lapkas snnt punya amii

Upload: riyan-saputra

Post on 03-Jun-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    1/20

    1

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ratnah

    Umur : 28 tahun

    Alamat : Awirarangan

    Pekerjaan : IRT

    Tanggal masuk :

    ANAMNESA

    Autoanamnesa pada tanggal

    Keluhan utama

    Os datang ke RSUD45 kuningan dengan keluhan terdapat benjolansebesar bola pingpong di leher depan sebelah kanan yang ikut bergerak saat

    menelan. Benjolan dirasakan os sejak 6 bulan ini..Os tidak pernah memperhatikan

    benjolan tersebut awalnya, sehingga baru terasa sejak 6 bulan ini. Selama 6 bulan

    ini, benjolan dirasakan os sama besarnya.

    Os menyangkal adanya benjolan dileher bagian samping, bagian depan

    bawah, dan bagian leher lainnya. Benjolan di ketiak, lipat paha, dan ditempat

    lainnya juga disangkal oleh os.

    Sejak adanya benjolan dileher 6 bulan terakhir ini, os jiga mengeluhkan

    adanya perubahan suara menjadi parau tanpa disertai batuk pilek sebelumnya. Os

    juga mengeluhkan bahwa nafasnya terasa tersumbat terutama saat tidur. Jika

    sedang sesak, os sering mengeluhkan adanya batuk kering. Adanya gangguan saat

    makan dan nyeri menelan disangkal oleh os. Selain itu, os juga mengeeluhkan

    sering berkeringat pada kedua tangan, mudah lelah, jantung terasa berdebar-debar.

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    2/20

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    3/20

    3

    Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T 1-T2 tenang.

    Mulut : Bentuk normal, sianosis (-).

    Leher : Lihat status lokalis

    Thoraks

    Cor

    Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat

    Perkusi : Batas kanan jantung pada sela iga IV linea parasternalis

    dekstra.

    Batas kiri jantung pada sela iga V linea midklavikula sinistra.

    Batas atas jantung pada sela iga II linea parasternalis sinistra.

    Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)

    Pulmo

    Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

    Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-), krepitasi (-),

    massa (-)

    Perkusi : Sonor di kedua lapang paru depan dan belakang

    Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen

    Inspeksi : Datar, benjolan (-)

    Auskultasi :Bising usus (+) normal

    Perkusi : Timpani

    Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-),

    massa (-) hepar dan lien tidak teraba

    Ekstremitas : Akral hangat , edema , tremor

    STATUS LOKALIS

    Regio colli anterior

    Inspeksi : Terlihat benjolan di leher kanan sisi bawah dengan ukuran

    5 cm x 5 cm, tidak ada perubahan warna pada kulit

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    4/20

    4

    sekitarnya, tidak hiperemis, benjolan ikut bergerak

    saat menelan.

    Palpasi : Benjolan teraba kenyal, mudah digerakkan, tidak ada

    nyeri tekan, permukaan licin.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

    Hematologi

    Darah rutin

    Hemoglobin

    Hematokrit

    Eritrosit

    Leukosit

    Trombosit

    Bleeding time

    Clotting time

    Kimia

    SGPT (ALT)

    SGOT (AST)

    Ureum

    Kreatinin

    Fx thyroid

    T3

    T4

    FT4

    TSH

    14

    42,7

    5,2

    6500

    350.000

    200

    400

    14

    23

    19

    1,0

    2,12

    114,6

    16,87

    1,59

    12 - 16 g/dl

    37 - 47%

    4,3 - 6,0 juta/ul

    4800 - 10800/ul

    150.000 - 400.000/ul

    1 - 3 menit

    1 - 6 menit

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    5/20

    5

    Toxic goiter

    DIAGNOSA KERJA

    Struma nodusa non-toxik

    PENATALAKSANAAN

    Isthmolobektomi

    PROGNOSIS

    Quo ad vitam : ad bonam Quo ad fungsionam : ad bonam

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    6/20

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    7/20

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    8/20

    8

    dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah

    produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan

    somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak

    adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan

    neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.

    Patogenesis Struma

    Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat

    pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula

    penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut

    memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH

    kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah

    yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin

    bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan

    pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid

    dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.

    Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yangmenghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia

    (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit

    Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan

    penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,

    sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma

    non toksik (struma endemik).

    Klasifikasi Struma

    Eutiroidisme

    Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang

    disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal

    sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang

    meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    9/20

    9

    gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan

    dapat mengakibatkan kompresi trakea.

    Hipothyroidisme

    Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid

    sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari

    kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.

    Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami

    atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi

    radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar

    dalam sirkulasi.25,26 Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat

    badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi,

    gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi

    berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.

    Hyperthyroidisme

    Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan

    sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik

    hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau

    adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid,sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran

    kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan

    menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh

    suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung

    berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot

    (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot.

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    10/20

    10

    Manifestasi klinis

    Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal (Mansjoer, 2001):

    1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma

    nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.

    2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin,

    nodul hangat, dan nodul panas.

    3. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.

    Hampir semua pasien struma nodusa non toksis tidak memiliki keluhan. Padaumumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau

    ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma

    nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus

    (disfagia) atau trakea (sesak napas). Jika ada pasien yang datang dengan keluhan

    kelumpuhan nervus rekuren laringeal seperti suara parau sebaiknya dicurigai

    kearah keganasan.

    Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada

    leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada

    kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil.

    Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase

    karsinoma tiroid pada kranium.

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    11/20

    11

    Diagnosis

    Anamnesa sangatlah penting untuk mengetahui patogenesis atau macam

    kelainan dari struma nodosa non toksika tersebut. Perlu ditanyakan apakah penderita dari daerah endemis dan banyak tetangga yang sakit seperti penderita

    (struma endemik). Apakah sebelumnya penderita pernah mengalami sakit leher

    bagian depan bawah disertai peningkatan suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah

    ada yang meninggal akibat penyakit yang sama dengan penderita (karsinoma

    tiroid tipe meduler).

    Pada status lokalis pemeriksaan fisik perlu dinilai :

    1. jumlah nodul

    2. konsistensi

    3. nyeri pada penekanan : ada atau tidak

    4. pembesaran gelenjar getah bening

    Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian

    depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah.

    Diperhatikan kulit di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi.

    Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk

    penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita.

    Pada palpasi harus diperhatikan :

    o lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan

    atau keduanya)

    o ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam

    sentimeter)

    o konsistensi

    o mobilitas

    o infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar

    o apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin

    ada bagian yang masuk ke retrosternal)

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    12/20

    12

    Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun

    pada umumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya

    keras sampai sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali bila salah

    satu nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.

    Harus juga diraba kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher,

    umumnya metastase karsinoma tiroid pada rantai juguler.

    Pemeriksaan penunjang meliputi :

    1. Pemeriksaan sidik tiroid.

    Pemeriksaan tiroid dilaksanakan dengan menggunakan radiofarmaka

    Tc 99m per technetate untuk angka penangkapan tiroid ( uptake ) dan sidik

    tiroid, serta pemeriksaan in vitro menggunakan I 125 untuk T 3, T 4, dan TSH

    (RIA).

    Hasil pemeriksaan dengan radioisotop yang utama ialah mengetahui

    fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral

    dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium

    radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3

    bentuk :

    o Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang

    dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan keadaan sekitarnya.

    o Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada

    sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.o Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya.

    Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

    2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

    Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan

    beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti

    ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    13/20

    13

    o kista

    o adenoma

    o kemungkinan karsinoma

    o tiroiditis

    3. Biopsi aspirasi jarum halus ( Fine Needle Aspiration /FNA)

    Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga

    dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul.

    Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu

    keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak

    menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan

    ini dapat memberika hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat,

    teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau

    positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

    4. Petanda Tumor.

    5. Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg)

    serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak

    rataa-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.

    Penatalaksanaan

    Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah:

    1. keganasan

    2. penekanan

    3. kosmetik

    Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang

    terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua

    lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar

    getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    14/20

    14

    deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan

    luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.

    Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :

    1. inoperabel

    2. kontraindikasi operasi

    3. ada residu tumor setelah operasi

    4. metastase yang non resektabel

    Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen

    juga sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah

    karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence ). Terapi supresif ini juga

    ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada

    karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.

    Preparat : Thyrax tablet dengan dosis : 3x75 Ug/hari p.o

    STRUMA TOKSIK 5

    Struma difus toksik (Graves Dise ase)

    Graves disease adalah bentuk umum dari tirotoksikosis. Penyakit Graves

    terjadi akibat antibodi reseptor TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang

    merangsangsang aktivitas tiroid itu sendiri.

    Manifestasi klinis

    Pada penyakit Graves terdapat dua gambaran utama yaitu tiroidal dan

    ekstratiroidal. Keduanya mungkin tidak tampak. Ciri- ciri tiroidal berupa goiter

    akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid

    yang berlebihan.

    Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan

    aktivitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan

    panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun,

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    15/20

    15

    sering disertai dengan nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare, dan

    kelemahan serta atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan

    infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati

    ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag

    (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata), dan kegagalan

    konvergensi. Jaringan orbita dan dan otot-otot mata diinfltrasi oleh limfosit, sel

    mast dan sel-sel plasma yang mengakibatkan eksoltalmoa (proptosis bola mata),

    okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstraokuler.

    Diagnosis

    Sebagian besar pasien memberikan gejala klinis yang jelas, tetapi

    pemeriksaan laboratorium tetap perlu untuk menguatkan diagnosis. Pada kasus-

    kasus subklinis dan pasien usia lanjut perlu pemeriksaan laboratorium yang

    cermat untuk membantu menetapkan diagnosis hipertiroidisme. Diagnosis pada

    wanita hamil agak sulit karena perubahan fisiologis pada kehamilan pembesaran

    tiroid serta manifestasi hipermetabolik, sama seperti tirotoksikosis. Menurut

    Bayer MF, pada pasien hipertiroidisme akan didapatkan Thyroid Stimulating

    Hormone sensitive (TSHs) tak terukur atau jelas subnormal dan Free T4 (FT4)

    meningkat

    Penatalaksanaan

    Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid

    yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak

    jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

    1. Obat antitiroid

    Indikasi :

    1. terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang

    menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang

    dan tirotoksikosis.

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    16/20

    16

    2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum

    pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat

    yodium aktif.

    3. Persiapan tiroidektomi

    4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia

    5. Pasien dengan krisis tiroid

    Obat antitiroid yang sering digunakan :

    Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)

    Karbimazol 30-60 5-20

    Metimazol 30-60 5-20

    Propiltourasil 300-600 5-200

    2. Pengobatan dengan yodium radioaktif

    Indikasi :

    1. pasien umur 35 tahun atau lebih.

    2. hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi.

    3. gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid.

    4. adenoma toksik, goiter multinodular toksik.

    3. Operasi

    Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi :

    1. pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons

    terhadap obat antitiroid.

    2. pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat

    antitiroid dosis besar.

    3. alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima

    yodium radioaktif.

    4. adenoma toksik atau struma multinodular toksik.

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    17/20

    17

    5. pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih

    nodul.

    Struma nodular toksik

    Struma nodular toksik juga dikenal sebagai Plummers disease (Sadler et

    al, 1999). Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi

    goiter nodular kronik.

    Manifestasi klinis

    Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resistenterhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti

    penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter

    multi nodular pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid

    difus pada pasien penyakit Graves. Penderita goiter nodular toksik mungkin

    memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan

    mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian,

    tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada

    penyakit Graves. Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa

    goiter terletak di retrosternal.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik dan

    didukung oleh tingkat TSH serum menurun dan tingkat hormon tiroid yang

    meningkat. Antibodi antitiroid biasanya tidak ditemukan.

    Penatalaksanaan

    Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapat mengurangi

    gejala tetapi biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves.

    Radioterapi tidak efektif seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah

    dan karena penderita ini membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul

    yang soliter, nodulektomi atau lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    18/20

    18

    kanker jarang terjadi. Untuk struma multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi

    dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain adalah dianjurkan.

    PENYAKIT TIROID YANG LAIN 5

    Tiroiditis

    Ditandai dengan pembesaran, peradangan dan disfungsi kelenjar tiroid.

    1. Akut (supuratif)

    Penyakit ini jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan

    infeksi saluran perafasan atas. Disebut juga infective thyroiditis, infeksi

    oleh bakteri atau jamur. Bentuk khas infeksi bakterial ini ialah tiroiditis

    septik akut. Kuman penyebab antara lain Staphylococcus aureus ,

    Streptococcus hemolyticus , dan Pneumococcus . Infeksi terjadi melalui

    aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah

    bening, trauma langsung dan duktus tiroglosus yang persisten. Kelainanyang tejadi dapat disertai abses atau tanpa abses. Gejala klinis berupa nyeri

    di leher mendadak, nyeri menelan, malaise, demam, menggigil, dan

    takikardi. Nyeri bertambah pada pergerakan leher dan gerakan menelan.

    Daerah tiroid membengkak dengan tanda-tanda radang lain dan sangat

    nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, LED

    meninggi, sidikan tiroid menunjukkan nodul dingin. Pengobatan utama

    adalah antibiotik. Kokus gram positif biasanya diatasi dengan penisilinatau derivatnya, tetrasiklin atan kloramfenikol. Apabila terjadi abses

    melibatkan satu lobus diperlukan lobektomi (dengan lindungan antibiotik).

    Jika infeksi sudah menyebar melalui kapsul dan mencapai jaringan

    sekitarnya, diperlukan insisi dan drainage.

    2. Subakut

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    19/20

    19

    Etiologi umumnya diduga oleh virus. Pada beberapa kasus

    dijumpai antibodi autoimun. Pasien mengeluh di leher bagian depan

    menjalar ke telinga, demam, malaise, disertai hipertiroidisme ringan atau

    sedang. Pada pameriksaan fisik ditemukan tiroid membesar, nyeri tekan,

    biasanya disertai takikardi berkeringat, demam, tremor dan tanda-tanda

    lain hipertiroidisme. Pemeriksaan laboratorium sering di jumpai

    leukositosis, laju endap darah meningkat. Pada 2/3 kasus kadar hormon

    tiroid meninggi karena penglepasan yang berlebihan akibat destruksi

    kelenjar tiroid oleh proses inflamasi. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri

    sehingga pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis. Dapat diberikan

    asetosal untuk mengurangi nyeri. Pada keadaan berat dapat diberikan

    glukokortokoid misalnya prednison dengan dosis awal 50 mg/hari.

    3. Menahun

    Limfositik (Hashimoto)

    Merupakan suatu tiroiditis autoimun dengan nama lain yaitu

    struma limfomatosa, tiroiditis autoimun. Umumnya menyerang wanita berumur 30-50 tahun. Kelenjar tiroid biasanya membesar lambat, tidak

    terlalu besar, simetris, regular dan padat. Kadang-kadang ada nyeri

    spontan dan nyeri tekan. Bisa eutiroid atau hipotiroid dan jarang

    hipertiroid. Kelainan histopatologisnya antara lain infiltrasi limfosit yang

    difus, obliterasi folikel tiroid dan fibrosis. Diagnosis hanya dapat

    ditegakkan dengan pasti secara histologis melalui biopsi. Bila kelenjar

    tiroid sangat besar mungkin diperlukan pengangkatan, tetapi operasi inisebaiknya ditunda karena kelenjar tiroid dapat mengecil sejalan denagn

    waktu. Pemberian tiroksin dapat mempercepat hal tersebut

  • 8/12/2019 Lapkas Snnt Punya Amii

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Moore, KL & Agur, AMR. Essential Clinical Anatomy, Wiliams and

    Wilkins, 1996. pp. 156-161

    2. Guyton, A.C Hall, J.E, Textbook of medical physiology. W.B Saunders

    Company, Philadelpia, Pennsylvania. (1996) ed. 9, pp. 1311-1312.

    3. Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan

    Faalnya., Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam .,FKUI., Jakarta.

    4. Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,

    http://www.emedicine.com/med/topic919.htm

    5. Mulinda, James R., 2005., Goiter., eMedicine.,

    http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm

    6. Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and

    Parathyroid., In : Schwartz. SI., et al., 1999., Principles of Surgery . Vol 2.,

    7th Ed., McGraw-Hill., Newyork.

    http://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/MED/topic916.htmhttp://www.emedicine.com/MED/topic916.htmhttp://www.emedicine.com/MED/topic916.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htm