laporan · 2019-11-27 · laporan pendataan kualitas air dan pendataan sosial, ekonomi, budaya,...

144
LAPORAN PENDATAAN KUALITAS AIR DAN PENDATAAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, KELEMBAGAAN (SOSEKBUDLEM) SUB DAS CITARIK MEI - AGUSTUS 2018 Disusun Oleh: Tim Kembara Citarik WANADRI WANADRI PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG 2018 Sekretariat : Jalan Pahlawan No.70, Jawa Barat 40124 Perwakilan Jakarta : GMSB Jalan Hr. Rasuna Said Kavling C-22 Kuningan, Jakarta 12920,Telpon: 021-5278251

Upload: others

Post on 29-Feb-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

PENDATAAN KUALITAS AIR DAN PENDATAAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA,

KELEMBAGAAN (SOSEKBUDLEM) SUB DAS CITARIK

MEI - AGUSTUS 2018

Disusun Oleh:

Tim Kembara Citarik WANADRI

WANADRI

PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG

2018

Sekretariat : Jalan Pahlawan No.70, Jawa Barat 40124

Perwakilan Jakarta : GMSB Jalan Hr. Rasuna Said Kavling C-22 Kuningan, Jakarta 12920,Telpon:

021-5278251

KATA PENGANTAR

Wanadri! Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga tim dapat menyelesaikan laporan data

KEMBARA CITARIK WANDRI. Pada kesempatan ini tim menyampaikan terimakasih kepada :

1. Reva Sumeru (W 1130 TOBA) sebagai ketua tim monitoring atas segala bantuan

dan pendampingannya.

2. Yudi Sudjudiman (W 0278 AL), Sani Salura (W 0332 KS), Irawan Marhadi (W 0356

KS), Irwanto Iskandar (W 0390 RL), Rachmat Harryanto (W 0399 RL), Dedi Setiadi

(W 0672 TL), Aries Muzaqkier (W 0694 TL), Darmanto (W 0735 KL), Feby Nugraha

(W 0771 ARA), Pahala Tua (W 0940 BW), Surya Pagi Asa (W 0941 BW), Dirga

Saumantri (W 1080 TOBA) dan Sandhykala Ning Tyas (W 0020 TA) sebagai anggota

tim monitoring atas dorongan semangat, masukan dan dukungan serta

pendampingannya.

3. Andi Angga Kusuma (W 0949 TARA) sebagai Ketua Dewan Pengurus Wanadari

4. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutan Republik Indonesia, Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bandung Jawa barat, Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya

Perairan FPIK Unpad, Laboratorium Pengindraan Jaun dan SIG Geodesi ITB, OC

Enviro dan Panca Terra Firma selaku pihak-pihak yang mendukung

berlangsungnya kegiatan Kembara Citarik Wanadri.

5. Saudara-saudaraku WANADRI atas dukungan dan semangatnya kepada tim.

Semoga laporan data ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung, September 2018

Tim Kembara Citarik Wanadri

KEMBARA CITARIK WANADRI

ABSTRAK

Sungai merupakan salah satu sumber daya air yang menunjang hajat hidup orang

banyak. Salah satu sungai di Jawa Barat adalah Sungai Citarum. Ironisnya sungai yang

menghidupi jutaan orang ini disebut-sebut sebagai “sungai terkotor di dunia” oleh Bank

Dunia satu dekade yang lalu. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah

mencanangkan program “Citarum Harum”. Upaya perbaikan kualitas Sungai Citarum harus

dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis dimulai dari hulu hingga hilir serta

memperhatikan bagian-bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. DAS citarum

memiliki banyak Sub DAS, salah satunya adalah Sub DAS Citarik. Sungai Citarik mengalir dari

Gunung Sindulang menuju Cicalengka dan bermuara di Sungai Citarum di daerah Sapan

Kabupaten Bandung. Sub DAS Citarik memiliki kondisi eksisting lahan dan demografi yang

berbeda di setiap wilayah administrasinya. Perbedaan tersebut berkontribusi terhadap

masalah dan beban pencemar yang masuk ke sungai ini yang kemudian mengalir menuju

Sungai Citarum sebagai sungai utama. Diharapkan dengan teridentifikasinya masalah di Sub

DAS Citarik, didaptakan solusi yang tepat untuk penyelesaian masalah tersebut sehingga

Sungai Citarik tidak akan memberikan kontribusi beban pencemar terhadap Sungai Citarum

sehingga percepatan perbaikan kualitas Sungai Citarum dapat berjalan secara optimum.

Wanadri sebagai organisasi kepemudaan yang menjadikan alam terbuka sebagai

medium untuk melatih fisik, mental dan intelijensia para anggotannya, sehingga berkarakter

nasionalis dan berjiwa Pancasila memiliki 4 kegiatan pokok, salah satunya adalah upaya

pelestarian lingkungan hidup (konservasi). Berdasarkan hal tersebut Wanadri perlu

berkontribusi dalam percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan Sungai Citarum

melalui kegiatan “Kembara Citarik Wanadri”. Kegitan ini bertujuan untuk mengindetifikasi

kualitas dan kondisi baku mutu di Sungai Citarik serta kondisi sosial, ekonomi, budaya dan

kelembagaan yang ada dimasyarakat.

Kegiatan yang dilakukan adalah mengindetifikasi kualitas dan baku mutu air sungai

citarik yang dilakukan selama 3 hari. Kegiatan ini bekerjasama dengan KLHK (workshop

pengambilan sampel air) dan DLH Kabupaten Bandung (Analisis Laboratorium). Stasiun

pengambilan contoh dibagi menjadi 14 stasiun dimulai dari hulu hingga hilir Sungai Citarik,

hal ini bertujuan untuk melihat perubahan tingkat pencemaran yang terjadi di sepanjang

aliran sungai. Hasil pengamatan dan analisis laboratorium secara umum menunjukan bahwa

KEMBARA CITARIK WANADRI

sebanyak 9 stasiun masuk kategori cemar sedang dan 5 stasiun lainnya cemar buruk. Salah

satu faktor penyebab tercemarnya seluruh stasiun ini adalah dari sisi biologi yaitu Total

Coliform. Total Coliform merupakan total bakteri yang ditemukan di dalam tanah, diair yang

dipengaruhi air permukaan dan dikotoran manusia atau hewan. Jumlah Total Coliform

memberikan indikasi umum kondisi sanitasi dari suatu badan perairan. Untuk stasiun yang

berada diwilayah hilir (sekitar ranca ekek dan sapan) kondisi perairannya diduga dipengaruhi

oleh kegiatan industri, hal tersebut dilihat dari beberapa parameter seperti BOD dan COD

yang cukup tinggi.

Selain menggunakan metode survey, dalam pengukuran kualitas air juga mencoba

Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk Pendataan Kualitas

Air. berdasarkan hasil yang didapatkan, diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk

mengetahui hubungan antar parameter dan metoda yang digunakan. Selain pengecekan

terhadap hasil sampling air di laboratorium, proses perekaman citra menggunakan drone

hyperspectral juga perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan keluaran berupa peta kualitas

air.

Kegiatan yang terakhir adalah mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi, budaya dan

kelembagaan yang ada dimasyarakat di wilayah Sub DAS Citarik. Secara umum dapat

disimpulkan bahwa sungai belum menjadi kebutuhan utama dan dirasa tidak memiliki

kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi bagi masyarakat di sekitar Sungai Citarik. Hal ini

disampaikan langsung oleh sebagian masayarakat serta terlihat dalam kehidupan keseharian

mereka yang masih membuang sampah dan mengalirkan limbah rumah tangga ke sungai.

Dari hasil kegiatan tersebut, hal utama yang harus dilakukan adalah peningkatan

kesadaran terhadap masyarakat mengenai pentingnya sungai dengan cara membuat sungai

bermanfaat (khususnya secara ekonomi) secara langsung bagi masyarakat. Percepatan

perbaikan kondisi Sungai Citarum juga ditentukan oleh kondisi Sub DAS dari Sungai Citarum

dan kesadaran seluruh masyarakat. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, dapat

berkontribusi untuk menjadikan “Citarum Harum”.

KEMBARA CITARIK WANADRI

Judul : Pendataan kualitas air dan pendataan sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan (sosekbudlem) sub das Citarik

Tim : Kembara Citaik Wanadri

Diketahui Oleh, Ketua Dewan Pengurus Wanadri

Andi Angga Kusuma W-949 Tapak Rawa

Disetujui, Tim Monitoring

Reva Sumeru W-1130 TOPAN RIMBA

KEMBARA CITARIK WANADRI

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix

TIM PENYUSUN ................................................................................................................ x

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 2

1.3 Manfaat Kegiatan ...................................................................................................... 2

BAB 2 KONDISI UMUM SUNGAI CITARIK ........................................................................... 3

2.1 Letak Geografis dan Administratif ............................................................................. 3

2.2 Demografi Desa Wilayah Sungai Citarik Hulu ........................................................... 3

2.2.1 Desa Pangeureunan ....................................................................................... 3

2.2.2 Penduduk ....................................................................................................... 5

2.2.3 Desa Tanjung Wangi ...................................................................................... 5

2.2.4 Desa Dampit .................................................................................................. 8

2.2.5 Desa Sindulang ............................................................................................ 11

2.2.6 Desa Tegalmanggung ................................................................................... 16

2.2.7 Desa Cimanggung ........................................................................................ 19

2.2.8 Desa Sindang Pakuon .................................................................................. 23

BAB 3 METODELOGI ....................................................................................................... 27

3.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik .................................. 27

3.1.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ....................................................................... 27

3.1.2 Alat dan Bahan............................................................................................. 29

KEMBARA CITARIK WANADRI

ii

3.1.3 Prosedur Pengambilan Data ........................................................................ 29

3.1.4 Analisis Data ................................................................................................ 30

3.2 Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk

Pendataan Kualitas Air ............................................................................................ 31

3.3 Kondisi Masyarakat Sub DAS Citarik Bagian Hulu ................................................... 33

3.3.1 Objek, Tempat dan Waktu Kegiatan............................................................ 33

3.3.2 Desain Pendataan ........................................................................................ 34

3.3.3 Operasional Variabel ................................................................................... 34

3.3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35

3.3.5 Analisis Data ................................................................................................ 36

3.4 Hubungan Antara Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi

Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik ...................................................... 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 37

4.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik .................................. 37

4.1.1 Fisika ............................................................................................................ 37

4.1.2 Kimia ............................................................................................................ 40

4.1.3 Biologi .......................................................................................................... 50

4.2 Status Mutu Air Sungai Citarik ................................................................................ 51

4.3 Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk

Pendataan Kualitas Air ............................................................................................ 52

4.4 Kondisi Masyarakat ................................................................................................. 53

4.4.1 Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur Limbangan

Kabupaten Garut dan Kampung Cigumentong Desa Sindulang Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang ............................................................ 53

4.4.2 Desa Tanjungwangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung............... 57

4.4.3 Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung ......................... 60

4.4.4 Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ................ 63

KEMBARA CITARIK WANADRI

iii

4.4.5 Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ...... 66

4.4.6 Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ............ 69

4.4.7 Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ....... 72

4.5 Hubungan Antara Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi

Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik ...................................................... 77

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 81

5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 81

5.1.1 Kesimpulan Kualitas Air Sub DAS Citarik ..................................................... 81

5.1.2 Kesimpulan Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN

MSR16R untuk Pendataan Kualitas Air ........................................................ 83

5.1.3 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Pemerintahan .................................. 83

5.1.4 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Masyarakat ...................................... 85

5.1.5 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Industri ............................................ 86

5.2 Saran dan Rekomendasi .......................................................................................... 86

5.2.1 Saran Pemantauan Kualitas Air ................................................................... 87

5.2.2 Saran Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R

untuk Pendataan Kualitas Air ...................................................................... 87

5.2.3 Saran dan Rekomendasi di Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan

Balubur Limbangan Kabupaten Garut dan Kampung Cigumentong Desa

Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ......................... 87

5.2.4 Saran dan Rekomendasi di Desa Tanjungwangi Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung .................................................................................... 88

5.2.5 Saran dan Rekomendasi di Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Bandung ....................................................................................................... 89

5.2.6 Saran dan Rekomendasi di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang ................................................................................. 89

5.2.7 Saran dan Rekomendasi di Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang ................................................................................. 90

KEMBARA CITARIK WANADRI

iv

5.2.8 Saran dan Rekomendasi di Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang ................................................................................. 91

5.2.9 Saran dan Rekomendasi di Desa SindangpakuonKecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang ................................................................................. 93

5.2.10 Saran dan Rekomendasi di Sub DAS Citarik secara Keseluruhan ................ 95

BAB 6 PENUTUP ............................................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 99

LAMPIRAN.................................................................................................................... 101

KEMBARA CITARIK WANADRI

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Administratif Desa Pangereunan ................................................................. 4

Gambar 2. Peta Desa Tanjungwangi ...................................................................................... 6

Gambar 3. Peta Desa Dampit ................................................................................................. 9

Gambar 4. Peta Desa Sindulang ........................................................................................... 14

Gambar 5. Peta Desa Sindulang ........................................................................................... 17

Gambar 6. Peta Desa Cimanggung ....................................................................................... 20

Gambar 7. Peta Desa Sindangpakuon .................................................................................. 24

Gambar 8. Sketsa Lokasi Kegiatan dan Stasiun Pengambilan Data...................................... 28

Gambar 9. Skema Pengambilan Contoh ............................................................................... 30

Gambar 10. Hubungan antara reflektansi dan panjang gelombang sebagaimana dipengaruhi

oleh konsentrasi sedimen layang ....................................................................... 32

Gambar 11. Ilustrasi Penggunaan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16............................ 33

Gambar 12. Skema Pengambilan Data Kondisi Masyarakat .................................................. 35

Gambar 13. Grafik Suhu Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan ............................ 37

Gambar 14. Grafik Suhu Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama

Pengamatan ........................................................................................................ 38

Gambar 15. Grafik Kekeruhan Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan .................. 39

Gambar 16. Grafik Kekeruhan Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama

Pengamatan ........................................................................................................ 39

Gambar 17. Grafik Kekeruhan Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan .................. 41

Gambar 18. Grafik pH Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama

Pengamatan ........................................................................................................ 42

Gambar 19. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan ........... 43

Gambar 20. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai

Citarik Selama Pengamatan ................................................................................ 43

Gambar 21. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan ........... 44

Gambar 22. Grafik Konsentrasi BOD Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai

Citarik Selama Pengamatan ................................................................................ 45

Gambar 23. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan ........... 48

KEMBARA CITARIK WANADRI

vi

Gambar 24. Grafik Konsentrasi BOD Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai

Citarik Selama Pengamatan ................................................................................ 49

Gambar 25. Grafik Total Coli Form Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan ........... 50

Gambar 26. Grafik Total Coli Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama

Pengamatan ........................................................................................................ 51

Gambar 27. Nilai reflektan (%) terhadap panjang gelombang (nm) pada 6 stasiun di Sungai

Citarik .................................................................................................................. 53

Gambar 28. Kampung Cigumentong ...................................................................................... 54

Gambar 29. Wawancara dengan Mak Nyai ............................................................................ 55

Gambar 30. Wawancara dengan Masyarakat Desa Tanjungwangi ........................................ 58

Gambar 31. Berfoto dengan Kepala Desa Dampit ................................................................. 60

Gambar 32. Kegiatan membuat cangkaleng di Desa Dampit ................................................. 61

Gambar 33. Salah satu matapencaharian masyarakat Desa Sindulang yaitu beternak kelinci

............................................................................................................................ 64

Gambar 34. Wawancara dengan masyarakat Desa Sindulang ............................................... 65

Gambar 35. Foto Sungai Citarik dari Desa Cimanggung ......................................................... 69

Gambar 36. Masyarakat sedang memandikan kerbau di Sungai Citarik ............................... 70

Gambar 37. Bertemu dengan Kepala Kecamatan Cimanggung ............................................. 72

Gambar 38. Himbauan yang dibuat oleh masyarakat tentang larangn membuang sampah 73

KEMBARA CITARIK WANADRI

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tanjungwangi ....................................... 7

Tabel 2. Data Pekerjaan Desa Tanjungwangi ............................................................................. 7

Tabel 3. Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Di Desa Cimanggung

Tahun 2013 ................................................................................................................ 10

Tabel 4. Data Pendidikan Masyarakat Desa Dampit ................................................................ 10

Tabel 5. Data Pekerjaan Desa Dampit ..................................................................................... 10

Tabel 6. Data Sarana dan Prasarana PendidikanDi Desa Sindulang Tahun 2014 – 2015 ........ 12

Tabel 7. Tabel Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Desa Sindulang

Tahun 2013 ................................................................................................................ 13

Tabel 8. Data Kelompok Budaya dan Kesenian Di Desa Sindulang Tahun 2015 ..................... 15

Tabel 9. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tegalmanggung .................................. 16

Tabel 10. Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Desa Sindulang

Tahun 2017 ................................................................................................................ 18

Tabel 11. Data Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tegalmanggung .................................... 18

Tabel 12. Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Di Desa Cimanggung

Tahun 2013 ................................................................................................................ 21

Tabel 13. Jumlah Tenaga Kerja, Pencari Kerja, dan Lowongan Kerja Di Desa Cimanggung

Tahun 2015 ................................................................................................................ 22

Tabel 14. Data Kelompok Budaya dan Kesenian Di Desa Cimanggung Tahun 2018 ............... 22

Tabel 15. Tingkat Pendidikan Desa Sindangpakuon ................................................................ 25

Tabel 16. Fasilitas Pendidikan Desa Sindangpakuoan ............................................................. 25

Tabel 17. Kelompok Mata Pencaharian Desa Sindangpakuon ................................................ 25

Tabel 18. Sumber Dana Desa Sindangpakuon ......................................................................... 26

Tabel 19. Titik Koordinat dan Karakteristik Stasiun Pengambilan Contoh .............................. 27

Tabel 20. Alat dan Bahan ......................................................................................................... 29

Tabel 21. Parameter yang Diamati .......................................................................................... 29

Tabel 22. Skoring Indeks STORET ............................................................................................. 31

Tabel 23. Variabel Instrumen Pendataan Kondisi Masyarakat ................................................ 34

Tabel 24. Nilai TSS di Sungai Citarik Selama Pengamatan ....................................................... 40

Tabel 25. Konsentrasi COD di Sungai Citarik Selama Pengamatan .......................................... 46

KEMBARA CITARIK WANADRI

viii

Tabel 26. Konsentrasi Fosfat di Sungai Citarik Selama Pengamatan ....................................... 47

Tabel 27. Konsentrasi Kromium di Sungai Citarik Selama Pengamatan .................................. 49

Tabel 28. Status Mutu Sungai Citarik Menggunakan Indeks STORET ...................................... 52

Tabel 29. Hubungan Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi Kualitas

Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik ...................................................................... 77

KEMBARA CITARIK WANADRI

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Kegiatan .......................................................................................... 102

Lampiran 2. Stasiun Pengambilan Contoh Kualitas Air .......................................................... 106

Lampiran 3. Data Rata-Rata Kualitas Air ................................................................................ 111

Lampiran 4. Data Pagi Kualitas Air ......................................................................................... 114

Lampiran 5. Data Siang Kualitas Air ....................................................................................... 117

Lampiran 6. Data Sore Kualitas Air ........................................................................................ 120

Lampiran 7. Perhitungan Indeks STORET ............................................................................... 123

KEMBARA CITARIK WANADRI

x

TIM PENYUSUN

Nama lengkap Muhammad Iman

Nama panggilan Iman

Nomor AMW 092 Taba

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Bandung, 21 Juni 1994

Jabatan Ketua

Pekerjaan Freelance

Alamat Kampung Ciheulang Tonggoh Desa CIheulang Kec. Ciparay Kab. Bandung

Telepon 081553571538

Agama Islam

Gol. Darah B

Kontak darurat 085220674405 an Amir

Nama lengkap Dede Taufik Maulana

Nama panggilan Dede

Nomor AMW 2040 TOBA

Jenis kelamin Sekretaris

Tempat, tanggal lahir Laki-Laki

Jabatan Bandung, 03 Desember 1985

Pekerjaan Pegawai Swasta

Alamat Pasanggrahan Indah Blok 15 No.2 Ujungberung, Bandung

Telepon 08112220146

Agama Islam

Gol. Darah O

Kontak darurat 081320309897 a.n Yuliyanti

Nama lengkap Muhammad Ilham Syahidan

Nama panggilan Ilham

Nomor AMW 101 TABA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Bandung, 6 April 1992

Jabatan Bendahara

Pekerjaan Wiraswasta

Alamat Taman Cibaduyut Indah Blok D 150 Bandung

Telepon 089673185502

Agama Islam

Gol. Darah O

Kontak darurat 0225409335

Nama lengkap Perdana Putra Kelana

Nama panggilan PK

Nomor AMW 2128 TOBA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Jakarta, 15 Februari 1989

Jabatan Komandan Operasi Kualitas Air

Pekerjaan Dosen Luar Biasa FPIK Unpad

Alamat Pesona Bayangkara Indah, Kav. 31, Kec. Cileunyi, Kab. Bandung

Telepon 085691005743

Agama Islam

Gol. Darah B+

Kontak darurat 085659968861 a.n Lugina (Istri)

KEMBARA CITARIK WANADRI

xi

Nama lengkap Moch Fakhri Isnandi P

Nama panggilan Fakhri

Nomor AMW 083 TABA

Jenis kelamin Laki-laki

Tempat, tanggal lahir Bandung, 27 Februari 1996

Jabatan Komandan Operasi Sosekbudlem

Pekerjaan Freelance

Alamat Komp Giri Mekar Permai Blok B no 45/2, Bandung

Telepon 085724242722

Agama Islam

Gol. Darah A

Kontak darurat 085720144002 a.n Pina (Kakak)

Nama lengkap Ikhsan Saumantri

Nama panggilan Ikhsan

Nomor AMW 144 ELKA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Bandung, 19 April 1990

Jabatan Komandan Pendidikan dan Pelatihan

Pekerjaan Karyawan Swasta

Alamat Jalan Arcamanik 137A, Bandung

Telepon 083822385805

Agama Islam

Gol. Darah B

Kontak darurat 022-7801459

Nama lengkap Radjie Al Qadri

Nama panggilan Radjie

Nomor AMW 109 TABA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Ujung Pandang, 12 Februari 1993

Jabatan Komandan Dokumentasi

Pekerjaan Mahasiswa

Alamat Jln. Lasuloro Raya, No. 60, Kota Makassar

Telepon 082383333063

Agama Islam

Gol. Darah B+

Kontak darurat 0811605053 a.n Indra (Kakak)

Nama lengkap Mufli Akbar

Nama panggilan Mufli

Nomor AMW 089 TABA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Bulukumba, 12 Desember 1993

Jabatan Komandan Medis

Pekerjaan Mahasiswa

Alamat Makasr

Telepon 082343222118

Agama Islam

Gol. Darah A+

Kontak darurat 085299229464 a.n Risal (Kakak)

KEMBARA CITARIK WANADRI

xii

Nama lengkap Fauzi Rahmat Hidayat

Nama panggilan Ozi

Nomor AMW 2053 Toba

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Tasikmalaya, 8 April 1988

Jabatan Komandan Perizinan

Pekerjaan Wiraswasta

Alamat Jl. Raya Buniseuri No.155 Kabupaten Ciamis

Telepon 082218974491

Agama Islam

Gol. Darah O

Kontak darurat 085223512936 a.n Risti

Nama lengkap Andri Fitra

Nama panggilan Abeng

Nomor AMW 029 TABA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Pekanbaru, 22 Agustus 1979

Jabatan Komandan Komunikasi

Pekerjaan Freelance

Alamat Cisangkan Cimahi

Telepon 08117571892

Agama Islam

Gol. Darah O

Kontak darurat 081268138551 a.n Indra (Kakak)

Nama lengkap Zulkifli Apryan Mulyana

Nama panggilan Zul

Nomor AMW 136 TABA

Jenis kelamin Bandung, 30 April 1994

Tempat, tanggal lahir Laki-Laki

Jabatan Komandan Transportasi

Pekerjaan Wiraswasta

Alamat Jl Caringin No 141 Rt 04 Rw 03 Bandung

Telepon 0877 3799 8849

Agama Islam

Gol. Darah AB

Kontak darurat 0873 2145 6677 a.n Ervin

Nama lengkap Abu Bakar Sidiq

Nama panggilan Abu

Nomor AMW 014 Taba

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Garut, 16 Agustus 1989

Jabatan Komandan Peralatan

Pekerjaan Mahasiswa

Alamat Jl. Cijaura Girang III Gang Cakradinata No 9A RT 001/ RW 013. Buah Batu Bandung

Telepon 082240078161

Agama Islam

Gol. Darah O

Kontak darurat 081336607060 a.n Hendra (Kakak)

KEMBARA CITARIK WANADRI

xiii

Nama lengkap Guruh Fajar Widhiningtyas

Nama panggilan Kunay

Nomor AMW 055 TABA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Bandung, 10 April 1986

Jabatan Staff peralatan

Pekerjaan Freelance

Alamat Jl. Sukamenak Kp. Curug Dog Dog RT 014 RW 10, Bandung

Telepon 089622028456

Agama Islam

Gol. Darah O

Kontak darurat 081386778210

Nama lengkap Rizki Ersa Heryana

Nama panggilan Ersa

Nomor AMW 2083 TARA

Jenis kelamin Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir Sukabumi, 15 Januari 1985

Jabatan Dana Usaha

Pekerjaan Karyawan Swasta

Alamat Jalan Cisitu Lama Atas 29 A, Bandung

Telepon 081224312030

Agama Islam

Gol. Darah AB

Kontak darurat 081322389654

Nama lengkap Ihyaulumuddin

Nama panggilan Yaya

Nomor AMW 2066 TOBA

Jenis kelamin Laki-laki

Tempat, tanggal lahir Bangkir, 23 Maret 1995

Jabatan Komandan Akomodasi

Pekerjaan Mahasiswa

Alamat Jl. Rappokalling barat II no 7 Kel. Rappokalling Kecamatan. Tallo, Makassar

Telepon 085242607336

Agama Islam

Gol. Darah O+

Kontak darurat 081355411260 a.n. Marlin (kakak)

Nama lengkap Muh. Misbahuddin

Nama panggilan Misbah

Nomor AMW 2097 TOBA

Jenis kelamin Laki-laki

Tempat, tanggal lahir Bone, 6 Juni 1993

Jabatan Publikasi

Pekerjaan Mahasiswa

Alamat Jl. Sahabat Raya No. 17b , Pondok Sidrap, Makassar 90245

Telepon 085 341 75 77 55

Agama Islam

Gol. Darah O+

Kontak darurat 085255166109 (Adi - kakak)

KEMBARA CITARIK WANADRI

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan peradaban manusia berbanding lurus dengan peningkatan

pembangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembangunan yang selaras dengan

ekosistem sangat diperlukan demi keberlanjutan peradaban dunia. Orientasi pembangunan

berkelanjutan sudah digaungkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menetapkan

17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs) pada bulan

September 2015. Tujuan nomor 6 dari SDGs tersebut adalah ketersedian air bersih dan

sanitasi.

Indonesia merupakan negara yang memiliki perairan daratan (inland water) seluas

54 juta ha dengan luas sungai 12 juta ha (Sukimin 2007). Sungai Citarum adalah sungai

terpanjang dan terbesar di tatar pasundan. Sungai Citarum dimanfatkan sebagai

sumberdaya air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pasokan air minum, kegiatan

perikanan, kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya yang membutuhkan air. Ironisnya sejak

2007 Citarum dinobatkan sebagai sungai dengan tingkat pencemaran tertinggi di dunia. Hal

tersebut merupakan dampak dari hubungan sebab akibat dengan kegiatan disepanjang DAS

Citarum.

Pemerintah RI telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018

tentang “Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum” yang

memperkuat peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang “Pelaksanaan Pencapaian

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”. Salah satu target dari dibuatnya dua peraturan

tersebut adalah memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan

pembuangan dan meminimalkan pelepasan bahan kimia dan bahan berbahaya, mengurangi

separuh proporsi air limbah yang tidak diolah dan meningkatkan daur ulang secara

substansial dan penggunaan kembali yang aman secara global pada tahun 2030.

Upaya perbaikan kualitas Sungai Citarum harus dilaksanakan secara terstruktur dan

sistematis dimuai dari hulu hingga hilir. Salah satu bagian dari Sungai Citarum adalah Sungai

Citarik atau lebih dikenal dengan Sub DAS Citarik. Sungai ini mengalir dari Gunung Sindulang

menuju Cicalengka dan bermuara di Sungai Citarum di daerah Sapan Kabupaten Bandung.

Kondisi eksisting lahan dan demografi akan berbeda anatara 1 Sub DAS dengan Sub DAS

KEMBARA CITARIK WANADRI

2

lainnya. Perbedaan tersebut berkontribusi terhadap masalah dan beban pencemar yang

masuk ke sungai ini yang kemudian mengalir menuju Sungai Citarum sebagai sungai utama.

Wanadri sebagai pelopor kegiatan alam bebas di Indonesia memiliki janji, hakikat,

dan 4 poin landasan utama dalam setiap aktivitas. Pertama, olahraga dan pendidikan di

alam bebas. Kedua, penelitian ilmiah. Ketiga, perlindungan alam dan kegiatan konservasi.

Keempat, operasi kemanusiaan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka kami anggota muda Wanadri yang tergabung dalam

program muda khusus Wanadri tahun 2018 perlu berkontribusi dalam percepatan

pengendalian pencemaran dan kerusakan Citarum melalui Kembara Citarik Wanadri dengan

mengetahui kondisi kualitas air Sungai Citarik dan kondisi masyarakat di DAS Citarik

khususnya di bagian hulu. Diharapkan dengan teridentifikasinya masalah di Sub DAS Citarik,

didaptakan solusi yang tepat untuk penyelesaian masalah tersebut sehingga Sungai Citarik

tidak akan memberikan kontribusi beban pencemar terhadap Sungai Citarum sehingga

percepatan perbaikan kualitas Sungai Citarum dapat berjalan secara optimum.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Kembara Citarik Wanadri adalah:

1. Menganalisis kondisi kualitas air dan Penentuan status mutu air Sungai Citarik

2. Mencoba menggunakan metode pengindraan jauh dengan spektroradiometer

CROPSCAN MSR16R untuk pendataan kualitas air.

3. Menganalisis kondisi masyarakat di DAS Citarik bagian hulu

4. Menganalisis hubungan antara kondisi masyarakat di DAS Citarik bagian hulu

dengan kondisi kualitas air dan status mutu air Sungai Citarik

1.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat dari kegiatan Kembara Citarik Wanadri ini diantaranya adalah:

1. Dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan arah

kebijakan dan kegiatan pengelolaan Sungai Citarik.

2. Dengan adanya arah kebijakan dan kegiatan pengelolaan Sungai Citarik secara

tepat diharapkan dapat mengurangi beban pencemar yang masuk ke Sungai

Citarik.

3. Menjadi contoh kontribusi terhadap “Citarum Harum” melalui kegiatan yang

dilakukan di wilayah Sub DAS (dalam kegiatan ini Sub DAS Citarik).

KEMBARA CITARIK WANADRI

3

BAB 2 KONDISI UMUM SUNGAI CITARIK

2.1 Letak Geografis dan Administratif

Lokasi pendataan awal ini berada Sungai Citarik meliputi Kecamatan Balubur

Limbangan Kabupaten Garut, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Kecamatan

Cicalengka, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Solokan Jeruk Kabupaten Bandung. Dari

kondisi geografis, sungai ini berada pada koordinat 107˚49’38,6” sampai 107˚57’00” BT dan

6˚56’54” sampai 6˚58’59,76” LS dengan panjang sungai 39,64 km dan luas sub DAS

22.422,292 Ha.

2.2 Demografi Desa Wilayah Sungai Citarik Hulu

2.2.1 Desa Pangeureunan

2.2.1.1 Letak Geeografis

Desa Pangeureunan merupakan desa yang berbatasan dengan kawasan konservasi

Taman Buru Kareumbi Masigit (TBMK). Desa Pangeureunan memiliki luas wilayah

keseluruhan 2.581 ha. Secara topografi, wilayah Desa Pangeureunan berada di ketinggian

antara 700-1200 m dpl. Hal yang menarik di Desa Pangeureunan, terdapat satu kampung

yang memiliki letak terpencil dari kampung-kampung lainnya. Nama kampung tersebut

adalah Kampung Cimulu. Secara administratif kampung ini berada di Dusun Kubang, Desa

Pangeureunan, Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat,

tetapi kampung tersebut lebih dekat dengan Kabupaten Bandung. Desa ini memiliki 5

wilayah dusun, yang terdiri dari: Kubang, Margamukti, Pangeureunan, Nagrak dan

Cihanjuang.

Utara : Gunung Kareumbi Kabupaten Sumedang

Timur : Desa Ciwangi

Selatan : Desa Cijolang/ Pasir Waru

Barat : Nagreg

Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam peta wilayah Desa

Pangeureunan sebagaimana gambar 1.

KEMBARA CITARIK WANADRI

4

Gambar 1. Gambar Desa Pangereunan

KEMBARA CITARIK WANADRI

5

2.2.2 Penduduk

Penduduk Desa Pangeureunan berdasarkan data desa tahun 2015 adalah sebanyak

5.651 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1521 KK. Desa Pangeureunan

memiliki luas daerah sekitar 2.581 ha dengan kepadatan penduduk 416.43 per Km. Jumlah

10 RW dan 35 RT di desa tersebut. Untuk Kampung Cimulu sendiri yang berada pada

kawasan Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK) jumlah penduduknya sebanyak 42 jiwa dari

14 KK.

Kampung Cimulu yang berada pada kawasan Taman Buru Masigit Kareumbi (TMBK)

memang sangat jauh dari pusat perkotaan dan keramaian, walaupun begitu potensi

pertambahan penduduk ataupun masyarakat pendatang yang akan tinggal di kampung

tersebut sangat mungkin mengalami pertambahan.

2.2.2.1 Perekonomian

Desa Pangereunan Kecamatan Babulur Limbangan Kabupaten Garut, mayoritas

penduduknya hampir 90 % bermata pencharian petani.

2.2.3 Desa Tanjung Wangi

Wilayah desa Tanjungwangi terletak 1200 meter diatas permukaan laut (mdpl)

dengan suhu rata-rata 27˚C dan curah hujan rata-rata 960 mm/tahun. Luas Desa

Tanjungwangi adalah 1264 Ha dengan sebagian besar terdiri dari areal tanah kering dan

areal tanah pertanian, yang terdiri dari 9 Dusun dengan 9 Rukun Warga (RW) dan 34 Rukun

Tetangga (RT). Desa Tanjungwangi memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut:

Utara : Kec. Sumedang Selatan

Timur : Kab. Bandung

Selatan : Kab. Garut

Barat : Desa Dampit

Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam peta wilayah Desa

Tanjungwangi sebagaimana tersaji pada gambar 2.

2.2.3.1 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Tanjungwangi berdasarkan data Desa Tanjungwangi pada

tahun 2018 memiliki jumlah penduduk 6.233 Jiwa dengan 1.829 Jiwa Kepala Keluarga.

KEMBARA CITARIK WANADRI

6

Gambar 2. Peta Desa Tanjungwangi

KEMBARA CITARIK WANADRI

7

2.2.3.2 Pendidikan

Persepsi masyarakat tentang pendidikan sangatlah beragam masyarakat, hal

tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang menjadi pendukung

keberhasilan pendidikan adalah sarana dan prasarananya. Berikut tabel sarana dan

prasarana di Desa Tanjungwangi.

Tabel 1. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tanjungwangi

No Potensi Yang Dimiliki Lokasi Dusun

Dusun 1 Dusun 2 Dusun 3

1. Madrasah Diniah 1 unit 2 unit 1 unit

2. PAUD (Kober) 1 unit 1 unit 1 unit

3. TK / RA 1 unit 1 unit 1 unit

4. TKA / TPA 3 unit 2 unit 2 unit

5. SD Negeri 1 unit 1 unit 1 unit

6. Pondok Pesantren - 1 unit -

7. Tenaga Guru 1 orang 4 orang 5 orang

8, Jumlah Murid 120 orang 210 orang rang

Sumber: Data Desa Tanjungwangi

2.2.3.3 Ketenagakerjaan

Masyarakat yang belum/tidak bekerja masih menjadi mayoritas dalam data

ketenagakerjaan Desa Tanjungwangi, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini.

Tabel 2. Data Pekerjaan Desa Tanjungwangi

No Kelompok Pekerjaan Jumlah

N %

1. Belum/Tidak Bekerja 2261 25.74%

2. Mengurus Rumah Tangga 2023 23.03%

3. Pelajar/Mahasiswa 1512 17.22%

4. Pensiunan 49 0.56%

5. Pegawai Negeri Sipil (Pns) 24 0.27%

6. Perdagangan 0.98% 0.98%

7. Petani/Perkebunan 3.89% 3.89%

8. Peternak 9 0.10%

9. Konstruksi 2 0.02%

10. Transportasi 2 0.02%

11. Karyawan Swasta 217 2.47%

12. Karyawan Bumn 1 0.01%

13. Karyawan Honorer 9 0.10%

14. Buruh Harian Lepas 1151 13.10%

15. Buruh Tani/Perkebunan 112 1.28%

16. Buruh Peternakan 1 0.01%

17. Pembantu Rumah Tangga 4 0.05%

18. Tukang Kayu 1 0.01%

19. Tukang Jahit 18 0.20%

20. Ustadz/Mubaligh 1 0.01%

21. Guru 6 0.07%

KEMBARA CITARIK WANADRI

8

No Kelompok Pekerjaan Jumlah

N %

22. Sopir 22 0.25%

23. Pedagang 214 2.44%

24. Wiraswasta 708 8.06%

25. Lainnya 2 0.02% Sumber: Website Desa Tanjungwangi

2.2.3.4 Budaya

Desa Tanjungwangi berupaya untuk tetap menjaga kebudayaan yang telah ada,

baik dari perilaku ataupun kegiatan. Masyarakat menjaga kebudayaan dengan cara

melakukan kegiatan tersebut secara berkala. Kegiatan yang sering dilakukan adalah bersih

bersih sungai dan biasanya mengajak Desa Sindulang. Selain itu masyarakat biasa

melakukan tradisi pada saat kemarau melakukan ritual memandikan kucing di hulu sungai

citarik dan juga solat istisqo hal tersebut dipercaya oleh masyarakat akan mempercepat

datangnya hujan.

2.2.3.5 Ekonomi

Perekonomian Desa Tanjungwangi mayoritas berada dalam taraf mengengah

bawah, dengan mayoritas mata pencaharian warga adalah buruh pabrik dan buruh tani.

2.2.4 Desa Dampit

2.2.4.1 Letak Geografis

Desa Dampit secara geografis terletak antara 6˚44’ – 70˚83’ Lintang Selatan dan

107˚21’ – 108 ˚ 21’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 347.625 Ha, yang terdiri dari 3 Dusun

dengan 8 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun Tetangga (RT). Desa Dampit memiliki batas

wilayah administratif sebagai berikut:

Utara : Desa Tegalmanggung

Timur : Desa Tanjungwangi

Selatan : Desa Babak Peutey

Barat : Desa Tenjolaya

Desa Dampit merupakan desa yang berada pada ketinggian antara ± 700 m dpl

(diatas permukaan laut). Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam peta

wilayah Desa Dampit sebagaimana gambar di bawah ini:

KEMBARA CITARIK WANADRI

9

Gambar 3. Peta Desa Dampit

KEMBARA CITARIK WANADRI

10

2.2.4.2 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Dampit berdasarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung dalam Kecamatan Cicalengka Dalam Angka tahun 2016 mencatat

jumlah penduduk Desa Dampit sebanyak 6.399Jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 1.819,

sedangkan berdasarkan data potensi desa mengalami peningkatan menjadi 7.640 jiwa dan

sebanyak 2.331 kepala keluarga yang ada di Desa Dampit. Potensi pertambahan jumlah

penduduk sangat mungkin terjadi melihat pertumbuhan pembangunan yang terus

dilakukan.

2.2.4.3 Pendidikan

Masyarakat Desa Dampit dalam masalah pendidikan memiliki beberapa pilihan

dalam menempuh pendidikan, kebanyak masyarakat memilih pendidikan diluar Desa

dampit. Berikut tabel sarana dan prasarana.

Tabel 3. Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Di Desa Cimanggung Tahun 2013

No Jenjang Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

1 TK/PAUD/RA 4 779 41

2 SD - - -

3 MI - - -

4 SLTP - - -

6 SLTA/SMK - - -

6 SD - - - Sumber: Data Desa Dampit

Tabel 4. Data Pendidikan Masyarakat Desa Dampit

No Kelompok Jumlah

n %

1. Tidak / Belum Sekolah 1532 18.43%

2. Belum Tamat Sd/Sederajat 832 10.01%

3. Tamat Sd / Sederajat 3115 37.48%

4. Sltp/Sederajat 1706 20.52%

5. Diploma I / Ii 12 0.14%

6. Akademi/ Diploma Iii/S. Muda 36 0.43%

7. Diploma Iv/ Strata I 73 0.88%

8. Strata Iii 1 0.01%

Jumlah 8312 100.00% Sumber: Website Desa Dampit

2.2.4.4 KetenagaKerjaan

Tabel 5. Data Pekerjaan Desa Dampit

No Kelompok Pekerjaan Jumlah

n %

1. Belum/Tidak Bekerja 2292 27.57%

2. Mengurus Rumah Tangga 1878 22.59%

3. Pelajar/Mahasiswa 1419 17.07%

4. Pensiunan 78 0.94%

5. Pegawai Negeri Sipil (Pns) 49 0.59%

6. Tentara Nasional Indonesia (Tni) 2 0.02%

KEMBARA CITARIK WANADRI

11

No Kelompok Pekerjaan Jumlah

n %

7. Kepolisian Ri (Polri) 3 0.04%

8. Perdagangan 22 0.26%

9. Petani/Perkebuna 87 1.05%

10. Peternak 2 0.02%

11. Transportasi 7 0.08%

12. Karyawan Swasta 531 6.39%

13. Karyawan Bumn 11 0.13%

14. Karyawan Honorer 25 0.30%

15. Buruh Harian Lepas 928 11.16%

16. Buruh Tani/Perkebunan 35 0.42%

17. Buruh Nelayan/Perikanan 1 0.01%

18. Pembantu Rumah Tangga 4 0.05%

19. Tukang Listrik 1 0.01%

20. Tukang Kayu 3 0.04%

21. Tukang Jahit 11 0.13%

22. Mekanik 2 0.02%

23. Ustadz/Mubaligh 1 0.01%

24. Guru 15 0.18%

25. Dokter 1 0.01%

26. Bidan 1 0.01%

27. Perawat 1 0.01%

28. Sopir 24 0.29%

29. Pedagang 63 0.76%

30. Perangkat Desa 8 0.10%

31. Kepala Desa 1 0.01%

32. Wiraswasta 802 9.65%

33. Lainnya 3 0.04% Sumber: Website Desa Dampit

2.2.4.5 Ekonomi

Tingkat perekonomian dapat dikatakan memiliki rentang yang cukup jauh dari mulai

tingkat ekonomi rendah hingga tinggi. Mayoritas mata pencaharian masyarakat di Desa

Dampit adalah buruh pabrik, pedagang, dan konveksi kecil.

2.2.5 Desa Sindulang

2.2.5.1 Letak Geografis

Desa Sindulang terletak antara 6044’ – 70083’ Lintang Selatan dan 107021’ – 108021’

Bujur Timur, dengan luas wilayah 751.130 m2, yang terdiri dari 4 Dusun dengan 9 Rukun

Warga (RW) dan 34 Rukun Tetangga (RT). Desa Sindulang memiliki batas wilayah

administratif sebagai berikut:

Utara : Kec. Sumedang Selatan

Timur : Kab. Garut

Selatan : Kab. Bandung

Barat : Desa Tegalmanggung

KEMBARA CITARIK WANADRI

12

Desa Sindulang merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Kareumbi

sebelah selatan, dengan ketinggian antara 1000 – 1200 mdpl. Secara visualisasi, wilayah

administratif dapat dilihat dalam peta wilayah Desa Sindulang sebagaimana tersaji pada

gambar 4.

2.2.5.2 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sindulang berdasarkan Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016

mencatat jumlah penduduk Desa Sindulang sebanyak 4.874 Jiwa dengan jumlah keluarga

sebanyak 1.473. Potensi pertambahan jumlah penduduk sangat mungkin terjadi melihat

pertumbuhan pembangunan yang akan terus dilakukan. Desa Sindulang memiliki luas

daerah sebesar 7,51 Km2 dengan kepadatan penduduk per Km2 sebesar 649.

2.2.5.3 Pendidikan

Sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus diupayakan baik kuantitas

maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai TK/PAUD/RA s.d. SLTA.

Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di Desa Sindulang terdiri dari jenjang TK s.d.

SLTA, baik formal maupun nonformal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan yang ada di Desa

Sindulang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Data Sarana dan Prasarana PendidikanDi Desa Sindulang Tahun 2014 – 2015

No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah Murid

1 PAUD Al-Falah PAUD Swasta RW. 01 Dusun I Kp. SINDULANG

122

2 PAUD Al-Hidayah PAUD Swasta RW. 03 Dusun 3 Kp. Jambuaer

22

3 PAUD At-Takbir PAUD Swasta RW. 09 Dusun IV Kp. Leuwiliang

38

4 PAUD As-Sholah PAUD Swasta RW. 03 Dusun II Kp. Leuwiliang

25

5 TPA Al-Hasanah TKA/TPA Swasta RW. 20 Dusun Leuwiliang

190

6 PAUD Al-Istiqomah PAUD Swasta RW. 06 Dusun III Jambuaer

20

7 SDN Sindulang SD Negeri RW. 04 Dusun2I Kp. Ciseupan

222

8 SDN Leuwiliang SD Negeri RW. 09 Dusun 4

`198

KEMBARA CITARIK WANADRI

13

No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah Murid

Kp. Leuwiliang

10 SMP N 2 Cimanggung SLTP Negeri RW.07 Dusun4 Leuwiliang Kp.Jamuju

427

11 SMK Al-Amah SLTA Swasta RW.07 Dusun4 Leuwiliang Kp.Jamuju

13 Pondok Pesantern Nurulhidayah

Non Formal Swasta RW. 01 Dusun II Kp. Sindulang

44

14 Pondok Pesantren Al-Hasanah

Non Formal Swasta RW. 07 Dusun IV Leuwiliang

124

Sumber: Data Desa Sindulang

2.2.5.4 Kesejahteraan Sosial Masyarakat

Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial meliputi proses

globalisasi dan industrialisasi serta krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Dampak

yang dirasakan diantaranya semakin berkembang dan meluasnya bobot, jumlah dan

kompleksitas berbagai permasalahan sosial. Keadaan ini bisa dilihat dan diamati dari data

tabel di bawah ini.

Tabel 7. Tabel Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Desa Sindulang Tahun 2013

No Masalah Kesejahteraan Sosial Jumlah Keterangan

1 Anak terlantar -

2 Anak Nakal -

3 Anak Balita terlantar -

4 Anak jalanan -

5 Lansia Terlantar 17

6 Pengemis -

7 Gelandangan -

8 Korban NAPZA -

9 Pekerja Sek Komersial -

10 Eks Narapidana -

11 Penyandang Cacat 7

12 Penyandang Cacat Eks Penyakit Kronis -

13 Keluarga Miskin Sosial 758

14 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 6

15 Keluarga Rumahnya Tidak layak Huni 130

16 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 95

17 Pemulung 3

18 Janda PKRI 15

19 Korban Bencana Alam 28

20 Masyarakat yang tinggal di daerah bencana -

21 Komunitas adat terpencil 1 Sumber: Data Desa Sindulang

KEMBARA CITARIK WANADRI

14

Gambar 4. Peta Administratif Desa Sindulang

KEMBARA CITARIK WANADRI

15

2.2.5.5 Kebudayaan

Desa Sindulang terus berupaya memelihara dan menggali potensi lokasi Wisata

diantaranya Wisata Jarah Makam Gunung Buleud /Gn.Jilid) ,Wisata Alam dan WisatAdat

(Kawe/Kareumbi dan Kampung Sunda Cigumentong). Lokasi ini dari zaman sebelum

kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering dikunjungi terutama oleh wisatawan

domestikdan sudah dilirik wisatawan luar negeri, namun dengan demikian lokasi Wisata

Alam KW Kareumbi dan Kampung Cigumentong ini belum tergali dan dipelihara secara

optimal, mengingat dana yang amat terbatas, sehingga hanya memanfaatkan lokasi

seadanya.Hampir setiap pekan lokasi ini selalu dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga dalam

kepemimpinan kepala desa terpilih pada periode ini (periode 2010-2013), Lokasi Wisata

KW/Kareumbi dan Kampung Sunda Cigumentong menjadi salah satu Program Unggulan

yang diusung, dan menempati posisi 5 (lima) besar skala prioritas program kegiatan

kepemimpinannya. Disamping itu pula, masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa

Sindulang diataranya dapat dilihat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 8. Data Kelompok Budaya dan Kesenian Di Desa Sindulang Tahun 2015

No Jenis Kelompok Kesenian yang ada Jumlah Group

Status

1 Seni Calung 1 Aktif

2 Reog 9 Aktif

3 Pencaksilat 1 Aktif

4 Upacara Adat 1 Aktif

5 Qasidah 4 Pasif

6 Beluk 1 Aktif

JUMLAH 17 Sumber: Data Desa Sindulang

2.2.5.6 Perekonomian

Jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Sindulang berupa usaha Pertanian,

perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang berskala kecil.

Untuk sarana transportasi dan perhubungan, Desa Sindulang memiliki jalan di Desa

Sindulang sepanjang 5 kilometer (5.000 meter), yang terdiri dari atas jalan kabupaten 3 Km,

serta jalan desa sepanjang 2 km yang dibuat pada tahun 2013. Pada tahun 2008, di Desa

Sindulang mulai dilintasi oleh trayek angkutan kota yaitu Trayek Jatinangor – Sindulang, hal

tersebut membantu kegiatan sehari-hari masyarakat dalam pemilihan transportasi. Namun

demikian jasa ojeg pangkalan masih mendominasi alat transportasi penduduk. Penggunaan

KEMBARA CITARIK WANADRI

16

jaringan komunikasi di Desa Sindulang khususnya sambungan telepon hanya satu operator

seluler yang baru bisa dijangkau yaitu XL.

2.2.6 Desa Tegalmanggung

2.2.6.1 Letak Gografis

Desa Tegalmanggung memiliki dengan luas wilayah 409 ha. dengan batas wilayah

administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kec. Sumedang Selatan

Sebelah Timur : Desa Sindulang

Sebelah Selatan : Desa Dampit/Tanjungwangi

Sebelah Barat : Desa Cimanggung

Desa Tegalmanggung merupakan desa yang berada ketinggian antara ± 1700 mdpl.

Sketsa wilayah Desa Tegalmanggung tersaji pada Gambar 5.

2.2.6.2 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Tegalmanggung berdasarkan Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016

mencatat jumlah penduduk Desa Tegalmanggung sebanyak 6.310 Jiwa, Sedangkan menurut

Data Desa Tegalmanggung pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 7 % menjadi

sebanyak 6.755 Jiwa dengan Jumlah keluarga 2.217 dalam kurun waktu 1 tahun.

2.2.6.3 Pendidikan

Sarana dan Prasara di Desa Tegalmanggung hanya ada TK, SD dan SMP untuk SMA

masyarakat Desa Tegalmanggung biasa menyekolahkan anaknya di SMA yang berada di

Desa Cimanggung. Berikut tabel sarana prasarana pendidikan Desa Tegalmanggung

Tabel 9. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tegalmanggung

Nama Jumlah Status (Terdaftar,

terakreditasi)

Kepemilikan

Pemerintah Swasta Desa

SD/sederajat/Mi 3 Terdaftar Pem

SMP/sederajat 1 Terdaftar Pem

PAUD 2 Terdaftar Desa

TPA

TK 1 Swasta Sumber: Data Desa Tegalmanggung

KEMBARA CITARIK WANADRI

17

Gambar 5 Gambar Administratif Desa Sindulang

KEMBARA CITARIK WANADRI

18

2.2.6.4 Kesejahteraan Sosial

Tabel 10. Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Desa Sindulang Tahun 2017

Kondisi Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Cacat Fisik

Tuna Wicara 3 Orang 1 Orang

Sumbing 1 Orang -

Jumlah 4 Orang 1 Orang

Cacat Mental

Idiot 3 Orang 5 Orang

Jumlah 3 Orang 5 Orang Sumber: Data Desa Tegalmanggung

2.2.6.5 Keadaan ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Tegalmanggung mayoritas adalah petani,

buruh tani dan peternak. Melihat dari kondisi wilayah Desa Tegalmanggung yang berada di

bukit dan lerengan gunung menjadikan wilayah tersebut pberpotensi untuk budidaya

pertanian. Selain mata pencaharian pokok tersebut terdapat juga mata pencaharian lain dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Data Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tegalmanggung

Jenis Pekerjaan Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Petani 2.279 105

Buruh tani 2.163 443

Pegawai Negeri Sipil 17 13

Pengrajin Senapan Angin 17 10

Pedagang keliling 56 16

Peternak 932 436

Montir 11

Bidan

Pembantu rumah tangga 14

TNI 2

POLRI 2

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 11 3

Pengusaha kecil dan menengah

32 2

Dukun Kampung Terlatih 3

Jasa pengobatan alternatif 2

Seniman 23 5

Karyawan perusahaan swasta 40 123

Jumlah Total Penduduk 6.755 Sumber: Data Desa Tegalmanggung

KEMBARA CITARIK WANADRI

19

2.2.7 Desa Cimanggung

2.2.7.1 Letak Geografis

Desa Cimanggung terletak antara 6044’ – 70083’ Lintang Selatan dan 107021’ –

108021’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 771.000 ha/m2, yang terdiri dari 3 Dusun dengan

24 Rukun Warga (RW) dan 60 Rukun Tetangga (RT).

Desa Cimanggung memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Pasirnanjung dan Kec. Sumedang Selatan

Sebelah Timur : Desa Tegalmanggung

Sebelah Selatan : Kab. Bandung

Sebelah Barat : Desa Sindangpakuon

Desa Cimanggung merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Kareumbi

sebelah selatan, dengan ketinggian antara 600 – 700 m dpl (diatas permukaan laut). Secara

visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam peta wilayah Desa Cimanggung

sebagaimana tersaji pada gambar 6.

KEMBARA CITARIK WANADRI

20

Gambar 6. Peta Desa Cimanggung

KEMBARA CITARIK WANADRI

21

2.2.7.2 Penduduk

Penduduk Desa Cimanggung berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk

Tahun 2010 tercatat sebanyak 9.620 jiwa, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016 mencatat jumlah

penduduk Desa Cimanggung sebanyak 10.389 jiwa dengan jumlah keluarga 3.105, hal

tersebut menjadikan jumlah penduduk paling banyak di Kecamatan Cimanggung

dibandingkan dengan desa lainnya. Dalam waktu 6 tahun jumlah penduduk Desa

Cimanggung mengalami peningkatan ± 800 jiwa atau laju pertumbuhannya sebesar 8 %

Potensi pertambahan jumlah penduduk sangat mungkin terjadi melihat

pertumbuhan pembangunan bidang properti dan lapangan pekerjaan pabrik yang sangat

strategis di Desa Cimanggung. Desa Cimanggung memiliki luas daerah sebesar 7,72 Km2

dengan kepadatan penduduk per Km2 sebesar 1.346.

2.2.7.3 Pendidikan

Sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus diupayakan baik kuantitas

maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai TK/PAUD/RA s.d. SLTA.

Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di desa Cimanggung terdiri dari jenjang TK s.d.

SLTA, baik formal maupun nonformal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan yang ada di Desa

Cimanggung untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10 di bawah ini. Rekapitulasi

Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal di Desa Cimanggung, dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Di Desa Cimanggung Tahun 2013

No Jenjang Jenjang Lokasi

1 TK/PAUD/RA 4 Dusun I dan Dusun III

2 SD 3 Dusun I dan Dusun III

3 MI 1 Dusun III

4 SLTP 1 Dusun I

6 SLTA/SMK 1 Dusun I

6 SD - Relokasi SD Cimanggung 1V

7 PKBM 1 Dusun I

JUMLAH 11 Sumber: Data Desa Cimanggung

2.2.7.4 Ketenagakerjaan

Pada tahun 2015 jumlah pencari kerja laki-laki sebesar 1.719 Orang, sedangkan

perempuan sebanyak 1.666 orang, sedangkan pencari kerja perempuan yang dapat

ditempatkan lebih besar daripada laki-laki yaitu 2.699 (80 %), dan laki-laki sebesar 676 (20

KEMBARA CITARIK WANADRI

22

%). Dari segi pendidikan, lulusan SLTA menempati urutan tertinggi dari jumlah persentase

pencari kerja yang berhasil ditempatkan terhadap total pencari kerja, yaitu menurut tingkat

pendidikan mencapai angka 66 %.

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang ditempatkan

mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara jumlah pencari

kerja yang terdaftar mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini.

Tabel 13. Jumlah Tenaga Kerja, Pencari Kerja, dan Lowongan Kerja Di Desa Cimanggung Tahun 2015

No Yang Terdaftar Jumlah Keterangan

1 Pencari Kerja 3.374

2 Yang Ditempatkan 964

3 Lowongan Kerja 739

4 Sisa Pencari Kerja 3.374

Sumber: Data Desa Cimanggung

2.2.7.5 Budaya

Beberapa kelompok kesenian yang ada di Desa Cimanggung yang masih eksis dan

terawat walaupun kondisinya sangat memprihatinkan diataranya dapat dilihat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 14. Data Kelompok Budaya dan Kesenian Di Desa Cimanggung Tahun 2018

No Jenis Kelompok Kesenian yang ada

Jumlah Group

Status

1 Seni Calung 6 Aktif

2 Wayang Golek 2 Pasif

3 Singa Depok 3 Aktif

4 Reog 1 Aktif

6 Pencaksilat 6 Aktif

6 Kliningan 1 Aktif

7 Beluk 1 Aktif

8 Upacara Adat 3 Aktif

9 Qasidah 2 Aktif

JUMLAH 21 Sumber: Data Desa Cimanggung

2.2.7.6 Ekonomi

Pajak dan retribusi desa di Desa Cimanggung Tahun 2018 mengalami peningkatan

daripada tahun sebelumnya. Penerimaan pajak dan retribusi desa pada tahun 2018 sebesar

Rp. 128,716,681,-. Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat desa Cimanggung

berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang

berskala kecil sekali. Di samping itu pula sarana ekonomi yang menjadi tulangpunggung

KEMBARA CITARIK WANADRI

23

ekonomi masyarakat desa cimanggung adalah Perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar

Kecamatan Cimanggung (pabrik), transportasi ojeg, dan sarana lahan pertanian dan

perkebunan dengan skala kecil pula.

Untuk menunjang kegiatan ekonomi, Desa Cimanggung memiliki jalan sepanjang

±13 km (13.000 meter), yang terdiri dari atas jalan kabupaten 2 Km, serta jalan desa

sepanjang 11 km.

2.2.8 Desa Sindang Pakuon

2.2.8.1 Letak Geografis

Penetapan batas wilayah di atur pada Perda No.15 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Desa desa baru hasil pemekaran Desa di Kabupaten Sumedang dan Perdes

No. 01 Tahun 2005. Desa Cimanggung memiliki 12 Rukun Warga (RW) dan 49 Rukun

Tetangga (RT) Luas Keseluruhan Desa Sindangpakuon 125,272 Ha. Desa Sindangpakuon

berbatasan langsung dengan:

Utara : Desa Sindanggalih dan Desa Pasirnanjung Kec. Cimanggung

Selatan : Desa Nanjung Mekar Kec. Rancaekek-Bandung

Timur : Desa Cimanggung Kec. Cimanggung

Barat : Desa Cihanjuang Kec. Cimanggung

Desa Sindangpakuon merupakan desa yang berada pada ketinggian antara ± 630

mdpl (diatas permukaan laut). Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam

peta wilayah Desa Sindangpakuon sebagaimana tersaji pada gambar 7.

KEMBARA CITARIK WANADRI

24

Gambar 7. Peta Desa Sindangpakuon

KEMBARA CITARIK WANADRI

25

2.2.8.2 Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sindangpakuon berdasarkan Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016

mencatat jumlah penduduk Desa Sindangpakuon sebanyak 8.818 Jiwa, Sedangkan menurut

Data Desa Sindangpakuon pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk 8.201 Jiwa dengan

2.181 Jiwa Kepala Keluarga.

Potensi pertambahan jumlah penduduk sangat mungkin terjadi melihat posisi letak

desa yang dengan jalan provinsi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Dengan luas

wilayah Desa Sindangpakuon sebesar 125,272 Ha, kepadatan penduduk sebesar per Km2

sebesar 7.054.

2.2.8.3 Pendidikan

Sarana dan Prasarana pendidikan Di Desa Sindangpakuon terbilang sudah cukup

lengkap karena Desa Sindangpakuoan sudah memasuki kawasan yang memiliki fasilitas

lengkap atau modern dari segi hal penunjang. Berikut data bidang pendidikan Desa

Sindangpakuon.

Tabel 15. Tingkat Pendidikan Desa Sindangpakuon

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak Tamat SD 2099 Orang

2. Tamat SD 2099 Orang

3. Tamat SLTP 1788 Orang

4. Tamat SLTA 2163 Orang

5. Tamat Perguruan Tinggi 632 Orang Sumber: Data Desa Sindangpakuon

Tabel 16. Fasilitas Pendidikan Desa Sindangpakuoan

No Fasilitas Jumlah

1. PAUD/ TK 6 Buah

2. SD 3 Buah

3. SLTP 2 Buah

4. SLTA 2 Buah

5. SLB 1 Buah Sumber: Data Desa Sindangpakuon

2.2.8.4 Ketenagakerjaan

Tabel 17. Kelompok Mata Pencaharian Desa Sindangpakuon

No Pekerjaan Jumlah

1. Petani 27 Orang

2. Pedagang 29 Orang

3. PNS/TNI/POLRI 159 Orang

4. Pegawai Swasta 1.102 Orang

5. Wiraswasta 1.261 Orang

6. Pensiunan 87 Orang

KEMBARA CITARIK WANADRI

26

7. Pekerja Lepas 412 Orang

8. Lainnya 499 Orang

9. Tidak Bekerja/MRT/Pelajar 4.625 Orang

Sumber: Data Desa Sindangpakuon

2.2.8.5 Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Desa Sindangpakuon mayoritas adalah wiraswasta.

Posisi Desa Sindangpakuon yang strategis dengan pusat aktivitas masyarakat menjadikan

pekerjaan wiraswasta mendominasi. Berbeda dengan desa hulu lainya matapencaharian

petani di Desa Singdangpakuoan menjadi yang paling sedikit daripada mata pencaharian

lainnya. Pendapatan Desa Sindangpakuon didapatkan dari Pendapatan Asli Desa (PAD) serta

bantuan yang datang dari Provinsi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 18. Sumber Dana Desa Sindangpakuon

No Sumber Dana Jumlah (Rp)

1. Pendapatan Asli Desa 29.000.000,00

2. Dana Desa 830.607.000,00

3. Alokasi Dana Desa 468.322.000,00

4. Bagi hasil Pajak 118.877.000,00

5. Bagi hasil Retribusi 8.959.000,00

6. Bantuan Provinsi 165.000.000,00 Sumber: Data Desa Sindangpakuon

KEMBARA CITARIK WANADRI

27

BAB 3 METODELOGI

3.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik

3.1.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan Kembara Citarik Wanadri khususnya pendataan kualitas airndilaksanakan

di sepanjang Sungai Citarik yang secara administratif masuk kedalam wilayah Kabupaten

Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sumedang (Gambar 8) (Lampiran 1). selam 3

hari, dimulai pada hari Selasa 22 Mei 2018 hingga Kamis 24 Mei 2018. Penentuan stasiun

pada kegiatan ini dilandaskan dari karakteristik wilayah disekitar sungai (Lampiran 2).

Stasiun pengambilan contoh dibagi menjadi 14 stasiun dimulai dari hulu hingga hilir Sungai

Citarik. Pemilihan beberapa stasiun ini bertujuan untuk melihat perubahan tingkat pencemaran

yang terjadi di sepanjang aliran sungai. Titik Koordinat stasiun tersaji pada tabel berikut:

Tabel 19. Titik Koordinat dan Karakteristik Stasiun Pengambilan Contoh

Stasiun Koordinat Karakteristik Wilayah

1 107.92870 BT ; -6.953918 LS Hulu Sungai dan Hutan

2 107.92125 BT ; -6.948461 LS Kawasan konservasi, pertanian dan rumah tangga (dusun)

3 107.91463 BT ; -6.952720 LS Pertigaan sungai (Sungai Cimulu), Kawasan konservasi dan pertanian serta rumah tangga (dusun)

4 107.90224 BT ; -6.952625 LS Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)

5 107.88313 BT ; -6.962452 LS Up stream wisata Curug Cinulang dan rumah tangga (perdesaan)

6 107.88001 BT ; -6.961049 LS Down Stream wisata Curug Cinulang

7 107.85608 BT ; -6.967256 LS Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)

8 107.83954 BT ; -6.969163 LS Pertanian dan TPS

9 107.83152 BT ; -6.969208 LS Up Stream pabrik tekstil dan pertanian

10 107.82850 BT ; -6.971519 LS Up Stream pabrik tekstil dan pertanian

11 107.80300 BT ; -6.981979 LS Rumah tangga (Perkotaan)

12 107.74993 BT ; -7.002333 LS Up Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)

13 107.74710 BT ; -6.996419 LS Down Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)

14 107.70550 BT ; -6.987694 LS Muara Sungai Citarik (titik masuk Citarik ke Citarum) dan rumah tangga (Perkotaan)

KEMBARA CITARIK WANADRI

28

Gambar 8 Sketsa Lokasi Kegiatan dan Stasiun Pengambilan Data

KEMBARA CITARIK WANADRI

29

3.1.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini tersaji pada tabel berikut:

Tabel 20. Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Jumlah

1 DO Meter 2 Unit

2 Termometer 2 Unit

3 pH Meter 2 Unit

4 Current Meter 2 Unit

5 Phale Scale 2 Unit

6 Botol HDPE 1000 ml 84 Buah

7 Botol HDPE 500 ml 84 Buah

8 Pipet Tetes 4 Buah

9 Cool Box 1 Buah

10 Sterofoam Box 1 Buah

11 Es Batu 3 Cool Box

12 H2SO4 100 ml

13 HNO3 100 ml

3.1.3 Prosedur Pengambilan Data

3.1.3.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati secara umum dibagi mejadi 3, yaitu fisika, kimia dan

biologi. Adapun parameter yang diamati secra spesifik tersaji pada tabel berikut:

Tabel 21. Parameter yang Diamati

Parameter Satuan Alat Lokasi

Fisika:

Suhu

Kekeruhan

TSS

Debit Air

˚C NTU mg/l m/s

Termometer

Turbidymeter

Alat-alat gravimetri

Current meter dan Phale Scale

Insitu

Laboratorium

Laboratorium

Insitu

Kimia:

pH

DO

BOD

COD

Total P

Nitrat

Kromium

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

pH meter

DO meter

Alat-alat titrasi

Alat-alat titrasi

Spektrofotometer

Spektrofotometer

Spektrofotometer

Insitu

Insitu

Laboratorium

Laboratorium

Laboratorium

Laboratorium

Laboratorium

Biologi:

Total Coliform

jml/100 mL

Alat-alat MPN (Mos Probable Number)

Laboratorium

3.1.3.2 Teknik Pengamblilan Contoh

Kegiatan ini menggunakan metode survey. Survey dilakukan selama 3 hari. Kegiatan

survey secara umum terbagi menjadi 2, yaitu pengukuran kualitas air dan pengambilan

contoh air. pengukuran kualitas air dilakukan dengan 3 kali ulangan per hari selama 3 hari,

KEMBARA CITARIK WANADRI

30

yaitu pagi, siang, dan sore hari. Parameter yang diukur langsung dilapanga (In Situ) adalah

suhu, debit air dan pH serta DO.

Pengambilan contoh air dilakukan 1 kali sehari dengan metode Grab Sampling.

Pengambilan pagi hari di hari pertama, pengambilan siang hari di hari ke dua dan

pengambilan sore hari pada hari ke tiga. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat tren

kualitas air berdasarkan waktu pengambilan contoh. Contoh air yang diambil kemudian

dimasukan ke dalam botol HDPE. Ada 3 jenis pengawetan, botol HDPE 1 L diawetkan dengan

menurunkan suhu air (menyimpan botol dalam box sterofoam yang di beri es batu). 1 Botol

HDPE 500 ml di awetkan menggunakan 3 tetes H2SO4 dan 1 Botol HDPE 500 ml lainnya

diawetkan dengan 3 tetes HNO3. Botol contoh tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium

Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung untuk dianalisis. Skema

pengambilan contoh tersaji pada skema berikut:

Gambar 9. Skema Pengambilan Contoh

3.1.4 Analisis Data

3.1.4.1 Kondisi Kualitas Air

Data hasil pengukuran dan analisis laboratorium dianalisis secara deskriptif

komparatif. Setiap parameter akan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 dan literatur primer lainnya untuk menggambarkan kondisi

kualitas air berdasarkan setiap parameternya.

KEMBARA CITARIK WANADRI

31

3.1.4.2 Indeks Storet

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2003, salah

satu metode yang dapat digunakan untuk menetukan status mutu badan air adalah Indeks

STORET. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung Indeks Storet adalah

sebagai berikut:

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga

membentuk data dari waktu ke waktu.

2. Bandingkan data hasil pengukuran dengan baku mutu yang sesuai dengan

kelas air

3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor:

Tabel 22. Skoring Indeks STORET

Jumlah Data Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10

Rata-rata -3 -6 -9

Maksimum -1 -2 -3

Minimum -1 -2 -3

≥ 10

Rata-rata -6 -12 -18

Maksimum -2 -4 -6

Minimum -2 -4 -6

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental Protection Agency) menjadi 4 status :

a. Status A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu b. Status B : baik, skor = -1 s.d -10 cemar ringan c. Status C : sedang, skor = -11 s.d -30 cemar sedang d. Status D : buruk, skor ≥ -31 cemar berat

3.2 Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk

Pendataan Kualitas Air

Ketersediaan data kualitas air sangatlah krusial dalam menentukan tindakan yang

tepat guna untuk pengelolaan sumber daya air oleh para penentu kebijakan. Namun pada

kenyataannya, terdapat beragam tantangan untuk memperoleh data kualitas air yang dapat

diandalkan. Salah satunya adalah cakupan wilayah yang luas yang berakibat tingginya biaya

yang dibutuhkan.

Teknik penginderaan jauh (remote sensing) dapat menjadi salah satu solusi untuk

menjawab tantangan tersebut. Pengembangan teknik penginderaan jauh untuk

pemantauan kualitas air mulai dilakukan pada tahun ’70-an awal. Sedimen layang,

KEMBARA CITARIK WANADRI

32

ganggang, materi organic terlarut (DOM, Dissolved Organic Matter), tanaman air, dan

pelepasan panas, mengubah spektrum energi dari pantulan sinar matahari dan atau

memancarkan radiasi panas dari air permukaan yang yang dapat diukur menggunakan

teknik penginderaan jauh. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat hubungan antara konsentrasi

sedimen layang (mg/l) terhadap reflektansi (%) pada Gambar 10 di bawah ini. Sedimen

layang meningkatkan pantulan dari permukaan air pada proporsi cahaya terlihat (visible)

dan dekat inframerah (near infrared) dari spektrum gelombang elektromagnetik (Ritchie et

al., 1976).

Gambar 10 Hubungan antara reflektansi dan panjang gelombang sebagaimana dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen layang

Penerapan teknik penginderaan jauh dalam pemantauan kualitas air Sungai Citarik

akan dilakukan dengan menggunakan fixed wing drone yang dipasangkan kamera

hyperspectral untuk memperoleh citra dengan resolusi dan sensitivitas spektrum cahaya

yang tinggi.

Dalam Penginderaan Jauh, diperlukan “ground truth” yaitu informasi reflektansi

yang diambil di sungai untuk proses kalibrasi data penginderaan jauh, dan membantu dalam

penafsiran dan analisa citra. Pada kegiatan di Sungai Citarik, proses ground truth dilakukan

dengan menggunakan spektroradiometer CROPSCAN MSR16R. Sebanyak 13 kali

pengambilan data dilakukan di 10 stasiun pengamatan (stasiun pengamatan sama dengan

stasiun pengamatan air) selama tiga hari pada tanggal 22-24 Mei 2018. Data ini kemudian

akan dibandingkan dengan hasil pengambilan sampel air.

KEMBARA CITARIK WANADRI

33

Cara kerja spektroradiometer yaitu sensor pada MSR menangkap pantulan cahaya

yang kemudian direkam pada DLC (data logger controller) (Gambar 11). Dengan perintah

yang dikirimkan melalui laptop, DLC kemudian mengolah data tersebut menjadi nilai

reflektansi. Proses kalibrasi dilakukan sebelum pengambilan data. Selain itu, diperhatikan

pula kondisi parameter kerja alat yaitu pada nilai irradiance (IRR, nilai pantulan matahari)

lebih dari 300. Pada setiap titik diambil sekurang-kurangnya 18 kali perekaman untuk

kemudian dirata-ratakan.

Gambar 11 Ilustrasi Penggunaan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16

3.3 Kondisi Masyarakat Sub DAS Citarik Bagian Hulu

3.3.1 Objek, Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan Kembara Citarik Wanadri khususnya pendataan sosial ekonomi budaya dan

kelembagaan (sosekbudlem) menjadikan masyarakat sebagai objek pendataan. Kegiatan ini

dilaksanakan di 7 Desa sepanjang Sungai Citarik bagian hulu. Tujuh desa tersebut tersebar di

3 Kabupaten, diantaranya adalah Desa Tanjungwangi dan Desa Dampit yang terletak di

Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung, Dusun Cimulu Desa Pangeureunan

KecamatanBalubur Limbangan Kabupaten Garut. Empat desa terakhir terlatak di Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang yaitu Desa Sindulang, Desa Tegalmanggung dan Desa

Cimanggung serta Desa Sindangpakuon. Pemilihan lokasi pendataan dilakukan secara

Purposive sampling. Purposive adalah teknik pengambilan contoh berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu (Riduwan, 2010). Desa yang dipilih adalah desa yang

bersinggungan langsung dengan Sungai Citarik bagian hulu. Kegiatan ini berlangsung selam 7

hari, dimulai pada hari Jum’at 1 Juni 2018 hingga Kamis 7 Juni 2018.

KEMBARA CITARIK WANADRI

34

3.3.2 Desain Pendataan

Desain penelitan yang digunakan adalah pendataan kualitatif. Pendataan kualitatif

digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah (sebagai lawan dari eksperimen)

dimana pendata adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sample dan sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball. Pendataan kualitatif digunakan untuk memahami

situasi sosial secara mendalam, menentukan pola, hipotesis dan teori. Pendataan kualitatif

juga digunakan karena permasalahan pendataan yang kompleks holistik, dinamis dan penuh

makna. Pendekatan kualitatif dapat juga didukung dengan data kuantitatif (Sugiyono, 2011).

3.3.3 Operasional Variabel

Operasional Variabel merupakan penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri

spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Hal tersebut untuk merumuskan

penyusunan instrumen pendataan. Adapun operasion vairabel tersaji pada tabel berikut:

Tabel 23. Variabel Instrumen Pendataan Kondisi Masyarakat

Konsep Variabel Sub Variabel Indikator

Pengaruh Sosekbudlem Terhadap Kualitas air

Sosial

Perilaku Masyarakat Ketergantungan atau persepsi masyarakat terhadap sungai

Kerukunan Terjadinya Konflik antar desa hulu dan hilir

Tokoh masyarakat keikutsertaan TOMAS dalam mendukung kebersihan sungai

Ekonomi

Mata Pencaharian Pemanfaatan Sungai citarik sebagai mata pencaharian

Pendapatan Masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat karena adanya sungai citarik

Budaya

Kepedulian Pengetahuan mengenai kebersihan

Kearifan Lokal Kearifan lokal dalam menjaga sungai/ lingkungan

Peran Pendidikan pemberian pengetahuan mengenai lingkungan

Kelembagaan

Peran lembaga pemerintah dalam konservasi DAS

Pengadaan fasilitas sarana dan prasarana kebersihan

program yang mendukung kebersihan sungai

pembuatan Peraturan untuk mendukung kebersihan sungai

Peran lembaga masyarakat dalam konservasi DAS

kegiatan yang mendukung kebersihan sungai

Pendapat mengenai TBMK/Wanadri

KEMBARA CITARIK WANADRI

35

3.3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Data sekunder

adalah data pelengkap yang diperoleh dari instansi pemerintahan, badan pusat statistik dan

studi kepustakaan. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari objek

kegiatan. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah dengan

wawancara eksploratif. Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka dan mendalam pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Pada awal

proses wawancara, pewawancara perlu melakukan pendekatan dengan responden terlebih

dahulu, dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Dalam

melakukan wawancara, pewawancara perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan oleh responden.

Metode yang digunakan untuk pemilihan responden yaitu metode purposive

(secara sengaja) di mana Tim akan mewawancarai pihak-pihak yang dinilai memiliki kaitan

dengan jenis informasi yang akan di cari. Penentuan informan selanjutnya, dilakukan dengan

teknik snowball dimana informan sebelumnya akan memberikan arahan kepada informan

selanjutnya yang memiliki informasi mengenai masalah yang diteliti, sehingga informasi

yang didapatkan lebih lengkap. Beberapa responden diantaranya meliputi kepala desa,

tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat (karang taruna, ecovillage, dll),

masyarakat sekitar desa, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor industri rumahan dan

sektor pariwisata. Skema pengambilan data tersaji pada gambar berikut:

Gambar 12. Skema Pengambilan Data Kondisi Masyarakat

KEMBARA CITARIK WANADRI

36

3.3.5 Analisis Data

. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki.

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sudah

didapatkan dari hasil wawancara dan data sekunder. Setelah data yang diperlukan

terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis data dengan cara mereduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencari bila diperlukan.

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data

dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, uraian singkat, dan lain-lain yang

disesuaikan dengan data yang diperoleh pada saat pendataan. Dengan menyajikan data

akan memudahkan untuk memahami yang terjadi. Setelah semuanya dilakukan, langkah

berikutnya adalah penarikan kesimpulan.

3.4 Hubungan Antara Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi

Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik

Hasil dari kondisi kualitas dan status mutu air Sungai Citarik akan di bahas dengan

hasil analisis kondisi masyarakat metode deskriptif komparatif untuk mencoba mencari

hubungan sebab akibat antara sungai dengan masyarakat.

KEMBARA CITARIK WANADRI

37

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik

Pengamatan kondisi air di Sungai Citarik dilakukan selama 3 hari pada 14 stasiun

dimulai dari bagian hulu hingga hilir. Pemilihan beberapa stasiun ini bertujuan untuk melihat

perubahan tingkat pencemaran yang terjadi di sepanjang aliran sungai. Pengamatan dilakukan

dengan cara pengukuran langsung dan pengambilan contoh air. pengukuran langsung

dilakukan setiap pagi , siang dan sore hari. Pengambilan contoh air dilakukan dengan grab

sampling, hari pertama dilakukan pengambilan contoh hanya pada pagi hari, hari kedua

pada siang hari dan hari ketiga pada siang hari. Hal ini agar dapat melihat tren perubahan

parameter dari segi waktu. Hasil pengukuran secara lengkap tersaji pada lampiran. Kondisi

kualitas air di Sungai Citarik dibandingkan dengan baku mutu air kelas II (Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001). Pembanding menggunakan baku

mutu air kelas II karena Sungai Citarik status baku mutu airnya belum ditetapkan oleh

pemerintah.

4.1.1 Fisika

4.1.1.1 Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai suhu cenderung mengalami peningkatan mulai

dari hulu hingga hilir (Gambar 13). Hal ini disebabkan adanya perbedaan ketinggian tempat

sehingga perbedaan tekanan udara yang rendah dari hulu dan terus meningkat ke hilir

menyebabkan terjadinya peningkatan suhu (Ridwan, 2016). Suhu juga dipengaruhi oleh

intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam badan air (Effendi, 2003). Pada bagian hulu,

bantar sungai masih ditutupi oleh kanopi pohon sedangkan dibagian hilir caya matahari

dapat langsung masuk badan perairan tanpa terhalangi oleh pohon karena adanya

perubahan lahan.

Gambar 13. Grafik Suhu Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

1516171819202122232425262728

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Suhu(˚C)

Stasiun

KEMBARA CITARIK WANADRI

38

Tren nilai suhu berdasdarkan waktu pengukuran berbeda pada setiap stasiun

(Gambar 14). Suhu juga dipengaruhi oleh waktu pengukuran dan cuaca (Effendi, 2003).

Pada saat pengukuran di stasiun 6 dan 7 cuaca cerah dipagi dan siang hari tetapi hujan di

sore hari. Hal tersebut mengakibatkan terjadi peneurunan suhu. Pada stasiun 13 dan 14,

saat pengukuran pagi, siang dan sore hari cuaca cerah dan intensitas caha matahari

cenderung meningkat sehingga nilai suhu mengalami peningkatan.

Gambar 14. Grafik Suhu Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

82 Tahun 2001), nilai yang diperbolehkan untuk suhu yaitu deviasi 3˚C dari keadaan

alaminya, sehingga nilai suhu pada seluruh stasiun pengamatan di Sungai Citarik memenuhi

kriteria baku mutu.

4.1.1.2 Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran dari sifat optik air berdasarkan cahaya yang dapat

diserap dan dipancarkan kembali oleh bahan yang ada di dalam air (Ridwan, 2016). Nilai

rata-rata kekeruhan cenderung mengalami peningkatan dari stasiun di bagian hulu menuju

stasiun dibagian hilir (Gambar 15). Hal ini diduga bahan tersuspensi berupa koloid dan

bahan-bahan tersuspensi yang berukuran kecil hanyut terbawa arus sungai dan

terakumulasi di stasiun dibagian hilir.

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Suhu(˚C)

Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

39

Gambar 15. Grafik Kekeruhan Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Tren nilai kekeruhan berdsarkan waktu pengambilan air cenderung berbeda-beda

pada setiap stasiun (gambar 16). Kondisi cuaca, lahan disekitar sungai dan kecepatan arus

dapat mempengaruhi nilai kekeruhan (Walukow, 2010). Sungai dibagian hulu cenderung

memiliki nilai kekeruhan yang lebih kecil dibandingkan sungai yang berada dibagian hilir

(Mason, 1981). Faktor kecepatan arus mempengaruhi ukuran koloid yang dapat dibawa

sehingga dapat terjadi perbedaan nilai kekeruhan sungai (Effendi, 2003). Nilai kekeruhan

dapat menunjukkan seberapa banyak bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat pada

perairan sungai. Rataan nilai kekeruhan sungai sekitar 20 FTU (Niemi & Raateland , 2007).

Berdsarkan pernyataan tersebut, nilai kekeruhan pada sore hari di stasiun 9 hingga stasiun

14 diatas rataan nilai kekeruhan sungai karena nilainya melewati 20 NTU.

Gambar 16. Grafik Kekeruhan Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

4.1.1.3 Total Suspended Solid

Total suspended solids (total padatan tersuspensi) adalah bahan tersuspensi dengan

diameter >1 μm yang tertahan pada saringan milliphore dengan diameter pori 0,45 μm yang

masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103-10˚C (Saeni,

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kekeruhan(NTU)

Stasiun

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kekeruhan(NTU)

Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

40

1989). Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan

tidak dapat mengendap langsung. Air buangan dari industri makanan dan industri tekstil sering

mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah tinggi (Fardiaz, 1992). TSS dapat dikarenakan

akumulasi limbah industri dan limbah domestik di sepanjang sungai (Ridwan, 2016).

Berdasarkan hasil pengambilan contoh air, nilai TSS pada wilayah yang terpengaruh oleh

kegiatan antropogenik (rumah tangga, pertanian dan industri) memiliki nilai TSS yang lebih

tinggi seperti pada stasiun 7 hingga stasiun 14 (Tabel 24). Selain itu, arus sungai yang cukup

deras dapat dengan cepat membawa padatan tersuspensi menuju hilir dan terakumlasi

pada badasn sungai yang memiliki arus yang tenang. Tingginya nilai TSS pada stasiun 2 yaitu

51 mg/l diduga karena adanya partikel koloid yang terbawa dari dinding dan dasar sungai yang

merupakan tanah. Rataan nilai TSS sungai sekitar 10 mg/l (Niemi & Raateland , 2007).

Tabel 24. Nilai TSS di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Stasiun TSS (mg/l)

Pagi Siang Sore

1 <20 31 <20

2 <20 51 <20

3 <20 <20 <20

4 <20 <20 <20

5 <20 <20 31

6 <12 <20 <20

7 20 20 51

8 23 <20 41

9 <20 23 65

10 <20 29 86

11 40 20 31

12 30 31 86

13 34 35 84

14 44 22 88

Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

82 Tahun 2001), nilai TSS yang diperbolehkan yaitu 50 mg/l, sehingga terdapat nilai TSS yang

melampaui ambang batas yaitu stasiun 2, stasiun 7, stasiun 9, stasiun 10, stasiun 12 hingga

stasiun 14.

4.1.2 Kimia

4.1.2.1 Derajat Keasaman (pH)

Power of hydrogen (pH) adalah unit pengukuran yang dapat menggambarkan

derajat asiditas dan alkalinitas suatu larutan serta dapat dijadikan sebagai indikator kualitas

air. Nilai pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam air (Tebbut,

1992). Nilai pH sangat mempengaruhi reaksi biokimia dalam air bahkan pH lebih kecil dari

KEMBARA CITARIK WANADRI

41

6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat memberikan pengaruh terhadap aspek kesehatan dengan

menyebabkan korosi pada pipa air serta berubahnya senyawa-senyawa menjadi racun bagi

kesehatan manusia (Sutrisno & Suciastuti, 1996).

Hasil pengukuran menunjukan bahawa rata-rata nialai pH di Sungai Citarik adalah

6,98 – 7,77 (Gambar 17). Stasiun 7 hingga stasiun 14 memiliki kisaran pH netral dengan

standar deviasi yang besar. Hal tersebut menunjukan adanya ke tidak stabilan pH pada

stasiun-stasiun tersebut. Nilai pH yang naik mendekati basa dapat diakibatkan oleh hujan.

Sunu (2001) menjelaskan bahwa air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar

kecilnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Peningkatan volume air juga dapat menambah

kandungan ion hidroksida (OH-) yang memiliki sifat basa sehingga pH akan semakin besar pada

musim hujan.

Penurunan pH yang terjadi pada Stasiun 7 hingga stasiun 14 diduga karena adanya

aktivitas MCK yang dilakukan di sungai ataupun buangannya langsung dialirkan ke sungai.

Sisa aktivitas ini diduga membawa bahan organik yang nantinya akan didekomposisi oleh

mikroorganisme akuatik. Proses ini mengambil oksigen yang berada di perairan dan

mengeluarkan karbondioksida yang bersifat asam (Effendi, Kristianiarso, & Adiwilaga, 2013).

Gambar 17. Grafik Kekeruhan Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Nilai pH yang dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti hujan, buangan limbah

rumah tangga yang menyebabkan adanya didekomposisi oleh mikroorganisme akuatik

membuat nilai pH berdasarkan waktu pengukuran cukup bervariatif si selurh stasiun.

Gambar 18 diduga menunjukana kecenderungan ketidakstabilan lingkungan perairan

dengan adanya perubahan nila pH yang cukup besar. Berdasarkan baku mutu kelas II

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

9,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Stasiun

Max

Min

Rataan

KEMBARA CITARIK WANADRI

42

dengan kandungan pH pada kisaran 6 – 9. Stasiun 4, 5,8 ,10, 11, dan 13 memiliki nilai pH

dibawah 6 saat pengukuran, sehingga stasiun-stasiun tersebut tidak dapat memenuhi baku

mutu kelas II.

Gambar 18. Grafik pH Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

4.1.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) adalah konsentrasi atau jumlah

oksigen yang tersedia di dalam air dengan satuan mg/l (Naubi, Zardari, Shirazi, Ibrahim, &

Baloo, 2016). Menurut Effendi (2003) di parairan alami memiliki kadar oksigen yang

bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Pada

stasiun 1 hingga 8 yang memiliki karakteristik arus yang cukup deras dan lokasi yang relatif

berada pada keinggian rata-rata konsetrasi DO berkisar antara 8-12 mg/l (Gambar 19).

Konsentrasi tersebut baik, bahkan mendekati nilai saturasinya. Hal ini sebagai indikasi

bahwa proses oksigenasi di sungai ini masih sangat baik. Pada sungai yang tidak tercemar,

kadar oksigen terlarut biasanya 80 – 100 % kadar oksigen saturasinya (Secchi, Gassman, Jha,

Kurkalova, & King, 2011). Tingginya konsetrasi DO ini berkaitan dengan arus air yang cukup

kencang). Arus yang deras menyebabkan permukaan air lebih luas dan kesempatan difusi

oksigen dari udara akan lebih banyak. Kelarutan oksigen meningkat dengan menurunnya

temperatur. Kelarutan oksigen menurun dengan menurunnya tekanan atmosfer (Secchi,

Gassman, Jha, Kurkalova, & King, 2011). Oksigen di perairan sangat berpengaruh terhadap

kehidupan akuatik dan proses biogeokimia. Oksigen dibutuhkan oleh organism akuatik

untuk respirasinya (Effendi, 2003).

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

9,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

43

Gambar 19. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Perbedaan konsentrasi DO di pagi siang dan sore hari diduga terjadi karena

pengaruh beberapahal diantaranya adalah intensitas cahaya matahari, suhu dan kecepatan

arus serta masukan limbah dari kegiatan antropogenik (Secchi, Gassman, Jha, Kurkalova, &

King, 2011). Stasiun 9 hingga stasiun 14 yang posisinya relatif berada di hilir dan

terpengaruh kegiatan antropogenik termasuk industri memiliki konsentrasi DO yang relatif

lebih rendah dibandingkan stasiun di hilir pada seluruh variasi waktu pengukuran (Gambar

20). Rendahnya nilai DO menunjukkan tingginya kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme.

Tingginya bahan organik yang masuk kedalam perairan akan berdampak pada tingginya

konsumsi oksigen untuk menguraikan bahan-bahan tersebut ikut meningkat sehingga

kandungan oksigen terlarut dalam air akan menurun.

Gambar 20. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

00

02

04

06

08

10

12

14

16

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

Stasiun

Max

Min

Rataan

00

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12

13

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

DO(mg/l)

Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

44

Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air dengan konsentrasi DO lebih dari sama dengan 4

mg/l. Stasiun 9 hingga stasiun 14 beberapa konsentrasi hasil pengukurannya memiliki nilai

dibawah 4 mg/l, maka dari itu stasiun-stasiun tersebut tidak memenuhi baku mutu kelas II.

4.1.2.3 Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological oxygen demand (BOD) merupakan ukuran konsentrasi oksigen yang

dibutuhkan untuk menstabilkan air limbah secara biologi (Saeni, 1989). BOD digunakan

sebagai parameter utama untuk menentukan derajat polusi dalam effluen (Akilandeswari &

Adline, 2013). Effendi (2003) menambahkan bahwa BOD hanya menggambarkan bahan

organik yang dapat terdekomposisi secara biologis.

Nilai rata-rata kandungan BOD Sungai Citarik berada pada kisaran 0,33 hingga

14,67. Stasiun 3 memiliki nilai rata-rata terendah dan stasiun 10 memiliki nilai rata-rata

tertinggi (Gambar 21). Rendahnya nilai BOD diduga sebagai implikasi dari baiknya proses

dekomposisi bahan organik yang dioksidasi oleh mikroba. Buchari et al. (2001) menyatakan

BOD merupakan banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk

menguraikan dan menstabilkan banyaknya senyawa organik dalam air melalui proses

oksidasi biologis aerobik. Menurut Effendi (2003) BOD tidak menunjukan jumlah bahan

organik yang sebenarnya, akan tetapi hanya untuk mengukur secara relatif jumlah oksigen

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan.

Gambar 21. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Nilai BOD di stasiun 10, 11, 13 dan 14 pada pengukuran pagi hari memiliki nilai yang

sangat tinggi (Gambar 22). Hal ini diduga karena buangan limbah baik dari pemukiman

penduduk, pertanian dan industri serta buangan limbah yang terbawa arus dari hulu (Vigil,

02468

101214161820222426283032

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

BOD(mg/l)

Stasiun

KEMBARA CITARIK WANADRI

45

2003). Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan memberikan dampak

terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan

konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (Priyambada, Oktiawan, & Suprapto, 2008).

Waktu pengambilan contoh yang berada di bulan Mei yang relatif masuk ke dalam musim

kemarau memberikan kontribusi terhadap nilai BOD. Musim kemarau dengan curah hujan

yang lebih rendah tidak mengalami pengenceran yang baik pada perairan sehingga

dibutuhkan lebih banyak oksigen untuk menguraikan bahan-bahan organik di badan

perairan (Ridwan, 2016).

Gambar 22. Grafik Konsentrasi BOD Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Stasiun 1,2 dan 5 memiliki nilai BOD yang sangat tinggi pada waktu pengambilan

contoh pagi serta stasiun 8 di siang hari. Hal ini dapat dikatakan anomali, karena daerah

tersebut tidak mencerminkan tanda-tanda dapat meningkatnya nilai BOD. Selain itu nilai

BOD pada pengukuran pagi dan siang hari nilai jauh berbeda dengan pengukuran di pagi

hari. Tingginya kandungan BOD di perairan tidak diharapkan karena hal itu akan

menurunkan kandungan DO (Fatoki, 2009). Untuk perairan yang diduga mengandung limbah

domestik maka dilakukan pengukuran BOD. Sebaliknya untuk perairan yang menerima

buangan limbah industri, pengukuran COD lebih cocok dilakukan (Vigil, 2003).

Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air dengan konsentrasi BOD Kurang dari sama dengan 3

mg/l maka hanya 3 stasiun yang memenuhi baku mutu tersebut yaitu stasiun 4,6 dan 9.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

32

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

BOD(mg/l)

Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

46

4.1.2.4 Chemical oxygen demand (COD)

chemical oxygen demand menggambarkan seberapa besar air telah tercemar,

khususnya zat organik (Nurdin, 2011). Chemical oxygen demand (COD) menggambarkan

kandungan bahan organik di suatu perairan, tetapi COD dapat menggambarkan kandungan

bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi, baik biodegradable maupun

nonbiodegradable. baku mutu air kelas II mensyaratkan COD yang masuk ke badan perairan

tidak melebhi 25 mg/l. Nilai COD stasiun 10, 13 dan 14 memiliki nilai COD yang melibihi

ambang batas (Tabel 25).

Tabel 25. Konsentrasi COD di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Stasiun COD (mg/l)

Pagi Siang Sore

1 36 <7 <7

2 92 10 <7

3 <7 <7 <7

4 <7 <7 <7

5 72 <7 <7

6 8 <7 <7

7 13 <7 10

8 7 58 <7

9 8 <7 <7

10 108 <7 11

11 19 <7 8

12 20 16 12

13 82 23 33

14 54 35 20

Berdasarkan tabel 25, stasiun 1,2, dan 5 memiliki nilai COD cukup tinggi pada waktu

pengambilan contoh pagi hari dan stasiun 8 di siang hari. Hal ini dapat dikatakan anomali,

karena daerah tersebut tidak mencerminkan tanda-tanda yang dapat meningkatkan nilai

COD. Selain itu nilai COD pada pengukuran pagi dan siang hari nilai jauh berbeda dengan

pengukuran di waktu lainnya. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang

dari 20 mg/l, sedangkan perairan dengan nilai COD melebihi 200 mg/l dinyatakan perairan

yang tercemar dan pada limbah industri biasanya dapat mencapai 20.000 mg/l.

Parameter COD dapat disebabkan oleh limbah organik (biodegradable) yang

sebagian besar terdiri dari kotoran manusia dan hewan. Ketika limbah biodegradable

memasuki pasokan air, limbah menyediakan sumber energi (karbon organik) untuk bakteri

(Ridwan, 2016). Semakin ke hilir, nilai COD semakin meningkat dikarenakan jumah

penduduk yang semakin banyak dan berkontribusi dalam pembuangan limbah domestik ke

badan perairan. Berdasarkan perubahan waktu pengambilan sampel, nilai COD mengalami

KEMBARA CITARIK WANADRI

47

fluktuasi yang dapat disebabkan variasi limbah organik (biodegradable dan non-

biodegradable) yang masuk ke dalam badan perairan. Konsumsi oksigen yang tinggi dalam

proses kimia menunjukan pencemaran air oleh polutan organik. Keberadaan bahan organik

berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan industri. Perairan yang terdapat

COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Semakin tinggi

kandungan BOD atau COD di perairan maka akan meningkatkan pencemaran pada perairan

tersebut (Effendi, 2003).

4.1.2.5 Fosfat (PO43-P)

Karakteristik fosfat sangat berbeda dengan unsur utama lain yang merupakan

penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer (Effendi, Telaah Kualitas Air

Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan, 2003). Menurut Saeni (1989) bahwa

sumber fosfat pada perairan berasal dari pelapukan bebatuan mineral, dekomposisi bahan

organik, deterjen, pupuk buatan, limbah industri, limbah rumah tangga, dan mineral-mineral

fosfat. Fosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.

Penggunaan deterjen akan mempercepat bertambahnya konsentrasi fosfat dalam badan air

buangannya sehingga memicu pertumbuhan alga

Fosfat merupakan elemen minor di perairan, karena sebagian besar senyawa fosfat

anorganik memiliki kelarutan yang rendah. Kadar fosfat biasanya berkisar 0,01 – 0,1 mg/l.

selama pengamatan, nilai fosfat berkisar antara <0,16 – 0,31 mg/l (Tabel 26). Salah satu nilai

konsentrasi fosfat selama pengukuran pad stasiun 14 bernilai 0,31 mg/l. hal tersebut

dikarenaka wilayah stasiun 14 menerima akumulasi dari berbagai masukan limbah dari

bagian. Tingginya kadar fosfat di perairan lebih disebabkan oleh penggunaan pupuk pada

ekosistem daratan, yang selanjutnya masuk ke badan air, dan penggunaan deterjen dalam

pencucian (Effendi, Kristianiarso, & Adiwilaga, 2013).

Tabel 26. Konsentrasi Fosfat di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Stasiun Fosfat (mg/l)

Pagi Siang Sore

1 <0,16 <0,16 <0,16

2 <0,16 <0,16 <0,16

3 <0,16 <0,16 <0,16

4 <0,16 <0,16 <0,16

5 <0,16 <0,16 <0,16

6 <0,16 <0,16 <0,16

7 <0,16 <0,16 <0,16

8 <0,16 <0,16 <0,16

9 <0,16 <0,16 <0,16

KEMBARA CITARIK WANADRI

48

Stasiun Fosfat (mg/l)

Pagi Siang Sore

10 <0,16 <0,16 <0,16

11 <0,16 <0,16 <0,16

12 <0,16 <0,16 <0,16

13 <0,16 <0,16 <0,16

14 0,31 <0,16 <0,16

4.1.2.6 Nitrat (NO3-N)

Nilai rata-rata nitrat (NO3-N) di Sungai Citarik berkisar antara 0,4-1,7 mg/l (Gambar

23). pada setiap stasiun tidak jauh berbeda dan relatif rendah. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l

menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia

seperti kegiatan pertanian dan pemukiman (Effendi, Kristianiarso, & Adiwilaga, 2013).

Gambar 23. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Senyawa nitrogen memegang peranan penting dalam kualitas air, terutama bentuk

nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton dan bentuk nitrogen yang berbahaya

bagi kehidupan aquatik. Nitrogen dari atmosfer (N2) merupakan sumber nitrogen di

perairan. Akan tetapi tak dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis.

Dengan bantuan bakteri, nitrogen atmosfer tersebut dikonversi menjadi ammonia,

ammonium, nitrit, dan nitrat. Tingginya kadar senyawa nitrogen di perairan bukan

disebabkan oleh nitrogen atmosfer, tetapi diakibatkan oleh limpasan pertanian yang

menggunakan pupuk dan aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan

(Christensen, Lee, McLees, & Niemela, 2011).

Konsentrasi Nitrat di stasiun 3 pada pengambilan sampel sore hari memiliki nilai

tertinggi yaitu 3,4 mg/l. hal tersebut terjadi diduga karena limpasan dari lahan pertanian

00

01

01

02

02

03

03

04

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

Nitrat(mg/l)

Stasiun

KEMBARA CITARIK WANADRI

49

yang disebabkan oleh hujan. Konsentrasi nitrat yang tinggi distasiun 14 di duga terjadi

karena terakumulasi dari konsentrasi yang terbawa di bagian hulu. Berdasarkan baku mutu

kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001) mensyaratkan

mutu air dengan konsentrasi Nitrat Kurang dari sama dengan 10 mg/l, maka dari itu seluruh

stasiun memenuhi baku mutu.

Gambar 24. Grafik Konsentrasi BOD Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

4.1.2.7 Kromium

Kromium (Cr) merupakan jenis logam berat yang esensial bagi tubuh. Kromium dibutuhkan tubuh

untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar gula darah. Akan tetapi dapat bersifat toksik dalam

jumlah yang sangat tinggi. Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat racunnya.

Sifat racun yang dibawa oleh logam ini dapat mengakibatkan terjadinya keracunan kronis, akut dan dapat

menyebabkan kanker. Masuknya logam Cr kedalam strata lingkungan salah satunya adalah akibat adanya sisa

kegiatan atau limbah perindustrian (Mauna, Ma'aruf, & Ningrum, 2015). Industri tekstil merupakan salah satu

penghasil limbah kromium. Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air dengan konsentrasi di bawah 0,05

mg/l. berdasarkan Tabel 27, hasil pengamatan di seluruh stasiun memiliki nilai kandungan

kromium dibawah 0,04 dan memenuhi baku mutu.

Tabel 27. Konsentrasi Kromium di Sungai Citarik Selama Pengamatan

Stasiun Kromium(mg/l)

Pagi Siang Sore

1 <0,04 <0,04 <0,04

2 <0,04 <0,04 <0,04

3 <0,04 <0,04 <0,04

4 <0,04 <0,04 <0,04

5 <0,04 <0,04 <0,04

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Nitrat(mg/l)

Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

50

Stasiun Kromium(mg/l)

Pagi Siang Sore

6 <0,04 <0,04 <0,04

7 <0,04 <0,04 <0,04

8 <0,04 <0,04 <0,04

9 <0,04 <0,04 <0,04

10 <0,04 <0,04 <0,04

11 <0,04 <0,04 <0,04

12 <0,04 <0,04 <0,04

13 <0,04 <0,04 <0,04

14 <0,04 <0,04 <0,04

4.1.3 Biologi

4.1.3.1 Total Coliform

Sungai banyak dijadikan sebagai tempat pembuangan kotoran dan sampah terutama pada

kota-kota besar. Terdapat keterkaitan antara penggunaan lahan dengan konsentrasi bakteri

pada sungai urbanisasi dan industrialisasi sangat berpengaruh terhadap keberadaan

bakteri fecal coliform pada perairan. Fecal coliform akan meningkat pada wilayah sungai

perkotaan seiring dengan bertambahnya aliran sungai dan curah hujan.

Berdasarkan hasil pengamatan, nilai rata-rata total colifom di sungai citarik berkisar antara

12.500-164.700/100ml (gambar 21). Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air dengan jumlah total coli

form Kurang dari 5000/100 ml, maka dari itu seluruh stasiun tidak memenuhi baku mutu.

Masyarakat mendirikan jamban di sungai yang menyebabkan sungai tercemar kotoran

manusia. Kotoran manusia dapat menjadi sumber penyakit. Keterdapatan bakteri pada

tubuh perairan menjadi indikator kualitas air permukaan dan kesesuaian air tersebut untuk

dimanfaatkan sebagai air minum, rekreasi, irigasi, dan perikanan.

Gambar 25. Grafik Total Coli Form Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan

0100002000030000400005000060000700008000090000

100000110000120000130000140000150000160000170000180000190000200000

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

TotalColi Form

(Jml/100ml)

Stasiun

KEMBARA CITARIK WANADRI

51

Gambar 26. Grafik Total Coli Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan

4.2 Status Mutu Air Sungai Citarik

Berdasarkan hasil perhitungan Indeks STORET diketahui bahwa secara umum

Sungai Citarik berstatus cemar sedang dan cemar ringan dibandingkan dengn baku mutu air

kelas II (Tabel 28). Seluruh stasiun pengamatan tercemar oleh total coli form yang tinggi.

Indeks Storet sangat sensitif terhadap satu parameter (total coli form) dengan konsentrasi

sangat tinggi, relatif terhadap baku mutunya (Saraswati, Sunyoto, Kironoto, & Hadisusanto,

2014). BOD dan COD juga merupakan parameter yang tidak memenuhi baku mutu air di

sejumlah stasiun. BOD merupakan parameter untuk menduga kandungan limbah domestik

di dalam air, sedangkan COD untuk menduga kandungan limbah industri (Vigil, 2003).

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

110000

120000

130000

140000

150000

160000

170000

180000

190000

200000

210000

220000

230000

240000

250000

260000

270000

280000

290000

300000

310000

320000

330000

340000

350000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

TotalColi Form

(Jml/100ml)

Stasiun

Data Pagi

Data Siang

Data Sore

KEMBARA CITARIK WANADRI

52

Beberapa parameter lain ada yang tidak memenuhi baku mutu air, tetapi tidak diseluruh

stasiun. Adapun parameter tersebut adalah pH dan TSS.

Tabel 28. Status Mutu Sungai Citarik Menggunakan Indeks STORET

No Stasiun

Status Mutu Air - Kelas 2

Skor Kelas Kategori Kategori Parameter Tidak Memenuhi Baku

Mutu

1 St 1 -22 C Sedang Cemar Sedang BOD, COD, Total Coliform

2 St 2 -29 C Sedang Cemar Sedang TSS, BOD, COD, Total Coliform

3 St 3 -15 C Sedang Cemar Sedang Total Coliform

4 St 4 -17 C Sedang Cemar Sedang pH, Total Coliform

5 St 5 -31 D Buruk Cemar Berat BOD, COD, Total Coliform

6 St 6 -15 C Sedang Cemar Sedang Total Coliform

7 St 7 -24 C Sedang Cemar Sedang TSS, BOD, Total Coliform

8 St 8 -33 D Buruk Cemar Berat BOD, COD, Total Coliform

9 St 9 -18 C Sedang Cemar Sedang TSS, DO, Total Coliform

10 St 10 -36 D Buruk Cemar Berat TSS, pH, DO, BOD, COD, Total Coliform

11 St 11 -27 C Sedang Cemar Sedang pH, DO, BOD, COD, Total Coliform

12 St 12 -28 C Sedang Cemar Sedang TSS, DO, BOD, Total Coliform

13 St 13 -47 D Buruk Cemar Berat TSS, pH ,DO, BOD, COD, Total Coliform

14 St 14 -47 D Buruk Cemar Berat TSS, DO, BOD, COD, Total P, Total Colifor

4.3 Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk

Pendataan Kualitas Air

Data tiap stasiun kemudian diplot dan disajikan dalam grafik nilai reflektansi (%)

terhadap nilai panjang gelombang (nm). Hasil pengukuran MSR16R dapat dilihat pada

gambar berikut.

KEMBARA CITARIK WANADRI

53

Gambar 27 Nilai reflektan (%) terhadap panjang gelombang (nm) pada 6 stasiun di Sungai Citarik

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa stasiun 9 memiliki nilai reflektan tertinggi

sementara stasiun 11 memiliki nilai reflektan terendah. Sejauh ini belum dapat diketahui

penyebab perbedaan nilai tersebut, karena selain konsentrasi sedimen layang, intensitas

cahaya matahari yang dipengaruhi kondisi cuaca dan waktu pengambilan data juga dapat

mempengaruhi nilai reflektan.

Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antar parameter

dan metoda yang digunakan. Selain pengecekan terhadap hasil sampling air di laboratorium,

proses perekaman citra menggunakan drone hyperspectral juga perlu dilakukan untuk dapat

menghasilkan keluaran berupa peta kualitas air.

4.4 Kondisi Masyarakat

4.4.1 Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten

Garut dan Kampung Cigumentong Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang

Di dalam area Taman Buru Masigit Kareumbi (TMBK) terdapat dua area pemukiman

yaitu Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong. Taman Buru Masigit Kareumbi sendiri

berada dalam tiga wilayah administratif tiga pemerintahan tingkat 2, yaitu Kabupaten

Sumedang, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut. Dusun Cimulu berada dalam wilayah

administratif Desa Pangeureunan, Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut. Untuk

0

5

10

15

20

25

30

520 560 561 600 601 630 660 661 662 690 760 810 855 160016501700

% R

efl

ekt

an

Wavelength

STA 4STA 5STA 7STA 8STA 9STA 11STA 11ASTA 12STA 12ASTA 13STA 13A

KEMBARA CITARIK WANADRI

54

Kampung Cigumentong berada dalam wilayah administratif Dusun Leuwiliang, Desa

Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Kedua wilayah permukiman ini

memang memiliki karakteristik pedesaan karena jauhnya akses dari perkotaan dan fasilitas

seperti jalan, listrik dan informasi yang terbatas.

Gambar 28. Kampung Cigumentong

Dusun Cimulu merupakan sebuah wilayah yang terpisahkan dari hiruk-pikuk

perkotaan. Untuk listrik dusun ini menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) yang airnya berasal dari sungai Cimulu, yang merupakan bantuan dari

Pemerintahan Kabupaten Garut. Mengenai kependudukan Di Cimulu sendiri saat ini

terdapat 14 KK dengan total 42 warga. Warga Desa Cimulu kebanyakan adalah petani dan

buruh tani. Mereka menyewa lahan cukup dengan bayar pajaknya. Sebagian besar lahan

yang ada di Cimulu adalah milik Neng Moly (mantan walikota Sukabumi). Tanaman yang

mereka tanam berupa sayur-sayuran (tomat, cengek domba, terong, kol.) Keuntungan

mereka tidak menentu karena sangat bergantung pada permodalan dan cuaca. Selain itu

Dusun Cimulu juga terdapat area keramat seperti terdapatnya makam Aki Emo, Eyang

Werang Sakti, Eyang Istri dan Eyang Pameugeut. Mak Nyai merupakan ketua RT sekaligus

kuncen yang mempunyai amanah dari kuncen sebelumnya untuk mengantarkan para tamu

berziarah.

KEMBARA CITARIK WANADRI

55

Gambar 29. Wawancara dengan Mak Nyai

Kampung Cigumentong dihuni sekitar belasan kepala keluarga, yang sebagian

merupakan pendatang yang berasal dari Majalaya, Tasikmalaya dan Lembang. Ditambah

warga asli yang sejak lahir berada di Kampung Cigumentong. Dengan sejarahnya yang

panjang dengan sejarahnya semenjak masa Kerajaan Sumedang Larang dan masa colonial

Belanda, Kampung Cigumentong ditetapkan sebagai Kampung Adat oleh pihak

pemerintahan Desa Sindulang. Saat ini enclave ditetapkan 17 rumah saja dengan penduduk

sebanyak 65 orang dari 14 Kepala Keluarga. Kampung Cigumentong bekerja sama dengan

TBMK semenjak awal berdirinya. Di bidang pemberdayaan masyarakat, program kampung

adat/kampung wisata cigumentong diarahkan untuk menjadi area home stay para tamu.

Saat ini untuk sumber listrik saat ini mengandalkan aliran dari area TBMK, setelah

sebelumnya menggunakan upaya menggunakan listrik yang berasal dari tenaga surya dan

mikro hidro.

4.4.1.1 Desa dan Sub Das Citarik

Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong berada di dalam lingkungan Taman Buru

Masigit Kareumbi yang merupakan Kawasan hutan yang dilindungi. Kedua wilayah ini

memiliki peranan penting di dalam ekosistem Sungai Citarik, karena kedua wilyah ini

meupakan salah satu pemasok air utama untuk Sungai Citarik. Secara infrastruktur,

pembangunan yang berada di dua daerah ini memang masih terbatas. Walaupun berada

dalam area yang cukup terisolir, bukan berarti Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong

tidak memberikan beban pencemaran terhadap Sungai Citarik. Salah satunya adalah karena

masyarakat disana sudah beradaptasi dengan cara hidup yang sudah dekat dengan wilayah

perkotaan. Penggunaan pestisida untuk pertanian dan sisa makanan dari plastik merupakan

KEMBARA CITARIK WANADRI

56

salah satu contoh bentuk adaptasi yang juga berdampak pada lingkungan. Selain itu ada

pula jalan bebatuan yang terjal dimanfaatkan oleh penggiat motor trail, hal ini

menyebabkan bekas jalan di area hutan dan oli dari kendaraan tersebut membuat air Sungai

tercemar.

4.4.1.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan lingkungan yang berada di Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong

tidak terlalu jauh dari permasalahan umum daerah tersebut. Sulitnya askes dan informasi,

sering membuat kedua daerah ini tidak terjamah program-program yang telah dilakukan

oleh pihak pemerintah. Untuk Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong kedua daerah ini

minim informasi terhadap program-program pemerintah, infrastruktur yang minim, dan

TPS. Tidak adanya TPS, membuat masyarakat tidak melakukan pengelolaan sampah secara

baik. Untuk fasilitas sanitasi di kedua daerah ini masih sangatlah minim, masih ada beberapa

keluarga yang membuang sisa sanitasinya ke Sungai. Untuk permasalahan-permasalahan ini,

masih dirasa tidak adanya usaha dari pemerintahan untuk membantu menanggulanginya.

Untuk program pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan seperti Ecovillage,

hanya ada di Kampung Cigumentong. Kampung Cigumentong memiliki satu orang Kader

Ecovillage yang merupakan bagian dari Ecovillage Desa Sindulang. Untuk keberjalanannya

pun Ecovillage di Kampung Cigumentong tidak berjalan terlalu lancar. Sedangkan untuk

Dusun Cimulu yang masuk ke dalam Desa Pangeureunan tidak tersentuh program

Ecovillage.

Untuk permasalahan energi listrik, sebenarnya sudah ada upaya yang ramah

lingkungan dengan menggunakan pembangkit listrik alternatif. Saat ini keberjalanan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dusun Cimulu yang merupakan bantuan

dari Pemerintahan Kabupaten Garut masih berjalan. Tetapi karena daya yang masih terbatas

warga Dusun Cimulu hanya bisa menikmatinya secara efektif pada malam hari. Sedangkan

untuk Kampung Cigumentong, usaha memberikan energi listrik melalui energi alternatif

sudah tidak berjalan, yang sebelumnya ada usaha menggunakan Solar Cell dan Mikro Hidro.

4.4.1.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan lingkungan yang ada di Dusun CImulu dan Kampung Cigumentong

sudah berada di tingkat masyarakat. Walaupun berada di dalam lingkungan hutan yang

minim terjamah kegiatan manusia, masyarakat yang berada di daerah tersebut tetap

KEMBARA CITARIK WANADRI

57

mengakibatkan dampak yang cukup negatif bagi lingkungan. Permasalahan sampah dan

sanitasi sudah ada semenjak daerah ini , yang merupakan daerah Hulu sungai Citarik.

Untuk sektor pertanian, masyarakat Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong

sudah semakin tersentuh praktek modern. Salah satunya adalah penggunaan pestisida,

pupuk kimia dan bahkan peminjaman modal. Hal ini diperuntukan untuk meningkatkan hasil

pertanian dan membayar biaya penyewaan tanah. Kegiatan pertanian dengan menggunakan

bahan-bahan seperti pupuk kimia tentunya akan sedikit berdampak terhadap lingkungan.

Masyarakat Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong mengelola permasalahan

lingkungan hanya terbatas sampai usaha-usaha kecil. Untuk solusi pengelolaan sampah,

masyarakat kedua daerah ini hanya melakukan pembakaran sampah. Untuk solusi

permasalahan sanitasi, sebagian warga menggunakan balong / kolam ikan sebagai sarana

pembuangan sisa sanitasi. Selain itu ada pula pembangunan bangunan dengan bambu,

sebagai bahan tanaman alternatif yang cepat tumbuh. Trek Bambu di Kampung

Cigumentong merupakan salah satu contoh bangunan bambu yang dibuat oleh masyarakat.

4.4.2 Desa Tanjungwangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

Desa Tanjungwangi adalah Desa hasil pemekaran dari Desa Dampit Kecamatan

Cicalengka Kabupaten Bandung yang berdiri pada tahun 1990. Nama Desa Tanjungwangi di

ambil dari nama kampung yang mana didirikannya Kantor Desa tersebut di tengah-tengah

kampung Sindangwangi. Nama Tanjungwangi tersebut diberi nama oleh Kepala Desa terpilih

yang pertama yaitu Bapak H. Juhanda atas saran dari Tokoh Ulama, Tokoh Adat dan Tokoh

Masyarakat, di antaranya Alm. Bapak Nanang Suparman, Alm. Bapak Aak dan termasuk Alm.

Bapak H. Ahmad Madun (mantan Kepala Desa Dampit). Di beri nama Tanjung dengan

harapan agar supaya menjadi Desa yang maju disegala bidang seperti bidang agama,

ekonomi, sosial budaya dan politik, dan wangi yang berarti harum, jadi Tanjungwangi

artinya penuh kemajuan dan harum.

Wilayah Desa Tanjungwangi terletak 1200 meter diatas permukaan laut denga suhu

rata-rata –rata 27 C dan curah hujan rata-rata 960 mm/tahun. Luas Desa Tanjungwangi

adalah 1264 Ha dengan sebagian besar terdiri dari areal tanah kering dan areal tanah

pertanian. Di sebelah utara desa Tanjungwangi berbatasan dengan Kabupaten Sumedang,

sebelah selatan dengan Kabupaten Garut, sebelah timur dengan tanah milik BKSDA, sebelah

barat dengan Desa Dampit Kecamatan Cicalengka.

KEMBARA CITARIK WANADRI

58

Mata pencaharian masyarakat Desa Tanjungwangi, sebagian besar adalah petani

dan buruh tani, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya terdiri dari tanah kering. Pada

tahun-tahun sebelum adanya pengelolaan Taman Buru Masigit Kareumbi oleh Wanadri,

masyarakat Desa Tanjungwangi sebagian bekerja sebagai penyadap getah pohon, tetapi

setelah itu mereka beralih profesi menjadi petani. Selain itu ada pula sebagian kecil

masyarakat yang berprofesi sebagai peternak. Saat ini tingkat perekonomian mayoritas

masyarakat Desa Tanjungwangi masih berada dalam taraf menengah kebawah.

Gambar 30. Wawancara dengan Masyarakat Desa Tanjungwangi

Dengan perekonomian yang didominasi pertanian dan jarak yang jauh dengan kota,

karakteristik masyarakat Desa Tanjungwangi adalah masyarakat Pedesaan. Permasalahan

masyarakat pun masih terbilang tidak terlalu rumit yang masih sesuai dengan karakteristik

masyarakat Pedesaan.

4.4.2.1 Desa dan Sub Das Citarik

Mayoritas lahan di Desa Tanjungwangi adalah lahan pertanian dan beberapa

wilayah hutan. Desa Tanjungwangi sudah pula muncul permasalahan-permasalahan

lingkungan yang berhubungan dengan Sungai Citarik, salah satunya adalah pendangkalan.

Menurut beberapa pendapat warga ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendangkalan

diantaranya adalah berasal dari sektor pertanian dan sampah yang mengendap dengan

waktu yang lama. Di Desa Tanjungwangi sendiri memang ditemukan banyak titik-titik

sampah dalam skala kecil dan sanitasi yang dibuang langsung ke Sungai Citarik dan anak

sungainya. Selain itu muncul juga permasalahan penyempitan badan sungai karena adanya

pemukiman yang dibangun di samping Sungai Citarik.

KEMBARA CITARIK WANADRI

59

4.4.2.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Pengelolaan sampah merupakan salah satu permasalahan utama di Desa

Tanjungwangi. Di Desa Tanjungwangi, tempat sampah memang minim disediakan dan

sampah pun masih terbuang sembarangan di banyak tempat. Pemerintahan Desa hanya

menyediakan satu buah bak sampah yang ditempatkan di dekat Kantor Desa. Selain itu,

pemerintah Desa pun masih membentuk aturan Desa mengenai lingkungan terutama yang

mengenai DAS Citarik.

Beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintahan Desa untuk menyadarkan

masyarakat mengenai lingkungan, salah satunya adalah dengan adanya sosialisasi dan

pembinaan kepada masyarakat. Hanya saja Desa Tanjugwangi masih kekurangan tenaga

karena luas wilayah Desa Tanjungwangi dapat terbilang cukup luas. SDM yang dimiliki tidak

mampu untuk mengakomodir 3 Dusun dan 9 RW dalam pelaksanaanya.

Ecovillage yang merupakan program dari Pemerintahan Jawa Barat juga telah

menyentuh Desa Tanjungwangi. Hanya saja setelah pendanaan dari pemerintahan telah

berhenti, program-program pun menjadi tidak terlaksana. Pada dasarnya masyarakat Desa

Tanjungwangi amsih antusias dan terbuka dengan adanya Ecovillage. Tetapi kemampuan

masyarakat dan kader Ecovillage yang terbatas membuat keberjalanan Ecovillage menjadi

berhenti.

4.4.2.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan sampah menjadi masalah lingkungan yang terjadi hampir setiap hari

di Desa Tanjungwangi. Masyarakat Tanjungwangi masih banyak yang membuang sampah

langsung ke sungai. Selain sampah, masyarakat Desa Tanjungwangi juga kebanyakan

membuang hasil sanitasinya langsung ke sungai. Tidak adanya aturan yang dibuat secara

tegas di Desa Tanjungwangi juga membuat masyarakat terbiasa membuang sampah dan sisa

sanitasi ke sungai. Teguran yang sudah dilakukan oleh pemerintah pun pada akhirnya sudah

tidak didengarkan oleh masyarakat. Masyarakat masih kurang menyadari dampak kesehatan

dari lingkungan, hal ini juga membuat masyarakat sulit untuk diberikan pengertian

mengenai perilaku menjaga lingkungan.

Adapula beberapa usaha kecil untuk mengurangi dampak lingkungan yang telah

dilakukan masyarakat. Masyarakat Desa Tanjungwangi ada yang mengakali sampah dengan

membakarnya. Ada yang membakarnya langsung di pekarangan ada pula yang

KEMBARA CITARIK WANADRI

60

membakarnya bersamaan dengan kayu bakar untuk memasak. Selain itu adapula usaha

menggunakan limbah peternakan yang diubah menjadi kompos, hasilnya lalu digunakan

untuk kegiatan pertanian. Kompos peternakan juga mengurangi dampak lingkungan yang

berasal dari pertanian, karena masyarakat Desa Tanjungwangi mayoritas masih

menggunakan pupuk kimia.

Untuk permasalahan perairan, mayoritas masyarakat Desa Tanjungwangi tidak

menggunakan air Sungai Citarik sebagai sumber air. Sebagai contohnya masyarakat Dusun

Cijaha mengkonsumsi air bersih yang berlokasi jauh, yang dialirkan menggunakan pipa

sebagai penghubungnya.

4.4.3 Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

Desa Dampit merupakan Desa yang berada di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten

Bandung. Posisi Desa Dampit berada di perbatasan jalan utama bypass Cicalengka. Untuk

tingkat perekonomian dapat dikatakan memiliki rentang yang cukup jauh dari mulai tingkat

ekonomi rendah hingga tinggi. Desa Dampit memiliki masyarakat dengan mata pencaharian

: Petani (pemilik lahan dan buruh tani), buruh pabrik, pedagang, perantau (bekerja diluar

wilayah bandung), konveksi kecil (kerudung), pembuat kolang-kaling (bulan Ramadhan), dan

supir Curug Cinulang (saat akhir pekan). Walaupun di Desa Dampit memiliki banyak petani,

masyarakat disana mengeluhkan pupuk subsidi yang cukup sulit didapatkan. Selain itu pula

kegiatan ekonomi Desa Dampit terbantu pula oleh adanya Pasar Dadakan yang diadakan

setiap Selasa sore di depan Kantor Desa.

Gambar 31. Berfoto dengan Kepala Desa Dampit

Permasalahan umum yang terjadi masyarakat Desa Dampit bisa terbilang memiliki

karakterisitik yang sudah tersentuh oleh kultur perkotaan. Salah satu permasalahan yang

KEMBARA CITARIK WANADRI

61

muncul adalah permasalahan minuman keras Minuman keras, kasus terbaru adanya korban

dari Desa Dampit pada kejadian miras cicalengka. Selain itu permasalahan lapangan

pekerjaan juga menjadi permasalahan di Desa Dampit. Hal ini mengakibatkan banyaknya

pemuda yang bekerja keluar daerah sehingga kegiatan kepemudaan dianggap kurang.

Selain itu untuk sektor pemerintahan, di Desa Dampit terdapat permasalahan

pengurusan administrasi tanah, khususnya disekitar sungai, terutama setelah ada

perubahan aliran yang diakibatkan oleh banjir bandang.

Masyarakat di Desa Dampit sendiri sudah memiliki kegiatan berbasis masyarakat

seperti Karang Taruna untuk di tingkat Desa dan RW, Kelomppl Seni Malaka Medal yang

dibentuk oleh Kang Iwan, Kelompok Tani yang memiliki ketua bernama Abah Aca dan Kober

di lingkungan Masjid Hidayatullah Muqtadiin. Selain itu ada pula sekelompok orang yang

memanfaatkan Sungai Citarik secara langsung dengan menjadi operator tubing. Tetapi

kegiatan ini tidak rutin dilakukan, biasanya musiman atau saat ada yang pesan. Titik awal

pengarungan biasanya dari RM. Aki Enin, dan titik akhirnya di sekitar kantor desa/ wilayah

candi).

Gambar 32. Kegiatan membuat cangkaleng di Desa Dampit

4.4.3.1 Desa dan Sub Das Citarik

Jenis kawasan Desa Dampit sendiri masih didominasi oleh lahan pertanian yang

berada di bantaran Sungai Citarik dan sekitar selokan irigasi. Sedangkan untuk kawasan

permukiman mayoritas berada di pinggiran jalan utama Desa. Tetapi ada pula beberapa

rumah yang berada sangat dekat dengan sungai sperti yang terdapat di RT 04 / RW 06. Di

Desa Dampit sendiri terdapat tiga buah selokan atau anak sungai, yaitu Selokan Bak Gede,

Selokan Irigasi dan Selokan Cipari (Sesuai dari data Desa yang didapatkan). Selain wilayah

permukiman dan pertanian, di Desa Dampit terdapat juga area wisata seperti rumah makan,

vila pribadi dan kolam renang. Fasilitas wisata tersebut terletak di jalan utama Desa Dampit.

KEMBARA CITARIK WANADRI

62

Desa Dampit merupakan kawasan yang sering terkena dampak banjir, salah satunya

merupakan banjir bandang yang terjadi di tahun 2016. Semenjak itu ada perubahan aliran

sungai di beberapa titik sungai. Setelah kejadian tersebut dibangun pula jembatan baru di

perbatasan antara Desa Dampit dengan Desa Tanjungwangi. Di Desa Dampit memang

terdapat beberapa lahan kritis seperti di RW 2, Kampung Dampit, Pasir Salam dan Cibogo. Di

Desa Dampit juga terdapat usaha penghijauan seperti adanya lahan penghijauan yang

berada di Blok Cibogo. Penghijauan diharapkan mampu mereduksi dampak dari lahan kritis

dan banjir.

4.4.3.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Pemerintahan Desa Dampit masih belum mengeluarkan anggaran untuk

pengangkutan sampah. Untuk mengurangi penumpukan sampah di beberapa titik dan

buang sampah sembarangan, pemerintah berharap ada kucuran dana untuk membuat

skema dan fasilitas pengangkutan sampah

Desa Dampit merupakan Desa yang tersentuh oleh program Ecovillage yang

merupakan program Pemerintahan Jawa Barat untuk membantu memberdayakan

masyarakat di sektor lingkungan. Saat ini Ecovillage aktif di beberapa kegiatan seperti

melakukan pendampingan terhadap beberapa kelompok tani dan aktif dalam mencari

informasi untuk mendapatkan bibit pohon (Blok Cibogo dan penanaman benih kopi). Selain

itu ada pula beberapa upaya dari pihak pemerintahan Desa seperti sosialisasi pembuangan

sampah. Kegiatan tersebut langsung di lakukan oleh Kepala Desa yang terjun ke masyarakat

untuk mensosialisasikan pembuangan sampah pada tempat sampah yang terpusat di depan

kantor desa.

4.4.3.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan yang berada di dalam masyarakat adalah berada di sekitar

permasalahan perilaku sehari-sehari masyarakat Desa Dampit. Permasalahan sampah yang

dibuang secara sembarangan selalu terjadi dengan alasan tidak adanya tempat pembuangan

sampah. Selain itu ada pula permasalahan penggunaan portas untuk mendapatkan ikan.

Sebelum tahun 1980an ikan cukup mudah ditemukan di sungai citarik, tetapi setelah adanya

penggunaan portas untuk penangkapan ikan, ikan menjadi sulit ditemukan.

KEMBARA CITARIK WANADRI

63

Hal yang unik ditemukan adalah mengenai permasalahan banjir dan penebangan

pohon. Masyarakat Desa Dampit menganggap kejadian banjir bandang merupakan "dosa"

masyarakat yang berada di wilayah hulu, yang melakukan penebangan pohon secara liar.

Selain itu ada pula Informasi mengenai pembangunan DAM/Bendung Citarik yang

menjadi polemik di masyarakat Desa Dampit. Kegiatan ini sudah dimulai sejak awal 2010an,

beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan diantaranya adalah peninjauan lahan,

pengukuran lahan dan pematokan lahan. Tetapi kendala hingga saat ini adalah kesepakatan

harga tanah untuk pembebasan lahan (informasi dari Kang Iwan, tokoh masyarakat yang

concern terhadap lingkungan).

Masyarakat Desa Dampit sudah melakukan upaya-upaya kecil untuk menjaga

lingkungan. Beberapa RW di Desa Dampit telah secara rutin melakukan kegiatan bernama

“Jumat Bersih”, yang dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar Desa Dampit.

Selain itu ada pula kubangan sampah di lahan kosong yang dilakukan untuk menampung

sampah. Untuk permasalahan sanitasi, solusi masyarakat kebanyakan adalah menggunakan

kolam ikan sebagai sarana untuk mengolah hasil pembuangan sanitasi. Selain itu ada pula

usaha-usaha independen oleh warga, seperti yang dilakukan oleh Kang Iwan dengan

membuat Demplot. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil dari beberapa percobaan

untuk pertanian contoh, pupuk, obat dll.

4.4.4 Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang

Desa Sindulang merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang. Lokasinya berada di bagian ujung timur wilayah

kecamatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten

Garut dan Kabupaten Bandung. Jika dilihat dari pusat pemerintahan Kecamatan Cimanggung

posisinya juga berada di sebelah timur dengan jarak sekitar 11 kilometer. Desa Sindulang

memiliki luas wilayah total sebesar 751,13 hektar. Wilayah Desa Sindulang tersebut terbagi

ke dalam beberapa jenis penggunaan atau tata guna lahan. Berdasarkan persentase

penggunaan lahannya, sebagian besar lahan Desa Sindulang merupakan kawasan kehutanan

yang berada di lereng Gunung Kareumbi. Komposisi kawasan kehutanan ini mencapai 55,97

persen dari luas total wilayah atau setara dengan luasan 420,26 hektar. Kemudian besaran

komposisi lahan pertaniannya sebesar 12,02 persen dari luas total yang sebanding dengan

cakupan wilayah seluas 90,28 hektar.

KEMBARA CITARIK WANADRI

64

Seperti pada umumnya, lahan pertanian di Desa Sindulang juga terbagi ke dalam

dua jenis yaitu lahan pesawahan dan lahan pertanian bukan pesawahan. Lahan

pesawahannya sendiri seluas 48,75 hektar, dan sisanya merupakan lahan non pesawahan

yaitu berupa lahan perkebunan, ladang dan huma seluas 41,53 hektar. Kemudian lahan

pemukiman atau perumahan dan pekarangan mencakup besaran 1,48 persen atau seluas

11,12 hektar. Sisanya sebesar 1,2 persen dipergunakan sebagai lahan lainnya dan setara

dengan luasan sebesar sembilan hektar. Dengan area yang didominasi pertanian tidak

mengherankan jika mata pencaharian didominasi oleh masyarakat yang bekerja sebagai

petani dan buruh tani. Selain itu ada pula sebagian kecil yang bekerja sebagai peternak,

pedagang dan buruh pabrik.

Gambar 33. Salah satu matapencaharian masyarakat Desa Sindulang yaitu beternak kelinci

wilayah Desa Sindulang berada di kawasan paling timur wilayah Kecamatan

Cimanggung. Topografinya berupa kawasan lereng pergunungan karena berada di kaki

Gunung Kareumbi bagian tenggara dengan ketinggian wilayahnya di atas 1.000 meter di atas

permukaan laut. Tata guna lahan Desa Sindulang didominasi oleh lahan pertanian dan lahan

kehutanan. Lahan pertanian terletak di bagian selatan wilayah desa, sementara di bagian

utaranya merupakan kawasan kehutanan yang menjadi bagian kawasan hutan Gunung

Kareumbi.Untuk lahan pemukimannya terletak di sisi selatan wilayah Desa Sindulang yang

berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Desa Sindulang dihuni penduduk sebanyak 5.099

orang. Dengan rincian sebanyak 2.646 orang berjenis kelamin laki-laki ditambah 2.453 orang

berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.569 KK. Untuk

kepadatan penduduk Desa Sindulang, untuk tiap kilometer persegi luas wilayahnya dihuni

penduduk rata-rata sebanyak 678,84 orang.

KEMBARA CITARIK WANADRI

65

Gambar 34. Wawancara dengan masyarakat Desa Sindulang

4.4.4.1 Desa dan Sub Das Citarik

Desa sindulang Berdasarkan pengamatan dan karakteristik sumber pencemar

Sungai bahwa masih terdapat beberapa titik sumber pencemaran yang mengarah ke sungai

Citarik. Walaupun belum terdapatnya kawasan perindustrian, perilaku masyarakat sudah

mulai mencemari lingkungan Sungai dengan perilaku seperti membuang sampah, limbah

rumah tangga dan limbah pertanian langsung ke Sungai Citarik. Selain itu ada beberapa

rumah yang pipa MCKnya masih mengarah ke Sungai Citarik khususnya di Dusun Leuwiliang

dan Jambu Aer. Melalui pengamatan di lapangan masih ada beberapa titik pembuangan

sampah di pinggir sungai Citarik dikarnakan belum terdapatnya TPS yang di arahkan oleh

pemerintah setempat.

4.4.4.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Pada dasarnya masyarakat Desa Sindulang kurang begitu aktif dalam menangani

permasalahan lingkungan. Terlepas dari itu masih kurangnya peran aktif dari Desa Sindulang

yang kurang memberikan perhatian terhadap isu lingkungan. Saat ini Pemerintahan Desa

sindulang lebih memfokuskan diri ke permasalhan infastrukur dan pertanian.

Beberapa waktu sebelumnya Kepala Desa Sindulang pernah memiliki inisiatif untuk

memberikan pengarahan terhadap lingkungan. Selain itu Pemerintahan Desa Sindulang juga

pernah memfasilitasi beberapa RW dengan tempat pembakaran sampah. Hal ini dilakukan

agar masyarakat dapat mengelola sampah yang dihasilkannya sendiri demi mengurangi

pembuangan sampah ke Sungai Citarik. Terlepas dari itu sebagian warga masih ada saja

yang membuang sampah ke Sungai Citarik. Hal ini dapat dikarenakan peran aktif seperti

pengarahan dan penyuluhan tentang lingkungan kurang dirasakan oleh masyarakat Desa

KEMBARA CITARIK WANADRI

66

Sindulang. Hal ini dapat diartikan masih adanya kekurangan dalam pemerintahan desa

sindulang untuk mensosialisasikan tentang lingkungan.

Selain itu Desa Sindulang pun termasuk dari Desa yang mendapatkan program

Ecovillage dari Pemerintahan Jawa Barat. Hanya sudah satu tahun lebih kehadiran Ecovillage

sudah tidak terasa lagi. Program-program yang berjalan pun telah berhenti terutama setelah

kader-kader Ecovillage sudah tidak aktif lagi.

4.4.4.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Sebagian masyarakat Desa Sindulang masih ada yang membuang sampa nya

langsung ke sungai, dari mulai limbah rumah tangga sampai limbah pertanian yang sudah

membusuk. Hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari pemerintahan setempat

mengenai pengarahan lingkungan dan juga kurangnya penyediaan fasilitas pengelolaan

sampah seperti TPS. Ada pula kegiatan masyarakat yang dilakukan di bantarn Sungai Citarik

seperti 2 titik kandang ayam broiler. Selain itu masih ada rumah – rumah masyarakat Desa

Sindulang khususnya kampung Leuwiliang yang menempel tepat di pinggiran Sungai

Citarik.Aalhasil ada penyempitan lebar Sungai Citarik yang mengakibatkan seringnya Banjir

ketika musim hujan datang.

Pada saat kehadiran Ecovillage masyarakat Desa Sindulang mulai terpengaruhi

terutama dengan banyaknya kegiatan lingkungan seperti Jumat Bersih. Dengan semakin

berkurangnya kader Ecovillage, kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan lingkungan

pun semakin tereduksi. Saat ini salah satu kegiatan yang rutin dilakukan seperti Jumat Bersih

pun sudah semakin jarang terlaksana.

Masyarakat Desa Sindulang memang tidak mendapatkan Pendidikan lingkungan

sehingga mayoritas masyarakatnya tidak sadar akan lingkungan. Walaupun begitu sudah ada

beberapa upaya yang dilakukan masyarakat seperti Kerja bakti yang diinisiasi oleh para

tokoh agama.

4.4.5 Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang

Desa Tegalmanggung merupakan Kawasan pedesaan yang masih cukup dekat

kawasan Taman Buru Masigit Kareumbi. Lahan pertanian mendominasi kawasan Desa

Tegalmanggung terutama pertanian jagung dan tembakau yang menjadi hasil pertanian

utama Desa Tegalmanggung. Selain itu ada pula kawasan peternakan sapi, kambing dan

ayam, dengan skala yang tidak terlalu besar. Dengan kondisi yang didominasi oleh

KEMBARA CITARIK WANADRI

67

pertanian, tidak mengherankan jika mayoritas masyrakatnya berprofesi sebagai petani. Di

samping itu ada pula beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin konveksi

dengan produk berupa kerudung.

Untuk dinamika permasalahan umum yang terjadi di Desa Tegalmanggung masih

merupakan masalah yang sering ditemui di kawasan pedesaan. Permasalahan infrastruktur

seperti akses Jalan Dusun yang sulit dilalui, masyarakat harus melalui jalan kabupaten

Bandung dahulu untuk menuju Kantor Desa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mendapatkan

informasi dari Desa dikarenakan lokasi yang jauh dari Kantor Desa. Pada akhirnya

masyarakat merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintah Desa, karena Dusun yang jauh dari

kantor Desa.

Desa Tegalmanggung sendiri sudah memiliki sarana kegiatan-kegiatan masyarakat

seperti MUI, Karang Taruna, Organisasi masyarakat (Pemuda Pancasila), dan kegiatan

olahraga (Bola Voli). Kegiatan yang dilakukan pun cukup beragam seperti Silaturahmi dan

ceramah yang dilakukan oleh MUI setiap bulannya. Ada pula kegiatan masyarakat seperti

Jumat Bersih, yang dilakukan untuk menjaga lingkungan sekitar. Untuk Ormas Pemuda

Pancasila, cukup banyak warga yang merasa resah dengan kegiatan yang dilakukannya.

4.4.5.1 Desa dan Sub Das Citarik

Pada dasarnya hanya ada satu dusun yang berbatasan langsung dengan badan

utama Sungai Citarik, yaitu Dusun Cikelet. Walaupun begitu Desa Tegalmanggung juga

terkena dampak banjir bandang secara langsung. Hal ini mengakibatkan terjadinya

pelebaran bibir Sungai Citarik di Desa Tegalmanggung. Selain itu setelah banjir bandang

dibangun pula jembatan perbatasan yang menghubungkan Desa Dampit dengan Desa

Tegalmanggung.

Selain itu terjadi pula perubahan kawasan dengan dibangunnya dua perumahan

umum di kawasan Desa Tegalmanggung. Hanya saja terjadi perdebatan di antara warga dan

pemerintahan Desa karena adanya indikasi perumahan tersebut berada di daerah Zona

Hijau.

4.4.5.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan lingkungan yang terjadi di Desa Tegalmanggung tidak terlepas dari

kurangnya peran pemerintahan dalam mengelola kawasan. Pemerintah Desa sama sekali

tidak meluangkan anggaran untuk lingkungan. Hal ini mengakibatkan tidak adanya program

KEMBARA CITARIK WANADRI

68

yang berhubungan dengan lingkungan dan juga kurangnya fasilitas seperti infrastruktur

untuk pengelolaan sampah. Saat ini memang pihak Pemerintahan Desa sedang terfokus di

pembangunan infrastruktur.

Selain itu pengalihfungsian lahan juga kurang terpantau oleh pemerintahan.

Terdapat beberapa lahan kritis yang sudah berubah alih fungsi lahan seperti Kawasan Bukit

berubah menjadi kawasan tani. Ada pula kontroversi kawasan Zona hijau berubah menjadi

kawasan perumahan. Hal ini membuat terjadinya pro-kontra dengan masyarkat, karena

banyak pihak masyarakat yang menentang pembangunan perumahan tersebut. Alih fungsi

lahan yang memungkinkan penyerapan air menjadi berkurang sehingga dapat terjadi

longsor.

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak pemerintahan terutama yang dilakukan

oleh pemerintahan tingkat provinsi dengan adanya kegiatan Ecovillage. Ecovillage dalam

beberapa tahun terakhir telah membentuk kader-kader yang diharapkan membantu

masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Hanya saja saat ini tersisa dua

orang kader yang masih aktif dalam kegiatan Ecovillage. Salah satu bentuk kegiatan yang

telah berjalan adalah kamapnye pengelolaan sampah dan pembuatan bank sampah di

Dusun Cilaku Girang yang diinisiasi oleh Pak Encep (Kader Ecovillage). Selain itu ada pula

kegiatan yang sudah tidak berjalan seperti pendampingan terhadap beberapa kelompok

tani.

Beberapa bantuan fasilitas seperti alat pengelola sampah pun telah dilakukan oleh

pemerintahan. Hanya saja penggunaan alat tidak berjalan optimal karena warga yang dirasa

masih belum peduli dengan lingkungan.

4.4.5.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Masyarakat Desa Tegalmanggung dan kegiatan yang dilakukannya sangatlah

berdampak terhadap kondisi lingkungan sekitarnya termasuk kondisi Sungai Citarik. Salah

satu yang sangat berdampak adalah penebangan liar yang dilakukan oleh oknum

masyarakat. Hal ini diindikasikan mengakibatkan beberapa lahan berubah menjadi lahan

kritis dan juga menyebabkan kelongsoran.

Masyarakat Desa Tegalmanggung mayoritas tidak membuang sampah ke sungai

karena hanya ada satu Dusun yang berada di bantaran Sungai CItarik. Dusun Cikelet sebagai

satu-satunya Dusun yang berada di bantaran Sungai Citarik memang memiliki warga yang

KEMBARA CITARIK WANADRI

69

membuang sampahnya ke Sungai. Untuk Dusun lainnya karena jarak yang berjauhan dengan

Sungai Citarik mengelola sampahnya secara mandiri dengan cara dibakar. Selain itu

pengelolaan sampah hasil konveksi (kain perca) juga tidak kelola secara maksimal, cara yang

dilakukan untuk mengelolanya adalah dengan dibakar.

Masyarakat Desa Tegalmanggung memang tidak mendapatkan Pendidikan

lingkungan sehingga mayoritas masyarakatnya tidak sadar akan lingkungan. Walaupun

begitu sudah ada beberapa upaya yang dilakukan masyarakat seperti Kerja bakti yang

diinisiasi oleh Karang Taruna. Ada pula kegiatan masyarakat seperti Jumat Bersih yang

biasanya dilakukan satu bulan sekali. Selain itu ada pula pembuatan bank sampah oleh Pak

Encep (Kader Ecovillage) yang dilakukan di Dusun Cilaku Girang.

Kegiatan masyarakat mengenai lingkungan memang sangat terpengaruhi oleh

kehadiran Ecovillage. Kegiatan tersebut terasa sangat aktif pada saat kader-kader Ecovillage

yang aktif dirasa cukup banyak. Saat kader Ecovillage yang aktif sudah sangat sedikit

berdampak pada keaktifan masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan Jumat Bersih menjadi

semakin tidak rutin, bahkan terkadang selama tiga bulan kegiatan tersebut tidak terlaksana.

4.4.6 Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang

Desa Cimanggung yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan

Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Desa ini sudah termasuk di Kawasan perantara

masyarakat dengan pedesaan dengan perkotaan, karena jarak yang tidak terlalu jauh dari

jalan bypass Cicalengka. Walaupun tidak memiliki pabrik di kawasannya, masyarakat Desa

Cimanggung sendiri mayoritas bekerja pada sektor industri yang berada di Kawasan yang

tidak terlalu jauh seperti di Desa Sindangpakuon. Banyaknya masyarakat yang bekerja di

sektor industri juga memperkuat karakteristik urban masyarakat Desa Cimanggung. Di

wilayah tersebut masih banyak lahan pertanian, tetapi lahan ini hanya dikelola oleh

sejumlah kecil warga.

Gambar 35. Foto Sungai Citarik dari Desa Cimanggung

KEMBARA CITARIK WANADRI

70

Kondisi Masyarakat Desa Cimanggung sudah semakin kompleks, dengan munculnya

strata ekonomi dari berbagai tingkatan. Selain itu bentuk permasalahan yang mencirikan

karaterisitik masyarakat urban juga telah muncul, seperti permasalahan kurangnya lapangan

pekerjaan untuk masyarakat lokal yang kalah bersaing dengan para pendatang. Saat ini Desa

Cimanggung telah terlihat potensi yang cukup besar dengan adanya beberapa organisasi

organisasi yang mampu mengkoordinir masyarakat seperti Karang Taruna, Ecovillage, KSM (

Kelompok swadaya masyarakat), Remaja Masjid dan kegiatan olahraga (Sepakbola dan Bola

Voli). Oganisasi-organisasi tersebut memiliki potensi untuk menyelesaikan permasalahan

masyarakat, karena masyarakat Desa Cimanggung kurang memiliki inisiatif dalam

melakukan gerakan masyarakat terutama yang berhubungan dengan permasalahan

lingkungan.

Gambar 36. Masyarakat sedang memandikan kerbau di Sungai Citarik

4.4.6.1 Desa dan Sub Das Citarik

Secara perlahan-lahan namun pasti Kawasan Desa Cimanggung telah berubah

menjadi pemukiman padat, yang bahkan beberapa diantaranya berada langsung di bantaran

sungai Citarik seperti di RW 01, 02, dan 03. Perubahan alih fungsi lahan menjadi perumahan

umum juga telah terjadi di Desa Cimanggung, hal ini telah terjadi semenjak tahun 80an.

Perubahan alih fungsi lahan juga mengakibatkan perubahan profesi di masyarakat Desa

Cimanggung, salah satunya adalah berkurangnya lahan pertanian yang dapat digarap oleh

warga.

Permasalahan banjir di Sungai Citarik juga berdampak pada Desa Cimanggung,

salah satunya adalah banjir bandang yang terjadi pada bulan November tahun 2016. Selain

permasalahan banjir yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau

(RTH), permasalahan lingkungan lainnya pun terjadi terutama pada permasalahan perilaku

masyarakat. Perilaku masyarakat yang tidak mengelola sampahnya secara baik dan sanitasi

KEMBARA CITARIK WANADRI

71

yang dibuang langsung ke sungai menjadi permasalahan perilaku masyrakat yang

berdampak pada kondisi lingungan Sungai Citarik.

4.4.6.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Pihak Pemerintahan Desa memang belum memiliki perhatian lebih terhadap

permasalahan lingkungan. Tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk mmenyelesaikan

permasalahan lingkungan membuat fasilitas pengelolaan sampah kurang tersedia. TPS Desa

Cimanggung tidak mampu menampung beban sampah dari 24 RW dan juga tidak adanya

pengangkutan membuat masyarakat membuang sampahnya tidak pada tempatnya

terutama ke Sungai. Saat ini memang pemerintahan Desa Cimanggung belum meluangkan

anggaran untuk permasalahan lingkungan, saat ini memang masih terfokus ke

pembangunan infrastruktur.

Pembangunan Kawasan perumahan umum sudah semakin intensif di Kawasan Desa

Cimanggung. Hal ini termasuk dengan pengalihfungsian Ruang Terbuka Hijau. Hanya saja

pembangunan Kawasan tersebut belum memerhatikan jumlah minimal 30% untuk ruang

terbuka hijau di Kawasan perumahan umum. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pihak

pemerintah saat memberikan izin pembangunan perumahan.

Pihak pemerintah sudah memberikan beberapa upaya untuk menanggulangi

permasalahan lingkungan. Salah satunya adalah adanya bronjong dan dinding penahan

sungai untuk menahan banjir dan beberapa bantuan untuk membangun MCK / septic tank

umum. Adapula untuk sampah ada bantuan dari dinas PUPR Untuk upaya mengurangi

volume sampah dengan Bantuan Bangunan dan juga mesin olah sampah Tempat olah

sampah setempat (TOSS) . Ketidakjelasan tupoksi dan koordinasi antara Lembaga

pemerintahan membuat beberapa sektor pemerintahan harus menanggung permasalahan

yang ada. Selain itu sudah ada pula program Ecovillage yang merupakan program

pemberdayaan dari Pemerintahan Jawa Barat. Saat ini ada beberapa perusahaan swasta

membeli bibit yang di kelola oleh Ecovillage Desa Cimanggung.

4.4.6.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan yang terjadi pada masyarakat cimanggug khususnya pada DAS

Sungai Citarik adalah masyarakat masih membuang sampah di bantara sungai citarik,

walaupun ada upaya dari masyarakat sendiri untuk membakar sampah tersebut

KEMBARA CITARIK WANADRI

72

sebelumnya. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan juga selain membuang sampah dapat

mengotori sungai, membakar sampah pun akan merusak lingkungan pula.

Aktifitas warga Desa Cimanggung yang dekat dengan Sungai Citarik, menjadikan air

Sungai Citarik menjadi sumber kegiatan sehari-hari. Masyarakat masih mencuci baju, dll di

Sungai Citarik, selain itu juga tidak jarang masih banyak anak kecil yang melakukan aktifitas

MCK langsung di sungai.

Desa Cimanggung sudah memiliki Tempat Pengolahan Sampah (TPS) yang cukup

besar tetapi dari 24 Rukun Warga (RW) di Desa Cimanggung TPS tersebut hanya dapat

menampung 4 RW saja. Hal terebut menjadi permasalahan karena masyarakat kebingungan

untuk membuang sampah tersebut dan masyarakat harus membayar biaya pengangkutan

sampah yang diangkat oleh kendaraan operasional. Tidak jarang masyarakat yang memilih

tidak membayar biaya tersebut dan memilih untuk membakar sampahnya atau membuang

sampah ke Pasar Parakanmuncang.

4.4.7 Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang

Desa Sindangpakuon merupakan Kawasan perantara masyarakat dengan pedesaan

dengan perkotaan. Desa Sindangpakuon sudah memiliki karakterisitik masyarakat urban

dengan mayoritas masyarakatnya bekerja pada sektor industri dan perdagangan. Di wilayah

tersebut masih tersisa sedikit lahan pertanian yang dikelola olah sejumlah kecil warga.

Selain itu ada pula beberapa industri dan kerajinan kecil masyarakat, seperti tahu, tempe

dan pemotongan ayam. Ekonomi di Desa Sindangpakuon memang terbilang cukup maju

dengan adanya 9 pabrik skala besar dan Pasar Parakanmuncang yang menunjang perdangan

di Kecamatan Cimanggung

Gambar 37. Bertemu dengan Kepala Kecamatan Cimanggung

Kondisi Masyarakat sendiri terbilang cukup kompleks dengan berbagai

permasalahan yang sering ditemui dalam masyarakat urban. Permasalahan ekonomi seperti

KEMBARA CITARIK WANADRI

73

kurangnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat lokal yang kalah bersaing dengan para

pendatang. Pegawai pabrik dan pedagang yang berada di Desa SIndangpakuon di dominasi

oleh para pendatang dari daerah lain. Di samping itu Desa Sindangpakuon memiliki potensi

yang sangat besar terutama di tingkat masyarakat. Desa Sindangpakuon memiliki beberapa

organisasi yang mampu mengkoordinir masyarakat seperti Pesantren Cikalama, Karang

Taruna, Ikatan Warga Pasar, Organisasi Masyarakat (Pemuda Pancasila, Laskar Merah Putih,

Manggala, dan GMBI), Remaja Masjid dan kegiatan olahraga (Sepakbola, Bola Voli, dan

Motor Cross).

4.4.7.1 Desa dan Sub Das Citarik

Desa Sindangpakuon sudah terbentuk menjadi Kawasan urban dengan pemukiman

yang sangat padat yang beberapa diantaranya berada di bantaran Sungai Citarik sendiri.

Lahan terbuka hijau semakin sempit dengan banyaknya alih fungsi lahan menjadi

perumahan umum dan pabrik-pabrik skala besar. Pada tahun 80-90an masih cukup

banyaknya warga yang melakukan kegiatan pertanian dan perikanan yang bergantung pada

Sungai Citarik. Hanya saja lahan pertanian dan perikanan semakin tersisih dengan alih fungsi

lahan untuk pabrik dan perumahan.

Gambar 38. Himbauan yang dibuat oleh masyarakat tentang larangn membuang sampah

Mulai tahun 80an, Desa Sindangpakuon mulai terkenda dampak banjir yang berasal

dari wilayah hulu. Hal ini diindikasikan karena perubahan lahan hijau di wilayah hulu. Banjir

yang cukup besar terakhir terjadi pada bulan November tahun 2016. Di samping banjir dan

kurangnya ruang terbuka hijau ada pula permasalahan seperti pengelolaan sampah, sanitasi,

dan pengelolaan limbah industri. Untuk setiap permasalahannya dapat dipetakan melalui

berbagai tingkatan yaitu tingkat pemerintahan, masyarakat, dan industri.

KEMBARA CITARIK WANADRI

74

4.4.7.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)

Permasalahan yang meliputi Sungai Citarik dan lingkungan DAS sekitarnya memang

tidak terlepasnya dari peran pemerintah. Pada tahap perencanaan terasa minimnya

anggaran yang diberikan untuk pengelolaan lingkungan. Anggaran Desa masih terfokus

pada infrastruktur pembangunan seperti jalan raya. Hal ini berakibat pada kurangnya

Fasilitas Pengangkutan Sampah yang baik di Desa Sindangpakuon. Satu-satunya TPS berada

di Pasar Parakanmuncang, yang itupun dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Sumedang. Tong sampah di sekitar Desa pun terlihat cukup minim. Selain

fasilitas pengelolaan sampah yang masih minim, fasilitas sanitasi pun masih kurang

tersentuh oleh tangan-tangan pemerintah.

Desa Sindangpakuon merupakan Kawasan dengan tingkat pengalihfungsian lahan

yang cukup tinggi. Hanya saja perencanaan mengenai Ruang Terbuka Hijau masih belum

menjadi prioritas. Hal ini terlihat dari pengalihfungsian lahan untuk industri dan perumahan

yang tidak mempertimbangkan Ruang Terbuka Hijau. Secara kasat mata aturan 30% lahan

terbuka hijau untuk perumahan umum masih belum dipatuhi oleh pengembang.

Selain itu juga ada beberapa masalah lainnya seperti penegakan hukum untuk

permasalahan lingkungan juga masih dirasa terasa sangat kurang efektif. Hal ini terlihat dari

masih banyaknya pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke sungai.

Pemerintah di berbagai tingkatan mulai dari Pemerintahan Desa hingga

Pemerintahan tingkat Provinsi sudah mulai memberikan upaya untuk menanggulangi

permasalahn tersebut. Beberapa hal yang terlihat diantaranya adalah sudah adanya

bronjong dan dinding penahan sungai untuk menahan banjir dan beberapa bantuan untuk

membangun MCK / septic tank umum.

Adapula untuk sampah dari Pasar Parakanmuncang selalu dikoordinir untuk masuk

ke TPS Pasar Parakanmuncang. Hanya saja masyarakat Desa Sindangpakuon dan sekitarnya

ikut membuang sampah ke TPS tersebut. Hal ini mengakibatkan Disperindag Kabupaten

Sumedang / Pengurus Pasar harus menanggung biaya angkut sampah masyarakat yang

dibuang ke TPS Parakanmuncang. Ketidakjelasan tupoksi dan koordinasi antara Lembaga

pemerintahan membuat beberapa sektor pemerintahan harus menanggung permasalahan

yang ada.

KEMBARA CITARIK WANADRI

75

4.4.7.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)

Pada umumnya permasalahan lingkungan untuk tingkat masyarakat Desa

Sindangpakuon merupakan permasalahan perilaku keseharian. Permasalahan ini ditunjang

pula dengan minimnya fasilitas yang ada, bahkan hingga fasilitas kebersihan yang

semestinya sudah ada di tingkat rumah tangga. Masih banyak masyarakat masih membuang

sampahnya secara sembarangan terutama ke DAS Citarik. Hal ini menimbulkan

pendangkalan dan penyempitan Sungai, sebagai contoh Sungai Ciburaleng yang merupakan

anak Sungai Citarik. Sungai Ciburaleng sendiri merupakan Sungai berbadan kecil ditengah-

tengah persawahan dan permukiman warga, yang secara rutin terjadi banjir karena

penyempitan badan sungai.

Untuk permasalahan sanitasi masyarakat masih banyak yang belum memiliki MCK

ber septic tank atau bahkan MCK. Sehingga banyak MCK baik itu milik umum maupun

pribadi yang mengalirkan sisa pembuangannya ke sungai. Masyarakat banyak yang

membangun perumahan padat yang dengan berdempetan dengan anak-anak sungai Citarik,

sehingga sulit untuk membuat septic tank. Posisi permukiman yang dekat dengan bantaran

sungai pun membuat masih adanya masyarakat yang melakukan kegiatan domestic, seperti

mencuci, yang dilakukan di pinggir sungai atau kolam yang mengalir ke langsung sungai.

Selain itu untuk para pengrajin skala kecil yang berada di Desa Sindangpakuon,

seperti tahu, tempe, dan pemotongan ayam, juga menghasilkan limbah yang tidak sedikit.

Hanya saja masih sedikit yang mengolah limbahnya, mayoritas masih membuang sisa

limbahnya ke sungai.

Masyarakat Desa Sindangpakuon sendiri sudah berusaha melakukan upaya kecil

dalam menanggulangi permasalahan lingkungan yang ada. Beberapa upaya diantaranya

adalah seperti yang dilakukan oleh Remaja Masjid dan Karang Taruna RW 05, 06, 07 dan 08.

Para pemuda tersebut melakukan pengangkutan sampah masyarakat sekitar yang pada

akhirnya akan dibuang ke TPS Pasar Parakanmuncang. Selain itu Seperti yang dilakukan di

Kawasan Pesantren Cikalama yang melakukan pengkomposan hasil sisa sampah organik.

Ada pula beberapa pengrajin / industri kecilsudah berusaha mencari solusi limbah sisa

kerajinan. Seperti Haji Oso yang merupakan pemilik pabrik tahu yang menggunakan kolam

lele untuk mengolah sisa pengolahan tahu. Di samping hal itu semua, usaha kecil yang

dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan pembakaran sampah yang dihasilkan.

KEMBARA CITARIK WANADRI

76

Untuk permasalahan sanitasi sudah ada beberapa upaya yang dilakukan

masyarakat terutama dengan penyediaan MCK dan septic tank komunal. Hal ini dilakukan

oleh beberapa pihak seperti warga lokal yang melakukan patungan atau bantuan dari

Universitas yang berasal dari Korea. Untuk MCK bantuan dari Korea juga dilengkapi dengan

fasilitas pertanian aquaponic (pertanian dan perikanan circular yang tidak menghasilkan

limbah). Di dalam fasilitas ini septic tank yang diberikan memiliki teknologi untuk menyaring

dan mengolah hasil MCK, yang pada akhirnya akan dapat menjadi air bersih untuk dialirkan

ke sungai. Di samping bantuan dari Korea, pembangunan fasilitas tersebut juga dibantu oleh

Universitas Parahyangan Bandung.

4.4.7.4 Analisa ditingkat Industri (Permasalahan dan Upaya)

Untuk permasalahan lingkungan DAS Citarik di tingkat industri masih berkutat di

dalam permasalahan pengelolaan dan pembuangan limbah.Beberapa industri/pabrik masih

secara rutin membuang limbahnya ke sungai. Kegiatan ini dicurigai tanpa adanya

pengolahan terlebih dahulu, hal ini terindikasi dari warna limbah yang dihasilkan. Untuk

membuang limbah ke sungai, Pabrik/industri menggunakan pipa pembuangan kecil yang

bukan pembuangan utama. Selain itu pada saat hujan pun menjadi saat yang tepat untuk

membuang limbah.

Untuk upaya dalam menanggulangi permasalahan limbah itu sendiri, pada saat

pembangunan pabrik perlu disertai dengan pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah). Hanya saja dalam kegiatan ini kami kesulitan untuk mendapatkan informasi

langsung dari pihak pabrik.

Di samping itu ada pula permasalahan perencanaan pembangunan pabrik.

Beberapa posisi pembangunan pabrik sangat bersempitan dan menghimpit anak sungai. Hal

ini mengakibatkan penyempitan sungai yang sebelumnya telah terjadi pendangkalan karena

sampah. Di beberapa area yang terjadi penyempitan, sering terjadi banjir yang cukup besar.

Selain itu ada pula beberapa upaya bantuan kecil mengenai lingkunga yang

dilakukan oleh pihak industri. Salah satunya adalah adanya beberapa tong sampah bantuan

dari pihak perusahaan Coca-cola Amatil.

KEMBARA CITARIK WANADRI

77

4.5 Hubungan Antara Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik

Tabel 29. Hubungan Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik

Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku

mutu

Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai

1 Hulu Sungai dan Hutan Dusun Cimulu BOD, COD, Total Coliform

Titik pengambilan sampel air berada di mata air Sungai Cimulu yang berada di sebelum Dusun Cimulu. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah BOD, COD, dan Total Coliform. 2 Parameter yaitu COD dan BOD diindikasikan terdapat data anomali di pagi hari, yang menyebabkan kedua parameter ini tidak memenuhi baku mutu. Total Coliform juga tidak memenuhi baku mutu air walaupun pada stasiun pengamatan tersebut masih minim kegiatan antropogenik

2 Kawasan konservasi, pertanian dan rumah tangga (dusun)

Kampung Cigumentong Desa Sindulang Kabupaten Bandung

TSS, BOD, COD, Total Coliform

Titik pengambilan sampel air berada di Kampung CIgumentong yang juga berada sebelum penangkaran rusa TBMK. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah TSS, BOD, COD, dan Total Coliform. 2 Parameter yaitu COD dan BOD diindikasikan terdapat data anomali di pagi hari, yang menyebabkan kedua parameter ini tidak memenuhi baku mutu. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Kampung CIgumentong. Untuk TSS yang tidak memenuhi baku mutu diduga karena adanya partikel koloid yang terbawa dari dinding dan dasar sungai yang masih merupakan tanah di lingkungan sedimentasi yang alami.

3 Pertigaan sungai (Sungai Cimulu), Kawasan konservasi dan pertanian serta rumah

Kampung Cigumentong / Dusun Leuwiliang, Desa Sindulang Kabupaten

Total Coliform Titik pengambilan sampel air berada di pertermuan Sungai Cimulu dan Citarik yang berada di bagian akhir Taman Buru Masigit Kareumbi. Titik tersebut berada

KEMBARA CITARIK WANADRI

78

Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku

mutu

Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai

tangga (dusun) Bandung entong setelah Penangkaran Rusa TBMK dan Kampung Cigumentong, yang memungkinkan adanya pencemaran dengan Total Coliform sebagai parameter yang tidak memenuhi baku mutu. Hal ini dikarenakan kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Kampung CIgumentong dan hasil dari kotoran di penangkaran Rusa.

4 Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)

Desa Sindulang Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi Kabupaten Bandung

pH, Total Coliform

Titik pengambilan sampel air berada Dusun Leuwiliang, Desa Sindulang yang merupakan Kawasan pemukiman padat pertama setelah TBMK. Total Coliform tidak memenuhi baku mutu dikarenakan kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Dusun Leuwiliang. Selain itu PH yang tidak memenuhi baku mutu dapat dipengaruhi oleh kegiatan domestik rumah tangga yang dibuang ke Sungai, mengingat Dusun Leuwiliang sudah menjadi pemukiman padat.

5 Up stream wisata Curug Cinulang dan rumah tangga (perdesaan)

Desa Sindulang Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi Kabupaten Bandung

BOD, COD, Total Coliform

Titik pengambilan sampel air berada di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi, yang berada di sebelum area wisata Curug Cinulang. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah BOD, COD, dan Total Coliform. 2 Parameter yaitu COD dan BOD diindikasikan terdapat data anomali di pagi hari, yang menyebabkan kedua parameter ini tidak memenuhi baku mutu. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi.

6 Down Stream wisata Curug Cinulang

Desa Sindulang Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi Kabupaten

Total Coliform Titik pengambilan sampel air berada di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi, yang berada di sesudah area wisata Curug Cinulang. Total Coliform juga tidak

KEMBARA CITARIK WANADRI

79

Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku

mutu

Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai

Bandung memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi.

7 Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)

Desa Tegalmanggung Kabupaten Sumedang dan Desa Dampit Kabupaten Bandung

TSS, BOD, Total Coliform

Titik pengambilan sampel air berada di Desa Tegalmanggung dan Desa Dampit. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah TSS, BOD, dan Total Coliform. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Tegalmanggung dan Desa Dampit. Untuk nilai TSS dan BOD terjadi karena akumulasi limbah domestik, hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kepadatan penduduk di Desa Dampit dan Desa Tegalmanggung. Di kedua desa ini memang masih ditemukan kegiatan domestik yang dilakukan di pinggir sungai dan membuang limbahnya ke sungai.

8 Pertanian dan TPS

Desa Cimanggung Kabupaten Sumedang dan Desa Dampit Kabupaten Bandung

BOD, COD, Total Coliform

Titik pengambilan sampel air berada di Desa Cimanggung dan Desa Dampit, kedua Desa ini sudah masuk ke wilayah dengan karakteristik perantara pedesaan dan perkotaan. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah COD, BOD, dan Total Coliform. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Cimanggung dan Desa Dampit. Untuk nilai COD dan BOD terjadi karena akumulasi limbah domestik, hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kepadatan penduduk di Desa Dampit dan Desa Cimanggung. Di kedua desa ini memang masih ditemukan kegiatan domestik yang dilakukan di pinggir sungai dan membuang limbahnya ke sungai.

9 Up Stream pabrik tekstil dan Desa Sindangpakuon TSS, DO, Total Titik pengambilan sampel air berada di Desa

KEMBARA CITARIK WANADRI

80

Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku

mutu

Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai

pertanian Kabupaten Sumedang Coliform Sindangpakuon, Desa ini sudah masuk ke wilayah dengan karakteristik perkotaan. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah TSS, DO, dan Total Coliform. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Sindanpakuon. Untuk nilai TSS terjadi karena akumulasi limbah domestik, hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kepadatan penduduk di Desa Sindangpakuon. Di Desa Sindanpakuon masih ditemukan masyarakat membuang limbah domestiknya ke sungai. Untuk parameter DO, Titik ini merupakan stasiun pertama yang nilai DO tidak memenuhi baku mutu air. Hal ini dikarenakan akumulasi dari limbah domestik yang dibuang ke sungai dan juga kegiatan industri skala kecil seperti tempe yang limbahnya dibuang ke sungai.

10 Up Stream pabrik tekstil dan pertanian

Secara wilayah administratif, stasiun-stasiun ini tidak masuk dalam pendataan kondisi masyarakat

TSS, pH, DO, BOD, COD, Total Coliform

--------------------------

11 Rumah tangga (Perkotaan) pH, DO, BOD, COD, Total Coliform

12 Up Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)

TSS, DO, BOD, Total Coliform

13 Down Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)

TSS, pH ,DO, BOD, COD, Total Coliform

14 Muara Sungai Citarik (titik masuk Citarik ke Citarum) dan rumah tangga (Perkotaan)

TSS, DO, BOD, COD, Total P, Total Coliform

KEMBARA CITARIK WANADRI

81

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sub DAS Citarik Bagian Hulu berada di 7 Desa yang berada dalam wilayah

Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Setiap daerah yang dilalui

oleh Sungai Citarik akan terlihat perubahan situasi dan kondisi dari Hulu Sungai hingga

bagian hilir. Pada bagian mata air yang berada di dalam lingkungan Taman Buru Masigit

Kareumbi, masih terlihat sebagai bentuk mata air yang alamiah dengan minimnya kegiatan

antropogenik. Di dalam Taman Buru Masigit Kareumbi ini terdapat dua buah pemukiman

yaitu Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong. Selepas dari TBMK terdapat dua buah Desa

yang menjadikan Sungai Citarik sebagai batas wilayah, kedua Desa tersebut adalah Desa

Sindulang dan Desa Tanjungwangi. Kedua Desa ini merupakan Desa dengan karakteristik

pedesaan dengan masih sedikit sentuhan kehidupan perkotaan. Masyarakat di kedua Desa

ini mayoritas bekerja sebagai petani. Di daerah tersebut merupakan tempat beradanya

Curug Cinulang yang merupakan destinasi wisata yang cukup terkenal.

Setelah Desa Sindulang, pada wilayah Kabupaten Sumedang terdapat Desa

Tegalmanggung. Desa ini masih memiliki karakterisitik pedesaan yang tidak jauh dengan

Desa Sindulang. Setelah Desa Tegalmanggung terdapat Desa Cimanggung, sedangkan

setelah Desa Tanjungwangi terdapat Desa Dampit. Untuk Desa Cimanggung dan Desa

Dampit sudah terlihat perbedaan karakteristik dengan kedua Desa sebelumnya. Desa

Cimanggung dan Desa Dampit sudah muncul karakteristik urban dengan adanya masyarakat

yang bekerja di pabrik dan memilih kerja ke daerah perkotaan. Setelah Desa Cimanggung,

ada Desa Sindangpakuon yang juga berbatasan dengan Desa Dampit melalui Sungai Citarik.

Desa Sindangpakuon merupakan Desa dengan karakteristik urban yang sangat kental.

Secara ekonomi Desa Sindangpakuon terbilang maju karena adanya 9 pabrik skala besar. Di

Desa Sindangpakuon juga berada Pasar Parakanmuncang yang merupakan satu-satunya

pasar yang berada di Kecamatan Cimanggung.

5.1.1 Kesimpulan Kualitas Air Sub DAS Citarik

Berdasarkan hasil perhitungan Indeks STORET diketahui bahwa secara umum

Sungai Citarik berstatus cemar sedang dan cemar ringan dibandingkan dengn baku mutu air

kelas II. Tetapi dari setiap stasiun pengamatan memiliki beberapa perbedaan dari parameter

KEMBARA CITARIK WANADRI

82

yang tidak memenuhi baku mutu air. Total Coli form merupakan parameter yang selalu ada

menjadi parameter pencemar di seluruh stasiun pengamatan. Hal ini memang menjadi

sesuai dengan pengamatan permasalahan masyarakat yang masih membuang sisa

sanitasinya ke sungai, bahkan hal ini terjadi di pemukiman yang berada di dekat mata air

seperti Dusun Cimulu. Hanya saja pencemaran melalui Coli form juga terjadi di stasiun 1

yang merupakan stasiun pengamatan di tempat belum adanya kegiatan manusia /

antropogenik.

Di samping parameter BOD dan COD, yang tercemar di stasiun 1,2 dan 5 walaupun

diindikasikan merupakan sebuah anomali, parameter yang tercemar di wilayah hulu masih

sesuai dengan kondisi kegiatan manusia yang ada. TSS yang berada di bawah baku mutu air

untuk stasiun 2, diduga karena adanya partikel koloid yang terbawa dari dinding dan dasar

sungai yang masih merupakan tanah di lingkungan sedimentasi yang alami. Sedangkan

untuk PH yang berada di bawah baku mutu air untuk stasiun 4, dapat dipengaruhi oleh

kegiatan domestik yang limbahnya di buang ke sungai. Hal ini mengingat bahwa stasiun 4

berada di Dusun Leuwiliang yang merupakan pemukiman dengan kepadatan yang cukup

tinggi.

Semenjak stasiun 7, parameter BOD sudah mulai muncul sebagai parameter

pencemar tanpa dianggap sebagai anomali seperti di stasiun 1,2 dan 5. Sedangkan untuk

parameter COD, mulai muncul kembali sebagai parameter pencemar, tanpa dianggap

sebagai anomali adalah pada stasiun pengamatan 11.

Untuk parameter DO yang berada di bawah baku mutu air dimulai semenjak stasiun

9 yang berada pada Desa Sindangpakuon yang merupakan Desa dengan kepadatan

penduduk sangat tinggi. Semenjak stasiun 9, stasiun pengamatan selalu berada di wilayah

dengan karakteristik perkotaan, dan selalu memiliki DO sebagai parameter yang berada di

bawah baku mutu air. Semenjak stasiun 9 pun parameter yang berada di bawah baku mutu

air, yang kerap kali muncul,adalah TSS, BOD, COD, dan pH. Seperti juga parameter DO,

parameter-parameter ini juga dipengaruhi oleh akumulasi kegiatan domestik dan industri.

Semenjak stasiun 10, status baku mutu air sudah dipengaruhi oleh industri skala

besar. Di stasiun 10 sendiri terdapat penurunan drastis baku mutu air yang disebabkan oleh

COD dan BOD, hal ini baru terjadi kembali pada stasiun pengamatan 13 dan 14. Stasiun 10

sendiri merupakan stasiun pengamatan yang berada setelah pabrik tekstil. Sedangkan untuk

KEMBARA CITARIK WANADRI

83

stasiun 13 merupakan pertemuan Sungai Citarik dengan Sungai Cimande. Sungai Cimande

sendiri merupakan sungai yang banyak memiliki pabrik di sekitarnya. Untuk stasiun 14 yang

merupakan muara dari Sungai Citarik, terdapat Total Fosfat sebagai parameter pencemar,

yang dikarenakan akumulasi dari limbah-limbah di stasiun sebelumnya.

Pada dasarnya stasiun-stasiun pengamatan menghasilkan parameter pencemar dan

nilai status baku mutu air sesuai dengan kondisi wilayah sekitarnya. Di samping anomali

yang didapatkan di stasiun 1,2 dan 5, setiap stasiun juga terdapat parameter pencemar yang

mudah terprediksi. Setiap kegiatan antropogenik yang berubah secara berkala akan

berdampak pada status pencemaran sesuai dengan kondisi yang ada.

5.1.2 Kesimpulan Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R

untuk Pendataan Kualitas Air

Pada kegiatan ini, hasil pengukuran menggunakan Spektroradiometer CROPSCAN

MSR16R untuk Pendataan Kualitas Air belum dapat menghasilkan sebuah kesimpulan, tetapi

mencoba sebuah metode baru merupakan upaya yang erlu diapresiasi.

5.1.3 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Pemerintahan

Untuk permasalahan di ke 7 Desa di bagian Hulu Sungai Citarik selalu ditemui

keseragaman dari tindakan Pemerintahan tingkat Desa. Anggaran yang hanya sedikit

diluangkan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dan kurangnya fasilitas dalam

pengelolaan lingkungan selalui ditemui. Fasilitas pengelolaan sampah yang berjalan dengan

partisipasi masyarakat yang berkelanjutan tidak berhasil ditemui di bagian Hulu Sungai

Citarik. Beberapa fasilitas pengelolaan sampah yang ditemui kebanyakan diantaranya telah

berhenti beroperasi. Pengangkutan sampah yang diteruskan kepada Tempat Pembuangan

Akhir hanya ditemui di TPS Pasar Parakanmuncang yang dikelola oleh Disperindag

Kabupaten Sumedang. Pada akhirnya kebanyakan TPS yang disediakan oleh pihak

pemerintahan hanya menjalankan solusi sampahnya dengan cara dibakar.

Permasalahan Sanitasi yang dibuang langsung ke Sungai Citarik juga selalu ditemui

di 7 Desa ini. Walaupun penduduk yang memiliki septic tank semakin banyak pada wilayah

urban seperti Desa Sindangpakuon, bukan berarti seluruh warga mampu memilikinya.

Permasalahan ekonomi dan tingkat pendidikan membuat pembuatan septic tank di rumah-

rumah masih belum menjadi prioritas. Untuk menanggapi hal ini masih sedikit walaupun

KEMBARA CITARIK WANADRI

84

ada usaha kecil dalam menyediakan sanitasi atau MCK komunal yang sisanya tidak dibuang

ke Sungai Citarik.

Permasalahan Tata Ruang dalam menjaga Ruang Terbuka Hijau juga selalu ditemui

sepanjang Sungai Citarik bagian Hulu. Setelah melewati Taman Buru Masigit Kareumbi,

masih selalu terlihat perubahan alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman dan bahkan

pabrik skala besar. Alih fungsi lahan secara masif sudah terjadi semenjak tahun 80an.

Beberapa diantaranya masih sering ditemui pembangunan yang berada langsung di bibir

sungai. Selain itu terlihat pula cukup banyak lahan kritis karena penebangan pohon secara

liar dan pengelolaan wilayah pertanian yang kurang baik. Beberapa hal ini memberikan

kontribusi terhadap bertambahnya erosi dan banjir yang sering terjadi di Sungai Citarik.

Untuk menanggulangi banjir yang terus berulang pada akhirnya pemerintah perlu

membangun fasilitas-fasilitas seperti bronjong dan dinding penahan sungai.

Beberapa pembangunan seperti perumahan umum dan DAM bahkan mengundang

potensi konflik di antara masyarakat. Bahkan beberapa titik pembangunan perumahan

umum dicurigai berada di zona hijau dan tidak memenuhi aturan 30% ruang terbuka hijau.

Sosialisasi dan komunikasi terhadap pembangunan-pembangunan ini tidak terlalu berjalan

baik sehingga muncul kecurigaan di mata masyarkat.

Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah belum terlihat memiliki integrasi

antar Lembaga. Pemerintah tingkat Desa terkadang harus bekerja independen tanpa arahan

dan beberapa diantaranya hanya menunggu bantuan dari pemerintah di tingkat yang lebih

tinggi. Hal ini terlihat di Desa Sindangpakuon, Disperindag Kabupaten Sumedang terpaksa

membayar biaya angkut sampah warga karena tidak adanya TPS di tingkat Kecamatan.

Program Ecovillage selalu menjadi sorotan di berbagai Desa, karena pada beberapa

waktu lalu telah memberikan harapan lebih untuk masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan. Program yang diinsiasi oleh Pemerintahan Jawa Barat ini ada di seluruh Desa

wilayah Hulu Sungai Citarik kecuali Desa Balubur Limbangan (Dusun Cimulu) dan Desa

Sindangpakuon. Hanya saja terjadi pula masalah yang seragam di seluruh Ecovillage ini,

dengan semakin berkurangnya kader-kader Ecovillage yang aktif. Pada saat dana

pemerintahan sudah tidak mengalir, dengan harapan adanya inisiatif independen dari warga

dan Kader Ecovillage, program ini seperti perlahan-lahan menghilang. Hanya sedikit dari

KEMBARA CITARIK WANADRI

85

kader-kader Ecovillage yang masih aktif dan terus membimbing masyarakat untuk

mengelola lingkungan.

5.1.4 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Masyarakat

Secara umum perilaku masyarakat masih terlihat seragam di 7 Desa yang berada di

Hulu Sungai Citarik dalam mengelola dan menjaga lingkungan Sungai Citarik. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya permasalahan pengelolaan sampah dan sanitasi selalu ditemui

di setiap daerah ini. Perilaku yang pasif dari masyarakat dan tidak menganggap lingkungan

sebagai permasalahan prioritas, membuat pengelolaan lingkungan berjalan lambat.

Kebanyakan masyarakat masih menunggu bantuan dan fasilitas dari pemerintah untuk

memulai inisiatif pengelolaan lingkungan. Keberlanjutan yang tidak terjaga juga membuat

masyarakat pada akhirnya akan meninggalkan upaya-upaya yang telah dilakukan

sebelumnya. Sebagai contohnya pada saat Ecovillage sudah tidak berjalan efektif, begitu

pula dengan kegiatan warga untuk menjaga lingkungannya.

Upaya-upaya yang dilakukan masyarakat saat ini kebanyakan masih berbasis

individu atau rumah tangga. Pembakaran sampah dan penggunaan kolam ikan untuk

sanitasi saat ini masih jadi solusi terdekat untuk mengurangi dampak lingkungan. Beberapa

kegiatan komunal untuk mengatasi permasalahan lingkungan terkadang dapat ditemui di

beberapa titik. Salah satu diantaranya adalah pembangunan MCK komunal untuk

masyarakat yang tidak memiliki MCK. Di sisi lain untuk kegiatan ekonomi masyarakat yang

berdampak lingkungan juga sudah ada solusi-solusi kecil untuk permasalahan lingkungan.

Beberapa diantaranya adalah pembuatan kompos untuk pertanian dari sisa peternakan dan

penggunaan kolam ikan lele untuk mereduksi sisa pembuatan tahu. Hanya saja kegiatan

tersebut masih sedikit yang mampu memberikan dampak ekonomi lebih.

Ada pula beberapa kegiatan warga yang sering dilakukan dan berdampak pada

kondisi fisik Sungai Citarik. Beberapa diantaranya adalah masih adanya penebangan pohon

yang dilakukan sehingga membuat beberapa lahan kritis yang tidak mampu menyerap air

hujan. Selain itu banyak pula masyarakat yang membangun rumah di bantaran Sungai dan

Anak Sungai Citarik. Hal-hal tersebut tentunya menjadi penyebab erosi, pendangkalan dan

penyempitan sungai,yang pada akhirnya akan berdampak dengan terjadinya banjir.

Sepanjang Sungai Citarik ini sebenarnya sudah terlihat potensi untuk

pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan. Organisasi-organisasi di lingkungan

KEMBARA CITARIK WANADRI

86

masyarakat sudah cukup banyak yang terlihat aktif di beberapa titik. Organisasi-organisasi

seperti Karang Taruna, Remaja Masjid, Pesantren, dan perkumpulan petani terkadang sudah

memulai inisiatif kecil dalam pengelolaan lingkungan. Adapula masyarakat yang sudah

berusaha melakukan penghijauan di kawasan Sungai Citarik, seperti yang dilakukan di Desa

Dampit dengan inisiasi Ecovillage dan dilanjutkan oleh masyarakat sekitar. Beberapa inisiatif

tersebut bahkan dilakukan untuk menjawab kurangnya sentuhan pengelolaan lingkungan

dari pihak pemerintah.

5.1.5 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Industri

Industri skala besar hanya ditemui di Desa Sindangpakuon, dengan jumlah

sebanyak 9 pabrik. Permasalahan yang muncul dari industri tersebut adalah permasalahan

limbah yang dibuang ke sungai dan permasalahan tata ruang dalam pembangunan pabrik-

pabrik tersebut. Keberadaan pabrik-pabrik terkadang menjadi polemik di mata masyarakat,

karena pabrik tersebut berhasil membuka lapangan pekerjaan tetapi di samping itu

berdampak buruk untuk lingkungan. Banyak masyarakat yang masih mengeluhkan

kurangnya transparansi dari industri yang ada tersebut, terutama dalam permasalahan

lingkungan.

Pabrik-pabrik yang berada di DAS Citarik ini masih dicurigai membuang limbahnya

ke sungai secara berkala. Indikasi ini semakin kuat dengan banyaknya informasi dari warga

mengenai titik-titik pipa pembuangan yang tersembunyi. Selain itu banyak masyarakat yang

mencurigai pembuangan limbah pada saat terjadinya hujan. Ada pula beberapa posisi pabrik

yang pembangunannya menyebabkan penyempitan sungai, sehingga daerah sekitarnya

sering terjadi banjir.

5.2 Saran dan Rekomendasi

Untuk menyelesaikan segala permasalahan Sub DAS Citarik dan lingkungan

sekitarnya ada beberapa rekomendasi yang telah dipertimbangkan dari berbagai aspek.

Rekomendasi ini dibuat secara umum untuk keseluruhan Sub DAS Citarik Bagian Hulu.

Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan lingkungan di Sub DAS

Citarik Bagian Hulu

KEMBARA CITARIK WANADRI

87

5.2.1 Saran Pemantauan Kualitas Air

Pemantuan guna penilaian kualitas air sebaiknya dilakukan secara rutin dengan

selang waktu tertentu sehingga perubahan yang terjadi dapat terdeteksi dengan cepat.

Selain melakukan pemantauan kualitas air,juga perlu dilakukan perhitungan kemampuan

sungai untuk menerima beban pencemar (Carrying Capacity) tanpa merubah kualitas sungai

tersebut. Dengan mengetahui kualitas air dan Carrying Capacity sungai dapat membantu

strategi pengelolaan DAS. Terjaganya Sub DAS Citarik akan mengurangi beban dan

mempercepat pemulihan Sungai Citarum

5.2.2 Saran Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk

Pendataan Kualitas Air

Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antar parameter

dan metoda yang digunakan. Selain pengecekan terhadap hasil sampling air di laboratorium,

proses perekaman citra menggunakan drone hyperspectral juga perlu dilakukan untuk dapat

menghasilkan keluaran berupa peta kualitas air.

5.2.3 Saran dan Rekomendasi di Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur

Limbangan Kabupaten Garut dan Kampung Cigumentong Desa Sindulang

Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang

5.2.3.1 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat (Rekomendasi di tingkat

masyarakat dan pemerintahan)

Permasalahan Sampah di Dusun Cimulu dan Cigumetong dapat dilakukan dengan

melakukan kerjasama antara masyarakat, pemerintahan Desa dan pengelola TBMK.

Pembangunan fasilitas pengelolaan sampah yang terpusat dengan bantuan tenaga

masyarakat untuk mengelolanya dapat menjadi solusi berkelanjutan. Terlebih lagi TBMK

yang sudah mulai terbentuk menjadi fasilitas wisata perlu terus menjaga lingkungannya dan

mengedukasi pengunjung dalam pembuangan sampah

5.2.3.2 Pembangunan sanitasi komunal untuk Masyarakat (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Kurangnya pengetahuan dan kemampuan ekonomi membuat masyarakat

melakukan kegiatan sanitasinya langsung ke Sungai. Dengan adanya fasilitas dan sosialisasi

KEMBARA CITARIK WANADRI

88

dari pemerintah dapat mengarahkan masyarakat Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong

untuk melakukan kegiatan sanitasi di fasilitas yang tersedia.

5.2.3.3 Sinergisasi Pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan masyarakat,

pemerintah dan TBMK (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Dengan sudah adanya kader Ecovillage dan ditetapkannya Kampung adat di

Kampung Cigumentong dapat menjadi langkah awal untuk membentuk masyarakat

pedesaan yang sadar lingkungan. TBMK sebagai hutan yang sudah dilirik oleh masyarakat

umum untuk kegiatan pariwisata juga memiliki potensi tinggi untuk pengelolaan lingkungan.

Sinergisasi ini dapat diarahkan untuk membentuk program pendidikan lingkungan terhadap

masyarakat umum yang ditargetkan kepada para wisatawan. Kegiatan ini dapat pula

diarahkan untuk mengundang pengunjung dari berbagai daerah luar bahkan perkotaan.

5.2.4 Saran dan Rekomendasi di Desa Tanjungwangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Bandung

5.2.4.1 Pembuatan Greenbelt (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Perubahan DAS Citarik sangat dirasakan oleh warga salah satunya semakin

menyempitnya badan sungai, sudah berkurangnya ikan, serta sering terjadinya banjir jika

curah hujan tinggi. Untuk mengatasinya salaha solusi adalah dengan dibuatnya greenbelt di

sempadan DAS Citarik untuk wilayah tanjungwangi. Fungsi greenbelt sendiri selain

memulihkan biota sungai juga untuk menjaga sedimentasi dari tanah bibir sungai dan juga

mengurangi pembuangan sampah di sempadan sungai oleh warga yang sering terjadi di

wilayah ini.

5.2.4.2 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat dengan asistensi Pemerintahan

(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Seperti Biogas, hasil wawancara dan observasi di wilayah tanjungwangi kebanyakan

warga sering membuang sampah organik di DAS citarik. Selain sampah rumah tangga,

mayoritas warga juga pembuangan sanitasi nya langsung ke sungai, maka Biogas sendiri bisa

diterapkan di sini. Selain untuk mengurai limbah rumah tangga dan sanitasi, biogas juga

berguna untuk mengurangi kebutuhan masyarakat akan tabung gas elpiji.

KEMBARA CITARIK WANADRI

89

5.2.4.3 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat atau IPAL komunal (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan dan masyarakat)

Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran

Sungai Citarik beban pencemar sungai karena kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah

tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank

komunal untuk menanggulangi hal tersebut.

5.2.5 Saran dan Rekomendasi di Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Bandung

5.2.5.1 Sosialisasi dan Komunikasi pembangunan DAM (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan dan masyarakat)

Pembangunan DAM telah menjadi polemik yang disorot oleh warga. Perlunya

kejelasan informasi dari berbagai pihak, dapat dimulai dari pihak pemerintah desa. Hal ini

dilakukan agar pemerintah desa menjadi mediator dan fasilitator dengan masyarakat. Selain

itu untuk menghindari ketidakjelasan kabar yang dapat dimanfaatkan oleh oknum sehingga

menimbulkan konflik.

5.2.5.2 Pembenahan Lahan Kritis (Rekomendasi di tingkat pemerintahan dan

masyarakat)

Desa Dampit memiliki permasalahan yang cukup besar mengenai banyaknya lahan

kritis, hal ini dapat menyebabkan erosi dan air yang tidak terserap oleh tanah. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pembinaan terhadap warga Desa Dampit. Desa

Dampit telah memiliki potensi dalam hal tersebut karena kader Ecovillage yang aktif, Kang

Asep merupakan tenaga penyuluh Kabupaten, dapat memberikan akses untuk

mendapatkan bibit pohon untuk ditanami di lahan kritis.

5.2.6 Saran dan Rekomendasi di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten

Sumedang

5.2.6.1 Pembangunan Fasilitas Pengelolaan Sampah yang terintegrasi Masyarakat

(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Pihak pemerintahan Desa Sindulang harus menyediakan tempat pembuangan

sampah di setiap Dusun, serta adanya campur tangan dari pemerintahan kabupaten

Sumedang untuk pengolahan sampah. Selain itu Masyarakat juga harus diberi penyuluhan

KEMBARA CITARIK WANADRI

90

tentang pengolahan sampah yang bisa menjadikan peluang ekonomi agar pengolahan

sampah tetap berjalan.

5.2.6.2 Pembangunan sanitasi komunal untuk Masyarakat (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Masyarakat Desa Sindulang masih membuang sisa sanitasinya secara langsung ke

Sungai Citarik dengan menggunakan pipa-pipa. Dengan adanya fasilitas dan sosialisasi dari

pemerintah dapat mengarahkan masyarakat Desa Sindulang untuk melakukan kegiatan

sanitasi di fasilitas yang tersedia.

5.2.6.3 Optimalisasi fungsi Lembaga untuk melakukan Sosialisasi mengenai lingkungan

(Rekomendasi di tingkat pemerintahan)

Adanya sosialisasi tentang lingkungan agar masyarakat tetap menjaga

keberlangsungan sungai citarik seperti penyuluhan atau pengarahan tentang dampak dari

menjaga lingkungan dan dampak dari mengabaikan lingkungan di setiap Dusun. Kegiatan ini

dapat dilakukan dengan memasukan permasalahan lingkungan sebagai program prioritas

dari Pemerintahan tingkat Desa.

5.2.6.4 Pengelolaan Wisata berbasis Lingkungan (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan

pemerintahan)

Sungai Citarik saat ini telah dijadikan tempat Wisata Air seperti adanya Wahana

Tubbing yang di kelola oleh masyarakat Sindulang guna mendorong perekonomian warga

sekitar. Selain itu dalam pengelolaan Kawasan wisata ini tentunya kualitas air Sungai Citarik

yang digunakan perlu dijaga. Dengan adanya wisata yang maju, perhatian terhadap

lingkungan dapat ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan kualitas kepada para

wisatawan. Kegiatan ini dapat berfungsi untuk mendidik para pelaku wisata dan wisatawan

yang dating ke Sungai Citarik.

5.2.7 Saran dan Rekomendasi di Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang

5.2.7.1 Sosialisasi dan Komunikasi Tata Ruang (Rekomendasi di tingkat pemerintahan

dan masyarakat)

Pembangunan dua Perumahan diindikasikan oleh beberapa elemen masyarakat

berada di kawasan Zona Hijau. Perlunya komunikasi antara warga, developer dan

KEMBARA CITARIK WANADRI

91

pemerintah Desa tentang perizinan perumahan yang telah terjadi. Selain itu pemerintah

perlu memastikan bahwa setiap izin yang telah diberikan berada pada kawasan yang sesuai

untuk dibangun. Hal ini dibutuhan untuk mencegah potensi konflik.

5.2.7.2 Pengelolaan dan Pencegahan Lahan Kritis (Rekomendasi di tingkat pemerintahan)

Dibutuhkannya aturan yang ketat mengenai pencegahan lahan kritis seperti

mencegah penebangan liar dan pengaturan terhadap alih fungsi lahan. Hal ini berkaitan

dengan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, karena RTH mampu mencegah terjadinya lahan

kritis.

5.2.7.3 Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi dan Pendidikan (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan dan masyarakat)

Pendekatan Ekonomi dapat menjadi salah satu bentuk pengelolaan sampah seprti

dengan cara dibuatkan Bank Sampah dan bagaimana pengelolaannya. Jika dilakukan secara

tepat Sampah yang telah terkelola di dalam Bank Sampah dapat memeiliki nilai lebih,

terutama setelah ditemukannya market untuk menjual hasil tersebut. Selain itu

diperlukannya pendampingan oleh pemerintah/Volunteer berupa pendidikan lingkungan

agar masyarakat lebih terdidik soal lingungan dan pengelolaan sampah.

5.2.7.4 Pengelolaan Kain Perca (Rekomendasi di tingkat pemerintahan dan masyarakat)

Pembuatan produk dari sisa kain konveksi dapat dilakukan oleh ibu-ibu PKK

setempat. Hal ini dapat dilakukan agar sisa kain bisa lebih bermanfaat dan bisa

menghasilkan nilai ekomomi lebih.

5.2.8 Saran dan Rekomendasi di Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten

Sumedang

5.2.8.1 Kajian Tata Ruang mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan DAS Citarik

(Rekomendasi di tingkat pemerintahan)

Perlunya sebuah kajian tata ruang di tingkat Kabupaten dan Provinsi untuk

mengatur Ruang Terbuka Hijau. Daerah Sungai Citarik merupakan daerah serapan hujan di

wilayah Bandung Raya, Ruang Terbuka Hijau dan daerah serapan air dapat menjadi jawaban

atas banjir berkala yang terus terjadi. Dari hasil observasi di Desa Cimanggung semakin

banyak pembukaan lahan yang digunakan untuk pengunaan pemukiman masyarakat. Hal

tersebut bisa menjadi potensi berkurangnya resapan air kedalam tanah ketika musim hujan.

KEMBARA CITARIK WANADRI

92

5.2.8.2 Tupoksi dan Pemberian Fasilitas Pengelolaan Sampah (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Perlunya sebuah fasilitas pengelolaan sampah terpusat di tingkat Desa maupun

Kecamatan. Penambahan TPS dapat menjadi solusi sampah Dalam hal ini TPS di Desa

Cimanggung belum bisa menampung hasil sampah dari seluruh masyarakat karena TPS yang

sudah ada hanya bisa menampung 4 RW saja dari 24 RW. Hal ini dibutuhkan untuk

mengatur pengelolaan sampah berjenjang sebelum masuk ke TPA. Jumlah sampah yang

masuk ke dalam TPA dapat dikurangi karena telah adanya sampah yang dikelola. Dengan

masuknya Tupoksi pengelolaan sampah ke pemerintahan tingkat Desa dan Kecamatan,

alokasi anggaran pemerintahan daerah dapat disisihkan untuk pengelolaan sampah.

5.2.8.3 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat dengan asistensi Pemerintahan

(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Untuk daerah urban dan padat penduduk, pengelolaan sampah tidak bisa langsung

dilakukan oleh masyarakat karena tingkat kesibukan masyarakat yang sudah lebih tinggi

dibandingkan daerah rural. Saat ini Eco village yang diterapkan di Desa Cimanggung tidak

berjalan begitu baik. Pengelolaan sampah yang dikelola pemerintahan dan dibantu oleh

masyarakat dapat menjadi solusinya. Dengan memanfaatkan pemerintahan tingkat RW

untuk mengasistensi kegiatan masyarakat dalam mengelola sampahnya dapat mengurangi

beban pemerintahan tapi juga membangun kemandirian masyarakat. Kegiatan ini tidak

perlu adanya lembaga baru tapi dapat memanfaatkan kerjasama antara pemerintahan dan

organisasi masyarakat seperti Karang Taruna atau Remaja Masjid.

5.2.8.4 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat di RW 2 dan 3 (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran

Sungai Citarik terutama RW 2 dan 3 Desa Cimanggung.beban pencemar sungai karena

kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas

sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank komunal untuk menanggulangi hal tersebut.

KEMBARA CITARIK WANADRI

93

5.2.9 Saran dan Rekomendasi di Desa SindangpakuonKecamatan Cimanggung

Kabupaten Sumedang

5.2.9.1 Kajian Tata Ruang mengenai Ruang Terbuka Hijau di kawasan DAS Citarik

(Rekomendasi di tingkat pemerintahan)

Perlunya sebuah kajian tata ruang di tingkat Kabupaten dan Provinsi untuk

mengatur Ruang Terbuka Hijau. Daerah Sungai Citarik merupakan daerah serapan hujan di

wilayah Bandung Raya, Ruang Terbuka Hijau dan daerah serapan air dapat menjadi jawaban

atas banjir berkala yang terus terjadi

5.2.9.2 Tupoksi dan Fasilitas Pengelolaan Sampah (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Perlunya sebuah fasilitas pengelolaan sampah terpusat di tingkat Desa maupun

Kecamatan. Hal ini dibutuhkan untuk mengatur pengelolaan sampah berjenjang sebelum

masuk ke TPA. Jumlah sampah yang masuk ke dalam TPA dapat dikurangi karena telah

adanya sampah yang dikelola. Dengan masuknya Tupoksi pengelolaan sampah ke

pemerintahan tingkat Desa dan Kecamatan, alokasi anggaran pemerintahan daerah dapat

disisihkan untuk pengelolaan sampah.

5.2.9.3 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat dengan asistensi Pemerintahan

(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Untuk daerah urban dan padat penduduk, pengelolaan sampah tidak bisa langsung

dilakukan oleh masyarakat karena tingkat kesibukan masyarakat yang sudah lebih tinggi

dibandingkan daerah rural. Konsep eco village yang diterapkan di Desa bagian Hulu Citarik

tidak akan berjalan begitu baik di Desa Sindangpakuon. Pengelolaan sampah yang dikelola

pemerintahan dan dibantu oleh masyarakat dapat menjadi solusinya. Dengan

memanfaatkan pemerintahan tingkat RW untuk mengasistensi kegiatan masyarakat dalam

mengelola sampahnya dapat mengurangi beban pemerintahan tapi juga membangun

kemandirian masyarakat. Kegiatan ini tidak perlu adanya lembaga baru tapi dapat

memanfaatkan kerjasama antara pemerintahan dan organisasi masyarakat seperti Karang

Taruna atau Remaja Masjid.

KEMBARA CITARIK WANADRI

94

5.2.9.4 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat (Rekomendasi di tingkat pemerintahan)

Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran

Sungai Citarik beban pencemar sungai karena kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah

tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank

komunal untuk menanggulangi hal tersebut.

5.2.9.5 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat (Rekomendasi di tingkat pemerintahan dan

masyarakat)

Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran

Sungai Citarik beban pencemar sungai karena kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah

tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank

komunal untuk menanggulangi hal tersebut. Untuk pendanaan,pemerintah dan masyarakat

dapat memanfaatkan dana-dana CSR terutama untuk perusahana yang berada di

Kecamatan Cimanggung.

5.2.9.6 Transparansi Pengelolaan Limbah Industri (Rekomendasi di tingkat industri,

masyarakat dan pemerintahan)

Untuk pabrik-pabrik yang berada di Desa Sindangpakuon perlu melaporkan

transparansi anggaran, teknologi, waktu, dan jumlah limbah yang dibuang oleh pabrik.

Transparansi ini dapat diawasi langsung oleh masyarakat dan pemerintah dengan membuat

sebuah sistem pengawasan limbah yang dibuang ke sungai. Untuk memperkuat hal tersebut

dapat dibuat lembaga gabungan antara masyarakat, NGO dan pemerintahan untuk

mengawasi perilaku pengelolaan limbah industri.

5.2.9.7 Pendanaan CSR terkonsentrasi (Rekomendasi di tingkat industri , masyarakat dan

pemerintahan)

Desa Sindangpakuon merupakan tempat bermukimnya 9 pabrik skala besar.

Kecamatan Cimanggung sendiri merupakan penyumbang PAD terbesar di Kabupaten

Sumedang. Pemerintah danmasyarakat terkait dapat mengarahkan CSR untuk perusahaan

yang ada di Kecamatan Ciamanggung untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di

daerah tersebut.

KEMBARA CITARIK WANADRI

95

5.2.10 Saran dan Rekomendasi di Sub DAS Citarik secara Keseluruhan

5.2.10.1 Pengamatan Mutu Air Sub DAS CItarik dari Mata Air (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Dengan sudah dilakukannya pengamatan mutu air pada Ekspedisi Kembara Citarik,

diperlukannya sebuah penelitian berkelanjutan. Saat ini sudah ada 3 stasiun pengamatan

Sungai Citarik di bagian hilir yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Bandung. Pertambahan stasiun pengamatan ini dapat melengkapi analisis terhadap

permasalahan Sungai CItarik. Dengan dilihatnya kualitas air Sungai Citarik secara

berkelanjutan dari mata air, dapat terus terlihat bagaimana perkembangan Sungai Citarik

dalam mengahadapi permasalahan limbah pada tahun-tahun kedepannya. Hal ini menjadi

tantangan bagi pemerintahan dan masyarakat untuk menjaga kualitas air Sungai Citarik

semenjak bagian hulu.

5.2.10.2 Pembuatan Grand Design dan Kajian Tata Ruang mengenai Ruang Terbuka Hijau

di kawasan DAS Citarik (Rekomendasi di tingkat pemerintahan)

Sub DAS Citarik merupakan permasalahan yang berada di tingkat Provinsi, karena

posisinya yang berada di tiga kabupaten. Sungai Citarik juga merupakan ekosistem yang

krusial untuk masyarakat Bandung Raya karena memberikan supply air untuk wilayah

tersebut. Semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di Bagian Hulu Sub DAS Citarik akan

berdampak terhadap permasalahan air dan banjir di wilayah Bandung Raya. Dengan potensi

awal karena Taman Buru Masigit Kareumbi telah terbentuk untuk menjaga serapan air di

daerah tersebut, seharusnya optimalisasi Ruang Terbuka Hijau di Bagian Hulu Sungai Citarik

dapat terlaksana. Kajian Tata Ruang untuk menjaga Ruang Terbuka Hijau diharapkan dapat

menyentuh keseluruhan wilayah tersebut dan menjadi payung hukum dalam penegakan

tata ruang yang sesuai. Selain itu dengan adanya Kajian Tata Ruang yang di sosialisasikan

dengan baik ke mata masyarakat diharapkan dapat mengurangi potensi konflik yang terjadi

karena perubahan alih fungsi lahan.

5.2.10.3 Tupoksi dan Fasilitas Pengelolaan Lingkungan (Rekomendasi di tingkat

pemerintahan)

Kegiatan pengelolaan lingkungan seperti menjaga ruang terbuka hijau, pengelolaan

sampah dan fasilitas sanitasi dapat ditempatkan menjadi prioritas di tingkat Pemerintahan

KEMBARA CITARIK WANADRI

96

Desa. Permasalahan Integrasi dan koordinasi antara Lembaga yang bersangkutan selalu

menjadi alasan kurangnya inisiatif pemerintahan. Dengan ditambahkannya tupoksi dan

diluangkannya anggaran di tingkat pemerintahan Desa, dapat menjadi titik awal

pengelolaan lingkungan.

5.2.10.4 Pengelolaan dan Pendidikan Lingkungan yang berbasis Masyarakat dengan

asistensi Pemerintahan (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)

Pengelolaan lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak dapat terjadi jika

masyarakat tidak ikut serta dalam usaha yang dilakukan. Kegiatan pendidikan lingkungan

dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai Lembaga dan organisasi yang ada di

masyarakat. Pendidikan lingkungan dapat seharusnya dilakukan sejak dini di sekolah-

sekolah, yang dilanjutkan di organisasi pemuda seperti remaja masjid dan Karang Taruna.

Masyarakat di wilayah sekitar Sub DAS Sungai Citarik sudah mengenal dengan baik

organisasi yang ada di masyarkat seperti Karang Taruna dan Gapoktan. Selain itu kegiatan

keagamaan juga dapat dimanfaatkan karena masyarakat daerah pedesaan masih dekat

dengan lingkungan keagamaan seperti Pesantren dan Remaja Masjid. Pengelolaan

lingkungan yang berbasis ekonomi dengan melihat kerjasama dengan kegiatan masyarakat

juga dapat menjadi kegiatan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan

pembelajaran Ecovillage yang sudah tidak berjalan dengan efektif, maka kegiatan

pengelolaan masyarakat berbasis lingkungan dapat mengintegrasikan dengan Lembaga dan

organisasi masyarakat yang ada.

5.2.10.5 Transparansi Pengelolaan Limbah Industri (Rekomendasi di tingkat industri,

masyarakat dan pemerintahan)

Permasalahan Limbah menjadi masalah utama. Keberadaan pabrik-pabrik yang

berada di Sub DAS Citarik diduga menjadi penyebabnya. Tingkat kepercayaan masyarakat

mengenai pengelolaan limbah terhadap pabrik-pabrik tersebut sudah menurun. Karena itu

pabrik-pabrik yang berada di kawasan Sub DAS Citarik perlu melaporkan transparansi

anggaran, teknologi, waktu, dan jumlah limbah yang dibuang oleh pabrik langsung ke

masyarakat. Transparansi ini dapat diawasi langsung oleh masyarakat dan pemerintah

dengan membuat sebuah sistem pengawasan limbah yang dibuang ke sungai. Untuk

KEMBARA CITARIK WANADRI

97

memperkuat hal tersebut dapat dibuat lembaga gabungan antara masyarakat, NGO dan

pemerintahan untuk mengawasi perilaku pengelolaan limbah industri.

KEMBARA CITARIK WANADRI

98

BAB 6 PENUTUP

Demikian laporan ini kami susun, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban

guna menyelesaikan kegiatan ini. Kami harap laporan ini dapat bermanfaat bagi Wanadri

khususnya dan bagi pengelolaan sungai-sungai di Indonesia umumnya.

KEMBARA CITARIK WANADRI

99

DAFTAR PUSTAKA

Akilandeswari, S., & Adline, M. H. (2013). Prediction of BOD Values in Engineering Work

Industrial Effluent by Anfis Modeling. International Journal of Research in Pure and

Aplied Physics, 3(2), 7-9.

Buchari, Arka, I. W., Putra, K. G., & Dewi, I. (2001). Kimia Lingkungan. Jakarta: DJPT.

Christensen, V. G., Lee, K. E., McLees, J. M., & Niemela, S. L. (2011). Relations Between

Retired Agricultural Land Water Quality and Aquatic Community Health Minnesota

River Basin. Journal of Environmental Quality, 41, 1459-1472.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan.

YOGYAKARTA: KANISIUS.

Effendi, H., Kristianiarso, A. A., & Adiwilaga, E. M. (2013). Karakteristik Kualitas Air Sungai

Cihideung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Ecolab, 7(2), 49-108.

Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Polusi Udara. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan

Gizi IPB.

Fatoki, O. (2009). Water Issue in Africa: South Africa Perspective. Special Lecture (p. 5).

Ilorin: Faculty of Science University of Ilorin.

Mason, C. F. (1981). Biology of Freshwater Pollution. New York: Longman.

Mauna, R. B., Ma'aruf, I., & Ningrum, T. P. (2015). Kandungan Kromium (Cr) pada Limbah

Cair dan Air Sungai serta Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Industri

Elektroplating (Studi di Industri Elektroplating X Kelurahan Tegal Besar Kecamatan

Kaliwates Kabupaten Jember). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa, -.

Naubi, I., Zardari, N. H., Shirazi, S. M., Ibrahim, N., & Baloo, L. (2016). Effectiveness of Water

Quality Index for Monitoring Malaysian River Water Quality. Polish Journal of

Environmental Studies, 25(1), 231-239.

Niemi, J., & Raateland , A. (2007). River water quality in the Finnish Eurowaternet. Boreal

Environmental Research(12), 571-584.

Nurdin, M. (2011). Evaluasi Respon Sensor Chemical Oxygen Demand Terhadap Surfaktan

Linier Alkil Sulfonat. Majalah Farmasi dan Farmakologi., 15(1), 53-56.

KEMBARA CITARIK WANADRI

100

Priyambada, I. B., Oktiawan, W., & Suprapto, R. P. (2008). Analisa Pengaruh Perbedaan

Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemar BOD Sungai (studi kasus Sungai

Serayu Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi, 5(2), 55-62.

Ridwan, M. (2016). Analisis Beban Pencemar Sungai Ciapus Sebagai Bahan Baku Pengolahan

Air Bersih di Kampus IPB Dramaga Bogor (SKRIPSI ed.). BOGOR: IPB.

Saeni, M. S. (1989). Kimia Lingkungan. Bogor: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB.

Saraswati, S. P., Sunyoto, Kironoto, B. A., & Hadisusanto, S. (2014). Kajian Bentuk dan

Sensitivitas Rumus Indeks PI STORET CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan

Sungai Tropis di Indonesia. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2), 129-142.

Secchi, S., Gassman, P. W., Jha, M., Kurkalova, L., & King, C. L. (2011). Potential Water

Quality Changes Due to Corn Expansion in the Upper Mississippi River Basin.

Ecological Society of America Journal, 21(4), -.

Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia.

Sutrisno, C. T., & Suciastuti. (1996). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Bina

Aksara.

Tebbut, T. (1992). Principles of Water Quality Control (4th ed.). Oxfor: Pergamon Press.

Vigil, K. (2003). Clean Water (2nd ed.). Corvalis: Oregon State University Pres.

Walukow, A. F. (2010). Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet di Danau Sentani

Jaya Puta Propinsi Papua. Berita Biologi, 10(3), 277-281.

KEMBARA CITARIK WANADRI

101

LAMPIRAN

KEMBARA CITARIK WANADRI

102

Lampiran 1. Peta Lokasi Kegiatan

KEMBARA CITARIK WANADRI

103

KEMBARA CITARIK WANADRI

104

KEMBARA CITARIK WANADRI

105

KEMBARA CITARIK WANADRI

106

Lampiran 2. Stasiun Pengambilan Contoh Kualitas Air

Stasiun Wilayah Administratif Koordinat Dasar Penentuan Stasiun Foto

01 Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

107.92870 BT -6.953918 LS

Lokasi di hulu sungai (ordo 2), belum ada kegiatan antropogenik (asumsi belum ada beban pencemar)

02

Perbatasan antara Dusun Cigumentong Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.92125 BT -6.948461 LS

Kegiatan disekitar sungai adalah perdesaan (hanya 4 kk) dan pertanian konvensional (asumsi beban pencemar dari rumah tangga dan pertanian)

03

Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung dan Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

107.91463 BT -6.952720 LS

Stasiun ini merupakan titik masuknya Sungai Cimulu kedalam Sungai Citarik. Kegiatan Sekitar sungai adalah kandang rusa, dan kegiatan penunjang wilayah konservasi, serta adanya masukan dari sungai cimulu (asumsi beban pencamar dari kandang rusa dan masukan dari Sungai Cimulu)

KEMBARA CITARIK WANADRI

107

04

Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.90224 BT -6.952625 LS

Kegiatan disekitar sungai adalah perdesaan dan pertanian (asumsi beban pencemar dari rumah tangga dan pertanian)

05

Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.88313 BT -6.962452 LS

Kegiatan setelah stasiun ini (Up stream) adalah wisata Curug Cinulang (stasiun 5 dan 6 untuk melihat dampak kegiatan pariwisata terhadap kualitas air sungai)

06

Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.88001 BT -6.961049 LS

Kegiatan sebelum stasiun ini (Down Stream) adalah wisata Curug Cinulang (asumsi beban pencemar dari kegiatan pariwisata; stasiun 5 dan 6 untuk melihat dampak kegiatan pariwisata terhadap kualitas air sungai)

KEMBARA CITARIK WANADRI

108

07

Perbatasan antara Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.85608 BT -6.967256 LS

Kegiatan disekitar sungai adalah pertanian (asumsi beban pencemar dari pertanian)

08

Perbatasan antara Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.83954 BT -6.969163 LS

Tempat pembuangan sampah (menurut informasi warga sekitar, TPS ini adalah milik dari salah satu pabrik yang terdapat di Jalan Nasional III (Rancaekek – Garut) (asumsi beban pencemar dari TPS)

09

Perbatasan antara Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka dengan Desa Nanjung Mekar kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.83152 BT -6.969208 LS

Up Stream pabrik tekstil PT. Yakjin Jaya Indonesia (stasiun 9 dan 10 untuk melihat dampak kegiatan pabrik tekstil terhadap kualitas air sungai)

KEMBARA CITARIK WANADRI

109

10

Perbatasan antara Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka dengan Desa Nanjung Mekar kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.82850 BT -6.971519 LS

Down Stream pabrik tekstil PT. Yakjin Jaya Indonesia (Asumsi beban pencemar dari pabrik tekstil; stasiun 9 dan 10 untuk melihat dampak kegiatan pabrik tekstil terhadap kualitas air sungai)

11 Desa Haurpugur Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.80300 BT -6.981979 LS

Kegiatan disekitar sungai sangat dipengaruhi oleh kegiatan antopogenik dengan adanya perumahan, jalan raya dan rel kereta api (asumsi beban pencemar dari rumah tangga)

12

Perbatasan antara Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek dengan Desa Bojongemas Kecamatan Selokanjeruk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.74993 BT -7.002333 LS

Up Stream masukan dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing (stasiun 12 dan 13 untuk melihat dampak masukn dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing terhadap kualitas air sungai)

KEMBARA CITARIK WANADRI

110

13

Perbatasan antara Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek dengan Desa Bojongemas Kecamatan Selokanjeruk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.74710 BT -6.996419 LS

Down Stream masukan dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing (stasiun 12 dan 13 untuk melihat dampak masukn dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing terhadap kualitas air sungai)

14

Perbatasan antara Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek dengan Desa Bojongemas Kecamatan Selokanjeruk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

107.70550 BT -6.987694 LS

Muara Sungai Citarik (titik masuk Citarik ke Citarum)

KEMBARA CITARIK WANADRI

111

Lampiran 3. Data Rata-Rata Kualitas Air

No Parameter Satuan ST 01 ST 02 ST 03

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 19,8 20,3 19,3 0,4 20,1 21,4 19,7 0,5 20,3 20,7 19,6 0,4

2 Kekeruhan C 5 13 1 6,9 4,3 9 2 4,0 2 2 2 0

3 TSS NTU <20 31 <20 - 30 51 <20 - <20 <20 <20 0

B Kimia

1 pH mg/L 7,17 7,42 6,90 0,18 7,05 7,37 6,79 0,19 7,28 7,98 6,83 0,34

2 DO mg/L 10,6 12,1 9,3 1,1 9,8 11,5 9,4 0,8 10,2 11,8 9,4 1,0

3 BOD mg/L 4 10 0 5,3 8 22 0 12,2 0,3 1 0 0,6

4 COD mg/L 16 36 <7 - 51 92 10 57,98 <7 <7 <7 -

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

6 Nitrat mg/L 0,9 1,2 0,3 0,5 0,9 1 0,8 0,1 1,7 3,4 0,8 1,5

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 12500 29000 3500 14309 16667 34000 5000 15308 21467 39000 10400 15358

No Parameter Satuan ST 04 ST 05 ST 06

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 20,6 21,4 19,6 0,5 21,8 24,1 20,9 1,0 22,2 24,9 20,4 1,6

2 Kekeruhan C 2,3 3 2 0,6 5,3 7 4 1,5 6 9 4 2,6

3 TSS NTU <20 <20 <20 0 23 31 <20 - 17 <20 <12 -

B Kimia

1 pH mg/L 6,98 7,27 5,97 0,37 7,66 8,19 7,11 0,29 7,77 7,98 7,52 0,14

2 DO mg/L 10,5 11,3 10,1 0,5 9,8 10,8 7,5 1,1 11,6 13,40 9,1 1,9

3 BOD mg/L 1 2 0 1 9 24 1 13 1,3 2 0 1,2

4 COD mg/L <7 <7 <7 0 28 72 <7 - 7 8 <7 -

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

6 Nitrat mg/L 0,9 1 0,8 0,1 1,1 1,3 0,9 0,2 0,9 1 0,6 0,2

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04 - <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 -

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 42000 48000 36000 6000 60233 68000 55700 6757 42333 63000 29000 18148

KEMBARA CITARIK WANADRI

112

No Parameter Satuan ST 07 ST 08 ST 09

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 23,2 25,0 20,7 1,4 24,9 26,3 24,0 0,9 25,0 26,7 23,9 1,0

2 Kekeruhan C 11 20 1 9,5 14,3 19 11 4,2 14 25 5 10,1

3 TSS NTU 30,3 51 20 17,9 28 41 <20 - 36 65 <20 -

B Kimia

1 pH mg/L 7,60 7,96 7,09 0,34 7,63 8,64 5,37 1,37 7,55 8,75 6,36 1,11

2 DO mg/L 12,2 13,43 10,8 1,2 7,8 8,73 6,5 0,9 6,3 7,8 3,2 1,6

3 BOD mg/L 3,7 7 0 3,5 5 12 1 6,1 3 3 3 0

4 COD mg/L 11,5 13 10 2,1 32,5 58 7 36,1 7 8 <7 -

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

6 Nitrat mg/L 0,8 0,9 0,7 0,1 0,7 0,9 0,5 0,2 0,8 1,2 0,4 0,6

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 49433 107000 15000 50173 48833 88000 29000 33920 48900 76000 25700 25376

No Parameter Satuan ST 10 ST 11 ST 12

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 25,0 26,7 23,7 0,9 24,4 25,30 23,0 0,8 26,1 27,6 23,8 1,2

2 Kekeruhan C 24 48 11 20,8 18,7 27 14 7,2 26 37 19 9,6

3 TSS NTU 45 86 <20 - 30,3 40 20 10,0 49 86 30 32,0

B Kimia

1 pH mg/L 7,46 8,52 5,27 1,16 7,07 8,2 5,31 1,09 7,22 8,35 6,16 0,92

2 DO mg/L 6,7 8,1 3,1 3,2 5,5 8,3 3,0 1,8 4,3 7,8 2,7 1,9

3 BOD mg/L 14,7 31 3 14,6 5,7 11 3 4,6 6 7 5 1

4 COD mg/L 42 108 <7 68,6 11 19 <7 7,8 16 20 12 4

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

6 Nitrat mg/L 0,7 0,9 0,3 0,3 0,6 1 0,3 0,4 0,6 1 0,3 0,4

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 80433 141000 42300 53036 110000 131000 88000 21517 30333 46000 18000 14295

KEMBARA CITARIK WANADRI

113

No Parameter Satuan ST 13 ST 14

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 25,8 27,2 23,4 1,1 26,0 27,4 24,1 1,3

2 Kekeruhan C 21,7 31 13 9,0 31 58 14 23,6

3 TSS NTU 51 84 34 28,6 51,3 88 22 33,6

B Kimia

1 pH mg/L 7,48 8,32 5,85 1,07 7,63 8,53 6,27 1,02

2 DO mg/L 3,8 6,9 1,6 1,7 4,3 8,0 2,5 1,7

3 BOD mg/L 14,3 18 10 4,0 13,7 20 7 6,5

4 COD mg/L 46 82 23 31,6 36,3 54 20 17,0

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16 0 0,21 0,31 <0,16 -

6 Nitrat mg/L 0,4 0,6 0,3 0,2 1,2 2 0,6 0,7

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 164700 333000 15100 159773 73685 180000 56000 94320

KEMBARA CITARIK WANADRI

114

Lampiran 4. Data Pagi Kualitas Air

No Parameter Satuan ST 01 ST 02 ST 03

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 19,9 20,2 19,4 0,4 20,1 20,3 19,9 0,2 20,0 20,3 19,6 0,4

2 Kekeruhan C 1 2 2

3 TSS NTU <20 <20 <20

B Kimia

1 pH mg/L 7,05 7,13 6,93 0,11 6,90 6,96 6,79 0,09 6,99 7,12 6,83 0,14

2 DO mg/L 9,5 9,80 9,3 0,4 9,6 9,90 9,4 0,4 10,8 11,77 9,8 1,4

3 BOD mg/L 10 22 1

4 COD mg/L 36 92 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 1,2 0,8 0,8

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 3500 11000 10400

No Parameter Satuan ST 04 ST 05 ST 06

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 20,7 21,4 20,3 0,6 22,2 24,1 21,2 1,7 22,6 24,9 21,2 2,0

2 Kekeruhan C 2 4 4

3 TSS NTU <20 <20 <12

B Kimia

1 pH mg/L 6,89 6,98 6,78 0,10 7,63 7,73 7,51 0,11 7,77 7,89 7,62 0,14

2 DO mg/L 10,3 10,37 10,3 0,1 9,6 9,60 9,6 0,0 9,5 9,83 9,1 0,5

3 BOD mg/L 1 24 2

4 COD mg/L <7 72 8

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,8 0,9 1

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 42000 55700 35000

KEMBARA CITARIK WANADRI

115

No Parameter Satuan ST 07 ST 08 ST 09

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 23,6 25,0 22,2 1,4 25,1 26,3 24,3 1,1 24,8 25,8 23,9 1,0

2 Kekeruhan C 12 13 5

3 TSS NTU 20 23 <20

B Kimia

1 pH mg/L 7,67 7,90 7,27 0,34 7,46 8,58 5,37 1,82 7,65 8,30 6,40 1,08

2 DO mg/L 12,2 13,43 11,0 1,7 7,6 8,73 6,5 1,1 7,2 7,8 6,2 0,9

3 BOD mg/L 4 2 3

4 COD mg/L 13 7 8

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,9 0,9 1,2

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 26300 29500 25700

No Parameter Satuan ST 10 ST 11 ST 12

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 24,5 25,3 23,7 0,8 23,4 23,73 23,0 0,4 25,5 27,4 23,8 1,8

2 Kekeruhan C 11 15 22

3 TSS NTU <20 40 30

B Kimia

1 pH mg/L 7,68 8,32 6,59 0,95 7,49 8,1 6,31 1,02 7,54 8,35 6,27 1,11

2 DO mg/L 7,1 8,1 5,4 1,5 6,6 8,3 5,4 1,5 5,5 6,8 4,2 1,3

3 BOD mg/L 31 11 5

4 COD mg/L 108 19 20

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,8 1 1

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 42300 88000 18000

KEMBARA CITARIK WANADRI

116

No Parameter Satuan ST 13 ST 14

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 25,5 27,2 23,4 1,9 25,2 26,1 24,1 1,0

2 Kekeruhan C 13 14

3 TSS NTU 34 44

B Kimia

1 pH mg/L 7,35 8,11 5,85 1,30 7,77 8,53 6,33 1,25

2 DO mg/L 4,1 6,9 1,6 2,6 6,0 8,0 4,2 1,9

3 BOD mg/L 18 20

4 COD mg/L 82 54

5 Total P mg/L <0,16 0,31

6 Nitrat mg/L 0,6 1,1

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 15100 180000

KEMBARA CITARIK WANADRI

117

Lampiran 5. Data Siang Kualitas Air

No Parameter Satuan ST 01 ST 02 ST 03

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 19,6 19,8 19,3 0,3 20,4 21,4 19,7 0,8 20,1 20,5 19,6 0,5

2 Kekeruhan C 13 9 2

3 TSS NTU 31 51 <20

B Kimia

1 pH mg/L 7,24 7,42 7,11 0,16 7,14 7,37 6,93 0,22 7,25 7,50 7,11 0,21

2 DO mg/L 10,8 12,12 10,0 1,1 10,2 11,50 9,5 1,1 10,3 11,77 9,4 1,3

3 BOD mg/L 0 2 0

4 COD mg/L <7 10 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,3 0,8 0,8

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 29000 34000 15000

No Parameter Satuan ST 04 ST 05 ST 06

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 20,4 21,0 19,6 0,8 21,6 22,3 20,9 0,7 22,8 24,9 21,7 1,8

2 Kekeruhan C 2 5 5

3 TSS NTU <20 <20 <20

B Kimia

1 pH mg/L 6,69 7,27 5,97 0,66 7,88 8,19 7,68 0,27 7,70 7,89 7,52 0,19

2 DO mg/L 10,1 10,07 10,1 0,0 8,6 9,63 7,5 1,5 11,0 13,40 9,1 2,2

3 BOD mg/L 0 2 0

4 COD mg/L <7 <7 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,8 1,3 0,6

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 36000 68000 29000

KEMBARA CITARIK WANADRI

118

No Parameter Satuan ST 07 ST 08 ST 09

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 23,6 25,0 22,2 1,4 25,1 26,3 24,5 1,1 25,6 26,7 24,8 1,0

2 Kekeruhan C 1 11 12

3 TSS NTU 20 <20 23

B Kimia

1 pH mg/L 7,67 7,90 7,27 0,34 7,64 8,58 6,04 1,39 7,90 8,75 6,36 1,34

2 DO mg/L 12,1 13,23 11,0 1,6 7,5 8,6 6,5 1,1 5,1 7,3 3,2 2,1

3 BOD mg/L 0 12 3

4 COD mg/L <7 58 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,7 0,6 0,4

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 15000 29000 45000

No Parameter Satuan ST 10 ST 11 ST 12

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 25,6 26,70 24,8 1,0 24,4 24,9 24,0 0,5 26,4 27,6 25,0 1,3

2 Kekeruhan C 13 14 19

3 TSS NTU 29 20 31

B Kimia

1 pH mg/L 7,34 8,4 5,27 1,80 6,72 8,17 5,31 1,43 7,09 8,15 6,36 0,94

2 DO mg/L 4,5 6,3 3,1 1,6 4,0 5,0 3,0 1,0 4,7 7,8 2,7 2,7

3 BOD mg/L 3 3 7

4 COD mg/L <7 <7 16

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,3 0,5 0,3

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 58000 111000 27000

KEMBARA CITARIK WANADRI

119

No Parameter Satuan ST 13 ST 14

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 25,7 26,4 24,8 0,8 26,3 27,3 25,0 1,2

2 Kekeruhan C 21 21

3 TSS NTU 35 22

B Kimia

1 pH mg/L 7,56 8,32 6,17 1,21 7,62 8,32 6,36 1,09

2 DO mg/L 3,5 4,9 2,1 1,4 3,4 4,5 2,5 1,1

3 BOD mg/L 15 14

4 COD mg/L 23 35

5 Total P mg/L <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,3 0,6

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 333000 41000

KEMBARA CITARIK WANADRI

120

Lampiran 6. Data Sore Kualitas Air

No Parameter Satuan ST 01 ST 02 ST 03

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 19,8 20,3 19,3 0,5 20,1 20,3 19,8 0,3 20,5 20,7 20,2 0,3

2 Kekeruhan C 1 2 2

3 TSS NTU <20 <20 <20

B Kimia

1 pH mg/L 7,14 7,35 6,90 0,26 7,07 7,18 6,95 0,20 7,37 7,98 6,98 0,53

2 DO mg/L 11,1 11,61 10,0 1,4 9,9 10,65 9,5 0,5 10,0 11,10 9,8 0,3

3 BOD mg/L 2 0 0

4 COD mg/L <7 <7 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 1,1 1 3,4

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 5000 5000 39000

No Parameter Satuan ST 04 ST 05 ST 06

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 20,5 20,6 20,3 0,2 21,5 21,4 21,4 0,1 21,2 21,6 20,4 0,6

2 Kekeruhan C 3 7 9

3 TSS NTU <20 31 <20

B Kimia

1 pH mg/L 7,02 7,16 6,85 0,16 7,39 7,74 7,11 0,29 7,87 7,98 7,80 0,09

2 DO mg/L 11,1 10,93 10,9 0,2 10,6 10,55 10,5 0,1 11,9 10,77 10,5 2,1

3 BOD mg/L 2 1 2

4 COD mg/L <7 <7 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 1 1,2 1

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 48000 57000 63000

KEMBARA CITARIK WANADRI

121

No Parameter Satuan ST 07 ST 08 ST 09

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 21,9 23,8 20,7 1,1 24,5 25,1 24,0 0,8 24,7 25,87 24,0 1,0

2 Kekeruhan C 20 19 25

3 TSS NTU 51 41 65

B Kimia

1 pH mg/L 7,61 7,87 7,09 0,46 7,49 8,64 6,34 1,63 7,03 8,4 6,32 1,16

2 DO mg/L 11,1 13,03 10,8 0,5 8,0 8,37 7,6 0,5 6,3 7,9 4,7 1,6

3 BOD mg/L 7 1 3

4 COD mg/L 10 <7 <7

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,7 0,5 <0,2

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 107000 88000 76000

No Parameter Satuan ST 10 ST 11 ST 12

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 25,0 25,9 24,5 0,8 25,1 25,3 24,9 0,2 26,3 26,8 25,6 0,6

2 Kekeruhan C 48 27 37

3 TSS NTU 86 31 86

B Kimia

1 pH mg/L 7,35 8,52 6,36 1,09 6,88 8,10 6,15 1,06 7,05 8,15 6,16 1,01

2 DO mg/L 8,1 13,8 4,3 5,1 5,7 8,0 4,1 2,1 2,9 3,7 2,4 0,7

3 BOD mg/L 10 3 6

4 COD mg/L 11 8 12

5 Total P mg/L <0,16 <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,9 0,3 0,4

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 141000 131000 46000

KEMBARA CITARIK WANADRI

122

No Parameter Satuan ST 13 ST 14

Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev

A Fisik

1 Suhu mg/L 26,2 26,6 25,9 0,4 26,6 27,5 24,9 1,5

2 Kekeruhan C 31 58

3 TSS NTU 84 88

B Kimia

1 pH mg/L 7,52 8,21 6,14 1,20 7,63 8,43 6,27 1,18

2 DO mg/L 3,4 4,8 2,2 1,3 3,5 4,4 2,9 0,8

3 BOD mg/L 10 7

4 COD mg/L 33 20

5 Total P mg/L <0,16 <0,16

6 Nitrat mg/L 0,4 2

7 Kromium mg/L <0,04 <0,04

C Biologi

1 Total Coli Form koloni/100 mL 146000 56000

KEMBARA CITARIK WANADRI

123

Lampiran 7. Perhitungan Indeks STORET

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Parameter Satuan Baku mutu

Nilai mutu

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Rata2 Max Min Rata2 Max Min Rata2 Max Min Rata2 Max Min

Fisika

Suhu mg/L Kelas 2 deviasi 3 19,8 20,3 19,3 0 20,1 21,4 19,7 0 20,3 20,7 19,6 0 20,6 21,4 19,6 0

Kekeruhan C Kelas 2 - 5 13 1 4,3 9 2 2 2 2 2 3 2

TSS NTU Kelas 2 ≤ 50 <20 31 <20 0 30 51 <20 -1 <20 <20 <20 0 <20 <20 <20 0

Kimia

pH mg/L Kelas 2 6-9 7,17 7,42 6,90 0 7,05 7,37 6,79 0 7,28 7,98 6,83 0 6,98 7,27 5,97 -2

DO mg/L Kelas 2 ≥ 4 10,6 12,1 9,3 0 9,8 11,5 9,4 0 10,2 11,8 9,4 0 10,5 11,3 10,1 0

BOD mg/L Kelas 2 ≤ 3 4 10 0 -8 8 22 0 -8 0,3 1 0 0 1 2 0 0

COD mg/L Kelas 2 ≤ 25 16 36 <7 -2 51 92 10 -8 <7 <7 <7 0 <7 <7 <7 0

Total P mg/L Kelas 2 ≤ 0,2 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

Nitrat mg/L Kelas 2 ≤ 10 0,9 1,2 0,3 0 0,9 1 0,8 0 1,7 3,4 0,8 0 0,9 1 0,8 0

Kromium mg/L Kelas 2 ≤ 0,05 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

Biologi Total Coliform

jml/100 mL

Kelas 2 ≤ 5000 12500 29000 3500 -12 16667 34000 5000 -12 21467 39000 10400 -15 42000 48000 36000 -15

Jumlah skor -22,0

-29,0

-15,0

-17,0

Kelas C C C C

Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang

Kategori Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang

KEMBARA CITARIK WANADRI

124

Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8

Parameter Satuan Baku mutu

Nilai mutu

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Rata2 Max Min Rata2 Max Min Rata2 Max Min Rata2 Max Min

Fisika

Suhu mg/L Kelas 2 deviasi 3 21,8 24,1 20,9 0 22,2 24,9 20,4 0 23,2 25,0 20,7 0 24,9 26,3 24,0 0

Kekeruhan C Kelas 2 - 5 7 4 6 9 4 11 20 1 14 19 11

TSS NTU Kelas 2 ≤ 50 23 31 <20 0 17 <20 <12 0 30 51 20 -2 28 41 <20 0

Kimia

pH mg/L Kelas 2 6-9 7,66 8,19 7,11 0 7,77 7,98 7,52 0 7,60 7,96 7,09 0 7,63 8,64 5,37 -2

DO mg/L Kelas 2 ≥ 4 9,8 10,8 7,5 0 11,6 13,4 9,1 0 12,2 13,4 10,8 0 7,8 8,7 6,5 0

BOD mg/L Kelas 2 ≤ 3 9 24 1 -8 1,3 2 0 0 3,7 7 0 -8 5 12 1 -8

COD mg/L Kelas 2 ≤ 25 28 72 <7 -8 7 8 <7 0 11,5 13 10 0 32,5 58 7 -8

Total P mg/L Kelas 2 ≤ 0,2 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

Nitrat mg/L Kelas 2 ≤ 10 1,1 1,3 0,9 0 0,9 1 0,6 0 0,8 0,9 0,7 0 0,7 0,9 0,5 0

Kromium mg/L Kelas 2 ≤ 0,05 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

Biologi Total Coliform

jml/100 mL

Kelas 2 ≤ 5000 60233 68000 55700 -15 42333 63000 29000 -15 49433 107000 15000 -15 48833 88000 29000 -15

Jumlah skor -31,0 -15,0 -25,0 -33,0

Kelas D C C D

Kategori Buruk Sedang Sedang Buruk

Kategori Cemar Berat Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Berat

KEMBARA CITARIK WANADRI

125

Stasiun 9 Stasiun 10 Stasiun 11 Stasiun 12

Parameter Satuan Baku mutu

Nilai mutu

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Rata2 Max Min Rata2 Max Min Rata2 Max Min Rata2 Max Min

Fisika

Suhu mg/L Kelas 2 deviasi 3 25,0 26,7 23,9 0 25,0 26,7 23,7 0 24,4 25,3 23,0 0 26,1 27,6 23,8 0

Kekeruhan C Kelas 2 - 14 25 5 24 48 11 19 27 14 26 37 19

TSS NTU Kelas 2 ≤ 50 36 65 <20 -1 45 86 <20 -1 30 40 20 0 49 86 30 -1

Kimia

pH mg/L Kelas 2 6-9 7,55 8,75 6,36 0 7,46 8,52 5,27 -2 7,07 8,17 5,31 -2 7,22 8,35 6,16 0

DO mg/L Kelas 2 ≥ 4 6,3 7,8 3,2 -2 6,7 8,1 3,1 -2 5,5 8,3 3,0 -2 4,3 7,8 2,7 -2

BOD mg/L Kelas 2 ≤ 3 3 3 3 0 14,7 31 3 -8 5,7 11 3 -8 6 7 5 -10

COD mg/L Kelas 2 ≤ 25 7 8 <7 0 42 108 <7 -8 11 19 <7 0 16 20 12 0

Total P mg/L Kelas 2 ≤ 0,2 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0 <0,16 <0,16 <0,16 0

Nitrat mg/L Kelas 2 ≤ 10 0,8 1,2 0,4 0 0,7 0,9 0,3 0 0,6 1 0 0 0,6 1 0,3 0

Kromium mg/L Kelas 2 ≤ 0,05 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

Biologi Total Coliform

jml/100 mL

Kelas 2 ≤ 5000 48900 76000 25700 -15 80433 141000 42300 -15 110000 131000 88000 -15 30333 46000 18000 -15

Jumlah skor -18,0 -36,0 -27,0 -28,0

Kelas C D C C

Kategori Sedang Buruk Sedang Sedang

Kategori Cemar Sedang Cemar Berat Cemar Sedang Cemar Sedang

KEMBARA CITARIK WANADRI

126

Stasiun 13 Stasiun 14

Parameter Satuan Baku mutu

Nilai mutu

Hasil Pengukuran Skor

Hasil Pengukuran Skor

Rata2 Max Min Rata2 Max Min

Fisika

Suhu mg/L Kelas 2 deviasi 3 25,8 27,2 23,4 0 26,0 27,4 24,1 0

Kekeruhan C Kelas 2 - 22 31 13 31 58 14

TSS NTU Kelas 2 ≤ 50 51 84 34 -4 51,3 88 22 -4

Kimia

pH mg/L Kelas 2 6-9 7,48 8,32 5,85 -2 7,63 8,53 6,27 0

DO mg/L Kelas 2 ≥ 4 3,8 6,9 1,6 -8 4,3 8,0 2,5 -2

BOD mg/L Kelas 2 ≤ 3 14,3 18 10 -10 13,7 20 7 -10

COD mg/L Kelas 2 ≤ 25 46 82 23 -8 36,3 54 20 -8

Total P mg/L Kelas 2 ≤ 0,2 <0,16 <0,16 <0,16 0 0,21 0,31 <0,16 -8

Nitrat mg/L Kelas 2 ≤ 10 0,43 0,6 0,3 0 1,2 2 0,6 0

Kromium mg/L Kelas 2 ≤ 0,05 <0,04 <0,04 <0,04 0 <0,04 <0,04 <0,04 0

Biologi Total Coliform

jml/100 mL

Kelas 2 ≤ 5000 164700 333000 15100 -15 73685 180000 56000 -15

Jumlah skor -47,0 -47,0

Kelas D D

Kategori Buruk Buruk

Kategori Cemar Berat Cemar Berat