lampiran 50 artikel

59
Lampiran 50 artikel Artikel 1 Anggito Abimanyu Bank Harus Hapus Tagih UMKM Warga Merapi Editor: Hertanto Soebijoto Sabtu, 13 November 2010 | 14:59 WIB YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Anggito Abimanyu menilai, kalangan perbankan harus berani memberikan hapus tagih utang terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi korban letusan Gunung Merapi. "Seperti bencana gempa bumi 2006, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat sulit untuk bangkit kembali pascabencana, maka akan lebih bijak jika kalangan perbankan memberikan kebijakan hapus tagih utang kepada korban letusan Merapi karena mereka akan sulit untuk bangkit kembali," katanya di Yogyakarta, Sabtu (13/11/2010). Menurut Anggito, para pelaku UMKM korban letusan Gunung Merapi ini sekarang tidak lagi memiliki sarana produksi untuk mengembangkan usaha atau sekadar bertahan karena semua itu rusak, padahal mereka ini memiliki utang perbankan yang harus dibayar. "Agar para pelaku UMKM ini dapat kembali beroperasi, maka pihak perbankan yang meminjamkan modalnya ke UMKM korban letusan Gunung Merapi harus memberikan hapus tagih," katanya. Dia mengatakan, hapus tagih ini tidak saja dari perbankan. Banyak juga perusahaan milik negara (BUMN) yang juga memberikan pinjaman modal kepada para pelaku UMKM dengan program corparate social responsibility (CSR) yang juga harus dikembalikan pelaku UMKM yang menerimanya. "BUMN juga banyak yang memberikan pinjaman modal dalam program CSR. Mereka juga harus memberikan hapus tagih agar saat mereka kembali dari pengungsian dan memulai usahanya tidak dikejar-kejar utang yang akhirnya justru membuat UMKM terpuruk," katanya. Anggito mengatakan, kasus utang kepada perbankan atau BUMN oleh para UMKM korban gempa bumi di Kabupaten Bantul baru dapat diselesaikan selama empat tahun pascagempa. "Sedangkan dalam jarak waktu empat tahun itu sama sekali UMKM tidak lagi produksi karena tidak punya alat maupun modal," katanya. Anggito mengatakan, pelaku UMKM yang akan meminjam modal ke perbankan lain sudah tidak bisa karena masih punya catatan utang kepada perbankan lainnya. "Persoalan itu baru selesai setelah dikejar-kejar selama empat tahun pascagempa. Itu saja baru BRI," katanya. Artikel 2 Pusat Diminta Talangi Kredit Macet UMKM Selasa, 30 Maret 2010 | 14:52 WIB Yogyakarta, Kompas - Pelaku usaha mikro, kecil, menengah DI Yogyakarta korban gempa bumi 2006

Upload: widya-nur-bhakti-pertiwi

Post on 01-Jul-2015

549 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran 50 artikel

Lampiran 50 artikel

Artikel 1

Anggito AbimanyuBank Harus Hapus Tagih UMKM Warga MerapiEditor: Hertanto Soebijoto Sabtu, 13 November 2010 | 14:59 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Anggito Abimanyu menilai, kalangan perbankan harus berani memberikan hapus tagih utang terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

"Seperti bencana gempa bumi 2006, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat sulit untuk bangkit kembali pascabencana, maka akan lebih bijak jika kalangan perbankan memberikan kebijakan hapus tagih utang kepada korban letusan Merapi karena mereka akan sulit untuk bangkit kembali," katanya di Yogyakarta, Sabtu (13/11/2010).

Menurut Anggito, para pelaku UMKM korban letusan Gunung Merapi ini sekarang tidak lagi memiliki sarana produksi untuk mengembangkan usaha atau sekadar bertahan karena semua itu rusak, padahal mereka ini memiliki utang perbankan yang harus dibayar.

"Agar para pelaku UMKM ini dapat kembali beroperasi, maka pihak perbankan yang meminjamkan modalnya ke UMKM korban letusan Gunung Merapi harus memberikan hapus tagih," katanya.

Dia mengatakan, hapus tagih ini tidak saja dari perbankan. Banyak juga perusahaan milik negara (BUMN) yang juga memberikan pinjaman modal kepada para pelaku UMKM dengan program corparate social responsibility (CSR) yang juga harus dikembalikan pelaku UMKM yang menerimanya.

"BUMN juga banyak yang memberikan pinjaman modal dalam program CSR. Mereka juga harus memberikan hapus tagih agar saat mereka kembali dari pengungsian dan memulai usahanya tidak dikejar-kejar utang yang akhirnya justru membuat UMKM terpuruk," katanya.

Anggito mengatakan, kasus utang kepada perbankan atau BUMN oleh para UMKM korban gempa bumi di Kabupaten Bantul baru dapat diselesaikan selama empat tahun pascagempa.

"Sedangkan dalam jarak waktu empat tahun itu

sama sekali UMKM tidak lagi produksi karena tidak punya alat maupun modal," katanya.

Anggito mengatakan, pelaku UMKM yang akan meminjam modal ke perbankan lain sudah tidak bisa karena masih punya catatan utang kepada perbankan lainnya.

"Persoalan itu baru selesai setelah dikejar-kejar selama empat tahun pascagempa. Itu saja baru BRI," katanya.

Artikel 2

Pusat Diminta Talangi Kredit Macet UMKMSelasa, 30 Maret 2010 | 14:52 WIB

Yogyakarta, Kompas - Pelaku usaha mikro, kecil, menengah DI Yogyakarta korban gempa bumi 2006 mendesak pemerintah pusat segera menyelesaikan kredit macet mereka senilai total Rp 75,9 miliar. Pemerintah pusat diminta menganggarkan dana pelunasan kredit macet itu dalam Rencana APBN Perubahan 2010.

"Gubernur DIY menyurati Menteri Keuangan dan Menteri Negara BUMN minta bantuan penyelesaian kredit bermasalah UMKM korban gempa, tetapi belum ada solusi dari pusat. Kami minta hal itu segera dituntaskan," kata Ketua Umum Komunitas UMKM DIY Prasetyo Atmosuti- djo pada audiensi dengan DPRD DIY, Senin (29/3).

Audiensi diikuti puluhan UMKM korban gempa dan anggota DPR dari DIY, Edi Mihati, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang juga Sekretaris Forum Komunikasi Legislator DIY, Afnan Hadikusumo.

Hingga kini masih ada 3.234 sisa kasus atau nasabah dengan kredit di atas Rp 50 juta senilai total Rp 75,9 miliar yang belum terselesaikan. Itu adalah pinjaman dari 11 lembaga kredit melalui Program Kredit Bina Lingkungan di bawah Kementerian Negara BUMN dan pinjaman 79 lembaga perbankan. Pemprov DIY sebelumnya telah menyelesaikan 2.862 kasus kredit UMKM yang nilai kreditnya di bawah Rp 50 juta dengan total pinjaman sebesar Rp 7,4 miliar.

"Sisa kredit yang tak bisa diselesaikan Pemprov disepakati akan diselesaikan pusat. Kalau tak dibantu kebangeten. Dibandingkan dana Century, kredit UMKM tak ada apa-apanya," kata Prasetyo.

Mudrajat Kuncoro, Tim Ad Hoc Penyelesaian Kredit UMKM Pascagempa Bumi DIY,

Page 2: Lampiran 50 artikel

menegaskan, pemerintah pusat harus membantu menyelesaikan kredit bermasalah UMKM. Masalah ini menyangkut hajat hidup orang banyak. "Minimal, satu UMKM mempekerjakan 5 orang sampai 150 orang. Banyak UMKM berhenti produksi akibat gempa," kata Mudrajat.

Janji wakil

Edi Mihati berjanji bersama 12 anggota DPR dan DPD asal DIY mendesak Menkeu dan Menteri Negara BUMN, serta Menteri Koordinator Perekonomian segera memasukkan dana penyelesaian kredit bermasalah UMKM korban gempa dalam RAPBNP 2010. Bulan April direncanakan RAPBNP mulai dibahas DPR dan pemerintah. Menurutnya, dibutuhkan keputusan politis untuk membantu penyelesaian kredit macet UMKM korban gempa.

Afnan mengatakan akan mencermati RAPBNP 2010 untuk melihat, apakah dana penyelesaian kredit bermasalah UMKM korban gempa sudah dimasukkan pemerintah ke RAPBNP atau belum. "Kami belum tahu masuk atau belum. Akan kami cek," kata Afnan.

Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana berharap, pemerintah menganggarkan Rp 75,9 miliar itu dalam RAPBNP. Itu karena surat permohonan penyelesaian kredit bermasalah dari Gubernur DIY sudah dikirim 10 Februari 2010 lalu. (RWN)

Artikel 3

Presiden Sentil Gaji Direktur BUMNJAKARTA, KOMPAS.com — Di sela sambutannya dalam acara pembukaan IBBEX 2010, Kamis

(23/9/2010), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta BUMN mempertahankan jumlah gaji dan insentif yang patut di lingkungannya masing-masing.

Menurut Yudhoyono, mekanisme ini menjadi salah satu upaya mewujudkan good corporate governance dan free corruption company. "Korupsi, tadi saya garis bawahi tidak ada toleransi, zero tolerance corruption, di lingkungan BUMN. Gaji dan insentif pertahankan dalam jumlah yang patut," ungkapnya di Jakarta Convention Center.

Yudhoyono mengutip pelajaran yang diperolehnya dari krisis global tahun lalu di mana banyak perusahaan di negara lain memberlakukan gaji dan

insentif yang tinggi. Namun akhirnya tak bertahan ketika krisis datang. "Sebagian direktur BUMN gajinya jauh di atas presiden. Tidak apa-apa, yang penting kinerjanya baik. Jangan sampai gajinya ada yang sepuluh kali lipat dari presiden, tapi ternyata tidak lebih sergap dibandingkan presiden dan kemudian kinerjanya begitu-begitu saja," sentil Presiden.

Yudhoyono juga mendorong agar semua BUMN berkontribusi dalam meningkatkan produk domestik bruto menjadi lebih baik lagi.

Selain itu, Presiden juga meminta agar fungsi BUMN sebagai public service obligation (PSO) terus dijalankan sesuai peraturan. "PSO bekerja sama dengan UMKM, jangan mendudukkan diri sebagai pedang untuk menebas yang lemah, tetapi pedang untuk mengayomi dan mengajak membantu yang lemah. Maka, teruskan partnership kemitraan dengan UMKM dan koperasi," tandasnya.

Artikel 4

Komitmen pada UKM Indikator KinerjaPenulis: Eny Prihtiyani | Editor: R Adhi KSP Jumat, 4 Februari 2011 | 20:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komitmen pejabat terhadap kelangsungan usaha kecil menengah seharusnya menjadi indikator penilaian kinerja. Hal itu penting untuk mendorong kemajuan UKM di Indonesia, yang sudah terbukti tahan krisis. Komitmen tersebut menjadi penentu apakah si pejabat akan naik pangkat atau justru sebaliknya.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, usai membuka acara seminar peluang kewirausahaan di SMESCO Covention Hall, Jakarta, Jumat (4/2/2011). Kadin akan segera mengusulkannya kepada Presiden. Pejabat yang harus dinilai komitmennya terhadap UKM terutama adalah direktur bank-bank milik pemerintah dan direktur BUMN, katanya.

Menurut dia, pejabat-pejabat tersebut memegang posisi kunci bagi kelangsungan UKM. Direktur bank misalnya, sangat menentukan besarnya pengucuran kredit bagi sektor UKM. Meski tidak sebesar bank, BUMN juga memegang peranan lewat program kemitraan dan bina lingkungan atau lebih dikenal dengan corporate social responbility.

"Selama ini peranan bank pemerintah dan BUMN dalam mendorong UKM belum sesuai harapan.

Page 3: Lampiran 50 artikel

Jika komitmen UKM dijadikan indikator kinerja, saya yakin mereka akan berlomba-lomba mengucurkan pinjaman dan pedampingan bagi UKM. Semoga saja usulan kami nanti bisa direspons oleh Presiden," katanya.

Pejabat lain yang juga berperan bagi pengembangan UKM adalah kepala daerah. Mereka diharapkan bisa membuka peluang pasar dengan komunikasi intensif dengan wilayah lain, yang membutuhkan produk dari wilayahnya. Di Indonesia peluang usaha masih sangat banyak dibandingkan negara-negara lain seperti Singapura. Persoalannya mereka butuh dukungan untuk bisa menembus pasar.

Suryo menambahkan, selain mengangkat kesejahteraaan pelaku UKM, kemajuan UKM juga mengubah stigma pebisnis. Dulu sektor wiraswasta dipandang sebelah mata. Orang lebih memilih menjadi pegawai yang posisinya dianggap lebih terhormat. Bila UKM berhasil, pandangan itu akan hilang dengan sendirinya.

Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia, Karen Tambayong, mengatakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka adalah hortikultura. "Naiknya harga cabai menjadi indikasi masih terbuka kesempatan usaha bidang hortikultura. Pemerintah saat ini baru fokus pada pertanian bahan makanan saja," katanya. 

Di dunia internasional, produk hortikultura asal Indonesia yang beredar masih sangat sedikit. Peluang bisnis produk hortikultura juga tampak dari rendahnya tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia, yakni dibawah 50 kg per kapita per tahun. Padahal rata-rata konsumsi dunia telah mencapai lebih dari 60 kg per kapita per tahun.   

Artikel 5

UMKM Korban Banjir Bandung Selatan Diberi Keringanan CicilanPenulis: Gregorius Magnus Finesso | Editor: yuli Rabu, 14 April 2010 | 20:03 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - PT Bio Farma memberi keringanan pembayaran cicilan kredit program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) kepada usaha mikro kecil dan menengah di kawasan Bandung Selatan yang terdampak banjir sejak awal 2010. Mereka diperbolehkan tidak membayar cicilan kredit selama beberapa bulan.  

Kepala Bagian PKBL Bio Farma, Hasanurdin di Bandung, Rabu (14/4/2010) mengatakan, ada

sejumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mitra binaan Bio Farma di Baleendah dan Dayeuhkolot yang usahanya terhenti akibat banjir. "Jenis usahanya beragam, mulai dari usaha perdagangan hingga usaha perbengkelan kendaraan bermotor," katanya.  

Besarnya cicilan kredit PKBL Bio Farma nilainya variatif, mulai dari Rp 350.000 per bulan. Sedangkan besaran kredit modal usaha yang diperoleh melalui PKBL berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 50 juta. Hasanurdin menambahkan, apabila usaha UMKM terhenti total dan bangkrut, mereka bisa dibebaskan dari kewajiban membayar kredit.  

Hasanurdin mengatakan, akibat banjir, banyak t empat usaha UMKM ikut tergenang banjir hingga sekitar tiga bulan. Kendati banjir telah berlalu, tetapi usaha UMKM yang ada belum sepenuhnya pulih. Pemilik UKM masih terfokus kepada perbaikan rumah maupun tempat usahanya.

Menurut Hasanurdin pihaknya masih melakukan verifikasi terhadap UMKM mitra binaan yang melaporkan terdampak banjir. Apabila usaha UMKM itu memang benar-benar terkena dampak langsung banjir, maka diberi keringanan dalam mencicil kredit. 

"Bisa saja dilakukan penjadwalan ulang. Pelunasan kredit diperpanjang," tutur Hasanurdin. Penjadwalan ulang ditentukan sesuai kemampuan UMKM. Apabila usa hanya mulai pulih, UMKM diberi keleluasaan untuk tidak langsung memenuhi kewajibannya. Menurut Hasanurdin yang terpenting adalah usaha UKM itu kembali berjalan dengan baik seperti sebelum terkena banjir.

Berdasarkan pengalaman, UMKM yang terkena bencana bisa langsung bangkit kembali. "Jarang yang sampai bangkrut," tandas Hasanurdin. Oleh karenanya Hasanurdin tetap optimistis UMKM mitra binaan di kawasan yang terkena banjir di Bandung Selatan mampu melunasi kredit modal usaha dari PKBL BUMN. Hingga kini non performance loan (NPL) kredit UMKM melalui PKBL di Bio Farma sekitar 15 persen.

Artikel 6

Pengembangan UKMMenteri Janji Beri Fasilitas KhususPenulis: Caroline Damanik | Editor: Glori K. Wadrianto Rabu, 25 Agustus 2010 | 14:07 WIB

KOMPAS.com/ Caroline Damanik Menteri Negara BUMN

Page 4: Lampiran 50 artikel

Mustafa Abubakar (kiri) dan Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan meninjau suasana hari pertama Lebaran Fair 2010 di JCC, Rabu (25/8/2010). JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koperasi dan UMKM Syarifuddin Hasan berjanji akan memberi fasilitas khusus kepada para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dalam hal pemasaran.

"Kita akan memberi fasilitas istimewa, penyelenggaraan pameran secara gratis. Bagi pengusaha UMKM yang sudah tingkatkan kualitas pada produknya, yang punya ekses kapasitas terhadap produksinya, yakin bahwa Anda punya kapasitas lebih untuk mencari market needs di luar negeri, kami bersedia untuk mengajak Anda pameran di luar negeri," ungkapnya dalam pembukaan Lebaran Fair 2010 di JCC, Rabu (25/8/2010).

Menurut Syarif, pemasaran merupakan salah satu kelemahan dari UKM. Oleh karena itu, dia memuji upaya Bank Mandiri yang menggelar Lebaran Fair 2010 bagi mitra binaannya. Dengan pemasaran yang baik, produk asli dalam negeri tentu akan menjadi tuan di negerinya sendiri.

Janji Syarif pun diikuti oleh Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar. Mustafa bahkan mempersilahkan penggunaan Gedung SMESCO milik pemerintah di kawasan Gatot Subroto Jakarta untuk menggelar sebanyak-banyaknya pameran secara gratis.

Artikel 7

8 November 2010 | 15.45 WIBBisnis & Keuangan Pusat Inovasi Naikkan Nilai Jual UMKM

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu lebih memanfaatkan Pusat Inovasi UMKM (PI-UMKM) untuk meningkatkan kualitas produk dan produktivitas sumber daya manusianya sehingga menaikkan nilai jual produk itu sendiri. 

"Melalui PI-UMKM, UMKM bisa belajar metode marketing, organisasi dan kerjasama sehingga menambah wawasan tentang dunia usaha. Kalau sudah paham dan dipraktekkan, saya yakin UMKM semakin berdaya," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Aziz Iskandar, kepada para wartawan di sela-sela mengunjungi stan pameran Gelar Inovasi UMKM 2010 , Senin ( 8/11/2010 ) di Jakarta. 

Marzan menuturkan, pameran yang digelar untuk kedua kalinya ini bakal menjadi wadah PI-UMKM dan pengusaha UMKM itu sendiri untuk saling berkomunikasi agar bisa sama-sama berkembang dan mengatasi masalah yang akan dihadapi. Karena itulah, pada Rabu ( 10/11/2010 ) nanti BPPT akan memberikan penghargaan kepada PI-UMKM, UMKM dan pemerintah daerah berprestasi yang mampu mengembangkan UMKM menjadi lebih baik," jelasnya.

BPPT juga ingin mengetahui sejauhmana iptek diterapkan pada masing-masing UMKM. "Kami sangat yakin bahwa UMKM telah memberikan kontribusi bagi PBD (Produk Bruto Domestik) nasional kita," ujar Marzan.

Pameran Gelar Inovasi UMKM 2010 yang digelar di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat itu diikuti 15 peserta yang menempati 27 booth yang tersedia. "Para peserta merupakan binaan dari sejumlah kementerian, pemerintah daerah, BUMN dan swasta. Asalnya dari Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur," ungkap Ketua Panitia, Kunto Baikuni. 

Pusat Inovasi UMKM (PI-UMKM) merupakan program rutin BPPT. PI-UMKM berperan memberikan bantuan teknologi yang dibutuhkan oleh kalangan UMKM. "Setiap kebutuhan UMKM akan dicarikan solusinya. Di 35 PI-UMKM di seluruh Indonesia, mereka dapat bisa berkonsultasi dalam hal teknologi, manajemen dan keuangan dengan narasumber yang berkompeten," terang Kunto.

Penulis: Adi Dwijayadi Editor: Erlangga Djumena

Artikel 8

Bank, BUMN, dan Koperasi Dukung Pameran Pembiayaan

Sabtu, 05/06/2010 - 05:42

BANDUNG, (PRLM).- Sedikitnya, 33 bank, 7 BUMN, dan 10 koperasi beserta UKM binaannya akan ikut ambil bagian pada pameran pembiayaan di Kota Cirebon, tepatnya di Gedung Diklat PRI Jln. Cipto Mangunkusumo, pada 5-6 Juni. Kegiatan yang diselenggarakan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Jawa Barat dan akan dibuka Wali Kota Cirebon tersebut, merupakan

Page 5: Lampiran 50 artikel

kelanjutan dari kegiatan yang sama, yang sebelumnya digelar di Bandung.

Menurut Ketua Penyelenggara, H. Agus Sukiman, pameran pembiayaan digelar untuk menjembatani perbankan dan pihak KUMKM. Diharapkan, melalui kegiatan ini tercipta intermediasi lembaga perbankan yang pada akhirnya akan mempermudah akses pembiayaan bagi KUMKM.

”Kalau mereka langsung berkomunikasi, mudah-mudahan segala persoalan yang menjadi hambatan di antara mereka bisa dipecahkan. Kami berharap, pameran ini bisa dimanfaatkan UKM sebaik-baiknya untuk mendapatkan informasi dan akses pembiayaan,” ujar Agus di Bandung.

Sejumlah 250 lembaga keuangan, juga 750 KUMKM yang telah mendapatkan pendampingan penyusunan kelayakan usaha oleh pendamping usaha, dan 2.000 KUMKM yang melakukan intermediasi, disasar melalui program ini.

Seperti diketahui, selama ini keterbatasan modal menjadi kendala terbesar bagi KUMKM. Mereka kerap mengeluhkan sulitnya menembus lembaga keuangan dan tingginya suku bunga pinjaman. Di sisi lain, perbankan maupun lembaga keuangan non bank lainnya dihadapkan pada persoalan sulitnya mencari KUMKM yang bankable.

Pameran pembiayaan ini rencananya akan digelar di lima kota dan Cirebon sebagai kota kedua. Menyusul, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Subang, dan Kota Bogor.

Pada pameran pembiayaan di Bandung Mei lalu, terjadi prospek transaksi akad kredit KUMKM sebesar Rp 2,5 miliar antara Bank Jabar Banten, Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN dengan sejumlah pelaku KUMKM di Jabar

Sebelumnya, pada pameran pembiayaan di Bandung, Pimpinan Bank Indonesia (BI) Bandung Yang Ahmad Rizal berharap, kegiatan ini mampu menjembatani pelaku KUMKM dengan perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. Pada triwulan I/2010, penyaluran kredit UMKM di Jabar tumbuh 26,03 persen, menjadi Rp 83,41 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. (A-150/A-147)***

Artikel 9

Dana Bantuan Hibah tidak Mendidik

Jumat, 29/10/2010 - 05:49

BANDUNG, (PRLM).- Dana bantuan hibah bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlahan harus dihapus untuk mendidik kemandirian. Pemerintah harus menggantinya dengan kredit mikro berbunga ringan. Namun, untuk saat ini, dana bantuan hibah masih dibutuhkan sejumlah usaha mikro yang belum memiliki legal aspek.

Demikian diungkapkan Wakil Ketua Kadin Jawa Barat Bidang Kemitraan dan UMKM Iwan Gunawan di Bandung. ”Dana bantuan hibah tidak mendidik. Apalagi, terkadang program bantuan yang digelar sejumlah SKPD tumpang tindih sehingga tidak terdistribusi merata,” katanya.

Di sisi lain, UMKM juga tidak terdorong untuk bertanggung jawab terhadap dana yang diberikan. Kondisi berbeda akan terjadi jika dana tersebut bersifat pinjaman. Pelaku UMKM akan lebih bertanggung jawab terhadap penggunaan dana dan perkembangan usahanya.

Iwan mengaku, dia menyambut baik langkah pemerintah Jabar yang tahun depan akan mengalokasikan 80 persen dari Rp 200 miliar anggaran Dinas Koperasi dan UMKM untuk program bantuan pinjaman lunak. Namun, langkah tersebut juga harus dibarengi dengan perbaikan sistem pendataan agar program ini juga tidak tumpang tindih dengan bantuan sejenis dari BUMN.

Hal serupa dilontarkan pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi. Menurut Acuviarta, sepanjang sejarah, bantuan dana hibah yang merupakan bagian dari bantuan sosial (bansos), umumnya kurang berhasil karena diartikan sebagai sumbangan oleh pelaku UMKM. Dalam penyalurannya, ungkap Acuviarta, pemerintah harus melibatkan swasta. Selain dinilai lebih profesional, langkah ini juga dinilai bisa meminimalkan dampak penyelewengan.

Kepala Dinas KUMKM Jabar Wawan Hernawan mengaku, pihaknya juga berencana menghapus dana hibah dalam waktu dekat. Namun, untuk saat ini, pelaku usaha mikro masih membutuhkannya. Itulah mengapa dana hibah yang dialokasikan tahun depan rencananya berada pada kisaran Rp 10 miliar-Rp 20 miliar. ”Ke depannya, memang akan dihilangkan, tapi saat ini masih dibutuhkan,” tuturnya.

Wawan menambahkan, ke depannya, program bantuan bagi UMKM akan dirancang dan digulirkan sesuai dengan keperluan. ”UMKM yang perlu bantuan sertifikasi akan kami bantu sertifikasi, yang butuh dana, kami bantu dengan

Page 6: Lampiran 50 artikel

dana, dan yang butuh pinjaman berbunga lunak, akan kami bantu sesuai kebutuhannya,” ujar Wawan beberapa waktu lalu. (A-150/A-147)***

Artikel 10

Mengembangkan alternatif pembiayaan dan pemasaran UKM

Oleh BisnisJabar.com on 1 March , 2011

Oleh: Prof. Dr.Ina Primiana, SE, MT *)

Permasalahan utama  UKM saat ini  terutama terkait dengan  kesulitan dalam hal  permodalan dan pemasaran. Tetapi disisi lain media masa selalu memberitakan tentang terserapnya   penyaluran kredit  ke UKM dalam nilai yang cukup besar. Dalam pemberitaan  perlu pula dibedakan antara UKM yang melakukan kegiatan produksi (produktif)  dan yang tidak melakukan kegiatan produksi (jasa perdagangan). Karena kebutuhan dan penanganannya juga berbeda. Tulisan ini akan fokus kepada UKM produktif.  Sehingga perlu ditelusuri keberhasilan dalam menyalurkan kredit UKM produktif tersebut, terutama kemajuan setelah menerima kredit,  agar tampak apakah kredit yang diterima UKM tersebut memang digunakan untuk kegiatan produktif atau konsumtif.

Selain Perbankan, instansi lain yang juga menyalurkan dana bagi UKM antara lain  BUMN dengan dana PKBL nya, PT. PNM, Perum Pegadaian dan Koperasi Simpan Pinjam. Dengan demikian jumlah  dana yang disalurkan kepada UKM dari waktu ke waktu sudah begitu besarnya, tetapi disisi lain perkembangannya belum menggembirakan, bisa jadi ini adanya mismanagement oleh UKM  pasca penyaluran kredit tersebut, mengingat kelemahan manajerial juga menjadi hambatan perkembangan UKM. Meskipun NPL UKM kecil, hanya 3, 4% , tetapi hal ini tidak dapat menunjukkan bahwa UKM semakin baik . Artinya pihak Perbankan jangan hanya bersemangat menyalurkan kredit ke pada UKM, ada misi dan tanggung jawab lain yang perlu diperhatikan pasca kredit  yaitu keberlanjutan usaha (Business Sustainability). Hasil penelitian penulis (2006) menunjukkan berbagai keinginan UKM pasca  memperoleh kredit dari perbankan antara lain  keinginan untuk dibina dan dimonitor, agar kredit yang diperoleh tidak habis sia-sia tanpa ada perkembangan berarti terhadap usahanya. Padahal bunga yang harus dikeluarkan cukup tinggi.

Tentunya keinginan ini sulit menjadi kenyataan , bila tugas perbankan hanya terbatas pada menyalurkan kredit . Ini menunjukkan  perbankan hanya sampai pada tataran output (terserapnya dana) bukan outcome (efek penyaluran kredit). Ada pula kecenderungan penyaluran bantuan oleh perbankan atau instansi lain hanya dilakukan kepada UKM yang itu-itu saja, dikarenakan keterbatasan data UKM.

Dari gambaran diatas maka untuk menjamin keberlangsungan usaha UKM diperlukan informasi detail tentang kebutuhan dana dan realisasi terhadap penggunaan dana serta kemajuan dari waktu ke waktu . Informasi ini dapat diperoleh bila perbankan/instansi penyalur dana menjadikan UKM sebagai binaan. Tetapi bila hanya terbatas pada penyaluran kredit maka dapat pula bekerjasama dengan Dinas-dinas atau Perguruan tinggi untuk menjalankan fungsi pembinaan dan melaporkan kemajuan pasca kredit agar terlihat kemajuan /kemunduran usaha dari waktu ke waktu. Hal ini untuk menunjukkan efektivitas nyata penyaluran dana serta pembinaan terhadap UKM.

Tidak tersedianya data base profil UKM terkini yang memberikan informasi  perkembangan UKM dari waktu ke waktu juga menjadi hambatan tersendiri dalam mengembangkan UKM. Hal ini menyebabkan program Pengembangan UKM menjadi tidak fokus. Hal ini salah satunya  disebabkan karena banyaknya instansi yang melakukan pembinaan tanpa adanya koordinasi berpotensi program-programnya tumpang tindih dan tidak tepat sasaran, sehingga diperlukan adanya pembagian kewenangan antar instansi seperti yang pernah  saya sampaikan pada artikel sebelumnya pada harian yang sama.

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan bagi UKM dalam hal permodalan yaitu:

1. Kesulitan akses ke bank dikarenakan ketidakmampuan dalam hal menyediakan persyaratan agar bankable. Sebetulnya Bank Indonesia telah membentuk P3UKM yang membantu UKM agar dapat lebih mudak akses ke bank. Tetapi kenyataannya tidak semua UKM dapat memenuhi persyaratan collateral.Artinya masih lebih banyak UKM yang belum terjaring.

2. Ketidak tahuan UKM terhadap cara memperoleh dana dari sumber-sumber lain selain perbankan, yang dapat menjadi alternatif pembiayaan .

3. Tidak tersedianya modal pada saat pesanan datang. Artinya mereka membutuhkan dana cepat untuk

Page 7: Lampiran 50 artikel

memenuhi pesanan. Hal ini tidak dimungkinkan bila melalui perbankan, karena waktu yang dibutuhkan sejak pengajuan hingga  dana cair bisa mencapai 2-3 .bulan, belum lagi kalau pengajuan kreditnya ditolak  yang bisa menyebabkan hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Biasanya mereka mencari jalan agar dapat memperoleh dana cepat yaitu dengan meminjam sesama pengusaha atau rentenir.

Adapun yang terkait dengan pemasaran , lebih dikarenakan ;

1. Sulitnya akses pasar dikarenakan keterbatasan-keterbatasan antara lain membaca selera pasar, mengenal pesaing dan produknya , memposisikan produknya di pasar, mengenal kelemahan produknya diantara produk pesaing.

2. Keterbatasan SDM . Untuk Usaha Mikro dan Kecil  pada umumnya pemilik masih melakukan semua kegiatan sendiri atau dibantu beberapa pegawai seperti produksi atau pengawasan produksi, sehingga mencari pasar menjadi terbengkalai.

3. Standarisasi produk lemah, hal ini menyebabkan pesanan dikembalikan (retur) dikarenakan kualitas produk yang dihasilkan spesifikasinya tidak sesuai dengan pada saat pesan

4. Hilangnya kepercayaan  pelanggan akibat ketidakmampuan memenuhi permintaan dalam jumlah besar , antara lain dikarenakan tidak tersedianya dana untuk memenuhi permintaan tersebut .

Penutup

Dari uraian diatas maka kedua masalah utama UKM  tersebut menjadi sangat berarti mengingat permodalan terkait dengan berlangsungnya proses produksi  sedangkan pemasaran terkait dengan bagaimana produk yang dihasilkan laku terjual agar UKM dapat terus berproduksi, sehingga diperlukan usaha-usaha yang fokus untuk menyelesaikan hambatan-hambatan  tersebut. Adapun hambatan dalam berproduksi agar UKM dapat menghasilkan produk yang berkualitas dapat diberikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang penanganannya lebih mudah dibandingkan dengan hambatan permodalan dan pemasaran.  Dalam hal ini dituntut komitmen bila ingin membantu UKM , jangan hanya setengah-setengah mengingat keterbatasan UKM. Diperlukan bantuan lengkap hingga UKM siap mandiri.

Beberapa solusi yang dapat ditawarkan adalah:

1. Adanya pembinaan (monitoring dan evaluasi) pasca penyaluran  dana oleh perbankan atau instansi lainnya untuk meyakinkan keberhasilan dan ketepatan penyaluran, agar peran perbankan /instansi lainnya tidak terbatas pada output saja tetapi pada outcome.

2. Untuk permodalan perlu dikembangkan mekanisme pembiayaan lain bagi UKM yang butuh dana cepat dan pinjaman dalam waktu pendek (1-3) bln.Sebagai dasar pertimbangan pemberian dana  bisa digunakan data histori penjualan selama 1-3 tahun kebelakang, Purchase Order (PO) dari pemesan, untuk transaksi menggunakan rekening  bank pemberi dana guna memperkecil risiko tidak terbayarnya pinjaman dan bila memungkinkan rekomendasi dari komunitas UKM yang bisa dipertanggung jawabkan.

3. Untuk pemasaran perlu dikembangkannya pusat perdagangan nasional yang memungkinkan ekspor-impor antar daerah serta mengembangkan marketing intelligence bagi produk siap ekspor di berbagai tingkatan daerah ,di tingkat kabupaten /kota/provinsi  oleh dinas indag atau di tingkat nasional dan internasional oleh departemen perdagangan. Saat ini di beberapa negara ada atase-atase perdagangan yang seharusnya dapat dioptimalkan fungsinya sebagai industrial espionage bagi produksi dalam negeri dan menyampaikannya kepada dinas indag melalui departemen perdagangan. Sehingga tersedianya data base profil UKM terkini menjadi mutlak dibutuhkan untuk  menunjukkan  perkembangan dari waktu ke waktu baik dalam hal pemasaran permodalan maupun produksinya (desain, kualitas , kemasan dll) dan permasalahan yang dihadapi untuk memudahkan dalam mencari solusinya

*) Penulis Ketua LMFE Unpad, Ketua ISEI Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat

Artikel 11

BLUD Akan Kucurkan Kredit Bunga Ringan

Rabu, 21/04/2010 - 04:12

BANDUNG, (PRLM).- Untuk memberikan solusi permodalan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Barat (Jabar) berencana mendirikan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bidang pembiayaan.

Page 8: Lampiran 50 artikel

Lembaga ini dirancang untuk menyalurkan kredit dengan bunga di bawah delapan persen.

”Selama ini yang menjadi permasalahan terbesar UMKM adalah permodalan. Selain masalah agunan, bunga kredit yang ditawarkan juga masih terlalu tinggi. UMKM juga sering mengeluhkan sulitnya masuk ke ranah.

BLUD, menurut Wawan, diharapkan bisa menjawab permasalahan tersebut. Selain mengucurkan kredit berbunga ringan, agunan juga tidak menjadi keharusan. BLUD dirancang seperti lembaga pengelola dana bergulir (LPDB), tetapi dengan jalur yang lebih ringkas, dari BLUD ke koperasi, lalu ke UMKM.

”Dari BLUD kredit akan disalurkan ke koperasi simpan pinjam atau koperasi syariah dengan bunga maksimal empat persen. Dari koperasi, dana langsung disalurkan ke UMKM. Saya kira bunga empat persen cukup untuk biaya operasional BLUD,” kata Wawan.

Sebagai tahap awal, menurut dia, sumber utama dana direncanakan dari kas pemerintah provinsi. Namun, dalam jangka panjang tidak tertutup kemungkinan melibatkan BUMN. Dana pemerintah ataupun BUMN tersebut disimpan di BLUD tanpa bunga.

”Walaupun disimpan tanpa bunga, dana tidak akan hilang. BLUD dirancang menjadi lembaga kredibel dan akan melibatkan orang-orang profesional. Jadi, saya harap ke depannya banyak BUMN yang tertarik menyimpan dananya di BLUD, agar penetrasinya bisa semakin luas,” kata Wawan.

Saat ini, menurut Wawan, pendirian BLUD tersebut masih dalam proses pengajuan. Namun, ia mengaku optimistis, pendirian lembaga ini akan disetujui DPRD dan pemerintah Jabar, mengingat nilai strategis dan urgensinya untuk memajukan UMKM Jabar. ”Diharapkan, awal 2011 BLUD bidang pembiayaan Jabar sudah beroperasi,” tuturnya. (A-150/A-147)***

Artikel 12

Economy - Industri

2014, Aset BUMN Siap Tembus Rp11.000 T

Selasa, 17 Agustus 2010 - 12:31 wib

Andina Meryani - Okezone

Ilustrasi

JAKARTA – Aset 141 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diperkirakan akan melejit hingga lima kali lipat hingga Rp11.000 triliun pada tahun 2014 mendatang.

Sebelumnya, pada akhir tahun 2009 total asset seluruh BUMN telah mencapai Rp2.234 triliun, atau setara dengan 40 persen PDB.

“Diproyeksikan pada tahun 2014, total aset yang dimiliki seluruh BUMN akan jauh meningkat menjadi Rp11.000 triliun,” ujar Menteri BUMN Mustafa Abubakar sebagaimana dikutip dari keterangan resminya, di Jakarta, Selasa (17/8/2010).

Dalam menyambut HUT RI Ke-65, dengan bangga dia menyatakan bahwa BUMN merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional dan memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang. Potensi-potensi tersebut antara lain: keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, penguasaan pangsa pasar yang dominan, kepemilikan aset yang besar, brand image BUMN, pengalaman usaha BUMN, dan profesionalisme SDM.

“Upaya-upaya untuk mengoptimalkan potensi tersebut akan mendukung pencapaian kebijakan dalam mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas ekonomi makro nasional,” jelasnya.

Selain itu, keberadaan BUMN di 19 sektor usaha memperkuat keterkaitan antara BUMN dengan masyarakat banyak, sehingga keberadaan BUMN tidak hanya terasa dalam aspek ekonomi namun juga menyentuh aspek-aspek sosial, budaya dan kemasyarakatan.

“Beberapa sektor strategis bahkan secara dominan dikuasai oleh BUMN. Hal ini terutama dirasakan pada sektor energi, dimana hampir setiap penduduk negeri dilayani oleh BUMN yang bergerak di sektor ini,” jelasnya.

Peran penting BUMN juga terus menunjukkan kecenderungan meningkat yang antara lain terlihat dari peningkatan indikator-indikator kinerja finansial. Pada tahun 2009, laba bersih seluruh BUMN mencapai Rp88 triliun, yang ditargetkan

Page 9: Lampiran 50 artikel

terus meningkat menjadi Rp92,7 triliun pada tahun 2010. Setoran pajak dan dividen BUMN kepada APBN pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp129,8 triliun.

Relevansi BUMN dalam pembangunan nasional juga terlihat dari pengeluaran untuk belanja modal dan operasi. Untuk mendukung pertumbuhan sektor riil, jumlah belanja modal BUMN pada tahun 2009 adalah sebesar Rp107 triliun dan jumlah belanja operasi BUMN sebesar Rp710,8 triliun.

“Pada tahun 2010 jumlah belanja modal BUMN ditargetkan mencapai sekitar Rp190,8 triliun, sedangkan pengeluaran operasi mencapai Rp890,5 triliun,” tandasnya

Selain itu, BUMN juga memegang peranan bagi pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 2009, dana PKBL yang tersalurkan telah mencapai Rp9,69 triliun yang tersebar kepada lebih dari 650 ribu mitra binaan.(adn)(rhs)

Artikel 13

Periode 2011-2014

Kementerian BUMN Akui Percepat Pembangunan Rp836 T

Senin, 21 Februari 2011 - 13:23 wib

Yuni Astutik - Okezone

Gedung BUMN. Foto: Yuni Astutik/okezone

JAKARTA - Kementerian BUMN mengaku telah melaksanakan berbagai proyek yang mempercepat dan memperluas pembangunan dengan nilai sekira Rp836 triliun pada 2011-2014. Di mana hal tersebut sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Nasional (MP3EN).

Selain itu, BUMN juga mengklaim telah berhasil meningkatkan strategi penggunaan capital expenditure (capex) dengan kenaikan sekira Rp453 triliun sepanjang 2011-2014.

"BUMN berhasil meningkatkan strategi penggunaan capex sepanjang 2011-2014 dari semula Rp383 triliun (sebagaimana disampaikan pada acara Retreat di Bogor), menjadi Rp836 triliun atau naik Rp453 triliun," ungkap Menteri BUMN Mustafa Abubakar, dikutip dalam siaran

persnya di Jakarta, Senin (21/2/2011).

Seperti diketahui, hari ini hingga besok, diadakan rapat kerja yang sebelumnya juga telah diadakan pada 11 Februari di Istana Bogor. Rapat tersebut dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dengan melibatkan menteri-menteri bidang ekonomi, para gubernur seluruh Indonesia, dan para dirut dari 67 BUMN.

Dalam raker dan retreat tersebut, membahas tentang peran BUMN yang sangat signifikan dalam pembangunan nasional, baik secara langsung terhadap anggaran, pengembangan sektor usaha, maupun dukungan terhadap kegiatan prorakyat.

Peran BUMN yang terkait dengan program prorakyat di antaranya adalah dilakukan melalui dukungan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Public Service Obligation (PSO) sekira Rp201,3 triliun di 2010 dan penyaluran dana Program Kemitraan sekira Rp 4,1 triliun dengan 750 Ribu mitra per kali transaksi, Bina Lingkungan sekira Rp4,3 triliun atau yang dikenal dengan PKBL.

"Khusus untuk PKBL, angka tersebut merupakan akumulasi sampai dengan target 2011. Program PKBL mengambil berbagai bentuk penyaluran yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat, seperti dukungan khusus pengembangan pedesaan (Kampung BUMN), revitalisasi perkebunan rakyat, pengembangan kewirausahaan dan penghijauan kawasan," ungkapnya.

Dijelaskannya pula, Menteri Negara BUMN mengharapkan adanya dukungan bagi BUMN membutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan terkait, khususnya untuk mewujudkan equal level of playing field, sehingga dapat mengoptimalkan kontribusinya dalam rangka mendukung P3EN.

Artikel 14

Mengembangkan UMKM Berbasis Kompetensi

Kamis, 25 Maret 2010 - 10:21 wib

SEJUJURNYA saya dibuat gelisah dengan kompetensi usaha mikro kecil dan menengah

Page 10: Lampiran 50 artikel

(UMKM) Indonesia.

Ada yang kualitasnya sudah kelas global, patut disyukuri dan tentunya tugas kita semua untuk memperbanyaknya. Namun, harus diakui jujur, jumlah yang belum siap menghadapi persaingan global masih lebih banyak. Inilah masalah kita semua; pemerintah, Kadin, perbankan, perguruan tinggi, dan stakeholders terkait lainnya. Bagaimanapun globalisasi ekonomi akan menjadi ”monster buas” pemakan UMKM. Padahal,UMKM adalah pelaku mayoritas ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir menyebutkan ada 51,3 juta unit usaha atau 99,91 persen dari pelaku usaha di Indonesia. Artinya,keguncangan kepada UMKM akan sangat mengganggu denyut nadi ekonomi bangsa ini. Dari sisi penyerapan tenaga kerja juga terbanyak, 90,9 juta pekerja atau 97,1 persen.

Jika sampai ”monster globalisasi” memakan UMKM,ada puluhan juta anak bangsa yang nasib kesejahteraannya dipertaruhkan. Selain itu, kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) juga mencapai Rp2.609,4 triliun atau 55,6 persen dari total PDB nasional. Demikian halnya, nilai investasi yang cukup signifikan, Rp640,4 triliun atau 52,9 persen. Penciptaan devisanya pun mencapai Rp183,8 triliun atau 20,2 persen. Sebuah angka ekonomi yang menunjukkan betapa strategisnya UMKM bagi perekonomian nasional.

Beyond Mitos

Diskusi kami dengan pelaku UMKM dan para ekonom berkesimpulan, kita semua harus keluar dari mitos bahwa UMKM akan bertahan sebagaimana posisinya ketika terjadi krisis. Fakta itu memang benar adanya. Namun, jangan menjadi mitos sehingga kita semua, stakeholders, tidak berbuat banyak. Untuk menghadapi globalisasi, meningkatnya kompetensi UMKM adalah harga mati. Saya justru menduga, angka ekonomi UMKM yang disebutkan di atas adalah hasil murni apa yang dilakukan mereka selama ini.Atau kalaupun ada pengaruh kebijakan dan upaya pemberdayaan, masih belum besar. Memang belum ada riset yang menggambarkan ini.

Namun, secara sederhana dapat kita lihat betapa masih banyak UMKM selama ini seperti rumput liar tak terurus. Ada yang terurus, tapi terlalu

banyak yang mengurus dengan berbagai insentif yang banyak juga. Ini terjadi karena tidak adanya database UMKM yang terpusat dan menjelaskan lembaga mana yang membina UMKM mana. Meski demikian, masih tersisa ruang optimisme. Survei HSBC 2010 yang baru-baru ini dirilis menyatakan, 70% UKM percaya ekonomi Indonesia akan stabil atau justru meningkat. Sementara 73% UKM berencana mempertahankan, bahkan menambah investasi.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, 96% UKM tidak memiliki rencana untuk mengurangi karyawannya, bahkan 20% di antaranya berencana menambah jumlah karyawan. Dari sisi transaksi internasional, kebutuhan UKM untuk melakukan transaksi internasional dalam dua tahun ke depan akan meningkat sebanyak 11%.

Dari Warisan Menuju Inovasi

Ketika kami berkunjung dan berdiskusi dengan UMKM yang sukses, ada beberapa kata kunci yang dapat diambil. Salah satunya adalah betapa banyak UMKM yang hanya mengandalkan kemampuan berdasarkan warisan, apa yang diajarkan orang tua atau pelaku usaha awal.Inovasi dan manajerial usaha yang bagus masih jauh. UMKM yang sukses selalu mampu keluar dari pola lama warisan ke inovasi dan pengembangan kompetensi. Karena itu, ada beberapa hal yang wajib dipenuhi agar kompetensi UMKM terpenuhi. Pertama, manajerial yang baik.

Sesederhana apa pun, manajerial adalah kata kunci, secara individu maupun organisasi, ketika hendak meraih kesuksesan. UMKM harus mau belajar dan bagi yang telah sukses, mau berbagi. Stakeholders terkait harus bergerak memberikan edukasi dan berbagai pelatihan untuk mendorong agar terpola sistem manajerial UMKM yang baik. Kedua, jejaring (networking) yang luas. Soal ini bisa dilakukan dengan membangun komunitas dan sering ikut dalam berbagai pameran. Ketiga, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi sangat erat kaitannya dengan jejaring, promosi, pelayanan dan kualitas produk. Keempat,inovatif menciptakan produk potensi lokal sebagai keunggulan usaha. Kita banyak melihat ke luar dibanding ke dalam. Padahal banyak potensi lokal yang bisa dikembangkan.

Page 11: Lampiran 50 artikel

Hanya saja, problemnya di pemasaran dan kemasan. Kelima, membangun pasar bagi produk unggulannya. Untuk membangun potensi lokal tersebut, ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan. Pertama, pengembangan program One Village One Product (OVOP). Pengembangan ekonomi komunitas berdasarkan potensi ekonomi dan produk daerah tersebut. Kedua, memberikan pelatihan pembina (konsultan diagnosis/ pembimbing) UKM guna membina perbaikan manajemen UKM. Ketiga, meningkatkan kemitraan antara BUMN,BUMD, atau swasta dengan UKM.Keempat, pemerintah daerah dan stakeholdersdaerah memberi dukungan brand lokal menjadi brand nasional bahkan internasional.Untuk itu harus dilakukan penguatan sinergi antara pemerintah dan UMKM untuk mengangkat potensi lokal.

Dari sisi pembiayaan, peran Bank Perkreditan Daerah dalam intermediasi perlu ditingkatkan. Dari sisi kesiapan dan kesinambungan pengembangan produk lokal diperlukan upaya pengembangan keterampilan generasi muda daerah agar mampu mendukung UMKM untuk peningkatan ekonomi lokal. Di luar itu semua, ini merupakan peran pemerintah pusat atau daerah yang juga harus didukung swasta, adalah percepatan pengembangan infrastruktur di daerah.Karena problem UMKM di daerah yang paling menonjol adalah kesiapan infrastruktur yang selama ini cukup membebani biaya operasional UMKM.

Saya menyadari, kecemasan hanya akan sekadar kecemasan tak bermakna jika kita semua tidak bergerak dari sekarang dan dari hal yang mungkin dilakukan.Mari bersinergi dan menentukan apa yang harus masing-masing kita lakukan. Ini penting, karena selama pola pemberdayaan UMKM masih tumpang tindih, saudara kita itu sulit bertumbuh. (*)

Sandiaga S UnoWakil Ketua Umum Kadin Bidang UMKM dan Koperasi

(Koran SI/Koran SI/rhs)

Artikel 15

Bantu UKM, Pemerintah Minta CSR Bank Swasta Digalakkan

Kamis, 12 Agustus 2010 - 17:35 wib

ilustrasi. foto: Koran SI

JAKARTA - Pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menggalakkan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) bank swasta dan asing. Hal ini dilakukan untuk membantu pembiayaan UKM dan industri kecil dan menengah (IKM).

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarief Hasan mengatakan, UKM merupakan sektor yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, kata dia, hampir 90 persen lapangan pekerjaan di Indonesia ditopang oleh sektor UKM.

Syarief berharap, program KUR yang telah dibuat oleh pemerintah, dapat membantu pertumbuhan UKM dan IKM, sehingga mereka dapat naik kelas. “Kita sediakan dana sekira Rp100 trilun untuk lima tahun ke depan,” kata Syarief di Jakarta, Kamis (12/8/2010).

Menurutnya, yang menjadi target dari UKM yakni bukan hanya untuk melakukan ekspor, tapi juga untuk menguasai pasar dalam negeri karena cukup besar dan menjadi incaran banyak produsen. “Pasar dalam negeri terdiri dari 250 juta orang, kalau bisa menguasai itu cukup baik, baru bicara ekspor,” ucapnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, memang sudah saatnya bagi bank swasta dan asing ikut terlibat dalam membangun UKM dalam negeri.

“Dulu pernah diberlakukan oleh bank asing dan swasta wajib dengan menggunakan 20 persen dari keuntungan untuk CSR, sekarang sih tidak perlu seperti itu. Mereka mengalokasikan CSR nya untuk membantu pembiayaan UKM dan IKM,” kata

Page 12: Lampiran 50 artikel

Sofjan.

Sofjan menyatakan, selama ini peran bank asing dan swasta untuk membantu program pembiayaan bagi UKM dan IKM masih sangat kecil. Sehingga, kata dia, perlu ditingkatkan dengan cara melakukan CSR.

Hal senada diungkapkan oleh Syarief. Menurutnya, program CSR tersebut sangat baik untuk  mengembangkan UKM. “Intinya, untuk saat ini, pemerintah sudah menyediakan pembiayaan KUR melalui bank BRI dan beberapa bank lainnya,” ujarnya.(Sandra Karina/Koran SI/ade)

Artikel 16

3 Menteri Berdayakan Pedagang Kreatif Lapangan

Senin, 27 September 2010 - 17:32 wib

Andina Meryani - Okezone

ilustrasi Foto: Corbis

JAKARTA - Tiga menteri yaitu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Menteri Koperasi dan UKM Syariefuddin Hasan sepakat membentuk nota kesepakatan tentang Sinergi Program Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro.

Nota kesepahaman ini merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Nota kesepahaman ini juga merupakan wujud kepedulian Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap program pemberdayaan Pedagang Kreatif Lapangan (PKL).

“Tujuan utama dari Nota Kesepahaman ini adalah

mengefektifkan program pemberdayaan PKL dengan mensinergikan program-program pemberdayaan usaha mikro yang dimiliki oleh masing-masing kementerian yang ikut serta menandatangani Nota Kesepahaman ini supaya terjadi keselerasan, bukan tumpang tindih dalam pemberdayaan usaha mikro seperti yang sering terjadi di lapangan,” ujar Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (27/9/2010).

Dari segi perdagangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mengambil peran untuk melakukan fasilitasi sarana usaha produktif, bimbingan teknis dan pelatihan kewirausahaan kepada usaha mikro dan PKL setelah mendapatkan usulan dari Pemerintah Daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, dalam rangka menumbuhkan iklim usaha bagi usaha mikro, kecil dan menengah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Dalam menumbuhkan iklim usaha mikro, kecil dan menengah, selain peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah partisipasi dan peran serta dunia usaha dan masyarakat secara aktif juga memegang peranan sangat penting. Sejalan dengan Undang-Undang dimaksud, salah satu program pemberdayaan dan pembinaan usaha mikro yang dimiliki Kementerian Perdagangan adalah kemitraan dengan usaha besar dan mikro atau PKL.

“Pembinaan UKM tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah, namun harus dikembangkan bersama-sama dengan kalangan dunia usaha secara langsung ataupun dengan pola kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha. Penguatan yang sinergis dan komprehensif bagi kedua belah pihak di masa depan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan perekonomian nasional,” tambahnya/

Wujud nyata kemitraan UKM dengan usaha besar yang sudah dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan adalah kemitraan UKM dengan ritel modern. Dalam kemitraan UKM dengan ritel modern, terutama yang skala mikro dan kecil, selama ini sudah ada beberapa mekanisme yang patut dikembangkan terus hingga berkesinambungan:

1. Memberi lokasi penjualan langsung secara tidak tetap atau tetap, melalui bazaar atau pemasaran bersama secara tidak tetap di lokasi terbuka yang

Page 13: Lampiran 50 artikel

disepakati, serta memberi lokasi khusus untuk menjual produk mereka, misalnya zona di luar minimarket yang dibolehkan untuk pedagang makanan atau kaki lima;

2. Melalui zona atau pojok khusus sebagai uji coba pasar untuk produk UMKM yang bersangkutan yang kemudian dikembangkan dan fasilitasi secara bertahap sehingga dapat menjadi pemasok tetap;

3. Menjadi pemasok tetap ritel modern setelah dievaluasi kekuatan daya saing dan preferensi yang tinggi dari konsumen;

4. Di luar UMKM industri pengolahan, peritel modern juga sudah mulai membina dan memfasilitasi kelompok tani untuk menjadi pemasok produk pertanian seperti sayur mayur dan buah-buahan.

Dalam hal memfasilitasi bantuan sarana dan prasarana, Kementerian Perdagangan bermitra dengan PT. Sinar Sosro ikut serta dalam pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro dan PKL sekaligus penataan lingkungan perkotaan melalui perbaikan dan penataan sarana dan prasarana usaha PKL hingga menjadi lebih layak bagi 59 PKL di JT 70 Arundina.

“PKL JT 70 Arundina, merupakan prototype kemitraan Pemerintah dengan usaha besar yang diharapkan dapat diikuti Pemda lainnya di seluruh Indonesia secara bertahap dan berkelanjutan dengan menggandeng perusahaan-perusahaan lainnya melalui program kepedulian Corporate Social Responsibility (CSR). Pada kesempatan ini, PT. Sinar Sosro bersedia melakukan perbaikan sarana usaha yang dimulai dari lima lokasi binaan Pemerintah DKI Jakarta. Semoga pola ini dapat menjadi cikal bakal suatu program Kemitraan Pemerintah dan Swasta  dalam membangun ekonomi Indonesia dan khususnya PKL secara lebih baik di masa yang akan datang,” tandasnya. (adn)(rhs)

Artikel 17

UKM Bisa Sokong Pertumbuhan Ekonomi 7,7%

Sabtu, 21 Agustus 2010 - 10:55 wib

Safrezi Fitra - Okezone

Foto: Koran SI

JAKARTA - Adanya peningkatan dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bisa mendukung target pertumbuhan ekonomi mencapai 7,7 persen. Selain

itu, UKM juga bisa menekan angka kemiskinan hingga delapan persen dan menekan angka pengangguran sampai lima persen.

Hal ini dikemukakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Syarif Hasan dalam pidatonya saat menghadiri malam penganugerahan insan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berprestasi yang diadakan Harian Seputar Indonesia, di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (20/8/2010) malam.

“Bila semua masyarakat dan stakeholder menunjukkan keberpihakannya pada UKM, saya yakin dan percaya pada 2014 target pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7,7 persen dan kemiskinan bisa ditekan menjadi delapan atau 10 persen, dan pengangguran lima sampai enam persen,” jelas Syarif.

Menurutnya, UKM merupakan harapan besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena itu banyak dari kebijakan pemerintah yang berpihak pada UKM.

Dalam hal memfasilitasi pembiayaan UKM pemerintah menyediakan Rp18 triliun pertahun, yang dalam total keseluruhan adalah Rp20 triliun dikurangi Rp2 triliun untuk penjaminan.

“Sebenarnya UKM ini memberi kontribusi yang sangat tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari seluruh angkatan kerja di Indonesia, 97 persen merupakan kontribusi dari UKM,” tambahnya.

Karena itulah, Kementerian Koperasi dan UKM sedang berusaha untuk dapat memotivasi para pelaku UKM dalam negeri agar ke depannya bisa meningkat dan dapat bersaing dengan pengusaha luar negeri.(ade)

Artikel 18

Page 14: Lampiran 50 artikel

Bekas Pedagang Minyak yang Jadi Juragan Jeans

Kamis, 15 Juli 2010 - 10:35 wib

Ase, Pengusaha Jeans dari Bandung. Foto: Koran SI

“Jika mau menulis tentang kisah hidup saya, bisa-bisa lebih dari 20 buku,” kata Ase Sopian di pemilik Vially Jeans, di rumahnya di Babakan, Ciparay, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Pria 54 tahun yang lebih dikenal dengan panggilan Abah Ase ini memiliki pengalaman luar biasa untuk membesarkan usahanya.

Baginya, peranan perbankan, terutama Bank Mandiri, memberikan pinjaman turut membantu perkembangan usahanya hingga berhasil seperti sekarang. Kredit dari Bank Mandiri digunakan Ase untuk membeli peralatan operasional seperti mobil, mesin, dan peralatan operasional lain.

Ase menceritakan, perkembangan usahanya dilalui dengan banyak cobaan. Dia pernah berjualan sayur dan berdagang minyak keliling. Berdagang sayur dan minyak keliling, menurut ukurannya, tidak bisa mendongkrak kesejahteraan keluarga.

Dengan tekad membantu sesama dan memperbaiki kehidupan, Ase memutuskan untuk berbisnis. ”Saya ingin beribadah, membantu orang lain dengan apa yang saya punya,” ucap Ase.

Sekira pertengahan 1980-an Ase, yang ketika itu masih berdagang minyak, bertekad untuk mengubah nasib. Lulusan sekolah teknik menengah (STM) di Bandung ini mencari usaha yang cocok baginya.

Sampai suatu ketika Ase menyaksikan tetangganya yang menjalankan bisnis konveksi bisa membagikan uang dan sebagian harta kepada tetangga-tetangga yang lain. “Beliau yang menginspirasi saya,” ungkapnya.

Lalu Ase berkonsultasi dengan beberapa anggota keluarga. Akhirnya dia memutuskan untuk berbisnis konveksi seperti tetangganya. Salah seorang keluarga meminjamkan uang untuk roda usaha yang akan dijalankan Ase. “Saya ingat modalnya Rp60 juta. Dulu uang senilai itu besar sekali untuk menjalankan usaha,” ujar Ase.

Pada 1985 Ase mencoba peruntungannya. Dengan dua karyawan dan dua mesin Ase mulai memproduksi celana jeans. Tidak langsung besar, namun Ase rajin memasarkan, membina karyawannya, dan menjalin koneksi dengan beberapa pedagang.

Berkat kegigihannya, pada medio 1990-an produk Ase mampu menguasai Kota Bandung dan sekitarnya. Mesin produksi terus ditambah sampai Abah Ase memiliki 15 mesin yang menjadi asetnya kini.

Mesin-mesin itu terdiri atas mesin jahit, obras, trash, dan mesin-mesin lain yang mendukung proses pembuatan celana jeans.

Saat ini celana jeans produksi Ase yang diberi label Vially Jeans sudah masuk ke sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. Suami Neneng Salamah ini mempekerjakan warga sekitar rumahnya yang berlokasi di Jalan Terusan Suryani, Gang Abadi, Babakan Ciparay, Kota Bandung.

Selain tetangganya, Ase juga mengajak kerabatnya di kampung halaman di Garut untuk membantunya membuat celana dan jaket berbahan denim. “Karyawan saya borongan, jika sedang ramai order ya bisa lebih dari 15 orang. Jika tidak ya paling 10 orang,” paparnya.

Meski demikian, perjalanan bisnis Ase tak luput dari cobaan. Ayah tiga orang putri dan dua orang putra ini mengaku bisnisnya sempat jatuh dan nyaris membuatnya putus asa.

Pada pertengahan 1990-an, dia tertipu koleganya hingga ratusan juta rupiah. Hebatnya Ase mampu melewati itu. “Saya bisa bangkit,” kata pria kelahiran Garut, 17 April 1956 ini.

“Jika terus larut dalam kesedihan dan keputusasaan, kapan kita bangkit,” ujarnya. Kejatuhan itu akibat dia terlalu bersemangat menyambut usahanya yang semakin maju.

Kala itu Ase kurang mengontrol ego sebagai pengusaha yang besaran penghasilannya tidak disangka-sangka. Bahkan oleh dia sendiri. Namun pengalaman pahit itu sudah berlalu. Kini dia telah merengkuh sukses.

Page 15: Lampiran 50 artikel

Dari bisnisnya, Ase bisa beribadah haji ke Tanah Suci, memiliki empat unit rumah yang tersebar di Kota Bandung, sebuah vila di Garut, dan beberapa buah mobil.

“Saya juga menyekolahkan anak-anak saya dari bisnis saya ini. Mereka semua lulus kuliah. Bahkan salah seorang anak perempuan saya berhasil lulus S-2 dan sekarang menjadi dosen di Jambi,” tutur Ase.

Dia menjual satu potong celana jeans Vially seharga Rp65 ribu. Dalam satu hari rata-rata Ase bisa mengantongi Rp6.500.000 dari hasil penjualan 100 potong.

Menurut Ase, dalam memasarkan dan menjual produk dia kerap menemui kendala. Misalnya, ada kompetitor yang bersaing tidak sehat. Kemudian yang paling parah adalah pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) mulai tahun ini.

Pemberlakuan kesepakatan perdagangan bebas itu berakibat membanjirnya produk jeans asal Negeri Tirai Bambu yang berharga murah. “Omzet saya bisa turun hingga 25 persen,” ucapnya.

Dampak ACFTA, sambung Ase, baru terasa pada April tahun ini. Padahal, kualitas produk jeans asal Indonesia pada umumnya jauh lebih baik daripada buatan China. Sayangnya, menurut Ase, konsumen di Indonesia masih berorientasi pada harga, bukan kualitas.

“Harga mereka (produk China) bisa lebih murah hingga Rp10 ribu. Secara kasat mata memang perbedaan produk mereka dengan kita tidak terlihat, tapi jika ditilik bisa kentara. Buat kami ACFTA berdampak negatif, meski saya pribadi bertekad jangan sampai kalah,” paparnya.

Ase sebenarnya memiliki niat yang besar untuk memasarkan produknya ke luar negeri. Akan tetapi dia mengaku tidak tahu prosedur dan belum memiliki koneksi untuk memasarkannya.

“Sangat ingin ekspor, tapi tidak tahu jalan. Saya ingin sekali memasarkan produk saya di China. Siapa tahu bisa menandingi produk tuan rumah,” harapnya.

Saat ini Ase memiliki toko di Plaza Parahyangan, Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung. Toko itulah yang mendistribusi barang milik Ase ke seluruh Indonesia. Total ada 40 pelanggan tetap Ase dari luar kota.

Dia berencana membuka toko baru di daerah Mochammad Toha, Kota Bandung. “Saya sudah

membeli tokonya, tinggal mengisi barang di sana,” ucapnya.

Ase mengatakan, sebagai pelaku usaha kecil dia mendapat perlakuan yang baik dari Bank Mandiri. Pengajuan dan pencairan modal usaha dari Bank Mandiri tidak terlalu lama.

Dia mendapatkan modal dari bank dengan aset terbesar di Indonesia tersebut pada akhir 2008. Namun dia enggan menyebut jumlahnya. “Ada, lumayan,” sebutnya.

Bank Mandiri, katanya, sangat membantu UMKM melalui kucuran kredit. Dia berharap, pemerintah terus membangun link antara perbankan dan UMKM.

“Terbukti UMKM salah satu elemen pendukung peningkatan ekonomi masyarakat yang tahan banting. Saya pikir Bank Mandiri sangat membantu dalam mengembangkan UMKM di Indonesia,” tuturnya.

Dalam mengelola bisnis, kakek seorang cucu ini memiliki prinsip tersendiri. Dia tidak pernah takut dengan kesusahan. Justeru kesusahanlah yang bisa membulatkannya untuk berinovasi, berkarya, dan menghasilkan sesuatu yang belum pernah dia capai.

“Jangan pernah kapok, jangan pernah putus asa. Karena dengan kita diuji oleh kesusahan, di sanalah momentum kita untuk berpikir,” papar Ase.

Berkat inovasinya pula kini Ase mengembangkan usahanya ke usaha bordir. Dari sini dia mendapatkan tambahan penghasilan. Menjadi pengusaha, kata Asep, tidak sulit.

“Asal ada kemauan dan mental yang kuat. Tidak cengeng dan berani mengambil risiko. Saya jamin, manusia bermental kuat dan memiliki kemauan, apa yang dikerjakannya akan meraih sukses,” ungkapnya.

Ase mengajarkan anak-anaknya agar bisa berdiri sendiri, tidak menggantungkan nasib pada orang lain. Hanya satu putrinya yang mengabdi menjadi dosen, sisanya bercita-cita menjadi pengusaha.

“Menjadi pengusaha lebih asyik daripada menjadi pegawai. Saya sendiri seumur hidup saya tidak pernah menjadi anak buah orang lain,” kenangnya.

Meski tidak merasa sebagai pengusaha sukses, kini Ase sudah bisa mewujudkan cita-citanya sejak dulu. Bisa mendongkrak kesejahteraan serta dapat mempekerjakan kerabat dan tetangganya. “Dan yang terpenting saya bisa berbagi dengan orang

Page 16: Lampiran 50 artikel

lain,” kata Ase. (krisiandi sacawisastra)(Koran SI/Koran SI/ade)

Artikel 19

Zulkifli Zaini Lanjutkan Program Tranformasi Bank Mandiri

Senin, 5 Juli 2010 - 13:46 wib

Candra Setya Santoso - Okezone

Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini. Foto: Bank Mandiri

JAKARTA - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Mandiri memutuskan untuk mengangkat Zulkifli Zaini sebagai Direktur Utama menggantikan Agus Martowardojo yang mengundurkan diri karena dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Keuangan pada 20 Mei 2010 yang lalu.

“Bank Mandiri akan terus melanjutkan program transformasi yang telah dicanangkan sebelumnya, untuk menjadi salah satu bank terdepan di Asia Tenggara pada tahun 2014 dan salah satu top 3 bank pada akhir 2020,” ujar Zulkifli Zaini usai penutupan RUPSLB tersebut, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima okezone, di Jakarta, Senin (5/7/2010).

Pemegang saham juga memutuskan untuk mengangkat Krisna Wijaya sebagai Komisaris Independen. Pengangkatan Krisna Wijaya akan memperkuat Bank Mandiri dan sejalan dengan rencana untuk meningkatkan pembiayaan ritel, khususnya mikro dan UKM. Penambahan jumlah komisaris tersebut tentunya konsisten dengan komitmen pada penerapan good governance Bank Mandiri selama ini. Pada tahun 2010, Bank Mandiri memperoleh penghargaan Corporate Governance Asia Recognition Awards 2010 dalam penerapan good governance.

Untuk jajaran Direksi, pemegang saham memutuskan untuk mengangkat Kresno Sediarsi sebagai Direktur Bank Mandiri. Dengan penetapan jajaran pengurus tersebut, maka susunan pengurus perseroan menjadi sebagai berikut, Edwin Gerungan (Komisaris Utama/Komisaris Independen), Muchayat (Wakil Komisaris Utama), Mahmuddin Yasin (Komisaris), Cahyana Ahmadjayadi (Komisaris), Gunarni Soeworo (Komisaris Independen), Pradjoto (Komisaris Independen), dan Krisna Wijaya (Komisaris Independen). Adapun susunan Direksi Bank Mandiri adalah Zulkifli Zaini (Direktur Utama), Riswinandi (Wakil Direktur Utama) serta Abdul Rachman, Sentot  A Sentausa, Thomas Arifin, Budi G. Sadikin, Ogi Prastomiyono, Pahala N. Mansury, Sunarso, Fransisca N. Mok dan Kresno Sediarsi.

Lebih lanjut, Zulkifli Zaini, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan bahwa Bank Mandiri selain berkomitmen untuk melanjutkan transformasi, juga bersiap untuk terus tumbuh bersama Indonesia. Sampai dengan akhir Juni 2010, total kredit yang disalurkan tumbuh diatas 18%, atau mengalami akselerasi dalam pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2009 dan triwulan pertama tahun 2010 yang lalu. “Kami berharap bahwa upaya kami untuk terus bertransformasi menjadi lembaga keuangan yang terpandang dan selalu progresif serta untuk tumbuh bersama-sama Indonesia mendapatkan dukungan dari seluruh stakeholder kami,” ujar Zulkifli Zaini.

Untuk merealisasi keinginan terus tumbuh dan meningkatkan akses perbankan kepada masyarakat luas Bank Mandiri akan menambah 60 kantor cabang, 200 unit outlet mikro dan 300 unit outlet sales di tahun 2010 selain meningkatkan jumlah ATM sebanyak 1.500 unit dan melakukan modernisasi pada 1.000 ATM.

“Setiap bulannya saat ini kami menambah nasabah UMKM rata-rata sebanyak 25 ribu nasabah sebagai bentuk konkret peran intermediasi bagi masyarakat,” ujar Zulkifli Zaini menutup pertemuan.(css)

Artikel 20

Page 17: Lampiran 50 artikel

Inilah 6 Tantangan Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia

Rabu, 26 Januari 2011 - 12:35 wib

Martin Bagya Kertiyasa - Okezone

Menko Perekonomian Hatta Rajasa Foto: Tangguh Putra/okezone

JAKARTA - Menko Perekonomian Hatta Radjasa menjelaskan saat ini terdapat enam tantangan yang dihadapi oleh lembaga keuangan mikro yang ada.

"Ada enam tantangan yang dihadapi oleh lembaga keuangan mikro di Indonesia," ungkap Hatta kala memberikan paparan pada acara Microfinance Summit 2011, di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (26/1/2011).

Adapun keenam tantangan tersebut adalah yang pertama lembaga keuangan mikro (LKM) tidak dijamin oleh Undang-Undang (UU) namun tidak semua perbankan punya jaringan di pedesaan. "Tidak semua perbankan punya jaringan di pedesaan, UU perbankan hanya mengizinkan bank menghimpun sehingga securitynya sulit, lembaga keuangan mikro belum dijamin UU," jelas Hatta.

Menurut Hatta dengan adanya UU maka akan mendorong masyarakat untuk menabung sehingga ada perputaran dana di masyarakat yang dapat dimaksimalkan. "Ini mendiscourage masyarakat untuk menabung, ada inefisiensi perputaran dana masyarakat. Diperlukan terlindunginya dana masyarakat di LKM," jelasnya.

Kedua, perlunya  merumuskan dasar hukum LKM yang selaras dengan lembaga lain. "LKM harus memberi perlindungan berasas kehati-hatian," tegasnya.

Ketiga adalah membangun pengawasan. Menurut Hatta LKM tersebar hingga wilayah terpencil

sehingga bank di daerah harus punya konektivitas.  "BPD tangani Pemda, maka harus bangun linkages dengan UKM. BPD membangun lagi dengan sistem di atasnya. Sehingga sistem keuangan kita terhubung, aliran dana terhubung sampai dengan pedesaan," tambahnya.

Keempat adalah pembinaan bagi usaha kecil menegah (ukm)."Pemda, khususnya provinsi.punya kelengkapan infrastruktur. Kewenangan penerbitan izin pendirian LKM perlu ditentukan sehingga bisa membina UKM," paparnya.

Kelima, integrasi LKM terhadap sektor keuangan."Perlu kepatuhan tata kelola yang baik serta pengawasan yg teratur untuk memastikan keberlanjutan pelayanan keuangan lkm kepada masy miskin dlm jangka panjang," kata Hatta.

Terakhir adalah implementasi peran pemerintah yang tepat dalam pengembangan keuangan mikro. "ini dilakukan untuk mendorong LKM menjadi katalisator mengembangan kewirausahaan. Membuat inkubator bisnis, tidak mungkn meningkatkan capacity bulidng kalau tidak ada instrumennnya," tuturnya.

Lebih jauh Hatta menjelaskan dengan LKM minat usaha masyarakat miskin dapat ditingkatkan. "LKM tidak hanya membantu pembiayaan tapi mendorong minat wirausaha masyarakat miskin, dewan pengarah KUR tidak segan melakukan perbaikan," tandasnya.(adn)

Artikel 21

Perkuat Bisnis UKM Mandiri Gelar Pelatihan09 Jul 2010

PT Bank Mandiri Tbk menggelar bimbingan pengelolaan usaha kepada masyarakat yang memiliki perusahaan keluarga (family business). Rencananya, program ini akan digelar di Semarang dan sembilan kota lainnya. Menurut Senior Vice President Business Banking II Bank Mandiri Agus Fuad, program ditujukan untuk memperkuat dan mengembangkan bisnis keluarga di Indonesia. Pasalnya, berdasar data Badan Pusat Statistik, mayoritas perusahaan swasta di Indonesia merupakan perusahaan keluarga.

Sektor swasta sendiri memberikan kontribusi hingga 82,44% terhadap pendapatan domestik bruto. Fakta yang sama juga terjadi di negara maju. Sebagai contoh, 70% perusahaan di Amerika Serikat dimiliki atau dikontrol keluarga dan berkontribusi hingga 59% terhadap pendapatan domestik bruto. Selain program bimbingan. Bank

Page 18: Lampiran 50 artikel

Mandiri juga membentuk unit bisnis yang fokus menangani usaha kecil dan menengah, yaitu business banking. Unit bisnis ini bertujuan menyalurkan kre-dit produktif berupa kredit modal kerja atau kredit investasi dengan batasan kredit RplOO juta sampai dengan Rp5 miliar. (Toh/E-6)

Artikel 22

Upaya Menggaet Sektor UKM oleh Bank Syariah10 October 2010 | 16:38

Kenapa “agaknya” Bank Syariah enggan untuk menyentuh sektor UKM ?

Hal ini lebih kepada persoalan insentif semata. Meskipun begitu, masalah ini mempunyai dampak yang lebih luas lagi dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Problem terkait insentif ini muncul dalam tiga aspek.

1. Tidak adanya syarat kolateral (jaminan) yang akan memunculkan problem adverse selection (salah pilih/seleksi yang merugikan) dalam sebuah sistem perbankan Islam. Tidak adanya syarat kolateral ini kemungkinan besar akan menarik bagi pengusaha yang kekayaannya terbatas.

2. Perjanjian mudharabah menekankan pada problem moral hazard, karena Bank tidak dapat memaksa pengusaha untuk mengambil tindakan yang sesuai (atau tingkat usaha yang dibutuhkan). Selain itu, Bank tidak dapat membatasi aktivitas pengusaha dengan menentukan intensitas usahanya, misalnya dengan menentukan secara rinci anggaran belanjanya. Pengusaha diberikan kebebasan penuh untuk mengelola proyek

3. Karena pengeluaran-pengeluaran seluruhnya ditanggung oleh Bank, perjanjian ini memberikan intensif kepada pengusaha untuk mengadakan

pengeluaran yang lebih dari yang dibutuhkan guna memaksimalkan laba. Perjanjian mudharabah memberikan dorongan kepada pengusaha untuk meningkatkan konsumsi keuntungan yang tidak berupa uang denagn biaya dari pendapatan uang. Sebabnya, karena konsumsi yang meningkat itu sebagian ditanggung oleh Bank, sedangkan keuntungan seluruhnya dihabiskan oleh pengusaha.

Jadi, sebenarnya bukan tanpa alasan ketika Bank Syariah tidak mau melayani sector UKM. Hal ini dikarenakan bahwa memang sector tersebut termasuk dalam golongan investasi yang “high risk”. Maka dari itu, selama ini Bank-Bank Syariah hanya menangani proyek yang tentu saja sudah terjamin.

Disinilah kiranya permasalahan yang dihadapi oleh Bank syariah. Mereka masih belum memiliki sebuah sistem yang bisa membedakan mana UKM yang benar-benar berpotensi (prospektif) dan mana pula yang tidak.

Mari kita pecahkan masalah tersebut secara seksama.

UKM, yang merupakan kepanjangan dari ”Usaha Kecil Menengah”, merupakan sebuah badan usaha, baik menjual barang ataupun jasa yang bisa dikatakan masih tergolong baru, biasanya ada keunikan yang ditawarkan dan masih harus melalui berbagai macam tantangan untuk dapat terus eksis dan berkembang sehingga benar-benar butuh perlakuan khusus. Karena, muara dari penghasilan UKM adalah selling. Maka, disinilah letak peran dari Bank Syariah untuk dapat menentukan apakah UKM tersebut benar-benar berpotensi atau tidak.

Caranya adalah dengan memonitoring omzet penjualan UKM tersebut secara tidak langsung, apakah sesuai dengan target pada business plannya atau tidak dengan menggunakan e-commerce.

Jadi, sebelumnya Bank Syariah harus bermitra dengan salah satu toko on-line yang ada di Indonesia. Contohnya untuk yang BUMN adalah plasa.com. Konon, telkom telah menghabiskan uang yang banyak sekali untuk dapat membangun website ini, yang khusus diperuntukkan juga untuk penggiat UKM. Tentu saja banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh para penggiat UKM tersebut dengan menggunakan sistem e-commerce ini jika dibandingkan dengan toko konvensional.

Alur dari monitoring secara tidak langsung ini adalah sebagai berikut.

Page 19: Lampiran 50 artikel

Pertama, penggiat UKM harus mendaftarkan diri sebagai nasabah Bank Syariah dan punya account di salah satu toko on-line yang menjadi mitra terpercaya Bank Syariah tersebut. Jika sistemnya seperti pada plasa.com, apabila terjadi order, pihak Bank akan selalu tahu karena terjadi transfer dari pihak pengelola toko on-line ke Bank Syariah. Ini juga mencegah adanya penipuan, karena transfer hanya terjadi lewat satu pintu tersebut, yakni dari pengelola toko on-line ke Bank Syariah dengan memakai rekening pemilik UKM. Nah, dengan cara ini pihak Bank akan secara otomatis tahu omset penjualan dari UKM tersebut lewat frekuensi dan kuantitas transfer yang terjadi tiap hari. Dari sinilah, pada akhirnya pihak Bank dapat menilai apakah UKM tersebut benar-benat berpotensi atau tidak. Inilah yang dimaksud ”monitoring secara tidak langsung”, dimana pihak Bank tidak turun langsung ke lapangan untuk melakukan evaluasi dan berarti tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.

Cara ini bisa dilakukan sebelum Bank Syariah meng-acc permintaan business plan dari pengusaha tersebut untuk mengetahui perkembangan usahanya atau pada saat setelah Bank syariah memberikan dana untuk mengetahui seberapa besar kapasitas produksi jika dibandingkan dengan sebelumnya. Maka dari sinilah bisa dinilai apakah UKM tersebut termasuk tergolong prospektif atau tidak.

Guna teknologi adalah untuk meringankan pekerjaan kita. Di atas segala kelebihannya, cara ini kurang cocok untuk diterapkan pada UKM – UKM yang menjual jasa. Mungkin dari sini, akan muncul banyak ide lainnya. Saya tunggu komentar dari teman-teman kompasioner. Terima Kasih.

Artikel 23

Target KADIN: Wujudkan 4 Juta Pengusaha Baru!08 October 2010 | 19:13

Bapak Suryo Bambang Sulisto (SBS) akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Kadin Indonesia pada Munas Kadin tgl 24-25 September 2010 yang lalu. Selamat dan Sukses kepada Beliau, dan terima kasih kepada segala dukungan seluruh pihak bagi Beliau.

Salah satu agenda pamungkas dari SBS untuk mencapai posisi Ketua Umum itu adalah mewujudkan perekenomian Indonesia yang tangguh dengan basis: menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan; mengangkat pertumbuhan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); melaksanakan intensifikasi pembangunan daerah melalui pemberdayaan kemitraan KADIN daerah; percepatan pembangunan sektor energi terutama yang berbasis lingkungan; penguatan ketahanan pangan; pengokohan daya saing nasional; dan penciptaan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.SBS percaya bahwa langkah awal ataupun target jangka pendek untuk memobilisasi pembangunan untuk mencapai tujuan di atas dapat direalisasikan melalui target penciptaan 4 juta pengusaha baru.Apakah target tersebut terlalu ambisius? Jawabnya, tentu saja tidak.

Sekedar melihat latar belakang saja, bahwa Kadin adalah wadah dari segala asosiasi pelaku ekonomi yang secara konstitusional diakui oleh undang-undang. Kadin bukanlah pembuat kebijakan. Namun sebagai pusat berkumpulnya para pelaku, Kadin secara strategis dapat menjadi sentra informasi, kemitraan, pusat kajian,

Page 20: Lampiran 50 artikel

pengindentifikasian masalah, pemunculan gagasan, pengakomodasian usulan dan lobi untuk terbentuknya kebijakan-kebijakan ekonomi yang mumpuni dari pemerintah yang berkuasa. Selain daripada itu, Kadin juga merupakan suatu manifestasi jaringan pengusaha Indonesia yang luas yang mencapai sampai ke daerah di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga segala persoalan ekonomi domestik per daerah pun dapat tersentuh oleh Kadin.Dengan demikian, peran Kadin yang maksimal dapat menjadi konduit dari terciptanya iklim ekonomi yang mumpuni, stabil dan berkesinambungan, sesuai dengan yang dapat menjadi basis pertumbuhan perekonomian Indonesia yang tangguh, seperti yang diharapkan dan ditarget oleh SBS.

Namun demikian Kadin tidak terlepas dari “constraint” permasalahan klasik dalam ekonomi Indonesia, yang sampai sekarang selalu berkutat di pusaran sebagai berikut: ketidakpastian hukum, sulitnya permodalan, lemahnya daya saing, suku bunga yang tinggi, lemahnya daya beli, perpajakan yang ketat, kebijakan yang kurang responsif dan tumpang tindih, dan sekarang ditambah dengan tantangan perdagangan bebas, kurang tersediannya energi untuk industrialisasi, lambatnya pembangunan infrastruktur dan kurang fokusnya pembangunan sektor riil yang merata.

Kata kunci yang menarik dari agenda SBS adalah penciptaan 4 juta pengusaha yang siap menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi 2 digit dan pencapaian ekonomi nasional yang tangguh. Kata kunci tersebut adalah gerbang dari suksesnya semua agenda di atas.Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kadin khusus dalam mewujudkan hal ini, yang pertama tentunya penyediaan fasilitas permodalan yang “simple” dan “comprehensive”. Mudahnya akses ke permodalan akan menjadi suatu “attraction” bagi para pengusaha baru. Kadin dapat menghimpun semacam dana abadi yang dapat dinamakan “Entrepreneurship Development Fund” (EDF) yang dapat dimanfaatkan sebagai penjamin bagi permohonan kredit dari para pengusaha anggota Kadin. “Fund” tersebut dapat di kumpulkan dari dana “Corporate Social Responsibility” (CSR) perusahaan-perusahaan besar baik swasta ataupun BUMN yang tergabung di Kadin. Fokus EDF ini lebih dititikberatkan dalam pembangunan UMKM khususnya dan sektor riil pada umumnya.Pembinaan, pendampingan dan asistensi pengusaha-pengusaha baru ini juga tidak boleh luput dari langkah kedua yang harus diambil Kadin untuk memberikan “guidance” yang benar dalam hal menciptakan pelaku-pelaku ekonomi yang tangguh. Kadin harus senantiasa secara realistis memberikan informasi yang aktual dan lengkap

tentang berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh para pengusaha baru ini. Sehingga para pengusaha ini akan senantiasa dapat mengambil langkah-langkah antisipatif yang menjadikan mereka pemain tangguh. Penguasaan informasi yang aktual, baik dan benar selalu menjadi kunci sukses di berbagai bidang.Dengan jaringan yang luas mencakup seluruh wilayah Indonesia, Kadin dapat menjadi perekat perekenomian domestik dan dapat menjadi pembuka pasar domestik yang luas terutama bagi 4 juta pengusaha sebagaimana dijelaskan di atas. Dengan akses yang luas kepada pasar, akan terjalin suatu transaksi ekonomi domestik yang masif yang sangat berpotensi menunjang pertumbuhan ekonomi dua digit. Inilah langkah ketiga yang harus menjadi fokus Kadin jangka pendek.

Tentunya, usaha Kadin perlu mendapatkan dukungan yang serius dari Pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu Kadin harus secara progresif selalu menjadi ujung tombak lobi dan perekat kemitraan Penguasa dan Pengusaha.

Selamat bekerja Bapak SBS, semoga sukses!

Oleh Dr. Poempida Hidayatulloh

Artikel 24

BUMN Salurkan Dana PKBL Rp 2,6 T

Badan usaha milik negara (BUMN) siap menyalurkan dana Program Kemitraan dan Bina Ungkungan (PKBL) sebesar Rp 2.6 triliun atau naik sebesar 62,5% dibanding dana tahun lalu."Kami berharap dana yang disalurkan seluruh BUMN terus melonjak, sejalan dengan membaiknya kinerja perusahaan." kata Staf Ahli Kementerian BUMN Bidang Pengembangan Investasi dan Kemitraan UKM Gumilang Hardja Koesoema, di sela Gelar PKBL BUMN 2010. di Jakarta Convention Center. Rabu (24/3)

JAKARTA - Badan usaha milik negara (BUMN) siap menyalurkan dana Program Kemitraan dan Bina Ungkungan (PKBL) sebesar Rp 2.6 triliun atau naik sebesar 62,5% dibanding dana tahun lalu."Kami berharap dana yang disalurkan seluruh BUMN terus melonjak, sejalan dengan membaiknya kinerja perusahaan." kata Staf Ahli Kementerian BUMN Bidang Pengembangan Investasi dan Kemitraan UKM Gumilang Hardja Koesoema, di sela Gelar PKBL BUMN 2010. di Jakarta Convention Center. Rabu (24/3).

Dia menjelaskan, saat ini jumlah UKM yang menjadi mitra binaan BUMN mencapai 650 ribu

Page 21: Lampiran 50 artikel

perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah mitra binaan terbesar adalah PT Pertamina (7 ribu UKM), disusul PTTelkom. Bank Mandiri. Bank BNI. Bank BNI. dan Jamsostek. Sedangkan, sektor UKM yang terbanyak mendapat penyaluran adalah pertanian (65%), perdagangan (20%), dan sisanya sektor jasa produksi.

Menurut Gumilang, besaran dana PKBL yang disalurkan sebesar 1-2% dari laba bersih masing-masing BUMN yang berjumlah 141 perusahaan. Sejauh ini, tingkat rasio kredit macet {non performing Zoan/NPL) mitra binaan relatif kecil, yakni 4%. "Kredit macet pada umumnya disebabkan munculnya anggapan bahwa dana PKBL adalah bantuan pemerintah, sehingga tidak perlu dikembalikan," ujar dia.

Di sisi lain, Menteri BUMN Mustafa Abubakar menuturkan, pihaknya akan terus mendorong perusahaan BUMN untuk lebih memperhatikan program PKBL "PKBL merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam kepedulian terhadap UKM, termasuk lingkungan perusahaan, kata dia.

Mustafa berharap penyaluran dana PKBL terus melonjak sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan BUMN. Pada 2009, total laba BUMN mencapai Rp 78 triliun atau melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp 70 triliun. Tahun ini, kami perkirakan laba BUMN mencapai Rp 92,7 triliun," kata dia.

Sementara itu, pameran Gelar Karya PKBL BUMN 2010 mengambil tema Pemberdayaan Alam Menuju Indonesia Hijau seiring program green companyBVMN atau program ramah lingkungan yang diterapkan BUMN. Nilai transaksi pameran yang digelar lima hari tersebut diharapkan dapat mencapai Rp 12 miliar. (cl26)  

Sumber :   Investor Daily Indonesia, Page : 16

Artikel 25

Omzet pameran mitra BUMN bisa Rp12 miliarOmzet pameran Gelar Karya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL BUMN 2010) yang digelar sejak kemarin hingga 28 Maret di Jakarta Convention Center Senayan ditargetkan mencapai Rpl2 miliar, meningkat Rp3 miliar dari periode 2009

 OLEH MULIA GINTING MUNTHE

 Bisnis lndonesia

JAKARTA Omzet pameran Gelar Karya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL BUMN 2010) yang digelar sejak kemarin hingga 28 Maret di Jakarta Convention Center Senayan ditargetkan mencapai Rpl2 miliar, meningkat Rp3 miliar dari periode 2009.

Sebanyak 500 usaha kecil menengah (UKM) binaan dari perusahaan BUMN turut memasarkan dan mempromosikan berbagai produk kerajinan yang mereka hasilkan. Jumlah peserta tersebut meningkatkan dibandingkan dengan tahun lalu, 395 UKM.

Bramantyo, Direktur Utama PT Medi-akreasi Bina tama, penyelenggaraan pameran, optimistis peningkatan peserta pameran pada tahun ini akan mendorong peningkatan omzet tersebut sebesar Rp3 miliar. "Dengan demikian, pameran ini bisa menjadi kebanggaan Kementerian BUMN, karena merupakan salah satu ajang sosialisasi bagi perusahaan BUMN yang terlibat dalam pembinaan UKM," ujar Bramantyo, kemarin.

Menurut dia, pada pameran ketiga ini, diselenggarakan sejak 2008, omzetnya terus meningkat. Pada periode pertama 2008, peserta pameran hanya 360 UKM yang berada di bawah binaan 30 perusahaan BUMN. Setahun berikutnya jumlah UKM meningkat jadi 395 yang dibina oleh 50 BUMN.

Keterlibatan 500 pelaku UKM yang berada di bawah binaan 60 pemsahaan BUMN, diyakininya mampu memberi kontribusi lebih signifikan. "Bertambahnya perusahaan BUMN yang terlibat dalam fasilitasi UKM mengikuti pameran,merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap sektor riil."

Pameran menampilkan berbagai produk unggulan dari perusahaan binaan BUMN seperti kerajinan tangan, batik, perhiasan, aksesoris, fashion, produk makanan dan minuman serta hasil pertanian maupun perikanan. Menurut dia, tema yang ditetapkan pada pameran tahun ini adalah Pemberdayaan Alam Menuju Indonesia Hijau. Maksudnya, meski sumber alam menjadi bahan baku utama industri UKM, harus mementingkan kelangsungan hidup serta menjaga kelestariannya.

Karena itu BUMN terus berupaya menggerakkan program green economy atau ekonomi ramah lingkungan dalam membangun Indonesia. Paradigma tersebut harus dilakukan seluruh lapisan masyarakat untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.

Page 22: Lampiran 50 artikel

Pelaku UKM yang menjadi binaan perusahaan BUMN diperkuat permodalannya yang dialokasikan dari keuntungan usaha masing-masing unit perusahaan. Dana tersebut dikoordinasi dalam pengelolaan unit staf khusus serta dibagi dalam PKBL. Kementerian Negara BUMN menargetkan dana program kemitraan dari para BUMN untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) pada 2010 mencapai Rpl ,6 triliun. Dana tersebut berasal dari 142 BUMN yang ada.

Sumber: Bisnis Indonesia, 25 Maret 2010

Artikel 26

25/03/2010

GELAR KARYA PKBL 2010 BUMN Bina 65.000 UMKM Jakarta, Suara Karya -

Badan usaha milik negara (BUMN) sudah membina sekitar 65.000 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam program kemitraan.

BUMN juga sudah menggelontorkan dana untuk membantu masyarakat secara umum melalui program bina lingkungan.

Selama ini, program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan BUMN merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).

Sesuai ketentuan yang ada, sejak 1989, BUMN menyisihkan 1 hingga 2 persen dari keuntungannya setiap tahun untuk CSR, khususnya PKBL. Bahkan, saat ini sejumlah BUMN ada yang menyisihkan lebih dari 2 persen keuntungannya untuk CSR.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, pemerintah akan terus mendorong BUMN untuk lebih memperhatikan pelaksanaan PKBL ini. Dana yang dialokasikan untuk PKBL ini terdiri dari dana bergulir (khususnya untuk program kemitraan) dan hibah (khusus untuk program bina lingkungan). Saat ini, dana PKBL BUMN sudah mencapai Rp 10 triliun yang penyalurannya dilakukan sendiri oleh BUMN bersangkutan dan dikoordinasikan.

"PKBL merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam bentuk kepedulian terhadap pemberdayaan UMKM, termasuk untuk masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Kementerian BUMN dan BUMN bersangkutan

terus meningkatkan koordinasi dalam penyaluran dana PKBL," kata Mustafa di sela acara Gelar Karya PKBL BUMN 2010 di Jakarta, kemarin.

Turut hadir Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) Hotbonar Sinaga, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar, Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo, serta jajaran direksi sejumlah BUMN lainnya.

Menurut dia, efektivitas penyaluran dana PKBL perlu ditingkatkan. Untuk itu, Kementerian BUMN akan melakukan evaluasi dan kajian terkait sistem atau mekanisme penyaluran dana PKBL sehingga lebih efektif dan tepat sasaran. Dalam hal ini, penyaluran dana PKBL harus lebih terukur dengan mengusung skala prioritas, khususnya terkait penajaman program bantuan untuk UMKM per sektor.

"Tentunya bantuan lebih diarahkan untuk mendorong kegiatan atau usaha produktif dan berdampak luas. Kalau pertama kita memberi ikan, selanjutnya kita akan beri kailnya. Namun, jika sudah mampu, kita dorong UMKM itu bisa membuat kail sendiri," tutur Mustafa menganalogikan.

Dia menambahkan, jika ada BUMN yang kesulitan dan menemui kendala dalam menyalurkan dana PKBL, pemerintah sudah menunjuk PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Bahana Artha Ventura (BAV). Kedua perusahaan itu selama ini berpengalaman menyalurkan kredit untuk UMKM.

Mustafa lantas berharap, penyaluran dana PKBL terus melonjak sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan BUMN. Pada 2009, total laba BUMN mencapai Rp 78 triliun atau melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp 70 triliun. "Tahun ini (2010) kita perkirakan laba BUMN mencapai Rp 92,7 triliun. Dalam lima tahun terakhir, dana PKBL BUMN sudah mencapai Rp 2 triliun per tahun," tutur Mustafa.

Sementara itu, Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) Hotbonar Sinaga mengatakan, alokasi dana PKBL Jamsostek terus meningkat. Bahkan dari keuntungan tahun buku 2008 dan 2009, Jamsostek menyisihkan 10 persen dari keuntungan untuk PKBL. Untuk tahun buku 2008, laba bersih Jamsostek mencapai Rp 1,1 triliun dan 2009 sebesar Rp 1,07 triliun.

Page 23: Lampiran 50 artikel

"Selain PKBL, Jamsostek juga mengalokasikan dana peningkatan kesejahteraan peserta (DPKP), seperti untuk bantuan pinjaman uang muka perumahan, beasiswa untuk anak peserta, dan bantuan lainnya. Jamsostek juga terus meningkatkan perannya dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan melalui dana PKBL ini," tuturnya. ((Andrian) )

Artikel 27

Sabtu, 19 Maret 2011, 13:56:56

Artikel

PT PERTANI STANDBY BUYER SRGRedaksi Buletin Kontrak Berjangka

     PT Kliring Berjangka Indonesia (persero) melalui Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) berhasil menggaet PT Pertani (persero) untuk bekerjasama dalam rangka program pendanaan komoditi untuk petani melalui skema sistem resi gudang (SRG). Dalam kerjasama itu, Pertani bersedia menjadi pembeli siaga (standby buyer) komoditas yang menjadi agunan resi gudang. Setidaknya saat ini sudah disepakti Pertani sebagai standby buyer di 14 lokasi di seluruh Indonesia.

     Hingga saat ini, Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Kliring Berjangka Indonesia (KBI) sudah menyalurkan dana kepada dua daerah yakni di Haurgeulis, Indramayu Jawa Barat, dan Banyuwangi, Jawa Timur. Di akhir Mei 2010, lalu, KBI telah menyalurkan dana untuk pembiayaan resi gudang senilai Rp 405,7 juta dengan nilai komoditi yang diresigudangkan setara Rp 1,09 miliar.

     Dirut KBI, Surdiyanto Suryodarmodjo, mengatakan, KBI menggulirkan dana PKBL dari keuntungan sebesar 2 persen. Jumlahnya relatif masih sedikit, tetapi KBI berharap bisa dikembangkan. KBI saat ini berupaya mengarahkan BUMN lain menyalurkan dana PKBL untuk pembiayaan SRG. Jika berhasil, maka SRG akan lebih cepat berkembang di Indonesia

     Sementara itu, Direktur Keuangan dan Administrasi KBI, Tris Sudarto, mengatakan pemberian dana PKBL untuk program resi gudang yang terakhir dilaksanakan di Banyuwangi pada 25 Mei 2010 senilai total Rp 363 juta.

     Untuk penyaluran di Banyuwangi ini diserahkan kepada dua kelompok tani dan dua koperasi, masing-masing Kelompok Tani Sido Rukun Rp 32,7 juta, Kelompok Tani Wargo Tani Rp 67,6 juta, Koperasi Unit Desa Lestari Rp 52,6 juta dan Koperasi Karyawan Pelita Tani Rp 210 juta. Sedangkan total gabah yang diagunkan sebanyak 172,8 ton dengan nilai resi gudang setara Rp 518,6 juta.

     Dengan demikian total dana yang telah disalurkan adalah sebesar Rp 405,7 juta, karena sebelumnya juga telah disalurkan di wilayah Haurgeulis Indramayu untuk Gabungan Kelompok Tani Jaya Tani dengan keseluruan mencapai 182,8 ton gabah, nilai resi gudang setara Rp 579,6 juta.

     Pada saat acara penyaluran dana PKBL terakhir di Banyuwangi,  lanjut Tris, acara digelar di Gudang I Stefel PT Pertani (Persero) UPG Jawa Timur, Muncar Kabupaten Banyuwangi dihadiri oleh KBI dan Kepala Divisi Pergudangan PT Pertani (Persero) Ade Taufik, dan Kepala Cabang PT Pertani Banyuwangi dan masing-masing ketua kelompok tani dan koperasi penerima pembiayaan.

     Pihak KBI juga menyatakan akan terus berupaya mendukung pengembangan resi gudang sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang No. 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. Mengingat pembiayaan yang diharapkan dari sektor perbankan dan lembaga pembiayaan sampai saat ini belum dapat direalisasikan, maka ditempuh dengan menjalin kerja sama dengan PT Pertani sebagai standby buyer dan membiayai program resi gudang melalui dana unit PKBL.

Artikel 28

Tiga Bank Syariah Dukung RAT Inkopsyah BMTArtikel ini ditulis pada 25 February 2011 at 13:48 oleh Choir

Penyelanggaraan acara Rapat Anggota Tahunan

(RAT) Inkopsyah-BMT selama dua hari (24-25

Page 24: Lampiran 50 artikel

Februari) teryata mendapat dukungan besar dari tiga bank syariah. Mereka adalah Bank BJB Syariah, Bank Panin Syariah (BPS) dan BNI Syariah.

“Ketiga bank syariah itulah yang mendukung penyelenggaraan acara RAT tersebut,”kata Arisson, Direktur Inkopsyah BMT kepada pkesinteraktif.com di Hotel Mitra – Bandung Jawa Barat.

Menurut Arrison bahwa ketiga bank syariah itulah yang selama ini menjadi mitra Inkopsyah BMT dalam linked program penyaluran pembiayaan kepada para BMT. Dalam linked program inkopsyah banyak lembaga yang bermitera seperti Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB), Bank DKI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Panin Syariah, Bank BJB Syariah dan BNI Syariah.

“Kami berharap nantinya semua bank syariah bermitera dengan Inkopsyah dalam penyaluran pembiayaan ke UKM,”paparnya.

Sementara Direktur Bisnis BJB Syariah, Hadi Sunaryo mengatakan, bahwa sejak awal BJB Syaraih telah mendukung penyelenggaraan RAT Inkopsyah BMT, apalagi tempat penyelenggaraanya di Bandung yang juga sekaligus pusat dari BJB Syariah. “Maka sangat aneh jika tak mendukung acara tersebut apalagi Inkopsyah BMT merupakan mitra strategis bagi BJB Syariah dalam menyalurkan pembiayaan ke pelaku UKM,”terangnya.

Artikel 29

Bank Mandiri Ekspansi Kredit UMKM11 Jan 2011

Jakarta, Pelita -- PT Bank Mandiri Tbk akan ekspansi dan meningkatkan pertumbuhan kredit sektor mikro serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada 2011.

Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri Pahala N Man-sury di Jakarta, kemarin, menjelaskan, peningkatan pertumbuhan tersebut

akan dilakukan karena saat ini persaingan dan penetrasi kredit sektor mikro masih rendah.

"Kredit pada 2011 lebih banyak di mikro dan UMKM. Dua segmen ini kita harapkan tumbuh signifikan. Saat ini berdasarkan kajian baru 25-30 persen. Dan kita akan memperbesar kuenya naik 40 hingga 50 persen, kita masih bisa tumbuh-bersama-sama," ujarnya.

Apalagi, Pahala mengatakan banyak wirausaha baru yang tercipta dan tumbuh dari sektor mikro dan UMKM. Maka untuk itu, Bank Mandiri akan menambah outlet atau sales outlet untuk menyalurkan kredit mikro.(ant)

Artikel 30

Mandiri Akselerasi Pertumbuhan UMKM Di Sektor Hulu15 Mar 2011

PT Bank Mandm {Persero) Tbk terus memacu pertumbuhan sektor usaha Mikro Kea! dan menengah (UMKM). terutama yang bergerak di sektor hulu. Hal ini dilakukan melalui penyaluran Kredrt Perkebunan Plasma bak dengan skim Kredit Pengembangan EnergT+Jabati Revitalisasi Perkebunan {KPEN-RP) maupun skim komersial.

Pengucuran KPEN-RP Bank Mandiri hingga akhir tahun 2010 telah mencapai Rp 2.1 trilun (unaudited) kepada 41 koperasi dengan jumlah petani mencapai 27.200 orang dan luasan area kebun sebesar 53.787 hektar atau tumbuh 26 persen dari penyaluran tahun sebelumnya sebesar Rp 1.7 triliun.

Menurut Direktur Treasury. Financial Institutions and Special Asset Management Bank Mandiri Thomas Arifin, penyaluran KPEN-RP merupakan salah satu sarana Bank Mandiri untuk terus mengembangkan potensi UMKM di sektor hulu, khususnya kepada para petani di daerah pedesaan.

"Komitmen kami dalam memajukan UMKM terutama di sektor hulu akan terus ditingkatkan Hal ini kami realisasikan melak* berbagai skim kredrt lain yang telah kami siapkan untuk peningkatan kapasitas usaha pelaku UMKM seperti skim Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit . Usaha Pembibitan Sapi, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. tutur Thomas metalui siaran pers perseroan kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Page 25: Lampiran 50 artikel

Untuk mempertegas komitmen pengembangan UMKM di sektor hulu. Bank Mandiri kem- bab menyalurkan KPEN-RP ke-pada 1.045 petani kebun kelapa sawit melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Sejahtera Bersama di Tulang Bawang. Lampung. Kredit yang disalurkan senlai Rp 82.180 miliar untuk pembiayaan kebun kelapa sawit seluas 1.600 hektar.

Khusus untuk sektor tterke-bunan. tahun ini Bank Mandiri memiliki pipeline untuk skim KPEN-RP sebesar Rp 1,63 tri-Bun dan skim komersial sebesar Rp 960 miliar. "Dengan demikian, kami yakin di tahun 2011 ini portofolio kredit perkebunan UMKM Bank Mandiri akan meningkat sebesar 58 persen." kata Thomas.

Bank Mandiri sejatinya telah cukup lama menyalurkan kredit kepada petani di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, portofolio kredit perkebunan plasma Bank Mandiri, baik yang menggunakan skim KPEN-RP maupun skim komersial, telah mencapai Rp 4.6 triliun (unaudited) kepada 131 koperasi dengan jumlah petani sebanyak 93.132 orang dan luasan areal kebun sebesar 186.264 ha.

KPEN-RP merupakan kredit untuk tujuan investasi yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Pengembangan Tanaman Ba-han Bakar Nabati dan Program Revitalisasi Perkebunan yang mendapatkan subsidi bunga dari pemerintah.

Sedangkan Kredit Kebun Plasma Kemitraan Komersial adalah kredit untuk tujuan investasi yang diberikan dalam rangka pembiayaan kebun plasma kemitraan komersial dengan menggunakan pola linkage di luar Program Revitalisasi Perkebunan. RAN/MLF

Artikel 31

Sebanyak 750 UKM Diberi Pelatihan Oleh Bank Mandiri

September 24th, 2010

PT Bank Mandiri Tbk mengadakan pelatihan dan pembinaan lanjutan bagi 750 usaha kecil pemula di lima kota besar untuk meningkatan kemampuan dan daya saing agar bisnisnya tumbuh

berkelanjutan. Direktur Bank Mandiri Pahala N Mansury mengatakan pihaknya berkomitmen untuk membina kalangan wirausaha pemula agar menjadi pelaku usaha kecil yang tangguh yang bisa menumbuhkan bisnisnya secara berkelanjutan.

“Tahun ini, pembinaan itu diberikan bagi usaha kecil pemula yang menjadi finalis dari program Wirausaha Muda Mandiri yang jumlahnya sebanyak 750 wirausaha. Kegiatan itu diselenggarakan di Jakarta, Bandung, Medan, Denpasar dan Makassar,” katanya hari ini. Pahala menyampaikan setiap kota akan dilatih sebanyak 150 wirausaha pemula dan seluruh peserta yang terbaik akan diberikan kesempatan untuk mengikuti workshop super business rich bagi 300 wirausaha.

Selanjutnya, pembinaan dilanjutkan dengan pemberian pelatihan khusus (coaching) terhadap 90 wirausaga tersebut yang akan dilaksanakan pada November 2010 sampai dengan April tahun depan. “Jadi dalam program pembinaan itu tidak dilepas begitu saja, tapi berkelanjutan, termasuk dilakukan monitoring selama 6 bulan bagi semua wirausaha setelah mengikuti semua program pembinaan tersebut.” (Bisnis.Com)

Artikel 32

Bantuan UMKM Tak Sesuai Kebutuhan31 Oct 2010

Pembinaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Wan berat. Pasalnya, masih banyak UMKM yang belum tersentuh bantuan pemerintah. Mereka masih jauh tertinggal di belakang sehingga belum mampu bersaing secara kompetitif di pasar.

Salah satu Indikasinya, hingga kini masih banyak UMKM pangan (makanan minuman) yang belum memiliki label.

Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan UMKM. sekitar 79.41 persen usaha mikro dan kecil belum memiliki label. Dengan kondisi tersebut, tidak heran bila UMKM kesulitan memperluas jangkauan pasarnya.

"Saya sih sudah punya label, tapi masih belum bagus. Belum ada modal untuk bikin label yang bagus. Hal itu menjadi salah satu kendala saya untuk masuk supermarket," kata seorang pengusaha herbal kepada Warta Kota, Jumat (29/10) lalu.

Page 26: Lampiran 50 artikel

Kendala lain yang dihadapi usaha rumahan [home industry) adalah modal. Sebab, untuk masuk supermarket, disamping harus memberikan contoh barang [sample). Juga harus membayar fee sebesar Rp 500.000 per item produk.

"Jika dalam masa percobaan tiga bulan, penjualan produk kita kurang baik atau tidak mencapai target, produk kita akan ditendang keluar. Uang itu hilang. Makanya, sebelum label saya bagus, saya belum berani masuk supermarket. Takut ditendang." ujar pengusaha tadi.

Diakui sebenarnya beberapa kali pemerintah memberikan bantuan label, tapi sayangnya tidak bermanfaat. Pasalnya, bantuannya tidak sesuai dengan kebutuhan kita. "Mereka asal bikin, tanpa bertanya dulu kepada kita sebagai pemakai. Akhirnya, bantuan yang diberikan jadi barang mubazir." kata pengusaha itu. 4

Dia mengatakan, label bantuan pemerintah tersebut tidak terpakai karena dosisnya berbeda. Dosisnya yang seharusnya satu sendok makan, tapi ditulisnya tiga sendok makan. Selain itu. katanya, ada label tentang daun dewa, padahal kita tidak memproduksi daun dewa. "Dalam hati saya, kenapa sih tidak bertanya dulu kepada kita sebelum mencetak label. Akhirnya, bantuan pemerintah itu tidak bermanfaat," katanya.

Sementara itu, Deputi Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi dan UKM Neddy Rafinasi Halim mengatakan, masih banyaknya UMKM yang belum memiliki label merupakan tantangan tersendiri. Pihaknya, kata dja, akan terus melakukan sosialisasi pentingnya pelabelan produk dan kemasan.

Dikatakan, hasil kajian pemasaran produk UMKM melalui jaringan ritel besar menunjukkan pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan sebagian besar belum memenuhi standarisasi produk dan kemasan termasuk dalam hal desain kemasan, barcode, sertifikasi mutu, label, dan inovasi produk.

Berdasarkan persentase, UMKM di bidang makanan dan minuman yang tidak memiliki barcode mencapai 88,24 persen dan yang tidak memiliki inovasi produk mencapai 67,65 persen, serta tanpa label 79.41 persen.

Pemenuhan atas standar tersebut, menurut Neddy, merupakan persyaratan tersendiri agar produk UKM dapat bersaing memasuki pasar global. "Minimal dalam jangka pendek, dengan memenuhi standar produk dan kemasan, maka UKM dapat menembus jaringan ritel besar," kata Neddy, (bes)

Artikel 33

5.917 UMKM Dapat Rp 14 M25 Nov 2010

Kelapagading, Warta Kota

DANA bergulir untuk Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) kembali digulirkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI. Dana sebanyak Rp 14 miliar disampaikan kepada 29 koperasi jasa keuangan (KJK).

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil. Menengah, dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta, Reynalda Madjid, mengungkapkan bahwa dana bergulir yang dicairkan itu memasuki tahap XI.

"Sasaran target pemanfaat awal dari dana Rp 14 miliar itu adalah lebih kurang 5.917 usaha mikro. Dengan begitu secara kumulatif dana bergulir yang sudah didistribusikan sejak Januari tahun 2010 mencapai Rp 119,5 miliar untuk 198 KJK PEMK (Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan) dan digunakan oleh 49.093 pemanfaat." kata Reynalda disela-sela acara penyerahan dana bergulir PEMK kepada 29 KJK di Dinas KUMKMP. Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapagading. Jakarta Utara. Rabu (24/11).

Menurut Reynalda, dengan pendistribusian dana bergulir ini diharapkan akan bisa memberikan stimulus agar aktivitas ekonomi di tingkat kelurahan semakin meningkat. "Karena itu Pemprov DKI Jakarta memberikan perhatian khusus dan sangat serius terhadap kelurahan agar kelurahan tetap sebagai ujung tombak pemberdayaan ekonomi masyakarat," kata Reynalda.

Sebab, efektif atau tidaknya dana bergulir itu tergantung dari pengawasan pihak kelurahan. Kelurahan pula yang harus terus membina usaha mikro warganya. Katanya, petugas kelurahan pula yang paling tahu setiap perkembangan usaha di lingkungannya.

Tingkat ketahanan usaha mikro terhadap dampak krisis dalam bi-dang ekonomi, kata Reynalda, sangat tinggi. "Di saat krisis ekonomi terjadi tahun 1998, di mana sebagian besar perusahaan mengalami guncangan, usaha kecil tetap eksis." kata Reynalda.

Page 27: Lampiran 50 artikel

Sumber dana bergulir itu berasal dari APBD DKI yang dimulai tahun

2008senilal Rp 83.8 miliar, tahun

2009 senilal Rp 60,7 miliar, dan tahun 2010 senllai Rp 127 miliar.

"Saat ini ada dana Rp 166 miliar di rekening unit Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan dari Jumlah dana yang tersedia Rp 271,57 miliar," katanya.

Dengan penyaluran dana bergulir itu, kata Reynalda, diharapkan dapat memberikan stimulus agar aktivitas ekonomi di tingkat kelurahan semakin meningkat.

"Kita menyadari bahwa kelurahan adalah fokus area yang sangat berperan dan tidak bisa diabaikan dalam pemberdayaan masyarakat karena itu Pemprov DKI Jakarta memberikan perhatian khusus memberikan modal usaha terhadap pengusaha mikro di tingkat kelurahan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat," katanya.

Sementara itu. anggota Komisi B DPRD DKI. Taufik Azhar, yang turut menyaksikan pemberian pengguliran dana PEMK. mengatakan, dami bergulir telah disalurkan sesuai ketentuan.

"Dana bergulir bukan dana hibah. Untuk itu. perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar mengatur dana PEMK dan mengembalikannya sesuai waktu untuk kepentingan memajukan ekonomi masyarakat lainnya." katanya, (a

Artikel 34

Lemahnya Data UMKM di Jawa Barat24 May 2010 Pikiran Rakyat

BANYAK yang mengatakan UMKM ujung tombak perekonomian. Pujian terhadap UMKM juga disenandungkan ketika krisis demi krisis melanda negeri ini. Entitas bisnis ini tetap menyerap lapangan kena ketika satu demi satu entitas bisnis berskala besar berguguran satu demi satu.

Ceritanya kadang kala berhenti hanya sampai di situ. Kita tidak persis tahu sektor informal mana dan di wilayah mana yang mampu menyerap lapangan kerja ketika pertumbuhan ekonomi melambat.Cukup sulit jadinya ketika kita diajak untuk menjawab berapa jumlah UMKM di Jabar, sektor apa saja yang dominan, apa masalahnya, dan sebagainya yang lebih detail, ceritanya bisa ngelantur kemana-mana. Intinya, kita sering terkendala minimnya data yang akurat mengenai eksistensi UMKM saat ini. Inilah tampaknya sumber dari kurang gregetnya keberhasilan program-program yang dikembangkan pemerintah untuk mengangkat skala usaha UMKM ke tingkat yang lebih baik Untuk itu, besar harapan agar Pemerintah Provinsi Jabar segera melakukan sensus UMKM Jabar.

Banyak sisi positif yang bisa dikembangkan jika kita memiliki data yang lebih akurat mengenai keberadaan UMKM. Meskipun sensus ini diakui tidak mudah, tetapi pasti bisa dilakukan secara bertahap.Ada cerita menarik ketika beberapa waktu lalu (21/5/2010), Program Doktor Ekonomi Terapan (DET) Unpad mengadakan diskusi terbatas dengan tema Sistem Organisasi. Salah seorang pembicara, Prof Dr.Faisal Afif, ahlimanajemen strategik dan pemasaran, mengemukakan pengalamannya terkait dengan kurang akuratnya data-data UMKM yang diperolehnya dari salah satu instansi pemerintah. Padahal ketika itu ada program kerja sama luar negeri yang berusaha dikembangkan. Program itu akhirnya kurang berjalan optimal karena data-data yang disampaikan diduga kurang akurat Berkali-kali beliau mengatakan di forum itu, "ini bukan cerita, tetapi saya alami sendiri". Karena alasan klasik keterbatasan anggaran, pendataan (sensus) UMKM sangat mungkin disandingkan dengan pendanaan program yang dilakukan sektor swasta. Katakanlah seperti program Corporate Social Re-sponsibility (CSR), Program Kemitraan, dan Bina Lingkungan (PKBL).

Kelancaran dan efektivitas program itu kurang kencang karena terbentur informasi mengenai UMKM yang layak dibiayai, dibina, dan sebagainya.Persoalan lain, tidak adanya evaluasi program terkait dengan pengembangan UMKM. Kha sering mendengar pemerintah menganggarkan uang miliaran hingga triliunan untuk pengembangan UMKM. Siapa yang menerimanya, berhasilkah program itu, apa tahapan selanjutnya, hampir tidak pernah disampaikan oleh pemerintah dengan lugas. Kalau ceritanya selalu demikian, sampai kapan pun kita ndak akan pernah tahu apakah program yang selama ini kita lakukan sudah tepat sasaran atau belum. (Acuviarta Kartabi, pengamat ekonomi/dosen Unpas dan peneliti ISEI Bandung Koordinator Jabar)***

Page 28: Lampiran 50 artikel

Artikel 35

Telkom Tingkatkan Layanan Cloud untuk UMKM12 Nov 2010

SURABAYA - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melalui Divisi Business Service (DBS) terus memacu bisnis layanan cloud computing untuk segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Telkom saat ini melayani 98.517 pelanggan UMKM secant nasional, di mana sekitar 16.000 pelanggan di antaranya berada di Jatim. "Saat ini hanya Telkom yang memasuki bisnis cloud computing untuk UMKM. Layanan ini membantu segmen ini menerapkan teknologi informasi dengan harga terjangkau, sekaligus mengefisienkan dan menopang bisnis mereka," kata Deputy Executive General Man-ager Telkom Divisi Business Service, Achmad Sugiarto seusai acara penandatanganan kerja sama antara Telkom dan sejumlah mitranya di Hotel Tunjungan, Surabaya, belum lama ini.

Dia mengatakan, masih banyak UMKM yang belum mampu menerapkan sistem teknologi informasi modem untuk menunjang aktivitas usahanya. Banyak UMKM, kata dia, terkendala tingginya biaya untuk penerapan sistim teknologi informasi terbaru. "Namun, layanan cloud computing Telkom ini lebih terjangkau," ujarnya.

Sementara itu GM Telkom Divisi Business Service Regional (DBSR 2)/area timur. Mulyanta mengatakan, penerapan teknologi informasi yang modern seperti cloud computing mampu mengefisienkan bisnis

UMKM.

Dia mencontohkan aplikasi sistem BPR-Satu yang menyediakan sistem inti perbankan yang melingkupi layanan tabungan, deposito, pelaporan keuangan, hingga administrasi kredit sesuai standar Bank Indonesia. "Dengan BPR-Satu, transaksi bisa dilakukan secara online dan realtime, antarca-bang, antar-BPR, hingga SMS banking, tutur Mulyanta.

Sementara bagi pelanggan dari kalangan perguruan tinggi, layanan Datin yang disediakan DBS Telkom bisa membantu sistem informasi akademik para mahasiswa.

Untuk meningkatkan layanan ke segmen UMKM. Telkom DBSR 2 / Area Timur menandatangani perjanjian kerja sama dengan 8 mitranya. Delapan mitra tersebut adalah BPR Kupang. Koperasi Kredit Obor Mas Maumere, Koperasi Kredit Talenta Kupang, Koperasi Kredit Swasti Sari Kupang. Universitas Muslim Indonesia Makassar, PT Lancar Sampoerna Bestari, PT Indonesia Tobacco, dan Arjuna.net Malang. Untuk BPR dan koperasi, kerja sama berbentuk dukungan Telkom untuk aplikasi BPR-Satu dan sistem yang memudahkan transaksi keuangan koperasi.

"Telkom juga menjalin kerja sama untuk universitas dan perusahaan lainnya mendukung layanan data dan internet (Datin)," tambahnya, (zal)

Artikel 36

Pelatihan Indigopreneur PT Telkom16 Dec 2010

NERACA

Tasikmalaya - Turut memacu daya saing produk berbasis kerakyatan atau UMKM, PTTelkom Indonesia, menggagas pelatihan Indigopreneur (Indonesia digital kewirausahaan) bagi sekalan-gan pelaku industri UMKM. Berlangsung selama dua hari, di aula Kandatel Tasikmalaya Kegiatan tersebut diikuti antusias para pelaku home industry (UMKM) di Tasikmalaya.

Manager Kandatel Tasikmalaya, Wahyudin kepada wartawan mengatakan, pelatihan digelar kantor pusatnya, dan jajarannya hanya menfasilitasi tempat serta peserta. Pada kegiatan ini selain berupa penyampaian materi pencerahan oleh sejumlah sumber kompeten, pihaknya mulai menyiapkan website bagi pelaku UMKM sebagai ajang publikasi.

Selain beberapa tantangan lama masih mengungkungi pelaku industri UMKM halnya, kemampuan SDM, inovasi produk dan akses pasar, Ketua Kadin Kota Tasikmalaya, Wahyu Tri Rahmadi, saat ditanya terpisah memaparkan, keterbatasan akses pelaku ini terhadap fasilitas promosi atau publikasi digital adalah bagian lain dari tantangan yang di harapkan ke depan terpecahkan.

"Karenanya, kita sangat apresiasif kegiatan serupa ini sebagai kepedulian yang diharapkan lebih

Page 29: Lampiran 50 artikel

komprehensif memenuhi kebutuhan solusi permasalahan yang dialami pelaku UMKM," ujar Wahyu. "Saya pun yakin, melalui layanan publikasi digital gratis, sangat besar artinya bagi kalangan UMKM, produk-produk unggulan lokal kita-akan terpromosikan secara luas yang tentu artinya bagi kemajuan ekonomi masyarakat," pungkas dia. nm

Artikel 37

Perdagangan Rontok, UMKM Stagnan02 Aug 2010

Atas dasar itu pula Hendrawan memberikan nilai minus terhadap kinerja kementerian yang terkait langsung dengan degup sektor riil ini. "Indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun jauh. Ini karena program-program tidak diimplementasikan secara baik, khususnya oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Koperasi dan UKM," ujarnya.

Ichsanuddin Noorsy juga mengatakan, kinerja ketiga kementerian itu masih sangat lemah. Menurut dia, Kementerian Perdagangan tidak pernah bisa melakukan stabilisasi harga. Sedangkan Kementerian Perindustrian harus bertanggung jawab atas pangsa pasar industri domestik yang makin susut menyusul lemahnya daya saing di era perdagangan bebas saat ini.

"Kementerian Koperasi dan UKM juga tidak menunjukkankinerja mengesankan, karena industri UMKM makin melemah, di samping banyak koperasi gulung tikar," katanya.

Menurut Noorsy, semua kegagalan itu buntut pemberlakuan liberalisasi ekonomi yang dilakukan pemerintah. "Liberalisasi bisa berdampak baik kalau semua sektor memang telah dipersiapkan dengan matang, sehingga apa yang dijual atau apa yang diproduksi memunyai daya saing memadai. Tapi, yang terjadi saat ini malah sebaliknya," tuturnya.

Seharusnya, menurut

Noorsy, pemerintah mulai memikirkan langkah penyelamatan karena liberalisasi nyata-nyata gagal dan hanya berdampak memorak-porandakan kehidupan ekonomi nasional. "Intinya, kita harus balik kepada ekonomi konstitusi dan meninggalkan ekonomi liberal yang sama sekali tidak cocok diterapkan di

Indonesia," katanya.

Bagi Ahmad Erani Yustika, Presiden perlu meninjau Jiang posisi menteri-menteri di KIB II, khususnya Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, serta Menteri Koperasi dan UKM, yang dinilai banyak kalangan gagal mengimplementasikan program-program masing-masing dalam memperbaiki ekonomi nasional.

Erani mengatakan, saat ini masalah birokrasi yang berbelit menjadi kendala yang sulit dipecahkan.

Sebagian besar pejabat negara, baik setingkat menteri atau kepala daerah maupun para pejabat di bawah itu, hanya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan masalah-masalah harian (fire fighting), sehingga mereka tidak mungkin lagi berpikir reflektif dan konseptual bagi pengembangan kementerian atau daerah masing-masing.

Kondisi itu, menurut Erani,menjadikan pejabat terkait tidak bisa lagi bergerak berdasarkan panduan atau konsep yang telah mereka rumuskan dalam sebuah program untuk kesejahteraan masyarakat. "Kini yang terjadi, mereka hanya berpikir bagaimana agar masalah yang saat ini terjadi bisa segera diselesaikan. Ini yang membuat konsep dan program yang mereka rencanakan menjadi tidak terimple-mentasikan dengan baik," katanya.

Lebih jauh Erani mengatakan, karakter menteri dan kalangan pejabat lain secara umum saat ini bersifat safety player, sehingga prinsip kebijakan untuk kesejahteraan masyarakat malah cuma menjadi angan-angan. "Sekarang semua hanya berpikir pokoknya ada kegiatan, sehingga atasan mereka melihat mereka telah kerja. Padahal kegiatan yang mereka lakukan tidak terlalu bermanfaat bagi ma-syarakat, khususnya menyangkut kehidupan ekonomian," ujarnya. Kondisi itu sangat ironis, karena seharusnya pejabat negara bersifat reformis dan memakmurkan masyarakat dengan memajukan ekonomi nasional. Mereka seharusnya seperti Sri Mulyani Indrawati, terlepas apakah masyarakat ataupun kalangan politisi dan intelektual setuju atau tidak dengan kebijakan yang dia pilih saat menjabat sebagai Menteri Keuangan.

Page 30: Lampiran 50 artikel

Erani menambahkan, kondisi itu diperparah oleh kepemimpinan Presiden sendiri yang tidak memiliki skala prioritas dan pemikiran yang jelas tentang pembangunan ekonomi nasional. "Presiden seperti membiarkan menteri-menterinya bergerak berdasarkan preferensi masing-masing tanpa berupaya maksimal mengimplementasikan program kementerian masing-masing," tuturnya. (Bayu)

Artikel 38

Efektivitas Bantuan UMKM di Jabar26 Jul 2010

DARI hasil survei terhadap UMKM yang dilakukan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di lima provinsi yaitu Jabar, Bali, Yogyakarta, Si iki wc -si Selatan, dan Sumatra Barat ditemukan beberapa hal yang mengejutkan termasuk di Jawa Barat Hal ini menurut saya patut disampaikan agar dapat diketahui para instansi pembina UMKM selama ini, berapa persen dari bantuan yang diberikan dapat memberikan dampak bagi kemajuan usahanya, efektivitas bantuan selama ini, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan UMKM ke depan. Sampel di Jawa Barat diambil di Kotadan Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Cirebon, Kab. Bogor, dan Kab. Tasikmalaya dengan jumlah responden 205. Meskipun jumlah sampel tidak terlalu besar, tetapi ini dapat menjadi dasar untuk mengetahui lebih dalam mengenai efektivitas bantuan selama ini dan berharap dapat memperkuat hasil studi ini

Lebih dari lima puluh persen UMKM yang di survei adalah produsen, mereka tidak punya usaha lain dan kebanyakan sudah berdiri lebih dari dua puluh tahun. Usaha mayoritasnya bergerak di bidang makanan dan kerajinan. Bantuan yang telah diperoleh UMKM itu mayoritas berbentuk permodalan baik dari lemba-ga keuangan (bank) maupun lembaga non keuangan (koperasi, CSR, dsb.) yaitu sebesar 54 persen. Kemudian bantuan lainnya yang diperoleh adalah berbentuk penyuluhan sebesar 18 persen, pelatihan dan pembinaan 12 persen, pemberian kredit 9 persen, serta promosi dan pameran sebesar 7 persen. Bantuan yang telah diterima oleh UMKM mayoritas adalah dari perbankan yahu sebesar 37,66 persen yang kemudian diikuti pemerintah daerah sebesar 23,38 persen berupa penyuluhan, pembinaan dan pelatihan, dan sisanya berasal dari pihak swasta, koperasi dan BUMN.

Dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan bantuan. Hanya, mayoritas UMKM (71 persen) menyebutkan bahwa bantuan itu tidak berdampak secara signifikan terhadap kemajuan usaha.

Dengan memperhatikan hal tersebut maka untuk mendapatkan hasil yanglebih baik, perhi dilakukan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan selama ini, terutama apakah bantuan yang diberikan tersebut memang telah betul-betul sesuai dengan kebutuhan UMKM? Dari sekian banyak instansi pembina UMKM yang ada di Jawa Barat, perlu dilakukan evaluasi bersama untuk membandingkan metode mana yang paling tepat dalam pemberian bantuan, agar dapat dijadikan acuan bagi instansi lainnya.

Koordinasi antarinstansi juga menja- . di suatu keharusan agar dapat tergambarkan profil UMKM penerima bantuan serta pemerataannya di seluruh kabupaten/kota. Dengan demikian, dapat diambil langkah-langkah yang lebih konkret, fokus, dan terukur dalam memajukan UMKM di Jawa barat Semoga (Ina Primiana, Guru Besar FE Unpad dan Ketua ISEI Cabang Bandung Koordinator Jabar)***

Artikel 39

BRI Ikuti Pameran UMKM23 Jul 2010 Pikiran Rakyat

MENKO Perekonomian, Ir. Hatta Rajasa mengunjungi Teras UMKM BRI pada acara Kongres ISEI XTV di Hotel Savoy Homan Bandung 20 -22 Juli 2010. Pada kesempatan ini, BRI yang diwakili oleh BRJ Kanwil Bandung menampilkan karya - karya terbaik dari Nasabah UMKM- nya seperti dari wilayah; Cimahi, Garut, dan Bandung. Melihat potensi pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif,dan untuk mendukung program pemerintah, BRIdalam hal ini memberikan fasilitas bagi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya agar layak untuk dipasarkan."*

Artikel 40

BRI Gencarkan Kredit UMKM11 Jan 2011 Republika

Fitria AndayanlTim baru dibentuk untuk menangani sektor UMKM.

Page 31: Lampiran 50 artikel

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk akan semakin menggencarkan pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada 2011. BRI menargetkan pertumbuhan hingga 20 persen tahun ini.Direktur Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BRI Djarot Kusuma-yakti menyatakan, BRI akan masuk lebih dalam lagi ke tempat-tempat potensial, seperti pasar tradisional.

Menurutnya, BRI tidak akan memberikan ruang kosong kepada perbankan lain untuk masuk dan mengambil lahan kredit UMKM-nya. "Kami tidak takut dengan pendatang baru. Mereka harus punya effort yang kuat untuk mengalahkan kami yang sudah berpengalaman di sektor ini," ujarnya di Jakarta, Senin (10/1).

Menurutnya, BRI ingin lebih dekat lagi dengan sasaran kredit UMKM-nya. "Kalau ada pasar yang buka hanya pada malam hari, kami akan fasilitasi dengan membuka teras BRI sampai malam," katanya.Dengan begitu, lanjutnya, BRI akan menyesuaikan dengan kondisi pasar tersebut. Menurut Djarot, tidak banyak bank yang akan melakukan hal yang sama de-ngan BRI. "Tempat semacam itu memiliki risiko yang cukup tinggi, margin yang biasa-biasa saja, dan bila mereka ingin masuk ke sektor tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya yang besar," tuturnya.

Menurut Djarot, tahun ini BRI bahkan menambah tim baru yang akan menangani kredit UMKM ini di seluruh Indonesia sebanyak 7.000 orang. "Sehingga, pelayanan dan pengelolaan terhadap kebutuhan kredit UMKM dapat diberikan maksimal," katanya.

BRI pun akan terus menurunkan margin kredit UMKM dan cost efficiency ratio. "Laba itu kan hanya perkalian kuantitatif dan kualitatif. Kalau kualitatif kita turunkan, maka kuantitatif harus kita tambahkan."

BRI berharap margin bisa ditekan serendah mungkin. "Kita akan turunkan terus sampai batasan kita masih bisa hidup. Mungkin sekitar 8 - 8,5 persen, sekarang masih di atas 9 persen."

Sementara pertumbuhan kredit UMKM tahun ini ditargetkan 20 persen. Per-, tumbuhan di 2010 tidak sampai 20 persen, karena tahun tersebut dianggap BRI sebagai tahun konsolidasi. "Karena 2008 dan 2009 kita lari kencang,-2010 kita konsolidasi. Nah di 2011 kita siap-siap naik lagi."

BRI juga akan melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) Selasa (11/1) ini. Rasio stock split tersebut sebesar 1 2, sehingga nilai nominal saham yang semula seharga Rp 500 akan menjadi Rp 250 per sa-ham. Bagi pemegang saham yang berada dalam penitipan kolektif KSEI, pelaksanaan stock split akan dilakukan berdasarkan saldo saham perseroan pada masing-masing subrekening efek pada akhir perdagangan saham di BEI, yakni pada 13 Januari 2011.

Selanjutnya pada hari berikutnya, saham hasil pelaksanaan stock split akan didistribusikan melalui subrekening efek pemegang saham di KSEI.

Sementara bagi pemegang saham yang sahamnya tidak dimasukkan dalam penitipan kolektif KSEI atau sahamnya masih dalam bentuk warkat, permohonan stock split dapat dilakukan mulai 14 Januari 2010 di Kantor Biro Administrasi Efek Perseroan, PT Datindo Entrycom.

BRI pun bakal mengakuisisi sebanyak 3,03 miliar lembar saham AGRO setara dengan 88,65 persfctdari total saham dengan mak Rp 109 per saham.

Akuisisi ini diharapakan dapat memperkuat posisi BRI di segmen UMKM, khususnya sektor agrobisnis. Rencana ini sudah disetujui oleh para pemegang saham dan tidak dianggap sebagai bentuk monopoli oleh Komisi Pengawas Persaingan

Artikel 41

Kredit UMKM Pertanian Rp 17,2T19 Jul 2010 Harian Ekonomi Neraca

NERACA

Page 32: Lampiran 50 artikel

Manado - Kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM) sektor pertanian secara nasional mencapai Rpl7,2 triliun atau 22,53 persen dibandingkan total kredit pertanian per Mei 2010. "Dibandingkan posisi Desember 2009, porsi kredit UMKM pertanian tersebut mengalami penurunan, sebab posisi akhir tahun tersebut masih tercatat porsinya 32,84 persen dari total kredit," kata Pemimpin Bank Indonesia Manado, Ramlan Ginting di Manado, Sabtu.

Ramlan mengatakan, yang membanggakan, kredit jnikro kecil menengah pertanian tersebut cukup lancar pengembaliannya, secara nasional tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) mampu berada di bawah lima persen. "NPL kredit mikro kecil menengah pertanian yang di bawah patokan BI tersebut menunjukkan kredit ini semakin berkualitas," kata Ramlan.

Ke depan, kata Ramlan, BI akan terus mendorong agar kredit ke pertanian terus ditingkatkan. "Perbankan di Sulut dan Gorontalo sudah diminta lebih memperhatikan kredit mikro kecil menengah ke sektor pertanian, hal sama juga untuk perbankan secara nasional," kata Ramlan.

Sektor pertanian memberi sumbangsih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun daerah, untuk itu BI terus mendorong perbankan agar tetap mau menyalurkan kredit ke sektor ini. "Kendati bank diberi keleluasaan menyalurkan kredit ke pertanian, tetapi aspek harus tetap selektif dan mengikuti teknis bank," kata K.iml.in .....

Artikel 41

BNI Tingkatkan Kredit UMKM04 Sep 2010 Pikiran Rakyat

BANDUNG - Bank BNI akan terus meningkatkan porsi kredit untuk UMKM -nya di Jawa Barat sehingga bisa mencapai perimbangan 60% 40% dengan porsi kredit korporasi. Pada semester 1/2010 dari total kredit yang disalurkan di Jabar sebesar Rp 8,4 triliun, sebanyak Rp 4,1 triliun (48.74%) berupa kredit untuk UMKM. "Kalau untuk mencapai porsi 50% kredit untuk UMKM, rasanya tahun ini juga akan bisa terlewati." ujar Pemimpin Bank BNI Kanwil Bandung, M. Yaman Bafiroes, di Bandung beberapa waktu lalu. Dikatakannya, strategi untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM didasarkan pada pengalaman bahwa debitur UMKM relatif memiliki ketahanan usaha yang baik sehingga tingkat pengembalian kreditnya juga relatif lebih balk. Hal tersebut menurut \feman sebenarnya bukan hanya

dilakukan BNI, tetapi juga hampir seluruh bank sedang berupaya meningkatkan porsi kredit UMKM-nya. Namun, karena tetap harus dilakukan secara hati-hati, perkembangan porsi kredit UMKMnya umumnya relatif lambat. Secara kebetulan untuk di Jabar ini kami menemukan formula yang cocok sehingga perkembangan kredit UMKM relatif lebih cepat. Sampai-sampai dalam dua tahun ini berturut-turut mendapat penghargaan dah 61 untuk masalah kredit UMKM.* katanya. Dijelaskan, Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan menengah (P3UKM) yang khusus dibentuk Bank Indonesia untuk pengembangan UKM di Jabar, dalam dua tahun yaitu 2009 dan 2010. telah memberikan penghargaan kepada BNI sebagai bank yang memberikan kredit terbanyak untuk UMKM. Peningkatkan kredit UMKM juga mendorong adanya peningkatan pelayanan sehingga BNI mendapatkan penghargaan dari Markplus Inc. sebagai Service Excellence Champion pada 2009 dan 2010. (A-135)***

Artikel 42

Bank BRI Leader Bank di UMKM, Teratas di Perbankan Nasional

Friday, 11 March 2011 12:31 Redaksi Potret Indonesia

PERSAUNGAN yang sangat ketat di industri perbankan membuat bank-bank terus berbenah diri. Semua bank ingin menjadi yang terbaik. Namun, berkat kerja keras dan keuletan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) mampu mempertahankan posisinya menjadi bank dengan laba bersih tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Posisi puncak sebagai bank dengan laba tertinggi tampaknya tahun ini akan terus dipertahankan Bank BRI, berbagai strategi telah disiapkan untuk

Page 33: Lampiran 50 artikel

mewujudkan target tersebut. Jika melihat sampai akhir September 2010, laba bersih Bank BRI memang masih yang tertinggi dengan angka mencapai Rp6,66 triliun, nilai tersebut mengalahkan laba bersih PT Bank Mandiri Tbk yang sebesar Rp6,46 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebesar Rp2,95 triliun dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebesar Rp6,1 triliun.

Dengan pencapaian tersebut Bank BRI berhasil mempertahankan predikat sebagai bank dengan perolehan laba tertinggi di Indonesia sejak tahun 2005. Laba bersih Bank BRI per September 2010 meningkat signifikan sebesar 25,56% dibandingkan perolehan laba pada periode yang sama di tahun 2009 yaitu sebesar Rp5,3 triliun.

Direktur Keuangan Bank BRI Achmad Baiquni mengatakan, peningkatan laba tersebut didukung oleh total asset Bank BRI yang meningkat sebesar 16,93% yaitu dari Rp274,39 triliun pada kuartal III/2009 menjadi Rp320,84 triliun pada kuartal III/2010. Sejalan dengan peningkatan laba tersebut, peningkatan modal juga mengalami pertumbuhan sebesar 26,72% dari Rp25,82 triliun pada kuartal III/2009 menjadi Rp32,73 triliun pada kuartal III/2010.

“Bank BRI berada pada posisi teratas di dalam industri perbankan nasional dalam peran sertanya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran kredit,” ujar Baiquni.

Sampai kuartal III/2010 Bank BRI berhasil meningkatkan portofolio kredit sebesar Rp36,46 triliun meningkat 18,97% dari Rp192,23 triliun di kuartal III/2009 menjadi Rp228,69 triliun di kuartal III/2010 sementara tingkat NPL gross bertahan di angka 4,28% di kuartal III/2010.

Dalam penghimpunan dana, Bank BRI berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 16,78% dari Rp220,08 triliun di September 2009 menjadi sebesar Rp257,02 triliun pada kuartal III/2010.

“Pencapaian tersebut tidak terlepas dari dukungan kegiatan-kegiatan pemasaran yang telah dilakukan, pengembangan jaringan unit kerja maupun electronic channel serta pengembangan fitur produk simpanan,” kata Baiquni. Komposisi DPK Bank BRI pada kuartal III/2010 masing-masing giro Rp42,49 triliun (16,53%), tabungan Rp106,61 triliun (41,48%) dan deposito Rp107,910 triliun (41,99%).

Dengan pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK tersebut, komposisi Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BRI meningkat dari 87,35% di kuartal III/2009 menjadi 88,98% pada kuartal III/2010.

Rasio lain yang juga meningkat pada kuartal III/2010 adalah ROE (Return on Equity) dari 34,23% di kuartal III/2009 menjadi sebesar 34,28% pada kuartal III/2010. Nilai ROA (Return on Asset) juga meningkat, dari 3,47% pada kuartal III/2009 menjadi sebesar 3,65% pada kuartal III/2010. Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI pada kuartal III/2010 adalah sebesar 13,36% masih  tetap di atas ketentuan Bank Indonesia yaitu 8%.

Banyak kalangan optimis tahun 2010 ini Bank BRI akan tetap menjadi bank dengan laba bersih tertinggi. Hal tersebut didukung dengan berbagai strategi yang dijalankan. Pertama, Bank BRI sebagai bank dengan unit kerja terbanyak akan memanfaatkan jaringannya untuk menyalurkan kredit sebesar-besarnya. “Dengan penyaluran kredit yang besar dan berkualitas, maka return yang akan diraih Bank BRI juga besar. Tentu ini akan mendongkrak laba perusahaan,” papar Baiquni.

Kedua, turunan dari kredit tentunya fee based income yang bisa dihasilkan dari transaksi nasabah  Bank BRI yang cukup besar. “Fee based income akan digenjot melalui banyaknya transaksi yang dilakukan nasabah dari berbagai saluran Bank BRI apakah ATM ataupun internet banking,” tambahnya.

Kemudian yang ketiga, lanjut Baiquni, yakni efisiensi dalam berbagai hal dimana dengan banyaknya outlet sampai ke daerah maka potensi mendapatkan dana murah menjadi semakin besar.  “Ini akan membuat Bank BRI semakin efisien,” ujar dia.

Menurut Baiquni, Bank BRI tidak akan berpuas diri dengan jumlah outlet yang ada saat ini. Meskipun jumlahnya sudah sangat banyak tahun ini Bank BRI akan kembali menambah jaringannya dengan memperbanyak Teras BRI di pasar-pasar basah yang saat ini dikombinasikan pemasarannya dengan program CSR yaitu BRI Pesat (BRI Peduli Pasar Rakyat). Baiquni menandaskan, saat ini potensi pasar basah yang jumlahnya mencapai 12.000 pasar masih sangat besar, untuk itu Bank BRI tidak mau ketinggalan dalam meraih potensi yang ada.

“Sampai akhir tahun dengan penambahan Teras BRI, kemungkinan jumlah unit kerja Bank BRI bisa mencapai 8.000,” tegas Baiquni

Page 34: Lampiran 50 artikel

Selanjutnya Baiquni  menargetkan pertumbuhan kredit Bank BRI sebesar 20-22% pada 2011 mendatang. Hal itu dimungkinkan menyusul situasi ekonomi yang kondusif. "Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi yang yang mencapai 6%, kredit kita bisa tumbuh 20-22% persen," katanya.

Dia menjelaskan jika pertumbuhan kredit itu tergantung dari kondisi dan situasi yang tengah terjadi. Misalnya pada 2009, pertumbuhan kredit industri mencapai 9,9%, tapi kredit BRI tumbuh 27%.Sedangkan Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengaku, BRI tahun ini masih mengandalkan sektor UMKM dalam penyaluran kredit yang mencapai 70-80% dan sisanya ke kredit lainnya seperti transportasi, infrastruktur dll.

Wujud keseriusan Bank BRI mendanai proyek transportasi adalah dengan  mengucurkan kredit sindikasi kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp.2,012 Triliun.   Kredit tersebut ditandatangani di Kantor Kementerian BUMN RI di Jakarta, Rabu (9/3)

Selain Bank BRI, PT Bank Negara Indonesia Tbk (Bank BNI) juga mengambil bagian dalam sindikasi tersebut. “Total fasilitas kredit sindikasi yang dikucurkan kepada PT KAI dari kedua bank BUMN tersebut berjumlah Rp.4,024 Triliun. Bank BRI dan Bank BNI masing-masing mengambil porsi 50% dari total pembiayaan bank, atau senilai Rp.2,012 Triliun,” tegas Direktur Bisnis Kelembagaan Asmawi Syam.

Dengan fasilitas pinjaman tersebut, PT KAI akan melakukan pembiayaan investasi pembelian 144 lokomotif dan 2400 unit gerbong  senilai Rp5,28 triliun dalam rangka pemenuhan kebutuhan angkutan batubara di Sumatera Selatan dan angkutan barang lainnya (peti kemas dan parcel) di Pulau Jawa.

“Dalam kredit sindikasi tersebut, Bank BRI dan Bank BNI bertindak sebagai Joint Lead Arranger/ Kreditur, dan memberikan jangka waktu kredit selama 10 tahun dengan tingkat bunga mengambang,” tandas Asmawi.

Dukung Transportasi

Secara umum, dukungan kepada PT KAI melalui pemberian pinjaman ini merupakan kelanjutan dari komitmen BRI untuk mendukung pembiayaan sektor transportasi, khususnya dalam pengembangan industri perkeretaapian yang digulirkan pemerintah. Pasalnya sektor transportasi memainkan peran sangat penting bagi

perekonomian ke depan. Dengan adanya sarana transportasi kereta api yang handal, khususnya bagi angkutan barang, maka pengangkutan komoditi dari titik produsen ke titik konsumen maupun ke titik distribusi akan semakin lancar dan efisien.

Disamping pemberian pembiayaan kepada sektor transportasi, Bank BRI juga telah  memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek BUMN lain yang dapat menunjang perekonomian seperti pembiayaan untuk proyek infrastruktur seperti jalan tol dan air minum, sektor energi listrik, migas, telekomunikasi, kontraktor dan juga di sektor agrbisnis.

“Untuk pembiayaan BUMN, sejak tahun 2007 Bank BRI telah membentuk Direktorat yang khusus menangani BUMN dan Kelembagaan. Saat ini Bank BRI telah melayani 107 nasabah BUMN, 56 BUMN diantaranya telah diberikan fasilitas kredit dengan plafond kredit yang diberikan mencapai Rp 54 Trilyun, dan outstanding kredit per September  2010 berjumlah  Rp18,9 Triliun. Ke depan, Bank BRI akan tetap mendukung proyek-proyek BUMN, khususnya untuk menunjang capex dan opex, serta pelaksanaan public service obligation,” tandas Asmawi

Dengan berbagai kiprahnya tersebut, Bank BRI membuktikan dirinya patut disegani oleh jajaran perbankan nasional karena Bank BRI saat ini telah menjadi leader bank di UMKM dan teratas di jajaran perbankan nasional. (eddy yusuf/heldian)

Artikel 43

Kadin Prihatin Dana Pengembangan KUKM

Penulis: Dwi Bayu Radius | Editor: Erlangga Djumena

Minggu, 23 Januari 2011 | 20:38 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat menyatakan prihatin terhadap dana pengembangan koperasi dan usaha kecil menengah (KUKM). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar mengusulkan dana sebesar Rp 200 miliar namun yang disetujui DPRD Jabar hanya separuhnya.

Page 35: Lampiran 50 artikel

Wakil Ketua Kadin Jabar Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Iwan Gunawan di Bandung, Minggu (23/1/2011), mengungkapkan, alokasi dana pengembangan KUKM yang disetujui sebesar Rp 100 miliar, sebagian besar digunakan untuk pembiayaan atau sekitar Rp 90 miliar.

Adapun Rp 10 miliar disalurkan untuk pembinaan, pelatihan, dan akses pemasaran. Keprihatinan misalnya, disebabkan dana untuk pembinaan, pelatihan, dan akses pemasaran justru turun dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 20 miliar.

"Dana pengembangan KUKM menunjukkan komitmen Pemprov Jabar masih setengah hati. Pemprov Jabar seharusnya mendorong peningkatan daya saing KUKM," katanya.

Daya saing amat penting karena semakin banyak produk impor membanjiri pasar dalam negeri. Belum lagi, pembatasan bahan bakar minyak nanti kemungkinan berdampak pada daya saing. Karena itu, Pemprov Jabar dinilai perlu memberikan klarifikasi mengenai dana pengembangan KUKM itu. "Indeks pembangunan manusia Jabar terendah dari segi daya beli. Pemprov Jabar harus berkomitmen menggerakkan sektor ekonomi," ujarnya.

Artikel 44

Narwastu sabet gelar UKM teladan binaan BUMN

Oleh Mulia Ginting Munthe

Published On: 18 March 2011

JAKARTA: Produsen alat kecantikan, aromaterapi, dan spa skala usaha kecil menengah (UKM) dari Surabaya, Jawa Timur, Narwastu, memenangkan penghargaan Gelar Karya PKBL- BUMN 2011, menyisihkan 14 kompetitornya.

Narwastu, UKM binaan Pelabuhan Nusantara Indonesia (Pelindo III) menyabet penghargaan terbaik untuk kategori usaha peroduk kriya tangan dan interior asesoris serta furnitur. Prestasi itu membawa Narwastu terpilih menjadi binaan teladan.

Pemilihan terhadap UKM binaan perusahaan BUMN dilaksanakan melalui program corporate social responsibility (CSR), bersamaan dengan pameran berbagai produk di Jakarta Convention Center (JCC) yang melibatkan sekitar 350 UKM binaan perusahaan pelat merah.

Pameran berlangsung sejak 16 Maret hingga 20 Maret 2011 di JCC, namun pengumuman pemenang atau penerima penghargaan dilakukan lebih awal, yakni hari ini. Namun hanya 73 UKM peserta yang mengikuti lomba.

Lomba diadakan dengan lima kategori, masing-masing produk busana, perhiasan dan asesoris fesyen, produk kriya tangan dan interior asesoris dan furnitur, produk kudapan/camilan serrta makanan dan minuman ringan, usaha budidaya pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, dan perdagangan barang/jasa dan pelayanan umum.

Narwastu terpilih menjadi binaan teladan BUMN berkat keberhasilannya mengoptimalkan potensi pemasaran yang berdampak terhadap kesejahteraan karyawan serta perusahaan. UKM ini berdiri sekitar 9 tahun lalu, dan bermodal awal Rp7 juta.

”Omzet kami pada tahun lalu mencapai Rp1,3 miliar yang didukung 27 SDM. Mereka terdiri dari 14 karyawan produksi serta 13 tenaga pemasaran,” ujar Nidiawati, pemilik Narwastu kepada wartawan seusai pengumuman pemenang di JCC, hari ini.

Nilai omzet tersebut belum mencakup nilai penjualan ekspor yang telah dilaksanakan ke beberapa negara di Eropa maupun Asia. Keberhasilan Narwastu, kata Nidiawati, berkat pembinaan yang diberikan Pelindo III sejak 4 tahun terakhir.

Nilai permodalan yang diberikan perusahaan BUMN tersebut, kata Nidiawati, tidak terlalu besar, karena jumlahnya hanya sekitar puluhan juta rupiah. Akan tetapi, fasilitasi yang diberikan Pelindo III seperti promosi dan pelatihan, ternyata berdampak besar bagi perkembangan Narwastu.

Terkait dengan masuknya UKM ini dalam pemilihan kategori produk kriya tangan dan interior asesoris/furnitur, karena untuk produk spa, kecantikan dan aromaterapi belum dilaksanakan pada Gelar Karya PKBL-BUMN tersebut. “Meski demikian, kami sangat bangga demean penghargaan ini.

Artikel 45

Pameran produk binaan BUMN incar 46.000 pengunjung

Oleh Nurudin Abdullah

Published On: 16 March 2011

Page 36: Lampiran 50 artikel

JAKARTA: Penyelenggara pameran Gelar Karya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara (PKBL-BUMN) 2011 menargetkan bisa meraup transaksi mencapai Rp11 miliar dengan jumlah pengunjung  sebanyak 46.000 orang.

Dirut PT Mediatama Binakreasi, penyelenggara PKBL-BUMN 2011, Bramantyo W. mengatakan pihaknya optimistis pameran yang digelar pada 16-20 Maret akan diikuti 400 usaha skala kecil dan menengah (UKM) mitra binaan 29 BUMN.

Dia menjelaskan daya tarik pameran itu mencakup produk berkualitasnya meliputi kategori busana, karya tangan, makanan, budidaya pertanian serta perdagangan dan jasa.

"PKBL-BUMN dengan tujuan untuk menjembatani BUMN dalam upaya meningkatkan jaringan pemasaran para mitra binaannya yang terdiri dari usaha kecil dan menengah yang ada di lingkungan BUMN akan diminati banyak pengunjung," katanya, hari ini.

Dia menjelaskan peningkatan pameran tahunan bisa dilihat dari tren peningkatan nilai transaksi dan jumlah pengunjung. Pada 2008, imbuh dia, pameran itu telah diikuti 395 peserta, dikunjungi 32.486 orang dan mencatat nilai transaksi Rp7,8 miliar.

Pada 2009, peserta pameran sebanyak 426 peserta dengan 37.358 pengunjung mencatat nilai transaksi sebesar Rp9,93 miliar sedangkan 2010 diikuti 467 peserta, menyedot 38.491 pengunjung dengan total transaksi Rp10,3 miliar.

Bramantyo menegaskan kegiatan pameran Gelar Karya PKBL-BUMN merupakan alat yang efektif untuk mempromosikan berbagai produk berkualitas para pengusaha dan industri sekala kecil dan menengah yang menjadi mitra binaan perusahaan pelat merah.

Dia melanjutkan pameran itu terkait dengan program kemitraan bina lingkungan yang dilaksanakan BUMN kepada UKM yang menjadi mitra binaannya masing-masing dan diharapkan dapat menciptakan produk unggulan dengan terus memperluas pasarnya. (hwi)

http://www.bisnis.com

Artikel 46

Perbankan agar optimalkan KUR untuk usaha mikro

Oleh Mulia Ginting Munthe

Published On: 17 March 2011

JAKARTA: Ibu Negara Ani Yudhoyono meminta kepada perbankan nasional agar memberikan layanan optimal kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ingin mengembangkan usahanya melalui kredit usaha rakyat (KUR).

Layanan perbankan ditingkatkan agar mereka bisa bekerja dan menghasilkan produk berkualitas di tengah era persaingan pasar global yang semakin menuntut kreativitas, inovasi serta kualitas dengan penggunaan bahan baku ramah lingkungan.

"Tolong masalah permodalan ini diperhatikan, agar mengurangi jumlah SMS atau pesan singkat masuk ke handphone saya,” ujar Ani Yudhoyono ketika hadir pada acara puncak HUT ke-31 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Gedung Smesco UKM Indonesia, Jaksel, hari ini.

Dikemukakan, setiap hari banyak SMS dari ibu-ibu pengusaha (UMKM) khususnya mikro dan kecil yang intinya mengeluh karena tidak bisa mengakses dana KUR ke perbankan yang telah ditunjuk pemerintah sebagai bank penyalur KUR.

Ibu Negara meminta agar prosesnya jangan dipersulit lagi. Apalagi, pada era sekarang ini birokrasi yang berbelit-belit tidak relevan lagi dengan langkah dinamis yang harus dilakukan dunia usaha, termasuk usaha mikro.

"Dari mana saya bisa mendapatkan permodalan untuk mereka, karena saya hanya Ibu Negara dan bukan pengelola bank. Jadi, saya tidak bisa meminjamkan permodalan kepada mereka. Kemudahan dari perbankan terutama diberikan kepada pelaku usaha yang ingin meningkatkan kapasitas usahanya."

Program KUR, kata Ibu Negara, terbukti mampu meningkatkan jumlah pelaku usaha maupun meningkatkan kapasitas usahanya, karena akses permodalan tersedia sekitar Rp20 triliun per tahun untuk seluruh wilayah Indonesia.

Hadir pada acara HUT ke-21 Dekranas, a.l. Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan, Menteri Perindustrian MS.Hidayat, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan Menteri Dalam Negeri Gawaman Fauzi. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II tersebut merupakan para Pembina

Page 37: Lampiran 50 artikel

Dekranas yang diketuai Herawati Boediono.

Puncak HUT Dekranas dimeriahkan, a.l. peragaan busana yang melibatkan para pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dari 33 provinsi maupun Dekranas Pusat.

Pada kesempatan itu, Herawati Boediono menegaskan organisasi nirlaba yang dipimpinnya bertugas menggali dan mengembangkan produk kerajinan nasional, meski ruang kerjanya terbatas pada fasilitasi.

"Kami bertekad menjadi motor penggerak dan peningkatan daya saing kerajinan Indonesia guna meningkatkan daya saing dengan mengusung bahan baku ramah lingkungan, sekaligus mendukung pencanangan ekonomi kreatif sejak tahun lalu,” tukas Herawati Boediono.(yn)

http://www.bisnis.com

Artikel 47

Kalangan Perbankan, Korporasi Dan BUMN Dukung UKM

Oleh Redaksi Surabayakita   

Kalangan perbankan, korporasi dan BUMN menegaskan dukungannya bagi pengembangan UMKM. Dukungan ini mencuat dalam Seminar “Carut Marut UMKM di tengah ACFTA” yang diselenggarakan ISMEI di Universitas Airlangga Surabaya, Senin (7/6/2010).Pemimpin Divisi Kredit Ritel Bank Jatim Partono menyatakan Bank Jatim telah menyalurkan kredit sebesar Rp11 Triliun sampai dengan akhir April 2010. “Dari Rp11 Triliun tersebut, sekitar 80 persen kami alokasikan untuk UMKM dan koperasi,” kata Partono.

Sementara 20 persen sisanya diserap oleh sektor korporasi, baik untuk pembangunan jalan tol, maupun pembangkit listrik. Seperti diketahui, Bank Jatim turut serta dalam sindikasi kredit sejumlah proyek tol bersama sejumlah bank BUMN. Selain itu juga terlibat dalam sindikasi kredit bersama BPD se-Indonesia (Asbanda) untuk pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap II.

Sekitar Rp 1 triliun dari total kredit tersebut, lanjut Partono, tergolong kredit yang disalurkan secara channeling bersama sejumlah dinas di Provinsi Jatim dan beberapa program Kementerian.

“Tapi  tak ada dana pemerintah yang langsung

masuk dalam kredit program ini. Pemerintah hanya memberi subsidi bunga,” jelas Partono.

Panelis berikutnya, Yudi Rizard Hakim, Chief Corporate Affairs Officer PT Bakrieland Development Tbk, menyatakan bahwa pihaknya melakukan inkubasi bisnis bagi kalangan UMKM untuk mendorong perkembangan bisnis UMKM.

“Kami menyiapkan lahan sekitar 10 hektar untuk ditempati UMKM berjualan di sekitar ruas tol Kanci-Pejagan yang kami bangun. Saat ini telah berfungsi sebanyak 2 hektar. UMKM yang kami bina ini khusus bagi yang berada di sekitar ruas tol tersebut,” jelas Yudi.

Berhubung sifatnya inkubasi, maka UMKM yang telah berkembang akan diganti oleh UMKM lainnya. Yudi menjelaskan bahwa pembinaan terhadap UMKM yang dilakukannya merupakan penyaluran dari dana corporate social responsibility (CSR) PT Bakrieland Development Tbk.

Program CSR Bakrieland, lanjutnya, kedepan akan terus memfokuskan pada pembinaan UMKM-UMKM yang berada di sekitar proyek yang sedang mereka kerjakan di seluruh Indonesia.

Sementara itu, Edi Hariadi, Straf Ahli Menteri Negara BUMN bidang SDM, menyatakan pihaknya telah menyalurkan dana CSR yang dihimpun dari BUMN dan sebagian telah diserap oleh 129.000 UMKM binaan.

“Kini UMKM binaan BUMN telah berkembang, bahkan mereka semakin kritis. Bila ada bank yang menawarkan suku bunga yang tinggi, mereka enggan mengambil dan lebih memilih untuk meminjam dana CSR dari BUMN,” papar Edi.

Dia mengungkapkan, dana CSR yang telah terserap hingga Mei 2010 baru mencapai 50 persen. Berarti ada sekitar 50 persen sisanya yang belum tersalurkan sehubungan dengan perubahan sistem penyaluran dana CSR di kalangan BUMN.

Mengenai langkah yang mesti ditempuh oleh UMKM menghadapi ACFTA, Edi menegaskan bahwa harus ada dukungan dari BUMN sehingga bisa diakses oleh UMKM sebab segala sumber daya yang dimiliki BUMN bisa memberi manfaat besar bagi UMKM.

Dia juga mengungkapkan dukungan pemerintah terhadap UMKM tak hanya dilakukan oleh Kementerian BUMN, namun juga kementerian lainnya. misalnya, Kementerian Luar Negeri.

“Kini, 90-an Kedutaan Besar RI (KBRI) dan 30 Konsulat Jenderal Indonesia di luar negeri juga

Page 38: Lampiran 50 artikel

diarahkan untuk turut mempromosikan produk-produk karya Indonesia. Selama ini, hanya KBRI yang memiliki atase perdagangan saja yang melakukan promosi ini. Sekarang semua mempromosikan,” jelas Edi.

Panelis lainnya, Prof Suroso Imam Djazuli menyatakan bahwa pengembangan UMKM harus dilandaskan oleh nilai-nilai agama sehingga proses ekonomi dan sistem yang dijalani menjadi terarah dan tak mudah digoyahkan oleh praktik ekonomi tak sehat, seperti korupsi dll.

“Saya dan kawan-kawan telah membuktikan bahwa pasar tradisional syariah (yang berlandaskan nilai-nilai syariah Islam) terbukti bisa berjalan,” jelas Suroso. (red)

Artikel 48

Monday, 15 November 2010 10:43   

Bank BUMN putihkan kredit UMKM Merapi

Ekonomi & Bisnis

WASPADA ONLINE

(istimewa)

JAKARTA - Sejumlah bank pelat merah seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengaku siap menghapuskan utang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.

"BRI sudah siap untuk melakukan itu," kata Kepala Divisi Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis PT Bank Rakyat Indonesia, Irianto, pagi ini.

Menurut Irianto, saat ini pihaknya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang menanti payung hukum yang mengatur adanya penghapusan atau restrukturisasi utang maupun pinjaman UMKM korban erupsi Merapi. "Kita tunggu aturan dari BI (Bank Indonesia) dan Kementerian Keuangan," ujarnya.

Perseroan, ia menambahkan, sudah menyiapkan hal tersebut dalam Pencabutan Pencadangan Aktiva Produktif (PPAP) sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Tantri Wulandari, corporate secretary PT Bank Bukopin Tbk juga berpendapat, pihaknya siap melakukan penghapusan utang UMKM korban letusan Gunung Merapi.

Namun, saat ini kata dia, hal itu belum menjadi prioritas utama perseroan. Sebab, Bukopin sedang fokus pada bantuan agar korban-korban bencana tersebut bisa hidup. "Sekarang ini kita utamakan, bagaimana mereka bisa hidup, belum kepada bisnisnya," ujarnya.

Namun, Tantri menambahkan, pihaknya terus melakukan pendataan berapa banyak UMKM yang terkena korban Merapi, termasuk kantor cabang Bukopin dan nasib para karyawannya yang terkena musibah.

Sebelumnya, mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu mengaku untuk mempercepat proses UMKM kembali lagi beroperasi sebaiknya pihak perbankan yang meminjamkan modalnya ke UMKM korban erupsi Merapi harus memberikan hapus tagih.

Menurutnya, hapus tagih ini tidak saja dari perbankan, namun banyak juga perusahaan BUMN yang memberikan pinjaman modal kepada para pelaku UMKM dengan programCorparate Social Responsibility (CSR) yang juga harus dikembalikan UMKM yang menerimanya.

"Yang dari BUMN juga banyak yang memberikan pinjaman modal dalam program CRS-nya. Berikanlah para UMKM ini hapus tagih agar saat mereka kembali dari pengungsian dan memulai usahanya tidak dikejar-kejar utang yang akhirnya justru membuat UMKM terpuruk," ujarnya

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi juga sependapat, untuk menolong sejumlah usaha kecil dan menengah di Yogyakarta dan daerah sekitarnya yang merugi, langkah yang perlu dilakukan di antaranya penghapusan utang di bank.

Sofjan mengakui, penghapusan utang sejumlah UKM di bank tersebut perlu dilakukan pemerintah karena UKM di Yogyakarta tidak termasuk dalam kategori pengusaha atau industri besar yang bisa cepat pulih setelah diterpa bencana. "Jadi, perlu dilakukan hapus utang dan suntik dana baru agar mereka bisa kembali bekerja," tuturnya.

Dia menambahkan, bila hal tersebut (penghapusan utang maupun penambahan modal) tidak ditempuh pemerintah, diperkirakan bakal mendorong meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia, khususnya Yogyakarta. "Kita tahu, meski industri di Yogya kecil atau hanya UKM tapi menyerap tenaga ribuan orang," kata Sofjan.

Jadi, Sofjan melanjutkan, sebaiknya setelah tanggap darurat diberlakukan pemeritah tetap menempuh langkah-langkah

Page 39: Lampiran 50 artikel

penghapusan utang dan suntik dana baru agar UKM atau industri kecil di Yogyakarta dan sekitarnya kembali bergairah.

Artikel 49

Pola Kemitraan BUMN dan UMKM jadi Gerakan Nasional

Selasa, 14 Desember 2010 06:38

Ditulis oleh anas

Pola kemitraan BUMN dan UMKM akan dikembangkan menjadi gerakan nasional.

BUDI SETIAWAN Kepala Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur seperti dilaporkan MARTHA reporter Suara Surabaya, Senin (13/12), mengatakan, Pemprov Jawa

Timur membuat kebijakan membuka kemitraan UMKM dan BUMN yang saling menguntungkan.

Dengan kemitraan ini diharapkan UMKM punya posisi tawar yang baik dengan BUMN untuk mengurangi persaingan yang tidak sehat. Terlebih pola kemitraan BUMN dan UMKM akan dikembangkan menjadi gerakan nasional.

Pola kemitraan ini akan dikembangkan demi proses produksi alih teknologi yang diharapkan bisa meningkatkan daya saing UMKM. Kata BUDI, Pemprov Jawa Timur akan mendukung dengan fasilitasi dan promosi dagang baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu ada jaminan kredit (Jamkrida) untuk permodalan BUMN dan UMKM. [suarasurabaya.net]

Artikel 50

Mitra Binaan BUMN Kembangkan UMKM

Bisnis Hari Ini / Ekonomi - / Kamis, 26 Agustus 2010 15:57 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Program Mitra Binaan BUMN dinilai cukup berperan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah di Indonesia. Program ini diutamakan bagi usaha kecil yang tidak mendapat akses pinjaman kredit perbankan.  

Kementerian BUMN mewajibkan seluruh BUMN

untuk menyisihkan dua persen keuntungannya bagi pengembangan usaha kecil atau biasa disebut sebagai program mitra binaan BUMN.

Sebagian BUMN sudah menjalankan program ini, sehingga telah memiliki ribuan mitra binaan. Salah satu BUMN, yakni PT Bukit Asam, mengaku memiliki 6.000 mitra binaan yang tersebar di delapan provinsi.

Sementara itu beberapa mitra binaan BUMN mengaku diuntungkan dengan adanya fasilitas ini. Program ini menyediakan pinjaman kredit di bawah Rp100 juta. Pinjaman diberikan dengan bunga yang lebih rendah dibandingkan bunga perbankan, saat ini bunga program kemitraan berkisar 6 persen.

Sedangkan bunga perbankan kini masih mencapai 15 persen. BUMN memberlakukan beberapa syarat sebelum memberikan bantuan. Diantaranya usaha yang diberikan bantuan sudah harus berjalan minimal 1 tahun.(RIE)

Page 40: Lampiran 50 artikel