fha pengosongan lambung.docx

40
LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG (Untuk melengkapi Praktikum Fisiologi Hewan Air)

Upload: muhammad-rizk-q

Post on 01-Jan-2016

287 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dvsdsdvsdv

TRANSCRIPT

Page 1: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

(Untuk melengkapi Praktikum Fisiologi Hewan Air)

Page 2: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

Disusun oleh:

Kelompok 12

Perikanan A

Firdha Octavia 230110120040

M. Rizki Mauludan 230110120070

Taufiq Rahman Hakim 230110120071

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

2

Page 3: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air ini yang alhamdulillah tepat pada

waktunya yang berjudul “Laju pengosongan lambung ikan”.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Jatinangor, 29 Oktober 2013

Kelompok 12

3

Page 4: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM ..................................................................... 1

1.3. MANFAAT .......................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KLASIFIKASI IKAN NILEM ............................................................. 3

2.2. MORFOLOGI IKAN NILEM .............................................................. 3

2.3. ANATOMI IKAN NILEM .................................................................. 4

2.4. PENCERNAAN MAKANAN.............................................................. 4

2.5. LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG ................................................ 7

BAB III. METODOLOGI

3.1. WAKTU DAN TEMPAT .................................................................. 13

3.2. ALAT DAN BAHAN ........................................................................ 13

3.3. PROSEDUR PERCOBAAN............................................................... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENGAMATAN ................................................................... 15

4.2. PEMBAHASAN ................................................................................ 18

BAB V. PENUTUP

5.1. KESIMPULAN.......................................................................................

5.2. SARAN...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

DAFTAR TABEL

TABEL 1............................................................................................................... 15

TABEL 2............................................................................................................... 16

TABEL 3............................................................................................................... 17

5

Page 6: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1....................................................................................................LATAR BELAKANG

Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme

fisika dan kimia sehingga makanan berubah dari senyawa komplek menjadi

senyawa sederhana untuk selanjutnya diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh dan

digunakan pada proses metabolisme sistem peredaran darah (Affandi, 2002).

Salah satu organ yang berperan penting dalam proses pencernaan adalah lambung.

Lambung yang merupakan segmen pencernaan yang mempunyai diameter

terbesar dari segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan dengan

fungsi lambung yakni penampung makanan dan mencerna makanan.

Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa lambung yang pada

awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya

proses pengangkutan makanan (chime) menuju usus melalui segmen pilorus untuk

diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung

ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Tingkat kepenuhan

lambung ini diekspresikan dalam nilai indeks kepenuhan lambung (ISC, index of

stomach content). Nilai ISC untuk setiap jenis ikan berbeda, sehingga penentuan

nilai ISC dengan metode laju pengosongan lambung sangat diperlukan dalam

penentuan frekuensi pemberian pakan.

1.2................................................................................................TUJUAN PRAKTIKUM

Agar mahasiswa mengetahui pakan maximal untuk ikan.

Agar mahasiswa mengetahui pola makan ikan Nilem melalui pengukuran

“Gastric Evacuation Rate”.

Mengingat kembali apa yang sudah di praktikumkan.

6

Page 7: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

1.3......................................................................................................................MANFAAT

Menambah pemahaman mahasiswa tentang laju pengosongan lambung

pada ikan.

Manfaat lain dari penyusunan makalah ini adalah dapat dijadikan sebagai

sumber bacaan baik bagi mahasiswa maupun dosen.

Mahasiswa bisa mengetahui pola makan ikan Nilem untuk diterapkan

dalam pemeliharaan ikan (budidaya).

7

Page 8: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KLASIFIKASI IKAN NILEM

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Classis : Pisces

Subclassis : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Cyprinoidae

Familia : Cyprinidae

Sub familia : Cyprininae

Genus : Ostechilus

Spesies : Osteochilus hasselti

2.2. MORFOLOGI IKAN NILEM

Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia

yang hidup di sungai dan rawa . Ciri ikan nilem hampir serupa dengan ikan mas.

Ciri cirinya yaitu pada sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba. bentuk

tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung mulut runcing dengan

moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri

utama ikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa

ganggang penempel yang disebut epifition dan perifition (Djuhanda, 1985). Tipe

tubuhnya adalah compress, bentuk mulutnya terminal, dan tipe ekornya

homocercal.

8

Page 9: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

2.3. ANATOMI IKAN NILEM

Hasil pengamatan anatomi ikan nilem (Osteochius hasselti) didiapatkan hasil

bahwa pada tubuh ikan nilem terdapat kepala yaitu mulai dari moncong sampai

dengan batas tutup insang, badan ikan dimulai dari belakang tutup insang sampai

dengan anus, sedangkan ekor dimulai dari belakang anus sampai dengan bagian

ujung sirip ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Brotowidjoyo, 1990) yang

menyatakan bahwa tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput (kepala),

truncus (badan), dan caudal (ekor). Sistem pencernaan pada ikan di mulai dari

oesophagus yang sangat pendek, karena hampir rongga mulut langsung menuju ke

lambung atau intestine ventriculus melengkung seperti huruf  U, dan dibedakan

menjadi 2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit.

Osteochilus hasselti mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga

disebut hepatopankreasInsang. Insang sebagai alat pernafasan bagi Osteochilus

hasselti tiap bilahnya terdiri atas lembaran filamen. Ikan nilem memiliki organa

urop cetica yang terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis.

2.4. PENCERNAAN MAKANAN

Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui

mekanisme fisik dan kimiawi sehingga menjadi bahan yang mudah diserap dan

disebarka ke seluruh tubuh melalui system peredaran darah. Dalam proses

pencernaan,organ pencernaan bukan hanya berperan sebagai alat kerja mekanik,

tetapi juga sebagai pnghasil cairan yang berfungsi sebagai katalisator dalam

pencernaan.bila diurut secara berurutan dari awal makanan masuk ke mulut

sampai ke proses pencernaan dan selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna

dibuang dalam bentuk feses melalui anus, maka organ yang berperan dalam

pencernaan, yaitu:

9

Page 10: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

a. Mulut

Organ pertama yang langsung berhubungan dengan makanan adalah

mulut. Letak mulut satu spesies ikan dapat berbeda-beda dengan spesies

lainnya. Tipe mulut dengan letak mulut bagian ujung depan kepala

dinamakan tipe terminal. Letak mulut yang letaknya dibagian atas adalah tipe

superior. Tipe ini mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu

pada dasar perairan. Letak mulut dibagian bawah adalah tipe inferior,

mencari makanan pada dasar perairan.

b. Tekak

Tekak terletak diantara mulut bagian belakang dan insang bagian

belakang. Pada sisi kiri dan kanan tekak terdapat insang. Pada dinding atas

dan bawah tekak biasanya terdapat gigi tekak.

c. Insang

Insang terletak dibelakang rongga mulut. Umumnya terdapat empat

pasang lengkung insang pada ikan bertulang sejati, dan lima samapi tujuh

pasang lengkung insang pada Chondrichthyes.

d. Kerongkongan

Dibelakang tekak terdapat kerongkongan, yang memanjang kearah

posterior berbatasan dengan lambung. Kerongkongan merupakan saluran yang

pendek dengan penampang yang bundar. Organ ini sangat elastic, sehingga

mempunyai kemampuan untuk menggembung.

10

Page 11: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

e. Lambung

Lambung terletak diantara kerongkongan dan pilorik dengan bentuk yang

bermacam-macam, antara lain bentuk tabung, lengkung, kantung, huruf U, dan

huruf V. Fungsi utama lambung adalah menerima dan menampung makanan

serta sebagai tempat pencernaan makanan. Tidak semua jenis ikan memiliki

lambung, Cyprinidae dan Scaridae kelompok ikan yang tidak memiliki

lambung.

f. Pilorik

Diantara lambung dan usus terdapat pilorik, yang merupakan penyempitan

saluran pencernaan. Pada bagian ini terdapat penebalan lapisan otot licin

melingkar. Pilorik berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari lambung

dan masuk ke usus.

g. Usus

Usus berada diantara pilorik dan rectum. Usus memiliki beberapa lapisan

yakni lapisan mukosa, submukosa, muskulus, dan serosa. Fungsi usus adalah

sebagai organ untuk mencerna makanan dan tempat penyerapan makanan.

h. Rektum dan Anus

Dibagian belakang usus terdapat segmen rectum. Rectum ini terletak di

antara katup rectum dan anus. Katup rectum merupakan penyempitan saluran

pencernaan akibat penebalan otot licin melingkar, mengatur pengeluaran

makanan yang tidak dicerna dari bagian usus ke bagian rectum. Fungsi utama

rectum adalah menyerap air dan mineral, dan memproduksi lendir untuk

mempermudah pengeluaran makanan tak tercerna.

11

Page 12: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

Adapun organ penghasil kelenjar pencernaan, yakni :

a) Hati

Hati adalah salah satu kelenjar pencernaan. Umumnya terletak di depan

lambung di bawah kerongkongan memanjang sampai di belakang usus

depan. Fungsi hati termasuk sekresi empedu dan menyimpan glikogen.

b) Kantung Empedu

Kantung empedu berupa kantung tipis yang berisikan empedu. Letaknya

menempel di bawah hati. Empedu mengandung pigmen empedu

(biliverdin dana bilirubin) yang berasal dari perombakan sel darah dan

haemoglobin.

c) Pankreas

Pankreas merupakan organ yang berperan penting dalam proses

pencernaan. Pancreas menghasilkan enzim pencernaan yakni protease

(tripsin) dan karbohidrase (amilase dan lipase).

2.5. LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah

pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang

dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju

pengosongan lambung menurut Arispurnomo (2010) antara lain adalah sebagai

berikut :

1) Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik

Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang

peristaltik pada antrum lambung, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap

jalan makanan. Dalam keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak

menutup dengan sempurna, karena adanya kontraksi tonik ringan. Tekanan

sekitar 5 cm, air dalam keadaan normal terdapat pada lumen pilorus akibat

pyloric sphincter. Ini merupakan penutup yang sangat lemah, tetapi, walaupun

12

Page 13: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

demikian biasanya cukup besar untuk mencegah aliran chyme ke duodenum

kecuali bila terdapat gelombang peristaltik antrum yang mendorongnya.

Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi hampir

pasti tiga kali per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan

berjalan ke antrum, kemudian ke pilorus dan akhirnya ke duodenum. Ketika

gelombang berjalan ke depan, pyloric sphincter dan bagian proksimal

duodenum dihambat, yang merupakan relaksasi reseptif. Pada setiap

gelombang peristaltik, beberapa millimeter chyme didorong masuk ke

duodenum.

Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari lambung sendiri dan

juga oleh sinyal dari duodenum. Sinyal dari lambung adalah derajat

peregangan lambung oleh makanan, dan adanya hormon gastrin yang

dikeluarkan dari antrum lambung akibat respon regangan. Kedua sinyal

tersebut mempunyai efek positif meningkatkan daya pompa pilorus dan

karena itu mempermudah pengosongan lambung. Sebaliknya, sinyal dari

duodenum menekan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, bila volume

chyme berlebihan atau chyme tertentu berlebihan telah masuk duodenum.

Sinyal umpan balik negatif yang kuat, baik syaraf maupun hormonal

dihantarkan ke lambung untuk menekan pompa pilorus. Jadi, mekanisme ini

memungkinkan chyme masuk ke duodenum hanya secepat ia dapat diproses

oleh usus halus.

2) Volume Makanan

Volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat meningkatkan

pengosongan dari lambung. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan

penyebab peningkatan pengosongan karena pada batas-batas volume normal,

peningkatan volume tidak menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,.

Sebagai gantinya, peregangan dinding lambung menimbulkan refleks

mienterik lokal dan refleks vagus pada dinding lambung yang meningkatkan

aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan

dari lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume makanan yang

tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu.

13

Page 14: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

3) Hormon Gastrin

Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung

menimbulkan dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum.

Hormon ini mempunyai efek yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung

yang sangat asam oleh bagian fundus lambung. Akan tetapi, gastrin juga

mempunyai efek perangsangan yang kuat pada fungsi motorik lambung. Yang

paling penting, gastrin meningkatkan aktivitas pompa pilorus sedangkan pada

saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi, gastrin kuat pengaruhnya

dalam mempermudah pengosongan lambung. Gastrin mempunyai efek

konstriktor pada ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi lambung

ke dalam esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.

4) Refleks Enterogastrik

Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap

saat, khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal

ini mungkin memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat

aktivitas pompa pilorus, oleh karena itu, juga menentukan kecepatan

pengosongan lambung. Refleks syaraf terutama dihantarkan melalui serabut

syaraf aferen dalam nervus vagus ke batang otak dan kemudian kembali

melalui serabut syaraf eferen ke lambung, juga melalui nervus vagus. Akan

tetapi, sebagian sinyal mungkin dihantarkan langsung melalui pleksus

mienterikus. Refleks enterogastrik khususnya peka terhadap adanya zat

pengiritasi dan asam dalam chyme duodenum. Misalnya, setiap saat dimana

pH chyme dalam duodenum turun di bawah kira-kira 3.5 sampai 4, refleks

enterogastrik segera dibentuk, yang menghambat pompa pilorus dan

mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih lanjut isi lambung yang asam

ke dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat dinetralkan oleh sekret

pankreas dan sekret lainnya. Hasil pemecahan pencernaan protein juga akan

menimbulkan refleks ini, dengan memperlambat kecepatan pengosongan

lambung, cukup waktu untuk pencernaan protein pada usus halus bagian atas.

14

Page 15: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan

menimbulkan refleks enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan

nonisotonik terlalu cepat ke dalam usus halus, karena dapat mencegah

perubahan keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh selama

absorpsi isi usus.

5) Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak

Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam

chyme yang masuk ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa

pilorus dan pada akhirnya akan menghambat pengosongan lambung. Hal ini

memegang peranan penting memungkinkan pencernaan lemak yang lambat

sebelum akhirnya masuk ke dalam usus yang lebih distal. Walaupun demikian,

mekanisme yang tepat dimana lemak menyebabkan efek mengurangi

pengosongan lambung tidak diketahui secara keseluruhan. Sebagian besar efek

tetap terjadi meskipun refleks enterogastrik telah dihambat. Diduga efek ini

akibat dari beberapa mekanisme umpan balik hormonal yang ditimbulkan oleh

adanya lemak dalam duodenum.

6) Kontraksi Pyloric Sphincter

Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan

kontraksi yang terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa

pilorus mencapai pilorus. Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama,

yang menghambat kontraksi lambung, dapat secara serentak meningkatkan

derajat kontraksi dari pyloric sphincter. Faktor ini menghambat atau

mengurangi pengosongan lambung, dan oleh karena itu menambah proses

pengaturan pengosongan lambung. Misalnya, adanya asam yang berlebihan

atau iritasi yang berlebihan dalam bulbus duodeni menimbulkan kontraksi

pilorus derajat sedang.

7) Keenceran Chyme

Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah untuk

dikosongkan. Oleh karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung

dengan cepat masuk ke dalam duodenum, sedangkan makanan yang lebih

padat harus menunggu dicampur dengan sekret lambung serta zat padat mulai

15

Page 16: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

diencerkan oleh proses pencernaan lambung. Selain itu pengosongan lambung

juga dipengaruhi oleh pemotongan nervus vagus dapat memperlambat

pengosongan lambung, vagotomi menyebabkan peregangan lambung yang

relatif hebat, keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan

lambung dan sebaliknya ketakutan dapat memperlambat pengosongan

lambung.

Pengamatan Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa

lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong

kembali karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk

diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan

lambung ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Untuk

menentukan nilai ISC dapat diperoleh dari rumus “volume materi lambung :

volume lambung x 100%”. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa nilai ISC

terbesar ada pada pengamatan jam ke-4 yakni sebesar 15.29%. Tingginya nilai

ISC ini dipengaruhi oleh tingginya nilai volume materi lambung yakni sebesar

0.26 ml. Hal ini diakibatkan pada jam ke-4, ikan mulai lahap memakan pakan

yang disediakan setelah sebelumnya terjadi proses pengadaptasian setelah ikan

mengalami perlakuan pemuasaan selama 24 jam. Faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai ISC secara langsung adalah volume materi lambung serta

volume maksimal lambung. Sedangkan kedua faktor tadi dipengaruhi oleh

jenis pakan, faktor lingkungan seperti suhu, pH, tingkat kekeruhan, tingkat

DO dll, dan juga tingkat stress ikan yang sebelumnya dipuasakan selama 24

jam.

Setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda.

Derajat kepenuhan lambung pada ikan akan berbeda, tergantung dari berat,

panjang dan bentuk lambung. Dengan bertambahnya ukuran ikan, besar

ukuran makanannya juga bertambah, jadi semakin besar derajat kepenuhan

lambung maka semakin besar kepenuhan lambung ikan dalam satu kali

makan. Volume material lambung yaitu jumlah isi material yang berada pada

lambung pada waktu tertentu. Sedangkan volume total lambung yaitu jumlah

kapasitas total lambung.

16

Page 17: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat dan

ukuran tubuh yang berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk

lambung, keadaan tubuh ikan, dan perbedaan habitat ikan. Faktor-faktor ini

dipengaruhi oleh kebiasaan makanan (affandi, 2002). Kebiasaan makanan ikan

berhubungan dengan bentuk, posisi mulut, gerigi dalam rahang, dan

kesesuaian tapis insang. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh

ikan, pemanfaatan ini dapat diketahui dengan mengambil contoh makanan

yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar pakan harian yang

diambil ikan dalam berbagai umur dan ukuran (Affandi, 2002). Laju

pengosongan lambung dapat dijadikan indikator tentang dasar penentuan

frekuensi pemberian pakan.

17

Page 18: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

BAB III

METODOLOGI

3.1. WAKTU DAN TEMPAT

Hari/Tanggal : Kamis,24 oktober 2013

Jam : 10.00 – 12.00 WIB

Tempat : Laboratorium aquakultur

3.2. ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Alat

Toples

Timbangan

Perangkat alat bedah

3.2.2 Bahan

Benih ikan

3.3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum

2. Ambil ikan yang akan dibedah untuk praktikum, pegang dan kemudian

tusuk di bagian otak dpan, putar penusuk perlahan-lahan sampai ikan

mati

3. Timbang bobot ikan Nila dengan timbangan teknis lalu catat

4. Bedah ikan dengan gunting, potong dari bagian anus keatas menuju ke

opercullum sampai saluran pencernaannya terbuka

18

Page 19: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

5. Potong usus di bagian depan dekat opercullum dan di bagian belakang

dekat anus, pada saat keluar cairan dari usus letakkan kertas lakmus pada

cairan tersebut. Tunggu beberapa saat kemudian lihat dan catat masing-

masing pH-nya.

6. Keluarkan usus dari perut ikan lalu ukur panjangnya dan catat

7. Timbang berat usus dengan timbangan analitik lalu catat

8. Keluarkan lambung dari perut ikan kemudian timbang beratnya dengan

timbangan analitik dan catat

9. Keluarkan isi usus dan isi lambung pada cawan petri, kemudian timbang

bobotnya dengan timbangan analitik yang cawan nya sudah di nol kan.

10. Bersihkan dan rpikan alat dan bahan yang telah digunakan setelah

praktiikum selesai

19

Page 20: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENGAMATAN

TABLE 1. DATA PRAKTIKUM FHA LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG KELAS A

NO BERAT IKANBERAT SALURAN

CERNA

BERAT ISI

SALURAN

CERNA

JENIS PAKAN

1. 17 gr 2,04 gr 0,09 grTumbuhan &

pakan

2. 23 gr 2,03 gr 0,27 grFitoplankton &

Pelet

3. 14gr 2,04 gr 0,16 gr Fitoplankton

4. 17 gr 0,68 gr 0,29 grHewan &

Tumbuhan

5. 15 gr 1,74 gr 0,13 gr Fitoplankton

6. 11gr 0,96 gr 0,01 gr Fitoplankton

7. 9 gr 0,33 gr 0,01 gr Tumbuhan

8. 15 gr 2,2 gr 1,84 gr Tumbuhan

9. 19 gr 1,2 gr 0,77 gr Tumbuhan

10. 16,95 gr 1 gr 0,44 gr Tumbuhan

11. 14,7 gr 1,27 gr 0,25 gr Tumbuhan

12. 24,05 gr 3,91 gr 1,09 gr Tumbuhan

13. 15,70 gr 2,47 gr 0,78 gr Tumbuhan

14. 20,71 gr 3,36 gr 0,47 grTumbuhan &

Hewan

15. 14,59 gr 1,68 gr 0,54 gr Tumbuhan

16. 18,32 gr 1,32 gr 0,12 gr Tumbuhan

17. 22,64 gr 2,35 gr 0,42 gr Tumbuhan

18. 11,63 gr 2,14 gr 0,50 gr Tumbuhan

19. 18,05 gr 1,37 gr 0,27 gr Tumbuhan

20

Page 21: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

20. 14,70 gr 2,52 gr 0.28 gr Tumbuhan

21. 14,04 gr 2,5 gr 0,3 gr Tumbuhan

22. 15,80 gr 2,33 gr 0,41 gr Tumbuhan

23. 19,71 gr 2,34 gr 1,83 gr Tumbuhan

24. 11,7 gr 0,5 gr 0,1 gr Tumbuhan

25. 16,19 gr 1,75 gr 0,25 gr Tumbuhan

26. 14,43 gr 1,36 gr 0,26 gr Tumbuhan

27. 12,43gr 0,6 gr 0,12 gr Tumbuhan

TABLE 2. DATA PRAKTIKUM FHA LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG KELAS B

KelompokBerat Ikan

Berat Saluran Cerna

Berat Isi Saluran Cerna

Jenis Pakan

1 15 2 0,06 Tumbuhan2 15 2 0,06 Tumbuhan3 16 1 0,02 Tumbuhan4 26 3 1,5 Tumbuhan5 20 3 1,05 Tumbuhan6 17 2 0,19 Tumbuhan7 26 6 2 Tumbuhan8 27.43 2.52 0.84 Fitoplankton9 17.54 2.4 0.85 Fitoplankton10 44.25 5.57 1.98 Tumbuhan11 33.09 2.33 1.36 Plankton12 34.58 3.69 1.97 Fitoplankton13 28.63 1.95 0.92 Fitoplankton14 17.43 1.88 1.43 Fitoplankton15 20.47 1.99 0.34 Plankton16 22.7 2.88 0.69 Tumbuhan17 18.69 1.87 0.43 Tumbuhan18 23.44 3.74 1.18 Tumbuhan19 32.35 2.24 1.37 Tumbuhan20 19.3 1.75 0.99 Tumbuhan21 29.8 3.48 1.14 Plankton22 20.33 3.49 1.3923 18.3 1.55 1.25 Tumbuhan

21

Page 22: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

TABEL 3. DATA PRAKTIKUM FHA LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG KELAS KELAUTAN

KelompokBerat Ikan

Berat Saluran Cerna

Berat Isi Saluran Cerna

Jenis Pakan

1 19 1 0.24Tumbuhan,

pelet, plankton

2 15 1 0.5Tumbuhan,

pelet, plankton34

5 7 0.3 0.06Pelet dan pakan

alami67

8 11 1 0.26Tumbuhan, fitoplankton

9 3.3 0.269 0.101 Tumbuhan10 19 1.12 0.13 Pelet11 9 0.23 0.031 Plankton12 19 0.9 0.29 Plankton13 2.4 0.2 0.06 Tumbuhan

14 2.8 0.3 0.16Zooplankton, fitoplankton

15 1.4 0.72 0.12 Plankton16 2.8 0.25 0.97 Tumbuhan17 22.64 2.35 0.42 Tumbuhan18 17.55 0.65 0.45 Pelet19 8.76 0.44 0.08 Plankton

20 3.87 0.83 0.23Fitoplankton,

pellet

21 17.71 1.22 0.81Fitoplankton,

pellet

22

Page 23: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

4.2. PEMBAHASAN

Lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong

kembali karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap

oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini

dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan.

Pada praktikum ini dilakukan perhitungan laju pengosongan lambung untuk

mengetahui kerja proses pencernaan. Laju pengosongan lambung dipengaruhi

oleh aktivitas daya pompa pylorus yang diataur oleh sinyal lambung pada ikan

yang kemudian mengeluarkan hormone gastrin dari antrum lambung. Volume

makanan yang bertambah dapat meningkatkan pengosongan dari lambung.  Pada

umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding

dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu

tertentu.

Perhitungan :

At = Ao.ekp (-kt) ------ Ln At=Ln Ao-kt

Y = a – b . X

A = Ŷ+bX

Ao = Exp (a)

D = Ao (1- Exp(-kt))x 24/t

b = ∑XY - 1/n ∑X ∑Y

∑XX - 1/n (∑X)( ∑X)

= 109.5722 - 1/7 . 79 . 13.3704

1.405 - 1/7 .79. 79

= 109.5722 – 150.89451

1.405 – 891.57143

23

Page 24: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

= -41.32231

-890.16643

b = 0.04642088

b = k

k = 0.04642088

t = ln3

k

t = ln3

0.04642088

t = 23.666074

a = Ẏ + b Ẋ

= 1.9100571 + 0.04642088 . 11.285

= 1.9100571 + 0.52385963

= 2.4339167

A0= ea

=e2.4339167

A0 =11.40345865 D = A0 (1-e-kt) 24/t

= 11.40345865 (1-(-2.999963134)). 24/23.666074

=11.40345865 . 3.999963134 . 1.014109903

D = 46.25701503

Perlakuan T (0C) A0 (%bobot) k (%bb/jam)

t=ln3/k (jam) kt e-kt 24/t D (%bb/hari)

B.2 11.40345865 0.04642088 23.666074 -1.0986 -2.9999631 1.014109903 46.25701503

24

Page 25: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan

kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus,

kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.

Kemudian proses pencernaan dimulai dari Pencernaan di mulut, rongga mulut,

makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva.

Disalurkan melalui faring dan esophagus,Kemudian terjadi Pencernaan di

lambung dan usus halus dan Absorbs air dalam usus besar, sisa makanan menjadi

feses

Isi cerna dari ikan dipengaruhi oleh berat dari ikan itu sendiri semakin berat

ikan maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi dan juga semakin banyak isi

cerna dari ikan tersebut, ph pada lambung dan usus berkisar kurang lebih 5

5.2. SARAN

Dalam praktikum ini praktikan menemukan kendala berupa kurang tajamnya

alat-alat bedah yg agan digunakan menyebabkan memperlambat kerja praktikan

dalam proses pembedahan ikan, alangkah lebih baik jika alat-alat tersebut

diperiksa ketajamannya agar kegiatan praktikum dapat berjalan lancer. Selain itu

praktikan mengaharapkan agar alat pengukuran pH diperbanyak dikarenakan

terjadi antrian pemakaian yang menghambat kelancaran proses praktikum.

25

Page 26: FHA PENGOSONGAN LAMBUNG.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://itaapriani.blogspot.com/2012/04/laju-pengosongan-lambung.html

http://bdpunsoed.wordpress.com/2009/02/12/teknik-pemijahan-ikan-nilem/

Rahardjo, M.F. dkk. 2011. IKHTIOLOGI. Bandung: Lubuk Agung

Affandi, Ridwan dan Tang, Usman Muhammad. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru. Universitas Riau Press.

26