laporan 4
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Satelit penginderaan jauh (observasi bumi dan lingkungan) dapat
memberikan data secara cepat dan tepat waktu untuk bencana alam, deteksi
kebakaran hutan, deteksi penyakit tanaman, tata guna tanah, penetapan/
pembangunan fasilitas, perlindungan lingkungan, pemantauan lingkungan global,
preservasi tempat/bangunan arkeologi survei dan pemetaan, pengintaian
(reconnaisance, detection and surveillance) dan penegakan hukum serta penilaian,
perijinan dan penentuan pajak “real estate” (Sutanto, 1986).
Pemanfaatan satelit penginderaan jauh merupakan pilihan yang paling tepat
untuk memperoleh data tentang sumber daya alam tersebut yang tersebar diseluruh
wilayah Indonesia yang cukup luas. Indonesia yang dilimpahi dengan kekayaan
sumber daya alam yang besar memerlukan pengelolaan secara efisien dan efektif
(Danoedoro, 1996).
Selain itu, deteksi Perubahan Lahan (Landuse Change Detection) yang dikaji
dari data inderaja merupakan sarana peringatan dini yang tepat bagi pengelolaan
lahan pesisir yang berkelanjutan. Melalui data ini dapat dilihat luas lahan yang
terdegradasi dan kondisi kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai dasar untuk
menghitung aset sumberdaya yang hilang (Anonim, 2013).
Melihat kondisi ini, data dan informasi yang diperoleh dari penginderaan
jauh memegang peranan yang sangat penting. Melalui analisa data ini secara kontinyu
dapat di monitor perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Akan tetapi, monitoring
tidak dapat berbicara banyak tanpa dapat mendeteksi nilai aset yang hilang karena
konversi penggunaan lahan tersebut. (Anonim, 2013).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
Mahasiswa diharapkan mampu menampilkan citra.
Mahasiswa mampu mendeteksi perubahan panjang garis pantai
dan mampu mendeteksi perubahan luas tambak.
Mahasiswa mampu menganalisa spasial perubahan panjang garis
pantai dan perubahan luas tambak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pantai Utara Jawa dan Sekitarnya
Panjang garis pantai yang di miliki Jawa Tengah adalah 791,76 km, yang
terdiri atas pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang 289,07 km.
Selain itu, Jawa Tengah mempunyai 34 pulau-pulau kecil. Provinsi Jawa Tengah di
apit oleh tiga provinsi yaitu Jawa Timur di sebelah timur, Jawa Barat di sebelah barat
dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di sebelah selatan (Saputra, 2013)
Di sepanjang pantai utara Jawa Tengah terletak beberapa kota/kabupaten dari
bagian timur hingga barat adalah Kabupaten Rembang, Pati, Jepara, Demak, Kota
Semarang, Kabupaten Kendal, Batang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan,
Pemalang, Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes. Di bagian selatan, terdiri dari 4
(empat) kabupaten yaitu Wonogiri, Purworejo, Kebumen dan Cilacap (Saputra,
2013).
Kondisi pantai utara Jawa Tengah yang landai dan perairan yang relatif tenang
menjadikan pantai utara Jawa Tengah sebagai daerah yang memiliki cukup banyak
sentra nelayan dan penangkapan ikan terutama dengan skala kecil dan
menengah,namun saat ini kondisinya sudah padat tangkap. Dipantai selatan yang
berbatasan dengan Samudera Indonesia masih mempunyai potensibesar untuk
perikanan tangkap khususnya untuk kapal penangkap ikan besar tetapi kondisinya
yang curam dengan ombak yang besar mengakibatkan kurangnya sentra nelayan dan
penangkapan ikan di pantai selatan Jawa Tengah (Saputra, 2013).
2.1.1 Cilacap dan Segara Anakan
Kabupaten Cilacap terletak di 109◦ 01’ 18,4” BT sampai 7◦ 43’ 31,2” LS
(PPS Cilacap. 2009). Batas wilayah Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes
2) Sebelah Timur : Kabupaten Kebumen
3) Sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat
4) Sebelah Selatan : Samudera Hindia/Indonesia
Kabupaten Cilacap dengan luas wilayah 225.361 km, secara geografis berada
di selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia.
Panjang garis pantai keseluruhan 201,9 km, yang terdiri dari garis pantai yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ± 105 km, serta garis pantai di
perairan Segara Anakan ± 96,9 km. Kabupaten Cilacap terbagi atas 24 kecamatan
dengan jumlah desa/kelurahannya mencapai 284 desa/kelurahan. Kecamatan yang
memiliki wilayah pantai mencapai 11 kecamatan dengan jumlah desanya mencapai
72 desa/kelurahan. Melihat luas wilayah dan wilayah yang memiliki daerah pantai
maka Kabupaten Cilacap baik langsung maupun tidak langsung memiliki potensi
pengembangan yang cukup besar di bidang perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya (PPS Cilacap,2010).
Kabupaten Cilacap adalah daerah di selatan Jawa yang ditunjang dengan
aksesibilitas yang mudah ke kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta, Bogor, Bandung,
Yogyakarta, Semarang maupun Surabaya. Aksesibilitas tersebut memudahkan dalam
pemasaran produk-produk perikanannya (PPS Cilacap,2010).
Lahan di Kabupaten Cilacap terbagi atas lahan sawah dan bukan lahan sawah.
Lahan sawah lebih banyak yaitu 150.787,91 ha (70.50%) sedangkan lahan bukan
sawah sebesar 63.062,37 ha (21.50%). Lahan sawah sendiri terdiri atas irigasi teknis,
irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa atau non pekerjaan umum (PU),
tadah hujan dan pasang surut serta lainnya. Lahan bukan sawah terdiri atas
pekarangan, kebun, ladang, padang rumput, hutan rakyat, hutan Negara, perkebunan,
sementara tidak diusahakan dan lain-lain (rawa, tambak dan kolam). Wilayah
Kabupaten Cilacap memiliki ketinggian 0-198 m dari permukaan laut (PPS
Cilacap,2010).
Pembanguan PPS Cilacap berasal dari gagasan pembangunan PPI
Sentolokawat pada tahun 1980, namun gagasan ini menemui hambatan karena
lokasinya berdekatan dengan dermaga, dan lalu lintas kapal tangker Pertamina.
Kondisi ini mengakibatkan lokasi pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap di
pindahkan ke Kelurahan Tegal Kamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten
Cilacap, Jawa tengah (PPS Cilacap,2010).
2.2. Citra Satelit Multi Temporal
Sistem penginderaan jauh sebenarnya bekerja dalam dua domain, yaitu
domain elektromagnetik dan domain ruang. Pada prinsipnya sebuah benda
memantulkan dan atau memancarkan gelombang elektromagnetik. Apabila dalam
suatu luasan tertentu terdapat beberapa jenis benda, maka masing-masing benda akan
memberikan pantulan dan atau pancaran gelombang elektromagnetik yang dapat
diterima oleh sensor. Dengan demikian, kehadiran suatu benda dapat dideteksi
berdasarkan pantulan atau pancaran elektromagnetik yang dilakukan oleh benda itu,
asal karakteristik pancaran atau pantulan elektromagnetiknya telah diketahui
(Danoedoro, 1996).
Sistem penginderaan jauh didesain memiliki sifat multi aplikasi yaitu multi spektral,
multi spasial dan multi temporal. Sifat multi spektral dari sistem penginderaan jauh
dikarenakan sensor kamera satelit menggunakan saluran penginderaan dua atau lebih
pada saat yang bersamaan. Semakin banyak kanal atau saluran yang digunakan maka
informasi yang didapat semakin banyak dan lengkap. Sifat multi spasial berarti
sistem penginderaan jauh memiliki ketajaman (ketelitian) spasial sebanyak dua atau
lebih, sering juga disebutkan ketelitian spasial ini sebagai resolusi spasial
(Anonim,2013).
Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda, baik
mikro maupun makro. Perbedaan struktur ini mempengaruhi pola respon
elektromagnetiknya. Oleh karena itu, perbedaan respon elektormagnetik tersebut
dapat dijadikan landasan bagi pembedaan obyek. Fisika modern telah membuktikan
bahwa gelombang elektromagnetik terdiri atas sekumpulan “pita“ atau saluran dengan
wilayah atau julat panjang gelombang yang berbeda-beda. Tiap wilayah
elektromagnetik dengan julat panjang gelombang tertentu inilah yang disebut dengan
spektrum (jamak: spektra). Setiap wilayah yang kita sebut warna itu adalah suatu
wilayah spektrum sendiri (Danoedoro, 1996).
2.3. Analisa Spasial
Menurut Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1986) dinyatakan bahwa
interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut.
Sutanto (1986). Dalam interpretasi citra, penafsir citra berupaya untuk mengenali
obyek yang tergambar pada citra dan menerjemahkannya dalam disiplin ilmu tertentu
seperti geologi, geografi, ekologi, dan lain sebagainya (Sutanto, 1986).
Ada tiga rangkaian dalam interpretasi citra, yakni deteksi, identifikasi, dan
analisis. Deteksi ialah pengamatan adanya suatu obyek. Identifikasi adalah upaya
mencirikan obyek yang terdeteksi. Sedangkan pada tahap analisis, dikumpulkan
keterangan lebih lanjut (Sutanto, 1986).
Salah satu subsistem yang merupakan bagian dari SIG yang mampu
menangani data yang bereferensi kebumian, yaitu Manipulasi dan analisis data yang
merupakan kekuatan utama dalam penyelesaian masalah keruangan/ spasial.
Subsistem ini merupakan fungsi untuk menentukan apa yang dapat diperoleh dari
SIG. SIG untuk keperluan rekayasa dan manipulasi data, antara lain adalah dengan
tumpang susun (overlay) yaitu menggabungkan dua data spasial polygon sehingga
menghasilkan coverage polygon baru (Aronoff, 1989).
2.4. Deteksi Perubahan Menggunakan Citra Satelit
Deteksi perubahan adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi perbedaan
keberadaan suatu obyek atau fenomena yang diamati pada waktu yang berbeda.
Kegiatan ini perlu mendapat perhatian khusus dari sisi waktu maupun keakurasian.
Mengetahui perubahan menjadi penting dalam hal mengetahui hubungan dan
interaksi antara manusia dan fenomena alam sehingga dapat dibuat kebijakan
penggunaan lahan yang tepat (D. Lu, 2003).
Umumnya deteksi perubahan meliputi aplikasi sejumlah multi-temporal untuk
analisis kuantitatif pengaruh temporal dari suatu fenomena. Keunggulan
pengumpulan data berulang, synoptic views, dan format digital yang sesuai untuk
pengolahan komputer, data penginderaan jauh seperti ; Thematic Mapper (TM),
Satellite Probatoire d'Observation de la Terre (SPOT), radar dan Advanced Very
High Resolution Radiometer (AVHRR), menjadi sumber data utama yang digunakan
untuk applikasi deteksi perubahan. LULC. D. Lu, (2003), merangkum hasil-hasil riset
yang berkaitan dengan penggunaan data penginderaan jauh untuk deteksi perubahan
(D. Lu, 2003).
Adanya kebutuhan data satelit yang terdiri dari data lama dan data baru
dengan tenggang waktu yang relatif lama sehingga dapat dilakukan kajian perubahan
lahan.
Dilain pihak lifetime satelit umumnya sekitar 5 tahun dan tidak diperpanjang
dengan generasi berikut. Atas dasar tersebut mau tidak mau harus menggunakan data
dari satelit yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan kajian perbedaan karakteristik
dari satelit yang berbeda , teknik teknik pengolahan data untuk mendapatkan
informasi penutup lahan. Juga dengan pemanfaatan GIS yang dapat memanfaatkan
banyak sumber data yang berbeda, dapat dijadikan sebagai komplemen untuk
analisis metode detaksi perubahan (Anonim, 2013).
D. Lu, (2003) dalam ringkasannya menemukan 7 Jenis metode yang
digunakan dalam menerapkan deteksi perubahan, yaitu :
1. Aljabar, Kategori aljabar meliputi perbedaan citra, regresi citra, perbandingan
citra, perbedaan indeks vegetasi, change vector analysis (CVA) dan
substraksi background. Metoda ini ( selain CVA) relatif mudah, secara
langsung, mudah untuk diterapkan dan diinterpretasikan, tetapi tidak dapat
menunjukkan matriks informasi perubahan (Lu, D, P. Mausel at all, 2003).
2. Transformasi Kategori transformasi meliputi: PCA, KT, Gramm-Schmidt (G),
dan transformasi Chi-square. Keuntungan metoda ini adalah dalam hal
mengurangi redundans antar band dan penekanan informasi yang berbeda
pada komponen yang diturunkan. Metode ini tidak bisa memberikan
perubahan terperinci dan memerlukan pemilihan treshold untuk
mengidentifikasi area yang berubah. Kerugiannya adalah kesulitan untuk
menginterpretasi dan memberikan label informasi perubahan pada citra yang
sudah ditransformasi (Lu, D, P. Mausel at all, 2003).
3. Klasifikasi, Kategori ini meliputi perbandingan post klasifikasi, analisa
kombinasi spektral-temporal, algoritma deteksi perubahan expectation-
maximization (EM), deteksi perubahan unsupervised, deteksi perubahan
hybrid, dan ANN. Metoda ini didasarkan pada kasifikasi citra, di mana
kwantitas dan kualitas data sample sangat krusial untuk menghasilkan hasil
klasifikasi yang baik. Keuntungan utama dari metoda ini adalah kemampuan
untuk memberikan matrik informasi perubahan dan mengurangi dampak
eksternal pengaruh perbedaan atmosfer dan lingkungan diantara data citra
multi-temporal (Lu, D, P. Mausel at all, 2003).
4. Advance Model, Advance Models berdasarkan kategori deteksi perubahan
meliputi model reflektansi Li- Strahler, model spectral mixture, dan model
penilaian parameter biofisik (biopyisical parameter estimation). Dalam
metoda-metoda ini, nilai reflektansi citra sering dikonversi menjadi parameter
fisik atau fraksi melalui model linier atau nonlinear. Parameter yang
ditransformasi lebih intuitif diinterpretasi dan lebih baik mengekstraksi
informasi vegetasi dengan dibandingkan dengan signatures spektral. (Lu, D,
P. Mausel at all, 2003).
5. SIG (Sistem Informasi Geografis), Kategori deteksi perubahan berdasarkan
GIS meliputi integrasi GIS denga metode penginderaan jauh dan metoda GIS
murni. Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari
sumber berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan
sumber data dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi
perubahan (Lu, D, P. Mausel at all, 2003).
6. Analisa Visual , Kategori analisis visual meliputi interpretasi visual dari citra
komposit multi-temporal dan digitasi on-screen areal yang berubah. Metoda
ini dapat digunakan secara penuh oleh analis berpengalaman dan ilmuan.
Tekstur, bentuk, ukuran dan pola citra adalah elemen kunci yang digunakan
untuk identifikasi perubahan LULC melalui interpretasi visual. Elemen ini
tidak sering digunakan dalam analisa deteksi perubahan secara digital sebab
sulit untuk mengekstraksi unsur-unsur tersebut (Lu, D, P. Mausel at all, 2003).
7. Teknik Deteksi Perubahan lainnya, Sebagai tambahan dari enam kategori
teknik deteksi perubahan yang dibahas diatas, ada beberapa metoda yang tidak
bisa dimasukkan dengan salah satu kategori di atas, dan saat ini belum banyak
digunakan (Lu, D, P. Mausel at all, 2003).
III. MATERI METODE
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari : Selasa, 8 Oktober 2013
Waktu : 09.30 – 11.30 WIB.
Tempat : Laboratorium Komputasi Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang
3.2. Materi
Adapun materi pada praktikum indraja kali ini sebagai berikut :
1. Menampilkan citra multi temporal
2. Deteksi perubahan garis pantai
3. Analisis perubahan spasial
3.3. Metode
a. Menampilkan Citra Satelit Multitemporal
1. Buka software ER Mapper, lalu buat window baru. Kemudian klik icon
Edit Algorithm .
2. Lalu di window Algorithm, klik icon Load Dataset . Setelah muncul
window Raster Dataset, pilih file Landsat_5Juli2001. ers. Lalu klik
OK
3. Kemudian pada window ER Mapper, klik icon RGB dan ganti
description pada window algorithm menjadi 2001_nurfitriana
4. Lalu pseudo layer pada window algorithm di cut
5. Kemudian pada window algorithm ubah band dari citra menjadi band 5
untuk Red Layer, band 4 untuk Green Layer, dan band 2 untuk Blue
Layer. Lalu tajamkan dengan mengklik icon Refresh Image with 99%.
Lalu klik lagi icon refresh pada window ER Mapper.
6. Kemudian pada default surface klik dua kali untuk mengganti nama
“default surface“ menjadi nama kita 2001
7. Membuat window baru dengan klik edit pilih new maka akan muncul
window sebagai berikut
8. Pada window Algorthm, klik icon Load Dataset dan kali ini pilih file
Landsat_9April2003.ers. Lalu klik OK.
9. Kemudian pada window ER Mapper, klik icon RGB dan ganti
description pada window algorithm menjadi 2003_nurfitriana
10. Lalu pseudo layer pada window algorithm di cut
11. Kemudian pada window algorithm ubah band dari citra menjadi band 5
untuk Red Layer, band 4 untuk Green Layer, dan band 2 untuk Blue
Layer. Lalu tajamkan dengan mengklik icon Refresh Image with 99%.
Lalu klik lagi icon refresh pada window ER Mapper.
12. Kemudian pada default surface klik dua kali untuk mengganti nama
“default surface“ menjadi nama kita 2003
13. Maka akan terdapat dua citra dengan waktu yang berbeda, akan tetapi
menunjukan daerah yang sama, yaitu citra tahun 2001 dan citra tahun
2003.
b. Deteksi Perubahan Garis Pantai
1. Pada layer citra 2003 di klik , lalu klik icon copy pada window algorithm
dan paste ke citra layer 2001.
2. Karena tujuan kita adalah untuk mendeteksi, maka pada citra
2001_nurfitriana klik surface pada window algorithm kemudian pilih
transparency dan geser-gesr ke kanan untuk melihat perubahan yang terjadi
dari tahun 2001-2003. Semakin ke kanan sampai transparency 100%
berarti citra menunjukkan tahun 2003.
Transparency 0%
Transparency 25%
Transparency 50%
Transparency 75%
Transparency 100%
c. Analisis Spasial Perubahan Garis Pantai
1. Pada window utama, pilih bagian Edit lalu Annotate Vector Layer. Lalu
muncul window New Map Composition klik OK kemudian klik Close pada
window ER Mapper baru
2. Lalukan pembesaran sedikit lagi dengan zoom box tool, lalu transparency di
geser kekiri 0% sampai kembali ke citra tahun 2001 .
3. Mengukur panjang garis pantai dengan Polyline. Kemudian digitasi panjang
garis pantai dengan mengklik icon polyline pada window tools baru.
4. Lalu lihat panjangnya dengan mengklik icon edit object extend pada window
tools baru yang tadi.
5. Lalu ganti warna digitasi dengan mengklik ikon pointer yang ada pada
window tools yang baru tadi.
6. Kemudian klik dua kali pada garis pantai yang telah didigitasi sehingga
muncul window line style.
7. Lalu ganti warnanya menjadi warna Kuning dan mengganti kolom width
menjadi 2.0
8. Lalu pilih close dan lihat di citra layer
9. Kemudian untuk menghitung panjang garis pantai di tahun 2003, maka
tranparancy di geser ke kanan sampai 100% yang menunjukkan citra tahun
2003.
10. Lalu digitasi kembali panjang garis pantainya dengan polyline pada window
tools yang baru tadi. Kemudian lihat panjang garis pantainya dengan
mengklik ikon edit object extend pada window tools.
11. Lalu pilih close maka citranya menjadi:
12. Maka untuk citra hasil digitasi dari tahun 2001-2003 menjadi:
13. Kemudian pada citra 2001 klik kanan pilih zoom all dataset. Mengamati
perbedaan luas perubahan tambak dengan Polygon. Ubah transparency
sampai ke 0% untuk tahun 2001 kembali.
14. Pilih zoom box tools lagi untuk memperbesar citra yang ingin diketahui
perubahan luas tambak
15. Lalu lakukan digitasi dengan mengklik icon Polygon pada window tools.
16. Lalu lihat hasil luasan perubahan tambaknya dengan mengklik edit object
extend pada window tools.
17. Lalu ganti warna digitasi dengan mengklik ikon pointer yang ada pada
window tools yang baru tadi. Kemudian klik dua kali pada garis pantai yang
telah didigitasi sehingga muncul window line style. Lalu ganti warnanya
menjadi warna Hijau dan mengganti kolom width menjadi 2.0
18. Sehingga citra akan terlihat sebagai berikut :
19. Kemudian lakukan hal yang sama pada citra dengan transparency 100% ,
lalu lihat luasnya.
20. Dari hasil pengamatan adanya perubahan luas tambak yang terjadi dari tahun
2001-2003.
21. Lalu tutup semua windowsnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1 Menampilkan Citra Satelit
Citra satelit tahun 2001
Citra satelit tahun 2003
4.1.2. Deteksi Perubahan Garis Pantai
Transparency 0%
Transparency 25%
Transparency 50%
Transparency 75%
Transparency 100%
Citra 2003
4.1.3. Analisa Spasial perubahan garis pantai
A. Menentukan dan Menganalisis Perubahan Panjang Garis Pantai
B. Menentukan dan Menganalisis Perubahan Luasan Tambak di Sekitar Pantai
Utara Jawa
4.2. Pembahasan
4.2.1 Menampilkan Citra Multi Temporal
Pada praktikum kali ini menggunakan citra pada tahun 2001 dan 2003 pada
daerah yang sama namun waktunya berbeda. Tujuan dari menampilkan citra temporal
kita dapat mengetahui perubahan keadaan sekitar dari tahun 2001 sampai 2003.
Dengan menggunakan ini maka identifikasi perubahan akan menjadi mudah untuk
mendeteksinya.
4.2.2 Deteksi Perubahan Garis Pantai
Deteksi perubahan garis pantai dapat diketahui menggunakan transparency
ketika nilainya 0% diubah menjadi 25% akan terlihat sedikit perubahan kemudian
diubah menjadi 50% samapi 100% maka akan terlihat sekali perubahannya. 0%
menunjukan citra pada tahun 2001 dan ketika diubah menjadi 100% merupakan citra
tahun 2003.
4.2.3 Menganalisa Perubahan Garis Pantai dan Luas Tambak
Cara menganalisanya juga dengan menggunakan data tahun 2001 dan 2003.
Untuk mendeteksi perubahan garis pantai menggunakan polyline kemudian pada
transparency 0% digitasi maka akan dapat terlihat panjang garis pantai pada tahun
2001 kemudian transparecy 100% sehingga citra berubah menjadi tahun 2003. Lalu
menggunakan polyline lalu digitasi dan akan terlihat panjang garis pantai pada
wilayah yang sama namun pada tahun 2003. Dari data ini maka akan terlihat
perbedaan panjang garis pantainya.
Untuk mengetahui perubahan luasan tambak dengan cara yang sama namun
menggunakan tool polygon. Dari data 2001 dan 2003 maka akan terlihat perbedaan
luas tambaknya. Pada praktikum kali ini dapat terlihat bahwa luasan tambak berta,bah
besar dibandingkan tahun 2001.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum penginderaan jauh modul ke-4 Deteksi Perubahan Dengan
Citra Satelit adalah sebagai berikut :
1. Dengan resolusi temporal yang tinggi proses perubahan gambar peta dapat
dianalisis lebih detail, misal kita dapat menghitung luasan daerah yang
mengalami abrasi sepenjang tahun, kita dapat menghitung pertambahan luasan
lahan, dan berkurangnya area vegetasi setiap tahun sehingga kita dapat
menganalisa pengaruh dari berkurangnya vegetasi dengan proses abrasi.
2. Untuk mengetahui perubahan panjang garis pantai dapat menggunakan tool
polyline dengan mengaplikasikannya menggunakan citra temporal.
3. Untuk mengetahui perubahan luasan tambak dapat menggunakan tool polygon
dengan mengaplikasikannya menggunakan citra temporal
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S., 1989, Geographic Information System: A Management Perspective,
WDL Publication, Ottawa, Canada.
Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya Dalam
Bidang Penginderaan Jauh. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Estes J.E dan D.S. Simonett, 1975. Fundamental of Image Interpretatation:
Manual of remote Sensing, vol 1, first edition. R.G. Revees: ed-in-chief,
American Society of Fotogrmetri, Falls Chourch, Virginia.
Lu, D, P. Mausel at all, Change Detection Techniques, International J. Remote
Sensing, Juni 2003, Vol 25, No 12, P.2365 -2407.
http://innntan.multiply.com/journal/item/157/REmote_Sensing?
&item_id=157&view:replies=reverse. Diakses pada hari Rabu tanggal 17
April 2013 WIB.
http://library.pelangi.or.id/?pilih=arsip&topik=7&nid=2594 Diakses pada hari Selasa
tanggal 15 Oktober 2013 pukul 19.00 WIB.
http://www.lapanrs.com/INOVS/PENLI/ind/INOVS--PENLI--255--ind--laplengkap--
jansen_upap_2006.pdf Diakses pada hari Selasa tanggal 15 Oktober 2013
pukul 19.00WIB.
Pratikto, W.A, Armono H.D, Suntoyo. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut.
Edisi Pertama. BPFE. Yoyakarta. 226 hlm.
Saputra, Ichwan. 2013. http://udayanailmu.blogspot.com/2013/02/mitigasi-bencana-
gelombang-pasang-di.html. diunggah pada tanggal 15 Oktober 2013 pukul
19.53
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Ofset. Yogyakarta.
Triatmodjo, B. 2003. Pelabuhan. Beta Ofset. Yogyakarta.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH
MODUL III
KOREKSI GEOMETRI
OLEH :
NUR FITRIANA HARYANTO
2602020212130058
SHIFT 1
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
LEMBAR PENILAIAN
MODUL II : KOREKSI GEOMETRI
Nama : Nur Fitriana .H NIM : 26020212130058 Ttd:……………………
NO KETERANGAN NILAI
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan
6. Daftar Pustaka
JUMLAH
Semarang, 16 September 2013
Mengetahui,Koordinator Praktikum Asisten
Jasmine Khairani Zainal Peddy DarwinK2D009036 K2E009013
Shift : 1 (satu)
Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2013
Tanggal Pengumpulan : 16 Oktober 2013