kumpulan puisi.docx
TRANSCRIPT
puisi terbaik Chairil Anwar
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datangdan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
SENJA DI PELABUHAN KECILbuat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
SAJAK PUTIHbuat tunanganku Mirat
Bersandar pada tari warna pelangikau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melatiharum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tibameriak muka air kolam jiwadan dalam dadaku memerdu lagumenarik menari seluruh aku
hidup dari hidupku, pintu terbukaselama matamu bagiku menengadahselama kau darah mengalir dari lukaantara kita Mati datang tidak membelah...
Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!Kucuplah aku terus, kucuplahdan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku...
1944
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu...... Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !
1948
Siasat,Th III, No. 961949
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati.
AKU
Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
DERAI DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauhterasa hari akan jadi malamada beberapa dahan di tingkap merapuhdipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahansudah berapa waktu bukan kanak lagitapi dulu memang ada suatu bahanyang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahantambah terasing dari cinta sekolah rendahdan tahu, ada yang tetap tidak terucapkansebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.angin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!Perahu yang bersama 'kan merapuh!Mengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
Kumpulan puisi diatas merupakan puisi terbaik Chairil Anwar yang banyak menyimpan makna dan arti yang dalam. Begitu indah dan menyentuh hati siapapun yang membacanya. Selamat menikmati puisi diatas dan semoga Anda menyukainya.
Puisi dan syair Indonesia – Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu penyair dan pujangga ternama Indonesaia. Beliau lahir di kota Surakarta tanggal 20 Maret 1940, Salah satu puisi perjuangan Sapardi Djoko Damono yaitu dengan judul Selamat Pagi Indonesia. ia banyak dikenal dari puisi-puisinya yang menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami sehingga banyak puisinya yang popular. Jika sobat ingin melihat salah satu contoh puisi beliau, di kesempatan ini puisi dan syair Indonesia bagikan Puisi Selamat pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono.
SELAMAT PAGI INDONESIA Oleh : Sapardi Djoko Damono
selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu. aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal. selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah, di mata para perempuan yang sabar, di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan; kami telah bersahabat dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu. pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku. seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya. aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan, merubuhkan kesangsian, dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat, para perepuan menyalakan api, dan di telapak tangan para lelaki yang tabah telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil memberi salam kepada si anak kecil; terasa benar : aku tak lain milikmu
ntara tiga kota – puisi dan syair Indonesia. salah satu penyair dan seniman ternama Indonesia adalah Emha Ainun Najib. Di banyak menulis puisi dan syair di media-media cetak seperti surat kabar dan majalah.
Puisi Emha Ainun Najib Antara tiga kota ini merupakan puisi indah yang memiliki makna yang dalam serta memberikan pesan-pesan positif bagi siapapun yang membacanya. Untuk lebih jelasnya tentang puisi ini silahkan langsung saja dibaca sendiri puisinya dibawah ini.
ANTARA TIGA KOTA Oleh : Emha Ainun Najib
Di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk di sini kamu harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk
Kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ? Jakrta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu Kemanakah harus juhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga Surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua tak juga membelalakkan mata tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya Kemanakah haru kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997
merupakan salah seorang penyair besar Indonesia. banyak karya-karya puisinya yang terkenal dan menginspirasi. Ws Rendra terkenal sangat piawai dalam membuat puisi. Beliau juga aktif di dunia teater. Kebanyakan puisinya berisi tentang kritikan kepada pemerintah, protes, keadilan, dan social, seperti puisi dengan judul aku tulis pamplet ini yang kami bisa langsung dibaca dibawah ini.
AKU TULIS PAMPLET INIOleh : W.S. Rendra
Aku tulis pamplet ini karena lembaga pendapat umum ditutupi jaring labah-labah Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk, dan ungkapan diri ditekan menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini bisa luput besok pagi Ketidakpastian merajalela. Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki menjadi marabahaya menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan Aku tulis pamplet ini karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos. Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasan kenapa harus diam tertekan dan termangu. Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar. Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ? Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan. Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka. Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api. Rembulan memberi mimpi pada dendam. Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah Kegamangan. Kecurigaan. Ketakutan. Kelesuan.
Aku tulis pamplet ini karena kawan dan lawan adalah saudara Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan. Lalu besok pagi pasti terbit kembali. Dan di dalam air lumpur kehidupan, aku melihat bagai terkaca : ternyata kita, toh, manusia !
Pejambon Jakarta 27 April 1978 Potret Pembangunan dalam Puisi
ANA BUNGA Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera Kucinta kau Aku ke kau ke kau aku Akulah kauku kaulah ku ke kau Kita ? Biarlah antara kita saja Siapa kau, perempuan tak terbilang Kau Kau ? - orang bilang kau - biarkan orang bilang Orang tak tahu menara gereja menjulang
Kaki, kau pakaikan topi, engkau jalan dengan kedua tanganmu Amboi! Rok birumu putih gratis melipat-lipat Ana merah bunga aku cinta kau, dalam merahmu aku cinta kau Merahcintaku Ana Bunga, merahcintaku pada kau Kau yang pada kau yang milikkau aku yang padaku kau yang padaku Kita? Dalam dingin api mari kita bicara Ana Bunga, Ana Merah Bunga, mereka bilang apa? Sayembara : Ana Bunga buahku Merah Ana Bunga Warna apa aku? Biru warna rambut kuningmu Merah warna dalam buah hijaumu Engkau gadis sederhana dalam pakaian sehari-hari Kau hewan hijau manis, aku cinta kau Kau padakau yang milikau yang kau aku yang milikkau kau yang ku Kita ? Biarkan antara kita saja pada api perdiangan Ana Bunga, Ana, A-n-a, akun teteskan namamu Namamu menetes bagai lembut lilin Apa kau tahu Ana Bunga, apa sudah kau tahu? Orang dapat membaca kau dari belakang Dan kau yang paling agung dari segala Kau yang dari belakang, yang dari depan A-N-A Tetes lilin mengusapusap punggungku Ana Bunga Oh hewan meleleh Aku cinta yang padakau! 1999 Catatan: Terjemahan Anna Blume dikerjakan untuk panitia peringatan Kurt Schwitters, Niedersachen, Jerman.OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republikaedisi : 28 November 1999
AYO Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Adakah yang lebih tobat dibanding air mata adakah yang lebih mengucap dibanding airmata
adakah yang lebih nyata adakah yang lebih hakekat dibanding airmata adakah yang lebih lembut adakah yang lebih dahsyat dibanding airmata para pemuda yang melimpah di jalan jalan itulah airmata samudera puluhan tahun derita yang dierami ayahbunda mereka dan diemban ratusan juta mulut luka yang terpaksa mengatup diam kini airmata lantang menderam meski muka kalian takkan dapat selamat di hadapan arwah sejarah ayo masih ada sedikit saat untuk membasuh pada dalam dan luas airmata ini ayo jangan bandel jangan nekat pada hakekat jangan kalian simbahkan gas airmata pada lautan airmata malah tambah merebak jangan letupkan peluru logam akan menangis dan tenggelam dikedalaman airmata jangan gunakan pentungan mana ada hikmah mampat karena pentungan para muda yang raib nyawa karena tembakan yang pecah kepala sebab pentungan memang tak lagi mungkin jadi sarjana atau apa saia namun mereka telah nyempurnakan bakat gemilang sebagai airmata yang kini dan kelak
selalu dibilang bagi perjalanan bangsaOASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republika edisi : 28 November 1999
BATU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri batu mawar batu langit batu duka batu rindu batu janun batu bisu kaukah itu teka teki yang tak menepati janji ? Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh? Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai sedang lambai tak sampai. Kau tahu batu risau batu pukau batu Kau-ku batu sepi batu ngilu batu bisu kaukah itu teka teki yang tak menepati janji ? Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten
BAYANGKAN untuk Salim Said Oleh : Sutardji Calzoum Bachri direguknya wiski direguk direguknya bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya di luar wiski di halaman anak-anak bermain bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi aku kan lupa bagaimana menangis katanya direguk direguk direguknya wiski sambil mereguk tangis lalu diambilnya pistol dari laci bayangkan kalau aku tak mati mati katanya dan ditembaknya kepala sendiri bayangkan 1977 sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
GAJAH DAN SEMUT Oleh : Sutardji Calzoum Bachri tujuh gajah cemas meniti jembut serambut tujuh semut turun gunung terkekeh kekeh perjalanan kalbu 1976-1979sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
JEMBATANOleh : Sutardji Calzoum Bachri Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna. Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota. Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan. Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase
indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit mengucap tanah air kita satu bangsa kita satu bahasa kita satu bendera kita satu ! Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang di antara kita ? Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu mengucapkan kibarnnya. Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami. Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
KUCINGOleh : Sutardji Calzoum Bachri ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber gegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bu kan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia merambah rimba af rikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau ku cing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 a langkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar ku cingku berapa abad dia mencari menca kar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri da ging jangan beri nasi tuhan mencipta nya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang seha ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten
LA NOCHE DE LAS PALABRAS (EL DIARIO DE MEDELLIN)
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia kami mengepung bulan dan mereka yang mendengarkan puisi kami mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka berkomplot dengan anggur daun cerbeza bersekongkol dengan gadisgadis memancing bulan dengan keluasan dada Musim panas Menjulang di Medelin menampilkan sutera di keharibaan malam cuaca ratusan para lilin menyandar di pundak malam mengucap menyebutnyebut cahaya sambil mencoba memahami takdir di wajah-wajah usia kami para penyair meneruskan zikir kami -palabras palabras palabras palabras - --kata kata kata kata -- semakin kental mengucap cahaya pun memadat sampai kami bisa buat sesuka kami atas padat cahaya lantas bulan kesurupan kesadaran kami meninggi bulan turun pada kami dan kami mengatasi bulan sampailah kami pada kerajaan kata-kata jika kami membilang ayah ia juga ayah kata-kata jika kami menyebut hari juga harinya kata-kata jika kami mengucap diri pastilah juga diri kata kata Di cafe jalanan Medellin purnama jatuh kata-kata menjadi kami kami menjadi kata kataMedellin, Colombia 1997OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republikaedisi : 28 November 1999
LUKA Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
ha hasajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
MANTERAOleh : Sutardji Calzoum Bachri lima percik mawar tujuh sayap merpati sesayat langit perih dicabik puncak gunung sebelas duri sepi dalam dupa rupa tiga menyan luka mengasapi duka puah! kau jadi Kau! Kasihku Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten
NGIAU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga.sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
O Oleh : Sutardji Calzoum Bachri dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
PARA PEMINUM Oleh : Sutardji Calzoum Bachri di lereng lereng para peminum mendaki gunung mabuk kadang mereka terpeleset jatuh dan mendaki lagi memetik bulan di puncak mereka oleng tapi mereka bilang --kami takkan karam dalam lautan bulan-- mereka nyanyi nyanyi jatuh dan mendaki lagi di puncak gunung mabuk mereka berhasil memetik bulan mereka menyimpan bulan dan bulan menyimpan mereka di puncak semuanya diam dan tersimpan Sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
SEPISAUPI Oleh : Sutardji Calzoum Bachri sepisau luka sepisau duri sepikul dosa sepukau sepi sepisau duka serisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi sepisaupa sepisaupi sepisapanya sepikau sepi sepisaupa sepisaupoi sepikul diri keranjang duri sepisaupa sepisaupi sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi sampai pisauNya ke dalam nyanyi 1973 sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi
TANAH AIR MATAOleh : Sutardji Calzoum Bachri Tanah airmata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata (1991) Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
TAPI Oleh : Sutardji Calzoum Bachri aku bawakan bunga padamu tapi kau bilang masih aku bawakan resahku padamu tapi kau bilang hanya aku bawakan darahku padamu tapi kau bilang cuma aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski aku bawakan dukaku padamu tapi kau bilang tapi aku bawakan mayatku padamu tapi kau bilang hampir aku bawakan arwahku padamu tapi kau bilang kalau tanpa apa aku datang padamu wah ! Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten
TRAGEDI WINKA & SIHKAOleh : Sutardji Calzoum Bachri kawin kawin kawin kawin kawin ka win ka win ka win ka win ka winka winka winka sihka sihka sihka sih ka sih ka sih ka sih ka sih ka sih sih sih sih sih
sih ka Ku Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten
WALAU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Walau penyair besar takkan sampai sebatas allah dulu pernah kuminta tuhan dalam diri sekarang tak kalau mati mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat tujuh puncak membilang-bilang nyeri hari mengucap-ucap di butir pasir kutulis rindu rindu walau huruf habislah sudah alif bataku belum sebatas allah Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten
SATUOleh : Sutardji Calzoum Bachri
kuterjemahkan tubuhku ke dalam tubuhmuke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutkujika tanganmu tak bisa bilang tangankukuterjemahkan tanganku ke dalam tanganmujika lidahmu tak bisa mengucap lidahkukuterjemahkan lidahku ke dalam lidahmuaku terjemahkan jemariku ke dalam jemarimujika jari jemarimu tak bisa memetikkuke dalam darahmu kuterjemahkan darahkukalau darahmu tak bisa mengucap darahkujika ususmu belum bisa mencerna ususkukuterjemahkan ususku ke dalam ususmukalau kelaminmu belum bilang kelaminkuaku terjemahkan kelaminku ke dalam kelaminmu
daging kita satu arwah kita satuwalau masing jauhyang tertusuk padamu berdarah padaku
PilOleh : Sutardji Calzoum Bachri
Memang pil seperti pil macam pil walau pilHanya pil hampir pil sekedar pil ya toh pilMeski pil tapi tak pil apalah pilPil pil pil mengapa gigil ?Aku demam pil bilangObat jadi barahApakah pasien ?Tempeleng !
AMUKkarya: Sutardji C. Bachri
.... aku bukan penyair sekedaraku depandepan yang memburumembebaskan kata memanggilMu
pot pot potpot potkalau pot tak mau potbiar pot semau potmencari potpothei Kau dengar manterakuKau dengar kucing memanggilMuizukalizupothei Kau dengar manterakuKau dengar kucing memanggilMuizukalizu mapakazaba itasatalitutulita papaliko arukabazaku kodega zuzukalibututukaliba dekodega zamzam lagotokoco zukuzanggazegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzanggazegezegeze zukuzangga zegezegeze aahh...!nama kalian bebas carilah tuhan semaumu
Idul Fitri
LihatPedang tobat ini menebas-nebas hatidari masa lampau yang lalai dan siaTelah kulaksanakan puasa ramadhanku,telah kutegakkan shalat malamtelah kuuntaikan wirid tiap malam dan siangTelah kuhamparkan sajadahYang tak hanya nuju Ka’bahtapi ikhlas mencapai hati dan darah
Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menungguNamun tak bersua Jibril atau malaikat lainnyaMaka aku girang-girangkan hatiku
Aku bilang:Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malamBelumlah cukup untuk menggerakkan Dia datangNamun si bandel Tardji ini sekali merinduTakkan pernah melupaTakkan kulupa janji-NyaBagi yang merindu insya Allah ka nada mustajab CintaMaka walau tak jumpa denganNyaShalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku iniSemakin mendekatkan aku padaNyaDan semakin dekatsemakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa
O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk iningebutdi jalan lurusJangan Kau depakkan lagi aku ke trotoirtempat usia lalaiku menenggak arak di warung duniaKini biarkan aku meneggak marak CahayaMudi ujung sisa usiaO usia lalai yang berkepanjanganYang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurusTuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoirtempat aku dulu menenggak arak di warung dunia
Maka pagi iniKukenakan zirah la ilaha illAllahaku pakai sepatu sirathal mustaqimaku pun lurus menuju lapangan tempat shalat IdAku bawa masjid dalam dirikuKuhamparkan di lapanganKutegakkan shalatDan kurayakan kelahiran kembalidi sana
KUCING
ngiau! Kucing dalam darah dia menderaslewat dia mengalir ngilu ngiau dia bergegas lewat dalam aortaku dalam rimbadarahku dia besar dia bukan harimau bukan singa bukan hiena bukan leopar diamacam kucing bukan kucing tapi kucing
ngiau dia lapar dia merambah rimba afrikaku dengan cakarnya dengan amuknyadia meraung dia mengerang jangan beridaging dia tak mau daging Jesus janganberi roti dia tak mau roti ngiau kucing meronta dalam darahku meraungmerambah barah darahku dia lapar 0 alangkah lapar ngiau berapa juta haridia tak makan berapa ribu waktu diatak kenyang berapa juta lapar lapar kucingku berapa abad dia mencari mencakar menunggu tuhan mencipta kucingkutanpa mauku dan sekarang dia meraungmencariMu dia lapar jangan beri daging jangan beri nasi tuhan menciptanya tanpa setahuku dan kini dia mintatuhan sejemput saja untuk tenang sehari untuk kenyang sewaktu untuk tenang
Wahai pemuda mana telurmu?
Apa gunanya merdekaKalau tak bertelurApa gunanya bebasKalau tak menetas?
Wahai bangsakuWahai pemudaMana telurmu?
Burung jika tak bertelurTak menetasSia-sia saja terbang bebas
Kepompong menetaskankupu-kupu,Kuntum membawa bungaPutik jadi buahBuah menyimpan bijiMenyimpan mimpiMenyimpan pohondan bunga-bunga
Uap terbang menetas awanMimpi jadi, sungai pun jadi,
Menetas jadi,Hakekat lautan
Setelah kupikir-pikirManusia ternyata burung berpikir
Setelah kurenung-renungManusia adalahburung merenung
Setelah bertafakurTahulah akuManusia harus bertelur
Burung membuahkan telurTelur menjadi burungAyah menciptakan anakAnak melahirkan ayah
Wahai para pemudaWahai garudaMenetaslahLahirkan lagiBapak bagi bangsa ini!
MenetaslahSeperti duluPara pemudaBertelur emas
Menetas kauDalam sumpah mereka
SCB,7 Agustus 2010
Read more: http://crossfire-net.blogspot.com/2009/05/kumpulan-puisi-sutardji-calzoum-bachri.html#ixzz3ocY2X1mA