lap perjalanan india 17nop08

46
dan Dewan Jaminan Sosial Nasional Republik Indonesia LAPORAN PERJALANAN Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) ke Institusi-intitusi Jaminan Sosial India DRAFT

Upload: awan-satya

Post on 10-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan perjanjian kerja

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Cover Luar (c)Cover Dalam (bw)

danDewan Jaminan Sosial Nasional Republik Indonesia

Laporan perjaLananKunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia

dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)ke Institusi-intitusi Jaminan Sosial India

DRAFT

Page 2: Lap Perjalanan India 17nop08
Page 3: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Cover Luar (c)Cover Dalam (bw)

danDewan Jaminan Sosial Nasional Republik Indonesia

Laporan perjaLananKunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia

dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)ke Institusi-intitusi Jaminan Sosial India

DRAFT

Page 4: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Kunjungan Kerja Delegasi pemerintah Indonesia &Dewan jaminan Sosial nasional (DjSn)ke Institusi-institusi jaminan Sosial India

new Delhi, 17 - 19 november, 2008

Dilaporkan oleh:

Adang SetianaDeputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Pimpinan Delegasi)

Pos M. HutabaratStaf Ahli Menteri Bidang Ekonomi - Departemen Pertahanan

Marwanto HarjowiryonoStaf Ahli Menteri Bidang Pengeluaran - Departemen Keuangan

Harris E. SantosoAhli Bidang Aktuaria (Direktur Biro Pusat Aktuaria)

Moeryono AladinAhli Jaminan Sosial

Franz Von RoennePrincipal Advisor, GTZ Health Policy & Social Health Insurance

M. W. ManickiPimpinan Tim, GTZ - GVG Dukungan Jaminan Kesehatan Sosial

Asih Eka PutriWakil Pimpinan Tim, GTZ - GVG Dukungan Jaminan Kesehatan Sosial

Page 5: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

The Ministry of Labour and Employment (MoLE)Menteri : Mr. Shri Oscar FernandesAlamat : Shram Shakti Bhawan, New Delhi 110 001, IndiaTelp. : +91 11 371 0265Fax : +91 11 335 5679Website : http://www.labour.nic.in/

Employment Provident Fund Organization (EPFO)Pimpinan : Mr. Shri Oscar FernandesAlamat : 14, Bhikaiji Cama Place, Bhavishya Nidhi Bhawan,

New Delhi 110 066, IndiaTelp. : +91 11 617 2671Fax : +91 11 617 2666Website : http://www.epfindia.com/E-mail : [email protected]

Employees State Insurance Cooperation (ESIC)Direktur Jenderal : Mr. Prabhat Chandra Chaturvedi, IASAlamat : ESIC Building, Panchdeep Bhavan Kotla Road,

New Delhi 110 002, IndiaTelp. : +91 11 2323 5391Fax : +91 11 2323 7136Website : http://www.esic.nic.in/

Social Security Association of India (SSAI)Sekretaris Jenderal : Mr. Shri B. N. SOMAlamat : Maya Apartments 55, Lake Palace, Kolkatta 700 029,

IndiaTelp. : +91 33 4330 46971, +91 9198 3133 0906Fax : +91 33 4007 2467Website : http://www.ssai.in/E-mail : [email protected], [email protected]

Daftar Institusi jaminan Sosial India yang Dikunjungi

Page 6: Lap Perjalanan India 17nop08
Page 7: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Daftar Isi 5

Ringkasan Laporan 71. Pendahuluan 7

2. MakroEkonomi,Demografi&MasalahKemiskinan 8

3. Sistem & Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial 10

4. Pengawasan & Penegakan Hukum 27

5. Skenario Menuju Cakupan Semesta 27

6. Kesimpulan & Pelajaran Berharga 28

7. Rekomendasi & Saran bagi Indonesia 34

Daftar Pustaka 38

Lampiran 1: Jadwal & Topik Diskusi 39

Lampiran 2: Statistik Pembangunan Manusia - Indonesia, India & China (2007/2008) 40

Daftar Isi

Page 8: Lap Perjalanan India 17nop08
Page 9: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

ringkasan Laporan

1. pendahuluan

Sistem Jaminan Sosial India berawal dari program kesejahteraan yang telah dikenal jauh semasa India kuno. Pembangunan sistem jaminan sosial India terentang dalam kurun waktu yang panjang, lebih dari 1 abad, dan mempertautkan dua masa yang berbeda, masa penjajahan Inggris dan masa kemerdekaan.

Dalam era modern, program jaminan sosial diselenggarakan sejak masa pendudukan Inggris pada pertengahan abad ke-19 dalam skala yang sangat terbatas. Program jaminan sosial diselenggarakan sejalan dengan pengembangan industrialisasi secara masal mulai tahun 1850. UU pertama yang dibentuk adalah Fatal Accident Act of 1855, untuk memberi santunan kematian bagi pekerja yang meninggal karena kecelakaan kerja. Program ini tidak berjalan dengan baik dan perubahan mendasar baru terjadi ketika Pemerintahan Inggris-India (British India)meratifikasikonvensiILOtentangkecelakaankerjapadatahun1921 dengan mengundangkan Workmens’ Compensation Act of 1923. UU ini mengatur program perlindungan terhadap resiko pekerjaan, kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat pekerjaan. Selanjutnya, program perlindungan pekerja meluas pada perlindungan bagi pekerja perempuan terutama untuk menghadapi pemutusan hubungan kerja akibat kehamilan dan persalinan. Namun program perlindungan pekerja perempuan tersebut sulit diselenggarakan sebagaimana ketentuan konvensi ILO tahun 1921 karena keterbatasan tenaga kerja perempuan sehingga hanya beberapa provinsi yang gigih memperjuangkan program ini yang mampu menyelenggarakannya dan mengundangkan State Maternity Act. Hanya setelah kemerdekaan, Pemerintah India dapat menyelenggarakan program jaminan perawatan kehamilan dan persalinan nasional dengan mengundangkan Central Maternity Act of 1961.

Ketiga program jaminan sosial yang diatur dalam Fatal Accident Act of 1855, Workmens’ Compensation Act of 1923 dan State Maternity Act adalah program yang didanai bukan dari iuran peserta (non contributory scheme) sesuai dengan model program jaminan sosial Beveridge (Beveridge Social Security System-BSS). Dalam perkembangan selanjutnya, Pemerintah India membentuk program jaminan sosial yang didanai oleh iuran peserta (contributory scheme), yang dikenal sebagai model Bismarckian (Bismarckian Social Security system-BSS). UU pertama yang dibentuk untuk mengatur BSS adalah the Employee’s State Insurance Act of 1948 untuk memberikan perlindungan kepada pekerja ketika mengalami sakit, persalinan, kecelakaan kerja, kehilangan pendapatan akibat sakit atau membiayai perawatan. Namun UU ini tidak mencakup pekerja di sektor perkebunan

Page 10: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

dan pertambangan. Untuk melengkapinya, Pemerintah membentuk UU tersediri bagi kedua kelompok pekerja tersebut pada tahun 1951 (pekerja perkebunan) dan 1952 (pekerja pertambangan). Pemerintah kemudian membentuk the Employees’ Provident Funds and Miscellaneous Provision Act of 1952 untuk penyelenggaraan program jaminan hari tua.

Pemerintah India secara konsisten dan berkesinambungan melakukan berbagai perubahan, penyempurnaan dan perluasan peraturan perundangan di bidang jaminan sosial seiring dengan tuntutan penyelenggaraan program jaminan sosial bagi penduduk India. Berbagai UU baru dibentuk untuk memperluas jangkauan program jaminan sosial kepada berbagai kelompok pekerja yang belum tercakup dalam sistem jaminan sosial.

Sejalan dengan perkembangan sejarah pendiriannya dan dipengaruhi pula oleh kinerja pembangunan sosial ekonomi, sistem jaminan sosial India dikembangkan dengan pendekatan sektoral dan kewilayahan. Hasil akhir yang diperoleh adalah model sistem jaminan sosial yang mencerminkan sistem bertingkat (multi-layered social security) dan penyelenggaran majemuk (heterogenous work-based programs). Penyatuan berbagai penyelenggaraan program jaminan sosial ke dalam satu payung hukum dan satu sistem belum dapat dilakukan. Saat ini, Pemerintah India memusatkan pengembangan program jaminan sosial pada perluasan jangkauan program untuk mencakup kelompok terbesar penduduk yaitu mereka yang bekerja di sektor ekonomi informal di samping melanjutkan peningkatan kualitas program-program jaminan sosial yang tengah dilaksanakan. Pemerintah India mengembangkan pula program jaminan sosial yang terintegrasi dengan program bantuan sosial untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup dasar kelompok terbesar penduduk yang umumnya berpendapatan rendah.

Dari hasil kunjungan kerja ini, terekam sistem dan mekanisme penyelenggaraan program jaminan sosial yang berlaku saat ini serta skenario pengembangannya ke depan. Laporan kunjungan ini mengulas kedua hal tersebut dan menampilkan pelajaran-pelajaran berharga yang dapat dipetik dari India bagi pengembangan sistem jaminan sosial dan penyelenggaraan program-program jaminan sosial di Indonesia.

2. Makro Ekonomi, Demografi & Masalah Kemiskinan

Saat ini India sedang menghadapi krisis ekonomi. Sebagaimana disampaikan oleh Perdana Menteri ketika membuka pertemuan CII, krisis yang dihadapi oleh India terkait dengan kesalahan pengelolaan ekonomi global. Perdana Menteri menekankan 3 penyebab utama yang tidak terhindarkan yaitu; 1) krisis pangan global yang dipicu oleh pengalihan hasil pertanian di negara berkembang dari tujuan untuk pemenuhan pangan ke penyediaan bioenergi; 2) penguasaan harga minyak dunia oleh kartel yang menaikkan harga hingga 90% selama 2 tahun terakhir walaupun peningkatan kebutuhan minyak hanya sekitar 1%; dan3)kesalahanpengelolaandanaolehlembaga-lembagafinansialinternasionalterutamalembaga-lembaga Amerika Serikat.

Page 11: Lap Perjalanan India 17nop08

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Indiamengalamikenaikaninflasihingga11,75%,merupakankenaikantertinggiselama13tahun terakhir. Kenaikan ini merontokkan saham, melemahkan nilai rupee dan melemahkan daya beli masyarakat. India mengukur inflasi pada harga-harga 435 komoditas yangberarti harga yang dibayarkan oleh masyarakat jauh lebih tinggi. Harga-harga bahan pokok dan bahan bakar meningkat melebihi perkiraan pemerintah sebesar 5%-5,5%. Sebagai contoh, selama krisis tahun 2008, gas rumah tangga meningkat 20% dan bahan bakar solar meningkat hingga 21%. Di India, harga pangan mencapai 60% dari keseluruhan paket harga konsumen, empat kali lebih tinggi dibandingkan di tujuh negara maju yang tergabung G7 sebesar 15%.

Consumer price indices di beberapa negara�:

Negara %India 7.9China 8.5Indonesia 10.4

India menghadapi masalah ketenagakerjaan yang sulit di mana 93% tenaga kerja India bekerja di sektor informal�.ProfiltenagakerjaIndiaadalahsebagaiberikut�:1) Jumlah populasi sangat banyak dan heterogen2) Populasi : 1,028 juta jiwa3) Angkatan kerja : 402 juta jiwa4) Pekerja di sektor pertanian : 234 juta jiwa (58,21%)5) Pekerja mandiri : 74 juta jiwa (18,40%)6) Pekerja pemerintah/semi pemerintah : 19 juta jiwa (4,73%)7) Pekerja sektor perdagangan dan industri : 75 juta jiwa (18,66%)

Upah minimum di India berbeda antara satu negara bagian dengan negara bagian lainnya. Pemerintah tidak memiliki kebijakan upah yang seragam dan terpadu bagi seluruh sektor perekonomian. Namun demikian, terdapat mekanisma penetapan upah bagi perekonomian di sektor formal dan informal berikut tatacara penegakannya. Upah pekerja di sektor perekonomian formal ditetapkan melalui proses negosiasi antara pekerja dan pengusaha. Di sektor perekonomian informal, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menetapkan upah minimum sesuai dengan ketentuan UU Tentang Upah Minimum Tahun 1948 untuk melindungi pekerja yang sebagian besar buta huruf dan rentan terhadap eksploitasi. Rata-rata upah minimum pekerja tidak terlatih berkisar Rs.66 – 115 (USD1.5–2.5) perhari. Di tengah kekosongan standar upah minimum nasional, Pemerintah menetapkan batas bawah upah nasional. Batas bawah upah nasional pada tahun 2007 adalah R.80 (USD2) perhari�. Pendapatan rata-rata perkapita adalah USD 440 per tahun.

� TheIndianJournalofSocialSecurityVol.9No.�,June20082 AnnualReport2007-08,MinistryofLabourandEmployment,GovernmentofIndia� PresentasiMr.S.K.Krishnan,SpecialSecretary,MinistryofLaborandEmployment,India� AnnualReport2007-08,MinistryofLabourandEmployment,GovernmentofIndia

Page 12: Lap Perjalanan India 17nop08

�0

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Kemiskinan adalah masalah yang pelik di India, sekitar 300 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Bila merujuk pada definisi World Bank tentang pendudukmiskin sebagai mereka yang berpenghasilan 1 dollar US perhari perkepala, maka 75% penduduk India termasuk katagori miskin. Pemerintah India menetapkan Rs 296 (USD 7.4) perbulan perkapita untuk penduduk perkotaan dan Rs 276 (USD 6.9) perbulan perkapita untuk penduduk perdesaan.

Kemiskinan di India membawa masalah yang pelik di tingkat keluarga sehingga menimbulkan eksploitasi anak. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2001, pekerja anak mencapai 5% anak kelompok usia 5-14 tahun�. Masalah pekerja anak adalah masalah laten sejak industrialisasi diimplementasikan oleh pemerintah kolonial pada abad ke-20. Sejak masa pemerintah kolonial, upaya-upaya untuk membatasi pekerja anak terus dilakukan. Di masa kemerdekaan, Pemerintah India secara bertahap berupaya menghapus pekerja anak dimulai dengan membatasi pekerja anak bekerja di pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya. Pada tahun 1986, pemerintah India telah menerbitkan UU tentang perlindungan anak yang melarang mempekerjakan anak di bawah usia 14 tahun di 15 jenis pekerjaan yang berbahaya dan 57 jenis proses kerja yang berbahaya. UU ini juga mengatur pekerja anak yang bekerja pada jenis pekerjaan dan proses kerja yang tidak berbahaya. Pemerintah meningkatkan jangkauan program pendidikan dasar dan pemberdayaan ekonomi serta perluasan jangkauan program jaminan sosial dan bantuan sosial seiring dengan pembatasan pekerja anak.

3. Sistem & penyelenggaraan program jaminan Sosial

Sistem jaminan sosial India heterogen dan masih terbatas pada perlindungan bagi pekerja di sektor formal yaitu pekerja yang memiliki hubungan tetap antara pekerja dan pengusaha di dalam sebuah organisasi. Pemerintah telah mulai memperluas jangkauan program jaminan sosial untuk mencakup pekerja di sektor perekonomian informal, namun masih terbatas.

Sistem jaminan sosial India bercirikan sebagai berikut:

1) Peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan program jaminan sosial sangat fragmentatif dan dipengaruhi oleh model penyelenggaraan yang mengikuti hirarki pemerintahan (multi-layered social security); terdapat tiga tingkatan pemerintahan yaitu pemerintah pusat, pemerintah negara bagian dan pemerintah lokal otonom; pemerintah lokal otonom memiliki status konstitusional.

2) Penyelenggaraan segmentatif dan sektoral berdasarkan jenis pekerjaan, masing-masing program melindungi kelompok pekerja tersendiri.

� AnnualReport2007-08,MinistryofLabourandEmployment,GovernmentofIndia

Page 13: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

3) Cakupan dan manfaat program beragam antar kelompok pekerja; program jaminan sosial yang komprehensif terbatas pada pekerja formal di sektor jasa dan perindustrian, sementara pekerja lainnya baru terlindungi oleh satu atau beberapa program jaminan sosial.

Program jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian formal yang diselenggarakan secara nasional mencakup:1) Jaminan kesehatan.2) Jaminan hari tua.3) Jaminan pensiun.4) Santunan pendapatan selama perawatan persalinan.5) Jaminan kecelakaan kerja.6) Jaminan kematian.7) Jaminan pengangguran.8) Santuan penguburan.

Di samping program jaminan sosial tersebut di atas, pemerintah pusat maupun pemerintah negara bagian atau pemerintah daerah otonom mengembangkan berbagai program jaminan sosial yang terpadu dengan program perlindungan sosial atau program bantuan sosial. Program-program tersebut adalah:

1) Pemerintah pusat melalui Departemen Tenaga Kerja menyelenggarakan program perlindungan sosial bagi pekerja di sektor informal yang mencakup program kesehatan, program jaminan sosial, pendidikan, perumahan, rekreasi dan penyediaan air bersih, program bantuan sosial bagi keluarga miskin, program makanan tambahan bagi anak sekolah, program pemberdayaan bagi pekerja miskin perkotaan, program tumbuh kembang anak terpadu, program pemberdayaan pekerja di perdesaan.

2) Pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah otonom juga mengembangkan berbagai program perlindungan sosial yang kurang lebih menyamai program pemerintah pusat seperti program pemberdayaan pekerja, perlindungan perempuan, anak dan penyandang cacat, program pensiun, program kredit bagi pekerja sektor ekonomi informal, beasiswa, pendidikan gratis bagi murid sekolah dasar.

A. Peraturan Perundang-UndanganSistem jaminan sosial India tidak diatur dalam satu payung peraturan perundangan. Berbagai UU dibentuk untuk mengatur secara tersendiri program-program jaminan sosial bagi masing-masing kelompok pekerja. Pengaturan yang terpisah disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh: 1) sejarah pembangunan program jaminan sosial, 2) model pembiyaan (kontributori dan non-kontributori), dan 3) mekanisme penyelenggaraan.

Sejarah pembangunan jaminan sosial berperan dalam pembentukan peraturan perundangan jaminan sosial melalui pemberlakuan UU yang didirikan pada jaman pra kemerdekaan. Penyempurnaan substansi UU tersebut dilakukan tetap dalam kerangka UU bersangkutan,

Page 14: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

jarang sekali dilakukan penggantian UU lama oleh UU baru. Sebagai contoh, the Employee’s State Insurance Act of 1948 telah mengalami perubahan sebanyak sepuluh kali sejak diundangkan pada tahun 1948 yaitu pada tahun 1950, 1951, 1956, 1957, 1966, 1970, 1975, 1984, 1989, 2008. Hasil akhir yang dirasakan saat ini adalah peraturan perundangan jaminan sosial tetap mengakar pada riwayat sejarahnya.

Perluasan program jaminan sosial kepada kelompok-kelompok masyarakat yang belum terlindungi dalam UU lama memunculkan banyak UU baru. Pembangunan jaminan sosial yang sektoral menyebabkan dibentuknya UU jaminan sosial yang hanya menjangkau sekelompok pekerja tertentu Sebagai contoh, Maternity Benefit Act of 1961 dibentuk untuk menjamin program perawatan kehamilan dan persalinan bagi pekerja pabrik, pertambangan, perkebunan atau sektor-sektor perekonomian lainnya yang tidak tercakup dalam ESI Act of 1948.

Model pembiayaan program jaminan sosial India secara garis besar terbagi atas dua model yaitu pembiayaan dari iuran peserta (contributory model) dan pembiayaan penuh oleh pengusaha atau pemerintah (non contributory model). Model pembiayaan non-contributory diberlakukan pula bagi penyelenggaraan program jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal karena pembiayaannya terintegrasi dengan program kesejahteraan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan. Karena sistem yang dikembangkan berbeda, maka UU yang mengatur program jaminan sosial pekerja di sektor informal diatur tersendiri di luar kerangka hukum UU jaminan sosial pekerja formal.

Mekanisme penyelenggaraan program jaminan sosial di India sangat bervariasi sesuai dengan model pembiayaannya. Masing-masing model penyelenggaraan memilki peraturan tersendiri. Pembiayaan oleh iuran peserta dan pengusaha dikelola oleh badan penyelenggara (EPFO dan ESIC) sementara pembiayaan oleh pengusaha atau pemerintah dikelola oleh Pemerintah (Pemerintah Pusat atau Pemerintah Negara Bagian/Daerah atau bersama). Untuk program jaminan sosial non-contributory pemerintah tidak memungut iuran dari pengusaha, namun pemerintah mengawasi pengusaha untuk membayar kewajiban-kewajiban langsung kepada pekerjanya sesuai dengan program-program yang diatur dalam masing-masing UU. Pembiayaan program jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal juga bersifat non-contributory dan terintegrasi dengan program bantuan sosial pemerintah yang diselenggarakan langsung oleh pemerintah. Selain hal-hal tersebut, Pemerintah Daerah diperbolehkan menyelenggarakan program jaminan sosial bagi penduduknya dan penyelenggaraannya diatur tersendiri dengan Peraturan Daerah.

Penyelenggaraan program jaminan sosial India dilengkapi pula oleh peraturan perundangan yang mengatur upah dan ketenagakerjaan. Seperti halnya UU jaminan sosial, UU ketenagakerjaan India juga heterogen, diantaranya adalah the Minimum Wages Act of 1948, the Payment of Bonus Act of 1961, The Contract Labour Act of 1970, the Labour Laws Act of 1988, dll. Pemerintah India secara berkelanjutan menyempurnakan peraturan-peraturan di bidang ketenagakerjaan dan membangun pasar kerja.

Page 15: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Untuk memudahkan pemahaman pembaca, ulasan peraturan perundangan dikelompokkan ke dalam 2 katagori yaitu program jaminan sosial bagi pekerja sektor perekonomian formal dan pekerja sektor perekonomian informal. Perbedaan mendasar terletak pada model sistem dan mekanisme penyelenggaraan, yaitu model asuransi sosial diimplementasikan pada penyelenggaraan program jaminan sosial bagi pekerja sektor perekonomian formal, sementara model bantuan sosial lebih berperan pada penyelenggaraan program jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal. Sehingga bagi pekerja sektor informal, program ini lebih tepat dikatagorikan sebagai program bantuan sosial dibandingkan program jaminan sosial.

(1) Program Jaminan Sosial bagi Pekerja Sektor Perekonomian Formal

Terdapat 5 Undang-Undang yang mengatur penyelenggaraan program jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian formal yang berlaku nasional:1) The Employee’s State Insurance Act, 19482) The Employees’ Provident Funds & Miscellaneous Provision Act, 19523) The Workmen’s Compensation Act, 19234) The Maternity Benefit Act, 19625) The Payment of Gratuity Act, 1972

Di samping kelima UU di atas, terdapat UU lainnya yang terbatas mengatur program jaminan sosial bagi sekelompok pekerja dan diselenggarakan oleh berbagai tingkatan pemerintahan:1) Assam Tea Plantation Provident Fund Scheme Act, 19552) Coal Mines Provident Fund and Bonus Scheme Act, 19483) Seaman’s Provident Fund Scheme Act, 1955

Page 16: Lap Perjalanan India 17nop08

�4

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Tabel 1. Peraturan dan Manfaat Program Jaminan Sosial bagi Pekerja di Sektor Pere-konomian Formal

Program Undang-UndangJaminan Kesehatan Employee’s State Insurance Act, 1948Perawatan Kehamilan dan Persalinan

Employee’s State Insurance Act, 1948Maternity Benefit Act, 1962

Jaminan Pendapatan Hari Tua Coal Mines Provident Fund and Bonus Scheme Act, 1948Employees’ Provident Funds & Miscellaneous Provision Act, 1952Assam Tea Plantation Provident Fund Scheme Act, 1955Payment of Gratuity Act, 1972

Jaminan Kecelakaan Kerja Workmen’s Compensation Act, 1923Employee’s State Insurance Act, 1948Employee’s Pension Scheme 1995 under Employees’ Provident Funds & Miscellaneous Provision Act, 1952

Jaminan Kematian Workmen’s Compensation Act, 1923Employee’s State Insurance Act, 1948Employee’s Pension Scheme 1995 under Employees’ Provident Funds & Miscellaneous Provision Act, 1952

Santunan Penguburan Employee’s State Insurance Act, 1948Santunan Pengangguran Employee’s State Insurance Act, 1948

(2) Program Jaminan Sosial bagi Pekerja di Sektor Perekonomian Informal

Saat ini pemerintah sedang membentuk RUU Jaminan Sosial bagi Pekerja di sektor perekonomian informal sejak tahun 2007 (Unorganized Sector Workers Social Security Bill of 2007) sebagai payung hukum untuk menjamin perlindungan sosial minimum bagi pekerja di sektor informal. Berbagai inisitatif yang telah dikembangkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian/daerah serta kelompok-kelompok pekerja menjadikan program jaminan sosial dan program perlindungan sosial India sangat heterogen, sektoral dan tidak terintegrasi. Secara garis besar terdapat 2 model penyelenggaraan program perlindungan sosial bagi kelompok pekerja ini yaitu model program kesejahteraan (welfare program) dan model bukan program kesejahteraan yang diselenggarakan dalam bentuk asuransi perorangan yang diselenggarakan bersama dengan asuransi jiwa atau asuransi kerugian.

Pemerintah Pusat melalui Departemen Tenaga Kerja telah menyelenggarakan program kesejahteraan sosial (Labour Welfare Program) bagi lima kelompok pekerja khusus yaitu

Page 17: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

pekerja tambang mika, pekerja tambang batu gamping dan kapur, pekerja tambang bijih besi, mangan dan khrom, pekerja perfilman, pekerja industri rokok tradisional (beedi). Program ini dibiayai dari pendapatan pajak/cukai yang diatur dalam UU Pajak (Cess/Funds Act). Dana ini diperuntukkan membiayai program kesehatan, jaminan sosial, pendidikan, perumahan, rekreasi dan penyediaan air bersih. Penyelenggaraan program ini diatur dalam lima UU meliputi:1) The Mica Mines Labor Welfare Fund Act, 19462) The Limestone and Dolomites Mines Labour Welfare Fund Act, 19723) The Iron Ore, Manganese Ore Mines and Chrome Ore Mines Labour Welfare Fund Act,

19764) The Beedi Workers’ Welfare Fund Act, 19765) The Cine Workers’s Welfare Fund Act, 1981

Terdapat peraturan perundangan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung mengatur program kesejahteraan sosial bagi pekerja di sektor ini, seperti:1) The Workmen’s Compensation Act, 19232) The Minimum Wages Act, 19483) The Maternity Benefit Act, 19614) The Contract Labour Act, 19705) The Building and Other Construction Workers Welfare Act, 1996

Terdapat pula berbagai program perlindungan sosial dan program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang masih sebatas proyek percontohan dimulai pada tahun 2007 dan 2008. Program percontohan ini belum diatur dengan UU. Namun ada pemerintah daerah yang telah mengatur sendiri penyelenggaraan program kesejahteraan sosial. Sebagai contoh, Pemerintah Negara Bagian Tamil Nadu telah menerbitkan UU sendiri untuk penyelenggaraan program kesejahteraan sosial bagi pekerja konstruksi dan bangunan.

B. Mekanisme PenyelenggaraanPenyelenggaraan program-program jaminan sosial India sangat beragam sesuai dengan UU yang berlaku. Secara garis besar, penyelenggaraan dapat dibagi atas lima mekanisme yaitu: 1) penyelenggaraan oleh badan penyelenggara, 2) penyelenggaraan oleh pemerintah pusat (Departemen Tenaga Kerja), 3) penyelenggaraan bersama oleh berbagai tingkatan pemerintahan, 4) penyelenggaraan oleh pemerintah negara bagian/daerah, dan 5) penyelenggaraan lainnya.

Page 18: Lap Perjalanan India 17nop08

�6

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

(1) Penyelenggaraan oleh Badan Penyelenggara

Badan penyelenggara jaminan sosial India didirikan untuk menyelenggarakan program jaminan sosial pekerja di sektor perekonomian formal. Dana yang dikelola adalah dana iuran peserta jaminan sosial berdasarkan prinsip-prinsip asuransi sosial. Terdapat 2 badan penyelenggara jaminan sosial yaitu Employees Provident Fund Organization dan Employees State Insurance Corporation. Kedua lembaga ini merupakan lembaga yang didirikan dengan UU (statutory body) yang diberi kewenangan oleh Pemerintah Pusat (Departemen Tenaga Kerja). Badan ini adalah badan amanat triparti, diwakili oleh pemerintah, pekerja dan pengusaha.

Employees Provident Fund Organization (EPFO)

1) Tujuan pendirian adalah untuk menyelenggarakan tiga jenis program jaminan sosial hari tua wajib yaitu program jaminan hari tua (provident fund), program jaminan pensiun dan program deposito berasuransi (deposit linked insurance scheme) sesuai ketentuan Employees’ Provident Funds & Miscellaneous Provision Act of 1952. Ketiga program tersebut adalah:a) Employees’ Provident Fund Scheme, 1952 (EPF)b) Employees’ Deposit Linked Insurance Scheme, 1976 (EDLI)c) Employees’ Pension Scheme, 1995 (EPS)

2) Administrasi:Sesuai hirarki, struktur kelembagaan EPFO meliputi (dari tertinggi hingga terendah):a) Dewan Wali Amanat (Central Board of Trustees)b) Komite Eksekutif (Executive Committee)c) Kantor Pusat (Corporate Headquarters)d) Kantor Perwakilan Regional (Regional Offices)e) Kantor Perwakilan Sub-regionalf) Kantor Perwakilan Daerah dan Pusat Layanan

Dewan Wali Amanat beranggotakan 40 orang terdiri dari 5 wakil pemerintah pusat, 15 wakil pemerintah negara bagian, 10 wakil pekerja dan 10 wakil pengusaha. Ketua Dewan adalah Menteri Tenaga Kerja, wakil adalah Sekretaris Menteri Tenaga Kerja dan komisaris adalah anggota Dewan. Fungsi Dewan adalah mengelola dana berikut pemasukan dan pengeluaran, mendelegasian fungsi administrasi dan keuangan, mengangkat pegawai, menyampaikan hasil audit dan membuat laporan tahunan lembaga kepada pemerintah.

Fungsi manajerial dan pelayanan dilakukan oleh Komite Eksekutif dan Kantor-kantor. Kontak pertama pelayanan berada di Kantor Perwakilan Daerah.

Seluruh fungsi dan proses penyelenggaraan EPF dan EPS dikerjakan oleh EPFO kecuali pengolaan dana dialihkan kepada lembaga eksternal yaitu Bank Negara India (State Bank of India). Namun, beberapa perusahaan di bawah pengawasan EPFO diperbolehkan

Page 19: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

mengelola dananya sendiri dan diwajibkan mengikuti ketentuan investasi yang berlaku termasuk besaran hasil investasinya.

3) Program, kepesertaan, pembiayaan dan manfaatProgram ini diwajibkan kepada perusahaan yang mempekerjakan 20 orang atau lebih pekerja yang memperoleh upah tetap. Kepesertaan wajib bagi pekerja berupah maksimal Rs.6.500 (USD 162,50) perbulan. Bagi mereka yang berpendapatan di atas pagu ini diperbolehkan untuk mengikuti program secara sukarela atas dasar kesepakatan bersama antara pekerja dan pengusaha. Program tidak berlaku bagi pegawai koperasi yang mempekerjakan kurang dari 50 pegawai, juga tidak berlaku bagi pegawai pemerintah pusat, pegawai pemerintah negara bagian maupun pemerintah daerah otonom. Saat ini pemerintah tengah memperjuangkan untuk memperluas jangkauan ke perusahaan yang mempekerjakan pekerja kurang dari 20 orang. Perusahaan-perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban UU ini harus mendaftarkan diri kepada EPFO untuk memperoleh pengurangan pajak penghasilan.

Tabel 2. Ringkasan Program Jaminan Sosial Hari Tua bagi Pekerja Sektor Ekonomi Formal

EPF EPS EDLI

1. Kontribusi (% upah) Pagu upah ditetapkan pada Rs 6.500 (USD162,50) perbulan, namun tidak ada batasan pagu upah bagi pekerja asing. Terdapat 186 kelas perusahaan di sektor jasa dan perindustrian.

Pengusaha 3,67 8,33 0,50 Total 12,50

Pekerja 12,00 0 0 Total 12,00

Pemerintah secara tidak langsung melalui pemotongan pajak penghasilan untuk kontribusi pengusa-ha berikut bunganya tanpa batas

1,16 (tahun lalu pemerintah mem-bayar sekitar USD 250 juta pertahun)

0 Total 1,16

Total Kontri-busi

15,67 9,49 0,50 Total 25,66

Page 20: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

EPF EPS EDLI

Biaya admin-istrasi ditang-gung oleh pengusaha

1,10 0 0,01 Total 1,11

2. Manfaat

Akun individu Lum-sum dari akumulasi kontribusi dan hasil pengembangan usa-ha, dibayarkan pada saat pensiun (usia 58 tahun), pengun-duran diri,meninggal dunia.Diperbolehkan me-narik dana sebagian untuk membiayai pernikahan, pen-didikan, pengoba-tan, dll

Mulai diselenggarakan pada tahun 1995 hanya untuk pekerja yang mulai bekerja pada tahun 1995.Kobinasi asuransi sosial dengan unsur-unsur simpanan hari tua.Gabungan iuran pasti dan man-faat pasti yang terus-menerus dipantau & dikalibrasiDana pensiun bagi peserta, janda/dudanya dan anaknya:(a) peserta memasuki usia

pensiun(b) pekerja mengalami kecacatan

ketika bekerja(c) peserta internasional sesuai

dengan kesepakatan antar negara

(d) peserta meninggal duniaManfaat pensiun janda/ duda dan anak diberikan walaupun baru 1 hari mengiur sebelum peserta meninggal dunia

Asuransi sosial

Manfaat bagi janda/duda maksimum Rs 60,000 (USD15,000)

Sumber: Diringkas dari Annual Report of Employment Provident Fund Organization (EPFO)

Manfaat EPS (keterangan lebih lanjut dari tabel 2) :a) Dana pensiun dibayarakan bila: • telah berusia 58 tahun dan telah mengiur sekurang-kurangnya 20 th. • pekerja yang mengalami cacat total tetap • meninggal dunia apapun penyebabnya b) Pensiun dini diberikan setelah mengiur sekurang-kurangnya 10 th.c) Besar pensiun bagi peserta = pensionable service x pensionable salary/70d) Pensiun tetap dibayarkan kepada keluarga peserta untuk peserta meninggal dunia

karena sebab apapun tanpa batasan baik yang terjadi ketika aktif bekerja, ketika menganggur dan tidak membayar iuran maupun ketika di masa purnabakti.

e) Pensiun peserta dibayarkan bulanan seumur hidup.f) Ketentuan pensiun bagi peserta yang meninggal dunia adalah:

Tabel 2. Ringkasan Program Jaminan Sosial Hari Tua bagi Pekerja Sektor Ekonomi Formal - lanjutan

Page 21: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

• pensiun janda/duda dibayarkan seumur hidup atau sampai menikah kembali• pensiun anak dibayarkan untuk 2 anak sampai anak berusia 25 tahun atau dibayarkan

seumur hidup untuk anak yang menderita kecacatan total tetap• pensiun anak yatim/piatu yang ditinggalkan janda/duda peserta atau janda/duda

peserta telah menikah kembali dibayarkan lebih tinggi• pensiun wali atau orang tua atau kerabat dibayarkan untuk peserta yang tidak

menikah atau tidak memiliki keluarga • pensiun pekerja internasional dibayarkan tergantung pada perjanjian bilateral.

4) Kinerja badan dan program (kondisi 31 Maret 2008)a) Jumlah jenis industri peserta program : 186b) Jumlah perusahaan peserta program : 530.000c) Jumlah peserta : 45 juta jiwad) Jumlah kontribusi terkumpul th 2007-08 : Rs279.41 milyar (USD7 milyar)e) Total investasi : Rs2.218,83 milyar (USD55 milyar)f) Besar bunga th 2007-08 : 8,5%g) Total pembayaran klaim : Rs2,93 juta (USD0,73 juta)h) Total “annual account statement : Rs29 juta (USD7,3 juta) issued to members”i) Total penerima pensiun : 2,95 juta jiwa

• pensiun peserta : 1,81 juta jiwa• pensiun janda/duda : 0.6 juta jiwa• pensiun anak : 0,52 juta jiwa• pensiun yatim/piatu : 0,01 juta jiwa• pensiun wali : 0,07 juta jiwa• pensiun orang tua : 0,08 juta jiwa

Employees State Insurance Corporation (ESIC)

Tujuan pendirian adalah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan, perawatan kehamilan dan persalinan serta kecelakaan kerja bagi pekerja di sektor perekonomian formal sesuai ketentuan Employee’s State Insurance Act, 1948 dan Maternity Benefit Act, 1962.

Kepesertaan wajib, berlaku bagi perusahaan yang menggunakan listrik mempekerjakan 10 orang pekerja atau lebih atau perusahaan yang tidak menggunakan listrik yang mempekerjakan 20 orang atau lebih. UU mengamanatkan untuk memperluas jangkauan program ke berbagai jenis perusahaan di sektor perindustrian, perdagangan, jasa, pertanian dll. Saat ini pemerintah telah memperluas jangkauan UU ESI ke: 1) toko, hotel, bioskop, restoran, agen transportasi motor, agen koran, yang mempekerjakan 20 pekerja atau lebih dan 2) lembaga pendidikan dan lembaga pelayanan kesehatan swasta yang mempekerjakan

Page 22: Lap Perjalanan India 17nop08

�0

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

20 orang atau lebih. Kepesertaan dibatasi bagi pekerja berupah Rs10.000 (USD2,500) perbulan tidak termasuk upah lembur, dan pekerja cacat berupah Rs25.000 (USD6.250) perbulan.

1) AdministrasiESIC terdiri atas 3 badan yaitu:

a) Korporat (corporation); berfungsi sebagai koordinator perencanaan kebijakan dan pembuat keputusan untuk peningkatan, pengembangan dan manfaat program. Korporat bekerja melalui kantor perwakilan di negara bagian dan daerah. Korporat terdiri dari 57 anggota yang berasal dari 6 perwakilan pemangku kepentingan yaitu ketua (menteri tenaga kerja), wakil ketua (DG), pemerintah pusat (5 orang), pemerintah negara bagian (23 orang), daerah khusus (1 orang), parlemen (3 orang), pekerja (10 orang), pengusaha (10 orang), organisasi profesi medik (2 orang) dan anggota ex-officio ESIC (1 orang). Ketua adalah Menteri Tenaga Kerja, sementara pimpinan korporat berfungsi sebagai Chief Executive Officer adalah Director General (DG) yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.

b) Panitia Kerja (Standing Commitee) berfungsi sebagai eksekutif. Panitia Kerja beranggotakan sebagian anggota korporat sebanyak 16 orang terdiri dari ketua (Sekretaris Menteri Tenaga Kerja), anggota ex-officio DG-ESIC, pemerintah pusat (3 orang), pemerintah negara bagian (3 orang), pekerja (3 orang), parlemen (1 orang), pengusaha (3 orang), organisasi profesi (1 orang).

c) Dewan Pelayanan Medik (Medical Benefit Council) berfungsi menyediakan masukan-masukan terkait penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi peserta. Dewan Pelayanan Medik dibentuk oleh Pemerintah Pusat dan belum termasuk unit yang dibentuk oleh UU. Dewan beranggotakan 33 orang terdiri dari ketua, wakil ketua (DG pelayanan kesehatan), wakil pemerintah pusat (2 orang), wakil pemerintah negara bagian (19 orang), wakil pekerja (3 orang), wakil pengusaha (3 orang), organisasi profesi (3 orang) dan UT (1 orang).

2) Program, kepesertaan, pembiayaan dan manfaat Program dibiayai oleh kontribusi peserta sebesar 6,5% upah yang dibayar bersama oleh

pekerja (1,75% upah) dan pengusaha (4,75% upah). Pekerja yang mendapat upah Rs70 (USD1,75) perhari atau kurang dibebaskan dari kewajiban membayar iuran. Pemerintah negara bagian berkontribusi dengan turut membiayai belanja program sebesar 1/8 total pengeluaran pelayanan kesehatan yang dibiayai oleh badan penyelenggara setingi-tinginnya Rs.1.000 (USD25) perorang pertahun. Bila terdapat pengeluaran melebihi pagu tersebut maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah negara bagian.

Manfaat diberikan kepada peserta dan keluarganya terdiri dari pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai. Pelayanan kesehatan meliputi rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan laboratorium, pelayanan spesialistik dan diagnostik, obat, alat kesehatan, imunisasi, alat bantu medis, pelayanan keluarga berencana, kunjungan rumah. Peserta dan keluarga

Page 23: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

tidak dikenakan iur bayar selama mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan milik ESIC.

Santunan tunai dibayarkan melalui kantor-kantor perwakilan ESIC untuk menyantuni kehilangan pendapatan karena penurunan kemampuan bekerja akibat sakit, kecacatan sementara, menderita penyakit akibat pekerjaan, hamil dan persalinan, kematian atau cacat tetap total akibat kecelakaan kerja atau terkena penyakit akibat pekerjaan.

Pelayanan kesehatan tetap diberikan kepada pekerja yang mendapatkan program jaminan pengangguran. Santunan pengangguran diselenggarakan sejak 1 April 2005 untuk pekerja yang diputus hubungan kerjanya akibat penutupan perusahaan, penghematan perusahaan atau akibat cacat tetap. Santunan tunai diberikan sebesar 50% upah selama maksimal 6 bulan.

Pelayanan diberikan di fasilitas kesehatan milik badan penyelenggara. Saat ini, pemberian pelayanan di fasilitas pelayanan milik pemerintah atau swasta masih terbatas. Peserta dan keluarga tidak dipungut biaya bila berobat di fasilitas kesehatan milik ESIC. Pembayaran pelayanan di fasilitas kesehatan menggunakan metoda klaim (fee for servises). Pengembangan program terus dilakukan untuk peningkatan manfaat dan kualitas serta perluasan kepesertaan.

Page 24: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Tabel 3. Manfaat program ESI

Manfaat PelayananPelayanan kesehatan Komprehensif untuk peserta dan keluarga

Santunan kesehatan60% upah selama 91 hari dalam setahun; upah penuh untuk peserta mengalami vasektomi, tubektomi dan komplikasi operasi

Perluasan santunan kesehatan Sampai dengan 75% upah selama maksimum 2 tahun bagi peserta menderita penyakit yang termasuk dalam 34 jenis penyakit

Perawatan kehamilan dan persalinan

Upah penuh selama maksimal 12 minggu ditambah 30 hari menjelang atau setelah melahirkan; dan upah penuh maksimal 6 minggu ditambah 30 hari menjelang atau pasca keguguran

Perawatan kecacatan - 75% upah hingga proses penyembuhan selesai bagi kecacatan sementara

- 75% upah seumur hidup bagi penyandang kecacatan tetap tergantung pada tingkat kehilangan kemampuan bekerja

Manfaat bagi keluarga 75% upah didistribusikan kepada anggota keluarga sesuai dengan ketentuan berikut:- pekerja menikah: 3/5 bagian untuk janda/duda dan 2/5

bagian untuk anak - pekerja lajang: 2/5 bagian untuk ibu yang menjanda;

3/10 bagian untuk orang tua selain ibu yang menjanda

- 2/10 bagian untuk anggota keluarga lainnyaSantunan penguburan Sampai dengan Rs.3.000 (USD750) hanya berlaku

untuk pesertaPerawatan di hari tua Untuk peserta dan pasangannya bagi peserta yang

pensiun yang telah mengiur sekurang-kurangnya 5 tahun atau peserta yang menganggur akibat kecacatan tetap.Pelayanan kesehatan pertahun sebesar Rs.120 (US3)

Terapi kerja Santuan biaya pelatihan di perusahaan bagi peserta cacat setinggi-tingginya berusia 45 tahun.Pembelian alat bantu medik mengatasi kecacatan untuk peserta dan keluarga.

Sumber: Diringkas dari presentasi Employees State Insurance Cooperation (ESIC)

Page 25: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

3) Kinerja badan dan program (kondisi 31 Maret 2008)

Jumlah peserta keseluruhan : 12,07 jutaJumlah peserta perempuan : 0,18 jutaJumlah penerima manfaat : 46,83 jutaJumlah peserta perusahaan : 352.508 Jumlah rumah sakit mitra : 144Jumlah tempat tidur milik badan penyelenggara : 27.668Jumlah staf medik : 7.099Jumlah dokter : 1.753Ratio pendapatan terhadap pengeluaran (2007) : 3 : 1Biaya administrasi dari total belanja : 16.44%

(2) Penyelenggaraan oleh Pemerintah Pusat

Sebagaimana telah diuraikan dalam sub bagian peraturan perundangan, Pemerintah Pusat menyelenggarakan program-program kesejahteraan sosial dan program jaminan sosial bagi berbagai kelompok pekerja yang belum terlindungi oleh program EPFO atau ESIC. Mereka adalah pekerja yang tidak termasuk dalam subyek hukum Employees Provident Fund and Miscelanous Act, 1923 dan Employees State Insurance Act, 1948. Pekerja-pekerja tersebut adalah pekerja dari sektor pekerjaan yang tidak termasuk dalam subyek hukum kedua UU tersebut seperti pertambangan, perkebunan, pabrik, pertokoan,perfilman,danpekerjadisektorperekonomianinformal.

Workmen’s Compensation Act, 1923

UU ini mewajibkan pengusaha untuk memberikan santunan kepada pekerja yang mengalami kecacatan atau meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau menderita penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Program jaminan kecelakaan kerja ini diberikan kepada pekerja yang bekerja di 50 katagori pekerjaan berbahaya namun tidak berlaku bagi pekerja kantor. UU ini tidak berlaku bagi pekerja yang telah dilindungi oleh program ESIC (ESI Act, 1948). Manfaat yang diberikan adalah 50% upah bagi pekerja yang meninggal dunia dan 60% upah bagi pekerja yang mengalami kecacatan; batas minimum santunan adalah Rs.80.000 (USD2000) bagi pekerja meninggal dunia dan Rs.90.000 (USD2.250) bagi pekerja cacat; batas maksimum adalah USD11.400 bagi pekerja meninggal dunia dan USD13.700 bagi pekerja cacat tetap.

Program ini diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat yang diwajibkan oleh UU untuk membentuk Komisi Jaminan Kecelakaan Kerja. Komisi Jaminan Kecelakaan Kerja bertugas sebagai: 1) menyelesaikan perselisihan terkait pembayaran kecelakaan kerja, 2) penyelesaian kasus kematian atau kecacatan, 3) menyesuaikan besaran santunan.

Page 26: Lap Perjalanan India 17nop08

�4

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Labour Welfare Program

Pemerintah Pusat (Departemen Tenaga Kerja) membentuk dewan penasehat triparti untuk memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah pusat dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dan bantuan sosial bagi pekerja sektor perekonomian informal yang bekerja di lima jenis pekerjaan sesuai ketentuan 5 UU. Kelima UU tersebut adalah the Mica Mines Labour Welfare Fund Act, 1946, the Limestone and Dolomites Mines Labour Welfare Fund Act, 1972, the Iron Ore, Manganese Ore Mines and Chrome Ore Mines Labour Welfare Fund Act, 1976, the Beedi Workers’ Welfare Fund Act, 1976 dan the Cinematography Workers’s Welfare Fund Act, 1981. Dewan Penasehat Program Kesejahteraan terdiri dari 2 dewan yaitu Dewan Penasehat Program Kesejahteraan PekerjaindustrirokokBeedidanperfileman(21anggota)danDewanPenasehatProgramKesejahteraan Pekerja Tambang Bijih besi, mangan, khrom, batu gamping dan kapur (16 orang). Anggota triparti beranggotakan wakil pemerintah, pekerja dan pengusaha.

Penyelenggaraan dilakukan oleh Welfare Commissioners di bawah naungan Labour Welfare Organization bersama-sama dengan Welfare Commissioners di daerah. Tugasnya antara lain adalah membayar penggantian biaya pelayanan kesehatan, penyaluran subsidi perumahan, pengawasan pembangunan perumahan, penyaluran dana bantuan penyelenggaraan perayaan nasional/sosial.

Program ini dibiayai oleh pajak/cukai yang besarnya adalah�:1) Rs.5 (USD0.125) per 1.000 batang rokok Beedi.2)Rs.20.000(USD400)perfilmberbahasaHindidanInggrisdanRs.10.000(USD200)perfilm

lokal.3) Rs.1 per metricton (MT) bijih besi, Rs.4 perMT bijih mangan, Rs.6 perMT bijih khrom.4) Rs.1 per MT batu gamping dan kapur.5) 4.5% ad valorem mika yang diekspor.

Manfaat yang diberikan:1) Penggantian biaya kesehatan maksimal Rs.200.000 (USD5.000).2) Santunan biaya vasektomi/tubektomi Rs.500(USD12,5).3) Subsidi perumahan maksimal Rs.40.000 (USD1.000).4) Santunan penyelenggaraan 3 perayaan nasional Rs.1000(USD25) – Rs.2500

(USD 62,5).5) Santunan penyelenggaraan 7 perayaan sosial Rs.7000(USD175) – Rs.14000 (USD350).

� AnnualReport2007-08,MinistryofLabourandEmployment,GovernmentofIndia

Page 27: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Selain manfaat di atas, pekerja rokok beedi mampu mengiur Rs18 perkepala pertahun yang dibayar bersama antara Labour Welfare Organization dan Badan penyelenggara jaminan sosial untuk program jaminan kematian. Santunan yang diperoleh adalah Rs.3000 (USD75) untuk kematian yang disebabkan oleh bukan kecelakaan (natural death), Rs.25.000 (USD 625) dan Rs.12.500 (USD312,50).

(3) Penyelenggaraan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Negara Bagian/Daerah

Maternity Benefit Act, 1961

UU ini mengatur penyelenggaraan program jaminan perawatan kehamilan dan persalinan berupa: 1) pembayaran upah penuh selama maksimal 12 minggu, 2) santunan perawatan kesehatan maksimal Rs.2.500 (USD60) bila pengusaha tidak memberikan jaminan kesehatan, 3) upah penuh selama maksimal 6 minggu bagi pekerja yang mengalami keguguran, upah penuh selama maksimal 1 bulan bagi pekerja yang sakit, perlindungan atas pekerjaan yang sulit dan berbahaya.

Program ini ditujukan untuk mereka yang tidak terlindungi oleh program ESIC, yaitu pekerja di pabrik, pertambangan, perkebunan, pertokoan, atau perusahaan pemerintah atau perusahaan swasta lainnya yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 pekerja. Pekerja tidak dikenakan kewajiban membayar iuran, sebaliknya, pengusaha bertanggungjawab sepenuhnya. Pemerintah Pusat bertanggungjawab atas penyelenggaraan program bagi pekerja pertambangan dan industri sirkus, sementara Pemerintah Negara Bagian bertanggungjawab atas penyelenggaraan bagi pekerja pabrik, perkebunan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang berada dalam kewenangannya.

Payment of Gratuity Act, 1972

UU ini mewajibkan pengusaha yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 pekerja untuk membayarkan uang jasa (gratuity) kepada pekerja yang bekerja di sektor perindustrian, pertambangan, perkebunan, pertokoan, pelabuhan, perkeretaapian dan transportasi. Hak dibayarkan dengan ketentuan:1) Telah bekerja selama minimal 5 tahun terus-menerus; ketentuan bekerja minimal 5

tahun tidak berlaku bagi pekerja meninggal dunia atau mengalami kecacatan2) Pembayaran dilakukan saat 1) pensiun, 2) pengunduran diri atau 3) meninggal dunia

atau mengalami kecacatan karena kecelakaan atau penyakit

Manfaat yang diberikan adalah upah untuk 15 hari kerja untuk setiap setahun masa kerja maksimal upah yang dapat diperoleh adalah Rs 350.000 (USD8.750). Untuk pekerja musiman, manfaat yang diperoleh adalah upah 7 hari kerja untuk setiap musim.

Page 28: Lap Perjalanan India 17nop08

�6

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Negara Bagian menegakkan pelaksanaan UU ini dengan melakukan pengawasan dengan membentuk petunjuk pelaksanaan dan badan pengawas. Peradilan yang berwewenang adalah pengadilan tenagakerja (labour court). Tiap-tiap negara bagian memiliki pengadilan yang berbeda.

(4) Penyelenggaraan oleh Pemerintah Negara Bagian/Daerah

Pemerintah Negara Bagian/Daerah dapat mengembangkan program-program jaminan sosial lokal bagi warganya. Pada umumnya, program yang dikembangkan adalah program untuk menjangkau penduduk yang bekerja di sektor perekonomian informal dan masih sebatas proyek percontohan.

(5) Penyelenggaraan lainnya

Saat ini banyak dikembangkan jaminan sosial berskala mikro yang diselenggarakan bersama-sama perusahaan asuransi seperti asuransi jiwa atau asuransi kerugian. Model program ini bukan model program kesejahteraan. Program dikembangkan untuk dapat menjangkau penduduk yang bekerja di sektor perekonomian informal yang kebanyakan dari mereka berpenghasilan rendah dengan tersedianya premi yang sangat ringan dan terjangkau.

C. Peran Asosiasi Jaminan Sosial India (Social Security Association of India)

Asosiasi Jaminan Sosial India adalah badan ini adalah badan sosial kemasyarakatan yang didirikan pada bulan Juli 1992 menurut ketentuan the Societies Registration Act, 1860 untuk mempromosikan program jaminan sosial yang dapat menjangkau dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh penduduk India.

Anggota badan ini terdiri dari badan penyelenggara jaminan sosial, lembaga pemerintah, serikat pekerja, serikat pengusaha, manajer dan konsultan manajemen, hakim dan jaksa, akademisi dan ahli di bidang jaminan sosial dan para pemerhati jaminan sosial. Badan ini dibiayai dari iuran tetap para anggota. Badan ini memiliki 6 kantor perwakilan di daerah.

Fungsinya adalah:1) Melakukan kajian dan telaah program jaminan sosial untuk penyempurnaan peraturan,

perluasankepesertaan,peningkatanmanfaat,danefektifitaspengimplementasian.2) Menyelenggarakan forum untuk diskusi terbuka mengenai berbagai aspek dalam

penyelenggaraan program jaminan sosial, seperti lokakarya, seminar, rapat, simposium.

3) Menyediakan data, informasi dan perpustakaan bagi publik.4) Menyelenggarakan program-program pendidikan dan pelatihan.

Page 29: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

5) Menyelenggarakan kuliah tahunan oleh ahli atau tokoh-tokoh kunci di bidang jaminan sosial dari dalam dan luar negeri.

4. pengawasan & penegakan Hukum

Pengawasan dan penegakan hukum program-program jaminan sosial bervariasi mengikuti ketentuan yang diatur dalam masing-masing UU.

5. Skenario Menuju Cakupan Semesta

Pemerintah India secara berkelanjutan membangun sistem jaminan sosial dengan melakukan penyempurnaan peraturan perundangan, kelembagaan dan tata kelolanya. Penyempurnaan dilakukan sesuai dengan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan sistem adalah masalah kemiskinan dan urbanisasi. Kegagalan reformasi agraria di India berpengaruh kuat pada munculnya kemiskinan dan urbanisasi. Namun, di samping masalah laten kemiskinan, peluang untuk memperbaiki sistem terbuka bagi India saat ini karena perekonomiannya tumbuh tinggi dan masih terdapat cukup waktu karena struktur kependudukan masih relatif muda dan transisi kependudukan baru pada tahap dini.

Skenario penggembangan sistem jaminan sosial dilakukan pada dua kelompok yang berbeda. Pemerintah melakukan penguatan materi peraturan perundangan sistem jaminan sosial bagi kelompok pekerja formal beserta penguatan penegakan hukum. Untuk kelompok pekerja informal, pemerintah secara bertahap mengembangkan program-program jaminan sosial yang terintegrasi dengan program bantuan sosial yang dimulai dari kelompok masyarakat miskin. Sebagai contoh, pemerintah membangun program jaminan kesehatan semesta bagi masyarakat miskin, program jaminan pendapatan hari tua yang disubsidi pemerintah dan program-program kesejahteraan lainnya bagi masyarakat miskin.

Sebagai contoh, untuk mengatasi tekanan finansial terhadap program perlindunganpendapatan hari tua dan untuk perluasan jangkauan program guna melindungi kelompok terbesar masyarakat, pemerintah India telah mulai melakukan reformasi program pensiun (the New Pension System-NPS) sejak tahun 2003 dan pembahasan rancangan undang-undang ”the Pension Fund Regulatory and Development Authority (PFRDA Bill)” dimulai pada tahun 2005. The NPS dirumuskan oleh tim di bawah kepemimpinan Departemen Keuangan. Beberapa isu pokok yang dibahas dalam perumusan NPS adalah:1) transformasi program manfaat pasti pegawai negeri sipil menuju program iuran pasti,

telah dilaksanakan untuk pegawai baru mulai 1 Januari 2004.

Page 30: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

2) penyelenggaraan program tabungan hari tua sukarela bagi pekerja sektor perekonomian informal (individual retirement account) yang dilengkapi dengan jaringan penghubung elektronik untuk menjamin terpenuhinya prinsip portabilitas ketika pekerja berpindah wilayah atau pekerjaan.

3) Uang pensiun yang akan diberikan ketika memasuki masa pensiun adalah dana berkala sekurang-kurangnya 40% dana yang terakumulasi dan sisanya dibayarkan sekaligus (lump sum).

4) Akan diizinkan banyak pengelola dana (fund manager) yang ditunjuk dan peserta bebas memilih pengelola dananya dan hak peserta untuk berpindah (prinsip portabilitas) dijamin dengan memperbolehkan memindahkan dana dari satu pengelola ke pengelola lain dijamin.

5) NPS akan mengatur dengan tegas payung hukum tentang kesehatan dana untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem dan membangun perilaku menabung jangka panjang, misalnya ketentuan mengenai bunga, pembukuan, norma dan standar pengelolaan dana, serta sangsi tegas dan keras bagi pelanggaran.

6) Struktur pengelolaan dana NPS yang efisien bagi kelompok pekerja informal akandibangun.

7) Penyesuaian rejim pajak bagi NPS dan program pensiun lainnya sebagai instrumen investasi jangka panjang (35-40 tahun) agar dapat mendekati manfaat instrumen-instrumen keuangan jangka pendek dan menengah, dan dapat mengurangi distorsi di antara instrumen-instrumen keuangan.

Status terakhir reformasi program pensiun adalah penangguhan pengundangan UU reformasi jaminan pensiun (PFRDA Bill) sedikitnya telah menghilangkan kesempatan peserta program jaminan pensiun menikmati bunga tinggi (14%-29% pertahun) karena ketentuan bunga tetap 8%. Selama menanti pengundangan, berbagai inisiatif untuk meminimalkan kelanjutan tekanan finansial, pemerintah telah menyepakati beberapa hal berdasarkankesepakatan dengan berbagai pihak seperti pemerintah daerah: 1) melaksanakan petunjuk investasi untuk non-government provident fund yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan pada tahun 2007 yaitu setingi-tinginya equity 5%, equity-linked mutual funds 10% dan 85% dalam instrumen pinjaman, dan 2) pengelola dana hanya dibatasi pada sekuritas milik pemerintah.

6. Kesimpulan & pelajaran Berharga

Sistem jaminan sosial India adalah contoh menarik pergulatan sebuah negara berkembang berpenduduk besar dan berada di ambang transisi kependudukan menuju penduduk tua dalam menyelamatkan dan sekaligus memperluas penyelenggaraan program perlindungan pendapatan warga negaranya. Sebagai sebuah negara yang sedang mengalami proses transisi ekonomi bertransformasi dari negara agraris menuju industri, banyak hal yang dapat dipelajari untuk pengembangan sistem jaminan sosial di Indonesia. Perbaikan ekonomi,

Page 31: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

pendidikan dan kesehatan mempengaruhi struktur kependudukan yang selanjutnya berdampak pada pembangunan sistem jaminan sosialnya. Namun, perbaikan ini belum mampu menjawab sepenuhnya permasalahan besarnya jurang antara penduduk yang bekerja di sektor perekonomian formal dan informal serta tingginya angka penduduk miskin sehingga sangat menarik untuk disimak kiat-kiat pemerintah India dalam menyelenggarakan program jaminan sosial bagi kedua kelompok yang berbeda tersebut. Di bawah ini diuraikan berbagai faktor yang dapat dipelajari dari India untuk memperkaya wawasan dalam membangun sistem jaminan sosial Indonesia.

(1) Pembangunan sistem

Perjalanan sejarah pembentukan. Pembangunan sistem jaminan sosial India telah berlangsung secara berkelanjutan lebih dari 1 abad. Sistem yang dibangun pada masa itu terkait dengan program industrialisasi di masa kolonial dan program jaminan kecelakaan kerja adalah program pertama yang dikenalkan di India. Selanjutnya di masa pasca kemerdekaan, pembangunan program jaminan sosial India terus dikembangkan. Program-program yang dibangun sangat dipengaruhi oleh kondisi kependudukan dan pola ketenagakerjaan di samping tetap dipengaruhi oleh riwayat sejarah pendiriannya sejak masa pemerintah kolonial. Penyelenggaraan program jaminan sosial India terintegrasi dengan program-program ketengakerjaan lainnya seperti pemenuhan kewajiban-kewajiban pengusaha terhadap pekerjanya dan terintegrasi pula dengan program bantuan sosial dan kesejahteraan sosial Pemerintah. Hal ini disebabkan terutama oleh jumlah pekerja formal yang sangat terbatas dan jumlah penduduk miskin yang tinggi yang kemudian mengakibatkan pembiayaan program jaminan sosial tidak dapat sepenuhnya bergantung pada iuran peserta. Akibatnya, kombinasi model jaminan sosial Bismarckian dan Beveridge yang terintegrasi dengan program bantuan sosial adalah satu hal yang tidak terhindarkan bahkan menjadi satu prasarat keberlangsungan penyelenggaraan program.

Karakteristik. Riwayat penyelenggaraan program jaminan sosial India mencerminkan pendekatan sektoral mengikuti tempat kerja. Strategi ini dilanjutkan hingga saat ini untuk perluasan program yang mampu menjangkau masyarakat luas. Berbagai UU baru dibentuk untuk memayungi perluasan penyelenggaraan program bagi kelompok-kelompok pekerjaan. Kebebasan yang dimiliki oleh Pemerintah Negara Bagian dan Pemerintah Daerah Otonom untuk menyelenggarakan program jaminan sosial lokal semakin memperparah fragmentasi sistem jaminan sosial India. Akibatnya, sistem yang dibentuk bercirikan segmentatif, sektoral, fragmentatif dan berlapis.

Prinsip penyelenggaraan. Prinsip-prinsip penyelenggaraan program jaminan sosial India bergantung pada mekanisme penyelenggaraannya dan pembiayaannya. Program jaminan sosial pekerja formal mencerminkan prinsip penyelenggaraan asuransi sosial, sementara program jaminan sosial pekerja informal bercirikan bantuan sosial. Pengimplementasian prinsip asuransi sosial belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Kepesertaan yang terkotak-kotak sesuai kelompok pekerjaan menyebabkan gotong-royong terbatas hanya pada peserta dalam suatu kelompok. Ketiadaan kordinasi manfaat antara program-program jaminan

Page 32: Lap Perjalanan India 17nop08

�0

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

menyebabkan keberlanjutan pemberian manfaat lintas wilayah maupun lintas pekerjaan sulit dipenuhi. Selain itu, kordinasi antara program pensiun dengan program jaminan kesehatan belum dibangun, sehingga keberlanjutan program jaminan kesehatan di masa pensiun bagi peserta dan keluarganya belum tercipta.

Prinsip penyelenggaraan nir laba sangat kuat dibangun dan tercermin dengan baik pada tatakelolanya. Badan penyelenggara adalah badan administrasi publik bukan badan usaha sehingga dana yang dikumpulkan dengan paksa dari peserta terjamin sebagai dana milik peserta. Badan penyelenggara tidak dibebani kewajiban membayar pajak dan seluruh hasil pengembangan dana dikembalikan kepada peserta. Pemerintah turut membiayai belanja badan penyelenggara.

Jangkauan. India memperlihatkan sebuah pengalaman berharga bahwa perluasan jangkauan program jaminan sosial dengan pendekatan sektoral, fragmentatif dan kepesertaa sukarela berlangsung sangat lambat. Saat ini kurang dari 15% penduduk India terlindungi oleh program jaminan sosial dan sebagian besar peserta adalah pekerja formal. Pendekatan lokal yang bercirikan pembangunan dari bawah (bottom-up) untuk menjangkau penduduk berpenghasilan rendah dan pekerja di sektor perekonomian informal menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pemerintah India menyadari kendala ini dan sekarang sedang mengupayakan pembangunan sistem jaminan sosial yang terpadu. Pemerintah telah berinisiatif membentuk sebuah payung hukum bagi sistem jaminan sosial, namun sulit sekali untuk direalisasikan. RUU program jaminan sosial bagi pekerja di sektor informal sedang dirumuskan.

Keberlanjutan. Sistem jaminan sosial India terancam untuk tidak berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar prinsip-prinsip jaminan sosial tidak dipenuhi. Regulasi yang fragmentatif dan sektoral membatasi pilihan masyarakat dan tidak menjamin tersedianya program jaminan sosial yang berkelanjutan baik lintas wilayah maupun lintas kelompok pekerjaan. Di samping itu, penyelenggaraan program jaminan sosial untuk sekelompok kecil peserta menimbulkan biaya administrasi yang tinggi dan semakin mempersulit penyelenggaraan program jaminan sosial. Tingginya jumlah kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan tingginya jumlah pekerja di sektor informal mempersulit perluasan jangkauan dan kualitas program jaminan sosial. Untuk program jaminan pendapatan hari tua, selain faktor-faktor yang telah disebutkan, keberlanjutan program terancam pula oleh rendahnya hasil pengembangan dana dan perpanjangan masa pensiun karena peningkatan usia harapan hidup. Perlindungan pekerja atas pelayanan kesehatan baru sebatas perlindungan di usia kerja dan belum ada mekanisme yang menjamin keberlangsungan program jaminan kesehatan bagi pekerja yang memasuki usia pensiun.

Untuk mengatasi ancaman ini, pemerintah melakukan berbagai upaya penyelamatan yang sekaligus disertai dengan upaya perluasan cakupan ke seluruh penduduk. Pemerintah sedang membentuk rancangan undang-undang untuk mengatur secara terpadu program jaminan sosial bagi pekerja sektor informal beserta keluarganya. Reformasi program jaminan pendapatan hari tua tengah dirumuskan untuk mengatasi

Page 33: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

tekanan-tekananfinansialakibatperubahanstrukturdemografidanuntukmendapatkanhasil pengembangan usaha yang lebih baik. Sistem manajemen informasi untuk mengintegrasikan program perlindungan pendapatan hari tua tengah dikembangkan. Peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan terus dilakukan untuk mendekatkan fasilitas kesehatan ke peserta dan keluarganya.

(2) Peran Pemerintah

Pemerintah India berperan sangat fundamental dalam pembangunan sistem jaminan sosial. Program jaminan sosial India dapat dikatakan bercirikan program inisiatif Pemerintah (government-sponsored social security schemes). Departemen Tenaga Kerja adalah lembaga pemerintah yang utama dan bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan program jaminan sosial. Pemerintah berperan multifungsi mulai dari perumus kebijakan, pendanaan, penyelenggara dan pengawas. Pemerintah Pusat mengembangkan program jaminan sosial bagi pekerja formal dengan pendekatan sentralistik (top down), sementara pengembangan program bagi pekerja sektor informal lebih bersifat lokal dengan mengikutsertakan pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah otonom.

Pemerintah India sangat berperan dalam pendanaan program jaminan sosial. Dana pemerintah yang bersumber dari pendapatan negara dikelola untuk memenuhi hak konstitusional warga negaranya. Pendanaan jaminan sosial dari anggaran negara tidak semata-mata hanya untuk memenuhi kewajiban pemerintah sebagai pemberi kerja pegawai negeri sipil (PNS) dengan membayar iuran jaminan sosial PNS atau untuk mengalokasikan subsidi bagi penyelenggaraan program bantuan sosial bagi kelompok masyarakat miskin. Untuk menjamin terciptanya keadilan bagi seluruh masyarakat, pemerintah turut membayar iuran pekerja secara proporsional untuk program pensiun (EPFO) dan turut membiayai belanja program jaminan kesehatan pekerja (ESIC). Pemerintah juga memberikan insentif pemotongan pajak bagi pengusaha terhadap iuran yang dibayarkan oleh pengusaha untuk provident fund – EPFO beserta bunganya. Di samping itu, pemerintah mengalokasikan pendapatan negara dari pajak-pajak tertentu bagi perluasan program jaminan sosial bagi pekerja di sektor perekonomian informal.

(3) Peran pemangku kepentingan dan edukasi publik

Keterlibatan pemangku kepentingan dalam membangun program jaminan sosial disalurkan secara formal dalam Asosiasi Jaminan Sosial. Asosiasi ini tidak semata-mata beranggotakan badan penyelenggara atau akademisi namun berbagai unsur masyarakat baik lembaga maupun perorangan dapat menjadi anggota perkumpulan. Asosiasi melakukan kajian-kajian di bidang jaminan sosial untuk membantu pemerintah membangun sistem jaminan sosial yang berbasis pengetahuan, data dan informasi. Forum terbuka untuk dialog konstruktif disediakan oleh Asosiasi untuk merumuskan pengembangan sistem. Publikasi dikembangkan untuk penyebarluasan informasi dan edukasi publik. Di samping peran asosiasi yang lebih diminati oleh mereka yang

Page 34: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

berpendidikan tinggi, pemerintah juga melakukan edukasi publik bersama organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat luas yang pada umumnya berpendidikan rendah.

(4) Program Jaminan Kesehatan dan Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Penyelenggaraan program jaminan kesehatan India masih tertuju pada perluasan kepesertaan. Untuk menjangkau penduduk seluas-luasnya, pemerintah mengimplementasikan strategi iuran rendah dan manfaat terbatas. Berbagai inisiatif dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah negara bagian maupun pemerintah daerah otonom dalam membangun program jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja. Program-program yang dikembangkan sangat beragam dan tidak ada standar baku yang harus dipedomani. Perluasan cakupan program dengan pendekatan yang terfragmentasi belum mampu melindungi seluruh penduduk India dan belum mampu memberikan pelayanan yang seragam. Prinsip gotong-royong baru tercapai sebatas kelompok peserta begitu pula dengan prinsip ekuitas dan portabilitas sulit untuk diimplementasikan.

Sebagian kecil penduduk yang beruntung yaitu pekerja sektor perekonomian formal beserta keluarganya telah dilindungi oleh program jaminan kesehatan yang terpadu dengan program jaminan kecelakaan kerja yang dikelola oleh ESIC. Kedua program ini secara terpadu memberikan peserta dan keluarganya pelayanan kesehatan diiringi dengan santunan pendapatan selama perawatan akibat sakit atau kecelakaan baik disebabkan oleh pekerjaan atau bukan. Program juga memberikan santunan penguburan walaupun baru sebatas santunan bagi peserta. Data terakhir menunjukkan kecukupan dana walaupun iuran yang dibayarkan oleh peserta relatif rendah. Hal ini tidak mengherankan karena sebagian besar peserta ESIC adalah pekerja aktif yang berusia muda dan relatif sehat sehingga pemanfaatan pelayanan kesehatan relatif rendah, jenis penyakit terutama penyakit non degenaratif dan akut yang tidak memerlukan tekonologi kesehatan yang relatif tinggi sehingga berbiaya rendah.

Mekanisme pembayaran fasilitas pelayanan kesehatan masih sangat sederhana yaitu dengan metoda penggantian biaya (fee for services). Literatur dan wawancara mengesankan bahwa belum tampak pengaruh nyata program jaminan kesehatan khususnya mekanisme pembayaran terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan atau peningkatan pemerataan kualitas pelayanan kesehatan.

Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah perlindungan terhadap pekerja perempuan selama hamil dan melahirkan bagi peserta ESIC Act, 1948 dan peserta Maternity Benefit Act, 1961. Program jaminan kesehatan India sejak masa kolonial telah mengintegrasikan program kesehatan reproduksi dengan perlindungan keberlangsungan pendapatan. Kebijakan ini tidak saja berfungsi untuk mengatasi masalah gender di lingkungan kerja, namun juga untuk menjamin kesehatan ibu dan anak yang pada akhirnya dapat berperan langsung pada penurunan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi.

Page 35: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Selain program ESIC, kordinasi manfaat program-program jaminan sosial belum sepenuhnya ditata. Program jaminan kesehatan dilaksanakan berbasis tempat kerja sehingga pekerja-pekerja yang memasuki masa pensiun akan kehilangan haknya atas perlindungan kesehatan. Sistem jaminan sosial India belum memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan program jaminan pendapatan hari tua dengan program jaminan kesehatan. Dengan demikian, penduduk India terancam menderita kemiskinan di hari tua karena ketiadaan perlindungan pendapatan ketika sakit dan harus membiayai sendiri belanja pengobatannya di saat terjadi peningkatan resiko penyakit di usia tua.

(5) Program Jaminan Pendapatan Hari Tua

Seperti halnya program jaminan kesehatan, program jaminan pendapatan hari tua India juga menghadapi kendala yang diakibatkan oleh fragmentasi regulasi, jangkauan rendah dan hasil pengembangan dana rendah. Pembangunan program jaminan pendapatan hari tua yang secara tradisional dan tertuju pada pekerja sektor formal menyebabkan akses pekerja di sektor informal terhadap program ini sangat terbatas.

India belum sepenuhnya mampu secara komprehensif menyelenggarakan ketiga pilar program pendapatan hari tua, yaitu pensiun negara (state-financed pension) yang terutama ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan (pilar 1), program jaminan pendapatan hari tua wajib (pilar 2) dan program pendapatan hari tua sukarela (pilar 3). Secara keseluruhan hanya 12% pekerja memiliki program pensiun. Program pilar pertama hanya dinikmati oleh sedikit penduduk yaitu penduduk miskin berusia di atas 65 tahun dan pegawai negeri sipil dengan program pay as you go (the defined benefit scheme). Pilar kedua dinikmati oleh pekerja formal. Pemerintah telah mengembangkan program pensiun sukarela bagi masyarakat luas, namun jangkauannya sangat terbatas. Pemerintah juga mengembangkan program jaminan hari tua (provident fund) bagi masyarakat luas yaitu public provident fund (PPF). PPF adalah program iuran pasti dengan tingkat pengembalian pasti. Pemerintah mengelola PPF dan mensubsidi pajak investasi. Peserta mencapai 3,5 juta orang. Program pilar ketiga sangat restriktif sehingga sedikit sekali pekerja yang mampu memilikinya.

Struktur demografi India belummenunjukkan penduduk tua, namun jumlahnya yangbesar tetap mengharuskan pemerintah untuk terus-menerus menyempurnakan program jaminan pendapatan hari tua sekaligus memperluas jangkauannya hingga mencakup seluruh pekerja. Saat ini gejala transisi kependudukan menuju penduduk tua sudah dimulai karena tingkat pertumbuhan penduduk tua 3,8% pertahun, dua kali lipat dari tingkat pertumbuhan penduduk yang hanya tumbuh 1,8% pertahun.

Masalahtekananfinansialadalahancamannyataprogramini.Programpensiunpegawainegerisipiltumbuhlebihtinggidariinflasi.Indektasiterhadapupahdaninflasidisertaipemanjangan usia harapan hidup membuat program pensiun manfaat pasti ini semakin tertekan. Masalah ketidakcukupan dana sangat jelas terjadi pada pemerintahan daerah, banyak daerah membayar dana pensiun terlambat bahkan ada beberapa daerah telah

Page 36: Lap Perjalanan India 17nop08

�4

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

memangkas manfaat dana pensiun. Masalah ini membuktikan bahwa sulit menjamin program manfaat pasti bila terjadi ketidakcukupan atau ketiadaan dana. Masalah finansial yang dihadapi oleh program jaminan hari tua (employees’ provident fund) adalah penarikan dana sebelum jatuh tempo (pre-mature withdrawal). Penarikan dini menyebabkan dana yang terakumulasi tidak cukup untuk memenuhi tujuan penyediaan pendapatan di hari tua. Pemerintah India telah melakukan konversi program hari tua (provident fund) - program manfaat pasti, menjadi program jaminan pensiun wajib - program iuran pasti, bagi pekerja sektor swasta pada tahun 1995, suatu terobosan nyata terhadap program yang dikelola oleh EPFO.

7. rekomendasi & Saran bagi Indonesia

Merujuk pada hasil-hasil dialog dan telaah pembangunan sistem jaminan sosial India, berikut ini disampaikan rekomendasi dan saran bagi penyelesaian agenda-agenda reformasi jaminan sosial Indonesia sebagaimana ketentuan UU SJSN Tahun 2004:

(1) UU SJSN Tahun 2004, Indonesia Satu Langkah di Muka

Indonesia berada satu langkah di muka dalam mengatasi fragmentasi, segmentasi dan ketidakadilan penyelenggaraan program jaminan sosial bagi warga negaranya setelah diundangkannya UU SJSN Tahun 2004. Sebaliknya, India masih harus memperjuangkan ketersediaan sebuah payung hukum bagi seluruh program-program jaminan sosialnya yang terpecah-pecah dan terbatas. Namun, ketiadaan payung hukum tunggal tidak menghambat pemerintah India merumuskan skenario-skenario penyempurnaan penyelenggaraan program dan perluasan program beserta pengimplementasiannya. Bercermin dari kondisi India, dengan adanya UU SJSN Tahun 2004 Indonesia memiliki peluang yang jauh lebih besar dan lebih mudah untuk mengoreksi penyelenggaraan program jaminan sosialnya menuju sistem yang satu, utuh dan terpadu. Pemerintah Indonesia hendaknya:

1) segera merumuskan dan menyepakati skenario, desain dan aksi nyata untuk: 1) penyelamatan penyelenggaraan program jaminan sosial yang prakteknya bertentangan dengan prinsip-prinsip jaminan sosial, 2) perluasan kepesertaan dan 3) perbaikan dan peningkatan manfaat;

2) segera menuangkan skenario, desain dan aksi tersebut ke dalam peraturan pelaksanaan yang koheren dan operasional di lapangan;

Page 37: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Tabel 4. Daftar Peraturan Pelaksanaan UU SJSN Tahun 2004 yang Harus Disele-saikan Sebelum Masa Peralihan Berakhir

Peraturan Perundangan Substansi

RUU BPJS • Mengoreksi pendirian, bentuk badan hukum, model tata kelola (governance)

• Mengatur proses peralihan penyelenggaraan• Mengatur hubungan kelembagaan antara BPJS dengan pemangku kepentingan (pemerintah dan bukan pemerintah)

RPP Jaminan Pensiun, RPP Jaminan Hari Tua, RPP Jaminan Kecelakaan Kerja, RPP Jaminan Kematian, RperPres Jaminan Kesehatan

• Mengoreksi penyelenggaraan program (reformasi program)• Memperluas jangkauan • Mengatur peran masing-masing pemangku (peserta, pemberi kerja, pemerintah)

• Mengatur mekanisme peralihan tentang penyelenggaraan program menuju pemenuhan ketentuan UU SJSN tahun 2004

RPP Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial

• Mengatur kewajiban pemerintah dan tata kelola program jaminan sosial yang terintegrasi dengan program bantuan sosial

RPP Pengelolaan Dana Jaminan Sosial

• Mengatur mekanisme pengelolaan dana jaminan sosial• Mengatur norma, standar dan prosedur pengelolaan dana jaminan sosial

• Mengatur harmonisasi instrumen investasi jangka panjang dengan investasi jangka pendek dan menengah serta instrumen pajak untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

• Mengatur sanksi• Mengatur mekanisme peralihan tentang pengelolaan dana dari mekanisme lama menuju pemenuhan ketentuan UU SJSN tahun 2004

Page 38: Lap Perjalanan India 17nop08

�6

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

(2) Menetapkan Kembali Peran Pemerintah

Indiamemperlihatkan peran pemerintah yang sangat signifikan dalam pembangunanprogram jaminan sosial baik hal terkait penyelenggaraan maupun pendanaan. Sebaliknya, peletakan pengaturan penyelenggaraan program-program jaminan sosial Indonesia dalam kerangka UU Badan Usaha Milik Negara dan UU Perseroan Terbatas memaksa terjadinya penyimpangan penyelenggaraan program bersumber dana publik yang bertentangan dengan prinsip-prinsip jaminan sosial. UU SJSN Tahun 2004 mengoreksi penyimpangan ini namun aksi nyata masih harus ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan pelaksanaan UU SJSN Tahun 2004 beserta proses harmonisasi dengan peraturan perundangan terkait lainnya. Dari India, beberapa masukan yang dapat dipertimbangkan adalah pemerintah beserta DJSN:

1) Menetapkan kembali peran dan fungsi pemerintah dalam menjamin terciptanya keadilan sosial (redistribusi pendapatan dan perlindungan kehilangan pendapatan) melalui penyelenggaraan program jaminan sosial.

2) Menetapkan kembali fungsi pembina dan pengawas (stewardship function).

3) Menetapkan kembali lembaga-lembaga dan hubungan antar kelembagaan terkait penyelenggaraan program jaminan sosial.

4) Merumuskan kebijakan SJSN dengan mempertimbangkan berbagai aspek terkait terutama ketenagakerjaan dan UU Tenaga Kerja, transisi ekonomi, transisi kependudukan, harapan masyarakat, dll.

5) Merumuskan sinergi antara program jaminan sosial dengan rejim pajak serta memberikan insentif-insentif perpajakan yang dapat mendorong percepatan pembangunan jaminan sosial dan meningkatkan kepercayaan masyarakat atas instrumen finansial jangkapanjang terkait program perlindungan pendapatan hari tua.

6) Merumuskan sinergi antara program jaminan kesehatan dengan program kesehatan masyarakat serta penanganan isu-isu gender.

(3) Kiat-Kiat Penyelamatan dan Perluasan Program

Menyimak pengalaman India, pembangunan sistem jaminan sosial Indonesia disarankan untuk dibangun dengan pilihan strategi sebagai berikut:

1) Pengimplementasian UU SJSN Tahun 2004 hendaklah diwujudkan sebagai pembangunan sebuah sistem jaminan sosial yang utuh dan terpadu bagi seluruh kelompok penduduk, harmonisasi peraturan perundangan terkait perlu segera dilakukan untuk mengatasi fragmentasi regulasi.

2) Desain utama pembangunan sistem (regulasi, kelembagaan, manajemen penyelenggaraan, kepesertaan) jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

Page 39: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

hendaknya terintegrasi dengan baik untuk mencegah terjadinya fragmentasi dan segmentasi kepesertaan yang ditimbulkan oleh penahapan perluasan kepesertaan.

3) Mekanisme penyelenggaraan dan koordinasi manfaat-manfaat program jaminan sosial perlu diatur dengan jelas dalam peraturan pelaksanaan program (PERATURAN PEMERINTAH dan PERATURAN PRESIDEN) untuk menjamin terpenuhinya prinsip protabilitas lintas wilayah, lintas pekerjaan dan lintas masa kerja (masa bakti dan masa purna bhakti).

4) Sistem manajemen informasi perlu segera dibangun untuk mengintegrasikan seluruh peserta serta mengintegrasikan sistem jaminan sosial dengan dengan program-program lainnya seperti keimigrasian, kependudukan, perpajakan.

5) Program jaminan kesehatan perlu dirumuskan dengan lebih rinci terutama mekanisme penyelenggaraan oleh berbagai badan penyelenggara dan mekanisme pembayaran fasilitas kesehatan mengingat struktur penduduk Indonesia tengah menuju penduduk tua, penggunaan teknologi kesehatan terbarukan semakin meningkat, inflasi biayakesehatan sangat tinggi, penyebaran fasilitas kesehatan sangat tidak merata dan permasalahan kesehatan masyarakat tinggi.

6) Penyelamatan program jaminan pendapatan hari tua yang tengah diselenggarakan harus segera dilakukan dan perluasan kepesertaannya perlu segera diwajibkan kepada seluruh penduduk mengingat transisi kependudukan Indonesia telah menunjukkan penduduk tua dalam waktu sekitar 10 tahun.

7) Pembangunan program jaminan pendapatan hari tua sebagai salah satu instrumen keuangan jangka panjang perlu disertai dengan pembenahan pasar kerja untuk terjaminnya keberlangsungan mengiur, penyesuaian rejim pajak serta penguatan mata uang dan pengendalian inflasi untuk menciptakan hasil pengembangan yang lebihmenarik dan meningkatkan kepercayaan publik.

(4) Asosiasi Jaminan Sosial Indonesia

Perlu membangun forum perkumpulan kemasyarakatan resmi bagi pemangku kepentingan untuk mempromosikan SJSN, misalnya memperluas keanggotaan dan peran AAJSI (Asosiasi Asuransi dan Jaminan Sosial Indonesia).

Page 40: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

1. Employees’ State Insurance Corporation, Annual Report 2006-2007

2. Materi Presentasi the Ministry of Labour and Empowerment (MoLE) of India, Employ-ment Provident Fund Organization (EPFO), Employees State Insurance Cooperation (ESIC) dan Social Security Association of India (SSAI) pada kunjungan Kerja Delegasi DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial di India tanggal 17-19 November 2008.

3. Social Security Association of India, Indian Journal of Social Security, Vol. 9 No. 1, June 2008

4. Statistic of the Human Development Report 2007/2008, UNDP, http://hdr.undp.org/en/statistics/

5. The Ministry of Labour and Employment, Government of India, Annual Report 2007-08

Daftar pustaka

Page 41: Lap Perjalanan India 17nop08

��

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Lampiran 1: jadwal & Topik Diskusi

No. Institusi & Jadwal Kunjungan Topik Diskusi

1. The Ministry of Labour and Employment (MoLE)Senin, 17 November 200810:30 – 12:30Pembicara :Mr. S.K. Krishnan, Sekretaris Khusus

Latar belakang, program, penyelenggara, pembiayaan, dan cakupan jaminan sosial

2. Social Security Association of India (SSAI)Selasa, 18 November 200810:30 – 12:30Pembicara:Mr. N. Byas, Peneliti

Peraturan dan fungsi asosiasi sosial masyarakat dalam mempromosikan pengembangan jaminan sosial

3. Employees State Insurance Cooperation (ESIC)

Rabu, 19 November 200811:00 – 12:00 Pembicara:Mr. P. R. Bharadwa

Administratur program Jaminan Kesehatan dan Jaminan Kecelakaan Kerja bagi pegawai swasta

4. Employment Provident Fund Organization (EPFO)Rabu, 19 November 2008 14:00 – 16:00 Pembicara:Mr. Viswanathan, Komisaris

Administratur program Jaminan Hari tua bagi pegawai swasta

Page 42: Lap Perjalanan India 17nop08

40

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

Lampiran 2:Statistik pembangunan Manusia

No. Indicators Indonesia India China1. Human Development Index

Human development index value, 2005 0.728 0.619 0.777

Life expectancy at birth, annual estimates (years), 2005

69.7 63.7 72.5

Adult literacy rate (% aged 15 and older), 1995-2005

90.4 61.0 90.9

Combined gross enrolment ratio for primary, secondary and tertiary education (%), 2005

68.2 63.8 69.1

GDP per capita (PPP US$), 2005 3,843 3,452 6,757

Population, total (thousands), 2004 226,063 1,134,403 1,312,979

Fertility rate, total (births per woman), 2000-05 2.4 3.1 1.7

Under-five mortality rate (per 1,000 live births), 2005

36 74 27

Net primary enrolment rate (%), 2004 96 89 ...

2. Human Development Index (trend), 2005 0.728 0.619 0.777

3. Human and income poverty: development countries

Human Poverty Index (HPI-1) value (%) 18.2 31.3 11.7

Probability at birth of not surviving to age 40 (% of cohort), 2000-05

8.7 16.8 6.8

Adult illiteracy rate (% aged 15 and older), 1995-2005

9.6 39.0 9.1

Population not using an improved water source (%), 2004

23 14 23

Children underweight for age (% under age 5), 1996-2005

28 47 8

Population living below $1 a day (%), 1990-2005

7.5 34.3 9.9

Population living below $2 a day (%), 1990-2005

52.4 80.4 34.9

Population living below the national poverty line (%), 1990-2004

27.1 28.6 4.6

Page 43: Lap Perjalanan India 17nop08

4�

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

No. Indicators Indonesia India China4. Demographic trend

Population, total (millions), 2005 226.1 1,134.4 1,313.0

Population, total (millions), 2015 251.6 1,302.5 1,388.6

Population, annual growth rate (%), 1975-2005 1.7 2.0 1.2

Population, annual growth rate (%), 2005-15 1.1 1.4 0.6

Population, urban (% of total population), 2005 48.1 28.7 40.4

Population, urban (% of total population), 2015 58.5 32.0 49.2

Population under age 15 (% of total population), 2005

28.4 33.0 21.6

Population under age 15 (% of total population), 2015

24.9 28.7 18.5

Population aged 65 and older (% of total population), 2005

5.5 5.0 7.7

Population aged 65 and older (% of total population), 2015

6.6 5.8 9.6

Fertility rate, total (births per woman), 2000-05 2.4 3.1 1.7

5. Commitment to health: resources, access and services

Public expenditure on health (% of GDP), 2004 1.0 0.9 1.8

Private expenditure on health (% of GDP), 2004

1.8 4.1 2.9

Health expenditure per capita (PPP US$), 2004

118 91 277

Lampiran 2: Statistik pembangunan Manusia (lanjutan)

Page 44: Lap Perjalanan India 17nop08

4�

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

No. Indicators Indonesia India China6. Survival: progress and setback

Life expectancy at birth, quinquennial estimates (years), 2000-05

68.6 62.9 72.0

Infant mortality rate (per 1,000 live births), 2005

28 56 23

Under-five mortality rate (per 1,000 live births), 2005

36 74 27

Probability at birth of surviving to age 65, female (% of cohort), 2000-2005

75.8 66.1 80.9

Probability at birth of surviving to age 65, male (% of cohort), 2000-2005

68.1 57.4 73.8

Maternal mortality ratio, reported (per 100,000 live births), 1990-2004

310 540 51

Maternal mortality ratio, adjusted (per 100,000 live births), 2000

420 450 45

7. Economic Performance

GDP (current US$ billions), 2005 287.2 805.7 2,234.3

GDP, PPP (current international $ billions), 2005

847.6 3,779.0 8,814.9

GDP per capita (US$), 2005 1,302 736 1,713

GDP per capita, PPP (2005 international $), 2005

3,843 3,452 6,757

GDP per capita, annual growth rate (%), 1975-2005

3.9 3.4 8.4

GDP per capita, annual growth rate (%), 1990-2005

2.1 4.2 8.8

Consumer price index, average annual change in (%), 1990-2005

13.3 7.2 5.1

Consumer price index, average annual change in (%), 2004-2005

10.5 4.2 1.8

Lampiran 2: Statistik pembangunan Manusia (lanjutan)

Page 45: Lap Perjalanan India 17nop08

4�

Kunjungan Kerja Delegasi Pemerintah Indonesia & DJSN ke Institusi-institusi Jaminan Sosial India New Delhi, 17 - 19 November 2008

No. Indicators Indonesia India China8. Unemployment and informal sector

Unemployed people (thousands), 1996-2005 10,854 16,634 8,390

Unemployment rate Total (% of labour force), 1996-2005

9.1 4.3 4.2

Unemployment rate (female rate as % of male rate), 1996-2005

155 100 ...

Employment, total (thousands), 1996-2005 94,948 308,760 737,400

Employment in agriculture (% of total employment), 1996-2005

44 67 44

Employment in industry (% of total employment), 1996-2005

18 13 18

Employment in services (% of total employment), 1996-2005

38 20 16

Survey year, 1990-2004 1998 2000 ...

Employment in non-agricultural informal sector, both sexes (% of non-agricultural employment), 1990-2004

78 56 ...

Employment in non-agricultural informal sector, female (% of non-agricultural employment), 1990-2004

77 57 ...

Employment in non-agricultural informal sector, male (% of non-agricultural employment), 1990-2004

78 55 ...

Sumber: Statistic of the Human Development Report 2007/2008, UNDP, http://hdr.undp.org/en/statistics/

Lampiran 2: Statistik pembangunan Manusia (lanjutan)

Page 46: Lap Perjalanan India 17nop08