lakip_kemenperin_2010

Download LAKIP_Kemenperin_2010

If you can't read please download the document

Upload: hari127

Post on 26-Jul-2015

91 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KEGIATAN LALAPORANATAN PORAN KEGI AKUNTABILITAS

KINERJA

WORKSHOP PENGEMBANGAN KUALITAS WORKSHOP PENGEMBANGAN KUALITAS

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN SDM PERENCANA (MOTIVASI BERPRESTASI) SDM PERENCANA (MOTIVASI BERPRESTASI) TAHUN 2010

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun sebagai pertanggungjawaban kinerja Kementerian Pertindustrian pada tahun 2010. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan

Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi. Dalam Rencana Stratejik Kementerian Perindustrian 2010-2014, telah dijabarkan Visi jangka menengah Kementerian, yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan. Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi, Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014. Secara umum gambaran pencapaian kinerja makro sektor industri pada tahun 2010, adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan sektor industri non migas tahun 2010 mencapai 5,09 persen; 2. Kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto untuk industri

pengolahan tahun 2010 sebesar 24,82 persen dan industri pengolahan non migas sebesar 21,55 persen. 3. Pertumbuhan Investasi PMDN hingga triwulan III Tahun 2010 di sektor industri mencapai Rp. 16,58 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 365 proyek dan PMA sebesar US$ 2,513 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 829 proyek. 4. Ekspor hasil industri non migas tahun 2010 mencapai US$ 98,02 milyar, dan impor tahun 2010 mencapai US$ 101,12 miliar. Pada tahun 2010 cabang industri yang hampir semua mengalami pertumbuhan positif, antara lain: Alat Angkut, Mesin & Peralatannya tumbuh sebesar 10,35 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet tumbuh sebesar 4,67 i

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif

persen; Barang lainnya tumbuh sebesar 2,98 persen; Makanan, Minuman dan Tembakau tumbuh sebesar 2,73 persen; Logam Dasar Besi & Baja tumbuh sebesar 2,56 persen; Semen & Brg. Galian bukan logam tumbuh sebesar 2,16 persen; Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki tumbuh sebesar 1,74 persen; Kertas dan Barang cetakan tumbuh sebesar 1,64 persen; dan hanya industri Brg. kayu & Hasil hutan lainnya yang mengalami penurunan sebesar -3,50 persen. Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB industri non migas mencapai 21,55 persen dengan urutan distribusi per cabang industri sebagai berikut: industri makanan, minuman dan tembakau (33,60 persen); industri alat angkut, mesin dan peralatan (28,14 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari karet (12,73 persen), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (8,97 persen), industri barang kayu dan hasil hutan (5,82 persen) industri kertas dan barang cetakan (4,75 persen), industri semen dan barang galian non logam (3,29 persen), industri logam dasar, besi dan baja (1,95 persen), dan industri barang lain hanya (0,76 persen). Pertumbuhan industri pada tahun 2010 telah jauh lebih baik dibanding tahun 2009 pada saat industria terkena dampak krisis global. Tahun 2010 sektor industri dapat melampaui target pertumbuhan industri sebesar 4,99 persen. Hal ini terlihat bahwa sektor-sektor industri telah mulai pulih dari krisis global tahun 2009. Tentunya kita berharap bahwa tahun mendatang menjadi tahun titik balik bagi dunia industri untuk dapat lebih maju lagi. Langkah-langkah operasional yang telah ditempuh dalam pencapaian sasaran 2010 meliputi melalui: perumusan kebijakan; pelayanan dan fasilitasi; serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang dilakukan lewat. Dimana langkah-langkah operasional tersebut di laksanakan melalui Sembilan program, diantaranya (i) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat; (ii) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke ii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif

berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat; (iii) Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi yang bertujuan untuk

menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor; (iv) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah yang bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah; (v) Program Pengembangan Perwilayahan Industri yang bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri kabupaten/kota; (vi) Program Kerjasama Industri Internasional yang bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri internasional secara optimal; (vii) Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri yang bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri; (viii) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta iii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif

mewujudkan Good Governance dan Clean Government; (ix) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal; (x) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Hasil lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja 2010 ini. Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2010 dengan capaian rata-rata sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok sebesar 155.70 persen. Sedangkan capaia ratarata sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan (stakeholders) mencapai 83.84 persen. Seluruh sasaran yang ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum semuanya menunjukkan hasil sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan pencapaian sasaran Kementerian Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan institusi terkait.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

iv

KATA PENGANTARUntuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat bentuk perwujudannya dapat dilakukan melalui pertanggungjawaban. Seperti yang telah diamanatkan dalam Tap. MPR RI No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dibutuhkan suatu bentuk pertanggungjawaban terkait pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata secara periodik. Pemerintah, melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI dan Undang-Undang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya, membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bahwa peraturan tersebut sebagai acuan setiap instansi dalam menyusun dokumen Penetapan Kinerja dan LAKIP. Sebagai gambaran keberhasilan dan ketidaktercapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama periode tahun 2010, Kementerian Perindustrian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit di masa yang akan datang, khususnya untuk tahun 2011 yang sedang berjalan ini. Jakarta, 15 Maret 2011 MENTERI PERINDUSTRIAN

MOHAMAD S. HIDAYAT vLaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. BAB II : Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian Peran Stratejik Kementerian Perindustrian I-1 I-1 I-6 i v vi

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. B. C. D. Rencana Strategis 2010 - 2014 Rencana Kinerja Tahun 2010 Penetapan Kinerja Tahun 2010 Rencana Anggaran II - 1 II - 13 II 19 II - 23

BAB III

:

AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN A. B. C. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2010-2014 Analisis Capaian Kinerja Makro Sektor Industri Analisis Capaian Kinerja Sasaran Stakeholders Tahun D. Analisis Capaian Kinerja Sasaran Strategis Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok Tahun 2010 E. F. Analisis Capaian Kinerja Pengembangan Klaster Industri Akuntabilitas Keuangan III - 57 III 92 III - 40 Strategis Perspektif III - 1 III - 10 III - 22

BAB IV

:

PENUTUP A. B. C. Kesimpulan Permasalahan dan Kendala Rekomendasi IV - 1 IV - 2 IV - 4

LAMPIRAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

vi

BAB I PENDAHULUAN

A.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian; 2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian; 3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah; dan 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

B.

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut tercermin

dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam komponen konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor jasa keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau perdagangan, pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat pentingLaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-1

Pendahuluan

karena kontribusinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu industri juga dapat membuka peluang untuk menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, yang berarti meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan. Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan Pembangunan Nasional yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan memerlukan upaya penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi: 1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. 2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi. 3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia. 4. Lemahnya sektor infrastruktur. 5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi. Sementara itu, terdapat berbagai permasalahan pokok yang sedang dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama, ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Keempat, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok industri kecil dan menengah. Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor industri, isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan Infrastruktur; 2. Ketahanan Pangan; 3. Ketahanan Energi;Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-2

Pendahuluan

4. Pengembangan UMKM; 5. Revitalisasi Industri dan Jasa; 6. Pembangunan Transportasi.

Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan sektor industri dituntut untuk mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri, tetapi juga harus mampu mengatasi permasalahan nasional. Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang sedang dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung keberhasilan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam: (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitasaktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut: 1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional. 2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah. 3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-3

Pendahuluan

4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa. 5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.

C.

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Kementerian Perindustrian terdiri atas Wakil Menteri Perindustrian, 9 (sembilan) unit eselon I dan 3 (tiga) Staf Ahli Menteri sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian

Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1. Wakil Menteri Perindustrian Mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian. Wakil Menteri diangkat pada tanggal 10 November 2009 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 111/M Tahun 2009 guna memperlancar pelaksanaan tugas Menteri yang memerlukan penanganan khusus sesuai ketentuan pasal 10 UndangUndang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-4

Pendahuluan

2. Sekretariat Jenderal Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal terdiri dari 5 (lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro Keuangan, Biro Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum. 3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu

Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam; Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan Direktorat Industri Tekstil dan Aneka. 4. Direktorat Jenderal Industri Agro Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau. 5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Direktorat mempunyai Jenderal tugas Industri Unggulan serta Berbasis Teknologi Tinggi dan

merumuskan

melaksanakan

kebijakan

standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Maritim,

Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan Telematika; dan Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-5

Pendahuluan

6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah III. 7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I; Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III. 8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; dan Direktorat Ketahanan Industri. 9. Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat Jenderal terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat I; Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-6

Pendahuluan

10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri terdiri dari 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Badan; Pusat Standardisasi; Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri; Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual. 11. Staf Ahli Menteri Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli Menteri mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal. Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri; Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi.

Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian, terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu: 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Industri) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang selanjutnya disebut Pusdiklat Industri adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Industri dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-7

Pendahuluan

2. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Pusat Data dan Informasi yang selanjutnya disebut Pusdatin adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Pusdatin dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, serta pelayanan data dan informasi industri. 3. Pusat Komunikasi Publik Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan hubungan antar lembaga, pemberitaan, publikasi, dan informasi pelayanan publik.

Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian untuk membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif Stakeholders dibutuhkan SDM. Untuk mewujudkan SDM Industri dan aparatur yang professional maka langkahlangkah yang dilakukan adalah meningkatkan penerapan kode etik dan peningkatan disiplin dan budaya kerja pegawai, melakukan pengembangan sistem rekruitmen pegawai,peningkatan kualitas kemampuan dan pengetahuan SDM Industri (kuantitas dan kualitas). Dengan jumlah pegawai sebanyak 6271 pegawai, diharapkan dapat mencapai target yang telah di tetapkan oleh Kementerian Perindustrian. Untuk lebih jelas jumlah dan kualifikasi pegawai Kementerian Perindustrian dapat dilihat pada Lampiran1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

I-8

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS 2010 - 2014 1. VISI Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan: 1. Industri kelas dunia; 2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa; 3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar. Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya; 2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5. Jasa industri yang tangguh. Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 1

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni: Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan 2. MISI Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut: 1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut: 1. 2. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; Mendorong internasional; 3. 4. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; II - 2 peningkatan penguasaan pasar domestik dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

5. 6. 7.

Memfasilitasi penguatan struktur industri; Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa; Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

3. TUJUAN Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan. Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

4. SASARAN Untuk mewujudkan pencapaian tujuan di atas, maka perlu dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur keberhasilan pencapaiannya. Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan, ada keinginan kuat untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 3

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran Industri Kecil dan Menengah mulai dari tahun 2009 sampai ke tahun 2014. Target pertumbuhan setiap cabang industri yang ingin dicapai dalam peningkatan daya saing industri manufaktur pada periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 8,41 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 6,64 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,40 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 2. Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Target pertumbuhan untuk cabang industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 3,84 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,15 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,60 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 3. Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 2,94 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 1,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,90 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 4

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 4. Cabang Industri Kertas dan Barang Cetakan Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 5,04 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 4,60 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,58 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 5. Cabang Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 6,30 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 5,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 6. Cabang Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 4,19 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 3,25 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 5

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

7. Cabang Industri Logam Dasar, Besi dan Baja Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 4,03 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,75 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,50 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi diharapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 8. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 7,34 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 4,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,20 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. 9. Cabang Industri Barang Lainnya Target pertumbuhan untuk cabang industri makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar 6,00 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 5,18 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,80 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50% dan IB sebesar 50%. Untuk lebih jelasnya, target laju pertumbuhan setiap cabang industri selama periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 6

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Tabel 2.1. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 2014 (%)Cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, barang Kulit & Alas kaki Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas & barang Cetakan Pupuk, Kimia & barang dari Karet Semen & Barang Galian bukan Logam Logam Dasar, Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Barang lainnya Total Industri 2010 6,64 2,15 1,75 4,60 5,00 3,25 2,75 4,00 5,18 4,65 2011 7,92 3,40 2,75 4,80 5,46 3,74 3,40 6,40 5,60 6,10 2012 8,15 3,75 2,90 4,90 5,75 4,05 4,00 7,78 6,00 6,75 2013 8,94 4,30 3,40 5,30 7,00 4,60 4,50 8,30 6,40 7,47 2014 10,40 5,60 3,90 5,58 8,30 5,30 5,50 10,20 6,80 8,95 Rata-rata 2010-2014 8,41 3,84 2,94 5,04 6,30 4,19 4,03 7,34 6,00 6,78

5. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun 2010-2014, telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2014 sebagaimana disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian tersaji pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 7

Visi : Indonesia m ampu m enjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Misi : Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomianKokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional Meningkatnya peran industri kecil dan 7 m enengah terhadap PDB

1

Tingginya Nilai tam bah industri 6 Kokohnya faktor-faktor 3 penunjang pengem bangan industri Tingginya kem am puan 4 inovasi dan penguasaan teknologi industri

na gnt ne pe K i ukgna m P e fi t ke psr e P2 Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri Kuat, lengkap dan 5 dalam nya Struktur industri

Tersebarnya pem bangunan industri

Perumusan KebijakanMempersiap kan d an/atau Menetapkan Kebijakan d an p roduk hukum Ind ustri Memf asilitasi penerap an, pengemb angan dan peng gunaan Kekayaan intelektual Memf asilitasi peng embang an ind ustri Memf asilitasi promo si ind ustri Memf asilitasi p enerapan stand ard isasi Mening katkan kualitas pelayanan p ublik Meng koo rdinasikan peningkatan kualitas lembag a pend idikan dan pelatihan serta kewirausahaan Menetapkan rencana strategis d an/atau p engemb angan ind ustri prio ritas dan industri and alan masa d epan Menetapkan peta pand uan p engemb angan industri Meng usulkan insentif yang mend ukung p engemb angan industri SDM Mengembang kan kemamp uan SD M yang kompeten Org anisasi & Ketatalaksanaan Membang un org anisasi yang Pro f esio nal d an Probisnis Meng embang kan R&D di instansi d an industri

Pelayanan & Fasilitasi

Pengawasan, Pengendalian & EvaluasiMeng op timalkan b udaya peng awasan p ada unsur pimp inan d an staf Mengo ptimalkan evaluasi p elaksanaan kebijakan d an ef ektif itas pencap aian kinerja industri

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010Inf ormasi Membangun sistem inf ormasi ind ustri yang terinteg rasi & hand al Perencanaan Meningkatkan kualitas perencanaan dan p elap oran Dana

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

na r e ne m K i t e k ok o PsaguT naa naska e P l ses o Pfi t ke psr e P r

naa ga b ml e K e sai sa pa K t na ak gn ne P t i fi t ke psr e P

Mening katkan Sistem Tata Kelo la Keuangan dan BMN yang pro f esional

II - 8

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sebagaimana telah disebutkan bahwa visi pembangunan industri Indonesia pada tahun 2014 adalah memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (suistainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan, maka perlu dijabarkan indikator terwujudnya visi tersebut antara lain: 1. 2. Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk hilir bernilai tambah 3. Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan industri kecil, industri menengah, dan industri besar 4. 5. Tercapai peningkatan industri penunjang komponen Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi) Dalam mewujudkan Visi tersebut, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat dirinci sebagai berikut: Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional. Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri. Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 9

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

2. Indeks iklim industri nasional. Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif; 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri. Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia); 2. Tumbuhnya permesinan; 3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri. Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional; 2. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional; 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil; 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi Out-Source Industri Besar. Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok Sasaran Strategis I: Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, Industri Komponen automotive, elektronika dan

R.Perpres/R.Keppres); 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 10

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sasaran

Strategis

II:

Menetapkan

rencana

strategis

dan/atau

pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan, dengan Indikator Kinerja Utama: Renstra 2010-2014 dan Renja. Sasaran Strategis III: Menetapkan peta panduan pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas; 2. Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi; 3. Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis IV: Mengusulkan insentif yang mendukung

pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Rekomendasi usulan insentif; 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif. Sasaran Strategis V: Mengembangkan R&D di instansi dan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: Kerjasama instansi R&D dengan industri. Sasaran Strategis VI: Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI; 2. Produk HKI yang dikomersialkan (paten). Sasaran Strategis VII: Memfasilitasi pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi; 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan; 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku; 4. Perjanjian kerjasama internasional. Sasaran Strategis VIII: Memfasilitasi promosi industri, dengan Indikator Kinerja Utama: Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi. Sasaran Strategis IX: Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Rancangan SNI yang diusulkan;Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 11

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan; 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu/ISO 9001:2008 (Pedoman BSN 10 dan GKM). Sasaran Strategis X: Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan Indikator Kinerja Utama: Tingkat kepuasan pelanggan. Sasaran Strategis XI: Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Instruktur yang bersertifikat; 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi. Sasaran Strategis XII: Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat penurunan penyimpangan minimal; 2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Internal di unit kerja. Sasaran Strategis XIII: Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan; 2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri. Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Sasaran Strategis I: Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Standar kompetensi SDM aparatur; 2. SDM aparatur yang kompeten. Sasaran Strategis II: Membangun organisasi yang professional dan probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama: Penerapan sistem manajemen mutu. Sasaran Strategis III: Membangun sistem informasi yang terintegrasi dan handal, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tersedianya sistem informasi online; II - 12

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

2. Pengguna yang mengakses. Sasaran Strategis IV: Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Kesesuaian program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN); 2. Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars); 3. Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan. Sasaran Strategis V: Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat penyerapan anggaran; 2. Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP).

B. RENCANA KINERJA TAHUN 2010 Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014, maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masingmasing Program yang terinci sebagai berikut:

a. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menghasilkan rumusan dalam pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang basis industri manufaktur serta menumbuhkembangkan klaster termasuk dalam penyusunan peta panduan pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 13

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

IKU pertama: Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. b. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuh-kembangkan klaster industri Agro melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.

c. Program Tinggi

Penumbuhan

Industri

Unggulan

Berbasis

Teknologi

Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuhkembangkan klaster industri unggulan berbasis teknologi tinggi melaluiLaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 14

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

pelaksanaan

rencana

aksi

yang

tercantum

pada

Peraturan

Menteri

Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam

industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.

d. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah Program ini bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Rasio Industri Jawa dan luar Jawa dengan target rasio industri di pulau Jawa dan luar Jawa mencapai posisi 60:40. IKU Kedua: Kontribusi PDB IKM sebesar 34 % pada tahun 2014. e. Program Pengembangan Perwilayahan Industri Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private

partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri

kabupaten/kota. Program ini juga bertujuan untuk menangani segala permasalahan aktual dalam pengembangan public-private partnership dan penyiapan penetapan peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota sertaLaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 15

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

pengembangan kawasan industri. Selain hal tersebut juga melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan peta panduan pengembangan industri unggulan dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui

pembangunan kawasan industri dengan target pertumbuhan sebesar 10% pertahun. IKU kedua: Tersusunnya kebijakan operasional pengembangan industri didaerah melalui pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah.

f. Program Kerjasama Industri Internasional Program ini bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri internasional secara optimal, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri, menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama industri internasional, melaksanakan peningkatan kerjasama akses industri, kerjasama teknik serta promosi industri internasional baik secara bilateral, regional maupun multilateral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan penanganan hambatan kerjasama industri

internasional, melaksanakan pengamanan industri dalam negeri sebagai dampak pemberlakukan perjanjian perdagangan bebas, melaksanakan

pedoman, kriteria dan prosedur bantuan luar negeri serta melaksanakan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama industri internasional. Program ini akan diukur dengan indikator pencapaian yaitu meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara dengan konstribusi sektor industri melalui peningkatan akses pasar, teknologi dan kerjasama internasional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 16

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

g. Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Program ini bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan,

mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri. Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi sektor industri, perumusan kebijakan dan iklim serta analisa, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang penelitian dan pengembangan industri, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penelitian dan pengembangan industri. Pada dasarnya program ini memanfaatkan hasil litbang yang telah dilakukan oleh Balai-balai Penelitian dan Pengembangan dalam rangka mendukung daya saing maupun melindungi konsumen, seperti menetapkan standardisasi bagi produk hasil industri. Dengan indikator pencapaian tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik.

h. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta mewujudkan Good Governance dan Clean Government. II - 17

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sebagai alat ukur atau indikator keberhasilannya telah ditetapkan, yaitu: (a) tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, (b) tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, (c) tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan.

i. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal, dengan indikator pencapaian: (a) terkoordinasinya pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian

Perindustrian, (b) terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya serta penghubung antar lembaga dan masyarakat, (c) terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian.

j. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Sebagai indikator pencapaiannya tersedianya sarana dan prasarana kerja sesuai kebutuhan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 18

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010 Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja yang akan dicapai. Dengan telah diterbitkannya Inpres No. 5/2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja, Kementerian

Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2010 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2010 yang disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja Tahun 2010 yang telah ditetapkan, sehingga secara substansial Penetapan Kinerja Tahun 2010 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun 2010. Ringkasan Penetapan Kinerja Tahun 2010 selengkapnya terdapat pada Lampiran 2. Pada Bab III dokumen LAKIP Kementerian Perindustrian ini, penjelasan mengenai Analisis Capaian Kinerja bukan diukur dari ketercapaian indikator Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010, akan tetapi diukur dari ketercapaian indikator Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010. Perbedaan keduanya adalah indikator kinerja utama (IKU) yang diperoleh dari dokumen Penetapan Kinerja merupakan IKU dari masing-masing Program yang juga merupakan IKU dari masing-masing unit Eselon I Kementerian Perindustrian (sebagaimana dimaklumi bahwa satu program hanya dimiliki oleh satu unit Eselon I). Sedangkan IKU yang diperoleh dari Sasaran Strategis merupakan penjabaran langsung dari Visi, Misi, dan Tujuan Kementerian Perindustrian yang tergambar pada Peta Strategi untuk periode tahun 2010-2014, dimana target dari setiap IKU yang diukur pada Bab III merupakan target untuk tahun 2010 saja. Pada sub bab Rencana Strategis 2010-2014 di atas, dipaparkan Sasaransasaran Strategis yang merupakan penjabaran dari Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang kemudian dikelompokkan ke dalam 3 perspektif, yakni perspektif pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan. DikarenakanLaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 19

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

keterbatasan data yang diperoleh, Sasaran Strategis yang diukur ketercapaiannya pada Bab III hanya pada perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) serta perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis berdasarkan perspektif stakeholders (pemangku kepentingan) terdiri dari 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 15 indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: Tabel 2.2 Sasaran Strategis Perspektif StakeholdersSasaran Strategis (SS) I. Tingginya Nilai Tambah Industri Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional Satuan Persentase Target 4.99

Persentase

23.92

II. Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri

Persentase

35

III. Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri IV. Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri

V. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri

2. Pangsa pasar produk industri Persentase 60 nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri 1. Tingkat produktivitas dan Rupiah/Tenaga 250,000 Kerja kemampuan SDM industri 2. Indeks Iklim Industri Indeks 4 Nasional 1. Jumlah hasil penelitian dan Penelitian 250 pengembangan teknologi industri terapan inovatif 2. Pemanfaatan hasil penelitian Penelitian 50 dan pengembangan oleh sektor industri 1. Tumbuhnya Industri Dasar Persentase 2.75 Hulu (Logam dan Kimia) 2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional 2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja Persentase 4

VI. Tersebarnya pembangunan industri

Persentase

27,19

Jumlah Investasi

34.178,4

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 20

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sasaran Strategis (SS)

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Satuan Presentase

Target 6,5

VII. Meningkatnya peran industri 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi kecil dan menengah terhadap nasional PDB 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi OutSource Industri Besar

Persentase

13

Perusahaan

20

Sedangkan sasaran strategis berdasarkan perspektif pelaksanaan tugas pokok Kementerian Perindustrian yang terdiri dari 13 sasaran strategis dan 26 indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: Tabel 2.3 Sasaran Strategis Perspektif Pelaksanaan Tugas PokokSasaran Strategis (SS) I. Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres) 2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan III. Menetapkan peta panduan pengembangan industri II. 1. Renstra 2010 -2014 & RENJA Satuan Konsep Target 2

Peraturan Paket

40 1

IV. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri V. Mengembangkan R & D di instansi dan industri VI. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual

1. Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas 2. Peta panduan industri unggulan provinsi 3. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota 1. Rekomendasi usulan insentif 2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif 1. Kerjasama R&D instansi dengan industri 1. Perusahaan yang mendapatkan HKI 2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)

Klaster Provinsi Kabupaten/Kota Jenis Perusahaan Kerjasama Perusahaan Produk

32 15 16 10 300 18 1100 50

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 21

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Sasaran Strategis (SS) VII. Memfasilitasi pengembangan industri

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Satuan Presentase Perusahaan Perusahaan MoU Perusahaan

Target 80 600 40 5 1032

VIII.

IX.

X. XI.

XII.

XIII.

1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi 2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan 3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku 4. Perjanjian kerjasama Internasional Memfasilitasi promosi industri 1. Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi Memfasilitasi penerapan 1. Rancangan SNI yang standardisasi diusulkan 2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan 3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM) Meningkatkan kualitas 1. Tingkat kepuasan pelanggan pelayanan publik Mengkoordinasikan 1. Instruktur yang bersertifikat peningkatan kualitas lembaga 2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan pelatihan serta pendidikan dan lembaga diklat kewirausahaan yang terakreditasi Mengoptimalkan budaya 1. Tingkat Penurunan pengawasan pada unsur penyimpangan minimal pimpinan dan staf 2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja Mengoptimalkan evaluasi 1. Laporan evaluasi pelaksanaan pelaksanaan kebijakan dan kebijakan efektifitas pencapaian kinerja 2. Tingkat penurunan industri penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri

RSNI SNI Perusahaan

600 50 1000

Index Jumlah Jumlah

4 20 4

Presentase Satuan kerja

60 57

Laporan Presentase

10 40

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 22

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

D. RENCANA ANGGARAN Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun 2010, Kementerian Perindustrian didukung oleh dana APBN sebesar

Rp. 1.684.616.721.000,-. Anggaran

tersebut dirinci berdasarkan Unit Kerja

Eselon I. Secara lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.4.Tabel 2.4 Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2010 Menurut Unit Kerja Eselon I

(dalam Rupiah) NO. 1 2 3 4 5 6 7 Unit Kerja Eselon 1 Sekretariat Jenderal Ditjen. Industri Agro dan Kimia Ditjen. Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Ditjen. Industri Alat Transportasi dan Telematika Ditjen. Industri Kecil dan Menengah Inspektorat Jenderal Badan Penelitian dan Pengembangan Industri TOTAL Pagu Anggaran 374.769.938.000 177.188.921.000 345.276.777.000 81.567.813.000 349.240.899.000 19.908.000.000 336.664.373.000 1.684.616.721.000

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

II - 23

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Penyusunan capaian kinerja Tahun Anggaran 2010 ini merupakan awal pelaksanaan Rencana Strategis Tahun 2010 2014. Secara umum, uraian berikut adalah gambaran capaian Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI) yang telah ditetapkan dalam tahun 2010. Akuntabilitas ini mencakup akuntabilitas kinerja, kinerja makro sektor industri, capaian kinerja sasaran strategis, kinerja pengembangan klaster industri, dan kinerja keuangan.A. GAMBARAN UMUM AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010

Selama tahun 2010, tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 53,88 persen terhadap PDB total, sementara pada tahun 2009 ketiga sektor utama tersebut menyumbang sedikit lebih besar yaitu sebesar 54,94 persen. Masing-masing sektor utama tersebut memberi sumbangan dengan rincian: sektor Industri Pengolahan memberi sumbangan sebesar 26,37 persen pada tahun 2009 dan 24,82 persen pada tahun 2010; sektor Pertanian sebesar 15,30 persen pada tahun 2009 dan 15,34 persen pada tahun 2010; dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,28 persen pada tahun 2009 dan 13,72 persen pada tahun 2010. Dari ketiga sektor utama di atas yang merupakan penyumbang utama bagi perekonomian nasional adalah sektor Industri Pengolahan karena merupakan penyumbang tertinggi. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan, dan yang mencapai nilai terbesar adalah dari tahun 2000 hingga tahun 2010 adalah dari sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 1.208.732,50 (dalam Milyar Rupiah). Sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun 2000 hingga tahun 2010 adalah dari sektor Bangunan yaitu sebesar 763,18 persen dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Sementara untuk kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap total nilai PDB selama periode 2000-2010 selalu menempati posisiLaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 1

Akuntabilitas Kinerja

teratas dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,53 persen kemudian sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,33 persen, dan yang terendah pada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu sebesar 0,84 persen. Industri telah cukup berkembang walaupun masih banyak sektor industri di Indonesi a yang masih bisa dikembangkan. Menurut catatan World Economic Forum (WEF) pada tahun 2000 posisi daya saing Indonesia masih berada pada urutan ke-47 dari 58 negara, sedangkan pada tahun 2009 posisi daya saing Indonesia berada pada posisi 54 dari 133 negara dan tahun 2010 posisi daya saing Indonesia mengalami peningkatan yaitu berada pada posisi 44 dari 139 negara. Daya saing Indonesia sudah sedikit mengalami kemajuan walaupun belum begitu signifikan. Kurang maksimalnya daya saing diakibatkan oleh berbagai pihak. Menurut tolak ukur WEF, diidentifikasi 5 faktor penting yang menonjol. Pada tataran makro terdapat tiga faktor, yaitu: 1. Kondisi ekonomi makro yang tidak kondusif; 2. Kualitas kelembagaan publik yang buruk dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan 3. Lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas. Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis, dua faktor yang menonjol adalah: 1. Rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan 2. Lemahnya iklim persaingan usaha. Pada tahun 2010 Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen serta tingkat pengangguran menjadi berkisar 5% 6%. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai Negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada serta merevitalisasi industri nasional telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 2

Akuntabilitas Kinerja

Guna mendukung Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menyusun 35 klaster industri prioritas yang terbagi dalam 6 kelompok klaster industri, diantaranya: I. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur: 1. Klaster Industri Baja; 2. Klaster Industri Semen; 3. Klaster Industri Petrokimia; 4. Klaster Industri Keramik; 5. Klaster Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik; 6. Klaster Industri Mesin Peralatan Umum; 7. Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil; 8. Klaster Industri Alas Kaki. II. Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro: 1. Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit; 2. Klaster Industri Karet dan Barang Karet; 3. Klaster Industri Kakao; 4. Klaster Industri Pengolahan Kelapa; 5. Klaster Industri Pengolahan Kopi; 6. Klaster Industri Gula; 7. Klaster Industri Hasil tembakau; 8. Klaster Industri Pengolahan Buah; 9. Klaster Industri Furniture; 10. Klaster Industri Pengolahan Ikan; 11. Klaster Industri Kertas; 12. Klaster Industri Pengolahan Susu. III. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut: 1. Klaster Industri Kendaraan Bermotor; 2. Klaster Industri Perkapalan; 3. Klaster Industri Kedirgantaraan; 4. Klaster Industri Perkeretaapian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 3

Akuntabilitas Kinerja

IV. Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika: 1. Klaster Industri Elektronika; 2. Klaster Industri Telekomunikasi; 3. Klaster Industri Komputer dan Peralatannya. V. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu: 1. Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 2. Klaster Industri Fashion; 3. Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni. VI. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu: 1. Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan. 2. Klaster Industri Garam 3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias; 4. Klaster Industri Minyak Atsiri; 5. Klaster Industri Makanan Ringan. Pengembangan klaster industri prioritas diatas telah dilaksanakan melalui beberapa hal, diantaranya: 1. Sosialisasi pembangunan Klaster Industri. 2. Diagnosis dan penyusunan Peta Jalan Pengembangan Klaster-klaster yang ditargetkan. 3. Pembentukan working group serta forum komunikasi kerjasama industri pada masing-masing klaster industri. 4. Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan. 5. Pengembangan kerjasama antara industri inti. 6. Industri terkait dan industri penunjang. Pada bidang Pengembangan Iklim Industri telah dilaksanakan berbagai langkah untuk mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi. Beberapa langkah penting antara lain: 1. Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik. III - 4

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

2. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. 3. Penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007. 4. Pengakomodasian usulan beberapa sektor industri (Perkapalan, Komponen Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No 1 Tahun 2007 dan PP No. 62 Tahun 2008). 5. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian tentang industri unggulan propinsi untuk 18 propinsi serta Peraturan Menteri Perindustrian tentang kompetensi inti industri daerah di 5 Kabupaten/Kota. 6. Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik yang dapat memberikan kepastian berusaha, khususnya yang terkait dengan perbaikan infrastruktur, teknologi, permodalan dan penanganan lingkungan. Pada bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/4/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND/PER/4/2010 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, yang telah disosialisasikan untuk diterapkan di Instansi Pemerintah Pusat maupun di Daerah. Pada sektor-sektor penting tertentu tengah dilaksanakan usaha-usaha untuk: 1) Memaksimalkan pemanfaatan kemampuan industri strategis dalam pengadaan Alutsista sektor Pertahanan; 2) Memberdayakan industri Perkapalan Nasional sesuai Inpres No 5 Tahun 2005; 3) Mendorong BUMN-BUMN memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dalam rangka Program Percepatan Pembagunan PLTU Batubara dan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG; 4) Memprakarsai penyusunan RUU Peningkatan Penggunaan produksi Dalam Negeri. III - 5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

Pada

bidang

Peningkatan

Kemampuan

Teknologi,

Kementerian

Perindustrian telah melaksanakan beberapa langkah penting seperti: 1) Penetapan hasil-hasil riset unggulan untuk IKM yang diseleksi dari hasil-hasil Litbang pada 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset dan Standardisasi Industri; 2) Proyek Percontohan Coco-diesel; 3) Program Restrukturisasi Industri TPT; 4) Bantuan Mesin/Peralatan (untuk pengelasan, alsintan, fasilitas Pusat Desain Optik, fasilitas UPT Kulit Magetan, pembuatan bahan bakar nabati dari biji jarak, pabrik Biodiesel; 5) Bimbingan Teknis untuk pengelolaan limbah; 6) Penghargaan Rintisan Teknologi; 7) Penghargaan Indonesia Good Design Selection dan 8) Pembangunan Pusat Desain Industri Perkapalan. Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan diklat untuk

Peningkatan Kemampuan SDM Industri antara lain: 1) Dalam rangka peningkatan daya saing (HACCP, Corporate Social Responsibility, CEFE, Marketing, Manajemen Lingkungan, TQM) dsb; 2) Pengelasan Sertifikasi Internasional; 3) Konservasi dan Audit Energi; 4) Teknologi Produksi & Design; 5) Penanganan Zat-zat Kimia Berbahaya; dan 6) Pelatihan Asesor terintegrasi ISO 9001. Sedangkan pada Bidang Peningkatan Kemampuan SDM Aparatur, pemerintah telah melaksanakan kegiatan antara lain: 1) Diklat Sistem Industri (I, II, III, dan IV) untuk meningkatkan kapasitas aparatur Dinas Perindustrian di

Propinsi/Kabupaten/Kota dengan total peserta sebanyak 4.136 orang; 2) Diklatdiklat Struktural; 3) Diklat Teknis, Diklat Jabatan Fungsional; 4) Program beasiswa S2 dan S3; 5) Program Bea Siswa D3 Tenaga Penyuluh Lapangan Industri dengan ikatan dinas di Unit Pendidikan Tinggi di Lingkungan Kementerian Perindustrian dan 6) Pelatihan Petugas Pengawas Standar Barang dan Jasa di pabrik ( PPSP) sebanyak 8 angkatan dengan peserta sebanyak 175 orang. Industri pengolahan diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian nasional yang telah memberikan kontribusi PDB sebesar 24,82 persen pada tahun 2010. Industri Kecil Menengah (IKM) yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada akhir RPJMN telah memberikan kontribusi PDB Sektor Industri sebesar 24,95 persen. Pada tahun 2010 cabang industri non migas mengalami pertumbuhan mencapai 5,09 persen,Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 6

Akuntabilitas Kinerja

sedangkan pada tahun 2009 hanya berkisar 2,56 persen. Selama periode 20042009 triwulan III terjadi peningkatan sebanyak 946.289 unit usaha, dan menyerap tenaga kerja sebesar 1.187.776 orang. Program Pengembangan IKM dalam pelaksanaan program utama dan pelaksanaan program pendukung meliputi: Pengembangan 6 Klaster IKM; Pengembangan IKM penunjang klaster industri; Pengembangan IKM Unggulan Daerah; Pengembangan IKM di daerah tertinggal, perbatasan, pasca konflik & pasca bencana; Pengembangan Promosi dan Informasi; Peningkatan SDM IKM; Peningkatan Kerjasama Industri dan Peningkatan Standardisasi dan Teknologi. Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan, secara kumulatif dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang atau rata-rata per tahun sekitar 519.137 orang (5,28 persen), yang berarti di atas yang ditargetkan pada RPJMN sebesar 500 ribu per tahun. Pada periode yang sama pula penanaman modal di sektor Industri Pengolahan terealisasi rata-rata per tahun senilai 19,14 triliun rupiah untuk Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri dan US $ 4,33 miliar untuk Proyek Penanaman Modal Asing. Dengan asumsi kurs rata-rata US $ 10.000 rupiah, maka PMA yang diserap sektor Industri Pengolahan sekitar 43,29 triliun rupiah per tahun. Bila dijumlahkan, total investasi PMA dan PMDN yang tertanam di sektor Industri Pengolahan rata-rata sebesar 62,43 triliun rupiah per tahun. Angka tersebut melebih sasaran investasi sektor Industri Pengolahan pada RPJMN yaitu antara 40-50 triliun rupiah. Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Non Migas selama 5 (lima) tahun terakhir boleh dikatakan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2005, laju pertumbuhan sektor industri sebesar 5,86 persen sedikit diatas pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,69 persen. Pada tahun 2006, 2007 dan 2008 laju pertumbuhan sektor industri selalu di bawah pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2009 ekonomi tumbuh 4,58 persen, pertumbuhan sektor industri non migas tumbuh sebesar 2,56 persen. Sedangkan pada tahun 2010 pertumbuhan industri mencapai 5,09 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,10 persen. Penurunan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir disebabkan terjadinya pertumbuhan negatif pada beberapa cabang industri, seperti Brg. kayu & Hasil III - 7

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

hutan lainnya yaitu turun mencapai 3,50 persen. Walau demikian pada tahun 2010 terdapat kelompok industri yang pertumbuhannya cukup tinggi yaitu Alat Angkut, Mesin & Peralatannya yang memberikan sumbangan pertumbuhan paling besar yaitu mencapai 10,35 persen, walau pada tahun 2009 mengalami penurunan. Menurun serta negatifnya pertumbuhan sektor-sektor industri tersebut disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti: keterbatasan

infrastruktur dan listrik, kurangnya pasokan bahan baku untuk Industri Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan lainnya, serta maraknya illegal loging dan illegal trade, kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi untuk industri pupuk, serta beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan untuk industri makanan dan minuman yang sempat meresahkan masyarakat. Dari semua cabang industri, terdapat dua cabang industri yang mendominasi, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau dan industri alat angkut, mesin dan peralatan. Peran Industri makanan, minuman dan tembakau relatif konstan sekitar 28-34 persen, tetapi industri alat angkut, mesin dan peralatan pada 15 tahun yang lalu perannya masih sekitar 12 persen, pada periode 2005-2009 meningkat secara signifikan menjadi sekitar 27-29 persen. Sedangkan pada tahun 2010 industri yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu industri alat angkut, mesin & peralatannya sebesar 10,35 persendan industri pupuk, kimia & barang dari karet sebesar 4,67 persen. Dengan kontribusi terhadap industri non migas terbesar disumbangkan oleh dua cabang industri, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 33,60 persen dan industri alat angkut, mesin & Peralatannya sebesar 28,14 persen. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pendalaman dan penguatan struktur industri ke arah produksi produk-produk yang bernilai tambah tinggi dan memiliki kandungan teknologi yang lebih tinggi bila dibandingkan periode 10 tahun yang lalu. Utilisasi industri juga menjadi isu penting karena baru sektiar 47 sub sektor industri di Indonesia yang utilisasinya di atas 80 persen, sementara 96 sub sektor dan 83 sub sektor industri utilisasinya masing-masing baru mencapai antara 61 dan 79 persen dan bahkan di bawah 60 persen. Sub sektor yang memiliki III - 8

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

utilitas di atas 80 persen didominasi oleh sub sektor Industri Kimia Hulu, dimana sektor hilir industri yang nilai tambahnya lebih tinggi, utilisasi kapasitas terpasangnya lebih rendah. Kelompok industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi dibandingkan dengan Industri Kimia seperti Industri Permesinan dan Elektronika, ternyata utilitasnya berkisar antara 61 sampai dengan 79 persen, bahkan beberapa diantaranya di bawah 60 persen seperti Industri Radio/Radio Cassette, Industri Mesin Proses Minyak Kelapa Sawit, Industri Mesin Proses Pengolahan Gula dan Mesin Proses Pengerjaan Logam. Penguatan struktur industri selama kurun waktu 2005-2010 telah terjadi pada Industri Baja, Industri Semen, Industri Petrokimia, Industri Keramik, Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik, Industri Mesin Peralatan Umum, Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Industri Alas Kaki, Industri Pengolahan Kelapa Sawit, Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet, Industri Kakao dan Coklat, Industri Pengolahan Kopi, Industri Gula, Industri Pengolahan Tembakau, Industri Pengolahan Buah, Industri Furniture, Industri Kertas, Industri Kendaraan Bermotor, Industri Perkapalan, Industri Kedirgantaraan, Industri Elektronika, Industri Telematika (Telekomunikasi, Komputer dan Peralatannya). Namun perkembangan tersebut dirasakan masih belum memenuhi sebagaimana yang diharapkan. Dari sisi pandang lain diharapkan struktur baru dapat segera berfungsi maksimal dan dapat segera muncul industri yang belum ada dalam struktur industri di tanah air, hal ini menunjukkan masih besarnya peluang investasi pada sektor industri tertentu, baik berupa pendirian perusahaan baru pada industri yang sudah ada maupun membuka perusahaan pada industri yang belum ada. Sebaran industri di Indonesia masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2008 persebaran Industri Manufaktur masih terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera menyerap 79,83 persen. Adapun tahun 2006 kedua pulau tersebut menyerap 79,5 persen unit usaha yang ada di Indonesia, sementara pada tahun 2004 serapannya 77,5 persen. Realisasi Investasi PMDN menunjukkan perkembangan yang makin membaik walau masih tetap di bawah periode sebelum krisis tahun 1998. Sektor III - 9

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

Akuntabilitas Kinerja

industri merupakan sektor utama yang paling banyak diminati oleh perusahaanperusahaan PMDN. Realisasi Investasi PMDN di sektor industri dari 2005-2009 mencapai Rp. 95,72 triliun dari Rp. 144,28 triliun PMDN secara keseluruhan. Investasi sektor industri paling besar terdapat pada industri Kertas dan Percetakan yaitu Rp. 32,15 triliun dengan 59 proyek. Sedangkan realisasi investasi PMA di sektor industri 2005-2009 mencapai US$ 20.163,6 Juta dengan Jumlah proyek sebanyak 2.057. Sedangkan hingga semester I tahun 2010 investasi PMDN sebesar Rp. 10.169,5 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 267 dan untuk investasi PMA sebesar US$ 1.189,7 dengan jumlah proyek sebanyak 507 proyek. Tahun 2010 hingga Triwulan III penyerapan tenaga kerja di sektor industri besar sedang sebanyak 4.402.686 orang, 24.626 unit usaha, Nilai Produksi sebesar Rp. 684.977.935.396.000, Nilai Output sebesar Rp. 717.655.268.995.000, Biaya Input sebesar Rp. 429.308.159.952.000, dengan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp. 288.347.109.043.000. Industri pengolahan telah meningkat rata-rata 6,34 persen pada periode tahun 2005-2009, dengan rincian pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing meningkat 14,82 persen; 20,527 persen, 22,36 persen, dan 27,49 persen dibanding tahun 2005.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI Secara kumulatif Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010 berada pada angka 6,10 persen (Tabel 3.1), lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen. Bila kita melihat Pertumbuhan PDB berdasar Lapangan Usaha maka pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,45 persen disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,69 persen; sektor bangunan atau konstruksi sebesar 6,98 persen; sektor jasa-jasa sebesar 6,01 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5,65 persen; sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 5,31 persen; sektor industri pengolahan sebesar 4,48 persen; dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 3,48 persen; sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 2,86 persen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2010

III - 10

Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi (tahun dasar 2000, persen)LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. B A N G U N A N 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 9. JASA - JASA PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS Sumber : BPS diolah Kemenperin 2005 2.72 3.20 4.60 -5.67 5.86 6.30 7.54 8.30 12.76 6.70 5.16 5.69 6.57 2006 3.36 1.70 4.59 -1.66 5.27 5.76 8.34 6.42 14.23 5.47 6.16 5.50 6.11 2007 3.47 1.93 4.67 -0.06 5.15 10.33 8.53 8.93 14.04 7.99 6.44 6.35 6.95 2008 4.83 0.71 3.66 -0.34 4.05 10.93 7.55 6.87 16.57 8.24 6.24 6.01 6.47 2009 3.98 4.44 2.16 -2.19 2.56 14.29 7.07 1.30 15.50 5.05 6.42 4.58 4.96 2010 2.86 3.48 4.48 -2.31 5.09 5.31 6.98 8.69 13.45 5.65 6.01 6.10 6.56

1. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi Sampai dengan tahun 2010, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik Bruto-PDB). Sektor industri pengolahan pada tahun 2010 menyumbang sekitar 24,82 persen Tabel 3.2 Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional2006 No LAPANGAN USAHA Jumlah 1 2 3 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN a. Migas b. Non Migas 4 5 6 7 8 9 10 11 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.