lampiran vi -...
TRANSCRIPT
1
LAMPIRAN VI : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 NOPEMBER 2011 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN
GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu kawasan andalan
dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Barat juga mempunyai arti penting
bagi keutuhan ekosistem Jawa Barat dalam mendukung kehidupan, pelestarian
fungsi lingkungan hidup, dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Kawasan
Bandung Utara (KBU) sebagai kawasan konservasi air di Cekungan Bandung
diharapkan dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan Bandung.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan dan perkembangan
penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) masih belum terkendali
sehingga menimbulkan gangguan fungsi lindung baik di kawasan itu sendiri
maupun kawasan di bawahnya.
Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU, pemerintah Provinsi
Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang diantaranya berupa
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan
Ruang di Kawasan Bandung Utara.
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara
disusun guna menyediakan pedoman dan arahan bagi upaya pengendalian
pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara serta aturan teknisnya. Peraturan
Gubernur ini juga diharapkan mampu sebagai rujukan bagi semua pihak dalam
melakukan koordinasi, kerjasama, penyesuaian, dan komunikasi dalam rangka
mewujudkan keterpaduan dan efektivitas upaya pengendalian pemanfaatan ruang
di KBU yang melibatkan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, instansi
terkait, masyarakat, serta para pelaku usaha.
Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di KBU
meliputi ketentuan teknis pemanfaatan ruang, penataan bangunan, rekayasa
teknis dan vegetatif, pengawasan, dan rekomendasi perizinan.
2
II. ARAHAN PERATURAN ZONASI KAWASAN BANDUNG UTARA
Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Bandung Utara aterdiri dari Peta Arahan
Zonasi (Zoning Map) sebagaimana tercantum pada Lampiran IV dan Teks Arahan
Aturan per Zona (Zoning Text ) sebagaimana tercantum pada pasal pasal batang
tubuh .
III. KETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG
1. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang Kawasan Lindung mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang untuk budidaya tercantum dalam Tabel
Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Permukiman dan
Budidaya Non Permukiman di KBU.
IV. KETENTUAN TEKNIS PENATAAN BANGUNAN
A. Penetapan KDB
1. Penetapan KDB Maks Berdasarkan Kemiringan Lereng Maksimum 30%
Kemiringan Lereng Rata-rata
KDB Maksimum Berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh
dibangun 30%
Perkotaan Perdesaan
0% - 8% 40% 20%
8% - 15% 37% 12%
15% - 30% 32% 7%
30% - 40% 10% 2%
>40% (*) 2% 2% Catatan :
- KDB maksimum perkotaan = 40%
- KDB maksimum non perkotaan = 20%
- Disarankan untuk Kawasan Bandung Utara KDB maksimum yang diperbolehkan yaitu berdasarkan
kemiringan maksimum yang boleh dibangun sebesar 30%.
- (*) hanya diperbolehkan bagi pembangunan prasarana/sarana khusus/tertentu
3
Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Budidaya Permukiman dan non Permukiman di KBU.
Fungsi Utama/ Pemanfaatan Ruang
Lokasi Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang
Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang Boleh Bersyarat Boleh
Budidaya Permukiman A : Perkotaan
Kota Bandung
Cibeunying Kaler Cibiru Cicendo Cidadap Coblong Sukajadi Sukasari Ujungberung
Cigadung Cisurupan, Palasari Pasirbiru Husein Sastranegara, Sukaraja Ciumbuleuit, Hegarmanah, Ledeng Cipaganti, Dago, Lebakgede, Lebak Siliwangi, Sekeloa Cipedes, Pasteur, Sukabungah, Sukagalih, Sukawarna Gegerkalong, Isola, Sarijadi, Sukarasa Pasirwangi
- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung.
- Industri besar dan sedang dan industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari lingkungan (berdasarkan hasil penilaian kelayakan lingkungan)
- Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada Observatorium Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar (KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal pada Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara
penilaian daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan
B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.
C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi.
D. Kegiatan di wilayah KWT akt < KWT maks., atau di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB
maks. 40%, 2. Komplek Perumahan, Rumah Susun,
Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 30% dan KDH min. 64%, kecuali kawasan tertentu yg menurut RDTR lebih ketat.
3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 30%.
- Ruang Terbuka Hijau - Hutan Kota - Rumah Panggung
Kayu - Renovasi bangunan
lama dengan pengurangan KDB kurang/ dari KDB maks. ( KDB maks. 40% dan KDH min. 52%)
- Pagar, benteng , pos jaga
Kota Cimahi
Cimahi Tengah Cimahi Utara
Cimahi, Karangmekar, Padasuka, Setiamanah Cibabat, Cipageran, Citeureup, Pasirkaliki
Kab. Bandung Barat
Parongpong Ngamprah Lembang
Sariwangi, Ciwaruga Tanimulya, Ngamprah Lembang, Kayuambon
4
Budidaya Permukiman B. Perdesaan
Kab. Bandung
Cileunyi Cimenyan Cilengkrang
Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan Mekarwangi Girimekar, Malatiwangi
- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung.
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari lingkungan atau di zona resapan utama air tanah tanpa izin
- Bangunan dengan jumlah lantai tertentu yang tidak sesuai daya dukung dan tidak serasi dengan lingkungan sekitar.
- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar (KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi ketentuan KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara
penilaian daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.
B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.
C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi.
D. Kegiatan di wilayah KWT akt.< KWT maks., atau di Zona II atau Zona III, dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB
maks. 20%, 2. Komplek Perumahan, Rumah susun
dengan jumlah lantai terbatas sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan, Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan tipe tertentu yang sesuai nuansa perdesaan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 20% dan KDH mini. 76%.
3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 20%.
- Ruang Terbuka Hijau - Hutan kota - Rumah Panggung
Kayu - Renovasi bangunan
lama dengan pengurangan KDB kurang/sama dari KDB maks. (20%)
- Pagar, benteng , pos jaga, pos pengamatan,
- Pertanian, perkebunan, wisata ramah lingkungan
Kab. Bandung Barat
Lembang Parongpong Lembang Parongpong
Cibodas, Langensari, Cibogo, Wangunsari, Sukajaya, Gudang Kahuripan Cihanjuang, Cihanjuang, Rahayu, Cigugur Girang, Cihideung Cibodas, Langensari, Cibogo, Wangunsari, Sukajaya, Gudangkahuripan Cihanjuang, CihajuangRahayu, Karyawangi, Cigugur Girang, Padaasih
5
Budidaya Permukiman C. Perdesaan tertentu / perbatasan desa kota
Kab. Bandung
Cileunyi Cimenyan Cilengkrang
Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan Mekarwangi Girimekar, Malatiwangi, Jatiendah
- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung.
- perhitungan daya dukung dan daya tampung per Desa / Kel..
- Industri besar dan sedang dan industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari lingkungan/ di zona resapan utama air tanah tanpa izin
- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.
B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.
C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi.
D. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB
maks. 20%, 2. Komplek Perumahan,Rumah susun
dengan jumlah lantai terbatas sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan. Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 15% dan KDH min. 80%.
3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 20%.
- Ruang Terbuka Hijau - Hutan kota - Rumah Panggung
Kayu - Renovasi bangunan
lama dengan pengurangan KDB kurang/sama dari KDB maks. (15%)
- Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan
- Pertanian, perkebunan, wisata ramah lingkungan
Kab. Bandung Barat
Parongpong Lembang Cisarua Cikalong Wetan Ngamprah
Cihanjuang, CihajuangRahayu, Cigugur Girang, Cihideung Cikidang, Mekarwangi, Cikole, Cikahuripan Kertawangi, Pasirhalang Cipada Ngamprah
6
Budidaya Pertanian Lahan Basah
Kab. Bandung
Cimenyan Cilengkrang Cileunyi
Ciburial, Mekarsaluyu, Cimenyan, Mandalamekar, Mekarmanik, Cipanjalu, Girimekar, Cikadut Malatiwangi, Ciporeat, Cilengkrang Cimekar, Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.
- Alih fungsi lahan pertanian beririgasi teknis
- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari lingkungan
- Kegiatan pembangunan yang tdk berizin atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I, kecuali dimungkin- kan dari perhitungan daya dukung dan daya tampung per Desa / Kel..
- Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan dan di luar persawahan.
B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tipe perdesaan tdk
melebihi KDB maks. 15%, pada lingkungan perkampungan yang ada.
2. Ekowisata, wisata pendidikan, produksi pertanian dengan KDB kawasan maks. 2%.
3. Non rumah tinggal pendukung usaha pertanian berbentuk semi permanen yang bukan kawasan dengan KDB maks. 15%.
4. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.
5. Jalan umum dan infrastruktur transportasi usaha pertanian.
6. Kantor pemerintahan, sekolahan, pelayanan kesehatan, tempat ibadah secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 15%.
- Pertanian lahan basah dan agrowisata yang sesuai kaidah lingkungan.
- Ruang Terbuka Hijau - Hutan, perkebunan - Rumah Panggung
Kayu - Renovasi bangunan
lama dengan penguranagn KDB kurang/sama dariKDB maks. (15%)
- Pagar, benteng, pos jaga, pos penimbangan, pos pengamatan
Kab. Bandung Barat
Cikalong Wetan Cisarua Ngamprah Parongpong Lembang Padalarang
Cipada, Ciptagumanti, Mekarjaya, Mandalamukti, Ciptagumanti, Cisomang Cipada, Sadangmekar, Pasirlangu, Tugumukti, Pasirhalang, Jambudipa, Padaasih Bojongkoneng, Sukatani, Ngamprah, Mekarsari, Cilame, Pakuhaji Cihanjuang, Sariwangi, Cigugur Girang, Karyawangi Cikole,Cibogo, Cikidang, Wangunharja, Wangunsari, Cibodas, Suntenjaya, Pagerwangi Tagogapu, Campakamekar
7
Budidaya Pertanian Lahan Kering
Kab. Bandung
Cimenyan Cilengkrang Cileunyi
Mekarmanik, Cimenyan, Cibeunying Cipanjalu, Ciporeat, Cilengkrang Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari lingkungan
- Kegiatan pembangunan yang tdk berizin/ non pertanian, perkebunan, kehutanan, atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I , kecuali dimungkin- kan dari perhitungan daya dukung dan daya tampung per desa/kel
- Apartemen/rumah susun/hotel dengan jumlah lantai tidak sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan dan/atau berada di ketinggian lebih dari 1200 dpl.
- Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.
B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan 1. Rumah tinggal dan non rumah
tinggal tipe perdesaan/ utk menunjang usaha tani secara terbatas tanpa melebihi ketentuan KDB maks.15%, untuk kawasan kota dapat dipertimbangkan KDB maks. 30% setelah melalui kajian teknis.
2. Permukiman /perumahan perdesaan dengan KDB maks. kawasan 7%.
3. Kawasan ekowisata, wisata pendidikan, produksi pertanian dengan KDB kawasan maks. 2%.
4. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan, jalan umum tipe tertentu.
5. Kantor pemerintahan, sekolahan, pelayanan kesehatan, tempat ibadah secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 15%.
6. Rumah susun/ hotelbernuansa alam dengan lantai terbatas, sesuai penilaiian daya dukung dan keserasian lingkungan.
- Pertanian dan perkebunan yang sesuai kaidah lingkungan.
- Hutan Rakyat, Hutan, Ruang Terbuka Hijau
- Renovasi bangunan lama tanpa melebihi KDB lama/KDBmaks.(15% )
- Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan
Kab. Bandung Barat
CikalongWetan Parongpong Cisarua Ngamprah Lembang
Ganjarsari, Mandalamukti, Mekarjaya, Mandalamukti, Karyawangi, Cihideung, Cihanjuang, Ciwaruga, Cihanjuang Rahayu, Sariwangi Kertawangi, Pasirlangu, Tugumukti, Pasirhalang, Jambudipa, Padaasih Cilame Cikahuripan, Jayagiri, Sukajaya, Cikidang, Wangunharja, Mekarwangi, Cibodas, Suntenjaya, Langensari
Kota Bandung
Sukasari Coblong Ujungberung Cibiru Cibeunyingkidul Cidadap Cibeunying Kaler
Ledeng, Isola Dago Pasirjati, Pasirwangi, Pasanggrahan Cisurupan, Palasari, Pasirbiru Pasirlayung Ciumbuleuit Cigadung
Kota Cimahi
Cimahi Utara
Cipageran, Citeureup
8
Budidaya Perkebunan atau Hutan Rakyat
Kab. Bandung
Cimenyan Cilengkrang Cileunyi
Mekarsaluyu, Cimenyan, Mandalmekar, Ciburial, Mekarmanik, Cikadut Cipanjalu, Girimekar, Malatiwangi, Ciporeat, Cilengkrang Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon
- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari dan merusak lingkungan.
- Kegiatan permukiman baru. (pengembangan kawasan perumahan )
- Kegiatan pembangunan yang tdk berizin/ non perkebunan, kehutanan, atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I
- Apartemen - Kegiatan yang mengakibatkan
gangguan pada observatorium Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal untuk menunjang usaha perkebunan dan kehutanan tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa: 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang
secara perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.
B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal atau non rumah
tinggal penunjang usaha perkebunan/kehutanan/ di lingkungan perkampungan yang ada dg KDB maks. 10 %.
2. Kawasan ekowisata, wanawisata, agro wisata, wisata pendidikan, produksi perkebunan / hutan rakyat dengan KDB kawasan maks. 2%.
3. Penginapan penunjang wisata dengan nuansa alam / perdesaan tidak melebihi KDB maks. 10%.
C. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.
D. Jalan umum,infrastruktur, transportasi menuju pusat produksi dengan kriteria tertentu.
E. Fasilitas pelayanan publik seperti kantor desa, sekolahan, puskesmas, tempat ibadah, secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 10%.
- Perkebunan dan hutan rakyat yang sesuai kaidah lingkungan.
- Hutan lindung, hutan produksi
- Renovasi bangunan lama tanpa melebihi KDB maks. (KDB maks. 10% dan KDH min. 85%)
- Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan
Kab. Bandung Barat
Cikalong Wetan Cisarua Ngamprah Parongpong Padalarang Lembang
Ganjarsari, Mandalamukti, Cipada, Mekarjaya, Cisomang Sadangmekar, Cipada, Pasirlangu, Tugumukti, Kertawangi, Jambudipa, Pasirhalang, Padaasih Bojongkoneng, Cimanggu, Cilame, Pakuhaji, Cihideung, Ngamprah Cihanjuang Rahayu, Cihanjuang, Karyawangi, Sukajaya Tagogapu Jayagiri, Gudangkahuripan, Wangunsari, Pagerwangi, Mekarwangi, Langensari, Cikidang, Cibogo, Cikahuripan
Kota Bandug
Cibiru Mandalajati Cidadap Ujungberung Coblong Cibeunying Kaler
Cisurupan, Palasari, Pasirbiru Sindang Jaya, Jatihandap Ciumbuleuit, Hegarmanah Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi Dago Cigadung
Kota Cimahi Cimahi Utara Cipageran, Citeureup
9
2. Perhitungan luas bangunan ditentukan sebagai berikut:
a. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar.
b. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20
m dihitung 100%.
c. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding
tidak lebih dari 1,20 m, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari
luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan
d. Overstek atap yang melebih 1,50m maka luas mendatar kelebihannya
dianggap sebagai lantai denah.
e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih dari 1.20m di
atas lantai teras, tidak diperhitungkan.
f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti
luas lantai di atas tanah dengan batasan Koefisien Tapak Besmen
yang telah ditetapkan.
g. Luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati batas-batas area
perencanaan atau berada di bawah prasarana kota atau di bawah
ruang terbuka publik ditentukan lebih lanjut dengan surat keputusan
bupati
h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KDB asal tidak melebihi dari 50% KDB yang telah
ditetapkan. Jika melebihi, maka diperhitungkan 50% terhadap KDB.
i. Peningkatan intensitas ruang untuk sebuah area perencanaan harus
melalui surat keputusan bupati
B. Penetapan KLB
1. Rumus Perhitungan KLB adalah sebagai berikut :
2. Perhitungan ketinggian sebuah bangunan ditentukan sebagai berikut:
JLB
KLB = ------------------------------------- LK KLB = Koefisien Lantai Bangunan JLB = Luas Lantai Bangunan LK = Luas Kavling/Petak/Persil
10
a. Ketinggian bangunan dalam petunjuk operasional ini adalah jumlah lantai
penuh suatu bangunan dihitung dari lantai dasar sampai dengan lantai
tertinggi.
b. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai dengan puncak atap
bangunan yang dinyatakan dalam meter
c. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk
arsitektural bangunannya.
d. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5m
disesuaikan dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah,
industri, gedung olah raga, bangunan monumental, dan bangunan gedung
serba guna)
e. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
f. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang.
g. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan
persetujuan bupati.
C. Penetapan KDH
1. Penetapan KDH Maksimum berdasarkan kemiringan lereng
Kemiringan Lereng Rata-rata
Perkotaan Perdesaan
0% - 8% 52% 76%
8% - 15% 55% 85%
15% - 30% 61% 91%
30% - 40% 88% 98%
>40% 96% 100%
2. Rumus perhitungan KDH :
dimana : KDH = Koefisien Dasar Hijau KD = Koefisien Dasar Bangunan
3. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin
diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian
area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami
pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah kedap air.
KDH = 100% - (KDB+(20% x KDB))
11
4. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalam kawasan-
kawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan
campuran.
D. Ketentuan Perencanaan Tata Letak Bangunan
1. Pelandaian Lereng
a. Semakin tinggi nilai kemiringan lereng, semakin sempit daerah yang boleh
dilandaikan.
b. Pelandaian lereng maksimum
Kawasan Perdesaan
Kemiringan Pelandaian Maksimum
0-8 % 18 % dari luas lahan
8-15 % 18 % dari luas lahan
15-30 % 10 % dari luas lahan
> 30 % 0 % dari luas lahan
Kawasan Perkotaan
Kemiringan Pelandaian Maksimum
0-15 %
(Kawasan perkotaan berkepadatan tinggi)
15 % dari luas lahan
0-15 %
(Kawasan perkotaan berkepadatan
sedang)
15 % dari luas lahan
0-15 %
(Kawasan perkotaan berkepadatan
rendah)
15 % dari luas lahan
15-30 % 10 % dari luas lahan
> 30 % 0 % dari luas lahan
2. Jarak Bebas Minimum Samping dan Belakang
a. Ketentuan mengenai jarak bebas ditentukan sebagai berikut :
i. Pada bangunan renggang, jarak bebas samping maupun belakang
ditetapkan 4m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai,
jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai di
bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 15m. Ketentuan ini
berlaku untuk bangunan selain bangunan rumah tinggal dan bangunan
industri.
ii. Pada bangunan industri dan gudang renggang, ditetapkan jarak
bebasnya adalah 5m pada lantai dasar, dan setiap penambahan lantai,
jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai
dibawahnya.
12
iii. Jarak bebas bangunan renggang pada kawasan cagar budaya atau
kawasan khusus diatur dalam ketentuan mengenai cagar budaya atau
kawasan khusus.
iv. Untuk bangunan berderet/rapat, jarak bebas diperkenankan tidak ada
sampai dengan lantai ke delapan, setelah lantai ke delapan, maka
untuk lantai selanjutnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai
dibawahnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk bangunan rumah tinggal.
3. Garis Sempadan Bangunan
a. Garis sempadan bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah garis
yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis
Sempadan Jalan (GSJ) yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang
dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
b. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disebut GSJ adalah garis
rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
c. Untuk Kawasan Bandung Utara GSB dibuat relatif kecil yaitu sekitar ½
rumija +1 meter.
d. Ketentuan mengenai GSB dan GSJ adalah sebagai berikut:
i) Ruang terbuka diantara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai unsur
penghijauan atau daerah resapan air hujan dan atau utilitas umum dan
atau jalur pejalan.
ii) Untuk kawasan pusat kota, ruang tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai fasilitas penunjang berupa bangunan sementara. Atau bisa
juga sebagai tempat parkir dengan tetap menyediakan jalur pejalan
minimal 50% dari keseluruhan ruang terbuka tersebut.
iii) Penggunaan-penggunaan tersebut harus memenuhi ketentuan dan
standar yang berlaku tanpa mengurangi persyaratan unsur penghijuan
dan atau daerah resapan air hujan.
e. Perhitungan GSB menggunakan rumus :
i) Rumija ≥ 8m = 0.5 x lebar Rumija + 1m.
ii) Rumija < 8m = 0.5 x lebar Rumija
13
E. Desain Tata Letak Bangunan
1. Pertimbangan utama dalam perencanaan tapak adalah :
a. Menjaga fungsi resapan air
b. Mempertahankan kontur lahan alami
c. Mempertahankan karakter fisik dan vegetasi alami
d. Memperkecil luas terbangun/penutupan lahan
2. Pemilihan desain tata letak bangunan, jalan dan sarana dan prasarana yang
memenuhi pertimbangan tersebut adalah:
a. Desain perataan tanah harus mempertahankan kondisi kontur alami
Desain rencana tapak perlu memperhatikan bentukan yang
tidak terlalu mengubah kondisi eksisting alam.
b. Desain tapak harus mempertahankan karakter alami lahan
Rancangan tapak sebaiknya tidak menghilangkan karakter alami lahan
14
c. Desain tapak harus mempertahankan kontur alami
Meminimalkan perubahan kontur lahan
d. Pembagian blok lahan dan desain jalan dengan tipe cluster luas
terbangun
Sesedikit mungkin menggunakan bahan
perkerasan, jalan perlu dirancang seefisien
mungkin
15
e. Memperkecil GSB untuk meminimalkan luas lahan terolah
Gunakan GSB yang kecil untuk meminimalkan luas tanah yang dibangun dan diperkeras
f. Desain lahan parkir disesuaikan dengan karakter dan kontur alami
Rancangan parkir perlu mempertimbangkan karakter kontur lahan
16
F. Ketentuan Perancangan Bangunan
1. Bentuk dan Struktur Bangunan
a. Pemilihan bentuk dan struktur bangunan ditujukan untuk :
i) Memperkecil KDB per kawasan
ii) Memperkecil KDB per petak lahan/luas dasar bangunan
iii) Memperkecil luas perataan tanah (cut and fill)
iv) Mempertahankan fungsi resapan air
b. Rekomendasi bentuk dan struktur bangunan di KBU :
i) Bangunan tingkat dan atau berderet, terutama pada kawasan
permukiman perkotaan, untuk memperkecil luas dasar bangunan, luas
perataan tanah dan KDB per kawasan.
Koefisien Dasar Bangunan sebaiknya ditekan serendah mungkin. Lebih baik menggunakan bangunan bertingkat dari pada meluas di lantai
dasar.
ii) Bangunan dengan massa (tinggi dan besar bangunan) yang seimbang
dengan lingkungannya. Semakin curam kelerengan semakin kecil
massa bangunan. Dilarang membuat bangunan dengan ukuran sangat
besar (memiliki luas lantai dasar di atas 2000 m2 untuk sebuah
bangunan) atau berlantai tinggi (di atas 6 lantai).
Bangunan dipecah dalam massa yang lebih kecil dan jangan membuat massa bangunan yang besar dan lebar, sehingga tidak perlu melakukan cut
and fill tanah yang terlalu besar.
17
iii) Bentuk bangunan panggung yang tidak banyak menutup permukaan
tanah sehingga fungsi resapan air terjaga dan merupakan struktur yang
lebih tahan gempa.
Bangunan panggung relatif tidak banyak menutupi permukaan tanah sehingga resapan air tanah terjaga. Kolam resapan sangat membantu
proses penyerapan tersebut
iv) Bangunan dengan bentuk dan struktur yang sesuai dengan kemiringan
lereng atau tidak banyak merubah kontur lahan alami.
Membangun bangunan di Bandung Utara yang berlereng curam sebaiknya menggunakan jenis bangunan yang tidak banyak merubah
kontur lahan
18
v) Bagian dari bangunan seperti teras dan garasi dirancang agar dapat
memanfaatkan perbedaaan kontur, misalnya dengan membangun
garasi sebagai lantai dasar atau bagian teras rumah.
vi) Menggunakan tipe pondasi dan struktur yang sesuai dengan kondisi
kemiringan lereng.
Jenis pondasi perlu diplih secara cermat untuk lahan yang berkontur
c. Untuk kawasan rawan bencana gerakan tanah maupun gempa, bentuk dan
struktur bangunan harus disesuaikan dengan peraturan perundangan dan
SNI yang berlaku.
2. Atap Bangunan
a. Sebaiknya menggunakan atap dengan desain tanpa talang agar air dapat
dialirkan langsung ke tanah.
b. Melengkapi jalur jatuhnya air dari atap di tanah dengan lapisan kerikil dan
pasir untuk mempercepat air meresap serta mengurangi air larian dan
mengurangi volume air pada saluran permukaan.
19
c. Apabila menggunakan talang maka pada akhir pipa talang harus dialirkan
pada sumur resapan
d. Membangun ruang utilitas di atap, hanya apabila digunakan sebagai
ruangan untuk melindungi alat-alat, mekanikal, elektrikal, tanki air,
cerobong (shaft) dan fungsi lain sebagai ruang pelengkap bangunan,
dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40 m diukur secara
vertikal dari pelat atap bangunan, kecuali untuk ruang mesin teknis lainnya
diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan. Apabila luas lantai melebihi
50% dari luas lantai bawahnya maka ruang utilitas tersebut diperhitungkan
sebagai penambahan tingkat.
V. KETENTUAN TEKNIS REKAYASA TEKNIS DAN VEGETATIF
Rekayasa teknis dan vegetasi dilakukan terhadap perubahan tata guna lahan
yang telah terjadi dan tidak dapat dikembalikan pada fungsi lindung. Penerapan
rekayasa teknis dan vegetasi pada kawasan yang telah terbangun untuk memperbaiki
kemampuan meresapkan air, mengurangi erosi dan debit air larian.
Rekayasa teknik adalah melakukan rekayasa teknik sipil dalam pembangunan
bangunan gedung, prasarana lingkungan dan pertanian; baik secara individual
maupun komunal, misalnya sumur resapan dan biopori. Setiap persil tanah atau
kavling yang akan dibangun harus melakukan rekayasa teknis yang mampu
meresapkan air hujan sehingga tidak ada air hujan yang keluar dari persil/kavling
yang bersangkutan.
Rekayasa vegetasi adalah melakukan penanaman tanaman dalam skala rumah
tangga, lingkungan maupun kawasan untuk memperbaiki atau mengembalikan fungsi
konservasi serta iklim mikro.
20
JENIS
REKAYASA URAIAN
1. REKAYASA
TEKNIS
1. SUMUR RESAPAN :
Teknis pembuatan sumur resapan mengacu kepada peraturan perundang–
undangan dan SNI 03-2459-1991, Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.
SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Perkarangan.
SNI 03-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.
VOLUME AIR YANG HARUS DIRESAPKAN UNTUK TUTUPAN BANGUNAN
KDB
%
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200
10 - - - - - - -
15 0.16 0.18 0.20 0.23 0.27 0.34 0.45
20 0.38 0.43 0.49 0.55 0.65 0.81 1.08
25 0.51 0.58 0.65 0.73 0.88 1.10 1.44
30 0.60 0.68 0.76 0.85 1.02 1.29 1.69
JUMLAH SUMUR RESAPAN YANG DIPERLUKAN PADA SETIAP TIPE
BANGUNAN
KDB
%
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200
10 - - - - - - -
15 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 2 2
25 1 1 1 1 2 2 2
30 1 1 2 2 2 2 2
Keterangan : - T. 100 berarti luas atap bangunan = 100 m2
- Sumur resapan dimensi : diameter 1 m, tinggi 1 m
21
JENIS
REKAYASA URAIAN
BENTUK DAN DIMENSI SUMUR RESAPAN
2. BIOPORI (Sumber : www.biopori.com; Multimanfaat Lubang Resapan
Biopori Untuk Pelestarian Lingkungan Perkotaan, Kamir R.Brata) :
Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat
secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan
kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan
air tanah dangkal tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah (lihat
gambar). Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori.
LRB adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi
kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Cara pembuatan :
1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter
10 cm atau tidak dengan diameter 10 cm. Kedalaman kurang lebih
100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila tanahnya
dangkal. Jarak antara lubang 5 – 100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 – 3 cm
dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur,
sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang
isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap
akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang
resapan.
Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air
hujan, di dasar alur di sekeliling batang pohon atau pada batas tanaman.
22
LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air
hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling pohon, atau pada batas
tanaman.
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Jumlah LRB = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap (m2)
Peresapan air perlubang (liter/jam)
3. JARINGAN JALAN : Undang-Undang No.38 Tahun 2004 PP No.34 Tahun
2006 Tentang Jalan.
Dalam pembangunan jaringan jalan, hindari topografi yang sulit dan
usahakan untuk tidak memotong sungai/lembah, kecuali disediakan
jembatan yang didesain lengkap dengan trotoar untuk pejalan kaki
Rencana jaringan jalan disesuaikan dengan topografi dan diusahakan
mengikuti kontur dengan suatu sudut daki yang tidak terlalu terjal
Pola drainase ditentukan secara alamiah dan aturlah letak jalan
sedemikian rupa sehingga pola drainase tersebut dapat dipelihara
dengan mudah
Jalan dalam lingkungan perumahan menggunakasn grass block agar tetap
dapat meresapkan air hujan
23
JENIS
REKAYASA URAIAN
4. PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN:
Prasarana limbah dapat menggunakan septic tank yang dilengkapi
dengan treatment tertutup, tidak memakai bidang resapan
Pembangunan jaringan drainase dapat dilakukan dengan mengikuti
alternatif sistem drainase permukaan; sistem drainase bawah tanah
tertutup, sistem drainase bawah tanah tertutup dengan tempat
penampungan tapak atau dengan sistem kombinasi tertutup untuk daerah
yang diperkeras dan drainase terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras
Perencanaan sistem pembuangan air kotor harus memperhatikan kondisi
dan karakter tapak /topografi
Sistem pembuangan air kotor yang baik dan aman untuk perumahan skala
besar adalah dengan menyalurkan melalui pipa tertutup/rool ke lokasi bak
penampungan/kolam oksidasi, setelah melaui proses treatment
(pemisahan antara limbah padat dan cair), kemudian dialirkan melalui bak
resapan ke perairan umum
2. REKAYASA
VEGETASI
a. VEGETASI PEKARANGAN :
a.1. Pekarangan Rumah Besar
- Kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m2;
- RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min.3 (tiga) pohon
pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan
atau rumput.
a.2. Pekarangan Rumah Sedang
- Kategori: rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 – 500 m2;
- RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min. 2 (dua) pohon
pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup
tanah dan atau rumput.
a.3. Pekarangan Rumah Kecil
- Kategori: rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m2;
- RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon
pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah
dan atau rumput.
24
JENIS
REKAYASA URAIAN
a.4. Pekarangan Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha
- Umumnya berupa jalur trotoar dan area parkir terbuka
- Beberapa lokasi dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan
tanaman dalam pot.
- Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70%,
minimal memiliki 2 (dua) pohon kecil atau sedang, ditanam pada
lahan atau pada pot berdiameter diatas 60 cm;
- Persyaratan penanaman pohon pada kawasan ini dengan KDB
dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan
rumah, ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.
b. VEGETASI JALAN :
b.1. Vegetasi tepi Jalan
- tidak bergetah/beracun dan berbuah terlalu besar
- dahan tidak mudah patah, perakaran dalam dan tidak
mengganggu pondasi jalan
- cepat tumbuh dan pemeliharaan mudah
- peletakan tanaman seimbang, sehinggai tidak mengganggu
kendaraan
- jenis tanaman berupa pohon, semak/perdu
b.2. Vegetasi pada median jalan
- dapat menahan silau lampu kendaraan
- jenis tanaman berupa semak/perdu
b.3. Vegetasi jalur pejalan kaki
- peletakan tanaman dapat melindungi pejalan kaki
- jenis tanaman berupa semak/perdu
c. VEGETASI RTH PERKOTAAN
- Pohon kecil (tinggi < 6 m) dengan diameter tajuk 2 – 6 meter ,
jarak tanam optimal antara 4 – 8 meter, liputan vegetasi yang
ditimbulkannya adalah sekitar 12 – 50 m2. ( rataan 30 m2 )
- Pohon sedang ( 6 – 12 m ) dengan diameter tajuk 6 - 9 meter ,
jarak tanam optimal 8 – 12 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar
50 – 115 m2. ( rataan 80 m2 )
- Pohon besar (> 12 m) dengan diameter tajuk diatas 12 meter jarak
tanam optimal adalah 12 – 15 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar
115 – 175 m2 ( rataan 145 m2 ).
- Semak, perdu kecil dan ground cover memberikan liputan
vegetasi, seperti keteduhan, penurunan suhu pada area di bawahnya
saja. Peranan jenis vegetasi ini lebih banyak pada aspek estetika serta
mencegah pemantulan sinar matahari serta mengurangi panas radiasi
matahari yang sampai pada permukaan tanah dan atau perkerasan
serta peningkatan resapan air serta mencegah erosi.
25
JENIS
REKAYASA URAIAN
VEGETASI POHON PELINDUNG BERDASARKAN UKURAN
NO NAMA SPECIES/FAMILI TINGGI DIAMETER
TAJUK
I POHON UKURAN BESAR
1 Kiara Payung/Filicium decipiens > 20 M > 12 M
2 Bungur/Lagerstroemia loudonii > 20 M > 12 M
3 Flamboyan/Delonix regia > 20 M > 20 M
4 Trenguli Batu/Cassia javanica > 20 M > 12 M
5 Seputih Janten/Sindora walichii > 20 M > 12 M
II POHON UKURAN SEDANG
1 Jakaranda/Jakaranda filicifolia 10 - 20 M 6-9 M
2 Cempaka/Micheila campaka 10 - 20 M > 12 M
3 Kasia/Cassia spectabilis 10 - 20 M 6-9 M
4 Cananga/ Cananga odurata 10 - 20 M 6-9 M
5 Ketapang/ Terminalia catappa 10 - 20 M 6-9 M
III POHON UKURAN KECIL
1 Bunga Kupu-kupu/ Bauhinia purpurea
< 6 M 2-6 M
2 Palem Putri/Veitchia merillii < 6 M 2-6 M
3 Jambu Batu/ Psidium guajava < 6 M 2-6 M
4 Dadap Merah/Erythrina crystagali < 6 M 2-6 M
5 Galinggem/ Bixa orellanan < 6 M 2-6 M
26