kulturselhewan-130613045948-phpapp01
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
KULTUR SEL HEWAN
oleh
Nining Nuraida
Abstrak
Kultur sel telah menjadi salah satu alat yang utama digunakan dalam
kehidupan sehari- hari. Kultur jaringan adalah istilah umum untuk menghilangkan
sel-sel jaringan atau organ organ jaringan yang diperbanyak dengan bagian
tertentu dari hewan yang akan diperbanyak.
Kultur jaringan (tissue culture) pertama kali digunakan pada awal abad 20
sebagai suatu metode untuk mempelajari perilaku sel hewan yang bebas dari
pengaruh variasi sistemik yang dapat timbul saat hewan dalam keadaan
homeostasis ataupun dalam pengaruh percobaan atau perlakuan. Kultur jaringan
bukanlah teknik yang baru. Teknologi ini telah berkembang sejak satu abad yang
lalu, melalui masa-masa pengembangan yang pada awalnya sederhana, diikuti
fase perkembangan ekspansif pada pertengahan abad yang lalu. Saat ini kultur
jaringan berada pada fase pengembangan khusus untuk memahami aspek
mekanisme kontrol dan diferensiasi fungsi sel. Kendati teknologi kultur jaringan
kini telah berkembang begitu pesat, seperti kultur sel-sel khusus,chromosome
painting, dan DNA fingerprinting, tetapi teknologi dasar yang awal
dikembangkan adalah teknik kultur primer, pasase serial, karakterisasi, preservasi
sel dengan prinsip yang masih sama. Kultur sel hewan dicontohkan seperti pada
pembuatan “kultur sel embrio ayam”. Dan teknik ini telah banyak dipakai dalam
bidang penelitian, dalam bidang komersil, seperti pembuatan vaksin virus, dan
juga berperan dalam bidang kesehatan.
Kata Kunci : Kultur sel hewan. Teknologi kultur sel
Pada saat istilah kultur jaringan
diperkenalkan, teknik ini pertama
kali dikembangkan dengan
menggunakan fragmen jaringan yang
tidak terurai, dan pertumbuhan sel
atau jaringan terjadi dengan
bermigrasinya sel fragmen jaringan
disertai adanya mitosis di luar
pertumbuhan. Kultur sel dari
jaringan explant primer seperti inilah
yang mendominasi perkembangan
teknik kultur jaringan pada lebih dari
lima puluh tahun perkembangannya,
sehingga tidaklah mengherankan jika
istilah kultur jaringan sudah begitu
melekat untuk pengembangan
teknologi ini. Walaupun demikian,
fakta yang terjadi pada saat
percepatan perkembangan teknologi
berikutnya pada era setelah tahun
1950 lebih didominasi oleh
penggunaan kultur sel yang terurai
dari jaringan.
Meskipun kultur sel hewan
pertama kali diperkenalkan oleh ross
Harrison pada tahun 1907, tidak
sampai tahun 1940qn hingga awal
1950an yang terjadi beberapa
perkembangan yang membuat kultur
sel banyak tersedia sebagai alat bagi
para ilmuan.
Pertama, ada pengambangan
antibiotk yang membuatnya lebih
mudah untuk menghindari terjadinya
kontaminasi yang selama ini dialami
dalam pembuatan kultur sel hewwan.
Kedua, adalah pengembangan
teknik seperti penggunaan tripsin
untuk menghilangkan sel-sel dari
jaringan perlu mendapatkan baris sel
yang terus berkambang (seperti sel
hela)
Ketiga, menggunakan garis-garis
sel, ilmuan mampu mengembangkan,
media kultur dengan rumus kimia
standar yang dibuat jauh lebih mudah
untuk menumbuhkan sel-sel.
Kultur pada hewan yang dapat
digunakan adalah dengan kultur sel,
jaringan dan organ. kultur sel adalah
teknik pemeliharaan sel didalam
kondisi in-vitro, seperti halnya pada
kultur organ, kultur bakal organ,
maupun kultur jaringan, kultur sel
juga mempertahankan karakteristik
sel seperti saat sel tersebut berada
dalam kondisi in-vivo. Sel hewan
diisolasi dari oegan yang
bersangkutan, selanjutnya sel
diupayakan untuk terpisah dari satu
sel dengan sel yang lainnya. sel
hewan dipisahkan secara mekanis
dan secara kimiawi (enzimatis). Sel-
sel yang diperoleh sebagian
dipelihara didalam kultur suspense
dan sebagian dipelihara didalam
kultur yang melakat. selanjutnya
kultur tersebut dipelihara didalam
medium yang dilengkapi dengan
serum di dalam suhu yang sesuai
dengan asalnya. untuk sel mamalia
suhu pemeliharaan adalah 370 C dan
untuk se laves suhu pemeliharaannya
adalah 390 C, dan keberhasilan dalam
pembuatan kulturini adalah tidak
adanya kontaminasi pada kultur,
kesehatan sel selama pemeliharaan
dipelihara dalam kondisi in-vitro,
dan keberhasilan sel memperbanyak
diri.
A. Prinsip
Sebuah stimulus untuk
mempelajari sel terisolasi di berikan
pada tahun 1858 ketika Rudolf
virchow mendalikan bahwa
karakteristik patologis dapat
dideteksi pada tingkat sel. percobaan
pertama menumbuhkan sel-sel
hewan dimulai dengan fragmen dari
jaringan atau organ hewan yang
memiliki kemampuan untuk
menggenalisasi tungkai yang hilang
seperti halnya dengan amfibi atau
yang berkembang biak dengan
aktiifitas tinggi seperti diketahui
untuk embrio. (Hulser: 1996)
Dua system kultur sel hewan
digunakan untuk pertumbuhan sel.
ini terutama didasarkan pada
kemampuan sel untuk tumbuh baik
dan menempel pada kaca atau plastic
substrat. kultur sel biasanya
digambarkan berdasarkan morfologi
mereka (bentuk dan penampilan)
atau karakteristik fungsional mereka.
ada tiga morfologi dasar seperi yang
dikemukakan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Jhon yaitu:
1. Epitel : sel-sel yang melekat pada
substrat dan muncul diratakan
dan dalam bentuk poligonnal
2. Lympoblast seperti sel-sel yang
tidak normal untuk melampirkan
substrat namun tetap dalam
suspense dengan bentuk bulat
3. Fibroblast seperti : sel-sel yang
melekat pada substrat dan
tampak memanjang dan bipolar,
sering membentuk berputar
dalam kultur yang berat.(Jhon:
2008)
B. Pemilihan Sel
Kebanyakan sel-sel pada kultur
sel hewan yang dibudidayakan
sebagai monolayers karena sebagian
besar sel adalah pelabuhan
tergantung dan tidak sangat selsktif
berkaitan dengan substractum. Sel-
sel normal dalam kultur sel primer
biasanya menghentikan proliferasi
oleh apa yang disebut inhibisi kontak
ketika mereka datang dalam kontak
dekat permukaan yang datar.
Dengan kekurangan serum
proliferasi ini sel juga dapat
dihambat dan mereka tetap diam di
G1 atau G0-fase sel mereka siklus.
Setelah penambahan serum kultur sel
hewan ini sel-sel kembali measuki
siklus sel dan kemajuan secara
sinkron. Dalam kondisi seperti ini
sinyal dari sel-sel individu dikalikan
karena efek terjadi serempak di
semuasel sebagaimana telah
ditunjukkan untuk factor
pertumbuhan bukaan saluran induksi.
Karena produksi biasanya di
optimalkan untu hasil yang tinggi,
sel-sel selanjutnya dipilih untuk
pelabuhan pertumbuhan independen
yang memenuhi syarat mereka untuk
berkembang biak dan untuk
mensintesis produk yang diminta
dalam suspensi sel tunggal dalam
volume besar.(Chen tian:2009)
Siklus sel dan kurva
pertumbuhan dalam kondisi yang
optimal dalam sel kultur dapat
membagi setiap 10 sampai 20 jam
kecuali bila sel dapat ditekankan
dengan mentransfer dari satu botol
kultur ke berikutnya atau kelelahan
media. antara dua bagian sel sel
harus mensintesis semua materinya
seperti DNA, RNA, protein, lipid dll.
Proses ini bisa terjadi terus menerus
atau dalam fase diskrit. Periode ini
sintesis DNA disebut S-fase, itu
didahului oleh G1-dan diikuti oleh
G2-fase, sedangkan M-fase
mencakup mitosis dan segregasi sel
antara dua G-fase. Demikian seperti
pada orang dewasa organisme, sel
dapat menghentikan proliferasi dan
sisanya di G0-fase.
C. Cara Pembuatan kultur sel
hewan
Cara pembuatan kultur sel hewan
a. Menyiapkan peralatan kultur
yang dipakai, mematikan
hewan coba secara mekanis
kemudian mengambil organ
atau jaringan yang
dikehendaki untuk dibuat
kultur selnya, mencuci organ
atau jaringan di dalam larutan
garam seimbang kemudian
memindahkan ke dalam
wadah lain yang berisi
larutan garam seimbang
segar, Memindahan bahan
yang akan dikultur ke
dalam sterile bench,
kemudian melakukan
penyiapan sel untuk dikultur.
b. Penyiapan secara mekanis
dilakukan dengan memotong
organ atau jaringan, mencuci
potongan tersebut
menggunakan larutan garam
seimbang, memindahkan
potongan (ekplan) ke dalam
wadah yang berisi larutan
garam seimbang segar,
menanam eksplan ke dalam
cawan atau botol kultur dan
menambahkan medium kultur
yang telah ditambahkan
dengan serum dan
memelihara kultur di dalam
inkubator CO2 dengan suhu
yang sesuai. Fungsi larutan
garam seimbang adalah untuk
memberikan lingkungan
fisiologis dan fisik yang baik
bagi sel selama sel, jaringan
atau organ dipersiapkan.
c. Penyiapan secara enzimatis
dilakukan dengan
memindahkan eksplan ke
dalam labu erlenmeyer
dengan adanya larutan tripsin
5% di dalam medium tanpa
serum, mengaduk suspensi di
atas magnetic stirrer dengan
kecepatan sedang, setelah
didapkan suspensi sel,
barulah menambahkan
medium yang mengandung
serum kemudian melakukan
sentrifuge dengan kecepatan
1500 rpm selama 5 menit.
Kemudian membuang
supernatan dan mengganti
dengan medium segar yang
mengandung serum. Untuk
kultur yang melekat
menanam sebagian sel ke
dalam cawan atau botol
kultur untuk kultur melekat
dan menambahkan medium
yang mengandung serum
10% dan memelihara kultur
sel di dalam inkubator
CO2 dengan suhu yang
sesuai.
contoh pembuatan kultur sel
hewan pada embrio ayam :
“Kultur sel otot emrio ayam”
1. Alat dan bahan
Alat
alat yang digunakan
dalam penelitian kultur sel
otot embrio ayam
adalah laminar air flow,
magnetic
stirrer, autoclave, binoculer
microscope, inverted
microscope, pH meter digital,
pipet volumetrik (ukuran 1
ml, 5 ml, dan 10
ml) pipetor, hemasitometer,
inkubator CO2, inkubator
telur, beakker glass, gunting
dan pinset, botol media,
vortex, cawan petri, konikel,
pembakar spritus, counting
chamber, timbangan
elektrik, multiwells plate 24
sumuran,saringan 0,22 µm
(Strivex-GV, Milipore,
Bedford, Massachusetts,
USA).
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam penelitian kultur sel
otot embrio ayam
adalah Minimum Essensial
Medium (MEM), Fetal
Bovine
Serum (FBS), Phosphate
Buffered Saline (PBS),
penicilin-streptomycin, fungiz
one (Gibco, Life Tecnologies,
USA), Trypan Blue
Stain (TBS), Na2CO3.
2. Prosedur kerja penelitian
meliputi:
a. Menginkubasi telur
ayam dalam inkubator
selama 11 hari.
b. Menyiapkan alat dan
bahan untuk kultur sel
otot embrio ayam.
c. Membuat media
kosong dan medium
penumbuh
d. Melapisi multiwells
plate 24 sumuran
dengan kolagen
e. Melakukan kultur sel
otot embrio ayam.
f. Menginkubasi kultur
sel otot embrio ayam
selama 7 hari
g. Mengganti medium
penumbuh
h. Mengamati kondisi
sel otot embrio ayan
selama diinkubasi
i. Mewarnai sel dan
menghitung jumlah
sel otot embrio ayam
pada waktu
pemanenan sel.
Data yang diperoleh
adalah jumlah sel otot
embrio ayam sebelum
diinkubasi dan jumlah sel
otot embrio ayam pada
inkubasi hari ke-7.
sel otot embrio ayam
mengalami pertumbuhan
sesuai dengan tahap-tahap
pertumbuhan sel yang
disebutkan oleh Freshney
(1990: 239-241) yaitu lag
phase, log
phase, dan stationer
phase. Pertumbuhan sel
otot embrio ayam dapat
dilihat dari bertambah
banyaknya jumlah sel,
ukuran sel semakin besar,
terjadinya perubahan
morfologi sel yaitu
penjuluran sel. Log
phase terjadi pada
inkubasi umur 48 jam (2
hari), pada fase ini sel
mulai beradaptasi dengan
medium penumbuh dan
mulai tumbuh kemudian
menempel (plating) serta
menyebar pada substrat.
Berdasar hasil foto
mikroskopis sel otot
embrio ayam pada
inkubasi 48 jam (2 hari)
terlihat beberapa sel sudah
menempel (plating) dan
menjulur. Log
phase terjadi pada
inkubasi 120 jam (5 hari),
pada fase ini sel sudah
menggunakan nutrisi pada
medium penumbuh dengan
baik. Berdasar hasil foto
mikroskopis sel otot
embrio ayam pada
inkubasi 120 jam (5 hari)
terlihat terjadi peningkatan
pembelahan sel,
pertumbuhan sel sudah
menyebar dan terjadi
persinggungan antar sel
tapi belum memenuhi
dasar multiwells
plate.Stationer
phase terjadi pada
inkubasi 168 jam (7 hari),
pada fase ini pertumbuhan
sel telah menyebar
memenuhi permukaan
dasar multiwells plate dan
terjadi persinggungan
antar sel sehingga sel
berdesak-desakan dan
menyebabkan
pertumbuhan berhenti.
Berdasar hasil foto
mikroskopis sel otot
embrio ayam pada
inkubasi 158 jam (7 hari),
terlihat ukuran sel yang
semakin besar, terjadi
persinggungan antar sel
dan pertumbuhan sel
menyebar memenuhi
permukaan
dasar multiwells plate.
gambar 1. Teknik Kultur
jaringan pada embrio ayam
Ada beberapa masalah yang
dihadapi dalam kultur sel hewan:
1. Menghindari kontaminasi
ada dua jenis kultur sel yang
utama: kimia dan biologi,
kimia kontaminasi adalah
yang laing sulit untuk
mendeteksi karena
disebabklan oleh agen,
seperti endoksitosin,
plasticizers, ion logam atau
jejak disinfektan kimia,
yangtidak terlihat. kemuadian
bentuk cemaran biologi juga
ada dua yaitu, mikroplasma
dan virus.
Dan untuk menghindari
kontaminasi yaitu dengan
cara :
pertama, pelatihan yang tepat
dalam dan penggunaan teknik
aseptic yang baik pada bagian
culturist sel.
kedua, dirancang dengan
baik, dielihara dan disterilkan
peralatan plasticware, gelas
dan media.
2. Mencari kesesuaian dengan
lingkungan, hal ini bertujuan
untuk memungkinkan
peningkatan jumlah sel dalam
pembelahan sel (mitosis).
(surachai:1999)
D. Manfaat Kultur sel hewan
dalam tekhnologi sekarang
ini
1. Pemanfaatan Kultur Sel dalam Penelitian
Saat ini, kultur
jaringan/sel hewan telah
menjadi khasanah
fundamental dalam bidang
ilmu pengetahuan, seperti;
biologi, kedokteran, farmasi,
imunologi, dan bioteknologi.
Setelah periode 1970-an
banyak penemuan-penemuan
dalam berbagai disiplin ilmu
yang tidak terlepas dari
pemanfaatan kultur jaringan
seperti;
1. Transport intramembran
seperti: (1) aktivitas dan
perpindahan RNA dari
inti ke sitoplasma dan
translokasi hormon, (2)
pompa ion kalsium dan
natrium, (3) molekul
karier untuk transport
glukosa, (4) reseptor
hormon dan molekul
lainnya.
2. Aktivitas intraselular
seperti: (1) replikasi
DNA, (2) ekspresi gena,
(3) sintesis protein, (2)
isolasi beberapa sel
mediator, dan (3) (4)
analisis kromosom untuk
mengetahui kelainan
genetik dari bayi dalam
kandungan, mempelajari
efek toksik dari
komponen obat,
penentuan (diagnosis)
adanya infeksi virus/
bakteri, dan monitoring
efek pencemaran
lingkungan.
3. Metabolisme intra-
seluler seperti; (1)
nutrisi, (2) inversi dan
adanya induksi
transformasi dari virus
atau agen kimiawi (obat-
obatan), (3) mekanisme
regulasi steroidogenesis
pada sel-sel
steroidogenik, (4) peran
molekulInsulin-like
growth factor I (IGF-I)
terhadap pertumbuhan
dan diferensiasi berbagai
jenis sel. (4)
metabolisme energi,
lemak, dan protein, (5)
reseptor kompleks dan
fluktuasi mediator kimia
dan metabolit dalam sel.
4. Interaksi antar-sel,
seperti: (1) sinyal antar-
sel, (2) populasi kinetik
dan adhesi sel, (3) peran
berbagai hormon pada
sel-sel ovarium secara
langsung misalnya
pengaruh estrogen
terhadap ekspresi R-LH.
(Thomas: 2002)
Oleh karena itu,
teknologi kultur jaringan/sel
saat ini menjadi kebutuhan
pokok untuk menunjang
penelitian-penelitian
dibidang: tumor, virologi, dan
imunologi, terlebih lagi
setelah diperkenalkannya fusi
sel somatik. Selain itu, kultur
jaringan telah diaplikasikan
dalam bidang industri
(bioteknologi) dan kesehatan
seperti; analisis kromosom
untuk mengetahui kelainan
genetik dari bayi dalam
kandungan, mempelajari efek
toksik dari komponen obat,
penentuan (diagnosis) adanya
infeksi virus/ bakteri, dan
monitoring efek pencemaran
lingkungan.
Semakin berkembangnya
dukungan dan penguasaan
teknologi laboratorium sangat
memungkinkan membuat
kultur sel primer dari
berbagai jenis sel hewan
maupun manusia.
Perkembangan kultur
jaringan sebagai teknik baru
dalam bidang biologi
mempunyai kaitan erat
dengan perkembangan
bioteknologi. terlebih lagi
setelah diperkenalkannya fusi
sel somatik Kemajuan yang
sangat menggembirakan
dalam bioteknologi adalah
penerapan rekayasa genetika
dengan menyisipkan gen-gen
tertentu yang dikehendaki
kedalam sel yang telah kultur
dengan tujuan untuk
memproduksi insulin
dan/atau beberapa hormon
pertumbuhan dalam skala
besar.
Selain itu, kultur
jaringan telah diaplikasikan
dalam bidang industri
(bioteknologi) untuk
memproduksi vaksin, protein,
dan antibodi monoklonal.
Saat ini,antibodi monoklonal
(monoklonal antibodi =
MAB) menjadi semakin
populer karenapenggunaan
yang sangat meluas baik
untuk penelitian maupun uji
klinis termasuk diagnosis dan
bahkan upaya mencapai
target spesifik untuk
pengobatan.
2.Pemanfaatan kultur sel
dalam Bioteknologi
Semakin berkembangnya
dukungan dan penguasaan
teknologi laboratorium sangat
memungkinkan membuat kultur
sel primer dari berbagai jenis sel
hewan maupun manusia.
Perkembangan kultur jaringan
sebagai teknik baru dalam
bidang biologi mempunyai
kaitan erat dengan
perkembangan bioteknologi.
Penerapan kultur jaringan dalam
bidang industri (bioteknologi)
antara lain:
1. Produksi virus yang
kemudian dibuat vaksin.
2. Produksi Antibodi-
monoklonal (MAB).
(Geoffrey: 2010)
Kultur Jaringan hewan
UNIPOTEN (Tomoyuki:
2004)
a. Pinsip dasar : beberapa
prinsip dasar harus
diperhatikan, antara lain:
Aseptik dan steril
Seleksi dan preparasi
sel
Kloning (perbanyakl
dan hasilnya sama
persis)
Propagasi
(perbanyakan)
Preservasi sel
( pengawetan /
memeliharanya
dengan disimpan)
b. Media kultur : (1)
medium dasar, (2)
serum, (3) aditif, (4)
system penyangga
c. Faktor yang paling
krusial dalam kultur sel
adalah susunan dari
meium
pertumbuhan. Untuk
memperoleh medium
yang sesuai beberapa
criteria harus dipenuhi :
medium harus
menyediakan
makanan yang
diperlukan oleh sel
medium harus
mempunyai nilai pH
antara 7,0 – 7,3.
Medium harus
isotonic terhadap
sitoplasma sel
Medium harus steril
d. Komponen dasar dari
medium ini adalah
larutan garam seimbang
fungsinya untuk
menyediakan :
ion-ion anorganik
esensial
koreksi pH
sumber energi dalam
bentuk glukosa
indicator pH, phenol
merah
d. Penyangga dari medium
kultur jaringan/sel hewan
biasanya disediakan sodium
bikarbonat. Disosiasi di
dalam larutan membebaskan
karbondioksida ke atmosfir
dan menghasilkan ion
hidroksil di dalam medium.
Manfaat kultur
jaringan hewan:
a. dalam bidang penelitian :
- menganalisis
kromosom untuk mengetahui
kelainan genetic dari bayi
dalam kandungan
- mengetahui efek
toksik dari komponen obat
b. dalam bidang industri :
- produksi virus yang
kemudian dibuat vaksin
- produksi antibody
monoklonal
Produksi Vaksin Viral
Salah satu permasalahan
untuk memproduksi vaksin
adalah pada teknologi
memperbanyak bahan vaksin
yaitu vitus hidup. Virus
merupakan mikroorganisme
yang bersifat sebagai parasit
obligat intraseluler sehingga
untuk keiduoan dan
memperbanyak virus diperlukan
sel hidup. Jika menggunakan sel
hewan, maka memerlukan
banyak hewan. Solusi,
menggunakan kultur jaringan
hewan lebih efisien. Berbagai
problem dengan produksi vaksin
secara konvensional di atas,
terutama masalah keamanan,
digunakan teknologi
rekombinan DNA (rekayasa
genetika) untuk memproduksi
vaksin yang lebih aman dan
potensial. Subunit virus
diproduksi oleh bakteri atau yeast (kapang).
Salah satu pemanfaatan kultur sel secara komersial pertama kali
sebagai media untuk memproduksi virus.
Vaksin viral dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu:
1. Vaksin hidup (life vaccine) dari virus hidup yang kurang poten terhadap
manusia.
2. Vaksin mati (killed vaccine) dari agen yang telah dimatikan.
Biasa digunakan kultur sel dari embrio ayam (chicken embryo) untuk
memproduksi vaksin influenza dan yellow fever.
No
Jenis Virus Sel yang digunakan Kultur
1. Cacar air Fibroblas embrio ayam2 Polio (inaktif) Sel ginjal monyet3 Polio (aktif/hidup) Sel diploid manusia, ginjal kera4 Rabies Sel diploid manusia
3. Dalam bidang kesehatan
Dalam bidang kesehatan,
kultur sel dapat digunakan untuk
mengobati penyakit tertentu.
Kultur sel atau yang biasa disebut
sebagai stem sel atau sel induk
adalah sel yang dalam
perkembangan embrio menjadi sel
awal yang tumbuh menjadi
berbagai organ. Sel ini belum
terspesialisasi dan mampu
berdeferensiasi menjadi berbagai
sel matang dan mampu
meregenerasi diri sendiri. Stem
cell adalah sel yang tidak atau
belum terspesialisasi dan
mempunyai kemampuan (potensi)
untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel-sel yang
spesifik yang membentuk
berbagai jaringan tubuh.
Gambar 2. Stem cell
Embryonic stem cells adalah
sel yang diambil dari inner cell
mass (suatu kumpulan sel yang
terletak di satu sisi blastokista)
embrio berumur 5 hari dan terdiri
dari 100 sel. Sel ini mempunyai
sifat dapat berkembang biak
secara terus menerus dalam media
kultur optimal dan dalam keadaan
tertentu dapat diarahkan untuk
berdifferensiasi menjadi berbagai
sel yang terdifferensiasi seperti sel
jantung, sel kulit, neuron,
hepatosit dan sebagainya,
sehingga dapat dipakai untuk
transplantasi jaringan yang rusak.
Sumber lain adalah sel stem
dewasa, yakni sel induk yang
terdapat di semua organ tubuh,
terutama di dalam sumsum tulang
dan berfungsi untuk memperbaiki
jaringan yang mengalami
kerusakan. Tubuh mengalami
perusakan oleh berbagai faktor
dan semua kerusakan yang
mengakibatkan kematian jaringan
dan sel akan dibersihkan.
Sel stem dewasa dapat diambil
dari fetus, sumsum tulang, dan
darah tali pusat. Sel induk
embrionik maupun sel induk
dewasa sangat besar potensinya
untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, seperti
infark jantung, stroke, parkinson,
diabetes, berbagai macam kanker;
terutama kanker darah dan
osteoarthritis. Sel stem embrionik
sangat plastis dan mudah
dikembangkan menjadi berbagai
macam jaringan sel sehingga
dapat dipakai untuk transplantasi
jaringan yang rusak.
Keuntungan sel induk dari
embrio di antaranya adalah mudah
didapat dari klinik fertilitas dan
bersifat pluripoten sehingga dapat
berdiferensiasi menjadi segala
jenis sel dalam tubuh. Pada kultur
sel ini dapat berpoliferasi beratus
kali lipat sehingga berumur
panjang, Namun, sel induk ini
berisiko menimbulkan kanker jika
terkontaminasi, berpotensi
menimbulkan penolakan, dan
secara etika sangat
kontroversial. Sementara sel induk
dewasa dapat diambil dari sel
pasien sendiri sehingga
menghindari penolakan imun,
sudah terspesialisasi sehingga
induksi jadi lebih sederhana dan
secara etika tidak ada masalah.
Kerugiannya, sel induk dewasa ini
jumlahnya sedikit, sangat jarang
ditemukan pada jaringan matur,
masa hidupnya tidak selama sel
induk dari embrio, dan bersifat
multipoten sehingga
diferensiasinya tidak seluas sel
induk dari embrio.
Stem cells dapat digunakan
untuk keperluan baik dalam
bidang riset maupun pengobatan.
Adapun penggunaan kultur stem
cells adalah sebagai berikut :
1. Terapi gen
Stem cells khususnya
hematopoetic stem cells
digunakan sebagai pembawa
transgen kedalam tubuh pasien
dan selanjutnya dilacak
apakah jejaknya apakah stem
cells ini berhasil
mengekspresikan gen tertentu
dalam tubuh pasien. Adanya
sifat self renewing pada stem
cell menyebabkan pemberian
stem cells yang mengandung
transgen tidak perlu dilakukan
berulang-ulang. Selain itu
hematopoetic stem cells juga
dapat berdifferensiasi menjadi
bermacam-macam sel
sehingga transgen tersebut
dapat menetap diberbagai
macam sel.
2. Penelitian untuk mempelajari
proses-proses biologis yang
terjadi pada organisme
termasuk perkembangan
organisme dan perkembangan
kanker
3. Penelitian untuk menemukan
dan mengembangkan obat-
obat baru terutama untuk
mengetahui efek obat terhadap
berbagai jaringan
4. Terapi sel (cell based
therapy). Stem cell dapat
hidup di luar tubuh manusia,
misalnya di cawan petri. Sifat
ini dapat digunakan untuk
melakukan manipulasi pada
stem cells yang akan
ditransplantasikan ke dalam
organ tubuh untuk menangani
penyakit-penyakit tertentu
tanpa mengganggu organ
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Chen,tian et.al.2009. Investigation and application progress of vero cell
serum-free culture. No. 2
Geoffrey.2009. Albumin and mammalian cell culture : Implications for
biotechnology applications. 62 : 1-16
Holser. Metods in animal cell culture.
Hartung,Thomas.2002.Good cell culture practice:ECVAM good cell culture
practice task force report 1. 80 : 407- 414
Lei,kin fang,et.al.2012. Quantification of cell number in 3-Dimensional cell
culture construct by impedance measurement using microfluidic
techlonogy. 7 : 8848 – 8858
Tomoyuki, et.al.2004. Cell Culture in a closed nano-space. 98 : 304 - 305
Ryan,jhon.Introduction t animal cell culture: technical bulletin
Unchrern,surachai.1999.Basic Techniques in animal cell culture.August 19-20