lapak prak 1 masersi ynry

9
EKSTRAKSI BUAH KEBEN (Barringtonia asiatica) DENGAN METODE MASERASI Ynry Ani Simanungkalit 230210130038 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat 45363 [email protected] ABSTRAK Tujuan dari Praktikum Pembuatan Ektrak Bahan Hayati adalah mampu mengetahui dan melaksanakan pembuatan ektrak bahan hayati dengan menggunakan prinsip metode maserasi, yaitu perendaman simplisia menggunakan pelarut yang selanjutnya pemisahan pelarut dan senyawa menggunakan rotary evaporator dengan menggunakan prinsip memisahkan pelarut pada titik didihnya. Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah buah Keben (Barringtonia asiatica) yang merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia, namun pemanfaatan buah Keben belum banyak dimaksimalkan. Metode ekstraksi adalah salah satu cara untuk melihat senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan pada buah Keben yang digunakan sebagai sampel kali ini. Terdapat dua metode maserasi yaitu maserasi tunggal dan maserasi bertingkat dengan beda perlakuan adalah waktu yang digunakan 1x24 jam dan 2x24 jam. Dengan menggunakan pelarut metanol, n-heksan, dan etil asetat. Hasil metode tunggal dengan perlakuan 2x24 jam dengan perbandingan 1:5 filtrat yang didapat sebanyak 77 ml. Kata Kunci : Maserasi, ekstraksi, Barringtonia asiatica, metanol, ABSTRACT The goal of Practical Preparation of Biological Materials extract is able to know and carry out the manufacture of extracts of biological material by using the principle of maceration method, which uses solvent immersion simplicia solvent and subsequent separation of compounds using a rotary evaporator using the principle of separating the solvent at its boiling point. At this time the lab sample is Keben fruit (Barringtonia asiatica) which is a plant that grows in Indonesia, however utilization Keben fruit has not been maximized. Extraction method is one way to look at the active compounds which can be used in fruit Keben used as samples this time.

Upload: indri-ani-simanungkalit

Post on 29-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

EKSTRAKSI BUAH KEBEN (Barringtonia asiatica) DENGAN METODE MASERASI

Ynry Ani Simanungkalit 230210130038Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor

Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari Praktikum Pembuatan Ektrak Bahan Hayati adalah mampu mengetahui dan melaksanakan pembuatan ektrak bahan hayati dengan menggunakan prinsip metode maserasi, yaitu perendaman simplisia menggunakan pelarut yang selanjutnya pemisahan pelarut dan senyawa menggunakan rotary evaporator dengan menggunakan prinsip memisahkan pelarut pada titik didihnya. Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah buah Keben (Barringtonia asiatica) yang merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia, namun pemanfaatan buah Keben belum banyak dimaksimalkan. Metode ekstraksi adalah salah satu cara untuk melihat senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan pada buah Keben yang digunakan sebagai sampel kali ini. Terdapat dua metode maserasi yaitu maserasi tunggal dan maserasi bertingkat dengan beda perlakuan adalah waktu yang digunakan 1x24 jam dan 2x24 jam. Dengan menggunakan pelarut metanol, n-heksan, dan etil

asetat. Hasil metode tunggal dengan perlakuan 2x24 jam dengan perbandingan 1:5 filtrat yang didapat sebanyak 77 ml.

Kata Kunci : Maserasi, ekstraksi, Barringtonia asiatica, metanol,

ABSTRACT

The goal of Practical Preparation of Biological Materials extract is able to know and carry out the manufacture of extracts of biological material by using the principle of maceration method, which uses solvent immersion simplicia solvent and subsequent separation of compounds using a rotary evaporator using the principle of separating the solvent at its boiling point. At this time the lab sample is Keben fruit (Barringtonia asiatica) which is a plant that grows in Indonesia, however utilization Keben fruit has not been maximized. Extraction method is one way to look at the active compounds which can be used in fruit Keben used as samples this time. There are two methods, namely maceration maceration and maceration single storey with a time difference of treatment is used 1x24 and 2x24-hour clock. By using methanol, n-hexane, and ethyl acetate. A single method of treatment results with 2x24 hours with a ratio of 1: 5 filtrate obtained by 77 ml.

Keywords: maceration, extraction, Barringtonia asiatica, methanol,

Page 2: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu

negara dengan kekayaan hayati terbesar yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara reguler. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih meng- gantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka.

Keben atau Barringtonia asiatica yang merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia, namun pemanfaatan buah Keben belum banyak dimaksimalkan.. Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi.

Metode ekstraksi ialah merupakan proses pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut. Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan. Didalam metode ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi.

Maserasi merupakan metode seder- hana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Prinsip dari metode ini adalah penyarian zat aktif dengan perendaman pelarut tertentu pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar

kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.

Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut : 1. Pengelompokan bagian tumbuhan

(daun, bunga, dll), pengeringan dan penggilingan bagian tumbuhan.

2. Pemilihan pelarut3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan

sebagainya.4.Pelarut semipolar: etil asetat,

diklorometan, dan sebagainya. 5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum

eter, kloroform, dan sebagainya.Pelarut yang digunakan ialah

methanol, n-heksan, etil asetat. Pada maserasi tunggal digunakan pelarut metanol, sedangkan pada maserasi bertingkat digunakan ketiga pelarut.

Tujuan dari Praktikum Pembuatan Ektrak Bahan Hayati adalah mampu mengetahui dan melaksanakan pembuatan ektrak bahan hayati dengan memisahkan senyawa dari simplisia.

METODE Alat yang digunakan pada

praktikum kali ini adalah Rotary epavorator, untuk menguapkan pelarut Medium botol/ botol Erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur, corong saring, kertas saring.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah pelarut non-polar yaitu n-heksan, pelarut semipolar yaitu etil asetat, pelarut polar yaitu metanol dan sampel yang digunakan yaitu biji buah Keben (Barringtonia asiatica) yang berupa simplisia seberat 5. 0111 gram.

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode maserasi

Page 3: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

tunggal dan maserasi bertingkat. Tiap kelompok memiliki beda perlakuan dalam praktikum kali ini. Terdapat beda perbandingan pelarut yaitu 1:3 dan 1:5, beda waktu yaitu 1x24 jam dan 2x24 dan juga beda jenis pelarut yang digunakan pada metode maserasi tunggal pelarut yang digunakan adalah pelarut polar yaitu metano, sedangkan pada maserasi bertingkat pelarut yang digunakan yaitu ketiga jenis pelarut non-polar yaitu n-heksan, pelarut semipolar yaitu etil asetat, pelarut polar yaitu methanol.

Pada ekstraksi tunggal sampel dimasukan kedalam pelarut. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi tunggal adalah metanol. Sampel sebanyak 5 g dimasukan ke dalam botol yang sudah berisi metanol 15 ml kemudian dikocok. Perendaman dilakukan sesuai waktu yang telah ditentukan pula. Setelah itu dilakukan penyaringan dan ekstrak kembali direndam pada pelarut metanol di wadah lainnya.

Pada ekstraksi bertingkat dilakukan dengan memasukkan sampel sebanyak 5 g ke dalam botol berisi n-heksan dengan volume yang telah ditentukan 15 ml kemudian dilakukan perendaman sesuai waktu yang telah ditentukan pula. Setelah itu dilakukan penyaringan selanjutnya ekstrak kembali direndam pada pelarut etil asetat dengan volume dan waktu perendaman yang sama, dan yang terakhir dilakukan perendaman dengan prosedur yang sama pada pelarut metanol.

Filtrasi dilakukan dengan menggunakan kertas saring, corong dan gelas ukur. Rendaman simplisia yang sudah dilarutkan sesuai waktu yang ditentukan lalu disaring dan filtrat yang didapat disatukan dalam satu tempat setelah keempat hasil filtrat didapat volume filtrat dihitung pada gelas ukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari Praktikum Pembuatan

Ektrak Bahan Hayati dengan sampel biji buah Keben (Barringtonia asiatica) menggunakan metode maserasi tunggal

dan maserasi bertingkat dapat dilihat pada tabel diatas. Metode yang didapat oleh kelompok kami adalah metode maserasi tunggal dengan perbandingan volume pelarut 1:5 dan lama perrlakuan yaitu 2x24 jam dan pelarut yang digunakan adalah pelarut polar yaitu metanol. Dari 4 kali penyaringan dengan jumlah metanol 100 ml hasil filtrat yang didapat sebanyak 77 ml, hal ini dapat terjadi karena pelarut metanol adalah salah satu pelarut yang mudah menguap sehingga berkurangnya jumlah filtrat disebabkan karena terjadinya penguapan pelarut.

Maserasi tunggal merupakan teknik maserasi dengan hanya menggunakan satu jenis pelarut saja. Maserasi tunggal dilakukan jika kandungan yang ada pada sampel telah diketahui. Jika senyawa bioaktif pada sampel sudah diketahui, maka pelarut yang digunakan dapat ditentukan sesuai dengan sifat kepolaranya. Pada filtrasi pertama hasil filtrat coklat dan setelah dilakukan penyaringan kembali hingga sebanyak empat kali hasil filtrat yang didapat semakin berwarna beningPada metode maserasi tunggal terdapat empat perlakuan yang berbeda yaitu 1:3 dengan waktu 1x 24 jam dan 2x 24 jam; terdapat empat perlakuan yang berbeda yaitu 1:5 dengan waktu 1x 24 jam dan 2x 24 jam dengan hasil data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1.

Pada maserasi tunggal ini dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu 2x24 jam hasil filtrat yang didapat lebih banyak dibanding pada perlakuan waktu 1x24 jam. Pada perlakuan waktu 2x24 jam volume akhir filtrat yang didapat yaitu 231 ml dan 227 sedangkan pada perlakuan waktu 1x24 jam volume akhir filtrat yang didapat sebanyak 96 ml dan 87.5 ml. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada perlakuan 2x24 jam proses perendaman semakin lama, maka kontak antara sampel dan pelarut semakin lama pula. Semakin lama perendaman maka semakin banyak metabolit sekunder yang larut dalam metanol sehingga menghasilkan filtrat

Page 4: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan waktu yang hanya 1x24 jam saja.Namun pada perlakuan 2x24 jam dengan perbandingan volume 1:3 terdapat

keanehan hasil filtrat hal ini dikarenakan adanya kesalahan praktikan dalam mengjitung volume akhir, sehingga tidak dapat disimpulkan hasil filtrat mana yang

menghasilkan filtat lebih banyak antara perlakuan perbandingan 1:3 dan 1:5.

Sedangkan pada maserasi bertingkat ada beberapa pelarut yang digunakan seperti n-heksan, etil asetat dan methanol dengan sifat kepolaran yang berbeda. Maserasi bertingkat dilakukan jika kandungan senyawa bioaktif yang terkandung pada sebuah sampel belu diketahui sehingga perlu dilakukan uji pelarut yang sesuai dengan sifat kepolaran sampel.

Perlakuan pada metode maserasi bertingkat perlakuan yang memiliki hasil volume filtrat paling banyak adalah metode maserasi bertingkat dengan

perlakuan 1:3 maupun 1:5 dengan lama waktu 2x24 jam, sama halnya dengan perlakuan pada metode maserasi tunggal bahwa perendaman dengan waktu 2x24 jam memiliki hasil volume filtrat yang lebih banyak. Perendaman yang lebih lama memaksimalkan transpor metabolit sekunder dari sampel menuju pelarut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada metode maserasi bertingkat dengan perlakuan waktu 2x24 jam dengan perbandingan pelarut 1:5 adalah perlakuan yang paling efektif karena hasil filtrat yang didapat adalah maksimal dibanding dengan perlakuan yang lainnya.

Tabel 1. Pengamatan Hasil Ekstraksi Barringtonia asiatica

No

PerlakuanVolume Pelarut

(mL)Pelarut

Volume Filtrat (mL)Jenis

MaserasiPerbandingan

Volume PelarutLama Perendaman

1

Tunggal

1 : 3'1 x 24 180 Metanol 96

2 2 x 24 180 Metanol 231

31 : 5'

1 x 24 300 Metanol 87.5

4 2 x 24 300 Metanol 227

5

Bertingkat

1 : 3'

1 x 24

135 N-heksana 25

135 Etil Asetat 27

135 Metanol 28

6 2 x 24

135 N-heksana 39

135 Etil Asetat 50

135 Metanol 51

7

1 : 5'

1 x 24

225 N-heksana 12*

225 Etil Asetat 14*

225 Metanol 15

8 2 x 24

225 N-heksana 42

225 Etil Asetat 35

225 Metanol 39

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum Pembuatan Ektrak Bahan Hayati dengan metode

maserasi yang dilakukan bahwa perendaman dengan waktu 2x24 jam adalah perendaman yang dapat

Page 5: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

memaksimalkan hasil filtrat yang didapat, karena perendaman yang lebih lama memaksimalkan transpor metabolit sekunder dari sampel menuju pelarut . Dan perbandingan volume pelarut 1:5 pada metode maserasi bertingkat merupakan perlakuan yang lebih efektif. Dilihat dari hasil yang ada pada tabel hasil dari pelarut lebih besar dibandingkan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kristiana, Herlina. 2012 “Ekstraksi Pigmen Antonosianin Buah

Senggani (Melastoma malabathricum Auct.nonLinn) dengan Variasi Jenis Pelarut. Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No. 1 .

Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan RI, hal 150-154, 162-166 dan 175

Harborne.J.B,, 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganilisis Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB, Bandung

Page 6: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

LAMPIRAN

Gambar 1. Volume yang digunakan untuk Maserasi

Gambar 2. Pelarut yang digunakan untuk Maserasi Tunggal (Metanol)

Page 7: Lapak Prak 1 Masersi Ynry

Gambar 3. Proses Pencampuran Bubuk Buah Keben dengan Pelarut Metanol

Gambar 4. Proses Penyaringan