kunjungan ke pdam pontianak

20
BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PDAM TIRTA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Bidang Teknik Desember 2013 Oleh : Ir. Tano Baya Ir. Tatit Palgunadi Camelia Indah Murniwati, ST

Upload: jakarta-water-supply-regulatory-body

Post on 23-Oct-2015

378 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Kunjungan dalam rangka melihat secara langsung IPA hasil Uprating dari kapasitas 300 lps menjadi 600 lps

TRANSCRIPT

BADAN REGULATOR PELAYANAN AIR MINUM DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

PDAM TIRTA KHATULISTIWA

KOTA PONTIANAK

Bidang Teknik

Desember 2013

Oleh :

Ir. Tano Baya

Ir. Tatit Palgunadi

Camelia Indah Murniwati, ST

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta

DAFTAR ISI

1. MAKSUD DAN TUJUAN 1

2. LOKASI KUNJUNGAN 1

3. WAKTU KUNJUNGAN 1

4. PESERTA KUNJUNGAN 1

5. PROFIL PERUSAHAAN 2

6. HASIL DISKUSI DAN KUNJUNGAN LAPANGAN 4

7. EVALUASI 5

7.1. Prinsip-Prinsip Uprating 5

7.2. Proses pada IPA 5

7.3. Uprating 6

7.4. Kondisi Lapangan 7

8. DOKUMENTASI 8

LAMPIRAN

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 1

1. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1. Maksud

Maksud kegiatan ini adalah untuk melihat perkembangan terkini mengenai teknologi

pengolahan air minum khususnya di bidang peningkatan kapasitas instalasi (uprating),

dalam rangka adanya peluang pemanfaatan air baku di wilayah DKI Jakarta.

1.2. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui proses uprating IPA di PDAM Tirta

Khatulistiwa dari 300 L/detik menjadi 600 L/detik, perubahan apa saja yang terjadi pada

unit-unit instalasi,biaya investasi dan operasional yang dikeluarkan, serta kendala yang

dihadapi selama proses uprating berlangsung.

2. LOKASI KUNJUNGAN

Lokasi Kunjungan yaitu PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak, Jl. Imam Bonjol No. 430,

Pontianak 78123, Kalimantan Barat.

3. WAKTU KUNJUNGAN

Kunjungan dilakukan pada Senin, 16 Desember 2013 dengan agenda kegiatan sebagai

berikut :

09.30 – 10.30 : Perkenalan dan paparan mengenai uprating instalasi serta diskusi teknis

10.30 – 12.00 : Peninjauan Instalasi Pengolahan Air

12.00 – 13.00 : Makan siang bersama

4. PESERTA KUNJUNGAN

Kunjungan dilakukan oleh anggota dan staf bidang teknik yaitu :

1. Ir. Tano Baya

2. Ir. Tatit Palgunadi

3. Camelia Indah Murniwati, ST

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 2

5. PROFIL PERUSAHAAN

Kota Pontianak didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alkadrie pada 23 Oktober 1771

yang merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 107,82 km2,

secara geografis memiliki keunikan karena terletak di posisi garis khatulitiwa dan berada

tepat dipersimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Secara administratif, Pontianak

terbagi atas 6 (enam) kecamatan dengan jumlah penduduk 550 ribu jiwa pada tahun 2010

dan bercirikan perkotaan dimana 53% lahan digunakan sebagai daerah permukiman.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) didirikan sejak tahun 1975 melalui Peraturan

Daerah Nomor 03 Tahun 1975 sebagaimana diubah melalui Peraturan Daerah Nomor 03

Tahun 2009 dan Pengaturan tentang Pelayanan Air Minum kepada pelanggan diatur dalam

Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 1986 sebagaimana diubah melalui Peraturan Daerah

Nomor 04 Tahun 2009.

PDAM Tirta Khatulistiwa mempunyai visi yaitu menjadi PDAM unggulan Nasional yang

berdaya saing global. Sedangkan misi PDAM Tirta Khatulistiwa antara lain :

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan air pelanggan dalam jumlah yang cukup dengan

kualitas memenuhi persyaratan air minum setiap saat;

2. Meningkatkan kinerja terus menerus guna menghasilkan laba secara optimal sehingga

dapat memenuhi kewajiban laba secara optimal sehingga dapat memeuhi kewajiban,

meningkatkan kesejahteraan bagi pegawai dan memberikan konstribusi positif bagi

pemerintah Kota Pontianak;

3. Mengembangkan kompetensi SDM menjadi profesional, berintegritas, loyal

berdedikasi tinggi dan berwawasan luas;

4. Meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan melalui pengembangan sarana dan

prasarana yang dimiliki serta berorientasi pada penerapan teknologi dan menajemen

modern;

5. Membina hubungan yang harmonis dengan para stake holder dalam peningkatan

pelayanan.

Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur air bersih Kota Pontianak dimulai pada

tahun 1959 dan dioperasikan pada tahun 1963 sejalan dengan perkembangannya hingga

tahun 2012 telah meningkat menjadi 1.210 L/detik untuk melayani 78.194 pelanggan

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 3

dengan cakupan 74,1% penduduk yang dilayani oleh PDAM dengan 282 pegawai. Kinerja

PDAM saat ini memiliki penilaian kinerja baik dengan kategori PDAM yang Sehat.

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 4

6. HASIL DISKUSI DAN KUNJUNGAN LAPANGAN

PDAM Tirta Khatulistiwa mengolah air baku yang berasal dari Sungai Kapuas menjadi air

bersih untuk dialirkan ke pelanggan di wilayah Kota Pontianak. Air baku yang berasal dari

Sungai Kapuas tersebut rata-rata mempunyai kekeruhan ± 40 NTU dan pH ± 6. Terdapat 4

instalasi pengolahan yang berlokasi sama dengan Kantor PDAM Tirta Khatulistiwa di Jl.

Imam Bonjol No. 430, Pontianak yaitu:

IPA I dibangun pada tahun 1959 dan berkapasitas 150 L/detik.

IPA II dibangun pada tahun 1975 dan berkapasitas 300 L/detik

IPA III dibangun pada tahun 1994 dan berkapasitas 110 L/detik.

IPA IV berkapasitas 300 L/detik yang ditingkatkan kapasitasnya (uprating) menjadi 600

L/detik pada tahun 2011.

Untuk memenuhi permintaan warga Kota Pontianak dalam penyediaan air bersih, PDAM

Tirta Khatulistiwa melakukan peningkatan kapasitas instalasi pada IPA IV dari kapasitas 300

L/detik menjadi 600 L/detik yang mulai dilakukan pada tahun 2011. Proses uprating IPA

berlangsung selama satu tahun. Kontrak uprating hanya ditunjukkan untuk memodifikasi

unit IPA, tanpa mengubah struktur intake. IPA juga dilengkapi dengan sistem SCADA. Total

biaya investasi untuk kegiatan uprating IPA tersebut adalah ± 6 Milyar.

IPA IV PDAM Tirta Khatulistiwa berstruktur beton yang terdiri dari unit koagulasi, flokulasi,

sedimentasi, filtrasi, dan reservoir. Air baku yang berasal dari Sungai Kapuas ditransmisikan

menggunakan pompa air baku. Selanjutnya, air baku tersebut diolah di unit-unit instalasi

dengan sistem gravitasi. Air yang sudah diolah menjadi air bersih selanjutnya dialirkan ke

reservoir kemudian dipompakan dengan pompa distribusi kepada pelanggan. Perubahan

yang terjadi pada unit IPA akibat uprating :

1. Kapasitas pompa air baku diperbesar menjadi 400 L/detik

2. Koagulator tipe terjunan diubah menjadi tipe diffuser

3. Flokulator tipe statik ditambah luasnya dengan mengurangi luas unit sedimentasi

4. Unit sedimentasi tipe tube settler diubah menjadi tipe plate settler dengan bahan dasar

plate berjenis polycarbonate

5. Unit filter diubah dengan menambahkan antrasit pada media pasir filter dan mengganti

nozzle baru tanpa mengubah jumlahnya

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 5

7. EVALUASI

7.1. Prinsip - Prinsip Uprating

Pertumbuhan penduduk dan pelanggan air minum menuntut penambahan kapasitas IPA.

Opsi yang yang bisa dilakukan adalah membuat IPA baru, atau meningkatkan kapasitas IPA

eksisting (uprating). Atas dasar pertimbangan penambahan kapasitas serta keterbatasan

lahan, juga pertimbangan biaya, maka uprating merupakan solusi yang bisa dipilih.

Komparasi antara pembuatan IPA Baru dan uprating adalah sebagai berikut :

- Biaya pembuatan IPA Baru rata-rata Rp 100 juta per L/detik (untuk membangun IPA

kapasitas 300 L/detik diperlukan biaya Rp 30 Milyar, biaya ini di luar biaya penyediaan

lahan, penyediaan air baku, intake dan pompa.

- Biaya uprating dari kapasitas 300 L/detik menjadi 600 L/detik sebesar Rp 6 Milyar.

Dari perbandingan tersebut di atas terlihat bahwa upaya melakukan uprating adalah pilihan

yang ekonomis.

7.2. Proses pada IPA

Secara umum, proses sebuah IPA berturut-turut adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi,

filtrasi.

Bangunan pengaduk cepat (flash mix) digunakan untuk proses koagulasi yang merupakan

awal untuk pengendapan partikel – partikel koloid yang terdapat dalam air baku. Partikel

koloid sangat halus dan sulit untuk diendapkan tanpa proses pengolahan lain (plain

sedimentation). Karena sifat partikel yang sangat halus, maka ukuran partikel koloid harus

diperbesar dengan menggabungkan partikel – partikel koloid tersebut melalui proses

koagulasi dan flokulasi sehingga mudah untuk mengendapkannya.

Bangunan pengaduk lambat merupakan tempat terjadinya flokulasi yaitu proses yang

bertujuan untuk menggabungkan flok – flok kecil yang titik akhir pembentukannya terjadi di

flash mix agar ukurannya menjadi lebih besar sehingga cukup besar untuk dapat

mengendapkan secara gravitasi. Kecepatan pengadukan (G) berkisar < 100 per detik

selama 10 sampai 60 menit

Tujuan proses sedimentasi secara umum pada pengolahan air konvensional untuk

mengurangi padatan yang terbawa setelah proses koagulasi dan flokulasi. Aplikasi

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 6

berikutnya adalah menghilangkan padatan berat yang terendapkan dari air baku

sehingga menghilangkan kekeruhan dan mengurangi beban dalam proses pengolahan

selanjutnya.

Untuk meningkatkan efisiensi pengendapan seringkali digunakan plate settler. Plate settler

merupakan peralatan pengendapan multi setter, sebagai pengembangan dari bak

sedimentasi konvensional yang telah dibangun sebelumnya. Bila plate settler ditambahkan

pada bak sedimentasi, maka dapat menambah kapasitas dan memperbaiki kualitas

efluen. Kapasitas produksi akan meningkat sebesar 50-150 %. Plate settler dapat

direncanakan dengan bahan yang mudah didapatkan sendiri. Tube settler didapatkan

dari suatu fabrikasi sebelum disesuaikan dengan perencanaan unit. Plate settler

direncanakan dari bahan yang tahan karat akibat larutan alum dan susah ditumbuhi

alga, seperti bahan dari polyethylene, bahan terlapisi plastik atau stainless. Sudut

kemiringan plate settler direncanakan agar lumpur jatuh dengan sendirinya dan tidak

menempel pada plate (45°- 60°), namun biasanya direncanakan pada sudut 55° dari

horizontal.

Filtrasi adalah pemisahan padatan dan likuid dimana likuid melewati media berpori

atau material berpori lain untuk meremoval sebanyak mungkin padatan tersuspensi. Ini

digunakan pada pengolahan air untuk menyaring bahan kimia yang terkoagulasi dan

terendapkan demi menghasilkan air produksi yang berkualitas tinggi. Rapid sand filter

digunakan pada pengolahan air minum biasanya pada tipe gravity dan biasanya

menggunakan bak beton terbuka.

7.3. Uprating

Uprating dilakukan dengan mempertimbangkan kapasitas serta faktor keamanan desain

lama. Faktor keamanan ini akan memberi peluang seberapa besar tambahan kapasitas

yang dimungkinkan. Berikut tabel mengenai variabel yang harus disesuaikan dalam rangka

uprating.

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 7

Tabel Penyesuaian Unit Pengolahan pada Proses Uprating

No Unit Pengolahan Penyesuaian Keterangan

1 Koagulasi Gtd Penyesuaian Gtd dapat dilakukan

dengan menggunakan alat diffuser.

2 Flokulasi td Penambahan kapasitas masih

masuk dalam kriteria desain untuk td

pada slow mixing.

3 Sedimentasi td Dengan penambahan kapasitas,

dengan ukuran bak yang sama, td

dapat dijaga dengan menambah

settler (mengurangi jarak antara

settler)

4 Filtrasi td Penggantian media filter yang

memiliki headloss lebih rendah

namun kualitas filter yang baik.

7.4. Kondisi Lapangan

Tinjauan secara umum kepada instalasi yang telah dilakukan uprating terutama pada unit

sedimentasi, terlihat bahwa settler yang disusun tidak memiliki uniformity yang baik. Hal ini

tentu akan mempengaruhi kinerja dan tentu kepada kualitas air yang dihasilkan. Hal ini bisa

diperbaiki dengan pemilihan bahan yang lebih baik untuk settler.

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 8

8. DOKUMENTASI

PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Diskusi Teknis Badan Regulator dengan PDAM Tirta Khatulistiwa

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 9

Pemberian Plakat Badan Regulator oleh Anggota Bidang Teknik Ir. Tano Baya

kepada Direktur Teknik PDAM Tirta Khatulistiwa Afandi, ST

Pemberian Plakat PDAM Tirta Khatulistiwa kepada Badan Regulator

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 10

IPA 4 PDAM Tirta Khatulistiwa di-uprating dari 300 L/detik menjadi 600 L/detik

Intake PDAM Tirta Khatulistiwa (Sumber air baku berasal dari Sungai Kapuas)

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 11

Unit Koagulasi

Unit Flokulasi

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 12

Unit Sedimentasi

Unit Filtrasi

Kunjungan Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak

Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta 13

LAMPIRAN