laporan 3- refleksi ii.docx

8
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOFISIKA EKSPLORASI II ACARA: SEISMIK REFLEKSI II Penampang Seismik I Pada pemanpang seismik I setelah melakukan picking praktikan membagi menjadi 6 sekuence pengendapan. Sekuen- sekuen yang ada berada di atas basement yang diperkirakan berupa batuan beku. Sekuen pertama menunjukkan adanya kenampakan yang relatif parallel dan mengikuti topografi dari basement. Pada sekuen ini terdapat kontrol struktur yang cukup dominan dimana terjadi patahan dan lekukan pada tubuh batuan. Batas atas dari sekuen ini berupa top lap sedangkan batas bawahnya berupa ketidak selarasan. Sekuen kedua memiliki kenampakan yang hampir mirip dengan sekuen pertama. Praktikan membedakan dari sekuen yang pertama berdasarkan pada tekstur yang ada. Tekstur pada sekuen kedua dominan lebih halus dan terjadi perlipatan yang intensif pada bagian kiri dari penampang seismik. Perlapisan yang ada juga relatif lebih tebal. Pada sekuen ini pengaruh struktur sangat intensif. Terdapat beberapa struktur yang memiliki hubungan dengan sekuen pertama dan ada yang tidak berhubungan menandakan adanya fase tektonik pembentuk struktur yang berbeda.

Upload: refi-noer-fauzan

Post on 14-Aug-2015

44 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 3- Refleksi II.docx

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOFISIKA EKSPLORASI II

ACARA: SEISMIK REFLEKSI II

Penampang Seismik I

Pada pemanpang seismik I setelah melakukan picking praktikan membagi

menjadi 6 sekuence pengendapan. Sekuen-sekuen yang ada berada di atas basement

yang diperkirakan berupa batuan beku.

Sekuen pertama menunjukkan adanya kenampakan yang relatif parallel dan

mengikuti topografi dari basement. Pada sekuen ini terdapat kontrol struktur yang

cukup dominan dimana terjadi patahan dan lekukan pada tubuh batuan. Batas atas

dari sekuen ini berupa top lap sedangkan batas bawahnya berupa ketidak selarasan.

Sekuen kedua memiliki kenampakan yang hampir mirip dengan sekuen

pertama. Praktikan membedakan dari sekuen yang pertama berdasarkan pada tekstur

yang ada. Tekstur pada sekuen kedua dominan lebih halus dan terjadi perlipatan yang

intensif pada bagian kiri dari penampang seismik. Perlapisan yang ada juga relatif

lebih tebal. Pada sekuen ini pengaruh struktur sangat intensif. Terdapat beberapa

struktur yang memiliki hubungan dengan sekuen pertama dan ada yang tidak

berhubungan menandakan adanya fase tektonik pembentuk struktur yang berbeda.

Batas atas dari sekuen ini berupa top lap sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

Sekuen ketiga berada di atas sekuen kedua. Sekuen ini memiliki kenampakan

yang lebih rapat dibandingkan sekuen kedua. Pengaruh struktur pada sekuen ini juga

tampak cukup dominan. Terdapat beberapa struktur yang memiliki hubungan dengan

sekuen kedua dan ada yang tidak berhubungan menandakan adanya fase tektonik

pembentuk struktur yang berbeda. Batas atas dari sekuen ini berupa bidang keridak

selarasan sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

Sekuen keempat berupa sekuen yang menunjukkan tekstur internal yaitu

parallel dan sub parallel. Pada sekuen ini kontrol struktur sudah tidak terlalu

dominan. Sekuen ini terendapkan di atas sekuen ketiga setelah sekuen kega

mengalami proses erosional. Proses erosional pada sekuen ketiga menyebabkan

Page 2: Laporan 3- Refleksi II.docx

pengendapan sekuen keempat yang tidak selaras di atas sekuen ketiga. Batas atas dari

sekuen ini berupa top lap sedangkan batas bawahnya berupa bidang keridak

selarasan.

Sekuen kelima sebenarnya terdiri dari beberapa periode pengendapan.

Praktikan menggabungkannya berdasarkan kemungkinan kesamaan proses

pengendapan dan facies pengendapan yang dama. Dapat dilihat pengendapan yang

terjadi menghasilkan pola yang progradasi. Pola progradasi tersebut menandakan

adanya pengaruh antara interaksi sedimen yang mengisi cekungan dan perubahan

ruang akomodasi. Terjadinya penurunan muka air laut relatif atau muka laut relatif

tetap dimana laju suplai sedimen lebih besar dari perubahan ruang akomodasi

sehingga sedimentasi yang terjadi ke arah laut (seaward). Batas bawah dari sekuen ini

berupa sequence boundary sedangkan batas atas berupa top lap.

Sekuen keenam berupa facies yang menunjukkan adanya pola yang agradasi.

Pola agradasi ini dapat terjadi akibat terjadinya keseimbangan antara perubahan

ruang akomodasi dan penambahan sedimen yang masuk ke cekungan pengendapan.

Pengedapan yang terjadi berada oada daerah slope dan relatif parallel. Kontrol

struktur pada sekuen ini tidak tampak. Batas atas sekuen berupa top lap sedangkan

batas bawah sekuen berupa on lap.

Penampang Seismik II

Pada penampang seismik ini, praktikan membagi menjadi 5 sekuen dimana

terdapat ada kontrol geologi yang cukup kompleks pada penampang seismik ini.

Sekuen pertama berada atau terendapkan diatas basement yang memiliki

bentuk yang tidak datar. Pola pengendapan pada sekuen ini mengikuti topografi dari

basemen dimana menunjukkan tekstur parallel. Batas atas dari sekuen ini berupa

bidang top lap sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

Sekuen kedua diendapkan diatas sekuen pertama secara selaras. Pengendapan

ini membentuk pola yang parallel dan sub parallel. Proses tektonik yang terjadi pada

sekuen ini menyebabkan terjadinya perlipatan pada sekuen. Proses deformasi yang

Page 3: Laporan 3- Refleksi II.docx

disebabkan oleh tektonik tersebut menyebabkan sifat batuan yang awalnya plastis

menjadi brittle sehingga terjadi pataham pada beberapa bagian dari tubuh batuan.

Terbentuk struktur antiklin dan sinklin. Akibat pensesaran tersebut terjadi bidang

lemah yang kemudian menjadi jalan bagi magma sehingga terjadi terobosan batuan

yang memotong basemen hingga sekuen kedua. Batas atas dari sekuen ini berupa

bidang top lap dan bidang erosional sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

Kemudian pada bagian lembah dari lipatan terjadi deposisi dan membentuk

sekuen ketiga. Sekuen ketiga mengisi bagian sayap antiklin dimana mengikuti

topografi dari antiklin tersebut. Pengisian tersebut tidak sampai kepuncak antiklin.

Batas atas dari sekuen ini berupa bidang top lap atau ketidakselarasan sedangkan

batas bawahnya berupa down lap.

Terhentinya peroses pengendapan yang membentuk sekuen ketiga kemudian

terjadi suatu hiatus sehingga terjadi proses erosional yang menyebabkan puncak dari

antiklin tereosi dan bersamaan dengan sekuen ketiga membentuk suatu daerah yang

relatif datar. Kemudian terendapkanlah sekuen ke eampat. Sekuen keempat ini

memiliki persebaran lateral yang tidak sama tebal dimana menebal kearah laut

(seaward). Penebalan tersebut merupakan hasil dari proses deposisional sedimen

pembentuk puncak antiklin pada sayap antiklin yang lain. Batas atas dari sekuen ini

berupa bidang top lap sedangkan batas bawahnya berupa ketidakselarasan.

Sekuen kelima terendapkan diatas sekuen keempat. Sekuen ini menunjukkan

pola yang sub parallel. Pada sekuen ini kontrol struktur menyebabkan adanya

patahan pada beberapa bagian dari tubuh batuan. Batas atas dari sekuen ini berupa

bidang top lap sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

Sekuen keenam terendapkan diatas sekuen kelima. Sekuen ini menunjukkan

adanya pola yang agradasi. Pola agradasi terbentuk akibat adanya sedimentasi pada

cekungan pengendapan dimana perubahan laju ruang akomodasi dan suplai

sedimennya balance sehingga terbentul lapisan yang tebal dan relatif homogen. Dapat

dilihat adanya kenaikan muka air laut relatif yang diiringi oleh suplai sedimen yang

mengimbangi. Pada bagian awal pengendapan mengikuti lereng atau slope dimana

Page 4: Laporan 3- Refleksi II.docx

seiring berjalannya waktu terbentuk lapisan yang makin horizontal. Batas atas dari

sekuen ini adalah on lap sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

Penampang Seismik III

Pada penampang seismik tiga setelah dilakukan picking, praktikan membagi

menjadi enam sekuen. sekuen tersebut memiliki karakter masing-masing yang dapat

dibedakan antara satu dan yang lainnya.

Pada sekuen pertama yang ditandai dengan arsiran biru merupakan suatu

kompleks dari reef dimana menunjukkan adanya pola transgresif reef. Transgresif

reef ini ditunjukkan dengan kenampakan reef yang makin mundur mendekati daratan

(landward). Pertumbuhan reef tersebut pada awalnya kurang optimal. Hal ini

dimungkinkan adanya kenaikan muka air laut yang relatif cepat sehingga organisme

pembentuk reef tidak mampu untuk tumbuh. Hal ini juga menjelaskan penyebab

terbentuknya transgresif reef. Perubahan muka air laut yang relatif cepat lama-lama

dapat diimbangi oleh pertumbuhan reef yang terbentuk kemudian sehingga terdapat

reef yang relatif lebih besar. Batas atas dari sekuen ini adalah top lap.

Seiring bertambahnya input sedimen asal darat berupa material silisiklastik

menyebabkan terhentinya pertumbuhan material karbonat. Kemudian terjadi

pengendapan secara intensif material silisiklastik dan membentuk sekuen kedua.

Pengendapan sekuen kedua terjadi setelah terbentuk sekuen pertama tanpa terjadi

erosi pada sekuen pertama. Hal ini menyebabkan pengendapan sekuen kedua relatif

tidak horizontal dan mengikuti topografi dari reef pada sekuen pertama. Pada akhir

dari sekuen kedua terjadi maximum flooding dimana muka air laut relatif pada

keadaan maksimal. Batas atas dari sekuen ini adalah top lap sedangkan batas

bawahnya berupa down lap.

Akibat suplai sedimen terus bertambah dan ruang akomodasi yang tidak

mengalami penambahan, maka mulailah terbentuk pola regresif dimana sedimentasi

bergerak ke arah laut (seaward). Sekuen ketiga ini merupakan penanda adanya

Page 5: Laporan 3- Refleksi II.docx

sequence boundary yang terdapat pada batas bawahnya. Pada bagian atas dibatasi

oleh top lap.

Kemudian diatasnya terendapkan sekuen keempat. Kenampakan seismik

sekuen keempat menunjukkan adanya sedimen yang membentuk perlapisan, namun

dibeberapa tempat menunjukkan adanya indikasi reef dengan ukuran yang relatif

kecil. Batas atas berupa top lap sedangkan batas bawah berupa down lap.

Kemudian diatasnya diendapkan sekuen kelima. Sekuen ini menunjukkan

adanya pola yang agradasi. Pola agradasi terbentuk akibat adanya sedimentasi pada

cekungan pengendapan dimana perubahan laju ruang akomodasi dan suplai

sedimennya balance sehingga terbentul lapisan yang tebal dan relatif homogen. Dapat

dilihat adanya kenaikan muka air laut relatif yang diiringi oleh suplai sedimen yang

mengimbangi. Pada bagian awal pengendapan mengikuti lereng atau slope dimana

seiring berjalannya waktu terbentuk lapisan yang makin horizontal. Batas atas dari

sekuen ini adalah on lap sedangkan batas bawahnya berupa down lap.

DAFTAR PUSTAKA

Sukmono, Sigit, 1996, Seismik Stratigrafi, Jurusan Teknik Geofisika ITB, Bandung.

Wintolo, D., dkk, 2011, Buku Panduan Praktikum Geofisika Eksplorasi, Jurusan

Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada