laporan praktikum fha 2
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air
yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan.
Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi dalam tiga bagian, yaitu secara
biologi, kimia dan fisika. Salah satu faktor kualitas air secara kimia yaitu salinitas
(Gusrina, 2008).
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat
mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian
besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam pada air tawar secara definisi
adalah kurang dari 0,05 ppt. Jika lebih dari itu, maka air dikategorikan sebagai air
payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5% dan lebih dari 5%,
disebut brine (Sharaf et al , 2004).
Untuk merespon adanya perubahan salinitas, biota dikelompokkan
menjadi dua yaitu osmokonformer adalah organisme yang secara osmotik tidak
stabil karena tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas cairan
internalnya. Dan osmoregulator adalah organisme yang mempunyai mekanisme
faali untuk menjaga kemantapan lingkungan internalnya dengan mengatur
osmolaritas cairan internalnya (Cahyono, 2004).
Organisme akuatik mempunyai tekanan osmotik yang berbeda-beda
dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau
kekurangan air, agar proses-proses fisiologis didalam tubuhnya berlangsung
normal. Pengaturan osmotik cairan pada tubuh ikan sehingga proses fisiologi
berlangsung dengan baik disebut osmoregulasi (Villee et al , 2000).
Mekanisme osmoregulasi dilakukan melalui aktivitas mempertahankan
kemantapan osmolaritas cairan ekstrasel tanpa harus isoosmotik terhadap salinitas
media dan menjaga kemantapan cairan intrasel agar tetap isoosmotik terhadap
cairan ektraselnya. Mekanisme pengaturan osmose dalam tingkat sel
dikelompokkan menjadi isoosmotik yaitu tekanan osmosis di dalam sel sama
dengan di luar sel, dan sel dalam keadaan seimbang. Hiperosmotik yaitu tekanan
osmosis di dalam sel lebih besar daripada di luar sel lingkungan hipotonik. Air di
luar sel cenderung masuk kedalam sel sehingga sel akan mengembang dan
akhirnya pecah, dan hipoosmotik yaitu tekanan osmosis di dalam sel lebih kecil
daripada di luar sel lingkungan hipertonik. Air di dalam sel cenderung bergerak
keluar sel sehingga sel akan mengecil (Cahyono, 2004).
Ikan patin merupakan ikan air tawar yang memiliki rentang toleransi yang
kuat terhadap salinitas. Dalam kegiatan budidaya, perubahan dari parameter air
secara nyata dapat diamati pada tingkah laku ikan. Sebagai contoh, jika tingkah
laku ikan yang cenderung gelisah, ini berarti telah terjadi perubahan dari kualitas
air akibat adanya kekurangan oksigen atau masuknya bahan-bahan pencemar
maupun pestisida, dan salinitas yang terlalu tinggi di dalam air (Susanto, 2002).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengamati respon ikan terhadap
lingkungan yang hipoosmotik dan hiperosmotik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius pangasius)
Sistematika ikan patin menurut Susanto (2002) adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Ostariophysi
famili : Pangasidae
genus : Pangasius
spesies : Pangasius pangasius
Secara umum ikan patin yang ada di Indonesia memiliki bentuk kepala
yang relatif kecil, bentuk badan yang sedikit memipih, tidak bersisik, mulut
subterminal dengan dua pasang sungut peraba (barbels). Memiliki patil pada sirip
punggung dan sirip dada, sirip analnya panjang dimulai dari belakang anal sampai
pangkal sirip ekor. Ikan patin dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 120 cm.
Ukuran tubuh seperti ini merupakan ukuran tubuh yang tergolong besar bagi ikan
jenis catfish. Warna tubuh dominan dengan warna putih berkilauan seperti perak
dan dibagian pungungnya berwarna kebiruan, sesekali muncul di permukaan air
untuk mengambil oksigen dari udara langsung (Susanto, 2002).
B. Habitat
Habitatnya adalah di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang
tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Selain itu, ikan patin juga sering
bersembunyi pada liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Ikan ini
sangat menyenangi sungai dengan perairan deras meski habitatnya adalah dasar
dan pinggir dari perairan tersebut sampai tengah perairan. Ikan patin termasuk
ikan yang aktif di dasar, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk mulutnya yang agak
ke bawah (Susanto, 2002).
Ikan patin termasuk jenis ikan liar yang mudah beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan dan tumbuh normal dalam kolam terbatas. Ikan patin
mudah untuk menyesuaikan diri dengan perairan tenang ataupun mengalir.
Sebaiknya untuk menjaga kualitas air perlu dilakukan analisa kualitas air secara
rutin pada periode waktu tertentu. Apabila kondisi ikan tidak baik di media awal,
maka segera dilakukan tindakan-tindakan seperti memindahkan ikan ke media
yang lebih aman (Susanto, 2002).
C. Kebiasaan Makan
Ikan patin memerlukan sumber energi yang berasal dari makanan untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Ikan ini memiliki beberapa sifat
biologis diantaranya nocturnal atau melakukan aktivitas pada malam hari seperti
halnya ikan catfish lain. Di alam, makanan ikan patin berupa ikan-ikan kecil,
cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udang kecil serta mollusca. Salah
satu hal yang membedakan antara ikan patin dengan ikan catfish lainnya adalah
sifat dari ikan patin yang omnivora atau termasuk golongan ikan pemakan segala
(Susanto, 2002).
Larva dan benih patin memakan plankton baik fitoplankton maupun
zooplankton. Larva ikan patin mulai memangsa pakan dari luar setelah cadangan
makanan berupa kuning telurnya habis, dan akan memakan Branchionus
calicyforus, Synchaeta sp, Notholca sp, Filina sp, Branchionus angularis,
Kratella cochlearis dan sebagainya. Sementara itu, benih yang berukuran besar
hingga menjelang menjadi ikan muda memakan Paramecium, larva Artemia sp,
Cladocera (Moina sp, Daphnia sp, Bosmina sp, Sida sp, Diaphanosoma sp,
Chidorus sp), Copepoda dan sebagainya (Susanto, 2002).
D. Kualitas Air
Kualitas air yang baik untuk media hidup ikan patin dapat diketahui
dengan mengukur nilai pH, suhu dan oksigen terlarut. Nilai pH merupakan ukuran
konsentrasi ion hidrogen yang menunjukan suasanan asam atau basa suatu
perairan. Nilai pH suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan
senyawa yang bersifat asam. Nilai pH adalah antara 1- 14, dan angka 7 merupakan
pH normal. Nilai pH yang baik untuk budidaya patin adalah 5-9. Alat sederhana
yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman air adalah kertas lakmus yang
dapat diperoleh di apotek atau toko-toko alat-alat perikanan (Khairuman, 2009).
Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan ikan merupakan suatu hal
yang penting. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan menjadi
ikan stres yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Pada budidaya ikan
patin suhu yang optimal antara 28oC-32oC (Khairuman, 2009).
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang cukup tahan terhadap kadar
oksigen terlarut rendah, hampir sama halnya dengan ikan lele. Apabila kandungan
oksigen di dalam air kurang, ikan patin akan mengambil oksigen dari udara bebas.
Bahkan ikan patin dapat bertahan hidup selama beberapa saat di darat. Pada usaha
intensif, kandungan oksigen yang baik minimal 4 ppm (Khairuman, 2009).
E. Sistem Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah upaya pada hewan air, seperti ikan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara tubuh dengan lingkungannya, atau suatu proses
pengaturan tekanan osmosis. Adapun organ-organ tubuh yang berperan sebagai
tempat berlangsungnya osmoregulasi adalah insang, saluran pencernaan,
intergumen (kulit) dan organ ekskresi pada kelenjar antena (Kordi, 2005).
Menurut Steffens (2002) untuk merespon adanya perubahan salinitas, biota
dikelompokkan menjadi dua yaitu osmokonformer (biota secara osmotik tidak
stabil karena tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur osmolaritas cairan
internalnya). Dan osmoregulator (biota mempunyai mekanisme faali untuk
menjaga kemantapan lingkungan internalnya dengan mengatur osmolaritas cairan
internalnya).
Mekanisme pengaturan osmose dalam tingkat sel ada tiga macam yaitu
isoosmotik, hiperosmotik, dan hipoosmotik. Isoosmotik adalah tekanan di dalam
sel sama dengan di luar sel,sel dalam keadaan seimbang. Hiperosmotik adalah
tekanan osmose di dalam sel lebih besar daripada di luar sel lingkungan.
Sedangkan hipoosmotik adalah tekanan osmose di dalam sel lebih kecil daripada
di luar sel (Steffens, 2002).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada hari Senin, 19 Maret
2012 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Bersama
Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Indralaya.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan untuk percobaan
No. Alat Spesifikasi Fungsi1. Akuarium 1 buah Wadah ikan2. Toples 6 buah Tempat ikan3. Garam Krosok Secukupnya Penambah kadar garam4. Air Secukupnya Media tempat hidup ikan
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk percobaan
No. Bahan Spesifikasi Fungsi1.2.
Ikan patinPakan
7 ekorSecukupnya
Objek PercobaanMakanan ikan
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan akuarium dan toples serta isi 6 buah toples tersebut dengan air
sebanyak 2 liter.
2. Timbang garam dengan menggunakan timbangan analitik untuk masing-
masing toples yaitu 5 ppt (10 gr), 10 ppt (20 gr), 15 ppt (30 gr), 20 ppt (40 gr),
dan 25 ppt (50 gr).
3. Lalu masing-masing toples diberi garam hingga konsentrasinya mencapai 5
ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt dan 25 ppt. Toples ke 6 diberi air dengan
konsentrasi normal.
4. Masukkan 1 ekor bawal pada masing-masing toples. Catat dan amati waktu
pertama kali ikan masukkan kedalam toples, amati dan catat tingkah laku ikan.
Setiap 5 menit amati dan catat tingkah laku ikan.
5. Satu ekor ikan yang tersisa dalam akuarium, selanjutnya diberi perlakuan
penambahan garam pada media pemeliharaannya hingga kadar garamnya
menjadi 10%, amati dan catat tingkah laku ikan, diamkan selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit kedalam media pemeliharaan ditambahkan garam hingga
kadar garam air media pemeliharaan menjadi 15%. Demikian seterusnya
setiap 30 menit.
7. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada insang dan produksi lendir ikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 3. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik
pada respon 5 menit pertama adalah sebagai berikut :
Toples Lendir GerakRespon
Operkulum Keterangan Pakan
5ppt
10 ppt
15 ppt
20 ppt
25 ppt
Control
Tidak adaTidak adaTidak adaTidakadaTidakadaTidak ada
Aktif
Agresif, aktif
Agresif, aktif
Agresif, aktif
Agresif, aktif
Tidak aktif
Bergerak cepat
Bergerak cepat
Normal
Normal
Normal
Normal
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Dimakan
Tidak dimakan Tidak dimakan
Dimakan Tidak dimakan Tidak dimakan
Tabel 4. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik
pada respon 5 menit kedua adalah sebagai berikut :
Toples Lendir GerakRespon
Operkulum Keterangan Pakan
5ppt
10 ppt
15ppt
20 ppt
25 ppt
Control
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Aktif
Agresif, aktif
Agresif, aktif
Agresif, aktif
Agresif, aktif
Tidak aktif
Bergerak cepat
Bergerak cepat
Normal
Normal
Normal
Normal
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Dimakan
Tidak dimakan Tidak dimakan
Dimakan Tidak dimakan Tidak dimakan
Tabel 5. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik
ikan diberi pakan adalah sebagai berikut :
Toples Lendir GerakRespon
Operkulum Keterangan Pakan
5ppt
10 ppt
15ppt
20 ppt
25 ppt
Control
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Aktif
Agresif
Aktif
Aktif
Aktif
Tidak aktif
Bergerak cepat
Bergerak cepat
Normal
Normal
Normal
Normal
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Hidup
Dimakan
Tidak dimakan
Tidak dimakan
Dimakan
Tidak dimakan
Tidak dimakan
Tabel 6. Tingkah laku ikan terhadap lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik
ikan dalam akuarium adalah sebagai berikut :
Toples Lendir GerakRespon
Operkulum Keterangan Pakan
5ppt 10 ppt
15ppt
20 ppt
25 ppt
AdaAda
Ada
Ada
Ada
Aktif Tidak aktif
Kurang aktifTidak aktif
Lambat
NormalNormal
Normal
Terbuka
Terbuka
HidupHidup
Hidup
Hidup
Mati
Dimakan Tidak dimakan Tidak dimakan
Dimakan Tidak dimakan
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini untuk melihat respon ikan terhadap lingkungan
yang hipoosmotik dan hiperosmotik dilakukan dengan memberikan lima
perlakuan konsentrasi garam yang berbeda yaitu 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt dan
25 ppt didalam toples berisi air 2 liter. Respon ikan patin ketika diberi perlakuan
penambahan garam yaitu tetap bergerak dengan aktif, hal ini karena ikan patin
memiliki rentang toleransi yang kuat terhadap perubahan salinitas di
lingkungannya (Nawangsari, 2000).
Pada saat diberikan pakan ikan patin memberikan respon dengan tidak
memakan pakan, hanya ada satu ikan yang mau memakan pakan dalam jumlah
yang sedikit. Lendir yang dikeluarkan pada ikan dengan salinitas 25 ppt lebih
banyak. Sedangakan pada salinitas berikutnya yakni 20 hingga 5 ppt, lendir yang
dikeluarkan frekuensinya cenderung menurun.
Untuk perlakuan di akuarium, cara yang sama dilakukan dengan
memasukkan lima konsentrasi garam yang berbeda yaitu 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20
ppt dan 25 ppt secara bertahap kedalam akuarium yang berisi air 2 liter. Ikan
mengalami tingkah laku yang berbeda, pada saat konsentrasi garam 5 ppt ikan
terlihat aktif, 10 ppt ikan cenderung diam atau tidak aktif, 15 ppt ikan terlihat
agresif walau akhirnya diam kembali. Operkulumnya tetap normal, namun pada
saat konsentrasi ditingkatkan menjadi 20 ppt dan 25 ppt ikan mulai stress dan
pergerakannya lambat tetapi operkulum tetap normal. Hal ini dikarenakan
toleransi lingkungan ikan patin yang tinggi terhadap perubahan lingkungan
(Nawangsari, 2000).
Menurut Nawangsari (2000) suatu organisme dapat bertahan hidup jika
konsentrasi garam dalam cairan tubuh internalnya dipertahankan sesuai dengan
kebutuhan metabolisme. Ikan air tawar akan mati jika berada pada larutan garam
yang berkonsentrasi tinggi karena ikan air tawar hanya mempunyai toleransi
0,1%. Konsentrasi garam yang semakin tinggi akan menyebabkan air yang
terdapat dalam tubuh ikan keluar, sehingga ikan akan mengalami dehidrasi dan
dapat mengalami kematian.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Perubahan salinitas dapat megakibatkan perubahan pada tingkah laku ikan
2. Ikan akan merespon perubahan salinitas dengan ditandai pergerakan
operkulum yang semakin cepat
3. Ikan memiliki batas toleransi tertentu terhadap salinitas
4. Perubahan salinitas yang ekstrim dapat menyebabkan kematian pada ikan
5. Perubahan salinitas akan berpengaruh terhadap sistem osmoregulasi pada ikan
B. Saran
Sebaiknya dalam Praktikum Fisiologi Hewan Air ini sebelum melakukan
percobaan, para praktikan harus sudah siap untuk mengikuti praktikum dengan
mengecek kembali kesiapan alat dan bahan yang digunakan agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Unri, Press. Riau
Cahyono. 2004. Osmoregulasi Pada Ikan. Gramedia. Jakarta
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK /oleh Gusrina . Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Khairuman. 2009. Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Patin. Ganeca Exact. Bandung
Kordi, M. Gufron. 2005. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Nawangsari. 2000. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Sharaf and Arakby. 2004 . The Effect of Acclimatization of Freshwater Red Hybrid Tilapia in Marine Water. Pakistan Journal of Biological Sciences 7 (4): 628- 632, 2004.
Steffens. 2002 . Principles of Fish Nutrition. John Wiley and Sons, New York. 384 p.
Susanto. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta
Villee dan Walker. 2000. Zoologi Umum, Terjemahan dari Zoology, oleh S. Nawangsari,Erlangga, Jakarta.
LAPORAN TETAPPRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
Respon Ikan terhadap Lingkungan Hipoosmotik dan Hiperosmotik
Oleh
Kelompok INicky Fara Diba 05101005007Syarif Hidayatullah 05101005014Elva Susanti 05101005016Muhammad Zainuri 05111005007Irsyah Rahmi 05111005015Pascha Dwi Nugraha 05111005038
Oleh :
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA2012