laporan akhir penelitian hibah bersaing · 2.2 jaminan kesehatan nasional (jkn) 10 ... penerapan...

67
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING PENYUSUNAN MODEL SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS Dr. Ir. Leony Lidya, MT (NIDN: 0412106802) Dr. Yuce Sariningsih, Dra., Msi (NIDN: 0416056701) Dibiayai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Surat Perjanjian No. 1014/K4/KM/2015 NOMOR DIPA 023.04.1.673453 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PASUNDAN NOVERMBER, 2015 Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 458/Teknik Informatika

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PENYUSUNAN MODEL

SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS

Dr. Ir. Leony Lidya, MT (NIDN: 0412106802)

Dr. Yuce Sariningsih, Dra., Msi (NIDN: 0416056701)

Dibiayai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Surat Perjanjian No. 1014/K4/KM/2015 NOMOR DIPA 023.04.1.673453

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

NOVERMBER, 2015

Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 458/Teknik Informatika

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

1

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

Judul Penelitian : Penyusunan Model Sistem Manajemen Pengetahuan

Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Penyakit Tuberkulosis

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 458/ Teknik Informatika

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Leony Lidya, MT

b. NIDN : 0412106802

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Program Studi : Teknik Informatika

e. Nomor HP : 081214595568

f. Alamat surel (email) : [email protected]

Anggota Peneliti (1)

a. Nama Lengkap : Dr. Yuce Sariningsih, Dra., MSi

b. NIDN : 0416056701

c. Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan

Lama Penelitian Keseluruhan : 2 tahun

Penelitian Tahun ke : satu

Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp 149,200,000.00

Biaya Tahun Berjalan : - diusulkan ke DIKTI Rp 74.600.000,00

- disetujui DIKTI Rp 55.000.000,00-

- dana internal PT/institusi lain/inkind Rp -

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

2

DAFTAR ISI

RINGKASAN 3

BAB I. PENDAHULUAN 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Penatalaksanaan Tuberkulosis 7

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10

2.3 Manajemen Pengetahuan 15

2.4 Metodologi Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan 16

2.5 Work System Framework 18

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 19

3.1 Tujuan 19

3.2 Manfaat Penelitian 20

BAB IV. METODE PENELITIAN 21

4.1 Road Map 21

4.2 Luaran Penelitian 22

BAB V. HASIL YANG DICAPAI 23

5.1 Target Pencapaian Tahun Pertama dan Langkah Pencapaian 23

5.2 Pengertian Lingkungan Pemrosesan Pengetahuan 23

5.3. Identifikasi Lingkungan Pemrosesan Pengetahuan TB Dengan JKN 24

5.3.1 Proses Bisnis di PPK 24

5.3.2 Analisis Sistem Kerja di PPK-1 27

5.4. Analisis Permasalahan Partisipan 36

5.2.5 Rancangan Kuesioner Bagi Pasien TB 36

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 44

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 45

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Artikel Ilmiah

Lampiran 2. Luaran Penelitian

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

3

RINGKASAN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) / BPJS kesehatan telah diimplementasikan sejak 1

Januari 2014 di semua fasilitas kesehatan di Indonesia. Dengan diluncurkannya program ini,

pemerintah berharap derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat dan penyakit-

penyakit infeksi khususnya tuberkulosis (TB) paru dan luar paru akan menurun jumlahnya.

Harapan itu muncul karena pemerintah yakin bahwa pelayanan ini bersifat menyeluruh,

layak dan gratis sesuai dengan amanat UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Namun baru beberapa minggu JKN diimplementasikan, banyak keluhan

dari masyarakat. Yang sangat mendasar adalah regulasi operasional seperti peraturan

pemerintah, peraturan presiden dan peraturan menteri kesehatan terlambat dikeluarkan dan

disosialisasikan yang menimbulkan berbagai persoalan mulai dari registrasi peserta, besar

iuran, sampai pelayanan operasional di fasilitas kesehatan. Hal ini bertambah ketika petugas

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di beberapa daerah belum mampu

mengakomodasi keluhan dan kebingungan calon peserta.

Manajemen pengetahuan (knowledge management/KM) merupakan suatu konsep untuk

meningkatkan performansi organisasi melalui praktik penciptaan pengetahuan dan berbagi

pengetahuan melalui interaksi dan komunikasi dan fasilitas untuk mengektraksi,

membungkus dan mendistribusikan pengetahuan menjadi pengetahuan organisasi. Sistem

Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System/KMS) merupakan sebuah sistem

yang menerapkan konsep manajemen pengetahuan beserta teknologi informasi dan

komunikasi yang mendukung. Dengan menerapkan KMS di lingkungan organisasi penyedia

layanan kesehatan dengan JKN, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

mengefektifkan pelaksanaan JKN. Penyakit tuberkulosis (TB) dipilih karena merupakan

penyakit infeksi dengan jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu 60% pasien penyakit

paru pada berbagai tingkat badan penyedia layanan kesehatan. Selain itu, penyakit

tuberkulosis juga menimbulkan berbagai problema kesehatan pada masyarakat.

Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi partisipan, interaksi dan pertukaran

pengetahuan yang terjadi pada setiap tingkat badan layanan kesehatan penyakit TB beserta

problema dan kendalanya. Data dikumpulkan dengan metode survey menggunakan

kuesioner, wawancara, dan FGD (focus group discussion). Penelitian ini menghasilkan

model dan prototip perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk

mengembangkan Sistem Manajemen Pengetahuan Jaminan Kesehatan Nasional untuk

berbagai jenis penyakit lainnya.

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

4

BAB I

PENDAHULUAN

Jaminan Kesehatan Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial kesehatan telah diimplementasikan sejak 1 Januari 2014 di semua fasilitas kesehatan

di Indonesia. Dengan diluncurkannya program ini, pemerintah berharap derajat kesehatan

masyarakat akan semakin meningkat dan penyakit-penyakit infeksi khususnya tuberkulosis

(TB) paru dan luar paru akan menurun jumlahnya. Harapan itu muncul karena pemerintah

yakin bahwa pelayanan ini bersifat menyeluruh, layak dan gratis (Munir, 2014). UU No.40

tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), mengamanatkan bahwa

jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU No.40 tahun 2004 tentang

SJSN merupakan penjabaran pasal 34 ayat 1 dan 2 UUD 45 yang berbunyi fakir miskin dan

anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara dan negara mengembangkan sistem jaminan

sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat manusia.

Sayangnya, baru beberapa minggu diimplementasikan, banyak keluhan masyarakat

yang kita dapatkan lewat media massa tentang implementasi JKN ini. Yang sangat mendasar

adalah regulasi operasional seperti peraturan pemerintah, peraturan presiden dan peraturan

menteri kesehatan terlambat dikeluarkan dan disosialisasikan. Permasalahan yang

dikeluhkan muncul mulai dari registrasi peserta, besar iuran, sampai pelayanan operasional

di fasilitas kesehatan. Permasalahan ini bertambah ketika petugas BPJS di beberapa daerah

belum mampu mengakomodasi keluhan dan kebingungan calon peserta (Munir, 2014).

Sistem pelayanan kesehatan dengan sistem rujukan baru yang dimulai dari

puskesmas “rujukan bertingkat” juga menjadi permasalahan karena tidak disosialisasikan

terlebih dahulu sebelum dilaksanakan sistem JKN. Apalagi di masyarakat kita telah muncul

stigma yang buruk terhadap pelayanan puskesmas seperti dokter sering tidak ada, sibuk

rapat, akses sulit, petugas judes, tidak ada alat canggih dan tidak ada tempat tidur. Pasien

kebingungan dan pontang panting mencari rujukan demi mendapatkan pelayanan kesehatan.

Rujukan berjenjang dan terbagi tiga tingkat, yang awalnya ditujukan untuk mengoptimalkan

sistem rujukan, menjadi menyiksa dan menambah penderitaan pasien (Munir, 2014).

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

5

Sistem pembayaran dengan INA-CBGs pun bukan tanpa masalah. Penerapan tarif

yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi profesi

kesehatan. Besaran pembiayaan kacau balau dan banyak mendapat protes dari rumah sakit

dan organisasi profesi. Sebagai contoh, biaya bedah sesar kelas 3 regional A Rp 5.484.728

lebih rendah daripada khitan Rp 15.633.431. Padahal, tingkat kesulitan dan risiko medis

bedah sesar jauh lebih tinggi daripada khitan (Munir, 2014).

Besaran klaim juga sangat rendah. Hal ini memaksa para dokter dan profesi

kesehatan memberi pelayanan jauh dibawah standar profesi dan standar prosedur

operasional dan sedikit-sedikit merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Ketidaksiapan

mental dokter dan perawat dalam menghadapi perubahan sistem pembayaran jasa medisnya

juga akan menambah kegaduhan. Hal lain adalah kualitas dan kuantitas obat yang tersusun

dalam formularium nasional, sangat terbatas dan jauh dari standar pelayanan minimal

(Munir, 2014).

Minimnya pengetahuan akibat kompleksitas informasi yang diterima oleh dokter

dan perawat (pemberi layanan kesehatan) maupun pasien sebagai penerima layanan akan

mempengaruhi proses implementasi program (Azwar, 2013, hlm.63). Pengetahuan yang

minim tentang JKN, dapat menimbulkan sikap (kecenderungan perilaku) yang “keliru” atau

negatif atau kurang mendukung (Notoatmodjo, 2011). Sikap kurang mendukung dari

pemberi layanan akan menurunkan produktivitas kerja, kualitas layanan, terhambatnya

pemecahan masalah dan pengembangan hubungan antar manusia, timbulnya ketegangan,

konflik atau mungkin demonstrasi/menolak dalam melayani pasien-pasiennya. Jika hal ini

terjadi pada dokter dan perawat dapat menimbulkan underdiagnosis atau overdiagnosis,

kurang tepat memberikan pengobatan dan asuhan keperawatannya. Jika situasi ini terjadi

pada pasien tuberkulosis (TB) BTA positif; dapat menimbulkan kasus TB resisten obat (TB

MDR); diketahui bahwa penanganan kasus tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama

dan biaya yang lebih besar (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hal ini sangat berlawanan

sekali dengan prinsip dan tujuan JKN yaitu kendali mutu dan kendali biaya. Padahal untuk

suksesnya implementasi JKN sangat ditentukan oleh pemberi pelayanan yaitu dokter dan

perawat. Berbagai permasalahan yang terkait dengan implementasi JKN dapat disimpulkan

berhubungan dengan rendahnya pengetahuan (informasi) penerima (pasien) dan pemberi

layanan (dokter, perawat, petugas) akibat kurangnya penyampaian informasi (sosialisasi)

tentang JKN.

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

6

Manajemen pengetahuan (knowledge management/KM) merupakan suatu konsep

untuk meningkatkan performansi organisasi melalui praktik penciptaan pengetahuan dan

berbagi pengetahuan melalui interaksi dan komunikasi dan fasilitas untuk mengektraksi,

membungkus dan mendistribusikan pengetahuan menjadi pengetahuan organisasi. Sistem

Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System/KMS) merupakan sebuah sistem

yang menerapkan konsep manajemen pengetahuan beserta teknologi informasi dan

komunikasi yang mendukung. Berdasarkan pengalaman dari penelitian terdahulu, peneliti

memandang bahwa KM beserta KMS dapat digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk

menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kurangnya interaksi dan

komunikasi antar personal serta lemahnya manajemen data dan informasi di dalam

organisasi. Dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan, menyusun solusi dan

mengembangkan intervensi KMS (model dan teknologi) yang sesuai untuk menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan implementasi JKN ini.

Dengan menerapkan KMS di lingkungan organisasi penyedia layanan kesehatan

dengan JKN, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengefektifkan pelaksanaan

JKN. Penyakit tuberkulosis (TB) dipilih karena merupakan penyakit infeksi dengan jumlah

penderita terbanyak di Indonesia, yaitu 60% pasien penyakit paru pada berbagai tingkat

badan penyedia layanan kesehatan dan menimbulkan berbagai problema kesehatan pada

masyarakat.

Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi partisipan, interaksi dan pertukaran

pengetahuan yang terjadi pada setiap tingkat badan layanan kesehatan penyakit TB beserta

problema dan kendalanya. Data dikumpulkan dengan metode survey menggunakan

kuesioner, wawancara, observasi dan FGD (focus group discussion). Penelitian ini

menghasilkan model dan prototip perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai rujukan

untuk mengembangkan Sistem Manajemen Pengetahuan Jaminan Kesehatan Nasional untuk

berbagai jenis penyakit lainnya.

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

7

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Penatalaksanaan Tuberkulosis

2.1.1. Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis. Kuman TB dapat menyerang berbagai bagian tubuh seperti ginjal, tulang, otak

dan paru. Paru merupakan organ yang paling sering dikenai. WHO memperkirakan, di

Indonesia setiap tahun terdapat 500.000 kasus baru; 200.000 kasus (40%) terdapat disekitar

Puskesmas, 250.000 (50%) kasus ditemukan pada pelayanan Rumah Sakit atau Klinik

Pemerintah dan Swasta, sedangkan sisanya 10% belum terjangkau unit pelayanan

kesehatan.(Manaf, 1994) Angka kematian TB sekitar 175.000 pertahun. TB paru dapat

menyerang semua kelompok umur; sebagian besar (75-80%) kelompok usia produktif (15-

49 tahun) dan masyarakat ekonomi lemah (Aditama, 1997).

2.1.2. TB dan Strategi DOTS

Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada awal tahun 1990-an WHO dan

IUATLD mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal dengan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Short-course) yang terdiri dari lima komponen, yaitu

komitmen politis dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan, penemuan kasus

melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis, pengobatan yang standar dengan supervisi

pasien (DOT), sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif dan sistem monitoring

pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan

pasien dan kinerja program. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional

di seluruh Fasyankes terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan

dasar. Satu studi cost benefit yang dilakukan di Indonesia menggambarkan bahwa dengan

menggunakan strategi DOTS, setiap dolar yang digunakan untuk membiayai program

pengendalian TB akan menghemat sebesar US$ 55 selama 20 tahun. Karena itu, integrasi ke

dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitas. Sampai

tahun 2009, 98% Puskesmas telah terlibat dalam program Pengendalian TB dengan

menggunakan Strategi DOTS, sementara Rumah Sakit Umum, BBKPM dan BKPM

mencapai sekitar 50%.

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

8

2.1.3. Kebijakan Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia

Ada beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pengendalian penyakit

TB di Indonesia, yaitu:

a. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam

kerangka otonomi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program,

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin

ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).

b. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS dan

memperhatikan strategi Global Stop TB partnership

c. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerah

terhadap program pengendalian TB

d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan

mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga

mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.

e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh

Fasyankes, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah Balai/Klinik Pengobatan,

Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas kesehatan lainnya.

f. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan kemitraan

diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat dalam wujud

Gerdunas TB.

g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk

peningkatan mutu dan akses layanan.

h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan secara cuma-cuma

dan dikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi menjamin

ketersediaannya.

i. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk

meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.

j. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan

lainnya terhadap TB.

k. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

l. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.

2.1.4. Kegiatan Pengendalian Tuberkulosis dan Organisasi Pelaksanaan

Ada tiga kegiatan penting dalam pengendalian TB di Indonesia, yaitu:

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

9

1. Tatalaksana dan pencegahan, berupa penemuan kasus, pengobatan, pemantauan hasil

pengobatan, pengendalian infeksi.

2. Manajemen program, berupa perencanaan, monitoring dan evaluasi, manajemen

logistik, pengembangan ketenagaan dan promosi program.

3. Pengendalian komprehensif, berupa penguatan layanan laboratorium TB, Public-

Private Mix (keterlibatan semua Fasyankes), kolaborasi TB-HIV, pemberdayaan

masyarakat dan pasien TB, pendekatan kolaborasi dalam kesehatan paru, manajemen

TB resisten obat dan penelitian TB.

Agar pelaksanan kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan, ada 2 hal yang perlu

diorganisir yaitu aspek manajemen program dan aspek tatalaksana pasien TB. Aspek

manejemen program:

a. Tingkat Pusat. Upaya pengendalian TB dilakukan melalui Gerakan Terpadu

Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Gerdunas-TB) yang merupakan forum

kemitraan lintas sektor dibawah koordinasi Menko Kesra. Menteri Kesehatan R.I.

sebagai penanggung jawab teknis upaya pengendalian TB. Dalam pelaksanaannya

program TB secara Nasional dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, cq. Sub Direktorat Tuberkulosis.

b. Tingkat Propinsi. Di tingkat propinsi dibentuk Gerdunas-TB Propinsi yang terdiri

dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan

dengan kebutuhan daerah.

c. Tingkat Kabupaten/Kota. Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Gerdunas-TB

kabupaten/kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur

organisasi disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten/kota.

2.1.5. Aspek tatalaksana pasien TB

Penatalaksanaan pasien TB dilaksanakan oleh Puskesmas, rumah sakit dan rumah

sakit paru, BKPM dan BBKPM, Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas layanan lainnya.

Secara umum konsep pelayanan di Balai Pengobatan dan DPS sama dengan pelaksanaan

pada rumah sakit dan Balai Pengobatan (klinik). Dalam Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (2013), dinyatakan bahwa penyakit TB dimasukkan

ke dalam tingkat kemampuan 3A, dimana pada tingkat ini lulusan dokter mampu membuat

diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat

darurat; mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya

dan mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

10

2.1.6. Tatalaksana Pasien Tuberkulosis

Dalam program TB nasional, diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan

dengan ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS). Sedangkan

pemeriksaan penunjang seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat dilakukan sesuai

dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan

foto toraks saja karena foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB

paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.

Untuk mendiagnosis TB luar paru, agak sulit. Gejala dan keluhan tergantung organ

yang terkena, misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura

(pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas

tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis pasti ditegakkan

dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan

tubuh yang terkena.

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.2.1. Kebijakan JKN

Lahirnya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) No.40 tahun 2004

menunjukkan rencana pemerintah untuk menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

JKN merupakan program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian

jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia

dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Sistem jaminan ini merupakan bentuk

perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya yang layak. Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar menjadi bagian dalam

sistem ini. SJSN akan dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai

UU No.24 tahun 2011, akan melakukan kontrak kerja dengan badan hukum pemilik rumah

sakit. Rumah sakit yang akan dikontrak BPJS adalah rumah sakit yang memberikan kualitas

layanan terbaik dengan tarif yang terjangkau.

2.2.2. Dampak BPJS

Dampak BPJS bisa dirasakan secara langsung masyarakat. Masyarakat mendapat

pelayanan sesuai dengan penyakitnya tanpa harus memikirkan biayanya, karena biaya

kesehatan tersebut telah ditanggung bersama secara gotong royong oleh keseluruhan peserta,

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

11

sehingga tidak memberatkan secara orang per orang. Sebaliknya, masyarakat yang

sepanjang hayatnya tidak pernah sakit wajib mengikhlas premi yang dibayarkannya setiap

bulan untuk digunakan orang lain yang sakit.

Bagi dokter dan RS, BPJS bisa menimbulkan dampak yang positif maupun yang

negatif. Dampak positifnya adalah pelayan medis bisa lebih jeli dan teliti dalam

mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi pasien dan melakukan pemeriksaan atau

tindakan sesuai indikasinya, “tidak asal conteng”, karena BPJS hanya akan membayarkan

klaim sesuai dengan apa yang tertulis dalam ICD-10 (diagnosis penyakit) dan ICD-9 CM

(tindakan/prosedur). Dampak negatifnya, perhitungan klaim dianggap masih kurang sesuai.

Hal ini berarti bahwa dokter atau RS bekerja tanpa dibayar.

2.2.3. Manfaat BPJS

Manfaat jaminan kesehatan terdiri atas manfaat medis dan manfaat non medis.

Manfaat medis tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan, sedangkan manfaat non

medis meliputi manfaat akomodasi dan ambulans. Manfaat pelayanan promotif dan

preventif meliputi pemberian pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar,

keluarga berencana dan skrining kesehatan. Penyuluhan kesehatan perorangan meliputi

paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup

bersih dan sehat. Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan

untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit

tertentu (jenis penyakit, dan waktu pelayanan skrining kesehatan). Pelayanan kesehatan yang

dijamin meliputi pelayanan tingkat pertama dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut.

Terdapat juga beberapa pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS.

2.2.4. Rujukan Bertingkat

Pemilik kartu BPJS mempunyai hak untuk memeriksakan kesehatan dan berobat

melalui sistim rujukan bertingkat. Tak ada halangan dan kesulitan bagi pemegang

kartu BPJS Kesehatan untuk menggunakan manfaat asuransinya sepanjang prosedur

rujukan berjenjang mulai dari tingkat layanan dasar Puskesmas (PPK-1), RS sekunder tipe

D, C (PPK-2), B dan A (PPK-3). Rumah sakit pendidikan, tempat pendidikan profesi dokter

ataupun pendidikan spesialis (RS tipe B atau A), termasuk pelayanan tertier. BBKPM

merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang setara dengan RS tipe C (PPK-2). Sistem

rujukan bertingkat berlaku untuk kasus rawat inap maupun kasus rawat jalan, tetapi tidak

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

12

berlaku untuk kasus gawat darurat seperti batuk darah (hemoptisis), pneumotoraks (dispneu

dan atau nyeri dada pada sisi yang sakit). (Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran

Respirasi FKUI, 2010).

Pada layanan tingkat pertama di Puskesmas, pasien dilayani oleh dokter umum. Jika

pasien membutuhkan pelayanan lanjutan (baik sarana maupun SDM yang lebih spesialistik)

terkait indikasi medis yang tidak bisa ditangani Puskesmas, maka akan dirujuk ke

RS sekunder tipe D dan tipe C. Selanjutnya, jika pada RS tipe C tidak dapat ditangani,

pasien akan dirujuk ke RS tipe B hingga akhirnya akan dirujuk ke tipe A. Sistim pelayanan

bertingkat diprogramkan, untuk mengoptimalkan fasilitas pelayanan kesehatan dan peran

masing-masing RS dalam menangani berbagai jenis penyakit. Bagi peserta tertentu, prosedur

itu dianggap rumit dan mempersulit mereka untuk mendapatkan pelayanan.

2.2.5. Pembayaran Fasilitas Kesehatan oleh BPJS

Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan

BPJS kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah (regionalisasi) tersebut

dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri. Peserta tidak boleh dikenai

biaya tambahan, kecuali bagi peserta yang tidak mengikuti standar peraturan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan tingkat kemahalan masing-masing daerah (regional), Indonesia

dibagi empat regional yaitu: regional-1 untuk wilayah Jawa-Bali, regional-2 untuk wilayah

Sumatra, regional-3 untuk wilayah Kalimantan-Sulawesi-NTB), dan regional-4 untuk

wilayah Papua-Maluku-NTT.

Pelayanan kesehatan kepada peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu

pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan

kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya. Efisiensi pembiayaan pelayanan terhadap peserta

BPJS akan tercipta melalui standarisasi pelayanan dengan membuat clinical pathway.

Dengan clinical pathway, kita dapat melakukan unit cost per service, bukan unit cost per-

day. (Nazar, 2013)

2.2.6. Sistem Pembayaran INA-CBGs

Sebelum era JKN, pembiayaan kesehatan pasien di sarana pelayanan kesehatan

adalah sistem pembayaran retrospektif atau fee for service (FFS); dimana provider layanan

kesehatan menarik biaya untuk tiap jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien tersebut.

Setiap pemeriksaan dan tindakan akan dikenakan biaya sesuai dengan tarif yang ada di

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

13

rumah sakit tersebut. Tarif total ditentukan setelah pelayanan medis dilakukan. Dengan

sistem FFS, kemungkinan moral hazard oleh pihak rumah sakit relatif besar, karena tidak

ada perjanjian dari awal antar pihak rumah sakit dengan pasien, tentang standar biaya

maupun standar lama perawatan (length of stay)(Nazar, 2013).

Dalam era JKN, terjadi perubahan paradigma pembiayaan dari retrospektif menjadi

prospektif. Dengan sistem prospektif, pembayaran pelayanan dilakukan sebelum pelayanan

diberikan. Kapitasi dan INA-CBG’s merupakan sistem pembayaran prospektif. INA-CBGs

merupakan singkatan dari Indonesian Case Base Groups. George Palmer, Beth Reid (dalam

Basirun, 2014) mendefinisikan INA-CBG’s adalah suatu pengklasifikasian atau

pengelompokkan dari perawatan holistik pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-

kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang akan digunakan dan berisikan

pasien-pasien dengan karakteristik klinis yang sejenis. Dengan kata lain, INA-CBG’s

merupakan cara pembayaran keseluruhan biaya perawatan pasien berdasarkan diagnosis atau

kasus yang relatif sama. Klasifikasi diagnosis menggunakan ICD-10, sedangkan klasifikasi

prosedur/tindakan digunakan ICD-9-CM. Termasuk penambahan, diagnosis sekunder,

penyakit penyerta dan komplikasi ataupun penyulit, yang langsung dikaitkan dengan

pembiayaan pelayanan kesehatan (termasuk jasa medis).

Sistem paket pelayanan INA-CBG’s mengharuskan rumah sakit untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasien dan menghindarkan

rumah sakit dari risiko keuangan akibat pembengkakan biaya perawatan karena munculnya

komplikasi medis. Pelayanan berkualitas artinya pelayanan didasarkan pada standar

pelayanan medik yang baku, sesuai dengan bukti ilmiah yang terkini dan terbaik. Sesuai

kebutuhan artinya pasien dihindrkan dari duplikasi pemeriksaan, pemeriksaan yang tidak

diperlukan dan pengobatan yang belum terbukti khasiatnya. Tanpa memandang tempat

tinggal dan pendapatan, artinya pasien dengan kondisi klinik yang serupa, seyogianya

mendapat pelayanan yang sama.

Bagi pemberi pelayanan, terutama dokter spesialis, sistem Casemix INA-CBG’s,

ditenggarai merugikan karena jasa medis atau jasa tindakan dokter tidak dipisahkan dari unit

cost lainnya, yaitu masuk dalam jasa pelayanan maksimal sebesar 44 persen dari total

pembayaran. Perubahan paradigma pembayaran dari retrospektif menjadi prospektif,

potensial memicu meningkatnya sengketa antara manajemen rumah sakit dengan dokter

karena distribusi jasa medis sangat tergantung pada kebijakan direktur. Pembayaran fee for

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

14

service yang telah berjalan selama ini, baik untuk jasa pelayanan maupun jasa tindakan

medis dokter masih diasumsikan lebih menguntungkan pelaku tindak medis secara finansial,

karena dokter spesialis sebelum era SJSN mendapatkan penghasilan 80-90% dari pasien

swasta (umum), sedangkan di-era SJSN akan terbalik yaitu pendapatannya 80-90% dari

BPJS dan 10-20% dari pasien kaya yang membayar sendiri. (Nazar, 2013)

Penerapan kebijakan program Casemix INA-CBG’s memberikan manfaat secara

medis dan ekonomi. Dari segi medis, para klinisi dapat mengembangkan perawatan pasien

secara komprehensif, langsung kepada penanganan penyakit yang diderita oleh pasien.

Secara ekonomi, dalam hal ini keuangan (costing), menjadi lebih efisien dan efektif dalam

penganggaran biaya kesehatan, karena sarana pelayanan kesehatan akan menghitung dengan

cermat dan teliti dalam penganggarannya.

2.2.7. Clinical Pathway

Proses perawatan pasien adalah proses yang sarat seni bernilai tinggi. Dalam

merawat pasien, dokter kadang memberikan pelayanan yang bervariasi sesuai dengan ilmu

pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Variasi memang diperlukan, mengingat

setiap pasien TB, memiliki kondisi tubuh yang bervariasi saat bereaksi terhadap penyakit TB

yang diderita maupun OAT yang diminumnya. Namun tidak jarang, variasi yang diberikan

dokter malah tidak perlu dan bahkan berisiko menambah beban biaya atas pelayanan yang

diberikan. Untuk mengendalikan kondisi yang bervariasi diperlukan clinical pathway.

(Rahma, 2013)

Clinical pathway (CP) adalah alur/pedoman kolaboratif yang menunjukkan secara

detail tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dalam

merawat pasien yang berfokus pada diagnosis. CP, alur yang menggambarkan proses mulai

saat penerimaan pasien hingga pemulangan pasien. CP menyediakan standar pelayanan

minimal dan memastikan bahwa pelayanan tersebut tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat

waktu. Pedoman kolaboratif ini dijabarkan dari Panduan Praktek Klinik (PPK); PPK

merupakan “aplikasi” dari Standar Praktek Kedokteran (SPK). Pengelompokan ini mengacu

pada ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan.

Pengelompokkan ini dikenal dengan grouping dan coding. Untuk mencegah terjadinya

kesalahan dalam coding maupun grouping, diperlukan adanya “verifikator” yang dapat

menentukan apakah rekam medis yang meliputi penulisan diagnosis utama, penyerta,

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

15

komorbid dan komplikasi-penyulit sudah layak maupun sesuai. Konsep ini, dapat mencegah

suatu tindakan moral hazard yang dapat saja dilakukan oleh dokter.

2.3 Manajemen Pengetahuan

Manajemen Pengetahuan (Knowledge management/KM) bukan sekedar teknologi,

petunjuk atau strategis bisnis. Penerapan KM membutuhkan budaya untuk meningkatkan

keyakinan dalam hal berbagi dan berpikir secara kolektif. Oleh karena itu, kajian mengenai

penerapan KM di sebuah lingkungan bisnis tidak dapat dipandang hanya dari dimensi

teknologi semata tetapi juga dari dimensi manusia dan organisasional. Memandang KM

dari sudut pandang manusia akan memudahkan kita untuk memahami hakekat pengetahuan

dan proses-proses alami pengetahuan yang meliputi penciptaan, transformasi pengetahuan

dan berbagi (sharing) pengetahuan, termasuk berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Improved Organizational

Performance

Konowledge Generation Knowledge Sharing

Facilitating

Connections

Between People

Extracting, Packaging

& Distributing

Knowledge

Communities of

PracticeKM Systems

Voluntary

Informal

Shared Interest

Share & Create

Knowledge

In-house

"white pages"

Lessons Learned

Best Practices

Data Mining

Knowledge workers

Technology

Global Competition

New Work Requirements/Environments

Culture Technology ResoucesLeadership

Continuos

Improvement

Collaborative

Work

Incentives for

Knowledge

Sharing &

Creating

Contact

Management

Data Warehouse

Groupware

Document

Management

Intranets

Knowledge Management

Goal

Purpose

Activities

Methods

Characteristics Component of

Characteristics Examples

Success Factors

Influence By

Gambar 1 Konsep Manajemen Pengetahuan

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

16

Organisasional merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi,

yaitu lingkungan interaksi yang mengkombinasikan sistem sosial dan teknologi untuk

mewujudkan tujuan bisnis. Dengan memandang KM dari sudut pandang organisasional

akan memandu kita dalam merencanakan strategi Sistem Manajemen Pengetahuan

(Knowledge Management System/KMS) dengan mengacu pada konsep KM yaitu

meningkatkan performansi organisasional melalui penciptaan pengetahuan (knowledge

generation) dan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) yang didukung oleh komunitas

praktek dan KMS. Gambaran lengkap dari konsep KM ini dapat dilihat pada gambar 1.

2.4 Metodologi Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan

Vlok(2004) mengemukakan sebuah cara untuk menilai lingkungan pemrosesan

pengetahuan dalam sebuah oraganisasi. Penilaian dilakukan untuk mengukur gap antara

sistem yang berjalan sekarang dan sistem yang dikendaki. Penilaian ini diperlukan

menyusun model sistem manajemen pengetahuan dan intervensi yang diperlukan.

McElroy, M.W. (2002) mengemukan model siklus hidup pengetahuan (knowledge

:ife Cycle/KLC) di dalam organisasi yang terdiri atas lingkungan bisnis dimana

permasalahan muncul, diidentifikasi dan lingkungan pemrosesan pengetahuan yang

merupakan lingkungan tempat terjadinya interaksi yang memungkinkan terjadinya

pertukaran dan transfer pengetahuan dari individu ke organisasi, dari organisasi ke individu

dan antar individu. Pengetahuan yang diperoleh untuk menjalankan tugas maupun

pengalaman/pengetahuan yang diperoleh dari menjalankan proses bisnis/ tugas sehari-hari.

Pada lingkungan pemrosesan pengetahunan inilah proses-proses pengetahuan seperti

penciptaan dan berbagi pengetahuan terjadi yang memperkaya pengetahuan individu dan

organisasi. Selanjutnya pengetahuan yang dihasilkan dinilai, divalidasi dan disimpan dalam

database pengetahuan organisasi agar dapat diakses oleh siapapun yang berkepentingan

untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dari lingkungan bisnis. Gambar

memuat

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

17

Experential feedback

Business Processing

Behaviours of

Interacting Agent

Broad

casting

Searching

Sharing

Teaching

OK

Knowledge Production Knowledge Integration

Information

acquisition

Knowledge

claim

formulation

CKC

UKC

SKC

FKC

Info about

UKC

Info about

FKC

Info about

SKC

Knowledge

claim

evaluation

Business Processing Environment

= Knowledge Process = Knowledge Sets

CKC = Codified Knowledge Claims

DOKB = Distributed Organizational Knowledge Base

FKC = Falsified Knowledge Claims

OK = Organizational Knowledge

SKC = Surviving Knowledge Claim

UKC = Undecided Knowledge Claim

External inputs

Individual &

Group

Learning

Feedback

(including the

detection of

problems)

DOKB ‘Containers’

Agents (Indiv & Groups)

Artifact (docs, IT, etc.)

DOKB

· Objective knowledge

· Subjective knowledge

Gambar 7. Knowledge Life Cycle

(Sumber: McElroy, 2002)

KLC terdiri dari tiga komponen yaitu lingkungan bisnis, lingkungan pemrosesan

pengetahuan (knowledge production + knowledge integration) dan DOKB (repository yang

menyimpan pengetahuan organisasi).

Sveiby (2001) mengemukakan bahwa KM merupakan studi yang bersifat multi disiplin

dan multiperspektif, mengelompokkan kontribusi atas dua jalur dan dua level. Jalur

teknologi informasi (TI) menerapkan KM sebagai manajemen informasi dimana

pengetahuan merupakan objek yang dapat diidentifikasi dan dikelola dalam sistem

informasi. Sedangkan jalur manusia (People) menerapkan KM sebagai manajemen untuk

penilaian, perubahan dan peningkatan keahlian dan perilaku individu, bagi mereka

pengetahuan adalah proses. Oleh sebab itu peneliti harus berhati-hati dalam

mengembangkan sistem manajemen pengetahuan agar tidak terjebak dalam konsep bahwa

manajemen pengetahuan sama dengan manajemen informasi tetapi menggunakan

pendekatan yang lebih seimbang dengan menggunakan kedua perspektif ini yaitu

manajemen informasi dan manajemen manusia karena pengetahuan tidak sama dengan

informasi. Pada pengetahuan ada sifat tacit (tidak terstruktur dan tersembunyi) sehingga

tidak mudah dikelola seperti mengelola informasi dan sifat ini harus diperhatikan ketika

menyusun intervensi sistem manajemen pengetahuannya.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

18

Untuk memodelkan sistem manajemen pengetahuan, selama ini belum ada sebuah

metodologi terdefinisi untuk menyelesaikannya. Lidya (2005) mengemukakan gagasan

untuk menggunakan beberapa pendekatan dan framework yang biasanya digunakan dalam

pengembangan sistem informasi, antara lain Business System Planning (BSP), Worksystem

Framework, dsb.

2.5 Work System Framework

Proses bisnis merupakan langkah-langkah yang berhubungan dengan waktu dan tempat,

mempunyai suatu permulaan dan akhir dan mempunyai masukan dan keluaran. Proses bisnis

sering dihubungkan dengan area bisnis fungsional dari suatu organisasi, tetapi proses bisnis

adalah suatu gagasan yang lebih pokok untuk pemahaman bagaimana bisnis melaksanakan

pekerjaannya dan menghasilkan nilai-nilai untuk pelanggan.

Framework adalah suatu petunjuk singkat dari ide asumsi untuk sebuah proses berfikir

organisasi mengenai organisasi dari benda atau situasi. Work system merupakan sistem yang

partisipan terdiri dari manusia atau mesin yang melaksanakan bisnis proses dengan

menggunakan informasi, teknologi, dan sumberdaya lain untuk menghasilkan suatu produk

dan atau layanan untuk internal atau external customer. Sistem kerja dapat diidentifikasi

dengan memotret beberapa hal seperti yang tercantum dalam work system framework yaitu:

customer, product, and service, participants, information, and technologi.

Customer

Business Process

Participant Information Technology

Products

Context Infrastructure

Gambar 2 Work System Framework

(Sumber: Alter, 2002)

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

19

Pada gambar 2 terdapat elemen - elemen yang membangun sebuah Work System

Framework, yaitu:

1. Customer, orang atau organisasi yang menerima dan menggunakan produk atau jasa

yang dihasilkan oleh sistem (perusahaan) baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Product and service, gabungan dari benda fisik, informasi dan layanan yang dihasilkan

oleh sistem (perusahaan).

3. Business Process, kumpulan dari tahapan-tahapan kerja atau aktivitas-aktivitas dalam

sistem (perusahaan) yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa sampai

produk atau jasa tersebut diterima oleh konsumen.

4. Participants, orang atau organisasi yang muncul/ terlibat dan dibutuhkan untuk

menjalankan tahapan kerja dan aktivitas proses bisnis dari sistem

5. Information, semua informasi yang dibutuhkan oleh participant dalam menjalankan

proses bisnis.

6. Technology, berupa hardware, software dan perlengkapan lainnya yang digunakan

oleh participant dalam menjalankan proses bisnis.

7. Context, organisasi, pesaing, pendukung teknis, dan pengaturan yang membuat sistem

bekerja.

8. Infrastructure, orang-orang dan dukungan teknis lain yang tidak terlibat secara

langsung pada sistem. Misalnya infrastruktur informasi seperti share database dan

infrastructure teknis seperti jaringan dan teknologi pemrograman

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

20

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

1. Memahami tatalaksana sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan

permasalahannya.

2. Mengetahui penyakit Tuberkulosis (TB), tatalaksana pengobatan TB dan

permasalahannya

3. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung efektifitas implementasi JKN

khususnya untuk penyakit TB.

4. Memahami kerangka kerja Sistem Manajemen Pengetahuan dalam meningkatkan

performansi organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

5. Mengembangkan model Sistem Manajemen Pengetahuan yang dapat mendukung

efektifitas implementasi JKN untuk penyakit TB.

6. Mengembangkan model kesiapan penerapan Sistem Manajemen Pengetahuan.

3.2 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan peneliti mengenai JKN, tatalaksana dan permasalahannya,

khususnya untuk penyakit TB.

2. Kontribusi keilmuan, berupa pengalaman dan kemampuan penerapkan konsep dan

metoda manajemen pengetahuan untuk mengembangkan model dan prototipe

Sistem Manajemen Pengetahuan pada sebuah organisasi yang berhubungan dengan

kebijakan dan layanan publik yaitu Sistem JKN untuk penyakit tuberkulosis.

3. Memberi masukan terhadap pemerintah berupa model Sistem Manajemen

Pengetahuan untuk meningkatkan efektifitas sistem JKN, khususnya untuk

penyakit TB.

4. Mengetahui kesiapan penerapan Sistem Manajemen Pengetahuan untuk sistem

JKN, khususnya untuk penyakit TB.

5. Memberi masukan terhadap pemerintah berupa prototipe Sistem Manajemen

Pengetahuan sistem JKN untuk penyakit TB.

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Road Map Penelitian

Road map penelitian ini disederhanakan seperti pada Gambar 3. Penelitian penyusunan

model Sistem Manajemen Pengetahuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) penyakit

Tuberkulosis (TB) ini merupakan kajian multi displin. Setidaknya melibatkan tiga bidang

ilmu yaitu rekayasa khususnya sistem informasi dan manajemen pengetahuan, serta

rekayasa perangkat lunak dalam hal ini diwakili oleh peneliti utama (Dr. Ir. Leony Lidya,

MT). Penelitian ini juga memerlukan peneliti dalam bidang sosiologi dan kebijakan publik,

dalam hal ini diwakili oleh anggota peneliti yang merupakan pakar sosiologi dan kebijakan

sosial (Dr. Yuce Sariningsih, Dra., Msi). Dalam penelitian ini kami bekerjasama dengan

dokter ahli paru sebagai nara sumber (dr. Yun Amril, Spp) yang merupakan dokter ahli paru

di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung, Jl. Cibadak No 214

Bandung.

LU

AR

AN

Produk Model konseptual Sistem

Manajemen Pengetahuan (Knowledge Mangement

System/KMS) yang lebih

sesuai dengan sifat dan karakteristik pengetahuan.

Model Penerapan KMS Model lingkungan

pemrosesan pengetahuan Sistem Jaminan Kesehatan

Nasional untuk penyakit

tuberkulorsis

Model KMS Sistem

Jaminanan Kesehatan Nasional untuk penyakit

tuberkulorsis

Temuan Hakikat pengetahuan,

hakikat KM, kerangka

kerja pengembangan KMS, pendekatan multi

perspektif

Framework SI untuk

penerapan KMS di

organisasi bisnis

Alur proses pengetahuan

dan interaksi, serta tingkat

kesiapan (readniness)

Model Inisiatif KMS yang

sesuai

Tulisan/

Rupa

karya

Disertasi, Jurnal Nasional

& Seminar Ilmiah Nasional &Internasional

Terakreditasi

Tugas akhir mahasiswa

yang dibimbing, Seminar Ilmiah

Nasional

Seminar nasional dan jurnal

nasional

Seminar nasional dan jurnal

nasional

ME

TO

DO

LO

GI

Aplikasi Model teorititk KMS yang

dijustifikasi dengan fenomena dunia nyata

dalam hal ini lingkungan perguruan tinggi, baik

pada level individu

maupun organisasi

Model-model KMS

untuk mendukung layanan bisnis utama

pada industri garmen, sekolah/ program studi,

koperasi susu, dsb.

Model pemrosesan

pengetahuan untuk kebijakan dan layanan

publik dengan skala yang lebih luas dari sebuah

organisasi bisnis

Model KMS untuk kebijakan

dan pelayanan publik yang skalanya lebih luas dari

sebuah organisasi bisnis

Proses

Pengola

han

Pendekatan inovatif (multi perspektif, kombinasi IT-

Track dan People Track,

baik pada level individu dan level organisasi) ,

menggunakan

- Identifikasi partisipan, proses bisnis, dan

aliran data/informasi

/pengetahuan - Mendefinisikan siklus

pemrosesan bisnis dan

siklus pemrosesan pengetahuan

- Menyusun

rekomendasi KMS inisiatif

- Pengumpulan data dan studi literatur

- Identifikasi partisipan,

proses bisnis, dan aliran data/informasi

/pengetahuan pada setiap

level penyedia layanan - Mendefinisikan siklus

pemrosesan bisnis dan

siklus pemrosesan pengetahuan sistem

berjalan dan target

- Evaluasi gap dan kesiapan penerapan

- Penyusunan model KMS - Pembuatan dan pengujian

prototip KMS

- Penyusunan rekomendasi

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

22

Metode

Analisis

&

Desain

- Pendekatan kualitatif,

- Sumber data: sintesis

pengetahuan teoritik dari berbagai disipllin ilmu

(filsafat ilmu, psikologi,

organisasi, manajemen, IT), pengalaman dan

pengamatan,

- Analisis: fenomenologi dan hermeunetika

- Rekayasa KMS:

memanfaatkan framework Sistem

Informasi

Sumber data: survey

(wawancara, observasi)

untuk identifikasi lingkungan, kuesioner

untuk evaluasi.

Rekayasa KMS: memanfaatkan

framework Sistem

Informasi (work system framework, BSP, dll)

dan Knowledge Life

Cycle.

Sumber data: survey

(wawancara, observasi)

untuk identifikasi lingkungan yang sekarang

dan target (diharapkan),

kuesioner untuk evaluasi. Rekayasa KMS:

memanfaatkan framework

Sistem Informasi (work system framework, BSP, dll)

dan Knowledge Life Cycle.

Rekayasa KMS:

memanfaatkan framework

Sistem Informasi (work system framework, BSP, dll)

dan Knowledge Life Cycle

Rekayasa perangkat lunak, pembuatan prototipe dan

evaluasi

TU

JU

AN

Tujuan

Khusus

Mengembangkan model

representasi pengetahuan & model konseptual KMS

Mengembangkan

metoda identifikasi lingkungan pemrosesan

pengetahuan dan

evaluasi penerapan KMS.

Mengembangkan model

lingkungan pemrosesan pengetahuan dan evaluasi

penerapan KMS Sistem

Jaminan Kesehatan Nasional untuk Penyakit

Tuberkulosis.

Mengembangkan model KMS

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional untuk Penyakit

Tuberkulosis.

Kontrib

usi

Kejelasan dan ketegasan

dalam landasan teori KM, khususnya tentang teori

pengetahuan dan konsep

KM, metode dan model dasar bagi pengembangan

komponen KMS untuk tata kelola (governance)

Model Penerapan KM

dan KMS di organisasi dan model penilaian

kesiapan (readiness)

penerapan KMS.

Model lingkungan

pemrosesan pengetahuan untuk tatakelola kebijakan

dan layanan publik

(government). Model penilaian kesiapan

dan informasi kesiapan penerapan KMS

Model KMS untuk Sistem

Jaminana Kesehatan Nasional Model KMS untuk tatakelola

kebijakan dan layanan publik

(government)

TAHUN

KEGIATAN

2003-2008

2009-2014

2015

2016

Gambar 3. Peta jalan penelitian “Sistem Manajemen Pengetahuan Jaminan Kesehatan

Nasional untuk Penyakit Tuberkulosis”

4.2. Luaran Penelitian

Hasil dari penelitian ini adalah model sistem manajemen pengetahuan BPJS Penyakit

Tuberkulosis (TB) dan prototipe perangkat lunak diperlukan. Hasil penelitian tersebut akan

dipublikasikan pada jurnal nasional yang terakreditasi dan proceeding.

Pada tahun pertama, hasil yang diperoleh adalah analisis lingkungan pemrosesan bisnis

sistem JKN dan sistem layanan kesehatan untuk penyakit TB dengan JKN. Mencakup model

proses bisnis terkait mulai dari registrasi hingga layanan kesehatan pada setiap level Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK), identifikasi peserta, alur interaksi/ pertukaran informasi dan

identifikasi pengetahuan yang dibutuhkan dan dihasilkan yang direpresentasikan dalam

worksystem framework.

Pada tahun kedua, dilakukan analisis lingkungan pemrosesan pengetahuan dan

pengembangan prototip sistem manajemen pengetahuan beserta perangkat lunak pendukung

manajemen pengetahuan Jaminan Kesehatan Nasional untuk penyakit Tuberkulosis.

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

23

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

5.1 Target Pencapaian Tahun Pertama dan Langkah Pencapaian

Pada tahun pertama ini, target penelitian yang hendak dicapai sesai dengan peta jalan

penelitian adalah memahami model lingkungan pemrosesan pengetahuan Sistem Jaminan

Kesehatan Nasional untuk penyakit tuberkulosis (TB) dengan temuan antara lain alur proses

bisnis dan alur proses pengetahuan dan interaksi yang terjadi antar partisipan, serta tingkat

kesiapan (readiness) untuk implementasi sistem manajemen pengetahuan.

Proses pengelolaan dilakukan sebagai berikut: melakukan pengumpulan data (baik data

primer maupun sekunder) dan studi literatur, dari hasil pengumpulan data tentang JKN dan

penyakit TB (sebagai lingkungan bisnis, dalam hal ini Pemberi Pelayanan Kesehatan, PPK-1

dan PPK-2) selanjutnya dilakukan identifikasi partisipan, proses bisnis, dan aliran

data/informasi /pengetahuan pada setiap level penyedia layanan; dilanjutkan dengan

mendefinisikan siklus pemrosesan bisnis dan siklus pemrosesan pengetahuan dari sistem

berjalan dan sistem manajemen pengetahuan yang menjadi target; dan diakhiri dengan

evaluasi gap dan kesiapan penerapan.

Data tentang sistem JKN dan penyakit TB diperoleh lewat studi dokumen dan literatur

dengan melakukan pencarian pada dokumen-dokumen terkait yang sudah ada di internet,

atau di literatur. Pengumpulan data tentang kebijakan, prosedur/proses yang berjalan, dll

juga dilakukan dengan metoda wawancara, observasi dan kuesioner. Analisis dan desain

menuju model selanjutnya memanfaatkan konsep/framework rekayasa Sistem Manajemen

Pengetahuan (Knowledge Management System/KMS) antara lain work system framework,

BSP, Knowledge Life Cycle, dll.

5.2 Pengertian Lingkungan Pemrosesan Pengetahuan

Dalam menerapkan konsep manajemen pengetahuan, peneliti perlu memahami hakikat

pengetahuan, sehingga tidak keliru dalam memahami bahwa manajemen pengetahuan =

manajemen informasi, dan Knowledge Management System (KMS) tidak sama dengan

sistem informasi. Lingkungan Pemrosesan Pengetahuan yang didefinisikan dalam

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

24

Knowledge Life Cycle (KLC), merupakan dimensi lingkungan yang perlu ditumbuhkan dan

dirawat di dalam sebuah organisasi untuk mendukung knowledge creating dan knowledge

sharing. Tumbuh suburnya kedua jenis aktifitas ini merupakan karakteristik dari organisasi

yang menerapkan manajemen pengetahuan (Knowledge Management/KM).

Menurut FireStone dan McElroy(2002), siklus hidup pengetahuan (knowledge life

cycle/KLC) dalam sebuah organisasi dapat digambarkan dalam sebuah siklus seperti pada

pada gambar 7. KLC terdiri dari tiga komponen yaitu lingkungan pemrosesan bisnis,

lingkungan pemrosesan pengetahuan (knowledge production + knowledge integration) dan

DOKB (repository yang menyimpan pengetahuan organisasi). Lingkungan pemrosesan

pengetahuan dibangun dengan mendefinisikan proses dan stuktur organisasi yang

mendukung penyelesaian masalah proses bisnis sehari-hari secara organisasional dan

terdokumentasi di dalam DOKB sehingga mudah diakses kembali oleh pihak yang

berkepentingan. Berdasarkan konsep KLC ini, pendekatan analisis untuk lingkungan

pemrosesan pengetahuan pada PPK-1 dan PPK-2 dilakukan dengan terlebih dahulu

memahami dan memodelkan lingkungan bisnis yang berhubungan dengan penatalaksanaan

penyakit TB di Indonesia dengan sistem JKN. Lingkungan bisnis ini dimodelkan dengan

menggunakan pendekatan analisis dan tools untuk sistem informasi.

5.3 Identifikasi Lingkungan Bisnis Pengobatan TB dengan JKN

Pembahasan subbab ini mencakup hasil pengumpulan data (baik data primer maupun

sekunder) tentang JKN, penyakit TB, dan alur proses bisnis terkait dengan pengobatan TB

pada setiap Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang direpresentasikan dalam model

proses bisnis menggunakan swimlane diagram.

5.3.1 Proses Bisnis di PPK

Alur proses pengobatan penyakit TB dengan JKN pada Pemberi Pelayanan Kesehatan

(PPK) mulai dari PPK-1, PPK-2 hingga PPK-3 ditentukan oleh jenis/kasus dan tingkat

kegawatan penyakit sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatan pasien dan diagnosis dokter.

Gambar 4 menggambarkan alur pendaftaran peserta JKN/BPJS Kesehatan, gambar 5

menggambarkan alur proses registrasi pasien untuk mendapatkan layanan medik sedangkan

gambar 6 dan 7 mewakili alur diagnosis dan pengobatan TB di PPK.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

25

Alur Proses Pendaftaran Peserta JKN

Alur Proses Administrasi

Petugas BPJSPeserta

Mengambil nomor antrean dan menunggu pemanggilan

Memberikan formulir Daftar Isian Peserta (DIP)

Formulir DIP Kosong

Mengisi formulir

Formulir DIP Terisi

Menyerahkan formulir DIP & lampiran

Dokumen Resmi Peserta

Menginputkan data calon peserta BPJS kesehatan & create virtual

account

Mendapatkan nomor virtual account (VA)

Dokumen Virtual Account

Dokumen Pembayaran

Pembayaran peserta BPJS Kesehatan

Fotocopy KTP/Pasport, Kartu Keluarga, Buku Tabungan, pasfoto 3x4)

Gambar 4 Alur Proses Pendaftaran JKN

Alur Proses Registrasi Pasien

Mengambil

nomor antrean di

loket BPJS

Pasien Baru?

Menyimpan

kartu berobat

dikotak kartu

Menunggu

panggilan

Pasien Baru?

Mencari rekam

medis pasien

Memanggil

pasien sesuai

dengan nomor

antrean

Mengecek

eligibilitas

peserta BPJS

Peserta JKN

aktif

Pasien Petugas Regisrasi

Peserta

Terdaftar?

Peserta Baru?

Mengisi data

identitas pasien

baru BPJS

Menerima kartu

berobat

Menandatangani

klaim

Melakukan

pelayanan RJTP

1X kontak/

penjamin pribadi

Melakukan

pelayanan RJTP

Mengantarkan rekam

medis pada poli

sesuai kebutuhan

pasien

Menunggu di ruang

tunggu poli yang

dituju

Kartu Berobat

Kartu Berobat

Klaim

Rekam Medis

Pasien

Formulir

Peserta

Data Eligibilitas

Peserta BPJS

YT

Y

T

Y

T

Y

T

Gambar 5 Alur Proses Registrasi pasien

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

26

Alur Proses Pemeriksaan Medik di PPK-1

Alur Proses Pemeriksaan Pasien TB di PPK-1

Dokter Umum PPK-1 Unit Penunjang Petugas Penyuluhan

Anamnesa & pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Dahak/ Sputum mikroskopis Memberikan Penyuluhan

Hasil Anamnesa & Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan sputum mikroskopis Materi Penyuluhan TB

Menegakkan Diagnosis, Mengisi Rekam Medis

Data ada tapi membingungkan?

Membuat Rujukan ke PPK-2

Pengobatan (Obat & Non-Obat)

Hasil Diagnosis

Ya

Surat Rujukan ke PPK-2

Resep

Tidak

Gambar 6 Alur Proses Pemeriksaan Medik PPK-1

Dilihat dari alur proses ini, dokter umum di PPK-1 diharapkan dapat menegakkan diagnosis

penyakit TB dengan kasus BTA+, yaitu jika hasil anamnesa:+, sputum/BTA:+, berarti dapat

dilanjutkan dengan pengobatan tetapi jika anamnesa +, tetapi BTA- (membingungkan,

diduga TB tetapi BTA-) maka dokter PPK-1 dapat membuat surat rujukan ke PPK-2.

Alur Proses Pemeriksaan Medik di PPK-2

Alur Proses Pemeriksaan Pasien TB di PPK-2

Dokter Umum PPK-2 Unit Penunjang Dokter Spesialis ParuPetugas

Penyuluhan

Anamnesa &pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Dahak/Sputum

Memberikan Penyuluhan

Hasil Pemeriksaan Dahak Materi Penyuluhan TB

Menegakkan Diagnosis, Mengisi Rekam Medis

Data ada tapi membingungkan?

Membuat Rujukan ke dokter spesialis

Pengobatan (Obat & Non-Obat)

Hasil Diagnosis

Ya

Tidak

Resep

Membuat Rujukan Balik Ke PPK-1

Surat Rujukan ke spesialis

Pemeriksaan Rontgen foto

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Uji Spirometri

Pemeriksaan Cairan (Biopsi)

Hasil rontgen foto

Hasil Patologi Anatomi

Hasil Uji Spirometri

Hasil Biopsi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Anamnesa & pemeriksaan fisik

Menegakkan Diagnosis, Mengisi Rekam Medis

Perlu operasi/rawat inap?

Membuat Rujukan ke PPK-3

Pengobatan (Obat & Non-Obat)

Hasil Diagnosis

Ya

Tidak

Resep

Surat Rujukan Balik ke PPK-1

Hasil Anamnesa & Pemeriksaan Fisik

Hasil Anamnesa & Pemeriksaan Fisik

Surat Rujukan ke PPK-3

Pemeriksaan Darah

Hasil Pemeriksaan Darah

Gambar 7 Alur Proses Pemeriksaan Medik PPK-2

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

27

Di PPK-2, setelah melakukan registrasi, pasien terlebih dahulu ditangani oleh dokter

umum di PPK-2. Dokter umum disini sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk membaca

rontgen foto (dapat menangani kasus TB BTA-). Disini dilakukan pemeriksaan ulang

sputum mikroskopis (bisa menggunakan yang dari PPK-2 jika yakin), dan radiologi/foto

rontgen (foto toraks). Jika hasil foto toraks (membingungkan/ dokter tidak yakin) maka

dokter umum di PPK-2 dapat merujuk ke dokter spesialis paru, jika hasil foto toraks + maka

dilanjutkan dengan pengobatan dan pasien dirujuk balik ke PPK-1.

Dokter spesialis paru melakukan pemeriksaan kembali dari awal dan dapat meminta

pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan laju endap darah (LED), hispatologi jaringan

dengan melakukan biopsi, biasanya untuk kasus TB yang di luar paru (TB ekstra paru).

Selain pengobatan, dokter spesialis juga mungkin melakukan beberapa tindakan medis non

obat seperti punksi yaitu pemasangan slang (WSD) untuk mengeluarkan cairan. Jika hasil

diagnosis menyatakan pasien butuh operasi atau rawat inap maka pasien akan dirujuk ke

PPK-3.

Kasus tuberkulosis resisten obat anti TB (OAT) atau multi drug resistance (MDR TB),

disebabkan pengobatan yang tidak adekuat. Ditangani langsung oleh dokter spesialis di

PPK-2, dengan prosedur khusus di ruangan khusus.

Pedoman lengkap dalam melakukan diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia telah

tersedia dalam bentuk cetakan (buku), yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia. Buku ini berisi standar-standar untuk menegakkan diagnosis TB, standar untuk

pengobatan TB dan standar untuk kesehatan masyarakat8. Menjadi acuan bagi seluruh dokter

spesialis paru di Indonesia. Pada buku ini juga dibahas berbagai pengobatan TB pada

keadaan khusus, yaitu: i) TB Millier, ii) Eufusi Pleura TB, iii) TB paru dengan Diabetes

Melitus, iv) TB paru dengan HIV/ AIDs, v) TB Paru Pada Kehamilan, Menyusui dan

Pemakai Kontrasepsi Hormonal, vi) TB Paru pada gagal Ginjal, vii) TB Paru dengan

Kelainan Hati. Juga kasus TB dengan beberapa komplikasi baik sebelum pengobatan

maupun setelah pengobatan yang harus dirujuk ke fasilitas yang memadai.

5.3.2 Analisis Sistem Kerja di PPK

Analisis sistem kerja menggunakan pendekatan Work System Framework (WSF) yang

biasanya digunakan dalam proses analisis kebutuhan sistem informasi. Work System

Framework (WSF) merupakan suatu kerangka fikir yang menggambarkan suatu sistem kerja

secara ringkas namun signifikan berdasarkan elemen-elemen pentingnya (Alter, 2002). WSF

dalam hal ini digunakan memetakan setiap proses bisnis terhadap elemen-elemen lainnya,

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

28

khususnya elemen informasi dan partisipan untuk memahami model interaksi, komunikasi

serta kebutuhan informasi dan pengetahuan. Pemetaan ini selanjutnya dirangkum dalam

sebuah tabel. Contoh: Pendaftaran Peserta BPJS, partisipan terkait adalah petugas BPJS dan

peserta BPJS, informasi yang diperlukan persyaratan dan alur pendaftaran, teknologi yang

digunakan website BPJS.

Berdasarkan hasil studi dokumen dan observasi, Sistem kerja di PPK-1 termasuk unit

layanan informasi publik yang disediakan BPJS Kesehatan untuk mendukung JKN

dimodelkan menggunakan WSF seperti pada gambar 8. WSF Sistem Kerja PPK-1 terdiri

dari elemen-elemen berikut:

1. Customer

Penerima layanan kesehatan atau biasa di sebut Peserta BPJS Kesehatan.

2. Product and service

Produk dan jasa yang dihasilkan berupa jasa pelayanan kesehatan, penanganan

gawat darurat, pelayanan resep obat, pengecekan laboratorium, penjaminan dan

pelayanan ambulan.

3. Business process

Proses bisnis yang terdapat dalam PPK-1 yaitu, pendaftaran peserta BPJS Kesehatan,

pendaftaran pasien di faskes tingkat pertama, pelayanan farmasi, penjaminan dan

pelayanan ambulan, rawat jalan, rawat inap, diagnosis TB Paru, Tata laksana pasien

TB anak pada PPK-1.

4. Participant

Untuk menjalankan proses bisnis yang ada dibutuhkan keterlibatan participant,

diantaranya peserta BPJS Kesehatan, petugas loket faskes tingkat 1, petugas apotek,

apoteker, dokter jaga, bagian operasional ambulan, bagian pelayanan kesehatan

primer BPJS, apoteker faskes tingkat 1, petugas loket pengambilan obat, petugas

pendaftaran peserta BPJS, teller bank yang bekerjasama dengan BPJS.

5. Information

Informasi yang dikelola maupun dibutuhkan meliputi informasi tentang pendaftaran

peserta BPJS Kesehatan, pendaftaran pasien faskes tingkat pertama, pengambilan

obat jenjang PPK-1, penjaminan dan pelayanan ambulan, rawat inap, rawat jalan,

penggunaan aplikasi primary care, penggunaan aplikasi e-catalog obat.

6. Technology

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

29

Teknologi memiliki peran dalam mendukung berjalannya proses bisnis yang ada di

PPK-1 . Teknologi yang telah di implementasikan dan di kembangkan oleh BPJS

yang memanfaatkan media elekronik adalah sebagai berikut:

A. Website JKN, merupakan website yang berperan dalam menyebarkan

informasi berupa informasi seputar kegiatan JKN

B. Website BPJS Kesehatan, merupakan website yang menyediakan informasi

seputar BPJS Kesehatan dan penyediaan layanan aplikasi yang ada dalam

website BPJS Kesehatan, diantaranya:

a. E-Registration (E-ID), Merupakan sub website/ sub layanan dari

bpjs.go.id yang berfungsi sebagai pendaftaran online, calon peserta

bpjs Kesehatan bisa mendaftarkan dirinya secar online tanpa harus

mendaftar melalui jalur konfensional.

b. Health Facilities, Merupakan sub website/ sub layanan dari bpjs.go.id

yang berfungsi untuk mencari fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada

di indonesia yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

c. Contribution Payment Check, Merupakan sub website/ sub layanan

dari bpjs.go.id yang berfungsi untuk melakukan pengecekan transkip

pembayaran peserta BPJS Kesehatan.

d. Complaint Statement, Merupakan sub website/ sub layanan dari

bpjs.go.id yang berfungsi sebagai testimoni dari layanan BPJS yang

telah berjalan.

C. Aplikasi Primary Care (P-Care), Merukan aplikasi berbasis web yang

berfungsi untuk melakukan input data pasien yang melakukan pengobatan

pada layanan di puskesmas.

D. Aplikasi E – Catalog Obat, Merupakan aplikasi yang berbasis web yang

berfungsi sebagai pemerataan harga obat dan bisa sebagai reverensi harga

obat yang ada di indonesia.

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

30

Gambar 8 Work System Framework PPK-1 Sistem JKN

Semua proses bisnis yang ada di PPK-1 mempunyai derajat kepentingan yang sama

yang saling terkait antar yang satu dengan yang lain dalam mewujudkan penyampaian

informasi yang baik pada customer. Berdasarkan analisis Sistem Kerja PPK-1, dapat

diidentifikasi proses bisnis utama pada PPK-1 dan interaksi antar proses bisnis dengan

elemen-elemen lainnya. Proses bisnis di PPK-1 meliputi:

1. Pendaftaran peserta BPJS Kesehatan , kegiatan yang dilakukan oleh calon peserta BPJS

Kesehatan untuk melakukan registrasi agar dapat terdaftar dalam anggota aktif BPJS.

2. Pendaftaran pasien di faskes tingkat pertama, kegiatan yang dilakukan untuk melakukan

registrasi atau pendataan calon pasien yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan.

3. Pelayanan Farmasi, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memilih obat yang tepat

untuk pasien sesuai dengan resep yang dilakukan oleh dokter.

4. Penjaminan dan pelayanan ambulan, kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi

pelayanan kesehatan pasien dibidang transportasi khusus pasien.

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

31

5. Rawat Jalan, merupakan pelayanan untuk pasien yang diperbolehkan untuk pulang

sesuai hasil pemeriksaan dokter.

6. Rawat Inap, merupakan pelayanan untuk pasien yang mengharuskan pasien untuk

menginap sesuai hasil pemeriksaan dokter.

7. Diagnosis TB Paru, merupakan layanan kesehatan khusus untuk pasien yang terkena

TB Paru.

8. Tata laksana pasien TB anak pada PPK-1, merupakan layanan kesehatan khusus untuk

pasien anak yang terkena TB Paru pada PPK-1.

Tabel 1 menggambarkan hubungan proses bisnis dengan seluruh elemen WSF. Tabel ini

selanjutnya digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan yang diperlukan partisipan

dalam interaksi yang terjadi sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

27

Tabel 1 Hubungan Proses bisnis dan Elemen Work System di PPK-1 Sistem JKN

No Business Process Participant Information Technology Customer

1. Pendaftaran peserta

BPJS Kesehatan

· Petugas pendaftaran peserta BPJS

· Peserta BPJS Kesehatan

· Teller bank bekerjasama dengan BPJS

· Persyaratan dan alur pendaftaran peserta BPJS Kesehatan

· Website JKN

· Website BPJS Kesehatan · Peserta BPJS Kesehatan

2. Pendaftaran pasien di

PPK-1 · Petugas loket faskes tingkat 1

· Peserta BPJS Kesehatan

· Persyaratan dan alur pendaftaran p Keberadaan aplikasi primary care asien PPK-1

· Primary care · Peserta BPJS Kesehatan

3. Pelayanan Farmasi · Petugas apotek

· Apoteker

· Peserta BPJS Kesehatan

· Persyaratan dan alur pengambilan obat jenjang PPK-1

· Keberadaan aplikasi e-catalog obat · E-catalog Obat · Peserta BPJS kesehatan

4. Penjaminan dan

Pelayanan Ambulan

· Peserta BPJS Kesehatan

· Petugas loket faskes tingkat-1

· Dokter jaga

· Bagian operasional ambulan

· Bagian pelayanan kesehatan primer BPJS

· Persyaratan dan proses penjaminan dan pelayanan ambulan

· Website BPJS · Peserta BPJS kesehatan

5 Rawat jalan · Peserta BPJS Kesehatan

· Dokter jaga

· Apoteker faskes tingkat 1

· Petugas loket pengambilan obat

· Persyaratan dan proses pendaftaran pasien rawat jalan PPK-1

· Primary Care · Peserta BPJS kesehatan

6 Rawat inap · Peserta BPJS Kesehatan

· Dokter jaga

· Persyaratan pendaftaran pasien rawat inap PPK-1 · Primary Care · Pesrta BPJS kesehatan

7 Diagnosis TB Paru · Peserta BPJS Kesehatan

· Dokter Jaga

• Proses diagnosis penyakit TB

• Penggunaan aplikasi primary care

• Keberadaan aplikasi e-catalog obat

· Primary Care

· E-catalog Obat · Peserta BPJS kesehatan

8 Tatalaksana pasien TB

anak pada PPK-1 · Peserta BPJS Kesehatan

· Dokter jaga

• Proses diagnosis penyakit TB Anak

• Keberadaan aplikasi primary care, dan aplikasi e-catalog obat

· Primary Care

· E-catalog Obat · Peserta BPJS kesehatan

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

28

Tabel 2 Hubungan Proses Bisnis dengan Kebutuhan Informasi dan Pengetahuan

Proses Bisnis Informasi Pengetahuan

Pendaftaran peserta BPJS Kesehatan · Persyaratan dan alur pendaftaran peserta BPJS Kesehatan Alur pendaftaran

Pendaftaran layanan di PPK-1 · Persyaratan dan alur pendaftaran pasien PPK-1

· Keberadaan aplikasi primary care

Alur pendaftaran pasien PPK-1

Pelayanan Farmasi · Persyaratan dan alur pengambilan obat jenjang PPK-1

· Keberadaan aplikasi e-catalog obat

Alur pengambilan obat, obat-obatan ,

pembiayaan oleh BPJS

Penjaminan dan pelayanan ambulan · Persyaratan dan proses penjaminan dan pelayanan ambulan Alur pelayanan ambulan

Rawat jalan · Persyaratan dan proses pendaftaran pasien rawat jalan PPK-1 Alur pasien rawat jalan

Rawat inap · Persyaratan pendaftaran pasien rawat inap PPK-1 Alur pasien rawat inap

Diagnosis TB Paru · Proses diagnosis penyakit TB

· Penggunaan aplikasi primary care

· Keberadaan aplikasi e-catalog obat

Penyakit TB dan pengobatannya, Alur

penanganan diagnosis TB Paru, INA-CBGs

Tatalaksana pasien TB anak · Proses diagnosis penyakit TB Anak

· penggunaan aplikasi primary care

· Keberadaan aplikasi e-catalog obat

Penyakit TB anak dan pengobatannya, Alur

penanganan diagnosis TB anak, INA-CBGs

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

29

Proses Bisnis di PPK-1

Untuk berbagai keperluan, proses bisnis dapat digambarkan lebih detil seperti pada diagram pada Gambar 10 sd gambar 17.

Gambar 10 Proses Bisnis Pendaftaran Peserta BPJS Kesehatan

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

30

Gambar 11 Proses Bisnis Pendaftaran Pasien Faskes Tingkat Pertama

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

31

Gambar 12 Proses Bisnis Pelayanan Farmasi

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

32

Gambar 13 Proses Bisnis Penjaminan dan Pelayanan Ambulan

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

33

Gambar 14 Proses Bisnis Rawat Jalan

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

34

Gambar 15 Proses Bisnis Rawat Inap

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

35

Gambar 16 Proses Bisnis Diagnosis TB Paru

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

36

Gambar 17 Proses Bisnis Tatalaksana Pasien TB Anak pada PPK-1

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

36

5.4 Analisis Permasalahan Partisipan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan/ kendala yang dihadapi oleh

partisipan dalam proses bisnis tertentu yang disebabkan karena kurangnya informasi/

pengetahuan. Data untuk melakukan analisis ini juga belum dilakukan dan menjadi bagian

dari penelitian selanjutnya. Contoh permasalahan yang dimaksud adalah: i) dokter PPK-1,

harus menguasai 145 jenis penyakit sehingga bisa lupa/ tidak tahu, menyebabkan hasil

diagnosis tidak akurat atau tidak tepat merujuk ke PPK-2.

5.4 Analisis Lingkungan Pemrosesan Pengetahuan

Analisis lingkungan pemrosesan pengetahuan pada PPK-1 dan PPK-2 belum tuntas

dilakukan dan menjadi bagian dari penelitian selanjutnya 2. Pada tahap ini diperlukan

beberapa data primer dan sekunder untuk memahami proses-proses pengetahuan pada level

individu, level organisasi dan antar organisasi: siapa saja yang terlibat, informasi dan

pengetahuan apa yang diperlukan oleh setiap partisipan, bagaimana pengetahuan dikelola,

bagaimana proses penciptaan dan berbagi pengetahuan terjadi, bagaimana dukungan

teknologi, dsb. Analisis ini merupakan fase yang penting untuk memodelkan kebuhan

Sistem Manajemen Pengetahuan yang diperlukan.

5.5 Rancangan Kuesioner Bagi Pasien TB

Kuesioner bagi pasien TB ini merupakan salah satu alat untuk menilai lingkungan

pemrosesan pengetahuan pada sistem kerja tata laksana TB dengan JKN. Kuesioner ini akan

digunakan untuk mengidentifikasi dan menguji pengetahuan pasien baik tentang medik

(penyakit TB) maupun layanan administratif (layanan kesehatan dan layanan finansial oleh

BPJS). Tabel 4 berisi operasionalisasi variabel sedangkan Tabel 5 berisi rancangan

kuesioner untuk pasien TB.

Tabel 3 Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Item pertanyaan

1. Pengetahuan

tentang

Tuberkulosis

/ TB (B.1.)

1.Gejala

(B.1.1.)

1. GejalaUmum

2. Gejala spesifik (lab)

1. Batuk

2. Sesak nafas

3. Keringat dingin

4. Dahak darah

5. Pemeriksaan dahak

6. Pemeriksaan toraks

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

37

Variabel Dimensi Indikator Item pertanyaan

2. Pengobatan

(B.1.2.)

1. Kepatuhan berobat

7. Memastikan resep obat

8. Disiplin minum obat

9. Lama pengobatan

2. Proses

penyembuhan

10. Riwayat kesehatan

11. Rencana medis.

12. Berani bertanya kepada

dokter jika ada hal yang tidak

jelas.

13. Melibatkan keluarga dalam

pengobatan

3. Penularan

(B.1.3.)

1. Media penularan 14. Udara

15. Peralatan makan

2. Bentuk 16. Bersin

17. Batuk

4. Pencegahan

(B.1.4)

1. Mencegah untuk

tidak tertular

18. Memperbaiki gizi

19. Sirkulasi udara

2. Mencegah untuk

tdak menularkan

20. Masker

21. Menutup mulut ketika batuk

5. Sumber

informasi

tentang

tuberkulosis

(B.1.5.)

1. Informasi dari

Puskesmas

22. Informasi dari banner di

Puskesmas

23. Informasi dari dokter di

Puskesmas

2. Informasi dari

media cetak dan

media massa

24. Informasi dari poster

25. Informasi dari brosur

26. Informasi dari media radio

27. Informasi dari media TV

2. Pengetahuan

tentang

administrasi

JKN (B.2)

1. Kebijakan

JKN

berkaitan

dengan

syarat

administra-

tif, iuran

dan

prosedur

(B.2.1.)

1. Syarat

administratif

28. KTP

29. KK

2. Iuran

30. Besar iuran

31. Waktu pembayaran iuram

JKN

32. Pembayaran iuran di JKN

setempat

33. Pembayaran iuran JKN

melalui ATM

3. Prosedur

34. Masa tunggu layanan

35. Mengetahui alur rujukan

36. Proses rujukan mudah

37. Layanan di Puskesmas

terdekat

2. Fasilitas

obat dan

ambulans

(B.2.2.)

1. Fasilitas obat

38. Prosedur

39. Mendapat penjelasan

penggunaan obat

40. Jenis obat yang diperoleh

dengan gratis

41. Informasi besarnya selisih

bayar

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

38

Variabel Dimensi Indikator Item pertanyaan

2. Fasilitas ambulans 42. Prosedur

43. Informasi Biaya

3. Fasilitas

rawat jalan,

rawat inap

dan rujukan

(B.2.3.)

1. Rawat jalan

44. Syarat rawat jalan

45. Mengetahui rekam medis

46. Waktu kontrol

47. Disiplin melalukan kontrol

2. Rawat inap 48. Syarat rawat inap

49. Mengetahui rekam medis

3. Rujukan

50. Syarat rujukan

51. Mengetahui alasan rujukan

ke tenaga medis lain

52. Manfaat rujukan

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

39

Tabel 4 Kuesioner Untuk Pasien TB

KUESIONER UNTUK PASIEN TB

PENYUSUNAN MODEL SISTEM MANAJEMENPENGETAHUAN JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS

Petunjuk: Para enumerator/surveyor terlebih dahulu menjumpai Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM), RS Paru dr. Rotinsulu dan Puskesmas Sukasari Kota Bandung untuk memperkenalkan diri, menjelaskan

tujuan survei dan memohon ijin untuk melaksanakan pengumpulan data dari pasen TB sebagai responden, serta

menjelaskan bahwa identitas responden akan dijaga kerahasiaannya. Untuk pertanyaan terbuka responden diminta

menjawab dengan kata atau kalimat yang jelas dan untuk pertanyaan tertutup (pilihan) harap memilih satu jawaban

dengan melingkarinya.

BAGIAN A. GAMBARAN UMUM RESPONDEN

A.1. Identitas Responden

A1 ID Responden

Diisi oleh petugas data entry.

A2 Nama Responden

Tulis dengan Huruf Besar pada kolom

sebelah kanan.

A3 Jenis Kelamin Responden

Harap memilih satu jawaban saja

dengan melingkarinya.

1. Laki – laki

2. Perempuan

A4 Umur Responden

Harap menuliskan jawaban tahun di

kolom sebelah kanan.

A5 Pendidikan Terakhir Responden

Harap memilih satu jawaban saja

dengan melingkarinya.

1. Tidak bersekolah

2. SD/MI dan sederajat

3. SMP/MTs dan sederajat

4. SMU/SMK/MA dan sederajat

5. PerguruanTinggi/Universitas

A6 PekerjaandanPendapatanResponden

Harap memilih satu jawaban saja dengan melingkarinya.

A6.1 Pekerjaan 1. PNS

2. Swasta

3. Pedagang

4. IbuRumahTangga

5. Lain-lain

(sebutkan)…………………………………

A6.2 Rata-rata Pendapatan per

Bulan

1. < Rp. 1.000.000,-

2. Rp. 1.000.000,- sd Rp. 2.500.000,-

3. Rp. 2.500.000,- sd Rp. 4.000.000,

4. Rp. 4.000.000 sd Rp. 5.500.000,-

5. > Rp. 5.500.000,-

A.2. Lokasi Klien

A7 Kelurahan

Tulis dengan Huruf Besar pada

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

40

kolom sebelah kanan.

A8 Kecamatan

Tulis dengan Huruf Besar pada

kolom sebelah kanan.

A9 Kota/Kabupaten A9.1 Nama Kota/Kabupaten:

A9.2 ID Kota/Kabupaten:

A10 Tanggal Pelaksanaan Wawancara

A11 Nama

Enumerator:

Tandatangan Enumerator:

A12 ID Enumerator:

A13 Nama Validator: Tandatangan Validator:

A14 ID Validator:

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

41

BAGIAN B. (I. TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN TTG MEDIS (TB)

Petunjuk pilihan alternatif jawaban:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Kode PERNYATAAN ALTERNATIF JAWABAN Score

SS S KS TS STS

B.1.1.1 Batuk selama 2 minggu adalah salah satu gejala

umum TB.

B.1.1.2 Sesak nafas sebagai salah satu tanda TB

B.1.1.3 Keringat dingin adalah salah satu gejala TB.

B.1.1.4 Dahak berdarah tidak perlu diwaspadai sebagai

cirri TB

B.1.1.5 Pemeriksaan darah diperlukan untuk diagnosa

TB

B.1.1.6 Pemeriksaan toraks diperlukan untuk diagnosa

TB

B.1.2.1 Mengetahui jenis obat untuk pengobatan TB

B.1.2.2 Disiplin minum obat tepat waktu sangat penting

dalam proses pengobatan TB

B.1.2.3 Lama pengobatan TB selama 6 bulan

B.1.2.4 Riwayat kesehatan perlu disampaikan kepada

dokter

B.1.2.5 Rencana medis proses pengobatan merupakan

pengetahuan penting selama pengobatan TB

B.1.2.6 Berani bertanya bertanya tentang TB kepada

Dokter jika ada yang kurang jelas.

B.1.2.7 Keterlibatan keluarga sangat penting dalam

peengobatan TB

B.1.3.1 Udara adalah salah satu media penularan TB

B.1.3.2 Peralatan makan hendaknya terpisah dengan

orang lain untuk mencegah penularan TB

B.1.3.3 Kuman TB dapat menyebar ketika bersin dengan

hidung tidak ditutup

B.1.3.4 Kuman TB dapat menyebar ketika batuk dengan

mulut tidak ditutup

B.1.4.1 Memperbaiki kualitas gizi buruk adalah salah

satu upaya agar tidak tertular TB

B.1.4.2 Sirkulasi udara yang baik di lingkungan rumah

sebagai upaya pencegahan TB

B.1.4.3 Penggunaan masker selama masa penyembuhan

penting bagi penderita TB

B.1.4.4 Kebiasaan untuk menutup mulut ketika batuk

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

42

merupakan salah satu cara pencegahan penularan

TB

B.1.5.1 Informasi tentang TB diperoleh dari banner yang

dipajang di Puskesmas

B.1.5.2 Informasi tentang TB diperoleh dari dokter

Puskesmas

B.1.5.3 Informasi tentang TB diperoleh dari poster

B.1.5.4 Informasi tentang TB diperoleh dari brosur

B.1.5.5 Informasi tentang TB diperoleh dari media radio

B.1.5.6 Informasi tentang TB diperoleh dari media TV

BAGIAN B. (II. TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN TTG ADMINISTRASI JKN)

Kode PERNYATAAN ALTERNATIF JAWABAN Score

SS S KS TS STS

B.2.1.1 KTP adalah syarat administratif pendaftaran JKN.

B.2.1.2 KK adalah syarat administratif pendaftaran JKN.

B.2.1.3 Manfaat pelayanan kesehatan berdasarkan

besarnya iuran JKN

B.2.1.4 Peserta JKN harus membayar iuran sebelum

jatuh tempo

B.2.1.5 Pembayaran iuran dapat dilakukan di JKN

setempat

B.2.1.6 Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan melalui

ATM

B.2.1.7 Terdapat masa tunggu layanan setelah mendapat

kartu

B.2.1.8 Mengetahui alur rujukan

B.2.1.9 Proses rujukan mudah

B.2.1.10 Pelayanan awal untuk mendapatkan pengobatan

adalah di Puskesmas terdekat dengan domisili

tempat tinggal.

B.2.2.1 Prosedur pengambilan obat mudah

B.2.2.2 Mendapat penjelasan dengan baik dari petugas

apotik tentang tata cara penggunaan obat

B.2.2.3 Obat yang tersedia di apotik diperoleh dengan

gratis

B.2.2.4 Petugas menginformasikan sebelumnya jika

terdapat selisih bayar harga obat.

B.2.2.5 Prosedur pengajuan ambulans mudah

B.2.2.6 Biaya jasa layanan ambulans dibayar oleh JKN

B.2.3.1 Rawat jalan untuk pasien TB yang tidak

memerlukan alat khusus.

B.2.3.2 Pasien rawat jalan mengetahui rekam medis

B.2.3.3 Mengetahui waktu kontrol kesehatan sangat

penting untuk pasen rawat jalan

B.2.3.4 Disiplin melakukan kontrol kesehatan untuk

mengetahui kemajuan pengobatan dapat

mempercepat kesembuhan

B.2.3.5 Syarat rawat inap salah satunya adalah pasien

memerlukan alat khusus(seperti oksigen, infuse,

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

43

dsj)

B.2.3.6 Pasien rawat inap mengetahui rekam medis

B.2.3.7 Rujukan diperlukan apabila tidak ada fasilitas

kesehatan yang tersedia

B.2.3.8 Mengetahui alasan dirujuk ke tenaga medis ybs.

B.2.3.9 Mengetahui manfaat rujukan

Petunjuk: Ucapkan terima kasih kepada responden atas kesediaannya untuk wawancara.

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

44

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Rencana Tahapan Penelitian Berikutnya:

1. Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder untuk memahami lingkungan

pemrosesan pengetahuan pada PPK sambil terus melengkapi pemehaman tentang

lingkungan bisnisnya. Salah satu alat yang digunakan adalah kuesioner untuk pasien

TB dengan JKN, mengolah hasil kuesioner dan membuat panduan FGD, dan segala

hal yang terkait, melakukan FGD dan mengolah hasil FGD untuk mendapatkan

informasi lebih detil.

2. Menganalisis kebutuhan Sistem Manajemen Pengetahuan, mengembangkan model

dan menguji model.

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

45

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan:

1. Simpulan terhadap sistem kerja dan proses bisnis di PPK-1 terkait JKN:

a. Informasi yang disedikan oleh BPJS tentang layanan medis sudah cukup

lengkap contohnya website BPJS Kesehatan tetapi informasi ini kurang sampai

ke peserta/ peserta tidak mengakses informasi yang telah disediakan.

b. Sharing pengetahuan yang dilakukan di PPK-1 terhadap penerima layanan

kesehatan / anggota BPJS kesehatan masih belum baik sehingga pengetahuan

peserta BPJS Kesehatan tentang prosedur maupun informasi yang ada di lingkup

PPK-1 masih renda.

c. Tidak adanya bagian khusus penanganan informasi bagi peserta BPJS Kesehatan

yang berada di PPK-1, membuat peserta menjadi kesulitan dalam proses

pencarian informasi dan berujung pada kurangnya pengetahuan peserta.

d. Masih diperlukan pengumpulan data primer, baik melalui kuesioner, wawancara

atau FGD untuk mendapatkan informasi yang lebih detil terkait dengan

pengetahuan partisipan dan kebutuhan untuk mendapatkan layanan informasi

dan edukasi.

2. Simpulan terhadap hasil: penelitian ini telah menghasilkan pemahaman terhadap

lingkungan bisnis pengobatan TB dan proses-proses bisnis yang dilakukan di PPK-1

dan PPK-2 (model proses bisnis, model sistem kerja, dan model kebutuhan

pengetahuan). Data diperoleh lewat observasi, wawancara dan studi dokemen terkait

(baik dari internet maupun buku). Pendekatan analisis yang digunakan untuk

menganalisis lingkungan bisnis dan kebutuhan informasinya, mengadopsi

pendekatan analisis sistem informasi (siklus pengembangan sistem informasi lewat

analisis proses bisnis, analisis sistem kerja, dsb). Sedangkan kerangka fikir mengenai

Sistem Manajemen Pengetahuan mengadopsi konsep Siklus Hidup Pengetahuan

(knowledge life cycle/KLC).

3. Masih diperlukan pengumpulan data primer, untuk mengetahui tingkat pengetahuan

partisipan dan model kebutuhan layanan informasinya.

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

46

4. Telah dihasilkan dan disubmit sebuah luaran berupa jurnal terakreditasi nasional

dengan judul: Manajemen Pengetahuan Layanan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

Dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

5. Masih diperlukan pengumpulan data primer untuk memodelkan lingkungan

pemrosesan pengetahuan yang berjalan dan yang diusulkan untuk setiap PPK.

6. Masih diperlukan pengembangan model dan prototipe Sistem Manajemen

Pengetahuan.

7. Salah satu alat untuk pengumpulan data primer yaitu kuesioner untuk Pasien TB

dengan JKN sudah selesai dirancang dan diuji tetapi belum sempat digunakan.

8. Luaran untuk proceeding belum sempat diselesaikan.

9. Ternyata pengumpulan data pada institusi kesehatan tidak mudah untuk dilakukan

karena membutuhkan proses perijinan khusus seperti surat ijin ethical clearance

yang dikeluarkan oleh instansi tertentu. Ketiadaan surat ini menjadi kendala ketika

mengajukan ijin penelitian di RS paru Rotinsulu, mewakili PPK-3.

7.2 Saran

Berdasarkan proses dan pencapian hasil penelitian tahun pertama ini, saran yang perlu

dipertimbangkan adalah:

1. Agar pengempulan data berjalan lebih lancar, persiapan (mulai dari proposal hingga

perijinan dilakukan lebih teliti, lengkap dan tepat waktu, termasuk persiapan untuk

Focus Group Discussion (FGD).

2. Penelitian perlu dilanjutkan ke tahap tahun kedua agar memperoleh hasil yang lebih

konkrit dan bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah termasuk bagi instansi

dimana penelitian dilakukan.

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

47

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2013. Struktur dan Perubahan Sikap. Dalam: Sikap Manusia, Teori dan

Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Edisi ke-2, hlm. 23-38.

Cahyono, Suharjo.B, 2013, Menjadi Pasien Cerdas: Kiat Memperoleh Layanan Medis

Terbaik dan Aman, Kompas Gramedia.

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI. 2010. Batuk darah

(hemoptisis) & Pneumotoraks. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas, hlm..28-

71.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. Edisi

2.

KM Conceptually, defcon.sdsu.edu/1/objects/km/home/index.htm

McElroy, M.W. (2002), The New Knowledge Management : Complexity, Learning, and

Sustainable Innovation, Butterworth-Heinemann, Burlington.

Munir, B. 2014. JKN, Madu dan Racun. Kompas, 12 Februari 2014.

http:perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/filedigital/130325-5B. Diunduh 22 Maret

2014, jam 21.35.

Nazar, HN. 2013. BPJS – InaCBG’s: Yang Seyogyanya Harus Kita Ketahui. Bulletin IKABI,

Agustus 2013. Ikatan ...www.ikabi.org/bpjs-ina-cbgs-yang-seyogyanya-harus-kita-

ketahui/. Diunduh 21 Maret 2014 jam 21.20 WIB

Notoatmodjo, S. 2011. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan

Seni. PT Rineka Cipta, Jakarta, Edisi Revisi, hlm.109-67.

Rahma, PA. 2013. Implementasi Clinical Pathway Untuk Kendali Mutu dan Kendali

...www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/.../208 Majalah

Dental & Dental. Edisi Januari-Februari. Diunduh 22 Maret 2014 jam 21.05 WIB

Sveiby, K.E., (2001), What is Knowledge Management,www.sveiby.com/articles.

Vlok, D. (2004), An Assesment of the Knowledge Processing Environment in an

Organisation – A Case Study, MBA Thesis, Rhodes University, 10-24.

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

49

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

50

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

51

Manajemen Pengetahuan Layanan Pengobatan

Penyakit Tuberkulosis Dengan Jaminan Kesehatan Nasional

Leony Lidya1, Yuce Sariningsih2

1Leony Lidya, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik,

Universitas Pasundan, Bandung, Indonesia.

Email : [email protected]

2Yuce Sariningsih, Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik,

Universitas Pasundan, Bandung, Indonesia.

Email : [email protected]

Abstrak

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan

telah diimplementasikan sejak 1 Januari 2014.

Dengan diluncurkannya program ini, pemerintah

berharap derajat kesehatan masyarakat semakin

meningkat dan penyakit-penyakit infeksi

khususnya tuberkulosis (TB) akan menurun

jumlahnya. Implementasi JKN membawa

perubahan tidak hanya pada sistem pembayaran

tetapi juga pada sistem pelayanan kesehatan. Sejak

JKN diimplementasikan, berbagai permasalahan

muncul disebabkan kurangnya sosialisasi dan

kesiapan stakeholders. Data, informasi,

pengetahuan merupakan bentuk transformasi

pengetahuan yang menjadi dasar pengambilan

keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

Manajemen pengetahuan (knowledge management/

KM) merupakan suatu konsep untuk meningkatkan

performansi organisasi melalui praktik penciptaan

pengetahuan dan berbagi pengetahuan melalui

interaksi dan komunikasi dan fasilitas untuk

mengektraksi, membungkus dan mendistribusikan

pengetahuan menjadi pengetahuan organisasi.

Jurnal ini membahas hasil pengumpulan data,

pemodelan proses bisnis pengobatan TB bagi

pengguna JKN, analisis permasalahan dan model

kebutuhan sistem manajemen pengetahuan untuk

sistem pengobatan TB dengan JKN.

Kata kunci: diagnosis dan pengobatan, jaminan

kesehatan nasional, manajemen pengetahuan,

tuberkulosis, pemodelan proses bisnis

Abstract

National Health Insurance (Jaminan Kesehatan

Nasional/JKN) has been implemented since

January 1st, 2015. The aim and purpose of this

program is to improve the degree of community

health, and to decrease the infection diseases

especially tuberculosis (TB). Implementation of

JKN has shown a significant effect, not only in

budget covering that needed in TB treatment but

also improved the health services itself. However,

there are several problems which caused by the

lack of program socialization and the readiness of

stakeholders. Data, information and knowledge as

some important components of knowledge

transformation which is used in decision making

process. Knowledge management is a concept to

improve the organization performance by

practicing of knowledge creation and knowledge

sharing. In this context, it shared knowledge by

using effective communication, interaction to

extract, wrap and distribute the knowledge into

organization knowledge. This paper discussed the

result of data compilation, modeling of JKN’s

patient tuberculosis treatment, their analysis and

model knowledge management system properly

for treatment of tuberculosis patient which used

JKN facilities.

Keywords: diagnosis and treatment, National

Health Insurance, knowledge management,

tuberculosis, business process modelling

1. Pendahuluan

Sejak 1 Januari 2014, sesuai dengan

amanat UU No.40 tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

kesehatan mulai diimplementasikan di

semua fasilitas kesehatan di Indonesia.

Dengan diluncurkannya program ini,

pemerintah berharap derajat kesehatan

masyarakat semakin meningkat dan

penyakit-penyakit infeksi khususnya

tuberkulosis (TB) paru dan luar paru akan

menurun jumlahnya. Sayangnya,

implementasi JKN masih memiliki

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

37

kekurangan dan mendatangkan berbagai

keluhan dari masyarakat.

Beberapa permasalahan yang

terindentifikasi pada implementasi JKN

sebagai berikut:1 1) regulasi operasional

seperti peraturan pemerintah, peraturan

presiden dan peraturan menteri kesehatan

terlambat dikeluarkan dan disosialisasikan

sehingga muncul keluhan mulai dari

registrasi peserta, besar iuran, sampai

pelayanan operasional di fasilitas

kesehatan; 2) Sistem pelayanan kesehatan

dengan sistem rujukan baru, rujukan

bertingkat dimulai dari puskesmas juga

menjadi permasalahan. Rujukan

berjenjang dan terbagi tiga tingkat, yang

awalnya ditujukan untuk mengoptimalkan

sistem rujukan, menjadi menyiksa dan

menambah penderitaan pasien; 3) Sistem

pembayaran dengan INA-CBGs.

Penerapan tarif yang dilakukan BPJS

sepertinya terburu-buru dan tidak

melibatkan organisasi profesi kesehatan.

Besaran pembiayaan kacau balau dan

banyak mendapat protes dari rumah sakit

dan organisasi profesi; 4) Besaran klaim

juga sangat rendah. Hal ini memaksa para

dokter dan profesi kesehatan memberi

pelayanan jauh dibawah standar profesi

dan standar prosedur operasional dan

sedikit-sedikit merujuk ke fasilitas yang

lebih lengkap; 5) Kualitas dan kuantitas

obat yang tersusun dalam formularium

nasional, sangat terbatas dan jauh dari

standar pelayanan minimal.

Minimnya pengetahuan akibat

kompleksitas informasi yang diterima oleh

dokter dan perawat (pemberi layanan

kesehatan) maupun pasien sebagai

penerima layanan dapat mempengaruhi

proses implementasi program.2

Pengetahuan yang minim tentang JKN,

dapat menimbulkan sikap (kecenderungan

perilaku) yang “keliru” atau negatif atau

kurang mendukung.3 Sikap kurang

mendukung dari pemberi layanan akan

menurunkan produktivitas kerja, kualitas

layanan, terhambatnya pemecahan

masalah dan pengembangan hubungan

antar manusia, timbulnya ketegangan,

konflik atau mungkin

demonstrasi/menolak dalam melayani

pasien-pasiennya. Jika hal ini terjadi pada

dokter dan perawat dapat menimbulkan

underdiagnosis atau overdiagnosis,

kurang tepat memberikan pengobatan dan

asuhan keperawatannya. Jika situasi ini

terjadi pada pasien tuberkulosis (TB) BTA

positif; dapat menimbulkan kasus TB

resisten obat (TB MDR) yang penanganan

kasusnya membutuhkan waktu yang lebih

lama dan biaya yang lebih besar. Hal ini

sangat berlawanan sekali dengan prinsip

dan tujuan JKN yaitu kendali mutu dan

kendali biaya.

Berbagai persoalan yang muncul

terutama bersumber dari perubahan pada

sistem pembayaran dan perubahan pada

sistem pelayanan kesehatan yang

menerapkan sistem rujukan bertingkat.

Perubahan ini tentu saja membutuhkan

kesiapan stakeholders khususnya operator

pelaksana JKN baik pada level individu

maupun organisasi. Individu dan

organisasi perlu dibekali informasi dan

pengetahuan yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas dengan efektif dan

efisien.

Manajemen pengetahuan (knowledge

management/KM) merupakan suatu

konsep untuk meningkatkan performansi

organisasi melalui praktik penciptaan

pengetahuan dan berbagi pengetahuan

melalui interaksi dan komunikasi dan

fasilitas untuk mengektraksi,

membungkus dan mendistribusikan

pengetahuan menjadi pengetahuan

organisasi. Berdasarkan konsep KM,

dapat dikembangkan Sistem Manajemen

Pengetahuan (Knowledge Management

System/ KMS) yang memberikan

dukungan terhadap implementasi KM

dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.

Dengan menerapkan KMS di

lingkungan organisasi penyedia layanan

kesehatan dengan JKN, diharapkan dapat

membantu pemerintah dalam

mengefektifkan pelaksanaan JKN,

khususnya untuk penyakit tuberkulosis

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

38

(TB). Penyakit TB dipilih karena

merupakan penyakit infeksi dengan

jumlah penderita terbanyak di Indonesia,

juga menimbulkan berbagai problema

kesehatan pada masyarakat.

Jurnal ini membahas hasil penelitian

tahun pertama dari penelitian

berkelanjutan (multi years) untuk

pengembangan KMS sistem layanan

pengobatan TB dengan JKN. Pembahasan

selanjutnya dari jurnal ini adalah sebagai

berikut: metode penelitian yang

digunakan, hasil pengumpulan data untuk

memahami sistem yang berjalan dan

permasalahannya yang direpresentasikan

dalam bentuk model proses bisnis

pengobatan TB dengan JKN dan analisis

permasalahan dalam layanan pengobatan

TB dengan JKN; dan analisis model KMS

yang dibutuhkan.

2. Metode

Pengumpulan data untuk penelitian ini

dilakukan di dua tempat yaitu Puskesmas

Kecamatan Sukasari, Bandung, Jawa

Barat, mewakili PPK-1 dan BBKPM

Cibadak, Bandung, Jawa Barat, mewakili

PPK-2. Pada awalnya juga direncanakan

untuk melakukan pengambilan data di RS

Paru Rotinsulu, Bandung mewakili PPK-3

tetapi ditunda karena pihak RS meminta

surat ethical clearance yang

pengurusannay membutuhakn waktu dari

instansi yang berwenang. Pengumpulan

data dilakukan antara bulan Juli hingga

Oktober 2015.

Pengumpulan data dilakukan lewat

observasi, wawancara mendalam dengan

dokter spesialis paru di BBKPM Cibadak,

serta studi dokumen terkait dari internet

maupun di tempat penelitian. Analisis

dilakukan dua tahap: 1) untuk memahami

sistem yang berjalan (lingkungan

pemrosesan bisnis) menggunakan

pendekatan analisis sistem informasi yang

menghasilkan model proses bisnis sistem

layanan pengobatan TB dengan JKN; 2)

memahami kebutuhan informasi dan

pengetahuan menggunakan pendekatan

worksystem framework.

Proses bisnis adalah suatu gagasan

untuk memahami bagaimana bisnis

melaksanakan pekerjaannya untuk

menghasilkan nilai-nilai bagi pelanggan.

Proses bisnis ini disajikan dalam diagram

alur proses, jenis swimlane diagram yang

memperlihatkan aktor, alur proses dan

dokumen.

Work System Framework (WSF)

merupakan suatu kerangka fikir yang

menggambarkan suatu sistem kerja secara

ringkas namun signifikan berdasarkan

elemen-elemen pentingnya.4 WSF ini

dapat digunakan untuk memetakan

elemen-elemen sistem dan menilai apakah

sudah optimal atau belum. Hasil analisis

ini selanjutnya digunakan untuk

merencanakan peningkatan sistem

(improvements), antara lain lewat

pemanfaatan teknologi informasi dan

sistem informasi.

Work system merupakan sistem,

dimana partisipan manusia atau mesin

melaksanakan bisnis proses dengan

menggunakan informasi, teknologi, dan

sumberdaya lain untuk menghasilkan

suatu produk dan atau layanan bagi

internal atau external customer. Elemen-

elemen yang membangun work system

framework:4 i) customer (orang/organisasi

yang menerima/ menggunakan produk/

jasa yang dihasilkan oleh sistem baik

langsung maupun tidak langsung), ii)

product/ service (gabungan benda fisik,

informasi dan layanan yang dihasilkan

oleh sistem), iii) business process

(kumpulan tahapan kerja atau aktivitas

dalam sistem yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk/jasa hingga diterima

oleh konsumen), iv) participants (orang

atau organisasi yang terlibat dalam

menjalankan tahapan kerja), v)

information (semua informasi yang

dibutuhkan oleh partisipan dalam

menjalankan proses bisnis), vi) technology

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

39

(hardware, software dan perlengkapan

lainnya yang digunakan oleh partisipan

dalam menjalankan proses bisnis); vii)

context (organisasional, persaingan,

teknikal, dan regulasi terkait, sebagai

faktor lingkungan yang mempengaruhi

performansi sistem); viii) infrastructure

(sumber daya bersama baik manusia

maupun sumber daya teknikal lain

meskipun dikelola di luar sistem, seperti

staf training, infrastruktur informasi,

jaringan dan database).

3. Hasil dan Pembahasan

Pembahasan subbab ini mencakup hasil

pengumpulan data (baik data primer

maupun sekunder) tentang JKN, penyakit

TB, dan alur proses bisnis terkait dengan

pengobatan TB pada setiap Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK). Digunakan

sebagai dasar untuk mendefinisikan siklus

pemrosesan bisnis dan siklus pemrosesan

pengetahuan dari sistem berjalan dan

sistem manajemen pengetahuan yang

menjadi target.

3.1 Kebijakan dan Perubahan Layanan

Kesehatan JKN

Lahirnya Undang-Undang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) No.40

tahun 2004 menunjukkan rencana

pemerintah untuk menerapkan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). JKN

merupakan program pemerintah dan

masyarakat dengan tujuan memberikan

kepastian jaminan kesehatan yang

menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia

agar penduduk Indonesia dapat hidup

sehat, produktif dan sejahtera. SJSN

dijalankan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) sesuai UU No.24

tahun 2011, melakukan kontrak kerja

dengan badan hukum pemilik rumah sakit.

Rumah sakit yang dikontrak BPJS adalah

rumah sakit yang memberikan kualitas

layanan terbaik dengan tarif yang

terjangkau.

Manfaat jaminan kesehatan terdiri atas

manfaat medis dan manfaat non medis.

Manfaat medis tidak terikat dengan

besaran iuran yang dibayarkan, sedangkan

manfaat non medis meliputi manfaat

akomodasi dan ambulans. Manfaat

pelayanan promotif dan preventif meliputi

pemberian pelayanan penyuluhan

kesehatan perorangan, imunisasi dasar,

keluarga berencana dan skrining

kesehatan. Penyuluhan kesehatan

perorangan meliputi paling sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor

risiko penyakit dan perilaku hidup bersih

dan sehat. Pelayanan skrining kesehatan

diberikan secara selektif yang ditujukan

untuk mendeteksi risiko penyakit dan

mencegah dampak lanjutan dari risiko

penyakit tertentu (jenis penyakit, dan

waktu pelayanan skrining kesehatan).

Pelayanan kesehatan yang dijamin

meliputi pelayanan tingkat pertama dan

pelayanan kesehatan rujukan tingkat

lanjut. Terdapat juga beberapa pelayanan

kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS.

Sistem Rujukan Bertingkat

Pemilik kartu BPJS mempunyai hak

untuk memeriksakan kesehatan dan

berobat melalui sistem rujukan bertingkat.

Tak ada halangan dan kesulitan bagi

pemegang kartu BPJS Kesehatan untuk

menggunakan manfaat asuransinya

sepanjang prosedur rujukan berjenjang

mulai dari tingkat layanan dasar

Puskesmas (Pemberi Pelayanan

Kesehatan/PPK-1), RS sekunder tipe D, C

(PPK-2), B dan A (PPK-3). Rumah sakit

pendidikan, tempat pendidikan profesi

dokter ataupun pendidikan spesialis (RS

tipe B atau A), termasuk pelayanan tertier.

BBKPM merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang setara dengan RS tipe C

(PPK-2). Sistem rujukan bertingkat

berlaku untuk kasus rawat inap maupun

kasus rawat jalan, tetapi tidak berlaku

untuk kasus gawat darurat seperti batuk

darah (hemoptisis), pneumotoraks

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

40

(dispneu dan atau nyeri dada pada sisi

yang sakit).5

Sistem Pembayaran

Besaran pembayaran kepada fasilitas

kesehatan ditentukan berdasarkan

kesepakatan BPJS kesehatan dengan

asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah

(regionalisasi) tersebut dengan mengacu

pada standar tarif yang ditetapkan oleh

Menteri. Peserta tidak boleh dikenai biaya

tambahan, kecuali bagi peserta yang tidak

mengikuti standar peraturan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan tingkat

kemahalan masing-masing daerah

(regional), Indonesia dibagi empat

regional yaitu: regional-1 untuk wilayah

Jawa-Bali, regional-2 untuk wilayah

Sumatra, regional-3 untuk wilayah

Kalimantan-Sulawesi-NTB), dan regional-

4 untuk wilayah Papua-Maluku-NTT.

Pelayanan kesehatan kepada peserta

Jaminan Kesehatan harus memperhatikan

mutu pelayanan, berorientasi pada aspek

keamanan pasien, efektifitas tindakan,

kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta

efisiensi biaya. Efisiensi pembiayaan

pelayanan terhadap peserta BPJS tercipta

melalui standarisasi pelayanan dengan

membuat clinical pathway. Dengan

clinical pathway, kita dapat melakukan

unit cost per service, bukan unit cost per-

day.6

Paradigma Pembayaran, INA-CBGs Dalam era JKN, terjadi perubahan

paradigma pembiayaan dari retrospektif

menjadi prospektif. Dengan sistem

prospektif, pembayaran pelayanan

dilakukan sebelum pelayanan diberikan.

Kapitasi dan INA-CBG’s merupakan

sistem pembayaran prospektif. INA-CBGs

merupakan singkatan dari Indonesian

Case Base Groups. INA-CBG’s adalah

suatu pengklasifikasian atau

pengelompokkan dari perawatan holistik

pasien yang dirancang untuk menciptakan

kelas-kelas yang relatif homogen dalam

hal sumber daya yang akan digunakan dan

berisikan pasien-pasien dengan

karakteristik klinis yang sejenis. Dengan

kata lain, INA-CBG’s merupakan cara

pembayaran keseluruhan biaya perawatan

pasien berdasarkan diagnosis atau kasus

yang relatif sama. Klasifikasi diagnosis

menggunakan ICD-10, sedangkan

klasifikasi prosedur/tindakan digunakan

ICD-9-CM. Termasuk penambahan,

diagnosis sekunder, penyakit penyerta dan

komplikasi ataupun penyulit, yang

langsung dikaitkan dengan pembiayaan

pelayanan kesehatan (termasuk jasa

medis).

Clinical Pathway Proses perawatan pasien adalah proses

yang sarat seni bernilai tinggi. Dalam

merawat pasien, dokter kadang

memberikan pelayanan yang bervariasi

sesuai dengan ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang dimilikinya. Variasi

memang diperlukan, mengingat setiap

pasien TB, memiliki kondisi tubuh yang

bervariasi saat bereaksi terhadap penyakit

TB yang diderita maupun OAT yang

diminumnya. Namun tidak jarang, variasi

yang diberikan dokter malah tidak perlu

dan bahkan berisiko menambah beban

biaya atas pelayanan yang diberikan.

Untuk mengendalikan kondisi yang

bervariasi diperlukan clinical pathway.7

Clinical pathway (CP) adalah

alur/pedoman kolaboratif yang

menunjukkan secara detail tahap-tahap

penting dari pelayanan kesehatan

termasuk hasil yang diharapkan dalam

merawat pasien yang berfokus pada

diagnosis. CP, alur yang menggambarkan

proses mulai saat penerimaan pasien

hingga pemulangan pasien. CP

menyediakan standar pelayanan minimal

dan memastikan bahwa pelayanan tersebut

tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat

waktu. Pedoman kolaboratif ini dijabarkan

dari Panduan Praktek Klinik (PPK); PPK

merupakan “aplikasi” dari Standar Praktek

Kedokteran (SPK). Pengelompokan ini

mengacu pada ICD-10 untuk diagnosis

dan ICD-9-CM untuk prosedur atau

tindakan. Pengelompokkan ini dikenal

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

41

dengan grouping dan coding. Untuk

mencegah terjadinya kesalahan dalam

coding maupun grouping, diperlukan

adanya “verifikator” yang dapat

menentukan apakah rekam medis yang

meliputi penulisan diagnosis utama,

penyerta, komorbid dan komplikasi-

penyulit sudah layak maupun sesuai.

Konsep ini, dapat mencegah suatu

tindakan moral hazard yang dapat saja

dilakukan oleh dokter.

3.2 Tata Laksana Pasien TB

Penatalaksanaan pasien TB

dilaksanakan oleh Puskesmas, rumah sakit

dan rumah sakit paru, Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM), Dokter Praktek Swasta (DPS)

dan fasilitas layanan lainnya. Secara

umum konsep pelayanan di Balai

Pengobatan dan DPS sama dengan

pelaksanaan pada rumah sakit dan Balai

Pengobatan (klinik). Dalam Panduan

Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer (2013),

dinyatakan bahwa penyakit TB

dimasukkan ke dalam tingkat kemampuan

3A, dimana pada tingkat ini lulusan dokter

mampu membuat diagnosis klinik dan

memberikan terapi pendahuluan pada

keadaan yang bukan gawat darurat;

mampu menentukan rujukan yang paling

tepat bagi penanganan pasien selanjutnya

dan mampu menindaklanjuti sesudah

kembali dari rujukan. Gambar 1

menunjukkan klasifikasi penyakit TB,

dimana dokter pada PPK-1 dianggap

dapat menangani penyakit TB kategori

BTA+.

TB

TB Paru

TB Ekstra Paru

TB Paru BTA (+)

TB Paru BTA (-)

Gambar 1 Klasifikasi Tuberkulosis8

Dalam program TB nasional, diagnosis

TB paru pada orang dewasa ditegakkan

dengan ditemukannya kuman TB melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS).

Sedangkan pemeriksaan penunjang seperti

foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat

dilakukan sesuai dengan indikasinya.

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya

berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja

karena foto toraks tidak selalu

memberikan gambaran yang khas pada

TB paru, sehingga sering terjadi

overdiagnosis atau underdiagnosis. Untuk

mendiagnosis TB luar paru, lebih sulit.

Gejala dan keluhan tergantung organ yang

terkena, misalnya kaku kuduk pada

meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura

(pleuritis), pembesaran kelenjar limfe

superfisialis pada limfadenitis TB dan

deformitas tulang belakang (gibbus) pada

spondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis

pasti ditegakkan dengan pemeriksaan

klinis, bakteriologis dan atau histopatologi

yang diambil dari jaringan tubuh yang

terkena.

3.3 Proses Bisnis di PPK

Alur proses pengobatan penyakit TB

dengan JKN pada pemberi pelayanan

kesehatan (PPK) mulai dari PPK-1, PPK-2

hingga PPK-3 ditentukan oleh jenis/kasus

dan tingkat kegawatan penyakit sesuai

dengan hasil pemeriksaan kesehatan

pasien dan diagnosis dokter. Gambar 2

menggambarkan alur pendaftaran peserta

JKN/BPJS Kesehatan, gambar 3

menggambarkan alur proses registrasi

pasien untuk mendapatkan layanan medik

sedangkan gambar 4 dan 5 mewakili alur

diagnosis dan pengobatan TB di PPK.

Alur Proses Pendaftaran Peserta JKN

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

42

Alur Proses Administrasi

Petugas BPJSPeserta

Mengambil nomor antrean dan menunggu pemanggilan

Memberikan formulir Daftar Isian Peserta (DIP)

Formulir DIP Kosong

Mengisi formulir

Formulir DIP Terisi

Menyerahkan formulir DIP & lampiran

Dokumen Resmi Peserta

Menginputkan data calon peserta BPJS kesehatan & create virtual

account

Mendapatkan nomor virtual account (VA)

Dokumen Virtual Account

Dokumen Pembayaran

Pembayaran peserta BPJS Kesehatan

Fotocopy KTP/Pasport, Kartu Keluarga, Buku Tabungan, pasfoto 3x4)

Gambar 2 Alur Proses Pendaftaran JKN

Alur Proses Registrasi Pasien

Mengambil

nomor antrean di

loket BPJS

Pasien Baru?

Menyimpan

kartu berobat

dikotak kartu

Menunggu

panggilan

Pasien Baru?

Mencari rekam

medis pasien

Memanggil

pasien sesuai

dengan nomor

antrean

Mengecek

eligibilitas

peserta BPJS

Peserta JKN

aktif

Pasien Petugas Regisrasi

Peserta

Terdaftar?

Peserta Baru?

Mengisi data

identitas pasien

baru BPJS

Menerima kartu

berobat

Menandatangani

klaim

Melakukan

pelayanan RJTP

1X kontak/

penjamin pribadi

Melakukan

pelayanan RJTP

Mengantarkan rekam

medis pada poli

sesuai kebutuhan

pasien

Menunggu di ruang

tunggu poli yang

dituju

Kartu Berobat

Kartu Berobat

Klaim

Rekam Medis

Pasien

Formulir

Peserta

Data Eligibilitas

Peserta BPJS

YT

Y

T

Y

T

Y

T

Gambar 3 Alur Proses Registrasi pasien

Alur Proses Pemeriksaan Medik di PPK-

1

Alur Proses Pemeriksaan Pasien TB di PPK-1

Dokter Umum PPK-1 Unit Penunjang Petugas Penyuluhan

Anamnesa & pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Dahak/ Sputum mikroskopis Memberikan Penyuluhan

Hasil Anamnesa & Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan sputum mikroskopis Materi Penyuluhan TB

Menegakkan Diagnosis, Mengisi Rekam Medis

Data ada tapi membingungkan?

Membuat Rujukan ke PPK-2

Pengobatan (Obat & Non-Obat)

Hasil Diagnosis

Ya

Surat Rujukan ke PPK-2

Resep

Tidak

Gambar 4 Alur Proses Pemeriksaan Medik PPK-1

Dilihat dari alur proses ini, dokter umum

di PPK-1 diharapkan dapat menegakkan

diagnosis penyakit TB dengan kasus

BTA+, yaitu jika hasil anamnesa:+,

sputum/BTA:+, berarti dapat dilanjutkan

dengan pengobatan tetapi jika anamnesa

+, tetapi BTA- (membingungkan, diduga

TB tetapi BTA-) maka dokter PPK-1

dapat membuat surat rujukan ke PPK-2.

Alur Proses Pemeriksaan Medik di PPK-

2

Alur Proses Pemeriksaan Pasien TB di PPK-2

Dokter Umum PPK-2 Unit Penunjang Dokter Spesialis ParuPetugas

Penyuluhan

Anamnesa &pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Dahak/Sputum

Memberikan Penyuluhan

Hasil Pemeriksaan Dahak Materi Penyuluhan TB

Menegakkan Diagnosis, Mengisi Rekam Medis

Data ada tapi membingungkan?

Membuat Rujukan ke dokter spesialis

Pengobatan (Obat & Non-Obat)

Hasil Diagnosis

Ya

Tidak

Resep

Membuat Rujukan Balik Ke PPK-1

Surat Rujukan ke spesialis

Pemeriksaan Rontgen foto

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Uji Spirometri

Pemeriksaan Cairan (Biopsi)

Hasil rontgen foto

Hasil Patologi Anatomi

Hasil Uji Spirometri

Hasil Biopsi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Anamnesa & pemeriksaan fisik

Menegakkan Diagnosis, Mengisi Rekam Medis

Perlu operasi/rawat inap?

Membuat Rujukan ke PPK-3

Pengobatan (Obat & Non-Obat)

Hasil Diagnosis

Ya

Tidak

Resep

Surat Rujukan Balik ke PPK-1

Hasil Anamnesa & Pemeriksaan Fisik

Hasil Anamnesa & Pemeriksaan Fisik

Surat Rujukan ke PPK-3

Pemeriksaan Darah

Hasil Pemeriksaan Darah

Gambar 5 Alur Proses Pemeriksaan Medik PPK-2

Di PPK-2, setelah melakukan

registrasi, pasien terlebih dahulu ditangani

oleh dokter umum di PPK-2. Dokter

umum disini sudah dilengkapi dengan

kemampuan untuk membaca rontgen foto

(dapat menangani kasus TB BTA-). Disini

dilakukan pemeriksaan ulang sputum

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

43

mikroskopis (bisa menggunakan yang dari

PPK-2 jika yakin), dan radiologi/foto

rontgen (foto toraks). Jika hasil foto toraks

(membingungkan/ dokter tidak yakin)

maka dokter umum di PPK-2 dapat

merujuk ke dokter spesialis paru, jika

hasil foto toraks + maka dilanjutkan

dengan pengobatan dan pasien dirujuk

balik ke PPK-1.

Dokter spesialis paru melakukan

pemeriksaan kembali dari awal dan dapat

meminta pemeriksaan tambahan seperti

pemeriksaan laju endap darah (LED),

hispatologi jaringan dengan melakukan

biopsi, biasanya untuk kasus TB yang di

luar paru (TB ekstra paru). Selain

pengobatan, dokter spesialis juga mungkin

melakukan beberapa tindakan medis non

obat seperti punksi yaitu pemasangan

slang (WSD) untuk mengeluarkan cairan.

Jika hasil diagnosis menyatakan pasien

butuh operasi atau rawat inap maka pasien

akan dirujuk ke PPK-3.

Kasus tuberkulosis resisten obat anti TB

(OAT) atau multi drug resistance (MDR

TB), disebabkan pengobatan yang tidak

adekuat. Ditangani langsung oleh dokter

spesialis di PPK-2, dengan prosedur

khusus di ruangan khusus.

Pedoman lengkap dalam melakukan

diagnosis dan penatalaksanaan di

Indonesia telah tersedia dalam bentuk

cetakan (buku), yang dikeluarkan oleh

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Buku ini berisi standar-standar untuk

menegakkan diagnosis TB, standar untuk

pengobatan TB dan standar untuk

kesehatan masyarakat8. Menjadi acuan

bagi seluruh dokter spesialis paru di

Indonesia. Pada buku ini juga dibahas

berbagai pengobatan TB pada keadaan

khusus, yaitu: i) TB Millier, ii) Eufusi

Pleura TB, iii) TB paru dengan Diabetes

Melitus, iv) TB paru dengan HIV/ AIDs,

v) TB Paru Pada Kehamilan, Menyusui

dan Pemakai Kontrasepsi Hormonal, vi)

TB Paru pada gagal Ginjal, vii) TB Paru

dengan Kelainan Hati. Juga kasus TB

dengan beberapa komplikasi baik sebelum

pengobatan maupun setelah pengobatan

yang harus dirujuk ke fasilitas yang

memadai.

3.4 Analisis Sistem Kerja di PPK

Gambar 5 merupakan contoh WSF

untuk PPK-1.

Gambar 6 Work System Framework PPK-1

Berdasarkan WSF ini dilakukan analisis untuk

memetakan setiap proses bisnis terhadap

elemen-elemen lainnya, khususnya elemen

informasi dan partisipan untuk memahami

model interaksi, komunikasi serta kebutuhan

informasi dan pengetahuan. Pemetaan ini

dapat dirangkum dalam sebuah tabel. Contoh:

Pendaftaran Peserta BPJS, partisipan terkait

adalah petugas BPJS dan peserta BPJS,

informasi yang diperlukan persyaratan dan

alur pendaftaran, teknologi yang digunakan

website BPJS.

3.4 Pemrosesan Pengetahuan

Dalam menerapkan konsep manajemen

pengetahuan, peneliti perlu memahami

hakikat pengetahuan, sehingga tidak

keliru dalam memahami bahwa

manajemen pengetahuan = manajemen

informasi, dan Knowledge Management

System (KMS) tidak sama dengan sistem

informasi9. Lingkungan Pemrosesan

Pengetahuan yang didefinisikan dalam

Knowledge Life Cycle (KLC), merupakan

dimensi lingkungan yang perlu

ditumbuhkan dan dirawat di dalam sebuah

organisasi untuk mendukung knowledge

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING · 2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 ... Penerapan tarif yang dilakukan BPJS sepertinya terburu-buru dan tidak melibatkan organisasi

44

creating dan knowledge sharing. Tumbuh

suburnya kedua jenis aktifitas ini

merupakan karakteristik dari organisasi

yang menerapkan manajemen

pengetahuan (Knowledge

Management/KM).10

Experential feedback

Business Processing

Behaviours of

Interacting Agent

Broad

casting

Searching

Sharing

Teaching

OK

Knowledge Production Knowledge Integration

Information

acquisition

Knowledge

claim

formulation

CKC

UKC

SKC

FKC

Info about

UKC

Info about

FKC

Info about

SKC

Knowledge

claim

evaluation

Business Processing Environment

= Knowledge Process = Knowledge Sets

CKC = Codified Knowledge Claims

DOKB = Distributed Organizational Knowledge Base

FKC = Falsified Knowledge Claims

OK = Organizational Knowledge

SKC = Surviving Knowledge Claim

UKC = Undecided Knowledge Claim

External inputs

Individual &

Group

Learning

Feedback

(including the

detection of

problems)

DOKB ‘Containers’

Agents (Indiv & Groups)

Artifact (docs, IT, etc.)

DOKB

· Objective knowledge

· Subjective knowledge

Gambar 7. Knowledge Life Cycle10

KLC terdiri dari tiga komponen yaitu

lingkungan pemrosesan bisnis, lingkungan

pemrosesan pengetahuan (knowledge

production + knowledge integration) dan

DOKB (repository yang menyimpan

pengetahuan organisasi). Lingkungan

pemrosesan pengetahuan dibangun

dengan mendefinisikan proses dan stuktur

organisasi yang mendukung penyelesaian

masalah proses bisnis sehari-hari secara

organisasional dan terdokumentasi di

dalam DOKB sehingga mudah diakses

kembali oleh pihak yang berkepentingan.

Analisis lingkungan pemrosesan

pengetahuan pada PPK-1 dan PPK-2

belum dilakukan dan menjadi bagian dari

penelitian selanjutnya.

3.5 Analisis Permasalahan Partisipan

Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui permasalahan/ kendala yang

dihadapi oleh partisipan dalam proses

bisnis tertentu yang disebabkan karena

kurangnya informasi/ pengetahuan. Data

untuk melakukan analisis ini juga belum

dilakukan dan menjadi bagian dari

penelitian selanjutnya. Contoh

permasalahan yang dimaksud adalah: i)

dokter PPK-1, harus menguasai 144 jenis

penyakit sehingga bisa lupa/ tidak tahu,

menyebabkan hasil diagnosis tidak akurat

atau tidak tepat merujuk ke PPK-2.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data

dan analisis yang telah diperoleh beberapa

kesimpulan sebgaai berikut:

1. Penelitian ini telah menghasilkan

model pemrosesan bisnis pengobatan

penyakit TB dengan JKN pada PPK-1

dan PPK-2.

2. Masih diperlukan pengumpulan data

primer, untuk mengetahui tingkat

pengetahuan partisipan dan model

kebutuhan layanan informasinya.

3. Masih diperlukan pengumpulan data

primer untuk memodelkan lingkungan

pemrosesan pengetahuan yang berjalan

dan yang diusulkan untuk setiap PPK.

Daftar Pustaka:

[1] Munir, B. 2014. JKN, Madu dan Racun,

Kompas, 12 Februari 2014.

http:perpustakaan.bappenas.go.id/lontar

/filedigital/130325-5B.

[2] Azwar, S. 2013. Persuasi dan

Pengubahan Sikap Manusia. Dalam:

Sikap Manusia, Teori dan

Pengukurannya. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. Edisi ke-2, hlm. 60-86.

[3] Notoatmodjo, S. 2011. Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Kesehatan

Masyarakat: Ilmu dan Seni. PT Rineka

Cipta, Jakarta, Edisi Revisi, hlm.109-

67.

[4] Alter, S., 2002, Information System:

The Foundation of E-Business, Pearson

Education Inc., New Jersey.

[5] Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Kedokteran Respirasi FKUI. 2010.

Batuk darah (hemoptisis) &

Pneumotoraks. Pulmonologi Intervensi

dan Gawat Darurat Napas, hlm.28-71.

[6] Nazar, HN. 2013. BPJS – Ina CBG’s:

Yang Seyogyanya Harus Kita Ketahui.

Bulletin IKABI, Agustus 2013. Ikatan