forensic identification eka

25
1 Tinjauan Kepustakaan IDENTIFIKASI FORENSIK Oleh Eka Nisfi Purnama NIM. I1A099005 Pembimbing Dr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F SMF/Bagian IKK RSUD Ulin/FK UnLam Banjarmasin

Upload: hafizah-fz

Post on 28-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jgfghjjk

TRANSCRIPT

1

Tinjauan Kepustakaan

IDENTIFIKASI FORENSIK

OlehEka Nisfi Purnama

NIM. I1A099005

PembimbingDr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F

SMF/Bagian IKK RSUD Ulin/FK UnLam

Banjarmasin

2

PENDAHULUAN

Tanggung jawab penentuan identitas seseorang kepolisiantenaga kesehatan (dokter forensik dan dokter gigi forensik)

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi tu. pd jenazah tdk dikenal, jenazah yg rusak , membusuk, hangus terbakar & kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yg mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka

Selain itu dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtuanya

3

DEFINISI IDENTIFIKASI FORENSIK

Identifikasi penentuan atau pemastian identitas orang yg hidup

maupun mati, bdasarkn bbrp ciri khas yg tdpt pd orang tsb

Identifikasi forensik

upaya yg dilakukan dng tuj mbantu penyidik utk mnentukn identitas

seseorang

4

TUJUAN IDENTIFIKASI

Kebutuhan etis dan kemanusiaan thd keluarganya Pemastian kematian seseorang secara resmi dan

yuridis Pencatatan identitas utk keperluan administratif dan

pemakaman Untuk pengurusan klaim di bidang hukum Publik

dan perdata Untuk pembuktian klaim asuransi, pensiun dll Sebagai upaya awal dari suatu penyelidikan

kriminal, bila ada.

5

METODE IDENTIFIKASI

Menurut Budi Sampurna dkk (2004), identifikasi pada dasarnya terdiri dari dua metode utama:– Identifikasi Komparatif– Identifikasi Rekonstruktif

6

METODE IDENTIFIKASI

Menurut Budiyanto dkk (1997) dan Abdul Mun’im Idries (1997), penentuan identitas personal :

Metode Visual Pakaian Perhiasan Dokumen Medis Gigi Sidik Jari Serologi Eksklusi identifikasi DNA

7

1. Metode Visual

Metode ini dilakukan dng mplihatkn jenazah pd orang2 yg merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya

hanya efektif pd jenazah yg belum membusuk, shg masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang

kemungkinan faktor emosi berperan untuk membenarkan atau menyangkal identitas jenazah tsb

8

2. Pemeriksaan Pakaian

Pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya tulisan – tulisan

3. Pemeriksaan Perhiasan Pada perhiasan kadang terdapat inisial nama seseorang

yg biasanya tdpt pd bag dalam dari gelang atau cincin

4. Pemeriksaan Dokumen KTP, SIM, paspor, kartu golongan darah, tanda

pembayaran, dsb yg ditemukan dalam dompet atau tas korban

9

5. Metode Identifikasi Medik

Menggunakan data TB, BB, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tatoo

Mempunyai nilai tinggi krn dilakukan oleh seorang ahli dng menggunakan berbagai cara /modifikasi (termasuk px.dng sinar-X),

pemeriksaan radiologis untuk mengetahui keadaan sutura, bekas patah tulang atau pen yg dipakai pada perawatan penderita patah tulang

Melalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dsb

10

6. Pemeriksaan Gigi

Bentuk gigi dan rahang ciri khusus seseorang, shg tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda

Pemeriksaan atas gigi ini menjadi lebih penting lagi bila keadaan korban sudah rusak atau membusuk

Satu keterbatasan belum meratanya dental record

11

7. Pemeriksaan Sidik Jari

Sidik jari bukti fisik yg paling bermakna di TKP Pada dasarnya sidik jari digunakan untuk mengidentifikasi

pemiliknya, untuk melacak suatu kejahatan, menentukan adanya pengulangan kejahatan atau keresidifisan seorang tersangka kejahatan, identifikasi mayat tak dikenal, identifikasi pasien yang mengalami amnesia, dan pada bencana dengan korban mati massal

Tujuan Komparasi sidik jari identifikasi dilakukan berdasarkan atas pengenalan pola umum dan karakteristik alur. Suatu sidik jari laten dianggap identik dengan sidik jari pembanding apabila terdapat persamaan pola dan kesamaan beberapa titik alur yang karakteristik di antara kedua sidik jari tersebut

12

Selama ini kita mengenal bahwa sidik jari merupakan suatu sarana identifikasi yang baik, berdasarkan beberapa hal :

Sidik jari seseorang terbentuk sejak di dalam kandungan dan tetap tidak berubah hingga akhir hayatnya.

sidik jari adalah unik. Tidak pernah ditemukan dua orang, meskipun mereka adalah kembar identik, yang memiliki sidik jari yang sama.

Sistem klasifikasi sidik jari dan sistem otomatisasi identifikasi sidik jari (Automated Fingerprint Identifcation System = AFIS) memberikan peluang untuk pengembangan suatu filling sistem yang berisi sidik jari – sidik jari yang terklasifikasi secara sistematik

13

8. Pemeriksaan Serologi

Tujuan menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yg telah

membusuk dpt dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang

Penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh korban, maupun bercak darah pada pakaian,

bila orang yg diperiksa termasuk golongan sekretor penentuan golongan darah dapat dilakukan dari seluruh cairan tubuh

14

9. Pemeriksaan DNA

DNA unit keturunan terkecil, tpdt pd semua makhluk hidup :manusia, hewan dan tanaman

spesimen/sampel bercak darah/darah, bercak sperma, vaginal swab, buccal swab dan tulang

Penentuan genotipe (DNA-typing) banyak digunakan pada tes paternitas dan maternitas, identifikasi manusia, transplantasi sumsum tulang, dan validasi diagnostik penyakit genetik dalam hal ini termasuk dalam pemeriksaan prenatal diagnosis untuk menentukan ada atau tidaknya kontaminasi darah maternal pada vili korialis

15

Melibatkan aspek legal, etik dan diperlukan surat pernyataan persetujuan pemeriksaan (informed consent).

Untuk melakukan tes DNA perlu praktek laboratorium yang baik (Good Laboratory Practice) dan hasil tes DNA harus akurat, konklusif, dapat dipercaya dan memiliki efisiensi diagnostik

Teknologi DNA yang digunakan untuk identifikasi forensik : Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) PCR analysis (polymerase chain reaction) STR analysis (Short tandem repeat) Mitochondrial DNA analysis (mtDNA) Y-Chromosome Analysis

16

10. Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya

Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode – metode tersebut di atas, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang

Dalam mengidentifikasi korban bencana massal, umumnya kita melakukan identifikasi komparatif

17

Dalam proses identifikasi korban mati, maka kita jumpai dua aspek : Aspek pengumpulan data identitas, baik data ante-mortem maupun post-

mortem. Aspek komparasi antara data ante-mortem dengan data post-mortem

untuk menentukan identitas korban

Ketepatan dalam identifikasi diperoleh dengan menyesuaikan data ante-mortem dan data post-mortem berdasarkan :

Bukti sirkumtansial (misalnya : barang pribadi seperti pakaian, perhiasan, isi kantong baju)

Bukti fisik terdiri atas :– Pemeriksaan luar : misalnya gambaran umum dan spesifik (sidik jari)– Pemeriksaan dalam : misalnya bukti medis, bukti dari pemeriksaan

gigi dan laboratorium.

18

Keberhasilan upaya identifikasi korban massal sangat bergantung kpd 2 hal :

Ketersediaan data ante-mortem. Masyarakat Indonesia memiliki kelemahan yang besar di bidang ini. Seperti data sidik jari, Golongan darah, data gigi (dental chart)

Organisasi dan prosedur penanganan. – Dalam kategori organisasi tercakup juga adanya badan

atau lembaga yang khusus menangani hal ini, memiliki kewenangan penuh, memiliki sumber daya manusia yang memadai, terlatih, dan siap setiap saat untuk bergerak.

– Prosedur penanganan umum yang baku.

19

Secara garis besar identifikasi dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu

langsung melihat ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian , dan surat/kartu identitas yang ditemukan

secara ilmiah melalui ilmu pengetahuan seperti sidik jari, kedokteran umum, kedokteran gigi, serologis, dan biomolekular.

Untuk ketepatan dalam mengidentifikasi harus dilakukan 2 – 3 metode diatas

20

IDENTIFIKASI POTONGAN TUBUH MANUSIA (KASUS MUTILASI)

Tujuan menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia atau hewan. Bila berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh

Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi

Untuk memastikan potongan tubuh dari manusia pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).

21

IDENTIFIKASI KERANGKA

Tujuan membuktikan kerangka tsb adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah

Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian

Perkiraan saat kematian dilakukan dng mphatikan kekeringan tulang

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang, maka dilakukan identifikasi dng mbandingkan data antemortem.

Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi

22

PEMERIKSAAN ANATOMIK

Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia.

Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).

23

PENENTUAN RAS

Dilakukan dng px antropologik pd tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya

Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop ’shovel-shaped’ memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid

Jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal

Tinggi badan diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli

24

PENUTUP

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtuanya.

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).

25