lampiran vi -...

26
1 LAMPIRAN VI : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 NOPEMBER 2011 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu kawasan andalan dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Barat juga mempunyai arti penting bagi keutuhan ekosistem Jawa Barat dalam mendukung kehidupan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai kawasan konservasi air di Cekungan Bandung diharapkan dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan Bandung. Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan dan perkembangan penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) masih belum terkendali sehingga menimbulkan gangguan fungsi lindung baik di kawasan itu sendiri maupun kawasan di bawahnya. Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU, pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang diantaranya berupa Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara disusun guna menyediakan pedoman dan arahan bagi upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara serta aturan teknisnya. Peraturan Gubernur ini juga diharapkan mampu sebagai rujukan bagi semua pihak dalam melakukan koordinasi, kerjasama, penyesuaian, dan komunikasi dalam rangka mewujudkan keterpaduan dan efektivitas upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU yang melibatkan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, instansi terkait, masyarakat, serta para pelaku usaha. Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di KBU meliputi ketentuan teknis pemanfaatan ruang, penataan bangunan, rekayasa teknis dan vegetatif, pengawasan, dan rekomendasi perizinan.

Upload: phamthien

Post on 03-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

1

LAMPIRAN VI : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 NOPEMBER 2011 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN

GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu kawasan andalan

dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Barat juga mempunyai arti penting

bagi keutuhan ekosistem Jawa Barat dalam mendukung kehidupan, pelestarian

fungsi lingkungan hidup, dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Kawasan

Bandung Utara (KBU) sebagai kawasan konservasi air di Cekungan Bandung

diharapkan dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan Bandung.

Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan dan perkembangan

penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) masih belum terkendali

sehingga menimbulkan gangguan fungsi lindung baik di kawasan itu sendiri

maupun kawasan di bawahnya.

Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU, pemerintah Provinsi

Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang diantaranya berupa

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan

Ruang di Kawasan Bandung Utara.

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara

disusun guna menyediakan pedoman dan arahan bagi upaya pengendalian

pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara serta aturan teknisnya. Peraturan

Gubernur ini juga diharapkan mampu sebagai rujukan bagi semua pihak dalam

melakukan koordinasi, kerjasama, penyesuaian, dan komunikasi dalam rangka

mewujudkan keterpaduan dan efektivitas upaya pengendalian pemanfaatan ruang

di KBU yang melibatkan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota

Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, instansi

terkait, masyarakat, serta para pelaku usaha.

Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di KBU

meliputi ketentuan teknis pemanfaatan ruang, penataan bangunan, rekayasa

teknis dan vegetatif, pengawasan, dan rekomendasi perizinan.

Page 2: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

2

II. ARAHAN PERATURAN ZONASI KAWASAN BANDUNG UTARA

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Bandung Utara aterdiri dari Peta Arahan

Zonasi (Zoning Map) sebagaimana tercantum pada Lampiran IV dan Teks Arahan

Aturan per Zona (Zoning Text ) sebagaimana tercantum pada pasal pasal batang

tubuh .

III. KETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG

1. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang Kawasan Lindung mengikuti peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang untuk budidaya tercantum dalam Tabel

Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Permukiman dan

Budidaya Non Permukiman di KBU.

IV. KETENTUAN TEKNIS PENATAAN BANGUNAN

A. Penetapan KDB

1. Penetapan KDB Maks Berdasarkan Kemiringan Lereng Maksimum 30%

Kemiringan Lereng Rata-rata

KDB Maksimum Berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh

dibangun 30%

Perkotaan Perdesaan

0% - 8% 40% 20%

8% - 15% 37% 12%

15% - 30% 32% 7%

30% - 40% 10% 2%

>40% (*) 2% 2% Catatan :

- KDB maksimum perkotaan = 40%

- KDB maksimum non perkotaan = 20%

- Disarankan untuk Kawasan Bandung Utara KDB maksimum yang diperbolehkan yaitu berdasarkan

kemiringan maksimum yang boleh dibangun sebesar 30%.

- (*) hanya diperbolehkan bagi pembangunan prasarana/sarana khusus/tertentu

Page 3: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

3

Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Budidaya Permukiman dan non Permukiman di KBU.

Fungsi Utama/ Pemanfaatan Ruang

Lokasi Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang

Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang Boleh Bersyarat Boleh

Budidaya Permukiman A : Perkotaan

Kota Bandung

Cibeunying Kaler Cibiru Cicendo Cidadap Coblong Sukajadi Sukasari Ujungberung

Cigadung Cisurupan, Palasari Pasirbiru Husein Sastranegara, Sukaraja Ciumbuleuit, Hegarmanah, Ledeng Cipaganti, Dago, Lebakgede, Lebak Siliwangi, Sekeloa Cipedes, Pasteur, Sukabungah, Sukagalih, Sukawarna Gegerkalong, Isola, Sarijadi, Sukarasa Pasirwangi

- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung.

- Industri besar dan sedang dan industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.

- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan

merusak dan mencemari lingkungan (berdasarkan hasil penilaian kelayakan lingkungan)

- Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada Observatorium Boscha.

- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar (KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal pada Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai

bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara

penilaian daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan

B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.

C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi.

D. Kegiatan di wilayah KWT akt < KWT maks., atau di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB

maks. 40%, 2. Komplek Perumahan, Rumah Susun,

Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 30% dan KDH min. 64%, kecuali kawasan tertentu yg menurut RDTR lebih ketat.

3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 30%.

- Ruang Terbuka Hijau - Hutan Kota - Rumah Panggung

Kayu - Renovasi bangunan

lama dengan pengurangan KDB kurang/ dari KDB maks. ( KDB maks. 40% dan KDH min. 52%)

- Pagar, benteng , pos jaga

Kota Cimahi

Cimahi Tengah Cimahi Utara

Cimahi, Karangmekar, Padasuka, Setiamanah Cibabat, Cipageran, Citeureup, Pasirkaliki

Kab. Bandung Barat

Parongpong Ngamprah Lembang

Sariwangi, Ciwaruga Tanimulya, Ngamprah Lembang, Kayuambon

Page 4: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

4

Budidaya Permukiman B. Perdesaan

Kab. Bandung

Cileunyi Cimenyan Cilengkrang

Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan Mekarwangi Girimekar, Malatiwangi

- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung.

- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi

mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.

- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan

merusak dan mencemari lingkungan atau di zona resapan utama air tanah tanpa izin

- Bangunan dengan jumlah lantai tertentu yang tidak sesuai daya dukung dan tidak serasi dengan lingkungan sekitar.

- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar (KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi ketentuan KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai

bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara

penilaian daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.

B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.

C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi.

D. Kegiatan di wilayah KWT akt.< KWT maks., atau di Zona II atau Zona III, dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB

maks. 20%, 2. Komplek Perumahan, Rumah susun

dengan jumlah lantai terbatas sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan, Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan tipe tertentu yang sesuai nuansa perdesaan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 20% dan KDH mini. 76%.

3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 20%.

- Ruang Terbuka Hijau - Hutan kota - Rumah Panggung

Kayu - Renovasi bangunan

lama dengan pengurangan KDB kurang/sama dari KDB maks. (20%)

- Pagar, benteng , pos jaga, pos pengamatan,

- Pertanian, perkebunan, wisata ramah lingkungan

Kab. Bandung Barat

Lembang Parongpong Lembang Parongpong

Cibodas, Langensari, Cibogo, Wangunsari, Sukajaya, Gudang Kahuripan Cihanjuang, Cihanjuang, Rahayu, Cigugur Girang, Cihideung Cibodas, Langensari, Cibogo, Wangunsari, Sukajaya, Gudangkahuripan Cihanjuang, CihajuangRahayu, Karyawangi, Cigugur Girang, Padaasih

Page 5: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

5

Budidaya Permukiman C. Perdesaan tertentu / perbatasan desa kota

Kab. Bandung

Cileunyi Cimenyan Cilengkrang

Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan Mekarwangi Girimekar, Malatiwangi, Jatiendah

- Kegiatan pembangunan yang berpotensi menambah luas kawasan terbangun di Zona I B, kecuali dunyatakan layak dalam penilaian daya dukung dan daya tampung.

- perhitungan daya dukung dan daya tampung per Desa / Kel..

- Industri besar dan sedang dan industri yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.

- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan

merusak dan mencemari lingkungan/ di zona resapan utama air tanah tanpa izin

- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai

bangunan lama. 3. Bangunan baru yang secara

perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.

B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.

C. Jalan umum dan infrastruktur transportasi.

D. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB

maks. 20%, 2. Komplek Perumahan,Rumah susun

dengan jumlah lantai terbatas sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan. Perkantoran, Sekolah/ Kampus,Perhotelan, kawasan perdagangan dan jasa,dengan KDB kawasan maks. 15% dan KDH min. 80%.

3. Non rumah tinggal yang bukan kawasan dengan KDB maks. 20%.

- Ruang Terbuka Hijau - Hutan kota - Rumah Panggung

Kayu - Renovasi bangunan

lama dengan pengurangan KDB kurang/sama dari KDB maks. (15%)

- Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan

- Pertanian, perkebunan, wisata ramah lingkungan

Kab. Bandung Barat

Parongpong Lembang Cisarua Cikalong Wetan Ngamprah

Cihanjuang, CihajuangRahayu, Cigugur Girang, Cihideung Cikidang, Mekarwangi, Cikole, Cikahuripan Kertawangi, Pasirhalang Cipada Ngamprah

Page 6: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

6

Budidaya Pertanian Lahan Basah

Kab. Bandung

Cimenyan Cilengkrang Cileunyi

Ciburial, Mekarsaluyu, Cimenyan, Mandalamekar, Mekarmanik, Cipanjalu, Girimekar, Cikadut Malatiwangi, Ciporeat, Cilengkrang Cimekar, Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon

- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi

mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.

- Alih fungsi lahan pertanian beririgasi teknis

- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan

merusak dan mencemari lingkungan

- Kegiatan pembangunan yang tdk berizin atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I, kecuali dimungkin- kan dari perhitungan daya dukung dan daya tampung per Desa / Kel..

- Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha.

- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai

bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara

perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan dan di luar persawahan.

B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal tipe perdesaan tdk

melebihi KDB maks. 15%, pada lingkungan perkampungan yang ada.

2. Ekowisata, wisata pendidikan, produksi pertanian dengan KDB kawasan maks. 2%.

3. Non rumah tinggal pendukung usaha pertanian berbentuk semi permanen yang bukan kawasan dengan KDB maks. 15%.

4. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.

5. Jalan umum dan infrastruktur transportasi usaha pertanian.

6. Kantor pemerintahan, sekolahan, pelayanan kesehatan, tempat ibadah secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 15%.

- Pertanian lahan basah dan agrowisata yang sesuai kaidah lingkungan.

- Ruang Terbuka Hijau - Hutan, perkebunan - Rumah Panggung

Kayu - Renovasi bangunan

lama dengan penguranagn KDB kurang/sama dariKDB maks. (15%)

- Pagar, benteng, pos jaga, pos penimbangan, pos pengamatan

Kab. Bandung Barat

Cikalong Wetan Cisarua Ngamprah Parongpong Lembang Padalarang

Cipada, Ciptagumanti, Mekarjaya, Mandalamukti, Ciptagumanti, Cisomang Cipada, Sadangmekar, Pasirlangu, Tugumukti, Pasirhalang, Jambudipa, Padaasih Bojongkoneng, Sukatani, Ngamprah, Mekarsari, Cilame, Pakuhaji Cihanjuang, Sariwangi, Cigugur Girang, Karyawangi Cikole,Cibogo, Cikidang, Wangunharja, Wangunsari, Cibodas, Suntenjaya, Pagerwangi Tagogapu, Campakamekar

Page 7: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

7

Budidaya Pertanian Lahan Kering

Kab. Bandung

Cimenyan Cilengkrang Cileunyi

Mekarmanik, Cimenyan, Cibeunying Cipanjalu, Ciporeat, Cilengkrang Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan

- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi

mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.

- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan

merusak dan mencemari lingkungan

- Kegiatan pembangunan yang tdk berizin/ non pertanian, perkebunan, kehutanan, atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I , kecuali dimungkin- kan dari perhitungan daya dukung dan daya tampung per desa/kel

- Apartemen/rumah susun/hotel dengan jumlah lantai tidak sesuai daya dukung dan keserasian lingkungan dan/atau berada di ketinggian lebih dari 1200 dpl.

- Kegiatan yang mengakibatkan gangguan pada observatorium Boscha.

- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa : 1. Renovasi bangunan 2. Penambahan vertikal lantai

bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang secara

perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.

B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan 1. Rumah tinggal dan non rumah

tinggal tipe perdesaan/ utk menunjang usaha tani secara terbatas tanpa melebihi ketentuan KDB maks.15%, untuk kawasan kota dapat dipertimbangkan KDB maks. 30% setelah melalui kajian teknis.

2. Permukiman /perumahan perdesaan dengan KDB maks. kawasan 7%.

3. Kawasan ekowisata, wisata pendidikan, produksi pertanian dengan KDB kawasan maks. 2%.

4. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan, jalan umum tipe tertentu.

5. Kantor pemerintahan, sekolahan, pelayanan kesehatan, tempat ibadah secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 15%.

6. Rumah susun/ hotelbernuansa alam dengan lantai terbatas, sesuai penilaiian daya dukung dan keserasian lingkungan.

- Pertanian dan perkebunan yang sesuai kaidah lingkungan.

- Hutan Rakyat, Hutan, Ruang Terbuka Hijau

- Renovasi bangunan lama tanpa melebihi KDB lama/KDBmaks.(15% )

- Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan

Kab. Bandung Barat

CikalongWetan Parongpong Cisarua Ngamprah Lembang

Ganjarsari, Mandalamukti, Mekarjaya, Mandalamukti, Karyawangi, Cihideung, Cihanjuang, Ciwaruga, Cihanjuang Rahayu, Sariwangi Kertawangi, Pasirlangu, Tugumukti, Pasirhalang, Jambudipa, Padaasih Cilame Cikahuripan, Jayagiri, Sukajaya, Cikidang, Wangunharja, Mekarwangi, Cibodas, Suntenjaya, Langensari

Kota Bandung

Sukasari Coblong Ujungberung Cibiru Cibeunyingkidul Cidadap Cibeunying Kaler

Ledeng, Isola Dago Pasirjati, Pasirwangi, Pasanggrahan Cisurupan, Palasari, Pasirbiru Pasirlayung Ciumbuleuit Cigadung

Kota Cimahi

Cimahi Utara

Cipageran, Citeureup

Page 8: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

8

Budidaya Perkebunan atau Hutan Rakyat

Kab. Bandung

Cimenyan Cilengkrang Cileunyi

Mekarsaluyu, Cimenyan, Mandalmekar, Ciburial, Mekarmanik, Cikadut Cipanjalu, Girimekar, Malatiwangi, Ciporeat, Cilengkrang Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon

- Industri besar dan sedang - industri yang berpotensi

mencemari lingkungan dan mengkonsumsi air banyak.

- Pertambangan - Kegiatan lain yang akan

merusak dan mencemari dan merusak lingkungan.

- Kegiatan permukiman baru. (pengembangan kawasan perumahan )

- Kegiatan pembangunan yang tdk berizin/ non perkebunan, kehutanan, atau berpotensi menambah luas kawasan terbangun aktual secara berarti, di Zona I

- Apartemen - Kegiatan yang mengakibatkan

gangguan pada observatorium Boscha.

- Kegiatan/bangunan pada daerah rawan gerakan tanah tinggi, rawan longsor, zona bahaya gunung api dan aliran lahar(KRB I), kawasan lindung (sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal untuk menunjang usaha perkebunan dan kehutanan tanpa melebihi KDB maks dan KDH minimal untuk Zona I berupa: 1. Renovasi bangunan. 2. Penambahan vertikal lantai

bangunan lama. 3. Bangunan baru tertentu yang

secara perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dimungkinkan.

B. Kegiatan di Zona II dan III dengan ketentuan : 1. Rumah tinggal atau non rumah

tinggal penunjang usaha perkebunan/kehutanan/ di lingkungan perkampungan yang ada dg KDB maks. 10 %.

2. Kawasan ekowisata, wanawisata, agro wisata, wisata pendidikan, produksi perkebunan / hutan rakyat dengan KDB kawasan maks. 2%.

3. Penginapan penunjang wisata dengan nuansa alam / perdesaan tidak melebihi KDB maks. 10%.

C. Sarana dan prasarana dan infrastruktur pelayanan seperti jaringan transmisi listrik, gardu listrik, menara telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan lingkungan.

D. Jalan umum,infrastruktur, transportasi menuju pusat produksi dengan kriteria tertentu.

E. Fasilitas pelayanan publik seperti kantor desa, sekolahan, puskesmas, tempat ibadah, secara terbatas setelah melalui penilaian daya dukung lingkungan, dengan KDB maks. 10%.

- Perkebunan dan hutan rakyat yang sesuai kaidah lingkungan.

- Hutan lindung, hutan produksi

- Renovasi bangunan lama tanpa melebihi KDB maks. (KDB maks. 10% dan KDH min. 85%)

- Pagar, benteng, pos jaga, pos pengamatan

Kab. Bandung Barat

Cikalong Wetan Cisarua Ngamprah Parongpong Padalarang Lembang

Ganjarsari, Mandalamukti, Cipada, Mekarjaya, Cisomang Sadangmekar, Cipada, Pasirlangu, Tugumukti, Kertawangi, Jambudipa, Pasirhalang, Padaasih Bojongkoneng, Cimanggu, Cilame, Pakuhaji, Cihideung, Ngamprah Cihanjuang Rahayu, Cihanjuang, Karyawangi, Sukajaya Tagogapu Jayagiri, Gudangkahuripan, Wangunsari, Pagerwangi, Mekarwangi, Langensari, Cikidang, Cibogo, Cikahuripan

Kota Bandug

Cibiru Mandalajati Cidadap Ujungberung Coblong Cibeunying Kaler

Cisurupan, Palasari, Pasirbiru Sindang Jaya, Jatihandap Ciumbuleuit, Hegarmanah Pasanggrahan, Pasirjati, Pasirwangi Dago Cigadung

Kota Cimahi Cimahi Utara Cipageran, Citeureup

Page 9: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

9

2. Perhitungan luas bangunan ditentukan sebagai berikut:

a. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan

sampai batas dinding terluar.

b. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20

m dihitung 100%.

c. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding

tidak lebih dari 1,20 m, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari

luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan

d. Overstek atap yang melebih 1,50m maka luas mendatar kelebihannya

dianggap sebagai lantai denah.

e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih dari 1.20m di

atas lantai teras, tidak diperhitungkan.

f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti

luas lantai di atas tanah dengan batasan Koefisien Tapak Besmen

yang telah ditetapkan.

g. Luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati batas-batas area

perencanaan atau berada di bawah prasarana kota atau di bawah

ruang terbuka publik ditentukan lebih lanjut dengan surat keputusan

bupati

h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam

perhitungan KDB asal tidak melebihi dari 50% KDB yang telah

ditetapkan. Jika melebihi, maka diperhitungkan 50% terhadap KDB.

i. Peningkatan intensitas ruang untuk sebuah area perencanaan harus

melalui surat keputusan bupati

B. Penetapan KLB

1. Rumus Perhitungan KLB adalah sebagai berikut :

2. Perhitungan ketinggian sebuah bangunan ditentukan sebagai berikut:

JLB

KLB = ------------------------------------- LK KLB = Koefisien Lantai Bangunan JLB = Luas Lantai Bangunan LK = Luas Kavling/Petak/Persil

Page 10: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

10

a. Ketinggian bangunan dalam petunjuk operasional ini adalah jumlah lantai

penuh suatu bangunan dihitung dari lantai dasar sampai dengan lantai

tertinggi.

b. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai dengan puncak atap

bangunan yang dinyatakan dalam meter

c. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk

arsitektural bangunannya.

d. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5m

disesuaikan dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah,

industri, gedung olah raga, bangunan monumental, dan bangunan gedung

serba guna)

e. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.

f. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang.

g. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan

persetujuan bupati.

C. Penetapan KDH

1. Penetapan KDH Maksimum berdasarkan kemiringan lereng

Kemiringan Lereng Rata-rata

Perkotaan Perdesaan

0% - 8% 52% 76%

8% - 15% 55% 85%

15% - 30% 61% 91%

30% - 40% 88% 98%

>40% 96% 100%

2. Rumus perhitungan KDH :

dimana : KDH = Koefisien Dasar Hijau KD = Koefisien Dasar Bangunan

3. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin

diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian

area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami

pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah kedap air.

KDH = 100% - (KDB+(20% x KDB))

Page 11: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

11

4. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalam kawasan-

kawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan

campuran.

D. Ketentuan Perencanaan Tata Letak Bangunan

1. Pelandaian Lereng

a. Semakin tinggi nilai kemiringan lereng, semakin sempit daerah yang boleh

dilandaikan.

b. Pelandaian lereng maksimum

Kawasan Perdesaan

Kemiringan Pelandaian Maksimum

0-8 % 18 % dari luas lahan

8-15 % 18 % dari luas lahan

15-30 % 10 % dari luas lahan

> 30 % 0 % dari luas lahan

Kawasan Perkotaan

Kemiringan Pelandaian Maksimum

0-15 %

(Kawasan perkotaan berkepadatan tinggi)

15 % dari luas lahan

0-15 %

(Kawasan perkotaan berkepadatan

sedang)

15 % dari luas lahan

0-15 %

(Kawasan perkotaan berkepadatan

rendah)

15 % dari luas lahan

15-30 % 10 % dari luas lahan

> 30 % 0 % dari luas lahan

2. Jarak Bebas Minimum Samping dan Belakang

a. Ketentuan mengenai jarak bebas ditentukan sebagai berikut :

i. Pada bangunan renggang, jarak bebas samping maupun belakang

ditetapkan 4m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai,

jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai di

bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 15m. Ketentuan ini

berlaku untuk bangunan selain bangunan rumah tinggal dan bangunan

industri.

ii. Pada bangunan industri dan gudang renggang, ditetapkan jarak

bebasnya adalah 5m pada lantai dasar, dan setiap penambahan lantai,

jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai

dibawahnya.

Page 12: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

12

iii. Jarak bebas bangunan renggang pada kawasan cagar budaya atau

kawasan khusus diatur dalam ketentuan mengenai cagar budaya atau

kawasan khusus.

iv. Untuk bangunan berderet/rapat, jarak bebas diperkenankan tidak ada

sampai dengan lantai ke delapan, setelah lantai ke delapan, maka

untuk lantai selanjutnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai

dibawahnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk bangunan rumah tinggal.

3. Garis Sempadan Bangunan

a. Garis sempadan bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah garis

yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis

Sempadan Jalan (GSJ) yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang

dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

b. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disebut GSJ adalah garis

rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang dan

rencana tata bangunan dan lingkungan.

c. Untuk Kawasan Bandung Utara GSB dibuat relatif kecil yaitu sekitar ½

rumija +1 meter.

d. Ketentuan mengenai GSB dan GSJ adalah sebagai berikut:

i) Ruang terbuka diantara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai unsur

penghijauan atau daerah resapan air hujan dan atau utilitas umum dan

atau jalur pejalan.

ii) Untuk kawasan pusat kota, ruang tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai fasilitas penunjang berupa bangunan sementara. Atau bisa

juga sebagai tempat parkir dengan tetap menyediakan jalur pejalan

minimal 50% dari keseluruhan ruang terbuka tersebut.

iii) Penggunaan-penggunaan tersebut harus memenuhi ketentuan dan

standar yang berlaku tanpa mengurangi persyaratan unsur penghijuan

dan atau daerah resapan air hujan.

e. Perhitungan GSB menggunakan rumus :

i) Rumija ≥ 8m = 0.5 x lebar Rumija + 1m.

ii) Rumija < 8m = 0.5 x lebar Rumija

Page 13: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

13

E. Desain Tata Letak Bangunan

1. Pertimbangan utama dalam perencanaan tapak adalah :

a. Menjaga fungsi resapan air

b. Mempertahankan kontur lahan alami

c. Mempertahankan karakter fisik dan vegetasi alami

d. Memperkecil luas terbangun/penutupan lahan

2. Pemilihan desain tata letak bangunan, jalan dan sarana dan prasarana yang

memenuhi pertimbangan tersebut adalah:

a. Desain perataan tanah harus mempertahankan kondisi kontur alami

Desain rencana tapak perlu memperhatikan bentukan yang

tidak terlalu mengubah kondisi eksisting alam.

b. Desain tapak harus mempertahankan karakter alami lahan

Rancangan tapak sebaiknya tidak menghilangkan karakter alami lahan

Page 14: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

14

c. Desain tapak harus mempertahankan kontur alami

Meminimalkan perubahan kontur lahan

d. Pembagian blok lahan dan desain jalan dengan tipe cluster luas

terbangun

Sesedikit mungkin menggunakan bahan

perkerasan, jalan perlu dirancang seefisien

mungkin

Page 15: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

15

e. Memperkecil GSB untuk meminimalkan luas lahan terolah

Gunakan GSB yang kecil untuk meminimalkan luas tanah yang dibangun dan diperkeras

f. Desain lahan parkir disesuaikan dengan karakter dan kontur alami

Rancangan parkir perlu mempertimbangkan karakter kontur lahan

Page 16: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

16

F. Ketentuan Perancangan Bangunan

1. Bentuk dan Struktur Bangunan

a. Pemilihan bentuk dan struktur bangunan ditujukan untuk :

i) Memperkecil KDB per kawasan

ii) Memperkecil KDB per petak lahan/luas dasar bangunan

iii) Memperkecil luas perataan tanah (cut and fill)

iv) Mempertahankan fungsi resapan air

b. Rekomendasi bentuk dan struktur bangunan di KBU :

i) Bangunan tingkat dan atau berderet, terutama pada kawasan

permukiman perkotaan, untuk memperkecil luas dasar bangunan, luas

perataan tanah dan KDB per kawasan.

Koefisien Dasar Bangunan sebaiknya ditekan serendah mungkin. Lebih baik menggunakan bangunan bertingkat dari pada meluas di lantai

dasar.

ii) Bangunan dengan massa (tinggi dan besar bangunan) yang seimbang

dengan lingkungannya. Semakin curam kelerengan semakin kecil

massa bangunan. Dilarang membuat bangunan dengan ukuran sangat

besar (memiliki luas lantai dasar di atas 2000 m2 untuk sebuah

bangunan) atau berlantai tinggi (di atas 6 lantai).

Bangunan dipecah dalam massa yang lebih kecil dan jangan membuat massa bangunan yang besar dan lebar, sehingga tidak perlu melakukan cut

and fill tanah yang terlalu besar.

Page 17: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

17

iii) Bentuk bangunan panggung yang tidak banyak menutup permukaan

tanah sehingga fungsi resapan air terjaga dan merupakan struktur yang

lebih tahan gempa.

Bangunan panggung relatif tidak banyak menutupi permukaan tanah sehingga resapan air tanah terjaga. Kolam resapan sangat membantu

proses penyerapan tersebut

iv) Bangunan dengan bentuk dan struktur yang sesuai dengan kemiringan

lereng atau tidak banyak merubah kontur lahan alami.

Membangun bangunan di Bandung Utara yang berlereng curam sebaiknya menggunakan jenis bangunan yang tidak banyak merubah

kontur lahan

Page 18: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

18

v) Bagian dari bangunan seperti teras dan garasi dirancang agar dapat

memanfaatkan perbedaaan kontur, misalnya dengan membangun

garasi sebagai lantai dasar atau bagian teras rumah.

vi) Menggunakan tipe pondasi dan struktur yang sesuai dengan kondisi

kemiringan lereng.

Jenis pondasi perlu diplih secara cermat untuk lahan yang berkontur

c. Untuk kawasan rawan bencana gerakan tanah maupun gempa, bentuk dan

struktur bangunan harus disesuaikan dengan peraturan perundangan dan

SNI yang berlaku.

2. Atap Bangunan

a. Sebaiknya menggunakan atap dengan desain tanpa talang agar air dapat

dialirkan langsung ke tanah.

b. Melengkapi jalur jatuhnya air dari atap di tanah dengan lapisan kerikil dan

pasir untuk mempercepat air meresap serta mengurangi air larian dan

mengurangi volume air pada saluran permukaan.

Page 19: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

19

c. Apabila menggunakan talang maka pada akhir pipa talang harus dialirkan

pada sumur resapan

d. Membangun ruang utilitas di atap, hanya apabila digunakan sebagai

ruangan untuk melindungi alat-alat, mekanikal, elektrikal, tanki air,

cerobong (shaft) dan fungsi lain sebagai ruang pelengkap bangunan,

dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40 m diukur secara

vertikal dari pelat atap bangunan, kecuali untuk ruang mesin teknis lainnya

diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan. Apabila luas lantai melebihi

50% dari luas lantai bawahnya maka ruang utilitas tersebut diperhitungkan

sebagai penambahan tingkat.

V. KETENTUAN TEKNIS REKAYASA TEKNIS DAN VEGETATIF

Rekayasa teknis dan vegetasi dilakukan terhadap perubahan tata guna lahan

yang telah terjadi dan tidak dapat dikembalikan pada fungsi lindung. Penerapan

rekayasa teknis dan vegetasi pada kawasan yang telah terbangun untuk memperbaiki

kemampuan meresapkan air, mengurangi erosi dan debit air larian.

Rekayasa teknik adalah melakukan rekayasa teknik sipil dalam pembangunan

bangunan gedung, prasarana lingkungan dan pertanian; baik secara individual

maupun komunal, misalnya sumur resapan dan biopori. Setiap persil tanah atau

kavling yang akan dibangun harus melakukan rekayasa teknis yang mampu

meresapkan air hujan sehingga tidak ada air hujan yang keluar dari persil/kavling

yang bersangkutan.

Rekayasa vegetasi adalah melakukan penanaman tanaman dalam skala rumah

tangga, lingkungan maupun kawasan untuk memperbaiki atau mengembalikan fungsi

konservasi serta iklim mikro.

Page 20: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

20

JENIS

REKAYASA URAIAN

1. REKAYASA

TEKNIS

1. SUMUR RESAPAN :

Teknis pembuatan sumur resapan mengacu kepada peraturan perundang–

undangan dan SNI 03-2459-1991, Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan

Perkarangan.

SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk

Lahan Perkarangan.

SNI 03-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan

Perkarangan.

VOLUME AIR YANG HARUS DIRESAPKAN UNTUK TUTUPAN BANGUNAN

KDB

%

Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan

T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200

10 - - - - - - -

15 0.16 0.18 0.20 0.23 0.27 0.34 0.45

20 0.38 0.43 0.49 0.55 0.65 0.81 1.08

25 0.51 0.58 0.65 0.73 0.88 1.10 1.44

30 0.60 0.68 0.76 0.85 1.02 1.29 1.69

JUMLAH SUMUR RESAPAN YANG DIPERLUKAN PADA SETIAP TIPE

BANGUNAN

KDB

%

Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan

T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200

10 - - - - - - -

15 1 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 1 2 2

25 1 1 1 1 2 2 2

30 1 1 2 2 2 2 2

Keterangan : - T. 100 berarti luas atap bangunan = 100 m2

- Sumur resapan dimensi : diameter 1 m, tinggi 1 m

Page 21: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

21

JENIS

REKAYASA URAIAN

BENTUK DAN DIMENSI SUMUR RESAPAN

2. BIOPORI (Sumber : www.biopori.com; Multimanfaat Lubang Resapan

Biopori Untuk Pelestarian Lingkungan Perkotaan, Kamir R.Brata) :

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat

secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan

kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan

air tanah dangkal tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah (lihat

gambar). Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu

terbentuknya biopori.

LRB adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk

meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi

kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Cara pembuatan :

1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter

10 cm atau tidak dengan diameter 10 cm. Kedalaman kurang lebih

100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila tanahnya

dangkal. Jarak antara lubang 5 – 100 cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 – 3 cm

dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.

3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur,

sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang

isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.

5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap

akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang

resapan.

Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air

hujan, di dasar alur di sekeliling batang pohon atau pada batas tanaman.

Page 22: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

22

LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air

hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling pohon, atau pada batas

tanaman.

Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan :

Jumlah LRB = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap (m2)

Peresapan air perlubang (liter/jam)

3. JARINGAN JALAN : Undang-Undang No.38 Tahun 2004 PP No.34 Tahun

2006 Tentang Jalan.

Dalam pembangunan jaringan jalan, hindari topografi yang sulit dan

usahakan untuk tidak memotong sungai/lembah, kecuali disediakan

jembatan yang didesain lengkap dengan trotoar untuk pejalan kaki

Rencana jaringan jalan disesuaikan dengan topografi dan diusahakan

mengikuti kontur dengan suatu sudut daki yang tidak terlalu terjal

Pola drainase ditentukan secara alamiah dan aturlah letak jalan

sedemikian rupa sehingga pola drainase tersebut dapat dipelihara

dengan mudah

Jalan dalam lingkungan perumahan menggunakasn grass block agar tetap

dapat meresapkan air hujan

Page 23: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

23

JENIS

REKAYASA URAIAN

4. PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN:

Prasarana limbah dapat menggunakan septic tank yang dilengkapi

dengan treatment tertutup, tidak memakai bidang resapan

Pembangunan jaringan drainase dapat dilakukan dengan mengikuti

alternatif sistem drainase permukaan; sistem drainase bawah tanah

tertutup, sistem drainase bawah tanah tertutup dengan tempat

penampungan tapak atau dengan sistem kombinasi tertutup untuk daerah

yang diperkeras dan drainase terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras

Perencanaan sistem pembuangan air kotor harus memperhatikan kondisi

dan karakter tapak /topografi

Sistem pembuangan air kotor yang baik dan aman untuk perumahan skala

besar adalah dengan menyalurkan melalui pipa tertutup/rool ke lokasi bak

penampungan/kolam oksidasi, setelah melaui proses treatment

(pemisahan antara limbah padat dan cair), kemudian dialirkan melalui bak

resapan ke perairan umum

2. REKAYASA

VEGETASI

a. VEGETASI PEKARANGAN :

a.1. Pekarangan Rumah Besar

- Kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m2;

- RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas

dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;

- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min.3 (tiga) pohon

pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan

atau rumput.

a.2. Pekarangan Rumah Sedang

- Kategori: rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 – 500 m2;

- RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas

dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;

- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min. 2 (dua) pohon

pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup

tanah dan atau rumput.

a.3. Pekarangan Rumah Kecil

- Kategori: rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m2;

- RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas

dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;

- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon

pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah

dan atau rumput.

Page 24: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

24

JENIS

REKAYASA URAIAN

a.4. Pekarangan Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha

- Umumnya berupa jalur trotoar dan area parkir terbuka

- Beberapa lokasi dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan

tanaman dalam pot.

- Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70%,

minimal memiliki 2 (dua) pohon kecil atau sedang, ditanam pada

lahan atau pada pot berdiameter diatas 60 cm;

- Persyaratan penanaman pohon pada kawasan ini dengan KDB

dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan

rumah, ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.

b. VEGETASI JALAN :

b.1. Vegetasi tepi Jalan

- tidak bergetah/beracun dan berbuah terlalu besar

- dahan tidak mudah patah, perakaran dalam dan tidak

mengganggu pondasi jalan

- cepat tumbuh dan pemeliharaan mudah

- peletakan tanaman seimbang, sehinggai tidak mengganggu

kendaraan

- jenis tanaman berupa pohon, semak/perdu

b.2. Vegetasi pada median jalan

- dapat menahan silau lampu kendaraan

- jenis tanaman berupa semak/perdu

b.3. Vegetasi jalur pejalan kaki

- peletakan tanaman dapat melindungi pejalan kaki

- jenis tanaman berupa semak/perdu

c. VEGETASI RTH PERKOTAAN

- Pohon kecil (tinggi < 6 m) dengan diameter tajuk 2 – 6 meter ,

jarak tanam optimal antara 4 – 8 meter, liputan vegetasi yang

ditimbulkannya adalah sekitar 12 – 50 m2. ( rataan 30 m2 )

- Pohon sedang ( 6 – 12 m ) dengan diameter tajuk 6 - 9 meter ,

jarak tanam optimal 8 – 12 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar

50 – 115 m2. ( rataan 80 m2 )

- Pohon besar (> 12 m) dengan diameter tajuk diatas 12 meter jarak

tanam optimal adalah 12 – 15 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar

115 – 175 m2 ( rataan 145 m2 ).

- Semak, perdu kecil dan ground cover memberikan liputan

vegetasi, seperti keteduhan, penurunan suhu pada area di bawahnya

saja. Peranan jenis vegetasi ini lebih banyak pada aspek estetika serta

mencegah pemantulan sinar matahari serta mengurangi panas radiasi

matahari yang sampai pada permukaan tanah dan atau perkerasan

serta peningkatan resapan air serta mencegah erosi.

Page 25: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

25

JENIS

REKAYASA URAIAN

VEGETASI POHON PELINDUNG BERDASARKAN UKURAN

NO NAMA SPECIES/FAMILI TINGGI DIAMETER

TAJUK

I POHON UKURAN BESAR

1 Kiara Payung/Filicium decipiens > 20 M > 12 M

2 Bungur/Lagerstroemia loudonii > 20 M > 12 M

3 Flamboyan/Delonix regia > 20 M > 20 M

4 Trenguli Batu/Cassia javanica > 20 M > 12 M

5 Seputih Janten/Sindora walichii > 20 M > 12 M

II POHON UKURAN SEDANG

1 Jakaranda/Jakaranda filicifolia 10 - 20 M 6-9 M

2 Cempaka/Micheila campaka 10 - 20 M > 12 M

3 Kasia/Cassia spectabilis 10 - 20 M 6-9 M

4 Cananga/ Cananga odurata 10 - 20 M 6-9 M

5 Ketapang/ Terminalia catappa 10 - 20 M 6-9 M

III POHON UKURAN KECIL

1 Bunga Kupu-kupu/ Bauhinia purpurea

< 6 M 2-6 M

2 Palem Putri/Veitchia merillii < 6 M 2-6 M

3 Jambu Batu/ Psidium guajava < 6 M 2-6 M

4 Dadap Merah/Erythrina crystagali < 6 M 2-6 M

5 Galinggem/ Bixa orellanan < 6 M 2-6 M

Page 26: LAMPIRAN VI - pusdalisbang.jabarprov.go.idpusdalisbang.jabarprov.go.id/bkprd/sources/hukum/daerah/pergub... · Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang ... Kaler Cibiru Cicendo

26