(hpmc) sebagai polimer hydrocolloid matrix … · lampiran 4. data pembuatan hydrocolloid matrix...
TRANSCRIPT
OPTIMASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE
(HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC
WOUND HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ignasia Handipta Mahardika
NIM : 138114069
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE
(HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC
WOUND HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ignasia Handipta Mahardika
NIM : 138114069
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
0PTTMASI KONSET{TRASI HYDROXYPROPYL METTm.CELLULOSE GIPMC)
SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRil( DABETIC WOUND HEALING
DENGAI\I BAHAN AKTIF IBT]PROT:EN
Skripsi yang diajukan oleh:
Ignasia Handipta Mahardika
NIM: 138114069
telah disetujui oleh:
(Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt.) tanggal 18 Januari 2017
bimbing Utama
ffitu
ll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“One day left to life, do your best now or never.
And then, let God do the rest.”
Untuk semua yang selalu percaya dan mengatakan
“kamu pasti bisa”,
Tuhan Yesus, Bunda Maria, Mama, Papa, Citta, dan
kamu,
yang tidak bisa disebutkan nama demi nama.
Semua ini kupersembahkan untuk kalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC)
Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing Dengan Bahan
Aktif Ibuprofen” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi.
Melalui skripsi ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi
para pembaca, menjadi sumber pengetahuan tentang formulasi hydrocolloid
matrix ibuprofen sebagai sediaan penyembuh luka diabetik, dan menjadi inspirasi
untuk melakukan penelitian yang lebih berkembang nantinya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari banyak bantuan, dukungan,
semangat, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu, dukungan, dan saran dalam penelitian ini.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang
telah bersedia memberikan saran bagi penelitian ini.
4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
bersedia memberikan saran bagi penelitian ini.
5. Bapak Enade Istyastono, Ph.D., Apt. dan Bapak Florentinus Dika Octa
Riswanto, M.Sc. yang telah bersedia memberikan masukan dalam
penelitian ini.
6. Bapak Yohanes Ratijo yang telah banyak mendukung dan meluangkan
waktu untuk membantu penelitian ini.
7. Bapak Musrifin, Mas Agung, Bapak Kayat, dan Mas Aditya Bimo
selaku laboran yang telah mendukung jalannya penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
8. PT. Erela dan PT. Sanbe Farma selaku perusahaan industri farmasi
yang telah bersedia membantu penelitian ini.
9. DP2M Dikti yang telah memberikan Grant penelitian untuk
mendukung sebagian pendanaan penelitian ini berdasar kontrak Surat
Perjanjian Pelaksanaan Hibah No. 010/HB/LIT/III/2016 tanggal 15
Maret 2016.
10. Keluarga penulis yang telah memberikan doa, semangat dan
dukungan.
11. Rekan kerja penelitian, Michael Ryanda, Benedicta Fidelia, dan
Gracia Elwy yang menjadi partner seperjuangan.
12. Teman-teman penulis, Asti, Rency, Elin, Fenny, Herna, Eva, Kenny,
Edwin, Dendi, KG, Indra, Imel, Lala, Richard, yang selalu
menyemangati.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam skripsi ini.
Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan selamat membaca.
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Penulis,
Ignasia Handipta Mahardika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
OPTIMASI KONSENTRASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE
(HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC
WOUND HEALING DENGAN BAHAN AKTIF IBUPROFEN
Ignasia Handipta Mahardika
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRAK
Hydrocolloid matrix diabetic wound healing dengan polimer
hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) dan bahan aktif ibuprofen, berpotensi
dapat mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian ini
bertujuan mengetahui konsentrasi HPMC optimal dan sifat fisika kimia serta
stabilitas dari hydrocolloid matrix ibuprofen. Hydrocolloid matrix ibuprofen
dibuat dalam 3 konsentrasi HPMC yaitu 8,75%, 11%, dan 13,25%. Formula
optimal dipilih berdasarkan uji yang dilakukan, yaitu: uji sterilitas; sifat fisik yang
meliputi organoleptis, keseragaman bobot, ketebalan sediaan, pH larutan sediaan,
persentase moisture content dan absorption, dan ketahan pelipatan; sifat kimia
yang meliputi keseragaman kandungan obat dan pelepasan obat; iritabilitas serta
stabilitas. Formula optimal yang dipilih adalah formula 1 (F1) dimana merupakan
sediaan yang memiliki nilai DE 88,86%; CV keseragaman kandungan obat
15,78% dan keseragaman bobot 9,84%; persentase kandungan obat 77,30%;
memiliki nilai persentase moisture content 12,36% dan moisture absorption
14,88%; ketebalan 0,5 mm; pH larutan sediaan 6,70; nilai ketahanan pelipatan 25;
steril; tidak berwarna, jernih, dan halus; dan stabil secara kimia. Formula optimal
yang dipilih kemudian diuji aktivitas dan uji histopatologi. Uji aktivitas dan
histopatologi F1 menunjukkan hydrocolloid matrix ibuprofen dapat mempercepat
penyembuhan luka diabetes.
Kata kunci: diabetes, HPMC, hydrocolloid matrix, ibuprofen, luka diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Hydrocolloid matrix diabetic wound healing with hydroxypropyl
methylcellulosa (HPMC) as polymer and ibuprofen as active ingredient can
potentially accelerate healing in diabetic wound. This study aims to determine the
optimal concentration of HPMC and the chemical and physical properties as well
as the stability of the hydrocolloid matrix ibuprofen. Hydrocolloid matrix
ibuprofen made in 3 HPMC concentration, 8,75%, 11% and 13,25%. Optimal
formula selected based on tests conducted, that is: the sterility test; physical
properties include organoleptic, weight uniformity, thickness, the pH of matrix
solution, the percentage of moisture content and absorption, and folding
endurance; chemical properties which include uniformity of drug content and drug
release; irritability and stability. The selected optimal formula is Formula 1 (F1)
which has DE values 88,86%; CV uniformity of drug content and uniformity of
weight 15,78% and 9,84%; the percentage of drug content 77,30%; has a moisture
content percentage 12,36% and moisture absorption percentage 14,88%; thickness
0,5 mm; pH of solution 6,70; folding endurance values 25; a sterile hydrocolloid
matrix; colorless, clear, and smooth; and chemically stable. The selected optimal
formula is then tested the activity and histopathological test. F1 activity and
histopathology test showed hydrocolloid matrix ibuprofen can accelerate healing
of diabetic wound.
Keywords: diabetes, diabetic wound, HPMC, hydrocolloid matrix, ibuprofen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 2
Pembuatan sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen ....... 3
Uji sterilitas .......................................................................................................... 3
Evaluasi sifat fisik ................................................................................................ 3
Evaluasi sifat kimia .............................................................................................. 4
Uji iritasi akut dermal ........................................................................................... 4
Uji stabilitas .......................................................................................................... 5
Penentuan formula optimal................................................................................... 5
Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen ............................................ 5
Tata cara analisis hasil .......................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 6
Formulasi sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen ......... 6
Uji sterilitas .......................................................................................................... 6
Evaluasi Sifat Fisik ............................................................................................... 7
Evaluasi sifat kimia ............................................................................................ 10
Uji iritasi akut dermal ......................................................................................... 11
Uji stabilitas ........................................................................................................ 12
Penentuan formula optimal................................................................................. 13
Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen .......................................... 13
Uji histopatologi ................................................................................................. 15
KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16
LAMPIRAN ........................................................................................................... 18
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix ibuprofen ..................................................... 3
Tabel II. Hasil evaluasi sifat fisika kimia hydrocolloid matrix ibuprofen ............... 8
Tabel III. Hasil uji iritasi basis hydrocolloid matrix .............................................. 12
Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi ....................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil uji sterilitas hydrocolloid matrix ................................................... 7
Gambar 2. Kurva persen pelepasan obat vs waktu ................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian ............................................................................ 18
Lampiran 2. Ethical Clereance Penelitian ............................................................. 43
Lampiran 3. Certificate of Analysis Bahan-bahan Penelitian ................................ 45
Lampiran 4. Data Pembuatan Hydrocolloid Matrix Ibuprofen .............................. 50
Lampiran 5. Data Hasil Uji Sterilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen .................. 51
Lampiran 6. Data Hasil Uji Sifat Fisika Kimia Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ... 52
Lampiran 7. Verifikasi Metode Analisis ................................................................ 54
Lampiran 8. Data Hasil Uji Pelepasan Obat Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ....... 56
Lampiran 9. Data Hasil Uji Iritasi Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ....................... 57
Lampiran 10. Data Hasil Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ............... 59
Lampiran 11. Data Hasil Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ............... 71
Lampiran 12. Data Hasil Uji Statistik Hydrocolloid Matrix Ibuprofen ................ 73
Lampiran 13. Hasil Uji Histopatologi .................................................................. 107
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) di Indonesia memiliki prevalensi penyakit sebesar 6,2%
pada tahun 2015 (IDF, 2015). Peningkatan populasi penderita DM akan berdampak pada
peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, dimana sebanyak
5-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik (Singh et al., 2005), dan
diantaranya 84% penderita mengalami amputasi kaki (Brem and Tomic-Canic, 2007).
Ibuprofen dengan mekanisme penghambatan produksi prostaglandin (Rainsford, 2009),
dapat menurunkan aktivitas enzim matrix metalloproteinases 9 (Yen et al., 2008), sehingga
berpotensi mempercepat penyembuhan luka kronis pada penderita DM.
Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pembalut luka yang diperoleh dari bahan
koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti elastomer
dan adhesif. Hydrocolloid matrix dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga
moderat, dan juga pada pengelolaan ulkus kaki (Boateng et al., 2008).
Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) merupakan polimer yang biasa
digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasal, dan juga topikal (Rowe et al.,
2009). HPMC sering digunakan sebagai agen pengental, penstabil, pengemulsi,
penampung air, film-forming, yang penting pada preparasi bahan pembalut luka (Uslu and
Aytimur, 2012). Sebagai agen film-forming, konsentrasi HPMC yang dibutuhkan adalah 2-
20% b/b (Rowe et al., 2009). HPMC dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol
laju pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad et al., 2011). HPMC dapat
berfungsi sebagai penghambat pembentukan kristal pada ibuprofen (Iervolino et al., 2001).
HPMC merupakan polimer hidrofilik (Tiwari and Rajabi-Siahboomi, 2008), sementara
ibuprofen merupakan senyawa yang sukar larut dalam air (Pubchem, 2016). HPMC
diharapkan dapat meningkatkan interaksi ibuprofen dengan pelarut sehingga kelarutannya
dalam air meningkat (Tiwari and Rajabi-Siahboomi, 2008, Pubchem, 2016).
Penelitian terkait formulasi ibuprofen dengan polimer HPMC sebagai pembawa
telah banyak dilakukan. Penelitian Madhulata and Ravikiran, (2013) menemukan
perbandingan optimal polimer HPMC yang dikombinasikan dengan chitosan dalam
formulasi sediaan transdermal ibuprofen yaitu 25:75 dengan pelepasan obat secara difusi.
Penelitian Shoaib et al., (2006) menunjukkan mekanisme pelepasan ibuprofen dari matriks
HPMC pada tablet adalah secara difusi, swelling, dan erosi. Penelitian Lopes et al., (2007),
menemukan bahwa HPMC dapat mengatur pelepasan ibuprofen dalam waktu yang
diperpanjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimal HPMC dan
mengetahui sifat fisika kimia serta stabilitas hydrocolloid matrix ibuprofen sebagai
diabetic wound healing yang dibuktikan dengan uji aktivitas untuk melihat potensi sediaan
dalam mempercepat penyembuhan luka diabetes. Hipotesis penelitian ini adalah
konsentrasi polimer HPMC tertentu menghasilkan hydrocolloid matrix diabetic wound
healing dengan bahan aktif ibuprofen yang optimal serta peningkatan konsentrasi HPMC
berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound
healing ibuprofen.
METODE PENELITIAN
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni. Bahan yang
digunakan dalam penelitian antara lain ibuprofen (Shasun Pharmaceuticals Limited), etanol
96% (Aldrich), hypromellose 2910 (ShinEtsu), propylene glycol, gliserol, akuades (Tirta
Investama), methanol pro analysis (Merck), NaCl, Na2HPO4, KH2PO4, ibuprofen working
standar (Strides Shasun), etil asetat, aloksan monohidrat (Sigma), etanol 70%, ketamin
10%, krim depilatori (Reckitt Bensckiser), Nutrient Agar (Oxoid), formalin 10% (Aldrich),
larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin
alkohol 1%, larutan working Eosin, heparin, reagen Glucose GOD FS (Diasys, Germany),
akuabides, larutan standar glukosa (Diasys, Germany), dan darah subjek uji.
Alat dan instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi gelas beaker,
gelas ukur, cawan porselen, kaca arloji, labu ukur, pipet gondok, corong, batang pengaduk,
pipet tetes, cawan petri, tabung reaksi, aluminium foil, plastic wrap, kabinet LAF, jarum
ose, tabung sentrifugasi, kuvet, spuit injeksi, pinset, gunting, biopsy punch 5 mm, kapas,
kaca objek dan kaca penutup, hotplate magnetic stirrer, stirrer, sentrifugator, MicroLab-
200 (Merck), mikropipet (Socorex), timbangan analitik (Ohaus), pH meter, pH meter
portable, sonikator, spektrofotometer UV-Visibel, vortex (Wilten), mikroskop cahaya
Olympus tipe BH-2 (Olympus Corp., Jepang), Franz Diffusion Cell, dan membran
Milipore.
Subjek uji pada penelitian ini adalah 6 tikus putih galur Wistar jantan berusia 2
bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memiliki
deviasi berat badan 30 g (150 g – 180 g) dalam kondisi sehat, serta kelinci albino jantan
New Zealand jantan berusia 8-9 bulan yang memiliki deviasi berat badan 0,4 kg (1,8 – 2,2
kg) dari Peternakan Kelinci Seyegan dalam kondisi sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix ibuprofen
Formula BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
Ibuprofen - - - 0,175 g 0,175 g 0,175 g
HPMC 4,375 g 5,5 g 6,625 g 4,375 g 5,5 g 6,625 g
Propylene glycol 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g
Etanol 14 mL 14 mL 14 mL 14 mL 14 mL 14 mL
Gliserol 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g
Akuades ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g
Keterangan: BF1 (basis formula 1); BF2 (basis formula 2); BF3 (basis formula 3); F1 (formula 1); F2
(formula 2); F3 (formula 3).
Pembuatan sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen
Konsentrasi HPMC yang digunakan pada hydrocolloid matrix ibuprofen adalah
8,75% (F1), 11% (F2), dan 13,25% (F3). Formula yang digunakan dalam pembuatan
sediaan terdapat pada Tabel I. HPMC ditimbang sesuai dengan formula, kemudian
dilarutkan dalam akuades dan diaduk dengan stirrer hingga terbentuk gel dalam suhu
40°C. 0,175 gram ibuprofen yang sudah ditimbang dilarutkan dalam 15 mL propylene
glycol dan 14 mL etanol, kemudian ditambahkan ke dalam gel HPMC dan diaduk dengan
stirrer hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan 3,78 gram gliserol seiring dilakukannya
pengadukan dengan stirrer. Campuran gel tersebut kemudian dituang ke dalam tabung
reaksi bertutup sebanyak 12,5 gram, kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada
suhu 115oC selama 15 menit. Setelah itu, gel dituangkan ke cawan petri secara aseptis
dalam kabinet LAF, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C dan selama
minimal 48 jam hingga mencapai ketebalan 0,5 mm. Sediaan kemudian dicetak dalam
bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm. Sediaan disimpan di suhu ruang dengan
dibungkus aluminium foil dalam wadah plastik yang diberi silika gel (Thu et al., 2012).
Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan meletakkan sediaan di atas media Nutrien Agar
pada cawan petri. Setiap petri dibungkus plastic wrap dan diinkubasi selama 24 jam.
Evaluasi sifat fisik
Uji organoleptis Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati dan meneliti warna,
kejernihan dan kehalusan dari sediaan hydrocolloid matrix yang telah dibuat (Shirsand et
al., 2012).
Uji keseragaman bobot Sediaan ditimbang sebanyak 10 tiap formula, kemudian dihitung
rata-rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Uji ketebalan Uji ketebalan dilakukan dengan menghitung rata-rata tebal sediaan tiap
formula pada 5 titik berbeda dengan jangka sorong (El-Gendy et al., 2009).
Uji pH larutan sediaan Sediaan direndam dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5OC-
37,5OC selama 24 jam, kemudian diukur pH larutan (British Pharmacopoeia, 1993).
Uji persentase moisture content Sediaan diletakkan dalam desikator berisi silika selama
24 jam, kemudian bobot sediaan ditimbang (Toshkhani et al. 2013).
Uji persentase moisture absorption Sediaan diletakkan dalam climatic chamber dengan
kelembaban 85% RH dan suhu 28°C selama 24 jam, kemudian bobot sediaan ditimbang
(Toshkhani et al. 2013).
Uji ketahanan pelipatan Sediaan dilipat secara berulang pada posisi yang sama hingga
rusak (Shirsand et al., 2012).
Evaluasi sifat kimia
Pembuatan kurva baku ibuprofen Larutan standar ibuprofen dibuat dalam rentang 0,2
µg/mL – 20 µg/mL dengan mengambil 0,1; 0,2; 0.3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 0,9; 1; 2; 3; 4; 5;
6; 7; 8; 9 mL dari larutan intermediet ibuprofen dengan konsentrasi 20 µg/mL ke dalam
labu takar 10 mL. Pelarut yang digunakan ada metanol p.a. dan PBS pH 6,4. Panjang
gelombang maksimal ditentukan dengan pengukuran seri larutan konsentrasi
20 µg/mL yang dibaca menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang 200-400 nm
(Garg et al., 2014).
Uji keseragaman kandungan obat Sediaan dari tiap formula dilarutkan dalam 15 mL
metanol p.a., dan 35 mL PBS pH 6,4. Larutan kemudian disonikasi selama 10 menit dan
diuji menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Shirsand et al., 2012).
Uji pelepasan obat secara in vitro Sediaan diuji menggunakan Franz Diffusion Cell pada
suhu 36,5 ± 1oC dengan menggunakan medium PBS pH 6,4 sebagai aseptor dan membran
Millipore yang sebelumnya direndam dalam larutan aseptor selama 1 jam. Larutan aseptor
disampling sebanyak 2,5 mL pada menit tertentu yaitu 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240,
300, dan 360. Larutan kemudian dibaca menggunakan spektrofotometer UV-Vis
(Pudyastuti et al., 2014). DE dihitung dengan rumus:
, dimana hasil
yang didapat dibandingkan dengan dosis sediaan yang terukur (Fudholi, 2013).
Uji iritasi akut dermal
Uji iritasi akut dermal dilakukan dengan meletakkan basis tiap formula dan
standar pengiritasi pada permukaan dorsal (punggung) kelinci yang telah dicukur selama 4
jam, kemudian dilepaskan. Kulit kelinci kemudian diamati ada tidaknya eritema/edema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pada jam ke 1, 24, 48 dan 72 jam. Standar pengiritasi yang digunakan adalah etil asetat
(BPOM, 2014).
Uji stabilitas
Sediaan diletakkan dalam paparan 2 suhu yang berbeda yaitu 37°C dan 45°C,
kemudian diobservasi selama 4 minggu. Sediaan disimpan dalam cawan petri yang ditutup
dengan aluminium foil. Dilakukan analisis fisik dan kandungan obat pada sediaan di setiap
akhir minggu (Amjad et al., 2011).
Penentuan formula optimal
Formula optimal ditentukan dengan pengujian sifat fisika kimia dan stabilitas
sediaan. Hasil uji kemudian diuji secara statistik dan ditentukan dengan cara menganalisis
hasil uji. Prioritas uji yang dianalisis dalam penentuan formula optimal dari yang utama
adalah hasil uji pelepasan obat, keseragaman kandungan obat dan keseragaman bobot,
persentase moisture content dan moisture absorption, ketebalan, pH larutan sediaan,
ketahanan pelipatan, sterilitas, organoleptis, dan stabilitas.
Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen
Perlakuan pemberian luka dan pemberian hydrocolloid matrix ibuprofen pada tikus
Subjek uji tikus dibagi 2 kelompok yaitu 3 ekor pada kelompok perlakuan (memiliki kadar
glukosa > 250mg/dl) dan 3 ekor pada kelompok kontrol. Tikus perlakuan diinjeksikan
larutan aloksan monohidrat 5% secara intraperitonial dengan dosis 150 mg/kgBB selama
2-3 hari berturut sebelumnya. 48 jam sebelum pemberian luka, setiap tikus dicukur
bulunya. Setelah 48 jam, setiap tikus diinjeksi ketamin sebagai anastesi dosis 80 mg/kgBB
secara intramuscular. Setiap tikus diberikan 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch
diameter 5 mm. Perlakuan pada luka eksisi tikus yaitu kontrol (tanpa perlakuan), 2 basis,
dan 2 formula optimal, yang diberikan setiap 24 jam sekali hingga sembuh. Setiap 24 jam
luka diobservasi dan dihitung persentase penutupan luka. Setelah sembuh (penutupan luka
100%), tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung tikus
kemudian diambil sebesar luka dan disimpan dalam pot berisi larutan pengawet (Tunggal,
2016). Persentase penutupan luka (wound closure) dihitung dengan rumus:
( )
(Thu et al., 2012)
Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Uji histopatologi dilakukan
dengan pengecatan menggunakan Hematoxylin Eosin. Preparat diamati histopatologinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
secara mikroskopis dengan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang terhubung dengan
kamera Optilab v.2.1 (Micronos, Indonesia). Pembuatan preparat sampel jaringan kulit
dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tata cara analisis hasil
Analisis kuantitatif Data keseragaman bobot, moisture content, moisture absorption,
keseragaman kandungan obat, pelepasan obat, persen penyembuhan luka, dan stabilitas
diuji statistik menggunakan software R i.386 3.2.5 dengan uji ANAVA dan Post Hoc test
(untuk data evaluasi sifat fisika dan kimia) serta uji T dua sampel berpasangan (untuk data
stabilitas). Uji statistika dilakukan dalam taraf kepercayaan 95%.
Analisis kualitatif Dilakukan pengamatan pada uji histopatologi untuk mendapatkan
perbandingan mikroskopis struktur kulit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi sediaan hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen
Formula hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen dalam penelitian
ini diperoleh dari penelitian Thu et al. (2012) yang kemudian dimodifikasi. Konsentrasi
HPMC yang digunakan adalah 8,75%, 11%, dan 13,25%, yang didapatkan dari hasil
orientasi. Hasil orientasi menunjukkan semakin rendah konsentrasi HPMC maka ibuprofen
menjadi semakin sukar larut sehingga terdispersi. Semakin tinggi HPMC, viskositas
larutan yang dibentuk juga semakin tinggi sehingga larutan semakin susah untuk dituang.
Konsentrasi HPMC 8,75% dipilih menjadi konsentrasi terendah karena telah dapat
melarutkan ibuprofen, sementara konsentrasi HPMC 13,25% dipilih menjadi konsentrasi
tertinggi di mana larutan masih mudah untuk dituangkan.
Sebelum dilakukan pengeringan, sediaan hydrocolloid matrix yang masih
berbentuk gel disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115°C dengan tekanan 1kgf/cm2,
selama 15 menit. Penuangan sediaan ke cawan petri dilakukan dengan teknik aseptis di
dalam kabinet LAF dengan nyala api bunsen. Pengeringan sediaan dilakukan dalam oven
yang telah disterilkan dengan etanol 70%. Pengeringan dilakukan pada suhu 45°C selama 2
hari.
Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberhasilan teknik sterilisasi
akhir yang dilakukan menghasilkan sediaan yang steril. Hasil uji sterilitas basis (BF1, BF2,
dan BF3), F1, F2 dan F3 adalah steril, yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan
mikroba pada media. Hasil uji sterilitas terdapat pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a
b
c
d
Gambar 1. Hasil uji sterilitas hydrocolloid matrix
Keterangan: (a) F1; (b) F2; (c) F3; dan (d) BF1, BF2, BF; lingkaran putih: lokasi letak sediaan
Evaluasi Sifat Fisik
Evaluasi sifat fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, keseragaman bobot,
ketebalan, pH larutan sediaan, persentase moisture content dan moisture absorption, dan
ketahanan pelipatan.
Uji organoleptis
Pengamatan visual sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen yang dihasilkan secara
keseluruhan berwarna bening tidak berwarna, jernih, dan halus. Namun pada BF3, formula
F2, dan formula F3 terdapat gelembung. Gelembung tersebut muncul akibat pengadukan
menggunakan stirrer yang menyebabkan adanya udara yang masuk.
Uji keseragaman bobot
Sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen yang dihasilkan memenuhi kriteria
(coefficient of variation) CV yang ditentukan oleh British Pharmacopoeia, (1993) yaitu
kurang dari 10% (Tabel II). Hal tersebut artinya pengeringan sediaan sudah optimal
sehingga sediaan yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam. Uji statistik yang
dilakukan menyatakan bahwa bobot antar formula sediaan tidak berbeda. Pada basis, bobot
BF1 berbeda dibandingkan kedua basis lainnya.
Uji ketebalan
Ketebalan yang diharapkan pada sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen adalah 0,5
mm. Semua formula sediaan telah memenuhi kriteria, sedangkan basis sediaan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Tab
el I
I. H
asil
evalu
asi
sif
at f
isik
a k
imia
hyd
roco
lloid
matr
ix i
bupro
fen
Sediaan
Minggu
ke-
Org
an
ole
pti
s K
eser
aga
man
bob
ot
(% C
V)
Ket
e-
bala
n
(mm
)
pH
laru
tan
sed
iaan
%
Mois
ture
con
ten
t
( ±
SD
)
%
Mois
ture
ab
sorp
tion
( ±
SD
)
Kec
epata
n
pen
yer
ap
an
lem
bab
(g/j
am
)
Ket
a-
han
an
pel
ipata
n
Kes
eraga
man
kan
du
ngan
P
ele
pasa
n
ob
at
(DE
360
±
SD
) W
arn
a
Kej
ern
ihan
K
ehalu
san
C
V (
%)
%
kan
du
nga
n o
bat
BF
1
0
Tid
ak
ber
war
na
Jern
ih
Halu
s 6,1
0
0,6
0
6,8
7
10,1
9 ±
0,0
07
19,2
5 ±
0,0
19
0,0
0043 ±
0,0
0003
67
- -
BF
2
0
Tid
ak
ber
war
na
Jeri
h
Halu
s 7,2
1
0,6
5
6,8
2
10,0
2 ±
0,0
05
17,4
4 ±
0,0
19
0,0
0040 ±
0,0
0005
68
- -
BF
3
0
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 7,3
6
0,6
3
6,8
3
10,1
6 ±
0,0
15
9,8
4 ±
0,0
16
0,0
0014 ±
0,0
0005
110
- -
F1
0
Tid
ak
ber
war
na
Jern
ih
Halu
s 9,8
4
0,5
0
6,7
0
12,3
6 ±
0,0
15
14,8
8 ±
0,0
25
0,0
0021 ±
0,0
0005
25
15,7
8
77,3
0 ±
8,7
3
88,8
6 ±
2,0
0
4a
Tid
ak
ber
war
na
Jern
ih
Halu
s 25,6
0*
0,3
8
7,1
0
13,4
6 ±
0,0
51**
11,8
6 ±
0,0
23*
0,0
0016 ±
0,0
0007
23
14,0
6
56,2
1 ±
7,9
0**
4b
Tid
ak
ber
war
na
Jern
ih
Halu
s 16,9
2*
0,4
9
6,7
0
11,9
8 ±
0,0
09**
5,4
8 ±
0,0
10*
0,0
0127 ±
0,0
0018
70
7,8
8
102,2
4 ±
8,0
6*
F2
0
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 9,0
4
0,5
0
6,7
1
9,1
8 ±
0,0
23
15,4
8 ±
0,0
13
0,0
0031 ±
0,0
0002
44
15,0
3
85,2
4 ±
13,7
1
66,1
9 ±
7,5
2
4a
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 11,4
0*
0,4
9
7,1
0
10,7
7 ±
0,0
06**
11,5
9 ±
0,0
10*
0,0
0021 ±
0,0
0003
30
2,7
8
89,3
1 ±
2,4
9**
4b
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 9,2
2*
0,5
0
6,8
0
11,4
4 ±
0,0
07*
4,5
4 ±
0,0
07*
0,0
0154 ±
0,0
0020
189
11,6
9
88,2
3 ±
10,3
1**
F3
0
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 8,4
2
0,5
0
6,7
4
8,2
4 ±
0,0
09
14,5
8 ±
0,0
11
0,0
0033 ±
0,0
0003
49
5,1
8
87,3
4 ±
4,5
2
63,9
2 ±
9,5
4
4a
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 9,2
9*
0,5
0
7,0
0
10,5
5 ±
0,0
04**
10,7
6 ±
0,0
09*
0,0
0020 ±
0,0
0003
36
38,4
1
67,6
5 ±
25,9
9**
4b
Tid
ak
ber
war
na
Ada
gele
mbu
ng
H
alu
s 13,8
4*
0,5
2
6,8
0
11,3
4 ±
0,0
13**
6,6
4 ±
0,0
12*
0,0
0165 ±
0,0
0027
125
20,6
8
75,2
3 ±
15,5
6**
Ket
eran
gan:
a=dala
m s
uhu 3
7°C
; b=
dala
m s
uhu 4
5°C
; *=
hasi
l u
ji s
tati
stik
sta
bil
itas
ber
bed
a (p
-valu
e<0,0
5);
**=
hasi
l u
ji s
tati
stik
sta
bil
itas
tid
ak b
erbed
a
(p-v
alu
e≥0,0
5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ketebalan yang lebih dari yang diharapkan (Tabel II). Dari hasill uji yang didapat,
ditemukan hubungan antara ketebalan dengan nilai persentase moisture content. Nilai
persentase moisture content basis relatif lebih tinggi dibandingkan dengan formula. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai persentase moisture content maka
sediaan semakin tebal.
Uji pH larutan sediaan
Nilai pH larutan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen yang dihasilkan dapat
diterima pada rentang yaitu 4-7,4 (Tabel II). Nilai tersebut merupakan pH yang dapat
diterima oleh kulit normal manusia.
Uji persentase moisture content
Peningkatan persen moisture content berhubungan dengan peningkatan viskositas
matriks, semakin besar HPMC maka rantai polimer yang terbentuk semakin banyak dan
rapat, yang memperlambat penguapan air Pudyastuti et al., (2014). Nilai persen yang
didapat menunjukkan berapa banyak lembab yang dimiliki sediaan. Urutan persen
moisture content dari yang tertinggi pada basis adalah B1>B3>B2, sedangkan pada
formula F1>F2>F3 (Tabel II). Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut
diduga disebabkan karena kondisi lingkungan penyimpanan dan kemampuan penyerapan
air oleh silika dalam desikator yang kurang dapat dikendalikan.
Uji persentase moisture absorption
Nilai persen moisture absorption menunjukkan banyaknya lembab yang dapat
diserap oleh hydrocolloid matrix ibuprofen. Apabila semakin tinggi konsentrasi polimer
maka sediaan semakin lembab, sehingga semakin sedikit lembab yang dapat diserap oleh
sediaan tersebut. Urutan persen moisture absorption dari yang tertinggi pada basis adalah
BF1>BF2>BF3, sedangkan pada formula F2>F1>F3, dengan kecepatan penyerapan
lembab pada basis BF1>BF2>BF3 dan pada formula F3>F2>F1 (Tabel II). Semakin besar
nilai kecepatan penyerapan lembab artinya semakin cepat sediaan menyerap lembab. Hasil
pada basis telah sesuai dengan teori, sementara pada formula tidak. Hal tersebut diduga
disebabkan starting point sediaan yang berbeda saat uji, dikarenakan sediaan yang
digunakan adalah sediaan yang telah melalui uji persentase moisture content, di mana uji
ini dilakukan berturutan.
Uji ketahanan pelipatan
Uji ini dilakukan untuk melihat efisiensi dari plasticizer dan juga efek perbedaan
konsentrasi polimer pada sediaan Shirsand et al., (2012). Hasil (Tabel II) menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ketahanan pelipatan sediaan kurang akibat kurangnya penambahan plasticizer sehingga
nilai ketahanan pelipatan yang didapatkan kecil. Dari hasil yang didapat, ditemukan
hubungan yang linear antara ketahanan pelipatan dengan ketebalan dan nilai persentase
moisture content. Ketebalan basis lebih tebal dan nilai persentase moisture content basis
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan formula. Hal tersebut menunjukkan semakin
tebal dan tinggi nilai persentase moisture content maka nilai ketahanan pelipatan akan
semakin besar. Hal tersebut ditunjukkan pula pada data uji stabilitas minggu ke-empat
pada suhu 45ºC, dimana formula menunjukkan peningkatan nilai ketahanan pelipatan
dengan nilai persentase moisture content yang semakin besar pula.
Evaluasi sifat kimia
Evaluasi sifat kimia yang dilakukan meliputi uji keseragaman kandungan obat dan
uji pelepasan obat secara in vitro.
Pembuatan kurva baku ibuprofen
Dari pengukuran larutan seri baku ibuprofen, didapatkan panjang gelombang
maksimum ada pada 224 nm. Persamaan linear yang dihasilkan adalah y=0,0404x–0,0053
dengan nilai linearitas r=0,9996. Linearitas dari kurva baku yang dihasilkan mendekati 1,
maka hubungan kenaikan kadar dengan absorbansi sudah proporsional. Dari kurva baku
didapat pula nilai LOD sebesar 0,1875 µg
/mL dan nilai LOQ sebesar 0,5683 µg
/mL.
Uji keseragaman kandungan obat
Hasil uji keseragaman kandungan obat ditunjukkan dengan kandungan obat yang
terukur kembali dari sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen. Secara perhitungan dari
ibuprofen yang ditambahkan saat pembuatan, kandungan obat pada sediaan berurutan dari
F1, F2 dan F3 adalah 693,761 µg; 669,217 µg; dan 695,347 µg. Hasil uji keseragaman
kandungan ditunjukkan dari nilai persen perolehan kembali kandungan obat dari F1, F2
dan F3 dan juga ditunjukkan dengan nilai CV (Tabel II).
Menurut British Pharmacopoeia, (2009), sediaan ibuprofen yang memenuhi
kriteria memiliki nilai persen perolehan kembali kandungan obat 95-105%. Hasil persen
perolehan kembali kandungan obat yang didapat tidak sesuai dengan kriteria tersebut,
artinya ibuprofen dalam sediaan tidak terdistribusi merata. Selain itu, hasil nilai CV yang
didapatkan menunjukan seluruh formula masih memiliki nilai CV yang besar, artinya
sediaan tidak homogen. Hal tersebut dapat dikarenakan pencampuran yang kurang
homogen dalam pembuatan sediaan sehingga menyebabkan senyawa aktif obat tidak
merata diseluruh permukaan sediaan. Pembuatan sediaan yang tidak utuh, dimana sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 2. Kurva persen pelepasan obat vs waktu
jadi masih harus dicetak kembali dalam ukuran yang kecil, juga meningkatkan resiko
ketidakseragaman kandungan obat. Hal tersebut dikarenakan terdapat migrasi dari bahan
aktif saat pengeringan serta laju pengeringan yang tidak sama pada setiap titiknya,
sehingga ketika dicetak menjadi ukuran kecil kandungan obat dalam tiap sediaanya dapat
berbeda.
Uji pelepasan obat secara in vitro
Uji ini dilakukan untuk melihat kecepatan disolusi obat dalam suatu medium.
Digunakan membran Milipore untuk menggambarkan kulit dan digunakan larutan aseptor
berupa PBS pH 6,4 yang menggambarkan kondisi kulit luka. Dari uji ini didapatkan nilai
dissolution efficiency (DE) pada waktu 360 menit. Semakin besar nilai DE maka pelepasan
obat semakin baik. Formula F1 memiliki pelepasan obat yang paling baik, diikuti formula
F2 dan F3 (Tabel II). Hal ini menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi polimer, semakin
lambat pelepasan obat karena matriks dalam sediaan semakin rapat (Pudyastuti et al.,
2014). Selain itu, semakin tinggi konsentrasi polimer maka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembang semakin lama dan viskositasnya setelah larut oleh air juga semakin tinggi,
hal tersebut menyebabkan difusi obat semakin lama. DE yang didapatkan dalam waktu 6
jam belum mencapai 100%. Hal tersebut dapat dikarenakan sediaan memiliki ketebalan
yang cukup besar serta dikarenakan dosis yang tidak mencapai 100% karena sediaan
kurang homogen. Persentase pelepasan obat tiap formula dibanding waktu ditunjukkan
pada Gambar 2.
Uji iritasi akut dermal
Uji iritasi akut dermal dilakukan dengan subjek uji berupa kelinci albino jantan.
Uji iritasi ini hanya menggunakan basis sediaan Shirsand et al., (2012). Hasil uji
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 100 200 300 400
% P
elep
asan
Obat
Waktu (menit)
F1
F2
F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel III. Hasil uji iritasi basis hydrocolloid matrix
Jam ke- Kelinci
ke-
Eritema Udema
BF1 BF2 BF1 BF2 BF3 BF3
24
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
48
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
72
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi
Primer 0
Kesimpulan Semua basis tidak mengiritasi
menunjukkan bahwa basis sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen memberikan hasil negatif
dengan indeks iritasi primer bernilai 0 (Tabel III). Menurut International Standar ISO
10993-10, (2002), indeks iritasi primer bernilai 0 menunjukkan bahwa iritasi sangat ringan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa basis sediaan ini tidak menimbulkan iritasi
apabila diaplikasikan pada kulit. Tidak dilakukan uji iritasi akut dermal, pada sediaan
hydrocolloid matrix ibuprofen. Hal tersebut dikarenakan sediaan telah mengandung bahan
aktif yang memiliki mekanisme anti-inflamasi dengan penghambatan enzim COX-2
(Rainsford, 2009), sehingga penambahannya pada basis tidak menimbulkan iritasi apabila
diaplikasikan pada kulit.
Uji stabilitas
Uji stabilitas dilakukan selama 1 bulan dalam kondisi suhu 37°C dan 45°C.
Penentuan stabilitas sediaan dilakukan dengan uji statistik. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan sifat fisika dan kandungan obat pada
masa penyimpanan. Kondisi tersebut tidak mempengaruhi ketebalan sediaan, namun
mempengaruhi organoleptis yaitu menjadi lebih kering, pH yang menjadi semakin basa
dan ketahanan pelipatan yang semakin elastis karena sediaan semakin kering. Uji statistik
(Tabel II) menunjukkan kondisi tersebut mempengaruhi keseragaman bobot, moisture
content, dan moisture absorption. Sementara pada kandungan obat, uji statistik hanya
menunjukkan perbedaan pada formula F1 dalam kondisi suhu 45°C. Namun, hal tersebut
diduga bukan merupakan akibat dari kondisi penyimpanan namun dikarenakan kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
obat yang tidak homogen. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa dalam kondisi suhu
tersebut, sediaan stabil secara kimia namun tidak stabil secara fisika.
Penentuan formula optimal
Hasil uji formula yang didapatkan dalam penelitian ini diuji secara statistik untuk
menunjukkan ada tidaknya perbedaan. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan
pada nilai persentase moisture content dan tidak terdapat perbedaan pada keseragaman
kandungan obat dan keseragaman bobot, persentase moisture absorption, dan pelepasan
obat (nilai DE). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua formula dapat dipilih menjadi
formula yang optimal. Sesuai dengan prioritas hasil uji yang telah ditentukan untuk
memilih formula optimal, formula yang dipilih adalah F1 dengan hasil uji: DE 88,86%;
CV keseragaman kandungan obat 15,78% dan keseragaman bobot 9,84%; memiliki nilai
persentase moisture content 12,36% dan moisture absorption 14,88%; ketebalan 0,5 mm;
pH larutan sediaan 6,70; nilai ketahanan pelipatan 25; steril; tidak berwarna, jernih, dan
halus; dan stabil secara kimia. Kelebihan F1 adalah memiliki nilai DE yang paling tinggi
artinya pelepasan obatnya paling baik; memiliki nilai persentase moisture content dan
moisture absorption yang baik sehingga dapat menyerap eksudat dengan maksimal;
merupakan sediaan yang steril, sesuai dengan kriteria sediaan penyembuh luka; dan
memiliki penampakan fisik yang baik.
Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen
F1 yang dipilih menjadi formula optimal kemudian diujikan pada subjek uji tikus.
Dosis obat yang terkandung dalam sediaan telah terbukti dapat menyembuhkan luka
diabetes dalam penelitian (Tunggal, 2016). Subjek uji tikus diamati setiap hari untuk
memantau penutupan luka dan dihitung persen penutupan luka menggunakan software
Image J. Setelah sembuh (penutupan luka 100%), dihitung lama waktu penyembuhan luka
dalam hari (Tabel IV), kemudian kulit tikus diambil untuk diuji histopatologi.
Hasil uji statistik antara kecepatan penyembuhan luka pada tikus normal dan
diabetes menunjukkan tidak adanya perbedaan. Dapat disimpulkan bahwa hydrocolloid
matrix ibuprofen dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes menjadi sama dengan
luka normal. Uji statistik menunjukkan pula, bahwa rata-rata kecepatan penyembuhan luka
dengan hydrocolloid matrix ibuprofen sama dengan atau lebih cepat namun tidak
signifikan dibandingkan dengan kontrol luka. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang
tidak terkendali yaitu perilaku subjek uji tikus yang dapat melepas sediaan yang
diaplikasikan, sehingga luka tidak terobati maksimal, selain itu terdapat pula kadar gula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi
Tikus normal Tikus diabetes
Kontrol Lapisan epidermis tipis, jaringan granulasi
masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
ikat belum terbentuk, terdapat pembuluh darah,
menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase
proliferasi.
Lama waktu penyembuhan: 15 ± 1,00 hari
Kontrol Lapisan epidermis tipis, jaringan granulasi
masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
ikat belum terbentuk, terdapat pembuluh darah
menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase
proliferasi.
Lama waktu penyembuhan: 16 ± 0,58 hari
BF1 Lapisan epidermis tebal, jaringan granulasi
masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
ikat telah terbentuk dan rapat, terdapat pembuluh
darah, menunjukkan penyembuhan luka mencapai
fase remodeling.
Lama waktu penyembuhan: 15 ± 2,08 hari
BF1 Lapisan epidermmis tebal, jaringan granulasi
masih luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
ikat mulai terbentuk, terdapat pembuluh darah,
menunjukkan penyembuhan luka mencapai fase
remodeling.
Lama waktu penyembuhan: 15 ± 1,00 hari
F1 Lapisan epidermis cukup tebal, jaringan
granulasi sangat sedikit, serat kolagen telah
terbentuk teratur, jaringan ikat telah terbentuk dan
rapat, terdapat pembuluh darah, menunjukkan
penyembuhan luka mencapai fase remodeling.
Lama waktu penyembuhan: 15 ± 1,53 hari
F1 Lapisan epidernis tebal, jaringan granulasi masih
luas, serat kolagen mulai terbentuk, jaringan ikat
mulai terbentuk, terdapat pembuluh darah,
menunjukkan proses penyembuhan luka mencapai
tahap remodeling.
Lama waktu penyembuhan: 14 ± 1,00 hari
Bagian-bagian struktur kulit sehat tikus (tanpa jaringan granulasi karena tidak mengalami proses luka)
Keterangan: 1 = lapisan epidermis; 2 = jaringan granulasi; 3 = serat kolagen; 4 = pembuluh darah; 5 = inti
sel; 6 = jaringan ikat; Kontrol: kulit tikus luka tanpa perlakuan; BF1: kulit tikus luka dengan perlakuan
pemberian BF1; F1: kulit tikus luka dengan perlakuan pemberian F1
6
5
4
3
1
3
2
1 6
4
5
1 2
3
4
5 6
1
2
3 4
5 6
1 2
3 4 5
6
1 2
3 4
5
6
1
2
3
4
5 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
darah tikus diabetes yang telah turun sebelum tikus dieutanasia. Kandungan obat yang
tidak homogen dengan nilai kurang dari 100% dosis sebenarnya yang menyebabkan nilai
DE belum maksimal, dapat juga menjadi faktor pengaruh penyembuhan luka tikus. Faktor
lain adalah besar luka eksisi yang dibuat masih relatif kecil sehingga perbedaan
penyembuhan lukanya belum cukup terlihat.
Uji histopatologi
Induksi berlebih dari enzim MMP-9 oleh PGE2 menyebabkan penyembuhan luka
terhambat. Hal tersebut terjadi akibat adanya kerusakan seluler yang mencegah
terbentuknya fibroblas untuk membuat matriks ekstraseluler dan keratinosit dalam jumlah
yang cukup untuk mengepitalisasi luka, yang menyebabkan adanya penurunan
pembentukan dan pengaturan dari jaringan kolagen. Meskipun begitu, keberadaan MMP-9
tetap dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk mengontrol angiogenesis, proliferasi
jaringan, dan keteraturan matriks ekstraseluler di fase remodelling.
Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa formula F1 dapat mengobati
luka pada tikus normal dan diabetes lebih baik dibandingkan BF1 dan kontrol, ditunjukkan
dengan struktur kulit yang lebih menyerupai struktur kulit normal tanpa luka (Tabel IV.).
Terdapat perbedaan yang jelas dimana pada luka tikus normal serat kolagen yang terbentuk
lebih banyak daripada pada luka tikus diabetes. Hal tersebut adalah akibat dari adanya
ekspresi MMP-9 yang memperlambat proses penyembuhan pada luka tikus diabetes. Hasil
uji histopatologi menunjukkan bahwa hydrocolloid matrix ibuprofen telah dapat mengobati
luka tikus hingga mencapai fase remodelling, baik pada tikus normal maupun tikus
diabetes. Hal tersebut menunjukkan bahwa hydrocolloid matrix ibuprofen telah mampu
mempercepat penyembuhan luka pada tikus diabetes menjadi sama dengan tikus normal,
serta memberikan hasil penyembuhan luka yang lebih baik.
KESIMPULAN
Peningkatan konsentrasi HPMC terbukti berpengaruh terhadap sifat fisika kimia
dan stabilitas hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen. Seluruh sediaan
memenuhi kriteria baik secara fisika maupun kimia. Konsentrasi HPMC sebesar 8,75%
pada F1 dipilih sebagai formula optimal karena merupakan sediaan yang memiliki nilai DE
88,86%; CV keseragaman kandungan obat 15,78% dan keseragaman bobot 9,84%;
persentase kandungan obat 77,2978%; memiliki nilai persentase moisture content 12,36%
dan moisture absorption 14,88%; ketebalan 0,5 mm; pH larutan sediaan 6,70; nilai
ketahanan pelipatan 25; steril; tidak berwarna, jernih, dan halus; dan stabil secara kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Uji aktivitas dan histopatologi menunjukkan bahwa sediaan dapat mempercepat
penyembuhan luka diabetes.
Saran bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan optimasi pembuatan,
pencampuran dan pengeringan sediaan sehingga lebih homogen, uji persentase moisture
content dapat menggunakan climatic chamber supaya lingkungan (suhu dan kelembaban)
pada saat penyimpanan dapat lebih dikendalikan, dilakukan uji sterilitas pada formula
sediaan, dan biopsy punch yang digunakan dapat dipilih dengan diameter yang lebih besar
(7 mm) agar perbedaan lama penyembuhan luka dapat lebih terlihat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada PT. Erela dan PT. Sanbe Farma yang telah
membantu dalam penelitian ini, serta DP2M Dikti yang telah mendanai sebagian penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
10993-10; International Standar ISO, 2002. International Standar ISO 10993-10 -
Biological Evaluation of Medical Devices, Part 10 – Tests for Irritation and
delayed-type hypersensitivity.
7; Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014. PerKBPOM No. 7 - Pedoman Uji Toksisitas
Nonklinik secara In Vivo. 25 (Juni).
Amjad, M., Ehtheshamuddin, M. & Chand, S., 2011. Formulation and evaluation of
transdermal patches of atenolol. Advance Research in Pharmaceuticals and
Biologicals, 1.
Boateng, J.S., Matthews, K.H., Stevens, H.N. & Eccleston, G.M., 2008. Wound healing
dressings and drug delivery systems: a review. Journal of pharmaceutical
sciences, 97, 2892-2923.
Brem, H. & Tomic-Canic, M., 2007. Cellular and molecular basis of wound healing in
diabetes. The Journal of clinical investigation, 117, 1219-1222.
British Pharmacopoeia, 1993. British Pharmacopoeia Addendum. London: Her Majesty’s
Stationery Office.
British Pharmacopoeia, 2009. British Pharmacopoeia. London: The Stationary Office.
El-Gendy, N., Abdelbary, G., El-Komy, M. & Saafan, A., 2009. Design and evaluation of a
bioadhesive patch for topical delivery of gentamicin sulphate. Current drug
delivery, 6, 50-57.
Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Garg, V., Singh, H. & Singh, S.K., 2014. Development and Validation of a Sensitive U.V.
Method for Piroxicam: Application for Skin Permeation Studies. International
Journal of Recent Scientific Research, 5, 980-983.
International Diabetes Federation, 2015. IDF Diabetes Atlas, 7 ed. Belgium: International Diabetes Federation.
Iervolino, M., Cappello, B., Raghavan, S. & Hadgraft, J., 2001. Penetration enhancement
of ibuprofen from supersaturated solutions through human skin. International
journal of pharmaceutics, 212, 131-141.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lopes, C.M., Sousa Lobo, J.M., Pinto, J.F. & Costa, P.C., 2007. Compressed matrix core
tablet as a quick/slow dual-component delivery system containing ibuprofen.
AAPS PharmSciTech, 8, E195-E202.
Madhulata, A. & Ravikiran, N., 2013. Formulation and Evaluation of Ibuporfen
Transdermal Patches. International Journal of Research in Pharmaceutical and
Biomedical Sciences, 4, 351-362.
Pubchem, 2016. Ibuprofen (Online),
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/ibuprofen#section=Top/ accessed 05
Juni 2016.
Pudyastuti, B., Nugroho, A.K. & Martono, S., 2014. Formulasi Matriks Transdermal
Pentagamavunon-0 dengan Kombinasi Polimer PVP K30 dan Hidroksipropil
Metilselulosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 11, 44-49.
Rainsford, K., 2009. Ibuprofen: pharmacology, efficacy and safety.
Inflammopharmacology, 17, 275-342.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. & Quinn, M., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6
ed. London: Pharmacutical Press.
Shirsand, S., Ladhane, G., Prathap, S. & Prakash, P., 2012. Design and evaluation of
matrix transdermal patches of meloxicam. RGUHS J Pharm Sci, 2, 58-65.
Shoaib, M.H., Tazeen, J., Merchant, H.A. & Yousuf, R.I., 2006. Evaluation of drug release
kinetics from ibuprofen matrix tablets using HPMC. Pakistan journal of
pharmaceutical sciences, 19, 119-124.
Singh, N., Armstrong, D.G. & Lipsky, B.A., 2005. Preventing foot ulcers in patients with
diabetes. Jama, 293, 217-228.
Thu, H.-E., Zulfakar, M.H. & Ng, S.-F., 2012. Alginate based bilayer hydrocolloid films as
potential slow-release modern wound dressing. International journal of
pharmaceutics, 434, 375-383.
Tiwari, S.B. & Rajabi-Siahboomi, A.R., 2008. Modulation of Drug Release from
Hydrophilic Martrices. Advancing Process Solutions: Pharmaceutical
Technology, 1-8.
Toshkhani, S., Shilakari, G. & Asthana, A., 2013. Advancements in Wound Healing
Biodegradable Dermal Patch Formulation Designing. Inventi Rapid: Pharm Tech.
Tunggal, I., 2016. Optimasi Kadar Ibuprofen Dalam Sediaan Hidrogel Diabetic Wound
Healing pada Luka Tikus Diabetes. Universitas Sanata Dharma.
Uslu, İ. & Aytimur, A., 2012. Production and characterization of poly (vinyl alcohol)/poly
(vinylpyrrolidone) iodine/poly (ethylene glycol) electrospun fibers with
(hydroxypropyl) methyl cellulose and aloe vera as promising material for wound
dressing. Journal of Applied Polymer Science, 124, 3520-3524.
Yen, J.-H., Khayrullina, T. & Ganea, D., 2008. PGE2-induced metalloproteinase-9 is
essential for dendritic cell migration. Blood, 111, 260-270.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu keadaan darurat kesehatan
global terbesar pada abad ke 21 ini. International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2015 menyatakan, jumLah total penderita DM di dunia mencapai 415 juta
penderita. Indonesia memiliki prevalensi penyakit diabetes sebesar 6,2% pada
tahun 2015 (IDF, 2015). Peningkatan populasi penderita DM akan berdampak
pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM,
dimana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik
dalam hidup mereka (Singh, Armstrong, & Lipsky, 2005), dan diantaranya 84%
penderita mengalami amputasi kaki (Brem & Tomic-Canic, 2007).
DM berhubungan dengan kerusakan seluler yang mencegah terbentuknya
fibroblas untuk membuat matriks ekstraseluler dan keratinosit dalam jumLah yang
cukup untuk mengepitalisasi luka (Hamed et al., 2014), yang menyebabkan
adanya penurunan pembentukan dan pengaturan dari jaringan kolagen (Asai et al.,
2012). Kandungan kolagen pada kulit akan menurun sebagai hasil dari
menurunnya biosintesis dan atau degradasi yang dipercepat pada kolagen yang
baru disintesis (Gutierrez, 2006). Kolagen dapat didegradasi oleh matrix
metalloproteinases (MMPs). Kadar gula yang tinggi dapat meningkatkan ekspresi
dari MMP-9 (McLennan, Min, & Yue, 2008). Penghambatan induksi MMP-9
diharapkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka bagi penderita
diabetes (Asai et al., 2012; Gutierrez, 2006; Hamed et al., 2014; McLennan et al.,
2008).
Ibuprofen merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
derivat asam propionat (Bushra & Aslam, 2010). Prinsip farmakodinamik dari
ibuprofen yang terlibat dalam mengatur reaksi nyeri akut, demam, dan inflamasi
akut, adalah penghambatan dari siklooksigenase (COX) 1 dan COX-2 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
memproduksi prostaglandin (PGE2) pada inflamasi dan nyeri (Rainsford, 2009).
Adanya PGE2 dapat secara signifikan meningkatkan regulasi ekspresi MMP-9
(Yen, Khayrullina, & Ganea, 2008). Ibuprofen berpotensi mempercepat
penyembuhan luka kronis pada penderita DM dengan mekanisme penghambatan
COX-2 yang menyebabkan turunnya produksi PGE2 sehingga ekspresi MMP-9
juga menurun (Asai et al., 2012; Rainsford, 2009; Yen et al., 2008). Pada
penelitian Patricia (2015), ibuprofen dengan konsentrasi 5% dalam sediaan sudah
memiliki aktivitas penghambatan enzim siklooksigenase.
Wound dressing atau pembalut luka menjadi hal yang penting dalam
perawatan luka. Fungsi dari pembalut luka adalah untuk membuat luka tetap
kering dengan mengeluarkan eksudat dari luka dan mencegah masuknya bakteri
yang berbahaya ke dalam luka. Lingkungan luka yang lembab juga
memungkinkan terjadinya penyembuhan luka yang cepat (Boateng, Matthews,
Stevens, & Eccleston, 2008). Dalam memilih pembalut luka bagi ulkus kaki
diabetik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu adanya eksudat yang
harus dikontrol sehingga mencegah luka menjadi basah, adanya bau karena
infeksi, harus nyaman dan diterima oleh pasien saat digunakan, serta tidak
menimbulkan rasa sakit apapun, terutama saat penggantian pembalut luka (Hilton,
Williams, Beuker, Miller, & Harding, 2004).
Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pembalut luka yang diperoleh
dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain
seperti elastomer dan adhesif. Hydrocolloid matrix dapat digunakan pada luka
eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan ulkus kaki (Boateng et
al., 2008). Pembuatan hydrocolloid matrix dengan bahan aktif ibuprofen akan
memberikan lingkungan yang lembab pada luka sehingga proses penyembuhan
luka dapat berjalan dengan baik dan optimal, serta sebagai sarana pengobatan
yang cocok untuk penanganan ulkus kaki diabetik (Boateng et al., 2008; Hilton et
al., 2004; Seaman, 2002).
Pembalut luka modern kebanyakan terbuat dari polimer yang berfungsi
sebagai pembawa untuk melepaskan dan menghantarkan obat ke tempat luka
(Boateng et al., 2008). Kebanyakan pembalut luka menggunakan polimer sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
basis dikarenakan polimer dapat membantu dalam melindungi luka dari
mikroorganisme, menyerap eksudat, dan meningkatkan penampilan fisik sediaan
(Kataria, Gupta, Rath, Mathur, & Dhakate, 2014).
Penelitian terkait formulasi ibuprofen dengan polimer sebagai pembawa
telah banyak dilakukan. Penelitian (Madhulata & Ravikiran, 2013) menemukan
perbandingan optimal polimer Chitosan dan HPMC dalam formulasi sediaan
transdermal ibuprofen yaitu 75:25. Sementara dalam penelitian (Thu, Zulfakar, &
Ng, 2012) menggunakan polimer Natrium Alginat dan Gelatin dalam formulasi
sediaan pembalut luka hydrocolloid dengan perbandingan 3:2.
Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) atau hypromellose merupakan
polimer yang biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral, optalmik, nasal, dan
juga topikal (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009). HPMC sering digunakan sebagai
agen pengental, penstabil, pengemulsi, penampung air, film-forming, yang penting
pada preparasi bahan pembalut luka (Uslu & Aytimur, 2012). Sebagai agen film-
forming, konsentrasi HPMC yang dibutuhkan adalah 2-20% b/b (Rowe et al.,
2009). HPMC dapat digunakan sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan
obat dan juga sebagai agen penstabil (Amjad, Ehtheshamuddin, & Chand, 2011).
Dalam penelitian ini dilakukan optimasi konsentrasi HPMC untuk
mengetahui formula yang paling optimal pada sediaan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen, agar dapat tercapai efek
terapetik obat maksimal dalam durasi yang lebih lama dan pelepasan obat yang
lebih terkontrol.
1.2. Rumusan Masalah
a. Berapa konsentrasi HPMC optimal pada hydrocolloid matrix diabetic
wound healing dengan bahan aktif ibuprofen?
b. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat dan
stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing
ibuprofen?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1.3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui konsentrasi HPMC optimal pada sediaan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen.
b. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat dan
stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing
ibuprofen.
1.4. Urgensi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sediaan hydrocolloid
matrix ibuprofen sebagai sediaan diabetic wound healing yang dapat
mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga angka kejadian
amputasi akibat ulkus kaki diabetik dapat menurun.
1.5. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan
ilmu kefarmasian di Indonesia yang berkaitan dengan diabetes, khususnya bagi
penanganan luka diabetes yang berpotensi menjadi ulkus kaki diabetik, dengan
sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen untuk mempercepat proses penyembuhan
luka.
1.6. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan konsentrasi
polimer HPMC optimal dalam hydrocolloid matrix ibuprofen yang mampu
mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes serta pengaruh polimer
HPMC terhadap sifat dan stabilitas fisika dan kimia hydrocolloid matrix
ibuprofen.
1.7. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu kefarmasian, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
formulasi ibuprofen sebagai diabetic wound healing untuk mempercepat
penyembuhan luka diabetes terutama dalam pencegahan terjadinya amputasi
akibat ulkus kaki diabetik. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi
penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai daya
penyembuhan luka oleh sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen dengan formula
yang paling optimal sebagai diabetic wound healing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB 2. PENELAAHAN PUSTAKA
2.1 Luka
Luka didefinisikan sebagai kerusakan atau gangguan pada struktur dan
fungsi normal dari anatomi. Luka dapat digolongkan mulai dari kerusakan
sederhana pada integritas epitelial pada kulit, hingga yang lebih dalam, yaitu
mencapai jaringan subkutan dengan kerusakan pada struktur lain seperti urat, otot,
pembuluh, saraf, organ parenkim, hingga tulang (Velnar, Bailey, & Smrkolj,
2009).
Penyembuhan luka adalah proses biologikal normal dalam tubuh manusia,
yang tercapai melalui 4 fase yang tepat dan terprogram yaitu: hemostasis,
inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Supaya luka dapat sembuh total, keempat
fase tersebut harus terjadi pada urutan dan jangka waktu yang tepat (Guo &
DiPietro, 2010).
Pada fase koagulasi atau hemostasis terjadi agregasi platelet, yang
menyebabkan terbentuknya benang-benang fibrin serta dapat mengaktifkan
makrofag dan fibroblas menuju tempat cedera. Kemudian, pada fase inflamasi
terjadi fagositosis jaringan yang rusak dan mikroorganisme oportunistik. Sel
inflamasi kemudian akan mensekresi sitokin yang mengatur pengambilan sel
inflamasi menuju tempat cedera dan mendorong migrasi sel yang dibutuhkan
untuk fase penyembuhan luka selanjutnya (Hamed et al., 2014).
Fase proliferasi melibatkan epitalisasi, fibroplasia, angiogenesis dan
kontraksi. Matriks darurat akan ditempati oleh fibroblas yang kemudian akan
mensintesis kolagen. Pembentukan jaringan granulasi ini menyebabkan epitalisasi
dan penutupan dari luka. Fase terakhir yaitu remodeling, melibatkan penghentian
dari proses inflamasi dan pembentukan bekas luka, pemulihan morfologi jaringan
normal dan pengaturan kembali matriks kolagen pada garis ketegangan kulit. Sel
yang sudah tidak digunakan pada penyembuhan luka juga akan dihilangkan
dengan apoptosis (Hamed et al., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2 Penyembuhan Luka Penderita Diabetes
Luka yang sulit sembuh adalah permasalahan klinis utama pada pasien
penderita diabetes dan hal tersebut menyebabkan terjadinya amputasi. Rendahnya
penyembuhan pada luka diabetes disebabkan oleh adanya gangguan angiogenesis
dan vasukulogenesis (Gallagher et al., 2007). Penundaan penyembuhan luka
diabetes juga disebabkan oleh meningkatnya apoptosis, inflitrasi selular yang
tertunda, penurunan angiogenesis, dan penurunan pembentukan dan pengaturan
dari jaringan kolagen (Asai et al., 2012). Kombinasi kerusakan neurovaskular dan
selular yang bergabung dengan efek dari tekanan dan gesekan pada kulit, juga
merupakan penyebab berkembangnya ulkus diabetik kronis (Hamed et al., 2014).
DM adalah kondisi yang berkaitan dengan variasi abnormalitas jaringan.
Kandungan kolagen dalam kulit akan menurun sebagai hasil dari menurunnya
biosintesis dan atau meningkatnya degradasi dari kolagen yang baru disintesis.
(Gutierrez, 2006). DM mengganggu ekspresi dan aktivasi dari enzim matrix
metalloproteinases (MMPs), yang merupakan kelompok enzim yang bertanggung
jawab dalam degradasi matrik ekstraseluler (McLennan et al., 2008).
Kadar gula yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi MMPs
dengan pembentukan Advanced Gylycation End Products (AGEs) yang akan
terakumulasi selama kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan. Jalur tersebut
dapat mempengaruhi penyembuhan luka dengan meningkatkan inflamasi dan
degan demikian mempengaruhi remodelling matriks ekstraseluler. Kadar gula
yang tinggi akan meningkatkan MMP-9 yang terlibat dalam beberapa aksi pro-
inflamasi. Aksi MMP-9 akan meningkatkan aktivitas sitokin dan memungkinkan
terjadinya respon inflamasi. Oleh sebab itu, waktu dari respon inflamasi akan
terpengaruhi yang membawa pada penyembuhan luka yang buruk (McLennan et
al., 2008).
2.3 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan salah satu obat analgesik-anti piretik-anti inflamasi
yang sering digunakan di masa ini. Ibuprofen digunakan untuk meredakan gejala
dari nyeri akut, inflamasi dan demam. Ibuprofen merupakan obat yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tingkat toksisitas rendah dan sangat jarang dihubungkan dengan kematian akibat
kecelakaan atau kesengajaan pengonsumsian atau adanya reaksi yang merugikan
(Rainsford, 2009).
Ibuprofen memiliki bobot molekul 206,28082 g/mol (Pubchem, 2015).
Titik leleh ibuprofen sebesar 77-78°C (Santa Cruz Biotechnology, 2016)
Ibuprofen memiliki nilai pKa sebesar 5,2 (Rainsford, 2015) dan nilai logP sebesar
3,97 (Pubchem, 2016). Ibuprofen sukar larut dalam air yaitu sebesar 21 mg/L,
namun dapat larut pada beberapa solven organik (Pubchem, 2016). Ibuprofen larut
dalam etanol, dengan kelarutan sebesar 25 mg/mL. Selain itu, ibuprofen juga larut
dalam klorofom (1:1), eter (1:2), aseton (1:1,5), larutan alkali hidroksida dan
karbonat, diklorometan, metanol (50 mg/mL), dan juga etil asetat (Santa Cruz
Biotechnology, 2016).
Gambar 1. Struktur Molekul Ibuprofen (Bushra & Aslam, 2010)
Ibuprofen merupakan obat golongan non-steroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) yang bekerja secara tidak selektif pada enzim cyclooxygenase-1
(COX-1) dan COX-2. Meskipun sifat anti inflamasinya lebih rendah dari NSAIDs
lainnya, ibuprofen memiliki kemampuan menonjol pada sifat analgesik dan anti
piretiknya. Penghambatan enzim COX oleh ibuprofen mengakibatkan
terhambatnya sistesis prostaglandin (PGE2). Prostaglandin memiliki peran
penting dalam memproduksi rasa nyeri, inflamasi, dan demam (Bushra & Aslam,
2010). Adanya PGE2 juga dapat secara signifikan meningkatkan regulasi ekspresi
MMP-9 (Yen et al., 2008).
2.4 Sediaan Penyembuh Luka
Penyembuhan luka yang efektif tergantung pada pengertian dari berbagai
faktor seperti tipe luka yang akan diobati, proses penyembuhan luka, kondisi
kesehatan pasian (misalnya pasien menderita diabetes), keadaan lingkungan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sosial, serta sifat fisika kimia dari pembalut luka yang tersedia. Secara umum,
sifat fisika dari pembalut luka topikal adalah permeabilitas dari kelembaban,
afinitas cairan, penyerapan air, sifat reologi (kekuatan peregangan, elastisitas,
serta sifat kompresif dan bioadhesif (Boateng et al., 2008).
Sediaan penyembuh luka harus memiliki beberapa sifat. Sediaan
penyembuh luka harus dapat melindungi luka dari infeksi bakteri, mengontrol
kehilangan air dan mencegah dehidrasi, mengontrol permeabilitas oksigen dan
karbondioksida, mengabsorbsi eksudat, dan meningkatkan penyembuhan luka.
Sebagai tambahan, sediaan penyembuh luka harus mengandung bahan yang non-
toksik, non-imunogenik, fleksibel, tahan lama, dan nyaman ketika digunakan
(Kirker, Luo, Nielson, Shelby, & Prestwich, 2002).
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak macam pembalut luka
yang memiliki target pada penyembuhan luka yang berbeda satu sama lain.
Pembalut luka tersebut dapat diklasifikasikan sesuai fungsi, bahan penyusun
sediaan, dan bentuk fisik dari sediaan. Kegunaan setiap jenis pembalut luka
tergantung pada tipe luka, keadaan kesehatan pasien, dan tahap proses
penyembuhan luka yang menjadi target (Kofuji et al., 2010).
2.5 Sediaan Hydrocolloid
Hydrocolloid matrix merupakan sediaan pengelola luka yang diperoleh
dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) yang dikombinasikan dengan bahan lain
seperti elastomer dan adhesif. Sediaan ini sangat berguna secara klinis karena
dapat melekat pada sisi yang lembab maupun kering. Hydrocolloid matrix dapat
digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan
ulkus kaki. Sediaan ini impermeabel terhadap uap air, namun dalam menyerap
eksudat luka terjadi perubahan fisik dengan pembentukan gel yang akan menutupi
luka. Sediaan ini akan menjadi lebih permeabel terhadap air dan udara dalam
wujud gel. Sediaan hydrocolloid matrix juga tidak menyebabkan rasa sakit saat
dilepaskan dari tempat luka (Boateng et al., 2008).
Material hydrocolloid pada sediaan didesain bersifat oklusif, dapat
menjebak eksudat dan juga dapat menghidrasi luka (Hilton et al., 2004). Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sediaan hydrocolloid diaplikasikan pada luka ulkus, terjadi interaksi antara
substanti hidrokoloid dan eksudat luka, yang membentuk massa gel berwarna
kuning. Massa tersebut yang akan berkontribusi pada pembentukan lingkungan
yang lembab, memfasilitasi debridemen autolitik, pembentukan jaringan
granulasi, dan epitelisasi (Shai & Maibach, 2005).
Kelebihan dari sediaan hydrocolloid matrix adalah kemampuan pelekatan
(adhesivitas) sediaan pada luka. Selain itu, interaksinya dengan cairan eksudat
luka dapat membentuk gel protektif. Sediaan ini dapat mengisolasi luka,
occlusive, meningkatkan angiogenesis, mendukung debridemen autolitik,
melindungi dari infeksi sekunder, dan dapat diganti hingga 7 hari sekali,
tegantung dari jumLah eksudat yang sudah diserap. Sediaan hydrocolloid matrix
ini dapat digunakan pada luka yang lembab dan dapat digunakan pada ulkus
(Campton-Johnston & Wilson, 2001).
2.6 Hydroxypropyl Methylcellulose
Dalam preparasi sediaan untuk kulit, pembawa adalah hal yang paling
berpengaruh. Terdapat banyak macam polimer sebagai pembawa pada kulit.
Polimer dapat berfungsi sebagai matriks dalam patch dan sediaan pembalut luka,
serta dapat berfungsi sebagai bahan perekat pada kulit (Valenta & Auner, 2004).
Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) atau hypromellose merupakan
bagian dari O-methylated dan O-(2-hydroxypropylated) selulosa. HPMC tersedia
dalam berbagai tingkat variasi kekentalan. HPMC dapat berfungsi sebagai bahan
bioadhesif, agen controlled-release, agen film-forming, dan juga agen penstabil.
HPMC merupakan polimer yang biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral,
optalmik, nasal, dan juga topikal. Sebagai agen film-forming, konsentrasi HPMC
yang dibutuhkan adalah 2-20% b/b (Rowe et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 2. Struktur Molekul HPMC (Rowe et al., 2009)
Pemilihan membran polimer sangat penting dalam mendesai variasi dari
permeasi membran (Gaikwad, 2013). HPMC teridentifikasi sebagai polimer
paling populer sebagai matriks karena memiliki beberapa manfaat. Manfaat dari
HPMC adalah dapat diterima secara global, memiliki stabilitas yang baik dan
tidak memiliki muatan, mudah diproduksi, cocok digunakan bagi banyak jenis
obat dengan profil pelepasan yang berbeda-beda, tidak berbau dan berasa, dan
selalu tersedia (Tiwari & Rajabi-Siahboomi, 2008). HPMC dapat digunakan
sebagai polimer yang mengontrol laju pelepasan obat dan juga sebagai agen
penstabil (Amjad et al., 2011).
2.7 Landasan Teori
Luka kronis yang dialami penderita diabetes dapat mengarah kepada
terjadinya ulkus terutama pada bagian kaki yang biasa disebut ulkus kaki diabetik.
Kadar gula yang tinggi juga dapat meningkatkan ekspresi enzim MMP-9, di mana
enzim tersebut adalah enzim yang dapat mendegradasi kolagen. Hal tersebut
menyebabkan penyembuhan luka tidak terjadi karena ketiadaan kolagen yang
disintesis. Ibuprofen merupakan obat golongan NSAIDs yang dapat menghambat
sintesis prostaglandin. Penghambatan sintesis prostaglandin dapat menekan
ekspresi dari MMP-9 yang berefek menurunnya sintesis kolagen sehingga proses
penyembuhan luka pada penderita diabetes dapat berjalan lebih cepat.
Sediaan penyembuh luka harus dapat menangani luka secara baik dengan
menjaga hidrasi dan kelembaban luka, serta mencegah terjadinya infeksi oleh
bakteri. Jika terdapat eksudat pada luka, sediaan penyembuh luka juga harus dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mengabsorbsi eksudat tersebut. Patch adalah sediaan yang dapat membawa uap
air yang lembab pada luka, namun tidak dapat ditembus oleh bakteri ataupun
cairan dari luar. Hydrocolloid matrix merupakan sediaan penyembuh luka yang
diperoleh dari bahan koloidal (agen pembentuk gel) dan dapat digunakan pada
luka eksudat ringan hingga moderat, serta pada ulkus kaki. Sediaan ini dapat
menyerap eksudat pada luka dengan membentuk gel protektif. Sediaan ini
memiliki kemampuan pelekatan (adhesivitas) pada luka. Selain itu, penggunaan
sediaan ini dapat menurunkan frekuensi pemberian hingga mencapai 7 hari.
Pembuatan sediaan hydrocolloid matrix membutuhkan polimer sebagai
bahan utamanya. Polimer merupakan pembawa yang berfungsi sebagai matriks
dan bahan perekat pada kulit. HPMC merupakan polimer yang berfungsi sebagai
bahan bioadhesif, agen controlled-release, agen film-forming, dan juga agen
penstabil. HPMC . HPMC dapat berfungsi sebagai polimer yang mengontrol laju
pelepasan obat dan juga sebagai agen penstabil. Pembuatan hydrocolloid matrix
ibuprofen dengan polimer HPMC dapat memberikan pelepasan obat yang lebih
terkontrol dengan durasi pemakaian yang lebih lama sebagai diabetic wound
healing.
2.8 Hipotesis
a. Konsentrasi polimer HPMC tertentu menghasilkan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing dengan bahan aktif ibuprofen yang optimal.
b. Peningkatan konsentrasi HPMC berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas
fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC) Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound
Healing Dengan Bahan Aktif Ibuprofen” ini termasuk penelitian eksperimental
murni.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel penelitian
a. Variabel bebas: konsentrasi HPMC sebagai polimer
hydrocolloid matrix ibuprofen diabetic wound healing.
b. Variabel tergantung: sifat fisika dan kimia serta stabilitas
sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen diabetic wound healing.
c. Variabel pengacau:
1) Variabel pengacau terkendali: produsen obat dan bahan
kimia untuk formula hydrocolloid matrix, produsen bahan
kimia aloksan dan ketamin, prosedur pembuatan dan
pengujiaan sediaan, kondisi penyimpanan sediaan, wadah
penyimpanan seduaan
2) Variabel pengacau tak terkendali: kondisi ruangan saat
pembuatan.
3.2.2 Definisi Operasional
a. Sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen: sediaan yang
mengandung HPMC, etanol, propilen glikol, gliserol, dan
akuades sebagai basis, kemudian ditambahkan zat aktif
ibuprofen lalu dibentuk menjadi film hydrocolloid.
b. HPMC: merupakan polimer yang ditambahkan ke dalam
sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen dalam 3 konsentrasi
berbeda yaitu sebanyak 8,75%, 11% dan 13,75%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
c. Sifat fisika kimia hydrocolloi matrix: parameter kualitas fisik
sediaan yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot
sediaan, ketebalan matrix, pH, tensile strength, persentase
moisture absorption, ketahanan pelipatan, keseragaman
kandungan obat dalam matrix, pelepasan obat dari matrix, dan
iritabilitas matrix.
d. Stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix: parameter
kestabilan hydrocolloid matrix yang meliputi, perubahan fisik
dan kandungan obat setelah diberi perlakuan suhu yang
berbeda selama penyimpanan.
e. Sterilitas sediaan: uji mikrobiologi yang menunjukkan bahwa
sediaan hydrocolloid matrix yang dibuat steril.
f. Organoleptis: uji penampakan fisik sediaan hydrocolloid
matrix yang meliputi warna, kejernihan dan kehalusan, di
mana sediaan memiliki warna seragam, jernih, dan halus.
g. Keseragaman bobot sediaan: uji terkait variasi bobot sediaan
patch hydrocolloid yang menunjukkan hasil homogen dengan
coefficient variation (CV) < 10%.
h. Ketebalan sediaan: uji terkait variasi ketebalan sediaan
hydrocolloid matrix yang menunjukkan hasil homogen dengan
nilai ideal 0,5 mm.
i. pH larutan sediaan: uji terkait pH larutan sediaan yang berada
pada range 4-7,4.
j. Persen moisture content: uji terkait penyerapan kelembaban
oleh hydrocolloid matrix piroksikam sampai mencapai titik
jenuh. Formula dengan nilai persen moisture content terendah
dipertimbangkan sebagai formula optimal.
k. Persentase moisture absorption: uji terkait kandungan lembab
yang terdapat dalam sediaan hydrocolloid matrix piroksikam.
Formula dengan nilai persen moisture absorption tertinggi
dipertimbangkan sebagai formula optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
l. Ketahanan pelipatan sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas
sediaan ditunjukkan oleh formula dengan nilai ketahanan
pelipatan sampai 300 kali.
m. Keseragaman kandungan obat dalam patch: uji untuk
mengetahui keseragaman dan dispersi obat dari suatu formula,
ditunjukkan dengan nilai %recovery yang seragam.
n. Pelepasan obat dari sediaan: uji untuk mengetahui pelepasan
obat dari sediaan, ditunjukkan oleh formula optimal dengan
nilai dissolution efficieny tertinggi.
o. Iritabilitas sediaan: uji untuk mengetahui bahwa sediaan tidak
mengiritasi kulit yang ditunjukkan dengan nilai indeks iritasi
primer <0.5.
p. Formula hydrocolloid matrix optimum: hydrocolloid matrix
ibuprofen yang memiliki hasil uji sifat dan stabilitas sesuai
dengan kriteria.
q. Tikus putih galur Wistar jantan terinduksi aloksan: merupakan
tikus putih galur Wistar jantan yang menderita diabetes dengan
kadar glukosa darah >250 mg/dL sebagai hasil dari induksi
aloksan sebanyak 150 mg/kgBB.
r. Uji aktivitas sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen: uji yang
menunjukkan bahwa sediaan memiliki aktivitas diabetic
wound healing, dilihat dari kecepatan penyembuhan luka
dengan nilai wound closure 100% dan lamanya waktu
penyembuhan pada luka eksisi tikus diabetes setelah
diaplikasikan sediaan hydrocolloid matrix ibuprofen
dibandingkan dengan tikus normal.
s. Uji histopatologi: pengamatan kondisi kulit tikus hasil
perlakuan dan kulit tikus kontrol secara mikroskopik
menggunakan mikroskop cahaya dengan bantuan zat pewarna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3.3 Subjek dan Bahan Penelitian
3.3.1 Subjek Penelitian
a. Populasi: tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi
aloksan ,tikus putih galur Wistar jantan normal, serta kelinci
albino jantan.
b. Sampel: 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi
aloksan dan 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan normal yang
memiliki berat badan 150-180 g, serta 3 ekor kelinci albino
jantan yang memiliki berat badan 1,8-2,2 kg.
3.3.2 Bahan Penelitian
Ibuprofen, etanol 96%, HPMC, propylene glycol, gliserol,
akuades, larutan PBS pH 6,4, kalsium klorida anhidrat, larutan
jenuh kalium klorida, aloksan monohidrat, WFI, krim Veet®, kapas,
etanol 70%, ketamin, hypavis, Nutrient Agar, formalin 0,8% dan
10%, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan
ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1%, larutan working Eosin.
3.4 Alat Penelitian
Spuit injeksi, jarum suntik, alat-alat gelas, tube effendorf,
sentrifugator, MicroLab, mortir, stamper, aluminium foil, batang
pengaduk, gelas ukur, autoclave, oven, kabinet LAF, cawan petri, jarum
ose, hotplate magnetic stirrer, stirrer, termometer, pinset, gunting, biopsy
punch, kaca objek dan kaca penutup, pipet tetes, plastic wrap, kaca
bundar, Franz Difussion Cell, spektrofotometri UV/Vis, dan mikroskop
cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.5 Skema Kerja Penelitian
3.6 Tata Cara Penelitian
3.6.1 Sterilisasi Ruang, Alat, dan Bahan
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%
kemudian lampu UV dinyalakan selama 24 jam. Proses ini
dilakukan sebelum proses pembuatan hydrocolloid matrix
piroksikam. Kemudian dilanjutkan proses sterilisasi bahan seperti
piroksikam, HPMC, propilen glikol, dan gliserol dengan cara
sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu 180oC
selama 1 jam, sedangkan akuades disterilisasi dengan cara
dididihkan hingga suhu 100oC. Alat-alat gelas disterilisasi dengan
panas kering, yaitu menggunakan oven pada suhu 180oC selama 1
jam.
3.6.2 Pembuatan Sediaan Hydrocolloid matrix Ibuprofen
Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan hydrocolloid
matrix ibuprofen diabetic wound healing dengan variasi
konsentrasi HPMC. Pemilihan formula dalam penelitian ini
mengacu pada formula hydrocolloid film oleh (Thu et al., 2012).
Formula tersebut adalah sebagai berikut:
Sterilisasi Ruangan, Alat
dan Bahan
Pembuatan hydrocolloid
matrix ibuprofen
Uji sterilitas hydrocolloid
matrix ibuprofen
Uji sifat fisika kimia dan stabilitas
hydrocolloid matrix ibuprofen
Uji aktivitas formula optimum
hydrocolloid matrix ibuprofen
Analisis hasil dan penulisan laporan
akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel 1. Formula hydrocolloid film oleh (Thu et al., 2012)
Formula Hydrocolloid film
Ibuprofen 5 g
Sodium alginate 6 g
Propylene glycol 15 mL
Etanol 5 mL
Gliserol 6 mL
Akuades 74 mL
Modifikasi formula yang digunakan pada penelitian kali ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Modifikasi formula hydrocolloid matrix
Formula BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
Ibuprofen - - - 0,175 g 0,175 g 0,175 g
HPMC 4,375 g 5,5 g 6,625 g 4,375 g 5,5 g 6,625 g
Propylene
glycol 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g
Etanol 14 mL 14 mL 14 mL 14 mL 14 mL 14 mL
Gliserol 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g
Akuades ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g
HPMC ditimbang sesuai dengan formula, kemudian
dilarutkan dalam akuades dan diaduk dengan stirrer hingga
terbentuk gel dalam suhu 40°C. 0,175 gram ibuprofen yang sudah
ditimbang dilarutkan dalam 15 mL propylene glycol dan 14 mL
etanol, kemudian ditambahkan ke dalam gel HPMC dan diaduk
dengan stirrer hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan 3,78
gram gliserol seiring dilakukannya pengadukan dengan stirrer.
Campuran gel tersebut kemudian dituang ke dalam tabung reaksi
bertutup sebanyak12,5 gram, kemudian disterilisasi menggunakan
autoklaf pada suhu 115oC selama 15 menit. Setelah itu, gel
dituangkan ke cawan petri secara aseptis dalam kabinet LAF,
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C dan selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
minimal 48 jam hingga mencapai ketebalan 0,5 mm. Sediaan
kemudian dicetak dalam bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm
dan disimpan di suhu ruang (Thu et al., 2012).
3.6.3 Uji Sterilitas
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%
lalu disinari dengan lampu UV selama 24 jam. Proses ini dilakukan
selama 24 jam sebelum proses pembuatan patch hydrocolloid
ibuprofen. Peralatan yang akan digunakan juga disterilkan
sebelumnya menggunakan autoklaf pada 121oC selama 15 menit.
Nutrient Agar (Oxoid) sebanyak 21 gram ditambahkan dengan 750
mL akuades, kemudian diaduk homogen dengan batang pengaduk.
Media dipanaskan dengan hotplate magnetic stirrer sampai tercampur
homogen. Media kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi
masing-masing sebanyak 15 mL, seluruh media dalam tabung reaksi
lalu disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1
kgf/cm2 dan suhu 121
oC. Media yang telah steril kemudian dituang ke
cawan petri dan dibiarkan memadat. Hydrocolloid matrix ibuprofen
disiapkan, kemasannya dibersihkan dengan menggunakan alkohol
70%. Hydrocolloid matrix piroksikam diambil dari wadah
penyimpanannya secara aseptis dekat nyala bunsen, kemudian
ditempelkan pada permukaan media agar. Tiap petri diberi label dan
dibungkus plastic wrap, lalu diinkubasi terbalik dalam LAF selama
24 jam.
3.6.3 Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati dan meneliti warna,
kejernihan dan kehalusan dari sediaan hydrocolloid matrix yang
telah dibuat (Shirsand, Ladhane, Prathap, & Prakash, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.6.4 Uji Keseragaman Bobot
Sebanyak 10 sediaan hydrocolloid matrix dari masing-
masing formula satu persatu ditimbang dan dihitung rata-rata bobot
sediaan (British, 1993).
3.6.5 Uji Ketebalan
Ketebalan hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dihitung
pada 5 titik berbeda (keempat sudut dan bagian tengah) dengan
jangka sorong, kemudian dihitung rata-rata ketebalan sediaan (El-
Gendy, Abdelbary, El-Komy, & Saafan, 2009).
3.6.6 Uji pH Larutan Sediaan
Setiap formula hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm
direndam dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5OC- 37,5
OC selama
24 jam, kemudian pH larutan tersebut diukur dengan pH meter
(British, 1993).
3.6.7 Uji Persentase Moisture Content
Setiap hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dikondisikan
dalam sebuah desikator berisi silika selama 24 jam. Setelah itu
masing-masing hydrocolloid matrix ditimbang sampai didapatkan
bobot yang tetap dan konstan (Toshkhani et al. 2013).
3.6.8 Uji Persentase Moisture Absorption
Setiap hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm yang sudah
diuji moisture content-nya diletakkan dalam climatic chamber
dengan RH 85% pada suhu 28oC. Sediaan kemudian diambil dan
ditimbang kembali (Toshkhani et al. 2013).
3.6.9 Uji Ketahanan Pelipatan (Folding Endurance)
Hydrocolloid matrix berdiameter 1 cm dilipat secara
berulang pada posisi yang sama hingga rusak. JumLah
pengulangan pelipatan tanpa merusak sediaan merupakan nilai dari
ketahanan pelipatan (Shirsand et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.6.10 Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen
Sebanyak 20 mg ibuprofen ditimbang seksama, dimasukkan
ke dalam labu takar 100 mL dan dilarutkan dalam 15 mL metanol.
Kemudian ditambah dengan PBS pH 6,4 untuk memperoleh
konsentrasi 200 µg/mL. Dari larutan stok tersebut diambil 10 mL
dan dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu dilarutkan
dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 20
µg/mL. Dari larutan intermediet tersebut, diambil 1,0; 2,0; 3,0; 4,0;
5,0; 6,0; 7,0; 8,0; dan 9,0 mL, dipindahkan ke dalam labu takar 10
mL dan dilarutkan dengan pelarut yang sama untuk memperoleh
konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 µg/mL. Panjang
gelombang maksimal ditentukan dari larutan intermediet
(konsentrasi 20 µg/mL) yang dibaca menggunakan
spektrofotometer UV pada rentang 200-400 nm. Kemudian seluruh
larutan seri dianalisis pada panjang gelombang maksimal (Garg et
al. 2014).
3.6.11 Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam Matrix
Sebanyak 3 hydrocolloid matrix diameter 1 cm dari
masing-masing formula dilarutkan dalam 15 mL metanol dan 35
mL PBS pH 6,4, kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimal menggunakan spektorfotometer UV. Blanko
yang digunakan sebagai pembanding adalah metanol (Shirsand et
al., 2012).
3.6.12 Uji Pelepasan Obat secara In Vitro
Uji pelepasan ibuprofen dari sediaan dilakukan
menggunakan sel difusi tipe vertikal pada suhu 36,5 ± 1oC.
Sebanyak 15 mL PBS pH 6,4 dimasukan pada sel difusi sebagai
kompartemen aseptor. Membrane Millipore 0,45 mm sebelumnya
direndam dalam larutan aseptor yang sudah dibuat selama 1 jam,
kemudian matriks dipasang pada sel difusi. Pada menit ke 15, 30,
45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360 kompartemen aseptor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
disampling dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimal. Penentuan kadar dengan plot
kurva baku ibuprofen. Perhitungan nilai dissolution efficiency
dengan persamaan %DE(t), yang merupakan dissolution efficiency
pada waktu 360 menit (Pudyastuti, Nugroho, & Martono, 2014).
3.6.13 Uji Iritasi Kulit
Punggung tiga ekor kelinci dicukur 24 jam sebelum
pengujian. Dalam satu punggung diaplikasikan 1 kontrol positif etil
asetat, 1 kontrol kassa steril dan 3 basis hydrocolloid matrix yang
ditutup plester hypavix selama 4 jam. Pengamatan dilakukan pada
jam ke-1, 24, 48 dan 72 jam terhadap eritema dan udema yang
terjadi pada kulit yang terpapar sampel. (Shirsand et al. 2012).
3.6.14 Uji stabilitas
Semua hydrocolloid matrix diletakkan dalam paparan 2
suhu yang berbeda yaitu 37°C dan 45°C. Hydrocolloid matrix
diobservasi dalam suhu tersebut selama 4 minggu. Dilakukan
analisis fisik dan analisis kandungan obat pada patch di setiap
akhir minggu. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan diambil
rata-rata dari setiap replikasi yang dilakukan (Amjad et al., 2011).
3.6.15 Uji Aktivitas Sediaan Hydrocolloid matrix Ibuprofen
Enam ekor tikus putih jantan umur 2-3 bulan dengan berat
150-180 gram dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
perlakuan terdiri dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah
> 250 mg/dL dan kelompok kontrol terdiri dari 3 ekor tikus tidak
diabetes. Tikus diabetes diperoleh dengan menginjeksi aloksan
monohidrat 5% secara intraperitoneal dengan dosis 150 mg/kgBB.
Setiap tikus dianestesi dengan injeksi ketamin 10% pada dosis 80
mg/kgBB secara intramuscular. Pada tiap tikus diberikan 5 luka
eksisi menggunakan biopsy punch berdiameter 5 mm. Luka dibuat
pada punggung tikus yang sudah dicukur 48 jam sebelumnya.
Kelima luka eksisi pada 1 ekor tikus diberi perlakuan berbeda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
yaitu: kontrol tanpa perlakuan, basis hydrocolloid matrix (HPMC),
basis hydrocolloid matrix (PVP), hydrocolloid matrix (HPMC)
piroksikam, dan hydrocolloid matrix (PVP) piroksikam.
Penggantian sediaan dilakukan setiap 24 jam sampai luka menutup.
Setelah luka sembuh, tikus dieuthanasia dengan injeksi ketamin
dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan
ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%.
Gambar 3. Pola Perlakuan Luka pada Punggung 2 Kelompok
Tikus
Tabel 3. Keterangan Pola Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus
Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
a Kontrol HM (PVP) Ibu HM (HPMC) Ibu
b Basis HM (HPMC) Kontrol HM (PVP) Ibu
c Basis HM (PVP) Basis HM (HPMC) Kontrol
d HM (HPMC) Ibu Basis HM (PVP) Basis HM (HPMC)
e HM (PVP)
Ibu HM (HPMC) Ibu Basis HM (PVP)
3.6.16 Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil,
kemudian dilakukan pengecatan dengan hematoxylin-eosin, lalu
dilihat dibawah mikroskop untuk melihat perubahan
histopatologisnya.
a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan pisau skalpel.
c
b
a d
e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Dehidrasi. Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan air yang
terkandung dalam jaringan dengan menggunakan reagen
pembersih, lalu dilakukan impregnasi (penetrasi parafin ke
dalam jaringan).
c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah di dehidrasi
diletakkan di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas
pemotongan jaringan dengan pisau mikrotom (cutting).
d. Staining. Rangkaian pewarnaannya adalah sebagai berikut:
Xylol I (5 menit); Xylol II (5 menit); Xylol III (5 menit);
alkohol absolut I (5 menit); alkohol absolut II (5 menit);
akuades (1 menit);Harris Hematoxylin (20 menit); akuades (1
menit);acid alkohol (2-3 celupan); akuades (1 menit); akuades
(15 menit); Eosin (2 menit); alkohol 96% I (3 menit); alkohol
96% II (3 menit); alkohol absolut III (3 menit); alkohol absolut
IV (3 menit); Xylol IV (5 menit); Xylol V (5 menit).
e. Mounting. Menutup kaca objek dengan kaca penutup
f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi
dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus
tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang).
3.7 Tata Cara Analisis Hasil
a. Persentase moisture content dihitung dengan rumus:
Moisture content (%) =
b. Persentase moisture content dihitung dengan rumus:
Moisture absorption (%) =
c. Pengukuran kecepatan penyembuhan luka pada tikus dihitung dengan
persamaan:
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
d. Dissolution Efficiency dihitung dengan rumus:
( ) ∫
( )
e. Data hasil dari tiap uji pengukuran yang dilakukan, diuji statistik
menggunakan software R i.386 3.2.5 dengan uji ANAVA dan Post
Hoc test. Uji normalitas data diakukan dengan menggunakan Shapiro
test, kemudian uji homogenitas variansi data menggunakan Levene’s
test. Uji statistika dilakukan dalam taraf kepercayaan 95%. Nilai p-
value < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 2. Ethical Clereance Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 3. Certificate of Analysis Bahan-bahan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 4. Data Pembuatan Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
4.1.Perhitungan penambahan ibuprofen
Konsentrasi ibuprofen dalam sediaan = 1,25%
= 1,25 g/100 mL
Bobot kering sediaan = 3,5 gram
JumLah ibuprofen dalam sediaan = 5% bobot kering
Perhitungan =
4.2.Perhitungan penambahan pelarut ibuprofen (etanol)
JumLah pelarut =
4.3.Dosis ibuprofen dalam hydrocolloid matrix
Luas permukaan (A) petri besar = 70,9107 cm2
Luas permukaan (A) petri kecil = 63,6429 cm2
Rata-rata A Formula 1 = ( )
= 66,0655 cm2
Rata-rata A Formula 2 = (
= 68,4881 cm2
Rata-rata A Formula 3 = ( )
= 66,0655 cm2
Ukuran sediaan (d=1cm) =
( )
= 0,7857 cm2
Formula 1 Formula 2 Formula 3
Ibuprofen
yang
ditimbang
0,1750 g 0,1750 g 0,1754 g
Dosis petri
besar
=
= 58,3333 mg
=
= 58,3333 mg
=
= 58,4667mg
Dosis petri
kecil
=
= 0,693761 mg
=693,761 µg
=
= 0, 669217 mg
=669,217 µg
=
= 0, 695347 mg
=695,347 µg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 5. Data Hasil Uji Sterilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
a
b
c d
Hasil uji sterilitas:
(a) IBU1 = steril; (b) IBU2 = steril; (c) IBU3 = steril;
dan (d) BF1; BF2; BF3 = steril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 6. Data Hasil Uji Sifat Fisika Kimia Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
6.1.Uji organoleptis
BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna Tidak
berwarna Tidak
berwarna Tidak
berwarna Tidak
berwarna
Kejernihan Jernih Jernih Ada
gelembung Jernih
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Kehalusan Halus Halus Halus Halus Halus Halus
6.2.Uji keseragaman bobot
Replikasi BF1 (g) BF2 (g) BF3 (g) F1 (g) F2 (g) F3 (g)
1 0,0468 0,0585 0,0533 0,0647 0,0430 0,0577
2 0,0510 0,0464 0,0584 0,0561 0,0514 0,0484
3 0,0492 0,0500 0,0585 0,0580 0,0500 0,0568
4 0,0520 0,0533 0,0491 0,0527 0,0585 0,0450
5 0,0494 0,0550 0,0561 0,0584 0,0585 0,0532
6 0,0482 0,0575 0,0587 0,0482 0,0523 0,0572
7 0,0545 0,0494 0,0490 0,0533 0,0500 0,0482
8 0,0447 0,0514 0,0560 0,0479 0,0518 0,0512
9 0,0478 0,0555 0,0515 0,0622 0,0570 0,0500
10 0,0533 0,0516 0,0597 0,0580 0,0503 0,0495
0,0497 0,0529 0,0550 0,0560 0,0523 0,0517
SD 0,0030 0,0038 0,0041 0,0055 0,0047 0,0044
CV 6,096% 7,209% 7,363% 9,835% 9,042% 8,416%
6.3.Uji ketebalan
Titik BF1
(mm)
BF2
(mm)
BF3
(mm)
F1
(mm)
F2
(mm)
F3
(mm)
1 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5
2 0,6 0,7 0,65 0,5 0,5 0,5
3 0,6 0,7 0,65 0,5 0,5 0,5
4 0,6 0,6 0,65 0,5 0,5 0,5
5 0,6 0,65 0,6 0,5 0,5 0,5
0,60 0,65 0,63 0,50 0,50 0,50
6.4.Uji pH larutan sediaan
BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
pH
Larutan 6,87 6,82 6,83 6,7 6,71 6,74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
6.5.Uji persentase moisture content
BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
1 9,42% 9,54% 10,04% 10,42% 10,10% 8,85%
2 9,40% 10,66% 8,28% 12,92% 9,87% 8,33%
3 10,68% 10,02% 10,94% 14,48% 8,69% 8,80%
4 10,43% 10,31% 12,25% 12,28% 5,62% 6,77%
5 11,02% 9,57% 9,30% 11,69% 11,63% 8,43%
10,19% 10,02% 10,16% 12,36% 9,18% 8,24%
SD 0,0074 0,0048 0,0152 0,0150 0,0225 0,0085
6.6.Uji persentase moisture absorption
BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
1 20,13% 17,98% 10,88% 18,75% 17,11% 15,29%
2 21,05% 17,28% 9,47% 14,83% 13,85% 14,68%
3 20,07% 16,10% 10,57% 14,48% 16,26% 12,68%
4 18,70% 20,28% 7,28% 11,93% 14,73% 14,72%
5 16,30% 15,57% 10,99% 14,43% 15,44% 15,54%
19,25% 17,44% 9,84% 14,88% 15,48% 14,58%
SD 0,0185 0,0185 0,0155 0,0245 0,0127 0,0113
6.7.Uji ketahanan pelipatan
BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
Nilai
ketahanan
pelipatan
67 68 110 25 44 49
6.8.Uji keseragaman kandungan obat
Replikasi F1 F2 F3
Q (µg) % Rec Q (µg) % Rec Q (µg) % Rec
1 466,955 67,308 712,005 106,394 561,015 80,681
2 465,718 67,129 492,946 73,660 638,985 91,894
3 594,431 85,682 568,441 84,941 598,144 86,021
4 499,134 71,946 565,965 84,571 604,332 86,911
5 655,074 94,424 512,748 76,619 634,035 91,182
536,262 77,298 570,421 85,237 607,302 87,338
SD 84,64 8,73 85,73 13,71 31,44 4,52
CV (%) 15,78 11,30 15,03 16,08 15,78 5,18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 7. Verifikasi Metode Analisis
7.1.Kurva Kalibrasi Ibuprofen dalam PBS pH 6,4
Seri Konsentrasi
(ppm)
Abs Abs
1 2 3
1 0,200 0,004 0,002 0,002 0,003
2 0,400 0,009 0,008 0,010 0,009
3 0,600 0,018 0,015 0,016 0,016
4 0,800 0,021 0,018 0,023 0,021
5 1,000 0,032 0,026 0,027 0,028
6 1,200 0,038 0,038 0,040 0,039
7 1,400 0,049 0,051 0,051 0,050
8 1,600 0,054 0,055 0,057 0,055
9 1,800 0,070 0,069 0,069 0,069
10 2,000 0,075 0,075 0,078 0,076
11 4,000 0,166 0,163 0,163 0,164
12 6,000 0,250 0,243 0,241 0,245
13 8,000 0,328 0,316 0,321 0,322
14 10,000 0,408 0,400 0,400 0,403
15 12,000 0,508 0,490 0,487 0,495
16 14,000 0,574 0,563 0,549 0,562
17 16,000 0,647 0,648 0,635 0,643
18 18,000 0,725 0,717 0,719 0,720
19 20,000 0,791 0,793 0,768 0,784
y = 0.0404x - 0.0053
R² = 0.9993
-0.050
0.050
0.150
0.250
0.350
0.450
0.550
0.650
0.750
0.850
0.000 5.000 10.000 15.000 20.000
Abso
rban
si
Konsentrasi (ppm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
7.2.Linearitas dan Sensitivitas Metode
Parameter Nilai
λ max (nm) 224
Rentang linearitas (µg/mL) 0,2 – 20
Slope 0,0053
Intercept 0,0404
Correlation coefficient (R2) 0,9993
LOD (µg/mL) 0,1875
LOQ (µg/mL) 0,5683
7.3.Akurasi Metode
Replikasi F1 F2 F3
Q (µg) % Rec Q (µg) % Rec Q (µg) % Rec
1 570,916 82,293 663,738 99,181 561,015 80,681
2 608,045 87,645 598,144 89,380 638,985 91,894
3 624,134 89,964 568,441 84,941 598,144 86,021
4 594,431 85,682 614,233 91,784 604,332 86,911
5 563,490 81,222 565,965 84,571 634,035 91,182
6 655,074 94,424 622,896 93,078 548,639 78,901
602,682 86,872 605,569 90,489 597,525 85,932
SD
4,9292 5,4948 5,3119
7.4.Presisi Metode Adisi Standar Intraday
Replikasi
% Recovery (%)
2 ppm 4 ppm 6 ppm
1 105,198 108,292 104,785
2 112,624 107,673 106,436
3 108,911 113,861 104,785
108,911 109,942 105,336
SD 3,713 3,408 0,953
CV 3,409% 3,100% 0,905%
7.5.Presisi Metode Adisi Standar Interday
Hari % Recovery (%)
2 ppm 4 ppm 6 ppm
1 101,485 97,772 100,660
2 93,234 100,866 99,010
3 92,822 98,391 100,248
95,847 99,010 99,972
SD 4,887 1,637 0,859
CV 5,099% 1,654% 0,859%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 8. Data Hasil Uji Pelepasan Obat Hydrocolloid Matrix Ibuprofen M
en
it k
e- F1
Men
it k
e- F2
%
release
R1
(%)
%
release
R2
(%)
%
release
R3
(%)
%
release
(%)
%
release
R1
(%)
%
release
R2
(%)
%
release
R3
(%)
%
release
(%)
15 17,54 15,95 1,41 11,63 15 26,86 11,67 1,26 13,26
30 43,59 47,68 31,97 41,08 30 31,98 32,36 33,88 32,74
45 68,04 64,35 58,92 63,77 45 35,27 51,95 55,63 47,62
60 82,05 78,64 66,92 75,87 60 60,85 57,35 65,56 61,26
90 90,97 90,07 87,88 89,64 90 42,20 66,90 80,67 63,26
120 91,44 99,95 94,37 95,26 120 48,93 65,72 77,68 64,11
180 94,88 98,49 104,72 99,36 180 83,81 66,34 87,06 79,07
240 97,89 104,32 106,58 102,93 240 88,41 71,26 92,44 84,04
300 98,65 105,12 108,60 104,12 300 88,35 72,95 88,76 83,35
360 106,01 107,31 112,76 108,69 360 90,14 75,36 100,07 88,52
DE
(%) 86,56 90,18 89,83
DE
(%) 67,74 62,50 77,33
DE (%) 88,86 DE (%) 69,19
SD 2,00 SD 7,52
Men
it k
e- F3
%
release
R1
(%)
%
release
R2
(%)
%
release
R3
(%)
%
release
(%)
15 22,54 22,29 0,94 15,25
30 35,34 31,39 26,16 30,96
45 56,13 48,35 28,47 44,32
60 65,82 51,35 48,67 55,28
90 70,92 54,11 66,45 63,83
120 74,65 62,43 77,81 71,63
180 77,37 57,89 74,76 70,01
240 79,99 57,22 80,85 72,69
300 83,46 57,94 84,95 75,45
360 85,83 58,95 85,04 76,61
DE
(%) 70,92 53,06 67,78
DE (%) 63,92
SD 9,54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 9. Data Hasil Uji Iritasi Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
9.1.Skor penilaian uji iritasi akut dermal pada kelinci albino
Jam
ke-
Kelinci
ke-
Skor Eritema
Etil asetat Kassa+hypafix BF1 BF2 BF3
1
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
24
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
48
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
72
1 2 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
Jam
ke-
Kelinci
ke-
Skor Udem
Etil asetat Kassa+hypafix BF1 BF2 BF3
1
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
24
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
48
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
72
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
9.2.Penilaian uji iritasi akut dermal BF1
Kelinci ke- 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer 0,0
Kesimpulan Tidak mengiritasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
9.3.Penilaian uji iritasi akut dermal BF2
Kelinci ke- 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer 0,0
Kesimpulan Tidak mengiritasi
9.4.Penilaian uji iritasi akut dermal BF3
Kelinci ke- 24 jam 48 jam 72 jam
Eritema Udem Eritema Udem Eritema Udem
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0
Indeks Iritasi Primer 0,0
Kesimpulan Tidak mengiritasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 10. Data Hasil Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
10.1. Formula 1 suhu 37°C
a. Uji organoleptis
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna Tidak
berwarna Tidak
berwarna
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
b. Uji keseragaman bobot
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0354 0,0494 0,0349 0,0366
2 0,0325 0,0396 0,0423 0,0214
3 0,0343 0,0505 0,0430 0,0353
4 0,0330 0,0480 0,0456 0,0198
5 0,0331 0,0413 0,0407 0,0226
6 0,0300 0,0537 0,0433 0,0226
7 0,0359 0,0473 0,0322 0,0280
8 0,0322 0,0519 0,0225 0,0201
9 0,0286 0,0511 0,0289 0,0212
10 0,0447 0,0458 0,0277 0,0202
0,0340 0,0479 0,0361 0,0248
SD 0,0044 0,0045 0,0080 0,0063
CV 12,892% 9,501% 22,103% 25,602%
c. Uji ketebalan
Titik Minggu 1 (mm) Minggu 2 (mm) Minggu 3 (mm) Minggu 4 (mm)
1 0,4 0,55 0,25 0,4
2 0,4 0,55 0,25 0,4
3 0,4 0,55 0,3 0,35
4 0,4 0,6 0,25 0,4
5 0,4 0,55 0,3 0,35
0,40 0,56 0,27 0,38
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan 7,2 7,2 7,1 7,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
e. Uji persentase moisture content
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 8,76% 10,51% 8,16% 10,29%
2 6,88% 8,76% 8,84% 11,57%
3 18,91% 9,50% 10,23% 11,97%
4 5,44% 5,88% 9,16% 10,81%
5 5,43% 3,73% 7,92% 22,64%
9,08% 7,67% 8,86% 13,46%
SD 0,0566 0,0280 0,0091 0,0517
f. Uji persentase moisture absorption
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 15,21% 13,59% 14,74% 15,44%
2 12,89% 11,75% 11,42% 10,74%
3 14,66% 15,41% 13,36% 12,72%
4 16,91% 14,31% 14,94% 10,81%
5 12,29% 14,45% 15,84% 9,59%
14,39% 13,90% 14,06% 11,86%
SD 0,0185 0,0137 0,0172 0,0229
g. Uji ketahanan pelipatan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan 33 11 12 23
h. Uji keseragaman kandungan obat
Rep,
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q (µg) % Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%)
1 163,738 23,601 657,550 94,780 634,035 91,391 413,738 59,637
2 355,569 51,252 631,559 91,034 517,698 74,622 470,668 67,843
3 349,381 50,360 667,450 96,208 346,906 50,004 366,708 52,858
4 770,173 111,014 671,163 96,743 423,639 61,064 372,896 53,750
5 486,757 70,162 606,807 87,466 401,361 57,853 325,866 46,971
425,124 61,278 646,906 93,246 464,728 66,987 389,975 56,212
SD 224,59 32,37 27,24 3,93 112,98 16,28 70,00 7,90
CV
(%) 52,83 52,83 4,21 4,21 24,31 24,31 17,95 14,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
10.2. Formula 2 suhu 37°C
a. Uji organoleptis
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Kejernihan Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
b. Uji keseragaman bobot
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0339 0,0505 0,0458 0,0385
2 0,0467 0,0469 0,0473 0,0437
3 0,0465 0,0490 0,0437 0,0390
4 0,0496 0,0446 0,0467 0,0380
5 0,0450 0,0449 0,0453 0,0429
6 0,0395 0,0495 0,0400 0,0434
7 0,0373 0,0486 0,0439 0,0454
8 0,0460 0,0404 0,0511 0,0399
9 0,0449 0,0495 0,0476 0,0325
10 0,0434 0,0389 0,0359 0,0394
0,0433 0,0463 0,0447 0,0403
SD 0,0049 0,0040 0,0043 0,0037
CV 11,241% 8,687% 9,510% 9,290%
c. Uji ketebalan
Titik Minggu 1
(mm)
Minggu 2
(mm)
Minggu 3
(mm)
Minggu 4
(mm)
1 0,45 0,45 0,45 0,5
2 0,45 0,45 0,4 0,5
3 0,45 0,45 0,45 0,5
4 0,5 0,5 0,45 0,45
5 0,5 0,45 0,4 0,5
0,47 0,46 0,43 0,49
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan 7,1 7,2 6,8 7,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
e. Uji persentase moisture content
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 5,31% 9,34% 9,66% 10,19%
2 5,47% 9,98% 9,39% 11,37%
3 4,52% 8,92% 8,96% 10,04%
4 5,52% 9,35% 9,32% 10,85%
5 3,64% 7,99% 9,76% 11,40%
4,89% 9,12% 9,42% 10,77%
SD 0,0081 0,0073 0,0032 0,0064
f. Uji persentase moisture absorption
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 13,97% 13,82% 13,61% 10,72%
2 12,35% 13,44% 13,98% 10,90%
3 15,81% 13,94% 14,17% 12,39%
4 12,38% 13,41% 14,56% 13,02%
5 12,63% 13,73% 14,54% 10,93%
13,43% 13,67% 14,17% 11,59%
SD 0,0081 0,0023 0,0040 0,0104
g. Uji ketahanan pelipatan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan 14 41 45 30
h. Uji keseragaman kandungan obat
Rep,
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q (µg) % Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%)
1 501,609 74,955 594,431 88,825 554,827 82,907 606,807 90,674
2 546,163 81,612 661,262 98,811 563,490 84,201 577,104 86,236
3 522,649 78,099 647,649 96,777 638,985 95,483 617,946 92,339
4 418,688 62,564 528,837 79,023 631,559 94,373 584,530 87,345
5 440,965 65,893 578,342 86,421 504,084 75,324 601,856 89,934
486,015 72,624 602,104 89,971 578,589 86,458 597,649 89,306
SD 54,23 8,10 53,77 8,04 56,56 8,45 16,64 2,49
CV
(%) 11,16 11,16 8,93 8,93 9,78 9,78 2,78 2,78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
10.3. Formula 3 suhu 37°C
a. Uji organoleptis
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Kejernihan Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
b. Uji keseragaman bobot
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0507 0,0479 0,0471 0,0385
2 0,0505 0,0440 0,0468 0,0437
3 0,0569 0,0434 0,0454 0,0390
4 0,0501 0,0482 0,0433 0,0380
5 0,0464 0,0476 0,0394 0,0429
6 0,0480 0,0451 0,0412 0,0434
7 0,0458 0,0487 0,0473 0,0454
8 0,0484 0,0423 0,0375 0,0399
9 0,0468 0,0451 0,0467 0,0325
10 0,0468 0,0452 0,0445 0,0394
0,0490 0,0414 0,0439 0,0403
SD 0,0033 0,0022 0,0035 0,0037
CV 6,687% 5,280% 7,949% 9,290%
c. Uji ketebalan
Titik Minggu 1
(mm)
Minggu 2
(mm)
Minggu 3
(mm)
Minggu 4
(mm)
1 0,55 0,5 0,5 0,5
2 0,6 0,55 0,5 0,5
3 0,6 0,55 0,5 0,5
4 0,6 0,55 0,55 0,5
5 0,6 0,5 0,5 0,5
0,59 0,53 0,51 0,50
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan 7,2 7,4 6,7 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
e. Uji persentase moisture content
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 4,16% 6,81% 10,46% 10,67%
2 3,07% 8,71% 10,17% 9,90%
3 5,89% 7,26% 10,10% 10,96%
4 5,11% 7,49% 10,17% 10,59%
5 2,73% 7,57% 10,45% 10,63%
4,19% 7,57% 10,27% 10,55%
SD 0,0134 0,0070 0,0017 0,0039
f. Uji persentase moisture absorption
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 16,07% 13,62% 14,64% 10,90%
2 15,93% 12,03% 13,24% 11,55%
3 12,79% 11,97% 13,66% 10,27%
4 12,88% 10,94% 13,07% 9,41%
5 13,63% 12,82% 12,73% 11,67%
14,26% 12,27% 13,47% 10,76%
SD 0,0162 0,0100 0,0074 0,0094
g. Uji ketahanan pelipatan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan 35 44 52 36
h. Uji keseragaman kandungan obat
Rep,
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q (µg) % Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%)
1 818,441 117,702 527,599 75,876 600,619 86,377 549,876 79,079
2 808,540 116,279 604,332 86,911 476,856 68,578 658,787 94,742
3 681,064 97,946 507,797 73,028 604,332 86,911 538,738 77,478
4 543,688 78,189 525,124 75,520 528,837 76,054 419,926 60,391
5 523,886 75,342 557,302 80,147 565,965 81,393 184,777 26,573
675,124 97,092 544,431 78,296 555,322 79,863 470,421 67,653
SD 140,11 20,15 37,92 5,45 53,44 7,69 180,70 25,99
CV
(%) 20,75 20,75 6,97 6,97 9,62 9,62 38,41 38,41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
10.4. Formula 1 suhu 45°C
a. Uji organoleptis
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Kejernihan Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
b. Uji keseragaman bobot
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0507 0,0479 0,0471 0,0385
2 0,0505 0,0440 0,0468 0,0437
3 0,0569 0,0434 0,0454 0,0390
4 0,0501 0,0482 0,0433 0,0380
5 0,0464 0,0476 0,0394 0,0429
6 0,0480 0,0451 0,0412 0,0434
7 0,0458 0,0487 0,0473 0,0454
8 0,0484 0,0423 0,0375 0,0399
9 0,0468 0,0451 0,0467 0,0325
10 0,0468 0,0452 0,0445 0,0394
0,0490 0,0414 0,0439 0,0403
SD 0,0033 0,0022 0,0035 0,0037
CV 6,687% 5,280% 7,949% 9,290%
c. Uji ketebalan
Titik Minggu 1
(mm)
Minggu 2
(mm)
Minggu 3
(mm)
Minggu 4
(mm)
1 0,55 0,5 0,5 0,5
2 0,6 0,55 0,5 0,5
3 0,6 0,55 0,5 0,5
4 0,6 0,55 0,55 0,5
5 0,6 0,5 0,5 0,5
0,59 0,53 0,51 0,50
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan 7,2 7,4 6,7 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
e. Uji persentase moisture content
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 4,16% 6,81% 10,46% 10,67%
2 3,07% 8,71% 10,17% 9,90%
3 5,89% 7,26% 10,10% 10,96%
4 5,11% 7,49% 10,17% 10,59%
5 2,73% 7,57% 10,45% 10,63%
4,19% 7,57% 10,27% 10,55%
SD 0,0134 0,0070 0,0017 0,0039
f. Uji persentase moisture absorption
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 16,07% 13,62% 14,64% 10,90%
2 15,93% 12,03% 13,24% 11,55%
3 12,79% 11,97% 13,66% 10,27%
4 12,88% 10,94% 13,07% 9,41%
5 13,63% 12,82% 12,73% 11,67%
14,26% 12,27% 13,47% 10,76%
SD 0,0162 0,0100 0,0074 0,0094
g. Uji ketahanan pelipatan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan 35 44 52 36
h. Uji keseragaman kandungan obat
Rep,
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q (µg) % Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%)
1 464,480 66,951 604,332 87,109 471,906 68,021 725,619 104,592
2 565,965 81,579 542,450 78,190 531,312 76,584 703,342 101,381
3 697,153 100,489 638,985 92,104 629,084 90,677 627,847 90,499
4 541,213 78,011 474,381 68,378 495,421 71,411 705,817 101,738
5 536,262 77,298 556,064 80,152 463,243 66,773 783,787 112,977
561,015 80,866 563,243 81,187 518,193 74,693 709,282 102,237
SD 84,97 12,25 62,86 9,06 67,36 9,71 55,89 8,06
CV
(%) 15,15 15,15 11,16 11,16 13,00 13,00 7,88 7,88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
10.5. Formula 2 suhu 45°C
a. Uji organoleptis
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Kejernihan Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
b. Uji keseragaman bobot
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0494 0,0421 0,0347 0,0381
2 0,0374 0,0344 0,0287 0,0316
3 0,0552 0,0365 0,0241 0,0307
4 0,0497 0,0410 0,0256 0,0356
5 0,0403 0,0285 0,0302 0,0274
6 0,0314 0,0285 0,0218 0,0336
7 0,0396 0,0371 0,0239 0,0359
8 0,0300 0,0308 0,0236 0,0315
9 0,0460 0,0316 0,0221 0,0339
10 0,0361 0,0319 0,0276 0,0323
0,0415 0,0342 0,0262 0,0331
SD 0,0083 0,0048 0,0041 0,0030
CV 20,041% 14,140% 15,535% 9,222%
c. Uji ketebalan
Titik Minggu 1
(mm)
Minggu 2
(mm)
Minggu 3
(mm)
Minggu 4
(mm)
1 0,45 0,4 0,35 0,5
2 0,45 0,4 0,35 0,5
3 0,45 0,4 0,45 0,5
4 0,5 0,4 0,4 0,5
5 0,5 0,4 0,35 0,5
0,47 0,40 0,38 0,50
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan 6,8 6,9 6,9 6,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
e. Uji persentase moisture content
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 11,47% 14,60% 12,59% 12,21%
2 8,78% 14,85% 12,50% 11,24%
3 8,76% 13,51% 12,68% 11,53%
4 7,79% 12,95% 12,63% 10,33%
5 5,18% 10,94% 11,95% 11,90%
8,40% 13,37% 12,47% 11,44%
SD 0,0226 0,0157 0,0030 0,0072
f. Uji persentase moisture absorption
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 4,84% 14,20% 4,79% 5,30%
2 4,88% 13,86% 8,23% 5,06%
3 6,28% 15,88% 8,33% 4,32%
4 4,27% 14,23% 7,51% 3,53%
5 0,71% 12,81% 5,83% 4,50%
4,19% 14,19% 6,94% 4,54%
SD 0,0209 0,0110 0,0157 0,0069
g. Uji ketahanan pelipatan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan 30 62 166 189
h. Uji keseragaman kandungan obat
Rep,
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q (µg) % Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%)
1 448,391 67,002 418,688 62,564 369,183 55,166 606,807 90,674
2 522,649 78,099 527,599 78,838 390,223 58,310 595,668 89,010
3 265,223 39,632 507,797 75,879 384,035 57,386 473,144 70,701
4 137,748 20,583 499,134 74,585 254,084 37,967 652,599 97,517
5 32,550 4,864 489,233 73,105 322,153 48,139 624,134 93,263
281,312 42,036 488,490 72,994 343,936 51,394 590,470 88,233
SD 205,49 30,71 41,50 6,20 56,87 8,50 69,02 10,31
CV
(%) 73,05 73,05 8,50 8,50 16,53 16,53 11,69 11,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
10.6 Formula 3 suhu 45°C
a. Uji organoleptis
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Warna Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Kejernihan Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Ada
gelembung
Kehalusan Halus Halus Halus Halus
b. Uji keseragaman bobot
Replikasi Minggu 1 (g) Minggu 2 (g) Minggu 3 (g) Minggu 4 (g)
1 0,0430 0,0491 0,0226 0,0386
2 0,0509 0,0409 0,0270 0,0385
3 0,0485 0,0457 0,0312 0,0388
4 0,0540 0,0354 0,0365 0,0255
5 0,0409 0,0448 0,0289 0,0345
6 0,0503 0,0443 0,0311 0,0369
7 0,0520 0,0442 0,0384 0,0371
8 0,0503 0,0422 0,0320 0,0294
9 0,0399 0,0487 0,0398 0,0291
10 0,0550 0,0423 0,0348 0,0330
0,0485 0,0438 0,0322 0,0341
SD 0,0054 0,0040 0,0053 0,0047
CV 11,064% 9,041% 16,476% 13,841%
c. Uji ketebalan
Titik Minggu 1
(mm)
Minggu 2
(mm)
Minggu 3
(mm)
Minggu 4
(mm)
1 0,55 0,5 0,6 0,5
2 0,6 0,5 0,55 0,55
3 0,6 0,5 0,55 0,5
4 0,6 0,5 0,6 0,5
5 0,6 0,5 0,6 0,55
0,59 0,50 0,58 0,52
d. Uji pH larutan sediaan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
pH Larutan 6,9 6,8 6,9 6,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
e. Uji persentase moisture content
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 6,72% 11,53% 13,41% 12,87%
2 8,12% 12,79% 14,29% 10,88%
3 7,79% 12,95% 12,61% 9,98%
4 8,78% 13,02% 12,47% 10,53%
5 7,26% 13,35% 12,95% 12,44%
7,74% 12,73% 13,14% 11,34%
SD 0,0079 0,0070 0,0073 0,0125
f. Uji persentase moisture absorption
Rep. Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 5,64% 15,68% 7,28% 6,55%
2 5,05% 15,99% 5,71% 6,48%
3 4,37% 15,62% 7,56% 6,26%
4 1,18% 14,99% 7,43% 5,26%
5 3,17% 13,93% 7,83% 8,63%
3,88% 15,24% 7,16% 6,64%
SD 0,0177 0,0082 0,0084 0,0123
g. Uji ketahanan pelipatan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Nilai ketahanan pelipatan 58 86 171 125
h. Uji keseragaman kandungan obat
Rep,
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Q (µg) % Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%) Q (µg)
% Rec
(%)
1 152,599 21,946 603,094 86,733 458,292 65,908 601,856 86,555
2 516,460 74,274 634,035 91,182 593,193 85,309 664,975 95,632
3 667,450 95,988 695,916 100,082 469,431 67,510 417,450 60,035
4 575,866 82,817 672,401 96,700 538,738 77,478 428,589 61,637
5 731,807 105,243 621,658 89,403 638,985 91,894 502,847 72,316
528,837 76,054 645,421 92,820 539,728 77,620 523,144 75,235
SD 226,01 32,50 37,96 5,46 77,92 11,21 108,21 15,56
CV
(%) 42,74 42,74 5,88 5,88 14,44 14,44 20,68 20,68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 11. Data Hasil Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
11.1. Persen wound closure pada tikus diabetes
Hari
ke-
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
Kontrol
(%)
BF1
(%)
F1
(%)
Kontrol
(%)
BF1
(%)
F1
(%)
Kontrol
(%)
BF1
(%)
F1
(%)
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 1,72 5,49 8,68 1,78 3,86 5,78 9,30 29,83 27,12
2 3,06 6,26 10,34 4,40 4,72 8,72 12,95 31,10 30,11
3 8,41 11,63 19,97 6,25 7,96 14,49 15,14 41,28 38,60
4 15,60 18,26 33,09 8,19 10,44 15,18 17,76 42,33 45,58
5 19,81 21,60 38,90 11,23 13,37 49,20 23,58 45,29 46,96
6 25,78 31,07 47,38 16,89 17,41 59,16 24,50 48,64 60,15
7 32,15 45,32 57,50 35,53 27,18 69,94 32,23 49,82 67,87
8 41,90 55,28 66,14 55,34 47,52 80,23 44,29 58,16 69,12
9 50,36 60,95 73,57 58,46 71,31 84,80 50,30 62,68 70,72
10 67,48 76,23 82,48 66,73 78,29 92,62 67,08 72,11 78,84
11 72,06 85,97 90,02 70,49 81,32 95,39 72,79 76,47 83,42
12 76,54 89,97 92,07 74,36 82,20 96,75 74,07 81,23 97,60
13 87,89 92,45 94,67 80,76 88,51 100,00 82,28 90,95 100,00
14 90,78 94,56 97,31 81,18 100,00 92,14 100,00
15 94,36 97,53 100,00 95,65
100,00
16 100,00 100,00
100,00
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
11.2. Persen wound closure pada tikus normal
Hari
ke-
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
Kontrol
(%)
BF1
(%)
F1
(%)
Kontrol
(%)
BF1
(%)
F1
(%)
Kontrol
(%)
BF1
(%)
F1
(%)
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 2,72 2,75 2,06 22,10 7,74 9,97 9,06 5,66 10,94
2 3,18 19,27 11,97 38,00 8,75 15,41 9,35 11,02 13,79
3 14,98 39,10 15,24 46,51 12,74 25,71 11,28 17,13 23,91
4 22,55 40,38 16,64 49,52 17,24 35,06 15,52 18,99 37,93
5 37,20 48,76 19,27 59,72 20,38 43,34 17,20 22,33 44,34
6 49,02 56,09 19,72 60,60 25,43 58,80 17,63 29,08 49,41
7 69,87 72,11 19,84 69,24 57,44 68,62 43,63 61,24 54,73
8 70,22 84,57 23,51 71,68 77,05 79,25 51,27 78,11 68,25
9 76,62 86,45 31,57 75,01 82,40 84,65 71,80 80,74 87,28
10 79,51 88,02 55,54 76,41 89,48 90,77 73,40 85,10 90,50
11 81,11 92,18 64,71 80,32 92,27 95,33 80,31 86,38 95,29
12 88,62 95,21 73,35 87,08 95,31 97,67 90,55 93,99 96,55
13 93,06 97,21 88,11 90,30 96,17 100,00 92,59 94,04 100,00
14 95,86 100,00 92,18 92,56 98,02 94,16 96,14
15 100,00
97,20 97,29 99,46 98,74 100,00
16
100,00 99,14 100,00 100,00
17 100,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 12. Data Hasil Uji Statistik Hydrocolloid Matrix Ibuprofen
Jenis Evaluasi p-value
Basis
Keseragaman bobot 0,0107
Persen moisture content 0,96
Persen moisture absorption 4,58x10-6
Formula
Keseragaman bobot 0,129
Persen moisture content 0,0046
Persen moisture absorption 0,712
Keseragaman kandungan obat 0,329
Pelepasan obat 0,0947
Uji aktivitas
Tikus normal 0,06677
Tikus diabetes 0,7676
Kontrol luka 0,3739
Basis hydrocolloid matrix 1 0,5391
Formula hydrocolloid matrix
ibuprofen 1 0,5614
Jenis Evaluasi Stabilitas p-value
Suhu 37oC Suhu 45
oC
F1
Keseragaman bobot 5,857x10-8
2,182x10-6
Persen moisture content 0,625 0,6523
Persen moisture absorption 0,0123 0,001119
Keseragaman kandungan obat 0,07139 0,01385
F2
Keseragaman bobot 0,001953 8,024x10-6
Persen moisture content 0,178 0,03889
Persen moisture absorption 0,007693 4,247x10-5
Keseragaman kandungan obat 0,4856 0,705
F3
Keseragaman bobot 0,0001217 2,304x10-7
Persen moisture content 0,004238 0,004964
Persen moisture absorption 0,001585 0,0001495
Keseragaman kandungan obat 0,1846 0,1599
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
12.1. Uji statistik ANAVA keseragaman bobot basis
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Uji post-hoc
12.2. Uji statistik ANAVA keseragaman bobot formula
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Uji ANAVA
12.3. Uji statistik ANAVA persentase moisture content basis
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
12.4. Uji statistik ANAVA persentase moisture content formula
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
Uji post-hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
12.5. Uji statistik ANAVA persentase moisture absorption basis
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
Uji post-hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
12.6. Uji statistik ANAVA persentase moisture absorption formula
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
12.7. Uji statistik ANAVA keseragaman kandungan obat
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
12.8. Uji statistik ANAVA pelepasan obat
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji ANAVA
12.9. Uji statistik kecepatan penyembuhan luka tikus
a. Tikus diabetes
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
b. Tikus normal
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
a. Kontrol luka
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Uji T
b. Basis hydrocolloid matrix
Data
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Uji homogenitas data
Uji T
e. Formula hydrocolloid matrix ibuprofen
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Uji normalitas pearson chi-square
Uji homogenitas data
Uji T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
12.10. Uji statistik T dua sampel berpasangan stabilitas formula suhu 37°C
a. Keseragaman bobot formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
b. Keseragaman bobot formula 2
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Uji normalitas pearson chi-square
Uji wilcoxon
c. Keseragaman bobot formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Uji T dua sampel berpasangan
d. Persentase moisture content formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji wilcoxon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
e. Persentase moisture content formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
f. Persentase moisture content formula 3
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
g. Persentase moisture absorption formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Uji T dua sampel berpasangan
h. Persentase moisture absorption formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
i. Persentase moisture absorption formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
j. Keseragaman kandungan obat formula 1
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
k. Keseragaman kandungan obat formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Uji T dua sampel berpasangan
l. Keseragaman kandungan obat formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
12.11. Uji statistik T dua sampel berpasangan stabilitas formula suhu 45°C
a. Keseragaman bobot formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
b. Keseragaman bobot formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
c. Keseragaman bobot formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
d. Persentase moisture content formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
e. Persentase moisture content formula 2
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
f. Persentase moisture content formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Uji T dua sampel berpasangan
g. Persentase moisture absorption formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
h. Persentase moisture absorption formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
i. Persentase moisture absorption formula 3
Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
j. Keseragaman kandungan obat formula 1
Data
Uji normalitas pearson chi-square
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Uji T dua sampel berpasangan
k. Keseragaman kandungan obat formula 2
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
l. Keseragaman kandungan obat formula 3
Data
Uji normalitas pearson chi-square
Uji T dua sampel berpasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 13. Hasil Uji Histopatologi
13.1 Kulit tikus diabetes
Kontrol
BF1
F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
13.2 Kulit tikus normal
Kontrol
BF1
F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
13.3 Kulit tikus normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
a
b
c
d
e
f
Keterangan: (a) BF1; (b) BF2; (c) BF3; (d) F1; (e) F2; (f) F3
Uji pH larutan sediaan
Uji iritasi kelinci 1
Uji iritasi kelinci 2
Uji iritasi kelinci 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Optimasi
Konsentrasi Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC)
Sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound
Healing Dengan Bahan Aktif Ibuprofen” memiliki nama
lengkap Ignasia Handipta Mahardika. Dilahirkan di
Magelang pada tanggal 28 Juli 1995 dari pasangan
Bapak Robertus Rohandi dan Ibu Fransiska Irma
Yudianti. Penulis merupakan anak pertama dari 2
bersaudara. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Santa Theresia
Muntilan pada tahun 1999 hingga 2001, lalu melanjutkan pendidikan di SD
Marsudirini Muntilan pada tahun 2001 hingga 2007. Penulis menempuh sekolah
menengah pertama di SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan pada tahun 2007
hingga 2010, kemudian melanjutkan ke tingkat menengah atas di SMA Pangudi
Luhur Van Lith Muntilan pada tahun 2010 hingga 2013. Penulis melanjutkan
pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun
2013 hingga 2017. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, organisasi
kemahasiswaan, dan kepanitiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI