landasan-teori antropometri

9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Antropometri Menurut Sritomo (2008), antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia, karena manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran tinggi dan lebar badan dan sebagainya. Antropometri secara lebih luas akan digunakan sebagai pertimbangan-  pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem k erja y ang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal: Perancangan areal kerja (work station). 1. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment  perkakas (tools) dan  peralatan yang sejenisnya. 2. Perancanganproduk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan sebagainya. 3. Perancangan lingkungan kerja fisik. Menurut Nurmianto (2008), antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia berupa ukuran,  bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal, dan distribusi normal tersebut dapat ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). 2.2 Jenis-jenis Antropometri Menurut Sutalaksana (2006), antropometri terbagi menjadi dua jenis yaitu, antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis adalah

Upload: fairuzinanda

Post on 17-Oct-2015

418 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

teori-teori mengenai antropometri

TRANSCRIPT

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Antropometri

    Menurut Sritomo (2008), antropometri berasal dari kata anthro yang berarti

    manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat

    dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh

    manusia, karena manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran tinggi dan

    lebar badan dan sebagainya.

    Antropometri secara lebih luas akan digunakan sebagai pertimbangan-

    pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun

    sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri akan

    diaplikasikan secara lebih luas antara lain dalam hal:

    Perancangan areal kerja (work station).

    1. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment perkakas (tools) dan

    peralatan yang sejenisnya.

    2. Perancanganproduk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan

    sebagainya.

    3. Perancangan lingkungan kerja fisik.

    Menurut Nurmianto (2008), antropometri adalah suatu kumpulan data

    numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia berupa ukuran,

    bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah

    desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai

    mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal, dan distribusi

    normal tersebut dapat ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar

    deviasi).

    2.2 Jenis-jenis Antropometri

    Menurut Sutalaksana (2006), antropometri terbagi menjadi dua jenis yaitu,

    antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis adalah

  • antropometri tentang ciri-ciri fisik luar manusia dalam keadaan diam atau dalam

    posisi yang dibakukan, sedangkan antropometri dinamis mengenai keadaan dan

    ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-

    gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melakukan kegiatannya. Data-

    data dari hasil pengukuran dalam keadaan statis maupun dinamis disebut data

    antropometri. Data ini digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan dan

    objek-objek lain yang berinteraksi dengan pekerja. Mengingat keadaan dan ciri fisik

    manusia dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya maka

    terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu:

    1. Perancangan berdasarkan individu yang ekstrem.

    Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang dirancang

    tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian orang yang akan

    memakainya (biasanya minimal oleh 95% pemakai). Pada umumnya persentil

    yang digunakan adalah pesentil 5 dan persentil 95.

    2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

    Prinsip ini digunakan untuk merancang objek agar objek dapat menampung atau

    bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua pengguna potensial.

    Misalnya, kursi pengemudi mobil bisa diatur maju mundur dan kemiringan

    sandarannya, tinggi kursi sekretaris dan tinggi permukaan mejanya yang bisa

    dinaik turunkan.Kelemahannya adalah kesulitan dalam hal teknis dan biaya.

    3. Perancangan individual

    Prinsip ini hanya digunakan apabila objek yang bersangkutan khusus dirancang

    bagi satu individu tertentu, berarti ukuran bagian-bagian objek dibuat tepat

    untuk tubuh pemesannya. Biasanya perancangan ini untuk pemakai khusus

    seperti orang yang berukuran tubuh ekstrem: amat gemuk, sangat tinggi, dan

    sebagainya, begitu pula bagi para penderita cacat tubuh.

    2.3 Beberapa Sumber Variabilitas

    Menurut Nurmianto (2008), perbedaan antara populasi yang satu dengan

    populasi yang lain,yaitu dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yang di pengaruhi

    sebagai berikut:

  • 1. Keacakan atau random.

    Setiap dalam butir pertama ini walaupun telah terdapat dalam satu kelompok

    populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan

    pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara

    berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi

    kelompok anggota masyarakat jelas dapat diaproksimasikan dengan

    menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil yang

    telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya telah dapat

    diestimasi.

    2. Jenis kelamin.

    Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh

    pria dan wanita, untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang

    signifikan diantara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak dapat

    diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya

    daripada wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis tersebut

    selalu disajikan terpisah.

    3. Suku bangsa.

    Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak

    kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu

    negara ke negara lain.

    4. Usia.

    Dalam hal ini digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu, balita, anak-

    anak, remaja, dewasa, lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh jika desain

    aplikasinya untuk antropometri anak-anak, antropometrinya cenderung terus

    meningkat sampai batas usia dewasa.

    5. Jenis pekerjaan.

    Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

    karyawan, misalnya buruh dermaga pelabuhan yang harus mempunyai postur

    tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada

    umumnya, apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

  • 6. Pakaian.

    Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya

    iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya terutama untuk

    daerah dengan empat musim.

    7. Faktor kehamilan pada wanita.

    Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau

    dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

    8. Cacat tubuh secara fisik.

    Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan

    diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk

    para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta

    merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dan ilmu ergonomi didalam

    pelayanan untuk masyarakat.

    2.4 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri

    Menurut Sritomo (1992), data antropometri jelas diperlukan agar supaya

    rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya.

    Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari

    pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang

    dibuat berdasarkan pesanan (job order). Situasi menjadi berubah manakala lebih

    banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak

    orang. Permasalahan yang timbul disini adalah ukuran siapakah yag nantinya akan

    dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada. Mengingat ukuran

    individu akan bervariasi satu dengan yang lainnya maka perlu penetapan data

    antropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi target sasaran.

    Menurut Nurmianto (2008), penggunaan distribusi normal ditandai dengan

    adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Persentil adalah suatu nilai

    yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang

    dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Besarnya nilai

    persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.

  • 2.5 Kondisi Lingkungan Kerja Mempengaruhi Kegiatan Manusia

    Menurut sutalaksana (2006), sebagai makhluk yang paling sempurna

    manusia tidak luput dari berbagai kekurangan, maksudnya adalah segala

    kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa

    datang dari pribadinya (intern) atau sebagai akibat dari pengaruh luar (ekstern).

    Salah satu faktor yang datang dari luar dan akan dibahas dalam kesempatan ini ialah

    lingkungan kerja saat manusia melaksanakan kegiatannya. Seringkali ini disebut

    sebagai lingkungan mikro (berbeda dengan lingkungan makro yang cakupan

    ruangnya sangat luas, mencakup cuaca, radiasi matahari, pencemaran udara luar

    dan sebagainya), suatu kenyataan bahwasanya lingkungan dekat manusia ditempat

    kerjanya ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia. Sebagaimana kita ketahui,

    keadaan lingkungan dibentuk oleh berbagai unsurnya, yakni suhu udara dan

    kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-

    bauan, kecepatan, ketinggian, dan lain-lain.

    2.6 Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Stasiun Kerja

    Secara ideal stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi pokok

    dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin atau

    peralatan, dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan

    didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan

    aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga fungsi

    mesin atau peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam

    melaksanakan tugas yang ditentukan.Mesin atau peralatan kerja juga berfungsi

    menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat beban

    kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan tetapi

    berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.

    Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam sikap posisi

    kerja yang lain, pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan sikap

    atau posisi kerja akan sangat penting. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan

    sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan.

    Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja

  • yang aneh dan kadang-kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang

    lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak

    kesalahan atau menderita cacat tubuh. Untuk menghindari sikap dan posisi kerja

    yang kurang favourable ini pertimbangan-pertimbangan ergonomic, antara lain

    menyarankan hal-hal seperti :

    1. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi

    membungkuk dengan frekwensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.

    Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama

    sekali dengan memperlihatkan fasilitas kerjanya seperti meja kerja, kursi, dll

    yang sesuai dengan data antropometri, agar operator dapat menjaga sikap dan

    posisi kerjanya tetap tegak dan normal.

    2. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa

    dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak

    jangkauan normal (konsep atau prinsip ekonomi gerakan). Disamping

    pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga akan

    mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal tertentu operator

    harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh sikap dan

    posisi kerja yang lebih mengenakkannya.

    3. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu

    yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi

    miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa

    operator harus bekerja dengan posisi telentang atau tengkurap.

    Menurut Nurmianto (2008), penetapan sikap dan posisi kerja sesuai dengan

    pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas pada dasarnya bertujuan memberikan

    kenyamanan pada pekerja dengan memperhatikan sikap dan posisi kerja yang

    mereka senangi.

  • 2.7 Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan Produk atau

    Fasilitas Kerja

    Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam

    anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan sangat besar manfaatnya

    pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan

    suatu rancangan produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang

    mengoperasikannya, maka prinsipprinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi

    data anthropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan

    berikut ini :

    1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim

    Disini rancang produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :

    a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

    dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

    b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas

    dari populasi yang ada) agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka

    ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :

    c. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan

    produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90th,

    95 th, atau 99th percentile. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada

    penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dll.

    d. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

    persentil yang paling rendah (1st, 5th, 10 thpercentile) dari distribusi data

    anthropometri yang ada. Hal ini diterapkan, sebagai contoh, untuk dalam

    penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus

    dioperasikan oleh seorang pekerja. Secara umum aplikasi data

    anthropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan

    menetapkan nilai 5th percentile untuk dimensi maksimum dan 95th untuk

    dimensi minimumnya.

    2. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Di AntaraRentang

    Ukuran Tertentu.

  • Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel

    dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran

    tubuh.Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang

    mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju atau mundur dan sudut sandarannya

    pun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan.Dalam kaitannya untuk

    mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data anthropometri yang

    umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5th s/d 95th percentile.

    3. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-rata.

    Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran

    manusia.Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka

    yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk

    mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki

    ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

    Menurut Sritomo (1992), berkaitan dengan aplikasi data anthropometri

    yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka

    ada beberapa saran atau rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-

    langkah seperti berikut:

    1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang

    nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. Tentukan

    dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini

    juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body

    dimension atau functional bodydimension.

    2. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan

    dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim

    dikenal sebagai marketsegmentation seperti produk mainan untuk anak-anak,

    peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.

    3. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut

    untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel

    (adjustable) ataukah ukuran rata-rata.

    4. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th, ataukah nilai

    persentil yang lain yang dikehendaki. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah

  • diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data

    anthropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor

    kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat

    faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung

    tangan (gloves), dan lain-lain.