kultur saintifik teknologi dalam...

79
KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM PANDANGAN BASSAM TIBI Skripsi Disusun oleh: Ahmad Astari NIM: 1113033100006 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 24-Jul-2020

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM

PANDANGAN BASSAM TIBI

Skripsi

Disusun oleh:

Ahmad Astari

NIM: 1113033100006

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM PANDANGAN

BASSAM TIBI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Ahmad Astari

NIM: 1113033100006

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 3: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM

PANDANGAN BASSAM TIBI” ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah di

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Agama

(S.Ag) pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam.

Ciputat, 14 Maret 2019

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Tien Rohmatin, MA. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA.

NIP. 19680803 199403 02 002 NIP. 19780424 201503 1 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Nanang Tahqiq, M.A. Hanafi, S.Ag., M.A.

NIP.19660201 1991 03 1 001 NIP. 19691216 199603 1 002

Pembimbing,

Iqbal Hasanuddin, M. Hum.

NIP.

Page 4: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM PANDANGAN BASSAM TIBI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Ahmad Astari

NIM: 1113033100006

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Iqbal Hasanuddin, M.Hum.

NIP.

PROGRAM STUDI AQIDAH-FALSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 5: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

v

Page 6: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

ii

ABSTRAK

Tulisan ini memfokuskan pada Kultur Saintifik Teknologi dalam

Pandangan Bassam Tibi dalam buku Krisi Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Di dalam buku

ini, Bassam Tibi menuliskan Kultur Saintifik Teknologi dan transformasi Eropa

pada zaman modern yang berakibat menghalangkan hubungan yang kuat antara

yang suci dan politik, merupakan ciri khusus kultur praindustri.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada riset

pustaka (library reasearch) yakni prosesn pengidentifikasian secara sitematis

penemuan-penemuan dan analisa dokumen-dokumen yang memuat informasi

berkaitan dengan masalah penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan analisis deskriptif yaitu sebuah analisis dengan menceritakan

secara mendalam tentang Kultur Saintifik Teknologi dalam Pandangan Bassam

Tibi.

Hasil penelitian ini berupa tulisan yang menjelaskan bahwa buku Krisis

Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Era Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Konsep ini berdasarkan hasil pemikiran Bassam Tibi yang

menekankan bahwa industrilisasi bukan merupakan suatu nilai dalam dirinya

sendiri. Dengan mengkritik kaum Marxis yang mereduksi sejarah pembangunan

industrilisasi yang harus dipurjuangkan demi kesamaan derajat manusia, dan

sebagai alat untuk membebaskan umat Islam dari tirani alam. Dengan ide-ide

emansipasi dalam masyarakat borjuis yang terjadi pada paralel dengan Revolusi

Industri, maka pembangunan sosial tidak lagi dianalisa dengan teori sosial yang

diikat dengan elaborasi sosial emansipatif, sebagai problem teknologi sosial dan

pembangunan sosial yang direduksi dari perkembangan zaman dan ekonominya.

Kata Kunci : Kultur Saintifik Tekologi Menurut Pandangan Bassam Tibi

Page 7: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam,

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.

Dalam upaya memenuhi persyaratan tersebut, maka skripsi ini ditulis

dengan judul “Kultur Saintifik Teknologi Dalam Pandangan Bassam Tibi “.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak

kesealahan, kekurangan dan kekhilafan didalam penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan dari

berbagai pihak, sulit dibayangkan skripsi ini akan terselesaikan. Berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak, maka sebagai ungkapan rasa terima kasih dan

rasa hormat yang dalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Iqbal Hasanuddin, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan menasehati dengan setulus hati dan kesabarannya dalam

memberikan masukan serta arahan yang sangat baik kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam,

Page 8: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

iv

Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A., selaku Sekertaris Jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam dan juga jajarannya yang telah membantu penulis dalam

mengurus segala keperluan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Nanang Tahqiq, M.A., selaku Penguji I, dan bapak Hanafi,

M.A., selaku penguji II.

4. Ayahanda dan Ibunda Suhaeri dan Asmah, selaku membimbing dan

memotivasi yang tak kenal henti dari beliau berdua. Penulis persembahkan

skripsi ini untuk Ayahanda dan Ibunda. Do’ā mereka senantiasa penulis

harapkan dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.

5. Calon Istri, Sarah Amelia yang senantiasa memberika semangat dan serta

menjadikan motivasi penulis untuk cepet lulus.

6. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2013 yang tidak bisa

disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas do’anya agar penulis

cepat menyelesaikan skripsinya.

Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi mahasiswa

lain pada umumnya. Akhirnya do’ā jualah yang penulis mohonkan kepada

Allah SWT.

Jakarta, 31 Januari 2019

AHMAD ASTARI

Page 9: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Arab Indonesia

ا a ط ṭ

ب b ظ ẓ

ت t ع ‘

ث ts غ gh

ج j ف f

ح ḥ ق q

خ kh ك k

د d ل l

ذ dz م m

ر r ن n

ز z و w

س s ه h

ش sy ء ’

ص ṣ ي y

ض ḍ ة h

VOKAL PANJANG

Arab Indonesia

ٱ Ā

اى Ī

او Ū

Page 10: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

vi

Daftar Isi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. i

ABSTRAK………………..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI......................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7

E. Metodelogi Penelitian .................................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10

BAB II Biografi BASSAM TIBI ....................................................................... 11

A. Riwayat Hidup ........................................................................................... 11

Page 11: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

vii

B. Karya-karya Bassam Tibi ........................................................................... 14

C. Pokok-Pokok Pikiran Bassam Tibi ............................................................ 22

BAB III Islam Dalam Pandangan Bassam Tibi ............................................... 29

A. Islam Politik Sebagai Restopeksi Kultural .................................................. 29

B. Islam Modern ............................................................................................. 37

C. Sekularisasi Islam....................................................................................... 43

BAB IV Islam dan Tantangan Kultur Saintifik Teknologis ........................... 46

A. Kemunculan Islam Sebagai Kultur Arab ................................................... 46

B. Islam Sebagai Agama Arab ........................................................................ 52

C. Proses Sivilisasi Dan Kultur Dunia Santifik-Teknologi ............................ 57

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 63

A. Kesimpulan ................................................................................................ 63

B. Saran-saran ................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

Page 12: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi zaman modern dalam wujud interaksi sosial antara kebudayaan

bangsa-bangsa semakin mempercepat laju perubahan sosial. Perubahan-

perubahan sosial ini selain menciptakan kesenjangan antara nilai-nilai lama

dengan nilai-nilai baru, juga menciptakan kesenjangan antara hukum Islam

yang telah mapan dengan kenyataan sosial yang terus mengalami perubahan.

1

Pada dasarnya tidak ada masyarakat yang tidak ingin berubah, baik dalam

masyarakat yang masih terbelakang maupun yang modern ingin selalu

mengalami perubahan-perubahan, hanya saja perubahan-perubahan yang

dialami oleh masing-masing masyarakat itu tidak sama, ada yang cepat dan

menyolok dan ada pula yang lambat dan tersendat-sendat. 2

Masyarakat yang dalam proses pembangunan atau modernisasi, akan

banyak mengalami perubahan, pembaharuan, bahkan adakalanya mengalami

pergeseran-pergeseran, perubahan-perubahan tersebut ada yang menyangkut

1Ghufron A. Mas’adi, Metodelogi Pembaharuan Hokum Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 1997), h. 57-58 2 Afis Nadjih Anies, Islam Dalam Pandangan Presfektif Sosio Kultur, (Jakarta: Lantabor

Press, 2005), h. 12

Page 13: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

2

struktur dan organisasi masyarakat berikut dengan lembaga-lembaganya, dan

adakalanya perubahan-perubahan itu menyangkut norma, nilai dan pandangan

serta prilakunya. Perubahan pertama disebut dengan Transformasi Struktural,

sedangkan perubahan jenis kedua disebut dengan Transformasi Kultural. 3

Perubahan kebudayaan (Culture Transformation) menyangkut semua

bagian kebudayaan, termasuk didalamnya kesenian, ilmu pengetahuan,

teknologi, filsafat dan lain-lain. Sedangkan perubahan sosial (Social

Transformation), mengenai perubahan norma-norma sosial, sistem nilai

sosial, pola-pola prilaku, stratifikasi sosial, lembaga sosial dan lain-lain.

Dengan demikian perubahan sosial merupakan bagian penting dalam

perubahan kebudayaan, meskipun demikian dapat difahami, bahwa perubahan

kebudayaan lebih luas cakupan dan lingkupnya dari pada perubahan sosial,

sebab masih banyak unsur-unsur kebudayaan yang dapat dipisahkan dari

masyarakat..4

Transformasi sosial atau perubahan sosial pada lazimnya terjadi karena

adanya perubahan-perubahan kondisi sosial primer yang menjadi unsur yang

mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti unsur geografis, unsur

biologis, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, agama dan politik.

Terjadi pada masyarakat adalah kebutuhan sosial yang berubah sebagai akibat

pergeseran-pergeseran tersebut, mendorongadanya perubahan-perubahan

pada unsur-unsur yang lain, termasuk sistem kerja, hukum dan lain-lainnya.5

3 Afis Nadjih Anies, Islam dalam Perspektif sosio kultur, h. 12

4 Afis Nadjih Anies, Islam dalam Perspektif sosio kultur, h. 14 5 Afis Nadjih Anies, Islam dalam Perspektif sosio kultur, h.15

Page 14: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

3

Kata Bassam Tibi, para pemimpin negara-negara berkembang tentu saja

ingin mengambil alih mesin-mesin dan keterampilan teknis yang

menyertainya, tetapi karena alasan-alasan yang bisa dipahami maka mereka

menganggap bahwa setiap westernisasi sosiokultural yang melampaui

pengembalian teknis sebagai ancaman terhadap identitas nasional mereka.

Dalam kasus mereka menginginkan pembangunan ekonomi dan teknologi

tanpa perubahan sosial.6

Kata yang lebih dikenal dan lebih populer untuk pembaharuan ialah

modernisasi. Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung arti

pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat-

istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar semuanya itu dapat

disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang

ditimbulkan ilmu pengetahuan.7

Menurut Ris’an Rusli dalam buku Pembaharuan Pemikiran Modern

dalam Islam, dunia Islam memang unggul dalam ilmu syari’at dan akal, tetapi

sudah melupakan ilmu-ilmu alam, metafisika, matematika dan falsafah.

Sedangkan Barat sudah mencapai tingkat kemajuan yang tinggi dalam ilmu-

ilmu yang tergolong sains dan teknologi. Untuk mengatasi kemunduran itu

umat Islam harus menguasai ilmu sains dan teknologi. Jalan lain melalui

6 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindus tri dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogya, 1994), cet. I, h. 185. 7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), 1985), jilid II, h. 91.

Page 15: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

4

pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir

maju.8

Menurut Nurcholis Madjid, Dalam sejarah peradaban Islam, abad ke-18

menempati posisi tersendiri. Umat Islam pada waktu itu, dipandang sebagai

awal dari satu peradaban. Kemudian era tersebut dikenal dengan masa

modern. Di bawah dominasi budaya Barat, masa ini ditandai dengan adanya

kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi, yang dipandang mampu

mengubah hal-hal fundamental dalam kehidupan manusia.9

Pengetahuan dan semangat rasional serta ilmiah Islam, ketika di Barat,

telah dibentuk dan dipolakan sesuai dengan pola kebudayaan Barat. Ia dilebur

dan dipadukan dengan semua unsur yang membentuk watak serta

kepribadiannya. Peleburan ini pada akhirnya melahirkan dua karakter yang

dualistik dan antara kebudayaan dan peradaban yang selaras dan harmonis,

karena terbentuk dari ide-ide, nilai-nilai, doktrin-doktrin dan teolog-teolog di

mana semuanya merefleksikan visi yang dualistik mengenai realitas dan

kebenaran. Dualisme ini meliputi aspek kehidupan spekulatif, sosial, dan

kultural.10

8 Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Depok: PT. Rajagrafindo

persada, 2013), Cet. 1, h. 67. 9 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 452-

453. 10 A. Khudori Soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer, (Jogjakarta, Ar-Ruzz

Media, 2013), h.309-310.

Page 16: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi

penulisan skripsi ini tentang kultur saintifik teknologi dalam pandangan

Bassam Tibi. Untuk tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok pembahasan

dalam penulisan skripsi ini, masalah yang hendak difokuskan hanyalah dalam

pemikiran Bassam Tibi mengenai kultur saintifik teknologi.

Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini

adalah bagaimana kultur saintifik teknologi dalam pandangan Bassam Tibi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam tujuan penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan

mengkaji profil Bassam Tibi serta pemikirannya tentang kultur saintifk

teknologi, terutama eksperimentasi metodologi dalam pemahaman politik Islam

baik secara teoritis maupun praktis dalam rangka kehidupan umat Islam dalam

negara modern. Dari kajian ini penulis berharap dapat memperoleh pemahaman

lebih baik dan mendalam mengenai kultur saintifk teknologi dalam pandangan

Bassam Tibi.

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan

praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi

pengembangan studi politik Islam secara umum. Adapun secara praktis

Page 17: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

6

penulisan skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya

mengenai pemikiran Bassam Tibi tentang kultur saintifik teknologi.

D. Tinjauan Pustaka

Dengan melakukan tinjauan pustaka, penulis telah menemukan hasil karya

yang membahas tentang pemikiran Bassam Tibi. Adapun karya tersebut

adalah: Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, mengungkapkan tentang dunia islam secara

keseluruhan dewasa ini masih berada dalam kultur pra-industri. Dalam

keadaan demikian, mustahil bagi dunia Islam untuk bersaing dengan barat

yang telah jauh berada dalam kultur indurti modern. Diantara negara-negara

muslim di dunia, belum satu pun yang dapat dikategorikan ke dalam negara

industri, paling banter disebut sebagai negara sedang membangun.

Selanjutnya yaitu buku yang berjudul Islam Kebudayaan dan Perubahan

Sosial, yang di karang oleh Bassam Tibi. Di dalam bukunya, Bassam Tibi

membahas masyarakat muslim semuanya terbelakang dan didasarkan pada

hubungan antara yang suci dan politik. Dengan mengadopsi ilmu dan teknologi

dari barat yang maju dan mengembangkan varian Islam sekular terhadap

budaya saintifik-teknologi tetapi bukan berarti benar-benar akan meniru barat.

Budaya juga akan berhubungan dengan agama-agama dalam kapasitasnya

untuk menberikan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan intrinsik tentang

eksistensi manusia.

Page 18: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

7

Selain buku-buku dan karyakarynya, penulis juga telah menemukan karya

akademik dalam bentuk skripsi, skripsi tersebut ditulis oleh Idris salah satu

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Program

Studi Pemikiran Politik Islam, angkatan 2006-2007. Adapun skripsi tersebut

berjudul Fundamentalisme Islam Analisis Pemikiran Politik Bassam Tibi.

Didalam skripsinya, ia membahas tentang Bassam Tibi, pembangunan sistem

sosial politik berdasarkan syari’at sesuatu yang tidak mungkin terwujud di

zaman modern. Ini disebabkan minimnya dukungan dari umat Islam sendiri.

Karena gerakan fundamentalisme Islam tidak diterima luas dan bahkan

ditentang oleh mayoritas kaum Muslim. Penolakan fundamentalis Islam

terhadap paham nasionalisme sekuler dan negara bangsa (nation state) sebagai

institusi politik, sesungguhnya disebabkan penerapan sistem itu yang

memuaskan mereka. Dengan demikian, bukan sistemnya yang salah, tetapi

penerapannya yang belum sempurna sehingga tidak memuaskan kelompok ini.

Adapun yang membedakan tulisan skripsi ini dengan tulisan-tulisan di atas

adalah bahwa penulis memfokuskan tulisan terhadap pembahasan mengenai

pembaharuan Islam yang diungkapkan Bassam Tibi dalam bukunya yang

berjudul Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknlogi. Di dalam buku tersebut di antaranya dibahas

tentang Modernisasi Islam, sebagai suatu bentuk dogma, ingin memberikan

jawaban bagi pertanyaan mengapa umat Islam sekarang ini mundur sedangkan

orang-orang Eropa, yang jelas non muslim demikian maju. Fungsi sosial ajaran

Islam menyatukan kultur dan merupakan reaksi terhadap dunia oleh kultur yang

Page 19: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

8

unggul secara teknologi-saintifik. Tetapi fungsi sosial tidak direflisikan dalam

pemikiran islam kontemporer.

E. Metodelogi Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada riset pustaka

(library research) yakni proses pengidentifikasian secara sistematis terhadap

penemuan-penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi

dengan masalah penelitian.11

Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif,

komparatif dan analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk

menggambarkan keadaan obyek atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi

membuat kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Metode

deskriptif ini adalah langkah awal yang mempunyai signifikansi untuk mengkaji

dan menelaah lebih jauh.

Metode komparatif digunakan untuk membandingkan pokok-pokok

pemikiran Bassam Tibi guna mengetahui adanya persamaan dan perbedaannya

dengan tokoh-tokoh lain, mengingat bahwa sosok Bassam Tibi dalam konstelasi

pemikiran politik Islam tidak hadir begitu saja dalam ruang yang tanpa sejarah.

Adapun metode analisis kritis digunakan untuk berupaya untuk mencermati

11 Consuelo G Sevilla dkk., Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), h.

37.

Page 20: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

9

kerangka pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama

dalam mendiskusikan kultur saintifik teknologi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab.

Masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut

adalah sebagai berikut:

Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang yang membahas antara lain

latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab kedua menguraikan tentang riwayat hidup Bassam Tibi, yang meliputi:

riwayat hidup, karya-karya Bassam Tibi dan pokok-pokok pemikiran tentang

politik Islam.

Bab ketiga tentang landasan teoritis Islam dalam pandangan Bassam Tibi.

Yang meliputi Islam politik sebagai restopeksi kultur, Islam Modern dan

sekularisasi Islam.

Bab keempat adalah bab yang menjelaskan tentang kultur saitifik teknologi

dalam pandangan Bassam Tibi. Yang meliputi, kemunculan Islam sebagai

Page 21: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

10

kultur Arab, Islam sebagai Agama Arab, Proses sivilisasi dan kultur dunia

sainstifik-teknologi.

Page 22: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

11

BAB II BASSAM TIBI :

RIWAYAT HIDUP , KARYA DAN

PIKIRAN-PIKIRANNYA

A. Riwayat Hidup

Bassam Tibi adalah professor bidang hubungan Internasional di

Universitas Gottingen dan juga Guru besar di Universitas Cornel. Dia

dilahirkan di Damaskus pada 4 April 1944 keturunan dari keluarga Banu al-

Tibi yang terkemuka di Damaskus. Sebelum pindah ke Jerman pada 1962, dia

menempuh pendidikan di sekolah model Islam dan Barat. Dan juga

menyelesaikan pendidikan menengah dengan gelar sarjana muda bidang

bahasa Perancis. Latar belakang akademisnya meliputi berbagai disiplin ilmu

termasuk ilmu sosial, filsafat, dan sejarah. Dia menerima gelar doktor

pertamanya pada tahun 1971 dari Universitas Goehte di Frankfrut. Di antara

guru-gurunya semasa studinya di Frankfrut adalah Max Horkheimer dan

Theodor W. Adorno, Jurgen Habermas dan Iring Fetscher. Tibi menerima Dr.

habilnya (Doktor luar biasa Jerman) dari Universitas Hamburg pada 1981.1

Setelah mengajar di Univeristas Frankfrut dan Univeristas Heidelberg

tahun 1973, Bassam Tibi diangkat menjadi professor di bidang Hubungan

Internasional di Univeristas Goettinggen. Pada 1988 dia diangkat sebagai

1 Lebih jelasnya lihat di website pribadi Bassam Tibi, diakses tanggal 20 november 2018

dari http://www.bassamtibi.de

Page 23: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

12

Prof. bidang perbandingan politik sebagai pengganti dari Stein Rokkan di

Universitas Bergen/Norwegia.2

Bassam Tibi menjabat sebagai Profesor Hubungan Internasional di

Universitas Goettingen, Jerman dari tahun 1973 sampai pensiun pada bulan

Oktober 2009. Disamping itu, Tibi juga bertindak sebagai Direktur Pusat

Urusan Internasional didirikan dari tahun 1988. Namun Sebelumnya pada

tahun 1982-2000 ia berafiliasi dengan Universitas Harvard dalam berbagai

kapasitas dengan dana DFG dan Volkswagen dan juga hibah dari yayasan

Bosch. Pada tahun akademik 2004/2005 Tibi sedang cuti dari Goettingen dan

Cornell dan kembali sebagai Visiting Scholar Universitas Harvard dan Tibi

pada tahun 2005 sebagai senior Research Fellow di Asia Research Institute /

ARI / National University of Singapore / NUS.3

Sejak 1982 Bassam Tibi mendirikan jaringan global untuk pengajaran dan

penelitian yang dimulainya di Universitas Harvard. Dalam konteks ini dia

memperoleh reputasi di bidang penelitian melalui buku-buku yang

diterbitkannya dan tersebar luas di seluruh dunia. Dia beberapa kali

mengadakan kunjungan guru besar di antaranya, ke USA (Harvard, Princeton,

Berkeley, Ann Arbor), Turkey, Sudan, Cameroun, dan akhir-akhir ini di

Swiss, Indonesia dan Singapura. Sejak Juli 2004 dia memegang jabatan guru

besar di Universitas Cornell Amerika Serikat.4

2 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 3 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 4 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 24: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

13

Selain berkunjung ke Barat, Tibi juga melakukan perjalanan penelitian ke

Timur Tengah dan Sub Sahara Afrika. Perjalanan ini didukung oleh The

Goethe Institute (Lembaga Kebudayaan Jerman). Walaupun lembaga ini tidak

terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan keahlian yang berhubungan

dengan ilmu hubungan internasional - namun amat berjasa dalam dialog

interkultural. Dalam dialog dan diskusi yang disponsori oleh The Goethe

Institute, telah memungkinkan Bassam Tibi untuk menguji tesa-tesa yang

diajukannya selama ini.5

Pada tahun 1989-93 dia menjadi anggota proyek fundamentalisme "The

Fundamentalism Project" dari akademi seni dan ilmu pengetahuan Amerika

Serikat dan juga co-author dari lima volume dari proyek tersebut (University

of Chicago Press). Pada tahun 1994 Bassam Tibi menjadi visiting professor di

Universitas California, Berkeley dalam bidang perdamaian dan konflik pada

tahun 1995 dan juga tahun 1998 di Universitas Bilkent di Ankara.6

Dengan banyaknya karya intelektual dan keterlibatan Bassam Tibi dalam

berbagai forum dan penelitian ilmiah di Jerman dan di belahan dunia lainnya,

Presiden Jerman, Roman Herzog memberinya penghargaan. Pada tahun 1995

Presiden Jerman, Roman Herzog, menganugerahinya medali tertinggi dari

5 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 6 Lihat http://www.stgallen-symposium.org/cv_prof._dr._bassam_tibi.pdf, diakses 20

November 2018.

Page 25: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

14

negara untuk prestasinya. Pada tahun 2003 dia menerima anugerah tahunan

dari Swiss Foundation.7

B. Karya-karya Bassam Tibi

Sebagai seorang intelektual, Bassam Tibi sangat produktif menelurkan

karya tulis, baik yang berbentuk buku, ataupun yang berbentuk artikel. Karya-

karya ilmiahnya pada umumnya ditulis dengan menggunakan bahasa Jerman,

Inggris, dan Arab. Bassam Tibi telah mempublikasikan enam buku dalam

bahasa Inggris dan 26 buku dalam bahasa Jerman (diterjemahkan ke dalam 16

bahasa). Buku-bukunya berkenaan dengan peradaban Islam wilayah Timur

Tengah. Sebagai tambahan Bassam Tibi juga menjadi penulis dari berbagai

macam buku yang dihasilkan dari proyek penelitian. Antara tahun 1968 dan

2004 banyak artikel dan esainya telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal

terkemuka seperti International Journal of Middle Eastern Studies, Millenium,

The Fletcher Forum, Religion-Staat-Gesellschaft, human Rights quarterly,

Middle East Journal dan dalam insklopedi seperti The Oxford Encyclopedia of

Modern Islam, Routledge Encyclopedia of Government and Politics dan

Encyclopedia of Democracy.8

7 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 8 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 26: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

15

Sebagai seorang sarjana Bassam Tibi mulai menerbitkan karya- karyanya

dalam jurnal-jurnal bahasa Arab (Dirāsāt Arabiyya, Mawāqif, al-U’lūm, etc.)

di Beirut dan Kairo (1968-1971) dan kemudian mempublikasikan sekitar 40

artikel. Kemudian dia merubah penulisan terutama dalam bahasa Jerman. Tibi

juga mempublikasikan buku-buku utama dalam bahasa Inggris (penulisan

secara langsung dalam bahasa Inggris maupun penulisan ulang dalam bahasa

Inggris). Di sana ada enam karangan yang dipublikasikan dalam bahasa

Inggris (di USA dan UK) dan juga memperbanyak publikasi dengan

memperluas edisi-edisi baru, di antaranya:9

1. The Challenge of Fundamentalism. Political Islam and the New World

Disorder, two editions: 1998 and updated in 2002 (University of

California Press). Buku ini mengkaji fundamentalisme-Islam dengan

fokus perhatiannya pada aktualisasi cita-cita sosial politik Islam, bukan

cita-cita sosial keagamaan. Dalam buku ini juga digambarkan dan

diperdebatkan, apakah fundamentalisme sebagai terorisme yang

menakutkan dengan atau apapun nama lain yang cenderung

menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya. Buku ini

menarik karena mengkaji bagaimana lika-liku kajian tentang fenomena

fundamentalisme Islam secara utuh.10

9 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 10 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 27: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

16

2. The Crisis of Modern Islam. A Preindustrial Culture in the Scientific

Technological Age (Utah University Press, 1988). Buku ini sangat

menarik karena hasil penelitian atas berbagai proses kultural

kontemporer di Timur Tengah dan Afrika Utara disamping juga

sebagai sebuah karya yang dibuat oleh Bassam Tibi, seorang sarjana

yang mengaku dirinya sekular untuk orang-orang sezaman yang

dibingungkan oleh peningkatan fundamentalisme Islam dalam

pencarian ekspresi kuat pandangan- pandangan sekular. Di samping

itu, buku ini menjelaskan apa yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika

Utara adalah bahwa teologi dan hukum ulama menjadi korban

sekularisasi, dan dalam proses digantikan secara progresif oleh teologi-

teologi civil atau personal yang saling bersaing untuk meraih

keunggulan kultural. Koeksistensi teologi civil dan personal yang tidak

mudah dicapai itu bukan hanya merupakan ciri khas Timur Tengah dan

Afrika Utara tetapi juga meningkat di Amerika Utara. Jadi, refleksi-

refleksi Bassam Tibi amat penting bagi pemahaman nasib agama dan

kultural di berbagai belahan dunia di akhir abad ke-20 ini.11

3. Islam and the Cultural Accommodation of Social Change, two

printings 1990, 1991 (Westview Press). Buku ini membahas tentang

Islam dan akomodasi kultural dari perubahan sosial, dan mengkaji

problematika yang menimpa umat Islam saat ini. Di dalam buku ini

Bassam Tibi melemparkan cahaya terang tentang pertemuan Islam

11 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 28: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

17

dengan kekuatan- kekuatan perubahan yang menggemparkan dari

Maroko sampai Iran dengan pendekatan teori sosiologi dan

antropologi. Originalitas dan kekuatan buku ini terletak pada

konseptualisasinya, didasarkan pada sosiologi agama, yang mana

Bassam Tibi mampu mengintegrasikan ke dalam framework

persoalan-persoalan ilmu politik. Bassam Tibi dalam Buku ini

merefleksikan hubungan-hubungan yang biasanya menstimulasi bagi

penelitian di Timur Tengah modern dan juga bagi penelitian tentang

negara-negara pada umumnya. Bassam Tibi dengan karya ini telah

membuktikan dirinya sebagai pengarang dan intelektual yang

bijaksana, reflektif dan inovatif.12

4. Conflict and War in the Middle East. From Inter-State War to New

Security, two editions 1993 and 1998, (revised and expanded,

published in association with Harvard University by St. Martin’s

Press). Buku ini melihat perpolitikkan yang terjadi di Timur Tengah

dengan pendekatan teori-teori disamping data-data empirik di lapangan

yang dikaitkan dan dibenturkan dengan konteks politik dunia yang

lebih luas. Dalam buku ini Bassam Tibi menggunakan teori sistem

untuk menguji hubungan antara dinamika regional dan kepentingan

kekuasaan yang besar selama perang di Timur Tengah pada tahun

1967, 1973 dan 1990-1991. Dalam buku ini layak diacungi jempol

karena mencoba untuk mempelajari dan mengkaji Timur Tengah dari

12 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 29: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

18

perspektif teoritis. Buku ini menarik dan bernilai lebih karena Bassam

Tibi meletakkan kajian Perang dan konflik Timur Tengah dalam

konteks Historis. Bassam Tibi menulis buku ini dengan mengadopsi

pendekatan rasionalistik pada analisisnya paska perang dunia kedua

pada konflik yang terjadi di Timur Tengah.13

Karya-karya di atas memperlihatkan keahlian, ketekunan dan keragaman

penguasaan Bassam Tibi atas berbagai disiplin ilmu yang ditekuninya. Ini

sekaligus mencerminkan reputasi intelektualnya yang tinggi.

Sedangkan buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dari 6 buku di atas diantaranya adalah:

1. “Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial” ( Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogyakarta, 1999) Cet. I

2. “Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Pra Industri dalam

Era Ilmu Pengatahuan dan Teknologi” (Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogyakarta, 1994) Cet. I

3. “Ancaman Fundamentalisme Rajutan Islam Politik dan Kekacauan

Dunia Baru” (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta, 2000).

Antara tahun 1968 dan 2004 Prof. Tibi mempublikasikan lebih dari 300

artikel dan esai-esai, awalnya secara mendasar dalam bahasa Arab (contohnya:

Dirāsāt Arabiyya, Mawāqif /Beirut dll.)

13 Website pribadi Prof. Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 30: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

19

Adapun publikasi dari kegiatan-kegiatan dalam proyek-proyek penelitian

besar yang dipublikasikan yaitu:

1. 1989-93, Project: The Fundamentalism Project (publication 1993-95).

The American Academy of Arts and Sciences/Cambridge,MA and Chicago.

2. 1988-90, Project: State Formation in the Middle East (publication

1990), Harvard/MIT.

3. 1992-93, Project: Nation, National Identity and Nationalism (published

1997), University of California, Berkeley.

4. 1995, Project on German foreign policy/chair Karl Kaiser,

DGAP/German Council on Foreign Relations, published in three volumes

(1994-96), co- author vol. 2, Deutschlands Außenpolitik, Bonn 1995, pp. 61-

80.

5. 1998-99, Islam and the Changing Identity of Europe/University of

California Berkeley publication: Muslim Europe or Euro-Islam?, Lexington

Books 2002, Tibi chapter 2.

6. 1999, Project on Political Islam and Security at the Program for

Strategic and International Security Studies at the Graduate Institute of

International Studies/Geneva. Published by Frédéric Grare, ed., Islamism and

Security (chapter Tibi, pp. 63-102) as PSIS Special Studies Nr. 4, Geneva

1999.

Page 31: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

20

7. 2003 ongoing, Culture Matters at Fletcher School, Tufts University,

will be published in three volumes by Routledge.

8. 2004 on going, Transnational Religion and Europeanization at Cornell

University and Colgate University, publication edited by Peter Katzenstein,

ed., Religion in an

9. Expanding Europe, in 2006 by Cambridge University Press. Chapter:

Europe Between Islamization and Europeanization.14

10. 2005 Project: International Security Conference/2004, published under

the title: Countering Modern Terrorism, edited by Martin van Crefeld and

Katharian van Knop (Bertelsmann 2005). Tibi pp. 131-172.15

11. Project 2004/05: Europe. A Beautiful Idea/The Nexus Institute,

Netherlands.16

Prof. Tibi bekerja sebagai penulis tetap dari artikel khusus and kontributor

untuk surat kabar utama dan majalah-majalah berita di Jerman, termasuk Der

Spiegel dan Focus: Antara tahun 1987 dan 2000 Tibi sebagai seorang

kontributor utama dan penerbit ratusan artikel disemua bagian dari harian

Fankfurt Allgemeine Zeitung, untuk meninjau ulang buku-bukunya. Dia

meninggalkan surat kabar tersebut karena merasa ada tuntutan editor-editor

14 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 15 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 16 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 32: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

21

yang membingungkan “guest author” dalam pandangan Jerman “guest

workers” karena merasakan beberapa perbedaaan.17

Sejak awal tahun 2000 Prof. Tibi dipublikasikan sebagai penulis tetap di

harian Financial Times Deutschland, pertama dibentuk pada tahun itu. Oleh

karena itu beliau menerbitkannya dalam kolom Rhein-Zeitung, selanjutnya

Süddeutsche Zeitung dan Handelsblatt dan selanjutnya di Die Welt. Sejak

2005 beliau adalah tetap untuk International Herald Tribune.18

Sejak 2002 Tibi juga mempublikasikan sebuah esai tahunan dalam

mingguan Die Zeit dan sejak 2001 menjadi bulanan di St. Galler Tagblatt,

Switzerland. Tibi juga sebagai kontributor utama untuk The Spiegel (1992-98)

kemudian bersaing dengan majalah Jerman Focus (1996-2005) 1996-2004.

Antara 1990 dan 2000 beliau juga ilmuwan Islam dan Timur Tengah dari

German ZDF television.19

17 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 18 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de. 19 Website pribadi Bassam Tibi, http://www.bassamtibi.de.

Page 33: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

22

C. Pokok-Pokok Pikiran Bassam Tibi

1. Religionized Politics (Agamaisasi politik)

Kombinasi agama dan politik dalam perjalan kembalinya agama pada

masyarakat dengan permintaan pemerintah Allah telah menjadi subyek

penelitian Tibi selama lebih dari tiga dekade. Dalam konteks ini ia

menciptakan gagasan politik religionized untuk analisispolitis agama yang

mengecualikan dalam nama Tuhan kompromi dan negoisasi, sehingga

mengakibatkan neo-absolutisme.20 Dalam perspektif Bassam Tibi

fundamentalisme bukanlah merupakan kepercayaan spritual, melainkan

sebagai ideologi politik yang didasarkan pada politisasi agama untuk tujuan-

tujuan sosio-politik dan ekonomi dalam rangka menengakkan tatanan Tuhan.21

Menurut Bassam Tibi, Islam sebagai ideologi politik sebenarnya

merupakan sesuatu yang baru dalam Islam. Baginya, tidak ada dasar

hukumnya dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang dengan tegas memerintahkan

politisasi Islam yang dikembangkan oleh gerakan fundamentalis. Bassam Tibi

menambahkan bahwa perkataan hukūmah (pemerintahan) atau daulah

(negara) tidak ada dalam al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian, ini

20 http://www.bassamtibi.de 21 Dalam buku ini Bassam Tibi tidak menggunakan bahasa Fundamentalisme tetapi

menggunakan bahasa Islamisme yang mana arahnya sama-sama mengacu pada Fundamentalisme,

lihat Bassam Tibi, terj. Alfathri Adlin, Islami dan Islamism, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2016),

h.1.

Page 34: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

23

merupakan penafsiran baru terhadap Islam, atau gejala baru yang baru

ditemukan di zaman modern.22

2. Kekuasaan menjadi Dogma Religius

Istilah dogma mengandung arti bahwa orang berpegang pada keyakinan-

keyakinan mereka tanpa berpikir dan hanya ikut-ikutan saja, atau kalau dalam

istilah ushul fiqhnya Taqlid. Dogma kelompok berasaskan kaedah dan

ketetapan asasi dari kelompok, kelompok tersebut bisa bersifat religius,

politik, sosial dan lain-lain. Namun, dogma kelompok lebih mengacu pada

racikan kelompoknya dibanding agama. Karena itu, ada benarnya dikatakan:

"X adalah hukum yang telah ditetapkan kelompok ini, dengan penggabungan

antara neraca agama dan maslahat kelompok". Kelompok seringkali bersifat

oportunis, mencari kesempatan dan mengambilnya demi kemaslahatan

kelompoknya. Bukan berarti setiap kelompok itu buruk dan tercela. Namun,

dependensi dogma terhadap 'kepentingan' kelompok itulah yang banyak

membuat umat tidak berseragam. Seandainya dogma agama tidak

dicampuradukkan dengan 'kepentingan' kelompok, dan diserahkan kepada

ahlinya agama yang murni memperjuangkan agama bukan kelompok, maka

itu lebih baik.23

22 Nasiruddin, Saling Berebut Tuhan Pandangan Bassam Tibi Tentang Fundamentalisme,

Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 2, Nomor 2, Juni 2017, di akses pada

tanggal 21 November 2018. 23 Nasiruddin, Saling Berebut Tuhan Pandangan Bassam Tibi Tentang Fundamentalisme,

Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 2, Nomor 2, Juni 2017, di akses pada

tanggal 21 November 2018.

Page 35: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

24

Kelompok-kelompok yang seperti ini yang membenarkan kelompoknya

sendiri yang mana dikemukakan Bassam Tibi kaum fundamentalisme

menempatkan posisi keyakinan kesatuan agama dan negara hampir

menyamakan posisi syahadat dalam Islam yang kemudian menjadi pijakan

seberapa Islaminya seseorang.24

Dogma yang seperti ini menurut Tibi hanya menggunakan agama sebagai

bahasanya dengan jargon kembalinya yang suci, akan tetapi pemikirannya

berkisar seputar persoalan politik dan agama. Sehingga orang-orang

fundmentalis ketika ditanya apakah Islam bermakna Iman atau suatu tatanan

negara maka sudah pasti disebutkan bahwa dengan tegas akan menjawab

bahwa Islam adalah tatanan negara. Bahkan Tibi mengatakan bahwa gerakan

ini adalah komunitas imajiner yang berimajinasi untuk menyatukan seluruh

umat menjadi satu pemerintahan yang akan memimpin umat manusia dalam

tatanan dunia Islam.25 Hampir tidak menemukan pembahasan mengenai

persoalan najis, keutamaan dalam sholat, puasa sunnah dan semacamnya yang

mana dalam keseharian kita lebih mengenal dengan persoalan fiqh,

propagandanya kelompok ini langsung mengarah pada kekuasaan dan politik.

Disini jelas bahwa Tibi mengatakan bahwa ada dogma baru dalam Islam yang

mana bukan dogma teologi tetapi dogma politik kekuasaan.26

24 Bassam Tibi terj. Alfathri Adlin, Islami dan Islamisme, h.43. 25 Bassam Tibi, terj. Imron Rosyidi dkk, Ancaman Fundamentalisme: Rajutan Islam

Politik dan Kekacauan Dunia Baru, (Yogyakarta: November, 2000), h.8. 26 Nasiruddin, Saling Berebut Tuhan Pandangan Bassam Tibi Tentang Fundamentalisme,

Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 2, Nomor 2, Juni 2017, di akses pada

tanggal 21 November 2018.

Page 36: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

25

3. Al-Hāll Al-Islāmī ; Alternativ Solutif dari Bassam Tibi.

Dalam hemat penulis, Bassam Tibi tidak memberikan alternatif yang pasti

tentang bagaimana menghentikan gerakan islamisme karena memang agak

rumit untuk menghentikan mereka. Alternativ solutif yang ditawarkan oleh

Tibi merupakan hasil filtrasi dari apa yang sudah penulis baca dari beberapa

buku beliau dan filtrasi ini hanya perspektif penulis. Bassam Tibi berpendapat

bahwa Islamisme berhubungan dengan Islam bisa membantu kita mengubah

keseimbangan dalam mendukung masyarakat sipil, yaitu suatu upaya yang

didalamnya Islam sipil adalah sekutu.27

Pertama, Sekuler28 Demokrasi, Bassam Tibi memberikan alternatif bahwa

solusi untuk konflik harus sekuler agar diterima oleh semua pihak namun

disini Bassam Tibi tidak menjelaskan seperti solusi yang sekuler tersebut.

Dalam hal ini Bassam Tibi memberikan beberapa contoh negara negara yang

mampu dan tidak mampu meredam terhadap berkembangnya Islamisme,

negara yang mampu meredam Islamisme adalah Malaysia sedangkan negara

yang tidak mampu meredam Islamisme yaitu Timur Tengah dengan solusi

yang ditawarkan oleh Hamas dan Hizbullah.29 Solusi yang ditawarkan oleh

Bassam Tibi bukan kemudian menjadikan sekulerisme menjadi suatu ideologi

baru dan perlu dikembangkan, akan tetapi dengan sekulerisasi dapat diterima

oleh agama-agama lain yang kemudian bisa dikatakan dengan kebaikan

27 Bassam Tibi terj. Alfathri Adlin, Islami dan Islamisme, h. 321. 28 Sekuler berasal dari bahasa latin yaitu saeculum berarti zaman menjadi sekuler berarti

diorientasikan pada zaman ini yakni pada zaman ini. Lihat Bassam Tibi, Terj. Yudian W. Asmin,

Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri dalam Era Ilmu Pengetahuan dan

Tekhnologi, ( Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet.1, h. 167. 29 Bassam Tibi terj. Alfathri Adlin, Islami dan Islamisme, h.318.

Page 37: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

26

universal. Dalam perspektif ini, Bassam Tibi bahwa dengan sekuleriasasi

tampaknya akan lebih menjanjikan dari pada politik yang diagamaisasikan.30

Sekuler disini maksudnya adalah pemisahan antara politik dan agama. Tetapi

sekuler disini dalam hemat penulis terlalu universal karena jika kata sekuler

dijadikan alternatif solutif ini hampir memberikan ruang tertutup bagi agama

terhadap realitas kehidupan. Pada dasarnya penulis sepakat dengan tawaran

Tibi hanya perlu spesifikasi terhadap hal politik. Mengenai sekularisasi ini

Bassam Tibi mengutip tulisannya Niklas Luhmaan Bahwa: Sekulerisasi

merupakan salah satu konsekuensi transformasi masyarakat yang terjadi dalam

kerangka suatu sistem yang pada dasarnya dipilahkan secara fungsional

dimana masing-masing bidang fungsional memperoleh kepercayaan diri dan

otonomi yang lebih tetapi juga menjadi lebih bergantung pada bagaimana

fungsi-fungsi lain dipenuhi.31

Kedua, Tibi menawarkan pola pikir pluralisme dimana semua peradaban

berinteraksi dan menghormati satu sama lain atas pijakan yang sama. Berikut

ini kutipan dari statemennya Tibi. Di tempat ketegangan Islamisme yang tak

terselesaikan antara tradisi ciptaan dan realitas modern, saya berargumen

untuk perubahan budaya dalam peradaban Islam menuju suatu pola pikir

pluralisme.32

30 Bassam Tibi terj. Alfathri Adlin, Islami dan Islamisme, h.318. 31 Bassam Tibi, Terj. Yudian W. Asmin, Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur

Praindustri dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, h.169. 32 Bassam Tibi, Terj. Yudian W. Asmin, Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur

Praindustri dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, h. 320.

Page 38: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

27

Barangkali Pluralisme yang dimaksud disini adalah pluralitas agama yang

mana sudah menjadi sebuah kenyataan bahwa di negara atau di daerah tertentu

terdapat pemeluk agama yang hidup secara berdampingan. Definisi Pluralitas

agama tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa suatu keniscayaan

bagi umat Islam untuk hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain.

Seorang muslim mengakui bahwa di sekelilingnya ada pemeluk agama lain

selain Islam, tapi pengakuan tersebut terbatas pada keberagaman agama,

bukan kebenaran agama lain. Dalam bahasa yang sederhana Pluralitas agama

memacu pada pengertian bahwa di sekitar muslim ada pemeluk agama lain

selain agama Islam. Bukan Pluralisme suatu paham yang mengajarkan bahwa

semua agama sama kebenaran setiap agama relative. Paham ini mengatakan

bahwa setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya yang

benar sedangkan agama yang lain salah. Kemudian paham ini juga

mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk surga, Pluralisme

agama didasarkan pada satu asumsi bahwa semua agama jalan yang samasama

menuju Tuhan yang sama, jadi menurut paham ini semua agama adalah jalan

yang bebeda-beda menuju Tuhan yang sama.33

Jika yang dimaksud oleh Bassam Tibi disini adalah pluralisme yang

memaknai semua agama yang benar maka sulit untuk diterima oleh Muslim

baik yang Islam dan Islamisme (fundamentalisme), akan tetapi jika pluralisme

atau pluralitas dalam bahasanya MUI dalam artian hidup berdampingan

33 Nasiruddin, Saling Berebut Tuhan Pandangan Bassam Tibi Tentang Fundamentalisme,

Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 2, Nomor 2, Juni 2017, di akses pada

tanggal 21 November 2018.

Page 39: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

28

dengan agama lain atau meminjam bahasanya Amin Abdullah re-aproach,

saling menerima maka ini bisa dijadikan sebagai alternatif solutif untuk

masyarakat global. Atau dengan bahasa lain Tibi mengatakan dengan bahasa

dalam Humanisme Islam.34

34 Nasiruddin, Saling Berebut Tuhan Pandangan Bassam Tibi Tentang Fundamentalisme,

Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 2, Nomor 2, Juni 2017, di akses pada

tanggal 21 November 2018.

Page 40: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

29

BAB III

Islam Dalam Pandangan Bassam Tibi

A. Islam Politik Sebagai Restopeksi Kultural

Menurut Bassam Tibi, pembentukan menuju restrospeksi kultural sebagai

reaksi terhadap krisis ini. Di Timur Tengah Islam, gerakan ini telah

mengambil bentuk repolitikisasi oleh masyarakat Islam. Repolitikisasi Islam

merupakan fenomena sosiokultural dan etnopsikologis yang tetapi, bisa

dipahami secara memadai jika problem pemiskinan tersebut adalah material

dan struktur-struktur keterbelakangan ekonomi diabaikan.1

Seperti yang dikemukakan Bassam Tibi, di seluruh negara-negara Arab

maupun negara-negara islam non-Arab di Timur Tengah, Islam tersingkir,

memberikan tempat kepada nasionalisme yang menang. Ini merupakan

nasionalisme sekular yang mempertahankan bahwa keanggotaan dalam negara

merupakan ikatan primer dari kelompok yang lebih besar.2 Kesadaran

nasionalisme Turki di kerajaan Usmani mulai timbul baru di pertengahan

kedua dari abad ke-19. Kerajaan Usmani, yang daerah kekuasaanya mencakup

daerah-daerah Arab di sebelah Timur dan daerah-daerah Eropa Timur di

1 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 55-56 2 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 57

Page 41: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

30

sebelah Barat, mempunyai rakyat yang terdiri atas berbagai bangsa yang

menganut berbagai agama. Pada mulanya kriteria agamalah yang dipakai

untuk membedakan antara rakyat yang beraneka ragam kebangsaannya itu.3

Masyarakat-masyarakat Islam sekarang ini menderita di bawah

pemiskinan ekonomi dan krisis identitas yang mencolok yang menuntut

interpretasi etnopsikologis. Pemimpin-pemimpin politik Islam percaya bahwa

restopeksi kultur yang berdasarkan pada masa yang silam, Islam yang asli

tumbuh pada dirinya sendiri cukup untuk mengatasi problem-problem ini.4

Seperti yang dikemukakan Bassam Tibi, menengok kembali sejarah

kolonisasi dan dekolonisasi memperjelas hubungan masyarakat-masyarakat

non-Eropa dengan kultur mereka sendiri maupun kultur Eropa bisa dibagi ke

dalam tiga fase:

1. Ideologi kolonial awal menolak nilai intrinsik kultur-kultur non-Eropa.

Kolonialisme abad ke-19 dan abad ke-20yang didukung oleh kultur Eropa,

diangap superior karena karakternya yang secara saintifik berdasar, yang

sebagai konsekuensinya, dianggap sebagai “ kultur perintah suci”, atau

mission civilisatrice (misi memperadabkan) adalah alasan intervensi atau

kolonisasi yang bertujuan membantu menyebarkan peradaban, singkatnya

sebagai “tugas orang kulit putih”, Untuk melakukan perlawanan

3 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, h. 126 4 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 57

Page 42: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

31

antikolonial dengan mengambil bentuk penolakan atas kultur yang

dominan dan sikap memegang teguh hak milik sendiri.5

2. Kolonialisme bukan hanya sistem ekonomi tetapi juga sistem budaya.

Weternisasi kultural bisa ditimbulkan melalui disolusi sistem tradisonal

prakolonial misalnya larangan sekolah-sekolah al-Qur’an di Algeria oleh

kolonial dan pendirian lembaga-lembaga pendidikan Barat. Westernisasi

kultural menuntut penerimaan dan penghayatan sistem-sistem nilai dan

norma Eropa dalam kerangka sistem pendidikan. Tetapi westernisasi juga

berarti penerimaan struktur-struktur aktual masyarakat maju sebagaimana

yang ada diseluruh Eropa.6

3. Apa yang bisa disebut sebagai ideologi-ideologi yang di Barat yang murni

semisal liberalisme di Mesir, dengan demikian pula ideologi-ideologi

dunia ketiga yang terpengaruh Barat telah membuktikan kegagalan-

kegagalan, sehingga tampaknya satu-satunya alternatif yang masih ada

adalah ideologi asli prakolonial.7

Menurut Bassam Tibi, dalam fase kedua dalam sejarah kolonisasi dan

dekolonisasi yang tengah diperiodisasi di sini adalah memenuhi prakondisi ini.

penderitaan yang ditimbulkan oleh westernisasi bisa didiagnosa sebagai

kesedihan-kesedihan yang menyertai kultur. Ideologi-ideologi dekolonisasi

5 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 58 6 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 58 7 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 59

Page 43: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

32

yang didukung oleh kaum intelektual didikan Barat membuktikan kebenaran

usaha untuk membicarakan identitas baru.8

Menurut Bassam Tibi, fase ketiga ini adalah fase krisis. Modernisasi

struktur-struktur yang dipaksakan gagal. Urbanisasi, misalnya, mengakibatkan

Teheran menjadi kawasan kumuh massal. Nasionalisme, sosialisme dan

bentuk-bentuk westernisasi lain tidak menaklukan keterbelakangan maupun

bahkan menunda, peroses pemiskinan. Islam di sisi lain, dulu pernah mampu

memasok identitas yang aman tetapi juga mentrasformasikan Timur Tengah

dari masyarakat badui primitif ke dalam imperium dunia Islam dengan

kulturnya sendiri yang sangat maju. Kendatipun islam sekarang merupakan

kultur dari kawasan terbelakang, tetapi visi kekuatan dan kekuasaan Islam

masih terus bertahan dalam kesadaran kaum muslimin. Fase ketiga ini bisa

dijelaskan sebagai fase restropeksi kultural.9

Bassam Tibi memandang dalam kacamata posisi islam dalam sisi

perkembangan sosialnya pada fase pertama mulai dengan kolonisasi Eropa

atas Timur Tengah Islam dimobilisir sebagai penegasan identitas. Perlu

ditunjukkan secara historis dalam cara apa Islam mengasumsikan perannya

sebagai identitas. Bassam Tibi termasuk pendukung anggapan bahwa Islam,

sejak awal kelahirannya, merupakan agama Arab untuk orang-orang Arab,

sehingga ia menyediakan subtansi religius bagi identitas kultur. Orang-orang

8 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 59 9 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 59

Page 44: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

33

Arab pra-Islam adalah orang-orang badui yang tidka beradab yang tidak

memiliki kultur yang secara material maju.10

Seperti yang dikemukakan Bassam Tibi, apa yang pernah dilahirkan oleh

kultur Islam yang amat maju tersebut dibawah pemerintahan orang-orang

Tukri Usmani. Baik sain, literatur maupun arsitektur tidak bisa berkembang

sebagaimana yang terjadi semenjak asal mulanya dalam masyarakat badui

primitif di abad ke tujuh hingga penghancurleburannya di abad ke-13 di

bawah serangan orang-orang monggol.11 Dan kekuatan militer dan kekuatan

politik umat Isalm menurun. Umat Islam dalam keadaan mundur dan statis.

Maka dari itu Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika

dan Timur jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat yang kekuatannya

meningkat, ke dunia Islam yang kekuatannya menurun, kian mendalam dan

kian meluas.12

Menurut Bassam Tibi, sejarah kebesaran dan disintegrasi ini telah amat

mengesankan Islam modern. Konfrontasi dengan Eropa selama penetrasi

kolonial, proses desintegrasi dalam kekaisaran Turki Usmani Islam, dan

ekspansi kultur Eropa dominan ke seluruh dunia akhirnya tampak benar-benar

mengancam umat Islam periode ini. Mobilisasi Islam pada fase pertama

merupakan respon awal.13 Ada dua alasan utama yang di kemukakan Bassam

10 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 61 11 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h.61 12 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, h. 15 13 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h.61

Page 45: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

34

Tibi, yang melandasi repolitikisasi islam ini: pertama, krisis identitas yang

diderita oleh masyarakat Islam, dan ke dua krisis sosio-ekonomi dan

pemiskinannya yang tidak dapat dihindarkan yang menyediakan lahar subur

bagi ideologi-ideologi agama. Islam menawarkan dirinya sendiri sebagai

penyelamat dalam bentuk identitas dan janji kemakmuran masa depan.14

Seperti yang dikemukakan Bassam Tibi, proses-proses westernisasi sudah

berlangsung dalam masyarakat-masyarakat non-Eropa pada abad ke-19.

Tetapi identitas kultural kaum elit yang terbaratkan memiliki landasan yang

rapuh, karena nilai-nilai dan gagasan-gagasan kultur dan pendidikan yang

mereka peroleh tidak memiliki imbangan dalam struktur-struktur sosial

masyarakat-masyarakat asli mereka. Sebagai konsekuensinya, bentuk

kesadaran yang di Baratkan yang mereka bela tidak memiliki subtansi dan arti

dalam struktur-struktur sosial yang ada dalam komonitas-komonitas mereka.15

Menurut Bassam Tibi, pencarian identitas sesorang tampaknya

menawarkan obat bagi pengasingan yang menyedihkan, dan islam menjadi

subtansi ideologi bagi identitas asli semacam itu. Dengan latar belakang

sosioposkologi repolitikisasi islam ini harus ditambah dengan kerangka sosio-

ekonomi masyarakat-masyarakat dunia ketiga yang menjadi semakin miskin

14 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h.61 15 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 63

Page 46: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

35

dan menemukan diri mereka sendiri dalam proses pemiskinan yang tidak

dapat dihindarkan.16

Dengan kerangka yang dibuat oleh Bassam Tibi, kita bisa memahami lebih

dari proses-proses umum restrospeksi kultur yang kini tengah terjadi.

Repolitikisasi merupakan varian Islam atas proses merefleksi masa lampau ini.

Bassam Tibi, ada tiga fase periodesasi proses asimetri anatara pusat

masyarakat dunia dan kultur-kultur non-Barat khususnya Islam. Yang

pertama, revitalisasi kultur sendiri milik seorang dalam mereaksi penetrasi

kultur dominasi, kedua adopsi kultur yang mempenetrasi dengan seluruh janji

mutlak dan harapan besar, ketiga kembali defensif kepada kultur seseorang

terjadi dimana restrospeksi koresponden menyediakan pelipur-lara karena

ketidak munculan westernisasi yang diantisipasi bersamaan dengan penolakan

tingkah laku anomi orang-orang yang ter-Barat-kan oleh masyarakat-

masyarakat mereka sendiri.17

Menurut John L. Esposito permasalahan dalam beberapa dekade ini, pada

wilayah Timut Tengah modern mengalami perubahan yang sangat besar

dalam bidang politik maupun sosio-ekonomisnya. Dari Negara Maroko

sampai Negara Pakistan, kolonialisme Eropa berakhir, sehingga negara-negara

Muslim yang baru merdeka dapat menjalani proses pembentukkan bangsa dan

16 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 63 17 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 66

Page 47: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

36

kebanyakan bangsa muslim terinspirasi dari negara Barat Modern sebagai

model bagi perkembangan politik dan sosio-ekonomisnya.18

18 Sebagai bahan tambahan lihat, John L. Exposito, Islam dan Politik, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1990), h. 294

Page 48: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

37

B. Islam Modern

Menurut Bassam Tibi, abad modern adalah suatu yang terjadi karena

revolusi industri. Beberapa belahan dunia di masa revolusi ini tumbuh menjadi

masyarakat-masyarakat yang sangat maju dan kompleks. Eropa menembus

dunia, konteks yang diperluas ini juga menyediakan lahan bagi penjajahan,

masyarakat borjuis yang sangat maju akan didorong kesana. Masyarakat dunia

berproses dari masyarakat borjuis, dimana masyarakat pusat maju dan

masyarakat pinggiran yang terbelakang. Struktur yang menghubungkan pusat

dan pinggiran adalah struktur kekuasaan dan dominasi. Ini merupakan

kerangka sejarah modern. Orang Islam, yang batas-batas imperium Arabnya

membentang dari tepian sungai Loire melampaui tepian sungai Indus, dari

Poitiere ke Samarkand, dalam masyarakat kontemporer saat ini termasuk

kelompok masyarakat underdog.19

Menurut Bassam Tibi, Islam modern pada mulanya didukung oleh dua

gerakan yang pertama disebut zealots dan herodians. Zealots adalah orang-

orang fanatik yang berusaha mempertahankan kultur asli dengan senjata kuno,

sedangkan herodians adalah orang-orang yang memilih senjata musuh untuk

melawannya.20

19 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 113-114 20 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 115-116

Page 49: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

38

Bassam tibi, juga membagi Islam modern menjadi dua tipe, tujuannya

yang sama-sama merevitalisasi Islam: yang pertama, varian kiliastik kuno

adalah kembalinya Islam ke masa Nabi SAW, kedua, varian modernistik

adalah kembalinya kepada pan-Islamisme.21

Islam sebagai sistem norma digunakan sebagai bahan konteks. Menurut

Bassam Tibi, keterbelakangan kerangka masyarakat dunia dikondisikan dan

didukung oleh dominasi yang dilakukan oleh pusat dan pinggiran yang disebut

dengan interaksi. Inilah perekat-perekat struktural Islam modern yang dari situ

dogmatis-dogmatis Islam berpijak menafsirkan bahan yang bebas konteks.22

Kata modernisme dianggap mengandung arti-arti negatif di samping arti-

arti positif, maka untuk menjauhi arti-arti negatif itu, lebih baik kiranya

bahasa yang dipakai untuk terjamahan bahasa Indonesia yaitu pembaharuan.23

Lebih jauh lagi bisa dikatakan bahwa modern, modernisme, dan

postmodern menekankan pada “progressive” (kemajuan), “scientific”

(ilmiah), dan “rational” (segalanya harus masuk akal). Istilah-istilah ini

muncul di Barat yang secara konsepsional tidak memberi tempat terhdap

agama dalam konteks apa saja. Istilah “modernisme” ini bisa diberi definisi

dengan “fase sejarah dunia yang paling akhir yang ditandai dengan

kepercayaan terhadap sain, perencanaan, sekularisme dan kemajuan.

21 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 116 22 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 117 23 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. 14,

h.3-4.

Page 50: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

39

Sedangkan setelah menjadi “modernisasi” suatu proses untuk menjadikan

sesuatu itu modern.24

Modernisasi Islam, sebagai suatu bentuk dogma, ingin memberikan

jawaban bagi pertanyaan mengapa umat Islam sekarang ini mundur sedangkan

orang-orang Eropa, yang jelas non muslim demikian maju. Fungsi sosial

ajaran Islam menyatukan kultur dan merupakan reaksi terhadap dunia oleh

kultur yang unggul secara teknologi-saintifik. Tetapi fungsi sosial tidak

direflisikan dalam pemikiran Islam kontemporer. Kaum muslimin mundur

karena mempertahankan dogma al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber

material mereka.25

Pengembangan kultur teknologi-sainstifik dan transformasi Eropa di

zaman modern yang berakibat menghalangkan hubungan yang kuat antara

yang suci dan politik, merupakan ciri khusus kultur praindustri.26

Gelombang utama Islam sejak abad ke-19 di bagi menjadi dua garis: garis

pertama adalah kaum modernis, yang ingin mengintegrasikan pretasi-prestasi

teknologi-saintifik ke dalam Islam tanpa menerima konsekuensi-konsekuensi

yang ditimbulkannya dan kedua adalah kaum fundamentalis yang menolak

sesuatu yang baru karenanya berperang Ur-Islam sebagai standar mereka.

Orientasi yang kedua benar-benar dominan. Dengan problem sentral yang

24 A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi Reinsterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM

dan Terciptanyanya Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), cet. ke V, h.

6-9. 25 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 179 26 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 179

Page 51: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

40

menghadang garis pertama, modernisme, tegasnya bukan khas milik Islam:

penyebaran penemuan-penemuan yang tidak sesuai dengan pemeliharaan atas

yang lama dalam karya masyarakat-masyarakat tradisonal.27

Zaman modern bersandar kepada kultur yang secara rasional berlandaskan

kepada teknologi-saintifik yang dipunyai orang-orang Eropa yang maju karena

mereka memiliki kultur ini, sedangkan kaum muslimin mundur karena stak

pada dogma agama.28

Tetapi, begitu orang-orang Eropa menegembangkan varian kultur

teknologi-sainstifik kristem Timur, maka demikian pula kaum muslimin

mampu menciptakan varian Islam Timur atas peradaban di mana islam akan

direduksi pada suatu sistem sosial, dengan pola religiusnya. Kaum muslimin

memiliki paralel hostoris bagi pembangunannya. Demikian pula sekularisasi

Islam di zaman ini zaman modern dengan tidak harus menandakan kehancuran

agama.29

Menurut Bassam Tini, usaha-usaha Afghani untuk mengaktifkan kembali

Islam sebagai ideologi yang mampu memobilisir untuk mengatasi

kemunduran Timur Tengah Islam telah gagal. Kendatipun demikian, upaya

yang sama tengah diulang dalam kerangka repolitisasi Islam saat ini. bagi

Afghani, kultur tinggi Islam adalah identik dengan Islam itu sendiri, umat

27 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 184 28 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 179 29 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 179

Page 52: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

41

Islam mundur karena mereka tidak mempunyai pemahaman Islam yang

memadai. Penindasan terhadap orang-orang Islam oleh kekuatan hegemoni

Eropa, merupakan akibat dari orientasi nilai keagamaan. Orientasi nilai yang

benar, yakni islam, cukup untuk menimbulkan perubahan.30

Di dalam Islam kata pembaharuan sering disamakan dengan istilah at-

Tajdid yang berarti membaharui atau membuat menjadi baru.31 Istilah ini

bertalian dengan sebuah hadits nabi yang menyebutkan bahwa dalam setiap

zaman akan lahir seorang “Mujadid” yakni pembaharu yang selalu akan

mengadakan pembaharuan terhadap penyimpangan-penyeimpangan dalam

ajaran Islam.32

Dampak modernisasi yang berupa sekularisasi tampak sekali di Barat.

Bagi sebagian masyarakat, ilmu pengetahuan (sain) dan teknologi sudah

meningkat posisinya seolah menjadi “agama” baru, sehingga banyak di antara

mereka memper-Tuhan-kannya. Agama menjadi korban dan ditertawakan

serta diejek. Karena agama tidak boleh bercampur dengan kehidupan umum

dan agama tidak boleh bercampur dengan negara. Yang bisa ditolelir adalah

30 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 116. 31 Secara doktriner pengertian pembaharuan dalam Islam lebih jauh jangkauannya

daripada pengertian “tajdid” dan “mujadid” (suatu pengertian yang sebenarnya agak kontroversil)

dan dari pengertian “ijtihad”. Islam itu sendiri sebagaisuatu agama dan ajaran sosial adalah bersifat

pembaharuan, malahan merupakan pemberontakan terhadap nilai-nilai usang yang dominan dalam

masyarakat sebelumnya, al-Qur’an mengajarkan bahwa orang tidak boleh mengikuti saja nilai-

nilai yang terdapat dalam masyarakat. Lihat, surah at-Taubah: 23, az-Zuhrah: 24, al-Baqaroh: 170,

dan al-Mujadalah: 23 dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang sejiwa dengan ini. jadi

pembaharuan itu bukan proses tertentu dalam sejarah uammat Islam, tetapi “interen” dalam

lubukajaran Islam Sendiri. 32 Amein Daulay, Gagasan Pembaharuan Pemikiran Islam Nurcholis Madjid : Suatu

Pandangan Politik, (Tangsel: Mega Kreasi Media, 2010), cet. 1, h. 11-12.

Page 53: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

42

anggapan bahwa agama merupakan urusan pribadi. Disinilah adalah titik

klimaks modernisasi di Barat yang sekuler.33

Jadi secara prinsipil ide pembaharuan atau modernisasi bukanlah suatu

yang dilarang di dalam Islam jika dilihat dari pengertian Ijtihad yang justru

menjadi dominan dalam syari’at Islam atau hukum Islam maupun sikap yang

ditandai dengan toleransi yang berlebih-lebihan terhadap cita pikiran Yunani

yang sering masuk ke dalam Islam melalui filosof-filosof muslim. Sudah

barang tentu penggunanan Ijtihad ini harus berpatokan pada dua sumber

hukum Islam yang utama yakni al-Qur’an dan Hadits Nabi.34

33 A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi Reinsterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM

dan Terciptanyanya Masyarakat Madani, cet. ke V, h. 6-9. 34 Amein Daulay, Gagasan Pembaharuan Pemikiran Islam Nurcholis Madjid : Suatu

Pandangan Politik, cet. 1, h. 11-12.

Page 54: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

43

C. Sekularisasi Islam

Menurut Mohammed Arkoun sekularisasi Islam adalah sikap terhadap

pengetahuan. Yaitu sikap yang berupaya menjadi terbuka dan bebas sampai

sejauh mungkin, atau sampai batas yang memungkinkannya tidak hanya

dalam syarat-syarat politis dan sosial, tetapi juga kemajuan metodelogi,

pengetahuan, dan teknik yang mendominasi dalam suatu masa dan tempat.35

Menurut Bassam Tibi, konsep sekularisasi berasal dari bahasa latin.

Saeculum berarti, zaman. Menjadi sekular bererti diorientasikan kepada zaman

ini, yakni kepada dunia sekarang ini. di Eropa, proses sekularisasi terjadi

dengan pembangunan masyarakat industri modern dan pada mulanya

dikembangkan dan didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mendorong kepada

perubahan.36 Sekularisasi sebagaimana dipergunakan di sini menjelaskan

akibat-akibat transformasi sosial, yang bergerak dalam arah masyarakat

indutri modern, memakai sistem keagamaan dan sistem lingkungan sosial.

Seperti dikemukakan Bassam Tibi, penentang-penentang sekularisasi di

dunia islam seringkali salah paham tentang konsep ini dan secara amat tidak

tepat menafsirkan sebagai pertanda kehancuran agama. Sekularisasi bukan

merupakan tindakan sukarela tetapi merupakan hasil dari evolusi sosial yang

kompleks, diwakili pada titik puncaknya oleh masyarakat industri modern.

Sekularisasi tidak berarti penghapusan agama, karena dalam sistem yang

35 Sebagai bahan perbandingan lihat Mohamed Arkoun, terj. Sunarwoto Dema, Islam

Agama Sekuler Penelusuran Sekularisme dalam Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta: Belukar

Budaya, 2003), cet. 1, h. 70. 36 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 167

Page 55: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

44

dipilihkan secara fungsional agama hanya memainkan signifikasi sosial dari

alam yang berbeda, yang karenanya memelihara makna.37

Untuk meringkas, Bassam Tibi menekankan yang sejalan dengan

Luhmann, bahwa:

“Sekularisasi merupakan salah satu konsekuensi transformasi

masyarakat yang terjadi didalam kerangka suatu sistem yang pada

dasarnya dipilihkan secara fungsional di mana masing-masing

bidang fungsional memperoleh kepercayaan diri dan otonomi yang

lebih tetapi juga menjadi lebih bergantung pada bagaimana fungsi-

fungsi lain dipenuhi.”38

Pada hakekatnya pengertian sekularisasi yang terjadi sesuai dengan

konsepsi di dunia barat bukanlah merupakan pemisahan agama dengan negara

semata-mata. Pemisahan di sini lebih ditekankan pada masalah-masalah

pemisahan kekuasaan, kekuasaan gereja dengan kekuasaan negara.39

Amat disayangkan bahwa kaum modernis Islam telah memiliki untuk

mengabaikan kondisi sosiohistoris maupun hasil-hasil reformasi ini. mereka

tidak memandang sekularisasi sebagai proses sosial yang berdiri di balik

keyakinan.

Klimaks dari pembangunan sekularisasi Islam ini adalah sebagai

pencerahan Eropa dan sekularisasi yang bersamaan dari segala bidang

kehidupan dengan bantuan penetrasi-penetrasi saintifik-teknologi yang

37 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindus tri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 169 38 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindus tri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 169 39 Armien Dauly, Gagasan Pembaharuan Pemikiran Islam Nurcholish Madjid, Suatu

Pandangan Politik, h. 96-97

Page 56: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

45

dimilikinya, maka orang-orang Eropa membebaskan diri dari tirani alam.

Untuk menguasai alam merupakan salah satu ciri khas yang paling khusus

bagi kultur baru Eropa. Sebaliknya dengan Islam pada waktu itu adalah

sebagai hubungan intim antara yang suci dan politik.40

40 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindus tri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 174-175

Page 57: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

46

BAB IV

Islam dan Tantangan Kultur Saintifik Teknologis

A. Kemunculan Islam Sebagai Kultur Arab

Tidak mungkin mengutarakan semua tafsiran yang sejak semula

menggap Islam sebagai agama orang Arab, orangnya kasar, penduduk

gurun yang mencampurkan kegemaran akan kesenangan dengan kebiasaan

kekerasan. Semesta eksotis Timur yang terpencil di mana sebuah agama

lahir, dan belajar memadukan semua unsur campuran pembentukan

awalnya.1

Islam merupakan komponen kebudayaan Arab yang tidak dapat

diabaikan, bukanlah semata-mata karena fakta historisnya yang sangat

signifikan, tetapi juga karena faktor sosiopsikologis yang hingga saat ini

tetap memiliki signifikan penuh pada tingkatan eksistensialnya.

Modernisasai sekuleris Arab yang menutup mata terhadap kebenaran ini

atau meremehkannya, terus-menerus melihat proyeksi mereka terlempar

dari realitas Arab. Modernis Arab pada akhir-akhir ini mulai menerima

1 Tariq Ramadan, Menjadi Modern Bersama Islam, (Bandung: Mizan Media Utama,

2003), h. 421

Page 58: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

47

kebenaran, meskipun beberapa diantaranya tidak sepakat jika Islam

dibiarkan mendominasi proses modernisasi.2

Dalam perdebatan tentang asal mula negara dan perdebatan

terdapat kesepakatan bahwa perubahan religius mendahului berdirinya

institusi-institusi negara sentral. Berhubungan dengan pusat yang

diinstitusikan ini sedang dilahirkan, maka ia menciptakan agama yang

melapisi tingkat-tingkat pemujan familistik dan segmental yaitu

masyarakat-luas, yang mencakup seluruh aktivitas. Agama ini menyembah

tuhan-tuhan, bukan hanya sekedar roh-roh yang didefinisikan secara

kabur. Monumen-monumen dan candi-candi umum di mana upacara-

upacara dilakukan menyangkut masyarakat secara keseluruhan dan

dibangun oleh tenaga kerja korve masyarakat yang luas.3

Kendatipun demikian, Tibi memandang perlu untuk membicarakan

kerangka historisnya terlebih meliputi lingkungan sosialkulturalnya dari

mana Islam berasal. Bassam Tibi, orang-orang Arab sebelum Islam

awalnya adalah politeis, hidup dalam unit-unit yang terpecah-belah dan

tidak memiliki puast pemerintahan. Dua bentuk struktur sosial hidup

berdampingan. Di Makkah, sebagai pusat perdagangan yang sangat pesat

dengan bentuk strata pedagang-pedangang kaya di mana disini adalah

kelompok etnis Quraisy. Sebaliknya berbanding terbalik dengan orang-

orang badui primitif yang hidup di padang pasir mempertahankan

2 Issa J. Boullaca, Dekonstrusi Tradisi Gelagar Pemikiran Arab Islam, (Yogyakarta:

LkiS, 2001, h. 79 3 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 72-73

Page 59: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

48

hidupnya secara material dengan merampok kafilah-kafilah dengan orang-

orang Quraisy. Orang-orang Quraisy Mekkah menyembah dua dewi

utama, Allat dan al-Uzza dan dewi Manat, sebelum datang Islam yang

dibawa Nabi Muhammad SAW.4

Pada abad ke-6, dunia beradab didominasi oleh dua imperium

dunia yaitu; Bizantium Romawi dan Sasania Persia. Orang-orang Arab

priode ini, yang pada umumnya adalah orang-orang badui dengan mereka

hidup di tenda-tenda. Dengan menggolongkan mereka sebagai “parasit

dari onta”, yang dengan istilah ini ia bermaksud untuk menjelaskan

keberadaan padang pasir mereka.5

Menurut Bassam Tibi, orang-orang badui tidak memiliki norma-

norma hukum apapun kekuasaan negara pusat. Kehidupan manusianya

dilindungi, sebagaimana adanya, melalui institusi pendeta. Seorang badui

menolak membunuh demi melindungi bahaya yang akan menimpa

kehidupan pribadi dan keluarganya dari tindakan-tindakan balas dendam,

sebagaimana darah harus dibayar dengan darah. Kehidupan keras

masyarakat-masyarakat ini menghalangi munculnya kesenian asli. Puisi,

misalnya, dianggap sebagai propaganda. Maksudnya si penyair bertindak

sebagai penyair kelompoknya bukan sebagai artis independen. Jadi, orang-

orang badui memiliki tingkat perkembangan estetika yang rendah. Seorang

4 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 73 5 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 73

Page 60: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

49

badui tidak akrab dengan pemikiran abstrak. Ia adalah seorang realistis

dengan kehidupannya yang keras di padang pasir.6

Tetapi orang-orang Arab tidak memiliki kekaisaran maupun kitab

suci sendiri. Kerajaan imperium Bizantium dengan kerajaan Ghassan dan

Sasania persia dengan kerjaan Lakhmid tidak lebih dari sekedar negara-

negara taklukkan Romawi dan Persia.7

Menurut Bassam Tibi, wahyu-wahyu yang diterima oleh

Muhammad, yang mulai pada tahun 610 M dan berakhir hingga wafatnya,

mulai dikumpulkan dan di bukukan di bawah pemerintahan khalifa-khlifa

pertama sampai saat ini dalam bentuk Al-Qur’an. Muhammad merupakan

pendiri ideologi baru yang dulu mampu menjadi kekuatan dengan

ideologinya yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan pada zaman

itu kepada orang Arab secara unik dengan ideologi monoteistik.8

Seperti yang dijelaskan Bassam Tibi, ideologi Islam berkembang

dan menyebar bukan hanya karena ia mampu memuaskan tuntutan-

tuntutan zamannya tetapi juga karena pendirinya merupakan pemikir

agama, sebagai politik yang bijak dan ahli strategi militer yang ulung.

Gema risalah Muhammad bisa dikaitkan dengan bahwa ideologi Islam

pada waktu itu merupakan “Agama untuk orang-orang Arab”.9

6 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, , cet. 1, h.74 7 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 75 8 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 75 9 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 76

Page 61: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

50

Bassam Tibi, dengan kaum elitnya yang berkuasa terhadap

ideologi baru juga memberikan andil bagi perluasannya yang cepat

menjadikan sistem-sistem sosial yang stabil dengan pusat kekuasaan

memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan yang baru, tetapi

masyarakat Mekkah tidak memiliki stabilitas dan pusat pemerintahan.

Pada mulanya Muhammad memiliki sedikit sehingga menghambatnya

untuk kompromi dengan Quraisy yang pada saat itu berkuasa. Tetapi

orang-orang Quraisy konservatif marah, mereka berusaha untuk

menggunakan tekanan terhadap keseluruhan Bani Hasyim, agar mereka

mau menyingkirkan perlindungannya. Melalui sarana-saran semacam ini

akhirnya orang-orang Quraisy membantu menciptakan solidaritas pada

kaum muslimin yang pada waktu itu masih sedikit dan masih berkembang

pada saat ini.10

Menurut Bassam Tibi, ketika pada waktu itu Muhammad hendak

pergi ke Kota Mekkah untuk melaksanakan umrah tetapi ditolak oleh

kaum Quraisy di Mekkah.11 Yang di sebut dengan Fatah Makkah

(pembebasan Mekkah) yang artinya kemengan dengan tidak adanya adu

senjata tanpa ada peperangan. sampai membuat perjanjian Hudaibiyah

yang dimana perjanjian tersebut cikal bakal memanasnya antara Mekkah

10 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, , cet. 1, h. 76-77 11 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 77

Page 62: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

51

dan madinah. Ketika itu Muhammad membuat perjanjian kepada kaum

Quraisy tetapi ketidak adilan kaum Quraisy membuat Muhammad dan

pengikutnya marah. Dengan isi perjanjiannya “kalau seandainya ada

orang-orang Mekkah berangkat ke Madinah untuk masuk Islam harus

seizin orang-orang Quraisy namun sebaliknya orang-orang Madinah mau

kembali kepada agama kaum Quraisy tidak boleh dihalangi dan tidak

boleh di larang.12

Seperti dikemukakan Bassam Tibi, Madinah menjadi negara kota

teokratis yang diperintah oleh Muhammad sebagai Rasul Allah

membuktikan dirinya sebagai seorang politikus dengan berpandangan jelas

sekaligus ahli strategi militer yang handal dengan taktik penaklukan kota

Mekkah tanpa adanya peperangan.13

12 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai bahan tambahan lihat juga www.majelisrasullah.org.

Dilihat pada tanggal 14 november 2018 13 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h.72

Page 63: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

52

B. Islam Sebagai Agama Arab

Menurut Bassam Tibi, persoalan baru itu adalah krisis peradaban

Islam yang dimulai dari kemunduran kaum muslimin karena tidak pernah

kembali kepada pedoman mereka yaitu al-Qur’an, sedangkan zaman

modern ini semua bersandar pada kultur yang secara rasional yang

berlandaskan pada teknologi-saintifiknya.14 Menurut al-Afghani

kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap,

tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam

mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya

dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar lagi dan asing bagi

Islam.15

Seperti dikemukakan Bassam Tibi, Islamisme adalah pemahaman

agama Islam dalam bentuk tatanan sebuah negara, yaitu negara islam.

Kelompok islamisme telah mengidolakan islam pada zaman Nabi saw, di

Madinah dan mereka berupaya untuk mengembalikan praktik Islam pada

zaman sekarang kembali kepada zaman Nabi saw. Dengan agenda utama

Islamisme adalah mendirikan tatanan negara Islam dan memobalisasi umat

islam dalam rangka mambangun tatanan yang totaliter yang disebut

sebagai Nīzam Islami.16 Menurut Bassam Tibi, Islam berasal sebagai

14 Bassam Tibi, terj. Yudian W. Asmani dkk, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah

Kultur Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, h. 190. 15 Al-Afghani dalam buku Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah

Pemikiran Dan Gerakan, h. 55 16 Bassam Tibi, terj. Alfahri Adiin, Islamisme dan Islam, (Bandung: mizan, 2016), h. 292

Page 64: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

53

ideologi politik yang menjadi memobalisasi, sehingga mampu melahirkan

material kultur yang amat maju.17

Konteks historis bagi kemunculan kultur islam Arab menurut

Bassam Tibi, perubahan religius mendahului berdirinya institusi-institusi

negara sentral.

Menurut Bassam Tibi, signifikasi internal terbuktikan dalam pax

Islamica dengan negara kota Madinah dengan perdamaian internal dan

perluasan eksternal saling melengkapi. Perdamaian internal yang

dimaksud adalah memberikan kepada orang-orang Arab suatu angkatan

bersenjata yang padu dengan komando seragam yang dibutuhkan untuk

perluasan efektif, sementara itu perluasan dibutuhkan untuk

mempertahankan perdamaian internal.18

Bassam Tibi menjelaskan bahwa hubungan-hubungan persaingan

dan permusuhan di mana masyarakat-masyarakat badui Arab yang

terpecah belah hidupnya sebelum kedatangan Muhammad pada abad ke

tujuh untuk benar-benar memahami dan menghargai kerja Muhammad,

pendirian pax Islamica-nya, sebagai sejarah yang gemilang dengan

membangun solidaritas dan loyalitas memberikan nilai penting pada

zaman pra-Islam, tetapi sebaliknya bagi orang badui yang menggap bahwa

solidaritas dan loyalitasnya terbatas oleh anggota-anggota kelompok

etnisnya (qaum) seseorang. Dalam pax Islamica-nya Muhammad,

17 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 29 18 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 78

Page 65: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

54

pengertian solidaritas dan loyalitas ini doperluas hingga mencakup

komonitas islam (Ummah).19 Muhammad meletakan fondasi agama

sebagai sistem politik, sosial, dan ekonomi.

Setelah Muhammad meninggal dunia, maka para penggantinya

memperluas sistem politik dan sosial ekonomi Kota Madinah melalui

perlusan milter, secara terpadu mencakup Islamisasi dan Arabisasi.20 Dari

negara kota islam awal, Madinah, maka satu “tatanan politik

internasional” lahir suatu peradaban dunia.21

Peradaban Islam yang matang tentu saja tidak lagi murni Arab

maupun Islam semata-mata sebagai agama bagi kelompok etnis tertentu

seperti interkultural yang membuktikan kebernaran priode brilian dalam

sejarah kultural umat manusia.22

Menurut Bassam Tibi, peradaban dunia Islam merupakan sintesa

kultural, kendatipun, untuk mengulang, Islam pada mulanya Agama Arab

untuk orang Arab. Orang-orang Arab pra-Islam, yang dipandang rendah

oleh orang-orang yahudi dan orang-orang kristen mampu melangkah

sejajar setelah pendirian Islam.23

19 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 80 20 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 80 21 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 80 22 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 82 23 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 82

Page 66: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

55

Menurut Bassam Tibi, islam sebagai budaya politik dan sebagai

sistem politik sosial yang sederhana, islam merupakan faktor penentu

utama dari kebudayaan politik dan manifestasi historis secara regional

selama masa perkembangannya.24

Fakta bahwa segitu banyak kaum muslimin ketika itu

mengakomodasikan diri mereka kepada pemerintahan Eropa menyebabkan

timbulnya ketegangan-ketegangan baru dalam komunitas muslim.

Sebagian juga, ini merupakan bagian yang lebih besar, pengaruh

kolonialisme Eropa adalah memperluas kesempatan-kesempatan islam

dalam tiga cara utama, melalui pemerintah tidak langsung, mempekerjakan

langsung kaum muslimin dan mobilitas yang secara umum ditingkatkan.25

Kultur-kultur dan peradaban-peradaban yang relatif sederajat,

tepatnya karena tidak bisa saling menghindarkan kesederajatan ini, maka

mereka saling mentoleransi dam mempromosikan, yang karenanya

mungkin mampu menyebabkan situasi kontak, walaupun ada

kemungkinan bahwa yang satu melapiskan ke atas dominasinya ke yang

lain. Pelapisan islam atas kawasan-kawasan luar bisa dilihat sebagai

karakter istimewa dari kondisi penghadapan kultur.26

24 Bassam Tibi Terj. Misbah Zulfa Ellizabet dkk, Islam Kebudayaan dan Perubahan

Sosial, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999), h. 273 25 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 113 26 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 114

Page 67: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

56

Modernisme islam merupakan suatu gerakan revitalisasi dari suatu

tendensi yang berbeda dengan wahabi. Modernisme islam merupakan

suatu gerakan yang utamanya bersifat intelektual, yang untuk diserang

sebagai suatu unsur dalam pencerahan yang telah diposulatkan.27

Daerah terakhir dari penemuan tradisi adalah untuk mengatakan

bahwa Islam adalah agama yang bersih, Islam adalah murni dan

kemurnian Islam ini telah rusak atau, menggunakan kata jelek,

terkontaminasi oleh Westernisasi peradaban Islam dalam perjalanan

seratus tahun terakhir. Dan kebangkitan Islam berarti untuk membaratkan

Westernisasi, dan sebaliknya adalah Westernisasi, untuk membaratkan

dunia dan untuk memurnikan peradaban Islam dari dampak barat. Dan

karena itu mereka memiliki agenda kemurnian. Ini juga merupakan

penemuan tradisi.28

Sebagaimana halnya di Barat, di Dunia Islam juga timbul pikiran

dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan

perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpim-pemimpin Islam

modern mengharapkan dapat melepaskan umat Islam dari suasana

kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.29

27 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 113 28 Bassam Tibi, Suara dan Bullet Politisasi Islam Untuk Islamisme, www.cir.au.dk 2

Desember 2018, h. 14-15 29 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. 14,

h.3-4.

Page 68: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

57

C. Proses Sivilisasi Dan Kultur Dunia Santifik-Teknologi

Akulturasi merupakan kata pinjam bagi “kontak kultur” yang

merupakan kontak kultur dalam sejarah manusia misalnya helenisasi

islam, kendatipun demikian, akulturasi merupakan fenomena modern.

Konsep ini menjadi ekspansi Eropa Barat ke seluruh dunia melapisi kultur-

kultur non-Eropa. Kultur dominan ini memiliki basis industrial dan

teknologi saintifik yang dimiliki Eropa barat. Sedangkan kultur-kultur

ekstra timur didominasi praindustri.30

Bagi Bassam Tibi, Proses akulturasi di dalam masyarakat dunia

merupakan bentuk kontak kultural tradisional yang dalam kerangka kultur

yang cocok memperlihatkan kualitas yang benar-benar baru dalam proses

yang terjadi didalam masyarakat dunia dalam sejarah klasik.31

Seperti yang dikemukakan Bassam Tibi, bentuk dan isi weternisasi

kontemporer adalah masyarakat non-Barat berkenalan dengan kultur Eropa

Barat melalui penetrasi kolonial, kultur Eropa Barat sebagai kultur

penguasa sehingga menyajikan starata atas. Maka westernisasi bisa di

klasifikasikan ke dalam tiga historis: pertama, kolonialisme dan

westernisasi, kedua, westernisasi sebagai batu loncatan dan ketiga,

westernisasi sebagai propaganda bagi pusat-pusat industri ekspor.32

30 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 16 31 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 17 32 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 24-27

Page 69: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

58

Tentu saja penetrasi kolonial telah memberikan kontribusi bagi

penyebaran kultur teknologi-saintifik, walupun secara tanpa diniati dan

tidak langsung, sehingga kultur-kultur praindustri dibubarkan dengan

pendekatan tiga pendekatan historis dari westernisasi tersebut.33

Menurut Bassam Tibi, Proses sivilisasi dan kultur dunia santifik

teknologi meliputi masyarakat dunia dengan keseluruhan umat manusia

dengan penduduk Dunia Barat sebagai kiblat santifik teknologinya dan

starata sosial atas yang mendominasi penduduk non-Barat dengan starata

yang rendah melalui kultur saintifik dan teknologinya. Kesamaan derajat

dan demokrasi bisa dicapai dalam masyarakat dunia melalui penyebaran

kultur teknologi saintifik keseluruh Dunia.34

Menurut Bassam Tibi, proses peradaban adalah dimana setuanya

usia sejarah manusia dan tidak terbatas pada benua tertentu. Kendatipun

demikian, jika konsep itu diterapkan secara spesifik hanya pada

perkembangan sejarah dunia modern, maka harus diakui bahwa proses

peradaban mencapai puncak secara historis yang unik.35

Menurut Bassam Tibi, transformasi tingkah laku dalam pengertian

peraturan keseluruhan aparat psikologi yang pernah terpilih ditentukan

oleh lamanya diferenisasi sosial, oleh pembagian fungsi dan oleh

perluasan rantai-rantai interdeperensi, yang kepadanya, langsung atau

33 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h 28 34 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 29 35 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 30

Page 70: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

59

tidak, setiap peraturan, setiap ekspresi individual secara tidak bisa

dihindarkan lagi digabungkan.36

Seperti yang dijelaskan Bassam Tibi, diferensi sosial dan

pembagian fungsi yang berhubungan dengannya merupakan hasil

pembangunan menuju masyarakat industrial modern yang telah terjadi di

Eropa, di mana individual pada umumnya dilindungi dari serangan

langsung, di mana kekerasan fisik yang mengagetkan ke dalam hidupnya.

Tetapi pada waktu yang bersamaan ia dipaksa supaya menindas hawa

nafsunya yang mungkin memakasa dirinya terhadap serangan fisik atas

orang lain.37

Menurut Bassam Tibi, tanpa industrilisasi dan teknologi yang

dikembangkannya, maka mobilitas peradaban tidak akan terpikirkan.

Contohnya kultur Eropa Barat modern yang mendominasi secara sainstifik

dan teknologi yang dilandaskan kultur industrial.38

Seperti dikemukakan Bassam Tibi, Eropa melebarkan sayapnya

melalui penetrasi kolonial dan muncul menjadi pusat masyarakat Dunia.

Sitem kolonialisasi Eropa mengikuti keuntungan ekonomi mereka yang

sangat cepat dalam mengeksploitasi atas masyarakat-masyarakat non-

Barat, tetapi meraka berjuang untuk bagian terbesar, demi mereduksi

36 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, cet. 1, h. 30 37 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 31 38 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 32

Page 71: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

60

ketidakpuasan-ketidakpuasan dalam kekuasaan sosial maupun dalam

tingkah laku antara para penjajah dan yang di jajah.39.

Seperti yang dijelaskan Bassam Tibi, dengan ciri khas masyarakat

dunia ditandai oleh ciri khas sistem komunikasi dan transportasi global

yang sangat pesat dengan sistem koneksi jaringan antar Negara agar

supaya informasi terupdate sekalipun masyarakat pinggiran dapat

mendengar dan mengalami secara nyata bagaimana masyarakat di pusat

hidup.40

Seperti yang dijelaskan Bassam Tibi, pengembangan kultur

teknologi-sainstifik dan transformasi Eropa di zaman modern yang

berakibatkan mengalahnya hubungan yang kuat antara politik yang suci

dan politik sebagai ciri khas kultur-kultur praindustri. Di Eropa, revolusi

industri dan kultur teknologi-saintifik yang dilahirkannya tidak

mendorong kepada pemusuhan agama, walaupun kultur ini ditopang oleh

landasan-landasan rasional. Tetapi agama disekularkan, dan sebagai suatu

etika, secara primer diasingkan ke dalam dunia internal.41

Perasaan akan adanya kesenjangan yang telah memisahkan

keterbelakangan dunia Arab dengan kemajuan Eropa, disertai pengalaman

kebangkitan ideologi Arab dan kegagalan para teknologinya yang sangat

memperihatinkan merupaka problem sendiri. Sementara itu, para teknolog

39 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 32 40 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 32 41 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 180

Page 72: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

61

Arab tidak berusaha meneliti lagi tradisi masa lalu, tetapi hanya dengan

memikirkan cara untuk menutupi semua kesenjangan teknologi, tetapi

melupakan apa yang telah memisahkan keterbelakangan dunia Arab kini

dengan tantangan kemajuan teknologi Arab kedepannya.42

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki

dunia Islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19 M, yang dalam

sejarah Islam dipandang sebagai permulaan priode Modern. Kontak

dengan Dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke Dunia Islam

seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Semua ini

menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin Islam

pun mulai memikirkan cara untuk mengatasi persoalan-persoalan baru

itu.43

Hingga saat ini kita telah menggap akulturasi sebagai bentuk

kontak kultur yang modern, dalam kerangka sejarah dunia, dan unik.

Kultur Eropa Barat dominan dikarenakan ia merupakan kultur industri,

kultur lainnya adalah kultur praindustri. Dilihat dari prespektif historis,

ekspansi Eropa ke seluruh dunia bisa dibilang sebagai proses peradaban

global. Tetapi bagi masyarakat-masyarakat non-Barat yang langsung

terikat, ekspansi ini tidak dapat dihindarkan karena memunculkan bentuk

42 Untuk membandingkan, Mohammad Abed Al-Jaberi, terj. Dr. Akhsin Wijaya,

Problematika Pemikiran Arab Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 137. 43 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. 14,

h.3.

Page 73: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

62

kekerasan baru yang berupa teknologi modern, ke dalam kehidupan

mereka dan pembubaran keras atas tata cara mereka yang dahulu.44

Pemecahan Islam berarti bahwa Islam sebagai patokan yang

mengerahkan dan membimbing masyarakat ke dalam segala lapangan

kehidupan. Baik material maupun intelektual. Pemecahan Islam berarti

bahwa totalitas hidup dipola ke adalam bentuk dan karakter yang secara

fundamental yang bersifat Islami.45

Pemecahan Islam berarti menengakkan masyarakat Islam secara

total. Prasyarat pertama untuk ini adalah pendirian bentuk pemerintahan

Islam secara total. Untuk mendirikan bentuk pemerintahan atau negara

Islam ini kita harus membawa masyarakat kembali ke dalam naungan

proteksi secara Islami. Menerima bentuk-bentuk pemerintahan sekular,

nasionalis, sosialis atau demokrasi liberal dalam masyarakat Islam

merupakan kesalahan serius karena melakukan hal itu berarti mengabaikan

fakta bahwa kesatuan agama dan negara merupakan salah satu ciri khas

Islam. Hal ini penting khususnya di zaman ini di mana teknologi modern

dan sarana yang dibangun dengan bantuan sain teknologi.46

44 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 34. 45 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 36. 46 Bassam Tibi, Kriris Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur Praindustri Dalam Era

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana Yogya, 1994), cet. 1, h. 36-37.

Page 74: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

63

BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan

Bassam Tibi menuliskan sebuah pengembangan kultur teknologi-

sainstifik dan transformasi Eropa di zaman modern yang berakibat

menghalangkan hubungan yang kuat antara yang suci dan politik,

merupakan ciri khusus kultur praindustri. Pada dasarnya tidak ada

masyarakat yang tidak ingin berubah, baik dalam masyarakat yang masih

terbelakang maupun yang modern ingin selalu mengalami perubahan-

perubahan, hanya saja perubahan-perubahan yang dialami oleh masing-

masing masyarakat itu tidak sama, ada yang cepat dan menyolok dan ada

pula yang lambat dan tersendat-sendat.

Masyarakat yang dalam proses pembangunan atau modernisasi, akan

banyak mengalami perubahan, pembaharuan, bahkan adakalanya

mengalami pergeseran-pergeseran, perubahan-perubahan tersebut ada

yang menyangkut struktur dan organisasi masyarakat berikut dengan

lembaga-lembaganya, dan adakalanya perubahan-perubahan itu

menyangkut norma, nilai dan pandangan serta prilakunya. Perubahan

pertama disebut dengan Transformasi Struktural, sedangkan perubahan

Page 75: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

64

jenis kedua disebut dengan Transformasi Kultural. Perubahan kebudayaan

(Culture Transformation) menyangkut semua bagian kebudayaan,

termasuk didalamnya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan

lain-lain. Sedangkan perubahan sosial (Social Transformation), mengenai

perubahan norma-norma sosial, sistem nilai sosial, pola-pola prilaku,

stratifikasi sosial, lembaga sosial dan lain-lain. Dengan demikian

perubahan sosial merupakan bagian penting dalam perubahan kebudayaan,

meskipun demikian dapat difahami, bahwa perubahan kebudayaan lebih

luas cakupan dan lingkupnya dari pada perubahan sosial, sebab masih

banyak unsur-unsur kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat.

b. Saran-saran

Penelitian terhadap khazanah pemikiran kontemporer bukanlah suatu

pekerjaan yang dapat dituntaskan dengan frekuensi pengkajian terbatas.

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kegiatan pengkajian tersebut

membutuhkan berbagai disiplin ilmu dan membutuhkan ketelatenan serta

kesabaran dalam menelaahnya, karena proses pencarian naskah-naskah

yang berkaitan dengan tema tersebut belum banyak.

Hendaknya kajian terhadap pemikiran politik tentang gagasan

pembaharuan islam perlu dikembangkan bagi para pemerhati politik Islam

mengingat wacana gagasan pembaharuan Islam akan terus berkembang

Page 76: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

65

sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan perkembangan zaman,

sehingga sintesa pemikiran akan terwujud dengan baik.

Page 77: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

66

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jaberi, Mohammed Aded, terj. Akhsin Wijaya, Problematika Pemikiran Arab

Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Anies, Amin Hoesin, Islam dalam Perspektif Sosio Kultur. Jakarta: Lantabora

Press, 2005.

Arkoun, Mohammed, terj. Sunarwoto Dema, Islam Agama Sekuler Penelusuran

Sekularisme dalam Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: Belukar

Budaya, 2003.

Boullata, Issa J, Dekontruksi Tradisi Gelar Pemikiran Islam. Yogyakarta: LkiS,

2001.

Daulay, Armien, Gagasan Pembaharuan Pemikiran Islam Nurcholish Madjid:

Suatu Pandangan Politik. Pamulang: Mega Kreasi Media, 2010.

Esposito, Jhon L, Islam dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang, 1990.

Hoesin, Oemar Amin, Filsafat Islam Sederajat dalam Perkembangan dalam

Dunia Internasional. Djakarta: Bulan Bintang, 1964.

Ka'bah, Rifyal dkk, Reaktualisasi Ajaran Islam. Jakarta: Minaret, 1987.

Page 78: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

67

Kartanegara, Mulyadi, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Jakarta: Baitul Ihsan,

2006.

Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina, 1992.

Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.

Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975.

- - - - - , Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia

(UI-Press), 1985.

Ramadan, Tariq, Menjadi Modern Bersama Islam. Bandung: Mizan Media, 2003.

Rusli, Ris'an, Pembaharuan Pemikiran Modern Dalam Islam. Depok: PT.

Rajagrafindo Persada, 2013.

Saleh, Ahmad Khudori, Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Sevila, Consuelo G, Pengantar Metodelogi Penelitian. Jakrta: UI Press, 1993.

Tibi, Bassam, Arab Nasionalism. New York: St. Martin Press, 1971.

- - - - - , Surau dan Bullet Politisasi Islam Untuk Islamisme. Denmark: Cir And

The Author, 2009.

- - - - - , terj. Alfahri, Adiin, Islamisme dan Islam. Bandung: Mizan, 2016.

- - - - -, ter. Imron, Rosyiddi, Ancaman Fundamentalisme Rajutan Islam Politik

dan Kekacauan Dunia Baru. Yogyakarta: November, 2008.

Page 79: KULTUR SAINTIFIK TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45651...pendidikan dan pengajaran, membina generasi yang dinamis dan berpikir maju. 8 Menurut

68

- - - - - , terj. Yudian, Wijaya, Krisis Peradaban Islam Modern Sebuah Kultur

Praindustri Dalam Era Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Yogyakarta: PT.

Tiara Wacana Yogya, 1994.

Internet

http://www.bassamtibi.de.

http://www.stgallen-symposium.org/cv_prof._dr._bassam_tibi.pdf.

www.cir.au.dk 2 Desember 2018.

www.majelisrasullah.org.