kultur fitoplankton tetraselmis sp. skala …repository.unair.ac.id/57491/2/pkl pk bp 124-16 tra...

59
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN OLEH : MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY LAMONGAN – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

Upload: vudung

Post on 12-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

OLEH :

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY LAMONGAN – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2016

Page 2: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Mokhammad Riza Noor Tsany

NIM : 141311133082

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan PKL yang berjudul

KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM

SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND adalah benar hasil karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut diberi tanda

citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,

termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan

mengulang pelaksanaan PKL.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari

siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Page 3: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh: MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY

NIM. 141311133082

Page 4: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

Oleh :

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY NIM. 141311133082

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya

dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan.

Telah diujikan pada

Tanggal : 09 Juni 2016

KOMISI PENGUJI

Ketua : Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet

Anggota : Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M.Kes

Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.

Page 5: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

RINGKASAN

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

Tetraselmis sp. merupakan mikroalga yang sangat mudah tumbuh dan

memiliki kandungan nutrisi yang baik sebagai pakan alami bagi Rotifer

(Brachionus sp.). Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui,

mempelajari, memahami serta melaksanakan secara langsung teknik kultur

Tetraselmis sp. dan untuk mengetahui kendala kultur Tetraselmis sp. di Sriracha

Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research

Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari 2016 sampai dengan 14

Februari 2016. Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah

metode deskriptif dengan pengambilan data primer dan data sekunder.

Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara.

Kultur Tetraselmis sp. dengan menggunakan media botol kultur yang

berisi air laut 1000 ml. Pemberian nutrisi berupa media Conway yang terdiri dari

Makronutrien dan Vitamin B-Komplek dengan dosis Makronutrien 1 ml dan

Vitamin B-Komplek 1 ml. Pertumbuhan puncak Tetraselmis sp. terjadi pada hari

ke-6 sebesar 28,2 x 107 sel/ml. Kualitas air selama masa pemeliharaan meliputi

suhu berkisar antara 22-28 0C dan salinitas berkisar antara 29-31 ppt. Faktor yang

mempengaruhi kultur Tetraselmis sp. skala laboratorium meliputi sterilisasi

peralatan laboratorium, standar oprasional prosedur laboratorium dan media

kultur yang mendukung, diantaranya suhu dan salinitas.

Page 6: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

SUMMARY

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Laboratory-Scaled Culture of The Phytoplankton Tetraselmis sp. As Live Feed for Rotifer (Brachionus sp.) in Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand. Lecture Advisor Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet.

Tetraselmis sp. are the microalgae are very easy to grow and deliver more

nutrients well as live feed for rotifers (Brachionus sp.). The objective of this

internship is to know, to learn, to understand and to conduct the culture technique

of Tetraselmis sp., as well as to identify the problems of Tetraselmis sp. culture at

Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

The internship was conducted in Sriracha Fisheries Research Station,

Chonburi, Thailand on January 17, 2016 until February 14, 2016. The method

used in this internship was the descriptive method by collecting the primary data

and the secondary data. The primary data were collected by an active

participation, observation and some interviews.

Tetraselmis sp. culture was conducted by using the media culture bottles,

containing sea water 1000 ml. Nutrient attached was in the form of Conway

media, which consist of macronutrient and Vitamin B-Complex at a dose of 1 ml.

The peak growth of Tetraselmis sp. were occurred on the 6th day of culture,

which were 28.2 x 10 7cells / ml. The water quality during the culture period were

covered as the temperature were approximately 22-280C and the salinity were

approximately 29-31 ppt. The factors that affected the Tetraselmis sp. laboratory-

scaled culture were the sterilization of the laboratory equipment, laboratory

standard operational procedures, and the media culture condition, such as the

temperature and the salinity.

Page 7: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena

atas limpahan rakhmat serta hidayat-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang tentang

Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan

Rotifer (Brachionus sp.) dapat terselesaikan. Karya Ilmiah ini disusun

berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Sriracha

Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari hingga 14

Februari 2016.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini

masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya

penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan

informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga

Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang

perikanan, terutama budidaya perairan.

Surabaya, 21 Agustus 2016

Penulis

Page 8: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Mirni Lamid, MP., drh., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.

2. Bapak Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet. selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk mulai dari

penyusunan usulan hingga selesainya laporan Praktek Kerja Lapang.

3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Koordinator Praktek Kerja Lapang

yang telah memberikan arahan dalam persiapan hingga pelaksanaan

Praktek kerja Lapang.

4. Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP dan Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir.,

M.Kes selaku dosen penguji yang telah menguji saat pelaksanaan sidang

Praktek Kerja Lapang.

5. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart University,

Thailand yang memberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu budidaya

di tempat penelitian yang dimiliki yaitu Sriracha Fisheries Research

Station dan Samutsongkhram Fisheries Research Station.

6. Ibu Dr. Wanmimol selaku Wakil Dekan di Fakultas Perikanan dan

Kelautan Kasetsart University yang telah menyambut serta

mempersiapkan segala aktivitas praktek kerja lapang di Thailand.

7. Mr. Alongot Intrarachart (P’Koh) dan Mr. Weerakit Joerakate (P’Game),

selaku Kepala Research Station yang telah mengijinkan untuk belajar

Page 9: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

lebih banyak di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan

Samutsongkhram Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand.

8. Mr. Attawut Kantavong (P’Kongh) dan Mrs. Naruechon Pattarapanyavong

(P’Moon), selaku Supervissor yang membimbing selama pembelajaran di

Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram

Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand.

9. Mr. Saroj Rermdumri (P’Lon), Mrs. Kanokwan Khaodon (P’O), Mr.

Somchai Sakawjit (P’Thee), dan seluruh staff di Sriracha Fishery

Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research

Station, Samutsongkhram, Thailand yang telah membantu kami

beradaptasi dengan kehidupan di Thailand.

10. Kedua orang tua saya yang telah mendoakan dan mendukung saya serta

menasehati saya.

11. Ita Zefares, Chamaiporn Srishakam, dan Metchawin Pasotakang, selaku

teman-teman di Thailand, yang sudah mendukung dan membantu segala

aktifitas praktek kerja lapang di Thailand.

12. Virly Rachmawati, Alfindra Haida Nabila, dan Shinta Mayanda Yulianto,

selaku tim praktek kerja lapang yang sudah membantu dalam

menyelesaikan praktek ini hingga akhir.

13. Rikky Leonard, selaku sahabat yang telah membantu menyelesaikan

laporan ini hingga akhir.

14. Semua pihak yang turut berperan dalam meneyelesaikan laporan praktek

kerja lapang ini.

Page 10: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .................................................................................... iv

SUMMARY ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................... viii

UCAPAN TERIMA KASIH . ............................................................ ix

DAFTAR ISI . .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL . ............................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR . ....................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN . .................................................................... xvi

I PENDAHULUAN . .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang . .................................................................... 1

1.2 Tujuan . ................................................................................. 3

1.3 Manfaat . ............................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA . ........................................................... 4

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp. ............................ 4

2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp. .......................... 5

2.3 Reproduksi Tetraselmis sp. ................................................... 5

2.4 Aspek Fisika dan Kimia . ...................................................... 7

2.5 Peranan Tetraselmis sp. ........................................................ 7

2.6 Nutrien . ................................................................................ 8

2.7 Teknik Kultur . ..................................................................... 8

2.8 Pertumbuhan . ....................................................................... 9

2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton . ............................... 9

2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) ........... 10

2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.).............. 11

2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.) ........................................ 11

III PELAKSANAAN KEGIATAN . ............................................... 12

3.1. Tempat dan Waktu . ............................................................. 12

Page 11: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

3.2. Metode Kerja . ..................................................................... 12

3.3. Metode Pengumpulan Data . ................................................ 12

3.3.1 Data Primer ............................................................ 12 A. Metode Survei ................................................... 13 B. Metode Observasi ............................................. 13 C. Metode Praktek ................................................. 14

3.3.2 Data Sekunder .......................................................... 14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN . ................................................. 15

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang . .................. 15

4.1.1 Lokasi Geografis Dan Topografi . .............................. 15

4.1.2 Universitas Kasetsart . ................................................ 15

4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station . .......................... 16

4.1.4 Lokasi ......................................................................... 16

4.1.5 Visi dan Misi .............................................................. 17

4.1.6 Sarana Dan Prasarana ................................................ 17

A. Air ......................................................................... 17

B. Wadah Kultur ........................................................ 17

C. Sterilitator .............................................................. 18

D. Bangunan .............................................................. 18

4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station . ........... 19

4.1.8 Lokasi ......................................................................... 20

4.1.9 Visi dan Misi .............................................................. 20

4.1.10 Sarana dan Prasarana ................................................ 20

A. Air ......................................................................... 20

B. Wadah Kultur ........................................................ 20

C. Sterilitator .............................................................. 21

D. Bangunan .............................................................. 21

4.2 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang ........................... 22

4.2.1 Persiapan Media .......................................................... 22

4.2.2 Pemberian Nutrisi ...................................................... 22

4.2.3 Pengamatan Kualitas Air ........................................... 23

A. Suhu ...................................................................... 24

Page 12: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

B. Salinitas ................................................................ 24

4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp. .................................... 25

4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan ................................. 29

4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha ........................ 30

V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 31

5.1 Simpulan .............................................................................. 31

5.2 Saran .................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 32

LAMPIRAN ...................................................................................... 35

Page 13: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp. .............. 24

4.2 Kepadatan Populasi Kultur Tetraselmis sp. ................................... 27

Page 14: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi Tetraselmis sp.. ................................................................ 4

2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) .................................................. 10

4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart. ........................................ 16

4.2 Penampang Haemocytometer............................................................ 26

4.3 Grafik Pertumbuhan Tetraselmis sp. ................................................. 27

Page 15: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch

Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries

Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand. .................. 35

2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan

Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station.................................... 36

3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram ............................. 37

4. Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp. ......................................... 41

5. Bahan Kultur Plankton Tetraselmis sp. ............................................... 44

Page 16: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya perikanan laut yang berkembang saat ini harus

diimbangi dengan ketersediaan larva atau benih ikan yang memadai, baik dari segi

jumlah, mutu dan kesinambungannya. Salah satu faktor yang menyebabkan

terhambatnya pengadaan larva tersebut adalah sulitnya menyediakan pakan

dengan kualitas baik, terutama pakan alami yaitu fitoplankton (mikroalgae) dan

zooplankton. Saat ini telah banyak dihasilkan pakan buatan untuk larva, namun

keberadaan pakan alami tetap dibutuhkan. Hal ini karena pakan alami mempunyai

kelebihan dibandingkan pakan buatan, diantaranya adalah kandungan gizi yang

seimbang dan berperan dalam menjaga kualitas perairan (Widjaja, 2004).

Rotifer merupakan pakan awal bagi larva ikan yang sampai saat ini

fungsinya belum dapat digantikan oleh pakan buatan (Widjaja, 2004). Menurut

Suminto, (2008) Sebagai pakan alami, Rotifer mempunyai keunggulan-

keunggulan karena sifat dan karakteristiknya yang menarik yaitu ukurannya yang

relatif kecil, kemampuan berenang yang lemah, dapat dibudidayakan dengan

kepadatan yang tinggi, tingkat reproduksi yang tinggi dan mempunyai nilai nutrisi

yang tinggi. Pakan alami Rotifer adalah makanan yang berasal dari mikroalga

yang berperan sebagai sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral

dalam pertumbuhannya. Penggunaan mikroalga tersebut bertujuan agar Rotifer

yang dikultur mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan memiliki kandungan

gizi yang tinggi, karena masing-masing mikroalga mengandung nutrisi yang amat

dibutuhkan bagi pertumbuhan larva (Widjaja, 2004).

Page 17: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

2

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keberhasilan dalam kultur Rotifer akan sangat tergantung pada jenis dan

kualitas pakan yang diberikan. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk Rotifer

antara lain fitoplankton (mikroalga), ragi dan emulsi bahan pengkaya

(Melianawati dkk., 2006). Beberapa jenis fitoplankton yang dapat digunakan

sebagai pakan Rotifer diantaranya adalah Chlorella sp., Dunaliella sp.,

Nannochloropsis sp. dan Tetraselmis sp. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Tetraselmis sp. merupakan jenis pakan alami yang sering digunakan

sebagai pakan dan mempunyai nilai gizi yang baik (Supriyantini dkk., 2007).

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) bahwa Tetraselmis sp. mengandung

protein yang cukup tinggi yaitu berkisar 49,75% sedangkan lemak berkisar 9,10%

dan karbohidrat 19,37%. Oleh sebab itu Tetraselmis sp. sangat cocok untuk

digunakan sebagai pakan zooplankton. Salah satu contohnya adalah Rotifer.

Atas dasar pemikiran di atas maka pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

(PKL) dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang kultur fitoplankton

Tetraselmis sp. pada skala laboratorium yang digunakan sebagai pakan Rotifer

(Brachionus sp.) sekaligus memahami permasalahan yang ada dengan

memadukan teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada di

lapangan.

Page 18: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

3

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. sebagai

pakan alami di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

2. Untuk mengetahui grafik hambatan yang terjadi pada teknik kultur

fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi,

Thailand.

1.3 Manfaat

Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah :

1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp.

yang ada di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

2. Mahasiswa mampu mengetahui hambatan yang terjadi pada teknik kultur

fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi,

Thailand.

Page 19: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan

memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan.

Empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang

badan dan berukuran 10x6x5 µm. Sel-sel Tetraselmis sp. berupa sel tunggal yang

berdiri sendiri ukurannya 7-12 µm. Inti sel jelas dan kecil serta dinding sel

mengandung bahan selulosa dan pektosa. Tetraselmis sp. memiliki klorofil

sehingga berwarna hijau cerah (Gambar 1). Dan dipenuhi plastida kloroplast

(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai

berikut:

Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo : Chlamidomonacea Genus : Tetraselmis Spesies : Tetraselmis sp.

Gambar 2.1 Morfologi Tetraselmis sp. (Creswell, 2010)

Page 20: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

5

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana,

kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh

pada salinitas 15-35 ppt. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kisaran suhu 25-28

0C merupakan suhu yang optimal untuk pertumbuhan Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. dapat tumbuh baik dengan menggunakan lampu TL 80

Watt (Matakupan, 2009).

2.3 Reproduksi Tetraselmis sp.

Reproduksi Tetraselmis sp. terjadi secara vegetatif aseksual dan

seksual. Reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel

menjadi dua, empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing

melengkapi diri dengan flagella. Sedangkan reproduksi secara seksual, setiap

sel mempunyai gamet yang identik (isogami) kemudian dengan bantuan

substansi salah satu gamet tersebut ditandai dengan bersatunya kloroplast yang

kemudian menurunkan zygote yang sempurna (Isnansetyo dan Kurniastuty,

1995).

Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa laju pertumbuhan

adalah pertambahan jumlah sel dalam periode tertentu. Pertumbuhan ditandai

dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel.

Hingga saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui

pertumbuhan Tetraselmis sp. dalam kultur pakan alami.

Page 21: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

6

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Ada empat fase pertumbuhan yaitu:

1. Fase Istirahat

Sesaat setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur, populasi

tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat.

Secara fisiologis Tetraselmis sp. sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein

baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel

sehingga kepadatan sel belum meningkat. Umumnya terjadi pada hari pertama

dan kedua kultur.

2. Fase Logaritmik atau Eksponensial

Fase ini diawali dari pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada

kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai

maksimal. Umumnya terjadi pada hari ketiga hingga hari kelima.

3. Fase Penurunan kecepatan tumbuh

Fase ini merupakan fase pada hari ketujuh yang menunjukkan kecepatan

pertumbuhan sel yang mulai lambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai

membatasi pertumbuhan.

4. Fase Stasioner

Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan

fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian,

dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah sel relatif sama atau

seimbang sehingga kepadatan sel tetap. Fase ini terjadi pada hari ketujuh hingga

hari ke sepuluh.

Page 22: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

7

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

5. Fase Kematian

Pada fase ini laju kematian lebih cepat dari pada laju reproduksi. Jumlah

menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan sel ditandai dengan perubahan

kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH air, jumlah hara

yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan lain yang dimulai pada hari

kesepuluh.

2.4 Aspek Fisika dan Kimia

Pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika seperti

suhu, cahaya matahari, kedalaman, kekeruhan, salinitas dan kandungan oksigen

terlarut. Faktor kimia seperti pH, fosfat, nitrat, nitrit, dan silikat (Nybakken,

1992). Kelimpahan dan komposisi jenis fitoplankton antara lain dipengaruhi oleh

salinitas, musim, habitat, kecerahan dan proses reproduksi (Davis, 1951 dalam

Merizawati, 2008). Suhu merupakan parameter lingkungan yang sangat penting

bagi kehidupan fitoplankton. Sifat fisika-kimia perairan seperti kelarutan oksigen

serta kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu. Kehidupan berbagai jenis

fitoplankton dipengaruhi oleh salinitas (Sediadi, 1999 dalam Merizaati, 2008).

2.5 Peranan Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. adalah salah satu jenis mikro alga satu yang banyak

memiliki manfaat, diantaranya sebagai pakan ikan, makanan kesehatan bagi

manusia, bahkan campuran kosmetik maupun biofilter dalam menanggulangi

limbah organik. Tetraselmis sp. layak untuk dibudidayakan karena sifatnya mudah

dan cepat berkembang biak (Suriadi dan Siswanto, 2004).

Page 23: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

8

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

2.6 Nutrient

Dalam kultur mikroalga skala laboratorium dibutuhkan medium kultur

yang sesuai untuk pertumbuhannya. Medium air laut yang mengandung nutrien

lengkap sebagai medium tumbuh yaitu sumber nutrisi berupa makronutrien (N, P,

K, S, Na, Si, Ca) dan mikronutrien (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, B). Unsur N, P, dan

S berfungsi dalam pembentukan protein, K berfungsi dalam metabolisme

karbohidrat, Fe dan Na berfungsi dalam pembentukan klo rofil sedangkan Ca dan

Si berfungsi dalam pembentukan dinding sel. Selain media air laut yang

mengandung unsur lengkap sebagai media tumbuh, kultur Tetraselmis sp. juga

ditambahkan pupuk sebagai penambahan kandungan dalam medium kultur

(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Penambahan pupuk dalam medium dapat

meningkatkan pertumbuhan mikroalga 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan

kultur mikroalga tanpa penambahan pupuk (Naughton, 1998). Penambahan pupuk

pada medium kultur alga skala laboratorium dapat menggunakan pupuk Conway

(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

2.7 Teknik Kultur

Dalam suatu unit pembenihan, penyediaan pakan alami untuk larva ikan

dibedakan menjadi tiga, yaitu kultur murni (skala laboratorium), kultur semi

massal dan kultur massal yaitu dalam bak bervolume besar (Cahyaningsih dkk.,

2003). Kultur murni (skala laboratorium) fitoplankton dilakukan di dalam ruangan

(indoor) yang tertutup (Isnansetyo dan kurniastuty, 1995). Pada saat kultur massal

sebaiknya wadah, peralatan dan air yang digunakan disterilisasi dengan pemberian

klorin, karena cara ini lebih cepat, ekonomis dan mudah pelaksanaannya (Wasis,

Page 24: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

9

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

2009). Selanjutnya dilakukan pengeringan, dengan interval waktu antara 12-24

jam. Tujuannya agar media bebas dari organisme-orgnaisme yang akan

menyebabkan kontaminasi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Air laut yang akan

digunakan untuk kultur disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan klorin

10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam (Wasis, 2009).

2.8 Pertumbuhan

Pertumbuhan Tetraselmis sp. Dalam kultur dapat ditandai dengan

bertambahnya ukuran sel atau bertambahnya jumlah sel. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan suatu jenis fitoplankton dapat dikelompokkan

menjadi internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap sifat-

sifat pertumbuhan fitoplankton adalah faktor genetik (Isnansetyo dan Kurniastuty,

1995).

Salah satu prinsip dalam pengelolaan plankton ialah bagaimanana

memperhatikan kelimpahan plankton supaya tetap stabil. Pertumbuhan plankton

mulai berkurang terjadi pada akhir fase logaritmik, menuju fase stasioner dimana

diantara kedua fase tersebut terdapat fase berkurangnya pertumbuhan (Isnansetyo

dan Kurniastuty, 1995).

2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton

Metode yang digunakan dalam perhitungan Tetraselmis sp. adalah metode

penghitungan dengan menggunakan Haemocytometer. Pengamatan dilakukan

dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x atau 40 x (Creswell,

2010).

Page 25: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

10

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.)

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), klasfikasi Rotifer adalah sebagai

berikut:

Filum : Avertebrata Kelas : Aschelmintes Sub kelas : Rotaria Ordo : Eurotaria Family : Brachionidae Sub family : Brachioninae Genus : Brachionus Spesies : Brachionus sp.

Gambar 2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) (Lahope, 2013)

Rotifer berciri simetris bilateral, dinding tubuh dilindungi oleh lorika.

Tubuh rotifera terdiri atas kepala (depan), badan (tengah) dan kaki (bagian

posterior) yang biasanya kecil dengan jari yang mengandung kelenjar semen

untuk melekat. Antara bagian kepala dan badan tidak terlihat jelas pemisahannya.

Pada kebanyakan spesies, di bagian kepala terdapat korona yang terletak di bagian

anterior tubuh. Korona juga dapat digunakan sebagai daya penggerak, akan tetapi

banyak spesies yang menghabiskan kehidupannya dengan melekat pada substrat,

dan ada juga yang bersifat plankton seperti Brachionus sp. Fungsi korona adalah

untuk menyaring makanan ke kepala dan membuang sisa. Alat pencernaan

Page 26: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

11

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

makanan terdiri atas mulut, mastaks yang bersifat kiti dan gigi untuk mencerna

makanan (Rimper, 2008)

2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.)

Rotifera dapat ditemukan di air tawar dan tanah lembab, di mana mereka

hidup di genangan air yang terbentuk di atas tanah. Habitat rotifera dapat

mencakup lingkungan air, seperti dasar danau, serta lingkungan air yang mengalir,

seperti sungai atau aliran. Rotifera juga sering ditemukan

pada lumut dan lumut tumbuh di batang pohon dan batu, di genangan air, di tanah

atau serasah daun, pada jamur tumbuh di dekat pohon mati, dalam tangki limbah

pabrik pengolahan dan bahkan pada krustasea air tawar dan larva serangga air

(Segers, 2008).

2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.)

Brachionus sp. merupakan salah satu jenis zooplankton yang digunakan

sebagai pakan alami. Rotifer diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih

satu bulan. Kegunaan Brachionus sp. secara tidak langsung mulai berkembang.

Brachionus sp. merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan

sehingga seringkali diperlukan dalam budidaya. Penyediaan pakan alami berupa

phytoplankton dan zooplankton yang tidak cukup tersedia, seringkali

menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva

ikan. Brachionus sp. sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan,

terutama sebagai pakan yang baik pada larva ikan maupun udang (Kaligis. 2015).

Page 27: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

III PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research

Station, Chonburi, Thailand. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari-

14 Februari 2016.

3.2 Metode Kerja

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini berupa data primer dan

data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), Data primer adalah sumber data

yang diperoleh langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer

dapat berupa opini subyek (orang) secara individu maupun kelompok, hasil

observasi terhadap suatu obyek (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian.

Data primer dapat diperoleh dengan dua metode yaitu metode survei dan metode

observasi.

Page 28: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

13

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

A. Metode Survei

Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang

menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Hasil dari metode ini berupa data

subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek

penelitian secara individu atau kelompok. Data yang diperoleh dari metode survei

sebagian besar berupa data deskriptif yang dapat dirancang untuk menjelaskan

sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide (Sangadji dan Sopiah, 2010).

Metode survei yang akan digunakan untuk mendapatkan data di lapangan

adalah metode wawancara (interview). Wawancara adalah teknik pengumpulan

data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada

subyek penelitian. Teknik wawancara ini dapat dilakukan dengan melalui tatap

muka, komunikasi telepon dan e-mail.

B. Observasi

Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang),

obyek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau

komunikasi dengan individu yang diteliti. Data yang diperoleh bersifat lebih

akurat, tidak terdistorsi dan bebas dari response bias.

Tipe observasi yang digunakan menurut Nazir (2011) yaitu:

1. Observasi langsung yang memungkinkan pengumpulan data perilaku dan

kejadian secara detail.

2. Observasi terhadap perilaku dan lingkungan sosial yang bertujuan untuk

memahami perilaku dan kejadian dalam lingkungan sosial. Teknik observasi yang

dapat digunakan adalah participant observation dan nonparticipant observation.

Page 29: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

14

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

3. Observasi mekanik yaitu teknik observasi dengan bantuan mesin.

C. Metode Praktek

Metode praktek adalah suatu metode dengan memberikan materi

pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan

harapan siswa menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi

yang di maksud suatu saat di masyarakat. Metode ini memberikan jalan kepada

mahasiswa untuk menerapkan, menguji dan menyesuaikan teori dengan kondisi

sesungguhnya melalui praktek peserta praktik atau latihan akan mendapatkan

pelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan dan menyempurnakan

keterampilan yang di perlukan (Abdul Arno dalam Kadir, 2014).

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan

oleh pengumpul data primer. Data sekunder ini diperoleh dari laporan-laporan,

data dokumentasi, pustaka yang menunjang (Sangadji dan Sopiah, 2010).

Page 30: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja lapang

4.1.1 Lokasi Geografis dan Topografi

Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah di Research Station dibawah

naungan Universitas Kasetsart, yaitu Sriracha Fisheries Research Station yang

berada di Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Research Station

yang berada di Provinsi Samutsongkhram, Thailand.

4.1.2 Universitas Kasetsart

Universitas Kasetsart didirikan pada tanggal 2 Februari 1943 dan pada

tahun ini telah memasuki umur 73 tahun. Fakultas Perikanan didirikan sebagai

salah satu dari empat fakultas pertama Kasetsart University (KU) pada hari yang

sama dengan universitas didirikan. Fakultas Perikanan dibentuk dengan empat

disiplin ilmu yaitu Biologi Perikanan, Manajemen Perikanan, Budidaya Perikanan

dan Pengembangan Perikanan. Fakultas perikanan memiliki beberapa lembaga

kecil lainnya atau stasiun penelitian yang didukung oleh akademik pendukung

divisi fakultas. Stasiun penelitian milik Kasetsart antara lain Sriracha Fisheries

Research Station, Samutsongkhram Fisheries Research Station, Kamphaengsaen

Fisheries Research Station, Ranong Coastal Resources Research Station, dan

Klongwan Fisheries Research Station.

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart akan disajikan

pada gambar dibawah ini :

Page 31: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

16

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Gambar 4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart (Kasetsart University, 2002)

4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station

Sriracha Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1960 untuk

melakukan penelitian dasar biologi kelautan, oseanografi, lingkungan laut,

konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut di pesisir Sriracha dan

sekitarnya. Stasiun ini juga melakukan penelitian yang bekerja sama dengan

perusahaan swasta dalam mengembangkan produk nilai tambah dari rumput laut

serta dalam budidaya dan pengelolaan perikanan.

4.1.4 Lokasi

Lokasi Sriracha Fisheries Research Station adalah 101/12 Moo 9,

Sukhumvit Rd., Tambon Bang Phra. Sriracha District, Chonburi Province 20110,

Thailand.

Page 32: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

17

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

4.1.5 Visi dan Misi

Visi Fisheries Research Station adalah melakukan penelitian di bidang

oseanografi, lingkungan laut, budidaya pesisir dan menjadi stasiun untuk

pembelajaran, penelitian, pelatihan bagi peneliti mahasiswa dan lain-lain.

Misi Fisheries Research Station adalah :

• Untuk melakukan penelitian di bidang biologi kelautan, oseanografi,

lingkungan laut, konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut.

• Untuk mendukung pembelajaran dan bidang pelatihan mahasiswa serta

memberikan bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain untuk kegiatan

penelitian mereka.

• Untuk menjadi pusat kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pertukaran

teknologi bagi petani dan lain-lain.

4.1.6 Sarana dan Prasarana

A. Air

Air yang digunakan pada proses budidaya di Sriracha Fisheries Research

Station adalah air laut dengan salinitas 35 ppt. Air laut diambil dari Pantai Timur

Teluk Thailand yang lokasinya di belakang stasiun penelitian. Dalam kultur

Tetraselmis sp. memang dibutuhkan air laut atau air dengan salinitas yang tinggi

yang telah di sterilisasi (Sari dan Manan, 2012).

B. Wadah Kultur

Dalam mengkultur plankton menggunakan botol kultur berukuran 1 liter

yang telah disterilisasi menggunakan autoclave, yang dilengkapi dengan aerasi

Page 33: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

18

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

dan diletakkan dibawah sinar 2 buah lampu neon 40 watt dalam ruangan bersuhu

24oC.

C. Sterilitator

Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam

proses budidaya digunakan autoklaf berukuran besar (tinggi 70 cm dan diameter

90 cm). Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam

alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air panas bertekanan 15 Psi atau

sekitar 2 atm dan bersuhu 121oC (2500F) (Sari dan Manan, 2012).

D. Bangunan

Bangunan terdiri dari :

• Kantor

• Laboratorium

Research ini memiliki 4 laboratorium, yaitu laboratorium plankton,

laboratorium pengamatan mikroorganisme, laboratorium kualitas air dan

laboratorium sedimen.

• Aula

• Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian

• Dapur

• Kolam treatment air

Kolam treatment ini digunakan untuk mentreatment air dengan cara

mengendapkan dan mensterilkan air menggunakan klorin dengan konsentrasi 150

mg klorin / liter, hal ini sesuai dengan literatur bahwa konsentrasi klorin yang

dibutuhkan untuk sterilisasi atau sanitasi air adalah 100-250 mg klorin / liter.

Page 34: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

19

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

• Kolam hatchery Anemone Fish

Kolam hatchery Anemone Fish di Sriracha Fisheries Research Station

terbuat dari fiber yang rata-rata memiliki ukuran 60 x 150 x 85 cm. Jumlah ikan

dalam kolam hatchery ini disesuaikan dengan ukuran kolam. Satu kolam rata-rata

berisi 20 ekor ikan anemone berukuran dewasa. Hal ini tidak jauh berbeda dengan

di Indonesia yang menggunakan kolam fiber dalam pemeliharaan ikan anemone

yaitu dengan ukuran 50 x 100 x 80 cm dengan kepadatan 15 ekor dalam satu

kolam.

• Kolam budidaya Anemone Mushroom

Kolam budidaya anemone Mushroom di Sriracha Fisheries Research

Station terbuat dari beton dengan ukuran rata-rata 60 x 250 x 150 cm. Kolam ini

mampu menampung 25 artificial stone yang digunakan sebagai tempat

bertumbuhnya anemone mushroom. Anemone mushroom membutuhkan coral

buatan untuk pertumbuhannya supaya memudahkan saat ingin mengambilnya,

karena apabila tidak diberi koral buatan, anemone mushroom akan melekat di

dasar kolam.

4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station

Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989

untuk mendukung pembelajaran dan pelatihan dari mahasiswa serta memberikan

bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain dalam kegiatan penelitian mereka.

Beberapa topik penelitian yang terkait dengan pengembangan dua teknologi baru

untuk pembibitan air pesisir dan menemukan solusi untuk masalah dan tentang

budidaya pesisir.

Page 35: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

20

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

4.1.8 Lokasi

Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989.

Pada awalnya bernama Samutsongkhram Coastal Aquatic Station, dan sejak

tanggal 1 Oktober 2001 nama itu diganti menjadi Stasiun Penelitian

Pengembangan dan administrasi dukungan Akademik Fakultas Perikanan,

Kasetsart University dan diganti sebagai Samutsongkhram Fisheries Research

Station. Lokasi Research ini di provinsi Samutsongkhram-Thailand.

4.1.9 Visi Dan Misi

Samutsongkhram Fisheries Research Station memiliki visi melakukan

penelitian tentang kehidupan perairan di pantai sehingga mampu mengoptimalkan

kondisi budidaya perairan.

4.1.10 Sarana dan Prasarana

A. Air

Air yang digunakan untuk budidaya adalah air payau bersalinitas 5-10 ppt.

Air laut diambil dari perairan Don Hoi Lod dan air tawar diambil dari sumur.

Untuk mendapatkan air distilasi mereka melakukan distilasi sendiri menggunakan

alat penyulingan air.

B. Wadah Kultur

Wadah kultur plankton yang digunakan adalah botol kultur kaca berukuran

1 liter yang diletakkan dibawah 2 buah lampu neon 40 watt di dalam ruangan

bersuhu 24oC.

Page 36: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

21

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

C. Sterilitator

Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam

proses budidaya digunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk

mensterilkan berbagai macam alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air

panas bertekanan 15 Psi atau sekitar 2 atm dan bersuhu 121oC (2500F).

D. Bangunan

Bangunan terdiri dari :

• Kantor

• Laboratorium

Terdapat 3 laboratorium antara lain : laboratorium kultur plankton,

laboratorium kualitas air, dan laboratorium pensterilan alat-alat. Laboratorium

dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap dan berstandar baik.

• Aula

• Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian

• Dapur

• Kolam budidaya Bandeng (Milk Fish)

• Kolam budidaya Kakap (Sea Bass)

• Gudang Pakan

Page 37: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

22

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

4.2 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang

4.2.1 Persiapan Media

Media kultur berupa air laut yang memiliki salinitas 30-35 ppt. Air laut

dialirkan melalui pipa yang membentang dari laut menuju bak tandon di Sriracha

Fisheries Research Station untuk ditampung.

Air laut yang digunakan untuk kultur plankton disaring dengan filter dan

disterilkan dengan larutan klorin 10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam

(Masithah, 2011). Hal ini sama dengan yang dilakukan di Sriracha Research

Station sebelum digunakan untuk kultur, air laut yang ada pada bak tandon

disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit atau klorin 20 ppm didiamkan selama

24 jam dan dibiarkan tanpa aerasi. Kemudian setelah proses kaporit atau klorin

selesai, air dialirkan melalui pipa menuju bak aerasi untuk ditambahkan oksigen

selama 24 jam.

Air laut dari bak treatment tidak hanya untuk keperluan kultur plankton

semata, namun juga dipergunakan untuk budidaya clown fish, anemone flower,

terumbu karang dan udang vaname. Pada penggunan air laut sebagai media dalam

kultur plankton, air diambil dari bak aerasi dan diisikan pada botol kultur

1000 ml.

4.2.2 Pemberian Nutrisi

Kultur Tetraselmis sp. diletakkan pada rak dengan menggunakan botol

kultur di dalam ruangan. Hal ini dilakukan agar selama proses pengkulturan dapat

terkontrol dan meminimalisir terhadap kotaminasi mikroorganisme lain. Nutrient

dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong

Page 38: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

23

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di

air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia,

nitrit dan senyawa organic dapat digunakan apabila kekurangan nitrat

(Brahmantara dkk, 2015).

Kultur Tetraselmis sp. yang dilakukan di Sriracha Research Station skala

laboratorium dalam pemberian nutrisi, menambahkan media Conway yang terdiri

dari Makronutrien (NaNO3 = 100 gr, Na2EDTA = 45 gr, H3BO3 = 33,6 gr,

NaH2PO4H2O = 20 ml, FeCl36H2O = 1,3 gr dan MnCl24H2O = 0,36 gr) dan

Vitamin B-komplek (vitamin B1, B6 dan B12). Pemberian dilakukan ketika awal

pertama mengkultur.

Pertama mempersiapkan botol kultur 1000 ml dan diisi dengan air laut

sebanyak 900 ml. Kemudian menambahkan makronutrient 1 ml, Vitamin B-

Komplek 1 ml, fitoplankton Tetraselmis sp. 40 ml dan diisi lagi dengan air laut

hingga mencapai 1000 ml. Kemudian botol kultur ditaruh di dalam rak kultur

dengan pemberian cahaya menggunakan 2 buah lampu neon 40 watt dan diberi

aerasi.

4.2.3 Pengamatan Kualitas Air

Pengamatan kualitas air meliputi suhu dan salinitas. Pengukuran suhu

menggunakan termometer dan pengukuran salinitas menggunakan refraktometer.

Pengamatan dilakukan dua kali sehari selama sembilan hari. Pengamatan kualitas

air dilakukan agar dapat mengetahui kemungkinan adanya pengaruh kualitas air

terhadap pertumbuhan plankton. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 39: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

24

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Tabel 4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp.

No. Hari Waktu Kualitas Air

Suhu (0C) Salinitas (ppt) 1 1 15.00 25 30 2 2 03.00 24 29 3 2 15.00 25 30 4 3 03.00 24 29 5 3 15.00 25 30 6 4 03.00 24 29 7 4 15.00 25 30 8 5 03.00 24 30 9 5 15.00 25 30 10 6 03.00 24 29 11 6 15.00 25 29 12 7 03.00 24 30 13 7 15.00 24 31 14 8 03.00 24 29 15 8 15.00 25 29 16 9 03.00 24 30

A. Suhu

Dari data hasil Praktek Kerja Lapang dapat dilihat rata-rata suhu berkisar

antara 24-25 0C dan termasuk ideal untuk pertumbuhan plankton. Hal ini sesuai

dengan pendapat Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), bahwa pada kisaran

temperatur yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 250C-

280C.

B. Salinitas

Salinitas merupakan konsentrasi garam yang terlarut dalam satuan air.

Pengukuran salinitas menggunakan refraktometer. Hasil pengukuran salinitas

pada media kultur fitoplankton Tetraselmis sp. berkisar 29-31 ppt. Hal ini sesuai

Page 40: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

25

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), bahwa pada kisaran

salinitas yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 15-35 ppt.

4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp.

Setelah dilakukan persiapan dan pelaksanaan kultur maka proses

selanjutnya adalah pengamatan, pengukuran dan pencatatan untuk menunjang

keberhasilan dari kegiatan kultur. Pengamatan, pengukuran dan pencatatan

tersebut meliputi pengamatan parameter biotik seperti kontaminasi makhluk

hidup, pengukuran kualitas air media dan penghitungan fitoplankton yang

dilakukan setiap hari sedangkan abiotik seperti suhu, pH dan salinitas.

Pengambilan sampel untuk analisa dilakukan setiap hari selama sembilan

hari. Metode yang digunakan dalam perhitungan Tetraselmis sp. adalah dengan

metode penghitungan small block menggunakan Haemocytometer. Penghitungan

sel pada kotak bujur sangkar mempunyai sisi 1 mm mulai dari sisi kiri kotak ke

arah kanan kotak dan menghitung sel yang berada di dalam garis atau mendekati

garis batas bagian dalam kotak. Penghitungan kepadatan fitoplankton (sel/ml)

dengan menggunakan persamaan (2) penghitungan small block sebagai berikut

(Satyantini dkk., 2012) :

Page 41: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

26

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Kepadatan fitoplankton (sel/ml) = nA + nB + nC + nD + nE . . . . . . (2) 5 x 4 x 10-6

Keterangan : nA, nB, nC, nD : Jumlah sel fitoplankton pada blok A, B, C, D dan E 5 : Jumlah blok yang dihitung 4 x 10-6 : Luas kotak kecil (A, B, C, D dan E)

Penghitungan dengan cara ini dilakukan karena sesuai dengan ukuran sel

Tetraselmis sp. Sebelum melakukan penghitungan yang perlu diperhatikan adalah

metode pengambilan sampel. Pengambilan sampel harus bisa homogen sehingga

kepadatan populasi plankton dapat diketahui secara benar.

Gambar 4.2 Penampang Haemocytometer (Satyantini dkk., 2012)

Hasil Pengamatan kepadatan Tetraselmis sp. selama Praktek Kerja Lapang

dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan pola pertumbuhan Tetraselmis sp. pada Gambar

4.3.

Page 42: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

27

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Tabel 4.2 Kepadatan Populasi Kultur Tetraselmis sp.

No. Hari Waktu Kepadatan (sel/ml) 1 1 15.00 13 x 107

2 2 03.00 13,8 x 107 3 2 15.00 14 x 107 4 3 03.00 14,7 x 107 5 3 15.00 15,5 x 107 6 4 03.00 17,2 x 107 7 4 15.00 20,6 x 107 8 5 03.00 23 x 107 9 5 15.00 25,7 x 107 10 6 03.00 28,2 x 107 11 6 15.00 27 x 107 12 7 03.00 24,4 x 107 13 7 15.00 23,2 x 107 14 8 03.00 23,7 x 107 15 8 15.00 21,6 x 107 16 9 03.00 20,5 x 107

Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Tetraselmis sp.

Pada hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada hari pertama jam 03.00

am, kepadatan Tetraselmis sp. masih sangat rendah yaitu sebanyak 13 x 107

0

5

10

15

20

25

30

1pukul

3pm

2pukul

3am

2pukul

3pm

3pukul

3am

3pukul

3pm

4pukul

3am

4pukul

3pm

5pukul

3am

5pukul

3pm

6pukul

3am

6pukul

3pm

7pukul

3am

7pukul

3pm

8pukul

3am

8pukul

3pm

9pukul

3am

X 10

7Se

l / m

l

Hari Ke

Tetraselmis sp.

Page 43: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

28

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

sel/ml. Fase ini dinamakan fase lag (istirahat). Hal ini sesuai dengan pendapat

Armanda, (2013), bahwa pada fase tersebut populasi tidak mengalami perubahan,

tetapi ukuran sel pada fase ini meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung

dan organisme mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel

sehingga kepadatannya belum meningkat.

Kepadatan mulai meningkat dari hari ke-2 jam 03.00 am sebanyak 13,8 x

107 sel/ml hingga mencapai puncak pada hari ke-6 jam 03.00 am, yaitu dengan

kepadatan 28,2 x 107 sel/ml. Fase ini dinamakan fase logaritmik (pertumbuhan

eksponensial). Hal ini sesuai dengan pendapat Armanda, (2013), bahwa pada fase

ini fitoplankton mulai mengalami pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang

terus meningkat secara signifikan.

Pada hari ke-8 jam 15.00 pm kepadatan mencapai 21,6 x 107 sel/ml,

sedangkan pada hari ke-7 jam 15.00 pm kepadatan mencapai 23,2 x 107 sel/ml,

dan hari ke-8 jam 03.00 pm mencapai 23,7 x 107 sel/ml. Hal ini dimungkinkan

karena keadaan cuaca maupun musim yang tidak menentu, dimana pada hari ke-7

jam 15.00 pm cuaca cerah dan suhu normal pada hari ke-8 jam 03.00 am suhu

turun dan sedikit mendung, dan pada hari ke-8 jam 15.00 pm cuaca normal

kembali sehingga menyebabkan pertumbuhan kurang maksimal karena terjadinya

fluktuasi suhu.

Armanda, (2013), mengemukakan bahwa, fase stasioner merupakan saat

yang tepat dilakukan pemberian nutrisi sehingga pertumbuhan relatif normal

kembali. Setelah hari ke-8 jam 03.00 am kepadatan mengalami penurunan hingga

pada hari ke-9 jam 03.00 am yang mencapai kepadatan 20,5 x 107 sel/ml. Fase ini

Page 44: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

29

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

disebut fase kematian, karena pada fase ini terjadi penurunan jumlah/kepadatan

plankton.

Armanda, (2013), berpendapat bahwa pertumbuhan plankton pada saat

budidaya secara visual dapat ditandai dengan perubahan warna dari awalnya

bening menjadi hijau muda dan berubah lagi menjadi hijau/hijau tua. Perubahan

ini disertai dengan menurunnya transparansi. Hal ini merupakan indikasi dari

adanya peningkatan sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat

kepadatan.

4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan

Banyak faktor-faktor yang menghambat dan dapat menimbulkan

kegagalan dalam kegiatan kultur, diantaranya yaitu kontaminasi media kultur dari

ruangan laboratorium, baik dari tangan manusia maupun dari dalam ruangan

seperti kotoran debu, peralatan dan keringat.

Salah satu kendala yang sering dihadapi pada saat kultur Tetraselmis sp.

skala laboratorium selama PKL adalah terjadinya kontaminasi akibat peralatan

yang tidak steril. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelalaian dari manusia.

Untuk mengatasi hal ini pada kultur selanjutnya hendaknya peralatan yang akan

digunakan harus benar-benar dalam keadaan bersih atau dicuci dulu sebelum

digunakan.

Page 45: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

30

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha

Sriracha Fisheries Research Station memiliki berbagai macam alat yang

cukup memadai dan lengkap, sehingga sangat mendukung adanya kultur

Tetraselmis sp. skala laboratorium dan skala massal yang lebih intensif. Hal ini

bertujuan agar kultur Tetraselmis sp. yang dihasilkan memiliki kualitas lebih baik

sehingga dapat membantu ketersediaan pakan alami.

Page 46: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil praktek kerja lapang (PKL) tentang Kultur

Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer

(Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand adalah

sebagai berikut :

1. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan

Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand

meliputi persiapan media, pemberian nutrisi, pengamatan kualitas air,

penghitungan Tetraselmis sp.

2. Hambatan yang tedapat dalam Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala

Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery

Research Station, Chonburi, Thailand adalah terjadinya kontaminasi pada media

kultur dan peralatan sehingga dapat menganggu pertumbuhan maupun

perkembangan plankton yang dikultur.

5.2 Saran

Berdasarkan beberapa hambatan yang ditemui selama Praktek Kerja

Lapang, Sebaiknya peralatan yang akan digunakan harus benar-benar dalam

keadaan bersih atau dicuci dulu sebelum digunakan dan pada saat memasuki

laboratotium mengenakan jas laboratorium.

Page 47: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

DAFTAR PUSTAKA

Armanda D. T. 2013. Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara Pada Medium f/2 dan Medium Conway. Bioma. Volume 2.

Brahmantara I. B. G., A. A. M. D. Anggreni dan I. B. W. Gunawan. 2015. Pengaruh Konsentrasi Penambahan Sodium Nitrat dan Fosfat Pada Media Guillard Terhadap Konsntrasi Biomassa Mikroalga Nannochloropsis sp. Hal 73-81.

Bunthawin, S., R. J. Ritchie and P. Wanichapichart. 2011. Dielectrophoresis Of Tetraselmis sp., A Unicellular Green Alga, In Travelling Electric Fields Analyzed Using The RC Model For A Spheroid. Songklanakarin J. Sci. Technol. Hal 585-597.

Creswell, L. 2010. Phytoplankton Culture For Aquaculture Feed. SRAC Publication. Hal 1-16.

Kaligis E. Y. 2015. Kualitas Air Dan Pertumbuhan Populasi Rotifer Brachionus rotundiformis Strain Tumpaan Pada Pakan Berbeda. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. Volume 2. Nomor 2.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogjakarta. Hal 13-97.

Lahope H. B., S. Wullur, J. Rimper, H. Pangkey dan IFM. Rumengan. 2013. Minute Rotiffer Dari Perairan Estuari Sulawesi Utara dan Potensinya Sebagai Pakan Larva Ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Volume 9.

Maryam, S., G. Diansyah. dan Isnaini. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton (Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.) Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma sp. Pada Skala Laboratorium. Maspari Journal. Volume 2. Hal 41-50.

Masithah E. D., N. Ariesma dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Bakteri Bacillus pumillus Pada Rumen Sapi Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dunaliela salina. Jurnal KELAUTAN. Volume 4.

Matakupan, J. 2009. Studi Kepadatan Tetraselmis Chuii Yang Dikultur Pada Intensitas Cahaya Yang Berbeda. Jurnal TRITON. Volume 5. Hal 31-35.

Page 48: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

33

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Melianawati, R., A. Hanafi dan M. Suastika. 2009. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis. Jurnal Perikanan. Hal 118-123.

Pranata, A. 2009. Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures dan Pupuk TSP Serta Penambahan Beberaapa Variasi Ragi Roti. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Hal 1-28.

Pujiono, A. E. 2013. Pertumbuhan Tetraselmis Chuii Pada Medium Air Laut Dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan Yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. SKRIPSI. Hal 4-31.

Rimper, J. R. T. S. L. 2008. Bioteknologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. Dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. SKRIPSI. Hal 7-8.

Ru’yatin, I. S. Rohyani dan L. Ali. 2015. Pertumbuhan Tetraselmis dan Nannochloropsis Pada Skala Laboratorium. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Volume 1. Hal 296-299.

Sani, R. N., F. C. Nisa, R. D. Andriani dan J. M. Maligan. 2014. Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis Chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Volume 2. Hal 121-126.

Sari, I. P. Dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis Oculata Pada Kultur Skala Laboratorium, Intermediet, dan Massal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4. Hal 123-127.

Satyantini W. H., E. D. Masithah, M. A. Alamsjah, Prayogo dan S. Andriyono. 2012. Buku Penuntun Praktikum Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Hal 49-50.

Segers Hendrik. 2008. Global Diversity of Rotifers (Rotifera) in Freshwater. Hydrobiologia. Hal 49-59.

Suminto. 2008. Penggunaan Pengkayaan Pakan Alami Dengan Ekstrak Telur Cumi-Cumi (Loligo sp.) Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Rotifer Brachionus Plicatilis O.F. Muller. Jurnal Saintek Perikanan. Volume 3. Hal 64 – 73.

Page 49: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

34

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Supriyantini, E., Ambariyanto dan I. Widodo. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Tetraselmis Chuii dan Skeletonema Costatum Terhadap Kandungan Asam Lemak Omega 6 (Asam Arakhidonat) Pada Kerang Totok Polymesoda Erosa. Jurnal Pasir Laut. Volume 3. Hal 26-60.

Utami, N. P. dan K. Haetami. 2012. Pertumbuhan Tetraselmis Chuii Pada Medium Air Laut Dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan Yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 3. Hal 237-244.

Widjaja, F. 2004. Pendayagunaan Rotifera yang Diberi Pakan Alami Berbagai Jenis Mikroalgae. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Hal 23-27.

Page 50: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand.

Sumber: google maps.com (2016)

Lokasi Samutsongkhram Fisheries Research Station di Provinsi Samutsongkhram, Thailand

Sumber: google maps.com (2016)

Page 51: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

36

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Lampiran 2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station.

Kantor Sriracha Fisheries Reasearch Station Kultur Plankton Tetraselmis sp.

(Sumber: Digital globe, 2016. http:/ maps.google.com diakses: 21/04/2016)

Pembesaran Ikan Kakap Putih

Kantor Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station

(Sumber: Digital globe, 2016. http:/ maps.google.com diakses: 21/04/2016)

Page 52: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

37

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Lampiran 3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram

Sriracha Fisheries Research Station

Sriracha Dapur

Tempat Tidur Laboratorium Plankton

Tempat Ibadah Kantor Utama

Page 53: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

38

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Bak Tandon Inlet

Laboratorium Pengamatan Mikroorganime Outlet

Laboratorium Kualitas Aula Pertemuan

Page 54: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

39

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Samutsongkhram Fisheries Research Station

Samutsongkhram Kantor Utama

Aula Asrama

Kolam Budidaya Ikan Kakap Gudang Penyimpanan Pakan

Page 55: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

40

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Tempat Tidur Laboratorium Plankton

Laboratorium Kualitas Air Laboratorium Nutrisi

Page 56: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

41

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Lampiran 4. Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp.

Botol Kultur Mikroskop

Sedgewick Rafter Counting Cell Haemocytometer

Pipet Tetes Objek Glass

Page 57: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

42

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Cover Glass Refraktometer

Rak Kultur Lampu Neon 40 Watt

Botol Erlenmeyer Autoklaf

Page 58: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

43

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Selang Aerasi Aerator

Page 59: KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA …repository.unair.ac.id/57491/2/PKL PK BP 124-16 Tra k.pdf · Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara

44

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Lampiran 5. Bahan Kultur Plankton Tetraselmis sp.

Makronutrien Vitamin B-Komplek

Air Laut Plankton Tetraselmis sp.