laporan akhir kadar air
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN
KADAR AIR, KADAR VOLATIL DAN KADAR ABU SAMPAH
OLEH :
NAMA : LISTARI HUSNA FITRI
NO. BP : 1010942019
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU / 14 APRIL 2012
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. SYAHRIAL ALI WARDI (1010941005)
2. HARLAN TAUFIK (1010942009)
3. JEFRI KURNIAWAN (1010942015)
4. YEGA SERLINA (1010942017)
5. FARAH DYNASTI YODA (1010942027)
ASISTEN :
INDRIYANI ZULFA
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.1.1 Kadar air sampah
Mengetahui kadar air sampel dari suatu lokasi sumber tertentu;
1.1.2 Kadar volatil sampah
Mengetahui kadar volatil yang dikandung sampel sampah tertentu;
1.1.3 Kadar volatil sampah
Mengetahui kadar abu yang dikandung sampel sampah tertentu.
1.2 Metoda Percobaan
Metoda yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode gravimetri.
1.3 Prinsip Praktikum
1.3.1 Kadar Air Sampah
Sampah dikeringkan agar air yang terkandung didalamnya dapat menguap.
1.3.2 Kadar Volatil Sampah
Sampah dipanaskan pada temperatur dimana bagian volatile sampah akan terpijarkan
dan menguap.
1.3.3 Kadar Abu Sampah
Sampah dipanaskan pada temperatur dimana bagian abu sampah akan terpijarkan dan
menguap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sampah merupakan buangan padat atau setengah padat terdiri dari zat organik dan zat an
organik yang kehadirannya tidak diinginkan atau tidak berguna oleh masyarakat. Setiap
aktivitas manusia menghasilkan sampah, dengan bertambahnya jumlah penduduk
mengakibatkan sampah yang dihasilkan semakin besar. Hal ini menyebabkan masalah sampah
mulai mengganggu baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan yang
menyebabkan tercemarnya tanah, air dan udara. Maka dari itu sampah tersebut perlu
pengelolaan khusus agar tidak membahayakan kesehatan manusia, lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan (Tchobanoglous, 1993).
Sampah menurut SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan didefenisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat
anorganik yang tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mengganggu lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah
dapur), daun-daunan, ranting, karton/kertas, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa
penyapuan dan sebagainya.
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu (Idafi, 2009)
1. Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil
dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini
dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2. Sampah Anorganik.
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti
plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan
oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas
plastik, dan kaleng
Untuk menghindari hal tersebut diharapkan keseriusan pemerintah serta keikutsertaan
masyarakat dalam pengolahan persampahan. Untuk melakukan pengelolaan persampahan
yang baik harus diketahui komposisi serta karakteristik sampah. Karakteristik sampah dapat
dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti (Damanhuri, 2004):
1. Karakteriktik Fisika, dilihat dari :
a. Kadar air;
b. Kadar Volatil;
c. Kadar Abu;
d. Nilai karbon, dll.
2. Karakteristik Kimia
a. Analisis perkiraan;
b. Titik lebur abu;
c. Kandungan energi;
d. Analisa komponen susunan kimia sampah tersebut yang terdiri dari unusr C, N, O, P, H,
S dan sebagainya.
3. Karakteristik Biologi
a. Biodegrabilitas;
b. Adanya bau dan lalat.
2.2 Kadar Air Sampah
Kadar air sampah merupakan salah satu sifat fisis sampah. Kadar air menunjukkan kandungan
air yang ada dalam sampah. Dalam pengukuran kadar air sampah, metode yang biasa
dilakukan adalah metode pengukuran berat basah dan berat kering. Metode pengukuran berat
basah menyatakan kandungan air sampah sebagai persentase berat basah mateial, sedangkan
metode pengukuran berat kering menyatakan kandungan air sampah sebagai persentase berat
kering mateial. Metode yang paling umum digunakan adalah metode berat basah (Anonim A,
2010).
Kadar air sampah domestik berbeda-beda karena beberapa faktor yang mempengaruhi, antara
lain komposisi sampah, musim tahunan, kelembapan, kondisi cuaca terutama hujan.
Pengukuran kadar air sampah berguna untuk penentuan desain incinerator dan operasinya,
karena kadar air sampah berpengaruh terhadap nilai kalori dan karakteristik ignition sampah
(Anonim A, 2010).
Kadar air pada sampah juga tergantung pada komposisi sampah karena masing-masing
komponen sampah memiliki kemampuan mengikat air yang berbeda-beda. Di bawah ini
adalah data kadar air yang dikandung oleh komponen-komponen sampah pada umumnya
(Anonim A, 2010).
Tabel 2.1 Kadar Air dalam Sampah
Komponen sampah % Kelembaban
Sisa – sisa makanan
Kertas
Karton/papan tipis
Plastik
Kain dan produk tekstil
Karet
Dedaunan dan rumput
Kayu
Bahan organik
Gelas
Kaleng
Logam – logam non besi
Logam besi
Abu debu
Sampah padat kota lainnya
70
6
5
2
10
2
60
20
25
2
3
2
3
8
20
Sumber: http://budiwijayatl09.blogspot.com/2010/12/kadar-air-sampah-i.html
Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan frekuensi
pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh komposisi sampah
yang dikandungnya (Iman, 2010).
Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran dapat berlangsung efektif dan
efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga tergantung pada besarnya kadar air
sampah. Apabila kadar air sampah tinggi, maka energi yang diperlukan untuk penger ingan
dan pembakaran juga tinggi. Selain tergantung pada kadar air sampah, besarnya ener gi
yang diperlukan juga tergantung pada kandungan energi sampah. Efektifitas pengeringan
dan pembakaran ditentukan oleh empat hal, yaitu (Iman, 2010):
1. Kecepatan dispersi uap dari sampah.;
2. Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yang diperlukan;
3. Pengadukan, untuk mempercepat pemindahan panas.
4. Ukuran sampah. Bila ukuran sampah kecil (misalnya dirajang atau digiling), berarti
permukaannya menjadi lebih luas, akibatnya air yang menguap lebih cepat.
2.3 Kadar Volatil dan Abu Sampah
Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar efektifitas
pengurangan (reduksi) sampah menggunakan metode pembakaran berteknologi tinggi
(incenerator ). Kadar abu merupakan sisa proses pembakaran pada suhu tinggi. Dengan
penentuan kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran tersebut. Data
pengukuran kadar volatile ini juga diperlukan untuk merencanakan teknologi pembakaran
sampah untuk menentukan apakah sampah dapat terbakar dengan sendirinya atau
memerlukan bahan bakar bantu seperti minyak dan gas untuk membuatnya terbakar
seluruhnya (Iman, 2010).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Timbangan;
2. Cawan petri;
3. Desikator;
4. Oven;
5. Lumpang Alu;
6. Furnace;
7. Spatula;
8. Penjepit (tang krus).
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel sampah sayuran yang telah
membusuk.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Kadar Air Sampah
1. Timbang cawan kosong yang telah dipanaskan selama 1 jam dalam oven dengan suhu
105oC, sebanyak tiga kali penimbangan (A gram);
2. Siapkan sampel yang telah ditentukan kemudian potong kecil – kecil;
3. Sampel sampah dibagi menjadi empat bagian menurut jenisnya, lalu campurkan untuk
sampel sebanyak 4 gram ke dalam cawan yang telah di timbang, lalu timbang kembali (x
gram);
4. Panaskan cawan isi tersebut di dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam;
5. Setelah 1 jam keluarkan cawan. Biarkan agak dingin, masukkan kedalam desikator lalu
biarkan selama 15 menit, kemudian timbang beratnya (y gram). Lakukan penimbangan
selama 3 kali penimbangan;
6. Catat hasil penimbangan.
3.3.2 Kadar Volatil Sampah
1. Sampel sampah kering hasil penetapan kadar air digerus sampai halus;
2. Timbang sampel kering dan halus ± 4 gram dalam cawan krus, catat;
3. Masukkan cawan krus dalam oven 600ºC selama 1 jam. Lebihkan ¼ jam untuk pencapaian
temperatur 600ºC
4. Matikan furnace, biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Lalu timbang, lakukan
sebanyak tiga kali penimbangan.
3.3.3 Kadar Abu Sampah
1. Sampel sampah kering hasil penetapan volatil digerus sampai halus;
2. Timbang sampel kering dan halus ± 4 gram dalam cawan krus, catat;
3. Masukkan cawan krus dalam oven 900ºC selama 1 jam. Lebihkan ¼ jam untuk pencapaian
temperatur 900ºC
4. Matikan furnace, biarkan dingin, masukkan dalam desikator. Lalu timbang, lakukan
sebanyak tiga kali penimbangan.
3.4 Rumus
1. % Kadar Air =
berat cawan isi −berat cawan 105oCberat cawan isi −berat cawan kosong
×100%
% Kadar Kering = 100 % - % kadar air
2. % Kadar Volatil =
berat cawan 105oC−berat cawan 600o Cberat cawan isi −berat cawan kosong
×100%
3. % Kadar Abu =
berat cawan 600oC−berat cawan 900oCberat cawan isi −berat cawan kosong
×100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
NoBerat cawan
kosongBerat cawan
isiBerat cawan isi
105 oCBerat cawan isi
600 oCBerat cawan isi
900 oC1 50,121 61,848 57,957 50,165 50,1312 50,122 61,846 57,954 50,165 50,1343 50,122 61,846 57,947 50,166 50,136
Rata2 50,122 61,847 57,953 50,165 50,134
4.2 Perhitungan
1. Kadar Air Sampah
% Kadar Air =
berat cawan isi −berat cawan isi 105o Cberat cawan isi −berat cawan kosong
×100%
% Kadar Air =
61,847-57,95361,847-50,122
×100% = 33,21 %
% Kadar Kering = 100 % - % kadar air
% Kadar Kering = 100 % - 33,21 % = 66,79 %
2. Kadar Volatil Sampah
% Kadar Volatil =
berat cawan isi 105o C−berat cawan isi 600o C berat cawan isi −berat cawan kosong
×100%
% Kadar Volatil =
57,953-50,16561,847-50,122
×100% = 66,42 %
3. Kadar Abu Sampah
% Kadar Abu =
berat cawan isi 600o C -berat cawan isi 900o C berat cawan isi −berat cawan kosong
×100%
% Kadar Abu =
50,165-50,13461,847-50,122
×100%
= 0,26 %
4.2 Pembahasan
Pada praktikum di laboratorium buangan padat pada tanggal 14 April 2012, praktikan
melakukan percobaan penetapan kadar air, kadar volatil dan kadar abu dalam sampel sampah
yang diambil dari sampah organik. Sampah organik yang dijadikan sampel berupa sampah
sayur yang sudah membusuk. Perlakuan awal sampel adalah pengecilan ukuran sampel
dengan cara dihaluskan menggunakan lumpang alu. Kemudian sampel dipanaskan pada suhu
105oC dan ditimbang sehingga diperoleh berat setelah pemanasan. Selanjutnya dilakukan
perhitungan dan diperoleh nilai kadar air sampah sebesar 33,21 %. Berarti sekitar sepertiga
dari berat total sampah yang dijadikan sampel tersebut adalah terdiri dari air.
Selanjutnya sampel kembali dipanaskan pada suhu 600oC dan ditimbang. Setelah ditimbang
dan dilakukan perhitungan diperoleh kadar volatil sampah sebesar 66,42%. Hal ini
menandakan bahawa sampel yang digunakan mengandung banyak bahan-bahan organik yang
lebih mudah hancur dan menguap apabila dipanaskan. Kadar volatil penting untuk proses
dekomposisi oleh mikroorganisme, sehingga sampah jenis ini juga cocok untuk dijadikan
kompos. Setelah dibakar pada suhu 900oC, ditimbang dan dilakukan perhitungan, diperoleh
kadar abu sampel sampah sebesar 0,26%.
Nilai kadar abu ini menunjukkan bahwa sampel sampah mengandung sedikit bahan-bahan
anorganik yang tidak terbakar pada suhu 900oC. Bahan-bahan anorganik yang tidak hancur
ketika dibakar pada suhu 900 oC tersebut antara lain terdiri dari logam besi dan karbon.
Penentuan kadar air, kadar volatil dan kadar abu sampah ini sangat penting dalam
menentukan bagaimana sistem kerja dari mesin insenerator yang digunakan dalam
pengolahan sampah.
Sampah organik merupakan sampah yang dapat diolah menjadi kompos. Menurut SNI nomor
19-7030-2004 mengenai standar kualitas dari kompos, kadar air maksimum yang
diperbolehkan dalam kompos adalah 50 %, sedangkan dari percobaan yang dilakukan
didapatkan hasil kadar air dalam sampah adalah 33,21 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampah sayuran yang digunakan sampel layak digunakan sebagai kompos.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Sampah dapur yang dijadikan sampel memiliki kadar air sebesar 33,21% dan kadar kering
sebesar 66,79%;
2. Kadar volatil sampel sampah adalah sebesar 66,42%;
3. Kadar abu sampel sampah adalah sebesar 0,26%;
4. Sampel sampah sebagian besar tersusun atas bahan organik yang dapat digunakan sebagai
bahan baku kompos.
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan percobaan ini adalah:
1. Berhati-hati dalam melakukan proses pemanasan;
2. Lakukan percobaan dengan teliti dan cermat;
3. Teliti dalam membaca neraca analitik dan mengolah data yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2004. Diktat Pengelolaan Sampah. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Idafi, Mahfuz. 2009. Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat
Iman, Muhammad Sadiqul. 2010. Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat
Tchobanoglous. 1993. Integrated Solid Waste Management. New York: Mc Graw Hill Inc
Anonim A. 2010. Kadar Air Sampah. http:budiwijayatl09.blogspot.com/2010/2/kadar-air-sampah-i.html. Diakses tanggal: 10 April 2012
Anonim B. 2010. Laporan Praktikum Percobaan Analisa Sampah. http:scrib.ac.org. Diakses tanggal: 10 April 2012