landasan teori enzim

6
LANDASAN TEORI ENZIM Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu (Poedjiadi, 2006). Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8 sampai 10 11 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi, enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik) (Sumarlin, 2013). Ptyalin merupakan protein yang berada di dalam air liur. Ptyalin dapat membantu proses pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-potongan gula yang larut air. Enzim ptyalin merupakan nama lain dari amylase yang hanya ditemukan dalam air liur manusia. Zat ini dikenal lebih akrab sebagai amylase saliva (Anonimous,2010). Enzim ptyalin dalam saliva merupakan suatu enzim amylase yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltose

Upload: yudha-irfiantoro

Post on 21-Jan-2016

438 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI ENZIM

LANDASAN TEORI ENZIM

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim

sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika

tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat

hingga pertumbuhan sel juga terganggu (Poedjiadi, 2006).

Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi di dalam

sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih

cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi, enzim dapat berfungsi

sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.

Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi

kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang

menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik) (Sumarlin, 2013).

Ptyalin merupakan protein yang berada di dalam air liur. Ptyalin dapat membantu proses

pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-potongan gula yang larut air.

Enzim ptyalin merupakan nama lain dari amylase yang hanya ditemukan dalam air liur

manusia. Zat ini dikenal lebih akrab sebagai amylase saliva (Anonimous,2010).

Enzim ptyalin dalam saliva merupakan suatu enzim amylase yang berfungsi untuk

memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim ptyalin bekerja

secara optimal pada pH 6,8. Di samping karena musin adalah suatu zat yang kental dan licin,

maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan

atau memperlancar proses menelan makanan. Enzim ptyalin mulai tidak aktif pada pH 4,0,

karena setelah makanan ditelan dan masuk ke dalam lambung, proses hidrolisis oleh enzim

ptyalin tidak berjalan lebih lama lagi. Dalam lambung cairan ini hanya dapat bertahan selama

15-30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH antara

1,6-2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah

pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau melihat

makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi, 2006).

Page 2: LANDASAN TEORI ENZIM

PEMBAHASAN ENZIM

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan terhadap enzim yang terdapat

dalam air liur atau saliva. Seperti yang telah kita ketahui air liur atau saliva mengandung

enzim amilase yang berguna untuk membantu proses pencernaan, untuk membuktikannya

kami akan melakukan percobaan hidrolisis pati oleh air liur. Selain itu kami juga akan

melakukan uji klor dan uji benedict untuk mencari tahu adanya kandungan klor dan gula

pereduksi dalam air liur.

Pada percobaan pertama yaitu hidrolisis pati oleh air liur, kami mencampur air liur

dengan larutan pati 2% dan dipanaskan, lalu setiap selang 30 detik kami meneteskan pereaksi

yodium yang berguna untuk melihat hasil hidrolisis. hasil dari hidrolisis ini adalah

berubahnya amilum menjadi maltosa karena adanya enzim amylase. Hidrolisis sempurna

terjadi apabila amilum berubah menjadi senyawa yang lebih sederhana yang akan terdeteksi

pada perubahan warna ketika ditetesi iodin. karbohidrat golongan polisakarida akan

memberikan reaksi dengan larutan iodium dan memberikan warna spesifik bergantung pada

jenis karbohidratnya, yaitu amilopektin dengan iodium akan menghasilkan larutan berwarna

ungu, amilosa akan berwarna biru amilopektin akan berwarna merah violet, dan glikogen

maupun dextrin akan menghasilkan warna coklat sedangkan karbohidrat yang lebih

sederhana tidak memberikan warna jika direaksikan dengan iodium.

Pada percobaan ini, Warna biru timbul pada tetesan ke 16 atau menit ke 8, warna

kecoklatan timbul pada tetesan ke 26 atau menit ke 13, dan terakhir warna menghilang pada

tetesan ke 30 atau menit ke 15. Warna bening menunjukkan bahwa proses hidrolisis telah

selesai dengan terbentuknya maltosa yang ditunjukkan oleh warna bening tersebut, selain itu

Hidrolisis akhir dari enzim amylase dalam air liur adalah maltose.

Percobaan selanjutnya yaitu uji klorida, Uji klorida adalah uji untuk mendeteksi

adanya kandungan ion klorida pada suatu larutan. Prinsip uji Klorida adalah mencampurkan

air liur atau saliva dengan AgNO3 dalam suasana asam sehingga terbentuk endapan putih.

Endapan putih pada hasil pencampuran uji Klorida merupakan AgCl yang mengendap.

Praktikan menggunakan HNO3 untuk membuat suasana menjadi asam. Hasil uji klorida

menunjukkan terdapat endapan putih yang menunjukkan reaksi positif pada uji ini. Uji

klorida membuktikan bahwa air liur mengandung ion klorida. Hasil yang diamati praktikan

Page 3: LANDASAN TEORI ENZIM

ini sudah sesuai dengan literatur yang dirujuk, bahwa air liur mendapat sedikit sumbangan Cl

yang berasal dari cairan gigi.

Percobaan terakhir adalah uji benedict, hasil uji air liur atau saliva yang direaksikan

dengan pereaksi benedict menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa air

liur tidak megandung gula (karbohidrat) pereduksi yang dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi

ion Cu+ yang ada pada larutan Benedict sehingga menjadi Cu2O yang berbentuk endapan

berwarna hijau, kuning atau merah bata. Seharusnya uji benedict ini digunakan untuk

membuktikan kandungan maltosa hasil hidrolisis pati oleh enzim amylase dalam air liur yang

dilakukan pada percobaan pertama.

Page 4: LANDASAN TEORI ENZIM

DAPUS

Page, D. S. Prinsip-Prinsip Biokimia edisi II. Jakarta : Erlangga. 1989

Poedjiadi, Anna. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia PRESS. 2006

Lehninger, Albert L. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga. 1990

Sadikin M. Seri biokimia: biokimia enzim. Jakarta: Widya Medika. 2002

Suhtanry, Rubianty. Kimia Pangan. Makassar : Badan Kerja Sama Perguruan Negeri

Indonesia Bagian Timur. 1985

Sumarlin, la ode. Biokimia. Jakarta: FST UIN. 2013

 

 http://www.scribd.com/doc/53725157/Sekilas-Tentang-enzim oleh Muhammad  Firdaus,

S.Farm. 2004. Diakses pada 03-05-2013 pukul 20:42