lampiran - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/5267/7/lampiran.pdffoto informan . 1. informan 1 – david...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Foto Informan
1. Informan 1 – David Reeder dan Christina Reeder
2. Informan 2 – Michael Lord dan Ni Wayan Suarniti
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
3. Informan 3 – Jeffry dan Joice
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Asal :
4. Usia pernikahan :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah anak :
II. Pertanyaan Umum
1. Apakah anda bisa bercerita sedikit mengenai bagaimana awalnya anda
bertemu dan memutuskan untuk menikah dengan pasangan anda?
2. Bagaimana persepsi anda mengenai orang Amerika/Indonesia sebelum
memiliki hubungan dengan orang Amerika/Indonesia?
3. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui anda akan menikah
dengan orang Amerika/Indonesia?
4. Apakah anda memikirkan pendapat keluarga anda ketika memutuskan
untuk menjalin hubungan dan menikah?
5. Apakah keluarga anda menerima pasangan anda?
6. Adakah pengalaman yang mengejutkan terkesan aneh dan berbeda
mengenai pasangan saat telah menikah? Sesuatu yang tidak biasa bagi
anda? Bagaimana anda menanggapi hal tersebut?
III. Communication Accomodation Theory
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
1. Sejauh ini apakah anda yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi seperti
verbal dan non-verbal pasangan atau sebaliknya?
2. Apakah pasangan anda suka berbicara atau berpendapat menurut
pengalamannya?
3. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh pasangan anda?
4. Apakah apa yang dipahami oleh anda berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan anda?
5. Bagaimana anda dapat memahami penuturan pasangan anda secara tepat?
6. Apabila tidak tepat apa yang anda lakukan?
7. Bahasa apakah yang dominan anda gunakan untuk berbicara dengan
pasangan anda?
8. Anda lebih cenderung senang bergaul dengan teman-teman dari anda
sendiri atau suami?
9. Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan pasangan yang memiliki
budaya yang berbeda? Apakah anda cenderung menyesuaikan dengan
pasangan sepenuhnya ataukah ada beberapa hal yang tidak anda sesuaikan
dengan pasangan dan cenderung anda pertahankan?
10. Apakah anda atau pasangan anda terkadang menonjolkan perbedaan
verbal atau nonverbal di antara kalian?
11. Bagi anda sendiri untuk apakah sebenarnya anda mengungkapkan
perbedaan tersebut?
12. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
IV. Pernikahan Campuran
1. Apakah menurut anda dengan adanya pernikahan berbeda budaya akan
memperbesar konflik?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
2. Menurut anda hal apa saja yang dapat menyebabkan konflik pada
pernikahan beda budaya?
3. Bagaimana anda memandang peranan anda dalam keluarga?
4. Apakah pandangan anda ini berbeda dengan pandangan pasangan anda?
5. Apakah perbedaan pandangan ini sempat menjadi permasalahan dalam
keluarga?
6. Bagaimana pandangan anda mengenai cara anda mendidik dan
membesarkan anak?
7. Apakah pandangan anda sama dengan pandangan suami anda?
8. Apakah anda cenderung merupakan orang tua yang membebaskan anak-
anak anda ataukah menuntunnya dalam hidup seperti dalam nilai-nilai dan
keyakinan?
9. Apakah pasangan anda sependapat dengan anda?
10. Apa yang akan anda lakukan ketika kelak anak-anak anda mencapai usia
17 tahun? Apakah anda akan memberikan mereka kebebasan ataukah tetap
mengontrol mereka?
11. Apakah anda cenderung marah dengan meluap-luap ataukah diam?
12. Apakah pasangan anda mengetahui ketika anda marah?
13. Apakah respons pasangan anda ketika anda marah sesuai dengan yang
anda harapkan ataukah respons pasangan berbeda dari apa yang anda
harapkan?
14. Apakah anda bingung atau kecewa dengan perilaku pasangan yang tidak
sesuai dengan yang anda harapkan?
15. Apakah ada tips untuk menyelesaikan konflik dengan pasangan?
16. Apabila terjadi masalah keluarga apakah kakak akan membicarakannya
kepada keluarga besar atau cenderung diselesaikan sendiri?
17. Apakah anda atau pasangan cenderung kurang bisa menyesuaikan atau
bahkan tidak dapat menerima kebiasaan atau perilaku masing-masing?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
18. Apakah ketika menghadapi konflik anda cenderung mengikuti perkataan
pasangan atau sebaliknya?
19. Apakah anda mencoba mengubah kepribadian atau prilaku pasangan anda
atau menginginkan pasangan menjadi seperti yang anda inginkan?
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah anda memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan anda?
2. Apakah anda mengerti bahasa dan komunikasi verbal pasangan anda?
3. Apakah anda mengerti komunikasi nonverbal pasangan anda?
4. Apakah anda mengetahui batasan-batasan in-group dan out-group
pasangan anda?
5. Apakah pasangan anda cenderung orang yang mudah bergaul dengan
orang lain? Bagaimana biasanya pasangan anda memulai pembicaraan
dengan orang asing?
6. Apakah anda mengetahui bagaimana cara pasangan anda mengatasi
konflik?
7. Apakah anda mengetahui bagaimana pasangan anda beradaptasi dengan
orang yang berbeda budaya?
8. Apakah anda mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan anda (seperti
apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan kegemaraannya)?
9. Apakah anda mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan anda?
10. Apakah anda mindful mengenai kecenderungan anda untuk menilai bahwa
kebudayaan anda lebih baik daripada budaya pasangan anda?
11. Apakah anda mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan pasangan
anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
12. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
13. Apakah anda mengerti dan memahami perilaku nonverbal pasangan anda?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
14. Apakah anda memahami stereotype dari budaya pasangan anda?
15. Apakah anda memiliki kemampuan untuk membangun pemahaman
terhadap konflik yang terjadi antara kalian?
16. Apakah anda memiliki kemampuan dapat beradaptasi dengan fleksibel
dengan budaya pasangan anda?
17. Apakah sejauh ini apa yang ditunjukkan pasangan anda baik verbal dan
nonverbal sudah pantas, efektif dan memuaskan bagi anda?
18. Apakah sejauh ini anda merasa dimengerti, dihargai dan didukung oleh
pasangan anda?
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
1. Apakah pasangan anda mengerti apa arti nada bahasa, artikulasi
(phonemes rules) ketika anda berbicara?
2. Apakah anda mengerti mengenai susunan kata (morphemes rules) yang
pasangan anda pilih?
3. Apakah anda mengerti susunan kata (syntactic rules) yang pasangan anda
pilih? Seperti contohnya grammar?
4. Apakah anda mengerti mengenai bagaimana pasangan anda memberikan
pemaknaan (semantic rules) terhadap sesuatu?
5. Apakah anda mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam budaya
pasangan anda? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara, kepada
siapa dan dalam kondisi seperti apa?
6. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan dalam
budaya pasangan anda?
7. Apakah anda menyadari identitas kelompok yang ada pada diri anda?
Seperti contohnya anda adalah penganut agama apa, komunitas dalam
kelompok pencinta apa
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
8. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk persepsi dan bagaimana
anda bersikap serta bertutur kata?
9. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk pola berpikir kita dan cara
kita menggambarkan suatu hal?
10. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan keintiman?
Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan yang lebih tua
atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama tidak
diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
11. Apakah anda setuju bahwa bahasa dapat mengembangkan kreatifitas
dalam menggambarkan sesuatu hal? Seperti contohnya dalam bahasa
Inggris terdapat kata-kata seperti chairman, fireman dan sesuatu
cenderung dialamatkan dengan ‘he’ dan bukan ‘she’. Namun kalimat
tersebut dapat diubah menjadi chairperson dan firefighter. Anda
cenderung orang yang seperti apa?
12. Apakah pasangan anda merupakan orang yang to the point atau bertele-
tele dalam mengungkapkan pendapatnya?
13. Apakah pasangan anda merupakan orang yang langsung mengungkapkan
apa yang ada di pikirannya atau menggunakan kiasan dan membuat orang
menebak apa yang diinginkannya?
14. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
15. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka membanggakan apa
yang telah diraihnya atau tidak?
16. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka menggunakan jeda
dalam sebuah percakapan?
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
1. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal yang anda tampilkan dapat
menggambarkan mengenai diri anda? Seperti bagaimana anda berpakaian
apakah feminine atau terkesan tomboy dan santai?
2. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
3. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
4. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
5. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat menjadi sebuah
ketertarikan bagi seseorang?
6. Apakah anda mengerti arti nada bicara pasangan anda?
7. Apakah anda mengerti arti gerak-gerik atau ekspresi wajah pasangan
anda?
8. Apakah anda mengerti arti tatapan mata pasangan anda?
9. Apakah anda mengerti arti sentuhan pasangan anda?
10. Apakah anda mengerti bahwa pasangan anda membutuhkan ruang
pribadi?
11. Apakah anda mengerti bagaimana pasangan anda membagi waktu dan
bagaimana ia mempersepsikan waktu?
VIII. Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
2. Apakah anda sering menilai pasangan anda berdasarkan apa yang anda
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan anda?
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
1. Apakah anda mengetahui dan memahami budaya pasangan anda?
2. Apakah anda telah memahami dan menerima perbedaan budaya anda dan
pasangan?
3. Apakah anda telah memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan tepat,
efektif dan sesuai dengan pasangan anda?
4. Apakah anda dapat mengaplikasikan pengetahuan, pemahaman dan
pengertian anda mengenai budaya pasangan dalam kehidupan berkeluarga
anda?
5. Apakah anda memperhatikan gestur dan mendengarkan pasangan anda
dengan baik dan sungguh-sungguh?
6. Apakah anda mengerti mengenai apa panggilan yang pasangan anda
inginkan?
7. Apakah anda cenderung membiarkan pasangan anda menyelesaikan
perkataannya ataukah anda cenderung sudah mengerti apa yang ingin
dibicarakannya dan telah menyiapkan balasannya sebelum ia
menyelesaikan kalimatnya?
8. Apakah anda sering menanyakan mengenai pendapat pasangan anda dan
membicarakan mengenai pemikiran anda dengannya?
9. Apakah anda menunjukkan ketertarikan anda untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya menatap matanya dan merespon
perkataannya.
10. Apakah anda mengetahui, menyadari dan melakukan norma dan aturan
yang pasangan anda harapkan untuk anda lakukan?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama : Christina Reeder
2. Usia : 34
3. Asal : Kalimantan Barat, Indonesia
4. Usia pernikahan : 6 tahun
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Vlogger
6. Jumlah anak : 1
II. Pertanyaan Umum
1. Bisa cerita sedikit bagaimana awalnya bertemu dan memutuskan untuk
menikah dengan suami
Awalnya kita ketemu online. Kemudian kita pacaran Agustus 2009 dan
setahun kemudian karena merasa cocok, akhirnya memutuskan untuk
menikah di Amerika.
2. Kenapa menikah dengan orang Amerika?
Karena suami saya berbeda. Dia sangat menghargai saya dan tidak seperti
cowo-cowo Indonesia kebanyakan yang melihat perempuan sebagai yang
lebih rendah dari laki-laki. Di Amerika semuanya dipandang sama gitu,
sederajat. Jadi mereka juga lebih menghargai kita.
3. Bagaimana persepsi anda mengenai orang Amerika/Indonesia sebelum
memiliki hubungan dengan orang Amerika/Indonesia?
Nggak terlalu asing buat saya karena saya punya orang tua angkat orang
Amerika. Jadi kurang lebih tau tentang Amerika.
4. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui anda akan menikah
dengan orang Amerika/Indonesia?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Reaksinya sih awal-awal mereka shock ya. Hahaha. Shock dan terkejut
gitu, bukan apa. Karena selama yang mereka tahu kan saya ini orangnya
jarang berbagi gitu lah kalau masalah prinsip dan hal yang pribadi gitu ya.
Dan begitu saya bilang saya ada calon dari luar negeri gitu, mereka
langsung kaget gitu ya. Karena saya bilang saya mau pindah sini dan
menikah di sini. Mereka naluri protectivenya langsung keluar gitu karena
mereka takut calon suami saya ini orangnya jahat. Maksudnya seperti kita
takut kejadiannya gimana gitu. Tapi setelah saya kasih tau, saya kasih ide
orangnya seperti apa, kalau saya nggak yakin nggak mungkin saya
mengijinkannya datang kesini dan melamar saya dan segala macem. Dan
akhirnya mereka mengerti. Dan begitu suami saya dateng dan mereka
ketemu, eh mereka langsung jatuh cinta juga dengan suami saya karena
dia orangnya baik dan mereka percaya dan kasih restu.
5. Pendapat keluarga ketika kakak memutuskan untuk menjalin hubungan
dan menikah?
Mereka senang karena mereka tahu keluarga kita baik-baik. Dan mereka
tahu juga karena saya punya orang tua angkat di sini kan ya jadi mereka
merasa aman, tentram gitu hatinya kalau misalnya ada terjadi sesuatu dan
lain hal gitu ada yang melindungi. Tapi setelah bertemu dengan mertua
saya, karena kan keluarga saya di Indonesia bertemu dengan mertua saya,
jadi mereka tahu kalau keluarga suami saya ini benar-benar baik, gitu. Jadi
mereka nggak khawatir lagi.
6. Adakah pengalaman yang mengejutkan terkesan aneh dan berbeda
mengenai pasangan setelah menikah? Sesuatu yang tidak biasa bagi anda?
Bisa dibilang sedikit banyak saya mengerti dengan kultur orang sini jadi
saya tidak begitu shock. Paling yang berbeda begini. Kalau orang sini dia
lebih menghargai orang, terutama kepada perempuan dia menganggap kita
ini equal, sama, sederajat, nggak superior gitu loh maksudnya. Kalau
orang kita di Indonesia kan para laki-lakinya merasa dirinya lebih tinggi di
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
keluarga. Dia kepala keluarga berarti dia yang harus lebih dilayani. Kan
begitu kan, makan harus disiapin segala macam. Yang pria-prianya jarang
mau berpartisipasi dalam melakukan kegiatan di dalam rumah seperti cuci
piring atau cuci baju, bantu-bantu istrinya jarang kan kalau orang pribumi
seperti itu? Kalau di sini mereka nggak. Sebisa mungkin kalau mereka
punya waktu mereka mau bantu gitu. Suami saya aja biasanya dia cuci
piring, kadang bantu laundry atau vacuum lantai dan segala macem, kasih
anak makan. Dan mereka lebih menghargai kita. Kalau soal makan
traktiran, orang di sini lebih terbuka. Kalau disini kalau kita pergi ngedate
kalau misalnya kita terbuka bilang kita mau bayar it’s okay. Bukannya
penghinaan dia nggak mampu bayar gitu, nggak. Kalau kita di Indonesia
kan ngedate pertama cowo yang harus bayar ya? Gengsi kalau nggak bisa
bayar, kalau di sini nggak dia tidak akan pernah tersinggung. Mereka tidak
pernah judgemental gitu. Mereka tidak pernah berkomentar fisik yang
menyakitkan perasaan kita. Kalau kita tidak cocok ya bilang aja tidak
cocok. Kalau orang kita kan nggak di depannya baik tapi di belakangnya
bergosip. Mereka di sini nggak, mereka menghargai kita.
III. Communication Accomodation Theory
1. Sejauh ini apakah anda yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi seperti
verbal dan non-verbal pasangan atau sebaliknya?
Kayaknya saya. karena kalau disini mereka straight forward, kalau di
Indonesia kan suka susah mau ngomong to the point, suka banyak basa
basinya gitu loh. Hahaha. Puter-puter sebelum ke pointnya. Susah gitu
kayaknya kalau mau ngomong. Kalau di sini nggak. Kalau di sini saya
lebih banyak belajar sekarang untuk mengatakan straight to the point gitu.
Apa yang mau diucapkan langsung dikeluarkan saja, jadi nggak banyak
basa basinya, baru ke pointnya. Dan saya belajar banyak kalau di sini. Itu
aja sih. Terus kalau soal ngomong kan kita cepet ya. Kayak kalau kita
ngomong di bahasa kan cepet ya, susah dimengerti kalau buat mereka ya.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Kalau bagi saya pertama-tama memang susah karena mereka ngomongnya
cepet jadi saya harus menyesuaikan. Cuman sekarang saya sudah terbiasa,
kalau mereka ngomong cepet juga saya sudah mengerti. Itu saja sih. Saya
yang menyesuaikan karena suami saya nggak bisa bahasa Indonesia, jadi
otomatis saya yang harus menyesuaikan ke dia. Hahaha…
2. Apakah pasangan anda suka berbicara atau berpendapat menurut
pengalamannya?
Kita sering sharing. Terutama waktu pertama kenal kita mempelajari satu
sama lain jadi of course dia banyak cerita mengenai pengalaman dia.
Terutama mengenai kultur-kultur orang yang pernah ditemui dia, kultur
dari temen orang Indonesianya itu. Dia sering sharing ya. Kita terbuka.
3. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh pasangan anda?
Ngerti banget. Nggak ada masalah di komunikasi kita.
4. Apakah apa yang dipahami oleh anda berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan anda?
Sama. Hahaha… prinsip dan pandangan kita dalam hidup kebanyakan
sama.
5. Bagaimana anda dapat memahami penuturan pasangan anda secara tepat?
Apabila tidak tepat apa yang anda lakukan?
Kalau misalnya ada yang nggak sama kita cari waktu yang tepat. Kalau itu
masalah serius yang tidak sama, kita cari waktu yang tepat untuk
ngomong dari hati ke hati, jadi bener-bener dengarkan pendapat pasangan,
jadi kalau misalnya kita ada disagreement gitu kita bener-bener tanya
kenapa terus solusinya apa sampai kita bisa menemukan pendapat atau
persetujuan tentang suatu masalah, gitu. Jadi benar-benar mendengar dan
menghargai pendapat pasangan. Kita nggak pernah sampai istilahnya ah
cuek begitu aja, sampai dibawa ke dalam hati, tapi masalahnya nggak
selesai. Jadi kita benar-benar mencari waktu sampai kita benar-benar bisa
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
bicara dan mendapatkan persetujuan jadi benar-benar tidak ada yang
mengganjal. It’s always resolves.
6. Bagaimana kakak menyesuaikan diri dengan pasangan yang memiliki
budaya yang berbeda? Apakah kakak cenderung menyesuaikan dengan
pasangan sepenuhnya ataukah ada beberapa hal yang tidak anda sesuaikan
dengan pasangan dan cenderung anda pertahankan? Seperti orang
Indonesia kan tidak boleh sex before marriage.
Karena keluarga saya orangnya konservatif, tapi open minded. Mereka
nggak hanya tertutup kepada semata-mata kultur mereka aja. Jadi mereka
bisa menyesuaikan. Waktu saya pindah kesini, saya memang tinggal
dengan mertua tapi kita punya kamar berbeda. jadi suami saya waktu itu
kan di ruang bawah tanah kan kamarnya, jadi waktu itu saya tidur di atas.
Dan itu waktu itu belum marriage ya. Kan kita dikasih waktu window 90
hari sampai kita marriage. Jadi selama itu saya punya kamar sendiri
sampai kita marriage baru kita satu kamar. Kemudian waktu kita pacaran
juga dia menghargai saya. Jadi dia menghargai budaya kita yang nggak
sebebas orang sini kan, dan keluarga saya juga tahu itu. Waktu
penyesuaian juga saya menyesuaikan diri ke mereka, karena kalau disini
kan orangnya beda ya, kalau disini budaya yang kumpul-kumpulnya,
kalau kita kan biasa pergi ke restoran kemudian makan, duduk-duduk di
kafe mana nggak ada istilahnya minum-minum kecuali yang extreme
seperti minum-minum ke club. Itu kan istilahnya beda, itu udah seperti
culture di sini. Nah kalau di sini kebetulan teman-teman suami saya nggak
ada yang seperti di film-film begitu yang gila-gila gitu nggak ada. Teman-
teman suami saya disini rata-rata orangnya tipe-tipe suami saya orangnya,
kalau hangout ya hangout aja di rumah, kita main boardgame, kalau di
Indonesia kan kita main yang monopoli. Kemudian makan di resto mana.
Kalau minum pun mereka minum istilahnya untuk sekedar sosial, nggak
pernah sampai mabuk-mabuk. Kalau minum beer paling yang segelas atau
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
dua gelas udah. Karena kalau disini kan nggak boleh mabuk-mabuk
sambil nyetir. Kalau mabuk sambil nyetir kemudian nabrak orang
ditangkap polisi di sini. Jadi saya penyesuaian juga nggak terlalu susah ya.
Kebetulan suami saya ini orangnya bukan tipe yang liar atau gila begitu
modelnya. Hahaha… Makanya saya suka sama dia gitu karena dia bukan
bule yang mainstream gitu dia. Jadi saya nggak perlu banyak penyesuaian.
Itu salah satu pertimbangan saya mau menikahi dia. Hahaha…
7. Apakah anda atau pasangan anda terkadang menonjolkan perbedaan
verbal atau nonverbal di antara kalian?
Nggak sih. Kita nggak ada masalah di situ.
8. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
Kita equal sih sama. Saya dan suami saya tipenya sama banget. Kalau di
social, di pergaulan kita ini nyaman dengan tipe grup orangnya kecil gitu.
Nggak terlalu banyak orang gitu. Jadi kita ini sama, dalam segala hal kita
banyak kesamaan. Jadi nggak ada yang mendominasi gitu.
IV. Pernikahan Campuran
1. Apakah menurut anda dengan adanya pernikahan berbeda budaya akan
memperbesar konflik?
Kalau menurut pribadi, menurut saya sih nggak ya. Karena kembali lagi
tadi saya bilang, saya sedikit banyak mengerti budaya di Amerika
khususnya di Eropa. Jadi bagi saya itu bukan sesuatu yang menambah
konflik. Justru bagi saya itu menambah harmoni di kehidupan saya. Ada
perbedaan itu indah di kehidupan saya. hahaha… karena saya seneng
perbedaan ya. Kalau kita di Indonesia kan kita sudah tau bagaimana, dan
begitu di sini itu kita menambah wawasan juga gitu ya. Jadi lebih
menambah cakrawala saya, bukan menambah konflik.
2. Bahasa menurut kakak bisa menyebabkan konflik tidak?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Bahasa menurut saya secara general iya. Karena kalau kita tidak
menguasai bahasa dari suami kita, atau calon kita nah itu benar-benar bisa
mengakibatkan miscommunication, bisa salah paham. Dan itu saya banyak
belajar juga ya. Banyak orang tidak mengerti gitu loh. Dia
menganggapnya dia mengerti tapi sebenarnya tidak, salah komunikasi.
Jadi faktor bahasa itu memang benar-benar harus diperhatikan. Kalau
misalnya kita mau menikah dengan orang lain yang berbeda bahasanya
kita harus mengerti dulu bahasanya, sedikit demi sedikit, gitu. Atau jadi
orang yang benar-benar open minded dan sabar untuk mengerti cara
berkomunikasi yang baik kalau nggak ya jadi masalah, bisa jadi masalah
itu.
3. Selain bahasa apa lagi sih, kak, yang bisa menyebabkan konflik?
Selain bahasa, perilaku. Perilaku bisa menyebabkan konflik juga disini.
Karena kan banyak perbedaan yang do’s and dont’s, ya. Hal-hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Kalau kita di Indonesia, salah satu kasih
contoh nih yang bisa menyebabkan dengan suami kita atau dengan orang
lain yaitu kalau kita di Indonesia kan, salah satunya soal fisik, ya.
Contohnya di channel saya, kalau saya sih biasa saja karena saya orang
Indonesia, maka saya mengerti kalau ada subscribers yang nanya “kak,
kakak hamil lagi, ya?”, “kak, kakak kelihatan gendut, deh!” hahaha…
Nggak tahu kalau kamu baca comment-comment di channel saya atau
nggak, tapi ada banyak yang berkomentar seperti itu dan pernah saya
jelasin di video saya kalau saya ini nambah berat badan gitu loh, setelah
saya menikah. Terutama di bagian perut tuh udah banyak lemaknya,
udah... Hahaha… Udah melebihi kapasitas pokoknya. Kalau di sini itu, hal
yang kayak begitu soal fisik kita tidak pernah membicarakan soal fisik,
loh. Kalau kita di Indonesia kan udah biasa kayak “oh, pipinya ini loh,
agak biru-biru”, atau “eh, kamu kenapa? Kamu jatoh ya?”. Kalau di sini
tuh nggak pernah, kita nggak pernah, istilahnya membatasi diri kita untuk
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
bertanya gitu. Karena kita kan nggak tahu itu kenapa, karena itu
cenderung ingin tahu dan bisa menyinggung orang kalau di sini. Dan itu
tidak boleh. Terus nanyain “oh, kakak hamil lagi ya?” kalau perutnya
gede, eh nggak tahunya enggak, itu sanggat menyingung sekali di sini.
Nggak boleh sekali itu. Karena di consider sangat kasar ya, very rude
kalau kita ngomongnya begitu di sini. Jadi kita nggak pernah bertanya soal
umur, soal penghasilan, itu hal-hal yang sangat prinsip dan sangat pribadi.
Terus yang tadi saya bilang comment soal fisik itu nggak. Walaupun kita
bertanya “kamu hamil lagi ya?, “ih kamu kelihatan gendut ya!” wah itu,
merasa di tampar orang sini kalau dibilang begitu loh. Itu dia, itu, ya yang
perlu sangat diketahui, selain masalah bahasa kita perlu tahu culturenya.
Terus dilakukan di sini, bagaimana kebiasannya. Oh iya, misalnya kita
dikasih hadiah atau apapun itu harus selalu say thank you. Segala sesuatu
yang baik yang diberikan kepada kita, kita harus selalu say thank you.
Kemudian kalau misalnya kita diundang ke acara makan-makan atau
bagaimana, yang pastinya kita harus selalu mengatakan terimakasih sudah
mengundang kita, thanks for having us. We’ll see you again soon. Kalau
kita orang Indo kan jarang ya yang begitu-begitu ya. Yaudah, yaudah deh
besok lagi ya ketemu. Jarang gitu. Pokoknya culturenya, kemudian
bahasa, perilaku dan kebiasaan orang sini itu harus benar-benar diketahui
kalau nggak itu bisa menimbulkan konflik kalau kita nggak mengerti
kebiasaan orang sini dan kemudian kita melakukan kebiasaan yang biasa
dilakukan di Indonesia kemudian kita bawa kesini, aduh itu jangan deh,
yang tadi saya bilang suka nyeletuk itu, jangan. Itu perlu diperhatikan
juga.
4. Bagaimana kakak memandang peranan anda dalam keluarga? Seperti
perempuan harus mencuci, jaga anak?
Bagi saya sih, seorang perempuan itu sudah kodratnya ya. Apalagi saya
sudah nggak kerja kan ya sekarang, saya stay home mom. Jadi apa yang
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
bisa saya lakukan, ya saya lakukan untuk membantu suami saya begitu.
Jadi istilahnya walaupun saya tidak mencari penghasilan, ya setidaknya
saya provide di rumah. Pekerjaan-pekerjaan rumah, karena itu memang
sudah kewajiban saya, jagain anak. jadi bagi saya itu sesuatu yang wajar
untuk saya lakukan ya. Itu saja sih. Awal-awal memang masih
penyesuaian. Setahun, dua tahun pernikahan kita masih menyesuaikan.
Tapi seiring waktu berjalan dan ini pernikahan tahun ke enam. Jadi kita
sudah mengerti satu sama lain.
5. Penyesuaian ini maksudnya kakak pernah punya masalah dalam peranan?
Waktu penyesuaian nggak, karena saya kan dari kecil memang sudah tidak
punya orang tua, jadi saya tidak terlalu tergantung dengan orang lain.
Waktu di Indonesia juga saya kerja, saya tinggal sendiri. Jadi begitu di
sini, karena orang di sini kan bener-bener mandiri ya, tidak tergantung
dengan orang lain. Dan standard hidup di sini tuh memang begitu, jadi
tidak banyak menemukan kesulitan dalam penyesuaian.
6. Bagaimana pandangan anda mengenai cara anda mendidik dan
membesarkan anak?
Kebetulan dulu posisi saya seorang guru, ya, waktu saya di Indonesia. Jadi
saya mendidik anak itu dengan disiplin ya, sesuai dengan perkembangan
anak saya, sesuai dengan kultur yang saya anut dan tentu saya saya tidak
melupakan budaya saya, ketimuran. Dan itu tetap saya implement di anak
saya nanti kalau dia sudah gede. Dan tentu saja saya tidak terlalu
membatasi dia nanti kalau dia sudah dewasa, tapi tentu saja karena
keluarga saya di sini konservatif, tapi tetap open minded, jadi jika dia
nanti sudah dewasa. Begitu dia menginjak usia 18 tahun nanti, di sini itu
consider sudah mature, sudah dewasa jadi dia bisa mengambil keputusan
sendiri. Paling tidak nanti saya dan suami saya hanya membimbing dia
saja. Bagaimana baiknya untuk dia. Membantu dia dalam mencapai
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
keputusan yang baik, gitu. Artinya kita hanya mengayomi saja. Saya
dispilin juga sih saya orangnya, tapi tidak terlalu mau menentang gitu.
7. Jadi kakak cenderung bebas tapi tetap menuntun ya?
Iya. Karena saya melihat diri saya waktu di Indonesia dulu. Karena saya
kan sudah tidak punya orang tua lagi ya waktu saya masih kecil. Yang ada
hanya kakak-kakak dan abang. Jadi saya secara tidak langsung mendidik
diri saya sendiri gitu loh. Bagaimana menjadi seorang pribadi yang tahu
tata karma, tidak liar istilahnya. Hahaha… dan masih tahu batasan-batasan
sesuai dengan norma-norma yang ada, begitu.
8. Untuk nilai-nilai dan keyakinan anak kakak? Apakah kakak akan
mengarahkan atau biarkan saja bebas?
Oh, saya pasti akan arahkan, ya. Karena kalau tidak diarahkan, waduuh.
Di sini, generasi di sini banyak yang kurang lebih seperti generasi kita di
Indonesia, ya. Contohnya Awkarin itu, salah satunya. Yang lagi hot-hot
nya di Indonesia. Itu sudah generasi yang sudah luar biasa parah banget
itu. Dan saya tidak mau anak saya seperti itu. Tentu saja dia akan saya
bimbing, ya sampai dia gede. Dan walaupun dia sudah dewasa sampai dia
18 tahun, saya tetap pasti akan beritahu dia mana hal yang baik untuk
dilakukan, mana yang tidak. Mana hal yang negative, mana yang tidak.
Mana yang bisa diterima di lingkungan masyarakat dan mana yang tidak
bisa diterima. Pasti itu. Hahaha… Kalau nggak, ciuuuu… Ke laut aja.
Nggak, becanda deng. Hahaha… Pecat jadi anak.
9. Kalau kakak marah dengan suami, kakak tipe yang meluap-luap atau lebih
diam?
Kalau marah dengan suami tentunya fleksibel. Kalau saya marah, suami
saya pasti tahu, dia pasti diam. Tapi dia berusaha untuk mencari tahu
kenapa saya marah. Tapi saya selalu bilang begini ke suami saya, “kalau
saya marah, cuekin saja saya”. Karena begini, kalau dia semakin ngomong
dan hati saya masih panas, saya semakin menjadi gitu loh. Dan begitu hati
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
saya sudah tenang, baru saya datang ke dia dan dia tanya ke saya
“kenapa?”. Jadi saya tipe orangnya, ini, ya. Saya kalau semakin
diomongin, ditanya gitu saya semakin emosian orangnya. Makanya saya
bilang ke suami saya cuekin saja saya nanti kalau saya sudah ini, baru
saya datang ke kamu. Dan suami saya bilang oke. Baru nanti saya
ngomong ke dia.
10. Kalau suami kakak marah?
Suami saya? oh, dia orangnya nggak pernah marah sama saya. dari awal
kita nikah sampai sekarang ini suami saya tidak berteriak atau yell dengan
saya. Sekalipun tidak pernah. Dia tidak pernah main tangan, tidak pernah
memukul. Dan dia suami, sejauh ini ya, dari pria-pria yang pernah saya
pacarin. Saya pernah pacaran dengan bule juga ya dulu. Dan dia ini, suami
saya ini paling sabar. Dia itu yang paling bisa menghandle saya dan
mengerti saya. Hahaha… Suami saya bener-bener penyabar loh. Kalau
ditanya bener-bener 1000% penyabarnya. Seperti mamanya suami saya
itu, bener-bener mirip sifatnya, sama.
11. Apakah ada tips untuk menyelesaikan konflik dengan pasangan?
Kalau konflik, ini tips dari saya. berdasarkan kita berdua aja ya. Kalau kita
ada konflik seperti yang saya bilang tadi, suami saya pasti cari tahu jalan
pemecahnya gimana dan saya datangnya ke dia waktu hati saya sudah
tenang. Jadi kita memecahkan masalah itu dengan kepala yang dingin.
Kita nggak pernah selesain masalah itu waktu lagi meledak-meledak gitu
ya emosinya, karena kita berusaha waktu pergi tidur itu, masalah sudah
terselesaikan, jadi nggak saling memunggungi dan marah di tempat tidur.
Itu kita nggak mau itu kejadian, jadi always we go to bed with problem
solved gitu loh. Jadi begitu tips kita. Dan berusaha kalau misalnya
pasangan lagi ngomong itu dengarkan, jangan memotong omongan dia.
Karena itu biasanya memicu emosi juga. Jadi intinya itu saling
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
menghargai dan mengerti pasangan. Itu aja kalau ada suatu masalah. Dan
berusaha untuk sabar.
12. Apabila terjadi masalah keluarga apakah kakak akan membicarakannya
kepada keluarga besar atau cenderung diselesaikan sendiri?
Kalau saya dan suami saya interm, itu pasti kita diselesaikan di keluarga
sendiri. Tapi saya sering ini ya. Kalau ada sedikit konflik begitu, bukan
konflik sih ya, saya perlu pendapat dari orang lain. Saya pasti nanyanya ke
mama mertua atau papa mertua saya. Saya selalu minta pendapat mereka
bagaimana baiknya. Tapi kalau masalahnya masih kita selesaikan sendiri,
kita selesaikan sendiri.
13. Apakah ketika menghadapi konflik anda cenderung mengikuti perkataan
pasangan atau sebaliknya?
Tergantung, ya. 80% sih selalu suami saya. Karena suami saya dibanding
dengan saya dia lebih wise, ya orangnya. Hahaha… Dan kebanyakan saya
ini orangnya kadang kalau dibilang bisa keras kepala, ya keras kepala
juga. Tapi saya bisa bisa bilang 70% itu saya selalu mengikuti suami saya.
dan 30% nya itu berdasarkan kesepakatan bersama. Tapi yang 70% itu
memang benar adanya gitu loh. Jadi saya istilahnya tidak ada konflik soal
itu. Dan dia memang benar jadi saya mengikuti dia.
14. Apakah kakak mencoba mengubah kepribadian atau perilaku pasangan?
Kalau pribadi nggak sih ya, perilaku juga nggak. Kebiasaan aja. Hahaha…
Karena bagi saya, dulu ya waktu saya masih remaja, saya berpikir saya
bisa merubah seseorang. Bisa mengubah kepribadian seseorang. Karena
saya dulu pernah pacaran dan saya berusaha merubah perilaku pacar saya,
karena dia itu suka cheating on me, gitu loh. Tapi setelah saya belajar saya
tidak bisa merubah perilaku seseorang, jadi saya move on. Sekarang
dengan suami saya, saya tidak akan pernah mau berusaha untuk merubah
perilakunya. Karena tidak ada yang harus dirubah gitu, kepribadiannya
sudah oke. Cuma yang mau saya rubah itu kebiasaannya dia. Itu saja sih.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah anda memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan anda?
Iya, seperti yang saya bilang sebelumnya saya sangat memahami culture
di sini, kultur suami saya.
2. Apakah anda mengerti bahasa dan komunikasi verbal dan nonverbal
pasangan anda?
Ngerti.
3. Apakah anda mengerti batasan-batasan in-group dan out-group pasangan
anda?
Oh jelas kita harus mengerti itu boundaries in-group dan out-group.
Maksudnya temen-temennya kan? Iya jelas. Kalau soal boundaries dia
dengan in-group out-group saya selalu memberikan kebebasan kepada
suami saya. kalau misalnya dia mau pergi dengan temen-temennya saya
kasih dia keleluasaan. Kalau misalnya dia mau hangout dengan temen-
temennya pas weekend, mereka mau pergi get movie or pergi main games,
suami saya kan senang main game online tuh, saya ijinkan dia karena dia
memang perlu. Karena bagi saya, gimana ya istilahnya. Kalau kita sudah
menikah kan tidak harus kita mengekang pasangan kita gitu loh ya, jadi
kita memiliki dia sepenuhnya, karena dia kan juga punya kehidupan juga
maksudnya sebelum dia menikah dengan kita. Jadi saya nggak mau
ngerubah itu, gitu loh. Dia tetap bisa hangout dengan teman-temannya
kapanpun dia mau dan kalau misalnya ada waktu ya saya ijinkan.
4. Kakak sendiri tahu siapa saja in-group dan out-group pasangan?
Oh ya, tahu. Yang saya tahu in-groupnya itu teman-teman dekatnya itu
saya sudah kenal. Sama paling itu rekan kerjanya, yang sesama rekan-
rekan manager gitu yang dekat juga. Kalau out-groupnya paling anak-
anak buahnya di kantor itu saya tahu ada beberapa. Tapi yang jelas, in-
group itu teman-teman akrabnya saya tahu semua, saya kenal semua.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
5. Apakah pasangan anda cenderung orang yang mudah bergaul dengan
orang lain?
Tipe saya dan suami saya sama. Saya bisa bergaul dengan orang baru, tapi
saya tidak bisa. Apa ya istilahnya? Gini kalau penjelasan di sini itu it takes
time for me to warm up gitu loh. Jadi beberapa kali ketemu gitu saya baru
bisa dekat dengan seseorang. Saya nggak bisa langsung dekat. Kan ada
tipe orang yang baru pertama kali langsung uwaaa… Langsung bagaimana
gitu kan? Saya nggak bisa begitu, saya mesti baca dulu perilaku orang ini
gimana, dan kalau misalnya cocok saya baru bisa dekat, gitu. Tipenya
saya ini kenal langsung bisa dekat gitu. Hahaha… Tapi saya nggak punya
masalah sih kalau berkenalan dengan orang baru saya langsung going aja.
6. Apakah kakak tahu budaya di Amerika untuk sebuah hubungan itu seperti
apa? Kalau di Indonesia kan biasanya orang tua meminta untuk di
kenalkan kepada pacar kita dan apabila sudah pacaran lama biasanya
ditanya-tanya kapan menikah. Apakah di Amerika hal seperti ini berlaku
atau tidak?
Oh, nggak. Kalau di Amerika itu biasanya orang-orang cenderung tidak
mengenalkan pacar kita ke orang tua dan keluarga sebelum kita serius
benar-benar ingin tunangan begitu ya. Kalau di Indonesia kan pacaran
baru berapa bulan gitu udah di kenalkan ke orang tuanya. Kalau di sini
nggak. Rata-rata juga mereka terlambat untuk pacaran gitu ya. Kalau di
Indonesia kan nggak jarang kita lihat anak-anak SMP, SD malah udah
pacaran, udah panggil mami papi, udah kenalan keluarga segala macem.
Kalau di sini nggak. Rata-rata mereka yang sudah kuliah atau sudah
bekerja baru pacaran serius dan di kenalkan ke orang tua. Tapi karena saya
dan suami saya berkenalan saat dia dan saya sudah cukup berumur.
Hahaha… kita sudah sama-sama serius. Waktu itu saya baru pacaran
beberapa lama langsung dia datang ke Indonesia untuk melamar dan saya
di bawa ke Amerika untuk menikah di sana. Dan juga karena suami saya
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
waktu itu belum memiliki rumah, kita tinggal di rumah mertua saya
sehingga otomatis saya dikenalkan dengan keluarga suami saya.
7. Apakah anda mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan anda (seperti
apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan kegemaraannya)?
Maksudnya menerimo gitu, ya? Oh iya, seperti yang saya bilang tadi saya
ini kan pendatang istilahnya, ya. Pendatang itu kan harus selalu
menyesuaikan dengan tempat yang dia tinggali. Di mana bumi berpijak, di
situlah langit kamu junjung. Begitulah saya dengan suami saya. jadi saya
mengangnya prinsip itu aja sih, ya. Jadi apa yang dia punya, apa yang dia
sukai, saya selalu menghormati itu. Dia ini senengnya main game, dia ini
senangnya kongkow dengan temennya, nggak sering sih sekali dua kali,
tanpa dia. Maksudnya dia perlu winding off gitu ya. Kalau misalnya dia
perlu kongkow dengan temennya saya hormati itu, apa yang dia punya,
pokoknya barang-barang istilahnya entitle dengan suami saya, saya
hormati itu. Hahaha…
8. Apakah suami kakak dekat dengan keluarganya?
Iya. Kita berdua dekat dengan keluarga suami karena ketika saya baru
datang ke Amerika juga kan saya tinggal di rumah mama mertua saya.
Dan keluarga suami saya tidak seperti keluarga di Amerika kebanyakan
yang individualis gitu hidupnya, yang setelah anaknya berusia 17 tahun
langsung di tendang dari rumah gitu, ya. Hahaha… di suruh hidup
mandiri. Kalau keluarga suami saya, seperti saya dulu ya. Sebelum
menikah saya tinggal di rumah mama mertua saya bersama dengan suami
saya. sampai akhirnya saya menikah baru saya punya rumah sendiri
berdua. Kita juga sangat dekat dengan keluarga, terutama keluarga suami
karena keluarga saya kan jauh ya di Indonesia. Hampir setiap minggu
kalau ada waktu kita pergi main-main ke rumah mertua, atau kalau ada
acara kita kesana. Nggak cuma ke rumah mertua ya, kita juga sering ke
rumah neneknya suami saya, buyutnya Maddy. Kita sering kumpul-
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
kumpul, masak dan makan-makan bareng. Begitu juga dengan keluarga
angkat saya. Mama papa angkat saya sering main, menginap di rumah.
Kita juga sering keluar bareng. Kalau kita sendiri bukan berarti setelah
menikah kita putus hubungan dan komunikasi dengan keluarga.
9. Apakah kakak mengetahui ras, agama, bahasa dan sifat dari suami kakak?
Tahu dong. Pasti tahu. Dia rasnya campuran banget deh. Ada American
Indian ya, suku asli sini. Terus ada Jerman juga, Irlandia juga, Norway
juga ada Sweden juga. Banyak tuh. Udah berapa tuh? Semuanya di
borong. Hahaha… Dia agamanya Kristen sama kayak saya. Bahasa juga
saya tahu dong pasti. Kalau sifat dia kurang lebih sama kayak saya gitu
ya. Tidak pantang menyerah, optimis gitu ya. Tapi dia orangnya tidak
banyak bicara, kalau saya bawel. Maklum emak-emak. Hahahaha…
10. Apakah kakak merasa aman, percaya pada pasangan? Apakah menurut
kakak hubungan kalian stabil dan tidak terus menerus menyesuaikan diri
dengan pasangan? Apakah kakak merasa dilibatkan dalam pembicaraan
suami anda dengan teman-teman dan keluarganya? Apakah suami kakak
memperbolehkan kakak untuk memiliki waktu bebas?
Saya percaya sama suami saya karena dia orangnya nggak neko-neko gitu
loh dan kita juga sering komunikasi, jadi kemungkinan dia berbuat
macem-macem yang di luar pengetahuan saya tuh sedikit banget.
Ditambah kalau ada sesuatu yang dia sembunyikan, saya langsung tahu
dari gerak-geriknya. Sampai saat ini sih menurut saya hubungan kita
stabil, ya. Jarang ada tuh salah paham gitu-gitu. Kita udah saling tahu satu
sama lain, jadi nggak ada lagi yang harus disesuaikan. Dia selalu
melibatkan saya apabila sedang berbicara dengan teman-teman dan
keluarganya, karena teman-temanya ya teman-teman saya juga.
Keluarganya ya keluarga saya juga. Dan mereka pun memperlakukan saya
sama halnya dengan memperlakukan suami saya. Waktu bebas? Iya. Dia
sangat menghargai apabila saya butuh waktu untuk sendiri tanpa dia.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
11. Apakah kakak mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan?
Ya, pastinya. Karena kita selalu komunikasi dan saya juga sering memberi
pendapat juga. Kalau misalnya itu memang priority ya, oke aja.
12. Apakah kakak mindful mengenai kecenderungan anda untuk menilai
bahwa kebudayaan kakak lebih baik daripada kebudayaan suami kakak?
Kalau ditanya ya, secara gamblang. Sejujurnya, hahaha… saya lebih
seneng budaya orang sini daripada budaya orang kita, ya. Terutama untuk
kejadian yang belakangan ini. Nggak tau apa yang terjadi dengan
Indonesia dan budaya kita. Di mana budaya kita seharusnya berdasarkan
pancasila harus menghormati orang lain, budaya, agama dan kepercayaan
orang lain. Dan itu kayaknya sudah pupus di Indonesia. Dan semakin hari
saya semakin membuat perbandingan tentang budaya sini dan budaya
Indonesia dan ternyata budaya sini itu lebih baik. Bukan moralnya, ya.
Tapi kebudayaan dan custom di sini tuh jauh lebih bagus daripada di
Indonesia. Kan kebanyakan bule itu bilangnya orang Indonesia nice kan.
Ya, orang Indonesia kan kalau lihat bule pasti nice kan. Coba kalau
sesama pribumi? Say hai aja nggak ya kan? Kalau di sini ya, kita ketemu
orang nggak kenal aja pasti say hai loh. Jadi orang di sini tuh lebih
menghargai orang lain walaupun nggak kenal, mereka lebih ramah dan
nggak judgemental. Saya lebih suka budaya orang sini sih kalau ditanya
sejujurnya.
13. Apakah kakak mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan pasangan
anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
Iya, saya mendengarkan perkataannya dan seperti yang tadi saya bilang.
Tidak memotong apabila ia sedang berbicara karena itu bisa menjadi
pemicu konflik juga.
14. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
Iya. Kita harus selalu berempati sih. Kalau saya dan suami saya kita saling
berempati. Kalau misalnya saya melakukan kesalahan, saya selalu bilang
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
sorry. Kita juga saling menunjukkan emosi satu sama lain seperti apabila
dia bersedih, saya selalu rangkul dia seperti saat omya meninggal, all of
sudden, nggak tau kenapa, dia mencari tempat untuk merasa nyaman ya
dia datang ke saya dan saya berempati dengan dia dan saya menghormati
kalau dia sedang berkabung.
15. Apakah anda memahami stereotype dari budaya pasangan anda?
Oh, iya. Sudah pasti tau itu. Hahaha… Aduh, di sini itu banyak sekali
stereotype. Aduh, pusing saya. Begitu juga di Indonesia itu sudah banyak
yang kekini-kekinian itu kan yaa? Tau banget saya stereotype kalau di sini
saya. Contohnya kayak gini, di Amerika kan gun itu dilegalkan ya.
Banyak dari orang Amerika, terutama mereka yang suka koleksi dan suka
berburu begitu kadang pakai dengan sembarangan. Apalagi saat mereka
mabuk gitu ya. Kadang mengancam seseorang dengan gun. Sebenarnya
menurut saya peraturan tentang senjata api itu kan dilegalkan untuk self-
defense, tapi kadang malah digunakan untuk tujuan lain. Contohnya kayak
bunuh diri, membunuh orang yang which is mereka tidak mengancam
keselamatan kita begitu, ya. Tapi anehnya walaupun di sini banyak yang
menggunakan senjata untuk membunuh begitu, mereka masih berpikir
kalau negara lain jauh lebih berbahaya dari Amerika. Itu salah satunya.
Yang kedua mereka kan terkenal dengan budaya yang suka mabuk-
mabukan. Saya beruntung Dave dan teman-temannya tidak seperti itu, ya.
Kalaupun mereka minum beer ya hanya 1 atau 2 gelas saja sudah. Tidak
sampai mabuk.
16. Apakah kakak memiliki kemampuan untuk membangun pemahaman
terhadap konflik yang terjadi antara kakak dan suami?
Saya punya pemahaman itu. Karena saya kalau dibilang kan belum tentu
usia tua itu, tingkat kedewasaannya sama, ya? Saya bisa bilang saya ini
dewasanya lebih awal dari usia. Hahaha… Karena seperti yang saya
bilang tadi, orang tua saya meninggalnya waktu saya masih kecil, jadi
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
saya belajar banyak dengan memperhatikan sekeliling dan saya belajar hal
itu dari orang lain. Nggak tahu ya, saya bisa bilang saya dewasanya lebih
cepat dari usia sih jadi saya punya kapasitas memahami suami saya bagus
dan dia juga impress soal itu karena saya bisa memahami dia cukup baik.
17. Apakah anda memiliki kemampuan dapat beradaptasi dengan fleksibel
dengan budaya pasangan anda?
Yes. Saya bilang, yes. Sangat-sangat fleksibel saya dengan budaya suami
saya. dan saya juga cocok dengan keluarga suami saya. Begitu juga
dengan suami saya, dia sangat fleksible. Saya bisa bilang begitu karena
waktu pertama kali dia datang ke Indonesia, dia ini orangnya sangat laid
back, kalau di sini bilangnya relax gitu loh. Nggak ada yang, kalau ngeliat
orang Indonesia kan kebiasaannya beda-beda ya? Terutama dari cara
makan, dari cara wc, pokoknya begitu-begitu, kan beda ya? Kalau
misalnya bule-bule yang extreme tuh bilang “ih, jijik. Nggak mau ah!”
tapi dia nggak sama sekali. Waktu datang ke rumah kakak saya kan di
kamar tamu kan wc jongkok, di kamar kakak saya kan pakai wc yang
westerner. Saya bilang kalau kamu mau pakai wc yang westerner bisa
kok, yang kloset duduk. Tapi dia bilang “nggak saya pakai kloset jongkok
aja,” hahaha… Terus dia juga nggak yang gimana-gimana gitu. Dia bener-
bener bisa menyesuaikan. Sampai keluarga saya bilang “ini bule bukan
sih?” hahaha… Cuman kalau makanan dia agak susah karena dia nggak
tahan pedes. Kalau pedes-pedes dia nggak mau. Cuman kalau untuk
menyesuaikan dengan keluarga, cara kita di rumah, kebiasaan-kebiasaan
kita dia nggak ada masalah. Ada lagi, keluarga saya kan banyak yang
nggak bisa bahasa inggris ya. Dan waktu itu saya ninggalin suami saya di
rumah kakak saya, dan saya pergi ke pasar tradisional untuk belanja pagi
kan ya. Dia ngobrol dengan keluarga saya itu nyambung aja gitu loh,
nggak tau gimana, asbun gitu kata orang. Aduh, saya bilang. Nah itu dia,
dia nggak ada masalah.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
18. Apakah sejauh ini apa yang ditunjukkan pasangan anda baik verbal dan
nonverbal sudah pantas, efektif dan memuaskan bagi kakak?
Sangat. Sangat-sangat memuaskan bagi saya.
19. Apakah sejauh ini anda merasa dimengerti, dihargai dan didukung oleh
pasangan anda?
Yes, suami saya selalu mendukung. Kita sama-sama, dia mau apa-apa
saya dukung juga asal itu baik untuk satu sama lain. Contohnya seperti
saya, youtube. Suami saya dukung saya. Apa yang saya butuhkan dia
selalu mendukung. Begitu juga dengan dia.
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
1. Apakah pasangan kakak mengerti apa arti nada bahasa, artikulasi
(phonemes rules), susunan kata, grammar ketika kakak berbicara?
Ngerti, ngerti sangat. Hahaha… Waktu awal-awal aja ya, dulu agak susak,
karena dia ngomongnya cepat. Tapi sekarang dia ngomong apapun saya
ngerti, gitu. Karena sudah lama ya, tiap hari. Sampai sekarang sudah enam
tahun bersama jadi saya ngerti. Nggak ada masalah. Hey, hun! Do you
have a problem when I’m speaking in English sometimes? Hahaha… No
katanya, ngerti dia. Kadang pernah saya ketiduran, ya. Hahaha… Ini lucu
juga. Pernah saya ketiduran terus saya bilang matikan TV. Saya
ngomongnya dalam bahasa Indonesia loh. Hahaha… Awalnya dia nggak
ngerti, tapi akhirnya dia ngerti karena saya sering ulang itu. Pernah saya
udah ngantuk banget, ngomong bahasa Indonesia, tolong matikan TV.
Ngerti dia setelahnya. Terus saya pernah bilang tolong kecilkan volume,
awalnya dia nggak ngerti tapi kemudian setelah beberapa kali kejadian dia
ngerti, gitu. Hahaha… Lucu banget loh itu beneran. Saya itu tiba-tiba
ngomong pake bahasa Indonesia saking capenya. Dia just like “what?”
trus saya bilang “the volume please,” dia udah tau. Hahaha… Dia juga
nggak permasalahin grammar, dia selalu ngerti apa yang saya omongin.
Bahasa inggris saya sih kalau dari awal nggak jelek-jelek amat ya, bagus
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
banget juga nggak, saya bilang excellent juga nggak. Tapi selama saya
berkomunikasi di keluarga saya, keluarga suami saya, semua orang
mengerti. Dan mereka bilang inggris saya ini beda dengan istilahnya kalau
dibilang logat dan cara pengucapan saya itu sangat jelas sampai teman-
temannya dia tuh bilang saya berasal dari sini. Mereka sampai tanya
“pernah tinggal di Amerika ya?” saya jawab “nggak, saya dari Indonesia,”
jadi mereka nggak ada masalah dengan pengucapan atau apa. Saya juga
nggak tau logat saya dari mana, sampai mereka bilang “logat kamu tuh
logat sini,” bisa jadi mungkin karena nonton kali ya. Karena dari kecil
saya paling senang kalau ada film-film barat begitu ya.
2. Apakah kakak mengerti mengenai bagaimana suami kakak memberikan
pemaknaan (semantic rules) terhadap sesuatu?
Ngerti. Kadang saya nanya kalau nggak ngerti “kamu ngapain?” lalu dia
jelasin “I think that’s…”, lalu saya “oh, okay”. Terus dia juga demikian.
3. Apakah kakak mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam
budaya suami? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara, kepada siapa
dan dalam kondisi seperti apa?
Sangat. Saya sangat mengerti kebiasan dan custom orang sini saya
mengerti apa-apa yang oke untuk dibicarakan dan apa-apa yang tidak
untuk menghindari konflik. Saya sudah mengerti semua itu. Hahaha…
kita di sini sebisa mungkin berbicara atau bertutur kata itu yang sopan. Di
sini kan misalnya kalau kita di Indonesia kan kalau misalnya ditanyain
“kamu mau makan apa?” gitu kan ya kalau misalnya keluarga nanyain,
kita kan “terserah”. Kalau disini terserah itu dibilang kadang consider
rude gitu ya. Kalau ditanya gitu kita mesti bilang “oh, what do you
have?” gitu jadi kita balik tanya. Dan kalau yang punya bilang “oh, I have
this, and this, and this…” kita harus milih gitu loh. Dan kalau misalnya
kita selalu bilang “whatever” itu nggak sopan loh kalau di sini whatever
itu. Kayaknya saya nggak pernah deh bilang whatever begitu. Karena itu
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
consider sangat tidak sopan ngomong whatever. Seinget saya, saya tidak
pernah ngomong begitu kecuali dengan orang yang memang bener-bener
nyebelin banget ya, “whatever”. Nah, itu. Kalau di sini tuh ya sangat-
sangat tidak sopan kalau ngomong seperti itu.
4. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan dalam
budaya pasangan anda?
Saya ngerti. Saya kalau ditanya soal norma saya ngerti banyak. Kalau ada
yang mau curhat ke saya, ciaelaah. Hahaha… tanya aja boleh ya. Saya
ngerti banyak soal norma-norma di sini saya ngerti.
5. Apakah kakak menyadari identitas kelompok yang ada pada diri kakak?
Seperti contohnya kakak adalah penganut agama apa, komunitas dalam
kelompok pencinta apa
Tahu. Iya, tahu. Saya Kristen, kami berdua Kristen. Untuk komunitas
mungkin saya ada komunitas kalau kamu tahu vlogger indo mancanegara,
saya ikut grup itu ya. Itu grup isinya vlogger orang Indonesia yang
menikah dan tinggal di luar negeri. Nggak Cuma di Amerika, ada juga di
negara-negara lain. Kita suka buat challenge-challenge gitu ya. Di
aturannya nanti kocok dan hasilnya akan di upload di vlog masing-
masing. Kayak waktu terakhir itu saya dapat makan pizza, pakai marinara,
pakai keju, pakai kitkat, pakai kecap asin dan peanut butter. Aduh mereka
ini ada-ada aja idenya deh ngerjain orang. Hahahaha…
6. Apakah menurut kakak bahasa dapat membentuk persepsi dan bagaimana
kakak bersikap, bertutur kata?
Yes, maksudnya mendetermine personalitas seseorang gitu? Bisa dong.
Kalau misalnya kita kan bisa lihat dari cara seseorang berbicara itu, secara
tidak langsung kita bisa mengenali bagaimana seseorang itu tipenya, dari
sini seseorang bisa dikenali. Bagi saya sih, pendapat saya bisa ya.
7. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan keintiman?
Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan yang lebih tua
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama tidak
diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
Ya, bisa. Karena misalnya kan kita dengan orang baru. Kan kita pastinya
bahasa yang kita gunakan kan bahasa formal. Kalau misalnya dengan
keluarga kan bahasa yang digunakan juga beda karena kita pakai bahasa
daerah. Kalau dari status sih, ya di sini nggak terlalu ya. Kalau di eropa
status sosial bisa ditentukan dari cara berbahasa sepertinya, karena di sana
itu bahasa satu kota ke kota lain atau daerah yang istilahnya high-end,
kayak di menteng di Jakarta gitu bahasa gaulnya itu beda, bisa ditentukan
status. Kalau di sini nggak ya kayaknya, sama aja.
8. Apakah anda setuju bahwa bahasa dapat mengembangkan kreatifitas
dalam menggambarkan sesuatu hal? Seperti contohnya dalam bahasa
Inggris terdapat kata-kata seperti chairman, fireman dan sesuatu
cenderung dialamatkan dengan ‘he’ dan bukan ‘she’. Namun kalimat
tersebut dapat diubah menjadi chairperson dan firefighter. Anda
cenderung orang yang seperti apa?
Bisa, bisa banget. Tapi kita tergantung konteks, tapi kebanyakan kita
menggunakan he atau she. Langsung address ke orangnya tanpa embel-
embel. Kayak “nurses are chairperson” or whatever begitu loh. Jadi kita
langsung address ke orangnya. Karena di sini itu title atau embel-embel
itu jarang digunakan, jadi kita langsung address gendernya langsung,
address he or she. Karena kebanyakan orang di sini juga begitu.
9. Menurut kakak orang Amerika itu gaya komunikasinya gimana sih?
Apakah dia to the point atau bertele-tele? Apakah dia banyak
menggunakan sentuhan dalam percakapan atau tidak? Tatapan mata atau
tidak?
Kalau di sini mereka straight forward, kalau di Indonesia kan suka susah
mau ngomong to the point, suka banyak basa basinya gitu loh. Hahaha.
Puter-puter sebelum ke pointnya. Susah gitu kayaknya kalau mau
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
ngomong. Kalau di sini nggak. Kalau di sini saya lebih banyak belajar
sekarang untuk mengatakan straight to the point gitu. Apa yang mau
diucapkan langsung dikeluarkan saja, jadi nggak banyak basa basinya,
baru ke pointnya. Mereka juga tidak banyak menggunakan sentuhan
dalam percakapan. Berbeda dengan orang Indonesia yang seringkali
berbicara sambil menyentuh pundak, membelai rambut. Hal-hal seperti
begitu itu bagi mereka itu canggung gitu loh. Aneh. Selain itu tatapan
mata. Di Amerika itu tidak menatap mata saat seseorang berbicara itu
consider rude, ya. Mereka menganggap tatapan mata saat berbicara itu
seperti tanda bahwa kita memperhatikan, kita mendengarkan apa yang
dibicarakan dengan baik.”
10. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
Nggak. Karena saya berteman juga dengan siapa aja, sih.
11. Apakah kakak merupakan orang yang suka membanggakan apa yang telah
diraihnya atau tidak?
No! I don’t…kalau ditanya ya, pernah ada yang bilang saya itu stay
humble ya. Kalau ada yang suggest ke saya. mungkin kakak bisa lebih
stay humble seperti vlogger ini, begini, begini. Kalau yang pertama
melihat saya, mungkin mereka bilang saya suka bragging. Soalnya begini,
saya itu bukan dari keluarga yang kaya ya. Saya dari keluarga yang biasa-
biasa saja. Kalaupun kita punya, berkecukupan, saya diajarkan untuk tidak
menunjukkan ke orang lain kalau saya punya gitu loh. Karena itu,
keluarga saya mengajari saya kalau kamu seperti itu kamu bisa
menimbulkan jelous tetangga dan orang-orang dan segala macem. Dan
pernah di channel saya itu kalau misalnya ada saya pergi belanja kemana
pun, saya selalu bilang harganya begini, begini, begini. Tapi semenjak ada
yang pernah komen dibilang kalau saya lebih humble, sebenarnya saya ini
orangnya tidak begitu. Saya ini orangnya humble sekali kalau saya
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
achieved sesuatu. Kecuali kalau memang sesuatu yang saya achieved itu
benar-benar sesuatu yang ingin saya share ke keluarga saya. Misalnya
kayak dulu saya keterima kerja di bakery dan saya jadi cake decorator,
dan itu tidak mudah. Kalau di sini kan kita harus di test dulu, harus
dekorasi kue dulu, sampai bisa diterima dan itu saya merasa bangga dan
itu saya share ke keluarga saya gitu loh. Dan itu bukan bragging,
istilahnya saya hanya ingin share aja. Tapi kalau masalah kalau saya
punya, saya nggak ingin bragging, lebih kayak kalau saya punya channel
youtube saya bilang kepada viewer channel youtube saya harganya begini,
begini memberikan pengetahuan bukan kepada bragging.
12. Apakah suami kakak merupakan orang yang suka menggunakan jeda
dalam sebuah percakapan?
Iya!
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
1. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal yang anda tampilkan dapat
menggambarkan mengenai diri anda? Seperti bagaimana anda berpakaian
apakah feminine atau terkesan tomboy dan santai?
I think so, ya.
2. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
Hmm.. bisa.
3. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
Bisa. Kalau ini ditambah dengan ekspresi muka. Hahaha…
4. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
Bisa. Bisa.
5. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat menjadi sebuah
ketertarikan bagi seseorang?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Bisa banget. Hahaha.. Bisa bangeeet. Dari intonasi suara aja kita udah tau
biasanya kan.
6. Apakah anda mengerti arti gerak-gerik atau ekspresi wajah pasangan
anda?
Ngerti. Apapun yang terjadi sama dia saya pasti tau. Dia nggak bisa
bohong sama saya kalau suami saya. Sedikit gesture saya pasti tahu. I
guess, saya pasti tahu udah “what’s goin on”. Contoh lainnya seperti kalau
misalnya dia marah nada suaranya pasti sedikit keras. Suami saya itu
bukan orang yang suka berbicara dengan nada yang tinggi begitu, ya. Jadi
saya pasti tau kalau dia marah. Atau saya juga bisa lihat dari mukanya.
Dia suka senyum ya. Tapi kalau dia stress atau banyak pikiran dia pasti
mukanya di tekuk begitu ya kalau kata kita. Hahaha… kalau udah begitu
saya nggak mau ganggu dia dulu deh. Biar dia makan dulu, refreshing
dulu, mandi, baru saya tanya “what’s goin on?”, begitu”
7. Arti tatapan mata dan sentuhan pasangan anda?
Yes, sama.
8. Apakah anda mengerti bahwa pasangan anda membutuhkan ruang
pribadi?
Saya ngerti. Yang kaya saya bilang tadi.
9. Apakah anda mengerti bagaimana pasangan anda membagi waktu dan
bagaimana ia mempersepsikan waktu?
Iya, tahu. Suami saya dan saya tahu, apabila itu prioritas ya saat itu juga
harus dilakukan. Tapi kalau masih bisa di tunda ya it’s okay. Kalau di sini
tuh orang-orang sangat menghargai waktu ya. Kalau kita ngaret itu,
aduh… dianggap rude seperti yang saya bilang tadi ya, kasar ya. Tidak
menghormati orang lain.
VIII. Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Individu.
2. Apakah anda sering menilai pasangan anda berdasarkan apa yang anda
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan anda?
Saya menilai dia? Berdasarkan sudut pandang dia.
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda telah memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan tepat,
efektif dan sesuai dengan pasangan anda?
Yes! Karena kita suka to the point ya orangnya. Basa-basi itu kalau muter-
muter susah.
2. Apakah anda memperhatikan gestur dan mendengarkan pasangan anda
dengan baik dan sungguh-sungguh?
Ya, saya perhatikan karena itu consider kita menghargai dia. Dan itu tidak
hanya saya lakukan dengan suami saya tetapi dengan orang lain juga saya
selalu begitu. Karena kita tahu ya, tanpa bahasa dan gesture juga itu
sudah… kayak orang kalau sudah jengkel atau males dengan kita kan kita
tahu misalnya kita lihat gesture atau kata-kata kan ngerti kita. Jadi ya tidak
hanya dengan ke suami saya, tapi ke orang lain juga saya begitu pasti.
3. Apakah anda mengerti mengenai apa panggilan yang pasangan anda
inginkan?
Ngerti dong! Kita sama-sama punya panggilan sayang. Panggilan kita love
kalau manggil satu sama lain. Atau hun. Itu aja kita. Hahaha…
4. Apakah anda cenderung membiarkan pasangan anda menyelesaikan
perkataannya ataukah anda cenderung kalau dia lagi ngomong langsung
potong?
Kadang kalau saya lagi buru-buru atau lagi excited kadang saya suka
kebablasan ya. Hahaha… Dia lagi ngomong terus saya kepotong trus saya
bilang “oh sorry, lanjut”. Ya kadang saya suka kebablasan aja.
5. Apakah anda sering menanyakan mengenai pendapat pasangan anda dan
membicarakan mengenai pemikiran anda dengannya?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Yes! Kita selalu sharing. Hehehe…
6. Apakah anda menunjukkan ketertarikan anda untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya menatap matanya dan merespon
perkataannya.
Iya, pasti.
7. Apakah anda mengetahui, menyadari dan melakukan norma dan aturan
yang pasangan anda harapkan untuk anda lakukan?
Yes, karena kalau nggak begitu nanti bisa dipecat jadi istri. Hahaha… jadi
dia tentu saja berharap melakukan hal yang kamu sebutkan itu karena itu
menunjukkan kalau saya benar-benar menghargai dia gitu loh.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama : David Reeder
2. Usia : 34
3. Asal : Minnesota, USA
4. Usia pernikahan : 6 tahun
5. Pekerjaan : Manager
6. Jumlah anak : 1
II. Pertanyaan Umum
1. Bisa cerita sedikit bagaimana awalnya bertemu dan memutuskan untuk
menikah dengan istri?
Awalnya ketemu online. Karena cocok kemudian pacaran dan akhirnya
memutuskan untuk menikah
2. Kenapa menikah dengan orang Indonesia?
Karena dia seksi. Hahaha…
3. Kenapa kakak mencari pasangan online?
Karena saya sibuk banget. Seminggu jam kerja saya bisa 40-60 jam. Kalau
online kan nggak harus ketemu terus.
4. Bagaimana persepsi anda mengenai orang Amerika/Indonesia sebelum
memiliki hubungan dengan orang Amerika/Indonesia?
Biasa aja dan sudah biasa dengan orang Indonesia karena pernah punya
teman juga orang Indonesia.
5. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui anda akan menikah
dengan orang Indonesia?
Mereka orangnya terbuka. Jadi mereka ini tidak pernah berprasangka
buruk walaupun belum pernah bertemu. Mereka orangnya sangat
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
menerima dan tidak memandang ras, agama dan status. Yang penting
orangnya baik dan mereka setuju aja. mereka orangnya benar-benar baik.
Adik saya juga pernah berpacaran dengan orang Asia, orang Filipina.
III. Communication Accomodation Theory
1. Sejauh ini siapa yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi seperti verbal
dan non-verbal?
Istri saya lebih menyesuaikan ke saya.
2. Apakah pasangan anda suka berbicara atau berpendapat menurut
pengalamannya?
Kita sama, sama-sama suka sharing. Makanya cocok. Hahaha… kita
orangnya terbuka, apa-apa pasti cerita.
3. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh pasangan anda?
Ya.
4. Apakah apa yang dipahami oleh anda berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan anda?’
Sama.
5. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
Kita sama-sama suka sharing berdua. Seimbang.
6. Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan pasangan yang memiliki
budaya yang berbeda? Apakah anda cenderung menyesuaikan dengan
pasangan sepenuhnya ataukah ada beberapa hal yang tidak anda sesuaikan
dengan pasangan dan cenderung anda pertahankan?
Saya lebih mudah menyesuaikan dengan istri saya karena dia tidak
minum-minum dan lainnya. Jadi saya hanya sedikit-sedikit saja
memperkenalkan budaya saya ke dia. Saya tidak memaksa dia untuk
menerima budaya saya. Kalau istri saya tidak nyaman maka saya tidak
akan memaksanya. Istri saya sering bilang bahwa dia tidak perlu menjadi
orang lain untuk disukai. Dan apabila dia tidak merasa nyaman ia akan
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
mengatakannya pada saya dan saya akan menghargainya. Saya tetap
membawa istri saya hangout dengan teman-teman saya dan teman-teman
saya juga mengerti dan tidak memandang istri saya dengan close minded
karena istri saya tidak ingin diajak minum-minum. Mereka tetap
menghargai istri saya dan istri saya cocok dengan semua teman-teman
saya.
IV. Pernikahan Campuran
1. Bagaimana anda memandang peranan anda dalam keluarga?
Sama seperti istri saya, lakukan yang bisa dilakukan bagi keluarga. Saling
melengkapi saja. Saya dan istri memiliki pandangan yang sama soal
peranan dalam keluarga. Tidak pernah seperti “oh, aku ini lebih cape”,
“aku ini yang cari uang”, “kamu itu harusnya mengerti”. Kita saling
mengerti satu sama lain, kita sudah tahu tugas kita masing-masing apa.
Apa yang kita ingin lakukan bebas asal saling mengerti dan mengerti
batasan.
2. Bagaimana pandangan anda mengenai cara anda mendidik dan
membesarkan anak?
Saya sepakat dengan istri saya. Kami membesarkan anak dengan disiplin.
Saya dan istri sama-sama setuju dan tahu cara mendidik anak yang benar
itu seperti apa.
3. Apakah anda cenderung merupakan orang tua yang membebaskan anak-
anak anda ataukah menuntunnya dalam hidup seperti dalam nilai-nilai dan
keyakinan?
Saya dan istri saya memberikan kebebasan namun tetap menuntunnya.
4. Apakah anda cenderung marah dengan meluap-luap ataukah diam?
Saya orangnya sabar. Sangat sabar. Istri saya yang zero patient.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
5. Apakah anda mencoba mengubah kepribadian atau prilaku pasangan anda
atau menginginkan pasangan menjadi seperti yang anda inginkan?
Tidak. Saya suka apa adanya istri saya. Dan saya mencintai dia karena
kepribadiannya, karena dirinya. Jadi saya tidak pernah berusaha untuk
mengubahnya menjadi orang lain.
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah anda memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan anda?
Saya sangat menerima dan menghargai istri saya karena saya juga
mengerti dia memiliki keluarga, dan saya sangat menghormatinya. Saya
juga mengerti dia berasal dari mana, dari Indonesia yang kulturnya
berbeda dan saya menghargainya.
2. Apakah anda mengerti bahasa dan komunikasi verbal dan nonverbal
pasangan anda?
Ya, kita saling mengerti satu sama lain.
3. Apakah anda mengetahui in-group dan out-group pasangan anda?
Ya, in-group istri saya teman-temannya disini saya tahu, yang sering
hangout dengannya. Out-groupnya pretty much rekan-rekan kerja dia
dulu. Saya juga tahu semuanya. Kita mengenal siapa teman-teman kita
satu sama lain. Kita sama-sama tahu.
4. Apakah pasangan anda cenderung orang yang mudah bergaul dengan
orang lain?
What are we hon? Mom said we’re both unsocialize? Are we introvert? I
can’t remember what mom’s says. We’re comfort on small group instead
on the bigger group. We can go out, it just we like being on a small group
and we’re comfortable with people we’re already know.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
5. Yang saya tahu kalau di Amerika orang-orang cenderung mengenalkan
pacar mereka ketika mereka sudah serius dan tidak ada batas umur untuk
menikah. Apakah kakak tahu budaya di Indonesia untuk sebuah hubungan
itu seperti apa?
Saya tidak tahu. Saya tidak memikirkan hal tersebut. Saya akan menikah
dengan orang yang menurut feeling saya cocok dengan pribadi saya dan
tidak berniat untuk mencoba-coba dalam hubungan sehingga ketika saya
bertemu dengan Christina saya langsung memutuskan untuk menikahinya.
6. Apakah anda mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan anda (seperti
apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan kegemaraannya)?
Ya. Saya mengerti kegemarannya. Seperti keinginannya untuk membuat
account youtube dan membuat vlog kehidupan sehari-hari kami dalam
keluarga dan seluruh kegiatan kesehariannya, saya menghormatinya jika
itu keinginannya.
7. Apakah istri anda dekat dengan keluarganya?
Dekat, sangat dekat. Meskipun istri saya tinggal di Amerika, ia dan
keluarganya masih sering telepon dan berbagi cerita.
8. Apakah anda mengetahui ras, agama, bahasa dan sifat dari istri anda?
Saya mengetahui Christina merupakan orang Indonesia keturunan
Tionghoa dan saya tahu dia beragama Kristen. Tapi untuk bahasa saya
tidak begitu mengerti bahasa Indonesia. Saya hanya mengerti beberapa
kata saja. Lalu sifat dia orang yang ambisius dan sangat talkative. Dia juga
orang yang rapih dah rajin.
9. Apakah anda merasa aman, percaya pada pasangan anda? Apakah
menurut anda hubungan anda stabil dan tidak terus menerus
menyesuaikan diri dengan pasangan? Apakah anda merasa dilibatkan
dalam pembicaraan istri anda dengan teman-teman indonesia dan
keluarganya? Apakah istri anda memperbolehkan anda untuk memiliki
waktu bebas?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Saya merasa aman dan saya percaya pada Christina 100%. Kita sering
berkomunikasi dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Apabila ada
kesalahpahaman kita selesaikan dan tidak dipendam. Hubungan kita juga
stabil dalam arti kita tidak sering bertengkar. Pada awalnya memang
sering terjadi kesalahpahaman mungkin pada tahun pertama dan kedua
pernikahan. Kita berdua menganggap hal tersebut wajar karena dalam
proses penyesuaian. Kalau untuk dilibatkan, saya selalu dilibatkan dalam
percakapan Christina dengan keluarga maupun teman-temannya yang dari
Indonesia. Karena saya tidak mengerti bahasa Indonesia, Christina akan
menjadi translator saya untuk berbicara dengan keluarga dan teman-
temannya. Dia juga memberikan waktu untuk saya untuk bermain dengan
teman-teman saya, tidak pernah melarang saya.
10. Apakah anda mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan anda?
Iya, kita selalu membicarakan segala sesuatunya termasuk apa yang
dibutuhkan, seperti saya butuh ini, saya harus melakukan ini dan macam-
macam.
11. Apakah anda mindful mengenai kecenderungan anda untuk menilai bahwa
kebudayaan anda lebih baik daripada budaya pasangan anda?
Saya lebih menyukai budaya saya. Istri saya suka bercerita dengan saya
mengenai kejadian yang terjadi di Indonesia dan current event yang
sedang terjadi di Indonesia. Dan saya selalu bilang kenapa di Indonesia
segala sesuatu yang tidak perlu itu menjadi hal yang dibesar-besarkan.
Masih banyak hal lainnya yang harus diurus dibandingkan dengan hal-hal
yang tidak perlu menjadi pembahasan. Jadi saya agak sedikit ilfeel dengan
Indonesia. Hahaha…
12. Apakah anda mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan pasangan
anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
Saya selalu mendengarkan perkataannya dan menghormati dia.
13. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Iya. Contohnya ketika istri saya membutuhkan shoulder to crying on, saya
selalu welcome dia. Kita saling berempati satu sama lain. Sewaktu ada
anggota keluarga dari istri yang meninggal juga saya memberikan dia
quiet time, saya menghargai jika ia ingin sendiri. Kita satu keluarga pretty
much tau bagaimana berempati.
14. Apakah anda mengetahui stereotype dari budaya pasangan anda?
Ya, saya tahu. Istri saya sering cerita kepada saya. Dia up to date tentang
Amerika, saya juga up to date tentang Indonesia dari dia.
15. Apakah anda memiliki kemampuan untuk membangun pemahaman
terhadap konflik yang terjadi antara kalian?
Saya punya didikan yang baik dari keluarga. Keluarga saya mendidik saya
menjadi seorang pribadi yang menghargai dan mengerti orang lain jadi
saya tidak punya masalah.
16. Apakah anda memiliki kemampuan dapat beradaptasi dengan fleksibel
dengan budaya pasangan anda?
Sangat fleksibel menurut istri saya. Hahaha… Dia adalah orang yang
mudah sekali menyesuaikan diri dengan orang lain. Dia tahu bagaimana
harus bersikap entah itu dengan teman-temannya atau dalam keluarga.
17. Apakah sejauh ini apa yang ditunjukkan pasangan anda baik verbal dan
nonverbal sudah pantas, efektif dan memuaskan bagi anda?
Saya nggak ada masalah selain dia itu orang yang tidak sabaran.
Hahaha… itu saja, tapi saya sudah mengerti dia. Tapi kadang saya harus
tanyakan seperti “are you sure?”, “can you wait?” lalu kemudian dia
akan bilang “oke”. Setelah saya berikan pengertian dia biasanya akan oke.
Itu saja sih dia sangat tidak sabaran.
18. Apakah sejauh ini anda merasa dimengerti, dihargai dan didukung oleh
pasangan anda?
Iya. Kita saling mendukung satu sama lainnya.
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
1. Apakah pasangan anda mengerti apa arti nada bahasa, artikulasi
(phonemes rules), susunan kata atau grammar ketika anda berbicara?
Iya. Kita tidak ada masalah dalam bahasa.
2. Apakah anda mengerti mengenai bagaimana pasangan anda memberikan
pemaknaan (semantic rules) terhadap sesuatu?
Tidak ada masalah.
3. Apakah anda mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam budaya
pasangan anda? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara, kepada
siapa dan dalam kondisi seperti apa?
I had no idea. Hahaha… Karena saya tidak mengerti bahasa Indonesia.
Tapi kalau istri saya berbicara dengan bahasa Indonesia dengan
keluarganya dan senyum-senyum saya akan bertanya pada istri saya
“what are you talking about?” dan saya akan ikut-ikutan ketawa saja
karena tidak mengerti apa artinya. Keluarga istri saya bukan tipe orang
yang serius dan suka bercanda. Jadi saya nyambung karena saya juga
berasal dari keluarga yang suka bercanda. Saya ikut-ikut saja. Hahaha…
4. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan dalam
budaya pasangan anda?
Iya, saya tahu. Karena istri saya selalu cerita. Terutama ketika kita pulang
ke Indonesia, dia selalu beritahu saya norma dan kebiasaan yang ada
seperti apa. Kalau saya tidak tahu saya akan bertanya agar yakin.
5. Apakah anda menyadari identitas kelompok yang ada pada diri anda?
Seperti contohnya anda adalah penganut agama apa, komunitas dalam
kelompok pencinta apa
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Iya, tahu. Kalau nggak tahu nanti dibilang gila dong. Hahaha… Saya
Kristen, hobi saya main games online dan nonton tapi sekarang main
game beberapa kali saja sebulan untuk sekedar refreshing.
6. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk persepsi dan bagaimana
anda bersikap serta bertutur kata?
Iya. Menurut saya dan istri ya. Kita pernah membahas masalah ini dan kita
berdua setuju bahasa dapat mendetermine seseorang.
7. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan keintiman?
Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan yang lebih tua
atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama tidak
diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
Ya bisa. Kalau dengan orang baru atau asing biasa menggunakan bahasa
formal.
8. Apakah anda setuju bahwa bahasa dapat mengembangkan kreatifitas
dalam menggambarkan sesuatu hal? Seperti contohnya dalam bahasa
Inggris terdapat kata-kata seperti chairman, fireman dan sesuatu
cenderung dialamatkan dengan ‘he’ dan bukan ‘she’. Namun kalimat
tersebut dapat diubah menjadi chairperson dan firefighter. Anda
cenderung orang yang seperti apa?
Saya tidak terlalu memusingkan hal itu. Hahaha…
9. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
Tidak, kita berteman dengan siapa saja.
10. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka membanggakan apa
yang telah diraihnya atau tidak?
Tidak.
11. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka menggunakan jeda
dalam sebuah percakapan?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Iya. Hahaha… Sepertinya dia dalam bahasa Indonesia juga seperti itu ya
kalau di vlog? Biasanya untuk memperjelas, mempertegas.
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
1. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal yang anda tampilkan dapat
menggambarkan mengenai diri anda? Seperti bagaimana anda berpakaian
apakah feminine atau terkesan tomboy dan santai?
Iya, bisa.
2. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
Ya.
3. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
Bisa.
4. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
Iya bisa.
5. Apakah anda mengerti arti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah,
tatapan mata dan sentuhan pasangan anda?
Yes! Saya mengerti. Istri saya orang yang bawel dan suaranya tinggi.
Kalau dia tidak banyak bicara dan suaranya rendah, saya tahu dia sedang
marah. Dari wajah saya rasa juga terlihat. Kalau dia marah dia tidak mau
menatap mata saya dan memilih untuk diam dan menyuruh saya untuk
menjauh dan tidak bertanya apa yang terjadi dan memberitahukan
kesalahan saya. Dia mengatakan pada saya untuk mengabaikan dia saja.
Tapi setelah marahnya reda, dia pasti datang pada saya dan menceritakan
apa yang membuatnya marah.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
6. Apakah anda mengerti bahwa pasangan anda membutuhkan ruang
pribadi?
Ya. Sangat. Saya menghargai dia dan saya tahu bahwa dia butuh
refreshing dari mengurus rumah dan menjaga Maddy. Seperti contohnya
dia suka sekali belanja ke toko Asia dan shopping, vlogging dan menonton
TV. Saya perbolehkan semuanya itu.
7. Apakah anda mengerti bagaimana pasangan anda membagi waktu dan
bagaimana ia mempersepsikan waktu?
Iya. Saya mengerti.
VIII. Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
Individunya.
2. Apakah anda sering menilai pasangan anda berdasarkan apa yang anda
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan anda?
Berdasarkan sudut pandang dia.
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda telah memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan tepat,
efektif dan sesuai dengan pasangan anda?
Yes.
2. Apakah anda memperhatikan gestur dan mendengarkan pasangan anda
dengan baik dan sungguh-sungguh?
Iya. Saya memperhatikan dan mendengarkan dia dengan baik karena saya
menghormati dia.
3. Apakah anda mengerti mengenai apa panggilan yang pasangan anda
inginkan?
Iya. Saya panggil dia hunny atau love.
4. Apakah anda cenderung membiarkan pasangan anda menyelesaikan
perkataannya ataukah anda cenderung sudah mengerti apa yang ingin
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
dibicarakannya dan telah menyiapkan balasannya sebelum ia
menyelesaikan kalimatnya?
Kadang saya memotong kalau lagi ngomong. Tapi saya bilang “oh, sorry.
Go ahead.” Tapi tidak pernah sampai terus memotong.
5. Apakah anda sering menanyakan mengenai pendapat pasangan anda dan
membicarakan mengenai pemikiran anda dengannya?
Ya, kita sering kali sharing dan bertukar pikiran.
6. Apakah anda menunjukkan ketertarikan anda untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya menatap matanya dan merespon
perkataannya.
Ya, karena saya menghargai dia.
7. Apakah anda mengetahui, menyadari dan melakukan norma dan aturan
yang pasangan anda harapkan untuk anda lakukan?
Yes!
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama : Michael Lord
2. Usia : 72 tahun
3. Asal : Arizona, Amerika
4. Usia pernikahan : 10 tahun
5. Pekerjaan : self employed
6. Jumlah anak : -
II. Pertanyaan Umum
1. Bagaimana persepsi anda mengenai orang Amerika/Indonesia sebelum
memiliki hubungan dengan orang Amerika/Indonesia?
Saya suka Indonesia, terutama Bali. Awalnya saya ke Indonesia bersama
teman saya di Papua Nugini. Tapi di sana banyak penjahat dan lain-lain.
Akhirnya saya ke Bali dan di bali saya merasa relax. Dan saya suka sekali
dengan Bali dan orang-orang Bali.
2. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui anda akan menikah
dengan orang Amerika/Indonesia?
Keluarga saya sangat bebas dan saya juga jarang bertemu karena tempat
tinggal saya jauh dari mereka, kita berbeda negara bagian dan hanya
bertemu setahun sekali saat natal.
III. Communication Accomodation Theory
1. Sejauh ini apakah anda yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi seperti
verbal dan non-verbal pasangan atau sebaliknya?
Sama-sama saling menyesuaikan.
2. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh pasangan anda?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Iya. Karena kita berbicara bahasa Inggris setiap hari.
3. Apakah apa yang dipahami oleh anda berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan anda?
Iya, sama.
4. Anda lebih cenderung senang bergaul dengan teman-teman dari anda
sendiri atau suami?
Keduanya.
5. Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan pasangan yang memiliki
budaya yang berbeda? Apakah anda cenderung menyesuaikan dengan
pasangan sepenuhnya ataukah ada beberapa hal yang tidak anda sesuaikan
dengan pasangan dan cenderung anda pertahankan?
Saling sama-sama menyesuaikan. Apabila ada acara menurut budaya saya,
dia ikuti dan apabila ada acara menurut budaya dia, saya mengikuti.
6. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
Tidak. Sama-sama kita sering berbicara.
IV. Pernikahan Campuran
1. Apakah menurut anda dengan adanya pernikahan berbeda budaya akan
memperbesar konflik?
Tidak, yang penting saling menghargai.
2. Bagaimana anda memandang peranan anda dalam keluarga?
Kita sama-sama saling membantu dalam keluarga.
3. Apakah anda cenderung marah dengan meluap-luap ataukah diam?
Saya tidak marah, tapi apabila ada ketidaksetujuan saya akan katakan
baik-baik dan selesaikan saat itu juga. Jadi saya akan menjelaskan kenapa
saya marah. Dia juga seperti itu.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
4. Apabila terjadi masalah keluarga apakah kakak akan membicarakannya
kepada keluarga besar atau cenderung diselesaikan sendiri?
Tidak pernah. Kita selesaikan berdua saja.
5. Apakah anda atau pasangan cenderung kurang bisa menyesuaikan atau
bahkan tidak dapat menerima kebiasaan atau perilaku masing-masing?
Kita saling menyesuaikan saja. Karena sudah cukup lama pernikahan kita,
kita sudah saling terbiasa.
6. Apakah ketika menghadapi konflik anda cenderung mengikuti perkataan
pasangan atau sebaliknya?
Kita sama-sama saling berdiskusi mana solusi yang terbaik.
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah anda memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan anda?
Iya.
2. Bagaimana anda mengetahui mengenai budaya pasangan anda?
Saya sering datang ke Indonesia, terutama Bali. Bahkan sebelum saya
menikah dengan Wayan Saya suka budaya Indonesia, orang-orangnya
ramah, saling membantu. Budayanya pun saya suka banyak sekali
upacara-upacara adat dan orang-orangnya masih memegang teguh
budayanya.
3. Apakah anda mengetahui batasan-batasan in-group dan out-group
pasangan anda?
Iya tahu. Kita kurang lebih punya teman-teman yang sama karena kita
bekerja bersama. Tapi untuk teman-teman Wayan sepertinya masuk ke
dalam out-group karena hanya sekedar berbincang dan say hello. Mungkin
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
in-group nya hanya sebatas keluarga dan beberapa teman dekatnya di
Indonesia.
4. Apakah anda mengetahui bagaimana pasangan anda beradaptasi dengan
orang yang berbeda budaya?
Iya dia sudah terbiasa dengan kehidupan di sini dan teman-teman saya.
5. Yang saya tahu kalau di Amerika orang-orang cenderung mengenalkan
pacar mereka ketika mereka sudah serius dan tidak ada batas umur untuk
menikah. Apakah kakak tahu budaya di Indonesia untuk sebuah hubungan
itu seperti apa?
Tidak tahu. Saya tidak tahu mengenai bagaimana aturan tentang hubungan
di Indonesia. Di Amerika semuanya bebas, tidak ada aturan tentang hal-
hal yang mengatur keputusan pribadi seseorang. Menikah dan tidak itu
juga termasuk keputusan pribadi, jadi tidak ada kalau di Amerika.
6. Apakah anda mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan anda (seperti
apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan kegemaraannya)?
Iya saya mengerti.
7. Apakah istri anda dekat dengan keluarganya?
Semenjak pindah tidak terlalu. Karena kita berdua jarang pulang ke
Indonesia dan semua saudaranya sudah memiliki keluarga masing-masing.
Tapi beberapa kali mereka masih bertukar kabar lewat whatsapp atau
facebook atau kadang telepon. Itu saja.
8. Apakah anda mengetahui ras, agama, bahasa dan sifat dari istri anda?
Istri saya orang Bali asli. Agamanya hindu. Saya tidak bisa berbicara
bahasa Indonesia, hanya bisa beberapa kata saja. Istri saya orang yang
baik, penyabar, tenang dan lembut.
9. Apakah anda merasa aman, percaya pada pasangan anda? Apakah
menurut anda hubungan anda stabil dan tidak terus menerus
menyesuaikan diri dengan pasangan? Apakah anda merasa dilibatkan
dalam pembicaraan istri anda dengan teman-teman Indonesia dan
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
keluarganya? Apakah istri anda memperbolehkan anda untuk memiliki
waktu bebas?
Saya merasa aman dan percaya pada pasangan saya. Kita tidak
menyesuaikan diri terus menerus. Kita tidak sering bertengkar karena
berbeda pendapat karena kita selalu berbicara. Dia selalu melibatkan saya
dalam percakapannya dengan teman-teman atau keluarganya. Dia juga
memperbolehkan saya untuk memiliki waktu bebas dengan teman-teman
saya, tapi saya tidak mau. Saya ingin selalu dekat dengannya.
10. Apakah anda mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan anda?
Iya saya tahu.
11. Apakah anda mindful mengenai kecenderungan anda untuk menilai bahwa
kebudayaan anda lebih baik daripada budaya pasangan anda?
Saya lebih suka kebudayaan di Bali, karena saya sering ke Indonesia.
12. Apakah anda mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan pasangan
anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
Iya karena bisa terjadi salah paham kalau tidak.
13. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
Iya. Kita suka pakai joke untuk mengungkapkannya.
14. Apakah anda mengerti dan memahami perilaku nonverbal pasangan anda?
Iya. Tapi lebih banyak kita selalu bicara dan tidak perlu menebak-nebak
gerak gerik.
15. Apakah anda memahami stereotype dari budaya pasangan anda?
Iya saya tahu.
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
1. Apakah anda mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam budaya
pasangan anda? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara, kepada
siapa dan dalam kondisi seperti apa?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Iya saya tahu dan mengerti meskipun saya tidak mengerti bahasa
Indonesia, istri saya kasih saya tahu. Mungkin contohnya seperti saya
harus sopan kepada yang lebih tua, memanggil dengan sebutan Mr atau
Mrs.
2. Apakah anda mengerti mengenai bagaimana pasangan anda memberikan
pemaknaan (semantic rules) terhadap sesuatu?
Iya saya mengerti. Kalaupun ada yang tidak saya mengerti dari ucapannya
saya akan langsung bertanya.
3. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan dalam
budaya pasangan anda?
Iya, mengerti.
4. Apakah anda menyadari identitas kelompok yang ada pada diri anda?
Seperti contohnya anda adalah penganut agama apa, komunitas dalam
kelompok pencinta apa
Iya tahu. Saya seorang atheis, saya tidak percaya tuhan itu ada tapi saya
dibesarkan di keluarga Kristen.
5. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk persepsi dan bagaimana
anda bersikap serta bertutur kata?
Iya.
6. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk pola berpikir kita dan cara
kita menggambarkan suatu hal?
Iya.
7. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan keintiman?
Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan yang lebih tua
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama tidak
diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
Tidak terlalu. Kalau di sini sama saja.
8. Apakah pasangan anda merupakan orang yang to the point atau bertele-
tele dalam mengungkapkan pendapatnya?
Kita berdua to the point.
9. Menurut anda seperti apakah gaya bicara orang Indonesia?
Saya pikir orang Indonesia lebih rumit dibandingkan dengan di Amerika.
Mereka berbicara tidak to the point, selalu seperti membuat saya menebak
maksudnya. Ketika berhadapan dengan pembicaraan inilah biasanya istri
saya membantu saya.
10. Apakah pasangan anda merupakan orang yang langsung mengungkapkan
apa yang ada di pikirannya atau menggunakan kiasan dan membuat orang
menebak apa yang diinginkannya?
Kita langsung ungkapin saja.
11. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
Kita tidak membedakan
12. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka membanggakan apa
yang telah diraihnya atau tidak?
Oh tidak.
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
1. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal yang anda tampilkan dapat
menggambarkan mengenai diri anda? Seperti bagaimana anda berpakaian
apakah feminine atau terkesan tomboy dan santai?
Tidak juga. Tergantung kondisi. Apabila di rumah saya memilih untuk
menggunakan baju yang santai. Lain halnya apabila saya datang ke acara-
acara yang menuntut saya untuk berpenampilan rapih dan seringkali
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
beberapa acara menuntut kita untuk berpenampilan sesuai dengan
dresscode yang sebenarnya bukan keinginan kita untuk berpenampilan
demikian.
2. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
Iya.
3. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
Iya bisa.
4. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
Iya.
5. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat menjadi sebuah
ketertarikan bagi seseorang?
Iya.
6. Apakah Apakah anda mengerti arti nada bicara, gerak-gerik atau ekspresi
wajah, tatapan mata, sentuhan pasangan anda?
Iya.
7. Apakah anda mengerti bahwa pasangan anda membutuhkan ruang
pribadi?
Iya saya mengerti. Tapi kita selalu sama-sama.
8. Apakah anda mengerti bagaimana pasangan anda membagi waktu dan
bagaimana ia mempersepsikan waktu?
Iya saya mengerti.
VIII. Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Ya, individu.
2. Apakah anda sering menilai pasangan anda berdasarkan apa yang anda
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan anda?
Berdasarkan sudut pandang dia.
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda mengetahui dan memahami budaya pasangan anda?
Iya.
2. Apakah anda telah memahami dan menerima perbedaan budaya anda dan
pasangan?
Iya.
3. Apakah anda memperhatikan gestur dan mendengarkan pasangan anda
dengan baik dan sungguh-sungguh?
Iya saya sungguh-sungguh.
4. Apakah anda mengerti mengenai apa panggilan yang pasangan anda
inginkan?
Iya.
5. Apakah anda cenderung membiarkan pasangan anda menyelesaikan
perkataannya ataukah anda cenderung sudah mengerti apa yang ingin
dibicarakannya dan telah menyiapkan balasannya sebelum ia
menyelesaikan kalimatnya?
Menyelesaikan perkataan dulu, tidak memotong.
6. Apakah anda sering menanyakan mengenai pendapat pasangan anda dan
membicarakan mengenai pemikiran anda dengannya?
Iya kita sering sharing.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
7. Apakah anda menunjukkan ketertarikan anda untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya menatap matanya dan merespon
perkataannya.
Kita biasa saja.
8. Apakah anda melakukan norma dan aturan yang pasangan anda harapkan
untuk anda lakukan?
Iya.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama : Ni Wayan Suarniti
2. Usia : 47 tahun
3. Asal : Bali, Indonesia
4. Usia pernikahan : 10 tahun
5. Pekerjaan : self employed
6. Jumlah anak : -
II. Pertanyaan Umum
1. Apakah anda bisa bercerita sedikit mengenai bagaimana awalnya anda
bertemu dan memutuskan untuk menikah dengan pasangan anda?
Suami dulu kan sering ke Bali, saya dulu manager galeri wanita satu-
satunya di seluruh Asia di Bali, jadi dia suka beli kalender wanita untuk
hadiah christmasnya. Kita ketemu awal tahun 2000an, jadi tahun 2005 dia
mengundang saya untuk mengadakan pameran di Amerika. Saya ke
Amerika tahun 2006 Januari untuk pamerannya, saya di sini sampai
Maret, langsung tiga bulan pulang ke Bali sebentar dan kembali lagi ke
sini bulan Juli terus menikah. Pokoknya singkat tidak ada planning.
2. Bagaimana persepsi anda mengenai orang Amerika sebelum memiliki
hubungan dengan orang Amerika?
Sebelum saya menikah kan, tempat kerja saya itu internasional. Jadi
sebelum menikah itu saya sudah kenal orang-orang dari seluruh dunia.
Biasa aja, saya banyak kenal. Karena saya dulu pernah bekerja dengan
pelukis dari Hawaii, dia menyayangi saya seperti seorang ibu. Dia
mengajari saya banyak. Dan saya punya banyak teman di seluruh dunia,
tapi saya lebih banyak di Australia. Tapi pada umumnya semua sama.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Setelah saya di Amerika memang orang-orangnya lebih jauh beda dan
lebih tertutup. Tapi itu begitu saya datang ke sini baru tahu. Sebelumnya
saya anggap semuanya itu sama, karena sebelum saya ke sini saya sudah
punya dua mama dari Hawaii.
3. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui anda akan menikah
dengan orang Amerika/Indonesia?
Saya sudah tidak punya orang tua waktu itu, jadi saudara saya tidak
pernah melarang apapun yang menjadi kemauan saya. Sebelum saya
menikah di sini, saya juga pernah menikah dengan orang Korea tapi
tinggal di Bali, jadi tidak begitu susah dengan keluarga.
4. Adakah pengalaman yang mengejutkan terkesan aneh dan berbeda
mengenai pasangan saat telah menikah? Sesuatu yang tidak biasa bagi
anda? Bagaimana anda menanggapi hal tersebut?
Oh iya. Berbeda jauh sekali dengan budaya kita. Tapi suami saya kan
senang kalau ke Pura di Bali, dia suka dan percaya dan respect. Saya
walaupun di sini saya dibuatkan tempat sembahyang seperti di Bali,
walaupun kecil. Dia respect sekali soal kebudayaan kita di Indonesia, di
Bali khususnya. Dia selalu bilang sama tamu-tamu kita tentang Indonesia
dan Bali, kita kan punya bed and breakfast. Pokoknya dia mengagung-
agungkan kebudayaan kita. Tapi bagi saya sendiri, jauh berbeda kalau di
Bali kan hidup kita selalu bersama, saling membantu setiap banjar kita
mau ada acara di Pura kita gotong royong dan selalu semua orang laki,
perempuan saling membantu bekerja sama. Kalau di sini kan nggak, kita
tetangga aja yang deket nggak saling tahu. Saya sudah 11 tahun di sini
nggak ada tahu rumah tetangga. Paling cuma 2 aja, mereka cuma hanya
paling kalau ketemu say hai. Mereka nggak pernah invite gitu walaupun
kita sering invite, kita soalnya ada show dan event di rumah, kita undang
tetangga dan teman-teman. Tapi kalau orang sini kan nggak. Kalau dia
nggak ada hubungan keluarga, kebanyakan orang-orangnya tertutup.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
III. Communication Accomodation Theory
1. Sejauh ini apakah anda yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi seperti
verbal dan non-verbal pasangan atau sebaliknya?
Kita saling menyesuaikan satu sama lain. Kita nggak pernah bicara bahasa
Indonesia di sini. Paling satu dua kata dia bisa.
2. Apakah pasangan anda suka berbicara atau berpendapat menurut
pengalamannya?
Kita suka cerita-cerita tentang segala macem, soalnya dia kan builder. Dia
suka cerita-cerita tentang kuliahnya segala macem. Dia masih suka
membangun walaupun sudah umur 72. Pengalaman dia selalu dia cerita.
3. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh pasangan anda?
Ngerti semua.
4. Apakah apa yang dipahami oleh anda berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan anda?
Sama. Kita soalnya relax, tidak seperti teman saya yang menikah di sini
yang suaminya kerja kantoran, jadi mereka tidak selalu ketemu. Kalau kita
kan tidak pernah pisah, kita selalu bersama 24 jam. Pisah hanya dia di
halaman, saya di dapur. Itu juga paling dia nanti ke dalam rumah dia past
bilang “I miss you”, atau kadang-kadang dia minta saya menengok apa
yang dia lakukan di luar rumah kalau saya lagi tidak sibuk. Tapi kita
nggak pernah bercekcok, bertengkar karena kita saling pengertian. Kita
selalu bersama dan selalu kita bikin fun, joking-joking gitu. Masalah kecil
pun kita pakai untuk joking.
5. Anda lebih cenderung senang bergaul dengan teman-teman dari anda
sendiri atau suami?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Sama kedua-duanya. Soalnya suami saya punya teman dekat yang sudah
seperti saudara. Jadi kita sering mengundang mereka, makan, dan lainnya.
Dan begitu saya di sini, saya juga punya teman-teman dari Indonesian
association.
6. Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan pasangan yang memiliki
budaya yang berbeda? Apakah anda cenderung menyesuaikan dengan
pasangan sepenuhnya ataukah ada beberapa hal yang tidak anda sesuaikan
dengan pasangan dan cenderung anda pertahankan?
Saya kalau kebudayaan saya tetap sama. Seperti kalau ada celebration gitu
saya undang semuanya, sembahyang, mirip seperti di Bali. Tapi kalau
natalan tahun baru atau thanksgiving, kalau di undang ya kita datang. Tapi
kalau natalan kan kebanyakan keluarga suami agamanya Kristen, jadi
walaupun saya nggak agama Kristen ya saya buatkan mereka party. Saya
terima yang seperti itu, tapi saya tidak ikut sembahyang karena suami saya
juga nggak. Untuk menghargai saja walaupun bukan tradisi saya.
7. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
Tergantung, umpamanya saya yang punya ide untuk bicara duluan jadi
saya yang dominan. Jadi kita tidak banyak perbedaan, hampir balance.
IV. Pernikahan Campuran
1. Apakah menurut anda dengan adanya pernikahan berbeda budaya akan
memperbesar konflik?
Kalau kita tidak saling menghargai dan saling egois, iya. Tapi saya dan
suami tidak. Mungkin in general begitu karena saling mempertahankan
budayanya. Kalau saya dan suami kan tidak ada yang saling
mempertahankan begitu karena dia kan tidak punya agama dan kalau dia
di Bali kemana pun saya sembahyang dia menghargai dan respect.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
2. Menurut anda hal apa saja yang dapat menyebabkan konflik pada
pernikahan beda budaya?
Kadang kalau umpamanya kita tidak begitu paham dengan bahasanya bisa
menyebabkan konflik, tapi saya kan sudah biasa bicara bahasa inggris jadi
saya tidak masalah. Tapi teman saya yang cewe tidak bisa bahasa inggris,
yang cowonya hanya bisa sedikit-sedikit bahasa Indonesia. Jadi itu
bermasalah besar waktu pertama kali yang cewe di ajak ke Amerika. Jadi
suaminya harus pasang note dan suaminya harus mencari mahasiswa yang
bisa berbicara bahasa Indonesia untuk ngajarin dia. yang begitu-begitu
kalau tidak sabaran bisa menjadi konflik. Tapi kalau saya nggak.
Umpamanya saya pertama kali ke sini, saya kan biasa apapun yang kita
punya kita share ke teman-teman dan tamu. Kalau suami kan nggak,
karena dia bilang dulu dia miskin sekali. Jadi dia terlalu pelit dengan
makanannya. Kadang kalau dia tidak mau, saya jadi kesel gitu karena itu
kan kebudayaan saya, saya harus kasih-kasih apa yang saya punya. Tapi
lama-lama dia mengerti. Lama-lama dia belajar dari saya untuk berbagi,
berbuat baik kepada orang. Itu yang kalau tidak bisa menyesuaikan dan
tidak mau terima jadinya berabe.
3. Bagaimana anda memandang peranan anda dalam keluarga?
Kalau kita kan punya bisnis bersama di rumah. Jadi kita kerja sama. Kalau
ada tamu ya kita bersih-bersih sama-sama. Semua pekerjaan kita kerjakan
bersama karena kalau tidak punya anak jadi lebih gampang. Saya dulu
dengan mantan suami yang orang korea saya punya komplikasi
kehamilan, jadi saya harus bed rest selama 2 bulan karena kalau tidak saya
bisa meninggal. Dan sewaktu menikah dengan suami kan sudah 40 dan
sudah punya komplikasi kehamilan yang seperti itu dan juga karena sudah
umur saya dan suami, jadi kita memutuskan untuk tidak punya anak.
4. Apakah anda cenderung marah dengan meluap-luap ataukah diam?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Saya rasa cenderung diam. Kalau saya diam dia tahu saya marah. Jadi dia
menggoyang-goyangkan tubuh saya, saya di suruh memarahinya. Dia
nggak suka saya marah. Kalau saya marah kadang saya diam langsung
saya menangis. Tapi saya tidak pernah terus-terusan tapi dan jarang sekali.
Kita langsung selesaikan karena suami saya tidak tahan kalau tidak
berbicara sama dia. Saya bersyukur karena kita saling mengerti. Saya
pernah belajar meditasi dengan orang-orang di seluruh dunia, jadi saya
bisa mengontrol diri. Dan saya juga tidak mau mengubah kehidupan orang
lain walaupun sebenarnya saya nggak suka melihat mejanya di officenya
berantakan, tapi karena itu kebiasaannya dia, sifatnya dia dan walaupun
saya bersihkan, saya organize paling bertahan 10 menit udah berantakan
lagi, jadi saya biarkan saja dia. saya nggak suka konflik.
5. Apabila terjadi masalah keluarga apakah kakak akan membicarakannya
kepada keluarga besar atau cenderung diselesaikan sendiri?
Kalau masalah di rumah tangga saya kita selesaikan berdua saja. Karena
suami saya tidak begitu dekat dengan saudara-saudaranya. Dan keluarga
suami tidak begitu perduli dengan keluarganya jadi apapun yang terjadi
cuma saya dan suami yang tahu. Saya lebih terbuka dengan Mike dan dia
juga lebih terbuka dengan teman-teman dekatnya.
6. Apakah anda atau pasangan cenderung kurang bisa menyesuaikan atau
bahkan tidak dapat menerima kebiasaan atau perilaku masing-masing?
Nggak. Waktu pertama kali memang suami saya tidak bisa menerima
kalau saya kasih-kasih makanan ke orang lain. Kalau saya tidak suka
dengan desk nya yang berantakan, tapi karena tidak pernah bertahan lama
ya saya biarkan saja begitu. Saya nggak pernah memaksa dia untuk
berubah. Kita saling membiarkan dan tidak saling memaksakan diri.
7. Apakah ketika menghadapi konflik anda cenderung mengikuti perkataan
pasangan atau sebaliknya?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Tergantung. Kita saling pengertian. Kalau misalnya perkataan saya yang
paling masuk akal, dia ikutin perkataan dia. Dia juga begitu. Kalau ada
yang tidak cocok kita saling memberikan pendapat kita. Misalnya saya
pendapat begini, dia nggak setuju dia beri pendapat dia. Kita juga saling
tunggu sampai masing-masing selesai berbicara, kita nggak motong
perkataan masing-masing setengah-setengah. Setelah itu kita cari jalan
keluarnya. Soalnya suami saya orangnya tidak suka bertengkar dan
berusaha menghindari. Kalau saya nangis dia langsung peluk bilang sorry.
Kita jarang sekali bertengkar karena kita lebih banyak humor.
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah anda memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan anda?
Bisa.
2. Apakah anda mengetahui batasan-batasan in-group dan out-group
pasangan anda?
Iya saya tahu. Tapi kita kan tidak punya teman kerja, karena kita kerja
berdua saja. Tapi kalau family dan teman semua jadi teman dekat.
3. Apakah anda mengetahui bagaimana pasangan anda beradaptasi dengan
orang yang berbeda budaya?
Dia adaptasinya baik sekali kalau dia saya ajak pulang ke Bali, sama
semua keluarga dan orang-orang di kampung itu dia beradaptasinya baik
sekali.
4. Apakah kakak tahu budaya di Amerika untuk sebuah hubungan itu seperti
apa? Kalau di Indonesia kan biasanya orang tua meminta untuk di
kenalkan kepada pacar kita dan apabila sudah pacaran lama biasanya
ditanya-tanya kapan menikah. Apakah di Amerika hal seperti ini berlaku
atau tidak?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Kurang tahu. Karena saya tidak pacaran dengan suami saya dan prosesnya
sangat cepat. Saya langsung diajak menikah setelah bertemu beberapa kali
jadi saya kurang begitu paham tentang proses hubungan di Amerika.
5. Apakah anda mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan anda (seperti
apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan kegemaraannya)?
Iya tahu saya.
6. Apakah suami kakak dekat dengan keluarganya?
Tidak begitu dekat. Dia lebih dekat dengan teman-temannya yang sudah
seperti saudara. Kita jarang datang bertemu dengan keluarganya, paling
kalau ada acara-acara seperti thanksgiving atau natal baru bertemu.
7. Apakah kakak mengetahui ras, agama, bahasa dan sifat dari suami kakak?
Saya tahu dia orang Amerika Indian. Dia tidak punya agama. Dia tidak
percaya tuhan. Tapi keluarganya beragama Kristen. Tapi dia respect
dengan agama saya, hindu. Dia percaya dewa siwa, dewa-dewa gitu tapi
dia tidak sembahyang. Dia hanya membuatkan saya tempat sembahyang
di rumah seperti di Bali. Dia menghargai saya. Suami saya baik, suka
bercanda, dia sayang kepada saya, tidak pernah kasar dan membentak
saya.
8. Apakah kakak merasa aman, percaya pada pasangan? Apakah menurut
kakak hubungan kalian stabil dan tidak terus menerus menyesuaikan diri
dengan pasangan? Apakah kakak merasa dilibatkan dalam pembicaraan
suami anda dengan teman-teman dan keluarganya? Apakah suami kakak
memperbolehkan kakak untuk memiliki waktu bebas?
Saya merasa aman dan saya percaya sama dia. Iya, hubungan kita stabil
dan tidak banyak penyesuaian karena suami saya seperti tidak ada
budayanya, tidak seperti di Bali yang budayanya banyak sekali. Kita
mudah menyesuaikan diri. Saya selalu dilibatkan karena dia kan tidak
pernah suka berpisah dari saya, jadi saya selalu mengikuti dia kemana-
mana, terutama ketika bermain dengan teman-temannya. Dia kasih saya
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
waktu bebas bermain dengan teman-teman saya yang dari Indonesia
association, tapi sering kali saya juga mengajak dia ikut.
9. Apakah anda mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan anda?
Iya. Kita saling tahu dan respect karena kita nggak pernah pisah sejam pun
dan kita selalu berdua.
10. Apakah anda mindful mengenai kecenderungan anda untuk menilai bahwa
kebudayaan anda lebih baik daripada budaya pasangan anda?
Iya. Soalnya di sini sepertinya tidak ada kebudayaan. Hahaha… bukan
merendahkan atau meremehkan, kalau kebudayaan kita kan benar-benar
kaya dengan kebudayaan. Kalau di sini kan yang drinking, gun, tidak
begitu ada kebudayaannya.
11. Apakah anda mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan pasangan
anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
Dengan cermat, saya harus mendengarkan secara seksama.
12. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
Iya sama-sama.
13. Apakah anda mengerti dan memahami perilaku nonverbal pasangan anda?
Iya ngerti
14. Apakah anda memahami stereotype dari budaya pasangan anda?
Iya. Bagi saya secara general orang Amerika agak egois jadi merasa lebih
mengungguli semua negara karena adi kuasa kan.
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
1. Apakah anda mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam budaya
pasangan anda? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara, kepada
siapa dan dalam kondisi seperti apa?
Iya saya tahu. Tapi di sini tidak ada aturan seperti di Indonesia.
2. Menurut kakak seperti apakah aturan berbahasa di Amerika?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Di sini di Amerika sebenarnya kita bebas asal tidak boleh sekali berbicara
rasis, kulit hitam kulit putih itu sama. Kalau di Indonesia walaupun
konteksnya bercanda kita suka kata-katain teman dengan sebutan si hitam,
si kurus, si gendut. Di sini tidak boleh yang menyangkut ras, fisik begitu.
3. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan dalam
budaya pasangan anda?
Iya. Saya tahu. Kita saling mengerti dan terbuka.
4. Apakah anda menyadari identitas kelompok yang ada pada diri anda?
Seperti contohnya anda adalah penganut agama apa, komunitas dalam
kelompok pencinta apa
Iya saya sadar, saya kan agama hindu.
5. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk persepsi dan bagaimana
anda bersikap serta bertutur kata?
Setuju
6. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk pola berpikir kita dan cara
kita menggambarkan suatu hal?
Iya.
7. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan keintiman?
Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan yang lebih tua
atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama tidak
diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
Iya. Iya. Tapi kalau di sini tidak ada seperti itu. Kadang kakek nenek
kandungnya aja di suruh panggil nama. Kalau di Bali tidak boleh seperti
itu. Kalau ada anak kecil manggil orang yang lebih tua dibilangin nanti
kepala kamu menjadi di bawah. Jadi anak-anak itu respect.
8. Apakah pasangan anda merupakan orang yang to the point atau bertele-
tele dalam mengungkapkan pendapatnya?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Kita to the point aja langsung blak-blakan. Dia orangnya nggak suka gitu
bertele-tele, dia suka “yes or no?” gitu. Hahaha…
9. Apakah pasangan anda merupakan orang yang langsung mengungkapkan
apa yang ada di pikirannya atau menggunakan kiasan dan membuat orang
menebak apa yang diinginkannya?
Iya to the point aja.
10. Menurut kakak orang Amerika itu gaya komunikasinya gimana sih?
Apakah dia to the point atau bertele-tele? Apakah dia banyak
menggunakan sentuhan dalam percakapan atau tidak? Tatapan mata atau
tidak?
Mereka to the point. Sentuhan mungkin dipakai kalau orang-orang dekat.
Tapi teman-teman suami saya tidak pernah menggunakan sentuhan jika
berbicara satu sama lain. Tatapan mata iya. Mereka selalu menatap saya
bila saya berbicara.
11. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
Nggak begitu dia.
12. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka membanggakan apa
yang telah diraihnya atau tidak?
Tidak pernah kita seperti itu.
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
1. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal yang anda tampilkan dapat
menggambarkan mengenai diri anda? Seperti bagaimana anda berpakaian
apakah feminine atau terkesan tomboy dan santai?
Nggak tau ya. Kalau saya sehari-hari pakai biasa, tapi kalau exhibition
saya jadi 100% berubah kita berdua.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
2. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
Iya. Bisa.
3. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
Mungkin bisa.
4. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
Iya bisa.
5. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat menjadi sebuah
ketertarikan bagi seseorang?
Iya bisa.
6. Apakah anda mengerti arti nada bicara, gerak-gerik atau ekspresi wajah,
tatapan mata, sentuhan pasangan anda?
Ngerti.
7. Apakah anda mengerti bahwa pasangan anda membutuhkan ruang
pribadi?
Iya. Tapi dia nggak pernah begitu. Soalnya dia orangnya nggak mau
sendiri selalu sama saya.
8. Apakah anda mengerti bagaimana pasangan anda membagi waktu dan
bagaimana ia mempersepsikan waktu?
ngerti
VIII. Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
Individunya.
2. Apakah anda sering menilai pasangan anda berdasarkan apa yang anda
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan anda?
Hmm.. dari sudut pandang.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda mengetahui dan memahami budaya pasangan anda?
Iya.
2. Apakah anda telah memahami dan menerima perbedaan budaya anda dan
pasangan?
Menerima.
3. Apakah anda memperhatikan gestur dan mendengarkan pasangan anda
dengan baik dan sungguh-sungguh?
Dengan sungguh-sungguh.
4. Apakah anda mengerti mengenai apa panggilan yang pasangan anda
inginkan?
Iya.
5. Apakah anda cenderung membiarkan pasangan anda menyelesaikan
perkataannya ataukah anda cenderung sudah mengerti apa yang ingin
dibicarakannya dan telah menyiapkan balasannya sebelum ia
menyelesaikan kalimatnya?
Menyelesaikan perkataannya dulu.
6. Apakah anda sering menanyakan mengenai pendapat pasangan anda dan
membicarakan mengenai pemikiran anda dengannya?
Nggak sering, kadang-kadang. Karena kita saling terbuka semuanya
bersama. Jadi tidak perlu menjelaskan.
7. Apakah anda menunjukkan ketertarikan anda untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya menatap matanya dan merespon
perkataannya.
Gimana ya. Soalnya kita terus bersama pagi siang malam ngobrol selalu
berdua. Jadi sudah tidak bermasalah lagi.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
8. Apakah anda mengetahui, menyadari dan melakukan norma dan aturan
yang pasangan anda harapkan untuk anda lakukan?
Iya.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama : Jeffry
2. Usia : 65
3. Asal : Minnesota, USA
4. Usia pernikahan : 15 tahun
5. Pekerjaan : Self Employed
6. Jumlah anak : -
II. Pertanyaan Umum
1. Bisa cerita sedikit bagaimana awalnya bertemu dan memutuskan untuk
menikah dengan istri?
Awalnya diperkenalkan dengan teman saya dan saya menikah dengan
dia karena dia seagama dengan saya.
2. Bagaimana persepsi anda mengenai orang Amerika/Indonesia sebelum
memiliki hubungan dengan orang Amerika/Indonesia?
Ini menyangkut religious, nih. Saya kenal dia, saya tanya ke dia
karena Indonesia kan majority kan muslim, 90% majority Indonesia
muslim. Jadi pertama kali dikenalin temen saya, saya tanya ke dia
“what’s your religion?” kalau dia muslim saya nggak mau karena
saya seorang kristen yang taat agama. Persepsi saya bukan soal orang
Indonesia, tetapi soal agamanya. Karena pada umumnya orang islam
itu punya hati yang tidak baik, seperti di Suriah, di Middle East.
Secara global agama islam agama yang tidak baik, kenapa membunuh
orang? Makanya saya tanya ke dia kamu agamanya apa? Kalau dia
muslim saya nggak mau kenalan sama dia.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
3. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui anda akan
menikah dengan orang Indonesia?
Mereka orangnya terbuka jadi tidak ada masalah. Keputusan ada pada
saya.
III. Communication Accomodation Theory
1. Sejauh ini siapa yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi seperti
verbal dan non-verbal?
Saya lebih mengikuti keinginan dia. Tapi untuk bahasa dia
menyesuaikan dengan saya.
2. Apakah pasangan anda suka berbicara atau berpendapat menurut
pengalamannya?
Dia sering mengungkit-ungkit pengalaman dia saat masih muda dan
suka mencari tahu pengalaman saya saat sebelum bersama dia.
3. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh pasangan anda?
Mengerti.
4. Apakah apa yang dipahami oleh anda berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan anda?’
Kadang ada beberapa hal yang tidak sama. Beberapa kali saya tidak
mengerti apa yang dia sampaikan karena terkadang dia tidak komplit
dalam pengucapannya. Seperti contohnya ada sepatu di bawah, dia
hanya mengatakan itu ada di bawah. Sehingga saya harus bertanya lagi
“apa yang ada di bawah?” kemudian baru dia jawab sepatu. Kemudian
saya baru akan mengerti.
5. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
Tergantung kondisi percakapannya. Kalau itu hal yang saya kuasai,
saya akan dominan. Begitu pula sebaliknya.
IV. Pernikahan Campuran
1. Bagaimana anda memandang peranan anda dalam keluarga?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Saling melengkapi saja.
2. Apakah anda cenderung marah dengan meluap-luap ataukah diam?
Saya tipe diam.
3. Kalau anda marah istri tahu?
Kalau marah istri saya pasti tau karena kalau saya marah saya pasti
bilang sama dia, saya kasih tau apa yang buat saya marah dan dia akan
minta maaf dan berkata next time dia tidak akan melakukannya lagi.
4. Apakah anda mencoba mengubah kepribadian atau prilaku pasangan
anda atau menginginkan pasangan menjadi seperti yang anda
inginkan?
Tidak. Tapi saya suka merasa perilakunya aneh dan tidak sesuai
dengan yang biasa saya lakukan, tapi saya tidak berusaha
mengubahnya.
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah anda memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan anda?
Saya paham nilai-nilai dia.
2. Bagaimana anda mengetahui budaya pasangan anda? Apakah anda
mengerti budaya Indonesia?
Saya mengetahuinya dari istri saya. Saya tidak memiliki teman dari
Indonesia, saya mengenal budaya Indonesia hanya dari Joice.
3. Apakah anda mengerti bahasa dan komunikasi verbal dan nonverbal
pasangan anda?
Ya, kita saling mengerti satu sama lain. Pertama kali mungkin kita
masih belum mengerti, tapi karena pernikahan kan bertemu setiap hari,
jadi lama-lama paham.
4. Apakah anda mengetahui in-group dan out-group pasangan anda?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Ya, Saya tahu. Kita sama-sama tahu. In-group mungkin seperti
keluarga dan teman-teman dan out-group seperti teman kerja dan lain-
lain.
5. Apakah pasangan anda cenderung orang yang mudah bergaul dengan
yang berbeda budaya?
Iya dia lebih bisa bergaul dibanding saya
6. Yang saya tahu kalau di Amerika orang-orang cenderung
mengenalkan pacar mereka ketika mereka sudah serius dan tidak ada
batas umur untuk menikah. Apakah kakak tahu budaya di Indonesia
untuk sebuah hubungan itu seperti apa?
Saya tidak tahu. Saya pikir tidak ada aturan mengenai hubungan
karena itu adalah hal personal.
7. Apakah anda mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan anda
(seperti apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan
kegemaraannya)?
Ya. Saya tahu.
8. Apakah istri anda dekat dengan keluarganya?
Iya dia dekat dengan keluarganya. Dia punya grup whatsapp khusus
keluarga dan dia sampai saat ini selalu telepon, video call atau
mengirim pesan kepada keluarganya di Indonesia.
9. Apakah anda mengetahui ras, agama, bahasa dan sifat dari istri anda?
Saya tahu dia Chinese Indonesia. Agamanya Kristen sama seperti
saya. Saya tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Dia keras kepala,
sering sekali bawel, tapi dia rajin dan hidupnya tertata dan rapih.
10. Apakah anda merasa aman, percaya pada pasangan anda? Apakah
menurut anda hubungan anda stabil dan tidak terus menerus
menyesuaikan diri dengan pasangan? Apakah anda merasa dilibatkan
dalam pembicaraan istri anda dengan teman-teman indonesia dan
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
keluarganya? Apakah istri anda memperbolehkan anda untuk memiliki
waktu bebas?
Saya merasa aman dan percaya sama dia. Terutama dalam mengatur
keuangan, karena dia orangnya rapih dan semuanya terstruktur dengan
baik. Hubungan kita stabil hanya saja pada awalnya sulit untuk
menyesuaikan diri. Saya selalu dilibatkan dalam pembicaraannya
dengan teman-teman atau keluarganya. Dia juga memberikan saya
waktu bebas.
11. Apakah anda mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan
anda?
Iya, kita selalu sharing.
12. Ada kecenderungan anda untuk menilai bahwa kebudayaan anda lebih
baik daripada budaya pasangan?
Menurut saya orang asia lebih prosper hidupnya karena cara mereka
membentuk keluarga. Mereka tidak membiarkan anak mereka 17
tahun keluar dari rumah. Mereka membesarkan anak, disekolahkan
sampai lulus dari universitas dan saya menganggap hal tersebut baik.
Jadi pada umumnya saya menyetujui kebudayaan orang asia dalam
membentuk keluarga dibandingkan dengan budaya saya.
13. Apakah anda mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan
pasangan anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
Saya memperhatikan dia. Tapi apabila saya sedang lelah terkadang
tidak terlalu fokus saja.
14. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
Iya. Kita sama-sama peduli satu sama lain.
15. Apakah anda mengetahui stereotype dari budaya pasangan anda?
Tidak terlalu, karena saya baru tiga kali datang ke Indonesia selama
menikah dan saya tahu pun berdasarkan penjelasan dari istri saya.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
16. Apakah anda memiliki kemampuan dapat beradaptasi dengan
fleksibel dengan budaya pasangan?
Iya. Saya ambil keputusan menikah dengan dia, saya harus beradaptasi
karena saya tidak mau fail lagi dalam pernikahan.
17. Apakah sejauh ini apa yang ditunjukkan pasangan anda baik verbal
dan nonverbal sudah pantas, efektif dan memuaskan bagi anda?
Iya puas.
18. Apakah sejauh ini anda merasa dimengerti, dihargai dan didukung
oleh pasangan anda?
Iya. Kita saling mendukung.
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
1. Apakah pasangan anda mengerti apa arti nada bahasa, artikulasi
(phonemes rules), susunan kata atau grammar ketika anda berbicara?
Iya. Kalau dia tidak mengerti saya suka kasih kamus ke dia.
2. Apakah anda mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam
budaya pasangan anda? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara,
kepada siapa dan dalam kondisi seperti apa?
Saya tahu beberapa karena istri saya sering beritahu. Contohnya
seperti kalau misalnya ada orang yang baru saja kehilangan anggota
keluarganya kita harus berkata “I’m sorry for your loss” atau kita
harus mendengarkan apabila orang yang lebih tua berbicara, meskipun
tidak setuju kita tidak boleh langsung membantah.
3. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan
dalam budaya pasangan anda?
Iya, saya di kasih pengertian juga sama dia.
4. Apakah anda menyadari identitas kelompok yang ada pada diri anda?
Seperti contohnya anda adalah penganut agama apa, komunitas dalam
kelompok pencinta apa
Iya tahu.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
5. Apakah menurut anda bahasa dapat membentuk persepsi dan
bagaimana anda bersikap serta bertutur kata?
Iya.
6. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan
keintiman? Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan
yang lebih tua atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama
tidak diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
Ya bisa. Seperti contohnya kita harus sopan berbicara dengan atasan
kita.
7. Apakah anda setuju bahwa bahasa dapat mengembangkan kreatifitas
dalam menggambarkan sesuatu hal? Seperti contohnya dalam bahasa
Inggris terdapat kata-kata seperti chairman, fireman dan sesuatu
cenderung dialamatkan dengan ‘he’ dan bukan ‘she’. Namun kalimat
tersebut dapat diubah menjadi chairperson dan firefighter. Anda
cenderung orang yang seperti apa?
Bisa, tapi kita seringkali tidak menggunakan hal-hal seperti itu.
Langsung menyebut ‘he’ atau ‘she’ saja.
8. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
Tidak.
9. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka membanggakan
apa yang telah diraihnya atau tidak?
Tidak.
10. Apakah pasangan anda merupakan orang yang suka menggunakan
jeda dalam sebuah percakapan?
Tidak.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
11. Apakah istri anda orang yang to the point dalam mengungkapkan
pendapat atau tidak?
Dia to the point, dia lebih sering protes apabila saya menjelaskan
runtutan kejadian dan ingin langsung kepada intinya.
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
1. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal yang anda tampilkan
dapat menggambarkan mengenai diri anda? Seperti bagaimana anda
berpakaian apakah feminine atau terkesan tomboy dan santai?
Iya, bisa.
2. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
Ya.
3. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
Bisa.
4. Apakah menurut anda komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
Iya bisa.
5. Apakah anda mengerti arti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah,
tatapan mata dan sentuhan pasangan anda?
Yes! Saya mengerti.
6. Apakah anda mengerti bahwa pasangan anda membutuhkan ruang
pribadi?
Ya, saya tahu.
7. Apakah anda mengerti bagaimana pasangan anda membagi waktu dan
bagaimana ia mempersepsikan waktu?
Iya, saya tahu. Kita sama-sama on time.
VIII. Komunikasi Antarbudaya
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
1. Apakah anda memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
Individunya.
2. Apakah anda sering menilai pasangan anda berdasarkan apa yang anda
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan anda?
Dua-duanya.
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah anda telah memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan
tepat, efektif dan sesuai dengan pasangan anda?
Yes.
2. Apakah anda memperhatikan gestur dan mendengarkan pasangan anda
dengan baik dan sungguh-sungguh?
Iya.
3. Apakah anda mengerti mengenai apa panggilan yang pasangan anda
inginkan?
Iya. Saya tahu.
4. Apakah anda cenderung membiarkan pasangan anda menyelesaikan
perkataannya ataukah anda cenderung sudah mengerti apa yang ingin
dibicarakannya dan telah menyiapkan balasannya sebelum ia
menyelesaikan kalimatnya?
Saya dengarkan dan kemudian menanggapi.
5. Apakah anda sering menanyakan mengenai pendapat pasangan anda
dan membicarakan mengenai pemikiran anda dengannya?
Ya, kita suka sharing.
6. Apakah anda menunjukkan ketertarikan anda untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya menatap matanya dan merespon
perkataannya.
Iya.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
7. Apakah anda mengetahui, menyadari dan melakukan norma dan aturan
yang pasangan anda harapkan untuk anda lakukan?
Iya.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Daftar Pertanyaan
I. Profil Informan
1. Nama : Joice
2. Usia : 59
3. Asal : Jakarta, Indonesia
4. Usia pernikahan : 15 tahun
5. Pekerjaan : County
6. Jumlah anak : -
II. Pertanyaan Umum
1. Bisa cerita sedikit bagaimana awalnya bertemu dan memutuskan untuk
menikah dengan suami
Bisa, saya bisa bagi pengalaman saya. saya awalnya dikenalin sama
temen saya. Temen saya punya suami dan sama suami saya itu teman
baik dan bekerja di satu perusahaan. Jadi suami saya itu pernah
menikah tapi dia tidak punya anak, cuma seminggu dia menikah
dengan orang sini juga, orang Amerika tapi kemudian istrinya itu
tinggalkan dia dan mau balik ke pacarnya yang lama. Jadi suami saya
sudah bikin surat kawin dan dia sudah seminggu setelah itu dia bikin
surat perceraian dan setelah itu dia tidak menikah dan dia pungut anak
sebagai anak angkat dua. Dan anaknya itu sudah dewasa, sudah 17, 18
tahun kalau di sini sudah terlepas, jadi anaknya itu tinggalkan dia. Dan
dia ditelpon dengan temen saya punya suami, “lu mau nggak kenalan
sama orang Indonesia tapi Chinese? Agamanya kristen, baik orangnya.
Jadilah saya dikenalin via temen, begitu. Saya mau menikah karena
tahun itu tahun 1998 ada kerusuhan kan di Jakarta, saya itu kerja di
perusahaan Asing dan itu perusahaan pindah relokasi ke Kuala
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Lumpur karena keadaan ekonomi Indonesia kaga stabil. Jadi saya di
Indonesia itu umur saya udah 43, saya bilang sama temen saya, udah
dah saya mau cari bule aja dah, kawin dan. Jadi motifnya begitu.
Nggak tahunya Tuhan kabulin. Saya nggak mau kerja dah, dapet duit
aja dari laki dah. Jadi motifnya udah tua, udah susah cari kerjaan, jadi
udah mendingan kawin aja, Tuhan kasih yaudah.
7. Adakah persepsi tante mengenai orang Amerika sebelum memiliki
hubungan dengan orang Amerika?
Oh iya. Karena saya setelah lulus SMA, saya sambil kuliah sambil
bekerja di US Embassy di Jakarta selama delapan tahun. Setelah itu
saya pindah dari satu perusahaan asing ke perusahaan asing yang lain,
perusahaan asing yang dari Amerika, perusahaan asing yang dari
Kanada delapan tahun, head office nya, ada yang dari Itali setahun, ke
perusahaan Amerika lagi setahun, gitu dah. Saya kerja di perusahaan
Indonesia Cuma sekali dua kali aja. Perusahaan Amerika itu ada yang
domisilinya di New York, domisilinya di LA, ya begitu.
8. Apa reaksi dan pendapat keluarga ketika mengetahui tante akan
menikah dengan orang Amerika?
Iya, saya bilang sama keluarga saya setelah dia bilang dia mau ama
saya baru saya ngomong sama keluarga. Saya ngomong bahwa dia
kasih dia punya foto, dan waktu valentine days dia bawain saya roses
yang dari amerika yang ada gold platenya, jadi dia bener-bener mau
sama saya. Saya bilang sama mama saya, mama saya bilang dia nggak
mau, nggak kasih takut dia kaga baik, saya bilang dia baik. Akhirnya ii
saya dia bilang ke mama saya “lu jangan ngalangin jodohnya dia, dia
udah kebuka. Lu nggak boleh lu, dia udah cukup dewasa,” jadi mama
saya kasih. Ya, ada persepsi yang beda dari saudara-saudara saya, tapi
waktu dia kasih fotonya dan saya bilang oh orangnya baik, oh
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
mukanya kelihatan baik, jadi mereka pada setuju. Yaudah, begitu jadi
dapet dukungan.
9. Setelah tante menikah keluarga setuju?
Iya. Jadi saya bikin undangan di Jakarta. Pas lagi mau mantu tuh, pas
lagi itu suami saya ada di Jakarta. Saya bikin di Hyatt Aryaduta,
tunangan saya. dan 3 bulan kemudian saya berenti dari kerjaan saya,
kemudian suami saya urus surat-surat saya. itu bukan visa turis loh,
nggak mau saya mah. Dia urusin semua surat-suratnya bahwa dia
pernah bercerai segala macem, semua dokumentasi juga saya kirim.
Makan waktu itu setahun prosesnya. Keluarga lihat suami saya baik
banget dan mereka juga akhirnya setuju.
10. Adakah pengalaman yang mengejutkan terkesan aneh dan berbeda
mengenai pasangan setelah menikah? Sesuatu yang tidak biasa bagi
tante?
Ya, ada dong! Perkawinan di usia muda dan usia tua itu harus ada
komparasi. Saya bikin komparasi biar kamu gampang bikin skripsinya
ya. Perkawinan usia muda itu gampang beradaptasi karena kamu
ketemu dalam usia yang masih muda. Kamu misalnya umur 25 tahun,
suami kamu usia 30, itu kalau masih muda masih bisa gampang
adaptasi. Kalau saya saya ketemu dia usia 43 tahun, usia dia 50 tahun,
ada banyak perbedaan. Waktu saya menikah, orang Indonesia kalau
makan suka ngobrol. Tapi kalau dia mah enggak. Makan ya makan
aja. Kayak robot. Makan nih, dia setel TV. Dia nonton TV sambil
makan. Banyak saya upgrade dia. Saya bilang “ini lu robot atau apa.
Orang mah tanya bagaimana keadaan lu? Kerjaan lu hari ini?” dia mah
nggak. Lama-lama ya saya training dia, lu jangan begitu. Jadi ya lama-
lama dia berubah dari pendiem yang nggak banyak ngobrol jadi dia
bisa ngomong, bersosialisasi. Itu dari masalah yang kecil. Dalam
masalah yang besar dalam hal financial. Orang sini, elu elu, gua gua.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Kalau orang kita kan milik lu, milik gua. Dia nggak. Saya kaget.
Akhirnya dia bilang ini bukan apa-apa karena ini ini ini. Akhirnya
saya bikin join account, pos nya dia sama pos nya saya, saya gabung
jadi satu. Tapi kalau kartu kredit sendiri-sendiri. Karena kalau di
Amerika kartu kredit bukan collective kayak di Indonesia. Awalnya
saya bingung, saya berontak kenapa begitu amat. Akhirnya dia explain
sama saya, akhirnya saya oh, begitu. Jadi dalam financial, dipisahin.
Untuk tax juga bebannya berat, banyak yang dipotong. Banyak.
Hahaha… Makanan. Saya suka rendang, orang Indonesia kan kalem
makanan bule. Tapi suami saya bae, dia bisa adaptasi. Kamu bayangin
dia tiap hari makan nasi, kan biasa dia makan roti. Tapi suami saya
bae. Sekarang sih udah enggak. 50-50. Tapi dia memang mau ama
saya ya dia turutin. Jadi sama-sama saling nyesuain.
III. Communication Accomodation Theory
1. Sejauh ini apakah tante yang lebih menyesuaikan gaya komunikasi
seperti verbal dan non-verbal pasangan atau sebaliknya?
Dia. Hahaha… kadang kalau lagi saya cape kerja ya. Saya bilang ke
dia “jangan ajak ngomong ya!” udah dia diem. Kalau masalah ini lebih
dominan saya. dia mau adaptasi. Kadang kalau misalnya lagi kesel
kadang saya suka ngomong bahasa Indonesia. Dia suka bilang “I don’t
understand what are you talking about”. Banyak perbedaan dah. Tapi
kita kan udah 15 tahun sudah saling mengerti, saling memahami.
Kalau saya ada salah kuncinya disini. Soal dalam berumah tangga,
baik beda bangsa atau sama bangsa. Ada tiga hal. Satu saling percaya,
dua saling memaafkan. Jangan jual mahal dalam minta maaf karena ini
faktor kucinya untuk rumah tangga yang sama-sama sampai tua.
Saling mengasihi. Udah itu aja, nggak ada hal lain. Kalau dia salah dia
minta maaf, kalau dia salah ya dia minta maaf juga sama saya. jadi
udah abis, kaga didiemin sampai besok-besok.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
2. Apakah pasangan tante suka berbicara mengenai pengalamannya?
Enggak. Suami saya mah enggak. Tapi awal-awal iya dia unjukkin.
Tapi setelah itu nggak. Dia udah pernah putus-bercerai nggak. Saya
yang suka tanya-tanya, tapi dia suka nggak mau. “kamu jangan suka
nanya-nanya kenapa sih? Yang udah lama nggak usah di urusin.”
Begitu dia punya sifat.
3. Apakah apa yang dipahami oleh tante berdasarkan penuturan pasangan
tepat seperti yang dipikirkan oleh pasangan tante?
Kadang-kadang miss communication ada. Mungkin karena saya cape
kali ya, jadi ada miss komunikasi karena setiap saya cape saya kadang
suka lupa kata bendanya. Jadi dia kadang nggak ngerti. Tapi suami
saya orangnya sabar. Jadi ya ada. Perkawinan campur pasti selalu ada
miss communication. Temen saya orang Singapur kawin sama orang
Jakarta udah 30 tahun kawin masih ada miss communication. Jadi
biasanya dari segi bahasa ada masalah. Dari komunikasi kita.
4. Tante lebih sering bergaul dengan teman-teman sendiri atau suami?
Nah ini, faktor x nya. Orang Indonesia, regardless ya. Mau dia orang
Chinese atau orang Indonesia aslinya yang udah di Amerika udah
berubah. Saya tuh pilih-pilih kalau mau berteman dengan orang
Indonesia, mereka itu maunya take advantage aja. Jadi saya tuh mau
bertemen dengan orang Indonesia itu milih, saya kaga demen nggak
ada give and take. Tidak banyak juga teman saya karena saya juga
sibuk kerja. Saya lebih suka berteman dengan teman-teman suami
saya, bule gitu. Karena orang Indonesia tuh yang bisa jadi temen,
sahabat, saudara tuh susah.
5. Apakah tante atau pasangan suka menunjukkan perbedaan verbal atau
nonverbal?
Ada pasti, tapi suami saya mah lebih baik dari saya. kadang saya suka
sentak-sentak kalau lagi kesel. Dia mah diem aja kalau saya lagi cape.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Baik dah dia mah. Makanan juga nggak pernah nggak bilang nggak
enak, iya aja. Saya kan masak nih, kalau dia nggak suka dia bilang
“saya kurang begitu suka”, “itu bukan favorite saya” atau “it’s okay”
nggak pernah bilang nggak enak. Baik. Dan dia selalu sopan, cara
ngomongnya sopan. Saya malah yang suka sentak-sentak. Dia suka
bilang “you abuse me with your word,”. Baik suami saya mah. Ini
udah karunia Tuhan, udah Tuhan punya kuasa untuk kita dapet
pendamping yang kayak dia. Makanya saya bersyukur suami saya baik
dan bertanggung jawab.
6. Apakah anda ataukah pasangan anda yang seringkali mendominasi
percakapan?
Kalau soal begini, percakapan ada suatu perbedaan. Kalau suami saya
ini kalau ngomong nggak boleh di potong. Kalau dipotong dia marah.
Jadi tunggu cerita dulu komplit baru kita ngomong. Kalau saya
maunya point by point. Saya suka “what’s your point?” Jadi agak
beda ya. Jadi saya musti ikutin maunya dia, nggak boleh di potong.
7. Pasangan bisa beradaptasi dengan orang-orang yang berbeda budaya?
Kurang. Karena dia punya pemikiran orang-orang dari luar Amerika
datang ke sini rata-rata illegal. Jadi dia punya pemikiran kalau punya
temen dia illegal nih, kalau dia datang kaga sekolah di sini berarti
legal. Saya suka bilang jangan begitu punya persepsi. Jangan suka
ngomongin legal-illegal dan agama muslim. Dia punya persepsi
begitu. Sekarang mah nggak udah, pertama-tama aja. Jadi sebelum ada
temen saya, saya suka kasih tau backgroundnya dulu.
IV. Pernikahan Campuran
1. Selain bahasa apa lagi sih, tante yang bisa menyebabkan konflik?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Sifat. Kita kan ketemuudah sama-sama udah gede, udah tua. Kalau
udah sama-sama tua udah susah dibentuk. Kalau kamu kawin masih
muda, masih gampang dibentuk seperti rotan. Kalau sama-sama udah
tua, saya udah 40 dia udah 50 saat kawin, udah susah. Masing-masing
udah punya pendirian. Nah kayak suami saya, pendiriannya kekeuh.
Biar kita udah pengaruhin juga, dia puter-puter, puter-puter balik lagi
kesitu lagi, kesitu lagi. Kalau dia udah kekeuh, kalau dia udah
maunya A biar kata kita udah pengaruhin dia, baik-baikin dia ya tetep
aja balik lagi kesitu lagi, kesitu lagi. Mau pegimana? Yaudah terima.
Perkawinan yang ada umur itu biasanya pendiriannya udah tetap.
Kalau masih muda masih gampang berubahnya itu sifat. Kalau kamu
udah 50, apalagi kamu udah pernah bercerai itu agak susah dirubahnya
sifat.
2. Bagaimana kakak memandang peranan anda dalam keluarga? Seperti
perempuan harus mencuci, jaga anak?
Suami saya maunya berdasarkan firman Tuhan. Suami saya itu
agamanya Kristen advent, kaga makan babi. Sebagai suami istri ya
kami saling menghormati, saling menghargai. Di sini suami saya
waktu pertama kali kita kawin, kalau misalnya kita punya anak, dia
bilang salah satu harus ada yang di rumah nih. Tapi saya bilang saya
nggak mau, saya nggak mau punya anak karena faktor usia juga.
Peranannya suami saya dalam soal teknikal seperti perbaikan, suami
saya lebih dominan. Pokoknya handyman deh. Tapi untuk financial,
masak, saya sebagai istri. Tapi saya kasih tahu, ini keuangan kita nih
begini, begini. Kalau saya mau kasih ke keluarga saya di Jakarta, kasih
ke gereja, saya juga bilang ke dia. Jadi saya minta persetujuan dulu
karena bagi saya kepercayaan itu nomor satu jangan sampai dia nggak
percaya sama saya. Karena dia udah percayain ke saya segala rekening
ini rekening itu, jadi saya harus terbuka. Seperti manage suatu
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
perusahaan aja, tapi ini kan dalam bentuk rumah tangga. Tetep dia kan
sebagai kepala keluarga, begitu.
3. Kalau tante marah dengan suami, tante tipe yang meluap-luap atau
lebih diam?
Oh saya lebih kwekkwekkwekkwek. Kalau dia orangnya diam.saya
perempuan yang lebih bawel. Hahahaha….
4. Kalau tante marah, suami tau?
Tau. Diem aja dia, pergi aja dia. Kan rumah saya cukup gede. Kalau
saya marah di dapur dia turun aja ke bawah, dia diem di situ. Dia
nggak mau dengerin. Tapi ya abis itu saling minta maaf. Apa yang
bikin marah. Itu aja rumah tangga saling mengasihi saling memaafkan.
5. Apabila terjadi masalah keluarga apakah kakak akan
membicarakannya kepada keluarga besar atau cenderung diselesaikan
sendiri?
Oh, berdua aja selesain. Nggak pernah saya bawa ke keluarga. Nggak
pernah saya punya pemikiran begitu. Buat apa? Soalnya ini kan kawin
campur, saya ngomong sama saudara saya juga percuma dia juga kaga
bisa apa-apa. Ya berdoa aja sama Tuhan Yesus. Lagipula suami saya
mah baik, nggak pernah neko-neko. Cuman saya salah ngerti aja
kadang, salah pengertian aja. Pada umumnya mah dia baik, oke aja.
6. Ada nggak sih tante atau suami kurang bisa nerima kebiasaan atau
perilaku?
Ada. Tapi lama-lama dia terima juga. Misalnya begini, kalau saya
makan sup daging saya kan kebiasaan saya suka srusup, kalau dia kan
pake sendok satu-satu. Dia bilang itu nggak bagus, jangan begitu.
Kalau lu makan sama keluarga gua, sama saudara gua jangan begitu.
Terus kalau makan sup, saya kan di mangkok, nasi di piring. Saya
sukanya kuahnya saya taruh di piring sama nasi. Kalau dia nggak. Dia
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
taruh nasinya di sup. Bagi dia itu aneh. Ya kayak gitu-gitu deh. Tapi
lama-lama ya dia terima, mau gimana?
7. Apakah ketika menghadapi konflik anda cenderung mengikuti
perkataan pasangan atau sebaliknya?
50-50 lah dalam hal ini. Sama-sama solving bareng-bareng.
V. Model Mindfulness Ting-Toomey
1. Apakah tante memahami dan menerima nilai-nilai yang dipegang oleh
pasangan?
Iya, saya paham.
2. Bagaimana tante mengetahui budaya Amerika?
Saya bekerja di perusahaan Asing sejak masih SMA, saya magang di
perusahaan asing. Semenjak itu saya keluar masuk pun juga di
perusahaan asing. Hanya beberapa kali kerja di perusahaan punya
Indonesia. Otomatis saya tahu lah itu sifat-sifat mereka, kebudaayaan
mereka. Kan perusahaannya juga Internasional, banyak juga bule-bule
di kantor yang rekanan kerja juga ada. Mau nggak mau pasti lama-
lama tau lah kebiasaannya.
3. Apakah tante mengerti bahasa dan komunikasi verbal dan nonverbal
pasangan?
Ngerti.
4. Apakah tante tahu batasan-batasan in-group dan out-group suami?
Oh tahu saya. Suami saya waduh, kalau dia udah suka sama itu orang,
apapun dia kasih
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
5. Apakah pasangan anda mudah beradaptasi dengan orang yang berbeda
budaya?
Kurang. Karena dia punya pemikiran begini, banyak orang asing yang
bukan orang Indonesia aja, orang dari luar Amerika dia datang kan
illegal. Jadi kalau tante punya temen dia punya pemikiran ini orang
pasti illegal nih, gitu. Kalau dia nggak sekolah di sini, pasti dia illegal.
Jadi saya suka bilang ‘lu jangan begitu punya persepsi. Jangan suka
ngomong illegal-illegal, lama-lama gua nggak bertemen nih. Jangan
suka ngomong agama yang muslim. Dia punya persepsi begitu, tapi
sekarang mah udah nggak dulu-dulu.
6. Apakah kakak tahu budaya di Amerika untuk sebuah hubungan itu
seperti apa? Kalau di Indonesia kan biasanya orang tua meminta untuk
di kenalkan kepada pacar kita dan apabila sudah pacaran lama
biasanya ditanya-tanya kapan menikah. Apakah di Amerika hal seperti
ini berlaku atau tidak?
Tahu dong. Di Amerika mah nggak diojok-ojok kaya di Indonesia.
Pacaran lama sedikit di tanya kapan kawin, kapan nikah. Entar jadi
perawan tua. Di Amerika nggak ada tuh begitu. Karena menurut orang
sini menikah itu kalau sudah siap bukan karena umur yang udah
matang. Karena matang kan belum tentu dinilai dari umur. Kadang
udah tua tapi belum bisa hidupin dirinya sendiri. Gimana mau nikah.
Nikah kan berat harus komitmen, harus kasih makan, biaya juga besar.
Jadi rata-rata banyak juga tuh yang udah tua tapi nggak nikah. Lebih
baik mereka pelihara anjing atau kucing gitu daripada nikah, daripada
berkomitmen.
7. Apakah tante mindful mengenai ranah atau wilayah pasangan (seperti
apa yang dikuasainya dan apa yang merupakan kegemaraannya)?
Oh iya, tahu dong. Lama-lama ya tahu. Hahaha…
8. Apakah suami tante dekat dengan keluarganya?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Tidak terlalu. Saya rasa orang sini mah rata-rata tidak bergantung
dengan keluarga, hidupnya sendiri-sendiri. Gimana ya, hidupnya
independent gitu, tidak mau dicampuri orang lain dan tidak mau
mencampuri hidup orang lain.
9. Apakah tante mengetahui ras, agama, bahasa dan sifat dari suami
tante?
Tahu, pasti tau dong. Hidup sama dia udah bertaon-taon. Dia orang
amerika asli, agamanya Kristen advent, garis keras. Hahaha… saya
bisa dong bahasa inggris pastinya. Dia punya sifat itu keras, susah
dipengaruhi kalau pemikirannya dia itu benar, dia tidak banyak omong
dan sulit bergaul dengan orang lain, tapi kalau dia sudah suka dan
percaya sama seseorang, wah udah. Apa juga dilakuin sama dia.
10. Apakah tante merasa aman, percaya pada pasangan? Apakah menurut
tante hubungan kalian stabil dan tidak terus menerus menyesuaikan
diri dengan pasangan? Apakah tante merasa dilibatkan dalam
pembicaraan suami tante dengan teman-teman dan keluarganya?
Apakah suami tante memperbolehkan tante untuk memiliki waktu
bebas?
Iya dong, pasti dong. Kalau saya nggak ngerasa aman atau percaya
sama dia mana mau saya kawin sama dia. Iya sekarang sudah stabil,
tapi awal-awal susah sekali. Seperti yang saya bilang tadi. Kalau
perkawinan usia tua sudah susah untuk menyesuaikan diri. Tapi harus
sabar dan saling mengalah, saling memaafkan. Saya dilibatkan dalam
perbincangannya. Dia juga perbolehkan saya untuk punya waktu
bebas.
11. Apakah tante mindful mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasangan?
Ya, iya dong.
12. Apakah tante mindful mengenai kecenderungan untuk menilai bahwa
kebudayaan kakak lebih baik daripada kebudayaan suami?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Iya. Saya suka bilang ke dia. Tuh liat anak lu, keluarga lu, keponakan
lu. 17 tahun udah pindah apartemen sendiri, akhirnya dia nggak punya
duit buat beli rumah. Bagi saya orang Amerika itu didik anak suka
nggak bener. Ngomong saya, suka diskusi sama dia. Kalau orang kita
kan sekolahin anak sampe abis, sekolah mah nggak pernah utang-
utang. Sekolah ya orang tua gua keluarin duit sampe anak lulus. Jual-
jual emas, segala.
13. Apakah kakak mengamati perilaku dan mendengarkan perkataan
pasangan anda dengan cermat ataukah cenderung mengabaikannya?
Iya, saya cermat. Kadang tapi suka rada mengabaikan juga kalau lagi
cape.
14. Apakah anda mengungkapkan empati kepada pasangan anda?
Iya dong, otomatis dong saya care ke dia. Kita sama-sama
15. Apakah anda memahami stereotype dari budaya pasangan anda?
Tahu.
16. Apakah anda memiliki kemampuan dapat beradaptasi dengan fleksibel
dengan budaya pasangan anda?
Iya dong. Kalau nggak bisa beradaptasi mah mana bisa bertahan.
17. Apakah sejauh ini apa yang ditunjukkan pasangan anda baik verbal
dan nonverbal sudah pantas, efektif dan memuaskan bagi kakak?
Iya. Puas.
18. Apakah sejauh ini anda merasa dimengerti, dihargai dan didukung
oleh pasangan anda?
Iya. Kalau nggak mana bisa saya dapat kerjaan kalau nggak didukung
sama dia. kan saya tidak sekolah di sini, di Jakarta. Sampai saya bisa
dapet kerjaan di sini, di walikota dapet pensiun segala.
VI. Mindful Intercultural Verbal Communication
1. Apakah pasangan kakak mengerti apa arti nada bahasa, artikulasi
(phonemes rules), susunan kata, grammar ketika kakak berbicara?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Ngerti. Tapi kalau salah dia suka perbaikin “lu salah ngomong, lu
harusnya ngomongnya begini”.
2. Apakah kakak mengerti mengenai masalah aturan berbahasa dalam
budaya suami? Seperti contohnya bagaimana anda berbicara, kepada
siapa dan dalam kondisi seperti apa?
Ngerti. Udah biasa saya. Kan dari dulu saya udah kerja di American
embassy, udah tahu, udah kebawa, udah biasa. Contohnya ya kita
harus selalu bilang terima kasih kalau dibantu atau diberikan sesuatu,
bicara yang sopan kepada siapapun, harus turut berempati, kalau orang
berbicara harus didengarkan jangan ribut dan bicara sendiri.
3. Seperti apa sih aturan berbahasa di Amerika?
Di Amerika kita tidak boleh berbicara tentang fisik seseorang, selain
itu tidak boleh nanya tentang hal-hal pribadi seperti gaji atau hal-hal
lain yang personal gitu. Kecuali memang sudah dekat sekali ya.
4. Apakah anda mengerti mengenai norma-norma dan aturan-aturan
dalam budaya pasangan anda?
Tahu dong. Kalau nggak tahu saya tanya ke dia.
5. Apakah kakak menyadari identitas kelompok yang ada pada diri
kakak? Seperti contohnya kakak adalah penganut agama apa,
komunitas dalam kelompok pencinta apa
Tahu dong.
6. Apakah menurut kakak bahasa dapat membentuk persepsi dan
bagaimana kakak bersikap, bertutur kata?
Iya.
7. Menurut tante bahasa bisa membentuk pola pikir dan persepsi tidak?
Kadang-kadang iya. Tergantung background. Gini, kalau kamu punya
suami dokter dan kamu dokter. Kamu bisa ngerti kan? Kalau kamu
bukan dokter, kamu tidak bisa ngerti sepenuhnya. Jadi tergantung
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
background. Untuk itu kita harus sama-sama bikin gambaran untuk dia
mengerti.
8. Apakah menurut anda bahasa dapat mempengaruhi status dan
keintiman? Seperti contohnya di Indonesia kita harus sopan dengan
yang lebih tua atau berpengalaman dengan menyebutnya dengan nama
tidak diperbolehkan. Anda cenderung orang yang seperti apa?
Iya. Bener..
9. Apakah anda setuju bahwa bahasa dapat mengembangkan kreatifitas
dalam menggambarkan sesuatu hal? Seperti contohnya dalam bahasa
Inggris terdapat kata-kata seperti chairman, fireman dan sesuatu
cenderung dialamatkan dengan ‘he’ dan bukan ‘she’. Namun kalimat
tersebut dapat diubah menjadi chairperson dan firefighter. Anda
cenderung orang yang seperti apa?
Saya tidak musingin yang beginian sih. Langsung aja kalau ngomong
he atau she gitu.
10. Menurut kakak orang Amerika itu gaya komunikasinya gimana sih?
Apakah dia to the point atau bertele-tele? Apakah dia banyak
menggunakan sentuhan dalam percakapan atau tidak? Tatapan mata
atau tidak?
Tergantung, tapi ya pada umumnya orang Amerika itu ya mereka to
the point. Tapi tergantung orangnya sebenarnya kalau yang seperti itu.
Hampir semua orang Amerika yang saya kenal tidak menggunakan
sentuhan dalam percakapannya. Tapi mereka cenderung menatap mata
kita jika kita sedang berbicara. Artinya mereka memperhatikan kita,
sungguh-sungguh mendengarkan dengan baik apa yang kita omongin.
11. Apakah pasangan anda merupakan orang yang memandang seseorang
berdasarkan status sosialnya atau tidak?
Nggak.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
12. Apakah kakak merupakan orang yang suka membanggakan apa yang
telah diraihnya atau tidak?
Nggak. Sama-sama tahu aja buat saya dan suami.
13. Apakah suami kakak merupakan orang yang suka menggunakan jeda
dalam sebuah percakapan?
Tidak.
14. Tante orang yang suka bertele-tele atau to the point?
Saya to the point, suami saya yang suka kalau ngomong muter-muter.
VII. Mindful Intercultural Nonverbal Communication
1. Menurut tante komunikasi nonverbal yang tante tampilkan dapat
menggambarkan mengenai diri tante nggak? Seperti apa yang orang-
orang pikirkan tentang tante dari cara tante berpakaian
Nggak juga. Orang sini nggak peduli. Kecuali waktu kita bekerja,
sepatu tuh harus mengkilap. Kalau kerja sepatu harus disemir
mengkilap. Dia lihat dari sepatu kalau orang Amerika. Bingung
bingung dah. Suami saya suka semirin sepatu saya, memang begitu.
2. Apakah menurut tante komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan
perasaan/emosi?
Bisa dong.
3. Apakah menurut tante komunikasi nonverbal dapat mengelola
pembicaraan?
Bisa dong.
4. Apakah menurut tante komunikasi nonverbal dapat membentuk kesan
terhadap seseorang?
Iya, bisa.
5. Apakah menurut tante komunikasi nonverbal dapat menjadi sebuah
ketertarikan bagi seseorang?
Iya, bisa.
6. Apakah tante mengerti arti gerak-gerik atau ekspresi wajah pasangan?
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Ngerti. Kalau misalkan dia lagi cape gitu. Tidur dia, nggak mau saya
ganggu. Dia balik badan. Pantat-pantatan. Artinya dia nggak mau
diganggu. Kalau misalkan saya bangunin dia pagi, dia masih ngantuk,
dia tutup mukanya pake bantal atau selimut. Biasanya kalau udah gitu
saya biarin dia 15 menit dulu. Setelah itu saya bangunkan lagi.
7. Apakah tante tahu arti tatapan mata dan sentuhan pasangan?
Ya tahu..
8. Apakah tante mengerti kalau pasangan lagi membutuhkan ruang
pribadi?
Saya ngerti. Kalau dia lagi cape dia belum istirahat, saya tahu dah dari
body language, saya tahu.
9. Apakah tante mengerti bagaimana pasangan membagi waktu dan
bagaimana dia mempersepsikan waktu?
Iya, tahu. Dia appreciate about time. Dia bisa menghargai waktu.
Tidak suka dia ngaret. Hampir semua orang Amerika yang saya tahu
semuanya menghargai waktu. Kalau janjian, misalkan jam 7, kita
harus sudah hadir sebelumnya.
VIII. Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah tante memandang pasangan anda berdasarkan budayanya atau
individunya?
Individu dan budayanya juga
2. Apakah tante sering menilai suami berdasarkan apa yang tante
pikirkan ataukah berdasarkan sudut pandang pasangan dia?
Berdasarkan sudut pandang dia dan apa yang saya pikirkan.
Kombinasi.
IX. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
1. Apakah tante telah memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan
tepat, efektif dan sesuai dengan pasangan anda?
Iya dong. Udah 15 tahun kawin.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
2. Apakah tante memperhatikan gestur dan mendengarkan suami dengan
baik dan sungguh-sungguh?
Iya dong.
3. Apakah tante mengerti mengenai apa panggilan yang suami inginkan?
Ngerti dong! Tahu.
4. Apakah tante cenderung membiarkan suami menyelesaikan
perkataannya atau cenderung kalau dia lagi ngomong udah siapin
balasannya?
Yang terakhir tuh. Hahaha… Saya tahu balasannya udah di otak saya,
tapi karena dia suka marah kalau dipotong jadi diemin dulu dah.
5. Apakah tante sering menanyakan mengenai pendapat suami dan
membicarakan mengenai pemikiran tante dengan dia?
Iya dong. Kita diskusi semua pemikiran. Gua butuh advice elu. Itu kan
benefit berumah tangga. Kalau nggak ya sendiri aja.
6. Apakah tante menunjukkan ketertarikan untuk berbicara dengan
pasangan? Seperti contohnya berbinar-binar gitu kalau dia ngomong?
Iya. Tapi sekarang mah biasa aja. Dulu awal-awal kawin lima tahun
dah. Kan sekarang mah udah adaptasi.
7. Apakah tante mengetahui, menyadari dan melakukan norma dan
aturan yang suami harapkan untuk tante lakukan?
Iya dong. Tahu dong.
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017
Minfullness Dan Kompetensi..., Avelline Jeviani, FIKOM UMN, 2017