lap windshield survey smp 2 mranggen
DESCRIPTION
Lap Windshield Survey Smp 2 MranggenTRANSCRIPT
LAPORAN WINDSHIELD SURVEY
SMP NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK
A. Latar Belakang
Seiring dengan upaya pembangunan kesehatan, peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan sangat diperlukan, sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam upaya peningkatan kesehatan.
Peran serta ini juga diharapkan timbul pada masyarakat sekolah.
Masyarakat sekolah terdiri dari pendidik, siswa, karyawan sekolah,
orang tua siswa serta masyarakat sekitar sekolah, perlu diikutsertakan dalam
mengenal kesehatan dan masalahnya, kemudian diajak mencoba mengatasi
sendiri dengan bimbingan petugas kesehatan.
Ditetapkannya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada tahun
1956 merupakan upaya peningkatan kesehatan di lingkungan sekolah yang
mencakup peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah.
Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang masih rawan
terhadap masalah kesehatan dimana keadaan kesehatan anak sekolah sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai oleh peserta didik.
Pada sisi lain anak sekolah sangat peka untuk ditanamkan pengertian, perilaku
dan kebiasaan hidup sehat sehingga anak sekolah sangat efektif untuk
dilakukan perubahan terhadap perilaku dan kebiasaan hidup sehatnya.
Management pelayanan Puskesmas tidak hanya dilaksanakan di dalam
gedung tetapi juga di luar gedung (Outside building services). Kegiatan UKS
merupakan salah satu bentuk pelayanan Puskesmas di luar gedung. Kegiatan
ini dapat dijadikan wadah atau kendaraan yang dapat digunakan oleh semua
program kesehatan, seperti kesehatan ibu dan anak, gizi, P2M, Kesling,
pengobatan dll. Pelaksanaan program kesehatan di sekolah dapat memberikan
daya ungkit yang nyata karena selain jumlahnya besar mereka juga merupakan
sasaran yang sudah terorganisir dengan baik dan sangat mudah menerima
informasi dalam rangka pembentukan perilaku hidup sehat dan bersih.
Untuk itu, melalui kegiatan pembinaan UKS oleh petugas kesehatan
dan peran serta dari lingkungan sekolah (guru dan siswa), diharapkan perilaku
dan kebiasaan hidup sehat di lingkungan sekolah dapat dicapai. Upaya-upaya
pembinaan dapat diwujudkan dalam bentuk pelayanan promotif dan preventif
yang berupa pendidikan kesehatan dan pelatihan kesehatan. Sebagai sasaran
dalam pelayanan kegiatan UKS adalah mereka yang hidup di lingkungan
sekolah yaitu guru, peserta didik dan lingkungan sekolah.
B. Profil Sekolah
1) Visi :
Unggul dalam berprestasi, terampil daam berkreasi dengan
berdasarkan pada iman dan takwa
2) Misi :
a. Memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan
serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Mendorong dan menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran
agama yang dianut dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga
menjadi sumber kearifan dalam bertindak, berperilaku dan
bertuturkata.
c. Pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
sehingga kemampuan siswa berkembang secara optimal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
d. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya,
sehingga dapat dikembngkan secara optimal untuk bekal persiapan
hidup.
e. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran
agama, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
f. Mempersiapkan setiap siswa untuk mengikuti atau memasuki
pendidikan menengah atas.
C. Sosial
1. Komposisi Siswa
Diagram 1.a Jumlah Siswa SMPN 2 Mranggen Tahun Ajaran 2012-2013
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah seluruh siswa di SMPN 2 Mranggen adalah 815 orang,
dengan komposisi laki-laki sebanyak 407 orang dan perempuan 408
orang. Yaitu terdiri dari kelas VII laki-laki sebanyak 132 orang dan
perempuan 133 orang, kelas VIII laki-laki sebanyak 150 orang dan
permpuan sebanyak 144 orang, dan kelas IX laki-laki sebanyak 116
orang dan perempuan sebanyak 111 orang.
Berdasarkan data diatas maka didapatkan sebagian besar siswa
SMP N 2 Mranggen memasuki usia remaja. Usia remaja pada dasarnya
merupakan usia yang rawan terhadap masalah kesehatan dan
psikososial. Masalah kesehatan yang lazim terjadi pada remaja adalah
masalah kesehatan reproduksi, hal ini dikarenakan pada usia remaja
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap perubahan fisik organ
reproduksi. Jika masalah ini tidak segera di tangani maka akan
beresiko terjadi masalah kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Komposisi Staf
Diagram 1.b Jumlah Guru dan Staf di SMPN2 Mranggen Tahun Ajaran
2012-2013 Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jumlah guru yang ada 50 orang, yaitu 1 orang kepala sekolah,
39 orang guru kelas PNS, 10 orang guru kelas GTT, dan 15 orang staf
administrasi. Yaitu secara rinci guru laki-laki sebanyak 23 orang dan
perempuan sebanyak 27 orang, sedangkan untuk staf administrasi laki-
laki sebanyak 7 orang dan perempuan sebanyak 8 orang.
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui komposisi
guru pengajar dengan siswa sudah proporsional. Jumlah guru yang
mencukupi sehingga hal ini sangat potensial dapat memberikan arahan,
himbauan serta konseling bagi siswa yang mengalami masalah
kesehatan. Adanya hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan bagi warga sekolah pada umumnya dan siswa pada
khususnya.
3. Hubungan Sosial
Hubungan antar siswa di sekolah baik-baik saja, kadang-kadang ada
konflik atau pertengkaran yang umum terjadi di kalangan anak-anak,
namun dapat segera diselesaikan. Hubungan antar staf dan guru juga tidak
ada masalah maupun kesenjangan. Hubungan antara orang tua siswa dan
sekolah baik, hal ini terbukti dengan dukungan dari tiap orang tua siswa
pada setiap program sekolah. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar
siswa di SMPN 2 Mranggen adalah warga yang tinggalnya di sekitar
sekolah atau tidak jauh dari sekolah. Hal ini menunjukkan kesadaran
pendidikan yang baik dan kepercayaan masyarakat sekitar terhadap
pendidikan di SMPN 2 Mranggen Desa Kangkung Mranggen, Demak.
Masyarakat sekitar juga mendukung tiap program sekolah, hal ini
terbukti dengan ikut sertanya para siswa dalam setiap kegiatan yang
diadakan di sekolah. Selain itu, dengan adanya komite sekolah yang
merupakan penyelenggara acara di sekolah yang anggotanya merupakan
gabungan dari guru dan wali siswa. Latar belakang budaya di sekolah
adalah budaya Jawa. Sedangkan status sosial ekonomi siswa maupun guru
di sekolah adalah menengah kebawah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah guru, tidak terdapat kelompok-kelompok minoritas maupun
mayoritas tertentu dan konflik antar kelompok dalam sekolah.
4. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan sekolah berasal dari Biaya Operasional Sekolah
(BOS) yang diperoleh dari pemerintah dan biaya SPP dari siswanya.
Menurut kepala sekolah, dana untuk kesehatan sekolah secara khusus
belum ada, namun dapat diambilkan dari kas sekolah.
5. Organisasi Kesehatan
Selama pengkajian didapatkan bahwa program usaha kesehatan
sekolah yang ada belum berfungsi secara optimal, tetapi yang menjalankan
adalah guru penanggung jawab UKS. Ruangan UKS sudah mempunyai
gedung sendiri, fasilitas kesehatan sudah cukup memadai, terdapat 3 bed
tempat tidur pasien, terdapat kulkas, 2 almari, 1 wastafel tetapi tidak ada
sabun cuci tangan, kotak P3K yang berisi kapas, betadine, balsem,
pembalut, bedak talk, obat tetes mata dan obat penurun panas. Menurut
wawancara dengan siswa kalau ada yang sakit di tangani oleh guru yang
ada di situ. Menurut wawancara dengan penanggung jawab UKS
mengatakan bila ada yang sakit di tangani beliau dan di bantu guru-guru
lainnya.
D. Perilaku dan Lingkungan
1. Karakteristik Lingkungan
Nama sekolah : SMPN II Mranggen
Luas sekolah : 13.087 m2
Jumlah ruang kelas : 21 buah
Ruang Tata Usaha : 1buah
Ruang kepala sekolah : 1 buah
Ruang multimedia : 1buah
Ruang kelas : 21 buah
Mushola : 1 buah
Ruang lab IPA : 1 buah
Ruang guru : 1 buah
Ruang BK : 1 buah
Lab Bahasa : 1 buah
Ruang lab komputer : 1 buah
Ruang perpustakaan : 1 buah
Ruang WC siswa : 1 buah
Ruang WC Guru : 1 buah
Sanggar pramuka : 1 buah
Ruang kesenian : 1 buah
Tempat sepeda siswa : 1 buah
Ruang OSIS : 1 buah
UKS : 1 buah
Koperasi : 1 buah
2. Kebersihan dan keamanan
Dari hasil observasi lingkungan di SMPN 2 Mranggen Desa
Kangkung Mranggen kurang bersih dan berdebu, lantai ruangan terbuat dari
keramik, ventilasi dan pencahayaan cukup. Atap terbuat dari genting dan
telah diberi eternit. Terdapat tempat sampah di tiap depan ruangan. WC dan
kamar mandi cukup bersih. Untuk menjaga kebersihan sekolah, pihak
sekolah membuat kebijaksanaan dengan adanya jadwal piket bagi siswa di
tiap kelas. Pengelolaan sampah yang terkumpul biasanya dibuang ke tempat
pembuangan sampah di belakang sekolah dengan kondisi terbuka dan
stelah terkumpul banyak baru di bakar. Lokasi sekolah rentang dengan
polusi udara yaitu berupa debu, polusi udara berupa bau asap knalpot dari
kendaraan bermotor yang sering lewat di depan sekolah. Setiap ruang kelas
berdasarkan observasi meja dan kursi murid berdebu begitu juga di ruang
guru buku – buku di meja guru terlihat berdebu.
SMPN 2 Mranggen di alamat Jl.Desa Kangkung Kec. Mranggen,
menurut salah guru kegiatan belajar mengajar di sekolah cukup tenang dan
baik untuk kegiatan belajar mengajar. Mengenai keamanan, halaman
sekolah ini dipaving sehingga beresiko terjadi trauma/ kecelakaan, Menurut
salah satu Guru, selama menjadi guru bekerja di SMPN 2 Mranggen Desa
Kangkung Mranggen belum pernah ada kasus pencurian, kekerasan dan
tindakan kriminal lain yang dilakukan oleh guru atau siswa maupun guru
atau siswa yang menjadi korban tindakan kriminal. Sekolah mempunyai
penjaga sekolah yang tinggal di belakang sekolah. Adapun kebersihan
disekolah SMPN 2 Mranggen lingkungan sekolah bersih, disetiap ruangan
kelas telihat bersih. Setiap hari murid-murid sekolah ini bertanggungjawab
disetiap ruangan kelas masing-masing, ini dilihat setiap pagi para siswa
menyapu dan membuang sampah dari ruangan kelas masing-masing. Untuk
kebersihan dilingkungan sekolah yang bertanggungjawab adalah penjaga
kebun tersebut, setiap hari penjaga kebun tersebut membersihkan semua
halaman di lingkungan sekolah. Untuk kebersihan kamar mandi (toilet)
siswa yang ada di SMPN 2 Mranggen cukup bersih, jadwal pembersihan
dilakukan dua kali dalam seminggu, adapun kamar mandi (toilet) pengajar
(guru) yang ada di SMPN 2 Mranggen terlihat bersih, dari semua toilet
yang ada di SMPN 2 Mranggen ini yang bertanggungjawab atas
kebersihannya adalah penjaga sekolah.
3. Kualitas makanan di kantin sekolah
Berdasarkan hasil observasi, terdapat 1 kantin sekolahan di SMPN 2
Mranggen Desa Kangkung Mranggen Semarang. Makanan yang dijual
diantaranya gorengan, snack, es, mie rebus, soto dan nasi bungkus .
Beberapa jenis makanan sudah dikemas, tetapi ada juga makanan yang
belum dikemas. Mengacu pada materi pembelajaran kepribadian dasar dan
lingkungan yang diberikan pada siswa, pihak sekolah sudah menanamkan
untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, Namun masih
banyak siswa yang tidak mempedulikannya. Menurut kepala sekolah,
masalah cuci tangan serta kebersihan diri siswa sudah cukup, hal ini karena
sudah terdapat tempat cuci tangan khusus bagi siswa sehingga pihak
sekolah menganjurkan siswanya untuk menggunakan tempat cuci tangan
tersebut sebagaimana dengan fungsinya. Adapun kebersihan di kantin
terlihat cukup bersih karena dari pihak sekolah memberikan peringatan
kepada penjaga kantin untuk selalu membersihkan lingkungan sekitar
kantin agar terlihat selalu bersih dan rapi. Untuk standar kantin yang ada di
SMPN II Mranggen kurang dari standar ini bisa dilihat dari penyajian
makanan tidak tertutup, menu makanan yang ada kebanyakan yang
mengandung minyak dan pewarna. Kondisi minyak goreng yang dipakai
untuk memasak makanan sudah tidak lanyak terlihat dari minyak goreng
yang digunakan berwarna kehitaman.
4. Kebiasaan siswa disekolah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru,
ada beberapa siswa yang merokok maupun minum-minuman keras. Selain
itu pernah ada perkelahian antar siswa, Menurut para guru, siswa masih
malakukan kebiasaan yang kurang sehat disekolah yaitu kurang menjaga
kebersihan kelas dan membuang sampah tidak pada tempatnya.
5. Kebiasaan waktu istirahat
Berdasarkan hasil observasi, kebiasaan para siswa pada waktu
istirahat yaitu jajan, bermain, dan ngobrol (bercakap – cakap) dengan
teman. Terkadang siswa bermain sepak bola.
6. Kedisiplinan dan sanksi
Bentuk kedisiplinan yang diterapkan di sekolah yaitu berupa
peraturan yang bersifat demokratis. Hal ini sesuai dengan kesepakatan
mengenai peraturan sekolah yang disusun oleh komite sekolah yang
beranggotakan para guru dan wali siswa. Peraturan tersebut mengikat
namun tidak memberatkan para siswa. Contohnya yaitu, jika ada siswa
yang terlambat masuk sekolah, diberi peringatan dan jika terus berulang
maka akan diberi sanksi. Selain itu jika ada siswa yang tidak mengerjakan
PR, diberi sanksi yaitu meresum pelajaran dan kadang di suruh
membersihkan halaman kelas. Sanksi pelanggaran tersebut biasanya berupa
peringatan secara lisan, jika masih melakukan pelanggaran yang sama maka
siswa akan dipanggil oleh wali kelas untuk diberi pengarahan, jika masih
juga melakukan pelanggaran tersebut, maka orang tua dari siswa akan
dipanggil ke sekolah untuk dilakukan konseling bersama. Kedisiplinan dan
sanksi tersebut dilakukan secara konsisten setiap harinya.
7. Bimbingan dan konseling
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, masalah
psikologis yang sering terjadi pada siswa di sekolah ini yaitu misalnya,
takut menghadapai ujian, takut jika dimarahi guru, dan lain-lain. Untuk
menghadapi hal tersebut, biasanya wali kelas mengadakan konseling atau
bimbingan pada siswa yang bermasalah. Jika masalahnya cukup berat,
maka orang tua dari siswa akan dilibatkan dalam konseling dan bimbingan
tersebut.
8. Peralatan olah raga dan area bermain
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa, peralatan olah
raga biasanya di simpan di gudang penyimpanan alat olah raga. Hasil
Observasi kondisi area bermain berdebu sehingga jika ada angin, debunya
akan berterbangan.