lap.beton eka

62
Kelompok I a BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Beton merupakan adukan/campuran bahan-bahan agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir), semen dan air. Semen berfungsi sebagai bahan perekat dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimjia selama proses pengerasan dan perewatan beton berlangsung. Sedangkan agregat halus dan agregat kasar merupakan bahan pengisi, yang memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ukuran rongga-rongga dalam agregat minimum. Nilai kekuatan dan ketahanan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finsing, temperature dan kondisi perawatan pengerasannya. Beton yang merupakan produk manusia dan dibuat dari bahan alami, maka mutu beton dipengaruhi oleh factor manusia dan faktor alam, sehingga dalam proses pembuatan beton selalu dibuat perancangan campuran agar diperoleh kekuatan beton yang dikehendaki. Civil Engineering of Sriwijaya University EKA WIJAYA (03071001061)

Upload: eka-wijaya

Post on 19-Jun-2015

4.313 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap.beton Eka

Kelompok I a

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Beton merupakan adukan/campuran bahan-bahan agregat kasar (kerikil),

agregat halus (pasir), semen dan air. Semen berfungsi sebagai bahan perekat dan

air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimjia selama proses

pengerasan dan perewatan beton berlangsung. Sedangkan agregat halus dan

agregat kasar merupakan bahan pengisi, yang memiliki ukuran sedemikian rupa,

sehingga ukuran rongga-rongga dalam agregat minimum. Nilai kekuatan dan

ketahanan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya adalah nilai

banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran,

pelaksanaan finsing, temperature dan kondisi perawatan pengerasannya.

Beton yang merupakan produk manusia dan dibuat dari bahan alami, maka

mutu beton dipengaruhi oleh factor manusia dan faktor alam, sehingga dalam

proses pembuatan beton selalu dibuat perancangan campuran agar diperoleh

kekuatan beton yang dikehendaki.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum dasar yang dlakukan di laboratorium struktur dan bahan

mempunyai sasaran untuk mengenal sifat mekanikal bahan, elemen maupun

system struktur melalui percobaan di laboratorium. Diharapkan dengan percobaan

di laboratorium, mahasiswa mengerti sifat-sifat bahan struktur, termasuk

pengetahuan mengenal gradasi agregat, perancangan dan percobaan

melaksanakan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 2: Lap.beton Eka

Kelompok I a

1.3. PEMBAHASAN MASALAH

Karakteristik bahan untuk membuat beton hanya dapat ditentukan dengan

pasti di laboratorium. Hanya semen dikendalikan dari pabrik (agar sesuai dengan

standar industri tertentu). Jika digunakan air pencampuran beton dari sumber yang

diketahui baik mutunya, maka pengujian mutu air juga boleh dilakukan. Karena

itu untuk produksi beton dengan karakteristik yang diinginkan, pemeriksaan

agregat dan pengendalian mutu harus dikerjakan secara berkala dengan pengujian

di laboratorium.

1.4. METODE PRAKTIKAN

Metode praktikum yang dilakukan adalah mengadakan pemeriksaan bahan

pembentuk beton sebagai dasar perancangan campuran.

1.5. SISTEM PEMBAHASAN MASALAH

Penulisan laporan praktikum ini terdiri atas lima bab dengan uraian

masing-masing bab sebagai berikut:

BAB I : Membahas tentang latar belakang, tujuan praktikum, pembatasan

masalah, metode praktikum dan sistematika pembahasan.

BAB II : Membahas tentang agregat halus, yang meliputi pemeriksaan berat

volume, analisis saringan, pemeriksaan bahan lolos saringan nomor

200, pemeriksaan kadar air dan pemeriksaan spesifik gravity.

BAB III : Membahas tentang agregat kasar, yang meliputi pemeriksaan berat

volum, analisis saringan, pemeriksaan kadar air dan pemeriksaan

spesifik gravity.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 3: Lap.beton Eka

Kelompok I a

BAB IV : Membahas mengenai beton, yang meliputi perancangan pelaksanaan

campuran, slump, pemeriksaan berat isi beton, pembuatan dan

pemeriksaan benda uji.

BAB V : Kesimpulan.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 4: Lap.beton Eka

Kelompok I a

BAB II

AGREGAT HALUS

2.1. PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan berat isi agregat halus sebagai perbandingan antara berat

material kering dengan volumenya.

2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % berat contoh

b. Talam dengan kapasitas yang besar untuk mengeringkan contoh agregat

c. Tongkat pemadat diameter 13 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat,

terbuat dari baja tahan karat.

d. Mistar perata

e. Skop

f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegan.

3. Bahan-Bahan

Agregat Halus (Pasir)

4. Prosedur Praktikum

Masukkan agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak

kapasistas wadah. Keringkan di oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat

menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 5: Lap.beton Eka

Kelompok I a

a. Berat isi lepas:

1. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)

2. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan

butir-butir dari ketinggian 5 cm, di atas wadah dengan menggunakan

sendok atau skop sampai penuh.

3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

4. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

5. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)

b. Berat isi padat

a. Timbang dan catatlah berat wadah

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap

lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat 25 kali secara merata.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)

5. Perhitungan

Dimana:

V = isi wadah (dm3)

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 6: Lap.beton Eka

Kelompok I a

6. Data Percobaan

OBSERVASI I

No Perhitungan Padat Gembur

A Volume wadah 2,832 ltr 2,832 ltr

B Berat wadah 4,543 kg 4,543 kg

C Berat wadah dan benda uji 7,890 kg 7,580 kg

D Berat wadah benda uji (C – B) 3,347 kg 3,037 kg

E Berat volume (D/A) 1,182 kg/ltr 1,072 kg/ltr

OBSERVASI II

No Perhitungan Padat Gembur

A Volume wadah 2,832 ltr 2,832 ltr

B Berat wadah 4,543 kg 4,543 kg

C Berat wadah dan benda uji 7,890 kg 7,890 kg

D Berat wadah benda uji (C – B) 3,347 kg 3,347 kg

E Berat volume (D/A) 1,18 kg/ltr 1,18 kg/ltr

Berat Volume Rata-rata :

7. Kesimpulan

Pada saat penuangan agregat kedalam wadah dapat terjadi pemisahan

butiran, butir yang kasar akan jatuh terlebih dahulu sedangkan butir yang

halus akan jatuh keluar wadah. Hali ini akan menyebabkan volume agregat

halus akan berkurang. Jadi untuk menghindarinya penuangan dilakukan

sedekat mungkin dengan wadah.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 7: Lap.beton Eka

Kelompok I a

2.2. ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada

agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan

gradasi ini dilakukan pada agregat kasar. Alat yang digunakan adalah

seprengkat saringan dengan ukuran jari-jari tertentu.

2. Peralatan

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji

b. Seperangkat saringan dengan ukuran

No Saringan Ukuran Lubang (mm) Ukurang Lubang (mm)

- 9.5 3/8

No. 4 4.75

No. 8 2.36

No.16 1.18

No.30 0.6

No.50 0.3

No.100 0.15

No.200 0.075

c. Oven yang dilengkapio pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)oC

d. Alat pemisah contoh (sample spliter)

e. Mesin penggetar saringan

f. Talam-talam

g. Kuas, sikat kuning, sendok, dan lain-lain

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 8: Lap.beton Eka

Kelompok I a

3. Bahan

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan.

Berat dari contoh yang disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat

kasar yang digunakan, seperti diuraikan dari table perangkat saringan.

4. Prosedur Praktikum

a. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat.

b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari

saringan paling besar ditetapkan paling atas. Perangkat saringan diguncang

dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

5. Data Percobaan

Berat Contoh : 1000 gram

Ukuran

Saringan

(mm)

Berat

Tertahan

(gr)

Jumlah

Berat

Tertahan

Persentase

Tertahan

Kumulatif

Persentase

Lolos

Kumulatif

Spec

ASTM

C33 - 93

9.50 0 0 0 0 100

4.75 0 0 0 0 95 – 100

2.36 0,641 0,641 0,064 99,936 80 – 100

1.18 14,57 15,211 1,529 98,471 50 – 85

0.60 87,7 102,911 10,343 89,657 25 – 60

0.30 550,01 652,921 65,621 34,379 10 – 30

0.15 325,28 978,201 98,314 1,168 2 – 10

PAN 16,78 994,981 100 - -

Kurva Gradasi Agregat Halus

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 9: Lap.beton Eka

Kelompok I a

Terlampir

6. Kesimpulan

Dari gambar kurva menunjukkan agregat halus, persentase, lolos

kumulatif yang diperoleh terletak diantara batas yang ditentukan. Berarti

agregat halus dapat digunakan.

2.3. PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS

1. Kesimpulan

Menentukan adanya kandungan bahan organik dalam agregat halus.

Kandungan bahan organik yang berlebihan pada unsur bahan beton dapat

mempengaruhi kualitas beton.

2. Peralatan

a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan

penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350

ml.

b. Standar warna (organic plate)

c. Larutan NaOH (3 %)

3. Bahan

Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)

4. Prosedur Praktikum

a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam botol

b. Tambahkan senyawa NaOH 3 % setelah dikocok, total volume menjadi

kira-kira ¾ botol

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 10: Lap.beton Eka

Kelompok I a

c. Botol ditutup erat-erat dengan penutup, botol dikocok kembali. Diamkan

botol selama 24 jam.

d. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlibat dengan warna

standar No.3 (apakah lebih tua atau lebih muda)

5. Hasil Percobaan

Hasil Percobaan, warna cairan No.3

6. Kesimpulan

Setelah didiamkan selama 24 jam, ternyata warna cairan yang terlihat

adalah No.3 . Hal ini menunjukkan bahwa zat organic di dalam agregat halus

rendah (tidak berlebih), sehingga agregat dapat dipakai.

2.4. PEMERIKSAAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan presentase kadar Lumpur dalam agregat halus.

Kandungan Lumpur < 5 % merupakan ketentuan dalam peraturan bagi

penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.

2. Peralatan

a. Gelas ukur

b. Alat pengaduk

3. Bahan

Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air

biasa.

4. Prosedur Praktikum

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 11: Lap.beton Eka

Kelompok I a

a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur

b. Tmabahkan air pada gelas ukur guna melarutkan Lumpur

c. Gelas dikocok untuk pasir dari Lumpur.

d. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan Lumpur mengedap

setelah 24 jam.

e. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi Lumpur (V2)

5. Perhitungan

Observasi I

Tinggi Pasir (V1) = 84 ml

Tinggi Lumpur (V2) = 1 ml

Observasi II

Tinggi Pasir (V1) = 85 ml

Tinggi Lumpur (V2) = 1 ml

6. Kesimpulan

Kadar Lumpur yang terkandung dalam agregat halus adalah 1,17 %,

kadar Lumpur ini lebih kecil dari kadar Lumpur yang disyaratkan yaitu 5 %.

Berarti agregat halus yang digunakan masih memenuhi syarat untuk

digunakan dalam pembuatan beton.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 12: Lap.beton Eka

Kelompok I a

2.5. PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar agregat

adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat degan

berat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi

tekanan air untuk beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan.

2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh

b. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)oC

c. Talam loagam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat

pengeringan contoh benda uji.

3. Bahan

Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum,

dengan batasan sebagai berikut :

Ukuran Maksimum :

6.30 mm (1/4”) = 0.50 Kg

9.50 mm (3/8”) = 1.50 Kg

12.70 mm (0.5”) = 2.00 Kg

19.10 mm (3/4”) = 3.00 Kg

25.40 mm (1.0”) = 4.00 Kg

38.10 mm (1.5”) = 6.00 Kg

50.80 mm (2.0”) = 8.00 Kg

68.50 mm (2.5”) = 10.00 Kg

76.20 mm (3.0”) = 13.00 Kg

88.90 mm (3.5”) = 16.00 Kg

101.60 mm (4.0”) = 25.00 Kg

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 13: Lap.beton Eka

Kelompok I a

152.40 mm (6.0”) = 50.00 Kg

4. Prosedur Praktikum

a. Timbang dan catat berat talam (W1)

b. Masukkan benda uji ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda

uji ditimbang, kemudian catat beratnya (W2)

c. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)

d. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ±

5)oC sampai mencapai berat tetap.

e. Setalah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam

(W4)

f. Hitung berat benda uji kering (W5= W4– W1)

5. Data dan Perhitungan

Dimana :

W3 = Berat contoh semula (gram)

W4 = Berat contoh kering (gram)

OBSERVASI I

A. Berat Wadah = 284,11 gram

B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 1284,11 gram

C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 1220,16 gram

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 14: Lap.beton Eka

Kelompok I a

D. Berat Benda Uji (B – A) = 1000 gram

E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 936,05 gram

OBSERVASI II

A. Berat Wadah = 290,60 gram

B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 1290,60 gram

C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 1222,50 gram

D. Berat Benda Uji (B – A) = 1000 gram

E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 931,9 gram

6. Kesimpulan

Penyerapan air kondisi SSD agregat halus lebih kecil dari kadar air asli

agregat halus, maka penambahan air adukan dari kondisi agregat halus ini

mengandung arti adanya penggunaan jumlah air yang kurang dibandingkan

dengan kondisi kering muka dan penambahan berat agregat kasar.

2.6. PEMERIKSAAN SPECIFIC GRAVTY & PENYERAPAN AGREGAT

HALUS

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 15: Lap.beton Eka

Kelompok I a

1. Tujuan Percobaan

Menentukan berat jenis (bulk), berat jenis semu (apparent) dan

penyerapan (absorbtion) dari agregat halus menurut prosedur ASTM C128.

Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat

dalam adukan beton.

2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas

minimum 1 kg

b. Piknometer dengan kapasitas 500 gram

c. Cetakan kerucut pasir

d. Tongkat pemadatan dan logam cetakan kerucut pasir.

3. Bahan

Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh

dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.

4. Prosedur Praktikum

a. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering

dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.

b. Sebagian dari contoh dimasukkan pada “ metal sand coid mold “, benda

uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah

25 kali. Kondisi SSD contoh diperoleh, jika cetakan diangkat, butiran-

butiran pasir longsor / runtuh.

c. Contoh agregat halus seberat 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer.

Isilah piknometer dengan air sampai 90 % penuh. Bebaskan gelembung-

gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer.

Rendamlah piknometer dengan suhu air (73.4 ± 3)oF selama 24 jam.

Timbang berat piknometer yang berisi contoh dan air.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 16: Lap.beton Eka

Kelompok I a

d. Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213

± 230)oF. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.

e. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas

kalibrasi pada temeperatur (73.4 ± 3)oF dengan ketelitian 0.1 gram.

5. Data dan Temperatur

I II

A. Berat Piknometer 101,65 gr 119,72 gr

B. Berat Contoh Tanah SSD 250 gr 250 gr

C. Berat Piknometer + air + contoh SSD 506,33 gr 566,63 gr

D. Berat Piknometer + air 352,67 gr 414,80 gr

E. Berat Contoh Kering 245,5 gr 245,5 gr

Apparent Spec. Gravity = 2,54 2,50

Bulk Spee. Kondisi SSD = 2,67 2,62

Bulk Spee. Kondisi SSD = 2,59 2,54

Persentase absorsi air = 1,83% 1,83%

RATA-RATA

Apparent Specific Gravity 2,52

Bulk Spec. Kondisi Kering 2,64

Bulk Spec. Kondisi SSD 2,56

Persentase Absorbsi Air 1,83 %

6. Kesimpulan

Pada percobaan ini, berat contoh didalam air tidak dapat diukur langsung

karena agregat halus mudah larut dalam air, sehingga berat yang terukur akan

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 17: Lap.beton Eka

Kelompok I a

lebih kecil dari yang sebenarnya. Pengukuran tidak langsung dilakukan

dengan cara memasukkan pasir kondisi SSD ke dalam piknometer yang berisi

air. Berat Piknometer dan air diketehui sehingga berat agregat dalam air dapat

dicari. Nilai specific gravity harus digunakan untuk mencari berat agregat

halus kondisi SSI dalam suatu adukan beton.

BAB III

AGREGAT KASAR

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 18: Lap.beton Eka

Kelompok I a

3.1 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR

1. Tujuan Percobaan

Menentukan berat isi agregat kasar sebagai perbandingan antara berat

material kering dengan volumenya.

2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % berat contoh

b. Talam dengan kapasitas yang besar untuk mengeringkan contoh agregat

c. Tongkat pemadat diameter 13 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat,

terbuat dari baja tahan karat.

d. Mistar perata

e. Skop

f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegan.

3. Bahan-Bahan

Agregat Kasar (koral)

4. Prosedur Praktikum

Masukkan agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak

kapasistas wadah. Keringkan di oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat

menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

1. Berat isi lepas:

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 19: Lap.beton Eka

Kelompok I a

a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)

b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan

butir-butir dari ketinggian 5 cm, di atas wadah dengan menggunakan

sendok atau skop sampai penuh.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)

2. Berat isi padat

a. Timbang dan catatlah berat wadah

b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap

lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat 25 kali secara merata.

c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)

5. Perhitungan

Dimana:

V = isi wadah (dm3)

6. Data Percobaan

OBSERVASI I

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 20: Lap.beton Eka

Kelompok I a

No Perhitungan Padat GemburA Volume wadah 9,435 ltr 9,435 ltrB Berat wadah 8,411 kg 8,411 kgC Berat wadah dan benda uji 22,540 kg 20,690 kgD Berat wadah benda uji (C – D) 14,129 kg 12,279 kgE Berat volume (D/A) 1,497 kg/ltr 1,30 kg/ltr

OBSERVASI II

No Perhitungan Padat GemburA Volume wadah 9,435 ltr 9,435 ltrB Berat wadah 8,411 kg 8,411 kgC Berat wadah dan benda uji 22,550 kg 22,180 kgD Berat wadah benda uji (C – D) 14,139 kg 13,769 kgE Berat volume (D/A) 1,498 kg/ltr 1,459 kg/ltr

Berat Volume Rata-rata :

7. Kesimpulan

Pada saat penuangan agregat kedalam wadah dapat terjadi pemisahan

butiran, butir yang kasar akan jatuh terlebih dahulu sedangkan butir yang

halus akan jatuh keluar wadah. Hali ini akan menyebabkan volume agregat

kasar akan berkurang. Jadi untuk menghindarinya penuangan dilakukan

sedekat mungkin dengan wadah.

3.2 ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 21: Lap.beton Eka

Kelompok I a

1. Tujuan Percobaan

Menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat. Data distribusi butiran

pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan

penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat kasar. Alat yang digunakan

adalah seprengkat saringan dengan ukuran jari-jari tertentu.

2. Peralatan

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji

b. Seperangkat saringan dengan ukuran

No Saringan Ukuran Lubang (mm) Ukurang Lubang (mm)

- 9.5 3/8

No. 4 4.75

No. 8 2.36

No.16 1.18

No.30 0.6

No.50 0.3

No.100 0.15

No.200 0.075

c. Oven yang dilengkapio pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ±

5)oC

d. Alat pemisah contoh (sample spliter)

e. Mesin penggetar saringan

f. Talam-talam

g. Kuas, sikat kuning, sendok, dan lain-lain

3. Bahan

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 22: Lap.beton Eka

Kelompok I a

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan.

Berat dari contoh yang disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter

agregat kasar yang digunakan, seperti diuraikan dari table perangkat saringan.

4. Prosedur Praktikum

c. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai

berat.

d. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai

dari saringan paling besar ditetapkan paling atas. Perangkat saringan

diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

5. Data Percobaan

Berat Contoh : 2500 gram

Ukuran

Saringan

(mm)

Berat

Tertahan

(gr)

Jumlah

Berat

Tertahan

Persentase

Tertahan

Kumulatif

Persentase

Lolos

Kumulatif

Spec

ASTM

C33 - 93

38.00 0 0 0 100 100

25.00 0 0 0 100 90 – 100

19.00 75,78 75,78 0,312 99,688 40 – 85

12.50 1006,31 1084,09 42,48 57,52 10 – 40

9.50 682,73 1766,82 70,87 29,13 0 – 15

4.75 699,58 2466,4 98,93 1,07 0 – 5

PAN 27,90 2492,95 100 0 -

Kurva Gradasi Agregat Kasar

Terlampir

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 23: Lap.beton Eka

Kelompok I a

6. Kesimpulan

Dari gambar kurva menunjukkan agregat kasar, persentase, lolos

kumulatif yang diperoleh terletak diantara batas yang ditentukan. Berarti

agregat kasar dapat digunakan.

3.3 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

1. Tujuan Percobaan

Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar agregat

adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat degan

berat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi

tekanan air untuk beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan.

2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh

b. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)oC

c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat

pengeringan contoh benda uji.

3. Bahan

Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan

batasan sebagai berikut :

Ukuran Maksimum :

6.30 mm (1/4”) = 0.50 Kg

9.50 mm (3/8”) = 1.50 Kg

12.70 mm (0.5”) = 2.00 Kg

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 24: Lap.beton Eka

Kelompok I a

19.10 mm (3/4”) = 3.00 Kg

25.40 mm (1.0”) = 4.00 Kg

38.10 mm (1.5”) = 6.00 Kg

50.80 mm (2.0”) = 8.00 Kg

68.50 mm (2.5”) = 10.00 Kg

76.20 mm (3.0”) = 13.00 Kg

88.90 mm (3.5”) = 16.00 Kg

101.60 mm (4.0”) = 25.00 Kg

152.40 mm (6.0”) = 50.00 Kg

4. Prosedur Praktikum

a. Timbang dan catat berat talam (W1)

b. Masukkan benda uji ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda

uji ditimbang, kemudian catat beratnya (W2)

c. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)

d. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ±

5)oC sampai mencapai berat tetap.

e. Setalah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam

(W4)

f. Hitung berat benda uji kering (W5= W4– W1)

5. Data dan Perhitungan

Dimana :

W3 = Berat contoh semula (gram)

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 25: Lap.beton Eka

Kelompok I a

W5 = Berat contoh kering (gram)

OBSERVASI I

A. Berat Wadah = 222 gram

B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 2722 gram

C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 2705 gram

D. Berat Benda Uji (B – A) = 2500 gram

E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 2483 gram

OBSERVASI II

A. Berat Wadah = 216,76 gram

B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 2716,76 gram

C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 2697 gram

D. Berat Benda Uji (B – A) = 2500 gram

E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 2480,24 gram

6. Kesimpulan

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 26: Lap.beton Eka

Kelompok I a

Penyerapan air kondisi SSD agregat kasar lebih kecil dari kadar air asli

agregat kasar, maka penambahan air adukan dari kondisi agregat kasar ini

mengandung arti adanya penggunaan jumlah air yang kurang dibandingkan

dengan kondisi kering muka.

3.4 PEMERIKSAAN SPECIFIC GRAVTY & PENYERAPAN AGREGAT

KASAR

1. Tujuan Percobaan

Menentukan berat jenis (bulk), berat jenis semu (apparent) dan

penyerapan (absorbtion) dari agregat halus menurut prosedur ASTM C128.

Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat

dalam adukan beton.

2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas

minimum 5 kg

b. Keranjang besi berdiameter 203.2 mm (8”) dan tinggi 63.5 mm (2.5”)

c. Alat penggantung keranjang

d. Oven

e. Handuk

3. Bahan

Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka

(SSD = Surface Saturate Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses

melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat lolos saringan

No.4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.

4. Prosedur Praktikum

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 27: Lap.beton Eka

Kelompok I a

a. Benda uji direndam selama 24 jam.

b. Bendan uji dikering mukakan (kondisi SSD) dengan menggulung handuk

pada butiran agregat

c. Timbang contoh. Hitung berat conton kondisi SSD (A)

d. Contoh benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali di

dalam air. Temperatur air di jaga (73.4 ± 3)oF, dan kemudian ditimbang,

setelah dikeranjang digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan

udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh (B)

e. Contoh dikeringkan pada temperatur (212 ± 130)oF, setalah didinginkan,

kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering ©>

5. Data dan Temperatur

I II

A. Berat Contoh Tanah SSD 5000 gr 5000 gr

B. Berat Contoh Dalam Air 3011,8 gr 3022 gr

C. Berat Contoh Kering di Udara 4676,48 gr 4896 gr

Apparent Specific Gravity = 2,35 2,48

Bulk Spee. Kondisi Kering = 2,81 2,61

Bulk Spee. Kondisi SSD = 2,51 2,53

Persentase absorsi air = 6,9% 2,1%

RATA-RATA

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 28: Lap.beton Eka

Kelompok I a

Apparent Specific Gravity 2,42

Bulk Spec. Kondisi Kering 2,71

Bulk Spec. Kondisi SSD 2,52

Persentase Absorbsi Air 4,5

6. Kesimpulan

Pada percobaan ini, berat contoh didalam air tidak dapat diukur langsung

karena agregat halus mudah larut dalam air, sehingga berat yang terukur akan

lebih kecil dari yang sebenarnya. Pengukuran tidak langsung dilakukan

dengan cara memasukkan pasir kondisi SSD ke dalam piknometer yang berisi

air. Berat Piknometer dan air diketehui sehingga berat agregat dalam air dapat

dicari. Nilai specific gravity harus digunakan untuk mencari berat agregat

halus kondisi SSI dalam suatu adukan beton.

BAB IV

BETON

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 29: Lap.beton Eka

Kelompok I a

4.1. PERENCANAAN CAMPURAN BETON

1. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan komposit/unsur beton basah dengan ketentuan kekuatan

tekan karakteristik dari slump rencana.

2. Peralatan

a. Timbangan

b. Peralatan pembuatan adukan

Wadah

Sendok semen

Peralatan pengukur slump

Peralatan pengukuran berat volume

3. Bahan

Unsur beton :

Air

Semen

Agregat halus

Agregat kasar

Yang telah memenuhi syarat/ketentuan

4. Prosedur Praktikum

Adapun langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton normal yaitu:

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 30: Lap.beton Eka

Kelompok I a

1. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur tertentu

2. Hitung deviasi standart

3. Hitung nilai tambah

4. Menghitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan

5. Menetapkan jenis semen yang dipakai

6. Menetapkan jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini dapat

dalam bentuk tak pecah (pasir atau koral) atau dipecahakan

7. Faktor air semen ditentukan dengan berpedoman pada tabel 2, bila

dipergunakan grafik 1 atau 2 ikuti langkah-langkah berikut:

a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan

tabel 2, sesuai dengan semen dan agregat yang dipakai

b. Lihat grafik 1 untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk

berbentuk kubus

c. Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,5 sampai

memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir b diatas

d. Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut untuk

mendapat faktor air semen yang diperlukan

8. Menetapkan faktor air semen maksimum, dapat dilihat pada tabel 1 yang

disesuaikan dengan kondisi penggunaan beton tersebut, jika nilai faktor

air semen diperoleh dari butir 7 diatas lebih kecil dari yang dikehendaki

maka yang dipakai ialah yang terendah

9. Menetapkan tinggi slump

10. Ukuran agregat ditentukan dari hasil analisa dengan mengambil ukuran

agregat maksimum lolos saringan

11. Tentukan kadar air bebas menurut tabel 3 point 7 (perencanaan beton)

12. Kadar air semen tiap m3 beton dihitung dari perbandingan kadar air

bebas dengan faktor air semen (no 11/7 atau 8)

13. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan dapat diabaikan

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 31: Lap.beton Eka

Kelompok I a

14. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin, jika tidak dilihat tabel 1

kadar semen diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan

15. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah

karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau

lebih besar dari jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka

faktor air semen harus diperhitungkan kembali

16. Tentukan susunan besar butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus

sudah dikenal dan sudah dilakukan analisis ayakan menurut standart

yang berlaku, maka kurva darei pasir ini dapat dibandingkan dengan

kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3-6

17. Tentukan persentase pasir dengan menggunakan grafik 7-19 dengan

diketahui ukuran butir agregat maksimum pada butir 10, slump butir 9

faktor air semen butir 15 dan daerah susunan agregat halus pada butir 16

maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik.

Jumlah ini adalah seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih

halus dari 5 mm

18. Hitung berat jenis relative agregat menurut point 7 (perencanaan beton)

19. Tentukkan berat jenis beton menurut grafik 10 sesuaikan dengan kadar

air bebas yang sudah ditentukan dari tabel 3 dan berat jenis relative dari

agregat gabungan butir 18

20. Kadar agregat gabungan = berat jenis beton – (kadar air bebas + kadar

air semen)

21. Kadar agregat halus = persentase agregat halus (17) x kadar agregat

22. Kadar agregat kasar = kadar agregat gabungan(20) – kadar agregat halus

(21) dari langkah-langkah tersebut diatas butir 1-22 sudah dapat

diketahui susunan campuran bahan-bahan untuk 1 m3 beton

23. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada point 8

(perencanaan beton)

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 32: Lap.beton Eka

Kelompok I a

24. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan

tekan yang sesungguhnya, perhatikanlah hal berikut:

a. Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapakan maka

susunan campuran beton tersebut dapat dikatakan baik jika tidak

maka campuran perlu dibetulkan

b. Kalau slumpnya terlalu tinggi / rendah maka kadar air perlu

dikurangi/ditambah (dengan demikian juga kadar semennya, karena

faktor air semen harus dijaga tetap tidak berubah)

c. Jika kekuatan beton dari campuran uji terlalu tinggi atau rendah,

maka faktor air semen dapat atau harus ditambahkan atau dikurangi

sesuai dengan grafik 1 dan 2

4.2. PELAKSANAAN CAMPURAN

Setelah ditetapkan unsur-unsur campuran, prosedur praktikum untuk

pelaksanaan campuran beton adalah sebagai berikut:

a. Siapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang

terpisah

b. Pisahkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana

c. Masukkan agregat kasar dan agregat halus kedalam wadah

d. Dengan menggunakan skop atau dengan alat pengaduk, lakukan

percampuran agregat sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen

yang merata.

e. Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan lakukan pencampuran

sampai konsistensi adukan merata

f. Tambahkan lagi 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan ulangi proses

untuk mendapatkan konsistensi adukan

g. Lakukan pemeriksaan slump

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 33: Lap.beton Eka

Kelompok I a

h. Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan

benda uji silinder atau kubus beton. Jika belum tercapai slump yang

diingikan, tambahkan sisa air dan lakukan pengadukan kembali

i. Lakukan perhitungan berat jenis beton

j. Buatlah benda uji silinder atau kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda

uji di tetapkan berdasarkan volume adukan

k. Lakuakn pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan, terutama

pemakaian jumlah air dan nilai slump

4.3. PERCOBAAN SLUMP BETON

1. Tujuan Percobaan

Menentukan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton

basah/segar

2. Peralatan

a. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20

cm, bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan

terbuka.

b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 cm, panjang 60 cm. Ujung di

bulatkan dan sebaiknya bahan tongkat dibuat dari baja tahan karat

c. Pelat liogam dengan permukaan rata dan kedap air

d. Sendok cekung

3. Bahan

Contoh beton segar sesuai dengan isi cetakan

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 34: Lap.beton Eka

Kelompok I a

4. Prosedur Praktikum

a. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah

b. Letakkan cetakan diatas pelat

c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis. Tiap

lapis kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat

pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat pemadat

harus masuk tepat sampai lapisan bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan

pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat dimiringkan

sesuai kemiringan didnding cetakan.

d. Setalah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat,

tunggu selama setengah menit, dan dalam jangka waktu itu semua

kelebihan beton segar sekitar cetakan harus dibersihkan

e. Cetakan diangkat berlahan-lahan tegak lurus keatas

f. Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji

g. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi

cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji

5. Perhitungan

Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji

= 30 cm – 16 cm = 14 cm

6. Data Hasil Percobaan

Jadi dari kedua observasi diatas dapat disimpulkan bahwa nilai SLUMP

yang diperoleh 14 cm, diluar batas toleransi yang diizinkan antara 7,5 – 10

cm

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 35: Lap.beton Eka

Kelompok I a

7. Kesimpulan

Dibatasinya nilai slump untuk berbagai macam pekerjaan kontruksi karena

untuk mencegah penggunaan adukan yang terlalu encer atau kental. Pada

dasarnya nilai slump beton dapat digunakan apabila memenuhi hal-hal

sebagai berikut:

Beton dapat dikerjakan dengan baik

Tidak terjadi pemisahan dari adukan atau segregesi

Mutu beton yang disyaratkan masih memenuhi

Pengambilan nilai slump minimum diambil dua kali dalam setiap

pengadukan. Nilai slump yang diambil adalah nilai slump rata-rata

4.4. PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON

1. Tujuan Percobaan

Menentukan berat isi beton. Berat isi beton per sataun isi

2. Peralatan

a. Timbang dengan ketelitian 0.3 % dari berat contoh

b. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung

dibulatkan dan sebaiknay terbuat dari baja tahan karat

c. Alat perata

d. Takaran dengan kapasitas 0,0053 m3

3. Bahan-Bahan

Contoh Beton segar

4. Prosedur Praktikum

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 36: Lap.beton Eka

Kelompok I a

a. Timbang dan catat berat takaran (W1)

b. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis

c. Tiap-tiap lapis dipadatkan 25 kali tusukan secara sempurna

d. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi taksiran perlahan-lahan sampai

tidak tampak gelembung-gelembung udara pada permukaan serta

rongga-rongga bekas tusukan tertutup

e. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beatnya (W2)

5. Perhitungan

Berat isi beton = W2 – W1 / V

Dimana

W1 = Berat takaran

W2 = Berat takaran + beton

V = Volume takaran (m3)

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 37: Lap.beton Eka

Kelompok I a

BAB 5

KESIMPULAN UMUM

1. Periksa Agregat

Kualitas agregat merupakan hal yang sangat penting karena kurang lebih

60% - 80% bagian dari volume beton yang terdiri dari padanya. Agregat tidak

hanya dapat membatasi kekuatan beton tetapi sifat-sifat agregat juga

mempengaruhi ketahanan dan perilaku beton.

Agregat pertama-tama ditambalkan pada adukan beton untuk

memperbesar volumenya. Tetapi ternyata sifatnya juga dapat menambah atau

memperbaiki stabilitas dan ketahanan semen dalam adukan. Dari segi

ekonomisnya akan lebih menguntungkan untuk memakai adukan dengan

kandungan agregat sebanyak mungkin dan sedikit mungkin semen didalamnya.

Tetapi tetap harus dipertimbangkan sifat dari beton yang diinginkan dalam

keadaan basah dan keringnya.

Agregat alam akan dihasilkan melalui proses penuaan dan pengikisan,

atau dengan memecah batu agregat yang lebih besar. Jadi sifatnya akan

bergantung pada sifat induk batunya, misalnya komposisi kimia dan

mineralnya, gravitasi spesifik, kekerasan, kekuatan, kestabilan kimia dan

fisiknya, struktur pori-porinya, warna dan lain sebagainya. Tetapi ada juga sifat-

sifat pada agregat yang tidak terdapat pada batu induknya, yaitu bentuk partikal

dan ukurannya, tekstur permukaan dan sifat masih segaratau sudah keras.

Walaupun semua sifat tersebut sudah diketahui, masih sangat sukar

untuk mendefinisikan agregat yang baik untuk membuat adukan beton. Agregat

yang sifat-sifatnya baik akan menghasilkan beton yang sangat bagus tetapi

agregat yang tidak baguspun bisa juga. Contohnya sebuah sampel baru dapat

retak bila dibekukan tetapi bila batu tersebut tercampur dalam adukan tidak

akan mengalami retak. Pada umumnya agregat yang sifatnya tidak balok, tidak

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 38: Lap.beton Eka

Kelompok I a

dapat menghasilkan beton yang memuaskan, sehingga diperlukan adanya

pengujian terhadap agregat untuk mengetahui kelayakan sebagai bahan adukan

beton.

2. Perencanaan Beton

Beton merupakan adukan antara semen, agregat halus, kasar dan air.

Dalam perencanaan campuran beton, proporsi semen, air, agregat halus dan

kasar diperoleh dari percobaan, perhitungan dan pengetesan dilaboratorium

untuk menghasilkan mutu beton yang diinginkan.

Sifat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan beton adalah sifat-sifat yang ada

pada:

1. Beton segar yang mencakup:

- Kemudahan pengerjaan

- Homogenitas

2. Beton yang keras mencakup:

- Kekuatan

- Keawetan

3. Kemudahan Pengerjaan

Kekentalan adukan beton mempengaruhi kadar proses pengangkutan,

pengecoran, pencetaka. Beton yang baik berarti mudah dikerjakan tanpa

mengalami pemisahan antara butiran agregat dan air. Sifat kemudahan ini

tergantung pada kondisi peralatan termasuk ukuran dan bentuk benda uji yang

massif, tidak untuk bentuk yang sempit dan penuh tulangan. Faktor yang

mempengaruhi kemudahan pengerjaan adukan beton:

- Jumlah relatif dari pasta dan agregatnya

- Platisitas pasta

- Gradasi agregat

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 39: Lap.beton Eka

Kelompok I a

- Bentuk dan sifat permukaan

Jika pasta semen dikurangi hingga tidak cukup untuk mengisi tempat kosong

diantara butir agregatnya dengan akibat aliran akan sukar terjadi, maka beton

yang terjadi akan kasar dan sukar dikerjakan.

Plastisitas adukan relative tergantung atas jumlah semen dan air, apabila jumlah

air banyak sedangkan semen sedikiy, maka pasta akan sukar terjadi ikatan

dengan agregatnya dan menyebabkan terjadinya pemisahan. Terlalu banyak

semen dan kurangnya air menyebabkan adukan kering dan sukar dicetak. Oleh

karena itu, dalam merancang adukan beton harus ditetapkan persyaratan kadar

semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk mencapai slump

tertentu.

4. Homogenitas

Apabila butiran kasar terpisah dari campuran beton segar selama

pengangkutan, pengecoran, pemadatan yang disertai keluarnya air pada

permukaan beton maka dihasilkan beton yang kurang baik mutunya. Peristiwa

ini disebut segresi biasa dan bleeding. Terjadinya kantong-kantong batu yang

mengeras karena adukan beton yang homogen sehingga beton menjadi lemah,

permeabel dan kurang awet.

Pemisahan dari butir yang terdapat pada campuran yang heterogen

disebabkan karena pembagian butiran yang kurang seragam dan tidak kontinu.

Adanya pemisahan gradasi yang baik cara pengecoran yang baik pula. Pada

campuran yang basah pemisahaan terjadi pada waktu penempatan adukan beton

melalui corong yang terpasang miring dan beton mengalir dengan cepat.

Bleeding adalah yang ditimbulkan akibat adanya pemisahan air dari

campuran beton karena timbulnya air adukan pada permukaan beton yang

disebabkan oleh kurangnya ikatan dengan bahan dalam adukan pada waktu

pengecoran akibatnya pada adukan bagian atas akan lebih basah dari bagian

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 40: Lap.beton Eka

Kelompok I a

bawah menjadi porus dan menyebabkan beton lebih mudah mengalami

kerusakan.

5. Kekuatan Beton

Mutu beton ditentukan oleh kekuatan mutu beton dan dipengaruhi oleh

beberapa hal sebagai berikut:

a. Perbandingan Air Semen

Kekuatan beton pada umur dan pemeliharaan serta suhu tertentu akan

tergantung pada faktor air semen. Dalam praktek perbandingan air semen

merupakan faktor penting sedangkan jumlah air yang diperlukan sangat

tergantung pada:

- Perbandingan semen dan campuran

- Perbandingan semen dan agregat

- Gradasi, permukaan, bentuk, kekuatan, dan kekerasan dari agregat

- Besar ukuran agregat

Kadar air total adalah jumlah air yang diserap sampai keadaan tersebut

ditambah air bebas diluar pori-pori agregat.

b. Pengaruh umur beton pada kekuatan tekan

Campuran beton dengan perbandingan air semen rendah membutuhkan

waktu mengeras yang lebih cepat dibandingkan dengan campuran yang

menggunakan perbandingan air sungai tinggi. Sebagai standar umumnya

diambil kekuatan tekan relative kecil, sehingga dapat diabaikan. Kekuatan

tekan pada umur-umur yang lain dapat dikorelasikan dengna kekuatan tekan

umur 28 hari.

c. Pemeliharaan Beton

Sebelum acuan dibongkar, beton harus telah memiliki kekuatan yang cukup

guna menunjang dan menahan terhadap kerusakan mekanik selama

pembongkaran acuan. Curing sendiri sebenarnya merupakan proses

pencegahan terhadap kehilangan kadar air yang terlalu cepat dari beton.

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 41: Lap.beton Eka

Kelompok I a

Beton yang curingnya kurang cenderung memiliki permukaan yang porus

dan bila terkena air akan menimbulkan perbedaan warna yang besar dan

lebih cenderung terjadi adanya bubuk putih pada permukaan. Selain itu juga

mempengaruhi ketahanan dari permukaan beton.

6. Keawetan Beton

Keawetan Beton merupakan panjang waktu bagi material untuk dapat

melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah direncanakan, walaupun terjadi

serangan-serangan dari luar baik fisik, mekanis, maupun kimia. Beton akan

memiliki keawetan yang kurang baik bila terjadi korosi pada tulang beton,

terjadi pengerutan,adanya serangan kimia, pukulan atau benturan dan tidak

stabilnya agregat sehingga menghasilkan retakan. Oleh karena itu perlu adanya

pengontrol mutu bahan dan proporsi capuran untuk mendapatkan beton yang

awet.

7. Pemeriksaan Beton

Selama masa pelaksanaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan harus

diperiksa secara kontiyu dari hasil-hasil pemeriksaan kbkenda uji, sehingga

diperoleh cukup data untuk menunjukkan apakah suatau campuran beton

menghasilkan mutu beton seperti yang direncanakan atau tidak.

Dalam pemeriksaan beton ini, percobaan-percobaan yang dilakukan antara lain:

a. Perencanaan Beton

Mencapur bahan-bahan yang terdiri atas agregat halus, kasar semen dan air

dengan perbandingan tertentu sesuai dengan perhitungan sehingga diperoleh

adukan yang baik

b. Slump Beton

Untuk menentukan kekentalan adukan beton

c. Berat Isi Beton Segar

Untuk mengetahui perbandingan antara berat beton segar degan volumenya

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)

Page 42: Lap.beton Eka

Kelompok I a

d. Pembuatan Silinder Beton dan curing

Untuk mendapatkan beton yang keras dalam bentuk silinder yang akan

digunakan sebagai benda uji dalam pemeriksaan kekuatan tekan beton

e. Kekuatan beton dan berat isi beton padat

Untuk mengetahui kekuatan tekan beton dari benda uji umur 28 hari dan

untuk mengetahui perbandngan antra berat beton padat terhadap volumenya.

Pemeriksaan kekuatan tekan beton dapat dilakukan untuk dapat mengetahui

gambaran tentang mutu beton dalam waktu singkat. Kekuatan tekan beton

meningkat dengan bertambahnya umur, hingga umur 28 kenaikan kekuatan

tekan beton relatif kecil

Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)