kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
TRANSCRIPT
-
8/7/2019 kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
1/6
-
8/7/2019 kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
2/6
Orientasi Penelitian (Kerangka Pemikiran)
Bahan dan Alat
1. Bahan Media
Media yang dipakai dalam penelitian adalah Media Murashige dan Skoog (MS) yang telah dimodifikasi dengan
penambahan vitamin, asam amino, sukrosa dan zat pengatur tumbuh. Media MS ini dibuat dalam bentuk padat.
2. Bahantanaman
-
8/7/2019 kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
3/6
Bahan tanaman yang digunakan adalah kultur kalus, kultur propagul dan kultur akar Pule pandak (Rauwolfia
serpentina BENTH.) yang telah ada di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan.
3. Bahan Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan terhadap alat-alat serta bahan yang akan digunakan. Bahan-bahan tersebut diantaranya aquades,
alkohol 70%, campuran Tween-20 dan larutan baycline (natrium hipoklorit) 5%.
4. Alat-alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi botol kultur, alumunium foil, petridish, pembakaran spirtus,
spatel, pisau, skalpel, pinset, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, pipet, pH meter, autoklaf, neraca analitik, hot plate,
pengaduk magnetik, laminar air flow cabinet, oven serta rak-rak kultur.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang telah mendapatkan
simplisia akar Pule Pandak umur 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan dan 18 bulan yang dipanen dari Arboretum TN Meru
Betiri dan Pule Pandak di hutan jati TN Meru Betiri.
Pada penelitian kultur jaringan telah berhasil dikecambahkan biji Pule Pandak dalam waktu 1 - 2 minggu dan telah
dihasilkan protokorm yang cukup bervariasi. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemberian perlakuan faktor-faktoryang berpengaruh terhadap sekresi bioaktif kemudian diamati pertumbuhannya serta dalam waktu tertentu dianalisa
kandungan bioaktifnya. Dengan demikian desain dan metode penelitian ini adalah:
a. Memperbanyak kultur kalus, kultur propagul dan kultur akar pule pandak sebagai bahan penelitian.b. Pemberian bahan kimia Cholcisin dan pemberian hormon sebagai percobaan untuk menghasilkan biomasa
akar yang besar.c. Percobaan perlakuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sekresi yaitu hormon (pemberian auksin dan
sitokinin), pH (pH basa dan asam), sinar (gelap dan terang), umur (3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan), dan unsurhara (perlakuan unsur mikro dan makro).
d. Pembuatan sediaan serbuk dan ekstrak Pule pandak.e. Uji kandungan bioaktif setelah perlakuan percobaan dilakukan.
PROSEDUR PENELITIAN
1. Sterilisasi Alat
Alat-alat disterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121C, tekanan 17,5 psi selama 1 jam. Botol-botol yang telah
diautoklaf, sebelum digunakan disimpan di dalam oven
2. Subkultur Pule Pandak Sebagai Bahan Penelitian
Sebagai bahan tanaman digunakan kultur kalus, kultur propagul dan kultur akar Pule Pandak. Kultur tersebut
terlebih dahulu diperbanyak untuk dapat memenuhi kebutuhan eksplan yang diperlukan dalam penelitian.
3. Pembuatan Media
Untuk membuat 1 liter media, garam-garam dari media MS yang telah dibuat dalam larutan-larutan stok dipipet
sesuai dengan konsentrasinya dan dimasukan dalam labu takar yang kemudian ditambah zat pengatur tumbuh sesuai
dengan perlakuan. Sebelum ditambah air hingga 1 liter, ditambahkan sukrosa sebanyak 30 gram. Larutan kemudiandiatur pH-nya antara 5,6 - 5,8 dengan penambahan KOH 1 N atau HCL 1 N.
Media kemudian ditambah agar 6 gram dan dididihkan. Setelah mendidih dituang ke dalam botol kultur denganvolume masing-masing 20 ml. Dengan demikian dalam 1 liter media dapat dimasukan ke dalam 50 botol kultur.
Botol ditutup dengan alumunium foil dan disterilkan dalam autoklaf bertekanan 17,5 psi selama 30 menit.
4. Penanaman
Eksplan hasil kultur Pule Pandak yang ada ditanam langsung pada media. Proses penanaman dilakukan dalam
laminarair flow cabinet.
-
8/7/2019 kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
4/6
5. Pengamatan
Pengamatan meliputi penghitungan persentase kontaminasi, jumlah tunas, daun dan akar, serta pembentukan kalus.
Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah eksplan ditanam.
6. Uji Alkaloid
Kultur hasil percobaan baik berupa kultur akar diuji kandungan alkaloidnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan acuan sekaligus merupakan masalah yang akan
dipecahkan dalam penelitian ini:
1. Diketahui bahwa Pule Pandak hasil budidaya (di Arboretum Taman Nasional Meru Betiri) dapat
menghasilkan produktivitas akar Pule Pandak lebih besar dibanding di lokasi habitat aslinya, tetapi ternyata
akar Pule Pandak yang lebih besar tersebut juga mengandung bioaktif yang lebih besar daripada yang
terdapat dihabitat aslinya yaitu Hutan Jati. Masalah kandungan bioaktif
2. Di ketahui bahwa jumlah akar Pule Pandak terbanyak adalah hasil pemanenan pada umur 9 bulandibanding dengan pemanenan umur 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Masalah waktu yang lama.
3. Salah satu masalah budidaya Pule Pandak adalah faktor dormansi biji Pule Pandak yang cukup lama (paling
cepat 6 bulan) tanpa perlakuan, sedangkan dengan menggunakan stek akar mempunyai persentase
pertumbuhan yang cukup baik akan tetapi tidak efisien karena akan membutuhkan akar dalam jumlah besaruntuk pembibitan dalam jumlah besar. Hal ini sudah dapat diatasi dengan memberikan perlakuan tertentu
dan dapat berkecambah lebih cepat sekitar 1 - 2 bulan. Masalah waktu dan jumlah pembibitan.
4. Dengan dilakukannya perkecambahan secara kultur jaringan maka biji Pule Pandak dapat berkecambah
dalam waktu relatif singkat yaitu 1 - 2 minggu. Akan tetapi masih belum diketahui apakah mampu
dihasilkan simplisia hasil kultur jaringan (teknik metabolit sekunder) yang mempunyai kandungan bioaktif
tertinggi. Sehingga diharapkan dapat dihasilkan bahan bioaktif reserpin dalam jumlah besar dan dalam
waktu yang singkat tanpa harus memanen tanamannya di lapangan. Saat ini sudah berhasil mencapai
tahapan pembuatan kalus, kultur akar.
Desain dan Metode Penelitian
-
8/7/2019 kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
5/6
Hasil Penelitian Saat Ini
-
8/7/2019 kultur-in-vitro-tumbuhan-obat-langka-pule-pandak
6/6
1. Bahwa eskplan yang terbaik pada saat pertama kali mengkulturkan pule pandak dari alam adalah dengan
menggunakan biji, bila dibandingkan dengan eksplan yang berasal dari tunas pucuk atau akar.2. Pada perlakuan sterilisasi yang diberikan keberhasilannya hanya mencapai 30% dengan rincian sebagai
berikut : kontaminasi bakteri 37,8%, kontaminasi cendawan 12,2.% dan tidak tumbuh 20%3. Media kultur Pule pandak yang digunakan adalah media MS dengan BAP 2 mg/l dan NAA 0,5 mg/l,
kandungan metabolit sekunder 0,29% dengan pertumbuhan kultur kearah pembentukan tunas dan kalus.
4. Untuk keperluan perbanyakan / multiplikasi dapat dilakukan pada setiap interval 3 minggu dengan hasilperbanyakan berupa stek pucuk mikro dengan jumlah sekitar 8 kultur
5. Pemberian Cholcisin pada media kultur sebanyak 2 mg/l dapat menyebabkan morfologi lebih tebal dan
tegar, warna daun lebih gelap (hijau tua), dan biomasa lebih besar.6. Perlakuan hormon IBA 2 mg/l memberikan hasil berupa kultur akar yang lebih baik dengan sedikit tunas
dan kalus.7. Pada perlakuan pH terlihat bahwa pH 5 6 memberikan hasil yang terbaik dari segi biomasa akan tetapi
belum diketahui dari segi kandungan bioaktifnya.8. Demikian pula dengan perlakuan waktu pemanenan kultur akar masih dalam taraf percobaan. Pada hasil
pemanenan akar umur 3 bulan ternyata terdapat kandungan bioaktif sebesar 0,016 ppm ajmalin, 14,9 ppm
reserpin dan pemanenan akar umur 6 bulan diperoleh 0,0154 ppm iohimbin.
KESIMPULAN
1. Kultur jaringan Pule pandak telah berhasil dikulturkan dengan eksplan pertama kali dengan menggunakan
biji dengan menggunakan media MS BAP 2 mg/l dan NAA 0,5 mg/l, kandungan alkoloid dalam kultur
sebesar 0.29% bobot kering.2. Kontaminasi kultur biji in vitro tanaman pule pandak (Rauwolfia serpentina Benth.) dalam percobaan
menunjukan persentase yang tinggi, diantaranya akibat cendawan (12.2%) dan bakteri (37.8%).3. Dari hasil uji metabolit sekunder menunjukan bahwa dengan pembiakan pule pandak secara in vitro
diperoleh sebesar 0,016 ppm Ajmalin, 14,9 ppm Reserpin dan pemanenan akar umur 6 bulan diperoleh
0,0154 ppm Iohimbin.
DAFTAR PUSTAKA
Arkam, M and I. Ilahi. 1987. In vitro Propagation of Rauwolfia serpentina through Lateral Bud Culture (abstract).Departement of Botany, University of Peshawar, Pakistan.
Endress, S. H., Takayama, S. Suda, M. Kitayama, N. Aimi, S.I. Sakai, J. Stokig. 1993. Alkoloids from Rauwolfia
serpentina Cell Culture Threated with Ajmaline (abstract). Universitat Mains. Mains, F. R. G.
George, E. F and P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Ltd. England.
Gubar, S. I., E. P. Konstantinova and V. A, Kunakh. 1993. Rauwolfia Cultured Cells : Indole Alkoloids Productionand Their Determination (abstract). International Society for Horticulture Science. Wageningen.
Roja, G. and M. R. Hable. 1966. Indole alkoloids in Clonal Propaguls of Rauwolfia serpentina Benth ex Kurz
(abstract). Kluwer Academic Publisher. Dordrecht, The Netherlads.
Sandra, E. dan Kemala. 1994. Tinjauan Permintaan Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, dalam E. A. M
Zuhud (Penyunting). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB- Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN), Bogor.
Sandra, E. 1995. Teknik Pemanenan Pule Pandak. Tim Peneliti Tumbuhan Obat Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Siswoyo. 1995. Teknik Persemaian Bji Pule Pandak. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.
Sukendro, A Basori. 1993. Studi Ekologi Tumbuhan Obat Pule Pandak (Rauwolfiaserpentina) di BKPH Selogender
KPH Randublatung. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.