langkah-langkah praktis penelitian hukum

32
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Sulaiman LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS PENELITIAN HUKUM

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

S Y I A H K U A L A U N I V E R S I T Y P R E S S

Sulaiman

LANGKAH-LANGKAH PRAKTISPENELITIAN HUKUM

Page 2: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS

PENELITIAN HUKUM

Page 3: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk PenggunaanSecara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta ataupemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Penciptasebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta ataupemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Penciptasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana denganpidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana dendapaling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda palingbanyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS

PENELITIAN HUKUM

Sulaiman

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Page 5: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

Judul Buku: LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS PENELITIAN HUKUM

Penulis: Sulaiman

Editor: Nana Diana

Penata Letak:Muhammad Irfan

Perancang Sampul:Iqbal Ridha

ISBN: 978-623-264-179-2ISBN: 978-623-264-180-8 (PDF)

Pracetak dan Produksi:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:Syiah Kuala University Press Jl. Tgk Chik Pante Kulu No.1 Kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, AcehTelp: 0651-8012221

Email: [email protected]@unsyiah.ac.id

Website:http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Cetakan Pertama, 2021vii + 121 (15,5 cm X 23 cm)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

Page 6: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

iii

PRAKATARasa syukur kepada Allah swt dengan ucapan alhamdulillah, akhirnya

dengan segala kesederhanaannya, buku ini dapat diselesaikan. Buku yang secara praktis ini, ingin memperlihatkan jalan praktis penelitian itu dilakukan turut menentukan kesuksesan penelitian secara keseluruhan. Di satu sisi, bagaimana pilihan sebagai diskursus metode dalam penelitian hukum, turut didukung oleh bagaimana digunakan saat berada di lapangan.

Ada harapan bahwa buku ini akan menjadi salah satu referensi dalam mata kuliah metode penelitian hukum. Keinginan ini pula yang membuat sangat penting cita-cita mempersiapkan suatu buku yang mudah-mudahan bisa mempermudah peneliti hukum. Secara internal, ia diharapkan dapat memperkaya bahan bagi mata kuliah tersebut di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

Buku yang dipersiapkan tersebut, pada dasarnya adalah sekumpulan bahan yang nantinya bisa digunakan sebagai salah satu dari sekian referensi yang ada. Sebagai salah satu referensi, tentu saja tidak semua hal tertuang di dalamnya.

Saya ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian buku ini. Secara khusus, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala yang telah membiayai penerbitan buku ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Universitas Syiah Kuala Press sebagai penerbitnya.

Akhirnya saya berharap, buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pelaksanaan penelitian terutama mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala pada khususnya, dan ilmu hukum pada umumnya. Amin. Saya selalu berharap adanya masukan konstruktif dari pembaca.

Darussalam, 2 September 2020

Penulis

Page 7: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum
Page 8: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

v

DAFTAR ISIPRAKATA .................................................................................................iiiDAFTAR ISI ...............................................................................................v

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................1

BAB 2 Bagaimana Buku Ini Ditulis? ......................................................3

BAB 3 Mempersiapkan Sejumlah Langkah Penelitian Hukum............5

BAB 4 Anda Mau Kemana? ....................................................................94.1. Anda Mau Kemana? ..................................................................94.2. Bagaimana Anda Melakukannya? ...........................................104.3. Anda Akan Mulai dari Mana? ...................................................124.4. State of The Art .......................................................................134.5. Persiapkan Peta Jalan ............................................................154.6. Belajar Merekam Referensi .....................................................164.7. Perlu Bekerjasama ..................................................................184.8. Usahakan Solusi .....................................................................194.9. Tentang Novelty .......................................................................214.10. Pentingnya Berbahasa yang Baik ..........................................224.11. Peta Rekomendasi Riset ........................................................244.12. Scope and Focus ...................................................................264.13. Apa yang Anda Tawarkan .......................................................274.14. Perhatikan Keluarannya .........................................................29

BAB 5 Mempersiapkan Penelitian........................................................315.1. Langkah 1: Merencanakan Penelitian .....................................315.2. Langkah 2: Mempersiapkan Diri ..............................................325.3. Langkah 3: Bukan Aktivitas Kebut Semalam ...........................345.4. Langkah 4: Penyesuaian Diri ..................................................35

BAB 6 Posisi Ide ....................................................................................376.1. Langkah 5: Bergumul Dengan Ide ...........................................376.2. Langkah 6: Desain Judul .........................................................38

BAB 7 Substansi Penelitian..................................................................417.1. Langkah 7: Desain Latar Belakang .........................................417.2. Langkah 8: Data Awal .............................................................427.3. Langkah 9: Pemetaan Pentingnya Penelitian .........................43

Page 9: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

vi

7.4. Langkah 10: Merumuskan Masalah ........................................447.5. Langkah 11: Apa & Mengapa ..................................................46

BAB 8 Menjangkar Kemampuan ..........................................................498.1. Langkah 12: Memperkirakan Keterbatasan ............................498.2. Langkah 13: Bukan Seperti Menunggu Durian .......................508.3. Langkah 14: Ketika Peneliti Di Lapangan ...............................518.4. Langkah 15: Lapisan Pemahaman ..........................................528.5. Langkah 16: Seperti Pemanasan ............................................53

BAB 9 Pentingnya Kebaruan ................................................................559.1. Langkah 17: Sisi Lain Kebaruan .............................................559.2. Langkah 18: Mendapatkan Kebaruan .....................................569.3. Langkah 19: Belajar Memahami ..............................................579.4. Langkah 20: Mengapa Harus Ada Kebaruan ..........................58

BAB 10 Persiapan Lapangan................................................................6110.1. Langkah 21: Tidak Sekedar Kuasai Lapangan......................6110.2. Langkah 22: Melirik Runtutan ................................................6210.3. Langkah 23: Mempersiapkan Fisik Dan Psikis ......................6310.4. Langkah 24: Ketepatan Waktu ..............................................6410.5. Langkah 25: Bukan Rumus Biasa .........................................6610.6. Langkah 26: Tenaga Lapangan .............................................6710.7. Langkah 27: Tidak Usah Rumit .............................................68

BAB 11 State of The Art ........................................................................7111.1. Langkah 28: Sisi State of The Art ..........................................7111.2. Langkah 29: Mengetam Kebohongan ...................................7211.3. Langkah 30: Jalan Terjal Kebenaran .....................................73

BAB 12 Boleh Salah Tidak Boleh Bohong ..........................................7512.1. Langkah 31: Menjangkar Studi Kasus ...................................7512.2. Langkah 32: Salah Dan Bohong ...........................................7612.3. Langkah 33: Etika Merekam ..................................................7712.4. Langkah 34: Saling Mengingatkan ........................................7812.5. Langkah 35: Jangan Menjangkar ..........................................8012.6. Langkah 36: Memberi Kepercayaan .....................................8112.7. Langkah 37: Bertemu Kesempatan .......................................8212.8. Langkah 38: Meluruskan Makna ...........................................83

Page 10: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

vii

BAB 13 Memperbanyak Informasi .......................................................8513.1. Langkah 39: Informasi Sebanyak-Banyaknya .......................8513.2. Langkah 40: Referensi Sumber Pertama ..............................8613.3. Langkah 41: Memperbanyak Sumber Primer ........................8713.4. Langkah 42: Belajar Dari Orang Lokal ..................................8913.5. Langkah 43: Jangan Malu Bawa Catatan .............................9013.6. Langkah 44: Buat Kartu Kendali ............................................91

BAB 14 Pelaporan .................................................................................9314.1. Langkah 45: Jangan Menunda Pelaporan ............................9314.2. Langkah 46: Silahkan Wawancara Biasa ..............................9414.3. Langkah 47: Kepentingan Wawancara .................................9514.4. Langkah 48: Jangan Merusak Dokumen ...............................9614.5. Langkah 49: Mengedit Laporan .............................................9814.6. Langkah 50: Mengedit Sendiri ...............................................9914.7. Langkah 51: Catatan Dari Ruang Review ...........................100

BAB 15 Pengamatan ...........................................................................10315.1. Langkah 52: Pengamatan Terlibat .......................................10315.2. Langkah 53: Menentukan Titik Pandang .............................10415.3. Langkah 54: Alat Rekam Dan Alat Tulis ..............................10515.4. Langkah 55: Menjaga Suasana ...........................................106

BAB 16 Memilih Data...........................................................................10916.1. Langkah 56: Blog Bebas .....................................................10916.2. Langkah 57: Belajar Menafsir .............................................. 11016.3. Langkah 58: Daftar Pustaka dan Sumber Primer ................ 11116.4. Langkah 59: Kemutakhiran Sumber .................................... 11216.5. Langkah 60: Penulisan Referensi ....................................... 11416.6. Langkah 61: Melakukan Validasi ......................................... 11516.7. Langkah 62: Belajar Dari Etnografi ..................................... 116

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 119RIWAYAT HIDUP ...................................................................................121

Page 11: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum
Page 12: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

1

BAB 1PENDAHULUAN

Tanggal 28 September 2020 yang lalu, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala melaksanakan Webinar Nasional Metode Penelitian Hukum. Sebagai sebuah kegiatan penting, pada awalnya kami berharap akan banyak peserta yang hadir, apalagi dengan pelaksanaannya secara daring (dalam jaringan). Namun realitasnya, hanya setengah yang hadir dari peserta yang mendaftar lebih dari 300 orang. Panitia terpaksa menutup pendaftaran di minus dua sebelum hari pelaksanaan, karena kapasitas yang tersedia terbatas 300 orang saja. Namun peserta yang hadir, hanya 173 saja.

Berdasarkan pengalaman mengajar mata kuliah Metode Penelitian Hukum, baik untuk sarjana maupun magister, tampak bahwa mata kuliah ini bukan sesuatu yang menarik. Ketika berhadapan dengan waktu penelitian, mahasiswa sudah mulai mengeluh. Padahal tugas akhir adalah sesuatu yang wajib. Tidak mungkin memperoleh gelar sarjana maupun magister bahkan doktor, tanpa mengerjakan tugas akhir ini.

Secara substansi, metode penelitian bukan sesuatu yang menarik minat banyak kalangan kampus, walau kepentingan ini tidak terhindarkan akan digunakan dalam hampir semua aktivitasnya.Bagi setiap mahasiswa, diwajibkan untuk mengerjakan tugas akhir, yang sebagiannya akan berhadapan dengan metode.1 Mengingat pentingnya metode, secara khusus seyogianya mendapat respons tinggi. Tetapi sekali lagi, realitasnya tidak demikian.

Buku ini, ingin mempengaruhi keadaan ini. Pertama, penelitian dalam melakukan tugas akhir, tidak semata dipikir sebagai kewajiban dengan nuansa keterpaksaan, melainkan bisa dilakukan dengan gembira dalam mencapai gelarnya. Kedua, penelitian itu sendiri harus didukung oleh aktivitas yang mempermudah seseorang untuk memahami, dengan begitu berdampak pada proses pelaksanaannya.

1 Perbedaan metode dengan metodologi sesungguhnya sederhana. Jika metode sebagai cara, maka metodologi itu menuntut operasionalisasi konsep tentang apa yang dimaksud cara itu.

Page 13: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

3

BAB 2BAGAIMANA BUKU INI DITULIS?

Buku ini ditulis berdasarkan serangkaian proses yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa, baik dari pengalaman penulis sendiri maupun berdasarkan sejumlah catatan pengalaman dari peneliti lain.

Data dari buku ini secara khusus dipersiapkan dengan target penulisan yang sudah ditentukan. Langkah-langkah praktis yang disiapkan, berlangsung dalam waktu sekitar 60 hari. Setiap langkah praktis dipersiapkan setiap hari untuk setiap langkahnya.

Ketika rencana buku ini disusun, sudah disiapkan hal-hal yang materi yang akan diisi. Dengan bertumpu pada rencana tersebut, diharapkan dari awal penulisannya lebih mudah dilaksanaan. Dalam kenyataannya, upaya untuk menulis buku ini nyaris tidak bergeser dari apa yang sudah direncanakan.

Untuk penguatan teoritis, buku ini juga dilengkapi dengan referensi dari buku atau jurnal orang lain, yang dibandingkan sekaligus menjelaskan istilah-istilah tertentu.

Ada catatan khusus pada Bab 3 dan Bab 4 buku ini, yang mana isi dari kedua bab tersebut dipersiapkan secara khusus untuk memudahkan para pembaca. Selebihnya, disiapkan langkah-langkah yang sengaja dalam buku ditulis lengkap kapan hal itu diselesaikan.

Page 14: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

5

BAB 3MEMPERSIAPKAN SEJUMLAH LANGKAH

PENELITIAN HUKUMPada dasarnya, berbagi pengalaman semestinya bukan sesuatu

yang sulit dilakukan. Orang yang sudah pernah melakukan sesuatu, lalu apa yang sudah dilakukanya itu diceritakan kepada orang lain. Bukan sesuatu yang mudah? Terutama hal-hal yang bisa diambil manfaat secara langsung oleh orang lain dalam melakukan hal yang sama.

Konsep berbagi pengalaman, adalah apa yang pernah dialami. Dalam kelas mata kuliah Metode Penelitian Hukum, baik program sarjana maupun program magister, penulis sering bercanda seperti orang yang suka nonton sinetron. Anda mungkin pernah merasakan ada orang di sekitar kita, teman atau kolega, yang menyukai sinetron tertentu. Lalu apa yang ditontonnya diceritakan kembali kepada kita, sepertinya dengan fasih. Bukankah pada saat itu ia sedang menyampaikan apa yang pernah ia ketahui dari objek yang ia tonton?

Kepada mahasiswa, berpikirlah ceria dan lapang dada. Belajarlah pada mereka yang mudah sekali bercerita tentang apa yang ia tonton. Sekarang objeknya diubah. Mereka menonton sinetron, sedangkan mahasiswa akan melakukan observasi dan semacamnya, lalu melaporkan apa yang ia lihat itu dalam sebuah laporan, yang intinya seperti orang yang bercerita tentang sinetron yang pernah ia tonton.

Penulis mendapatkan banyak keluhan, ternyata proses penceritaan itu bisa saja dilakukan dengan mudah lewat oral, tetapi akan sulit saat dituliskan dalam laporan yang rapi dan terstruktur. Hal inilah yang menjadi masalah. Orang yang kebetulan daya ingatnya bagus, mampu bercerita dengan baik apa yang pernah dialami, ternyata masih harus diuji ketika ia memilih jalan lain, yakni menulis.

Pengantar ini secara khusus penulis tulis sebagai referensi, terkait langkah penelitian hukum. Buku yang berisi tentang strategi agar proposal penelitian bisa diimplementasikan dengan baik. Buku tentang langkah-langkah, mengiringi sejumlah buku lain yang pernah penulis tulis, terkait dengan metode. Dalam tiga tahun terakhir, penulis menulis buku Penelitian Hukum Rasa Pleburan (2018), Diskursus Metodologi dalam Penelitian

Page 15: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

9

BAB 4ANDA MAU KEMANA?

4.1 ANDA MAU KEMANA? Suatu tulisan yang utuh ditandai dengan menyatunya sejumlah

unsur atau bagian di dalamnya. Paling tidak, terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Tiga bagian ini tidak mungkin ditinggalkan salah satunya. Ketika ditinggalkan, maka ia tidak bisa lagi disebut sebagai satu tulisan yang utuh. Seperti sebuah kendaraan, yang membutuhkan fisik mesin untuk menggerakkan, di samping itu membutuhkan bensin untuk bahan bakarnya, lalu ada orang yang menjalankannya. Pertanyaan yang tidak bisa dilupakan adalah mengapa ia perlu dijalankan? Tanpa pertanyaan ini, maka mesin yang digerakkan itu pasti tidak tentu arah. Bisa jadi ia akan berjalan kemana-mana, menabrak semuanya, dan tidak memiliki tujuan yang pasti.

Orang yang berada di sekeliling, tidak bisa menafsir apa yang sedang dilakukan. Tidak bisa menebak, ke arah mana ia akan berjalan. Bahkan lebih fatal, bisa jadi orang-orang yang mengemudikannya sebagai orang yang tidak waras. Dalam posisi demikian, langkah paling arif adalah kembali ke pertanyaan dasar, mengapa ia butuh dijalankan. Seseorang yang memiliki tujuan, akan menggunakan mesin seperlunya, dan saat yang sama bisa menghitung kebutuhkan bahan bakarnya. Juga bisa dipasang target dan pencapaian akan bisa dihitung.

Begitulah kira-kira jika ingin menamsilkan bagaimana pentingnya dalam pendahuluan itu dijelaskan beberapa hal terkait, yang penting pertanyaan mengapa yang dikaji itu terasa sangat penting bagi kita.

Pertanyaan yang penting, bisa menjawab bagaimana ia dicapai, atau fokus yang seperti apa yang ingin dikejar. Hal semacam ini tidak sederhana, karena sesuatu yang ingin dibahas memiliki target tertentu yang ketika hal tersebut tidak ditentukan, seperti seseorang yang menjalankan mesin namun tak tentu tujuan. Bisa dibayangkan seseorang yang terus menulis, namun tidak tahu mengapa ia harus menulis hal itu. Lebih parah lagi, tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang ditulis.

Seorang pembaca yang menerima setumpuk tulisan yang diminta untuk dibaca, namun dari tulisan tersebut tidak ditemukan alasan mengapa ia ditulis, apakah sesuatu yang dibaca tersebut bisa ditangkap?

Page 16: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

31

BAB 5MEMPERSIAPKAN PENELITIAN

5.1 LANGKAH 1: MERENCANAKAN PENELITIANRencana itu sangat penting untuk sebuah kegiatan yang akan

kita laksanakan. Tidak masalah ketika di tengah jalan, ada sedikit yang berubah. Perencanaan dari awal akan menentukan ke arah mana sesuatu itu akan dibawa. Rencana itu persis seperti kita mempersiapkan sebuah perjalanan, kita paham persis menuju kemana, lalu akan bisa mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Orang yang tidak tahu tujuan, akan sulit mempersiapkan hal-hal yang akan dibutuhkannya nanti. Lebih ironis, jika orang yang tidak tahu tujuan perjalanannya. Jika ditanya orang, dia akan kemana, dengan mudah akan dijawab tidak tahu. Pertanyaan penting di awal itu, padahal sangat menentukan. Belum lagi menelusuri hal selanjutnya, menyangkut apa yang akan dilakukan dengan tujuan yang demikian. Orang yang tidak tahu tujuan, tidak tahu apa yang akan dipersiapkan.

Penulis pernah punya pengalaman, terhadap orang-orang yang tidak memiliki persiapan apa pun. Seolah-olah apa yang dilakukan bisa dijalankan secara instan. Tidak perlu berpikir di awal untuk meneropong apa yang mesti dipersiapkan. Tidak heran orang demikian hanya akan memanfaatkan kekuatan di menit akhir. Istilah injury time ini, sering muncul dalam lapangan sepak bola. Ketika sebuah tim sudah kalah, atau seri (imbang), akan mengejar sekuat tenaga di menit-menit akhir. Menit-menit ini akan menentukan berakhirnya pertandingan dengan posisi skor yang diinginkan. Pada menit inilah sering dikejar dan dikerahkan segenap kemampuan. Pertanyaannya bukankah pada menit akhir itu hanya ada tenaga sisa? Lalu bagaimana dengan tenaga sisa lantas bisa menyelesaikan banyak hal? Bagaimana seseorang yang ingin mengejar sesuatu yang besar, ternyata dilakukan dalam waktu yang singkat?

Kepada mahasiswa, terutama yang akan melaksanakan penelitian, penulis selalu ingatkan untuk tidak berperilaku semacam ini. Penulis mengajar mata kuliah Metode Penelitian Hukum, selalu berharap mahasiswa menyiapkannya dengan bersahaja. Setiap momentum penulis berharap mereka menyiapkan secara khusus apa yang mesti dituliskan sebagai tugas akhir. Persiapan itulah yang harus dilakukan.

Page 17: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

37

BAB 6POSISI IDE

6.1 LANGKAH 5: BERGUMUL DENGAN IDEOrang yang bergumul dengan ide, berbeda dengan orang yang

berdiam diri. Mereka yang bergumul, pada dasarnya sedang mengunyah-ngunyah apa yang dipikirkan terhadap sesuatu. Pada posisi ini, mereka sedang mempersiapkan diri. Orang-orang yang sudah mulai berpikir tentang apa yang akan dilakukan jika memilih masalah ini, lalu bagaimana menyelesaikan jika di lapangan mendapat hal yang begitu, mereka sudah mulai bersiap-siap. Orang yang demikian sudah mulai nimbrung dalam mempersiapkan apa yang akan dilakukannya secara utuh. Walau pun apa yang penulis sebut itu, masih dalam pikirannya.3

Ada dua hal yang harus dipahami: teknis dan isi. Orang yang sudah berpikir isi dengan baik, belum tentu mampu ia tuangkan sebagai hasil kerja, karena proses ini ditentukan juga oleh teknis. Kita sering diingatkan para guru kita, bahwa orang yang menguasai substansi, belum tentu mampu dikeluarkan dengan baik. Orang yang secara keilmuan mapan, belum tentu proses penyampaian juga mapan. Tidak heran, dalan kehidupan kita, sering kita temua orang pandai, tetapi tidak memiliki kemampuan penyampaian yang baik. Orang yang brilian pikiran, tidak selalu mampu mengeluarkan pikirannya dengan baik dalam wadah tulis. Orang yang mampu banyak bicara, tidak selalu mampu menulis. Orang yang mampu menulis, tidak selalu memiliki kemampuan keilmuan yang mapan. Idealnya dua-dua hal ini dimiliki oleh seseorang.

Sebelumnya penulis menulis pengalaman teman yang memiliki kebiasaan mengerjakan sesuatu saat menjelang finis. Hal yang penulis lihat, teman penulis itu tidak berpikir sebelum masanya. Mereka hanya menunggu waktu tenggat. Menjelang hari terakhir itulah, mereka akan

3 Hal yang tidak boleh dilupakan adalah adanya perdebatan substansi metode bagi penelitian hukum yang terjadi sejak dulu. Buku-buku yang memperkenalkan penelitian hukum yuridis normatif dan empiris, tidak selalu diterima semua sarjana hukum dengan sejumlah alasan, antara lain terkait dengan konsep hukum itu sendiri. Tidak mengherankan, posisi metode hukum antara yang satu dan yang lain, tidak selalu sejalan. Lihat antara lain: Soetandyo Wignyosoebroto, Penelitian Hukum Sebuah Tipologi, Majalah Mayarakat Indonesia, 1 (2), 1974. Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan lurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2014. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, 1985. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014. Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia, 2006. Anthon F. Susanto, Penelitian Hukum Transformatif-Partisipatoris, Malang: Setara Press, 2015. Sunaryati Hartono, Kembali ke Metode Penelitian Hukum. Bandung: FH Unpad, 1985.

Page 18: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

41

BAB 7SUBSTANSI PENELITIAN

7.1 LANGKAH 7: DESAIN LATAR BELAKANGSeseorang yang ingin melakukan penelitian terhadap sesuatu,

harus didahului dengan keadaan awal yang bisa dipetakan. Hal ini lebih dimaksudkan untuk memudahkan kita yang melakukan penelitian, untuk mengetahui persis hal yang ingin diteliti itu memang belum ada yang lakukan. Posisi belum ada ini, harus dibedakan dengan kebaruan. Konteksnya berbeda. Belum ada yang penulis maksudkan adalah, apa yang ingin kita lakukan memang belum terjawab. Jika saja masalah yang kita angkat, sudah terjawab, maka sungguh penelitian ini sudah tidak perlu. Ada situasi masalah yang akan diteliti digambarkan sedemikian rupa di awal. Letaknya mungkin bisa dikombinasikan dengan bagaimana situasi masalah awal itu dijelaskan kepada pembaca.4

Penyusunan latar belakang juga tidak mungkin dilepaskan dari logika yang akan digunakan. Dalam penelitian, dikenal ada dua logika yang penting, dan hal ini digunakan tidak hanya oleh mereka yang ilmu hukum, melainkan juga ilmu lain. Semua ilmu, sepertinya tetap menggunakan alternatif dari dua ini. Selama ini di kampus penulis juga terjadi perdebatan. Apakah untuk penelitian-penelitian hukum itu, hanya menggunakan deduksi, atau bisa digunakan induksi. Perbedaan cara ini akan berpengaruh kepada bagaimana proses penyusunan situasi awal penelitian dilakukan atau dirumuskan. Pertanyaan ini, bagi kalangan akademisi tertentu, bisa sangat sensitif. Padahal hal sederhana. Orang bilang, hal begini saja tidak bisa didialogkan dalam ilmu, atau pemilihan posisi tertentu dalam cara perlakukan kita, akhirnya tidak ditentukan oleh posisi ilmiah, melainkan seperti turun-temurun dari tempat kita pelajari.

Ada sebagian sarjana hukum menyebut bahwa yang namanya penelitian hukum harus selalu menggunakan logika deduksi. Cara kerja penyelesaian masalah hukum adalah preskripsi. Menawarkan obat

4 Dalam konteks ini pun, perbedaan, misalnya antara penelitian yuridis normatif dan empiris bisa berbeda cara melakukannya. Bukan hanya antara normatif dan empiris, malah lebih jauh terkait dengan sosio legal. F.C. Susila Adiyanta, Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan Metode Survey sebagai Instrumen Penelitian Hukum Empiris, Adminitrative Law & Governance Journal, 2 (4), 2019: 697-709. Zulfadli Barus, Analisis Filosofis tentang Peta Konseptual Penelitian Hukum Normatif dan Penelitian Hukum Sosiologis, Jurnal Dinamika Hukum, 13 (2), 2013: 307-318. Bagir Manan, Metode Penelitian Hukum Lintas Disiplin, Varia Peradilan, Tahun XXVII No. 315, 2012: 5-16. Depri Liber Sonata, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik Khas Dari Metodemeneliti Hukum, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 8 (1), 2014: 15-35.

Page 19: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

49

BAB 8MENJANGKAR KEMAMPUAN

8.1 LANGKAH 12: MEMPERKIRAKAN KETERBATASANAda satu hal yang masih penulis ingat pelajaran dosen sekitar tahun 1998

atau 1999. Waktu itu, dosen yang mengajar metode penelitian, mengingatkan kami, mahasiswanya, untuk menjangkar kemampuan diri. Ada orang yang terlalu bernafsu, dan berpikir seolah bisa dicapai semuanya, sedangkan energi dan sumber daya yang ia punya tidak bisa mencapai. Pelajaran ini, waktu itu disampaikan karena pertanyaan yang penulis ajukan. Penulis katakan ingin teliti apakah ada kemungkinan berbagai kekerasan negara itu diselesaikan tidak melalui hukum negara saja. Dosen penulis itu, mengatakan terkait dengan kekerasan negara, sepertinya tidak hanya cukup penelitian di sini saja, melainkan juga harus ke Jakarta karena sejumlah sumber data penting ada di sana. Tidak mungkin meneliti tentang sesuatu yang jauh dari kita.

Setelah sekian lama, penulis bisa membanding-bandingkan bahwa sumber data waktu itu berbeda dengan sekarang. Mendapatkan data mesti secara manual, kebijakan negara terhadap keterbukaan informasi publik masih belum ada, ditambah dengan mentalitas pejabatnya yang masih belum berubah dibandingkan dengan era sebelumnya: Orde Baru. Memang tidak semua mentalitas sudah berubah hingga sekarang. Ada sejumlah keuntungan penting akhir-akhir ini, menyangkut keterbukaan informasi publik sudah berlaku sedemikian rupa. Di samping itu, semua institusi berlomba-lomba membuka diri untuk diakses publik. Plus era teknologi informasi dan komunikasi demikian pesat berlangsung. Kondisi itu memudahkan siapapun yang ingin melakukan penelitian, barangkali walau tanpa hadir fisik kita ke sana.

Apa yang diingatkan dosen penulis itu, sampai sekarang masih penulis ingat. Pilihan judul dan kemudian ditajamkan melalui masalah penelitian, tidak boleh lupa mengukur kemampuan diri kita. Hal yang ingin kita jawab harus mampu terjemahkan dalam proses operasionalnya. Sesuatu yang sudah dimengerti dan dipahami dalam konsep, harus terjangkau dengan kemampuan dan ketrampilan penulis. Tidak boleh dilupakan energi dan sumber daya tadi, sangat menentukan proses operasionalisasi penelitian tersebut. Penelitian yang tampaknya wah, tiba-tiba tidak mampu diiringi dengan datanya, justru akan menjadi jalan mundur. Orang yang sudah merencanakan, namun tidak mempertimbangkan operasionalnya, tidak akan bisa jalan penelitian

Page 20: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

55

BAB 9PENTINGNYA KEBARUAN

9.1 LANGKAH 17: SISI LAIN KEBARUANAda dua hal yang sangat dikejar dalam proyek penelitian, akhir-akhir

ini, yakni luaran yang terukur dan kebaruan. Penulis sebut proyek, karena dana untuk pelaksanaan penelitian, dari tahun ke tahun, berdinamika. Pertanyaan penting apa yang akan didapat dari sebuah penelitian, selalu hadir ketika anggaran untuk bidang ini diutak-atik. Ketika anggaran dinaikkan, dipertanyakan garansi, apa yang bisa dipetik dari hasil penelitian. Padahal tidak semua luaran penelitian bisa diukur secara praktis dan pragmatis. Tidak semua hasil penelitian, begitu selesai dilakukan, lantas hasilnya langsung bisa dimanfaatkan. Perbedaan bidang ilmu, harus dipahami sebagai perbedaan bentuk luaran yang diinginkan. Masalahnya adalah memandang penelitian bidang ilmu tertentu dengan kacamata ilmu yang lain. Kacaunya di situ. Alat ukur dalam satu bidang, digunakan untuk mengoperasionalkan semua bidang. Bagaimana bisa?

Penggunaan kacamata dengan ukuran yang sama, plus yang sama, atau minus yang sama, tidak bisa dihindari saat semua menghasilkan luaran yang bisa diukur dengan cara yang sama. Semua lalu dipaksa-paksakan dengan pola yang sama. Untung kemudian disadari sejumlah pihak, lalu ada yang berubah dan ada yang masih sama. Menuntut luaran yang harus bisa dioperasionalkan dalam wujud yang sama, adalah contoh hal yang belum berubah itu. Tentu ini bukan karena alasan alergi. Tidak semua bidang bisa berlaku demikian. Dalam hukum, ilmu yang penulis geluti, tidak mudah langsung dinilai dengan luaran praktis yang sama. Belum lagi berbagai perdebatan yang terjadi di dalam bidang ini. Seyogianya hal demikian menjadi catatan.

Luaran yang terukur dan kebaruan. Pengalaman penulis selama ini, dua hal itu pula yang lumayan ditakuti oleh sebagian penstudi. Alasannya sederhana, bahwa dua hal itu dianggap sesuatu yang sulit dicapai. Jadi bukan hanya mereka yang ingin menggarap proyek saja yang bersusah payah mendapatkan dua hal tersebut. Rumus-rumus yang disarankan, diikuti dengan sahih oleh para penggarap, walau ada yang harus memaksa-maksakan. Bagi penstudi, penulis mengingatkan mereka mulai dengan cara-cara yang sederhana. Apa itu? Berusaha menghargai apa yang sudah pernah dibuat oleh orang lain. Orang-orang bergulat dengan apa yang akan dicari.

Page 21: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

61

BAB 10PERSIAPAN LAPANGAN

10.1 LANGKAH 21: TIDAK SEKEDAR KUASAI LAPANGANPenulis mendapatkan informasi menarik pada suatu pagi, tentang

kekalahan Barcelona 0-2 di Liga Spanyol, saat melawan Valencia. Tim besar ini sudah terlanjur terkenal dengan taka-tiki yang dipopulerkan era Pep Guardiola. Kini dikembangkan lagi oleh pelatih baru, Quique Setien. Pilihan taktik ini pasti sudah diperhitungkan. Konsep dulu, Guardiola berfilosofi bahwa penguasaan bola berimplikasi pada penguasaan lapangan, sekaligus mewujudkan kemenangan. Saat Setien menerapkan kembali, sempat menang, lalu kalah dengan Valencia. Tim ini selalu tidak diunggulkan saat berhadapan dengan klub besar seperti Barcelona. Para pengamat bisa langsung berkilah, bahwa sepak bola, memang tidak bisa ditebak. Seperti bentuknya yang bulat, bola kadang-kadang menghadirkan kejutan dalam pertandingannya. Bagi Barcelona, ini kekalahan penting. Klub ini pun tidak selalu stabil. Kadang-kadang sedang menanjak tren positif, tiba-tiba mengalami kekalahan yang tidak terduga. Saat posisi begitu, orang langsung menyebut sulitnya menebak sepak bola.

Indonesia punya pengalaman menarik saat tim usia 19 tahun bisa mengalahkan Korea Selatan. Saat itu, Indonesia tidak diperhitungkan di pentas-pentas penting sepak bola. Tetapi tim usia 19 tahun memberi kejutan, saat mereka mendapat tren positif. Tingkat Asia, tim senior pernah mendapat kesempatan, namun terlalu cepat dijadikan momentum politik. Berbeda dengan tim usia 19 tahun, yang waktu itu dilatih Indra Safri. Ada hal yang masih penulis ingat, saat Indra Safri berbagi sedikit resep apa yang dilakukannya terhadap pemain. Katanya, pemain ini bukan dari kelas kere, kita bisa mengalahkan siapapun dengan berlatih keras dan semangat baja. Tim yang dibina saat itu, memadukan dua-duanya: fisik yang tanggung, dan jiwa yang tidak merasa kerdil.

Kekalahan Barcelona bisa penulis pahami saat tim-tim tidak diunggulkan dalam pertandingan tertentu, memiliki spirit yang lebih dari biasanya. Ada harapan tertentu yang ingin diraih, pada posisi demikian. Selain kemenangan dalam pertandingan, mereka juga bisa membuktikan bahwa sejarah bisa diraih, dan klub besar tidak selalu bisa meraih kemenangan. Padahal saat melawan Valencia, kemarin, mereka pada posisi 75 persen penguasaan bola. Ternyata menguasai bola, tidak selalu menguasai kemenangan.

Page 22: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

71

BAB 11STATE OF THE ART

11.1 LANGKAH 28: SISI STATE OF THE ARTHari ini penulis ingin membagikan catatan tentang state of the art. Saat

mengisi suatu kelas menulis yang pesertanya para pegawai negeri, penulis mendapat pertanyaan soal mengapa harus ada kebaruan. Pertanyaan ini sangat umum dan sepertinya sudah pernah penulis tulis. Sebelumnya penulis ingin jelaskan kelas para pegawai itu. Umumnya ini terkait dengan kebutuhan administrasi pengurusan pangkat. Salah satu syarat yang diminta untuk pengurusan level tertentu adalah adanya karya tulis ilmiah. Untuk menjawab kebutuhan itulah, penulis diminta mengisi, lengkap dengan sekilas rencana pembelajaran dalam 12 kali pertemuan. Dengan jumlah pertemuan tersebut, penulis harapkan akan terjawab kebutuhan mereka.

Seperti persiapan kuliah biasa di kampus, penulis juga mempersiapkan sejumlah bahan yang menurut penulis dibutuhkan. Dari masuk pertama hingga ke enam, sesuai dengan kontrak awal di antara kami, adalah materi umum dan strategi menulis. Selebihnya, kami berencana untuk saling melakukan presentasi terhadap apa yang akan dituliskan. Dalam enam pertemuan sisa, semua peserta akan melakukan presentasi terkait apa yang ingin dituliskan sebagai karya ilmiahnya. Dengan demikian ada dua kategori dalam semua pertemuan, yakni katakanlah teoritis, ditambah dengan praktik. Dalam sejumlah pertemuan yang teoritis itu, penulis jelaskan langkah-langkah yang dilakukan seorang penulis karya ilmiah. Satu kali penulis ungkapkan strategi menulis, sebagaimana yang sering penulis lakukan.

Penulis menjelaskan sejumlah hal penting terkait dengan kepentingan mereka. Sesuai dengan standar, konsep teoritis, konseptual, lalu ada cara menyusun latar belakang, merumuskan masalah, menjawab mengapa harus ada masalah, sampai kepada teori-teori yang akan dipakai. Satu penekanan penulis waktu itu adalah memetakan kebaruan dalam satu karya ilmiah. Hal yang terakhir ini yang sedikit menimbulkan tanda tanya.

Kebaruan itu, terkait dengan perkembangan tingkat tertentu pada isu yang ditulis. Jika disederhanakan, ada sesuatu dari yang ditulis ini yang berisi kemutakhiran. Isu yang mutakhir. Sesuatu yang sudah pernah ditulis orang lain, dengan pemetaan kebaruan ini, akan didapat sesuatu yang mutakhir dan dengan itu akan tampak sisi perbedaan dengan orang lain.

Page 23: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

75

BAB 12BOLEH SALAH TIDAK BOLEH BOHONG

12.1 LANGKAH 31: MENJANGKAR STUDI KASUSPenulis kira bidang ilmu yang penulis tekuni, mengenal dua versi

studi kasus. Versi pertama, studi kasus dalam makna kasus sebagai putusan pengadilan. Versi ini, yang dikaji oleh peneliti hukum adalah putusan pengadilan yang ada, terhadap putusan kasus tertentu. Kasus yang dikaji adalah putusan yang sudah tetap dan selesai. Kebanyakan peneliti biasanya berhenti pada pertanyaan apakah sudah tepat digunakan teks peraturan perundang-undangan dalam suatu putusan. Secara preskriptif, biasanya sebuah putusan dibedah dengan rumus bagaimana sakitnya lalu menggunakan apa. Sakit tertentu hanya butuh obat tertentu dan itu tidak bisa masuk tafsir, misalnya dengan menawarkan obat yang beragam. Seorang peneliti versi ini bisanya tidak mau masuk terlalu jauh mempertanyakan mengapa begitu, dan bagaimana bisa tidak begini.

Versi kedua, studi kasus dalam penelitian sosial. Studi kasus versi ini juga digunakan sejumlah peneliti hukum. Penulis tidak berani sebut dominan, karena konsekuensi dari orang yang yakin bahwa penelitian hukum hanya bisa ditafsir tunggal, maka pendapat yang memungkinkan penggunaan versi ini akan ditolak. Kasus dalam makna versi ini adalah studi sebagai metode atau strategi penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus tertentu, yang bisa tergolong spesifik, unik, bahkan sangat khas. Studi kasus versi ini antara lain dibahas oleh Robert K. Yin, dalam buku Studi Kasus, Desan dan Metode (Cetakan ke-14, 2014). Buku ini diterjemahkan M. Djauzi Mudzakir dari Case Study Research: Design and Methods yang diterbitkan Massachusetts Institute of Technology tahun 1987. Selain itu, buku Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (2006), cukup penting dalam menjelaskan banyak varian dan perkembangan studi kasus.

Ulasan studi kasus ini penting, agar peneliti tidak salah pilih. Terlepas ada sarjana yang tidak memandang ada dan perlu perbedaan dan pembedaan antara penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris, namun dualisme ini menjadi realitas aplikasi metode dalam penelitian hukum paling jamak di kampus-kampus hukum di Indonesia. Buku-buku penelitian hukum yang menerapkan dua pilihan, sudah lama diperkenalkan Soerjono

Page 24: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

85

BAB 13MEMPERBANYAK INFORMASI

13.1 LANGKAH 39: INFORMASI SEBANYAK-BANYAKNYAPenulis ingin bercerita seorang teman penulis, melakukan penelitian di

luar kota, namun saat pulang mengeluh karena banyak data tidak ia dapatkan. Sayangnya mendapatkan data itu bukan karena yang bersangkutan tidak bisa menembus sumber data, melainkan sebab ketelodoran dan waktu di lapangan yang tidak terukur. Peneliti yang tidak memiliki manajemen waktu yang baik, bisa terjadi banyak hal dengan tanpa disadari. Saat batas waktu sudah sampai untuk meninggalkan lokasi, belum terasa ada yang ganjil. Semuanya baru terasa saat seseorang sudah berada di rumahnya. Bisa dibayangkan lokasi penelitian yang harus ditempuh dengan jalan yang sulit, tempat yang rumit, atau proses yang membutuhkan energi lebih.

Ada pengalaman peneliti yang bisa berbeda, satu sama lain. Kendala di lapangan menjadi tantangan tersendiri. Seseorang sudah menyiapkan segala sesuatu, namun saat di lapangan ternyata semuanya berubah. Apa yang dipersiapkan, misalnya sebab tidak melakukan kajian awal dan pemetaan lokasi, ternyata tidak terkoneksi dengan kebutuhan. Hal itu sering dirasakan peneliti. Ada hal sederhana juga sering dialami, akibat kurangnya manajemen. Mulai dari kebingungan, tidak tahu apa yang harus dikerjakan ketika seseorang sudah berada di lapangan. Dengan waktu yang terbatas, tidak jarang, berlalu begitu saja dan peneliti baru menyadari semua kekurangan saat sudah meninggalkan tempat.

Untuk lokasi tertentu yang sulit ditembus, hal menjadi lebih rumit. Satu pengalaman penulis, misalnya masuk ke lokasi taman nasional yang membutuhkan ijin tertentu dan hal itu dilakukan jauh-jauh hari. Tempatnya yang jauh dan informasi yang dibutuhkan sangat menentukan penelitian yang sedang dikerjakan. Coba bayangkan, saat sudah meninggalkan tempat itu, lalu kita merasakan data inti belum tersedia. Apa yang akan kita kerjakan? Pada posisi demikian, tidak banyak yang bisa dikerjakan, selain mencoba mengulangi sejumlah langkah bagi penyempurnaannya. Seseorang kembali harus mengurut langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Mempersiapkan penelitian dengan rapi dan mendapatkan gambaran tentang apa yang akan dilakukan. Takutnya ada orang yang sedang melakukan penelitian, namun yang bersangkutan tidak tahu apa sesungguhnya yang sedang dilakukannya itu.

Page 25: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

93

BAB 14PELAPORAN

14.1 LANGKAH 45: JANGAN MENUNDA PELAPORANPenulis memiliki sejumlah teman yang cukup antusias jika diajak ke

lapangan. Tidak aneh kan? Apalagi peneliti memang harus selalu berada di lapangan. Untuk kategori peneliti yang menganggap bahwa lapangan sebagai bagian penting dalam penelitiannya. Penulis perlu mengulang kembali, kebutuhan lapangan, khususnya terkait dengan hukum, tentu tergantung bagaimana kepercayaan Anda terhadap kebutuhan ini. Penulis tidak memungkiri sebagian sarjana hukum yang meyakini bahwa tidak ada penelitian lapangan dalam penelitian hukum. Penulis kira sangat tergantung pendapat masing-masing. Penulis memilih pada barisan yang memandang dibutuhkan. Ada kajian tertentu dalam bidang hukum, tidak mungkin menghindarkan diri dari kebutuhan lapangan.

Teman-teman yang penulis ajak ke lapangan, biasanya akan antusias. Orang yang penulis ajak, tentu saja yang terlibat dalam penelitian. Bukan sembarang. Mereka antusias saat ke lapangan, Namun saat pulang, dan akan ditagih laporan, baru berubah. Ada sebagian teman yang akan berwajah masam ketika disampaikan kewajiban soal laporan. Tidak semua nyaman dengan laporan ini, tetapi laporan harus diselesaikan karena wajib. Seorang peneliti yang ke lapangan, tidak mungkin bisa dibaca apa yang menjadi temuannya, jika hal itu tidak dituliskan dalam laporan-laporan. Tidak cukup sebuah hasil dari lapangan, lalu diceritakan secara lisan kepada pihak yang berkepentingan. Coba bayangkan jika mahasiswa yang menulis tugas akhir, mereka hanya melaporkan lisan apa yang menjadi temuannya sebagai tugas akhir.

Hal lain, penulis kira jangan menunda menulis laporan. Selain tipe yang tidak nyaman menulis laporan, ada sebagian orang yang tidak masalah dengan menulis, tetapi serius dalam manajemen waktu. Ada yang tidak bisa mengatur waktunya dengan baik dan ini penulis kira berdampak serius bagi proses dan progres. Orang yang sudah kembali ke tempat tinggal, namun selalu menunggu waktu yang tepat untuk menulis. Padahal laporan itu, kadang-kadang harus dipaksakan untuk diselesaikan karena tidak semua waktu nyaman kita lewati. Bahkan idealnya, seseorang sedang di lapangan, proses penulisan sedang berlangsung, agar jika ada yang kurang, bisa langsung diketahui dan didalami.

Page 26: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

103

BAB 15PENGAMATAN

15.1 LANGKAH 52: PENGAMATAN TERLIBATBagi penulis, keterlibatan secara penuh dengan melibatkan diri dalam

urusan masyarakat yang diteliti, bukan sesuatu yang terlarang. Tentu selalu ada debat untuk hal yang begini. Debat pertama adalah apakah dibutuhkan kajian lapangan dalam penelitian hukum. Kedua, apakah yang dimaksud dengan lapangan dalam hukum itu secara langsung tidak terkait dengan bidang ini? Penulis menganggap keterlibatan juga tidak menyalahi dari kajian hukum. Orang yang memperkirakan bisa mendapatkan informasi secara penuh dan berkualitas, adalah dengan berdiri pada satu titik sambil terus memperhatikan masyarakat yang diteliti. Sesuatu yang diamati itu sepenuhnya sebagai objek, yang dilihat oleh subjek dari jarak tertentu.

Beberapa kali penulis memberi tugas kepada mahasiswa untuk melihat bagaimana petua adat di kampung dalam menyelesaikan sengketa yang muncul dalam kehidupan mereka. Setiap ada tugas, jarang mereka jalan sendiri. Biasanya dalam kelompok-kelompok kecil, agar memudahkan sekaligus mereka bisa saling belajar. Satu orang yang ditemui oleh beberapa mahasiswa, cara menulis laporan dan menafsirkannya berbeda-beda. Padahal mereka mendapatkan informasi dari mulut yang sama, ternyata bisa ditangkap secara berbeda oleh mereka sendiri. Berbagai ruang sosial, beda dalam menemukan dan menafsirkan itu menjadi sesuatu yang biasa. Hukum tidak mungkin dapat dilepaskan dari arena sosial ini. Maka untuk melihatkan dalam posisi yang dinamis, tidak mungkin dapat dilihat dengan menggunakan cara kerja mesin. Bukan mesin hukum.

Proses pemaknaan hukum sendiri akan berbeda berdasarkan strata dan pemahaman. Dalam masyarakat sendiri, sesuatu yang diatur dalam kehidupan mereka, selalu dapat dilihat dalam tiga tingkat. Pertama, bagaimana mereka saling menyatu dan membuat konsensus terkait sesuatu hal dalam kehidupan bersama. Kedua, bagaimana mereka menafsirkan terhadap yang sudah menjadi konsensus itu, untuk dapat dijalankan dalam kehidupan mereka sendiri. Ketiga, pada tataran implementasi, sangat ditentukan oleh bagaimana pemahaman mereka terhadap isi konsensus. Apa yang telah disepakati saja, oleh mereka sendiri, masih terbuka ruang untuk ditafsirkan secara berbeda.

Page 27: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

109

BAB 16MEMILIH DATA

16.1 LANGKAH 56: BLOG BEBASPenulis memiliki sejumlah pengalaman saat menguji maupun

membimbing mahasiswa, tentang mengambil bahan-bahan yang digunakan untuk menjawab hal penting, namun diambil dari blog-blog pribadi. Bagi penulis yang bermasalah bukan pada isinya, melainkan pada valid tidaknya bahan yang digunakan itu. Penulis sering ingatkan agar mereka yang mengutip di blog, harus memastikan dan mengetahui siapa yang punya blog tersebut. Untuk membuat blog yang gratis, selama ini tersedia dengan bebas. Jumlahnya sangat banyak. Blog bisa dibuat dalam jumlah banyak, dalam waktu singkat. Dengan membuat akun sebagai pemakai, siapa pun dengan mudah bisa mendapatkan laman blognya.

Tidak sedikit orang-orang penting masih tetap menggunakan domain blog yang gratis. Ada yang kemudian beralih ke domain yang berbayar. Catatan tambahan penulis, bukan berarti ketika sudah berbayar, semua data sudah tervalidasi sedemikian rupa. Bukan tidak ada pula, tokoh-tokoh yang menulis, atau akademisi yang membagi bahan atau tulisannya melalui laman blog gratis, namun menegaskan siapa dirinya dengan jelas. Penulis kira untuk yang tidak terverifikasi saja yang harus dihindari. Sebuah karya ilmiah harus lahir dari referensi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Dengan tidak memperhatikan laman yang dikutip, nanti akan berimbas pada kualitas yang akan dihasilkan. Sampai di sini, debat juga terjadi, yakni apakah sesuatu yang disampaikan oleh orang penting atau terkenal, lantas semuanya sudah terverifikasi?

Penulis tidak ingin terlalu jauh melihat substansi. Hal sederhana yang ingin penulis sampaikan adalah setiap informasi, harus bisa terverifikasi. Ada orang yang membaca demikian banyak, namun semua itu digunakan untuk membantunya menemukan referensi aslinya. Seperti informasi berantai, ada orang tertentu yang bisa menunjukkan sumber asli yang dikutipnya, walau hal tersebut disampaikan melalui berbagai ruang. Penggunaan laman blog gratis, bisa jadi untuk menjawab kebutuhan sederhana, dengan ruang yang ada bisa digunakan untuk membagi bahan-bahan yang dibutuhkan. Di samping itu, bahan-bahan itu dengan mudah bisa diakses.

Page 28: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

119

DAFTAR PUSTAKAAdriaan W. Bedner, Sulistyowati Irianto, Jan Michiel Otto, & Theresia Dyah

Wirastri (eds). Kajian Sosio-Legal. Denpasar: Pustaka Larasan: Jakarta: Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012.

Agus Salim, Teori & Paradigma Ilmu Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Anthon F. Susanto, Penelitian Hukum Transformatif-Partisipatoris, Malang: Setara Press, 2015.

Bagir Manan, Metode Penelitian Hukum Lintas Disiplin, Varia Peradilan, Tahun XXVII No. 315, 2012: 5-16.

Brian Z Tamanaha. Realistic Socio-Legal Theory Pragmatism and a Social Theory of Law. New York: Oxford University Press, 1997.

C.F.G. Sunaryati Hartono, Kembali ke Metode Penelitian Hukum. Bandung: FH Unpad, 1985.

C.F.G.Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung: Penerbit Alumni, 1994.

Depri Liber Sonata, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik Khas Dari Metodemeneliti Hukum, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 8 (1), 2014: 15-35.

Esmi Warassih dkk, Penelitian Hukum Interdisipliner. Semarang: Kedhewa, 2017.

Esmi Warassih & Sulaiman, Penelitian Sosio Legal, Semarang: Pustaka Magister, 2020.

F.C. Susila Adiyanta, Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan Metode Survey sebagai Instrumen Penelitian Hukum Empiris, Adminitrative Law & Governance Journal, 2 (4), 2019: 697-709.

FX. Adji Samekto, Menggugat Relasi Filsafat Positivisme dengan Ajaran Hukum Doktrinal, Jurnal Dinamika Hukum, 12 (1), 2012: 82-92.

Herlambang P. Wiratraman & Widodo D. Putro, Tantangan Metode Penelitian Interdisipliner dalam Pendidikan Hukum Indonesia, Mimbar Hukum, 31 (3), 2019: 402-418.

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia, 2006.

Page 29: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

120

Lilis Mulyani, Pendekatan Sosial dalam Penelitian Hukum, Jurnal Masyarakat & Budaya, Edisi Khusus, 2010: 35-56.

Muhammad Helmy Hakim, Pergeseran Orientasi Penelitian Hukum: Dari Doktrinal Ke Sosio-Legal Syariah, Jurnal Hukum dan Pemikiran, 16 (2), 2016: 105-114.

Mukti Fajar ND & Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Reza Banakar & MaxTraves (ed), Theory and Method in Socio-Legal Research, Oxford and Portland Oregon: Hart Publishing, 2005.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan lurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2014. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, 1985. Soetandyo Wignyosoebroto, Penelitian Hukum Sebuah Tipologi, Majalah

Mayarakat Indonesia, 1 (2), 1974. Sulaiman, Paradigma dalam Penelitian Hukum, Kanun Jurnal Ilmu Hukum,

20 (2), 2018: 255-272. Sulaiman, Penelitian Hukum Rasa Pleburan. Banda Aceh: Bandar, 2018. Sulaiman, Diskursus Metodologi dalam Penelitian Hukum, Banda Aceh:

Bandar, 2019. Sulistyowati Irianto, Metode Penelitian Kualitatif dalam Metodologi

Penelitian Hukum, Hukum dan Pembangunan, No. 2 Tahun XXXII, 2002: 155-171.

Sulistyowati Irianto & Shidarta (Eds.), Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Yayasan Obor, 2009.

Widodo D. Putro, dkk Penelitian Hukum, Antara yang Normatif dan Empiris, Digest Epistema, 5, 2015:1-16.

Zulfadli Barus, Analisis Filosofis tentang Peta Konseptual Penelitian Hukum Normatif dan Penelitian Hukum Sosiologis, Jurnal Dinamika Hukum, 13 (2), 2013: 307-318.

Page 30: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

121

RIWAYAT HIDUPDr. Sulaiman, S.H.,M.H

Lahir di Panteraja, 2 April 1976. Selama ini, beliau aktif menulis sejumlah artikel untuk diterbitkan di surat kabar, jurnal, maupun laman berita online. Beliau sudah menulis sejumlah buku. Sejak tahun 2006, mengajar mata kuliah Hukum dan Masyarakat dan Metode Penelitian Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (2003), kemudian melanjutkan pendidikan program magister hukum (2010) dan program doktor ilmu hukum (2017) di Universitas Diponegoro. Sebelum mendapat amanah sebagai Ketua Bagian Hukum dan Masyarakat (sejak Agustus 2019), aktif pada Satuan Jaminan Mutu Fakultas. Selain itu, aktif sebagai Ketua Editor Kanun Jurnal Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala.

Page 31: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum
Page 32: Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hukum

Diterbitkan olehPercetakan & PenerbitSYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSJln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1Kopelma DarussalamTelp. 0651-812221email:

https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id/

[email protected]@unsyiah.ac.id

ISBN 978-623-264-180-8 (PDF)

ISBN 978-623-264-179-2

Buku Langkah-langkah Praktis Penelitian Hukum ini merupakan pilihan referensi yang tepat bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan tugas akhir mereka. Selama ini, banyak mahasiswa terhambat proses penyusunan skripsi maupun karya tulis lainnya karena banyaknya kekhawatiran yang dirasakan dan kurang memahami langkah-langkah penelitian. Kehadiran buku ini dapat menjadi solusi sekaligus bisa mengubah persepsi mahasiswa terhadap penelitian dan penulisan secara akademik. Selain menjadi referensi, seperti judulnya, buku ini bisa digunakan secara praktis untuk menjadi guideline mahasiswa dalam menulis. Setiap langkah penelitian dan penyusunan naskah disusun secara detail dengan bahasa yang mudah dipahami.