laporan praktikum fha 2

21
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi dalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimia dan fisika. Salah satu faktor kualitas air secara kimia yaitu salinitas (Gusrina, 2008). Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam pada air tawar secara definisi adalah kurang dari 0,05 ppt. Jika lebih dari itu, maka air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5% dan lebih dari 5%, disebut brine (Sharaf et al , 2004). Untuk merespon adanya perubahan salinitas, biota dikelompokkan menjadi dua yaitu osmokonformer adalah organisme yang secara osmotik tidak stabil karena tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas cairan internalnya. Dan osmoregulator adalah organisme yang

Upload: elva-susanti

Post on 22-Jan-2016

122 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum FHA 2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air

yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan.

Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi dalam tiga bagian, yaitu secara

biologi, kimia dan fisika. Salah satu faktor kualitas air secara kimia yaitu salinitas

(Gusrina, 2008).

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat

mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian

besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini

dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam pada air tawar secara definisi

adalah kurang dari 0,05 ppt. Jika lebih dari itu, maka air dikategorikan sebagai air

payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5% dan lebih dari 5%,

disebut brine (Sharaf et al , 2004).

Untuk merespon adanya perubahan salinitas, biota dikelompokkan

menjadi dua yaitu osmokonformer adalah organisme yang secara osmotik tidak

stabil karena tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas cairan

internalnya. Dan osmoregulator adalah organisme yang mempunyai mekanisme

faali untuk menjaga kemantapan lingkungan internalnya dengan mengatur

osmolaritas cairan internalnya (Cahyono, 2004).

Organisme akuatik mempunyai tekanan osmotik yang berbeda-beda

dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau

kekurangan air, agar proses-proses fisiologis didalam tubuhnya berlangsung

normal. Pengaturan osmotik cairan pada tubuh ikan sehingga proses fisiologi

berlangsung dengan baik disebut osmoregulasi (Villee et al , 2000).

Mekanisme osmoregulasi dilakukan melalui aktivitas mempertahankan

kemantapan osmolaritas cairan ekstrasel tanpa harus isoosmotik terhadap salinitas

media dan menjaga kemantapan cairan intrasel agar tetap isoosmotik terhadap

cairan ektraselnya. Mekanisme pengaturan osmose dalam tingkat sel

Page 2: Laporan Praktikum FHA 2

dikelompokkan menjadi isoosmotik yaitu tekanan osmosis di dalam sel sama

dengan di luar sel, dan sel dalam keadaan seimbang. Hiperosmotik yaitu tekanan

osmosis di dalam sel lebih besar daripada di luar sel lingkungan hipotonik. Air di

luar sel cenderung masuk kedalam sel sehingga sel akan mengembang dan

akhirnya pecah, dan hipoosmotik yaitu tekanan osmosis di dalam sel lebih kecil

daripada di luar sel lingkungan hipertonik. Air di dalam sel cenderung bergerak

keluar sel sehingga sel akan mengecil (Cahyono, 2004).

Ikan patin merupakan ikan air tawar yang memiliki rentang toleransi yang

kuat terhadap salinitas. Dalam kegiatan budidaya, perubahan dari parameter air

secara nyata dapat diamati pada tingkah laku ikan. Sebagai contoh, jika tingkah

laku ikan yang cenderung gelisah, ini berarti telah terjadi perubahan dari kualitas

air akibat adanya kekurangan oksigen atau masuknya bahan-bahan pencemar

maupun pestisida, dan salinitas yang terlalu tinggi di dalam air (Susanto, 2002).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengamati respon ikan terhadap

lingkungan yang hipoosmotik dan hiperosmotik.

Page 3: Laporan Praktikum FHA 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius pangasius)

Sistematika ikan patin menurut Susanto (2002) adalah sebagai berikut:

kingdom : Animalia

filum : Chordata

kelas : Pisces

ordo : Ostariophysi

famili : Pangasidae

genus : Pangasius

spesies : Pangasius pangasius

Secara umum ikan patin yang ada di Indonesia memiliki bentuk kepala

yang relatif kecil, bentuk badan yang sedikit memipih, tidak bersisik, mulut

subterminal dengan dua pasang sungut peraba (barbels). Memiliki patil pada sirip

punggung dan sirip dada, sirip analnya panjang dimulai dari belakang anal sampai

pangkal sirip ekor. Ikan patin dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 120 cm.

Ukuran tubuh seperti ini merupakan ukuran tubuh yang tergolong besar bagi ikan

jenis catfish. Warna tubuh dominan dengan warna putih berkilauan seperti perak

dan dibagian pungungnya berwarna kebiruan, sesekali muncul di permukaan air

untuk mengambil oksigen dari udara langsung (Susanto, 2002).

B. Habitat

Habitatnya adalah di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang

tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Selain itu, ikan patin juga sering

bersembunyi pada liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Ikan ini

sangat menyenangi sungai dengan perairan deras meski habitatnya adalah dasar

dan pinggir dari perairan tersebut sampai tengah perairan. Ikan patin termasuk

ikan yang aktif di dasar, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk mulutnya yang agak

ke bawah (Susanto, 2002).

Page 4: Laporan Praktikum FHA 2

Ikan patin termasuk jenis ikan liar yang mudah beradaptasi terhadap

perubahan lingkungan dan tumbuh normal dalam kolam terbatas. Ikan patin

mudah untuk menyesuaikan diri dengan perairan tenang ataupun mengalir.

Sebaiknya untuk menjaga kualitas air perlu dilakukan analisa kualitas air secara

rutin pada periode waktu tertentu. Apabila kondisi ikan tidak baik di media awal,

maka segera dilakukan tindakan-tindakan seperti memindahkan ikan ke media

yang lebih aman (Susanto, 2002).

C. Kebiasaan Makan

Ikan patin memerlukan sumber energi yang berasal dari makanan untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Ikan ini memiliki beberapa sifat

biologis diantaranya nocturnal atau melakukan aktivitas pada malam hari seperti

halnya ikan catfish lain. Di alam, makanan ikan patin berupa ikan-ikan kecil,

cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udang kecil serta mollusca. Salah

satu hal yang membedakan antara ikan patin dengan ikan catfish lainnya adalah

sifat dari ikan patin yang omnivora atau termasuk golongan ikan pemakan segala

(Susanto, 2002).

Larva dan benih patin memakan plankton baik fitoplankton maupun

zooplankton. Larva ikan patin mulai memangsa pakan dari luar setelah cadangan

makanan berupa kuning telurnya habis, dan akan memakan Branchionus

calicyforus, Synchaeta sp, Notholca sp, Filina sp, Branchionus angularis,

Kratella cochlearis dan sebagainya. Sementara itu, benih yang berukuran besar

hingga menjelang menjadi ikan muda memakan Paramecium, larva Artemia sp,

Cladocera (Moina sp, Daphnia sp, Bosmina sp, Sida sp, Diaphanosoma sp,

Chidorus sp), Copepoda dan sebagainya (Susanto, 2002).

D. Kualitas Air

Kualitas air yang baik untuk media hidup ikan patin dapat diketahui

dengan mengukur nilai pH, suhu dan oksigen terlarut. Nilai pH merupakan ukuran

konsentrasi ion hidrogen yang menunjukan suasanan asam atau basa suatu

Page 5: Laporan Praktikum FHA 2

perairan. Nilai pH suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan

senyawa yang bersifat asam. Nilai pH adalah antara 1- 14, dan angka 7 merupakan

pH normal. Nilai pH yang baik untuk budidaya patin adalah 5-9. Alat sederhana

yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman air adalah kertas lakmus yang

dapat diperoleh di apotek atau toko-toko alat-alat perikanan (Khairuman, 2009).

Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan ikan merupakan suatu hal

yang penting. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan menjadi

ikan stres yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Pada budidaya ikan

patin suhu yang optimal antara 28oC-32oC (Khairuman, 2009).

Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan terhadap kadar

oksigen terlarut rendah, hampir sama halnya dengan ikan lele. Apabila kandungan

oksigen di dalam air kurang, ikan patin akan mengambil oksigen dari udara bebas.

Bahkan ikan patin dapat bertahan hidup selama beberapa saat di darat. Pada usaha

intensif, kandungan oksigen yang baik minimal 4 ppm (Khairuman, 2009).

E. Sistem Osmoregulasi

Osmoregulasi adalah upaya pada hewan air, seperti ikan untuk mengontrol

keseimbangan air dan ion antara tubuh dengan lingkungannya, atau suatu proses

pengaturan tekanan osmosis. Adapun organ-organ tubuh yang berperan sebagai

tempat berlangsungnya osmoregulasi adalah insang, saluran pencernaan,

intergumen (kulit) dan organ ekskresi pada kelenjar antena (Kordi, 2005).

Menurut Steffens (2002) untuk merespon adanya perubahan salinitas, biota

dikelompokkan menjadi dua yaitu osmokonformer (biota secara osmotik tidak

stabil karena tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas cairan

internalnya). Dan osmoregulator (biota mempunyai mekanisme faali untuk

menjaga kemantapan lingkungan internalnya dengan mengatur osmolaritas cairan

internalnya).

Mekanisme pengaturan osmose dalam tingkat sel ada tiga macam yaitu

isoosmotik, hiperosmotik, dan hipoosmotik. Isoosmotik adalah tekanan di dalam

sel sama dengan di luar sel,sel dalam keadaan seimbang. Hiperosmotik adalah

Page 6: Laporan Praktikum FHA 2

tekanan osmose di dalam sel lebih besar daripada di luar sel lingkungan.

Sedangkan hipoosmotik adalah tekanan osmose di dalam sel lebih kecil daripada

di luar sel (Steffens, 2002).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Page 7: Laporan Praktikum FHA 2

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada hari Senin, 19 Maret

2012 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Bersama

Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Sriwijaya Indralaya.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1. Alat yang digunakan untuk percobaan

No. Alat Spesifikasi Fungsi1. Akuarium 1 buah Wadah ikan2. Toples 6 buah Tempat ikan3. Garam Krosok Secukupnya Penambah kadar garam4. Air Secukupnya Media tempat hidup ikan

Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk percobaan

No. Bahan Spesifikasi Fungsi1.2.

Ikan patinPakan

7 ekorSecukupnya

Objek PercobaanMakanan ikan

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bersihkan akuarium dan toples serta isi 6 buah toples tersebut dengan air

sebanyak 2 liter.

2. Timbang garam dengan menggunakan timbangan analitik untuk masing-

masing toples yaitu 5 ppt (10 gr), 10 ppt (20 gr), 15 ppt (30 gr), 20 ppt (40 gr),

dan 25 ppt (50 gr).

Page 8: Laporan Praktikum FHA 2

3. Lalu masing-masing toples diberi garam hingga konsentrasinya mencapai 5

ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt dan 25 ppt. Toples ke 6 diberi air dengan

konsentrasi normal.

4. Masukkan 1 ekor bawal pada masing-masing toples. Catat dan amati waktu

pertama kali ikan masukkan kedalam toples, amati dan catat tingkah laku ikan.

Setiap 5 menit amati dan catat tingkah laku ikan.

5. Satu ekor ikan yang tersisa dalam akuarium, selanjutnya diberi perlakuan

penambahan garam pada media pemeliharaannya hingga kadar garamnya

menjadi 10%, amati dan catat tingkah laku ikan, diamkan selama 30 menit.

6. Setelah 30 menit kedalam media pemeliharaan ditambahkan garam hingga

kadar garam air media pemeliharaan menjadi 15%. Demikian seterusnya

setiap 30 menit.

7. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada insang dan produksi lendir ikan.

Page 9: Laporan Praktikum FHA 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 3. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik

pada respon 5 menit pertama adalah sebagai berikut :

Toples Lendir GerakRespon

Operkulum Keterangan Pakan

5ppt

10 ppt

15 ppt

20 ppt

25 ppt

Control

Tidak adaTidak adaTidak adaTidakadaTidakadaTidak ada

Aktif

Agresif, aktif

Agresif, aktif

Agresif, aktif

Agresif, aktif

Tidak aktif

Bergerak cepat

Bergerak cepat

Normal

Normal

Normal

Normal

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Dimakan

Tidak dimakan Tidak dimakan

Dimakan Tidak dimakan Tidak dimakan

Tabel 4. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik

pada respon 5 menit kedua adalah sebagai berikut :

Toples Lendir GerakRespon

Operkulum Keterangan Pakan

5ppt

10 ppt

15ppt

20 ppt

25 ppt

Control

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Aktif

Agresif, aktif

Agresif, aktif

Agresif, aktif

Agresif, aktif

Tidak aktif

Bergerak cepat

Bergerak cepat

Normal

Normal

Normal

Normal

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Dimakan

Tidak dimakan Tidak dimakan

Dimakan Tidak dimakan Tidak dimakan

Page 10: Laporan Praktikum FHA 2

Tabel 5. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik

ikan diberi pakan adalah sebagai berikut :

Toples Lendir GerakRespon

Operkulum Keterangan Pakan

5ppt

10 ppt

15ppt

20 ppt

25 ppt

Control

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Aktif

Agresif

Aktif

Aktif

Aktif

Tidak aktif

Bergerak cepat

Bergerak cepat

Normal

Normal

Normal

Normal

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Hidup

Dimakan

Tidak dimakan

Tidak dimakan

Dimakan

Tidak dimakan

Tidak dimakan

Tabel 6. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik

ikan dalam akuarium adalah sebagai berikut :

Toples Lendir GerakRespon

Operkulum Keterangan Pakan

5ppt 10 ppt

15ppt

20 ppt

25 ppt

AdaAda

Ada

Ada

Ada

Aktif Tidak aktif

Kurang aktifTidak aktif

Lambat

NormalNormal

Normal

Terbuka

Terbuka

HidupHidup

Hidup

Hidup

Mati

Dimakan Tidak dimakan Tidak dimakan

Dimakan Tidak dimakan

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini untuk melihat respon ikan terhadap lingkungan

yang hipoosmotik dan hiperosmotik dilakukan dengan memberikan lima

perlakuan konsentrasi garam yang berbeda yaitu 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt dan

25 ppt didalam toples berisi air 2 liter. Respon ikan patin ketika diberi perlakuan

penambahan garam yaitu tetap bergerak dengan aktif, hal ini karena ikan patin

memiliki rentang toleransi yang kuat terhadap perubahan salinitas di

lingkungannya (Nawangsari, 2000).

Page 11: Laporan Praktikum FHA 2

Pada saat diberikan pakan ikan patin memberikan respon dengan tidak

memakan pakan, hanya ada satu ikan yang mau memakan pakan dalam jumlah

yang sedikit. Lendir yang dikeluarkan pada ikan dengan salinitas 25 ppt lebih

banyak. Sedangakan pada salinitas berikutnya yakni 20 hingga 5 ppt, lendir yang

dikeluarkan frekuensinya cenderung menurun.

Untuk perlakuan di akuarium, cara yang sama dilakukan dengan

memasukkan lima konsentrasi garam yang berbeda yaitu 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20

ppt dan 25 ppt secara bertahap kedalam akuarium yang berisi air 2 liter. Ikan

mengalami tingkah laku yang berbeda, pada saat konsentrasi garam 5 ppt ikan

terlihat aktif, 10 ppt ikan cenderung diam atau tidak aktif, 15 ppt ikan terlihat

agresif walau akhirnya diam kembali. Operkulumnya tetap normal, namun pada

saat konsentrasi ditingkatkan menjadi 20 ppt dan 25 ppt ikan mulai stress dan

pergerakannya lambat tetapi operkulum tetap normal. Hal ini dikarenakan

toleransi lingkungan ikan patin yang tinggi terhadap perubahan lingkungan

(Nawangsari, 2000).

Menurut Nawangsari (2000) suatu organisme dapat bertahan hidup jika

konsentrasi garam dalam cairan tubuh internalnya dipertahankan sesuai dengan

kebutuhan metabolisme. Ikan air tawar akan mati jika berada pada larutan garam

yang berkonsentrasi tinggi karena ikan air tawar hanya mempunyai toleransi

0,1%. Konsentrasi garam yang semakin tinggi akan menyebabkan air yang

terdapat dalam tubuh ikan keluar, sehingga ikan akan mengalami dehidrasi dan

dapat mengalami kematian.

Page 12: Laporan Praktikum FHA 2

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai

berikut :

1. Perubahan salinitas dapat megakibatkan perubahan pada tingkah laku ikan

2. Ikan akan merespon perubahan salinitas dengan ditandai pergerakan

operkulum yang semakin cepat

3. Ikan memiliki batas toleransi tertentu terhadap salinitas

4. Perubahan salinitas yang ekstrim dapat menyebabkan kematian pada ikan

5. Perubahan salinitas akan berpengaruh terhadap sistem osmoregulasi pada ikan

B. Saran

Sebaiknya dalam Praktikum Fisiologi Hewan Air ini sebelum melakukan

percobaan, para praktikan harus sudah siap untuk mengikuti praktikum dengan

mengecek kembali kesiapan alat dan bahan yang digunakan agar praktikum dapat

berjalan dengan lancar.

Page 13: Laporan Praktikum FHA 2

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Unri, Press. Riau

Cahyono. 2004. Osmoregulasi Pada Ikan. Gramedia. Jakarta

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK /oleh Gusrina . Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Khairuman. 2009. Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Patin. Ganeca Exact. Bandung

Kordi, M. Gufron. 2005. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Nawangsari. 2000. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Sharaf and Arakby. 2004 . The Effect of Acclimatization of Freshwater Red Hybrid Tilapia in Marine Water. Pakistan Journal of Biological Sciences 7 (4): 628- 632, 2004.

Steffens. 2002 . Principles of Fish Nutrition. John Wiley and Sons, New York. 384 p.

Susanto. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta

Villee dan Walker. 2000. Zoologi Umum, Terjemahan dari Zoology, oleh S. Nawangsari,Erlangga, Jakarta.

Page 14: Laporan Praktikum FHA 2

LAPORAN TETAPPRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Respon Ikan terhadap Lingkungan Hipoosmotik dan Hiperosmotik

Oleh

Kelompok INicky Fara Diba 05101005007Syarif Hidayatullah 05101005014Elva Susanti 05101005016Muhammad Zainuri 05111005007Irsyah Rahmi 05111005015Pascha Dwi Nugraha 05111005038

Oleh :

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2012