingkon marsantabitu marga Sagala

dang boi marga na asing.”

“Molo naeng mambuat aekna ingkon

boanon ma siluana.”

Siluana i lapatannasipanganon, boi do

napuran, manuk dipalua di si, hambing

adong di palua deba adong di potong i

si.

Bolo manaon bubu marimbar do di si,

contohnya ta taon bubu di si ingkon tu

taruoan sunggapana molo biasa, molo

di si ingkon tu dolok. Alai boi

sunggapan dibahen tu toruan holan

sahali jala gok do annon isi ni bubu i.

Alai unang dipadua hali, bolo

diulangkon ingkon dapotna ma ihan

nahona tutungan dungi jolma nai gabe

gila ma annon i.

“Bolo manghail hamu tu aek i boi do,

alai bolo nung dapot sada sotung

diulahi!”

“ Bolo diulahi ingkon tagamonna ma

manusia yang dianggap musuh.

Pesan Raja Bonan Dolok kepada generasinya

dan kepada semua manusia sekitarnya yang

berkunjung ke daerah itu.

“Kalau ada orang mengambil air ini, harus

permisi dengan marga Sagala tidak bisa

marga lain.”

“Kalau mau mengambil airnya harus

membawa sesajen.”

Persembahannya berupa makanan, bisa sirih,

ayam dilepaskan, kambing dilepaskan

sebagian bisa dipotong.

Kalau meletakkan perangkap ikan di Sungai

Sitapigagan berbeda dengan kebiasaan di

tempat lain. Contohnya biasanya arah

perangkap diletakkan sehadapan dengan hilir,

tetapi di Sungai Sitapigagan harus diletakkan

ke arah hulu. Namun, bisa saja diarahkan ke

hilir dan kemungkinan besar dapat ikan yang

banyak, tetapi jangan sekali-sekali diulangi

bisa saja dia mendapat ikan yang sudah

dibakar sehabis itu jadi gilalah orangnya.

“Kalau kamu memancing ke sungai

Sitapigagan bisa, tetapi kalau sudah dapat satu

jangan diulangi lagi!”

“Kalau diulangi bisa jadi gila di situ.”

Kalau memuja/menyampaikan sesajen ke

daerah itu dibawa kambing dilepas tapi ada

dipotong di situ, bisa juga ayam dilepas di situ

kalau itu permintaan arwah yang datang,

kalau potong katanya hurus dipotong. Ada

ikan batak yang besar-besar di sungai itu

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

42

rintik.”

Bolo martonggo tu luat i diboan ma

hambing laho dipalua alai adong diseat

di si, boi do manuk dipalua disi molo

didonghon naro ai, “Potong!

Ina.Ingkon potongna do. Palua! ina

palua do.”Adong do ihan i aek i jala

balga alai dang boi itangkupon i. Bolo

tu toruan annon sunggapan ni bubu olo

gok do anon bubu i isina ihan, alai so

tung unang diulahi padualion gabe

rintik be. Memang rodi sonari godang

na masa songoni di si. Jala molo i

ulangkonpe imana ma mardabu-dabu

bolo adong namasa tu ibana. Bolo

manghail di si olo do dapot ihan na

honatutungan, olo matutung sambola,

sambola tata.

Boido godang dapot ihan bolo diantusi.

“Ingkon lehononna parsantabian dohot

mangido denggan tu sumangat ni Ompu

i Bonan Dolok.”

Tona ni Ompu adong sada nai,

“Hau tualang na adong tubu di aek

sotung ditaba manang dirantingi hamu!

Alana tanda-tandaku tu pinompar hu.”

Aek Sitapigagan mamolus mulai sian

aek Ronuan torus taripar tu Bonan

Dolok.Sian Ronuan marsirang ma aek

Bonan Dolok dohot aek Silalahi

aekSiringo

Holan ihan batak adong do disi dang

tetapi tidak bisa sembarang ditangkap sampai

sekarang. Hal ini disebabkan nasihat-nasihat

dan pesan orang tua terus diturunkan.

Menurut informasi dari kampung itu petaka

akan terjadi kalau melanggar aturan yang

sudah diwariskan. Kalau niat untuk

menangkap sebanyak-banyaknya diteruskan,

pada akhirnya akan dapat ikan bakar sebelah.

Artinya akan terjadi malapetaka.

Tetapi bisa saja dapat ikan yang banyak

apabila terlebih dahulu minta izin dan

memberikan persembahan kepada roh-roh

Ompu Bonan Dolok.

Pesan Ompu Bonan Dolok satu lagi,

“Kayu tualang yang tumbu di Sungai

Sitapigagan jangan ditebang atau dipotong

rantingnya! Karena sebagai tanda

pekuburanku itu kepada generasiku.”

Sungai Sitapigagan mengalir dari Ronuan

sampai ke Bonan Dolok. Ronuan adalah

daerah perpisahan sungai Sitapigagan dengan

Sungai Silalhi dan Sungai Si Ringo. Sungai

Sitapigagan ke Bonan Dolok.

Ikan yang ada di sekitar Sunngai itu adalah

jenis ikan batak. Ukuran ikan tersebut sekitar

satu kilogram satu ekor atau lebih. Hal

disebabkan jarang orang ke sana memancing

karena pesan warisan dari orang tua-orang

tua. Dahulu kala masa penajajahan Belanda

beberapa kali Belanda ingin mengeksplorasi

ke daerah tersebut tetapi tidak pernah sampai

ke sana. Hanya daerah ini yang keramat yang

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

43

adong ihan na lain. Ihan batak i sonari

adong do sakilo sada manang lobi.

Alana dang piga jolma na olo mangkail

tu tu si alani poda-poda ni natua-tua.

Hatiha i masa ni penjajahan Bolanda

mandonghon piga hali Bolanda

ronaeng mangarajai on alai dang hea

boi sahat. Holan on do keramat na so

boi di taluhon Bolanda. Sadangkon

pusuk buhit nunga lopus Bolanda tu

dolok nai, alai bolo tu binanga

Sitapigagan dang boi manang na ise pe

ro tusi. Adong do dua aek i, sada mai

aek na bidang jala sada nai aek na

memet. Hatiha i mandonghon aek

namemet on do lebih sakti sian aek na

bolon i. Godang do rittik jolma di

Bonan Dolok alana margait-gait

manang salpu di tona manang na poda

i.

tidak bisa dikuasai Belanda. Sedangkan

Gunung Punsit Buhit sudah sampai ke

puncaknya mereka jalani, tetapi kalau Sungai

Sitapigagan tidak bisa didatangi siapa pun.

Ada dua sungai itu, satu yang besar satu lagi

yang kecil. Cerita yang diwariskan

mengatakan sungai yang kecil lebih keramat

dibandinkan dengan sungai yang besar.

Banyak jadi orang gila di Bonan Dolok

karena menganggap remeh atau tidak

menghiraukan pesan leluhurnya.

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

44

BATU HOBOL

Narasumber : Apa Rusda Galingging

Umur: 56 Tahun

Alamat: Desa Parbaba Kec. Pangururan Kab. Samosir

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Batu Hobol on parjabuan ni si Raja Batak

na jolo i. Ompu si Raja Batak Najolo mar

huta mamopar Raja Uti, limbong, sagala

raja saribu raja, malau. Saribu raja naung

marporhas tu si Boru pareme. Marjuma ma

si boru pareme dohot si Saribu. Dungi

jumpa ma tingki mamuro di juma, lao ma si

boru pareme manaruhon si panganon ni si

Saribu Raja di Balian dohot ibotona si Boru

pareme pahimpu on angka batu-batuma di

balian. Ujungna maroha-roha jala dos ma

rohana dohot ibotona si Boru Pareme.

Dungi muruk ma haha angina ditahi nasida

ma mambunuh Saribu Raja. Marningot i si

Saribu Raja lintun ma jala sude arta mas ni

nasida ditanom ma di toru ni batu i. Jala

ditonahon do tu pinomparna so tung

diumpat manang dihusor batu i.

Batu Hobol ini merupakan perkampungan

Si Raja Batak pada masa lampau. Ompu Si

Raja Batak beranak Uti, Limbong, Sagala

Raja, Sari Raja, Raja Malau. Saribu Raja

sudah terlajur saling menyayangi walaupun

masih sedarah (marporhas). Suatu ketika

Saribu Raja sedang di ladang lalu si Boru

Pareme mengantarkan bekalnya ke ladang.

Saribu Raja mengumpulkan batu-batu di

ladang. Pada akhirnya mereka kawin

sedarah dengan saudaranya Boru Pareme.

Oleh karena itu, saudara-saudara Saribu

Raja marah dan mereka sepakat untuk

membunuh Saribu Raja. Saribu Raja

mendengar rencana saudara-saudaranya

maka larilah dia. Harta pusaka keluarga Si

Raja Batak ditanam Saribu Raja di bawah

batu. Dan dipesankan kepada generasinysa

biar jangan digeser-geser batu itu.

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

45

IKAN PORA-PORA (GUDALAP) SIPANGKAR

MARTUA PARLOMBUAN

Narasumber: Sihaloho

Umur: 65 tahun

Pekerjaan: Bertani

Alamat: Desa Parbaba Kec. Pangururan Kab. Samosir

BAHASA BATAK TOBA BAHASA INDONESIA

Ihan pora-pora (Gudalap) i Martua

Parlombuan marga Sipangkar. Rupana na

nahona hunikan, hona tutung. Inganan on

marguru sarune na Martua Parlombuan.

Bolo mangkail dang boi pitu ari padodot.

Bolo mangkail pitu ari padodot ingkon

dapotna ma ihan si tolu rupa, ima. Bolo dung

dapat i ingkon tagamon na ma ro namasa tu

ibana alana sada tanda do i jala dang

tarambatan.

Sombaon maringanan di luat i tubu do bulu

bolon, jala aek dang hea marsik di si. Dang

boi sembarang mambuat parhau di si. Jala

adong di si ihan batak alai dang boi dibuat

on.

Ihan pora-pora (Gudalap) i Martua

Parlombuan marga Sipangkar.

Warnanya kuning, seperti kena bakar.

Tempat inidigunakan untuk bersemedi

kalau ingin pintar memainkan

sarune/jenis seruling Martua

Parlombuan. Kalau memancing di

sungai itu tidak boleh tujuh hari

berturut-turut. Kalau memancing tujuh

hari berturut-turut akan dapatnya ikan

tiga rupa. Kalau sudah dapat ikan jenis

ini maka akan terjadi marabahaya

kepada orang yang memancing tersebut

hal ini tidak terelakan lagi.

Penunggu daerah itu tinggal di rumpun

bambu dan pohon yang tumbuh di

sekitar itu. Air sungai ini tidak pernah

kering. Tidak bisa sembarang

mengambil kayu dari daerah itu. Ikan

Batak pun ada di situ tapi tidak bisa

diambil

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

46

Hau Jior Ni Situmorang

Nara Sumber: AP. Pardi Situmorang

Umur: 65 Tahun

Pekerjaan: Mantan Kepala Desa

Desa Parbaba

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Mulani jior tingki mamuka huta ingkon

suanon do sada hau boi da jabi-jabi, boi

hariara boi jior asa adong pareat-eatan ni

Situan gading habonaran, boru namora

panginganan ni huta. Jala ingkon boanon

do tusi itak nabontar, rondang, pusuk

pandan, dohot bane-bane. Jala dohonon do

di tinggki manuan hau i tu Situan Gading

Boru Namora Huta i, “Dihamu Boru

Namora dohot Habonaran ni Huta Situan

Gading Habonaran ni huta on, husuan ma

hau on asa adong pareat-eatan muna asa

adong inganan muna, alana hamu do

jumolo sorang dohot jumolo tandang tu

jaean tu juluan tu tampahan ni huta on asa

gabe parorot hamu tu hami namangingani

huta on.”

Jala bolo sangap do binahen tu Boru

Namora dohot Habonaran ni Huta i ingkon

dang pola male jolma di huta i. Balikna

bolo dikotori do hau i ingkon hansitma

ngoluna.

Rupani i na somal boru-boru do jala

marbaju nabontar. Bolo peleon hau ingkon

hambing nabontar dohot pargonci manang

gondang.

Asal mula pohon jior Situmorang di desa

Parbaba, menurut cerita yang diwariskan

ketika merintis perkampungan di setiap

desa harus menanam pohon bisa jabi-jabi,

bisa beringin tujuan sebagai tempat ber-

gelantungan para dewa yang tinggal di

perkampungan itu. Saat mananam pohon

ini, para pengetua warga kampung harus

membawa itak (sagun putih), emping,

pucuk pandan, dengan bane-bane. Para

tetuah mengatakan kepada Situan Gading

Boru Namoran Huta (Sebutan untuk para

Dewa yang mendiami perkampungan)‟

“Boru Namora bersama Habonaran ni Huta

Situan Gading Habonaran ni huta, pohon ini

kami tanam agar tersedia tempat/rumah

bergelantungan, karena para dewa yang

pertama lahir dan lebih dahulu menguasai

perkampungan ini agar para dewa yang

menjadi pelindung dan pertahanan kami di

perkampungan ini.”

Kalau kita hormat kepada Boru Namora dan

kepada Habonaran ni Huta biasanya tidak

pernah kelaparan atau menderita

kemiskinan warga perkampuangan.

Sebaliknya kalau tidak dihormati atau

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

47

Tona ni Ompu Sijolo-jolo tubu tu hami

pinomparna,

“Tung naso jadi parhau on ranting na pe

bolo madabu.”

Situmumorang jonok ni hau i nung sintua

martahi ma manaba hau i alana nunga

maralo dohot haporsea onna. Dang sadia

leleng pintor rumpakma dangkana ditipa ma

bagasna sampai bola dua. Olat ni i dang

olo be ibana mangunjuni i.

dirusak/dinistai pohon tersebut pasti

hidupnya akan menderita.

Wujud para dewa dewi perkampungan ini

biasanya wanita yang mengenakan baju

putih. Jika ingin memberikan sesajen

kepada para penghuni pohon Jior harus

memotong kaming putih diiringi dengan

musik, yaitu Gondang (Gonci).

Pesan (tona) nenek moyang Situmorang

yang mendiami perkampuangan itu,

“Ranting dan pohonnya yang jatuh tidak

bisa dijadikan menjadi kayu bakar.”

Marga Situmorang yang tinggal dekat

pohon tersebut setelah penjadi

penatua/pengurus gereja ada berencana

menebang pohon tersebut karena dia merasa

tidak sejalan lgi dengan kepercayaannya.

Namun, tidak berapa lama pohon tersebut

tumbang cabangnya dan menimpa

rumahnya sampai pecah. Setelah itu dia

tidak mau lagi mencoba-cobanya.

Jabi-Jabi

S. Siregar

Umur: 61 tahun

Alamat: Desa Muara Kab. Tapanuli Utara

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Najolo bolo pature huta ingkon suanon do

pagar ni huta asa adong pareat-eatan ni

namarhuta pangianginan ni huta.

Tona ni Ompu i najolo sahat tu sonari,

Dahlu kala awal warga perkampuangan

membuka perkampuangan, mereka harus

menanam pagar perkampuangan sebagai

wadah/hunian bergelantungan penghuni

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

48

“Dang boi dangkaan manang rantingan

manang ni ise mandangkaan ingkon ro do

mara tu ibana!”

Jala hea do dipelehon hambing putih dohot

lombu putih jala margondang. Adong do

hea manjangkit i hape madabu jala pintor

mate.

Partanda naboi dilapatan i jolma na

humaliangsa adong soara boringinnai sian

hau i. Bolo marsoara panginganan gabe

sada tanda doi. Bolo tio suara i tanda

pangulaan denggan doi. Alai bolo suarana

hurang denggan manang marporo,

paboahon naeng adong namasa nahurang

denggan di huta. Bolo mangkuling pintor

marpungu ma sude angka natua-tua laho

mambege dohot mangalapati suara ni

pangingan ni jabi-jabi i. Bolo ditabai, bolo

didangkai ingkon tagamonna nahurang

denggan.

Bolo pagar ni huta adong di suan ganup

huta ima hau hariara manang na jabi-jabi.

Mual Singkoru

Galungan

Di mual adong do sibahut nasa harpe

manang nasa anduri dohot guria nasa balga

ni ulu ni hoda.

magic perkampungan.

Pesan para leluhur dahulu kala sampai

sekarang,

“Pohon itu tidak bisa dirantingi atau

ditebang, barang siapa yang berani

menebang akan dapat azab, petaka!”

Pohon ini diberikan sesajen dengan seekor

kambing putih dan lembu putih dan diiringi

gondang/gonci.

Pada suatu ketika ada warga pernah

memanjat pohon tersebut lalu tiba-tiba

jatuh dan meninggal.

Tanda-tanda yang bisa dimaknai dari pohon

itu adalah suara yang berasal dari pohon

tersebut. Jika suara penghuni pohon

tersebut jernih dimaknai penghasilan dari

sawah, ladang, dan ternak akan membaik.

Akan tetapi kalau suara tersebut tidak bagus

atau agak serak pertanda ada bakal kejadian

yang menyedihkan di perkampungan

tersebut. Jika warga mendengar suara yang

tidak baik ini, para tokoh-tokoh warga

berkumpul dan memaknai suara yang

berasal dari jabi-jabi tersebut. Kalau pohon

itu ditabang atau cabangnya dipotong akan

ditimpa celakalah dia. Pohon yang

dianggap pagar perkampungan jenisnya

beringin atau jabi-jabi dan ditanam di setiap

kampung.

Mual Singkoru Galungan

Di dalam air ini ada ikan lele sebesar tampi

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

49

Dang boi di si panangko, dang boi

mambolongkon sembarang sampah. Jala

dang boi mambunuh sagala pinahan na

adong di si.

Sarita na Simarmata marbada i

namarhahamaranggi. Anak ni Sigalingging

Raja. Sahata ma nasida naeng mambunuh

anggina si Balige raja. Jala diungsihon ma

angginanon tu huta na lain. Ima tu

parhutaan ini.

beras dan kepiting sebesar kepala kuda.

Warga tidak bisa mencuri, tidak bisa

sembarang membuang sampah. Dan tidak

bisa membunuh segala jenis hewan yang

ada di situ.

Ceritanya, Marga Simarmata berkakelahi

bersaudara atau kakak adik. Putra

Sigalingging sepakat ingin membunuh

saudaranya Si Balige Raja sehingga

mengungsilah dia ke perkampuangan

tersebut.

BORU SARODING

(Diceritakan oleh: Suhunan Situmorang).

Pangururan

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Sada Tikki, di parnangkok ni mataniari,

laho do manussi pahean huhut naeng

maridi Boru Saroding tu tao Toba. Huta ni

natorasna di holang-holang ni Palipi-

Mogang do, marbariba ma tu Rassang Bosi

dengan Dolok Martahan. Nauli do rupani

boru Saroding on. Imana ma inna na

umbagak sian boru Pandiangan uju i. Tung

mansai bahat do ro baoa manopot ibana,

sian huta na dao dohot bariba ni tao pe ro

do naeng patuduhon holong tu ibana. Alai

dang adong manang sada naboi mambuat

rohana; namora manang najogi, mulak

balging do sude.

Alai dang adong lahi-lahi i namarhansit

roha dibahen ibana, tungpe dang dioloi

ibana hata ni akka panopot i. Natorasna,

Guru Solandason, tung mansai longang do

mamereng boruna nasasada on. Parsip do

Suatu masa, saat terbit matahari, Boru

Sarunding pergi ke Tao Toba untuk

mencuci pakaian. Perkampungan orang

tuanya di antara Palipi dan Mogang,

bersebelahan dengan Rassang Bosi dengan

Dolok Martahan. Boru Sarunding berparas

cantik. Dia, gadis boru Pandiangan yang

tercantik pada masa itu. Banyak pemuda

tampan dan kaya yang melamar dia yang

berasal dari berbagai daerah termasuk

daerah seberang Tao. Namun, tak satu

orang pun yang berkenan di hati Boru

Sarunding teradap para lelaki tampan dan

kaya tersebut. Oleh karena itu, semua para

lelaki yang mendekati Boru Sarunding

pulang tidak berhasil mempersuntingnya.

Namun, para lelaki itu tidak ada yang sakit

hati atas perlakukannya, walaupun tidak

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

50

boru saroding on, malo martonun, ringgas

mangula ulaon, ba sandok tahe tung mansai

las do rohani natorasna mangida

pangalahona. Naburju do ibana

marnaatoras songonni nang mardongan,

jala somba marhula-hula. Bah, tung si

pilliton ma nian ibana gabe parsonduk

bolon nang gabe parumaen.

Tikki martapian Boru Saroding huhut

manganggiri obukna na ganjang jala

mansai godang i di topi ni tao i, ro ma sada

solu manjonohi ibana. Pangisi ni solu on

sahalak baoa, jongjong di solu na. Tung

mansai tongam, jogi, jala marpitonggam do

rumangni baoa parsolu on. Mamereng

rumangna dohot paheanna ulos Batak

namansai bagak, hira na so partoba do

ulaonna; nasomal jala jotjot marhumaliang

di tao i. Lam jonok, lam mallobok ma

tarottok ni boru Saroding. Ai ise do nuaeng

baoa on, sukkun-sukkun ma rohana. Solu i

pe lam jonok ma attong tu paridianna.

Dipahatop boru Saroding pasidungkon

partapiananna, ala maila ibana adong sada

baoa naposo mamereng-mereng ibana.

Hatopma boru Saroding mangalakka tu

jabuna, alai pintor dipangkulingi baoa par

solu i ma ibana: “Boru nirajanami, ai boasa

hamu humibu-hibu mulak?”.

Songgot ma rohani boru Saroding, dipaso

ibana ma lakkana, huhut ditailihon tu lahi-

lahi namanjou i. Bah, tung mansai jogi jala

tongamma baoa on, inna rohana. Didok

ibana ma sidalianna nanaeng godang dope

siulaon na di jabu, ido umbahen hatop

ibana mulak. Marsitandaan ma nasida,

dipaboa lahi-lahi ima asalna sian dolok ni

Rassang Bosi-Sabulan namargoar “Ulu

Darat”. Disi do inna ibana maringanan.

Dipatorang baoa ima aha do sakkapna

mandapothon boru Saroding, jala

dipangido ibana ma asa dipantadahon tu

natua-tuani boru Saroding. Ala pintor lomo

rohani boru Saroding marnida baoa i, las

ma tutu rohana; rap mardalan ma halahi tu

disepakati kehendak para lelaki yang

melamarnya. Orang tuanya, Guru

Solandason sangat heran melihat anak

gadisnya yang satu ini. Boru Sarunding

memiliki sifat pendiam, pintar bertenun,

rajin bekerja sehingga orang tuanya senang

melihat karakter anak gadisnya. Dia sangat

baik terhadap orang tua dan terhadap

sahabat, serta tunduk marhula-hula. Oleh

karena itu, banyak orang berkehendak

menjadikan menantunya.

Saat Boru Sarunding mandi sambil

mencuci rambutnya yang panjang dan lebat

di tepian Danau, datanglah sampan

medekat kepadanya. Penumpangnya

seorang pria sedang berdiri. Pria itu

tampan, tegap, dan berwibawa parasnya.

Boru Sarunding melihat wajah dan ulos

yang dikenakanakan pemuda tersebut lalu

berpikir bahwasanya pemuda itu bukan

berasal sekitar Toba seperti biasa yang

beraktivitas di Danau tersebut. Semakin

dekat semakin gugup dan bergdegup

perasaaan Boru Sarunding. Siapa gerangan

laki-laki ini, hatinya bertanya-tanya.

Perahu itu semakin mendekat ke arah Boru

Sarunding. Oleh karena itu, Boru

Sarunding tergesa-gesa menyelesaikan

mandinya karena malu dilihat seorang pria

sedang mandi.

Boru Sarunding cepat-cepat melangah mau

pulang, tetapi pemilik perahu itu

menyapanya dengan lembut.

“Boru ni Raja nami, kenapa buru-buru

pulang?”

Boru Sarunding terkejut, langkahnya

terhenti lalu dilihatnya pria yang

menyapanya. Pria tampan dan berwibawa

bisiknya dalam hatinya. Banyak pekerjaan

akan harus dikerjakan di rumahnya

sehingga harus cepat-cepat pulang ke

rumah, dia memberi alasan. Mereka

berkenalan, pria itu memberitahukan

asalnya dari daerah Rassang Bosi-Sabulan

yang dikenal dengan “Ulu Darat”. Pria itu

mengungkapkan tujuannya menemui Boru

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

51

hutana. Hurang tibu nian didok rohana

sahat tu huta, asa pintor dipatandahon baoa

i tu natorasna.

Longang ma natoras dohot akka iboto nang

anggina ala ro sian tao boru Saroding

mardongan sada baoa. Sude do halahi

pintor tarhatotong mamereng bohi dohot

pangkataionni lahi-lahi i. Songon na hona

dorma do halahi mamereng bagak ni

rumang ni lahi-lahi i. Pamatang na pe

mansai togap. Jeppet ni hata, dihatahon

lahi-lahi ima sakkap na, naeng

pangidoonna boru Saroding naeng gabe

parsonduk bolon na. Ala nungnga lomo

rohani boruna, pittor dioloi jala dipaboa

Guru Solandason ma tu akka dongan

tubuna. Dang sadia leleng, dipasaut ma

parbogason ni boru Saroding dohot lahi-

lahi i.

Dung sidung ulaon parbogason, borhat ma

boru Saroding mangihuthon lahi-lahi naung

gabe tunggane doli na, marluga solu tu

Ransang Bosi. Tung longang do boru

Saroding alana mansai hatop do halahi

sahat. Lam longang ma ibana ala di dok

tunggane doli nai hutana di ginjang ni

dolok, di tonga ni tombak Ulu Darat. Las

dope rohani boru Saroding, mardomu muse

tikki namardalan halahi manganangkohi

dolok natimbo i, ditogu-togu tunggane doli

na i, tung mansai hatop jala niang do

lakkana. Dang loja ibana namandalani

dolok na rais i, songoni nang lahi-lahina,

tung so hir do hodok ni halahi.

Tung mansai golap do tombak siboluson ni

halahi, alai dang maol didalani halahi

nadua. Sahat ma halahi tu undung-undung

ni lahi-lahi i, ba rupani maradian ma boru

Saroding, tarpodom ma halahi sahat tu

manogot na. Tikki dungo ibana di

manogotnai, dang dibereng ibana tunggani

dolina. Dibereng ibana tu pudi nang tu jolo,

dang di si amantanai. Tarsonggot ma ibana

ala dibereng ibana manginsir sada ulok

namansai bolon di tonga-tonga ni hau di

Sarunding sehingga dia memohon agar

diperkenalkan dengan orang tua gadis

tersebut. Boru Sarunding langsung

menyukai perilaku pria tersebut dan

menyetujui sehingga mereka berjalan

bersama menuju perkampungan Boru

Sarunding. Boru Sarunding merasa kurang

cepat perjalanan mereka menuju rumah

agar langsung memperkenalkan pria

tersebut dengan orang tuanya.

Orang tuanya, Saudara laki-lakinya, serta

adiknya merasa heran karena Boru

Sarunding pulang dari permandian di

tepian Danau Toba disertai dengan seorang

pria. Semua pria sekampungnya terkesima

dan terkejut melihat rupa dan tata cara

berbicara pria tersebut. Pendek kata, pria

tampan itu mengungkapkan isi hatinya,

yaitu melamar Boru Sarunding menjadi

istrinya. Berita ini diberitahukan Guru

Solandason, orang tua Boru Sarunding

kepada dongan tubu/abang-adiknya. Tak

berapa lama upacara perkawinan

dilaksanakan.

Setelah acara adat pernikahan selesai, Boru

Sarunding berangkat bersama pria yang

sudah menjadi suaminya naik perahu

menuju Rassang Bosi. Boru Sarunding

heran dan terkejut karena sangat cepat

mereka sampai ke tujuan. Boru Sarunding

semakin heran karena suaminya

mununjukkan perkampuangan di atas

gunung, di tengah hutan Ulu Darat.

Namun, Boru Sarunding masih merasa

senang karena suaminya masih memapah

dan menggendongnya serta jalannya sangat

cepat. Mereka tidak merasa kelelahan

dalam perjalanannya.

Hutan yang dilaluinya sangat lebat dan

gelap, tetapi mereka berdua tidak kesulitan

menjalaninya. Mereka tiba di pondoknya

lalu Boru Sarunding istirahat tertidur

samapai pagi. Boru Sarunding terbangun

paginya tetapi tidak dilihatnya suaminya di

sampingnya. Dia mencari ke belakang dan

ke depan pondoknya tetapi suaminya tidak

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

52

joloni alamanni jabu i. Mabiar ma boru

Saroding, pintor ditutuphon ibana ma pittu

ni jabu i. Dang hea dope dibereng ibana

songoni balga na ulok, alai uluna dang

songon bohi ni ulok. Ngongong ma ibana

di tonga nijabu.

Dang sadia leleng dibege ibana ma

tunggane dolina manjou goarna, asa

dibukka pittu ni jabu. Hinsat ma boru

Saroding mambuka pittu jala pittor

dihatahon ibana ma tu tunggane dolina i na

adong sada ulok na mansai bolon di jolo ni

jabu i. “Dang pola boha i, ulok na burju

doi,” inna tunggani doli na mangalusi.

Tung mansai naburju do tunggane doli nai

marnioli, dipasonang do roha ni boru

Saroding di si ganup ari. Dang dipaloas loja

mula ulaon, ai pintor sikkop do sude akka

naniporluhon ni hasida nadua. Malo do

lahi-lahi nai mambahen si parengkelon,

diharingkothon do mangalului akka boras

ni hau dohot suan-suanon naboi mambahen

boru Saroding tontong uli.

Alai sai sukkun-sukkun jala longang do

boru Saroding marnida somal-somal ni

tunggane doli nai di siapari. Sada tikki

tarbereng simalolongna ma lahi-lahi nai di

para-para ni jabu marganti pamatang gabe

ulok na bolon. Mansai bolon, songon ulok

na hea diberengsa di jolo ni jabu i. Alai

paula so diboto ibana ma ala mabiar ibana

muruk annon ulok i. Manginsir ma ulok na

bolon i haruar sian jabu manuju tombak,

tading ma boru Saroding di jabu. Tung

mansai biar jala manolsoli ma dirina

napintor olo manjalo hata ni baoa i dang

jolo manat dirimangi, ai dang jolma biasa

hape.

Botari nai mulak ma tunggane doli nai

mamboan akka nalaho sipanganon ni

halahi, boras ni hau, suan-suaonon, nang

akka jagal, tarsongon ursa, aili, pidong,

dohot akka na asing. Dung sidung

mangaloppa dohott mangan halahi,

ada. Boru Sarunding sangat terkejut

melihat seekor ular besar lewat dari selah-

selah pohon halaman rumahnya. Dia

langsung menutup rumahnya dengan

ketakutan karena tidak pernah melihat ular

sebesar itu dan kepalanya bukan seperti

ular biasanya. Dia terdiam dan hening di

tengah-tengah rumah itu.

Tidak berapa lama, suaminya memanggil

namanya agar dibukakan pintu rumahnya.

Boru Sarunding beranjak dari duduknya

lalu membukakan pintu untuk suaminya.

Setelah itu, dia menjelaskan tentang ular

besar yang dilihatnya di halaman

rumahnya. “Tidak apa-apa itu, ular yang

baik itu,” jawabnya sama Boru Sarunding.

Perilaku suaminya sangat baik dan

berusaha membahagian istrinya Boru

Sarunding setiap hari. Dia tidak

mengijinkan istrinya bekerja dan

memanjakannya, selalu disiapkannya

pekerjaannya dengan cepat-cepat.

Suaminya sangat pintar bercanda dan

berusaha mencari bekal sehari-hari dan

menyediakan tumbuhan sebagai perawatan

kecantikan Boru Sarunding sehingga tetap

cantik.

Namun, Boru Sarunding selalu bertanya-

tanya dalam hatinya tentang kebiasaan-

kebiasaan suaminya setiap hari. Suatu

ketika dia tidak sengaja melihat suaminya

di plafon belakang rumahnya bergantu ujud

menjadi sesekor ular besar. Sangat besar,

seperti ular yang pernah di lihatnya

melintas dari depan rumahnya. Namun, dia

pura-pura tidak melihanya karena takut

ularnya bisa marah. Ular itu keluar dari

rumahnya menuju hutan, tinggallah Boru

Sarunding di rumah sendirian. Dia sangat

ketakutan dan menyesal menerima lamaran

suaminya padahal belum diteliti siapa

sebenarnya pria yang dihadapinya.

Sore harinya, suaminya pulang membawa

bekal berupa buah-buahan, sayur-sayuran,

daging rusa, daging babi utan, burung, dan

yang lain-lain. Setelah mereka selesai

makan, suaminya berbicara kepada Boru

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

53

manghatai ma tunggane doli nai tu boru

Saroding. Dipaboa ibana ma ise do dirina,

ima sombaon ni Ulu Darat, na sipata gabe

ulok sipata gabe jolma. Dang pola

dipataridahon Boru Saroding songgot ni

rohana, mengkel suping sambing do ibana

tu lahi-lahi nai patudu holongna, tung pe di

bagas rohana nungnga mansai biar jala

manolsoli. Las ma tutu roha ni lahi-lahi i

mamereng boru Saroding.

Sada tikki ro ma duatsa akka iboto ni boru

Saroding mangebati halahi tu dolok ni Ulu

Darat. Ai sai masihol do inna halahi

marnida iboto hasian ni halahi. Las hian ma

rohani boru Saroding didalani akka hula-

hulana harangan di dolok na timbo jala

ikkon mangalosi tombak namansai jorbut.

Dilehon do akka sipanganon natabo tu akka

iboto nai, sombu jala puas do halahi

namaribot manghata-hatai dohot

marsipanganon. Mandapothon bot ni ari,

diboto boru Saroding do parroni tunggane

doli na sian tombak langa-langa. Mabiar

ma ibana molo tarboto tu lahi-lahi na

sombaon i na ro akka iboto na

mandapothon halahi marsihol-sihol, alana

diboto ibana do siallang jolma do ibana

molo tikki gabe ulok.

Sian nadao pe nunga diboto ibana soara ni

ulok i, mardisir-disir do soarana.

Humalaput ma boru Saroding manabunihon

ibotona natolu i tu ginjang ni para-para,

martabuni di toru ni bukkulan ni jabu, asa

unang dibereng tunggane doli na i. Sahat

ma tu jabu amanta na i, alai pintor songon

na asing ma panganggona. “Ai songon na

adong uap ni pamatang ni manisia

huanggo?” inna ibana manukkun boru

Saroding.

Busisaon ma boru Saroding, humalaput ma

ibana mambahen sipanganon ni lahi-lahi

nai. Dung sidung marsipanganon, modom

ma halahi. Alai anggo mata dohot igung ni

tunggane doli nai sai maos do momar jala

dipasittak-sittak ala adong inna uap ni

Sarunding. Dia berterus terang siapa

dirinya, yaitu penguasa Ulu Darat, yang

terkadang berujud ular dan berujud

manusia. Boru Sarunding tidak

menunjukkan rasa keterkejutannya. Dia

hanya tersenyum kepada laki-laki yang

sudah dipilihnya menjadi suaminya.

Padahal di dalam hatinya sangat ketakutan

dan sangat menyesal. Melihat senyum

Boru Sarunding, Suaminya senang dan

merasa lega karena dia berpikir istrinya

dapat menerimanya dengan apa adanya.

Suatu ketika, kedua asudara Boru

Sarunding datang berkunjung ke Bukit Ulu

Darat. Mereka sangat merindukan saudara

perempuan satu-satunya yang mereka

sayangi. Boru Sarunding sangat senang

dikunjungi oleh saudara laki-lakinya

walaupun harus melewati hutan belantara

yang sangat angker, bukit yang tinggi.

Mereka sangat senang karena bisa bertemu

dan makan bersama serta bercengkrama

dengan saudara perempuannya. Senja hari

sudah mulai tiba, Boru Sarunding sudah

mengetahui suaminya akan pulang dari

hutan belantara. Dia ketakutan jika

suaminya yang bukan manusia

sembarangan mengetahui saudaranya

datang berkunjung karena suaminya adalah

pemangsa manusia kalau berubah menjadi

ular.

Dari kejauhan, Boru Sarunding sudah

mengetahui keberadaan suaminya karena

ular itu mengeluarkan suaru yang berdesir-

desir. Dengan tergopoh-gopoh, Boru

Sarunding menyembunyikan ketiga saudara

laki-lakinya ke atas perapian di bawah

bubungan rumahnya sehingga tidak dilihat

oleh suaminya. Setelah suaminya sampai

ke rumah, Penciuman suaminya terasa

ganjil. “Seperti ada bau manusia aku

cium?” katanya kepada Boru Sarunding.

Boru Sarunding gelisah dikemasinya

hidangan makan malam suaminya dengan

tergesa-gesa supaya tertutupi maksudnya.

Setelah selesai makan, mereka tidurlah.

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

54

jolma di jabu i. “Dang adong halak na

asing di jabutta on,” inna Boru Saroding,

“Modom ma hita, nungnga mansai bagas

be borngin!” Alai sai lulu do tunggane nai

di uap ni manisia i.Ba ujung na rupani,

mardongan biar dipaboa boru Saroding ma

naro do hula-hula ni halahi sian Samosir

ala masihol mamereng halahi nadua.

“Sombakku ma tunggane doli!” inna ibana

mangelek, “Paloas ma akka ibotokki

mandulo hita. Ai holan alani namasihol do

hula-hulattai asa ro halahi tu tu dolok Ulu

Darat on.”

Ujung na rupani didok baoa i ma asa dijou

tolutsa iboto ni boru Saroding i asa tuat tu

bagas ni jabu sian partabunion nasida di

toru ni tarup. Marsijalangan ma hasida, jala

borngin i gabe holan namanghata-hatai ma

sahat tu manogot. Dung binsar mataniari

marsakkap ma borhat akka Pandiangan

natolu i mulak tu Samosir.

“Ai aha do lehononmu na lae tu hami

songon boan-boan nami tandani naung

niebatan huta muna boru nami?” inna

sahalak Pandiangan iboto ni boru

Saronding i. “Nauli ma Raja nami!” inna

baoa i mangalusi. Dilehon ibana ma sada-

sada be gajut nagelleng naung marrahut tu

akka hula-hula nai. Alai didok ibana ma,

“Holan on do pe naboi tarpatu au raja nami,

alai unang pintor bukka hamu gajut on di

dalan manang dung sahat hamu tu huta

muna. Dung pitu ari pe asa boi ungkapon

muna gajut on.” diundukhon akka iboto ni

Boru Saroding ma hatani lae nai. Mulak ma

halahi tuat sian dolok Ulu Darat, marsolu

ma muse sahat tu Samosir. Dung sahat

halahi di huta nasida, dipatorang ma rupani

tu inanta na be pardalananni nasida jala

dipatuduhon ma boan-boan na nilehon ni

lae nasida.

Songon na marungut-ungut ma sada

Pandiangan on alana holan gajut nagelleng

naso diboto isi na do di lehon lae nai tu

hasida, hape nungnga loja halahi mangebati

Namun, mata dan hidung suaminya masih

mencari-cari sumber bau manusia itu.

“Tidak ada manusia asing di rumah kita

ini,” kata Boru Sarunding, “Tidurlah kita

sudah larut malam!” tetapi suaminya tetap

mencari-cari sumber bau manusia itu.

Akhirnya, Boru Sarunding memberita-

hukan kedatangan saudara laki-lakinya

(hula-hula) dengan rasa ketakutan karena

rindu untuk melihat mereka berdua.

“Ampun suamiku!” katanya dengan

memelas, “Ijinkanlah dan perkenankanlah

saudara laki-lakiku (hula-hula) berkunjung

ke rumah kita ini. Kedatangan mereka

(hula-hula) ke Dolok Ulu Darat didorong

rasa rindu.”

Akhirnya, Boru Sarunding memanggil

ketiga saudaran supaya turun ke bawah dari

persembunyiannya. Mereka bersalaman

dan sepanjang malam mereka berbincang-

bincang samapai pagi hari. Setelah

matahari terbit, ketiga Pandiangan

berkeingan pulang ke Samosir.

“Apa yang bisa Abang ipar berikan oleh-

oleh yang akan kami bawa sebagai tanda

kami sudah sampai di perkampungan

saudara perempuan (boru) kami?” kata

salah satu Pandiangan saudara Boru

Sarunding. “Baiklah Rajaku!”

katasuaminya. Dia memberikan masing-

masing Pandiangan satu sumpit kecil yang

terikat. Lalu dia berkata, “Hanya ini bisa

kuberikan kepada raja hula-hula, tetapi

sumpit ini jangan langsung dibuka di

tengah jalan atau setelah sampai ke rumah

kalian. Setelah tujuh hari baru bisa dibuka

sumpit ini.” Diamini saudara Boru

Sarunding perkataan iparnya. Mereka

pulang turun dari bukit Ulu Darat, naik

perahu menyeberang sampai ke Samosir.

Setelah samapi mereka di

perkampungannya, mereka mejelaskan

perjalanan mereka kepada istrinya masing-

masing lalu ditunjukkan oleh-oleh yang

dibawanya.

Salah satu dari Pandingan bersungut-sungut

karena oleh-oleh yang diberikan iparnya

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

55

tu dolok Ulu Darat. Jeppet ma sarito, sada

Pandiangan on dang sabar paimahon pitu

ari songon natinonahon ni lae nai.

Marsogot nai pintor di suru ma inanta be

mambukka gajut i asa tarboto manang aha

do isana. Alai molo anggina siampudan

(molo so sala), sabar do paimahon pitu ari,

jai dang dibukka ibana gajut na ditiopna.

Tek ma rupani, holan dibukka ibotoni Boru

Saroding gajutiholan tano, hotang, hunik,

dohot akka gulok-gulok do isina. Muruk

ma ibana, diburai ma tunggane doli ni

ibotonai jolma nasomaradat. “Ba hea do lak

songon on ma lehonon na tu hula-hula na?”

inna halahi mardongan rimas. Dibolokkon

ma gajut i. Sai dijujui ma asa anggina na

sada nai mambukka gajut i, sarupa do isina

manang dang. Alai martahan do anggina i

dang mambukka gajut i sampe pitu ari.

Di ari papituhon, dibukka ma gajut i di

alaman ni huta. Pintor haruar ma godang

akka gulok-gulok, alai dang sadia leleng

gabe horbo dohot lombu ma gulok-gulokhi.

Tung mansai godang do horbo dohot lombu

i, sampe do ponjot alamani ni huta i. Hunik

nasian gajut i pe gabe mas, markilo-kilo

godangna, jala gabe godang ma tubu

hotang di pudi dohot panimpisan ni jabu.

Dang pola leleng, gabe mamora jong attong

iboto ni boru Saroding nasasada on. Sinur

nang pinahan, gabe naniulana, jala godang

mas nang hotangna. Hata ni legenda, sahat

tu sadari on, pinompar ni Pandiangan on

ma nahasea jala akka namora.

Dung hira-hira piga bintang (najolo, dang

bulan di dok, bintang do. Jadi sabintang,

sarupa mai sabulan di saonari), dipangido

Boru Saroding ma tu tunggane na asa

dipaloas ibana mandulo huta ni natorasna,

ala tung mansai masihol ibana inna. “Hatop

pe au mulak!” inna ibana do mangelek, asa

dipaloas tunggani doli na. Songon na borat

do diundukhon lahi-lahi nai pangidoanni

boru Saroding. “Adong gorakhu dang na

laho mulak be ho tu Ulu darat on,” inna

tunggani doli nai. Sai dielek-elek Boru

hanya sumpit kecil yang belum tahu apa

isinya, padahal mereka sudah lelah

menempuh jalan ke Bukit Ulu Darat.

Pendek cerita, salah satu dari Pandiangan

tidak sabar menunggu samapai tujuh hari

seperti pesan iparnya. Besoknya, dia

menyuruh istrinya membuka sumpit supaya

mereka tahu apa sebenarnya isinya.

Namun, adiknya yang paling bungsu tidak

mau memebuka sumpit miliknya. Setelah

sumpitnya dibuka, Rupanya sumpit

tersebut hanya berisi tanah, rotan, kunyit,

serta ulat (larva). Mereka marah lalu

mengutuki suami Boru Sarunding tidak

beradat. “Lho kok seperti ini diberikan

kepada pihak hula-hula?” kata mereka

dengan marah lalu sumpit itu dibuang.

Mereka membujuk adiknya yang paling

bungsu membuka sumpit bagiannya,

apakah sama isinya atau tidak. Namun,

adiknya tidak mau membukanya sampai

hari ketujuh seperti yang sudah dipesankan.

Pada hari ketujuh, sumpit si bungsu di buka

di halaman rumahnya. Tiba-tiba banyak

ulat keluar, tetapi tidak seberapa lama

berubah menjadi kerbau dan lembu, sampai

berdesak-desakan karena banyaknya.

Kunyit berubah menjadi emas berkilogram

beratnya, serta rotan yang dicampakkan ke

pekarangannya menjadi tumbuh dengan

subur. Tidak berapa lama, Pandiangan si

bungsu menjadi seorang yang kaya raya,

Panennya berlimpah ruah, ternaknya

berkembang biak, serta rotannya banyak.

Menurut cerita , keturunan Pandiangan

yang satu ini selalu berhasil dan kaya.

Sesudah beberapa bintang (kira-kira

beberapa bulan), Boru Sarunding minta ijin

kepada suaminya untuk berkunjung ke

rumah orang tuanya karena sudah rasa

rindunya ke kampung halamannya. “Aku

aku cepat pulang!” katanya membujuk agar

diijinkan suaminya. Suaminya sangat

keberatan mengijinkan kepergian Boru

Sarunding. “Firasatku, kau tidak akan

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

56

Saroding ma lahi-lahi nai, marjanji do

ibana dang leleng di huta ni natorasna.

“Sombakku ma raja nami, palias ma i.

Hodo tungganekku, dipasonang-sonang ho

do ahu saleleng on, dung parsonduk

bolonmu au. Pintor mulak pe au,” inna

boru Saroding mangelek. Ala nungnga sai

torus dipangido jala dielek boru Saroding,

ba dipaborhat lahi-lahi nai ma ibana sahat

tu topi tao ni Ransang Bosi.

Sada bulung do inna dibuat lahi-lahi nai

dibahen gabe solu nalaho dalan ni boru

Saroding. Alai didok ma hata na parpudi,

“Boru Saroding nauli!Boru ni raja do ho.

Jadi porsea do au di hatam namandok tung

mansai holong do roham tu au. Jai porsea

do au ikkon hatop do ho mulak sian huta ni

natorasmu. Jai ikkon marpadan do hita

diparborhathon songon mangarahut holong

ni roham tu au.” Diundukhon boru

Saroding ma, jala didok songon on, “Dok

ma padan i tunggane dolikku naburju!”

Dungi didok lahi-lahi nai ma padan songon

paborhathon boru Saroding naung hundul

di solu: “Dekke ni Sabulan tu tonggina tu

tabona, manang ise si ose padan tu ripurna

tumagona.”

Borhat ma boru Saroding, dilugahon ibana

ma solunana sian bulung-bulung i. Tung

mansai tonang do Tao Toba, dang adong

umbak jala alogo pe mansai lambok, langit

pe mansai tiar. Tading ma lahi-lahi nai

manatap sian topi ni tao, bohina tung

lungun do ditadinghon parsonduk bolon na

mansai dihaholongi rohana. Dang pola

sadia dao dope boru Saroding marluga,

manaili ma ibana tu pudi, didok ibana ma

songon on: “Peh…! Bursik maho, ai dang

jolma ho hape. Sombaon do ho! Ulok

nabolon! Unang dirippu ho nalaho mulak

be au tu ho! Palias mai!. Ai so jolma ho…”

Holan sae didok boru Saroding hatana,

pintor ro ma alogo halisunsung dohot udan

na marimpot-impot. Tao ipe pintor timbo

galumbangna. Mabiar jala songgot ma

rohani boru Saroding. Sai dilugai ibana

pulang lagi ke Ulu Darat on,” kata

suaminya. Boru Sarunding tetap

membujuk rayu suaminya dan berjanji

tidak akan berapa lama tinggal di rumah

orang tuanya. “Ampun Raja, aku

pantangkan itu, Kaulah suaminku, kau

bahagiakan selama ini selama menjadi

istrimu. Aku akan cepat pulang,” kata Boru

Sarunding membujuk. Oleh karena bujuk

rayu Boru Sarunding yang sudah merengek

suaminya mengiyakan dan memberangkat-

kan istrinya samapai ke Danau Rassang

Bosi.

Suaminya mengubah daun-daunan menjadi

sebuah perahu untuk ditumpangi istrinya

Boru Sarunding. Kata terakhir dari

suaminya, “Boru Sarunding nauli! Kau

adalah boru raja yang terhormat. Aku akan

mempercayai perkataanmu yang

mengatakan mencintai diriku. Aku percaya

kau akan cepat pelang dari rumah orang

tuamu. Sebelum berangkat, kita harus

berjanji/marpadan sebagai pengikat

kasihmu kepadaku.” Boru Sarunddding

menganggukkannya pertanda setuju.

“Katakanlah janji/padan itu suamiku yang

baik!” Setelah itu, suaminya mengucapkan

padan/perjanjian sebagai kata

pemberanhkatan istrinya. “Dekke ni

Sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise

si ose padan tu ripurna tumagona.”

„Ikan dari Sabulan sangat enak dan manis,

barang siapa ingkar janji akan petakalah

nasibnya di kemudian hari‟

Boru Sarunding berangkat

lalumengayuhkan perahu yang terbuat dari

daun-daunan itu. Danau Toba sangat

tenang, tidak ada ombak, angin sangat

tenag, langit pun cerah. Laki-laki itu

tinggal berdiri di tepi pantai menatapi

kepergian istrinya. Wajahnya

menunjukkan kesedihan karena

ditinggalkan istrinya yang dikasihinya.

Tidak berapa lama Boru Sarunding yang

berlayar, dia menatap suaminya ke

belakang lalu dia berkata, “Peh...! Ternyata

Kau bukan manusia, Hantu kau rupanya!

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

57

solu nai alai dang tolap mangalo umbaki.

Dang sadia leleng pintor balik ma solu na,

manongnong ma ibana jala gabe dohot ma

ibana sombaon pangisi ni tao i.

Sahat tu sadari on dihaporseai sabagian

pangisini Rassang Bosi, Dolok Martahan,

Sabulan, Palipi, Mogang, Hatoguan, Janji

Raja, Tamba, Simbolon, dituri-

turianhondohot nagabe boru Saroding

pangisini tao i. Sai manat-manat do halak

molo mangalewati tao i, dang boi

marsitijur, dang boi mambolokhon akka na

kotor tu taoi, jala unang tuit-tuit molo pas

marsolu, markapal, manang marbot. Jala

lahi-lahi ni boru Saroding gabe dijouhon do

i “Amangboru Saroding.” Alani holong na

tu boru Saroding, sipata tuat do inna ibana

sian Ulu Darat tu tao i. Bahat do inna halak

naung hea mamerengulok na saganjang hau

ni harambir/kalapa do inna marlange-lange

di tao i.

Di Sabulan pe, apala di topi ni dolok Ulu

Darat i, di huta Pandiangan, adong do sada

inganan namargoar “Parpangiran ni

Namboru Boru Saroding.” Buni do inganan

on, godang hian dope hau songon tombak.

Alana sian na met-met nunga manusia na

sok ingin tahu au, nungnga hudalani

inganan on, hutogihon akka ito, namboru,

inangudakku, alana au sandiri pe mabiar do

mardalan sandiri tusi. Adong do sada hau

nabolon di ginjang ni mual na diyakini

akka jolma (akka pangula ni huria) songon

inganan parpangiran ni boru Saroding.

Percaya tidak percaya, di ranting ni hau i

tubu utte pangir (jeruk purut), semacam

tanaman benalu, alai dang boi buaton i.

Tokka do inna molo dibuat, olo ro

parmaraan. Alai molo maruntung do naro

tu si, pintor dabu do annon anggir i, diboan

ma i tu jabuna be.

Ujudmu ular! Kupantangkan! Kau bukan

manusia rupanya...” Setelah Boru

Sarunding berkata, tiba-tiba angin

berhembus topan dan hujan turun sangat

lebat. Danau itu menjadi hiruk pikuk

omabak besar. Boru Sarunding terkejut

lalu ketakutan. Dia berupaya

mengayuhkan perahunya, tetapi tak

berdaya. Tak berapa lama , perahunya

tenggelam dan karam sehingga menjadi

penunggu Danau Toba.

Sampai hari ini, masyarakat Rassang Bosi,

Dolok Maratahan, Sabulan, Palipi,

Mogang, Hatagoan, Janji Raja, Tamba,

Simbolon, masih dikisahkan bahwa Si Boru

Sarunding adalah salah satu penghuni

Danau itu. Masyarakat tersebut di atas

sangat hati-hati jika melintasi Danau itu.

Mereka sangat berhati-hati melintasi danau

tersebut dan menjauhi atau memantangkan

memantangkan meludah, tidak bisa

membuang sampah semabarangan, serta

jangan berlaku genit-genit kalau di atas

kapal. Sebutan kepada suami Boru

Sarunding selalu oleh masyarakat sekitar

adalah “Amangboru Sarunding.” Oleh

karena, Kasih sayangnya kepada Boru

Sarunding, Ular itu terkadang turun dari

Ulu Darat ke danau. Menurut cerita,

banyak orang menyaksikannya besarnya

seukuran kelapa berenang di danau.

Di perkampungan Sabulan, di Tepi Bukir

Ulu Datar, ada tempat yang dinamai

“Permandian Namboru Boru Sarunding.”

Tempatnya tersebunyi, masih ditutupi

banyak pohon besar sehingga seperti hutan.

Sejak kecil, saya sudah memiliki sifat ingin

tahu sehingga tempat ini sudah pernah saya

jalani, kuajak namboruku (saudara

perempuan ayah), istri adik bapakku (inang

uda) karena kalalu aku sendiri ke sana

mungkin takut. Ada satu pohon, di atasnya

tumbuh pohon jeruk purut (seperti

benalu/penumpang) tetapi dipantangkan

untuk diambil kalau diambik bisa saja

terjadi malapetaka. Namun, kalau

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

58

pengunung itu orang beruntung maka

buahnya akan jatuh sendiri lalu bisa dikutip

dan dibawa ke rumah.

BATU PARBIUSAN

Wujudnya: Batu Berbentuk Altar , Mata Air , Pohon, Waduk

Lokasi: Aek Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: A. Sagala

Umur : 60 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Di hatiha mandonghon, bolo naeng manomba

ompu mulajadi na bolon ingkon boanon ma ulu

ni horbo, itak, napuran, dohot haminjon dohot

sijagaron. Jala di ginjang di Batu na gabe sapa

ni namulajadi nabolon bahehonon. Unang

disegai hamu mual i, jala ingkon ias do bahenon

muna asa mangurasi Mulajadi Na Bolon tu

sasude.

Alkisah itu bercerita, jika ingin menyembah

Tuhan harus dibawa kepala kerbau, sagun, sirih,

serta kemenyaan dan sijagaron. Persembahan

itu diletakkan di atas Batu, yang menjadi

pinggan. Jangan dirusak, serta harus

dibersihkan sehingga dewa-dewa memberkati

kita semua.

HARBANGAN

Wujudnya: Batu, mata air, Pohon, Waduk

Lokasi: Aek Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: A. Sagala

Umur: 60 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Harbangan laho tu Pussuk Buhit, di si jonjong

ma angka ulu balang ni Ompu i, tolu mai i

sabola hambirang, jala opat mai sabola siamun.

Adong do hau lao pasioan ni angka ulu balang i,

jala di toru i adong mual pa lua uas ni angka ulu

balang i. Tona ni ompu i unang dirantingi hau

i, jala mual i ingkon urasonmu. Bolo ro tu luat i,

Gerbang menuju ke gunung Pussuk Buhit, di

sisinya dipercayai i ada berdiri dewa penjaga

Mulajadi Nabolon. Terdiri dari tiga berdiri di

sebelah kiri dan empat di sebelah kanan. Ada

pohon yang menjadi tempat berlindung para

penjaga, serta ada mata air yang berfungsi

sebagai pelepas dahaga para penjaga. Pesan

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

59

unang margabus jala unang adong tahi-tahi na

jat.

para dewa, jangan ditebangi pohon itu, mata air

tersebut harus dipelihara. Jika datang ke daerah

itu, jangan berbohong serta jangan ada niat-niat

yang jahat.

BATU LAGE-LAGE

Wujud: Batu, Mata Air, Pohon

Lokasi: Aek Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber: Mariston Sihole

Umur: 55 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Parhundulan ni Namartua Pussuk Buhit, bolo

dipalu gondang. Diginjang batu lage marlampis

lage tiar ma ompui Namartua Pussuk Buhit.

Dungi diparade ma angka silua na songon

napuran tiar, parbue sakti, miak-miak (tolor),

sawan dohot utte di bagasan . Tuturni si lua i

songononma parbue opat tangkar, napuran tiar

tolu tampuk, ringgit suhi ni ampang na opat,

sada namarmiak-miak manang tolor, jala sada

unte pangurasna. Ditonggohon ma tu Mulajadi

Na Bolon Na Tumumpa langit dohot tano. Bolo

ro tu luat on ingkon dibagasan hahomion jala

ingkon ias do roha dohot pardagingon.

Kursi tempat duduk Dewa Pussuk Buhit ketika

gondang dibunyikan. Di atas Batu Lage/Batu

tikar duduk dewa Pussuk Buhit. Lalu di

persembahkanlah sesajen berupa sirih, beras,

telur, cawan, jeruk purut didalammnya.

Uraiannya sesajen tersebut terdiri dari empat

muk beras, sirih tiga daun, uang koin empat,

telur satu, serta satu jeruk yang berfungsi

sebagai pemerciknya . Lalu diberikan lewat doa

(tonggo-tonggo) kepada Dewa pencipta langit

dan bumi. Kalau berkunjung ke mari harus

berniat baik jasmani dan rohani.

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

60

Batu Tangga/Batu Martinggi-tinggi

Wujud: Batu yang tersusun rapi seperti tangga menuju Gunung Pussuk

Buhit

Lokasi: Desa Simarrihit Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: Julius Sihole

Umur: 61 tahun

Penduduk: Sinta Dame Kec. Sianjur Mula-mula

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Batu hasahatan ni Ompu i Si Anjur Mula-mula,

mula ni Batak sian langit ni parlangitan na

marhit-hite ombun, laho mangalap Ompu Siraja

Geleng Gumeleng naeng diboan Ompu Mula

Jadi Nabolon tu Pussu Buhit laos di si ma

ditompa hasaktion ni Ompu Siraja Geleng

Gumeleng. Jala di Batu Tangga i ma tinjang

simanjojak ni Ompu Mula Jadi Nabolon marhite

ombun. Jala ditonahon ompu i do asa diuras

tangga dohot ingananna rasa sadarion.

Batu Hasahatan adalah tempat pertama asal

muasal Si Anjur Mula-mula, yang diyakini

nenek moyang pertama suku Batak toba yang

diturunkan dari langit lewat media embun.

Pada saat itulah Si Anjur Mula-mula

menjemput Si Raja Geleng-gumeleng yang

cacat tidak bisa berdiri menuju ke puncak

Gunung Pussuk Buhit. Dan di batu ini lah

diberikan Si Anjur Mula-mula memberikan

kesaktian Si Raja Geleng-gumeleng sehingga

bisa mencapai puncak. Pesan Si Anjur Mula-

mula agar dipelihara tangga batu tersebut dan

masih diyakini dan dilaksanakan sampai

sekarang.

AEK BARINGIN

Wujud: Mata air yang bersumber dari sela-sela batu-batu dan dua

kali dalam setiap tahun, yaitu bulan Agustus dan Oktober

air tidak mengalir.

Lokasi: Desa Aek Baringin Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: Apa Lusin Sagala

Umur: 62 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Laho margondang Dudu, hundulma

pargossi ni Ompu Namartua Pussuk Buhit,

Namartua Simanuk-manuk mandompakkon

Pergi mengadakan gondang Dudu,

Tukang musik gondang, Dewa Pussuk

Buhit, Penguasa si Manuk-manuk duduk

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

61

batu gondang, huhut tubu do Bintatar, Jabi-

jabi, baringin, Tudak-tudak, Sona. Jala di si

ma humaliang angka Raja Parbaringin.

Laos di si ma mangido sigabe naniula sai

sinur pinahan. Jala ala ni i do asa

ditonahon Raja Parbaringin sada siingoton

ni angka pinomparna, namargoar Aek

Baringin. Dibagasan sataon tolu bulan

marsik. Jala di baringin ma diborothon

hoda Debata ditingki margondang. Jala

huling-huling ni hoda debatai dibahen gabe

ragin. Sahat tu sadari on dipahatutu jolma

dope i jala torus do diuras.

menghadap batu gondang, yang

ditumbuhi pohon Bintatar, Jabi-jabi,

Baringin, Tudak-tudak, Sona. Para Raja

Baringin juga hadir berkeliling pada saat

upacara. Pada saat itu, permintaan peserta

upaca adalah panen melimpah, ternak

sehat-sehat dan beranak pinak. Oleh

karena itu, Raja Parbaringin berpesan

kepada generasinya supaya menghormati

air, yang namanya Aek Baringin. Pada

masa satu tahun air ini tiga bulan kering.

Pohon beringin berfungsi sebagai wadah

mengikat kuda debata pada saat

mengadakan gondang. Kulit kuda

deabata dibuat menjadi patung kuda yang

lama kelamaan menjadi batu. Sampai

sekarang masih disakralkan dan

dipelihara.

BATU GORDANG

Wujud: Batu-batu besar ditopang akar-akar pohon, menurut cerita

batu tersebut dapat mengeluarkan bunyi seperti Gordang dan

mempunyai stik/alat pemukul. Dipercayai kalu batu

tersebut dibuang ke lain tempat akan kembali dengan sendirinya.

Lokasi: Desa Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: Op. Gokma Sihole

Umur: 70 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Batu on do gabe taganing dipakke pargossi no

Ompung Namartua Pusssuk Buhit bolo masa:

1. Mangkalang Gordang

Diborothon ma di sangkalan babi

siroppur dibahen bane-bane na

Baringin. Laos ima ditortori

Batu ini menjadi taganing dipakai para

pemusik/Pargondang Dewa Pussuk Buhit kalau

ada acara:

1. Mangkalang Gordang

Babi Siroppur diikatkan di

Sangkalan/tempat pemotongan serta

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

62

parbaringin laho pasahatton tu Ompu

Namartua Pussuk Buhit.

2. Mangalahat Horbo Bius

Diborothon ma di borotan horbo bius

dibahen bane-banena baringin. Laos

ima ditortori raja bius laho pasahatton

tu Ompu Namartua Pussuk Buhit.

Dung i dipature ulian ni Ompu i ima

ulu na jala dipasahat ma di batu

parbiusan.

3. Mangalahat Hoda Debata

Diborothon ma di borotan hoda debata

dibanen ma bane-bane na baringin, laos

ima ditortori jala ditonggohon Raja

Parbaringin laho pasahaton tu Ompu

Namartua Pussuk Buhit, dungi dipauli

ma ulian ni Ompu i, ima ulu na dibahen

ma gabe sipitu dai dohot huling-huling

na dibahen ma gabe ragin. Di masa

sonari on bolo mangkuling batu

gondang di rondang ni bulan ingkon

adong ma natua-tua na marujung ngolu,

jala bolo mangkuling batu gordang

dohot manjoai (manggora) pargotsi di

rondang ni bulan ingkon adong ma

natua-tua raja sipitu tali (parbaringin).

Tona ni ompu tu ganup manusia asa

gabe tanda mai batu gordang i jala

ingkon urason doi.

rangting dan dedaunan beringin menjadi

bane-bane/penghiasnya. Setelah itu

para pengikut Parbaringin menari-nari

untuk mempersembahkannya kepada

Dewa Pussuk Buhit.

2. Mangalahat Horbo Bius

Kerbau persembahan diikat ke

tambatannya dihasi ranting dan

dedaunan beringin. Mereka manari-nari

ketika ingin menyampaiakan

persembahan kepada Dewa Pussuk

Buhit. Setelah itu, kepala kerbau

disisihkan menjadi bagian dari para

Dewa dan diletakkan di atas batu

parbiusan

3. Mangalahat Hoda Debata

Hoda Debata/kuda diikat di tambatan

dan dihiasi dengan ranting dan

dedaunan baringin sambil menari-nari

dan didoakan dalam bentuk mantra-

mantra ketika menyampaiakan

persembahan kepada Dewa Pussuk

Buhit. Setelah itu, disediakan bagian

kepala kuda sebagai bentuk

persembahan kepada dewa dan kulit

dibuat menjadi patung. Pada masa

sekarang, kalau batu gondang berbuyi

itu pertanda ada orang tua akan

meninggal. Dan ketika berbunyi pada

malam bulan terang langsung ada

melakukan mantra raja parbaringin.

Pesan Oppu itu setiap masyarkat

sekitarnya agar dijadikan batu itu

sebagai tanda dan harus dijaga

kesuciannya.

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

63

BATU PARHUSIP

Ujud: Batu, yang diyakini tempat si Boru Pareme dengan

Saribu Raja bercengkrama

Lokasi: Desa Siarsam Sarri Marihit Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: Op. Bintang Sihole

Umur: 70 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Saribu Raja mandapot hasaktian songon dorma

sijunde dungi dipahe ibana ma hasaktian alana

nunga leleng dang marhasohotan ibana jala tung

mansai bakkol do pajumpa dohot namarbaju uju

i. Dorma nai dibahen ma tu si Boru Pareme ima

ibotona satubu di Paret Sabungan. Dungi

maroha-roha manasida namariboto satubu.

Mambege barita i muruk ma angka haha

anggina namargoar Sagala Raja, Silau Raja,

Limbong Mulana. Martahi halami natolu laho

mamusa dohot pamatehon Saribu Raja. Alai

tahi ni nasida nunga diboto Saribu Raja jala lari

ma ibana tu Batu Nanggar jala si Boru Parema

tinggal di Batu Parhusipan. Alani i rasa tu

sadari on godang ro jolma mamereng i alai dang

boi hurma-hurma.

Saribu Raja berhasil memperoleh kesaktian

pelaris lalu dipakainya karena dia belum kawin.

Pada masa itu sulit menemukan gadis karena

masih terbatas manusia. Saribu Raja

menggunkan pelarisnya kepada si Boru Pareme

adik kandungnya sehingga mereka melakukan

perkawinan terlarang. Sagala Raja, Silau Raja,

Limbong Mulana saudara kandung laki-lakinya

marah mendengar berita ini. Mereka bertiga

berencana membunuh Saribu Raja. Namun,

informasi terlanjur sudah diketahui oleh Saribu

Raja maka larilah dia ke Batu Nanggar dan si

Boru Pareme tingga di batu Parhusipan. Oleh

karena itu, banyak orang berjiarah ke tempat ini

sampai sekarang tetapi tidak boleh

sembarangan.

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

64

MUAL SITONGGI-TONGGI

Wujud: Pancuran Air, Jabi-jabi dan Aren

Lokasi: Huta Lumban Tonga-tonga, Sabulan,

Kec.: Sitio-tio

Sumber Data: S. Pandiangan

Umur: 65 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Dung Sabulan si Boru Pareme dohot Raja

Lontung di Batu Bolon Sitapi-tapi, dungi

martahi ma nasida manorusson pardalanan na tu

Ulu Darat mangihut-ihut rura. Dungi mauas ma

nasida jala maradi di sada mual namargoar

Sitonggi-tonggi. Dung diinum si Raja Pareme

dohot Raja Lontung mual i sombu ma uasna

dungi ditoruson ma pardalanan na marhite

Sipaltugan sahat tu Banua Raja. Rasa tu ari

sadari on sai hatindakkon jolma do mual palua

uas dohot sihol. Dai ni aekna muba jadi asom

bolo dang suman pangalaho ni na ro i.

Setelah sebulan si Boru Pareme dan Si Raja

Lontung di Batu Bolon Sitapi-tapi, mereka

berencana melanjutkan perjalanannya ke Ulu

Darat melalui tebing-tebing gunung. Mereka

haus dan istirahat minum air yang bersumber

dari mata air namanya Sitongi-tonggi. Setelah

mereka minum lepaslah dahaga dan segar

kembali lalu dilanjutkan perjalanannya lewat

Sipaltugan menuju Banua Raja. Sampai

sekarang, orang masih meyakini kesaktian air

tersebut dapat sebagai pelas dahaga dan

kerinduan. Oleh karena itu, Banyak orang

mengunjungi untuk mengambil airnya. Rasa

airnya akan berubah menjadi asam kalau ada

pengunjung berniat tidak baik.

BATU BOLON SITAPI-TAPI

Wujud: Batu

Lokasi: Sabulan

Sumber Data: J. Situmorang

Umur: 70 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Hatiha madonghon, dungi marsuru ma inong ni

Raja Lontung namargoar si Boru Pareme asa

laho tu jabu ni tulang na laho mambuat boru ni

tulangna. Ditunahon si Boru Parema ma tu Raja

Lontung asa ditodo ibana boru ni tulang na i na

Saran Ibunda Raja Lontung agar pergi ke rumah

pamannya untuk mempersunting anak gadisnya.

Boru Pareme berpesan agar memilih anak

gadisnya pamannya yang rupanya mirip dengan

waja, dan rambutnya. Boru pareme

Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

65

suman tu inongna Si Boru Pareme. Asa unang

salah todo dilehon Si Boru Pareme ma tintin tu

anakna Si Raja Lontung. “Manang na ise sian

boru tulang mi na boi mamahe tintin on, ima

todo nalaho parsonduk bolonmu!” ninna Si

Boru Pareme tu anakkonna Si Raja Lontung.

Dungi sahat ma Si Raja Lontung tu Limbong

Mulana, tumpu pajumpang ibana tu sada

namarbaju apa suman tu inong na Si Boru

Pareme. Dijou si Raja Lontung ma namarbaju i

jala dielek asa dipahe ibana tintin nadileon ni

inongna Si Boru Pareme tupet dos ukuranna

laos digogothon si Raja Lontung ma asa gabe

parsonduk bolonna. Diboan Si Raja Lontung

ma borua nagabe parsonduk bolonna i sian

Limbong laho tu Ulu Urat. Dungi diboan Si

Raja Lontung ma borua nagabe parsonduk

bolanna i marhite Sabulan dang be mangalewati

huta hatubanna alana dipangidohon borua

parsonduk bolon nai do songoni. Sahat ma

nasida nadua tu Sabulan ima Batu Bolon Sitapi-

tapi. Dang sadia leleng, holsoanma borua i,

bohama i bolo diboto Si Raja Lotung parsonduk

bolonna i si Boru Pareme do ima inong

pangitubuna. Dungi ditogihon Si Boru Pareme

ma Si Raja Lontung tu jampalan laho

marpadan, songonon ma padanna

“Batu na bolon, batu na gilling parsoburan ni si

Tapi-tapi; mate na bolon mate nagilling na so

adong si ombus api, ise si ose janji” udutna

“Dengke ni Sabulan tu tinggina tu tabona;

manang na ise si ose padan ,tu ripurna tu

magona.” Las sian i ma mulana batu i didokma

batu parpadanan natogu jala na soboi umpaton.

memberikan cincin kepada anaknya Raja

Lontong agar dipakaikan nantinya kepada anak

gadis pamannya sehingga tidak salah pilih.

Setelah sampai si Raja Lontung di Limbong

Mulana, beliau bertemu dengan seorang gadis

(si Boru Pareme/ibu kandungnya) yang mirip

dengan ibunya lalu dia memohon supaya si

gadis tersebut mecoba memakaikan cicin yang

diberikan ibunya ternyata ukurannya sama

dengan jari ibunya.

Si Raja Lontung membawa perempuan itu dari

Limbong ke Ulu Urat. Namun, lintasan

perjalan mereka bukanlah dari perkampungan

orang tuanya melainkan lewat Sabulan sesuai

dengan permintaan perempuan yang dibawanya.

Mereka tiba di Sabulan di Batu Bolon Sitapi-

tapi. Setelah beberapa lama, perempuan itu

gelisah ketakutan, bagaimana kalau si Raja

Lontung bahwa yang diperistri itu adalah Si

Boru Pareme yang sekaligus ibu kandungnya.

Si Boru Pareme pun mengajak si Raja Lontung

berjanji dan bersumpah, yang diucapkan seperti

berikut ini:

“Batu na bolon, batu nagilling parsoburan ni si

tapi-tapi; mate na bolon mate nagilling, na so

adong si ombus api, ise si ose janji” dan

dilanjutkan lagi “Dengke ni Sabulan, tu

tonggina tu tabon; manang na ise si ose padan,

tu ripurna tu magona.”

“Batu yang besar, batu yang kecil tempat air

minum burung si tapi-tapi; mati dewasa mate

masa kanak, dan tak kan adalagi yang

menghidupkan api, jika janji diingkari”;

„Ikan daerah Sabulan enak dan manis; barang

siapa yang ingkar janji akan punah sampai

Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

66

keturunannya.

Artinya barang siapa yang ingkar janji akan

bernasib punah keturunannya. Demikianlah

batu itu disakralkan sebagai tempat si Raja

Lontung dan si Boru Pareme mengucapkan janji

dan sumpah sambil meletakkan sirih di atas

batu itu sehingga menjadi suami istri yang

langgeng dan bahagia. Mulai dari kisah itulah

dijadikan nama batu parpadanan atau batu

perjanjian yang teguh yang tidah bisa

diruntuhkan.

AEK SITAPANGI Wujud: Rawa berair, yang diyakini sebagai tempat para

bidadari sebagai cikal bakal orang Batak

Lokasi: Desa Huta Ginjang Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: Tio br. Limbong

Umur: 70 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Mual Mulajadi natigos ni Opputa Mulajadi

Nabolon nalaho parangir-anggiran ni Boru

Tatan Debata. Di hatiha i mandokkon dang

marhasohotan dope Oppu Tatean Bulan. Laho

mangalangka Oppui tu aek. Di Aek Sitapangi

on ma di ida Oppu Tatean Bulan Boru Tantan

Debata. Dungi tubu ma roha na naeng mambuat

pahean ni Boru Tantan Debata, pola sampe tolu

hali diintip-intip jala monjap-monjap Tate

Bulan laho mamereng Boru Tatean Bulan sian

na dao. Ari paopatton ditabunihon ma sada

pahean sian napitu Boru Tantan Debata i.

Pahean nanibuat ni Oppu Guru Tatean Bulan i

topet pahean ni boru siampudan ni Guru Tantan

Debata ima nargoar Si Boru Sakti. Jala digoari

ma museng di pudian ni ari Si Baso Bolon. Jala

hatana Parhole-holehon bulung sungkit,

parluga-luga bulung sihala, na malo manuturi

jala namar sahala. Alanii ditonahon ompu ido

asa unang disegai jala diuras aek.

Asal muasal air yang turunkan oleh Tuhan

pencipta asal dari segalanya untuk permandian

Boru Tatan Debata. Yang punya cerita

mengisahkan pada saat itu Oppu Tatean Bulan

belum kawin. Oppu itu berjalan ke sungai,

yang dinamakan Aek Sitapangi. Di sungai ini,

Oppu Tatean Bulan melihat sekumpulan gadis-

gadis anak Tatan Debata. Setelah itu, Oppu

Tatean Bulan berkeingin untuk mengambil

pakaian gadis Tatan Bulan Debata. Sudah

sampai tiga kali Boru Tanta Debata diam-diam

diintip-intip oleh Tatean Bulan dari kejauhan.

Pada hari keempat Tatean Bulan mengambil

salah satu pakaian Boru Tatanta Debata.

Pakaian, yang diambilnya ketepatan pakaian

gadis bungsu Tantan Debata, namanya Si Boru

Sakti. Pada kemudian hari akhirnya diberi nama

Si Baso Bolon. Dia digelari berdayungkan

sungkit, berperahukan daun sihala, yang pintar

dan pemberi nasihat serta sakti. Oleh karena itu

jangan dirusak dan harus dipelihara mata air itu.

Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

67

MUAL NI DATU PARNGONGO Wujud: Mata Air di bawah pohon rampa

Lokasi: Desa Tamba Nagodang Cinta Maju Kec. Sitio-tio

Sumber Data: A. Tamba

Umur: 71 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Mual mata sipargogo na dipaturre ni Datu

Parngongo jonok tu binanga na digoari ma i

Binanga Bolon. Tio aekna, duhut, batu dohot

rihit ni tano boi pamalum sahit. Hatiha i

mandonghon adong roha-roha ni na pitu

anakhon ni Datu Parngongo naeng mamuni

ibana. Alana pangalaho ni Datu Parngongo

maradopothon anakna na marimbar.

Gumodang rohana tu anakna parumaenna sian

si Marhatuulubalan. Roha mamunu among na

on dang ditolopi Raja Marhatiulubalang, alai di

rapot dang dipatudu ibana rohana i tu hahana i.

Jumpa ma ari na tinodo nalaho mamunu

natorasna i, marsuru ma Marhati ulubalang tu

angka hahana asa borhat tu dolok asa boi halaki

mamereng Marhatiulubalang manggulangkong

natorasna. Alai diparhaseang

siMarhatiulubalang ma tikki i laho manggali

rura asa adong dalan taripar ni natorasnai asa

unang jadi dipamate. Dungi sai diehai imana

ma amongna jala dipaboa ma tahi na angka

hahana i. Olat ni i martabuni ma nasida asa

malua sian pangujunan i. Mual parninongtan

mai jala mual palua sian hamatean. Alani i

sotung disegai hamu mata ni mual hi.

Mata air bertuah yang diyakini dibuat oleh Datu

Parngongo pada lereng bukit terjal di bawahnya

terdapat sungai yang disebut dengan Binanga

Bolon. Airnya jernih, rumput, batu bahkan

pasir/tanah yang diambil dari sekitar itu

diyakini dapat menyembuhkan penyakit.

Alkisah cerita dimulai adanya rencana ketujuh

anak Datu Paronggo untuk membunuhnya. Hal

ini disebabkan perlakuan Datu Paronggo tidak

adil menurut anak-anaknya. Parasaan anak-

anaknya, Datu Paronggu lebih sayang kepada

menantunya yang paling kecil (si bungsu), istri

dari Marhatiulubalan. Rencana pembunuhan

ayah mereka tidak disetujui oleh

Marhatiulubalang, tetapi dalam rapat dia pura-

pura setuju karena takut dibunuh saudara-

saudaranya. Rencana pembunuhan ayah

mereka tiba, Marhatiulubalang menyuruh

keenam saudaranya ke seberang bukit supaya

dapat menyaksikan Marhatiulubalang

menggulingkan ayah mereka ke dalam gua yang

sudah dipersiapkan selama saudaranya pergi

menyeberangi jurang. Diam-diam dihampirinya

bapaknya lalu diberitahukan niat saudara-

saudaranya. Sejak itu, mereka bersembunyi

sehingga terhindar dari cobaan. Mata air

simbol pelepasan dari kematian. Oleh karena

itu, kamu jangan merusaknya.

DANAU SIDOHONI

Wujud: Danau di atas Perbukitan Pulau Samosir

Lokasi: Ronggur ni Huta Kec. Ronggor Ni Huta

Sumber Data: S. Silalahi

Umur: 73 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Tao Sidohoni ima tao di ginjang ni Tao Toba.

Aekna boi di muba-muba jala godang do angka

halongangan na adong di si. Bolo mahiang aek

ni Tao i laho paboahan na naeng masa ma di

luat i angka barita na hurang denggan. Hatiha

mandokkon mulana Oppung Simalango

marburu dohot marmahaman di parjampalan.

Danau Sidohoni, sebuah danau di Palau

Samosir di atas Danau Toba. Warna airnya

diyakini masyarakat setempat dapat berubah-

ubah dan kering pertanda akan terjadi sesuatu

(biasanya pertanda malapetaka besar). Alkisah

ceritanya, Oppung leluhur Simalango bekerja

sebagai pemburu dan menggembalakan ternak

di parjampalan.

Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

68

JABI-JABI SIHIS/SISANGAPAN

Wujud: Pohon Jabi-jabi

Lokasi: Desa Urat, Kec. Palipi

Sumber Data: L. Situmorang

Umur: 65 tahun

Bahasa Batak Bahasa Indonesia

Hau jabi-jabi di Pomparan ni Situmorang Si

Pitu Ama ima hau parningotan do. Alana di toru

ni hau on do Situmorang pasahat on poda tu

pinomparna na pitu i, ima: Raja pande, Tuan

Ringo, Darimangambil (Sitohang Uruk), Raja

Itubungna ( Sitohang Tonga), Ompu Bana ni

Onan (Sitohang Toruan). Podana asa ma

siamin-aminan jala nasobai marsibuatan.

“Sisada lulu anak ma hamu, si sada lulu boru,

naso jadi marsolian”.

Tona i ditariashon Situmorang tu pinomparna

asa marsitoguan na marhaha maranggi alana

amongni na pahompuna pitu (Ompu Ambalas,

Ompu Parkujaban, dohot Raja Babiat) nunga

monding. Ompung ni halahi pe (Pamoparaja

dohot Parkujabun) nunga monding. Tuan

Situmorang padot do pabalga-balgahon nasida.

Dipasahat Tuan Situmorang do di tonga

mangajana poda jala disuan ma sa jabi-jabi asa

adong parningotan ni pinomparna. Manang na

ise si olo i poda dapotan tua ma ibana rodi

pinomparna. Alai manang na ise si laosi poda

sihisma ibana. Alani i sonari dipajonjong

pinomperna i ma tugu di luat i.

Jabi-jabi ini sangat disakralkan keturunan

Situmorang Si Pitu Ama. Di tempat ini

Situmorang menyampaikan “Poda” (Pesan)

kepada cucunya yang berjumlah tujuh orang,

yaitu: Raja Pande, Raja Nahor, Tuan

Suhutnihuta, Tuan Ringo, Darimangambil

(Sitohang Uruk), Raja Itubungna (Sitohang

Tonga), Ompu Bana ni Onan (Sitohang

Toruan). Isi Pesannya agar keturunan ketujuh

cucunya saling mendukung dan tidak boleh

saling mengawini. Dalam bahasa Bataknya

“Sisada lulu anak ma hamu, si sada lulu boru,

naso jadi marsiolian.”

“Tona” (pesan) itu disampaikan Tuan

Situmorang kepada ketujuh keturunannya agar

mereka saling menguatkan dalam persaudaraan

karena ayah ketujuh cucunya (Ompu Ambalas,

Ompu Parkujabun, dan Raja babiat) sudah

meninggal. Kakek mereka pun, Pamoparaja

dan Ompu Pangaribuan sudah meninggal.

Dengan penuh tanggung jawab dan kasih

sayang, Tuan Situmorang menyampaikan poda

itu, lalu menanam pohon jabi-jabi sebagai

tanda. Bagi mereka yang menuruti poda, pohon

itu akan memberi martabat dan kemuliaan. Dan

apabila mereka melanggar poda, pohon itu akan

membawa sial dan kehidupan terhina (Sihis).

Untuk menghormati dan mengukuhkan poda

tersebut, keturunan si Pitu sada Ama juga

mendirikan tugu di daerah itu.

HARIARA SIDUA TALI (HARIARA MARANAK)

Wujud: Pohon Beringin

Lokasi: Desa Parsaoran, Urat Kec. Palipi

Sumber Data: H. Situmorang

Umur: 70 tahun

Bahasa Batak Bahasa Indonesia

Hariara bolon tubu sasada ibana dang adong na

tubuh bona ni hau manang dohot di

humaliangsa alana tung mansai tungil do tano

di si. Hariara on badia di huta humaliangsa

tarlumobi tu pinompar ni Situmorang dohot

Sinaga. Inganan ni Raja Bius do hariara i. Na

somal sadia godang pe raja na ro tu si laho

Pohon Hariara/Beringin ini tumbuh tersendiri

dan tidak ada tumbuhan lain yang ada di

sekitarnya karena tanahnya gersang. Hariara ini

sangat sakral bagi penduduk setempat terutama

bagi keturunan Situmorang dan marga Sinaga.

Lebih kurang sepuluh generasi yang lalu,

Bius/kumpulan perkampungan mengadakan

rapat atau pertemuan selalu diadakan di bawah

Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

69

horja sai na siat do.

Hau hariara on boi do mangaleon tanda- tanda.

Umpana bolo godang marpungu lali songgop tu

hau i ima boa-boa dang sadia leleng nai ingkon

adong natua-tua monding. Alai bolo soara ni

lali i mingor/gaor ima boa-boa na naeng adong

na monding dakdaknak manang naposo.

Dangka ni hariara dang lobi sian ualu alai olo

do maranak hariara on di luat na asing na adong

pinompar ni Lontung. Bolo aong rapot bius

ingkon ingotonna do tona on asa sada jala asa

rim tahi laho mangulahon angka ula on na be.

pohon ini. Biasanya sebarapa banyak pun

peserta rapat bius tempat tidak pernah

kekurangan di bawah Hariara ini.

Pohon Hariara diyakini masyarakat setempat

dapat memberikan tanda-tanda. Misalnya

burung Elang berkumpul banyak dan

bercengkrama itu pertanda ada orang tua akan

meninggal. Sebaliknya kalau suara burung

elang itu ribut pertanda akan ada meninggal dari

daerah itu seseorang anak, remaja yang

meninggal.

Pohon hariara ini memiliki cabang dari bawah

tidak lebih dari delapan cabang, dan disebut

hariara maranak karena diyakini hariara ini

beranak tumbuh di darah lain di mana

keturunan Lontung berada. Dalam mengambil

keputusan rapat bius pun, mereka terhindar dari

perdebatan yang mengarah kepada perselisihan

antar bersaudara.

SIPALEONGGANG

Wujud: Waduk dan Gua

Lokasi: Desa Simanampang Kec. Ronggor ni Huta

Sumber Data: M. Sitanggang

Umur: 75 tahun

Bahasa Batak Bahasa Indonesia

Sipaleongang songon londut di toruna, di

Timur, di Barat, di Selatan adong Lubang na

balga.

Sipaleonggang merupakan suatu bentuk

kubangan besar di bawahnya, di sebelah Timur,

di sebelah Barat, dan di sebelah Selatan terdapat

satu lubang besar. Pada saat-saat tertentu area

ini dipenuhi air yang sangat banyak, tetapi

terkadang walaupun hujan deras sebentar saja

airnya langsung hilang tidak ada tahu ke mana

airnya mengalir.

Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

70

5.2 Luaran Penelitian (Artikel)

MITOS PODA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA

SEBAGAI PEMBENTUK BUDAYA EKOLOGIS

(Kajian Ekolinguistik Tentang Pelestarian Ekosistem)

Dr. Charles Butar-butar, M.Pd.

Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk medeskripsikan hasil hasil investigasi, merekonstruksi, serta

menganalisis poda atau amanat yang terdapat dalam cerita rakyat yang terdapat di

lingkungan Danau Toba. Setelah itu, hasil analisis kontribusi poda dalam cerita rakyat

tersebut sebagai kearifan lokal dapat melestarikan ekosistem daerahnya. Kajian penelitian

ini adalah ekolinguistik, yaitu pembuktian sejauhmana cerita rakyat yang hidup atau yang

pernah hidup dapat menjaga keseimbangan alam. Teori mitos untuk memecahkan masalah

model pelestarian ekosistem dalam poda cerita rakyat di Danau Toba.

Penelitian ini dilakukan di seputaran Pulau Samosir termasuk lingkar luarnya. Responden

yang terpilih adalah penduduk setempat, yaitu orang-orang yang masih mengetahui cerita

tentang situs yang sudah terindentifikasi. Pemilihan responden ini didasari teknik bola

salju, yaitu penentuan respondennya adalah hasil rekomendasi responden yang sudah ada

sebelumnya. Data yang sudah terekam diuji keabsahannya dengan teknik pengujian

kredibiliatas, tranferabilitas, dependabilitas, konfirmabilitas.

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu data berupa verbal bersifat

naturalistik. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik interpratatif, yaitu pemaknaan

sesuai dengan teori yang sudah dirujuk.

Hasil penelitian ini adalah adanya upaya yang diwariskan poda dalam cerita rakyat untuk

menjaga keharmonisan tataguna ruang dengan istilah huta, parik, suha, partangisan,

jampalan; tataguna penangkapan ikan berupa norma, area, penempatan alat tangkap ikan,

dan tala ripe-ripe.

Bab I Pendahuluan

2.1 Latar Belakang Masalah

Makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang bergantung pada eksistensi ekosistemnya.

Namun, faktanya keberadaan danau tersebut semakin lama semakin parah kerusakannya.

Kerusakan hutan dan lingkungan Danau Toba sudah pada tingkat mengkhawatirkan dan

mengancam eksistensi kehidupan semua makhluk hidup yang berada di persekitarannya

juga yang ada di luar Danau Toba. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat yang rendah

dan perilakunya cenderung mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian.

Regulasi penyelamatan Danau Toba sudah banyak digulirkan baik di tingkat tujuh pemkab

(Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo,

Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

71

Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi/Papak

barat) yang berada di sekitar lingkungan Danau Toba, dan tingkat Provinsi Sumatera Utara

bahkan di tingkat pusat. Bentuk-bentuk penyelamatan sudah banyak ditawarkan yang

disajikan dalam bentuk workshop, seminar, maupun tindakan ilmiah lainnya. Namun,

usaha-usaha tersebut tidak berhasil karena fakta menunjukkan semakin hari kondisi danau

tersebut semakin memprihatinkan.

Pemanfaatan dan pemberdayaan potensi kekuatan diri masyarakat yang diwariskan secara

turun-temurun, yaitu dalam bentuk tradisi-tradisi perlu direvitalisasi. Tradisi bersahabat

dengan lingkungan merupakan jiwa masyarakat diasumsikan sudah mulai pudar. Upaya

menumbuhkembangkan kesadaran warga sesuai dengan Rencana Induk Penenlitian yang

sudah ditetapkan pihak UMSU, yaitu prioritas I kurun waktu 2016 – 2020 isu lokal/daerah

pemberdayaan masyarakat, pengembangan budaya, komunikasi sosial pembangunan. Oleh

karena itu, peneliti berkeiginan menggali tradisi yang disampaikan dalam bentuk lisan,

yaitu cerita rakyat yang dibalut dengan kepercayaan mitos sebagai media uapaya adaptasi

manusia dengan lingkungannya.

Sikap bersahabat dengan alam harus direvitalisasi dan digagas sehingga menjadi sebuah

paradigma baru di kawasan Danau Toba. Kepedulian terhadap lingkungan bukan sekadar

wacana-wacana besar dalam pidato politik ketua partai. Ia menjadi sesuatu “conditio sine

qua non” jika manusia ingin hidup tenang dan damai. Persahabatan dengan alam dan

lingkungan hendak menekankan sebuah hubungan yang tidak saling bermusuhan. Manusia

menerima alam sebagai sahabat dengan menjauhkan sikap e Aspek sosial-ekologis sangat

memengaruhi keterpeliharaan, keseimbangan, dan keterwarisan lingkungan bagi generasi

mendatang. Ekolinguistik, atau ekologi bahasa, berusaha mewujudkan lingkungan yang

sehat, dengan memasukkan kearifan-kearifan ekologis lokal ke dalam bahasa tersebut

(Mühlhäusler, 1995). Unsur-unsur bahasa yang dimaksud adalah eko-fonologi, eko-

morfologi, eko-sintaksis, dan eko-semantik, yang menjadi bagian dari wacana lingkungan.

Kearifan-kearifan ekologis lokal ini perlu diturut-sertakan dalam wacana lingkungan yang

sehat dan hijau (greenspeak), mengingat jiwa (konsep-konsep ideologis, filosofis, sosio-

ekologis) masyarakat setempat tercermin dalam kearifan-kearifan lokal tersebut.

gosentrisme dan antroposentrisme. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengkaji keterkaitan

antara mitos poda dengan pembentukkan karakter budaya harmonisasi hidup dengan

ekosistem.

Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

72

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah keterhubungan mitos poda dalam

cerita rakyat bahasa Batak Toba yang pernah dan sedang tumbuh di sekitar Danau Toba

dengan pelesatarian ekosistem di wilayah Danau Toba?

Bab II Tinjauan Pustaka

2. 1 Ekolinguistik Ekolinguistik, ilmu pengetahuan antardisiplin ilmu, merupakan sebuah payung bagi semua

penelitian tentang bahasa (dan bahasa-bahasa) yang dikaitkan sedemikian rupa dengan ekologi

seperti yang dikatakan oleh Fill (1993:126) dalam Lindo & Bundsgaard (eds.) (2000),

mendefinisikan ekolinguistik sebagai berikut. Ecolinguistics is an umbrella term for „[…] all

approaches in which the study of language (and languages) is in any way combined with ecology‟.

Demikian pula, Mühlhäusler, dalam salah satu tulisannya yang berjudul Ecolinguistics in the

University, menyebutkan Ecology is the study of functional interrelationships. The two parameters

we wish to interrelate are language and the environment/ecology. Depending on whose perspective

one takes one will get either ecology of language, or language of ecology. Combined they

constitute the field of ecolinguistics. Ecology of language studies the support systems languages

require for their continued wellbeing as well as the factors that have affected the habitat of many

languages in recent times (p.2)

Crystal (2008: 161-162) dalam kamus A Dictionary of Linguistics and Phonetics 6th Edition,

menjelaskan bahwa ecolinguistics (n.) In linguistics, an emphasis-reflecting the notion of ecology

in biological studies-in which the interaction between language and the cultural environment is

seen as central; also called the ecology of language, ecological linguistics, and sometimes green

linguistics. An ecolinguistic approach highlights the value of linguistic diversity in the world, the

importance of individual and community linguistic rights, and the role of language attitudes,

language awareness, language variety, and language change in fostering a culture of

communicative peace.

Hal ini berimplikasi bahwa ada ungkapn-ungkapan yang digunakan untuk selalu menjunjung

tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pengembangan secara lestari terhadap

sumber daya alam dan seni budaya, dalam pelestarian lingkungan di kampus konservasi ini.

Konservasi bahasa dalam lingkup ekolinguistik terinspirasi dari pemikiran Haugenian bahwa

upaya penyelamatan bahasa amat diperlukan karena kepunahan bahasa begitu cepat dalam satu

dasawarsa (Fill 2001:44). Alasan perlunya upaya penyelamatan bahasa juga dinyatakan oleh Sinar

(2010:70) bahwa “banyak bahasa daerah di Indonesia berada di ambang kritis, semakin sulit untuk

Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

73

“hidup,” bertahan, berfungsi, dan terwaris secara utuh. Banyak nilai yang tergusur dan punah.

Belum lagi, dengan ancaman hegemoni dan dominasi beberapa bahasa internasional, regional dan

nasional, semakin mendesak bahasa-bahasa minoritas.

Penelitian ini bertitik tolak dari perspektif ekolinguistik. Menurut Mbete (2009:2), “dalam

perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang

hidup secara bersistem dalam suatu kehidupan, bersama organisme-organisme lainnya.” Teori-

teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan paduan teori linguistik dan ekologi,

sebagaimana dinyatakan oleh Fill (1993:126) mdalam Lindo dan Simonsen (2000:40) bahwa

ekolinguistik merupakan sebuah payung bagi semua penelitian mengenai bahasa yang ditautkan

dengan ekologi. Dalam the Ecology of Language Shift, Mackey dalam Fill dan Muhlhausler

(2001:67) menjelaskan bahwa ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan lingkungan,

konservasi, interaksi, dan sistem dalam bahasa (Fill dan Muhlhausler 2001:43).

Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik meliputi lingkungan ragawi dan sosial (Sapir dalam Fill

dan Muhlhausler, 2001:14). Lingkungan ragawi menyangkut geografi yang terdiri atas fisik:

topografi suatu negara (pesisir, lembah, daratan, dataran tinggi, gunung), iklim, dan intensitas

curah hujan, dasar ekonomis kehidupan manusia yang terdiri atas fauna, flora, dan sumber-sumber

mineral; sedangkan lingkungan sosial terdiri atas berbagai kekuatan masyarakat yang membentuk

pikiran dan kehidupan setiap individu di antaranya: agama, etika, bentuk organisasi politik, dan

seni.

Bertolak dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian ekolinguistik memiliki

parameter yaitu interrelationships (interelasi bahasa dan lingkungan), environmentm (lingkungan

ragawi dan sosial budaya) and diversity (keberagaman bahasa dan lingkungan) (Haugen dalam Fill

dan Muhlhausler 2001:1). Haugen (1970) dalam Mbete (2009:11-12), menyatakan bahwa

ekolinguistik memiliki kaitan dengan sepuluh ruang kaji, yaitu: (1) linguistik historis komparatif;

(2) linguistik demografi; (3) sosiolinguistik; (4) dialinguistik; (5) dialektologi; (6)nfilologi; (7)

linguistik preskriptif; (8) glotopolitik; (9) etnolinguistik, linguistik antropologi ataupun linguistik

kultural (cultural linguistics); dan (10) tipologi bahasa-bahasa di suatu lingkungan. Berdasarkan

pembagian Haugen tersebut, penelitian ini ada terkait dengan ruang kaji sosiolinguistik dan

linguistik preskriptif (leksikografi).

Menurut Sapir dalam Fill dan Muhlhausler (2001:2), perubahan pada bahasa itu tampak jelas

teramati pada tataran leksikon. Kelengkapan leksikon dari suatu bahasa mencerminkan sebagian

besar karakter lingkungan ragawi dan karakteristik sosial serta budaya masyarakat penuturnya.

Pada tataran leksikon, dinamika dan perubahan bahasa dipengaruhi oleh tiga dimensi (Lindo dan

Bundegaard, 2000: 10-11), yakni (a) dimensi ideologis, (b) dimensi sosiologis, (c) dimensi

biologis.

Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

74

2.2 Hata Tona dan Poda

Pada tradisi, adat dan budaya Batak Hata tona dohot poda" (kata amanah dan

nasihat), umpasa dohot umpama (pantun dan peribahasa), berisikan tentang bagaimana

membangun sistem “moral” yang “kini” senantiasa diajarkan oleh agama-agama

modern di seluruh dunia.

Hata tona dohot poda dapat disampaikan dalam bentuk umpasa dan umpama. Bahkan

segala pesan yang disampaikan dalam bentuk umpasa dan umpama "tertentu" bukan

hanya sekedar kata-kata bijak yang indah dan baik (hata na uli jala na denggan) tetapi

merupakan "ucapan berkat (pasu-pasu) dan doa (tangiang)" dari yang menyampaikan

kepada yang menerimanya.

1. Hata Tona

Kata-kata yang berisi: amanah, pesan atau anjuran

Misal: Ingkon di toru do tangan na mangido

Artinya: "Harus di bawah posisi tangan meminta", maksudnya jika mengharapkan

atau memohon sesuatu hendaklah dengan kerendahan hati.

2. Hata Poda:

Kata-kata nasihat.

Misal : "Pantun do hangoluan, tois do hamagoan"

Artinya: Sopan santun sumber kehidupan, tetapi congkak alamat celaka.

2.3 Mitos

Mitos dalam konteks mitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentukan dari

masyarakat yang berorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis, kekal.

Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah / historis, bentukan masyarakat pada

masanya. Di sisi lain mitos (Roland Barthes) diartikan sebagai tuturan mitologis bukan saja

berbentuk tuturan oral, tetapi tuturan yang dapat berbentuk tulisan, fotografi, film, laporan ilmiah,

olah raga, pertunjukan, iklan, lukisan, pada dasarnya adalah semua yang mempunyai modus

representasi dan mempunyai arti (meaning) yang belum tentu bisa ditangkap secara langsung,

misal untuk menangkap arti atau meaning sebuah lukisan diperlukan inter pertasi. Tuturan

mitologis dibuat untuk komunikasi dan mem punyai suatu proses signifikasi sehingga dapat

Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

75

diterima oleh akal. Dalam hal ini mitos tidak dapat dikatakan hanya sebagai suatu objek, konsep,

atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus signifikasi. Manusia dalam masyarakat dan

lingkungan sebagai pen dukung mitos berada dalam lingkup sosial budaya. Mereka senantiasa

berusaha untuk memahami diri dan kedudukan nya dalam alam semesta, sebelum mereka

menentukan sikap dan tindakan untuk mengembangkan kehidupannya dalam suatu masyarakat.

Dengan seluruh ke mampuan akalnya, manusia berusaha memahami setiap gejala yang tampak

maupun yang tidak tampak. Dampaknya setiap masyarakat berusaha mengem bangkan cara-cara

yang bersifat komunikatif untuk menjelaskan berbagai perasaan yang mem punyai arti bagi

kehidupannya. Kendatipun manusia sebagai mahluk yang mampu mengguna kan akal dan

mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada mahluk lainnya, namun ia tidak mampu

menjelaskan semua fenomena yang ada disekitarnya. Senyampang untuk dapat me nguasai

fenomena tersebut, di perlukan pemahaman terhadap kehidupan dengan cara me ngembangkan

simbol-simbol yang penuh makna. Simbol-simbol tersebut berfungsi untuk men jelaskan

fenomena lingkungan yang mereka hadapi, terutama fenomena yang tidak tampak tetapi dapat

dirasakan kehadiran nya. Secara kasat mata, manusia melambangkan legenda/ dongeng-dongeng

suci. Dongeng ini dimitoskan untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena yang tidak tampak

sehingga dongeng-dongeng suci itu mengandung pesan. Namun, pesan tersebut adakalanya sulit

diterima akal karena pada mulanya legenda-legenda itu terbentuk secara tidak rasional. Di sisi lain

masyarakat mempercayai isi atau menerima pesan yang terkandung dalam mitos dengan tanpa

mempertanyakan secara kritikal. Bagi masyarakat, mitos berfungsi sebagai pernyataan tentang

kenyataan yang tidak tampak secara kasat mata.

Seperti yang telah dibicara kan di atas bahwa manusia dalam menjelaskan kenyataan yang tidak

tampak, cenderung mengacu pada kebudayaan sebagai seperangkat simbol yang dapat

memperjelas fenomena lingkungan yang di hadapinya. Seperti lazimnya, manusia senantiasa

berusaha memahami dan menata gejala/fenomena yang ada di lingkungannya demi kelangsungan

hidupnya. Dengan cara mengacu kebudayaan sebagai abstraksi pengalamannya dimasa lampau,

manusia mencoba untuk mengklasifikasikan fenomena yang ada dan menertibkan dalam alam

pikirannya. Upaya peng kalsifikasian tersebut tidak ter lepas dari kebudayaan yang menguasai pola

pikir dan sikap mental yang dimiliki. Seolaholah manusia hanya melihat, men dengar dan

memikirkan fenomena di sekitarnya berdasarkan ground yang dimiliki, sehingga mitos merupakan

cermin dari suatu kebudayaan pendukungnya.

1. Mitos Sebagai Sarana Fendidikan

Berbagai dongeng suci ataupun legenda, sering kali secara tidak langsung

dianggap sebagai doktrin atau dianggap pesan yang datang dari Tuhan sehingga tidak

perlu di pertanyakan secara kritikal. Keyakinan terhadap mitos tersebut menjadikan mitos

Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

76

sebagai sarana pendidikan yang paling efektif terutama untuk mengukuhkan dan

menanamkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan keyakinan tertentu. Selanjutnya

mitos juga digunakan sebagai pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina

kesetiakawanan sosial di antara para anggota. Demikian halnya beberapa sekte-sekte

agama di Jepang misalnya, telah memegang teguh mitos tertentu, sehingga mereka dapat

saling membedakan antara komunitas yang satu dan yang lain. Sebaliknya dalam

cara penyebarannya mitos bisa melintasi batas dari suatu komunitas, sehingga dengan

mudah dapat menggalang kesetiakawanan sosial dalam masyarakat yang lebih luas.

Berkaitan dengan fungsi mitos sebagai sarana pendidikan, maka tidaklah mengherankan jika

dongeng-dongeng yang bernafas kan petuah atau mengarah pada nilai-nilai moral/etika "suci"

yang terdapat pada setiap komunitas, berfungsi sebagai peraga untuk mempererat keyakinan

masyarakat terhadap keluhuran budayanya dan memperkokoh kesetiawanan sosial mereka

seperti yang tersirat dalam dongeng-dongeng suci yang berkembang di masyarakat. Tentu nya

masyarakat dapat menyerap pesan-pesan budaya dengan tanpa merasakan kejemuan. Missal

dalam dongeng Malin Kundang yang ingin menyampaikan pesan untuk masyarakat Indonesia,

dan khususnya masyarakat Sumatra, tentang sumpah serapah seorang ibu yang mengakibatkan

kefatalan hidup bagi anak kandungnya, dilain sisi akibat kebruntalan anak terhadap orang

tuanya, dan masih banyak lagi cerita- cerita serupa yang terdapat di masing-masing daerah

maupun bangsa. Tentunya masyarakat dapat menyerap pesan-pesan budaya yang berkembang

sesuai dengan zaman nya.

2. Mitos: Perangsang Kreatifitas dan Pemikiran Baru Barthes dalam bukunya mengatakan

bahwa Tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu proses signifikasi

sehingga dapat diterima oleh akal (1972). Dalam hal ini mitos tidak dapat dikatakan hanya

sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus signifikasi atau

pemikiran baru. Artinya pengkajian secara mendalam terhadap isi atau pesan maupun

pengkajian perbandingan sangat diperlukan guna pemikiran maupun pengetahuan tertentu,

dan juga bisa digunakan untuk merangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir.

Kebudayaan sebagai abstraksi pengalaman manusia adalah bersifat dinamis dan

cenderung untuk berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat pen dukungnya,

karena itu mitos yang mencerminkan kebudayaan juga cenderung menyampaikan pesan-

pesan yang bersifat transformatif. Pesan-pesan transformatif itu bisa terpadu dalam satu mitos,

atau bisa juga terwujud dalam versi baru pada mitos yang sama. Hal tersebut jelas

tergambar dalam cerita atau dongeng-dongeng masyarakat yang me legenda,

sehingga bisa digunakan sebagai tuntunan dan tontonan.

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

77

Di sisi lain para cendekiawan di masa lampau dengan mudah mengembangkan kreatifitasnya

melalui berbagai macam versi dan interpertasinya untuk membina masyarakat dan

mengembangkan kebudayaan. Di samping itu banyaknya versi yang berlainan juga

mengundang pemikiran lebih lanjut guna menentukan apa yang sesungguhnya menjadi inti

pesan mitos itu sendiri. Penutup

Fungsi sosial mitos sebagai tradisi lisan perlu dipertahankan, walaupun saat ini pula tradisi tulis

telah digalakkan. Hai ini disebabkan mitos berfungsi untuk menampung dan

menyalurkan aspirasi, inspirasi dan apresiasi masyarakat yang sedang membangun. Barthes

juga menggaris bawahi bahwa tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu

proses signifikasi yang dapat diterima oleh akal sesuai dengan situasi dan kondisi masingmasing

kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya.

2.4. Kepercayaan Orang Batak

Suku Batak mengenal tiga konsep umum yaitu sebagai berikut.

Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya.

Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.

Begu adalah tondi yang sudah meninggal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Danau Toba terletak di pusat suatu puncak topografi dengan panjang 300 km dengan beda

tinggi berkisar antara 100-1000 m dimuat dalam peta topografi Sumatra Utara. Luas badan

air Danau Toba 1.103 km2 yang menempati 3 area, Pulau Samosir di dalam danau

mempunyai luas daratan 647 km2

dan suatu Pulau Pardapur yang lebih kecil dengan luas

area 7 km2. Panjang danau adalah 87 km, dengan ukuran panjang keliling danau 294 km.

Area cekungan danau dikelilingi oleh batuan vulkanik, dengan tinggian yang berkisar

antara 400 hingga 1200 m di atas muka air danau. Danau ini terletak pada garis lintang

dan garis bujur antara 98030′ BT; 3005′ LS dan 99020 BT‟; 2040′ LS.

Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

78

Kabupaten Samosir terdiri dari Sembilan kecamatan (Harian, Naingolan, Onan Runggu,

Palipi, Pangururan, Ronggur Nihuta, Sianjur Mulamula, Simanindo, Sitiotio) dan

Kabupaten yang bersinggungan dengan Danau Toba (Utara berbatas Kabupaten Karo dan

Simalungun, Selatan berbatas Kabupaten Tapanuli Utara, Barat berbatas Kabupaten Dairi

dan Kabupaten Papak Bharat, Timur berbatas Kabupaten Toba Samosir.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif . Pendekatan kualitatif

suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang

menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti

membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan

Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diawali oleh penelitian-

penelitian sebelumnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

3. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang terdiri atas:

3. Situs yang dianggap memiliki mitos

4. Penggalian legenda yang melekat pada situs .

Penetapan informan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bola salju.

Oleh karena itu, penentuan informan selanjutnya direkomendasikan oleh

informan awal.

4. Observasi

Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

79

Observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian

atau peristiwa, waktu, dan perasaan masyarakat penutur sekitarnya

4. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya

dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan memastikan keakurasian data

cerita yang sudah diperoleh.

3 Pengujian Data

Data wacana yang sudah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pengujian data

dengan triangulasi. Teknik digunakan untuk memastikan apakah legenda itu

masih ada atau pernah ada.

D. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis

transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti

dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian,

pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola apa yang dilaporkan.

Bab IV Temuan dan Pembahasan Penelitian

Mitos Poda atau amanat yang tiditemukan dalam cerita rakyat yang tumbuh dan berkembang di

lingkaran Danau Toba adalah sebagai berikut:

Patik dohot uhum (aturan dan hukum).

Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat disosialisasikan oleh orang Batak.

Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia

orang Batak.

Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan

hidup orang Batak sejak jaman purba. Oleh karena itu, warga mahir dalam berbicara dan

berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum

di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum,

baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.

Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

80

Hariara dan tumbuhan lainnya yang tumbuh di persekitaran Danau Toba

Raja Odapodap yang sudah mengikat pertunangan dengan Deak Parujar di alam para Dewata

menyadari permintaan Deak Parujar untuk menyendiri di bumi merupakan upaya penolakan

perjodohan. Ketika Deak Parujar minta pertolongan dari Mulajadi Nabolon atas perilaku Naga

Padohaniaji yang menjadi ancaman setiap saat terhadap bumi yang diperjuangkannya, Mulajadi

Nabolon memberi dukungan dan merestui Raja Odapodap turun ke bumi. Rasa saling

membutuhkanpun tercipta, cinta yang terpotong pun tersambung akhirnya Mulajadi Nabolon

merestui pernikahan duniawi pertama terhadap Raja Odapodap dengan Si Boru Deak Parujar.

Kelahiran anak pertama Si Boru Deak Parujar membuatnya merasa kecewa, karena tidak sama

dengan wujud mereka. Yang terlahir berbentuk bulat (songon gumul) dan tidak memiliki wajah

dan perangkat tubuh lainnya. Atas petunjuk Mulajadi Nabolon, yang terlahir itu ditanamkan ke

bumi ciptaannya sehingga kemudian tumbuh menjadi pepohonan dan berbagai jenis tumbuhan

lainnya berkembang di permukaan tanah hingga dalam air.

Kelahiran kedua anaknya adalah kembar laki-laki dan perempuan yang diberi nama Raja Ihat

Manisia dan Boru Ihat Manisia. Kepada mereka, Boru Deak Parujar berpesan supaya memelihara

seluruh apa yang ada di bumi. Hubungan manusia dinyatakan terbatas dengan para dewa dewi

yang tercipta di alam dewata. Untuk mewujudkan hubungan dengan pencipta alam semesta harus

memenuhi tata cara khusus dengan persembahahan minimal pangurason (air suci). Jenis pohon

itu adalah Hariara yang banyak tumbuh di desa-desa Tapanuli. Pohonnya sangat rimbun maka

aneka burung-burung hinggap di pohon itu. Pohon Hariara menghasilkan buah yang manis dan

menjadi bahan makanan bagi burung-burung yang hinggap di dahan-dahan dan ranting-ranting

pohon itu. Bukan saja burung yang memakan buahnya tetapi hewan-hewan yang berada di

bawahnya juga memakan buah yang jatuh dari pohon itu.

Pengelolaan Air, Tanah dan Hutan

Poda atau amanat dalam kebudayaan Batak sudah terbentuk pola hubungan antar manusia

dengan Pencipta, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya.

Sehubungan dengan pesan Siboru Deak Parujar Kepada Keturunannya untuk

“memelihara” bumi dengan segala isinya, terdapat pengertian untuk “memanfaatkan”

bumi dengan segala isinya dengan arif dan bijaksana. Penganugerahan ini sekaligus

pemaknaan pemberian warisan sebagai “UGASAN” bagi Si raja Ihat Manisia dan

keturunannya. Manusia dan keturunannya diperkenalkan bahwa siapapun yang mencoba

Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

81

merusak bumi dan segala isinya akan dihukum Mulajadi Nabolon. Nagapadohaniaji yang

semula merusak akhirnya melalui pengampunan berjanji akan menjaga. Peristiwa ini

menjadi motif hadirnya Boru Saniangnaga untuk memelihara kejernihan air yang dulunya

menggoda hatinya dari dunia para dewata. Orang Batak selalu menghormati kedua

penguasa itu setiap kali hendak memanfaatkan potensi air dan bumi untuk kegiatan

kehidupan.

Pemahaman “UGASAN” bagi manusia atas segala isi bumi masih dimaknai dengan

penghormatan kepada pelestariaanya sekaitan dengan para dewa pada awalnya telah

berjanji untuk melakukan pelestarian bimi dan air “ciptaan” yang dimohonkan Si Boru

Deakparujar itu.

Martutuaek

Dalam keyakinan orang Batak, air adalah awal kehidupan jasmani. Raja Ihat Manisia dan

Boru Ihat Manisia adalah perpaduan air tubuh manusia surgawi putra putri para Dewata.

Tubuh yang menjadi manusia lahir wajib diperkenalkan dengan jenis asal mereka “air”.

Martutuaek artinya menuju ke sumber air. Memperkenalkan manusia lahir itu dengan air

yang merupakan keutamaan sumber hidup sebelum mengenali semua apa yang ada di

bumi. Untuk pertama sekali dia mengambil air dari sumbernya untuk dibuat persembahan

kepada Mulajadi Nabolon.

Seperti halnya pesah yang diterima Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia, manusia

wajib memelihara seluruh isi bumi. Diperkenalkan selanjutnya bahwa air adalah saudara

tubuh kenyal dari awal terbentuk hingga pemeliharaannya dalam sirkulasi darah dalam

tubuhnya. Untuk pribadi manusia, air berperan untuk “Parsuksion mula ni haiason,

haiason mula ni parsolamon, parsolamon mula ni hamalimon”, awal pembersihan menuju

kesucian, kesucian menuju kesempurnaan. Untuk hubungan manusia dengan Mulajadi

Nabolon air “Mual Natio dipadomu dohot unte mungkur marangkuphon sanggul banebane

jumadi pangurason parsungsion” berperan sebagai persembahan kepada Mulajadi Nabolon

atau pelengkap utama dari seluruh jenis persembahan itu.

Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

82

Parhombanan

Pekembangan manusia membutuhkan penataan kehidupan yang teratur. Penataan

kehidupan itu diaturkan tata lingkungan rumah tinggal atau perkampungan, sumber

kehidupan, kesehatan dan hubungan sosial. Sebaik-baiknya pemilihan sebuat tempat

perkampungan, indikator utama adalah adanya sumber air, sub indikatornya nadalah

faktor kemudahan ke akses sumber air itu. Sumber air pilihan adalah sungai, pancuran dan

mata air. Konon ada menyatakan bahwa yang sebelumnya tidak ditemui mata air, tapi atas

permintaan mereka kepada Mulajadi Nabolon mereka diberi mata air yang melimpah.

Sumber air ini dipelihara dan dirawat karena diakui sebagai anugerah utama dalam

kehidupan mereka. Manifestasi rasa syukur mereka atas anugerah itu, mereka melakukan

persembahan kepada Mulajadi Nabolon di lokasi mata air itu. Mereka membuat batasan-

batasan perlakuan sebagai penghargaan kepada sumber air itu. Sumber air itu kemudian

dialirkan ke sawah-sawah, sebagai sumber air minum utama dan kebutuhan ritual

“pangurason”.

Sekali dalam satu tahun dilakukan acara ritual pada mata air itu yang disebut “mangase

homban” yang tujuannya merawat dengan cara membersihkan lokasi sumber mata air,

perawatan tanaman dan pohon yang ada disekitarnya, perawatan aliran air ke hilir hingga

perbaikan pematang sawah. Ini merupakan pertanda awal turun sawah setelah selama satu

tahun digunakan untuk sumber kehidupan dan memulai kegiatan baru untuk kehidupan

baru ke depan.

Mangase homban

Suatu kegiatan yang berkaitan dengan acara ritual Bius ”Asean Taon” dengan melakukan

persembahan kepada Mulajadi Nabolon dengan kurban “horbo santi”. Mangase homban

dilakukan oleh warga kampung, setelah dilakukan Asean Taon oleh Bius dengan

melibatkan seluruh kampung yang ada dalam Bius itu.

Pada setiap pendirian rumah baru dalam kampung, dilakukan upacara “mompo” diartikan

memasuki untuk pertama sekali. Sebelum penghuni rumah memasuki rumah secara resmi,

Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

83

sehari sebelumnya harus memenuhi persyaratan awal dengan memasukkan air ke dalam

rumah itu dalam “panguhatan”.

Panguhatan adalah sumber air dalam rumah berbentuk periuk tanah, dan saat ini

digantikan dengan ember.

marsitalolo

Arti harafiahnya adalah mencukupkan hasil panen dalam setahun. Hal ini disebabkan bercocok

tanam padi di sawah dengan irigasi hanya berlangsung setahun sekali pada umumnya. Oleh

karena itu, sawah musim pasca panen ditanami tumbuhan palawijawa lainnya atau bertambak ikan

mas di area persawahan yang kosong.

Poda sistem Penangkapan Ikan

Kepercayaan warga desa tidak boleh menangkap ikan dari mual Sirambe dan bahkan tidak berani

untuk memakannya karena terlarang sejak dahulu. Ikan itu mereka yakini sebagai perwujudan dari

"namboru boru Siagian", penunggu embung yang memilih akhir hidupnya di sana. Konon

menurut kepercayaan mereka, pada zaman dahulu kala, seorang putri dijodohkan orangtuanya

dengan pria yang tidak disukainya. Lalu, sang putri lari dan bersembunyi ke daerah Aek Sirambe.

Sebongkah batu ditafsirkan sebagai pertanda.

Ihan itu jarang menampakkan wujudnya. Jika menampakkan diri artinya sebagai pertanda rezeki

besar bagi yang melihatnya. Batu diyakini sebagai perwujudan dari namboru boru Siagian yang

menjadi penghuni Mual Sirambe sampai kini penduduk tidak berani mengusik ihan-ihan dekat

batu di mual tersebut. Warga Lumbanjulu yang akan menangkap ihan dari sungai itu memiliki

aturan dan cara tersendiri. Tujuannya, agar tidak terjadi perusakan, apalagi niat untuk

menghancurkkan ikan sakral tersebut. Dahulu ikan ini sering dihidangkan sebagai sajian

istimewa untuk berbagai acara pesta adat bagi masyarakat setempat. Sayangnya, sekarang

sudah sangat sulit untuk menemukan ikan tersebut di Danau Toba. Spesies ikan endemik

Danau Toba ini mulai terancam punah akibat kerusakan lingkungan.

solu

Selain bercocok tanam, peternakan merupakan mata pencarian penting bagi orang Batak. Di

daerah tepi danau Toba dan pulau Samosir, pekerjaan menangkap ikan dilakukan secara intensif

dengan perahu (solu).

Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

84

sabaran

Sistem penangkapan ihan di Danau Toba dipodakan/amanatkan kepada para nelayan

menggunakan sabaran berupa susunan batu di tepi danau sehingga ihan masuk dengan

tenang. Setelah ikan-ikan masuk, pintu sabaran ditutup lalu dilakukan penangkapan.

Dengan cara demikian, tidak terjadi pemburuan ke lubuk pemijahannya.

Tradisi penangkapan ihan berbeda jauh dengan cara-cara yang dilakukan nelayan saat ini.

Kelangkaan ihan itu berdampak terhadap pergeseran tatalaksana adat istiadat di kalangan

masyarakat Batak. Hal ini berakibat pada posisi ihan banyak digantikan dengan ikan mas

untuk acara "upa-upa" (selamatan atau syukuran).

Alat tangkapan yang dikemukan dalam cerita rakyat adalah sabaran, bubu, marsulu

Tala- lata ripe-ripe

Salah satu ciri perikanan rakyat dalam cerita rakyat adalah adanya empang milik

komunitas atau disebut ambar atau Tala-lata ripe-ripe . Empang seperti ini adalah

sumber bibit ikan yang dipelihara disawah.

Legenda Sitapigagan mengisahkan bubu sebagai alat tangkap ikan ditempatkan di

sekitar pantai, lokasinya tidak bisa sembarangan harus dengan persetujuan

kepercayaan (mitos), raja dan atau masyarakat lainnya. Pengangkatan ikan (hasil) dari

dalam bubu juga pada waktu yang disepakati bersama.

Legenda Sitapigagan dan Gudalap mengisahkan diadakannya aturan kesepakatan bahwa

nelayan di Danau Toba tidak boleh menangkap ikan terlalu banyak. Masyarakat hanya

boleh menangkap ikan cukup untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini dikisahkan legenda aek

Sitapigagan akan mendapat sanksi magis, yaitu rittik „gila‟ jika melnggarnya. Legenda

ikan gudalap di Parbaba juga mengisahkan para pemancing tidak boleh beruturut-turut

tujuh hari memancing jika tidak dipatuhi akan mendapat sanksi magis, yaitu petaka

terhadap si pmancing tersebut. Bila profesinya adalah nelayan boleh lebih banyak, tetapi

itupun harus dengan volume dan ukuran ikan yang tertentu.

Jampalan dikisahkan dalam cerita Batu Hobol, Sitapi-tapi dan cerita lain adalah lahan

kosong di pinggiran hutan adalah milik bersama antara anggota masyarakat desa ataupun

bius. Pemanfaatannyapun bukan individual tetapi komunal. Bila seseorang ingin

memanfaatkan hasil hutan berupa batang pohon ataupun ingin mengusahakan lahan

kosong untuk pertanian atau mendirikan rumah maka dia harus meminta persetujuan lebih

Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

85

dahulu melalui Raja Huta. Jika warga ada yang melanggarnya akan diberi sanksi sosial

atau pun terkena sanksi magis.

sipu-sipu

Sipusipu adalah bara api kecil yang tetap hidup sampai keesokan harinya sehingga

penghuni masuk secara resmi dan melakukan kegiatan masak-memasak di rumah itu.

Sipu-sipu diamanatkan dipelihara kesinambungannya karena api adalah alat yang paling

utama di setiap rumah. Hal ini disebabkan sumber api sulit untuk ditemukan.

partangisan

Pada sebuah permukiman tentunya akan mempunyai komponen yang disebut dengan partangisan atau

pemakaman/kuburan. Pada permukiman Batak-Toba di sekitar lingkungan DanauToba,

kuburan berada pada bagian luar dari huta.Kuburan ini berada pada satu lokasi khusus digunakan

sebagai areal pemakaman. Namun kadang-kadang kuburan ditemukan di tengah-tengah sawah atau

ladang dengan bentuk berupa sarkofagus atau tambak. Lokasi kuburan komunal biasanya

ditempatkan pada lokasi-lokasi yang berada pada lereng atas sebuah bukit, atau lebih

tinggi dari lokasi huta.

Parik

Benteng keliling yang membatasi huta dan lingkungan luar pada umumnya dibangun dari tatanan tanah

atau batu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Benteng tanah atau batu merupakan batas luar kampung

merupakan salah satu hasil dari adaptasi yangdilakukan masyarakat Batak Toba untuk

memperluas areal persawahannya.

V. Kesimpulan

Peran mitos poda sebagai pembentuk budaya ekologis masyarakat Batak Toba yang

tinggal di persekitaran Danau Toba adalah:

1. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan tanah.

2. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan air.

3. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan tumbuh-tumbuhan.

Page 92: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

86

4. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan biota air termasuk ikan.

5. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan tata pemukiman.

6. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan sistem tata-kelola beternak dan bertani.

Kepustakaan

Bang, J. Chr. dan Door, J. (1996). Language, Ecology, and Truth – Dialogue and

Dialectics. [online] Dapat diakses lewat situs: www.pdfio.com/k-22479.html

Bang, J.Chr. dan Door, J. (1993). Eco-Linguistics: A Framework. [online] Dapat diakses

lewat situs: <www.jcbang.dk/main/ecolinguistics/Ecoling_AFramework1993.pdf>

Barthes, Roland, 1972, Mythologies Noondy Press, New York. 1967, Denotation

Conotation dalam Element Semiology, London,1967 Elements of Semiology,

London Jonathan , Cape.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Fill, Alwin and Peter Mühlhäusler. 2001. The Ecolinguistics Reader Language, Ecology

and Environment. London: Continuum

Fishman, Joshua A. 1991.Sosiologi Bahasa.Kuala Lumpur: Universitas SainsMalaysia Pulai

Pinang.

Fiske , Jhon. 2004. Cultural And Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Hougen, Einar.1983. Ecology of Language.California: Stanford University Press.

Leach, Edmund 1067 Geneis as Myth, in Myth and Cosmos. Texas Press,

Source Books in Antropology, Austin.

Lechevrel, Nadege.“The Interviwened Histories of Ecolinguistics and Ecoligical

Approaches of Language Historical and Theorical Aspects of Research Paradigm”

Page 93: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

87

Mbete, Aron. 2011. “Kearifan Lokal dan Keseimbangan Lingkungan” sebuah Wawancara

dalam Harian Analisa tanggal 23 April 2011.

Page 94: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

88

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah, masyarakat, serta lembaga-

lembaga yang bersentuhan dengan ekosistem Danau Toba untuk menjaga harmonisasinya.

Tahapan penelitian ini terdiri dari tigatahapan , yang dituangkan dalam tiga tahun masa

kerja, yaitu:

Tahun pertama menggali dan menginventarisasi dan merekostruksi cerita rakyat yang

ditemukan di masyarakat. Tahum kedua mengklasifikasikan dan memaknai kearifan

lokal yang dikandungnya.Tahun ketiga merancang model revitalisasi cerita rakyat yang

mengandung kearifan lokal sebagai upaya menjaga harmonisasi ekosistem Danau Toba.

Page 95: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

89

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan akhir temuan penelitian ini dapat diurutkan sebagai berikut:

1. Setting mitos cerita rakyat yang diteliti terdiri dari 80 situs

2. Kehadiran mitos dalam kehidupan masyarakat khususnya Batak Toba penting

karena mitos memiliki kekuatan sebagai pembentuk norma.

3. Setting mitos memiliki motif yang dinarasikan dengan cerita lisan atau cerita

rakyat.

4. Muatan cerita rakyat dapat berupa:

a. Kearifan lokal norma tentang manusia dengan air

b. Kearifan lokal norma tentang manusia dengan tumbuh-tumbuhan

c. Kearifan lokal norma tentang manusia dengan batu

d. Kearifan lokal norma tentang manusia dengan sesamanya

e. Kearifan lokal norma bercocok tanam

f. Kearifan lokal norma pembukaan hunian.

Page 96: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

90

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputera, Abdurrahman. 2009. “Potensi Kepunahan Bahasa Pada Komunitas Melayu

Langkat Di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.” LOGAT Journal

Ilmiah Bahasa dan Sastra. Volume No. 1 April Tahun 2009

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya

Sastra. Yogyakarta: Galang Press.

Ak, Mustafa. 2009. “Tutur dan Keharmonisan Dalam Rumah Tangga.” Tabloid Ara

News. Edisi 01-Tahun Ke-1, Januari 2009

Akbar, Osra M., et all. 1985. Pemetaan Bahasa Aceh, Gayo, dan Alas. Jakarta:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Aleida, Martin, Chris Poerba, & Hotman J. Lumban Gaol, 2009.Sitor Situmorang: Mitos

Dari Lembah Kekal.Jakarta: PT. Infomed Asih Jaya.

Anshoriy Ch, HM. Nasruddin. 2008. Kearifan Lingkungan.. Jakarta: Yayasan Obor.

Aslinda .2000. “Kato Nan Ampek dalam Bahasa Minangkabau”. Padang: Yayasan

Pengkajian Bahasa Minangkabau

Bakti Setiawan, 2006. Pembangunan Berkelanjutan dan Kearifan Lingkungan. Dari Ide

Ke Gerakan, PPLH Regional Jawa, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI,

Yogyakarta

Bang, J.Chr. dan Door, J. (1993). Eco-Linguistics: A Framework. [online] Dapat diakses lewat

situs: www.jcbang.dk/main/ecolinguistics/Ecoling_AFramework1993.pdf

Bang, J. Chr. dan Door, J. (1996). Language, Ecology, and Truth – Dialogue and Dialectics.

[online] Dapat diakses lewat situs: www.pdfio.com/k-22479.html

Page 97: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

91

Barthes, Roland,1972, Mythologies Noondy Press, New York. 1967, Denotation Conotation dalam

Element Semiology, London, 1967 Elements of Semiology,London Jonathan ,

Cape

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Bastardas-Boada, Albert. “Language Planning and Language Ecology: Towards a

Theoretical Integration.” Conference 30 Years of Language and Ecology, Graz,

Austria, 2000.

Bastardas-Boada, Albert. 1995. “Language Management and Language Behavior

Change: Policies and Social Persistence.” International Journal of Catalan

Culture, Vol. IX, n. 2, 1995

Bastardas-Boada, Albert. 2004. “Linguistic Sustainability for a Multilingual Humanity.”

the plenary speech for the X Linguapax Congress on „Linguistic Diversity,

Sustainability and Peace‟, Forum 2004, Barcelona.

Bastardas-Boada, Albert. 2005. “Linguistic Sustainability and Language Ecology.”

Language & Ecology Maret 2005

Berger, Arthur Asa. 2010. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer: Suatu

Pengantar Semiotika. Yogjakarta: Tiara Wacana.

Bernard, Spolsky. 1998. Sociolinguistics. New York: Oxford University Press.

Blommaert, Jan. 2005. Discourse A Critical Introduction. States of America: Cambridge

University Press

Borradori, Giovanna. 2003. Philosophy in a time of Terror: Dialogues With Jurgen

Habermas And Jacques Derrida. Chicago: The University of Chicago Press.

Page 98: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

92

Bowers, C.A. 2009. “The Language of Ecological Intelligence.” Language & Ecology

Vol. 3 No. 1 2009

Bowers, C.A. 2010. “The Insights of Gregory Bateson on the Connections between

language and the ecological crisis.” Language & Ecology Vol. 3 No. 2 201

Bundsgaard, Jeppe dan Sune Steffensen. (2000). ”The Dialectics of Ecological

Morphology - or the Morphology of Dialectics”. Dalam Anna Vibeka Lindo dan

Jeppe Bundsgaard (eds.) Dialectal Ecolinguistics: Three Essays for the

Symposium 30 Years of Language and Ecology in Graz, December 2000.

University of Odense.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Butar-butar, Charles. 1996. Pengembangan Materi Ajar Berdasarkan Analisis Kontastif.

Tesis. IKIP Bandung.

Butar-butar, Charles, dkk. 2014. Revitalisasi Nilai Wacana Kedanauan sebagai Model

Pelestarian Ekosistem Danau Toba (Kajian Ekolinguistik). Penelitian Hibah

Bersaing Dikti.

Butar-butar, Charles. 2014. Analisis Nilai Cerita Rakyat Bahasa Batak Toba (Suatu Kajian

Antropolinguistik). Hibah Bersaing.

Butar-butar, Charles. Analysis of Value and Revitalization of Lakeness Discourse in Batak

Toba as a Model for Ecosystem Reservation an Antropolinguistic Study Related

to Lake Toba Reservation. International Seminar Proceeding. Language

Translation and Language Teaching. ISBN: 978-981-09-1355-7. Universitas

HKBP Nommensen, 07 March 2014, Indonesia.

Butar-butar, Charles. 2015. Nilai Kearifan Lokal Wacana Lisan Kedanauan Bahasa batak

Toba sebagai suatu Model Pelestarian Ekosistem (Kajian Antropolinguistik)..

Page 99: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

93

Jalabahasa Jurnal Ilmiah Kebahasaan Balai Bahasa Jawa Tengah Volume 10,

No.2 November 2014

Butar-butar, Charles. 2016. Semantik. Medan: Perdana Publishing.

Butar-butar, Charles 2016. Bahasa Kedanauan (Kajian Ekolinguistik tentang Pelestarian Ekosistem).

Disertasi. USU

Butar-Butar, Charles 1als.org Preservation of Lake Toba Ecosystem through Batak Toba

Folklore: Ecolinguistic Study Quest Journals Inc. Quest Journals Journal of

Research in Humanities and Social Science Volume 5 ~ Issue 1 (2017) pp: 65-75

ISSN(Online) : 2321-9467 www.questjourn

Butar-butar, Charles. 2017. Analisis Kesalahan Berbahasa. Medan: UMSU Press.

Syamsuyurnita, Butar-butar, Charles. 2017. Analisis Makna Ragam Bahasa Register

Mahasiswa Kota Medan sebagai Model Pelacakan Perilaku Sosial (Kajian

Sosiolinguistik). Penelitian Produk Terapan Dikti.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta.

………...2003.Psikolinguistik, Kajian Teoretik.Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004.Sosiolinguistik.Jakarta: Rineka Cipta.

Creese, P. Martin and N. H. Hornberger (eds.). 2008. Encyclopedia of Language and

Education 2nd Edition, Volume 9: Ecology of Language, i-vi. Springer

Science+Business Media LLC

Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. California:Sage

Publications, Inc.

Page 100: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

94

Coupland, Nikolas. 2007. Style Language Variation and Identity Key Topics in

Sociolinguistics. United Kingdom: Cambridge University Press

Crystal, David. 2000. Language Death. United Kingdom: Cambridge University Press

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Dardanila. 2006. Pronomina Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut (Tesis). Medan: Program

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Darma, Yoce Aliah. 2009.Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Derni, Ammaria. (2008). ”The Ecolinguistic Paradigm: An Integrationist Trend in

Language Study”. The International Journal of Language Society and Culture.

Issue 24. [online] Dapat diakses lewat situs:

www.educ.utas.edu.au/users/tle/JOURNAL

De, Ani Kumar&Arnab Kumar De. 2009. Environtment and Ecology. New Delhi: New

Age International P Limited Publishers.

Denzin, NK. (1978). Sociological Methods. New York: McGraw-Hill.

Eades, Domenyk. 2005. A Grammar of Gayo: A Language of Aceh, Sumatra. Australia.

Pacific Linguistics Research School of Pacific and Asian Studies

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS.

Fasold, Ralph. 1990. Sociolinguistics of Language. United Kingdom: Blackwell

Publishing

Fishman, Joshua A. 1991.Sosiologi Bahasa.Kuala Lumpur: Universitas SainsMalaysia Pulai

Pinang.

Page 101: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

95

Fill, Alwin and Peter Mühlhäusler. 2001. The Ecolinguistics Reader Language, Ecology

and Environment. London: Continuum

Fiske , Jhon. 2004. Cultural And Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Fokkema, D.W., 1998, Teori Sastra Abad Kedua Puluh (Theories of Literature in the

Twentieth Century). Jakarta : Gramedia,

Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: An Introduction.Oxford:Blackwell

Publishers.

Foucaullt, Michel. 1990. The History of Sexuality: An Introduction: Volume I. Vintage

Books.

Gargan, Michelle. 2007. “Magic Romance: on Perfume, Language and Environment.”

Language & Ecology 2007

Gaur, R.C. 2008. Basis Environmental Engineering. New Delhi: New Age International P

Limited Publishers

George Yule. 1985. The Study of Language. Cambridge: Cambridge University Press.

Grabowski, Ian. 2007. “Consumed by consumerism: the persuasive discourse of financial

institutions. Language & Ecology Vol. 2 No. 2 2007

Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara.

Halliday, Max & Ruqaiya Hassan. 1977. Language, Text, and Context. Melbourne:

Deakin University Press.

Holland, Dorothy dan Quinn, Naomi. 1995. Cultural Models in Language and Thought.

London: Cambridge University Press

Page 102: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

96

Hougen, Einar.1983. Ecology of Language.California: Stanford University Press.

Jatna, Supriatna, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dam Hermeneutika. Yogjakarta: Paradigma.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

PusatBahasa

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.

--------------------. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

--------------.2007.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta:Djambatan

Kramsch, Claire. 2000. Language and Culture. New York: Oxford University Press.

Leach, Edmund. 1987.Geneis as Myth, in Myth and Cosmos. Texas Press, Source

Booksin Antropology, Austin.

Lechevrel, Nadege.“The Interviwened Histories of Ecolinguistics and Ecoligical

Approaches of Language Historical and Theorical Aspects of Research

Paradigm”

Luxemburg, Jan van. dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Mbete, Aron. 2011. “Kearifan Lokal dan Keseimbangan Lingkungan” sebuah Wawancara

dalam Harian Analisa tanggal 23 April 2011.

Milles, M.B. and Huberman, M.A. (1984). Qualitative Data Analysis. London: Sage

Publication.

Page 103: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

97

Munsyi, Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan Bangsa.Jakarta: KPG.

Patton, M.Q. (2001). Qualitative Research and Evaluation Methods. Thousand Oaks, CA:

Sage Publications.

Prijono, Sudarti, 2008.“Lingkungan dan Topografi Lahan Kaitannya dengan Penempatan Situs-situs

Arkeologi Masa Tradisi Megalitik dan Islam di Kawasan Cibeber ” dalam

Penelitian dan Pemanfaatan Sumberdaya Budaya. Bandung: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia

dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Purwitasari, Tiwi, 2008. “Kampung Budaya Sindang Barang: Tradisi Lama Lahir Kembali”,

dalam Penelitian dan Pemanfaatan Sumberdaya Budaya.Bandung: Ikatan Ahli Arkeologi

Indonesia dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Ricklefs, Robert E. 1976. The Economy of Nature A Textbook in Basic Ecology. New

Work: Chiron Press Incorporated.

Page 104: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

98

LAMPIRAN 1. bukti luaran yang didapatkan

- Draff Artikel ilmiah

MITOS PODA DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA

SEBAGAI PEMBENTUK BUDAYA EKOLOGIS

(Kajian Ekolinguistik Tentang Pelestarian Ekosistem)

Dr. Charles Butar-butar, M.Pd.

Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk medeskripsikan hasil hasil investigasi, merekonstruksi, serta

menganalisis poda atau amanat yang terdapat dalam cerita rakyat yang terdapat di

lingkungan Danau Toba. Setelah itu, hasil analisis kontribusi poda dalam cerita rakyat

tersebut sebagai kearifan lokal dapat melestarikan ekosistem daerahnya. Kajian penelitian

ini adalah ekolinguistik, yaitu pembuktian sejauhmana cerita rakyat yang hidup atau yang

pernah hidup dapat menjaga keseimbangan alam. Teori mitos untuk memecahkan masalah

model pelestarian ekosistem dalam poda cerita rakyat di Danau Toba.

Penelitian ini dilakukan di seputaran Pulau Samosir termasuk lingkar luarnya. Responden

yang terpilih adalah penduduk setempat, yaitu orang-orang yang masih mengetahui cerita

tentang situs yang sudah terindentifikasi. Pemilihan responden ini didasari teknik bola

salju, yaitu penentuan respondennya adalah hasil rekomendasi responden yang sudah ada

sebelumnya. Data yang sudah terekam diuji keabsahannya dengan teknik pengujian

kredibiliatas, tranferabilitas, dependabilitas, konfirmabilitas.

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu data berupa verbal bersifat

naturalistik. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik interpratatif, yaitu pemaknaan

sesuai dengan teori yang sudah dirujuk.

Hasil penelitian ini adalah adanya upaya yang diwariskan poda dalam cerita rakyat untuk

menjaga keharmonisan tataguna ruang dengan istilah huta, parik, suha, partangisan,

jampalan; tataguna penangkapan ikan berupa norma, area, penempatan alat tangkap ikan,

dan tala ripe-ripe.

Bab I Pendahuluan

2.1 Latar Belakang Masalah

Makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang bergantung pada eksistensi ekosistemnya.

Namun, faktanya keberadaan danau tersebut semakin lama semakin parah kerusakannya.

Kerusakan hutan dan lingkungan Danau Toba sudah pada tingkat mengkhawatirkan dan

mengancam eksistensi kehidupan semua makhluk hidup yang berada di persekitarannya

Page 105: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

99

juga yang ada di luar Danau Toba. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat yang rendah

dan perilakunya cenderung mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian.

Regulasi penyelamatan Danau Toba sudah banyak digulirkan baik di tingkat tujuh pemkab

(Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo,

Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi/Papak

barat) yang berada di sekitar lingkungan Danau Toba, dan tingkat Provinsi Sumatera Utara

bahkan di tingkat pusat. Bentuk-bentuk penyelamatan sudah banyak ditawarkan yang

disajikan dalam bentuk workshop, seminar, maupun tindakan ilmiah lainnya. Namun,

usaha-usaha tersebut tidak berhasil karena fakta menunjukkan semakin hari kondisi danau

tersebut semakin memprihatinkan.

Pemanfaatan dan pemberdayaan potensi kekuatan diri masyarakat yang diwariskan secara

turun-temurun, yaitu dalam bentuk tradisi-tradisi perlu direvitalisasi. Tradisi bersahabat

dengan lingkungan merupakan jiwa masyarakat diasumsikan sudah mulai pudar. Upaya

menumbuhkembangkan kesadaran warga sesuai dengan Rencana Induk Penenlitian yang

sudah ditetapkan pihak UMSU, yaitu prioritas I kurun waktu 2016 – 2020 isu lokal/daerah

pemberdayaan masyarakat, pengembangan budaya, komunikasi sosial pembangunan. Oleh

karena itu, peneliti berkeiginan menggali tradisi yang disampaikan dalam bentuk lisan,

yaitu cerita rakyat yang dibalut dengan kepercayaan mitos sebagai media uapaya adaptasi

manusia dengan lingkungannya.

Sikap bersahabat dengan alam harus direvitalisasi dan digagas sehingga menjadi sebuah

paradigma baru di kawasan Danau Toba. Kepedulian terhadap lingkungan bukan sekadar

wacana-wacana besar dalam pidato politik ketua partai. Ia menjadi sesuatu “conditio sine

qua non” jika manusia ingin hidup tenang dan damai. Persahabatan dengan alam dan

lingkungan hendak menekankan sebuah hubungan yang tidak saling bermusuhan. Manusia

menerima alam sebagai sahabat dengan menjauhkan sikap e Aspek sosial-ekologis sangat

memengaruhi keterpeliharaan, keseimbangan, dan keterwarisan lingkungan bagi generasi

mendatang. Ekolinguistik, atau ekologi bahasa, berusaha mewujudkan lingkungan yang

sehat, dengan memasukkan kearifan-kearifan ekologis lokal ke dalam bahasa tersebut

(Mühlhäusler, 1995). Unsur-unsur bahasa yang dimaksud adalah eko-fonologi, eko-

morfologi, eko-sintaksis, dan eko-semantik, yang menjadi bagian dari wacana lingkungan.

Kearifan-kearifan ekologis lokal ini perlu diturut-sertakan dalam wacana lingkungan yang

sehat dan hijau (greenspeak), mengingat jiwa (konsep-konsep ideologis, filosofis, sosio-

ekologis) masyarakat setempat tercermin dalam kearifan-kearifan lokal tersebut.

Page 106: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

100

gosentrisme dan antroposentrisme. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengkaji keterkaitan

antara mitos poda dengan pembentukkan karakter budaya harmonisasi hidup dengan

ekosistem.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan mitos poda dalam cerita

rakyat bahasa Batak Toba yang pernah dan sedang tumbuh di sekitar Danau Toba dengan

pelesatarian ekosistem di wilayah Danau Toba?

Bab II Tinjauan Pustaka

2. 1 Ekolinguistik Ekolinguistik, ilmu pengetahuan antardisiplin ilmu, merupakan sebuah payung bagi semua

penelitian tentang bahasa (dan bahasa-bahasa) yang dikaitkan sedemikian rupa dengan ekologi

seperti yang dikatakan oleh Fill (1993:126) dalam Lindo & Bundsgaard (eds.) (2000),

mendefinisikan ekolinguistik sebagai berikut. Ecolinguistics is an umbrella term for „[…] all

approaches in which the study of language (and languages) is in any way combined with ecology‟.

Demikian pula, Mühlhäusler, dalam salah satu tulisannya yang berjudul Ecolinguistics in the

University, menyebutkan Ecology is the study of functional interrelationships. The two parameters

we wish to interrelate are language and the environment/ecology. Depending on whose

perspective one takes one will get either ecology of language, or language of ecology. Combined

they constitute the field of ecolinguistics. Ecology of language studies the support systems

languages require for their continued wellbeing as well as the factors that have affected the

habitat of many languages in recent times (p.2)

Crystal (2008: 161-162) dalam kamus A Dictionary of Linguistics and Phonetics 6th Edition,

menjelaskan bahwa ecolinguistics (n.) In linguistics, an emphasis-reflecting the notion of ecology

in biological studies-in which the interaction between language and the cultural environment is

seen as central; also called the ecology of language, ecological linguistics, and sometimes green

linguistics. An ecolinguistic approach highlights the value of linguistic diversity in the world, the

importance of individual and community linguistic rights, and the role of language attitudes,

language awareness, language variety, and language change in fostering a culture of

communicative peace.

Hal ini berimplikasi bahwa ada ungkapn-ungkapan yang digunakan untuk selalu menjunjung

tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pengembangan secara lestari terhadap

sumber daya alam dan seni budaya, dalam pelestarian lingkungan di kampus konservasi ini.

Page 107: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

101

Konservasi bahasa dalam lingkup ekolinguistik terinspirasi dari pemikiran Haugenian bahwa

upaya penyelamatan bahasa amat diperlukan karena kepunahan bahasa begitu cepat dalam satu

dasawarsa (Fill 2001:44). Alasan perlunya upaya penyelamatan bahasa juga dinyatakan oleh Sinar

(2010:70) bahwa “banyak bahasa daerah di Indonesia berada di ambang kritis, semakin sulit untuk

“hidup,” bertahan, berfungsi, dan terwaris secara utuh. Banyak nilai yang tergusur dan punah.

Belum lagi, dengan ancaman hegemoni dan dominasi beberapa bahasa internasional, regional dan

nasional, semakin mendesak bahasa-bahasa minoritas.

Penelitian ini bertitik tolak dari perspektif ekolinguistik. Menurut Mbete (2009:2), “dalam

perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang

hidup secara bersistem dalam suatu kehidupan, bersama organisme-organisme lainnya.” Teori-

teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan paduan teori linguistik dan ekologi,

sebagaimana dinyatakan oleh Fill (1993:126) mdalam Lindo dan Simonsen (2000:40) bahwa

ekolinguistik merupakan sebuah payung bagi semua penelitian mengenai bahasa yang ditautkan

dengan ekologi. Dalam the Ecology of Language Shift, Mackey dalam Fill dan Muhlhausler

(2001:67) menjelaskan bahwa ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan lingkungan,

konservasi, interaksi, dan sistem dalam bahasa (Fill dan Muhlhausler 2001:43).

Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik meliputi lingkungan ragawi dan sosial (Sapir dalam Fill

dan Muhlhausler, 2001:14). Lingkungan ragawi menyangkut geografi yang terdiri atas fisik:

topografi suatu negara (pesisir, lembah, daratan, dataran tinggi, gunung), iklim, dan intensitas

curah hujan, dasar ekonomis kehidupan manusia yang terdiri atas fauna, flora, dan sumber-sumber

mineral; sedangkan lingkungan sosial terdiri atas berbagai kekuatan masyarakat yang membentuk

pikiran dan kehidupan setiap individu di antaranya: agama, etika, bentuk organisasi politik, dan

seni.

Bertolak dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian ekolinguistik memiliki

parameter yaitu interrelationships (interelasi bahasa dan lingkungan), environmentm (lingkungan

ragawi dan sosial budaya) and diversity (keberagaman bahasa dan lingkungan) (Haugen dalam Fill

dan Muhlhausler 2001:1). Haugen (1970) dalam Mbete (2009:11-12), menyatakan bahwa

ekolinguistik memiliki kaitan dengan sepuluh ruang kaji, yaitu: (1) linguistik historis komparatif;

(2) linguistik demografi; (3) sosiolinguistik; (4) dialinguistik; (5) dialektologi; (6)nfilologi; (7)

linguistik preskriptif; (8) glotopolitik; (9) etnolinguistik, linguistik antropologi ataupun linguistik

kultural (cultural linguistics); dan (10) tipologi bahasa-bahasa di suatu lingkungan. Berdasarkan

pembagian Haugen tersebut, penelitian ini ada terkait dengan ruang kaji sosiolinguistik dan

linguistik preskriptif (leksikografi).

Menurut Sapir dalam Fill dan Muhlhausler (2001:2), perubahan pada bahasa itu tampak jelas

teramati pada tataran leksikon. Kelengkapan leksikon dari suatu bahasa mencerminkan sebagian

Page 108: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

102

besar karakter lingkungan ragawi dan karakteristik sosial serta budaya masyarakat penuturnya.

Pada tataran leksikon, dinamika dan perubahan bahasa dipengaruhi oleh tiga dimensi (Lindo dan

Bundegaard, 2000: 10-11), yakni (a) dimensi ideologis, (b) dimensi sosiologis, (c) dimensi

biologis.

2.2 Hata Tona dan Poda

Pada tradisi, adat dan budaya Batak Hata tona dohot poda" (kata amanah dan

nasihat), umpasa dohot umpama (pantun dan peribahasa), berisikan tentang bagaimana

membangun sistem “moral” yang “kini” senantiasa diajarkan oleh agama-agama

modern di seluruh dunia.

Hata tona dohot poda dapat disampaikan dalam bentuk umpasa dan umpama. Bahkan

segala pesan yang disampaikan dalam bentuk umpasa dan umpama "tertentu" bukan

hanya sekedar kata-kata bijak yang indah dan baik (hata na uli jala na denggan) tetapi

merupakan "ucapan berkat (pasu-pasu) dan doa (tangiang)" dari yang menyampaikan

kepada yang menerimanya.

1. Hata Tona

Kata-kata yang berisi: amanah, pesan atau anjuran

Misal: Ingkon di toru do tangan na mangido

Artinya: "Harus di bawah posisi tangan meminta", maksudnya jika mengharapkan

atau memohon sesuatu hendaklah dengan kerendahan hati.

2. Hata Poda:

Kata-kata nasihat.

Misal : "Pantun do hangoluan, tois do hamagoan"

Artinya: Sopan santun sumber kehidupan, tetapi congkak alamat celaka.

2.3 Mitos

Mitos dalam konteks mitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentukan dari

masyarakat yang berorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis, kekal.

Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah / historis, bentukan masyarakat pada

masanya. Di sisi lain mitos (Roland Barthes) diartikan sebagai tuturan mitologis bukan saja

berbentuk tuturan oral, tetapi tuturan yang dapat berbentuk tulisan, fotografi, film, laporan ilmiah,

Page 109: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

103

olah raga, pertunjukan, iklan, lukisan, pada dasarnya adalah semua yang mempunyai modus

representasi dan mempunyai arti (meaning) yang belum tentu bisa ditangkap secara langsung,

misal untuk menangkap arti atau meaning sebuah lukisan diperlukan inter pertasi. Tuturan

mitologis dibuat untuk komunikasi dan mem punyai suatu proses signifikasi sehingga dapat

diterima oleh akal. Dalam hal ini mitos tidak dapat dikatakan hanya sebagai suatu objek, konsep,

atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus signifikasi. Manusia dalam masyarakat dan

lingkungan sebagai pen dukung mitos berada dalam lingkup sosial budaya. Mereka senantiasa

berusaha untuk memahami diri dan kedudukan nya dalam alam semesta, sebelum mereka

menentukan sikap dan tindakan untuk mengembangkan kehidupannya dalam suatu masyarakat.

Dengan seluruh ke mampuan akalnya, manusia berusaha memahami setiap gejala yang tampak

maupun yang tidak tampak. Dampaknya setiap masyarakat berusaha mengem bangkan cara-cara

yang bersifat komunikatif untuk menjelaskan berbagai perasaan yang mem punyai arti bagi

kehidupannya. Kendatipun manusia sebagai mahluk yang mampu mengguna kan akal dan

mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada mahluk lainnya, namun ia tidak mampu

menjelaskan semua fenomena yang ada disekitarnya. Senyampang untuk dapat me nguasai

fenomena tersebut, di perlukan pemahaman terhadap kehidupan dengan cara me ngembangkan

simbol-simbol yang penuh makna. Simbol-simbol tersebut berfungsi untuk men jelaskan

fenomena lingkungan yang mereka hadapi, terutama fenomena yang tidak tampak tetapi dapat

dirasakan kehadiran nya. Secara kasat mata, manusia melambangkan legenda/ dongeng-dongeng

suci. Dongeng ini dimitoskan untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena yang tidak tampak

sehingga dongeng-dongeng suci itu mengandung pesan. Namun, pesan tersebut adakalanya sulit

diterima akal karena pada mulanya legenda-legenda itu terbentuk secara tidak rasional. Di sisi lain

masyarakat mempercayai isi atau menerima pesan yang terkandung dalam mitos dengan tanpa

mempertanyakan secara kritikal. Bagi masyarakat, mitos berfungsi sebagai pernyataan tentang

kenyataan yang tidak tampak secara kasat mata.

Seperti yang telah dibicara kan di atas bahwa manusia dalam menjelaskan kenyataan yang tidak

tampak, cenderung mengacu pada kebudayaan sebagai seperangkat simbol yang dapat

memperjelas fenomena lingkungan yang di hadapinya. Seperti lazimnya, manusia senantiasa

berusaha memahami dan menata gejala/fenomena yang ada di lingkungannya demi kelangsungan

hidupnya. Dengan cara mengacu kebudayaan sebagai abstraksi pengalamannya dimasa lampau,

manusia mencoba untuk mengklasifikasikan fenomena yang ada dan menertibkan dalam alam

pikirannya. Upaya peng kalsifikasian tersebut tidak ter lepas dari kebudayaan yang menguasai pola

pikir dan sikap mental yang dimiliki. Seolaholah manusia hanya melihat, men dengar dan

memikirkan fenomena di sekitarnya berdasarkan ground yang dimiliki, sehingga mitos merupakan

cermin dari suatu kebudayaan pendukungnya.

Page 110: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

104

1. Mitos Sebagai Sarana Pendidikan

Berbagai dongeng suci ataupun legenda, sering kali secara tidak langsung

dianggap sebagai doktrin atau dianggap pesan yang datang dari Tuhan sehingga tidak

perlu di pertanyakan secara kritikal. Keyakinan terhadap mitos tersebut menjadikan mitos

sebagai sarana pendidikan yang paling efektif terutama untuk mengukuhkan dan

menanamkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan keyakinan tertentu. Selanjutnya

mitos juga digunakan sebagai pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina

kesetiakawanan sosial di antara para anggota. Demikian halnya beberapa sekte-sekte

agama di Jepang misalnya, telah memegang teguh mitos tertentu, sehingga mereka dapat

saling membedakan antara komunitas yang satu dan yang lain. Sebaliknya dalam

cara penyebarannya mitos bisa melintasi batas dari suatu komunitas, sehingga dengan

mudah dapat menggalang kesetiakawanan sosial dalam masyarakat yang lebih luas.

Berkaitan dengan fungsi mitos sebagai sarana pendidikan, maka tidaklah mengherankan jika

dongeng-dongeng yang bernafas kan petuah atau mengarah pada nilai-nilai moral/etika "suci"

yang terdapat pada setiap komunitas, berfungsi sebagai peraga untuk mempererat keyakinan

masyarakat terhadap keluhuran budayanya dan memperkokoh kesetiawanan sosial mereka

seperti yang tersirat dalam dongeng-dongeng suci yang berkembang di masyarakat. Tentu nya

masyarakat dapat menyerap pesan-pesan budaya dengan tanpa merasakan kejemuan. Missal

dalam dongeng Malin Kundang yang ingin menyampaikan pesan untuk masyarakat Indonesia,

dan khususnya masyarakat Sumatra, tentang sumpah serapah seorang ibu yang mengakibatkan

kefatalan hidup bagi anak kandungnya, dilain sisi akibat kebruntalan anak terhadap orang

tuanya, dan masih banyak lagi cerita- cerita serupa yang terdapat di masing-masing daerah

maupun bangsa. Tentunya masyarakat dapat menyerap pesan-pesan budaya yang berkembang

sesuai dengan zaman nya.

2. Mitos: Perangsang Kreatifitas dan Pemikiran Baru Barthes dalam bukunya mengatakan

bahwa Tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu proses signifikasi

sehingga dapat diterima oleh akal (1972). Dalam hal ini mitos tidak dapat dikatakan hanya

sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus signifikasi atau

pemikiran baru. Artinya pengkajian secara mendalam terhadap isi atau pesan maupun

pengkajian perbandingan sangat diperlukan guna pemikiran maupun pengetahuan tertentu,

dan juga bisa digunakan untuk merangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir.

Kebudayaan sebagai abstraksi pengalaman manusia adalah bersifat dinamis dan

cenderung untuk berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat pen dukungnya,

karena itu mitos yang mencerminkan kebudayaan juga cenderung menyampaikan pesan-

Page 111: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

105

pesan yang bersifat transformatif. Pesan-pesan transformatif itu bisa terpadu dalam satu mitos,

atau bisa juga terwujud dalam versi baru pada mitos yang sama. Hal tersebut jelas

tergambar dalam cerita atau dongeng-dongeng masyarakat yang me legenda,

sehingga bisa digunakan sebagai tuntunan dan tontonan.

Di sisi lain para cendekiawan di masa lampau dengan mudah mengembangkan

kreativitasnya melalui berbagai macam versi dan interpertasinya untuk membina masyarakat

dan mengembangkan kebudayaan. Di samping itu banyaknya versi yang berlainan juga

mengundang pemikiran lebih lanjut guna menentukan apa yang sesungguhnya menjadi inti

pesan mitos itu sendiri.

Fungsi sosial mitos sebagai tradisi lisan perlu dipertahankan, walaupun saat ini pula tradisi tulis

telah digalakkan. Hai ini disebabkan mitos berfungsi untuk menampung dan

menyalurkan aspirasi, inspirasi dan apresiasi masyarakat yang sedang membangun. Barthes

juga menggaris bawahi bahwa tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu

proses signifikasi yang dapat diterima oleh akal sesuai dengan situasi dan kondisi masingmasing

kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya.

2.4. Kepercayaan Orang Batak

Suku Batak mengenal tiga konsep umum yaitu sebagai berikut.

Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya.

Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.

Begu adalah tondi yang sudah meninggal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Lokasi Penelitian

Danau Toba terletak di pusat suatu puncak topografi dengan panjang 300 km dengan beda

tinggi berkisar antara 100-1000 m dimuat dalam peta topografi Sumatra Utara. Luas badan

air Danau Toba 1.103 km2 yang menempati 3 area, Pulau Samosir di dalam danau

mempunyai luas daratan 647 km2

dan suatu Pulau Pardapur yang lebih kecil dengan luas

area 7 km2. Panjang danau adalah 87 km, dengan ukuran panjang keliling danau 294 km.

Page 112: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

106

Area cekungan danau dikelilingi oleh batuan vulkanik, dengan tinggian yang berkisar

antara 400 hingga 1200 m di atas muka air danau. Danau ini terletak pada garis lintang

dan garis bujur antara 98030′ BT; 3005′ LS dan 99020 BT‟; 2040′ LS.

Kabupaten Samosir terdiri dari Sembilan kecamatan (Harian, Naingolan, Onan Runggu,

Palipi, Pangururan, Ronggur Nihuta, Sianjur Mulamula, Simanindo, Sitiotio) dan

Kabupaten yang bersinggungan dengan Danau Toba (Utara berbatas Kabupaten Karo dan

Simalungun, Selatan berbatas Kabupaten Tapanuli Utara, Barat berbatas Kabupaten Dairi

dan Kabupaten Papak Bharat, Timur berbatas Kabupaten Toba Samosir.

F. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif . Pendekatan kualitatif suatu

proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran

kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi

pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3)

mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Penelitian ini diawali oleh penelitian-penelitian sebelumnya.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

5. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Wawancara dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang terdiri atas:

5. Situs yang dianggap memiliki mitos

6. Penggalian legenda yang melekat pada situs .

Penetapan informan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bola salju.

Oleh karena itu, penentuan informan selanjutnya direkomendasikan oleh

informan awal.

6. Observasi

Page 113: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

107

Observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian

atau peristiwa, waktu, dan perasaan masyarakat penutur sekitarnya

4. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya

dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan memastikan keakurasian data

cerita yang sudah diperoleh.

4 Pengujian Data

Data wacana yang sudah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pengujian data

dengan triangulasi. Teknik digunakan untuk memastikan apakah legenda itu

masih ada atau pernah ada.

H. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis

transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti

dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian,

pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola apa yang dilaporkan.

Bab IV Temuan dan Pembahasan Penelitian

Mitos Poda atau amanat yang tiditemukan dalam cerita rakyat yang tumbuh dan berkembang di

lingkaran Danau Toba adalah sebagai berikut:

Patik dohot uhum (aturan dan hukum).

Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak.

Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia

orang Batak.

Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan

hidup orang Batak sejak jaman purba. Oleh karena itu, warga mahir dalam berbicara dan

berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum

di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum,

baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.

Page 114: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

108

Hariara dan tumbuhan lainnya yang tumbuh di persekitaran Danau Toba

Raja Odapodap yang sudah mengikat pertunangan dengan Deak Parujar di alam para Dewata

menyadari permintaan Deak Parujar untuk menyendiri di bumi merupakan upaya penolakan

perjodohan. Ketika Deak Parujar minta pertolongan dari Mulajadi Nabolon atas perilaku Naga

Padohaniaji yang menjadi ancaman setiap saat terhadap bumi yang diperjuangkannya, Mulajadi

Nabolon memberi dukungan dan merestui Raja Odapodap turun ke bumi. Rasa saling

membutuhkanpun tercipta, cinta yang terpotong pun tersambung akhirnya Mulajadi Nabolon

merestui pernikahan duniawi pertama terhadap Raja Odapodap dengan Si Boru Deak Parujar.

Kelahiran anak pertama Si Boru Deak Parujar membuatnya merasa kecewa, karena tidak sama

dengan wujud mereka. Yang terlahir berbentuk bulat (songon gumul) dan tidak memiliki wajah

dan perangkat tubuh lainnya. Atas petunjuk Mulajadi Nabolon, yang terlahir itu ditanamkan ke

bumi ciptaannya sehingga kemudian tumbuh menjadi pepohonan dan berbagai jenis tumbuhan

lainnya berkembang di permukaan tanah hingga dalam air.

Kelahiran kedua anaknya adalah kembar laki-laki dan perempuan yang diberi nama Raja Ihat

Manisia dan Boru Ihat Manisia. Kepada mereka, Boru Deak Parujar berpesan supaya memelihara

seluruh apa yang ada di bumi. Hubungan manusia dinyatakan terbatas dengan para dewa dewi

yang tercipta di alam dewata. Untuk mewujudkan hubungan dengan pencipta alam semesta harus

memenuhi tata cara khusus dengan persembahahan minimal pangurason (air suci). Jenis pohon

itu adalah Hariara yang banyak tumbuh di desa-desa Tapanuli. Pohonnya sangat rimbun maka

aneka burung-burung hinggap di pohon itu. Pohon Hariara menghasilkan buah yang manis dan

menjadi bahan makanan bagi burung-burung yang hinggap di dahan-dahan dan ranting-ranting

pohon itu. Bukan saja burung yang memakan buahnya tetapi hewan-hewan yang berada di

bawahnya juga memakan buah yang jatuh dari pohon itu.

Pengelolaan Air, Tanah dan Hutan

Poda atau amanat dalam kebudayaan Batak sudah terbentuk pola hubungan antar manusia

dengan Pencipta, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya.

Sehubungan dengan pesan Siboru Deak Parujar Kepada Keturunannya untuk

“memelihara” bumi dengan segala isinya, terdapat pengertian untuk “memanfaatkan”

bumi dengan segala isinya dengan arif dan bijaksana. Penganugerahan ini sekaligus

pemaknaan pemberian warisan sebagai “UGASAN” bagi Si raja Ihat.

Page 115: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

109

Pemahaman “UGASAN” bagi manusia atas segala isi bumi masih dimaknai dengan

penghormatan kepada pelestariaanya sekaitan dengan para dewa pada awalnya telah

berjanji untuk melakukan pelestarian bimi dan air “ciptaan” yang dimohonkan Si Boru

Deakparujar itu.

Martutuaek

Dalam keyakinan orang Batak, air adalah awal kehidupan jasmani. Raja Ihat Manisia dan

Boru Ihat Manisia adalah perpaduan air tubuh manusia surgawi putra putri para Dewata.

Tubuh yang menjadi manusia lahir wajib diperkenalkan dengan jenis asal mereka “air”.

Martutuaek artinya menuju ke sumber air. Memperkenalkan manusia lahir itu dengan air

yang merupakan keutamaan sumber hidup sebelum mengenali semua apa yang ada di

bumi. Untuk pertama sekali dia mengambil air dari sumbernya untuk dibuat persembahan

kepada Mulajadi Nabolon.

Seperti halnya pesah yang diterima Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia, manusia

wajib memelihara seluruh isi bumi. Diperkenalkan selanjutnya bahwa air adalah saudara

tubuh kenyal dari awal terbentuk hingga pemeliharaannya dalam sirkulasi darah dalam

tubuhnya. Untuk pribadi manusia, air berperan untuk “Parsuksion mula ni haiason,

haiason mula ni parsolamon, parsolamon mula ni hamalimon”, awal pembersihan menuju

kesucian, kesucian menuju kesempurnaan. Untuk hubungan manusia dengan Mulajadi

Nabolon air “Mual Natio dipadomu dohot unte mungkur marangkuphon sanggul banebane

jumadi pangurason parsungsion” berperan sebagai persembahan kepada Mulajadi Nabolon

atau pelengkap utama dari seluruh jenis persembahan itu.

Parhombanan

Pekembangan manusia membutuhkan penataan kehidupan yang teratur. Penataan

kehidupan itu diaturkan tata lingkungan rumah tinggal atau perkampungan, sumber

kehidupan, kesehatan dan hubungan sosial. Sebaik-baiknya pemilihan sebuat tempat

perkampungan, indikator utama adalah adanya sumber air, sub indikatornya nadalah

faktor kemudahan ke akses sumber air itu. Sumber air pilihan adalah sungai, pancuran dan

mata air. Konon ada menyatakan bahwa yang sebelumnya tidak ditemui mata air, tapi atas

permintaan mereka kepada Mulajadi Nabolon mereka diberi mata air yang melimpah.

Page 116: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

110

Sumber air ini dipelihara dan dirawat karena diakui sebagai anugerah utama dalam

kehidupan mereka. Manifestasi rasa syukur mereka atas anugerah itu, mereka melakukan

persembahan kepada Mulajadi Nabolon di lokasi mata air itu. Mereka membuat batasan-

batasan perlakuan sebagai penghargaan kepada sumber air itu.

Sumber air itu kemudian dialirkan ke sawah-sawah, sebagai sumber air minum utama dan

kebutuhan ritual “pangurason”.

Sekali dalam satu tahun dilakukan acara ritual pada mata air itu yang disebut “mangase

homban” yang tujuannya merawat dengan cara membersihkan lokasi sumber mata air,

perawatan tanaman dan pohon yang ada disekitarnya, perawatan aliran air ke hilir hingga

perbaikan pematang sawah. Ini merupakan pertanda awal turun sawah setelah selama satu

tahun digunakan untuk sumber kehidupan dan memulai kegiatan baru untuk kehidupan

baru ke depan.

Mangase homban

Suatu kegiatan yang berkaitan dengan acara ritual Bius ”Asean Taon” dengan melakukan

persembahan kepada Mulajadi Nabolon dengan kurban “horbo santi”. Mangase homban

dilakukan oleh warga kampung, setelah dilakukan Asean Taon oleh Bius dengan

melibatkan seluruh kampung yang ada dalam Bius itu.

Pada setiap pendirian rumah baru dalam kampung, dilakukan upacara “mompo” diartikan

memasuki untuk pertama sekali. Sebelum penghuni rumah memasuki rumah secara resmi,

sehari sebelumnya harus memenuhi persyaratan awal dengan memasukkan air ke dalam

rumah itu dalam “panguhatan”.

Panguhatan adalah sumber air dalam rumah berbentuk periuk tanah, dan saat ini

digantikan dengan ember.

marsitalolo

Arti harafiahnya adalah mencukupkan hasil panen dalam setahun. Hal ini disebabkan bercocok

tanam padi di sawah dengan irigasi hanya berlangsung setahun sekali pada umumnya. Oleh

karena itu, sawah musim pasca panen ditanami tumbuhan palawijawa lainnya atau bertambak ikan

mas di area persawahan yang kosong.

Page 117: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

111

Poda sistem Penangkapan Ikan

Kepercayaan warga desa tidak boleh menangkap ikan dari mual Sirambe dan bahkan tidak berani

untuk memakannya karena terlarang sejak dahulu. Ikan itu mereka yakini sebagai perwujudan dari

"namboru boru Siagian", penunggu embung yang memilih akhir hidupnya di sana. Konon

menurut kepercayaan mereka, pada zaman dahulu kala, seorang putri dijodohkan orangtuanya

dengan pria yang tidak disukainya. Lalu, sang putri lari dan bersembunyi ke daerah Aek Sirambe.

Sebongkah batu ditafsirkan sebagai pertanda.

Ihan itu jarang menampakkan wujudnya. Jika menampakkan diri artinya sebagai pertanda rezeki

besar bagi yang melihatnya. Batu diyakini sebagai perwujudan dari namboru boru Siagian yang

menjadi penghuni Mual Sirambe sampai kini penduduk tidak berani mengusik ihan-ihan dekat

batu di mual tersebut. Warga Lumbanjulu yang akan menangkap ihan dari sungai itu memiliki

aturan dan cara tersendiri. Tujuannya, agar tidak terjadi perusakan, apalagi niat untuk

menghancurkkan ikan sakral tersebut. Dahulu ikan ini sering dihidangkan sebagai sajian

istimewa untuk berbagai acara pesta adat bagi masyarakat setempat. Sayangnya, sekarang

sudah sangat sulit untuk menemukan ikan tersebut di Danau Toba. Spesies ikan endemik

Danau Toba ini mulai terancam punah akibat kerusakan lingkungan.

solu

Selain bercocok tanam, peternakan merupakan mata pencarian penting bagi orang Batak. Di

daerah tepi danau Toba dan pulau Samosir, pekerjaan menangkap ikan dilakukan secara intensif

dengan perahu (solu).

sabaran

Sistem penangkapan ihan di Danau Toba dipodakan/amanatkan kepada para nelayan

menggunakan sabaran berupa susunan batu di tepi danau sehingga ihan masuk dengan

tenang. Setelah ikan-ikan masuk, pintu sabaran ditutup lalu dilakukan penangkapan.

Dengan cara demikian, tidak terjadi pemburuan ke lubuk pemijahannya.

Tradisi penangkapan ihan berbeda jauh dengan cara-cara yang dilakukan nelayan saat ini.

Kelangkaan ihan itu berdampak terhadap pergeseran tatalaksana adat istiadat di kalangan

Page 118: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

112

masyarakat Batak. Hal ini berakibat pada posisi ihan banyak digantikan dengan ikan mas

untuk acara "upa-upa" (selamatan atau syukuran).

Alat tangkapan yang dikemukan dalam cerita rakyat adalah sabaran, bubu, marsulu

Tala- lata ripe-ripe

Salah satu ciri perikanan rakyat dalam cerita rakyat adalah adanya empang milik

komunitas atau disebut ambar atau Tala-lata ripe-ripe . Empang seperti ini adalah

sumber bibit ikan yang dipelihara disawah.

Legenda Sitapigagan mengisahkan bubu sebagai alat tangkap ikan ditempatkan di

sekitar pantai, lokasinya tidak bisa sembarangan harus dengan persetujuan

kepercayaan (mitos), raja dan atau masyarakat lainnya. Pengangkatan ikan (hasil) dari

dalam bubu juga pada waktu yang disepakati bersama.

Legenda Sitapigagan dan Gudalap mengisahkan diadakannya aturan kesepakatan bahwa

nelayan di Danau Toba tidak boleh menangkap ikan terlalu banyak. Masyarakat hanya

boleh menangkap ikan cukup untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini dikisahkan legenda aek

Sitapigagan akan mendapat sanksi magis, yaitu rittik „gila‟ jika melnggarnya. Legenda

ikan gudalap di Parbaba juga mengisahkan para pemancing tidak boleh beruturut-turut

tujuh hari memancing jika tidak dipatuhi akan mendapat sanksi magis, yaitu petaka

terhadap si pmancing tersebut. Bila profesinya adalah nelayan boleh lebih banyak, tetapi

itupun harus dengan volume dan ukuran ikan yang tertentu.

Jampalan dikisahkan dalam cerita Batu Hobol, Sitapi-tapi dan cerita lain adalah lahan

kosong di pinggiran hutan adalah milik bersama antara anggota masyarakat desa ataupun

bius. Pemanfaatannyapun bukan individual tetapi komunal. Bila seseorang ingin

memanfaatkan hasil hutan berupa batang pohon ataupun ingin mengusahakan lahan

kosong untuk pertanian atau mendirikan rumah maka dia harus meminta persetujuan lebih

dahulu melalui Raja Huta. Jika warga ada yang melanggarnya akan diberi sanksi sosial

atau pun terkena sanksi magis.

sipu-sipu

Sipusipu adalah bara api kecil yang tetap hidup sampai keesokan harinya sehingga

penghuni masuk secara resmi dan melakukan kegiatan masak-memasak di rumah itu.

Sipu-sipu diamanatkan dipelihara kesinambungannya karena api adalah alat yang paling

utama di setiap rumah. Hal ini disebabkan sumber api sulit untuk ditemukan.

Page 119: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

113

partangisan

Pada sebuah permukiman tentunya akan mempunyai komponen yang disebut dengan partangisan atau

pemakaman/kuburan. Pada permukiman Batak-Toba di sekitar lingkungan DanauToba,

kuburan berada pada bagian luar dari huta.Kuburan ini berada pada satu lokasi khusus digunakan

sebagai areal pemakaman. Namun kadang-kadang kuburan ditemukan di tengah-tengah sawah atau

ladang dengan bentuk berupa sarkofagus atau tambak. Lokasi kuburan komunal biasanya

ditempatkan pada lokasi-lokasi yang berada pada lereng atas sebuah bukit, atau lebih

tinggi dari lokasi huta.

Parik

Benteng keliling yang membatasi huta dan lingkungan luar pada umumnya dibangun dari tatanan tanah

atau batu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Benteng tanah atau batu merupakan batas luar kampung

merupakan salah satu hasil dari adaptasi yangdilakukan masyarakat Batak Toba untuk

memperluas areal persawahannya.

V. Kesimpulan

Peran mitos poda sebagai pembentuk budaya ekologis masyarakat Batak Toba yang

tinggal di persekitaran Danau Toba adalah:

2. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan tanah.

3. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan air.

4. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan tumbuh-tumbuhan.

5. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan biota air termasuk ikan.

6. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan tatapemukiman.

7. Mitos poda berperan menjaga kelestarian budaya menjaga harmonisasi manusia

dengan sistem tata-kelola beternak dan bertani.

Page 120: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

114

Kepustakaan

Bang, J. Chr. dan Door, J. (1996). Language, Ecology, and Truth – Dialogue and

Dialectics. [online] Dapat diakses lewat situs: www.pdfio.com/k-22479.html

Bang, J.Chr. dan Door, J. (1993). Eco-Linguistics: A Framework. [online] Dapat diakses

lewat situs: <www.jcbang.dk/main/ecolinguistics/Ecoling_AFramework1993.pdf>

Barthes, Roland, 1972, Mythologies Noondy Press, New York. 1967, Denotation

Conotation dalam Element Semiology, London,1967 Elements of Semiology,

London Jonathan , Cape.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Fill, Alwin and Peter Mühlhäusler. 2001. The Ecolinguistics Reader Language, Ecology

and Environment. London: Continuum

Fishman, Joshua A. 1991.Sosiologi Bahasa.Kuala Lumpur: Universitas SainsMalaysia Pulai

Pinang.

Fiske , Jhon. 2004. Cultural And Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Hougen, Einar.1983. Ecology of Language.California: Stanford University Press.

Leach, Edmund 1067 Geneis as Myth, in Myth and Cosmos. Texas Press,

Source Books in Antropology, Austin.

Lechevrel, Nadege.“The Interviwened Histories of Ecolinguistics and Ecoligical

Approaches of Language Historical and Theorical Aspects of Research Paradigm”

Mbete, Aron. 2011. “Kearifan Lokal dan Keseimbangan Lingkungan” sebuah Wawancara

dalam Harian Analisa tanggal 23 April 2011.

Page 121: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

115

Lampiran 2: Kontrak Penelitian

Page 122: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

116

Page 123: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

117

Page 124: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

118

Page 125: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN …

119