kumpulan modul matematika angkatan 2008 · pdf filebahan pelatihan ini mencakup materi yang...
TRANSCRIPT
1
KUMPULAN MODUL MATEMATIKA ANGKATAN
2008
SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
OLEH:
JOKO SOEBAGYO, S.Pd
Email: [email protected]
Website: www.jokosby.wordpress.com
Telp. 021 – 77827188
HP. 0812 1333 706
Depok
Tahun 2009
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang masih memberi nikmat kepada kita semua.
Amin. Buku kumpulan modul matematika sertifikasi guru disusun dalam rangka
arsiper dan memudahkan penelusuran bagi guru matematika yang sudah dan yang
akan melaksanakan sertifikasi guru. Buku ini berisi modul angkatan 2008 dn 2009
yang terdiri dari 17 Modul. Semoga saja Buku Kumpulan Modul matematika
sertifikasi ini dapat bermanfaat buat kita semua.
Depok, 27 Agustus 2009
Penyusun
3
DAFTAR ISI
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
1. ANALISIS KOMBINATORIAL DAN STATISTIKA ............................................................ 4
2. GEOMETRI TRANSFORMASI ................................................................................... 20
3. INTEGRAL ............................................................................................................ 28
4. LIMIT .................................................................................................................. 40
5. LOGIKA MATEMATIKA ........................................................................................... 54
6. PELUANG ............................................................................................................ 72
7. VEKTOR .............................................................................................................. 77
2
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
1. ANALISIS KOMBINATORIAL DAN STATISTIKA
I. PENDAHULUAN
A. Kompentensi yang diharapkan
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan menguasai materi
pembelajaran kombinatorik, peluang dan statistika, mampu menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan kombinatorik seperti faktorial, permutasi dan kombinasi,
mampu menentukan ruang sampel dan kejadian serta mampu menghitung peluang
suatu kejadian, mampu menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan statistika.
Peserta juga diharapkan dapat mengiplementasikan pembelajaran materi ini di kelas.
B. Pentingnya mempelajari Bahan Pelatihan
Bahan pelatihan ini mencakup materi yang dapat diberikan pada siswa SMA,
namun ada beberapa bagian yang merupakan bahan pengayaan bagi guru atau
peserta pelatihan, yaitu pada topik binomium Newton, kejadian bersyarat dan angka
baku.
C. Tujuan Mempelajari Bahan Pelatihan
Tujuan yang diharapkan dalam mempelajari bahan pelatihan ini adalah peserta
pelatihan dapat:
a. menjelaskan pengertian faktorial, permutasi dan kombinasi b. menjelaskan pengertian dan menentukan ruang sampel dan kejadian c. menjelaskan dan menggunakan prinsip penjumlahan dan perkalian d. menjelaskan dan menentukan peluang suatu kejadian e. memecahkan masalah yang terkait dengan peluang f. menjelaskan pengertian statistika dan statistik g. menjelaskan cara-cara penyajian data, baik melalui gambar/ diagram
maupun tabel h. menjelaskan pengertian ukuran tendensi sentral dan ukuran pemusatan i. memecahkan masalah yang terkait dengan statistika
D. Prasyarat mempelajari Bahan Pelatihan
Prasyarat untuk mempelajari bahan pelatihan ini adalah himpunan, tetapi akan
lebih baik para peserta pelatihan sudah mengusai kaidah pencacahan
3
E. Strategi Pelatihan
Strategi pelatihan untuk bahan pelatihan adalah sebagai berikut:
1. Peserta mengerjakan Pretes, kemudian mendiskusikannya 2. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok 3. Kelompok I menyajikan “ Masalah yang berkaitan dengan kombinatorik ”,
kemudian diskusi materi terkait dan soal-soal latihan 4. Kelompok II menyajikan “ Kejadian dan peluang dengan menggunakan
definisi peluang secara klasik maupun secara aksioma peluang “ kemudian diskusi materi terkait dan soal-soal latihan
5. Kelompok III menyajikan “ Peluang kejadian bersyarat dan peluang kejadian saling bebas “ kemudian diskusi materi terkait dan soal-soal latihan
6. Kelompok IV menyajikan “ Penyajian data dengan histogram dan poligon frekuensi “ kemudian diskusi materi terkait dan soal-soal latihan
7. Kelompok V menyajikan “ Statistika lima serangkai dari sekumpulan data “ kemudian diskusi materi terkait dan soal-soal latihan
8. Kelompok VI menyajikan “ Ukuran penyebaran dari sekumpulan data “ 9. Kemudian diskusi materi terkait dan soal-soal latihan
II. KOMBINATORIK, PELUANG DAN STATISTIKA
1. KOMBINATORIK
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai persoalan-persoalan sebagai
berikut:
1. Dengan berapa cara dapat disusun n obyek menurut aturan tertentu? 2. Dengan berapa cara pengambilan sejumlah r obyek dari n obyek yang ada, bila r <
n? 3. Dengan berapa cara sesuatu kejadian kejadian dapat terjadi? Persoalan-persoalan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan kombinatorik
Ada 2 (dua) prinsip pokok yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan
kombinatorik, yaitu prinsip penjumlahan dan prinsip perkalian.
Contoh:
Untuk Prinsip Penjumlahan
Suatu klub sepak bola mempunyai 40 anggota sedangkan klub bulutangkis mempunyai 20 anggota. a. Jika tidak ada anggota sepak bola yang merangkap menjadi anggota
bulutangkis, maka jumlah anggota kedau klub adalah 40 + 20 = 60 anggota. Jika kedua himpunan tidak beririsan, maka jumlah anggota kedua klub ditambahkan.
4
b. Jika ada 7 anggota yang merangkap menjadi anggota kedua klub, maka dibentuk 3 himpunan yang saling lepas atau tidak beririsan, yaitu: (i) Himpunan I terdiri dari pemain sepak bola saja (ii) Himpunan II terdiri dari pemain bulutangkis saja (iii) Himpunan III terdiri dari pemain sepak bola dan bulutangkis
Ketiga himpunan ini saling lepas dengan masing-masing anggota 40-7, 20-7 dan 7,
dengan demikian jumlah anggota dari kedua klub adalah 33+13+7= 53
Cara lain untuk memperoleh hasil di atas adalah dengan rumus
n ( A B ) = n ( A ) + n ( B ) - n ( A B )
Untuk Prinsip Perkalian Ahmad pergi dari kota A ke kota C dan harus melalui kota B. Dari kota A ke kota B
ada 3 jalan alternatif dan dari kota B ke kota C ada 2 jalan alternatif. Dengan
berapa banyak cara Ahmad bepergian dari kota A ke kota C?
A B C
Dengan demikian, menurut prinsip perkalian banyaknya cara bepergian dari kota
A ke kota C adalah 3 . 2 = 6 cara
Soal:
Diketahui empat angka 1, 2, 5, 8
a. Tentukan banyaknya bilangan yang terdiri dari dua angka diketahui. b. Tuliskan semua bilangan tersebut c. Berapa banyak bilangan yang bernilai ganjil
1.1. Permutasi
Definisi:
Susunan n unsur berbeda dengan memperhatikan urutannya disebut
permutasi dari n unsur tersebut.
n nP n !
5
Definisi:
Misalkan n bilangan asli. n faktorial atau n! adalah 1.2.3. . . . . . n
dan 0! = 1
Sifat 1:
Banyaknya permutasi dari r unsur ( r n ) yang diambil dari n unsur berbeda
adalah : n rP
n
n r
!
( ) !
Sifat 2:
Banyaknya permutasi dari n unsur dimana terdapat k unsur yang masing-
masing muncul q q qk1 2
, , . . . . . . . . . . , kali adalah: Pn
q q qk
!
! !. . . . . . . . !1 2
Sifat 3:
Banyaknya permutasi siklis dari n unsur adalah: ( n - 1 )!
1.2. Kombinasi
Kombinasi adalah permutasi yang tidak memperhatikan urutan obyek.
Sifat :
Kombinasi r unsur ( r n ) dari n unsur adalah: n rC
n
r n r
!
!( ) !
1.3. Binomium Newton
( )a b C a bn
r
n
r
n
n r r
0
Soal:
1. Diketahui enam angka yaitu: 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 a. Berapa banyak bilangan yang dapat dibentuk dari enam angka yang diketahui
terdiri dari tiga angka (digit), bila tiap angka hanya dapat digunakan sekali b. Berapa banyak daripadanya yang merupakan bilangan genap c. Berapa banyak yang lebih besar dari 330
2. Dengan berapa carakah enam pohon dapat ditanam membentuk lingkaran?
6
3. Dari kelompok yang yang terdiri atas lima pria dan tiga wanita, berapa banyak panitia yang beranggotakan tiga orang dapat dibentuk: a. tanpa pembatasan? b. dengan dua pria dan seorang wanita? c. dengan seorang wanita dan dua orang wanita bila seorang wanita tertentu
harus ikut dalam panitia?
4. Tentukan koefisien x7
dari (2x - 3)10
2. PELUANG
2.1. Pendahuluan
Teori Peluang dikembangkan pada abad ke XVII oleh ahli matematika dari
Perancis yang bernama Pierre de Fermat dan Blaise Pascal. Awalnya teori peluang
dimulai dari permainan judi atau permainan yang bersifat untung-untungan. Dalam
teori peluang banyak dijumpai soal-soal yang berkaitan dengan uang logam, dadu,
kartu bridge dan lain-lain.
Adapun tujuan mempelajari teori peluang agar siswa dapat menjelaskan konsep-
konsep dasar teori peluang supaya lebih mudah dipahami dan melatih kemampuan
siswa dalam hal berolah pikir.
2.2. Pengertian Ruang Sampel dan Kejadian
Ruang Sampel adalah seluruh kemungkinan yang terjadi dalam suatu percobaan
Ruang Sampel biasanya dilambangkan dengan huruf besar “ S “
Contoh:
1. Pada percobaan melempar sebuah dadu, maka ruang sampelnya ditulis: S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }
2. Pada percobaan melempar sebuah mata uang logam S = { Angka, Gambar } atau S = { A, G }
S = { Muka , Belakang } atau S = { M, B }
Kejadian adalah bagian dari ruang sampel, biasanya untuk melambangkan suatu
kejadian digunakan huruf besar.
Contoh:
1. Pada percobaan melempar sebuah dadu. a. Jika A adalah kejadian muncul mata dadu bilangan genap, maka:
A = { 2, 4, 6 }
7
b. Jika B adalah kejadian muncul mata dadu bilangan prima, maka: B = { 2, 3, 5 }
c. Jika C adalah kejadian muncul mata dadu yang merupakan faktor dari 12, maka:
C = { 1, 2, 3, 4, 6 }
2. Pada percobaan melempar dua mata uang logam. a. Jika P adalah kejadian kedua mata uang muncul Angka, maka:
P = { AA }
b. Jika Q adalah kejadian muncul 1 Angka dan 1 Gambar, maka: Q = { AG, GA }
Latihan 1:
1. Jika 3 buah uang logam dilempar, tentukan: a. Ruang Sampel S b. Kejadian R yaitu kejadian muncul semuanya gambar c. Kejadian S yaitu kejadian muncul satu angka dan dua gambar
2. Jika 2 buah dadu dilempar, yaitu dadu I dan dadu II, tentukan: a. Ruang Sampel S b. Kejadian A yaitu kejadian muncul jumlah kedua mata dadu sama dengan 7 c. Kejadian B yaitu kejadian muncul mata dadu I angka 2
2.3. Peluang Suatu Kejadian
Menghitung Peluang dengan menggunakan Pendekatan Frekuensi Nisbi atau
Frekuensi Relatif
Contoh:
1. Jika sebuah uang logam dilempar sebanyak 15 kali, kemudian pada setiap lemparan hasilnya dicatat dan diperoleh frekuensi muncul angka sebanyak 7 kali,
maka frekuensi relatif muncul angka = 7
1 5
2. Jika sebuah uang logam dilempar sebanyak 50 kali, kemudian pada setiap lemparan hasilnya dicatat dan diperoleh frekuensi muncul gambar sebanyak 28
kali, maka frekuensi relatif muncul gambar = 28
50
Jadi, peluang suatu kejadian secara frekuensi relatif adalah perbandingan banyaknya
kejadian yang muncul dengan banyaknya percobaan yang dilakukan dalam waktu
tertentu.
. . .
. . sec . .. . .
banyaknya kejadian yang m unculPeluang kejadian ara frekuensi relatif
banyaknya percobaan yang dilakukan
8
Latihan 2:
Lakukan percobaan di bawah ini dengan kelompokmu !
1. Melempar sebuah uang logam sebanyak: 25 kali, 30 kali, 50 kali, dan 100 kali. Kemudian hitung peluang secara frekuensi relatif munculnya gambar!
2. Melempar sebuah dadu sebanyak 10 kali, kemudian hitung peluang secara frekuensi relatif a. munculnya mata dadu bilangan prima b. munculnya mata dadu 5 c. munculnya mata dadu 2
Menghitung Peluang Secara Klasik
Pada percobaan melempar sebuah mata uang logam, maka peluang muncul gambar
= 1
2
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ruang Sampel pada percobaan melempar sebuah uang logam adalah S = { A, G }
banyaknya anggota S atau n (S) = 2, sedangkan kejadian muncul gambar sebanyak 1
atau n (G) = 1, sehingga peluang kejadian muncul gambar pada percobaan melempar
sebuah mata uang logam: p = n G
n S
( )
( )
Jadi, p =1
2
Menghitung Peluang dengan Definisi Aksioma Peluang
Setiap kejadian di ruang sampel dikaitkan dengan bilangan antara 0 dan 1, bilangan
ini disebut peluang.
a. Kejadian yang tak mungkin terjadi mempunyai peluang nol b. Kejadian yang pasti terjadi mempunyai peluang satu c. Peluang dari kejadian A bernilai antara 0 dan 1
d. Jika A dan B dua kejadian sehingga A B = , maka
P ( A B ) = P ( A ) + P ( B )
e. Jika A dan B dua kejadian sehingga A B , maka
P ( A B ) = P ( A ) + P ( B ) - P ( A B )
9
Soal:
1. Sebuah dadu dilempar 100 kali. Hasil lemparan dicatat dalam bentuk tabel sbb:
Muncul
mata dadu
1 2 3 4 5 6
Frekuensi 14 17 20 18 15 16
Tentukan frekuensi relatif muncul mata dadu 3
a. Tentukan frekuensi relatif muncul mata dadu 1 b. Tentukan frekuensi relatif muncul mata dadu bilangan genap c. Tentukan frekuensi relatif muncul mata dadu bilangan prima
2. Seorang dokter menggunakan obat Y untuk penyakit Z dengan peluang 0,8. Tentukan jumlah orang yang diharapkan sembuh jika ia menggunakan obat Y untuk penyakit Z pada 300 orang
3. Dua buah dadu dilantunkan secara bersama-sama. Tentukan peluang: a. Jumlah mata dadu yang muncul 7 b. Dadu I muncul mata dadu 2 dan dadu II muncul mata dadu 3 c. Dadu I muncul mata dadu 2 atau dadu II muncul mata dadu 5
2.4. Kejadian Majemuk
Sifat 1 : Misalkan A dan B dua kejadian pada ruang sampel dengan A B = ,
maka : P ( A B ) = P ( A ) + P ( B )
Sifat 2 : Misalkan A dan B dua kejadian pada ruang sampel dengan A B ,
maka : P ( A B ) = P ( A ) + P ( B ) - P ( A B )
2.5. Peluang Komplemen suatu Kejadian
Sifat : Misalkan A kejadian pada ruang sampel, maka P ( A’ ) = 1 - P ( A )
2.6. Kejadian Bersyarat
Definisi: Dua kejadian A dan B pada ruang sampel dikatakan kejadian bersyarat
yaitu Kejadian B terjadi dengan syarat kejadian A terjadi lebih dahulu
10
atau B/A, maka peluangnya adalah: P(B/A) =P A B
P A
( )
( ) atau
P(A B) = P(A). P(B/A)
2.7. Kejadian Saling Bebas
Definisi: Dua kejadian A dan B pada ruang sampel dikatakan saling bebas jika
P(A B) = P(A) . P(B)
Soal:
1. Suatu pengiriman 10 pesawat TV 3 diantaranya dinyatakan cacat. Berapakah peluang sebuah hotel membeli 4 pesawat TV tersebut dan 2 TV ternyata cacat?
2. Tiga buah buku diambil secara acak dari suatu rak yang berisi empat novel, tiga buku syair dan sebuah kamus. Berapakah peluang a. kamus terpilih? b. dua novel dan sebuah buku syair yang terpilih?
3. Dua kartu diambil secara berturutan tanpa dikembalikan dari suatu kotak kartu bridge. Berapakah peluang kartu yang terpilih lebih besar dari 2 tetapi lebih kecil dari 9?
4. Bila A dan B dua kejadian yang saling asing dengan P(A) = 0,4 dan P(B) = 0,5, hitunglah:
a. P(A B) b. P(A’)
c. P(A’ B) 5. Dalam sebuah kotak berisi 15 telur 5 telur diantaranya rusak. Untuk memisahkan
telur baik dan telur yang rusak dilakukan pengetesan satu persatu. Berapakah peluang diperoleh telur rusak ke 3 pada pengetesan ke 5?
3. STATISTIKA
Pengertian Statistika dan Statistik
Statistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika. Dalam statistika
terdiri dari dua kegiatan:
a. Mengumpulkan data, menyajikan data dalam bentuk diagram dan menghitung nilai-nilai ukuran data sehingga menjadi satu nilai yang mudah dimengerti makna dari data tersebut.
b. Menggunakan pengolahan data pada (a) untuk membuat kesimpulan atau meramalkan hasil yang akan datang.
11
Kegiatan (a) disebut Statistika Deskriptif dan kegiatan (b) disebut Statistika
Inferensial.
Nilai-nilai ukuran data sehingga mudah dimengerti maknanya disebut statistik.
Statistik memberikan karakteristik-karakteristik tertentu dari data. Nilai ukuran
terkecil, nilai ukuran terbesar, nilai rataan, median, modus, jangkauan data, kuartil,
desil dan persentil disebut statistik.
3.1. Pengertian Populasi, Sampel dan Data
Definisi:
Populasi adalah kumpulan dari semua obyek atau benda yang akan diteliti.
Sampel adalah sub kumpulan obyek atau benda yang merupakan bagian dari
populasi. Data adalah bentuk jamak dari datum. Datum adalah suatu informasi
yang diperoleh dari suatu pengamatan. Dengan demikian data adalah kumpulan
dari datum-datum.
3.2. Statistik Lima Serangkai (Ukuran terkecil, Ukuran Terbesar, Kuartil Bawah,
Median dan Kuartil Atas)
Median adalah data tengah dari suatu kumpulan data yang telah diurutkan.
Jika n ganjil, maka n 1
2 merupakan bilangan bulat, sehingga median adalah
datum yang ke n 1
2, sedangkan jika n ganjil, maka median adalah
x x x x xn n n n n
2 21
2 21
2
1
2
1
2( ) ( )
Contoh:
Tentukan statistik lima serangkai dari data:
79, 63, 94, 100, 83, 92, 78, 62, 53, 84, 76
Jawab:
Data diurutkan terlebih dahulu: 53, 62, 63, 76, 78, 79, 83, 84, 92, 94, 100
Ukuran terkecil : 53
Ukuran terbesar : 100
12
Kuartil 1 (Q1) : 63 76
269 5,
Median : 79
Kuartil 3 (Q3) : 84 92
288
3.3. Rataan Kuartil dan Rataan Tiga
Rataan Kuartil = 1
2 1 2( )Q Q
Rataan Tiga = 1
42
1 2 3( )Q Q Q
3.4. Jangkauan Data, Jangkauan Antar Kuartil, Langkah, Pagar Dalam dan Pagar
Luar.
Definisi:
Jangkauan data atau Rentangan data adalah selisih antara nilai maksimum dan nilai minimum dari data.
J = x xm ax m in
Jangkauan antar kuartil adalah selisih antara kuartil atas dan kuartil bawah. H = Q Q
3 1 , Jangkauan antar kuartil disebut juga hamparan
Satu langkah didefinisikan sebagai satu setengah panjang hamparan. Jika H menyatakan hamparan dan L menyatakan satu langkah maka:
L = 1,5 x H
Pagar Dalam dan Pagar Luar Pagar dalam (PD) adalah suatu nilai yang letaknya satu langkah di bawah
nilai kuartil bawah Q1 dan Pagar Luar (PL) adalah suatu nilai yang
letaknya satu langkah di atas kuartil atas Q3
PD = Q1- L dan PL = Q
3 + L
13
3.5. Penyajian Data dalam bentuk Diagram
Penyajian data dalam bentuk diagram, misalnya:
a. Diagram Kotak Garis b. Diagram Batang Daun c. Diagram Batang d. Diagram Garis e. Diagram Lingkaran
3.6. Daftar Distribusi Frekuensi, Frekuensi Relatif, Frekuensi Kumulatif, Histogram
Frekuensi, Poligon Frekuensi dan Ogive
Daftar Distribusi Frekuensi adalah suatu cara mengorganisasikan data dengan membagi data menjadi beberapa kelompok atau kelas, kemudian setiap kelompok atau kelas dari data dicatat mengenai banyaknya data atau frekuensi yang masuk dalam kelompok tersebut.
Frekuensi Relatif adalah frekuensi tiap kelas dibagi frekuensi total dikalikan 100%
Frekuensi Kumulatif adalah menjumlahkan setiap frekuensi dengan frekuensi kelas sebelumnya.
Histogram adalah salah satu cara menyatakan daftar distribusi frekuensi atau distribusi frekuensi relatif.
Poligon Frekuensi adalah garis yang menghubungkan titik tengah titik tengah pada histogram
Ogive adalah kurva distribusi frekuensi kumulatif
3.7. Data Statistika Deskriptif
Ukuran-ukuran Tendensi Sentral
Rataan Hitung, Rataan Geometris, Rataan Harmonis dan Rataan Kuadratis
Rataan Hitung
Misalkan suatu data disajikan dalam bentuk data tunggal yaitu:
x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , , rataan hitung adalah
xx x x
n
n1 2. . . . . . . . . . . .
atau xn
xi
i
n
1
1
14
Rataan untuk data dalam daftar distribusi frekuensi
x
f x
f
f x f x f x
f f f
i ii
k
ii
k
k k
k
.. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .
1
1
1 1 2 2
1 2
Rataan Geometris
Misalkan data bernilai positif terdiri atas x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , . Rataan
geometris
dinyatakan oleh g adalah akar ke n dari perkalian nilai-nilai data:
g x x xn
n
1 2. . . . . . . . . . . .
Rataan Harmonis
Misalkan data bernilai positif terdiri atas x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , . Rataan harmonis
dinyatakan oleh h adalah nilai yang memenuhi
1 1 1 1 1
1 2h n x x x
n
( .. . . . . . . . . . . . )
Hubungan antara rataan hitung, rataan geometris dan rataan harmonis
Misalkan diketahui data x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , bilangan-bilangan positif. Rataan
geometris lebih kecil atau sama dengan rataan hitung tetapi lebih besar atau
sama dengan rataan harmonis
Jadi: h g x
Rataan Kuadratis
Misalkan data terdiri atas x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , . Rataan kuadratis dinyatakan
oleh k adalah akar kuadrat dari rata-rata kuadrat data yang diketahui atau
15
k
x
n
i
2
Modus, Median, Kuartil, Desil dan Persentil
Modus adalah nilai yang paling banyak muncul.
Modus data dalam bentuk daftar distribusi frekuensi
Nilai Modus : M L co
( )1
1 2
L = batas bawah limit kelas modus
1= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
2= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya
c = panjang kelas modus
Median data dalam daftar distribusi frekuensi
Median ( Me
k
L
nf
f) ( )
2
L = batas bawah limit kelas median
n = ukuran data
fk
frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
c = panjang kelas median
Kuartil, Desil dan Persentil
Untuk data tunggal kuartil adalah nilai data yang ke i n( )1
4, i =1, 2, 3
Jika i = 1 disebut kuartil bawah (Q1)
Jika i = 2 disebut kuartil tengah (Q2) atau Median
16
Jika i = 3 disebut kuartil atas (Q3)
Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi
Kuartil (Qi) = L
i nf
f
k
.
4 dimana i = 1, 2, 3
L = batas bawah limit kelas Qi
n = ukuran data
fk
frekuensi kumulatif sebelum kelas Qi
f = frekuensi kelas Qi
c = panjang kelas Qi
Untuk Desil dan Persentil caranya sama, yaitu
Desil nilai data yang ke i n
sedangkan( )
,1
10 Persentil nilai data yang ke
i n( )1
100
3.8. Ukuran Penyebaran Data
Ukuran penyebaran data yang akan dibahas adalah
a. Simpangan Rata-rata b. Ragam (Variansi) dan Simpangan baku c. Koefisien Keragaman d. Angka Baku
a. Simpangan Rata-rata Definisi:
Misalkan nilai-nilai data tunggal: x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , , maka simpangan rata-rata
SR =1
1nx xi
i
n
| | , dimana x = rataan hitung dan n = ukuran data
17
Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi simpangan rata-rata adalah
SR = 1 1
11 1n
f x xnf x x f x x
i ii
k
k k| | ( | ) .. .. . . . . . . . . . . . . | | ) , dimana
n = ukuran data, k = banyaknya kelas dan fi= frekuensi kelas ke i
dan xi
titik tengah kelas ke i
Ragam (Variansi) dan Simpangan baku
Misalkan nilai-nilai data tunggal: x x xn1 2
, , . . . . . . . . . . . . . . , , maka ragam (variansi)
adalah: sn
x xn
x x x xi
i
n
n
2 2
11
2 21 1( ) [( ) .... .. . . . . . . . . ( ) ]
sedangkan simpangan baku adalah
s sn
x xi
i
n
2 2
1
1( )
Ragam dan simpangan baku data dalam daftar distribusi frekuensi adalah
sn
f x xi i
i
k
2 2
1
1( )
sedangkan simpangan baku adalah
s s2 1 2
1nf x xi i
i
k
( ) , dimana fi
frekuensi kelas ke i dan
xi
titik tengah kelas ke i
18
Koefisien Keragaman
Koefisien Keragaman (V) = simpangan baku
rataan hitung
s
x
.
.
Koefisien Keragaman dinyatakan dalam prosen:
V =s
xx100%
Angka Baku
Misalkan suatu nilai datum x dari kumpulan data mempunyai rataan hitung x
dan simpangan baku s, maka angka dari nilai x diberikan oleh
zx x
s
Tugas Terstruktur
Kerjakan soal-soal di bawah ini!
1. a. Berapa carakah dapat dibuat antrian masuk ke bis yang terdiri atas lima orang? b. Bila dua orang tidak saling mengikuti, ada berapa cara antrian yang dapat
terjadi? 2. Dalam berapa macam cara yang berbedakah suatu ujian yang terdiri atas delapan
soal dengan jawaban benar salah dapat dijawab? 3. Dari suatu kotak yang berisi empat bola hitam dan dua bola hijau, tiga bola
diambil secara berturutan. Tiap bola dikembalikan sebelum pengambilan berikutnya. Tentukan peluang bola hijau yang terambil!
4. Suatu kota mempunyai dua mobil pemadam kebakaran yang bekerja saling bebas. Peluang suatu mobil tertentu tersedia bila dibutuhkan adalah 0,99 a. Berapakah peluang keduanya tidak tersedia bila dibutuhkan? b. Berapakah peluang suatu mobil tersedia bila dibutuhkan?
5. Skor berikut menyatakan nilai ujian akhir mata pelajaran statistika: 23 60 79 32 57 74 52 70 82 36
80 77 81 95 41 65 92 85 55 76
52 10 64 75 78 25 80 98 81 67
41 71 83 54 64 72 88 62 74 43
19
60 78 89 76 84 48 84 90 15 79
34 67 17 82 69 74 63 80 85 61
Susunlah skor nilai di atas ke dalam daftar distribusi frekuensi, kemudian buatlah
histogram, poligon frekuensi dan ogive
Hitunglah:
a. Rataan hitung b. Modus c. Median d. Simpangan Kuartil e. Koefisien Keragaman (V) f. Selidiki pula apakah skor nilai di atas mengandung pencilan atau tidak!
SELAMAT BEKERJA
20
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
2. GEOMETRI TRANSFORMASI
GEOMETRI TRANSFORMASI 1. Pengertian Transformasi
Transformasi pada bidang V adalah fungsi bijeksi (satu-satu dan pada) dari V ke V.
Contoh :
a. 22: RRT , dengan )12,2(),( yxyxT .
T merupakan fungsi satu-satu karena 2211
,),( yxTyxT mengakibatkan
2211,),( yxyx
T merupakan fungsi pada karena setiap 2, Ryx , terdapat
2
2
1,
2R
yx, sehingga ),(
2
1,
2yx
yxT .
Karena T merupakan fungsi satu-satu dan pada maka T merupakan
transformasi.
b. 33: RRT , dengan )3,2,(),,(
2zyxzyxT .
T bukan merupakan fungsi satu-satu karena (1,2,2) (-1,2,2), tetapi
T (1,2,2)= T (-1,2,2)
Karena transformasi merupakan bijeksi, maka transformasi tersebut memiliki invers dan inversnya juga merupakan transformasi dan Invers dari suatu transformasi tunggal.
2. Hasil Kali Transformasi
Definisi : Misalkan F dan G dua transformasi dengan VVF : dan
VVG : maka komposisi dari F dan G ditulis sebagai GF yang
didefinisikan VPPFGPFG , .
Teorema 1 : Jika VVF : dan VVG : adalah suatu transformasi maka
hasilkali VVGF : juga transformasi.
(Buktikan !)
3. Jenis-jenis Transformasi Transformasi yang akan dibahas meliputi :
a. Isometri Transformasi U merupakan Isometri jika dan hanya jika untuk setiap pasang titik
P dan Q dipenuhi PQ'Q'P dengan PU'P dan QU'Q .
21
Dengan perkataan lain isometri adalah suatu transformasi yang mempertahankan jarak (panjang suatu ruas garis).
Teorema 2: Isometri adalah kolineasi Teorema 3 :
Isometri mempertahankan besar sudut.
Teorema 4:
Isometri mengawetkan kesejajaran.
b. Translasi / Geseran
S merupakan geseran bila terdapat ruas garis berarah AB sedemikian hingga
P dalam bidang dengan S(P) =P’ dipenuhi AB'PP ditulis SAB.
Teorema 5 : SAB = SCD jika dan hanya jika CDAB
Teorema 6 : Jika A, B, dan C tiga titik tak segaris maka SAB = SCD jika dan hanya
jika CABD merupakan jajar genjang.
Teorema 7 : Geseran adalah suatu isometri
Teorema 8 : Geseran mempertahankan arah garis
Teorema 9 : Hasilkali dua geseran SAB dengan SCD akan merupakan geseran lagi
SPQ dengan CDABPQ .
Teorema 10 : Terhadap ISAB
tidak terdapat titik tetap dan semua garis // AB
akan menjadi garis tetap.
Rumus geseran :
SOB (P(X,Y)) = P’(X’,Y’)
Dengan cara tulis vektor :
b
a
Y
X
'Y
'X
c. Pencerminan / Refleksi Definisi : Pencerminan terhadap garis s ditulis MS adalah pemetaan yang
memenuhi :
1) Untuk sB , MS (B) = B 2) Untuk sA , MS (A) = 'A sedemikian hingga s adalah sumbu 'AA .
a
a
b
B b
P (x, y)
X
Y
O
P’(x’,y’)
22
Garis s disebut sebagai sumbu pencerminan.
Teorema 11 : Pencerminan adalah suatu isometri.
Teorema 12 : Pencerminan adalah suatu involusi (MSMS = I )
Teorema 13 : Titik tetap terhadap pencerminan MS adalah titik pada s
dan semua garis yang s adalah garis tetap.
Rumus umum pencerminan I :
Misalkan persamaan garis s : ax + by + c = 0, dan P’ = MS(P), SP maka harus
memenuhi :
1) s'PP 2) Titik tengah s'PP Dari syarat di atas akan diperoleh persamaan dalam x’ dan y’ dan di dapat:
22
22
ba
cbyaxb2y'y
ba
cbyaxa2x'x
Rumus umum pencerminan II :
Jika s dinyatakan dengan persamaan bentuk normal
0Psinycosx:s maka diperoleh :
cosP22siny2cosx'x
sinP22cosy2sinx'y
Atau dengan persamaan matriks :
sin
cosP2
y
x
2cos2sin
2sin2cos
'y
'x
P
P`
s
s
X
Y
s
P
23
Bagaimana dengan kejadian berikut :
i. Jika s berhimpit dengan sumbu x ii. Jika s berhimpit dengan sumbu y
iii. Jika s berhimpit dengan garis y = x iv. Jika s berhimpit dengan garis y = - x
d. Rotasi Bagaimana MtMs untuk sembarang s dan t ?
Dengan sifat segitiga kongruen maka diperoleh
AP = A’P = A’’P dengan 2t,s2''APAm
Sehingga pemetaan di samping disebut
putaran dengan sudut 2 .
Definisi : Rotasi terhadap P dengan sudut dengan lambang ,pR adalah
pemetaan yang memenuhi :
1) ,pR (P) = P
2) ,pR (A) = A’ dengan PA’ = PA, 'APAm
Sudut positip jika arah putar berlawanan dengan arah jarum jam, sudut
negatip bila arah putar searah perputaran jarum jam. Sedangkan = 0
maka ,pR = I. Putaran atau rotasi dengan sudut tidak nol hanya memiliki
satu titik tetap yaitu titik pusat putaran.
Teorema 14 : Sebarang putaran ,p
R selalu dapat dianggap sebagai
hasilkali dua pencerminan MtMs dengan P perpotongan (s,t)
dan 2
1t,sm
Teorema 15 :Rotasi (putaran) merupakan suatu isometri.
A’
A’’
P A
s
t
o o
x x
24
Teorema 16 : ,
1
, ppRR
Rumus putaran i. Dengan pusat putaran O(0,0)
Diperoleh rumus putaran ,O
R
cosysinx'y
sinycosx'x atau
y
x
cossin
sincos
'y
'x
ii. Dengan pusat putaran P(a,b)
Diperoleh rumus putaran ,P
R
by
ax
cossin
sincos
b'y
a'xatau
q
p
y
x
cossin
sincos
'y
'x dengan
bcosbsinaq
asinbcosap
Teorema 17 :Terhadap IR,P
satu – satunya titik tetap adalah P (titik
pusat) ada garis tetap jika R = merupakan rotasi dengan
sudut 180o.
e. Dilatasi Definisi : Diketahui sebuah titik A dan sebuah bilangan positif r, suatu dilatasi
dengan faktor r dan pusat A adalah padanan yang bersifat :
1) D (A) = A
2) Jika AP maka P’ = D (P) adalah titik pada sinar AP sehingga AP’ = r (AP)
Dilatasi dengan pusat A dan faktor r ditulis DA,r.
O
'y,'x'A
y,xA
A2 A1
y
x
x
y y
O
'A
A
b,aP
x
25
Rumus umum Dilatasi :
DO,r ((x,y)) = (rx,ry) , y,x pada bidang O(0,0)
DA,r ((x,y)) = bk1ky,ak1kx , A(a,b)
Untuk pembuktian lihat gambar i) dan ii)
Buktikan rumus tersebut!
4. Similarity Definisi : Suatu transformasi T adalah transformasi kesebangunan (disingkat
kesebangunan) apabila ada sebuah konstanta 0k sehingga untuk setiap
pasang titik P, Q berlaku P’Q’ = k PQ dengan P’= T (P) dan Q’ = T (Q).
O x
y
y,xP
'y,'x'P
x
O
y
y,xP
'y,'x'P
b,aA
'p
p
a
i). ii).
26
Teorema 18 : Similarity adalah suatu kolineasi.
Bukti : Misalkan Lk adalah similarity dan s garis lurus. Akan dibuktikan Lk (s) adalah garis
lurus lagi. Pembuktian sama dengan dalam isometri.
Teorema 19 : Hasilkali similarity Lm dengan Lk adalah similarity lagi dengan faktor km.
Bukti : diturunkan dari definisi.
Teorema 20 : similarity mempertahankan besar sudut.
Bukti :
Ambil ABC
Andaikan A’ = Lk (A)
B’ = Lk (B)
C’ = Lk (C)
maka A’B’ = k AB,
B’C’ = k BC,
C’A’ = k CA
Maka 'C'B'A ~ ABC sehingga
ABCm'C'B'Am .
Corollary : similarity mempertahankan ketegaklurusan.
Teorama 21: similarity mempertahankan kesejajaran.
Buktikan !
Isometri
sentral
Pencerminan
Similaritas
sentral
Dilatasi
Transformasi Affiine
Misalkan T subset, R2 TTf : transformasi affine pada T . Maka f dapat
berbentuk
0x a x efy c d y w
.
B
A
C
A’
B’
C’
27
Transformasi affine tidak mengawetkan kesebangunan. Hal ini dikarenakan factor
pengali pada x tidak sama dengan pengali pada y. Perhatikan peta dari beberapa
bangun oleh transformasi affine berikut.
Secara umum transformasi linier T pada nR , dinyatakan oleh bxAxT ,
dengan A adalah matriks nxn yang determinannya tidak nol dan b adalah vector di
nR . Sebuah transformasi ditentukan oleh matriks A dan vector b .
28
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
3. INTEGRAL
INTEGRAL TAK TENTU Definisi : Fungsi F dikatakan anti turunan dari fungsi f pada selang I jika F’(x) = f(x) untuk semua x di I.
Notasi : F(x) = f(x) dx
Integral tak tentu adalah Anti/Invers/Kebalikan turunan.
Contoh : cxdxx32
3
1 cxdxx
434
Integral tak tentu adalah operator linear, yaitu bersifat :
1. dxxkf )( = dxxfk )(
2. dxxgxf )]()([ = dxxf )( + dxxg )(
Rumus-rumus Dasar Integral Tak Tentu
1. cxn
dxxnn 1
1
1, n ≠ - 1 2. cxxdx cossin
3. cxxdx sincos 4. cxdxx
ln1
5. cedxexx
6. ca
adxa
xx
ln
7. cx
x
dx 1
2sin
1
8. cxtgn
x
dx 1
21
9. cx
xx
dx 1
2sec
1
10. ctgnxxdx2
sec
11. cctgxxdxec2
cos 12. cxxtgnxdx secsec
13. cecxecxctgxdx coscos
29
Contoh :
cxxdxxx sin52
1)cos52(
43
INTEGRAL TENTU
Definisi :
Misal f fungsi yang didefinisikan pada [a,b], f dikatakan terintegralkan pada [a,b] jika
n
i
iiP
xxf
10
)(lim ada, selanjutnya
b
a
dxxf )( disebut Integral Tentu (Integral
Riemann) f dari a ke b, dan didefinisikan
b
a
dxxf )( = n
i
iiP
xxf
10
)(lim .
b
a
dxxf )( menyatakan luas daerah yang tercakup diantara kurva y = f(x) dan sumbu x
dalam selang [a,b], jika
b
a
dxxf )( bertanda negatif maka menyatakan luas daerah yang
berada dibawah sumbu x.
Definisi :
a
a
dxxf )( = 0
b
a
dxxf )( = -
a
b
dxxf )( , a > b
30
Teorema Dasar Kalkulus Teorema Dasar Kalkulus memberikan kemudahan untuk menghitung Integral Tentu, berikut teorema tersebut : Misal f kontinu pada [a,b] dan F sebarang anti turunan f, maka
b
a
dxxf )( = F(b) – F(a)
Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = baxF )]([
Contoh :
1. Perlihatkan bahwa jika r Q dan r -1, maka
11
11
r
a
r
bdxx
rrb
a
r
Jawab :
Karena F(x) = 1
1
r
xr
suatu anti turunan dari f(x) = xr, maka menurut TDK,
11)()(
11
r
a
r
baFbFdxx
rrb
a
r
Integral tentu sebagai operator linear, yaitu bersifat : Misal f dan g terintegralkan pada [a,b] dan k suatu konstanta, maka kf dan f + g terintegralkan, dengan
1.
b
a
dxxkf )( k
b
a
dxxf )(
2. dxxgxf
b
a
)]()([ =
b
a
dxxf )( +
b
a
dxxg )(
Contoh :
Hitung dxxx )64(
2
1
2
Jawab :
dxxdxxdxxx
2
1
22
1
2
1
264)64( = 4
2
1
32
1
2
36
2
xx
31
= 43
1
3
86
2
1
2
4 = 12
Sifat-Sifat Integral Tentu
1. Sifat Penambahan Selang Teorema :
Jika f terintegralkan pada suatu selang yang mengandung tiga titik a, b dan c, maka
dxxf
c
a
)( = dxxf
b
a
)( + dxxf
c
b
)( bagaimanapun urutan a, b dan c.
Contoh :
1. dxxdxxdxx
2
1
21
0
22
0
2 2. dxxdxxdxx
2
3
23
0
22
0
2
3. dxxdxxdxx
2
1
21
0
22
0
2
2. Sifat Simetri Teorema :
Jika f fungsi genap [f(-x) = f(x)] , maka dxxf
a
a
)( = 2 dxxf
a
0
)( dan
Jika f fungsi ganjil [f(-x) = - f(x)], maka dxxf
a
a
)( = 0.
Contoh :
1.
04
cos24
cos dxx
dxx
244
1.
4cos8
0
dxx
2. dx
x
x5
52
5
4
= 0
32
TEKNIK-TEKNIK PENGINTEGRALAN
1. Teknik Subtitusi a. Subtitusi Dalam Integral Tak Tentu
Teorema :
Misal g fungsi yang terdiferensialkan dan F suatu anti turunan dari f, jika u = g(x)
maka f(g(x))g’(x) dx = f(u) du = F(u) + c = F(g(x)) + c
Contoh :
Hitunglah dxx
xsin.
Jawab : Misalkan u = x = x1/2 sehingga du = 2/1
2
1x dx maka
dxx
xsin = 2 dxxx
2/1
2
1sin = 2 udusin = 2cosu + c = 2cos x + c
b. Subtitusi Dalam Integral Tentu.
Teorema :
Misal g mempunyai turunan kontinu pada [a,b] dan f kontinu pada daerah nilai g,
maka duufdxxgxgf
bg
ag
b
a
)(
)(
)()('))((
Contoh :
Hitung
1
02
)62(
1dx
xx
x
Jawab :
Misal u = x2+2x+6 sehingga du = 2x+2 dx = 2(x+1)dx perhatikan u = 6 jika x = 0 dan u = jika x
= 1, jadi
1
02
)62(
1dx
xx
x =
1
02
)62(
)1(2
2
1dx
xx
x
33
= )6ln9(ln2
1ln
2
1
2
1 96
9
6
uu
du =
2
3ln
2
1
2. Pengintegralan Bentuk-Bentuk Trigonometri
a. sin n x dx, cos n x dx
Jika n bilangan bulat positif ganjil, maka keluarkan faktor sin x atau cos x dan kemudian gunakan kesamaan sin 2 x + cos 2 x = 1. Jika n bilangan bulat positif genap, maka gunakan rumus setengah sudut
sin 2 x = 2
2cos1 x , cos 2 x =
2
2cos1 x
Contoh :
1. cos 4 x dx = dxx
2
2
2cos1 =
4
1(1 + 2 cos 2x + cos 2 2x) dx
= 4
1dx +
4
1cos 2x (2) dx +
8
1(1 + cos 4x) dx
= 8
3x +
4
1sin 2x +
32
1 sin 4x + c
b. sin m x cos n x dx
Jika m atau n bilangan bulat positif ganjil dan eksponen lain sembarang, maka keluarkan faktor sin x atau cos x yang berpangkat ganjil tersebut kemudian gunakan kesamaan sin 2 x + cos 2 x = 1. Jika m dan n bilangan bulat positif genap, maka gunakan rumus setengah sudut.
Contoh :
Tentukan : 1. sin 3 x cos –4 x dx 2. sin 2 x cos 4 x dx
c. tg n x dx, cotg n x dx.
Keluarkan faktor tg 2 x = sec 2 x – 1 dalam kasus tg atau faktor cotg 2 x = cosec 2 x – 1
dalam kasus cotg.
34
Contoh :
cotg 4 x dx = cotg 2 x (cosec 2 x – 1) dx = cotg 2 x cosec 2 x dx – cotg 2 x dx = -
cotg 2 x d(cotg x) - (cosec 2 x – 1) dx = -3
1cotg 3x + cotg x + x + c
d. tg m x sec n x dx, cotg m x cosec n x dx
Jika n genap dan m sembarang, maka keluarkan faktor sec 2 x atau
cosec 2 x.
Jika m ganjil dan n sembarang, keluarkan faktor tg x.sec x.
Contoh :
Tentukan : 1. tg –3/2 x sec 4 x dx 2. tg 3 x sec –1/2 x dx
e. sin mx cos nx dx, sin mx sin nx dx, cos mx cos nx dx.
Gunakan kesamaan : sin mx cos nx = ½[sin (m+n)x + sin (m – n)x] sin mx sin nx = -½[cos (m+n)x - cos (m – n)x] cos mx cos nx = ½[cos (m+n)x + cos (m – n)x]
Contoh :
sin 2x cos 3x dx = 1/2 sin 5x + sin (-x) dx
= 1/10 sin 5x d(5x) – ½ sin x dx = - 1/10 cos 5x + ½ cos x + c.
3. Pengintegralan Parsial
Pengintegralan parsial (sebagian) dapat dilakukan jika pengintegralan dengan teknik
subtitusi tidak memberikan hasil, dan dengan catatan bagian sisa pengintegralan lebih
sederhana dari integral mula-mula.
vduuvudv
Contoh :
1. dxxex
Misalkan u = x, dv = ex dx maka du = dx , v = ex
dxxex = dxexe
xx = xex –ex + c
35
4. Integral Fungsi Akar (Subtitusi yang Merasionalkan).
a. Fungsi Integran yang memuat bentuk n bax
Penyelesaian dengan menggunakan subtitusi : u = n bax
Contoh : Hitung dxxx3
4
Jawab : Misalkan u = dxxx3
4 maka 3u = x – 4 dan 3
2u du = dx
Shg dxxx3
4 = cxxduuuu 34
73
23)4()4(
7
33.)4(
b. Integran yang memuat bentuk 222222
,, axxaxa
Gunakan berturut-turut subtitusi : x = a sin t, x = a tg t dan x = a sec t. Contoh :
1. Tentukan dx
x
x
2
24
Jawab :
Jawab : Misalkan x = 2 sin t maka dx = 2 cos t dt dan 2
4 x = 2 cos t , shg
dx
x
x
2
24
= tdtctgdtt
t
t 2
2)cos2(
sin4
cos2 = - ctg t – t + c
= cx
x
x
2sin
4 12
5. Integral Fungsi Rasional Fungsi Rasional merupakan fungsi hasil bagi dua fungsi Polinom yang ditulis :
)(
)()(
xQ
xPxF , P(x) dan Q(x) fungsi –fungsi Polinom dengan Q(x) ≠ 0
Fungsi Rasional dibedakan atas : a. Fungsi Rasional Sejati yaitu fungsi rasional dimana derajat fungsi polinom pada
pembilang lebih kecil dari pada derajat fungsi polinom pada penyebut. b. Fungsi Rasional Tak Sejati yaitu fungsi rasional dimana derajat fungsi polinom pada
pembilang lebih besar dari atau sama dengan derajat fungsi polinom pada penyebut. Fungsi Rasional Tak Sejati dapat ditulis sebagai penjumlahan fungsi polinom dengan Fungsi Rasional Sejati dengan jalan membagi fungsi pembilang dengan fungsi penyebut.
Permasalahan mengintegralkan fungsi rasional terletak pada bagaimana mengintegralkan fungsi rasional sejati. Suatu fakta, bahwa fungsi rasional sejati dapat ditulis sebagai jumlah dari fungsi rasional sejati yang lebih sederhana Contoh :
36
1
3
1
2
1
15
2 xxx
x
a. Penjabaran Fungsi Rasional atas Faktor Linear yang Berbeda
Contoh :
Tentukan dx
xxx
x
32
35
23
Jawab :
31)3)(1(
35
32
35
23 x
C
x
B
x
A
xxx
x
xxx
x
maka 5x + 3 = A(x+1)(x-3) + Bx(x-3) + Cx(x+1) dengan menyamakan koefisien pada kedua polinom diruas kiri dan ruas kanan maka
diperoleh : A = -1 , B = 2
1 , dan C = 2
3 sehingga
dx
xxx
x
32
35
23= dx
xdx
xx
dx
3
23
1
21
= - ln cxxx 3ln2
31ln
2
1
b. Penjabaran Fungsi Rasional atas Faktor Linear yang Berulang Contoh :
Tentukan dx
x
x
2)3(
Jawab :
22)3(3)3( x
B
x
A
x
x maka x = A(x-3) + B
dengan menyamakan koefisien pada kedua polinom diruas kiri dan ruas kanan diperoleh : A = 1 dan B = 3 sehingga
cx
xdx
x
dxx
dx
x
x
3
33ln
)3(
3
3
1
)3(22
Yang perlu diperhatikan untuk tiap faktor k
bax )( dalam penyebut, maka ada
sebanyak k suku penjabarannya, yaitu :
k
k
bax
A
bax
A
bax
A
)(
...
)(2
21
c. Penjabaran Fungsi Rasional atas Faktor Kuadrat yang Berbeda Contoh :
37
Tentukan dx
xx
xx
)1)(14(
136
2
2
Jawab :
114)1)(14(
136
22
2
x
CBx
x
A
xx
xx
Selanjutnya tentukan A, B dan C seperti cara diatas dan kemudian hitung integral setiap sukunya.
PENGGUNAAN INTEGRAL TERTENTU
1. Luas Daerah Bidang Rata a. Daerah Antara Kurva dan Sumbu Koordinat. Perhatikan gambar daerah rata dibawah ini
Daerah R dibatasi oleh grafik-grafik y = f(x), x = a, x =
b dan y = 0, luasnya A(R) ditentukan oleh :
A(R) = dxxf
b
a
)(
Jika gambar terletak dibawah sumbu X maka integral diatas bernilai negatif, karena luas daerah tidak mungkin bilangan negatif maka nilai integral tersebut dimutlakkan. Perhatikan pula gambar daerah rata berikut ini :
Daerah R dibatasi oleh grafik-grafik x = f(y), y = c, y = d dan x = 0, luasnya A(R)
ditentukan oleh : A(R) = dyyf
d
c
)(
Jika gambar terletak disebelah kiri sumbu Y maka integral diatas bernilai negatif, karena
luas daerah tidak mungkin bilangan negatif maka nilai integral tersebut dimutlakkan.
38
Contoh :
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh
fungsi :
Untuk menghitung luas daerah rata ikuti pola berfikir sebagai berikut : 1. Gambar daerah yang bersangkutan 2. Potong daerah menjadi jalur-jalur dan beri nomor pada satu jalur tertentu 3. Hampiri luas jalur tertentu tersebut dengan luas persegi panjang 4. Jumlahkan luas jalur-jalur pada daerah tersebut 5. Ambil limit dari jumlah diatas dengan lebar jalur menuju 0, maka diperoleh integral
tertentu.
b. Daerah antara 2 Kurva
Perhatikan kurva-kurva y = f(x) dan y = g(x) dengan g(x) f(x) pada selang [a,b], sebagai
gambar berikut :
xxgxfA ))()((
A = b
a
dxxgxf ))()((
Kita gunakan cara : potong, aproksimasikan, dan integralkan.
39
Tugas Terstruktur
1. Tentukan :
a. 2
02
sin1
cosdx
x
x b. dxxx )ln(
c. dxctgxtgx2
)( d. xdxecctgx3
cos
e. dx
x
x
2
2
9
f. dx
xx
x
54
12
2
2. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = 22x dan
y = 422
xx
3. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva y = x, y = 2x dan y = 5 – x
4. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = x dan y = -x + 6 5. Gambarlah daerah R yang dibatasi oleh kurva-kurva y = x + 6, y = x3 dan 2y + x =
0. Kemudian hitunglah luasnya.
40
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
4. LIMIT
LIMIT FUNGSI
Perhatikan fungsi yang ditentukan oleh rumus 2
232)(
2
x
xxxf
Jika variabel x diganti 2 maka f(2) = 0
0 , merupakan bentuk tak tentu. Jadi f(x) tidak
ter-definisi pada x = 2, tetapi adakah suatu bilangan yang akan didekati oleh nilai f(x)
jika nilai x mendekati 2 tetapi tidak sama dengan 2?. Untuk mengetahui jawabannya
kita ambil nilai-nilai dari x yang mendekati 2 dari fihak kurang dari 2 (dari kiri)
misalnya: 0; 1; 1,5; 1,9; 1,999; 1,999999 dan nilai-nilai x yang mendekati 2 dari fihak
lebih dari 2 misalnya: 4; 3; 2,5; 2,1; 2,001; 2,000001. Kemudian dihitung nilai f pada
nilai-nilai x tersebut yang terlihat pada tabel berikut:
x f(x)
0 1
1 3
1,5 4
1,9 4,8
1,999 4,998
1,999999 4,999998
2 ?
2,000001 5,000002
2,001 5,002
2,1 5,02
2,5 6
3 7
4 9
Dari tabel di atas kita dapat menduga bahwa nilai f(x) akan mendekati 5 jika x
mendekati 2 yang ditulis 5)(lim2
xfx
.
41
Definisi
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu selang I yang memuat c (pada c
fungsi f boleh tidak terdefinisi). Limit f(x) untuk x mendekati c adalah L, ditulis
cx
lim f(x) = L jika untuk sembarang > 0 (bagaimanapun kecilnya), terdapat bilangan
> 0 sedemikian hingga |f(x) - L| < apabila 0 < |x - c| < .
Atau dengan kata lain jika x memenuhi 0 <|x - c| < maka |f(x) - L| <
Perhatikan gambar berikut:
Y
L+ y=f(x)
daerah |f(x)-L|< L
L-
c- c c+ X
daerah 0<|x-c|<
Contoh Buktikan 52
232lim
2
2 x
xx
x
Penyelesaian:
Tinjauan pendahuluan:
jika diberikan > 0, akan dicari > 0 sedemikian hingga jika 0 < |x - 2| < maka
52
2322
x
xx <
untuk x 2,
52
2322
x
xx =
2
)2(52322
x
xxx =
2
8822
x
xx
= 2
)2)(42(
x
xx= |2x - 4| = 2 |x - 2|
dari hasil terakhir ini menyarankan pemilihan = 2
42
Bukti lengkap:
diberikan > 0 sembarang
pilih = 2
sehingga untuk nilai x yang memenuhi 0 < |x - 2| < akan berlaku
2
2 3 25
2
x x
x = 2 |x - 2| < 2 = 2
3 =
terbukti 2
limx
22 3 2
2
x x
x = 5
Limit satu sisi (limit kiri dan limit kanan
Definisi
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu selang buka (a,c). Limit f(x) untuk
x mendekati c dari kiri adalah L, ditulis cx
lim f(x) = L jika untuk sembarang > 0
(bagaimanapun kecilnya), terdapat bilangan > 0 sedemikian hingga |f(x)-L|<
apabila 0<c-x< . Atau dengan kata lain jika x memenuhi 0 < c - x < maka |f(x) - L|
<
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu selang buka (c,d). Limit f(x) untuk
x mendekati c dari kanan adalah L, ditulis cx
lim f(x) = L jika untuk sembarang > 0
(bagai-manapun kecilnya), terdapat bilangan > 0 sedemikian hingga |f(x)-L|<
apabila 0<x-c< .
Atau dengan kata lain jika x memenuhi 0 < x - c < maka |f(x) - L| <
Contoh
Misalkan fungsi f didefinisikan sebagai:
f(x) = sgn(x) =
1
0
1
jika
jika
jika
0
0
0
x
x
x
Y
1 y=f(x)
X
y=f(x) -1
Gambar
43
dalam contoh ini
0
lim
x
f(x) = -1 dan
0
lim
x
f(x) = 1
terlihat bahwa limit kiri tidak sama dengan limit kanan.
Teorema
cx
lim f(x) = L jika dan hanya jika cx
lim f(x) = L dan cx
lim f(x) = L
Y y=f(x) Y Y
y=f(x)
y=f(x)
y=f(x) y=f(x)
c X c X c X
(i) (ii) (iii)
Gambar
gambar(i) cx
lim f(x) = cx
lim f(x) maka cx
lim f(x) ada
gambar(ii)cx
lim f(x) cx
lim f(x) maka cx
lim f(x) tidak ada
gambar(iii) lim ( ) lim ( )x c x c
f x f x maka cx
lim f(x) tidak ada
Contoh Misalkan fungsi f didefinisikan f(x) =
3
33
3
3
9
5
2
x
x
x
jika
jika
jika
x
x
x
-3 3 X
Gambar
3
lim
x
f(x) = 3
lim
x
(x+5) = 2 dan
3
lim
x
f(x) =
3
lim
x
29 x = 0
karena 3
lim
x
f(x) 3
lim
x
f(x) maka 3
limx
f(x) tidak ada
3
lim
x
f(x) = 3
lim
x
29 x = 0 dan
3
lim
x
f(x) = 3
lim
x
(x-3) = 0
Y
44
karena 3
lim
x
f(x) =3
lim
x
f(x) = 0 maka 3
limx
f(x) = 0 (ada)
Teorema-teorema tentang limit
Misalkan n bilangan bulat positip, k konstanta dan f,g fungsi-fungsi yang mempunyai
limit di c, maka:
1. cx
lim k = k 2. cx
lim x = c
3. cx
lim k f(x)= k cx
lim f(x) 4. cx
lim [f(x)+g(x)] = cx
lim f(x) + limx c
g(x)
5. cx
lim [f(x)-g(x)] = cx
lim f(x) - cx
lim g(x) 5. cx
lim [f(x) g(x)] = cx
lim f(x) cx
lim g(x)
7. cx
lim( )
( )
f x
g x =
)(lim
)(lim
xg
xf
cx
cx , asalkan cx
lim g(x) 0 6. cx
lim [f(x)]n = [cx
lim f(x)]n
9. cx
lim ( )n f x = ncx
xf )(lim , asalkan cx
lim f(x) 0 dimana n genap
Teorema-teorema ini dapat dibuktikan dengan menggunakan definisi limit
Contoh
1. Carilah 3
limx
2x4
Penyelesaian: 3
limx
2x4 = 2 3
limx
x4 = 2 [3
limx
x]4 = 2 (3)4 = 162
2. Carilah 2
x 4
lim (3x 2x )
Penyelesaian: 2
x 4
lim (3x 2x ) = 2
x 4
lim 3x - x 4
lim 2 x = 3[x 4
lim x ]2 - 2 x 4
lim x = 3[4]2 -
2(4) = 40
3. Jika x c
lim f (x ) 4 dan x c
lim g(x ) 8 carilah 2 3
x c
lim [f (x ) g(x ) ] ,
Penyelesaian: 2 3
x c
lim [f (x ) g(x ) ] =2 3
x c x c
[ lim f (x ) lim g(x ) ] =2
3x c x c
[ lim f (x )] lim g(x ) =
24 (2) 32
Teorema
Jika f suatu fungsi polinomial atau fungsi rasional makacx
lim f(x) = f(c) asalkan dalam
kasus fungsi rasional nilai penyebut di c tidak nol.
45
Contoh
1. Hitunglah 2
x 1
lim (3x 4x 5)
Penyelesaian: 2f (x ) (3x 4x 5) , f (1) = 3(1)2 + 4(1) - 5 = 2 jadi
2
x 1
lim (3x 4x 5) 2
2. Hitunglah 863
613107lim
2
45
2 xx
xxx
x
Penyelesaian: f(x) =863
613107
2
45
xx
xxx f(2) =
5 4
2
7(2) 10(2) 13(2) 6
3(2) 6(2) 8= -
1 1
2
Jadi 863
613107lim
2
45
2 xx
xxx
x
= -1 1
2
3. Hitunglah 2
limt
2
2
3 10
6
t t
t t
Penyelesaian:f(t) = 2
2
3 10
6
t t
t t f(2) =
2
2
(2) 3(2) 10
(2) (2) 6=
0
0 (bentuk tak tentu).
Karena di t = 2 nilai penyebutnya nol, maka teorema diatas tidak dapat diterapkan,
adapun cara menyelesaikannya adalah
2
limt 6
103
2
2
tt
tt =
2
limt )3)(2(
)5)(2(
tt
tt =
2
limt )3(
)5(
t
t=
2 5
2 3=
7
5
5. Hitunglah 0
4 4limx
x x
x
Penyelesaian: 4 4
( )x x
f xx
0(0)
0f (bentuk tak tentu)
0
4 4limx
x x
x =
0
4 4 4 4lim
4 4x
x x x x
x x x
= 0
(4 ) (4 )lim
( 4 4 )x
x x
x x x
= 0 0
2 2 2 1lim lim 4
4( 4 4 ) ( 4 4 ) 2 4x x
x
x x x x x
46
4. Hitunglah 3
limx
4
3( )x
Penyelesaian:
f(x) = 4
3( )x f(3) =
4
0 penyebutnya nol sehingga teorema diatas tidak dapat
diterapkan (ini akan dibahas selanjutnya sebagai limit tak hingga)
Limit fungsi trigonometri
Fungsi sinus dan kosinus mempunyai limit pada setiap bilangan real c yaitu limx c
sin x
= sin c dan limx c
cos x = cos c. Fungsi-fungsi f(x) = sec x = 1
cos x, f(x) = csc x =
1
sin x, f(x) = tan x =
sin
cos
x
x dan f(x) = ctg x =
cos
sin
x
x mempunyai limit pada setiap
bilangan real kecuali pada bilangan yang membuat penyebutnya nol. Misalnya f(x) =
sec x = 1
cos x mempunyai limit pada semua bilangan real kecuali pada x =
2 + k
dengan k bilangan bulat.
Rumus:
1. 1sin
lim0 x
x
x
2. 1sin
lim0 x
x
x
3. 1tan
lim0 x
x
x
4. 1tan
lim0 x
x
x
Contoh:
1. hitunglahx
x
x 3
4sinlim
0
2. hitunglahx
x
x 4sin
3sinlim
0
3. hitunglahx
x
x 2sin
5tanlim
0
Penyelesaian: Penyelesaian: Penyelesaian:
x
x
x 3
4sinlim
0
x
x
x 4sin
3sinlim
0
x
x
x 2sin
5tanlim
0
=3
4
4
4sinlim
0 x
x
x
=4
3
4sin
4
3
3sinlim
0 x
x
x
x
x
=2
5
2sin
2
5
5tanlim
0 x
x
x
x
x
=x
x
x 4
4sinlim
3
4
0
= 3
4 =
3
4 =
2
5
47
Limit Takhingga
Misalkan fungsi f didefinisikan sebagai f(x) = 3
22
( )x, fungsi f di x = 2 tidak
terdefinisi tetapi bagaimana nilai f untuk x 2 dan x mendekati 2, perhatikan tabel
berikut:
Untuk x mendekati 2 dari fihak lebih dari 2 (dari kanan)
x 3 5/2 7/3 9/4 21/10 201/100 2001/1000
f(x) 3 12 27 48 300 30.000 3.000.000
Terlihat bahwa nilai f bertambah besar tak terbatas jika x mendekati 2 dari kanan,
ditulis lim( )x x2
2
3
2 = +
Untuk x mendekati 2 dari fihak kurang dari 2 (dari kiri)
x 1 3/2 5/3 7/4 19/20 199/100 1999/1000
f(x) 3 12 27 48 300 30.000 3.000.000
Terlihat bahwa nilai f bertambah besar tak terbatas jika x mendekati 2 dari kiri, tulis
lim( )x x2
2
3
2 = +
dari dua pengertian diatas dikatakan f bertambah besar tak terbatas jika x mendekati
2, ditulis lim( )x x2
2
3
2 = +
Y
y = f(x) y = f(x)
x = 2
Gambar
Definisi
Misalkan f fungsi yang tedefinisi pada selang terbuka I yang memuat c (pada c fungsi
f boleh tidak terdefinisi). bila x mendekati c nilai f(x) bertambah besar tak terbatas
ditulis limx c
f(x)= + jika untuk sembarang bilangan N > 0 terdapat > 0 sedemikian
hingga f(x)>N, bila x memenuhi 0 < |x-c| <
48
Perhatikan gambar berikut:
f(x)
N
c- c x c+
Gambar
Hal serupa jika g(x) = 3
22
( )x maka nilai g(x) menurun tak terbatas bila x mendekati
2 ditulis lim( )x x2
2
3
2= -
Definisi
Misalkan f fungsi yang tedefinisi pada selang buka I yang memuat c (pada c fungsi f
boleh tidak terdefinisi). Bila x mendekati c nilai f(x) menurun tak terbatas ditulis
limx c
f(x)=- jika untuk sembarang bilangan N < 0 terdapat >0 sedemikian hingga
f(x)<N bila x memenuhi 0< |x - c| < .
Perhatikan gambar berikut:
Y
c- c xc+ X
y = f(x) y = f(x)
N
f(x)
Gambar
49
Limit satu pihak
Definisi
1. Misalkan f terdefinisi pada selang buka (a,c) limx c
f(x) = + jika untuk sembarang
bilangan N > 0 terdapat > 0 sedemikian hingga f(x) > N bila 0 < c - x < .(gambar
(i))
2. Misalkan f terdefinisi pada selang terbuka (c,d) limx c
f(x) = + jika untuk
sembarang bilangan N > 0 terdapat > 0 sedemikian hingga f(x) > N bila 0 < x - c
< .(gambar (ii))
f(x) f(x)
N N
c- x c c x c+
Gambar (i) Gambar (ii)
Definisi yang serupa untuk limx c
f(x) = - dan limx c
f(x) = -
Contoh
Misalkan h adalah fungsi yang didefinisikan h(x) = 2
1
x
x, maka lim
x 1
2
1
x
x = - dan
limx 1
2
1
x
x = +
Y
2
1 X
Gambar
50
Teorema
Jika r sembarang bilangan bulat positip maka
(a). limx 0
1
xr
= + (b). limx 0
1
xr
= jika
jika
r
r
ganjil
genap
Contoh
limx 0
1
3x
= + dan limx 0
1
4x
= + sedangkan limx 0
1
3x
= - dan limx 0
1
4x
= +
Teorema
Jika c sembarang bilangan real dan jika limx c
g(x) = 0 dan limx c
f(x) = k dimana k
konstanta tak nol maka: (i) jika k>0 dan g(x) 0 dari arah positip maka
limx c
f x
g x
( )
( )= +
(ii) jika k>0 dan g(x) 0 dari arah negatip maka limx c
f x
g x
( )
( )= -
(iii) jika k<0 dan g(x) 0 dari arah positip maka limx c
f x
g x
( )
( )= -
(iv) jika k<0 dan g(x) 0 dari arah negatip maka limx c
f x
g x
( )
( )= +
Teorema ini juga berlaku untuk limit satu sisi
Contoh
1. Tentukan limx 4
2 1
4
x
x
Penyelesaian:
karena limx 4
(2x-1) = 7 > 0 dan limx 4
(x-4) = 0 (dari arah positip) maka limx 4
2 1
4
x
x= +
2. Tentukan limx 4
2 1
4
x
x
Penyelesaian:
karena limx 4
(2x-1) = 7 > 0 dan limx 4
(x-4) = 0 (dari arah negatip) maka limx 4
2 1
4
x
x = -
51
Limit di tak hingga
Pandang fungsi f yang didefinisikan f(x) = 2
1
2
2
x
x
misalkan jika diambil nilai x = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 10, 100, 1000 dan seterusnya yaitu nilai
x bertambah besar tak terbatas maka nilai f dapat dilihat dalam tabel berikut:
x 0 1 2 3 4 5 10 100
f(x) 0 1 5/8 18/10 32/17 50/26 200/101 20.000/10.001
Terlihat bahwa jika nilai x bertambah besar tak terbatas maka kita menduga nilai f
akan mendekati 2 ditulis limx
2
1
2
2
x
x = 2
Definisi
Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada selang buka (a,+ ) limit f(x) bila x bertambah
besar tak terbatas adalah L ditulis limx
f(x) = L jika untuk sembarang bilangan >0
(bagai-manapun kecilnya) terdapat bilangan N > 0 sedemikian hingga |f(x) - L| <
apabila x > N.
Perhatikan gambar berikut:
f(x) L
L- y = f(x)
N x
Gambar
Dengan cara yang serupa untuk f(x) = 2
1
2
2
x
x
misalkan jika diambil nilai x = 0, -1, -2, -3, -4, -5, -10, -100, -1000 dan seterusnya
yaitu nilai x menurun tak terbatas maka nilai f dapat dilihat dalam tabel berikut:
x 0 -1 -2 -3 -4 -5 -10 -100
f(x) 0 1 5/8 18/10 32/17 50/26 100/101 20.000/10.001
52
Terlihat bahwa jika nilai x menurun tak terbatas maka kita menduga nilai f akan
mendekati 2 ditulis limx
2
1
2
2
x
x = 2
Definisi
Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada selang buka (- ,a) limit f(x) bila x menurun
tak terbatas adalah L ditulis limx
f(x) = L jika untuk sembarang bilangan > 0
(bagaimanapun kecilnya) terdapat bilangan N < 0 sedemikian hingga |f(x) - L| <
apabila x < N.
Perhatikan gambar berikut:
L f(x)
L-
x N X
Gambar
Teorema
Jika r sembarang bilangan bulat positip, maka
(i) limx
1
xr
= 0 (ii) limx
1
xr
= 0
Contoh
1. Tentukan limx
4 3
2 5
x
x
Penyelesaian: limx
4 3
2 5
x
x= lim
x
3
5
4
2
x
x
=
3
5
lim (4 )
lim (2 )
xx
xx
=
3
5
lim 4 lim ( )
lim 2 lim ( )
xx x
xx x
=
4 0
2 0 = 2
2. Tentukan limx
23
3 4
x x
x
53
Penyelesaian: limx
23
3 4
x x
x= lim
x
2
3
3 2
1x
x x
=
2
3
3 4
lim (1 )
lim ( )
xx
x xx
=
3
3 4
lim 1 lim ( )
lim ( ) lim ( )
xx x
x xx x
=
3. Tentukan limx 3 2
5 1
2 5
x
x x x
Penyelesaian: limx 3 2
5 1
2 5
x
x x x
= limx
2 3
2
5 1
5 12
x x
x x
= 0
4. Tentukan 2 2
lim ( 2 1)x
x x
Penyelesaian: 2 2
lim ( 2 1)x
x x =
2 22 2
2 2
2 1lim ( 2 1)
2 1x
x xx x
x x
=
2 2
2 2 2 2
( 2) ( 1) 1lim lim
2 1 2 1x x
x x
x x x x
=
2 2
1
2 1lim 0
1 1
x
x
x x
Catatan: Pembahasan limit pada x menuju tak hingga dapat diperluas untuk
limx
f(x) = + , limx
f(x) = - , limx
f(x) = + dan limx
f(x) = -
54
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
5. LOGIKA MATEMATIKA
LOGIKA MATEMATIKA
I. PENDAHULUAN
Logika adalah dasar dan alat berpikir yang logis dalam matematika dan
pelajaran-pelajaran lainnya, sehingga dapat membantu dan memberikan
bekal tambahan untuk menyampaikan pelajaran di sekolah. Dalam Logika
dipelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang dapat dipakai untuk
membedakan cara berpikir benar (correct) atau tidak benar (incorrect),
sehingga dapat membantu menyatakan ide-ide tepat dan tidak mempunyai
arti ganda. Jadi, dalam ilmu logika hanya mempelajari atau memperhatikan
kebenaran dan kesalahan dari penalaran, dan penarikan kesimpulan dari
sebuah pernyataan atau lebih.
II. PERNYATAAN
Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai kebenaran
benar saja atau salah saja dan tidak kedua-duanya.
Istilah-istilah lain dari pernyataan adalah kalimat matematika tertutup, kalimat
tertutup, kalimat deklaratif, statement atau proposisi.
III. PERNYATAAN TUNGGAL DAN MAJEMUK
Suatu kalimat selain dibedakan atas pernyataan dan bukan
pernyataan, kalimat juga dibedakan pula atas pernyataan tunggal dan
pernyataan majemuk. Pernyataan tunggal atau pernyataan sederhana adalah
pernyataan yang tidak memuat pernyataan lain atau sebagai bagiannya,
sedangkan pernyataan majemuk dapat merupakan kalimat baru yang
diperoleh dengan cara menggabungkan beberapa pernyataan tunggal.
Dua pernyataan tunggal atau lebih dapat digabungkan menjadi sebuah
kalimat baru yang merupakan pernyataan majemuk, sedangkan tiap
pernyataan bagian dari pernyataan majemuk disebut komponen-komponen
pernyataan majemuk. Komponen-komponen dari pernyataan majemuk itu
tidak selamanya harus pernyataan tunggal, tetapi mungkin saja pernyataan
55
majemuk. Namun yang terpenting adalah bagaimana menggabungkan
pernyataan-pernyataan tunggal menjadi pernyataan majemuk.
Untuk menggabungkan pernyataan-pernyataan tunggal menjadi
pernyataan majemuk dapat dipakai kata gabung atau kata perangkai yang
disebut operasi-operasi logika matematika.
Contoh:
1. Jakarta adalah ibukota negara RI
2. Merah putih adalah bendera negara RI
3. 2 adalah bilangan prima yang genap
4. Jika suatu bilangan habis dibagi dua maka bilangan itu genap
Soal:
Buatlah contoh pernyataan tunggal dan majemuk, kemudian tentukan nilai
kebenarannya!
OPERASI LOGIKA
Adapun operasi-operasi yang dapat membentuk pernyataan majemuk
adalah
1. Negasi atau ingkaran, dengan kata perangkai tidaklah benar, simbol “ ~ “
2. Konjungsi, dengan kata perangkai dan, simbol “ “
3. Disjungsi, dengan kata perangkai atau, simbol “ “
4. Implikasi, dengan kata perangkai Jika ……, maka …….., simbol “ “
5. Biimplikasi, dengan kata perangkai …….jika dan hanya jika ……., simbol “
“
Contoh pernyataan majemuk:
1. Bunga mawar berwarna merah dan bunga melati berwarna putih
2. Ani dan Ana anak kembar
3. Cuaca hari ini mendung atau cerah
4. Jika x = 0 maka x x2
5. Suatu segitiga dikatakan segitiga sama sisi jika dan hanya jika ketiga
sudutnya sama
56
V. TABEL KEBENARAN
1. Operasi Negasi
Operasi negasi atau ingkaran adalah operasi yang dikenakan hanya
pada sebuah pernyataan. Operasi negasi dilambangkan “ ~ “
Jika p adalah pernyataan tunggal, maka ~p adalah pernyataan majemuk.
Negasi dari suatu pernyataan yang bernilai benar adalah salah dan negasi
dari suatu pernyataan yang bernilai salah adalah benar.
Definisi: Suatu pernyataan dan negasinya mempunyai nilai kebenaran yang
berlawanan
Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:
p ~ p
B S
S B
Contoh:
p : Jakarta ibukota negara Republik Indonesia
~ p : Jakarta bukan ibukota negara Republik Indonesia
2. Operasi Konjungsi
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai
dan disebut konjungsi. Operasi konjungsi dilambangkan dengan “ “
Definisi: Sebuah konjungsi bernilai benar jika komponen-komponennya
bernilai benar, dan bernilai salah jika salah satu dari komponennya bernilai
salah
Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:
57
p q p q
B B B
B S S
S B S
S S S
3. Operasi Disjungsi
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai
atau disebut disjungsi. Operasi disjungsi dilambangkan dengan “ “
Definisi: Sebuah disjungsi inklusif bernilai benar jika paling sedikit salah satu
komponennya bernilai benar, sedangkan disjungsi eksklusif bernilai
benar
jika paling sedikit komponennya bernilai benar tetapi tidak kedua-
duanya.
Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:
Disjungsi Inklusif: Disjungsi Eksklusif:
p q p q p q p q
B B B B B S
B S B B S B
S B B S B B
S S S S S S
58
4. Operasi Implikasi
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai
Jika …. maka ….. disebut implikasi. Operasi implikasi dilambangkan dengan “
“
Definisi: Sebuah pernyataan implikasi hanya salah jika antesedennya benar
dan konsekwennya salah, dalam kemungkinan lainnya implikasi bernilai
benar.
Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:
p q p q
B B B
B S S
S B B
S S B
5. Operasi Bi-implikasi
Suatu pernyataan majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan dua pernyataan tunggal dengan memakai kata perangkai
…… jika dan hanya jika …… disebut biimplikasi. Operasi biimplikasi
dilambangkan dengan “ “
Definisi: Sebuah pernyataan biimplikasi bernilai benar jika komponen-
koponennya mempunyai nilai kebenaran sama, dan jika komponen-
koponennya mempunyai nilai kebenaran tidak sama maka biimplikasi bernilai
salah.
Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:
p q p q
B B B
B S S
S B S
S S B
59
VI. BENTUK-BENTUK PERNYATAAN
Bentuk-bentuk pernyataan dalam logika dibedakan dalam:
1. Kontradiksi
2. Tautologi
3. Kontingensi
Kontradiksi adalah suatu bentuk pernyataan yang hanya mempunyai contoh
substitusi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang salah dalam
segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya.
Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang benar dalam segala hal,
tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya.
Kontingensi adalah sebuah pernyataan majemuk yang bukan suatu tautologi
maupun kontradiksi.
Contoh:
Selidiki pernyataan di bawah ini apakah suatu tautologi, kontradiksi atau
kontingensi!
( ~p q ) v ( q p )
p q ~ p ~ p q q p ( ~p q ) v ( q p )
B B S S B B
B S S S B B
S B B B S B
S S B S B B
60
Karena pada tabel kebenaran di atas benar semua, maka pernyataan di atas
suatu tautologi
Soal:
Selidiki apakah pernyataan-pernyataan di bawah ini suatu tautologi,
kontradiksi atau kontingensi!
1. ( p q ) p
2. ( p q ) [ ( ~ q r ) ( r p ) ] 3. ( p v q ) ( ~ p q )
VII. IMPLIKASI LOGIS DAN EKWIVALEN LOGIS
Suatu bentuk pernyataan implikasi yang merupakan tautologi disebut
implikasi logis.
Contoh:
p q p q ( p q ) p [ ( p q ) p ] p
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Dua atau lebih pernyataan majemuk yang mempunyai nilai kebenaran
sama disebut ekwivalen logis dengan notasi “ “ atau “ “
Contoh:
p q p q p q q p ( p q ) ( q p )
B B B B B B
B S S S B S
S B S B S S
S S B B B B
61
Karena p q mempunyai nilai kebenaran sama dengan ( p q ) ( q p
), maka kedua pernyataan majemuk di atas disebut ekwivalen logis.
Jadi, p q ( p q ) ( q p )
Soal:
Selidiki apakah pernyataan di bawah ini apakah implikasi logis atau ekwivalen
logis!
1. [( p q ) v r ] [( p ~ q ) v r]
2. [ ~ ( p q )] ( p q )
VIII. KONVERS, INVERS DAN KONTRAPOSISI
Jika suatu bentuk implikasi p q diubah menjadi q p disebut
konvers
Jika suatu bentuk implikasi p q diubah menjadi ~ p ~ q disebut
invers
Jika suatu bentuk implikasi p q diubah menjadi ~ q ~ p disebut
kontraposisi
Skema konvers, invers dan kontraposisi dapat dilihat sbb:
konvers
p q q p
invers kontraposisi invers
~p ~q ~q ~p
konvers
62
Contoh:
Carilah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan:
“ Jika binatang itu bertubuh besar maka binatang itu disebut gajah “
Konvers : Jika binatang itu disebut gajah maka binatang itu bertubuh
besar
Invers : Jika binatanag itu tidak bertubuh besar maka binatang itu bukan
gajah
Kontraposisi: Jika binatang itu bukan gajah maka binatang itu tidak bertubuh
besar
Soal:
Buatlah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan:
1. Jika dua buah garis saling tegak lurus maka kedua garis itu membentuk
sudut siku-siku
2. Jika x = 3 maka x2
= 9
IX. PENGERTIAN KUANTOR
Suatu Kuantor adalah suatu ucapan yang apabila dibubuhkan pada
suatu kalimat terbuka akan mengubah kalimat terbuka tersebut menjadi suatu
kalimat tertutup atau pernyataan.
Kuantor dibedakan atas:
1. Kuantor Universal/ Umum ( Universal Quantifier ), notasinya : “ ”
2. Kuantor Khusus ( Kuantor ( Eksistensial Quantifier ), notasinya : “ “
Contoh:
Jika p(x) kalimat terbuka: x + 3 > 5
63
Apabila pada kalimat terbuka di atas dibubuhi kuantor, maka: x, x + 3 > 5 (
S )
atau x, x + 3 > 5 ( B )
Jika x bilangan bulat, maka tentukan nilai kebenaran dari pernyataan-
pernyataan di bawah ini!
1. ( x) ( y ) ( x + 2y = 7 )
2. ( x) ( y) (x + 2y = x)
3. ( x) ( y) ( x > y )
4. ( x) ( y) ( x.y = 1 )
X. PERNYATAAN BERKUANTOR
Contoh pernyataan berkuantor:
1. Semua manusia fana
2. Semua mahasiswa mempunyai kartu mahasiswa
3. Ada bunga mawar yang berwarna merah
4. Tidak ada manusia yang tingginya 3 meter
Untuk memberikan notasi pada pernyataan berkuantor maka harus dibuat
fungsi proposisinya terlebih dahulu, misalnya untuk pernyataan “Semua
manusia fana” maka kita buat fungsi proposisi untuk manusia M(x) dan fana
F(x), sehingga notasi dari semua manusia fana adalah x, M(x) F(x)
Buatlah notasi untuk pernyataan berkuantor di bawah ini!
1. Semua pedagang asongan adalah pejalan kaki ( A(x), K(x) )
2. Ada mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas ( M(x), T(x) )
3. Beberapa murid ikut lomba Porseni ( M(x), L(x) )
4. Semua guru diharuskan berpakaian seragam ( G(x), S(x) )
XI. NEGASI PERNYATAAN BERKUANTOR
Negasi pernyataan berkuantor adalah lawan/ kebalikan dari
pernyataan berkuantor tersebut.
64
Contoh:
Negasi dari pernyataan: “ Semua mahasiswa tidak mengerjakan tugas “
adalah
“ Ada mahasiswa yang mengerjakan tugas “
Jika diberikan notasi, maka pernyataan di atas menjadi:
x, M(x) T x( ) , negasinya x, M(x) T(x)
Soal:
Buatlah negasi dari pernyataan-pernyataan berkuantor pada soal
sebelumnya!
XII. ARGUMEN
Argumen adalah kumpulan pernyataan, baik tunggal maupun majemuk
dimana pernyataan-pernyataan sebelumnya disebut premis-premis dan
pernyataan terakhir disebut konklusi/ kesimpulan dari argumen.
Contoh:
1. p q
2. p / q
1. ( p q ) ( r s )
2. ~ q v ~ s / ~ p v ~ r
1. p
2. q / p q
65
XIII. BUKTI KEABSAHAN ARGUMEN
Bukti keabsahan argumen dapat melalui:
1. Tabel Kebenaran
2. Aturan Penyimpulan
Untuk argumen sederhana atau argumen yang premis-premisnya hanya
sedikit bukti keabsahan argumen dapat menggunakan tabel kebenaran,
namun untuk argumen yang premis-premisnya kompleks harus menggunakan
aturan-aturan yang ada pada logika diantaranya aturan penyimpulan.
Contoh:
Buktikan keabsahan argumen
1. 1. p q
2. ~ q / ~p
2. 1. a b
2. c d
3. ( ~b v ~d ) ( ~a v ~b )/ ~a v ~c
Bukti:
Soal no. 1 menggunakan tabel kebenaran
p q ~p ~q p q [( p q) ~q] [(p q) ~q] ~p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B
66
Karena dari tabel kebenaran di atas menunjukkan tautologi, maka argumen
sah
Soal no. 2 menggunakan aturan penyimpulan
1. a b
2. c d
3. ( ~b v ~d ) ( ~a v ~b )/ ~a v ~c
4. ( a b ) ( c d ) 1,2 Conj
5. ( ~b v ~d ) 3, Simpl
6. ~ a v ~c 4,5 DD
Soal:
Buktikan keabsahan argumen:
1. e ( f ~g)
2. ( f v g ) h
3. e / h
XIV. ATURAN PENYIMPULAN
1. Modus Ponens (MP) p q
p / q
2. Modus Tolens (MT) p q
~q / ~p
67
3. Hypothetical Syllogisme (HS) p q
q r / p r
4. Disjunctive Syllogisme (DS) p v q
~ p / q
5. Constructive Dillema (CD)
( p q ) ( r s )
p v r / q v s
6. Destructive Dillema (DD)
( p q ) ( r s )
~ q v ~ s / ~p v ~r
7. Conjunction (Conj)
p
q / p q
8. Simplification (Simpl)
p q
p
9. Addition ( Add) p
p v q
68
XV. ATURAN PENGGANTIAN
1. De Morgan
a. ~ ( p q ) ~ p V ~ q
b. ~ ( p V q ) ~ p ~ q
2. Komutatif
a. ( p q ) ( q p )
b. ( p V q ) ( q V p )
3. Asosiatif
a. ( p V q ) V r p V ( q V r )
b. ( p q ) r p ( q r )
4. Distributif
a. ( p V q ) r ( p r ) V ( q r )
b. ( p q ) V r ( p V r ) ( q V r )
5. Dobel Negasi
~ ( ~ p ) p
6. Implikasi
p q ~ p V q
7. Material Equivalen
a. p q ( p q ) ( q p )
b. p q ( p q ) V ( ~ p ~ q )
8. Eksportasi
p ( q r ) ( p q ) r
9. Transposisi
p q ~ q ~ p
10. Tautologi
a. ( p v p ) p
b. ( p p ) p
69
Contoh:
Selidiki keabsahan argumen di bawah ini!
1. a ( b c )
2. c ( d e ) / a ( b d )
3. ( a b ) c 1, Eksportasi
4. ( a b ) ( d e ) 3,4, Hypothetical Syllogisme
5. ~ ( a b ) V ( d e ) 4, Implikasi
6. ( ~ a V ~ b ) V ( d e ) 5, De Morgan
7. [(~ a V ~ b ) V d ] [(~ a V ~ b ) V e ] 6, Distribusi
8. (~ a V ~ b ) V d 7, Simplifikasi
9. ~ a V ( ~ b V d ) 8, Asosiasi
10. a ( b d ) 9, Implikasi
Soal:
Buktikan keabsahan argumen di bawah ini!
1. ( k V l ) ~ ( m n )
2. ( ~ m V ~ n ) ( o p )
3. ( o p ) ( q r ) / ( l V k ) ( r q )
XVI. HUBUNGAN ANTARA LOGIKA DAN HIMPUNAN
1. Semua bilangan bulat adalah bilangan real ( B(x); R(x) )
x, B(x) R(x)
B(x)
R(x)
70
2. Ada bilangan prima yang genap ( P(x); G(x) )
x, P(x) G(x) 2
P(x) G(x)
3. Tidak ada bilangan ganjil yang genap ( J(x); G(x) )
Ekuivalen dengan: Semua bilangan ganjil bukan bilangan genap
x, J(x) ~ G(x) J(x) ~ G(x)
LEMBAR KERJA
1. Selidiki apakah pernyataan di bawah ini tautologi, kontradiksi atau
kontingensi
a. ( p v q ) ( ~ p r )
b. [( p q ) ( q p )] ( p q )
c. ( p q ) ( p ~q )
2. Selidiki apakah pernyataan di bawah ini implikasi logis, ekwivalen logis
atau tidak kedua-duanya
a. [( p q ) r] [( p ~q ) v r]
b. [( p q ) r] ( p v q )
c. [p ( q r )] [( p q ) r]
3. Buktikan keabsahan argumen di bawah ini!
1. j k
2. j v ( k v ~l )
3. ~ k / ~l v ~k
71
4. Ubahlah kalimat di bawah ini ke dalam notasi logika!
a. Tidak semua bunga mawar berwarna merah (B(x), M(x))
b. Semua mahasiswa baru harus mendaftar ulang (M(x), U(x))
c. Ada bilangan prima yang genap (P(x), G(x))
d. Beberapa tamu yang datang pejabat negara (T(x), P(x))
e. Tidak semua penumpang memiliki karcis (P(x), K(x))
SELAMAT BEKERJA
72
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
6. PELUANG
PELUANG
Dari angka-angka 0, 1, 2, dan 3 akan dibentuk bilangan yang terdiri dari 4 angka
yang berbeda (tidak ada pengulangan angka), caranya sebagai berikut:
Kotak I : Untuk angka ribuan. Karena angka 0 tidak dapat menempati kotak I,
maka tinggal 3 angka yang tersedia untuk dipilih menempati kotak I.
jadi, ada 3 kemungkinan.
Kotak II : Untuk angka ratusan. Karena 1 angka telah menempati kotak I dan
angka 0 dapat menempati kotak II, maka ada 3 angka yang tersedia
untuk dipilih menempati kotak II. Jadi, ada 3 kemungkinan.
Kotak II : Untuk angka puluhan. Karena 2 angka telah menempati kotak I, dan II,
maka tinggal 2 angka yang tersedia untuk dipilih menempati kotak III.
Jadi, ada 2 kemungkinan.
Kotak III : Untuk angka satuan. Karena 3 angka telah menempati kotak I, II, dan
III, maka tinggal 1 angka yang tersedia untuk dipilih menempati kotak
IV. Jadi, ada 1 kemungkinan.
I II III IV
3
I
3
I
3
II
3
I
3
II
2
III
3
I
3
II
2
III
1
IV
73
Jadi, banyaknya bilangan yang terdiri dari 4 angka berbeda yang dapat dibentuk dari
angka-angka 0, 1, 2, dan 3 adalah: 3 x 3 x 2 x 1 = 18 bilangan.
Permutasi
Banyaknya permutasi dari r unsur yang dipilih dari n unsur dengan 0 r n adalah
!,
!
n
n r r
nP P P n r
n r
Contoh 1 : Pada pemilihan pengurus kelas di kelas anda, ditentukan seorang
sebagai ketua, seorang sebagai bendahara, dan seorang lagi sebagai
sekretaris. Jika ada 7 orang calon, tentukanlah banyaknya cara untuk
menyusun pangurus kelas !
Jawab : banyaknya cara adalah 7 !
7, 37 3 !
P
7 6 5 4 3 2 1
4 3 2 1
7 6 5
210 cara
Contoh 2 : Berapa banyaknya kendaraan bermotor yang dapat diberikan nomor
polisi yang menggunakan angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 tanpa ada angka
kembar dimana tiap nomor terdiri dari 4 angka.
Jawab : diket : n = 6, r = 4
dit : 6, 4P
penyelesaian: 6 ! 6 !
6 5 4 3 3606 4 ! 2 !
Permutasi dengan beberapa unsur yang sama
Misalkan terdapat n unsur, dengan 1 2, , ...,
kn n n unsur yang sama, maka banyaknya
permutasi n unsur tersebut adalah:
1 2
!
! !... !k
n
n n n
74
Contoh : Berapa banyaknya permutasi dari huruf-huruf pada kata
“MATEMATIKA” dapat disusun pada satu baris?
Jawab : Banyaknya huruf (unsur) : n = 10
Huruf yang sama: M = 2, A = 3, T = 2
Banyaknya permutasi yang mungkin adalah
10 ! 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1512002 !3!2 ! 2 1 3 2 1 2 1
Permutasi Siklis
Permutasi siklis terjadi, bila penyusunan unsur-unsur dilakukan melingkar menurut
satu arah tertentu.
Contoh : 4 orang duduk mengelilingi sebuah meja yang berbentuk lingkaran. Hitung
berapa banyak formasi duduk yang berbeda yang dapat disusun!
Jawab : Pada permutasi siklis tidak ada posisi 1, karena posisi 1 dapat menggunakan keempat tempat duduk yang tersedia. Tiga posisi sisanya dapat ditempati oleh 3 orang sisanya dengan 3! cara. Jadi, banyaknya formasi duduk yang berbeda dapat disusun adalah 3! cara = (4-1)! cara.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa, dari n unsur yang tersedia dapat dibentuk permutasi siklis sebanyak (n-1)!
Peluang Suatu Kejadian
Andaikan dari suatu percobaan terdapat n hasil yang mungkin dengan kesempatan
yang sama untuk muncul dan terdapat k hasil yang merupakan kejadian X, maka
peluang kejadian X ditulis P(X) adalah k/n.
Contohnya : Dalam sebuah kotak terdapat 3 kelereng warna biru, 5 kelereng warna
hijau, dan 2 kelereng warna merah. Jika sekaligus diambil 2 kelereng
berapakah peluang:
a. Yang terambil dua-duanya merah!
b. Yang terambil dua-duanya hijau!
c. Yang terambil satu biru dan satu hijau!
Jawab:
a. S = {B1, B2, B1, B3, B2, B3, …, M1, M2} → n = C(10,2) = 45
75
Kejadian X = M1, M2 → k = 1
Jadi, P(X) = 1
45
b. S = { B1, B2, B1, B3, B3, H1, …, M1, M2} → n = C(10,2) = 45
Kejadian X = H1, H2, …, H4, H5 → k = C(5,2) = 10
Jadi, P(X) = 10
45 =
2
9
c. S = {B1, B2, B1, B3, B2, B3, …, M1, M2,} → n = C(10,2) = 45
Kejadian X = B1, H1, B1, H2, …, B3, H5 →
K = C(3,1) . C(5,1) = 3 . 5 = 15
Jadi, P(X) = 15 1
45 3
Kejadian Majemuk
a. Dua kejadian yang saling lepas
Dua kejadian (misal: kejadian A dan kejadian B) dikatakan saling lepas, bila irisan
dari ke-2 kejadian itu adalah himpunan kosong.
Dari gambar di atas banyaknya unsur gabungan ke-2 himpunan adalah,
n A B n A n B . Himpunan A dan B saling lepas.
A B
Peluang untuk 2 kejadian yang saling lepas adalah:
P A B P A P B
a1 •
• a2
a3 •
b1 •
• b2
b3 •
• b4
A B
76
b. Bila kejadiannya tidak saling lepas, A B (lihat diagram berikut).
S = ruang sampel dari percobaan memilih bilangan dari {1, 2, 3, 4, …, 11, 12}
A = kejadian mendapat bilangan prima
B = kejadian mendapat bilangan yang lebih dari atau sama dengan 5.
N (S) = 12
N (A) = 5
N (B) = 8
N A B = 3
5
12P A
8
12P B
3
12P A B
P A B P A P B P A B
A B
2 •
S
3 •
• 5
• 7
• 11
• 6 • 8
• 9
• 10 • 12
• 1
• 4
5 8 3 10n A B → 10
12p A B
77
MODUL MATEMATIKA ANGKATAN 2008
7. VEKTOR
VEKTOR
Pengertian Vektor
Besaran Vektor dapat disajikan dengan menggunakan suatu bilangan real, kemudian diikuti dengan sistem suatu yang sesuai. Secara geometri, besaran vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis menyatakan panjang atau besar vaktor, sedangkan arah anak panah menunjukan arah vaktor.
Kesamaan Vektor
Dua vektor a dan b dikatakan sama (ekuivalent), jika dan hanya jika kedua vektor itu
mempunyai panjang dan arah yang sama. Dua vektor yang sama, ditulis a = b
(perhatikan gambar a). Sebagai contoh, perhatikan kubus ABCD.EFGH pada
gambar b. Misalnya AH
wakil dari vektor a dan BG
wakil dari vektor b, maka a = b
(a sama dengan atau ekivalen b) sebab AH
dan BG
mempunyai arah dan panjang
yang sama.
Penjumlahan Vektor
Misalkan jumlah dari vektor u dengan v adalah w, maka penjumlahan vektor u
dengan vektor v itu dituliskan sebagai w = u + v. Vektor w disebut vektor resultan
dari vektor u dengan vektor v. Secara geometri, vektor w = u + v dapat ditentukan
dengan dua cara, yaitu aturan segitiga dan aturan jajargenjang.
1. Aturan Segitiga
Definisi:
Jumlah vektor u dengan vektor v atau w = u + v dapat ditentukan dengan cara
memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal
vektor v berimpit dengan titik ujung dari vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud
diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor u dengan titik ujung atau titik
a
b
A
E
D
F
G H
C
B (a) (b)A
78
terminal vektor v yang telah dipindahkan tadi. (lihat gambar di bawah ini).
Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan segitiga.
2. Aturan Jajargenjang
Cara lain untuk menentukan jumlah vektor u dan vektor v adalah dengan
memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal
vektor v berimpit dengan titk pangkal vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud
adalah vektor yang titik pangkalnya di titik pangkal persekutuan vektor u dan v serta
vektor itu berimpit dengan diagonal jajargenjang yang dibentuk oleh vektor u dan
vektor v tadi. Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan
jajargenjang (paralelogram).
Sifat-Sifat Penjumlahan Vektor
a. Komutatif : u + v = v + u
b. Asosiatif : (u + v) + w = u + (v + w)
c. Terdapat unsur identitas atau unsur satuan (yaitu vektor 0) sehingga berlaku
hubungan : 0 + v = v + 0 = v
d. Setiap vektor mempunyai sebuah unsur invers tambah. Jika vektor -v merupakan
invers tambah dari vektor v, maka berlaku hubungan v + (-v) = 0.
Pengurangan Vektor
Definisi:
Jika u dan v sebarang dua vektor, pengurangan v dari u didefinisikan oleh
u - v = u + (-v)
Perkalian Vektor dengan Skalar
Definisi:
Jika v adalah vektor taknol dan k bilangan real taknol (skalar), maka hasil kali kv
didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya |k| kali panjang v dan arahnya sama
seperti arah v jika k > 0. dan berlawanan arah v jika k < 0.
Kita definisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0.
79
Sifat-Sifat Perkalian Vektor dengan Skalar
a. ||m v|| = |m| ||v|| b. m (-v) = -m v c. m v = v m d. (m +n) v = m v + n v e. m(u + v) = m u + m v
Panjang Vektor
Misalkan R adalah sebuah titik pada bidang dengan koordinat (x, y) dan r, maka r
dapat disajikan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = x
y. Panjang atau besar dari
ruas garis berarah OR
dilambangkan dengan
Dari gambar di samping, didapat hubungan:
OR2 = OA2 + OB2
OR2 = x2 + y2
OR = 2 2
x y
Dengan demikian, panjang OR
adalah:
||OR|| = 2 2
x + y
Jadi, besar atau panjang vektor r = x
y dapat ditentukan dengan rumus:
||r|| = 2 2
x y
Misalkan titik R mempunyai koordinat (x, y, z) dan OR
mewakili vektor r, maka
vektor r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor kolom sebagai r =
x
y
z
.
Panjang atau besar ruas garis berarah OR
ditulis sebagai || OR
|| atau OR.
Berdasarkan gambar di samping
diperoleh hubungan:
OR2 = OD2 + DR2 ...................... (1)
Sedangkan OD2 = OA2 + OB2
OD2 = x2 + y2
dan DR2 = z2
Substitusi OD2 dan DR2 ke persamaan
(1) diperoleh
OR2 = x2 + y2 + z2
Dengan demikian
X x
y r
R(x,y)
80
|| OR
|| = OR = 2 2 2
x y z
Jadi, besar atau panjang vektor r =
x
y
z
dapat ditentukan dengan rumus
||r|| = 2 2 2
x + y + z
Contoh:
Diketahui vektor-vektor a =
1
2
-2
, b =
3
-2
1
dan c =
2
5
4
. Hitunglah||2a - b + c||
Jawab:
2a – b + c = 2
1
2
-2
-
3
-2
1
+
2
5
4
=
1
11
-1
||2a - b + c|| = 2 2 2
(1) + (11) + (-1) =
123 . Jadi, panjang vektor a + b + c adalah ||2a - b + c|| = 123 satuan panjang
Rumus Jarak
Misalkan dua titik di R-3, yaitu titik P dengan koordinat (x1,y1,z1) dan titik Q dengan
koordinat (x2,y2,z2). Ruas garis berarah PQ
mewakili suatu vektor dengan
komponen-komponen (x2 – x1), (y2 – y1), dan (z2 – z1). Oleh karena itu, panjang ruas
garis berarah PQ
dapat ditentukan dengan rumus berikut.
||PQ
|| = 2 2 2
2 1 2 1 2 1(x - x ) + (y - y ) + (z - z )
B
A
C
R
O
X D
Y
r
Z
81
Vektor Satuan
Dalam bentuk vektor kolom, vektor-vektor satuan di R-2 dapat dinyatakan sebagai
berikut.
i = 1
0 dan j =
0
1
Untuk satuan vektor a yang bukan vektor nol, kita dapat menentukan vektor satuan
dari vektor a. Vektor satuan dari a (dilambangkan dengan e , dibaca: e topi) searah
dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu satuan.
Jika, vektor a = x
y, maka vektor satuan dari a ditentukan dengan rumus:
e = a
a =
2 2
x1
yx y
Dengan sifat yang sama untuk vektor-vektor di R-3, vektor satuan dari vektor a(x,y,z)
ditentukan dengan rumus:
e = a
a =
2 2 2
x1
y
x y zz
Rumus Pembagian Ruang Garis di R-3 (Bentuk Vektor dan Bentuk Koordinat)
Pembagian Ruas Garis dalam Perbandingan Bagian
Misalkan titik C terletak pada ruas garis AB, sehingga titik C membagi ruas garis AB
dengan perbandingan m : n, maka AC : CB = m : n atau AC : AB = m : (m + n) (lihat
gambar di bawah ini)
• • • A B C n m
82
Tanda-tanda (positif atau negatifnya) m dan n ditentukan dengan kesepakatan
sebagai berikut.
(1) Jika C terletak di dalam ruas garis AB sehingga AC dan CB searah, maka, m
dan n bertanda sama (m dan n keduanya positif atau keduanya negatif). (2) Jika C terletak di luar ruas garis AB tetapi pada perpanjangan ruas garis AB,
maka AC dan CB berlawanan arah. Dalam hal demikian, m dan n berlawanan
tanda (m positif dan n negatif atau m negatif dan n positif).
Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Vektor
Vektor posisi titik A dan B berturut-turut adalah a dan b. Titik C pada ruas garis AB
dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n. Jika vektor posisi titik C adalah c,
maka vektor c ditentukan dengan rumus
c = m n
m n
b a
Rumus ini juga berlaku untuk titik C yang terletak pada perpanjangan garis AB.
Contoh:
Vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah a dan b. Pada ruas garis AB,
tandailah titik C sehingga AC : CB = 1 : 3, tentukan vektor posisi titik C,
Jawab :
Misalkan vektor posisi titik C adalah c, maka c = 1 3 1
31 3 4
b ab a
Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Koordinat.
Diketahui koordinat titik A(1 1 1
x , y , z ), B(2 2 2
x , y , z ), dan C(x,y,z),
Jika titik C membagi ruas garis AB
dengan perbandingan m : n atau AC :
CB = m : n, maka vektor posisi titik C
dapat ditentukan dengan rumus
pembagian ruas garis di R-3 dalam
bentuk vektor sebagai
c = m n
m n
b a
Berdasarkan kesamaan vektor yang terakhir ini diperoleh hubungan berikut.
C(x,y,z) m
B(x2,y2,z2)
c
b n
A(x1,y1,z1) O a
83
2 1 2 1 2 1m x nx m y ny m z nz
x ; y ; zm n m n m n
Persamaan di atas adalah rumus pembagian ruas garis di R-3 yang dinyatakan
dalam bentuk koordinat.
Perkalian Skalar Dua Vektor
Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b dilambangkan dengan dan
didefinisikan:||a b|| = ||a|| ||b|| cos , dengan ||a|| dan ||b|| masing-masing
menyatakan panjang vektor a dan b, sedangkan menyatakan sudut lancip yang
dibentuk oleh vektor a dan b
Perkalian Skalar Dua Vektor dalam Bentuk Kolom
Misalkan a = 1
1
x
y dan b =
2
2
x
y merupakan vektor-vektor di R-2 yang di nyatakan
daalam bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan b ditentukan
a b = 1
1
x
y
2
2
x
y = x1x2 + y1y2
perhatikan bahwa nilai atau hasil perkalian skalar vektor a dan b adalah jumlah
perkalian komponen yang seletak pada vektor a dan b.
Misalkan a =
1
1
1
x
y
z
dan b =
2
2
2
x
y
z
adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam
bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b ditentukan oleh
rumus:
a•b =
1 2
1 2 1 2 1 2 1 2
1 2
x x
y y x x y y z z
z z
Teorema Ortogonalitas
Dua vektor yang tidak nol dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan
hanya jika perkalian skalar kedua vektor itu sama dengan nol.
84
Jadi, vektor a dan b (||a|| 0 dan ||b|| 0) dikatakan saling tegak lurus (ortogonal)
jika dan hanya jika a b = 0
Sifat-Sifat Perkalian Skalar Dua Vektor
1. Sifat Komulatif a • b dan b • a 2. Sifat Distributif a•(b + c) = a•b + a•c
Sudut Antara Dua Vektor
Misalkan a =
1
1
1
x
y
z
dan b =
2
2
2
x
y
z
adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam
bentuk vektor kolom. Jika sudut yang dibentuk oleh vektor a dan b adalah , maka
besarnya cos dapat ditentukan dengan rumus berikut
1 2 1 2 1 2
2 2 2 2 2 2
1 1 1 2 2 2
x x y y z zcos
x y z x y z
Proyeksi Ortogonal Suatu Vektor Pada Vektor Lain
Dalam geometri bidang, kita telah mempelajari pengertian proyeksi ortogonal dari
suatu ruas garis pada ruas garis yang lain. Proyeksi ortogonal dari ruas garis OA
pada ruas garis OE adalah ruas garis OC, dengan panjang OC ditentukan oleh OC =
OA cos . Pegertian proyeksi ortogonal pada geometri bidang ini dapat dipakai
sebagai landasan untuk memahami pengertian proyeksi orrtogonal suatu vektor lain.
Pada Gambar 1-19b, ruas-ruas garis berarah O A
dan O B
mewakili vektor-vektor a
dan b, sedangkan menyatakan sudut antara vektor a dan vektor b. Proyeksi dari
titik A pada ruas garis berarah O B
adalah titik C, sehingga
O C O A cos a cos
Besaran OC = ||a|| cos dinamakan proyeksi skalar ortogonal (biasanya disingkat
proyeksi skalar saja) vektor a pada arah b.
Nilai proyeksi skalar ortogonal OC = ||a|| cos bisa positif, nol, atau negatif,
tergantung dari besar sudut .
(1) Untuk 00 < 900, OC bernilai (2) positif
(3) Untuk = 900, OC bernilai nol
(4) Untuk 900 < 1800, OC bernilai negatif
A
0 C B
A
0 C B
a
c b
(a)(b)
85
A
0 C B
(a)
a
b
a
b
B0
A
(b)
a
b
B0C
A
(c)
Perhatikan bahwa ruas garis berarah O C
mewakili vektor c, sehingga vektor c
merupakan proyeksi vektor a pada arah vektor b. Vektor c ini dinamakan proyeksi
vektor ortogonal (biasanya disingkat dengan proyeksi vektor saja). Dengan
menggunakan definisi perkalian skalar, selanjutnya dapat ditentukan bahwa :
(1) Proyeksi skalar orrtogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah l c l, dengan
||c|| dirumuskan oleh : a b
cb
(2) Proyeksi vektor ortogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah c dirumuskan
oleh : 2
a bc b
b
Proyeksi vektor b pada arah vektor a dapat ditentukan dengan menggunakan
analisis yang sama. Misalkan proyeksi vektor b pada arah vektor a adalah vektor d
(perhatikan Gambar), maka dapat disimpulkan bahwa
(1) Proyeksi skalar ortogonal vektor b pada arah vektor a adalah
||d|| = a b
a
(2) Proyeksi vektor ortogonal vektor b pada arah vektor a adalah
2
a bd a
a
D
0 b B
d
a
A
86
LATIHAN
1. Diketahui titk A(2,1,3), B(-3,2, 5) dan C(4,-1,2). Ruas garis berarah AB
mewakili vektor u
dan ruas garis berarahBC
mewakili vektor v. Hitunglah perkalian skalar antara vektor u
dan vektor v.
2. Misalkan koordinat titik P(2,3,-1) dan Q(7,-2,9). Titik R membagi ruas garis PQ dengan
perbandingan 1 : 4. Carilah koordinat titik R.
4. Misalkan vektor a dan b membentuk sudut 600. Jika ||a|| = 4 dan ||b|| = 5, hitunglah b•(a
+ b)
5. Diketahui vektor-vektor a =
2
1
2
, b =
3
2
1
, dan c =
1
p
0
Hitunglah nilai p, jika a•(b - c) = a•a dan tentukan besar sudut antara vektor a dan b
6. Diketahui titik-titik K (3,3,3), L(1,2,-1), M(4,1,1), dan N(6,2,5). Tunjukkan bahwa bangun
KLMN berbentuk jajargenjang