laporan akhir hibah penelitian dosen muda … filebulan oktober tahun 2015. i . ii penyelesaian...

35
LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT ( STUDI KASUS DI BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN BANJAR ADAT SEMANA KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR PROPINSI BALI ) TIM PENELITI I Gusti Ngurah Dharma Laksana, S.H., M.Kn. NIDN : 0007047503 (Ketua) I Gusti Nyoman Agung, S.H., M.Hum. NIDN : 0031125033 (Anggota) PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BULAN OKTOBER TAHUN 2015

Upload: vocong

Post on 07-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM

KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT

( STUDI KASUS DI BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN

BANJAR ADAT SEMANA KECAMATAN UBUD KABUPATEN

GIANYAR PROPINSI BALI )

TIM PENELITI

I Gusti Ngurah Dharma Laksana, S.H., M.Kn. NIDN : 0007047503 (Ketua)

I Gusti Nyoman Agung, S.H., M.Hum. NIDN : 0031125033 (Anggota)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

BULAN OKTOBER TAHUN 2015

Page 2: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

i

Page 3: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

ii

PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM

KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT

(STUDI KASUS DI BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN BANJAR

ADAT SEMANA KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR

PROPINSI BALI)

I Gusti Ngurah Dharma Laksana, I Gusti Nyoman Agung, Ilmu Hukum,

Fakultas Hukum Universitas Udayana, Kampus Bulit Jimbaran Indonesia,

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Kampus Bulit

Jimbaran Indonesia, Penulis [email protected]

ABSTRAK

Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan, begitu besarnya manfaat

tanah bagi kehidupan manusia, selain itu tanah juga sebagai tempat bagi

menguburkan orang-orang yang sudah meninggal (tempat peristirahatan terakhir).

Sehingga tanah sering menjadi obyek sengketa dari orang-orang yang

menginginkannya. Sengketa merupakan bagian dari konflik dalam dinamika

kehidupan masyarakat. Timbulnnya konflik umumnya disebabkan oleh berbagai

faktor 1) Konflik Data (Data Conflict), 2) Konflik Kepentingan (Interest Conflict),

3) Konflik Hubungan (Relationship Conflict), 4) Konflik Struktur (Structural

Conflict), 5) Konflik Nilai (Value Conflict).

Seperti halnya sengketa tanah kuburan yang terjadi di Banjar Adat

Ambengan dengan Banjar Adat Semana Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar

Propinsi Bali, sebenarnya hal seperti itu sangat disayangkan. Karena akan

membawa dampak yang kurang baik, tidak saja menimbulkan keresahan bagi

masyarakat sekitar (psikis) tetapi menimbulkan keresahan bagi masyarakat luas.

Maka dari itulah diperlukan peran dan kerjasama semua pihak antara lain : para

pihak yang bersengketa, pemerintah daerah, penegak hukum (dalam rangka

mengamankan ketertiban umum), Kesbang Pol dan Linmas, Tokoh Adat, Tokoh

Agama, dan pihak-pihak yang terkait supaya sengketa tidak berkepanjangan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, permasalahan yang akan dipecahkan

adalah faktor penyebab terjadinya sengketa tanah kuburan serta penerapkan azas

rukun, laras, patut dan siapa saja para pihak yang ikut berperan dalam

penyelesaian sengketa di Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat Semana

Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Propinsi Bali.

Penelitian di atas menggunakan metode pendekatan kasus, yaitu jenis

penelitian kualitatif deskriptif, berupa penelitian dengan metode atau pendekatan

studi kasus (Case Study).

Hasil penelitian yang terjadi di Banjar Adat Ambengan dengan Banjar

Adat Semana Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, dapat

disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya sengketa tanah kuburan, berawal

dari pemotongan tiga pohon kelapa dan satu pohon blalu yang rencananya akan

digunakan untuk pembangunan Pura Prajapati. Dengan pemotongan pohon

tersebut maka terjadilah sengketa antar dua bajar adat dengan adanya saling klaim

kepemilikan tanah kuburan. Dengan demikian maka terjadilah sengketa yang

berkepanjangan dan berujung pada pelarangan penguburan jenasah sehingga

menyebabkan disintegrasi dan timbul pertentangan antar kelompok.

Page 4: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

iii

Dalam penyelesaian sengketa dilakukan melalui proses mediasi dengan

mengadakan pertemuan beberapa kali dengan menerapkan azas rukun, laras, patut

untuk tercapainya masyarakat yang aman, tentram dan harmonis, serta

menghormati awig-awig (produk hukum adat bali) yang berlaku. Pada pertemuan

tersebut menghasilkan beberapa butir kesepakatan perdamaian yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak tanggal 14 April 2011. Terwujudnya

perdamaian berarti sengketa tanah kuburan sudah berakhir sehingga terwujud

kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penyelesaian sengketa

tersebut melibatkan pihak ketiga antara lain : Perbekel Sayan, Perbekel

Singakerta, Camat Ubud, Kapolsek Ubud, Danramil Ubud, Kapolres Gianyar,

Kodim 1616 Gianyar, Bupati Gianyar.

Kata Kunci : Penyelesaian, Sengketa, Tanah, Kuburan

Page 5: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

iv

K A T A P E N G A N T A R

Atas asung kerta nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas perkenanNya laporan hasil dapat diselesaikan sesuai jadwal yang

telah ditentukan.

Selain atas rahmatNya, laporan hasil ini dapat diselesaikan berkat

kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, antara lain : kepada bapak Dekan

Fakultas Hukum Universitas Udayana, Badan Perijinan dan Penanaman Modal

Provinsi Bali yang telah memberi kemudahan dalam mendapatkan surat ijin

penelitian, dan pihak-pihak yang terkait secara tulus telah membantu memberikan

data berupa dokumen mengenai kasus sengketa tanah kuburan yang dikaji dalam

penelitian ini. Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut di atas, sudah

sepantasnya melalui laporan ini peneliti menyampaikan terimakasih yang

sedalam-dalamnya.

Peneliti menyadari bahwa laporan hasil ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan, namun demikian, peneliti yakin sekecil apapun usaha yang telah

dilakukan, akan bermanfaat secara teoritis maupun praktis.

Akhir kata, peneliti dengan senang hati selalu membuka diri untuk

mendapat kritik, masukan, komentar yang positif dan semoga laporan hasil

bermanfaat bagi semua pihak.

13 Oktober 2015

Ketua Tim Peneliti

Page 6: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

v

D A F T A R I S I

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .............................. 11

A. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11

B. Manfaat Penelitian .................................................................... 11

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 12

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 14

A. Munculnya Sengketa/Konflik di Kabupaten Gianyar ............... 14

B. Faktor Penyebab Munculnya Sengketa Tanah Kuburan ........... 16

C. Penyelesaian Sengketa Tanah Kuburan Dalam Penerapan

Azas Rukun, Laras dan Patut .................................................... 19

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 26

A. Tujuan Penelitian ...................................................................... 26

B. Manfaat Penelitian .................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 28

Page 7: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan, mengingat Negara

Republik Indonesia merupakan negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

sebagian besar bergantung pada tanah. Tanah selain dijadikan tempat tinggal juga

merupakan sumber kehidupan dan tempat mencari nafkah. Begitu besarnya

manfaat tanah bagi kehidupan manusia, sehingga orang-orang akan berusaha

untuk melindungi dan mempertahankan tanah miliknya dari gangguan pihak-

pihak lain, selain itu tanah juga sebagai tempat bagi menguburkan orang-orang

yang sudah meninggal (tempat peristirahatan terakhir).

Mengingat tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga tanah

sering menjadi obyek sengketa dari orang-orang yang menginginkannya.

Sengketa merupakan bagian dari konflik dalam dinamika kehidupan masyarakat

yang semakin komplek, disebabkan adanya benturan kepentingan antara dua atau

lebih subyek hukum yang berisikan tuntutan pemenuhan hak dan kewajiban.

Konflik mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan

kebudayaan. Konflik terjadi antara individu dengan kelompok atau kelompok

dengan kelompok. Keadaan demikian menimbulkan perubahan-berubahan

tertentu dalam masyarakat. Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi antara

generasi tua dengan generasi muda. Pertentangan-pertentangan tersebut kerap

terjadi, apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional

ke tahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiannya lebih

Page 8: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

2

mudah menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang dalam beberapa hal

mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian menimbulkan perubahan-

perubahan tertentu dalam masyarakat.1 Timbulnnya konflik umumnya disebabkan

oleh berbagai faktor 1) Konflik Data (Data Conflict), 2) Konflik Kepentingan

(Interest Conflict), 3) Konflik Hubungan (Relationship Conflict), 4) Konflik

Struktur (Structural Conflict), 5) Konflik Nilai (Value Conflict).2 Konflik

merupakan suatu gejala yang melekat pada setiap masyarakat, dan setiap unsur

dalam masyarakat memberikan sumbangan untuk terjadinya disintegrasi dalam

wujud konflik.3

Mustahil untuk menghilangkan konflik dalam kehidupan masyarakat,

namun yang terpenting bagaimana konflik mesti diarahkan kepada sesuatu yang

bermanfaat bagi kepentingan dan kemajuan masyarakat. Dalam hubungan tersebut

masyarakatlah yang mesti melakukan kontrol.4 Terjadinya konflik/sengketa

semakin hari semakin bertambah banyak, baik yang sifatnya sederhana maupun

yang bersifat kompleks. Sengketa yang banyak terjadi khususnya di Bali antara

lain : sengketa tapal batas, pemekaran wilayah, Perebutan Pura, pensertifikatan

tanah adat, sengketa tanah kuburan.

Seperti halnya sengketa tanah kuburan yang terjadi di Banjar Adat

Ambengan dengan Banjar Adat Semana Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar

Propinsi Bali, sebenarnya hal seperti itu sangat disayangkan. Karena akan

1 Soerjono Soekanto, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hal.280.

2 Joni Emirzon, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Negosiasi,

Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase), PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.21-23.

3 Ronny Hanitijo Soemitro, 1981, Pendekatan Konflik Terhadap Masalah-Masalah

Hukum, dalam satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif Sosial, Alumni, Bandung, hal.9.

4 I Ketut Wirta Griadhi, et.al, 2013, Konflik Perbatasan Desa Pakraman Dalam

Perspektif Nilai Ekonomis Tanah Serta Penyelesaiannya, (Laporan Penelitian Kerjasama antara

LPPM Unud Dengan BAPPEDA Provinsi Bali), hal.2.

Page 9: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

3

membawa dampak yang kurang baik, tidak saja menimbulkan keresahan bagi

masyarakat sekitar (psikis) tetapi menimbulkan keresahan bagi masyarakat luas.

Maka dari itulah diperlukan peran dan kerjasama semua pihak antara lain : para

pihak yang bersengketa, pemerintah daerah, penegak hukum (dalam rangka

mengamankan ketertiban umum), kesbangpol dan linmas, tokoh adat, tokoh

agama, dan pihak-pihak yang terkait supaya sengketa tersebut tidak

berkepanjangan.

Sebagaimana yang kita ketahui, bentuk penyelesaian sengketa dapat

dilakukan dengan ada 2 (dua) cara, yaitu secara litigasi (pengadilan) dan non-

litigasi (diluar pengadilan). Masing-masing penyelesaian sengketa memiliki

kelebihan dan kekurangan, tergantung yang mana yang lebih disukai atau

dianggap paling tepat oleh para pihak untuk menyelesaikan permasalahan yang

sedang dihadapi. Masyarakat Bali dewasa ini dalam menyelesaikan sengketa,

khususnya sengketa adatlebih mengutamakan penyelesaian dengan cara non-

litigasi.

Apalagi jika sengketa itu melibatkan antar banjar adat maupun desa adat

(sekarang desa pakraman). Apabila dalam kenyataannya tingkat keberhasilan

menyelesaikan sengketa melalui mediasi yang mengarah pada win-win solusion

sangat rendah sehingga perlu di carikan faktor penyebabnya. Sepatutnya

menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan tanah adat khususnya

tanah kuburan, supaya penyelesaian persoalan tidak dengan cara-cara kekerasan

(pengerusakan maupun penganiayaan), akan tetapi terlebih dahulu

dimusyawarahkan secara kekeluargaan, berdasarkan atas asas rukun, laras dan

Page 10: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

4

patut, apabila penyelesaian demikian berhasil maka akan mempunyai efek yang

baik secara sosiologis, psychologis dan yuridis.

B. Rumusan Masalah :

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sengketa tanah kuburan di

Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat Semana Kecamatan Ubud

Kabupaten Gianyar Propinsi Bali?

2. Apa dalam penyelesaian sengketa tanah kuburan menerapkan azas rukun,

laras, patut dan siapa saja para pihak yang ikut berperan dalam

penyelesaian sengketa tersebut?

Page 11: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

5

BAB II

T I N J A U A N P U S T A K A

Pancasila, sebagai dasar filosofi kehidupan bermasyarakat telah

mengisyaratkan bahwa azas penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk

mufakat lebih diutamakan, seperti tersirat juga dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, sumber hukum tertulis yang

mengatur alternatif penyelesaian sengketa selama ini, khususnya arbitrase dapat

ditemui di dalam Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (RV), Undang-

Undang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, sayangnya undang-undang

tersebut tidak mengatur secara rinci dan tegas tentang bentuk-bentuk alternatif

penyelesaian sengketa kecuali arbitrase.5

Sengketa di bidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, yang

sangat disayangkan khususnya di Bali yang menjadi obyek sengketa adalah tanah

kuburan. Tampaknya penyelesaian yang lebih efektif adalah melalui jalur non-

peradilan yang umumnya ditempuh melalui cara-cara perundingan dengan

dipimpin atau diprakarsai oleh pihak ketiga yang netral atau tidak memihak.6

Istilah konflik berasal dari bahasa inggris, conflict dan dispute, yang

berarti perselisihan atau percekcokan, atau pertentangan. Perselisihan atau

percekcokan tentang sesuatu terjadi antara dua orang atau lebih7.

5 Joni Emirzon, Op.Cit, hal.8-13.

6 Maria S.W.Sumardjono, Nurhasan Ismail, Isharyanto, 2008, Mediasi Sengketa

Pertanahan, Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) di Bidang

Pertanahan, PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta, hal.4.

7 Joni Emirzon, Op.Cit, hal.19.

Page 12: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

6

Istilah konflik lebih banyak dibicarakan dalam sosiologi sebagai salah satu

bentuk dari suatu proses sosial. Konflik merupakan salah satu dari proses sosial

yang bersifat menjauhkan. Konflik sebagai suatu proses sosial dapat berakhir

dengan akomodasi (penyatuan kembali) tapi ada kalanya konflik berakhir dengan

situasi disintegrasi (perpecahan). Oleh karenanya, konflik juga dapat berakhir

dengan terjadinya perubahan sosial. Sedangkan istilah sengketa lebih banyak

digunakan dalam disiplin Antropologi Hukum dikaitkan dengan istilah sengketa

berkepanjangan dan penyelesaian sengketa. Dalam Hukum Adat, kedua istilah

konflik maupun sengketa adat sama-sama digunakan, secara inkonsisten.

Penggunaaan istilah sengketa adat antara lain digunakan oleh M.Koesnoe dalam

ajarannya yang terkenal dengan ajaran tentang penyelesaian sengketa adat.8

Pertentangan (conflict) masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya

perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi

antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.

Umumnya masyarakat tradisional di indonesia bersifat kolektif, segala kegiatan

didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui,

tetapi mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang timbul pertentangan antara

kepentingan individu dengan kepentingan kelompok, yang dalam hal-hal tertentu

menimbulkan perubahan sosial.9

Nader dan Todd mengatakan dalam bukunya Perkembangan Teori Dalam

Ilmu Hukum, bahwa konflik sebagai bagian dari proses sengketa. Menurutnya,

proses bersengketa itu ada 3 (tiga) yaitu : 1) Pra Konflik (pre conflict stage) yakni

8TIP. Astiti,et.al., 2012, Sengketa Tanah Adat Yang Disertai Kekerasan Dalam Konteks

Perkembangan Pariwisata, (laporan Penelitian Magister Kenotariatan Universitas Udayana Tahun

2012), (selanjutnya disingkat Astiti.TIP,et.al I), hal.4.

9Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal.280.

Page 13: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

7

kondisi yang mendasari rasa tidak puas seseorang, 2) Situasi Konflik (conflict

stage) yakni sikap bermusuhan atau munculnya keluhan sehingga konfontasi

berlangsung secara diadik (diadic), 3) Sengketa (dispute stage) yakni perselisihan

sudah meningkat menjadi sengketa dan konfrontasi di antara pihak-pihak yang

berselisih menjadi triadik (triadic)/pihak yang berkonflik sudah ditunjukkan dan

dibawa ke arena publik (masyarakat).10

Menurut Astiti.TIP, konflik maupun

sengketa keduanya terjadi karena adanya gangguan atas keseimbangan dalam

pergaulan hidup bermasyarakat.11

Salah satu penyebabnya adalah sengketa tanah

kuburan yang terjadi di Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat Semana

Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Propinsi Bali.

Konflik adat yang terjadi di Bali, selama masa reformasi tampak meluas di

seluruh wilayah. Penelitian Windia tahun 2006 menunjukkan dalam kurun waktu

enam tahun (1999-2005) telah terjadi 101 konflik yang menyebar di seluruh

kabupaten kota di Bali.12

Tabel konflik adat yang terjadi di Bali dari Tahun 1999 - 2005 :13

No

Kabupaten Konflik Adat di Bali

1 Karangasem 17

2 Gianyar 39

3 Tabanan 14

4 Jembrana 2

10Salim.H, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta, Cet.Kedua, hal.83-84.

11

TIP. Astiti,et.al I, Op.Cit, hal.5.

12

TIP.Astiti, 2010, Desa Adat Menggugat dan Digugat, Udayana University Pres, Cet.

Pertama, (selanjutnya disingkat TIP.Astiti II), hal.54.

13

I Gede Suartika, 2010, Anatomi Konflik Adat di Desa Pakraman dan Cara

Penyelesaiannya, Udayana University Press, hal.50.

Page 14: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

8

5 Bangli 10

6 Klungkung 9

7 Badung 8

8 Denpasar 2

Jumlah

101

Selain istilah konflik/sengketa, penyelesaian sengketa adat juga

menggunakan pendekatan hukum adat berdasarkan asas-asas yang dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Asas kerukunan adalah pedoman dalam menyelesaikan konflik adat. Asas

kerukunan berhubungan erat dengan pandangan hidup dan sikap seseorang

menghadapi hidup bersama di dalam suatu lingkungan dengan sesamanya,

untuk mencapai masyarakat yang aman, tenteram, dan sejahtera.

Penerapan asas rukun dalam penyelesaian konflik adat dimaksudkan untuk

mengembalikan keadaan kehidupan seperti keadaan semula, status dan

kehormatan, serta terwujudkannya hubungan yang harmonis sesama krama

desa. Dalam menyelesaikan konflik adat yang demikian, setiap krama desa

dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan krama

desa selaku warga masyarakat hukum adat. Asas rukun tidak menekankan

menang kalah pada salah satu pihak, melainkan terwujudnya kembali

keseimbangan yang terganggu, sehingga para pihak yang bertikai bersatu

kembali dalam ikatan desa adat.

2. Asas kepatutan adalah menunjuk kepada alam kesusilaan dan akal sehat,

yang ditujukan kepada penilaian atas suatu kejadian sebagai perbuatan

Page 15: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

9

manusia maupun keadaan. Patut pada satu sisi berada dalam lingkungan

alam normatif, sedangkan pada sisi lain berada dalam kenyataan. Patut

berisi unsur-unsur yang berasal dari alam susila, yaitu nilai-nilai buruk

atau baik dan unsur akal sehat, yaitu perhitungan-perhitungan yang

menurut hukum dapat diterima.

Pendekatan asas patut dimaksudkan agar penyelesaian konflik adat untuk

menjaga nama baik pihak masing-masing, sehingga tidak ada yang merasa

diturunkan atau direndahkan status dan kehormatannya selaku krama desa.

Dengan demikian, pedekatan asas patut dapat berlaku efektif untuk

mencegah terjadinya konflik adat.

3. Asas keselarasan adalah penggunaan pendekatan asas keselarasan

dilakukan dengan memperhatikan tempat, waktu dan keadaan (desa, kala,

patra) sehingga putusan terhadap konflik adat diterima oleh para pihak dan

masyarakat. Asas laras dalam hukum adat digunakan dalam menyelesaikan

konflik adat yang konkret dengan bijaksana, sehingga para pihak yang

bersangkutan dan masyarakat adat merasa puas.14

4. Asas musyawarah adalah suatu asas yang menegaskan bahwa dalam hidup

bermasyarakat segala persoalan yang hajat hidup dan kesejahteraan

bersama harus dipecahkan bersama oleh anggota-anggotanya atas dasar

kebulatan kehendak bersama.

5. Asas mufakat adalah asas yang digunakan dalam menyelesaikan

perbedaan-perbedaan kepentingan pribadi seseorang dengan orang lain

atas dasar perundingan antara yang bersangkutan. Perundingan difokuskan

14

I Nyoman Sirtha, 2008, Aspek Hukum Dalam Konflik Adat di Bali, Udayana

University Press, Cet. Pertama, hal.78-81.

Page 16: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

10

pada pendapat atau pendirian yang masih berbeda untuk diusahakan

mendapat titik temu melalui proses tawar menawar. Proses tawar menawar

melalui sikap saling menerima dan saling memberi sesuai dengan apa yang

di Bali sebagai saling asah, saling asih, saling asuh.

6. Asas gotong-royong adalah suatu asas dalam penyelesaian pekerjaan

secara bersama-sama antara semua warga untuk kepentingan bersama

seluruh masyarakat.

7. Asas tolong-menolong lebih menekankan pada perbuatan yang bersifat

timbal-balik antara seseorang dengan orang lainnya dalam upaya

memenuhi kesejahteraan pribadi masing-masing. Obyek tolong-menolong

tidak hanya berupa pekerjaan, akan tetapi bisa berbentuk materi maupun

jasa lainnya.15

15 TIP.Astiti II, Op.Cit, hal.77-79.

Page 17: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

11

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan pemaparan di atas, dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan akar

permasalahan sebagai pemicu/penyebab terjadinya sengketa tanah kuburan yang

terjadi di Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat Semana Kecamatan Ubud

Kabupaten Gianyar Propinsi Bali.

Secara khusus penelitian ini bertujuan : 1) untuk mengetahui mengapa

yang menjadi obyek sengketa merupakan tanah kuburan, 2) bagaimana sengketa

tersebut diselesaikan.

B. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk

mengembangkan ilmu hukum, terutama konsentrasi hukum adat yang berkaitan

dengan sengketa tanah kuburan.

Secara praktis, dapat memberi sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak

yang terkait dalam proses penyelesaian sengketa khususnya dalam penerapan azas

rukun, laras dan patut.

Page 18: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

12

BAB IV

M E T O D E P E N E L I T I A N

Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian

dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Data studi kasus dapat

diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi

ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Sebagai sebuah studi kasus maka data

yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya

berlaku pada kasus yang diselidiki. Menurut Arikunto, bahwa metode studi kasus

sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan

secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu),

lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.16

Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan

untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan

posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung dan bersifat apa adanya (given).

Dalam penelitian case study obyek yang diteliti mengenai sengketa tanah kuburan

antara Banjar Adat Ambengan dengan Banjar Adat Semana di Kecamatan Ubud

Kabupaten Gianyar Propinsi Bali.

Pendekatan dilakukan dengan cara menelaah kasus sengketa tanah

kuburan terkait dengan isu yang ada. Yang menjadi kajian pokok di dalam

pendekatan kasus adalah rasio decidendi atau reasoning. Pendekatan kasus

mempunyai kegunaan dalam mengkaji rasio decidendi atau reasoning yang

merupakan referensi bagi penyusunan argumentasi dalam pemecahan masalah.

16 Pendekatan Studi Kasus (Case Study) Dalam Penelitian kualitatif, http://www.menulis

proposalpenelitian.com/2011/01/pendekatan-studi-kasus-case-study-dalam.html, diakses hari

minggu tanggal 10 Mei 2015

Page 19: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

13

Dalam pendekatan kasus dianggap paling relevan untuk menggali informasi

secara mendalam/mengetahui faktor penyebab terjadinya sengketa tanah kuburan

serta pola penyelesaian yang ditempuh oleh para pihak.

Page 20: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

14

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Munculnya Sengketa/Konflik di Kabupaten Gianyar

Kabupaten Gianyar sebagai kota budaya yang memiliki kebudayaan dan

adat istiadat beraneka ragam yang bernafaskan agama, telah berhasil dijadikan

aset oleh Pemda Gianyar. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun kepemimpinan

Bupati Gianyar jumlah konflik sosial yang muncul dan ditangani sebanyak 56

kasus telah dapat diselesaikan sebanyak 36 kasus dan 20 kasus yang belum. Dari

56 kasus tersebut, 34 kasus terjadi sebelum tahun 2008, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :17

No

Tahun Jumlah

1 2007 34

2 2008 5

3 2009 7

4 2010 5

5 2011 5

Jumlah

56

Konflik sosial atau kerusuhan adalah suatu kondisi dimana terjadi huru

hara/kerusuhan atau perang/keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu

yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku ataupun organisasi tertentu.

17 Pemda Kabupaten Gianyar, 2012, Laporan Penanganan Konflik Sosial di Kabupaten

Gianyar Tahun 2007-2011, hal.1-2.

Page 21: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

15

Konflik sosial yang didominasi oleh kasus yang berlatar belakang permasalahan

adat seperti : tanah laba pura, kuburan, tanah desa adat dan permasalahan tapal

batas. Penyebab terjadinya konflik yaitu, perbedaan pendapat, salah paham, ada

pihak yang dirugikan, peraaan sensitif, komunikasi, kepentingan pribadi.18

Konflik sosial di Kabupaten Gianyar sebagian besar berlatar belakang

kasus adat dimana setiap permasalahan yang muncul memiliki karakteristik dan

kekhasan tersendiri sesuai dengan adat istiadat dan awig-awig desa adat masing-

masing sehingga diperlukan proposionalitas dalam penanganan permasalahan

tersebut. Dalam penanganan konflik sosial Pemda Gianyar bekerjasama dengan

Polres Gianyar dan Instansi terkait dengan selalu mengedepankan pola

penyelesaian antara lain :

1. Koeksistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak

saling mengganggu dan saling merugikan, dengan menetapkan

peraturan yang mengacu pada perdamaian serta diterapkan secara

ketat dan konsekuen;

2. Mediasi (perantaraan), jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu,

masing-maing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi

perantara yang berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak;

3. Tujuan sekutu besar, yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang

berkonflik ke arah tujuan yang lebih besar dan kompleks;

4. Tawar-menawar integratif, yaitu dengan menggiring pihak-pihak yang

berkonflik, untuk lebih berkonsentrasi pada kepentingan luas/umum,

dan tidak hanya berkisar pada kepentingan sempit/pribadi.19

18 Ibid, hal.3.

19

Ibid, hal.5-6.

Page 22: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

16

Dengan telah terselesaikannya sebanyak 36 konflik dari 56 kasus yang

ada, maka situasi dan kondisi daerah Kabupaten Gianyar sampai akhir tahun 2011

cukup kondusif. Terwujudnya penyelesaian konflik tersebut berkat kerjasama

yang baik antar pemimpin daerah, instansi terkait yang ada di Kabupaten Gianyar

dan juga berkat partisipasi masyarakat Kabupaten Gianyar.20

B. Faktor Penyebab Munculnya Sengketa Tanah Kuburan

Munculnya sengketa tanah kuburan berawal dari pemotongan 3 (tiga)

pohon kelapa dan 1 (satu) pohon blalu oleh warga Banjar Adat Semana di lokasi

kuburan pada tanggal 31 Mei 2007. Menurut warga Banjar Adat Semana, kayu

tersebut rencananya akan digunakan untuk pembangunan di Pura Prajapati

setempat yang digunakan secara bersama-sama, namun tindakan tersebut dilarang

oleh warga Banjar Adat Ambengan.21

Adapun luas obyek sengketa seluas 5,2 are

yang letaknya di sebelah barat jalan dengan batas pohon celagi. Sengketa tanah

kuburan antara kedua belah pihak terus berkembang yang menyebabkan

hubungan kedua banjar adat semakin tegang yang berlanjut dengan pelarangan

penggunaan kuburan bagi warga Banjar Adat Semana (sesuai hasil pesamuan

Banjar Adat Ambengan tanggal 01 Juni 2007), dalam kaitannya dengan hal

tersebut maka pada tanggal 04 Juli 2007, ada Warga dari Banjar Adat Semana

meninggal dunia yang penguburannya dilarang menggunakan kuburan di Banjar

Adat Ambengan.

20 Ibid, hal.13.

21

Kesbang Pol dan Linmas, 2012, Laporan Kasus Adat/Tapal Batas Desa Yang Masih

Berkembang Yang Perlu Diwaspadai Untuk Tahun 2012 Di Wilayah Kabupaten Gianyar, tanpa

halaman.

Page 23: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

17

Dengan pelarangan penggunaan kuburan oleh Banjar Adat Ambengan,

maka sengketa tanah kuburan semakin berkembang dan hampir terjadi bertrok

fisik antara kedua belah pihak. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pihak Pemda

Gianyar telah berjanji memberikan tanah bekas timbunan pasir yang akan

dijadikan tanah kuburan dan bangunan perlengkapan lainnya seperti bangunan

Pura Prajapati. Atas terjadinya larangan penguburan tersebut, Pemda Gianyar

mengadakan pertemuan dengan kedua belah pihak, antara lain membicarakan

tentang keinginan pemerintah memberikan tanah seluas 5 are, akan tetapi ditolak

oleh warga Banjar Adat Semana karena tidak sesuai dengan tuntutannya untuk

diberikan tanah timbunan pasir yang akan dijadikan tanah kuburan. Dan warga

Banjar Adat Semana tetap meminta kembali menggunakan kuburan lama. Pihak

Banjar Ambengan menolahnya. Ketika diadakan pertemuan berikutnya yang

difasilitasi Pemda Gianyar. Pemda Gianyar tetap menawarkan akan memberikan

tanah seluas 5 are ditambah tanah bekas timbunan pasir kepada warga Banjar

Adat Semana, tetapi warga Banjar Adat Semana tetap tidak mau dan bagi mereka

keinginan kembali ke kuburan lama adalah “harga mati” dan tidak perlu lagi

tanah kuburan baru berapun luasnya. Situasi tolak menolak antara kedua belah

pihak menyebabkan sengketa ini berlangsung lama tidak kunjung selesai (Disusun

berdasarkan dokumen Kesbang Pol dan Limas Kabupaten Gianyar).22

Namun berkat kesigapan aparat situasi dapat dikendalikan dan untuk

mencarikan jalan keluar, maka aparat terkait mulai dari tingkat desa, kecamatan

dan Pemda Gianyar telah mengambil langkah-langkah yaitu kedua belah pihak

menandatangani kesepakatan bahwa tanah kuburan dibagi dua, sebagian

22 TIP.Astiti,et.al I, Op.Cit, hal.16.

Page 24: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

18

dipergunakan oleh warga Banjar Adat Semana dan sebagian lagi dipergunakan

oleh warga Banjar Adat Ambengan. Adanya sikap ewuh pakewuh (tidak tegas)

pejabat di tingkat banjar/dusun dalam menyelesaiakan perkara, sehingga tidak ada

usaha maksimal untuk menyelesaiakan perkara secara tuntas, melainkan tergesa-

gesa diwaba ke jenjang lebih tinggi, yaitu bendesa atau kepala desa. Sikap ini

sering menimbulkan penyelesaian berlarut-larut karena pejabat ditingkat desa

kadang-kadang mengembalikan kembali kepada pihak yang berperkara karena

pihak yang bersangkutan dianggap lebih tahu pokok permasalahannya.23

Dalam perkembangannya proses industrialisasi, reformasi dan globalisasi,

telah banyak menimbulkan perubahan pada masyarakat Bali, antara lain, dalam

hal mata pencaharian, gaya hidup, pandangan hidup dan juga karakter orang Bali.

Perubahan karakter orang Bali yang sebelumnya ramah tamah dan santun dalam

bergaul, kini cenderung beringas dan suka berkonflik. Selain itu, terjadi

perubahan dalam fungsi kelembagaan, antara lain, dapat dilihat dari fungsi banjar

dan desa adat yang sebelumnya dibanggakan, sebagai lembaga tradisional yang

bersifat sosial religius yang berfungsi mengayomi warganya sehingga warganya

dapat hidup tenang dan damai, kini lembaga ini sering menjadi arena konflik

untuk memperjuangkan berbagai kepentingan (politik, ekonomi, sosial) pribadi

dan kelompok.24

Berdasarkan pemaparan di atas, senada apa yang dikemukakan Nader dan

Todd bahwa konflik sebagai bagian dari proses sengketa. Proses sengketa

berawal dari pra konflik (pre conflict stage), situasi konflik (conflict stage) dan

23 I Nyoman Wita, et.al, 2008, Format Hubungan Antara Desa Dinas/Kelurahan

Dengan Prajuru Adat Dalam Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan, (Laporan Penelitian

Kerjasama Pappeda Kabupaten Klungkung dengan Lembaga Penelitian Universitas Udayana

Denpasar, Semarapura), hal.87-88.

24

Astiti.TIP II, Op.Cit, hal.52-53.

Page 25: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

19

sengketa (dispute stage) yaitu berawal dari pemotongan pohon yang dilakukan

oleh warga Banjar Adat Semana, sehingga perselisihan meningkat menjadi

sengketa dan konfrontasi dengan warga Banjar Adat Ambengan.

Konflik/sengketa tersebut sudah dibawa ke ranah publik (masyarakat), terbukti

dalam penyelesaian sengketa tanah kuburan di mediatori oleh Pemda Gianyar.

C. Penyelesaian Sengketa Tanah Kuburan Dalam Penerapkan Azas Rukun,

Laras, Patut

Setiap organisasi, baik organisasi tradisional maupun organisasi modern

yang ada hubungannya dengan pengelolaan pemakaman (kuburan umum atau di

Bali dikenal dengan nama setra), pasti mempunyai aturan tentang persyaratan

pemanfaatan kuburan. Masalah pelarangan penguburan jenasah atau penggalian

kembali jenasah yang sudah dikuburkan, terjadi karena beberapa hal, seperti :

1. Masyarakat adat di Bali (warga desa pakraman) belum memahami

tujuan (patitis) awig-awig desa pakraman;

2. Yang bersangkutan atau keluarganya telah melakukan pelanggaran

awig-awig secara terus-menerus (mamengkung);

3. Yang bersangkutan atau keluarganya tidak memenuhi persyaratan

penguburan jenasah seperti diminta atau ditentukan oleh desa

pakraman;

4. Masing-masing desa pakraman mempunyai aturan tentang penguburan

jenasah, kadang-kadang baru dibuat sesudah ada masalah;

5. Kerancuan pemahaman tentang konsep nindihin gumi.25

25 Wayan P.Windia, 2014, Hukum Adat Bali Aneka Kasus & Penyelesaiannya, Udayana

University Press, Cetakan Pertama, hal.154-156.

Page 26: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

20

Cara mengatasi masalah :

1. Tujuan dibuatnya awig-awig adalah untuk menciptakan ketertiban dan

kedamaian (kasukertan) di desa pakraman. Maka dari itu, kalau ada

ketentuan awig-awig yang tidak mencerminkan tujuan, ditinggalkan atau

dicabut dan dibuang, diganti dengan ketentuan awig-awig lain yang lebih

menjamin terciptanya ketertiban dan kedamaian (kasukertan) di desa

pakraman;

2. Pelanggaran terhadap awig-awig dapat dilakukan oleh siapa saja. Setiap

pelanggaran sebaiknya diselesaikan semasih yang melakukan pelanggaran

dapat diajak ngomong (bicara);

3. Tidak masalah desa pakraman membuat aturan atau persyaratan sendiri

tentang penguburan jenasah asalkan tidak mengandung muatan “mencekik

leher sendiri”, tetapi justru memberikan kemudahan kepada warga desa

pakraman untuk menguburkan jenasah, walaupun mereka dianggap

melakukan pelanggaran adat;

4. Nindihin gumi (membela atau bekerja untuk desa) selama ini diartikan

terbatas pada aktivitas atau kegiatan membela atau membangun desa

sendiri. Bentuk pembelaan atau pekerjaannya juga terbatas pada fisik

(ngayah) dan sumbangan sukarela (dana Punia).26

Upaya penyelesaian sengketa tanah kuburan yaitu dengan mengadakan

pertemuan berulangkali baik secara bergilir, maupun secara bersama-sama dengan

melibatkan pihak ke tiga yaitu Perbekel Sayan, Perbekel Singakerta, Camat Ubud,

26 Ibid, hal.156-157.

Page 27: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

21

Kapolsek Ubud, Danramil Ubud, Kapolres Gianyar, Kodim 1616 Gianyar, Bupati

Gianyar. Ini mencerminkan ketidak mampuan prajuru banjar adat yang

bersangkutan dalam menyelesaikan persoalan intern warganya. Kegagalan

tersebut dapat disebabkan karena budaya hukum masyarakat (para pihak) yang

bersengketa tidak berkeinginan untuk berdamai.27

Akhirnya pada hari Rabu tanggal 13 April 2011 bertempat di Pos Polisi

Desa Singakerta dan dilanjutkan kembali di pelataran Pura Prajapati diadakan

pertemuan membahas kasus tanah kuburan yang disengketakan antara Banjar

Adat Ambengan Desa Pakraman Sayan, Desa Sayan dengan Banjar Adat Semana

Desa Pakraman Demayu, Desa Singakerta Kecamatan Ubud.

Kesepakatan tersebut ditandatangani pada tanggal 14 April 2011 oleh

Bendesa Adat Sayan, Kelihan Banjar Adat Ambengan, Kelian Banjar Dinas

Ambengan, Bendesa Adat Demayu, Kelian Banjar Adat Semana, Kelian Banjar

Dinas Semana, pihak-pihak yang hadir sebagai saksi pada saat itu antara lain :

Perbekel Sayan, Perbekel Singakerta, Camat Ubud, Kapolsek Ubud, Danramil

Ubud, Kapolres Gianyar, Kodim 1616 Gianyar, Bupati Gianyar juga ikut

penandatangani kesepakatan tersebut.

Adapun kesepakatan yang telah ditandatangani adalah sebagai berikut :

1. Pihak I (Pertama) dan Pihak II (Kedua) sepakat, lahan kuburan yang

terletak di sebelah barat jalan dengan batas pohon celagi ke selatan di

bagi sesuai batas dan pembagian yang telah disepakati;

2. Sebagai pembatas untuk lahan kuburan, hasil dari pada pembagian

sebagaimana dimaksud pada poin 1 (satu) kesepakatan ini adalah

27 TIP.Astiti, et.al I, Op.Cit, hal.17.

Page 28: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

22

menggunakan batas buatan (tembok) pembuatannya dibantu oleh

Pemerintah Kabupaten Gianyar;

3. Lahan kuburan bagian dari pihak I (Pertama) dengan status

pemanfaatan, bukan berstatus kepemilikan dan juga bukan sebagai

batas wilayah kedinasan;

4. Mengenai batas wilayah kedinasan akan ditentukan oleh Pemerintah

Derah Kabupaten Gianyar sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku;

5. Pelinggih Pura Prajapati dan jalan yang ada sekarang tetap digunakan

bersama-sama oleh kedua belah pihak;

6. Pihak I (Pertama) dan pihak II (Kedua) tetap menjalin hubungan yang

harmonis dan bila ada kematian tetap berkoordinasi dan menghormati

dresta yang berlaku di masing-masing Banjar Adat.

Sebenarnya konflik sudah ada sepanjang sejarah dan menjadi bagian serta

dinamika dalam kehidupan. Konflik itu sendiri ada yang bersifat positif

(fungsional) ada juga konflik yang bersifat negatif (disfungsional). Disatu sisi

konflik dapat menimbulkan terjadinya perubahan sosial, di pihak lain, konflik

juga dapat terjadi sebagai akibat suatu perubahan sosial.28

Perubahan dan perkembangan dalam suatu masyarakat di manapun di

dunia ini merupakan gejala normal, hal ini merupakan konsekuensi dari akibat

melajunya arus globalisasi terutama kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa ada 3 (tiga) teori umum

28 TIP.Astiti II, Op.Cit, hal.53.

Page 29: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

23

perihal perubahan-perubahan sosial yang berhubungan dengan hukum, yakni

pertama : komunikasi yang progresif dari penemuan-penemuan di bidang

teknologi, kedua : kontak dan konflik antara kebudayaan, ketiga : terjadinya

gerakan sosial (social movement).29

Setiap gejala dipandang sebagai suatu unsur yang merupakan bagian

daripada keseluruhan proses yang dinamis, gejala sosial dianggap sebagai suatu

unsur keseluruhan. Dengan demikian, maka setiap gejala sosial dianggap sebagai

bagian daripada jaringan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa, struktur-

struktur dan proses-proses yang mendasarinya. Tentang konflik, maka terdapat

dua model dari masyarakat yang masing-masing disebut sebagai model konflik

dan model konsensus. Cici-ciri kedua model tersebut adalah :

1. Ciri-ciri model konsensus adalah :

a. Masyarakat mempunyai struktur sosial yang stabil dan secara relatif

kokoh;

b. Terintegrasi secara baik;

c. Setiap elemen berfungsi dan mendukung pemeliharaan sistem;

d. Struktur sosial didasarkan pada suatu konsensus tentang nilai-nilai.

2. Ciri-ciri model konflik adalah :

a. Setiap bagian masyarakat dapat berubah;

b. Pada setiap bagian masyarakat terdapat konflik atau dissensus;

c. Setiap elemen mendorong terjadinya perubahan;

29 Abdul Manan, 2009, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta, Kencana, Cet.Ketiga,

hal. 76-77.

Page 30: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

24

d. Didasarkan pada paksaan yang dilakukan oleh sebagian dari warga

masyarakat.30

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sengketa tanah

kuburan yang terjadi di Kabupaten Gianyar, akan menyebabkan perubahan sosial

dan menimbulkan perpecahan. Sebaliknya apabila sengketa tanah kuburan

ditinjau dari azas yang terdapat dalam hukum adat khususnya azas rukun, laras

dan patut seperti diuraikan pada halaman 8 s/d 10 dapat diimplementasikan

dengan baik melalui proses mediasi, walaupun sebelumnya kedua belah pihak

bersikukuh dengan keyakinannya masing-masing bahwa “kamilah yang paling

benar/paling berhak”. Dengan demikian upaya mediasi dengan mengedepankan

azas rukun, laras dan patut secara terus menerus untuk menumbuhkan kesadaran

para pihak supaya sengketa tanah kuburan yang terjadi di Kabupaten Gianyar

tidak berkepanjangan yang pada akhirnya kedua belah pihak sepakat

menandatangani surat kesepakatan penyelesaian kasus tanah kuburan pada tanggal

14 April 2011.

Disisi lain menunjukkan bahwa sikap, prilaku maupun moral orang Bali

sudah mulai terdegradasi yang melekat pada setiap individu karena berbagai

faktor, dan setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan untuk

terjadinya disintegrasi dalam wujud konflik. Ini menunjukkan bahwa sengketa

kuburan antara warga Banjar Adat Semana dan warga Banjar Adat Ambengan

terjadi karena adanya gangguan atas keseimbangan dalam pergaulan hidup

bermasyarakat.

30 Soerjono Soekanto, 1981, Fungsi Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni, Bandung,

hal.54-55.

Page 31: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

25

Menurut Moh.Koesnoe, dalam penerapan penyelesaian perkara, berpijak

pada sistem adat dan hukum dari pandangan dan ajaran tentang manusia dan

kehidupan yang merupakan kategori konstitutip yang terdiri dari tiga macam azas

kerja yaitu kerukunan, kepatutan, dan keselarasan untuk dapat mencapai

kehidupan bermasyarakat yang tenang, tentram dan sejahtera dalam ikatan

kekeluargaan, yang ke tiga azas tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain

baik dalam proses, maupun dalam soal-soal materiil.31

31 Herowaati Poesoko, M.Khoidin. Dominikus Rato, 2014, Eksistensi Pengadilan Adat

Dalam Sistem Peradilan di Indonesia, LaksBang Justitia, Surabaya, hal.22.

Page 32: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

26

BAB VI

S I M P U L A N D A N S A R A N

A. Simpulan :

Berdasarkan uraian sengketa tanah kuburan yang terjadi di Banjar Adat

Ambengan dengan Banjar Adat Semana Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar

Propinsi Bali, akhirnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Faktor penyebab terjadinya sengketa tanah kuburan, berawal dari

pemotongan tiga pohon kelapa dan satu pohon blalu yang rencananya akan

digunakan untuk pembangunan Pura Prajapati. Dengan pemotongan pohon

tersebut maka terjadilah sengketa antar dua bajar adat dengan adanya

saling klaim kepemilikan tanah kuburan. Dengan demikian maka terjadilah

sengketa yang berkepanjangan dan berujung pada pelarangan penguburan

jenasah sehingga menyebabkan disintegrasi dan timbul pertentangan antar

kelompok.

2. Dalam penyelesaian sengketa dilakukan melalui proses mediasi dengan

mengadakan pertemuan beberapa kali dengan menerapkan azas rukun,

laras, patut untuk tercapainya masyarakat yang aman, tentram dan

harmonis, serta menghormati awig-awig (produk hukum adat bali) yang

berlaku. Pada pertemuan tersebut menghasilkan beberapa butir

kesepakatan perdamaian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak

tanggal 14 April 2011. Terwujudnya perdamaian berarti sengketa tanah

kuburan sudah berakhir sehingga terwujud kerukunan dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam penyelesaian sengketa tersebut melibatkan pihak

Page 33: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

27

ketiga antara lain : Perbekel Sayan, Perbekel Singakerta, Camat Ubud,

Kapolsek Ubud, Danramil Ubud, Kapolres Gianyar, Kodim 1616 Gianyar,

Bupati Gianyar.

B. Saran :

Kiranya tidaklah berlebihan penulis mengetengahkan beberapa saran,

antara lain :

1. Berdasarkan penelitian Wayan Windia dari Tahun 1999 s/d 2005 konflik

adat yang terjadi di Bali sebanyak 101 kasus, khusus di Kabupaten

Gianyar dari Tahun 2007 s/d 2011 sebanyak 56 kasus, ini menunjukkan

bahwa setiap tahun selalu saja ada desa adat/desa pakraman yang

bersengketa/berkonflik. Maka dari itu, desa adat/desa pakraman di Bali

yang merupakan organisasi tradisional supaya merevisi awig-awig (produk

hukum adat) untuk meminimalisir terjadinya sengketa/konflik yang

berkepanjangan, dan dalam penyelesaian sengketa mengedepankan azas

rukun, laras dan patut dengan tidak mengutamakan menang atau kalah

tetapi yang diutamakan adalah win-win solusion sehingga terwujud

keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Untuk menghindari sengketa/konflik antar desa pakraman yang akan

menyebabkan perpecahan/disintregrasi maka, bagi Pemerintah Daerah

Gianyar, penegak hukum, Kesbang Pol dan Linmas dan pihak yang terkait,

supaya terus untuk mengupayakan penyelesaian sengketa/konflik dengan

musyawarah-mufakat sehingga terwujud ajeg Bali sesuai dengan

berdasarkan konsep Tri Hita Karana.

Page 34: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

28

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Manan, 2009, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta, Kencana,

Cet.Ketiga

Herowaati Poesoko, M.Khoidin. Dominikus Rato, 2014, Eksistensi Pengadilan

Adat Dalam Sistem Peradilan di Indonesia, LaksBang Justitia, Surabaya.

I Gede Suartika, 2010, Anatomi Konflik Adat di Desa Pakraman dan Cara

Penyelesaiannya, Udayana University Press.

I Nyoman Sirtha, 2008, Aspek Hukum Dalam Konflik Adat di Bali, Udayana

University Press, Cet. Pertama

Joni Emirzon, 2001, Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan

(Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi dan Arbitrase), PT.Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Maria S.W.Sumardjono, Nurhasan Ismail, Isharyanto, 2008, Mediasi Sengketa

Pertanahan, Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(ADR) di Bidang Pertanahan, PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1981, Pendekatan Konflik Terhadap Masalah-

Masalah Hukum, dalam satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif

Sosial, Alumni, Bandung, hal.9

Soerjono Soekanto, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

--------------------, 1981, Fungsi Hukum dan Perubahan Sosial, Alumni,

Bandung.

Salim.H, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, PT.Raja Grafindo

Persada, Jakarta, Cet.Kedua.

TIP.Astiti, 2010, Desa Adat Menggugat dan Digugat, Udayana University Pres,

Cet. Pertama.

Wayan P.Windia, 2014, Hukum Adat Bali Aneka Kasus & Penyelesaiannya,

Udayana University Press, Cetakan Pertama.

Herowaati Poesoko, M.Khoidin. Dominikus Rato, 2014, Eksistensi Pengadilan

Adat Dalam Sistem Peradilan di Indonesia, LaksBang Justitia, Surabaya.

Page 35: LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA … fileBULAN OKTOBER TAHUN 2015. i . ii PENYELESAIAN SENGKETA TANAH KUBURAN DALAM KAITANNYA DENGAN AZAS RUKUN, LARAS DAN PATUT (STUDI KASUS

29

Laporan Penelitian :

I Ketut Wirta Griadhi, et.al, 2013, Konflik Perbatasan Desa Pakraman Dalam

Perspektif Nilai Ekonomis Tanah Serta Penyelesaiannya, (Laporan

Penelitian Kerjasama antara LPPM Unud Dengan BAPPEDA Provinsi

Bali).

I Nyoman Wita, et.al, 2008, Format Hubungan Antara Desa Dinas/Kelurahan

Dengan Prajuru Adat Dalam Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan,

(Laporan Penelitian Kerjasama Pappeda Kabupaten Klungkung dengan

Lembaga Penelitian Universitas Udayana Denpasar, Semarapura).

Pemda Kabupaten Gianyar, 2012, Laporan Penanganan Konflik Sosial di

Kabupaten Gianyar Tahun 2007-2011

Kesbang Pol dan Linmas, 2012, Laporan Kasus Adat/Tapal Batas Desa Yang

Masih Berkembang Yang Perlu Diwaspadai Untuk Tahun 2012 Di

Wilayah Kabupaten Gianyar.

TIP. Astiti,et.al., 2012, Sengketa Tanah Adat Yang Disertai Kekerasan Dalam

Konteks Perkembangan Pariwisata, (laporan Penelitian Magister

Kenotariatan Universitas Udayana Tahun 2012).

Internet :

Pendekatan Studi Kasus (Case Study) Dalam Penelitian kualitatif,

http://www.menulis proposalpenelitian.com/2011/01/pendekatan-studi-

kasus-case-study-dalam.html, diakses hari minggu tanggal 10 Mei 2015