lakip dit. bina usaha dan pelaku distribusi...

38
LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja merupakan suatu bentuk ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, Laporan Kinerja ini bertujuan untuk mendorong instansi pemerintah melaksanakan Good Governance, karena Laporan Kinerja merupakan dasar untuk mengukur kinerja instansi pemerintah secara transparan, sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan, memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan instansi pemerintah, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Laporan Kinerja juga menjadi kebutuhan bagi instansi pemerintah dalam melakukan pemantauan kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran organisasi secara menyeluruh. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sebagai instansi pemerintah dibawah Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan dan juga sebagai unsur penyelenggara Negara diwajibkan menetapkan target kinerja dan melakukan pengukuran kinerja yang telah dicapai serta menyampaikan Laporan Kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tahun 2016 bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dalam satu tahun anggaran agar dapat diambil suatu tindakan perbaikan atau antisipasi apabila ditemukan adanya penyimpangan terhadap perencanaan kinerja. Pada akhirnya, proses pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan baik dan selaras dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu, substansi penyusunan Laporan Kinerja didasarkan pada hasil-hasil capaian indikator kinerja pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi. Penyusunan Laporan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 ini merupakan suatu tahapan yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang

Upload: nguyenkhanh

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Kinerja merupakan suatu bentuk ikhtisar yang menjelaskan secara

ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana

kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN). Selain itu, Laporan Kinerja ini bertujuan untuk mendorong instansi

pemerintah melaksanakan Good Governance, karena Laporan Kinerja merupakan

dasar untuk mengukur kinerja instansi pemerintah secara transparan, sistematik dan

dapat dipertanggungjawabkan, memberikan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholders) dengan instansi pemerintah, dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Laporan Kinerja juga menjadi

kebutuhan bagi instansi pemerintah dalam melakukan pemantauan kesesuaian

orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah,

serta tujuan dan sasaran organisasi secara menyeluruh.

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sebagai instansi pemerintah

dibawah Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan

dan juga sebagai unsur penyelenggara Negara diwajibkan menetapkan target kinerja

dan melakukan pengukuran kinerja yang telah dicapai serta menyampaikan Laporan

Kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

tahun 2016 bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi dalam satu tahun anggaran agar dapat diambil suatu

tindakan perbaikan atau antisipasi apabila ditemukan adanya penyimpangan

terhadap perencanaan kinerja. Pada akhirnya, proses pelaksanaan program dan

kegiatan dapat berjalan baik dan selaras dengan tujuan dan sasaran strategis

Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu, substansi penyusunan Laporan Kinerja

didasarkan pada hasil-hasil capaian indikator kinerja pada Direktorat Bina Usaha

dan Pelaku Distribusi.

Penyusunan Laporan Laporan Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi Tahun 2016 ini merupakan suatu tahapan yang tidak terpisahkan dari

penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang

merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

2

dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,

pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah,

dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor

29 Tahun 2014 mewajibkan setiap instansi pemerintah menyusun laporan kinerja

dan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan

sesuai tugas dan fungsinya, termasuk pengelolaan sumber daya dengan didasarkan

suatu perencanaan strategis. Pertanggungjawaban dimaksud dilaporkan kepada

pemberi mandat, pimpinan masing-masing instansi, lembaga pengawasan dan

penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden. Sebagai tindak

lanjut dari penetapan dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tanggal 18

Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah menetapkan Pedoman Penyusunan

Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat

Keputusan Menteri Perdagangan “Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk

memantau kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian

visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran Kementerian Perdagangan”, Nomor

794 Tahun 2015 yang merupakan revisi dari Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012.

B. PERAN STRATEGIS DAN STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No: 57/M-DAG/PER/8/2012

tentang Perubahan Atas Permendag No. 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka Direktorat Bina Usaha Perdagangan

mengemban tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan

teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang usaha perdagangan.

Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas,

susunan organisasi Direktorat Bina Usaha Perdagangan terdiri dari :

1. Subdit Kelembagaan dan Penguatan Usaha

Subdirektorat Kelembagaan dan Penguatan Usaha mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma,

standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta

evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan dan penguatan usaha.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

3

2. Subdit Usaha Dagang Asing dan Keagenan

Subdirektorat Usaha Dagang Asing dan Keagenan, mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma,

standar, prosedur, kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta

evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan usaha dagang asing dan

keagenan.

3. Subdit Jasa Perdagangan

Subdirektorat Jasa Perdagangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria,

serta bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang jasa

perdagangan.

4. Subdit Informasi Perusahaan

Subdirektorat Informasi Perusahaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur,

kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan

kebijakan di bidang informasi perusahaan

5. Subdit Pelaku Pasar

Subdirektorat Pelaku Pasar mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur,

kriteria, dan penyiapan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan

kebijakan di bidang pelaku pasar.

6. Subbag Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan administrasi

kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta

kearsipan Direktorat.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

4

Struktur organisasi Direktorat Bina Usaha Perdagangan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 1.2 - Struktur Organisasi Bina Usaha Perdagangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No: 08/M-DAG/PER/2/2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, terjadi perubahan

nomenklatur semula Direktorat Bina Usaha Perdagangan

menjadi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang mempunyai

tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman,

norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan

supervise, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan usaha perdagangan

dan pelaku distribusi.

Guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut di atas,

susunan organisasi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi terdiri dari :

1. Subdirektorat Distribusi Langsung dan Waralaba

Subdirektorat Distribusi Langsung dan Waralaba mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

5

prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi

dan pelaporan di bidang distribusi langsung dan waralaba.

2. Subdirektorat Distribusi Tidak Langsung

Subdirektorat Distribusi Tidak Langsung mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di

bidang distribusi tidak langsung.

3. Subdirektorat Jasa Perdagangan Distribusi dan Bisnis

Subdirektorat Jasa Perdagangan Distribusi dan Bisnis mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan

supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang jasa perdagangan distribusi dan

bisnis.

4. Subdirektorat Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

Subdirektorat Perdagangan Melalui Sistem Elektronik mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian bimbingan teknis dan

supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang perdagangan melalui sistem

elektronik.

5. Subdirektorat Informasi Perusahaan

Subdirektorat Informasi Perusahaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta evaluasi dan

pelaporan di bidang informasi perusahaan.

6. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

administrasi keuangan, perlengkapan, persuratan, kearsipan, dokumentasi dan

rumah tangga Direktorat.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

6

Struktur organisasi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dapat dilihat pada

tabel berikut :

Komposisi pegawai Direktorat Bina Usaha Perdagangan Tahun 2016 berdasarkan

pendidikan dapat dilihat pada table berikut :

SLTP SLTA D3 S1 S2

Jumlah 1 6 1 16 16

Tabel 1.1 - Komposisi pegawai berdasarkan pendidikan

C. ANALISIS PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang berkembang

dinamis, baik internal maupun eksternal. Beberapa hal yang cukup strategis dan

berpengaruh terhadap pencapaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi.

Permasalahan internal, yaitu minimnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM).

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi terdiri dari 5 Subdit, 10 Seksi dan 1 Sub

DIREKTORAT

BINA USAHA DAN PELAKU

DISTRIBUSI

SUBDIREKTORAT

DISTRIBUSI

LANGSUNG DAN

WARALABA

SUBDIREKTORAT

PERDAGANGAN

MELALUI SISTEM

ELEKTRONIK

SUBDIREKTORAT JASA

PERDAGANGAN

DISTRIBUSI DAN BISNIS

SUBDIREKTORAT

DISTRIBUSI TIDAK

LANGSUNG

SEKSI SISTEM DAN

PENGAWASAN

DISTRIBUSI

LANGSUNG DAN

WARALABA

SEKSI PELAKU

DISTRIBUSI

LANGSUNG DAN

WARALABA

SEKSI SISTEM DAN

PENGAWASAN

DISTRIBUSI TIDAK

LANGSUNG

SEKSI PELAKU

DISTRIBUSI TIDAK

LANGSUNG

SEKSI SISTEM DAN

PENGAWASAN JASA

PERDAGANGAN

DISTRIBUSI DAN

BISNIS

SEKSI PELAKU JASA

PERDAGANGAN

DISTRIBUSI DAN

BISNIS

SEKSI SISTEM DAN

PENGAWASAN

PERDAGANGAN

MELALUI SISTEM

ELEKTRONIK

SEKSI PELAKU

PERDAGANGAN

MELALUI SISTEM

ELEKTRONIK

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBDIREKTORAT

INFORMASI

PERUSAHAAN

SEKSI

KELEMBAGAAN DAN

PENDAFTARAN

PERUSAHAAN

SEKSI ANALISA

LAPORAN

KEUANGAN

TAHUNAN

PERUSAHAAN

SUBBAGIAN

TATA USAHA

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

7

Bagian Tata Usaha dengan jumlah pegawai sebanyak 40 Orang. Menurut analisa

beban kerja (ABK) 2016, idealnya Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

memiliki jumlah pegawai sebanyak 58 Orang.

Permasalahan eksternal antara lain :

1. Perlunya harmonisasi kebijakan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan

daerah mengenai kebijakan waralaba untuk hal-hal antara lain : penerbitan

Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) terutama penerbitan STPW yang

penerbitannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, implementasi kebijakan

waralaba, dan pembinaan dan pengawasan usaha waralaba.

2. Masih terdapat beberapa kasus perdagangan dengan sistem penjualan langsung

yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga diperlukan koordinasi

antara instansi teknis terkait (misal : OJK, BI, Dinas yang membawahi

perdagangan di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota, PTSP).

3. Kurangnya pemahaman aparatur daerah terhadap kebijakan jasa perdagangan

khususnya di bidang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (P4) yang

mengakibatkan pelaku usaha yang bukan dibidang P4 dikenakan kewajiban

perijinan P4.

4. Pelaku usaha toko swalayan yang kurang kooperatif ketika dilakukan

pengawasan di lapangan.

5. Banyak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang tidak memiliki data toko

swalayan dan pusat perbelanjaan di daerahnya.

6. Belum semua Pemerintah Kabupaten/Kota menerbitkan Izin Usaha Toko

Swalayan (IUTS) sesuai ketentuan.

7. Keterbatasan Sumber Daya Manusia di daerah masih kurang terhadap

pemahaman teknologi informasi sehingga menjadi hambatan dalam

pengimplementasian penjualan secara elektronik dan pengimplementasian

SIPO.

8. Kurangnya dukungan dari Kepala Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Kabupaten/Kota dalam mengimplementasian SIPO.

9. Keterbatasan koneksi jaringan internet di daerah yang belum merata di daerah

(infrastruktur) dalam pengimplementasian SIPO.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

8

10. Dengan adanya pengalihan wewenang penerbitan perijinan dari Dinas yang

membidangi sektor perdagangan di daerah kepada PTSP, menimbulkan potensi

permasalahan koordinasi yang kurang maksimal terutama terkait dengan

pelaporan penerbitan perijinan dan non perijinan. Hal ini berimbas kepada

sulitnya pemerintah pusat mendapatkan data dan informasi mengenai

perijinan dan non perijinan tersebut.

11. Masih ada usulan atau masukan subtansi perpajakan untuk transaksi

e-commerce dari Kementerian Keuangan yang masih membutuhkan

pembahasan lebih lanjut dengan Kementerian/Lembaga terkait.

12. UKM belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi.

13. Keterbatasan pemahaman aparat di daerah mengenai kebijakan terkait

transaksi perdagangan melalui sistem elektronik.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

9

BAB II

PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Perencanaan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi mengacu kepada Rencana Strategis Ditjen Perdagangan

Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun

2015 – 2019. Hal ini dikarenakan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi tidak mempunyai rencana strategis sendiri.

Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, 2015-2019

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2015-2019, yang disusun sebagai implementasi

pelaksanaan kebijakan dan program bagi pembangunan perdagangan

selama periode 2015-2019, yang menjadi tugas pokok dan fungsi

Kementerian Perdagangan. Rencana Strategis ini disusun dengan

mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategik, baik di

lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang saling berpengaruh

dalam penyelenggaraan pembangunan perdagangan. Kementerian

Perdagangan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional,

pengendalian inflasi, peningkatan penerimaan devisa dari ekspor,

penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan ekonomi regional. Secara

singkat rencana strategis tersebut dapat dikemukakan dalam perumusan

visi, misi tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra

dimaksud dalam kurun waktu 2015-2019 sebagai berikut :

VISI

Pemerintahan periode 2015-2019 berkeyakinan bahwa bangsa

Indonesia mampu bertahan apabila dipandu oleh suatu ideologi yaitu

Pancasila dan Trisakti. Adapun Trisakti dijabarkan dalam: 1) Kedaulatan

dalam politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, dan 3) Kepribadian dalam

kebudayaan. Dengan Trisakti sebagai dasar merupakan pembangunan

Indonesia dalam 5 (lima) tahun kedepan, maka visi pemerintahan tahun

2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

”Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”

Visi dan Misi Kementerian Perdagangan 2015-2019

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

10

MISI

Selanjutnya, untuk menjembatani visi dan misi pemerintah dalam

melaksanakan Agenda Pembangunan Nasional, Kementerian Perdagangan

memiliki 3 (tiga) misi dalam membangun sektor perdagangan, yaitu:

1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang

berkelanjutan.

2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan

berkualitas.

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor

perdagangan.

Dalam melaksanakan visi dan misi pemerintah, Direktorat Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen PDN) mengemban amanah:

1. Peningkatan surplus neraca perdagangan yang bertumbuh dan

berkelanjutan.

2. Penguatan konsumsi dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas.

3. Tata kelola reformasi birokrasi/pemerintahan yang baik di sektor

perdagangan.

TUJUAN

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, ditetapkan

beberapa program utama yang diusung Ditjen PDN periode 2015−2019

sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan perizinan/non-perizinan sektor perdagangan

dalam negeri melalui penyederhanaan prosedur dan waktu, serta

harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri.

2. Stabilisasi harga bahan pokok yang terkendali, agar kemampuan/daya

beli masyarakat terjaga.

3. Penurunan disparitas harga bahan pokok antar provinsi.

4. Peningkatan kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB)

5. Pengembangan sarana distribusi perdagangan dalam mendukung

kinerja logistik nasional.

6. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan perubahan pola

konsumsi.

Tujuan dan Sasaran Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

11

SASARAN

Dari tujuan tersebut maka Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi menetapkan sasaran kinerja yang hendak dicapai seperti yang

tertuang di dalam Sasaran Strategis Ditjen PDN Tahun 2015 antara lain :

1. Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN;

2. Kontribusi PDB Sub Sektor Perdagangan terhadap PDB Nasional Tanpa

Migas.

Adapun dari sasaran tersebut, ditetapkanlah indikator kinerja

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang hendak dicapai dan

dijadikan tolak ukur keberhasilan sasaran dalam perencanaan strategis ini

antara lain :

1. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah

dengan sistem informasi Kemendag;

2. Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru;

3. Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat;

4. Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Kelembagaan dan

Pelaku Usaha

5. Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko

Swalayan;

6. Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha

Perdagangan.

Berkenaan dengan restrukturisasi organisasi Kementerian

Perdagangan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010

tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka Renstra

Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019 perlu dilakukan beberapa

perubahan, khususnya terkait dengan Program dan Kegiatan. Perubahan

tersebut dilakukan mengingat nomenklatur Program dan Kegiatan

mengacu pada unit kerja yang menjadi penanggungjawabnya. Disamping

itu, perubahan Renstra ini juga dilakukan terhadap sasaran dan indikator

serta target-target yang harus dicapai sampai dengan tahun 2016.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

12

Dalam melakukan perubahan Renstra ini, Kementerian

Perdagangan senantiasa berkoordinasi dengan para pemangku

kepentingan, berpegangan kepada RPJPN 2005−2025 yang telah

dielaborasi dalam RPJMN 2015−2019 dan secara aktif melakukan analisis

terhadap kekuatan dan potensi yang dimiliki serta tantangan dan

permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan sebuah rencana

strategis yang komprehensif, optimis tetapi dapat diimplementasikan, dan

berkesinambungan dengan RPJPN. Adapun Kontrak Kinerja pada

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 adalah sebagai

berikut :

Sasaran Indikator Kinerja Target

Terlaksananya

kebijakan dan

bimbingan teknis

di bidang

pembinaan usaha

perdagangan

dalam negeri

dalam rangka

meningkatkan

pertumbuhan

PDB sektor

perdagangan

besar dan eceran

Terintegrasinya layanan perijinan

perdagangan dalam negeri di daerah

dengan sistem informasi Kemendag

40 Kab/Kota

200 pelaku

usaha terdaftar

Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba

Baru

186 Pelaku Usaha

Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang

Bersertifikat

Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Pelaku Usaha Distribusi

Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangankan di Toko Swalayan

10 Pelaku Usaha

Jumlah Penyusunan Rekomendasi

Peraturan Terkait Kebijakan Usaha

Perdagangan

4 Rancangan

Tabel 2.1 - Tabel Indikator Kinerja

Dari keenam Indikator Kinerja tersebut, Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi telah menentukan Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu:

1. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah

dengan sistem informasi Kemendag

2. Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

3. Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat

4. Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di bidang Pelaku Usaha Distribusi

5. Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangankan di

Toko Swalayan

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

13

6. Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan terkait Kebijakan Usaha

Perdagangan

KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

maka dapat dicapai dengan cara mengembangkan kebijakan, program dan

kegiatan secara optimal. Dimana hal tersebut dituangkan dalam formulir

Rencana Strategis dan Rencana Kinerja.

Kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang bersifat taktis

strategis yang diambil dan ditetapkan untuk dijadikan pedoman dan

petunjuk bagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi. Kebijakan yang ditetapkan untuk mendorong

dan memfokuskan pada usaha mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan

untuk Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi yang selengkapnya

dapat dilihat dalam Renstra Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri 2015-2019.

Program merupakan penjabaran dari kebijakan yang telah

dirumuskan. Program ini merupakan dukungan nyata bagi keberhasilan

pelaksanaan tujuan dan sasaran serta berkewajiban yang ditetapkan.

Dengan demikian program disusun secara nyata, sistematis dan terpadu.

Program-program Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri secara

rinci dilihat dari Renstra Kementerian Perdagangan 2015-2019.

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

14

z

Tabel 2.2 - Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019

B. RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT BINA USAHA DAN

PELAKU DISTRIBUSI

Secara umum rencana kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi tahun 2016 merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renstra

Kementerian Perdagangan tahun 2015-2019 yang diselaraskan dengan

Renstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri 2015-2019. Hal tersebut

merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai

selama tahun 2016. Oleh karena itu, rencana kinerja ini harus diwujudkan

melalui pengelolaan dan dukungan sumber daya yang tersedia. Berikut

adalah tabel rencana kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

tahun 2016:

Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

15

Pengembangan Kelembangan Dan Pelaku Usaha Perdagangan

Uraian Indikator Target SATUAN

Terlaksananya

kebijakan dan

bimbingan

teknis di

bidang

pembinaan

usaha

perdagangan

dalam negeri

dalam rangka

meningkatkan

pertumbuhan

PDB sektor

perdagangan

besar dan

eceran

Terintegrasinya layanan

perijinan perdagangan dalam

negeri di daerah dengan

sistem informasi Kemendag

40 Kab/Kota

200 pelaku usaha

terdaftar

Jumlah Pemberi/Penerima

Waralaba Baru

186 Pelaku

Jumlah Pelaku Usaha Jasa

yang Bersertifikat

Jumlah

Pembinaan/Bimbingan Teknis

di Bidang Pelaku Usaha

Distribusi

Persentase Barang Produksi

Dalam Negeri yang

diperdagangankan di Toko

Swalayan

10 Pelaku Usaha

Jumlah Penyusunan

Rekomendasi Peraturan

Terkait Kebijakan Usaha

Perdagangan

4 Rancangan

Tabel 2.3 - Rencana Kinerja

Untuk mencapai rencana kinerja tersebut di atas, maka secara detail

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi melaksanakan kegiatan sebagai

berikut :

1. Identifikasi Pelaku Usaha

2. Temu Usaha Antara Pemasok dan Toko Swalayan

3. Dalam Rangka Pengawasan Toko Swalayan

4. Perumusan/Penyusunan Kebijakan di Bidang Jasa Perdagangan

5. Penyempurnaan Kebijakan Perpasaran

6. Perumusan/Penyusunan Kebijakan di Bidang E-Commerce

7. Penyusunan/Penyempurnaan Kebijakan di Bidang Perdagangan Langsung Waralaba

8. Perumusan/Penyempurnaan Kebijakan Izin Usaha Perdagangan dan Pendaftaran Perusahaan

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

16

9. Deseminasi Peraturan Jasa Perdagangan

10. Deseminasi Kebijakan Distribusi Tidak Langsung

11. Penilaian Kegiatan Usaha Sistem Waralaba dan Penjualan Langsung

12. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Jasa Perdagangan

13. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

14. Pengawasan Jasa Perdagangan, Distribusi dan Bisnis

15. Sosialisasi dan Penjaringan Penghargaan Waralaba Indonesia

16. Seleksi Penghargaan Waralaba Indonesia

17. Penilaian dan Penjurian Penghargaan Waralaba Indonesia

18. Penyerahan Penghargaan Waralaba Indonesia

19. Pengawasan Distribusi Langsung dan Waralaba

20. Sinergy Kebijakan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi dengan Daerah

21. Fasilitasi UKM Waralaba/Potensial Waralaba dan Partisipasi Klinik Bisnis pada Expo di Dalam dan Luar Negeri

22. World Franchise Summit Indonesia 2016 (WFSI 2016)

23. Pengembangan dan Perluasan Sistem Informasi Perusahaan Online (SIPO)

24. Optimalisasi Implementasi SIPO

25. Pelayanan Informasi Perusahaan dan Pendaftaran Kartu Manual Garansi

26. Verifikasi dan Pengolahan Data Keagenan/Distributor dan P3A

27. Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

17

Rencana Aksi Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi di Tahun 2016

sesuai dengan kontrak kinerja Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada

triwulan ke 1, yaitu persiapan dari segi teknis maupun administratif dalam

rangka pelaksanaan kegiatan di Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

Pada triwulan ke 2, Direktorat menargetkan telah melaksanakan kegiatan

sosialisasi, Focus Group Discussion (FGD), Diseminasi, Temu Usaha dengan

daerah serta beberapa kegiatan yang sifatnya sinergi dengan stakeholders di

daerah. Triwulan ke 3, Direktorat menargetkan finalisasi/penyelesaian

rumusan kebijakan menjadi Permendag/PP/Perpres serta pelaksanaan

sosialisasi kebijakan baru tersebut. Target triwulan ke 4, Direktorat

menargetkan menyelesaikan seluruh kegiatan yang ada, baik yang sifatnya

teknis maupun administratif.

Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Anggaran

(1) (2) (3) (4) (5)

Terlaksananya kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pembinaan usaha perdagangan dalam negeri dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran

Pelaku Usaha Toko Swalayan yang memasarkan barang hasil produksi dalam negeri

Pelaku Usaha 10 1.008.939.000

Rancangan kebijakan di bidang usaha perdagangan

Rancangan 4 5.582.509.000

Pelaku Jasa di bidang perdagangan yang mendapat pembinaan

Pelaku 186 12.653.295.000

Daerah yang layanan perijinannya sudah terintegrasi dengan sistem informasi Kemendag

Kab/Kota 40 1.551.073.0001

Layanan Perijinan dan Non Perijinan kepada pelaku usaha

Pelaku Usaha

Terdaftar 200 587.804.000

Layanan Perkantoran Bulan

Layanan 12 5.196.380.000

Tabel 2.4 - Rincian Kontrak Kinerja Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

18

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DIREKTORAT BINA USAHA DAN PELAKU

DISTRIBUSI TAHUN 2016

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan

Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Kementerian

Perdagangan telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk hal itu

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah mengimplementasikan ke dalam

Indikator Kinerja Tahun 2016 yang lebih lanjut dituangkan ke dalam kontrak kinerja

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016, serta memperhatikan

kebutuhan stakeholders.

Menurut Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan

gambaran kemampuan suatu negara untuk menciptakan output (nilai tambah) pada

suatu waktu tertentu. Dalam penyusunan laporan ini, digunakan data PDB yang

diperoleh melalui pendekatan sektoral, yaitu data PDB yang merupakan hasil

penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh

sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Ruang lingkup

perhitungan PDB dalam laporan ini meliputi PDB sektor Perdagangan Besar dan

Eceran.

Sasaran dari indikator kinerja ini ditujukan untuk mendukung sasaran dari

indikator kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yaitu terjadinya

peningkatan pertumbuhan PDB pada sektor perdagangan.

Kinerja perdagangan, selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia,

juga dipengaruhi oleh dinamika ekonomi Indonesia. Dinamika ekonomi Indonesia

mempengaruhi kinerja perdagangan melalui berbagai mekanisme, antara lain:

stabilitas makro, kondisi sarana dan prasarana, kebijakan iklim usaha dan investasi,

serta kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri. Secara kualitas, semakin

pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih

mengedepankan kegiatan usaha perdagangan untuk mendukung sektor lain seperti

sektor industri, telekomunikasi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan,

Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

19

turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan

pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dalam

pembangunan ekonomi secara nasional. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi

perbaikan pelayanan publik, peningkatan iklim usaha, pembangunan/revitalisasi

pasar tradisional, peningkatan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok dan

barang strategis, penurunan disparitas harga antar provinsi serta stabilisasi harga

dengan harga yang layak untuk konsumsi masyarakat.

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menetapkan beberapa indikator

kinerja untuk tahun 2016, antara lain:

No. Indikator Kinerja Satuan Target 2016

Capaian 2016

Capaian (%)

1 Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

Daerah 40 Kab/

Kota 56 140

2 Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

Pelaku 20 59 295

3 Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat

Pelaku 200 150 75

4 Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang Pelaku Usaha Distribusi

Pelaku 20 42 210

5 Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Swalayan

Persen 65 88 135

6 Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan Terkait Kebijakan Usaha Perdagangan

Rancangan 4 10 250

Rata-rata 184

Tabel 3.1 - Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

20

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi

2014 2015 2016 2014 2015 2016

1

Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

Daerah - 40 40 10 45 56

2 Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

Pelaku 10 10 20 45 34 59

3 Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat

Pelaku - 100 200 - 100 150

4 Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di bidang Kelembagaan dan Pelaku Usaha

Pelaku - 20 20 - 20 42

5

Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Swalayan

Persen - 60 65 - - 88

6

Jumlah Penyusunan Rekomendaasi Peraturan terkait Kebijakan Usaha Perdagangan

Rekomendasi

1 4 4 3 7 10

Tabel 3.2 - Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016

Jika melihat dari tabel di atas terjadi peningkatan kinerja Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi tercermin dari jumlah capaian yang dihasilkan telah

melebihi target yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi ikut mendukung program pengembangan perdagangan

dalam negeri khususnya pengembangan pelaku usaha perdagangan dan distribusi.

Disamping itu berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa Direktorat Bina

Usaha dan Pelaku Distribusi sangat serius dalam melaksanakan pelayanan publik

tercermin dari tingkat pelayanan yang lebih baik. Peningkatan kualitas pelayanan

publik merupakan salah satu indikator tercapainya good governance. Kementerian

Perdagangan berkewajiban mewujudkan good governance melalui pelayanan prima

dibidang perizinan dan non perizinan di sektor perdagangan, guna mendorong

pertumbuhan investasi yang lebih kondusif. Dalam hal penerbitan perizinan dan non

perizinan, kecepatan dan kepastian waktu penerbitan merupakan suatu hal yang

penting bagi pelaku usaha, karena bagi pelaku usaha waktu mencerminkan biaya

yang harus dikeluarkan.

Indikator peningkatan output Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang

digunakan adalah pertumbuhan PDB riil tahunan Sektor Perdagangan Besar dan

Eceran. Pertumbuhan Sektor Perdagangan tidak terlepas dari kondisi perekonomian

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

21

nasional. Oleh karena itu, penentuan target pertumbuhan tahunan sektor

perdagangan besar dan eceran selain mengacu pada kondisi periode 5 tahun lalu,

juga mengacu pada target pertumbuhan tahunan PDB nasional yang telah

ditentukan oleh pemerintah. Sasaran dari indikator kinerja ini ditujukan untuk

mendukung sasaran dari indikator kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri yaitu terjadinya peningkatan pertubuhan PDB pada sektor perdagangan untuk

tahun 2016 sebesar 6.9%.

Metodologi pengukuran pencapaian dalam indicator kinerja secara umum

digunakan dua jenis rumus yang tersedia yaitu rumus I dan II, dipakai dengan

mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi. Adapun rumus

pengukuran capaian kinerja secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Rumus I

Presentase

Pencapaian Target =

Realisasi

x 100%

Rencana

Rumus II

Presentase

Pencapaian Target =

Rencana – (Realisasi – Rencana)

x 100%

Rencana

Tabel 3.3 - Rumus Pengukuran Capaian Kinerja Secara Umum

Penggunaan rumus I akan tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi

mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukan pencapaian kinerja

yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk realisasi capaian menunjukan

hubungan linear. Sedangkan rumus II akan tepat digunakan apabila kondisi capaian

realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi menunjukan pencapaian

kinerja yang semakin buruk/baik atau mempunyai hubungan terbalik.

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi Tahun 2016

Analisis dan evaluasi kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

berisikan penjabaran hasil capaian kinerja menurut indikator-indikator yang

tertuang dalam kontrak kinerja secara terperinci meliputi pengukuran target dan

realisasi, membandingkan dengan capaian tahun lalu, serta mengulas kembali

capaian Indikator Kinerja. Keenam indikator kinerja tersebut dapat menggambarkan

keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi pada

tahun 2015 yang berdasarkan realisasi dan rata-rata capaiannya yaitu sebesar 184 %.

Adapun pencapaian dari masing-masing indikator dapat dijabarkan sebagai berikut :

Analisis dan Evaluasi Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Disrtribusi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

22

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi dalam mendorong penerapan aplikasi Sistem Informasi Perusahaan

Online (SIPO) oleh instasi-instansi penerbit perijinan perdagangan dalam negeri di

daerah sehingga informasi perusahaan dapat diakses secara luas oleh masyarakat

secara cepat dan mudah.

Selama periode 2015-2019, ditargetkan jumlah Kabupaten/Kota yang

memberikan pelayanan perizinan perdagangan dalam negeri yang terintegrasi

secara online dengan Kementerian Perdagangan mengalami peningkatan mulai dari

40 Kabupaten/Kota pada tahun 2016 hingga menjadi 200 Kabupaten/Kota pada

tahun 2019. Di tahun 2015 target kinerja untuk indikator ini adalah sebanyak 40

Kabupaten/Kota dan terealisasi sebanyak 45 Kabupaten/Kota sedangkan untuk

tahun 2016, target 40 Kabupaten/Kota telah tercapai sebanyak 40 Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2013 Kementerian Perdagangan telah membangun aplikasi Sistem

Informasi Perusahaan Online (SIPO) yang dapat menghimpun data-data SIUP, TDP,

STPW dan IUTM secara online dari kantor-kantor instansi penerbit tingkat

kabupaten/kota (PTSP) untuk disimpan secara terpusat di database Kementerian

Perdagangan. Pembangunan SIPO dimaksudkan untuk menyediakan data dan

informasi tentang usaha dan perusahaan di tingkat nasional secara cepat dan akurat

bersumber dari penerbitan SIUP, TDP, STPW dan IUTM serta untuk memberikan

kemudahan bagi instansi penerbit dalam menyampaikan pelaporannya.

Pada tahun 2016, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah

melaksanakan Kegiatan Pengembangan dan Perluasan SIPO. Kegiatan pengembangan

SIPO meliputi pembuatan modul penerbitan Tanda Daftar Gudang (TDG),

penambahan hak akses petugas loket, pembuatan modul penerbitan SIUP dan TDP

simultan, pembuatan fitur lihat cetakan dan hasil upload scan sertifikat perizinan

pada menu tracking administrator, pembuatan fitur rekapitulasi penerbitan,

pembaruan dan penghapusan SIUP dan TDP berdasarkan bentuk perusahaan serta

penambahan data master KBLI 2015. Perluasan SIPO mencakup kegiatan integrasi

SIPO (proses membangun saluran koneksi database dari sistem milik daerah ke

aplikasi SIPO, kegiatan ini diperuntukkan bagi PTSP kabupaten/kota yang sudah

memiliki sistem aplikasi penerbitan perizinan) dan kegiatan asistensi SIPO (kegiatan

ini diperuntukkan bagi PTSP kabupaten/kota yang belum memiliki aplikasi

penerbitan perizinan sehingga digunakan aplikasi SIPO).

Indikator Kinerja 1: Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

23

Hingga tahun 2016, jumlah PTSP yang diimplementasikan sebanyak 104 PTSP

kabupaten/kota baik melalui proses integrasi maupun kegiatan asistensi. Pada

tahun 2016, kegiatan pengembangan dan perluasan SIPO telah dilaksanakan

sebanyak 40 (empat puluh) PTSP kabupaten/kota. Kegiatan ini terdiri dari proses

pengintegrasian data di 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota dan kegiatan asistensi

untuk 20 (dua puluh) PTSP kabupaten/kota, Kab/kota yang telah melakukan proses

pengintegrasian data SIPO pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. BPMPPT Kota Tasikmalaya

2. BPPTPM Kota Bogor

3. BPMPPT Kota Banjar

4. KPPT Kab. Brebes

5. BPMP2T Kab. Boyolali

6. BPMPT Kab. Cilacap

7. BPPT Kab. Karanganyar

8. BPPTPM Kab. Demak

9. BPMPP Kab. Banyumas

10. KPPT Kab. Pemalang

11. BPMPPT Kab. Magelang

12. KPMPT Kab. Purworejo

13. BPTPM Kab. Sragen

14. BPMPT Kab. Kendal

15. BPMPT Kab. Sukoharjo

16. KPPT Kota Blitar

17. KPPT Kab. Magetan

18. KPMP Kab. Probolinggo

19. KPPM Kab. Sampang

20. BPPT Kab. Banyuwangi

Kegiatan asistensi dilakukan di Kementerian Perdagangan bagi 20 (dua puluh)

PTSP kabupaten/kota yang terdiri dari:

1. BPPMPB Kab. Dharmasraya

2. BPMPPT Kab. Kudus

3. BPPTPM Kota Salatiga

4. BPPT Kota Tidore

5. BPMPPT Kab. Pasaman Barat

6. KPUP Kab. Solok Selatan

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

24

7. BPPTPM Kab. Padang Lawas Utara

8. BPMPPT Kab. Belitung

9. KPPTPM Kab. Pasaman

10. BPMPPTSP Kab. Kerinci

11. KPMPT Kab. Sekadau

12. BPPMPPT Kab. Belitung Timur

13. KPT Kab. Tanah Laut

14. BPMPTSP Kab. Pulau Morotai

15. BPPTPM Kab. Padang Lawas

16. Sekda Kab. Mahakam Ulu

17. Kota Bontang

18. Kab. Gunung Mas

19. Kab. Semarang

20. Kab. Bogor

Implementasi yang telah berjalan hingga saat ini tentunya tidak selalu

berjalan baik. Terkadang ada beberapa persoalan yang menyebabkan terhentinya

aliran data penerbitan SIUP, TDP, STPW, dan IUTM. Salah satu persoalan yang

terjadi adanya pelimpahan wewenang penerbitan yang sebelumnya berada di Dinas

yang terkait Perdagangan menjadi di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

sebagaimana diatur Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Hal-hal tersebut perlu

diselesaikan dengan segera agar aliran data yang bersumber dari aplikasi SIPO dapat

diteruskan. Di sisi lain pihak PTSP sebagai penerbit SIUP, TDP, STPW, dan IUTM

masih belum memahami secara baik kebijakan-kebijakan yang terkait penerbitan

perijinan dimaksud.

Dalam rangka mengemban fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap usaha perdagangan sehingga dapat terciptanya perusahaan yang jujur,

transparan dan berdaya saing tinggi, diperlukan ketersediaan data dan informasi

usaha dan perusahaan yang bersumber antara lain dari penerbitan Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan, Surat Tanda Pendaftaran Waralaba

(STPW) dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Melalui pembangunan Sistem Informasi

Perusahaan Online (SIPO) diharapkan data dan informasi tentang usaha dan

perusahaan yang bersumber SIUP, TDP, STPW dan IUTM dapat diakses secara online,

cepat dan akurat serta memberikan kemudahan bagi instansi penerbit dalam

mengoptimalkan pelaporannya. Dengan tersedianya data secara nasional melalui

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

25

Implementasi SIPO diharapkan juga dapat memberikan gambaran secara lebih detil

tentang struktur usaha di Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan rumusan

kebijakan secara nasional.

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Dit. Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi dalam meningkatkan kinerja sektor perdagangan dalam negeri

melalui upaya mendorong pemanfaatan sistem perdagangan waralaba yang pada

akhirnya dapat memberikan kontribusi pada PDB perdagangan dalam negeri melalui

penciptaan lapangan kerja dan total konsumsi. Target untuk indikator ini adalah

sebanyak 20 (dua puluh) dengan realisasi sebanyak 59 (lima puluh sembilan) Surat

tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Banyaknya penerbitan STPW (dalam hal ini

melebihi target dari 20 menjadi 59) karena upaya yang dilakukan oleh Direktorat

Bina Usaha dan Pelaku Distribusi, selain melalui kegiatan-kegiatan Fasilitasi pada

Pameran Waralaba baik di dalam dan luar negeri serta Penghargaan Waralaba

Indonesia yang berhasil menjaring banyak pelaku usaha Business Opportunity di

seluruh Indonesia. Selain itu, melalui Sosialisasi Penghargaan Waralaba Indonesia

berhasil menjaring minat pelaku usaha untuk mengurus legalitas usaha waralaba

atau STPW. Jumlah STPW yang sudah diterbitkan oleh Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi adalah sebagai berikut:

No. Tahun

Pemberi Waralaba

Penerima Waralaba

Pemberi Lanjutan

Penerima Lanjutan Jumlah

Penerbitan LN DN LN DN LN DN LN DN

1. 2014 18 8 17 - 2 - - - 45

2. 2015 16 14 3 - 1 - - - 34

3. 2016 17 30 11 - 1 - - - 59

Tabel 3.4 - Data penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) periode 2014 s/d 2016

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Dit. Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi dalam mendorong penerapan standar bagi tenaga jasa sehingga usaha jasa

perdagangan secara nasional memiliki daya saing yang baik. Sehubungan Direktorat

Bina Usaha dan Pelaku Distribusi tidak mengeluarkan sertifikat tenaga jasa, maka

keberhasilan indikator ini diukur dari banyaknya izin usaha yang dikeluarkan di

bidang jasa perdagangan, khususnya Surat Izin Usaha Jasa Survey (SIUJS) dan Surat

Indikator Kinerja 2: Jumlah Pemberi/Penerima Waralaba Baru

Indikator Kinerja 3: Jumlah Pelaku Usaha Jasa yang Bersertifikat

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

26

Izin Usaha Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (SIU-P4). Hal ini dikarenakan

kedua izin tersebut mensyaratkan pelaku usaha untuk memiliki tenaga jasa yang

tersertifikasi dalam jumlah tertentu, yaitu 2 (dua) orang untuk perusahaan perantara

perdagangan property dan 5 (lima) orang untuk perusahaan jasa survey. Target untuk

indicator ini adalah 200 (dua ratus) pelaku usaha dengan realisasi sebanyak 150

pelaku usaha, sehingga capaian indikator ini adalah 75%. Realisasi tersebut terdiri

dari 90 (sembilan puluh) SIUJS dan 60 (enam puluh) SIU-P4.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang

kelembagaan dan pelaku usaha dimaksudkan untuk mendorong masyarakat terutama

dunia usaha untuk menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga dapat

tercipta tertib berusaha dan iklim usaha yang sehat untuk melindungi masyarakat

dari kegiatan-kegiatan perdagangan yang tidak baik. Kegiatan pembinaan dan

bimbingan teknis yang dilaksanakan selama tahun 2016 sebanyak 42 (empat puluh

dua) dengan rincian sebagai berikut:

1. Penilaian dan Pengawasan Kegiatan Usaha Sistem Waralaba dan Penjualan

Langsung sebanyak 6 daerah, yaitu: Lombok, Surabaya, Medan, Batam, Semarang,

Yogyakarta.

2. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Jasa Perdagangan sebanyak 2

daerah, yaitu: Padang dan Surabaya.

3. Pembinaan dan Pendampingan Pelaku Usaha Perdagangan Melalui Sistem

Elektronik sebanyak 3 daerah, yaitu: Malang, Denpasar, Mataram

4. Sosialisasi dan Penjaringan Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 8 daerah,

yaitu: Bandung, Banjarmasin, Denpasar, Jakarta, Palembang, Semarang,

Surabaya, Yogyakarta.

5. Seleksi Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 7 daerah, yaitu: Solo,

Semarang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Palembang.

6. Penilaian dan Penjurian Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 1 kali di

Jakarta.

7. Penyerahan Penghargaan Waralaba Indonesia sebanyak 1 kali di Jakarta.

8. Pengawasan Distribusi Langsung dan Waralaba sebanyak 4 daerah, yaitu: Bandung,

Indramayu, Denpasar, Medan.

Indikator Kinerja 4: Jumlah Pembinaan/Bimbingan Teknis di Bidang

Pelaku Usaha Distribusi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

27

9. Fasilitasi UKM Waralaba/Potensial Waralaba dan Partisipasi Klinik Bisnis pada Expo

di Dalam Negeri sebanyak 5 daerah, yaitu: Jakarta, Bandung, Makassar,

Semarang, Surabaya.

10.World Franchise Summit Indonesia 2016 di Jakarta.

11.Sinergy Kebijakan Direktorat Bina Usaha Perdagangan dengan Daerah sebanyak 4

daerah (kali), yaitu: Kepulauan Riau (Batam), Nusa Tenggara Barat (Lombok),

Papua Barat (Sorong) dan Jakarta.

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi dalam mendorong penggunaan produksi dalam negeri untuk

memenuhi kebutuhan domestik/nasional. Target untuk indikator ini pada tahun

2016 adalah sebesar 65%. Berdasarkan dari hasil Kegiatan survey dan pembinaan

dalam rangka pengawasan yang dilakukan pada 66 (enam puluh enam) Toko

Swalayan di 14 kab/kota, yaitu Balikpapan, Banda Aceh, Palembang, Yogyakarta,

Denpasar, Surabaya, Semarang, Bogor, Pekanbaru, Serang, Karawang, Banjarmasin,

Kupang dan Malang didapatkan data bahwa rata-rata toko swalayan yang telah

disurvey telah memperdagangkan barang produksi dalam negeri sebesar 88,07%,

mengingat kewajiban penyediaan barang produksi dalam negeri baru efektif per

September 2016. Rincian dari kegiatan survey di 14 kab/kota dapat dijabarkan

dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.5 - Data Presentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan Di Toko Swalayan

No Lokasi Jumlah Toko Swalayan Yang

Disurvey (66 Toko Swalayan)

Persentase (%) Penggunaan

Produk Dalam Negeri

1. SURABAYA 5 93.60 %

2. SEMARANG 5 92.00 %

3. BANDA ACEH 4 89.25 %

4. PALEMBANG 6 87.50 %

5. YOGYAKARTA 5 83.00 %

6. BALI 4 96.25 %

7. BOGOR 4 95.25 %

8. SERANG 4 84.75 %

9. BANJARMASIN 6 95.50 %

10. BALIKPAPAN 5 94.40 %

Indikator Kinerja 5: Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang diperdagangkan di Toko Swalayan

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

28

Tabel 3.5 Lanjutan - Data Presentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan Di

Toko Swalayan

Indikator ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Usaha

dan Pelaku Distribusi dalam mendorong peningkatan iklim usaha yang sehat melalui

rekomendasi peraturan yang mendukung peningkatan kinerja perdagangan

domestik. Target untuk indikator ini di tahun 2016 adalah 4 rekomendasi dengan

realisasi 9 rekomendasi/rancangan peraturan. Rincian realisasi indikator ini di

tahun 2016 adalah sebagai berikut.

1. Rancangan Revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32/M-

DAG/PER/8/2008 tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan

sistem penjualan langsung telah melalui FGD sebanyak 2 kali dengan para

pemangku kepentingan seperti Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, YLKI,

BPOM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan serta

instansi/lembaga terkait. Saat ini draft Permendag dimaksud telah berada di

Biro Hukum.

2. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Perusahaan Perantara

Perdagangan Properti.

Rapermendag in disusun untuk menggantikan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang Perusahaan Perantara Perdagangan

Properti sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 107/M-DAG/PER/12/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang Perusahaan Perantara

Perdagangan Properti, dengan menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 7

No Lokasi Jumlah Toko Swalayan Yang

Disurvey (66 Toko Swalayan)

Persentase (%) Penggunaan

Produk Dalam Negeri

11. PEKANBARU 3 83.33 %

12. KUPANG 4 93.50 %

13. SURAKARTA 3 96.00 %

14. MALANG 4 95.75 %

15. BATAM 4 47.50 %

RATA – RATA 88.07 %

Indikator Kinerja 6: Jumlah Penyusunan Rekomendasi Peraturan terkait Kebijakan Usaha Perdagangan dan Pelaku Distribusi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

29

Tahun 2014 tentang Perdagangan. Hal-hal baru yang diatur dalam

Rapermendag ini adalah :

a. Perizinan SIU-P4 secara online melalui portal http://sipt.kemendag.go.id;

dan

b. Pemohon SIU-P4 yang belum memiliki Tenaga Ahli yang telah memiliki

Sertifikat Kompetensi Perantara Perdagangan Properti dapat mengajukan

permohonan SIU-P4 dengan menggunakan sertifikat pelatihan yang

diterbitkan oleh asosiasi perusahaan perantara perdagangan properti

dengan batas waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Rapermendag

berlaku. Selanjutnya pemohon SIU-P4 harus menyesuaikan SIU-P4 yang

dimiliki dengan ketentuan Rapermendag tersebut paling lambat 6 (enam)

bulan sejak Rapermendag berlaku.

3. Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Tenaga Jasa

Survei Komoditas Perdagangan.

Tujuan dari pembentukan RSKKNI ini adalah untuk meningkatkan kompetensi

tenaga kerja di bidang jasa survei di Indonesia agar menjadi tenaga kerja

yang profesional dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di Indonesia.

Rapermendag ini terdiri dari 45 unit kompetensi dan telah melalui tahap

verifikasi. Pada tahun 2017, pembahasan RSKKNI difokuskan pada pra konvensi

dan konvensi, sebelum kemudian ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dalam

bentuk Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI). Rancangan Standar

Kompetensi ini mengatur lebih lanjut Pasal 20 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun

2014 tentang Perdagangan yang menyatakan ”Penyedia Jasa yang bergerak di

bidang Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga teknis yang kompeten sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan”. Selain itu, sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional,

standar kompetensi ini akan menjadi acuan bagi Lembaga Diklat Profesi dalam

mengembangkan program pelatihan berbasis kompetensi serta Lembaga

Sertifikasi Profesi dalam rangka sertifikasi profesi.

4. Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional di Bidang Tenaga Jasa Ritel

Sama halnya dengan RSKKNI Tenaga Jasa Survei Komoditas Perdagangan,

RSKKNI Tenaga Jasa Ritel bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga

kerja di bidang jasa ritel di Indonesia agar menjadi tenaga kerja yang

profesional dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di Indonesia. Rancangan

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

30

standar kompetensi ini juga mengatur lebih lanjut Pasal 20 ayat (1) UU Nomor

7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang menyatakan ”Penyedia Jasa yang

berggerak di bidang Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga teknis yang

kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan

Kerja Nasional, standar kompetensi ini juga akan menjadi acuan bagi

Lembaga Diklat Profesi dalam mengembangkan program pelatihan berbasis

kompetensi serta Lembaga Sertifikasi Profesi dalam melaksanakan uji

kompetensi dalam rangka sertifikasi profesi di bidang ritel di Indonesia.

Rancangan standar kompetensi ini terdiri dari 86 unit kompetensi. Pada tahun

2017, pembahasan RSKKNI difokuskan pada verifikasi, prakonvensi dan

konvensi, sebelum kemudian ditetapkan.

5. Permendag Nomor 14/M-DAG/PER/3/2016 tentang Perubahan atas Permendag

Nomor 77/M-DAG/PER/12/2013 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha

Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan secara simultan bagi perusahaan

perdagangan. Permendag ini disusun untuk mendukung pencapaian peringkat

kemudahan berusaha (ease of doing bussiness) di Indonesia dengan pokok-

pokok pikiran sebagai berikut:

a. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar

Perusahaan (TDP) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak berkas diterima

lengkap dan benar. Peraturan ini mengubah lama penerbitan SIUP dan TDP

simultan dari 3 (tiga) hari menjadi 2 (dua) hari kerja.

b. Adapun untuk penolakan apabila berkas tidak lengkap dan benar menjadi 1

(satu) hari sejak berkas diterima dari sebelumnya 3 (tiga) hari kerja.

c. Penyatuan formulir isian pendaftaran SIUP dan TDP simultan dari

sebelumnya menggunakan format isian dari masing-masing perijinan.

d. Penggunaan aplikasi SIPO pada penerbitan SIUP dan TDP simultan.

6. Permendag Nomor 48/M-DAG/PER/6/2016 tentang Pendelegasian Kewenangan

Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan kepada Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bintan, Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Karimun, dan Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Sabang. Permendag tersebut mengatur

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

31

pendelegasian kewenangan penerbitan Tanda Daftar Perusahaan dengan

kriteria tertentu menggunakan aplikasi SIPO.

7. Rancangan Permendag tentang Izin Usaha Perdagangan. Rancangan tersebut

sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan.

8. Rancangan Perpres (RPerpres) Tentang Pengembangan, Penataan Dan

Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Swalayan. RPerpres

telah melalui beberapa tahapan pembahasan di internal Kementerian

Perdagangan, anggota Forum Komunikasi, antar kementerian/lembaga serta

harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Sekretariat

Negara. RPerpres disusun dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat

(3) dan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan. RPerpres juga dilakukan dalam rangka memberikan pedoman bagi

penyelenggaraan pasar rakyat, pusat perbelanjaan dan toko swalayan, serta

norma-norma keadilan, perlindungan terhadap pasar rakyat, saling

menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang

dengan toko swalayan serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil,

sehingga tercipta tertib persaingan usaha dan keseimbangan antara

kepentingan produsen, pemasok, toko swalayan dan konsumen.

Inti dari pengaturan lebih lanjut dari RPerpres, yaitu agar dunia usaha sektor

ritel, sarana distribusi dan konsumsi domestik dapat menggeliat sehingga dapat

mendorong perekonomian nasional namun dengan tetap memberikan

perlindungan kepada pasar rakyat dan toko-toko eceran tradisional. Hal ini

sangat terkait dengan perubahan acuan pengaturan pendirian pasar rakyat,

pusat perbelanjaan dan Toko Swalayan yang semula harus mengacu pada

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

termasuk peraturan zonasi diubah menjadi mengacu pada Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) atau peraturan zonasi.

9. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pemberian dan Penggunaan

Nomor Identitas Pendaftaran secara Elektronik yang merupakan amanat dari

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Transaksi Perdagangan Melalui Sistem

Elektronik (RPPTPMSE) yang saat ini dalam tahap finalisasi akhir. Permendag ini

akan mengatur kewajiban pelaku usaha transaksi perdagangan melalui sistem

elektronik untuk melakukan pendaftaran sebagai Pelaku Usaha Transaksi

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

32

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. Pelaku usaha yang telah terdaftar

sebagai Pelaku Usaha Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik akan

mendapatkan Nomor Identitas Pendaftaran Secara Elektronik yang dapat

dicantumkan dan/atau digunakan sebagai identitas hukum. Pemberian nomor

identitas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam

rangka mengidentifikasi siapa saja pelaku usaha e-commerce di Indonesia.

Penyusunan Permendag ini dilakukan melalui rapat dan FGD dengan para

pemangku kepentingan, antara lain dengan asosiasi, pelaku usaha, pakar, dan

instansi teknis terkait lainnya.

10. Permendag Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 tentang Ketentuan Umum Distribusi

Barang. Permendag ini mengatur tentang ketentuan distribusi dari berbagai

Pelaku Usaha Distribusi Perdagangan yang meliputi Produsen, Distributor/Sub

Distributor, Agen/Sub Agen, Grosir, Perkulakan, Pengecer, Waralaba, Importir.

C. Akuntabilitas Keuangan Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

Capaian Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

secara keseluruhan belum optimal. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

mendapat alokasi anggaran dalam DIPA APBN (DIPA awal) sebesar Rp.

30.780.000.000,- (tiga puluh milyar tujuh ratus delapan puluh juta rupiah),

kemudian direvisi pemotongan menjadi Rp. 26.580.000.000,- (dua puluh enam

milyar lima ratus delapan puluh juta rupiah). Dari total anggaran sebesar Rp

26.580.0000,- dilakukan self blocking sehingga anggaran menjadi Rp.

23.962.299.000,- dan hanya terserap sebesar Rp. 22.024.985.513,- (dua puluh

dua milyar dua puluh empat juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu lima

ratus tiga belas rupiah) atau sebesar 82,84% dari pagu anggaran yang tersedia

dengan sisa anggaran sebesar Rp. 4.555.014.487,- atau 17.16%. Penyerapan

(realisasi) keuangan di bawah 90% dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya sisa lelang dari kegiatan direktorat.

2. Adanya sisa anggaran dari perjalanan dinas karena biaya perjalanan dinas sudah

dilakukan secara at cost.

3. Adanya penghematan anggaran kegiatan dan dilakukan self blocking.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2015 Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi mendapat alokasi anggaran dalam DIPA APBN (DIPA awal) sebesar

Rp. 28.018.028.000 (dua puluh delapan milyar delapan belas juta dua puluh delapan

ribu rupiah), kemudian direvisi penghematan menjadi Rp. 23.111.135.000 (dua

Penyerapan anggaran Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016 mencapai 82.86%

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

33

puluh tiga milyar seratus sebelas juta seratus tiga puluh lima ribu rupiah). Dari total

anggaran tersebut dapat direalisasi sebesar Rp. 19.387.982.414 (sembilan belas

milyar tiga ratus delapan puluh tujuh juta sembilan ratus delapan puluh dua ribu

empat ratus empat belas rupiah) atau sebesar 83,85% dengan sisa anggaran sebesar

Rp. 3.723.152.586 (tiga milyar tujuh ratus dua puluh tiga juta seratus lima puluh

dua ribu lima ratus delapan puluh enam rupiah) atau 16,15%. Sehingga jika

dibandingkan tahun 2015, pada tahun 2016 terjadi penurunan penyerapan anggaran

sebesar 0,99%.

Perbandingan anggaran dan realisasinya untuk tahun 2015 dan tahun 2016

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Keterangan 2015

(Rp)

2016

(Rp)

1 Pagu Awal 28.018.028.000 30.780.000.000

2 Pagu Revisi 23.111.135.000 26.580.000.000

3 Realisasi 19.387.982.414 22.024.985.513

4 Prosentasi 83,85% 82,86%

Tabel 3.6 - Perbandingan Anggaran Tahun 2015 dan Tahun 2016

Untuk mencapai Indikator Kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2016,

maka diperlukan tersedianya anggaran yang memadai dengan penggunaan yang se-

efisien mungkin. Alokasi anggaran pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

NO.

SASARAN IKU PAGU (Rp)

REALISASI (Rp)

% SISA (Rp)

1.

Terlaksananya kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pembinaan usaha perdagangan dalam negeri dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB sektor perdagangan besar dan eceran

Pelaku Usaha Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri

1.008.939.000 837.936.740 83,05 171.002.260

Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan

5.582.509.000 4.493.543.154 80,49 1.088.965.846

Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan

12.653.295.000 10.237.580.307 80,86 2.415.714.693

Daerah yang Layanan Perijinannya sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag

1.551.073.000 1.433.115.750 92,39 117.957.250

Layanan Perijinan dan Non Perijinan Kepada Pelaku Usaha

587.804.000 381.217.338 64,85 206.586.662

Realisasi Anggaran berdasarkan Indikator Kinerja Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

Tabel 3.7 - Pagu dan Realisasi Anggaran Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi menurut IK Tahun 2015

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

34

Realisasi anggaran pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun

2016 yang terdistribusi menurut kegiatan pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku

Distribusi, rincian anggaran dan realisasinya dapat terlihat pada tabel berikut ini :

NO KEGIATAN PAGU

(Rp)

REALISASI

(Rp) %

SISA

(Rp)

1.

Pelaku Usaha Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri

1.008.939.000 837.936.740 83,05 171.002.260

2. Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan

5.582.509.000 4.493.543.154 80,49 1.088.965.846

3. Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan

12.653.295.000 10.237.580.307 80,86 2.415.714.693

4. Daerah yang Layanan Perijinannya sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag

1.551.073.000 1.433.115.750 92,39 117.957.250

5. Layanan Perijinan dan Non Perijinan Kepada Pelaku Usaha

587.804.000 381.217.338 64,85 206.586.662

6. Layanan Perkantoran 5.196.380.000 4.641.592.224 89,32 554.787.776

T O T A L 26.580.000.000 22.024.985.513 82,86 4.555.014.487

Tabel 3.8 - Realisasi Anggaran Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Menurut Output Kegiatan Tahun

2016

Keterangan : Pagu yang digunakan merupakan Pagu setelah direvisi.

Berdasarkan tabel di atas, dapat kami sampaikan bahwa pagu kegiatan yang

terbesar adalah Output Jumlah Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan

yang Mendapat Pembinaan sebesar Rp. 12.653.295.000,- atau sekitar 47,6% dari

total anggaran Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

Capaian realisasi anggaran pada Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

untuk Tahun 2016 adalah sebesar 82,86%. Berdasarkan tabel diatas, capaian

realisasi anggaran yang terkait dengan masing-masing output indikator kinerja pada

Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi sebesar 83,05% untuk Pelaku Usaha

Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri; 80,49% untuk

Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan; 80,86% untuk Pelaku Usaha dan

Rata-rata penyerapan anggaran menurut output kegiatan

Realisasi Anggaran dan Prosentase pada Direktorat Bina Usaha Perdagangan mencapai 82,86%

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

35

Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan; 92,39% untuk Daerah

yang Layanan Perijinannya Sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag;

64,85% untuk Layanan Perijinan dan Non Perijinan Kepada Pelaku Usaha, dan

89,32% untuk Layanan Perkantoran. Berdasarkan realisasi anggaran diatas, dapat

kami sampaikan bahwa Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi mengalokasikan

anggaran secara efektif dan efisien untuk indikator kinerja utama.

Berdasarkan jenis belanja, anggaran terbagai kedalam 2 (dua) bagian, yaitu

belanja barang dan belanja modal. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

mendapat alokasi anggaran untuk tahun 2016 sebesar Rp. 26.580.000.000,- yang

terealisasi sebesar Rp. 21.938.188.713,-. Dari dana yang terealisasi, belanja barang

dialokasikan sebesar Rp 25.819.908.000,- dan terealisasi sebesar Rp

21.186.206.153,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 4.633.701.847. Sedangkan

belanja modal dialokasikan sebesar Rp 760.092.000,- dan terealisasi sebesar Rp

751.982.560,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 8.109.440,-.

Berdasarkan jenis belanja, anggaran terbagai kedalam 2 (dua) bagian, yaitu

belanja barang dan belanja modal. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

mendapat alokasi anggaran untuk tahun 2016 sebesar Rp. 26.580.000.000,- yang

terealisasi sebesar Rp. 22.024.985.513,-. Dari dana yang terealisasi, belanja barang

dialokasikan sebesar Rp 25.819.908.000,- dan terealisasi sebesar Rp

21.186.206.153,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 4.633.701.847. Sedangkan

belanja modal dialokasikan sebesar Rp 760.092.000,- dan terealisasi sebesar Rp

751.982.560,- sehingga dana yang tersisa sebesar Rp 8.109.440,-.

Alokasi anggaran Direktorat Bina Usaha Perdagangan berdasarkan jenis belanja

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

36

BAB IV

PENUTUP

Tata kelola pemerintahan yang baik dapat terwujud dan berkelanjutan

apabila terdapat kerjasama yang intensif antara semua pihak yang terlibat di dalam

implementasi program dan kerja sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang ada.

Pada tahun 2016, Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi telah

melaksanakan berbagai kegiatan dengan output yang mendukung pencapaian

indikator kinerja utama yang dimiliki Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi.

Sebagian besar dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan

dapat diselesaikan pada tahun 2016 walaupun dari hasil yang didapat memang tidak

sesuai dengan yang direncanakan, namun diharapkan hal ini dapat menjadi bahan

evaluasi untuk perbaikan kinerja pada tahun yang akan datang.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung indikator kinerja kegiatan yang dimiliki

Direktorat Bina Usaha Perdagangan telah berjalan dengan sangat baik, tercermin

dari semua target indikator kinerja kegiatan telah terealisasi lebih dari 100%.

Berikut tabel yang menggambarkan pencapaian indikator kinerja utama yang

dimiliki Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi beserta prosentase

pencapaiannya.

No. Indikator Kinerja Satuan Target 2016

Capaian 2016

Capaian (%)

1 Pelaku Usaha Toko Swalayan yang Memasarkan Barang Hasil Produksi Dalam Negeri

Persen 65 88 135

2 Rancangan Kebijakan di Bidang Usaha Perdagangan

Rancanga 4 10 250

3 Pelaku Usaha dan Aparatur di Bidang Perdagangan yang Mendapat Pembinaan

Pelaku 186 234 126

4 Daerah yang Layanan Perijinannya Sudah Terintegrasi dengan Sistem Informasi Kemendag

Kab/Kota 40 56 140

5 Layanan Perijinan dan Non Perijinan kepada Pelaku Usaha

Pelaku Usaha Terdaftar

200 500 250

6 Layanan Perkantoran Bulan Layanan 12 12 100

Rata-rata 166,83

Capaian Direktorat Bina Usaha Perdagangan Pada Tahun 2016

Tabel 4.1 - Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dit. Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Tahun 2016

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

37

Sesuai dengan fungsi laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(LAKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja kepada para pemangku

kepentingan (stakeholders), maka informasi dan analisis kinerja yang diungkapkan

dalam laporan ini tidak terbatas pada sasaran yang capaian kinerjanya mencapai

target yang sudah ditetapkan, tetapi juga mencakup informasi kinerja dari sasaran

yang tidak memenuhi target disertai penjelasannya. Oleh karena itu, dalam laporan

akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Usaha Perdagangan ini, secara umum

dijelaskan mengenai informasi dan analisis pencapaian kinerja tahun 2016.

Penetapan kinerja tahun 2016, mengandung program dan sasaran yang ingin

dicapai, dengan mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Perdagangan

Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2015–2019.

Untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan, maka informasi

yang disampaikan dalam LAKIP ini juga meliputi analisis, yang bertujuan

mengidentifikasi umpan balik guna perbaikan kinerja dimasa mendatang. Beberapa

umpan balik yang dapat digunakan sebagai strategi untuk perbaikan kinerja

Direktorat Bina Usaha Perdagangan dimasa mendatang antara lain :

❖ Penyusunan program dan sasaran yang akan dicapai hendaknya disusun secara

realistis dengan indikator yang jelas berdasarkan prinsip efisiensi dan efektivitas

pencapaian sasaran, serta tetap mengacu kepada Renstra Ditjen Perdagangan

Dalam Negeri dan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2015–2019;

❖ Penyusunan program dan sasaran yang hendak dicapai perlu disertai dengan

analisis biaya dan manfaat (cost and benefit analysis), guna mengetahui suatu

program layak atau tidak untuk dilaksanakan;

❖ Perlu disusun jadwal pelaksanaan yang jelas untuk setiap program agar dapat

dilaksanakan sesuai dengan sasaran dan indikator yang telah ditetapkan;

❖ Mendayagunakan seluruh potensi dan sumber daya Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi secara optimal untuk mewujudkan sasaran yang hendak

dicapai.

Strategi pemecahan masalah tersebut di atas, kiranya dapat dilaksanakan di

tahun-tahun mendatang guna lebih meningkatkan kinerja Direktorat Bina Usaha dan

Pelaku Distribusi, terutama dalam rangka mewujudkan visi dan misi Direktorat

Jenderal Perdagangan Dalam Negeri secara khusus dan Kementerian Perdagangan

secara umum melalui tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawab

Direktorat.

LAKIP Direktorat Bina Usaha Perdagangan Pada Tahun 2016

LAKIP DIT. BINA USAHA DAN PELAKU DISTRIBUSI 2016

38