lapak 2 mikrobiologi
TRANSCRIPT
1
I. Pendahuluan
Mikroskop merupakan salah satu alat praktikum yang digunakan dalam percobaan
mikrobiologi. Dengan bantuan mikroskop kita dapat mengamati bakteri yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang oleh manusia.
Andaikata medium dan ala-talat yang kita pergunakan itu tidak steril, niscaya kita tidak
akan mungkin dapat melihat bakteri pada mikroskop tersebut dan tidak akan mungkin pula
memperoleh kultur bakteri seperti yang diharapkan. Maka langkah pertama yang harus kita
lakukan sebelum memulai percobaan khususnya yang mengenai inokulasi ialah
mengusahakan sterilnya medium serta alat-alat perlengkapannya.
Penyebab terjadinya proses sterilisasi salah satunya adalah telah terjadinya pencemaran oleh
kontaminan atau yang disebut kontaminasi ada media atau peralatan yang digunakan. Komponen yang
menjadi penyebab kontaminasi sangat beragam, baik yang berupa benda mati atau mahluk
hidup. Kotoran dan senyawa kimia merupakan benda mati yang berperan sebagai kontaminan,
sedangkan mikroba merupakan kontaminan berupa mahluk hidup. Kontaminasi sering terjadi
dalam berbagai tahapan kegiatan.
Dalam mikrobiologi perairan, kontaminasi umumnya disebabkan oleh kehadiran mikroba
yang tidak diharapkan. Ikan, produk perikanan, pekerja dan peralatan yang digunakan dapat
mengalami kontaminasi oleh mikroba yang tidak diinginkan kehadirannya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya kontaminan adalah
sterilisasi, baik terhadap bahan, peralatan atau pekerja yang terlibat. Sterilisasi adalah upaya
yang ditujukan untuk membunuh semua mikroba pencemar, baik mikroba menguntungkan
maupun merugikan. Sterilisasi yang baik dapat mencegah tumbuhnya mikroba lain yang tidak
diharapkan dalam bahan yang telah disterilisasi.
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum, praktikan diharapkan memahami dan
memiliki kemampuan untuk melakukan proses sterilisasi, baik terhadap bahan atau
peralatan yang akan digunakan untuk menangani mikroba.
III. PRINSIP DASAR
Adapun prinsip utama yang mendasari praktikum sterilisasi adalah penggunaan
peralatan atau bahan kimiawi untuk membunuh mikroba yang terdapat pada peralatan,
sehingga tidak menjadi pencemar pada saat digunakan atau memisahkan mikroba dari medianya.
Bahan ataupun alat yang dipergunakan di dalam bidang mikrobiologi, harus dalam
keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak didapatkan mikroba yang
2
tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan mengganggu/merusak media ataupun
mengganggu kehidupan dan proses yang dikerjakan (Suriawiria, 1986)
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam proses sterilisasi yaitu penggunaan
panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila tanpa kelembaban maka
disebut sterilisasi panas kering. Di pihak lain, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada sifat bahan yang
akan disterilkan (Hadioetomo,1990)
Pemanasan merupakan salah satu bentuk sterilisasi fisik. Dampak pemanasan terhadap
kematian mikroorganisme sangat tergantung kepada suhu dan lama waktu sterilisasi. Panas
menyebabkan enzim-enzim berhenti bekerja dan sel dapat kekurangan air. Menurut Barrow
dan Feltham (1993:12-13) endospora bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi
semua bentuk endospora tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap panas.
Misalnya endospora B.subtilis dapat dimatikan dengan pemanasan 100°C dalam waktu
pendek, sedangkan endospora B.stearothermophilus dapat bertahan dalam air mendidih
berjam-jam.
Proses sterilisasi dengan penggunaan panas terdiri dari pemanasan dengan api langsung,
pemanasan kering dan pemanasan basah.
Pemanasan dengan api langsung
Pemijaran dapat langsung membunuh mikroorganisme (termasuk endospora) yang
disterilkan dengan cara membakar mikroorganisme sehingga cara ini adalah cara paling
cepat. Namun kekurangannya adalah sangat terbatasnya cakupan alat yang disterilisasi
menggunakan pemijaran dan ketidakpraktisan dalam mensterilisasi alat berukuran
besar. Alat yang dipakai untuk sterilisasi dengan api yaitu bunsen burner dan lampu
spirtus.
Pemanasan basah
Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas
lembab atau sterilisasi basah. Cara uap air panas membunuh mikroorganisme adalah
bukan dengan mengeringkannya tetapi dengan menonaktifkan enzim-enzimnya
sehingga metabolisme berhenti bekerja.
Sterilisasi basah atau panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak
begitu tinggi, karena ketika uap ait berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan,
maka akan dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 1210C.
Panas ini yang akan mendenaturasikan atau mengkoagulasikann protein pada
mikroorganisme hidup dan dengan demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah
3
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air dan
tidak rusak bila dipanaskan pada 1100C dan 1200C (Hadioetomo,1990).
Pemanasan kering
Bila panas digunakan tidak bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi
panas kering. Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu
tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi panas kering yaitu
masih bertahannya endospora bakteri.
Prosedur sterilisasi dengan menggunakan panas kering dibandingkan dengan panas
basah. Hal ini disebabkan karena panas kering lebih rendah daya merusaknya
dibandingkan dengan uap panas. Keuntungan dari cara ini ialah tidak adanya uap air
yang membasahi bahan/alat yang disterilkan. Selain itu, peralatan yang digunakan
untuk sterilisasi uap kering (oven) lebih murah dengan uap basah. Namun demikian,
tidak semua bahan/alat dapat disterilkan dengan cara ini. Bahan yang terbuat dari karet
atau plastik tidak dapat disterilkan dengan uap kering (Lay et al, 1992).
Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak dibersihkan di dalam autoklaf,
karena barang-barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas
dimasukkan di dalam oven kering selama 2-3 jam pada temperatur 16000C – 17000C,
hal ini tergantung kepada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven.
Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering selama waktu dan pada temperatur
tersebut diatas. Alat-alat yang belum bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan
dalam oven kering (Dwidjoseputro,1990).
Bahan kimia dapat digunakan untuk sejumlah mikroorganisme tetapi tidak dapat
digunakan untuk mematikan semua mikroorganisme. Cara kimiawi dapat digunakan apabila
jumlah mikroorganisme rendah dan bila permukaannya bersih dari protein. (Lay et al, 1992).
Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan. Dengan
cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara
melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya (0,45 atau 0,22
mikrometer) sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan
filtratnya di tampung dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan
dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium sintetik
tertentu, dan antibiotik (Hadioetomo,1990).
4
IV. PERALATAN DAN BAHAN
Dalam praktikum sterilisasi peralatan diperlukan perlatan dan bahan utama
sebagai berikut :
4.1. Peralatan
Adapun peralatan utama yang dibutuhkan dalam proses sterilisasi peralatan dan bahan
antara lain adalah :
a.Peralatan gelas, seperti tabung reaksi, cawan petri, gelas ukur, pipet hisap, labu
Erlenmeyer, gelas beker.
b. Peralatan logam, seperti ose dan pinset.
c. Oven listrik
d. Waterbath
e. Kompor gas atau lampu spirtus
4.2. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam proses sterilisasi peralatan dan bahan
antara lain adalah :
a. Media kaldu
b. Media agar
c. Kertas penyaring
d. Kertas coklat.
V. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja tahapan sterilisasi adalah sebagai berikut :
5.1. Sterilisasi Menggunakan Oven
a. Cuci bersih peralatan gelas dan logam menggunakan air bersih yang mengalir.
Pergunakan sabun dan sikat halus untuk menghilangkan noda. Tiriskan peralatan
yang sudah dicuci bersih sampai semua air menguap dan peralatan menjadi kering.
b. Bungkus peralatan gelas dan logam yang telah ditiriskan menggunakan kertas
coklat. pembungkusan harus dilakukan secara benar, sehingga dapat membedakan
mana cawan petri yang bagian tutup (atas) atau alas (bawah). Pembungkusan juga
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pembungkus tetap mudah dibuka pada
saat akan digunakan.
c. Sebelum dilakukan pembungkusan menggunakan kertas coklat, cairan yang
mungkin masih ada pada bagian mulut pipet hisap harus dikeringkan
5
menggunakan gumpalan kapas.
d. Susun peralatan yang telah dikemas ke dalam oven. Panaskan oven hingga suhunya
mencapai 121oC dan lakukan proses sterilisasi selama 20 menit. Selanjutnya
matikan oven.
e. Setelah dingin, pindah peralatan tersebut ke wadah yang telah disediakan dalam
keadaan tetap terbungkus.
5.2. Sterilisasi Menggunakan Waterbath
a. Masukan media kaldu dan media agar yang masih agak cair ke dalam labu
Erlenmeyer 500 ml. Tutup mulut labu Erlenmeyer tersebut menggunakan kapas.
Gunakan aluminium foil untuk menutup bagian luar kapas.
b. Labu Erlenmeyer berisi media kaldu dan media agar disimpan ke dalam waterbath
yang telah diisi air. Nyalakan waterbath hingga air mendidih dan biarkan
berlangsung proses sterilisasi selama 25 menit.
c. Matikan waterbath dan biarkan media kaldu dan media agar di tempatnya hingga
airnya hingga dingin.
d. Simpan media kaldu dan media agar di lemari pendingin sampai saatnya tiba untuk
digunakan.
5.3. Sterilisasi menggunakan Autoklaf
a. Masukan media kaldu dan media agar yang masih agak cair ke dalam labu
Erlenmeyer 500 ml. Tutup mulut labu Erlenmeyer tersebut menggunakan kapas.
Gunakan aluminium foil untuk menutup bagian luar kapas.
b. Labu Erlenmeyer berisi media kaldu dan media agar disimpan ke dalam autoklaf
yang telah diisi air. Nyalakan autoklaf dan biarkan berlangsung proses sterilisasi
selama 25 menit.
c. Matikan autoklaf dan biarkan media kaldu dan media agar di tempatnya hingga
airnya hingga dingin.
d. Simpan media kaldu dan media agar di lemari pendingin sampai saatnya tiba
untuk digunakan.
5.4. Sterilisasi Menggunakan Lampu Bunsen
a. Nyalakan lampu Bunsen
6
b. Ambil ose yang akan disterilisasi
c. Panaskan ujung ose hingga berpijar dan geser hingga semua bagian logam menjadi
berpijar
d. Dinginkan dengan cara mengerak-gerakan ose diudara
e. Ose siap digunakan
5.5. Sterilisasi Menggunakan Alkohol
a. Siapkan gelas beker berisi alkohol
b. Masukkan peralatan yang akan disterilisasi ke dalam alkohol
c. Bila akan digunakan, peralatan diangin-anginkan hingga kering
7
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil
Data yang telah diperoleh selama kegiatan praktikum disajikan dalam tabel berikut ini.
Peralatan
Sterilisasi
Prinsip
Sterilisasi
Hasil Sterilisasi
Dapat disimpan
lama
Keterangan
Y T
Oven
Dengan cara mengubah
energi elektromagnetik
menjadi energi panas.
√
Dengan menggunakan
sterilsasi kering, peralatn
yang sudah disterilisasi
dapat disimpan lama ± 3-5
hari. Ini dikarenakan
peralatan yang disterilkan
dengan menggunakan oven
sudah tertutpi oleh kertas
coklat. Kertas coklat ini
dapat mencegah masuknya
kontaminan yang berasal
dari udara.
Lampu Bunsen
Pemijaran dengan
menggunakan api
secara langsung
√
Peralatan yang disterilisasi
dengan lampu bunsen tidak
dapat bertahan lama, ini
dikarenakan setelah
sterilisasi dilakukan,
peralatan seperti jarum ose
akan kembali bersentuhan
dengan dengan udara yang
dapat mengandung
kontaminan.
8
6.2. Pembahasan
Pada praktikum ke-2 ini percobaan yang dilakukan ialah sterilisasi peralatan
praktikum. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jika sterilisasi memegang peranan
yang penting dalam praktikum mikrobiologi ini khususnya percobaan mengenai inokulasi.
Salah satu penyebab sterilisasi ini harus dilakukan ialah karena adanya pencemaran yang
diakibatkan oleh kontaminan, baik itu itu kontaminan mati atau hidup. Kontaminan mati yang
dimaksud disini ialah kotoran dan senyawa kimia, sedangkan kontaminan hidup yang
dimaksud ialah mikroba.
Proses sterilisasi pada percobaan kali ini hanya menggunakan sterilisisasi dengan
menggunakan energi panas dan sterilisasi dengan larutan kimia. Yang tergolong sterilisasi
dengan energi panaas ialah sterilisasi kering, sterilisasi basah, dan lampu bunsen. Sedangkan
yang tergolong sterilisasi dengan larutan kimia ialah sterilisasi dengan menggunakan alkohol.
Sterilisasi dengan menggunakan energi panas yang digunakan pada praktikum kali ini
hanyalah dengan sterilisasi kering menggunakan oven dan sterilisasi dengan api langsung
seperti lampu bunsen.
Sterilisasi kering merupakan suatu proses sterilisasi dengan menggunakan energi
panas tanpa disertai dengan uap-uap panas. Tidak semua peralatan dapat disterilkan dengan
menggunakan sterilisasi kering ini, hanya bahan-bahan yang mampu bertahan pada suhu
tinggi yang dapat disterilkan, misalnya seperti gelas ukur, petri disk, dll. Sedangkan untuk
peralatan yang berbahan karet atau plastik tidak dapat disterilkan dengan sterilisasi kering ini,
karena kedua bahan tersebut dapat meleleh pada suhu panas yang tinggi. Alat yang digunakan
untuk proses sterilisasi ini ialah oven. Pada praktikum kali ini suhu yang digunakan untuk
proses sterilisasi ialah ± 1200C dengan waktu ± 20 menit.
Namun perlu diketahui, sebelum peralatan yang akan di sterilisasi masuk kedalam
oven, peralatan tersebut harus dibungkus dengan menggunakan kertas berwarna coklat.
Tujuan pembungkusan dengan kertas coklat ialah guna panas yang dihasilkan oleh oven pada
sterilisasi kering dapat terserap secara merata. Seperti yang diketahui bersama, jika warna
coklat merupakan pigmen warna yang dapat menyerap panas secara optimal, sehingga panas
yang diserap akan rata pada semua sisi kertas. Apabila penyerapan panas tersebut tidak
merata, maka dapat menimbulkan warna kuning seperti noda pada peralatan yang disterilisasi
tersebut. Apabila ini terjadi maka percobaan tidak dapat berjalan optimal. Kemudian, dalam
membungkus peralatan dengan kertas coklat tersebut usahakan serapat mungkin, agar tidak
ada celah bagi mikroba untuk hinggap kedalam peralatan tersebut.
9
Selain dengan oven, sterilisasi dengan energi panas lainnya dapat menggunakan
lampu bunsen. Lampu bunsen sangat besar peranannya dalam menjaga sterilisasi peralatan
terutama pada saat proses inokulasi. Pada saat proses inokulasi, peralatan yang digunakan
tidak dapat jauh dari lampu bunsen tersebut, ini bertujuan agar tingkat kesterilan alat dapat
terjaga.
Jarum ose adalah salah satu alat yang digunakan dalam proses inokulasi, fungsi dari
jarum ose itu sendiri ialah digunakan untuk mengambil sample bakteri dari tabung reaksi
untuk dimasukkan kedalam petri disk. Akibat dari cara kerjanya tersebut, pada jarum ose
dapat ditemukan sejumlah bakteri dari sample yang berbeda, apabila ini terjadi maka akan
mengakibatkan terganggunya proses pengamatan terhadap bakteri yang dilakukan. Oleh
karena itu, kita harus mencegahnya dengan membakar bagian ujung jarum ose baik itu
sebelum ataupun sesduah pengambilan sample pada lampu bunsen sampai warna pada ujung
jarum tersebut memerah.
Dalam melakukan kegiatan praktikum, hendaknya meja kerja yang akan digunakan
hendaknya di sterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol dengan kadar 70%. Ini
bertujuan guna kontaminan-kontaminan yang ada dapat dihilangkan dan tingkat kesterilan
dapat terjaga. Begitupun dengan perlakuan pada jarum ose, dimana pada jarum ose yang telah
selesai digunakan hendaknya disterilkan dengan menggunakan alkohol tersebut.
10
VII. PENDALAMAN
Untuk meningkatkan pemahaman mengenai sterilisasi bahan dan peralatan, praktikan
diwajibkan menjawab pertanyaan berikut ini :
a. Apa tujuan utama membungkus peralatan gelas menggunakan kertas coklat,
sebelum proses sterilisasi dilakukan?
Tujuan pembungkusan dengan kertas coklat ialah guna panas yang dihasilkan oleh
oven pada sterilisasi kering dapat terserap secara merata. Seperti yang diketahui bersama,
jika warna coklat merupakan pigmen warna yang dapat menyerap panas secara optimal,
sehingga panas yang diserap akan rata pada semua sisi kertas. Apabila penyerapan panas
tersebut tidak merata, maka dapat menimbulkan wrna kuning pada peralatan seperti petri
disk. Apabila ini terjadi maka percobaan tidak dapat berjalan optimal.
b. Apa tujuan utama penggunaan aluminium foil sebagai pembungkus tutup Labu
Erlenmeyer dalam sterilisasi media kaldu dan media agar?
Tujuan utama penggunaan alumunium foil ialah sebagai pembungkus untuk mencegah
masuknya uap air kedalam labu erlenmeyer yang di dalamnya terdapat media, selain itu juga
untuk mencegah terjadinya penguapan di dalam labu erlenmeyer. Alasan digunakannya
alumunium adalah alumunium mampu bertahan pada suhu panas dan sifatnya yang tidak
menyerap air. Dengan demikian, tidak akan terjadinya keluar atau masuknya uapa dari
lingkungan ke sistem maupun sebaliknya.
c. Jelaskan mekanisme penggunaan oven listrik dan waterbath terhadap proses sterilisasi
yang terjadi.
Mekanisme dari oven listrik adalah penggunaan energi listrik sebagai penghasil panas
pada ruang dalam oven. Diman panas ini akan di gunakan untuk membunuh mikroba yang
berada pada peralatan yang akan di sterilisasi.
Sedangkan mekanisme dari waterbath adalah penggunaan energi listrik sebagai penghasil
panas. Energi panas ini akan di gunakan untuk memanaskan air, dan panas dari air inilah yang
akan di gunakan sebagai pembunuh mikroba yang ada pada media kaldu atau media agar.
Perbedaan dari keduanya terletak pada media penghantar panas nya. Kalau oven listrik
panas nya akan sampai secara langsung kepada peralatan sterilisasi. Sedangkan waterbath
panas nya terlebih dahulu di alihkan pada keberadaan air dan uap panas.
11
d. Meskipun labu Erlenmeyer telah ditutup dan proses sterilisasi secara dilakukan secara
baik, namun masih sering dijumpai terjadinya kontaminasi pada media kaldu maupun
media agar. Jelaskan oleh Saudara kemungkinan utama penyebab kontaminasi
tersebut.
Penggunaan labu erlenmeyer pada proses sterilisasi berarti proses sterilisasi yang
dilakukan tersebut adalah sterilisasi basah, berarti proses sterilisasinya menggunakan uap-
uap air yang panas. Dijumpainya kontaminasi pada media kaldu setelah dilakukan
sterilisasi, menurut saya dikarenakan masih ditemukannya mikroba yang mampu hidup alam
keadaan panas sekalipun. Endospora bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi
semua bentuk endospora tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap panas.
Misalnya endospora B.subtilis dapat dimatikan dengan pemanasan 100°C dalam waktu
pendek, sedangkan endospora B.stearothermophilus dapat bertahan dalam air mendidih
berjam-jam.
e. Saudara jelaskan, mengapa ujung pipet hisap yang akan disterilisasi selalu
dimasukkan atau disumbat dengan kapas sebelum dibungkus?
Tujuan nya adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh udara setelah sterilisasi
selesai di lakukan. Karena bagian dalam dari pipet hisap merupakan bagian yang paling
penting pada saat pipet hisap di gunakan. Oleh karena itu perlu di lakukan pencegahan
masuknya kontaminan dari udara bebas ke bagian dalam pipet hisap.
f. Mengapa hasil sterilisasi ada yang bersifat tahan lama ada yang tidak?
Jawabannya berkaitan dengan penangannnya pasca proses sterilisasi, dimana pada proses
sterilisasi dengan menggunakan sterilisasi kering semua peralatan dibungkus dengan
menggunakan kertas coklat, kertas coklat ini dapat mencegah terjadinya kontak antara udara
dengan peralatan yang sudah di sterilisasi. Dengan demikian, peralatan yang sudah
disterilisasi dapat bertahan lama. Sedangkan pada sterilisasi dengan menggunakan lampu
bunsen tidak dapat bertahan lama karena setelah proses sterilisasi peralatan yang digunakan
langsung kontak dengan udara, kontak tersebut yang menyebabkan peralatan bersifat tidak
tahan lama.
g. Sebutkan dan jelaskan metode strerilisasi paling tepat untuk peralatan yang terbuat
dari gelas?
Sterilisasi yang paling tepat untuk digunakan pada gelas ialah sterilisasi kering, ini
12
dikarenakan pada sterilisasi kering tidak menghasilkan uap, dimana apabila gelas yang
dipanaskan dalam uap proses sterilisasinya berjalan tidak efektif karena tidak akan bertahan
lama, sedangkan apabila dipanaskan dengan menggunakan oven, maka gelas dapat bertahan
lama karena mendapat perlakuan pembungkusan dengan menggunakan kertas coklat.
h. Sebutkan dan jelaskan metode paling tepat untuk sterilisasi media kultur.
Karena bahan yang disterilisasi adalah media kultur, maka metode yang paling tepat
untuk mensterilisasi media kultur tersebut adalah dengan menggunakan sterilisasi basah. Hal
ini di karenakan pada media kultur seperti larutan kaldu tersebut adalah larutan yang sifatnya
mudah menguap. Sehingga sterilisasi dengan menggunakan panas yang tinggi akan terasa
kurang efektif, karena dapat mengakibatkan air dari larutan kaldu akan menguap dan
konsentrasi dari larutan kaldu akan berubah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan. Malang
Hadioetomo, Ratna S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia : Jakarta
Suriawira, Unus. 1986. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit angkasa : Bandung
Lay, Bibiana W dan Sugyo H. 1992. Mikrobiologi. Penerbit CV.Rajawali : Jakarta
http://www.ekmon-sourus.blogspot.com Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012