laju pengosongan lambung

19

Click here to load reader

Upload: iir-vedca-cyprinus-carpio

Post on 30-Jun-2015

2.213 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

11 JANUARI 2011

Laboratorium Basah di Departemen Perikanan Budidaya PPPPTK Pertanian Cianjur

D

I

S

U

S

U

N

Oleh :

FIRYOMANTO K4100970

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA 4MANAJEMEN AGROINDUSTRI

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ( PPPPTK ) PERTANIAN

Kerjasama Dengan POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2011

Page 2: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah WT, karena atas kehendak nya pula

penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini,penulis banyak sekali memperoleh bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak, untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya makalah ini dengan

baik. Penulis mengucapkan terimaksih kepada:

1. Ibu Intan Rahima Sary, S.St.Pi, M.Si

2. Ibu Ir. Susilawati

3. Ibu Leli Lisnawati, S.Pi

Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi pembaca khususnya, tetapi juga

khusus umum. Selain itu segala saran dan kritik positif sangat diharapkan sebagai langkah

perbaikan dikemudian hari. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, karena semua kesalahan

berasal dari penyusun, dan semua kebenaran berasal dari Allah SWT.

Cianjur 18 Januari 2011

Penyusun

Page 3: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh,

sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan diri pada suhu lingkungan sekelilingnya.

Ikan mempunyai derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan

bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Ikan akan

mengalami stress manakala terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada

lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis

yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Perubahan-perubahan faktor tersebut

hingga batas tertentu dapat menyebabkan stress dan timbulnya penyakit. Faktor fisik tersebut

mencakup suhu, dan intensitas cahaya.

Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan

yang tadak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi yang terbuang.

Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju pencernaan juga akan semakin

meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung tinggi. Tingkat pengosongan lambung yang

tinggi menyebabkan ikan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi pakan

tinggi, nutrien yang masuk kedalam tubuh ikan juga tinggi, dengan demikian ikan memiliki

energi yang cukup untuk pertumbuhan.

Ikan dalam proses pertumbuhannya, tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan

digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk

metabolisme, dan sebagiannya lagi digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi.

Proses metabolisme dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan pengetahuan penting

dalam pengembangan budidaya perikanan. Oleh karena itu, perlu diadakannya praktikum

mengenai laju pengosongan lambung ikan

B. TUJUAN

1. Menguji Laju Pengosongan Lambung

Page 4: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Saluran pencernaan makanan ikan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan

anus. Lambung merupakan bagian dari alat pencernaan pada ikan, dan isinya berupa cairan dan

makanan yang telah dicerna oleh mulut. Lambung mempunyai fungsi sebagai penghancur

makanan dengan bantuan enzim dan juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan cadangan

makanan. Dengan mempelajari isi dari makanannya maka dapat diketahui apakah ikan tersebut

merupakan pemakan plankton, ikan buas, tumbuh-tumbuhan, dan pemakan segala.

Secara umum, kebiasaan makanan (food habit), ikan dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu ikan

pemakan tumbuhan, atau disebut herbivora, ikan pemakan hewan, atau disebut karnivora dan

ikan pemakan segala, atau disebut omnivora. Dilihat dari makanannya ada ikan pemakan

plankton, ikan buas, tanaman, pemakan detritus, dan ikan pemakn campuran. Sehingga

dikelompokkan ada ikan pemakan sedikit atau sempit (stenophagic), ikan pemakan banyak atau

luas (europhagic), dan ikan pemakan satu jenis (monophagic). Makanan walaupun dikelompokan

dalam beberapa jenis, tetapi semua jenis makanan yang dimakan oleh hewan berperan penting

dalam tubuh, karena sebagai sunber energi dalam aktivitas kehidupan dan untuk membantu

proses metabolisme dalam tubuh (Effendie, 1979).

Makanan yang dimakan ikan mempengaruhi derajat kepenuhan lambung. Untuk

mengetahui derajat kepenuhan lambung ikan, yaitu dengan cara membedah perut ikan dan

menimbang material yang terdapat dalam perut ikan. Tetapi harus mengetahui kebiasaan makan

dan kebiasaan makanan. Kebiasaan makan ikan tidak harus berdasarkan morfologi mulutnya.

Karena morfologi fungsional mulut ikan dapat berubah apabila ikan tersebut mengalami

pertumbuhan.

Page 5: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

BAB III

METODOLOGI

A. ALAT

1. Akuarium

2. Aerator

3. Selang

4. Ember/baskom

5. Siduk air

6. Alat bedah

7. Cawan petrie

8. Gelas ukur

9. Timbangan

10. Thermometer

B. BAHAN

1. Ikan mas ukuran 250 gr

2. Ikan lele umuran 250 gr

3. Pellet

4. Air untuk akuarium

5. Sunlight

6. Tissue

C. LANGAKAH KERJA PRAKTIKUM

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ikan mas dan ikan lele yang akan diukur laju pengosongan lambungnya disimpan

kedalam akuarium A untuk ikan mas adan akuarium B untuk ikan lele, akuarium

tersebut sebelumnya telah diisi air dan diberi aerator

3. Ikan mas dan lele dipuasakan dahulu selama 1 hari

4. Setelah dipuasakan ikan mas dan ikan lele diberi pellet secara ad-libitum

Page 6: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

5. Setelah 15 menit dari waktu pemeberian pakan, ambil 1 ekor ikan lele (ikan lele

ke-1), kemudian timbanglah berat ikan lele tersebut, dan ukur panjang badannya.

Bedahlah ikan lele tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi

lambung dan timbanglah berat usu lambung ikan lele tersebut.

Setelah 30 menit dari waktu pemeberian pakan, ambil 1 ekor ikan lele (ikan lele

ke-2), kemudian timbanglah berat ikan lele tersebut, dan ukur panjang badannya.

Bedahlah ikan lele tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi

lambung dan timbanglah berat usus lambung ikan lele tersebut.

Setelah 60 menit dari waktu pemeberian pakan, ambil 1 ekor ikan lele (ikan lele

ke-3), kemudian timbanglah berat ikan lele tersebut, dan ukur panjang badannya.

Bedahlah ikan lele tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi

lambung dan timbanglah berat usus lambung ikan lele tersebut.

Setelah 120 menit dari waktu pemeberian pakan, ambil 1 ekor ikan lele (ikan lele

ke-4), kemudian timbanglah berat ikan lele tersebut, dan ukur panjang badan.

Bedahlah ikan lele tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi

lambung dan timbanglah berat usus lambung ikan lele tersebut.

6. Untuk ikan mas yang ke-1 diambil 30 menit stelah pemeberian pakan,

timbanglah berat ikan mas tersebut, dan ukur panjang badannya. Bedahlah ikan

mas tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi lambung dan

timbanglah berat usus lambung ikan mas tersebut.

Untuk ikan mas yang ke-2 diambil 60 menit stelah pemeberian pakan,

timbanglah berat ikan mas tersebut, dan ukur panjang badannya. Bedahlah ikan

mas tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi lambung dan

timbanglah berat usus lambung ikan mas tersebut.

Page 7: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

Untuk ikan mas yang ke-3 diambil 120 menit stelah pemeberian pakan,

timbanglah berat ikan mas tersebut, dan ukur panjang badannya. Bedahlah ikan

mas tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi lambung dan

timbanglah berat usus lambung ikan mas tersebut.

Untuk ikan mas yang ke-4 diambil 240 menit stelah pemeberian pakan,

timbanglah berat ikan mas tersebut, dan ukur panjang badannya. Bedahlah ikan

mas tersebut dan ambilah lambungnya, kemudian ambil isi lambung dan

timbanglah berat usus lambung ikan mas tersebut

Page 8: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 1: Laju Pengosongan Lambung Ikan Lele

WAKTU (T) BOBOT (W) BOBOT ISI

LAMBUNG (L)

L/W

15 217.84 gr 0.24 gr o.1%

30 271.89 gr 0.22 gr 0.08%

60 230.77 gr 0.10 gr 0.04%

120 77.35 gr 0.8 gr 0.11%

Tabel 2: Laju Pengosongan Lambung Ikan mas

WAKTU (T) BOBOT (W) BOBOT ISI

LAMBUNG (L)

L/W

30 269.37 gr 0.35 gr 0.12%

60 155.54 gr 0.13 gr 0.08%

120 186.62 gr 0.11 gr 0.05%

240 168.25 gr 0.49 gr 0.29%

B. PEMBAHASAN

Ikan Lele termasuk ikan karnivora, lambung pada ikan karnivora lebih pendek

dibandingkan dengan lambung ikan herbivora (ikan Nilem) karena pakannya lebih mudah

dicerna sehingga volume material lambung ikan Lele lebih kecil dari ikan Nilem karena sebagian

materialnya sudah tercerna. Sebagaimana halnya ikan mas termasuk ikan omivora, lambung pada

ikan omnivora ukurannya lebih panjang dibandingkan dengan ikan karnivora karena pakan ikan

mas yaitu tumbuhan-tumbuhan hijau seperti daun sente ataupun rerumputan dan hewani

sehingga kandungan seratnya tinggi, volume material lambungnya juga tinggi hal ini dipengaruhi

oleh faktor makanan dan kebiasaan makan ikan.

Page 9: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

Setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda. Derajat kepenuhan

lambung pada ikan akan berbeda, tergantung dari berat, panjang dan bentuk lambung. Dengan

bertambahnya ukuran ikan, besar ukuran makanannya juga bertambah, jadi semakin besar derajat

kepenuhan lambung maka semakin besar kepenuhan lambung ikan dalam satu kali makan.

Volume material lambung yaitu jumlah isi material yang berada pada lambung pada waktu

tertentu. Sedangkan volume total lambung yaitu jumlah kapasitas total lambung.

Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat dan ukuran tubuh yang berbeda,

perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung, keadaan tubuh ikan, dan perbedaan habitat

ikan. Faktor-faktor ini dipengaruhi oleh kebiasaan makanan (Syamsuri, 2003). Berat dan ukuran

tubuh ikan Lele dan mas berbeda sehingga mempengaruhi derajat kepenuhan lambung pada ikan,

ikan Lele memiliki derajat kepenuhan lambung lebih besar dari ikan Nilem. Perbedaan jenis ikan

mempengaruhi besarnya derajat kepenuhan lambung, ikan Lele dan Nilem memiliki derajat

kepenuhan lambung yang berbeda. Ukuran dan bentuk lambung ikan berpengaruh terhadap besar

kecilnya derajat kepenuhan lambung, karena setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung

yang berbeda. Hasil dari praktikum derajat kepenuhan lambung ikan mas dan ikan Lele berbeda,

ikan Lele memiliki ukuran lambung yang lebih besar dari ikan mas. Keadaan tubuh ikan

merupakan faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan lambung ikan, karena keadaan tubuh

ikan mas dan Lele itu berbeda. Perbedaan habitat, ikan mas hidup di lingkungan yang jernih

sedangkan habitat ikan Lele di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah

yang tergenang air. Jadi, perbedaan habitat mempengaruhi derajat kepenuhan lambung ikan.

Kebiasaan makanan ikan berhubungan dengan bentuk, posisi mulut, gerigi dalam rahang,

dan kesesuaian tapis insang. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan,

pemanfaatan ini dapat diketahui dengan mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya

dan dilengkapi dengan daftar pakan harian yang diambil ikan dalam berbagai umur dan ukuran

(Effendie, 1997).

Digesti adalah perombakan makanan dari molekul yang kompleks menjadi molekul

sederhana dalam bentuk glukosa, asam lemak, dan gliserol serta nutrisi-nutrisi lain. Sedangkan

zat-zat yang dibutuhkan dan yang akan diabsorpsi ikan melalui darah juga akan dialirkan ke

seluruh tubuh untuk keperluan metabolisme. Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan

Page 10: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

makanan dari tubuh ikan molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan

kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh ikan (Murtidjo, 2001).

Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju

pengosongan lambung. Selain dipengaruhi oleh temperatur, laju digesti juga dipengaruhi oleh

pakan yang akan dikonsumsi. Sebab dalam pakan yang akan dikonsumsi ikan banyak terdapat

kandungan-kandungan mineral yang akan diserap oleh usus ikan, melalui proses pencernaan

yang berlangsung selama ikan mengonsumsi pakan. Pakan ikan yang bervariasi akan

mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti atau cepat lambatnya laju pengosongan lambung

pada ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marshal (1980), bahwa laju digesti adalah laju

pengosongan lambung atau laju energi per unit waktu oleh akibat pembakaran pakan ikan yang

dikonsumsi untuk memperoleh energi. Konsentrasi logam berat pada air juga dapat

mempengaruhi proses digesti ikan. (Adeferni, 2008)

Semakin lama waktu pemberian pakan, bobot lambung berkurang. Pengurangan bobot

tersebut karena telah didigesti dan nutrisi yang ada telah diabsorpsi. Laju digesti dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, status reproduksi, makanan

dalam usus, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh, dan temperatur lingkungan

(Yuwono, 2001). Menurut pernyataan Murtidjo (2001), laju digesti selain dipengaruhi oleh

temperatur air juga dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi. Perbedaan kualitas pakan

akan mencerminkan perbedaan komponen penyusun pakan, dan perbedaan ini pada akhirnya

akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pakan.

Laju digesti dapat terjadi jika pencernaan pada usus berjalan, dan pakan yang diserap dan

dicerna usus melalui suatu gerakan yang disebut dengan gerakan peristaltik pada usus ikan.

Peristaltik dapat membawa hasil pencernaan makanan menuju ke mulut cepat hilang sedangkan

yang menuju ke anus menjadi lebih banyak jumlahnya dan keluar sebagai kotoran (feses).

Hubungan laju digesti dengan lamanya waktu dapat dilihat dari pengertian itu sendiri bahwa laju

digesti adalah laju pengosongan lambung, dimana bobot lambung pada saat pertama kali sangat

berbeda dengan ikan yang telah lama melakukan proses pencernaan. Ikan yang telah lama

mencerna makanannya, maka keadaan lambung pada saat itu dalam keadaan kosong kembali,

sehingga ikan sudah siap menerima asupan pakan kembali. Jika pakan ikan yang dicerna adalah

yang berasal dari pakan yang nabati, maka laju pengosongan ikan akan tergantung pada seberapa

Page 11: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

besar ikan tersebut memakan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pakan yang

mengandung bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan mengandung selulosa sehingga ikan susan

untuk mencerna, sedangkan pada pakan yang berasal dari ekstrak hewani, proses pencernaannya

akan lebih mudah (Murtidjo, 2001).

Page 12: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum derajat kepenuhan lambung ikan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Derajat kepenuhan lambung rata-rata ikan mas yaitu 0.135% sedangkan rata-rata derajat

kepenuhan lambung ikan Lele yaitu 0.135%

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat dan ukuran tubuh

yang berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung, keadaan tubuh ikan, dan

perbedaan habitat. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti atau laju pengosongan lambung

adalah temperatur air, suhu, musim, waktu siang atau malam, intensitas cahaya, ritme internal,

dan kualitas pakan yang dikonsumsi.

Page 13: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

DAFTAR REFERENSI

1. Adeferni, 2008. Determination of Heavy Metals in Tilapia mossambicuis Fish,

Associated water and sediment from Ureje Dam in South-Western Nigeria.

2. Marshal, P. 1980. Physiology of Mammals and Other Vertebrates Second Edition. New

York, New Rochelle, Melbourne. Sydney.

3. Murtidjo, A. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

4. Schmidt, Nielsen. 1990. Animal Physiology-Adaptation and Environment. Cambridge

University Press.

5. Yuwono, E. dan Sukardi, D. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto, Jakarta.

6. Effendie, Moch. ikhsan, Msc. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka

Nusantara:Yogyakarta.

7. Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

8. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi. Bina Cipta. IPKI. Jakarta.

Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo

9. Hemat Air. Kanisius Yogyakarta.

10. Rustidja. 2004. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.

Malang.

11. Syamsuri, Istamar. 2003. Biologi 2000. Erlangga : Jakarta.

Page 14: LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG