lap. jar test parwoto
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM JAR TEST
TUJUANAdapun tujuan dari praktikum yang telah kami laksanakan yaitu:
1. Untuk mencari/menentukan dosis alum sulfat optimum, alkali optimum, dosis kaporit pada desinfeksi dan kadar lumpur dari sampel air baku untuk pengolahan air bersih
2. Untuk mengetahui alat, bahan, serta cara kerja yang baik dalam penggunaan jar test.
II.1. PENDAHULUANSebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air
permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan olah adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain adalah kwartz, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat terterntu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau sesuatu polielektrolis organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap.Untuk menentukan dosis yang optimal flokulan dan nilai-nilai parameter lain seperti pH, jenis flokulan yang akan digunakan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan jar test. Jar test merupakan model sederhana proses flokulasi.
Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi pada proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan dilakukan dengan tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalisasi proses–proses koagulasi, flokulasi, dan perjernihan serta bagi para engineer dalam merancang bangunan instalasi pengolahan air baku/memperbaiki instalasi yang ada.
Jar test memberikan data yang mengenai kondisi optimum untuk parameter–parameter proses seperti :
a. Dosis koagulan dan koagulan pembantub. pHc. Metode pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan(pada atau di
bawah permukaan air, pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan atau berurutan, lokasi pembubuhan relatif terhadap peralatan pengadukan, dan lain-lain).
d. Kepekatan larutan kimia.e. Waktu dan intensitas pengadukan cepat dan pengadukan lambat (Flokulasi).f. Waktu penjernihan.
Untuk Jar Test penetapan standarisasi dan prosedur tetap merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil – hasil yang mempunyai arti.
Terpisah dari parameter–parameter proses yang disebutkan di atas, variabel–variabel berikut ini harus dimonitor dan dikontrol yaitu seperti :a. Temperature air di dalam gelas beaker glass (jar).b. Kekeruhan, warna, dan alkalinitas air baku dan air yang telah diolah.c. Metode pengeluaran contoh sample air.d. Peralatan percobaan laboratorium dan prosedur analida laboratorium.
Pada instalasi pengolahan yang ada, jar test terutama digunakan untuk menentukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku, khususnya dosis bahan kimia yang tepat, sementara untuk parameter proses lainnya, kondisi aktual dalam instalasi pengolahan distimulasikan.
Berbagai tabung Jar Test, memungkinkan untuk menyelidiki perbandingan terhadap kondisi–kondisi yang berbeda, untuk suatu variabel proses yang spesifik. Dalam rangka memonitor pengaruh variasi suatu parameter proses tertentu pada proses–proses koagulasi, flokulasi, dan penjernihan parameter–parameter lainnya harus dibuat sama pada semua tabung yang digunakan dalam studi perbandingan.
Koagulasi dan flokulasi merupakan hasil penambahan alum kedalam air baku, dibawah kondisi pengadukan cepat/pengadukan lambat yang berurutan. Alum sulfat bersifat asam, maka dengan menambahkan bahan kimia ini kedalam air baku, khususnya kapasitas penyangganya. pH dapat berpengaruh secara kuat terhadap proses koagulasi/flokulasi dan sedimentasi, pH dapat diatur dengan penambahan sejumlah bas tertentu.
II.2.1. PRINSIP JAR TEST
Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila:
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan partikel-partikel adalah setanda (biasanya negative), sehingga ada repulse elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.
Dalam pembubuhan flokulan seperti disebutkan di atas, maka stabilitas tersebut akan terganggu karena:
1. Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air; molekul-molekul ini dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena
sebagian molekul Al bermuatan positif sedangkan koloid biasanya bermuatan negative (pada pH 5 sampai 8).
2. Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al (OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah. Proses ini umumnya paling efisien.
Tawas (bahasa Inggris: Alum) dapat terdiri dari:- Al2(SO4)3.11H2O, atau --- .14H2O, atau --- .18H2O, komposisi tawas sebagai
hasil tambang adalah Al2(SO4)3 ± 14 H2O, Kristal dengan mutu p.a bersifat 18H2O
- AlK(SO4)3.xH2O
Kalau garam tersebut dimasukkan dalam air, maka akan terbentuk:- Molekul yang terlarut; pada pH<7: Al(OH)2+, Al(OH)2
4+, Al2(OH)24+ dan pada
pH>7: Al(OH)4-
- Flokflok Al(OH)3 yang mengendap berwarna putih. Supaya proses tersebut efisien, flokflok harus terbentuk dengan baik. Yaitu melalui pengadukan yang cukup lama kirakira 15 menit. Proses pembentukan flok-flok ini yang berlangsung pada pH 6 sampai 8 dan disebut flokulasi
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah:1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit; 100 rpm) bila perlu
juga pembubuhan bahan kimia (sesaat) untuk koreksi pH2. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (15 menit; 20 rpm).
Pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk3. Pengapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui
sedimentasi (15 menit atau 30 menit; 0 rpm)Hidrolis atom Al dalam air menurut reaksi umum adalah sebagai berikut:
Al2(SO4)3 + 6 H2O 2Al(OH)3 + 6H+ + SO42-
II.2.2. PRINSIP ANALISA ZAT (PADAT) TERENDAP ANALISA MENURUT IMHOFF
Zat (Padat) terendap dipisahkan dari air dan dari zat yang tetap tersuspensi dengan cara pengendapan dalam keadaan tenang selama 1 jam. Zat (padat) terendap dapat dinyatakan dalam satuan volum yaitu ml volum zat yang terendap dibagi volum sampel atau dalam satuan berat yaitu mgl zat (padat) dalam endapan. Bila perlu, waktu pengendapan dapat disesuaikan, misalnya menjadi 0,5 atau 2 jam. Waktu pengendapan selalu harus dicantumkan bersama hasil analisa
III. APLIKASI
Jar tester dapat digunakan untuk merancang suatu instalasi pengolahan air, untuk menentukan intensitas pengadukan, periode pengadukan cepat dan lambat,
periode sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan, serta lokasi aplikasinya.Pada instalasi pengolahan yang ada, jar tester terutama digunakan untuk menentukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku, khususnya dosis bahan kimia yang tepat, sementara untuk parameter proses lainnya, kondisi actual dalam instalasi pengolahan disimulasikan.
Berbagai tabung jar tester, memungkinkan untuk menyelidiki perbandingan terhadap pengaruh kondisi-kondisi yang berbeda, untuk suatu variable proses yang spesifik
Dalam rangka memonitor pengaruh variasi suatu parameter proses tertentu pada proses-proses koagulasi/flokulasi/penjernihan, parameter-parameter lainnya harus dibuat bernilai sama, untuk semua tabung yang digunakan dalam studi perbandingan.Sebagai contoh, jar test dilakukan untuk menentukan dosis optimum koagulan (alum sulfat) untuk air baku tertentu, kondisi berikut ini harus dibuat sama pada semua tabung, yaitu:
- Contoh air baku- Temperature- pH- konfigurasi rotor (dan stator) - konfigurasi tabung- intensitas pencampuran- periode pencampuran- periode sedimentasiJika tujuan dari jar test adalah untuk menentukan intensitas pengadukan
optimum, maka terhadap berbagai tabung, digunakan berbagai rotor dan stator yang berbeda.Semua parameter proses, termasuk dosis alum, harus mempunyai nilai yang sama dalam semua tabung.
Untuk instalasi pengolahan yang ada, jar test sering digunakan untuk menentukan dosis optimum bahan kimia, untuk koagulasi/flokulasi, khususnya dosis optimum koagulan dan bahan kimia “conditioning” untuk koreksi pH, untuk kualitas-kualitas air yang berbeda.Semua variable-variabel proses lainnya, pada umumnya dijaga pada nilainya yang tetap.
IV. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Jar Tester dengan motor yang dapat diatur kecepatannya.
2. Batang pengaduk.
3. Beaker glass
4. Selang plastik kecil
5. Pipet
6. Saringan pasir
7. Gelas ukur
8. Corong
9. Labu didih
10. Stator pada setiap tabung
11. Tempat sample
12. pH meter
13. Turbidity meter
14. Stopwatch
V. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Larutan alum sulfat
2. Aqudest
3. Larutan soda kostik
4. Larutan kaporit
5. Larutan kapur
6. Sample air baku
7. DAD Free Chlorin
VI. PROSEDUR
Koagulasi dan flokulasi merupakan hasil penambahan alum ke dalam air baku,
di bawah kondisi pengadukan cepat dan pengadukan lambat yang berurutan. Alum
bersifat asam, maka dengan menambahkan bahan kimia ini ke dalam air baku, pH
air baku tersebut akan turun. Besarnya penurunan pH tergantung kepada komposisi
air baku, khususnya kapasitas penyangganya (buffering), pH dapat berpengaruh
secara kuat terhadap proses koagulasi/flokulasi dan sedimentasi, pH dapat diatur
dengan penambahan sejumlah basa tertentu, seperti soda abu, soda kostik atau
kapur.
Dalam rangka penyelidikan pengaruh khusus alum maupun pH, terhadap
proses koagulasi/flokulasi dengan pertolongan jar tester, hanya satu variable pada
suatu saat yang dirubah : baik konsentrasi alum maupun pH. Karena itu dua
penelitian perbandingan harus dilakukan, yaitu pertama adalah dosis alum
terhadap berbagai tabung dibuat berbeda, sementara pH dijaga konstan (untuk
kondisi air baku tertentu, pH tidak dibuat konstan) dan kedua, adalah pH dalam
setiap tabung, dibuat berbeda, sementara pembubuhan alum dilakukan dalam dosis
yang sama.
Prosedur percobaan untuk menentukan dosis alum optimum dan nilai pH untuk
koagulasi/flokulasi dari suatu air baku tertentu diberikan di bawah ini. Dimisalkan
bahwa percobaan menggunakan suatu jar tester dengan empat tabung yang
masing-masing diberi tanda A,B,C dan D.
1. Persiapan Umum
Penyiapan Larutan Alum Sulfat
Dibuat larutan alum sulfat 1% (berat/volume), dengan melarutkan 10 gram
alum, Al2(SO4)3.18H2O ke dalam aquadest, jadikan satu liter larutan, 1 ml
larutan ini ekivalen dengan 10 mg.
Penyiapan larutan Soda Kostik, NaOH
Dibuat larutan soda kostik 0,36% (berat/volum) dengan melarutkan 3,6
gram soda kostik, ke dalam aquadest, jadikan satu liter larutan.
2. Pengambilan Air Baku
Ambil air baku (air sungai), kira-kira 20 liter atau langsung dari sungai
(intake) atau dari pipa air baku di instalasi pengolahan, bila instalasi telah
berjalan beberapa jam.
Ukur temperature, pH, alkalinitas dan kekeruhan air baku. Catat data pada
form.
3. Penentuan Dosis Alum Optimum
Siapkan 4 buah tabung kapasitas 1 liter. Isi ke dalam masing-masing
tabung, air baku sebanyak 1 liter
Letakkan masing-masing tabung di bawah rotor. Turunkan masing-masing
rotor ke dalam setiap jar.
Ukur tinggi air dari permukaan air sampai 10 cm
Siapkan dosis alum sulfat, dengan memasukkan larutan ke dalam tabung
pembubuh untuk masing-masing jar, misal tabung A=10, B=20, C=30 dan
D=40 mg/l, jadi pembubuhan alum masing-masing 1:2:3:4 ml, catat data
pada form.
Besarnya variasi dosis di atas, untuk air baku dengan kekeruhan < 500 NTU,
jika kekeruhan lebih besar lagi, maka variasi dosis harus lebih besar
(mungkin kelipatan dua)
Untuk mengatasi penurunan pH, akibat penambahan alum, maka ke dalam
masing-masing tabung ditambahkan larutan NaOH 3,6% dengan dosis 3,6;
7,2; 10,6 dan 14,4 mg/l, caranya sama seperti pembubuhan alum, yaitu
dengan memasukkan larutan tersebut, ke dalam tabung pembubuh yang
satu lagi yaitu sebanyak 1; 2; 3 dan 4 ml (hal ini dilakukan supaya pH
masing-masing tabung tetap sama)
Catatan: Jika dosis alum dua kali lipat, maka demikian pula untuk dosis soda
kostik. Penambahan NaOH tidak direkomendasikan untuk pH air baku > 7,
atau pada dosis koagulan yang tidak terlalu tinggi.
Atur kecepatan motor sampai 100 – 150 rpm untuk pengadukan cepat
dengan waktu 30 – 60 detik.
Memasukkan secara serentak bahan-bahan kimia (alum dan soda kostik) ke
dalam masing-masing jar, waktun pengadukan cepat dihitung, mulai dari
saat bahan-bahan kimia dimasukkan. Hitung waktu yang dibutuhkan.
Amati dan catat saat flok pertama mulai ‘dapat’ terlihat
Catatan: dalam hal mensimulasi kondisi proses yang sebenarnya pada suatu
instalasi pengolahan, suatu periode pengadukan cepat yang berbeda dapat
dilakukan.
Setelah pengadukan cepat berjalan 30 – 60 detik, turunkan kecepatan
(intensitas) pengadukan sampai 3 – 50 rpm, lakukan proses flokulasi ini
selama 15-20 menit.
Pada saat flokulasi berlangsung, amati ukuran flok dengan membandingkan
ukurannya, dengan gambar ukuran flok kemudian catat misalnya diambil
untuk setiap interval waktu 5 menit sampai waktu flokulasi berakhir
(pengaturan interval tergantung kebutuhan)
Catatan: dalam rangka mensimulasi kondisi proses pada suatu instalasi
pengolahan, prosedur-prosedur yang berbeda, untuk pengadukan lambat
perlu diterapkan misalnya tiga interval setiap 3, 6 dan 9 menit, dengan
kecepatan pengadukan berurutan, yaitu 50, 30 dan 20 rpm.
Setelah pengadukan lambat selesai, hentikan pengadukan, kembalikan
pengatur waktu ke-0 dan perhatikan secara seksama, waktu pengendapan
dari kumpulan flok yang ‘dominan’ mulai dari permukaan sampai pada batas
(10 cm), catat hasil.
Biarkan flok-flok yang terbentuk mengendap, selama total waktu 20-30
menit.
Catatan: dalam rangka mensimulasi kondisi proses yang sebenarnya pada
suatu instalasi pengolahan air, maka periode pengendapan yang berbeda
dapat diterapkan.
Ambil contoh air secara ‘syphon’ atau dengan menggunakan selang plastic
secara hati-hati. Usahakan pengambilan contoh air seragam (jumlah, posisi
pengambilan dll) untuk setiap jar.
Periksa pH, alkalinitas dan turbidity, untuk setiap contoh yang diambil, catat
hasil dan buat grafik hubungan antara dosis alum dengan turbidity.
Tentukan dosis optimum alum secara grafis, dengan cara:
- Tarik garis tangent=1 (sudut =450)
- Buat garis sejajar garis tangent=1, yang menyinggung kurva di satu titik
- Tarik garis dari titik singgung ke bawah, sehingga akan menunjukkan
dosis optimum yang diperoleh. Dosis alum ini adalah dosis alum optimum
sebagai hasil dari jar test pertama.
Catatan: untuk dosis alum yang terpilih, peningkatan dosis alum 1 mg/l akan
mengakibatkan penurunan kekeruhan sebesar 1 NTU. Untuk dosis alum
yang lebih tinggi, dampaknya pada kehilangan kekeruhan akan menurun,
secara bertahap. Pemilihan dosis optimum dengan cara di atas, berdasarkan
criteria ekonomis dan perlu diuji selanjutnya, atas penyesuaian teknis dalam
uji-uji berikut.
Bila tidak mungkin untuk menggambarkan garis tangent dalam grafik, hal
ini berarti bahwa koagulasi/flokulasi air, tidak lengkap dan pengujian harus
dilaksanakan, dengan merubah dosis alum dan/atau nilai pH.
4. Penentuan pH Optimum
Percobaan ini dilakukan apabila pH air baku relatif rendah (<6)
Semua bagian peralatan jar test harus dibersihkan sepenuhnya, sebelum
penentuan pH optimum dimulai
Siapkan tabung dengan kode A, B, C dan D. Isi masing-masing tabung
dengan 1 liter air baku.
Siapkan dosis alum optimum untuk setiap jar, sebesar nilai yang diperoleh,
misal X mg/l dengan memasukkan larutan alum, ke dalam tabung
pembubuh.
Siapkan larutan basa (yang sesuai dengan bahan kimia yang digunakan di
instalasi atau dengan menggunakan NaOH) dengan konsentrasi 1% (1 ml =
1 mg, dimana cara pembuatannya sama dengan yang telah diterangkan
sebelumnya)
Buat variasi dosis bahan basa (yang diperkirakan akan menetralisasi 0; 20;
50 dan 100% dari produksi keasaman dari dosis alum, masukkan masing-
masing ke dalam tabung pembubuh.
Langkah seterusnya yang diperoleh dan catat hasil yang diperoleh
Buat grafik antara pH dengan turbidity. Kemudian tentukan pH optimum
dengan cara:
- Tarik garis sejajar sumbu horizontal pada grafik, untuk kekeruhan sebesar
5 NTU dan kekeruhan 2 NTU lalu baca nilai pH pada perpotongan garis-
garis dengan grafik.
- Batas-batas pH, dimana kekeruhan antara 2-5 NTU, dipertimbangkan
sebagai batas-batas optimum untuk koagulasi/flokulasi.
VII. EVALUASI
1. Dosis Bahan Kimia Optimum
Pada percobaan ini, umumnya memberikan hasil yang memuaskan untuk
perkiraan pendahuluan untuk dosis koagulasi/flokulasi. Percobaan jartest
seringkali memerlukan seri percobaan lebih banyak. Dengan mengulangi
percobaan-percobaan dengan dosis yang sedikit lebih tinggi atau lebih rendah,
dari dosis optimum yang diperoleh dari seri percobaan pertama, akan didapat
lebih banyak data yang akurat, mengenai dosis-dosis bahan kimia dan batas-
batas optimum pH.
2. Pengaturan pH
Jar test dapat menunjukkan koagulasi/flokulasi/sedimentasi, tanpa atau memakai
pengaturan pH yang diperlukan, sehubungan dengan penambahan alum untuk
mendapatkan suatu penjernihan yang baik.
Dengan penambahan alum, keasaman air bertambah besar dan mempunyai
karakter agresif terhadap material yang digunakan dalam bangunan pengolahan,
sistem transmisi dan sistem distribusi.
Hal ini sebaiknyha akan menimbulkan masalah operasi dan pemeliharaan serta
biaya untuk perbaikan dan pergantian. Pengaruh sekunder, kemungkinan korosi
pada sistem dan kualitas air harus juga diperhitungkan. Karena itu pengaturan
pH lebih lanjut, harus dilakukan setelah sedimentasi. Hal ini bisa dilakukan
sebelum atau sesudah proses penyaringan.
3. Pembentukan Flok
Baik selama atau setelah jar testing, sejumlah pengamatan perlu dibuat untuk
menaksir efisiensi proses pengolahan. Setelah tahap awal dari flokulasi,
umumnya 1 menit setelah pembubuhan bahan kimia, pertumbuhan flok-flok yang
pertama dapat terlihat.
Selama percobaan berlangsung, flok-flok yang sangat halus ini, secara perlahan
ukurannya bertambah besar, sementara air diantara flok-flok tampak jernih.
Pada percobaan yang dilakukan secara baik, air yang jernih akan terlihat setelah
3,5 – 5 menit, jika hal demikian tidak Nampak, maka merupakan indikasi yang
pasti bahwa pembubuhan bahan kimia atau pH tidak tepat. Pertumbuhan flok-
flok dapat ringan dan halus atau padat. Flok-flok ringan dan halus cenderung
mempunyai karakteristik pengendapan yang tidak baik dan dipertimbangkan
tidak diinginkan, karena rapuh, bahkan gangguan yang kecil akan merusak flok-
flok tersebut.
Umumnya tipe flok-flok ringan/halus diamati dalam kombinasi dengan flok-flok
‘kepala jarum peniti’ (pin point flock) yang tertinggal di dalam air, setelah flok-
flok yang besar telah mengendap. Flok-flok dengan sebutan kepala jarum peniti
ini, merupakan flok-flok yang berukuran sangat kecil dengan diameter di bawah
0,5 mm yang mana tidak akan bergabung kembali menjadi senyawa yang lebih
besar.
Kondisi pengadukan yang tidak diinginkan selama flokulasi, dapat merupakan
terjadinya flok-flok ini dan kebanyakan dapat terjadi pula akibat dari
pembubuhan alum atau pH air yang tidak tetap.
VIII. FREKUENSI JAR TESTING
Frekuensi jar test sangat bergantung pada variasi dan fluktuasi kualitas air baku
(kekeruhan, jenis zat-zat tersuspensi dan koloidal). Umumnya langsung sebelum
atau seketika, setelah menjalankan menjalankan unit koagulasi/flokulasi, suatu jar
test dengan suatu contoh air baku yang representative harus dilakukan dalam
rangka penetapan dosis optimum dari bahan kimia yang digunakan.
Selama operasi normal dan memuaskan dari unit koagulasi/flokulasi, jar test harus
dilakukan sekarang-kurangnya sekali dalam sehari. Jika hasil penjernihan tidak
memuaskan, frekuensi jar testing harus diperbesar, dalam rangka penetapan
kondisi yang tepat untuk menghasilkan air dengan kualitas dapat diterima.
IX. PERHITUNGAN DEBIT PEMBUBUHAN
Untuk mendapatkan pembubuhan yang tepat, data berikut harus ditentukan secara
regular:
Debit air baku, Q (l/dtk) diukur memakai alat ukur air baku pada aliran
masuk (inlet),’weir’ pelimpah dll.
Konsentrasi larutan yang dibuat, S (%berat) atau C (mg/ml)
Dosis optimum, X (mg/l)
Densitas larutan, d(kg/l atau gr/ml)
Formula debit pembubuhan adalah:
1) Q x X x (100/S) x (1/d) x 10-6 liter/detik
2) (Q x X x 60 x 10-3)/C liter/menit
DATA HASIL JAR – TEST
PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN
Data Air Baku
pH : 6,8
Turbidinity : 278 NTU
Konsentrasi : 1 % ( 1 ml = 10 mg )
PARAMETERDosis Alum Sulfat , mg/l Al2(SO4)3.xH2O
I = 1,0 II =1,5 III = 2,0
IV = 2,5
V = 3,0
VI = 3,5
Saat pertama flok terbentuk, detik 17 15 14 12 10 9Ukuran Flok :5 menit A B C D D F 10 menit A B C D E E 15 menit B C C D E FWaktu Pengendapan (10 cm), menit 16’32” 16’ 15’57”pH 6,43 6,40 6,34 6,30 6,28 6,27Turbidinity , NTU 30,4 23,5 8,79 6,30 3,64 2,49
Dosis Optimum : 2,0 mg/l
DATA HASIL JAR – TEST
A. Penentuan Dosis Bahan Alkali → Penetapan pH pada Proses Stabilisasi
B. Penentuan Dosis Khlor (Cl2)/Kaporit Untuk proses Desinfeksi
C. Penentuan Kadar Lumpur
Air hasil filtrasi / Filtrat
pH : 6,54
Turbidity : 1 NTU
A. Bahan Alkali dan phS ( pH Saturasi ) / pH Sasaran :
DOSIS NaCO3 (mg/l) pH
2 6,85
3 7,02
4 7,12
5 7,3
5,5 7,5
B. Desinfektan :
Kadar klor aktif dalam Kaporit : 56 %
Pembubuhan Kaporit : 3 mg/L Ca(OCl)2
= 56100
× 3
= 1,68 mg/L Cl2
Waktu Kontak : 30 menit
Sisa Klor : 0,2 mg/L Cl2
Daya Pengikat Klor ( DPC ) : 1,68 – 0,2 = 1,48 mg/L Cl2 ≈ 1,5 mg/L Cl2
Jika digunakan sisa klor 0,5 mg/L Cl2
Dosis Kaporit = ( 1,5 + 0,5 ) × 10060
= 3,3 Ca(OCl)2
C. Kadar Lumpur ( pengendapan 60 menit ) = 2,51000
x 100% = 0,25 %
X. KESIMPULAN
Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi pada proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan dilakukan dengan tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalisasi proses–proses koagulasi, flokulasi, dan perjernihan serta bagi para engineer dalam merancang bangunan instalasi pengolahan air baku/memperbaiki instalasi yang ada.
Untuk sumber air baku dengan pH 6,8 dan turbidity 278 NTU, dosis alum sulfat optimum sebagai koagulan diperoleh pada dosis 2,0 mg/l dan turbidity yang dihasilkan 8,79 NTU. Alum sulfat bisa bekerja efektif pada pH tertentu, pH tersebut bisa ditentukan dengan penambahan NaCO3. Pembubuhan kaporit sebagai desinfektan tergantung dari Kadar khlor aktif, waktu kontak dan sisa khlor yang diinginkan.
XI. SUMBER PUSTAKA1. Penuntun Praktikum JAR TEST, Ir. Ida Dhaliawati Dipl. SE, Sekolah Tinggi
Teknologi Sapta Taruna2. Metoda Penelitian Air, DR. Ir. G. Alaert – Ir Sri Sumestri Santika MSc., Penerbit
Usaha Nasional Surabaya, 1987
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN
JAR TESTDOSEN : Ir. IDA DHALIAWATI, DIPL. SE.
DISUSUN OLEH:
PARWOTO (2011.11114)
LABORATORIUM LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA
JAKARTA 2012