kurikulum tidak - universitas padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/... ·...

2
Pikiran Rakyat o Sen;n o M;nggu o Selasa o Rabu Kam;s 0 Jumat o Sabtu 23 17 18 19 4 5 20 6 7 21 22 8 9 10 11 23 @ 25 26 12 13 27 28 14 15 29 30 OJan OPeb ONov ODes" (Semoga) bukan Perda Macan Ompong T IDAK perlu lewat buJan Mei ini DPRD Kota Bandung akan menge- sahkan Perda Penggunaan, Pe- meliharaan, dan Pengembang- an Bahasa Sunda. Jauh~auh hari, drafnya Iraperda) telah digodok oleh tim yang terdiri atas para ahIi dari UPI, Unpad, dan diperkuat oleh Pansus III DPRD Kota Bandung. Hari Sabtu (19/5), Raperda tersebut kemudian diujipublikkan di hadapan kaum akademisi, se- niman dan budayawan, serta tokoh masyarakat. Meski terlambat, upaya ini harus disambut baik demi ke- langsungan hidup bahasa Sun- da. Kita tentu berharap, Perda Kota Bandung sebagai upaya memelihara dan mengemban- gan Bahasa Sunda ini tidak lagi akan menjadi macan ompong seperti yang dilukiskan Ayip Rosidi terhadap Perda No 5 Tahun 2003 yang dikeluarkan Pemerintah Jawa Barat. Pada awal kelahirannya, Perda No- mor 5 Tahun 2003 (penegas atas Perda Nomor 06 Tahun 1996) ini disambut gegap gem- pita dengan seribu harapan bahwa bahasa Sunda akan ter- muliakan. Namun dalam pe- laksanaannya, baik pemerintah maupun masyarakat seolah lu- pa bahwa dirinya telah memili- ki rambu-rambu bagaimana memelihara dan mengembang- kan bahasa Sunda yang semes- tinya. Contoh buruk yang kerap kali terlihat di tengah masyarakat adalah bagaimana pemangku kebijakan menghindari berba- hasa Sunda di hadapan kha- layak ramai. Tidakjarang ketika akan berpidato dalam paje- muhan Sunda, seorang pejabat bersanduk-sanduk, "Punten, bahasa Sunda abdi mah ki- rang sae. Kumargi kitu, neda widi pribados bade nganggo bahasa Indonesia bae." Sikap "penyelamatan" seper- , ti itu senantiasa menjadi me- tode jitu agar pesan yang di- sampaikan lewat peristiwa ko- munikasi menjadi lancar. Pada o Mar OApr Me; peristiwa komunikasi itu serta merta muncuJ anggapan bahwa penggunaan bahasa Sunda - dalam lingkup kesundaan pun, tidak lebih bernilai luhur ke- timbang bahasa Indonesia. Ce- lakanya, dengan upaya penye- lamatan seperti itu, pelaku ko- munikasi seolah merasa bang- ga dan merasa dirinya lebih elegan. Dia lupa, jika dirinya terlibat langsung dalam penyu- sunan perda. Aturan vs sanksi Dalam sepak bola atau game pada umumnya, setiap aturan senantiasa didampingi oleh sanksi. Jika pemain melanggar aturan tersebut, maka bersi- aplah menerima sanksi. Meng- gunting kaki pemain lawan dalam sepak bola boleh jadi akan mendapatkan kartu ku- ning atau bahkan kartu merah. Dengan sistem seperti itu, maka permainan menjadi sehat dan berimbang. Sang pemain tentu akan berpikir dan menimbang- nimbang sanksi apa jika dirinya melakukan pelanggaran? Kare- nanya, sang pemain berupaya keras untuk tidak melakukan pelanggaran. Dalam permainan tersebut entitas "aturan" dan "sanksi" telah berdiri secaraje- las dan memiliki tanggung- jawabnya secara tegas. Lalu bagaimana dengan per- da? Jawabnya, tidak ada sanksi yang jelas. Sanksi tersebut ha- nyalah sebentuk sanksi nor- matif. Sanksi diberikan oleh masyarakat secara kolektif da- lam bentuk hukuman moral. Tidak lebih. Dan dengan sanksi moral itu, moral pelaku pelang- garan pun tidak akan pernah jatuh tersungkur karena pe- langgaran tersebut bukanlah aib. Pelaku pelanggaran Perda Bahasa Sunda tidak akan me- OJun OJul 0 Ags OSep OOkt Dian Hendrayana Stat Pengajar <lj Jurusan Bahasa Daerah FPBSUniversitas Pendidikan Indonesia rasa hina ketika para tetangga mengatainya "Tah, teu make basa Sunda!" Itulah pula yang berlaku di sekolah. Seorang Kepala Seko- lah tidak akan rnerasa sangat bersalah ketika mengganti pe- lajaran bahasa Sunda dengan Pengetahuan Lingkungan Hi- dup (PLH). Wakil Kepala Seko- lah Bidang Kurikulum tidak " Jika tidak, maka perda yang telah dirumuskan dengan kerut di kening dan deras keringat bukan saja kembali menjadi macan om- pong, tapi macan yang sudah tidak "usalakaua"! " akan memperoleh aib ketika mengeluarkan kebijakan pe- ngurangan jam pelajaran ba- hasa Sunda di sekolahnya. Toh dengan pelanggaran terse but dirinya terbebas dari sanksi, dan tidak ada gejolak yang be- rarti. Di lain pihak, di saat pemer- intah tidak mampu memberi- kan sanksi, maka sebaiknya pe- merintah memberikan sema- cam penghargaan terhadap pe- laksana perda yang baik. Urn- pamanya penghargaan kepada pegawai yang menggunakan dan menerapkan bahasa Sunda yang baik dan benar dengan sebentuk poin untuk kenaikan pangkat. Atau di setiap apel pa- gi memberikan bingkisan hibu- ran bagi karyawan yang berbi- cara dalam bahasa Sunda yang baik dan benar. Stimuli itu, meski sebetulnya tidak mahal, akan memotivasi pelaku ba- hasa untuk patuh dan menjun- jung tinggi bahasa ibunya. Gerakan moral Seperti yang dilukiskan Ayip, Bupati Karanganyar pernah mengeluarkan kebijakan Pro- gram Rabu Berbahasa Jawa se- bagai gerakan moral yang patut dicontoh. Gerakan terse but muncul setelah bupati perem- puan tersebut menyelesaikan desertasinya seputar penggu- naan bahasa Jawa di kalangan generasi muda di Kabupaten Karanganyar. Dari hasil peneli- tiannya, diperoleh data bahwa generasi muda di Jawa banyak yang tidak menggunakan dan faham bahasa Sunda dalam ke- hidupannya sehari-hari. Gerakan tersebut sempat mengubah pola penggunaan bahasa Jawa ke arah positif. Ja- jaran SKPD menikmati berba- hasa Jawa setiap hari Rabu. Ke- mudian di Jawa Barat gerakan tersebut sempat dipopulerkan di jajaran SKPD. Sayang, ger- akan itu tidak berjalan optimal. Hingga saat ini, pelaku gerakan moral berbahasa Surida tak lagi perlu hirau. Temahna, nyaris setiap hari Rabu jajaran SKPD seolah lupa kalau hari itu dirinya mesti berkomunikasi dalam bahasa Sunda. Di setiap ruang publik kita akan lebih akrab membaca tulisan "No Smoking" dan "Di- larang Merokok". Kita belum menemukan anjuran di ruang publik terse but dengan bunyi "Teu Kenging Ngaroko". Di kantor dan di tempat belanja, kita pun lebih akrab dengan ke- set bertuJiskan "Welcome" ke- timbang "Selamat Datang". Te- tebiheun dengan tulisan "Wilu- jeng Sumping". K11pin i Hum asU npad 20 1 2

Upload: others

Post on 23-Mar-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kurikulum tidak - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/... · 2012. 5. 24. · dup(PLH).WakilKepalaSeko-lah Bidang "Kurikulum tidak Jika tidak, maka

Pikiran Rakyato Sen;n o M;ngguo Selasa o Rabu • Kam;s 0 Jumat o Sabtu2 3

17 18 194 520

6 721 22

8 9 10 1123 @ 25 26

12 1327 28

14 1529 30

OJan OPeb ONov ODes"

(Semoga)bukan Perda Macan Ompong

T IDAK perlu lewat buJanMei ini DPRD KotaBandung akan menge-

sahkan Perda Penggunaan, Pe-meliharaan, dan Pengembang-an Bahasa Sunda. Jauh~auhhari, drafnya Iraperda) telahdigodok oleh tim yang terdiriatas para ahIi dari UPI, Unpad,dan diperkuat oleh Pansus IIIDPRD Kota Bandung. HariSabtu (19/5), Raperda tersebutkemudian diujipublikkan dihadapan kaum akademisi, se-niman dan budayawan, sertatokoh masyarakat.Meski terlambat, upaya ini

harus disambut baik demi ke-langsungan hidup bahasa Sun-da. Kita tentu berharap, PerdaKota Bandung sebagai upayamemelihara dan mengemban-gan Bahasa Sunda ini tidak lagiakan menjadi macan ompongseperti yang dilukiskan AyipRosidi terhadap Perda No 5Tahun 2003 yang dikeluarkanPemerintah Jawa Barat. Padaawal kelahirannya, Perda No-mor 5 Tahun 2003 (penegasatas Perda Nomor 06 Tahun1996) ini disambut gegap gem-pita dengan seribu harapanbahwa bahasa Sunda akan ter-muliakan. Namun dalam pe-laksanaannya, baik pemerintahmaupun masyarakat seolah lu-pa bahwa dirinya telah memili-ki rambu-rambu bagaimanamemelihara dan mengembang-kan bahasa Sunda yang semes-tinya.Contoh buruk yang kerap kali

terlihat di tengah masyarakatadalah bagaimana pemangkukebijakan menghindari berba-has a Sunda di hadapan kha-layak ramai. Tidakjarang ketikaakan berpidato dalam paje-muhan Sunda, seorang pejabatbersanduk-sanduk, "Punten,bahasa Sunda abdi mah ki-rang sae. Kumargi kitu, nedawidi pribados bade nganggobahasa Indonesia bae."Sikap "penyelamatan" seper- ,

ti itu senantiasa menjadi me-tode jitu agar pesan yang di-sampaikan lewat peristiwa ko-munikasi menjadi lancar. Pada

oMar OApr • Me;

peristiwa komunikasi itu sertamerta muncuJ anggapan bahwapenggunaan bahasa Sunda -dalam lingkup kesundaan pun,tidak lebih bernilai luhur ke-timbang bahasa Indonesia. Ce-lakanya, dengan upaya penye-lamatan seperti itu, pelaku ko-munikasi seolah merasa bang-ga dan merasa dirinya lebihelegan. Dia lupa, jika dirinyaterlibat langsung dalam penyu-sunan perda.

Aturan vs sanksiDalam sepak bola atau game

pada umumnya, setiap aturansenantiasa didampingi olehsanksi. Jika pemain melanggaraturan tersebut, maka bersi-aplah menerima sanksi. Meng-gunting kaki pemain lawandalam sepak bola boleh jadiakan mendapatkan kartu ku-ning atau bahkan kartu merah.Dengan sistem seperti itu, makapermainan menjadi sehat danberimbang. Sang pemain tentuakan berpikir dan menimbang-nimbang sanksi apa jika dirinyamelakukan pelanggaran? Kare-nanya, sang pemain berupayakeras untuk tidak melakukanpelanggaran. Dalam permainantersebut entitas "aturan" dan"sanksi" telah berdiri secaraje-las dan memiliki tanggung-jawabnya secara tegas.Lalu bagaimana dengan per-

da? Jawabnya, tidak ada sanksiyang jelas. Sanksi tersebut ha-nyalah sebentuk sanksi nor-matif. Sanksi diberikan olehmasyarakat secara kolektif da-lam bentuk hukuman moral.Tidak lebih. Dan dengan sanksimoral itu, moral pelaku pelang-garan pun tidak akan pernahjatuh tersungkur karena pe-langgaran tersebut bukanlahaib. Pelaku pelanggaran PerdaBahasa Sunda tidak akan me-

OJun OJul 0 Ags OSep OOkt

Dian HendrayanaStat Pengajar <lj Jurusan Bahasa DaerahFPBSUniversitas Pendidikan Indonesia

rasa hina ketika para tetanggamengatainya "Tah, teu makebasa Sunda!"Itulah pula yang berlaku di

sekolah. Seorang Kepala Seko-lah tidak akan rnerasa sangatbersalah ketika mengganti pe-lajaran bahasa Sunda denganPengetahuan Lingkungan Hi-dup (PLH). Wakil Kepala Seko-lah Bidang Kurikulum tidak"

Jika tidak, makaperda yang telah

dirumuskan dengankerut di kening dan

deras keringatbukan saja kembalimenjadi macan om-pong, tapi macanyang sudah tidak

"usalakaua"!"akan memperoleh aib ketikamengeluarkan kebijakan pe-ngurangan jam pelajaran ba-hasa Sunda di sekolahnya. Tohdengan pelanggaran terse butdirinya terbebas dari sanksi,dan tidak ada gejolak yang be-rarti.Di lain pihak, di saat pemer-

intah tidak mampu memberi-kan sanksi, maka sebaiknya pe-merintah memberikan sema-cam penghargaan terhadap pe-laksana perda yang baik. Urn-pamanya penghargaan kepada

pegawai yang menggunakandan menerapkan bahasa Sundayang baik dan benar dengansebentuk poin untuk kenaikanpangkat. Atau di setiap apel pa-gi memberikan bingkisan hibu-ran bagi karyawan yang berbi-cara dalam bahasa Sunda yangbaik dan benar. Stimuli itu,meski sebetulnya tidak mahal,akan memotivasi pelaku ba-hasa untuk patuh dan menjun-jung tinggi bahasa ibunya.

Gerakan moralSeperti yang dilukiskan Ayip,

Bupati Karanganyar pernahmengeluarkan kebijakan Pro-gram Rabu Berbahasa Jawa se-bagai gerakan moral yang patutdicontoh. Gerakan terse butmuncul setelah bupati perem-puan tersebut menyelesaikandesertasinya seputar penggu-naan bahasa Jawa di kalangangenerasi muda di KabupatenKaranganyar. Dari hasil peneli-tiannya, diperoleh data bahwagenerasi muda di Jawa banyakyang tidak menggunakan danfaham bahasa Sunda dalam ke-hidupannya sehari-hari.Gerakan tersebut sempat

mengubah pola penggunaanbahasa Jawa ke arah positif. Ja-jaran SKPD menikmati berba-hasa Jawa setiap hari Rabu. Ke-mudian di Jawa Barat gerakantersebut sempat dipopulerkandi jajaran SKPD. Sayang, ger-akan itu tidak berjalan optimal.Hingga saat ini, pelaku gerakanmoral berbahasa Surida tak lagiperlu hirau. Temahna, nyarissetiap hari Rabu jajaran SKPDseolah lupa kalau hari itudirinya mesti berkomunikasidalam bahasa Sunda.Di setiap ruang publik kita

akan lebih akrab membacatulisan "No Smoking" dan "Di-larang Merokok". Kita belummenemukan anjuran di ruangpublik terse but dengan bunyi"Teu Kenging Ngaroko". Dikantor dan di tempat belanja,kita pun lebih akrab dengan ke-set bertuJiskan "Welcome" ke-timbang "Selamat Datang". Te-tebiheun dengan tulisan "Wilu-jeng Sumping".

K 11pin i Hum a sU n pad 2 0 12

Page 2: Kurikulum tidak - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/... · 2012. 5. 24. · dup(PLH).WakilKepalaSeko-lah Bidang "Kurikulum tidak Jika tidak, maka

Boleh jadi jika menuliskananjuran dalam bahasa Sundaada sebagian masyarakat yangtidak mengerti. Atau boleh jadidengan menuliskan anjuranbahasa Sunda merupakan "ge-rakan permaksaan" agar yangtidak mengerti bahasa Sundatergiring untuk menjadi me-ngerti. Persoalannya semata-mata bukanlah hanya di situ. IIni lebih merupakan persoalanidentitas. Bandung yang meru-pakan jajantung Jawa Baratharus menyuguhkan identitaskesundaannya yang sejati. Jikatidak mau saklek, maka anju-ran itu boleh ditulis dalam tigabahasa: Indonesia (palingatas), Sunda (urutan kedua),Inggris (urutan ketiga). Makadi ruang publik yang bebasrokok itu kita akan menda-patkan plang bertuliskan "DI-LARANG MEROKOK, TEUKENGING NGAROKO, NOSMOKING".

"Dangiang" perdaBagaimanapun juga, Perda

Bahasa Sunda itu akan menja-di pegangan cara bagaimanakita menggunakan, memeli-hara, dan mengembangkan ba-hasa Sunda dalam kehidupansehari-hari. Kini, dalam drafyang diujipublikkan tempohari, bahasa Sunda akang lebihakrab di setiap hari Rabu("PR", 21/5). Meski ini bukansebentuk "plagiat" atas gerakanBupati Karanganyar yang telahlebih dulu berpikir maju, se-moga Perda ini terealisasi de-ngan optimal. Perda bahasaSunda untuk kota Bandungtidak menjadi macan ompong,tapi menjadi macan yang me-miliki dangiang.

Jika berhasil, seperti disa-rankan Yus Rusyana, Perda Ba-hasa Sunda di Kota Bandungbisa menjadi virus penyebarkesadaran terhadap perlunyamemuliakanbahasa Sunda. Ji-ka tidak, maka perda yang te-lah dirumuskan dengan kerutdi kening dan deras keringatbukan saja kembali menjadimacan ompong, tapi macanyang sudah tidak walakaya!***